harijanto1 pengembangan bahan ajar sd
TRANSCRIPT
Didaktika, Vol.2 No.1 Maret 2007: 216-226
216
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK PENINGKATAN
KUALITAS PEMBELAJARAN PROGRAM PENDIDIKAN
PEMBELAJAR SEKOLAH DASAR *
Oleh:
Mohammad Harijanto**
Abstrak
Penelitian dan pengembangan ini bertujuan menghasilkan bahan ajar untuk peningkatan kualitas pembelajaran mahasiswa DII-PGSD UT menggunakan model Dick and Carey. Sebanyak 20 mahasiswa dari Kecamatan Pademawu dijadikan sampel penelitian dalam uji coba lapangan terbatas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar sebagai produk pengembangan mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa
Kata kunci : bahan ajar, kualitas pembelajaran, pendidikan pembelajar sekolah dasar.
Abstract
This research and development was aimed to create of learning material to improve learning quality of DII PGSD UT students using Dick and Carey model. Twenty students from Pademawu regency be participated as samples in restricted field test. The result of research was shown that learning material product could improvement of student’s achivement.
Key words : learning material, learning quality, elementary teacher training school.
* diturunkan dari Tesis Penulis dalam rangka memperoleh gelar Magister Pendidikan dalam bidang
Teknologi Pembelajaran. ** Dosen FKIP-UT di UPBJJ Surabaya.
Pendahuluan
SBJJ secara sistemik dikembangkan
berpijak pada empat subsistem, yaitu:
pengelolaan (registrasi, evaluasi, dan
distribusi), bahan ajar, tutorial, dan ujian
(UT, 2005). Dari keempat subsistem SBJJ
tadi, bahan ajar merupakan salah satu
subsistem pokok yang berfungsi sebagai
bahan ajar yang relevan agar mahasiswa
memiliki banyak pengalaman belajar.
Muslim (1999:3) mengemukakan
bahwa sebanyak 80% modul UT telah
berusia lebih dari 10 tahun. Karenanya, sudah saatnya modul-modul tersebut dikaji
ulang dan disesuaikan dengan perkembang
iptek.
Hasil penelitian Tim Pengembang
an Model Tutorial (1992:2) juga me-
nunjukkan bahwa dari segi substansi, nilai
kebenaran materi modul hanya berkisar
antara 75--99%. Suatu petunjuk bahwa
masih sangat longgarnya tingkat kebenar-
an bahan ajar di UT, yang dapat di-
persoalkan maupun diperdebatkan sesuai
dengan prosedur dan kaidah-kaidah ilmiah.
Penelitian metaanalisis terhadap enam studi tentang kualitas modul UT
yang dilakukan oleh Tim Pengembangan
Model Tutorial (1992:2) menemukan
bahwa: (1) terdapat ketumpangtindihan ma
Pengembangan Bahan Ajar untuk Peningkakan Kualitas Pembelajaran Program PGSD (M. Harijanto)
217
materi, (2) ketidaksesuaian antara GBPP
dengan isi modul, antara TIU dan TIK
dengan materi, antara tes formatif dengan
TIK, dan (3) tingkat keterbacaan modul UT
rendah.
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran dalam
SBJJ-UT, dipandang perlu mengembang-
kan bahan ajar yang memiliki fungsi sangat
penting dalam teknologi pembelajaran. Jika
pembelajaran dapat tercapai dengan baik
maka tentunya akan dapat menunjang
terhadap kualitas pendidikan, karena salah
satu masalah pokok yang dihadapi dalam
bidang pendidikan sampai saat ini
berkaitan dengan masalah kualitas dan
efisiensi (Ibrahin, 1994:14).
Salah satu kegiatan awal dalam meningkatkan pembelajaran adalah me-
rancang bahan ajar yang mengacu pada
suatu model pengembangan agar memudah
kan belajar (Degeng, 1989). Perancangan
pembelajaran dapat dijadikan titik awal
upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Ini
berarti bahwa perbaikan kualitas
pembelajaran haruslah diawali dari perba-
ikan kualitas desain pembelajaran, dan
merancang pembelajaran dengan pende-
katan sistem (Degeng, 1999:2).
Hal penting dalam merancang bahan
ajar adalah bahwa organisasi isi bahan ajar
harus berpijak pada karakteristik struktur
isi mata kuliah, sehinga dapat meningkat-
kan perolehan belajar dan retensi daripada
sekedar mengikuti urutan isi buku teks.
(Degeng, 1989). Reigeluth (1992:22) juga
menyarankan sebaiknya rancangan bahan
ajar memodifikasi salah satu model baku
(standard blue print) yang paling sesuai
dengan kebutuhan khusus pembelajaran.
Dimyati (1993: 2) juga menegaskan bahwa pebelajar yang berhubungan dengan sum-
ber belajar mempelajari pesan akan melaku
kan internalisasi dan diduga meningkatkan
ranah kognitif, afektif, maupun psiko-
motoriknya.
