gmb 3
TRANSCRIPT
2012
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 PENDAHULUAN
Analisa batuan induk dan hidrokarbon dilakukan melalui tiga tahapan dasar yaitu :
a. Analisa Organik matter
b. Analisa tipe Organik matter
c. Analisa Kematangan Batuan induk
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan utama analisa geokimia dalam eksplorasi hidrokarbon
menentukan potensi batuan induk,
menentukan tipe kerogen
kematngan batuan induk.
Tujuan ini dapat digunakan untuk memberikan gambaran dari arah migrasi
Minyak bumi yang berguna untuk mngembangkan sumur pemboran dan
menentukan kelanjutan dari penyelidikan pemboran.
1.3 DASAR TEORI
Batuan induk (source rock) yaitu batuan yang mempunyai banyak
kandungan material organic, ciri-ciri source rock berbutir halus, kaya akan
kandungan organic, impermeabl, porositas kecil, persebaran luas, dilingkungan
reduksi, lithologi lempung, batubara, serpih.
Material organic yang terdapat di dalam batuan mengandung 90% kerogen
dan 10% bitumen. Kerogen adalah komplek molekul organic terdapat dibatuan
sedimen yang tidak larut dalam pelarut organic, karena molekul kerogen
berukuran besar. Kerogen terdiri dari partikel yang berbeda-beda, Maseral adalah
material organic, dari partikel yang berbeda yang membentuk kerogen,
hubungannya terhadap kerogen sama dengan hubungan mineral terhadap batuan.
Bitumen adalah material organic yang larut dalam pelarut organic biasa, atau
EOM (extractable organic matter)
NAMA : NABELLA NURUL FITRINIM : 111.100.034PLUG : 3 Page 1
2012
BAB II
PEMBAHASAN
ANALISA JUMLAH ORGANIK DALAM BATUAN INDUK
Jumlah material organik yang terdapat di dalam batuan sedimen
dinyatakan sebagai Karbon Organik Total (TOC). Analisa TOC biasanya
dilakukan dengan suatu alat penganilis karbon, Leco Carbo Anlyzer. Kekurangan
dari cara ini adalah kita secara tidak sadar mencampur material kaya yang
seringkali jumlahnya relatuif sedikit dengan material yang tidak mengandung
material organik (kosong) yang jumlahnya cukup banyak.
ANALISA KEMATANGAN BATUAN INDUK
Tingkat Kematangan Minyak Bumi
proses kematangan dikontrol oleh suhu dan waktu. Pengaruh suhu
yang tinggi dalam waktu yang singkat atau suhu yang rendah
dalam waktu yang lama akan menyebabkan terubahnya kerogen
minyak bumi.
Mengenai jenis minyak bumi yang terbentuk tergantung pada
tingkat kematangan panas batuan induk
semakin tinggi tingkat kematangan panas batuan induk maka akan
terbentuk minyak bumi jenis berat, minyak bumi jenis ringan,
kondesat dan pada akhirnya gas
Dari pengaruh suhu dan kedalaman sumur, umur batuan juga berperan
dalam proses pembentukan minyak bumi
Umur suatu batuan erat hubungannya dengan lamanya proses pemanasan
berlangsung serta jumlah panas yang diterima batuan induk, sehingga
suatu batuan induk yang terletak pada kedalaman yang dangkal, pada
kondisi temperatur yang rendah dapat mencapai suhu pembentukan
minyak bumi dalam suatu skala waktu tertentu.
Dari hasil suatu riset, Bissada (1986) menyatakan bahwa temperatur
pembentukan minyak bumi sangat bervariasi. Dijelaskan bahwa batuan
NAMA : NABELLA NURUL FITRINIM : 111.100.034PLUG : 3 Page 2
2012
yang berusia lebih muda relatif memerlukan temperatur yang lebih tinggi
dalam pembentukan minyak bumi.
ZONE I
BIOHEMICAL METANE GENERATION
DRY GAS
ZONE II
INITIAL THERMOCHEMICAL GENERATION
NO EFFECTIVE OIL RELASE
DRY GAS-WET GAS-CONDESATE-(OIL ?)
