gaya pertunjukan reog ponorogo singo mangku joyo di gubeng kertajaya surabaya

16
GAYA PERTUNJUKAN REOG PONOROGO SINGO MANGKU JOYO DI GUBENG KERTAJAYA SURABAYA Oleh Pipin Dwi Pangesti Pendidikan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni , Universitas Negeri Surabaya, [email protected] Abstract Reog Singo Mangku Joyo is one Reog Ponorogo who live in the Surabaya region which has a high existence. This is based on the number of performances that are presented in a variety of areas.The dish associated with the style of the show Reog Singo Mangku Joyo. The problems of this study are (1) How does the style of the show Reog Singo Mangku Joyo?, (2) What factors are building style shows Reog Singo Mangku Joyo ?.The purpose of this study was to answer the formulation problems.The theory used is the theory of style . The research method uses a qualitative approach with reog location Singo Mangku Joyo in Gubeng kertajaya V Surabaya . This research looks at the data with techniques of observation , interviews, and documentation. The validity of the data using triangulation of methods and sources Analysis techniques used in this study using the analysis Taxonomy. Results of the study showed that the style of the show reog Singo Mangku Joyo lies in movement , music, and makeup and clothing. The style has emerged for individuals and groups of Reog Singo Mangku Joyo. Character that differentiates it from other performances due to factors that build. Internal factors and background appear for artists and performers. External factors emerge from the target and the dominant social institutions. The conclusion from this study showed that Reog Singo Mangku Joyo has a different style of performance with other art shown on the character of each individual and the group. Keywords: Style, Reog Ponorogo, Reog Singo Mangku Joyo Abstrak Reog Singo Mangku Joyo merupakan salah satu Reog Ponorogo yang hidup di wilayah Surabaya yang memiliki eksistensi yang tinggi. Hal ini didasarkan atas banyaknya pertunjukan yang disajikan di berbagai daerah. Sajian tersebut berhubungan dengan gaya pertunjukan Reog Singo Mangku Joyo. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana gaya pertunjukan Reog Singo Mangku Joyo?, (2) Faktor–faktor apa yang membangun gaya pertunjukkan Reog Singo Mangku Joyo?. Tujuan penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah yang ada. Teori yang digunakan adalah teori gaya. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan lokasi Reog Singo Mangku Joyo di Gubeng kertajaya V Surabaya. Penelitian ini mencari data dengan tehnik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi metode dan sumber. Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis Taksonomi. 1

Upload: alim-sumarno

Post on 14-Dec-2015

187 views

Category:

Documents


28 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : PIPIN DWI PANGESTI

TRANSCRIPT

GAYA PERTUNJUKAN REOG PONOROGO SINGO MANGKU JOYO DI GUBENG KERTAJAYA SURABAYA

Oleh

Pipin Dwi Pangesti

Pendidikan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni , Universitas Negeri Surabaya, [email protected]

AbstractReog Singo Mangku Joyo is one Reog Ponorogo who live in the Surabaya region which

has a high existence. This is based on the number of performances that are presented in a variety of areas.The dish associated with the style of the show Reog Singo Mangku Joyo.

The problems of this study are (1) How does the style of the show Reog Singo Mangku Joyo?, (2) What factors are building style shows Reog Singo Mangku Joyo ?.The purpose of this study was to answer the formulation problems.The theory used is the theory of style . The research method uses a qualitative approach with reog location Singo Mangku Joyo in Gubeng kertajaya V Surabaya .

This research looks at the data with techniques of observation , interviews, and documentation. The validity of the data using triangulation of methods and sources Analysis techniques used in this study using the analysis Taxonomy. Results of the study showed that the style of the show reog Singo Mangku Joyo lies in movement , music, and makeup and clothing. The style has emerged for individuals and groups of Reog Singo Mangku Joyo. Character that differentiates it from other performances due to factors that build. Internal factors and background appear for artists and performers. External factors emerge from the target and the dominant social institutions. The conclusion from this study showed that Reog Singo Mangku Joyo has a different style of performance with other art shown on the character of each individual and the group.

Keywords: Style, Reog Ponorogo, Reog Singo Mangku Joyo

Abstrak Reog Singo Mangku Joyo merupakan salah satu Reog Ponorogo yang hidup di wilayah

Surabaya yang memiliki eksistensi yang tinggi. Hal ini didasarkan atas banyaknya pertunjukan yang disajikan di berbagai daerah. Sajian tersebut berhubungan dengan gaya pertunjukan Reog Singo Mangku Joyo.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana gaya pertunjukan Reog Singo Mangku Joyo?, (2) Faktor–faktor apa yang membangun gaya pertunjukkan Reog Singo Mangku Joyo?. Tujuan penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah yang ada. Teori yang digunakan adalah teori gaya. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan lokasi Reog Singo Mangku Joyo di Gubeng kertajaya V Surabaya. Penelitian ini mencari data dengan tehnik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi metode dan sumber. Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis Taksonomi.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa gaya pertunjukan Reog Singo Mangku Joyo terletak pada gerak, iringan musik, dan tata rias dan busana. Gaya tersebut muncul karena adanya individu dan kelompok dari Reog Singo Mangku Joyo. Karakter yang membedakan dari pertunjukan yang lain karena adanya faktor-faktor yang membangun. Faktor internal muncul adanya dan latar belakang seniman dan pelaku seni. Faktor eksternal dimuncukan binaan instansi dan dominan sosial masyarakat. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa Reog Singo Mangku Joyo memiliki gaya pertunjukan yang berbeda dengan kesenian yang lain yang ditunjukkan dari karakter masing–masing individu dan kelompok.

Kunci: Gaya, Reog Ponorogo, Reog Singo Mangku Joyo

1

Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216

Reog merupakan salah satu bentuk pertunjukan yang

tumbuh dari Kota Ponorogo yang memiliki karakteristik

dan ciri bentuk pertunjukan berbeda. Pertunjukan Reog

memiliki beberapa tokoh diantaranya Dhadak Merak,

Bujang Ganong, Klana Sewandana, Jathil, Warok.

