gambaran paparan promosi kesehatan gigi dan mulut …
TRANSCRIPT
GAMBARAN PAPARAN PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN
MULUT MELALUI MEDIA MASSA TERHADAP
PENGETAHUAN TENTANG GINGIVITIS
(KAJIAN PADA MAHASISWA S1 UMS)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Oleh :
GHINNA YULIA INDARTI
J520160056
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
1
GAMBARAN PAPARAN PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN
MULUT MELALUI MEDIA MASSA TERHADAP
PENGETAHUAN TENTANG GINGIVITIS
(KAJIAN PADA MAHASISWA S1 UMS)
Abstrak
Latar Belakang: Gingivitis merupakan infeksi bakteri yang menyebabkan
peradangan pada gingiva. Gingivitis mempengaruhi 50-90% populasi orang dewasa
di dunia. Jika tidak segera diobati, maka akan menyebabkan periodontitis dan
kehilangan gigi. Tingginya angka gingivitis pada usia dewasa hingga tua menjadi
perhatian untuk memberikan informasi melalui promosi kesehatan pada kelompok
usia tersebut. Di negara berkembang dalam menyampaikan promosi kesehatan
lebih banyak menggunakan media massa. Akan tetapi sampai saat ini keefektivan
masing-masing media massa masih bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan tentang gingivitis pada mahasiswa
S1 non fakultas kesehatan UMS yang telah mendapat promosi kesehatan gigi dan
mulut melalui media massa.
Metode: penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional
dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Subjek penelitian ini adalah
394 mahasiswa S1 non fakultas kesehatan UMS. Pengambilan data dilakukan pada
bulan Februari-Maret dengan menggunakan kuisioner yang berupa google form.
Analisis data menggunakan metode deskriptif survey dengan cara menguraikan
data-data. Data disajikan dalam bentuk diagram, grafik atau tabel kemudian
dianalisis secara deskriptif.
Hasil: mahasiswa mengetahui tentang gingivitis mendapati promosi
kesehatan melalui internet/sosial media yaitu sebanyak 356 (90,3%), media
elektronik 22 (5,6%) dan media cetak 16 (4,1%) mahasiswa. Tingkat pengetahuan
mahasiswa tentang gingivitis baik yaitu sebanyak 259 (65,7%) mahasiswa dan yang
buruk 135 (34,3%) mahasiswa.
Kesimpulan: mahasiswa yang mendapat promosi kesehatan gigi dan mulut
melalui media massa sebanyak 65,7% memiliki pengetahuan yang baik.
Kata kunci : Promosi kesehatan, Gigi dan mulut, Media Massa, Gingivitis.
Abstract
Background: Gingivitis is a bacterial infection that causes inflammation of
the gingiva. Gingivitis affects 50-90% of the adult population in the world. If it is
not corrected immediately, it will cause periodontitis and tooth loss . The high rate
of gum inflammation in adulthood to old age is a concern to provide information
through health promotion in this age group. In developing countries in promoting
more health using mass media. But until now, each mass media still varies. This
study discusses knowledge about gingivitis in UMS non-faculty health
undergraduate students who have received oral health promotion through mass
media.
2
Method: This research was an observational descriptive study using a cross-
sectional research design. The subjects of this study were 394 non-faculties
undergraduate students of UMS health. Data is collected in February-March using
a questionnaire that uses Google forms. Data analysis uses a descriptive survey
method by describing the data. Data is presented in the form of diagrams, graphs,
or tables and then completed descriptively.
Results: Students who knew about gum inflammation were students who
found health promotion via the internet / social media as many as 356 (90.3%),
electronic media 22 (5.6%), and print media 16 (4.1%) students. The level of
students' knowledge about gingivitis is good as many as 259 (65.7%) students and
bad 135 (34.3%) students.
