gambaran diri wanita karir y,a.ng belum men i...
TRANSCRIPT
GAMBARAN DIRI WANITA KARIR Y,A.NG BELUM
MEN I KAH
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh
ERSYAU SAPTIANISARI
103070028991
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428H/2007M
GAl\l1BARAN DIRI WANITA KARIR YANG BElUM·
MENIKAH
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi sebagian
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikc>logi (S.Psi)
Pembimbing I
Oleh
ERSYALI SAPTIANISARI.
103070028991
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing II
Yufl Adriani, M.Psi,Psi
FAKULTAS PSIKOLOGI
"
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428H/2007M
PENGESAHAN PANITIA UJIA.N
Skripsi yang berjudul GAMBARAN DIRI WANITA KARIR YANG BELUM MENIKAH telah diujikan dalam sidang munaqasyah fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Desember 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 27 Desember 2007
Sidang Munaqasyah
M.Si
Anggota:
Penguji I
M.Si
Pembimbing I
t~•g•.MS; NIP. 150 215 283
Sekretaris Merangkap Anggota
M.Si
NIP. 150 238 773
Penguji II
~~~· Neneng Tati Sumiati. M.Si
NIP. 150 300 679
Pembimbing II
~ Yufi Adriani .. M.Psi. Psi
MOTTO
Kebutuhan pribadi yang mendasar dari setiap orang adalah untuk
menganggap dirinya sebagai pribadi yang berharga.
(Lawrence J. Crabb Jr)
Kualitas kehidupan kita 10% ditentukan oleh apa yang 1'erjadi pada diri
kita, dan 90'/'o ditentukan oleh bagaimana kita mencmggapi kejadian
kejadian tersebut.
(Andrias Harefa)
Allah tak pernah menjanjikan langit senantiasa biru, seluruh jalan hidup
dipenuhi bunga-bunga. Allah tidak menjanjikan matahc1ri tanpa hujan;
kebahagiaan tanpa kesedihan, kedamaian tanpa penderitaan. Tapi
percayalah bahwa Allah memberikan kita kekuatan setillp hari, cita-cita
dan cinta untuk menjalani hidup dan kerja keras untUJk selalu maju.
(Pepatah Lama)
SR,_,ripsi ini ~p,lfedi{asi!{gn untul(,
Papa, :Mama/(,u tersaya11{]
serta }'ldi/(,l(,u j'l nnisaa
(A) Fakultas Psikologi (8) Desember 2007 (C) Ersyali Saptianisari
ABSTRAK
(D) Gambaran Diri Wanita Karir yang Belum Menikah (E) xiv + 83 halaman (F) Latar belakang:
Dari tahun ke tahun semakin meningkat wanita tidak menikah di Indonesia. lni disebabkan oleh tingkat pendidikan yang tinggi, dan lapangan pekerjaan yang luas dari tahun sebelumnya. Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan meniti karir pada wanita perkotaan membuat mereka tidak tergesa-gesa dalam menentukan pilihan untuk berumah tangga. Bagi sebagian masyarakat, wanita yang berusia 30 tahun atau lebih dan belum menikah, akan diberi label yang kurang enak, seperti tidak laku, perawan tua, sibuk mengejar karir dan sebagainya. Terkadang orang tua pun turut merasa malu kalau putri mereka belum menikah. Adanya masyarakat yang cenderung memberikan penilaian yang negatif terhadap wanita yang belum menikah, dapat menyebabkan wanita ini juga memiliki pikiran yang negatif terhadap dirinya. Dari sinilah muncul problem kurang percaya diri, dan hobi mengkritik diri sendiri. Dari penjelasan diatas dapat diasumsikan bahwa pada wanita karir yang belum menikah biasanya memiliki perasaan dan pikiran negatif, seperti menjaga jarak dengan lingkungan sekitar, kurang percaya diri. Untuk itulah seringkali akan muncul masalah yang berkaitan dengan gambaran diri yang tidak benar. Namun, di lain pihak banyak pula masyarakat ataupun orang tua yang menganggap wanita yang belum menikah sebagai hal yang biasa saja, sehingga wanita yang belum menikah tersebut tetap memiliki rasa percaya diri.
Gambaran diri adalah penjelasan akan keadaan diri sendiri maupun pikiran kita tentang pandangan orang lain terhadap diri kita. Definisi sederhana atas gambaran diri adalah jawaban individu atas pertanyaan berikut "what do you believe people think about you?" Faktor yang mempengaruhi gambaran diri adalah interaksi dengan orang lain, self talk, dan kemampuan berpikir. Gambaran dari sumbersumber tersebut diatas akan menciptakan kepercayaan yang benar atau justru tidak benar di dalam diri kita, dan akhirnya yang mengontrol hidup kita. Gambaran diri yang tidak benar akan me~mbuat kita menjadi manusia yang tidak utuh serta menghambat hubun!Jan kita dengan
sesama. Sebaliknya, dengan memiliki gambaran diri yang baik, seseorang memberi nilai yang tinggi kepada dirinya sendiri.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan penjelasan mendalam mengenai gambaran diri wanita karir yang belum menikah.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi kasus. Subyel< penelitian dipilih dengan menggunakan purposive sampling (sampel bertujuan). Peneliti memilih 3 wanita karir berusia madya dan belum menikah. Teknik pengumpulan data adalah wawancara dan observasi. Peneliti juga menggunakan alat bantu berupa tape recorder dan alat tulis. Setelah data dianalisa dan diinterpretasi, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 2 dari 3 subyek memiliki gambaran diri yang baik. Sementara 1 subyek lainnya memiliki gambaran diri yang tidak benar. Karena memiliki gambaran diri yang tidak benar ini hubungannya dengan sesama akan terhambat.
Bagi wanita karir yang belum menikah, teruslah b13rkarya. Diharapkan kepada masyarakat agar tidak memberikan penilaian negatif pada wanita karir yang belum menikah.
(G) Bahan Bacaan: 28 buku + 2 website + 1 media cetalK ( 1944-2007)
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarganya, sahabatsahabatnya dan para pengikutnya.
Selama pembuatan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan-bahan, dan lain sebagainya. Namun berkat kesungguhan disertai dorongan juga bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan itu dapat penulis hadapi.
Selanjutnya penulis sampaikan rasa horrnat dan terima kasih yang mendalam kepada:
1. lbu Dra. Hj. Netty Hartati, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, serta lbu Dra. Hj. Zahrotun Nihayah, M.Si, Pembantu Dekan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. DR. Hamdan Yasun, M.Si, dosen pembirnbing akadernik. 3. lbu Dra. Hj. Fadhillah Suralaga, M.Si, Pembimbing 1, yang telah
membimbing penulis dengan penuh perhatian dan keikhlasan serta selalu memberikan motivasi kepada penulis sehingga karya tulis ini selesaL
4. lbu Yufi Adriani, M.Psi, Psi, Pembimbing 2, yang selalu meluangkan waktu, mencurahkan pikiran serta menghadapi penulis dengan penuh kesabaran, sehingga karya tulis ini dapat terwujud.
5. Semua dosen yang telah memberikan berbagai disiplin ilmu dan membimbing penulis selama kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Semua pihak akademik dan perpustakaan, yang selalu membantu penulis dalam mendapatkan inforrnasi dan memenuhi kebutuhan yang penulis butuhkan untuk penelitian ini .
7. Kepada kedua orang tuaku yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, dan nasehat Love you! Semoga Allah selalu memberikan
rahmat dan kesehatan serta membalas segala kebaikan mereka berdua, amin.
