helvia septarini-fkik

Upload: laluviskas

Post on 06-Jul-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    1/66

    GAMBARAN KEJADIAN TUMOR PAYUDARA DI

    RSUD SERANG TAHUN 2013

    Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

    OLEH:

    Helvia Septarini

    NIM : 1111103000097

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1435H / 2014M

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    2/66

     

    ii

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    3/66

     

    iii

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    4/66

     

    iv

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    5/66

     

    v

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telahmemberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penulisan penelitian ini dengan judul “Gambaran Kejadian Tumor

    Payudara Di RSUD Serang Tahun 2013”. Dalam pelaksanaan penulisan hasil

     penelitian ini, peneliti telah banyak memperoleh bimbingan dan pengarahan

    daripada pelbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

    yang setinggi-tingginya kepada:

    1.  Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And, dr. HM.Djauhari

    Widjajakusumah,AIF.,PFK, Dr. H. Arief Sumantri, SKM, M.Kes, dan Dr.

    Delina Hasan, M.Kes, Apt selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    2. 

    dr.Witri Ardhini, M.Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan

    Dokter.

    3. 

    dr. Devy Ariany, M.Biomed dan dr. Achmad Luthfi, Sp.B.KBD selaku Dosen

    Pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran

    untuk membimbing saya dalam penyusunan penelitian ini.

    4.  dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggungjawab modul Riset yang selalu

    mengingatkan peneliti untuk segera menyelesaikan penelitian.

    5.  dr. Ahmad Harifudin, Sp.B selaku ketua komite medik RSUD Serang yang

    telah memberikan izin dan arahan dalam pengambilan data penelitian.

    6. 

    dr. Fikri selaku ketua laboratorium patologi anatomi RSUD Serang yang telah

    mengizinkan peneliti dalam pengambilan data.

    7.  Ibu Indri selaku kepala bagian rekam medis RSUD Serang yang telah

    mengizinkan dan membantu mempermudah penggunaan rekam medis pasien.

    8.  Pak Zainudin dan Teteh Leni selaku laboran di RSUD Serang yang telah

    membantu peneliti dalam pengambilan data.

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    6/66

     

    vi

    9.  Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang telah memberikan beasiswa

    kepada penulis untuk menyelesaikan studi di FKIK UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    10. 

    Ayah dan Ibu, serta keluarga saya yang telah memberikan doa, saran dan

    dorongan baik moril maupun materiil.

    11. 

    Kepada teman sekelompok penulis Afiati dan Lara Shofy Wahyuni yang telah

    membantu memberikan masukan kepada penulis.

    12.  Teman-teman “Santri Jadi Dokter Angkatan 2011” yang telah memberikan

     bantuan, doa, dan sarannya.

    13.  Semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga penelitian ini

    dapat terselesaikan.

    Saya menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Akhir

    kata, peneliti bersedia menerima saran dan kritik yang membangun untuk

     penyempurnaan penulisan hasil penelitian ini. Demikian laporan penelitian

    ini saya tulis, semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan

     para pembaca pada umumnya.

    Ciputat, 1 September 2014

    Helvia Septarini

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    7/66

     

    vii

    ABSTRAK  

    Helvia Septarini. Program Studi Pendidikan Dokter. Gambaran Kejadian

    Tumor Payudara Di RSUD Serang Tahun 2013.

    Latar Belakang: Tumor payudara merupakan salah satu neoplasma yang sering

    terjadi, terutama tumor ganas dan merupakan penyebab utama kematian pada

    wanita di seluruh dunia. Setiap tahunnya diperkirakan insidensi tumor payudara

    akan semakin meningkat. Sehingga penelitian ini dilaksanakan untuk mencari

    tahu gambaran kejadian dari tumor payudara. Metodologi: Penelitian ini bersifat

    deskriptif dengan desain cross sectional . Pengumpulan data diperoleh dari data

    rekam medis dan data di instalasi patologi anatomi dengan sampel sebanyak 75

    sampel. Hasil: Prevalensi tumor payudara adalah 8.4%, 74.8% merupakan tumor

     jinak dan 25.2% merupakan tumor ganas. Gambaran kejadian tumor jinak payudara adalah sebagai berikut 41.5% pada kelompok usia 20-29 tahun, 35.8%

     pada tingkat pendidikan SMA, 54.7% pasien tidak mempunyai riwayat pemakaian

    kontrasepsi oral, 37.7% lokasi tumor pada kuadran lateral atas, 79.2% tindakan

    operasi adalah ekstirpasi, dan 66% jenis histopatologi merupakan fibroadenoma

    mammae. Gambaran kejadian tumor ganas payudara adalah sebagai berikut 40.9%

     pada kelompok usia 40-49 tahun, 59.1% pada tingkat pendidikan SD, 72.7%

     pasien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral, 40.9% lokasi tumor pada

    kuadran lateral atas, 72.8% stadium kanker merupakan stadium II, 72.7% tindakan

    operasi adalah simpel mastektomi, dan 77.3% jenis histopatologi merupakan

    karsinoma duktal invasif. Simpulan: Prevalensi tumor jinak payudara lebih besar

    daripada tumor ganas payudara di RSUD Serang tahun 2013. 

    Kata kunci : tumor payudara, usia, riwayat kontrasepsi oral, lokasi tumor,

    stadium, dan jenis histopatologi.

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    8/66

     

    viii

    ABSTRACT

    Helvia Septarini . Medical Education Study Programme. Depiction of Breast

    Tumor I ncidents in RSUD Serang 2013

    Background:  Breast tumor is the most common neoplasm, especially malignant

    tumor and the main cause of women’s death around the world. Every year, breast

    tumor incidents number are estimated to increase rapidly. This research is meant

    to depict breast tumor incidents. Method:   This research uses descriptive study

    method with cross-sectional design. The data is obtained from medical records

    and anatomical pathology installations. From 119 populations, 75 samples were

    categorized into included criteria which is patients diagnosed with breast tumor

    and being treated with anatomical pathology examination. Result: The prevalence

    of breast tumor was 8.4%, 74.8% are benign tumors and 25.2% are malignant

    tumors. Depiction of benign breast tumor incidents as follows 41.5% in the age

     group 20-29 years old, 35.8% at the education level is senior high school, 54.7%of patients had no history of the oral contraceptive use, 37.7% of tumor location

    on the upper lateral quadrant, 79.2% is extirpation surgery, and 66% of the

    histopathology type is fibroadenoma mammae. Depiction of malignant breast

    tumor incidents as follows 40.9% in the age group 40-49 years old, 59.1% at the

    education level is primary school, 72.7% of patients had a history of the oral

    contraceptive use, 40.9% of tumor location on the upper lateral quadrant, 72.8%

     stage of the cancer is stage II, 72.7% is simple mastectomy surgery, and 77.3% of

    the histopathology type is invasive ductal carcinoma. Conclusion: The prevalence

    of benign tumors are larger than malignant breast tumors.

     Key words : breast tumor, age, history of oral contraceptive, location of tumor,

     staging, and histopathology.

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    9/66

     

    ix

    DAFTAR ISI

    LEMBAR JUDUL.............................................................................................

    LEMBAR PERNYATAAN..............................................................................LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................

    LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................

    KATA PENGANTAR.......................................................................................

    ABSTRAK.........................................................................................................

    DAFTAR ISI ...................................................................................................

    DAFTAR GAMBAR....................................................................................

    DAFTAR TABEL.............................................................................................

    DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1. 

    Latar Belakang ...................................................................................1.2. Rumusan Masalah .............................................................................

    1.3. 

    Tujuan Penelitian................................................................................

    1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Landasan Teori ..................................................................................

    2.1.1. Definisi Tumor Payudara..........................................................

    2.1.2. Anatomi dan Fisiologi Tumor Payudara...................................

    2.1.3. Epidemiologi Tumor Payudara.................................................

    2.1.4. Faktor Risiko..............………….…..........................................

    2.1.5. 

    Tumor Jinak Payudara..............................................................

    2.1.6. Kanker Payudara.......................................................................

    2.1.7. Prosedur Diagnostik..................................................................

    2.1.8. Staging dan Grading ................................................................

    2.1.9. Tatalaksana................................................................................

    2.1.10. Prognosis................................................................................

    2.1.11. Pencegahan.............................................................................

    2.2. 

    KerangkaTeori....................................................................................

    2.3. Kerangka Konsep...............................................................................

    2.4. 

    Definisi Operasional...........................................................................

    BAB 3 METODE PENELITIAN1.1. Desain Penelitian................................................................................

    1.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................

    1.3. 

    Populasi dan Sampel...........................................................................

    3.3.1. Penghitungan Sampel......................................................................

    3.3.2. Kriteria Sampel................................................................................

    1.4. Cara Kerja Penelitian..........................................................................

    1.5. Manajemen Data.................................................................................

    3.5.1. Teknik Pengumpulan..……….........................................................

    3.5.2. Pengolahan dan Analisa Data……….....................………..........

    i

    iiiii

    iv

    v

    vii

    ix

    xi

    xii

    xiii

    12

    2

    3

    5

    5

    5

    8

    9

    12

    14

    16

    18

    24

    26

    26

    27

    27

    28

    30

    30

    30

    30

    31

    31

    32

    32

    32

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    10/66

     

    x

    BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN4.1.

     

    Prevalensi Tumor Payudara di Poli Bedah RSUD Serang Tahun

    2013....................................................................................................

    4.2. 

    Prevalensi Tumor Jinak dan Ganas Payudara di Poli Bedah RSUD

    Serang Tahun 2013.............................................................................4.3. Gambaran Kejadian Tumor Jinak Payudara.......................................

    4.4. Gambaran Kejadian Tumor Ganas Payudara.....................................

    4.5. Keterbatasan Penelitian......................................................................

    BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN5.1. Simpulan ............................................................................................

    5.2. Saran...................................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

    LAMPIRAN ...................................................................................................... 

    34

    3435

    38

    43

    44

    44

    46

    52

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    11/66

     

    xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Jaringan Payudara ....................................................................

    Gambar 2.2. Aliran Limfe Payudara.............................................................

    6

    7

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    12/66

     

    xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Klasifikasi TNM...... ..................................................................

    Tabel 2.2. Stadium Kanker Payudara..........................................................Tabel 4.1. Prevalensi Tumor Payudara dari Semua Kasus Bedah ..............

    Tabel 4.2. Prevalensi Tumor Payudara........................................................

    Tabel 4.3. Gambaran Kejadian Tumor Jinak Payudara...............................

    Tabel 4.4. Gambaran Kejadian Tumor Ganas Payudara..............................

