hadits arbain nawawiah

54
January 29, 2010 [ SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH ] Sayarah Singkat Hadits Arba’in Idrus Abidin, Lc., MA. Sumber : idrusabidin.blogspot.com. HADITS KE-1 URGENSI NIAT ى صل له ال ول س ر ت ع م س ال ه ق ن ع له ال ى ض ر طاب خ ل ن! ا ب ر م ع ص ف ح ي ب- ن! ا ي ن م- ؤ م ل ر ا مي- ن! ا ع وى ن ما- رى م ل ا ك ل ما نA , وا اب ن لن ا مال ب ع- الأ ما نA ا ؤل ق ي م سل ه و ن ل ع له ال" , ي لA ه ا رت ج ه ت ن ن! كا م ف ي ما لA ه ا رت ج ه ف ها ح ك ن ي ة- را م و ا ها بb صن ي ا ن ي ي د لA ه ا رت ج ه ت ن ن! كا مله , و و س له ور ي ال لA ه ا رت ج ه ف وله س له ور ال ه ن ل ع ق ق ت م ه ن لA ر ا ج ها" TERJEMAHAN. Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul- Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”. [Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907] PENGANTAR. Niat dalam Islam menempati posis sentral dalam kehidupan sehari-hari. Ia merupakan penentu diterimanya amalan dari sisi bathiniah. Karena itulah, hadits ini dikatakan seperdua ilmu ibadah. Sedang dari sisi Hadits-Hadits Akidah Page 1

Upload: idrus-abidin

Post on 22-Jun-2015

8.196 views

Category:

Spiritual


3 download

DESCRIPTION

penjelasan singkat hadits Arba"in karya Imam Nawawi rahimahullah.

TRANSCRIPT

Page 1: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

Sayarah Singkat Hadits Arba’inIdrus Abidin, Lc., MA.

Sumber : idrusabidin.blogspot.com.

HADITS KE-1URGENSI NIAT

عنه الله الخطابرضي بن أبيحفصعمر المؤمنين أمير عنإنما " يقول وسلم عليه الله صلى الله قالسمعترسول

نوى , ما امرئ لكل وإنما بالنيات إلى , األعمال كانتهجرته فمنإلى , كانتهجرته ومن ورسوله الله إلى فهجرته ورسوله الله

متفق " إليه هاجر ما إلى فهجرته ينكحها امرأة و يصيبها دنياعليه

TERJEMAHAN.

Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.

[Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907]

PENGANTAR.

Niat dalam Islam menempati posis sentral dalam kehidupan sehari-hari. Ia merupakan penentu diterimanya amalan dari sisi bathiniah. Karena itulah, hadits ini dikatakan seperdua ilmu ibadah. Sedang dari sisi lahiriah, kesesuaian dengan amalan Rasulullah saw merupakan standar baku. Tentang hal ini, Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang melakukan amalan tanpa disertai petunjukku maka amalannya tertolak ( tidak diterima )"

Niat adalah amalan hati yang tercetus dari keimanan seseorang. Makin jauh keimana terhunjam dalam hati, maka sejauh itu pula keikhlasan terwujud. Hanya saja, keimanan, sebagaimana lazimnya, sangat fluktuatip akibat faktor internal maupun eksternal seseorang.

PENJELASAN.

"Amalan itu tergantung pada niatnya. Sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang diniatkan" Ungkapan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ini menunjukkan bahwa seorang mukmin yang sadar ketika melakukkan

Hadits-Hadits AkidahPage 1

Page 2: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

ibadah tertentu pasti tercetus dari niat. Atas dasar ini, niat tidak harus dilafazkan, tapi cukup dengan menghadirkan dan menegaskan dalam hati bahwa ibadah yang dilakukan betul-betul demi Allah swt.

Penggalan hadits ini menunjukkan pula bahwa besarnya pahala yang dapat diperoleh, sangat tergantung pada keikhlasan yang mendasari suatu ibadah. Dalam kerangka inilah pendapat yang mengatakan "tidaklah Abu bakar mengalahkan kalian dengan banyaknya amalan yang Ia lakukan, tapi karena keikhlasannya ketika beramal" dapat dipahami. Artinya, amalah bisa saja nampak remeh di mata manusia tapi bernilai tinggi di sisi Allah swt. Sebaliknya pun demikian. Bisa jadi menurut manusia amalan tertentu besar tapi minim pahala akibat niat yang tidak benar.

Selain itu, sebuah aktifitas yang tidak berkategori ibadah ritual tapi hanya merupakan kebiasaan sehai-hari, seperti mandi, makan, tidur dll jika dilakukan untuk (niat) menguatkan diri dalam beribadah maka Ia pun berhak mendapatkan pahala dari sisi Allah swt. Karena memang missi seorang Muslim di dunia ini adalah untuk beribadah.

Ilustrasi di atas dipertegas oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dengan mengatakan, "Barang siapa hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan barang sIapa hijrah karena kingunan dunia atau karena hendak menikahi wanita maka hijrahnya kepada yang Ia tuju (niatkan)".

LATAR BELAKANG HADITS (ASBABUL WURUD)

Penegasan Rasullullah Shallallahu alaihi wasallam ini bisa dipahami dengan baik jika memahami latar belakang timbulnya hadits di atas. Dalam sebuah riwayat dari Abdullah Bin Mas'ud, Ia menceritakan, "(sebelum hijrah dari mekah ke Madinah) dIantara kami ada yang meminang perempuan bernama Ummu Qais, tapi Ia tidak mau dinikahi kecuali jika sang laki-laki hijrah bersamanya. Akhirnya lelaki itu ikut berhijrah dan menikahi Ummu Qais. Karena itulah, kami sering menyebutnya orang yang berhijrah karena Ummu Qais".

FAEDAH TAMBAHAN

Dari penggalan hadits di atas, kita bisa pula mengambil faedah berupa, seorang guru hendaknya mengangkat perumpamaan dalam rangka memperjelas hukum sesuatu yang abstrak. Karena Nabi sendiri mengangkat perumpamaan demi memperjelas sebuah teori. Contoh kongkritnya adalah kasus Hijrah tadi.

Menurut bahasa, hijrah adalah perpindahan. Sedang menurut syari'at, hijrah bermakna perpindahan dari negeri kafir menuju negeri Islam, dengan maksud menyelamatkan Agama. Dalam hadits ini, yang di maksud hijrah adalah perpindahan dari kota Mekah menuju kota Madinah yang terjadi sebelum Fathu Mekah pada tahun 8 hijrIah. Wallahu A'lam.

Semoga Allah swt menugrahi kita keikhlasan dalam berbuat sehingga kita bisa melihat wajah-Nya di akhirat kelak. Amin.

Hadits-Hadits AkidahPage 2

Page 3: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

HADITS KE-2IMAN, SILAM DAN IHSAN

عند : جلوس نحن بينما قال عنه الله رضي الخطاب بن عمر عنرجل علينا طلع إذ يوم ذات وسلم عليه الله صلى الله رسول

الشعر سواد شديد الثياب بياض , شديد , السفر أثر عليه يرى الوسلم عليه الله صلى النبي إلى جلس حتى أحد منا يعرفه وال

: , يا وقال فخذيه على كفيه ووضح ركبتيه إلى ركبته فأسنداإلسالم عن أخبرني , محمد عليه الله صلى الله رسول فقال

الله " رسول محمدا وأن الله إال إله ال أن تشهد أن اإلسالم وسلمإن البيت وتحج رمضان وتصوم الزكاة وتؤتي الصالة وتقيم

سبيال إليه قال , " استطعت ويصدقه يسأله له فعجبا صدقت قالورسله: " وكتبه ومالئكته بالله تؤمن أن قال اإليمان عن أخبرني

, : " قال صدقت قال وشره خيره بالقدر وتؤمن اآلخر :واليوم , " , لم فإن تراه كأنك الله تعبد أن قال اإلحسان عن فأخبرني

يراك فإنه تراه " تكن " , , ما قال الساعة عن فأخبرني قالقال " . " اماراتها عن فأخبرني قال السائل من بأعلم المسئول

الشاء رعاء العالة العراة الحفاة ترى وأن ربتها األمة تلد أنعمر " . , " , يا قال ثم مليا فلبث انطلق ثم البنيان في يتطاولون

" , : , " فإنه قال أعلم ورسوله الله قلت ؟ السائل من أتدريمسلم " رواه دينكم يعلمكم أتاكم جبريل

TERJEMAHAN.

Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anh, dia berkata: ketika kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata," Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam " Rasulullah menjawab,"Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya." Orang itu berkata,"Engkau benar," kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Iman" Rasulullah menjawab,"Engkau beriman kepada Alloh, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk" Orang tadi berkata," Engkau benar" Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Ihsan" Rasulullah menjawab,"Engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu." Orang itu berkata lagi,"Beritahukan kepadaku tentang kiamat" Rasulullah menjawab," Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya." selanjutnya orang itu berkata lagi,"beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya" Rasulullah menjawab," Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan puterinya, jika engkau

Hadits-Hadits AkidahPage 3

Page 4: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan." Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah berkata kepadaku, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?" Saya menjawab," Alloh dan Rosul-Nya lebih mengetahui" Rasulullah berkata," Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu"

[Muslim no. 8]

PENGANTAR.

Islam, iman dan ihsan adalah tingkatan amaliah seseorang terhadap ajaran Islam. Jika Islam beserta rukun-rukunnya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari maka stastus Muslim dapat diperoleh. Jika iman dengan berbagai perangkatnya menghiasi seseoarang maka ia dikatakan Mukmin. Ihsan yang merupakan puncak prestasi dalam berislam dan beriman akan terwujud jika dalam beragama, seseorang mampu menghadirkan Allah swt setiap saat. Jika tidak, ihsan bisa hadir dalam bentuk lain, berupa amalan yang dilakukan dengan senantiasa merasakan pengawasan (muraqabatullah) Allah swt setiap saat.

Dalam hal ini, Islam diartikan sebagai amalan lahiriah, sedang iman merupakan perwujudan amalan hati. Arti demikian dibenarkan jika kedua istilah tersebut berada pada satu ayat atau satu hadits secara bersamaan. Tapi jika keduanya berdiri sendiri maka iman dan Islam memiliki arti yang sama, yaitu istilah yang menunjukkan amalan lahiriah dan amalan hati sekaligus.

PENJELASAN.

Tawadhu' adalah ciri utama Rasulullah saw. Sikap ini dibuktikan oleh beliau dengan seringnya berkumpul bersama para sahabatnya. Dari sini dipahami bahwa seorang muslim hendaknya bergaul dengan masyarakat secara santun, agar bisa menularkan hal-hal positif kepada mereka. Di sini terdapat sebuah bingkai umum, bahwa bergaul dengan masyarakat lebih utama jika seseorang merasa aman dari efek negatif masyarakat.

Tapi kalau khawatir tercemar dengan prilaku negatif masyarakat, tentu menghindar (uzlah) dari mereka merupakan prioritas utama. Jargon yang sering diangkat di sini adalah "Bergabung dengan masyarakat tetapi tetap memiliki keunikan tersendiri". Itu adalah gambaran ideal seorang muslim dalam bermasyarakat. Makna ini disarikan dari penuturan Umar Bin Khattab, bahwa Rasulullah saw pernah bergabung bersama para sahabatnya lalu didatangi oleh seseorang yang berpakaian putih. Gambaran ini merupakan pembukaan hadits yang sedang kita bahas.

Malaikat jibril mendatangi Rasulullah saw dalam kondisi demikian. Kedatangannya itu dalam rangka mengajari sahabat tentang Islam, iman dan ihsan. Ini menggambarkan bahwa malaikat kadang menapakkan diri dengan wujud manusia, bahkan dengan orang-orang tertentu yang dikenal oleh warga sekitar. Misalnya kedatangan jibril yang terkadang menyerupai Dahiyah Al-Kalbi, salah seorang sahabat Rasul sendiri.