8. Kepada adikku Annisaa, semua teman-teman di komunitas film, komik, sepupu-sepupu penulis, terima kasih atas motivasi yang telah diberikan kepada penulis.
9. Kepada semua teman-teman psikologi angkatan 2003 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas persahabatannya yang indah selama ini. Sukses buat kalian!
10. Kepada semua responden, terima kasih telah meluangkan waktunya. Keep up the good work girl .. !
11. Terima kasih buat orang-orang yang pernah penulis temui, baik yang penulis kenal maupun yang hanya melihat di televisi atau hanya membaca karyanya, karena telah memberikan banyak inspirasi untuk penulis.
12. I'd like to thank to Allah SWT again, especially for blessing me with this great opportunity and for giving me the strength to overcome my 20-something life dilemmas! Cheers .. !
13. Last but surely not least, thank to myself! YES .. ! I can do it! You go girl!
Penulis menyadari bahwa skripsi ini banyak kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritikan dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini. Dan hanya kepada Allah-lah akhirnya penulis berserah diri.
Jakarta, Desember 2007
Penulis
DAFTAR ISi
Halaman Judul ............................................................................. i
Halaman Persetujuan ................................................................... ii
Halaman Pengesahan .................................................................. iii
Motto dan Dedikasi. ..................................................................... iv
Abstrak ....................................................................................... v
Kata Pengantar . . . .. .. . . .. . . . . .. . . .. .. . .. .. .. .. . .. .. .. .. . .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. . .. . .. .. vii
Daftar lsi .................................................................................... ix
Daftar Tabel ............................................................................... xii
Daftar Gambar ............................................................................ xiii
Daftar Lampiran ......................................................................... xiv
BAB1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah................................................. 1
1.2. ldentifikasi Masalah................................... ...... .. . .. . .. . .. ... 5
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah........ .... .. .... .. . . .. .. . . .. 5
1.3.1. Pembatasan masalah .. .. .. .. .. .. .. . . . . .. . .. .. .. .. .. .. .. . ....... 5
1.3.2. Perumusan masalah .. .. . .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 6
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian...... .... .. .. . .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 6
1.4.1. Tujuan penelitian .................................................. 6
1.4.2. Manfaat penelitian ................................................. 7
1. 5. Sistematika Penulisan...... .. . . . . . . .. . . . .. .. .... .. .. . . .. . . . . . . . . .. . .. .. . .. 7
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Diri... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.1.1. Definisi gambaran diri ........................................... 9
2.1.2. Definisi konsep diri ............................................... 12
2.1.3. Jenis-jenis konsep diri .......................................... 13
2.1.4. Pandangan wanita tentang karir ............................. 16
2.1.5. Pandangan wanita tentang pria .............................. 17
2.1.6. Pandangan wanita tentang pernikahan dan keluarga .... 19
2.1.7. Dewasa madya .................................................... 22
2.2. Wanita Karir........ .... . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . .. .. . . . . .. .. . . . .. . . . . . . . . . . . . . .. 23
2.2.1. Definisi wanita karir .............................................. 23
2.2.2. Kategori wanita karir ............................................. 25
2.2.3. Manfaat berkarir bagi wanita .................................. 26
2.3. Pernikahan... .. . . .. ... .. .. . . . . ... ... . . . ... . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .. . . . . . . 27
2.3.1. Definisi pernikahan .............................................. 27
2.4. Kerangka Berpikir.... .. .... .. ............... .. . . . . . . . . . . . .. . .. . . . . . . . . . . . . 29
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis penelitian... .. . . . . .. . .......... .. .. . ... . . . .. . . . . . .. . . . . . . . .. . . . ... . . .... 32
3.1.1. Pendekatan dan metode penelitian .......................... 32
3.2. Pengambilan subyek ....................................................... 33
3.2.1. Subyek penelitian ................................................ 33
3.3. Teknik Pengumpulan Data............................................... 35
3.3.1. Wawancara .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
3.3.2. Observasi .......................................................... 36
3.4. lnstrumen Pengumpulan Data ........................................... 38
3.4.1. Pedoman wawancara . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . 38
3.4.2. Lembar observasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 40
3.5. Tekhnik Analisa Data ........................................................ 42
BAB4
BABS
3.6. Prosedur Penelitian........................ .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
PRESENTASI DAN ANALISA DATA
4.1. Gambaran Um um Subyek Penelitian............................... .. 45
4.2. Analisa Kasus Per Subyek.............................................. . 46
4.2.1. Kasus MM.......................................................... 46
4.2.2. Kasus RS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . 57
4.2.3. Kasus EL .......................................................... 66
4.3. Analisa Antar Kasus...... .. . . . . . . . . .. . . . .. . . .. .. . .. . . . . . . . .. . . . . ... . . . .. . 75
PENUTUP
5.1. Kesimpulan......... .. . . . . .. .. . . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... . . 78
5.2. Diskusi......................................................................... 79
5.3. Saran........................................................................... 82
DAFT AR PUST AKA
LAMPI RAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue print wawancara gambaran diri
Tabel 4.1 Gambaran umum subyek
Tabel 4.2 Analisa antar kasus
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan gambaran diri wanita karir yang belum menikah
Lampiran 1
Pengantar Wawancara
Lampiran 2
Pernyataan Kesediaan
Lampiran 3
Data Kontrol
Lampiran 4
Lembar Observasi
Lampiran 5
Transkip Verbatim
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Beiakang Masalah
Berdasarkan kenyataan yang peneliti perhatikan sendiri akhir-akhir ini, baik di
media televisi maupun di lingkungan sekitar peneliti sendiri, bahwa cukup
banyak wanita yang saat ini memilih untuk bekerja dan berkarir. Dalam media
cetak Pelita yang terbit pada hari Kamis 14 Juni 2007, Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta, mengatakan bahwa "60% dari 30
juta pengusaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia kini dikuasai oleh
wanita".
Fenomena itu menggambarkan semakin besamya jumlah wanita yang
bekerja dan semakin banyaknya wanita yang berhasil memasuki jenis-jenis
pekerjaan yang selama ini jarang bahkan ada yang sama sekali belum
pernah dimasuki kaum hawa. Mulai dari posisi pimpinan negara, top
executive, hingga pengusaha.
Menurut data sensus dari Biro Pusat Statistik pada tahun 1980-2000 yang
dibuat berdasarkan kelompok usia penduduk, wanita yang belum menikah
jumlahnya adalah sebagai berikut:
Batas Usia 1980 1985 1990 2000 2005
30-34 60.216 113.356 156.799 598.945 873.526
35-39 31.537 48.683 73.456 201.163 549.781
40-44 19.494 27.204 38.165 82.980 197.874
45-49 12.138 19.599 25.267 30.745 36.923
2
Dari data tersebut menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun semakin
meningkat wanita tidak menikah di Indonesia. lni disebabkan oleh tingkat
pendidikan yang tinggi, dan lapangan pekerjaan yang luas dari tahun
sebelumnya yang menjadikan para wanita cenderung memilih untuk bekerja.
Dan ini terjadi khususnya dikota-kota besar. Kesempatan mendapatkan
pendidikan yang lebih tinggi dan meniti karir pada wanita perkotaan membuat
mereka tidak tergesa-gesa dalam menentukan pilihan untuk berumah tangga
(www.e-psikologi.com).