    18

    2134

    34

    35

    38

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    13/66

     

    xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Surat Izin Penelitian................................................................. 52Lampiran 2. Daftar Riwayat Hidup.............................................................. 53

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    14/66

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

     Neoplasma atau tumor adalah pertumbuhan sel-sel baru yang tidak

    terkontrol dan berlebihan akibat faktor pengendali pertumbuhan sel normal

    yang tidak responsif.1 Tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor

    ganas atau kanker. Karakteristik dari tumor jinak pada gambaran mikroskopik

    dan makroskopik yaitu, berdiferensiasi baik, laju pertumbuhan progresif dan

    lambat, massa berbatas tegas, tidak menginfiltrasi jaringan normal

    disekitarnya, dan tidak bermetastasis ke organ lain. Sedangkan karakteristik

    dari tumor ganas/kanker adalah anaplastik, pertumbuhannya progresif dan

    cepat, serta dapat menginfiltrasi ke jaringan sekitar.1,2  Sel-sel kanker juga

    dapat bermetastasis ke bagian lain dari tubuh secara hematogen maupun

    limfogen.3

    Dari Global Cancer   Statistic, kanker payudara merupakan kanker yang

     paling sering didiagnosis dan penyebab utama kematian pada wanita diseluruh dunia, terhitung 23% (1,38 juta) dari total kasus kanker baru dan 14%

    (458.400) dari total kematian akibat kanker pada tahun 2008.4 Global Health

     Estimates  tahun 2013 menyatakan meskipun kanker payudara dianggap

     penyakit negara maju, hampir 50% dari kasus kanker payudara dan 58%

    kematian terjadi di negara berkembang (WHO, 2013).5  Di Indonesia

     berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker

     payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS diIndonesia (16,85%) dan kanker leher rahim menempati urutan kedua pada

     pasien rawat inap (11,78%).6  WHO memperkirakan insidensi kanker

     payudara pada wanita akan cenderung meningkat tiap tahunnya.4 

    Pada penelitian di Yaman ditemukan 635 kasus tumor payudara, dimana

    sebanyak 493 (77,6%) merupakan tumor jinak dan 142 (22,4%) merupakan

    tumor ganas.7  Di Indonesia, prevalensi dari tumor jinak payudara di RSUP

    Haji Adam Malik Medan sebesar 30,5% dari semua pasien tumor payudara.8 

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    15/66

    Banyak faktor yang dapat berhubungan dengan terjadinya tumor payudara.

    Diantaranya adalah usia, menstruasi di usia 55 tahun, hamil anak pertama pada usia >35 tahun, tidak

     pernah melahirkan, tidak menyusui, riwayat penggunaan kontrasepsi oral,

    riwayat keluarga yang mengalami kanker payudara, konsumsi minuman

    alkohol dan seringnya terkena radiasi sinar-X pada bagian dada, serta adanya

     perubahan gen yang berhubungan dengan kanker payudara gen BRCA-1 atau

    gen BRCA-2.9 

    Kanker payudara umumnya ditemukan setelah gejala muncul, tetapi

     banyak wanita dengan kanker payudara dini tidak memiliki gejala.

    Pemeriksaan SADARI (periksa payudara sendiri), pemeriksaan klinis dokter,

     pemeriksaan radiologi (mammografi ataupun ultrasonografi), maupun biopsi

    tanpa pembedahan merupakan deteksi dini untuk kanker payudara.9 

    Berdasarkan data di atas yang menyebutkan tingginya kasus tumor

     payudara dan adanya kecendurungan peningkatan insidensi terjadinya tumor

     payudara tiap tahunnya, peneliti ingin mendapatkan data tumor payudara di

    RSUD Serang serta gambaran kejadiannya berdasarkan usia, tingkat

     pendidikan, riwayat pemakaian kontrasepsi oral, dan faktor-faktor lain yang

     berhubungan dengan kejadian tumor payudara. 

    1.2. Rumusan Masalah

    Bagaimana gambaran kejadian tumor payudara di RSUD Serang tahun 2013?

    1.3. Tujuan Penelitian

    1.3.1. 

    Tujuan UmumMendapatkan informasi mengenai gambaran kejadian tumor payudara di

    RSUD Serang tahun 2013.

    1.3.2.  Tujuan Khusus

    1. 

    Mengetahui gambaran kejadian tumor payudara berdasarkan usia

     pada pasien tumor payudara di RSUD Serang tahun 2013.

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    16/66

    2.  Mengetahui gambaran kejadian tumor payudara berdasarkan tingkat

     pendidikan pada pasien tumor payudara di RSUD Serang tahun

    2013.

    3. 

    Mengetahui gambaran kejadian tumor payudara berdasarkan riwayat

     pemakaian kontrasepsi oral pada pasien tumor payudara di RSUD

    Serang tahun 2013.

    4.  Mengetahui gambaran kejadian tumor payudara berdasarkan lokasi

    tumor pada pasien tumor payudara di RSUD Serang tahun 2013.

    5. 

    Mengetahui gambaran kejadian tumor payudara berdasarkan stadium

     pada pasien tumor ganas payudara di RSUD Serang tahun 2013.

    6. 

    Mengetahui gambaran kejadian tumor payudara berdasarkan tindakan

    operasi di RSUD Serang tahun 2013.

    7.  Mengetahui gambaran kejadian tumor payudara berdasarkan jenis

    histopatologi pada pasien tumor payudara di RSUD Serang tahun

    2013.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Bagi Peneliti :

    1.  Dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan peneliti dalam bidang

     penelitian. 

    2.  Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama menjalani

     pendidikan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta. 

    Bagi Institusi :

    1. 

    Untuk mewujudkan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    sebagai universitas yang dapat ikut berkontribsi dalam program

     pemerintah untuk mengurangi angka kejadian tumor payudara.

    2.  Sebagai bahan informasi, pustaka, dan masukan bagi mahasiswa untuk

    melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian

    yang telah dilakukan penulis.

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    17/66

    3.  Dapat memberikan informasi yang berguna untuk peneliti lainnya dan

    dapat dijadikan bahan acuan bagi penelitian-penelitian berikutnya.

    Bagi Instansi : 

    1. 

    Untuk instansi kesehatan dan tenaga kesehatan, penelitian ini bermanfaat

    sebagai bahan evaluasi program dan upaya peningkatan pelayanan

    kesehatan.

    2. 

    Dapat memberikan informasi dan gambaran bagi RSUD Serang tentang

    gambaran kejadian tumor payudara, sehingga dapat melakukan upaya

    untuk menurunkan angka kejadiannya.

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    18/66

    5

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Landasan Teori

    2.1.1. Definisi Tumor Payudara

     Neoplasma atau tumor adalah pertumbuhan sel-sel baru yang tidak

    terkontrol dan berlebihan akibat faktor pengendali pertumbuhan sel normal

    yang tidak responsif.1  Tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan

    tumor ganas atau kanker. Karakteristik dari tumor jinak pada gambaran

    mikroskopik dan makroskopik yaitu, berdiferensiasi baik, laju pertumbuhan

     progresif dan lambat, massa berbatas tegas, tidak menginfiltrasi jaringan

    normal disekitarnya, dan tidak bermetastasis ke organ lain. Sedangkan

    karakteristik dari tumor ganas/kanker adalah anaplastik, pertumbuhan

     progresif dan cepat, serta dapat menginfiltrasi ke jaringan sekitar.1,2 Sel-sel

    kanker juga dapat bermetastasis ke bagian lain dari tubuh secara hematogen

    maupun limfogen.3

    Sel-sel kanker dapat menjadi massa yang besar untuk dapatmenjadi displasia selama 7 tahun. Kanker payudara dapat terjadi pada pria

    maupun wanita mesikupun angka kejadian kanker pada laki-laki jarang

    terjadi.10

    2.1.2. Anatomi dan Fisiologi Payudara

    Payudara terletak pada hemitoraks kanan dan kiri. Batas payudara

    yang tampak dari luar pada superior di iga II, inferior pada iga VI, taut antar

    sternokostal bagian medial, dan bagian lateral pada linea aksilaris anterior.2 

    a. 

    Struktur Payudara

    Struktur payudara terdiri dari parenkim epitelial, lemak, pembuluh

    darah, saraf, saluran getah bening, otot, dan fasia. Parenkim epitelial

    terdiri dari 15-20 lobus yang setiap lobus mempunyai duktus laktiferus

    dan bermuara ke papilla mamma. Setiap lobus terdiri dari lobulus-lobulus

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    19/66

    6

    yang masing-masing terdiri dari 10-100 kelompok asini. Lobulus ini

    merupakan struktur dasar dari glandula mammae.3 

    Fungsi glandula mamma adalah sintesis, sekresi, dan ejeksi susu.

    Produksi susu dirangsang oleh hormon prolaktin serta dipengaruhi oleh

     progesteron dan estrogen. Sedangkan untuk ejeksi susu dirangsang oleh

    hormon oksitosin.11  Diantara lobulus terdapat jaringan ikat yaitu

    ligamentum Cooper  sebagai penyangga untuk payudara.2 

    Gambar 2.1. Jaringan payudara

    Sumber : Tortora, 2009 

     b. 

    Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara

    1.  Cabang-cabang pembuluh darah ke payudara yaitu rami perforantes

    arteri thoracica interna, arteri torakalis lateralis, arteri mammaria

    interna, arteri mammaria eksterna, arteri subskapular, arteri

    thoracoacromialis, serta cabang arteri axillaris.12

    2.  Tiga grup vena yang memperdarahi area payudara yaitu cabang

     perforanters vena mammaria interna, cabang vena aksilaris, vena yang

     bermuara pada vena interkoastalis seperti vena azygos.3 

    3.  Payudara bagian medial dipersarafi oleh cabang kutaneus anterior dari

    nervus interkostalis 2-7. Payudara bagian superior dipersarafi oleh

    nervus supraklavikula yang berasal dari cabang ke-3 dan ke-4 pleksus

    servikal. Papila mamma terutama dipersarafi oleh cabang kutaneus

    lateral dari nervus interkostalis lain mempersarafi areola dan mamma

    sisi lateral. Kulit di daerah payudara dipersarafi oleh cabang pleksus

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    20/66

    7

    servikalis dan nervus interkostalis. Jaringan kelenjar payudara

    dipersarafi oleh saraf simpatik.2 

    4. 

    Kuadran medial mengalirkan limfenya melalui pembuluh-pembuluh

    yang melewati ruang intercostal dan masuk ke dalam nodi lymphoidei

    thorakalis interna (terletak di dalam rongga thorax sepanjang arteri

    thoraica interna). Kuadran lateral glandula mamma mengalirkan

    limfenya ke nodi lymphoidei axillaris anterior atau kelompok

     pektoralis. Beberapa pembuluh limfe mengikuti arteri intercostalis

     posterior, beberapa pembuluh berhubungan dengan pembuluh limfe

     payudara sisi yang lain dan dengan kelenjar di dinding anterior

    abdomen.13 

    Gambar 2.2. Aliran limfe payudara

    Sumber : Snell, 2007 

    c. 

    Fisiologi

    Payudara mengalami tiga kali perubahan. Perubahan pertama pada

     payudara dari awal kelahiran hingga menopause. Saat pubertas, terjadi

     perkembangan duktus dan sinus laktiferus yang dipengaruhi oleh

    estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh ovarium. 2

    Perubahan yang kedua sesuai dengan siklus haid. Sekitar hari ke-8

    haid, payudara membesar dan beberapa hari sebelum haid berikutnya

    terjadi pembesaran maksimal. Beberapa hari menjelang haid, payudara

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    21/66

    8

    terasa nyeri dan menegang sehingga saat melakukan palpasi payudara

    sulit dilakukan.2 

    Perubahan terakhir terjadi pada masa kehamilan dan menyusui.