Pertanyaan jibril kepada Rasulullah saw ketika itu bukanlah karena ketidaktahuan, tetapi tidak lebih dari upaya untuk mengajari sahabat melalui pertanyaan, yang bisanya lebih berkesan dibanding betuk pembelajaran lainnya. Di

Hadits-Hadits AkidahPage 4

Page 5: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

sini kita bisa bercermin bahwa boleh saja seseorang bertanya tentang suatu hal walaupun ia sendiri telah menguasi pembahasan, selama maksudnya untuk memberitahukan mereka-mereka yang belum mengerti.

Sikap duduk jibril dengan menyandarkan kedua lututnya dengan lutut Rasulullah saw, serta tangannya yang diletakkan di atas paha beliau mengindikasikan adab penuntut ilmu dalam majlis yang layak dijadikan teladan. Demikianlah seharusnya seorang murid terhadap gurunya. Karena, bagaimana pun, guru tetaplah pilar penting dalam mewariskan segala bentuk kebaikan. Benarlah apa yang dikatakan Syauki Ibrahim, seorang sastrawan mesir, "Patuhlah kepada guru dan berikan penghargaan yang layak, karena hampir saja posisi guru seperti layaknya posisi seorang rasul".

Pertanyaan jibril tentang Islam merupakan upaya untuk membongkar kembali piranti Islam satu persatu, agar terlihat jelas dalam satu kesatuan yang utuh. Syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji merupakan komponen utama bagunan Islam. Jika semuanya terlaksana, maka akan menampakkan sebuah fenomena yang menarik antara ketaatan yang bersifat vertikal dan dibuktikan dengan kerja-kerja kemanusiaan yang bersipat horisontal. Syahadat misalnya merupakan amal lisan, shalat dan puasa adalah amalan jasmani, zakat adalah amalan yang berkaitan erat dengan harta, sedang haji merupakan perpaduan antara amalan jasmani dan kemampuan harta.

Demikain pula tentang iman. Ia dibahas secara tuntas oleh Rasulullah saw di depan para sahabat-sahabatnya. Komponen utamanya terdiri dari keimanan kepada Allah swt, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab, hari akhir dan qadha' serta kadar-Nya. Keimanan di sini diartikan sebagai pembenaran dengan hati. Jika semua itu dibenarkan dengan hati dan melahirkan keyakinan dalam diri seseorang, maka status mukmin tentu layak menjadi miliknya.

Disamping hal di atas, ihsan pun disorot dengan baik. Ihsan diartikan sebagai bentuk ibadah yang dilakukan dengan berusaha memvisualkan tujuan akhir, yaitu Allah swt. Atau dengan kata lain, ihsan adalah menyembah Allah swt dengan penuh semangat dan penuh harap (raja') akan sorga-Nya. Seolah-olah ia melihat Allah swt sehingga yakin akan sampai kepada-Nya. Kalau tidak bisa dengan cara demikian, maka menyembah Allah swt dengan perasaan khawatir (khauf) terhadap siksa-Nya atau upaya untuk menghindari neraka-Nya juga dibenarkan. Itulah dua makna ihsan yang diisyaratkan oleh Rasulullah saw. Memilih salah satu dari keduanya ketika kita beribadah tetap akan melahirkan ihsan (profesinalisme) dalam beragama.

Setelah itu, tanda-tanda kiamat juga tak luput dari pertanyaan jibril. Rasulullah saw menjelaskan bahwa waktu terjadinya kiamat tak diketahui oleh seorang pun. Ia murni menjadi rahasia Allah swt. Tetapi tanda-tandanya tetap bisa di lacak, diantaranya seperti penjelasan beliau bahwa seorang budak melahirkan tuannya dan orang-orang yang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan berprofesi sebagai pengembala berlomba-lomba mempertinggi rumahnya.

Tanda-tanda hari kiamat secara global terbagi tiga. Ada yang telah berlalu, ada yang selalu nampak dan ada pula yang muncul setelah hari kiamat makin dekat, seperti : turunnya nabi Isa as, dajjal, ya'juj dan ma'juj dan terbitnya matahari dari barat. Wallahu a'lam.

Semoga kita termasuk orang yang dikaruniai perilaku ihsan sehingga mampu menampakkan Islam ditengah masyarkat moderen. Amin.

Hadits-Hadits AkidahPage 5

Page 6: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

HADITS KE-3RUKUN ISLAM

الله رضي الخطاب بـن عـمر بن الله عبد الرحمن عـبد أبي عن: يقـول وسـلم عليه الله صلى الله رسول سمعت قـال ، عـنهما

خـمـس على اإلسـالم : بـني محمد وأن الله إال إلـه ال أن شـهـادةوصـوم ، البيت وحـج ، الـزكـاة وإيـتـاء ، الصالة وإقامة ، الله رسول

رمضان

TERJEMAHAN.

Dari Abu Abdirrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anhuma berkata : saya mendengar Rasulullah bersabda: "Islam didirikan diatas lima perkara yaitu bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah secara benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke baitullah dan berpuasa pada bulan ramadhan".

[Bukhari no.8, Muslim no.16]

PENGANTAR.

Hadits ini merupakan penjelasan lebih lanjut dari hadits sebelumnya, di mana Islam digambarkan secara aflikatif dengan ungkapan seperti, "engkau bersaksi….". Pada hadits ini, Islam digambarkan layaknya sebuah bangunan kokoh dan tegak di atas landasan yang mantap. Landasan itu berupa, syahadat, shalat, zakat, haji, dan puasa Ramadhan.

PENJELASAN

"Islam dibangun atas lima pilar utama, bersaksi bahwa tIada Tuahan yang berhak disembah selain Allah swt dan Muhammad adalah utusan-Nya" Landasan pertama bangunan Islam adalah Syahadat. Syahadat merupakan hal yang sangat penting dalam Islam, setidaknya berdasarkan beberapa alasan :

Syahadat merukan pintu masuk ke dalam bangunan Islam itu sendiri. Syahahadat adalah intisari ajaran Islam. Syahadat adalah dasar perubahan. Syahadat adalah inti da'wah para Rasul. Syahadat merupkan sumber keutamaan, berupa sorga bagi yang meyakini

kandungannya.

Hadits-Hadits AkidahPage 6

Page 7: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

Kemudian, terdapat tujuh syarat utama yang merupakan unsur kesempurnaan Syahadat. Jika semuanya terwujud, akan melahirkan pribadi Muslim yang mumpuni dan integral. Ketujuh syarat itu adalah :

1. Ilmu yang menghilangkan kebodohan.2. Keyakinan yang menghilangkan keraguan.3. Penerimaan yang menjauhkan penolakan.4. Ketundukan yang menjaukan sikap acuh.5. Ikhlas yang melebur kesyirikan.6. Ketulusan yang akan melebur kepalsuan.7. Kecintaan yang akan menghapus kebencian.

"Menegakkan Shalat "

Shalat merupakan pilar kedua dalam Islam. Urgensinya tidak lagi diragukan oleh ummat Muslim. Shalat memiliki tujuan utama berupa mencegah perbuatan keji dan mungkar. Untuk bisa mewujudkan tujuan dasar ini, shalat memiliki perangkat-perangkat berupa :

1. syarat-syarat :1. Membersihkan anggota tubuh dari hadas maupun najis.2. Menutup aurat dengan pakaian yang bersih.3. Memilih tempat yang bersih.4. Mengetahui masuknya waktu 5. Menghadap kiblat.

2. Rukun-rukun : Niat (ikhlas), Berdiri jika mampu, Takbiratul Ihram, Membaca Al-Fatihah, Ruku, Bangkit dari ruku, Sujud, Duduk diantara dua sujud. Tasyahhud. Beshawalawat kepada Nabi. Mengucapkan salam. Tuma'ninah. Tertib.

Selain hal-hal di atas maka dianggap termasuk dalam kategori sunnah-sunnah shalat. Jika unsur-unsur tersebut terpenuhi dengan baik serta keikhlasan mendasarinya, maka kekhusyu'an akan lahir. Khusyu' adalah kondisi dimana seseorang merasakan ketundukan dan kehinaan di hadapan Yang Maha Kuasa, dengan mengharap (raja') keridhaan-Nya dan khawatir (Khauf) terhadap siksaan-Nya. Unsur batiniah dan lahiriah inilah jika terwujud mampu menjauhkan seorang Muslim dari perbuatan keji dan mungkar.

"Menunaikan zakat "

Hadits-Hadits AkidahPage 7

Page 8: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

Zakat adalah harta yang ditunaikan untuk kaum lemah. Zakat bertujuan untuk membersihkan noda-noda harta yang dimiliki maupun mensterilkan sang pemberi zakat dari sikap bakhil. Tujuan ini terekam dalam firman Allah swt yang berbunyi : "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui."

Juga firman-Nya :"Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, Sambil menerima segala pemberIan Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunIa adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian."

Syekh Sayyid Sabiq mengomentari ayat di atas dengan mengatakan ,"Allah swt menjadikan karakter utama orang-orang yang baik adalah Ihsan. Wujud ihsannya itu dibuktikan dengan Qiyamullail dan memperbanyak Istigfar pada waktu sahur sebagai wujud ketundukan dan taqarrub kepada-Nya. Ihsan itu pula nampak dengan menunaikan zakat kepada yang berhak menerimanya".

Menunaikan zakat memiliki beberapa urgensi, diantaranya adalah : Zakat merupakan sebab turunya rahmat Allah swt. Zakat merupakan salah satu penyebab kembalinya kekuasaan Islam ke

pangkuan ummat Muslim. Zakat merupakan penyebab masuknya seseorang ke dalam sorga. Menghilangkan unsur kejelekan yang dimiliki suatu barang.

Melihat urgensi zakat yang sedemikian rupa, Allah swt kemudian menjelaskan ekses negatip akibat tidak berjalannya instrument zakat dalam sebuah komunitas Muslim. Diantaranya berupa :

Emas dan perak yang tidak dizakati menjadi strika bagi pemiliknya di hari kemudian.

Harta yang tidak dizakati menjadi bumerang bagi yang bersangkutan pada hari kemudian.

Tidak ditunaikannya zakat bisa menyebabkan hujan tidak lagi diturunkan oleh Allah swt.

"Menunaikan haji"

Haji merupakan piranti penting dalam bangunan Islam. Ia dianggap jihad yang tidak mengandung resiko oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Bahkan ketika para wanita menghadap kepada beliau mengajukan keberatan akan banyaknya ibadah yang bisa diakses oleh kaum laki-laki, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengarahkan mereka kepada ibadah haji yang dianggap merupakan jihadnya kaum wanita. Haji memiliki beberapa keutamaan, diantaranya berupa :

1. Termasuk rumpun ibadah yang diutamakan. Rasulullah saw pernah ditanya tentang amalan yang paling afdhal, beliau menjawab " Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya". Kemudian apa lagi ? Beliau menjawab, "Jihad di jalan Allah" kemudian apa lagi ? Jawab beliau, "haji yang mabrur"

Hadits-Hadits AkidahPage 8

Page 9: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

2. Pembersih dosa dan kesalahan. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda " Barang siapa yang menunaikan haji tanpa terlibat dengan ucapan kotor dan kefasikan maka Ia layaknya orang yang baru dilahirkan dari perut ibunya"

3. Penyebab mendapatkan sorga Allah swt. Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam " tiada balasan bagi haji mabrur kecuali sorga"

4. Merupakan jihadnya kaum lemah seperti wanita dan orang tua.Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam besabda, "jihadnya kaum lemah dan wanita adalah haji"

"Berpuasa pada bulan Ramadhan"

Puasa artinya menahan. Dari sisi syari'at, maknanya berupa menahan segala hal yang dapat merusak puasa dari sejak imsak hingga matahari terbenam. Keutamaan puasa dari segi kejiwaan dan kesehatan jasmani telah banyak di sorot oleh ilmuan. Sedang menurut Islam sendiri, keutamaan itu berupa :

1. Puasa merupakan ibadah yang ditentukan pahalanya oleh Allah swt sendiri.2. Merupakan perisai dari perbuatan zina.3. Puasa berperan sebagai pemberi syafaat pada hari kimat.4. Menjauhkan seseorang dari api neraka.5. Puasa memiliki pintu khusus di sorga yang merupakan jalur masuk bagi

mereka yang gemar berpuasa. Pintu itu bernama Ar-Rayyan.Puasa secara umum terbagi empat kategori: Puasa Ramadhan. Puasa Kaffarat. Puasa Nazar. Puasa Sunnah.Selain keutamaan puasa di atas, bulan ramadhan memiliki keutamaan tersendiri.

