gandhi pawitan hubertus hassan maria widyarini

20
POLA DISTRIBUSI BERAS DAN KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JA WA BARAT STUDI KASUS KABUP ATEN GARUT Disusun Oleh : Gandhi Pawitan Hubertus Hassan Maria Widyarini LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADAMASYARAKAT UNIVERSITAS KATOLIKPARAHYANGAN BANDUNG 2011

Upload: others

Post on 06-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Gandhi Pawitan Hubertus Hassan Maria Widyarini

POLA DISTRIBUSI BERAS DAN KETAHANAN P ANGAN DI PROPINSI JA WA BARA T

STUDI KASUS KABUP ATEN GARUT

Disusun Oleh :

Gandhi Pawitan

Hubertus Hassan

Maria Widyarini

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN

KEPADAMASYARAKAT

UNIVERSITAS KATOLIKPARAHYANGAN

BANDUNG

2011

Page 2: Gandhi Pawitan Hubertus Hassan Maria Widyarini

1. Rangkuman

Ulasan surat kabar acapkali menggambarkan realita carut marut perberasan yang belum

terselesaikan (lihat Kompas, 22 Juni 2010). Sementara itu Indonesia menghadapi tantangan

terbesar yang harus disikapi serius oleh semua aktor perberasan. Tantangan liberalisasi

perdagangan beras di kawasan perdagangan bebas ACFTA yang sudah mulai dijajaki dan paling

lambat tahun 2018 sudah dilaksanakan. Jika pemerintah tidak menyikapi secara serius, dapat

dipastikan posisi petani beras akan semakin termarjinalkan. Sikap keberpihakan pemerintah

kepada petani hanya sebatas retorika sampai dengan saat ini. Ironisnya, permasalahan ketahanan

pangan justru sering ditemukan di rumah tangga petani yang merupakan bagian net producer

beras nasional.

2

Page 3: Gandhi Pawitan Hubertus Hassan Maria Widyarini

2. Pendahuluan

Sikap keberpihakan pemerintah kepada petani oleh pemerhati perberasan disinyalir masih belum

jelas pelaksanaanya. Keberpihakan pemerintah dituangkan dalam bentuk pemberian subsisi pupuk,

benih dan pestisida yang temyata gaga I meningkatkan taraf hidup petani. Artinya kebijakan

pemerintah belum menyentuh akar permasalahan petani, yaitu permasalahan pengaturan

distribusi.

Petani sebagai pemilik lahan sekaligus pemegang risiko produksi beras justru mendapatkan

bagian keuntungan yang paling minimal. Hal ini dikarenakan pasar perberasan dikendalikan oleh

para pedagang besar. Pemerintah dalam hal ini BULOG, belum berhasil melakukan intervensi

kebijakan harga perberasan di pasar nasional. Kegagalan mengimplementasikan kebijakan harga

perberasan yang berpihak kepada petani tersebut berdampak pada (1) minimnya tingkat

pendapatan yang diperoleh petani dan (2) rendahnya tarah hidup petani beras.

Pemberitaan di media menuliskan bahwa salah satu penerima raskin adalah petani beras.

Jika petani sebagai net producer beras nasional ternyata mengalami permasalahan ketahanan

pangan, maka liberasi perdagangan beras yang dicanangkan pemerintah hanya akan semakin

memperburuk nasib petani di Indonesia. Akibatnya produktivitas produksi beras nasional akan

mengalami gangguan. Sayangnya pemerintah tidak melihat permasalahan marjinalisasi petani

adalah masalah penting. Karena pemerintah terlalu mudah membuka kembali keran impor beras

manakala pasokan beras terganggu. Bukan membuat nasib petani semakin baik, malah semakin

terpinggirkan di tengah bangsanya sendiri. Pentingnya eksistensi komoditas beras dikarenakan

beras makanan pokok kita dan juga menjadi strategis karena memberikan kontribusi dalam

menjaga stabilitas ekonomi dan nasional (Sabaruddin Amrullah, 2003 : 1) ternyata dilaksanakan

pemerintah hanya sebatas menjaga stabilitas pasokan (supply) dengan keluaran (demand).

Sebenarnya pemerintah sadar dan paham bahwa ketahanan pangan di tingkat nasional

merupakan prakondisi penting dalam memupuk ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Oleh

karena itu, penelitian ini akan menggunakan indikator ketahanan pangan yang dimonitor dari

indikator penawaran, permintaan, stok (ketersediaan) dan perdagangan. Ketahanan pangan sendiri

dilihat dari indikator ketersediaan (kualitas dan kuantitas) pangan serta aksesibilitas masyarakat

terhadap pangan (aksesibilitas fisik/distribusi dan ekonomi). Jika kedua hal tersebut tidak dapat

