hernia inguinal lateralis sinistra reponible
TRANSCRIPT
Identitas pasien
Nama : Ny. O
Jenis kelamin : perempuan
Umur : 47 tahun
Alamat : Cianjur
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tgl Masuk RS : 20 oktober 2012
Autoanamnesis
KU : Benjolan di lipat paha kanan sejak 4 bulan SMRS
RPS : Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan terdapat benjolan di
lipat paha sebelah kanan hilang timbul sejak 4 bulan SMRS. Benjolan diakui sebesar
telur ayam. Benjolan timbul saat posisi berdiri, berjalan, saat os batuk atau saat
beraktivitas. Benjolan menghilang saat os berbaring atau beristirahat. . Mual dan
muntah disangkal, BAB dan BAK tidak ada keluhan. Nyeri pada benjolan dan perut
disangkal. Penurunan berat badan disangkal.
RPD : Belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat
operasi disangkal. Riwayat batuk lama (+) selama 4 tahun. Riwayat trauma pada
abdomen disangkal.
RPK : Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang sama.
R. Pengobatan : Pasien belum pernah berobat ke dokter atau berobat dengan
pengobatan alternatif
R. Psikososial :Riwayat melahirkan sebanyak 5 kali spontan pervaginam. Riwayat
bekerja mengangkat beban yang berat disangkal.
R. Alergi : Alergi obat dan makanan disangkal.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : composmentis
Tanda – tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 78 x/ m
Suhu : 36,5 C
Pernafasan : 18 x/m
Status Gizi :
BB : 40 kg
TB :150 cm
Status generalis
Kepala : Normochepal, rambut hitam, lurus tidak rontok
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-, Refleks cahaya (+/+)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-), darah (-/-)
Telinga : Normotia, sekret (-/-), serumen (-/-)
Mulut : Faring tidak hiperemis
Leher : Pembesaran Kelenjar Tiroid (-), Pembesaran KGB (-)
Thorax :
Paru-paru
Inspeksi : Normochest, pergerakan dada simetris, tidak ada luka
bekas operasi.
Palpasi : Tidak ada pergerakan dada yang tertinggal, vokal
fremitus sama simetris dekstra sinistra.
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikular (+/+) normal, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-), stridor
(-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis terlihat di linea midclavicula sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas Jantung normal
Auskultasi : BJ I dan II murni regular, Murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Abdomen datar
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Defans muskular (-), Nyeri tekan epigastrium (-), nyeri tekan
4 kuadran abdomen (-), tidak teraba pembesaran hepar dan limpa.
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen.
Ekstremitas
Atas : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Bawah : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Status lokalis
Inspeksi : terdapat benjolan di lipat paha kanan, berbentuk lonjong , hiperemis (-)
Palpasi : ukuran ± 5 x 3 cm, nyeri tekan (-), hangat (-), permukaan halus (+), batas
tegas, tes valsava (+)
Auskultasi : bising usus tidak terdengar
Resume
Wanita usia 47 tahun, datang ke RSUD Cianjur dengan keluhan terdapat benjolan di
lipat paha kanan sejak 4 bulan. Benjolan timbul saat os berdiri, berjalan, batuk atau
beraktivitas, benjolan menghilang saat os istirahat. Riwayat batuk lama +, riwayat
partus spontan sebanyak 5x. Keadaan umum : tampak sakit sedang. Kesadaran :
composmentis, tanda-tanda vital TD : 110/70 mmHg, HR : 78x/menit, RR :18x/menit,
Suhu : 36,5o C. Status generalis dalam batas normal. Status Lokalis terdapat benjolan
pada inguinalis dextra, terdapat benjolan di lipat paha kanan, berbentuk lonjong ,
hiperemis (-) ukuran ± 5 x 3 cm, nyeri tekan (-), hangat (-), permukaan halus (+),
batas tegas, tes valsava (+), bising usus tidak terdengar
Differential diagnosis
Hernia inguinalis lateralis sinistra reponibel
Hernia femoralis
Rencana terapi
Hernioraphy dextra
Hernia
Definisi
Hernia merupakan protusi/penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan. Terdapat beberapa poin penting dalam hernia, yaitu :
defek/ bagian yang lemah dari dinding rongga, kantung hernia, isi hernia, dan cincin hernia
(daerah penyempitan kantung hernia akibat defek tersebut).
Bagian-bagian Hernia :
Pintu hernia terdiri dari lapisan- lapisan dinding perut dan pangggul, jadi tebentuk dari
otot, tendon, jaringan perut dan juga tulang. Penamaan berdasarkan lokasi pintu atau
tempat masuknya.
Kantung hernia yaitu peritoneum parietalis. Terdiri dari kolum, korpus dan basis.
Kantung hernia dapat terdiri dari 2 kantung (bilokularis) dan salah satu kantungnya
dapat terletak di dalam atau diantara dinding perut (Zwerchsackform).
Kanal hernia, membentang antara cincin interna dan eksterna. Kanal ini dapat berjalan
horizontal ataupun miring. Pada hernia inguinalis, kanalnya adalah kanalis inguinalis.
Isi hernia, dapat bermacam-macam, misalnya usus halus, omentum, caecum, ovarium.
Bila isinya divertikulum meckel maka disebut Hernia Littre, bila isinya sebagian
dinding usus disebut Hernia Richler.
