harta dan kepemilikan
DESCRIPTION
Harta Dan KepemilikanTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat AllAh SWT, karena atas rahmat-Nya maka
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Ekonomi Dalam Perspektif
Al – Qur’an Dan Hadits ”.
Penulisan makalah adalah salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Al Qur’an Hadist Ekonomi di Universitas Airlangga
Tidak lupa kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada Bapak Muhammad Nafiq
selaku dosen pengampu mata kuliah Al Qur’an dan Hadist Ekonomi
Akhirnya, kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini kami merasa masih
banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Surabaya, Maret 2012
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................1
Daftar isi.....................................................................................................................2
Bab 1 Pendahuluan....................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................3
1.3 Tujuan.......................................................................................................4
1.4 Manfaat.....................................................................................................4
Bab 2 Pembahasan.....................................................................................................5
2.1 Pengertian Harta.......................................................................................5
2.2 Konsep Harta Menurut Al-Qur’an dan Hadits.........................................5
- Kedudukan Harta...................................................................................5
- Unsur – Unsur Harta..............................................................................7
- Macam - Macam dan Pembagian Harta.................................................7
- Sebab - Sebab Kepemilikan Harta.........................................................10
- Hak – Hak Terhadap Harta....................................................................10
- Fungsi Harta...........................................................................................10
2.3 Pengertian Kepemilikan...........................................................................
2.4 Konsep Kepemilikan Menurut Al-Qur’an dan Hadits.............................
2.5 Pemanfaatan Kepemilikan Menurut Al-Qur’an dan Hadits.....................
Bab 3 Penutup............................................................................................................12
Bab 4 Daftar Pustaka.................................................................................................13
2
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu karakter yang dimiliki manusia adalah adanya naluri untuk
mempertahankan diri.Ekspresi yang muncul dari naluri tersebut adalah adanya
kecenderungan diri seseorang untuk mencintai harta dan kepemilikan lain yang
dimilikinya.
Dengan adanya keinginan untuk memiliki harta tersebut, mendorong adanya
berbagai kegiatan khususnya dalam kegiatan ekonomi.Mereka menggunakan harta
yang mereka miliki untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Sehingga mereka akan
berusaha keras bekerja untuk menghasilkan banyak uang dan memiliki banyak harta
yang mereka inginkan.
Tetapi terkadang, manusia itu sendiri menggunakan harta dan kepemilikan
yang dimilikinya dengan tidak pada tempatnya, sehingga akan merugikan yang
lainnya. Banyak manusia yang menggunakan harta nya untuk berfoya-foya dan
digunakan untuk kenikmatan duniawi saja tanpa memanfaatkannya sebaik-baiknya
bmanfaat kepada orang lain juga. Banyak manusia yang serakah terhadap harta yang
dimilikinya. Mereka mungkin lupa bahwa harta dan segala yang mereka miliki adalah
pemberian sekaligus titipan Allah, sehingga apabila mereka tidak memanfaatkan harta
yang mereka miliki sebaik-baiknya, maka kapanpun Allah berkehendak, maka Allah
dapat mengambil harta titipan – Nya tersebut.
Oleh karena itu, supaya masyarakat dapat mengetahui lebih dalam tentang
bagaimana konsep harta dan kepemilikan dalam Islam, maka dalam makalah ini kami
akan membahasnya lebih dalam.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka
rumusan masalah yang dapat di kemukakan adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari harta itu ?
2. Bagaimanakah konsep harta menurut Al-Qur’an dan Al- Hadits ?
3. Apa pengertian kepemilikan itu ?
4. Bagaimana konsep kepemilikan menurut Al-Qur’an dan Hadits ?
5. Bagaimana pemanfaatan kepemilikan menurut Al-Qur’an dan Hadits ?
3
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari harta.
2. Untuk mengetahui konsep harta menurut Al-Qur’an dan Al-Hadits.
3. Untuk mengetahui pengertian kepemilikan.
4. Untuk mengetahui konsep kepemilikan menurut Al-Qur’an dan Hadits.
5. Untuk mengetahui pemanfaatan kepemilikan menurut Al-Qur’an dan hadits.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Harta
Harta dalam bahasa Arab disebut, al-mal yang berasal dari kata Maala –
Yamiilu- Maylan , yang berarti condong, cenderung, dan miring.Dalam istilah ilmu
fiqih, dinyatakan oleh kalangan Hanafiyah bahwa harta itu adalah sesuatu yang di
gandrungi oleh tabiat manusia dan mungkin disimpan untuk digunakan saat
dibutuhkan.Namun harta tersebut tidak akan bernilai kecuali bila dibolehkan
menggunakannya secara syariat.Mereka membedakan antara materi dan nilai.Materi
bisa terwujud hanya ketika seluruh manusia atau sebagian di antara mereka
menggunakannya sebagai materi. Tetapi nilai hanya berlaku bila dibolehkan oleh
ajaran syariat.Minuman keras, bangkai, babi, bunga riba, semuanya adalah harta atau
materi, tetapi tidak bisa dikatakan sebagai barang bernilai.
Kalangan Hanafiyah atau kalangan lain, tidak mengakui eksistensi materi
secara terpisah kecuali dengan pembolehan syariat. Bahkan minuman keras, bangkai
dan sejenisnya secara asal memang bukan materi menurut mereka.
Menurut sebagian ulama’, yang dimaksud harta adalah Sesuatu yang di
inginkan manusia berdasarkan tabiatnya, baik manusia itu akan memberikannya atau
akan menyimpannya. Menurut ulama’ lain, harta adalah segala zat yang berharga,
bersifat materi yang berputar di antara manusia.
Konsep Harta Menurut Al-Qur’an dan Hadits
1. Kedudukan Harta
Dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa harta merupakan perhiasan hidup,
firman Allah menyatakan ( Al-Kahfi :46 )
“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.”
Dalam surah Ali-Imran :14 , dijelaskan,
“Jadikanlah indah menurut pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari mas, perak,
kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah lading.Itulah kesenangan
hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik ( surga).”
5
Dari dua surah diatas, telah dijelaskan bahwasannya kebutuhan manusia terhadap
harta sama dengan kebutuhan manusia terhadap anak atau keturunan ( kebutuhan
dasar ).
Disamping sebagai perhiasan, harta juga berkedudukan sebagai amanat
( fitnah), sebagaimana Allah menyatakan :
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan dan di sisi
Allahlah pahala yang besar.” ( Al-Taghabun : 15 )
Karena harta sebagai titipan, manusi tidak memiliki harta secara mutlak sehinga
dalam pandangan terhadap harta, terdapat hak hak orang lain, seperti zakat harta
dan yang lainnya.
Kedudukan harta selanjutnya sebagai musuh, sebagaimana yang di
nayatakan dalam surat Al-Taghabun : 14
“ Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan
anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka hati-hatilah kamu
terhadap mereka.”
