gambaran tingkat pengetahuan kader posyandu pneumonia.pdf

9

Click here to load reader

Upload: johjoss

Post on 23-Sep-2015

132 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KADER POSYANDU TENTANG PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MLATI

    II, SLEMAN, YOGYAKARTA TAHUN 2012

    NASKAH PUBLIKASI

    Tyas Arintianingsih Y

    (090105075)

    PROGRAM STUDI KEBIDANAN DIII

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH

    YOGYAKARTA

    2012

  • AN OVERVIEW OF THE KNOWLEDGE LEVEL OF POSYANDUS CADRE ON PNEUMONIA IN INFANTS IN THE AREA OF MLATI II

    CLINIC SLEMAN YOGYAKARTA 20111

    Tyas Arintianingsih Yuwono2, Evi Nurhidayati3

    ABSTRACT

    Methods: This study is a descriptive study. Variables used in this study is a single variable, which is the knowledge level of posyandus cadre on pneumonia. Specified number of samples is 151 cadres by using the formula Yamane. The data analysis used descriptive statistical analysis of the frequency and percentage. Results: The overview of Sleman, Yogyakarta mostly in the medium level which is 103 (68.2%). While nine respondents have high levels of knowledge on pneumonia (6.0%), and 39 respondents are in low level of knowledge on pneumonia (25.8%). There is a tendency of respondents (posyandus cadre) already understand and know about pneumonia in infants. Suggestion: The knowledge level of posyandus cadre on pneumonia in infants in the working area of Mlati II clinic are still moderate, so it is advised to give evaluation for the posyandus cadres in their working area appropriately for know the aspek dont understand to the cadre. Key words: knowledge on pneumonia, health cadres, posyandu PENDAHULUAN

    ISPA merupakan penyumbang angka kesakitan total dan angka kematian karena sakit. Pada konferensi internasional ISPA tahun 1997 bertema ARI The Forgetten Endemic menyatakan bahwa pandemi ISPA masih cukup dominan, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang (Wahyudi, 2004 dalam http://repository.usu.ac.id). Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan karena apabila ISPA dibiarkan selanjutnya akan menyebabkan terjadinya pneumonia, 80% anak yang menderita ISPA meninggal karena penyakitnya sudah menjadi rpneumonia. Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi pada anak yang sangat serius. Insiden yang terjadi di Eropa dan Amerika Utara adalah 34 sampai 40 kasus per 1000 anak (Ostapchuk dalam Machmud, 2006).

    Penyakit ISPA masih menjadi yang paling dominan diantara para pengunjung dari pasien JPK Gakin (Jamkesmas, Jamkesos, Jamkesda) dibandingkan penyakit-penyakit lainnya .Dominasi penyakit ISPA juga Nampak dari jumlah kunjungan rawat jalan di Puskesmas-puskesmas di DIY di seluruh Kabupaten / Kota. Sampai dengan awal Bulan Oktober, total sebanyak 70.942 pasien ISPA pasien peserta JPK-Gakin mengunjungi puskesmas. Persentase penyakit ISPA di setiap Kabupaten / Kota berkisar antara 31% 39% dari seluruh penyakit. (profil

    1 Title of KTI 1 Student of Helath College Aisyiyah Yogyakarta 1 Lecturer of Helath College Aisyiyah Yogyakarta

  • kesehatan Prov DIY 2008 dalam www.dinkes.jogjaprov.go.id). Sedangkan menurut data kabupaten sleman angka kejadian pneumonia cukup tinggi, Karena daerah tersebut merupakan daerah bencana letusan gunung merapi yang terjadi pada tahun 2010.

    Oleh karena itu, untuk mendukung program pemerintah dibutuhkan peran serta dari masyarakat luas. Salah satunya adalah kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). PKMD membantu mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, di tingkat desa diwujudkan dalam bentuk pos pelayanan terpadu (posyandu). Posyandu dikelola dengan pola pemberdayaan, dengan harapan suatu ketika masyarakat akan mandiri yang membawa kemandirian keluarga dan individu. (www.lrc-kmpk.ugm.ac.id). Untuk mewujudkan harapan tersebut, maka perlu adanya pemberdayaan masyarakat dalam bentuk partisipasi atau peran serta masyarakat dalam kegiatan posyandu, maka dari itu dibentuklah kader kesehatan.

    TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat

    pengetahuan kader posyandu tentang pneumonia pada balita di wilayah kerja

    puskesmas Mlati II, Sleman, Yogyakarta. Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu

    diketahuinya Diketahuinya gambaran pemahaman kader tentang pengertian

    pneumonia. Diketahuinya gambaran pemahaman kader tentang penyebab, tanda

    gejala dan penanganan pneumonia pada balita

    METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang diarahkan

    untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat. (Notoatmodjo, 2010).

