eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1436/2/ringkasan hasil-hasil kajian budaya dan... ·...
TRANSCRIPT
RINGKASAN HASIL-HASIL KAJIAN BUDAYA DAN SEJARAH BANJAR
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak CiptaLingkup Hak CiptaPasal 1:
1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 9:
1. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan: a. penerbitan Ciptaan; b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya; c. penerjemahan Ciptaan; d. pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan; e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya; f. Pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman Ciptaan; h. Komunikasi Ciptaan; dan i. penyewaan Ciptaan.
Ketentuan PidanaPasal 113:
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500. 000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (l) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4. 000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Pasal 114 Setiap Orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan sengaja dan mengetahui
membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Prof. Dr. H. Jumadi, M.PdProf. Drs. H. Rustam Effendi, M.Pd, Ph.D
Drs. M. Zaenal Arifin Anis, M.HumMansyur, S.Pd, M.Hum
Drs. H. Ary Achdiyani, MAP
www.penerbitombak.com
2016
RINGKASAN HASIL-HASIL KAJIAN BUDAYA DAN SEJARAH BANJAR
RINGKASAN HASIL-HASIL KAJIAN BUDAYA DAN SEJARAH BANJAR
Copyright©Jumadi, dkk., 2016
Diterbitkan oleh Penerbit Ombak (Anggota IKAPI) bekerja sama dengan Pusat Kajian Budaya dan Sejarah Banjar Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Lambung Mangkurat, 2016
Perumahan Nogotirto III, Jl. Progo B-15, Yogyakarta 55599
Tlp. 085105019945; Fax. (0274) 620606
e-mail: [email protected]
facebook: Penerbit OmbakTiga
website: www.penerbitombak.com
PO. 650.04.’16
Penulis: Prof. Dr. H. Jumadi, M. Pd., Prof. Dr. H. Rustam Effendi, M.Pd., M.Hum.,
Drs. M. Zaenal Arifin Anis, M.Hum., Mansyur, S.Pd., M.Hum., dan
Drs. H. Ari Achdiyani, MAP
Tata letak: Ridwan
Sampul: Dian Qamajaya
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)RINGKASAN HASIL-HASIL KAJIAN BUDAYA DAN SEJARAH BANJAR
Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2016
*** + *** hlm.; 16 x 24 cm
ISBN: ***-***-***-***-*
v
KATA PENGANTAR
Tak Kenal Maka Tak Sayang. Ungkapan lama ini tampak-nya relevan
dikutip di sini mengingat banyak pengalaman unik terkait dengan Banjar.
Ketika bertemu dengan kawan-kawan dari daerah di luar Kalimantan,
kadang-kadang ada saja dari mereka yang tidak tahu persis dari daerah
mana Suku Banjar itu. Seharusnya kita tersinggung, tetapi apa gunanya,
lebih baik mencari tahu mengapa di abad informasi ini fakta tersebut bisa
terjadi. Fakta ini menyadarkan kita betapa pentingnya memperba-nyak
kajian Banjar dan mempublikasikannya. Dengan banyaknya khazanah hasil
kajian Banjar yang menghiasi toko buku, rak-rak perpustakaan, atau dunia
maya dengan e-book, niscaya hal-hal yang terkait dengan ke-Banjar-an bisa
tersebar luas.
Hingga saat ini memang sudah banyak kajian terhadap budaya dan
sejarah Banjar. Akan tetapi, masih banyak “rimba raya” budaya dan sejarah
Banjar yang belum dijamah oleh para peneliti dan pemerhati Banjar. Masih
banyak khazanah bahasa, sastra, arsitektur, tari, lukis, tradisi lisan, sejarah,
dan yang lain yang perlu diungkap. Sekarang yang menjadi pertanyaan
adalah sudah seberapa banyak hasil kajian terhadap budaya dan sejarah
Banjar? Pertanyaan itu masih sulit dijawab secara pasti mengingat publikasi
terhadap hasil-hasil kajian itu belum maksimal. Padahal, informasi yang
yang dikandungnya amat berharga bagi upaya kajian lanjutan maupun
upaya pembinaan dan pengembangan budaya dan sejarah Banjar.
Atas dasar keperluan di atas, tim merasa perlu menyusun buku dengan
judul Ringkasan Hasil-hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar. Sesuai dengan
judulnya, buku ini berisi ringkasan dari berbagai kajian budaya dan sejarah
Banjar yang telah dilaku-kan, baik di kalangan perguruan tinggi, seniman
dan sejarawan, maupun khlayak ramai. Mengingat waktu yang tersedia amat
pendek, isi buku ini tidak berpretensi untuk bisa mengungkapkan semua
hasil kajian yang pernah dilakukan. Mudah-mudahan segera menyusul buku
sejenis sebagai kelanjutan dari isi buku ini.
vi
Peluncuran buku ini sengaja dilakukan bersamaan dengan
terbentuknya Pusat Kajian Budaya dan Sejarah Banjar yang bernaung di
bawah Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas
Lambung Mangkurat. Mudah-mudahan dengan terbitnya buku ini para
peneliti, pemerhati, seniman, budayawan, dan sejarawan Banjar terpantik
untuk memulai, melanjutkan, atau memperdalam hasil-hasil kajian yang
selama ini sudah dilakukan. Jika harapan ini terwujud, kami yakin bahwa
kajian terahadap budaya Banjar semakin meluas dan mendalam yang
pada gilirannya mudah-mudahan publikasinya menghiasi toko buku,
perpustakaan, dan dunia maya dalam bentuk e-book.
Buku ini terwujud berkat tersedianya dana dari pemerintah daerah.
Untuk itu, pada kesempatan ini tim penyusun menyampai-kan terima
kasih kepada Gubernur Kalimantan Selatan, Rektor Unlam, dan Ketua
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Unlam yang
telah menyediakan dana demi tersusun-nya buku ini. Semoga buku ini
menerbitkan manfaat walaupun sekecil biji sawi.
Tim Penyusun
vii
DAFTAR ISI
Judul ~ Kata Pengantar ~ Daftar Isi ~
I. Hasil- Hasil Kajian Budaya~ 1. Terbit Tahun 1968
• HikayatBanjar~2. Terbit Tahun 1977
• Islam&MasyarakatBanjar,DeskripsidanAnalisa-KebudayaanBanjar ~
3. Terbit Tahun 1978• SastraLisanBanjar~
4. Terbit Tahun 1983• StrukturBahasaDusunDeyah~
5. Terbit Tahun 1984• GeografiDialekBahasaBanjarHulu~
6. Terbit Tahun 1986• MorfoSintaksisBahasaBanjarKuala~
7. Terbit Tahun 1994• SyairBramaSahdan~
8. Terbit Tahun 1995• SyairRatuKuripan~• SyairBurungSimbangan~
9. Terbit Tahun 1996• Wujud,Arti,danFungsiPuncak-PuncakKebudayaanLamadan
Asli Bagi Pendukungnya Daerah Kalimantan Selatan ~ • FungsiMantraDalamMasyarakatBanjar~
10. Terbit Tahun 1997• KamusBahasaBanjar-Indonesia~• Andi-AndiUrangBanjarBahari~• TemadanAmanatDongengBanjar~
11. Terbit Tahun 1998
viii
• TemadanAmanatLegendaBanjar~• NominaBahasaBanjar~
12. Terbit Tahun 1999• SistemPemajemukanKataBahasaBanjar~• StrukturSastraLisanLamut~• NominaBahasaBanjar~
13. Terbit Tahun 2000• ManakibDatuNuraya(MisteriKitabBarincong)~
14. Terbit Tahun 2001• ManakibDatuSubandanParaDatu~• IntinganLawanDayuhanBaduaBadangsanak~• SketsaSastrawanKalimantanSelatan~
15. Terbit Tahun 2002• PangeranSamudera(PangeranSuriansyah)~
16. Terbit Tahun 2005• Kisah-KisahSarawin~• TataBahasaBahasaBanjar~
17. Terbit Tahun 2006• PamaliBanjar:DeskripsiBentuk,Fungsi,danMakna~• PamaliBanjar:DeskripsiBentuk,Fungsi,danMakna~
18. Terbit Tahun 2008• SyairCarangkulina:AnalisisStruktur,Fungsi,danNilaiBudaya
~• RepresentasiNilaiKulturalBanjarDalamKumpulanPuisiKurrr
Sumangat Banuaku ~• Analisis Jenis dan Pola Pembentukan Capatian Masyarakat
Banjar ~• AnalisisStrukturdanNilaiBudayaSastraBanjarJapin-Carita
(Naskah Pementasan Teater Awan) Fakultas -Tarbiyah IainAntasari Banjarmasin ~
19. Terbit Tahun 2009• SastraLisanBanjarHulu~• RelasiKekerabatanBahasaBanjardanBahasaBakumpai~• KesantunanDirektifBahasaBanjar~• PeribahasaBanjarDalamKumpulanCerpenGaluhKaryaJamal
T. Suryanata ~20. Terbit Tahun 2010
• RisalahKanzAlMa’rifah (AnalisisStrukturDanMakna)~
ixRingkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
• RealisasiKesantunanTindakTuturMenolakBahasaBanjar~• PemertahananSastraLisanMadihindiKabupatenHuluSungai
Selatan ~• Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Dalam Kumpulan
CeritaPalui~• RisalahKanzAl-Ma’rifah:
Analisis Struktur dan Makna ~• SasiranganKainKhasBanjar~
21. Terbit Tahun 2011• PerkembanganBahasaBanjar~• SastraBanjarGenreLamaBercorakPuisi~• SastraBanjar:TeoridanInterpretasi~• NilaiPendidikanDalamPeribahasaBanjar~• AnalisisMajasdanCitraanKumpulanPuisi“TanahPerjanjian”
Karya Ajamuddin Tifani ~• Nilai-Nilai Moral Yang Terkandung Dalam Ungkapan Bahasa
Banjar ~• NilaiPendidikanDalam“PantunBaantaran”~• KesantunanMemintaDalamBahasaBanjar~
22. Terbit Tahun 2012• BahasaBanjar,DialekdanSubdialeknya~• Rumah Lanting Suatu Tinjauan Terhadap Aspek Sosial
Budaya, Ekonomi, Pola Pemukiman Dan Eksistensinya di Kota Banjarmasin ~
• PantunBanjar:Bentuk&Fungsinya~• KearifanLokalDalamFabelBanjar~• AspekBunyiDanPilihanKataDalamMantraBanjar~• KataPenghubungDalamBahasaBanjar~• PenggunaanMaksimTuturDalamMahalabio~• NilaiBudayaDalamTuturCandi~• InterferensiBahasaIndonesiaTerhadapBahasaBanjarDalam
CeritaSiPaluidiHarianBanjarmasinPost~• SyairSarabaAmpatAnalisis:SemantikdanSemiotik~• JargonKelompokPeseluncurdiBanjarmasin~• UngkapanPamali Bahasa Banjar Sebagai Sarana -Pendidikan
Karakter ~• MistikDalamHikayatBanjar~• LegendaDatu-DatuTabalong~
x
23. Terbit Tahun 2013• PeribahasaBanjar~• TradisiTariTopeng(Manuping)diKampungBanyiurKelurahan
Basirih Banjarmasin Barat ~• Tradisi Maiwak Sebagai Mata Pencaharian Warga di Desa
Bangkau, Kecamatan Kandangan, Hulu Sungai Selatan, Tahun 1950-1970 ~
• PerkembanganPenokohandanAlurCeritaPertunjukanWayangGung di Daerah Barikin, Kecamatan Haruyan, Hulu Sungai Selatan, Tahun 1980-2000 ~
• DialektikaBudayaBanjarDalamKonteksSeni,Tradisi~• SubordinasiPerempuanDalamFabelBingkarungan~• RepresentasiNilai-NilaiAjaranIslamDalamUngkapanBahasa
Banjar ~• Asal-Usul Nama-Nama Kampung di Kabupaten Hulu Sungai
Tengah ~• PengintensifDalamBahasaBanjarKuala~• NilaiMoralDalamSyairKlasikGuntur~• PrefiksMan-BahasaBanjarDalamCeritaSiPalui~• UnsurPendidikanKarakterDalamPeribahasaBanjar~• HumorDalamCeritaSiPalui~• KajianStrukturPuisiBerBahasaBanjarPemenang-LombaAruh
SastraKalselVIITanjung2010~• Representasi Nilai-Nilai Pendidikan Keluarga Yang Terdapat
Dalam Ungkapan Bahasa Banjar ~• Madihin:AnalisisStrukturTeks,Tema,danCaraPenyajiannya
~135• DindangSastraLisanBanjarHulu:KajianBentuk,Makna,dan
Fungsi ~• Strategi Adaptasi Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana
Banjir Pasang di Desa Tanipah Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan ~
24. Terbit Tahun 2014• Mamanda,SebuahTeaterTradisional~• Cucupatian(Teka-Teki)Banjar:Struktur,Fungsi,dan–Makna~• GambaranKehidupanMasyarakatBanjarDalamTeksUndang-
Undang Sultan Adam ~• Pemberian Nama Alias Pada Masyarakat Amawang Kiri
Kandangan:TinjauanLinguistikEtnografi~
xiRingkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
• Naskah Ini Fasal Pada Menyatakan Jalan Yang Benar KaryaNuruddinAr-RaniriDalamNaskahNegara:EdisiSuntinganTeksdanIsiNaskah~
• KecerdasanEmosionalOrangBanjarDalamPantunBanjar~151• LeksikonEmosiDalamBahasaBanjar~• StrategiPemertahananBahasaBanjardiKalimantanSelatan~• KesantunanDirektifBahasaBanjarDalamInteraksiAntaraGuru
danMuriddiSDNegeriHandilBaktiKecamatanAlalak~• PapadahBahari:AnalisisBentuk,FungsidanMakna~• Memaknai Perilaku Filantropi Masyarakat Muslim (Studi
-Fenomologis Pengalaman Sedekah Muzakki Rumah -Zakat Banjarmasin ~
25. Terbit Tahun 2015• StrukturKarakterTokohdanBahasaDalamKesenian-Tradisional
Mamanda ~• PermainanTradisionalRakyatKalimantanSelatan~• GerakDasarTariTradisiKudaGipangKalimantan-Selatan~• SyairSitiZubaidah~• InterpretasiSemiotikRiffaterreDalamMantraBanjar~• RepresentasiNilaiKarakterDalamTeksDindangSastra-Lisan
Banjar ~• StudiTentangKainSarigadingdiKalanganUrangBanjarTahun
1990–2013~
II. Hasil- Hasil Kajian Sejarah ~1. Terbit Tahun 1994
• StrukturBirokrasidanSirkulasiElitediKerajaanBanjar-padaAbadXIX~
2. Terbit Tahun 2001• Pegustian dan Tumenggung : Akar Sosial, Politik, Etnis dan
Dinasti Perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah 1859-1906 ~
3. Terbit Tahun 2007 -• PerjuanganDemangLehmanDalamPerangBanjarTahun1859-
1862 ~ 4. Terbit Tahun 2010
• KesultananBanjarmasinDalamLintasPerdaganganNusantaraAbadKe-XVIII~
• PerkembanganPemakaianWafaqDalamTradisiBadagangPada
xii
Masyarakat Kelayan Timur, Kota Banjarmasin, Tahun 1980-1990 ~
5. Terbit Tahun 2011• IslamisasiKerajaanBanjar(AnalisisHubunganKerajaanDemak
DenganKerajaanBanjarAtasMasuknya Islamdi KalimantanSelatan)~188
• IslamisasiBanjarmasin(AbadXV-XIX)~• RajaDirajaKerajaanBanjarAbadXV–XXI~
6. Terbit Tahun 2012• Perjuangan Wanita Pada Masa Revolusi Fisik di Daerah
-Haruyan, Kewedanan Barabai, Tahun 1945-1949 ~• YusniAntemas,WartawanPejuangDariAmuntai(1922-2012)~• Perkembangan IramaLagu-LaguBanjardiKota-Banjarmasin,
Tahun 1980-2010 ~• AntaraDayakdanBelanda:SejarahEkonomiKalimantanTimur
dan Kalimantan Selatan Tahun 1880-1942 ~ 7. Terbit Tahun 2013
• PerangTongkaMontallat(27Mei-8Nopember1861):EpisodeTerakhir Perlawanan Antasari Dalam Perang -Barito di OnderdistrikMontallat,DistrikMiddenDoesoen,BorneoZuidOosterAfdeeling~
• PerjuanganGerilyaRakyatBalanganPadaMasaRevolusiFisikSekitar Tahun 1945-1949 ~
• PerdagangandanPolitikBanjarmasin1700-1747~8. Terbit Tahun 2014
• Migrasi Masyarakat Banjar ke Desa Sungai Ular KecamatanSecanggang, Kabupaten Langkat, Dari Tahun 1918-2012 (TinjauanHistoris)~
• PerananHarianKalimantanBerdjuangSebagaiAlatPenerangandi Kalimantan Bagian Selatan Pada Tahun 1946-1952 ~
9. Terbit Tahun 2015• RatuZaleha1880-1953:PerjuanganTerakhir-PerempuanBanjar
~• AsywadieSyukurSebagaiUlamadanPendidik-(1968-2010)~
HASIL- HASIL KAJIAN BUDAYA
1
- Terbit Tahun 1968 -
Judul Buku Penelitian : Hikayat Banjar
Nama Pengarang : Johannes Jacobus Ras
Penerbit /Tahun Terbit : Koninklijk Instituut voor Taal Land en Volkenkunde (KITLV), Nederland, 1968
Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif
Ringkasan
Buku ini dimulai dengan pengenalan terhadap Hikayat Banjar, seperti
penerbitan-penerbitan awal Hikayat Banjar, keadaan manuskrip, bagaimana
teks Hikayat Banjar ditulis serta bahasa yang digunakan, penghargaan atau
apresiasi terhadap cerita atau sejarah masyarakat Melayu pada masa silam
serta bagaimana penilaian para sarjana terhadap naskah ini. Kedua, buku
inimemperlihatkandanmemberikankomentar terhadapResensi Idan II
HikayatBanjar. Ketiga,buku inimemperbandingkanantaraResensi I dan
Resensi II Hikayat Banjar. Keempat, buku ini membicarakan persamaan-
persamaan Hikayat Banjar dengan cerita-cerita Melayu dan Jawa serta
membicarakan mitos Melayu tentang asal-usul seorang putri yang muncul
dari buih.
Selanjutnya, kelima, buku ini membicarakan persamaan-persamaan
Hikayat Lambung Mangkurat dengan cerita-cerita Jawa serta dengan mitos
Melayu tentang asal-usul dan cerita Rama Melayu. Lambung Mangkurat dan
Hikayat Rama Jawa. Keenam, buku ini membicarakan persamaan-persamaan
Hikayat lambung Mangkurat dengan cerita-cerita Melayu dan Jawa; tentang
Hikayat Banjar dan SejarahMelayu, unsur-unsur Iskandar dalam Sejarah
Melayu dan Hikayat Banjar. Ketujuh, buku ini membicarakan persamaan-
persamaan Hikayat Lambung Mangkurat dengan cerita-cerita Melayu dan
Jawa, yakni persamaanya dengan cerita Ampu Jatmaka dan Kisah Raja Awab
dalam Serat Kanda, persamaan Hikayat Banjar dan cerita Panji dalam Serat
Kanda, serta persamaan Hikayat Banjar dengan cerita Sekar Sungsang dan
2
tokoh-tokohepikPanjidanWatuGunung.Kedelapan,bukuinimengemukakan
kritikterhadapteksResensiI.Kesembilanbukuinimembicarakantentang
jajahan Melayu di Kalimantan Tenggara dan hubungannya dengan Jawa, nama
Keling dalam Hikayat Banjar dan pengaruh-pengaruh Jawa dalam Hikayat
Banjar, tentang Tanjung Pura dan Hujung Tanah, tentang garis pantai yang
berubah-ubah, tentang berbagai gambaran masa lampau yang dikemukakan
oleh Hikayat Lambung Mangkurat. Kesepuluh, buku ini membicarakan
manuskrip-manuskrip Hikayat Banjar dan dasar-dasar yang diikuti untuk
pengeditan. Dimuat pula berbagai manuskrip dan prinsip-prinsip penulisan.
Buku ini memuat pula teks Resensi I Hikayat Banjar bersama
terjemahannyadalamBahasaInggrissertaaparatuskritikus.TeksResensiI
Hikayat Banjar terdiri dari 17 bab dan 12 episode. Akhir buku ini berisi Glosari
dan indeks, ringkasan penerbitan-penerbitan yang dipetik dari glosari,
6 buah lampiran, yakni (i) Kota Waringin dan Abad ke-19, (ii) Beberapa
permainandanhiburanBanjar,(iii)Barang-barangzamankunoMargasari,
(iv)KisahperjalanankeBenuaLimapadatahun1825,(v)BerhalaDewiSeri
danSedanadalamrumahJawaTradisional,dan(vi)KesusastraanMelayudi
Kalimantan Tenggara.
3
- Terbit Tahun 1977 -
Judul Buku : Islam & Masyarakat Banjar, Deskripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar
Pengarang : Alfani Daud
Penerbit/Tahun Terbit : Rajagrafindo Persada, Jakarta , 1977
Ringkasan
Buku ini terdiri dari empat bagian. Bagian pertama terdiri atas tiga bab,
yaitu bab 1, bab 2, dan bab 3. Pada bab pertama, membahas tentang asal-
usul dan perkembangan Suku Banjar. Dalam bab ini ditelaah asal-usul Suku
Banjar, daerah pemukiman-nya, dan daerah-daerah migrasinya. Selain itu,
dalam bab ini juga dibahas tentang tiga sub Suku Banjar, agama, dan peranan
ulama dalam masyarakat Banjar. Pada bab kedua membahas organisasi
masyarakat, yakni pola pemukiman, sistem kekerabatan, perkawinan,
pembentukan rumah tangga setelah perkawinan dan masalah rumah tangga,
serta pengelompokan penduduk dan peranan tokoh-tokoh di perkampungan
Banjar. Kemudian pada bab ketiga membicarakan lingkungan alam dan mata
percaharian masyarakat Banjar. Bagaimana kondisi lingkungan serta apa
mata pencaharian masyarakat Banjar dibahas pada bab ini.
BagiankeduamenelaahajaranIslamdalamkehidupansehari-hari.Bagian
kedua terdiri dari dua bab, yakni bab 4 dan bab 5. Bab keempat menganalisis
ajaranritualIslamdalamkehidupanmasyara-kat,sepertitentangpewarisan,
kegiatan ibadah, dan kegiatan ibadah sunat. Bab kelima menelaah ajaran
Islamdalamberbagaibidangkehidupan.Diantarahalyangditelaahdalambab
ini adalah masalah perkawinan, perceraian, sistem pewarisan, serta berbagai
kegiatan ritual yang sering dilakukan dalam masyarakat.
Bagian ketiga berisi tentang upacara dan sistem kepercayaan
masyarakat. Bagian ini terdiri dari lima bab, yakni bab enam, tujuh, delapan,
sembilan, dan sepuluh. Bab keenam berisi kegiatan ritual peralihan tahap
pertama. Kegiatan ritual tahap pertama terdiri dari ritual saat kelahiran,
bapalas bidan dan upacara mengayun anak, upacara menamatkan Al-Quran,
4
upacara basunat, upacara batumbang dan upacara mandi. Bab ketujuh
berisi kegiatan ritual peralihan tahap kedua. Pada bab ini ditelaah masalah
perkawinan, kehamilan dan melahirkan, sakit dan kematian, dan berbagai
upacara kematian.
Bab kedelapan adalah tentang ritual berulang tetap atau ritual yang
selalu dilakukan sesuai kalender yang tetap, seperti ritual untuk hari-hari
besarIslamdanaruh tahunan. Bab kesembilan berisi hal yang berhubungan
dengan ilmu gaib, seperti tentang waktu-waktu dan pengaruh waktu itu
terhadap pekerjaan, kegiatan meramal, penyakit dan hubungannya dengan
makhluk halus, ilmu gaib perjodohan, dan ilmu gaib tentang pengobatan.
Bab kesepuluh berisi berbagai ritual lain, seperti kegiatan ritual saat
menanam padi, mencari nafkah, dan membuat rumah. Bagian keempat
berisi interpretasi dan pembahasan terhadap data yang telah dikumpulkan
dan telah disampaikan pada tiga bagian terdahulu.
5
- Terbit Tahun 1978 -
Judul Buku/ Penelitian : Sastra Lisan Banjar
Nama Pengarang : Sunarti, Purlansyah, Syamsiar Seman, Yukrani Maswan, M. Saperi K.
Penerbit/ Tahun Terbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978
Metode Penelitian : Deskriptif
Ringkasan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali semua hasil karya sastra
lisan Banjar, baik yang berbentuk prosa, puisi, prosa liris, dan bentuk-
bentuk lainnya yang ada pada sastra Banjar. Hasil penelitan ini disajikan
sebagaiberikut.SastraBanjarberbentukprosaberjenis(a)legendameliputi
Radin Pangantin, legenda Si Angui, legenda Balai Bahantak, legenda Batu
Tajak, legenda Anak Durhaka Menjadi Batu, legenda Batu Kemaluan, legenda
Gapit Condong, legenda Dayang Sunandi, legenda Asal-usul Nama Desa Ulin,
legenda Luk Sinaga,(b)sage meliputi Panji Utama, sage Panji Kuripan, sage
Anak yang Dibuang, sage Si Pujung,(c)fabelmeliputiWarik nang Sial, fabel
Si Jinglur, fabel Si Koncong Lawan si Budir, fabel Burung Darakuku Lawan
Tikus, fabel Musang Lawan Hayam, fabel Kantut Gubang, fabel Bulu Landak,
(d)mitosmeliputiRaja Baung, Balik Kungkang, fabel Kucing Balaki Raja,
mitos Bulan Sairang, mitos Babi Gunung Batu Bini.
Selanjutnyabagian(e)kisahasal-usulnama-namakampungdidaerah
Pasar Arba meliputi kisah Kampung Pabaungan, kisah Kampung Tatakan,
kisah Kampung Panggung, (f) kisah-kisah datu meliputi Asal Usul Datu
Muning, kisah Datu Sanggul, kisah Datu Sanggul dengan Datu Nagara,
kisah Satu Sanggul Berkawan dengan Syekh Muhammad Arsyad, kisah
Datu Marukat, kisah Datu Taruna Barikin, kisah Datu Kuala, kisah Gasing
Datu Pujung, kisah Datu-datu Panjaga Pulau Laut,(g)caritakerismeliputi
Sempana Misa Giwang, Sempana Samudra, Sempana Bantuala, Sempana
6
Kijang, Sempana Ali Awal, Sempana Mayang Bungkus, Sempana Sapukal
Mandar, Sempana Sapukal Sari,(h)kisah-kisahhantudanraksasameliputi
Su Anja Melakukan Perjalanan Malam, Macan, Sandah, Kisah Kakak Beradik,
Nini Yaksa, (i) cerita humor meliputi Cerita Si Palui, Cerita Sarawin, Cerita
Si Panca, Cerita Andin Kidar,(j)pantun,(k)bacaan,(l)syair,(m)bentuk-
bentuk khusus meliputi lamut, mamanda, madihin,(n)wayangBanjar.
7
- Terbit Tahun 1983 -
Judul Buku/ Penelitian : Struktur Bahasa Dusun Deyah
Nama Pengarang : Djantera Kawi, Durdje Durasid, Aris Djinal
Penerbit/Tahun terbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta, 1983
Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif
Ringkasan
Buku ini terdiri dari enam bab, yakni bab pendahuluan, latar belakang
sosiobudaya daerah penelitian, fonologi Bahasa Dusun Deyah, morfologi
Bahasa Dusun Deyah, sintaksis Bahasa Dusun Deyah, dan kesimpulan hasil
penelitian. Pada bab pendahuluan dijelaskan tentang eksistensi Bahasa
Dusun Deyah dan pentingnya dilakukan penelitian. Bahasa Dusun Deyah
termasuk bahasa daerah yang ada di Kalimantan Selatan. Bahasa Dusun
Deyah dipakai oleh sekelompok penduduk Kabupaten Tabalong yang
tersebar di dua kecamatan, yakni Kecamatan Haruai dan Kecamatan Muara
Uya. Penelitian ini dianggap penting segera dilaksanakan karena hingga saat
itu belum banyak diketahui informasi tentang Bahasa Dusun Deyah.
Bab kedua berisi tentang latar belakang sosial budaya daerah dan
penutur Bahasa Dusun Deyah. Dijelaskan dalam penelitian ini bahwa Bahasa
Deyah digunakan di Desa Kinarum, Keong, Pangelak, dan Bilas di Kecamatan
Haruai serta desa Mangopom di Kecamatan Muara Uya. Bahasa Dusun
Deyah masih digunakan oleh masyarakat dalam pergaulan sehari-hari,
upacara adat, dan berbagai jenis kepercayaan lainnya. Bab ketiga berisi
pembahasan tentang fonologi Bahasa Dusun Deyah. Pada bab ini dibahas
tentang bunyi konsonan, vokal, diftong, persukuan, aturan fonologis, fonem
sufrasegmental, seta ditambah dengan diagram fonem dan distribusi fonem.
Bab keempat berisi morfologi Bahasa Dusun Deyah. Dalam bab ini dibahas
tentangprosesmorfologis,prosesmorfofenemiskarenahadirnyaprefiksN-,
pe-N,pe-,danme-.Dalambabinidibahaspulaprosesafiksasiyangterdiri
dari proses penambahan prefiks N, pe-N, pe-, wa-, ke-, taru-, me-, dan
8
kombinasiafikswape-.Babinijugamembahasfungsidanartiafiksserta
fungsi dan arti reduplikasi Bahasa Dusun Deyah.
Bab kelima berisi Bahasan tentang sintaksis Bahasa Dusun Deyah.
Dalam bab ini dibahas tentang frase dan kalimat Bahasa Dusun Deyah. Ada
dua jenis frase yang dibahas, yakni frase benda dan frase verbal. Dalam hal
kalimat, buku ini membahas tiga macam kalimat, yakni kalimat berdasarkan
struktur frase, kalimat berdasar-kan jumlah klausa, dan kalimat turunan.
Pada bab keenam atau bab terakhir disimpulkan bahwa Bahasa Dusun Deyah
merupakan salah satu bahasa di Kalimantan Selatan yang masih dipelihara
oleh masyarakatnya dengan baik dan mempunyai peran dan kedudukan
yang positif di lingkungan penuturnya.
9
- Terbit Tahun 1984 -
Judul Buku Penelitian : Geografi Dialek Bahasa Banjar Hulu
Nama Pengarang : Fudiat Suryadikara, Djantera Kawi, Durdje Durasid, & Syahrial Sar Ibrahim
Penerbit/ Tahun Terbit : Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Jakarta, 1984
Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif
Ringkasan
Buku ini berisi empat bab, yakni bab pendahuluan, bab tentang alam
dan etnik daerah Hulu Sungai, bab isi yakni analisis peta Bahasa Bahasa
Banjar Hulu, dan bab keempat yang berisi kesimpulan penelitian. Bab
pertama yang merupakan pendahuluan buku ini berisi latar belakang,
masalah, dan tujuan penelitian. Pada bab ini dibicarakan pula tentang teori
yang digunakan serta metode yang digunakan dalam peneitian ini. Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian
adalah daerah Hulu Sungai yang terdiri dari lima kabupaten. Ada 39 orang
informan yang diwawancari oleh tim peneliti.
Bab kedua membicarakan keadaan lapangan penelitian. Dalam bab
ini dibicarakan sejarah singkat daerah Hulu Sungai, ikhwal wilayah dan
kependudukan, kelompok-kelompok etnik yang ada dalam wilayah Hulu
Sungai di samping etnik Banjar sebagai etnik asli. Dalam bab ini dibicarakan
pula keadaan bahasa-bahasa yang hidup dan berkembang di daerah Hulu
Sungai. Disebutkan dalam bab ini bahwa terdapat enam bahasa yang ada
di daerah Hulu Sungai, yakni Bahasa Bukit, Maanyan, Deyah, Banjar Hulu,
BahasaIndonesia,danBahasaasing.Diuraikanpulapadababinitentang
ikhwal pengajaran Bahasa di sekolah dan tentang kajian kebahasaan
sebelum penelitian ini dilakukan. Bab ketiga berisi analisis tentang peta
bahasa.Petabahasadifokuskanpadaikhwalfonologi(konsonan,vokal,dan
persukuan), morfologi (pengimbuhan, pengulangan, pemajemukan), dan
kosa kata serta variasi leksikal. Bab keempat berisi kesimpulan penelitian.
10
Dalam kesimpulan penelitian ini dikatakan bahwa jumlah fonem, imbuhan,
kompositum, dan persukuan Bahasa banjar yang ada di kabupaten-
kabupaten daerah Hulu Sungai tidak ada perbedaannya. Perbedaan yang
ada disebabkan oleh fonem dalam satu kosakata tertentu hanya akibat
pergeseran fonem yang ada dalam daerah artikulasi yang sama, seperti
pipilingan dan papilingan ‘daerahmuka di atas pipi kiri/kanan’, karena
metatesis seperti sagan, gasan, hagan‘untuk.’
11
- Terbit Tahun 1986 -
Judul Buku Penelitian : Morfo Sintaksis Bahasa Banjar Kuala
Nama Pengarang : Djantera Kawi, Durdje Durasid, & Nelly Latif
Penerbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta
Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif
Ringkasan
Buku ini terdiri dari 10 bab, yakni bab pendahuluan, perihal morfem
Bahasa Banjar, proses morfologis Bahasa Banjar, morfofonologis Bahasa
Banjar, jenis kata Bahasa Banjar, jenis frasa Bahasa Banjar, jenis klausa
Bahasa Banjar, jenis kalimat Bahasa Banjar, pola kalimat Bahasa Banjar,
dan penutup kesimpulan penelitian. Bab pertama berisi latar belakang
dan masalah penelitian, tujuan penelitian, teori yang digunakan, metode
dan teknik penelitian, dan sumber data penelitian. Disebutkan dalam bab
pertama ini bahwa penelitian tentang Bahasa Banjar Kuala belum banyak
dilakukan. Hasil-hasil penelitian yang ada barulah pada tahap awal yang
belum begitu mendalam.
Bab kedua berisi perihal morfem Bahasa Banjar. Pada bab ini
dideskripsikan berbagai morfem Bahasa Banjar, baik morfem bebas maupun
terikat. Bab ketiga mendeskripsikan proses morfologis dalam Bahasa
Banjar. Prosesmorfologis yang dibicarakanmeliputi afiksasi, reduplikasi,
dan pemajemukan. Bab keempat mendeskripsi-kan perihal morfofonologis
dalam Bahasa Banjar. Deskripsi meliputi kajian tentang morfofonologis,
morfofonologispadaprefiks,morfofonologispadasufiks,danmorfofonologis
padasimulfiks.BabkelimamendeskripsikanperihaljeniskatadalamBahasa
Banjar. Pembicaraan meliputi kata dan jenis kata, kata benda Bahasa Banjar,
kata kerja Bahasa Banjar, kata sifat Bahasa Banjar, dan kata tugas Bahasa
Banjar. Bab keenam mendeskripsikan berbagai jenis frase dalam Bahasa
Banjar. Deskripsi meliputi frase atributif, frase koordinatif, frase apositif,
frase drektif, dan frase berdasarkan jenis kata pusatnya.
12
Bab ketujuh mendeskripsikan perihal jenis klausa dalam Bahasa Banjar.
Pembahasan diawali dengan penjenisan klausa. Berdasarkan pembahasan
ini maka terdapat dua macam klausa Bahasa Banjar yakni klausa bebas
dan klausa terikat. Bab kedelapan membahas jenis-jenis kalimat dalam
Bahasa Banjar. Pembahasan dimulai dengan berbagai kemungkinan jenis
kalimat menurut teori yang ada. Berdasarkan pembahasan ini maka
kalimat Bahasa Banjar bisa dibedakan menjadi lima macam, yakni kalimat
berdasarkan jumlah dan jenis klausa, kalimat berdasarkan struktur internal
klausa utama, kalimat berdasarkan jenis responsi yang diharapkan, kalimat
berdasarkan hubungan aktor-aksi, dan kalimat berdasarkan ada tidaknya
unsur negatif pada frase verbal utama. Bab kesembilan berisi uraian tentang
pola kalimat. Pada bab ini dideskripsikan dua macam pola kalimat, yakni
pola kalimat dasar dan pola kalimat transformasi. Buku ini diakhiri dengan
bab penutup atau kesimpulan. Pada bab ini disimpulkan bahwa bentuk-
bentuk morfologis dan sintaksis Bahasa Banjar kuala cukup produktif dan
berstruktur sehingga dapat dicontohkan dalam berbagai tataran kategori
lingistik.Hal ini menunjukkan pula bahwa vitalitas Bahasa Banjar Kuala
cukup tinggi sehingga dapat dijadikan alat komunikasi yang efektif oleh
para pendukungnya.
13
- Terbit Tahun 1994 -
Judul Buku/ Penelitian : Syair Brama Sahdan
Nama Pengarang : Djantera Kawi
Penerbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta
Metode Penelitian : Metode Kritik Teks
Ringkasan
NaskahSyairBramaSahdandiambildarikoleksinaskahyangtersimpan
di Museum Lambung Mangkurat, Kalimantan Selatan, di Banjarbaru. Syair
iniditulisdengantulisantangandenganhurufJawi(Arab-Melayu).Syairini
berisi 1560 bait syair. Pada masa lalu, syair ini dijadikan sarana hiburan dan
dibacakan pada saat-saat beristirahat pada malam hari atau pada waktu
berjaga-jaga pada upacara perkawinan. Koleksi naskah ini di Museum Lambung
Mangkurat tercatat sebagai koleksi naskah nomor 4510. Ukuran naskah 21,3
x 16,4 cm, tebal naskah 93 halaman. Syair ini menceritakan tentang suatu
negeri yang bernama negeri Barantahan dengan rajanya yang bernama Raja
Diraja. Raja Diraja berasal dari seorang dewa yang bernama Dewa Batara. Raja
DirajamemunyaiseorangputrayangbernamaBramaIndradanBramaIndra
mempunyai seorang putra yang bernama Brama Sahdan.
Diceritakan juga di sebuah negeri yang bernama negeri Siring Mega.
NegeriinidiperintaholehMaharajaJinIslamyangbernamaGergampaAlam.
GergampaAlammempunyaiputribernamaManduHairani.MaharajaJinIslam
ini juga mempunyai saudara bernama Kulama Jantak yang menjadi raja di
SiringSigara.RajaKulamaJantakmempunyaiputribernamaCahayaHairani.
Brama Sahdan dibuang dan jatuh kepangkuan raja Mambang Manguntara.
Mereka kemudian menjadi saudara angkat dan bersama-sama memimpin
Kerajaan Balintara Hirani. Di negeri ini ada naga besar yang ganas dan sakti
serta suka memakan orang. Naga ini akhirnya dapat dikalahkan Brama
Sahdan. Tidak jauh dari tempat itu ada pula raksasa bernama Barahian yang
14
suka memakan orang. Raksasa itu sangat sakti dan kulitnya tidak dapat
ditembus senjata. Raksasa itu juga berhasil dikalahkan oleh Brama Sahdan.
Rupanya, raksasa tadi adalah jelmaan Batara Sukma Sari yang terkena
kutuk dewa. Dengan tewasnya raksasa itu berarti raksasa itu terlepas dari
kutukan. Sebagai rasa terima kasih dia memberi sebuah gua beserta para
putri yang bermukim di dalamnya. Raksasa itu juga memberikan cincin sakti
dan berpesan bahwa sewaktu-waktu apabila Brama Sahdan memerlukan
bantuan maka dia akan segera datang membantu. Peperangan demi
peperangan dilakoni oleh Brama Sahdan. Semua peperangan itu berhasil
dimenangkan oleh Brama Sahdan.
15
- Terbit Tahun 1995 -
Judul Buku/ Penelitian : Syair Ratu Kuripan
Nama Pengarang : Djantera Kawi
Penerbit/ Tahun Terbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta, 1995
Metode Penelitian : Kritik Teks
Ringkasan
Syir Ratu Kuripan merupakan naskah sastra Indonesia lama yang
mendapat pengaruh Hindu. Naskah Syair ini bernomor 4246 berasal dari
Banjarmasin. Ukuran naskah 12,5 x 21 cm, tebal 172 halaman. Tiap halaman
terdiri dari 12 bait syair. Dengan demikian, syair ini cukup panjang karena
berisi 2064 bait. Berdasarkan isinya, Syair Ratu Kuripan termasuk cerita
Panji karena di dalamnya disebutkan adanya tokoh bernama Raden Mantri
(InuKertapati)besertatigapanakawanpengiringnya,yakniJarudeh,Punta,
dan Kartala. Disebutkan pula pengembaraan yang dilakukan oleh tokoh
utama, Kertapati, peristiwa yang terjadi di dalam kerajaan dan hubungan
kekerabatan antara raja yang memerintah di sebuah negeri atau kerajaan
yang didatangi tokoh utama.
Pokok isi cerita syair ini ialah kisah hidup seorang putra raja Kuripan
bernamaInuKertapati. IamengembarakeSingasaridanmenikahdengan
Awang Sekar, seorang putri Raja Singasari. Di negeri ini pun Raden Mantri
menikahdenganseorangputriraja,bernamaCandraKusuma.Setelahitu,
Raden Mantri bersama kedua istrinya dan para gundiknya pulang ke Kuripan.
Di tengah perjalanan, Raden Mantri dihadang oleh Raja Jaga Raga karena
rajainiakanmerebutPutriNawangSekardaritanganRadenMantri.Dalam
pertempuran itu, Raden Mantri berhasil membunuh Raja Jaga Raga dengan
kerisnya. Setelah itu, Raden Mantri bersama rombongan melanjutkan pulang
ke Kuripan. Sesampainya di Kuripan, Raden Mantri disambut dengan sangat
meriah oleh Sang Nata Kuripan. Raden Mantri pun menyembah kepada
kedua orang tuanya.
16
Judul Buku/ Penelitian : Syair Burung Simbangan
Nama Pengarang : Djantera Kawi dan Rustam Effendi
Penerbit/ Tahun Terbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta, 1995
Metode Penelitian : Kritik Teks
Ringkasan
NaskahsyairBurungSimbaganinimerupakankoleksiMuseumLambung
MangkuratdiBanjarbarudengannomor2825,berukuran21x31cm.Naskah
iniberisi184halamandansetiaphalamanterdiriatas12baitsyair.Naskah
ini memulai ceritanya pada halaman 19 sedangkan halaman sebelumnya
tidakdiketahuikeberadaannyasehinggatidakdiketahuihalisinya.Naskah
ini ditulis dengan menggunakan huruf Jawi (Arab-Melayu). Naskah ini
terlihat sudah sangat memprihatinkan karena kertasnya sudah lapuk dan
18 halaman sebelumnya sudah tidak ada lagi. Huruf-hurufnya masih bisa
dibaca walaupun sudah mulai kabur.
NaskahSyairBurungSimbanganinimenceritakanRatuManikSuntana
yang pergi dengan istrinya pulang ke gunung tempat Ajar Susunan. Di tengah
jalan, ia melihat negeri Pasir Sigara sedang mengadakan sayembara. Ratu
Manik Suntana singgah di tempat dan melihat orang sayembara memanah
seekor Burung Simbangan. Ratu Manik Suntana memanah burung itu dan
Burung Simbangan itu mati. Setelah memanah, Ratu Manik Suntana tidak
masuk ke negeri itu tetapi terus melanjutkan perjalanan ke tempat Ajar
Susunan. Perbuatannya membunuh Burung Simbangan itu diketahui oleh
Patih negeri Pasir Sigara.
Kejadianinidiceritakanolehpatihkepadarajanya.Namun,anakraja-
raja yang menginginkan Putri Gumulung Sari hendak merebut putri itu karena
burung itu telah mati. Ratu Manik Suntana setelah lawatannya ke Tempat
Ajar kembali melanjutkan menuju negeri Pasir Sigara. Dia menjelmakan
dirinya menjadi rama-rama lalu masuk ke keputrian sehingga Raja Pasir
Sigara menjadi sangat marah karena merasa dipermalukan. Di tempat ini,
Manik Suntana harus bertanding dengan pahlawan negri ini yang bernama
17Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
IndraGiriyangsebelumnyatelahmampumengalahkanpatihdanhulubalang
Kerajaan Pasir Sigara. Perang tanding dilakukan untuk mendapatkan Putri
Gumulang Sari. Manik Suntana dapat memenangkan perang tanding itu
dengan bantuan istrinya dan dia dikawinkan dengan putri Gumulang Sari.
Setelah itu, Manik Suntana kembali ke pertapaan dan istrinya melahirkan
anak yang diberi nama Raden Sunting Malayang. Ketika Manik Suntana
datang ke negeri Pasir Sigara, ia melihat istrinya Putri Gumulang Sari diculik
oleh Raden Wijaya Karti. Namun, istrinya dapat diambil kembali dengan
bantuan anaknya yang bernama Sunting Malayang. Akhirnya, Raden Sunting
Malayang mendapat Putri Mandung Kumala, anak Raja Lingga Partala.
18
- Terbit Tahun 1996 -
Judul Buku/ Penelitian : Wujud, Arti, dan Fungsi Puncak- Puncak Kebudayaan Lama dan Asli Bagi Pendukungnya Daerah Kalimantan Selatan
Nama Pengarang : Syarifuddin R, Mohammad Yusran, H. Syahrir, & Fahrurazie
Penerbit/ Tahun Terbit : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta, 1996
Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif
Ringkasan
Buku ini terdiri dari lima bab. Bab pertama merupakan bagian
pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, masalah penelitian,
tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penelitian yang
digunakan, dan pertanggung-jawaban penelitian. Dijelaskan dalam bagian
pendahuluan bahwa penelitian ini penting dilakukan karena kebudayaan
daerah, lama dan asli, memiliki potensi sebagai modal kebudayaan nasional.
Kebudayaan lama dan asli menjadi ciri dan unsur utama bhineka tunggal
ika, sumber gagasan kolektif, penentu jati diri kebudayaan nasional, dan
sebagai memori dalam seleksi penerimaan unsur budaya baru. Dalam
bagian ini juga disebutkan bahwa metode penelitian yang digunakan adalah
metode kepustakaan, observasi, dan wawancara.
Daerah penelitian yang dipilih adalah dua desa yang mem-punyai
latarbelakangsosial-budayaberbeda.DuadesaituadalahDesaWarukin,
Kecamatan Tanta, etnik Dayak Maanyan dan Desa Kuin, Kecamatan Banjar
Utara, Banjarmasin. Bab kedua berisi gambaran umum daerah Kalimantan
Selatan, yang meliputi keadaan alam, keadaan penduduk, dan keadaan
sosial budaya. Dalam bab ini disebutkan bahwa ketika Banjarmasin lahir
tahun 1526, penduduk-nya adalah campuran dari unsur Melayu, Jawa,
Ngaju,Maanyan,Bukit,dansukukecillainnyayangdiikatolehagamaIslam,
berbaha-sa dan beradat-istiadat Banjar.
Kemudian, dengan inti pembentukannya persatuan etnik, lahir kelompok
besar atau grup yaitu kelompok Banjar Kuala, Banjar Batang Banyu, dan Banjar
19Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
Pahuluan. Kelompok Banjar Kuala tinggal di daerah Banjar Kuala sampai
dengan Martapura. Kelompok Banjar Batang Banyu tinggal di sepanjang
sungai Tabalong dari muaranya di Sungai Barito sampai dengan Kalua.
