hepatitis

Upload: rieska-ayu-wulandari

Post on 06-Jul-2015

332 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Pelayanan rumah sakit yang berfokus pada pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara berangsurangsur dialihkan ke pelayanan promotif dan preventif. Pandangan ini sejalan dengan perubahan paradigma bidang kesehatan yaitu dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat. Pergeseran fokus pelayanan dan perubahan paradigma kesehatan tersebut mengisyaratkan pentingnya melaksanakan upaya promotif dan preventif diberbagai tingkatan, termasuk di tingkat lapisan masyarakat, serta menurunkan angka kematian dan angka kesakitan bayi. Salah satu usaha preventif yang berkaitan dengan kelangsungan hidup bayi adalah imunisasi, bayi yang baru lahir mempunyai kekebalan alami yang diterima dari ibunya saat masih dalam kandungan. Kekebalan ini didapat melalui placenta (ari- ari) dan akan habis kira-kira setelah bayi berumur 6 bulan. Pada usia ini, seorang anak menjadi sasaran yang mudah dijangkiti penyakit. Untuk mencegahnya imunisasi harus diberikan sedini mungkin (Depkes RI, 1990). Imunisasi yang diberikan sedini mungkin setelah bayi lahir adalah imunisasi Hepatitis. Imunisasi Hepatitis diberikan untuk mencegah penyakit Hepatitis B yang merupakan penyakit hati kronis. Imunisasi Hepatitis merupakan 3 dari minimal 8 suntikan yang harus diterima oleh bayi. Efektifitas imunisasi Hepatitis akan tinggi bila suntikan Hepatitis diberikan pada usia dini Indonesia adalah negara dengan tingkat endemik penyakit Hepatitis menengah sampai dengan tinggi, prevalensi pengidap penyakit Hepatitis di Indonesia sebanyak 2,5 - 25 %. Prevalensi penyakit Hepatitis pada kalangan wanita hamil sebanyak 3,6 8,7 %, dan prevalensi penyakit Hepatitis pada kalangan anak-anak di bawah usia 4 tahun adalah sebesar 6,2 % ( Ditjen PPm & PL Depkes RI ). Sebesar 50 % dari ibu hamil pengidap Hepatitis akan menularkan penyakit tersebut kepada bayinya. Data epidemiologi menyatakan sebagian kasus yang terjadi pada penderita Hepatitis B ( 10 % ) akan menjurus kepada kronis dan dari kasus yang kronis ini 20 %-nya menjadi hepatoma, dan

1

kemungkinan akan kronisitas akan lebih banyak terjadi pada anak-anak balita oleh karena respon imun pada mereka belum sepenuhnya berkembang sempurna. Persentase cakupan imunisasi Hepatitis di Indonesia yang diberikan pada bayi dengan usia kurang dari 7 hari pada tahun 2000 sebesar 3 % dan mengalami peningkatan pada tahun 2002 menjadi 10 %, sedangkan cakupan imunisasi Hepatitis yang diberikan pada bayi dengan usia lebih dari 7 hari pada tahun 2000 sebesar 90% mengalami penurunan pada tahun 2002 menjadi 50 %. Cakupan imunisasi Hepatitis B1 secara keseluruhan mengalami penurunan dari tahun 2000 sebesar 93 % menjadi 60 % pada tahun 2002. Cakupan imunisasi Hepatitis di jakarta yang diberikan pada bayi dengan usia 07 hari masih sangat rendah yaitu hanya 3.074 bayi dari 22.327 bayi keseluruhan (13,8 % ) dan cakupan imunisasi Hepatitis yang diberikan pada bayi dengan usia lebih dari 7 hari sebanyak 13.326 bayi ( 59,7 % ) dari 22.327 jumlah bayi, dari total jumlah imunisasi Hepatitis B1 usia 0 - 7 hari dan lebih dari 7 hari didapat 5927 bayi tidak diimunisasi Hepatitis

B.

Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum a. Mengetahui tentang penyakit hepatitis b. Mengetahui masalah keperawatan yang muncul pada kasus hepatitis. c. Mengetahui proses keperawatan yang diberikan kepada pasien hepatitis. 2. Tujuan Khusus a. Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu klien tentang pengertian imunisasi Hepatitis b. Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu klien tentang tujuan imunisasi Hepatitis. c. Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu klien tentang manfaat imunisasi Hepatitis d. Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu klien tentang waktu yang tepat imunisasi Hepatitis.

2

C.

Ruang Lingkup Mengingat luas permasalahan kasus Hepatitis maka penulis membatasi Asuhan keperawatan pada klien Ny.E dengan hepatitis di Ruang Merpati. Pada tanggal 24-26 April 2011.

D.

Metode Penulisan 1. 2. 3. Penulis melakukan pengamatan langsung terhadap klien dan keluarga. Wawancara Dokumentasi, yaitu kami mengumpulkan data dengan membaca status klien untuk medapatkan gambaran diagnosa medis, terapi dan pemeriksaan penunjang yang berhubungan dengan Ny.E.

E.

Sistematika Penulisan Sistematika penulisan makalah ilimiah ini di susun secara sistematik yang terdiri dari lima bab yaitu: BAB I : Pendahuluan yang berupa latar belakang, tujuan penulis, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan teori terdiri dari : pengertian, patofisiologi, penatalaksanaan medis, konsep tumbuh kembang anak , konsep hospitalisasi anak, dan asuhan keperawatan BAB III : Tinjauan khasus yang terdiri dari pelaksanaan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,pelaksanaan, dan evaluasi juga catatan perkembangan BAB IV BAB V : penutup, kesimpulan dan saran. : Daftar pustaka

3

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A.

Pengertian Hepatitis adalah Peradangan luas pada jaringan hati yang menyebabkan

nekrosis dan degenerasi sel. (Charles J. Reeves, 2001 ) Hepatitis adalah Penyakit yang disebabkan oleh virus, bersifat akut, terutama ditularkan secara parenteral tetapi juga dapat secara oral, melalui hubungan yang antara penderita dengan orang lain, dan dari ibu ke bayi nya. ( Kamus Saku Keperawatan edisi 31 ) Hepatitis adalah infeksi sistematis oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kesimpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas. (Elisabeth J. Corwin, 2001 ) Kesimpulan :Hepatitis adalah Penyakit yang disebabkan oleh virus yang dapat menular ke orang lain, yang bersifat akut dan kroni

B.

Patofisiologi 1. Etiologiy

Hepatitis A a. Virus hepetitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung berukuran 27 nm b. Ditularkan melalui jalur fekal oral, sanitasi yang jelek, kontak antara manusia, dibawah oleh air dan makanan c. Masa inkubasinya 15 49 hari dengan rata rata 30 hari d. Infeksi ini mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dan sanitasi yang buruk dengan penduduk yang sangat padat.

y

Hepetitis B (HBV) a. Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang memiliki ukuran 42 mm.

4

b. Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau penderita infeksi akut, kontak seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari ibu kepada bayinya. c. Masa inkubasi 26 160 hari dengan rata- rata 70 80 hari. d. Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat dan terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis serta onkologi laki-laki biseksual serta homoseksual yang aktif dalam hubungan seksual dan para pemakai obat-obat IV juga beresiko.y

Hepatitis C (HCV) a. Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus lemak yang diameternya 30 60 nm. b. Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan juga oleh kontak seksual. c. d. Masa inkubasi virus ini 15 60 hari dengan rata 50 hari Faktor resiko hampir sama dengan hepetitis B

y

Hepatitis D (HDV) a. b. Virus hepatitis B (HDP) merupakan virus RNA berukuran 35 nm. Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yang memiliki kebiasaan memakai obat terlarang dan penderita hemovilia c. d. Masa inkubasi dari virus ini 21 140 hari dengan rata rata 35 hari Faktor resiko hepatitis D hampir sama dengan hepatitis B.

y

Hepattitis E (HEV) a. Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya 32 b. 36 nm.

Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak antara manusia dimungkinkan meskipun resikonya rendah.

c. d.

Masa inkubasi 15 65 hari dengan rata rata 42 hari. Faktor resiko perjalanan ke negara dengan insiden tinggi hepatitis E dan makan makanan, minum minuman yang terkontaminasi

5

2.

Proses Penyakit virus masuk ke dalam darah melalui membrane mukosa

merusak kulit untuk mencapai hati

masa inkubasi 6 mnggu-6 bulan

Demam (respon infeksi)

Ruam, kekuningan, nyeri perut mual

Hepatitis

Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis sel perenchyn hati. Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice. Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit dengan gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kem atian. Hepattis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati

6

3.

Manifestasi Klinis Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi dari masingmasing stadium adalah sebagai berikut. a. Stadium praicterik berlangsung selama 47 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri diperut kanan atas urin menjadi lebih coklat. b. Stadium icterik berlangsung selama 36 minggu. Icterus mulamula terlihat pada sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhankeluhan berkurang, tetapi klien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan. c. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal lagi. Penyebuhan pada anakanak menjadi lebih cepat pada orang dewasa, yaitu pada akhir bulan ke 2, karena penyebab yang biasanya berbeda

4.

Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi adalah : a. Komplikasi akut : Kern Ikterik pada bayi dan anak, coma hepatikum. b. Komplikasi yang menahun : Serosis Hepatis, Hepatoma, Hematemesis Melena.

C.

Penatalaksanaan Medis 1. Tes Diagnotik a. ASR (SGOT) / ALT (SGPT) Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim enzim intra seluler yang terutama berada dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati

7

2.

Darah Lengkap (DL) SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.

3.

Leukopenia Mungkin ada (splenomegali)

4.

Diferensia Darah Lengkap Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.

5.

Alkali phosfatase Agaknya meningkat (kecuali ada kolestasis berat)

6.

Feses Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)

7.

Albumin Serum Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.

8.

Gula Darah Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).

9.

Anti HAVIgM Positif pada tipe A

10.

HbsAG Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)

11.

Masa Protrombin Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang. Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.

8

12.

Bilirubin Serum Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)

13.

Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein) Kadar darah meningkat. BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya gangguan dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.

14.

Biopsi Hati Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis

15.

Skan Hati Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.

16.

Urinalisa Peningkatan kadar bilirubin. Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi. Karena bilirubin terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.

D.

Terapi Tidak ada terapi sfesifik untuk hepatitis virus. Tirah baring selama fase akut dengan diet yang cukup bergizi merupakan anjuran yang lazim. Pemberian makanan intravena mungkin perlu selama fase akut bila pasienterus menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.

E.

Konsep Tumbuh Kembang Pada Anak Usia Sekolah (6-10 Tahun) Pertumbuhan (growth) merupakan masalah perubahan dalam ukuran besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa di ukur dengan ukuran berat (gram,kilogram),ukuran panjang (cm,meter).

9

Perkembangan

(development)

adalah

bertambah

nya

kemampuan

(skill/keterampilan)dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat di ramal kan,sebagai hasil dari proses pematangan (Riyadi dan Sukarmin,2009:hal 2)

F.

Konsep Hospital Pada Anak Usia Sekolah Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alas an yang berencana atau darurat,mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah (supartini,2004:hal 188).

1.

Reaksi Anak terhadap Hospitalisasi Perawatan Anak di Rumah sakit memaksa untuk berpisah dengan lingkungan yang di cintainya, yaitu keluarga dan terutama kelompok sosial nya dan menimbulkan kecemasan.kehilangan control juga terjadi akibat di rawat di rumah sakit karena adanya pembatasan aktivitas. Kehilangan control tersebut berdampak pada perubahan peran dalam keluarga,anak nkehilangan kelompok sosial nya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan adanya kelemahan fisik.reaksi terhadap rasa nyeri akan di tunjukan dengan Ekpresi baik secara verbal mau pun non verbal karena anak sudah mampu mengontrol mengkomunikasikannya. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol perilakunya jika merasa nyeri,yaitu dengan menggit bibir atau memegang sesuatu dengan erat.