Conclusion: 65.7% of students who got dental and oral health promotion
through mass media had good knowledge
Keys : Health promotion, Teeth and mouth, Mass Media, Gingivitis
1. PENDAHULUAN
Penyakit periodontal merupakan penyakit yang paling umum terjadi bahkan
mempunyai prevalensi tinggi dan mencapai 90% populasi dunia. Gingivitis
mempengaruhi 50-90% populasi orang dewasa di dunia 1,2. Menurut Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 prevalensi gingivitis di Indonesia
berada pada urutan kedua terbanyak yaitu mencapai 96,58% 3. Gingivitis
merupakan infeksi bakteri yang menyebabkan peradangan dan kerusakan reversibel
pada jaringan gingiva. Gingivitis disebabkan oleh adanya penumpukan plak dan
dapat menyerang segala usia. Ciri-ciri infeksi ini mencangkup gingiva tepi yang
membengkak dan merah, hilangnya stippling, serta meningkatnya aliran cairan dari
sulkus gingiva 4. Jika tidak segera diobati, maka akan menyebabkan periodontitis
dan kehilangan gigi 5.
Dengan tingginya angka gingivitis pada usia dewasa hingga tua, maka perlu
dilakukan promosi kesehatan 6. Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai alat seperti menggunakan media untuk menyampaikan
pesan kesehatan 7.
Penggunaan media diharapkan dapat memberikan tiga efek yaitu
pembelajaran informasi kesehatan dengan benar, perubahan sikap dan nilai-nilai
kesehatan, serta pembentukan perilaku kesehatan baru8. Studi yang dilakukan di
3
masyarakat dengan menggunakan kampanye media telah menunjukkan bahwa di
negara berkembang lebih banyak dipengaruhi oleh media massa. Televisi dan radio
telah diadvokasi sebagai alat yang berguna untuk transmisi informasi kesehatan
mulut7. Survei Nielsen Consumer Media View (CMV) menunjukkan masyarakat di
Indonesia lebih banyak menggunakan media televisi dengan persentasi mencapai
96%. Di urutan selanjutnya ada media luar ruang dengan 53%, internet 44%, dan
radio 37% 9.
Walaupun sudah banyak yang menerapkan promosi kesehatan dengan
menggunakan media, para pakar kesehatan memiliki perbedaan pendapat yang kuat
mengenai efektivitas media massa. Satu kelompok beranggapan bahwa media
massa memiliki efek yang bervariasi dan seringkali terbatas. Hal ini karena media
massa gagal menjangkau semua anggota populasi, dan dianggap memiliki daya
ingat jangka pendek. Oleh karena itu, perubahan perilaku yang signifikan mungkin
tidak terjadi. Kelompok lain percaya bahwa media massa sangat efektif dan pantas
mendapat pengakuan sebagai sarana utama pendidikan kesehatan masyarakat
karena media massa merupakan cara terbaik dalam memberikan informasi ilmiah
terbaru kepada sekelompok besar orang 10,8.
Universitas Muhammadyah Surakarta (UMS) adalah lembaga pendidikan
tinggi di bawah perserikatan muhammadyah. Berdasarkan data kemahasiswaan,
jumlah mahasiswa kesehatan di jenjang S1 adalah 4.480 sedangkan mahasiswa non
kesehatan S1 adalah 26.163. Pada mahasiswa kesehatan sudah mendapatkan
pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut melalui pembelajaran di kampus.
Akan tetapi pada mahasiswa non kesehatan belum mendapat pengetahuan tentang
kesehatan gigi dan mulut melalui pembelajaran di kampus sehingga dapat
diasumsikan mereka hanya mendapat pengetahuan tersebut melalui penyuluhan
secara langsung atau melalui media massa. Berdasarkan data yang didapat,
mahasiswa non kesehatan belum mendapat sosialisasi dan penyuluhan secara
langsung. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana gambaran pengetahuan tentang gingivitis pada mahasiswa S1 non
fakultas kesehatan UMS yang terpapar promosi kesehatan gigi dan mulut melalui
media massa.
4
2. METODE
Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional dengan menggunakan
desain penelitian cross sectional dengan nomor Ethical Clearance
215/I/HREC/2020 Variabel Penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu promosi
kesehatan gigi dan mulut melalui media massa dan pengetahuan mahasiswa S1 non
fakultas kesehtan UMS tentang gingivitis. Subjek pada penelitian ini adalah 394
mahasiswa S1 non fakultas kesehatan UMS. Metode pengambilan sampel
menggunakan non probability sampling dengan teknik sampling purposif. Besar
sampel dihitung menggunakan rumus Slovin. Pengambilan data dilakukan pada
bulan Februari-Maret dengan menggunakan kuisioner yang berupa google form.
