halo internis edisi 22

80
Edisi November 2014

Upload: phamdien

Post on 31-Dec-2016

266 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Halo Internis Edisi 22

Edisi November 2014

Page 2: Halo Internis Edisi 22
Page 3: Halo Internis Edisi 22

SUSUNAN REDAKSI:

Penanggung Jawab:Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,

FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP

*Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV,

FINASIM

*Bidang Materi dan Editing: Dr. Wismandari, SpPD, K-EMD, FINASIM;

Dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD, K-EMD,FINASIM; Dr. Alvin Tagor Harahap, SpPD; Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD; Amril, S SI

*Koresponden:Cabang Jakarta, Cabang Jawa Barat,

Cabang Surabaya, Cabang Yogyakarta,Cabang Sumut, Cabang Semarang, Cabang Padang, Cabang Manado,

Cabang Sumbagsel, Cabang Makassar,Cabang Bali, Cabang Malang,

Cabang Surakarta, Cabang Riau, Cabang Kaltim, Cabang Kalbar,

Cabang Dista Aceh, Cabang Kalselteng,Cabang Sulawesi Tengah, Cabang Banten,

Cabang Bogor, Cabang Purwokerto, Cabang Lampung, Cabang Kupang,

Cabang Jambi, Cabang Kepulauan Riau,Cabang Gorontalo, Cabang Cirebon,

Cabang Maluku, Cabang Tanah Papua,Cabang Maluku Utara, Cabang Bekasi,

Cabang Nusa Tenggara Barat, Cabang Depok,Cabang Bengkulu, Cabang Sulawesi Tenggara

*Sekretariat:sdr. M. Muchtar, sdr. Husni, sdr. M. Yunus,

sdri. Oke Fitia, sdri. Normalita Sari,sdri. Dilla Fitria, sdr. Supandi

*Alamat:PB PAPDI, RUMAH PAPDI,

Jl. Salemba I No.22-D, Kel. Kenari, Kec. Senen, Jakarta Pusat 10430.

Telp: 021-31928025, 31928026, 31928027;Fax Direct: 021-31928028, 31928027;

SMS 085695785909;

Email: [email protected];

Website: www.pbpapdi.org

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 3

SEKAPUR SIRIH

Sejawat nan terhormat,

Dalam waktu hampir bersamaan, dunia kedokteran di Indonesia mengalami duamomentum penting. Yaitu mulai diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional(SJSN) Kesehatan pada awal 2014 dan harmonisasi Asean bidang kesehatan

pada 2015. Reformasi dalam tatanan pelayanan kesehatan ini menerapkan sistempelayanan kesehatan berjenjang. PAPDI sangat mendukung progam JaminanKesehatan Nasional (JKN). Namun dalam pelaksanaan JKN banyak ditemukan kendala.Untuk itu PAPDI selalu mengawal dan mengevaluasi pelaksanaan JKN ini. Pada edisi inikami mengulas hasil temuan Tim Adhoc SJSN PB PAPDI.

Harmonisasi Asean bidang kesehatan telah di depan mata. PAPDI bersama perhim-punan dokter spesialis penyakit dalam negara-negara Asean melalui AFIM telah mela-kukan langkah-langkah menuju harmonisasi Asean bidang kesehatan. Dalam era ini,dokter dituntut selalu meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam treatment dandiagnosis penyakit. PAPDI menaruh perhatian besar terhadap peningkatan profession-alitas internis. Pada edisi ini kami juga menurunkan berita perkembangan AFIM.

Selain itu, redaksi juga mengulas seputar pelaksanaan WCIM 2014 di Seoul, KoreaSelatan. Pada event itu Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP mewakilipanitia WCIM 2016 melaporkan kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah WCIM 2016 dihadapan Executive Committee ISIM. Ada kabar gembira DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD,K-HOM, FINASIM, FACP terpilih sebagai President Elect ISIM 2014-2016.

Pada edisi ini kami mengangkat profil Dr. Chairul Radjab Nasution, SpPD, K-GEH,FINASIM, FACP, M.Kes,sosok unik yang suksesmenyelaraskan tugas pro-fesi dan birokrasi. Sosoklain yang dapat mengins-pirasi sejawat adalahProf. DR. Dr. Nasronudin,SpPD, K-PTI, FINASIM,Prof. Dr. Zubairi Djoer-ban, SpPD, K-HOM,FINASIM dan DR. Dr.Lugyanti S, SpPD, K-HOM, FINASIM.

Dan beberapa beritaseputar kegiatan PBPAPDI dan PAPDI Ca-bang. Demikian sepatahkata dari redaksi.

BIDANGHUMASPUBLIKASIDANPENGABDIANMASYARAKAT

Page 4: Halo Internis Edisi 22

DAFTAR IS I

3 ..........................................SEKAPUR SIRIH

4 ..................................................DAFTAR ISI

6 ..............................................OM INTERNIZ

13 ......................................SOROT UTAMAIDI Tolak Dokter Asing

Halo INTERNIS Edisi November 20144

18 ......................................SOROT UTAMAMEA, IDI dan Kehidupan Berbangsa

7

10

15

20

SOROT UTAMA: Rakernas pengurus PB PAPDI dengan semua Cabang;

PAPDI Lebih Solid dan ProfesionalSOROT UTAMA:

Kemenkes Bentuk Pokja Kesehatan Remaja

KABAR PAPDI: Jelang WCIM 2016 di Bali

Tim Adhoc SJSN PB PAPDI: :Mengawal JKN, Jangan Ada Internis Dirugikan

Page 5: Halo Internis Edisi 22

DAFTAR IS I

33 ................................Konker XIII PB PAPDI Mengawal JKN Menyongsong AEC 2015

35 ..............................PIN PAPDI XII SurabayaPerkuat Kompetensi Hadapi Globalisasi

40 ....Malam Keakraban PIN PAPDI XII Surabaya

42 .............Pengumuman Seleksi FINASIM

48 .....................................World TB Day 2014Internis Dituntut Mampu Menangani Kasus

Advance

52....................Tasyakuran dan Peresmian Rumah PAPDI

54.............................................PAPDI ForumWabah Virus MERS-CoV, Seberapa Bahaya?

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 5

29 56

63

PROFIL: Dr. Chairul Radjab Nasution, SpPD, K-GEH, FINASIM, FACP, M.Kes

Menyelaraskan Tugas Profesi dan Birokrasi SOSOK PAPDI: Prof. Nasronudin, SpPD, K-PTI,FINASIM

Kiprah Internis Memimpin Lembaga RisetKABAR PAPDI

68 ..........OBITUARI: Prof. Dr. RRJ. Sri DjokoMoeljanyo, SpPD, K-EMD

Mengenang Jasa Bapak Tiroid Nasional

71.......................................BERITA CABANG:Aksi PAPDI Peduli Bencana Alam

73 ..........................................JIM DACE 2014 PAPDI Perkuat Dokter Layanan Primer

75.......Pelantikan Pengurus Cabang PAPDI

SOSOK PAPDI: Pameran Fotografi di PIT IPD FKUI

Page 6: Halo Internis Edisi 22

OOMM II

NNTTEERR

NNIIZZ

Halo INTERNIS Edisi November 20146

Page 7: Halo Internis Edisi 22

SOROT UTAMA

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 7

Sabtu dini hari Auditorium Hotel Harrismasih tampak riuh. Silang pendapatpeserta rapat mengiringi pertemuanitu hingga larut malam. Mereka

merupakan delegasi dari 36 cabang PAPDIdan departemen Ilmu Penyakit Dalam darifakultas kedokteran di seluruh Indonesiayang mengikuti “Rakernas PB PAPDI danSemua PAPDI Cabang 2014”, pada 1-2Maret 2013 lalu.

Acara ini adalah rakernas kedua pe-ngurus PB PAPDI periode 2012 – 2015.Pertemuan tahunan PAPDI ini mengagen-dakan berbagai persoalan internal daneksternal PAPDI. Ketua Umum PB PAPDIProf. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACPmengatakan rakernas kali ini memiliki arti

Rakernas PB PAPDI dengan Semua Cabang PAPDI:

Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD,K-KV, FINASIM, FACC, FESC,FAPSIC, FACP.

Menjaga ProfesionalitasPAPDI di Tengah

Era SJSNPAPDI mendukung SJSN, namunimplementasinya tetap memper-hatikan dokter dalam meningkat-

kan profesionalitas, memberiruang untuk meningkatkan kom-petensi sehingga tidak meng-

alami down grade.

Page 8: Halo Internis Edisi 22

SOROT UTAMA

Halo INTERNIS Edisi November 20148

penting bagi PAPDI mengingat saat ini bangsa Indonesia mulaimemasuki reformasi besar dalam tatanan sistem pelayanan kese-hatan nasional. Seperti diketahui, terhitung 1 Januari sistem pe-layanan kesehatan nasional telah memasuki era Sistem JaminanSosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan.

Persoalan SJSN menjadi isu hangat dalam rakernas itu. Meskiperangkat hukum dan operasionalnya telah terbentuk, namunProgram Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada pelaksanaannyaterbentur beragam persoalan. Berbagai kendala dalam pelaksanaanJKN menyeruak di perhelatan ini. Adalah Ketua Tim Adhoc SJSNPAPDI, Dr. Prasetyo Widhi B, SpPD, FINASIM yang menyampaikanhasil temuan tim adhoc SJSN PAPDI mengenai semrawutnya pelak-sanaan JKN yang diperoleh dari investigasi dan laporan para internisdari berbagai tempat pelayanan kesehatan di Indonesia.

Temuan tim adhoc mendapat tanggapan langsung dari institusiterkait. Pada rakernas ini, PAPDI mengundang nara sumber yanglangsung terkait dengan JKN. Mereka adalah DR. Dr. Fachmi Idris,MKes Direktur Utama BPJS, Drg Armansyah, MPPM Kepala BidangKendali Mutu dan Pengembangan Jaringan Pelayanan, PusatPembiayaan dan Jaminan Kesehatan (P2JK) Kementerian Ke-sehatan RI, Dr. Kalsum Komaryani, MPPM Wakil Ketua NationallCasemix Center (NCC) Kementerian Kesehatan RI, dan Dwi EdhieLaksono, SE, MA Kepala Seksi Tarif BLU Ditjen PembinaanPengelolaan Keuangan, Badan Layanan Umum KementerianKeuangan RI.

Di akhir pemaparan, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yangdimoderatori oleh Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally AmanNasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Kesempatan ini diman-faatkan peserta untuk menyampaikan masalah-masalah JKN yangdijumpai di daerahnnya masing-masing.

“Sosialisasi tentang kerja BPJS terus kami lakukan, agar kendala– kendala di lapangan dapat segera diatasi. Untuk itu, saya berteri-makasih kepada Ketum PB PAPDI yang telah mengundang untuk sal-ing berbagai infomasi tentang BPJS,” kata Dr. Fachmi di awal presen-

Prosesi pembukaan Rakernas PB PAPDI dan Semua Cabang PAPDI.

DR. Dr. Fachmi Idris, MKes

Page 9: Halo Internis Edisi 22

SOROT UTAMA

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 9

tasinya.Dr. Fachmi mengakui peliknya persoalan

JKN ini. Menurutnya masalah yang terkaitdengan dokter saat ini adalah berupaketersedian obat dan tarif INA CBGs. Untukitu, ia beserta jajarannya akan bekerja lebihmaksimal untuk membenahinya. “Kamiberusaha keras merespon setiap persoalanyang ada,” tegasnya.

Pada sessi selanjutnya, masing-masingbidang kerja PB PAPDI memaparkan pro-gram kerja yang telah dan akan dilak-sanakan sesuai dengan renstra PB PAPDI.Namun sebelumnya Ketua Umum PBPAPDI, Prof. Dr. dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACPmengawali pemamparan dengan memberiarahan kerja pengurus PB PAPDI 2012-2015.

Berbagai pendapat dilontarkan pesertasetelah semua koordinator bidang PBPAPDI selesai memaparkan prgram ker-janya. Bidang etik dan mediokolegal masihmenjadi perhatian peserta rakernas terkaitkasus sengketa medis dan hubungan den-

gan perhimpunan lain, seperti soal adoles-cent. Perdebatan berlangsung hingga ten-gah malam.

Pada hari kedua, agenda Rakernas PBPAPDI dengan semua Cabang PAPDI diisidengan presentasi dari Ketua Tim AdhocPAPDI yang terdiri dari tim Adhoc : whitepaper, dokter asing, adolescent, SistemJaminan Sosial Nasional (SJSN), dan map-ping need. Pada sessi itu juga dilaporkanpembuatan video EIMED.

Dr. Bambang Setyohadi, SpPD,K-R,FINASIM mengawali presentasi hasil kajiantim adhoc white papper, kemudian dilan-jutkan pemaparan tentang dokter asing olehDR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM,FINASIM, FACP.

Suasana kian menghangat ketika DR.Dr. Arto Yuwono S, SpPD, K-P, FINASIM,FCCP memaparkan kajian adolescent. Soalkesehatan remaja, PAPDI bersama perhim-punan spesialis lain membentuk PokjaBersama Kesehatan Remaja.

Perdebatan bertambah panjang ketikaDr. Prasetyo Widhi B, SpPD, FINASIM

memaparkan hasil temuan tim adhoc SJSN.Umumnya, peserta rakernas mendukungsistem pelayanan kesehatan berdasarkanasuransi nasional itu, namun dalam imple-mentasinya, peserta rakernas membericatatan tetap memperhatikan kepentingandokter dalam mengembangankan profes-sionalitas dokter sehingga tidak sampaimengalami down grade.

Pemaparan tim adhoc diitutup oleh Dr.Edy Rizal Wahyudi, SpPD, K-Ger, FINASIMdengan mempresentasikan mapping need.Di samping itu, juga dijelaskan persiapanPIN XII di Surabaya, KONKER XIII diYogyakarta, KOPAPDI XVI di Bandung, danWorld Congress of Internal Medicine(WCIM) 2016 di Bali-Indonesia.

Rakernas kali ini menghasilkan berbagaiagenda kerja PAPDI yang menutut perhat-ian besar. Hal ini terkait dengan tetap men-jaga dan meningkatkan profesionalitasPAPDI dalam menghadapi era SJSN danmengantisipasi harmonisasi ASEAN bidangkesehatan 2015. (HI)

Foto bersama peserta Rakernas PB PAPDI dan Semua Cabang PAPDI.

Page 10: Halo Internis Edisi 22

SOROT UTAMA

Tim adhoc SJSN PB PAPDI menjadi“selebritis” pada Rakernas PB PAPDIdan Semua Cabang PAPDI di HotelHarris, Maret lalu. Hasil temuan tim ini

menarik perhatian peserta rakenas. Pa-salnya, sejak diberlakukannya JKN, awal Ja-nuari lalu banyak terjadi polemik akibat ber-ubahnya tatanan sistem kesehatan diIndonesia. Dalam penyelenggaraanya yangbelum genap setahun, JKN kerap ditemuisejumlah kendala, seperti rendahnya tariflayanan medis, proses klaim dan lain-lain

Program JKN ini sangat erat dengan pe-ran dokter, termasuk internis. Oleh karenaitu, PB PAPDI menaruh perhatian besar ke-pada JKN. PB PAPDI meletakan programSJSN ini sebagai salah satu agenda utama.Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. IdrusAlwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC,FAPSIC, FACP menaruh perhatian besar pa-da pelaksanaan SJSN. Prof. Idrus memben-tuk Tim Adhoc SJSN untuk mengkaji dan

membahas program pemerintah itu. TimAdhoc yang diketuai Dr. Prasetyo WidhiBuwono, SpPD, FINASIM ini membuat kajiandan memberi masukan kepada IDI terkaitregulasi SJSN yang berhubungan denganlayanan dokter spesialis penyakit dalam.“PAPDI mendukung dan memberi perhatianserius terhadap pelaksanaan SJSN,” ujarProf. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP

Dukungan dan perhatian PAPDI cukupberalasan. Pasalnya, Prof. Idrus mengata-kan, PAPDI merupakan perhimpunan spe-sialis dengan jumlah anggota yang cukupbesar dan tersebar diseluruh pelosok Indo-

nesia. Apalagi, kasus-kasusdi bidang ilmu penyakit da-lam cukup banyak ditemuidisetiap layanan kesehatan.“PAPDI mengawal SJSNagar tidak ada internis yangdirugikan,” ungkapnya.

Prof. Idrus menegaskanagar setiap internis mema-hami regulasi dan aturan-aturan dalam SJSN, teruta-ma tentang Indonesia CaseBased Groups (Ina-CBGs).Sebab pembiayaan jasa me-dis pada pelayanan kese-hatan sekunder dan tersierdiatur dalam Ina CBGs,bukan berdasarkan kapitasiseperti pelayanan kesehat-an primer. “PB PAPDI beren-cana akan memberi pela-tihan atau informasi tentangJKN kepada anggotanya

melalui berbagai forum,” katanya

Peran Tim AdhocSJSN PB PAPDI

Pemerintah mematok 70-80% kasus sele-sai dipelayanan kesehatan primer. Sisanya,dilanjutkan pada layanan sekunder dan ter-sier. Benarkah sistem rujukan yang diterap-kan dalam JKN akan mengurangi penda-patan dokter di layanan kesehatan sekunder,apalagi tersier?

Berikut petikan wawancara dengan KetuaTim Adhoc SJSN PB PAPDI Dr. Prasetyo

Halo INTERNIS Edisi November 201410

Tim Adhoc SJSN PB PAPDI:

Mengawal JKN,Jangan Ada InternisDirugikan

PAPDI mengawalSJSN agar tidak ada

internis yangdirugikan. kasus-kasus

penyakit dalam lebihdiuntungkan dari kasus

lain. Namun potensifraud juga besar

Ketua Umum PB PAPDIProf. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC,FAPSIC, FACP

Page 11: Halo Internis Edisi 22

SOROT UTAMA

Widhi Buwono, SpPD, FINASIM yang jugasalah satu anggota Tim Tarif dan Monev (mo-nitoring dan evaluasi) JKN Kemenkes.

Apa tugas Tim Adhoc SJSN PBPAPDI?

Mengawal JKN dan menginvestigasimasalah-masalah JKN dari beberapa internisdi daerah yang kemudian kita evaluasi, yangakhirnya akan disampaikan ke pihak terkaitagar JKN berjalan lebih baik.

Sejak diberlakukan BPJS bidang kese-hatan atau Jaminan Kesehatan Nasional(JKN) Januari lalu, bagaimana temuanTim Adhoc BPJS PAPDI?

Dari temuan di beberapa daerah ada duahal yang sering ditanyakan internis. Pertama,tentang tarif INA CBGs. Kedua, ketersediaandan jenis obat dalam Fornas.

Soal tarif Ina CBGs berkaitan erat de-ngan internis, bagaimana pendapatan in-ternis di era JKN?

Para internis merasakan adanya kenaik-an pendapatan dibanding sebelum JKN.Umumnya, pendapatan internis denganmenggunakan tarif Ina CBGs, mengalami pe-ningkatan lebih besar dibanding dengan spe-sialis lain bila pengelolaannya transfaran danberkeadilan. Namun dari temuan kami,sementara ini ada beberapa internis yangmerasakan pendapatannya tetap atau stag-nan, tapi tidak ditemukan internis yang meng-alami penurunan.

Kami, Tim Adhoc SJSN PB PAPDI jugamembuat tarif layanan penyakit dalam se-bagai pembanding tarif Ina CBGs. Tarif InaCBGs lebih rendah dibanding tarif versiPAPDI. Karena tarif Ina CBGs dibuat berda-

sarkan paket, sedangkan tarif versi PAPDIberdasarkan fee for services. Pada tarif InaCBGs ada kasus penyakit dalam yang bia-yanya rendah, ada pula yang tinggi. Terjadisubsidi silang, secara keseluruhan tetapmenguntungkan.

Pada Permenkes 59 tentang revisi tarifIna CBGs, tarif kasus penyakit dalam ditu-runkan sementara kasus bedah dinaikan.Terjadi pengalihan dari penyakit dalam kebedah, oleh karena itu revisi tarif Ina CBGstidak terjadi perubahan secara keseluruhan

Mengapa bisa meningkat, bagaimanahitungannya?

Kalau dihitung di atas kertas harusnyameningkat. Misalnya anggaran JKN 40 tril-yun, uang ini akan dipakai semuanya sesuaipersentase yang telah ditetapkan. Selain itu,peningkatan ini juga mesti dilihat dari bebanpekerjaan yang bertambah akibat besar jum-lah pasien.

Kemudian, internis dalam hal ini lebih di-untungkan, dibandingkan spesialis lain. Ka-sus-kasus penyakit dalam paling banyak di-bandingkan kasus lain. Kasus-kasus ini tarif-nya sudah ditentukan Ina CBGs. Ketika kamitanya ke beberapa internis, merekamerasakan adanya kenaikan pendapatan.

Tarif kasus penyakit dalam memang adayang rendah dan ada yang tinggi. Tapi darisemua kasus penyakit dalam bila dihitungakan menguntungkan secara signifikan.

Bagaimana besaran kenaikannya?Peningkatannya ada baik dan ada yang

kurang baik. Persentase layanan medis ter-gantung pihak managemen rumah sakit. Ru-mah sakit yang mematok jasa medis dokter

15-20 persen maka kenaikan pendapatanakan bagus. Sementara bila persentasenyadi bawah 10 persen, maka kenaikannyakurang baik.

Dari temuan tim adhoc, ada rumah sa-kit yang layanan medisnya rendah?

Kami menemukan salah satu rumah sakitdi NTB dan Jawa Tengah dimana pendap-atan internis kurang baik. Hal ini terkait de-ngan kebijakan rumah sakit yang tidak trans-paran dan berkeadilan. Rumah sakit belummelakukan remunerasi atau sistem pemba-gian yang lain.

Bagaimana mengadvokasi internis kerumah sakit seperti itu?

Paling sulit. Bila kita sampaikan Ke Ke-menkes, Kemenkes tidak bisa berbuatbanyak karena Kemenkes kewenangannyatidak sampai rumah sakit kabupaten. Kemen-kes hanya menetapkan pembagian jasapelayanan 30-50 persen sesuai surat ke-putusan Kemenkes no 28. Kemenkes me-nyerahkan ke pihak rumah sakit untuk mem-baginya karena terkait dengan otonomi dae-rah. Bila mencampuri lebih jauh akan dikua-tirkan melanggar otonomi daerah. Sebenar-nya, yang dibutuhkan kawan-kawan adalahkepastian nilai yang didapat dari rumah sakit.Karena ini kewenangan rumah sakit, BPJStidak bisa mencampuri terlalu jauh.

Apakah tarif Ina CBGs tidak mengun-tungkan pihak rumah sakit?

Tarif Ina CBGs ditetapkan dalam Per-menkes 69 tahun 2013 yang kemudian dire-visi menjadi Permenkes 59 tahun 2014.Meski beban tarifnya rendah, rumah sakittetap akan memperoleh keuntungan, karena

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 11

Ketua Tim Adhoc SJSN memaparkan temuannya pada Rakernas PB PAPDI.

Page 12: Halo Internis Edisi 22

SOROT UTAMA

rumah sakit tidak dapat melihat tarif ini kasusper kasus. Rumah sakit mesti melihat pener-apan tarif Ina CBGs secara keseluruhan.Misalnya, bila ada 100 kasus, maka bolehjadi 20 kasus tarifnya rendah, namun 80kasus lain tarifnya cukup, dengan demikianrumah sakit harus melakukan efisiensi danapabila tetap mengalami kerugian makaharus dilakukan subsidi silang.

Sementara rumah sakit tipe A atau Arujukan nasional yang memberi layanan ter-sier, tarifnya lebih tinggi dari tipe B. Hal initerjadi karena sistem JKN menerapkan la-yanan kesehatan berjenjang dimana jumlahpasien pada layanan layan-an tersier akan mengalamipenurunan namun dokteryang memberi layanan tersi-er tetap mengalami pe-ningkatan pendapatan.

Untuk pendapatan dokterdi layanan tersier, kami sela-lu memberi masukan ke Ke-menkes. Nantinya, jumlahpasien di layanan tersierakan mengalami pertambah-an, mengingat peserta JKNbaru 130 juta, masih ada100 juta yang belum menjadipeserta JKN.

Menurut data Kemenkes,setelah tiga bulan diseleng-garakannya JKN ada sekitar71,8 persen rumah sakit diIndonesia mendapat kenaik-an keuntungan 20-30persen. Sementara sisanya,rumah sakit tersebut belummendapat keuntungan kare-na data ini baru per tiga bu-lan yang kemungkinan klaimnya belum ter-bayarkan atau ada masalah teknis dalamproses klaimnya.

Memang tidak semua rumah sakit belummemperoleh keuntungan. Sementara ada ru-mah sakit yang masih dirugikan. Hal ini terja-di karena rumah sakit tersebut tidak tidak me-lakukan efisiensi seperti penggunaan obat,barang habis pakai dan lain-lain. Serta efi-siensi dalam lama perawatan. Pasien yanglama perawatannya akan menjadi beban ru-mah sakit, jadi semestinya perawatan pasienharus sesuai dengan clinical pathway-nya

Prinsipnya, dalam penerapan tarif InaCBGs keuntungan dapat diperoleh bila ru-

mah sakit melakukan penghematan dan efi-siensi. Misalnya, rumah sakit memilih meng-gunakan obat-obat generik yang tersediadalam Fornas.

Diketahui KPK bekerjasama denganBPJS mengantisipasi pihak-pihak yangmelakukan fraud?

Sampai saat ini belum ada perkara kecu-rangan yang sampai ke KPK. Tim Monev Ke-menkes telah mengantongi nama-nama ru-mah sakit yang terindikasi melakukan fraud.Dan telah masuk dalam daftar bimbinganteknis (bimtek) Kemenkes.

Apalagi saat rumah sakit di kabupaten

kerap dijadikan alat pendapatan daerah de-ngan cara-cara tertentu. Untuk itu, kamimenghimbau jangan sampai ada pihak ru-mah sakit yang melakukan fraud seperti me-rekayasa coding untuk menaikan klaim.

Oleh karena itu, kami mendorong rumahsakit menjadi BLU karena bisa mengelolakeuangan sendiri. Bila masih non BLU makakeuangan yang didapat menjadi jadi kasdaerah. Nah kalau masuk kas daerah,keluarnya sulit.

Kasus-kasus apa yang rentan direka-yasa?

Dari data SJSN, kasus-kasus penyakitdalam lebih berpotensi untuk dimanipulasi.

Dari tujuh fraud yang pernah terjadi, ada limadiantaranya merupakan kasus penyakitdalam. Meski pendapatan dokter spesialispenyakit dalam lebih baik dibanding spesialislain, namun celah-celah untuk melakukanfraud juga lebih besar.

Misalnya, kasus diarrhea biayanya di atas4 juta, namun bila dituliskan hypovolemicshock yang merupakan bagian dari ta-talaksana diarrhea, maka terjadi peningkatanklaim, yaitu sebesar lebih dari 7 juta.

Untuk itu apa saran tim adhoc?Kami menghimbau para internis selalu

berpegangan pada clinical pathway. Perlu di-ketahui, fraud itu sebenarnya lebih meng-untungkan managemen rumah sakit bukandokternya. Jasa medis dokter yang diperolehmerupakan hak dokter dalam memberipelayanan kesehatan.

Bagaimana dengan obat untuk kasus-kasus penyakit dalam?

Masalah ketersediaan dan jenis obat men-jadi perhatian kami. Ada obat-obat ketikadiperlukan tapi tidak tersedia. Dan item obattertentu yang juga kompetensi internis namuntidak dapat digunakan oleh internis. Ada seki-tar 20 item yang kita perjuangkan agar inter-nis juga bisa meresepkan. Kita melampirkanguideline dan bukti-bukti meta analisis untukmeyakinkan kalau obat tersebut memang di-butuhkan internis. Misalnya Aprazolam yangbiasa diresepkan psikiatrik, sebenarnya inter-nis juga punya kompetensi meresepkan obattersebut. Ini sudah direspon Kemenkes, inter-nis sudah boleh meresepkannya meski barulama pemberian 7 hari.

Terakhir, sebagai salah satu Tim Tarifdan Monev Kemenkes, bagaimana perandokter?