Kajian penulis terhadap modul-
modul DII-PGSD UT, menunjukkan bahwa
tidak semua tujuan pembelajaran yang
terdapat dalam modul dirumuskan secara
operasional. Seperti halnya, dalam rumusan
tujuan masih menggunakan kata agar mahasiswa dapat memahami, dan seterus-
nya. Materi-materi dalam modul juga
banyak yang kadaluwarsa, namun sampai
saat ini masih tetap digunakan, sekalipun
sudah kurang sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dan atau
perubahan kurikulum SD. Selain itu, di
dalam bahan ajar yang ada, juga belum ada
pedoman khusus untuk mahasiswa (tutee).
Mengingat cara belajar di UT mengacu
pada sistem belajar mandiri yang
menekankan pada proses belajar yang terjadi atas prakarsa sendiri, maka adanya
pedoman seperti itu sangat penting artinya
bagi kesuksesan belajar mahasiswa.
Masalah penelitian adalah bagai-
mana mengembangkan bahan ajar model
Dick & Carey agar dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran mahasiswa DII-
PGSD UT? Tujuan penelitian adalah
menghasilkan bahan ajar yang dapat me-
ningkatkan kualitas pembelajaran
mahasiswa DII-PGSD UT.
Bahan ajar yang dikembangkan
melalui penelitian ini adalah bahan ajar
mata kuliah Pembelajaran Kelas Rangkap
(PKR), terdiri dari: (1) Buku Panduan tutor
dalam pembelajaran, memuat deskripsi
umum tentang petunjuk dan pedoman
kegiatan yang harus dilakukan tutor dalam
proses tutorial, dengan menggunakan
bahan ajar yang disediakan; (2) Bahan ajar
Tutee, yang dapat digunakan oleh tutee
untuk mencapai tujuan pembelajaran PKR.
Kajian Pustaka
Kedudukan Pengembangan Bahan Ajar
dalam Teknologi Pembelajaran
Teknologi pembelajaran menurut
Seel dan Rechey (1994:9) adalah “…the
Didaktika, Vol.2 No.1 Maret 2007: 216-226
218
theory and practice of design, development,
utilization, management and evaluation of
processed and resources for learning”.
Mengacu pada definisi tersebut, maka
pengembangan bahan ajar ter-masuk pada
ranah pengembangan (develop ment
domain), seperti dapat dilihat pada diagram
berikut.
Diagram 1 Kedudukan Pengembangan Bahan Ajar dalam Kawasan Teknologi Pembelajaran
Sumber: AECT (1986)
Kehadiran teknologi pembelajaran
dalam dunia pendidikan pada umumnya
dimaksudkan untuk memudahkan belajar. Tujuan utama teknologi pembelajaran
adalah mengidentifikasi dan memecahkan
masalah yang berkaitan dengan masalah-
masalah belajar. Oleh karena itu, prinsip
utama teknologi pembelajaran adalah
memberikan perhatian pada kepentingan
pebelajar, sedangkan prinsip utama pendi-
dikan adalah membantu meningkatkan
efisiensi proses pembelajaran.
Efisiensi proses pembelajaran
tersebut menurut Degeng (1989) tampak
pada: (1) peningkat an kualitas belajar, atau tingkat penguasaan pebelajar, (2)
penghematan waktu belajar guna mencapai
tujuan, (3) peningkatan daya tampung
tanpa mengu-rangi kualitas belajar, dan (4)
penurunan biaya tanpa mengurangi kualitas
belajar pebelajar. Efisiensi proses
pembelajaran bisa dicapai apabila interaksi
pembelajaran mengacu pada aktivitas
belajar, dan situasi belajar sesuai dengan
kemampuan pebelajar (Miarso, 1987).
Dalam perspektif teknologi pem-
belajaran, sumber belajar diakui sebagai
komponen terpenting dalam pembelajaran.
Menurut AECT (1986) sumber belajar
terdiri dari enam komponen, yaitu: pesan,
orang, bahan ajar, peralatan, teknik, dan
lingkungan. Di antara keenam komponen
sumber belajar tersebut, yang paling
dominan adalah bahan ajar bagi pebelajar.
Bahan ajar dapat dikembangkan dalam
bentuk: print technologies, audio visual
technologies, Audiovisual Techno-logies,
Computer-Based Technologies, dan
Integrated Technologies. Dalam penelitian
ini bahan ajar yang dikembangkan dalam
bentuk print technologies. Dalam kaidah
teknologi pembelajaran, pengembangan
bahan ajar merupakan usaha untuk meme-
DEVELOPMENT Print Technologies
Audiovisual Technologies
Computer-Based Technologies
Integrated Technologies
UTILIZATION
Media Utilization
Diffusion of Innovations
Implementation and Institutionalization
Policies and Regulation
DESIGN
Instructional System Design
Message Design
Instructional Strategies
Learner Characteristics
THEORY AND
PRACTICE
EVALUATION
Problem Analysis
Criterion-Referenced
Formative Evaluation
Summative Evaluation
MANAGEMENT
Project
Resource
Delivery System Information
Pengembangan Bahan Ajar untuk Peningkakan Kualitas Pembelajaran Program PGSD (M. Harijanto)
219
nuhi fungsi pengembangan sumber belajar,
sehingga masalah belajar dapat diatasi.