3

Page 4: Gandhi Pawitan Hubertus Hassan Maria Widyarini

dipenuhi maka dapat dikatakan terjadl kerawanan ketahanan pangan. Penelitian ini akan

dilaksanakan dengan melihat indikator-indikator terse but diatas

Tujuan Penelitian

Penelitian ditujukan untuk mengetahui dampak fluktuasi harga perberasan terhadap kehidupan

masyarakat miskin (dalam hal ini petani sebagai net producer dan net receiver program raskin) dan

tingkat pendapatan yang mereka peroleh. Diskusi penelitian berfokus pada implikasi politik dan

ekonomi yang terjadi terhadap aktor perberasan nasional (bulog, pedagang dan petani) setelah

program stabilisasi harga diimplementasikan oleh BUlOG dalam kerangka agenda ketahanan

pangan Indonesia. Oleh karena itu pendekatan integrasi pasar perberasan diharapkan mampu

menjelaskan implikasi politik dan ekonomi lewat analisa fluktuasi harga perberasan terhadap

ketahanan pangan di Indonesia, dengan studi kasus di Kabupaten Garut.

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan rekomendasi perbaikan kebijakan pemerintah

terkait dengan pola distribusi beras, serta keterkaitannya dengan ketahanan pangan (beras).

3. Studi Pustaka

Pada tahun 1994, UNDP dalam Human Development Report menyatakan bahwa

"the concept of security must change - from an exclusive stress on national security to a much greater stress on people security, from security through armaments to security through human development, from territorial to food, empolyment and environmental security".

Dari kutipan di atas dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa makna keamanan (manusia) memiliki

arti luas. Dari sudut pandang UNDP, konsep keamanan terdiri dari tujuh dimensi yang saling terkait

satu sama lain, yakni: keamanan ekonomi (terbebas dari kemiskinan), keamanan pangan

(tersedianya akses terhadap pangan), keamanan kesehatan (tersedianya akses terhadap pelayanan

kesehatan dan perlindungan dari penyakit menular), keamanan lingkungan (perlindungan dari

bahaya kerusakan lingkungan), keamanan individu (keselamatan fisik dari kekerasan domestik,

kriminalitas dan bahkan dari kecelakaan lalulintas), keamanan komunitas (terjaminnya nilai-nilai

budaya) dan keamanan politik (terjaminnya hak asasi manusia). Rendahnya keamanan ekonomi

sebagian besar masyarakat Indonesia, misalnya, akan berakibat pada rendahnya keamanan pangan

dan kesehatan anggota masyarakat sebagaimana yang terjadi di Indonesia beberapa waktu

belakangan ini. Dengan demikian, keamanan manusia dapat dipahami sebagai kemampuan unuk

4

Page 5: Gandhi Pawitan Hubertus Hassan Maria Widyarini

mengatasi berbagai ancaman seperti penyakit, kelaparan, pengangguran, kriminalitas, konflik

sosial, represi politik dan degradasi lingkungan hidup.

Seiring dengan proses otonomi daerah yang diatur dalam UU No. 22 tahun 2000 tentang

Otonomi Daerah yang ditindaklanjuti dengan PP No. 25 tahun 2000, peranan daerah dalam

meningkatkan ketahanan pangan di wilayahnya menjadi semakin meningkat (Achmad Suryana,

20003:79). Searah dengan pelaksanaan kebijakan otonomi daerah, pemerintah propinsi dan

pemerintah kabupaten/kota dapat berperan aktif dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan di

wilayah kerjanya. Salah satu partisipasi yang diharapkan adalah terciptanya mekanisme pasar

perberasan yang berkeadilan yang pada akhirnya mendukung terciptanya ketahanan pangan.

Oleh karena itu, pemerintah daerah. didukung oleh para ahli pertaniannya harus siap

membantu petani dalam rangka meningkatkan produksi pangan dan distribusinya. Suharjo dkk

(1986:10) menuliskan tanggung jawab pemerintah ada dua yaitu (1) memperlancar pengembangan

ekonomi penduduk dengan jalan membantu petani meningkatkan produksi pertanian dan (2)

menolong memperbaiki tingkat kesejahteraan hid up keluarga petani melalui gizi yang lebih baik

dan peningkatan pendapatan. Kurangnya pangan yang cukup untuk dimakan merupakan salah satu

sebab utama rendahnya keadaan penghidupan petani. Berikut ini gambaran lingkaran spiral yang

berbahaya jika tidak segera ditindaklanjuti oleh pemerintah (Suhardjo dkk, 1986 : 11) :

Produksi pangan rendah

I Kondisi kehidupan miskin I I Kemampuan kerja menurun I

,1.., Pendapatan rendah

Konsumsi pangan rendah

Gambar - 1. Lingkaran Kemiskinan (Suharjo et ali, 1986)

Lingkaran kemiskinan ini yang dihindari oleh pemerintah lewat penetapan harga pembelian gabah

dan beras pada saat terjadi panen raya. Tujuannya adalah menghindari kerugian penurunan harga

di tingkat petani. Walaupun dalam pelaksanaannya, kebijakan pembelian harga perberasan

seringkali tidak banyak memberikan dampak positif kepada petani produsen beras. Kelangkaan

5

Page 6: Gandhi Pawitan Hubertus Hassan Maria Widyarini

pupuk, benih, pestisida, anomali cuaca, kurangnya pemeliharaan sarana produksi seperti waduk

irigasi, biaya transportasi antar pasar yang mahal membuat petani semakin tidak memiliki pilihan

untuk meningkatkan pendapatan hasi! produksi. Informasi asimetri atas harga jual ikut mendukung

posisi tawar menawar petani menjadi lemah. Analisa integrasi pasar mencoba menjawa b

permasalahan yang terjadi di pasar perberasan nasiona!.