Alunan musik seperti kendang, kempul, slompret, gong,

dan angklung mengiringi jalannya pertunjukan.

Kesenian Reog Ponorogo saat ini banyak dikenal

dan diminati masyarakat Surabaya sebagai sarana untuk

pelestarian budaya daerah. Perkembangan Reog Ponorogo

di Surabaya sudah semakin pesat. Di antara 62 Group

Reog terdapat salah satu group yang bernama Singo

Mangku Joyo. Masyarakat Surabaya sudah mengetahui

beberapa prestasi yang diperoleh Reog Singo Mangku

Joyo dan eksistensi yang tinggi.

Upaya mempertahankan terletak pada kerjasama

keluarga untuk tetap satu dan menghindari individualisme.

Hal terpenting dari Reog Singo Mangku Joyo yaitu terikat

adanya ikatan persaudaraan sebagai kekuatan dan

kemajuan. Kunjungan wisatawan dari luar negeri ke Kota

Surabaya juga dimanfaatkan Reog Singo Mangku Joyo

sebagai upaya untuk tetap mempertahankan minat

masyarakat.

Berpijak dari paparan tersebut maka peneliti

tertarik untuk melakukan sebuah kajian analisis yang

mendalam terhadap gaya Reog Singo Mangku Joyo di

Gubeng Kertajaya Surabaya. Rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah (1) Bagaimana gaya pertunjukan

Reog Singo Mangku Joyo?, (2) Faktor–faktor apa yang

membangun gaya pertunjukkan Reog Singo Mangku

Joyo?. Tujuan penelitian ini untuk menjawab rumusan

masalah yang ada. Teori yang digunakan adalah teori

gaya. Metode penelitian menggunakan pendekatan

kualitatif dengan lokasi Reog Singo Mangku Joyo di

Gubeng kertajaya V Surabaya. Penelitian ini mencari data

dengan tehnik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Validitas data menggunakan triangulasi metode dan

sumber. Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian

ini menggunakan analisis Taksonomi.

Pembahasan

Sekilas Latar Belakang Reog Singo Mangku Joyo

Reog Singo Mangku Joyo merupakan suatu

komunitas Reog yang berdomisili di daerah Kertajaya,

Surabaya, Jawa Timur yang berdiri pada tahun 1968.

Komunis Reog ini diawali dari sekumpulan kesenian

Jaranan yang bernama Suko Budi Joyo yang dipimpin

oleh Wagiyo (alm) dan diteruskan oleh putranya yang

bernama Padi Joyo (alm) pada tahun 1940. Pertunjukan

Jananan Reog Singo Mangku Joyo bermula dari Jaranan

Dor.

Pada tahun 1970 nama Suko Budi Joyo ganti

menjadi Beringin Sakti. Tahun 1990 berganti nama

menjadi Reog Singo Mangku Joyo. Hal ini didasari atas

kesepakatan anggota dan Padi Joyo . Reog Singo Mangku

Joyo diartikan sebagai Reog yang tetap menyatu dan

mampu mengangkut harkat dan martabat Reog yang

dipimpin oleh keluarga Padi Joyo.

Tahun 2001 Reog Singo Mangku Joyo resmi dan

disyahkan oleh anggota bahwa Hendy Eko Aryanto

sebagai pimpinan dan Sugianto sebagai koordinator.

Kepiawaian dapat dilihat dari dari kegiatan Festival Reog

baik bertaraf Regional, Nasional, maupun Internasional

Reog Singo Mangku Joyo selalu mendapat kejuaraan.

Gambar 1Reog Singo Mangku Joyo (Reog Cilik) dalam

acara Kick Andy(Foto, Dokumentasi Hendy eko Aryanto,

2009)

Gambar 2 Piagam penghargaan yang sudah

diraih oleh Reog Singo Mangku Joyo(Foto, Dokumentasi Pipin Dwi

Pangesti, 2015)

Gambar 3Salah satu sertifikat penghargaan yang sudah diraih oleh Reog Singo

Mangku Joyo(Foto, Dokumentasi Pipin Dwi

Pangesti, 2015

Struktur Pertunjukan Reog Singo Mangku Joyo

Gerak dalam kesenian Reog terdapat beberapa

unsur. Unsur tari digunakan sebagai penunjang pentas

Reog Singo Mangku Joyo dibedakan menjadi 3 macam,

sesuai dengan kebutuhan dan sifat pementasan itu sendiri

yaitu tari lepas, tari utuh, tari iring-iringan, tari

Patrajayan. Tari lepas adalah pementasan tari secara

sendiri–sendiri, dimana masing–masing peraga menari

secara bergantian dan berurutan sesuai dengan pedoman

yaitu tari warok, Jathilan, Bujangganong, Klono

Sewandono, Dhadak Merak. Tari utuh/ Merak Tarung

adalah penampilan Reog secara utuh (keseluruhan) tari

utuh ini seluruh peraga Reog Singo menari bersama–sama

kemudian dilanjutkan dengan perang antara Barongan

dengan Barongan (apabila dalam satu unit Reog terdapat

2 atau lebih Dhadak Merak). Perang Barongan dengan

Jathilan, Barongan dengan Bujangganong, dan akhirnya

Barongan karena terkena sabetan Pecut Samandiman

kemudian dilanjutkan dengan tari Iring- Iringan. Tari

iring–iringan adalah pagelaran tari Reog dalam posisi

berjalan berurutan. Pada tempat–tempat tertentu

(perempatan jalan, di depan rumah orang yang dihormati,

di depan pejabat) berhenti untuk menampilkan tari lepas,

maupun tari utuh yang disebut dengan istilah Iker

Musik adalah partner tari. Musik erat sekali

kaitannya dengan tari dari dorongan atau naluri ritmis

manusia. Iringan tari yang berasal dari si penari sendiri

disebut iringan internal tetapi dalam perkembangan lebih

lanjut iringan tari sering datang dari luar penari atau

dilakukan orang lain disebut iringan eksternal.