Kedudukan Bahan Ajar dalam Pem-
belajaran
Pembelajaran mencakup empat kom ponen, yaitu: pebelajar, media, sumber, dan
pembelajar. Bahan ajar merupakan media
dan sumber belajar yangg memiliki kedu-
dukan yang strategis, karena pengem-
bangannya mencakup pertanyaan-pertanya-
an: (1) sejauh mana tingkat kesiapan
pebelajar mencapai tujuan?; (2) metode
proses pembelajaran apa yang dibutuhkan
guna mencapai tujuan yang relevan dengan
karak-teristik pebelajar?; (3) media dan
atau sumber belajar apa saja yang sesuai?;
(4) dukungan apa selain faktor pembelajar yang dijumpai pada sumber-sumber belajar
yang dibutuhkan untuk menyukseskan
belajar?; (5) bagaimanakah keberhasilan
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan?;
dan (6) hal-hal apa yang perlu dilakukan
guna memperbaiki proses pembelajaran?
Dari keenam pertanyaan tersebut,
jelas bahwa bahan ajar memberikan
informasi atau gambaran yang relatif opera
sional bagi pengelolaan proses pembela-
jaran. Argumen yang mendasari hal tersebut adalah bahwa bahan ajar
menyiapkan pedoman bagi pebelajar baik
untuk kepentingan belajar mandiri maupun
dalam kegiatan tatap muka terjadwal, juga
dilengkapi metode dan evaluasi, dan
pedoman bagi pembelajar.
Gagne, Briggs, dan Wager (Degeng,
1998), mengajukan beberapa asumsi ten-
tang arti penting kedudukan bahan ajar
khususnya, dan rancangan pembelajaran
pada umumnya, yaitu: (1) membantu
belajar secara perorangan; (2) memberikan keleluasaan penyiapan pembelajaran jang-
ka pendek atau segera dan jangka panjang;
(3) rancangan bahan ajar yang sistematis
memberikan pengaruh yang besar bagi
perkembangan sumber daya manusia
secara perorangan; (4) memudahkan penge
lolaan proses belajar mengajar dengan
pendekatan sistem; dan (5) memudahkan
belajar, karena dirancang atas dasar
pengetahuan tentang bagaimana manusia
belajar
Sedangkan Dick dan Carey (1990)
mengedepankan pendekatan sistem sebagai
dasar atau alasan bagi kedudukan vital
bahan ajar dalam pembelajaran, dengan
alasan-alasan berikut: (1) fokus pembelajar
an. Fokus pembelajaran diartikan sebagai
apa yang diketahui oleh si belajar dan apa
yang harus dilakukannya. Tanpa pernyata-
an yang jelas dalam bahan ajar, rencana
yang sekuensial dan langkah pelaksana-
annya, kemungkinan fokus pembelajaran
tidak akan jelas dan efektif; (2) ketepatan kaitan antar komponen dalam pembelajar-
an, khususnya strategi dan hasil yang
diharapkan. Melalui bahan ajar akan jelas
target khusus (pengetahuan dan/atau
kemampuan) yang diajarkan melalui
kondisi belajar yang disiapkan. Ini semua
dipaparkan dalam bahan ajar; (3) proses
empirik dan dapat diulangi. Pembelajaran
dirancang tidak hanya untuk sekali waktu,
tetapi sejauh mungkin dapat dilaksanakan.
Oleh karena harus dapat diulangi dengan dasar proses emperik menurut rancangan
yang terdapat dalam bahan ajar.
Bahan ajar menspesifikasi penga-
laman belajar dalam bentuk penstrukturan
kegiatan pembelajaran yang kaya dengan
berbagai variasi, hingga dapat memberikan
efek pengiring yang sama efektifnya
dengan pencapaian tujuan-tujuan instruksi-
onal (Joni, 1984:2). Karenanya, menurut
Joni (1984:4) bahan ajar mempunyai fungsi
yang sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran, seperti: (1) memberikan pe-tunjuk yang jelas bagi pembelajar dalam
mengelola kegiatan belajar mengajar, (2)
menye-diakan bahan/alat yang lengkap
yang diperlukan untuk setiap kegiatan, (3)
merupakan media penghubung antara
pembelajar dan pebelajar, (4) dapat dipakai
oleh pebelajar sendiri dalam mencapai
Didaktika, Vol.2 No.1 Maret 2007: 216-226
220
kemampuan yang telah ditetapkan, (5)
dapat dipakai sebagai program perbaikan.