Anaiisa integrasi pasar (Barret dan Li;2002) menyatakan bahwa integrasi pasar adalah

proses pertukaran yang melibatkan persaingan harga antar pasar dimana demand, supply dan

biaya transaksi sangat menentukan besaran aliran harga dan produk yang diperdagangkan, yang

dipengaruhi oleh price shock (goncangan harga) yang ditimbulkan dari pasar lainnya. Integrasi yang

terjadi antar pasar perberasan nasional merupakan dasar pemerintah menetapkan kebijakan harga

perberasan nasiona!. Sedangkan perilaku harga di tingkat regional mengindikasian kinerja harga

pasar secara spasial (Ismet, 1995; Dawson PJ, Dey PK, 2002). Liberalisasi perdagangan beras yang

diatur oleh bulog mengukur kinerja pasar lewat volatilitas harga dan integrasi antar pasar. Pola

volatilitas harga dan perilaku konsumen yang dapat diprediksi ternyata tidak cukup banyak

membantu bulog dalam menetapkan kebijakan harga beras di pasar. Kecenderungan memakai

pol a intervensi harga daripada mencegah fluktuasi harga (stabilitas harga) membuat kebijakan

pemerintah terlihat tidak tepat sasaran.

4. Desain Dan Metode Penelitian

Penelitian adalah studi kasus mengenai pola distribusi beras dan ketahanan pangan di Kabupaten

Garut. Studi kasus di Kabupaten Garut ini dapat menjadi sebuah model pembanding untuk wilayah

yang lebih luas, seperti Propinsi Jawa Barat. Metode survei diterapkan untuk mendapatkan data

dari respond en, melalui wawancara dan pengamatan langsung dengan petani di Kabupaten Garut,

pemerhati masalah perberasan jexperts, Serikat Petani Pasundan, pedagang pasar induk, pemilik

penggilingan, penebas, retailer; pengambilan data dari Bulog Propinsi Jawa Barat, BPS,

Departemen Pertanian dsb). Penelitian ditujukan untuk menjelaskan hubungan yang terjadi antara

aktor perberasan yaitu Bulog, petani dan pedagang . Penelitian survai ini pun dapat merupakan

evaluasi atas program yang sekaligus memprediksi fenomena sosial perberasan yang terjadi di

Propinsi Jawa Barat, diwakili oleh Kabupaten Garut.

6

Page 7: Gandhi Pawitan Hubertus Hassan Maria Widyarini

Gambar 2. Model penelitian

Lebih lanjut untuk mendapatkan gambaran tentang fenomena pola distribusi beras dan

keterkaitannya dengan ketahanan pangan maka akan dilakukan Focus Group Discussion. Model

penelitian ini digambarkan dalam Gambar 2.

Obyek Penelitian

Pemilihan Kabupaten Garut sebagai studi kasus penelitian dikarenakan, Garut termasuk salah satu

produsen beras untuk propinsi jawa barat sekaligus penerima bantuan raskin pemerintah1• Selain

itu, Kabupaten Garut memiliki permasalahan dalam hal penyaluran raskin yang tidak sampai ke

penerima dan kualitas raskin. Penolakan salah satu camat di kabupaten garut untuk ditarik kembali

raskin yang dibagikan menunjukkan bahwa bulog tidak memperhatikan kualitas dari raskin yang

disalurkan. Audit kualitas dan kuantitas raskin terlihat tidak dilakukan oleh bulog sebagai

stabilisator perberasan nasional. Permasalahan ini sangat menganggu ketahanan pangan

masyarakat penerima raskin di Kabupaten Garut. Sementara itu, Kabupaten Garut sendiri memiliki

potensi sumberdaya alam yang tidak kalah penting. 16.13 % dari total lahan {316.519 hal

merupakan area persawahan {49.45 hal2• Dengan Bandung dan Jakarta sebagai tujuan pengiriman

hasil produksi beras, kabupaten garut termasuk salah satu sentra perberasan propinsi Jawa Barat.