2.

Reaksi Orang Tua Terhadap Hospitalisasi a. Perasaan Cemas Dan Takut Orang tua akan merasa begitu cemas dan takut pada kondisi anaknya. Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua melihat anak mendapat prosedur menyakitkan, seperti pengambilan darah, injeksi, infuse dan prosedur invansif lainnya.sering kali pada saat anak harus di lakukan prosedur tersebut,orang tua akan menangis karena tidak tega melihat anaknya kesakitan.

10

b.

Perasaan bersedih Perasaan ini muncul terutama karena kondisi terminal orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anak nya yang menjelang ajal, rasa sedih dan berduka akan dialami orang tua.

G.

Perasaan Frustasi Pada saat kondisi anak yang telah di rawat cukup lama di rasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya pendukung psiskologis yang di terima orang tua baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan Frustasi. oleh karena itu, sering kali orang tua menunjukan perilaku tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan pulang paksa.

H.

Pengkajian Keperawatan 1. Identitas Pasien a. Biodata. 1). Identitas klien meliputi ; nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No

register, dan dignosa medis. 2). Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama, alamat, pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir. 3). Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, dan hubungan dengan klien.

b.

Keluhan utama Keluhan anak sehingga anak membutuhkan perawatan. Keluhan dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning

c.

Riwayat kesehatan 1. Riwayat Kesehatan Sekarang Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut kanan atas

11

2. Riwayat Kesehatan Masa lalu Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding dengan saudara-saudaranya

3. Riwayat kesehatan keluarga Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.

I.

Diagnosa Keperawatan 1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan metabolik, anoreksia, mual/muntah. 3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang berlebihan melalui muntah dan diare. 4. Isolasi sosial berhubungan dengan perawatan isolasi. 5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat. 6. Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan kontak pada anak yang terinfeksi. 7. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan. 8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dengan proses penyakit 9. Hipertermi berhunbungan dengan proses infeksi. 10. Diare berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus. 11. Konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktifitas. 12. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar. 13. Kehilangan kontrol berhubungan dengan perubahan aktifitas rutin.

12

J.

Rencana Keperawatan. DX.I . Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.

Tujuan : Klien menunjukkan perbaikan terhadap aktifitas. Kriteria hasil : a. Mengekspresikan pemahaman tentang pentingnya perubahan tingkat aktifitas. b. Meningkatkan aktifitas yang dilakukan sesuai dengan perkembangan kekuatan otot.

Intervensi 1. Tingkatkan tirah baring, ciptakan lingkunga yang tenang. 2. Tingkat aktifitas sesuai toleransi

Rasional 1. Meningkatkan ketenangan istirahat dan menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan. 2. Tiarah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktifitas yang mengganggu periode istirahat.

DX . II. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan metabolik, anoreksia, mual/ muntah Tujuan : Klien menunjukkan status nutrisi yang adekuat. Kriteria hasil : 1. Nafsu makan baik. 2. Tidak ada keluhan mual/muntah. 3. Mencapai BB , mengarah kepada BB normal . Intervensi 1. Awasi keluhan anoreksia, mual/muntah. 2. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makanan sedikit dalam frekwensi sering. 3. Lakukan perawatan mulut sebelum makan. 4. Timbang berat badan. 5. Berikan obat vit. B kompleks, vit c dan tambahan diet lain sesuai indikasi. 13

Rasional 1. Berguna dalam mendefinisikan derajat luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat. 2. Makan banyak sulit untuk mengatur bila klien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk pada siang hari, membuat masukan makanan sulit pada sore hari. 3. Menghilangkan rasa tidak enak dan meningkatkan nafsu makan. 4. Penurunan BB menunjukkan tidak adekuatnya nutrisi klien. 5. Memperbaiki kekurangan dan membantu proses penyembuhan. DX. III. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare. Tujuan : Klien akan menunjukkan status cairan adekuat.