3
Perubahan zaman memang turut mewarnai sikap pada wanita. Kesetaraan
pendidikan, kesempatan kerja, penghasilan yang bagus, luasnya wawa~an
dan cara berpikir global telah membuat wanita semakin percaya diri dan
mandiri. Sehingga kalau sebelumnya masyarakat menganggap peran wanita
yang sebenar-benarnya adalah peran domestik atau peran di dalam rumah,
saat ini sudah merupakan hal yang biasa bila wanita juga dapat mengerjakan
pekerjaan lain selain pekerjaan rumah . Dradjat S Soemitro, staf pengajar
Fakultas Psikologi Sosial UI, mengatakan bahwa "Kini peran gender
tradisional berubah menjadi gender modern" (www.e-psikologi.com).
Jadi, kalau dulu wanita hanya cocok dianggap sebagai ibu rumah tangga
yang juga selalu ikut berpartisipasi melakukan kegiatan ekonomis yang
menjadi sumber penghasilan bagi keluarga, misalnya dalam masyarakat tani,
wanita-lah yang melakukan kegiatan seperti menanam padi, memelihara
tanaman, dan lain-lain. Sedangkan kegiatan mencangkul, berburu, dilakukan
oleh pria. Sekarang ini, kegiatan yang tadinya hanya dianggap cocok
dilakukan oleh pria, dapat pula dilakukan oleh wanita.
Namun bagi sebagian masyarakat, wanita yang berusia 30 tahun atau lebih
dan belum menikah, akan diberi label yang kurang enak, seperti tidak laku,
perawan tua, sibuk mengejar karir, takut menikah, dan sebagainya.
4
Terkadang orang tua pun turut rnerasa rnalu kalau putri mereka belurn
rnenikah. Adanya rnasyarakat yang cenderung rnernberikan penilaian yang
negatif terhadap wanita yang belurn rnenikah, dapat rnenyebabkan wanita ini
juga rnerniliki pikiran yang negatif terhadap dirinya. Dari sinilah rnuncul
problem kurang percaya diri, dan hobi rnengkritik diri sendiri.
Dari penjelasan diatas dapat diasurnsikan bahwa pada wanita karir yang
belurn rnenikah biasanya rnerniliki perasaan dan pikiran negatif, seperti
rnenjaga jarak dengan lingkungan sekitar, kurang percaya diri. Untuk itulah
seringkali akan muncul masalah yang berkaitan dengan garnbaran diri yang
tidak benar. Narnun, di lain pihak banyak pula rnasyarakat ataupun orang tua
yang menganggap wanita yang belum menikah sebagai hal yang biasa saja,
sehingga wanita yang belum menikah tersebut tetap merniliki rasa percaya
diri.
Dari beberapa penjelasan di atas, rnaka peneliti tertarik untuk rnelakukan
penelitian tentang "Gambaran Diri Wanita Karir yang Belum Menikah."
1.2. ldentifikasi Masalah
ldentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut?
1. Apakah yang dimaksud dengan gambaran diri?
2. Siapakah yang dimaksud dengan wanita karir?
3. Faktor apa yang mempengaruhi gambaran diri?
4. Bagaimana gambaran diri wanita karir yang belum menikah?
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membuat pembatasan masalah. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya perluasan materi yang akan dibahas.
Adapun pembatasan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Gambaran Diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pikiran
individu tentang pandangan orang lain terhadap dirinya (Valentina,
2004). Jadi, apa yang orang lain nilai tentang diri kita.
5
2. Wanita karir yang dimaksud dalam penelitian ini adalah wanita yang
memperoleh atau mengalami per1<embangan dan kemajuan dalam
pekerjaan, jabatan, dan lain-lain. Bekerja apa saja, asal
mendatangkan suatu kemajuan dalam kehidupannya, itulah yang
dinamakan karir (Pandji Anoraga, 2006).
3. Belum menikah yakni belum pemah melakukan upacara pengikatan
janji nikah (Olds, 1986).
1.3.2. Perumusan Masalah
6
Bertolak dari hal di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:
Bagaimanakah gambaran diri wanita karir yang belum menikah?
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan dan agar penelitian ini
menjadi lebih terarah secara jelas, maka perlu ditetapkan tujuannya sebagai
berikut:
lngin mendapatkan penjelasan mendalam mengenai bagaimana gambaran
diri pada wanita karir yang belum menikah.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah untuk menambah khasanah ilmu
pengetahuan, khususnya dalam bidang psikologi mengenai gambaran diri
wanita karir yang belum menikah. Sedangkan manfaat praktis dalam
penelitian ini adalah memberikan informasi kepada wanita karir dan kepada
masyarakat tentang gambaran diri wanita karir yang belum menikah. Serta
dapat dipakai sebagai pedoman di dalam penelitian secara lebih lanjut.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini mengacu pada pedoman
penyusunan dan penulisan skripsi Fakultas Psikologi (UIN) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2004). Penulisan penelitian ini dibagi
menjadi beberapa bab yang terdiri atas:
1. Bab 1: Pendahuluan, yang meliputi: latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan.
2. Bab 2: Tinjauan Pustaka, yang meliputi: gambaran diri, terdiri dari konsep
diri, jenis - jenis konsep diri, pandangan wanita tentang karir, pandangan
wanita tentang pria, pandangan wanita tentang pernikahan dan keluarga,
7
8
dan dewasa madya. Wanita karir yang terdiri dari definisi wanita karir, dan
manfaat berkarir bagi wanita. Pernikahan yang terdiri dari definisi
pernikahan, dan kerangka berpikir.
3. Bab 3: Metodologi Penelitian, yang meliputi: jenis penelitian yang terdiri
dari pendekatan dan metode penelitian. Subyek penelitian yang terdiri dari
teknik pengambilan subyek dan karakteristik subyek. Teknik pengumpulan
data yang terdiri dari metode dan instrumen pengumpulan data, teknik
analisa data, serta prosedur penelitian.
4. Bab 4: Presentasi dan analisa data, yang meliputi: gambaran umum
subyek. Analisa kasus per subyek, yang terdiri dari rin~1kasan hasil
observasi subyek, ringkasan hasil wawancara subyek, dan analisa data
hasil wawancara serta analisa antar kasus.
5. Bab 5: Kesimpulan, diskusi dan saran.
BAB2
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Diri
2.1.1. Definisi gambaran diri
Gambaran diri berawal dari pengertian diri atau self itu sendiri. Robert E.L
Faris (dalam Sarlito, 1997) mengatakan bahwa "Ma11 is not born with a self, or '
with conciousness of self. Each person becomes oh object to himself by
virtue of an active process of discovery the material for building a conception
of self is acquired in the process of interaction with other persons. The self is
defined in the reactions of others." Pendapat di atas menunjukkan bahwa self
tidak ada atau belum ada pada saat manusia dilahirkan, atau pada waktu
masih kanak-kanak. Self itu selanjutnya Jahir dan terbentuk sebagai hasil dari
hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya.
Gambaran diri adalah penjelasan akan keadaan diri sendiri rnaupun pikiran
kita tentang pandangan orang lain terhadap diri kita (Valentina, 2004).
Definisi sederhana atas gambaran diri adalah jawaban individu atas
pertanyaan berikut "what do you believe people think about you?"
Jadi, apa yang orang lain nilai tentang diri kita. Gambaran diri ini turut
menentukan seperti apa diri kita jadinya (Edwin Louis, 2005). Gambaran diri
ini terbentuk bertahun-tahun selama kita hidup. Meskipun demikian, hal ini
dapat diubah dan diganti sesuai dengan gambaran diri yang diinginkan.
