herpes zoster ophthalmicus
TRANSCRIPT
Herpes Zoster Ophthalmicus
KELOMPOK IV
030.08.007 Adiwena S. 030.08.025 Andre F. Susantio
030.08.008 Adlina Sharfi 030.08.026 Andreas Kurniawan
030.08.009 Agata Novitasari 030.06.035 Arini Dwi Fitri
030.08010 Agra Cesarienne Pradito 030.06.037 Asri Rigmawati
030.08.021Amelia Christiana 030.06.044 Bayu Pratama
030.08.022 Anastasia Carolin 030.06.047 Cahyo Guntoro
030.08.023 Andhea Debby P 030.06.054 Cyntia Sari Sovianti
030.08.024 Andi Wahyudi 030.06.055 Damar Sajiwo
JAKARTA
30 NOVEMBER 2009
A. PENDAHULUAN
Herpes zoster adalah penyakit setempat yang terjadi terutama pada orang tua yang
khas ditandai oleh adanya nyeri radikuler yang unilateral serta adanya erupsi vesikuler
yang terbatas pada dermatom yang diinervasi oleh serabut saraf spinal maupun
ganglion serabut saraf sensoris dari nervus cranialis. Herpes zoster oftalmikus
merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion gasseri yang
menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf trigeminus (N.V), ditandai
erupsi herpetik unilateral pada kulit. Lebih dari 90% orang dewasa di Amerika Serikat
memiliki bukti serologis infeksi VZV dan karena itu beresiko HZ.dilaporkan kejadian
HZ bervariasi 1,5-3,4 kasus per 1000 individuals. Faktor risiko utama untuk
pengembangan HZ adalah memudarnya diperantarai sel sistem kekebalan tubuh yang
terkait dengan proses penuaan normal. Namun, insiden herpes zoster di antara
individu-individu yang lebih tua dari 75 tahun melebihi 10 kasus per 1.000 orang-
tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh kenyataan bahwa kekebalan memudar
sebagai usia dewasa. HZO mewakili 10-25% dari semua kasus herpes zoster.(1)
B. LAPORAN KASUS
Sesi 1
Seorang laki-laki berusia 60 tahun, bernama Anto Wibowo, pekerjaan supir
bus malam, mengeluh sakit kepala sebelah kanan, terasa berat, untuk itu Os dating
berobat k klini 2 jam.
Pada pemeriksaan:
Status generalisata:
Keadaan umum: Compos mentis, terlihat lemas
Tanda vital:
Suhu : 370 C
Nadi : 88x/menit
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Respiratory rate : 16x/menit
Thorax : Normal
Abdomen : Normal
Ekstremitas : Normal
Status dermatologis:
Region fasialis dextra, terdapat oedem ringan, vesikel2vesikel miliare yang
berkelompok dengan dasar yang eritematrous.
Sesi 2
Tiga hari setelah kulit wajahnya mengalami bintil-bintil, Bp Anto merasakan ada
sesuatu yang mengganjal di mata kanannya. Bp Anto sering mengucek mata, tetapi
matanya makin merah dan berair. Ia meneteskan obat mata yang dibeli di warung
tetapi kondisinya tidak membaik. Nyeri juga dirasakan makin hebat. Penglihatanya
makin lama makin kabur.
Status oftalmologis:
6/15 Visus 6/6
Spasme berat,
vesikel, krusta
Palpebra Normal
Hyperemia, Injeksi
perikornea
Conjungtiva Normal
Edema, sensibilitas
menurun, terdapat lesi
pungtata, fluorescein
(+)
Cornea Normal
Dalam, jernih COA Dalam, jernih
Bulat, Ø 4mm, reflek
cahaya direk dan
indirek +/+
Iris/pupil Bulat, Ø 4mm, reflek
cahaya direk dan
indirek +/+
Keruh, tipis Lensa Jernih
Jernih Fundus media Jernih
Batas tegas, a/v 2/3,
CD 0,3
Papil Batas tegas, a/v 2/3,
CD 0,3
Reflek cemerlang Macula Reflek cemerlang
Normal Retina Normal
N IOP N
Bebas ke segala arah Gerak bola mata Bebas ke segala arah
Pemeriksaan Laboratorium:
Lekosit : 7,21 X103
NE : 65,6 %
LY : 24,2%
MO : 5,7 %
BA : 0,6%
HB : 12,9%
Eritrosit : 4,23 X106
GDS : 180 mg/dl
C. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil anamnesis yang dilakukan terhadap pasien pada kasus di
atas, ditemukan beberapa masalah yang dialami oleh sang pasien, antara lain :
1. Pasien merasakan sakit pada kepalanya.
2. Rasa sakit yang dirasakan pasien terlokalisasi pada sebelah kanan.
3. Pasien juga merasakan kepalanya terasa berat.
Pada hasil pemeriksaan fisik, terdapat beberapa masalah yang mendukung
informasi dari hasil anamnesis yang telah dilakukan sebelumnya. Beberapa masalah
yang ditemukan dari hasil pemeriksaan fisik pasien, antara lain :
1. Keadaan umum Terlihat lemah
2. Tanda vital Tekanan darah : Pre-hipertensi (mengacu pada GNC),
kemungkinan juga karena usia pasien yang sudah lanjut.