    Saat masa kehamilan terjadi ploriferasi epitel duktus lobus dan duktus

    alveolus sehingga payudara membesar. Sel-sel alveolus akan

    memproduksi air susu yang dialirkan ke asinus, kemudian dikeluarkan

    melalui duktus ke puting susu yang dipicu oleh oksitosin.2 

    2.1.3. Epidemiologi Tumor Payudara

    Dari Global Cancer Statistic, kanker payudara merupakan kanker

    yang paling sering didiagnosis dan penyebab utama kematian pada wanita

    di seluruh dunia, sekitar 23% (1,38 juta) dari total kasus kanker baru dan

    14% (458.400) dari total kematian akibat kanker pada tahun 2008.4 Global

     Health Estimates  tahun 2013 menyatakan meskipun kanker payudara

    dianggap penyakit negara maju, hampir 50% dari kasus kanker payudara

    dan 58% kematian terjadi di negara berkembang.5 WHO memperkirakan

    kasus kanker payudara pada wanita akan terus meningkat tiap tahunnya.4

    Di Indonesia berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit(SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada

     pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%) dan kanker leher

    rahim menempati urutan kedua pada pasien rawat inap (11,78%).6 Pada

     penelitian di RSUP Haji Adam Malik tahun 2009 didapatkan pasien yang

    mengalami tumor jinak payudara 30,5% dari semua pasien tumor payudara

    dan tumor ganas payudara sebesr 69,5%.8

    Insidensi kanker payudara pada usia lebih dari 30 tahun akansemakin tinggi. Kanker payudara jarang terjadi pada usia dibawah 20 tahun.

    Angka tertinggi terdapat pada usia 45-66 tahun. Insiden karsinoma

    mammae pada laki-laki hanya 1% dari kejadian pada perempuan. Kejadian

    kanker payudara pada laki-laki dibandingkan dengan wanita 1 : 100.2 

    Sedangkan untuk tumor jinak payudara terdapat perbedaan usia pada setiap

    kejadian tumor, seperti pada fibroadenoma mammae sering dijumpai pada

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    22/66

    9

     perempuan muda, pada tumor filoides terdapat pada semua usia, kista

     payudara sering ditemukan pada usia dekade kelima.2

    Distribusi letak tumor payudara berdasarkan penelitian

    (Haagensen) lebih sering terjadi di kuadran lateral atas (50%), kemudian

    sentral/subareolar (20%), kuadran lateral bawah (10%), kuadran medial atas

    (10%) dan kuadran medial bawah (10%). Payudara sebelah kiri lebih sering

    terkena bila dibandingkan sebelah kanan.1,3 

    2.1.4. Faktor Risiko

    a. Variasi Geografik

    Risiko untuk kanker payudara lebih tinggi di Amerika Utara dan

    Eropa Barat dibandingkan Asia dan Afrika.1 

     b. Usia

    Kejadian tumor payudara lebih sering ditemukan pada usia 40-49

    tahun (dekade kelima) yaitu sekitar 30% untuk kasus-kasus di Indonesia.3

    Satu dari delapan keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita

     berusia dibawah 45 tahun. Dua pertiga keganasan payudara invasif

    ditemukan pada wanita berusia 55 tahun. Insidensi kanker payudara akan

     berlipat ganda setiap 10 tahun tetapi akan menurun drastis setelah masa

    menopause.2 

    c. Genetika dan Riwayat Keluarga

    Sekitar 5-10% kanker payudara terjadi akibat adanya predisposisi

    genetik.1 Jika menderita kanker payudara saat usia kurang dari 40 tahun

    dengan atau tanpa riwayat keluarga, menderita kanker payudara sebelum

    usia 50 tahun dan satu atau lebih kerabat tingkat pertama menderita

    kanker payudara atau kanker ovarium, menderita kanker payudara

     bilateral, menderita kanker payudara pada usia berapapun, dan dua atau

    lebih kerabat tingkat pertama menderita kanker payudara ini merupakan

    faktor predisposisi genetik sebagai penyebab kanker payudara.2 

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    23/66

    10

    Mutasi gen BRCA1 (kromosom 17q21.3), mutasi gen BRCA2

    (kromosom 13q12-13), mutasi gen ATM sebagai gen pengatur perbaikan

    DNA, mutasi gen CHEK2 dan gen supressor tumor P53 merupakan

     predisposisi dari kanker payudara.1,2 

    d. Pajanan lama ke estrogen eksogen pascamenopause

    Efek samping dari terapi sulih estrogen ( ERT, Estrogen

     Replacement Therapy) dapat menyebabkan peningkatan insidensi kanker

     payudara Penggunaan terapi sulih hormon yang digunakan lebih dari 10

    tahun akan meningkatkan risiko sebesar 1,35 dan penggunaan estrogen

     penguat kandungan selama kehamilan juga meningkatkan risiko dua kali

    lipat.1,2 

    e.  Penggunaan kontrasepsi oral

    Estrogen sangat mempengaruhi pertumbuhan jaringan payudara,

    wanita yang terpapar estrogen dalam waktu yang lama akan memiliki

    risiko yang besar terhadap kanker payudara. Penggunaan kontrasepsi oral

    dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan risiko kanker payudara sebesar 1,24 kali.2  Pada penelitian yang dilakukan di RSUD

    Moewardi Surakarta didapatkan bahwa pemakaian kontrasepsi hormonal

     berisiko terkena kanker payudara 2,199 kali lebih banyak daripada

     pemakaian kontrasepsi non-hormonal namun bukan peningkat risiko

    kanker payudara yang signifikan.14 

    f. Radiasi pengion

    Radiasi pengion ke daerah dada dapat meningkatkan risiko kanker

     payudara namun risiko tersebut tergantung dari dosis radiasi, waktu sejak

     pajanan, dan usia.1

    g. Densitas jaringan payudara

    Risiko terkena kanker payudara akan lebih tinggi pada wanita

    dengan jaringan kelenjar lebih banyak dan sedikit jaringan lemak.9

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    24/66

    11

    h. Lama menyusui

    Kadar hormon estrogen dan hormon progesteron yang tinggi

    selama masa kehamilan akan menurun drastis setelah melahirkan. Kadarhormon estrogen dan hormon progesteron yang telah menurun dalam

    darah selama menyusui akan mengurangi pengaruh hormon tersebut

    terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.1 

    i. Usia menstruasi pertama

    Risiko kanker payudara akan lebih besar jika wanita tersebut

    mengalami menarche sebelum usia 12 tahun dan disertai dengan

    menopause yang lebih lambat yaitu pada usia lebih dari 55 tahun.

    Menarche pada usia kurang dari 12 tahun memberikan risiko 1,7-2,4 kali

    lebih tinggi dibanding dengan wanita yang mengalami menstruasi pada

    usia lebih dari 12 tahun, hal ini berhubungan dengan lamanya paparan

    hormon estrogen dan progesteron yang berpengaruh terhadap proliferasi

     jaringan payudara.15,16 

     j. 

    Gaya hidup

    Obesitas yang terjadi pada pasca menopause akan meningkatkan

    risiko kanker payudara sedangkan obesitas premenopause dapat

    menurunkan risiko kanker payudara. Hal ini dapat disebabkan oleh efek

    tiap obesitas yang berbeda terhadap kadar hormon endogen.2 

    Olahraga selama 4 jam setiap minggu menurunkan risiko sebesar

    30%. Olahraga rutin pasca menopause juga menurunkan risiko sebesar

    30-40%.  American Cancer Society  merekomendasikan olahraga selama

    45-60 menit setiap hari.  2 Konsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko

    kanker payudara karena alkohol dapat meningkatkan kadar estrogen

    endogen sehingga mempengaruhi responsivitas tumor terhadap hormon.2

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    25/66

    12

    2.1.5. Tumor Jinak Payudara

    a. Fibroadenoma

    Fibroadenoma merupakan tumor jinak yang sering terjadi pada

     perempuan. Fibroadenoma biasanya terjadi pada perempuan muda

    dengan insidensi puncak pada usia 30 tahun. Struktur fibroadenoma

    terdiri dari epitel dan komponen kapsula fibrosa. Komponen epitel

    fibroadenoma hampir sama dengan komponen epitel pada payudara

    normal.17 Fibroadenoma tampak berwarna coklat berkapsul. Pada

     pemeriksaan fisik, fibroadenoma akan teraba sebagai massa soliter,

    diskret, mudah digerakkan, dan konsistensi kenyal padat. Massa tumor

    membesar pada akhir siklus haid dan selama hamil.1  Tindakan

     pembedahan merupakan modalitas primer dalam terapi. Pembedahan

    yang dilakukan ekstirpasi yang merupakan tindakan pembedahan

     pengangkatan seluruh massa tumor beserta kapsulnya yang berada

    dibawah lapisan kulit.18 Pasien dengan fibroadenoma mammae memiliki

    risiko tinggi mengalami kanker payudara, namun jika terdeteksi secara

    dini maka prognosisnya akan menjadi baik, bila tidak diangkat dengansempurna maka dapat kambuh kembali.10 Fibroadenoma mammae

    kadang tumbuh dengan cepat dan berpotensi kambuh saat rangsangan

    estrogen meningkat.2 

     b. Tumor filoides

    Tumor filoides merupakan neoplasama fibroepithelial yang

    mempunyai potensi untuk berulang. Pertumbuhan tumor filoides diluar

    saluran dan lobulus, yaitu stroma yang meliputi jaringan lemak dan

    ligamen yang mengelilingi saluran, lobulus, dan darah dan pembuluh

    getah bening di payudara. Selain sel stroma, tumor filoides dapat juga

    mengandung sel-sel dari duktus dan lobulus.19 Tumor filoides terdapat

     pada semua usia namun lebih banyak pada usia sekitar 30 tahun. Sekitar

    10-15% tumor filoides yang jinak bisa menjadi tumor ganas dan jika

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    26/66

    13

    dilakukan eksisi akan memiliki kemungkinan rendah untuk terjadi

    rekurensi lokal.2

    c. Papilloma intraduktal

    Papilloma intraduktal payudara ditandai dengan proliferasi sel-sel

    epitel dan mioepitel yang melapisi fibrovaskular sehingga menciptakan

    struktur yang bercabang dalam lumen duktus, yang dibagi menjadi

    sentral (duktus besar) papiloma, biasanya terletak di subareolar dan

     papilloma perifer yang timbul di terminal duct lobular unit .20  Gejala

    yang sering timbul berupa sekresi cairan berdarah dari puting susu.2 

    Terapi yang dilakukan untuk menghilangkan papilloma melalui insisi

    atau eksisi.20

    d.  Perubahan fibrokistik payudara

    Perubahan fibrokistik terjadi akibat ketidakseimbangan hormonal

    dan berkaitan dengan proses penuaan alami. Gejala kelainan ini berupa

    nyeri bila disentuh dan payudara teraba keras sebelum waktu haid.2

    e. 