Sehubungan dengan gambaran diri ini, kita harus membedakannya dengan
istilah konsep diri. Gambaran diri terbentuk berdasarkan penglihatan orang
lain terhadap diri kita; jadi, pandangan dari luar. Sebaliknya konsep diri,
merupakan sesuatu yang ada dalam diri kita sendiri; jadi pandangan dari
dalam (Valentina, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi gambaran diri:
1. lnteraksi dengan orang lain
Segala aktivitas kita dalam masyarakat memunculkan adanya interaksi
kita dengan orang lain. Dari interaksi yang muncul tersebut, terdapat
usaha untuk pengaruh-mempengaruhi antara kita dan orang lain tersebut.
10
2. Self talk
Self talk adalah kata-kata dari diri sendiri yang kita kata~•an kepada diri
kita sendiri, akibat dari apa yang orang lain katakan mengenai kita. Pada
saat seseorang mengalami tekanan-tekanan, stress yang disebabkan
oleh pendapat orang lain maka self talk akan muncuL
3. Kemampuan berpikir
Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir yang baik, tidak akan
menerima begitu saja apa yang orang lain katakan mengenai dirinya.
Faktor -faktor tersebut di atas akan menciptakan kepercayaan-kepercayaan
yang benar ataupun tidak benar di dalam diri kita dan akhirnya yang akan
mengontrol hidup kita (Edwin Louis, 2005).
Gambar diri yang tidak benar akan membuat kita tidak rnenjadi manusia yang
utuh serta menghambat hubungan kita dengan sesama. Padahal sebagai
makhluk sosial, kita harus berinteraksi dengan makhluk hidlup yang lain.
Sebaliknya, dengan memiliki gambaran diri yang benar, seseorang memberi
nilai yang tinggi kepada dirinya sendiri (Valentina, 2004).
Menurut Rallers (1949) gambaran diri wanita karir dan belum menikah dapat
dilihat melalui aspek diri dan hal-hal diluar diri wanita karir yang berkaitan, ini
meliputi empat hal, yaitu konsep diri, pandangan wanita tentang karir,
11
12
Pandangan wanita tentang pria, dan pandangan wanita tentang pernikahan
dan keluarga. lndividu dinyatakan memiliki gambaran Giri yang benar atau
tidak benar jika minimal tiga dari empat hal tersebut di atas tidak mengalami
atau mengalami masalah (Rallers, 1949).
Dari beberapa pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa gambaran
diri wanita karir belum menikah dilihat dari konsep diri wanita karir,
pandangan wanita tentang karir, pandangan wanita tentan!l pria, dan
pandangan wanita tentang pernikahan dan keluarga.
2.1.2. Definisi konsep diri
Goss dan O'Hair (dalam Sarlito, 1997) menyatakan bahwa "Suatu konsep diri
mengacu pada cara kita menilai diri kita sendiri, seberapa besar kita berpikir
bahwa diri kita berharga sebagai seseorang." William D Brooks
mengemukakan konsep diri sebagai "Self-concept then, can be defined as
those physical, socia:, and psychological of ourselves" (William D Brooks,
1971).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
konsep diri merupakan sesuatu yang ada dalam diri kita sendiri; jadi
Pandangan dari dalam yang meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek
psikologis.
2.1.3. Jenis-jenis Self Concept
13
Menurut Calhoun dan Acocella (1995) mengatakan bahwa ada dua jenis self
concept, yaitu:
a. Positive Self Concept
Ciri pokok dalam konsep diri yang positif adalah adanya penerimaan diri.
Konsep diri ini bersifat stabil dan bervariasi dan meliputi informasi baik yang
bersifat positif maupun negatif akan diri individu tetapi individu dapat
menerima dan memahami kenyataan yang beraneka ragam tentang dirinya.
Terkadang individu merasa kecewa terhadap sesuatu hal, tetapi bukan
berarti menjadi penyesalan yang berlarut-larut.
Menurut brool<s dan Emmert (dalam Rakhmat, 2003) individu yang memiliki
konsep diri yang positif mempunyai ciri-ciri antara lain:
1. Yakin akan kemampuannya untuk mengatasi suatu rnasalah.
2. Merasa setara dengan orang lain.
3. Mampu memperbaiki diri, karena ia sanggup mengungkapkan aspel<
aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha untuk
mengubahnya.
b. Negative Self Concept
Calhoun dan Acocella (1995) mengatakan bahwa konsep diri negatif
memiliki dua tipe yaitu tipe yang pertama dimana individu dengan konsep
diri ini memiliki pandangan yang tidak teratur, dan tidak stabil dengan
dirinya. Dia benar-benar tidak tahu siapa dia, apa kekuatan dan
kelemahannya, atau apa yang dia hargai dalam hidupnya. Tipe kedua justru
kebalikan dari tipe pertama dimana konsep diri menjadi terlalu teratur dan
terlalu stabil yang mungkin disebabkan karena didikan orang tua yang
terlalu keras sehingga individu menciptakan citra diri yan~1 tidak
mengizinkan adanya penyimpangan dari aturan-aturan yang ada.
Menurut Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 2003) individu yang memiliki
konsep diri yang negatif mempunyai ciri-ciri antara lain:
1. Peka terhadap kritik.
2. Responsif terhadap pujian, meskipun ia berpura-pura menghindarinya,
3. Hiperkritis terhadap orang lain.
4. Merasa tidak disenangi oleh orang lain, seflingga sulit menciptakan
kehangatan dan keakraban dengan orang lain.
\4
5. Pesimis terhadap kompetisi.
Berdasarkan pendapat para ahli, maka peneliti menarik kesimpulan untuk
dijadikan indikator-indikator yang akan diukur dalam penelitian ini, bahwa
konsep diri individu dilihat dari cara seseorang menilai dirinya sendiri yang
meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis.
15
16
2.1.4. Pandangan Wanita tentang Karir
Situasi bagi wanita telah sangat berubah, kini wanita tidak lagi terbatas hanya
pada melahirkan dan merawat anak-anak serta melakukan tugas-tugas
rumah tangga.
Karir menjadi bagian yang sangat penting untuk mengembangkan potensi
juga perubahan ke arah yang lebih baik bagi wanita dan usia dewasa lainnya.
Bagi wanita yang memandang karir adalah hal yang penting atau wanita
dengan aspirasi karir, mmah dan hubungan pribadi hanyalah sedikit bagian
dalam hidupnya. Dengan mengembangkan keahlian dan potensinya dalam
pekerjaan, ia merasa puas dan bahagia. (Paula Nicolson, 1996)
Studi tentang kepuasaan hidup wanita yang belum menikah namun berkarir
yang pernah dilakukan oleh Ferree (1976) menunjukkan, bahwa wanita yang
bekerja dan berkarir menunjukkan tingkat kepuasan hidup sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja.
Keuntungan wanita yang belum menikah, mereka dapat memulai karimya
kapan saja. Berbeda pada wanita yang sudah menikah, ia akan mernulai
karimya terlambat, karena terhambat oleh kelahiran anak pertamanya.
Berdasarkan pendapat para ahli, maka peneliti menarik kesimpulan untuk
dijadikan indikator-indikator yang akan diukur dalam penelitian ini, bahwa
pandangan wanita tentang karir dilihat dari kepuasan hidupnya dalam
berkarir.