3. Kelainan kulit Terdapat oedem ringan; vesikel-vesikel yang miliare
berkelompok; dasar lesi yang eritematous. Keseluruhan lesi tersebut terlokalisasi
pada region fasialis dextra.
4. status oftalmologis, masalah yang didapatkan pada pasien ini adalah :
Palpebra dextra : Spasme berat, vesikel, krusta . Hal ini merupakan ciri
khas baik herpes simplek maupun herpes zoster pada mata.
Conjungtiva dextra: Hiperemia, Injeksi perikornea
Cornea dextra : Edema, sensibilitas menurun, terdapat lesi pungtata,
fluorescein (+). Uji sensibilitas pada kornea dilakukan untuk mengetahui
fungsi trigeminus kornea. Percobaan ini dilakukan dengan meminta penderita
melihat jauh ke depan
dirangsang dengan kapas
kering dari bagian lateral kornea. Dilihat terjadinya reflek mengedip, rasa sakit
dan mata berair. Sensibilitas menurun mengindikasikan adanya gangguan pada
nervus trigeminus. Lesi pungtata merupakan keratitis yang terkumpul di
daerah membran Bowman, dengan infiltrat berbentuk bercak-bercak halus.
Lesi ini dapat muncul pada herpes simplek maupun herpes zoster. Fluorescein
(+) berarti terdapat defek pada kornea. Tes ini dilakukan dengan meletakkan
kertas fluorescein yang sebelumnya telah dibasahi dengan garam fisiologis
pada skus kojungtiva inferior. Penderita diminta menutup matanya selama 20
detik. Setelah beberapa detik kertas itu diangkat dan dilakukan irigasi
konjungtiva dengan garam fisiologis. (2)Kemudian diilihat permukaan kornea
bila terlihat berwarna hijau dengan sinar biru berarti fluorescein (+)
Lensa dextra : Keruh, tipis
Dengan status oftalmologis yang demikian Pak Anto merasa penglihatanya
makin lama makin kabur, mata terasa mengganjal, dan semakin dikucek mata
makin merah dan berair
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter kepada
pasien, didapatkan beberapa kemungkinan dari penyakit yang dialami oleh pasien
yang dapat diajukan sebagai masalah utama yang mendasari timbulnya kelainan-
kelainan yang terjadi pada sang pasien. Beberapa penyakit yang diajukan dengan
berdasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien adalah :
1. Herpes Zoster Ophthalmicus
2. Herpes Simpleks Tipe 1
Kedua jenis penyakit tersebut dapat kami ajukan sebagai masalah utama yang
dialami oleh pasien, dengan berdasarkan pada beberapa hal yang mendukung, seperti
keluhan yang dialami dan gambaran klinis yang tampak pada tubuh pasien.
Jika kami mengkaji lebih dalam semua aspek dari masalah pasien, kami dapat
mendiagnosis sementara bahwa pasien menderita Herpes Zoster Ophthalmicus. Hal
ini dapat kami ajukan dengan cara menjatuhkan kemungkinan diagnosis lainnya yang
sebelumnya diajukan melalui gejala klinis yang ada pada sang pasien dan beberapa
tanda atau ciri khusus yang mendukung diagnosa Herpes Zoster Ophthalmicus.
Untuk mendapatkan diagnosa sementara dari kedua hipotesa yang diajukan
berdasarkan masalah-masalah yang dialami pasien, kita perlu melakukan observasi
terhadap gejala dari pasien terhadap gejala-gejala dari masing-masing penyakit yang
kita jadikan alternatif dalam hipotesa.
Jika kita melihat Herpes Zoster itu sendiri, terdapat banyak kesamaan
gambaran klinis antara yang terdapat pada pasien, dengan gambaran klinis dari
Herpes Zoster secara umum. Terdapatnya gejala prodromal yaitu sakit kepala sebelah
kanan dan terdapat pula kelainan kulit seperti: dasar yang eritematrous, vesikel-
vesikel miliare yang berkelompok, dan oedem ringan yang keseluruhan gejala klinis
tersebut berlokalisasi di regio fasialis dextra atau bersifat unilateral. Selain dari gejala
klinis tersebut, faktor usia lanjut dan pekerjaan dari pasien itu sendiri dapat
menurunkan sistem immun pasien, sehingga lebih mudah terinfeksi penyakit(3).