    Populasi dalam penelitian ini adalah semua kader posyandu yang berada diwilayah kerja puskesmas Mlati II, Sleman, Yogyakarta yaitu berjumlah 243 kader. Teknik pengambilan sampel dengan ,menggunakan teknik simple random sampling. Cara untuk menyeleksi sampel yang akan digunakan untuk penelitian adalah dengan cara di undi. HASIL PENELITIAN

    Dalam penelitian ini, jumlah responden sebanyak 151 kader yang terdiri dari ibu-ibu yang sebagian besar berprofesi sebagai ibu rumah tangga.

  • Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Jenis Karakteristik Tingkatan karakteristik Frekuensi Prosentase (%) 1 Tingkat Pendidikan Tidak sekolah 20 13,24 SD 57 37,75 SMP 49 32,45 SMA 25 16,56 2 Usia 30-40 40 26,49 41-50 55 36,42 51-60 56 37,09

    Gambaran tingkat pengetahuan kader posyandu tentang pneumonia pada balita di wilayah kerja puskesmas Mlati II, Sleman, Yogyakarta tahun 2011. Berdasarkan perhitungan jawaban responden sesuai kategori yang ditetapkan nilai rata-rata skor gambaran tingkat pengetahuan kader posyandu tentang pneumonia adalah 103 responden (68,2%) dan termasuk dalam kategori yang sedang, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

    Tabel 4.3. Tingkat Pengetahuan Kader Posyandu Tentang Pneumonia pada Balita

    No Klasifikasi Frekuensi Presentase (%) 1. Tinggi 9 6,0 2. Sedang 103 68,2 3. Rendah 39 25,8 Total 151 100,0

    Sumber : Data Primer, 2012 Dari distribusi frekuensi per indikator ini akan dapat dilihat lebih detail

    bagaimana tingkat pengetahuan para kader posyandu terhadap pneumonia di lingkungannya.

    Tabel 4.4. Aspek-aspek Tingkat Pengetahuan Kader tentang Pneumonia Aspek Klasifikasi Tingkat pengetahuan kader

    Frekuensi Presentase (%) Pengertian ISPA dan Pneumonia

    Tinggi 86 57,0 Sedang 0 0 Rendah 65 43,0

    Penyebab pneumonia Tinggi 53 35,1 Sedang 0 0 Rendah 98 64,9

    Tanda gejala Tinggi 67 44,4 Sedang 39 25,8 Rendah 45 29,8

    Penanganan pneumonia Tinggi 92 60,9 Sedang 36 23,8 Rendah 23 15,2

    Pencegahan pneumonia

    Tinggi 17 11,3 Sedang 41 27,2 Rendah 93 61,6

    Perawatan di rumah

    Tinggi 11 7,3 Sedang 51 33,8 Rendah 89 58,9

    Sumber : Data Primer, 2012

  • PEMBAHASAN Hasil analisa data yang diperoleh menunjukan tingkat pengetahuan kader

    posyandu tentang pneumonia dikategorikan sedang yakni 103 responden (68,2%). Hal ini diperoleh dengan hasil kuesioner penelitian yang menunjukkan bahwa kader banyak yang tidak dapat menjawab tentang aspek perawatan dirumah yaitu pada no 17,19 dan 20 mengenai cara perawatan dirumah pada pneumonia dan takaran kecap serta madu yang diberikan untuk pengobatan pneumonia, selanjutnya perawatan dirumah untuk anak demam disertai napas cepat. Kader yang tidak bisa menjawab sejumlah 89 kader dengan prosentase 58,9%. kemudian, pertanyaan yang banyak tidak bisa dijawab oleh kader yaitu pada aspek penyebab pneumonia yaitu pada no 4 mengenai yang dapat menyebabkan anak terserang pneumonia dengan frekuensi 98 dan prosentase 64,9%. Pertanyaan yang memiliki skor terendah selanjutnya adalah aspek pencegahan yaitu pada no 15 mengenai cara yang tepat untuk. Dilihat dari aspek-aspek tingkat pengetahuan kader tentang pneumonia yaitu pada aspek pnyebab pneumonia terdapat 98 kader (64,9%) yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah, kemudian pada aspek pencegahan pneumonia terdapat 93 kader (61,6%) yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah dan pada aspek perawatan dirumah terdapat 89 kader (58,9%) yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah.

