globalisasi dan identitas nasional
TRANSCRIPT
Tugas Kewarganegaraan
“Globalisai & Identitas Nasional”
Kelompok 1 :
1. Siti Fatimatuzzaroh (1221408624)
2. Mega Purwati (1221408625)
3. Dewi Ambarwati (1221408656)
4. Purwanti (1211408081)
5. Yulian Safa (1211408114)
6. Rizki Tungga Dewi (1211408095)
7. Rosa Claudia R (1211408223)
8. Rendi Supriadi (1211408258)
1
Fakultas Ekonomi
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah hirobbil ‘alamin puji dan syukur kita limpahkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas makalah tentang ”Identitas Nasional” ini.
Adapun makalah ini kami buat adalah untuk memenuhi tugas
yang diberikan kepada kami. Mudah-mudahan dengan
dibuatnya makalah ini bisa berguna bagi kita semua.
Tak ada gading yang tak retak, maka untuk kesempurnaan
makalah ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak. Kurang lebihnya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penyusun
2
Daftar isi
Kata pengantar 2
Daftar Isi 3 Pengertian Globalisasi 4
Globalisasi dan Krisis Identitas 5
Pemaknaan Globalisasi 6
Nasionalisme 7
Perkembangan Nasionalisme 8
Realitas Nasionalisme dalam Tantangan 9
Pentingnya Identitas Bangsa 11
Kesimpulan dan Saran 13
Kata Penutup 1 4
3
Pengertian Globalisasi
Globalisasi diartikan sebagai suatu era atau jaman
yang ditandai dengan perubahan tatanan kehidupan dunia
akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
menjadikan dunia saling berdekatan.
Era globalisasi ini ternyata bak pedang bermata dua.
Dapat membawa kita menjadi pribadi yang lebih bermutu
atau bahkan menjadi pribadi yang tidak tahu diri. Kepintaran
generasi muda dalam mengaolah teknologi tidak diimbangi
dengan mental yang bermoral. Pada akhirnya negaralah yang
akan menanggung akibatnya. Anak-anak sampai orang
dewasa seakan terbiasa bahkan hafal dengan berita-berita
terbaru yang disajikan di dunia maya tersebut, tapi keaadan
ini bertolak belakang dengan pengetahuan terhadap
pancasila sebagai landasan dalam bertindakyang seakan
asing bahkan tidak mengenalnya.
Tampaknya arus modernisasi dan globalisasi tidak akan
dapat dihindari oleh negara-negara di dunia dalam berbagai
4
aspek kehidupannya. Menolak dan menghindari modernisasi
dan globalisasi sama artinya dengan mengucilkan diri dari
masyarakat internasional. Begitu juga di Negara Indonesia
dengan adanya globalisasi dan modernisasi sangat
berpengaruh terhadap budaya kita dan sangat bertentangan.
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada
alinia terakhir terdapat tujuan bangsa serta 5 dasar negara
yang tentunya dibuat dengan maksud tertentu dan proses
yang tidak mudah. Ke lima dasar tersebut menunjukkan
kepribadian (jati diri) bangsa yang membedakan Bangsa
Indonesia dengan bangsa lainya. Sebagai generasi penerus
bangsa yang pada akhirnya penentu kehidupan bangsa
hendaknya dapat menghormati para pendiri bangsa dengan
tetap mengisi kemerdekaan melalui prestasi dan rasa
nosionalisme yang tinggi tercinta dan tentunya tidak
menghilangkan jati diri bangsa Indonesia.
Globalisasi dan Krisis
Identitas
Jati diri yaitu suatu kualitas yang menentukan suatu individu,
sedemikian rupa sehingga diakui sebagai suatu pribadi yang
membedakan dengan individu yang lain. Kualitas yang
menggambarkan suatu jati diri bersifat unik, khas, yang
mencerminkan pribadi individu dimaksud.