2.1.5. Pandangan Wanita tentang Pria
Kebanyakan wanita saat ini, memandang pacaran atau pernikahan sebagai
kebutuhan sosial dan bukan kebutuhan pribadi, hanya fifostyle yang bisa
dipamerkan, dan menolak ketidaksempurnaan. Padahal, tidak ada satu
manusia pun yang diciptakan sempurna.
17
Setyo mengatakan bahwa beberapa alasan wanita belum menikah adalah
karena: banyak wanita yang berusaha mendapatkan pasangan dengan
memandang faktor fisiknya, jika pria tersebut tidak tampan dan atletis, maka
usaha wanita tersebut untuk berkenalan akan dihindarL Selain itu, banyak
pula wanita yang memandang pria berdasarkan tingkat inilelligensia dan
materinya. Tidak sedikit pula orang tua yang terlalu idealis dalam
menentukan calon suami untuk sang anak, sehingga banyak pria enggan
untuk mendekati wanita tersebut. Tuntutan itu bisa berupai status sosial
ataupun pekerjaan (www.cahyamediablogspot.com).
18
Sifat yang dicari oleh orang pada pasangannya pun berbeda-beda. Pada
umumnya, seseorang tertarik dengan individu yang memiliki karakteristik
yang sama daripada karakteristik yang berbeda. Begitu pula halnya dengan
wanita. Hanya pada beberapa orang saja, perbedaan mungkin akan menarik.
M.salnya, seorang yang introvert mungkin akan berharap untuk dekat dengan
seorang yang ekstrovert (Berndt dan Perry, 1990).
Validasi konsensual (consensual validation) memberikan sebuah penjelasan
mengapa seorang individu tertarik kepada orang yang rnemiliki kesarnaan
dengannya. Sikap dan perilaku kita didukung ketika sikap dan perilaku orang
lain sarna dengan kita; sikap dan perilaku mereka rnenguatkan sikap dan
perilaku kita. Juga, karena orang lain yang tidak mirip tidak sama dengan
kita, dengan dernikian lebih tidak dikenali. Kita mungkin lebih dapat
rnengontrol orang lain yang sarna dengan kita, yang sikap dan perilakunya
dapat kita prediksi. Dan irnplikasinya dari kesamaan adalah kita akan
menikrnati interaksi dengan orang lain dalam kegiatan yang saling
menguntungkan, dirnana sebagian besar rnemerlukan pasangan dengan
perilaku dan sikap yang sarna (Santrock, 2002).
Pada akhirnya, hubungan dekat dengan orang lain mernberikan saat-saat
yang hangat dan penuh harapan. Narnun ha! itu juga dapat mernbawa kita
pada saat-saat yang tidak bisa dilupakan dan sangat menekan (Santrock,
2002).
Berdasarkan pendapat para ahli, maka peneliti menarik kesimpulan untuk
dijadikan indikator-indikator yang akan diukur dalam penelitian ini, bahwa
pandangan wanita tentang pria dilihat dari pemah atau tidaknya individu
memiliki hubungan dekat dengan seorang pria, saat-saat menyenangkan,
dan saat-saat menekan ketika menjalani suatu hubungan.
2.1.6. Pandangan Wanita tentang Pernikahan dan Kellllarga
Berpasangan (couple) adalah dua individu dari dua keluarga yang berbeda
bersatu untuk membentuk satu sistem keluarga yang baru (Hillary, 2003).
Pernikahan biasanya digambarkan sebagai bersatunya dua individu, tapi
pada kenyataannya adalah persatuan dua sistem keluar9a secara
keseluruhan.
19
Dengan berkeluarga, seseorang dituntut untuk bertanggung jawab, memberi
kasih sayang untuk generasi yang lebih muda, berfungsi sebagai orang tua
yang kompeten bagi anak, dan ini secara sukses menuntut komitmen waktu
s ~bagai orang tua, memahami peran sebagai orang tua, dan menyesuaikan
diri dengan perubahan perkembangan pada anak (Santrock, 1993)
Stinnett dan DeFrain (dalam Hillary, 2003) mengatakan bahwa untuk
membentuk sebuah keluarga yang bahagia, merek« harus meluangkan
waktu bersama, memiliki komunikasi yang baik, menunjul<kan perhatian
kepada yang lainnya, juga harus menjaga ibadahnya.
20
Beberapa ahli pernikahan dan ke!uarga percaya bahwa pernikahan
mencerminkan fenomena yang berbeda-beda bagi perempuan dan lal<i-laki.
Suatu studi tentang beberapa wanita Cina Amerika yang tidak menil<ah
mengatakan bahwa hasil observasi terhadap pernikahan orang tua mereka
membuat mereka enggan untuk menikah (Hillary, 2003). Selain itu,
pekerjaan rumah tangga bagi wanita sering membuat khawatir, melelahkan,
hina, berulang-ulang, terisolasi, tidak pernah sPlesai, tidak dapat dihindari,
dan tidak dihargai, maka, tidak heran bila banyak perempuan yang memiliki
perasaan bercampur aduk terhadap pekerjaan rumah tangga (Santrock,
2002).
Bagaimanapun, keterikatan dan cinta penting bagi kesejahteraan kita
sepanjang hidup. (Santrock, 2002)
21
Bagi wanita, rasa aman, kesetiaan dan dayet tarik emosional antara yang satu
dengan yang lainnya adalah lebih penting dalam pernikahan. Rasa aman
secara emosional dinilai sebagai faktor terpenting dalam hubungan cinta dan
pernikahan, diikuti oleh rasa hormat, komunikasi, perilaku menolong,
hubungan seksual. dan kesetiaan.
Wanita yang secara ekonomi mandiri tidak memiliki kebutuhan ekonomis
untuk menikah, atau tidak membutuhkan orang lain, maka mereka merasa
tekanan yang lebih sedikit untuk menikah. Mereka mungldn menikah untuk
alasan-alasan yang lain (Santrock, 2002).
Mereka berpendapat, pernikahan dan berkarir akan mengakibatkan kerugian
atau stress, dikarenakan adanya tuntutan waktu dan tenaga tambahan,
konflik antara peran pekerjaan dan peran keluarga, persaingan kompetitif
antara istri dan suami, dan jika keluarga itu memiliki anak-anak, apakah
perhatian terhadap kebutuhan anak sudah dipenuhi (Santrock, 2002).
Berdasarkan pendapat para ahli, maka peneliti menarik kesimpulan untuk
dijadikan indikator-indikator yang akan diukur dala1n penelitian ini, bahwa
pandangan wanita tentang pernikahan dan keluarga dilihat dari pendapat
individu mengenai pernikahan, manfaat menikah, pendapat individu
mengenai berkeluarga.
22
2.1.7. Dewasa Madya
Masa dewasa adalah masa yang penuh dengan perubahan, perputaran, dan
pergeseran, adanya kegagalan, keberhasilan dalam karir dan kehidupan. (J.
W. Santrock, 2002)
Menurut Erikson, masa dewasa madya adalah masa berprestasi.
Menurutnya, selama usia madya ini orang akan menjadi lebih sukses atau
sebaliknya mereka berhenti (stagnasi). Yang mendorong orang berhasil
mencapai puncak pada masa ini ialah karena adanya kemauan yang kuat
untuk berhasil pada masa ini.
Meskipun batas-batas usia dewasa madya tidak ditentukan secara tegas,
Santrock menganggap usia dewasa madya sebagai periode perkembangan
yang dimulai kira-kira pada usia 35-45 tahun hingga memasuki usia 60-an.