Analisis data dilakukan menggunakan metode deskriptif survey dengan cara
menguraikan data-data. Data disajikan dalam bentuk diagram, grafik atau tabel
untuk mengetahui frekuensi tingkat pengetahuan responden kemudian dianalisis
secara deskriptif.
Bagian I : terdiri dari pertanyaan mengenai media promosi kesehatan. Alat ukur
yang digunakan adalah kuesioner, dengan hasil ukur sebagai berikut:
0. Ya
1. Tidak
Bagian II : terdiri dari pengetahuan tentang gingivitis. Alat ukur yang digunakan
adalah kuisioner dengan hasil pengukuran terdapat 2 kategori yaitu apabila jawaban
benar >50% = baik dan ≤50% = buruk.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan Penelitian dilakukan terhadap 394 mahasiswa S1 non fakultas
kesehatan UMS pada bulan Februari-Maret 2020. Instrumen yang digunakan adalah
kuisioner dalam bentuk google form untuk mengukur tingkat pengetahuan
mahasiswa S1 non fakultas kesehatan UMS. Berdasarkan hasil kuisioner
diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok berdasarkan jenis kelamin, umur, dan
jenis paparan media.
5
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
Jenis Kelamin N(%)
Laki-laki 165 (41,9)
Perempuan 229 (58,1)
Total 394 (100)
Berdasarkan tabel 1 karakteristik mahasiswa yang mengisi kuisioner adalah
laki-laki sebanyak 165 (41,9%) mahasiswa dan perempuan 229 (58,1%)
mahasiswa.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur
Umur N(%)
18 7 (1,8)
19 49 (12,4)
20 80 (20,3)
21 113 (28,7)
22 120 (30,5)
23 22 (5,6)
24 2 (0,5)
26 1 (0,2)
Berdasarkan tabel 2 karakteristik mahasiswa yang paling banyak mengisi
kuisioner adalah mahasiswa yang berusia 22 tahun yaitu sebanyak 120 (30,5%)
mahasiswa dan yang paling sedikit usia 26 tahun sebanyak 1 (0,2%) mahasiswa.
6
Pada penelitian ini mahasiswa yang mengisi kuisioner didominasi oleh
perempuan dan mahasiswa yang berusia 22 tahun. Dominasi mahasiswa yang
mengisi kuisioner dapat dikarenakan mahasiswa Universitas Muhammadyah
Surakarta memiliki mahasiswa perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Selain
itu, peneliti menyebarkan kuisioner lebih banyak ke teman-teman seangakatan dan
angkatan yang tidak jauh dibawahnya.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Paparan Media
Jenis media N (%)
Media elektronik 22 (5,6)
Media cetak 16 (4,1)
Internet/media sosial 356 (90,3)
Karakteristik mahasiswa yang mengetahui tentang gingivitis paling banyak
adalah mahasiswa yang mendapati informasi melalui internet/ media sosial yaitu
sebanyak 356 (90,3%) mahasiswa dan yang paling sedikit melalui media cetak 16
(4,1%) mahasiswa.
Karakteristik mahasiswa yang mengetahui tentang gingivitis paling banyak
adalah yang mendapati informasi melalui internet/media sosial yaitu sebanyak 356
mahasiswa. Tingginya angka ini sesuai dengan survei yang dilakukan Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2018) menunjukkan bahwa internet
didominasi oleh masyarakat yang berusia 17-25 tahun dan 26-35 tahun 11. Selain
itu, informasi melalui internet/media sosial mengenai gingivitis sudah banyak,
penjelasan lebih lengkap, serta lebih cepatnya update informasinya. Menggunakan
internet/media sosial yang bisa kapan saja dan dimana saja membuat semakin sering
mereka mendapati informasi mengenai gingivitis dibandingkan melalui media
elektronik maupun media cetak.