ZONE III
MAIN PHASE OF MATURE OIL GENERATIONAND RELEASE OIL AND GAS
ZONE IV
THERMAL DEGRADATION OF HEAVY HIDROCARBON
(OIL PHASE-OUT)
CONDESATE WET GAS-DRY GAS
ZONE VINTENSE ORGANIC METAMORFISM : METANA FORMATION DRY GAS
Zonasi pembentukan minyak bumi (Bissada, 1986)
Identifikasi kematangan minyak bumi
cara pengidentifikasian pematangan berdasarkan data geokimia organik
yaitu dengan cara:
1. Analisa pantulan vitrinit
Analisa ini berdasarkan pada kemampuan daya pantul cahaya vitrinit.
Besarnya pantulan vitrinit merupakan petunjuk langsung untuk tingkat
kematangan zat organik, terutama humus yang cenderung membentuk gas dan
merupakan petunjuk tidak langsung untuk sapronel kerogen yang cenderung
membentuk minyak (Cooper, 1977). Kemampuan daya pantul ini merupakan
fungsi temperatur artinya dengan perubahan waktu pemanasan dan temperatur
akan menyebabkan warna vitrinit berubah di bawah sinar pantul.
NAMA : NABELLA NURUL FITRINIM : 111.100.034PLUG : 3 Page 3
2012
Tabel di bawah memperlihatkan hubungan antara nilai pantulan vitrinit dengan tingkat kematangan hidrokarbon. (Tissot
and Welte, 1978).
SCI
PALYNOMORPH COLOUR MATURITY DEGREE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pale Yellow
Yellow
Yellow
Gold Yellow
Orange to Yeloow
Orange
Brown
Dark Brown
Drak Brown to Black
Black
Immature
Immature
Transition to mature
Transition to mature
Mature
Optimum oil generation
Optimum oil generation
Mature, gas condensat
Over mature, dry gas
Over mature, dry gas (traces)
Tabel 3.2. memperlihatkan hubungan antara warna dari spora atau tepung sari dengan tingkatkematangannya
2. Analisa Indeks Warna Spora
Analisa ini untuk mengetahui tingkat kematangan zat organik dengan
menggunakan mikro fosil dari sekelompok sporaa dengan serbuk sari
3. Indeks Pengubahan Thermal
Metode ini mempergunakan penentuan warna secara visual dari pollen (serbuk
kepala putik) dan zat organik lainnya, dari warna kuning, coklat sampai hitam.
Klasifikasi ini dihubungkan langsung dengan pembentukan atau pematangan dari
minyak dan gas bumi.
NAMA : NABELLA NURUL FITRINIM : 111.100.034PLUG : 3 Page 4
VITRINITE REFLECTANCE HYDROKARBON TYPE0,33-0,35
0,35-0,66
0,60-0,80
0,80-1,30
1,30-1,60
1,60-2,00
> 2,00
Biogenic gas
Biogenic gas and oil immature
Immature oil
Mature oil
Mature oil, condesat, wet gas
Condesat, wet gas
PetrogenOic methane gas
2012
Identifikasi Kematangan Berdasarkan Pyrolisis
1. Metode analisis
Alat yang dipergunakan untuk ini adalah rock-eval. Di dalam pyrolisis,
sejumlah kecil bubuk sample (biasanya 50-100mg) dipanasi secara perlahan
tanpa adanya oksigen dari suatu temperatur awal 2500 C ke temperatur
maksimum 5500 C.
a. Pyrolisis Tmax
Parameter Tmax adalah temperetur puncak S2 mencapai maksimum.
Temperatur pyrolisis dgunakan sebagai indicator kematangan, sebab jika
kematangan kerogen meningkat, temperatur yang menunjukkan laju
maksimum pyrolisis terjadi juga meningkat atau dengan kata lain jika Tmax
makin tinggi batuan semakin matang. Demikin pula halnya dengan ratio S1
(S2+S3) yang disebut juga transportation ratio atau OPI (Oil Production
Index) dan juga parameter Tmax.
Untuk hubungan antara transformation ratio dan Tmax dengan
kematangan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel Hubungan Antara Transformation Ratio dengan Kematangan
(Espilatie etal 77 Vide tissot &Welte 1978)\
NAMA : NABELLA NURUL FITRINIM : 111.100.034PLUG : 3 Page 5
S1 / (S1= S2)
(mg/gr atau kg/ton) Tingkat Kematangan
< 0,1
0,1-0,4
>0,4
Belum matang
Matang (oil window)
Lewat matang (gas window)
2012
Tabel Hubungan Antara Tmax dengan Tingkat Kematangan
(Espilatie etal Vide tissot &Welte 1978
Tabel Klasifikasi S1+S2(HY)
(Espilatie etal 77 Vide tissot &Welte 1978)
ANALISA TIPE MATERIAL ORGANIK
Tipe-tipe Bahan Organik Dalam Batuan Induk
Dalam diagram Van Krevelen yang dimodifikasi Tissot (1974) dan ahli
lainnya (Nort, 1985). Ia menggambarkan jalur evolusi pematangan (evolusi
thermal), 4 tipe kerogen yaitu :
Tipe 1 : tipe ini merupakan tipe tinggi, berupa sedimen-sedimen algal,
umumnya merupakan endapan danau, mengandung bahan organik
Sapropelic, rasio atom H : C sekitar 1,6-1,8. Kerogen ini cenderung
menghasilkan minyak (oil prone).