Bagi banyak orang, paruh kehidupan adalah suatu masa menurunnnya
ketcrampilan fisik dan semakin besarnya tanggung jawab, suatu periode
dimana orang menjadi semakin sadar akan polaritas muda-tua dan semakin
berkurangnya jumlah waktu yang tersisa dalam kehidupan, suatu titik ketika
individu berusaha meneruskan :.;esuatu yang berarti pada generasi
berikutnya, dan suatu masa ketika orang mencapai dan mempertahankan
kepuasan dalam karir kerjanya. (John W. Santrock, 2002)
23
Terdapat komitmen yang lebih besar terhadap pekerjaan seiring
bertambahnya usia. Pada masa dewasa madya ini, orang bekerja dengan
lebih serius, tingkat ketidakhadiran yang dapat dihindarkan semakin sedikit,
d< n lebih banyak mencurahkan diri pada pekerjaan. Berbeda dengan orang
dewasa yang lebih muda, yang masih mengadakan percobaan dengan kerja
mereka, masih mencari jabatan yang tepat. (Rhodes, 1983)
2.2. Wanita Karir
2.2.1. Definisi wanita karir
Gibson menyatakan bahwa "Karir adalah rangkaian sikap dan perilaku yang
berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas kerja selama rentang waktu
kehidupan seseorang dan rangkaian aktivitas kerja yang terus berkelanjutan ''.
Dengan demikian, karir seorang individu melibatkan rangkaian pilihan dari
berbagai macam kesempatan. Jika ditinjau dari sudut pandang organisasi,
karir melibatkan proses dimana orang memperbaharui dirinya sendiri untuk
menuju efektivitas karir yang merupakan batas dimana rangkaian dari sikap
karir dan perilaku dapat memuaskan seorang individu (Gibson, 1989).
Wanita yang berkarir ada!ah wanita yang berkecimpung di kegiatan profesi
seperti usaha, perkantoran (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2000)
24
Wanita karir adalah wanita yang memperoleh atau men1Jalami perkembangan
dan kemajuan dalam pekerjaan, jabatan, dan lain-lain. Sebutan untuk wanita
karir ini bukan hanya untuk mereka yang bekerja di kantor, bekerja apa saja
asal mendatangkan suatu kemajuan dalam kehidupannya, itulah karir. (Pandji
Anoraga, 2006)
Di sini memang ada kaitannya dengan pendapatan. Karena kehidupan yang
maju menunjukkan adanya peningkatan dari yang kurang baik menjadi baik,
dari yang sudah baik menjadi lebih baik. Nah, untuk rnenjadi lebih baik
diperlukan biaya. Tidak mungkin hanya dipikir-pikir saja kemudian terjadi
peningkatan atau kemajuan dalam hidup.
Pendapatan pastilah menjadi motif utama, namun kebosanan, dan keinginan
untuk minat yang baru mungkin terlibat juga. (Santrock, 2002)
Jadi, arti kata pertama dari wanita karir, jelas berh1..bun1Jan dengan bekerja.
Berhubungan dengan pekerjaan yang menghasilkan uang. Kemudian arti
yang kedua, lebih cenderung kepada pemanfaatan kemampuan jiwa atau
karena adanya suatu peraturan, maka wanita memperoleh perkembangan
dan kemajuan dalam pekerjaan, jabatan, dan sebagainya. (Endang T.
Suryadi dalam Pandji Anoraga, 2006).
2.2.2. Kategori wanita karir
Flanders (dalam Mudzhar, 2000) membedakan wanita karir menjadi tiga
kategori, yaitu sebagai beri!rnt:
25
1. Wanita tunggal dan tidak mempunyai anak. Wanita ini memilih untuk tidak
menikah untuk pengembangan karirnya, terutama pada usia dua puluhan
dan awal tiga puluhan. Kebanyakan para wanita karir ini melakukannya
!<arena me~eka merasa cocok.
2. Wanita bekerja yang menikah tanpa anak. Keuntungan bagi wanita karir
yang rnenikah tanpa anak adalah bahwa ia mempunyai pasangan yang
mendukungnya dan membantunya dengan urusan rumah tangga, ia
kurang mempunyai masalah keuangan karena penghasilan ganda, tidak
ada anak yang menyita waktunya dan mengurangi kinerja atau prospek
karirnya.
3. Wanita karir sebagai ibu. Dengan kemungkinan perencanaan keluarga dan
kesempatan yang Jebih terbuka bagi wanita, jumlah wanita yang
menggabung karir dan peranan ibu semakin meningkat.
Dalam penelitian :ni, peneliti menggunakan wanita tunggal dan tidak
mempunyai anak sebagai subyek penelitian.
2.2.3. Manfaat berkarir bagi wanita
Menurut Flanders (dalam Mudzhar, 2000) manfaat berkarir bagi wanita
adalah:
26
a.Mendukung ekonomi keluarga. Dalam hal ini untuk rnembantu kedua orang
tua, misalnya: memenuhi keperluan rumah tangga, ataupun membiayai
keperluan pribadi.
b.Meningkatnya harga diri dan pemantapan identitas. Bekerja,
mernungkinkan seorang wanita rnengekspresikan dirinya sendiri, dengan
cara yang kreatif dan produktif, untuk menghasilkan sesuatu yang
rnendatangkan kebanggaan terhadap diri sendiri, terutama jika prestasinya
tersebut mendatangkan perhargaan dan umpan balik yang positif.
c.Pemenuhan kebutuhan sosial. Dengan bekerja, seorang wanita dapat
rnemenuhi kebutuhan akan kebersarnaan dan untuk menjadi bagian dari
suatu komunitas.
d.Peningkatan skill dan kompetensi. Dengan bekerja, maka seorang wanita
harus bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan, blik tuntutan tanggung
jawab maupun tuntutan skill dan kompetensi. Untuk itu, seorang wanita
dituntut secara kreatif menemukan segi-segi yang bisa dikembangkan demi
kemajuan dirinya. Peningkatan skill dan kompetensi yang terus-menerus
akan mendatangkan 'nilai lebih' pada dirinya sebagai seorang karyawan,
selain rasa percaya diri yang mantap.
27
Studi tentang kepuasaan hidup wanita yang belum menikah namun berkarir
yang pernah dilakukan oleh Ferree ( dalam Paula Nicolson, 1996)
menunjukkan, bahwa wanita yang bekerja menunjukkan tingkat kepuasan
hidup sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja.
Dunia kantor yang diserahkan pada wanita akan melahi;rkan suasana
perawatan yang semarak. Wanita cenderung lebih terikat pada kewajiban
nyata, karena pada dasarnya lebih terikat dan bersatu dengan sekelilingnya,
sedangkan pria lebih terikat pada hal yang bersifat proyek yang secara
finansial akan menguntungkannya.
2.3. Pernikahan
2.3.1. Definisi pernikahan
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata "nikah", pertama sebagai
perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan resrni,
arti yang kedu2 sebagai perkawinan.
Dalam UU no 1tahun1974 tentang perkawinan dan penjelasannya PP no 9
tahun 1975 tentang pelaksanaan undang-undang tersebut dan penjelasannya
tidak terdapat istilah nikah yang ada adalah istilah kawin. Kedua istilah nikah
dan kawin itu dalam Bahasa Indonesia sudah umum dipakai oleh masyarakat
dengan pengertiannya yang sama.
Jika kita lihat menurut istilah, pernikahan memiliki batasan-batasan dalam
mendefinisikannya tergantung pada pendekatan yang digunakan oleh tokoh
tokoh atau 01·ang-orang yang mendefinisikan arti pernikahan tersebut.