Diantara keutaman itu adalah :1. Terbukanya pintu sorga dan tertutupnya pintu neraka.2. Setan dibelenggu.3. Malam lailatul qadar.4. Merupakan penebus dosa-dosa tahun sebelumnya selama menghindari dosa-

dosa besar.5. Penebus dosa-dosa lama.Mengingat begitu pentingnya puasa Ramadhan maka ditemukan banyak hadis-

hadis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang mengingatkan kita tentang bahaya meninggalkan puasa Ramadhan tanpa adanya alasan syar'i. Beberapa diantaranya seperti :

Sabda Rasulullah saw yang berbunyi, "Simpul-simpul Islam dan landasan agama ada tiga. Bangunan Islam berdiri kokoh di atas ketiganya. Barangsiapa yang meninggalkan salah satu diantaranya maka Ia dianggap kafir dan halal darahnya, yaitu : syahadat, shalat wajib dan puasa ramadhan.

Sabda Rasulullah saw : "Barang siapa yang tidak berpuasa sehari saja dalam bulan ramadhan tanpa adanya rukhsa yang dibenarkan oleh Allah, maka Ia tidak bisa menggantinya dengan puasa lainnya, walaupun Ia puasa terus menerus sepanjang hidupnya".

Hadits-Hadits AkidahPage 9

Page 10: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

Demikianlah bagunan Islam yang disarikan dari hadits di atas. Wallahu a'lam. Kita berharap agar Allah swt memudahkan kita untuk terus menerus komitmen dengan pilar-pilar agama-Nya. Amin.

HADITS KE-4TAKDIR TELAH DITETAPKAN

قال عنه الله رضي مسعود بن عبدالله عبدالرحمن أبي عنالمصدوق " الصادق وهو وسلم عليه الله صلى الله رسول حدثنا

علقه ثم نطفة يوما أربعين أمه بطن في خلقه يجمع أحدكم إنفينفخ , الملك إليه يرسل ثم ذلك مثل مضغة يكون ثم ذلك مثل

, , , : , وعمله وأجله رزقه بكتب كلمات بأربع ويؤمر الروح فيهسعيد أم بعمل . وشقي ليعمل أحدكم إن غيره إله ال الذي فوالله

الكتاب عليه فيسبق ذراع إال وبينها بينه يكون ما حتى الجنة أهلحتى , النار أهل بعمل ليعمل أحدكم وإن النار أهل بعمل فيعملبعمل فيعمل الكتاب عليه فيسبق ذراع إال وبينها بينه يكون ما

الجنة أهل

TERJEMAHAN.

Dari Abu 'Abdirrahman Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anh, dia berkata : bahwa Rasulullah telah bersabda, "Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi 'Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya. maka demi Alloh yang tiada Tuhan selainnya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.

[Bukhari no. 3208, Muslim no. 2643]

PENGANTAR.

Sebagai agama wahyu, Islam memiliki karakteristik sendiri dalam memaknai setiap fenomena. Pada masalah kelahiran misalnya, Islam menetapkan fase-fase yang

Hadits-Hadits AkidahPage 10

Page 11: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

jelas. Fase ini terus dipantau oleh malaikat Allah swt yang khusus ditugaskan untuk urusan tersebut. Fase-fase itu berupa :

1. Fase air mani selama 40 hari.2. Fase tetesan darah selama 40 hari.3. Fase gumpalan daging selama 40 hari.4. Fase akhir sebelum lahir selama 40 hari pula.

Keempat fase ini memiliki proses tersendiri dan juga menjadi penegasan ilmu pengetahuan moderen yang menunjukkkan bahwa ajaran Islam sangat akrab dengan dunia ilmiah.

PENJELASAN.

"Sungguh setiap kalian berperoses dalam perut ibunya berupa setetes air mani selama 40 hari" ini merupakan fase awal terbentuknya manusia dalam rahim ibu. Proses ini ditandai dengan bertemunya air mani laki-laki dengan air mani perempuan. Proses ini berlangsung selama 40 hari.

"Kemudian berubah menjadi setetes darah selama 40 hari" proses ini merupakan lanjutan dari proses sebelmnya. Fase ini dalam bahasa arab dikenal sebagai fase 'Alaqah, yaitu sebuah fase yang menggambarkan kondisi darah yang cendrung mengeras itu, menempel pada jalur yang dilewatinya. Fase ini pun disinggung oleh Allah pada firman-Nya dalam surah Al-'Alaq yang berbunyi "yang menciptakan manusia dari segumpal darah ('alaqah)"

"Kemudian berubah menjadi segumpal daging selama 40 hari" ini merupakan fase ketiga, dimana darah yang mengeras tadi berubah menjadi segumpal daging. Pada fase selanjutnya, yaitu masa 120 hari, Allah mengirim malaikat untuk meniupkan ruh sekaligus menetapkan rezqi, ajal, amal dan susah senangnya dalam kehidupan ini. Hal ini berdasarkan pada hadis nabi "Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya, dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara; menetapkan rezkinya, ajalnya, amalnya dan celaka atau bahagianya".

Penggalan hadist ini pula yang menjadi landasan ulama dalam berpendapat bahwa sebelum janin berumur empat bulan Ia tidaklah dianggap manusia hidup. Olehnya itu, jika janin lahir sebelum melewati umur empat bulan maka ia tidak dimandikan, tidak dikafani dan tidak dishalati. Ia dikuburkan apa adanya saja.

Selain itu, penggalan hadits tadi juga mengisyaratkan adanya malaikat yang ditugaskan oleh Allah swt untuk mengurus seluk beluk alam rahim. Menjaga janin dari serangan jin jahat yang hendak menyerangnya juga menjadi tugas sang malaikat. Serangan ini merupakan wujud sumpah iblis di hadapan Allah yang akan menyesatkan manusia beserta keturunannya. Mungkin karena inilah Rasulullah saw mewanti-wanti ummatnya agar ketika hendak campur supaya berdo'a sebelumnya. Setelah tanda-tanda kehamilan mulai nampak, diharapkan sekali bagi wanita hamil untuk banyak taqarrub kepada Allah swt. Mengingat kondisinya yang begitu lemah dan merupakan peluang utama bagi jin setan untuk menyerangnya.

Dengan pertimbangan bahwa pada fase 120 hari, janin ditentukan rezki, ajal, dan senang tidaknya di dunia ini, maka seorang Muslim hendaknya tenang dalam masalah rezki, dengan merasa cukup dengan apa yang telah ada dan tetap berusaha mencari rezki yang halal. Panik dalam hal ini merupakan wujud kelemahan iman. Apalagi bila rela mengganti keyakinan hanya demi sesuap nasi atau kenikmatan dunia lainnya. Naudzubillah.

Hadits-Hadits AkidahPage 11

Page 12: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

"Demi Allah yang tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain-Nya, sungguh dIantara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli sorga hingga jarak antara dia dengan sorga hanyalah sehasta, akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dIa melakukan perbuatan ahli neraka sehingga Ia pun tercebur kedalamnya. Sesungguhnya diantara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dengan neraka tinggal sehasta, tetapi telah ditentukan baginya sebuah ketentuan sehingga Ia melakukan perbuatan ahli sorga lalu Ia pun masuk kedalamnya."

Potongan hadits ini mengisyaratkan bahwa kondisi terakhir manusia di dunia ini menetukan kondisinya di akhirat. Karena itulah, seseorang hendaknya tidak terpedaya dengan kondisinya saat ini yang nampak komitmen dengan nilai-nilai Islami. Ketaatan lahiriah tidaklah selamanya lahir dari rahim keikhlasan, tapi kadang karena faktor lingkungan atau pun kebiasaan.

Disinilah nampak bagi orang–orang yang secara lahir taat dalam ibadah ritual tidak dibenarkan memandang enteng ataupun memandang hina orang-orang yang bergelimang dosa. Tetapi berusaha meminta perlindungan kepada Allah swt agar dijauhkan dari sikap demikian, sembari berusaha menda'wahi orang-orang yang bertipe demikian dengan menunjukkan kasih sayang dan empati.

Bisa jadi lautan dosa yang sedang melingkupi seseorang mengatarkannya ke lembah taubat yang penuh dimensi kesadaran. Sebuah kondisi yang dapat merubah seseorang menjadi lebih baik dibanding orang-orang yang secara lahiriah garis hidupnya datar dengan ketaatanya. Khalid Bin Walid merupakan tipe yang mewakili kondisi ini.

Di samping itu, bagi mereka yang sedang berlumur dosa, hendaknya menyadari bahwa pintu kematian tiap saat mengintai. Sangat disayangkan jika kondisinya belum berubah sedang ajal datang menjemput. Dosa yang telah menggunung tinggi tidaklah seharusnya membuat seseorang lepas harapan terhadap kemungkinan terbukanya pintu taubat. Selama ajal belum berakhir, nafas masih turun naik dan belum sampai sekarat, maka selama itu pula Ia ditunggu oleh Allah swt dilorang taubat-Nya.

Manusia, baik yang ahli taat maupun ahli maksiat, hendaknya tetap menyadari bahwa Allah swt menghendakinya berjalan menuju orbit kehidupan, berupa akhirat dengan tetap berpegang teguh pada prinsip Khauf ( khawatir) dan Raja' (penuh harap).

Di sini perlu ditegaskan pula bahwa amalan, baik ataupun buruk, tidaklah serta merta membuat pelakunya masuk sorga atau pun neraka. Amalan hanyalah timbangan lahirIah. Karenanya, akidah Ahlussunnah Wal Jamaah menetapkan bahwa sorga dan neraka mutlak di bawah kekuasaan Allah swt. Ia memasukkan ke dalam sorga-Nya orang-orang yang dikehendaki dan memasukkan ke dalam neraka-Nya orang-orang yang dikehendaki-Nya pula.

Nampaknya permasalahan di atas sangat terkait erat dengan masalah Qadha dan Qadar (takdir), sehingga penting untuk menjelaskan permasalahan ini secara singkat.

Qadha adalah ketetapan Allah swt pada zaman azali tentang ada tidaknya sesuatu. Sedangkan kadar adalah penciptaan Allah swt terhadap sesuatu berdasarkan wujudnya pada waktu tertentu. Takdir terkait erat dengan kesempurnaan ilmu Allah swt, keilmuan yang mencakup apa yang telah, sedang dan akan terjadi, serta proses kejadiannya.

Atas kesempurnaan ilmu inilah Allah swt menetapkan rezki, amalan, bahagia atau celakanya seseorang. Tetapi ilmu ini tidaklah menghilangkan hak ihtiar dan kehendak hamba, karena ilmu tidaklah berpengaruh. Teks-teks keagamaan dalam Al-Qur'an dan

Hadits-Hadits AkidahPage 12

Page 13: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

As-Sunnah menunjukkan dan menetapkan kehendak dan kebebasan berihtiar bagi manusia.

Aktifitas manusia di dunia ini pastilah seseuai dengan skenario Allah swt di lauhin mahfuz. Siapapun yang ditentukan sebagai penduduk sorga maka pasti dimudahkan dalam menjalankan amalan penduduk Sorga, khususnya di akhir hidupnya. Sebaliknya pun demikian. Walau hari-harinya diramaikan dengan ketaatan, tetapi di akhir hentakan nafasnya Ia menjauh dari jalur kebenaran, maka neraka pun menjadi ujung perjalanannya. Wallahu a'lam. Semoga kita dijauhkan oleh Allah swt dari su'ul khotimah. Amin.

HADITS KE-5.TERTOLAKNYA PAHALA AMALAN BID’AH

قال : قال عنها الله رضي عائشة عبدالله أم المؤمنين أم عنليس " ما هذا أمرنا أحدثفي من وسلم عليه الله صلى الله رسولعمل " , " من لمسلم رواية وفي ومسلم البخاري رواه رد فهو منه

رد فهو أمرنا ليسعليه عمال

TERJEMAHAN

Dari Ummul mukminin, Ummu 'Abdillah, ‘Aisyah radhiallahu 'anha, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan agama kami ini yang bukan dari kami, maka dia tertolak". (Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat Muslim : “Barangsiapa melakukan suatu amal yang tidak sesuai urusan kami, maka dia tertolak”)

[Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718]

PENGANTAR.

