giro

8
 Sie Infokum – Ditama Binbangkum 1 PENGELOLAAN DAN PENERTIBAN REKENING KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA A. LATAR BELAKANG Sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Negara/Daerah selama suatu periode sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 30, Pasal 31 dan Pasal 32 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal 55 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 56 ayat (3) UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Pemerintah menyusun suatu Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Penyusunan LKPP dilakukan oleh Menteri Keuangan berdasarkan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga beserta laporan pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan negara. Sementara LKPD disusun berdasarkan Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah beserta Laporan pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah. Karena LKPP/LKPD ini merupakan perwujudan dari tanggung  jawab pengelolaan keuangan Negara/Daerah, baik LKPP maupun LKPD harus diperiksa oleh BPK sesuai ketentuan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara agar pengelolaan keuangan Negara/Daerah berlangsung secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif dan transparan. Pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2004 s.d 2007 menghasilkan opini  “tidak memberikan pendapat ( disclaimer )”. Dari hasil-hasil pemeriksaan yang telah diserahkan oleh BPK kepada DPR dan DPD sesuai kewenangannya serta dipublikasikan kepada masyarakat umum, salah satunya menunjukkan adanya rekening liar-rekening liar 1  yang ditemukan 1  Disebut sebagai rekening liar karena rekening-rekening yang terdapat pada beberapa kementerian/lembaga ini tidak dimuat dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) padahal rekening-rekening ini digunakan untuk menyimpan uang negara dan menampung sejumlah penerimaan negara tetapi tidak disetor ke kas n egara.

Upload: dian-rahma-novitasari

Post on 05-Nov-2015

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Apa itu giro dan bagaimana mekanisme dalam sistem perbankan

TRANSCRIPT

  • Sie Infokum Ditama Binbangkum 1

    PENGELOLAAN DAN PENERTIBAN

    REKENING KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

    A. LATAR BELAKANG

    Sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan

    Negara/Daerah selama suatu periode sebagaimana ditetapkan dalam

    Pasal 30, Pasal 31 dan Pasal 32 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang

    Keuangan Negara, Pasal 55 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 56 ayat (3)

    UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Pemerintah

    menyusun suatu Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Keuangan

    Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

    (LKPD).

    Penyusunan LKPP dilakukan oleh Menteri Keuangan berdasarkan

    Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga beserta laporan

    pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan negara. Sementara

    LKPD disusun berdasarkan Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat

    Daerah beserta Laporan pertanggungjawaban pengelolaan

    perbendaharaan daerah oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah.

    Karena LKPP/LKPD ini merupakan perwujudan dari tanggung

    jawab pengelolaan keuangan Negara/Daerah, baik LKPP maupun LKPD

    harus diperiksa oleh BPK sesuai ketentuan UU Nomor 15 Tahun 2004

    tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

    agar pengelolaan keuangan Negara/Daerah berlangsung secara tertib,

    taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif dan

    transparan.

    Pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK atas Laporan Keuangan

    Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2004 s.d 2007 menghasilkan opini

    tidak memberikan pendapat (disclaimer). Dari hasil-hasil pemeriksaan

    yang telah diserahkan oleh BPK kepada DPR dan DPD sesuai

    kewenangannya serta dipublikasikan kepada masyarakat umum, salah

    satunya menunjukkan adanya rekening liar-rekening liar1 yang ditemukan

    1 Disebut sebagai rekening liar karena rekening-rekening yang terdapat pada beberapa

    kementerian/lembaga ini tidak dimuat dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) padahal rekening-rekening ini digunakan untuk menyimpan uang negara dan menampung sejumlah penerimaan negara tetapi tidak disetor ke kas negara.

  • Sie Infokum Ditama Binbangkum 2

    pada beberapa kementerian/lembaga seperti Mahkamah Agung (MA),

    Kementerian Dalam Negeri, BP Migas.