    Galaktokel

    Galaktokel merupakan kista retensi yang berisi air susu. Galaktokel

     berbatas tegas dan dapat digerakkan, dan timbul biasanya 6-10 bulan

    setelah berhenti menyusui. Letak galaktokel ini biasanya di tengah dalam

     payudara atau dibawah puting.2 

    f. Adenoma tubular mammae

    Adenoma tubular adalah tumor jinak epitelial yang jarang, sekitar

    0,13-1,7% dari semua lesi jinak payudara. Gambaran klinis dan imaging

    dari adenoma tubular mammae mirip dengan fibroadenoma sehingga

    untuk diagnosa praoperasi sulit. Untuk menetapkan diagnosis definitif

    maka dilakukan tindakan eksisi. Adenoma tubular paling sering terjadi

     pada wanita muda kurang dari 40 tahun atau pada usia reproduksi dan

    tidak berhubungan dengan pengobatan kontrasepsi oral atau kehamilan.21

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    27/66

    14

    2.1.6. Kanker Payudara

    Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus

    membran basal (noninvasif) dan kanker yang sudah menembus membran basal (invasif). Bentuk utama karsinoma payudara dapat diklasifikasikan

    sebagai berikut :

    a. Noninvasif

    1.  Karsinoma duktal in situ (DCIS)

    Karsinoma duktal in situ merupakan kanker non-invasif dimana

    sel-sel abnormal ditemukan pada lapisan duktus laktiferus. DCIS

    mempunyai gambaran histologis yang bermacam-macam, dari

    arsitekturnya yaitu tipe solid, kribiformis, papilaris, dan clinging   serta

    gambaran nukleus yang bervariasi dari derajat rendah dan monomorfik

    hingga derajat tinggi dan heterogen. Prognosis DCIS lebih dari 97%

     pasien dapat bertahan hidup lama.1 

    2.  Penyakit paget

    Penyakit pada puting payudara yang disebabkan oleh perluasan

    karsinoma duktal in situ ke duktus laktiferus, tampak sebagai erupsi

    ekzematosa kronik yang berkembang menjadi ulkus basah.2

    3.  Karsinoma lobular in situ (LCIS)

    Sel-sel abnormal tumbuh dalam lobulus, kelenjar penghasil susu

     pada akhir saluran payudara. Pertumbuhnannya tetap dalam lobulus dan

    tidak menyebar ke jaringan sekitarnya. Karsinoma lobular in situ 

     biasanya di diagnosis sebelum menopause pada rentang usia 40-50

    tahun. Gambaran mikroskopis dari LCIS adalah uniform, sel bersifat

    monomorf dengan nukleus polos bulat dan terdapat dalam kelompok

    kohesif di duktus dan lobulus.1

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    28/66

    15

    B. Invasif  

    1. Karsinoma lobular invasif

    Karsinoma lobular invasif telah menembus dinding lobulus dan

    mulai menyerang jaringan payudara sekitar. Gejala klinis dari karsinoma

    lobular invasif ini bisa asimptomatik dan juga bisa teraba massa besar

    yang bersifat multifokal bilateral. Sekitar 10% dari semua kanker

     payudara invasif adalah karsinoma lobular invasif.2 Gambaran sel pada

    karsinoma lobular invasif mirip dengan sel pada LCIS. Sel-sel tersebut

    menginvasi stroma dan terkadang mengelilingi asinus atau duktus

    sehingga membentuk yang disebut sebagai mata sapi (bull’s eye).1

    2. Karsinoma duktal invasif

    Sekitar 70 - 80% dari semua kanker payudara adalah karsinoma

    duktal invasif. Kanker ini yang telah menembus dinding duktus laktiferus

    dan menyerang jaringan payudara sekitarnya. Gambaran mikroskopis

    dari karsinoma duktal invasif heterogen, nukleus dengan derajat rendah,

    sel tumor yang anaplastik, tepi tumor iregular. Kanker dengan tahaplanjut menimbulkan gambaran massa melekat ke otot pektoralis sehingga

    terjadi fiksasi lesi, melekat ke kulit sehingga menyebabkan retraksi dan

    cekungan (dimpling)  kulit payudara. Keganasan ini sering timbul pada

    saat sebelum maupun sesudah menopause pada usia dekade kelima dan

    keenam.1,2 Dari penelitian Wahyuni tahun 2006, karsinoma duktal invasif

    mempunyai ketahanan hidup lima tahun sebesar 70%.22

    Subtipe dari karsinoma duktal invasif terdiri dari :

    a. 

    Karsinoma tubulus

     b.  Karsinoma medular

    c.  Karsinoma koloid (Musinosa)

    d. 

    Karsinoma papiler invasif

    e.  Karsinoma sistik adenoid

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    29/66

    16

    3. Karsinoma inflamasi

    Karsinoma inflamasi ini jarang ditemukan yang mempunyai

    gambaran klinis berupa pembesaran dan pembengkakan payudara,kemerahan, biasanya tanpa teraba massa yang disebabkan oleh

     penyumbatan pada saluran limf dermis. Kanker ini tumbuh dan menyebar

    dengan cepat, dengan prognosis yang buruk.1 

    2.1.7. Prosedur Diagnostik

    1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

    Keluhan utama yang sering dialami penderita dapat berupa adanya

    massa tumor di payudara, rasa sakit, keluar cairan dari puting susu,

    retraksi puting susu, adanya ekzema sekitar areola, retraksi kulit

    (dimpling), dan “peau d’orange” akibat obstruksi pembuluh limf kulit/

    limfedema lokal dan jaringan subkutan oleh sel-sel tumor.1,2,3 

    Adanya massa dapat ditentukan sejak berapa lama, cepat atau tidak

     pertumbuhan, disertai rasa sakit atau tidak. Tumor pada kegansanan

    mempunyai gejala tidak nyeri dan massa yang irreguler serta tumbuh

     progresif.3 

    2. Pemeriksaan Radiodiagnostik

    a. Mamografi

    Mamografi dapat digunakan sebagai metode pilihan deteksi dini

    kanker payudara pada tumor yang tidak teraba saat palpasi. Hasil

    dari mamografi dikonfirmasi dengan  Fine Needle Aspiration Biopsy 

    (FNAB), core biopsy, atau biopsi bedah.2 

     b. Ultrasonografi

    Ultrasonografi dapat membedakan lesi solid dan kistik serta

    menentukan ukuran lesi.2

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    30/66

    17

    3. Biopsi

    Setiap ada kecurigaan dari hasil pemeriksaan fisik dan

    mammografi, biopsi harus dilakukan.

    a.   Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)

    Jaringan tumor diaspirasi dengan jarum halus lalu diperiksa

    dibawah mikroskop. Kekurangan dari FNAB ini kadang tidak dapat

    menentukan  grade  tumor dan kadang tidak memberikan diagnosis

    yang jelas sehingga dibutuhkan biopsi lainnya.2

     b. 

    Core Biopsy

    Dengan menggunakan jarum yang ukurannya cukup besar,

    lalu diambil spesimen silinder jaringan tumor. Kelebihan dari core

    biopsy adalah dapat membedakan tumor yang noninvasif dan

    invasif serta grade tumor.2

    c.  Biopsi Terbuka 

    Indikasi dilakukan biopsi terbuka jika pada mamografi

    terlihat adanya kelainan yang mengarah ke keganasan, hasil FNAB

    atau core biopsy yang meragukan.2

     Biopsi eksisional adalah mengangkat seluruh massa tumor

    dan menyertakan sedikit jaringan sehat disekitar massa tumor ini

    digunakan untuk kasus yang masih operabel atau stadium dini dan

     biopsi insisional hanya mengambil sebagian massa tumor yang

    sudah inoperabel yang selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan

     patologi anatomi.2

    d. 

    Sentinel Node BiopsyBiopsi ini dilakukan untuk menentukan keterlibatan dari

    kelenjar limf aksila dan parasternal.2

    4.  Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic) 

    Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan potong beku dan/atau

     parafin.23

    Bahan pemeriksaan histopatologi diambil melalui: 

      Core biopsy

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    31/66

    18

      Biopsi eksisional untuk tumor ukuran 3 cm sebelum

    operasi definitif dan inoperabel

      Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan kelenjar getah

     bening

      Pemeriksaan imunohistokimia

    2.1.8. Staging dan Grading

    a. Staging

    AJCC (American Joint Committee on Cancer) menyusun panduan

     penentuan stadium dan derajat tumor ganas payudara menurut sistem

    TNM.2

    Tabel 2.1. Klasifikasi TNM

    Tumor

    Primer (T)Varian Keterangan

    Tx Tumor primer tidak dapat dinilai

    To Tidak ada bukti tumor primer

    Tis Karsinoma in situ 

    Tis

    (DCIS)Karsinoma duktal in situ 

    Tis

    (LCIS)Karsinoma lobular in situ 

    Tis

    (Paget)

    Penyakit paget pada puting payudara tanpa

    tumor

    T1 Diameter terbesar tumor 0,5 cm tetapi < 1

    cm

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    32/66

    19

    T1c Diameter terbesar tumor > 1 cm tetapi < 2cm

    T2 Diameter terbesar tumor >2cm tetapi 5cm

    T4Tumor berukuran apapun dengan ekstensi

    langsung ke (a) dinding dada atau (b) kulit :

    T4aEkstensi ke dinding dada, tidak termasuk

    m.pektoralis

    T4b

    Edema (termasuk  peau d’orange) atau

    ulserasi kulit payudara, atau nodul satelit di

    kulit payudara yang sama

    T4c Gabungan T4a dan T4b

    T4d Karsinoma inflamatorik

    KGB

    Regional

    (N)

    Varian Metastasis ke KGB

     Nx KGB regional tidak dapat dinilai

     N0Tidak ada metastasis ke KGB

    regional

     N1KGB aksila ipsilateral dapat

    digerakkan

     pN1mi Mikrometastasis >0,2mm ≤2mm 

     pN1a 1-3 KGB aksila

     pN1bMikrometastasis ke KGB mamaria

    interna

     pN1c Mikrometastasis ke 1 sampai 3 KGB

    aksila dan KGB mamaria interna

     N2

    KGB aksila ipsilateral terfiksasi atau

    KGB mammaria interna yang

    terdeteksi secara klinis* dan tidak

    terdapat metastasis KGB aksila secara

    klinis

     N2a KGB aksila ipsilateral yang terfiksasi

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    33/66

    20

    satu sama lain atau terfiksasi ke

    struktur lain

     pN2a 4-9 KGB

     N2b

    KGB mammaria interna yang hanya

    terdeteksi secara klinis dan tidak

    terdapat metastasis ke KGB aksila

     pN2b

    KGB mammaria interna yang

    terdeteksi secara klinis dan tidak

    terdapat metastasis ke KGB aksila

     N3

    KGB infraklafikula ipsilateral dengan

    atau tanpa keterlibatan KGB aksila;

    atau KGB mamaria interna yang

    terdeteksi secara klinis* dan terdapat

    metastasis KGB aksila secara klinis;

    atau KGB supraklavikula ipsilateral

    dengan atau tanpa keterlibatan KGB

    aksila atau mamaria interna

     N3a KGB infraklavikula ipsilateral

     pN3a >10 KGB aksila atau infraklavikula

     N3bKGB mammaria interna ipsilateral

    dan KGB aksila

     pN3b

    KGB mammaria interna terlihat

    secara klinis, dengan KGB aksila,

    atau mikrometastasis ke

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    34/66

    21

    Metastasis (M)

    Mx Metastasis tidak dapat dinilai

    M0 Tidak terdapat metastasis

    M1 Metastasis

    Sumber : Sjamsuhidajat, 2010

    Tabel 2.2. Stadium kanker payudara

    Stadium TNM Persentase harapan

    hidup 5 tahun**

    0 Tis N0 M0 100%

    I T1 N0 M0 100%

    IIA T0N1M0, T1 N1M0, T2N0M0 92%

    IIB T2N1M0, T3N0M0 81%

    IIIA T0N2M0, T1 N2M0, T2N2M0,

    T3N1M0, T3N2M0

    67%

    IIIB T4N0M0, T4N1M0, T4N2M0 54%

    IIIC T apapun, N3 M0 ?**

    IV T apapun, N apapun, M1 20%Termasuk T1 mic

    **angka harapan hidup lima tahun untuk stadium IIIc belum didapatkan

    karena stadium ini baru didefinisikan akhir-akhir ini

    Sumber : Sjamsuhidajat, 2010

      Stadium 0 : DCIS, termasuk penyakit Paget pada puting payudara

    dan LCIS

     

    Stadium I : Karsinoma invasif dengan ukuran ≤ 2 cm tanpa adanya

    keterlibatan kelenjar getah bening (KGB)

      Stadium IIA : Karsinoma invasif dengan ukuran ≤ 2 cm, disertai

    keterlibatan KGB atau karsinoma invasif > 2 cm dan kurang dari 5

    cm tanpa disertai keterlibatan KGB.