7
Tabel 4. Jumlah/ presentase Mahasiswa Menjawab Benar pada Kuisioner
No. Item Soal N (%)
1. Pengertian gingivitis 314 (79,7)
2. Tanda-Tanda gingivitis 147 (37,3)
3. Gejala gingivitis yang dirasakan 266 (67,5)
4. Penyebab utama gingivitis 245 (62,2)
5. Orang yang rentan terkena gingivitis 325 (82,5)
6. Perawatan gingivitis 343 (87,1)
7. Akibat yang terjadi jika gingivitis tidak segera ditangani 181 (45,9)
8. Cara pencegahan gingivitis 249 (63,2)
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan jumlah mahasiswa menjawab benar
tentang pengetahuan gingivitis. Mahasiswa menjawab benar pada pertanyaan
tentang perawatan gingivitis yaitu sebanyak 343 mahasiswa. Akan tetapi masih
banyak mahasiswa yang keliru tentang tanda-tanda gingivitis sehingga hanya 147
yang menjawab pertanyaan dengan benar.
Gingivitis adalah penyakit yang menyebabkan peradangan pada jaringan
gingiva 12. Diagnosis gingivitis ditentukan berdasarkan perdarahan dan perubahan
warna, konsistensi, dan kontur gingiva4. Pada penelitian ini sebagian besar
mahasiswa mengetahui tentang pengertian gingivitis yaitu sebanyak 79,7%. Pada
gingivitis, gusi tampak eritematosa (kemerahan), edema (bengkak), dan mungkin
berdarah saat ditekan 13. Masih banyak mahasiswa yang keliru tentang tanda-tanda
gingivitis tetapi pengetahuan mahasiswa tentang gejala yang dirasakan saat
gingivitis cukup baik yaitu 67,5%. Gingivitis disebabkan oleh biofilm bakteri (plak
gigi) yang terakumulasi pada gigi yang berdekatan dengan gingiva 5. Sebanyak
62,2% mahasiswa sudah banyak menjawab benar tentang penyebab utama
gingivitis. Selain faktor utama, sejumlah faktor lainnya dapat mempengaruhi
meningkatnya risiko terkena gingivitis baik pada tingkat lokasi dengan predisposisi
akumulasi plak lokal, atau dengan memodifikasi respons inflamasi inang. Beberapa
diantaranya adalah merokok, diabetes, dan perubahan hormon 13. Hasil penelitian
menunjukkan sebanyak 82,5% mahasiswa sudah mengetahui tentang orang yang
beresiko terkena gingivitis.
8
Penyakit gingivitis merupakan penyakit infeksi yang diawali oleh plak,
dengan demikian mengontrol plak menjadi kunci keberhasilan perawatan. Teknik
korektif dapat meliputi membersihkan akar gigi, skeling, bedah regeneratif, bedah
periodontal serta bedah mukogingiva 12. Apabila tidak segera diobati maka dapat
menyebabkan periodontitis dan kehilangan gigi 5. Sebanyak 87,1% mahasiswa
sudah mengetahui dengan baik cara penanganan penyakit gingivitis tetapi masih
banyak mahasiswa yang perlu mendapat informasi mengenai akibat yang akan
terjadi jika gingivitis tidak segera diobati. Penelitian telah menunjukkan bahwa
praktik kebersihan mulut yang baik, termasuk menyikat gigi dan menggunakan obat
kumur yang tepat telah terbukti efektif dalam mencegah gingivitis 14. Dalam hal
pencegahan gingivitis, sebanyak 63,2% mahasiswa mengetahuinya dengan baik.
Dilihat dari tabel pengetahuan tentang gingivitis, mahasiswa paling banyak
menjawab benar pada pertanyaan tentang perawatan gingivitis yaitu sebanyak
87,1% mahasiswa. Akan tetapi masih banyak mahasiswa yang keliru tentang tanda-
tanda gingivitis sehingga hanya 37,3% yang menjawab pertanyaan dengan benar.