    Pada tahun 2005, pemeriksaan atas LKPP Tahun Anggaran 2004

    terdapat 957 rekening yang tidak jelas dengan total nilai

    Rp20.551.218,29 juta. Pada tahun 2006, ditemukan kembali adanya

    1.303 rekening-rekening baru muncul dengan status tidak jelas pada 35

    Kementerian Negara/Lembaga dengan rincian 680 rekening giro dan 623

    rekening deposito senilai total Rp8,5 triliun. Jumlah ini kembali bertambah

    pada tahun 2007, dimana ditemukan adanya 2.135 rekening senilai Rp2,

    56 triliun dan 260 rekening deposito atas nama instansi dan Pejabat

    Pemerintah senilai Rp144,31 miliar di bank umum yang belum

    diungkapkan dalam LKPP TA 2006 dan tidak jelas statusnya.

    Keberadaan rekening-rekening liar ini menimbulkan

    ketidakpastian posisi Keuangan Negara karena seharusnya rekening-

    rekening tersebut dilaporkan kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara

    Umum Negara dan dimuat dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

    (LKPP). Kewenangan atas pengaturan dan penyelenggaraan rekening ini

    berada di tangan Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

    Apakah dimungkinkan Kementerian Negara/lembaga memiliki

    rekening dan bagaimana aturan hukumnya ? Lalu apa yang dapat

    dilakukan atas rekening-rekening liar yang dimiliki oleh Kementerian

    Negara/Lembaga ?

    B. DASAR HUKUM

    - UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

    - PP Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah.

    - PMK Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik

    Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja.

    - PMK Nomor 58/PMK.05/2007 tentang Penertiban Rekening Pemerintah

    pada Kementerian Negara/Lembaga.

    - PMK Nomor 67/PMK.05/2007 tentang Pengenaan Sanksi Dalam

    Rangka Pengelolaan dan Penertiban Rekening Pemerintah pada

    Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja.

    - Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-35/PB/2007 tentang Petunjuk

    Teknis Pengelolaan Rekening Milik Kementerian

    Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja.

  • Sie Infokum Ditama Binbangkum 3

    C. PEMBAHASAN

    Keberadaan banyak rekening liar ini pada Kementerian

    Negara/Lembaga telah lama menjadi masalah sebelum UU dalam bidang

    keuangan negara dibentuk. Pada saat itu untuk mengatasinya Pemerintah

    mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1999 tentang Penertiban

    Rekening Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen. Inpres ini

    memerintahkan kepada para Menteri dan para Pimpinan Lembaga

    Pemerintah Non Departemen :

    1. Menyampaikan data mengenai rekening yang ada pada

    Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen meliputi nama,

    nomor dan saldo pada tanggal 31 Juli 1999 serta nama bank yang

    bersangkutan dan kantor/pejabat pemilik rekening kepada Menteri

    Keuangan.

    2. Menyampaikan setiap bulan saldo awal dan saldo akhir serta

    penerimaan dan pengeluaran pada rekening yang bersangkutan dalam

    bulan sebelumnya kepada Menkeu.

    3. Menteri Keuangan menyempurnakan Sistem Pengelolaan Kas Negara

    dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektifitas administrasi

    keuangan Negara,

    Pelaksanaan Inpres ini tidak berjalan dengan efektif sehingga kemudian

    dilakukan penegasan kembali melalui Inpres Nomor 4 Tahun 2000

    tentang Penertiban Rekening Departemen/Lembaga Pemerintah Non

    Departemen sekaligus mengubah ketentuan butir kedua menjadi :

    2. Menyampaikan setiap bulan saldo awal dan saldo akhir serta

    penerimaan dan pengeluaran pada rekening yang bersangkutan paling

    lambat pada akhir bulan berikutnya kepada Menteri Keuangan c.q.

    Dirjen Anggaran, meskipun tidak terdapat perubahan saldo rekening

    yang bersangkutan.

    Akan tetapi ternyata Inpres ini pun tidak dapat dilaksanakan secara

    efektif.