Gamelan atau masik Reog Singo Mangku Joyo

berfungsi sebagai tetabuhan dan pengiring pagelaran

kesenian Reog Singo Mangku Joyo yang sangat dominan,

diantaranya Slompet, Kendang, Ketipung, Kethuk dan

Kenong, Kempul, Angklung, Gong Besar. Aransemen

Gamelan Reog Singo Mangku Joyo dalam fungsinya

sebagai pengiring sebuah tari yaitu Gendhing Panaragan,

Gending Kebogiro, Gendhing Sampak, Potrojayan

Gendhing Panaragan dipergunakan

iringan joget/tari iring–iring dan tetabuhan

biasa yang dapat diikuti dengan lagu-lagu

sesuai dengan keinginan. Berfungsi untuk

mengiringi tari iring–iringan (arak-arakan).

Gendhing ini juga dapat untuk mengiringi

suatu formula lagu tertentu yang

diperdengarkan lewat slompret. Gending

Kebogiro: sebagai iringan tari Pujangganong

dan Kiprah Klana Sewandono. Gendhing

Sampak: sebagai Iringan tari Barongan, tari

Jathilan dan adegan tari perang–perangan

dalam pentas tari–tarian utuh maupun merak

tarung. Gending Potrojayan: adalah gending

Panaragan dalam tabuhn tempo lambat pada

tari iring–iringan yang diselingi dengan

gerakan di tempat. Gending Obyog sebagai

iringan tari Barongan atau untuk tabuhan

menjelang pentas Reog.

Tata rias adalah salah satu sarana penunjang

dalam sebuah pertunjukan, baik itu untuk seni fashion

3

Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216

show, seni drama, seni tari, ketoprak maupun pada

pertunjukan wayang orang. Tata rias yang digunakan di

dalam seni pertunjukan tersebut mempunyai bentuk yang

berbeda disesuaikan dengan kebutuhan pertunjukan.

Lewat perubahan wajah maka pemain akan mampu

mendukung suasana dan peran yang dilakukan pada saat

pementasan.

Menurut Eko Wahyuni Tata rias dan busana

adalah pengaturan rias dan busana yang dikenakan penari

guna untuk menonjolkan karakter tari yang dibawakan

dan bentuk ragawi penari agar dapat terlihat jelas. Rias

dan busana adalah aspek visual pendukung tari yang

secara langsung dapat dinikmati oleh penonton. Rias dan

busana merupakan dua serangkai yang tidak dapat

dipisahkan sebagai pendukung penyajian suatu bentuk

tari.

Fungsi rias dan busana dalam tari adalah untuk

memperjelas tema dan karakter tari. Tata rias dan busana

untuk tari bukan hanya memperhitungkan aspek

kemeriahan atau glamornya saja, melainkan memiliki

makna lain baik dari bentuk yang simbolis maupun realis.

Melalui warna, motif, corak, busana serta bentuk rias yang

dipakai dapat memberikan penjelasan kepada penonton

mengenai perwatakan dari bentuk yang lain.

Tata rias dan busana merupakan unsur yang

dominan dalam setiap pementasan Reog Singo Mangku

Joyo. Sebuah pertunjukan tanpa dimaknai dengan unsur

tata rias dan busana dapat mengurangi nilai estetika

maupun etika bentuk pertunjukkan tersebut.

Busana pelaku Reog Singo Mangku Joyo terdiri

dari warna hitam, merah, putih dan kuning. Hal ini

mengandung arti dan karakteristik sendiri–sendiri. Warna

hitam melambangkan sifat berwibawa, tenang dan berisi.

Warna merah berarti berani sesuai dengan karakter tari

yang heroik. Warna putih berarti keberanian yang

dilandasi dengan tujuan suci. Kuning berarti mempunyai

cita–cita untuk memperoleh kebahagiaan dan kejayaan.

Warna-warna busana tersebut mempunyai makna

pengendalian diri manusia dan nafsu yang berhubungan

dengan nilai–nilai spriritual maupun nilai/ajaran Kejawen

sebagai pedoman (tuntunan) tingkah laku manusia. Warna

hitam merupakan lambang pengendalian nafsu aluamah.

Warna merah merupakan lambang pengendalian nafsu

amarah. Warna putih merupakan lambing pengendalian

nafsu mutmainah. Warna kuning merupakan lambang

pengendalian nafsu supiah.

Tata rias wajah peran/pelaku Reog Singo

Mangku Joyo sangat diperlukan. Tata rias wajah dan

busana disamping menambah keindahan pelaku dan

mendukung pentas juga berguna untuk membedakan

watak (karateristik) dan masing– masing pelaku seni.

Gaya Tari Dhadak Merak Reog Ponorogo Singo

Mangku Joyo

Gaya gerak tari Dhadak Merak Reog Singo

Mangku Joyo terletak pada motif gerak kayang dan

gulung. Gerak kayang adalah posisi jatuh ke belakang

dengan posisi kaki tetap berdiri tegap. Kekuatan mereka

hanya pada pinggang dan gigitan pada topeng.

Gerakan gulung adalah gerakan sabetan topeng

berputar ke bawah kemudian berdiri. Hal tersebut

diakibatkan postur tubuh dan kekuatan masing-masing

penari berbeda yang dilakukan secara berulang-ulang.

Tujuan dari atraksi tersebut adalah semata-mata untuk

mengungah semangat penari Dhadak Merak yang lain.

Iringan musik pada tari Dhadak Merak Reog

Singo Mangku Joyo terletak pada aransemen slompret

dibuat dengan nada-nada panjang (ngelik). Dhadak Merak

merupakan penari yang tidak memerlukan tata rias wajah.