Kelompok Banjar Pahuluan tinggal di kaki Pegunungan Meratus dari Tanjung
sampaiPelaihari.KelompokBanjarKualaberasaldarikesatuanetnikNgaju,
Kelompok Banjar Batang Banyu dari kesatuan etnik Maanyan, dan kelompok
Banjar Pahuluan berasal dari kesatuan etnik Bukit. Bab ketiga memaparkan
puncak-puncak kebudayaan lama dan asli di daerah Kalimantan Selatan.
Paparan dimulai dengan wujud puncak-puncak kebudayaan lama dan asli
suku Banjar dan wujud puncak-puncak kebudayaan lama dan asli Suku
Dayak Maanyan. Disebutkan bahwa puncak-puncak kebudayaan lama dan
asli Suku Dayak Maanyan dan Suku Banjar dapat dicari dalam cerita rakyat
dan puisi rakyat masing-masing. Dalam cerita rakyat dan puisi rakyat itulah
semua kebudayaan beserta nilai atau maknanya disimpan oleh masyarakat.
Cerita rakyatDayakMaanyandan SukuBanjar bisa berupaprosa, seperi
legenda, mite, dan dongeng. Puisi rakyat bisa berupa mantra dan lain-lain.
20
Judul Buku/ Penelitian : Fungsi Mantra Dalam Masyarakat Banjar
Nama Pengarang : Abdurachman Ismail, M.P. Lambut, Sri Wirarti Setyani, Fatah Yasin, & Tarman Effendi
Penerbit/ Tahun Terbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta, 1996
Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif
Ringkasan
Buku ini merupakan hasil penelitian yang memuat empat bab, yakni bab
pertama pendahuluan, bab kedua berisi tinjauan umum tentang masyarakat
dan pemakaian mantra dalam masyarakat Banjar, bab ketiga berisi analisis data
terhadap mantra yang diperoleh, dan bab ketiga berisi kesimpulan penelitian.
Dalam bab pendahuluan bahwa hingga saat itu belum ada penelitian tentang
mantra Banjar. Mantra Banjar merupakan peninggalan budaya Banjar yang
memiliki nilai dan fungsi penting bagi masyarakat Banjar masa lalu. Mantra
Banjar pasa saat sekarang sudah diambang kepunahan. Karena itu, menurut
tim peneliti, penelitian tentang mantra perlu segera dilakukan.
Dalam bab pendahuluan juga disampaikan tentang metode yang
digunakan. Metode penelitian adalah metode deskriptif dan pengumpulan
data dilakukan melalui observasi dan wawancara. Dalam bab tinjauan umum
diketengahkan bahwa dalam masyarakat Banjar ada kepercayaan terhadap
kekuatan magis. Magis ada yang bersifat positif karena magis itu untuk
melawan magis yang jahat dan mencelakakan manusia atau magis hitam.
Magis putih biasanya dimiliki oleh tuan guru(ulama),tabib,dandukunyang
baik. Dalam bab ketiga dibicarakan berbagai mantra beserta fungsi-fungsinya.
Mantra dipilahkan atas beberapa macam, seperti mantra yang berhubungan
dengan keselamatan dalam keluarga, mantra permainan anak, mantra
pengobatan, mantra kecantikan, mantra untuk menambah wibawa, mantra
kekebalan, mantra mata pencaharian, dan mantra untuk keamanan. Mantra
untuk keselamatan dalam keluarga adalah mantra untuk mengatasi masalah
yang timbul dalam keluarga, misalnya, mantra untuk mengurangi rasa sakit
waktu melahirkan, mantra agar waktu melahirkan tidak mengalami kesulitan,
mantra agar anak berhenti menangis, dan lain-lain.
21Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
Mantra yang berhubungan dengan permainan anak adalah mantra
agar memperoleh kemenangan dalam permainan. Diantara mantra ini
adalah mantra bermain layang-layang, mantra agar menang balogo,
mantra bersabung jengrek dan lain-lain. Mantra yang berhubungan dengan
pengobatan antara lain adalah mantra mantra mengobati sakit perut, mantra
agar gigi kuat dan tidak cepat patah, mantra untuk obat bisul, mantra
untuk menghilangkan ketulangan, dan lain-lain. Mantra yang berhubungan
dengan kecantikan antara lain mantra supaya muka keliatan bercahaya,
mantra waktu bersisir, mantra waktu bergelung, dan lain-lain. Dalam buku
ini setiap mantra dilengkapi dengan cara menggunakan mantra itu. Mantra
akan efektif bila yang mengucapkan adalah pemantra yang ahli dan segala
syarat yang diperlukan bisa dipenuhi.
22
- Terbit Tahun 1997 -
Judul Buku/ Penelitian : Kamus Bahasa Banjar-Indonesia
Nama Pengarang : Abdul Djebar Hapip
Penerbit/ Tahun Terbit : Grafika Wangi Kalimantan, Banjarmasin, 1997
Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif
Ringkasan
KamusBahasaBanjar-Indonesiamemuat21entri.Duapuluhsatuentri
ini sesuai dengan jumlah abjad (fonem Bahasa Banjar). Apabila dalam
KamusBahasa Indonesiamemiliki26entri (abjad)makaBahasaBajar ini
hanya memiliki 21 entri. Abjad yang tidak ada dalam kamus Bahasa Banjar
iniadalah/f/,/q/,/v/,/x/,dan/z/.MemangBahasaBanjartidakmemiliki
lima fonem abjad itu. Kata fitnah biasanya diucapkan pitnah atau pitanah,
quran diucapkan kuran, visa diucapkan pisa, xenon diucapkan kinun, dan
zakat diucapkan jakat.
Kamus ini dilengkapi pula dengan penjelasan seputar Bahasa Banjar.
Penjelasan itu meliputi tentang wilayah pemakaian Bahasa Banjar, dialek
Bahasa Banjar Hulu dan Kuala serta perbedaan kedua dialek tersebut.
Dalam bab pendahuluan dibicarakan juga tentang cara penggunaan
kamus. Pembicaraan meliputi tentang abjad dan ejaan, singkatan, fonem-
fonem Bahasa Banjar, distribusi vokal dan konsonan dalam Bahasa Banjar,
bentuk-bentuk persukuan dalam Bahasa Banjar, reduplikasi dan tekanan
kata dalam Bahasa Banjar, ulasan tentang morfologi Bahasa Banjar, dan
kata fungsi atau partikel.
23
Judul Buku/ Penelitian : Andi-Andi Urang Banjar Bahari
Nama Pengarang : Syamsiar Seman
Penerbit/ Tahun Terbit : Dharma Wanita-Tim Penggerak PKK Provinsi Kalimantan Selatan, 1997
Ringkasan
Buku ini diawali dengan penjelasan ikhwal andi-andi. Menurut
penulisnya, andi-andi adalah kisah-kisah Orang Banjar pada masa lalu
yang masih hidup dalam ingatan orang tua. Kisah-kisah itu diceritakan
kembali kepada anak-cucu mereka. Menceritakan kembali andi-andi disebut
baandi-andi. Karena ceritanya sudah ada sejak dahulu kala dan merupakan
warisan budaya nenek moyang maka andi-andi sering juga disebut andi-
andi urang bahariatau‘andi-andiorangdahulukala.’Kebanyakanandi-andi
berupa dongeng dan legenda karena dongeng dan legenda sangat ramai
diperdengarkan.
Dongeng dan legenda tidak serius seperti cerita mite. Dongeng banyak
mengandung kelucuan hidup dan tentang kehidup-an sehari-hari dan
legenda banyak bercerita tentang asal-usul suatu kejadian, suatu benda,
yang tokoh-tokohnya melakukan sesuatu yang sangat kontroversi. Dongeng
dan legenda Banjar diceritakan kepada anak-cucu pada saat menjelang tidur
atau pada waktu-waktu senggang yang lain. Pendengar dongeng biasanya
anak-anak. Dalam buku ini dimuat 10 cerita rakyat. Masing-masing cerita
rakyat diberi judul sebagai berikut. 1. Intingan Lawan Dayuhan Badua
Badangsanak, 2. Asal Mula Gunung Batu Banawa, 3. Si Utun Cangkal
Manuntut Ilmu, 4. Abu Amang Lawan Datu Pujung, 5. Budir Maakali Bubuhan
Warik, 6. Musang Hirang Lawan Hayam Putih, 7. Kisah Luuk Naga, 8. Si Picak
Lawan Si Bungkuk Tulak bagarit, 9. Burung Suit Malawan Hadangan, 10.
Sarawin Tulak ka Urang Aruh.
24
Judul Buku/ Penelitian : Tema dan Amanat Dongeng Banjar
Nama Pengarang : Jumadi, Fudiat Suryadikara, Rustam Effendi, Aris Djinal
Penerbit/ Tahun Terbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Bagian Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Kalimantan Selatan, 1997
Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif
Ringkasan
Buku ini berisi tiga bab, yakni bab pendahuluan, bab hasil penelitian,
dan bab kesimpulan. Dalam bab pendahuluan dinyatakan bahwa dongeng
Banjar memiliki banyak fungsi. Di antara fungsi itu adalah fungsi
pendidikan untuk anak. Mengingat fungsinya yang penting itu maka
khazanah dongeng Banjar perlu dijaga, dilestarikan, dan dikomunikasikan
lagi kepada para generasi sekarang ini. Sekarang karya sastra lama seperti
dongeng telah mulai ditinggalkan masyarakat akibat masuknya berbagai
jenis hiburan modern yang berasal dari berbagai negeri. Data yang berupa
cerita diperoleh dari informan melalui wawancara langsung atau melalui
dokumentasi yang diperoleh dari para informan atau dari kantor instansi
pemerintah yang menyimpan dokumen-dokumen itu, seperti museum,
perpustakaan, dan lain-lain.
Pada bab kedua ditampilkan hasil penelitian, yakni tema dan amanat
dongeng Banjar. Untuk kepentingan analisis, dongeng Banjar dipilahkan
menjadi dongeng binatang, dongeng biasa, dongeng anekdot, dan dongeng
berumus. Dalam bab ini dianalisis 20 judul dongeng binatang. Dua puluh
judul dongeng itu adalah: Tupai lawan Haruan, Musang lawan Hayam,
Kerajaan Bangkang Tutup, Itik lawan Warik, Si Budir lawan Warik, Waring
lawan Kukura, Batanam Pisang, Warik Tuha lawan Buhaya, Si Kuncung
lawan Si Budir, Kukura si Mahluk Halus, Bulu Landak, Burung Darakuku,
Kisah Bangkarungan, Jambul Habang, Kucing lawan Tikus, Urang Sugih lawan
Buhaya, Akal Pilanduk, Pilanduk Jadi Raja, Pilanduk lawan Kalimbuwai,
Balumba Bagadang. Dalam sub bab dongeng biasa dianalisis 15 judul cerita,
yakni Dayuhan lawan Intingan, Taktaknalau, Galuh Ciciri Mulik, Tiungmaini
25Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
Tiungmaintang, Ampak Jadi Raja, Si Budir, Dapur Saatang, Kalangkala
Baikung, Babi Gunung Batu Bini, Mambunuh Raksasa, Si Tedong, Si Pujung,
Si Ditnang, Dua Urang Badangsanak, Si Bahrun. Untuk dongeng humor,
penelitian ini menganalisis 16 cerita, yakni, Miris, Talalu Kasukaan, Tatipu,
Utuh Padang Tulak Maunjun, Maling Laang, Katahuan Urang Bungulnya, Si
Picak Lawan Si Burut, Lastik Maut, Manangkap hayam Nini Randa Balu,
Sarawin Kada di Saru Urang, Taharat Anak, Malam Lailatul Kadar, Si Pacana
Maingu Anak Kilat, Andin Kidar Manjabak Minjangan, Ahli Rikin, Biar Mati
Asal Numur Satu.
Bab ketiga berisi kesimpulan penelitian. Dalam bab ini disimpulkan
bahwa tema dan amanat dongeng Banjar sangat beragam. Keberagaman
tema dan amanat ini karena dongeng Banjar berisi persoalan hidup yang
juga beragam. Tema-tema itu bisa disimpulkan menjadi tiga bagian, yakni
tema yang berhubungan dengan hiburan, pendidikan etika, dan pendidikan
sosial seperti gotong royong dan saling tolong-menolong.
26
- Terbit Tahun 1998 –
Judul Buku/ Penelitian : Tema dan Amanat Legenda Banjar
Nama Pengarang : Jumadi, Fudiat Suryadikara, Rustam Effendi, Aris Djinal
Penerbit/ Tahun Terbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Bagian Proyek Pembinaan Bahasa Dan Sastra Indonesia Dan Daerah Kalimantan Selatan, 1998
Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif
Ringkasan
Pada bagian pendahuluan buku ini dinyatakan oleh tim peneliti
bahwa fungsi legenda Banjar tidak hanya berhubungan dengan kehidupan
masyarakat Banjar masa lalu. Kenyataan yang terlihat sekarang membuktikan
bahwa fungsi-fungsi itu masih relevan dan tetap menjadi pedoman hidup
masyarakat Banjar walaupun zaman telah memasuki era modern. Banyak
pakar dan tokoh masyarakat menyatakan bahwa legenda mempunyai
banyak nilai untuk membimbing kehidupan masyarakatnya. Walaupun
demikian, satu kenyataan yang tidak terbantahkan bahwa warisan budaya
yang berupa legenda itu telah hampir dilupakan oleh generasi sekarang.
Banyak masyarakat Banjar, terutama generasi mudanya yang tidak mengenal
lagi khazanah legenda daerahnya. Buku ini membahas tema dan amanat
legenda Banjar.
Semua legenda yang diperoleh dipilahkan menjadi empat macam, yakni
legenda keagamaan, legenda alam gaib, legenda perorangan, dan legenda
setempat. Ada 15 cerita yang termasuk ke dalam legenda keagamaan, yakni
Legenda Haji Muhammad Tahir, Legenda Datu Tuguk, Legenda Musyawarah Datu-
Datu, Legenda Datu Insat, Legenda Datu Sanggul, Legenda Datu Pamulutan,
Legenda Datu Tungkaran, Legenda Datu Suban dan Datu Arsanaya, Legenda
Datu Sanggul dengan Syekh Arsayad Albanjari, Legenda Datu Pujung Membuat
Mesjid, Legenda Datu Sanggul Menerima Kitab Laduni, Legenda Lima Wejangan,
Legenda Langlang Silaut, Legenda Pangeran Suriansyah Membangun Mesjid,
dan Legenda Agama Islam Masuk Kerajaan Banjar.
27Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
Legenda alam gaib terdiri dari 15 cerita, yakni Legenda Kuyang Pengisap
Darah, Legenda Datung Sangka, Legenda Manusia Menjadi Jin, Legenda Anak
Sima, Legenda Taktaknalau, Legenda Dapur Saatang, Legenda Babi Gunung
Batu Bini, Legenda Nini Randa dengan Pohon Tangkalupa, Legenda Mapihan
dan Tabuan Ranggas, Legenda Macan Panjadian, Legenda Hantu Sandah,
Legenda Datung Gariwai, Legenda Nini Nambul, Legenda Datu namat, dan
Legenda Datu Mabrur. Legenda Perseorangan memuat lima cerita, yakni
Legenda Dara Gantar, Legenda Datu Angkawaya, Legenda Panji Utama, Legenda
Panji Kuripan, dan Legenda Ratu Intan. Legenda Setempat membicarakan 10
cerita, yakni Legenda Radin Pangantin, Legenda Batu Kamaluan, Legenda
Batu Tajak, Legenda Asal-Usul Desa Ulin, Legenda Balai Bahantak, Asal Mula
Kampung Uka-Uka, Legenda Pulau Kambang, Legenda Asal Mula Nama Kota
Karang Intan, dan Legenda Asal-Usul Kampung Panggung. Dalam kesimpulan
penelitian dinyatakan bahwa tema dan amanat legenda Banjar berkisar pada
sikap tawakal kepada tuhan, sikap sombong dan takabur, sikap pemimpin
yang bijaksana, musyawarah dan mufakat, dan gigih menuntut ilmu.
28
Judul Buku/ Penelitian : Nomina Bahasa Banjar
Nama Pengarang : Jumadi, Durdje Durasid, Rustam Effendi
Penerbit/ Tahun Terbit : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta, 1998
Metode Penelitian : Deskriptif dan Kajian Putaka
Ringkasan
NominaBahasaBanjarmemilikiciri-ciritertentu,baikitucirisecara
morfologis, sintaksis, maupun semantis. Ciri-ciri nomina itu dapat
diidentifikasidariwujuddanperilakunominaitudalamtautanmorfologis
dan tautan sintaksis. Jika dilihat secara morfologis, dalam Bahasa Banjar
ada sejumlah afiks dan klitik yang berkombinasi dengan bentuk dasar
untukmembentuknomina.AfiksituadalahpaN-, ta-, -ar, -an, paN-an, sa-
an; sedangkan klitiknya adalah -ku, -mu, -nya. Secara sintaksis, nomina
mempunyai distribusi dan fungsi tertentu. Distribusi nomina dalam Bahasa
Banjardapatditandaiolehbeberapaciri,yakni(a)nominadapatdiawali
ataudiikutikatapenunjuk,(b)setiapkatayangdiikutiolehsuatusatuan
yang menyatakan posesif adalah nomina, (c) nomina dapat didahului
olehbentukdasaryangberkelasnumeralia, (d)nomina langsungdapat
berdistribusi setelah preposisi, (e) nomina dapat berada sebelum atau
sesudah kata nang ‘yang’,(f)nominadapatdidauluiolehkatasandang
si ‘si’, dan (g) nomina dapat didahului oleh kata lain ‘bukan’. Dalam
tautan sintaksis, nomina dapat menduduki fungsi subjek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan.
Selain memiliki ciri morfologis dan sintaksis, nomina Bahasa Banjar
juga memiliki bentuk tertentu, yakni nomina dasar, nomina turunan,
nomina berulang, dan nominamajemuk. Nomina turunan dalam Bahasa
Banjar ada yang berupa nomina infleksional dan nomina derivasional.
Sementara itu, nomina berulang dalam Bahasa Banjar dapat dibedakan
menjadilimamacam,yakni(a)nominaberulangseluruhbentukdasar,(b)
nominaberulangsukupertama,bentukdasar,(c)nominaberulangbentuk
dasardenganvariasifonem,(d)nominaberulangdenganperubahanafiks,
29Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
dan (d) nomina berulang semu. Selain bentuk berulang, nomina juga
mempunyai bentuk majemuk. Ada dua kelompok nomina majemuk, yakni
nomina majemuk berunsur bentuk dasar dan bentuk terikat. Berdasarkan
kelas kata unsur pembentuknya, bentuk nomina majemuk dalam Bahasa
Banjardapatdibedakanmenjadiempat,yakniyangterbentukdariN+N,N+
V,N+Adj.,danN+Num.SemuanominaBahasaBanjartersebutmempunyai
berbagai kemungkinan makna. Makna-makna itu bergantung kepada wujud
dan perilaku nomina itu.
30
- Terbit Tahun 1999 –
Judul Buku Penelitian : Sistem Pemajemukan Kata Bahasa Banjar
Nama Pengarang : Jumadi, Fudiat Suryadikara, Rustam Effendi
Penerbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta
Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif
Ringkasan
Buku ini terdiri dari lima bab. Bab pertama merupakan bab pendahuluan
yang berisi latar belakang masalah, tujuan dilakukan penelitian, teori yang
digunakan, data yang diperlukan dan sumber data, metode penelitian dan
teknik penelitian. Bab kedua berisi berbagai ciri kata majemuk Bahasa Banjar.
Dalam bab ini disebutkan tiga ciri kata majemuk Bahasa Banjar, yakni ciri
fonologis, ciri morfologis, dan ciri sintaksis. Bab ketiga berisi tipe-tipe kata
majemuk Bahasa Banjar. Dalam bab ini disebut tiga tipe kata majemuk,
yakni kata majemuk berdasarkan kelas kata, kata majemuk berdasarkan
konstruksinya, dan kata majemuk berdasarkan valensi sintaksi. Berdasarkan
kelas kata, kata majemuk Bahasa Banjar terbentuk dari nomina, verba,
numeralia, dan ajektiva. Berdasarkan konstruksinya, kata majemuk Bahasa
Banjar dibedakan menjadi dua macam, yakni kata majemuk kontruksi
endosentris, kata majemuk ekosentris.
Bab keempat membahas makna kata majemuk. Dalam bab ini disebutkan
tiga jenis makna kata majemuk, yakni makna struktural, makna idiomatik, dan
makna kelompok. Makna struktural kata majemuk Bahasa Banjar terdiri dari
makna struktural kata majemuk kelas nomina, kelas verba, kelas numeralia,
dan kelas ajektiva. Makna idiomatik kata majemuk Bahasa Banjar dibedakan
menjadi dua kategori, yakni makna idiomatik kata majemuk tingkat tinggi,
tingkat sedang, dan tingkat rendah. Bab kelima merupakan bab penutup
buku. Bab ini berisi simpulan tentang ciri kata majemuk, tipe kata majemuk,
dan makna kata majemuk dalam Bahasa Banjar.
31
Judul Buku Penelitian : Struktur Sastra Lisan Lamut
Nama Pengarang : Jarkasi, H. Djantera Kawi, H. Zainuddin Hanafi
Penerbit/ Tahun Terbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta
Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif
Ringkasan
Buku ini terdiri dari empat bab, yakni bab pendahuluan yang
menjelaskan masalah penelitian, metode dan teknik penelitian, serta
teori yang digunakan sebagai ancangan pembahasan terhadap data yang
diperoleh. Bab kedua berisi pembahasan tentang struktur internal lamut.
Hal yang dibahas dalam bab ini adalah tempat pagelaran, penyajian, alat
musik yang menyertai pagelaran, pakem dan pengembangannya ketika di
atas panggung, unsur sastra dalam seni lamut, dan struktur internal cerita
lamut. Bab ketiga, pembahas-an tentang struktur eksternal lamut. Bab ini
membahas tentang asal-usul lamut, tradisi lamut, fungsi dan kedudukan
lamut dalam masyarakat Banjar, dan simbol-simbol yang muncul serta
makna simbol-simbol itu.
Bab keempat berisi simpulan hasil penelitian. Dalam simpulan ini
dinyatakan bahwa lamut sebagai seni tradisional Banjar memiliki struktur
internal dan eksternal. Kedua struktur ini terjalin membentuk suatu fungsi
dan kedudukan yang erat dengan sejarah munculnya seni tradisional. Peran
sastra lamut terutama adalah hiburan dan kadang-kadang bersifat sakral.
Sebagai seni hiburan, lamut sering menyampaikan pesan kepada khalayak
dengan suasana kemesraan, keakraban, sindiran, dan kritik-kritik tajam.
Dalam fungsi sakral, lamut berfungsi sebagai upacara persembahan atau
pemuja-an dan hajatan.
32
Judul Buku Penelitian : Nomina Bahasa Banjar
Nama Pengarang : Jumadi, Durdje Durasid, Rustam Effendi
Penerbit/ Tahun Terbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta
Metode Penelitian : Deskriptif
Ringkasan
Setelah membahas tentang teori yang digunakan, pembahas-an
dilanjutkan dengan menganalisis nomina Bahasa Banjar. Penelitian ini
berhasil menemukan bentuk-bentuk dan makna-makna yang diemban oleh
kata nomina Bahasa Banjar. Berdasarkan hasil penelitian ini, bentuk nomina
Bahasa Banjar terdiri dari bentuk dasar, bentuk turunan, bentuk infleksional
danderivasional,bentukberulang,danbentukmajemuk.Nominabentuk
dasar adalah nomina yang belum mengalami proses morfologis. Pada
umumnya, nomina bentuk dasar selalu merupakan morfem bebas. Bentuk
nominayangkeduaadalahnominaturunan.NominaturunanbahasaBanjar
adalah nomina yang mengalami proses afiksasi, baik berprefiks, infiks,
sufiks, maupun simulfiks. Nomina infleksional dan derivasional adalah
nominayangdilekatiafikspaN-,-an,danpaN-an.Nominaderivasionaladalah
nominayang terbentukdari jeniskata lainakibatmelekatnyaafikspada
bentuk seperti kata kerja, sifat, dan lain-lain. Kata kerja /kuyak/ menjadi
kata nomina setelah mendapat prafeks pa- menjadi panguyak(nomina).
Bentuk nomina keempat adalah nomina berulang. Nomina berulang
adalah nomina yang terjadi akibat proses perulangan atau reduplikasi.
Bentuknominayangkeempatadalahnominamajemuk.Nominamajemuk
adalah nomina sebagai hasil dari gabungan dua atau lebih nomina atau
nominadenganjeniskatalainyangmewujudkanmaknabaru(pasar iwak
=N+N,wadai habang=N+Adj,duit wani=N+Adj,limau kuit=N+V,bulan
sahiris=N+Num).NominaBahasaBanjarbisa jugaterbentukdaribentuk
bebas dan bentuk terikat, seperti parang bungkul (parang sebagai bebas
terikat dan bungkul sebagai bentuk terikat. Kata majemuk juga memiliki
makna.Maknakatamejemukantaralain:(i)orangyangmelakukansuatu
33Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
pekerjaan,(ii)alatyangmenjadikan,(iii)memilikisifatsepertiyangtersebut
dalam bentuk dasar, dan makna lain sesuai konteksnya dengan kata-kata
yang menyertai kata majemuk itu.
34
- Terbit Tahun 2000 -
Judul Buku/ Penelitian : Manakib Datu Nuraya (Misteri Kitab Barincong)
Nama Pengarang : H.M. Marwan
Penerbit/ Tahun Terbit : Sahabat, Kandangan, Kal-Sel, 2000
Ringkasan
Buku ini berisi cerita salah seorang datu yang terkenal di kawasan
Kalimantan Selatan, khususnya di daerah Kabupaten Tapin, Rantau. Buku
ini berisi tiga bab, yakni bab pendahuluan yang berisi sejarah hidup dan
kematianDatuNuraya,yangmeliputi,sebabdimakamkandiDesaTatakan,
tentang Desa Tatakan yang merupakan tempat bersemayamnya para datu,
kisahkesaktianparadatudiKampungMuningTatakan,riwayatDatuNuraya
dan tempat berkuburnya Datu Nuraya, penemu makam Datu Nuraya,
pembuktianspiritualbahwaDatuNuarayaadalahtubuhnyasangatbesar,
tentangmakamDatuNurayayang terpanjangdidunia,berbagaikeramat
DatuNuraya,danmisteriKitabBarencong.
Bab kedua membicarakan susunan pengurus atau pengelola makam
keramat Datu Nuraya. Bab ketiga berisi berbagai tanggapan masyarakat
terhadapkisahDatuNuraya.Dalambagianpendahuluandijelaskanbahwa
riwayat Datu Nuraya bersumber dari cerita rakyat yang berkembang di
daerah Kabupaten Tapin. Cerita ini diwariskan turun-temurun dari satu
generasi ke generasi lainnya. Pada bagian lain buku ini disebutkan bahwa
namaasliDatuNurayaadalahSyekhAbdulMu’indansebagianmasyarakat
mangatakannamayangsebenarnyaadalahSyekhAbdulJabbar.DatuNuraya
datangsecaratiba-tibamenemuiDatuSuban.Namun,beberapasaatsetelah
bertemu dan saling membalas salam, datu itu meninggal dunia. Datu itu
dinamakan Datu Nuraya karena badannya sangat besar. Di dalam tubuh
DatuNurayaditemukansatutaskecil(salepang)yangternyataberisisatu
kitab. Kitab ini kemudian dinamakan kitab barencong.
Sejak meninggal dunia, tidak seorang pun yang mengetahui di mana
Datu Nuraya berkubur atau dimakamkan. Cerita penemuanmakam Datu
NurayadimulaikarenaseringnyamasyarakatsekitarDesaTatakanmelihat
35Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
cahaya menjelang malam memancar di langit. Salah seorang anggota
masyarakat yang bernama Baseran atau Utuh Karikit mencari asal muasal
cahaya itu. Di dalam hutan, Utuh Karikit menemukan dua buah batu. Batu
yang satu dengan batu yang lain berjarak sekitar 45 meter. Dua buah batu
ituolehparatokohmasyarakatdiyakinisebagaibatunisanDatuNuraya.
Konon, Almarhum Baseran atau Utuh Karikit sudah beberapa kali dijumpai
olehDatuNurayapadasaatdiantaratidurdanjaga.DatuNurayaberpesan
agar dia memelihara makamnya. Sejak saat itu, Baseran bersahabat dengan
DatuNuraya.Karenasebabpersahabatanitu,Baseranmempunyaikesaktian
dan keahlian dapat mengangkat atau menarik kapal yang kandas, mobil
yang terbalik, dan barang berat lainnya.
36
- Terbit Tahun 2001 -
Judul Buku/ Penelitian : Manakib Datu Suban dan Para Datu
Nama Pengarang : H.M. Marwan
Penerbit/ Tahun Terbit : TB Sahabat, Kandangan, 2001
Metode Penelitian : Deskriptif
Ringkasan
Buku ini membicarakan para datu yang hidup di Kabupaten Tapin. Para
datu ini dianggap benar-benar hidup pada masa lalu dan menjadi panutan
dan pelindung masyarakat sekitar pada masa lalu. Manakib pertama dalam
buku ini adalah Manakib Datu Suban. Dalam buku ini disebutkan Datu Suban
adalah seorang ahli agama dan guru agama yang ahli dalam bidang tasauf.
Beliau hidup di Pantai Jati Munggu Karikil Tatakan, Rantau. Datu Suban adalah
guru dari semua Datu orang Muning, Rantau. Datu Suban sangat santun dan
berakhlak mulia. walaupun demikian, kalau ada orang yang berbuat jahat
maka beliau tidak ragu-ragu mengambil tindakan kepada orang itu. Dengan
kesaktiannya, orang jahat akan takluk tak berkutik dengan beliau.
Buku manakib ini dilengkapi dengan ajaran-ajaran Datu Suban,
wafatnya Datu Suban dengan cara yang ajaib, yakni badan-nya lenyap, yang
terlihat hanya kukus(asap)yangkemudianasapitubergantidengancahaya
yang memancar sampai ke langit. Pada suatu hari Datu Suban didatangi
oleh seorang yang berbadan sangat besar. Orang itu tiba-tiba roboh dan
meninggal dunia. Para datu yang melihat kehadiran orang besar ini dinamai
Datu Nuraya. Di dalam pakaian orang itu terselip satu buku. Buku itu
ternyata berisi berbagai ilmu untuk kejayaan di dunia dan kebahagiaan di
akhirat. Isi buku itudisampaikankepadamurid-muridDatuSubanuntuk
diamalkan. Murid Datu Suban yang menerima amalan buku itu masing-
masing sebagai berikut. Datu Murakat diberi satu ilmu kepahlawanan yang
dengan ilmu itu maka musuh tidak akan berani melawan. Datu Tamiang
Karsa diberi ilmu panglima kelasykaran. Dengan ilmu ini maka Datu
Tamiang Karsa menjadi gagah perkasa sehingga tak ada lawan yang mampu
menandingikeperkasaannya.DatuNiangThalibdiberiilmukabariat dunia.
37Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
Ilmu inisangathebatsehinggaapabilabeliaumenghentakkankakimaka
orang jahat akan lemah urat-tulangnya sehingga terduduk tak berdaya. Datu
Niang Thalib dipercaya masih hidup sampai sekarang sebagai penguasa
alam gaib di Hutan Pulau Kadap, Rantau. Datu Karipis diberi ilmu kuat
mengangkat beban yang berat-berat, mampu berjalan di atas air, badannya
tidak terbakar oleh api, dan kebal terhadap senjata tajam lainnya. Datu
Ganum diberi ilmu dapat berubah menjadi empat badan yang rupa dan
bentuknya sama sehingga tidak bisa diketahui yang mana tubuh Datu
Ganum yang sesungguhnya. Datu Argih diberi ilmu kesempurnaan dunia
dan akhirat, Datu Ungku diberi ilmu keduniaan yang apabila dua telapak
tanganya ditekukkan maka musuh akan lemah lunglai dan terduduk tak
berdaya. Datu Labai Duliman diberi ilmu falaq, bisa menerjemahkan Bahasa
asing, dan dapat mengetahui seisi alam. Datu Harun diberi ilmu kebal dan
badannya keras bagaikan besi, Datu Arsanaya diberi ilmu kesalehan. Datu
Rangga diberi ilmu keduniaan semata untuk memimpin masyarakat. Datu
Galuh Bulan diberi ilmu kecantikan dan awet muda. Datu Sanggul diberi
ilmu makrifat sehingga jaya di dunia dan akhirat.
38
Judul Buku/ Penelitian : Intingan Lawan Dayuhan Badua Badangsanak
Nama Pengarang : Syamsiar Seman
Penerbit/ Tahun Terbit : Grafika Wangi Kalimantan, Banjarmasin, 2001
Ringkasan
Buku ini berisi 5 cerita dongeng yang sangat digemari anak-anak pada
masalalu.Kelimadongengitudiberijudulolehpengarangnyadengan(1)
IntinganLawanDayuhanBaduaBadangsanak,(2)NiniRandaBaluMambarii
Hayam,(3)JulakLarauMambariiIwak,(4)SarawinTulakkaUrangAruh,
dan (5) Sarawin Mambatak Haur. Semua cerita dongeng ditulis dalam
Bahasa Banjar. Dalam Kata Pengantar buku ini, penulis mengatakan bahwa
pada masa penulis masih kecil, setiap malam anak-anak merengek-rengek
kepada nenek masing-masing meminta dikisahkan dongeng-dongeng. Di
antara dongeng-dongeng itu adalah yang dikumpulkan penulis dalam
bukuini.Waktumenceritakandongeng-dongengituadalahsehabismakan
malam. Sambil menunggu saat tidur, cerita itu dituturkan oleh ayah, atau
ibu, atau oleh nenek atau kakek. Menurut penulisnya, kisah dongeng
itu menjadi alat pendidikan karakter anak. Dalam cerita Intingan dan
Dayuhan, misalnya, sangat sarat dengan pendidikan karakter. Intingan
adalah seorang yang dilukiskan sebagai orang yang baik hati, pintar,
dan tidak malas apabila disuruh membantu orang tua. Berbeda dengan
Dayuhan, adik Intingan. Dayuhan diberi sifat bodoh, tidak menuruti
nasihat orang tua, iri, dan lain-lain sifat yang tidak baik. Dari cerita ini
anak-anak diharapkan bisa mengikuti perilaku Intingan dan menjauhi
perilaku Dayuhan. Menurut pengarangnya, pada saat ini sebaiknya cerita-
cerita dongeng ini perlu disampaikan lagi kepada anak-anak sekarang
agar mereka tahu peninggalan cerita masa lalu sekaligus juga memetik
nilai yang terkandung di dalamnya. Sangat disayangkan, kata penulis lagi,
ceita-cerita ini sudah banyak dilupakan orang.
39
Judul Buku/ Penelitian : Sketsa Sastrawan Kalimantan Selatan
Nama Pengarang : Jarkasi & Tajuddin Noor Ganie
Penerbit/ Tahun Terbit : Balai Bahasa Banjarmasin, 2001
Ringkasan
Buku ini berisi nama, riwayat hidup, dan riwayat kepengarangan setiap
sastrawan Banjar. Buku ini berisi 307 orang sastrawan Banjar. Di dalam
catatan pendahuluan dinyatakan bahwa buku ini merupakan sketsa penyair
Kalimantan Selatan yang pernah tercatat sebagai sejarah dunia sastra di
Kalimantan Selatan. Dinyatakan juga dalam buku ini bahwa sebagian fakta
sejarah berkenaan dengan data sederet penyair yang direkonstruksi masih
sangat terbatas. Data yang terungkap dalam buku ini hanyalah keterangan
beberapa narasumber yang dipandang banyak mengetahui ikhwal kreativitas
sastra modern di Kalimantan Selatan. Lemahnya kegiatan pengarsipan dalam
kegiatan tulis-menulis sastra masa lalu diduga karena tradisi lisan di daerah
ini terlalu kuat.
Penyusunan sketsa sastrawan Kalimantan Selatan direkonstruksi sejak
sebelum perang kemerdekaan sampai sekarang. Luasnya jangkauan yang
ingin ditulis atau direkonstruksi menjadi masalah yang luar biasa sulitnya
bagi penulis buku ini. Sumber-sumber itu sebagian harus dicari dari anggota
masyarakat yang dapat dipandang sebagai narasumber utama. Menurut
penulis buku ini, sastrawa-sastrawan yang terhimpun dalam sketsa ini
sangat variatif. Para sastrawan itu tidak hanya menulis sastra, tetapi juga
menulis esai-esai seni lainnya, seperti tari, drama, dan sejarah sastra.
Ada pula yang hanya menulis puisi, atau hanya prosa, atau sekaligus
menulisprosadanpuisi.Olehpengarangbukuini,parasastrawanBanjar
bisa dipilahkan menjadi empat kelompok, yakni (i) sastrawan generasi
perintis,(ii)sastrawangenerasipenerus,(iii)sastrawangenerasipenerus
perkembangan, dan (iv) sastrawan generasi pewaris. Sastrwan generasi
perintis adalah sastrawan yang mengalami zaman serba sulit atau ketika
situasi zaman mulai ada kesadaran berbangsa sampai pecahnya perang
dengankolonialBelandadenganpejuangkemerdekaan Indonesia.Zaman
40
ini amat sulit bagi pengarang untuk mengungkapkan isi karya-karyanya dan
juga sangat sulit untuk mengomunikasikan karya-karyanya melalui media
massa atau media lainnya. Tentu para sastrawan generasi ini adalah para
sastrawan yang ideal karena keberanian mereka menembus zaman yang
sangat tidak mendukung.
Diantara para sastrawan generasi ini disebutkan nama-nama seperti
Amir Hasan Bondan, Hadariyah M, Abdul Hamul Utir, Asmara jaya, Harun
Muhammad Arsyad, M. Yusuf Azidin, Merayu Sukma, Gusti Mayur, Zafri
Zamzam, Abdurahman Karim, Arsyad Manan, Amail Gafuri, Kasyful Anwar,
M.Yusuf,AbdulMuinCuty,AsnawiRais,DarmawiSaruji,GustiAbdurahman,
Gusti Abdul Malik Thaha Hamdi Redwansyah, H. Mas Amandit, Masdari,
Merah Daniel Bangsawan, Ramlan Marlim, Artum Artha, Gusti Abubakar,
ZafuriZumri,HassanBasry,M.Hanafiah,MerahJohansyah,danSarasakti.
41
Judul Buku/ Penelitian : Pangeran Samudera (Pangeran Suriansyah)
Nama Pengarang : Syamsiar Seman
Penerbit/ Tahun Terbit : Yayasan Pendidikan Nusantara, Banjarmasin, 2002
Metode Penelitian :
Ringkasan
BukuinimenceritakankembaliseorangRajaBanjarIslamyangpertama
yang bernama Pangeran Samudra atau Sultan Suriansyah. Dalam kata
pengantarnya, penulis menyatakan bahwa banyak masyarakat Banjar yang
tidak mengetahui tentang siapa sebenanya Pangeran Samudera itu. Karena
itu, salah satu tujuan buku ini adalah untuk memberitahukan kepada
masyarakat tentang seorang yang bernama Pangeran Samudera melalui
kisah yang diambil dari cerita rakyat turun-temurun. Di samping memuat
cerita tentang Pangeran Samudera, buku ini juga memuat beberapa cerita
yang ditulis dalam Bahasa Banjar.
Penulis berharap para pembaca dapat mengingat kembali masa lampau
masyarakat dan kehidupan orang Banjar, di samping juga bisa memetik nilai
yang dikandung oleh cerita. Apabila cerita yang berjudul Pangeran Samudera
(SultanSuriansyah)merupakanlegendamakaceritalainnyayangadadalam
bukuinimerupakandongeng.CeritaBanjarataudongengBanjaryangada
dalambukuiniadalahTungkatLawanWancuh,DangdingAnakMiskin,Nini
Gigiran Lawan dan Hantu Kisut, Pacana Tulak Maunjun. Menurut penulisnya,
buku ini sengaja ditulis dengan Bahasa Banjar agar Bahasa Banjar tetap
terpelihara sepanjang masa. Diakhir setiap cerita, penulis menyampaikan
berbagai nilai budaya yang patut menjadi pelajaran bagi orang Banjar.
42
- Terbit Tahun 2005 -
Judul Buku/ Penelitian : Kisah-Kisah Sarawin
Nama Pengarang : Syamsiar Seman
Penerbit/ Tahun Terbit : Pendidikan Utama, Banjarmasin, 2005
Ringkasan
Buku ini memuat 18 cerita dengan tokoh Sarawin. Menurut penulisnya,
Sarawin adalah tokoh legendaris rakyat Banjar di Kalimantan Selatan, yang
ceritanya terkenal dalam folklor Banjar sejak zaman dahulu. Tokoh Sarawin
merupakan tokoh cerita rakyat Banjar yang lucu, banyak akal, dan membuat
orang jengkel dengan ulahnya. Dalam Sastra Banjar, tokoh yang memiliki
perilaku atau watak yang kurang lebih sama dengan Sarawin adalah tokoh
Palui.Mediacetak(suratkabar)yangselalumemuatceritadengantokoh
Sarawin adalah Media Masyarakat dan cerita rakyat dengan tokoh Palui
adalah Banjarmasin Post.
Cerita yang termuat dalambuku ini olehpengarangnyadiberi judul,
yakni Asal-Usul Sarawin, Sarawin Handak Tulak Madam, Sarawin Jadi Tukang
Kawah, Sarawin Disariki Mintuha, Sarawin Mahadap Tuan Kuntulir, Sarawin
Dipardum Tuan Kuntulir, Manyunat Anak Sarawin, Sarawin Handak Jadi
Tukang Sunat, Sarawin Tulak ka Urang Mulut, Salawar Gubih, Sarawin Bagigi
Palsu, Sarawin Handak Manukar Pabukaan, Sarawin Mahaur-Haur Puasa,
Musim Buah Rambutan, Kulit Buah Tiwadak, Talambat Maangkat, Kasian
Haji Ibak, Kada Makan Daging.
43
udul Buku/ Penelitian : Tata Bahasa Bahasa Banjar
Nama Pengarang : Abdul Djebar Hapip
Penerbit/ Tahun Terbit : FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, 2005
Ringkasan
Buku ini terdiri dari 4 bab, yakni bab pendahuluan, bab tentang tata
bunyi, bab tentang morfologi, dan bab tentang tata kalimat. Dalam bab
pendahuluan dibicarakan tentang Bahasa Banjar dan penuturnya, dialek-
dialek Bahasa Banjar, tata bahasa pengajaran Bahasa Banjar, ejaan Bahasa
Banjar, sistem persukuan dalam Bahasa Banjar, dan petunjuk pengajaran
Bahasa Banjar untuk guru. Bab tentang tata bunyi membicarakan fonem-
fonem dalam Bahasa Banjar, baik fonem vokal, konsonan, dan semivokal,
serta posisi fonem-fonem itu di dalam kata.
Bab pembentukan kata atau morfologi berisi pembicaraan tentang jenis
kata dalam Bahasa Banjar. Dalam bab ini disebutkan 8 jenis kata, yakni kata
benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, kata ganti, kata keterangan,
kata depan, dan kata tugas. Dalam bab morfologi dibicarakan juga tentang
pengimbuhan dalam Bahasa Banjar. Pengimbuhan yang dibicarakan meliputi
awalan dan akhiran, sisipan, reduplikasi, kata majemuk, dan bentuk
khusus.Dalambabinidisebutkanbahwa8imbuhan,yaknimaN-,di-,ba-,
ta-,ka-(θ-an),paN-,sa-,-an.DalamBahasaBanjarterdapatpulabeberapa
bentuk sisipan. Menurut buku ini, sisipan sudah tidak produktif lagi. Sisipan
dalamBahasa Banjar adalah: -ar- pada kata bubuy → barubuy, kojot →
karojot.Sisipan–ur-padakatakambit→ kurambit, kukut → kurukut, kikih
→kurikih.Sisipan–al-padakatasusur→ salusur, sisit →salisit.sisipan–
ul- pada kata kacak → kulacak, kupak → kulipak. Perulangan Bahasa Banjar
mempunyai tiga macam cara, yakni pengulangan seluruhnya seperti hirang-
hirang, bukah-bukah, dan lain-lain. Perulangan sebagian seperti pada kata
rumah → rurumahan, mutur → mumuturan, dan lain-lain. Perulangan
berubah bunyi seperti pada kata liang-liur, guang gail, dan lain-lain.
44
Dalam bab morfologi dibicarakan juga satu bentuk yang oleh pengarang
disebut bentuk khusus. Bentuk khusus adalah kata yang terbentuk dengan
sing-an seperti pada kata bungas → singbungasan, ganal → singganalan;
kada-sing-an seperti pada kata kada singduitan, kada singbajuan; lalu
seperti pada kata habis → habis lalu, pintar → pintar lalu; gila seperti
pada kata gila banyaknya, gila ikarnya, dan lain-lain. Bab terakhir buku ini
memBahasa tatakalimat Bahasa Banjar. Dalam bab ini dibicarakan bagian-
bagian kalimat dan fungsinya, serta jenis-jenis kalimat. Menurut pengarang,
kalimat Bahasa Banjar meliputi kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
45
- Terbit Tahun 2006 -
Judul Buku/ Penelitian : Pamali Banjar: Deskripsi Bentuk, Fungsi, dan Makna
Peneliti : Yuliati Puspitasari, Musdalipah, Ahmad Zaini, Dede Hidayatul-Lah, Sri Wahyu Nengsih
Penerbit/ Tahun Terbit : Balai Bahasa Banjarmasin, 2006
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif
Ringkasan
Salah satu bentuk kepercayaan rakyat dalam masyarakat Banjar
biasanya disebut dengan istilah pamali. Menurut Danandjaja (2002: 21),
sebagai salah satu ragam sastra lisan, kepercayaan rakyat merupakan
bagian dari foklor sebagian lisan. Pamali Banjar termasuk jenis sastra lisan
yang digunakan atau yang pernah digunakan dalam masyarakat Banjar
dengan menggunakan Bahasa Banjar sebagai mediumnya. Dilihat dari segi
pemakaiannya, terjadi pergeseran tingkat karena dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang kemungkinan kelak bisa menjurus pada ketidakkenalan
masyarakat Banjar terhadap sebagian besar bentuk-bentuk pamali yang
berasal dari daerahnya.
Penelitian ini merupakan upaya menggali dan mengenali sastra daerah
dan mengetahui pengaruhnya bagi kehidupan masyarakat di Kalimantan
Selatan. Melalui penelitian ini diharapkan masyarakat Banjar sekarang dapat
menghayati pikiran-pikiran yang menjadi pedoman kehidupan masyarakat
Banjar dahulu. Berawal dari kekhawatiran punahnya pedoman kehidupan
masyarakat Banjar ini maka penelitian ini dilakukan. Selain itu hal ini juga
sebagai wujud pelestarian terhadap sastra daerah, khususnya pamali, agar
tidak terlupakan oleh generasi muda sekarang, selaku pewaris kebudayaan.
46
Judul Buku/ Penelitian : Pamali Banjar: Deskripsi Bentuk, Fungsi, dan Makna
Peneliti : Yuliati Puspita Sari, Musdalipah, Ahmad Zaini, Dede Hidayatullah, Sri Wahyu Nengsih
Penerbit/ Tahun Terbit : Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan, 2006
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif-Antropologis dan Mitopik, Teori Folklor.
Ringkasan
Pamali Banjar merupakan jenis sastra lisan yang digunakan atau pernah
digunakan dalam masyarakat Banjar dengan menggu-nakan Bahasa Banjar
sebagai medianya. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan berbagai
bentuk, fungsi, dan makna yang terdapat dalam pamali Banjar. Berdasarkan
penelitian, ada 207 bentuk pamali yang dikumpulkan. Pamali-pamali tersebut
berfungsi sebagai media penebal emosi keagamaan atau kepercayaan, alat
pendidikan yakni media sopan santun, tata krama saat makan, mensyukuri
rezeki, menggunakan sesuatu sesuai fungsinya, memanfaatkan waktu,
kesehatan dan keselamatan, menyelesaikan pekerjaan.