    Pada tahun 2004, Pemerintah mengeluarkan UU Nomor 1 Tahun

    2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU ini menyebutkan bahwa :

    - Pasal 29 ayat (1) : Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna

    Anggaran dapat membuka rekening untuk keperluan pelaksanaan

    penerimaan di lingkungan kementerian negara/lembaga yang

    bersangkutan setelah memperoleh persetujuan dari Bendahara Umum

    Negara.

  • Sie Infokum Ditama Binbangkum 4

    - Pasal 31 ayat (1) : Menteri/pimpinan lembaga dapat membuka

    rekening untuk keperluan pelaksanaan pengeluaran di lingkungan

    kementerian negara/lembaga yang bersangkutan setelah mendapat

    persetujuan dari Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

    Hal ini berarti Kementerian Negara/Lembaga diperbolehkan untuk

    membuka rekening untuk keperluan penerimaan dan pengeluaran, namun

    harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan.

    PP Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang

    Negara/Daerah sebagai salah satu turunan UU Perbendaharaan juga

    mengatur dalam Pasal 20 :

    (1) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran dapat

    membuka rekening penerimaan dan rekening pengeluaran

    dan/atau rekening lainnya pada Bank Umum/bank lainnya setelah

    mendapat persetujuan tertulis dari Menteri Keuangan selaku

    Bendahara Umum Negara atau Kuasa Bendahara Umum Negara.

    (2) Untuk kepentingan tertentu menteri/pimpinan lembaga selaku

    Pengguna Anggaran dapat membuka rekening di Bank Sentral

    setelah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan selaku

    Bendahara Umum Negara.

    (3) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran wajib

    melampirkan izin tertulis dari Bendahara Umum Negara/Kuasa

    Bendahara Umum Negara dalam rangka pembukaan rekening

    untuk kepentingan kementerian negara/lembaga sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

    Jadi jelaslah bahwa kementerian negara/lembaga diperbolehkan

    untuk membuka rekening penerimaan dan rekening pengeluaran

    dan/atau rekening lainnya pada bank umum/bank lainnya, bahkan untuk

    kepentingan tertentu dapat membuka rekening di bank sentral asalkan

    memperoleh izin terlebih dahulu dari Menteri Keuangan.

    Mekanisme pembukaan rekening tersebut terdapat dalam

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan

    Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja dan

    Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-35/PB/2007

    tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Rekening Milik Kementerian

    Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja.

    Dalam rangka pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran

    anggaran, rekening dibuka atas nama jabatan dengan nama Rekening

  • Sie Infokum Ditama Binbangkum 5

    Bendahara Penerimaan Kantor........... dan/atau Rekening Bendahara

    Pengeluaran Kantor .............., dengan mekanisme : Menteri/Pimpinan

    Lembaga/Kepala Kantor/Satuan Kerja menyampaikan permohonan

    persetujuan pembukaan rekening dengan dilampiri fotokopi dokumen

    pelaksanaan anggaran dan Surat Pernyataan tentang Penggunaan

    Rekening kepada Dirjen Perbendaharaan2 atau Kepala KPPN3. Atas

    permohonan ini dapat diberikan persetujuan atau penolakan.

    Selain Menteri/Pimpinan Lembaga, bagi Pimpinan Kantor/Satuan

    Kerja juga diperbolehkan membuka rekening lainnya untuk tujuan

    khusus, namun selain untuk tujuan khusus tersebut tidak diperkenankan

    bagi mereka untuk membuka rekening atas nama jabatan. Mekanisme

    pembukaan rekening tersebut diawali dengan mengajukan permohonan

    persetujuan pembukaan rekening untuk kantor/satuan kerja yang

    dijadikan satu dengan permohonan Kementerian/Pimpinan Lembaga oleh

    Menteri/Pimpinan Lembaga kepada Dirjen Perbendaharaan dengan

    melampirkan daftar Kantor/Satuan Kerja yang akan memiliki rekening

    lainnya tersebut. Permohonan diajukan dengan formulir (Lampiran I PMK)

    tersebut serta dilampiri Surat Pernyataan tentang Penggunaan Rekening

    (Lampiran II PMK).