Semua harta baik benda maupun alat produksi adalah milik Allah
sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah (2) ayat 284 :
“Kepunyaan Allah lah segala yang di langit dan apa yang di bumi. Dan jika kamu
melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya
bAllah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu.Maka
Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang
dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Manusia adalah khalifah atas harta miliknya sebagaimana firman Allah
dalam Al-Qur’an Surah Al-Hadid (57) ayat 7 :
“ Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari
hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya.Maka orang-orang
yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya
memperoleh pahala yang besar.”
Dengan demikian, bahwa semua harta yang ada ditangan manusia pada
hakikatnya kepunyaan Allah, karena Dia yang menciptakan. Akan tetapi, Allah
memberikan hak kepda manusia untuk memanfaatkannya (hak pakai). Jelaslah
bahwa dalam Islam kepemilikan pribadi, baik atas barang-barang konsumsi
maupun barang-barang modal, sangat dihormati walaupun hakikatnya tidak
mutlak, dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan orang
lain dan dengan ajaran Islama.Sementara itu dalam ekonomi kapitalis ,
6
kepemilikan bersifat mutlak dan pemanfaatannya pun bebas, sedangkan dalam
ekonomi sosialis justru sebaliknya, kepemilikan pribadi tidak diakui, yang ada
kepemilikan Negara.
Salah satu karakteristik ekonomi Islam mengenai harta yang tidak
terdapat dalam perekonomian di luar Islam tidak mengenal tuntutan Allah kepada
pemilik harta, agar menyisihkan sebagian hartanya sebagai pembersih jiwa dari
sifat kikir, dengki, dan dendam. Jika dalam ekonomi konvensional pemerintah
memperoleh pendapatan dari sumber pajak , bea cukai dan pungutan, maka Islam
lebih memperkayanya dengan zakat, jizyah, kharas, (pajak bumi) dan rampasan
perang.
Pada hakikatnya, segala sesuatu adalah milik Allah dan semuanya akan
kembali kepada Allah sehingga semua aktivitas ekonomi baik produksi, konsumsi,
dan distribusi dikembalikan kepada aturan-aturan yang telah di tetapkan baik
dalam Al-Qur’an maupun Sunah.
2. Unsur-Unsur Harta
Menurut para Fuqaha harta bersendi pada dua unsure, yaitu unsure ‘aniyah’
dan unsure ‘urf’. Unsur ‘aniyah’ ialah bahwa harta itu ada wujudnya dalam
kenyataan (a’yan). Manfaat sebuah rumah yang dipelihara manusia tidak disebut
harta, tetapi termasuk milik atau hak.Unsur ‘urf’ ialah segala sesuatu yang di
pandang harta oleh seluruh manusia atau sebagian manusia, tidaklah manusia
memelihara sesuatu kecuali menginginkan manfaatnya, baik manfaat madliyah
maupun manfaat ma’nawiyah.
3. Macam – Macam Harta
Harta terbagi menjadi berbagai macam tergantung dengan orientasi
pembagiannya. Di antara bentuk klasifikasi tersebut adalah :
Harta Sebagai Nilai Tukar dan sebagai Alat Barter
Alat barter memiliki padanan yang tersebar di pasar tanpa ada perbedaan yang
berarti dalam penggunaannya. Ada yang berbentuk barang takaran, barang timbangan,
barang bilangan, yang masing-masingnya tidak memiliki perbedaan nilai, contohnya
seperti berbagai macam biji-bijian, telur dan kain tenunan dan sejenisnya.
Sementara nilai tukar tidak ada yang sejenisnya di pasaran.Kalaupun ada,
nilainya jelas berbeda, seperti hewan, batu-batu mulia dan sejenisnya.Alat barter (nilai
7
riil) itu harus diganti dengan yang sama dengannya ketika terjadi kecurangan. Lain
halnya dengan nilai tukar (nilai nominal), cukup ditukar dengan yang senilai
dengannya saja.Alat barter bisa menjadi hutang dan dibayarkan dengan benda sejenis
lainnya, karena ia bisa digambarkan bentuknya, sesuai dengan nilai riilnya.Sementara
nilai tukar hanya bisa digambarkan dengan wujud dan nilainya saja, atau sesuai
dengan nilai nominal yang disepakati.
Harta Diam dan Harta Bergerak
Harta tetap adalah harta yang tidak mungkin dipindahkan seperti tanah dan
yang melekat dengan tanah, seperti bangunan permanen.Harta bergerak adalah yang
dapat dengan cepat di pindahkan dan dialihkan.
Dari segi kepemilikan, harta terbagi menjadi tiga bagian :
1. Harta yang tidak boleh dimiliki dan tidak boleh dipindahkan kepemilikannya serta
menjadi fasilitas umum seperti jalan, jembatan, lapangan dan sejenisnya selama
masih menjadi fasilitas umum.
2. Yang tidak mungkin untuk dimiliki atau dipindahkan kepemilikannya kecuali bila
ada alas an yang disyariatkan, seperti harta diam yang diwakafkan, tanah yang
terikut dengan lokasi Baitul Maal dan sejenisnya.
3. Yang boleh dimiliki dan dipindahkan kepemilikannya, yakni selain daripada
kedua jenis harta di atas.
Pembagian Harta
Menurut Fuqaha, harta dapat ditinjau dari beberapa segi. Tiap-tiap bagian
memiliki ciri khusus, pembagian jenis harta sebagai berikut :
1. Mal Mutaqawwin dan Ghair Mutaqawwin
a. Harta Mutaqawwin
Yang termasuk harta ini adalah semua harta yang baik jenisnya maupun cara
memperolehnya dan penggunaannya. Contoh : Kerbau halal untuk dimakan,
tetapi tidak bisa di makan apabila penyembelihan kerbau tersebut dengan cara
di pukul karena cara penyembelihannya batal menurut syara’.
b. Harta Ghair Mutaqawwin
Jenis harta ini kebalikan dari harta mutaqawwin, yakni tidak boleh diambil
manfaatnya, baik jenisnya, cara memperolehnya maupun cara penggunaanya.
Misalnya babi karena jenisnya, sepatu yang diperoleh dari mencuri, haram
hukumnya.
8
2. Mal Mitsli dan Mal Qimi
a. Harta Mitsli
Harta yang jenisnya diperoleh di pasar ( secara persis ). Harta yang ada
imbangannya (persamaannya).
b. Harta Qimi
Harta yang jenisnya sulit didapatkan di pasar ( harta yang tidak ada
imbangannya ).
3. Harta Istihlak dan harta Isti’mal
a. Harta Istihlak
Dibagi menjadi dua : Istihak haqiqi adalah suatu benda yang menjadi harta
yang secara jelas (nyata) zatnya habis sekali digunakan. Istihlak Huquqi
adalah harta yang sudah habis nilainya bila telah digunakan, tetapi zatnya
masih tetap ada.
b. Harta Isti’mal
Harta yang tidak habis sekali digunakan, tetpi dapat digunakan lama menurut
apa adanya, seperti kebun, tempat tidur, dll.
4. Harta Manqul dan Harta Ghair Manqul
a. Harta Manqul : Harta yang dapat di pindahkan dari satu tempat ke tempat
lain.Contoh : emas, perak, pakaian, dll.
b. Harta Ghair Manqul : Harta yang tidak bisa dipindahkan dan dibawa dari satu
tempat ke tempat yang lain. Contoh : kebun, rumah, dll.