1 www.kompas.com diakses tanggal 5 Juli 2010. "ada 1600 ton raskin garut tak sampai ke penerima". 'www.garutkab.go.id diakses tanggal2 juli 2010

7

Page 8: Gandhi Pawitan Hubertus Hassan Maria Widyarini

Sekilas ten tang Garut'

Pada awal abad ke-20, Kota Garut mengacu pada pol a masyarakat yang heterogen sebagai akibat

arus urbanisasi. Keanekaragaman masyarakat dan pertumbuhan Kota Garut erat kaitannya dengan

usaha-usaha perkebunan dan objek wisata di daerah Garut. Orang Belanda yang berjasa dalam

pembangunan perkebunan dan pertanian di daerah Garut adalah K.F Holle. Untuk mengenang jasa­

jasanya, pemerintah Kolonial Belanda mengabadikan nama Holle menjadi sebuah jalan di Kota

Garut, yakni jalan Holle {JI.Mandalagiri} dan membuat patung setengah dada Holle di Alun-aiun

Garut. Pembukaan perkebunan-perkebunan tersebut diikuti pula dengan pembangunan hotel­

hotel pada Tahun 1917. Hotel-hotel tersebut merupakan tempat menginap dan hiburan bagi para

pegawai perkebunan atau wisatawan yang datang dari luar negeri. Hotel-hotel di Kota Garut, yaitu

Hotel Papandayan, Hotel Villa Dolce, Hotell Belvedere, dan Hotel Van Hengel.

Indentifikasi Variabel Penelitian

Oistribusi beras secara nasional dikelola dan dikendalikan oleh pemerintah melalui BULOG, namun

bagaimana distribusi beras di tingkat petani, merupakan hal yang menarik. Distribusi mulai dari

tingkat petani tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Pola distribusi beras ini pada umumnya

terjadi disetiap daerah penghasil beras.

Sedangkan ketahanan pangan dalam penelitian ini akan mengadopsi parameter dari penelitian

Andersen {1994} dan Soekirman {1996} yang mengidentifikasikan bahwa terdapat dua faktor

utama yang mempengaruhi ketahanan pangan pada rumah tangga, yaitu faktor ketersediaan

kualitas dan kuantitas pangan serta faktor aksesbilitas masyarakat terhadap pangan. Lebih lanjut

disebutkan bahwa untuk mencapai ketahanan pangan bagi tiap orang, yaitu "akses" setiap saat

terhadap pangan yang dibutuhkan untuk hid up sehat dan produktif, maka harus terpenuhi syarat

"ketersediaan" pangan dan "aksesibilitas" anggota masyarakat terhadap pangan. Jika salah satu

dari syarat terse but tidak terpenuhi, maka akan terjadi kerapuhan dalam ketahanan pangan.

Sebab, meskipun pangan cukup tersedia di tingkat nasional atau regional, belum berarti tiap orang

dapat memenuhi kebutuhan pangannya dengan baik, kalau tidak terdistribusi secara merata antar

tempat dan antar waktu dan sepenuhnya dikonsumsi oleh masyarakat.

3 www.garutkab.go.id diakses tanggal 2 juli 2010

8

Page 9: Gandhi Pawitan Hubertus Hassan Maria Widyarini

Other region

-----..., ... Pvivate channel

Gambar rSkeTna···i'f61;:f"dis't1Wl1~r~'illi\'J't1llgkat petani sampai ke pasar.

Faktor Ketersediaan Pangan

Faktor ketersediaan pangan terdiri dari ketersediaan kualitas dan kuantitas.

Gambar 4. Faktor Ketersediaan Pangan

9

Page 10: Gandhi Pawitan Hubertus Hassan Maria Widyarini

Sedangkan varia bel ketersediaan meliputi varia bel ketersediaan kualitas dan ketersediaan

kuantitas.

Gambar 5. Model Struktural Hubungan Ketersediaan dan Akses Pangan dengan Ketahanan Rumah Tangga

Faktor Aksesibilitas Pangan

Suharjo (1996) menyatakan bahwa ketahanan pangan bagi anggota masyarakat terjadi dari waktu

ke waktu agar dapat hidup sehat sehat dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Agar rumah

tangga dapat memenuhi kecukupan pangan, rumah tangga harus memiliki "akses" untuk

memperoleh pangan baik.melalui produksi sendiri maupun membeli dari pasar. Aksesibilitas fisik

mencakup ketersediaan tepat lokasi dan waktu, sedangkan aksesibilitas ekonomi terkait dengan

pendapatan rumah tangga atau daya beli dan harga.

Gambar 6. Faktor Aksesibilitas Pangan

Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan protocol study yaitu panduan umum yang

akan dijadikan pegangan peneliti pada saat pengumpulan data di lapangan (Yin, 1994). Yin

menyebutkan bahwa perancangan protokol study akan membantu peneliti dalam menyusun

pertanyaan sebagai alat untuk mengeksplorasi dan memahami proses integrasi antara pemerintah

10

Page 11: Gandhi Pawitan Hubertus Hassan Maria Widyarini

(diwakili oleh bulog), petani dan market (diwakili oleh pedagang besar) serta untuk mengetahui

apakah variabei yang dipilih dapat dianalisis secara mendalam atau tidak. protocol study

membantu peneliti menguraikan varia bel yang diteliti secara lebih detail dan terutkur dalam

sebuah operasionalisasi variabel serta pertanyaan yang disipakan dalam protocol study

berdasarkan kajian Iiteratur dan pertanyaan penelitian yang diajukan oleh peneliti.