    Terhadap semua rekening yang telah disetujui, paling lambat 5

    (lima) hari sejak tanggal pembukaan rekening maka Menteri/Pimpinan

    Lembaga/Kepala Kantor/Satuan Kerja selaku Pengguna Anggaran/Kuasa

    Pengguna Anggaran wajib melaporkan rekening tersebut dengan

    menggunakan formulir (Lampiran IV PMK) kepada Dirjen Perbendaharaan

    atau Kepala KPPN. Selain melaporkan, rekening-rekening tersebut juga

    harus disajikan dalam daftar Lampiran Laporan Keuangan Kementerian

    Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja dan disampaikan kepada Dirjen

    Perbendaharaan atau Kepala KPPN.

    Apabila Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja

    tidak memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut, maka dapat dikenai

    sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

    67/PMK.05/2007 tentang Pengenaan Sanksi Dalam Rangka Pengelolaan

    dan Penertiban Rekening Pemerintah Pada Kementerian

    2 Untuk pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran yang pembayarannya dilaksanakan oleh Direktorat

    Pengelolaan Kas Negara. 3 Untuk pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran yang pembayarannya dilaksanakan oleh KPPN.

  • Sie Infokum Ditama Binbangkum 6

    Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja berupa pembekuan sementara

    rekening dan penutupan rekening.

    Pembekuan sementara rekening dilakukan oleh Bendahara

    Umum Negara (Menkeu)/Kuasa Bendahara Umum Negara Pusat dan

    Daerah dengan menyampaikan permintaan tertulis kepada bank

    sentral/bank umum/kantor pos dengan tembusan kepada

    Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Kantor/Satuan Kerja. Pembekuan

    sementara ini dilakukan dalam hal :

    a. rekening dibuka tenpa persetujuan BUN/Kuasa BUN.

    b. pembukaan rekening tidak dilaporkan paling lambat 5(lima) hari kerja

    sejak tanggal pembukaan rekening.

    c. tidak mengajukan permohonan persetujuan atas rekening yang telah

    dibuka sebelum berlakunya PMK No. 57/PMK.05/2007.

    d. tidak menyajikan rekening yang dikelolanya dalam Laporan Keuangan

    Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja.

    Akan tetapi tindakan pembekuan sementara rekening ini tidak bersifat

    final dan dapat dicabut bilamana Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala

    Kantor/Satuan Kerja melaksanakan tindak lanjut terhadap rekening yang

    dibekukan sementara tersebut. Pencabutan ini dilakukan oleh Bendahara

    Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara Pusat dan Daerah dengan

    menyampaikan permintaan tertulis kepada bank sentral/bank

    umum/kantor pos.

    Namun bilamana tidak dilakukan tindak lanjut dalam waktu 30

    (tiga) puluh hari kerja maka dilakukan penutupan oleh Menkeu. Selain

    karena alasan tersebut, apabila rekening yang tidak atau tidak lagi

    digunakan sesuai dengan tujuan pembukaan juga harus dilakukan

    penutupan. Penutupan ini diikuti dengan pemindahbukuan saldo ke

    Rekening Kas Umum Negara, dengan mengirimkan permintaan tertulis

    kepada bank sentral/bank umum/kantor pos dan ditembuskan kepada

    Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Kantor/Satuan Kerja yang

    bersangkutan.

    Selain pengaturan-pengaturan tersebut, dilatarbelakangi oleh

    besarnya keinginan Pemerintah untuk mengatasi permasalahan

    menyangkut ketidaktertiban rekening-rekening pada Kementerian

    Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja guna menindaklanjuti temuan-

    temuan hasil pemeriksaan BPK maka Menteri Keuangan juga

    mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 58/PMK.05/2007

  • Sie Infokum Ditama Binbangkum 7

    tentang Penertiban Rekening Pemerintah pada Kementerian

    Negara/Lembaga.

    Kegiatan penertiban dalam PMK ini dilakukan terhadap seluruh

    rekening di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan

    Kerja yang telah ada sebelum PMK Nomor 57/PMK.05/2007 tentang

    Pengelolaan Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan

    Kerja dibentuk.

