hak-milik saham - gelora45.com fileini proses bisnis ekonomi. tempo hari saya menulis ttg pasar ......
TRANSCRIPT
1
Hak-milik SAHAM Tan Sie Tik – Nesare
Menarik untuk kita perhatikan, renungkan dan dipikirkan bersama, bagaimana
sesungguhnya hak-milik SAHAM itu, SOSIALISME tidak ada SAHAM dan bertentangan
dengan SOSIALISME? Mengapa begitu?
Kalau hak-milik perseorangan atas alat produksi HARUS dicabut/ditiadakan dalam
pengertian SOSIALISME, lalu bagaimana dengan seruan “TANAH untuk TANI
PENGGARAP”? Sedang TANAH adalah alat-produksi, ... Kalau saja dikatakan seluruh hak
milik atas alat produksi itu menjadi MILIK NEGARA, menjadi satu-satunya pemilik
MODAL/KAPITAL, bagaimana bisa dikatakan mewakili seluruh RAKYAT yang tidak
mempunyai milik apa-apa itu?
Bukankah kalau dikatakan MILIK NEGARA itu adalah pemusatan dari milik perseorangan
RAKYAT, dalam kenyataan juga yang dinamakan hak-milik perseorangan atas alat
produksi itu juga HARUS ADA! Kalau TIDAK ada hak milik perseorangan bagaimana bisa
ada hak milik UMUM/NEGARA itu? Yang ada atau yang terjadi milik NEGARA itu hanya
SEMU, jadi-jadian yang selama ini dinyatakan MEWAKILI RAKYAT! Dan kenyataan
seringkali yang terjadi di negara-negara SOSIALIS itu, pejabat-pejabat itu berubah
menjadi KABIR-KABIR mengatas namai NEGARA yang mewakili RAKYAT itu justru
melakukan PENGHISAPAN MANUSIA ATAS MANUSIA, menikmati kemewahan diatas
penderitaan RAKYAT BANYAK!
Jadi, mestinya yang BENAR adanya keseimbangan antara hak milik perseorangan dan hak
milik NEGARA dalam usaha mendorong maju ekonomi nasional! Untuk memegang tali
kendali EKONOMI nasional harus ada BUMN-BUMN yang kuat, sedang untuk
mengembangkan/membebaskan inisiatif, kreatifitas dan kerja-keras tenaga-produksi
HARUS TETAP memperkenankan HAK MILIK perseorangan itu, ...! Yang BENAR
pemikiran Lenin dengan NEP-nya, kembali memperkenankan kapitalis hidup dan
berkembang dibawah kendali Diktatur Proletariat, KAPITALISME NEGARA! Yang
SALAH keputusan Stalin membatalkan NEP Lenin itu, kembali mencabut hak milik
kapitalis perseorangan.
Yang BENAR itu pemikiran Mao Zedong menetapkan Revolusi Demokrasi Baru bagi
masyarakat Tiongkok yang masih sangat miskin, tenaga produksi sangat terbelakang, ...
2
masih HARUS memperkenankan kapitalis tetap HIDUP, tumbuh berkembang, BELUM
BISA melancarkan Revolusi Sosialis yang membabat kapitalis. Yang SALAH, Mao ditahun
1956 keburu nafsu menetapkan Revolusi Sosialis di Tiongkok, mencabut hak milik
kapitalis perseorangan dan membangun komune-rakyat didesa-desa! Terlalu keburu-buru
dan BELUM tiba syarat-syarat melancarkan Revolusi Sosialis di Tiongkok yang masih
miskin! Yang BENAR, Deng ditahun 1980, kembali memperkenankan hak milik kapitalis
perseorangan tumbuh berkembang di Tiongkok dibawah kendali DIKTATUR
PROLETARIAT, kembali menjalankan KAPITALISME NEGARA dimasa Lenin 1921-1926
Sovyet menjalankan NEP itu!
Salam,
ChanCT
From: [email protected]
Sent: Tuesday, November 8, 2016 10:48 PM
Sie tik: Saham, dinegeri sosialis tidak dikenal jadi tidak ada, juga tidak ada pasaran Bursa.
Walau mungkin pada awalnya setelah kekuasaan diambil alih oleh kaum komunis, maka
pengusaha2 kapitalis yg tidak pernah memusuhi gerakan mereka , kepemilikanannya
sebagaian besar dibeli negara sehingga kontrol negara bisa dilaksanakan dan setelah
kapitalisme negara berjalan lancar, maka peralihan seluruh kepemilikan ketangan negara
diberlakukan sesuai dng konsep tidak diperkenankannya kepemilikan perorangan dlm sistim
sosialisme proletar.
Nesare: ya logisnya memang tidak boleh ada pasar saham dinegara sosialis. Kenapa?
Karena kepemilikan kolektif dipegang oleh pusat. Ini teoritisnya. Dikapitalisme ada pasar
saham bukan karena keinginan pemerataan kepemilikan, melainkan kepentingan capital utk
menarik dana masyarakat. Ini proses bisnis ekonomi. Tempo hari saya menulis ttg pasar
saham ini bukan bertujuan utk mengatakan pasar saham itu bentuk pemerataan. Boleh
ditafsirkan begitu tetapi bukan begitu tujuan adanya pasar saham yg adalah: pengumpulan
dana masyarakat sbg proses bisnis ekonomi. Dalam praktisnya sosialisme tidak akan
mampu utk tidak menggunakan prinsip2 bisnis ekonomi. Ini pendapat saya pribadi. Kita
akan lihat jabarannya dibawah ini selanjutnya.