Tipe 2 : kerogen tipe ini merupakan tipe intermediat, umumnya
merupakan endapan-endapan tepi laut. Bahan organiknya merupakan
NAMA : NABELLA NURUL FITRINIM : 111.100.034PLUG : 3 Page 6
T Max (0 C)Tingkat Kematangan
400-435
435-460
>460
Belum matang
Matang (oil window)
Lewat matang (gas window)
S1+S2
(mg/gr atau kg/ton)Tingkat Kematangan
0,00-1,00
1,00-2,00
2,00-6,00
6,00-10,0
10,0-20,0
>20,0
Poor
Marginal
Moderate
Good
Very good
excellent
2012
campuran antara bahan organik asal darat dan laut, rasio atom H: C
sekitar 1,4. Tipe ini juga menghasilkan minyak (oil prone).
Tipe 3 : kerogen ini mengandung bahan organik Humic yang berasal dari
darat, yakni dari tumbuhan tingkat tinggi (ekivalen dengan vitrinite pada
batu bara). Rasio atom H : C adalah 1,0. Tipe ini cenderung untuk
membentuk gas (gas prone).
Tipe 4 : tipe ini bahan organiknya berasal dari berbagai sumber, namun
telah mengalami oksidasi, daur ulang atau teralterasi. Bahan organiknya
yang lembam (inert) miskin hydrogen (rasio atom H : C kurang dari 0,4)
dan tidak menghasilkan hidrokarbon.
Kelompok Maseral Maseral Asal Tanaman
Eksinit (cenderung ke minyak)
Alginit
KutinitSporinit
Resinit
Suberinit
Liptoderinit
Alga
Lapisan lilin
Spora / pollen
Resin
Gabus
Baerbagai material di atas
Vitrinit (cender ung gas)Telinit
Kolinit
Jaringan tanaman
Gel humus
Inertinit (inert)
Fussinit
Semi fussinit
Piro fussinit
Sklerotinit
Makrinit
Makrinit
Arang
Tanaman
Jaringan
Jamur
Amor tidak jelas prazatnya
EVALUATING PETROLEUM SOURCE ROCK
NAMA : NABELLA NURUL FITRINIM : 111.100.034PLUG : 3 Page 7
2012
Table 1. Geochemical Parameters Describing Source Rock
Generative Potential
*Nomenclature
S1 = mg HC/g rock
S2 = mg HC/g rock
Table 2. Geochemical Parameters Describing Type of Hidrocarbon Generated
*assumes a level of thermal maturation equivalent to R0 = 0,6%
Table 3.