Tabell. Narasumber dan Sumber Data Penelitian

Wawancara Mendalam Narasumber / 5umber Keterangan

Serikat Petani Pasundan

Kelompok Petani

Kelompok Petani

Kelompok petani

Bulog Propinsi Jawa Sarat

Observasi Visit lapangan Dilakukan 4 kali di Kabupaten Garut

studi dokumen BPS, Bulog, Deptan, Hasil penelitian, Majalah, Koran Website

Operasionalisasi variabe/ dan pertanyaan utama da/am wawancara

Tabel 2 Analisa integrasi pasar perberasan

Variabel Indikator Pertanyaan dalam Unit Analisis

.. Wawancara

Harga Beras • Biaya produksi • Bagaimana petani Marjin pendapatan di

• Harga GKP menetapkan biaya tingkat petani, penebas,

• Harga GKS produksi pedagang dan

• Harga di tingkat • Bagaimana petani pemerintah

petani memutuskan tipe

• Harga di tingkat penjualan penebas

• Harga di tingkat pedagang

• Harga pembelian pemerintah

Produksi Beras lama proses produksi Luas lahan produksi Petani kabupaten garut Hambatan produksi Anomali cuaca, irigasi, Kualitas hasil produksi ketersediaan pup uk,

benih dan pestisida Hambatan hama, proses pengeringan Stok beras Pemerintah

11

Page 12: Gandhi Pawitan Hubertus Hassan Maria Widyarini

Supply Beras (keterse- lumlah penduduk Konsume per kapita Penduduk perkotaan diaan beras) Jumlah konsumsi dan perdesaan

Akses pangar. (terutama penghasil Daya beli beras)

Kinerja integrasi Market Trader Kebijakan HPP harga penjualan dan Wholesaler pemerintah harga pembelian di Retailer Efektivitas Pengaturan setiap tingkatan saluran bulog saluran distribusi beras distribusi

Tabel3 Analisa Ketahanan Pangan

Va ria bel Indikator Pertanyaan dalam Wawancara

ketersediaan pangan Bagaimana petani menetapkan ketersediaan secara kuantitas dan kualitas dalam mempertahankan kelangsungan hidup sehari-hari Bagaimana pol a pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan (diversifikasi

• Ketersediaan kualitas karbohidrat/protein!memenuhi semua

• Ketersediaan kuantitas kebutuhan dari usaha pangan sendiri) Ketahanan pangan • Ketersediaan pangan • Bagaimana petani mempertahankan rumah tangga • Akses pangan ketersediaan pangannya

0 Akses fisik (Iokasi dan • Pemenuhan ketersediaan pangan waktu) diperoleh secara mandiri atau lewat

0 Akses ekonomi (daya penambahan pembelian beli dan harga) • Jika terjadi penambahan pembelian

pangan, bagaimana pemeuhian akses fisik dan ekonomi selama ini dilakukan

Ana/isis data

Analisis data dilakukan secara kualitatif melalui penarikan kesimpulan dalam FGD yang dilakukan

dalam sebuah forum Serikat Petani. Selain itu juga dilakukan sebuah in-depth interview, untuk

mendalami faktor-faktor yang berkaitan dengan distribusi beras dan ketahanan pangan. Selain

analisis kualitatif, juga dilakuakn analisis kuantitatif melalui sebuah uji integrasi pasar.

5. Hasil dan Pembahasan

Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan luas wilayah administratif sebesar

306.519 Ha (3.065,19 km2) dengan batas-batas sebagai berikut

12

Page 13: Gandhi Pawitan Hubertus Hassan Maria Widyarini

Utara

Timur Selatan

Barat

Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang Kabupaten Tasikmalaya

Samudera Indonesia

Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur

SamUdera !ndonesia

Kabupaten Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung sebagai ibukota provinsi

Jawa Barat, merupakan daerah penyangga bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena

itu, Kabupaten Garut mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota dan

Kabupaten Bandung, sekaligus pula berperan di dalam mengendalikan keseimbangan lingkungan.