Pada hadits pertama dijelaskan bahwa timbangan bathiniah berupa ikhlas merupakan syarat mutlak diterimanya sebuah amalan. Di sini, timbangan lahiriah juga mendapatkan porsi penjelasan, agar kita makin meyakini pentingnya ilmu yang dapat mengenalkan kita sunnah-sunnah nabi. Terutama sekali pada lapangan ibadah ritual, supaya bisa membedakan amalan yang disyarIatkan dan dapat menghindari amalan yang merupakan lahan bid'ah.

Timbangan lahiriah dalam Islam dikenal dengan istilah Ittiba', yaitu sebuah usaha untuk mengikuti cara Nabi dalam memperaktekkan nilai-nilai Islam. Lawan ittiba' adalah ibtida', yaitu sikap beragama yang biasanya mereka-reka bentuk ibadah untuk dijadikan metode taqarrub yang tidak disyariatkan oleh Allah swt.

Islam adalah agama yang telah sempurna ajarannya. Menambah atau menguranginya merupakan tindakan subversip, dan seolah menuduh Rasullah Shallallahu alaihi wasallam tidak amanah dalam menjalankan risalah Allah swt.

Hadits-Hadits AkidahPage 13

Page 14: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

Tapi permasalahan ini sebenarnya merupakan garapan Ulama, karena merekalah yang mengetahui karakteristik Islam dan mengenal hal-hal yang bisa menjadi lahan ijtihad. Karenanya, sebelum mapan dari sisi keilmuan, hendaknya penuntut ilmu menahan diri dari sikap suka mencap amalan-amalan tertentu sebagai bid'ah, terutama yang masih berkategori ikhtilaful ulama.

PENJELASAN.

"Barang siapa yang mengada-adakan amalan yang bukan berasal dari (ajaran) kami, maka amalannya tertolak" Hukum asal ibadah adalah At-Tahrim. Artinya bahwa dalam lapangan ibadah ritual, mengikuti cara Rasulullah saw merupakan keharusan. Dan tidak diperkenankan (haram) memodifikasi ibadah tertentu itu dijadikan sarana taqarrub kepada Allah swt.

Di sini perlu ditegaskan bahwa Islam terbagi menjadi beberapa bagian, seperti Akidah, Ibadah, Muamalah dan Akhlak. Dalam lapangan praktis, kita hanya menyoroti lahan ibadah dan muamalah. Agar lebih rinci, kita analisa lebih jauh kaitannya dengan hadits di atas.

Ibadah.

Hukum asal ibadah adalah At-Tahrim. Artinya bahwa dalam lapangan ibadah ritual, mengikuti cara Rasulullah saw merupakan keharusan. Tidak ada seorang pun yang dibolehkan merancang sebuah bentuk ibadah lalu menjadikannya model taqarrub kepada Allah swt. Kalau demikIan adanya maka Ia berkategori bid'ah. Bid'ah dalam lapangan ibadah berarti mengadakan ibadah yang tidak memiliki contoh aplikasi dari Rasulullah saw. Nah, hadits di atas merupakan kaedah umum tentang masalah bid'ah yang merupakan lawan dari Sunnah.

Tetapi dalam rangka menerima dan menolak suatu bentuk ibadah perlu dijelaskan hal-hal berikut :

1. Suatu bentuk taqarrub dalam ibadah tertentu tidak selamanya bernilai ibadah pada kondisi lain. Sebagai contoh, berdiri merupakan bentuk taqarrub ketika shalat maupun ketika azan. Tetapi jika ada yang bernazar untuk berdiri pada waktu-wakti tertentu, maka itu berarti bid'ah yang tertolak di sisi Allah swt. Kareana itulah, ketika ada seseorang berdiri di tengah terik matahari sebagai wujud pemenuhan nazarnya, Ia dilarang oleh Rasulullah saw.

2. Amalan yang berada di luar aturan syara'. Perbuatan yang tidak berlandaskan syari'at, seperti seseorang bertaqarrub dengan nyayian atau dansa, maka perbuatan ini jelas tertolak. Bahkan inilah bentuk bid'ah yang sebenarnya. Semua perbuatan yang dilarang Islam masuk dalam kategori ini.

3. Menambah-nambah ibadah yang disyariatkan. Bid'ah dalam bentuk seperti ini perlu diperjelas dan diteliti. Karena tambahan bisa jadi membatalkan ibadah dan membuatnya tertolak. Contohnya adalah menambah shalat subuh menjadi tiga rakaat atau lebih. Tapi jika tambahan itu tidaklah membatalkan, tetapi hanya keluar dari kebiasaan dan tidak ada larangan menambahinya, maka sebenarnya tidaklah tertolak. Hanya mungkin berada pada level makruh, seperti ketika berwudhu lebih dari 3 kali. Itu pun kemakruhannya dilihat dari sisi berlebihan dalam menggunakan air. Sedang sikap berlebih-lebihan merupakan sesuatu yang dibenci oleh Islam.

4. Meninggalkan bagian tertentu dari ibadah yang disayariatkan. Orang yang beribadah kepada Allah swt tapi meninggalkan bagian tertentu dari

Hadits-Hadits AkidahPage 14

Page 15: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

ibadah tersebut, maka dari segi diterima atau ditolaknya ibadah itu perlu diteliti dan diperjelas bagian yang ditinggalkan. Jika yang ditinggalkan adalah syarat-syaratnya, seperti orang yang meninggalkan wudhu ketika hendak shalat maka tentu ibadahnya tertolak. Begitupun orang yang meninggalkan rukun-rukun ibadah tertentu. Adapun jika yang tertinggal hanyalah sunnah-sunnahnya saja, seperti orang yang shalat di rumah dan tidak ikut berjamaah, tentu pahalanya tidak sama dengan orang yang berjamaah. Itu jika shalat jamaah dianggap sunnah muakkadah.

Muamalah.

Hukum asal muamalah adalah "boleh". Artinya dalam bermuamalah dengan sesama manusIa tidaklah harus mendasarinya dengan cara-cara Rasulullah saw layaknya bidang ibadah. Tetapi bentuk-bentuk transaksi bisa saja dikembangkan sebatas tidak melanggar kaedah umum yang ditetapkan agama. Seperti tidak merugikan salah satu pihak, tidak mengadakan transaksi yang melanggar syari'at seperti riba dll dan dilaksanakan atas dasar keridhaan pihak-pihak terkait.

Namun demikian, dari sisi tertolaknya sebuah tansaksi dalam muamalah biasanya terjadi pada bentuk-bentuk berikut :

Tindakan yang merupakan usaha untuk menebus hukum syari'at. Semua jenis tindakan yang merupakan manifestasi dari penebusan atau pengganti hukum syari'at tertolak secara langsung. Seperti hukum rajam terhadap wanita yang berzina setelah menikah, lalu ditebus dengan uang atau bentuk lainnya.

Akad (transaksi) yang terlarang oleh syari'at :1. Transaksi yang bukan pada tempatnya. Seperti menikahi mahram, baik

dari kerabat, keturunan, ataupun menyatukan wanita dengan tantenya. Transaksi seperti ini tertolak karena melanggar aturan (baca:haram).

2. Tidak terpenuhinya sebuah syarat tidaklah bisa dianggap sah sekedar keridhaan kedua belah pihak. Seperti menikahi wanita yang sedang beriddah. Walaupun keduanya sama-sama ridha, tetapi syarat berupa selesainya iddah telah dilanggar, jadi hukumnya tertolak. Demikian juga menikah tanpa wali.

3. Transaksi dengan benda-benda yang di haramkan oleh Allah swt. Seperti menjual minuman keras, bangkai ataupun riba dll.

Transaksi yang menyebakan terjadinya kezaliman terhadap satu pihak. Seperti seorang wali menikahkan seorang janda tanpa seizinnya. Maka diterima tidaknya akad tergantung dari keridhaan sang janda, karena itu adalah haknya.

CATATAN

Hendaknya penuntut ilmu tidak tergesa-gesa menghukumi sesuatu sebagai bid'ah dengan hanya bermodalkan hadits di atas. Tetapi sebelumnya, sebaiknya meniliti pendapat ulama tentang hal tersebut dengan memperhatikan kaedah umum yang bisa dijadikan titik tolak untuk menerima atau menolak sesuatu. Wallahu a'lam.

Kita berharap kepada Allah swt agar menganugrahkan kita ilmu yang menjauhkan kita dari prilaku bid'ah. Dan memohon kepadan-Nya agar senantiasa dimudahkan dalam berkomitmen dengan sunnah-sunnah Nabi-Nya. Amin.

Hadits-Hadits AkidahPage 15

Page 16: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

HADITS KE-6HALAL DAN HARAM

: سمعت قال عنهما الله رضي بشير بن النعمان عبدالله أبي عنالحرام " و بين الحالل إن يقول وسلم عليه الله صلى الله رسول

اتقى , , فمن الناس من كثير يعلمهن ال قد مشتبهات وبينهما بين , فقد الشبهات في وقع ومن وعرضه لدينه استبرأ فقد الشبهات

فيه , , يرتع أن يوشك الحمى حول يرعى كالراعي الحرام في وقع , , في وإن إال محارمه الله حمى وإن أال حمى ملك لكل وأن أال

الجسد , فسد فسدت وإذا كله الجسد صلح صلحت إذا مضغة الجسدالقلب , وهي أال كله

TERJEMAHAN.

Dari Abu 'Abdillah An-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma berkata,"Aku mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya yang Halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan diantara keduanya ada perkara yang samar-samar, kebanyakan manusia tidak mengetahuinya, maka barangsiapa menjaga dirinya dari yang samar-samar itu, berarti ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya, dan barangsiapa terjerumus dalam wilayah samar-samar maka ia telah terjerumus kedalam wilayah yang haram, seperti penggembala yang menggembala di sekitar daerah terlarang maka hampir-hampir dia terjerumus kedalamnya. Ingatlah setiap raja memiliki larangan dan ingatlah bahwa larangan Alloh apa-apa yang diharamkan-Nya. Ingatlah bahwa dalam jasad ada sekerat daging jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati”.

[Bukhari no. 52, Muslim no. 1599]

PENGANTAR.

Hadits-Hadits AkidahPage 16

Page 17: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

Hadits ini merupakan rumus penting dalam Islam. Sebagian ulama berkomentar, "Landasan agama menurut kami terangkum pada beberapa kalimat yang dinisbatkan kepada Rasulullah saw ; tinggalkan syubhat, zuhudlah, tinggalkan hal-hal yang tidak berkaitan dengan dirimu dan bekerjalah dengan ikhlas".

Ajaran Islam, khususnya yang berkaitan dengan halal dan haram sangatlah jelas. Tapi antara keduanya terdapat hal-hal yang meragukan hukumnya bagi masyarakat. Namun bagi ulama, hal itu tidaklah bermasalah. Karena dengan ketaqwaan dan keilmuan yang meraka miliki, mereka mampu menempatkan hal-hal demikian pada salah satu dari kedua kategori di atas. Hal-hal seperti itulah yang diisyaratkan oleh Rasulullah saw sebagai Syubhat.

PENJELASAN.

Syubhat, menurut Imam Nawawi, adalah sesuatu yang tidak jelas status halal atau haramnya. Karena itulah, banyak orang yang tidak mengetahui hukumnya. Tetapi ulama bisa mengetahui status hukumya melalui teks-teks Al-Qur'an/hadits atau pun dengan sistem analogi (qiyas). Jika status hukum sesuatu tidak jelas halal haramnya, sementara tidak ada nash (teks) ataupun konsensus ulama (ijma'), maka mujtahid memberlakukan ijtihad agar bisa menetapkan statusnya dengan jelas dengan tetap berlandaskan pada dalil-dalil syari'at.