Tim adhoc dari PAPDI bersama IDI mem-beri masukan ke National Casemix Centeratau saat ini namanya Tim Tarif Kemenkes.Saat ini selain melibatkan BPJS, tim ini jugamerekrut perwakilan organisasi profesi IDI.Saat ini, ada tiga profesional medis yang ter-libat dalam tim ini, yaitu Dr. Gatot Soetomo,MPH yang mewakili dokter layanan primer,Dr. Nazar SpB yang mewakili perhimpunanspesialis dengan tindakan bedah, dan sayasendiri yang mewakili perhimpunan spesialistindakan non bedah.

Ini keuntungan PAPDI, saya dapat berbu-at lebih banyak lagi untuk organisasi yangkita cintai, masukan dari kawan-kawan ten-tunya dapat lebih mudah tersalurkan.

Halo INTERNIS Edisi November 201412

Dr. Prasetyo Widhi Buwono, SpPD, FINASIM, Ketua tim adhoc SJSN PB PAPDI.

Page 13: Halo Internis Edisi 22

SOROT UTAMA

AFTA 2015 telah di depan mata. Li-beralisasi sektor tenaga kesehatan,diatur dalam MRA (Mutual Recogni-tion Agreement). Diharapkan ham-

batan national treatment dan market accesssudah hilang pada tahun 2015. Artinya, dok-ter asing diberlakukan sama dengan dokterlokal dan juga bebas melamar praktik didaerah-daerah tertentu.

Kendati telah diatur dalam MRA, kehadi-ran dokter asing belum memiliki tempat disetiap negara ASEAN. Mereka memben-tenginya dengan berbagai cara. Misalnya,Thailand mematok dokter asing harus fasihberbahasa dan menulis dalam bahasa Thai.Sementara di Filipina, UU Dasar negaramelarang dokter asing praktik di Filipina.Adapun negara lainnya seperti Laos, Viet-nam dan Kamboja belum memiliki regulasi

yang ditentukan negaranya. Dan di Singa-pura dokter asing dipatok dengan standaryang tinggi. Sementara Indonesia dapatdikatakan lebih liberal dari negara lainnya.Regulasi domestik yang berlaku di Indone-sia dianggap lebih longgar

Di sisi lain, Indonesia adalah marketmenggiurkan. Jumlah penduduk yang besardan longgarnya regulasi menarik minat dok-ter asing praktik di Indonesia. Saat ini, dite-ngarai beberapa dokter asing dari India, Pa-

kistan, Bangladesh, Filipina, Singapura,dan Australia sudah bersiap-siap ingin keIndonesia. Bahkan, konon, di antara merekasudah ada yang mendaftar ke KementerianKesehatan RI.

Sementara, perhimpunan profesi kedok-teran PB PAPDI memiliki pandangan lainterhadap dokter asing. Untuk mengantisipa-si liberalisasi tenaga kesehatan 2015 ini,Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. IdrusAlwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC,

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 13

IDI Tolak PraktikDokter Asing

Indonesia adalah market menggiurkan. Jumlahpenduduk yang besar dan longgarnya regulasimenarik minat dokter asing praktik di Indonesia.

Ketua Tim Adhoc Dokter Asing memaparkan temuannya pada Rakernas PB PAPDI.

Page 14: Halo Internis Edisi 22

SOROT UTAMA

FAPSIC, FACP membentuk Tim Adhoc ten-tang dokter asing. Tim yang diketahui DR.Dr. Aru W. Sudoyo SpPD, K-HOM,FINASIM, FACP ini bekerja bersama-samaIDI dan organisasi profesi kedokteran lainmembuat kajian liberalisasi dokter asing se-cara luas yang nantinya menjadi masukanbuat organisasi profesi masing-masing. “Si-kap PAPDI terhadap dokter asing mengikutiIDI dan Kemenkes, ” kata Prof. Idrus.

Hal serupa disampaikan Dr. Aru. Ia men-gatakan sikap PAPDI tidak berbeda denganIDI. Induk organisasi kedokteran di Indone-sia ini memilih sikap “menolak” dokter asingyang bekerja melakukan praktik mandiri diIndonesia. “Ini merupakan polical statementIDI, meski sebenarnya kami paham bahwaliberalisasi tenaga kedokteran tak bisa di-hindari. Kita punya sikap terhadap kepen-tingan bangsa ini,” ujar Dr. Aru.

Sedangkan, Ketua Umum Ikatan DokterIndonesia (IDI) Dr. Zainal Abidin, M.Kes me-ngatakan IDI “menolak” dokter asing praktikdi Indonesia. Dokter asing boleh masukIndonesia sebagai alih teknologi atas un-dangan pemerintah atau organisasi kedok-teran. Dr. Zainal menambahkan IDI sang-gup memberi pelayanan kesehatan kepadamasyarakat Indonesia. Dokter Indonesiamemiliki kemampuan dan skill yang tak ka-lah dari dokter asing, tapi kami hanya tidakdidukung oleh dana yang kuat.

Lebih jauh, perihal sikap IDI yang berse-berangan dengan pemerintah disebabkan

beda pandangan. Dr. Zainal mengatakansecara prinsip bahwa tidak semua sektordapat diliberalisasi. Ada sektor-sektor yangtidak boleh diperdagangkan yang mesti di-kelola oleh anak bangsa, seperti sektor per-tahanan, pendidikan, kesehatan dan hu-kum. “Kita tidak setuju bila kesehatan di-perdagangkan, ini menyangkut masa depansuatu bangsa,” tegasnya.

Hasil Mukernas IDI Oktober 2014 lalu diMataram menegaskan bahwa jasa praktikdokter mesti diproteksi karena menyangkutmasalah ketahanan negara. Dengan demi-kian, jasa kesehatan bukan sektor bisnis dantidak seharusnya diperdagangkan. “Liberal-isasi sektor jasa kesehatan maupun kedok-teran menekankan pentingnya negara ikutterlibat karena jasa kesehatan adalah sektorvital terkait ketahanan negara,” jelasnya

Sikap “hitam-putih” IDI disayangkan StafAhli Kementerian Kesehatan RI Bidang Tek-nologi Kesehatan dan Globalisasi Prof. DR.Dr. Agus Purwadianto, SpF, SH, MSi, DFM.Menurutnya, dokter lokal tidak semestinyaantipati terhadap dokter asing. Praktik dok-ter asing punya market sendiri dan tidak ma-suk dalam layanan kesehatan publik. “Mas-yarakat kita sudah pintar, sudah tahu ke-mana mereka berobat,” katanya

Namun liberalisasi bidang kesehatan ti-dak semudah membalikkan telapak tangan.Prof. Agus Purwadianto mengatakan hinggakini harmonisasi ASEAN bidang kesehatantelah memasuki tahap penjajakan dari sisi

bisnis kesehatan seperti mendirikan rumahsakit, klinik, alat kesehatan, dan pembahas-an soal penyamaan kurikulum pendidikan ke-dokteran.

Sedangkan perihal masuknya dokterasing, tambah Prof. Agus, masih diwarnaibanyak perdebatan, belum ada kata sepakatdi antara anggota ASEAN. “Negara-negaraASEAN terkesan menutup dokter asing ke-negaranya. Untuk itu mereka belum sepakatsoal dokter asing tahun 2015. Yang menjadikendala adalah tentang patient safety, kom-petensi yang berbeda, bahasa dan budaya.ini persoalan sangat krusial,” katanya

Soal praktik dokter asing, tambahnya, ti-dak perlu tergesa-gesa, karena butuh waktuyang lama untuk mendapatkan titik temu-nya. Di belahan dunia lain seperti Eropa bu-tuh 15 sampai 20 tahun untuk membahaspraktik dokter asing. Dalam hal masuknyadokter asing, kata Dr. Aru, hendaknya regu-lator domestik di Indonesia mematok syarat-syarat yang ketat terhadap dokter asing.

Kendati demikian, masuknya dokterasing tak bisa terelakkan di era globalisasiini. Oleh karenanya, menurut Dr. Aru, untukmenjawab tantangan globalisasi ini stake-holder kesehatan, baik pemerintah maupuninstansi kesehatan lainnya bersama-samameningkatkan mutu pelayanan kesehatandan memperbanyak jumlah dokter. “Ini akanmengembalikan kepercayaan masyarakat,dan kita akan menjadi tuan rumah di negerisendiri,” ungkapnya. (HI)

Halo INTERNIS Edisi November 201414

Dr. Zainal Abidin, MKes, Ketua Umum PB IDI. Prof. Agus Purwadianto, Staf Ahli Kemenkes.

Page 15: Halo Internis Edisi 22

SOROT UTAMA

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 15

Secara de facto banyak kasus remaja dirawatoleh dokter penyakit dalam. Secara medis sulitmembuat batas tegas yang memisahkan antaraanak dan dewasa. Kesehatan remaja meru-pakan kompetensi banyak disiplin ilmu, terma-suk ilmu penyakit dalam. PAPDI sudahsemestinya membekali para internis dengankompetensi kedokteran remaja.

“Menyelesaikan masalah hen-daknya secara dewasa”. Pa-meo itu akrab terdengar di te-linga kita, tak terkecuali Pe-

ngurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia(PP IDAI). Soal kesehatan remaja, IDAI cu-kup paham kalimat bijak tersebut. Pasalnya,menanggapi polemik kesehatan remajaIDAI belakangan ini sikapnya “melunak”.Mereka berkompromi dengan PengurusBesar Perhimpunan Dokter Spesialis Pe-nyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) soallayanan kesehatan remaja.

“Telah terjadi pertemuan antara PAPDI,IDAI, dan Perhimpunan Dokter SpesialisKedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) mem-bahas soal layanan kesehatan remaja atasundangan Kemenkes RI. Kemenkesmenyetujui untuk membentuk PokjaKesehatan Remaja yang dikelola bersamaPAPDI, IDAI, POGI dan PDSKJI. DirjenBUK Kemenkes menjanjikan penanganankesehatan remaja akan ditambahkan dalamPeraturan Menteri Kesehatan,” kata KetuaUmum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi,SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAP-SIC, FACP yang hadir pertemuan tersebutbersama DR. Dr. Imam Subekti, SpPD, K-EMD, FINASIM.

Prof. Idrus menambahkan beberapasejawat spesialis anak menginginkan ada-nya penanganan bersama tentang kesehat-an remaja. Walaupun undang-undang me-nerapkan batas usia anak sampai 18 tahun,namun sebagian besar kasus kesehatanremaja secara de facto banyak dirawat olehdokter penyakit dalam.

Kedokteran Remaja:

Kemenkes Bentuk POKJAKESEHATAN REMAJA

DR. Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP

Page 16: Halo Internis Edisi 22

SOROT UTAMA

Halo INTERNIS Edisi November 201416

Ketika LayananKesehatan diaturUndang-Undang

Kisruh polemik soal kesehatan remajaberawal dari surat PP IDAI ke Kemenkes RI.Lewat surat bernomor 704/PP IDAI/III/2013itu, Pengurus Pusat Ikatan Dokter AnakIndonesia (PP IDAI) meminta Kemenkes un-tuk menetapkan semua pusat layanan kese-hatan di Indonesia memberikan layanan ke-sehatan anak setiap individu hingga ber-umur 18 tahun. Dan membuka klinik remajauntuk memberikan pelayanan kesehatankepada remaja yang dilayani oleh dokterspesialis anak bersama dengan profesi lainyang terkait. Kini, usulan perhimpunan yangmemayungi dokter spesialis anak itu masihdalam pembahasan pihak Kemenkes RI.

Tampaknya, IDAI berupaya “menjagapasien” layanan kesehatan anak berdasar-kan usia. IDAI mematok hingga 18 tahunmasih dilayani oleh pediatrik. lantas, apadasar 18 tahun? Dr. Yana Akhmad Supriat-na, SpPD, K-P dari PAPDI cabang Jawa Ba-

rat mengatakan tidak ditemukan penelitianyang shohih mengenai batasan usia 18 ta-hun. “ Penetapan 18 tahun tidak evidencebase” ungkapnya.

Padahal, Dr. Yana mengatakan kerap ke-banjiran pasien paru yang berusia di bawah18 tahun. Ia mengakui pasien tersebut sela-ma ini baik-baik saja. Hal serupa juga diakuiSekretaris PAPDI cabang Makassar Dr. Fa-ridin Pango, SpPD, K-R, FINASIM. Ia me-ngatakan internis tak sedikit yang menanganipasien berusia 15 – 18 tahun. Hal ini, menu-rutnya, terjadi karena untuk kasus-kasus ter-tentu seperti lupus, yang tidak terdapat dibagian ilmu kesehatan anak (IKA) makaditangani oleh internis. Kebanyakan yang ter-jadi karena permintaan pasien sendiri me-ngingat pada usia tersebut mereka merasasudah dewasa. “Pasien berusia 14–18 tahunseringkali merasa tidak pantas lagi diperla-kukan seperti anak-anak, sebagian lebih me-milih ditangani internis. Atau mereka dengantinggi badan layaknya orang dewasa, tidakmemungkinkan ditempatkan di ruang rawatanak. Kemudian bagaimana orang tua yangmemiliki anak pada usia 17 tahun, apakah

ibu dan anaknya akan sama-sama ditem-patkan di ruang rawat anak?” tanya KetuaDivisi Reumatologi RS Dr. Wahidin Sudi-rohusodo - FK Unhas, Makassar itu.

Dr. Faridin juga menyayangkan pihakdepartemen ilmu kesehatan anak (IKA) dibeberapa rumah sakit, termasuk RumahSakit Dr. Wahidin Sudirohusodo tempat iabekerja, yang menindaklanjuti usulan PPIDAI ke komite medis sebelum ada ketetap-an dari Kemenkes RI. Pasalnya, bila keten-tuan pasien anak hingga 18 tahun ditetap-kan, maka pihak rumah sakit memerlukanberbagai persiapan seperti renovasi ruangrawat anak serta peralatan medis penun-jang lainnya. Pada prakteknya, dapat me-nimbulkan “gejolak” di pusat layanan kese-hatan.

DR. Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP anggota tim AdhocAdolescent PB PAPDI membenarkan pen-dapat para koleganya. Hasil kajian TimAdhoc Adolescent PB PAPDI, kata Dr. Artobegitu biasa disapa, penetapan batas usia18 tahun seperti yang diusulkan PP IDAIberpotensi mengundang beragam masalah.

Dr. Yana Akhmad Supriatna, SpPD, K-P Dr. Faridin Pango, SpPD, K-R, FINASIM

Page 17: Halo Internis Edisi 22

SOROT UTAMA

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 17

Di antaranya, bagi petugas kesehatan sa-ngat rawan masuk ke ranah hukum bila ke-lak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan se-perti tuntutan hukum, rumah sakit mesti me-lakukan perubahan infrastruktur yang men-dasar yang dipastikan banyak mengeluar-kan biaya dan waktu, kebingungan karenapasien dengan kategori remaja tidak berke-nan diperlakukan sebagai pasien anak-anakmengingat postur tubuh sudah layaknyaorang dewasa. ”Secara medis sulit mem-buat batas tegas yang memisahkan antaraanak dan dewasa. Remaja berusia 18 tahunkurang 2 hari dengan yang berusia 18 tahunlebih 2 hari organ tubuhnya tidak berbeda “jelas Ketua PAPDI Cabang Jawa Barat inisaat Rakernas PB PAPDI dan SeluruhPAPDI Cabang, di Hotel Haris, Jakarta awalMaret 2014 lalu.

Kendati demikian, angka 18 tahun yangdiusulkan PP IDAI memiliki dasar konstitusiyang kuat. Dalam suratnya, IDAI memakaipayung Undang-Undang Kesehatan Nomor36 tahun 2009 pasal 131 yang menjelaskanbahwa upaya pemeliharaan kesehatananak dilakukan sejak anak masih dalamkandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan,dan sampai berusia 18 tahun. Dan Undang-Undang Nomor 23 tentang PerlindunganAnak yang menjelaskan batas usia anakhingga 18 tahun.

Ternyata, kedua undang-undang terse-but tidak berdiri sendiri. Regulasi yang ber-kaitan dengan anak-anak, seperti UU KPAI,UU Ketenagakerjaan, UU Partai Politik danlain-lain mematok batas usia anak dan de-wasa pada 17 – 18 tahun. “Hampir semuaundang-undang yang berlaku menetapkanbatas usia anak-anak sekitar 18 tahun. Ti-dak ditemukan satu undang-undang punyang menetapkan batas usia anak hingga14 tahun,” kata konsultan paru Rumah SakitHasan Sadikin Bandung ini.

Kondisi ini tidak lantas membuat timAdhoc Adolescent PAPDI pasrah. MenurutKetua tim Adhoc Adolescent PAPDI DR. Dr.Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM,FACP, mengatakan pihaknya telah membu-at kajian dan hasilnya disampaikan ke Ke-menkes bagaimana kondisi dan peran inter-nis dalam layanan kesehatan anak. “Di ma-syarakat ada kelompok remaja yang meng-inginkan kesehatannya ditangani internis,”kata Dr. Aru.

Kelompok usia remaja merupakan inter-

seksi antara usia anak dan dewasa. Batasanusia remaja yang ditetapkan cukup beragam.Kementerian Kesehatan RI tahun 2006menyatakan batasan usia remaja 12 – 19 ta-hun. WHO mendefinisikan remaja adalahmanusia muda yang berusia antara 10-19tahun yang biasa dianggap sebagai kelom-pok sehat. Meskipun demikian banyak rema-ja yang meningggal dini karena kecelakaan,bunuh diri, kekerasan, komplikasi terkaitkehamilan, dan penyakit lain yyang sebetul-nya bisa dicegah atau diobati, serta banyaklagi yang menderita penyakit kronis dankecacatan.Selain itu, banyak penyakit seriusdi masa dewasa nantinya yang berakar darimasa remaja. Para pemakai tembakau, STD,HIV, asma narkoba, kebiasaan buruk dalampola makan dan gaya hidup yang tidak sehatketika remaja, dapat menyebabkan penyakitdan kematiann dini pada masa dewasa nanti.

PAPDI akan bermain pada kesehatanremaja. Di sini akan segera dibentuk pokjakesehatan remaja antara PAPDI dan IDAI. “Delegasi IDAI telah berkunjung ke PAPDImembicarakan soal kesehatan remaja.PAPDI mesti menyiapkan materi ajar ado-lescent,” kata Penasehat PB PAPDI itu.

Di Amerika Serikat, kesehatan remajaditangani oleh ahli kedokteran remaja yang

kompetensinya dikeluarkan subspesialiskedokteran remaja. Subspesialis kedokter-an remaja dimiliki oleh beberapa spesialis,seperti IPD, IKA, dan Psikiatrik. Sertifikatkedokteran remaja diterbitkan bersama olehspesialisasi tersebut. Tes kompetensi dilak-sanakan bersama oleh spesialisasi tersebutdengan waktu dan tempat yang sama.

Sedangkan ABIM punya standar sendiritentang kedokteran remaja. seorang yangberminat untuk mengambil subspesialisasikedokteran remaja harus memiliki sertifikatilmu penyakit dalam dan melalui masa train-ing selama sekitar 24 bulan. Di Amerika Se-rikat, kedokteran remaja memiliki perhim-punan profesi, yaitu SAHM (Society ofAdolescent Health and Medicine). Dan ter-dapat jurnal kedokteran remaja yang berna-ma “Journal of Adolescent Health”.

Merujuk dari negara-negara maju, kese-hatan remaja merupakan kompetensi ba-nyak disiplin ilmu, termasuk ilmu penyakitdalam. Bukan dominasi satu disiplin ilmuyang didasari usia. Karenanya, batasanusia remaja dengan kondisi objektif pasienkerap tidak seiring sejalan. Masalah medissejatinya mengedepankan kompetensi danetika, bukan semata-mata dipagari oleh hu-kum yang cenderung kaku. (HI)

DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP.

Page 18: Halo Internis Edisi 22

SOROT UTAMA

Halo INTERNIS Edisi November 201418

IDI, sebagai wakil profesi dokter menolakpraktik dokter asing, benarkah? Apaalasannya? Kalau menolak apakah ber-arti IDI tidak mendukung pemerintah?

Dan, apakah tidak takut terkucilkan ditata-nan regional? Dua (dari sepuluh) pertanya-an Hallo Internis itu cukup membuat sayamerenung. Disini tersirat pemahaman yangberbahaya. Stigma “xenophobia”, anti asingseakan melekat di wajah IDI. Sungguh inimempersulit IDI dalam menyatakan pemiki-rannya didalam maupun di luar negeri. Me-ngapa? IDI tidak legitimate lagi menyam-paikan pemikiran analitiknya sebab semuaargumentasi IDI seakan lahir dari rasa keti-dak sukaan terhadap asing.

Pertanyaan kedua juga cukup menyulit-kan: Tidak mendukung pemerintah danakan dikucilkan di tatanan regional. State-ment ini menaruh IDI pada posisi berhadap-an diametrikal dengan kebijakan pemerintahdan tatanan global. Sulit kita membangundialog yang jernih bila diawali dengan per-bedaan pemahaman yang tajam. Benar,masyarakat amat mudah terjebak padaanggapan bahwa seakan orientasi kebi-jakan IDI selalu berpihak pada kepentingan(profesi) dokter Indonesia. Sebuah perta-nyaan “miris”: Benarkah pikiran dan perasa-an dokter (sebagai satu profesi mulia) ber-henti hanya sebatas kepentingan kerja pro-fesinya saja? Tidak ada tersisakah tempat dilubuk hati kita untuk merasakan persoalanbesar bangsanya?

Bangsa kita sendirilah yang akan mem-bangun bangsa ini menjadi kuat dan mak-mur, bukan bangsa lain. Begitu kata LeeKuan Yew di buku Hard Truths “we have noneighbors who want to help us prosper”.Bisakah menyebut pemahaman Lee KuanYew itu sebagai xenophobia atau nasional-isme sempit? Lantas, mengapa kita tidak

boleh berpemahaman sama? Semua iniadalah hal paling essential yang harus kitapahami sebelum memulai membahas telaahdibawah ini

Benar, dipasal 6d, AD-ART IDI tertera:IDI memperjuangkan kepentingan dan ke-dudukan dokter di Indonesia sesuai harkatdan martabatnya. Tetapi bila kita mencer-mati AD-ART IDI secara menyeluruh, jelassejatinya IDI dilahirkan untuk hal yang lebihbesar, membangun bangsanya. IDI adalahwadah dokter berbangsa Indonesia untukmelaksanakan kewajiban luhurnya terhadapbangsanya. Jelas tertera dipasal 5: berke-wajiban IDI meningkatkan derajat kesehat-an rakyat menuju masyarakat sehat sejah-tera. Semangat ini sejalan dengan amanatUUD 45 pasal 28 H: kesehatan adalah hakrakyat yang dilindungi Negara.

Dalam pelayanan kesehatan, begitubanyak pemangku kepentingan yang hadir,ikut bermain. Jelas mereka membawa ke-pentingan masing-masing, akibatnya arahlayanan kesehatan sangat rentan untuk di-selewengkan. Di sini fungsi pemerintah ha-rus jelas, sebagai regulator (pemegang ko-mando) yang mengawal arah layanan kese-hatan agar berjalan sesuai dengan cita-citabangsa. Yaitu membawa rakyat bangsa inikuat dan negeri yang makmur. Untuk itu, IDIbermitra menjalankan program pemerintah(sesuai dengan pasal 9e). Namun apa yangterjadi selama ini?

Pembangunan kesehatan selama 69 ta-hun kemerdekaan negeri ini jauh dari ha-rapan dan tertinggal jauh dibandingkannegeri jiran: Human Development Index (HDI) Indo-

nesia selalu berada di level bawah. Jauhdibawah negara-negara ASEAN lain.

Sistem kesehatan belum juga tertata de-ngan baik. Kuantitas dan kualitas la-

MEA, IDI danKehidupan Berbangsa

Ario Djatmiko*

Page 19: Halo Internis Edisi 22

SOROT UTAMA

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 19

yanan kesehatan belum merata, mayori-tas mash jauh dibawah standard. Dayabeli dan aksesibilitas rakyat ke saranakesehatan tidak memadai. Sektor pre-ventif belum pernah digarap denganbenar.

Pemerintah belum menaruh pembangu-nan kesehatan sebagai prioritas kegiat-an berbangsa. Ini tercermin dari alokasibiaya yang begitu rendah dan kesung-guhan pemerintah dalam menata sistemkesehatan

Jarak ketertinggalan teknologi kedokter-an Indonesia dibandingkan Negara te-tangga amat jauh dan kian jauh saja dariwaktu kewaktu.

Sir Michael Marcot (WHO) memberi per-umpamaan yang tepat: Sistem kesehatanadalah vehicle (kendaraan) bagi setiapbangsa menuju ke masa depan. Artinyakendaraan (milik) kita harus sehat dan se-penuhnya dapat dikendalikan oleh Negaraagar seluruh rakyat dapat sampai ke tujuan.Kendaraan adalah: sistem dan sub sistemkesehatan yang bekerja intergrated, denganmengemban visi-misi: demi kepentinganmasa depan rakyat Indonesia. Jelas, kenda-raan ini adalah tumpuan harapan seluruhrakyat negeri ini untuk survive dan menda-pat tempat terhormat di mata dunia. Tidakmungkin rakyat Indonesia akan sampai pa-da tujuan berbangsa dengan menggunakankendaraan asing yang bukan miliknya dantidak sepenuhnya dapat dikendalikan olehnegara.

Membaca 4 poin di atas, jelas bahwaada masalah serius di ”kendaraan” kita. Di-perlukan langkah yang cepat dan tepatuntuk memperbaiki vehicle kita agar bangsakita segera bangkit dan dapat menatap kedepan sebagai bangsa yang unggul. Tapi,dalam situasi seperti ini, disaat vehicle(hard, soft and brain ware sistem kese-hatan) kita amat rapuh penuh denganmasalah, kita justru tidak serius memperbai-ki. Tetapi sebaliknya mengundang masuk-nya vehicle (investasi dan pekerja medik)asing ke negeri ini. IDI melihat kebijakan inijelas salah arah dan menyimpang jauh daritujuan bernegara. Coba kita bertanya,bisakah kita berharap vehicle asing akanmembangun seluruh manusia Indonesiadan membawa kemakmuran di negeri ini?Jawaban Lee Kuan Yew benar, “we have no

neighbors who want to help us prosper”. Kehadiran MEA, akan merubah banyak

hal secara fundamental. Profit motive yanghadir di dunia kesehatan akan membawamasalah serius. Pembangunan kesehatanbangsa akan berjalan semu, gap terus me-lebar, bagian terbesar dari bangsa ini akantersingkir dan bahaya chaos menunggu. Ke-kuatan yang tidak imbang di bidang tekno-logi medik akan membuat tersingkirnya pe-kerja medik lokal dinegeri ini. Ujungnya, ke-daulatan bangsa di bidang kesehatan akanhilang. Ketergantungan teknologi medikbangsa ini pada penyedia asing sungguhakan melemahkan ketahanan nasional In-donesia.

Sesuai dengan Mukadimah AD-ART, IDIwajib memberi advocacy demi kepentinganbangsa Indonesia. Untuk itu, IDI memberipandangan: Posisi pemerintah sebagai regulator ha-

rus powerful dalam memimpin pemba-ngunan kesehatan bangsanya.

Empat (4) bidang strategis: Keamanan,Hukum, Kesehatan dan Pendidikan ada-lah hal yang langsung menyangkut ke-daulatan dan masa depan Negara. Olehkarena itu keempat bidang tersebut tidakboleh dikendalikan oleh asing.

Pembangunan keempat bidang itu harusmendapat prioritas utama dan harus se-penuhnya dilakukan oleh bangsa sendiri.

Menyerahkan pembangunan kesehatanbangsa pada mekanisme pasar (profitmotive) adalah kebijakan yang sangatkeliru dan bertentangan dengan undang-undang.

Kemandirian teknologi (Medik) adalah

bentuk kedaulatan Negara di bidang me-dik. Saat ini jelas, ketertinggalan Tekno-logi Medik di Indonesia merupakan si-tuasi yang amat serius. Untuk itu peme-rintah harus segera melakukan upaya“Short Cut Program” untuk meningkat-kan teknologi medik (membangun hard,soft dan brain ware teknologi medik) danmelakukan pemerataan teknologi diIndonesia.