AnaJisis faktor

Communalities

Initial Extraction

saya menyediakan padi untuk dikonsumsi sampai dengan panen berikutnya 1,000 ,767

saya menyediakan beras yang diperkirakan cukup untuk dikonsumsi selama satu bulan 1.000 ,760

kebutuhan akan beras untuk makan dipenuhi dari hasil panen sebelumnya 1,000 ,800

kebutuhan akan beras untuk dikonsumsi dipenuhi dari hasil panen dan denganmembeli beras 1,000 ,638

kebutuhan akan beras untuk dikonsumsi dipenuhi sebagian besar dari hasil panen 1,000 ,740

kebutuhan akan beras untuk dikonsumsi sebagian besar dipenuhi dengan membli dar; 1,000 ,787

pasarlwarung terdekat

beras yang dikonsumi keluarga adalah beras yang dari sawah yang menggunakan pupuk an 1,000 ,785

organik (pupuk buatan)

13

Page 14: Gandhi Pawitan Hubertus Hassan Maria Widyarini

kalau bapaklibu membeli beras di pasar/warung terdekat memilih kualltas yang paling baik

jenis beras yangakan dibeli leresdia dipasar/warung lerdekal dalam jumlah yang banyak

bapak/ibu akan mencari lempal penjualan beras lainnya apabila lempal langganan membeli

beras lidak menyediakan beras yang dibuluhkan

beras yang dikonsumsi adalah beras yang lidak lerlalu lama disimpan dengan warna yang bening

apabila lidak mempunyai beras, makan pengganli nasi adalah jagung /kelela/ubi jalar

bapak/ibu menanam jenis padi yang pada umumnya ditanam

bapak menanam jenis padi yang pada umumnya banyak dipe~ualbelikan

bapak/ibu membeli jenis beras yang pad a umumnya jenis beras yang banyak dipe~ual belikan

turunnya harga beras mengikut musim panen

turun naiknya harga beras mengikuti ketersediaan beras di pasarlwarung

bapakfibu membeli beras di pasar Iwarung sesuai dengan kebutuhan untuk satu atau dua hari

bapak/ibu membeli beras di pasar/warung diperkirakan cukup unluk salu bulan

bapa/ibu membeli pakaian baru setiap waktu

bapak/ibu membeli pakaian baru ka!au mau lebaran

menu makanan setiap hari terdiri dari nasi,ikan asinltelurltahu/tempe dan sayur

keluarga bapak/ibu pergi ke tempat rekreasi tiap bulan

bapak/ibu menabung seliap bulan di koperasi alau bank

bapa/ibu memberikan pinjaman uang kepada orang yang membutuhkan

bapaklibu meminjam uang dari.orang lian apabila ada kebutuhan untuk makan

bapaklkibu dapal memenuhi kebuluhan unluk biaya pendidikan anak-anak

saya menyediakan padi untuk dikonsumsi keluarga sampai dengan panen berikutnya

saya menyediakan beras di rumah yang diperkirakan cukup unluk salu bulan

apabila saya membutuhkan beras, saya membeli beras dari pasar/warung yang diperkirakan

cukup unluk salu bulan

beras yang dibeli disimpan ditempat yang tidak memungkinkan beras tersebut rasak

keluarga bapaklibu memasak nasi berlebihan sehingga tersisa dan sisanya tidak bisa dimakan

lagi

keluarga bapaklibu mengkonsumsi makanan lain (kenlang, jagung, dill dengan lujuan ulnuk

meningkatkan gizi dan nutrisi

jenis beras yang dikonsumsi lersedia sesuai dengan kebuluhan

beras yang bapa/ibu beli disesuaikan dengan uang yang lersedia

bapalibu membeli beras yang dapat disimpan dalam waktu yang reJatif lama

bapak/ibu membeli beras dengan konlan

bapa/ibu membeli beras dengan cara berhulang

bapa/ibu selain menanam padi dalam waktu tertentu menanam sayur mayur

bapa/ibu memelihara lemak (ikan,ayam, kambingl yang dapal dikonsumsi keluarga

bapak/ibu memelihara lemak (ikan, ayam, kambing, dill yang hasilnya unluk dijual

operasi pasar (beras murah) dilakukan di pasar dimana bapaklibu membeli beras

ha a beras an ba aklibu beli dalam waktu enam bulan terakhir selalu sarna

Extraction Melhod: Principal Componenl Analysis.