3
Sie tik: Dlm menanggapi go public/saham Chan berargumentasi bahwa dng kepemilikan
kolektif/masyarakat maka hakekat kepemilikan perorangan tidak ada, dng alasan
kepemilikan umum adalah gabungan kepemilikan perorangan. Dan ini dipersamakan dng
gagasan sosialisme, padahal secara konseptual berbeda , pada masyarakt sosialis semua
alat produksi kebutuhan masyarakat bukan merupakan milik perorangan, sedangkan
dinegara non-sosialis alat2 tsb bisa dimiliki oleh pemegang saham dan kenyataan memang
tidak semua perusahaan go public dan juga tidak semua orang beli saham. Jadi masalah yg
diangkat dlm diskusi ini bukan soal memuaskan semua orang atau tidak.
Nesare: persepsi rakyat membeli dan memiliki saham dari go public company itu bisa dan
juga tidak bisa dikatakan adanya pemerataan kepemilikan. Bisa karena memang rakyat bisa
membeli dan memeliki kepemilikan atas perusahaan itu. Tidak bisa karena tidak semua
rakyat bisa membeli dan memiliki kepemilikan atas perusahaan itu. Ini koridornya
kapitalisme. Bagaimana dalam sosialisme, prakteknya juga bisa terjadi. Itu tergantung
negara sosialis seperti apa. di RRT dan seluruh dunia sudah terjadi. Boleh dipertentangkan
apakah RRT, kuba dll adalah negara sosialis atau bukan, tetapi penerapan pasar saham
didalam negara sosialis sudah dilaksanakan dalam bentuk nyata di RRT, kuba dll. Bagi yg
mengatakan RRT, kuba dll bukan negara sosialis lagi, tentunya harus memberikan definisi
bagaimana negara sosialis itu nyatanya. Bagaimana nyatanya negara sosialis ini bisa terjadi
dalam dunia seperti sekarang ini yg sudah semuanya menerapkan prinsip2 kapitalisme?
Bagaimana ada seseorang yg mampu utk membentuk suatu negara sosialis dimana
kepemilikan merata dan bikin rakyat semuanya sejahtera dan tidak ada penindasan. Ini
idam2an semua orang tetapi bagaimana praktek nyatanya, ini yg banyak tantangannya.
Setiap negara mempunyai cara sendiri2 dalam mendefinisikan sosialisme ini sesuai dengan
sikon negaranya masing2. Indonesia dgn bung Karno punya nasakom, aidit yg komunis
nasionalis, muso yg kiblatnya ke komunis soviet, fidel castro nasionalis komunis yg percaya
dengan action makanya revolusi adalah jalan pilihannya yg lebih keprinsip etika drpd teori
materialistic dll. Begitu juga akhirnya fidel mundur teratur sekarang dimana raul meneruskan
perjuangannya dengan membuka diri. Langkah ini adalah langkah adaptasi seperti yg telah
dilakukan oleh RRT dan negara2 sosialis lainnya yg menerapkan kapitalisme. Tentunya bisa
dipertentangkan mereka2 ini sudah bukan negara sosialis lagi tetapi tidak bisa dipungkiri
bahwa tujuan membentuk rakyat makmur sejahtera itu banyak tantangannya dan adaptasi
ini adalah salah satu bentuknya.
Sie tik: Bisnis, betul bahwa bisnis bukan se-mata2 kapitalisme, juga di bidang non-profit
berlaku. Saya tidak tau dimana salah pengungkapannya? Tapi dlm diskusi NEP dn juga
diskusi2 sebelumnya juga sitandaskan bahwa Lenin dan Stalin menyatakan perlunya
belajar dari efisiensi, sistim management , efektifitas proses produksi kapitalis.
4
Nesare: salahnya dikalimat terakhir diatas ini. efisiensi, sistim managemen, efektifitas
adalah teori2 bisnis ekonomi dan ini bisa diterapkan di isme apapun termasuk kapitalisme
maupun sosialisme. Salahnya bung berpendapat pasar saham dan teori2 bisnis ekonomi itu
adalah milik kapitalisme. Ini persepsi saya membaca tulisan2 bung. Anehnya dikalimat
pertama diatas ini (betul bahwa bisnis bukan se-mata2 kapitalisme, juga di bidang non-profit
berlaku) seakan2 bung ingin mengatakan di system lain selain kapitalisme, bisnis juga
berlaku. Apakah ini benar? Kalau benar, jadi bertentangan dengan pendapat2 bung
sebelumnya bahwa pasar saham, go public company itu adalah milik kapitalisme. Ini yg
utama yg ingin saya katakana sebetulnya bahwa bisnis ekonomi itu adalah ilmu seperti ilmu
kesehatan, ilmu hukum, ilmu pertahanan yg bisa diterapkan disistem apapun termasuk
kapitalisme maupun sosialisme. Saya sudah pernah menulis yg bisa menerapkan itu
orangnya bukan system2/isme2 itu.
Sie tik: Go public jelek tidak bisa disepadankan dng sosialisme. Memang tidak bisa
disepadankan dng sosialisme, karena disosialisme tidak ada saham.