Penampilannya hanya menggunkan topeng. Busana yang

dikenakan antara lain, Celana panjang gombyok berwarna

hitam bergombyok merah dan kuning, Embong gombyok,

Sabuk/epek timang, Setagen (ubet) cinde, Cakep hitam,

Baju kimplong.

Gaya Tari Klono Sewandono Reog Ponorogo Singo

Mangku Joyo

Tari ini mengungkapkan Raja yang sakti

mandraguna. Prabu Klono Sewandono yang memiliki

pusaka andalan yang berupa Cemeti sebutan Kyai pecut

Samandiman. Pusaka tersebut untuk melindungi dirinya.

Gerak tari menggambarkan kegagahan dan kesaktian

seorang raja yang kasmaran.

Klono Sewandono dalam Reog Singo Mangku

Joyo tari Klono Sewandono jarang bahkan tidak pernah

ditampilkan jika tidak dalam acara penting seperti Fertival

Reog Nasional dan acara–acara besar yang lain. Penari

Klono Sewandono pada Reog Singo Mangku Joyo

biasanya mengambil dari sanggar maupun instansi terkait

yang mengikuti karakter dan keinginan Reog Singo

Mangku Joyo. Tujuannya menyatu dengan karakter orang

Reog Singo Mangku Joyo.

Gaya tari Klono Sewandono Reog Singo Mangku

Joyo merupakan gaya yang bersifat individual yaitu

menonjolkan kekuatan gaya dari seniman penciptanya.

Gerak tersebut disesuaikan dengan gaya pribadi yang

mengekspresikan pribadi seniman pencipta. Reog Singo

Mangku Joyo membebaskan dan mendukung kreativitas

penari Klono Sewandono.

Iringan musik tari Klono Sewandono sudah

masuk pada iringan musik Kebogiro. Penampilannya

hanya menggunakan topeng. Adapun busana yang

dikenakan Klana Sewandono sebagai berikut: Celana

panjang cinde warna merah, Kain panjang (jarit) parang

barong warna putih, Bara–bara samir, Epek timang,

Setagen (ubet) cinde, Uncal Sampur merah dan sampur

kuning, Kace, Ulur, Cakep, Klat bahu, Keris blangkrak,

Praba, topeng, Binggel, Pecut samandiman.

Gaya Tari Bujangganong Reog Ponorogo Singo

Mangku Joyo

Bujangganong (Ganongan) atau Patih Pujangga

Anom adalah patih Klono Sewandono yang mempunyai

keahlian dalam seni bela diri. Bujangganong

menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang cekata,

berkemauan keras, cerdik, jujur, taat, jenaka dan sakti

berpostur kurus. Dramatika pertunjukan ini

Bujangganong menerima perintah Prabu Klono

Sewandono untuk melamar Putri Kediri.

Tari Bujangganong pada Reog Singo Mangku

Joyo lebih menunjukkan identitas dengan kekuatan dalam

memainkan akrobatik. Identitas tersebut muncul pada

individu-induvidu penari Bujangganong. Setiap penari

Bujangganong Reog Singo Mangku Joyo memiliki

karakter gerak dan ciri khas gerak. Akrobatik yang paling

khas yaitu gerak putar badan yaitu gerak dengan posisi

kayang kemudian berputar dengan membalikkan badan

dengan posisi badan tetap kayang.

Jalan lenggang proses gerak jalan lenggang

sebelumnya harus melakukan tanjak terlebih dahulu.

Tanjak disini tidak seperti yang dilakukan penari

Pujangganong yang lain karena posisi kakinya kaki

membuka lurus dengan berat badan tegap. Tanjak

merupakan ciri khas dari penari Pujangganong Reog

Singo Mangku Joyo. Urutan gerakan jalan lenggang

diawali dengan kaki kanan dilanjutkan kaki kiri posisi

badan tetap tegap namun ada tekan yang mengikuti gerak

tangan.

Gerak ini murni dari gaya dari Siswanto karena

proses dari penggunakan gerak ini berawal sejak penari

berumur 3 tahun. Kurung waktu dari penari

Pujangganong kecil hingga sekarang juga menentukan

ragam gerak jalan lenggang tersebut menjadi sebuah gaya

yang dimiliki oleh penari Pujangganong. Ragam jalan

lenggang ini juga menjadi sebuah identitas pada tari

Pujangganong karena setiap beberapa ragam yang

dilakukan gerak ini selalu muncul di dalam melakukan

atraksi pertunjukan.

Tehnik melakukan ragam gerak jalan lenggang

pada tari Pujangganong mempunyai ciri khas pada

tekanan bahu dan sikap badan dan kekuatan kaki.

Tekanan bahu merupakan pengaruh dari gerak tangan dan

tangan tidak terlalu lebar karena didominasi dari tumpuan

siku sampai ujung jari. Sehingga bentuk dalam ragam

gerak jalan lenggang tidak sama dengan penari

Pujangganong yang lain karena Siswanto dalam

melakukan gerak ini secara proses kurun waktu sudah

dilakukan bertahun-tahun. Walaupun sebelumnya penari

ini sudah pernah berapresiasi bersama kelompok Singo

5

Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216

Mangku Joyo. Tari Pujangganong Reog Singo Mangku

Joyo setiap melakukan gerak tari Pujangganong tidak

menggunakan urutan gerak seperti halnya tari lepas

karena setiap penampilan tergantung dari kreativitas

penari.

Hal ini menunjukkan bahwa ciri khas tari tradisi

selalu bergantung dari hentakan kendang sebagai

pamorbo iromo dan kreativitas seniman yang tidak

bergantung pada urutan gerak. Sebagai identititas yang

paling menonjol pada gerak tangan dan posisi kaki.