Selain itu, pamali-pamali tersebut juga ada yang berfungsi sebagai
sistem proyeksi khayalan suatu kolektif yang berasal dari halusinasi
seseorang terhadap makhluk-makhluk alam gaib. Berdasarkan maknanya,
pamali-pamali tersebut berhubungan dengan kelahiran, masa bayi dan anak-
anak; tubuh manusia dan obat-obatan rakyat; rumah dan pekerjaan rumah;
mata pencaharian dan hubungan sosial; perjalanan dan perhubungan; cinta,
pacaran dan menikah; kematian dan adat pemakaman; kesehatan, nasib
dan kepercayaan; serta alam gaib. Masih banyak fenomena lain dalam
pamali yang belum diteliti secara komprehensif. Sehubungan dengan itu,
peneliti menyarankan fenomena-fenomena pamali yang masih berselimut
misteri itu suatu saat dapat diungkapkan peneliti lain.
47
- Terbit Tahun 2008 -
Judul Buku/ Penelitian : Syair Carangkulina : Analisis Struktur, Fungsi, dan Nilai Budaya
Nama Pengarang : Saefuddin
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana, Universitas Lambung Mangkurat, 2008
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskripstif dan Teori Filologi.
Ringkasan
Syair merupakan karya sastra termasuk ke dalam jenis prosa berbentuk
puisi, isinya mengandung unsur cerita yang dibangun oleh sebuah struktur.
Struktur dalam cerita tersebut, yakni tema dan amanat, tokoh dan penokohan,
alur serta latar. Semua unsur yang ada di dalamnya itu mengandung sebuah
jalinan yang kait-mengait antara satu dengan yang lainnya. Sebuah karya
sastra juga sarat dengan unsur luar, yakni unsur sosial budaya atau fungsi
dannilaibudayadalamkaryasastra(naskahsyair).
Penelitian ini menganalisis isi syair dan bertujuan untuk mengungkap
isi yang terkandung di dalamnya yang diawali dengan menganalisis
unsur struktur. Pengungkapan struktur adalah sebagai upaya awal untuk
mengetahui secara jelas hubungan unsur dengan unsur dalam. Jika demikian,
syair yang berbentuk bait itu dapat disejajarkan dengan karya sastra lainnya,
seperti karya sastra novel. Untuk menafsirkan syair Carangkulina, dengan
membaca keseluruhan isi dapat diketahui bahwa tema sentral dalam cerita
tersebut mengenai kebaikan dan kebatilan, sedangkan tema lain, yaitu tema
percintaan sebagai intrik-intrik pengembangan alur cerita. Tema tersebut
dapat tergambar dalam diri tokoh-tokoh cerita, baik itu tokoh pratagonis
maupun tokoh pratagonis juga lewat tokoh-tokoh bawahan. Sisi yang lain
perkembangan cerita yang menggambarkan tema kebaikan dan kebatilan
di samping tergambar lewat tokoh-tokoh cerita juga tergambar alur cerita
sehingga konflik demi konflik cerita menjadi lebih menarik dan penceritaan
yang menarik itu juga didukung oleh latar-latar situasi dan kondisi, baik
48
itu latar tempat pengisahan maupun latar waktu pengisahan cerita. Semua
unsur struktur cerita itu memiliki hubungan dan saling melengkapi satu
dengan yang lainnya.
Analisis selanjutnya terkait dengan fungsi dan nilai budaya. Analisis
fungsi dalam penelitian ini dimulai dengan mengulas sekilas tentang syair
serta perkembangannya kemudian akan mengulas bagaimana fungsi syair
Carangkulina dalam kehidupan masyarakat, sedangkan analisis nilai budaya
mengulas tentang nilai apa yang terdapat dalam naskah dengan didasarkan
pada teks sebagai bahan kajian dalam penelitian.
Secara lebih khusus analisis struktur yang dilakukan dalam penelitian
ini mengungkap tema dan amanat dalam cerita, analisis tokoh antagonis dan
pratagonis, alur dan pengaluran serta latar. Dari analisis itu dapat diketahui
bagaimana jalinan isi cerita yang berkaitan antara unsur satu dengan unsur
lainnya. Adapun analisis fungsi dilakukan dengan mengungkapkan bahwa
kedudukan syair Carangkulina dilihat fungsinya di dalam masyarakat pada
masanya, sedangkan nilai budaya mengungkapkan nilai-nilai yang ada di
dalam syair Carangkulina. Baik melalui tokoh cerita maupun melalui isi
cerita yang lainnya. Hasil penelitian ini akan memberikan gambaran tentang
sebuah struktur cerita, fungsi syair pada masanya, dan nilai budaya yang
ternadung dalam syair Carangkulina tersebut.
49
Judul Buku/ Penelitian : Representasi Nilai Kultural Banjar Dalam Kumpulan Puisi Kurrr Sumangat Banuaku
Nama Pengarang : Fuji Hidjriyati
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis, Magister Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, Univeritas Lambung Mangkurat, 2008.
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskripstif, Teori Sastra, Antropologi Budaya
Ringkasan
Poetry or poem expresses thinking aroused feeling that excite
imaginationofthefivesensesinrhythmicalatmosphere.Alloftheseare
important things which are recorded and expressed, stated interesting and
give impression. The poetry is a recording and interpretation of human
important experience that is composed into the most valuable form.
This research is aimed to obtain objectively description about 7 elements
ofcultureinthecollectionofBanjaresepoetries(1)language,(2)knowledge
system,(3)socialorganization,(4)lifeinstrumentationsystemandtechnology,
(5)meansoflivelihoodsystem,(6)religioussystem,and(7)arts.
Thetheoryusedasbasicofinstrumentdevelopmentisdefinitiontheory
according to Shahnon Ahmad, Altenbernd, and Aminuddin, and also theory
7 elements of culture according to Koentjaraningrat. The research data are
taken from the collection of Banjarese poetries consist of 20 poetries. This
research uses sociological approach, structural approach and semiotics
approach with descriptive method and content analysis technique. The
primary instrument is researcher. The secondary instruments are the
collection of Banjarese poetries book, tape recorder and research notes. The
analysis of data is done during the collecting of data.
The research result shows that there are 7 elements of Banjar culture
in the collection of poetries, those are: language (29 items), knowledge
system(2items),socialorganization(10items),meansoflivelihoodsystem
(27 items), religious system (14 items), life instrumentation system and
technology(14items),andarts(3items).Themostdominantelementin
thepoetryislanguage.Inthecollectionofpoetries,itusesmuchambiguity
meanings and language styles.
50
Judul Buku/ Penelitian : Analisis Jenis dan Pola Pembentukan Capatian Masyarakat Banjar
Nama Pengarang : Muhammad Yusransyah
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis, Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Univeritas Lambung Mangkurat, 2008.
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskripstif, Teori Tradisi Lisan
Ringkasan
Melalui penelitian ini, peneliti berusaha untuk menggali data tentang
jenis dan pola pembentukan capatian masyarakat Banjar. Penelitian
ini menggunakan metode naturalistik dengan menggunakan teknik
pemerolehan data berupa observasi langsung. Capatian masyarakat Banjar
terbagi menjadi dua jenis, yaitu capatian berhubungan (related riddle)
dan capatian tidak berhubungan (unrelated). Capatian berhubungan
terbagi menjadi lima jenis, yaitu capatian berbentuk:(1)pertanyaanbiasa,
(2) pemahaman (mahalabio), (3)superlatif, (4) perbedaan, dan (5) dua
pernyataan dengan satu jawaban. Capatian tidak berhubungan terbagi
menjadi enam jenis, yaitu capatian yangberbentuk:(1)teka-teki(riddling
questions,(2)permainankata(punning),(3)permasalahan(problem),(4)
perangkap (catch question), (5) lelucon (ruddle joke), dan (6) gabungan
Bahasalisandangambar(konyol).
Berdasarkan aspek yang ditonjolkan terdapat dua pola pembentukan
capatian, yaitu capatian yang pembentukannya lebih menonjolkan bagian
pertanyaan dan capatian yang pembentukannya lebih menonjolkan
bagian jawaban.
Terdapat tujuh belas capatian yang pembentukannya lebih menonjolkan
bagian pertanyaan, yaitu capatianyangdibentukdengan(1)kataberhomonim
ataupolisemi,(2)pernyataankontradiktif,(3)pengibaratan,(4)penyajian
secara berulang-ulang, (5) mengajukan simpulan untuk ditemukan sifat,
penyebab, atau alasannya (6) perbedaan arti antara Bahasa Banjar dan
BahasaIndonesia,(7)pemenggalankata,kemiripanbunyi,perbedaanjeda
pengucapan,ataususunankata,(8)agakporno,tetapitidakdemikian,(9)
51Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
memfokuskan suatu kebiasaan untuk dikontraskan dengan keadaan yang
sebenarnya,(10)mengemukakanhal-halyangtidakberhubunganlangsung
dengan fokus pertanyaan, (11) perbandingan tiga pilihan yang dapat
mengecoh mitra tutur (12) pernyataan yang dapat menimbulkan salah
pengertian,namunsangatrasional,(13)pengecualianterhadapnama-nama
yangselalumelekatpadaindukatauasalnya,(14)katadanjawabanyang
ganda,(15)kesanumumyangadadimasyarakat,(16)perbedaanantara
duabendayangmemilikifungsi,milik,keadaanyangbertentangan,dan(17)
nama daerah yang salah satu katanya dijadikan sebagai induk pertanyaan.
Capatian yang lebih menonjolkan bagian jawaban terbagi menjadi
enam belas pola pembentukan, yaitu capatian yang dibentuk dengan:
(1) memenggal jawaban sebagai pertanyaan, (2) bunyi bahasa yang
memiliki kemiripan dengan bahasa asing, (3) mengaitkan pada agama,
(4) mempertentangkan sesuatu dengan perempuan dan seksualitas,
(5) ketidaksempurnaan pengucapan, (6) mengganti kepanjangan suatu
singkatandenganyangtidak lazim,(7)mengalihkanfokus jawabanpada
halyangbaru,(8)jawabanyangtidakmasukakal,(9)jawabanberlebihan,
(10) jawaban yang dapat ditelusuri dari kata-kata yang digunakan, (11)
menghubungkan sesuatu dengan lagu, (12) kata yang mengungkapkan
kemustahilan,(13)namaseseoranguntukdibuatpertanyaanyangsesuai
dengankeadaannya,(14) jawaban:mun kada ..., kada ... ngarannya(15)
jawabansebagailanjutandarikegiatanyangdiajukan,(16)menggabungkan
beberapa hal yang sesuai dengan yang dikemukakan.
52
Judul Buku/ Penelitian : Analisis Struktur dan Nilai Budaya Sastra Banjar Japin Carita (Naskah Pementasan Teater Awan) Fakultas Tarbiyah Iain Antasari Banjarmasin
Nama Pengarang : Padillah
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2008.
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskripstif dan Teori Sastra Struktural
Ringkasan
Penelitian ini membahas Struktur Japin Carita (Naskah Pementasan
Teater Awan) Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin. Tujuan yang
akan dicapai ialah untuk mendeskripsikan struktur yang dibangun dalam
naskah-naskah pementasan tersebut, yang terdiri dari tema, amanat, alur,
penokohan dan latar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan
teknikanalisisisi(contentanalysis).Sumberdatayangditelitisebanyak10
naskahpementasanJapinCarita.
Hasil penelitian ini ialah 1) tema meliputi : kasih sayang, cinta,
keteladanan orang tua, pendidikan agama, sopan santun, introspeksi diri,
wajibbelajarsembilantahun,pernikahanmuda,fitnah,perjodohan,cinta
keseniandaerah,danhikmahdibalikcobaan.2)amanatmeliputi:kesucian
cinta, kejelekan sifat amarah, akibat pergaulan bebas, dampak negatif
narkoba, dampak negatif VCD porno dan budaya barat, penyalahgunaan
jabatan, dampak negatif judi, pentingnya pendidikan, kecerobohan
berbicara, pendidikan seumur hidup, kuliah di perguruan tinggi, perdukunan,
mensyukuri nikmat, perantauan, giat belajar, melestarikan kesenian
daerah,dankejahatanpastiakanterbongkar.3)alurmeliputi:permulaan,
pertikaian,perumitan,puncak,danakhir.4)tokohdanPenokohanmeliputi
: pertama tokohutama terdiri dari tokohprotagonis, antagonis,wirawan
dan wirawati yang kedua tokoh bawahan, sebagai pelengkap tokoh utama.
5)latarmeliputi:tigahal,yaitupertamalatarsosial,kedualatargeografis
atau tempat dan yang ketiga latar waktu atau historis.
Berdasarkan proses dan hasil penelitian, dikemukakan saran (1)
perlu dikembangkannya penelitian tentang naskah-naskah drama dengan
53Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
perspektif yang lain sehingga penelitian tentang sastra akan lebih
berkembang dan inovatif sehingga mampu menambah khazanah keilmuan
di bidang sastra khususnya yang berkenaan dengan sastra daerah. (2)
dengan hasil penelitian struktur ini maka diharapkan kita dapat mengambil
nilai-nilai atau pesan-pesan yang disampaikannya untuk menjadikan kita
menjadi sebenar-benarnya manusia yang berbudaya dan beradab serta
bermartabat dihadapan Tuhan.
54
- Terbit Tahun 2009 -
Judul Buku/ Penelitian : Sastra Lisan Banjar Hulu
Nama Pengarang : Fahrurraji Asmuni
Penerbit/ Tahun Terbit : Hemat, Amuntai, 2009
Ringkasan
Buku ini terdiri dari 17 bab yang masing-masing membicarakan secara
singkat, disertai contoh masing-masik bentuk sastra Banjar. Bentuk-bentuk
sastra Banjar yang dibicarakan adalah, bab pendahuluan, baahui, bandi-
andi, bacaapatian, balamut, bapantun, dindang, isim, madihin, mahalabiu,
mamanda, mangabuwau, manyair, papadahan, tutur candi, ungkapan, dan
kesimpulan. Pada bab pendahuluan disebutkan bahwa pembicaraan/ isi
buku diperoleh dari informasi dan temuan di masyarakat. Tujuan penulisan
buku adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat pembaca
tentang Sastra Banjar dan juga untuk dokumentasi dan bahan rujukan bagi
para peneliti atau penulis yang berminat terhadap sastra Banjar.
Bagian kedua adalah tentang baahui. Menurut penulis, baahui adalah
acara berbalas pantun pada saat merontokkan padi yang masih berada di
tangkainya. Biasanya, baahui dilaksanakan pada malam hari dengan dihadiri
oleh masyarakat sekitar sebagai penonton. Bagian ketiga adalah tentang
baandi-andi. Baandi-andi adalah menyampaikan cerita dengan berlagu dan
diiringi musik gesek seperti biola. Menurut penulisnya, baandi-andi berasal
dari Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Baandi-andi biasanya
ditampilkan pada acara Aruh Ganal di Kampung Loksado.
Bagian keempat berisi ikhwal bacacapatian(teka-teki).Bagiankelima
membicara seni lamut. Menurut pengarangnya, lamut adalah kesenian
tutur asli etnik Tionghoa. Lamut dibawa pedagang Tionghoa ke Banjar dan
berkembang ke berbagai daerah di Kalimantan Selatan. Ada dua macam
cerita lamut, yakni lamut batatamba(lamutuntukpengobatan)danlamut
baramian (lamut untuk hiburan). Lamut batatamba adalah pertunjukan
55Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
cerita lamut untuk menyembuhkan anak yang sakit panas, ibu hamil yang
sulit melahirkan, atau untuk menyembuhkan berbagai penyakit berat
lainnya. Sebelum lamut batatamba dipertunjukkan, orang yang berhajat
menyiapkan piduduk (sesajen) berupa garam, beras, kelapa utuh, gula
merah, dan sepasang benang dan jarum. Baik lamut batatamba maupun
lamut hiburan menampilkan tokoh yang sama, yakni tokoh Paman Lamut
(dalamwayangtokohinidisebutPanakawanSemar),tokohAnglong (dalam
wayangtokohinidisebutBagong),tokohAnggasina(dalamwayangtokohini
disebutNalagareng),tokohLabai(dalamwayangtokohinidisebutPetruk).
Bagian keenam berisi ikhwal bapantun. Bagian ketujuh berisi ikhwal
badindang. Menurut penulisnya, dindang adalah pantun yang dilagukan
atau dinyanyikan oleh masyarakat Banjar Hulu. Badindang bisa dilakukan di
atas panggung atau dilagukan saat menidurkan anak. Bab kedelapan berisi
bahasan tentang isim/babacaan. Menurut penulisnya ada 10 macam fungsi
isim/bacaan, yakni isim kariau untuk memanggil seseorang, isim kataguhan
untuk kekebalan tubuh, isim mamang untuk memanggil roh halus, isim
pangasihan untuk meluluhkan hati lawan jenis sehingga tidak bisa berpisah
lagi, isim pambungkam untuk menjadikan orang/binatang/makhluk tidak
berdaya. Isim guna-guna untuk menangkal guna-guna yang datang dari
musuh atau sateru, isim panangkal gangguan jin, isim panawar, dan isim
manangkap buaya untuk memanggil buaya yang nakal.
Bagian kesepuluh berisi ikhwal madihin. Menurut penulisnya, madihin
berasal dari kata ‘madah’ yang berarti bermadah atau mengucapkan syair.
Dari kata madah lama kelamaan berubah menjadi madihin. Madihin berarti
menuturkan syair atau pantun dengan disertai bunyi terbang. Bagian
kesepuluh adalah ikhwal mahalabiu. Menurut penulisnya, mahalabiu
adalah kalimat yang berisi kata atau frase yang bermakna ganda. Bagian
kesebelas adalah ikhwal mamanda. Menurut penulisnya, mamanda berasal
dari Malaka. Mamanda ini berasal dari jenis teater yang dibawa oleh
rombonganbangsawanMalakayangbernamaAbdoelMoeloekatau Indra
bangsawan.RombonganteaterinidipimpinEncikIbrahimdanistrinyaCik
Hawa. Rombongan teater menetap di Tanah Banjar selama beberapa hari
untuk mengadakan pertunjukan. Pertunjukan mereka dikenal dengan nama
Badamuluk. Pertunjukan Badamuluk ini lama ke lamaan oleh masyarakat
Banjar disebut bamanda.
56
Bagian kesebelas adalah ikhwal mangabuwau. Menurut penulisnya,
mangabuwauadalahceritasingkatyangbersifatfiktifdankentaldengan
cerita humor. Bagian ketigabelas adalah tentang syair. Bagian keempat belas
berisi ikhwal papadahan. Menurut penulisnya, papadahan sama dengan
gurindam. Bagian ke limabelas berisi ikhwal tutur candi, yakni cerita-cerita
yang berhubungan dengan asal-usul suatu candi serta cerita-cerita yang ada
di seputar lingkungan candi. Bagian keenambelas berisi ikhwal ungkapan
Banjar. Menurut penulisnya, terdapat enam jenis ungkapan, yakni pepatah,
perumpamaan, peribahasa, perbandingan, tamsil, dan pamali.
57
Judul Buku/ Penelitian : Relasi Kekerabatan Bahasa Banjar dan Bahasa Bakumpai
Nama Pengarang : Rissari Yayuk
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2009
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Leksikostatis-Tik,Teori Kekerabatan Bahasa
Ringkasan
Penelitian ini menggunakan kajian linguistik historis komparatif dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif berdasarkan metode rekonstruksi
dan leksikostatistik. Kedua pendekatan ini memberikan informasi dalam
hasil pengelompokan bahasa yang dikaji. Pendekatan kualitatif akan
mempertegas gambaran tersebut melalui rekonstruksi proto bahasa sebagai
sarana yang menggambarkan pola-pola pewarisan kedua bahasa terhadap
bahasa protonya. Sebaliknya, pendekatan kuantitatif menyajikan gambaran
tentang relasi kekerabatan kedua bahasa melalui metode leksikostatistik.
Berdasarkan hasil penelitian menggambarkan Bahasa Banjar dan Bakumpai
memiliki hubungan kekerabatan dengan Proto Austronesia. Rekonstruksi
kedua bahasa terhadap Proto Austronesia menunjukkan pola-pola pewarisan
yanglinearmaupuninovasi(pembaharuan).HubunganBahasaBanjardan
Bakumpai berdasar-kan perhitungan leksikostatistik sebesar 60%, ini berarti
kedua bahasa berada dalam keluarga bahasa.
58
Judul Buku/ Penelitian : Kesantunan Direktif Bahasa Banjar
Peneliti : Ahmad Zaini, Rissari Yayuk
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2009
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif, Teori Pragmatik (Kesantunan BerBahasa)
Ringkasan
Kesantunan sangat penting dalam sebuah komunikasi untuk menjaga
keharmonisan dan menghindari konflik, terlebih lagi dalam tindak direktif,
khususnya direktif Bahasa Banjar. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan
realisasi maksim prinsip kesantunan, bentuk, strategi dan fungsi kesantunan
direktif Bahasa Banjar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif. Data penelitian utama penelitian ini adalah tuturan kesantunan
direktif dalam percakapan keluarga. Data itu diperoleh melalui catatan lapangan,
perekaman, dan wawancara. Adapun instrumen utama yang digunakan adalah
peneliti itu sendiri yang dibantu dengan pedoman catatan lapangan, pedoman
wawacara, dan perekaman. Analisis data yang dilakukan setelah data terkumpul
adatigalangkah.Ketigalangkahtersebutadalah(1)reduksidata,(2)penyajian
data,dan(3)penyimpulan/verifikasi.Analisisinidilakukanselamadansetelah
data terkumpul. Dari ketiga langkah itu didapatkan kesimpulan akhir. Untuk
memperoleh keabsahan temuan dilakukan triangulasi dan pengecekan.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan realisasi prinsip kesantunan Leech
dalam direktif Bahasa Banjar yang meliputi maksim kearifan, kedermawanan,
pujian, kerendahan hati, kesepakatan, dan simpati. Ada tiga bentuk kesantunan
yang digunakan penutur untuk mengungkapkan tindak direktif Bahasa Banjar
yang meliputi imperatif, deklaratif, dan interogatif. Dalam Bahasa Banjar ada
sepuluh strategi kesantunan yang digunakan penutur dalam melakukan
tindak direktif yang meliputi strategi modus imperatif, pernyataan permintaan,
permintaan berpagar, pernyataan keharusan, pernyataan keinginan, rumusan
saran, strategi rumusan pertanyaan; strategi isyarat kuat, strategi isyarat halus,
dan strategi ironi.
59Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
Kesantunan direktif Bahasa Banjar memiliki fungsi untuk tindakan
menyelamatkan muka, tindakan menghindari konflik, tindakan mencapai
efektivitas, dan tindakan memberikan penghormatan. Kesantunan direktif
tidak hanya terdapat pada tuturan orang dewasa, tetapi terdapat pula
pada tuturan anak-anak. Pilihan kesantunan yang digunakan oleh penutur
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti situasi, konteks, tujuan,
status peserta tutur, tingkat keakraban. Bertitik tolak dari temuan penelitian
ini, disarankan dalam direktif hendaknya penutur melakukannnya dengan
santun dengan mengacu pada prinsip kesantunan. Penggunaan bentuk dan
strategi yang tepat akan menghasilkan sebuah tujuan direktif yang efektif
bagi penutur dengan meminimalisasi ketidakharmonisan dengan mitra tutur
yang mungkin terjadi saat itu.
60
Judul Buku/ Penelitian : Peribahasa Banjar Dalam Kumpulan Cerpen Galuh Karya Jamal T. Suryanata
Peneliti : Gusti Yolanda Riswan
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2009
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif, Teori Sastra Struktural
Ringkasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis peribahasa apa saja
yang terdapat di dalam kumpulan cerpen Galuh karya Jamal T. Suryanata,
kemudian untuk mengetahui apa arti dan makna dari peribahasa Banjar
tersebut serta untuk mengetahui apa fungsi peribahasa tersebut dalam
setiap cerpennya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif. Kemudian pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan cara membaca cerpen, mengumpulkan
data yang berhubungan dengan teori penelitian dan menganalisis cerpen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 judul cerpen berbahasa
Banjar yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen Galuh karya Jamal T.
Suryanata banyak terdapat peribahasa Banjar. Peribahasa Banjar tersebut
sebanyak 107 buah.
Dari keseluruhan peribahasa Banjar tersebut yang termasuk dalam
jenis kiasan sebanyak 25 buah, jenis mamang papadah sebanyak 10 buah,
jenis pameo huhulutan sebanyak 20 buah, jenis Tamsil sebanyak 2 buah
peribahasa, sedangkan untuk jenis gurindam dan saluka tidak ditemukan.
Diantara beberapa peribahasa Banjar yang ditemukan dapat disimpulkan
mengandung beberapa makna, di antaranya pemberi semangat, pekerjaan
yang dilakukan secara terus-menerus, keyakinan seseorang, jumlah,
pekerjaan yang sia-sia, kekerabatan atau kekeluargaan, status sosial, solusi
tentang suatu masalah, nasehat, keakraban atau pertemanan, keserasian,
kelebihan seseorang, mendapatkan keberuntungan, sifat negatif seseorang,
ditimpa kemalangan atau musibah, keadaan atau kondisi seseorang yang
61Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
tidak menguntungkan Keseluruhan peribahasa tersebut mempunyai fungsi
sebagai gambaran atau penjelas tentang suatu keadaan (baik keadaan
tokoh,penokohan,latar,alur,percakapantokohdanlainsebagainya)yang
pada intinya mendukung jalannya suatu cerita.
62
- Terbit Tahun 2010 -
Judul Buku/ Penelitian : Risalah Kanz Al Ma’rifah (Analisis Struktur Dan Makna)
Peneliti : Dede Hidayatullah
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2010
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Hermeneutik
Ringkasan
Dewasa ini kecenderungan memahami teks-teks lama semakin
meningkat disebabkan adanya kesadaran bahwa dengan meneliti dan
mengkaji teks-teks lama akan mendapatkan sesuatu yang sangat berharga
dan penting. Teks lama merupakan warisan rohani nenek moyang, yang di
dalamnya terkandung hasil tuangan perasaan, pikiran, sikap, dan pandangan
hidup masyarakat di masa lampau serta cita-cita yang dahulu menjadi
pedoman kehidupan. Dalam masyarakat Banjar, ada banyak terdapat teks-
tekslama,terutamayangditulisolehMuhammadArsyadAl-Banjari(1122
H-1227H/1710M–1812M).
Diantara teks-teks itu ialah Risalah Kanz al-Ma`rifah yang menjadi
objekpenelitian ini.NaskahRKMinidianalisisstruktur--baik itustruktur
naskahnya, maupun struktur kalimat-- dan maknanya. RKM mempunyai
strukturnaskahsebagaiberikut.(1)PendahuluanyangberisitulisanBismi lLāhir r-Rahmāni r-Rāhīm. (2)Isiyangterdiriatas:(a)hakikatmengenal
Allah;(b)kewajibanseseoranguntukselalumengikutidanmelaksanakan
perintah (amar) nabi Sallallahu alahi wasallam dan menjauhi segala
larangannya;(c)adabdantatacaraberzikir;(d)nasihatal-Banjarikepada
orang yang menghadapi sakratu l-maut(kematian).(3)Penutupyangberisi
kalimat wallahu ̀ a`lam Bishshawab dan tanggal penulisan naskah ini. Secara
struktur kalimat, RKM banyak dipengaruhi oleh tata Bahasa Arab, misalnya
penggunaan kata “bermula”, kata “oleh” sebagai penanda subyek, dan kata
“akan” sebagai penanda obyek. Juga penggunaan kata kerja sebagai predikat
63Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
yang mendahului subyek. Penggunaan ini karena pengaruh tata Bahasa
Arab dalam RKM. Dalam Bahasa Arab kata kerja yang berfungsi sebagai
predikat apabila mendahului subyek disebut jumlah fi`liyyah. Sebaliknya,
apabila didahului subyek disebut jumlah ismiyyah.
Kalimat yang digunakan Al-Banjari dalam RKM terbagi tiga bentuk, yaitu
kalimat tunggal, kalimat majemuk setara, dan kalimat majemuk bertingkat
atau campuran. Makna yang terkandung dalam RKM adalah hubungan antara
manusia dengan Tuhan, yaitu dengan mengetahui hakikat tentang manusia
dan keberadaanya di muka bumi ini. RKM ini berisi tentang penjelasan
hakikat mengenal diri untuk mencapai ma’rifat kepada Allah. Untuk
menuju tingkat itu, sālik harus melakukan musyahadah, muraqabah, dan
muhadarah, yaitu dengan berzikir. Musyahadahmuraqabah, dan muhadarah
harus selalu dilakukan sampai maut datang. Didalam risalah ini diterangkan
juga tentang adab dzikir, bentuk dzikir yang dimulai dari kalimat la ilaha
illallah, kemudian meningkat menjadi Allah-Allah dan berakhir dengan hu-
hu saja.Fana dengan musyahadah menurut al-Banjari ada dua, yaitu fana
semua sifat basyariyah dan fanama siwa l-lah. Model tasawuf yang dianut
oleh al-Banjari adalah tasawuf wujudiyyah, tetapi tetap berpegang teguh
padasyari`at.Initerlihatdariberbagaikatatasawufyangdigunakandalam
RKM seperti musyahadah, muraqabah, fana, baqa, dan maqam jamu l-jam`i
merupakan kata atau term-term wujudiyyah.
64
Judul Buku/ Penelitian : Realisasi Kesantunan Tindak Tutur Menolak Bahasa Banjar
Peneliti : Jahdiah
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2010
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif, Teori Pragmatik (Kesantunan).
Ringkasan
Menolak bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk dilakukan karena
menolakpadahakikatnyadapatmengancammukamitratutur.Olehkarena
itu, dalam tindak tutur menolak penutur berusaha menyelamatkan muka
mitra tutur. Tindakan penyelamatan muka adalah tindakan kesantunan
yang pada prinsipnya ditujukan untuk mengurangi akibat yang tidak
menyenangkan terhadap muka mitra tutur. Untuk meminimalkan tindakan
mengancam muka mitra tutur penutur harus mengacu pada prinsip
kesantunan. Ada berbagai teori mengenai kesantunan yang dikemukakan
oleh beberapa ahli.
Salah satu teori yang dipakai adalah yang dikemukan oleh Brown dan
Levinson. Teori yang digunakan sebagai dasar penelitian ini adalah model
kesantunan Brown dan Levinson yang mengukur kesantunan dengan tiga
skala,yaitu1)skalaperingkatjaraksosialantarapenuturdanmitratutur,
2)skalaperingkatstatussosialantarapenuturdanmitratutur,dan3)skala
peringkat tindak tutur. Selain itu, dalam teori yang Brown dan Levinson juga
memuat beberapa strategi kesantunan yang dapat menyelamatkan muka
mitra tutur dan mengancam muka mitra tutur. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Data penelitian utama adalah tuturan yang berisi kesantunan
tindak tutur menolak. Data tersebut diperoleh melalui catatan lapangan,
perekaman, dan wawancara. Analisis data dilakukan setelah data
terkumpul. Ada tiga langkah dalam analisis data, ketiga langkah tersebut
adalah 1) reduksi data, 2) penyajian data, dan penyimpulan. Analisis
ini dilakukan selama dan setelah data terkumpul. Berdasarkan hasil
penelitian ditemukan wujud kesantunan tindak tutur menolak berupa
kalimat imperatif dan kalimat deklaratif. Bentuk penolakan ditemukan
65Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
delapanbentuk,yaituyaitu1)penolakanyangmenggunakankatakada
’tidak’ atau indah ’tidak mau’, 2) Penolakan dengan menggunakan
alasan,3)Penolakandenganmenggunakansyarat,4)Penolakandengan
menggunakanusul,5)Penolakandenganmengucapkanterimakasih,6)
Penolakandengankomentar,7)Penolakandenganpermintaakatamaaf
dan,8)Penolakandenganmenyalahkanoranglain.
Strategi kesantunan yang ditemukan adalah strategi kesantunan
positif dan strategi kesantunan negatif. Strategi kesantunan positif adalah
keinginan untuk meminimalkan tindak ancaman terhadap mitra tutur agar
tuturan yang pada dasarnya santun menjadi lebih santun. Kesantunan
negatif digunakan untuk menjaga wilayah kekuasaan agar tuturan yang
kurang santun menjadi santun.Fungsi yang ditemukan dalam penelitian
ini pada dasarkan untuk menyelamatkan muka. Dalam interaksi sosial,
padaumumnyaorang-orangberperilakuseolah-olahkeinginanmuka(face)
mereka dihormati.
66
Judul Buku/ Penelitian : Pemertahanan Sastra Lisan Madihin di Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Peneliti : Risa Lisdariani
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2010
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif, Teori Sastra Lisan
Ringkasan
Penelitian ini membahas mengenai pemertahanan sastra lisan madihin
di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Adapun tujuan yang akan dicapai yaitu
mendeskripsikan bagaimana upaya-upaya pemertahanan tersebut pada
lingkup keluarga, masyarakat, sekolah, dan pemerintah terkait dengan
madihin. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Adapun hasil dari penelitian ini adalah 1) Di lingkup keluarga
ditemukan adanya upaya pemertahanan madihin. Hal ini dapat dilihat
dari beberapa pemadihinan yang belajar dari orang tuanya dan kemudian
diteruskansampaikepadaanggotakeluargalainnya.2)Dilingkupmasyarakat
di Kabupaten Hulu Sungai Selatan upaya pemertahanan dilakukan dengan
sering dipanggilnya pemadihinan pada acara perkawinan, sunatan, baayun
madihin, mengikutkan salah seorang keluarga untuk berlatih madihin, dan
sebagainya. 3) Di lingkup pendidikan formal di Kabupaten Hulu Sungai
Selatan tidak ditemukan adanya usaha pemertahanan madihin. 4) Di
lingkup pemerintah terkait juga dilakukan oleh Dinas Pariwisata Provinsi,
Taman Budaya Provinsi, Dinas Pariwisata Kabupaten, dan Dewan Kesenian
Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang mempunyai program-program
tersendiri untuk mempertahankan dan melestari-kan madihin.
67
Judul Buku/ Penelitian : Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Dalam Kumpulan Cerita Palui
Peneliti : Noviyanti Aulia
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2010
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif, Teori Linguistik Struktural
Ringkasan
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepaduan wacana yang
didukung oleh aspek kohesi gramatikal dan kohesi leksikal dalam kumpulan
cerita Palui yang termuat pada Harian Banjarmasin Post. Sumber data adalah
kumpulan cerita Palui edisi bulan Januari s.d. Desember 2010 sebanyak 36
judul cerita yang diambil secara acak, sedangkan data yang dianalisis berupa
kata dan klausa atau kalimat yang mengandung penanda kohesi gramatikal
dan leksikal dalam kumpulan cerita tersebut. Dalam menganalisis data
digunakan metode padan referensial dan metode distribusional dengan
teknik pemilahan data berdasarkan kategori yang telah ditentukan.
Dari hasil analisis data, disimpulkan bahwa kumpulan cerita Palui
merupakan sebuah wacana yang padu karena didukung oleh penanda
kohesi gramatikal dan leksikal. Dalam wacana ini ditemukan adanya tiga
aspek kohesi gramatikal, yaitu referensi, substitusi, dan konjungsi. Kohesi
gramatikal ini didominasi oleh penggunaan aspek referensi sebanyak
sebanyak 830 kata, klausa atau kalimat dengan rata-rata 23,05, Kemudian
aspek substitusi sebanyak 60 kata atau frasa, dan semuanya merupakan
substitusi persona atau kata ganti orang dan aspek konjungsi jumlah
keseluruhanya sebanyak 565 buah. Selain itu, dalam wacana ini juga
terdapat aspek kohesi leksikal, yaitu reiterasi yang diwujudkan dalam
repetisi, sinonimi, antonimi, kolokasi dan hiponimi. Kohesi leksikal berupa
repetisi sebanyak 576 repetisi, sinonimi sebanyak berjumlah 43 kata,
antonimi sebanyak sebanyak 26 kata/frase, kolokasi sebanyak 23 kata
atau frasa dan hiponimi sebanyak 27 bentukan kata dan frasa berhiponim,
baik yang bersifat subordinat maupun hiponim. Masing-masing aspek dari
68
kohesi, baik kohesi gramatikal maupun kohesi leksikal ini memiliki peran
dalam pembentukan teks dalam wacana, sehingga wacana dapat tersusun
secara koheren.
69
Judul Buku/ Penelitian : Risalah Kanz Al-Ma’rifah: Analisis Struktur dan Makna
Peneliti : Dede Hidayatullah
Penerbit/ Tahun Terbit : Balai Bahasa Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, 2010
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif
Ringkasan
Dewasa ini kecenderungan memahami teks-teks lama semakin
meningkat disebabkan adanya kesadaran bahwa dengan meneliti dan
mengkaji teks-teks lama akan mendapatkan sesuatu yang sangat berharga
dan penting. Teks lama merupakan warisan rohani nenek moyang, yang di
dalamnya terkandung hasil tuangan perasaan, pikiran, sikap, dan pandangan
hidup masyarakat di masa lampau serta cita-cita yang dahulu menjadi
pedoman kehidupan. Dalam masyarakat Banjar, ada banyak terdapat teks-
tekslama,terutamayangditulisolehMuhammadArsyadAl-Banjari(1122
H-1227H/1710M–1812M).
Di antara teks-teks itu ialah Risalah Kanz al-Ma`rifah yang menjadi
objekpenelitian ini.NaskahRKMinidianalisisstruktur--baik itustruktur
naskahnya, maupun struktur kalimat--dan maknanya. RKM mempunyai
strukturnaskahsebagaiberikut.(1)PendahuluanyangberisitulisanBismi
lLāhir r-Rahmāni r-Rāhīm. (2) Isi yang terdiri atas: (a) hakikatmengenal
Allah;(b)kewajibanseseoranguntukselalumengikutidanmelaksanakan
perintah (amar) nabi Sallallahu alahi wasallam dan menjauhi segala
larangannya;(c)adabdantatacaraberzikir;(d)nasihatal-Banjarikepada
orangyangmenghadapisakratul-maut(kematian).(3)Penutupyangberisi
kalimat wallahu `a`lam bishshawab dan tanggal penulisan naskah.
Secara struktur kalimat, RKM banyak dipengaruhi oleh tata Bahasa
Arab, misalnya penggunaan kata “bermula”, kata “oleh” sebagai penanda
subyek, dan kata “akan” sebagai penanda obyek. Juga penggunaan kata
kerja sebagai predikat yang mendahului subyek. Penggunaan ini karena
pengaruh tata Bahasa Arab dalam RKM. Dalam Bahasa Arab kata kerja yang
70
berfungsi sebagai predikat apabila mendahului subyek disebut jumlah
fi`liyyah. Sebaliknya, apabila didahului subyek disebut jumlah ismiyyah.
Kalimat yang digunakan Al-Banjari dalam RKM terbagi tiga bentuk, yaitu
kalimat tunggal, kalimat majemuk setara, dan kalimat majemuk bertingkat
atau campuran. Makna yang terkandung dalam RKM adalah hubungan antara
manusia dengan Tuhan, yaitu dengan mengetahui hakikat tentang manusia
dan keberadaanya di muka bumi ini. RKM ini berisi tentang penjelasan
hakikatmengenaldiriuntukmencapaima’rifatkepadaAllah.
Untuk menuju tingkat itu, sālik harus melakukan musyahadah,
muraqabah, dan muhadarah, yaitu dengan berzikir. Musyahadah,
muraqabah, dan muhadarah harus selalu dilakukan sampai maut datang.
Di dalam risalah ini diterangkan juga tentang adab dzikir, bentuk dzikir yang
dimulai dari kalimat la ilaha illallah, kemudian meningkat menjadi Allah-
Allah dan berakhir dengan hu-hu saja. Fana dengan musyahadah menurut
al-Banjari ada dua, yaitu fana semua sifat basyariyah dan fana ma siwa
l-lah. Model tasawuf yang dianut oleh al-Banjari adalah tasawuf wujudiyyah,
tetapitetapberpegangteguhpadasyari`at. Initerlihatdariberbagaikata
tasawuf yang digunakan dalam RKM seperti musyahadah, mura-qabah, fana,
baqa, dan maqam jamu l-jam`i merupakan kata atau term-term wujudiyyah.
71
Judul Buku Penelitian : Sasirangan Kain Khas Banjar
Nama Pengarang : Syamsiar Seman
Penerbit/Tahun Terbit : Lembaga Pengkajian dan Pelestarian Budaya Banjar, Kalimantan Selatan /2010
Metode Penelitian : Deskriptif
Ringkasan
Buku ini membahas tentang kain sasirangan, salah satu budaya
material Urang Banua atau Urang Banjar. Pembahasan dalam buku ini
mencakup asal-usul sasirangan, peralatan dan bahan yang diperlukan untuk
membuatnya, proses pembuatan, proses pewarnaan, dan motif-motif kain
sasirangan. Tujuan penerbitan buku ini adalah untuk mendokumentasikan
kain sasirangan sebagai sebuah ciri khas kebudayaan orang Banjar yang
hingga saat ini masih dilestarikan. Sebagai sebuah penanda identitas, kain
sasirang-an memberikan keyakinan kepada orang Banjar bahwa mereka
memiliki kebudayaan yang dapat dibanggakan, yaitu kain khas Banjar,
sebuah kain yang tidak hanya berfungsi sebagai pakaian dan penghias
tubuh tetapi juga dapat berfungsi sebagai obat.
Dalam buku ini dipaparkan, pada mulanya kain sasirangan disebut kain
langundi, artinya kain tenun berwarna kuning. Kain ini hanya digunakan
olehkerabatKerajaanNegaraDipayangberkuasadiBanjar(1355-1362).Kain
langundi berubah sebutan menjadi Sasirangan setelah dijadikan sebagai
media pengobatan penyakit pingitan(penyakityangdisebabkanrohhalus).
Secara etimologis, sasirangan dapat dikaitkan dengan cara pembuatannya,
yakni “disirang”, di mana kain yang dijelujur dengan cara dijahit kemudian
dicelupkan ke dalam zat pewarna.
Dalam konteks pengobatan, kain Sasirangan juga disebut dengan
kain Pamintan, kependekan dari kata “permintaan”, yakni selembar kain
putih yang diberi warna dan motif tertentu atas permintaan orang yang
berobat kepada seorang pengrajin kain pamintan (hlm.1). Orang Banjar
mengenal pengobatan tradisional yang bernama batatamba. Batatamba ini
sangat unik karena, selain menggunakan ramuan-ramuan tradisional dan
72
mantra-mantra dari seorang tabib, pengobatan ini juga menggunakan kain
sasirangan sebagai obat. Kain akan dililitkan di kepala atau diselimutkan
di badan orang yang sakit secara berkala hingga si sakit berangsur-angsur
sembuh. Penggunaan kain sasirangan sebagai obat ini didasarkan pada
mitos yang dipercayai oleh orang Banjar. Konon, arwah-arwah leluhur
mereka akan menuntut anak keturunannya untuk mengenakan kain
sasirangan jika mereka terkena penyakit pingitan. Tidak ada obat lain yang
dapat menyembuhkan penyakit ini kecuali mengenakan kain sasirangan.
Selanjutnya, dalam buku ini dijelaskan bahwa corak dan warna gambar
kain sasirangan dibuat berbeda-beda karena setiap jenis penyakit pingitan
menuntut adanya corak dan warna gambar yang berbeda-beda pula. Hal ini
disesuaikan dengan kesukaan motif nenek moyang setiap orang. Sasirangan
juga dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit lain, seperti sakit
perut, sakit kepala, bisul, badan panas atau dingin, dan gangguan jiwa. Kain
sasirangan saat ini sudah mengalami perubahan fungsi, bahkan terlepas
dari fungsi awalnya sebagai kain untuk pengobatan. Saat ini, hampir
seluruh pegawai negeri di Kalimantan Selatan serta para guru di sekolah
diwajibkan memakai pakaian sasirangan pada hari yang telah ditentukan.
Hal ini dimaksudkan untuk memupuk rasa memiliki orang Banjar terhadap
kebudayaan mereka.
Tidak sedikit pula kain sasirangan yang sekarang dibuat dengan
motif dan desain modern serta dipromosikan oleh para peragawati. Hal
ini dimaksudkan untuk semakin mengenalkan kain sasirangan kepada
khalayak luas. Lebih jauh, dengan promosi ini diharapkan orang di luar
Banjar menyukai dan membeli kain sasirangan. Terlepas dari berubahnya
fungsi kain sasirangan ini, yang perlu dicatat adalah pentingnya pelestarian
kain sasirangan. Sebagai identitas budaya Banjar, sasirangan dapat dijadikan
perekat dan pemersatu orang Banjar di mana pun berada.
73
- Terbit Tahun 2011 -
Judul Buku Penelitian : Perkembangan Bahasa Banjar
Nama Pengarang : H. Djantera Kawi
Penerbit/ Tahun Terbit : Scripta Cendikia, Banjarbaru, 2011
Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif
Ringkasan
Buku ini terdiri 8 bab. Bab pertama membicarakan penutur Bahasa
Banjar, Bahasa Banjar dalam ranah kajian komparatif, dan perkembangan
kajian komparatif Bahasa Nusantara. Bab kedua membicarakan Bahasa
Banjar Purba. Pada bab ini dibicarakan tentang Bahasa Banjar dalam rumpun
Melayu Polinesia, komunitas Banjar Purba, asumsi Bahasa Banjar Purba,
dan kosakata Banjar Purba. Bab ketiga berisi pembicaraan tentang refleksi
etimonprotoAustronesiaPurba(PAN).Padababinidibicarakanpularefleksi
fonemPANdanRefleksietimonPAN.Babkeempatmembicarakan inovasi
kosakata dan pengaruh bahasa lain. Pada bab ini dibicarakan tentang
proses inovasi, inovasi, pewarisan, dan peminjaman dalam Bahasa Banjar,
identifikasiinovasi,warisan,danpinjamandalamBahasaBanjardilihatdari
aspek diakronis, aspek distribusi, dan aspek kandungan makna.
Bab kelima membicarakan kosa kata kognat Banjar dan Jawa Kuno yang
meliputi unsur pinjaman dan unsur asli, kekerabatan Banjar Jawa, serta acuan
identifikasi kata kognat. Bab keenam membicarakan berbagai pengaruh
bahasa lain ke dalam Bahasa Banjar dengan memberikan contoh beberapa
kasus kebahasaan. Bab ketujuh membicarakan konjungsi verba D-an dalam
Bahasa Banjar. Pembicaraan ini meliputi verba pangkal, verba pangkal
prakategorial, verba pangkal sekunder, penanda kategori, dan relasi sintaksis.
Bab kedelapan membicarakan persebaran Bahasa Banjar. Pembicaraan ini
meliputi kemampuan mobilitas Bahasa Banjar, budaya tradisional merantau,
persebaranBahasaBanjarpadaeraTanjungPuri,eraNegaraDipa,eraKerajaan
Daha, era Kesultanan Banjar, dan era Kolonial Belanda.
74
Judul Buku/ Penelitian : Sastra Banjar Genre Lama Bercorak Puisi
Nama Pengarang : Tajuddin Noor Ganie
Penerbit : Rumah Pustaka Karya Sastra, Banjarmasin
Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif
Ringkasan
BukuinibersitentangberbagaidefinisisastraBanjar,klasifikasisastra
Banjar, puisi Banjar lama bercorak madihin, mantra, pantun, peribahasa,
syair, dan problema sastra Banjar. Di antara Bahasan buku ini adalah tentang
fungsi sastra Banjar. Fungsi madihin diantaranya adalah untuk kampanye
partai politik, hiburan, menyambut kelahiran anak, membayar hajat, dan
tolakbala.MantraBanjardiklasifikasikanmenjadibeberapajenis.Masing-
masing jenis mantra memiliki fungsi. Jenis-jenis mantra Banjar adalah kariau,
kasumbi, mamang, pakasih, pambanci, pambungkam, panangkal, panawar,
panulak, panyangga, papikat, pikaras, pirunduk, sumpah serapah.