Ellis mengatakan bahwa pernikahan adalah suatu ikatan antara pria dan
wanita yang kurang lebih permanent, ditentukan oleh kebudayaan dengan
tujuan mendapatkan kebahagiaan (Ellis, 1944).
Sebaliknya, belum menikah atau dalam status lajang menurut arti secara
harfiah, secara umum dalam Bahasa Indonesia adalah seseorang yang
memiliki status pernikahan yang belum pernah menikah. Peter (dalam Hillary,
2003) mengatakan bahwa "Wanita lajang adalah wanita yang belum pernah
menikah."
Belum menikah atau dalam status lajang adalah seseorang yang belum
pernah melakukan upacara pengikatan janji nikah (Olds, 1986). Belum
menikah atau dalam status lajang, yakni belum pernah melakukan upacara
pengikatan janji nikah. Wanita lajang yang sukses dan punya kehidupan
mapan ini, akan berpikir seribu kali tentang pernikahan. Apakah sesudah
menikah kehidupan mereka semakin baik atau sebaliknya. (www.google.com)
29
2.'\. Kerangka Berpikir
Bagi sebagian wanita metropolis yang modern, masa belum menikah {dalam
status lajang) bukan lagi masa penantian yang meresahk:an. Tapi justru
sebaliknya, "Mumpung masih sendiri, bekerjalah dan nikrnati hidup sepuas
puasnya," begitu kata mereka (www.google.com).
Manusia mempunyai kebutuhan akan aktualisasi diri, clan menemukan
makna hidupnya melalui aktivitas yang dijalaninya. Beke1ja dan berkarir
adalah salah satu sarana atau jalan yang dapat dipergunakan oleh manusia
dalam menemukan makna hidupnya. Dengan berkarya, berkreasi, mencipta,
mengekspresikan diri, mengembangkan diri dan orang lain, membagikan ilmu
dan pengalaman, menghasilkan sesuatu, serta mendapatkan penghargaan,
penerimaan, prestasi, adalah bagian dari proses penemuan dan pencapaian
kepenuhan diri (Abraham maslow, 1954).
Kebutuhan akan aktualisasi diri melalui karir, adalah merupakan salah satu
pilihan yang banyak diambil oleh para wanita di zaman sekarang ini, terutama
dengan makin terbukanya kesempatan yang sama pada wanita untuk meraih
jenjang karir yang tinggi (Ritandiyono dan Retnaningsih, 1996).
30
Namun, masih ada perbedaan dalam memandang wanita karir yang belum
dan yang sudah menikah. Bagi sebagian masyarakat, wanita yang berusia 30
tahun atau lebih dan belum menikah, akan diberi label yan9 kurang enak,
seperti tidak laku, perawan tua, sibuk mengejar karir, takut menikah, dan lain
sebagainya. Terkadang orang tua pun turut merasa malu kalau putri mereka
belum menikah. Adanya masyarakat yang cenderung memberikan penilaian
yang negatif terhadap wanita yang belum menikah, dapat rnenyebabkan
wanita ini juga memiliki pikiran yang negatif terhadap dirinya. Dari sinilah
muncul problem kurang percaya diri, dan hobi mengkritik diri sendiri.
Dari penjelasan diatas dapat diasumsikan bahwa pada wanita karir yang
belum menikah biasanya memiliki perasaan dan pikiran ne9atif, seperti
menjaga jarak dengan lingkungan sekitar, kurang percaya diri. Untuk itulah
seringkali akan muncul masalah yang berkaitan dengan gambaran diri yang
tidak benar. Namun, di lain pihak banyak pula masyarakat ataupun orang tua
yang menganggap wanita yang belum menikah sebagai hal yang biasa saja,
sehingga wanita yang belum menikah tersebut tetap memiliki rasa percaya
diri.
Dari hal-hal yang telah dipaparkan di atas, dalam penelitian ini peneliti ingin
mengetahui bagaimanakah gambaran diri wanita karir yang belum menikah.
Gambar 2.1.
Bagan gambaran diri wanita karir yang belum menikah
Gambaran Diri Wanita Karir yang Belum Menikah: - konsep diri - pandangan wanita
tentang karir - pandangan tentang pria
---- Gambaran diri yang benar Seseorang memberi nilai yang tinggi pada
dirinya sendiri
-_ Gambaran diri yang tidak benar Hubungan seseorang den!ian sesamanya
31
- pandangan tentang akan terhambat, menjadi manusia yang tidak utuh pemikahan dan keluarga
Railers menyatakan bahwa individu dinyatakan memiliki gambaran diri yang
benar jika minimal terdapat tiga dari empat hal di atas (konsep diri,
pandangan wanita tentang karir, pandangan tentang pria, pandangan tentang
pernikahan dan keluarga) yang tidak memiliki masalah (Railers, 1949).
BAB3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Peneliti memilih penelitian kualitatif dalam menjawab permasalahan, karena
penelitian ini berusaha memahami melalui sudut pandang subyek penelitian.
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu ingin
mengetahui gambaran diri wanita karir yang belum menikah. Maka menurut
peneliti pendekatan penelitian yang tepat adalah dengan pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yan9 lebih menekankan
pada manfaat dan pengumpulan informasi dengan cara mendalami
fenomena yang diteliti (Moleong, 2004). Penelitian kualitatif menghasilkan
dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara,
c>tatan lapangan, dan sebagainya. Pendekatan kualitatif mencoba
menerjemahkan pandangan-pandangan dasar interpretif dan fenomenologis
(Poerwandari, 1998). Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini
33
adalah metode studi kasus. Studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok
bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila
peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa yang akan
diselidiki dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fonomena
kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata (Yin,2006).
3.2. Pengambilan Subyek
3.2.1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian diambil dengan menggunakan pendekatan purposive
sample (sampel bertujuan). Sampel bertujuan dilakukan dengan cara
pengambilan sampel didasarkan atas tujuan tertentu (Moleong, 2004).
Pengambilan sampel penelitian didasarkan atas ciri-ciri, sifat atau
karakteristik yang ditentukan oleh peneliti.
Adapun karakteristik subyek yang diambil adalah:
1. Wanita belum menikah usia 35 tahun sampai 41 tahun.
Peneliti memilih wanita karir yang berusia madya (3:5-41 tahun) karena
umumnya pada usia ini seseorang sudah memiliki karir yang jelas, tidak
seperti orang dewasa yang lebih muda yang masih mengadakan
percobaan dengan kerja mereka, masih mencari jabatan yang tepat
(Santrock, 2002). Secara fisik, wanita pada usia ini mulai mengalami
34
penurunan fisik dan dianggap kurang aman bila menjalani kehamilan dan
persalinan pertama.
2. Memiliki karir.
Dalam hal ini, peneliti tidak memilih wanita karir yang bekerja di kantor,
sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Pandji Anoraga bahwa sebutan
wanita karir ini bukan hanya untuk mereka yang bekerj<3 di kantor, bekerja
apa saja asal mendatangkan suatu kemajuan dalam kE~hidupannya, itulah
karir (Pandji Anoraga, 2006).
3. Sudah berkarir minimal selama 5 tahun.
Dipilihnya wanita yang sudah berkarir minimal selama 5 tahun adalah
karena peneliti menganggap dalam rentang waktu tersebut seseorang
telah memiliki pengalaman yang cukup dan telah mernperoleh kemajuan
dalam pekerjaan dan hidupnya. Dalam rentang waktu :5 tahun, seseorang
diperkirakan telah memperoleh kemajuan dan perkembangan dalam
pekerjaannya (Uken Junaedi, 2005).