Bentuk jari tangan sebagai identitasnya ialah posisi jari

tangan membuka jari kiri agak ngepel yaitu ketiga jari

masuk.

Penari Bujangganong yang lain pada Reog

Singo Mangku Joyo mempunyai gerak dengan melompat–

lompat dengan posisi tangan dibawah kaki diatas. Gaya

pada tari Bujangganong Reog Singo Mangku Joyo

merupakan gaya individual yang bersifat asertif. Gaya

tersebut muncul karena ekspresi-ekpresi masing-masing

penari Bujangganong Reog Singo Mangku Joyo.

Tehnik pemukulan alat musik yaitu

menyesuaikan tehnik improvisasi yang diciptakan oleh

penari Bujanganong terutama pada alat musik Kendang.

Tari Bujangganong sangat dominan dengan alat musik

Slompret dimana pengembangan slompret selalu ngelik.

Hal tersebut terletak pada mencapaian intonasi yang tinggi

yaitu pada nada 5 (atas).

Penampilannya hanya menggunakan topeng.

Adapun busana yang dipakai pada tari Bujangganong

yaitu Celana dingkikan, Binggel, Embong gombyok, Epek

timang, Cakep hitam, Sampur merah dan sampur kuning,

Baju rompi , Topeng Bujangganong.

Gaya Tari Warok Reog Ponorogo Singo Mangku

Joyo

Warok memiliki makna wong kang sugih

wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya,

seseorang menjadi warok karena mampu memberi

petunjuk atau ajaran kepada orang lain tentang hidup yang

baik. Warok adalah seorang yang betul-betul menguasai

ilmu baik lahir maupun bathin, ada 3 istilah dalam warok

antara lain, Warok tua berfungsi sebagai penanggung

jawab dan mengayomi apabila terjadi masalah, Warok

muda yaitu warok yang sedang memperdalam ilmu,

Warokan adalah orang yang berpenampilan seperti warok

dan mempunyai ilmu.

Gerak tari Warok pada Reog Singo Mangku Joyo

yang dipakai pada pertunjukan di setiap pementasan

berbeda dari gerak yang disajikan pada ajang Fertival

Reog Nasional yaitu lebih sederhana. Kesederhanan

tersebut tidak merubah porsi seorang penari warok yang

gagah dan tangguh.

Gaya tari warok Reog Singo Mangku Joyo

terletak pada volume gerak yang lebar dan penekanan

aksen gerak yang jelas. Tujuan memberikan unsur

kegagahan. Aksen gerak menjelaskan bahwa Warok

mempunyai karakter yang tegas. Pola gerak terdapat

bagian berhenti (deg-degan/ pause) kemudian bergerak

kembali. Warok Reog Singo Mangku juga memunculkan

atraksi akrobatik yang sederhana. Atraksi tersebut hanya

gerak-gerak salto, lompatan, dan junjungan lawan. Gaya

pada gerak tari Warok adalah gaya yang bersifat komunal

yaitu ditarikan secara berkelompok dengan karakter dan

kekuatan yang sama.

Iringan musik tari Warok dibuka dengan system

ngelik. Gong mengikuti pola kendang setelah intro

dilanjutkan gending Giro kemudian ngungkung(sampak).

Bunyi selompret improvisasi kadang rata terkadang

ngelik. Pada ragam gerak angkatan kaki diam permainan

kendang ikut diam (terdapat degdegan). Terakhir ditutup

dengan tabuhan Giro dan tabuhan kendang masih dalam

pola dinamika.

Warok memakai tata rias wajah gagahan. Warok

juga menggunakan wok (hiasan rambut pada dagu). Tata

rias Warok dominan dengan warna merah untuk unsur

garang dan warna hitam yang digunakan untuk

mempertajam karakter. Busana Warok yaitu, Celana hitam

kombor (longgar), jaret, Kolor, Setagen (ubet), Baju

Wakthung Iket gadung mondholan.

Gaya Tari Jathilan Reog Ponorogo Singo Mangku

Joyo

Tari Jathilan berkembang menjadi tarian kesatria

menunggang kuda (yang terbuat dari anyaman bambu)

dengan tema tari pria berpasangan (kelompok. Tari

Jathilan atau yang biasa disebut Jaranan, adalah

menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang

sedang berlatih perang diatas kuda. tari lebih cenderung

feminim .

Gerak tari Jathilan Reog Singo Mangku Joyo

merupakan gerak dari Festival Reog Nasional yang sudah

disederhanakan. Tetapi tidak meninggalkan gerak inti dari

gerak yang sudah diciptakan. Identitas bahwa gerak

tersebut dapat mengantarkan Reog Singo Mangku Joyo

dalam ajang festival dan meraih kejuaraan merupakan

tujuan dari penggunaan gerak tersebut. Kesederhanan

tersebut juga bermaksud agar penari yang mempunyai

tehnik kurang dapat mudah menirukan dengan cepat.

Gaya tari Jathilan Reog Mangku Joyo terlihat

pada gerak silatan. Hal tersebut dimaknai bahwa gerak

silatan menunjukan identitas tari Jathilan pada Reog

Singo Mangku Joyo sebagai gerak ketangkasan prajurit

berkuda dalam melawan kejahatan. Gaya pada tari

Jathilan tergolong gaya komunal yaitu bentuk tari yang

ditarikan secara berkelompok.

Iringan musik pada tari Jathilan iringan Gong

mengikuti pola kendang. Iringan musik tari Jathilan Singo

Mangku Joyo sudah dimasukan musik remo sebagai

ragam gerak. Pada iringan musik tari Jathilan terdapat

lagu/tetembangan yang ikut mengiringi.