Jati Diri Bangsa adalah, ciri khas atau karakteristik suatu
bangsa yang membedakannya dari bangsa yang lain. Jati diri
bangsa indonesia berarti karakteriskitik bangsa indonesia yang
5
membedakan bangsa indonesia dengan bangsa lainnya. Jati diri
Indonesia merupakan perwujudan dari nilai nilai budaya yang
berkembang dan berasal dari himpunan beberapa suku yang
ada di Indonesia. Krisis identitas yang melanda Indonesia tidak
lagi sekadar berada di tingkatan individu ataupun kelompok-
kelompok kecil dalam masyarakat. Krisis ini muncul hingga ke
tingkatan birokrasi; merasuki para pemangku kepentingan dan
pembuat kebijakan. Indikasi dari krisis identitas kebangsaan ini
dapat terlihat dari berbagai hal, seperti merosotnya rasa bangga
akan identitas sebagai bagian dari bangsa Indonesia,
ketertarikan terhadap budaya dan nilai-nilai asing yang lebih
tinggi dibandingkan terhadap budaya dan nilai-nilai lokal,
keengganan banyak tenaga dengan kompetensi mumpuni untuk
mengabdi di dalam negeri, dan tingginya ketidakpercayaan
masyarakat terhadap pemerintah sebagai akibat dari banyaknya
carut-marut di lingkungan birokrasi.
Beberapa contoh “hilangnya jati diri bangsa”
Korupsi sebagai Wujud Krisis Identitas Bangsa
Adanya krisis identitas bangsa yang terjadi selama beberapa
dekade menyebabkan mentalitas bangsa menjadi tergerus dan
menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Ketika krisis kepercayaan itu
terjadi, pada masa kini masyarakat hanya menjadikan Pancasila
sebagai “buah bibir” saja tanpa bisa menghayati dan
mengamalkannya secara utuh. Sebagai contoh adalah kasus
korupsi ditengah-tengah masyarakat. Kecenderungan tindak
korupsi tersebut hanya memihak dan menguntungkan satu
6
pihak saja, sedangkan masyarakat sebagai korban dari korupsi
tersebut.
Pemaknaan Globalisasi
Makna globalisasi
Bukan rahasia lagi kalau saat ini dunia sedang mengalami
perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai bidang dan
aspek kehidupan masyarakat dan negara. Batas-batas teritorial
antarnegara yang sebelumnya menjadi salah satu kendala yang
dihadapi dalam konteks hubungan antarbangsa dan negara, kini
hal itu tidak menjadi kendala yang berarti. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam eskalasi yang tinggi terutama
teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi telah
menyebabkan batas-batas atau sekat-sekat geografis
antarnegara dan bangsa seolah tak nampak lagi. Pantas, kalau
banyak pihak mengatakan bahwa kecenderungan kehidupan
bangsa dan negara saat ini mengarah kepada terbentuknya
suatu masyarakat global (global village).
Marshall McLuhan mengkonseptualisasikan “global
village” yang dimaknai sebagai sebuah proses homogenisasi
jagat sebagai akibat dari kesuksesan system komunikasi secara
keseluruhan. Saat ini, betapa mudahnya orang melakukan
komunikasi jarak jauh, tidak hanya antarkota melainkan
antarnegara yang lokasinya sangat berjauhan. Bahkan, saat ini
tidak jarang para petinggi negara mengadakan pertemuan
dengan staf pembantunya (misalnya menteri) melalui
7
teleconference atau konferensi jarak jauh dengan maksud untuk
memantau keadaan atau situasi dalam negeri, baik keadaan
politik maupun ekonomi, dan sebagainya. Demikian pula,
komunikasi dapat dilakukan melalui media internet yang dalam
waktu yang relatif singkat, dapat diperoleh informasi atau
berita-berita aktual yang terjadi di belahan penjuru dunia ini.
Itulah gambaran kehidupan saat ini, kehidupan yang serba
menglobal dalam berbagai aspek atau dimensi kehidupan
manusia. Inilah yang disebut dengan globalisasi (globalization).