Dalam menyikapi masalah syubhat ini, manusia terbagi dua :1. Sebagian meninggalkan syubhat sebagai upaya mencari keridhaan Allah swt

dan merupakan bentuk lain dari usaha menghindari dosa. Disamping itu mereka berusaha menyelamatkan agamanya dan menjaga kehormatannya. Inilah makna hadits Rasulullah saw yang berbunyi "Barang siapa yang menghindari syubhat berarti telah menyelamatkan agama dan kehormatannya" keselamatan agama berkaitan dengan Allah swt, sedang kehormatan berkaitan dengan hubungan sesama manusia.

2. Sebagian lagi terlibat dalam perkara syubhat. Tetapi syubhat di sini menurut masyarakat, bukan menurut dia secara pribadi. Karena hukumnya jelas "boleh" baginya. Contohnya seperti ciuman dengan istri di tempat umum. Tentu dari sisi syari'at hal ini dibolehkan karena statusnya halal. Hanya saja berpotensi menimbulkan fitnah dan merusak kehormatan (citra diri). Hal seperti ini tidaklah masalah, tetapi jika ditinggalkan sangatlah tepat agar tidak menimbulkan fitnah dan demi menjaga kehormatan. Syubhat seperti ini pernah menimpa Rasulullah saw. Ketika itu, beliau bersama seorang perempuan di tengah malam. Tiba-tiba ada dua orang sahabat yang lewat. Kerena khawatir mereka curiga, beliau memanggil mereka dan menjelaskan bahwa wanita yang sedang bersamanya adalah Shofiyyah, istri beliau sendiri.

Ada pula yang bergelut dengan dunia syubhat karena mengikuti hawa nafsu. Kondisi seperti inilah yang dianggap terjatuh dalam kubangan haram. Tentang hal ini, Rasulullah saw menegaskan "Barang siapa yang terlibat dengan perkara syubhat berarti Ia tenggalam dalam perkara haram". Artinya bahwa seorang yang terlibat dalam perkara syubhat berpeluang besar untuk melakukan sesuatu yang haram.

Pembagian halal, haram dan syubhat ini dipertegas oleh Rasulullah saw dengan gambaran bahwa "Seperti pengembala yang mengembalakan hewan piaraannya di da'erah yang dilindungi sehingga hampir saja menerobos tanpa bisa dicegat"

Tingkah laku yang merupakan pilihan ataupun sekedar gerak yang mengikuti alur kebiasaan sangatlah dipengarui oleh kondisi hati (iman). Hati, ketika didominasi oleh iman, membuat seseorang berhati-hati dalam berbuat. Sebaliknya, hati yang melemah

Hadits-Hadits AkidahPage 17

Page 18: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

akibat dominasi syahwat sangat potensial melahirkan tingkah laku murahan. Hal ini disinggung oleh Allah swt dalam firman-Nya :"Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagIan ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya" (Q.S Ali Imran : 7).

Kaitannya dengan halal, haram dan syubhat adalah bahwa keimana akan menghindarkan seseorang dari perkara syubhat apalagi yang haram.

Beberapa hal yang merupakan rangkuman pembahasan di atas adalah : Jika seseorang terlibat dengan perkara syubhat maka mudah baginya terjatuh

pada hal-hal yang jelas keharamannya. Masalah kebaikan dan keburukan sangat ditentukan oleh hati. Karenanya

memperhatikan kondisi hati secara terus menerus merupakan tuntunan agar dapat meniti jalur yang benar dengan tetap istiqamah.

Rusaknya prilaku lahiriah merupkan indikasi kuat rusaknya kondisi bathin (hati).

Semoga Allah swt menjauhkan kita dari syubhat yang dapat menggerogoti agama dan kehormatan kita. Amin.

HADITS KE - 7AGAMA SEBAGAI NASEHAT

النبيصلى أن عنه الله رضي أوسالـداري بن تميم أبي عنلله " : قال ؟ لمن قلنا النصيحة الدين قال وسلم عليه الله

عامتهم و المسلمين ولألئمة ولرسوله

TERJEMAHAN.

Dari Abu Ruqayyah Tamiim bin Aus Ad Daari radhiallahu 'anh, “Sesungguhnya Rasulullah telah bersabda : Agama itu adalah Nasehat , Kami bertanya : Untuk Siapa ?, Beliau bersabda : Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin umat Islam, dan bagi seluruh kaum muslim”

[Muslim no. 55]

PENGANTAR.

Pada hadits sebelumnya dijelaskan bahwa agama Islam memiliki spesipikasi seperti Islam yang mewakili amalan lahiriah, Iman yang mewakili amalan hati dan Ihsan yang menggambarkan profesionalisme dalam menjalankan keduanya. Di sini Rasulullah saw menegaskan bahwa Agama Islam identik dengan nasehat. Selama nasehat menjadi bagian penting dari keislaman kita maka selama itu pula Islam kokoh pada level pribadi dan masyarakat.

PENGANTAR.

Nasehat dari segi bahasa bermakna Khalasa yang berarti murni. Bentuk formalnya adalah ikhlas yang merupakan wujud pemurniaan ibadah terhadap Allah swt semata.

Hadits-Hadits AkidahPage 18

Page 19: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

Berdasarkan makna bahasa inilah, Ibnu Atsir memberikan makna terminologi, berupa keinginan untuk menyampaikan kebaikan terhadap orang yang dinasehati.

Nasehat biasanya mengarahkan seseorang kepada pemurnian Islam. Baik pada tataran praktis maupun tataran teoritis. Karena begitu pentingnya pemurnian pemahaman pada aspek teori dan pemurnian praktek keberagamaan pada level pemerintah dan masyarakat, maka dipandang perlu untuk selalu menghadirkan nasehat sebagai upaya untuk konsisten dalam praktek keberislaman.

Atas alasan inilah maka ketika Rasulullah saw ditanya tentang nasihat, kepada siapa seharusnya dutujukan, Rasulullah saw menjawab, "Kepada allah dan Rasul-Nya, pemimpin kaum Muslimin dan masyarakat" karena memang keempat poin inilah yang menjadi inti keberlangsungan Islam dan kemurniannya dari segi teori maupun praktek.

Nasehat kepada Allah swt terwujud dalam bentuk keimanan yang benar kepada-Nya, membenarkan informasi yang terdapat dalam kitab-Nya, membenarkan Rasul-Nya, memurnikan ibadah kepada-Nya, taat dan patuh terhadap perintah serta menjauhi larangan-Nya. Mencintai apa yang dicintai-Nya, membenci apa yang di benci-Nya, loyal kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa dan berlepas diri dari musuh-musuh-Nya juga termasuk dalam kategori ini.

Nasihat kepada Rasulullah saw terwujud dalam bentuk membenarkan kenabian beliau, komitmen dengan perintahnya dan menjauhi larangannya, menghormatinya, mencintainya beserta keluarganya, menjadikannya Uswatun Hasanah dan selalu menghidupkan sunnah-sunnahnya.

Nasehat bagi pemimpin kaum Muslimin terwujud pada upaya membantu meyukseskan amanah yang sedang diemban. Mengingatkannya ketika sedang lalai, merahasiakan kesalahan yang terjadi diluar kendalinya dan memberikan dukungan moril atau pun materil juga diantara wujud nasehat kepada pemimpin. Termasuk nasehat paling penting dan merupakan nasehat tingkat tinggi adalah ketika kita mampu mencegah mereka dari tindak kezhaliman. Tentunya dengan cara yang baik dan elegan.

Nasehat bagi masyarakat Muslim terwujud dalam bentuk ajakan untuk komitmen dengan ajaran Islam, menegakkan amar ma'ruf dan nahi mungkar, mendidik mereka dengan kebaikan, menghormai sesepuhnya, dan menyayangi orang-orang lemah. Termasuk dalam kategori ini adalah menasehati diri sendiri sebelum dinasehati oleh orang lain atau pun dikritisi olehnya.

Nasehat tidaklah terbatas pada hal-hal di atas. Menasehati non mslim juga merupakan tugas seorang Muslim. Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin memegang peranan penting dalam hal ini, terutama sekali dalam menjauhkan manusia dari penyembahan dan ketundukan kepada selain Allah swt. Wallahu a'lam.

Semoga Allah swt berkenan menudahkan kita untuk komitmen dengan ajaran Rasul-Nya dengan saling nasehat menasehati sekaligus beramar ma'ruf dan nahi munkar. Amin.

Hadits-Hadits AkidahPage 19

Page 20: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

HADITS KE-8PERAN RASUL SEBAGAI PENGEMBAN MISSI TAUHID

وسلم عليه الله صلى الله رسول أن عنهما الله رضي عمر ابن عنوأن " قال الله إال إله ال أن يشهدوا الناسحتى أقاتل أن أمرت

ذلك , فعلوا فإذا الزكاة ويؤتوا الصالة ويقيموا الله رسول محمداالله على وحسابهم اإلسالم بحق إال وأموالهم دماءهم مني عصموا

تعالى

TERJEMAHAN.

Dari Ibnu 'Umar radhiallahu 'anhuma, sesungguhnya Rasulullah telah bersabda : "Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai ia mengucapkan laa ilaaha illallaah, menegakkan shalat dan mengeluarkan zakat. Barangsiapa telah mengucapkannya, maka ia telah memelihara harta dan jiwanya dari aku kecuali karena alasan yang hak dan kelak perhitungannya terserah kepada Allah Ta'ala".

[Bukhari no. 25, Muslim no. 22]

PENGANTAR.

Perang dalam Islam tidaklah dibenarkan kecuali dalam rangka meredam musuh, melindungi da'wah, menentang kezhaliman dan demi menjamin kebebasan beragama. Tujuan utama Islam adalah menebarkan rahmat kepada seluruh alam, dengan membebaskan mereka dari segala bentuk penghambaan terhadap segala jenis tuhan, menuju kepatuhan dan ketundukan terhadap aturan Allah swt. Baik dalam ibadah

Hadits-Hadits AkidahPage 20

Page 21: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

formal maupun dalam bingkai ibadah sosial. Institusi da'wah sebagai instrumen penting dalam rangka tegaknya Islam perlu dilindungi keberlangsungannya.

Karenanya, selama ummat Islam dibiarkan tumbuh secara alami dalam lingkup sosial, berupa institusi kemudian diberi ruang untuk mengespresikan diri tanpa adanya intimidasi, maka selama itu pula perang tidak dibenarkan.

Rasululllah saw mengirim surat kepada para penguasa untuk mengajak mereka berislam tanpa sedikit pun mengusik posisi dan kerajaan mereka. Diantara penguasa yang diajak adalah kaisar, kisra, mekaukis dan najasyi. Berbagai respon mereka tampakkan, tetapi Rasulullah saw tidak memerangi mereka kecuali setelah sebagian orang-orang Muslim di syam diperangi oleh kalangan Nasrani.

PENJELASAN.

Kaitannya dengan hadits yang kita bahas adalah bahwa perang dalam Islam tidaklah memiliki unsur pemenuhan nafsu berkuasa. Tetapi yang ada adalah perang untuk melanggengkan keadilan Islam yang berasaskan pada kecintaan. Cinta yang menghendaki manusia selamat di dunia dan di akhirat.

Tapi dalam rangka perluasan Islam, peperangan dibolehkan setelah menawarkan Islam bagi penduduk negeri yang hendak ditaklukkan. Kalau tidak mau berislam, maka cukuplah membayar jizyah kepada penguasa Islam sebagai ganti keamanan yang mereka nikmati. Tapi kalau toh yang kedua ini pun ditolak maka peranglah yang menjadi solusi.

Dalam kerangka inilah Rasulullah saw diperintahkan berperang hingga manusia menerima aturan Allah dan Rasul-Nya sebagai acuan kemudian itu Ia wujudkan dengan komitmen melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan melengkapi kewajiban Islam lainnya. Jika itu terlaksana, darah, harta dan kehormatan seseorang terjamin oleh instituti Islam. Tidak boleh ada yang membunuh, menghalalkan harta dan mencederai kehormatan seorang Muslim. Kecuali jika Ia terlibat dengan hal-hal yang bisa membuat halal darahnya. Seperti membunuh manusia yang terjamin kehormatannya, berzina setelah menikah atau murtad. Itulah makna hadits beliau yang berbunyi "Kecuali berdasarkan hak Islam "

Akan tetapi, hukum bunuh ini tidaklah sama sekali berkaitan dengan measalah hati. Artinya ketika mereka menerima hukum pembunuhan, tidaklah serta merta Ia kafir dan kekal di dalam neraka, kecuali jika Ia murtad. Tetapi, masalah itu sepenuhnya diserahkan kepada Allah swt untuk menentukannya. Inilah yang diisyaratkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, "Hisab mereka tergantung pada keputusan Allah swt".