JKN adalah wadah yang tepat untuk me-mulai pembangunan manusia Indonesia.Namun harus dikerjakan dengan –sung-guh sungguh, melibatkan semua elemendan dengan spirit membangun manusiaseutuhnya-. Integrated, komprehensifdan membawa manfaat bagi semuapemangku kepentingan. Bukan sekedarreaktif dan populis saja tanpa disainyang baik dan persiapan yang matang.

IDI akan sungguh-sungguh menjagaanggotanya agar menjadi pejuang kese-hatan bangsanya.

IDI bukan pengambil kebijakan Negara.Advocacy hanya sebatas saran yang diberi-kan semata-mata demi masa depan bangsaIndonesia. Anggota IDI selalu menjadi yangterdepan dalam persoalan kesehatan bang-sanya. Pemikiran ini ditulis berdasarkan pe-ngalaman lapangan, kapasitas intelektualdokter dan sepenuhnya berpihak pada ke-pentingan bangsanya.

* Penulis:Dr Ario Djatmiko

Staf Pengajar FK UNAIR

Ketua Bidang Penataan Praktek Global PB IDI

Page 20: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Executive committeeISIM tak tanya apa-apa,

sejauh ini aman. Merekajuga memahami kendala

sponsorship. Suatukesempatan untuk PAPDImenunjukan bahwa pen-didikan dan pelayanan di

bidang ilmu penyakitdalam di Indonesia cukup

berkembang.

World Congress of Intenal Medi-cine (WCIM) 2016 di Bali,Indonesia kurang dari dua ta-hun. Pengurus Besar Perhim-

punan Dokter Spesialis Penyakit DalamIndoonesia (PB PAPDI) sebagai tuan ru-mah terus berbenah menyiapkan perhe-latan akbar dokter-dokter penyakit dalamseluruh dunia yang tergabung dalamInternational Society of Internal Medicine(ISIM). Panitia WCIM 2016 baik dari PBPAPDI dan cabang – cabang yang terlibatberupaya sinergi mensukseskan eventbesar itu.

Lalu seberapa jauh persiapan WCIM2016? Panitia diminta untuk melakukanprogress report tiap acara WCIM. PadaWCIM 2014 di Seoul, Korea Selatan,akhir Oktober 2014 lalu, Sekretaris Jen-deral PB PAPDI Dr. Sally Aman Nasution,SpPD, K-KV, FINASIM, FACP mewakili

panitia, mempresentasikan kesiapanWCIM 2016. Didampingi panitia lain, Dr.Sally memaparkan hal-hal terkait dengapersiapan WCIM 2016 dihadapan execu-tive committee ISIM. “Mereka (executivecommittee-red) tidak tanya apa-apa, ha-nya katakan bila ada kendala sponsor,beritahukan kami,” kata Dr. Sally sete-ngah deg-deg-an. “Alhamdulilllah, merekamenerima dan cukup paham soal kendalasponsor. Ketika presentasi, kami lebihmenitikberattkan kepada tema-tema il-miah. Karena kami tahu mereka sangatketat soal konten acara,” tambahnya

WCIM 2016 di Bali akan diselengga-rakan di Hotel Bali Nusa Dua ConventionCenter (BNDCC). Panitia menargetkan10.000 peserta akan hadir pada acara ter-sebut. Jumlah ini lebih banyak dibandingWCIM di Seoul yang 6.000 peserta. “Ako-modasi cukup untuk sejumlah itu,” ujar

Halo INTERNIS Edisi November 201420

Jelang WCIM 2016,di BaliIndonesia

Jelang WCIM 2016,di BaliIndonesia

Page 21: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

kardiolog itu. Hal senada disampaikan Ketua Umum

PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD,K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC,FACP. Prof. Idrus mengatakan terpilihnyaIndonesia sebagai tuan rumah pada bid-ding WCIM 2010 di Melbourne, Australialalu merupakan suatu kesempatan untukPAPDI menunjukan bahwa pendidikandan pelayanan di bidang ilmu penyakit da-lam di Indonesia cukup berkembang. “Un-tuk itu, kami akan siapkan WCIM Bali ini

semaksimal mungkin,” ujarnya.Prof. Idrus melanjutkan, panitia telah

audiensi ke Kementerian Kesehatan RI.Menteri Kesehatan mendukung perte-muan tingkat dunia itu dan meminta agarmembahas materi-materi terkait penyakityang umum terjadi di Indonesia.

Sementara Ketua Panitia WCIM 2016 .DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM,FINASIM, FACP menghimbau anggotaPAPDI agar turut berpartisipasi padaWCIM 2016. Selain hadir pada acara itu,

sejawat dapat aktif mengikuti beberapakegiatan seperti lomba penelitian, lombaposter dan lain-lain.

“Dari WCIM sebelumnya, peserta ter-banyak adalah dari dokter lokal. SepertiWCIM 2014 kemarin, dari 7.000 peserta,ada sekitar 6.000 perserta merupakan te-naga kesehatan dari Korea Selatan. Sisa-nya, dokter asing. Untuk itu kami meng-himbau internis untuk hadir, selain me-nambah pengetahuan juga berbagi peng-alaman dengan dokter-dokter asing,”ujarPenaehat PB PAPDI itu.

Dr. Aru menambahkan, melalui AseanFederation of Internal Medicine (AFIM),panitia juga mengundang internis di ka-wasan Asean untuk berpartisipasi padaWCIM 2016. Dan sebagai South EastAsia of Chapter American College of Phy-sicians (ACP), panitia meminta dukungandari ACP. “Rencananya, pada WCIM diBali juga akan diadakan AFIM meeting,”katanya.

Selamat untukDr. Aru

Selain sukses meyakinkan 10 orangexecutive committee, ada kabar baik dariWCIM ke 32 di Seoul. DR. Dr. Aru W.Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 21

Dr. Sally mempresentasikan kesiapan WCIM 2016 di hadapan Executive Committee ISIM.

Delegasi PAPDI pada WCIM 2014 di Seoul,Korea Selatan.

Page 22: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

terpilih menjadi PresidentElect ISIM periode 2014-2016. Nantinya, Dr. Aruakan serah terima menjadiPresident ISIM dari Dr.Yasuo Ikeda pada WCIM ke33 di Bali 22-25 Agustus2016.

Dr. Aru mengatakan se-belum WCIM 2014 ia men-dapat email dari executivecommittee ISIM. Isinya, iadicalonkan menjadi salahkandidat President electISIM 2014 – 2016. Dr. Arupun setuju. Hasilnya, Dr. Aruterpilih dan dikukuh menjadi Presidentelect ISIM periode 2014-2016 pada WCIM2014 di Seoul, Korea Selatan.

Terpilihnya internis dari Indonesia, me-nurut Dr. Aru, didasari beberapa penilaianoleh executive committee. Mereka meni-lai PAPDI termasuk perhimpunan dokterpenyakit dalam di dunia yang berhasilmembina anggotanya dan mencegah ter-jadi fragmentasi tubuh ilmu penyakit da-lam. Seperti diketahui, ancaman fragmen-tasi di dunia cukup serius. Ilmu kedokter-an terkotak-kotak menjadi bagian yanglebih kecil. Memang, dunia kedokteran

butuh subspesialis yang mendalami bi-dang tertentu sebagai pendidik, pembi-cara, dilayanan tersier dan peneliti. “Na-mun Indonesia masih membutuhkan ge-neralist atau internis umum. Sebab, pen-dekatan holistik dan terpadu yang diberi-kan internis umum lebih ekonomis, dan le-bih patient safety. Apalagi saat ini Indo-nesia telah memasuk sistem layanan ru-jukan dengan pembiayaan berbasis asur-ansi atau Jaminan Kesehatan Nasional,”kata Dr. Aru menjelaskan.

Selanjutnya, selama dua tahun Dr. Aruakan bersama Prof. Yasuo Ikeda mem-

bidani ISIM. Ia akan aktif dalam kegiatan-kegiatan ISIM seperti menghadiri undan-gan acara ilmiah yang diselenggarakanperhimpunan penyakit dalam di seluruhdunia. Dan roadshow ke berbagai negarayang kebanyakan negara-negara ber-kembang mempromosikan dan memban-tu memperkuat perhimpunan penyakitdalam di negara tersebut. “Saya sudahmengambil keputusan, dan saya komit-men dengan ini meski akan kehilangan 50persen waktu praktik,” ungkapnya.

Merebut WCIM2016 di Melbourne

Maret 2010, dari Melbourne, kabargembira itu datang. Indonesia berhasilmenjadi tuan rumah penyelenggaraanWorld Congress of Internal Medicine(WCIM) 2016. Keberhasilan merebut tam-puk tuan rumah tidak turun begitu saja.Empat negara memperebutkan posisi ini.Rusia, Meksiko, dan Afrika Selatan meru-pakan pesaing Indonesia. “Hati saya ke-cut karena para pesaing itu,” ujar Dr. SallyAman Nasution, SpPD, FINASIM, salahsatu delegasi Indonesia yang berangkatke Melbourne.

Halo INTERNIS Edisi November 201422

Delegasi PAPDI pada WCIM 2014 di depan stand PB PAPDI.

Prosesi serah terima tuan rumah WICIM 2016 dari President ISIM RudolfoBado kepada Dr. Aru.

Page 23: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Rusia, merupakan negara besar. Mek-siko, tercatat pernah menjadi tuan rumahWCIM. Lalu Afrika Selatan, merupakanpesaing terberat. Para dokter yang per-nah ke Afrika Selatan tidak memungkiribahwa negara ini memiliki keindahanyang mengagumkan. Tidak sedikit anggo-ta executive committee yang terpesonadengan keindahan alam Afrika Selatan.”Terlebih lagi, Afrika Selatan pernah ter-pilih sebagai tempat penyelenggaraanpiala dunia 2010,” ujar Dr. Sally.

Meski memiliki rival yang tidak sepele,langkah pantang diundurkan. Delegasi In-donesia, tetap bersemangat melakukanpresentasi di hadapan Komite EksekutifInternational Society of Internal Medicine(ISIM) bergantian dengan delegasi pe-saing. Bidding telah dimulai, negara calonkandidat dipanggil satu persatu untuk ma-suk ke ruangan dan mempresentasikanapa-apa yang dapat ditawarkan pada juri.Dari Indonesia yang mempresentasikanadalah DR. Dr. C. Heriawan Soejono,SpPD, K-Ger, FINASIM, saat ini menjabatsebagai Direktur Utama RSCM. “Dengansegala percaya diri, bahasa Inggris yangbaik sekali dan bahan presentasi yangsudah dipersiapkan jauh-jauh hari, de-ngan beberapa kali revisi atas masukankami semua, tapi kami tetap kuatir,” akuDr. Sally.

DR. Dr. Aru Sudoyo,SpPD, K-HOM,FINASIM, FACP yang duduk sebagai sa-lah satu anggota komite tak tinggal diam.Dr. Aru memutar otak menyusun siasat didalam ruang sidang komite. Sidang ber-

jalan sangat alot. Ada yang mengatakanbahwa ISIM belum pernah menggandengnegara Afrika, maka Afsel memiliki nilailebih jika ditunjuk sebagai tempat kongresahli penyakit dalam.

Dr. Aru berfikir keras. Sebagai seoranginternis Indonesia yang duduk sebagaianggota komite, tentu saja ia mengingin-kan Indonesia mendapat kehormatan ter-sebut. Di luar ruangan sidang, delegasiIndonesia lain berdebar menantikan hasilkeputusan rapat tertutup General Assem-bly. Dr. Aru sempat berkirim sms ‘mem-bocorkan’ situasi sidang. Akhirnya, iamengangkat isu penting terkait Indonesiaagar dapat melenggang merebut posisituan rumah.

“Penunjukan Indonesia sebagai tuanrumah WCIM 2016 tidak hanya pentinguntuk negeri saya, namun bagi seluruhwilayah ASEAN, karena internis umummasih amat vital bagi kelangsungan pe-layanan kesehatan yang efisien dan efek-tif bagi negara-negara seperti Malaysia,Laos, Kambodia, Thailand dan Filipina,dan Brunei. Dan untuk itu, Indonesia se-bagai negara berpenduduk terbesar ke-empat di dunia patut menjadi forum per-temuan,” kata Dr. Aru.

Dengan isu yang diperjuangkan terse-but, akhirnya ‘pemenang’ jatuh pada In-donesia. Sejumlah alasan lain memulus-kan jalan Indonesia. Rusia, ternyata tidakdidukung oleh pemerintahnya karena se-dang dilanda konflik internal. Berbeda de-ngan Indonesia, yang mendapat restudari Menteri Kesehatan, Konsulat Jendral

di Australia, dan Gubernur Bali yangterkait dengan lokasi kongres. Meksiko,langkahnya terjegal karena pernahmenjadi tuan rumah kongres yang samadan sedang mengalami gangguan kea-manan yang serius dengan adanya pe-rang antara alat negara dan geng-gengnarkotika. Sementara Afrika Selatan,yang memiliki peluang paling besar, ter-nyata organisasi ahli penyakit dalam ne-gara ini belum lama tercatat bergabungdengan ISIM. Akhirnya, setelah diskusiyang berjalan dengan hangat Indonesiacukup berbangga menerima kehormatanuntuk menjadi tuan rumah WCIM 2016.

Dr. Aru yang berada di dalam sidangmenarik nafas lega. Misi tercapai, dengandukungan segenap internis Indonesia dariberbagai cabang yang hadir di Melbournemaupun yang berada di tanah air. Untukinformasi, Indonesia memiliki kontingenterbanyak pada kongres 2010 lalu, de-ngan jumlah kontingen sekitar 100 orang.“Ini merupakan prestasi bagi organisasikita, dengan peran serta, dukungan, danharapan dari semua cabang,” ujar Dr. Arumengungkapkan rasa gembira dan terimakasihnya.

Namun semua baru merupakan lang-kah awal menuju 2016. Sejumlah tang-gung jawab yang membawa wajah Indo-nesia ke peta dunia menanti. Kongres diBali nanti, merupakan kongres dunia per-himpunan pertama yang diselenggarakandi Indonesia. Kerja keras akan diminta da-ri seluruh anggota untuk membawa citrainternis Indonesia di mata dunia. (HI)

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 23

Delegasi PAPDI pada WCIM 2014 bersama Executive Commmittee ISIM.

Page 24: Halo Internis Edisi 22

Selamatatas terpilihnya

DR. Dr. Aru W Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP

sebagai President Elect ISIM 2014 – 2016

Selamatatas terpilihnya

DR. Dr. Aru W Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP

sebagai President Elect ISIM 2014 – 2016

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi November 201424

Page 25: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 25

World Congress of Internal Medi-cine 2014 di Seoul, Korea Se-latan akhir Oktober lalu menjadi

moment penting bagi Dr. R. Braman-tono, SpPD, K-PTI, FINASIM. Pasal-nya, pada perhelatan akbar dokter spe-sialis penyakit dalam sedunia ke 32 iniDr. Bramantono meraih The Best Pos-ter Award. Staf Divisi Tropik Infeksi De-partemen Ilmu Penyakit Dalam FKUnair/RS Dr. Soetomo, Surabaya initerpilih menjadi salah satu pemenangdari 20 pemenang lain dari berbagainegara.

“Saya terpilih menjadi salah satu pe-menang Best Poster Award WCIM2014. Surabaya menjadi salah satuwakil dari Indonesia,” ungkapnya mela-lui surat elektronik.

Dr. FR. Bramantono, SpPD, K-PTI, FINASIM.

INFORMASI PERSONAL :Nama : Dr. Bramantono, Sp.PD, KPTI, FINASIMTempat/tanggal lahir : Surabaya, 13 Mei 1965Alamat kantor : RSUD Dr. Soetomo FK UNAIR

RIWAYAT PENDIDIKAN (mulai dari dokter umum)Dokter umum 1983 – 1989 Universitas AirlanggaDokter Spesialis Penyakit Dalam 1997 – 2005 Universitas AirlanggaDokter Spesialis Konsultan 2005 – 2013

RIWAYAT PEKERJAAN2007 – sekarang Divisi Penyakit Tropik Infeksi; Depart. SMF Ilmu Penyakit

Dalam; RSUD Dr. Soetomo (Staf)2007 – sekarang Institute Tropical Diseases; Universitas Airlangga (Peneliti)2007 - 2014 Ruang Rawat Inap Rosella 1 (Supervisor)2011 – 2014 Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo (Supervisor)2014 - Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo (Koordinator)

Dr. R. Bramantono, SpPD, K-PTI, FINASIM:

Raih Best Poster Awarddi Ajang WCIM 2014 Seoul, Korea Selatan

Page 26: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi November 201426

Penelitian yang dilakukan Dr. Bra-mantono bersama koleganya, DR. Dr.Agung Dwi Wahyu, Prof. Dr. Eddy Ba-gus Wasito, SpMK, memikat OrganizingCommittee (OC) Best Poster AwardWCIM 2014. Pada event itu, Dr. Bra-

mantono membawakan penelitian ber-tajuk “Prevalence of Multi-Drugs Resis-tant (MDR) Gram Negative BacteriaCaused Bacteremia from Internal Ward,Dr Soetomo Hospital, Surabaya Indo-nesia”.

Penelitian tersebut dilakukan RS Dr.Soetomo Surabaya dalam kurun waktusejak 2010 sampai 2014. Hasilnya, pre-valensi MDR gram negatif berubah tiaptahunnya dengan dominasi Acinobacterbaumanii dan peka terhadap antibiotikagolongan karbapenem. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui data-datakuman kebal antibiotika serta hasil ke-pekaan antibiotika yang nantinya ber-guna bagi RS Dr. Soetomo Surabayadalam membuat kebijakan pedoman te-rapi khususnya penderitas sepsis gramnegatif.

WCIM merupakan kongres perhim-punan dokter spesialis penyakit dalamsedunia (ISIM) yang diselenggarakansetiap dua tahun. Pada WCIM 2014mengusung tema “Internal Medicine &Beyond: Toward a Healthier World” dandihadiri hampir 7000 peserta dari selu-ruh dunia. WCIM 2016 akan diseleng-garakan di Bali, Indonesia!

Selamat Dr. Bramantono.

Dr. FR. Bramantono, SpPD, K-PTI, FINASIM beserta peserta WCIM 2014..

Dr. FR. Bramantono, SpPD, K-PTI, FINASIM bersama Ketum dan Sekjen PB PAPDI.

Page 27: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 27

Peran PAPDI kian menggeliat baik dikancah regional maupun internatio-nal. Di kawasan Asia Tenggara,PAPDI terlibat aktif bersama perhim-

punan dokter spesialis penyakit dalam darinegara-negara ASEAN membidani ASEANof Federation of Internal Medicine (AFIM),Sejak dilontarkan gagasan menghidupkankembali AFIM pada WCIM 2008 di BuenosAires, Argentina, pertemuan demi perte-muan telah diselenggarakan di negara-negara ASEAN.

Pada tahun 2014 ini, pertemuan AFIMkembali diselenggarakan di Pattaya, Thai-land, April 2014 lalu. Pertemuan yang ber-samaan dengan The Royal College of Phy-sicians of Thailand ini membahas agendainternal organisasi AFIM. Awalnya, pertemu-an AFIM tahun ini direncanakan akan dise-lenggarakan di Malaysia dan Singapura.Namun, Malaysia belum siap sebagai tuanrumah pertemuan AFIM. Sementara Singa-pura masih terganjal oleh masalah internalmereka. “Semestinya tahun ini di Malaysiadan Singapura. Tapi Malaysia tidak perform.Sedangkan Singapura masih ada kendalakonsolidasi internal,” kata Sekretaris Jende-ral PB PAPDI Dr. Sally Aman Nasution,SpPD, K-KV, FINASIM, FACP salah satudelegasi PAPDI yang aktif pada AFIM.

Dr. Sally melanjutkan pada pertemuanAFIM di Pattaya, dibicarakan soal legalitasorganisasi. Mengingat ketua dan pengurusAFIM yang berganti-gantian, maka timbulkendala di negera mana legalitasnya akanditetapkan. “AFIM ingin memiliki by laws,mau didaftarkan dimana? Kita kesulitaningin dilegalkan di negara mana. Sementaraini by laws sedang dicoba diajukan di bawahKementerian Hukum Filipina. Legalitasnyabelum disahkan. Kami sedang menungguhasil assesment, kami mau lihat agar takada pihak yang dirugikan,” ujar Dr. Sally

AFIM merupakan organisasi profesi nonprofit. Menurut Dr. Sally perangkat yangterkait organisasi dan kepengurusannyasudah dibahas. Loga AFIM pun sudah dise-pakati yang mewakili bendera negara-ne-gara anggota. “Kita surat menyurat melaluisurat elektronik telah menggunakan logoAFIM, tapi untuk urusan eksternal, kita be-

lum bisa menggunakan logo tersebut,” ka-tanya.

Selain mengagendakan legalitas organi-sasi, pertemuan AFIM juga membahas ba-gaimana sistem pendidikan penyakit dalamdan kegiatan-kegiatan perhimpunan profesipenyakit dalam di masing-masing negaraanggota AFIM. Berbagai perbedaan mewar-

Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACPSekretaris Jenderal PB PAPDI

AFIM : Kolaborasi di Bidang CPD

Berbagai perbedaan mewarnai pertemuan AFIMtersebut. Para delegasi bertemu pada satu titik,yaitu “harmonisasi”. Perbedaan yang menyelimutitiap-tiap anggota AFIM menjadi warna sendiri dansaling memahami dan menghargai.

Dr. Sally beserta anggota AFIM pada AFIM Meeting di Pattaya, Thailand, April 2014.

Page 28: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi November 201428

nai pertemuan AFIM tersebut. Bahkanperbedaan yang paling mendasar sepertisistem pendidikan menjadi perdebatan yangpanjang. Masing-masing negara ASEANberbeda dalam sistem pendidikan ilmupenyakit dalam. Misalnya, Indonesia berbe-da dengan Filipina. Sistem pendidikan ilmupenyakit dalam di Indonesia berdasarkanuniversity based, sedangkan Filipina mene-rapkan hospital based. “Mesti kompetensiilmu penyakit dalamnya sama, namun sis-tem pendidikannya berbeda. Berbagai haldipertanyaan dalam pertemuan AFIM, se-perti kenapa internis dari Filipina mesti me-lakukan adaptasi pendidikan penyakit da-lam dulu ketika ingin praktek di Indonesia.Sulit untuk disatukan,” kata Dr. Sally.

Pengurus AFIM memutar otak untukmencari celah yang dapat menjembataniperbedaan tersebut. Pada akhirnya, lanjutDr. Sally, para delegasi bertemu pada satutitik, yaitu “harmonisasi”. Perbedaan yangmenyelimuti tiap-tiap anggota AFIM menjadiwarna sendiri dan saling memahami danmenghargai. Namun kesamaan yang ter-bentang disatukan untuk bersama-samamenjalankan roda kepengurusan AFIM.”Masing-masing negara anggota AFIM ber-tahan dengan pendapatnya, termasuk Indo-nesia. dengan demikian kita mencari kesa-maan-kesamaan yang dapat disatukan.

Prinsipnya, bagaimana mempermudah ang-gota AFIM tanpa mengorbankan kepenting-an dokter di negara masing-masing,” kataDr. Sally mengulang kata-kata Ketua AFIMOscar Cabahug MD, FACP dari Filipina.

Ke depan, AFIM lebih menitikberatkanpada kegiatan Continuing ProfessionalismDevelopment (CPD). Bersama-sama inter-nis dari negara ASEAN akan melakukankegiatan-kegiatan ilmiah seperti training,workshop dan lain-lain. Kegiatan yangsudah berlangsung menjadi pembicara dipertemuan ilmiah di negara anggota. “Perte-muan ilmiah yang diselenggarakan negaraanggota akan melibatkan internis dari ne-gara lain sebagai pembicara. Rencananya,pertemuaan AFIM 2015 akan diadakan diBangkok bersamaan dengan Royal CollegePhysician, April 2015. Dan pertemuaanselanjutnya di Indonesia bersamaan de-ngan World Congress of Internal Medicine(WCIM) 2016,” kata Dr. Sally.

Sekilas PerjalananAFIM

Perwakilan organisasi profesi ilmu pe-nyakit dalam dari beberapa Negara ASEANtelah melakukan beberapa kali pertemuanuntuk membahas terkait AFTA 2015. Wa-

cana ini pertama kali disampaikan padaWCIM 2008 di Buenos Aires, Argentina.Kemudian dilanjutkan pada Annual MeetingPhilippine College Physician (PCP) di Ma-nila. Pada pertemuan pertama organisasiprofesi ilmu penyakit dalam Negara-negaraASEAN di Filipina, dari Indonesia di wakiliKetua Umum PB PAPDI, DR. Dr. Aru W.Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP,Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. ChairulR. Nasution SpPD, K-GEH, FINASIM,MKes, FACP dan Czeresna HeriawanSoejono, SpPD, K-Ger, FINASIM, MEpid,FACP. Mereka menghidupkan kembaliAFIM, yang telah beberapa tahun “matisuri”. Lewat AFIM mereka bertemu memba-has amanat harmonisasi ASEAN ini.

Filipina merupakan negara yang aktifmenghidupkan kembali AFIM. Pada perte-muan selanjutnya juga di Filipina, saat itu,Dr. Sally, wakil dari Indonesia, memaparkankondisi ilmu penyakit dalam yang berjalan diIndonesia. Begitu pula dari negara ASEANlain. “Masing-masing perwakilan mengela-borasi sistem yang dimiliki. Satu sama lain-nya sangat berbeda. Singapura dan Malay-sia agak relaktan. Ternyata tak mudah me-nyatukannya” ujar Kardiolog ini.

Pada pertemuan itu, diakui Dr. Sally, In-donesia ditunjuk sebagai first congress ofAFIM dalam waktu dekat ini. Namun Dr.Sally keberatan untuk diadakannya kongresdi Indonesia.”Karena pada tahun 2012 kitasudah ada Kopapdi, our national congress,di Medan. Acara ini merupakan internalPAPDI, jadi tidak mungkin diubah menjadikongres AFIM,” katanya. “Disepakati hanyapertemuan AFIM di Indonesia, yang bersa-maan dengan KOPAPDI 2012 di Medan.”

Kongres AFIM pertama bersamaan de-ngan kongres Philipine College of Physi-cians (PCP) yang diselenggarakan di Fili-pina, 5-8 Mei 2013. selanjut pertemuanAFIM pada tahunn 2013 di Pattaya, Thai-land yang juga bersamaan dengan AnnualMeeting The Royal College of Physicians ofThailand, April 2013. Indonesia kembalimenjadi tuan rumah pertemuan AFIM pada2016 bertepatan denngan WCIM di Bali.“PAPDI turut aktif dalam upaya mewujudkankomunitas regional ini. Perkembangan daripertemuan AFIM perlu disosialisasikan ke-pada anggota PAPDI agar lebih siap meng-hadapi liberalisasi di kawasan ASEAN ini,”ujar Dr. Sally. (HI)

””

Masing-masing negara anggotaAFIM bertahan dengan pendapat-nya, termasuk Indonesia. dengandemikian kita mencari kesamaan-kesamaan yang dapat disatukan.Prinsipnya, bagaimana mempermu-dah anggota AFIM tanpa mengor-bankan kepentingan dokter di negara masing-masing.

Page 29: Halo Internis Edisi 22

Dr. Chairul Radjab Nasution, SpPD, K-GEH, FINASIM, FACP, M.KesDirektur Bina Upaya Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan RI

Menjadi dokter adalah pekerjaan mulia, namun tugas manaje-rial dalam jabatan birokrasi tak kalah penting. Lewat tugasmanajerial, dapat dibuat sistem yang memudahkan tugas

para dokter. Semua harus seiring sejalan.

PROFIL

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 29

Page 30: Halo Internis Edisi 22

PROFIL

Tak ada yang menyadari, sebuah titeldokter tersemat di tanda tangan milikDr. Chairul Radjab Nasution. Padahalketika itu usianya masih belasan dan

baru duduk di bangku SMP. Itulah kete-guhan Dr. Chairul dalam mewujudkan cita-citanya menjadi dokter. Lahir dan tumbuhbesar di Sumatera Utara, dari pasangansuami istri dari keluarga sederhana. Ibunyaseorang guru di Sekolah Kepandaian Putridan ayahnya pegawai di Bea Cukai, Depar-temen Keuangan. Ayahnya meninggal duniaketika Dr. Chairul berusia 10 tahun, sang ibuseorang diri membesarkan Dr. Chairul dantiga orang adiknya.