Kariau adalah mantra yang berfungsi memanggil seseorang yang
dikehendaki oleh penggunannya. Dengan membaca kariau diyakini orang
atau makhluk akan datang dengan tidak terduga-duga. Yang dikariau
biasanyaanakyanglupaatauhilang(kariau anak, perempuan atau lelaki
yangdikasihi(kariaukakasihhati),buayapemangsa(kariaubuaya),dan
binatang buruan (kariau kijang garitan). Kasumbi adalah mantra yang
berfungsi untuk menambah kesaktian. Di antara jenis kasumbi adalah
kasumbi taguh ‘kebal’, dan kasumbi mahalimunan ‘tidak bisa dilihat
orang’.Mamang adalah mantra Banjar yang berfungsi memanggil makhluk
halus atau roh para leluhur. Pakasih adalah mantra Banjar yang berfungsi
untuk mengguna-gunai lawan jenis menjadi bersangatan kasih sayang.
Kebalikan dari pakasih adalah pambanci. Pambanci berfungsi sebagai
sarana untuk mengguna-gunai orang lain agar orang yang dimantrai
itu tidak disukai, seperti kedainya menjadi sepi, pertunjukan yang
dilakukannya sepi peminat dan lain-lain.
Pambungkam adalah mantra Banjar yang berfungsi untuk mengguna-
gunai musuh, saingan, binatang berbahaya, agar tidak berkutik. Panangkal
75Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
adalah mantra Banjar yang berfungsi untuk menangkal marabahaya
yang bersifat kasatmata (nyata) seperti bencana alam, binatang buas,
racun yang ada dalam makanan, dan lain-lain. Panawar adalah mantra
yang berfungsi mengobati penyakit seseorang. Panulak adalah mantra
Banjar yang berfungsi untuk menolak perbuatan jahat yang berasal dari
makhluk gaib, seperti hantu dan roh gaib. Panyangga adalah mantra yang
berfungsi untuk menahan atau menghindari serangan magis dari yang
dilakukan oleh seseorang. Papikat adalah mantra yang berfungsi memikat
hati orang. Orang yang terkena mantra papikat akan merasa kasihan,
senang, dan cinta kepada orang yang membaca mantra. Mantra papikat
biasanya digunakan untuk mengikat kekasih hati atau untuk memudahkan
penyelesaian suatu urusan.
Pikaras adalah mantra yang berfungsi untuk meningkatkan hasil hasil
kerja atau hasil usaha. Dengan mantra pikaras maka diharapkan semua
usaha atau pekerjaan mendapat hasil yang maksimal. Pirunduk adalah
mantra yang berfungsi untuk menunduk-kan orang lain, makhluk gaib, atau
binatang. Sumpah-serapah yang berfungsi sebagai sarana mengusir hantu
dan makhluk gaib lainnya. Dalam buku ini dibicarakan juga pantun Banjar.
Disebutkan dalam buku ini tiga bentuk pantun Banjar, yakni pantun berkait,
pantun biasa, dan pantun kilat. Dalam buku ini dibicarakan juga peribahasa
Banjar. Menurut buku ini, peribahasa Banjar bisa berbentuk puisi dan bisa
pula berbentuk kalimat biasa. Buku ini membicarakan pula perihal syair.
Syair diklasifikasikan menjadi syair tasarul (syair asmara), syair agama,
syair sindiran, dan syair tasauf.
76
Judul Buku/ Penelitian : Sastra Banjar: Teori dan Interpretasi
Nama Pengarang : Rustam Effendi
Penerbit/ Tahun Terbit : Scripta Cendikia, Banjarmasin, 2011
Metode Penelitian :
Ringkasan
Buku ini terdiri dari empat bab, yakni bab yang membicara-kan sastra
tradisional Banjar. Sastra Banjar tradisional adalah sastra yang hidup dan
berkembang dua generasi yang lalu. Karena itu, sastra tradisional bisa
menjadi alat melihat kehidupan dan budaya Banjar masa itu. Sastra Banjar
tradisional bisa berbentuk prosa dan puisi. Bab kedua berbicara tentang
Bahasa dan sastra Banjar. Dikatakan dalam bab ini bahwa Bahasa Banjar
adalah salah satu anggota rumpun Bahasa Austronesia. Bahasa berasal dari
sebuah Bahasa purba yang bernama Proto Austronesia. Sejumlah kosa kata
Bahasa purba masih digunakan oleh masyarakat Banjar pada masa ini. Kosa
kata Bahasa purba itu ada yang tetap tidak berubah seperti bentuknya pada
masa lalu (warisan linear) seperti kata */rawa/ ‘sapa’, */ugah/ ‘pindah’,
dan lain-lain, ada juga kata Bahasa purba itu yang telah mengalami inovasi,
seperti*/watek/menjadi/batak/,*/tuqa/menjadi/tuha/,*/vani/menjadi/
wani/, dan lain-lain. Bahasa Banjar memiliki tiga dialek, yakni dialek Bahasa
Banjar Kuala, dialek Bahasa Banjar Hulu, dan dialek Bahasa Bukit.
Bab ketiga adalah genre sastra Banjar tradisional dan sastra Banjar
Kontemporer. Dalam bab ini disebutkan dan diberikan contoh genre sastra
Banjar tradisional baik prosa maupun puisi. Sastra Banjar Tradisional
berbentuk prosa genre legenda misalnya kisah Datu Naga (Kandangan),
Radin Pangantin (di Barabai). Sastra Banjar Tradisional berbentuk mite,
misalnya, Hikayat Lambung Mangkurat, Cerita-cerita lamut, dan wayang
Banjar. Sastra Banjar berbentuk puisi adalah pantun, syair, karmina, dan
mantra. Dijelaskan juga bahwa puisi Banjar genre syair, karmina dan mantra
sudah tidak berkemabang lagi. Berbeda dengan pantun, genre ini masih
berkembang hingga sekarang. Sastra Banjar kontemporer adalah sastra
Banjar yang berbentuk cerpen dan novel, seperti yang ditulis oleh Jamal.
77Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
T Suryanata. Sastra Banjar kontemporer yang berbentuk puisi juga banyak
ditemukan saat ini.
Sastra Banjar juga mengalami empat zaman, yakni sastra Banjar asli,
SastraBanjarzamanHindu,SastraBanjarperalihanHindukeIslam,danSastra
BanjarzamanIslam.SastraBanjarzamanIslamadalahsastraBanjaryang
menceritakanparatokoh-tokohagamaIslamyangteguhmenyiarkanAgama
Islam, seperti kisahDatu Kalampaian, Kisah Datu Nuraya, Datu Sanggul,
dan lain-lain. Bab keempat membahas prosa tradisional Banjar. Pembahasan
yang disertai contoh meliputi genre legenda, mite, dan dongeng. Dijelaskan
dalam bab ini, genre mite banyak merupakan cerita yang berasal dari
Jawa terutama yang bersumber dari cerita Panji. Genre dongeng binatang
(fabel) yangasli banjar juga sangat jarangditemukan.Dongengbinatang
yang ada berasal dari cerita-cerita warisan, seperti Cerita Pilanduk dan
Buaya(Buhaya),Pilanduk Beradu Tidur dengan Capung(kasisiur),Pilandung
dengan Serigala, dan lain-lain.
78
Judul Buku/ Penelitian : Nilai Pendidikan Dalam Peribahasa Banjar
Peneliti : Abdullah
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2011
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif, Teori Teori Sastra
Ringkasan
Latar belakang penelitian ini untuk memahami nilai pendidikan yang
terkandung dalam karya sastra, khususnya karya sastra lisan yang berwujud
peribahasa Banjar. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk
menggali dan mendeskripsi-kan nilai pendidikan yang terkandung dalam
peribahasa Banjar yang berkaitan dengan (1) nilai pendidikan agama,
(2) nilai pendidikan moral dan karakter dan (3) nilai pendidikan sosial.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yakni
pendekatan sosiologi sastra dan pendekatan hermeneutika atau pendekatan
interpretasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam peribahasa Banjar
terkandung banyak nilai pendidikan, di antaranya nilai pendidikan agama,
pendidikan moral dan pendidikan karakter serta pendidikan sosial.
Penentuan nilai pendidikan yang terkandung dalam peribahasa Banjar
dilakukan dengan melalui analisis makna peribahasa. Hasil analisis makna
dalam peribahasa Banjar tersebut kemudian dihubungkan dengan jenis nilai
pendidikan tertentu.
Pola hubungan nilai pendidikan dalam peribahasa Banjar terwujud
dalam tiga bentuk, yakni (1) pola hubungan positif, bila peribahasa ini
memiliki kesesuaian dengan nilai pendidikan (2) pola hubungan negatif,
bila peribahasa ini bertentangan dengan nilai pendidikan, dan (3) pola
hubungan netral. Peribahasa Banjar yang dianggap memiliki nilai pendidikan
adalah peribahasa yang memiliki pola hubungan positif dan hubungan
negatif. Peribahasa yang berpola negatif memang bertentangan dengan nilai
pendidikan, tetapibiladigunakanuntukmenyatakan larangan(imperatif)
79Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
dalam konteks nasihat, maka peribahasa itu bisa bernilai pendidikan. Jadi,
peribahasa dengan pola hubungan yang negatif ini secara implisit juga
mengandung nilai pendidikan. Dari sejumlah data peribahasa Banjar dalam
penelitian ini, ada 123 buah peribahasa yang dipertimbangkan memiliki
nilai pendidikan, yakni peribahasa yang memiliki nilai pendidikan agama,
nilai pendidikan moral dan karakter, nilai sosial. Pola hubungan makna
peribahasa Banjar tersebut terbagi atas dua pola yang masing-masing yang
berpolapositifdanberpolanegatif.Nilaipendidikan,yangtermuatdalam
tigajenisnilaiiniterdiriatas(1)NilaiPendidikanAgama,meliputinilaiingat
kepadaTuhan,taqwakepadaTuhan,syukur,tawakkal,ikhlas,qonaahatau
merasacukup,(2)NilaiPendidikanMoraldanKaraktermeliputinilairendah
hati, jujur dan amanah, bijaksana, rasa malu, pemurah atau dermawan,
rajin dan kerja keras, menjaga lisan, kehati-hatian, hemat, sederhana,
menjaga rahasia, konsisten, bertanggung jawab, introspeksi diri, berlaku
lemahlembut,mandiri,danberbaktipadaorangtua.(3)NilaiPendidikan
Sosial,meliputi nilai suka bermusyawarah, tolong–menolong dan bekerja
sama, memberi manfaat pada oranglain, kesetiakawanan dan toleransi
serta penyesuaian diri.
80
Judul Buku/ Penelitian : Analisis Majas dan Citraan Kumpulan Puisi “Tanah Perjanjian” Karya Ajamuddin Tifani
Peneliti : Hendriati Milyaningsih
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2011
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif, Teori Teori Sastra
Ringkasan
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah majas dan
citraan apa saja yang terdapat pada kumpulan puisi Tanah Perjanjian
karya Ajamuddin Tifani dan alasan mengapa majas dan citraan tersebut
digunakan dan tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasikan majas
dan citraan kumpulan puisi Ajamuddin Tifani dan mendeskripsikan
alasan pengarang menggunakan majas dan citraan tersebut. Penelitian
ini termasuk penelitian kualitatif dan menggunakan metode deskriptif
analisis. Majas yang terdapat pada kumpulan puisi Tanah Perjanjian karya
Ajamuddin Tifani yang paling sering muncul adalah majas perbandingan
yaituhiperboladanpersonifikasisertamajasperulangansepertianafora
dan epizeukis, majas yang lain jarang sekali digunakan. Sedangkan, citraan
yang paling sering muncul adalah citraan penglihatan (visual imagery) dan
citraangerakan(movement imagery).
81
Judul Buku/ Penelitian : Nilai-Nilai Moral Yang Terkandung Dalam Ungkapan Bahasa Banjar
Peneliti : Siti Faridah
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2011
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif, Teori Sastra
Ringkasan
Ungkapan Bahasa Banjar merupakan salah satu bentuk sastra lisan
yang terdapat dalam masyarakat Banjar dan berfungsi sebagai sarana
pengungkapan ekspresi masyarakat penuturnya terhadap sesuatu lewat
kiasan atau perbandingan. Penelitian ini merumuskan masalah sebagai
berikut (1) Bagaimanakah konstruksi ungkapan Bahasa Banjar; (2)
BagaimanakahmaknaungkapanBahasaBanjar; (3) Bagaimanakah fungsi
ungkapan Bahasa Banjar; (4) Bagaimanakah gambaran nilaimoral dalam
hubungan manusia dengan Tuhan yang terdapat dalam ungkapan Bahasa
Banjar;(5)Bagaimanakahgambarannilaimoraldalamhubunganmanusia
dengandirisendiri(individu)yangterdapatdalamungkapanBahasaBanjar;
(6)Bagaimanakahgambarannilaimoraldalamhubunganmanusiadengan
aspek sosial yang terdapat dalam ungkapan Bahasa Banjar.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan konstruksi
ungkapanBahasaBanjar;(2)mendeskripsikanmaknaungkapanBanjar;(3)
mendeskripsikanfungsiungkapanBanjar;(4)mendeskripsikannilaimoral
dalam hubungan manusia dengan Tuhan yang terdapat pada ungkapan
BahasaBanjar;(5)mendeskripsikannilaimoraldalamhubunganmanusia
dengandirisendiri(individu)yangterdapatpadaungkapanBahasaBanjar;
(6)mendeskripsikannilaimoraldalamhubunganmanusiadenganaspek
sosial yang terdapat pada ungkapan Bahasa Banjar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
(analisisisi)denganmengumpulkandatamelaluibuku-bukudanbeberapa
informan yang diyakini mengerti dan memahami tentang ungkapan Bahasa
Banjar. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
82
Beberapa simpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. (1)
Ungkapan Bahasa Banjar memiliki konstruksi antara lain yang dibentuk dari
katabenda(KB),katasifat(KS)dankatakerja(KK)denganmacamvariasi
konstruksinyaantaralain,(a)KS+KB;(b)KB+KS;(c)Ada+KB;(d)Ada+KS;(e)
KB+KB;(f)KB+KK;(g)KK+KB;(h)KS+KS;(i)Asa+KS+KB;(j)Kada+KK+KB.(2)
Makna ungkapan Bahasa Banjar berupa kiasan, sindiran atau perbandingan.
(3)FungsiUngkapanBahasaBanjar:(a)mediapendidikan,pedomantingkah
laku, dan pengatur aspek-aspek kehidupan bermasyarakat; (b) sumber
hukum, pengesah pranata sosial, pengawas dan pengukuh norma-norma
sosial;(c)sistemproyeksi,lambangidentitasbudayadansumberinformasi
budaya;dan(d)mediauntukbergurau,berolok-olok,dansebagaisarana
retorikauntukmematahkankata-katalawanbicara.(4)UngkapanBahasa
Banjar mengandung nilai-nilai moral yang bisa dijadikan sebagai pedoman
tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai itudiantaranyaadalahnilaimoraldalamhubunganmanusia
dengan Tuhan, nilai moral dalam hubungan manusia dengan diri sendiri
(individu) dan nilaimoral dalamhubunganmanusia dengan aspek sosial.
Berdasarkan simpulan-simpulan tersebut disarankan sebaiknya ada penelitian-
penelitian lanjutan sekitar ungkapan Banjar tersebut sehingga selain dapat
terinventari-sasi secara lengkap, dapat pula dipahami makna dan nilai-nilai
luhur yang terkandung di dalamnya. Selain itu juga untuk memperkaya dan
melestarikan sastra lisan daerah Banjar yang berbentuk ungkapan.
83
Judul Buku/ Penelitian : Nilai Pendidikan Dalam “Pantun Baantaran”
Peneliti : Khairunnisa
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2011
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif, Teori Sastra
Ringkasan
Penelitian ini berjudul Nilai Pendidikan dalam “Pantun Baantaran”.
Tujuan penelitian ini adalah (1) untukmendeskripsikan nilai pendidikan
agama yang menyangkut penghambaan diri seseorang kepada Tuhannya;
(2) untuk mendeskripsikan nilai pendidikan etika atau sopan santun
menyangkut pembentukan sikap dalam diri seseorang agar membentuk
manusia berakhlak mulia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena pantun
mengandung isi atau maksud yang menampilkan gambaran kehidupan
masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif yaitu suatu metode untuk menguraikan isi atau
kandungan yang terdapat dalam kata-kata pada setiap larik pantun. Sumber
data diperoleh dari informan terpercaya.
Hasilpenelitiandiperolehsebagaiberikut:(1)nilaipendidikanagama
yang berhubungan dengan penghambaan diri seseorang dengan Tuhannya
yangterdiri:a.percayaselaluterhadapkekuasaanAllahSWT,b.menepati
janji,c.syukurkepadaAllahSWT,d.menjalankanperintahdanmenjauhi
larangan-Nya,e.bersilaturahmi, f.berbuatkebaikan. (2)Nilaipendidikan
etika atau sopan santun yakni pembentukan sikap dalam diri seseorang
agarmembentukmanusiayangberakhlakmuliayangterdiridari:a.santun
terhadap semua orang, b. kesetian, c. hidup sederhana, d. bersifat sabar, e.
menghargai pemberian orang lain.
84
Judul Buku/ Penelitian : Kesantunan Meminta Dalam Bahasa Banjar
Peneliti : Musdalipah
Penerbit/ Tahun Terbit : Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan, 2011
Metode Penelitian : Metode Kualitatif dan Teori Pragmatik
Ringkasan
Berbagai aspek dapat dapat menentukan tingkat kesantunan, diantaranya
usia, tingkat sosial, waktu, tempat, dan tujuan tuturan. Aspek-aspek
penentu kesantunan ini tidak dapat diberlakukan pada semua masyarakat
bahasa, karena norma-norma yang berlaku pada satu masyarakat bahasa
belum tentu berlaku sama pada masyarakat bahasa yang lain. Misalnya
pada masyarakat penutur Bahasa Banjar akan memberlakukan prinsip
kesantunan bahasa berdasarkan usia, sehingga ketika anak berkomunikasi
dengan ibunya dia akan menggunakan persona Pian’Anda’,sedangkanjika
dengan teman yang usianya sama dia akan menggunakan persona ikam
’kamu’.Penelitianinibertujuanmemperolehdeskripsiyanglengkaptentang
tuturan pengekspresi kesantunan meminta dalam Bahasa Banjar, yakni untuk
mendeskripsikanbeberapahalberikut.(1)jenis-jenistuturanpengekspresi
kesantunanmemintadalamBahasaBanjar,(2)wujudkesantunanmeminta
dalamBahasaBanjar,(3)strategikesantunanmemintadalamBahasaBanjar,
dan(4)fungsikesantunanmemintadalamBahasaBanjar.
Analisis dilakukan pada data tuturan berbahasa Banjar yang berkaitan
dengan kesantunan meminta. Analisis ini menghasilkan simpulan bahwa
wujud kesantunan meminta dalam Bahasa Banjar meliputi kalimat tanya
(interogatif),kalimatpernyataan(deklaratif),kalimatperintah(imperatif),
dan kalimat kritik. Strategi kesantunan yang ditemukan pada kesantunan
meminta dalam Bahasa Banjar adalah kesantunan positif dan negatif. Fungsi
yang terdapat pada kesantunan meminta dalam Bahasa Banjar, adalah untuk
menyelamatkanmuka(saving face).
85
- Terbit Tahun 2012 -
Judul Buku Penelitian : Bahasa Banjar: Dialek dan Subdialeknya
Nama Pengarang : H. Djantera Kawi
Penerbit/ Tahun Terbit : Balai Bahasa Banjarmasin, 2012
Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif
Ringkasan
Buku ini terdiri 7 bab, yakni bab pendahuluan, fonologi, variasi unsur
kebahasaan, inovasi leksikal, dialek dan subdialek Bahasa Banjar, pengaruh
bahasa lain, dan penutup. Bab pendahuluan membicarakan pentingnya
penelitian tentang dialek dan subdialek Bahasa Banjar, tujuan, serta metode
penelitian. Dalam bab pendahuluan dibicarakan juga informasi awal tentang
Bahasa Banjar. Dikatakan dalam buku ini, bahwa Bahasa Banjar merupakan
salah satu bahasa di Kalimantan. Informasi tentang Bahasa Banjar juga
masih belum banyak. Bab kedua membicarakan seluk-beluk fonologi Bahasa
Banjar. Pembicaraan fonologi Bahasa Banjar meliputi hal-ikhwal vokal,
diftong, semi vokal, konsnan, distribusi konsonan, taktik deret konsonan
vokal vokal konsonan pada kata bersuku dua, dan silabe.
Bab ketiga membicarakan unsur-unsur kebahasaan. Pembica-raan
meliputi variasi fonologis, variasi morfologis, variasi leksikal. Bab keempat
membicarakan inovasi leksikal. Pembicaraan pada bab ini meliputi proses
inovasi,inovasi,pewarisan,danpeminjaman,identifikasiinovasi,warisan,
dan pinjaman. Bab keenam membicara-kan dialek dan subdialek Bahasa
Banjar. Pembicaraan pada bab ini meliputi pilihan dialek berdasarkan
variasi fonologis, pilihan dialek berdsarkan variasi morfologis, pilihan dialek
berdasarkan variasi leksikal. Bab keenam memnicarakan pengaruh bahasa
lain terhadap Bahasa Banjar. Bab ketujuh berisi kesimpulan penelitian.
Kesimpulanpenelitianiniadalahbahwa(i)BahasaBanjarmemperlihatkan
gejala perubahan bunyi yang cukup rumit, (ii) Gejala perubahan bunyi
menunjukkan bahwa bunyi-bunyi yang berada dalam lingkungan artikulasi
86
yang sama, berdekatan dan berkategori sama berpeluang saling bertukar
baik secara horizontal maupun vertikal. (iii) tata wilayah tutur Bahasa
Banjar tersebar pula bentuk-bentuk varian dan inovasi yang beragam dan
kompleks, namun, keragaman wujud bentuk kosa kata tersebut tidak
menyebabkan terhambatnya komunikasi verbal antar wilayah tutur yang
satu dengan yang lain. Kebervariasiaan hanya berada dalam tataran dialek,
subdialek,dan ragam lokal. (iv)BahasaBanjar terbagidalam tigadialek,
yakni dialek Banjar Kuala, dialek Banjar Hulu, dan dialek Bukit.
87
Judul Buku/ Penelitian : Rumah Lanting Suatu Tinjauan Terhadap Aspek Sosial Budaya, Ekonomi, Pola Pemukiman Dan Eksistensinya di Kota Banjarmasin
Peneliti : Risti Ajeng
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2012
Metode Penelitian : Deskriptif
Ringkasan
Sungai oleh urang Banjar dipandang sebagai sebagai sumber alam yang
sangat penting, tidak sedikit yang memanfaatkannya untuk membangun
komunitas dengan pola pemukiman yang cocok dengan kondisi yaitu
bentuk rumah tradisional lanting. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui(1)Gambaranrumahlanting di tinjau dari, sosial budaya dan
ekonomi. (2) Pola pemukiman dan eksistensinya di masa sekarang. (3)
Realisasi peran pemerintah daerah dalam pengambilan kebijakan menata
dan mengelola rumah lanting. Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan
Pasar Lama, Seberang Masjid, Sungai Baru, Mantuil dan Basirih Selatan.
Penelitian menggunakan metode kualitatif, bertujuan untuk melukis-kan,
menggambarkan/memandang suatu objek/realitas/fenomena alamiah.
Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dokumentasi dan
gabungan ketiganya. Penentuan informan dengan tehnik purposive dan
snowball sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, pola pemukiman
rumah lanting adalah linier yaitu memanjang mengikuti alur sungai. Kedua,
rumah lanting sekarang tidak eksis lagi. Penelitian M. Zaini tahun 2006,
memaparkan bahwa terdapat 143 buah rumah lanting di seluruh kota
Banjarmasin. Berdasarkan hasil obsevasi peneliti tahun 2012 hanya ditemukan
hanya 47 buah saja. Artinya 96 rumah lanting ”lenyap” dalam 6 tahun
terakhir karena berbagai faktor, Mahalnya harga bahan bangunan, orientasi
bermukim ke daratan, dibukanya akses transportasi darat, tingkat sosial
ekonomi penghuni rumah lanting,sertadikeluarkannyaPerdaNo.2Tahun
2007 Tentang Pengelolaan Sungai. Ketiga, dulu dari aspek ekonomi banyak
88
rumah lanting difungsikan sebagai warung. Fakta yang ada menunjukan
dekade ini seiring berkurangnya rumah lanting diikuti pula oleh warung
lanting. Faktornya dari segi ekono-mi, distribusi barang tidak lancar karena
pembeli sepi, faktor ini dipicu menurunnya pengguna transportasi sungai,
dibukanya akses jalan darat yang berdampak pada tumbuhnya pasar-pasar
dadakan di setiap kampung konsumen warung lanting. Keempat, sampai
sekarang belum terlihat pemerintah kota dan dinas terkait yang secara
sungguh-sungguh untuk menangani keberadaan rumah lanting.
89
Judul Buku/ Penelitian: Pantun Banjar: Bentuk & Fungsinya
Nama Pengarang : Sunarti
Penerbit/ Tahun Terbit : Scripta Cendikia, Banjarmasin, 2012
Metode Penelitian : Bibliografi, Observasi dan Wawancara
Ringkasan
Buku ini berisi 7 bab, yakni bab pendahuluan, bab yang membicarakan
hubungan pantun dan kebudayaan, bab yang berisi bentuk-bentuk pantun
Banjar, bab yang berisi ulasan tentang Pantun Banjar, bab yang berisi
peranan pantun dalam kesenian daerah, bab yang berisi tentang nilai-nilai
didaktis yang diemban Pantun Banjar, bab yang berisi tentang perbandingan
pantun Banjar dengan Pantun Melayu. Dalam bab pendahuluan dijelaskan
bahwa tujuan penulisan buku ini adalah untuk memperkenalkan salah satu
jenis kesusastraan Banjar, yaitu Pantun Banjar.
Dalam bab pendahuluan juga disampaikan tentang metode yang
digunakan dalam memperoleh data dan menganalisis data. Metode itu adalah
bibliografi,observasi,danwawancaraterhadapenamoranginformanutama.
Dalam bab kedua dibicarakan perihal kebudayaan daerah dan kebudayaan
nasional. Dalam bab ini disebutkan bahwa faktor alam merupakan faktor
penentu kebudayaan. Flora dan fauna serta iklim mempunyai pengaruh yang
tidak kecil bagi sebuah kebudayaan. Karena faktor inilah maka kebudayaan
Banjar merupakan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan lainnya.
Bab ketiga membicarakan bentuk-bentuk pantun Banjar. Bab ini didahului
dengan menyebutkan dan memberi contoh bidal-bidal Banjar. Bidal-bidal itu
sebagian menjadi bagian dalam pantun Banjar. Bidal-bidal yang menjadi
bagian Pantun Banjar adalah pepatah, peribahasa, perumpamaan, ibarat,
tamsil,danpemeo.Contohpantunyangberisibidal itu antara lain.
Amas mirah intan saupih
Patah halu mananggung nangka
Kada tasusur pinggir tapih
Kalah malu ulih nangka
90
Bab keempat berisi fungsi-fungsi yang diemban oleh Pantun Banjar.
Pantun Banjar bagi anak-anak berfungsi sebagai alat permainan, alat senda
gurau, alat mengejek, alat menyatakan perasaan sedih. bagi anak muda,
Pantun Banjar berfungsi sebagai alat bersenda gurau, alat sindiran, alat
menyatakan rasa kasih sayang, pelukis kesedihan akibat perpisahan, alat
hiburan, alat memuji seseorang, alat mantra untuk kekebalan, dan lain-lain.
Bagi orang tua, pantun berfungsi sebagai nasihat, pelajaran agama, melamar
calon suami/istri, lagu/hiburan saat bekerja, Bab kelima membicarakan
peranan Pantun Banjar dalam kesenian daerah.
Dalam bab ini disampaikan bahwa Pantun Banjar digunakan juga
dalam bentuk kesenian Banjar yang lain, yakni Japen dan Madihin. Bab
keenam berisi nilai-nilai didaktis yang terdapat dalam Pantun Banjar.
Nilai-nilai didaktis yang disebutkan dalam buku ini adalah pendidikan
agama, pendidikan etika, pendidikan kewanitaan, pendidikan anak-anak,
pendidikan kerajinan, dan lain-lain. Bab ketujuh berisi perbandingan Pantun
Banjar dan Pantun Melayu. Dalam bab ini penulis membandingkan Pantun
Melayu dan Pantun Banjar dari segi bentuk, fungsi, dan bahasanya. Dalam
perbanding-an Pantun Banjar dan Pantun Melayu terdapat beberapa titik
persamaan dan titik perbedaan. Titik persamaan jauh lebih banyak dari titik
perbedaan. banyaknya persamaan antara Pantun Banjar dan Pantun Melayu
menunjukkan adanya akar yang sama, yakni berasal dari dialek Melayu.
91
Judul Buku/ Penelitian : Kearifan Lokal Dalam Fabel Banjar
Peneliti : Agus Yulianto, Saefuddin, Dede Hidayatullah, Dahliana, Jahdiah, Sri Wahyu Nengsih, Nurhidayati Kurniasih.
Penerbit/ Tahun Terbit : Balai Bahasa Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, 2012
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif
Ringkasan
Salah satu sastra lisan Banjar yang juga turut membantu dalam
pembentukan nilai-nilai kearifan hidup, kearifan lokal adalah fabel Banjar.
Lebih runtut lagi, nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam fabel Banjar
dapat dirinci menjadi nilai-nilai yang berkaitan dengan individu seperti;
bersahaja, konsisten, jujur dan lain-lain. Kemudian, nilai-nilai yang berkaitan
dengan masyarakat seperti; pengabdian, rela berkorban, mengabdi, dan lain-
lain. Selanjutnya, nilai-nilai yang berkaitan dengan aspek ketuhanan seperti
kepasrah-an, kecenderungan kepada kebaikan, ketaatan menjalankan
ibadah dan lain-lain. Melihat pentingnya nilai-nilai kearifan lokal yang
terkandung di dalam fabel Banjar, tentulah diperlukan penggalian secara
intensif. Penggalian tersebut, ditujukan untuk lebih mengeks-plisitkan nilai-
nilai kearifan lokal yang secara tersirat terkandung di dalam fabel Banjar.
92
Judul Buku/ Penelitian : Aspek Bunyi Dan Pilihan Kata Dalam Mantra Banjar
Peneliti : Yuliati Puspita Sari
Penerbit/ Tahun Terbit : Bunga Rampai Penelitian Kebahasaan, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan, 2012
Metode Penelitian : Metode Kualitatif dan Teori Analisis Wacana
Ringkasan
Penelitianinimembahastentang(1)aspekbunyidalammantraBanjar
yangmengacu pada rima dan ragam bunyi, dan (2) pilihan kata dalam
mantra Banjar yang mengacu pada penggunaan kata rangkap, kata kias,
repetisi, reduplikasi, dan pemakaian kata khusus lainnya.
Data dalam penelitian ini diambil dari buku Mantra Banjar terbitan
Balai Bahasa Banjarmasin. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa
pilihan kata yang secara umum juga digunakan dalam jenis karya sastra
lainnya di luar mantra, seperti adanya penggunaan kata rangkap, kata
kias, kata ulang, dan adanya penggunaan kata berpola yang mengacu
pada rima. Selain itu, banyak pula ditemukan pilihan kata yang kurang
lazim, baik dalam hal bentuk maupun maknanya. Bahkan, mungkin hanya
dalam mantra, kata-kata itu ditemukan. Pilihan kata semacam inilah yang
pada akhirnya memunculkan keindahan dan nuansa magis tersendiri pada
mantra tersebut.
93
Judul Buku/ Penelitian : Kata Penghubung Dalam Bahasa Banjar
Peneliti : Lailatul Fikhiah
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2012
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif
Ringkasan
Penelitian ini membahas masalah kata penghubung Bahasa Banjar
dengan tujuan untuk mengetahui ciri, jenis, bentuk, dan fungsi, serta
makna yang ada pada kata penghubung dalam Bahasa Banjar.Penelitian
inimenggunakanpendekatankualitatifdenganmetodedeskriptif.Cirikata
penghubung Bahasa Banjar dapat diikuti kata kerja, kata benda, kata sifat,
dan kata bilangan. Jenis kata penghubung Bahasa Banjar terdiri dari jenis
koordinatif dan jenis subordinatif. Selain itu, kata penghubung Bahasa Banjar
juga memiliki bentuk persukuan, bentuk imbuhan, bentuk berpartikel, dan
bentuk gabungan.
Kata penghubung Bahasa Banjar mempunyai fungsi yang menyatakan
beberapa hubungan, yaitu hubungan pengandaian, hubungan pertentangan,
hubungan sebab-akibat, hubungan waktu, hubungan tujuan, hubungan
syarat, hubungan pilihan, dan hubung-an gabungan. Makna kata penghubung
dalam Bahasa Banjar terkait dengan konteks kalimat. Konteks kalimat yang
berbeda dapat menimbulkan makna yang berbeda pula. Sehubungan dengan
hal tersebut, penulis menyarankan kepada para peneliti dapat melakukan
penelitian selajutnya dengan kajian yang lebih luas. Bagi pendidik dan
pemerhati dapat mengenalkan dan menginformasikan jenis kata dalam
Bahasa Banjar terkait dengan kata penghubung Bahasa Banjar dalam upaya
memelihara kelestarian Bahasa Banjar.
94
Judul Buku/ Penelitian : Penggunaan Maksim Tutur Dalam Mahalabio
Peneliti : Ridho Amalia
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2012
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif
Ringkasan
Secara pragmatik, untuk menciptakan efek lucu pada mahalabio,
penutur sering melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap maksim
tutur. Berdasarkan kenyataan itu dalam penelitian ini diuraikan tentang
terapan teori implikatur Grice untuk membedah mahalabio. Mahalabio
merupakan salah satu jenis wacana yang menyajikan sesuatu secara
lucu. Kelucuan dibangun strukur paparan tertentu. Jika ditinjau dari
aspek penggunaan maksim tutur, dalam sebuah wacana mahalabio telah
melakukan penerapan maksim tutur sekaligus ada pelanggaran maksim
tutur di dalamnya. Penelitian ini bertujuan memperoleh deskripsi mengenai
perananmaksimtuturdalammahalabio.Maksimtersebutterdiridari(1)
maksim kuantitas, (2) maksim kualitas, (3) maksim relevansi dan (4)
maksim cara.Teori pengembangan instrumen adalah teori implikatur Grice,
tidak dapat dilepaskan dengan sejumlah maksim tutur yang memandu
kerjasama antara penutur dan mitra tutur.
Teori implikatur Grice mempunyai fungsi penting dalam analisis wacana.
Ide-ide untuk memecahkan problem-problem penafsiran makna tuturan
dengan memperkirakan berbagai konteks yang ditafsirkan. Aplikasinya
dalam analisis wacana membimbing dan memberikan kekhususan terhadap
wacana yang dianalisisnya. Pendekatan penelitian ini kualitatif, dengan
metode deskriptif. Analisis data dilakukan selama pengumpulan data.
Hasil penelitian menunjuk-kan bahwa penerapan prinsip kerjasama dalam
mahalabio menggambarkan diterapkannya maksim tutur yang meliputi
maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi dan maksim cara,
meskipun terdapat beberapa pelanggaran di dalamnya.
95
Judul Buku/ Penelitian : Nilai Budaya Dalam Tutur Candi
Peneliti : Anwar Hadimi
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2012
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif
Ringkasan
Tujuanpenelitian ini adalah (1) untukmendeskripsikannilai budaya
ditinjau dari aspek etika yang terdapat dalam cerita Tutur Candi,(2)untuk
mendeskripsikan nilai budaya ditinjau dari aspek sosial yang terdapat dalam
cerita Tutur Candi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan Kualitatif. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
jenis peneliti-an Sosiologi Sastra. Penulis menafsir-kan karya sastra dengan
melakukan pemahaman secara keseluruhan walaupun bersifat sementara.
SumberdatayangdigunakandalampenelitianiniadalahteksnaskahCerita
berjudul “Tutur Candi”.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Nilai
budayaditinjaudariaspeketikaberupa:a.nilaibudayadalametikamenjamu
tamu. Nilai budaya tersebut nampak ketika dalammenjamu tamu, tuan
rumah harus menyuguhkan sesuatu, b. nilai budaya dalam etika bertamu.
Nilai budaya ini nampak ketika seorang tamu yang bolehmasuk rumah
setelah diizinkan oleh tuan rumah, c. nilai budaya dalam etika melamar,
nilai budaya tersebut terlihat ketika seorang laki-laki tidak dibenarkan
untuk melakukan lamaran untuk dirinya sendiri melainkan harus melalui
utusan atau perwakilan, d. nilai budaya dalam etika memohon kepada
tuhan, nilai budaya tersebut terlihat pada kebiasaan hamba yang selalu
menadahkan tangan ketika melakukan permohonan kepada tuhan, selain
itu juga keiasaan untuk menggunakan sesaji dengan cara membungkuk ke
tanah, e. nilai budaya dalam etika menghormati pemimpin, f. nilai budaya
dalam etika keselamatan dan hal-hal yang berhubungan dengan dunia
mistis dilakukan dengan tapung tawar.
Selanjutnya,(2)Nilaibudayaditinjaudariaspeksosialyangterdapat
dalam teks Tutur Candiadalah:a.nilaibudayasosialdalamkebersamaan,
96
b. nilai budaya pemurah, c. nilai budaya sosial dalam bergotong royong, d.
nilai budaya sosial dalam berbagi pengetahuan, e. nilai budaya dalam kasih
sayang,f.Nilaibudayadalambermusyawarah.Berdasarkanhasilpenelitian,
peneliti ingin menyampaikan saran untuk peneliti selanjutnya, bahwa selain
unsur sosial dan unsur etika yang terdapat dalam Tutur Candi yang telah
diteliti ada hal-hal yang menarik yang terdapat dalam cerita tersebut untuk
diteliti, misalnya perilaku psikologis manusia yang dilahirkan dari hasil
kawin maupun dari bertapa.
97
Judul Buku/ Penelitian : Interferensi Bahasa Indonesia Terhadap Bahasa Banjar Dalam Cerita Si Palui di Harian Banjarmasin Post
Peneliti : Ali Nafiah
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2012
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif
Ringkasan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi atau gambaran
yangobjektiftentanginterferensiBahasaIndonesiaterhadapBahasaBanjar
dalam cerita Si Palui di Harian Banjarmasin Post, yang meliputi tiga jenis
interferensi:(1)interferensileksikal(kosakata);(2)interferensimorfologis,
dan(3)interferensisintaksis.Penelitianinimenggunakanmetodedeskriptif.
Sumber datanya adalah cerita Si Palui yang dimuat di Harian Banjarmasin
Post selama tiga bulan penerbitan (Oktober sampai dengan Desember
2011). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi
dokumentasi, yaitu menelaah sumber data sesuai dengan rumusan masalah
dalampenelitianini.Selanjutnya,datayangdiperolehdiklasifikasikandan
dianalisis berdasarkan jenis interferensi dan sesuai dengan ruang lingkup
penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi interferensi Bahasa
IndonesiaterhadapBahasaBanjardalamceritaSi Palui berupa interferensi
leksikal (kosakata), interferensi morfologis (pembentukan kata) , dan
interferensisintaksis(tatarankalimat).Yangpalingbanyakkemuculannya
adalah interferensi leksikal (kosakata), disusul interferensi morfologis di
urutankedua,daninterferensisintaksisdiurutanketiga.Interferensileksikal
meliputi interferensi kata kerja (contohnya: lahir, kubujuki, kunasihati);
interferensi kata benda (contohnya: watak, uang, gergaji); interferensi
kata sifat (contohnya: remeh, cerdas, cepat); dan interferensi kata tugas
(contohnya: dan, walaupun, yang). Interferensi morfologis meliputi
interferensi afiksasi (contohnya:menyambung, dangarkan, manaruskan);
interferensireduplikasi(contohnya:gunta-ganti, babatuan, hampir-hampir);
98
dan interferensipemajemukan(contohnya: jalan di tempat, sampai hati,
laris manis).Sementaraitu,interferensisintaksismeliputiinterferensifrasa
(contohnya:lagi sibuk, harus dipenuhi, masa kanak-kanak)daninterferensi
kalimat(contohnya: Iwaknya adalah tahu wan tempe; Apakah kehilangan
tutukaran?; Tadi sudah kusambat bahwa aku mancarii julak).
99
Judul Buku/ Penelitian : Syair Saraba Ampat Analisis: Semantik dan Semiotik
Peneliti : Hasmi Fadilah
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2012
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif
Ringkasan
Penelitian terhadap syair Saraba Ampat belum pernah dilakukan. Tujuan
penelitian untuk mendeskripsikan dan menjelas-kan makna yang terkandung
dalam syair Saraba Ampat.Penelitianinimenggunakanpendekatanfilologi.
Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis makna Syair Saraba
Ampat adalah metode kualitatif. Sumber data penelitian berasal dari buku
yang berjudul Manakib Datu Sanggul. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Syair Saraba Ampat. Teknik Pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan teknik studi pustaka.
Hasil penelitian ini menunjukkan Syair Saraba Ampat bertema tauhid,
fiqih dan tasawuf. Tema tauhid dibahas lebih lanjut, karena tema inilah
yang dibahas lebih mendalam di dalam penelitian ini. Tema tauhid di dalam
syairdiuraikandalambentuk:SifatwajibbagiAllahSWT(akalmanusiatidak
dapatmenerimajikasesuatuitutidakada),SifatMustahilbagiAllah(akal
manusiatidakakanmembenarkanmanakalasesuatuituada),Sifatjaizbagi
AllahSWT(sesuatuyangadaatautidakadanyasama-samadapatditerima
olehakal),SifatwajibbagiRasulAS(akalmanusiatidakdapatmenerima
jikasesuatuitutidakada),SifatMustahilbagiRasulAS(akalmanusiatidak
akanmembenarkanmanakala sesuatu itu ada), dan Sifat jaizbagi Rasul
(sesuatuyangadaatautidakadanyasama-samadapatditerimaolehakal).
100
Judul Buku/ Penelitian : Jargon Kelompok Peseluncur di Banjarmasin
Peneliti : Noorlatifah
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2012
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif
Ringkasan
Penelitian ini dilatarbelakangi variasi bahasa yang dipakai oleh
kelompok manusia untuk berkomunikasi. Variasi bahasa sering dijumpai
pada suatu kelompok tertentu, kadang disebut sebagai bahasa suatu
kelompok. Bahasa kelompok dalam suatu komunitas sering diistilahkan
sebagai jargon.Penelitian inibertujuanuntuk(1)memperolehdeskripsi
wujud jargon yang digunakan kelompok peseluncur di Banjarmasin
dan (2) mendeskripsikan aspek pemakai-an jargon yang digunakan
kelompok peseluncur di Banjarmasin. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif. Sumber datanya adalah kelompok peseluncur di Banjarmasin,
khususnya yang berada di Siring Sabilal. Teknik pengumpulan datanya
adalah observasi terlihat, yaitu observasi dilakukan dengan cara simak-
catat. Selanjutnya, data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan ada 7 wujud jargon anak peseluncur di
Banjarmasin , yaitu: (1) wujud jargon bentuk kata dasar Bahasa Banjar,
seperti ajab, aray, ba’al, bengkeng, celengan, danlainnya.(2)wujudjargon
bentukkatadasarBahasaIndonesiasepertibadai, bencana, bodoh, celah,
dorong, danlainnya.(3)wujudjargonbentukkataturunanBahasaBanjar,
seperti baegal, bagepak, miantil, ambilan, borongan, danlainnya.(4)wujud
jargonbentukkataturunanBahasaIndonesia,sepertimenangkap, mengukir,
merebut, teratur, pemalas, bantalan, hambatan, dan lainnya. (5) wujud
jargon bentuk ungkapan, seperti ambak alimanyar, ambung haja, aman
posisi, ampah hulu, hampadal ayam, kaya timpakul, kaya kaminting, dan
lainnya.(6)wujudjargonbentukmenyingkatkata,sepertiusan, gandeng,
geteng, gobang, dan gobor.(7)wujudjargonbentukBahasaInggrisseperti
air, airwalk, bushing, casspeflip, dan lainnya.
101Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
Aspek pemakaian jargonmenunjukkan ada 5 jenis, yaitu: (1) aspek
pemakaian jargon tindak deklarasi. Digunakan untuk meng-khususkan kata,
petunjukperintah,bentukpenyemangat,danlainnya.(2)aspekpemakaian
jargon tindak representatif. Digunakan untuk penyebutan orang, penegasan,
penamaantrikdan lainnya.(3)aspekpemakaian jargontindakekspresif.
Digunakan untuk memuji, bercanda, mengolok-olok, dan lainnya. (4)
aspek pemakian jargon tindak direktif. Digunakan untuk kalimat perintah,
menolok-olok, bercanda, meningkatkan level dan lainnya. Terakhir (5)
aspek pemakaian jargon tindak komisif. Digunakan untuk mengakrabkan
kekerabatan, menghibur, perjanjian, dan lainnya.
102
Judul Buku/ Penelitian : Ungkapan Pamali Bahasa Banjar Sebagai Sarana Pendidikan Karakter
Peneliti : Samsul Bahri
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2012
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Teori Pragmatik
Ringkasan
Ungkapan pamali Bahasa Banjar merupakan tradisi lisan yang tumbuh
dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Banjar yang telah tumbuh
dan berkembang beberapa generasi yang lalu. Meskipun ungkapan pamali
Bahasa Banjar ini merupakan ungkapan tradisional, namun ungkapan pamali
tersebut tidak hanya dipakai dan ditaati oleh masyarakat yang tinggal di
pedesaan, tetapi juga dipakai dan ditaati masyarakat Banjar yang tinggal
di perkotaan. Hal itu menandakan bahwa ungkapan pamali Bahasa Banjar
menjadi salah satu budaya kolektif yang tersebar dan diwariskan secara
turun–temurun,darigenerasikegenerasi.Ungkapanpamali Bahasa Banjar
mempunyai kedudukan penting dalam masyarakat Banjar, karena ungkapan
ini menjadi sarana pendidikan untuk membentuk karakter bangsa. Ungkapan
pamali Bahasa banjar memiliki kekuatan memaksa atau mengontrol agar
masyarakat mematuhi norma-norma yang berlaku. Berkaitan dengan hal
itu, tesis ini bertujuan menggali nilai-nilai yang terkandung dalam ungkapan
pamali Bahasa Banjar sebagai sarana pendidikan karakter. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif yang menggunakan
pendekatan hermeneutika.
Simpulanhasilpenelitianiniadalahsebagaiberikut:Pertama,ungkapan
pamali Bahasa Banjar memiliki enam struktur yang membentuk sebuah
pola yang khas dan cenderung baku. Kedua, ungkapan pamali Bahasa
Banjar yang merupakan salah satu jenis tradisi lisan masyarakat Banjar
sampai sekarang masih lestari dan tetap diwariskan secara turun-temurun
oleh masyarakat sebagai warisan budaya. Pewarisannya dilakukan secara
lisan dan secara tertulis. Ketiga, masyarakat Banjar sebagian besar masih
meyakini “kekuatan” yang terkandung dalam ungkapan pamali tersebut.
103Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
Mereka percaya ungkapan pamali Bahasa Banjar masih memiliki kekuatan
“memaksa” dan mengarahkan sikap dan perilaku masyarakat terutama yang
berkenaan dengan nilai relegius. Hal itu menggambarkan bahwa kepercayaan
masyarakat tentang nilai-nilai keagamaan, masih tertanam kuat. Terhadap
ungkapan yang mengandung nilai yang lain ada yang percaya dan ada yang
kurang percaya. Keempat, dari 480 teks ungkapan pamali Bahasa Banjar
ditemukan beberapa ungkapan pamali yang mengandung lebih dari satu
nilai karakter. Kelima, penanaman nilai karakter melalui ungkapan pamali
Bahasa Banjar sangat efektif. Pendidikan karakter dapat dilakukan melalui
ungkapan pamali Bahasa Banjar sebagai sarananya.
Berdasarkan simpulan-simpulan tersebut disarankan bebera-pa hal
berikut. Pertama, mengingat luasnya wilayah penyebaran masyarakat suku
Banjar, ada kemungkinan masih banyak ungkapan pamali yang belum
teridentifikasi. Oleh karena itu, penelitian lanjutan untuk memperkaya
ungkapan pamali Bahasa Banjar perlu dilakukan. Kedua, pembentukan
karakter bangsa merupakan tanggung jawab kita bersama. Menggunakan
ungkapan pamali Bahasa Banjar sebagai sarana pendidikan perlu kita
kembangkan. Pembentukan sikap dan perilaku masyarakat yang bernilai
positif perlu kita lakukan secara bersama-sama. Ketiga, sebagai bagian
masyarakat kita mempunyai kewajiban untuk mengembangkan dan
melestarikan budaya. Melalui penelitian-peneliian ilmiah, kita dapat
menggali dan melestarikan budaya lokal yg hampir punah tergilas oleh
arus globalisasi.
104
Judul Buku/ Penelitian : Mistik Dalam Hikayat Banjar
Peneliti : Wawan Setiawan
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2012
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Teori Sastra
Ringkasan
Hikayat Banjar merupakan cerita yang dipercaya masyarakat Banjar
khususnya sebagai fragmen sejarah kerajaan Banjar, sehingga cerita tersebut
banyak membius kalangan sastrawan, budayawan dan ahli sejarah untuk
meneliti dan menelusuri pembuktian fragmen sejarah kerajaan Banjar yang
memiliki nilai-nilai kesakralan. Rumusan masalah yakni bagaimanakah
wujud, makna, dan fungsi mistik dalam Hikayat Banjar? Penelitian bertujuan
mendeskripsikan secara lengkap mengenai wujud, makna, dan fungsi
mistik dalam Hikayat Banjar. Metode penelitian ini deskriptif dengan jenis
penelitian kualitatif. Sumber data adalah teks Hikayat Banjar edisi Ras, tahun
1968.Instrumenutamapenelitianiniadalahpenelitisendiriyangbertindak
sebagai pengumpul data dengan menggunakan instrumen penunjang. Teknik
pengambilan data dalam penelitian ini terdiri atas dua langkah kerja, yaitu
inventarisasidatadanidentifikasidata.Validitasdatatemuandalampenelitian
ini peneliti lakukan dengan triangulasi dan ketekunan pengamatan. Analisis
data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis isi dan
penafsiran data dengan memaknai simbol.
Hasil penelitan menemukan enam belas mistik dalam Hikayat Banjar
yangmeliputi; (1) mistik mimpi,(2) mistik pertapaan, (3) mistik huhuas
(cobaan), (4)mistik adikodrati yang berasal dari buih danmatahari, (5)
mistikhilangnyajasadyangdibunuh,(6)mistikpertanda,(7)mistikjasad
yangdapatberubah, (8)mistiksuaradarialamgaib, (9)mistikmahkota
yangajaib,(10)mistikwafatsecaragaib,(11)mistiktaguh (kebal),(12)mistik
terbangdiudara,(13)mistikalatgamelandansenapan(bedil),(14)mistik
kekuatan dalam menyelam, (15) mistik keyakinan terhadap Tuhan,(16)
mistik kawin dengan jin.
105
Judul Buku/ Penelitian : Legenda Datu-Datu Tabalong
Peneliti : Siswoyo
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2012
Metode Penelitian : Pendekatan Pragmatik, Teori Fungsi Sosial dan Hermeneutika
Ringkasan
Legenda Datu-Datu Tabalong merupakan bagian dari sastra lisan
(foklor)tradisionalBanjarberupaprosayangkeberadaannyasaatinimulai
terancam disebabkan para penutur cerita tersebut sudah lanjut usia bahkan
banyak yang sudah meninggal. Keberada-an legenda ini dianggap sangat
penting bagi para pemilik kolektifnya, mengingat dalam legenda tersebut
mengandung cerita yang berisi banyak pesan atau simbol yang sangat
berguna bagi kehidupan generasi pemiliknya maupun generasi selanjutnya.
Pesan-pesan tersebut pada umumnya berisi pesan moral pendidikan, pesan
tentang norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya, maupun pesan
tentang religi. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat
kolektif pemiliknya masih beranggapan cerita dalam Legenda Datu-Datu
Tabalong tersebut mempunyai fungsi sosial yang sangat bermanfaat bagi
para pemilik kolektifnya baik pada masa lalu maupun masa kini, bahkan
pada masa mendatang.
Penelitian Legenda Datu-Datu Tabalong yang terdiri atas empat
legenda Datu yang berada di wilayah Kabupaten Tabalong, yakni Legenda
Datu Puain, Legenda Datu Mapihan, Legenda Datu Harung, dan Legenda
Datu Pujung bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai fungsi, makna,
dan hubungan antarteks yang terkandung dalam Legenda Datu-Datu
Tabalong tersebut. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif
yang ditandai dengan cara mendes-kripsikan secara mendalam hasil
interpretasi kajian, fungsi sosial, dan makna, serta hubungan antar teks
terhadap objek penelitian. Berdasarkan masalah yang menjadi objek
penelitian maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan
pragmatik sebagai pendekatan penelitian.
106
Teori yang digunakan untuk membedah kajian penelitian digunakan teori
fungsisosialBas-com(dalamDanandjaja)danAlanDundes(dalamSudikan),
serta hermeneutika Paul Ricoeur. Data penelitian adalah berupa simbol yang
direpresentasikan dalam bentuk teks hasil transkripsi dan terjemahan yang
terdapat dalam cerita Legenda Datu-Datu Tabalong di wilayah Kabupaten
Tabalong. Data tersebut diperoleh peneliti melalui perekaman dari sumber
data yaitu para informan yang dijadikan sebagai sumber data primer,
dan data lain dari data tertulis sebagai pembanding. Teknik analisis yang
digunakan adalah teknik analisis isi yaitu suatu analisis untuk mengungkap
pesan yang ada dalam karya sastra. Prosedur pengolahan data dilakukan
dengantahapanperekaman,transkripsirekaman,klasifikasi,penerjemahan,
dan analisis data.
Pada hasil pembahasan ditemukan bahwa fungsi sosial Legenda Datu-
Datu Tabalong terdiri dari beberapa fungsi yaitu fungsi menurut teori
dan fungsi pada saat ini. Fungsi menurut teori ditemukan sebagai fungsi
proyeksi, fungsi pranata-pranata sosial, fungsi pendidikan, fungsi pengawas
dan pemaksa, fungsi kritik sosial, dan fungsi hiburan. Pada fungsi kekinian
atau fungsi pada saat ini ditemukan beberapa fungsi, yaitu fungsi pengingat,
fungsi perasaan bangga, dan fungsi pembangkit rasa patriotik, serta fungsi
pembangkit perasaan kolektif.
Pembahasan makna Legenda Datu-Datu Tabalong ditemukan beberapa
makna, antara lain pengungkap-an perasaan sayang, mempercayai hal-
hal gaib, perlindungan dan pengayoman terhadap orang yang disayangi,
pengakuan terhadap kekuasaan Allah, dan peringatan agar manusia tidak
berbuat som-bong. Pada pembahasan hubungan antarteks ditemukan
bahwa keempat legenda tersebut lahir pada masa awal dan pertengahan
AgamaIslammasukkewilayahTabalong,peristiwakejadiankeempatcerita
tersebut berada di sekitar aliran Sungai Tabalong, keempat cerita berisikan
tokoh sakti yang melebihi kemampuan manusia biasa. Keempat cerita
mengandung pesan moral tentang pendidikan, dan keempat cerita tersebut
memiliki fungsi kekinian sebagai pengingat, pembangkit rasa patriotik, serta
perasaan bangga bagi pemilik kolektifnya.
107Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
- Terbit Tahun 2013 -
Judul Buku/ Penelitian : Peribahasa Banjar
Nama Pengarang : Rustam Effendi
Penerbit/ Tahun Terbit : Prodi Pend. Bahasa & Sastra Indonesia, FKIP Unlam, 2013
Metode Penelitian : Kritik Teks
Ringkasan
Peribahasa Banjar merupakan salah satu khasanah budaya daerah
Banjar yang sarat dengan nilai budaya. Nilai-nilai budaya itu, yang
berupa norma berprikehidupan, telah lama menjadi pedoman tingkah
laku bermasyarakat. Karena itu, peribahasa yang berisi fenomena budaya
masyarakat selayaknya diketaui dan selanjutnya dikembangkan guna
memperlengkap budaya Indonesia modern. Bagaimanapun, budaya
Indonesiamodernyangdikehendakiadalahbudayayang tidak terputus
darimata rantai budaya Indonesiamasa lalu.Hasil penelitian ini berisi
lima bab, yakni bab pendahuluan, bab struktur peribahasa, bab nilai yang
terdapat dalam peribahasa, bab deskripsi peribahasa Banjar, dan bab
kesimpulan penelitian.
Pada bab pendahuluan dijelaskan bahwa peribahasa Banjar adalah
salah satu jenis sastra lisan yang dihasilkan oleh masyarakat Banjar pada
masa lalu. peribahasa ini pernah mengalami masa jayanya pada zamannya.
Bahkan, pada masa sekarang pun, peribahasa Banjar yang merupakan
warisan budaya nenek moyang itu masih sering dipergunakan. Peribahasa
sering dipakai pada kesempatan tertentu, seperti taklimat yang disampaikan
tetuhakampung(lurah,ustad,dan lain-lain)danacarapernikahan.Pada
bab ini juga disinggung tentang metode yang digunakan. Metode yang
digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan mengandalkan hasil
wawancara lapangan, observasi lapangan, dan dokumen yang dikumpulkan
dari berbagai sumber.
Bab kedua tentang struktur peribahasa. Pada bab ini disebutkan
bahwa peribahasa Banjar bisa terbentuk dengan struktur berupa satu kata
berimbuhan, seperti bulanda menjadi mambulanda untuk menyatakan
108
seseorang yang sangat kejam tidak berperi-kemanusiaan seperti kejamnya
bangsa Belanda pada zaman penjajahan. Peribahasa Banjar bisa juga
berstruktur kata ulang, seperti kata kana yang diulang menjadi kakanaan
yang menunjuk kepada kepribadian seseorang yang tidak stabil. Struktur
peribahasa lainnya adalah memulainya dengan kata asa, kaya, dan
ibarat, seperti kata asa bajajak di agung yang bermakna tentang sesuatu
pekerjaan atau perbuatan yang berjalan lancar dan mulus tanpa mendapat
sedikit pun rintangan. Struktur lainnya adalah dengan sebuah kalimat
lengkap, seperti peribahasa yang berbunyi, cancut naik ka sampiran,
yang bermakna seseorang yang lupa diri karena memperoleh kekayaan
yang tiba-tiba atau kedudukan yang tidak diperkirakan sebelumnya.
Bab nilai budaya membicarakan nilai-nilai yang terkandung dalam
peribahasa Banjar. peribahasa Banjar mengandung banyak nilai, seperti
nilai pendidikan agama, estitika, filsafat, dan etika. Pada babdeskripsi
peribahasa, penelitian ini menyajikan ratusan peribahasa yang diperoleh
dari hasil wawancara dan dokumen.
109
Judul Buku/ Penelitian : Tradisi Tari Topeng (Manuping) di Kampung Banyiur Kelurahan Basirih Banjarmasin Barat
Nama Pengarang : Husnul Khotimah
Penerbit/Tahun Terbit : Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat 2013
Metode Penelitian : Sejarah dan Budaya
Ringkasan
Latar belakang penulisan skripsi ini, keberadaan tradisi tari topeng
(manuping)yangmerupakantradisituruntemurun,dikalanganmasyarakat
pendukungnya. Sebagai sebuah tradisi, manuping telah dijadikan sebagai
bagian penting dalam dinamika kehidupan. Masalah dari penelitian ini
yaitubagaimanaasalmuasalatausejarahtradisitaritopeng(manuping),
dan bagaimana tradisi tari topeng (manuping) sebagai tradisi upacara
adat meminta keselamatan hidup atau tolak bala agar kehidupan tetap
harmonis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana asal
muasal atau sejarah tradisi tari topeng (manuping) di Kampung Banyiur,
Kelurahan Basirih, Banjarmasin Barat dan untuk mengetahui bagaimana
perkembangantradisitaritopeng(manuping)sebagaitradisiupacaraadat
meminta keselamatan hidup atau tolak bala agar kehidupan yang dijalani
tetap terjaga keharmonisannya.
Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah metode
sejarah, yang terdiri dari empat tahapan, yakni heuristik, kritik, interpretasi,
danhistoriografi.Hasiltemuanmenunjukkanbahwakeyakinanmasyarakat
di Kampung Banyiur, Kelurahan Basirih, Banjarmasin Barat tentang kehidupan
yang harmonis atau kehidupan yang baik yaitu pada saat kehidupan yang
mereka jalani berjalan dengan baik. Dalam tradisi manuping, terdapat
sangkala yang merupakan simbol kejahatan, kejahatan yang timbul akibat
ulah sangkala ditandai dengan sakitnya salah satu anggota keluarga yang
menurut medis tidak terjadi apa-apa, namun pada kenyataan-nya sakit
yang diderita tak kunjung sembuh. Untuk menyembuhkan si sakit itu maka
harusdiadakansuatuupacararitual.Itulahasalmuasalatausejarahtradisi
110
taritopeng(manuping)diKampungBanyiur.Tradisitaritopeng(manuping)
bertujuan untuk memberi makan sangkala agar tidak mengganggu keturunan
keluarga yang masih hidup, karena apabila tidak dilaksanakan maka akan
ada gangguan seperti jatuh sakit, gagal usaha dan lain-lain yang dapat
mengganggu keharmonisan di lingkungan keluarga atau pun masyarakat.
PenulisanlaporandaripenelitianiniterdiridaribabI,berisitentanglatar
belakang permasalahan, pertanyaan penelitian, ruang lingkup penelitian,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan
sistematikapenulisan.BabII,gambaranumumKelurahanBasirih,meliputi
kondisi geografis wilayah Kelurahan Basirih, sarana dan prasarana,
kependudukan dan pemerintahan. Bab III, menguraikan pemahaman
masyarakat tentang kehidupan harmonis yang didalamnya membahas
tentang kepercayaan masyarakat tentang keharmonisan hidup yang mereka
jalani. Kemudian upaya yang dilakukan agar kehidupan yang mereka jalani
tetapharmonis.BabIV,merupakanuraianyangmenjelaskantentangtradisi
taritopeng(manuping),perbedaanfungsidancarapelaksanaantradisitari
topeng yang dulu dan sekarang, dan makna dari setiap tari topeng. Bab V,
berisi simpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang telah
dirumuskan point perumusan masalah.
111
Judul Buku/ Penelitian : Tradisi Maiwak Sebagai Mata Pencaharian Warga di Desa Bangkau, Kecamatan Kandangan, Hulu Sungai Selatan, Tahun 1950-1970
Nama Pengarang : M. Haris Fadillah
Penerbit/Tahun Terbit : Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat 2013
Metode Penelitian : Sejarah dan Budaya
Ringkasan
Latar belakang penelitian ini adalah adanya tradisi maiwak atau
menangkap ikan pada warga Danau Bangkau, Kecamatan Kandangan.
Keberadaan tradisi maiwak berdasarkan tradisi lisan muncul sekitar awal
tahun 1950-an bersamaan dengan digelarnya adat manyanggar Danau
Bangkau. Tradisi maiwak ini meliputi tradisi maiwak di air, kategori jenis
ini kegiatan berlangsung di wilayah air atau banyu yang bersifat tetap
atau tidak dipengaruhi oleh musim kemarau yakni daerah rawa. Dari segi
ekonomi, maiwak jenis ini bersifat sebagai sumber penghasilan atau mata
pencarian. Tradisi maiwak ini mengalami pasang surut dalam kurun waktu
tahun 1950 sampai tahun 1970. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode sejarah dengan tahap heuristik, kritik, interpretasi dan
historiografi.Adapunsumberdatayangpenulisgunakandalampenelitian
ini terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer penulis
dapatkan secara langsung dari narasumber tentang objek yang diteliti.
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa sebagai bagian dari budaya
nelayan di wilayah Desa Bangkau masih melaksanakan tradisi yakni adat
manyanggar Danau Bangkau. Biasanya tradisi ini dilaksanakan pada pekan
pertama Maret setiap tahun. Manyanggar atau menebarkan sesaji ke danau
adalah tradisi masyarakat Danau Bangkau yang mulai dilakukan sejak
tahun1950-ansebagaibentukterimakasihwargaterhadapalam(danau)
yang telah menjadi sumber penghidupan mereka. Dalam upaya memahami
masyarakat nelayan, khususnya di wilayah Desa Bangkau, terdapat beberapa
aspek kesejarahan yang penting sebagai pembangun identitas kebudayaan
masyarakat nelayan tahun 1950-tahun 1970 yaitu perkembangan sistem
112
pengolahan ikan, sistem gender, relasi patron-klien, pola-pola eksploitasi
sumber daya perikanan dalam masyarakat Desa Bangkau, khususnya
nelayan atau paiwakan.
Adapunsistematikapenulisanskripsi,babImembahaslatarbelakang
penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan penelitian,
metode penelitian, tinjauan pustaka serta sistematika penulisan. Kemudian
bab 2, berisi gambaran umum Desa Bangkau, meliputi pembagian
administratifHuluSungaiSelatantahun1950-an.Kemudiankondisigeografis
danpotensiperikanantahun1950-1970,kondisidemografisdanekonomi
serta pandangan hidup masyarakat tentang Danau Bangkau.
Selanjutnya bab 3, membahas tentang adat manyanggar Danau
Bangkau sebagai bagian dari tradisi maiwak di wilayah Desa Bangkau.
Kemudian kearifan lokal masyarakat di wilayah Danau Bangkau yang
terbagi atas pengaturan alat tangkap, pengaturan lingkungan, pengaturan
kepemilikan, kelembagaan serta kepemim-pinan. Bab 4, membahas tentang
sistem pengolahan ikan, gender, relasi patron-klien, serta pola eksploitasi
perikanan paiwakan di Danau Bangkau tahun 1950-1970 yang meliputi
sistem permodalan dan kebijakan nelayan tahun 1960-1970-an, garam dan
usaha perikanan laut dan danau, sistem gender pada nelayan, relasi patron-
klien tahun 1950-1980 serta pola eksploitasi sumber daya perikanan Danau
Bangkau tahun 1950-1980. Terakhir pada Bab 5, berisi kesimpulan sebagai
sumbangan pemikiran dalam penulisan skripsi.
113
Judul Buku/ Penelitian : Perkembangan Penokohan dan Alur Cerita Pertunjukan Wayang Gung di Daerah Barikin, Kecamatan Haruyan, Hulu Sungai Selatan, Tahun 1980-2000
Nama Pengarang : M. Rizal Mukhlishin
Penerbit/Tahun Terbit : Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat 2013
Metode Penelitian : Sejarah dan Budaya
Ringkasan
Latar belakang penelitian ini adalah adanya fenomena pembaharuan
yang dilakukan oleh dalang wayang gung(wayangorang)diwilayahBarikin
dalam kurun waktu tahun 1980 sampai 2000, dalam segi tokoh pewayangan,
cerita, pentas wayangnya yang mengadopsi teknik pertunjukan opera dan
beberapa teknis serta penggunaan bahasa yang komunikatif dan gaul yang
digunakan sehingga membuat lakon-lakon yang dibawakannya dekat dengan
hati penontonnya. Selain pembaharuan tersebut, dalam segi instrumen pun
bukan hanya instrumen gamelan yang digunakan untuk mengiringi pentas
wayangnya, tetapi juga nada-nada berirama lain pun sering muncul dalam
pentas-pentas wayang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah
dengan tahap heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Adapun
sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini terdiri dari sumber
primer dan sumber sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi
perubahan penokohan dan alur cerita pada tradisi wayang gung di daerah
Barikin pada tahun 1900-2010. Hal tersebut terjadi karena faktor adaptasi
dengan perkembangan zaman. Pergeseran fungsi dari seni pertunjukan
wayang gung terlihat dari lebih mengutamakan aspek hiburan dan ekonomi
semata, walaupun harusmengesampingkan aturan-aturan (pakem) yang
menjadi ciri khas dari kesenian wayang gung.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini dimulai dari bab 1, yang
membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka serta
114
sistematika penulisan. Kemudian pada bab 2, berisi tentang sejarah dan
perkembangan kesenian wayang gung di wilayah Barikin. Dalam bab ini
dijelaskan tentang gambaran umum atau identifikasi keadaan geografis
wilayah penelitian yakni di daerah Barikin Kecamatan Haruyan, Kabupaten
Hulu Sungai Tengah, meliputi kondisi penduduk dan mata pencaharian,
pendidikan, agama serta budaya masyarakat. Selanjutnya adalah
perkembangan kesenian wayang gung di wilayah Barikin.
Selanjutnya pada bab 3 membahas tentang sejarah dan perkembangan
wayang gung di Nusantara, lalu perkembangan wayang gung di daerah
Barikin sejak tahun 1970- an. Kemudian perbandingan wayang gung dengan
jeniswayanglainnya,aspekmetafisikawayangsebagaisimbolkehidupan
serta aspek estetika penokohan dan alur cerita wayang gung.
Pada bab 4, dijelaskan bagaimana perkembangan penokohan dan
alur cerita wayang gung tahun 1980-1990. Dalam bab ini juga dibahas tentang
kejayaan seni tradisi wayang gung di tahun 1970-an, perkembangan wayang
gung periode 1980-an dimana terdapat perubahan wayang gung sebagai
hiburan dari pentas sakral ke komersial. Lalu periode tahun 1980-1985
yang ditandai adanya inovasi seniman dan perubahan penokohan dan alur
cerita. Selanjutnya, perkembangan periode tahun 1985-1990 yang diwarnai
proses adaptasi seni gerak dalam hubungannya dengan penokohan wayang
gung, serta periode 1990-an, saat meredupnya kesenian wayang gung dan
munculnya seni modern. Pada bab 5, penulis mengemukakan kesimpulan
sebagai sumbangan pemikiran dalam penulisan skripsi. Kemudian saran
saran atau rekomendasi demi tercapainya penelitian yang lebih maksimal
di masa mendatang.
115
Judul Buku/ Penelitian : Dialektika Budaya Banjar Dalam Konteks Seni, Tradisi.
Nama Pengarang : Ahmad Syadzali & Tahniyatus Shofia (Eds)
Penerbit/ Tahun Terbit : Tahura Media & Kasisab Institute, Banjarmasin, 2013
Metode Penelitian :
Ringkasan
Buku ini dimulai dengan kata pengantar dari editor. Dalam kata
pengantarnya, editor mengemukakan pentingnya menerbitkan beberapa
hasil diskusi yang dilaksanakan oleh Kasisab Institute. Editor melihat
masih ada gap antara kesenian Banjar dengan masyarakat Banjar itu
sendiri. Dikatakan dalam pengantar itu, “Secara relasional hubungan antara
masyarakat dengan kebudayaannya begitu jauh, seperti sesuatu yang ada
di seberang sana, belum lagi jika menghadapi gelombang pasang budaya
global, yang terus menyapu dataran tradisi, hingga menggerus lapisan-
lapisannya.” Menurut editor gap itu disebabkan oleh banyak hal. Di antara
masalah itu disebutkan karena persoalan polemis yang belum terselesaikan
seputar perdebatan teologis normatif.
Gap lain adalah berhubungan dengan perkara inferiority compleks, yakni
orangBanjartidakmemilikikonfidensiuntukmengakuiwarisankhazanah
budayanya. Masalah atau gap ini perlu solusi agar budaya Banjar bisa
menjadi kebanggan masyarakatnya dan dengan demikian bisa berkembang
dan semakin berkualitas. Salah satu tujuan diterbitkan buku ini adalah
sebagai refleksi penulis terhadap kebudayaan atau sastra Banjar. Dengan
demikian, buku ini mungkin bisa menjadi solusi dalam upaya membangun
road map kebudayaan kita. Membangun road map kebudayaan bukanlah
suatu hal yang mudah. Dikatakan oleh editor, membangun road map
kebudayaan ibarat napak tilas di jalan sutra, sehingga diharapkan dapat
menyambungkan kembali basis-basis budaya lokal kita yang terserak
selama beberapa generasi.
Bukuinimemuat3tulisan,yakni(1)Lamut danRedifinisiBudayaBanjar
olehSainulHermawan,(2)Seni,Budaya,danKomoditiolehAhmadSyadzali,
116
dan(3)Bubuhan dan Kula oleh Mukhlis Maman. Buku ini dilengkapi dengan
catatan tentang berbagai tanggapan dari peserta diskusi. Tanggapan peserta
itudicatatdibawahjudulsebagaiberikut(i)Kalajuan,(ii)PeranMediadalam
Pengembangan Seni Budaya di Kalimantan Selatan, (iii) Dewan Kesenian
KotaBanjarmasin,(iv)ManajemenOrganisasidalamMasyarakatBanjar,(v)
Identitas, Misi, dan Apresiasi dalam berkesenian Kalimantan Selatan I &
II (vi)PamongBudaya, (vii) TatakBatang, (viii)MasaDepan (dinamisasi)
SastradiKalimantanSelatan,dan(ix)Strategi,Aksesibilitas,danStakeholder
dalam Pengembangan Budaya di Kalimantan Selatan.
117
Judul Buku/ Penelitian : Subordinasi Perempuan Dalam Fabel Bingkarungan
Peneliti : Musdalipah
Penerbit/ Tahun Terbit : Unpad Press, Bandung, 2013
Metode Penelitian : Metode Kualitatif Dan Teori Kritik Feminis
Ringkasan
Fabel bingkarungan merupakan dongeng yang menceritakan tentang
kehidupan rumah tangga dengan tokoh binatang, yakni bingkarungan atau
kadal. Meskipun fabel identik dengan anak-anak, namun fabel ini tidak
populer di kalangan anak-anak seperti kebanyakan fabel lainnya yang
memiliki topik dengan kehidupan sosial anak. Fabel ini diperoleh dari
kalangan orang dewasa yang mengaku tidak pernah menceritakannya kepada
anak kecil, sebab memang tidak diperuntukkan bagi anak kecil. Saratnya
bias gender yang terdapat dalam fabel ini menjadi alasan pemilihannya
sebagai obyek penelitian dengan menggunakan kritik sastra feminis.
Penelitian ini menganalisis isi cerita sebagai upaya meng-ungkap bias
gender yang terdapat dalam cerita ini. Untuk itu, terlebih dahulu dilakukan
analisis dari unsur strukturnya. Pengung-kapan struktur dimaksudkan
sebagai upaya mengetahui karakter dan pemikiran para tokoh terhadap bias
gender. Selanjutnya, analisis dilakukan pada unsur sosial melalui penyifatan-
penyifatanyangdilabelkankepadaketigaperempuan(betina)cantikyang
menjadi istri tokoh bingkarungan. Hasil dari penelitian ini mengung-kapkan
bahwa terdapat subordinasi kaum perempuan melalui ketiga orang istri tokoh
bingkarungan.Yaknipenyifatanbahwakaumperempuandianggapsebagai
makhluk kelas dua di dunia yang lemah, setia, tidak berhak menentukan
keputusan, cepat putus asa, dan tidak dapat berpikir panjang. Alhasil,
sebagai balasan dari rasa setianya, kaum perempuan dicampakkan begitu
saja oleh laki-laki hingga berujung pada kematian. Melalui hasil penelitian
ini diketahui alasan fabel ini tidak populer di kalangan anak kecil, bahkan di
kalangan para ibu yang lazim menjadi pendongeng bagi anak-anak.
118
Judul Buku/ Penelitian : Representasi Nilai-Nilai Ajaran Islam Dalam Ungkapan Bahasa Banjar
Peneliti : Ma’mur
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013
Metode Penelitian : Pendekatan Analisis Makna
Ringkasan
Latar belakang penelitian ini adalah adanya ungkapan Bahasa Banjar
sebagaisalahsatukhazanahsastralisanIndonesiayangtermasukkedalam
tradisi lisan masyarakat Banjar yang perlu digali dan diteliti dari berbagai
aspek. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengungkap
dan mendeskripsikan nilai-nilai ajaran Islam yang ada pada ungkapan
Bahasa Banjar, terutama yang berkaitan dengan (1) Nilai-nilai ajaran
IslamdalamungkapanBahasaBanjartentanghubunganmanusiadengan
Tuhan,(2)Nilai-nilaiajaranIslamdalamungkapanBahasaBanjartentang
hubunganmanusiadenganmanusia,dan(3)Nilai-nilaiajaranIslamdalam
ungkapan Bahasa Banjar tentang hubungan manusia dengan lingkungannya.
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis makna.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahawa dalam ungkapan Bahasa Banjar
terkandung banyak nilai ajaran Islam, diantaranya jujur, sabar, kanaah,
tawaduk, adil, menuntut ilmu, tobat, berbakti kepada ibu bapak, bijaksana,
rukun,danamanah.Penggaliannilai-nilaiajaranIslamtersebutdilakukan
dengan metode analisis makna.
Polahubungannilai-nilaiajaranIslamdalamungkapanBahasaBanjar,
terwujuddalamduabentuk,yaitu(1)Polahubunganyangbernadapositif
dan (2) Pola hubungan yang bernada negatif. Ungkapan Bahasa Banjar
yangdianggapmengandungnilai-nilaiajaranIslamadalahungkapanyang
berpola positif, sedangkan pola negatif, sangat bertentangan dengan nilai-
nilaiajaranIslam,tetapibiladigunakanuntukmenyatakanimperatifdalam
konteks nasihat, maka ungkapan itu dapat bernilai atau mengandung
ajaran-ajaranIslam(implisit).Adapunungkapanyangpenulisperolehdari
para informan dan buku tentang ungkapan, terdapat 129 buah ungkapan
119Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
yangditafsirkanmengandungnilai-nilaiajaranIslam.Nilai-nilaiajaranIslam
yang terkadung dalam ungkapan Bahasa Banjar tersebut terbagi dalam
tiga aspek hubungan, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, manusia
dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya. Nilai-nilai ajaran
IslamyangterkandungdalamungkapanBahasaBanjartersebut,meliputi:
menjaga ucapan, tekun berusaha atau kerja keras, tawaduk, berhati-hati
dalam perbuatan, jangan berlebihan, kanaah, berlaku adil, menjaga rahasia,
pekerjaan yang bermanfaat, bertanggung jawab, rukun, sabar, menuntut
ilmu, berbakti kepada orang tua, dermawan, teguh pendirian, amanah,
tobat, jujur,bijaksana, mencintai kebersihan, dan syukur.
120
Judul Buku/ Penelitian : Asal-Usul Nama-Nama Kampung di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Peneliti : Zuraidah
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013
Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Etnolinguistik dan Ekolinguistik
Ringkasan
Penelitian ini mengenai asal-usul nama-nama di kabupaten Hulu Sungai
Tengah dengan rumusan masalah bagaimanakah asal-usul nama-nama
kampungdiKabupatenHuluSungaiTengahdanklasifikasinya.Penelitianini
bertujuan untuk memperoleh data dan mengetahui asal-usul nama-nama
kampungdiKabupatenHuluSungaiTengahdanklasifikasinya.Berdasarkan
tujuan penelitian, metode penelitian dalam penelitian ini bersifat deskriptif.
Jenis penelitian mengarah kepada kualitatif dan pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan etnolinguistik dan ekolinguistik.
Sumber data yang digunakan ada 112 nama kampung di Hulu Sungai Tengah
berdasarkan data statistik dengan teknik pengumpulan data menggunakan
observasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan teknik
analisis deskriptif model interaktif.
Penelitian ini menghasilkan data asal-usul nama-nama kampung
berdasarkan etnolinguistik diklasifikasikan terdiri atas, peniruan bunyi,
penyebutanbagian,penyebutansifatkhas,penemudanpembuat(merujuk
ke seseorang), tempat asal, keserupaan, penyebutan verba, berdasarkan
legenda, berdasarkan bahasa asing, kebiasaan, konotasi tempat dan sejarah.
Sedangkan asal usul nama-nama kampung berdasarkan ekolinguistik
diklasifikasikanberdasar-kannamahewan,berdasarkanbendayangadadi
tempat, berdasarkan nama tumbuh-tumbuhan dan berdasarkan penyebutan
sifat khas yang berasal dari alam.
121
Judul Buku/ Penelitian : Pengintensif Dalam Bahasa Banjar Kuala
Peneliti : Firdaus
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013
Metode Penelitian : Deskriptif,
Ringkasan
Tesis ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) ciri-ciri yang dapat
digunakan sebagai penanda suatu bentuk pengintensif; 2) tipe-tipe
pengintensif berdasarkan bentuk yang terdapat dalam Bahasa Banjar Kuala;
3) fungsi proses infleksional dan gramatikal pengintensif dalam Bahasa
BanjarKuala;4)maknapengintensifdalambentukpragmatisdalamBahasa
Banjar Kuala. Metode yang digunakan adalah deskriptif. Lokasi penelitian
meliputi Kota Banjar-masin, Kota Banjarbaru, dan Kabupaten Banjar. Sumber
data berjumlah 15 orang informan, masing-masing 5 orang informan untuk
tiap lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data adalah teknik elitasi,
rekaman, dan pencatatan data.
Manfaattesisiniantaralain:1)pelestarianbahasadaerah;2)sumbangan
kebahasaan yang bertujuan untuk mengetahui kesemestaan bahasa; 3)
sumbanganuntukpengajaranBahasaIndonesiaataupunbahasadaerahdan
pendorong penelitian-penelitian linguistik lain mengenai bahasa daerah dan
BahasaIndonesiayangakanbergunabagiperkembangankelinguistikan;4)
menambah perbendaharaan deskripsi Bahasa Banjar Kuala dan juga dapat
berguna bagi pembinaan Bahasa Banjar Kuala itu sendiri; dan 5) dapat
digunakanolehguruBahasaIndonesiasebagaibahanperbandingandalam
pengajaranBahasaIndonesia,khususnyabagipenuturBahasaBanjarKuala.
Hasil analisis dan pembahasan tesis ini menunjukkan bahwa ciri-
ciri pengintensif dalam Bahasa Banjar Kuala mencakup ciri fonologis, ciri
gramatis, ciri sintaksis, dan ciri berdasarkan jenis kata. Untuk pendeskripsian
tipe-tipe pengintensif maka dalam Bahasa Banjar Kuala ditemukan 15 tipe
pengintensif. Kemudian, proses infleksional dalam Bahasa Banjar Kuala
meliputi: 1) tingkat berskala dan 2) tingkat tak berskala. Pengintensif
122
Bahasa Banjar Kuala mempunyai fungsi gramatikal, yaitu; 1) sebagai
predikat,2)sebagaipemodifpredikat,3)sebagaiketerangan,4)sebagai
pemodifketerangan,5)sebagaipelengkap,6)sebagaipemodifpelengkap,
dan 7) berada pada kalimat minor. Selanjutnya, makna pengintensif
Bahasa Banjar Kuala meliputi makna pengintensif yang bebas-konteks dan
makna terikat-konteks.
123
Judul Buku/ Penelitian : Nilai Moral Dalam Syair Klasik Guntur
Peneliti : Ahmad Baihaki
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013
Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif, Teori Sastra Lisan
Ringkasan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi secara objektif
tentang dua nilai moral dalam syair klasik Guntur, yaitu: (1) nilaimoral
kearifantentangingatan,berpikir,kejernihanpikiran,dankekuatanotak,(2)
nilai moral kesederhanaan tentang ketenangan, kesabaran, kedermawanan,
integritas, kepuasan, dan loyalitas. Jenis penelitian ini adalah deskripstif-
kualitatif yang menggambarkan nilai moral yang terkandung dalam syair
klasik Guntur. Teori yang digunakan sebagai dasar pengembangan instrumen
adalah teori sastra lisan Aarne dan Stith Thomson, dan teori tentang nilai
moral menurut Miskawaih. Data penelitian ini adalah syair klasik Guntur
yangterdiridari101halaman(603baitsyair).Pendekatanyangdigunakan
dalampenelitianiniadalahpendekatankualitatifdanpendekatanfilologi,
denganmetodedeskriptif,danteknikanalisisisi.Instrumenutamaadalah
peneliti.Instrumenpembantuadalahinforman,naskahsyairklasikGuntur,
dancatatan-catatanpenelitian.Analisisdatadilakukandenganklasifikasi,
pengkodean, dan penafsiran terhadap syair klasik Guntur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua nilai moral dalam
syair klasik Guntur, yaitu (1) nilai moral Kearifan yang menggambarkan
pengambilan keputusan berdasarkan jiwa yang arif dan bijaksana, yaitu
tentang ingatan,berpikir,kejernihanpikiran,kekuatanotak,dan(2)nilai
moral Kesederhanaan yang menggam-barkan kepedulian kepada orang lain
dan lingkungan masayarakat, terutama tentang ketenangan, kesabaran,
kedermawanan, inte-gritas, kepuasan, dan loyalitas. Unsur yang paling
dominan ditemukan dalam syair klasik Guntur adalah nilai moral tentang
kearifan terutama dalam berpikir memecahkan masalah yang dihadapi para
tokoh dalam syair klasik Guntur. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan
124
kepada: (1)DinasPendidikandanPariwisatadapatmengembangkandan
melestarikan sastra lisan, terutama syair agar tetap berkembang, (2)
Akademisi dan masyarakat supaya tetap memperkuat dukungan sosial
untuk menempatkan sastra lisan pada tempat yang berwibawa.
125
Judul Buku/ Penelitian : Prefiks Man- Bahasa Banjar Dalam Cerita Si Palui
Peneliti : Noorkhalis
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013
Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Kualitatif
Ringkasan
Bahasa Banjar memiliki sistem tersendiri, antara lain sistem prefiks
maN-. Untuk melihat sistem ini perlu dilakukan penelitian pada Bahasa
Banjar.Penelitianinimengkajivariasi-variasimaN-yangdigabungkankata
dasar.PenelitianinijugamenganalismaknamaN-yangdigabungkandengan
kata dasar dalam cerita Si Palui. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatifdanmetodedeskripsi.DatapenelitianadalahprefiksmaN-dalam
Bahasa Banjar. Sumber data berasal dari cerita Si Palui dalam Bahasa Banjar
yang dimuat di Surat Kabar Harian Banjarmasin Post. Teknik analisis data
menggunakan teknik studi dokumentasi. Dokumentasi berupa cerita Si Palui
dibaca dengan teliti dan seksama sekaligus ditelaah untuk menemukan
prefixmaN- prefiksdalamBahasaBanjar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi bentuk MaN-
Bahasa Banjar dalam cerita Si Palui. Variasi maN- meliputi ma-, mam-,
mang-,maN-,many,maNmenjadima-,maN-menjadimam-,maN-menjadi
mang-,danmaN-menjadimaN-.FungsiprefiksmaN-adaduayaitufungsi
inplektifdanderivatif.FungsiinplektifmerupakanawalanmaN-membentuk
katakerja,awalanmaN-digabungkandengankatakerja(V)sendirimenjadi
katakerja.DerivatifmerupakanawalanmaN-digabungkandengankatasifat
(S)membentukkatakerjasepertipadapembentukkanataupenggabungan.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa prefiksmaN- bervariasi.
Makna prefiks maN- memiliki makna menjadi 10 makna. Fungsi prefiks
maN-adaduayaitufungsiinplektifdanfungsiderivatif.Disarankanpeneliti
berikutnyamelakukanpenelitianprefiksBahasaBanjaryanglainBa-,Ta-,
Sa-, dan Pa.
126
Judul Buku/ Penelitian : Unsur Pendidikan Karakter Dalam Peribahasa Banjar
Peneliti : Samrah
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013
Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Kualitatif
Ringkasan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi atau gambaran
objektif tentang unsur pendidikan karakter dalam peribahasa Banjar, yang
meliputitigaaspek:(1)wujudpendidikannilaiagamayangterdapatdalam
peribahasaBanjar;(2)wujudpendidikannilaimoralyangterdapatdalam
peribahasa Banjar, dan (3) wujud pendidikan nilai sosial yang terdapat
dalam peribahasa Banjar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif.
Sumber data penelitian adalah sumber tertulis dalam bentuk buku atau
hasil penelitian dan sumber lisan melalui wawancara dengan narasumber
atau informan. Teknik yang digunakan adalah studi dokumentasi, yaitu
menelaah sumber data sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian
ini. Selanjutnya, data yang diperoleh diklasifikasikan dan dianalisis
berdasarkan jenis unsur pendidikan karakter yang sesuai dengan ruang
lingkup penelitian.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah: (1) Wujud pendidik-an nilai
agama yang terdapat dalam peribahasa Banjar, yaitu nilai karakter takut
kepadaTuhan,nilaikarakterbersyukurkepadaTuhan.(2)Wujudpendidikan
nilai moral yang terdapat dalam peribahasa Banjar, yaitu nilai karakter
jujur, nilai karakter bertanggung jawab, nilai karakter bergaya hidup sehat,
nilai karakter disiplin, nilai karakter kerja keras, nilai karakter percaya diri,
nilai karakter berpikir logis, kritis dan inovatif, nilai karakter mandiri, nilai
karakter ingin tahu, dan nilai karakter cinta ilmu. (3) Wujud pendidikan
nilai sosial dalam peribahasa Banjar, yaitu nilai karakter sadar akan hak dan
kewajiban orang lain, nilai karakter patuh pada aturan-aturan sosial, nilai
karakter menghargai karya dan prestasi orang lain, nilai karakter santun,
dan nilai karakter demokratis.
127
Judul Buku/ Penelitian : Humor Dalam Cerita Si Palui
Peneliti : Dana Aswadi
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013
Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Kualitatif
Ringkasan
CeritaSi Palui merupakan karya sastra yang menggambarkan salah satu
aspek kehidupan masyarakat di Kalimantan Selatan. Unsur humor membuat
cerita Si Palui ini disukai pembaca. Penelitian ini menganalisis cerita Si Palui.
Rumusanmasalahpenelitianini,yaitu(1)bagaimanajenishumorceritaSi
Palui,(2)bagaimanafungsihumorceritaSi Palui,dan(3)bagaimanamakna
humor cerita Si Palui. Pendekatan penulisan adalah deskriptif kualitatif, yaitu
data-data secara tertulis atau lisan digambarkan secara cermat. Sumber
data penelitian dari cerita Si Palui di Harian Banjarmasin Post selama Januari
2013 sampai Maret 2013. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah
dokumentasi dan studi pustaka.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis isi, yaitu
membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru dan sahih data dengan
memperhatikan konteksnya. Penelitian menetapkan keab-sahan data dengan
teknik pemeriksaan. Kriteria keabsahan data, yaitu derajat kepercayaan dengan
teknik pemeriksaan; perpanjang-an keikutsertaan, ketekunan pengamatan,
triangulasi, mendiskusi-kannya dengan teman sejawat, kecukupan referensial,
membaca dan menelaah berkali-kali data-data yang dikumpulkan, menginven-
tarisasi serta membaca berbagai pustaka dan dokumen, dan membaca dan
menelaahberbagaiteoritentangsastradanhumor.Hasilpenelitianadalah(1)
JenishumoryangterdapatdalamceritasiPaluiadadelapanjenis,yaitu(a)
humoragama,(b)humorseks,(c)humorpermainankata,(d)humorkiasan,
(e)humorejekan, (f)humorsindiran,dan (g)humorplesetan. (2)Makna
humor yang terkandung dalam cerita Si Paluiada5,yaitu(a)ketaatankepada
Tuhan, (b) memberikan pendidikan, (c) memberikan kritik, (d) menarik
perhatian,dan(e)memberikanpenjelasan/pemahaman.
128
Judul Buku/ Penelitian : Kajian Struktur Puisi BerBahasa Banjar Pemenang Lomba Aruh Sastra Kalsel VII Tanjung 2010
Peneliti : Herni Tikasari
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013
Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Kualitatif
Ringkasan
Penelitianiniditujukanuntukmendeskripsikan(1)aspek-aspekelemen
Bahasa yang ditemukan dalam struktur puisi berbahasa Banjar karangan
parapenyairKalselpemenanglombaASKSVIITanjung2000,meliputi:diksi,
bahasakias,pencitraan,danpolapersajakan,dan(2)aspek-aspekelemen
makna yang ditemu-kan dalam struktur puisi berbahasa Banjar karangan
parapenyairKalselpemenanglombaASKSVIITanjung2000,meliputi:pokok
pikiran, tema, nada, suasana, dan amanat.Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan metode dokumentasi.
Dalamhalinipenelitiberusahamenganalisisisidokumen(content analysis)
untuk mengetahui isi dan makna yang terkandung di dalamnya.
Adapunhasilpenelitianiniadalahdidalamstrukturpuisi(1)Manyaaggar
Banua karangan Erika Adriani, (2) Diang Hirang karangan Syarifuddin,
(3)Mambuang Tantajuk, Manggantung Tajak karanganAria Patrajaya, (4)
Meratus karanganEastStarFromAsia,(5)Madam karangan Rahmatiah, dan
(6) Sapanjadi karangan Nadiansyah Abdi, ditemukan: (1) elemen Bahasa
puisisebagaiberikut:(a)diksi,yakni:diksikonotasi(6,62buah)dandiksi
denotasi(294);(b)bahasakias,yakni:metafora(61)danmetonimia(76);
(c)pencitraan,yakni:cecap(a),cium(3),dengar(80),gerak(75),lihat(82)
danraba(10);(e)polapersajakan,yaknisajakawal(20),dansajaaakhir
(26),denganragambunyialiterasi(62),asonansi(73),aspiran(74),eponi
(281),kakafoni(145),danliquida(54).
Elemenmaknapuisiyangditemukandalamsetiappuisimeliputi:(a)
pokokpikiran,yakni: lingkunganhidupyangrusakpariah(PuisiNomor1
dan4),nasibburukorangyanghidupmiskin(PN2),lahanpertanianyang
semakinmenyempit(PN3),mengadunasibdirantauorang(PNS),dantakdir
129Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
dariAllahSwt(PN6);(b)tema,yakniceritatentangritualadatmanyanggar
banua(PN1),ceritatentangnasibburuktokohbernamaDiang Hirang(PN2),
cerita tentang lahan pertanian yang semakin menyempit (PN3), cerita
tentang pembunuhan misterius dengan menggunakan parangmaya, tundik,
dan gantung sarindit (PN4), cerita tentangnasib buruk (PNS), dan cerita
ketidak-berdayaanmanasiadihadapanAllahSWT (PN6), (c)nada, yakni:
marah(PN1daaPN4),perhatin(PN2),antipati(PN3),sedih(PN5),danikhlas
PN6):(d)suasana,yakni:sakithati(PN1danPN4),iba(PN2),cemas(PN3),
sedih (PN5), dan pasrah (PN6): dan (e) amanat: melakukan perlawanan
(PN1danPN4),melakukanpertolongan(PN2),menahandirijangantergiur
denganharga tanahyang tinggi (PN3),menggugahkesadarandiri sendiri
(PN5),danbersikapmenerimakehendakAllahSWT(PN6).