Secara etimologis, globalisasi berasal dari kata “globe”
yang berarti bola dunia, sedangkan akhiran sasi mengandung
makna sebuah “proses” atau keadaan yang sedang berjalan
atau terjadi saat ini. Jadi, secara etimologis, globalisasi
mengandung pengertian sebuah proses mendunia yang tengah
terjadi saat ini menyangkut berbagai bidang dan aspek
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara-negara di dunia. Di
Perancis, globalisasi dikenal dengan istilah mondialisation.
Sementara di Jerman dikenal dengan sebutan istilah
globaliserung. Secara konsep memang berbeda, namun pada
dasarnya mengandung pengertian yang tidak berbeda, yakni
proses yang mendunia dalam berbagai bidang dan aspek
kehidupan negera dan bangsa di penjuru dunia ini.
NasionalismeNasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan
mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan
mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok
manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama
8
dalam mewujudkan kepentingan nasional, dan nasionalisme
juga rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari internal
maupun eksternal. Seperti: Cinta pada tanah air, ras, bahasa
atau sejarah budaya. Dan juga dapat dikatakan nasionalisme
merupakan suatu keinginan akan kemerdekaan politik,
keselamatan dan prestise bangsa.
Perkembangan
Nasionalisme
Nasionalisme adalah sebuah paham yang direalisasikan
dalam sebuah negara yang mendambakan kepentingan
bersama, yaitu kepentingan bangsa (nation), walaupun mereka
terdiri dari masyarakat yang majemuk. Bangsa mempunyai
pengertian totalitas yang tidak membedakan suku, ras,
golongan, dan agama. Diantara mereka tercipta hubungan
sosial yang harmonis dan sepadan atas dasar kekeluargaan.
Kepentingan semua kelompok diinstutionalisasikan dalam
berbagai organisasi sosial, politik, ekonomi, dan keagamaan.
Upaya penggalangan kebersamaan ini sering kali bertujuan
menghapus superioritas kolonial terhadap suatu bangsa yang
telah menimbulkan berbagai penderitaan selama kurun waktu
yang cukup lama.
Nasionalisme sendiri mengandung makna “suatu sikap mental
di mana loyalitas tertinggi dari individu adalah untuk negara-
bangsa”; atau “sikap politik dan sosial dari kelompok-kelompok
suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, bahasa,
9
dan wilayah, serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dan dengan
demikian mersakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap
bangsa.
Dalam konteks ini, kata kunci dalam nasionalisme adalah
supreme loyality terhadap kelompok bangsa. Kesetiaan ini
muncul karena adanya kesadaran akan identitas kolektif yang
berbeda dengan yang lain. Pada kebanyakan kasus, hal itu
terjadi karena kesamaan keturunan, bahasa atau kebudayaan.
Akan tetapi , ini semua bukanlah unsur yang subtansial serba
yang paling penting dalam nasionalisme adalah adanya
“kemauan untuk bersatu”. Oleh karena itu, “bangsa” merupakan
konsep yang selalu berubah, tidak statis, dan juga tidak given,
sejalan dengan dinamika kekuatan-kekuatan yang
melahirkannya.
Perkembangan Nasionalisme di Indonesia di pengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor dari dalam (internal) atau pengaruh dari
luar (eksternal)
Pengaruh dari dalam (internal) :
Kenangan kejayaan masa lampau
Penderitaan dan kesengsaraan akibat Imperialisme
Munculnya gol. Cendikiawan
Kemajuan dalam bidang politik
Pengaruh dari luar (Eksternal) :
Kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905
Pergerakan Nasional di India (Mahatma Gandhi:
Ahimsa=dilarang membunuh/anti perang, Hartal=gerakan
mogok, Satyagraha=gerkan untuk tidak bekerjasama
dengan kolonial Inggris, Swadesi=gerkan untuk memakai
produk dalam negeri sendiri)
Gerakan kebangsaan Filipina yang dipimpin oleh Dr. Jose
10
Rizal
Gerakan Nasional RRC dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen.