5. Harta ‘Ain dan Harta Daynr
a. Harta ‘ain : harta yang berbentuk benda, seperti rumah, pakaian, beras, dll.
b. Harta Dayn : Harta yang berada dalam tanggung jawab. Contoh: uang.
6. Mal al-‘ain dan mal al-naf’i
a. Harta ‘aini : harta yang memiliki nilai dan berbentuk, missal : rumah
b. Harta naf’I : Harta yang berangsur-angsur tumbuh menurut perkembangan
masa.
7. Harta mamluk , mubah , dan Mahjur
a. Harta mamluk : harta yang masuk ke bawah milik, milik perorangan, maupun
milik badan hukum, seperti pemerintah dan yayasan.
b. Harta Mubah : Harta yang aslanya bukan milik seseorang, seperti binatang
buruan darat, laut, pohon-pohon, dll.
c. Harta mahjur : Harta yang tidak boleh dimiliki sendiri dan memberikan
kepada orang lain menurut syari’at.
9
8. Harta yang dapat di bagi dan tidak dapat dibagi
a. Harta yang dapat dibagi : harta yang tidak menimbulkan suatu kerugian atau
kerusakan apabila harta itu di bagi-bagi.
b. Harta yang tidak dapat dibagi : Harta yang menimbulkan sesuatu kerugian
atau kerusakan apabila dibagi-bagi.
9. Harta Pokok dan harta hasil (buah)
a. Harta Pokok : Harta yang mungkin darinya terjadi harta yang lain ( modal).
b. Harta hasil : Harta yang terjadi dari harta yang lain.
4. Sebab – Sebab Kepemilikan Harta
1. Sekedar memegang harta mubah yang belum ada pemiliknya, namun dengan
beberapa syarat tertentu.
2.Perjanjian pemindahan kepemilikan seperti jual beli, hibah, dan sejenisnya.
3. Warisan.
5 .Hak – Hak Terhadap Harta
1. Harta Pribadi. Harta ini tidak boleh disentuh orang lain , keculai
pemiliknya.Sikap criminal yang mengambil harta ini melalui pencurian,
pelakunya harus dipotong tangannya.
2. Harta Milik Allah. Harta pada asalnya memang milik Allah, Manusia
seluruhnya hanya diberi kesempatan memilikinya sementara. Allah berfirman
dalam Surah An-Nur ayat 33 :
“ Dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang
dikaruniakanNya kepadamu.”
Konsekuensi dari hak Allah yaitu : Mengoperasikan harta ini sesuai dengan
tuntunan syariat, mengeluarkan zakat yang wajib.
3. Harta Milik Bersama. Konsekueensi harta ini adalah didahulukannya
kepentingan bersama daripada keopentingan pribadi ketika terjadi bentrokan ,
dengan memberikan kompensasi yang adil kepada pemlik harta tersebut
sehingga hak-hak pribadi mereka.
10
6. Fungsi Harta
1. Untuk menyempurnakan pelaksanaan ibaddah yang khas, sebab untuk selain
berbekal shalat, juga berbekal shadaqah.
2. Untuk meningkatkan keimanan kepada Allah.
3. Untuk meneruskan kehidupan dari satu periode ke periode berikutnya.
4. Untuk menyelaraskan antara kehidupan di dunia dan di akhirat.
5. Untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu karena menuntut ilmu tanpa
modal akan terasa sulit.
6. Untuk memutarkan peranan kehidupan yakni ada pembantu dan tuan.
7. Untuk menumbuhkan silaturahmi.
Pengertian Kepemilikan
Kepemilikan adalah kekuasaan yang didukung secara sosial untuk memegang
kontrol terhadap sesuatu yang dimiliki secara eksklusif dan menggunakannya
secara pribadi.
4. Konsep Kepemilikan
PEMBAGIAN JENIS KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
1. KEPEMILIKAN UMUM
PengertianMerupakan hokum syar’I yang terkandung dalam suatu barang yang menuntut adanya
kesempatan seluruh manusia secara umum untuk memanfaatkan dan menggunakan dengan jalan penguasaan. Dalam masa nabi, contoh konkretnya adalah adanya tanah protektif, yaitu tanah yang diproteksi penguasa untuk dimanfaatkan secara umum untuk kepentingan kaum muslimin dan disediakan untuk memenuhi kebutuhan kaum muslimin secara umum.
Tujuan kepemilikan umumUntuk memberikan kesempatan seluruh manusia terhadap sumber kekayaan umum yang memiliki manfaat sosial
Rasulullah bersabda “Kaum muslimin bersekutu dengan tiga barang, yaitu air, rumput, dan api”
Air, rumput, api dan garam merupakan barang primer bagi kebutuhan manusia, jika ada yang memonopoli barang-barang ini, maka ia mampu menguasai jalur kebutuhan manusia dan selanjutnya timbullah kerusakan .
Jaminan pendapatan Negara
11
Negara menjaga hak-hak warganyadan bertanggung jawab atas berbagai kewajiban dengan menjauhkan dari munculnya marabahaya, selain itu juga harus memberikan jaminan social bagi kebutuhan orang-orang lemah, orang miskin, dan anak yatim. Hal tersebut tidak akan tercapai kecuali kas Negara memilii sumber pendapatan yang stabil (zakat, pajak, PBB, seperlima harta rampasan perang, harta tak bertuan, dan investasi kepemilikan umum.
Pengembangan dan penyediaan semua jenis pekerjaan prodktif yang diperuntukkan bagi masyarakat yang membutuhkan. Diantara jenis pekerjaan itu adalah investasi yang sesuai dengan ketentuan Allah
Rasulullah bersabda: “ jika anak adam telah mati, maka terputus seluruh amalnya kecuali tiga perkara: amal jariyah, ilmu yang diajarkan dan dimanfaatkan, serta anak sholeh yang mendoakan orang tuanya
Urgensi kerjasama antar Negara dalam usaha menciptakan kemakmuran bersama. Fitrah manusia adalah ingin selalu berhubungan dengan sesamanya, Negara atau bangsa manapun tidak akan bias memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan Negara lain. Usaha ini hanya dapat dilakukan jika Negara memiliki visibilitas ekonomi yang baik demi terciptanya pertumbuhan dan daya tarik investasi.Langkah ini juga dapat menghubungkan kebaikan mereka dan menjauhkan rasa ketakutan terhadap hilangnya hubungan baik dan kehancuran yang mungkin terjadi.
Investasi harta untuk menciptakan kemakmuran brsama. Masyarakat membutuhkan adanya layanan dan tata kehidupan yang mampu membangkitkan aktivitas ekonomi, menambah semangat hidup, memberikan kemampuan untuk menciptakan kebahagiaan bagi lingkungan masyarakatnya. Negara harus mendorong industri dan mendorong eksplorasi terhadap kekayaan Negara.
“ Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah diatas penjurunya, dan makanlah dari sebagian rizkinya. Dan hanya kepada-Nya kamu dibangkitkan (Al Mulk 15)
Bidang dan sumber kepemilikan umum Wakaf. Berart menahan asal dan mendermakan hasil. Ahli fikih mensyaratkan pada
perbuatan baik dan benar Diperbolehkan wakaf untuk pembangunan dan pemeliharaan masjid, rumah sakit, tempat singgah bagi orang yang berpegian, pembuatan senjata bagi pertahanan, dan masih banyak lagi wakaf tidak diperbolehkan untuk kemaksiatan seperti pembuatan gereja, jual beli barang haram, atau penulisan injil
Proteksi, adalah proteksi penguasa terhadap tanah tak bertuan yang diperbolehkan bagi kepentingan kaum muslim, tidak dikhususkan penggunaannya bagi satu orang tertentu. Rasulullah bersabda:
“tidak ada proteksi kecuali untuk Allah dan Rasul-Nya.”
Maksudnya tidak ada praktek proteksi kecuali jika dilandaskan perintah Allah dan Rasul terhadap kaum fakir, miskin, dan untuk kepentingan kaum muslim
Kebutuhan primer, kebutuhan kebutuhan pokok yang semisal air, rumput, dan sinar matahari merupakan barang-barang yang berhak dimiliki oleh semua orang
.Barang barang tambang yang diperoleh dengan usaha eksplorasi berupa penggalian. Secara estimologi, barang tambang didefinisikan sebagai
12
barang yang disimpan oleh Allah dalam perut bumi, baik yang berada dalam tanah maupun di dasar laut agar dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Zakat, secara bahasa berarti tumbuh dan bertambah, zakat termasuk diantara sumber-sumber primer kepemilikan umum dimana Nabi SAW memerintahkan untuk melakukan hal itu dengan sabdanya
“Zakat diambil dari kelompok kaya diantara mereka dan didistribusikan kepada kelompok miskin diantara mereka”
Allah memberi keterangan tentang golongan masyarakat yang berhak memperoleh alikasi zakat ini:
“Sesungguhnya zakat- zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, para pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan sebagai suatu ketetapan yang ditetapkan Allah, dan Allah maha mengetahui dan maha bijaksana
Zakat sesungguhnya adalah bagian hak Allah dan merupakan bentuk kecintaan yang akan merekatkan hak kelompok yang telah ditetapkan oleh Al Qur’an dan dihimpun melalui kekuasaan legal. Sebagian ahli fikih menetapkan harta yang wajib dikeluarkan zakatnya tidak boleh dijual. Imam syafi’i berpendapat “ada dua pendapat tentang sah nya jual beli harta yang harus dizakati: pertama tidak sah jika kita meyakini bahwa zakat berkaitan dengan bentuk nyata harta itu sendiri.jika dilakukan jual beli maka ia menjual barang yang bukan menjadi haknya. Kedua, jika kita meyakini bahwa zakat berkaitan erat dengan tanggungan maka zakat dihitung sebagai titipan, sedang menjual titipan tidaklah diperbolehkan.
Hak Kepemilikan Harta dalam Islam
Dalam Islam, harta bukanlah sau-satunya tolak ukur kebahagiaan seseorang . Oleh
karena itulah Islam mengatur kepemilikan harta seseorang karena bisa saja di dalam harta
mereka ada harta milik saudara mereka. Karena, seluruh apa yang ada di alam semesta ini
adalah semua milik Allah SWT, maka manusia hanya diamanahi oleh-Nya. Dalam islam ,
kepemilkan dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Kepemilikan Negara
2. Kepemilikan Pribadi
3. Kepemilikan publik
Berikut akan dibahas beberapa kepemilikan harta yang di atur dalam islam :
1. Hibah Penguasa
Hibah penguasa yang dimaksud adalah negara ( penguasa ) memberikan sejumlah harta
kepada seseorang yang dianggap mampu atau ahli di bidang yang diinginkan oleh penguasa
tersebut. Dasar dari hibah penguasa sebagaimana yang diriwayatkan oleh Asma' binti Abu
13
Bakar RA bahwa Rasulullah SAW bersabda : " Saya memberikan Zubair sebidang tanah
yang diambilkan dari harta Bani Nadhir "
Untuk harta yang akan diberikan tidak boleh prasarana dan sebagainya yang menjadi
milik publik seperti jalan, rumah sakit dan lain-lain. Untuk menyangkut masalah perizinan
sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ali RA: " Tidak mengapa adanya izin penguasa
terhadap pemberian brang halal kepadamu lebih banyak jumlahnya dibandingkan pemberian
yang haram ". Kesimpulannya bahwa harta yang diberikan oleh penguasa kepada seseorang
sudah sepantasnya dimanfaatkan sebaik mungkin sebagaimana pemanfaatan barang-barang
lainnya.
2. Penerimaan hibah, pemberian, dan hadiah
Ketiganya memiliki definisi yang sama yaitu berpindahnya kepemilikan seseorang
kepada seseorang lainnya. Jika diniati karena Allah bisa menjadikan pemberian tersebut
sedekah Hibah dan hadiah jika sudah di kasih kepada orang yang diberi maka harta tersebut
sudah menjadi haknya dan pemberi tidak boleh meminta kembali apa yang sudah dia berikan
kecuali pemberian oleh orang tua kepada anaknya dikarenakan sebab- sebab tertentu.
3. barang temuan
untuk status barang temuan, maka sang penemu berhak memanfaatkannya apabila
jika sudah diadakan pemberitahuan barang yang hilang tersebut selama 1 - 2 tahun. Untuk
status kepemilikan selama masa pemberitahuan si penemu diharuskan menjaganya sampai si
pemilik asli nya datang dan apabila barang yang dimaksud tidak ada maka si penemu juga
diharuskan menggantinya ( karena hal ini termasuk amanah ) .
4. Wasiat
Secara garis besar, wasiat merupakan salah satu amanat si pemberi wasiat kepada
orang yang ia beri wasiat baik berupa harta , hutang, dan lain-lain. Akan tetapi, wasiat dan
hibah berbeda, wasiat diberikan ketika si pemberi wasiat sudah wafat sedangkan hibah si
pemberi masih hidup. Dasar wasiat terdapat dalam QS Al - Baqarah 180 " Diwajibkan atas
kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan
harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma´ruf, (ini
adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.
Untuk persyaratan pemberian wasiat antara lain sebagai berikut :
1. Untuk yang diberi wasiat boleh orang muslim / atau kafir selama diizinkan untuk
memiliki harta tersebut
14
2. Wasiat yang dilakukan terambil dari sepertiga harta yang ditinggalkan oleh sang
mayit
3. bagi yang diberi wasiat bukanlah ahli waris. untuk ahli waris sendiri
diperbolehkan untuk menjadi penerima wasiat jika disetujui oleh ahli waris lainnya
5. Warisan
Garis besarnya adalah harta yang ditinggalkan oleh si pemilik yang sudah
wafat.Untuk hak-hak yang berkaitan dengan distribusi warisan adalah :
1. Hak pertama : menggunakan harta warisan untuk segala biaya operasional
pengkafanan si jenazah
2. Hak kedua : harta warisan digunakan untuk mebayar hutang si mayit. Untuk
mazhab Syafi'i mendahulukan utang - utang beserta kafaratnya atas utang kepada manusia.