1,000 I ,686

1,000 ,717

1,000 ,742

1,000 ,712

1,000 ,747

1,000 ,774

1,000 ,778

1,000 ,694

1,000 ,797

1,000 ! ,874

1,000 ,607

1,000 ,808

1,000 I ,724

1,000 ,790

1,000 ,690

1,000 ,691

1,000 ,734

1,000 ,658

1,000 ,602

1,000 ,631

1,000 ,844

1,000 ,845

1,000 ,821

1,000 ,662

1,000 ,755

1,000 ,706

1,000 ,733

1,000 ,635

1,000 ,640

1,000 ,651

1,000 ,650

1,000 ,696

1,000 ,768

1,000 ,714

1,000 ,671

1,000 ,556

14

Page 15: Gandhi Pawitan Hubertus Hassan Maria Widyarini

Total Variance Explained

Initial EiQenvalues Extraction Sums of Squared LoadinQs

Component Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %

1 7,319 17,022 17,022 7,319 17,022 17,022

2 4,065 9,453 26,475 4,065 9,453 26,475

3 3,458 8,043 34,518 3,458 8,043 34,518

4 3,060 7,117 41,635 3,060 7,117 41,635

5 2,507 5,831 47,466 2,507 5,831 47,466

6 2,281 5,304 52,771 2,281 5,304 52,771

7 1,865 4,337 57,108 1,865 4,337 57,108

8 1,648 3,832 60,940 1,648 3,832 60,940

9 1,455 3,385 64,324 1,455 3,385 64,324

10 1,254 2,916 67,240 1,254 2,916 67,240

11 1,142 2,657 69,897 1,142 2,657 69,897

12 1,024 2,382 72,279 1,024 2,382 72,279

13 ,998 2,322 74,601

14 ;979 2,277 76,878

15 ,907 2,110 78,988

16 ,830 1,930 80,919

17 ,783 1,821 82,740

18 ,681 1,584 84,324

19 ,650 1,513 85,836

20 ,606 1,409 87,245

21 ,558 1,298 88,543

22 ,508 1,182 89,725

23 ,491 1,141 90,866

24 ,450 1,046 91,912

25 ,420 ,976 92,888

26 ,413 ,960 93,849

27 ,374 ,870 94,719

28 ,321 ,747 95,466

29 ,254 ,591 96,057

30 ,246 ,572 96,628

31 ,225 ,522 97,150

32 ,198 ,460 97,611

33 ,166 ,386 97,996

34 ,148 ,345 98,341

35 ,119 ,278 98,619

36 ,115 ,268 98,886

15

Page 16: Gandhi Pawitan Hubertus Hassan Maria Widyarini

37 ,093 ,216 9S,103

38 ,084 ,195 99,298

39 ,081 ,189 99,487

40 ,076 ,177 99,664

41 ,067 ,155 99,819

42 ,044 ,101 99,921

43 ,034 ,079 100,000

Total Variance Explained

Rotation Sums of Sauared Loadinas

Component Total % of Variance Cumulative %

1 5,973 13,891 13,891

2 3,289 7,648 21,640

3 3,075 7,152 28,691

4 2,709 6,299 34,990

5 2,691 6,257 41,248

6 2,296 5,339 46,587

7 2,259 5,252 51,839

8 2,009 4,673 56,512

9 1,822 4,238 60,750

10 1,699 3,951 64,701

11 1,660 3,860 68,561

12 1,599 3,718 72,279

16

Page 17: Gandhi Pawitan Hubertus Hassan Maria Widyarini

Scree Plot

Component Number

Rotated Component Matrix'

Com anent

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 saya menyediakan padi unluk

,858 dikonsumsi sampai dengan panen berikulnya kebutuhan aka" beras untuk ,758 makan dipenuhi dari hasil pane" sebelumnya saya menyediakan beras yang

,751 diperkirakan cukup unluk dikonsumsi selama satu bulan kebuluhan akan beras unluk

,742 dikonsumsi dipenuhi sebagian besar dari hasil panen saya menyediakan beras di

,662 rumah yang diperkirakan cukup untuk satu bulan kebutuhan aka" beras u'ntuk

-,633 dikonsumsi sebagian besar dipenuhi dengan membli dari pasar/warung terdekat

17

Page 18: Gandhi Pawitan Hubertus Hassan Maria Widyarini

bapakJibu membeli beras di pasarlwarung diperkirakan cukup untuk satu bulan bapak/ibu membeli beras di pasar Iwarung sesuai dengan kebutuhan untuk satu atau dua hari bapalibu membeli beras dengan cara berhutang bapak/ibu membeli beras dengan kontan bapaklkibu dapat memenuhi kebutuhan untuk biaya pendidikan anak-anak jenis beras yang dikonsumsi tersedia sesuai dengan kebutuhan bapa/ibu membeli pakaiar. baru setiap waktu apabila saya membutuhkan beras, saya membeli beras dari pasarlwarung yang diperkirakan cukup untuk satu bulan keluarga bapak/ibu mengkonsumsi makanan lain (kentang, jagung, dll) dengan tujuan utnuk meningkatkan gizi dan nutrisi beras yang bapalibu beli disesuaikan dengan uang yang tersedia bapalibu membeli beras yang dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama harga beras yang bapaklibu beli dalam waktu enam bulan terakhir selalu sarna bapa/ibu memelihara ternak (ikan,ayam, kambing) yang dapat dikonsumsi keluarga bapaklibu memenhara temak (ikan, ayam, kambing, dll) yang hasilnya untuk dijual beras yang dikonsumsi adalah beras yang tidak terlalu lama disimpan dengan warna yang bening bapak/ibu meminjam uang dari orang lian apabila ada kebutuhan untuk makan bapak menanam jenis padi yang pada umumnya banyak dipeljualbelikan bapaklibu membeli jenis beras yang pada umumnya jenis beras yang banyak dipeljual belikan kebutuhan akan beras untuk dikonsumsi dipenuhi dan hasil panen dan denganmembeli beras bapaklibu menanam jenis padi yang pada umumnya dttanam