Saham diketahui rentan terhadap rekayasa pelaku2 ekonomi, karenanya juga bisa saja
berdampak negatif pada pemegang saham secara keseluruhan tapi bisa juga bagi pemain2
bursa saham yg piawai dampaknya selalu positif.
Jadi pendiskusian tsb dng Chan adalah untuk memahami hal ini, tidak hanya segi yg
disebutnya menguntungkan kaum pekerja saja, terutama hal ini penting untuk rakyat
dinegeri2 yg sedang berkembang dimana masyarakat awam belum terbiasa dng bursa
saham.
Nesare: kenapa saham bisa jelek? Kelihatannya asumsi bung adalah: saham didunia
kapitalisme tidak dimiliki semua orang. Ini adalah jalan pikiran sosialisme yg
menyamaratakan semua orang. Idealnya bagus tetapi pelaksanaannya tidak muda.
Sebetulnya bukan saham yg menjadi fokusnya tetapi kepemilikan. Kepemilikan dialam
sosialisme pun bisa disalahgunakan oleh orang2nya. Bung chalik sudah menulis dalam
wawancaranya dengan bung martin di Albania rakyat, petani tidak boleh punya tanah.
Semua tanah dimiliki negara. (Ini sedikit kutipannya: Waktu zaman sosialis, rakyat tak boleh
menyetel stasiun televisi lain kecuali milik negara satu-satunya. Itulah salahnya. Hanya
Tirana yang boleh distel. Sementara para pemimpin mereka punya hak istimewa. Mereka
punya televisi kabel. Banyak yang salah. Susu, misalnya, ada susu produksi ferma yang
khusus untuk pimpinan. Itu ‘kan tidak betul. Begitu juga anggur, anggur untuk anggota
politbiro partai ada secara khusus. Banyak yang kami pelajari dan temukan yang tidak benar.
Mobil anggota politbiro Mercedez-Benz, sementara mobil untuk anggota komite pusat partai
Fiat. Rakyat biasa tak boleh punya kendaraan. Ini cara yang salah. Ketika terjadi reformasi,
5
sepeda motor masuk, rakyat berebut untuk memiliknya). Pasar saham mengikuti proses
bisnis ekonomi dalam menggerakan perekonomian suatu negara. Ini bisa dilaksanakan
disistem apapun. Sebelumnya saya telah menulis bahwa dalam system sosialisme dimana
tidak ada kepemilikan individu, pasar saham tidak diperlukan tetapi dalam dunia sekarang
ini susah utk menerapkan system sosialisme yg murni yg sesuai dengan teori persamaan
dan pemerataan itu. Oleh karena itu kita melihat keterbatasan manusia dalam penerapan
prinsip2 sosialisme yg sesuai dengan sikon negaranya. Jadi tidak heran kita lihat adanya
RRT, Kuba dll menerapkan prinsip2 kapitalisme dan membuka negaranya utk
mensejaterahkan rakyatnya. Apakah ini jawabannya, memang kita manusia sangat terbatas
kemampuannya. Tetapi inilah realitasnya yang terjadi didunia ini.
Sie tik: mengenai kesejahteraan dan pemerataannya didalam masyarakat sosialis juga
masih merupakan masalahnya belum sepenuhnya teratasi . Dulu dikalangan partai2
komunis yg berkuasa masalah ini merupakan pendiskusian yg cukup panjang.
Masalah kesejahteraan itu sendiri pengertiannya juga relatif, tapi sepertinya di masyarakat
sosialis adalah agar sedapat mungkin cukup pangan dan sandang, ada atap diatas kepala,
jaminan pekerjaan, kesehatan dan pendidikan serta tidak kalah pentingnya keamanan.
Sehingga kesenjangan masyarakat tidak terlalu njomplang seperti dimasyarakat non
sosialis. Apakah sudah sepenuhnya sempurna, ya memang belum.
Nesare: disini jelas kita prihatin sebenarnya kehidupan yg sejahtera. Apakah itu dalam
system sosialisme atau kapitalisme, saya tidak pusingin. Jalan yg ditempuh bisa apa saja
tetapi fokusnya adalah kesejahteraan rakyat plus embel2 lain seperti: keamanan dll. Yang
harus dipikirkan bersama itu adalah system apa yg paling cocok utk diterapkan lalu
bagaimana penyelenggaraan negara bisa terbentuk sesuai dengan ideology yg dianut. Ini
PR yg sdh dari dulu dipikirkan oleh banyak orang.
Sie tik: Antara lain juga karena pendapatan negara hanya dari hasil produksi kebutuhan
masyarakat dalam negerinya , idan dalam batas2 tertentu memproduksi barang2 untuk bisa
dipertukarkan dng kebutuhan dari negeri2 lain dimana tidak bisa didapat atau diproduksi di
dalam negerinya , seperti bahan baku tertentu, produk kebutuhan hidup tertentu dan alat2
tertentu. Dan juga untuk bantuan pada perjuangan partai sekawan sebagai pernyataan
solidaritet internasional. Itu kerena memang plan ekonomi yg dilakukan dan tanpa tujuan
komersial sebagaimana dinegeri2 non-sosialis.