Sedangkan menurut Mazhab Hanafi Allah menggugurkan kewajiban utangnya dan untuk
mazhab hambali mempersamakan antara utang kepada Allah dan juga kepada utang
sesamanya.
3. Hak ketiga : Melaksanakan wasiat dengan sepertiga harta warisan setelah
dikurangi sama hutang yang akan dibayar
4. Hak keempat : danyang terkahir adalah membagikan sisa harta kepada para ahli
waris
untuk syarat-syaratnya sebagai berikut :
1. Kematian pewaris baik secara nyata maupun berdasarkan pada hukum
2. Hidupnya para ahli waris
3. Dan yang terkahir adalah tidak adanya penghalang adanya warisan
sedangkan penghalang yang dimaksud adalah :
1. Perbudakan
2. Pembunuhan oleh pewaris kepada pemberi waris
3. Perbedaan agama
4. perbedaan kebangsaan
6. Mas Kawin dan Mahar
Mas Kawin dan Mahar sebetulnya adalah sama. Mas kawin adalah sebagian harta
yang diberikan oleh calon semua kepada calon istri sebagai ganti atas pernikahan yang telah
dijalani. Dasar atas penetapan mahar atau mas kawin cukup banyak di antaranya adalah QS
An-nisa' 4, 20 - 21 ,dan QS Al-Mumtahanah 10 . Untuk penetapan batasan mahar ada pada
QS An-Nisa' 20 dan juga bagi calon istri di sunnah kan untuk meringankan mas kawin
15
sebagaimana QS An-Nisa' 25. Selain harta benda berupa fisik , dalam QS Al-Qashash 27 "
Berkatalah dia (Syu´aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah
seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan
jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku
tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-
orang yang baik". telah disebutkan secara implisit bahwa mas kawin dapat berupa suatu
manfaat sebagai mahar .
7. Zakat
Zakat merupakan sebagian dari harta seseorang dimana ada sebagian hak - hak dari
orang yang wajib dizakatinya. Dalam rangka untuk mewajibkan zakat , secara mutlak
dilakukan sejak era mekkah dimana mekkah sudah jatuh ke kuasaan muslim. Pada saat itu
ukuran besarnya harta yang dikeluarkan untuk zakat belum di tentukan. Untuk arahan
berzakat telah di jelaskan oleh Allah pada QS At-taubah 103 " Ambillah ( sebagian ) dari
harta mereka menjadi sedekah ( zakat ), dengan zakat itu kamu membersihkan dan
menyucikan mereka " Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa di dalam harta kita terdapat harta
milik orang lain. Oleh karena itu untuk membersihkan harta kita dari yang bathil maka
dikeluarkanlah zakat itu.
Untuk ancaman bagi orang - orang yang sengaja meninggalkan zakat, Allah telah
berfirman pada QS At-Taubah 34-35 " Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar
memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan
Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih,
Ada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya
dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta
bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari)
apa yang kamu simpan itu". Dan juga QS Ali Imran 180 " Sekali-kali janganlah orang-orang
yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka,
bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi
mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.
Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan. "
16
Sebelum zakat dibayarkan, kepemilikan harta oleh sesorang tersebut haruslah sudah
mencapai nishab selama satu tahun. Untuk golongan para penerima zakat secara keseluruhan
dari kita semua sudah pada mengetahui semua, tapi untuk mengingat kembali akan kami
perjelaskan lagi :
1. Golongan Fakir . untuk golongan ini mereka sudah tidak mampu bekerja sehingga
perlu dibantu
2. Golongan Miskin , Untuk golongan ini mereka mampu bekerja akan tetapi
penghasilan mereka tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari - hari mereka.
3. Pengurus Zakat, dimana mereka ini diberi amanah untuk mengelola zakat yang
telah dihimpun dari para pembayar zakat dan mereka berhak untuk menerima zakat juga
4. Muallaf , mereka yang muallaf juga diberi zakat untuk menguatkan iman dan
aqidah mereka terhadap islam di karenakan oleh pemahaman mereka sebelumnya bahwa para
kaum muslimin itu berperilaku jelek dan semacamnya
5. Budak , yaitu orang - orang yang berada di bawah pengaruh orang lain / hamba
sahaya agar bisa mendapatkan kebebasan
6. Orang yang memiliki hutang. untuk mereka yang memilik hutang ada beberapa
kategori yaitu :
1 . Hutang yang disebabkan karena mereka berusaha untuk memenuhi
kebutuhan sehari - hari dan jumla zakat yang ditentukan berdasarkan hutang yang ia
tanggung
2 . Hutang yang dimiliki oleh seseorang untuk kemaslahatan umat manusia
7. Orang yang berjuang dijalan Allah , mayoritas adalah para ulama - ulama
khususnya ulama yang dikirim ke daereah pelosok bahkan pedalaman guna untuk
mensyiarkan Agama Allah. Mereka juga patut diberi zakat untuk memenuhisegala perbekalan
dirinya dan keluarganya
8. Musafir, untuk perbekalan mereka diperjalanan kembali kedaerah asal atau
17
tujuannya ( dalam artian bahwa sang musafir sudah tidak ada / sedikit perbekalannya )
Untuk Golongan - golongan yang dilarang menerima zakat adalah :
1. Orang - orang kafir dan ateis
2. Bapak dan anak
3. Istri
4. memberikan zakat untuk amal - amal lainnya
9. Harta yang terambil dari nafkah wajib
Sperti yang kita ketahui bahwa mencari nafkah adalah usaha pemenuhan kebutuhan
– kebutuhan untuk golongan yang berhak seperti suami kepada istrinya dan kerabat yang
membutuhkannya. Untuk pemberian nafkah ini dibagi menjadi tiga syarat yaitu :
1. Orang yang diberi nafkah adalah golongan fakir baik dewasa maupun anak – anak
2. Orang yang memberi nafkah adalah golongan kaya
3. adanya kesamaan agama antar pemberi dan penerima nafkah
KEPEMILIKAN KHUSUS
a. Arti Kepemilikan Khusus
Definisi milik yang diutarakan oleh al Qurafi. Menurutnya, milik berarti
hukum syar’at yang diberlakukan pada suatu benda atau manfaat yang memungkinkan
orang yang bersangkutan memanfaatkan harta yang didmilik dan juga menggantinya
jika memang dikehendaki. Sehingga tidak jauh dari definisi nya sendiri yaitu :
hukum syari’at yang diberlakukan untuk memberikan manusia hal khusus dalam
kepemilikan benda atau manfaat serta hak untuk membelanjakannya tanpa adanya
sesuatu yang melarangnya. Maksudnya, agar manusia memiliki hak atas harta, hasil
usaha, hak pemanfaatan, dan hak membelanjakannya sesuai dengan fungsinya. Ia juga
mempunyai hak memanfaatkan sesuai dengan aturan pokok dalam ekonomi islam
(tidak terlalu boros dan juga tidak terlalu ekonomis).