Setiap kali berkunjung ke dokter ketikasakit, Dr. Chairul selalu kagum melihat so-sok dokter. Dengan jas putih, penuh kesa-baran dan selalu siap menjawab pertanyaandan menjelaskan penyakit maupun obat pa-da pasien. “Bahkan ketika itu saya menilaidokter adalah wakil Tuhan, mereka sangathelpful. Itulah yang membuat saya bercita-cita menjadi dokter,” Dr. Chairul berkisah.

Tak seperti kebanyakan orang yang ke-rap mengubah cita-citanya saat kecil, Dr.Chairul selalu konsisten. Ketika lulus daribangku SMA, Dr. Chairul memilih FakultasKedokteran di Universitas Sumatera Utaradan Universitas Indonesia sebagai tempatuntuk melanjutkan pendidikan dan mewu-judkan cita-citanya. “Alhamdulillah, saya diterima di dua tempat itu. Tetapi saya men-jatuhkan pilihan untuk kuliah di FKUI, kare-na ketika itu FK USU masa pendidikannyajauh lebih lama dibandingkan dengan UI,”ujar Dr. Chairul.

Dr. Chairul pun menjadi anak rantau,tinggal seorang diri di Jakarta untuk men-jalani pendidikan. Tahun 1977 Chairul ter-catat sebagai mahasiswa Fakultas Kedok-teran UI dan pada Desember 1982 Chairulresmi menyandang gelar dokter. Goresantitel dokter di tandatangannya benar-benardibuktikan oleh Dr. Chairul bukan sekedargoresan.

Dr. Chairul muda penuh dengan ideal-isme. Jika kebanyakan dokter memilih untukmenghindar dari tempat terpencil, Dr. Chai-rul justru meminta pada Departemen Kese-hatan agar ditugaskan di wilayah terpencil ditanah kelahirannya. Jadilah Dr. Chairul se-bagai dokter Inpres di salah satu Puskes-mas di Pulau Nias.

Profesionalisme dan rasa kemanusiaan

Dr. Chairul teruji di tempat yang memilikipantai indah namun minim fasilitas ketikaitu. Waktu tugas yang seharusnya hanyasatu tahun dijalani lebih dari satu setengahtahun karena dokter pengganti tak kunjungtiba. Namun Dr. Chairul menjalani tugasdengan penuh rasa syukur dan bertang-gungjawab. Tak heran, jika Kepala Dinaskesehatan meminta pada Dr. Chairul untukbersekolah Management Public Health diBangkok lewat program beasiswa. ”Nantikalau kamu balik ke sini kamu menggan-tikan saya sebagai kepaladinas,” Dr. Chairul mengikutiperkataan Dr. ST Goeltom yangketika itu menjabat sebagaiKepala Dinas KesehatanKepulauan Nias.

Batin Dr. Chairul bergolak,antara ingin menerima tawaran atautetap berpraktek sebagai dokter. Jika Dr.Chairul memilih untuk bersekolah, ini berar-ti dia harus fokus pada tugas manajerialyang juga disukai olehnya. Maklum saja,organisasi bukan hal yang baru bagi ayahtiga orang anak ini. Semasa sekolah, Dr.Chairul selalu didapuk sebagai ketua kelasdan aktif sebagai pengurus organisasikesiswaan di sekolah. ”Tetapi di sudut hatikecil saya bersuara, saya inikan dokter,sebagai dokter saya harus mengobati orangsakit dan menolong sesama, karena itulahsumpah yang saya ucapkan sebagai dokter.Akhirnya lewat pergulatan yang tak mudah,saya putuskan untuk menolak tawaran bea-siswa tersebut,”

Perjalanan penting kembali ditoreh olehDr. Chairul ketika pada 1985 dia memu-tuskan untuk mendaftar dan kembali belajaruntuk mendalami penyakit dalam. Bukantanpa alasan Dr. Chairul memilih penyakitdalam sebagai spesialisasinya. ”Saya inginmenguasai ilmu kedokteran, menurut pan-dangan saya jika kita ingin menguasai ilmukedokteran maka kuasailah ilmu penyakitdalam. Ilmu penyakit dalam itu sangat luas,jadi kalau ingin menguasai ilmu kedokteranya harus menguasai ilmu penyakit dalam.Tanpa mengecilkan ilmu-ilmu yang lain.”

Dr. Chairul harus bersaing denganpuluhan dokter yang mendaftar. Diban-dingkan yang lain, Dr. Chairul bukan sajaberusia paling muda, tetapi juga Dr. Chairuldibandingkan dengan dokter lainnya hanyamemiliki pengalaman bertugas di daerah

Halo INTERNIS Edisi November 201430

Page 31: Halo Internis Edisi 22

PROFIL

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 31

yang paling sebentar. ”Kebanyakan sudahdi atas lima tahun, sedangkan saya barusatu setengah tahun,” katanya.

Ada pertanyaan yang menggelitik ketikaDr. Chairul menjalani credensial, ”Anda inimasih sangat muda, lalu bagaimana kalauanda tidak kami terima karena banyak dok-ter yang lebih senior.”

Dr. Chairul menjawab, ”Kalaulah saya ti-dak diterima di bagian penyakit dalam, sayaakan tetap mencari dan berusaha menjadibagian penyakit dalam, centre atau di uni-versitas lain. Tapi, UI adalah almamater sa-ya, tentunya saya sangat berharap bisa di-terima di almamater saya. Dan saya bisaberbuat yang lebih baik jika saya diterima dialmamater saya. Alhamdullillah, 1 April 1985saya mendapat surat untuk memulai pen-didikan. Yang mendaftar ada sekitar 20orang dan yang terpilih hanya 7 orang. Dandari 7 orang itu, usia saya yang palingmuda.”

Dr. Chairul mengikuti pendidikan pada

umumnya dan bisa menyelesaikan di tahun1991. Ketika itu pendidikan penyakit ditem-puh dalam waktu 5 sampai dengan 6 tahunlamanya. ”Itu sudah termasuk cepat, karenaputarannya banyak sekali. Beda dengansekarang, sudah banyak pengurangan-pe-ngurangan,” urai Dr. Chairul.

Sejak menjadi dokter spesialis, Dr.Chairul selalu aktif. Dia pernah menjadisekretaris IDI Jakarta Selatan pada 1995,dan mulai aktif di PAPDI, ketika PAPDI di-pimpin oleh DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD,K-HOM, FINASIM, FACP, sebagai KetuaUmum, sedangkan Dr. Chairul menjabatsebagai Sekjen PB PAPDI.

Di PAPDI Dr. Chairul bersama Dr. Aru,Dr. Sally serta pengurus lain aktif memba-ngun sistem organisasi yang lebih profe-sional. Membangun sistem manajemenyang kuat, bagaimana membangun sistemkeuangan, rekruitmen, yang menyangkutpersyaratan, termasuk juga staf sekretariatdi kantor yang mengurus operasional. ”Saya

katakan ke Dr. Aru, yang tak kalah pentingdari itu semua kita harus mandiri dan pindahdari RSCM yang selama ini menjadi sekre-tariat. Saya ingin menghapus anggapanbahwa PAPDI hanyalah milik dokter-dokterdi RSCM. Apapun caranya harus keluar, de-ngan tertatih-tatih kita pindah ke Cikini. Ituadalah terobosan yang luar biasa, meskiharus diakui itu sangat berat.”

Pada masa itu Dr. Aru dan Dr. Chairulbak dwi tunggal yang penuh kerjakerasmembangun dan membesarkan PAPDI. Me-reka juga sudah mulai menerapkan komu-nikasi dengan PAPDI di seluruh Indonesia.Mulai Jumat, Sabtu, Minggu mereka dedika-sikan untuk PAPDI.

”Saya katakan ke Dr. Aru, memang adakonsekuensinya, praktek harus kita tinggal-kan. Kita harus fokus. Karena ketika kitadiberi kepercayaan dan amanah untuk me-mimpin organisasi sehingga harus menja-lankan amanah dengan baik. Dan ketika itu-lah terjalin komunikasi dengan baik, karena

Page 32: Halo Internis Edisi 22

pada weekend kami berada di daerah.Mendengarkan masukan, aspirasi dan sete-rusnya dari daerah-daerah sehingga kamitahu persis apa yang menjadi kebutuhandaerah. Dengan langkah itu juga menjadi-kan PAPDI sebagai organisasi profesi men-jadi milik bersama. Itulah yang terus kita ba-ngun, dan satu hal lagi itu akan berdampakpada seluruh anggota PAPDI yaitu keper-

cayaan (trust) pada organisasi yang diikuti.Bagaimana kita tahu persis masalah-masa-lah di lapangan, masalah hukum, dan yanglainnya, yang kita bisa bantu advokasi untukanggota-anggota. Ini sangat luar biasa,” ka-ta Dr. Chairul panjang lebar.

PAPDI ketika itu juga melakukan educa-tion untuk anggota. Yang paling membaha-giakan PAPDI sekarang sudah memiliki ca-bang sebanyak 34. ”Inilah situasi yang kitakerjakan sehingga PAPDI ini benar-benarmenjadi organisasi profesi yang baik danprofesional sehingga nantinya siap meneri-ma peran-peran dari pemerintah dalamrangka penataan pembinaan para dokterahli,” katanya.

Dengan pembinaan organisasi yang pro-fesional, maka setiap dokter penyakit dalammerasa perlu untuk bergabung. ”Kalau me-mang orang itu tidak melihat profesionalis-me di organisasi, di daerah, cabang dan se-terusnya tentu orang akan berpikir kalauharus ikut masuk ke organisasi. Tetapi de-

ngan menunjukkan prosionalisme di organ-isasi, ini sangat luar biasa, mereka merasabangga dan merasa perlu ikut masuk dalamPAPDI,” lanjut Dr. Chairul.

Tak berhenti sampai disitu, PAPDI jugamengeluarkan fellow of Indonesian societyinter medicine yang diberikan kepada ang-gota PAPDI yang memang mempunyai nilaitambah dalam menjalani tugas profesinya

secara profesionalisme.Kaderisasi juga sangatbaik, PAPDI semakin terta-ta lagi.

Tanpa bermaksudmembanggakan diri,Dr. Chairul menilaidi masa kepemim-pinan Dr. Arusebagai Ketuadan Dr. Chairul sebagai Sekjen PAPDI men-galami perubahan yang luar biasa. ”Di masaitulah PAPDI tercatat menjadi wajib pajak.Suatu terobosan yang luar biasa, dan untukmenyampaikan gagasan itu kepada seluruhanggota bukan hal mudah. Melalui pen-dekatan kepada mereka agar mau menjadiwajib pajak. Karena sejak dulu PAPDIhanya dianggap sebagai komunitas, pada-hal kami adalah organisasi.”

Dan Dr. Chairul yang kebetulan beradadi pemerintahan berharap bisa bersinergidengan PAPDI. ”Saya sebagai Direktur Bina

Upaya Kesehatan Rujukan Kementrian Ke-sehatan RI sangat berharap PAPDI dan or-ganisasi dokter lainnya dapat menjadi part-ner terkait distribusi dokter di Indonesia, lalubagaimana tindakan-tindakan pendidikan,sampai hal-hal di dalam kualifikasi dan se-terusnya. Ini yang penting. Saya melihatPAPDI adalah partner, karena PAPDI memi-liki data berapa jumlah dokter dan di manakeberadaannya.”

Sebagai dokter sekaligus sebagai biro-krat bagaikan mata uang, memiliki dua sisiyang berbeda namun berada dalam satukesatuan. Tak banyak orang yang sepertiDr. Chairul. Tercatat sebagai seorang dokterspesialis dan juga sebagai manajer di biro-krasi. Biasanya orang akan memilih menja-di birokrat murni atau menjadi profesional.”Saya bisa membuktikan bahwa dua kubuitu bisa saya jalani seiring sejalan. Meskipunmenjadi berat karena harus kerjakeras daripagi sampai sore, bagaimana menjalankantugas sebagai direktur lalu setelah itu ber-profesi sebagai dokter spesialis,” kata Dr.Chairul.

Kerap terjadi ketika Dr. Chairul sedangmemimpin rapat dan harus berbicara ten-tang manajerial, tiba-tiba ada telepon dari

ICU bertanya langkah yang harusdilakukan untuk pasien. ”Saya harus den-gan segera mengubah apa yang ada diotak. Dan itu saya lakukan selama

bertahun-tahun.”Asam manis peng-alaman sudah pernah

dilalui oleh Dr.Chairul. Banyak ke-nangan yang takterlupakan. Namunpengalaman ber-harga yang terusDr. Chairul kenang

adalah ketika menjadi tim kesehatan diTanah Suci. ”Di sana saya bukan hanyamenjadi dokter tetapi juga mengurus mana-jerial, bagaimana memanage tenaga kese-hatan yang jumlahnya 900 orang. Ba-gaimana mengendalikan yang di Jeddahlalu Madinah, itu menjadi modal danpegangan saya saat ini yang akhirnya men-jadi birokrat murni. Itu suatu pengalamanyang sangat berharga. Bagi saya menjalanikehidupan itu, asal niat siap dan terus be-kerja keras, semua akan bisa berjalan,”pungkasnya. (HI)

Banyak kenangan yang tak terlupakan. Namun

pengalaman berharga yang terus Chairul kenang

adalah ketika menjadi tim kesehatan di Tanah

Suci. ”Di sana saya bukan hanya menjadi dokter

tetapi juga mengurus manajerial, bagaimana

memanage tenaga kesehatan yang jumlahnya

900 orang. Bagaimana mengendalikan yang di

Jeddah lalu Madinah, itu menjadi modal dan

pegangan saya saat ini yang akhirnya

menjadi birokrat murni. Itu suatu pen-

galaman yang sangat berharga.”

PROFIL

Halo INTERNIS Edisi November 201432

Page 33: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 33

PAPDI cabang Yogyakarta berhasil“mencuri hati” peserta sidang plenoKongres Nasional PerhimpunanDokter Spesialis Dokter Penyakit

Dalam Indonesia (KOPAPDI) XV, di Medan,akhir Desember 2012 silam. Saat pemilihantuan rumah konferensi kerja (KONKER)

PAPDI XIII, PAPDI cabang Yogyakarta bakkuda hitam mengungguli kandidat-kandidatlainnya. Padahal, dari empat cabang yangmaju menjadi kandidat tuan rumah, ketikabidding, cabang Yogyakarta terbilang palingsederhana dan kalem.

Berbeda dengan kandidat lain. Setiap

wakil mempresentasikan kelebihan-kelebih-an ”rumah” mereka dengan gaya dan ka-rakter masing-masing. Ada yang menampil-kan presentasi melalui video atraktif, seper-ti yang dilakukan oleh perwakilan PAPDI ca-bang Bogor. Beberapa cabang bahkan cu-kup ”provokatif” dalam menawarkan serang-kaian kelebihan daerahnya, mulai dari pe-nawaran hotel terbaik, tempat wisata ter-baik, akses transportasi termudah, pun pe-nawaran diskon pada tempat wisata dan be-lanja. Namun ketika voting, hasilnya, PAPDIcabang Yogyakarta berhasil mengantongi15 suara. Sedangkan diposisi kedua adalahPAPDI cabang Bogor dengan 9 suara. Se-lanjutnya diikuti PAPDI cabang SumateraSelatan dengan 5 suara, terakhir PAPDI ca-bang Malang memperoleh 4 suara.

“Ini suatu kehormatan bagi kami diper-caya oleh sejawat untuk menyelenggarakanKONKER PAPDI 2014. Kami yang terpilihsaat itu lebih karena hubungan baik dengancabang-cabang lain, disamping fasilitas dansarana yang sangat menunjang, serta wisa-ta budaya, alam, dan kuliner yang menarikdan tersohor,” kata Ketua PAPDI cabangYogyakarta Dr. Ibnu Purwanto, SpPD, K-HOM, FINASIM.

Konferensi Kerja (KONKER) PAPDI XIIIterbagi dua agenda besar, yaitu sidang or-ganisasi dan simposium ilmiah. Kegiatan iniakan berlangsung dari 27-30 November2014 di Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta.Acara dimulai dengan sidang organisasi pa-da dua hari pertama dan dua hari terakhirdiisi dengan kegiatan continuing professio-nalism development (CPD). Selain itu pani-tia juga mengadakan lomba poster ilmiahyang pemenangnya akan diumumkan di pe-nutup KONKER XIII. “Semua berkolaborasibaik pengurus cabang, anggota dan PPDSilmu penyakit dalam FK UGM/RS UP Dr.Sardjito Yogyakarta mensukseskan

KONKER XIII PB PAPDI:

Mengawal JKN danMenyongsong AEC 2015

KONKER ini akan menggodok isu-isu strategisterkait kebijakan pemerintah mengenai kesehatan.Mengevaluasi program-program yang telah dite-tapkan dalam renstra serta pembenahan padaorganisasi PAPDI dalam memasuki era globalisasi.

Dr. Ibnu Purwanto saat bidding tuan rumah Konker di KOPAPDI XV Medan.

Page 34: Halo Internis Edisi 22

KONKER ini,” kata Dr. Ibnu Purwanto yangjuga Ketua Panitia KONKER XIII.

KONKER PAPDI merupakan kegiatanorganisasi yang rutin diselenggarakan seku-rang-kurangnya tiga tahun sekali. Agendautama KONKER adalah sidang organisasiyang dihadiri oleh seluruh delegasi PAPDIcabang di Indonesia. Sidang organisasimembahas program-program PAPDI yangtelah dilaksanakan, isu-isu terkini di bidangkedokteran, masalah-masalah internal or-ganisasi. Peserta sidang akan dibagi limakelompok sidang komisi. Setiap komisi di-wakili oleh pengurus cabang dan pengurusPB PAPDI.

“KONKER ini akan menggodok isu-isustrategis terkait kebijakan pemerintah men-genai kesehatan. Mengevaluasi program-program yang telah ditetapkan dalam ren-stra serta pembenahan pada organisasiPAPDI dalam memasuki era globalisasi.Kesepakatan yang dihasilkan padaKONKER kali ini akan menjadi acuan sertapegangan untuk kepengurusan PB PAPDIdan PAPDI cabang pada periode kepengu-rusan berikutnya,” kata Ketua Umum PBPAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP.

KONKER kali ini mengusung tema “Pe-ran PAPDI dalam Menghadapi Era JaminanKesehatan Nasional(JKN) 2014 dan AseanEconomic Community (AEC) 2015”. Temaini menarik dan akan menjadi perdebatandalam sidang-sidang organisasi. Pasalnya,Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang

baru berlaku sejak Januari 2014 mengubahtatanan sistem pelayanan kesehatan di In-donesia. Pelayanan kesehatan di era JKNini menerapkan sistem rujukan denganpembiayaan berbasis asuransi. “PAPDImendukung program pemerintah JKN.PAPDI berupaya memegang kendali mutudengan menghimbau anggotanya selalumemberikan pelayanan kesehatan terbaikkepada masyarakat dan aktif mengikuti pro-gram CPD untuk meng up date kemampu-annya dalam rangka menghadapi era glo-balisasi,” ujar Prof. Idrus.

Hal senada juga disampaikan Dr. IbnuPurwanto. Ketua cabang Yogyakarta itu me-negaskan PAPDI berperan aktif dalam me-ngawal JKN dan mengantisipasi AFTA 2015dengan meningkatkan kompetensi anggota-nya agar tidak kalah dengan dokter-dokterasing.

KONKER ini, tambah Dr. Ibnu Purwanto,selain sidang organisasi juga diselenggara-kan pertemuan ilmiah. Acara ini akan di-adakan dua hari terakhir dengan topik-topikyang up to date. Disamping itu, panitia jugatelah menyiapkan Ladies Program untuk pa-ra pendamping pada Jumat pagi mengun-jungi Kali Urang, dilanjutkan belanja tasmerek Gendis dan ke sentra batik alusan.Kemudian makan siang di Jejamuran danberakhir di sentra kerajinan Kasongan,Bantul.. Panitia mengundang para internisuntuk menghadiri acara ini dan berharapacara ini dapat berjalan dengan baik den-gan menghasilkan keputusan-keputusanstrategis guna menyongsong era global-isasi. (HI)

Sidang Komisi KONKER XIII PAPDI, Yogyakarta, Komisi 1 : Organisasi dan Advokasi Komisi 2 : Humas, Publikasi dan Media serta Kemitraan Komisi 3 : Pengembangan Profesi, CPD/P2KB, FELLOW dan EIMED Komisi 4 : Bidang Sp 1 (KIPD) Komisi 5 : Bidang Sp 2 (KIPD)

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi November 201434

Dr. Ibnu Purwanto.

Page 35: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 35

Tari Remo meriahkan pembukaan PINPB PAPDI XII Surabaya. Sekitar 20mahasiswa PPDS Ilmu PenyakitDalam FK Unair dengan berpakaian

tradisional Jawa Timur bergerak dinamisseiring irama musik seruling dan gambang.Dengan posisi kuda-kuda, penari mempera-gakan gerakan indah penuh semangat.Mereka melakukan gerakan simbolis seba-gai tanda penghormatan sekaligus me-nyambut Wakil Gubernur Jawa Timur Drs.Saifullah Yusuf, Kepala Dinas Kesehatan,Ketua IDI Wilayah, Ketua PB PAPDI dan le-bih dari seribu peserta PIN PAPDI XII yangdiiselenggarakan di Hotel Shangri-La, Sura-baya, 5 – 7 September 2014 lalu.

Prosesi pembukaan berlangsung khid-mat. Peserta dan tamu bersama-sama me-nyanyikan lagu Indonesia Raya dan MarsPAPDI. Puncak acara berupa peresmianPIN XII Surabaya yang ditandai dengan pe-mukulan gong oleh Wakil Gubernur Jawa

Di Jatim setiap tahun diperkirakan sekitar 2 tri-lyun dana mengalir untuk berobat ke negara-

negara tetangga. Populasi penduduk yang besarmenjadi daya tarik tenaga kesehatan asing prak-

tik di Indonesia. Mereka bekerja mencari uangdisini, boleh jadi bila ada musibah atau huru

hara mereka akan kembali ke negaranya.

PIN PB PAPDI XII Surabaya:

Perkuat KompetensiHadapi Globalisasi

Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. Saefullah Yusuf membuka Pameran Farmasi dan Alkes pada PIN XII Surabaya.

Page 36: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Timur Drs. Saifullah Yusuf yang diiiringi Ke-tua Umum PB PAPDI, Ketua IDI WilayahJawa Timur dan Ketua PAPDI cabang JawaTimur.

Pada kesempatan itu, Gus Ipul, begituDrs. Saifullah Yusuf biasa disapa, ia mem-beri apresiasi yang tinggi kepada PB PAPDI

yang telah memilih Surabaya sebagai tem-pat penyelenggaraan PIN PAPDI XII. “Kamibersyukur Surabaya menjadi tempatberlangsungnya pertemuan ilmiah nasionaldokter spesialis penyakit dalam, semogakegiatan ini menjadi suatu hal berhargadalam meningkatkan pelayanan kesehatan

di Surabaya,” katanya berharap.Dalam sambutannya, mantan Menteri

Perumahan Rakyat ini menggambarkananatomi terkini kesehatan di Jawa Timur.Persoalan kesehatan di Jatim saat ini, yaitumembenahi Jaminan Kesehatan Nasional(JKN) dan liberalisasi tenaga kesehatan, disampinng persoalan masiih tingginya kasusinfeksi dan HIV/AIDS. Sejak diberlakukan-nya SJSN awal Januari 2014 lalu, RSUD Dr.Soetomo Surabaya mengalami peningkatanjumlah pasien. Perbandingan jumlah pasiendan fasitas kesehatan rumah sakit tidakseimbang. Pasien BPJS lebih banyak lang-sung menyambangi RSUD Dr. Soetomodibanding ke fasilitas kesehatan layananprimer. “Ini menyebabkan RS Dr. Soetomokebanjiran pasien, sehingga pelayanankesehatan tidak berjalan baik. Kami berko-ordinasi dengan instansi terkait seperti IDImembenahi persoalan ini,” katanya

Selain itu, AFTA 2015 sudah di depanmata. Liberalisasi tenaga kesehatan daninvestasi asing di bidang kesehatan takdapat dipungkiri. Tenaga kesehatan sepertidokter dan perawat dari negara-negaratetanggga tertarik bekerja di Indonesia.“Populasi penduduk yang besar menjadidaya tarik tenaga kesehatan asing praktik diIndonesia. Mereka bekerja mencari uangdisini, boleh jadi bila ada musibah atau huru

Halo INTERNIS Edisi November 201436

Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. Saefullah Yusuf membuka PIN XII Surabaya.

Suasana pembukaan PIN XII Surabaya.

Page 37: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 37

hara mereka akan kembali ke negaranya,”tegas Gus Ipul.

Di Jatim, masyarakat yang berobat kelu-ar negeri selalu meningkat. Setiap tahundiperkirakan sekitar 2 trilyun dana mengaliruntuk berobat ke negara-negara tetangga

terutama Singapura dan Malaysia. Sedang-kan uang yang mengalir secara nasional, keluar negeri untuk berobat dipastikan jauhlebih besar. “Hal ini harus dimanfaatkan pa-ra stakeholder di bidang kesehatan agaruang masyarakat Jatim untuk kesehatan

tetap mengalir di Jatim atau di daerah lain diIndonesia,” ujarnya.

Upaya menekan liberalisasi tenaga ke-sehatan, kata Gus Ipul, ialah dengan mem-perketat regulasi tenaga kesehatan asingmasuk ke Indonesia. Ia mencontohkan apa

Dr. Ari Fahrial Syam, Ketua Panitia PIN XII Surabaya. Prof. Idrus Alwi, Ketua Umum PB PAPDI.

Plenary Lecture oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. Saefullah Yusuf.

Page 38: Halo Internis Edisi 22

yang dilakukan oleh banyak negara yaitudengan menambah syarat yang member-atkan bagi tenaga kesehatan asing untukdapat praktik di Indonesia. bersamaan de-ngan itu, dokter-dokter lokal terus mening-katkan kemampuannya untuk memberikanpelayanan kesehatan terbaik. ”Kita bersyu-kur ahli penyakit dalam selalu mengem-bangkan dan meningkatkan kemampuan-nya, ini menjadi modal dalam menghadapliberalisasi di bidang kesehatan,” ungkappria berkumis ini.

Hal senada disampaikan Ketua UmumPB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD,K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC,FACP. Prof. Idrus mengatakan PB PAPDIselalu menjunjung tinggi sikap professional-itas dengan selalu meningkatkan kemam-puan klinis dan diagnostik para internis agardapat memberikan pelayanan kesehatanterbaik kepada masyarakat. Seiring kianberkembangnya ilmu penyakit dalam, baikilmu dasar maupun klinis, maka PB PAPDIdalam program kerjanya mengedepankanpendidikan kedokteran berkelanjutan(CPD). Beragam program CPD diseleng-

garakan PB PAPDI, diantaranya PIN, road-show ke daerah-daerah yang jauh daripusat pendidikan kedokteran, CME onlineyang dapat meningkatkan kompetensi lewatdunia maya sambil berdiskusi interaktifbersama para pakar dan lain-lain.”anggotaPAPDI hendaknya terus mengupdate pe-ngetahuan dan kemampuannnya agar da-pat memberikan pelayanan kesehatan ter-baik kepada masyarakat,” ujarnya.

PIN XII kali ini merupakan pertemuan il-miah nasional dengan jumlah peserta ter-besar. Peserta yang kebanyakan internis dandokter umum tumpah ruah di Hotel Shang-rila. Panitia mengagendakan 62 workshop,14 simposium dan satu sesi kuliah tamu.Simposium diawali dengan kuliah tamu yangmengangkat tema “Peningkatan KualitasPelayanan Kesehatan Sekunder dan Tersierdi Era BPJS dan Globalisasi” oleh Moham-mad Edison dari Badan Pelaksana JaminanSosial (BPJS). Kemudian, acara dilanjutkandengan workshop yang dilakukan secaraparalel dengan tema sesuai dengan disiplinilmu penyakit dalam. “PIN XII merupakan PINdengan jumlah peserta terbesar selama ini,”

ujar Ketua Pelaksana PIN XII Surabaya DR.Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, MMB,FINASIM, FACP.