Nesare: perdagangan dalam negeri bisa dilakukan dalam negara sosialisme yg bung
idamkan tanpa mencari keuntungan/komersial. Tetapi ketika sudah bicara international
trade dng negara lain, prinsip tidak cari untung atau barter ini sudah tidak berlaku. Tidak
mungkin negara sosialis bisa menjual barang produksinya dengan harga yg sama atau lebih
6
murah dengan negara lain. Maupun apakah negara lain mau? Disini ada teori bisnis
ekonomi: comparative advantage dimana suatu negara akan eksport barang yg comparative
advantagenya lebih tinggi dari negara lain. Sebaliknya akan import barang/jasa yg
comparative advantagenya lebih rendah. Kita tidak bisa menjual barang/jasa yg harga dan
kwalitasnya lebih jelek ke negara lain. Begitu juga sebaliknya ngapain beli barang yg lebih
mahal dan lebih jelek dari negara lain. Dan ini adalah teori bisnis dan ekonomi yg bisa
dilakukan oleh baik system sosialisme maupun kapitalisme.
Sie tik: Selain itu , tentu juga boikot negeri2 kapitalis mempengaruhi , Iran saja yg bukan
sosialis diboikot dan mengalami kesulitan ekonomi yg cukup berat. Dilain pihak provokasi2
yg memicu perlombaan senjata dan ruang angkasa juga cukup membebani ekonomi
negeri2 sosialis sehingga mau tidak mau membebani kehidupan masyarakat. Kaum
imperialis dng perlombaan senjata justru menguntungkan kapitalis2 senjata dan jaringan
kapitalis yg bersangkutan, negara kapitalis imperialis mendapatkan biaya selain dari hasil
perpajakan keuntungan kapitalisnya, yg pada gilirannya melakukan pemerasan terhadap
rakyat2 negeri2 yg sedang berkembang. Juga negara kapitalis meningkatkan
pembiayaannya melalui hutang, toch yg akan bayar sipembayar pajak.
Nesare: jangan mencampuradukkan kapitalisme dengan imperialisme. Sosialisme pun bisa
menjadi imperialisme kalau orang2nya mau jadi imperialis. Masalah boikot2 itu, bung
melihatnya dari sudut pandang kapitalisme. Bung tidak melihat dari segi sosialisme.
Masalah hutang adalah masalah peminjam dan pemberi pinjaman. Ada aggrement yg
disetujui. Ada clausul yg disepakati dan ini semua bukan urusan kapitalisme atau sosialisme.
Bung kelihatannya melihatnya dari sudut pandang kapitalisme shg cenderung mengatakan
bahwa kapitalisme memberikan pinjaman lewat IMF, world bank dll imperialismenya.
Apakah bung sudah bertanya apakah kalau negara dunia ini mayoritas sosialisme akan
tidak ada lembaga pendanaan seperti IMF, world bank dll ini? jawaban saya tegas: pasti
akan ada kalau negara2 sosialisme ini menerapkan bisnis ekonomi. Pendanaan dgn
lembaga pendanaan itu adalah system keuangan yg mengatur keuangan. Sepanjang dunia
ini masih pake uang, ya akan selalu ada pendanaan dan lembaga pendanaan ini. Tidak
akan pilih bulu apakah sistemnya kapitalisme maupun sosialisme akan selalu ada hutang
dan piutang sepanjang prinsip bisnis dan ekonomi diterapkan.
Sie tik: Negara2 sosialis tidak mengenal sistim obligasi untuk mendapatkan pembesaran
anggapannya. Bahkan kenaikan hargapun sedapat mungkin dihindari demikian juga
keseragaman harga diseluruh negeri biasanya sama, suatu barang yg sama apakah dijual
didekat pabriknya atau didaerah perbatasan' tetap sama harganya.
7
Nesare: ini harapan bung dalam melihat negara sosialis yg sejahtera. Bagaimana kalau
negara sosialis itu tidak sejahtera dan tidak mampu menyediakan rumah keseluruh
rakyatnya? Bagaimana kalau negara sosialis yg bung idam2kan itu seperti Venezuela
sekarang ini yg ekonominya berantakan krn harga minyak jatuh? Obligasi tidak diperlukan,
harga tidak naik, harga sama dimana2 itu bagi saya mimpi kalau prinsip bisnis ekonomi ada.
Ketika negara punya duit, bisa saja prinsip2 bisnis ekonomi ini diabaikan begitu saja. Tetapi
sebetulnya bukan prinsip2 bisnis ekonominya yg diabaikan, melainkan ada duit yg
mengabaikan prinsip2 bisnis ekonomi ini. ketika duit sudah tidak ada, ya prinsip2 bisnis
ekonominya akan berjalan dengan sendirinya. Kenapa? Karena kebutuhan dan keinginan
manusia akan rumah, sandang pangan dll itu harus dipenuhi. Disinilah proses bisnis dan
ekonomi berjalan. Ini bisa terjadi disistem apapun baik kapitalisme maupun sosialisme.
Dinegara2 arab yg kaya sekarang sudah berubah krn harga minyak jatuh. Dulu kesehatan,
sekolah dll gratis/murah, sekarang sudah tidak. Ini terjadi dinegara kapitalisme. Yg saya
mau katakan ini masalah duit, masalah bisnis, masalah ekonomi dan bisa terjadi di isme
apapun.