,572

-,568

-,753

,742

,662

,607

,514

,744

,675

,663

,490

,801

,693

,507

-,455

,837

,651

,572

,549

18

Page 19: Gandhi Pawitan Hubertus Hassan Maria Widyarini

I beras yang dibeli disimpan ditempat yang tidak memungkinkan beras tersebut rasak turun naiknya harga beras mengikuti ketersediaan beras di pasarlwarung turunnya harga beras mengikut rnusim panen bapalibu memberikan pinjaman uang kepada orang yang membutuhkan bapak/ibu membeli pakaian baru kalau mau lebaran bapaklibu menabung setiap bulan di koperasi atau bank menu makanan setiap hari terdiri dari nasi,ikan aSin/teluritahu/tempe dan sayur keluarga bapak/ibu pergi ke tempat rekreasi tiap bulan keluarga bapak/ibu memasak nasi berlebihan sehingga tersisa dan sisanya tidak bisa dimakan lagi operasi pasar (beras murah) dilakukan di pasar dimana bapaklibu membeli beras bapak/ibu akan mencari tempat penjualan beras lainnya apabila tempat langganan membeli beras tidak menyediakan beras yang dibutuhkan beras yang dikonsumi keluarga adalah beras yang dari sawah yang menggunakan pupuk an organik (pupuk buatan) jenis beras yangakan dibeli teresdia dipasar/warung terdekat dalam jumlah yang banyak apabila tidak mempunyai beras, makan pengganti nasi adalah jagung !ketelalubi jalar kalau bapak/ibu membeli beras di pasar/warung terdekat memilih kualitas yang paling baik bapalibu selain menanam padi dalam waktu tertentu menanam sayur mayur

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

a. Rotation converged in 24 iterations.

6. DAFTAR PUSTAKA

,498 I ,900

,730

,660

,647

,466

,652

,647

,821

,454

,770

,528

,709

-,613

,775

,439

Acosta, Lisbeth A and Masaru Kagatsume, " ASEAN Rice Sector in the WTO : Analysis of Demand and Supply in a liberalized Trade Environment", ASEAN Economic Bulletion, DEC 2004,20,3

pg 223 19

Page 20: Gandhi Pawitan Hubertus Hassan Maria Widyarini

Achmad Suryana, Kapita Se!ekta Evolusi Pemikiron Kebijakan Ketahanan Pangan, BPFE, 2003 Bunga Rampai Ekanomi Pemasaran dolam Pertanian, Yayasan Obor Indonesia, 1988

Bustanul Arifin, Analisis Kebijakan Ekonomi Pertanian, 2005, Gramedia Cromwell, Jeff B.,Hanan, Michael J., Labys, Walter C and Michael Terraza, Multivatriate tests far

Time Series Models, A Sage University Press Diaz-Bonilla, Eugenio and Robinson, Sherman, Shapping Globalisation far Paverty Alleviation and

Food Security, Focus 8, Policy Brief 1 of 13, August 2001 Erwidodo and Ning Pribadi, " Permintaan dan Produksi Beras Nasional : Surplus atau Defisit?",

Departemen Pertanian, 2003 Gilpin, Robert, Understanding Global Political Economy, 200l. Gunawan Sumodiningrat, Menuju Swasembada Pangan, RBI Jakarta, 2001

JA Noertjahyo, Dari Ladang Sampai Kabinet, 2005, Gramedia. Mubyarto, Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, 1995 Sabarudin Amrulah, Kebijakan Ekonomi Beras IndoneSia, Pusat Penelitian dan Pengembangan

Badan Urusan Logistik, 2003 Suhardjo, Laura Jane Harper, Brady J Deaton, Judy A Driskel, Pangan, Gizi dan Pertanian, UI Press,

1986 Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survai, LP3ES, 1987 Saragih, Bungaran, "Transformasi Sektor Pe,tanian : Mencari Paradigma Baru", dalam buku

"Mencari Paradigma Baru Pembangunan Indonesia", CSIS, Jakarta, 1997. Satriawan, I Ketut, "Prospek Swasembada Pangandi Propinsi Bali dengan Pemodelan System

Dynamics", Tesis, Program Magister Teknik Industri ITB, 1993. Singh, Inderjit, Lyn Squire, John Strauss., "Agricultural Household Models", The John Hopkins

University Press, Baltimore, 1986. Sachchamarga, Kwinarajit and Gary W Willimas, " Economic Factors Affecting Rice Production in

Thailand", TAMRC International Research Report No IM-03-04, March 2004 Timmer C Paul, "Food Security in Indonesia: Current Challenges and The Long Run Outlook",

Working Paper Number 48, November 2004, Center For Global Development UNDP, Human Development Report, New York, 1994. Vennix, Jac A.M., "Group Model Building: Facilitating Team Learning Using System Dynamics",

John Wiley & Sons Ltd., Chicester, 1996. Weimer, David L., Aidan R. Vining, "Policy Analysis Concept and Practice", Prentice-Hall

International Inc., Englewood

20