Realitas Nasionalisme dalam
tantangan
Realitas perkembangan sosial-ekonomi dan politik sekarang
ini ternyata menghadirkan tantangan berat bagi nasionalisme
Indonesia. Setidaknya, ada dua tantangan utama yang bila tidak
diwaspadai dapat menggerogoti eksistensi nasionalisme itu
sendiri.
"Yaitu tantangan yang bersifat internal dan eksternal," ungkap
Menko Perekonomian Hatta Rajasa.
Tantangan internal, dijelaskannya, secara faktual masih adanya
kelompok yang ingin melepaskan ikatan nasionalisme melalui
gagasan disintegratif yang sangat tidak konstruktif.
"Menghadapi kelompok ini, kita tidak boleh terlalu reaktif
dengan melakukan tindakan-tindakan represif," ujar Hatta,
Selasa (11/10), di Jakarta. Penyelesaian persoalan yang
berdimensi internal ini, menurutnya pendekatan yang dilakukan
hendaknya bersifat persuasif yang dilandasi oleh cinta kasih
antara sesama anak bangsa.
Sedangkan tantangan eksternal, ditegaskan Hatta, secara
gradual Indonesia dihadapkan pada perubahan tatanan dunia
melalui arus globalisasi. "Sadar atau tidak sadar, jika tidak
dikelola dengan baik, globalisasi dapat mengikis semangat
11
nasionalisme kita. Kecintaan pada negeri sendiri dapat
berkurang akibat terbukanya arus informasi dan teknologi yang
sangat sulit dihindari," tuturnya.
Secara tidak langsung, tatanan sistem sosial, politik,
ekonomi, dan budaya Indonesia, kata Hatta, mendapatkan
pengaruh dari luar, yang tidak semuanya bernilai positif, atau
sesuai dengan harkat dan karakter kita sebagai sebuah bangsa.
Tantangan globalisasi semacam inilah yang ditegaskannya
harus dijawab dengan melakukan internalisasi terhadap ideologi
nasionalisme beserta perangkat norma yang mengokohkannya.
"Jadi kita tidak perlu takut dan gamang terhadap fenomena
pluralisme global. Secara faktual bangsa Indonesia dengan
ratusan suku, ratusan bahasa, serta agama dan
keyakinan, adalah bangsa paling pluralis di muka bumi.
Globalisasi bukanlah musuh yang harus ditakuti, sebaliknya
justru potensial untuk meningkatkan posisi Indonesia di pentas
internasional."
Hatta menambahkan nasionalisme saat ini harus mampu
mempertahankan kedaulatan dan integritas wilayah Indonesia.
Instrumen penting yang digunakan adalah kehidupan yang
demokratis, penegakan dan supremasi hukum, dan
pembangunan ekonomi. Bersamaan dengan itu, perlu
dirumuskan pemaknaan baru nasionalisme. Kalau dulu,
semangat itu jadi landasan mengusir penjajah, sekarang
semangat itu harus dijadikan landasan menuju bangsa yang
maju, terhormat, dan bermartabat.
12
PENTINGNYA SEBUAH
IDENTITAS DALAM SUATU
BANGSA
Identitas dari sebuah negara merupakan hal yang
penting demi terlaksananya kepercayaan diri dan
kekuatan dari negara itu sendiri. Lalu, bagaimana dengan
keadaan globalisasi yang tidak dapat kita hindari
sedangkan globalisasi sendiri menimbulkan hilangnya
batas antar-negara yang berarti juga ‘melepaskan’
identitas negara tersebut untuk bersatu dengan identitas
negara lainnya sehingga menjadi identitas internasional.