      Stadium IIB : Karsinoma invasif dengan diameter > 2 cm dan 5

    cm tanpa disertai keterlibatan KGB.

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    35/66

    22

      Stadium IIIA : Karsinoma invasif ukuran berapapun, dengan fiksasi

    KGB (menginvasi ke dalam struktur lain) atau karsinoma

     berdiameter >5 cm dengan metastasis KGB nonfiksasi.

     

    Stadium IIIB : Karsinoma inflamasi, karsinoma yang telah invasi ke

    dinding dada, karsinoma yang telah invasi ke kulit, karsinoma

    dengan nodul kulit satelit, atau karsinoma dengan metastasis ke

    KGB mammaria internal ipsilateral.

      Stadium IIIC : Karsinoma dengan ukuran berapapun, dengan

    keterlibatan KGB yaitu KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau

    tanpa keterlibatan KGB aksila; atau KGB mamaria interna dan

    terdapat metastasis KGB aksila secara klinis; atau KGB

    supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila

    atau mamaria interna

      Stadium IV : Metastasis jauh1,2 

     b. Grading

    Berdasarkan derajat diferensiasi, tumor ganas payudara dibagi

    menjadi tiga  grade. Grading   ditentukan berdasarkan gambaran sitologi

    nukleus sel tumor dibandingkan dengan membandingkan gambaran sel

    epitel payudara normal. Dengan mengetahui  grade,  dapat membantu

    dokter dalam memutuskan terapi yang dibutuhkan setelah operasi. Sistem

     penilaian tersedia untuk menentukan grade dari kanker payudara adalah

     Nottingham Histologic Score system (the Elston-Ellis modification of

    Scarff-Bloom-Richardson grading system).2,24

    Ada tiga faktor yang dinilai, yaitu : 2,24 

    1. Diferensiasi glandular/tubular

    Skor 1 : >75% dari area tumor membentuk struktur kelenjar atau

    tubular.

    Skor 2 : 10% - 75% dari area tumor membentuk struktur kelenjar atau

    tubular.

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    36/66

    23

    Skor 3:

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    37/66

    24

    2.1.9. Tatalaksana

    Tatalaksana kanker payudara meliputi tindakan pembedahan,

    kemoterapi, radioterapi, hormonal terapi, terapi rehabilitasi medik, danterapi paliatif.

    1.  Pembedahan

    Jenis pembedahan yang dilakukan adalah2 : 

      Mastektomi radikal klasik

    Mastektomi radikal klasik merupakan pengangkatan seluruh kelenjar

     payudara dengan sebagian besar otot pektoralis mayor dan minor,

    kulit, dan kelenjar limfe aksila level I, II, dan III.

      Mastektomi radikal dimodifikasi

    Pengangkatan seluruh kelenjar payudara dengan mengangkat kelenjar

    limfe level I dan II namun mempertahankan otot pektoralis mayor dan

    minor jika otot bebas dari tumor. Pembedahan ini diikuti dengan

    diseksi aksila.

      Mastektomi simpel

    Pengangkatan seluruh kelenjar payudara dan puting dan

    mempertahankan kelenjar limf aksila dan otot pektoralis jika tidak ada

     penyebaran ke kelenjar aksila. Ini biasa dilakukan untuk mastektomi

     profilaktif pada kelompok berisiko tinggi dan pada karsinoma in situ 

    yang rekuren.

       Breast conserving treatment (BCT) / lumpektomi 

    Tindakan ini dilakukan dengan tujuan mengangkat massa dan jaringan

     payudara sehat di sekitranya dengan menjaga tampilan kosmetik payudara. Indikasi dilakukan BCT adalah tumor stadium Tis, T1,T2

    dengan ukuran ≤3 cm.

    2. 

    Radioterapi

    Radioterapi dapat digunakan sebagai adjuvan kuratif pada

     pembedahan BCT, mastektomi simpel, mastektomi radikal modifikasi

    dan terapi paliatif pasca mastektomi, metastasis tulang dan otak.

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    38/66

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    39/66

    26

    Pada kanker payudara stadium IIIB / IIIC / locally advanced   terdiri

    dari dua yaitu operable locally advanced  dan inoperable locally advanced .

    Operable locally advanced   dilakukan simpel mastektomi atau mastektomi

    radikal + radiasi + kemoterapi adjuvant + hormonal terapi, sedangkan pada

    inoperable locally advanced  dapat dilakukan radiasi kuratif + kemoterapi +

    hormonal terapi atau radiasi + operasi + kemoterapi + hormonal terapi atau

    kemoterapi neoadjuvan + operasi + kemoterapi + radiasi + horrmonal

    terapi.23 

    Prinsip pengobatan kanker payudara stadium lanjut metastase jauh/

    stadium IV adalah bersifat paliatif dan terapi pengobatan primer yang

     bersifat sistemik yaitu terapi hormonal dan kemoterapi.3

    2.1.10. Prognosis

    Prognosis kanker payudara buruk jika pasien menderita kanker

     payudara bilateral, pada usia muda, adanya mutasi genetik, dan adanya

    triple negatif yaitu grade tumor tinggi dan seragam, reseptor ER dan PR

    negatif, dan reseptor permukaan sel HER-2 juga negatif.1,2,12 Tipe

    histologik karsinoma payudara (tubulus, medular, lobulus, papilar, dan

    musinosa) lebih baik dibandingkan dengan tipe histologik karsinoma

    duktal.1

    2.1.11. Pencegahan

    Tumor payudara dapat dicegah dengan mengetahui faktor risiko

    dan mengetahui cara pencegahannya. Pencegahan yang dapat dilakukan

    adalah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) satu bulan sekali sekitar

    hari ke-8 menstruasi, obat profilaksis untuk keganasan payudara seperti

    tamoksifen dan mamografi sebagai screening  kanker payudara yang dapat

    dilakukan setiap tahun sejak usia 25 tahun, mamografi terutama dilakukan

     pada perempuan yang telah menopause atau usia 50 tahun ke atas.2 

    Selain itu, kejadian kanker payudara dapat dicegah dengan

    menyusui lebih dari 2 tahun, pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan,

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    40/66

    27

    indeks massa tubuh (IMT) sekitar 20-25 kg/m2

    , menghindari konsumsi

    alkohol, konsumi makanan seimbang, dan olahraga yang teratur.25

    2.2. Kerangka Teori

    2.3. Kerangka Konsep

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Benjolan di payudara

    Faktor risiko

    Jenis kelamin, usia, usia menarche, usia menopause, tingkat

     pendidikan, jumlah anak, riwayat kanker paayudara pada keluarga,

     paparan radiasi, obesitas, olahraga, konsumsi alkohol, riwayat

     pemakaian kontrasepsi oral

    Pemeriksaan histopatologiAnamnesis dan

     pemeriksaan fisik

    BiopsiPemeriksaan

    radiodiagnostik

    Jenis histopatologi

    Terapi Tumor payudaraLetak tumor

    Tumor ganasTumor jinak

    Staging

      Usia

     

    Pendidikan

      Riwayat pemakaian

    kontrasepsi oral

      Lokasi tumor

      Stadium kanker

      Tindakan operasi

      Jenis histopatologi

    Kejadian tumor

     payudara

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    41/66

    28

    2.4 Definisi Operasional

    Variabel Definisi Cara Ukur Skala

    Usia Usia pasien yang tercatat pada

    status pasien

    Studi

    dokumentasi

    Ordinal

    1. 10-19 tahun

    2. 20-29 tahun

    3. 30-39 tahun

    4. 40-49 tahun

    5. >50 tahun

    Pendidikan Pendidikan adalah jenjang atau

    tingkat sekolah terakhir yang

     pernah ditamatkan atau

    diselesaikan oleh seseorang

    dengan mendapatkan ijazah.

    Studi

    dokumentasi

    Ordinal

    1. SD

    2. SMP

    3. SMA

    4.Perguruan

    tinggi

    Kontrasepsi

    oral

    Riwayat pernah memakai

    kontrasepsi oral

    Studi

    dokumentasi

     Nominal

    1.Ada

    2.Tidak ada

    Lokasi tumor Pemeriksaan lokasi tumor

    menurut dokter pemeriksa yang

    tertera dalam rekam medik

    Studi

    dokumentasi

     Nominal

    1.Lateral atas

    2.Medial atas

    3.Sentral

    4.Lateral bawah

    5.Medial bawah

    Stadium

    kanker

    Keadaan seberapa jauh penyakit

    telah berkembang yang dinilai

    oleh dokter

    Studi

    dokumentasi

    Ordinal

    1.I

    2.IIA

    3.IIB

    4.IIIA

    5.IIIB

    6.IIIC

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    42/66

    29

    7.IV

    Tindakan

    operasi

    Salah satu terapi yang didapatkan

     pasien

    Studi

    dokumentasi

     Nominal

    1.Insisi

    2.Eksisi

    3.Ekstirpasi

    4.Simpel

    mastektomi

    5.Radikal

    mastektomi

    Jenis

    Histopatologi

    Tumor

    Payudara

    Jenis histopatologi yang tertera di

    rekam medik pasien berdasarkan

     pemeriksaan histopatologi yang

    telah dilakukan sebelumnya

    Studi

    dokumentasi

     Nominal

    1.Fibroadenoma

    mammae

    2.Tumor jinak

    filoides

    3.Papilloma

    intraduktus

    4.Adenoma

    tubular

    5.Fibrokistik

    mammae

    6.Karsinoma

    duktal in situ 

    7.Karsinoma

    lobular in situ 

    8.Karsinomalobular invasif

    9.Karsinoma

    duktal invasif

    10.Tumor ganas

    filoides

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    43/66

    30

    BAB 3

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Desain Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu membuat

    gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif dan

     pendekatannya dengan cross sectional, yaitu suatu penelitian dimana faktor

    resiko dan efek dilakukan pada waktu yang sama yang diambil dari data

    sekunder pasien berdasarkan hasil pemeriksaan klinis terhadap semua pasien

    dengan diagnosis tumor payudara di RSUD Serang Tahun 2013.