Pertemuan ilmiah tahunan PAPDI ini me-miliki daya tarik sendiri bagi sejawat. Tema-tema yang diangkat cukup aktual kerap di-jumpai dalam praktik. Apalagi dikemas da-lam bentuk workshop, peserta dapat de-ngan aktif berdiskusi dengan para pakar.Selain di Hotel Shangri-la, workshop jugadilakukan di RS Dr. Soetomo dan RSDarmo. Tak heran, bila setiap tahun acaraini terus meningkat pesertanya. Bahkansebagian peserta menjadikan PIN PAPDIagenda wajib setiap tahunnya.

Dr. Ari Fahrial Syam menegaskan lewatevent ilmiah ini diharapkan dokter spesialispenyakit dalam mendapat pengetahuan danketrampilan tambahan yang berguna dalammemberi pelayanan kesehatan yang holistikkepada masyarakat. Dengan begitu, internisdi seluruh Indonesia selalu menjadi terde-pan dalam pelayanan kesehatan di tengahera liberalisasi tenaga kesehatan yang telahdi depan mata dan menjadi tuan rumah dinegeri sendiri. (HI)

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi November 201438

Page 39: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 39

Pemenang PIN PAPDI Award diu-mumkan pada saat pembukaanPertemuan Ilmiah Nasional PBPAPDI XII di Surabaya. Ketua

Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi,SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAP-SIC, FACP berkesempatan memberikanpenghargaan ini kepada enam penulis ter-baik yang telah dimuat dalam Acta MedicaIndonesiana atau The Indonesian Journal ofInternal Medicine (IJIM). PIN PAPDI Awardini dibagi dua kategori yaitu review articledan case report.

PIN PAPDI Award merupakan hal yangbaru di PAPDI. Apresiasi ini diberikan olehPAPDI sebagai wujud penghargaan kepadapenulis dan peneliti yang aktif mengisikarya-karyanya di IJIM. TentunyaPAPDI perlu berbangga karena jur-nal ilmu penyakit dalam ini meru-pakan satu-satunya jurnal kedokterandi Indonesia yang telah terakreditasiinternational sejak beberapa tahun laludan mampu mempertahankan predikattersebut hingga kini dengan menjagamutu ilmiah setiap artikel yang dimuat.PIN PAPDI Award ini merupakan ker-jasama PAPDI dengan PT Kalbe Farma.

Berikut nama-nama ke enam pemenangpeneliti dan penulis PIN PAPDI Award

1. KATEGORI CASE REPORTPemenang PERTAMA

Dr. dr. Budi Yuli Setianto, dr. Pudya L.Arshant(Judul: Transcatheter coil embolizationin coronary artery fistulae; volume 45edisi 1 - Januari 2013)

Pemenang KEDUADr. Rahmat Cahyanur, dr. WawanSetyawan, dr. Dedy G. Sudrajat, dr.Susie Setyowati, dr. DyahPurnamasari, Prof. Dr. dr. PradanaSoewondo(Judul: Diagnosis and management of

acromegaly: giant invasive adenoma;volume 43 edisi 2 – April 2011)

Pemenang KETIGADr. dr. Wardhana, Prof. Dr. dr. EA. Datau(Judul: A patient with allergic broncho-pulmonary mycosis caused by asper-gillus fumigates and candida albicans;volume 44 edisi 4 – Oktober 2012)

2. KATEGORI REVIEW ARTICLEPemenang PERTAMA

Dr. dr. Noorwati Sutandyo(Judul: Nutritional carcinogenesis; vol-ume 42 edisi 1 – Januari 2010)

Pemenang KEDUADr. dr. Agus Rizal AH. Hamid, dr.Rainy Umbas, dr. Chaidir A. Mochtar(Judul: Recent role of inflammation inprostate diseases: chemopreventiondevelopment opportunity; volume 43edisi 1 – Januari 2011)

Pemenang KETIGAProf. Dr. dr. Jeanne A. Pawitan(Judul: Dengue virus infection: Predic-tors for severe dengue; volume 43 edisi2 – April 2011).

Selamat Kepada PemenangPIN PAPDI Award

Page 40: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Selama tiga hari mengikuti kegiatanilmiah tidak membuat peserta jenuh.Di samping tema-tema yang mena-rik, panitia juga mengadakan malam

keakraban pada Sabtu, malam. Acara inidapat mengendurkan kejenuhan pesertaselama PIN ini. Peserta yang berasal dariberbagai daerah di Indonesia bersama-sa-ma menikmati suasana keakraban tersebutuntuk saling bersilaturahmi satu denganyang lainnya sebelum mereka kembali kedaerah masing-masing. Beberapa sejawatmenjadikan acara ini ajang temu kangensatu almamater.

Diiringi musik yang dimainkan maha-siswa PPDS IPD FK Unair/RS Dr. Soetomopeserta larut dalam suka cita. Para sejawat“selebritis PAPDI” silih berganti unjukkebolehannya melantunkan tembang-tem-bang yang kebanyakan bergenre lawas.

Halo INTERNIS Edisi November 201440

Malam KeakrabanPIN PB PAPDI XII

Surabaya

Page 41: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 41

Page 42: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Belakangan ini, ada tradisi barudalam penyelenggaraan PertemuanIimiah Nasional (PIN) PB PAPDI.Yaiitu diumumkannya para anggota

PAPDI yang telah lulus uji verifikasi mem-peroleh gelar FINASIM. Pada pembukaanPIN PB PAPDI XII Surabaya, DR.Dr. MardiSantoso, SpPD, K-EMD, FINASIM, FACEmembaca nama-nama internis yang berhakmemperoleh gelar Fellow FINASIM. Hasiltim uji verifikasi FINASIM tahun ini telahmemutuskan ada 123 anggota PAPDI dariseluruh cabang PAPDI yang lulus danberhak mendapatkan gelar FINASIM.

Berikut nama-nama yang lulus seleksitahun 2014

PAPDI Cabang Jakarta RayaYoga Iwanoff KasjmirRudy HidayatAru AriadnoFaisal SyarifuddinDjati SagoroSyarifuddin LaingkiArief WibowoJoyce BratanataAlbertus DjajaLies LutharianaEpistel P. SimatupangRobert Noldy NgantungKustedi Rafli Afifah IsDody Ranuhardy

Rebekka M.H. NapitupuluNur Alim FitradjajaJoko Budiman JongSurahman MuinFemiko M.N. SitohangPringgodigdo NugrohoIkhwan Rinaldi

PAPDI Cabang Jawa BaratFifi AkwariniRachmat PermanaNieke Dewi Riani KriswandiAnggraini WidjajakusumaJefry Tahari Argatio

PAPDI Cabang SurabayaAsna RosidaMunir RaidiJongky Hendro PrayitnoJohanes Intandri TjundawanI Wayan MerthaI Putu Suharta PutraHermina NovidaGendon Djonhar SurosoRina MelindaEko BudisantosoFajar AdmayanaAbdur RohmanMantik WibisonoBahrodin Teguh Prartono Hario UtoroImam SoewonoGusti Rizaniansyah Rusli

Dany IrawanDanang Kusuma AdiNailul HaqI Dewa Made Widi HersanaDarmojo KandinataMohammad MahfudzSuhartoKysdarmantoFahmi Adi PriyantoroBadrul MunirAdi MulyonoAndry SultanaDenny ViantoHusin Thamrin

PAPDI Cabang Sumatera UtaraMulia GintingImelda RayDavid SitepuMarulak SamosirChristina J.R.E. LumbantobingTaufik SungkarSyafrizal NasutionZainal Safri

PAPDI Cabang SemarangMuchamad Nur AzizB. Neni MulyantiHudiarsoTri Wahyu SukarnowatiI Gusti Nyoman Agung P.Ira Widyastuti

Halo INTERNIS Edisi November 201442

Dr. Mardi Santoso mengumumkan anggota PAPDI yanglulus FINASIM.

Konfokasi FINASIM pada KOPAPDI XV Medan.

Pengumuman SeleksiFINASIM 2014

Page 43: Halo Internis Edisi 22

PAPDI Cabang Sumatera BaratHerwin HasanHarnavi HarunFesti ElizaRoza Kurniati

PAPDI Cabang Sumatera SelatanSuprapti

PAPDI Cabang MakassarHappy LauwrenzSudirman Katu

PAPDI Cabang BaliI Nyoman SutarkaGede KambayanaI Gede Ketut SajinadiyasaI Gede Pande SastrawanNi Made Renny Anggreni RenaI Made Duwi SumohadiI Made Bagiada Tjokorda Gde DharmayudaI Wayan Losen AdnyanaI Ketut Suryana I Ketut Mariadi

PAPDI Cabang MalangDjanggan Sargowo

PAPDI Cabang SurakartaAgus Supriyanta

Vivin HudiyantiDidit NoviantoGrendi Faneri YonarkoAgus Joko SusantoArief NurudhinAgung Susanto

PAPDI Cabang RiauIriantoDasril EfendiNova RidhaSeson

PAPDI Cabang Provinsi AcehFaisalMisriani

PAPDI Cabang BantenEdison Parulian Saragih

PAPDI Cabang BogorZulfanWiny Katarina

PAPDI Cabang LampungMunirulanamLukman Pura

PAPDI Cabang KupangAdjunias MaifaHeri Sutrisno

PAPDI Cabang JambiTitin KristinaGusrizalMulyadi Joyo SantosoSefniritaElvidawati

PAPDI Cabang CirebonMohamad Luthfi

PAPDI Cabang BekasiIndra Sihar M. Manullang

PAPDI Cabang NTBKarsito

PAPDI Cabang DepokMuslich AyubM. Artisto Adi YussacDevy Juniarti IskandarDesi Fitriani

Pendaftaran seleksi FINASIM 2015 akandibuka pada 1 Januari 2015 dan akan diu-mumkan pada saat PIN PB PAPDI XIII diPalembang, 12-14 Juni 2015. Sedangkanbagi internis yang telah lulus pada seleksitahun 2013, 2014 dan 2015, Konvokasiakan dilaksanakan pada KOPAPDI XVI, 9-13 September 2015 di Bandung.

KABAR PAPDI

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 43

Page 44: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN) PAPDI memiliki daya tariktersendiri bagi internis maupun dokter umum. Materi yangkomprehensip dan aplikatif terhadap kasusu-kasus yangkerap ditemui ruang praktik dibahas tuntas oleh pakarnya.

Ditambah lagi dengan model workshop membuat peserta lebih lelu-asa berinteraksi dengan para pembicara sehingga setiap kasusdengan detail diulas. Tak heran, peserta PIN selalu meningkat se-tiap tahunnya. “PIN tahun ini, merupakan PIN dengan peserta ter-banyak dengan persentase tingkat kehadiran yang tinggi. Setiapsesi selama tiga hari selalu dipenuhi peserta. Beberapa sejawatmenjadikan PIN PAPDI agenda wajib tahunan” kata KetuaPelaksana PIN XII Surabaya DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, MMB, FINASIM, FACP.

Halo INTERNIS Edisi November 201444

PIN PAPDI Menjadi Agenda Wajib Tahunan Internis

Foto-foto workshop pada PIN XII Surabaya.

Page 45: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 45

Page 46: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Satu per satu para penari memasu-ki panggung PIN PAPDI XIISurabaya. Mereka berdiri tegapdengan formasi kuda-kuda berba-

ris memberi salam kepada Wakil Gu-bernur Jawa Timur Drs. Saifullah Yusuf ,tamu dan peserta PIN. Seirama denganmusik tradisional saron, bonang, serulingdan gambang para penari bergerak di-namis dan atraktif menampilkan tariRemo, kesenian tari budaya Surabaya.Tari Remo atau tari pembukaan biasadimainkan untuk menyambut tamu-tamupenting dalam pemerintahan.

Konon tari Remo mengisahkan per-juangan seorang pangeran di medanpertempuran. Lakon yang memainkantarian ini memiliki karakter yang kuat dansemangat. Tarian yang awalnya dimain-kan pada pembukaan tarian ludruk inimengandalkann gerakan kaki yang ran-cak dan menghentak dinamis. Tari Remobiasa dilakoni para penari dari sanggarkesenian atau yang sudah terlatih.

Namun, pada pembukaan PIN PAPDIXII, tari Remo dilakoni oleh mahasiwaprogram pendidikan dokter spesialis(PPDS) Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RS Dr. Soetomo Surabaya. Ada 20 maha-siswa yang ikut memainkan tari Remo.Di tengah kesibukannya, mereka melu-angkan waktu untuk berlatih tari ini. Dr. NiPutu Merlynda Pusvita Dewi, salah satuPPDS, koordinator tim penari Remo men-gatakan ia diminta Ketua PAPDI cabangJawa Timur untuk mengisi tari Remo pa-da saat pembukaan PIN PAPDI XII. Dr.Merlynda sendiri mengaku hobby dengankesenian Jawa Timur. Ia sudah belajartari Remo sejak duduk di sekolah dasar.

Dr. Merlynda melatih rekan-rekannyadibantu instruktur tari Bapak Agus. “Kamiberlatih hampir satu bulan, kerjasaamatemen-temen PPDS dalam membawakantari Remo sungguh luar biasa,” kata Dr.Merlynda. (HI)

Halo INTERNIS Edisi November 201446

PPDS IPD FK Unair:

Lakoni Tari Remo

Page 47: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 47

Pembaharuan keilmuan dan kemam-puan klinis merupakan sebuah kebu-tuhan sekaligus keharusan bagi seti-ap dokter. CME PAPDI merupakan

fasilitas pendidikan kedokteran berkelanju-tan yang disediakan untuk semua anggotaPAPDI. Fasilitas ini bertujuan untuk memu-dahkan akses bagi setiap anggota PAPDIdari sabang sampai merauke dalam mela-kukan pembaharuan keilmuan dan kemam-puan klinis serta berbagi pengalaman dalampraktek sehari-hari. Dengan adanya fasilitasini, diharapkan setiap anggota PAPDI dapatsenantiasa terus menerus melakukan pem-baharuan ilmu dimana saja dan kapan saja.

Terlahir kembali dengan nama ”Medina-

sim” yang bisa diakses dengan alamatwww.medinasim.com, CME PAPDI kini ha-dir dengan lebih menarik, lebih lengkap, danlebih interaktif. Untuk memudahkan akses,Medinasim menyediakan navigasi yang le-bih mudah, tampilan yang lebih segar sertaadanya tampilan mobile sehingga setiapanggota dapat lebih mudah mengakses Me-dinasim, tidak terkecuali dari gadget. Tidakhanya fitur E-learning yang terakreditasiSKP PAPDI dan IDI. Dibandingkan denganCME PAPDI sebelumnya, Medinasim jugamenyediakan fitur baru seperti berita aktual,referensi, serta halaman untuk mengunduhguideline-guideline terbaru. Untuk lebih me-narik minat anggota dalam mengasah keil-

muan dan kemampuan klinis, fitur e-learn-ing yang disediakan medinasim juga hadirdalam wajah yang lebih interaktif. Tidak ha-nya bacaan jurnal, bentuk e-learning jugaterdiri dari studi kasus dan video webinar.Modul referensi yang berisi pedoman tata-laksana resmi dari PAPDI juga dilengkapifasiltas forum yang memudahkan para ang-gota untuk berinteraksi langsung denganahli dalam topik tersebut.

Mengusung semangat ”dari PAPDI, olehPAPDI dan untuk PAPDI”, Medinasim akanterus dikembangkan untuk kemajuan PAPDIdan seluruh anggota PAPDI. Oleh karenaitu, partisipasi aktif dan masukan dari ang-gota PAPDI, akan sangat bermanfaat untukkemajuan portal Medinasim. (HI)

www.medinasim.com, click!

Launching Website www.mwdinasim.com pada PIN PAPDI XII Surabaya.

Page 48: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi November 201448

Hari Tuberkulosis Sedunia (TB Day)yang jatuh setiap 24 Maret dipe-ringati oleh berbagai lembaga ke-sehatan di dunia. Di Indonesia,

World TB Day 2014 diselenggarakan Ke-menterian Kesehatan RI yang bekerjasa-ma dengan Divisi Respirologi dan PenyakitKritis, Departemen Ilmu Penyakit DalamFKUI/RSCM. “Peringatan hari tuberkulosistahun ini Divisi Respirologi dan PenyakitKritis, Departemen Ilmu Penyakit DalamFKUI/RSCM mendapat kepercayaan men-jadi penyelenggara simposium nasional tu-berkulosis,” kata DR. Dr. Imam Subekti,SpPD, K-EMD, FINASIM Kepala Departe-men Ilmu Penyakit Dalam RSCM dalamsambutannya pada acara Simposium Na-sional World TB Day 2014, di Gedung Me-nara 165, Jakarta, pada 29 Maret 2014lalu.

World TB Day meru-pakan momentum peri-ngatan akan bahaya-nya penyakit tuberku-losis. Saat ini, TB masihmenjadi epidemi di se-bagian besar dunia, ter-utama negara berkem-bang, yang menyebab-kan kematian jutaanorang setiap tahunnya. DirjenPengendalian Penyakit dan PenyehatanLingkungan Kemenkes RI Prof. Dr. TjandraYoga Aditama, Sp.P, MARS pada peresmi-an simposiun nasional tersebut men-gatakan mengingat besarnya permasala-han yang diakibatkan TB, maka TB ter-cakup sebagai salah satu indikator ke-berhasilan program MDG’S. IndikatorMDG’s untuk TB yang harus dicapai Indo-

nesia yaitu menurunnya angka kesakitandan kematian akibat TB menjadi setengah-nya pada tahun 2015, dibandingkan de-ngan kondisi tahun 1990.

Lebih lanjut Prof. Tjandra mengatakan,hampir semua target MDG’S untuk TB diIndonesia sudah tercapai. Pencapaian tar-get MDG’s untuk TB yaitu kejadian TB se-mua kasus per 100.000 penduduk yaitu206 pada tahun 1990 menjadi 185 pada

Pengendalian TB di Indonesiaantara sedih dan gembira. Gembirakarena dapat menekan prevalensi.Sedih karena dihadapkan persoalanpelik, yaitu TB-MDR dan TB-XDRyang belum ada solusinya. Internisturut berkontribusi menanganikasus-kasus advance.

World TB Day 2014

Internis Dituntut MampuMenangani Kasus Advance

Peringatan World TB Day 2014 di Gedung Menara 165 Jakarta.

Page 49: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 49

tahun 2012. Prevalensi TBsemua kasus per 100.000penduduk yaitu 443 pada ta-hun 1990 menjadi 297 padatahun 2012. Angka kemat-ian TB per 100.000 pen-duduk yaitu 92 pada tahun1990 menjadi 27 pada tahun201. Angka penemuankasus TB (CDR) yaitu19,7% pada tahun 2000menjadi 83% pada tahun2012 dan angka ke-berhasilan pengobatan TB(SR) yaitu 87% pada tahun2000 menjadi 90% padatahun 2012. Walaupun sudah ada kema-juan, namun beban permasalahan TB diIndonesia masih cukup besar, yaitu angkakematian 67.000 per tahun dan angka insi-den 460.000 per tahun. Saat ini jumlahpenderita TB di Indonesia menempati per-ingkat empat terbanyak di seluruh dunia.

”Indonesia peringkat empat terbanyakuntuk penderita TB setelah China, India,dan Afrika Selatan. Tapi, itu karena sesuaidengan jumlah penduduknya yang jugabanyak,” kata Prof. Tjandra.

Meski berhasil menekan prevalensi TB,namun pengendalian TB di Indonesia jus-tru mengkhawatirkan. Menurut DR. Dr.Zulkifli Amin, SpPD, K-P, FINASIM, FCCPpengendalian TB saat ini mendapat tan-tangan serius. Yaitu meningkatnya preva-lensi kasus TB-MDR, bahkan sudah dite-mukan beberapa kasus XDR di RumahSakit Paru Persahabatan. “Sudah ada la-poran ditemukannya pasien TB-XDR dicenter paru,” ujar Dr. Zulkifli Amin.

Dr. Ana Uyainah Nazir, SpPD, K-P,FINASIM menegaskan timbul kasus TB-MDR dan TB-XDR ini akibat kesalahansemua pihak. Pasien TB tidak cukup sabardan disiplin selama masa pengobatan. Se-mentara para medis, baik dokter maupunperawat tidak sungguh-sungguh dalammemberi pelayanan. Ada sebagian doktertidak adekuat dalam melalukan pengo-batan. Perawat pun tidak memberi penje-lasan yang cukup mengenai hal-hal yangterkait dengan pengobatan. Begitu puladengan penyelenggara kesehatan yangkurang optimal. Tak sedikit ditemukanobat-obat anti TB yang tidak tersedia dilayanan-layanan kesehatan. Ataupun dis-

tribusi obat yang tidak sampai ke daerah-daerah yang membutuhkan. “Kondisi inisemua karena ulah manusia,” ungkap Dr.Anna menyesali.

Saat ini, lanjut Dr. Anna, untuk menja-min ketersediaan obat anti TB, pihak ru-mah sakit bekerjasama dengan Badan Pe-nyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Se-lama ini, obat-obat TB diberikan gratis di-dukung oleh pemerintah dan global fund.“Sedang dibuat MoU dengan BPJS me-ngenai pembiayaan pasien TB. Karena ti-dak mungkin selamanya bergantung kepa-da global fund,” ujarnya

World TB Day - IJCCCIMPeringatan World TB Day 2014 bersa-

maan dengan The 2nd International JakartaChest and Critical Care Internal Medicine(IJCCCIM) 2014. Menurut Ketua PanitiaIJCCCIM Dr. Ceva W Pitoyo, SpPD,K-P,K-IC, FINASIM event ini adalah tahun keduaDivisi Respirologi dan Penyakit Kritis,Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM menyelenggarakan event interna-tional yang menghadirkan lima pembicarainternational dari Belanda, Malaysia danThailand. Pada workshop kali ini, pesertadapat langsung secara interaktif melaku-kan hands-on dengan alat-alat canggih.Peserta kegiatan ini mendapatkan work-shop basic and advance bronchoscopy,trans torachal biopsy and trans thoracalneedle aspiration, cryobiopsy, cryotherapy,cryoextraction and argon plasma coagula-tion, rigid bronchoscopy – airway stenting,inhaled therapy, endobronchial ultrasound,dan terapi terkini untuk asma berat dengan

menggunakan bronchialthermoplasty.

“Dari acara ini diha-rapkan para internis yangtersebar di seluruh Indo-nesia dapat meningkat-kan kemampuan dalammengobati TB dan pe-nyakit paru lain. Karenainternis dituntut untuk da-pat menangani kasus-ka-sus advance, sepertiMDR dan XDR, terutamayang di daerah,” tuturnyaberharap dari event ini.

Pada workshop ini un-tuk pertama kalinya diperkenalkan di Indo-nesia tentang bronchial thermoplasty. Dr.Eric Daniel Tenda, SpPD mengatakan alatyang diusung Boston Scientific ini meru-pakan terapi mutakhir bagi penderita asmaberat atau persistenyang tidak lagi bisadikontrol dengan obat seperti inhalasi kor-tikosteroid maupun long acting beta 2 ago-nist (LABA). Dengan terapi bronchial ther-moplasty, penggunaan kortikosteroid danLABA oleh pasien asma dapat diturunkandengan sangat signifikan. Terapi ini jugaterbukti, menurunkann total kunjunganpasien ke dokter dan ruang emergensiyang memberikan dampak cukup besardalam mengurangi beban pembiayaankesehatan. “Ini merupakan terapi baru.Dalam kurun waktu empat tahun setelah dilaunching di Amerika, alat ini sudah dapatdigunakan di Indonesia. Peserta workshoptampak sangat antusias,” kata Dr. Eric padalaunching bronchial thermoplasty 30 Maret2014 lalu di Menara 165, Jakarta menggu-nakan alat ini.

Pada acara yang sama, juga diluncurkanwebsite www.respirology.com oleh DivisiRespirologi dan Penyakit Kritis, DepartemenIlmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM dan Jour-nal of Chest and Critical Emergency Medi-cine oleh PERPARI. Melalui situs ini diharapterjalan komunikasi yang lebih intensif, baiksesama sejawat maupun masyarakat luas.Pasien dapat mengakses website untuk me-ngetahui jenis berbagai layanan unggulan.Selain itu Indonesian Society of Respirologyand Critical Care Internal Medicine (PER-PARI) juga sukses menerbit jurnal ilmiah na-sional pertama yang memuat perkembang-an terkini di bidang pulmonologi. (HI)

Page 50: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi November 201450

Seiring perkembangan ilmu penge-tahuan dan teknologi, salah satucabang ilmu kedokteran yang saatini dan masa yang akan datang di

dunia kesehatan makin menantang terkaitdengan problem kesehatan dan persaingandi bidang industri kesehatan, tak terkecualibagi Divisi Respirologi dan PerawatanPenyakit Kritis Departemen Imu PenyakitDalam. Oleh karena itu Divisi Respirologidan Perawatan Penyakit Kritis tetap berusa-ha melakukan yang terbaik dalam meyiap-kan dan mengembangkan layanan.

KegiatanKongres Internasional

Kegiatan rutin yang dilaksanakan setiaptahun adalah dengan membawa hasil pe-

nelitian untuk dipresentasikan pada Kong-res bertaraf Internasional pada November2013, sebanyak 15 hasil penelitian dipre-sentasikan oleh Staf dan PPDS-I padaacara “18th Congress of The Asian Pa-sific Society of Respirology” di antaranyaberjudul :1. Survival of surperior vena cava syn-

drome patients without radiation thera-phy in Cipto Mangunkusumo Hospitaland Dharmais Cancer Hospital.

2. Validation of rapid emergency medicinescore as a prognotic scoring system foradult nonsurgical emergency patients inIndonesia.

3. The profile and survival of superior venacava syndrome patients in CiptoMangunkusumo Hospital and DharmaisCancer Hospital.

SEKILASDIVISI RESPIROLOGI DAN

PERAWATAN PENYAKIT KRITISDEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAMRSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

Page 51: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 51

4. Characteristics and 90 days survival ofsuperior vena cava syndrome patients inCipto Mangunkusumo and DharmaisCancer Hospital.

5. Predictors of mortality for adult medicalemergency patients with pneumonia inIndonesia.

JJIICCCCCCIIMM(Jakarta International Chest and CriticalInternal Medicine)

Kegiatan ini adalah simposium dan work-shop bagi para internis dan sejawat dokterlainnya untuk mendapatkan ilmu dan me-ningkatkan pengetahuan dan keahlian da-lam menangani pasien kritis serta sekaligusmeningkatkan kompetensi dokter-dokterIndonesia yang selalu rutin dilaksanakansetiap bulan Maret. Kegiatan ini dihadirioleh para konsultan, dokter spesialis terna-ma baik Internasional maupun Nasionaldiantaranya Prof. Tom Sutedja, MD, PhD(Netherlands), Prof. David Feller-Kopman,MD (USA), Prof. Parameswaran Nair (Ca-nada), Richard Sue, MD (USA), JamalulAzizi Abdul Rahman, MD, MMED (Malay-sia), Prof. Jamsak Tscheikuna, MD (Thai-land), Prof. Lee Pyng, MD, MBBS, MRCP,MMED (Singapore), Dr. dr. Zulkifli Amin,SpPD, KP, FCCP, FINASIM (Jakarta), Dr. dr.C. Martin R, SpPD, KP, FCCP, FINASIM(Jakarta), dr. Anna Uyainah, SpPD, KP,MARS, FINASIM (Jakarta), dr. CevaWicaksono P, SpPD, KP, KIC, FINASIM(Jakarta).

Dengan berbagai judul Simposium danWorkshop yang sangat menarik, diharapkandapat meningkatkan kemampuan parasejawat dokter dalam menghadapi kasus-kasus di bidang Respirologi dan Penyakit

Kritis diantaranya Bronkoskopi, EBUS,Kateter Vena Sentral, Cryotherapy danArgon Plasma Coagulation, VentilasiMekanik, dan Sten Saluran Napas.

National TB DayPermasalahan TB seakan tidak ada

habisnya sejak ditemukan di abad 20.Meskipun kasus TB paling sering bermani-festasi di paru. TB merupakan penyakityang dapat menyerang berbagai organ ditubuh manusia. Seringkali diagnosis TBmenjadi sulit karena gejala yang tidak spesi-fik. Berbagai permasalahan yang ditemuidalam penanggulangan TB baik dari segiklinis maupun program menyebabkan per-lunya penyebaran informasi di kalanganmedis dan paramedis melalui kegiatanSimposium Nasional Peringatan TBSedunia. Nasional TB Day diselenggarakanpada tanggal 24 Maret, bekerjasama den-gan Kementerian Kesehatan, Subdit TBP2PL, PERPARI, PAPDI, dan FKUI yangjuga sekaligus merupakan Peringatan HariTB Sedunia. Kegiatan ini dihadiri oleh paradokter-dokter tidak hanya di Jakarta tapijuga di seluruh Indonesia. Kegiatan ini jugamerupakan suatu bentuk monitoring danevaluasi di masa yang akan datang.