    Hasil kuesioner penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kader yang menjawab pertanyaan dengan benar, skor tertinggi yaitu pada aspek tanda gejala pneumonia pada no 7 dan 8 mengenai tanda sesak napas pada anak dan tarikan dinding dada pada anak dengan frekuensi 67 kader dengan prosentase 44,4%. kemudian, pertanyaan yang banyak dijawab oleh kader dengan benar yaitu pada aspek penanganan pneumonia nomer 9 mengenai bagaimana cara penganan yang harus dilakukan bila menemukan anak dengan pneumonia di posyandu dengan frekunesi 92 dan prosentase 60,9%.

    Kader dengan tingkat pengetahuan sedang adalah kader yang memiliki skor antara 56%-75%. Dibuktikan dengan terdapat 39 kader dengan pengetahuan sedang pada aspek tanda gejala pneumonia, 36 kader dengan pengetahuan sedang pada aspek penanganan pneumonia, 41 kader dengan pengetahuan sedang pada aspek pencegahan pneumonia dan 51 kader dengan pengetahuan sedang pada aspek perawatan dirumah untuk pneumonia.

    Pengetahuan yang baik tentang kesehatan dapat meningkatkan perilaku kesehatan seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Green dalam Notoatmodjo (2007) yang menyatakan pengetahuan adalah faktor predisposisi terhadap perilaku hidup sehat. Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan adalah faktor penentu perilaku kesehatan. Untuk berperilaku sehat, diperlukan pengetahuan, kesadaran, tentang manfaat perilaku kesehatan tersebut. Menurut

  • Notoatmodjo (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman, dan sosial ekonomi. Dalam penelitian ini, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi kader mempengaruhi tingkat pengetahuan kader. Hal ini dikarenakan oleh kader yang dibentuk secara sukarela berasal dari masyarakat yang kebanyakan mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yang mempunyai tingkat pendidikan rendah dan keadaan sosial ekonomi yang tidak terlalu tinggi.

    Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. (Notoatmodjo,2010). Dalam penelitian ini kader Tahu (know) yaitu kader mempunyai tingkat pengetahuan tinggi tentang aspek tanda gejala dan penanganan. Dalam penelitian ini kader telah Memahami (comprehension) tentang pneumonia secara menyeluruh antara lain pada aspek tanda gejala dan penanganan. Selain itu, dapat diketahui pula terdapat beberapa aspek yang belum dapat dipahami oleh kader secara menyeluruh antara lain pada aspek penyebab, pencegahan dan perawatan dirumah. Hasil penelitian ini juga menjelaskan bahwa, kader kurang dapat mengaplikasikan (Aplication) pada aspek penyebab, pencegahan dan perawatan dirumah.

    Pada penelitian ini, tingkat pengetahuan yang sedang akan berpengaruh pada perilaku kader dalam mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapat saat pelatihan sebagai upaya penanganan pada penumonia.tingkat pengetahuan kader tentang penumonia yang sedang akan berakibat pada penanganan pneumonia yang dilakukan kader kurang maksimal.

    Upaya atau solusi yang dapat dilakukan salah satunya dengan mengadakan diskusi antar kader atau kader dengan tenaga kesehatan yang membahas tentang aspek-aspek yang belum dipahami oleh kader. Selain itu, dapat juga dengan cara dilakukan evaluasi berkala terhadap kader, misalnya setelah dilakukan pengulangan materi tiap tahunnya.

    Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu terletak pada jumlah sampel dan tempat serta jadwal posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Mlati II. Jumlah sampel yang terlalu banyak, tempat dan jadwal posyandu yang ada pada dusun di wilayah kerja Puskesmas Mlati II yang berbeda-beda membuat peneliti harus menyesuaikan waktu penelitian dengan jadwal posyandu yang mengakibatkan penelitian ini memerlukan waku yang relatif panjang. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

    Gambaran tingkat pengetahuan kader posyandu tentang pneumonia pada balita di wilayah kerja puskesmas Mlati II, Sleman, Yogyakarta sebagian besar adalah sedang 103 (68,2%), 9 responden tingkat pengetahuan pneumonia tinggi (6,0%),

  • dan 39 responden tingkat pengetahuan pneumonia rendah (25,8%). Ada kecenderungan responden (kader posyandu) telah memahami dan mengetahui tentang pneumonia pada balita.

    Terdapat 86 kader yang frekuensi tingkat pengetahuan pengertian ISPA dan pneumonia tinggi (57,0%) dan 65 kader tingkat pengetahuan pengertian ISPA dan pneumonia rendah (43,0%). Tidak terdapat kader dengan frekuensi tingkat pengetahuan pengertian ISPA dan pneumonia sedang.