Setiap bahan ajar memiliki karak-
teristik khas yang membedakan dengan
kegiatan belajar mengajar lain, yaitu: (a)
menganut pendekatan sistem, (b) menca-kup satu satuan bahasan yang utuh sebagai
pendukung tercapainya kompetensi ter-
tentu, (c) merupakan perangkat utuh yang
menyediakan segala alat, bahan, dan cara
untuk mencapai tujuan tertentu, (c) me-
nyediakan alternatif-alternatif kegiatan
belajar mengajar yang kaya dengan variasi,
yang dapat dipilih pebelajar sesuai dengan
minat dan kemampuannya, (e) dapat di-
gunakan pebelajar dengan atau tanpa bantu
an pembelajar, (f) menyediakan seperang-
kat petunjuk penggunaan bagi pebelajar dan pembelajar, (g) mencantumkan rasio-
nal dari setiap tindakan instruksional yang
disarankan (Joni, 1984:4). Sementara
menurut Degeng (1989), bahan ajar harus
memiliki karakteristik tertentu, yaitu: (1)
isi pesannya harus dianalisis dan di-
klasifikasi ke dalam katagori-katagori ter-
tentu, (2) setiap katagori harus dibagi
menjadi beberapa penggalan teks, (3) perlu
ada penyajian format visualisasi untuk
memberikan kemenarikan isi, dan (4) katagori format judul yang berisi bahan
yang harus diseleksi.
Agar bahan belajar dapat memudah-
kan pembelajaran, maka setiap bahan ajar
harus memenuhi komponen-komponen
yang relevan dengan kebutuhan pebelajar.
Komponen-komponen tersebut juga harus
dapat memberikan motivasi, mudah di-
pelajari dan dipahami pebelajar. Lebih
penting lagi adalah relevan dengan sifat
mata kuliah yang disajikan. Selain itu,
bahan ajar juga harus memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya
dengan buku-buku yang lainnya (Degeng,
1989).
Bahan ajar yang dapat memudahkan
belajar adalah bahan ajar yang memiliki
komponen-komponen yang jelas berupa:
(1) tujuan umum pembelajaran, (2) tujuan
khusus pembelajaran, (3) petunjuk khusus
pemakai buku ajar, (4) uraian isi pelajaran
yang disusun secara sistematis, (5) gambar/
illustrasi untuk memperjelas isi pelajaran,
(6) rangkuman, (7) evaluasi formatif, dan
tindak lanjut untuk kegiatan belajar berikutnya, (8) daftar bacaan, dan (9) kunci
jawaban.
Metode Penelitian dan Pengembangan
Model Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan bahan ajar dalam
penelitian ini menggunakan model Dick
dan Carey (1990), dengan kriteria-kriteria:
(1) menarik, (2) isi sesuai dengan tujuan
khusus pembelajaran, (3) urutannya tepat,
(4) ada petunjuk penggunaan bahan ajar,
(5) ada soal latihan, (6) ada jawaban latihan, (7) ada tes, (8) ada petunjuk
kemajuan pebelajar, dan (9) ada petunjuk
bagi pebelajar menuju kegiatan berikutnya.
Pengembangan bahan ajar model
Dick dan Carey, menggunakan pendekatan
sistem, karena mementingkan hubungan
antara masing-masing komponen. Pende-
katan sistem juga dapat memperbesar
peluang pengintegrasian semua variabel
yang mempengaruhi belajar dalam desain
pembelajaran.
Pemilihan model Dick & Carey
didasarkan pada beberapa alasan:
1. memenuhi keempat karakteristik
yang harus dimiliki dalam pengem-
bangan bahan ajar, yaitu: (a) meng-
acu pada tujuan, (b) terdapat keserasi
an dengan tujuan, (c) sistematik, (d)
berpedoman pada evaluasi (Miarso,
1987), juga memenuhi tiga kompo-
nen utama teori pembelajaran,
seperti: metode, kondisi, dan hasil
(Reigeluth, 1992). 2. menggunakan pendekatan sistem de-
ngan langkah-langkah yang lengkap
dan dapat digunakan untuk me-
rancang pembelajaran baik secara
klasikal maupun secara individual.
Pengembangan Bahan Ajar untuk Peningkakan Kualitas Pembelajaran Program PGSD (M. Harijanto)
221
3. tugas pembelajar sebagai perancang
pembelajaran, pelaksana dan penilai
hasil kegiatan pembelajaran (Miarso,
1987). Hasil pengembangan bahan
ajar merupakan hasil kerjasama
antara ahli rancangan pembelajaran, ahli isi bidang studi, ahli media dan
ahli lainnya yang berkaitan dengan
pembelajaran.
4. dapat digunakan untuk pengem-
bangan bahan ajar baik pada ranah
informasi verbal, keterampilan inte-
lektual, maupun keterampilan psiko-
motor dan sikap, sehingga dipandang
sangat relevan dengan mata kuliah
Pembelajaran Kelas Rangkap.
5. merupakan desain bahan pembelajar-
an yang disampaikan bersifat siste-matis, variasinya lengkap dan melalui
tahap per tahap (Wileman & Gambill,
dalam Miarso, 1987).