Dengan menerima globalisasi sebagai kondisi yang tidak
dapat dihindari, artinya secara otomatis kita menerima
manfaat sekaligus konsekuensi dari globalisasi. Globalisasi
memfasilitasi negara-negara di dunia untuk bertukar
banyak hal termasuk kebudayaan, informasi, dan unsur-
unsur pembentuk identitas nasional lainnya. Dari hal
tersebut berarti kita harus menerima pengaruh-pengaruh
negara lain yang secara lambat laun memengaruhi
identitas bangsa. Pada dasarnya, kekuasaan atas sejauh
mana penerimaan terhadap globalisasi dapat terjadi
sepenuhnya ada di tangan negara itu sendiri. Sejauh
mana sebuah negara menghendaki batas- batasnya
diintervensi oleh kehadiran globalisasi. Sebuah negara
memiliki hak mutlak untuk menentukan identitas
13
negaranya sendiri dan menentukan sejauh mana
identitasnya dapat terus dijaga. Negara memiliki
kemampuan untuk menyetujui hubungan dengan negara
lain berdasar pada nilai-nilai identitas yang dimilikinya.
Apabila pengaruh yang akan didapat sesuai dengan
identitas bangsa dan tidak mengancam lunturnya
karakteristik dan identitas bangsa tersebut, maka hal
tersebut bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan.
Identitas sebuah negara adalah sebuah hal yang penting
dan harus terus dipertahankan selama identitas tersebut
tidak menghambat perkembangan negara tersebut untuk
menjadi lebih baik. Hal yang sama terjadi pada
penyikapan sebuah negara terhadap globalisasi.
Penerimaan globalisasi seutuhnya berada ditangan
negara, kontrol atas pertukaran apa saja yang dapat
menjadi modal untuk membawa negara tersebut berada di
keadaan yang lebih baik dari sebelumnya merupakan
pertimbangan yang baik. Oleh karena itu, kesadaran
terhadap identitas negara adalah penting untuk
menentukan pengaruh apa saja yang harus dan tidak
harus diterima dari globalisasi.
KESIMPULAN
14
Setelah memahami identitas dan globalisasi, urgensi
diantara keduanya, dan kenyataan zaman yang tidak
dapat dielakkan, kita dapat menyimpulkan bahwa
globalisasi berperan dalam menghapus batas-batas antar-
negara sehingga mengakibatkan pudarnya identitas
sebuah negara. Akan tetapi, pentingnya identitas bagi
sebuah negara menyebabkan negara harus mampu
menentukan sendiri sejauh mana negara dapat menerima
globalisasi. Oleh karena itu, hal yang harus dilakukan oleh
negara adalah menyadari secara utuh identitas negaranya
supaya dapat menerima globalisasi dengan pengaruh
yang sesuai dengan identitas negara.
SARAN Kami menyarankan kepada pembaca atau pun semua pihak
yang membaca dan memanfaatkan makalah ini kedepannya
agar:
1) Menambahkan dan memerdalam bahasan mengenai
identitas nasional dan unsur-unsur identitas nasional;
2) Menambahkan dan memerdalam bahasan mengenai
identitas internasional dan unsure-unsur identitas
internasional;
3) Menambahkan dan memerdalam ruang lingkup globalisasi
mencakup globalisasi budaya, ekonomi, informasi,
teknologi, dan pola pikir;
4) Pendekatan dalam mengelaborasikan identitas dan
globalisasi didasarkan pada beberapa pemikiran para
ahli.
15
KATA PENUTUP
Segala puji bagi Allah pemilik mata air cinta yang tiada pernah
kering karena dengan aliran kasih sayangnya kami bisa
menyelesaikan resume ini dengan kesabaran dan kebahagiaan.
Semoga dengan hasil makalah ini bisa memberilan gambaran
yang jelas dan gamblang tentang ”Identitas Bangsa“
Dalam penyusunan tugas makalah ini, kami menyadari masih
banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu saran dan
kritik yang membangun dari semua pihak merupakan modal
utama kami untuk meraih tangga kesuksesan.
Akhirnya tiada kata yang paling indah kecuali puji syukur
alhamdulillah pada pemilik kasih sayang sempurna atas berjuta
nikmat yang tercurah yang kita rasakan sampai saat ini.
16
17