Sie tik: CEO, bahwa seorang CEO mempunyai kemampuan menjalankan perusahaan
memang itu yg diharapkan pemilik perusahaan demi peningkatan keuntungannya. Tapi
bukan kebetulan bila beberapa tahun yl seorang PM Belanda Kok, mengatakan bahwa
mereka itu cenderung memperkaya diri secara berlebihan, tapi ya dia adalah seorang
sos-dem dan sekarang dia duduk sebagai supervisor perusahaan besar seperti ING, Shell,
TNT, KLM, Stork. Kemudian PM, lain Balkenende dari partai christen, menampilkan
gagasan moral, norma Balkenende , suatu peraturan hukum dimana manager2 sektor2
publik dibatasi tidak melebihi 130% s/d 01-01-2015, sejak itu diturunkan 100% honorarium
menteri ( € 179.000) karena tanggung jawab menteri kabinet jauh lebih besar dan berat dari
manager perusahaan. Sekarang beliau ini aktif di biro accountant dan adviseer
Ernst&Young.
Nesare: CEO memperkaya diri yg bung lihat disistem kapitalisme itu benar. Tetapi apakah
bung sudah bertanya apakah bisa terjadi disistem sosialisme? Jawaban saya: bisa. Ketika
orang sudah ngomong ttg duit, bisnis, ekonomi itu semua ujung2nya menuju ke
greed/serakah. Jadi CEO yg bung tidak suka ini adalah orangnya, bukan system
kapitalismenya. Ini bisa terjadi juga di system sosialisme kalau orangnya tidak benar.
Sie tik: Lalu bagaimana dinegara sosialis? Tepatnya saya tidak tau , sebab bidang saya
hanya dari sektor kesehatan saja, jadi tau sekedar dari baca2 saja, tapi dinegeri2 tsb laiknya
juga ada orang2 yg terampil dlm masalah management perusahaan, walaupun
direktur2-nya bisa saja orang2 politik. Anggapan ini saya dapatkan dari tulisan Lenin tentang
8
tugas2 SB setelah kemenangan Rev Oktober 1917, yg dijadikan keputusan Komite Sentral
PKUS pada 12-01-1922. Antara lain SB tidak bisa turut campur dlm kebijakan management
perusahaan, juga soal upah ahli2 yg bekerja. Dimana tentu ketika itu tenaga2 tsb masih
merupakan tenaga2 lama perusahaan yg bersangkutan, dimana pengalaman mereka juga
dimanfaatkan dan sementara itu didampingi oleh kader2 SB atau partai yg menjadi seperti "
magang" untuk belajar dan kemudian bisa meneruskan atau melakukan tugas yg sama
diperusahaan2 baru yg didirikannya.
Nesare: disini bung jujur. Saya tidak tahu apakah bung tidak melihat atau tidak mau
membandingkannya dengan negara sosialis seperti RRT, Rusia dll atau negara sosialis
dalam pikiran Marx. Saya berpendapat sepanjang orang2 itu adalah manusia bisa salah,
bisa serakah. System apapun kalau orangnya tidak benar tidak akan jalan. Inilah
keterbatasan manusia. Banyak orang ngomong teori2 ekonomi kerakyatan tetapi belum
pernah saya lihat bagaimana mereka2 ini bisa mewujudkan masyarakat sosialis yg seperti
Marx inginkan.
Sie tik: Soal PHK, betul dinegara2 maju memang tidak bisa begitu saja seseorang di PHK
kan, ada prosedurnya, Tapi hal itu bukanlah tidak terjadi, Re-organisasi sering dibarengi dng
pengurangan pegawai, walau juga dilakukan plan sosial untuk ditempatkan di tempat
tertentu bahkan diperusahaan lain, tapi dari pernyataan2 yg muncul dimedia juga sering
dikatakan bahwa tidak dihindari adanya yg tak tertampung. Karena itu juga dari berita2
jawaban sosial jumlah pengangguran bisa naik turun. Bahwa seorang yg terkena PHK dapat
pesangon juga betul, tapi tentunya pesangon tsb juga terbatas sampai batas2 tertentu dan
tidak bisa menjamin kehidupannya sampai usia pensiun. Setelah selasai pesangon dan
belum dapat kerja maka yg bersangkutan memang bisa minta jaminan sosial. Walaupun
demikian dari berita akhir2 ini, 45% dari mereka yg dapat tunjangan sosial kesulitan untuk
suatu kehidupan " normal". Jadi toch orang lebih suka tetap bisa bekerja sampai usia
pensiun? Selain itu , kadang untuk pekerja2 pengangur diatas umur 45 tahunan tentu sulit
bisa dapatkan pekerjaan, karena usianya, walaupun menurut peraturan tidak ada
diskriminasi umur? Belum lagi kalau dikaitkan dng etnisnya.
Nesare: jelas restrukturisasi akan ada konsekwensi dan biasanya adalah phk. Bagus kalau
dinegara sosialis tidak ada phk. Ini sekali lagi kalau negaranya punya duit utk tidak mem phk
kan orang. Kalau tidak ada duit lain perkaranya. Dinegara kapitalis tetapi maju baru bisa ada
unemployement benefit, dikasih pekerjaan, dikasih social security dll. Dinegara kapitalis
miskin ya gak jalan. Gak bisa krn duitnya tidak ada. Jangankan duit, system nya saja tidak
ada seperti Indonesia belum ada unemployment benefit itu. Ini penyelenggaraan negara. Ini
bukan masalah hanya ada phk di negara kapitalisme. Benar unemployment benefit di USA
9
misalnya ada peraturannya. Kalau karyawan tidak salah dan diphk, sang karyawan bisa
apply unemployment benefit ke negara. Negara akan melihat dan harus minta persetujuan
dari perusahaan yg mem phk. Kalau tidak ada kontes dari perusahaan, negara akan kasih
unemployement benefit itu. Kenapa negara harus minta ijin dari perusahaan? Karena duit
unemployment benefit itu adalah iuran dari perusahaan yg dibayar periodically ke negara.