Selubung hernia, merupakan lapisan-lapisan yang menyelubungi kantung hernia. Pada
hernia inguinalis selubung hernia dibentuk oleh kantung peritoneum, lemak
preperotoneal, fascia transversalis, m.cremaster, fascia superficialis perineal dan
epidermis. Pengetahuan mengenai selubung hernia ini penting untuk pembedahan.
Epidemiologi
Tujuh puluh lima persen dari semua hernia terjadi di inguinal. Hernia reponible lebih
banyak dibandingkan hernia irreponible yaitu dengan perbandingan sekitar 2:1, hernia
femoralis membuat sebuah proporsi yang jauh lebih kecil. Perbandingan hernia inguinal pada
perempuan dengan laki-laki adalah 7:1. Berdasarkan data yang diperoleh didapatkan sekitar
750.000 herniorraphies inguinal dilakukan pertahun di Amerika Serikat, dibandingkan
dengan 25.000 untuk hernia femoralis, 166.000 untuk hernia umbilical, 97.000 untuk hernia
insisional dan 76.000 untuk aneka hernia dinding perut.
Etiologi
Terdapat dua faktor predisposisi utama hernia yaitu peningkatan tekanan intrakavitas dan
melemahnya dinding abdomen.
Tekanan yang meningkat pada abdomen terjadi karena :
1. Mengangkat beban berat
2. Batuk – PPOK
3. Tahanan saat miksi – BPH atau karsinoma
4. Tahanan saat defekasi – konstipasi atau obstruksi usus besar
5. Distensi abdomen – yang mungkin mengindikasikan adanya gangguan intraabdomen
6. Perubahan isi abdomen, misalnya : adanya asites, tumor jinak atau ganas,
kehamilan,lemak tubuh.
Kelemahan dinding abdomen terjadi karena :
1. Umur yang semakin bertambah
2. Malnutrisi–baik makronutrien (protein, kalori) atau mikronutrien (misalnya: Vit. C)
3. Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik
4. Abnormal metabolisme kolagen.
Seringkali, berbagai faktor terlibat. Sebagai contoh, adanya kantung kongenital yang
telah terbentuk sebelumnya mungkin tidak menyebabkan hernia sampai kelemahan dinding
abdomen akuisita atau kenaikan tekanan intraabdomen mengizinkan isi abdomen memasuki
kantong tersebut.
Embriologi
Proses turunnya testis mengikuti prosessus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih 90%
prosessus vaginalis tetap terbuka sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosessus
vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur ini hanya berperan beberapa
persen. Tidak sampai 10% anak dengan prosessus vaginalis paten kontralateral lebih dari
setengah, sedangkan insiden hernia tidak melebihi 20%. Umumnya disimpulkan bahwa
adanya prosessus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia
tapi diperlukan faktor lain seperti anulus inguinalis yang cukup besar.
Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi
prostat, konstipasi dan ascites sering disertai hernia inguinalis. Insiden hernia meningkat
dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan
tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan
relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada
keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih ventrikel,
sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal
dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis
inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n.ilioinguinalis
dan n. Iliofemoralis setelah apendektomi.
ANATOMI
Abdomen
Abdomen dapat didefinisikan sebagai daerah tubuh yang terletak di antara diafragma
di bagian atas dan opertura pelvis superior di bagian bawah.
Struktur dinding abdomen
Di bagian superior dinding abdomen dibentuk oleh diaphragma, yang memisahkan
cavitas abdomialis dari cavitas thoracis. Di bagian inferior, cavitas abdominalis melanjutkan
diri menjadi cavitas pelvis melalui apertura pelvis superior. Di bagian anterior, dinding
abdomen dibentuk di atas oleh bagian bawah cavea thoracis dan di bawah oleh musculus
rectus abdominis, musculus obliqus externus abdominis, musculus obliqus internus
abdominis, dan musculus transversus abdominis serta fascianya. Di bagian posterior, dinding
abdomen di garis tengah dibentuk oleh kelima vetebrae lumbales dan discus
intervetebralisnya; bagian lateral dibentuk oleh 12 costae, bagian atas oleh os coxae,
musculus psoas major, musculus quadratus lumborum, dan aponeurosis origo musculus
tranversus abdominis. Musculus iliacus terletak pada bagian os coxae. Dinding abdomen
dibatasi oleh selubung fascia dan peritoneum paarietaale.
Struktur dinding abdomen
Dinding anterior abdomen dibentuk oleh kulit, fascia superfisialis, fascia profunda,
oto-otot, fascia extraperitonealis, dan peritoneum parietale.
Kulit
Garis – garis lipatan kulit alami berjalan konstan dan hampir horizontal disekitar
tubuh. secara klinis hal ini penting karena insisi sepanjang garis lipatan ini akan sembuh
dengan sedikit jaringan parut sedangkan insisi yang menyilang garis-garis ini akan sembuh
dengan jaringan parut yang menonjol.
Persyarafan
Persyarafan kulit dinding anterior abdomen berasal dari rami anteriores enam nervi
thoracici bagian bawah dan nervus limbalis bagian 1. Nervi thoracici tersebut merupakan
lima nervi intercostalis bagian bawah dan nervus subcostalis, dan nervus lumbalis 1 diwakili
oleh nervus iliohypogastricus dan nervus ilioinguinalis, cabang-cabang dari pleksus lumbalis.