    3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di RSUD Serang pada bulan Februari –  Juli 2014.

    3.3. Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita dengan diagnosis

    tumor payudara di RSUD Serang Tahun 2013.Sampel dalam penelitian ini adalah semua penderita dengan diagnosis

    tumor payudara yang dilakukan pemeriksaan patologi anatomi di RSUD

    Serang.

    3.3.1. Penghitungan Sampel

    Penghitungan besar sampel menggunakan metode deskriptif kategorik

     berdasarkan rumus :

     

    Prevalensi tumor payudara dari semua kasus tumor di RSUD Serang

    diketahui sebesar 35,5%.

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    44/66

    31 

    Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis satu arah sehingga

    Zα = 1,645 dengan kesalahan prediksi yang masih bisa diterima (presisi,d)

    ditetapkan sebesar 10%.

    Q = 1-P

    = 1-0,355

    = 0,645

     

     

     

    Sehingga besar sampel yang diambil dari seluruh populasi pasien tumor

     payudara di RSUD Serang yaitu sebanyak 62 pasien.

    3.3.2. 

    Kriteria Sampel

    Kriteria inklusi : Pasien yang telah terdiagnosis tumor payudara di RSUDSerang tahun 2013 dan telah dilakukan pemeriksaan patologi anatomi.

    Kriteria eksklusi : Pasien yang terdiagnosis tumor payudara namun data

    rekam mediknya tidak terbaca atau tidak jelas tulisannya dan atau tidak

    lengkap.

    3.4. Cara Kerja Penelitian

    1.  Persiapan penelitian

    2.  Melakukan perizinan ke RSUD Serang

    3. 

    Pengambilan data rekam medik. Mendata sampel yang diambil dari data

    rekam medik berdasarkan pemeriksaan klinis terhadap semua pasien tumor

     payudara di RSUD Serang Tahun 2013.

    4. 

    Melakukan sampling data pasien yang sudah didapatkan. Sampling

    dilakukan untuk mengetahui berapa banyak sampel yang akan diambil dari

     populasi untuk digunakan sebagai objek dalam penelitian.

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    45/66

    32 

    5.  Melakukan penggolongan dan pengkategorisasian pasien.

    Dari data hasil rekam medik dilakukan penggolongan dan

     pengkategorisasian berdasarkan usia, tingkat pendidikan, riwayat

     pemakaian kontrasepsi oral, lokasi tumor, stadium kanker, tindakan

    operasi, dan jenis histopatologi tumor.

    6.  Input data ke program SPSS 16.0 dan melakukan analisa data yang

    didapatkan.

    7.  Melakukan pelaporan hasil yang dibuat dalam bentuk makalah laporan

     penelitian.

    3.5. Manajemen Data

    3.5.1. Teknik Pengumpulan

    A. Alat Pengumpulan Data

    Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    daftar tabel. Daftar tabel yang dibuat sudah membuat variabel-variabel

     penelitian yaitu data pasien yang menderita tumor payudara serta data

    yang mendukung lainnya.

    B. Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi

    dokumentasi, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan

    data sekunder registrasi pasien dan berdasarkan data yang diperoleh

    dari rekam medis RSUD Serang tahun 2013.

    3.5.2. Pengolahan dan Analisa Data

    A. Pengolahan Data

    Data yang telah dikumpulkan akan melalui proses pengolahan yang

    meliputi:

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    46/66

    33 

    1.  Cleaning

    Sebelum diolah, data yang telah terkumpul terlebih dahulu

    dilakukan pengecekan agar tidak ada data yang double  atau yang

    tidak diperlukan.

    2.   Editing

    Pengeditan dilakukan untuk mengecek kelengkapan,

    kesinambungan dan keseragaman data.

    3.  Coding

    Memudahkan dalam pengelompokkan data sesuai kategori yang

    ada.

    4. 

     Entry data

    Memasukkan data ke komputer untuk dianalisis menggunakan

     program SPSS.

    B. Analisa Data

    Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dimana untuk

    mengetahui distribusi frekuensi dari setiap variabel. Distribusi frekuensi

    ini dibuat untuk memperoleh gambaran masing-masing variabel.

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    47/66

    34

    BAB 4

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Prevalensi Tumor Payudara di Poli Bedah RSUD Serang Tahun 2013

    Tabel 4.1. Prevalensi Tumor Payudara di Poli Bedah RSUD Serang

    Variabel Frekuensi Persentase (%)

    Tumor Payudara 119 8.4

    Bukan tumor

     payudara1305 91.6

    Total 1424 100.0

    Berdasarkan tabel 4.1. dari 1424 pasien yang datang ke poli bedah,

    terdapat sebanyak 119 pasien (8.4%) tumor payudara.

    4.2. Prevalensi Tumor Jinak dan Tumor Ganas Payudara di Poli Bedah

    RSUD Serang Tahun 2013

    Tabel 4.2. Prevalensi Tumor Payudara

    Variabel Frekuensi Persentase (%)

    Tumor Jinak 89 74.8

    Tumor Ganas 30 25.2

    Total 119 100.0

    Dari tabel 4.2. didapatkan bahwa prevalensi tumor jinak payudara

    (74.8%) lebih banyak dibandingkan dengan tumor ganas payudara

    (25.2%).

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    48/66

    35 

    4.3. Gambaran Kejadian Tumor Jinak Payudara

    Tabel 4.3. Gambaran kejadian tumor jinak payudara

    Variabel Kategori Median

    (Q25% - Q75%)

    Frekuensi Persentase

    (%)

    Usia 25 (16-58)

    10-19 14 26.4

    20-29 22 41.5

    30-39 12 22.6

    40-49 3 5.7

    >50 2 3.8

    Tingkat

     pendidikan

    SD 15 28.3

    SMP 13 24.5

    SMA 19 35.8

    Perguruan

    tinggi6 11.3

    Pemakaian

    kontrasepsi

    oral

    Ada 24 45.3

    Tidak ada 29 54.7

    Lokasi tumor Lateral atas 20 37.7

    Lateral bawah 14 26.4

    Medial atas 7 13.2

    Medial bawah 5 9.4

    Sentral 7 13.2

    Tindakanoperasi

    Eksisi 9 17.0Ekstirpasi 42 79.2

    Insisi 2 3.8

    Jenis

    histopatologi

    Adenoma

    tubular4 7.5

    Fibroadenoma

    mammae35 66.0

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    49/66

    36 

    Fibrokistik

    mammae8 15.1

    Papilloma

    intraduktal 4 7.5

    Tumor jinak

    filoides2 3.8

    Total 53 100%

    Berdasarkan tabel 4.3. didapatkan bahwa jumlah pasien tumor jinak

     payudara berdasarkan usia, diperoleh nilai terendah pada usia 16 tahun dan

    nilai tertinggi pada usia 58 tahun dengan median usia 25 tahun dan 41.5%

     pada kelompok 20-29 tahun. Hal ini sedikit berbeda dengan penelitian

    Zebua JI (2010) di RSUP Haji Adam Malik Medan bahwa kasus tumor

     jinak payudara tertinggi pada usia 10-19 tahun.8  Kejadian tumor jinak

     payudara mempunyai perbedaan kejadian berdasarkan usia. Pada

    fibroadenoma mammae sering terjadi pada usia 20-29 tahun, fibrokistik

    mammae dapat timbul pada berbagai usia akibat adanya ketidakseimbangan

    hormonal, adenoma tubular mammae sering ditemukan pada usia

    reproduktif yaitu kurang dari 40 tahun, papilloma intraduktal dan tumor

    filoides terdapat pada semua usia, namun lebih sering pada usia sekitar 30

    tahun.2,8,21 

    Dari hasil penelitian mengenai tumor jinak payudara berdasarkan

    tingkat pendidikan pada tabel 4.3. didapatkan bahwa 35.8% pada tingkat

     pendidikan pendidikan SMA. Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitianoleh Yanhua et al  (2012) di Cina bahwa pada pasien tumor jinak payudara

    mempunyai tingkat pendidikan tinggi.26  Tingkat pendidikan yang lebih

    tinggi berhubungan dengan kesehatan melalui hal yang berbeda karena

     pasien dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi mungkin lebih mudah

    memahami tentang pencegahan dan memiliki kemampuan yang lebih baik

    untuk mengubah perilaku kesehatan mereka, sedangkan pada tingkat

     pendidikan yang rendah kurang memperhatikan keadaan kesehatan.26,27 

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    50/66

    37 

    Pada tabel 4.3. didapatkan pasien tumor jinak payudara 54.7% tidak

    mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral. Hal ini sama dengan hasil

     penelitian oleh Yanhua et al   (2012) dengan hasil penelitian bahwa pasien

    tumor jinak payudara 94.7% tidak mempunyai riwayat pemakaian

    kontrasepsi oral.26 Dari beberapa studi dikatakan bahwa pemakaian

    kontrasepsi oral mempunyai efek perlindungan terhadap risiko timbulnya

    fibroadenoma mammae dan fibrokistik mammae akibat adanya penekanan

    kadar puncak estrogen dan progesteron yang terjadi selama periode kedua

    siklus menstruasi. Namun dilain studi dikatakan bahwa efek perlindungan

    dari pemakaian kontrasepsi oral masih dalam perdebatan.28 

    Berdasarkan lokasi tumor pada tabel 4.3. diketahui bahwa 37.7%

    massa tumor terdapat pada kuadran lateral atas. Hal ini sama dengan

     penelitian yang dilakukan oleh Sari K (2011) di Medan bahwa 44.2% lokasi

    tumor pada kuadran lateral atas. Pada kuadran lateral atas lebih banyak

    mengandung massa kelenjar mammae sehingga menjadi tempat tersering

    tumor payudara baik jinak maupun ganas.29 

    Pada tabel 4.3. diketahui bahwa 79.2% tindakan operasi yangdilakukan pada pasien tumor payudara adalah tindakan ekstirpasi. Hal ini

    sesuai dengan teori bahwa untuk tindakan primer pada tumor jinak payudara

    adalah pembedahan baik berupa insisi, eksisi, ekstirpasi. Setelah dilakukan

     pembedahan, akan dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk menentukan

    lebih pasti massa tersebut merupakan massa yang jinak atau ganas serta

    menentukan jenis histopatologinya.30 Tujuan ekstirpasi yang dilakukan pada

    fibroadenoma mammae adalah mengangkat seluruh massa tumor besertakapsulnya.18 

    Jenis histopatologi pada tumor jinak payudara pada tabel 4.3.

    diketahui bahwa 66% adalah fibroadenoma mammae dan 3.8% adalah

    tumor jinak filoides. Hal ini juga sesuai dengan penelitian oleh Bagale P et

    al   (2013) didapatkan bahwa fibroadenoma mammae mempunyai insidensi

    tertinggi (44.53%).31  Pada laporan penelitian oleh M Ajitha et al   (2012)