Diagnosa Herpes Zoster pada pasien ini juga dapat didukung dengan didapatkannya
anamnesis tambahan dari pasien, seperti:
1. Riwayat penyakit dahulu Apakah sudah pernah menderita penyakit varisela
sebelumnya.
2. Riwayat penyakit sekarang Sejak kapan mulai dirasakannya keluhan sakit
kepala dan terasa berat. Sejak kapan mulainya timbul kemerahan pada kulit.
Apakah ada keluhan tambahan selain yang tersebut diatas.
3. Riwayat Keluarga Apakah ada anggota keluarga atau orang sekitar yang
mempunyai gejala-gejala atau penyakit yang sama?
4. Riwayat pengobatan dan riwayat kebiasaan.
Kami menegakkan diagnosis herpes zoster ophthalmicus karena ruam-ruam di kulit
yang timbul unilateral, hal ini merupakan ciri khas dari herpes zoster. Kemudian
berdasarkan onset timbulnya gejala-gejala klinis, pada herpes zoster timbulnya
keratitis terjadi pada hari kedua sampai hari ketiga, pada pasien ini keratitis timbul
pada hari ketiga. Sedangkan bila herpes simplek biasanya 1-2 minggu sebelum timbul
kelainan pada mata seperti kerstitis diawali adanya herpes di kulit sekitar mata atau
di bagian atas umbilikus.
Selain dari hasil anamnesis dan gejala klinis diatas, untuk menegakkan
diagnosis Herpes Zoster Ophthalmicus dapat dilakukan pemeriksaan percobaan
Tzanck yang akan dapat ditemukan sel datia berinti banyak. Dan pemeriksaan fisik
syaraf untuk mengacu pada gangguan nervus.
Herpes Zoster sebenarnya adalah reaktivasi virus varicela zoster.
Patofisiologinya episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes
melalui rongga hidung kemudian virus masuk ke nasofaring yang akan diterima oleh
limfonoduli di nasofaring. Di sini virus akan melakukan replikasi, lalu virus akan
keluar lagi ke udara. Tahap ini disebut viremia 1, penderita akan merasakan gejala
prodormal berupa mual, subfebris, malese.Selanjutnya virus akan masuk ke RES,
terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes, mengadakan multiplikasi atau
replikasi bila mencapi ujung pembuluh darah akan menimbulkan kelainan pada
kulit.Tahap ini disebut viremia II yang biasanya disertai febris. Virus akan menjalar
melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan
bersifat laten. Infeksi hasil reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion sensori
setelah infeksi chickenpox pada masa anak–anak. Sekitar 20% orang yang menderita
cacar akan menderita shingles selama hidupnya dan biasanya hanya terjadi sekali.
Pada herpes zoster ophthalmikus virus yang dorman di ganglioon nervus trigeminus
mengalami reaktivasi bergerak ke
cabang pertama nervus trigeminus
yaitu nervus ophtalmikus. Seperti
perjalanan virus, hal itu mengarah
pada perineural dan intraneural
peradangan, yang dapat merusak
mata itu sendiri dan / atau struktur sekitarnya.
Penatalaksaan dari Herpes Zoster Oftalmika dibagi menjadi 2, yaitu: Non-
medikamentosa dan medikamentosa. Non-medikamentosa cukup dilakukan istirahat.
Penatalaksaan medikamentosa secara sistemik dibagi lagi menjadi 2, yaitu kausal dan
simptomatik. Kausal dapat diberikan obat anti-viral, yaitu asiklovir 5x800 mg sehari
dan biasanya diberikan selama 7 hari, dapat juga diberikan modifikasinya yaitu
valasiklovir 3x1000 mg sehari karena konsentrasinya dalam plasma lebih tinggi.
Simptomatik dapat diberikan analgetik untuk mengurangi sakit kepalanya. Karena
terdapat faktor usia lanjut (>40 tahun) didapatkan kemungkinan terjadi neuralgia
pascaherpetik setelah proses penyembuhan, sehingga dapat diberikan pregabalin.
Pemberian prednison hanya jika pada pemeriksaan fisik syaraf terdapat tanda-tanda
paralisis otot muka, karena pada pasien ini kelainan kulit terlokalisasi pada regio
fasialis.(3)(7)
Jika kita melihat diagnosis kedua yaitu Herpes Simpleks Tipe 1, terdapat
beberapa perbedaan gejala klinis antara gambaran klinis pada pasien, dengan
gambaran klinis pada Herpes Simpleks Tipe 1. Bahwa Herpes Simpleks ini infeksi
berlangsung dalam 3 tingkat, yaitu infeksi primer, fase laten, dan infeksi rekurens.