Kriteria hasil : Tanda tanda vital stabil : TD : 90/50 120/70 mmhg N : 85 100 x/mnt S : 36 37 P : 15 25 x/mnt

Turgor kulit normal ( cepat kembali ) Intake dan output seimbang.

Intervensi 1. Monitor intake dan output 2. Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler , turgor kulit dan membran mukosa . 3. Berikan cairan IV (biasanya glukosa), elektrolit.Memberikan informasi tentang penggantian /efek terapi. Indikator volume sirkulasi / perfusi memberikan cairan dan penggatian elektrolit

14

Rasional 1. Memberikan informasi tentang penggantian /efek terapi. 2. Indikator volume sirkulasi / perfusi . 3. Memberikan cairan dan penggatian elektrolit DX. IV. Isolasi sosial berhubungan dengan perawatan isolasi. Tujuan : Klien memperlihatkan prilaku yang menimbulkan interaksi sosial. Kriteria hasil : 1. Klien berpartisipasi dalam aktifitas. 2. Klien dapat mengungkapkan perasaan / persepsi. Intervensi 1. Tingkatkan hubungan sosial. 2. Jelaskan tentang tujuan dari perawatan . 3. Dorong klien / keluarga untuk mengeksperisikan perasaan dan permasalahan

Rasional 1. Partisipasi orang lain dapat meningkatkan rasa kebersamaan. 2. Pemahaman alasan untuk perlindungan dari mereka sendiri dan oranmg lain dapat mengurangi perasaan isolasi. 3. Membantu mengidentiufikasi dan memperjelas alasan kesulitan berinteraksi DX. V. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat. Tujuan : Klien hidup lain. Kriteria hasil : 1. Memperlihatkan pengertian tentang tindakan kewaspadaan dengan mengikuti petunjuk. 2. Mempertahankan suhu tubuh yang normal , pernapasan jelas dengan tidak ada bukti lain terjadinya infeksi. akan untuk menunjukkan menghindari tehnik infeksi melakukan dan perubahan transmisi ke pola orang

ulang

15

Intervensi 1. Lakukan tehnik isolasi untuk infeksi enterik dan pernapasan sesuai kebijakan rumah sakit termasuk cuci tangan efektif. 2. Awasi / batasi pengunjung sesuai indikasi 3. jelaskan prosedur isolasi pada klien/orang terdekat. 4. Berikan antibiotik untuk agen pencegahan.

Rasional 1. Mencegah transmisi virus ke orang lain. Melalui cuci tangan efektif dalam mencegah transmisi virus. 2. Klien terpajan terhadap proses infeksi (khususnya respiratorius) dan potensial resiko komplikasi sekunder. 3. Pemahaman alasan untuk perlindungan diri sendiri dan orang lain. 4. Pengobatan hepatitis virus dan bacterial untuk mencegah/membatasi infeksi sekunder

DX. VI. Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan kontak pada anak yang terinfeksi. Tujuan : Keluarga dan orang lain tidak tertular infeksi.

Kriteria hasil : 1. Keluarga mengerti tentang cara penularan. 2. Orang tua menerapkan pola hidup yang sehat dan bersih.

Intervensi 1. Ajarkan tehnik mencuci tangan yang benar. 2. Ajarkan tentang kebersihan perorangan. 3. Imunisasi bila indikasi ketularan

Rasional 1. Cuci tangan mencegah transmisi virus.

16

2. Infeksi hepatitis dapat terjadi didalam lingkungan dengan hyangiene dan sanitasi yang buruk. 3. Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka penekanan lebih diarahkan pada pencegahan melalui imunisasi.