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    51/66

    38 

    fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, umumnya

    terjadi pada usia 16-30 tahun dan sekitar 6% terjadi pada usia >45 tahun.32

    Tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Bafakeer et al  

    (2010) di Yaman Selatan, fibroadenoma mammae sering terjadi pada

    kelompok usia 20-29 tahun.7  Hal ini sesuai dengan teori bahwa

    fibroadenoma mammae sering terjadi pada usia muda yang dipengaruhi oleh

    faktor hormonal yaitu siklus menstruasi dan pada saat kehamilan.1 

    4.4. Gambaran Kejadian Tumor Ganas Payudara

    Tabel 4.4. Gambaran Kejadian Tumor Ganas Payudara

    Variabel Kategori Median

    (Q25% - Q75%)

    Frekuensi Persentase

    (%)

    Usia 46,5 (30-77)

    30-39 5 22.7

    40-49 9 40.9

    >50 8 36.4

    Tingkat

     pendidikan

    SD 13 59.1

    SMP 4 18.2

    SMA 4 18.2

    Perguruan

    tinggi1 4.5

    Pemakaian

    kontrasepsi

    oral

    Ada

    16 72.7

    Tidak ada 6 27.3

    Lokasi tumor Lateral atas 9 40.9

    Lateral bawah 5 22.7

    Medial bawah 2 9.1

    Sentral 6 27.3

    Stadium

    I 1 4.5

    IIA 8 36.4

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    52/66

    39 

    kanker IIB 8 36.4

    IIIA 1 4.5

    IIIB 4 18.2

    Tindakan

    operasi

    Simpel

    mastektomi6 27.3

    Radikal

    mastektomi16 72.7

    Jenis

    histopatologi

    tumor

    Karsinoma

    duktal invasif17 77.3

    Karsinoma

    lobular invasif4 18.2

    Tumor ganas

    filoides1 4.5

    Total 22 100%

    Berdasarkan tabel 4.4. didapatkan bahwa jumlah pasien tumor ganas

     payudara berdasarkan usia, diperoleh nilai terendah pada usia 30 tahun dan

    nilai tertinggi pada usia 77 tahun dengan median usia 46.5 tahun dan 40.6%

     pada kelompok usia 40-49 tahun. Hal ini sama dengan penelitian yang

    dilakukan oleh Azamris (2006) di RS.M.Djamil Padang, Leong et al (2010)

    di Sabah Malaysia dan Oktaviana dkk (2012) di RS.Kanker Dharmais

    Jakarta menyebutkan bahwa kanker payudara banyak ditemukan pada

    kelompok usia 40-49 tahun.33,34,35 Pada perempuan yang berusia >30 tahun

    atau usia reproduktif kejadian kanker payudara akan meningkat cepat,

     berlipat ganda setiap 10 tahun dan akan menurun setelah masamenopause.2,15 Tiap pertambahan usia 1 tahun diatas usia 40 tahun

    mempunyai angka pertambahan insiden baru 1-2% untuk risiko terjadinya

    kanker payudara. Hal ini diduga berhubungan dengan pengaruh paparan

    hormonal dalam waktu lama serta paparan faktor-faktor risiko lain yang

    dapat memicu terjadinya kanker.33  Setiap perempuan mempunyai risiko

    yang berbeda untuk terkena kanker payudara. Faktor-faktor yang dapat

    memicu terjadinya kanker payudara pada perempuan diantaranya adalah

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    53/66

    40 

    frekuensi tinggi konsumsi lemak, riwayat kanker payudara pada keluarga,

    lama menggunakan kontrasepsi oral lebih dari 10 tahun, menarche di usia

    dini, dan adanya riwayat tumor jinak payudara yang dapat berkembang

    menjadi tumor ganas. Sehingga perlunya intervensi terhadap faktor-faktor

    risiko tersebut. Risiko untuk kanker payudara pada perempuan seumur

    hidupnya (hingga usia 85 tahun) adalah 1 berbanding 8.10,15

    Dari hasil penelitian tumor ganas payudara pada tabel 4.4.

     berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan bahwa lebih dari 50% pasien

    tumor ganas payudara mempunyai tingkat pendidikan SD. Dari penelitian-

     penelitian yang dilakukan sebelumnya terdapat   perbedaan tentang pengaruh

    tingkat pendidikan terhadap insiden kanker payudara. Pada penelitian yang

    dilakukan oleh Indrati (2005) di RS.Dokter Kariadi Semarang dan penelitian

    oleh Yanhua C et al (2012) di Cina disebutkan bahwa tingkat pendidikan

    tidak berhubungan dengan risiko kanker payudara.15,26  Namun, dari

     penelitian lain oleh Sirait AM (2011) di Indonesia menyatakan bahwa ada

    hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan tumor/kanker payudara,

    dimana risiko tumor/kanker payudara pada pendidikan tinggi 2.22 kali lebih

     besar dibandingkan dengan pendidikan rendah, hal ini mungkin karena

     peningkatan status pendidikan akan meningkatkan status sosial ekonomi,

    yang kemudian akan mengubah pola hidup.27 Pola hidup masyarakat dengan

    sosial ekonomi tinggi baik berupa asupan lemak yang lebih tinggi serta pola

    hidup tidak sehat akan meningkatkan paparan faktor risiko kanker

     payudara.33  Dari  Indonesia Health Profile tahun 2005   pendidikan

     perempuan di desa dan diperkotaan sebesar 70.9% adalah pendidikan

    rendah, 14.9% pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi hanya 3.8%.Dari data tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan perempuan di

    Indonesia masih cukup rendah. Pada pasien dengan tingkat pendidikan yang

    rendah mungkin akan mempengaruhi persepsi pasien tentang penyakitnya

    dan kurang memperhatikan keadaan kesehatan mereka.15,26

    Pada tabel 4.4. didapatkan bahwa 72.7% pasien tumor ganas payudara

    mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral. Penelitian ini sama dengan

    yang dilakukan oleh Marchbank et al (2002) di Philadhelpia yang

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    54/66

    41 

    menyebutkan bahwa >70% pasien kanker payudara mempunyai riwayat

     pemakaian kontrasepsi oral.36 Pada penelitan yang dilakukan oleh Sirait AM

    (2011) di Indonesia menyebutkan bahwa tidak terdapat faktor risiko kanker

     payudara pada pengguna kontrasepsi oral.27 Tetapi penggunaan kontrasepsi

    oral yang lama atau lebih dari 10 tahun memiliki probabilitas untuk

    mengalami kejadian kanker payudara sebesar 52.67% karena kandungan

    estrogen dan progesteron didalamnya akan mempengaruhi proliferasi

     jaringan payudara.2,15

    Untuk lokasi tumor ganas payudara, berdasarkan tabel 4.4. diketahui

     bahwa 40.9% massa tumor terdapat pada kuadran lateral atas. Hal ini sama

    dengan penelitian yang dilakukan oleh Aljarrah (2014) di Scotlandia juga

    menyebutkan bahwa sampel terbanyak berdasarkan lokasi tumor adalah

     pada kuadran lateral atas (50.3%).37  Menurut Haagensen diketahui bahwa

    kuadran lateral atas memang lebih banyak ditemukan dibandingkan daerah

    lain.3 Penelitian ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa kuadran

    lateral atas ini lebih banyak mengandung massa kelenjar mammae sehingga

    menjadi tempat tersering tumor payudara.38

    Berdasarkan tabel 4.4. didapatkan bahwa 72.8% stadium kanker

    adalah pada stadium II. Hal ini sama dengan penelitian Celaya et al (2010)

    menyebutkan stadium II (27.3%) merupakan stadium tersering yang terjadi

     pada pasien kanker payudara.39  Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

    kesadaran pasien dalam melakukan pengobatan pada gejala dini atau

    menyadari secara dini tentang benjolan pada payudara sudah cukup baik.

     Namun, hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rini Indrati

    (2005) bahwa stadium III (44.3%) merupakan stadium tersering yang terjadi pada pasien kanker payudara.15 Dari data rekam medis RS.Kanker Dharmais

    tahun 2010 juga menyatakan hampir 85% pasien kanker payudara datang ke

    rumah sakit dalam keadaan stadium lanjut. Tingginya proporsi pada stadium

    lanjut mungkin disebabkan oleh keterlambatan pasien dalam melakukan

     pengobatan medis. Hal ini akan mempengaruhi tingkat kesembuhan dan

     prognosis pasien. Kanker payudara dapat ditemukan dalam stadium awal

    dengan cara melakukan deteksi dini. Dengan melakukan deteksi dini, akan

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    55/66

    42 

    mudah ditemukan massa tumor dan akan lebih cepat dilakukan tindakan

     pengobatan ataupun operasi. Deteksi dini yang dapat dilakukan adalah

    SADARI dan menganjurkan perempuan di bawah usia 35 tahun untuk

    melakukan USG payudara dan perempuan di atas usia 35 tahun dianjurkan

    untuk melakukan pemeriksaan mammografi satu tahun sekali.40

    Pada tabel 4.4. diketahui bahwa 72.7% tindakan operasi yang

    dilakukan adalah radikal mastektomi. Dari The Patient Education Institute

    tahun 2011 menuliskan bahwa tujuan utama dari operasi kanker payudara

    adalah untuk mengambil seluruh tumor tanpa meninggalkan sisa di daerah

     payudara dan untuk memeriksa kelenjar getah bening, menentukan berapa

     banyak kelenjar getah bening yang terlibat.41 Setelah operasi, akan diberikan

    satu atau lebih jenis terapi lanjutan untuk membantu mencegah timbulnya

    kanker. Terapi lanjutan tersebut adalah terapi radiasi, terapi hormonal, dan

    kemoterapi. Namun pada pasien di RSUD Serang tidak dilakukan terapi

    lanjutan tersebut. Hal ini dikarenakan, RSUD Serang merupakan rumah

    sakit tipe B yang tidak mempunyai pelayanan untuk radioterapi, kemoterapi,

    dan hormonal terapi sehingga pasien akan di rujuk ke RS.Kanker Dharmais

    untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

    Jenis histopatologi pada tumor ganas payudara berdasarkan tabel 4.4.

    diketahui bahwa 77.3% adalah karsinoma duktal invasif dan 18.2% adalah

    tumor ganas filoides. Hal ini sesuai dengan penelitian Zebua JI (2010)

    dengan jenis histopatologi terbanyak adalah karsinoma duktal invasif

    sebanyak 151 orang (77.8%) dan terbanyak yang kedua adalah karsinoma

    lobular invasif 36 orang (18.6%).8 Pada studi yang dilakukan oleh Ebughe et

    al   (2013) juga mendapatkan hasil jenis histopatologi yang sama yaitukarsinoma duktal invasif (85.2%) sering ditemukan.42 Selain itu penelitian

    oleh Dauda et al   (2011) di Nigeria yang melakukan penelitian jenis

    histopatologi berdasarkan usia menyebutkan bahwa karsinoma duktal

    invasif lebih sering terjadi pada kelompok usia 60-80 tahun sedangkan

    karsinoma lobular invasif lebih sering pada kelompok usia 20-40 tahun.43 

    Pada teori juga disebutkan bahwa karsinoma duktal invasif ini merupakan

     jenis kanker tersering yaitu 80% dari semua kanker payudara.2 Karsinoma

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    56/66

    43 

    duktal mempunyai prognosis lebih buruk dibandingkan dengan jenis yang

    lain.1 Sedangkan pada kejadian karsinoma lobular invasif relatif lebih

     berisiko meningkat dibandingkan dengan karsinoma duktal invasif terhadap

    ada hubungannya dengan peningkatan pemakaian terapi pengganti

    hormon.44

    4.5. Keterbatasan Penelitian

    Penelitian ini mempunyai kekurangan dan keterbatasan yang bisa

    mempengaruhi hasil penelitian. Pada penelitian ini menggunakan desain

     penelitian cross sectional atau desain potong lintang yang hanya

    menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen maupun dependen

    sehingga tidak bisa melihat adanya hubungan sebab akibat. Proses

     pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat rekam

    medik pasien dimana data anamnesisnya yang kurang lengkap, dan

     beberapa tulisan sulit untuk dibaca dan dimengerti. 