Geochemical Parameters Describing Type of Thermal Maturation*Many maturation parameters (particulary T max)depend om type of OM
Pada Sumur Alfa
KEDALAMAN FORMASI LITHOLOGI
2500-2550 TALANG AKAR CLAY CARBON
2551-2600 LAHAT SHALE
NAMA : NABELLA NURUL FITRINIM : 111.100.034PLUG : 3 Page 8
Ouantity TOC(Wt. %)
S1* S2*
Poor 0-5 0-0,5 0-0,25
FAIR 0,5-1 0,5-1 2,5-5
Good 1-2 1-2 5-10
Very Good 2+ 2+ 10+
Type
HI
(mg HC/g Corg)* S2/S3*
Gas 0-150 0-3
Gas and Oil 150-300 3-5
Oil 300+ 5+
Maturation PI
[S1/(S1+S2)]
Tmax
(0C)
R0
(%)
Top Oil Window
(birthline)
~ 0,1 ~435-445 ~0,6
Bottom
oil Window
(deadline)
~0,4 ~470 ~1,4
2012
2601=2640 LAHAT CLAY CARBON
Pada Grafik OI vs HI
Didapatkan tipe kerogen 3 dan tipe kerogen 4 berdasarkan analisa dari grafik /
kurva OI dan HI yaitu Belum bisa / belum jadi hidrokarbon
Berdasarkan tipe kerogen menurut petters dan cassa 1994, HI (mg C / g TOC)
Dengan hasil HI 50-200 yaitu tipe kerogen 3 dengan Main Expelled Product at
Peak Maturity is “gas”
Depth Vs Ro
Menurut Peters dan Cassa 1994 Didapatkan >0,5 - <0.6 dari kurva, yang dapat
disimpulkan Belum ada yang matang / immature . Ro dengan analisa geokimia
organic berdasarkan bantuan vitrinit
HI vs T-MAX
Dari kurva didapatkan
HI :
Berdasarkan tipe kerogen menurut petters dan cassa 1994, HI (mg C / g TOC)
50-200 yaitu tipe kerogen 3 dengan Main Expelled Product at Peak Maturity is
“gas”
T-max
Tmax dengan Tingkat Kematangan (Espilatie etal Vide tissot &Welte 1978)
T-max didapatkan oC <435 oC yaitu belum matang
PY VS TOC
Toc : didapatkan dari perhitungan yaitu 1-1,62 yaitu good, yang menurut
presentase nilai TOC Petters and Cassa, 1994
NAMA : NABELLA NURUL FITRINIM : 111.100.034PLUG : 3 Page 9
2012
PY : didapatkan 2-5 dari perhitungan, (Espilatie etal Vide tissot &Welte 1978)
Yaitu “moderate”
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
NAMA : NABELLA NURUL FITRINIM : 111.100.034PLUG : 3 Page 10
2012
Batuan induk (source rock) yaitu batuan yang mempunyai banyak
kandungan material organic, ciri-ciri source rock berbutir halus, kaya akan
kandungan organic, impermeabl, porositas kecil, persebaran luas, dilingkungan
reduksi, lithologi lempung, batubara, serpih.
Material organic yang terdapat di dalam batuan mengandung 90% kerogen
dan 10% bitumen. Kerogen adalah komplek molekul organic terdapat dibatuan
sedimen yang tidak larut dalam pelarut organic, karena molekul kerogen
berukuran besar. Kerogen terdiri dari partikel yang berbeda-beda, Maseral adalah
material organic, dari partikel yang berbeda yang membentuk kerogen,
hubungannya terhadap kerogen sama dengan hubungan mineral terhadap batuan.
Bitumen adalah material organic yang larut dalam pelarut organic biasa, atau
EOM (extractable organic matter)
Analisa batuan induk dan hidrokarbon dilakukan melalui tiga tahapan dasar yaitu :
a. Analisa Organik matter
b. Analisa tipe Organik matter
c. Analisa Kematangan Batuan induk
Dari sumur Alfa didapatkan :
Pada Grafik OI vs HI
Didapatkan tipe kerogen 3 dan tipe kerogen 4 berdasarkan analisa dari grafik /
kurva OI dan HI yaitu Belum bisa / belum jadi hidrokarbon. Berdasarkan tipe
kerogen menurut petters dan cassa 1994, HI (mg C / g TOC) .Dengan hasil HI
50-200 yaitu tipe kerogen 3 dengan Main Expelled Product at Peak Maturity is
“gas”
Depth Vs Ro
Menurut Peters dan Cassa 1994 Didapatkan >0,5 - <0.6 dari kurva, yang dapat
disimpulkan Belum ada yang matang / immature . Ro dengan analisa geokimia
organic berdasarkan bantuan vitrinit
HI vs T-MAX
NAMA : NABELLA NURUL FITRINIM : 111.100.034PLUG : 3 Page 11
2012
Dari kurva didapatkan HI :Berdasarkan tipe kerogen menurut petters dan cassa
1994, HI (mg C / g TOC) 50-200 yaitu tipe kerogen 3 dengan Main Expelled
Product at Peak Maturity is “gas”. T-max Tmax dengan Tingkat Kematangan
(Espilatie etal Vide tissot &Welte 1978) T-max didapatkan oC <435 oC yaitu
belum matang
PY VS TOC
Toc : didapatkan dari perhitungan yaitu 1-1,62 yaitu good, yang menurut
presentase nilai TOC Petters and Cassa, 1994. PY : didapatkan 2-5 dari
perhitungan, (Espilatie etal Vide tissot &Welte 1978) Yaitu “moderate”
NAMA : NABELLA NURUL FITRINIM : 111.100.034PLUG : 3 Page 12