    Penyebab Pneumonia terdapat 53 kader yang frekuensi tingkat pengetahuan penyebab pneumonia tinggi (35,1%) dan 98 kader frekuensi tingkat pengetahuan penyebab pneumonia rendah (64,9%). Tanda Gejala Pneumonia terdapat 67 kader yang frekuensi tingkat pengetahuan tanda gejala pneumonia tinggi (44,4%), 39 kader yang frekuensi tingkat pengetahuan tanda gejala pneumonia sedang (25,8%), dan 45 kader frekuensi tingkat pengetahuan tanda gejala pneumonia rendah (29,8%). Penanganan Pneumonia terdapat 92 kader yang frekuensi tingkat pengetahuan penanganan pneumonia tinggi (60,9%), 36 kader yang frekuensi tingkat pengetahuan penanganan pneumonia sedang (23,8%), dan 23 kader frekuensi tingkat pengetahuan penanganan pneumonia rendah (15,2%). Saran

    Bagi bidan disarankan untuk melakukan pendekatan kepada kader melalui penyuluhan atau membentuk forum diskusi tanya jawab antara bidan dan kader yang dilakukan secara berkala. Misalnya satu bulan sekali. Materi penyuluhan difokuskan pada aspek penyebab, karena aspek ini banyak belum dimengerti oleh kader.

    Bagi puskesmas disarankan untuk memberikan evaluasi kepada para kader sehingga dapat diketahui aspek yang banyak belum dimengerti oleh kader, kemudian pada saat pelatihan kader berlangsung, diberikan penjelasan yang lebih terinci tentang aspek yang belum banyak dimengerti oleh kader. Selain itu, pihak puskesmas juga dapat memberikan materi-materi terbaru tentang penanganan pada pneumonia sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada.

    Bagi Kader dan Masyarakat disarankan untuk menambah pengetahuan tentang pneumonia dengan cara rajin membaca leaflet yang diberikan oleh pihak puskesmas, selain itu dapat melakukan diskusi mandiri antar kader, dan kader juga disarankan untuk lebih kooperatif dalam menerima informasi dan dapat mengaplikasikannya dalam partik kehidupan sehari-hari. DAFTAR RUJUKAN

    Al-Qaradhawi,Yusuf.2002.Islam Agama Ramah Lingkungan,Pustaka Al-Kautsar : Jakarta

  • Arikunto, Suharsimi.2010.Prosedur PenelitianSuatuPendekatanPraktik. RinekaCipta:Jakarta

    Depkes RI,2007,Pedoman Tatalaksana Pneumonia PadaBalita.Sleman

    Depkes RI.2007.Panduan Penatalaksanaan Pneumonia PadaBalita.Sleman

    http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-05.pdf,

    http://eprints.undip.ac.id/17297/1/F_A_R_I_D_A_H.pdf

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20829/5/Chapter%20I.pdf

    http://lrc-kmpk.ugm.ac.id/id/UP-PDF/_working/No.18_Yunardi_10_07_WPS.pdf

    Notoatmodjo, Soekidjo.2010.Metodologi PenelitianKesehatan.RinekaCipta: Jakarta

    www.dinkes.jogjaprov.go.id/index.php/cdownload

    www.bappenas.go.id/get-file-server/node/173/

    Syafrudin dkk.2009.Ilmu KesehatanMasyarakat, trans Info Media :Jakarta

    Sulistyorini, Cahyo, Ismawati dkk. 2010.Posyandu dan Desa Siaga Panduan Untuk Bidan dan Kader. Nuha Medika : Yogyakarta.

    Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung

    Yulifah, Rita. Tri Johan Agus Yuswanto. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Salemba Medika : Jakarta

    Alsagaff, Hood. Abdul, Mukty. 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press : Surabaya

    Said, Mardjanis. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia : Jakarta

    Ward, Jeremy P.T.dkk.2008.At a Glance SISTEM RESPIRASI. EMS : Jakarta

    Mandal. B.K. dkk. 2008. LECTURE NOTES Penyakit Infeksi. EMS : Jakarta

    Notoatmodjo. Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta

    Yatini, Nur. 2003. Tingkat pengetahuan kader kesehatan tentang Pos Pelayanan Terpadu di desa Wates kecamatan Wates Kabupaten Kulonporgo Tahun 2003. KTI tidak dipublikasikan : STIKES Aisyiyah Yogyakarta

    Intan, Masangan Nur. 2004. Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita di Dusun Saman, Desa

  • Bangunharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Tahun 2003.KTI tidak dipublikasikan : STIKES

    Aisyiyah Yogyakarta

    Rusmidah. 2005. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Dengan Perilaku Pencegahan ISPA Pada Ibu Yang Mempunyai Anak Balita Di Puskesmas Ngampilan Tahun 2005. KTI tidak dipublikasikan : STIKES Aisyiyah Yogyakarta

    Depkes RI, 2008. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit.Jakarta.