Jhatilan memakai tata rias wajah pria alus lanyap

(mendekati gagahan). Tata rias tari Jathilan menggunakan

tata rias cantik yang dominan warna eye shadow

disesuaikan dengan selera para penari Jathilan. Adapun

busana yang dikenakan pada tari Jathilan yaitu Celana

dingkikan kepanjeng, Kain panjang parang barong,

Bara–bara samir, Sampur merah dan sampur kuning,

Epek timang hitam, Setagen cinde, Hem putih Pangkat

ter, Kace, Srempang, ter Cakep Iket hitam, Binggel, Eblek

(jaranan).

Faktor-faktor yang membangun gaya REOg sIngo

Mangku Joyo

Faktor Ekstern Dominan Sosial

Masyarakat

Para pemain atau personil dari Group Reog Singo Mangku Joyo terdiri dari masyarakat umum dan yang unik. Para pemain sebagian besar (90%) masih saudara. Adapun profesi sehari-hari anggota Reog Singo Mangku Joyo (98%) berprofesi Wiraswasta, dimana pendapatan perhari cukup pas-pasan (cuma cukup untuk makan). Profesi (pekerjaan) sehari-hari anggota Reog Singo Mangku Joyo antara lain : Satpam, tukang becak, kuli angkut semen, kuli bangunan, tukang parkir, sopir, satpam, tukang tambal ban, tukang sampah dll. Tetapi terdorong dengan jiwa seni yang dimiliki atau yang mengalir di jiwa, mereka tetap mengembangkan kesenian yang telah ada/dirintis sejak lama oleh para sesepuh Singo Mangku Joyo.

Bakat seni yang mengalir dan melekat pada diri mereka merupakan bakat seni alami. Bakat tersebut turun-temurun dari generasi ke generasi tanpa didasari pengetahuan pendidikan kesenian. Pelajaran yang mereka dapatkan yaitu dari lingkungan tempat tinggal.

Faktor sosial penanggap juga mempengaruhi pertunjukan pada Reog Singo Mangku Joyo, diantara durasi pertunjukan, alur/cerita pertunjukan, jumlah pelaku seni yang biasanya disesuaikan dengan dana pertunjukan.

Faktor Ekster (Binaan Instansi Terkait)Salah satu instansi yang rutin

memberikan sponsor adalah PLN. Hal ini membuat komunitas Reog Singo Mangku Joyo mampu bertahan dan tetap melakukan aktivitas berkesenian. Reog Singo Mangku Joyo sarat dengan Prestasi baik Prestasi tingkat Nasional maupun Internasional. Reog Singo Mangku Joyo menjalin kerjasama yang cukup solid antara penggelut seni Pemerintah Kota Surabaya khususnya Dinas Pariwisata (Disparta) Surabaya dan Paguyuban Reog

7

Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216

Surabaya serta salah satu Instansi Militer (Bekangdam V/Brawijaya). Dhadhak Merak / Barongan (Krakap-Jawa) terpampang Logo Dharma Gati Ksatria Jaya merupakan sebagai tanda keterkaitan Reog Singo Mangku Joyo dengan beberapa instansi.

Reog Singo Mangku Joyo telah membawa nama harum bangsa Indonesia khususnya TNI-AD dan Bekangad di kancah Internasional yaitu Juara II Tingkat Dunia dalam rangka Festival Kesenian Tingkat Dunia di Tahiti mewakili Bangsa Indonesia. Logo Dharma Gati Ksatria Jaya selalu melekat di Dhadhak Merak, baik pelaksanaan pementasan di Dalam Negeri maupun pementasan di Luar Negeri. Logo Dharma Gati Ksatria Jaya di Dhadhak Merak tidak menjadikan personil Reog Singo Mangku Joyo bisa berbuat seenaknya, justru sebaliknya Reog Singo Mangku Joyo berusaha selalu menjaga nama baik TNI-AD di manapun mereka berada dan menunjukkan kepada mayarakat bahwa terdapat kemanunggalan antara TNI-AD dengan Rakyat, bahu membahu ikut serta melestarikan kesenian daerah khususnya seni Reog Ponorogo.

Kerjasama dengan berbagai pihak diperoleh pembinaan secara kontinyu dari Dinas Pariwisata Kota Surabaya diantaranya pembinaan langsung dan tidak langsung. Pembinaan langsung yaitu membantu sarana dan prasarana pertunjukan. Pembinaan secara tidak langsung yaitu memberi masukan dan mengarahkan tentang berkreasi didunia seni dan menjadwalkan program latian. Binaan instansi difungsikan untuk memperkuat dan memberikan dorongan perlindungan secara materi maupun non materi.

Faktor Intern Latar Belakang SenimanReog Singo Mangku Joyo mengambil

seniman atau penari dari instansi sekolah atau sanggar dari luar hanya untuk hal penting. Tujuannya adalah memaksimalkan bentuk pertunjukkan Reog Singo Mangku Joyo pada acara seperti Festival Reog Nasional, acara Dinas Pariwisata, dan acara–acara besar di luar kota. Seniman menambahkan unsur pertunjukan tambahan diantara tari-

tarian, pertunjukan Jaranan, dan atraksi akrobatik.

Tari yang ditampilkan oleh Reog Singo Mangku Joyo adalah tari Remo, tari Jejer, dan tari Jaipongan. Jananan Reog Singo Mangku Joyo bermula dari Jaranan Dor kemudian berkembang menjadi Jaranan Pegon dan perkembangan yang terakhir seluruh anggota hanya menyebutnya dengan pertunjukan Jaranan. Tarian ini memang sangat memukau penonton terutama pada saat penari mengalami kesurupan. Adegan kesurupan akan sangat menegangkan ketika penonton terlibat dalam pertunjukan seperti memberikan makan bola lampu, silet, rumput.

Gambar 4Atraksi

(Foto, Dokumentasi Hendy eko Aryanto, 2009)

Demonstrasi akrobatik ini memiliki beberapa model misalnya salto berkali-kali, antara penari yang saling diangkat sampai disusun tiga orang kemudian paling atas membalikkan tubuhnya dengan model kepala dibawah sedangkan kaki menjulur ke atas.