6. berpijak teori sistem telah terbukti
keberhasilannya dikalangan industri,
militer dan pendidikan (Wileman &
Gambill, dalam Miarso, 1987).
Langkah-langkah Pengembangan Bahan
Ajar
Langkah-langkah pengembangan bahan ajar menurut model Dick dan Carey
(1990) adalah langkah sebagai berikut: (1)
mengidentifikasi tujuan pembelajaran, (2)
melakukan analisis pembelajaran, (3)
mengidentifikasi perilaku awal/garis entry
behavior, (4) merumuskan tujuan pembela-
jaran, (5) mengembangkan butir tes, (6)
mengembangkan strategi pembelajaran, (7)
mengembangkan isi program pembela-
jaran, (8) merancang dan melaksanakan
evaluasi, dan (9) merevisi paket pembe-
lajaran. Kesembilan langkah pengembangan
bahan ajar model Dick & Carey tersebut
digambarkan sebagai berikut.
Diagram 2
Prosedur Pengembangan Bahan Ajar
Model Dick dan Carey (1990)
(1) Identifikasi tujuan pembelajaran,
dilakukan dengan memperhatikan
dan mengadakan penilaian terhadap
kebutuhan pebelajar, melalui analisis
kebutuhan (need assesment) maha-siswa DII-PGSD UT sesuai dengan
tuntutan kurikulum.
(2) Analisis pembelajaran, dilakukan
dengan cara: (1) mengklasifikasikan
rumusan tujuan menurut jenis ranah
belajar (keterampilan psikomotor,
keterampilan intelektual, informasi
verbal, sikap), dan (2) mengenali
teknik analisis pembelajaran yang
cocok untuk memeriksa secara tepat
perbuatan belajar yang sebaiaknya dilakukan dalam mencapai tujuan
sesuai dengan karakteristik mata-
kuliah yang menjadi objek peneli-
tian, tujuan difokuskan pada penca-
paian keterampilan intelektual.
(3) Identifikasi perilaku awal, di-
lakukan dengan memberikan pre-
test kepada sampel penelitian.
(4) Perumusan TIK, dilakukan dengan
menjabarkan setiap tujuan umum
matakuliah dalam bentuk perilaku
atau kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa setelah selesai
mengikuti setiap unit pembelajaran.
(5) Menyusun butir-butir tes untuk
mengukur kemampuan mahasiswa
1
2
3
4 5 6 7 8
9
9
Didaktika, Vol.2 No.1 Maret 2007: 216-226
222
dalam mencapai apa yang telah
dicantumkan dalam tujuan, sebagai
proses dalam pengumpulan data dan
informasi yang dapat dipergunakan
untuk merevisi pembelajaran. Dalam
pengembangan ini, pengukuran dilakukan melalui tes teori tertulis,
mengingat tujuan khusus pembela-
jaran yang ingin dicapai sebagian
besar termasuk ranah kognitif. Di
samping tes teori tertulis, juga
dikembangkan tes praktik untuk
mengukur keterampilan psiko-
motorik mahasiswa.
(6) Mengembangkan strategi pem-belajaran, yang mendeskripsikan
komponen-komponen umum dari
suatu perangkat isi pelajaran yang akan dipergunakan untuk memper
jelas isi pelajaran. Pengembangan
strategi pembelajaran mencakup: (a)
ke-giatan pengajaran, (b) penyajian
informasi, (c) partisipasi mahasiswa,
(d) pertanyaan mahasiswa.
(7) Mengembangkan bahan ajar,
mengacu pada tujuan khusus pem-
belajaran, dan strategi pembelajaran.
Bahan ajar yang dikembangkan
berbentuk: (a) buku panduan dosen sebagai penuntun penggunaan bahan
ajar, dan (b) bahan ajar mahasiswa,
sebagai sumber dalam prose belajar
mandiri mahasiswa dan dalam
tutorial. Dalam pengembangan
bahan ajar ini, dilakukan evaluasi
oleh ahli bidang studi, ahli
perancang, dan ahli media.
(8) Evaluasi untuk mengukur tingkat
keefektifan, efisiensi, dan daya tarik
strategi pembelajaran berdasarkan
masukan, tanggapan, saran, komen-tar dan penilaian ahli. Hasil evaluasi
para ahli ini kemudian diguna untuk
keperluan revisi atau penyempurna-
an kualitas produk bahan ajar hasil
pengembangan. Dalam pengembang
an ini, evaluasi yang dilakukan
adalah: (a) evaluasi oleh para ahli,
dan teman sejawat, (b) evaluasi
perorangan, evaluasi kelompok
kecil, dan (c) uji coba lapangan
terbatas.