Hal ini dapat dikarenakan konten atau isi informasi tentang gingivitis yang ada di
media massa lebih banyak mengandung informasi mengenai perawatan gingivitis
atau mahasiswanya sendiri yang lebih banyak mencari informasi mengenai
perawatan gingivitis. Sedikitnya mahasiswa yang menjawab benar mengenai tanda-
tanda gingivitis menandakan perlunya penambahan informasi lebih banyak
mengenai tanda-tanda gingivitis.
Tabel 5. Frekuensi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa
Tingkat Pengetahuan N (%)
Baik 259 (65,7)
Buruk 135 (34,3)
Total 394 (100)
Berdasarkan tabel 5 menggambarkan frekuensi tingkat pengetahuan
mahasiswa tentang gingivitis yang termasuk kategori baik (total skor 5-8) yaitu
9
sebanyak 259 (65,7%) mahasiswa dan yang termasuk kategori buruk (total skor 0-
4) sebanyak 135 (34,3%) mahasiswa.
Tabel 6. Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Paparan Media
Tingkat
Pengetahuan
Media
Elektronik
N (%)
Media
Cetak
N(%)
Internet/ Media
Sosial
N (%)
Baik 14 (63,6) 10 (62,5) 235 (66,0)
Buruk 8 (36,4) 6 (37,5) 121 (34,0)
Total 22 (100) 16 (100) 356 (100)
Berdasarkan tabel 6 menggambarkan mahasiswa yang memiliki
pengetahuan baik paling banyak mendapati informasi melalui media internet/media
sosial 235 (90,7%) mahasiswa. Begitu pula mahasiswa yang memiliki pengetahuan
yang buruk paling banyak mendapati informasi melalui media internet/media sosial
121 (89,6%) mahasiswa.
Dari 394 mahasiswa yang mengetahui tentang gingivitis, yang termasuk
kategori tingkat pengetahuan baik tentang gingivitis yaitu sebanyak 65,7%
mahasiwa. Hal ini menandakan bahwa mahasiswa yang mendapati informasi
melalui media massa sudah memiliki pengetahuan tentang gingivitis yang baik.
Hasil penelitian ini sejalannya dengan penelitian Gholami dkk. (2014) promosi
kesehatan mulut menggunakan media massa dapat memperbaiki sikap,
meningkatkan pengetahuan, merangsang minat, serta memfasilitasi perubahan
perilaku terutama di negara berkembang. Begitu pula penelitian C Ma˚rtensson
(2006) yang menunjukkan bahwa media massa dapat meningkatkan pengetahuan
tentang periodontitis sebagai strategi promosi kesehatan.
Pengetahuan sesorang dapat dipengaruhi berdasarkan beberapa faktor yaitu
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status ekonomi. Semakin bertambahnya
usia seseorang maka akan semakin berkembang pula daya tangkap serta pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh juga akan semakin bertambah
baik15. Berdasarkan penelitian Mohhvahed dkk. (2014) jika dibandingkan dengan
pria, wanita memiliki pengetahuan yang lebih baik. Serta semakin tinggi tingkat
10
pendidikan dan status sosial ekonomi seseorang maka semakin baik
pengetahuannya 16.
Mahasiswa yang termasuk dalam kategori tingkat pengetahuan baik 90,7%
mahasiswanya mendapati informasi melalui internet/media sosial; 5,4%
mahasiswanya mendapati informasi melalui media elektronik dan 3,9% mendapati
informasi melalui media cetak. Sedangkan mahasiswa yang termasuk dalam
kategori tingkat pengetahuan buruk 89,6% mahasiswanya mendapati informasi
melalui internet /media sosial; 5,9% mahasiswanya mendapati informasi melalui
media elektronik dan 4,5% mendapati informasi melalu media cetak. Walaupun
mahasiswa yang memiliki pengetahuan baik paling banyak mendapati informasi
melalui internet/media sosial akan tetapi mahasiswa yang memiliki pengetahuan
buruk juga paling banyak mendapati informasi melalui internet/media sosial. Hal
ini memperlihatkan meskipun informasi mengenai gingivitis sudah banyak ada di
internet/media sosial tetapi adanya kekhawatiran mengenai kualitas informasi yang
tersedia untuk umum karena internet adalah platform terbuka dan siapa pun dapat
memposting informasi menjadi salah satu hal yang perlu diantisipasi 17.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil dari pembahasan yang telah dijelaskan diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan tentang gingivitis pada mahasiswa S1 non
fakultas kesehatan UMS yang mendapat promosi kesehatan gigi dan mulut melalui
media massa sebanyak 65,7% memiliki pengetahuan yang baik dan 34,3% memiliki
pengetahuan yang buruk.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah metode yang digunakan
sehingga tidak hanya menggunakan kuisioner melainkan ditambah menggunakan
metode lainnya. Para pakar kesehatan disarankan memanfaatkan media massa
untuk melakukan promosi kesehatan terutama melalui internet/media sosial yang
dimana masyarakat lebih banyak menggunakannya. perlu diperhatikan informasi
yang tersedia harus detail dan mudah dipahami oleh masyarakat.