Pada infeksi primer sendiri berlangsung kira-kira 3 minggu dan sering disertai
demam, malese, anoreksia. Pada Herpes Simpleks Tipe 1 ini pada umumnya
disebabkan karena kontak kulit, tempat predileksi terutama pada daerah mulut dan
hidung, biasa dimulai pada usia anak-anak, tidak disertai gejala hiperestesi, dan
penyembuhannya tidak meninggalkan sikatriks. Pada fase laten, pada penderita tidak
ditemukan gejala klinis. Dan pada infeksi rekurens gejala klinis yang timbul lebih
ringan daripada infeksi primer dan berlangsung kira-kira 7 sampai 10 hari, ditemukan
gejala prodromal lokal sebelum timbul vesikel berupa panas, gatal, dan nyeri. Dan
dari anamnesis tambahan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan percobaan Tzanck
diagnosis Herpes Simpleks Tipe 1 ini dapat disingkirkan.
D. HERPES ZOSTER OPHTHALMICUS
Ciri-Ciri Herpes Zoster Ophthalmicus (5)
Struktur yang terlibat Tanda Waktu timbulnya
Kelopak mata/conjunctiva
Blepharoconjunctivitis Ruam makula cutaneus yang unilateral pada kelopak mata dan sekitarnya
Day 0
Edema conjungtiva 2-3 hari
Krusta Hari ke 6
Infeksi sekunder Staphylococcus aureus
Krusta kekuningan 1-2 minggu
Episclera/sclera
Episcleritis/scleritis Kemerahan yang difus atau terlokalisasi, nyeri, bengkak
1 minggu
Cornea
Punctate epithelial keratitis Inflamasi sel epitel permukaan kornea 1-2 hari
Dendritic keratitis "Medusa-like" epitel cacat dengan ujung runcing
4 - 6 hari
Anterior stromal keratitis (nummular keratitis)
Infiltrat multipel halus di bawah permukaan kornea
1 – 2 minggu
Deep stromal keratitis Inflamasi stromal profunda dengan dengan infiltrat lipid dan kornea neovascularization
1 bulan - tahunan
Neurotrophic keratopathy Belang-belang erosi permukaan kornea bulan - tahunan
Defek epithelial persisten Corneal ulcers
Anterior chamber
Uveitis Peradangan dan jaringan parut iris 2 minggu - tahunan
Retina
Acute retinal necrosis/progressive outer retinal necrosis
Coalescent patches pada bercak nekrosis retinaOklusi vaskulitisinflamasi vitreous (hanya pada nekrosis retina akut
Independent/varied*
Cranial nerves
Optic neuritis Bengkak, edema kepala edema saraf optik
Independent/varied*
Oculomotor palsies Kelainan gerak Extraocular Independent/varied*
E. TINJAUAN PUSTAKA
Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster . virus varicella zoster terdiri
dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162
sub unit protein–virion yang lengkap dengan diameternya 150–200 nm, dan hanya
virion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat
dihancurkan oleh bahan organic , deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph
yang tinggi. Masa inkubasinya 14–21 hari. Penularanya secara aerogen.(6)
Faktor Resiko Herpes zoster
1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan
tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko
terserang nyeri.
2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan
leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari
immunocompromised.
3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.
F. KESIMPULAN
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
infeksi primer. Sedankan herpes zoster oftalmikus adalah herpes zoster yang inervasinya
mengikuti cabang pertama nervus trigeminus. Ciri khas herpes zoster adalah unilateral dan
dermatomal. Pengobatan untuk penyakit ini dibedakan menjadi medika mentosa dan non
medikamentosa. Pengobatan medika mentosa menggunakan asiklovir. Pada umumnya
penyakit herpes zoster dapat sembuh sendiri (self limiting disease), tetapi pada beberapa
kasus dapat timbul komplikasi. Semakin lanjut usia, semakin tinggi frekuensi timbulnya
komplikasi.
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Roque M R. 2008. Herpes Zoster. [Online]. [Accessed 25 th November 2009], Available
at: http://emedicine.medscape.com/article/1202284-overview
2. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata.Ed 3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta;
2009.
3. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Ed V. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta; 2006.
4. MedlinePlus. 2009. Herpes Simplex. [Online]. [Accessed 25th November 2009], Available
at: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001324.htm
5. Shaikh S, Ta C N. 2002. Evaluation and Management of Herpes Zoster Ophthalmicus.
[Online]. [Accessed 25th November 2009], Available at:
http://www.aafp.org/afp/20021101/1723.html
6. Roat M I. 2008. Herpes Zoster Ophthalmicus. [Online]. [Accessed 24th November 2009],
Available at: http://www.merck.com/mmhe/sec20/ch230/ch230g.html
7. Siregar R S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.ed 2. EGC: Jakarta;2004.