INDONESIAN JOURNALOF CHEST, Critical andEmergency Medicine

Sejak Maret 2014 PERPARI (Perhim-punan Subspesialis Respirologi dan Pera-watan Penyakit Kritis Indonesia / IndonesianSociety of Respirologi and Critical Care)mulai menerbitkan Jurnal Ilmiah tentang

problem dibidang CHEST, Critical danEmergency Medicine. Dalam satu tahunBuku Jurnal Imiah ini sudah terbit 2 Jilid danakan menerbitkan Jilid ke 3. Penerbitan tiaptriwulan ini merupakan wadah bagi paradokter (dokter umum, spesialis, dan sub-spesialis) untuk publikasi hasil hasil penelit-ian, tinjauan pustaka, hal-hal baru (update),pengetahuan dan keterampilan di bidangRespirologi dan Perawatan Penyakit Kritis.

Roadshow ISTCPenyakit Tuberkulosis (TB) masih meru-

pakan penyakit menular yang menjadi ma-salah kesehatan masyarakat dan salah satupenyebab kematian sehingga perlu dilak-sanakan Program Pengendalian TB (P2TB)secara berkesinambungan. Dalam rangkameningkatkan keberhasilan pengendalianTB di Indonesia salah satu strategi yang ter-cantum dalam 7 strategi utama pengen-dalian TB adalah ekspansi layanan TBDOTS ke seluruh Fasilitas PelayananKesehatan. Pelatihan ini merupakan suatubagian dari sistem pengembangan SumberDaya Manusia (SDM) sehingga dapat me-ningkatkan kinerja secara perorangan, timmaupun institusi dengan peran dan fungsisebagai Pelatih Workshop ISTC & DOTS TBTB bagi anggota PAPDI di Pusat dan Pro-vinsi. Pelatihan ini dilaksanakan denganmenggunakan prinsip pembelajaran orangdewasa (andragogi) yang merupakan ke-giatan interaktif yang diikuti oleh setiap pe-serta latih dengan difasilitasi oleh Pelatih.

(HI)

Page 52: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Pagi itu, rasa syukur teramat sangatterpancar dari wajah pengurus PBPAPDI. Para pengurus, senior danmantan Ketua Umum PB PAPDI

tampak hadir pada peresmian kantor PAPDIyang diberi nama “Rumah PAPDI”. Acarapersemian yang di pandu Sekretaris Jen-deral PB PAPDI Dr. Sally Aman Nasution,SpPD, K-KV, FINASIM, FACP berlangsungpenuh keakraban dan kekeluargaan.

Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr.Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC,FESC, FAPSIC, FACP dalam sambutannyamengatakan PAPDI sudah seyogyanya me-

miliki gedung sendiri. Hal tersebut mengi-ngat PAPDI yang sudah berdiri sejak 1957dan jumlah anggotanya hampir 3000 inter-nis yang terus akan bertambah. Dan inisesuai dengan renstra PB PAPDI yang akanmeningkatkan pelayanan lebih professionalkepada anggotanya. Di samping itu, pro-gram kerja PB PAPDI yang padat dan tan-tangan ke depan yang lebih kompleks. Padakesempatan itu, Prof. Idrus menetapkannama “Rumah PAPDI” mengingat fungsisebagai tempat bernaung anggota PAPDI.

Acara dilanjutkan dengan pemotongantumpeng oleh Prof. Idrus yang diberikan

Tasyakuran dan Peresmian Rumah PAPDI

Pengguntingan pita dan penandatanganan Prasasti Rumah PAPDI. oleh Prof Idrus.

Halo INTERNIS Edisi November 201452

Page 53: Halo Internis Edisi 22

kepada mantan Ketua Umum PB PAPDIProf. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI,FINASIM, FACP. Prof. Samsuridjal merasabersukur PAPDI telah memiliki tempat sen-diri, semoga dapat member manfaat yanglebih buat masyarakat, terutama pada ang-gotanya.

Dr. Pranawa, SpPD, K-GH, FINASIM

dari Surabaya mengatakan sudah semes-tinya PAPDI memiliki tempat sendiri mengin-gat PAPDI sebagai organisasi professionaldan besarnya tantangan ke depan yangmesti diantisipasi.

Hal senada disampaikan Dr. Chairul Rad-jab Nasution, SpPD, K-GEH, FINASIM,MKes. Ia mengatakan ini merupakan langkah

penguatan organisasi agar dapat menaungianggotanya lebih professional.

DR. Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP Ketua PAPDI CabangBandung mengatakan ini adalah penca-paian yang luar biasa untuk menjalankanroda organisasi yang lebih professional. iaberharap ini dapat diikuti oleh cabang-ca-bang PAPDI.

Pada hari yang sama, ada pengurus PBPAPDI yang sedang berbahagia yaitu Dr.Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIMdan DR.Dr. Lugyanti Sukrisman, SpPD, K-HOM, FINASIM yang sedang merayakanhari ulang tahunnya. Pengurus pun mer-ayakan dan memberikan ucapan selamatulang tahun. Selamat ultah dok.

”RUMAH PAPDI (Kantor PB PAPDI)” d/a. Jl. Salemba I No.22-D Kel. Kenari, Kec. Senen Jakarta Pusat 10430 Telp : 021-31928025, 31928026, 31928027 Fax Direct : 021-31928028, 31928027 SMS PB PAPDI : 0856 95785909Email : [email protected] Website : www.pbpapdi.org

KABAR PAPDI

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 53

Page 54: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Pengiriman tenaga kerjamemberikan penjelasan

pada jamaah atau TKItentang pencegahan dan

gejala penyakit ini. PAPDI siap membantumemberikan masukan

dan bantuan untuk sosialisasi hal ini

Dari Semenanjung Arab, ancamanMERS-CoV mengentai Indonesia.Kementerian Kesehatan telah me-meriksa lebih dari 79 sampel warga

Indonesia yang diduga tertular MERS-CoV.Hasilnya, dari semua yang diperiksa terse-but belum ada satupun yang positif. Akantetapi karena tingginya lalu lintas manusia

antara Indonesia dan Timur Tengah, kewas-padaan terhadap penularan virus ini perlumendapat perhatian serius. Lantas sebera-pa bahayakah Middle East Respiratory Syn-drome Coronavirus (MERS-CoV)?

Pengurus Besar Perhimpunan DokterSpesialis Penyakit Dalam Indonesia (PBPAPDI) berpartisipasi berbagi informasi me-

ngenai bahaya MERS-CoV terhadap kese-hatan dengan menyelenggarakan simpo-sium awam PAPDI Forum dengan tema“Wabah Virus MERS-CoV: Seberapa Ba-haya?”, di Aula Fakultas Kedekteran Uni-versitas Indonesia, Salemba, Jakarta pada20 Mei 2014 lalu.

Acara tersebut menghadirkan para pem-bicara yang pakar dibidangnya. Merekaadalah Dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD, K-PTI, FINASIM dengan tema presentasi“Pola Infeksi Virus MERS dan Upaya Pen-cegahannya”, kemudian Dr. Ceva Wicakso-no Pitoyo, SpPD, K-P, FINASIM, KIC de-ngan tema presentasi “PenatalaksanaanVirus MERS” dan Dr. Fera Ibrahim, MSc,PhD, SpMK (K) dengan tema presentasi“Aspek Virologi Virus MERS”. Dan acaraberlangsung dengan moderator DR. Dr. AriFahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM,MMB, FACP.

Kasus infeksi virus ini ke manusia terbi-lang baru. Badan Kesehatan Dunia (WHO)mengumumkan hingga Mei 2014 lalu telahada 401 orang dari 12 negara di seluruh du-nia yang telah didiagnosis menderita penya-kit ini. Seluruh kasus tersebut diperkirakanberasal dari 6 negara yang terletak di TimurTengah. Angka kematiannya saat ini menca-pai 50%. Manifestasi infeksi virus ini cukup

Halo INTERNIS Edisi November 201454

PAPDI Forum: Wabah Virus MERS-CoV,Seberapa Bahaya?

Dr. Sally memberi sambutan dan sekaligus membuka PAPDI Forum.

Para pembicara PAPDI Forum.

Page 55: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 55

lebar, mulai dari tidak bergejala hingga me-miliki keluhan gangguan pernapasan yangcukup berat seperti demam tinggi, batukdan sesak nafas. Telah dilaporkan 93 orangmeninggal. Hingga saat ini belum ditemu-kan suatu vaksin untuk pencegahan penya-kit ini maupun terapi yang spesifik untukmengobatinya.

Sementara para pakar masih mempela-jari bagaimana sesungguhnya cara penye-baran virus ini. PAPDI menganjurkan kepa-da warga yang berada di SemenanjungArab atau pulang dari daerah itu, termasukpara TKI dan jamaah haji dan umroh, untukberusaha melindungi diri mereka sendiri ter-hadap gangguan pernapasan tersebut me-lalui memakai masker, sering mencuci ta-

ngan, hindari kontak erat dengan orang-orang yang sedang sakit, hindari menyen-tuh mata, hidung dan mulut mereka dengantangan yang belum dicuci, dan sering-seringmembersihkan permukaan tubuh yang se-ring disentuh. Perhatian lebih lagi pada ke-giatan ziarah ke tempat-tempat seperti pe-ternakan dan perkebunan karena virus initelah diidentifikasi dan diduga kuat sebagaisumber di hewan kelelawar dan unta.

”Diharapkan para penyelenggara hajidan umroh serta penyelenggara pengirimantenaga kerja ke Semenanjung Arab dapatmembantu memberikan penjelasan pada ja-maah atau TKI yang dikirimnya tentang pen-cegahan dan gejala penyakit ini. PAPDI siapmembantu memberikan masukan dan ban-

tuan untuk sosialisasi hal ini,” kata Dr. AriFahrial Syam.

Seminar setengah hari ini dibuka olehSekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. SallyAman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM,FACP. Pada kesempatan itu, Dr. Sally me-ngatakan PAPDI Forum merupakan salahsatu program rutin PB PAPDI yang bertu-juan memberi edukasi dan pemahamanyang benar mengenai kesehatan atau ber-bagai penyakit yang terkait dengan ilmu pe-nyakit dalam kepada masyarakat dan seja-wat di layanan primer. “PAPDI berupayamemberikan informasi up to date tentangkesehatan kepada masyarakat luas,” kataDr. Sally menjelaskan peran PAPDI di ma-syarakat. (HI)

Page 56: Halo Internis Edisi 22

SOSOK

56

Kiprah Internis MEMIMPIN LEMBAGARISET

Kiprah Internis MEMIMPIN LEMBAGARISET

Prof. DR. Dr. Nasronudin, SpPD, K-PTI, FINASIM

Prof. DR. Dr. Nasronudin,Sp.PD, K-PTI, FINASIM,merupakan guru besar dibidang Ilmu Penyakit Dalamyang dipercaya oleh rektoruniversitas Airlangga untukmemimpin ITD sebagai lem-baga riset. Pada awal dilan-tiknya Januari 2008,Nasronudin mendapat pe-rintah membawa ITD bukansaja bangun “tidur”, bukanhanya berjalan cepat, tapidiminta untuk membawa“terbang” dan “lari” lembagatersebut sehingga bisa ber-kontribusi pada kebutuhanglobal, pemerintah RepublikIndonesia dan menghadirkanmanfaat bagi masyarakat.

Halo INTERNIS Edisi November 2014

Page 57: Halo Internis Edisi 22

SOSOK

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 57

Kebijakan pemerintah Indonesia me-lalui Sinas (sistem inovasi nasional)membuka peluang seluas-luasnyabagi setiap insan untuk berinovasi.

Inovasi penting untuk memformulasikan idesehingga membuahkan luaran guna men-dongkrak harkat dan martabat bangsa Indo-nesia, serta mempercepat tercapainya ke-sejahteraan rakyat Indonesia. Di bidangekonomi, Indonesia berusaha keras untukmendorong percepatan pertumbuhan eko-nomi melalui Master Plan Percepatan Pem-bangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Bi-dang riset, terutama riset dengan produkbioproduk memiliki peluang mengambil pe-ran ini melalui sinergi dan sinkronisasiAcademic-Business-Government (ABG).

Sebagai bangsa Indonesia, setiap insanperlu bersyukur dan berbesar hati karenaIndonesia merupakan salah satu tumpuanharapan dunia. Indonesia Negara besar ter-diri dari 17.503 pulau, 1.128 etnik, 746 ba-hasa yang masuk dalam unity in diversity.Indonesia memiliki karakter, sebagai negarademokrasi ketiga terbesar; berpendudukmuslim terbesar; terkaya biodiversity; nega-ra tropis terbesar termasuk kaya penyakittropis. Indonesia kaya sumber daya alam

(SDA), termasuk kaya mikroorganisme dankaya tanaman obat. Sumberdaya alam yangluar biasa ini harus bisa dikelola denganbaik, dimanfaatkan, dikembangkan, diapli-kasikan oleh para internist. PengelolaanSDA secara baik dan benar berpotensimembuahkan hasil optimal guna merespons

tantangan dan kebutuhan global, nasional,serta kesejahteraan masyarakat Indonesia.Bidang riset dengan inovasi bioproduk diha-rapkan dapat memiliki andil dalam mengan-tarkan Indonesia menjadi 5 besar kekuatanekonomi dunia yang terus bergerak dina-mis, termasuk pendapatan/kapita USD

Penyerahan alat riset Nuclear Magnetic Resonance (NMR) pada tanggal 23 Oktober 2012 di Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga.

Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga.

Page 58: Halo Internis Edisi 22

SOSOK

Halo INTERNIS Edisi November 201458

3.000 (2010), USD 14.250- 15.500 (2025),USD 44.500-49.000 (2045). (MP3EI, BPPT,2013).

Institute of Tropical Disease (ITD)Universitas Airlangga merupakan salah satulembaga riset yang menjadi aset bangsaIndonesia. Lembaga ini membuka peluangbagi para peneliti untuk melakukan inovasiriset dan mensukseskan program MP3EImelalui ABG. Bioproduk riset penting diu-payakan guna memenuhi tuntutan globaldan keperluan nasional agar target Indone-sia menduduki 5 besar ekonomi raksasadunia tahun 2025- 2030 terealisasi.

Prof. DR. Dr. Nasronudin, Sp.PD, K-PTI,FINASIM, merupakan guru besar di bidangIlmu Penyakit Dalam yang dipercaya olehrektor universitas Airlangga untuk memim-pin ITD sebagai lembaga riset. Pada awaldilantiknya Januari 2008, Nasronudin men-dapat perintah membawa ITD bukan sajabangun “tidur”, bukan hanya berjalan cepat,tapi diminta untuk membawa “terbang” dan“lari” lembaga tersebut sehingga bisa ber-kontribusi pada kebutuhan global, pemerin-tah Republik Indonesia dan menghadirkanmanfaat bagi masyarakat. ITD merupakanlembaga riset, dilengkapi dengan peralatan

laboratorium molekuler canggih. Pada awalnya, sang internist kesulitan

mengenali berbagai peralatan laboratoriummodern tersebut. Di samping itu dihadapkanpada benteng kokoh yang dibangun para

guru besar seniornya. Di ITD terdapat ber-bagai kelompok studi yang rerata dipimpinoleh para seniornya. Namun, Prof. Nasro-nudin berdasarkan pengalamannya mela-lang buana 8 tahun di Propinsi Riau (Pekan-

””

Pada awalnya, sang internist kesulitan mengenaliberbagai peralatan laboratorium modern tersebut.Di samping itu dihadapkan pada benteng kokoh yangdibangun para guru besar seniornya. Di ITD terda-pat berbagai kelompok studi yang rerata dipimpinoleh para seniornya. Namun, Prof. Nasronudinberdasarkan pengalamannya 8 tahun melalangbuana di berbagai daerah Indonesia berusahamelakukan berbagai pendekatan dan inovasi.Manejemen dikelola secara sentral, transparan,akuntabel. Selain pembenahan internal juga ekster-nal, termasuk mengembangkan sayap dengan men-jalin kerjasama dengan berbagai pusat riset danperguruan tinggi dalam negeri maupun luar negeri.

Alat research Nuclear Magnetic Resonance (NMR) untuk Analisis Senyawa.

Page 59: Halo Internis Edisi 22

SOSOK

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 59

baru, Tanjung Pinang, Kepulauan Natuna,Kepulauan Dabo Singkep) dan 2 tahun diAmuntai, Hulu Sungai Utara, KalimantanSelatan berusaha melakukan berbagai pen-dekatan dan inovasi. Manejemen dikelolasecara sentral, transparan, akuntabel.Selain pembenahan internal juga eksternal,termasuk mengembangkan sayap denganmenjalin kerjasama dengan berbagai pusatriset dan perguruan tinggi dalam negerimaupun luar negeri.

Berbagai pusat riset dan perguruan ting-gi luar negeri yang berhasil membangunkerjasama dengan ITD antara lain: KobeUniversity, Mahidol University, NIH Thailand,OITA University, Osaka University, NagasakiUniversity, JICA-JST/Satreps, NeumedixAustralia, KNAW (Erasmus Univ.), Univer-sity Putra Bangsa Malaysia, INiTha (ITD UA- Osaka University - Kobe University - Mahi-dol University - Thailand NIH), NationalInstitute of Cholera and Enteric Disease(NICED) India, Tokyo University, Sydney

University, LEEDS University, KumamotoUniversity, Shanghai University, NewcastleUniversity, dan masih banyak lagi.

Selain menjalin kerjasama dengan luarnegeri, ITD tidak melupakan kerjasama de-ngan institusi dalam negeri, yaitu beberapalembaga riset/Perguruan tinggi dan bebera-pa Industri termasuk BUMN seperti Biofar-ma, Kimia Farma, Indofarma, PT. Riset Per-kebunan Nusantara (RPN), Pusat Peneli-tian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Konsor-sium Riset Ruminansia Besar NTB-NTT, PTStar speciality Chemicals Indonesia, PT. Pu-puk Kaltim, Pusat penelitian Kopi dan KakaoJember, Konsorsium Pusat Pengembangandan Pemanfaatan Rumput Laut SulawesiSelatan, Ma Chung Research Center forPhotosynthetic Pigments Universitas MaChung Malang, Pusat Kesehatan TNI–ADdan unitnya RSPAD Gatot Soebroto, RS.Pusat Soelianti Saroso dan lain-lain.

Prof. Nasronudin, berharap agar Indone-sia menjadi barometer penanggulangan

penyakit infeksi dunia. Riset di ITD difo-kuskan pada Medical and Health Biotechno-logy agar dapat membuahkan produk aka-demik; produk Kebijakan; dan Bioprodukmelalui pengembangan riset bidang pence-gahan, diagnosis dan terapi. Bidang pence-gahan melalui pengembangan berbagaivaksin. Inovasi diagnotik, terutama meng-ubah penyakit yang underdiagnosis menjaditerdiagnosis (misal diagnosis West NileVirus, Legionella, dll); diagnosis lambat di-ubah menjadi cepat, serta mengembangkanberbagai kit diagnostik agar Indonesiamampu berdikari dalam prevensi dan pe-nanggulangan penyakit infeksinya sendiri.Inovasi bidang terapi, dikembangkan terapipenyakit berbasis herbal lokal Indonesiayang selain menghasilkan produk jugamembantu para petani agar semakin se-jahtera. Disamping itu juga dikembangkanterapi berbasis proteomik dan berbasisstem cell. Beliau berharap bahwa Indonesiabetul-betul mampu memformulasikan risetmaju (advanced research) dan menjadipusat research excellence yang memadu-kan pendekatan health science, life science,dan social science sehingga mampu meng-gapai inovasi penanggulangan penyakitmelalui pendekatan holistik.

Kerja keras ITD selama 5 tahun yangdinahkodai seorang internist dan disokongoleh berbagai komponen peneliti yang han-dal ternyata mampu membuahkan hasil danrespon positif dari berbagai pihak dalam danluar negeri. Tidak ketinggalan respon positifdari pemerintah Republik Indonesia melaluiKemenristek RI. Menristek RI berketetapanmemilih dan menetapkan ITD-UA sebagaiPUSAT UNGGULAN IPTEK di bidang Kese-hatan, Obat, dan Biologi molekuler terkaitPenyakit Tropik Infeksi. Tidak berhenti disi-tu, pada perjalanan lanjut ITD juga menda-pat kepercayaan terakreditasi dari KomiteNasional Akreditasi Pranata Penelitian &Pengembangan (KNAPP). Puncaknya ITD-UA memperoleh anugerah PRAYOGASALAdari Menristek RI di penghujung Agustus2013, karena dinilai berhasil mengem-bangkan kelembagaan riset serta memper-luas jejaring riset dalam maupun luar negeri.PR selanjutnya adalah apakah ITD mampumempertahankan predikat tersebut. Tentusemua tergantung sinergitas seluruh kom-ponen ITD dan izin Allah SWT.

(Widiyanti/Anis/HI)

Kegiatan riset di Bio Safety Level-3, (BSL-3) ITD-UA.

Page 60: Halo Internis Edisi 22

Mediasi danPenyelesaian SengketaAlternatif

Mediasi adalah salah satu bentuk pe-nyelesaian sengketa (alternativedispute resolution/ADR) yang dila-

kukan oleh pihak-pihak yang bersengketa,dengan menggunakan jasa pihak ketiga(yang netral) sebagai mediator, dengan tu-juan menghasilkan kesepakatan, atau kepu-tusan bersama guna menyelesaikan seng-keta tersebut tanpa harus melalui prosespengadilan

Pada saat ini ADR melalui mediasi, men-jadi salah satu alternatif penyelesaian seng-keta hukum yang populer diberbagai nega-

ra. Selain Indonesia, mediasi telah diguna-kan untuk menyelesaian sengketa di luarperadilan, di negara Amerika Serikat, Je-pang, Korea, Hongkong, Australia, Sri Lang-ka, Rusia,Thailand, Singapura dan lain-lain.

Dengan diberlakukan Undang UndangRI Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbiterasedan Alternatif Dalam Penyelesaian Perkara,semakin kuat landasan penggunaan me-diasi dalam penyelesaian sengketa hukumdi Indonesia. Selain itu prosedur mediasi diIndonesia juga diperjelas, oleh PeraturanMahkamah Agung R.I (PERMA) tahun2001. Maka seharusnya saat ini hanyasengketa perdata yang gagal diselesaikandengan ADR, yang dilanjutkan ke prosespersidangan di pengadilan.

Sebagai dasar hukum penggunakan me-diasi pada penyelesaian sengketa di bidangmedis, adalah pasal 29 UU No 36 Tahun1999, Tentang Kesehatan, dimana dalamUU Kesehatan tersebut, untuk sengketa hu-kum akibat kesalahan atau kelalaian tena-ga kesehatan, diwajibkan diselesaikan lebihdahulu dengan cara mediasi, sebelum me-milih penyelesaian lewat jalur hukum

Mediasi di Pengadilandan Mediasi NonLitigasi

Berdasarkan tempat untuk menyelesai-kan sengketa, ada dua macam cara mediasiyang dapat ditempuh, Pertama mediasiyang dilakukan sepenuhnya di luar prosespengadilan. Kedua adalah mediasi yang di-lakukan pada perkara yang sedang dalam

proses peradilan tetapi belum ada putusanhukum yang berkekuatan tetap.

A. Mediasi DalamProses Peradilan

Mediasi yang terjadi di pengadilan ada-lah mediasi yang terjadi pada sengketa hu-kum yang gugatannya telah didaftarkan se-bagai gugatan perdata di pengadilan negeri.Cara ini dapat ditempuh karena berdasar-kan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA)No 1. Tahun 2008, pada semua proses per-adilan perdata, sebelumnya harus telah di-lakukan mediasi. Hakim bahkan dapat me-nunda proses peradilan, guna memberi ke-sempatan pada mereka yang bersengketauntuk melakukan mediasi. Bahkan suatuputusan peradilan yang ternyata tidak me-lalui proses mediasi terlebih dahulu, dapatdinyatakan batal demi hukum

Mediasi dalam proses peradilan dapatdilakukan sepanjang waktu, selama perkaratadi belum diputus. Jadi, mediasi dapat dila-kukan sejak dari saat perkara masih di ting-kat Pengadilan Negeri ketika perkara dalamproses banding di Pengadilan Tinggi, Atau-pun waktu perkara berada pada proses ka-sasi di Mahkamah Agung. Bahkan mediasijuga bisa dilakukan pada suatu perkarayang sedang dalam proses peninjauankembali

Mediator untuk perkara yang sudah sam-pai di pengadilan, sering disebut sebagaimediator hukum. Adapun mereka yangdapat menjadi mediator dipengadilan ataumediator hukum adalah hakim, akademisihukum, profesi bukan hukum yang diang-

INFO MEDIS

Halo INTERNIS Edisi November 201460

Dr Bambang Subagyo, SpPD,FINASIM

Dewan Etik dan Pembelaan Anggota PB PAPDI

Mediasi Pada PenyelesaianSengketa Medis

Page 61: Halo Internis Edisi 22

INFO MEDIS

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 61

gap menguasai dan berpengalaman dalammasalah itu, atau gabungan dari profesi-profesi tersebut (Pasal 8, PERMA tentangProsedur Mediasi Disidang Pengadilan).

B. Mediasi DiluarProses Peradilan

Mediasi di luar pengadilan (mediasi nonlitigasi) adalah mediasi yang dilakukan olehmediator yang dipilih oleh pihak-pihak yangbersengketa, dengan harapan sengketanyadapat diselesakan, tanpa harus melalui pro-ses persidangan di pengadilan.

Walaupun hasil kesepakatan yang diper-oleh mediasi ini terjadi diluar pengadilan,namun kesepakatan yang diperoleh dapatdibawa ke pengadilan untuk dikukuhkanmenjadi suatu akta perdamaian. Adapunsuatu akta perdamaian yang sudah diku-kuhkan oleh pengadilan negeri, akan men-

jadi suatu kesepakatan yang telah berke-kuatan hukum karena bersifat final dan me-ngikat. Sehingga akta tersebut akan berlakulayaknya suatu putusan hakim yang mem-punyai kekuatan hukum tetap (in kracht vangewijsde) sehingga bila terjadi pelanggaranterhadap hal hal yang telah disepakati olehpara pihak, dan telah tercantum dalam aktaperdamaian tersebut, maka pelanggarantersebut akan menjadi suatu pelanggaranhukum, yang sanksi hukumnya telah diaturoleh pasal-pasal dalam KUH Perdata, khu-susnya tentang ingkar janji.

Apabila wanprestasi (ingkar janji) terse-but, menyebabkan kerugian pada salah sa-tu pihak, dapat digugat ganti rugi oleh pihakyang dirugikan. Bahkan juga dimungkinkanoleh hukum, pihak yang melakukan wan-prestasi, harus memberi bunga (interest), disamping pembayaran ganti rugi pada pihakyang mengalami kerugian itu.

Mediator Dan HasilMediasinya

Ada dua macam mediator dalam penan-ganan sengketa hukum melalui jalur non lit-igasi, termasuk untuk sengketa medik ini,ialah mediator tanpa sertifikat dan mediatorbersertifikat. Adapun yang disebut sebagaimediator bersertifikat, adalah mereka yangtelah mengikuti pendidikan mediator yangdiselenggarakan oleh suatu lembaga pen-didikan mediator, yang telah diakreditasioleh Mahkamah Agung RI (pasal 5.PERMA. No 1 tahun 2008) Sedangkanmediator tidak bersertifikat adalah mediatoryang belum mengikuti pendidikan mediator,yang diselenggarakan oleh lembaga pen-didikan mediator yang terakreditasi olehMahkamah Agung

Proses mediasi dan cara yang diguna-kan untuk mencapai kesepakatanbersama, tidak berbeda pada ke-dua macam mediator tersebut.Hasil kesepakatannya juga tidakberbeda namun terdapat perbe-daan besar dalam tindak lanjut danstatus hukum dari kesepakatanyang telah dicapai oleh kedua ma-cam mediator tersebut.