130
Judul Buku/ Penelitian : Representasi Nilai-Nilai Pendidikan Keluarga Yang Terdapat Dalam Ungkapan Bahasa Banjar
Peneliti : Bahdiah
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013
Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Kualitatif
Ringkasan:
Masyarakat Banjar memiliki kekayaan budaya, salah satunya adalah
ungkapan Bahasa Banjar. Ungkapan tersebut mengandung berbagai nilai,
diantaranya nilai pendidikan keluarga. Fokus penelitian ini mengetahui
nilai-nilai pendidikan keluarga yang terdapat dalam ungkapan Bahasa
Banjarsertamengetahuihubung-annyadenganpendidikanIslam.Penelitian
bersifat kualitatif, dengan meneliti makna ungkapan Bahasa Banjar, baik
dari buku-buku maupun pendapat ahlinya. Data dari buku diperkaya dengan
data lapangan yang digali melalui teknik wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan, nilai-nilai pendidikan keluarga dalam
ungkapan Bahasa Banjar banyak berhubungan dengan tuntunan memilih
jodoh, perkawinan dan keturunan, keharusan berbakti kepada orang
tua, tata cara pergaulan sosial dan hidup merantau, kehati-hatian dalam
mengelola ekonomi rumah tangga, sikap hidup realistik dan apa adanya
serta perlunya sanksi hukum bagi warga yang bersalah. Ungkapan bahasa
itu merupakan cara orang Banjar untuk mempersingkat maksud komunikasi
dan untuk menyampaikan sesuatu kritik secara tidak langsng, berfungsi
memberikan pendidikan bagi anak-anak, generasi muda dan warga
masyarakat, memberikan kritik dan kontrol sosial, serta sebagai pedoman
dan penuntun berperilaku yang baik di tengah masyarakat.
Nilai-nilaipendidikankeluargadalamungkapanBahasaBanjaritupada
umumnyasejalandengannilaipendidikanIslamatauajaranIslam,dalam
arti apa yang dikehendaki oleh ungkapan Bahasa Banjar juga disuruh dalam
IslamdanapayangdilarangdalamungkapanBahasaBanjarjugadilarang
olehajaranIslam.Halinimenunjukkanbahwakemunculandantujuandari
ungkapanBahasaBanjaritudisemangatiolehajaranIslam,yangdisampaikan
131Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
oleh para orang tua dan tetuha masyarakat yang walaupun bukan ulama
tetapimemahami hakikat ajaran agama Islam.Meskipun demikian tidak
semua ungkapan Bahasa Banjar mengandung nilai pendidikan, ada juga
yangbersifatsindirandanpelecehanterhadapbentukfisikmanusia,halini
tidaksejalandenganajaranIslam.
132
Judul Buku/ Penelitian : Madihin: Analisis Struktur Teks, Tema, dan Cara Penyajiannya
Peneliti : Helda Herawati
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013
Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Kualitatif
Ringkasan
Madihin merupakan sastra lisan yang berasal dari Kalimantan Selatan.
Madihin berupa untaian syair yang dinyanyikan bersamaan dengan iringan
tarbang. Isi syairmadihin itu bermacam-macam, seperti nasihat, petuah,
puji-pujian, sindiran, dan humor. Penelitian ini mengkaji tigas aspek di
dalam sastra lisan madihin, yaitu struktur teks, tema, dan cara penyajian.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Model penelitian mengarah pada gambaran secara cermat dan mendalam
tentang bagaimana karakteristik madihin dilihat berdasarkan struktur teks,
tema, dan cara penyajian. Sumber data diperoleh dari seniman sastra lisan
madihin yang ditampilkan di tempat, format, dan pola yang berbeda-beda.
Sumber data diambil dari rekaman video.
Hasilpenelitianyangdiperolehsebagaiberikut.(1)Strukturteksyang
ada pada pertunjukan madihin terdiri dari empat bagian, yaitu pembukaan,
batabi, isi, dan penutup. Struktur ini merupakan susunan yang umum
digunakan oleh pamadihinan.Namun,strukturinitidakterlalubaku.Setiap
madihin memiliki perbedaan dalam menentukan bagian mana yang lebih
dulu atau penghilangan bagian tertentu. Hal ini dilakukan karena berbagai
pertimbangan, seperti format madihin, waktu pertunjukkan, karakteristik
pamadihinan, dan suasana yang menuntut menuntut mereka melakukan hal
tersebut.(2)Temayangdiangkatdalamsebuahmadihin sangat tergantung
dengan tema acara tempat madihin dilaksanakan. Hal ini dilakukan sesuai
dengan permintaan panitia yang mengundang pamadihinanuntuktampil.(3)
Carapenyajianmadihin dapat bermacam-macam. Ada pertunjukan madihin
yang ditampilkan oleh satu orang, ada yang berpasangan. Penampilan
tunggal biasanya cenderung meng-gunakan pola struktur teks yang umum
133Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
digunakan. Namun, penampilan yang berpasangan dilaksanakan dengan
cara berbalas-balasan syair antara pamadihinan yang tampil. Pada dasarnya
setiap syair yang ditampilkan oleh pamadihinan merupakan pelengkap dari
pasangannya. Pola berpasangan menggunakan struktur teks yang sedikit
berbeda dengan struktur teks yang umum digunakan.
134
Judul Buku/ Penelitian : Dindang Sastra Lisan Banjar Hulu: Kajian Bentuk, Makna, dan Fungsi
Peneliti : Marfuah
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013
Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Kualitatif
Ringkasan
Dindang merupakan salah satu jenis sastra lisan Banjar. Istilah
dindang belum begitu populer. Perkembangannya tidak sepesat sastra
modern. Bahkan jika dibandingkan dengan sastra lisan Banjar yang lain,
dindang kalah popular karena memang perkembangannya hanya terbatas
di wilayah pedesaan saja. Padahal dindang memiliki kedudukan penting
dalam kehidupan masyarakat Banjar, yaitu sebagai media penyampai nilai-
nilailuhurkehidupan(nilaikeagamaan,nilaimoral,nilaisosial)danmedia
komunikasi sosial untuk menyampaikan ajaran, nasihat dan sebagai sarana
perekat hubungan sosial.
Berkaitan dengan hal itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
secara lengkap dan melakukan pengkajian secara mendalam tentang
teks dindang Banjar Hulu sehingga dapat diketahui bentuk-bentuk teks
dindang yang hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Banjar
Hulu, makna yang terkandung dalam teks dindang yang digunakan oleh
masyarakat Banjar Hulu, dan fungsi teks dindang bagi masyarakat Banjar
Hulu. Penelitian yang bersifat kuantitatif ini menggunakan metode deskriptif
dengan pendekatan hermeneutika Ricoeur.
Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan. Pertama, bentuk
teks dindang Banjar Hulu yang berhasil diinventarisasi dalam penelitian
ini ada 2, yakni teks DindangBanjarHuluBerbentukPantun(DBHBP)dan
teks Dindang BanjarHuluBerbentukPuisi Bebas (DBHBPB). TeksDindang
Banjar Hulu Berbentuk Pantun (DBHBP) memiliki dua variasi, yakni teks
dindang Banjar Hulu berbentuk pantun kilat/karmina (8teksdindang)dan
teks dindangBanjarHuluberbentukpantunbiasa(18teksdindang).Teks
DindangBanjarHuluBerbentukPuisiBebas(DBHBPB)ada8teksdindang.
135Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
Kedua, penelitian ini berhasil menginventarisasi 11 makna teks dindang
Banjar Hulu, yakni M 1 bermakna harapan dan doa (4), M 2 bermakna
pujianterhadaptokoh(5),M3bermaknamengolok-olok/bercanda(7),M
4bermaknapedulikepadaoranglain(2),M5bermaknamenghargaiorang
lain(2),M6bermaknabekerjasama(2),M7bermaknakritikterhadapsikap
yangkurangtepat(7),M8beraknamenghargaiprestasioranglain(3),M9
bermaknamemilikisikappeka/waspada(3),M10bermaknabertanggung
jawab(1),M11bermaknacurahanhati(2).Ketiga,teksdindang Banjar Hulu
mempunyai5fungsi,yaitu:(a)fungsirekreatif(34teks dindang);(b)fungsi
pembangkitsemangat(4teksdindang);(c)fungsipenyampainilai(20teks
dindang);(d)fungsisebagaikritiksosial(4teksdindang).(e)Fungsiperekat
hubungansosial(3teksdindang).Beberapateksdindang Banjar Hulu ada
yang memiliki lebih dari satu fungsi.
136
Judul Buku/ Penelitian : Strategi Adaptasi Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang di Desa Tanipah Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan
Peneliti : Nazwar Syamsu
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2013
Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Fenomologi Kualitatif
Ringkasan
Gelombang pasang yang terjadi setiap tahunnya menimbul-kan bencana
banjir di wilayah pesisir Desa Tanipah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pemahaman atau persepsi masyarakat mengenai banjir pasang
air laut di Desa Tanipah, mengidentifikasi-kan dampak yang diakibatkan
oleh gelombang pasang yaitu banjir di daerah pesisir berdasarkan survei
lapangan dan interview, mengetahui strategi adaptasi masyarakat terhadap
banjir pasang air laut. Tujuan lain dari penelitian ini adalah mengetahui
strategi atau kebijakan pemerintah dalam pengelolaan bencana banjir
pasang air laut.
Penelitian ini terutama melihat persepsi dan sikap atau tingkah laku
masyarakat dalam meminimalisir ancaman banjir pasang air laut. Bagaimana
masyarakat dapat hidup dengan nyaman di daerah yang rentan terhadap
banjir pasang, dan bagaimana interaksi masyarakat dengan dampak dari
banjir pasang air laut. Apa yang telah dilakukan pemerintah kabupaten
dalammelakukanusahapengelolaan(management)terhadapresikobanjir
pasang air laut. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian
ini menggunakan metode induktif kualitatif. Metode ini memungkinkan
peneliti mengeksplorasi setiap temuan di lapangan, yang dijelaskan secara
deskriptif kualitatif. Tokoh kunci dipilih menggunakan purposive sampling
yaitu menentukan objek/subjek sesuai tujuan. Berbagai pendekatan seperti
wawancara mendalam dan observasi, menjadi alat yang penting dalam
pengumpulan data primer. Pangumpulan data sekunder dilakukan melalui
studi pustaka dan studi dokumen.
137Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat setempat menyadari
bahaya dari banjir pasang air laut. Kesadaran itu tidak mempengaruhi
masyarakat untuk membuat keputusan meninggal-kan daerah tersebut.
Masyarakat telah beradaptasi terhadap banjir pasang air laut dengan
melakukan langkah-langkah sederhana, seperti meninggikan lantai rumah.
Respon ini saja tidak cukup dilakukan untuk penanganan bencana banjir,
dilihat dari sudut pandang lingkungan. Persepsi masyarakat yang diperoleh
selama penelitian, mengungkapkan bahwa alih-alih mengganggap banjir
pasang air laut sebagai risiko bencana, masyarakat di daerah penelitian
cenderung mangabaikan bahaya dan menilai banjir pasang air laut sebagai
hal yang biasa.
138
- Terbit Tahun 2014 -
Judul Buku Penelitian : Mamanda, Sebuah Teater Tradisional
Nama Pengarang : Sirajul Huda
Penerbit : Azana Pustaka, Banjarmasin
Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif
Ringkasan
Buku ini bersi 8 bab, yakni bab pendahuluan, sejarah mamanda,
seniman dan masyarakat pendukung, faktor pendukung dan penghambat,
ciri-ciri teater mamanda, struktur mamanda, fungsi mamanda dahulu
dan sekarang, dan pola penggarapan artistik mamanda. Dalam bab
ke-1 dibicarakan pengaruh budaya Jawa dalam kebudayaan Banjar serta
kehidupan masyarakat dan kehidupan budaya Banjar. Disebutkan bahwa
pola kehidupan masyarakat Banjar tidak terpisahkan dari kebudayaan
sungai. Sungai dengan berbagai keindahannya mempengaruhi pula kepada
kebudayaan Banjar.
Pada bab ke-2 dibicarakan sejarah mamanda. Mamanda berasal dari
sebuah kesenian dari tanah Malaka. Rombongan kesenian dari Malaka
ini dikenal dengan nama Abdoel Moeloek. Dari nama Abdoel Moeloek
inilah orang Banjar mengenal kesenian baabdoel moeloek. Kesenian
baabdoelmoeloek ini kemudian berganti nama dengan mamanda. Bab
ke-3 membicara-kan seniman dan masyarakat pendukung. Disebutkan
dalam buku ini sejumlah nama seniman mamanda, seperti Laut, Basirun,
Ramli, Tukacil, Katuyung, dan Sabiran. Pada dekade tahun 60-an muncul
nama seniman mamandasepertiAsmuni,Masauri,Dulmas,NasranDalau,
Abdul Sabra, Sulaiman, Dayat, Asli, Markani, dan Sapri Kadir. Para seniman
mamanda terus saja bermunculan hingga sekarang. Masyarakat pendukung
mamanda adalah etnis Banjar yang ada di Kalimantan Selatan, Kalimantan
Timur, dan Kalimantan Tengah. Bab ke-4 memibacarakan berbagai faktor
pendukung dan penghambat kesenian mamanda.
139Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
Bab ke-5 membicarakan ciri-ciri teater mamanda. Ada tiga ciri
teater mamanda, yakni bahasa yang digunakan adalah Bahasa Banjar,
menyajikan simbol-simbol budaya Banjar, dan kelakar atau humor
yang selalu ada dalam teater mamanda. Ciri-ciri lainnya adalah: kisah
bertipe Kisah 1001 Malam; tokoh cerita meliputi aparat kerajaan, rakyat,
komplotan begal, dan jin; tempat bermain menggunakan tenda. Bab ke-4
membicarakan struktur cerita. Menurut buku ini, struktur cerita mamanda
meliputi:baladon, tukang kisah, cerita, pemeran dan penonton. Bab ke-7
membicara-kan fungsi mamanda dari dahulu hingga sekarang. Bab ke-8
membicarakan pola penggarapan artistik mamanda. Dijelaskan pada bab
ini bagaimana penggarapan srtistik baladon, sidang kerajaan, pemeran,
alat musik pengiring, buana, dan tata pentas.
140
Judul Buku/ Penelitian : Cucupatian (Teka-Teki) Banjar: Struktur, Fungsi, dan Makna
Nama Pengarang : Rustam Effendi
Penerbit/ Tahun Terbit : Prodi Pend. Bahasa & Sastra Indonesia, FKIP Unlam, 2014
Metode Penelitian : Deskriptif
Ringkasan
Penelitian ini berisi enam bab, yakni bab pertama yang membicarakan
pentingnya penelitian teka-teki Banjar, bab kedua tentang metode yang
digunakan, bab ketiga sorotan literatur, yakni berbagai penelitian teka-
teki yang pernah dilakukan, bab keempat berisi bentuk-bentuk teka-teki
Banjar, bab kelima berisi fungsi teka-teki Banjar, bab keenam berisi makna
teka-teki Banjar, dan bab keenam berisi kesimpulan penelitian. Dalam bab
pertama dibicarakan bahwa penelitian tentang teka-teki Banjar perlu segera
dilakukan karena sebagian besar teka-teki Banjar sudah punah atau hampir
punah. Sebab-sebab kepunahan teka-teki di antaranya adalah hal tentang
yang diteka-tekikan sudah tidak ada lagi atau sudah tidak digunakan lagi
dalam kehidupan nyata, seperti cucupatian yang berbunyi, malam jadi raja
siang takapinggir, malam menjadi raja dan siang tersia-sia. Jawabannya
adalah lampu. Dalam kehidupan modern, lampu (minyak) sudah tidak
digunakan lagi dan sudah digantikan dengan listrik.
Dalam bab kedua dibicarakan tentang metode penelitian. Disebutkan
dalam bab ini bahwa metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif kualitatif yang mengandalkan wawancara lapangan, observasi, dan
dokumen. Dalam bab ketiga dibicarakan beberapa penelitian tentang teka-
teki yang pernah dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini disebutkan
penelitian teka-teki yang dilakukan oleh Sulaiman bin Muhammad Nur
(1907), Dussek (1918), Preston (1948), Taylor (1951), Dundes (1965),
Stokhof(1982),Sukatman(2006),danBlauner(1967).Dalambabkeempat
disebutkan bahwa terdapat dua bentuk besar cucupatian Banjar, yakni
bentuk tatangguhan dan bentuk mahalabiu. Bentuk tatangguhan adalah
bentuk teka-teki tradisional yang sudah punah atau hampir punah. Bentuk
141Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
tatangguhan yang punah atau menjelang kepunahan itu segera tergantikan
oleh mahalabiu. Pergantian itu tidak serta-merta tetapi melalui proses yang
cukup lama dan cukup panjang. Tatangguhan memiliki bentuk lagi yang
terdiri bentuk yang hanya berupa satu kata berimbuhan, bentuk satu frasa,
bentuk satu klausa, bentuk beberapa klausa,bentuk beberapa kalimat, dan
bentukpuisi(syair,pantun,karmina).
Dalam bab kelima disebutkan beberapa fungsi cucupatian(tatangguhan
dan mahalabiu),diantaranya,alatmemperkenalkandiri,bahanmembuat
cerita, menguji kecerdasan, memperjelas informasi, alat pendidikan,
permainan anak, pernyataan superioritas, menyindir, hiburan (jenaka),
pengesahan kebudayaan, pemaksa berlakunya norma sosial, pengendali
sosial, dan kritik sosial. Bab ketujuh adalah uraian tentang makna
cucupatian. Dalam bab ini disebutkan bahwa cucupatian dapat digunakan
untuk meliahat kehidupan masyarakat Banjar pada masa cucupatian itu
hidup. Cucupatian tradisional yang hidup pada masa ratusan tahun yang
lalu akan merefleksikan kehidupan masyarakat pada masa itu, begitu juga
cucupatian yang hidup pada masa sekarang (mahalabiu) merefleksikan
kehidupan masyarakat pada saan sekarang. Pada cucupatian tradisional,
hal yang diteka-tekikan adalah tentang hal, suasana, yang dekat dengan
kehidupan masa lalu, seperti lampu minyak, kelambu, nenas, dan lain-
lain. Pada cucupatianmodern(mahalabiu),halyangditeka-tekikanadalah
masalah kehidupan sekarang dan lebih menekankan rasa humor.
142
Judul Buku/ Penelitian : Gambaran Kehidupan Masyarakat Banjar Dalam Teks Undang-Undang Sultan Adam
Nama Pengarang : Rustam Effendi
Penerbit/ Tahun Terbit : Prodi PBSI FKIP Unlam, Banjarmasin, 2014
Ringkasan
Buku ini membahas berbagai gambaran kehidupan masyara-kat
Banjar yang terrefleksi di dalam teks Undang-Undang Sultan Adam.
Gambaran kehidupan itu dipilahkan oleh penulis menjadi empat bagian,
yakni (1) gambaran kehidupan relegius, (2) gambaran kehidupan sosial/
kemasyarakatan, (3) gambaran kehidupan tata pemerintaha, dan (4)
gambaran suasana lingkungan alam. Gambaran kehidupan keagamaan
terlihat melalui banyak pasal dalam Undang-Undang Sultan Adam. Dalam
pasal-pasal itu terlihat bahwa masyarakat yang taat kepada hukum akan
melaksanakan kegiatan agama sesuai dengan perintah Undang-Undang.
Diantara perintah itu adalah membangun surau dan mengajak keluarga
masing-masing untuk sembahyang berjamaah di surau atau di mesjid.
Kehidupanberagama(Islam)padamasaitupastisangatsemarak.Semua
masyarakat yang taat kepada Undang-Undang tidak akan mau melanggar
undang-undang, terlebih-lebih undang-undang ini menyangkut juga dengan
perintahAgamaIslam.Undang-UndangSultanAdamtidakmenyalahihukum
Agama Islam tetapi menjadi penguat hukum Islam itu agar masyarakat
menjadilebihbersemangatmenjalankanperintahAgamaIslam.Gambaran
kehidupan kemasyarakatan adalah tentang persoalan atau perselisihan
di dalam rumah tangga maupun di dalam masyarakat. Hubungan rumah
tangga yang tidak harmonis mendapat perhatian dalam undang-undang ini.
Perselisihan yang terjadi di dalam masyarakat juga diatur cara
penyelesaiannya oleh undang-undang, seperti perselisihan akibat sewa-
menyewa tanah dan lain-lain. Gambaran tata pemerintahan terlukis
pada beberapa pasal dalam Undang-Undang Sultan Adam. Raja dianggap
penguasa mutlak dan pengambil keputusan akhir apabila perangkat hukum
dibawahnya tidak bisa menyelesaikannya. Dalam beberapa ayat, apabila
143Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
ada satu perkara yang rumit maka raja mengatakan “padahakan kayah
diaku ” (beritahu kepadaku). Gambaran yang keempat adalah gambaran
tentang suasana kehidupan lingkungan alam. Dalam Undang-Undang itu
disebutkan tentang sawah, ladang, sungai, hutan, yang memberi kehidupan
kepada masyarakat. Sawah yang masih subur dan masih luas merupakan
pemandangan yang sekarang sudah hampir jarang ditemukan.
144
Judul Buku/ Penelitian : Pemberian Nama Alias Pada Masyarakat Amawang Kiri Kandangan: Tinjauan Linguistik Etnografi
Nama Pengarang : Arni Mahyudi
Penerbit/ Tahun Terbit : Program Pascasarjana Unlam, 2014
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskripstif dan Teori Etnolinguistik
Ringkasan
Nama merupakan salah satu identitas yang paling penting untuk
menunjukkanpribadiseseorang.Namaberhubunganeratdenganbudaya
dalam masyarakat. Budaya sangat mempengaruhi kehidupan masyarakatnya
termasukdalampembuatannama.Namaaliasmerupakansalahsatuwujud
daribudayayangadadimasyarakatmasyarakat.Namaaliasadalahnama
panggilan yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang yang bukan
merupakan bagian nama asli dari orang tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan untuk meneliti pemberian nama alias yang
ada di masyarakat Desa Amawang Kiri Kandangan. Tujuan penelitian ini
adalah(1)mengetahuiwujuddarinama-namaalias;(2)mengetahuiproses
pemberiannamaalias;(3)mengetahuimaknayangterkandungdalamnama
aliastersebut;(4)mengetahuisistempenamaandalamnamaalias.
Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif untuk
menjawab pertanyaan di atas. Data penelitian ini adalah nama-nama alias yang
ada di masyarakat Amawang Kiri Kandangan. Dalam melakukan penelitian,
peneliti menggunakan teknik observasi dan wawancara. Pengkajian pada
penelitianinimenggunakanpendekatanlinguistiketnografi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada sistem penamaan dalam
nama alias yang ada di Desa Amawang Kiri Kandangan yang dibagi dalam
7 bagian berdasarkan proses penamaan dan makna nama alias tersebut.
Ketujuh bagian tersebut yaitu: (1) berdasarkan kebiasaan seseorang, (2)
berdasarkansifatkhasyangdimilikiseseorang,(3)berdasarkankemiripan
yangdimilikiseseorangdenganoranglain,(4)berdasarkanpekerjaanatau
keahlianyangdimilikiolehseseorang,(5)berdasarkansuatukejadianyang
145Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
pernah dialami oleh seseorang, (6) berdasarkan fisik seseorang, dan (7)
berdasarkan pengaruh nama panggilan seseorang.
Sistemdalampemberiannamaaliasdibagikepadatigayaitu,(1)nama
alias yang dibentuk berdasarkan nama sapaan yang kemudian ditambahkan
katabaruyangmendekatinya;(2)namaaliasyangdibentukberdasarkan
pengambilan penggalan-penggalan kata dari nama asli si pemilik nama
alias;(3)namaaliasyangdibentukberdasarkanpadapenilaianmasyarakat
setelah proses interaksi si pemilik nama alias. Nama alias seperti ini
terbentuk dengan tidak berpola tapi berdasarkan kepada pandangan si
pemberinamaalias (baik ituseseorang,kelompok,ataupunmasyarakat)
kepada si penerima nama alias.
146
Judul Buku/ Penelitian : Naskah Ini Fasal Pada Menyatakan Jalan Yang Benar Karya Nuruddin Ar-Raniri Dalam Naskah Negara: Edisi Suntingan Teks dan Isi Naskah
Peneliti : Dede Hidayatullah
Penerbit/ Tahun Terbit : Balai Bahasa Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, 2014
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskriptif
Ringkasan
Salah satu naskah yang saat ada di tangan masyarakat Kalimantan
Selatan adalah naskah yang dikenal dengan Naskah Negara karena
ditemukandiNegara,KalimantanSelatan,danadapulayangmenamainya
dengan Sari Kitab Barencong karena mengandung ajaran yang mirip dengan
legenda Kitab Barencong.Naskahyangakandijadikanobjekpenelitianini
adalah Ini Fasal pada menyatakan jalan yang benar, karangan Nûr al-Dîn
ibn ’Alî ibn Hasanjî ibn Muḥammad Hamîd al-Rânîrî al-Syâfi’î, (Nuruddin
Ar-Raniri).Naskahinimerupakanpasalkeduadari16pasaldalamnaskah
NegarasesudahpasalRisalahSyarâb al-’âsyiqîn karangan Hamzah Fansuri.
Penelitian ini hanya menjelaskan kodikologi naskah negara, suntingan
teks dan isi dari naskah Ini Fasal Pada Menyatakan Jalan Yang Benar dan
menguraikan konsep ketuhanan yang benarmenurut Nuruddin al-Raniry.
Naskah ini akan disunting denganmenggunakan teknik naskah standar.
Naskah Ini Fasal Pada Menyatakan Jalan Yang Benar mempunyai struktur
naskah sebagai berikut: (1) Pendahuluan yang berisi: (a) basmalah, (b)
hamdalah,(c)salawatkepadanabidankeluarga-nya,(2)IsiTeksyangberisi:
(a) Nama pengarang, (b)Latar belakang penulisan Naskah Ini Fasal Pada
Menyatakan Jalan Yang Benar, (c) Paparan tentang wujud Allah dan wujud
alaminipadaempatgolongan(d)PendapatNuruddintentangsatahat.(3)
Penutupyangberisi:(a)Doa,(b)Tammatnyapenulisankitabini,(c)Salawat
kepada Nabi, keluarga, dan sahabatnya.Isi naskah ini memuat tentang
pendapat Nuruddin terhadap empat golongan yang yang berpendapat
tentang wujud Allahdanwujudalam,yaitu,ulamamutakallimin,ahlisufi,
hukama falasifah (ahli filsafat), dan wujudiyyah yang mulhid. Selain itu
Nuruddinjugamenjelaskantentangwujudiyyah yang muwahid (wujudiyyah
yangdibenarkanolehNuruddin).
147
Judul Buku/ Penelitian : Kecerdasan Emosional Orang Banjar Dalam Pantun Banjar
Peneliti : Yuliati Puspita Sari
Penerbit/ Tahun Terbit : Sawerigading, Jurnal Bahasa Dan Sastra Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan, 2014.
Metode Penelitian : Metode Deskriptif dan Teori Kecerdasan Emosional Goleman
Ringkasan
Kecerdasan emosional dinilai tidak kalah penting dibanding kecerdasan
intelektual. Kecerdasan emosional atau yang biasa dikenal dengan EQ
(Emotional Quotient) jika dimiliki seseorang dengan baik akanmembuat
seseorang tersebut dapat menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol
emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Penelitian ini membahas tentang
berbagai bentuk kecerdasan emosional orang Banjar yang tergambar dalam
pantun Banjar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada berbagai bentuk kecerdasan
emosional dibangun melalui pantun Banjar, antara lain: (1) mengenali
emosi sendiri yang direfleksikan melalui kesadaran beragama dan sikap
introspeksidiri;(2)mengelolaemosiyangdirefleksikanmelaluikemampuan
dalam mengelola konflik dan mengendalikan emosi; dan (3) membina
hubungan yang direfleksi-kan melalui bersikap tolong-menolong, sopan-
santun, cinta kasih, dan kolaborasi/kerja sama. Jika dalam keberadaannya,
pantun digunakan orang-orang zaman dahulu untuk menyisipkan pembela-
jaran tentang kehidupan, tinggal kita sebagai pewaris pantun tersebut,
mampukah kita merefleksikan petuah yang disampaikan tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.
148
Judul Buku/ Penelitian : Leksikon Emosi Dalam Bahasa Banjar
Peneliti : Yuliati Puspita Sari
Penerbit/ Tahun Terbit : Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 2014
Metode Penelitian : Metode Kualitatif dan Teori Emosi Dari Goleman
Ringkasan
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan berbagai variasi
leksikon emosi yang terdapat dalam Bahasa Banjar, baik dilihat dari bentuk,
maupun dilihat dari spesifikasimaknanya. Hasil penelitianmenunjukkan
bahwa ada berbagai variasi leksikon yang terdapat dalam Bahasa Banjar.
Berdasarkan maknanya, leksikon tersebut dapat dikelompokkan ke dalam
delapan kelompok besar, yaitu (1) leksikon yang menyatakan emosi
kemarahan; (2) leksikon emosi yang menyatakan emosi kesedihan; (3)
leksikonyangmenyatakanemosiketakutan;(4)leksikonyangmenyatakan
emosi kebahagiaan; (5) leksikon yang menyatakan emosi cinta/kasih
sayang;(6)leksikonyangmenyatakanemosiketerkejutan;(7)lesikonyang
menyatakanemosikejengkelan;(8)leksikonyangmenyatakanemosimalu.
Penelitian ini merupakan bagian dari usaha menginventarisasi dan
mendokumentasikan berbagai bentuk kosakata yang berkem-bang dalam
masyarakat Banjar. Mengingat masih banyak leksikon lainnya dalam Bahasa
Banjar yang belum dikaji, maka kajian semacam ini masih perlu untuk terus
dilakukan. Walau bagaimana pun, bahasa daerah merupakan kekayaan
budaya bangsa. Oleh sebab itu, kita perlu untuk terusmenjaganya agar
tidak tergerus oleh pesatnya perkembangan zaman.
149
Judul Buku/ Penelitian : Strategi Pemertahanan Bahasa Banjar di Kalimantan Selatan
Peneliti : Musdalipah
Penerbit/ Tahun Terbit : Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan, 2014
Metode Penelitian : Metode Kualitatif dan Pemertahanan Bahasa
Ringkasan
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya mengenai Bahasa Banjar,
terdapat penurunan dalam penggunaan Bahasa ini oleh penuturnya sendiri.
Meskipun penurunannya tidak kentara, namun hal tersebut cukup membuat
para pemerhati bahasa ini mulai merasa khawatir, sehingga perlu dilakukan
beberapa hal sebagai antisipasi menghilangnya bahasa ini. Untuk itulah
penelitian ini dilakukan sebagai upaya mengetahui strategi yang dilakukan
oleh penuturnya untuk mempertahankan Bahasa Banjar, khususnya di
wilayah Kalimantan Selatan.
Penelitian ini menghasilkan bahwa strategi pemertahanan Bahasa Banjar
diKalimantanSelatandilakukandenganbeberapacara.Yaknimelalui (1)
PeraturandaerahProvinsiKalimantanSelatanNomor7Tahun2009tentang
Pemeliharaan Bahasa dan Sastra Daerah. Peraturan ini diimplementasikan
melalui jalur formal dan informal pada jalur formal, di antaranya dengan
cara menjadikan pelajaran Bahasa Banjar sebagai muatan lokal dan
menggalakkan penggunakan Bahasa Banjar di lingkungan sekolah. Selain
itu, Taman Budaya dan Museum Kalimantan Selatan pun memiliki program
secara berkala mengadakan pagelaran berbagai seni pertunjukkan rakyat
yang menggunakan Bahasa Banjar serta memfasilitasi penerbitan buku-
buku yang berisi tradisi lisan Banjar. Demikian pula Balai Bahasa Provinsi
Kalimantan Selatan yang selalu berusaha menggali Bahasa dan sastra
daerah, termasuk Bahasa Banjar, melalui penelitian dan penyusunan kamus
bahasa daerah di wilayahnya.
Selanjutnya (2) Peran budayawan yang masih konsisten dan setia
terhadap Bahasa Banjar sebagai media penyampaian karya seni, termasuk
sastranya, baik melalui lagu, pantun, syair, cerpen, dongeng, maupun seni
150
pertunjukan seperti mamanda, madihin, maupun lamut.(3)Mediamassa
pun dijadikan sebagai wadah yang cukup efektif dimanfaatkan untuk alat
pemertahanan Bahasa Banjar. Baik media elektronik seperti televisi dan radio
lokal,maupunmediacetaksepertisuratkabardantabloid.(4)Meskipun
keluarga merupakan lingkup terkecil namun mampu menjadi alat yang
paling efektif untuk mempertahankan Bahasa Banjar. Hal ini berimbas pada
Bahasa yang digunakan anak-anak usia di bawah 12 tahun, baik perempuan
maupun laki-laki ketika bermain, mereka masih setia menggunakan Bahasa
Banjar sebagai alat komunikasinya.
151
Judul Buku/ Penelitian : Kesantunan Direktif Bahasa Banjar Dalam Interaksi Antara Guru dan Murid di SD Negeri Handil Bakti Kecamatan Alalak
Peneliti : Nazmawati
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2014
Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Kualitatif
Ringkasan
Kesantunan dalam komunikasi sangat penting artinya guna menjaga
keharmonisan dan menghindari terjadinya konflik, terlebih dalam tindak
direktif Bahasa Banjar yang merupakan bahasa pergaulan dalam masyarakat
Banjar khususnya dan pengantar di lembaga pendidikan terutama di
sekolah dasar. Penelitian ini memiliki tujuan mengungkapkan wujud tindak
tutur direktif, strategi dan fungsi kesantunan direktif Bahasa Banjar. Adapun
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Data tuturan
kesan-tunan direktif dalam interaksi antara guru dan murid diperoleh dari
observasi, catatan lapangan, perekaman dan wawancara. Pada analisis data
dilakukanmelaluitigalangkah.Ketigalangkahituadalah(1)reduksidata,
(2)penyajiandata,dan(3)penyimpulan/verifikasi.Dariketigalangkahitu
diperoleh kesimpulan akhir dengan triangulasi dan pengecekan.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan wujud kesantunan Bahasa
Banjar dalam interaksi antara guru dan murid yang meliputi tiga kaidah
kesantuan yakni formalitas (formality), ketidaktegasan (hesitancy) dan
persamaanataukesekawanan(equality or camarederie).Kaidahformalitas
berarti jangan memaksa atau angkuh, kaidah persamaan berarti bertindak
seolah-olah Anda dan lawan tutur menjadi sama. Dalam Bahasa Banjar
ada sepuluh strategi kesantunan direktif yang digunakan oleh penutur
yakni kesantunan imperatif, pernyataan permintaan, permintaan berpagar,
pernyataan keharusan, pernyataan keinginan, pernyataan saran, pernyataan
pertanyaan, pernyataan isyarat kuat, pernyataan isyarat halus, dan
pernyataan sindiran. Adapun fungsi dari kesantunan direktif Bahasa Banjar
adalah untuk menyelamatkan muka, untuk menghindari konflik, untuk
152
mencapai efektivitas dan tindak tutur untuk memberikan penghormatan.
Dari hasil temuan penelitian ini disarankan dalam tindak tutur direktif
hendaknya penutur melakukan dengan santun sejalan dengan kaidah
kesantunan untuk meng-hindari ketidakharmonisan dengan mitra tutur.
153
Judul Buku/ Penelitian : Papadah Bahari: Analisis Bentuk, Fungsi dan Makna
Peneliti : Nurul Amini
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2014
Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Analisis Struktural
Ringkasan
Salah satu sastra lisan Banjar jenis lama bercorak puisi adalah papadah.
Papadah atau yang lebih dikenal dengan papadah urang tuha bahari
merupakan sebuah warisan budaya yang ditinggalkan oleh urang tuha
bahari sebagai ciri kekuatan budaya Banjar itu sendiri. Memang penggunaan
papadah pada masa sekarang ini, khususnya dalam masyarakat Banjar
sendiri cenderung secara perlahan tidak menggunakannya lagi. Masyarakat
Banjar khususnya generasi muda. Kurangnya perhatian generasi muda
terhadap warisan leluhur itu disebabkan berbagai faktor. Kemajuan zaman
yang serba canggih, membuat mereka lebih tertarik pada karya sastra
modern. Padahal papadah bahari bahasanya serta nilai-nilai kehidupan
yang syarat di dalamnya, lebih dari cukup untuk menobatkannya sebagai
tradisi bermutu tinggi.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan secara lengkap dan secara melakukan analisis tentang
papadah bahari, sehingga dapat diketahui bentuk-bentuk papadah bahari
yang ada dan masih digunakan dalam kehidupan masyarakat Banjar, fungsi
papadah bahari bagi masyarakat Banjar, dan makna yang terkandung dalam
papadah bahari yang digunakan masyarakat Banjar. Penelitian yang bersifat
kualitatif ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan analisis
struktural.
Hasildaripenelitianiniadalah:pertama,bentukpapadah bahari yang
berhasil diinventarisasi ini ada 2 bentuk, yaitu bentuk puisi pendek dan
bentuk peribahasa (kalimat pendek). Bentuk puisi pendek memiliki tiga
variasi,bentukpantun(PBBP)ada3teks,bentuksyair(PBBS)hanyaada1
teks,danbentukgurindam(PBBG)ada5teks.Bentukperibahasa(kalimat
154
pendek)memilikiduavariasi,yaitubentukungkapan(PBBU)ada19teks,
danbentuktamsil(PBBT)ada10teks.Kedua,papadah bahari mempunyai
5fungsi,yaitusebagaisistemproyeksi(2teks),sebagaialatpengesahan
pranata-pranatadanlembagakebudayaan(3teks),sebagaialatpendidikan
anak (16 teks), sebagai alat komunikasi (12 teks), dan sebagai alat
pengawas norma-normamasyarakat agar selalu dipatuhi (5 teks). Ketiga
makna papadah bahari yang berhasil diinventarisasi dari penelitian ini ada
9 makna, yaitu M1 bermakna semua yang ada di alam ini anugerah dari
AllahSWT. (6 teks),M2bermaknasetiapbendamemiliki sisi burukyang
melekatpadaciri-cirialamiahnya (4 teks),M3bermaknaberisikodeetik
dalam pergaulan (5 teks),M4 bermakna ajaran untuk bersikap sosial (2
teks),M5bermaknamenghargaioranglain(5teks),M6bermaknaajaran
untukbekerjasama(1teks),M7bermaknakritikterhadapsikapyangkurang
tepat (8 teks),M8bermakna tidak serakah (1 teks),M9bermakna sikap
peka/waspada(6teks).
155
Judul Buku/ Penelitian : Memaknai Perilaku Filantropi Masyarakat Muslim (Studi Fenomologis Pengalaman Sedekah Muzakki Rumah Zakat Banjarmasin
Peneliti : M. Irfan Islamy
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2014
Metode Penelitian : Deskriptif, Pendekatan Fenomologi Kualitatif
Ringkasan
Manusia merupakan makhluk ekonomi yang selalu berusaha
memaksimalkan kepuasannya dengan selalu bertindak rasional sekaligus
menjelaskan identitas kelas sosialnya. Manusia akan berusaha memaksimalkan
kepuasannyaselamakemampuanfinanci-alnyamemungkinkan.Meskipun
sebagian besar ada masya-rakat yang melakukan perilaku konsumsi sesuai
dengan kepentingan dan kepuasan diri sendiri serta menjelaskan identitas
sosialnya, namun ada sebagian masyarakat yang termasuk kategori kelas
menengah membelanjakan hartanya secara konsisten untuk kepentingan
orang lain atau untuk kepentingan kemanusiaan yang dikenal dengan
sebutanfilantropiataukedermawanandalambentuksedekah.
Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk memaknai perilaku seseorang
dalam bersedekah, 2) untuk mengetahui motivasi sese-orang dalam
bersedekah,3)untukmengetahuibalasanyangdirasakanseseorangdalam
bersedekah. Untuk menjawab pertanyaan di atas, penelitian ini dirancang
menggunakan pendekat-an penelitian fenomologi kualitatif. Ada 4 informan
donatur Rumah Zakat Banjarmasin yang konsisten bersedekah dijadikan
sumber data dalam penelitian ini. Kontribusi temuan dari perilaku sedekah
informanadalah(1)ketidakmampuanmateribukanpenghalang informan
untuk bersedekah; (2) tumbuhnya kesadaran untuk bersedekah lebih
didominasi faktor altruistik, pembiasaan, dan pengalaman (3) program
yang jelas dari pemerintah, filantropimerupakan faktor utama informan
menyalurkan dananya.
Kontribusitemuandarimotivasisedekahinformanadalah(1)Motivasi
utama adalah ketundukan terhadap keyakinan agama, (2) motivasi
156
bersedekahdidominasikekuatanemosional,(3)Adakekuatanempirikyang
lebih dominan yang memotivasi informan untuk bersedekah. Kontribusi
temuan balasan yang dirasakan dari bersedekah adalah: (1) Bentuk
kesehatan yang dirasakan; temuan ini dapat digunakan sebagai alternatif
untuk konsep “asuransi kesehatan”. (2) Bentuk keamanan harta yang
dirasakan; temuan ini dapat digunakan sebagai alternatif konsep “asuransi
musibah”. (3) Bentukbalasan 10 kali lipat bahkan lebih yangdirasakan.
Temuan ini dapat digunakan sebagai alternatif konsep “manajer investasi”.
157
- Terbit Tahun 2015 -
Judul Buku Penelitian : Struktur Karakter Tokoh dan Bahasa Dalam Kesenian Tradisional Mamanda
Nama Pengarang : Sirajul Huda
Penerbit : Pustaka Banua, Banjarmasin
Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif
Ringkasan
Buku ini membicarakan berbagai seluk beluk kesenian tradisional
Banjar, mamanda. Buku ini dimulai dengan persentuhan penulis dengan
kesenian mamanda dan beberapa alasan mengapa penulis merasa perlu
menulis buka tentang mamanda. Selanjutnya, buku ini membicarakan
struktur pergelaran mamanda. Dalam bagian struktur ini dibicarakan tentang
ladon atau kunun, harapan, perdana menteri, sultan, kepala pertanada, dan
khadam serta inang. Struktur mamanda dimulai dengan tampilnya beberapa
orang pemain yang sifat kelakuannya sangat ganjil. Para pemain ini disebut
balado atau bakunun. Struktur kedua adalah munculnya harapan, yakni
harapanIdanharapanII.Duaorangharapan ini memperkenalkan diri serta
bercerita tentang kedigjayaan masing-masing.
Struktur ketiga adalah tampilnya perdana menteri. Pada episode ini
terjadi dialog antara perdana menteri dan harapanIsertaharapanII.Struktur
keempat adalah tampilnya seorang sultan. Sultan adalah seorang yang
berwibawa dan menjadi pucuk pimpinan di dalam kerajaan. Struktur kelima
adalah munculnya kepala pertanda atau panglima perang. Kepala pertanda
atau panglima perang adalah pemimpin pasukan di dalam kerajaan. Pada
episode ini pun terjadi dialog antara panglima perang dan harapanIserta
harapanII.Strukturkeenamadalahmunculnyakhadam dan inang. Khadam
dan inang ini adalah pesuruh raja. Khadam dan inang digambarkan sebagai
rakyat jelata yang lugu sehingga karena keluguannya segala perbuatannya
sangat lucu, menjadi tertawaan penonton.
158
Buku ini membicarakan pula tentang karakter tokoh. Karakter tokoh
meliputi karakter sultan, karakter wajir, karakter perdana menteri,
karakter mangkubumi, karakter panglima perang, karakter permaisuri,
karakter putri raja, karakter anak muda, karakter harapanIdanharapan
II,karakterkhadam dan inang, karakter perampok atau jin, serta karakter
orang-orang kampung. Disebutkan pula ada tiga hal utama yang menjadi
warna khas bahasa dalam mamanda, yakni humor bahasa, humor tingkah
laku,humorpergunjingan,danhumorpornografi.Bukuinidilampiripula
dengan satu naskah mamanda yang berjudul Salah Barataan atau Salah
Semua, karya Sirajul Huda.
159
Judul Buku Penelitian : Permainan Tradisional Rakyat Kalimantan Selatan
Nama Pengarang : Sirajul Huda
Penerbit : Pustaka Banua, Banjarmasin
Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif
Ringkasan
Dalam bagian pendahuluan buku ini disebutkan bahwa permainan
tradisional Banjar sudah banyak yang tidak diketahui lagi oleh generasi muda
sekarang. Berhubung hal ini, pengarang bermaksud memperkenalkan lagi
berbagai permainan itu kepada masyarakat Kalimantan Selatan dan kepada
masyarakatIndonesia.Diharapkanjugaolehpenulis,bukuinidapatmenjadi
acuan bagi guru-guru olahraga untuk mengisi muatan lokal. Ada 21 permainan
tradisionalyangdimuatdalambukuini,yakni:balogo, balewang, bagempar,
balebok (bapatungan), bagasing, basamsaman, batung-kau, baasinan, catuk
kapala haruan, batukupan (babutaan), bakalayangan, bakujur, basumpitan,
batewah, basimban, batimbak-an, terompah panjang, badaku, bakalayangan
banyu, bagulungan (bagalendengan), dan batapakan.
Balogo adalah permainan yang tidak bermusim. Logo terbuat dari
tempurung kelapa yang dibentuk antara bulat dan lonjong. Dengan bentuk
semacam itu, logo bisa dihungkit jauh serta dengan mudah membidik logo
yang tegak jauh di depannya. Pengungkit logo terbuat dari belahan batang
bambu. Balewang selalu dimainkan anak laki-laki. Peralatan yang digunakan
untuk permainan balewang adalah batu yang pipih atau potongan papan.
Batu atau papan ini digunakan sebagai undas. Bagempar adalah permainan
yang bisa dilakukan di halaman rumah. Alat yang dipakai adalah batu yang
pipih atau benda lain yang berbentuk pipih untuk undas. Balebok adalah
permainan untuk anak-anak seusia sekolah pendidikan dasar. Peralatan
permainan ini hanya kertas koran yang dibuat seperti bola. Bagasing khas
Banjar memiliki dua bentuk, yakni gasing bini yang bentuknya agak pipih
seperti buah apel dan gasing laki yang bentuknya agak tinggi seperti buah
kedondong. Basamsaman adalah permainan permainan dengan meloncati
garis-garis yang berbentuk kotak dan di ujung garis kotak itu ada garis
160
yang menyerupai gunung. Batungkau atau engrang adalah permainan yang
menggu-nakan dua bilah kayu dan di pokok kayu itu diikat satu bilah kayu
lagi untuk tempat berpijak.
Baasinan adalah permainan yang dilakukan di atas lapangan yang telah
diberi garis berbentuk kotak sebanyak enam kotak. Permainan dengan cara
mengejar lawan yang ada dalam kotak. Pemain yang ke luar dari kotak
dinyatakan kalah. Catuk Kapala Haruan atau Patok Lele adalah permainan
yang biasa dimainkan oleh anak-anak usia pendidikan dasar. Peralatannya
berupa sebilah kayu atau sebilah rotan. Alat ini dibuat dua macam, yang
pertama berukuran pendek untuk dilemparkan dan yang kedua agak
panjang sebagai alat untuk melempar. Batukupan adalah permaianan yang
salah satunya bertutup mata dengan kain. Dalam permainan ini tidak boleh
ada yang ke luar garis lingkaran. Pemain yang ke luar garis lingkaran berarti
kalah dan menjadi pemain yang bertutup mata.