Ini dalam perusahaan swasta non pemerintah.
Kalau pegawai negeri seperti karyawan kantor pos, negara federal (, FBI, CIA dll), state
(polisi, klerik dikantor DMV yg ngurus SIM), itu lain lagi ceritanya. Jarang pegawai negeri di
phk, hanya saja gajinya lebih rendah.
Sie tik: Dan dari berita2 ternyata ada pengangguran yg sampai lebih 3 tahun bahkan
belakangan jawatan sosial Belanda menghapuskan kewajiban mengajukan lamaran kerja
bagi pengangguran yg lebih dari 10 tahun. Sebab ternyata kursus2 keahlian tertentu yg
diorganisasi jawaban penempatan tenaga kerja ternyata tidak mencapai tujuan yg
diharapkan, mungkin pelaksanaannya tidak disinkronkan dng sektor2 tertentu? Juga
perusahaan2 ada yg mengambil kebijakan untuk berhenti mengeluarkan advertensi
lowongan kerja , walaupun kadang tenaga yg pensiun selaiknya digantikan. Tentu ini
tergantung pada sektor2 tertentu, saya yg sudah 1,5 tahun betul2 pensiunpun beberapa
bulan yg lalu dapat telepon dari instansi terakhir tempat saya kerja, dimana mereka bertanya
apakah saya mau membantu lagi? Setelah usia pensiun 65 th, saya dihimbau meneruskan
kerja dng kontrak tahunan hal ini terlaksana 3X berturut2, setelah itu menurut peraturan bila
hendak diperpanjang oleh perusahaan maka si pekerja kontrak tahunan harus dijadikan
tenaga tetap. Tentu untuk perusahaan saya terlalu mahal, karena saya sudah mencapai
max. ketentuan upah, selain itu tentu usia juga dianggap rentan terhadap penyakit, jadi
setelah itu saya benar2 pensiun.
Nesare: di usa pun bisa terjadi lama penganggur tidak dapat pekerjaan lalu tidak mau cari
pekerjaan lagi krn sudah pasrah dan mengalah. Ini juga salah kaprahnya mereka2 yg
melihat unemployment rate usa yg turun. Kalau diteliti, angka ini turun krn penganggur
keluar tidak cari pekerjaan lagi. Kalau dia berkeluarga, 1 tidak kerja, 1 kerja masih bisa
hidup, hanya saja penghasilan berkurang. Ini yg banyak terjadi di usa. Pekerjaan tidak
bertambah tetapi angka pengangguran turun krn penganggur tidak mencari pekerjaan lagi.
Sepanjang penganggur tidak mendapat pekerjaan, dia berhak minta ke social security.
Hanya saja prakteknya dipersusah krn social security administration juga sedang susah
kekurangan duit, jadi semua janji2 tidak bisa ditepati. Di Indonesia belum mampu krn
perangkat penyelenggaran negara seperti ini belum berjalan baik. Jokowi sudah mulai
dengan semua kartu2 saktinya. Jalannya tersendat2 krn perlu pendanaan tetapi harus ada.
10
Salam
Nesare
From: Sie Tik Tan [mailto:[email protected]]
Sent: Monday, November 7, 2016 1:45 PM
Bung Nesare, selamat malam,
Saya sebenarnya heran mengapa tanggapan saya terhadap Chan bisa masuk
kemilis Gelora, padahal saya bukan dan juga tidak pernah menjadi
anggautanya. Walaupun modertor milis Gelora , bung Tjing saya kenal dan
melakukan pertukaran pikiran melalui milis lain dimana saya menjadi
anggautanya.
Selama ini saya membatasi diri dlm keanggautaan pada jaring media
elektronik, karena saya merasa keterbatasan waktu, saya juga belum tentu
tiap hari membuka computer, kalaupun membukanya biasanya tak lebih dari
3-4 jam, sebab saya lebih menyukai baca koran atau buku.
Karena saya anggap pancaran cahaya dari aparat elektronik melelahkan
mata saya, begitu juga TV hanya saya batasi untuk melihat berita dan
acara yg saya anggap bermanfaat saja.
Jadi saya selama ini membatasi bertukar pendapat hanya pada mereka yg
saya kenal pribadi dlm milis2 yg angautanya saya kenal.Bahkan pada salah
satu milis ini mengingat keragaman yg luas dari anggautanya, belakangan
masalah2 seperti yg kita hadapi, saya sengaja mengirimkan pada jalur
pribadi pada orang2 tertentu saja. Tapi bung Tjing rupanya dlm
tanggapannya kembali menggunakan jalur milis.
Itulah alasan saya tidak menanggapi email bung yg lalu.
Tapi kali ini saya akan berusaha mengemukakan pendapat terhadap email bung kali ini.
- Saham, dinegeri sosialis tidak dikenal jadi tidak ada, juga tidak ada pasaran Bursa. Walau mungkin
pada awalnya setelah kekuasaan diambil alih oleh kaum komunis, maka pengusaha2 kapitalis yg
11
tidak pernah memusuhi gerakan mereka , kepemilikanannya sebagaian besar dibeli negara sehingga
kontrol negara bisa dilaksanakan dan setelah kapitalisme negara berjalan lancar, maka peralihan
seluruh kepemilikan ketangan negara diberlakukan sesuai dng konsep tidak diperkenankannya
kepemilikan perorangan dlm sistim sosialisme proletar.