Dermatom T7 terletak pada epigastrium, tepat di atas procecus xipoideus, dermatom T10
meliputi umbilicus; dan dermatom L1 terletk tepat di atas ligamentum inguinale dan sympisis
pubica.
Pendarahan
Kulit disekitar garis tengah diperdarahi oleh cabang-cabang arteria epigastrica
superior 9 sebuah cabang arteria thoracica interna) dan arteria epigastrica inferior (sebuah
cabang arteria iliaca interna). Kulit pinggang diperdarahi oleh cabang-cabang dari arteria
intercostalis, arteria lumbalis, dan arteria circumfleksa ilium profunda.
Darah vena dikumpulkan melalui jejaring vena yang memancar dari umbiicalis.
Anyaman vena terseut dialirkan ke atas vena axilaris melalui vena thoracica lateralis, dan ke
bawah ke vena femoralis melalui vena epigasrica superficialis dan vena saphena magna.
Beberapa vena kecil, vena paraumbilicalis menghubungkan jejaring vena melalui umbilicus
dan sepanjang ligamentum teres hepatis ke vena porta. Vena-vena tersebut membentuk
anastomosis porta-sistemik.
Drainase limf
Pembuluh limf kulit di atas umbilikus bermuara ke atas ke dalam limfonodus
aksilaris. Pembuluh di bawah umbilicus bermuara ke dalam nodus inguinalis superfisial.
Fascia superficialis dapat dibagi menjadi lapisan luar, panniculus adiposus (fascia
camper) dan lapisan dalam, stratum membranosum (fascia scarpe). Panniculus adiposus
berhubungan dengan lemak superficial yang meliputi bagian tubuh lain dan mungkin sangat
tebal (8 cm) atau lebih pada pasien obesitas.
Stratum membranosum tipis dan menghilang di sisi lateral dan atas, tempat lapisan ini
melanjut sebagai fascia superfisialis di daerah punggung dan thorax, berturut-turut. Dibagian
inferior, stratum membranosum berjalan di depan paha dan di sini bersatu dengan fascia
profunda pada satu jari di bawah ligamentum inguinale. Di garis tengah bawah, stratum
membranosum fascia tidak melekat pada os pubis, tetapi membentuk selubung berbentuk
tubular untuk penis (atau clitoris). Di bawah perineum stratum membranosum masuk ke
dinding scrotum 9atau labium majus pudendi). Dari sini stratum membranosum berjalan dan
melekat pada masing-masing sisi ke pinggir arcuspubicus; di sini stratum membranosum
disebut fascia collesi. Di posterior, stratum membranosum bersatu dengan corpus perineale
dan pinggir posterior membrana perinei.
Di dalam scrotum,panniculus adiposus fascia superficialis menjadi lapisan tipis otot
polos yang disebut musculus dartos. Stratum membranososum fascia superficialis tetap
merupakan lapisan yang terpisah.
Fascia profunda
Fascia profunda pada dinding anterior abdomen hanya merupakan laisan tipis jaringan
ikat yang menutupi otot-otot; fascia profunda terletak tepat disebelah profunda stratum
membranosum fascia superficialis.
Otot dinding anterior abdomen
Otot-otot dinding abdomen anterior terdiri atas tiga lapisan otot yang lebar, tipis dan
di depan berubah menjadi aponeurosis; otot-otot tersebut dari luar ke dalam yaitu musculus
oblicus externus abdominis, musculus obliqus internus abdominis, musculus transversus
abdominis. Sebagai tambahan, pada masing-masing sisi garis tengah bagian anterior terdapat
sebuah otot vertikal yang lebar, musculus rectus abdominis. Oleh karena ketiga lapisan
aponeurosis itu membungkus muskulus rectus abdominis dan membentuk vagina musculi
recti abdominis. Bagian bawah vagina musculi recti abdominis mungkin berisi sebuah otot
kecil yang dinamakan musculus pyramidalis.
Musculus cremaster yang berasal dari serabut-serabut bagian bawah musculus obliqu
internus abdominis, berjalan ke inferior sebagai pembungkus funiculus spermaticus dan
masuk ke scorotum.
Nama otot Origo Insertio Persyarafan kerja
m. obliqus
ekternus
abdominalis
Delapan costae
bagian bawah
Processus
xipoideus, linea
alba, crista ubica
tuberculum
pubicum, crista
iliaca
Enam nn.
Thoracici bagian
bawah dan n.
Iliohypogastricus
serta n,
ilioingunalis
(L1)
Melindungi isi
abdomen;
menekan isi
abdomen;
membantu
fleksio dan
rotasi tubuh;
membantu
ekspirasi kaut;
miksi; defekasi;
partus dan
muntah
m. obliqua
internus
abdominalis
Fascia
lumbbalis, crista
iliaca, 2/3 lateral
ligamentum
inguinale
Tiga costae
bagian bawah
dan crtilagines
costales,
processus
xipoideus, linea
alba, symphisis
pubis.
Enam nn.
Thoracici bagian
bawah dan n.
Iliohypogastricus
serta n.
Ilioinguinlis (L1)
Sama seperti di
atas
M. transversus
abdominis
Nam
cartilagines
costales bagian
bawah, fascia
lumbalis, crista
iliaca, 1/3 lateral
ligamentum
ingunale
Procesus
xipoideus, linea
alba, symphisis
pubis
Enam nn.