Faktor Intern Pelaku SeniAnggota komunitas Reog Singo

Mangku Joyo didominasi oleh satu garis keturunan. Anggota komunitas Reog ini uniknya tidak ada yang berasal dari Ponorogo. Mereka berantusias untuk mengembangkan pertunjukan Reog di Surabaya. Tujuannya agar masyarakat Kota Surabaya lebih mudah dalam mengakses dan

menjangkau kesenian Kota Ponorogo di Kota Surabaya. Berkesenian Reog ini bukanlah sebagai profesi utama mereka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun hanya sebagai profesi sampingan yang mereka gemari.

Anggota komunitas Reog Singo Mangku Joyo terdiri dari orang dewasa dan anak-anak yang mempunyai keahlian masing-masing. Melalui berkesenian Reog, komunitas Singo Mangku Joyo tidak hanya dapat menambah penghasilan keluarganya saja, namun juga para tetangga yang dahulu masih di dominasi oleh masyarakat asli dari Ponorogo. Mereka berantusias untuk ikut serta sebagai pelaku seni. Pelaku seni yang bermacam-macam sangat mempengaruhi struktur pertunjukan yang disesuaikan dengan peraturan yang dikemas Reog Singo Mangku Joyo. Pada tahun 2004 terdapat masalah keluarga yang akhirnya membuat keanggotaan komunitas Singo Mangku Joyo

PENUTUP

Simpulan

Reog Singo Mangku Joyo adalah suatu komunitas Reog yang berdomisili di daerah Kertajaya, Surabaya, Jawa Timur. Komunitas Reog ini pada merupakan sekumpulan kesenian Jaranan. Reog Singo Mangku Joyo merupakan nama yang terdiri dari tiga kata yaitu Singo, Mangku, Joyo. Reog Singo Mangku Joyo diartikan sebagai Reog yang tetap menyatu dan mampu mengangkut harkat dan martabat Reog yang dipimpin oleh keluarga Padi Joyo.

Banyak prestasi yang dikumpulkan oleh Reog Singo Mangku Joyo mulai dari Regional, Nasional, dan Internasional. Reog Singo Mangku Joyo juga sudah mempunyai anggota lebih dari 40 orang mulai dari anak- anak dan dewasa. Mereka tidak hanya sebagai pendukung dan pelopor kesenian Reog Singo Mangku Joyo tetapi sudah berperan penting pada setiap pertunjukkan yang digelar. Profesi dan keahlian mereka masing-masing sangat berpengaruh pada setiap pertunjukan.

Gaya Reog Singo Mangku Joyo dimunculkan pada unsur–unsur yang terkait

dari gaya pertunjukan, diantaranya gaya gerak, gaya iringan musik, dan gaya tata rias dan busana. Gaya tersebut muncul karena peran serta para pelaku seni Reog Singo Mangku Joyo dan peran serta seniman dari luar atas kesepakatan bersama. Gaya gerak tari dimunculkan pada kelima elemen yang terdapat pada kesenian Reog Singo Mangku Joyo.

Tari Dhadak Merak prinsipnya ungkapan geraknya menirukan gerak seekor Harimau. Dhadak Merak Reog Singo Mangku Joyo mengandalkan motif gerak kebatan pada setiap ragam gerak yang akan dilakukan. Selain itu ragam gerak kayang dan gulung yang dilakukan berkali – kali menjadi andalan pada setiap adegan. Tari Klono Sewandono mengungkapkan Raja yang sakti mandraguna. Gaya tari Klono Sewandono menggunakan gerak pakem yang diolah menjadi gerak lebih kera, tegas, tetap berwibawa disesuaikan dengan karakter iringan musik.

Tari Bujangganong yang merupakan salah satu tokoh enerjik, kocak, sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela diri. Tari Bujangganong Reog Singo Mangku Joyo lebih menunjukkan identitas dengan kekuatan dalam memainkan akrobatik. Akrobatik yang paling khas adalah putar badan. Tari Warok merupakan seorang yang betul- betul menguasai ilmu baik lahir maupun Bathin. Gaya tari Warok Reog Singo Mangku Joyo yang lebih dominan yaitu pada ragam gerak junjungan lawan tetapi ragam ini hanya terdapat pada acara Festival Reog Nasional. Tari Jathilan menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih perang diatas kuda. Gaya tari Jathilan Reog Mangku Joyo terlihat pada gerak silatan yaitu gerak tangan yang lebar dan tegas.

Gaya iringan musik juga dimunculkan pada karakter musik alat musik Reog Singo Mangku Joyo, diantaranya kendang, ketipung, kenong, kethuk, kempul, gong, angklung dan slompret. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Gong pada iringan musik Reog Singo Mangku Joyo mengikuti pola kendang. Kendang difungsikan sebagai tanda ragam gerak berikutnya. Slompret lebih banyak improvisasi yang berbeda pada setiap mengembangan gerak.

9

Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216

Gaya tata rias wajah peran/ pelaku Reog Singo Mangku Joyo sangat diperlukan. Tata rias wajah dan busana disamping menambah keindahan pelaku dan mendukung pentas juga berguna untuk membedakan watak (karateristik) dan masing – masing pelaku seni. Tata rias peran/ pelaku Reog Singo Mangku Joyo sama dengan tata rias yang digunakan dalam Reog pada umumnya. Gaya busana peran/ pelaku Reog Singo Mangku Joyo terletak pada penggunaan lambang Reog Singo Mangku Joyo dan lambang dari PLN sebagai distributor. Lambang TNI- AD juga terdapat pada topeng Dhadak Merak. Tujuannya Identitas Reog Singo Mangku Joyo lebih dikenal masyarakat serta instansi/ binaan yang terkait bangga akan prestasi yang telah diraih Reog Singo Mangku Joyo.