(9) Revisi produk berdasarkan data
yang diperoleh dari kegiatan evaluasi. Selanjutnya data tersebut
diikhtisarkan dan ditafsirkan sebagai
usaha untuk mengenali kesulitan-
kesulitan dan kekurang-an yang
terdapat pada bahan ajar. Pada
dasarnya ada dua jenis revisi
pembelajaran yang perlu diperhi-
tungkan: (a) revisi terhadap
substansi seluruh komponen, dan (b)
revisi terhadap cara-cara atau
prosedur dalam menggunakan bahan
ajar (Dick dan Carey, 1990). Dalam pengembang an ini, revisi produk
pengembang-an paket pembelajaran
dilakukan pada setiap komponen
bahan ajar, yaitu: (a) petunjuk, (b)
tujuan khusus pembelajaran, (c) isi
bahan pembel-ajaran, (d) gambar,
(e) rangkuman, (f) evaluasi formatif,
dan (g) daftar bacaan. Hasil revisi
produk berbentuk bahan ajar yang
siap pakai.
Intrumen Penelitian
Instrumen penelitian untuk
keperluan evaluasi menggunakan angket
berkode: 01 (ahli rancangan pembelajaran);
02 (ahli isi pembe-lajaran), dan 03 (ahli
media). Evaluasi perorangan menggunakan
angket kode 04 diberikan kepada 6 orang
mahasiswa dari tiga kategori prestasi
belajar (tinggi, sedang, dan rendah)
masing-masing dua orang. Evaluasi
kelompok kecil dilakukan menggunakan
angket kode 05 diberikan kepada sembilan orang mahasiswa dari pokjar Kecamatan
Pademawu Pamekasan, dari tiga kategori
prestasi belajar (tinggi, sedang, dan rendah)
masing-masing tiga orang.
Pengembangan Bahan Ajar untuk Peningkakan Kualitas Pembelajaran Program PGSD (M. Harijanto)
223
Sedangkan untuk uji coba lapangan
terbatas terhadap 20 orang mahasiswa
Pokjar Kecamatan Pademawu Pamekasan
menggunakan tes objektif untuk memper-
oleh data pre-test dan post-test. Hasil uji
coba lapangan terbatas ini selanjutnya digunakan sebagai bahan revisi terhadap
keseluruhan bahan ajar sebelum diterapkan
kepada populasi sasaran yang lebih luas.
Selain mahasiswa DII PGSD UT, dalam uji
coba lapangan terbatas ini juga dilibatkan
satu orang tutor matakuliah PKR untuk
memberikan tanggapan tentang bahan ajar
hasil pengembangan. Uji coba lapangan
terbatas menggunakan angket kode 06
untuk pre-test dan untuk post-test kode 07.
Sedangkan untuk tanggapan atau penilaian
tutor matakuliah menggunakan angket kode 08.
Instrument angket kode 01, 02, 03,
04, 05, 06, dan 08 menggunakan skala 1-4.
sedangkan instrumen pre-test dan post-test
kode 07 menggunakan skala 1—100.
Pengolahan dan Analisis Data
Data hasil evaluasi ahli rancangan
pembelajaran, ahli isi pembelajaran, ahli isi
media, uji coba perorangan dan kelompok
kecil menggunakan angket skala 4 diolah berdasarkan kriteria berikut:
1 = Sangat baik/tepat/jelas/sesuai/lo-
gis/memadai/menarik/ termotivasi
2 = Cukup baik/tepat/jelas/sesuai/ lo-
gis/memadai/menarik/ termotivasi
3 = Kurang baik/tepat/jelas/sesuai/ lo-
gis/memadai/menarik/ termotivasi
4 = Tidak baik/tepat/jelas/sesuai/ lo-
gis/memadai/menarik/ termotivasi
Data olahan selanjutnya dianalisis
secara deskriptif persentase menggunakan rumus:
Jlh. Jawaban X bobot
pilihan
Skor =
N X bobot tertinggi
X
100
N = jumlah keseluruhan subyek
Untuk dapat memberikan makna
dan pengambilan keputusan digunakan
kriteria sebagai berikut :
Tabel 1
Tingkat Pencapaian dan Kualifikasi
Tingkat pencapaian
Kualifikasi
90% - 100%
75% - 89%
55% - 74%
< 54%
Sangat baik/tepat/jelas/
sesuai/logis/memadai/
menarik/ termotivasi
Cukup baik/tepat/jelas/
sesuai/logis/memadai/
menarik/ termotivasi
Kurang baik/tepat/jelas/
sesuai/logis/memadai/
menarik/ termotivasi
Tidak baik/tepat/jelas/
sesuai/logis/memadai/
menarik/ termotivasi
Sedangkan skor hasil uji coba
lapangan menggunakan tes objektif diana-lisis dengan melihat perbedaan antara skor
pre-test dan post-test.