Thoracici bagian
bawah dan n.
Iliohypogastricus
serta n.
Ilioingunalis
(L1)
Menekan isi
abdomen
m. rectus Sympisis pubis Cartilagines Enam nn. Menekan isi
abdominis dan crista
pubica
costales ke 5, 6
dan 7 processus
xipoideus
Thoracici bagian
bawah
abdomen dan
fleksi columna
vertebralis; otot
tambahan
ekspirasi
m. pyramidalis
(jika ada)
Permukaan
anterior pubis
Linea abla Dua bela nn.
thoracici
Meregangkan
line alba
Canalis ingunalis
Canalis ingunalis merupakan saluran oblik yang menembus bagian bawah dinding
anterior abdomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Saluran ini merupakan tempat
lewatnya struktur-struktur yang berjalan dari testis ke abdomen dan sebaliknya pada laki-laki.
Pada perempuan saluran ini dilalui oleh ligamentum teres uteri yang berjalan dari uterus ke
labium majus pudendi. Selain itu saluran ini dilewati oleh nervus ilioingunalis baik pada laki-
laki mupun perempuan.
Canalis inguinalis panjangnya sekitar 4 cm pada orang dewasa dan terbentang dari
anulus inguinalis profundus, suatu lubang pada fascia transversalis berjalan ke bawah dan
medial samapi anulus inguinalis superficialis, yaitu suatu lubang pada aponeurosis obliqus
externus abdominis. Canalis inguinalis terletak sejajar dan tepat di atas ligamentum inguinale.
Pada bayi baru lahir, anulus inguinalis profundus terletak hampir tepat di posterior anulus
inguinalis superficialis sehingga canalis inguinalis sangat pendek pada usia ini. Kemudian
sebagai akibat pertumbuhan, anulus inguinalis profundus bergeser ke lateral.
Dinding canalis inguinalis
Seluruh panjang dinding anterior canalis guinlais dibentuk oleh aponeurosis musculus
obliqua externus abdominis. Dinding anterior ini diperkuat sepertiga lateralnya oleh serabut-
serabut origo muscuus obliqus internus abdominis yang berasal dari ligamentum inguinale.
Oleh karena itu dinding ini paling kuat di tempat berhadapan dengan bagian yang paling
lemah dari dinding posterior, yaitu anulus inguinalis profudus.
Seluruh panjang dinding posterior canalis inguinalis dibentuk oleh fascia
transversalis. Dinding posterior ini diperkuat di sepertiga medialnya oleh tendo conjungtivus,
yaitu gabungan tendo dari insertio musculus obliqus internus abdominis dan musculus
trasnversus abdominis yang melekat pada crista pubica dan pecten ossis pbis. Oleh karena itu
dinding ini paling kuat di tempat berhadapan dengan bagian paling lemah dari dinding
anterior yaitu anulus inginalis superficialis.
Dinding inferior atau dasar canalis inguinalis dibentuk oleh lipatan pinggir bawah
aponeurosis musculus obliqus externus abdominis yang disebut ligamentum inguinale dan
ujung medialnya disebut ligamentum lacunare.
Dinding superior atau atap canalis inguinalis dibentuk oleh serabut-serabut terbawah
musculus obliqus internus abdominis dan musculus transversus abdominis yang melengkung.
Fungsi canalis inguinalis
Canalis inguinalis memungkinkan struktur-struktur yang terdapat di dalam funiculus
spermaticus berjalan dari atau ke testis menuju abdomen dan sebaliknya pada laki-laki. Pada
perempuan, canalis inguinalis yang lebih kecil emungkinkan ligamentum teres uteri berjalan
dari uterus menuju ke labium majus. Pada laki-laki maupun pada perempuan , canalis
inguinalis juga dilalui oleh nervus ilioinguinalis.
Adanya canalis inguinalis pada bagian bawah dinding anterior abdomen pada laki-laki
dan perempuan merupakan suatu tempat lemah.
1. Kecuali pada bayi baru lahir, canalis inguinalis merupakan saluran obliq dengan
daerah terlemah, yaitu anulus inguinalis superficialis dan anulus inguinalis profundus,
yang terletak pada suatu jarak tertentu.
2. Dinding anterior canalis inguinalis diperkkuat oleh serabut-serabut musculus obliqus
internus abdominis tepat di depan anulus inguinalis profundus.
3. Dinding posterior inguinalis diperkuat oleh tendo conjungtivus yang kuat tepat
dibelakang anulus inguinalis superficialis.
4. Pada waktu batuk dan mengedan, seperti pada miksi, defekasi, dan partus, serabut-
serabut paling bawah musculus obliqus internus abdominis dan musculus transversus
abdominis yang melengkung berkontraksi sehingga atap yang melengkung menjadi
datar dan turun mendekati lantai. Atap mungkin menekan isi canalis inguinalis ke
arah dasar sehingga sebenarnya canalis inguinalis menutup.
5. Bila diperlukan mengedan dengan kuat, seperti pada defekasi dan partus, secara
alamiah orang cenderung dalam possi jongkok, articulatio coxae fleksi, an permukaan
anterior tungksi atas mendekati permukaan anterior dinding abdomen. Dengan cara
ini bagian bawah dinding nterior andomen dilindungi oleh tungkai atas.