Bakalayangan adalah permainan yang dilakukan ketika musim panen
atau kemarau tiba. Pada musim itu, angin bertiup cukup kencang untuk
menaikkan layang-layang. Bakujur adalah permaianan keterampilan anak.
Setiap pemain mempunyai tiga batu kecil. Pemain yang menang adalah
pemain yang mampu meletakkan batu-batu itu dalam satu garis lurus.
Basumpitan adalah permainan dengan menggunakan batang bambu kecil.
Butir biji kacang hijau digunakan untuk peluru sumpitan. Permainan lainnya
adalah batewah, basimban, batimbakan, terompah panjang, badaku,
bakalayang banyu, bagulungan, dan batapakan merupakan permainan
masyarakat tradisional Banjar masa lalu yang pada saat sekarang sudah
tidak dimainkan lagi oleh anak-anak.
161
Judul Buku Penelitian : Gerak Dasar Tari Tradisi Kuda Gipang Kalimantan Selatan
Nama Pengarang : Sirajul Huda
Penerbit : Pustaka Banua, Banjarmasin
Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif
Ringkasan
Dalam buku ini penulis memberikan gambaran tentang sejarah tari
Kuda Gipang Banjar, para tokoh pemeran Kuda Gipang, gerak-gerak dasar
Tari Kuda Gipang Banjar, busana, tata rias, dan peralatan tari Kuda Gipang.
Buku ini terdiri dari 10 bab, yakni bab pendahuluan, latar belakang sosial
budaya, kesejarahan, masyarakat pendukung, bentuk dan jenis, fungsi,
musik pengiring, busana dan properti, tata rias, gerak tari kuda gipang,
dan penutup. Dalam bab ke-1 dikemukakan bahwa buku ini penting ditulis
untuk menjaga keutuhan dan menghindari penyimpangan yang prinsip dari
dasar-dasar tari Kuda Gipang yang baku.
Dalam bab ke-2 disebutkan bahwa dalam perjalanan Sejarah Banjar
pernah tejadi hubungan antara Kerajaan Daha dan Majapahit. Hubungan itu
memungkinkan terjadinya saling pengaruh antara budaya yang satu dengan
budaya yang lain. Dalam bab ke-3 disebutkan bahwa jenis Kuda Gipang yang
yang cukup tua bernama Kuda Gipang Siba. Tarian ini pada mulanya berasal
dari Keraton Banjar. Tarian ini sering dipergelarkan pada upacara kerajaan
untuk menggambarkan kegagahan pasukan berkuda kerajaan.
Dalam bab ke-4 disebutkan bahwa tari Kuda Gipang hanya didukung
oleh masyarakat Banjar. Masyarakat Banjar lainnya seperti Maanyan,
Lawangan, dan Dusun Deyah, tidak memiliki kesenian ini. Dalam bab ke-5
disebutkan dua macam tari Kuda Gipang, yakni Kuda Gipang Siba dan
Kuda Gipang Carita. Tari Kuda Gipang dibagi atas tiga macam, yakni tari
kibaran, tari raja, dan igal anak. Bab ke-6 menjelaskan tentang fungsi Kuda
Gipang. Sebelum kemerdekaan tari Kuda Gipang berfungsi sebagai tari yang
mengikuti upacara adat perkawinan. Pada masa sekarang, Kuda Gipang bisa
disuguhkan sebagai hiburan biasa untuk mengisi hari-hari besar, seperti hari
162
kemerdekaan. Bab ke-7 membicarakan musik pengiring tari Kuda Gipang.
Disebutkan bahwa pada awalnya musik pengiring Kuda Gipang adalah
Kurung-Kurung dan Sarunai. Kemudian, setelah muncul Kuda Gipang Carita
maka musik pengiring ditambah dengan sarun, dau, kangsi, dan babun.
Pada bab ke-8 dijelaskan tentang busana dan properti para pemain.
Pemain yang berperan sebagai raja memerlukan busana sepatu basatiwal,
kemeja putih lengan panjang, kopiah hitam, serta selendang dan rompi.
Pemain lainnya memegang kuda yang terbuat dari anyaman rotan. Bab ke-
10 menjelaskan tentang gerak tari Kuda Gipang. Gerak tari Kuda Gipang
diklasifikasikan menjadi 14 macam, yakni: jumanang, tandik, langkah
ampat maju-mundur, tandang capat maju, lontong setengah, lontong,
conglang, langkah ampat ka samping, langkah ampat balik, jajak ampat
muka balakang, tapung tali, perbangsa, kijik di tempat kiri kanan, dan
rangkak maju.
163
Judul Buku/ Penelitian : Syair Siti Zubaidah
Nama Pengarang : Sampurna Irawan
Penerbit : CRDS Kalimantan, Banjarmasin
Metode Penelitian : Kritik Teks
Ringkasan
SyairiniditulisdenganhurufJawi(Arab-Melayu)danditransliterasioleh
SampurnaIrawan.SyairSitiZubaidahberisi3773baitsyair.Bukuinidiberi
pengantar oleh Setia Budhi, Ph.D. dan Ulasan Makna oleh Prof. H. Rustam
Effendi, M.Pd., Ph.D. Syair mengisahkan seorang tokoh utama yang bernama
SitiZubaidah.PadasuatuketikanegeriKembayatNegaradiserangolehtentara
Cina.TentaraCinamenyerangnegeriinisebagaibalasanterhadappenghinaan
yangdilakukanolehpengusahaKembayatNegaraterhadapsaudagarCina.
SeranganiniberhasilmenaklukkanKembayatNegaradanmenawanSultan
KembayatNegara.SultanKembayatNegaradibawakenegeriCinasebagai
tawanan. Menyadari keadaan ini, Siti Zubaidah menyiapkan dirinya untuk
menyelamatkan suaminya. Siti Zubaidah menyamar sebagai tentara dan
menyertaiperangmelawanCina.Diaberhadapandenganbanyak cobaan
dalam usaha membebaskan suaminya. Keberanian dan cintanya terhadap
suaminya memberikan kekuatan yang luar biasa sehingga dia mampu
memenangi peperangan. Setelah perang usai, Siti Zubaidah menampakkan
wujudnya yang asli kepada suaminya Sultan Zainal Abidin.
Dalam ulasannya, Rustam Effendi mengatakan bahwa beberapa pakar
mengkategorikan syair ini sebagai syair asmara atau syair romantis.
Namun,RustamEffendimempunyaipendapatlain,sepertiyangditulisnya
sebagai berikut ini. Setelah saya membaca syair ini dan merenungkan serta
menghubungkannya dengan teori yang pernah saya baca, saya mengambil
sikap yang berbeda dengan para pakar sastra yang saya sebutkan di atas.
Menurut saya, Syair Siti Zubaidah lebih condong sebagai Syair Agama karena
syairinimengajarkanbanyakhaltentangajaranIslam,sepertisembahyang,
membaca Alquran, prinsip hidup pantang berpindah agama walaupun
menghadapi maut disiksa musuh. Memang terdapat kisah asmara antara
164
SitiZubaidahdanZainulAbidin,putraRajaKumbayatNegara.Kisahromantis
itu menurut saya hanya sebagai pengantar untuk satu peristiwa besar, yakni
pertengkaran antara seorang saudagar KumbayatNegara dengan seorang
SaudagarCina.
Selanjutnya, kisah peperangan demi peperangan antara Kumbayat
Nagara yang Islam dan Negeri Cina yang menyembah berhala. Kisah
peperanganmembela agama Islam juga terjadi antara lasykar Kumbayat
NegaradanlasykarRajaManggalayangmaumenguasainegeriYaman.Zainul
AbidindanempatorangsahabatnyamembantunegeriYamanmenghadapi
Raja Manggala. Raja Manggala yang non muslim menginginkan putri Raja
Yaman.RajaYamantidakmaumenyerahkanputrinyakepadarajaManggala
karenadiabukanpenganutIslam.Berbagaipenderitaanakibatkalahperang
dialamiolehRajaYaman.Penderitaan ituberakhirberkatbantuanZainul
Abidin dan empat sahabatnya. Sebagai tanda terima kasih, Raja Yaman
mengawinkan putrinya dengan Zainul Abidin.
165
Judul Buku/ Penelitian : Interpretasi Semiotik Riffaterre Dalam Mantra Banjar
Nama Pengarang : Ahmad Syakir
Penerbit/ Tahun Terbit : Program Pascasarjana Unlam, 2015
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskripstif dan Teori Semiotik
Ringkasan
Mantra Banjar sebagai puisi rakyat anonim bertipe magis yang
dilisankan atau dituliskan dalam Bahasa Banjar seutuhnya atau bercampur
dengan Bahasa lainnya yang dibuat atau digubah untuk tujuan fungsional
tertentu yang bersifat magis di kalangan etnis Banjar di Kalimantan
Selatan. Mantra Banjar merupakan salah satu identitas yang mengandung
banyak tanda. Makna yang terkandung di balik tanda-tanda itu dapat
mempresentasikan konstruksi realistis nilai-nilai budaya dalam kehidupan
masyarakat Banjar. Dengan demikian, Mantra Banjar menjadi sesuatu yang
menarik dan penting dikaji dari aspek semiotik untuk dapat mengungkap
makna di balik tanda-tanda itu.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab tiga permasalahan, yaitu
mengungkap makna yang terkandung dalam mantra Banjar melalui
pembacaan heuristik dan hermeneutik, menentukan matriks dan model
yang terdapat dalam mantra Banjar, dan menemukan hubungan intertekstual
mantra Banjar dengan teks lain. Untuk menjawab ketiga permasalahan
tersebut, digunakan pendekatan semiotik dengan memanfaatkan teori
semiotik Riffaterre.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan memanfaatkan
data lapangan yang diperoleh dan didokumentasikan. Dari 30 buah mantra
yang diperoleh dari penelitian ini, ditetapkan 10 buah mantra sebagai bahan
analisis. Pertimbangannya didasarkan pada fungsi dan intensitas mantra
yang digunakan oleh si pembaca mantra.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaknaan yang dilakukan
terhadap mantra Banjar mempresentasikan konstruksi realistis dan identitas
166
dalam kehidupan masyarakat Banjar. Masyarakat Banjar sebagai penutur
mantra Banjar memperlihatkan adanya multietnis yang tumbuh dalam
lingkungannya melalui teks-teks yang digunakan dalam mantra Banjar, yakni
etnis Banjar dan Arab. Mantra Banjar adalah suatu bentuk identitas masyarakat
Banjar. Kajian intertekstual terhadap mantra Banjar memperlihatkan adanya
hubungan dengan teks Al-Quran yang mempresentasikan isi mantra pada
wacana relegius keislaman. Secara keseluruhan, makna yang terkandung
dalam sepuluh (10) mantra Banjar menggambar-kan pula kepercayaan
masyarakat Banjar tehadap Tuhan sebagai pemilik kekuasaan tertinggi,
keberadaan nabi-nabi, dan adanya makhluk gaib dan kekuatan gaib.
167
Judul Buku/ Penelitian : Representasi Nilai Karakter Dalam Teks Dindang Sastra Lisan Banjar
Nama Pengarang : Dwiyani Lestari
Penerbit/ Tahun Terbit : Program Pascasarjana Unlam, 2015
Metode Penelitian : Pendekatan Kualitatif, Metode Deskripstif dan Teori Sastra Lisan
Ringkasan
Dindang merupakan sastra lisan masyarakat Banjar yang tergolong
sebagai nyanyian rakyat. Bagi masyarakat Banjar, dindang digunakan oleh
semua lapisan masyarakat. Penggunanya mulai dari anak-anak, remaja
sampai orang tua. Biasanya, anak-anak menggunakan dindang sebagai
nyanyian yang mengiringi permainan, bagi remaja, dindang digunakan
untuk menarik perhatian lawan jenis, sedangkan bagi orang tua, dindang
digunakan saat menidurkan anak atau saat mengasuh anak.
Sebagai tradisi lisan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan
masyarakat Banjar, dindang mengandung nilai karakter luhur kehidupan
yang merupakan upaya untuk membentuk manusia sebagai bagian dari
masyarakat yang hidup di era globalisasi agar memiliki mental yang kuat
dan selalu berpegang teguh pada akar budaya sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan mengungkap nilai karakter
yang terkandung dalam teks Dindang Banjar Hulu, serta mendeskripsikan
representasi nilai karakter dalam teks Dindang Banjar Hulu di kehidupan
masa kini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertolak pada
penafsiran atas teks sastra yang menjadi sumber datanya. Penelitian ini
menggunakan pendekatan analisis konten, yaitu pendekatan yang digunakan
dalam mengungkap, memahami, dan menangkap pesan yang terkandung
dalam karya sastra. Pendekatan analisis konten merupakan pendekatan yang
didasari asumsi bahwa karya sastra yang bermutu adalah karya yang mampu
mencerminkan pesan positif bagi penikmatnya, sehingga pesan-pesan yang
terangkum dalam isi karya sastra tersebut terpahami secara keseluruhan.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:
nilai karakter yang terkandung dalam teks dindang sastra lisan Banjar Hulu
168
adalah:nilaireligius(NR)15teksdindang,nilaisemangat(NS)2teksdindang,
nilaijujur(NJ)2teksdindang,nilaitanggungjawab(NTJ)2teksdindang, dan
nilaikerjakeras(NKK)2teksdindang, nilai menghargai orang lain/toleransi
(NT)13teksDindang,nilaimenghargaiprestasi(NP)4teksdindang, nilai
cintadamai(NCD)2teksdindang,nilaibersahabat/berkomunikasi(NSK)5
teks dindang,dannilaipeduli(NPD)9teksdindang.
169
Judul Buku/ Penelitian : Studi Tentang Kain Sarigading di Kalangan Urang Banjar Tahun 1990–2013
Nama Pengarang : Andi Nur Indah Pratiwi. O.W
Penerbit/Tahun Terbit : Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat 2015
Metode Penelitian : Sejarah & Budaya
Ringkasan
Latar belakang penelitian adalah keberadaan kain sarigading yang
dikenal masyarakat di Kota Banjarmasin sebagai sarana pengobatan bersifat
magis terhadap penyakit-penyakit tertentu. Dalam perkembangannya tahun
1990 sampai tahun 2013, keper-cayaan Urang Banjar di Kota Banjarmasin
tentang kain sarigading dilakukan dengan membuatkan atau memesan
kain sarigading tersebut ke pengrajin di Desa Sungai Tabukan, Kecamatan
Sungai Tabukan, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Rumusan masalah peneliti-
an adalah bagaimana motif dan penggunaan kain sarigading di wilayah Kota
Banjarmasin tahun 1990-2013.
Metode penelitian ini adalah metode sejarah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa seperti kain sarigading memiliki banyak ragam motif.
Contohnya adalah motif sarigading laki, sarigading bini, pungling, wadi
waringin, ramak sahang, katutut, karacuk dan sebagainya. Nama kain
tenun tersebut diberikan berdasarkan corak hiasan atau ornamennya yang
dibuat berdasarkan hasil menenun benang dirian atau lungsi yang berwarna-
warni dengan benang pakanyangjugaberwarna-warni.Corak-corakkhusus
tersebut, namanya diberikan secara khusus untuk keperluan khusus pula
yang bersifat magis tadi atau untuk penyakit-penyakit tertentu. Kain tenun
tersebut sering juga disebut oleh masyarakat dengan istilah kain pipintan
atau kain papintan, maksudnya ialah kain yang berdasarkan permintaan
secara khusus mengenai coraknya yang sesuai dengan kehendak dukun
(orangpintar)yangmengobatipenyakittertentuyangdideritaseseorang.
SistematikaisidariskripsiinidimulaibabI,berisitentangpendahuluan,
berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah,
170
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian serta
sistematika penulisan. Bab II, berisi gambaran tentang asal usul dan
kebudayaan Urang Banjar, dengan sub-bab asal usul Urang Banjar, sub
Suku Banjar yakni Banjar Pahuluan, Banjar Batang Banyu, dan Banjar Kuala.
Selanjutnya ikatan kekerabatan bubuhan serta budaya Banjar yang terdiri
atas wujud dan unsur-unsur kebudayaan Banjar.
BabIII,berisipembahasanasalmuladanprosestenunkainsarigading
secara tradisional tahun 1990-2010. Dalam sub-bab nya dipaparkan asal
mula munculnya kain sarigading, mitos-mitos kain sarigading dan ritualnya,
serta bahan dan proses tenun kain sarigading. Khusus sub-bab terakhir
berisi deskripsi ritual pembuat-an, penggunaan bahan alami dan pewarna
buatan serta proses pembuatan mulai mewarnai benang, menasi, menapas,
menyikat, maulur benang lawai, menyusun benang ke sulara dan menenun.
SelanjutnyababIV,berisipenjelasantentangragammotifkainsarigading
di Kota Banjarmasin tahun 1990-2013. Sub-bab dibagi atas jenis motif kain
sarigading yang populer di Kota Banjarmasin tahun 1990-2013-an antara lain
motif sarigading laki, sarigading bini, pungling, katutut dan wadi waringin.
Kemudian corak kain sarigading yang kurang populer yakni motif sarigading
karacuk, aamasan, kalapa kuning, kaladi air, ramak sahang, jarum-jarum,
tauman, batik santan, kelapa, kamumu, kasturi masak, parang simpak dan
paring anum. Terakhir, dibahas pengrajin dan pemasaran kain sarigading
tahun 1990-2013. Bab V, berisi penutup/ kesimpulan.
171Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
HASIL- HASIL KAJIAN SEJARAH
172
- Terbit Tahun 1994 -
Judul Buku Penelitian : Struktur Birokrasi dan Sirkulasi Elite di Kerajaan Banjar pada Abad XIX
Nama Pengarang : Mohamad Zaenal Arifin Anis
Penerbit/Tahun Terbit : Tesis Pada Magister Ilmu Sejarah Fakutas Sastra, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta /1994
Metode Penelitian : Deskriptif
Ringkasan
Studi ini bertujuan memperoleh gambaran tentang sejarah sosial Kerajaan
Banjar di Kalimantan Selatan. Dari hasil studi kearsipan dan kepustakaan
dengan metode sejarah dan pendekatan multidimensional, khususnya dari
Antropologi Politik diperoleh suatu jawaban, bahwa perbutan kekuasaan di
Kerajaan Banjar erat hubungannya dengan adanya saling pengaruh antara
struktur birokrasi tradisional dan munculnya sirkulasi elit dalam Kerajaan
Banjar sering melahirkan pertentangan intern. Gejala pertentangan intern itu
memberikan angin bagi Belanda untuk melakukan intervensi politik dalam
istana, dan berhasil. Permasalahan yang lebih menarik lagi adalah mencari
penjelasan tentang bagaimana struktur birokrasi Kerajaan Banjar sehingga
melahirkan sirkulasi elit yang akhirnya berubah menjadi konflik sosial.
Dalam tesis ini juga dikemukakan bahwa asumsi awal menunjukkan
bahwa sistem pelapisan sosial di masyarakat Banjar tidak dapat dilihat dari
sudut profesi secara kaku, sebab di masyarakat banjar mengenal peran
ganda dalam profesi. kegaandaan profesi itu terlihat dari setiap pemegang
kekuasaan merangkap juga menjadi pedagang. Adapun sirkulasi di
Kerajaan Banjar erat hubungannya dengan kebijakan sultan dalam struktur
pemerintahan. Penempatan personalia pada jabatan-jabatan birokrasi, dan
pengaruh dari perjanjian yang dibuat oleh Sultan Banjar dengan Belanda
yang akhirnya menimbulkan konflik sosial. Kondisi itu tergambarkan ketika
padatahun1857BelandamengangkatPangeranTamjidillahIImenjadiSultan
Banjar, yang sebenarnya tidak berhak atas tahta itu. Pengangkatan sultan
173Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
ini merupakan rekayasa Belanda untuk memudahkan memperoleh konsesi
penambangan batubara, emas dan pendulangan intan.
NaiknyastatusPangeranTamjidillahmenjadisultan,merupa-kansuatu
indikasi bahwa di Kerajaan Banjar telah terjadi sirkulasi elit yang direkayasa
Belanda.SirkulasielityangdialamiPangeranTamjidullahIItidakmendapat
tanggapan dan dukungan yang baik dari masyarakat Banjar, bahkan rakyat
Banjar menanggapinya dengan menyulutkan suatu konflik sosial. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa struktur birokrasi Kerajaan Banjartidak
berfungsi dengan semestinya, sehingga sirkulasi elit yang terjadi adalah
akibat dari rekayasa kekuatan eksternal. Terjadinya sirkulasi elit di istana
menimbulkan kekecewaan dalam masyarakat Banjar, kemudian diwujudkan
dalam bentuk sosial.
Garis besar isi tesis ini adalah bab 1 berisi pengantar dengan sub-
bab yakni latar belakang dan perumusan masalah, kerangka teori dan
pendekatan, telaah pustaka dan sumber, serta sistematika penulisan.
Kemudian bab 2, dijelaskan tentang lingkungan alam, latar belakang
munculnya Kerajaan Banjar (Negara Dipa dan Negara Daha), munculnya
Urang Banjar dan Kerajaan Banjar, berpindahnya pusat kerajaan Banjar dari
Banjarmasin ke Martapura dan warisan krisis. Kemudian pada bab 3 dibahas
tentang struktur birokrasi Kerajaan Banjar. Sub-bab terbagi atas struktur
pemerintahan (pemerintahan wilayah inti bidang politik, militer sumber
kuangandanUndangUndangKerajaan).Padabagiankeduamemaparkan
tentangpemerintahandistrikdankampung(peradilan,militer,perpajakan
dan kekuangan serta struktur pemerintahan kampung.
Bab4,berisipembahasantentangstratifikasidansirkulasielit(pelapisan
sosial,intrikdansirkulasi,sertakonfliksosial).Kemudianpadababv,berisi
kesimpulan.
174
- Terbit Tahun 2001 -
Judul Buku/ Penelitian : Pegustian dan Tumenggung : Akar Sosial, Politik, Etnis dan Dinasti Perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah 1859-1906
Nama Pengarang : Helius Sjamsuddin
Penerbit/Tahun Terbit : Balai Pustaka /2001
Metode Penelitian : Sejarah
Ringkasan
Pembahasan dalam buku ini berkisar tentang perlawanan terhadap
kolonialisme dalam sejarah Indonesia. Kesimpulannya, konflik dinasti
kerajaan Banjar yang terjadi pada abad-18 telah mengundang campur tangan
Belanda dengan mendukung salah satu pihak yang sedang bertikai. Pihak
Belanda yang mengadakan ekspansi, membuat kebijakan yakni konflik
Kesultanan Banjar diselesaikan dengan membagi dua Kesultanan Banjar,
yaitu daerah gubernemen yang berada di bawah pemerintahan Belanda
secaralangsungdantanah-tanahSultansebagai“pinjaman”(fief)dibawah
dinastibaruyangdidukungBelanda,yakniPanembahanNata.
Dalam buku ini dipaparkan bahwa pada abad ke-19 keturunan
Panembahan Nata menghadapi konflik internal karena harus
mengakomodasikan kepentingan-kepentingan Belanda. Pada tahun 1840-an
sedimen-sedimen batubara ditemukan di wilayah Kesultanan Banjar. Belanda
meminta konsesi pertambangan dari Sultan yang akhirnya diperoleh. Dalam
perkembangannya kemudian, konflik dinasti kembali melanda Kesultanan
Banjar, yakni Pangeran Hidayatullah dan Tamjidillah. Belanda mendukung
pihak yang sanggup menguntungkannya, yaitu Tamjidillah.
Asal-usul peperangan dimulai disini. Pangeran Antasari, cucu pangeran
Amir yang diasingkan bersama Pangeran Hidayatullah mengadakan
pemberontakan. Pangeran Hidayatullah yang memiliki sikap “mendua”
terhadap Belanda, menyerah pada tahun 1862. Pangeran Antasari yang
semula berjuang sendiri kemudian bergabung dengan Kepala Suku Dayak
175Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
(muslim),yakniTumenggungSurapati.DengandukunganSurapati,Antasari
dijadikan Panembah-an Amirudin khalifatul Mukminin. Antasari kemudian
mengangkat Surapati menjadi Pangeran Surapati bergelar Tumenggung,
berarti bangkitnya dinasti lama. Antasari meninggal pada tahun 1862, dan
dinastiPanembah-anNataberakhirdengandiasingkannyabaikTamjidillah
maupun Hidayatullah. Sepeninggal Antasari, kerajan Banjar diteruskan
oleh kedua orang puteranya. Keduanya menjadi raja, dengan sistem
pemerintahan yang disebut Pegustian. Perlawanan panjang di Kalimatan
Selatan dan Kalimantan Tengah yang dipimpin oleh keturunan Antasari dan
Surapati berlangsung sampai tahun 1906 dengan meninggalnya Gusti Berakit
pada 06 Agustus 1906.
176
- Terbit Tahun 2005 -
Judul Buku/ Penelitian : Orang Banjar dan Kebudayaannya
Peneliti : Suriansyah Ideham, dkk.
Penerbit/ Tahun Terbit : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah, Kalimantan Selatan, 2005
Metode Penelitian : Sejarah
Ringkasan
Masyarakat Melayu Banjar di Kalimantan Selatan memang kaya akan
tradisi dan kebudayaan. Urang Banua, sebutan untuk orang Banjar, dikaruniai
banyak hasil cipta, rasa, dan karsa yang hingga sekarang masih banyak
yang dilestarikan. Sebutlah misalnya adat perkawinan, sistem pengetahuan,
kesenian, alat-alat bercocok tanam, bahkan bahasa lokal masih lestari
dalam keseharian mereka. Hal ini menunjukkan bahwa orang Banjar masih
menjagatradisileluhur.BukukaryaSuriansyahIdehamdankawan-kawan
inimenghadirkanberagamdataetnografitentangkebudayaanorangBanjar.
Bagi yang bergelut dalam bidang Antropologi, Sejarah, atau Sastra, penting
untukmembacabukuini.Begitujugabagipeminatkajianagamadanfilsafat.
Dalam buku ini, membahas tentang sistem organisasi sosial Orang
Banjar, sejak zamanpra sejarahhinggamasa Kolonial Belanda (h.19-33).
Kemudian uraian tentang agama dan kepercayaan orang Banjar, dari zaman
kepercayaan leluhur hingga era Kesultanan Banjar yang menerapkan hukum
Islam(h.35-49).Padabagian lainbuku ini, terdapatpembahasan tentang
upacaradaurhidup(h.50-80),sistempengetahuan(h.81-92),sistemmata
pencaharian(h.95-145),tatakelakuanpribadidanmasyarakat(h.149-190),
teknologitradisional(h.191-228),BahasaBanjar(h.229-253),danKesenian
Banjar(h.360).Seluruhpembahasantema-temainisemakinmenarikkarena
penulisnya menghadirkannya dengan bahasa yang cukup sederhana.
177
- Terbit Tahun 2007 -
Judul Buku/ Penelitian : Perjuangan Demang Lehman Dalam Perang Banjar Tahun 1859-1862
Peneliti : Sundari
Penerbit/ Tahun Terbit : Skripsi, Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab, Universitas Islam Negeri, Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2007
Metode Penelitian : Sejarah
Ringkasan
Penelitian ini difokuskan kepada kiprah Demang Lehman dalam Perang
Banjar. Tahun 1859 merupakan awal terjadinya Perang Banjar dan pertama
kalinya Demang Lehman turut serta dalam penyerangan terhadap Belanda di
Benteng Oranje Nassau. Tahun 1862 merupakan tahun penangkapan Demang
Lehman dan pelaksanaan hukuman gantung oleh pemerintah Belanda.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah. Langkah-langkahnya, mendes-
kripsikan dan menganalisis secara kritis dokumen-dokumen tertulis dari
peninggalan masa lampau, kemudian direkonstruksikan secara imajinatif
melaluiproseshistoriografi.Dalampenelitiansejarah,proseduryangdilalui
meliputi empat tahap, yaitu heuristik atau pengumpulan data, verifikasi
ataupengujiansumber,interpretasi,danhistoriografi.
Isiskripsi,terdiridarilimabab.Babpertamaadalahpendahuluanyang
terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori yang digunakan, metode
penelitian dan sistematika pembahasan. Isi pokok bab ini merupakan
gambaran seluruh penelitian secara garis besar, sedangkan untuk uraian
lebih rinci akan diuraikan dalam bab-bab selanjutnya. Bab kedua membahas
mengenai Kerajaan Banjar sebelum terjadinya perang, mencakup Kerajaan
Banjar sebagai penghasil batubara dan lada, pasang surut hubungan kerajaan
Banjar dengan Belanda, Belanda sebagai penyulut Perang Banjar. Bab ini
juga menguraikan tatanan kehidupan kerajaan Banjar serta hubungannya
dengan Belanda. Masa-masa ini penting dijelaskan untuk melihat situasi
178
dan kondisi Kerajaan Banjar serta hubungannya dengan Belanda. Bab ketiga
membahasmengenai Demang Lehman, yangmencakup biografi Demang
Lehman, mobilitas sosial-politik, motivasi keterlibatan Demang Lehman
dalam Perang Banjar. Bab ini diuraikan dengan maksud untuk melihat secara
jelas siapa Demang Lehman serta faktor pendorong Demang Lehman terlibat
melawan Belanda.
Bab keempat membahas keterlibatan Demang Lehman dalam Perang
Banjar, yang terdiri dari kepemimpinan Demang Lehman dalam Perang
Banjar, pertempuran di Gunung Madang, pertempuran di Martapura, dan
penangkapan Demang Lehman serta faktor-faktor yang menyebabkan
perjuangan Demang Lehman berhasil dalam melawan Belanda. Bab ini
menguraikan bagaimana peranan Demang Lehman di dalam Perang Banjar
dan bersatunya dia dengan pejuang Banjar lainnya melawan Belanda. Selain
itu,dalam bab ini juga dipaparkan bagaimana penangkapan Demang Lehman
oleh Belanda. Bab kelima, berisi kesimpulan dari pembahasan.
179
- Terbit Tahun 2010 -
Judul Buku/ Penelitian : Kesultanan Banjarmasin Dalam Lintas Perdagangan Nusantara Abad Ke-XVIII
Peneliti : Ibnu Wicaksono
Penerbit/ Tahun Terbit : Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam, Fakultas Adab & Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010
Metode Penelitian : Sejarah, Pendekatan Multidimensional
Ringkasan
Perdagangan Nusantara semenjak abad XVII mulai mengala-mi
kemunduran yang diakibatkan oleh dua faktor. Pertama, ekspansi Kesultanan
Mataram di wilayah pantai Utara Jawa. Faktor Kedua, Vereenigde Oost-Indische
Compagnie(VOC)mulaimenguasaipusat-pusatperdagangandiNusantara
seperti, Aceh, Palembang, Jambi, Banten dan Makassar. Akibat kedua faktor
tersebut,KesultananBanjarpadaabadXVIIImenjadipenampungbaikpara
pedagangdari sebagianwilayahNusantara yang telahdikuasai olehVOC
dan pedagang dari pantai Utara Jawa. Pelabuhan Banjarmasin mulai banyak
disinggahiparapedagangantaralaindariJawa,Sulawesi,Cinadansebagian
bangsa Eropa untuk berlabuh. Sumber daya alam berupa lada, emas, intan
dan hasil hutan merupakan komoditi utama yang diperdagangkan. Skripsi ini
bertujuan memahami seberapa besar pengaruh kemunduran perdagangan
diNusantarayangtelahmemberikankemajuanterhadapKesultananBanjar
padaabadXVIII.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan tahap heuristik,
kritik,interpretasidanhistoriografi.Pende-katanyangpenulislakukanadalah
pendekatan multidimensional approach (pendekatan multidimensional)
diantaranya, ekonomi, politik, sosial dan ekologi. Pendekatan
multidimensional digunakan untuk dapat memberikan gambaran sejarah
tentang Kesultanan Banjar secara menyeluruh, sehingga dapat dihindari
kesepihakan atau determinis-me.
180
Skripsi ini tersusun dari lima bab. Bab I adalah pendahuluan berisi
tentang signifikansi tema yang diangkat, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan penulisan, metodologi penelitian, survei kepustakaan, serta
sistematika penulisan. Bab II menjelaskan tentang bagaimana akar-akar
pelabuhan Banjarmasin ini dapat terbentuk. Karena letaknya yang strategis
diantara Laut Jawa dan Selat Makassar telah menjadikan Banjarmasin
banyak disinggahi oleh para pedagang dari luar antara lain Cina, Bugis,
Inggris dan Belanda untukmenjalin hubungan dagang. Ketertarikan para
pedagang asing singgah ke Banjarmasin adalah karena sumber daya alam
yang dimiliki oleh Kesultanan Banjar cukup besar diantaranya intan, emas,
hasil hutan dan paling terutama lada. Bab III, memberikan penjelasan
sejarah awal terbentuknya Kesultanan Banjar. Selanjutnya, membahas
struktur pemerintahan dan masyarakat yang telah terbentuk di Kesultanan
Banjar. Hal ini diperlukan untuk melihat siapa yang memegang peran utama
dalam perdagangan di Kesultanan Banjar. Kemudian, membahas struktur
masyarakat Banjarmasin dari tingkat atas hingga bawah.
Bab IV membahas tentang periode dimana Kesultanan Banjar telah
berperandalamperdagangandiNusantara.PokokBahasanbabinimembahas
seberapa besar peran Kesultanan Banjar dalam memajukan perdagangan.
Kemudian, aktifitas perdagangan yang terjadi di KesultananBanjarmasin.
Disajikan juga gambaran umum barang impor dan ekspor Kesultanan Banjar,
alat transaksi perdagangan dan pelaksanaan perdagangan di Kesultanan
Banjar. Bab ini juga membahas hubungan yang terjalin antara Kesultanan
Banjar dengan bangsa asing dan meninjau pengaruh perdagangan terhadap
kondisi politik Kesultanan Banjarmasin, yang mengakibat-kan mundurnya
perdagangan di Banjarmasin. Bab V Berisi tentang kesimpulan penelitian
serta saran-saran untuk penelitian lanjutan.
181
Judul Buku/ Penelitian : Perkembangan Pemakaian Wafaq Dalam Tradisi Badagang Pada Masyarakat Kelayan Timur, Kota Banjarmasin, Tahun 1980-1990
Nama Pengarang : Arien Noor Rahman
Penerbit/Tahun Terbit : Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat 2010
Metode Penelitian : Sejarah
Ringkasan
Latar belakang penelitian ini adalah fenomena Pedagang Banjar di
daerah Kelayan Timur Banjarmasin dalam berniaga yang menggunakan
media wafak sebagai penglaris barang dagangannya. Pemakaian wafak
ini mengalami perkembangan dalam dasawarsa tahun 1980-1990. Tujuan
penulisan adalah melakukan penggalian, pengumpulan, pencatatan serta
pengolahan sumber-sumber tentang azimat berwafaq yang dipakai dalam
tradisi badagang pada masya-rakat Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
sejarah. Penulis melakukan pengumpulan bahan-bahan atau pencarian
sumber-sumber data dalam penelitian berhubungan dengan wafak. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dalam wujud-nya, wafak berupa rajah-
rajah atau rumusan-rumusan ayat yang berupa teks mistik dan berbentuk
Aksara Arab yang kental dengan kemistikan mengandung arti kalimat
perlambangan. Masyarakat Kelayan pemakai wafak meyakini dagangannya
cepat laris diban-dingkan pedagang yang tidak memiliki wafak. Memang
ada yang terbukti karena ada beberapa pemakai wafak yang tingkat
ekonomi-nya berubah sejak memakai wafak. Tetapi tidak semuanya, ada
juga sebagian pemakai wafak yang tingkat ekonominya biasa saja, tak
ada perubahan. Inilah yangmewarnai perkembangan pemakaianwafak
bagi para pedagang di daerah Kelayan Timur, Banjarmasin dalam kurun
waktu 1980-1990. Ada beberapa faktor yang mendo-rong perkembangan
pemakaian wafak dalam kurun waktu tersebut, diantaranya faktor imitasi
ataupeniruan,simpati,sugesti,sertafaktoridentifikasidankebanggaan
182
sebagai orang kaya. Dalam masyarakat pada kurun waktu 1980-1990,
terdapat fenomena pertentangan mengenai hukum pemakaian wafak. Ada
sebagian pemuka agama Islam di Kelayan yangmembolehkan dan ada
yang mengharamkan karena dianggap syirik.
Sistematika penulisan skripsi ini di susun dimulai dari bab 1,
membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka serta
sistematika penulisan. Kemudian pada bab 2, berisi tentang gambaran
umum atau identifikasi keadaan geografis wilayah penelitian yakni di
Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin, meliputi kondisi penduduk dan
mata pencaharian, pendidikan, agama serta budaya masyarakat di daerah
Kelayan Timur, Kota Banjarmasin.
Selanjutnya pada bab 3 membahas tentang pendapat atau persepsi
masyarakat Kelayan Timur tentang ilmu gaib secara umum. Kemudian
pandangan masyarakat tentang wafak sebagai syarat pada tradisi badagang
di daerah Kelayan Timur Banjarmasin. Pada bab 4, dijelaskan pembuatan
wafak pada masyarakat Kelayan Timur Banjarmasin dan bagaimana cara
memperoleh wafak tersebut. Kemudian bagaimana fungsi dan makna simbol
wafak bagi para pedagang di daerah Kelayan Timur. Kota Banjarmasin.
Pada bab 5, mengemukakan perkembangan penggunaan wafak pada
masyarakat umum maupun para pedagang di Pasar Baimbai, Kelurahan
Kelayan Timur, Kota Banjarmasin dalam kurun waktu tahun 1980-1990.
Termasuk faktor-faktor yang mempengaru-hi sehingga terjadi perkembangan
pemakaian wafak. Lalu pada bab 6, penulis mengemukakan kesimpulan
sebagai sumbangan pemikiran dalam penulisan skripsi. Kemudian saran-
saran dan reko-mendasi demi tercapainya penelitian yang lebih maksimal
di masa mendatang.
183
- Terbit Tahun 2011 -
Judul Buku/ Penelitian : Islamisasi Kerajaan Banjar (Analisis Hubungan Kerajaan Demak Dengan Kerajaan Banjar Atas Masuknya Islam di Kalimantan Selatan)
Peneliti : Khairuzzaini
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis, Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011
Metode Penelitian : Sejarah
Ringkasan
Kerajaan Islam Banjarmerupakan satu diantara kerajaan terbesar di
Kalimantan. Hingga saat ini masih terdapat kontroversi di kalangan ahli
sejarahmengenaikapanIslammasukkeKalimantanSelatan.Palingtidak
ada dua aliran besar tentang hal ini. Pertama kalangan yang mengatakan
bahwaIslammasuksebelumpasukanDemaktibadiBanjarmasin.Kedua,
golongan yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Kalimantan Selatan
setelah Kerajaan Daha berhasil direbut oleh Pangeran Samudera bersama
dengan pasukan militer Kerajaan Islam Demak. Penelitian ini bertujuan
menggam-barkan konstelasi di Kerajaan Banjar saat terjadinya konversi
agamaHindumenjadiIslamsebagaiagamaresminegara.Penelitianinijuga
mengungkap proses islamisasi yang berlangsung di Kerajaan Banjar pasca
kedatangan Demak.
Permasalahan diatas dibedah dengan menggunakan teori islamisasi
yangdikembangkanolehJ.NoorduyndanAhmadSewang,yaknimembedah
islamisasidaritigatahap.Pertama,kedatanganIslam;kedua,Penerimaan
Islam; dan ketiga, Perkembangan Islam. Metode yang digunakan adalah
metodesejarahyangterdiriatasempattahapyaituheuristik,kritikverifikasi,
interpretasiataueksplanasidan terakhiradalahhistoriografi.Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan sosiologi politik dengan menjadikan
sistem pemerintahan negara sebagai basis analisis.
HasilpenelitianmenunjukkanbahwasebelumKerajaan IslamDemak
datang, di Banjarmasin berdiri Kerajaan Daha. Kerajaan Daha dilanda
184
perseteruan dan perebutan tahta diantara anak-anak raja. Maharaja
SukaramayangmemimpinNegaraDahaberwasiatbahwatahtaKrajaanDaha
dipegang oleh cucunya, Pangeran Samudera. Wasiat tersebut mendapat
pertentangan dari anak-anaknya yang waktu itu masih hidup, sehingga
wasiat itu gagal dilaksanakan dan kekuasaan dipegang oleh orang lain yang
bukan ditunjuk Sukarama. Perselisihan itu berakhir dengan pembunuhan
Mangkubumi, saudara tua Tumenggung. Sementara Pangeran Samudera lari
dari kerajaan dan dibantu oleh beberapa orang Patih mendirikan Kerajaan.
Setelah Kerajaannya mulai besar, Pangeran Samudera mengatur siasat untuk
mengambil alih tahta dengan jalan perang.
Agar memenangkan peperangan, Pangeran Samudera meminta bantuan
Kerajaan Islam Demak. Demakmenyetujui permohonan bantuan dengan
perjanjianPangeranSamuderadanpembesar lainmasuk Islam.Pangeran
Samudera menyetujui syarat-syarat tersebut, dan Kerajaan Demak setuju
untuk memberi bantuan militer. Setelah kemenangan Pangeran Samudera,
makaIslammenjadiagamaresmiKerajaanBanjar.AgamaIslamtelahada
di Kalimantan Selatan bersamaan dengan perjumpaan pedagang-pedagang
dari Tiongkok. Penyebaran Islam terjadi melalui jalan perdagangan dan
perkawinanantaraparapendatangyangumumnyaberagamaIslamdengan
penguasalokal.Pertama-pertama,Islamditerimapenduduklokalkelasbawah
setelah adanya interaksi sekian lama dengan para pendatang tersebut. Baru
setelah pasukan bantuan Demak kepada Pangeran Samudera dalam misi
merebuttahtaKerajaanDahadariPangeranTumenggung,Islamberkembang
pesat di tengah-tengah masyarakat Banjar. Tonggak pembentukan Kerajaan
Banjar berawal dari proses islamisasi kalangan elit kerajaan yaitu Pangeran
SamuderadanparaPatihnya.SetelahterbentukKerajaanIslamBanjar,Islam
semakinkuatposisinyadanpengaruhnyadidalamKerajaanIslamBanjar.
InstitusiIslammenjadiinstitusiintidalaminstitusielitlainnya.Keseluruhan
isi dari penelitian ini, dibagi ke dalam lima bab pembahasan.
Bab Imerupakan bab pendahuluan. Bagian inimenguraikan tentang
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan terakhir adalah
sistematikapembahasan tesis. Bab IImembahas tentang tinjauanumum
KerajaanIslamBanjardanKerajaanDemak.Babinidibagipadaduasubbab
yaitu Kerajaan Banjar yang membahas tentang asal usul dan perkembangan
185Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
Kerajaan Banjar, Kesultanan Banjar dan terakhir menguraikan tentang
sistem pemerintahan Kerajaan Banjar. Sub bab kedua, membahas tentang
Kerajaan Demak sebagai kerajaan yang berperan penting terhadap proses
perkembanganIslamdiKerajaanBanjar.
BabIIIberisiuraiantentangBanjarmasinsebelumdansetelahmasuknya
Kerajaan Islam Demak. Bab ini terdiri atas dua sub bab yaitu pertama,
membahas mengenai Kerajaan Banjar sebelum Kerajaan Islam Demak
datang. Hal ini berhubungan dengan gambaran ekonomi, politik, dan agama
yangadadiBanjarmasin(KerajaanDaha);kedua,membahasKerajaanBanjar
sebelumKerajaanIslamDemakdatangyangmeliputipembahasantentang
kondisi keagamaan dan system pemerintahan yang dianut oleh Kerajaan
Banjar. Bab IV membahas tentang islamisasi Kerajaan Banjar. Pada bab
inipenulismenjelaskan tentangperjumpaanawal Islamdankebudayaan
Banjar;kemudiandilanjutkandenganpengebaranIslamdiKerajaanBanjar
serta perkembangannya dalam perjalanan Kerajaan Banjar. Terakhir, bab
V merupakan penutup dari pembahasan-pembahasan terdahulu. Bagian
ini menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian, dan diakhiri
dengan saran terkait dengan tindak lanjut penelitian di masa mendatang.
186
Judul Buku/ Penelitian : Islamisasi Banjarmasin (Abad XV-XIX)
Peneliti : Yusliani Noor
Penerbit/ Tahun Terbit : Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2011
Metode Penelitian : Sejarah
Ringkasan
Latar belakang penelitian ini didasarkan pada adanya kesan dan
anggapanbahwaIslamisasiBanjarmasin,yangditandaidenganberdirinya
Kesultanan Banjarmasin selalu dilihat pada ekspansi militer Kesultanan
Demak pada awal abad ke-16. Kesan dan anggapan ini meniadakan unsur-
unsursaluranIslamisasisepertisaluranperdagangan,perkawinan,tasawuf
dan tarekat, birokrasi pemerintahan, pendidikan serta kesenian. Bertitik
tolakdarihaltersebut,makapenelitianinimengkajiIslamisasiBanjarmasin
melaluisaluran-saluranIslamisasi.Fokuspenelitianpadaproseskedatang-
an, penerimaandanpenyebaran Islammelalui saluran-saluran Islamisasi
di Banjarmasin sejak abad ke-15 hingga abad ke-19. Rumusan masalah
secara pokok adalah bagaimana Islamisasi dan penerimaan masyarakat
Banjarmasin terhadap berbagai saluran-saluran Islamisasi serta proses
terbentuknya masyarakat Banjar sejak abad ke-15 hingga abad ke-19.
Darirumusanmasalahtelahditentukan3(tiga)pertanyaanpokokyakni;
Pertama, Bagaimana bentuk dan pola Islamisasi Banjarmasin, sehingga
dalam kedaulatan yang terdiri dari berbagai etnis di Kesultanan Banjarmasin
mampu membentuk masyarakat Banjar dan berhasil membangun
Kesultanan Banjarmasin yang berdaulat?. Kedua, Mengapa berbagai etnis
yang mendiami kawasan aliran sungai, pegunungan dan pesisir Kalimantan
Selatan, Tenggara, dan Tengah menerima dan menjadikan Islam sebagai
kultur dominan dalam seluruh aktivitas kehidupan mereka?. Ketiga,
Mengapa etnis Dayak menerima otoritas kekuasaan Kesultanan Banjarmasin
dan dapat hidup berdampingan secara harmonis dengan Urang Banjar,
meskipuntidakseluruhkomunitasDayakmenerimaIslamsebagaiagama?.
Penelitian ini menggunakan model Kualitatif dengan metode sejarah. Metode
187Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
sejarah yang dipakai dengan tahapan heuristik, yakni pengumpulan sumber
tertulis, sumber benda dan sumber lisan. Untuk sumber lisan menggunakan
Oral tradition (tradisi lisan). Semua sumber disebut sebagai data. Semua
datakemudiandilakukanupayaverifikasimelaluikritikeksterndankritik
intern.Hasilkritikeksterndanintern(pengujiankeabsahandata),disebut
fakta. Fakta yang ditemukan kemudian diinterpretasi dan dituangkan dalam
sebuahrangkaiannarasiyangdisebuthistoriografi.