Hasil dan Pembahasan
Hasil evaluasi Pakar
Hasil evaluasi ahli rancangan
pembelajaran menunjukkan bahwa keleng-
kapan, kebenaran, dan kualitas rancangan
komponen bahan ajar yang dikembangkan
dinyatakan sangat layak/baik/tepat/jelas/
sesuai/logis/memadai/menarik/memotivasi (90%--100%). Hasil evaluasi ahli isi pem-
belajaran menunjukkan bahwa kelengkap-
an, kebenaran, dan kualitas isi komponen
enam bahan ajar yang dikembangkan juga
dinilai sangat layak/baik/tepat/jelas/sesuai/
logis/memadai/menarik/memotivasi (90%--
100%). Hasil evaluasi ahli media pem-
belajaran juga menunjukkan bahwa ke-
lengkapan, kebenaran, dan kualitas kompo-
nen paket pembelajaran yang dikembang-
kan sebagai media pembelajaran mandiri dinyatakan sangat layak/baik/tepat/jelas/
Didaktika, Vol.2 No.1 Maret 2007: 216-226
224
sesuai/logis/memadai/menarik/memotivasi
(90%--100%).
Hasil evaluasi di atas diperoleh
setelah mendapatkan sejumlah masukan,
kritik dan saran para ahli desain
pembelajaran, ahli isi pembelajaran, ahli media pembelajaran, mahasiswa perorang-
an dan kelompok, terhadap produk awal
pengembangan bahan ajar. Selama pe-
ngembangan produk, revisi dilakukan
sebanyak dua kali dan diperoleh lima ma-
sukan, kritik dan saran para ahli rancangan
pembelajaran, ahli isi pembela-jaran, dan
ahli media pembelajaran. Masukan, kritik
dan saran dalam revisi 1—2 dari para ahli terhadap produk pengembangan bahan ajar
tersebut, dapat dilihat dalam tabel 2
berikut.
Tabel 2
Masukan, Kritik dan Saran Ahli Rancangan Pembelajaran, Ahli Isi dan Media Pembelajaran
terhadap Produk Pengembangan Bahan Ajar
No Komponen
Evaluasi Masukan, Kritik dan Saran
(Revisi Pertama)
1. Petunjuk • Informasi tentang kompetensi sebaiknya dimasukkan ke
dalam TKP.
• Petunjuk sebaiknya diletakkan sebelum TUP.
2. Rangkuman • Agar diberi bentuk penampilan warna dengan ilustrasi
3. Kunci jawaban • Sebaiknya ditempatkan di bagian akhir kegiatan belajar.
• Perlu dilengkapi dengan pernyataan/penjelasan jawaban
benar atau salah
4. Hal-hal lain • Agar lebih menarik, perlu digunakan perpaduan warna
yang serasi.
• Rancangan pembelajaran Dick & Carey dapat digunakan,
tetapi perlu diadaptasi dan dimodifikasi sesuai dengan
kondisi mahasiswa dan lingkungan setempat.
(Revisi Kedua)
5. Hakikat PKR • Perlu adanya perubahan pada arti PKR
Hasil Evaluasi Perorangan dan Kelompok
Kecil
Hasil evaluasi perorangan terha-dap pengetikan, kelengkapan dan ketepatan
kata dan kalimat, penggunaan illustrasi,
keterangan gambar/grafik/tabel/diagram,
penggunaan ejaan, tanda baca dan huruf,
menunjukkan bahwa bahan ajar yang
dikembangkan dinyatakan sangat layak/
baik/tepat/jelas/sesuai/logis/memadai/mena
rik/memotivasi (90%--100%). Demikian
pula hasil evaluasi kelompok kecil me-
nunjukkan bahwa pengetikan, kelengkapan
dan ketepatan kata dan kalimat, pengguna-
an illustrasi, keterangan gambar/grafik/
tabel/diagram, penggunaan ejaan, tanda baca dan huruf, dari bahan ajar yang
dikembangkan sangat layak/baik/tepat/
jelas/sesuai/logis/memadai/menarik/memot
ivasi (90%--100%). Evaluasi dari maha-
siswa perorangan dan kelompok tidak ada
yang menyarankan untuk dilakukan revisi.
Berdasarkan catatan hasil evaluasi
kualitatif para ahli, mahasiswa perorangan
dan kelompok, bahan ajar direvisi/
diperbaiki, dan setelah semua komponen
Pengembangan Bahan Ajar untuk Peningkakan Kualitas Pembelajaran Program PGSD (M. Harijanto)
225
bahan ajar dianggap layak/baik/tepat/
jelas/sesuai/logis/memadai/menarik/memo-
tivasi sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya, terhadap bahan ajar hasil
pengembangan dilakukan uji coba
lapangan terbatas.
Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas
Uji coba lapangan terbatas kepada
20 subyek mahasiswa DII PGSD UT di
Kecamatan Pademawu, diperoleh hasil skor
pre-test dan post-test sebagai berikut:
Tabel 3
Skor Pre-test dan Post-test Hasil Uji Lapangan Terbatas
No.
Res
Skor
Pre-test
Skor
Post-test Selisih
No.