Beberapa hal yang menjadikan darah, harta dan kehormatan seseorang tidak bisa diusik adalah:

A. Syahadat. Usamah bin Zaid, ketika berperang membunuh seseorang yang telah bersyahadat. Ketika berita itu tedengar oleh Rasululah saw. Ia pun dimintai keterangan. Alasan Usamah ketika itu adalah orang tersebut bersyahadat karena hendak menyelamatkan jiwanya dan hanya berpura-pura. Walaupun alasan Usamah Bin Zaid begitu logis, tetapi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tetap tidak mau menerima pembunuhan itu. Karena dalam Islam kita hanya menyikapi orang lain berdasarkan tampilan luarnya. Adapun masalah hati, sepenuhnya diserahkan kepada Allah swt.

B. Shalat. Rasulullah saw menginformasikan bahwa ummat Islam akan dipimpin oleh

Hadits-Hadits AkidahPage 21

Page 22: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

penguasa yang zhalim sekaligus menggambarkan sikap yang tepat untuk menghadapinya. Bagi yang merasa membenci tindak kezhaliman itu maka Ia terlepas dari dosa. Bahkan bagi yang menolak dengan baik, Ia diklaim selamat oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Ketika sahabat menanyakan kemungkinan berkomprontasi dengan penguasa yang zhalim, Rasulullah saw menjawab, "Jangan, selama mereka melaksanakan shalat". Di sini tampak sekali bahwa shalat memiliki nilai besar yang menjadi alasan untuk tidak diperbolehkannya menghalalkan darah seorang Muslim begitu saja.

C. Zakat. Siapa pun yang membayar zakat maka harta dan darahnya terjaga. Tapi bagi yang mengingkari hukum wajibnya maka ia kafir dan keluar dari Islam. Kalau ia tidak menunikan zakat tetapi tetap meyakini wajibnya menunaikan zakat maka ia berdosa dan tidak keluar dari Islam. Hanya saja pihak yang berwenang berhak memaksanya agar menunaikan zakatnya.

Jadi siapa pun yang mengucapkan syahadat, melaksanakan shalat, menunaikan zakat serta kewajiban Islam lainnya, maka darah dan hartanya haram untuk disentuh. Wallahu A'lam.

Semoga kita menjadi orang yang bijaksana dan tidak mudah menghalalkan darah saudara-saudara kita sesama Muslim yang masih tetap meyakini syahadat, shalat, zakat dan ibadah lainnya sebagai kewajiban Islam. Amin.

HADITS KE - 9MELAKSANAKAN PERINTAH SEBATAS KEMAMPUAN

قالسمعت عنه الله رضي بنصخر عبدالرحمن هريرة أبي عنفاجتنبوه عنه نهيتكم ما يقول وسلم عليه الله صلى الله رسول

قبلكم , من الذين أهلك فإنما استطعتم ما منه فأتوا به أمرتكم وماأنبيائهم على واختالفهم مسائلم كثرة

TERJEMAHAN.

Dari Abu Hurairah, 'Abdurrahman bin Shakhr radhiallahu 'anh, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah bersabda : "Apa saja yang aku larang kamu melaksanakannya, hendaklah kamu jauhi dan apa saja yang aku perintahkan kepadamu, maka lakukanlah menurut kemampuan kamu. Sesungguhnya kehancuran umat-umat sebelum kamu adalah karena banyak bertanya dan menyalahi nabi-nabi mereka (tidak mau taat dan patuh)" [Bukhari no. 7288, Muslim no. 1337]

PENGANTAR.

Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu menceritakan bahwa Rasulullah saw berkhotbah, "Wahai manusia, Allah swt mewajibkan kalian berhaji maka berhajilah "Tiba-tiba ada seseorang bertanya: Apakah tiap tahun ya Rasulullah? Rasululah saw diam hingga orang itu mengulangi pertanyaannya sebanyak tiga kali. Beliau lalu

Hadits-Hadits AkidahPage 22

Page 23: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

menjawab : "Kalau saya katakana ya maka wajib dilaksanakan tiap tahun. Kalau demikian, kalian pasti tidak bisa melakukannya. Lakukanlah hal-hal yang aku ajarkan, karena ummat-ummat sebelum kalian binasa karena terlalu banyak bertanya dan sering berbeda pendapat tentang ajaran nabi mareka . Jika aku memerintahkan sesuatu maka lakukanlah semampu kalian dan jika aku melarang sesuatu maka tinggalkanlah". Itulah latar belakang (Asbabul wurud) timbulnya hadits beliau ini.

PENJELASAN.

Seorang Muslim haruslah taat dan patuh pada perintah Rasulullah saw. Kepatuhan terhadap perintah ini terbagi menjadi dua kategori. Keduanya harus direspon secara berbeda :

1. Kategori wajib, yaitu perintah yang apabila dikerjakan oleh seseorang maka ia mendapatkan pahala dan jika ia tinggalkan maka ia berdosa. Contoh kategori ini adalah: Shalat, Puasa, Berbakti kepada kedua orang tua dll.

2. Kategori sunnah, yaitu perintah yang jika dilaksanakan maka akan menghasilkan ahala dan jika ditinggalkan juga tidak berdosa. Yang termasuk kategori ini adalah: Shalat sunnat rawatib, Bersikat gigi, Mandi, Puasa sunnah dll.Adapun larangan, ia juga memiliki dua kategori yang menunjukkan perlunya

disikapi secara berbeda pula. Kedua kategori itu adalah : 1. Kategori haram, yaitu perbuatan yang mendapatkan ancaman siksa jika

dikerjakan dan pahala jika ditinggalkan. Minum khamer, zina, dan durhaka kepada kedua orang tua masuk dalam kotegori ini.

2. Kategori makruh. Perbuatan ini jika dilakukan maka tidaklah berdosa. Tapi jika ditinggalkan maka pahala dapat diraih. Contohnya, makan bawang putih atau bawang merah dan berbicara setelah shalat isya.Antara perintah dan larangan terdapat kategori netral, yaitu mubah. Kategori

ini jika dilakukan tidaklah ada konsekwensi apa-apa, begitu pun jika ditinggalkan. Namun demikian, perkara mubah tidak bisa dinikmati secara berlebihan, seperti : makan, minum, tidur dll.

Bagi orang-orang yang memiliki derajat ketakwaan yang begitu mapan, wara' (hati-hati) adalah sikap yang sering menjadi pilihan. Perkara mubah tidaklah banyak ia nikmati, apalagi yang makruh. Orang yang bertipe seperti ini biasanya gemar dengan perkara-perkara sunnah sebagai pelengkap amalan wajib.

Demikianlah potret kaum beriman. Mereka menjadikan ilmu sebagai panduan hidup. Mereka tidak banyak berwacana tapi kosong amaliah. Kesadaran mereka tentang pentingnya amal mendominasi jiwa mereka dibanding banyak memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang terkadang kurang produktif dari segi aflikasi. Ini tidak berarti mereka meninggalkan lahan ilmiah. Tetapi hal-hal yang sudah pasti dalam agama ini tidak lagi ia modifikasi, tetapi berusaha memberikan solusi bagi masalah-masalah baru yang ditemui masyarakat. Tentunya dengan landasan keilmuan yang begitu kuat lagi mapan.

Munculnya trend keberagamaan yang serba mempertanyakan hal-hal yang sudah mapan dalam agama merupakan indikasi kehancuran sebuah ummat. Inilah wabah yang telah menyerang ummat-ummat terdahulu, sehingga Rasulullah saw mengingatkan ummatnya sejak dini.

Ada beberapa bentuk pertanyaan yang dapat menyebabkan kebinasan, baik pada skala pribadi maupun masyarakat. Khususnya bagi yang mengidap penyakit seperti ini, yaitu :

Hadits-Hadits AkidahPage 23

Page 24: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

Mempertanyakan hal-hal yang didiamkan oleh syari'at dan tidak dijelaskan secara menyeluruh.

Pertanyaan yang tidak memiliki konsekwensi praktis dan tidak menjadi kebutuhan mendesak ketika itu.

Pertanyaan yang bermotif penghinaan, arogansi dan senda gurau. Banyak bertanya tentang sesuatu yang belum terjadi. Pertanyaan yang menyebakan suatu perintah sulit untuk dilakukan. Mempertanyakan rahasia sebuah perintah yang sengaja disembunyikan

oleh Allah swt karena adanya hikmah tertentu.Selain hal-hal diatas sangat perlu dipertanyakan. Bahkan ada tipe pertanyaan

yang berkategori fardhu ain, seperti tata cara bersuci, shalat wajib, puasa ramadhan, dll. Ada pula yang bersifat fardhu kifayah, seperti pertanyaan pada bidang atau kajian yang sedang digeluti.

Menyelisihi nabi merupakan wujud penentangan dan pengingkaran. Hal yang sangat bertentangan dengan makna syahadat. Penyakit ini pula yang menjadi penyebab kehancuran bangsa-bangsa sebelum kita, seperti kaum tsamud, kaum 'ad, kaum madyan dll. Mereka adalah contoh nyata terjadinya kehancuran massal yang merupakan akibat dari orogansi mereka terhadap aturan Allah swt. Arogansi yang begitu mewabah hingga sampai pada ambang batas maksimal.

Karena itulah, penegasan Rasulullah saw bahwa banyak pertanyaan dan sikap menyelisihi nabi adalah awal kehancuran. Dan itu dipertegas oleh beliau setelah mejelaskaan pentingnya melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Wallahu a'lam.

Semoga kita dijauhkan dari arogansi yang dapat mendatangkan kemurkaan Allah swt. Amin.

HADITS KE -10.PENGARUH KEHALALAN MAKANAN TERHADAP

TERKABULNYA DO’A

صلى – – : الله رسول قال قال عنه الله رضي هريرة أبي عنالله " ،وان طيبا إال يقبل تعالىطيبال الله إن وسلم عليه الله

ا .. " kهlيk أ يkا تعالى فقال المرسلين به أمر بما المؤمنين أمر

/ " ... المؤمنون ا mحnال kص لoوا kمpاعkو nاتkبqيrالط kنnم كoلoوا oل oس l51الر... ا kم nاتkبqيkط pنnم كoلoوا نoوا kآم kينnذrال ا kهlي

k أ يkا تعالى الله وقال/ البقرة ..." نkاكoم pق kز kاغبر ... 172ر أشعث السفر يطيل رجل ذكر ثم

حرام ومشربه حرام ومطعمه ، رب يا رب يا السماء إلى يده يمدله يستجاب فإنى بالحرام وغذي حرام وملبسة

TERJEMAHAN.

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anh, ia berkata : “Telah bersabda Rasululloh : “ Sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin (seperti) apa yang telah diperintahkan kepada para rasul, maka Allah telah berfirman: Wahai para Rasul, makanlah dari segala sesuatu yang baik dan kerjakanlah amal shalih. Dan Dia berfirman: Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa-apa yang baik yang telah Kami berikan kepadamu.’ Kemudian beliau menceritakan kisah seorang

Hadits-Hadits AkidahPage 24

Page 25: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, berambut kusut, dan berdebu menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhan, wahai Tuhan” , sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dikenyangkan dengan makanan haram, maka bagaimana orang seperti ini dikabulkan do’anya".

[Muslim no. 1015]

PENGANTAR.

Pada bayak tempat dalam Al-Qur'an, Allah swt sering menegaskan kesucian-Nya dari berbagai aib dan kekurangan. Kadang menafikan kemungkinan adanya anak, kemungkinan adanya tindak kezhaliman terhadap hamba-hamba-Nya dan kemungkinan terserang rasa kantuk dan tidur.

PENJELASAN.