DX. VII. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan . Tujuan : Klien menunjukkan jaringan kulit yang utuh. Kriteria hasil : 1. Melaporkan penurunan proritus atau menggaruk. 2. Ikut serta dalam aktifitas untuk mempertahankan integritas kulit.

Intervensi 1. Lakukan perawatan kulit dengan sering, hindari sabun alkali. 2. Pertahankan kuku klien terpotong pendek. Instruksikan klien menggunakan ujung jari atau menggunakan ujung jari untuk menekan pada kulit bila sangat perlu menggaruk.

Rasional 1. Mencegah kulit kering berlebihan. Memberikan penghilang gatal 2. Untuk menurunkan resiko kerusakan kulit bila menggaruk

DX. VIII. Kurang pengetahuan berhubungan kurangnya informasi tentang proses penyakit. Tujuan : Klien dan keluarga mengetahui tentang proses penyakitnya.

Kriteria hasil : 1. Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit. 2. Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan

17

Intervensi 1. Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan /prognosis, kemungkinan pilihan pengobatan. 2. Berikan informasi khusus tentang penyakitnya. 3. jelaskan pentingnya istirahat dan latihan

Rasional 1. Mengidentifikasi area kekurangan/salah informasi dan memberikan informasi tambahan sesuai keperluan. 2. Kebutuhan atau rekomendasi akan bervariasi karena tipe hepatitis dan situasi individu. 3. Aktifitas perlu dibatasi sampai hepar 4. kembali normal.

DX. IX. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. Tujuan : Klien menujukkan suhu tubuh dalam batas normal Kriteria hasil : 1. Klien tidak mengeluh panas 2. Badan tidak teraba hangat 3. Suhu tubuh 36 370C

Intervensi 1. Kaji adanya keluahan tanda tanda peningkatan suhu tubuh 2. Monitor tanda tanda vital terutama suhu tubuh 3. Berikan kompres hangat pada aksila/ dahi

Rasional 1. Peningkatan suhu tubuh akan menujukkan berbagai gejala seperti uka merah, badan teraba hangat. 2. Demam disebabkan efek efek dari endotoksin pada hipotalamus dan efinefrin yang melepaskan pirogen

18

3. Akxila merupakan jaringan tipis dan terdapat pembulu darah sehingga akan mempercepat pross konduksi dan dahi berada didekat hipotalamus sehingga cepat memberikan respon dalam mengatur suhu tubuh

DX. X. Diare berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus. Tujuan : Klien akan menujukkan pola eliminasikembali sperti biasa Kriteria hasil : 1. Klien tidak mengluh sering buang air besar 2. Feses tidak encer

Intervensi 1. Observasi, catat frekwensi defekasi, karakteritik dan jumlah proses penyakit harapan / prognosis,kemungkinan pilihan pengobatan. 2. berikan diet yang tepat, hindari makanan tinggi lemak,makanan dengan kandunganserat tinggi 3. Berikan anti diare yang ditentukan dan evaluasi keevektipan

Rasional 1. Membantu menentukan berat episode (diare) 2. Stimulan GI yang meningkatkan mobilitas/ frekensi defekasi. 3. Untuk mengontrol diare. Diare tidak terkontrol dapat menyebabkan kekurangan cairan

DX. XI. Konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktivitas Tujuan : Klien akan menujukkan pola eliminasikembali seperti biasa Kriteria hasil : 1. Konsistensi feses lembek 2. Buang air besar setiap hari

Intervensi 1. Monitor ferkuwensi, karakteristik dan jumlah feses 2. Tingakatkan diet pasien dengan banyak makan makanan berserat dan buah

19

3. Tingkatkan pemenuhan cairan dengan minum banyak minimal 1.000ml/hari 4. Berikan pelunak feses, supositoria sesuai indikasi