- Bahwa tidak ada satu system-pun yg bisa memuaskan seluruh rakyat, adalah jelas , juga di
sosialisme masih ada kelas2 bukan kelas buruh dan tani, malah ada musuh2 sistim.
Dlm menanggapi go public/saham Chan berargumentasi bahwa dng kepemilikan
kolektif/masyarakat maka hakekat kepemilikan perorangan tidak ada, dng alasan kepemilikan umum
adalah gabungan kepemilikan perorangan. Dan ini dipersamakan dng gagasan sosialisme,
padahal secara konseptual berbeda , pada masyarakt sosialis semua alat produksi kebutuhan
masyarakat bukan merupakan milik perorangan, sedangkan dinegara non-sosialis alat2 tsb bisa
dimiliki oleh pemegang saham dan kenyataan memang tidak semua perusahaan go public dan juga
tidak semua orang beli saham. Jadi masalah yg diangkat dlm diskusi ini bukan soal memuaskan
semua orang atau tidak.
- NEP, betul tujuan Lenin adalah untuk memperkuat persekutuan buruh-tani, memperkokoh diktatur
proletariat dan menenangkan sosialisme, hal ini sudah dibicarakan cukup luas dlm diskusi
sebelumnya tentang NEP.
- Bisnis, betul bahwa bisnis bukan se-mata2 kapitalisme, juga di bidang non-profit berlaku. Saya
tidak tau dimana salah pengungkapannya? Tapi dlm diskusi NEP dn juga diskusi2 sebelumnya juga
sitandaskan bahwa Lenin dan Stalin menyatakan perlunya belajar dari efisiensi, sistim management ,
efektifitas proses produksi kapitalis. Diskusi dng Chan mengenai soal ini juga sudah sejak beberapa
tahun lalu, tentu tidak di Gelora, sebab saya tidak tergabung disana.
- Go public jelek tidak bisa disepadankan dng sosialisme.
Memang tidak bisa disepadankan dng sosialisme, karena disosialisme tidak ada saham.
Saham diketahui rentan terhadap rekayasa pelaku2 ekonomi, karenanya juga bisa saja berdampak
negatif pada pemegang saham secara keseluruhan tapi bisa juga bagi pemain2 bursa saham yg piawai
dampaknya selalu positif.
Jadi pendiskusian tsb dng Chan adalah untuk memahami hal ini, tidak hanya segi yg disebutnya
menguntungkan kaum pekerja saja, terutama hal ini penting untuk rakyat dinegeri2 yg sedang
berkembang dimana masyarakat awam belum terbiasa dng bursa saham.
- mengenai kesejahteraan dan pemerataannya didalam masyarakat sosialis juga masih merupakan
masalahnya belum sepenuhnya teratasi . Dulu dikalangan partai2 komunis yg berkuasa masalah ini
merupakan pendiskusian yg cukup panjang.
12
Masalah kesejahteraan itu sendiri pengertiannya juga relatif, tapi sepertinya di masyarakat sosialis
adalah agar sedapat mungkin cukup pangan dan sandang, ada atap diatas kepala, jaminan pekerjaan,
kesehatan dan pendidikan serta tidak kalah pentingnya keamanan. Sehingga kesenjangan masyarakat
tidak terlalu njomplang seperti dimasyarakat non sosialis. Apakah sudah sepenuhnya sempurna, ya
memang belum. Antara lain juga karena pendapatan negara hanya dari hasil produksi kebutuhan
masyarakat dalam negerinya, dan dalam batas2 tertentu memproduksi barang2 untuk bisa
dipertukarkan dng kebutuhan dari negeri2 lain dimana tidak bisa didapat atau diproduksi di dalam
negerinya, seperti bahan baku tertentu, produk kebutuhan hidup tertentu dan alat2 tertentu. Dan juga
untuk bantuan pada perjuangan partai sekawan sebagai pernyataan solidaritet internasional. Itu
kerena memang plan ekonomi yg dilakukan dan tanpa tujuan komersial sebagaimana dinegeri2
non-sosialis. Selain itu, tentu juga boikot negeri2 kapitalis mempengaruhi, Iran saja yg bukan sosialis
diboikot dan mengalami kesulitan ekonomi yg cukup berat. Dilain pihak provokasi2 yg memicu
perlombaan senjata dan ruang angkasa juga cukup membebani ekonomi negeri2 sosialis sehingga
mau tidak mau membebani kehidupan masyarakat. Kaum imperialis dng perlombaan senjata justru
menguntungkan kapitalis2 senjata dan jaringan kapitalis yg bersangkutan, negara kapitalis imperialis
mendapatkan biaya selain dari hasil perpajakan keuntungan kapitalisnya, yg pada gilirannya
melakukan pemerasan terhadap rakyat2 negeri2 yg sedang berkembang. Juga negara kapitalis
meningkatkan pembiayaannya melalui hutang, toch yg akan bayar sipembayar pajak.
Negara2 sosialis tidak mengenal sistim obligasi untuk mendapatkan pembesaran anggapannya.