Pada hadits ini, Rasulullah saw juga menegaskan bahwa Allah swt maha suci. Allah swt thoyyib (baik) dan tentunya tidak menerima ibadah, khusunya do'a, kecuali jika bernilai thoyyib (baik) pula. Penolakan terhadap do'a di sini akibat dari komsumsi makanan dan minuman yang tidak bernilai thoyyib (halal). Disamping itu, pakaian yang tidak bernilai thoyyib serta penghasilan yang ditengarai berasal dari cara-cara yang haram, termasuk diantara faktor ditolaknya sebuah do'a. Padahal do'a di atas disertai dengan sebab-sebab kuat diterimanya do'a, seperti : sedang musafir, mengangkat ke dua tangan, meratap, berpenampilan kumal dan berdebu.

Untuk memperjelas sebab-sebab diterimanya do'a dan sebagian adab-adabnya, di sini kita singgung secara singkat :

1. Musafir. Rasulullah saw bersabda, "Tiga bentuk do'a diijabahi oleh Allah swt tanpa adanya keraguan : do'a orang-orang yang terzhalimi, do'a orang-orang yang sedang musafir dan do'a orang tua tehadap anaknya". Ulama beralasan bahwa dengan perjalanan jauh, seseorang akan merasakan beratnya tantangan hidup karena jauh dari sanak famili. Kondisi ini membuat seseorang merasa sangat membutuhkan bantuan Allah swt. Keadaan seperti inilah yang membuat do'anya mudah terkabulkan.

2. Berpakaian kumal dan berdebu. Rasulullah saw bersabda, "Mungkin saja ada orang yang berpakaian kumal dan berdebu, jika bertamu maka pasti kedatangnnya ditolak, tetapi jika bersumpah dengan nama Allah, maka Allah swt membenarkan sumpahnya (menerima permohonannya)".

3. Mengangkat kedua tangan. Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya Allah swt maha pemalu lagi maha pemurah. Ia malu jika hambanya-Nya menegadahkan kedua tangannya lalu kembali dengan tangan kosong sambil merasa sial"

4. Memilih makanan, minuman, pakaian dan penghasilan yang halal. Rasulullah saw bersabda, "Perbaiki makananmu niscaya do'amu mudah terkabulkan".

Hadits-Hadits AkidahPage 25

Page 26: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

5. Mengulang-ulang do'a sebanyak tiga kali dengan disertai kesungguhan. Ibnu Mas'ud bercerita, "Rasulullah saw sangat senang mengulang-ulang do'anya sebanyak tiga kali dan berisigfar sebanyak tiga kali pula".

Kelima hal di atas merupakan intisari dari hadits yang sedang kita bahas. Selain sebab dan adab di atas, do'a juga memiliki sebab dan adab yang merupakan hasil perpaduan dari nash-nash lain, seperti :

Menghadap kiblat, Memilih waktu-waktu yang tepat dan keadaan yang baik, seperti : hari

arafah, waktu sahur, ketika sujud, ketika turun hujan dll, Memulai do'a dengan memuji, memuliakan, dan mensucikan Allah swt

kemudian bershalawat kapada nabi. Khusyu' dengan suara yang tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu

rendah. Berdo'a dengan sesuatu yang tidak mengandung dosa atau pemutusan

silatarahmi. Tidak tergesa-gesa menunggu jawaban. Yakin bahwa do'anya akan dikabulkan. Memilih do'a yang singkat dan jelas. Dll.Semoga kita bisa tetap menjaga makanan, minuman, pakaian dan penghasilan

kita dari unsur-unsur yang haram sehingga do'a kita diterima oleh Allah swt. Amin.

HADITS KE-11.MENINGGALKAN PERKARA YANG MERAGUKAN STATUSNYA

الله رسول سبط طالب أبي بن علي بن الحسن محمد أبي عنمن حفظت قال عنهما الله رضي وريحانته وسلم عليه الله صلى

يريبك " " ال ما إلى يريبك ما دع وسلم عليه الله صلى الله رسولحديثحسنصحيح : وقال الترمذي رواه

TERJEMAHAN.

Dari Abu Muhammad, Al Hasan bin ‘Ali bin Abu Thalib, cucu Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan kesayangan beliau radhiallahu 'anhuma telah berkata : “Aku telah menghafal (sabda) dari Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “Tinggalkanlah apa-apa yang meragukan kamu, bergantilah kepada apa yang tidak meragukan kamu“.(HR. Tirmidzi dan berkata Tirmidzi : Ini adalah Hadits Hasan Shahih)

[Tirmidzi no. 2520, dan An-Nasa-i no. 5711]

PENGANTAR.

Hadits-Hadits AkidahPage 26

Page 27: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

Keraguan dalam perkara agama merupakan inti dari syubhat. Sedang syubhat dapat dihilangkan dengan belajar. Tapi ketika kondisi menghendaki kita untuk memilih antara melakukan sesuatu atau tidak, sedang hal tersebut masih tidak jelas status halal haramnya, maka hatilah yang menjadi pemutus. Jika hati tidak merasakan keraguan tentang status sesuatu, maka tidaklah mengapa melakukannya. Tapi jika hati merasakan keraguan, tentu meniggalkannya lebih tepat, mengingat melakukan sesuatu yang tidak jelas biasanya mendatangkan keresahan.

Di sini, hati memiliki peranan besar. Hati yang memiliki stok keimanan yang begitu lumayan dapat mendeteksi status sesuatu. Jika sesuai dengan aturan umum Islam maka biasanya hati tidak memberontak. Tapi jika memang bermasalah, hati terkadang memunculkan keraguan. Karenanya, ungkapan Rasulullah saw yang berbunyi, "Mintalah nasehat dari hatimu" sangatlah pantas dilakukakan pada kondisi demikian.

PENJELASAN.

"Tinggalkanlah yang meragukanmu menuju apa yang tidak meragukan" keyakinan adalah lawan dari keraguan. Keyakinan biasanya lahir dari ilmu yang baik. Dalam Islam, ilmu secara umum terbagi dua. Pertama, ilmu yang berkaitan dengan apa yang dapat memunculkan keyakinan. Ilmu ini sering disebut Iman. Kedua, ilmu tentang cara Rasulullah saw memberlakukan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Baik pada tingkat pribadi, keluarga maupun masyarakat. Ilmu ini disebut Amal.

Keraguan yang dimaksud dalam hadits ini adalah keraguan yang menyangkut perkara halal dan haram. Ragu pada kedua hal tersebut menyebabkan seseorang susah menentukan sikap terhadap sebuah masalah. Tapi Rasulullah saw memberikan rumusan umum, berupa hal-hal yang meragukan seharusnya ditinggalkan. Karena dengan keraguan seperti itu, manusia rentan terjatuh dalam perkara haram. Selain itu, sebelumnya dijelaskan bahwa meningalkan perkara syubhat dapat menyelamatkan agama dan kehormatan seseorang. Bahkan bukan itu saja, dengan meningalkan perkara syubhat, manusia dapat menghindarkan dirinya dari kesempitan jiwa, perasaan kalut dan penyesalan.

Selain syubhat, syahwat juga menjadi penyakit manusia dalam beragama. Dengan syubhat dan syahwat, setan berusaha mengelabui manusia. Karena dengan syubhat, setan dapat menjerumuskan seseorang kedalam lembah haram dan perkara-perkara bid'ah. Sedang dengan syahwat, setan dapat menggelincirkan manusia ke dalam lorong gelap larangan.

Dengan meninggalkan perkara yang meragukan, manusia bisa terpola dalam sifat wara'. Yaitu sifat yang menggambarkan kehati-hatian dalam berbuat. Wara' adalah ciri khas kaum beriman. Karenanya, banyak kisah yang menggambarkan wara'nya sahabat, tabiin dan genarasi setelahnya.

Sebagai contoh, Abu Bakar ra pernah memakan sesuatu dari pajak yang diberikan oleh hamba sahanyanya. Setelah beliau makan, sahaya tersebut berkata kepada Abu Bakar, "Tahukah anda asal makanan yang anda makan tadi ? Abu Bakar balik bertanya, "Dari mana asalnya ? Sahaya tersebut menjawab bahwa itu adalah hasil perdukunan yang dilakukannya pada zaman jahiliah. Abu bakar lalu memasukkan jarinya ke dalam tenggorokannya hingga memuntahkan semua isi perutnya.

Namun demikian, sikap wara' hanya cocok bagi orang yang istiqomah dalam berislam. Adapun orang-orang yang masih terkadang berlumur dosa-dosa besar tentu

Hadits-Hadits AkidahPage 27

Page 28: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

tidak layak baginya. Bahkan tidak sedikit orang yang terlihat memaksakan diri dalam hal ini. Mereka sangat selektif ketika makan daging sembelihan, tapi tanpa sadar sering memakan daging sesamanya sendiri melalui praktek ghibah yang digelutinya. Karena itulah, ketika ada penduduk Iraq menanyakan status hukum darah nyamuk, beliau berkata, "Mereka bertanya kepadaku tentang darah nyamuk, sementara mereka telah membunuh cucu nabi, Husain. Padahal Husain diklaim oleh Rasulullah saw sebagai penduduk sorga". Wallahu a'lam.

Semoga Allah swt menganugrahkan ilmu-Nya kepada kita supaya kita terbebas dari keraguan dalam berbuat. Amin.

HADITS KE-12.TOLAK UKUR KUALITAS KEISLAMAN SESEORANG

عليه : الله صلى الله رسول قال قال عنه الله رضي هريرة أبي عنرواه " " وسلم حسن حديث يعنيه ال ما ترك المرء إسالم حسن من

هكذا وغيره الترمذي

TERJEMAHAN.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata : "Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : "Sebagian dari kebaikan keislaman seseorang ialah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya"

[Tirmidzi no. 2318, Ibnu Majah no. 3976]

PENGANTAR.

Muslim adalah orang yang menjadikan hidupnya sebagai ladang amal. Sikap dan tingkah lakunya diperioritaskan pada hal-hal yang dapat mendatangkan manfaat, baik pada skala pribadi, keluarga maupun masyarakat. Hidup yang terbatas dengan

Hadits-Hadits AkidahPage 28

Page 29: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

amanah da'wah yang begitu berat tentu menghendaki setiap pribadi muslim melakukan amal-amal terbaik sebagai sahamnya kelak ketika menghadap kepada sang pencipta. Kontribusinya dalam mewujudkan kehidupan yang lebih beradab sangat nyata. Sehingga apapun yang berkategori sia-sia, termasuk di dalamnya canda tawa yang tidak mengandung hikmah, sangat ia hindari.

Lidah termasuk nikmat Allah swt yang harus dijaga aktifitasnya. Tidak sedikit orang yang terjerumus dalam kubangan dosa akibat lidah yang tidak mengenal batas. Nauzubillah. Bahkan terkadang menyerempet hal-hal yang tidak terkait dengan dirinya. Karena itulah, statemen Rasulullah saw bahwa diantara indikasi utama baik tidaknya keislaman seseorang terlihat dari kemampuannya meninggalkan hal-hal yang tidak penting dan tidak terkait dengannya, sangat penting untuk diresapi dan dijadikan pedoman.

PENJELASAN.

"Diantara indikasi baiknya keislaman seseorang adalah meningalkan sesuatu yang tidak berguna baginya". Inilah sabda Rasulullah saw yang menerangkan bahwa muslim yang baik adalah muslim yang memiliki perioritas hidup yang matang. Hal yang berada di luar targetnya dan tidak memiliki keterkaitan dengan fokus utamanya tidaklah memalingkan perhatiannya.

Terkait dengan ucapan, Allah swt berfirman :"Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang selalu hadir". (QS.Qaaf : 18).

Dengan demikian, kehati-hatian dalam berucap perlu menjadi perhatian. Karena betapa banyak orang yang menganggap bahwa berbicara bukanlah merupakan aktifitas yang nantinya akan dihadapkan pada timbangan akhirat. Hal seperti ini yang pernah menimpa salah seorang sahabat Rasulullah saw yang bernama Muaz bin Jabal Radhiyallahu Anhu. Ia pernah bertanya kepada Beliau, "Wahai Nabi Allah ! Apakah kita disiksa akibat ucapan kita ? Rasulullah saw menjawab, "Semoga ibumu menyusahkanmu ! Bagaimana mungkin manusia terjuangkal ke dalam api neraka dengan wajah tertelungkup kalau bukan karena ucapan mereka ?!". (HR……………)

Di samping itu, manusia tampak lebih berwibawa jika membiasakan dirinya dengan ucapan-ucapan yang baik atau banyak diam. Mengobral ucapan tanpa target yang jelas menunjukkan rendahnya kwalitas peribadi seseorang. Mungkin pribahasa yang berbunyi "Tong kosong nyaring bunyinya" pantas disematkan kepada orang demikian.