Rasional 1. Mengidentifikasi derajat gangguan dan kemungkinan bantuan yang diperukan 2. Meningkakan konstintensi fekal untuk dapat melewati usus dengan mudah dan menurunkan konstipasi 3. Dapat melembekkan feses dan mefasilitasi eliminasi 4. Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan pelahan / evaluasi feses DX. XII. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar

Tujuan : klien mengungkapkan nyeri berkurang / teratasi Kriteria hasil : Tidak ada keluhan nyeri 1. Ekspresi wajah ceria 2. Tanda tanda vital dalam batas normal TD : 90 / 50 - 120 / 70 mmHg N : 85 100 / menit P : 15 25 / menit SB : 36 370 C

Intervensi 1. Kaji tingkat nyeri 2. Monitor tanda tanda vital 3. Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi relaksasi

Rasional 1. Mengetahui persepsi dan reaksi klien terhadap nyeri serta sebagai dasar keefektifan untuk intervensi selanjutnya 2. Perubahan frekuwensi jantungatau TD menujukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital talah terlihat

20

3. Tindakan non analgetik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan

DX. XIII. Kehilangan kontrol berhubungan dengan perubahan aktivitas rutin Tujuan: Klien akan menujukkan reaksi positif ssuai dengan tingkat perkembangan. Kriteria hasil : 1. Klien dapat bermain sesuai toleransi 2. Klien aktif dalam melakukan aktifitas

Intervensi 1. Kaji ulang reaksi yang terjadiakibat hospitalisasi 2. Kaji aktif\vitas yang disenangi oleh klien 3. Ajak klien bermain ssuai toleransi 4. Libatkan keluarga dalam merencanakan jadwal harian sesuai dengan jadwal dirumah

Rasional 1. Akibat hopitalisasi pada anak usia sekolah akan menimbulkan reaksi regresi,negativisme, depresi, cemas dan deniel 2. Membantu dalam menentukan pilihan intervensi 3. Bermain merupakan aspek yang penting bagi kesehatan menal, emosional dan social 4. Membantu mengurangi dampak hospitalisasi akibat prubahan rutinitas K. Pelaksanaan keperawatan Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnosa dan msalah keperawatan kolaborasi dan membantu pencapaian tujuan yang ditetapkan memfasilitaskan koping. Tahap tindakan ada 3 diantaranya : a. Persiapan. Perawat menyiapkan segala seuatu yang diperlukan dalam tindakan

keperawatan yaitu review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap

21

intervensi, menganalisa, pengetahuan ,kemampuan dan yang diperlukan untuk mengetahui komplikasi dari tindakan yang mungkin timbul. Menentukan kelengkapan, serta menyiapkan lingkungan yang

kondusif,mengidentifikasi aspek hukum,dan kode etik terhadap etika terhadap resiko dari kesalahan tindakan.

b.

Intervensi. Pelaksanaan keperawatan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional dan adapun sifat tindakan keperawatan yaitu ; independent ,interdependen, dan dependen.

c.

Dokumentasi. Mendokumentasi suatu proses keperawatan secara lengkap dan akurat.

L.

Evaluasi Keperawatan 1. Pengertian Tahap Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk melihat sejauh mana diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan dan mengevaluasi kesalahan yang terjadi selama pengkajian , analisa, intervensi, dan implementasi keperawatan dadpun taha-tahtap evaluasi antara lain: psikomotor. Membandingkan data yang sudah ada dengan pencapaian tujuan komponen untuk mengevaluasi kualitas implementasi keperawatan antara lain. 2. Proses evaluasi a. Evaluasi Formatif: Evaluasi setelah rencana keperawatan dilakukan untuk membantu keefektifan tindakan secara berkelanjutan hingga tujuan tercapai. b. Evaluasi Somatif : Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisa atatus pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang di rencanakan pada tahap perencanaan 22 mengukur pencapaian tujuan dilihat dari kognitif, afektif, dan

3.