Res
Skor
Pre-test
Skor
Post-test Selisih
1 6 9 +3 11 7 9 +2
2 6 9 +3 12 5 8 +3
3 5 8 +3 13 4 7 +3
4 7 10 +3 14 7 10 +3
5 4 7 +3 15 4 7 +3
6 6 9 +3 16 6 8 +2
7 6 8 +2 17 6 9 +3
8 4 6 +2 18 4 7 +3
9 6 9 +3 19 7 9 +2
10 6 8 +2 20 6 8 +2
Rerata 5,6 8,3 2,7
Rerata 5,6 8,2 2,6
Tabel 2 di atas, menunjukkan
bahwa rata-rata/mean skor pre-test adalah
5.60, dan rata-rata/mean skor post-test
adalah 8.25, atau terjadi peningkatan
sebesar 2.65. Hal ini berarti bahwa
penggunaan produk bahan ajar hasil pengembangan mampu meningkatkan skor
mahasiswa sebesar 26.50%.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan
pengembangan produk bahan ajar
sebagaimana dikemukakan sebelumnya,
disimpulkan:
1. spesifikasi produk bahan ajar yang
dapat digunakan oleh tutor dan tutee
(mahasiswa) DII-PGSD UT sebagai buku panduan atau petunjuk dalam
mempelajari dan menyelesaikan mate-
ri pembelajaran, tugas-tugas tutorial,
dan evaluasi hasil belajar, adalah
bahan ajar yang: (a) dipandang layak/
baik/tepat/jelas/sesuai/logis/memadai/
menarik, baik dari aspek rancangan
dan isinya; (b) berfungsi sebagai
media pembelajaran dalam proses
belajar mandiri mahasiswa DII PGSD UT; serta (c) mampu memotivasi
belajar mandiri mahasiswa.
2. penggunaan produk bahan ajar
menunjukkan peningkatan hasil
belajar mahasiswa, yang ditunjukkan
oleh perbedaan mean skor pre-test dan
post-test 2.65. Hal ini berarti bahwa
penggunaan produk bahan ajar hasil
pengembangan mampu meningkatkan
skor mahasiswa sebesar 26.50%.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan ini, disarankan:
1. penelitian dan pengembangan berupa
bahan ajar menggunakan model Dick
& Carey, dapat dijadikan alternatif
bagi pengembangan bahan ajar untuk
Didaktika, Vol.2 No.1 Maret 2007: 216-226
226
mata kuliah lain pada prodi DII
PGSD UT.
2. produk penelitian dan pengembangan
berupa bahan ajar ini perlu dilakukan
ujicoba lapangan operasional terha-
dap subjek mahasiswa DII PGSD UT yang lebih besar, sebelum digunakan
untuk seluruh mahasiswa DII PGSD
UT. Sehingga peningkatan hasil
belajar semakin besar/tinggi.
Pamekasan, 25-01-07
Daftar Rujukan
AECT. 1986. Educational Technology: A Glossary of Terms. Washington: AECT.
Degeng, I.N.S. 1989. Pengaruh Penstrukturan Isi Teks Ajar dan Strategi Belajar Terhadap Perolehan Belajar Menginat Fakta dan Memahami Konsep. Forum Penelitian Pendidikan, 6, (1), 74-91.
Degeng, I.N.S. 1998. Mencari Pendekatan Baru Pemecahan Masalah Belajar. Kuala Kencana:PT. Threeport Indo-nesia.
Degeng, I.N.S. 1998. Teori Belajar dan Strategi Pembelajaran. Surabaya: Citra Raya.
Degeng, I.N.S. 1999. Rancangan Pem-belajaran. Teori dan Teknik Pembe-lajaran. Malang:Universitas Kristen Cipta Wacana
Degeng, I.NS. 1990. Desain Pembelajaran Teori Ke Terapan.Malang. PPS IKIP Malang.
Dick, W. dan Carey, L.. 1990. The Systematic Design of Instruction: Third Edition. USA: Harper Collins Publishers.
Dimyati, M. 1993. Pandangan Behavioristik Vs Konstruktuvistik: Pemecahan Masalah Belajar di Abad XXI. Malang:PPS IKIP Malang
Joni, R.T. 1984. Pengembangan Paket Belajar. Jakarta: Depdikbud. P2LPTK.
Miarso, Yusuf Hadi. 1987. Penelitian Instruksional PUA Survey Model Pengembangan Instruksional. Jakarta: Depdikbud: Dirjen Dikti.
Muslim, S. 1999. Refleksi Lima Belas Tahun Universitas Terbuka, Antara Harapan, Kendala, dan Tantangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Universitas Terbuka. Surabaya: UPBJJ Surabaya.
Reigeluth. 1992. Instructional Design Strate-gies and Tacties. Educational Techno-logy Publications. New Jersey: Englewood Cliffs.
Seel, B.B. dan Richey, R.C. 1994. In-structional Technology: The Definition and Domain of The Field. Washington: AECT.
Suparman, A. 1991. Desain Instruksional. Jakarta: Depdikbud. Universitas Terbuka.
Tim Pengembangan Model Tutorial. 1999. Makalah Utama Dalam Rapat Koor-dinasi Nasional UT Tahun 1999. Jakarta: Universitas Terbuka.
UT. 1998. Buku Panduan Program Penyetaraan D-II PGSD Pembelajar Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
UT. 2005. Katalog. Jakarta: Universitas Terbuka.