Dengan menjauhkan diri dari komentar yang tidak berguna maka seseorang akan terlepas dari beban yang mungkin saja akan menghimpitnya, terutama jika berkaitan dengan kehormatan orang lain.

Semoga kita dianugrahi oleh Allah swt lidah yang selalu bersyukur dan berzikir, sehingga kita terhindar dari ucapan rendahan. Amin.

Hadits-Hadits AkidahPage 29

Page 30: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

HADITS KE-13.PERSAUDARAAN SEBAGAI TOLAK UKUR KEIMANAN

صلى – اله رسول خادم عنه الله رضي مالك بن أنس حمزة أبي عن " يحب ما ألخيه يحب حتى أحدكم يؤمن ال قال وسلم عليه الله

لنفسه

TERJEMAHAN.

Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiyallahu anhu, pelayan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai milik saudaranya (sesama muslim) seperti ia mencintai miliknya sendiri”.

[Bukhari no. 13, Muslim no. 45]

PENGANTAR.

Hadits-Hadits AkidahPage 30

Page 31: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

Mencintai sesama Muslim merupakan nilai yang diperjuangkan Islam. Kecintaan seperti ini akan melahirkan ukhuwah imaniah (persaudaraan dalam keimanan), persaudaraan yang tidak berdasarkan pada kepentingan tertentu, tetapi betul-betul karena Allah ta'ala.

Kaum Muslim adalah komunitas yang sangat berbahagia jika arus keimanan yang mereka miliki menyebar kepada orang lain. Karena penyebaran ini akan memperkuat barisan pendukung nilai-nilai ilahi yang nantinya dapat mengawal lahirnya semangat keislaman dalam geliat hidup Masyarakat.

Di sini, terlihat jelas apa yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW saat pertama kali menginjakkkan kaki di Madinah ketika peristiwa hijrah, yaitu mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Bahkan Al-Qur'an mengabadikan peristiwa ini dengan gambalng. Allah berfirman :

"Dan orang-orang yang Telah menempati kota Madinah dan Telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung". (QS.Al-Hasyr : 9).

Ayat ini menyororti hakikat persaudaraan. Yaitu bahwa seorang Muslim hendaknya berbuat terhadap saudaranya sesuai dengan apa yang disenanginya.

PENJELASAN.

"Seseorang diantara kalian tidaklah beriman sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri". Merupakan konsekwensi iman jika seseorang mencintai saudarnya sesama Muslim layaknya ia mencintai dirinya sendiri. Apa yang baik baginya juga diusahakan agar bisa terwujud pada diri saudaranya. Sebaliknya pun demikian. hal yang tidak ia senangi sangat ia usahakan agar tidak terjadi pada diri saudaranya.

Inilah yang diisyaratkan oleh Imam Al-Karmani, seorang ulama abad ke-8 Hijriah. Beliau menjelaskan, "Diantara wujud keimanan pula adalah bahwa seseorang membenci apa yang ia benci bagi dirinya sendiri. Rasulullah saw tidak mengungkapkanya pada hadits di atas karena mencintai sesuatu mutlak membuat seseorang membenci lawannya. Tidak disebutkannya pada rangkaian hadits di atas karena dengan ungkapan yang ada diangap telah mewakilinya".

Pada hadits di atas terdapat peniadaan iman bagi orang yang tidak mencintai saudaranya sesama Muslim layaknya mencintai dirinya sendiri. Hal ini, oleh ulama ditafsirkan bahwa peniadaan itu bukanlah berarti bahwa dasar keimanan betul-betul tercerabut dari orang yang bersangkutan, tetapi yang dimaksud "tidak beriman" adalah tidak sempurnanya keimanan seseorang jika cintanya terhadap sesamanya tidaklah seperti cintanya terhadap dirinya sendiri.

Sebuah hadits Rasulullah saw menggambarkan bagaimana seharusnya seorang mukmin bersikap terhadap sesamanya. Beliau bersabda, "Anda menyaksikan kaum Mukmin dalam hal kecintaan dan kasih sayang, seperti layaknya sebuah jasad. Jika salah satu bagian darinya kesakitan maka sekujur tubuhnya ikut merasakan penderitaan itu, dengan ikut begadang dan merasa demam. (HR.Bukhari dan Muslim).

Berdasarkan hadits di atas, hendaknya seorang Muslim bersatu padu dalam rangka menghadapi tantangan Islam di seluruh santero jagad ini. Tentunya dengan

Hadits-Hadits AkidahPage 31

Page 32: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

semangat kasih sayang yang dibingkai oleh indahnya nuansa keimanan kepada Rabil Izzati.

Kita berharap kepada Allah ta'ala agar menitipkan kasih sayang-Nya pada diri kita sebagaimana yang pernah Ia titipkan pada diri kaum Muhajirin dan Anshar Amin.

HADITS KE-14.FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEHALALAN DARAH

SEORANG MUSLIM

: عليه الله صلى الله رسول قال قال عنه الله رضي مسعود ابنرسول " وسلم وأني الله إال إله ال أن يشهد مسلم امرئ oدم يحل ال

ثالث بإحدى إال : الله , , والتارك بالنفس والنفس الزاني الثيبللجماعة المفارق لدينه

TERJEMAHAN.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : ‘Tidak halal darah seorang muslim kecuali Karena salah satu di antara tiga perkara : orang yang telah kawin berzina, jiwa dengan jiwa, dan orang yang meninggalkan agamanya yaitu merusak jama’ah’ “.

Hadits-Hadits AkidahPage 32

Page 33: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

[Bukhari no. 6878, Muslim no. 1676]

PENGANTAR.

Allah swt memuliakan manusia dengan menciptakannya melalui tangan-Nya sendiri, kemudian meniupkan roh-Nya dan memerintahkan para Malaikat untuk bersujud kepadanya (Adam). Bahkan Alam semesta ditundukkan kepadanya dalam rangka memudahkan pelaksanaan missi yang diemban sebagai khalifah Allah di bumi.

Karenanya, Islam sangat menjaga jiwa manusia dengan mengancam mereka-mereka yang berani menghilangkan nyawa seseorang tanpa adanya alasan yang dibenarkan. Diantara ancaman Allah swt dan Rasul-Nya adalah seperti :

1. Azab yang menyakitkan di akhirat, hancurnya amalan dan tidak adanya penolong bagi pembunuh di hari akhir kelak. Allah swt berfirman : "Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, Maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yg pedih. Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong". (QS.Ali Imran : 21-22)

2. Kutukan dan kemarahan Allah swt dengan menyediakan azab yang sangat keras bagi orang yang membunuh seorang muslim dengan sengaja. Allah swt menjelaskan : "Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya". (QS.An-Nisaa' : 93).

3. Membunuh jiwa tanpa adanya alasan yang dibenarkan merupakan salah satu dari tujuh hal yang membinasakan. Sebagaimana yang disinyalir oleh Rasulullah saw dalam sabdanya, "Jauhilah tujuh perbuatan yang membinasakan". Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah ! Apa saja perbuatan itu ?". Beliau bersabda, "Yaitu menyekutukan Allah ta'ala, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah ta'ala kacuali karena hak, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari pada waktu berjihad dan menuduh orang-orang beriman yang selalu menjaga diri sebagai orang yang berzina. (HR.Bukhari dan Muslim).

PENJELASAN.

"Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa dan saya (Rasulullah) adalah utusan Allah, kecuali dengan tiga sebab : wanita yang telah menikah lalu berzina, membunuh orang lain (dengan sengaja), dan meninggalkan agamanya serta memisahkan diri dari jamaah". Pada hadits ini terdapat tiga hal yang merupakan alasan dibenarkannya membunuh seorang muslim. Alasan itu adalah :

"Wanita yang telah menikah lalu berzina".

Bagi wanita yang berzina, padahal ia telah menikah, hukumannya adalah Rajam. Yaitu hukuman yang dilakukan dengan melemparkan batu kepada pelaku hingga meninggal dunia. Hukum ini didasarkan pada hadits Rasulullah saw yang

Hadits-Hadits AkidahPage 33

Page 34: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

pernah melaksanakan hukum rajam terhadap Maiz dan Al-Ghamidiah. Yang mana keduanya pernah berzinah, padahal keduanya telah menikah.

Pada pase awal Islam, hukum wanita yang berzina adalah dengan menyakiti, menjelek-jelekkan dan memperlakukan pelakukannya dengan keras. Firman Allah swt menjelaskan : "Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara kamu, Maka berilah hukuman kepada keduanya, Kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, Maka biarkanlah mereka. (QS.An-Nisaa' : 16)

Kemudian meningkat menjadi kurungan rumah hingga pelaku meninggal dunia. Hal ini seperti firman Allah swt : "Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila mereka Telah memberi persaksian, Maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan lain kepadanya". (QS.An-Nisaa' : 15).

Kemudian Allah swt memberikan jalan lain, sehingga Rasulullah saw bersabda, "Ambillah dariku. Mereka telah diberikan jalan lain oleh Allah swt. Pelaku zina yang masih gadis didera 100 kali dan diasingkan selama setahun. Sedang janda yang berzina didera 100 kali kemudian dirajam". (HR.Muslim).

"Membunuh orang lain (dengan sengaja)".

Bagi yang membunuh seorang muslim dengan sengaja maka ia pun harus dihukum bunuh. Hukuman ini dikenal dengan istilah Qishas dalam hukum Islam. Tentang ini, Allah swt berfirman : "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita". (QS.Al-Baqarah : 178).

Lalu hikmah Qishah itu dijelaskan oleh Allah swt dengan firman-Nya : "Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa". (QS.Al-Baqarah : 179).

Tetapi bila wali korban pembunuhan memaafkan sang pembunuh maka hanya diat yang harus ditanggung olehnya. Bahkan jika yang bersangkutan memaafkan sang pembunuh tanpa menuntut diat juga dibolehkan oleh Allah Swt. Firman-Nya: "Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu `rahmat. barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih". (QS.Al-Baqarah : 178).

"Dan orang yang meninggalkan agamanya serta memisahkan diri dari jamaah".

Bagi orang yang murtad dan dan keluar dari barisan kaum muslimin serta tetap memilih kekafiran, walau telah diminta bertaubat, maka hukumnya adalah pembunuhan. Rasulullah saw menjelaskan :"Barang siapa yang menganti agamanya (murtad) maka bunuhlah" (HR.Bukhari)

Juga ketika Rasulullah saw mengutus Muaz bin Jabal ke Yaman, beliau berpesan kepadanya, "Lelaki siapa pun yang murtad dari agama Islam maka

Hadits-Hadits AkidahPage 34

Page 35: Hadits arbain nawawiah

January 29, 2010 [SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH]

mintalah agar ia bertaubat. Jika bertaubat maka biarkanlah. Tetapi jika tidak, maka bunuhlah. Wanita siapa pun yang murtad dari agama Islam maka mintalah agar ia bertaubat. Jika bertaubat maka biarkanlah. Tetapi jika tidak, maka bunuhlah".

Selain ketiga hal di atas, masih ada alasan lain yang dijelaskan oleh Islam yang membenarkan pelaksanaan hukum bunuh terhadap seorang muslim. Diantaranya adalah :

1. Homoseks dan lesbian. Rasulullah saw bersabda, "Siapa pun yang kalian dapati melakukan perbuatan kaum Luth maka bunuhlah pelaku dan pasangannya". (HR.Abu Daud, Tirmizi dan Ibnu Majah).

2. Tukang sihir. Hal ini masuk dalam kategori murtad sehingga hukumnya disamakan.

3. Orang yang meningalkan shalat dengan sengaja.4. Perompak.Hanya saja keempat hal di atas masih menjadi perdebatan ulama.

Kita memohon kepada Allah swt agar dijauhkan dari itngkah laku yang menyebabkan kita dihukum bunuh. Amin.

Hadits-Hadits AkidahPage 35