Penentuan keputusan yang mengacu pada tujuan a. Tujuan Tercapai Tujuan ini di katakana tercapai apabila klien telah menunjukan perubahan dan kemajuan yang sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan. b. Tujuan tercapai sebagian Tujuan ini di kata kan tercapai sebagian apabila tidak tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari penyebabnya. c. Tujuan tidak tercapai Tujuan tidak tercapai apa bila menunjukkan tidak adanya perubahan kea rah kemajuan sebagaimana criteria yang di harapkan. berbagai masalah aatau

23

BAB III TINJAUAN KASUS

Pada tinjauan kasus ini kami mengambil kasus pada Ny.E dengan hepatitis yang di rawat di Ruang Merpati RSPAU. Dalam membuat laporan kasus ini penulis telah malakukan Asuhan keperawatan selama 3 hari yang mulai dari tanggal 24 Maret 2011 sampai 26 Maret 2011, melalaui pendekatan proses keperawatan yang meliputi tahap pengkajan diagnosa keperawaatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Untuk melengkapi data penulis melakukan beberapa metode untuk memperoleh data klien yaitu dengan cara wawancara bersama klien dan keluarg, serta pengkajian fisik head to toe ke pada klien, perawat yang bertugas, dan dari catatan Rekam medis klien.

A.

Pengkajian Keperawatan Pengkajian adalah data dasar sesuai dengan kondisi klien,penulis melakukan pengkajian pada hari kamis, tanggal 24 Maret 2011, pukul 09.00 WIB dan memberi Asuhan keperawatan selama 3 hari dari tanggal 24 Maret sampai 26 Maret 2011 WIB di ruang Merpati, dengan Diagnosa Hepatitis. 1. Identitas Pasien Klien bernama Ny.E jenis kelamin perempuan berusia 27 tahun, beragama islam suku bangsa Jawa dalam berkomunikasi sehari-hari klien menggunakan bahasa Indonesia, adapun sumber biaya klien yaitu menggunakan biaya

pribadi. Alamat rumah jl. Jati kramat no.13B Pondok Gede ( Bekasi), Jawa Barat. Sumber informasi berasal dari klien, keluarga dan status pasien.

2.

Resume Klien Ny.E (wanita) usia 27 thn di kirimkan dari UGD, datang pada tanggal 23 Maret 2011 pada pukul 18.30 WIB ke RSPAU Esnawan Antariksa dengan keluhan panas tinggi 38c badan terasa lemas dan nafsu makan berkurang dan klien mengatakan sering muntah-muntah dan mual kepala terasa sakit biji mata ,air kencing dan kulit kuning. Klien dan kedua orang tuanya mengatakan tidak tahu penyebab dari penyakit tersebut. Dilakukan pemeriksaan

24

fisik di UGD

di dapat data: Tekanan Darah (TD) 110 MmHg,suhu

38C,Nadi102X/menit, RR 17x/menit Kemudian klien Ny.E di bawa ke Ruang Merpati dilakukan tindakan mandiri observasi tanda-tanda vital (TTV) TD = 100 Mmhg, suhu 38C,Nadi 102x/menit,RR 17x/menit. Hasil pemeriksaan fisik keadaan umum kesadaran kompos mentis, suara napas vaskuler dan tugor kulit lembab dan kuning. maka data subyektif ; , klien mengatakan terasa kepala terasa pusing, lemas, nyeri perut, mual muntah, kurang nafsu makan dan minum, BAK kuning dan Klien tidak tahu apa penyebabnya. Maka berdasarkan data di atas diagnosa

keperawatan yang muncul adalah; hepatitis berhubungan dengan proses penyakit. Tindakan mandiri keperawatan yang dilakukan di ruangan yaitu: meliputi menganjurkan kompres hangat, menganjurkan minum air yang banyak minimal 500cc/hari, memberikan cairan infuse dan kolaborasi pemeriksaan darah lengkap dengan hasil laboratarium (lab): 23 Maret 2011, yaitu ; a. Bilirubin : direc*4.49 mg/