Pada mediator bersertifikat, ha-sil kesepakatan yang telah ditandatangani oleh pihak-pihak yang ber-sepakat dan mediatornya. Dapatlangsung didaftarkan ke peng-adilan negeri guna dikukuhkanmenjadi “Akta Perdamaian” se-hingga status hukum dari kesepa-katan perdamaian tadi menjadikuat. Karena suatu akta perdamai-an yang telah dikukuhkan penga-dilan negeri, mempunyai kekuatanhukum tetap yang mengikat, se-hingga akta ini tidak mudah di-ganggu gugat dan ditafsirkan se-maunya.

Sebaliknya kesepakatan yangdiperoleh dengan perantaraan me-diator tidak bersertifikat, tidak da-pat didaftarkan ke pengadilan un-tuk dikukuhkan sebagai akta per-damaian. Kesepakatan tersebuthanya dapat ditandatangani di de-pan notaris, atau dibuatkan aktaotentiknya oleh notaris sehingga

Keuntungan Dan Kerugian Mediasi Non Litigasi

Selama ini sudah terbukti bahwa berperkara lewat pengadilan (litigasi), mempunyai banyak kele-mahan, di antara kerugian itu adalah:1. Prosesnya bisa memakan waktu, karena memerlukan sidang pengadilan berkali-kali. Juga bila

ada pihak yang tidak puas dengan keputusan hakim bisa berlanjut dengan peradilan banding,pengajuan kasasi dan sebagainya sehingga prosesnya akan semakin lama.

2. Sering memerlukan biaya besar, akibat proses yang bisa berlangsung lama. 3. Para pihak saling mengadu bukti dan argumen, untuk pembenaran diri. 4. Keputusan akhirnya ditetapkan oleh hakim, sehingga sangat formal. Namun tidak selalu

dirasakan sebagai putusan yang “win-win” bagi yang bersengketa, bahkan bisa dirasa seba-gai sesuatu yang “win-loss”

Semua alasan kelemahan dari proses litigasi tersebut diharapkan tidak akan terjadi pada prosespenyelesaian sengketa dengan mediasi non litigasi. Karena mediasi non litigasi mempunyai kele-bihan kelebihan, berupa : a. Prosesnya lebih informal dan flexibel, karena difasilitasi mediator yang dipilih bersama, serta

menguasai obyek yang disengketakan sehingga lebih sesuai dengan semangat musyawarahuntuk mufakat.

b. Penyelesaiannya tidak perlu waktu lama, karena agendanya diatur sendiri.c. Kerahasiaan dapat dijamin, karena penyelesaian dengan cara ini bisa dilakukan dengan diam-

diam, hanya diketahui oleh pihak yang terlibat saja sehingga rahasia dokter, pasien dan rumahsakit akan tetap terjaga.

d. Pada pembahasannya tidak terjadi pembenaran diri, melainkan berusaha mencari titik temusebagai landasan dari suatu solusi bersama.

e. Terdapat banyak kemungkinan keputusan yang ”win win solution”.

Adapun kekurangan yang ditemukan dalam proses mediasi tersebut, adalah. a. merupakan hal yang baru, sehingga masih belum banyak dikenal.b. masih sulit mencari mediator yang handal dan menguasai masalahnya.c. masih ada pendapat litigasi adalah satu satunya cara penyelesaian terbaik

Page 62: Halo Internis Edisi 22

INFO MEDIS

kesepakatan tersebut hanya akan menjadi”akta di bawah tangan”, yang kekuatan hu-kumnya tidak sekuat suatu akta perdamaianyang disahkan oleh pengadilan. Sehinggadikemudian hari, jika salah satu pihak yangtelah bersepakat tadi, merasa tidak puasdengan perjanjian didepan notaris tersebutatau ada keberatan yang lain terhadapkesepakatan tersebut pihak yang tidak puasdapat menggugat masalah itu dan memintauntuk diselesaikan melalui jalur litigasisehingga otomatis masalah itu akan menja-di sengketa hukum, yang akan diselesaikanlewat proses peradilan (litigasi). Kejadianseperti ini tidak akan terjadi, apabila kese-pakatan damai tersebut telah menjadi suatuakta perdamaian yang dikukuhkan olehpengadilan.

Fasilitator ProfesionalDan Imbal Jasanya

Semula mediator dianggap hanya akanberperan apabila kedua pihak yang ber-sengketa, tanpa bantuan pihak ketiga tidakdapat mencapai titik temu dalam menyele-saikan masalah yang disengketakan. Dahu-lu tugas mediator dianggap hanya terbatasuntuk memfasilitasi proses perundingan,mengidentifikasi inti permasalahan danmendorong agar dapat tercapai kesepakat-an pada pihak pihak yang bersengketa.

Dahulu tugas seorang mediator hanyadianggap cukup membantu para pihakyang bersengketa, agar terjadi :

1. Komunikasi yang efektif dan efisien,serta mengurangi rasa permusuhan.

2. Menetapkan prioritas pokok penyele-saian masalah dan negosiasinya se-hingga dicapai kesepakatan yang“win-win” pada pihak yang berseng-keta.

3. Memperkecil kesenjangan pemaham-an para pihak, terutama terkait de-ngan istilah medis dan terminologi hu-kum sehingga yang bersengketamampu melihat masalah yang diseng-ketakan dengan obyektif.

4. Menjelaskan posisi masing masing pi-hak, dan membantu para pihak agarrealistis terhadap keinginan atau gu-gatannya.

Namun dalam praktik, ternyata banyaksengketa yang cukup rumit dan pelik, kare-na sangat teknis sehingga memerlukan me-diator yang selain bertindak sebagai fasilita-tor untuk mediasi, juga harus menguasaimasalahnya. Hal ini sering menyulitkan bagimediator yang akan menangani sengketayang menyangkut profesi medis, karenaperlu pemahaman khusus suatu sengketamedis yang tampak sederhana ternyata ru-mit, sebab menyangkut masalah etika pro-fesi, teknis medis atau ilmu kedokteran yangsangat spesialistik. Akibatnya mediatorsengketa medis, yang tidak menguasai ma-salah dan logika ilmu kedokteran akanmengalami kesulitan.

Apakah bagi mediator harus disediakanuang jasa, atas waktu dan pengorbananyang diberikan? Dan bagaimana cara me-nentukan besar jasa tersebut? Kalau jasamediasi itu dilakukan oleh mediator profesio-nal, atau bagian dari suatu biro hukum swas-ta, tentu pada mediator tersebut akan adabiaya pembayaran jasa, yang harus dikeluar-kan oleh pihak yang bersengketa. Tetapi bisasaja suatu mediasi dilakukan oleh seorangmediator atau lembaga yang tidak menuntutbiaya untuk hal itu.

Namun yang jelas kalau harus ada biayauntuk jasa mediasi tersebut, besar biayadari jasa mediasi tersebut, harus ditentukandi depan atau sebelum proses mediasidilakukan. Seorang mediator tidak dibenar-kan menentukan biaya mediasi didasarkan

pada prosentase atau dikaitkan dengan nilaimateriil hasil akhir atau kesepakatan yangakan dihasilkan oleh mediasi tersebut.

Dokter SebagaiMediator

Dari uraian di depan ada kesan tidak mu-dah bagi semua orang, untuk berperan men-jadi mediator dari suatu sengketa medis, khu-susnya untuk mereka yang tidak faham ten-tang kedokteran dan profesi medis. Karenaitu tidak ada salahnya jika dari kalangan pro-fesi medis sendiri, ada yang tertarik dan ber-sedia menjadi mediator bagi sengketa medik

bahkan salah satu ke-untungan dari dokteryang menjadi media-tor akan lebih mudahmemahami masalah-nya, serta mempunyaiakses informasi yanglebih luas jika diban-dingkan dengan me-diator yang tidak ber-asal dari kalanganmedis.

Dokter yang inginmenjadi mediator darisuatu sengketa medis,tidak harus seorangdokter senior ataudokter yang telah me-ngikuti pendidikan hu-kum secara formal.Bagi para dokter muda

yang berminat, juga terbuka luas kesem-patan untuk ini. Yang penting para pihakyang bersengketa menyetujui. Tentunya saatmenjadi mediator harus bersedia berlakuprofesional, obyektif, netral dan jujur, baik ter-hadap sesama dokter yang sedang yangbermasalah maupun pada pihak-pihak yangbukan dokter dalam masalah itu.

Hambatan dan kesulitan dalam mediasipasti ada, namun itu adalah romantika dantantangan yang menarik pada mereka yangtelah memilih peran menjadi mediator. Jugaharus disadari oleh para mediator, bahwa se-kalipun sudah dimediasi sangat sulit untukmemberikan kepuasan yang persis sama pa-da para pihak yang bersengketa tersebut.Nah, bagaimana menurut anda? Apakah an-da berminat mernggeluti bidang ini?

Halo INTERNIS Edisi November 201462

Page 63: Halo Internis Edisi 22

SOSOK PAPDI

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 63

Mendengar nama PIT IPD,yang terbayang adalahsimposium ilmiah, work-shop, poster penelitian,

serta pameran alkes dan farmasi.Namun gambaran tersebut sedikitberbeda pada Pertemuan Ilmiah Ta-hunan Ilmu Penyakit Dalam (PITIPD) FKUI/RSCM 2013 lalu. Padaevent tersebut, beberapa internismenggelar pameran fotografi.

Boleh jadi ini kali pertama padaPIT IPD FKUI/RSCM diselingi den-gan pameran fotografi. Pameranbertema “Sights and People: aPhotographic Journey” ini diseleng-garakan atas prakarsa para ahlihematologi onkologi medik, Prof. Dr.Zubairi Djoerban, SpPD, K-HOM,FINASIM, DR. Dr. Aru W. Sudoyo,SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP danDR. Dr. Lugyanti Sukrisman, SpPD,K-HOM, FINASIM. Mereka ditambahbeberapa konsultan dan residen me-mamerkan koleksi-koleksinya diLantai Dasar Hotel Ritz Carlton Ja-karta.

Fotografi merupakan kegemaranyang membutuhkan passion yangbesar. Tak banyak klinisi yangmenekuni fotografi. Namun, bagibeberapa konsultan penyakit dalamFKUI/RSCM, fotografi merupakan se-buah hobi. Tak jarang mereka me-ngorbankan waktunya untuk mencariobjek bagus untuk menghasilkankarya fotografi yang indah. Selain tigakonsultan hematologi onkologi mediktersebut, masih terdapat sederetnama pencinta fotografi dari Depar-temen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/-RSCM. Sebutlah nama-nama sepertiDr. Budi Setiawan, SpPD, K-PTI, Dr.

Pameran FotografiDi Pertemuan Ilmiah

Tahunan Penyakit Dalam

Page 64: Halo Internis Edisi 22

SOSOK PAPDI

Halo INTERNIS Edisi November 201464

Khie Chen Lie, SpPD, K-PTI, dan Dr. DanteSaksono Harbuwono, PhD, SpPD, K-EMD.

Pameran foto ini sangat spesial karenadirencanakan dalam jangka waktu yang cu-kup panjang, sekitar 6 bulan sebelum pamer-an berlangsung. Acara ini diselenggarakan diHotel Ritz Carlton, Jakarta bertepatan de-ngan event PIT, tepatnya tanggal 26-27 Ok-tober 2013. Event yang dibantu oleh PPDSini sebenarnya sudah ada dalam benak parapenggagas sejak beberapa tahun lalu, na-mun baru sempat terlaksana saat itu. Selainketiga penggagas, pameran ini diikuti jugaoleh para konsultan lain yang memiliki pas-sion tinggi terhadap fotografi, Dr. Budi Setia-wan, SpPD, K-PTI, Dr. Khie Chen Lie, SpPD,K-PTI, serta PPDS ilmu penyakit dalam.

Menurut Dr. Lugy yang merupakan orangyang dengan telaten mempersiapkan pa-meran ini, pameran fotografi ini diharapkanmenjadi langkah awal bagi event lain untukmenghimpun para pencinta fotografi di de-partemen maupun PAPDI. Konsultan hema-tologi yang menggeluti fotografi karena ke-tularan suaminya yang merupakan konsul-tan obstetri dan ginekologi ini merenca-

Foto-foto Pameran Fotografi di PIT IPD 2013.

Page 65: Halo Internis Edisi 22

SOSOK PAPDI

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 65

nakan sebuah kegiatan hunting foto ber-sama dengan rekan-rekan sejawat atauacara pertemuan dan diskusi dengan paratokoh fotografer profesional. Saat ini, iatelah mengoleksi puluhan foto hasil jepret-annya sendiri dari tak kurang 10 negara.Beberapa koleksinya menampilkan keinda-han alam Afrika Selatan yang ia tampilkan

dalam pameran kali ini. Beberapa foto yangdipajang merupakan favoritnya. “Biasanyasaya hunting foto saat bepergian ke luarnegeri untuk kongres kedokteran atau me-nemani suami yang kongres kedokteran,”papar dokter yang juga mahir dalam tenis,basket, dan banyak aktivitas seni danolahraga lainnya ini.

Berbeda dengan Dr. Lugy yang menye-nangi fotografi landscape, Dr. Aru banyakmenyumbangkan foto-foto human interesthasil jepretannya di beberapa negara. Foto-foto karya Ketua Umum PB PAPDI periode2006-2012 ini juga diambil dari berbagainegara. Detailnya sangat bagus. MenurutDr. Aru, ia memang sudah lama mencita-citakan sebuah pameran fotografi di depar-temennya, namun tertunda karena padat-nya kesibukannya sebagai Ketua Umum PBPAPDI saat itu. Ia mengaku gembira danbersyukur dengan pelaksanaan pameranfotografi ini.

Pameran fotografi ini dibuka secara res-mi oleh Ketua Departemen Ilmu PenyakitDalam FKUI/RSCM, DR. Dr. Imam Subekti,SpPD, K-EMD, FINASIM dan Ketua PanitiaPIT IPD, DR. Dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, FINASIM. Pameran yang berlangsungselama 2 hari penuh ini menjadi daya tariksendiri di acara PIT tahun ini. Semoga ditahun-tahun mendatang kegiatan ini dapatmenjadi agenda rutin departemen dan se-makin banyak anggota PAPDI yang jugamencintai aktivitas fotografi. (HI)

Page 66: Halo Internis Edisi 22

Mata LainProf. Zubairi Djoerban

Mata Lain Prof. Zubairi Djoerban

SOSOK PAPDI

“Look Into My Eyes”, You Will See The World.Lihatlah ke dalam mataku, maka ada banyak cerita di situ. Dengan mata sekarang ini, saya bisa memotret berbagaibelahan dunia.Maupun berbagai daerah di Indonesia.

“Look Into My Eyes”, You Will See The World.Tolong dilihat mataku yang sebelah kanan. Yang biasa dipergunakan untuk melihat ruang intip padakamera, suatu saat pernah buta total, gelap gulita.

Mengapa saya memotret dan memotret?Kebutaan mata kanan secara total, Ablasio Retina yanglepas secara alami beberapa tahun lalu.Gelap, hitam total. Dunia seakan runtuh, nyaris putus asaketika itu.

Saya amat bersyukur kepada Allah SWT yang MahaPengasih dan Maha Penyayang,

Yang telah memberi ujian dan takdir sehingga saya bisabertemu dengan dokter mata yang baik, Dr. Cahyono dan Dr. Soedarman Syamsoe, serta tim JEC.Yang paling penting adalah saya beruntung punya sahabatdokter spesialis mata yang amat canggih dan empati. Sayamendapat tindakan dengan cepat. Operasi retina dilakukan.Setelah beberapa minggu, mata saya divonis pulih.

Kesabaran yang teramat sangat dibutuhkan pada saat itu. Tidak pernah tahu rencana Tuhan atas ujian ini.Mata yang pernah buta total itu, kini dapat melihat kembali.Mensyukuri nikmat Allah Ta’ala yang demikian besar itu.Maha Kasih yang telah memulihkan pandangan saya untukdapat berbagi teman orang lain melalui fotografi. AblasioRetina, akhirnya menjadi motivator untuk saya.

Saya juga bersyukur karena sebagai dokter, seringkali beper-gian dalam rangka tugas, mukernas, kongres dan lain-lain.Sehingga memiliki kesempatan memotret disetiap tempat.

Halo INTERNIS Edisi November 201466

Page 67: Halo Internis Edisi 22

SOSOK PAPDI

Selain itu,rupanya de-ngan fotografi, komunikasi dok-ter dengan pasien jauh lebih baik.Manusia kecenderungan senang difoto.

Saya memang bukan fotografer, namun saya hanya berkeinginan untukberbagi ketika saya mengunjungiberbagai tempat. Keindahan ciptaan Ilahi yang saya lihatdan rasakan melalui mata dan hati.Kalaupun bisa disebut karya foto, itusebetulnya, sekali lagi, itu hasil dariteknologi, keberanian untuk mencetak,keberanian untuk membukukan apa yangtelah saya kerjakan untuk menyajikanciptaan Tuhan.” (Zubairi Djoerban)

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 67

Launching Buku dan Pameran Fotografi, 10 Nopember 2014di Lorong RS Kramat 128, Jakarta

BIODATA :Nama : Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD,

K-HOM, FINASIMLahir : Yogyakarta, 11-02-1947Nama istri : Sri WahyuningsihNama anak : Dini, Dono, DianaRiwayat Pendidikan: FK UI - 1971, Spesialis Penyakit Dalam FK UI - 1978,Khom FK UI - 1986, Post Gradueate Training, ICIGPerancis - 1983, Cancer Exchange Programme AtMD Anderson Cancer Center, HoustonRiwayat Jabatan: Ketua Senat FKUI - 2008–2013, Kepala DivisiHematologi-Onkologi IPD FKUI/RSCM, Ketua Prog-ram Studi IPD FKUI/RSCM - 1995–2002, KetuaKolegium IPD - 2006–2009, Ketua PemeriksaKesehatan Capres/Cawapres RI 2009 dan 2014,Ketua MPPK IDI - 2006–2012, Ketua Dewan Pena-sehat PB IDI - sekarang, Ketua Indonesia AidsSociety - sekarang, dan lain-Lain.

Page 68: Halo Internis Edisi 22

OBITUARI

Kehilangan besar dirasakan oleh se-genap civitas akademika FakultasKedokteran Universitas Diponegoro,khususnya Departemen Ilmu Penya-

kit Dalam atas kepergian salah satu pakarterbaik yang pernah ada yaitu Prof. Dr. dr.RRJ. Sri Djokomoeljanto, SpPD, K-EMD.Dan tentu saja dunia endokrinologi ikut ber-duka atas kepergian Guru Besar yang di-angkat sebagai Bapak Tiroid Nasional ini.

Berita duka itu disampaikan langsungoleh pihak keluarga, yang mengabarkanbahwa pada Jumat, 13 Desember 2013 pu-kul 04.40 WIB, Prof Djoko menghembuskannafas terakhirnya di RS Elizabeth Sema-rang. Dosen dan Guru Besar Fakultas Ke-dokteran Universitas Diponegoro Semarangini, meninggal dunia dalam usia 76 tahun.Setelah disemayamkan di rumah duka dandisemayamkan pula di Undip untuk mem-berikan kesempatan pada segenap civitasUndip memberikan penghormatan terakhirpada salah satu pelopor berdirinya FKUndip ini. Selanjutnya almarhum Prof Djokodimakamkan di pemakaman umum Trunojo-yo Banyumanik, Semarang.

Guru Besar kelahiran Boyolali, 23 Feb-ruari 1937 ini meninggalkan seorang istriyaitu Maria Antonia Sartini, tujuh anak (5putra, 2 putri), dan 15 orang cucu. Keper-gian Ketua Dewan Pengarah PB PERKENIini mengingatkan kita akan jasa-jasa dankontribusi nyata almarhum pada duniakedokteran di Indonesia. Kecintaannya pa-da profesi dibuktikan dengan totalitas dalambekerja. Meniti karier sebagai dosen Undipsejak tahun 1962 dan sempat memegangbeberapa jabatan penting seperti Ketua De-

partemenIlmu PenyakitDalam dan DekanUndip pada tahun 1980.

Prestasi dan kontribusi Beberapa penghargaan seperti Doktor

Teladan Bidang Ilmiah dari PB IDI meneri-ma Piala Widya Film Ilmuah Populer “TheIodine Deficiency” 1985. Oleh PengurusBesar Perhimpunan Endrokrinologi Indo-

nesia (PB Perkeni) diberikan gelarkehormatan sebagai Bapak Tiroid

Indonesia pada Mei 2013 lalu,dan pada saat yang sama

dinobatkan sebagai BapakGAKI (Gangguan Akibat

Kurang Yodium) Nasio-nal oleh KementrianKesehatan.

Bagi Undip, Prof.Djoko adalah ba-gian penting dalamperjalanan salahsatu universitasternama di Indo-nesia ini. Tak ha-nya menjadi tena-ga pengajar yangmelahirkan banyak

dokter, doktor danguru besar, kontribusi

almarhum sebagai pe-jabat struktural di ling-

kungan kampus melahir-kan berbagai kebijakan

strategis. Salah satunya pen-dirian Pusat Infeksi dan Penyakit

Tropis (Center for Tropical and In-fectious Diseases atau Centrid) FK Un-

dip pada tahun 2005 adalah atas prakarsaalmarhum Prof Djoko yang kala itu menjadiketua Kelompok Studi Penyakit Tropik sejakpendiriannya tahun 1989.

Dikenal sebagai pakar tiroid yang mum-puni di negeri ini, tak membuat dirinya ting-gi hati. Beliau justru rajin keluar masuk le-reng Gunung Merapi mendampingi lang-sung warga yang terkena penyakit tiroid

Halo INTERNIS Edisi November 201468

Prof. Dr. dr. RRJ. Sri Djoko Moeljanto, SpPD, K-EMD:

Mengenang Jasa Bapak Tiroid Nasional

Dikenal sebagai pakar tiroid yang mumpuni di negeri ini, tak membuatdirinya tinggi hati. Beliau justru rajin keluar masuk lereng Gunung Merapimendampingi langsung warga yang terkena penyakit tiroid atau gondokan.

Page 69: Halo Internis Edisi 22

OBITUARI

atau gondokan di kawasan KabupatenMagelang. Tak hanya menerapkan metodepengobatan yang dikuasai almarhum, diri-nya pun sangat berjasa dalam menyum-bangkan data-data penting penyakit tiroid diIndonesia. Selain itu sangat gigih dan disi-plin dalam melakukan penelitian bidang ilmutiroidologi di segala jenjang strata pendidik-an di Indonesia. Karenanya tak heran bilanama Prof Djoko juga dikenal di kalanganpakar tiroid tingkat nasional maupun inter-nasional. Atas jasa-jasa besar itulah, sangatpantas rasanya bila PB Perkeni mengang-kat beliau sebagai Bapak Tiroid Indonesia.

Tanyakan pada masyarakat di lereng Me-rapi, bagaimana gigihnya seorang Prof Djokomengentaskan masalah gondokan yangdianggap bukanlah penyakit oleh mereka.Kontribusi alharhum dalam hal ini tak hanyaberhasil mengobati secara medis tetapi jugasukses mengubah paradigma masyarakatsetempat yang menganggap gondokan ada-lah hal biasa, mereka menganggap umpluk—sebutan masyarakat setempat— bukansuatu penyakit, jadi pembesaran di bagiandepan leher itu tak perlu ditakuti, apalagimesti diobati. Lagi pula umpluk tidak menjadihambatan penderita melakukan aktivitas.Anggapan itu muncul, karena mereka tak ta-hu bahwa gondok itu merupakan penyakitendemik. Di sinilah Prof. Djoko gigih melu-ruskan pendapat tersebut. Kondisi ini tentusaja mengusik dirinya sebagai seorang pakarendokrinologi. Beliau makin prihatin ketikamengetahui belum adanya penangananyang serius terhadap masalah ini.

“Gangguan ini harus menjadi masalahnasional karena berkaitan dengan penurun-an kualitas sumber daya manusia,’’ kataProf. Djoko suatu ketika.

Tak henti belajar, taklelah mengabdi

Perhatiannya yang besar pada masalahgondok ini, semakin memotivasinya untukmemperdalam ilmu Iodine Deficiency Dis-order. Gayung bersambut, ketika akhirnyaniat tersebut mengantarnya memperolehkesempatan memperdalam ilmu denganmengikuti International Course of Nutrition ,National Institute of Nutrition, Hyderabad,India, pada 1969. Di negeri Sungai Ganggaini, Prof. Djoko menemukan kasus gondokyang serupa dengan Indonesia. Beliau

mengingat benar bagaimana cara penan-ganan masalah ini di sana. Setibanya ke ta-nah air, beliau langsung menerapkan ilmuyang diperolehnya dari negara Taj Mahal itu.

Tanpa menunggu lebih banyak waktu,beliau langsung mulai melakukan penelitiangondok endemik di lereng Gunung Merapi.Mengumpulkan data yang terserak, me-ngais fakta-fakta yang tercecer dan mera-munya di balik uji laboratorium. Kerja keraspenelitian itu tak hanya menjadi catatanpenting di atas kertas tetapi juga didoku-mentasikan dalam media rekaman berupavideo yang selanjutnya dikemas dalam kon-sep film dokumenter. Inilah film yang kemu-dian berhasil menyabet piala Widya padaFestival Film Indonesia, di Bandung pada1980 dengan judul ‘Kelabu di lereng bukit.’

Empat tahun kemudian, kesempatanbaik kembalil menghampirinya. Kerja keras-nya di lereng Merapi mengantarnya menda-patkan tiket bea siswa belajar endokrinolo-gi dan metabolik klinik di University Hospital,Leiden, Belanda, pada 1973. Setahun ke-mudian beliau berhasil meraih gelar doktordi Universitas Diponegoro Semarang, yangsebenarnya oleh promotornya dari Belandadiharapkan diajukan di Leiden, Belanda.

Perlu dicatat bahwa alhmarhum adalahdoktor pertama yang dihasilkan oleh Univer-sitas Diponegoro, berhasil mempertahan-kan disertasinya yang berjudul The Effect ofSevere Iodine Deficiency: A Study on Po-pulation in Central Java Indonesia denganpromotor Prof. DR. A. Querido dari Univer-sity Leiden dan Prof. Dr. R Boedhi Darmojo

dari Universitas Diponegoro, Semarang. Perjalanan karier yang begitu gemilang,

torehan prestasi yang membanggakan dantentu saja perhatian tulus terhadap kondisimasyarakat di sekitarnya, membuat almar-hum mendapat tempat terhormat sebagaisalah seorang pakar endokrinologi di duniakedokteran, juga dunia pendidikan khusus-nya bagi Universitas Diponegoro yang men-jadi tempatnya belajar, mengabdi dan men-didik, melahirkan generasi penerus cita-citabeliau.

Anak pertama dari delapan bersaudarapasangan Dirjosoebroto dan Soemijati iniselalu menjadi pelopor kemajuan FK Undip.”Saya lebih menyukai penelitian atau semi-nar buat orang awam,” tuturnya suatu kali.

Sosok ayah teladan ini memberi kebe-basan pada ketujuh anaknya untuk memilihjalan hidup dan profesinya sendiri. Kendatitak ada satupun anak yang mengikuti je-jaknya, beliau tetap bahagia. Baginya itulahesensi dari kebebasan yang diterapkannya.Keluarga adalah prioritas, itu sebabnya be-liau membatasi praktek hingga maksimalpukul delapan malam, agar bisa berkumpuldengan keluarga setiap hari. Pada satu ke-sempatan beliau mengaku segala keberha-silannya merupakan berkah dari Sang MahaKuasa. Dalam bekerja dirinya selalu meng-utamakan pelayanan pada pasien, baginyaeksistensi seorang dokter karena adanyapasien. Prinsip inilah yang semakin mene-guhkan integritas dan kapabilitas beliau.Selamat jalan Prof Djoko. Terima kasih atassegala jasa baikmu selama ini. (HI)

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 69

Page 70: Halo Internis Edisi 22

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi November 201470

Pengurus Besar Perhimmpunan Dokter Spesialis PenyakitDalam (PB PAPDI) mengumumkan pemenang Jurnalis AwardPAPDI dalam rangka Hari Kesehatan Sedunia (HKS) 2013

yang setiap 7 April. Dari 15 artikel yang masuk dan dimuat di mediacetak dan elektronik selama April 2013, tim juri memilih tiga peser-ta yang memenangkan Jurnalis Award PAPDI. Nama tiga orang jur-nalis tersebut dibacakan oleh Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr.Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM bersamaan pada kon-ferensi Pers “Efek Debu Vulkani terhadap Kesehatan” di Kantor PB

PAPDI, 18 Februari 2014 lalu.Ketiga pemenang tersebut adalah:

Juara I : Wita Lestari dengan tema “Meredam Aksi Si Hipertensi”dari media Jurnal Nasional.