Klasifikasi Hernia
A. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas :
1. Hernia bawaan atau congenital
Pada hernia congenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi
sebagaiakibat dari perintah atau gangguan proses perkembangan intrauterine –
paten prosesus vaginalis adalah salah satu contohnya.
2. Hernia dapatan atau akuisita
Terdapat dua tipe hernia akuisita :
a. Hernia primer : terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah, seperti pada :
- Struktur yang menembus dinding abdomen : seperti pembuluh darah
femoralis yang melalui kanalis femoralis.
- Otot dan aponeurosis yang gagal untuk saling menutup secara normal, seperti
pada regio lumbal
- Jaringan fibrosa yang secara normal berkembang untuk menutup defek,
seperti pada umbilikus
b. Hernia Sekunder : terjadi pada tempat pembedahan atau trauma pada dinding,
seperti pada laparatomi dan trauma tembus.
B. Hernia diberi nama menurut letaknya,contohnya diafragma, inguinal, umbilical, femoral,
dll.
C. Hernia menurut riwayat alamiah dan komplikasi yang terjadi : Riwayat alamiah
perkembangan hernia yaitu pembesaran progresif, regresi yang tidak spontan. Pengecualian
untuk hernia umbilikalis kongenital pada neonatus, dimana orifisium dapat menutup beberapa
tahun setelah lahir. Seiring berjalannya waktu, hernia membesar dan kecenderungan untuk
terjadi komplikasi yang mengancam jiwa semakin bertambah. Hernia dapat reponibel,
ireponibel, obstruksi, strangulasi, atau terjadi inflamasi.
1. Hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk, tetapi kantungnya menetap.
Isinya tidak serta merta muncul secara spontan, namun terjadi bila disokong gaya
gravitasi atau tekanan intraabdominal yang meningkat. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
Gambar Hernia reponibel
2. Hernia Ireponibel : bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga
perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong
hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher yang sempit
dengan tepi yang kaku (misalnya pada : femoral, umbilical). Tidak ada keluhan rasa
nyeri ataupun sumbatan usus. Hernia ireponibel mempunyai resiko yang lebih besar
untuk terjadi obstruksi dan strangulasi daripada hernia reponibel.
Gambar Hernia Ireponibel
3. Hernia obstruksi
Hernia obstruksi berisi usus, dimana lumennya tertutup. Biasanya obstruksi terjadi
pada leher kantong hernia. Jika obstruksi terjadi pada kedua tepi usus, cairan
berakumulasi di dalamnya dan terjadi distensi (closed loop obstruction). Biasanya
suplai darah masih baik, tetapi lama kelamaan dapat terjadi strangulasi. Istilah
’inkarserata’terkadang dipakai untuk menggambarkan hernia yang ireponibel tetapi
tidak terjadi strangulasi. Oleh sebab itu, hernia ireponibel yang mengalami obstruksi
dapat juga disebut dengan inkarserata. Operasi darurat untuk hernia inkarserata
merupakan operasi terbanyak nomor dua operasi darurat untuk apendisitis. Selain itu,
hernia inkarserata merupakan penyebab obstruksi usus nomor satu di Indonesia.
Gambar Hernia inkarserata dengan ileus obstruksi usus
4. Hernia Strangulata
Suplai darah untuk isi hernia terputus. Kejadian patologis selanjutnya adalah oklusi
vena dan limfe; akumulasi cairan jaringan (edema) menyebabkan pembengkakan
lebih lanjut ; dan sebagai konsekuensinya peningkatan tekanan vena. Terjadi
perdarahan vena, dan berkembang menjadi lingkaran setan, dengan pembengkakan
akhirnya mengganggu aliran arteri. Jaringannya mengalami iskemi dan nekrosis. Jika
isi hernia abdominal bukan usus, misalnya omentum, nekrosis yang terjadi bersifat
steril, tetapi strangulasi usus yang paling sering terjadi dan menyebabkan nekrosis
yang terinfeksi (gangren). Mukosa usus terlibat dan dinding usus menjadi permeabel
terhadap bakteri, yang bertranslokasi dan masuk ke dalam kantong dan dari sana
menuju pembuluh darah. Usus yang infark dan rentan, mengalami perforasi (biasanya
pada leher pada kantong hernia) dan cairan lumen yang mengandung bakteri keluar
menuju rongga peritonial menyebabkan peritonitis. Terjadi syok sepsis dengan gagal
sirkulasi dan kematian. Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus,
hernianya disebut hernia Richter. Ileus obstruksi mungkin parsial atau total,
sedangkan benjolan hernia tidak ditemukan dan baru terdiagnosis pada waktu
laparatomi. Komplikasi hernia Richter adalah strangulasi sehingga terjadi perforasi
usus, dan pada hernia femoralis tampak seperti abses di daerah inguinal.
Gambar Hernia Strangulata
5. Hernia Inflamasi
Isi hernia mengalami inflamasi dengan proses apapun sebagai penyebab pada jaringan
atau organ yang secara tidak normal mengalami hernia, misalnya :
1. Apendisitis akut
2. Divertikulum Meckel
3. Salpingitis akut
Hampir tidak mungkin untuk membedakan hernia yang terinflamasi dengan yang
mengalami strangulasi.