11
DAFTAR PUSTAKA
Casanova, L., Hughes, F. J., And Preshaw, P.M., 2014, Diabetes and periodontal
disease: A two-way relationship, British Dental Journal, 217(8):433-437.
Hiremath, V.P., Raob, C.B., Naiak, V., Prasad, K. V., 2013, Anti-inflammatory
effect of vitamin D on gingivitis: a dose response randomised controlled
trial, Indian J Public Health, 57(1):29-32.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) Tahun 2013, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Langlais, R.P., Miller C.S. And Nield-Gehrig, J.S., 2009, Atlas Berwarna Lesi
Mulut yang Sering Ditemukan, 4 th ed (terj), EGC, Jakarta, hal. 84-85
Gonçalves, L da R, Soares MR, Nogueira FCS, Garcia CHS, Camisasca DR,
Domont G, Feitosa ACR, Pereira DA, Zingali RB, Alves G., 2011,
Analysis of the salivary proteome in gingivitis patients, J Periodont Res,
46(5):599–606.
Grol, R. P. T. M., Bosch, M. C, Hulscher, M. E. J. L., Eccles, M. P., And
Wensing, M., R. P. T. M., 2007, Planning and studying improvement in
patient care: The use of theoretical perspectives’, Milbank Quarterly,
85(1):93–138.
Gholami, M., Pakdaman A., Montazeri A., Jafari A. and Virtanen, J. I., 2014,
Assessment of periodontal knowledge following a mass media oral health
promotion campaign : a population-based study, BMC Oral Health, 14:31.
Griffiths W. and Knutson, A. L., 1960, The role of mass media in public health
education’, A.J.P.H, 50(4): 515–523 .
Nielsen Indonesia, 2017, Penetrasi Media Televisi Masih yang Tertinggi-
Databoks, Nielsen Indonesia, PT (The Nielsen Company).
C Ma˚rtensson, So¨derfeldt B., Andersson P., Halling A. And Renvert S, 2006,
Factors behind change in knowledge after a mass media campaign targeting
periodontitis, Int J Dent Hygiene, 4:8–14.
Statista, 2019, Berapa Pengguna Internet di Indonesia?, Statista.
Mitchell, L., Mitchell, D. A. and McCaul, L., 2012, Kedokteran Gigi Klinik, 5th
ed (terj), EGC, Jakarta, hal. 207-211.
Cope, G., 2011, Gingivitis : symptoms , causes and treatment, Dental Nursing,
7(8).
Li, Y., Lee, S., Hujoel, P., Su, M., Zhang, W., Kim, J., Zhang, Y., Devizio, W.,
2010, Prevalence and severity of gingivitis in American adults, Am J Dent,
23(1):9–13.
12
Notoatmodjo, S.,2010, Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi, PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Jain, R., Oswal, K. and Chitguppi, R., 2014, Knowledge, attitude and practices of
mothers toward their children′s oral health: A questionnaire survey among
subpopulation in Mumbai (India), J Dent Res Sci Develop, 1(2):40.
Burns, A. and Wolstencroft, S., 2011, The internet: education, social media and
dental practice, Journal of the Irish Dental Association, 57(5):268–271.