    Bentuk-bentuk kegiatan evaluasi tersebut meliputi kegiatan

    identifikasi keberadaan dan kepemilikan rekening, verifikasi rekening dan

    pengelompokan rekening.

    Berdasarkan hasil evaluasi maka BUN/Kuasa BUN dapat juga

    melakukan tindakan mempertahankan/mempertahankan

    sementara/mempertahankan dan cukup mengungkapkannya pada

    Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan

    Kerja/mengalihkan/menutup rekening, dengan kriteria sebagai berikut :

    1. Rekening dipertahankan bilamana rekening digunakan untuk

    operasional bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran.

    2. Rekening dipertahankan sementara sampai semua penerimaan yang

    berada dalam rekening sementara tersebut dipindahkan ke Rekening

    Kas Umum Negara lalu ditutup.

    3. Rekening dipertahankan dan cukup diungkapkan pada Laporan

    Keuangan Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja,

    bilamana kepemilikan berada di pihak ke3 namun pencairan

    membutuhkan ijin Menteri/Pimpinan Lembaga.

    4. Rekening dialihkan menjadi rekening Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)

    dan dalam pengelolaan Dirjen Perbendaharaan bilamana rekening

    digunakan untuk menampung dana titipan yang dapat dicairkan tanpa

    melalui prosedur normatif APBN.

    5. Rekening dipertahankan sementara untuk dialihkan ke BLU bilamana

    rekening digunakan untuk menampung dana dukungan pelayanan

    khusus yang permanen.

    6. Rekening ditutup dan saldo disetor ke rekening Kas Umum Negara

    bilamana rekening yang dimiliki oleh Kementerian

    Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja tersebut tidak memiliki alasan

    yang cukup untuk dipertahankan keberadaannya.

  • Sie Infokum Ditama Binbangkum 8

    Selain itu bilamana rekening yang ada tidak jelas

    kepemilikannya maka dapat terlebih dahulu dilakukan investigasi guna

    memastikan kepemilikannya.

    D. KESIMPULAN

    1. Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja diperbolehkan

    untuk membuka rekening penerimaan dan rekening pengeluaran

    dan/atau rekening lainnya pada bank umum/bank lainnya, bahkan

    untuk kepentingan tertentu dapat membuka rekening di bank sentral

    asalkan memperoleh izin terlebih dahulu dari Menteri Keuangan.

    2. Pembukaan rekening tersebut disertai kewajiban untuk melaporkan

    rekening tersebut paling lambat 5 (lima) hari sejak tanggal

    pembukaan rekening kepada Dirjen Perbendaharaan atau Kepala KPPN

    dan menyajikan laporan rekening-rekening tersebut daftar Lampiran

    Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan

    Kerja.

    3. Apabila kewajiban-kewajiban tersebut tidak dilaksanakan maka akan

    dikenakan sanksi sebagaimana terdapat dalam Peraturan Menteri

    Keuangan Nomor 67/PMK.05/2007 tentang Pengenaan Sanksi Dalam

    Rangka Pengelolaan dan Penertiban Rekening Pemerintah Pada

    Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja .

    4. Khusus untuk rekening-rekening liar yang ada sebelum PMK No.

    57/PMK.05/2007 dibentuk, maka dilakukan kegiatan evaluasi yang

    diikuti dengan tindakan-tindakan sebagaimana terdapat dalam

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 58/PMK.05/2007 tentang

    Penertiban Rekening Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga.

    Referensi :

    - PMK Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian

    Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja.

    - PMK Nomor 58/PMK.05/2007 tentang Penertiban Rekening Pemerintah pada Kementerian

    Negara/Lembaga.

    - PMK Nomor 67/PMK.05/2007 tentang Pengenaan Sanksi Dalam Rangka Pengelolaan dan

    Penertiban Rekening Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja.

    - Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-35/PB/2007 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan

    Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja.

    - Tempo Interaktif.

    - Fiscal News.