Klasifikasi Hernia Inguinalis
Hernia Inguinalis Medialis Hernia Inguinalis Lateralis
Hernia masuk canalis inguinalis
karena kelemahan dinding
posterior dan tidak melewati
cincin internal
Terdapat di posterior funiculus
spermaticus
Tidak pernah masuk scrotum
Jarang terjadi strangulata
Biasanya pada pria dan usia tua
Biasanya pada peroko dengan
kelemahan jaringan conective
Faktor predisposisi : aktifitas
berat, batuk, dan ketegangan.
Dapat mencederai
n.illioinguinal
Hernia melewati cincin interna
sampai ke cincin externa
Dapat masuk ke scrotum
Jika kongenital dapat terjadi
karena patent procesuss
vaginalis
Biasa terjadi pada pria dan
wanita
Pada semua umur
Biasanya hernia inguinalis
dextra lebih sering daripada
hernia inguinalis sisnistra
DIAGNOSIS HERNIA
A. GEJALA
Gejala lokal termasuk :
- benjolan yang bervariasi ukurannya, dapat hilang saat berbaring, dan timbul saat
adanya tahanan.
- nyeri tumpul lokal namun terkadang tajam, rasa tidak enak yang selalu memburuk di
senja hari dan membaik pada malam hari, saat pasien berbaring bersandar dan hernia
berkurang.
Secara khas, kantung hernia dengan isinya membesar dan mengirimkan impuls yang dapat
teraba jika pasien mengedan atau batuk.
Gejala dari adanya komplikasi adalah :
- obstruksi usus : colic, muntah, distensi, konstipasi
- strangulasi : tambahan dari gejala obstruksi, rasa nyeri yang menetap pada hernia,
demam, takikardi.
B. TANDA
Pertama kali pasien diperiksa dalam keadaan berbaring, kemudian berdiri untuk
semua hernia abdominal eksterna, tidak mungkin meraba suatu hernia lipat paha yang
bereduksi pada saat pasien berbaring. Area pembengkakan di palpasi untuk menentukan
posisi yang tepat dan karakteristiknya. Benjolan dapat dikembalikan ke atau dapat semakin
membesar saat batuk – merupakan suatu yang khas. Semakin nyata saat pasien berdiri.
Kontrol terhadap hernia untuk mencegah ia keluar adalah dengan menekannya dengan
jari di titik dimana reduksi dapat dilakukan. Pasien diminta untuk batuk : jika hernia tidak
muncul, berarti ia sudah dikendalikan dan menunjukkan letak leher dari sakus sudah tepat.
Tanda yang berkaitan dengan adanya komplikasi :
- Ireponibel : benjolan yang iredusibel, tanpa rasa nyeri3.
- Obstruksi : hernia tegang, lunak, dan iredusibel. Mungkin ada distensi abdomen, dan
gejala lain dari obstruksi usus
- Strangulasi : tanda-tanda dari hernia obstruksi, tetapi ketegangan semakin nyata.
Kulit diatasnya dapat hangat, inflamasi, dan berindurasi. Strangulasi menimbulkan
nyeri hebat dalam hernia yang diikuti dengan cepat oleh nyeri tekan, obstruksi, dan
tanda atau gejala sepsis. Reduksi dari hernia strangulasi adalah kontraindikasi jika
ada sepsis atau isi dari sakus yang diperkirakan mengalami gangrenosa.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hernia didiagnosis berdasarkan gejala klinis. Pemeriksan penunjang jarang dilakukan dan
jarang mempunyai nilai.
a. Pencitraan
- Herniografi. Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum
peritoneal dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi untuk
mengidentifikasi hernia kontralateral pada groin. Mungkin terkadang berguna untuk
memastikan adanya hernia pada pasien dengan nyeri kronis pada groin.
- USG. Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis, misalnya
pada Spigelian hernia.
- CT dan MRI. Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi (misalnya :
hernia obturator)
b. Laparaskopi
Hernia yang tidak diperkirakan terkadang ditemukan saat laparaskopi untuk nyeri perut yang
tidak dapat didiagnosa.
c. Operasi Eksplorasi
Pada beberapa bayi, dengan riwayat meyakinkan dari ibunya, namun tidak ditemukan secara
klinis. Operasi eksplorasi dapat dilakukan.
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
Tabel Benjolan lain yang harus dibedakan dari hernia pada dinding abdomen
H er
ni a
inguinalis
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah :
1. Adanya prosesus vaginalis yang terbuka
2. Peninggian tekanan di dalam rongga perut
3. Kelemahan otot dinding perut karena usia.
Jaringan Benjolan
Kulit Kista sebasea atau epidermoid
Lemak Lipoma
Fasia Fibroma
Otot Tumor yang mengalami hernia melalui pembungkusnya
Arteri Aneurisma
Vena Varikosa
Limfe Pembesaran KGB
Gonad Ektopik testis / ovarium
1. Adanya prosesus vaginalis yang tetap terbuka
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih 90%
prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus
vaginalis belum tertutup Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen.
Tidak sampai 10 % dengan anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada
lebih dari separuh populasi anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral, tetapi
insidens hernia tidak melebih 20 %. Umumnya disimpulkan adanya prosesus vaginalis yang
paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain,
seperti anulus inguinalis yang cukup besar.