18
b.Tujuan Kepemilikan Khusus
Untuk meningkatkan kerjasama internasional melalui kerjasama antar individu
dan kelompok-kelompok non pemerintah.
Pertumbuhan ekonomi atau pembangunan bukan merupakan ekerjaan teoritis
yang hanya cukup dengan perhitungan rencana pertubuhan dan garis pelaksanaan
kebijakan pada sektor-sektor tertentu atau umum. Namun pertumbuhan ekonomi
harus dilakukan dengan memobilisasi semua warga negara untuk mencari ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan tanggungjawab pribadinya yang terbatas.
Individu akan menemukan hak-hak yang hanya dapat diperoleh dengan kebersamaan
masyarakat. Jika persoalan ekonomi adalah bagian persoalan paling penting yang
dihadapi negara-negara musim saat ini, mak solusinya harus ditempuh dengan
memaksimalisasi kemampuan dan kekuatan untuk membangun bidang pertanian dan
industri, serta sosialisasi pentingnya individu dan perannya dalam menunjang
keberhasilan. Langkah ini ditempuh agar potensi angota masyarakat dapat disatukan
dan mereka bekerja dengan penuh kejujuran dan keikhlasan dengan perasaan iman
kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali-Imran ayat
110:
“kalian merupakan masyarakat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia
yang memrintahkan yang baik dan mencegah kemungkaran.”
Perintah saling bekerjasama untuk mengolah bumi adalah bagian dari amar
makruf. Pencegahan terjadinya pengabaian. Dari usaha itu tidak lain merupakan
usaha untuk mencegah kemungkaran.
Adanya kepemilikan khusus yang diakui, akan menciptakan sosok individu
yang bekerja dengan giat dan mau berkorban demi harta yang dimilikinya. Kebaian
dan manfaat yang diperoleh akan kembali kepada dirinya sendiri. Hal ini akan
mendorong seseorang untuk membuka peluang kerja yang belum tersedia. Efeknya
akan berpengaruh pada kucuran investasi produksi yang mampu menciptakan
kebaikan pada manusia secara umum.
Untuk merealisasikan kebaikan, kemakmuran, dan kemanfaatan umum melalui
persaingan sehat antar produsen.
Persaingan sehat antar produsen merupakan tuntutan penting dalam kehidupan
ekonomi karena kondisi ini akan meratakan kegiatan-kegiatan ekonomi antar anggota
kelompok usaha dalam masyarakat serta memprmudah akses untuk meperoleh
kesempatan tambahan yang diajukan untuk menciptakan keadilan antar sektor-sektor
19
ekonomi yang bervariasi itu. Para praktisi di setiap sektor bersaing secar sungguh-
sungguh, baik persaingan intra sektor maupun antar sektor. Hasilnya akn mengarah
pada tergalinya sumber-sumber dan hasil buatan seperti sektor-sektor yang berhasil
mendorong dan menggerakkan semangat sirkulasi dan kemajuan dalam semua
kegiatan ekonomi. Kondisi semacam ini akan menciptakan kebaikan dan
kesejahteraan manusia.
Negara tidak diperkenankan untuk melakukan intervensi jika hanya akan
menghambat kreativitas individu.
Tanggungjawab negara sesungguhnya menyangut bidang umum dan urgen
semisal menjaga keamanan dan kekayaan yang ada, menjamin dan menjaga
rakyatnya. Negara harus memiliki kepedulian terhadap kepentingan besar seperti
menjaga kesatuan, keamanan, dan kedaulatan wilayah negara. Sesuai dengan surat:
“ Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuhmu.”
Kepemilikan pribadi lebih baik ditentukan oleh negara secara terbatas karena
pribadi dan kelompok-kelompok dalam masyarakatvlebih memikul suatu
tanggungjawab. Masyarakat mempunyai tanggungjawab untuk menjalankan dan
menyelesaikan tugas yang ringan dan bersifat kemsyarakatan bersama dengan negara.
1) Untuk memenuhi dan menginvestasikan naluri cinta materi dalam bidang yang telah
ditentukan oleh Allah SWT.
Naluri untuk memiliki merupakan bagian naluri asasi dalam diri manusia. Hal
ini telah ditetapkan oleh psikologi dan terbukti secara empiris. Misalnya, seorang
anak sejak bayi telah hidup bersama kedua orang tua dan saudara-saudaranya.
Namun, dalam dirinya telah muncul perasaan yang mendorong untuk memilii suatu
barang yang khusus menjadi miliknya sendiri.cinta materi merupakan rahasia
mobilitas dalam kehidupan. Jika kecintaan ini dimatikan dalam segala hal yang telah
diusahakan, dikerjakan, dan didiamkan dengan sikap kikir, maka kematian akan
segera menunggu. Naluri kepemilikan materi ini terkadang berada dalam pengaruh
kebohongan dan permusuhan dari satu manusia dengan manusia lainnya dan dari
kelompok satu dengan kelompok lainnya. Kedatangan islam ini adalah untuk
mengatur naluri ini dan menumbuhkan sesuai dengan hakekat asasinya. Allah SWT
berfirman (surat Al-Fajr ayat 19-20):
“Dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampuradukkan (yang
halal dan yang batil). Dan kamumencintai benda dengan kecintaan yang berlebihan.”
20
Jiwa manusia cenderung untuk mencintai materi dan akan memenuhinya.
Kebolehan kepemilikan pribadi merupakan cara yang legal untuk menumbuhkan
insting itu sesuai dengan aturan syari’at islam agar jiwa manusia tidak berpaling pada
aturan sebagaimana sistem kapitalis.
b. Jenis-Jenis Kepemilikan Khusus
Sesuai dengan definisi kepemilikan khusus, maka jenis kepemilikan ini dapat
dikategorikan kedalam tiga macam yaitu:
Kepemilikan Pribadi. Merupakan kepemilikan yang manfaatnya hanya
berkaitan dengan satu orang saja dan tidak ada orang lain yang ikut andil
dalam kepemilikan tersebut. Contoh: rumah, mobil, buku, dan sebagainya.
Islam menetapkan adanya kepemilikan oribadi sebagai bentuk sifat
akomodatif islam terhadap manusia untuk memiliki harta.
Kepemilikan perserikatan. Merupakan kepemilikan yang manfaatnya
dapat dipergunakan oleh beberapa orang yang dibentuk dengan cara tertentu
seperti kerja sama.