Faktor Ekstern muncul adanya dominan sosial masyarakat anggota Reog Singo Mangku Joyo (98%) berprofesi Wiraswasta serta binaan instansi terkait dari TNI-AD dan PLN. Faktor internal yang membangun adalah seniman dan anggota komunitas Reog. Seniman menambahkan pertunjukan tambahan diantaranya jejer, remo, jaranan, dan atraksi akrobatik. Anggota komunitas terdiri dari satu garis keturunan. Saran

Pemerintah Kota Surabaya hendaknya lebih menunjukkan kepedulian kepada seni budaya daerah, sehingga kesenian daerah terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Pemerintah perlu senantiasa menciptakan berbagai kompetensi untuk memacu pertumbuhan seni pertunjukan daerah khususnya Reog.

Melihat dari banyaknya pendukung dan pelopor Reog Singo Mangku Joyo yang terbentuk dari karakter orang awam atau dapat dikatakan belum mengerti tentang tehnik dalam tari. Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan penelitian seni budaya juga harus melakukan upaya- upaya penyuluhan dan memberikan pelatihan pada masyarakat yang tergabung dalam kesenian seperti Reog Singo Mangku Joyo. Pengetahuan dan ketrampilan dapat berdampak pada kematangan pemikiran masyarakat terhadap pentingnya ilmu dan

pengetahuan serta tegnologi bagi pengembangan kesenian.

Reog Singo Mangku Joyo perlu mempertahankan serta mengembangkan bentuk kesenian Reog agar lebih dikenal diberbagai kalangan dan diberbagai daerah hingga diberbagai Negara. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pelaku seni sangat penting. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pelatihan-pelatihan khusus dengan bantuan bimbingan dan pembinaan.

Penelitian ini tentunya terdapat kekurangan–kekurangan dan keterbatasan. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga penulisan ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian selajutnya. Bagi penelitian yang akan datang yang ingin mengembangkan hasil penelitian hendaknya memiliki cukup informasi untuk landasan awal penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rikena Cipta.

Barmin. 2003. Reog Nusantara: Kisah di balik Bulu Merak. Ponorogo: Galeri Wacana.

Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Christinawati dkk, Ariwibowo. 2012. Ludruk dan Reog. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.

Dewaruci. 2005. Reog Obyogan: Perubahan dan Kebelanjutan Cara Penyajian dalam Pertunjukkan Reog Ponorogo. ISSN, 1412-4181 (Jurnal: Pengkajian dan Penciptaan Seni).Vol.3/Nomor2/Desember.Surakarta: Program Pendidikan Pascasarjana.

Hartono. 1980. Reyog Ponorogo. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hadi, Sumandiyo.2002. Sosiologi Tari: Sebuah Telaah Kritis yang Mengulas Tari dari Zaman ke Zaman Primitof, Tradisional, Modern hingga Kontemporer. Yogyakarta Pustaka.

Hadi, Sumadiyo.2007. Kajian Tari Teks dan Konteks. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Karim, Abdul, dkk. 2014. Buku Panduan Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Negeri Surabaya Fakultas Bahasa dan Seni.

Kusnawati, Muntik. 2004.”Fungsi dan Makna Tari Jatilan Baki di Paguyupan Seni Reog Pujonggo

Anom Ponorogo”. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JSDTM FBS Unesa.

Maleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.

Martono, Hendro. 2012. Koreografi Lingkungan: Revitalisasi Gaya Pemanggungan dan Gaya Penciptaan Seniman Nusantara. Yogyakarta: Cipta Media.

Maryono. 2011. Penelitian Kualitatif Seni Pertunjukkan. Surakarta: ISI Press Solo.

Meri, La. 1896. Elemen–Elemen Dasar Komposisi Tari. Terjemahan Soedarsono. Yogyakarta: Lagalilo.

Murgiyanto, Sal. 1983. Koreografi: Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Moelyadi. 1986. Ungkapan Sejarah Kerajaan Wengker dan Reyog Ponorogo. Ponorogo: Dewan Pimpinan Cabang Pemuda Panca Marga Leguin Veteran Republik Indonesia Daerah Kabupaten Tingkat II.

Nuaraini, Indah. 2011. Tata Rias & Busana: Wayang Orang Gaya Surakarta. Yogyakarta: ISI Yogayakarta.

Pemkab Daerah Tingkat II Ponorogo, 1996. Pedoman Dasar Kesenian Reog Ponorogo dalam Pentas Budaya Bangsa, Pemkab Daerah Tingkat II Ponorogo, Ponorogo.

DAFTAR PUSTAKA MAYA

Aryanto, Hendy, 2009. Upaya Pelestarian Kesenian Daerah Khususnya Reog Ponorogo Dalam Rangka Ikut Serta Melestarikan Budaya Yang adi Luhung. (online), (http//reogsingomangkujoyotni-adblogspot.com, diakses pada 29 Maret 2015).

Asriati, Afifah. 2006. Gaya Tari Dalam Perspekstif Kontekstual. (online), (http://www.cimbuak.net/artikel/48-kesenian/714-gaya-tari-dalam-perspektif-kontekstual9, diakses pada 10 Maret 2015)

Erwinda Hapsari. 2012. Asumsi. (online), (http//: erwindahapsari. Blogspot. Com/2012/06/ asumsi.html?m=1, diakses pada 23 Februari 2015).

Pengertian Tari Tradisional Menurut Para Ahli. (online), (laportadoradesuenos. Blogspot. com/2014/12 pengertian-tari-tradisional-dari-parahtml?m=1, diakses pada 10 maret 2015)

Tari Tradisional. (online), (http//bangakilwordpress.com/2012/03/02/makalah- tari-tradisional/, diakses pada 12 Maret 2015)

sukasuka026. Blogspot.com/20013/06 prinsip-bentuk-seni _24html?m=1, diakses pada 12 Maret 2015)

11