Insidens hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2 %. Kemungkinan terjadi
hernia pada sisi kanan 60 %, sisi kiri 20-25 % dan bilateral 15 %. Kejadian hernia bilateral
pada anak perempuan dibandingkan lelaki kira-kira sama (10%) walaupun frekuensi prosesus
vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada perempuan.
Anak yang pernah menjalani operasi hernia pada waktu bayi, mempunyai
kemungkinan 16% mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa. Insidens hernia
inguinalis pada orang dewasa kira-kira 2 %. Kemungkinan terjadi hernia bilateral dari
insidens tersebut mendekati 10 %.
2. Peninggian tekanan intraabdomen
Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertropi
prostat, konstipasi, dan asites, sering disertai hernia inguinalis. Insidens hernia meningkat
dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan
tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang. Hernia dapat terjadi
setelah peningkatan tekanan intra-abdominal yang tiba-tiba dan kuat seperti waktu
mengangkat barang yang sangat berat, mendorong, batuk, atau mengejan dengan kuat pada
waktu miksi atau defekasi.
3. Kelemahan otot dinding perut karena usia.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus
turur kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis
berjalan lebih vertikal. Sebaliknya, bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis
berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya
usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat
kerusakan n. ilioinguinalis dan n.iliofemoralis setelah apendektomi.
Diagnosis Hernia Inguinalis
a. Anamnesa
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia
reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
bediri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang
dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di darah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri
viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam
kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi
karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.
b. Pemeriksaan Fisik
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi saat
pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio
inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang kosong
kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar
ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin
teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking,
pada anak, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus
eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal
hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta
mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau
bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia inguinalis medialis. Isi hernia, pada bayi
perempuan, yang teraba seperti sebuah massa padat biasanya terdiri atas ovarium. Diagnosis
ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan
jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus . Hernia ini
harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai
sebagai pegangan untuk membedakannya.
Hernia Inguinalis Indirek
Disebut juga henia inguinalis lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian
hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan, jika cukup panjang, menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum,
ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam m.kremaster, terletak
anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam tali sperma.
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika
inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu anulus dan kanalis
inguinalis; berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui segitiga
Hasselbach dan disebut sebagai hernia direk2. Kantung dari inguinalis indirek berjalan
melalui anulus inguinalis profunda, lateral pembuluh epigastrika inferior, dan akhimya ke
arah skrotum.
Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk lonjong sedangkan
hernia medial berbentuk tonjolan bulat.
Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak
menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke
skrotum. Hernia geser dapat terjadi di sebeblah kanan atau kiri. Hernia yng di kanan biasany
berisi sekum dan sebagian kolon ascendens, sedangkan yng di kiri berisi sebagian kolon
desendens.
Hernia inguinalis indirecta yang merupakan hernia paling sering terjadi dan dipercaya
bersifat congenital, menonjol melalui annulus inguinalis profundus, canalis inguinalis dan
keluar melalui annulus inguinalis superficialis ke scrotum atau labium majus. Sesuai dengan
bentuk dan letaknya maka disebut juga hernia inguinalis obliqua/lateralis. Hernia inguinalis
indirecta lebih sering daripada yang directa dan dua puluh kali lebih banyak pada pria
daripada wanita, sepertiganya bilateral serta lebih sering pada sisi kanan. Sesuai dengan
mekanisme terjadinya, diselubungi oleh ketiga lapisan ductus deferens.
Ada dua macam hernia inguinalis indirecta, yaitu yang congenitalis dan acquisita
(didapat). Perbedaannya secara anatomis terletak pada apakah prosesus vaginalis telah atau
belum menutup. Pada yang congenitalis processus vaginalis belum menutup sehingga isi
abdomen (usus) dapat mengisi sampai pada cavum scroti. Pada yang acquisita (didapat)
kantong hernia tidak berhubungan dengan cavum scroti karena processus vaginalis telah
menutup. Hernia inguinalis congenitalis yang sudah terjadi sejak lahir sering tidak diketahui
sampai usia anak, atau bahkan usia dewasa. Kantong hernianya berupa peritoneum, sisa
processus vaginalis yang telah menutup (ligamentum vaginale), lapisan-lapisan fascia
spermatica interna, m.cremaster, dan fascia spermatica externa serta bagi yang congenitalis
processus vaginalis tetap terbuka.
Pada wanita dimana processus vaginalis menetap (canalis Nucki), hernia dapat
menuju sampai labium majus. Jika tempat keluar hernia inguinalis indirecta terletak di
sebelah lateralis dari arteria epigastrica, hernia ingunalis directa menonjol keluar melalui
trigonum inguinale di sebelah medial dari arteria tersebut. Hernia inguinalis directa
menembus keluar melalui annulus inginalis superficialis yang melebar menonjol ke dinding
abdomen, ada juga yang berpendapat bahwa hernia ini tidak melalui annulus inguinalis
superficialis, tetapi menonjol melalui “conjoint tendon” dan mencapai annulus.
Kantung hernia indirek sebenarnya adalah suatu prosesus vaginalis yang berdilatasi
secara persisten. Hernia ini berjalan melalui anulus inguinalis profunda dan mengikuti
selubungnya ke skrotum. Pada anulus profunda, kantung mengisi sisi lateral dari korda.
Lemak properitoneal sering kali berkaitan dengan kantung indirek dan dikenal sebagai
lipoma dari korda, meskipun lemak tersebut bukan tumor.