Kepemilikan kelompok. Merupakan kepemilikan yang menyangkut
beberapa hal yang tidak boleh dimiliki oleh perseorangan atau kelompok kecil,
namun manfaatnya harus didasarka pada persebaran terhadap banyak pihak
serta diprioritaskan untuk orang-orang yang sangat membutuhkan dan dalam
keadaan kritis. Seperti properti penduduk desa terhadap tanah bersama, jalan,
sekolah, dan fasilitas umum. Kepemilikan ini melibatkan banyak orang
dibanding kepemilikan perserikatan namun lebih kecil dari kepemilikan umum
(negara).
c. Sekitar Kepemilikan Khusus
1. Sebab-Sebab Kepemilikan Khusus
Kategori kegiatan yang dapat menyebabkan adanya kepemilikan pribadi, antara lain :
a) Penguasaan, adalah beberapa mediasi yang dapat dipergunakan oleh manusia untuk
menguasai harta orang lain tanpa harus melakukan usaha keras atau perniagaan. Contoh:
warisan dan wasiat
b) Kepemilikan barang-barang halal, dimana seseorang memiliki sesuatu yang belum
dimiliki orang lain, seperti mencari kayu bakar di hutan dan menangkap ikan laut.
21
c) Transaksi, diantaranya adalah transaksi barang seperti jual beli dan sewa, dan
transaksi tanpa adanya barang seperti pemberian dan pelepasan barang.
d) Keputusan hakm terhadap perubahan status kepemilikan umum seperti tentang tanah
dan perkebunan.
e) Zakat, nafkah, hasil denda, dan harta nadzar
f) Kerja jasmani dan hasil intelektual. Di dalamnya termasuk pekerjaan kantoran.
Pekerjaan ini dapat dilakukan atas dasar transaksi atau secara langsung memperoleh
barang-barng halal.
g) Wakaf, yaitu pemanfaatan barang yang telah diikat sebagai milik Allah.
2. Batasan Kepemilikan Khusus
Islam tidak menempatkan kapemilian khusus sebagai hak absolut tanpa
batasan. Kepemilikan itu harus berlandaskan atas keberimbangan
penggunaanya dalam semua sisi. Islam mengatur hirarki kepemilikan harta
individu dan kelompok agar tercipta suasana cinta kasih dan persaudaraan
antar anggota masyarakat. Batasan aturan ini akan menyebabkan harta
mempunyai arah pengalokasian, perputaran, dan investasi. Aturan itu adalah
untuk menciptakan kemaslahatan bagi semua umat dan individu secara merata.
Jadi kepemilikan khusus dalam islam tidaklah absolut tapi terikat,
karena kepemilikan absolut tanpa ikatan hanya milik Allah yang di dalamnya
tidak berlaku hukum larangan, tidak disertai oleh orang lain, dan tidak
bergantung pada hukum apapun. Sedangkan kepemilikan manusia terikat oleh
hukum-hukum Allah yang ditujukan demi kepentingan mereka.
Beberapa batasan kepemilikan khusus antara lain:
a) Untuk memperoleh hak kepemilikan itu hendaknya dilakukan dengan cara
legal sebagaimana disebutkan di atas. Sedangkan cara perolehan yang tidak legal seperti
prostitusi, riba , perdagangan barang haram, jual beli yang rusak, dan muamalah dengan
perjudian dan undian merupakan bentuk kepemilikan tidak sah.
b) Tidak terdapat hal yang secara langsung dapat membahayakan keselamatan
seseorang atau kelompok pada proses kepemilikan, pengalokasian, dan pemanfaatan
barang. Seseorang tidak diperkenankan untuk memperjualbelikan senjata dengan
mengambil keuntungan jika hanya menimbulkan suasana pertentangan. Begitu juga
sesorang tidak boleh menimbun barang dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan
mengeruk keuntungan pada saat terjadi krisis agar ia dapat memono polinya. Seorang
22
hakim diperkenankan mencabut hak kepemilikan khusus setelah memberikan ganti rugi
jika kepemilikan itu memang dapat menimbulkan persoalan umum.
c) Dalam pengalokasian harta kepemilikan khusus dipersyaratkan adanya
proteksi dan realisasi bagi kepentingan umum, bukan malah kepentingan umum
dipergunakan sebagai jaminan tercapainya kepentingan pribadi sehingga kepentingan
umum malah terganggu.
d) Alokasi kepemilikan yang tepat, jika pemilik harta mengalokasikan
kekayaannya secara tidak benar, maka seorang hakim diperkenankan untuk
mengeluarkan larangan, seperti pemboros yang menghamburkan kekayaannya, sesuai
dengan firman Allah:
“dan jangan lah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum
sempurna akalnya (harta mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah
sebagi pokok kehidupan.”
Diantara bentuk buruk pengalokasian harta adalah menumpuk harta kemudia
menolak untuk mensirkulasikan di tengah masyarakat. Akibatnya, banyak manusia yang
terhalang untuk mempergunakannya. Oleh karena itu islam melarang penumpukkan
harta. Hikmahnya:(1) Penumpukan harta artinya menjadikan harta sebagai tujuan
akhirdan mengabaikan pelaksanaan kewajiban.(2)Penumpukkan hartasesungguhnya
menghambat kegiatan ekonomi dan rotasi kapital, padahal harta merupakan kebutuhan
ekonomi masyarakat. Harta hanya dapat berkembang jika kita menginvestasikannya ke
dalam bidang-bidang yang legal.
3. Kewajiban Kepemilikan Khusus
Islam memberikan beberapa kewajiban pada pemilik harta sesuai dengan firman Allah:
“ Dan orang-orang yang dalam harta tersedia bagian tertentu. Bagi orang
(miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa.”
Beberapa kewajiban yang dibebankan Islam kepada orang yang memiliki harta
antara lain:
a) Memberikan nafkah pada mereka yang berhak seperti istri, anak, anak-anak yang belum
bekerja dan saudara kerabat yang membutuhkan dan lain-lain.
E. Sumber Kepemilikan Khusus 1) Perniagaan
Perniagaan artinya pertukaran harta benda dengan harta benda lainnya sebagai kepemilikan atau penguasaan. Diperbolehkannya perniagaan merupakan bagian kebutuhan manusia untuk memiliki benda atau harta yang sebelumnya dimiliki orang
23
lain dengan pertukaran ( baik dengan alat tukar atau dengan benda lain ). Dalam aturan perniagaan terdapat hal yang mendorong terciptanya tujuan dan terpenuhinya kebutuhan yang ingin diperoleh kedua belah pihak dan dapat menghilangkan cara-cara kejahatan yang dilarang. Hal ini sesuai firman Allah SWT.
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS Al baqarah 275 )
Serta hadi nabi yang berbunyi
مبرور بيع وكل ه بيد الرجل عمل الكسب ( البزاررواه ) افضل
“ Pekerjaan yang paling utama adalah pekerjaan yang dengan tangannay sendiri dan setiap perniagaan adalah diterima”
2) Upah pekerjaan Upah dapat menjadi sebab adanya kepemilikan, gambaranbahwa upah merupakan
mediasi untuk mencari harta. Islam telah menganjurkan seseorang umtuk mencari upah, hadist nabi menyebutkan :
وان يده عمل من ياكل ان من خيرا قط طعاما احد اكل ما )البخارى رواه ( يده عمل من ياكل كان داود الله نبي
“ Tidaklah seseorang memakan makanan itu lebih baik dibanding jika ia memakan dari jeri payahnya sendiri. Sesungguhnya Nabi Daud selalu makan dari hasil usahanya sendiri “
3) Pertanian Islam menganjurkan adanya kepemilikan khusus yang didisarkan pada
pertanian dan usaha untuk memperoleh barang dari dalam bumi, sebagaimana firman Allah SWT.
“. Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”(QS Al mulk :15)Dalam ayat lain, Allah berfirman :
“ Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi”(QS Albaqarah : 168)
Diantara bidang yang paling berkaitan dengan tanah adalah pertanian dan pengolahannya. Pekerjaan tersebut merupakan salah satu pekerjaan paling utama dan palng baik sebagaimana imam mawardi berkata “ Asal segala pekerjaan adalah pertanian dan perdagangan, yang paling menguntungkan bagi saya adalah pertanian” Dalam pertanian ada berbagai manfaat bagi manusia, hewan dan lingkungan sekitar, sehingga Islam menganjurkan pertanian,
4) Mengelola tanah matiYang dimaksud mengelola tanah mati adalah mengelola tanah yang ditelantarkan
oleh pemiliknya dan tidak dijaga lagi, Rasulullah bersabda
من )داود ابو رواه ( له فهي ميتة ارض احيا
24
“ Barang siapa yang menghidupkan tanah yang mati, maka tanah itu menjadi miliknya”
Adapaun syarat-syarat untuk mengelola tanah yang mati adalah :1. Tanah tersebut bukan tanah seorang muslim atau seorang dzimmi2. Tanah tersebut tidak dalam satu wilayah dengan orang yang akan mengelolanya3. Bukan merupakan fasilitas umum4. Pengelolaan tanah dilakukan sekurang-kurangnya dalam jangka enam tahun sejak ia
memulainya.5. Pemanfaatan tanah itu ada ada yang dilakukan dengan mengelolanya atau mendirikan
bangunan diatasnya atau mewariskan kepada orang lain yang lebih berhak.6. Orang yang akan mengelola mempunyai kemampuan untuk mengelolanya.7. Izin penguasa
5) Keahlian ProfesiKeahlian profesi merupakan salah satu sumber kepemilikan khusus, oleh karena
itu Islam menganjurkan dan mendorong kearah itu. Sebagaimana sabda Nabi
ان )ني الطبرا رواه ( المحترف المؤمن يحب الله“Sesungguhnya Allah mencintai seorag mukmin yang mempunyai
profesionalitas”Semua dasar yang ada menganjurkan adanya keterampilan dan profesionalitas
yang dimiliki. Imam Ghazali berkomentar “ Kerajinan (industri) merupakan bagian dari fardlu kifayah sebagaimana pertanian, tenun, dan politik bahkan pembekaman dan jahit”
6) Mencari Kayu Dalam konteks masyarakat tradisional, pekerjaan dilakukan dengan mengumpulkan
kayu dari gunung dan hutan selama kayu itu tidak dimiliki siapapun. Mencari kayu merupakan bagian kepemilikan khusus jika dilakukan dengan akuisisi yang sempurna pada saat mencari, menjual, mengambil harganya untuk dibelikan makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
Albazaar dalam musnadnya meriwayatkan dari abu hurairah bahwa ada dua orang yang datang kepada Rasulullah SAW dalam keadaan lapar kemudian menjual sesuatu dan mereka mendapatkan makanan. Meraka kemudian pergi lagi dan mencari kayu bakar dan kembalai datang ke Rasulullah, mereka tetap disitu sampai keduanya menjual pakaian mereka untuk dibelikan dua kuda khimar, kemudian keduanya berkata “Allah telah memberikan berkah kepada kami berdua dalam perintah yang diberikan oleh Rasulullah.
Keterangan diatas mengandung isyarat yang menunjukan anjuran untuk mengumpulkan, menjual, dan berbelanja dengan media kayu. Atas contoh ini, maka diperbolehkan usaha semacam ini, yaitu pengambilan nilai guna pengambialan nilai guna atasnya menunjuka posisinya sebagai bagian sumber kepemilikan khusus.
7) Eksplorasi barang tambang yang berada diperut bumi yang tidak masuk dalam kategori kepemilikan umum.
Barang yang masuk dalam kategori ini adalah barang tambang padat yang berada di dalam perut bumi dan yang hanya dapat diperoleh dengan kerja keras dan adanya bantuan. Golongan Hambali dan Syafi’i menyatakan bahawa yang masuk dalam kategori ini adalah benda mati yang hanya dapat dipergunakan dengan usaha keras dengan adanya kerjasama untuk mendapatkannya. Benda yang termasuk dalam kategori ini dapat dimiliki dengan mengelolanya, sebagaimana tanah yang mati. Sebagaimana barang
25
tambang yang digalai dalam tanah yang dimiliki, baik itu tampak dipermukaan atau berada di dasar bumi, maka jenis ini dipersyaratkan dalam bentuk padat. Hal ini dikarenakan ia berhak atas semua tanah beserta isinya.
Jika barang tambang tersebut diketahui sebelum tanah tesebut menjadi kepemilkannya, maka barang tambang tersebut diperuntukan untuk kaum muslimin, tapi jika barang tanbang tersebut diketahui setelah tanah tiu menjadi kepemilikannya, maka barang tambang tersebut menjadi hak pribadinya.
8) Berburu Berburu yang dimaksudkan disini adalah berburu hewan liar yang halal yang
tidak berada dalam kekuasaan orang lain dengan alat yang dapat digunakan untuk berburu dengan niat berburu. Adapun dalil yang menunjukan kebolehan berburu adalah
“10. Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,11. niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,12. dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”(QS Nuh 10-12)
Ayat ini menunjukan tentang legalitas praktek berburu, dalam ayat lain Allah berfirman
“. mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang Dihalalkan bagi mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya)”(QS Al maidah 4)
Oleh karena itu para ahli fikih sependapat atas legalitas berburu dan memakan hasilnya dengan beberapa syarat, jika hewan buruannya telah didapat, maka hewan itu menjadi milik sang pemburu dan ia boleh memperjual belikannya.
5.Pemanfaatan Kepemilikan menurut Al-Qur’an dan Hadits
26
BAB III
KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr.Al-Mushlih, Abdullah dan Prof.Dr. Ash-Shawi, Shalah, 2004.Fikih Ekonomi
Keuangan Islam.Jakarta : Dar Al-Muslim
Prof.Dr.H.Rivai ,Veithzal, M.B.A. dan Ir.H. Buchari ,Andi, M.M., 2009.Islamic Economics.
Jakarta : PT Bumi Aksara
Yuliadi, Imamudin, SE, M.Si., 2001.Ekonomi Islam Sebuah Pengantar.Yogyakarta :
Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam ( LPII )
At-Tariqi, Abdullah Abdul Husain, 2004.Ekonomi Islam Prinsip Dasar Dan
Tujuan.Yogyakarta : Magistra Insania Press
Dr.H.Suhendi, Hendi,M.Si., 2007.Fiqih Muamalah.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
28
http://google.com. http://ericklatumeten.wordpress.com/2010/11/05/pengertian-kepemilikan/.
(diakses 18 Maret 2012)
29