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    57/66

    44

    BAB 5

    SIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Simpulan

    1. 

    Prevalensi tumor jinak payudara lebih besar daripada tumor ganas

     payudara di RSUD Serang tahun 2013.

    2.  Gambaran kejadian tumor jinak payudara mayoritas terjadi pada kelompok

    usia 40-49 tahun, tingkat pendidikan SMA, tidak mempunyai riwayat

     pemakaian kontrasepsi oral, lokasi tumor terbanyak di kuadran lateral atas,

    tindakan ekstripasi lebih sering dilakukan, dan jenis histopatologi

    terbanyak adalah fibroadenoma mammae.

    3.  Gambaran kejadian tumor ganas payudara mayoritas terjadi pada

    kelompok usia 40-49 tahun, tingkat pendidikan SD, mempunyai riwayat

     pemakaian kontrasepsi oral, lokasi terbanyak di kuadran lateral atas,

    stadium terbanyak adalah stadium II, tindakan simpel mastektomi lebih

    sering dilakukan, dan jenis histopatologi terbanyak adalah karsinoma

    duktal invasif.

    5.2. Saran

    1. Pada penelitian kali ini, peneliti hanya melihat gambaran kejadian tumor

     payudara baik tumor jinak maupun tumor ganas berdasarkan usia, tingkat

     pendidikan, riwayat kontrasepsi oral, lokasi tumor, tindakan operasi,

    stadium kanker, dan jenis histopatologinya, sedangkan faktor-faktor resikoapa saja yang mungkin dapat berhubungan dengan kejadian tumor jinak

    maupun tumor ganas payudara tidak dilakukan. Sehingga diharapkan

    adanya penelitian lebih lanjut yang lebih lengkap untuk dapat

    menyajikannya.

    2. Rekam medis sebagai sumber data penelitian sebaiknya lebih lengkap

    dalam melampirkan data pasien mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik,

     pemeriksaan penunjang, pemeriksaan histopatologi hingga terapi yang

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    58/66

    45 

    diberikan sehingga pada penelitian selanjutnya tidak terdapat data yang

    tidak diketahui.

    3. Perlunya upaya pencegahan pada wanita dengan melakukan pemeriksaan

     payudara sendiri (SADARI) sehingga jika ditemukan benjolan pada

     payudara dapat terdeteksi sedini mungkin.

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    59/66

    46

    DAFTAR PUSTAKA

    1. 

    Kumar V, Abbas KA, Fausto N, Aster JC. The female breast. In: Schmitt

    W, editor. Robbins and cotran pathologic basis of disease. 7

    th

      ed.Philadelphia: Saunders Elsevier; 2005. p.270-80, 1120-140.

    2.  Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R.

    Payudara. Payudara. In: Haryono SJ, Chaula S, editor. Buku ajar ilmu

     bedah sjamsuhidayat-de jong. Ed 3. Jakarta: EGC; 2010. h.176-77,471-97.

    3. 

    Reksoprodjo S. Kanker payudara. In: Ramli M, editor. Kumpulan kuliah

    ilmu bedah. Tangerang: Bina Rupa Aksara Publisher; 2010. h.317, 322-41.

    4. 

    Jemal A, Bray F, Melissa M, Ferlay, Ward E, Forman D. Global cancer

    statistic. Ca Cancer J Clin 2011;61(2): 69 – 90.

    5. 

    World Health Organization. Breast cancer prevention and control

    [Internet]. World Health Organization; 2013 [cited 2013 Aug 28].

    Available from:

    http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index1.html

    6.  Kementerian Kesehatan RI. Panduan memperingati hari kanker sedunia di

    Indonesia tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013. h.1-8.

    7.  Bafakeer SS, Banafa NS, Aram FO. Breast diseases in southern Yemen.

    Saudi Med J 2010;31(9): 1011-14.

    8.  Zebua, JI. Gambaran histopatologi tumor payudara di instalasi patologi

    anatomi RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2009-2010. Repository

    USU 2010;1: 1-45.

    9. 

    American Cancer Society. Breast cancer facts & figures 2013-2014.

    Atlanta: American Cancer Society Inc; 2013. p.1-40.

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    60/66

    47 

    10. Price SA. Gangguan sistem reproduksi. In: Hartanto H, editor.

    Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Ed 6. Vol 2. Jakarta:

    EGC; 2005. h.303.

    11. Tortora GJ, Derrickson B. The reproductive systems. In: Roesch B, editor.

    Principles of anatomy and physiology. 12th ed. United States of America:

    John Wiley & Sons; 2009. p.1110-12.

    12. 

    Drake RL, Vogl W, Mitchel AWM. Gray’s anatomy for student. Spain:

    Churcill Livingstone Elsevier; 2007. p.115-16.

    13. Snell RS. Dinding dada, rongga dada, paru, dan rongga pleura. In:

    Suwahjo A, Yohanes AL, editor. Anatomi klinis berdasarkan sistem.

    Jakarta : EGC; 2012. h.89-91.

    14. Apreliasari H. Risiko riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal terhadap

    kejadian kanker payudara di RSUD dr.Moewardi Surakarta. Digital

    Library Universitas Sebelas Maret 2009;1: 1-55.

    15. Indrati R. Faktor-faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian kanker

     payudara wanita. eprints Universitas Dipenogoro 2005;1: 1-8.

    16. Rianti E, Tirtawati GA, Novita H. Faktor-faktor yang berhubungan dengan

    risiko kanker payudara wanita. J Health Quality 2012;3(1): 10-23.

    17. Kujiper A, Mommers ECM, Elsken, van Diest PJ. Histopathology of

    fibroadenoma of the breast. Am J Clin Pathol 2001;115: 736-42.

    18. 

    Radosavljevic Z, Elek, Dimic S. Juvenile giant fibroadenoma mammae -

    case report . Acta Med Medianae 2010;49(4): 49-51.

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    61/66

    48 

    19. Mishra SP, Tiwary SK, Mishra M, Khanna AK. Phylloides tumor of

     breast: a review article. Hindawi Publishing Corporation 2013;1: 1-11.

    20. 

    Sahu SK, Singh PK, Singh BS, Bhushan S, Aeron K, Sinha M, et al.

    Breast intraductal papilloma. Jurnalul de Chirurgie (Iaşi) 2012;8(2): 189-

    92.

    21. Salemis NS, Gemenetzis G, Karagkiouzis G, Seretis C, Sapounas K, et al.

    Tubular adenoma of the breast: a rare presentation and review of the

    literature. J Clin Med Res 2011;4(1) : 64-67.

    22. Wahyuni AS. Hubungan jenis histologi dengan ketahanan hidup 5 tahun

     penderita kanker payudara. Maj Kedokteran Nusantara 2006;39(1): 7-11.

    23. 

    Persatuan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI). Protokol

    PERABOI. Jakarta: PERABOI; 2003. h.2-15.

    24. 

    John Hopkins Medicine. Breast cancer & breast pathology [Internet].

    United States: John Hopkins University; 2012 [cited 2014 Jul 9].

    Available from: http://pathology.jhu.edu/breast/grade.php/ 

    25. Kresnawan T. Mengatur makanan untuk pencegahan dan terapi kanker

     payudara [Internet]. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2012 [cited 2013

    Aug 31]. Available from: http://gizi.depkes.go.id/wp-

    content/uploads/2012/05/MENGATUR-MAKANAN-KANKER-PAYUDARA.pdf

    26. Yanhua C, Geater, You J, Li L, Shaoqiang Z, Chongsuvivatwong S, et al.

    Reproductive variables and risk of breast malignant and benign tumours

    in Yunnan Province China. Asian Pacific J Cancer Perv 2012;13(5): 2179-

    84.

    http://pathology.jhu.edu/breast/grade.phphttp://pathology.jhu.edu/breast/grade.php

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    62/66

    49 

    27. Sirait AM, Oemiati R, Indrawati L. Hubungan kontrasepsi pil dengan

    tumor/kanker payudara di Indonesia. Maj Kedokt Indon 2009;59(8): 348-

    56.

    28. Goehring C, Morabia A. Epidemiology of benign breast disease with

    special attention histologic types. Epidemiol Rev 2011;19(2): 310-27.

    29. Sari K. Profil penderita tumor payudara yang dilakukan tindakan biopsi

    aspirasi jarum halus di laboratorium sentra diagnostik patologi anatomi

    fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara Januari 2009 –  Mei 2011.

    Repository USU 2011;1: 1-37.

    30. Santen JR, Mansel R. Benign breast disorders. N Engl J med 2005;353:

    275-85.

    31. Bagale P, NV Dravid, Bagale S, Ahire. Clinicopathological study of

     benign breast diseases. Int J Health Sci Res 2013;3(2): 47-54.

    32. M Ajitha, Srinivasan, Shivaswamy BS, Abhishek V. A systematic study

    on fibroadenoma of the breast. IJBAR [Internet]. 2012 [cited 2014 Jul 15];

    03(12):891-95. Available from:

    ijbar.ssjournals.com/index.php/journal/article/view/208

    33. Azamris. Analisis faktor risiko pada pasien kanker payudara di rumah

    sakit Dr. M. Djamil Padang. Maj Cermin Dunia Kedokteran 2006;152: 53-56.

    34. Leong BDK, Chuah JA, Kumar VK, Yip CH. Breast cancer in Sabah

    Malaysia: A two year prospective study. Asian Pacific J Cancer Prev

    2007;8: 525-29.

  • 8/16/2019 Helvia Septarini-fkik

    63/66

    50 

    35. Oktaviana DN, Damayanthi E, Kardinah. Faktor risiko kanker payudara

     pada pasien wanita di rumah sakit k anker “Dharmais” Jakarta. Indonesian

    J Cancer 2012;6(3): 105-11.

    36. Marchbank PA, McDonald JA, Wilson HG, Folger SG, Michele GM,

    Daling JR, et al. Oral contraceptives and the risk of breast cancer. N Engl J

    Med 2002;346(26): 2025-32.

    37. 

    Aljarrah A, Miller WR. Trends in the distribution of breast cancer over

    time in the Southeast of Scotland and review of the literature. ecancer J

    2014;8: 427.

    38. Roger AD. Clinical anatomy of the breast. United States: OHIO

    University; 2012. p.1-64.

    39. Celaya MO, Berke EM, Onega TL, Gui J, Riddle BL, Cherala SS. Breast

    cancer stage at diagnosis and geographic access to mammography

    screening (New hampshire, 1998-2004). International J