Organ-organ retroperitoneal seperti misalnya kolon sigmoid, sekum, dan ureter dapat
tergelincir ke dalam kantung indirek. Dalam kantung itu, organ-organ tersebut menjadi
bagian dari dinding kantung dan rentan terhadap cedera selama perbaikan. Hernia sliding ini
sering kali besar dan sebagian iredusibel.
Gambaran Klinis Hernia inguinalis indirek
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul
pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat
baring. Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha biasanya
diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak
menangis, dan kadang-kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia
strangulata.
Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum, atau
labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk
sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam
keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan
dapat direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada
anak-anak, kadang cincin hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar.
Pada hernia insipien tonjolan hanya dapat dirasakan menyentuh ujung jari di dalam
kanalis inguinalis dan tidak menonjol keluar. Pada bayi dan anak-anak kadang tidak terlihat
adanya benjolan pada waktu menangis, batuk, atau mengedan. Dalam hal ini perlu dilakukan
palpasi tali sperma dengan membendingkan yang kiri dan yang kanan; kadang didapatkan
tanda sarung tangan sutra.
Tabel Perbedaan antara hernia inguinalis indirek dan hernia inguinalis direk
Indirek Direk
Usia pasien
Usia berapapun, terutama
muda Lebih tua
Penyebab Dapat kongenital Didapat
Bilateral 20 % 50 %
Penonjolan saat batuk Oblik Lurus
Muncul saat berdiri
Tidak segera mencapai
ukuran terbesarnya
Mencapai ukuran terbesar
dengan segera
Reduksi saat berbaring
Dapat tidak tereduksi
segera Tereduksi segera
Penurunan ke skrotum Sering Jarang
Oklusi cincin internus Terkontrol Tidak terkontrol
Leher kantong Sempit Lebar
Strangulasi Tidak jarang Tidak biasa
Hubungan dengan
pembuluh darah epigastric
inferior Lateral Medial
Tata Laksana Hernia Inguinalis
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang utnuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi
tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi
dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang
tetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur
dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia
jarang terjadi dibandingkan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih
elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian
sedatif dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan untuk
operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu 6 jam harus
dilakukan operasi segera.
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi
dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Namun, cara yang
sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara
ini tidak dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot
dinding perut di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-
anak cara ini dapat menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali sperma yang
mengandung pembuluh darah testis.
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia inguinalis.
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri
atas herniotomi dan hernioplastik.
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia
dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode
hernioplastik, seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus,
menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m.transversus
internus abdominis dan m.obliqus obliqus internus abdominis yang dikenal dengan nama
conjoint tendon ke ligamentum inguinale Poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan
fasia transversa, m.transversus abdominis, m. obliqus internus abdominis ke ligamentum
Cooper pada metode McVay.
Metode Bassini merupakan teknik herniorafi yang pertama dipublikasi tahun 1887.
Setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan rekonstruksi dasar lipat paha dengan cara
mengaproksimasi muskulus obliqus internus, muskulus transversus abdominis, dan fasia
transversalis dengan traktus iliopubik dan ligamentum inguinale. Teknik dapat diterapkan,
baik pada hernia direk maupun indirek.
Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik herniotomi
Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Untuk mengatasi
masalah ini, pada tahun delapan puluhan dipopulerkan pendekatan operasi bebas regangan.
Pada teknik itu digunakan prostesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang
membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-otot ke inguinal.
Pada hernia kongenital pada bayi dan anak-anak yang faktor penyebabnya adalah
prosesus vaginalis yang tidak menutup hanya dilakukan herniotomi karena anulus inguinalis
internus cukup elastis dan dinding belakang kanalis cukup kuat.
Terapi operatif hernia bilateral pada bayi dan anak dilakukan dalam satu tahap.
Mengingat kejadian hernia bilateral cukup tinggi pada anak, kadang dianjurkan eksplorasi
kontralateral secara rutin, terutama pada hernia inguinalis sisnistra. Hernia bilateral pada
orang dewasa, dinajurkan melakukan operasi dalam satu tahap,kecuali jika ada
kontraindikasi.
Kadang ditemukan insufisiensi dinding belakang kanalis inguinalis dengan hernia
inguinalis medialis besar yang biasanya bilateral. Dalam hal ini, diperlukan hernioplastik
yang dilakukan secara cermat dan teliti. Tidak satu pun teknik yang dapat menjamin bahwa
tidak akan terjadi residif. Yang penting diperhatikan ialah mencegah terjadinya tegangan
pada jahitan dan kerusakan pada jaringan. Umumnya dibutukan plastik dengan bahan
prostesis mesh misalnya.
Terjadinya residif lebih banyak dipengaruhi oleh teknik reparasi dibandingkan dengan
faktor konstitusi.Pada hernia inguinalis lateralis penyebab resididf yang paling sering ialah
penutupan anulus inguinalis internus yang tidak memadai, di antaranya karena diseksi
kantong yang kurang sempurna, adanya lipoma preperitoneal, atau kantung hernia tidak
ditemukan. Pada hernia inguinalis medialis penyebab residif umumnya karena tegangan yang
berlebihan pada jahitan plastik atau kekurangan lain dalam teknik.
Pada operasi hernia secara laparoskopi diletakkan prostesis mesh di bawah
peritoneum dinding perut.