Bahkan kenaikan hargapun sedapat mungkin dihindari demikian juga keseragaman harga diseluruh
negeri biasanya sama, suatu barang yg sama apakah dijual didekat pabriknya atau didaerah
perbatasan' tetap sama harganya.
- CEO, bahwa seorang CEO mempunyai kemampuan menjalankan perusahaan memang itu yg
diharapkan pemilik perusahaan demi peningkatan keuntungannya. Tapi bukan kebetulan bila
beberapa tahun yl seorang PM Belanda Kok, mengatakan bahwa mereka itu cenderung
memperkaya diri secara berlebihan, tapi ya dia adalah seorang sos-dem dan sekarang dia duduk
sebagai supervisor perusahaan besar seperti ING, Shell, TNT, KLM, Stork. Kemudian PM, lain
Balkenende dari partai christen, menampilkan gagasan moral, norma Balkenende , suatu peraturan
hukum dimana manager2 sektor2 publik dibatasi tidak melebihi 130% s/d 01-01-2015, sejak itu
diturunkan 100% honorarium menteri ( € 179.000) karena tanggung jawab menteri kabinet jauh lebih
besar dan berat dari manager perusahaan. Sekarang beliau ini aktif di biro accountant dan adviseer
Ernst&Young.
Lalu bagaimana dinegara sosialis? Tepatnya saya tidak tau , sebab bidang saya hanya dari sektor
kesehatan saja, jadi tau sekedar dari baca2 saja, tapi dinegeri2 tsb laiknya juga ada orang2 yg
terampil dlm masalah management perusahaan, walaupun direktur2-nya bisa saja orang2 politik.
Anggapan ini saya dapatkan dari tulisan Lenin tentang tugas2 SB setelah kemenangan Rev Oktober
13
1917, yg dijadikan keputusan Komite Sentral PKUS pada 12-01-1922. Antara lain SB tidak bisa turut
campur dlm kebijakan management perusahaan, juga soal upah ahli2 yg bekerja. Dimana tentu
ketika itu tenaga2 tsb masih merupakan tenaga2 lama perusahaan yg bersangkutan, dimana
pengalaman mereka juga dimanfaatkan dan sementara itu didampingi oleh kader2 SB atau partai yg
menjadi seperti " magang" untuk belajar dan kemudian bisa meneruskan atau melakukan tugas yg
sama diperusahaan2 baru yg didirikannya.
- Soal PHK, betul dinegara2 maju memang tidak bisa begitu saja seseorang di PHK kan, ada
prosedurnya, Tapi hal itu bukanlah tidak terjadi, Re-organisasi sering dibarengi dng pengurangan
pegawai, walau juga dilakukan plan sosial untuk ditempatkan di tempat tertentu bahkan diperusahaan
lain, tapi dari pernyataan2 yg muncul dimedia juga sering dikatakan bahwa tidak dihindari adanya yg
tak tertampung. Karena itu juga dari berita2 jawaban sosial jumlah pengangguran bisa naik turun.
Bahwa seorang yg terkena PHK dapat pesangon juga betul, tapi tentunya pesangon tsb juga terbatas
sampai batas2 tertentu dan tidak bisa menjamin kehidupannya sampai usia pensiun. Setelah selasai
pesangon dan belum dapat kerja maka yg bersangkutan memang bisa minta jaminan sosial.
Walaupun demikian dari berita akhir2 ini, 45% dari mereka yg dapat tunjangan sosial kesulitan untuk
suatu kehidupan " normal". Jadi toch orang lebih suka tetap bisa bekerja sampai usia pensiun? Selain
itu , kadang untuk pekerja2 pengangur diatas umur 45 tahunan tentu sulit bisa dapatkan pekerjaan,
karena usianya, walaupun menurut peraturan tidak ada diskriminasi umur? Belum lagi kalau
dikaitkan dng etnisnya. Dan dari berita2 ternyata ada pengangguran yg sampai lebih 3 tahun bahkan
belakangan jawatan sosial Belanda menghapuskan kewajiban mengajukan lamaran kerja bagi
pengangguran yg lebih dari 10 tahun. Sebab ternyata kursus2 keahlian tertentu yg diorganisasi
jawaban penempatan tenaga kerja ternyata tidak mencapai tujuan yg diharapkan, mungkin
pelaksanaannya tidak disinkronkan dng sektor2 tertentu? Juga perusahaan2 ada yg mengambil
kebijakan untuk berhenti mengeluarkan advertensi lowongan kerja , walaupun kadang tenaga yg
pensiun selaiknya digantikan. Tentu ini tergantung pada sektor2 tertentu, saya yg sudah 1,5 tahun
betul2 pensiunpun beberapa bulan yg lalu dapat telepon dari instansi terakhir tempat saya kerja,
dimana mereka bertanya apakah saya mau membantu lagi? Setelah usia pensiun 65 th, saya dihimbau
meneruskan kerja dng kontrak tahunan hal ini terlaksana 3X berturut2, setelah itu menurut peraturan
bila hendak diperpanjang oleh perusahaan maka si pekerja kontrak tahunan harus dijadikan tenaga
tetap. Tentu untuk perusahaan saya terlalu mahal, karena saya sudah mencapai max. ketentuan upah,
selain itu tentu usia juga dianggap rentan terhadap penyakit, jadi setelah itu saya benar2 pensiun.
Maaf jadi ngalor-ngidhul, dan dng ini saya akhirnya saja .
Sekian,
Tik