Juara II : Lilis A dengan tema “Waspada Hipertensi Mengintai” darimedia Warta Kota.

Juara III : Ari Utari dengan tema “Hindari Asin Berlebih CegahTerkena Hipertensi” dari media Harian Terbit.Selamat kepada ketiga pemenang!

Jurnalis Award PAPDI

Dr. Sally memberi sambutan pada Konferensi Pers PAPDI.

Page 71: Halo Internis Edisi 22

BERITA CABANG

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 71

Bencana alam secara beruntun melanda di beberapa belahanbumi Indonesia. Belum surut banjir yang melanda beberapadaerah, termasuk Ibukota Jakarta dan belum terobati dukagunung Sinabung di Sumatera Utara, serta banjir bandang

yang memporakporandakan daerah Paldua di Menado, gunungberapi Kelud di Jawa Timur pun meletus memuntahkan jutaan par-tikel.

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit DalamIndonesia (PB PAPDI) melalui cabang-cabangnya berperan aktifdalam aksi PAPDI Peduli Bencana Alam membantu saudara-saudarakita yang terkena musibah.

Di Jakarta, PAPDI cabang Jakarta Raya menggelar aksi baktisosial mengadakan pengobatan gratis di dua titik yang langsungterkena dampak banjir, yaitu condet dan kampung Pulo Jatinegara,Jakarta Timur. Beberapa internis yang dikoordinir oleh Dr. AsepSaeful Rohmat, SpPD, K-GEH, FINASIM dan Dr. RR. Rahayu, SpPDKetua Komisariat PAPDI Jaya Wilayah Timur serta dibantu PAPDIMedical Relief turun ke lokasi memberikan pengobatan kepadamasyarakat yang terkena banjir. “Banjir di Jakarta terjadi hampir tiaptahun, ke depan PAPDI Jaya akan membuat tim khusus yangmenangani banjir,” kata Dr. Asep yang juga Ketua Bidang OrganisasiPAPDI Jaya.

Sementara, di Manado, Ketua PAPDI cabang Menado Dr. B.JWaleleng, SpPD, K-GEH bersama sejawat internis lain melakukanaksi PAPDI Peduli Bencana Alam dengan memberi sumbangankepada korban banjir Bandang di dua tempat yang porakporanda,yaitu Pikala dan Paldua. Menurut Dr. Walelang di kedua tempattersebut banyak rumah yang hanyut terbawa banjir. Kondisi sangatmemprihatinkan. Kami bekerjasama dengan camat setempat meng-

Aksi PAPDI PeduliBencana Alam

Aksi PAPDI Peduli Bencana di Manado.

Bakti Sosial PAPDI Jaya, pengobatan gratis untuk korban banjir.

Page 72: Halo Internis Edisi 22

BERITA CABANG

Halo INTERNIS Edisi November 201472

inventaris kebutuhan yang mendesak korban banjir.Pada saat itu, kami memberi pakaian, selimut, kasurbusa untuk tidur dan lain-lain sesuai yang dibutuh-kan. Kami mendapat bantuan dana dari PB PAPDI,PAPDI Jaya, sumbangan anggota PAPDI cabangMenado dan sejawat lain. Selain itu, pasca banjir,PAPDI cabang Menado bersama IDI Wilayah, RSProf. Kandau, Dinas Kesehatan Manado melakukanpengobatan gratis bagi korban banjir bandanng. “Duadaerah ini kami prioritaskan karena memang palingparah, sekitar 180 kepala keluarga yangg rumahhanyut. Derah ini tepat di pinggir sungai,” katanya.

Hal serupa juga dilakukan PAPDI cabang Su-matera Utara. Masyarakat yang terkena musibah me-letusnya Gunung Sinabung mendapat bantuan dariPAPDI cabang Sumatera Utara. Ketua PAPDI ca-bang Sumatera Utara Prof. DR. Dr. Harun Alrasyid,SpPD, SpGK, FINASIM menggalang dana dari seja-wat lain. ”Kami memberi bantuan berupa barangyang dibutuhkan dan menurunkan internis ke lokasiuntuk memberikan pengobatan kepada masyarakat,”kata Prof. Harun.

Tak cukup sampai bencana di Sinabung, bumipertiwi kembali “terguncang” dengan meletusnya gu-nung berapi Kelud, Jawa Timur. Ketua PAPDI cabangMalang Dr. Atma Gunawan, SpPD, K-GH, FINASIMbersama sejawat lain turun ke lokasi bencana DusunKedawun Desa Pandasari, Malang memberi bantuanberupa makanan dan peralatan sekolah bagi anak-anak korban bencana alam serta satu unit komputeruntuk Sekolah Dasar Negeri 03 Pandasari.

Dampak letusan gunung Kelud bukan hanyadirasakan oleh masyarakat sekitar gunung. Letusangunung Kelud memuntahkan juta ton kubik partikelke angkasa. Debu vulkanik tersebar luas hinggamenjangkau Jawa Barat. Banyak fasiliitas umum dipulau Jawa seperti bandara tertutup debu vulkanikyang memaksa pengelola bandara menghentikanaktifitas penerbangan. Masyarakat yang terpapardebu vulkanik terancam terkena gangguan kese-

hatan seperti gangguan kesehatan mata, kulit dan pernafasan.PB PAPDI pun tak tinggal diam. PB PAPDI melalui konferensi pers menghimbau

masyarakat untuk mengantisipasi resiko akibat terpapar debu vulkanik. Temu mediadilakukan di kantor PB PAPDI dengan tema “Efek Letusan dan Debu GunungBerapi Terhadap Kesehatan Tubuh” dengan narasumber; Dr. Ceva WicaksonoPitoyo, SpPD, K-P, FINASIM, KIC dan DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH,FINASIM, MMB, FACP dengan moderator Dr. Trijuli Edi Tarigan, SpPD, FINASIM.Acara yang dibuka Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman, SpPD, K-KV,FINASIM ini dihadiri puluhan warrtawan dari perwakilan media baik cetak maupunelektronik. (HI)

Bakti Sosial PAPDI Jaya, pengobatan gratis untuk korban banjir. Suasana pengungsi korban banjir di Jakarta.

Bakti sosial PAPDI Cabang Malang untuk korban erupsi Gunung Kelud.

Page 73: Halo Internis Edisi 22

BERITA CABANG

Saya berharap kemitranPAPDI dengan dokter

di layanan primer dapatditingkatkan. Dengandemikian pemerintah

daerah berharap dimana155 diagnosa penyakit

tidak lagi dirujukke layanan sekunder

JIM DACE 2014 mendapat apresiasidari Kepala Dinas Kesehatan DKIJakarta, Dr. Dien Emawati, M.Kes.Kegiatan ilmiah Jakarta Internal

Medicine in Daily Practice (JIM DACE) 2014yang diselenggarakan di Hotel HarrisJakarta, pada 1-2 November 2014 lalu dini-lai Dr. Dien sangat sinergis dengan pro-gram-program Dinas Kesehatan DKI Jakar-ta. Pada orasinya dalam plenary lectureacara tersebut, Dr. Dien mengatakanPAPDI Jaya telah melakukan program yangbaik dalam rangka meningkatkan kemam-puan dokter-dokter yang berada di layananprimer, terutama dibidang ilmu penyakitdalam. Dr. Dien meminta agar kegiatan ilmi-ah ini frekuensinya ditambah, minimal duakali setahun. Dengan begitu, dokter-dokterdi layanan primer terus dapat ditingkatkankompetensinya.

“Saya ucapkan terimakasih kepadaPAPDI Jaya, acara ini begitu penting bagisaya karena akan meningkattkan kemam-puan dokter-dokter layanan primer baik dipuskesmas maupun rumah sakit swasta. Ini

dapat membantu masalah-masalah kese-hatan di era Jaminan Kesehatan Nasional(JKN) saat ini,” ungkap Dr. Dien yang sekali-gus didaulat membuka acara JIM DACE2014.

Dr. Dien menambahkan, di era JKN inipelayanan kesehatan di strata primer mestidiperkuat. Kemampuan skill dan diagnosadokter di layanan primer senantiasa di update. Mereka mesti handal mengambilkeputusan-keputusan medis. Dan merekajuga paham kasus mana yang dapat ditan-gani dan kapan saatnya pasien dirujuk kelayanan sekunder. Saat ini di Jakarta trenpenyakit lebih banyak didominasi kasus-ka-sus di bidang penyakit dalam. “JIM DACEini sangat tepat bagi dokter di layanan pri-mer,” tegasnya.

Peran dokter di layanan primer saat ini,kata Dr. Dien, belum seperti yang diharap-kan. Sistem rujukan yang telah ditetapkandalam JKN tidak berlangsung optimal. Ka-sus-kasus yang seyogyanya menjadi kom-petensi dokter umum kerap tidak selesai dilayanan primer. Kebanyakan kasus tersebut

berakhir di layanan sekunder. Tak heran,bila rumah sakit layanan sekunder dan tersi-er kebanjiran pasiennya.

“Saya berharap kemitran PAPDI dengandokter di layanan primer dapat ditingkatkan.Dengan demikian pemerintah daerah ber-harap dimana 155 diagnosa penyakit tidaklagi dirujuk ke layanan sekunder. Akhirnya,sistem rujukan ini berjalan dengan sebaik-baiknya, sehingga rumah sakit layanan se-kunder dan tersier pasiennya tidak mblu-dak,” ujarnya

Harapan Kepala Dinas Kesehatan DKIJakarta sejalan dengan visi PB PAPDI. Wa-kil Sekretaris PB PAPDI Dr SoekamtoKoenoe, SpPD, K-AI, FINASIM mengatakanPB PAPDI selalu mendorong anggotanyauntuk meningkatkan kompetensi dan men-jalin hubungan yang lebih baik dengan dok-ter-dokter di layanan primer. “PB PAPDIsangat mendukung kegiatan-kegiatan ilmiahdan program pemerintah yang bertujuanmenyehatkan masyarakat Indonesia,” ujarDr. Soekamto.

Dr. Dien menambahkan Pemda DKI

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 73

JIM DACE 2014

PAPDI Perkuat DokterLayanan Primer

Kepala Dinkes DKI Jakarta memberi sambutan sekaligus sebagai pembicara pad JIM DACE 2014.

Page 74: Halo Internis Edisi 22

BERITA CABANG

Halo INTERNIS Edisi November 201474

dalam waktu dekat akan menambah danmeningkatkan fasilitas kesehatan. Pemdaberencana akan membangun satu rumahsakit, meningkatkan kapasitas RS Koja danRS Budi Asih, dan puskesmas yang dapatpelayanan rawat inap ditingkatkan menjadiruumah sakit tipe d. “Kita butuh banyakinternis untuk mengisi fasilitas tersebut,”ujarnya.

Saat ini, kata Dr. Dien, kerjasama DnkesDKI dengan PPDS Ilmu Penyakit Dalamdapat menurunkan anngka rujukan. Keha-diran PPDS IPD di Puskesmas Cilincing,Koja, Tambora, dan Tanah Abang terbuktidapat menurunkan angka rujukan 80 persenkasus-kasus penyakit dalam. “Banyak ka-sus yang selesai di poli PPDS IPD. Pe-nurunan angka rujukan cukup signifikan,”katanya.

Sayangnya, pelayanan kesehatan lebihmenitikberatkan kepada aspek kuratif.Dengan kurang memperhatikan aspek pro-motif dan preventif. Menurut Dr. AgasjtyaWisjnu Wardhana, SpPD, sejawat dilayananprimer hendaknnya melakukan layanankesehatan yang bersifat promoti dan pre-ventif. “Karena berapa pun sarana dan fasil-itas kesehatan yang dibangun akan selalukurang bila hanya menekankan aspekkuratif,” kata Dr. Wisjnu.

JIM DACE UntukDokter LayananPrimer

JIM Dace 2014 ini didisain untuk dokterumum. Menurut Dr. Fitri Nurcahyani, salah

satu peserta yang berpraktik dokter umumdi RS Hermina Bekasi mengatakan materi-materi yang disampaikan selama dua harisudah bagus, sesuai dengan kebutuhandokter yang berpraktik di layanan primer.Kasus-kasus yang dipaparkan kerapdijumpai ketika praktik dan dibahas tuntasoleh para pembicara. “Acara ini secarakeseluruhan baik, saya dapat merasakanmanfaatnya,”ungkapnya.

Hal tersebut diakui oleh Ketua PAPDICabang Jakarta DR.Dr. Ari Fahrial Syam,SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP.Menurut Dr. Ari Fahrial, panitia telah meran-cang materi-materi yang memang menjadipermasalahan kesehatan di masyarakatumumnya, khususnya di Jakarta. Materitersebut lebih menekankan pada deteksidinni, penanganan pertama dan peran dok-ter umum dalam merujuk pasien.

Pendapat yang serupa juga disampaikanKetua Pelaksana JIM Dace 2014 Dr. Edy

Rizal Wahyudi, SpPD,K-Ger, FINASIM. Me-nurut Dr. Edy acara inibertujuan untuk mem-bantu sejawat di la-yanan primer untukmeningkatkan ke-mampuan di bidangilmu penyakit dalam.Dalam menentukanmateri, panittia sebe-lumnya melakukanaudiensi dengan di-nas kesehatan DKIJakarta. “Kami ba-nyak menerima ma-

sukan kasus-kasus yang terjadi di Jakarta.Hal inni semata-mata niat murni PAPDIJaya berperan mebantu sejawat dilayananprimer,” kata dr. Edy.

Acara ini sebelumnya didahului work-shop yang dilakukan di lima tempat ko-misariat PAPDI Jaya. Komisariat Selatanmenyelenggarakan workshop “Comprehen-sive Management of Type 2 DiabetesMellitus and it’s Complication” di RS Pon-dok Indah. Komisariat Barat menyeleng-garakan workshop Primery Care of Osteo-porosis and Osteoarthritis in Geriatric Pa-tients” di RS Grha Kedoya. KomisariiatPusat menyelenggarakan workshop “CAPDpada Penyakit Ginjal Kronik” di RS MRCCCSiloam Hospital. Komisariat Timur menye-lenggarakan workshop “Holistic Manage-ment of Cardiac Arrhythmias” di RS hajiPondok Gede, dan Komisariat Utara me-nyelenggarakan workshop “Demam PadaPraktek Sehari-hari” di RS Gading Pluit.

Puncak acara berupa simposium selamadua hari dengan tema “Guidelines in Inter-nal Medicine Care for Primary PhysiciansToward Universal health Coverage” di HotelHarris. JIM DACE kali ini diikuti oleh 774peserta yang teridiri dari 235 peserta work-shop dan 539 peserta simposium dari ber-bagai daerah mulai dari Aceh hingga Papua

Untuk memperbaiki kualitas JIM DACEselanjutnya, Dr. Edy mengatakan panitiaterbuka menerima berbagai saran agarmateri-materi yang disampaikan dapat me-nambah pengetahuan sejawat dan berman-faat untuk menghadirkan pelayanan kese-hatan yang lebih baik di tempat praktik se-jawat masing-masing. (HI) Pembukaan JIM DACE oleh Kepala Dinkes DKI Jakarta.

Page 75: Halo Internis Edisi 22

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang SumateraBarat Periode 2012 – 2015Ketua Umum PB PAPDI yang diwakili Wakil Ketua PB PAPDI, DR. Dr.Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP melantik danmengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Sumatera Barat periode 2012 –2015 Dr. Syaiful Azmi, SpPD, K-GH, FINASIM beserta pengurus pada,15 Juni 2014 di Hotel Mercure Padang, Sumatera Barat. Pelantikandan susunan pengurus PAPDI Cabang Sumbar ditetapkan dalamSurat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan Ketua Bidang HumasPublikasi dan Pengabdian Masyarakat, Dr. Ika Prasetya Wijaya,SpPD, K-KV, FINASIM. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI WilayahSumatera Barat, Prof. DR. Dr. Menkher Manjas, Sp.B, Sp.OT dandihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Sumatera Barat.

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang JambiPeriode 2012 – 2015Ketua Umum PB PAPDI yang diwakili Wakil Ketua PB PAPDI, DR. Dr.Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP melantik danmengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Jambi periode 2012 – 2015 Dr.M. Jufri Makmur, SpPD, FINASIM beserta pengurus pada 1 Juni 2014di Hotel Novita Jambi. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDICabang Sumbar ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yangdibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution,SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDIWilayah Jambi, Dr. H. Deri Mulyadi, SH, MH.Kes, M.Kes, Sp.OT. dandihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Jambi.

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang KupangPeriode 2012 - 2015Ketua Umum PB PAPDI yang diwakili Sekretaris Jenderal PB PAPDI,Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP melantik danmengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Kupang periode 2012 – 2015 Dr.Prijander L.B Funay, SpPD, FINASIM beserta pengurus pada 17 Mei2014 di Swiss-Bell Hotel, Kupang, NTT. Pelantikan dan susunan pen-gurus PAPDI Cabang Kupang ditetapkan dalam Surat Keputusan PBPAPDI yang dibacakan Ketua Bidang Humas Publikasi danPengabdian Masyarakat, Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV,FINASIM. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah NTT Dr. RitaEnny Setianingdiah, M.Kes. dan dihadiri pengurus serta anggotaPAPDI Cabang Kupang.

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang KalseltengPeriode 2012 – 2015Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkanKetua PAPDI Cabang Kalimantan Selatan Tengah (Kalselteng) periode2012 – 2015 DR. Dr. Muh. Darwin Prenggono, SpPD, K-HOM, FINASIMbeserta pengurus pada 7 Juni 2014 di Hotel Golden Tulip, Banjarmasin- Kalimantan Selatan. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI CabangKalselteng ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang diba-cakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD,K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI WilayahKalimantan Selatan, Dr. Mohammad Rudiansyah, SpPD, FINASIM,M.Kes dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang KalimantanSelatan Tengah.

BERITA CABANG

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 75

Page 76: Halo Internis Edisi 22

BERITA CABANG

Halo INTERNIS Edisi November 201476

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Tanah PapuaPeriode 2012 – 2015Ketua Umum PB PAPDI yang diwakili Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr.Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP melantik dan me-ngukuhkan Ketua PAPDI Cabang Tanah Papua periode 2012 – 2015 Dr.Samuel Baso, SpPD, FINASIM beserta pengurus pada 26 April 2014 diSwiss-bell Hotel, Jayapura, Papua. Pelantikan dan susunan pengurusPAPDI Cabang Kupang ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDIyang dibacakan Ketua Bidang Humas Publikasi dan Pengabdian Masya-rakat, Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM. Pelantikan itu dis-aksikan Sekretaris IDI Wilayah Provinsi Papua, Dr. Wendy Lewelissa,Penasehat PB PAPDI, DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM,FACP, Asisten Bidang Umum SEKDA Provinsi Papua Rosina Upessydan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Tanah Papua.

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Aceh Periode 2012 - 2015Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkanKetua PAPDI Cabang Provinsi Aceh Periode 2012 – 2015 Dr. FauziYusuf, SpPD, K-GEH, FINASIM beserta pengurus pada 7 Maret 2014di Hotel Hermes Palace, Aceh. Pelantikan dan susunan pengurusPAPDI Cabang Aceh ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDIyang dibacakan Wakil Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. SukamtoKoesnoe, SpPD, K-AI, FINASIM. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDIWilayah Aceh, Dr. Fachrul Jamal, Sp.An, KIC. dan dihadiri pengurusserta anggota PAPDI Cabang Provinsi Aceh.

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang KalimantanTimur Periode 2012 – 2015Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkanKetua PAPDI Cabang Kalimantan Timur periode 2012 – 2015 Dr.Carta Agrawanto Gunawan, SpPD, K-PTI, FINASIM beserta penguruspada 15 Februari 2014 di Hotel Gran Senyiur, Balikpapan, KalimantanTimur. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang KalimantanTimur ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakanSekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV,FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI WilayahKalimantan Timur, Dr. Arie Ibrahim, SpBS (K), dan dihadiri pengurusserta anggota PAPDI Cabang Kalimantan Timur.

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang YogyakartaPeriode 2012 – 2015Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkanKetua PAPDI Cabang Yogyakarta Periode 2012 – 2015 , Dr. IbnuPurwanto, SpPD, K-HOM, FINASIM beserta pengurus pada 15 Maret2014 di Hotel Royal Ambarukmo, Yogyakarta. Pelantikan dan susunanpengurus PAPDI Cabang Yogyakarta ditetapkan dalam Surat Kepu-tusan PB PAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr.Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itudisaksikan Ketua IDI Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, Dr. Bam-bang Suryono, Sp.An, KIC, M.Kes, KNA, Penasehat PB PAPDI, DR.Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP dan dihadiri pen-gurus serta anggota PAPDI Cabang Yogyakarta.

Page 77: Halo Internis Edisi 22

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Bali Periode 2012 – 2015Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM,FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDICabang Bali periode 2012 – 2015 DR. Dr. Ketut Suega, SpPD, K-HOM,FINASIM beserta pengurus pada 19 Januari 2014 di Hotel Nusa DuaBeach, Denpasar, Bali. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDICabang Bali ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang diba-cakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD,K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah Bali,Dr. I Made Kompiang Gautama, SpA, DR. Dr. Aru W Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP, Dr. Bambang Setiyohadi, SpPD, K-R, FINASIM,DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, FACP dan dihadiripengurus serta anggota PAPDI Cabang Bali.

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang PurwokertoPeriode 2012 - 2015Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkanKetua PAPDI Cabang Purwokerto periode 2012 – 2015 , Dr. PugudSamodro, SpPD, FINASIM beserta pengurus pada 21 Desember 2013di Hotel Horison, Purwokerto. Pelantikan dan susunan pengurusPAPDI Cabang Purwokerto ditetapkan dalam Surat Keputusan PBPAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally AmanNasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikanWakil Ketua IDI Cabang Banyumas, Dr. Rahmat Basuki, MH dandihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Purwokerto.

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang SumateraUtara Periode 2012 – 2015Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkanKetua PAPDI Cabang Sumatera Utara periode 2012 – 2015 Prof. DR.Dr. Harun Alrasyid Damanik, SpPD, SpGK, FINASIM beserta pengu-rus pada 1 Desember 2013 di Emerald Garden International Hotel,Medan, Sumatera Utara. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDICabang Surabaya ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yangdibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution,SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDIWilayah Sumatera Utara, Dr. Suhelmi, SpB dan dihadiri pengurusserta anggota PAPDI Cabang Sumatera Utara.

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang SurabayaPeriode 2012 - 2015Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkanKetua PAPDI Cabang Bali periode 2012 – 2015 Dr. Soebagijo AdiSoelistijo, SpPD, K-EMD, FINASIM beserta pengurus pada 11 Januari2014 di Hotel Shangri La, Surabaya. Pelantikan dan susunan pengu-rus PAPDI Cabang Surabaya ditetapkan dalam Surat Keputusan PBPAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally AmanNasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikanKetua IDI Wilayah Jawa Timur, Dr. Poernomo Boedi Setiawan, SpPD,K-GEH, FINASIM dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI CabangSurabaya.

BERITA CABANG

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 77

Page 78: Halo Internis Edisi 22

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang MalangPeriode 2012 - 2015Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkanKetua PAPDI Cabang Malang periode 2012 – 2015. Dr. Atma Gunawan,SpPD, K-GH beserta pengurus cabang pada 23 Agustus 2014 bertem-pat di Hotel Atria Malang, Jawa Timue. Pelantikan dan susunan pengu-rus PAPDI Cabang Malang ditetapkan dalam Surat Keputusan PBPAPDI yang dibacakan oleh Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. SallyAman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikanKetua IDI Wilayah Malang Dr. Enny Sekar Rengganingati,MM yangdiwakili Dr. Cesarius Singgih Wahono, SpPD,K-R. dan dihadiri pengurusserta anggota PAPDI Cabang Malang.

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang LampungPeriode 2012 - 2015Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkanKetua PAPDI Cabang Lampung periode 2012 – 2015 Dr. Tehar Karo-Karo, SpPD, FINASIM beserta pengurus pada 12 Oktober 2014bertempat di Hotel Novotel, Lampung. Pelantikan dan susunan pengu-rus PAPDI Cabang Lampung ditetapkan dalam Surat Keputusan PBPAPDI yang dibacakan oleh Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. SallyAman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksi-kan Ketua IDI Wilayah Lampung Dr. Hernowo Anggoro Wasono,M.Kes dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Lampung.

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang MalukuUtara Periode 2012 - 2015Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkanKetua PAPDI Cabang Maluku Utara periode 2012 – 2015 Dr. EkoSudarmo Dahad Prihanto, SpPD, FINASIM beserta pengurus pada8 November 2014 bertempat di Hotel Bella Innternational, Ternate,Maluku Utara. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI CabangMaluku Utara ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yangdibacakan oleh Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally AmanNasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikanKetua IDI Wilayah Maluku Utara Dr. Marhaeni Hasan, SpA dandihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Maluku Utara.

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Riau Periode2012 - 2015Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkanKetua PAPDI Cabang Riau periode 2012 – 2015 Dr. Wisman Tanjung,SpPD, FINASIM beserta pengurus pada 30 Agustus 2014 bertempatdi Hotel Pangeran Pekan Baru, Riau. Pelantikan dan susunan pengu-rus PAPDI Cabang Riau ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDIyang dibacakan oleh Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally AmanNasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikanKetua IDI Wilayah Riau Dr. Nuzelly Husnedy, MARS dan dihadiripengurus serta anggota PAPDI Cabang Riau.

BERITA CABANG

Halo INTERNIS Edisi November 201478

Page 79: Halo Internis Edisi 22

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang MakassarPeriode 2012 – 2015Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkanKetua PAPDI Cabang Makassar periode 2012 – 2015 Prof. DR. Dr.Syamsu, SpPD, K-AI, FINASIM beserta pengurus pada 24 November2013 di Hotel Grand Clarion, Makassar. Pelantikan dan susunan pen-gurus PAPDI Cabang Makassar ditetapkan dalam Surat KeputusanPB PAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. SallyAman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disak-sikan Ketua IDI Wilayah Makassar, Prof. dr. Abdul Kadir, PhD,Sp.THT-KL(K), MARS dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDICabang Makassar.

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang SulawesiTengah Periode 2012 – 2015Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkanKetua PAPDI Cabang Sulteng periode 2012 – 2015 Dr. I Komang AdiSujendra, SpPD, FINASIM beserta pengurus pada 9 November 2013di Ruang Ballroom Rubi, Hotel Santika, Palu. Pelantikan dan susunanpengurus PAPDI Cabang Sulteng ditetapkan dalam Surat KeputusanPB PAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. SallyAman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disak-sikan Ketua IDI Wilayah Sulawesi Tengah, Dr. Andi Mukramin Amran,SpRad dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Sulteng.

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Jawa BaratPeriode 2012 - 2015Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkanKetua PAPDI Cabang Jawa Barat periode 2012 – 2015 DR. Dr. ArtoYuwono Soeroto, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP beserta pengurus pada5 Oktober 2013 bertempat di Ballroom Mason di Hotel Mason Pine -Padalarang, Bandung - Jawa Barat. Pelantikan dan susunan pengurusPAPDI Cabang Jabar ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDIyang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally AmanNasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikanKetua IDI Wilayah Jawa Barat, Dr. Rullyanto, MPH, DFM, SH, MH.Kesdan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Jabar.

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang BekasiPeriode 2012 – 2015Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkanKetua PAPDI Cabang Bekasi periode 2012 – 2015 Dr. Ahmar AbyadhUmar, SpPD, K-GEH, FINASIM, M.Kes beserta pengurus pada 17November 2013 di Ruang Burangrang Hotel Horison, Bekasi.Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Bekasi ditetapkandalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan SekretarisJenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM,FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Cabang Kota Bekasi, Dr.Anthony D. Tulak, SpP, FCCP dan dihadiri pengurus serta anggotaPAPDI Cabang Bekasi.

BERITA CABANG

Edisi November 2014 Halo INTERNIS 79

Page 80: Halo Internis Edisi 22