Berdasarkanhasilpenelitian,makadiperolehkesimpulanbahwa:(1)
IslamisasiBanjarmasinpadaawalnya,yaknisejakabadke-15,berkembang
melalui saluran-saluran yakni; perdagangan, perkawinan, tasawuf dan
tarekat,birokrasipemerintahan,pendidik-andankesenian.PolaIslamisasi
melalui jalur ‘bawah’(bottom up)terutamamelaluisaluranperdagangan,
perkawinan, tasawuf dan tarekat, pendidikan serta kesenian. Sementara
pola dari ‘atas’(top down)melaluipembentukanbirokrasipemerintahan,
meskipun bersifat pasif, terutama sejak awal abad ke-16 hingga akhir abad
ke17.PolaIslamisasibirokrasipemerintahansecaraaktifberlang-sungketika
terbentuknya Pemerintah Mahkamah Syariah(KemuftiandanKeqadian)yang
dicetuskan dan dipelopori Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary sejak masa
pemerintahanSultanTahmidullahII,padapertengahanabadke-18.Islamisasi
berlangsung secara damai, yang menekankan aspek kesadaran sendiri dari
berbagai komunitas etnis Banjarmasin. Pola dan bentuk Islamisasi yang
damai berhasil membentuk jaringan sosial emosional-bubuhan, jaringan
sosial kepentingan-bubuhan dan jaringan sosial power-bubuhan. Menguat-
nya dukungan bubuhan menempatkan Kesultanan Banjarmasin mendapat
dukungan dari berbagai etnis yang mendiami kawasan Banjarmasin.
(2) Agama Islam diterima oleh berbagai etnis di Banjarmasin, baik
yang tinggal di pesisir, aliran sungai dan pegunungan serta dijadikan
kultur dominan dalam seluruh aktivitas kehidupan mereka, disebabkan
Islam sebagai agama peradaban, memiliki sistem komunikasi yakni
Bahasa Melayu-Banjar, yang menjadi Bahasa ‘Orang Dagang”. Bahasa
Melayu-Banjar mempunyai huruf Arab Melayu, yang kemudian menjadi
bahasa komunikasi, baik tulis maupun baca. Huruf Arab dan Bahasa Arab
yang menjadi sumber pengetahuan, dan sumber keyakinan Muslim. Motif
ibadah haji mendorong terciptanya motivasi dan dinamisasi kehidupan,
yang ikut membentuk jaringan sosial emosioanal-bubuhan. Sejak abad ke-
188
17, bubuhan Haji di Banjarmasin sangat berperan membangun dinamisasi
kehidupan masyarakat, sekaligus menyebarkan Islam di berbagai
kawasan yang menjadi pemukiman seorang haji. Agama Islam mampu
mendinamisasikomunitasBanjarmasin,sehinggaagama Islamdijadikan
sebuah identitas sosial. Kemudian sifat terbuka agama Islam terhadap
semua golongan, memberikan peluang adanya difusi, akulturasi, adaptasi,
danassimilasidalamkebudayaan,sehinggaIslamdapatmenjadi‘payung’
bagi berbagai kultur etnis Dayak, dan etnis lainnya yang mendiami seluruh
kawasan Banjarmasin.
Selanjutnya(3)EtnisDayakmenerimaotoritasKesultananBanjarmasin
dan dapat hidup berdampingan secara harmonis dengan Urang Banjar
meskipuntidakseluruhkomunitasDayakmenerimaIslamsebagaiagama;
karena Kesultanan Banjarmasin merupakan kesultanan yang mengayomi
etnis Dayak, dan etnis-etnis lainnya. Kesultanan Banjarmasin tidak pernah
memaksakan rakyat-nya untuk menerima Agama Islam. Pemerintah
Mahkamah Syariah bentukan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary untuk
ummatIslamdiKesultananBanjarmasin,danbukanuntuketnisDayakyang
belummenerima Islam. Etnis Dayak dibiarkanmemiliki Hukum dan Hak
Adat-nya. Etnis Dayak menganggap Urang Banjar sebagai ‘dangsanak anum’,
sementara Urang Banjar menganggap etnis Dayak sebagai ‘dangsanak tuha’.
189
Judul Buku/ Penelitian : Raja Diraja Kerajaan Banjar Abad XV – XXI
Nama Pengarang : H. Muhammad Said
Penerbit/ Tahun Terbit : Pustaka Agung Kesultanan Banjar, Banjarmasin, 2011
Ringkasan
Buku ini terdiri dari 7 bab. Bab pertama membicarakan Kerajaan Banjar
pada zaman Hindu. Bab ini mengetengahkan ikhwal Kerajaan Banjar pada
masa Pangeran Suryanata dan permaisurinya Putri Junjung Buih, Kerajaan
Banjar padamasaMaharaja SuryaGanggaWangsa, KerajaanBanjar pada
masa Tjarang Lalean dengan istrinya Putri Kalungsu, Kerajaan Banjar pada
masa Maharaja Raden Sari Kaburangan, Kerajaan Banjar pada masa Maharaja
Sukarama, Kerajaan Banjar pada masa Pangeran Mangkubumi, dan Kerajaan
Banjar pada masa Pangeran Tumenggung.
Bab kedua membicarakan Kerajaan Banjar setelah zaman Hindu.
Kerajaan Banjar pada zaman ini disebut pennulis sebagai masa Kerajaan
IslamBanjar.Bab inimembicarakanKerajaanBanjarpadamasaPangeran
SamudraatauSultanSuriansyah,KerajaanIslamBanjarpadamasaSultan
Rachmatullah atau Penambahan Batu Putih, Kerajaan Islam Banjar pada
masa Sultan Hidayatullah atau Penembahan Batu Hirang, Kerajaan Islam
Banjar pada masa Sultan Mustain Billah, Kerajaan Banjar pada masa Sultan
Inayatillah,KerajaanIslamBanjarpadamasaSultanSaidillah,KerajaanIslam
BanjarpadamasaSultanTahlillah,KerajaanIslamBanjarpadamasaSultan
Kuning,KerajaanIslamBanjarpadamasaSultanTamjidillahI,KerajaanIslam
BanjarpadamasaSultanTahmidillah I,Kerajaan IslamBanjarpadamasa
Sultan Tahmidillah II, Kerajaan Islam Banjar padamasa Sultan Sulaiman,
KerajaanIslamBanjarpadamasaSultanAdamAlwasikbillah,KerajaanIslam
BanjarpadamasaSultanTamjidillahII.
Bab ketiga membicarakan Perang Banjar. Dalam buku ini disebutkan
bahwa Perang Banjar dimulai dibawah kepemimpinan Pangeran Antasari.
Perang Banjar dimulai 28 April 1859. Perang dimulai dengan keberhasilan
para pejuang mengurung Benteng Pengaron serta mengepung Onderneming
Gunung Jabuk. Tanggal 25 Juni 1859 Sultan Tamjidillah menyerahkan urusan
190
pemerintahan kepada Belanda. Tanggal 16 Juli 1859 Sultan Tamjidillah
II diasing-kan ke Batavia dan Pangeran Hidayatullah melanjutkan
perjuangan melawan Belanda. Pada bab keempat dibicarakan proklamasi
KerajaanIslamBanjarke-II.Proklamasiyangberlangsung14Maret1862di
PurukCahuberisikesepakatanaklamasiparatokohmasyarakatmemilih
Pangeran Antasari sebagai Sultan Kerajaan Islam Banjar ke-2. Pangeran
Antasari memangku 3 tugas, yaitu sebagai Panglima Tertinggi, Kepala
Negara,danPemimpinTertinggiAgamaIslam.Dalambab inidiceritakan
pula wafatnya Pangeran Antasari, Demang Lehman dihukum gantung,
H. Buyasin, PanglimaWangkang, Tumenggung Gamar gugur. Bab kelima
membicarakan Perang Barito. Perang Barito adalah perang yang berlokasi
di wilayah sepanjang Sungai Barito, Banjarmasin, Marabahan, Buntok,
MuaraTewehsampaiPurukCahu.
Bab keenam berbicara tentang pejuang-pejuang wanita Banjar. Di antara
pejuang wanita Banjar adalah Ratu Zaleha. Dalam suatu pertempuran, Ratu
Zaleha tertangkap. Suaminya Gusti Muhammad Arsyad telah lebih dahulu
tertangkap dan dibuang ke Bogor. Ratu Zaleha juga dibuang Belanda menyusul
suaminya ke Bogor. Ratu Zaleha wafat tahun 1953. Beberapa pahlawan
wanita lainnya dalam Perang Banjar adalah AngkaWaya, Kiai Cakrawati,
Aisyah, Hadijah, Kalimah, dan Bulan. Setelah wafatnya Ratu Zaleha, tidak
ada lagi yang pewaris kerajaan tampil melanjutkan Kerajaan Banjar.
191
- Terbit Tahun 2012 -
Judul Buku/ Penelitian : Perjuangan Wanita Pada Masa Revolusi Fisik di Daerah Haruyan, Kewedanan Barabai, Tahun 1945-1949
Peneliti : Eva ElvandariPenerbit/ Tahun Terbit : Skripsi, Program Studi Pendidikan Sejarah,
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, 2012
Metode Penelitian : Sejarah
Ringkasan
Latar belakang penelitian adalah perjuangan wanita dalam
mempertahankankemerdekaan IndonesiakhususnyadiwilayahHaruyan,
Onderafdeeling Barabai yang menjadi markas Besar Laskar Syaifullah sejak
1945 sampai tahun 1949. Perjuangan wanita tersebut dalam kegiatan Palang
MerahIndonesia(PMI),kemudiandidapurumumsertakurirparapejuang.
Tujuan penulisan ini untuk mengetahui bagaimana perjuangan rakyat dalam
mempertahankankemerdekaandidaerahHaruyan,OnderafdeelingBarabai
tahun 1945-1949. Kemudian untuk memaparkan motivasi dan perjuangan
wanita pada masa revolusi fisik dalam perjuangan mempertahankan
kemerdekaan di daerah Haruyan, Onderafdeeling Barabai tahun 1945-1949.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah.
Dalam tahap ini penulis melakukan pengumpulan data dan sumber-
sumber sesuai dengan objek yang akan diteliti. Sumber primer diperoleh
dariwawancaradenganinforman.Informanyangdisiniadalahorangyang
terlibat dalam perang gerilya atau pun orang yang mengetahui tentang
revolusifisikdiHuluSungaiTengah.Kemudiansumbersekunderdiperoleh
melalui metode kepustakaan, penulis mengumpulkan beberapa dokumen
dan arsip, buku, majalah, artikel yang berhubungan dengan judul tulisan.
Hasil penelitian menunjukkan sumbangsih perjuangan wanita di
Haruyanpadamasa revolusifisikcukupbesar terutamadalammemasok
kebutuhan logistik dalam peperangan. Hal ini karena dalam perang gerilya
192
dibutuhkan bahan-bahan penting seperti makanan, amunisi, pakaian, uang
sertabahan-bahanmodal(penukar).Padabidangkesehatan,kaumwanita
menjadi anggota Palang Merah yang bertugas untuk merawat dan mengobati
para pejuang yang sakit atau kena tembak dalam suatu pertempuaran.
Kaum wanita juga bertindak sebagai kurir antara para pejuang di daerah
Haruyan maupun di wilayah musuh, seperti di Barabai. Kemudian mereka
merangkap sebagai mata-mata di markas musuh dan memata-matai
serta mendengarkan rencana penyerangan tentara Belanda (NICA) di
wilayah Barabai dan Kandangan. Selanjut-nya, informasi yang didapatkan
disampaikan kepada pejuang.
Isi skripsi ini terdiri dari bab I, pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,
tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II,
Gambaran umum Kewedanan Barabai dari tahun 1945-1949 yang berisikan
letak geografis, kondisi pendidikan, kondisi perekonomian dan mata
pencaharian,agamasertakehidupansosialdanbudaya.KemudianbabIII,
masaperalihankekuasaanJepangkepadaNICABelandayangmemuattentang
berakhirnya kekuasaan Jepang, situasi pada saat Proklamasi Kemerdekaan
tahun 1945, kedatanganNICA Kalimantan Selatan pada umumnya dan di
Afdeeling Hulu Sungai pada khususnya. Pada bab ini juga dibahas tentang
peranggerilyadiwilayahHaruyan.BabIV,perananwanitadalamperjuangan
mempertahankankemerdeka-anpadamasarevolusifisikdidaerahHaruyan,
Kewedanan Barabai tahun 1945-1949. Perjuangan ini dibagi dalam beberapa
bidang yakni di bagian dapur umum, kegiatan Palang Merah dan perjuangan
dengan cara menjadi mata-mata di daerah musuh di wilayah Haruyan dan
Barabai. Bab V, berisi kesimpulan.
193
Judul Buku/ Penelitian : Yusni Antemas, Wartawan Pejuang Dari Amuntai (1922-2012)
Nama Pengarang : Yuni Mutiasari
Penerbit/Tahun Terbit : Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat 2012
Metode Penelitian : Sejarah
Ringkasan
Peran media massa terutama pers berbahasa Melayu sangat penting
dalam pergerakan kebangsaan. Mereka dapat bersentuhan langsung dengan
pendudukbumiputera.Olehkarenaitu,persberbahasaMelayuseringkali
dijadikanalatkomunikasipolitikolehparaeliteIndonesiapadamasaitu.
Banyaknya kasus persdelict di masa Hindia Belanda. Larangan terbit bagi
surat kabar dan majalah antara lain karena disadari bahaya dari pengaruh
tulisan dalam Bahasa Melayu dalam pers itu segera dapat dipahami oleh
penduduk bumiputera.
Skripsi ini merupakan gambaran seorang tokoh wartawan pers
perjuangandaridaerahHuluSungaiUtara,bernamaYusniAntemas.Latar
belakang penulisan skripsi ini untuk mengetahui lebih jauh kehidupan
seorang tokoh wartawan pejuang yang seringkali dilupakan dan masyarakat
belum banyak yang mengeta-huinya. Kemudian, bagaimana kehidupan
YusniAntemasdarisejakkelahirannyasampaimasatuanya.
Metode yang digunakan adalah metode historis (sejarah). Dalam
penelitian ini, kegiatan dilakukan melalui heuristik yaitu pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara langsung ke lapangan dengan mengutamakan
informan kunci dan menggunakan studi literatur dengan cara memilih buku-
buku dan data-data yang sesuai dengan penulisan ini. Setelah itu melakukan
kritik data yang hasilnya kemudian dianalisa. Selanjutnya melakukan
interpretasi yang nantinya diperoleh makna-makna yang saling berhubungan
darifakta-faktayangdiperoleh.Langkahterakhiradalahhistoriografiyaitu
menulis hasil penelitian sejarah secara deskriptif, sistematis dan kronologis.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Yusni Antemas merupakan
seorang tokoh wartawan pejuang kemerdekaan pada masa Hindia Belanda,
194
Jepang, dan masa setelah kemerdekaan di daerah Hulu Sungai dan sekitar
Kalimantan Selatan. Sepanjang karirnya, Yusni Antemas menerbitkan
beberapasuratkabar,majalahdanbuku.YusniAntemasadalahsalahsatu
anggotapengurusGerpindom(1942-1945)diAmuntaidanmenjabatsebagai
sekretaris. Selain aktif di Gerpindom, beliau juga anggota Barisan Pelopor
PemberontakKalimantanIndonesia(BPPKI)denganpangkatLetnanMuda.
Adapun keseluruhan isi skripsi ini dimulai bab I, merupakan bab
pendahuluan, mencakup latar belakang masalah penelitian, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II, berisi
gambaranumumwilayahAmuntaisebagaipusatkegiatanYusniAntemas,
yang menggambarkan sejarah asal-usul nama Amuntai, sejarah singkat
administrasi pemerintahan Amuntai, letak geografis, keadaan penduduk
dan kepercayaan masyarakatnya.
Selanjutnya bab III, adalah bagian yangmenyajikan tentang biografi
tokohwartawanpejuangasalAmuntaiyaituYusniAntemasdilihatdarilatar
belakang keluarga, pendidikan, kepribadian, riwayat pekerjaan dan keadaan
sosialekonomi.PadaBabIV,berisitentangaktivitasYusniAntemasdalam
bidang pers, pendidikan, sosial budaya, keagamaan, dan politik dalam
kehidupan masyarakat di Amuntai. Bab V, merupakan bab penutup yang
menyajikan kesimpulan dari berbagai analisis.
195
Judul Buku/ Penelitian : Perkembangan Irama Lagu-Lagu Banjar di Kota Banjarmasin, Tahun 1980-2010
Nama Pengarang : Edi Bustami Arifin
Penerbit/Tahun Terbit : Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat 2012
Metode Penelitian : Sejarah
Ringkasan
Latar belakang penelitian ini adalah adanya fenomena perkembangan
irama lagu-lagu ini memunculkan permasalahan, yakni kaburnya irama
lagu-lagu asli Banjar, sementara irama lagu-lagu asli Banjar versi baru
seakan akan merupakan lagu Banjar aslinya. Perkembangan irama lagu-
lagu Banjar ini terjadi pada tahun 1980-tahun 2010. Metode untuk penulisan
skripsi yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian sejarah.
Operasionalnyayaknimengumpulkansumber-sumberlisan,sumber-sumber
tertulis maupun sumber berupa benda peninggalan masa lampau. Metode
wawancara penulis aplikasikan untuk mengumpulkan sumber lisan dari para
pelakuseni(seniman)yangmenjadiinformandalampenelitianini.Selain
itu, informan ini adalah pengamat seni budaya dan masyarakat sebagai
pendengar irama lagu-lagu Banjar. Sumber tertulis, penulis kumpulkan
melalui metode kepustakaan, penulis mengumpulkan beberapa dokumen
dan arsip, mengumpulkan buku, majalah, artikel yang berhubungan dengan
penelitian. Misalnya artikel-artikel yang memuat tentang irama lagu-lagu
Banjardi kotaBanjarmasindari awal (tahun1980-an)hingga tahun2010
dari surat kabar seperti Banjarmasin Post, Radar Banjarmasin, Kalimantan
Post dan lain-lain.
Hasil penelitian menunjukkan, sejarah dan perkembangan irama
lagu- lagu Banjar di daerah Kalimantan Selatan dan di wilayah Banjarmasin
khususnya mengalami dinamika yang menarik. Sejak booming irama lagu
Paris Barantai yang masuk rekaman piringan hitam di Lokananta di Solo
pada tahun 1960-an, muncul banyak irama lagu-lagu Banjar yang muncul
di Kota Banjarmasin. Dalam perkembangannya musik Banjar hingga era
196
1980-an, memang didominasi karya Anang. Masa itu banyak lagunya
direkam, baik berupa album sendiri maupun bersama lagu Banjar ciptaan
senimanlain.Iramalagu-laguitudikemasdalamalunanpop,latin,jazz,
dan melayu. Sementara pada tahun 1990-an, irama lagu-lagu Banjar banyak
dipengaruhi lagu dangdut, sedangkan pada tahun 2000-an, diwarnai irama
lagu-lagu dangdut remix Banjar dan lagu pop Banjar. Perkembangan irama
lagu-lagu Banjar ini banyak dipengaruhi oleh munculnya perusahaan
rekaman, publikasi di media massa serta booming irama lagu-lagu di
pasaran musik nasional.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini dimulai bab I, membahas
tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan dan penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka serta sistematika
penulisan.BabII,berisitentanggambaranumumkeseniantradisionalBanjar
di Kota Banjarmasin. Pembahasan meliputi ragam kesenian tradisional
Banjar, kemudian peribahasa, pantun dan lagu Banjar. Selanjutnya Bab
III, membahas tentang pengertian musik dan lagu serta sejarah dan
perkembangan perkembangan musik daerah Kalimantan Selatan. Dalam bab
ini juga menguraikan tentang pengertian asal usul dan perkembangan musik
serta lagu-lagu Banjar dan perkembangannya di Banjarmasin pada tahun
1960-an.BabIV,membahastentangperkembanganiramalagu-laguBanjar
di Kota Banjarmasin tahun 1980-2010. Kemudian membahas peranan media
massa, khususnya radio dan majalah dalam mendukung perkembangan
lagu-lagu Banjar. Kemudian faktor faktor penghambat perkembangan lagu
lagu Banjar. Terakhir Bab V, berisi kesimpulan sebagai sumbangan pemikiran
dalam penulisan skripsi.
197
Judul Buku/ Penelitian : Antara Dayak dan Belanda: Sejarah Ekonomi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan 1880-1942
Nama Pengarang : J. Thomas Lindblad & Peter E.F. Verhagen (terj. Ika Diyah Chandra)
Penerbit/Tahun Terbit : Lilin Yogyakarta/2012
Metode Penelitian : Sejarah
Ringkasan
Pada buku ini dijelaskan tentang ekspedisi-ekspedisi yang dilakukan
orang-orang eropa untuk memetakan dan upaya melihat secara langsung
keadaan di Borneo (Kalimantan). Beberapa telaahan sumber Barat dari
Endert (1927), Molengraaf (1900); Nieuwenhuis (1900); Posewitz (1889),
Sellato(1987),Tichelman(1949),Tillema(1938)yangdisarikanLindbladdapat
disimpulkan bahwa pada pertengahan abad ke-17, informasi yang tersedia
tentang pulau-pulau dengan sumber daya alam yang kaya berkurang.
Dalam rentang waktu singkat, puluhan ekspedisi eksplorasi dilakukan di
Banjarmasin. Schwaner melakukan perjalanan ke Pontianak di Kalimantan
Barat. H. von Gaffron mencari batubara dan emas di tenggara, dan H. von
Dewall datang ke pantai timur.
Pembahasan dalam buku ini terbagi atas lima bab. Bab 1 berisi
pendahuluan. Kemudian bab 2 berisi pembahasan tentang periode perintis
(1880-1914), yang terbagi atas sub-bab yakni monopoli perdagangan,
pertanian, batubara dan minyak, serta masa masa sulit dan keuntungn.
Berikutnya bab 3 berisi pembahasan periode ekspansi, sub babnya
adalah perkebunan karet, minyak dan batubara, eksploitasi hutan, serta
permintaan dan penawaran. Pada bab 4, dijelaskan tentang otoritas dan
kekuasaan, skema perpajak-an, pengeluaran pemerintah serta infrastruktur.
Selanjutnya pada bab 5, dibahas tentang dinamika ekspansi, sub-babnya
terbagi atas struktur ekonomi, perdagangan luar negeri, dan ekspansi
dampak perdagangan.
198
- Terbit Tahun 2013 -
Judul Buku/ Penelitian : Perang Tongka Montallat (27 Mei- 8 Nopember 1861): Episode Terakhir Perlawanan Antasari Dalam Perang Barito di Onderdistrik Montallat, Distrik Midden Doesoen, Borneo Zuid Ooster Afdeeling
Peneliti : Karya Budi
Penerbit/ Tahun Terbit : Skripsi, Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, 2013
Metode Penelitian : Sejarah
Ringkasan
Latar belakang penelitian adalah terjadinya Perang Tongka-Montallat di
Desa Tongka-Montallat, Kecamatan Gunung Timang, Kabupaten Barito Utara
merupakan daerah yang tempat terjadinya perang yang banyak menelan
korban baik di pihak Belanda maupun masyarakat Banjar, Bakumpai,
Maanyan, Sihong dan Tawoyan. Desa Tongka sangat dikenal oleh masyarakat
luas, khususnya wilayah Kabupaten Barito Utara. Tujuan penulisan ini
untuk memaparkan konteks kesejarahan perang di wilayah Barito Utara
yang sangat penting untuk diteliti sehingga generasi yang berikutnya bisa
mempelajari dan mengetahui peristiwa tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
sejarahdengantahapheuristik,kritik,interpretasidanhistoriografi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perang Tongka-Montallat berpengaruh
besar dalam sejarah Banjar. Kemudian peran Pangeran Antasari sangat
penting dalam Perang Banjar, Perang Barito, khususnya perang Tongka
Montallat, terutama karena sosoknya yang pantang menyerah. Hal ini
membangkitkan semangat juang masyarakat Banjar, ataupun semua
masyarakat di sekitar Sungai Barito hingga sampai ke pelosok-pelosok.
Paratokoh-tokohataupunkepalasukubaikdariSukuMa’anyan,Bakumpai,
Sihong,Ngaju,TawoyanserentakmemberikanbantuanterhadapPangeran
Antasari dalam melakukan perlawan terhadap Belanda. Banyak kerugian
199Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
yang dialami pihak Belanda, baik materi bahkan banyak pejuang Belanda
yang tewas dibunuh oleh pasukan Pangeran Antasari.
AdapunsistematikaskripsipadababI,berisipendahuluanterdiridari
latar belakang, rumusan masalah, ruang dan lingkup pelitian, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian. Selanjutnya di
bab II, diuraikan tentang gambaran umum daerah dan penduduk desa
tongkapadatahun1800-anterdiridarikeadaangeografis,pemerintahan,
kehidupan sosial, ekonomi dan pendidikan. Berikutnya pada bab III
diuraikan tentang latar belakang Perang Banjar dan dan klimaksnya pada
Perang Barito tahun 1859-1861, kemudian latar belakang Perang Banjar
1859-1905, serta titik kulminasi Perang Banjar dan munculnya Perang
Barito 1861. Kemudian pada bab IV dijelaskan tentang episode Perang
Tongka Montallat 27 Mei-1 Juni 1861 dan dampaknya bagi perlawanan
Antasari terhadap kolonial Belanda, perlawanan di Sungai Barito dan
tenggelamnyaKapalOnrust.KemudianperlawananSungaiAyuhsebagai
embrioPerangTongkaMontallat,sertaperlawananGunungTongka/Ingai,
27Mei-8Nopember1861.SelanjutnyadampakPerangBanjar-Baritobagi
kondisi sosial masyarakat di Kalimantan bagian selatan dan tengah. Bab V,
berisi kesimpulan dari skripsi yang dibahas.
200
Judul Buku/ Penelitian : Perjuangan Gerilya Rakyat Balangan Pada Masa Revolusi Fisik Sekitar Tahun 1945-1949
Nama Pengarang : Syaifullah
Penerbit/Tahun Terbit : Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat 2013
Metode Penelitian : Sejarah
Ringkasan
Latar belakang dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang
perjuangan gerilya rakyat Balangan dalam perlawanannya terhadap tentara
NICAtahun1945-1949.Dalamperjuangantersebutbanyaksekalitantangan
dan hambatan yang dihadapi serta pengorbanan jiwa demi kemerdekaan.
Masalahdaripenelitianini,(1)ApayangmelatarbelakangirakyatBalangan
untukberjuangmelawanNICAsertabagaimanaawalperjuangannyasejak
keda-tanganNICAdiKalimantan?;(2)Dalambentuksepertiapaperjuangan
rakyat Balangan untuk melawan NICA, serta dimana tempat-tempat
perlawanan terhadap NICA dan bagaimana cara-cara perjuangan rakyat
Balangan dalam hal kepemimpinan, strategi, penyerangan, dan cara bertahan
hidupsaatberjuangan(makanan),besertaalat-alatyangdigunakan?.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana latar belakang
rakyatBalanganberjuangsejakdarikedatanganNICAdiKalimantan,bentuk
perjuangan hingga akhirnya NICA meninggalkan Kalimantan, cara-cara
perjuangan rakyat Balangan dalam hal kepemimpinan, strategi, penyerangan,
dancarabertahanhidupsaatperjuangan (makanan)sertaalat-alat yang
digunakan pada masa itu. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode sejarah, yaitu metode yang menggunakan data atau informasi
tentang judul penelitian dengan tahapan tertentu. Jadi tahapan penelitian
sejarahtersebutadalahheuristik,kritik,interpretasi,danhistoriografi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perjuangan rakyat Balangan
dalam menghadapi tentara NICA, sebagian besar mereka memilih cara
dengan perlawanan bersenjata, bergerilya, lari ke hutan-hutan atau
pegunungan, dan pedalaman-pedalaman yang dimotori oleh para ulama
201Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
dan rakyat biasa. Sejak tahun 1945 rakyat Balangan mulai tergabung di
dalam organisasi kelaskaran bernama Gerpindom. Sebagian dari mereka
tergabung di dalam Gerpindom di Amuntai dan sebagiannya lagi tergabung
didalamGerpindomdiBirayang.Tahun1947kekuatanNICAmenguatyang
membuat gerakan-gerakan perjuangan di Kalimantan Selatan melemah.
Sampai akhir tahun 1948 ALRI Divisi IV Kalimantan dengan jalan
musyawarah telah berhasil merangkul sebagian besar dari oranisasi-
organisasi kelaskaran di Kalimantan Selatan termasuk Gerpindom dan tidak
membenarkan keberadaan organisasi kelaskaran berdiri sendiri. Rakyat
Balangan yang mulanya sudah berjuang di dalam organisasi kelaskaran
Gerpindom ataupun yang mulanya hanya para petani biasa telah berjuang
bersamaHassanBasrydankawan-kawanyangtergabungdalamALRIDivisi
IV Kalimantan. Perjuangan rakyat Balangan bersama ALRI dapatmerebut
kembali kemerdekaan RI dan mengusir NICA meninggalkan Kalimantan
khususnya Balangan sampai akhir tahun 1949.
Penulisan skripsi ini terdiri dari: Bab I, berupa Pendahuluan yang
terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah
penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan
sumberdanpustaka,dansistematikapenulisan.BabII,berupagambaran
umum tentang Balangan dan konsep gerilya. Bab III, memuat tentang
bagaimana reaksi rakyat di Balangan terhadap Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus1945danreaksimasyarakatsaatdatangnyakolonialBelanda(NICA).
BabIV,memuattentangbagaimanaperjuanganrakyatBalanganpadamasa
revolusifisiktahun1945-1949.BabV,penutupyangberisikesimpulandari
bab-bab sebelumnya berupa jawaban dari permasalahan-permasalahan
yang dibahas di dalam skripsi ini.
202
Judul Buku/ Penelitian : Perdagangan dan Politik Banjarmasin 1700-1747
Nama Pengarang : Goh Yoon Fong (terj. Ika Diyah Chandra)
Penerbit/Tahun Terbit : Lilin Yogyakarta/2013
Metode Penelitian : Sejarah
Ringkasan
Pembahasan utama buku ini adalah kondisi wilayah Banjarmasin
sebagai salah satu daerah penghasil utama lada di Asia Tenggara selama
periode 1700-1747, telah menarik perhatian pedagang dari pulau di luar
Banjarmasin, seperti Inggris, Belanda, dan Cina. Banjarmasinmerupakan
salah satupusat kekuatankomersial di kawasan tengahNusantarapada
zamannya, terutama Abad Ke-17 dan Ke-18. Pembangunan Banjarmasin
sebagai pasar perdagangan bukan hanya berkembang dari aktivitas-aktivitas
pada pedagang, namun juga dipengaruhi oleh respon pemerintah lokal
terhadap kedatangan para pedagang asing tersebut. Kebijakan perdagangan
pemerintah lokal pun disusun demi eksistensi kepentingan kekuatan politik
yang luas. Sebuah narasi yang detail tentang mekanisme perdagangan di
pelabuhan Banjarmasin, yang mengisahkan peran penting secara strategis
dan politis, disamping peran ekonomi, para pedagang asing, suku pribumi,
orang Biaju, dan reaksi-reaksi peraturan orang Banjar dalam aktivitas
perdagangan internasionalnya.
Penulis buku ini juga menguraikan bahwa pada perempat pertama Abad
XVIII,perdaganganpihakluardenganBanjarmasinmengalamikemunduran
bahkan nyaris terhenti. Pada masa itu lada yang dipasok dari daerah-daerah
perdalaman ke ibukota volumenya sangat kecil. Akar penyebabnya tidak
lain karena terputusnya aktivitas pelayaran sungai akibat aksi-aksi pihak
“musuh” dan perompak-perompak Bugis yang semakin marak di jalur-jalur
perairan di wilayah pengaruh kekuasaan Kesultanan Banjarmasin. Buku ini
terbagi atas delapan bab.
Garis besar isi buku ini yakni pada Bab 1, dibahas tentang asal usul,
kemudian pada Bab 2 tentang latar belakang historis. Selanjutnya pada
Bab 3 tentang pendudukan Inggris di Banjarmasin tahun 1700-1707. Bab
203Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
4, membahas tentang gangguan gangguan politis, Bab 5 tentang aktivitas-
aktivitas Belanda tahun 1711-1737. Pada Bab 6 dibahas tentang permasalahan
dalamperdaganganlada.BerikutnyaBab7tentangkapalbarangdariCina
tahun 1700-1737. Pada bab terakhir, yakni Bab 8 tentang aktivitas-aktivitas
Inggristahun1713-1747.
204
- Terbit Tahun 2014 -
Judul Buku/ Penelitian : Migrasi Masyarakat Banjar ke Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Dari Tahun 1918-2012 (Tinjauan Historis)
Peneliti : Yusfa Santi
Penerbit/ Tahun Terbit : Skripsi, Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, 2014
Metode Penelitian : Sejarah
Ringkasan
Provinsi Sumatera Utara khususnya pada bagian utara yang dikenal
dengan Kabupaten Langkat sejak dulu banyak bermukim orang-orang
Banjar, pada masa pemerintahan Belanda masih berstatus Keresidenan
danKesultanan(Kerajaan),denganpimpinanpemerintahanyangdisebut
Residen yang mempunyai wewenang mendampingi Sultan Langkat dalam
urusan orang-orang asing. Sementara orang-orang pribumi berada di
bawahPemerintahanKesultananLangkat.Olehkarenanyapadasaatorang
Banjar datang ke daerah Langkat sebagian dari mereka wajib melapor
kepada Sultan Langkat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan apakah migrasi
masyarakat Banjar dari Kalimantan Selatan terjadi secara alami atau hanya
ingin ke daerah Secanggang atau apakah karena didorong oleh faktor-faktor
tertentu yang datangnya dari lingkungan Etnis Banjar itu sendiri. Kemudian
untuk mengetahui latar belakang yang mempengaruhi terjadinya migrasi
masyarakat Banjar ke Desa Sungai Ular. Selanjutnya untuk mengetahui
bagaimana proses migrasi dan perkembangan masyarakat Banjar di Desa
Sungai Ular, dan untuk mengetahui bagaimana eksistensi masyarakat
Banjar dalam mempertahankan diri di perantauan Desa Sungai Ular, Kec.
Secanggang, Kab.Langkat.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah yaitu diawali dengan
penelitian sumber (heuristik), kemudian sumber sejarah diseleksi
205Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
(dikritik),selanjutnyadiinterpretasiataudianalisa,danterakhirpenulisan
sejarah(historiografi).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perpindahan orang Banjar secara
besar besaran ke Sumatera terkait terjadinya perang Banjar di Kalua yang
dimulai tahun 1859 dan perang di Alai tahun 1898. Dengan semboyan “waja
sampai ka puting, haram amun manyarah”, orang-orang Banjar tidak rela
dijajah Walanda (Belanda) di negerinya sendiri, tidak rela diperlakukan
penjajah dengan sewenang-wenang. Kondisi dan prinsip ini mengakibatkan
banyak orang Banjar bermigrasi ke Sumatera dan Malaysia. Diperkirakan
pasca perang di Kalua merupakan awal Urang Banjar menetap di Sumatera
Utara. Sungguhpun sebelum masa tersebut sudah ada orang-orang Banjar
bermukim di pantai-pantai Sumatera Utara, mengingat bahwa orang Banjar
memiliki kemampuan mengarungi lautan luas menggunakan perahu layar.
Suku Banjar yang bermukim di Sumatera Utara saat ini diperkirakan adalah
generasi ke-3 dan ke-4 dari awal kedatangannya.
206
Judul Buku/ Penelitian : Peranan Harian Kalimantan Berdjuang Sebagai Alat Penerangan di Kalimantan Bagian Selatan Pada Tahun 1946-1952
Peneliti : Siti Marfuah
Penerbit/ Tahun Terbit : Skripsi, Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, 2014
Metode Penelitian : Sejarah
Ringkasan
PadamasaRevolusiFisik(1945-1949),mediamassaterbittidakhanya
sebagai alat penerangan akan tetapi juga sebagai bentuk perjuangan. Pers
pada masa Revolusi Fisik disebut sebagai Pers Republiken yang membela
danmempertahakanKamerdekaanRepublikIndonesia.PersRepublikenyang
paling berani pada masa Revolusi Fisik di Kalimantan Bagian Selatan disebut
dengan Trio Surat Kabar. Salah satunya ialah Harian Kalimantan Berdjuang
yang terbit di Kandangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan
Harian Kalimantan Berdjuang sebagai alat penerangan di Kalimantan Selatan
pada tahun 1946-1952. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini ialah metode sejarah. Adapun langkah-langkah dalam metode sejarah
yaituheuristik,kritik,interpretasidanhistoriografi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Harian Kalimantan Berdjuang
memiliki peranan sebagai alat penerangan di Kalimantan Selatan pada tahun
1946-1952. Harian Kalimantan Berdjuangterbitpada1Oktober1946.Harian
Kalimantan Berdjuang dipelopori oleh Haspan Hadna dan A. Djabar. Harian
Kalimantan Berdjuang terbit guna menyebarluaskan cita-cita bangsa dan
menjaditandingansuratkabarNICAyaituHarianSuara Kalimantan. Kurang
lebih tiga bulan kemudian, harian ini dipindahkan ke Banjarmasin. Harian
Kalimantan Berdjuang merupakan alat pemberitaan gerilyawan dan politik
di Kalimantan Selatan pada tahun 1946-1949. Harian Kalimantan Berdjuang
juga berperan dalam menyebarluaskan naskah Proklamasi 17 Mei 1949.
Pada tahun 1949-1952, Harian Kalimantan Berdjuang terus terbit meskipun
masa Revolusi Fisik telah berakhir. Harian Kalimantan Berdjuang terus terbit
207Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
sebagaialatpenerangansejakRISterbentukhinggadibubarkan.Lambang
“KepalaBanteng”danCatatanPojok “KopiHitam”denganPenjagaPojok
Abang Sikat menjadi ciri khas harian ini yang tetap dipertahankan. Pada
17 Agustus 1952, Harian Kalimantan Berdjuang dijual kepada Tjanang Press.
NamaHarianKalimantan Berdjuang berganti menjadi Indonesia Berdjuang.
Bersamaan dengan itu, maka berakhirlah terbitnya Harian Kalimantan
Berdjuang di Kalimantan bagian selatan dari tahun 1946 hingga 1952.
AdapungarisbesarskripsiiniadalahBabI,pendahuluanyangterdiri
dari latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan
manfaat penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika
penulisan.BabII,berisitentanggambaranumumPersNasionalIndoensia
dan Daerah Kalimantan Selatan pada tahun 1946-1949. Bab III, berisi
tentangProfilHarianKalimantan Berdjuang pada tahun 1946-1952; latar
belakang, proses percetakan sampai pendistribusian, surat kabar Harian
Kalimantan Berdjuangsertaprofilsingkattokohpersyangterlibatdalam
Harian Kalimantan Berdjuang.BabIV,membahastentangperananHarian
Kalimantan Berdjuang sebagai alat penerangan di Kalimantan Selatan
pada tahun 1946-1952; peranan serta tantangan dan hambatan dalam
menerbitkan Harian Kalimantan Berdjuang pada tahun 1946-1952. Bab
V, kesimpulan yang berisi jawaban dari rumusan masalah berdasarkan
pembahasan pada bab sebelumnya.
208
- Terbit Tahun 2015 -
Judul Buku/ Penelitian : Ratu Zaleha 1880-1953: Perjuangan Terakhir Perempuan Banjar
Peneliti : Syarifah Nazimah
Penerbit/ Tahun Terbit : Skripsi, Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, 2015
Metode Penelitian : Sejarah
Ringkasan
Semua daerah di Indonesia mempunyai pahlawan, bahkan diangkat
sebagai pahlawan nasional. Tidak sedikit dari pahlawan nasional tersebut
adalahperempuan.SepertidiAcehterdapatCutNyakDiendanCutMeutia,
diMalukuadaChristinaMartaTiahahu.WilayahKalimantanSelatansendiri
juga terdapatpahlawanperempuan,yaituRatuZaleha.Namunpahlawan
dari Kalimantan Selatan belum banyak ditulis oleh sejarawan maupun
peneliti, terutama berhubungan dengan riwayat perjuangannya sehingga
tidak begitu banyak yang mengetahui tentang sosoknya. Dengan motivasi
guna menambah informasi tentang riwayat hidupnya, maka ditulislah
biografiRatuZaleha.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui situasi dan
kondisi politik di Kalimantan Selatan tahun 1880 atau tahun lahirnya Ratu
Zaleha. Kemudian untuk mengetahui perlawanan yang dilakukan Ratu
Zaleha bersama suaminya Gusti Muhammad Arsyad. Selanjutnya, untuk
mengetahui perlawanan yang dilakukan Ratu Zaleha pasca diasingkannya
Gusti Muhammad Arsyad ke Bogor, proses terjadinya penangkapan dan
pengasingan Ratu Zaleha ke Bogor menyusul suaminya dan kehidupan Ratu
Zaleha setelah kembali ke Banjarmasin.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
sejarah dengan langkah-langkah yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan
historiografi. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
209Ringkasan Hasil-Hasil Kajian Budaya dan Sejarah Banjar
kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah buku tentang Kesultanan
Banjar dan perang Banjar yang ada di perpustakaan baik Perpustakaan
Daerah, Museum Lambung Mangkurat maupun Perpustakaan Program Studi
Sejarah. Selain sumber data tertulis, penulis juga menggunakan sumber
data lisan yang diperoleh dengan wawancara Gusti Hindun, Gusti Shuria
Putra, Gusti Nor Aina, Gusti Noor Maulana, Aditya D. Sumabharata, dan
ArsyadIndradi.
HasilPenelitianmenunjukkahbahwa:1)RatuZalehalahirpadatahun
1880diMuaraLawangatauMuaraLaungdiUdikSungaiLawune. Ia lahir
pada saat ayahnya Sultan Muhammad Seman sedang berjuang melawan
kolonial Belanda; 2) Ratu Zaleha menikah dengan saudara sepupunya
yaitu Gusti Muhammad Arsyad di usia 20 tahun. Mereka bersama-sama
menghimpun kekuatanmelawan pasukan Belanda; 3) Ratu Zaleha harus
berjuang sendiri dan memimpin pasukan karena suaminya Gusti Muhammad
Arsyad tertangkap dan diasingkan ke Bogor pada tahun 1904 dan tahun 1905
ayahnyagugurdalampertempurandiBentengMenawing;4)RatuZaleha
akhirnya berhasil ditangkap oleh pasukan Belanda di Muara Teweh dan
diasingkandiBogor tahun1906;5)Tahun1937padausia61 tahun,Ratu
Zaleha kembali ke Banjarmasin sampai akhir hayatnya.
Isi skripsi ini pada bab I, pendahuluan mencakup latar belakang
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BabII,GambaranwilayahKesultananBanjardariabadke-17sampaiawal
abadke- 20.Gambaranumum ini berupa letak secara geografismaupun
astronomis, keadaan alam, Banjarmasin sebagai pusat pemerintahan dan
kondisi penduduk serta kondisi Kesultanan Banjar dari awal berdiri sampai
dibubarkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 11 Juni 1860.
Kemudian, perlawanan yang dilakukan oleh para elite kesultanan terhadap
PemerintahKolonialBelanda.Bab III,kondisipolitikdiKalimantanbagian
selatan tahun 1880 pada saat lahirnya Ratu Zaleha. Kemudian gambaran
umum kondisi politik Kesultanan Banjar sekitar tahun 1880, tahun kelahiran
RatuZaleha.BabIV,perjuanganterakhirperempuanBanjardalammenentang
Pemerintahan Kolonial Belanda merupakan isi pembahasan tentang riwayat
dari Ratu Zaleha tentang pembentukan karakternya yang kuat dan berani,
sampai perjuangannya bersama suami dan ayahnya. Perjuangan akhirnya
210
dilakukan sendiri setelah ditinggal suami ke Bogor karena diasingkan oleh
Pemerintah Kolonial Belanda dan gugurnya ayahnya dalam pertempuran
di Benteng Manawing. Kemudian, proses tertangkapnya Ratu Zaleha dan
diasingkan ke Bogor dan kehidupan Ratu Zaleha di Banjarmasin setelah
dipulangkan dari Bogor. Bab V, penutup merupakan bab tentang kesimpulan
dari berbagai analisis.
211
Judul Buku/ Penelitian : Asywadie Syukur Sebagai Ulama dan Pendidik (1968- 2010)
Nama Pengarang : Akhmat Farisi
Penerbit/Tahun Terbit : Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat 2015
Metode Penelitian : Sejarah
Ringkasan
Latar belakang penelitian ini adalah kehidupan dan kontribusi Asywadie
Syukur sebagai seorang tokoh ulama dan pendidik. Asywadie Syukur adalah
seorang ulama kharismatik yang lahir di Benua Hulu, Kalimantan Tengah.
Adapun masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kehidupan dan
kontribusi Asywadie Syukur sebagai seorang ulama dan pendidik. Tujuan
penelitian untuk mendeskripsikan riwayat hidup Asywadie Syukur dan
mengetahui kontribusi KH. Asywadie Syukur sebagai seorang ulama dan
pendidik. Manfaat penelitian adalah memperluas wawasan mengenai
tokoh ulama di Kalimantan, khususnya Kota Banjarmasin. Sebagai referensi
ataupun sumber bacaan, dan bisa digunakan sebagai materi ajar terutama
mengenai sejarah lokal yang berhubungan dengan agama.
Metode yang digunakan adalah metode sejarah dengan tahap
heuristik,kritik,interpretasidanhistoriografi.Adapunsumberdatayang
penulis gunakan dalam penelitian ini terdiri dari sumber primer dan
sumber sekunder. Sumber primer penulis dapatkan secara langsung dari
narasumber tentang objek yang diteliti. Sementara sumber sekunder
didapatkan dari studi kepustakaan berupa buku-buku yang relevan dengan
objek penelitian ini.
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa Asywadie Syukur memulai
kehidupan sebagai seorang ulama semenjak pulang dari Mesir tahun 1968.
Karir tertinggi Asywadie Syukur sebagai seorang ulama adalah ketika dia
dipercaya menjadi Ketua MUI Provinsi Kalimantan Selatan. Kehidupan
Asywadie Syukur sebagai seorang pendidik dimulai sejak tahun 1968. Karir
tertinggi Asywadie Syukur sebagai pendidik adalah dipercaya menjadi
212
RektorIAINAntasariBanjarmasin.Simpulanpenelitianiniadalahkontribusi
Asywadie Syukur sangat besar dalam tugasnya sebagai ulama maupun
pendidik. Ketika menjabat sebagai Dekan Fakultas Dakwah, ia membuka
program sarjana lengkap di Fakultas Dakwah dan Fakultas Dakwah merupakan
FakultaspertamadiIAINAntasariyangmenyelenggarakansarjanalengkap.
Sebagai seorang ulama, kontribusi besar Asywadie Syukur terlihat ketika ia
menjadianggotaMUI,dimanaAsywadiebanyakmengeluarkanfatwa-fatwa
yang monumental.
Secara garis besar, sistematika skripsi ini disusun dengan format pada
babI,berisilatarbelakang,batasanmasalah,pertanya-anpenelitian,tujuan
dan manfaat penelitian, metode penelitian, kajian teori serta sistematika
penulisan. Selanjutnya, bab II berisi tentang riwayat hidup Asywadie
Syukur. Riwayat hidup ini meliputi riwayat keluarga, riwayat pendidikan,
riwayat organisasi, sikap dan kepribadian, dan tutup usia Asywadie Syukur.
BerikutnyapadababIII,berisikehidupandankontribusiAsywadieSyukur
sebagai seorang ulama, meliputi aktivitasnya mengisi acara konsultasi hidup
dankehidupandiRRI,kiprahdiMUIKalimantanSelatan,sertapemikiran
Asywadie Syukur sebagai seorang ulama.
Kemudian pada bab IV, berisi pembahasan tentang kehidup-an dan
kontribusi Asywadie Syukur sebagai seorang pendidik. Kehidupan dan
kontribusi Asywadie Syukur sebagai seorang pendidik meliputi kiprah
Asywadie Syukur di IAIN Antasari, kegiatan ilmiah yang diikuti dan gaya
mengajar. Terakhir pada bab V, berisi penutup yang menguraikan tentang
kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah yang diteliti.