4. Berada di wilayah Bogor, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan.
Peneliti memilih subyek di wilayah tersebut agar peneliti dapat dengan
mudah melakukan penelitian dan dapat dengan mudah menghubungi
subyek kembali jika ada data yang terlewat atau kurang.
Karena tidak adanya ketentuan dalam pengambilan subyek maka dalam
penelitian ini peneliti mengambil 3 subyek untuk dijadikan sampel.
35
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara sebagai metode utama dan observasi sebagai metode
pendukung.
3.3.1. Wawancara
Menurut Banister (dalam Poerwandari, 1998) wawancara adalah percakapan
dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara
kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan
tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkesan topik yang
diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal
yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilal<ukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang rnengajul<an
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban
atas pertanyaan (Moleong, 2.00f).
I 1formasi tentang gambaran diri wanita karir yang belurn menikah ini al<an
digali oleh peneliti, melalui teknik wawancara mendalam.
36
Dengan demikian peneliti dituntut bagaimana membuat subyek lebih terbuka
dan leluasa dalam memberi informasi atau data, untuk mengemukakan
pengetahuan dan pengalamannya terutama yang berkaitan dengan informasi
sebagai jawaban terhadap permasalahan penelitian, sehingga terjadi
semacam diskusi, obrolan santai, spontanitas atau alamialh dengan subyek ,/
penelitian sebagai pemecah masalah dan peneliti sebagai pemancing
timbulnya permasalahan agar muncul wacana yang detail
3.3.2. Observasi
lstilah observasi diturunkan dari bahasa Latin yang berarti melihat dan
memperhatikan. lstilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan
secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mernpertimbangkan
hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut (Poerwandari, 1998).
Observasi selalu menjadi bagian dalam penelitian psikolo!~is, dapat
berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperimental) maupun dalam
konteks alamiah (Banister dkk dalam Poerwandari, 1998).
Menurut Patton (dalam Poerwandari, 1998) observasi merupakan metode
pengumpulan data essensial dalam penelitian, apalagi peneliti dengan
menggunakan pendekatan kualitatif.
Walgito (1999) mengatakan bahwa dalam observasi di kenal dua jenis
observasi, yaitu:
a. Observasi Partisipan
37
Merupakan observasi dimana observer atau peneliti ikut ambil bagian
dalam situasi atau keadaan yang akan diobservasi, obse~rver ikut sebagai
pemain tidak hanya sebagai penonton.
b. Observasi Non Partisipan
Dalam observasi ini observeratau peneliti tidak ikut ambil bagian secara
langsung dalam situasi yang ditelitinya. Peneliti atau observertidak
sebagai pemain tetapi sebagai penonton.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi non partisipan,
dimana dalam penelitian ini, peneliti tidak ikut ambil bagian secara langsung.
3.4. lnstrumen Pengumpulan Data
3.4.1. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara adalah daftar pertanyaan mengenai tema-tema atau
topik yang harus tercakup dalam sebuah wawancara. Pec!oman wawancara
digunakan sebagai pegangan bagi pewawancara agar tetap pada tujuan
penelitian, juga berfungsi untuk mengingatkan akan topik··topik yang ingin
digali serta memudahkan kalegorisasi dalam melakukan analisis data.
Pedornan ini disusun berdasarkan konsep-konsep teoritis yang telah
dibangun dalam kajian pustaka.
\Nawancara yang akan dilakukan bersifat terbuka dan mendalam dengan
menggunakan pedoman wawancara umum. Digunakan wawancara terbuka
untuk memberikan kesempatan bagi subjek agar dapat rnengekpresikan diri
dalam memberi jawaban dan memperluas jawabannya. Dalam wawancara
38
yang sesungguhya, pewawancara tidak perlu memberikan pertanyaan secara
urut dan ketat mengikuti pedoman wawancara, tet<1pi diberikan peluang untuk
menyesuaikan diri dengan situasi dan subjek yang dihadapi,
mengembangkan pertanyaan dan melakukan probing untuk memperjelas dan
mengelaborasi jawaban subjek. Penggunaan kata-kata pun tidak terlalu ketat
dalam hal aturan bahasa. Pendeknya fleksibil!tas ditekankan di sini (Moleong,100f.!).
39
Hal ini penting dalam usaha peneliti menjalin hubungan yang baik dengan
subjek, membangun rasa percaya subjek kepada peneliti, memperjelas
pertanyaan yang akan diajukan bilamana diperlukan, serta pada akhirnya
mendapatkan informasi selengkap mungkin dari subjek sesuai dengan tujuan
penelitian.
Tabel 3.1. Blue PrintWawancara Gambaran Diri
Aspek lndikator Sub lndikator
Gamba ran 1. Konsep diri 1. 1 Aspek fisik diri wanita 1.2 Aspek sosial kariryang 1.3 Aspek psikologis be!um menikah 2. Pandangan wanita 2. 1 Kepuasan dalam berkarir
tentang karir 2.2 Potensi dan keahlian
3. Pandangan wanita 3.1 Hubungan dekat dengan tentang pria pria
3.2 Saat-saat menyenangkan 3.3 Saat-saat menekan
4. Pandangan wanita 4.1 Penclapat indiviclu tentang pernikahan dan men!ienai pernikahan keluarga 4.2. Manfaat menikah
4.3. Penclapat individu men!ienai berkeluarga
40
3.4.2. Lembar Observasi
Lembar observasi dibuat dalam bentuk catatan lapangan yang berfungsi
untuk mencatat hal-hal penting yang relevan dengan permasalahan
penelitian yang tidak dapat diperoleh melalui proses wawancara. Lembar
observasi ini digunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting, dapat
membantu menerangkan lebih lanjut yang diperoleh atau berpengaruh
terhadap jalannya wawancara. Hal-hal yang dicatat meliputi setting, tempat
wawancara berlangsung, lama wawancara, hal-hal yang terjadi selama
wawancara yang mungkin berpengaruh terhadap hasil wawancara,
penampilan subjek secara keseluruhan, respon subjek terhadap pertanyaan
pertanyaan dan cara menyampaikan informasi.
Dalam catatan subjek, peneliti juga mencatat point-point penting, menarik
atau kurang jelas mengenai kasus subjek yang muncul selama wawancara
disertai komentar atau pertanyaan peneliti, catatan ini berguna untuk
memudahkan penelitian dalam mendapatkan dan me.1gingat garis besar dan
benang merah kasus tersebut, mengembangkan wawancara dan mem
probing subjek lebih lanjut.
41
Selain instrumen penelitian, peneliti menggunakan beberapa alat bantu
dalam pengumpulan data, yaitu:
a. Tape Recorder
Selain mengggunakan pedoman wawancara, untuk mempermudah
pengumpulan data peneliti menggunakan tape recorder atau a lat perekam
dan tentunya kaset untuk merekam semua pembicaraan selama wawancara.
Alat ini digunakan agar peneliti dapat lebih berkonsentrasi dalam wawancara.
Penggunaan alat perekam ini harus seizin subjek penelitian terlebih dahulu,
sehingga proses pengumpulan data dapat berjalan dengan baik tanpa
adanya gangguan dari kedua belah pihak.
b. Alat Tulis
Alat tulis yang digunakan adaluh buku tulis, pensil, dan pulpen. Dengan
tujuan penggunaan alat tulis ini adalah untuk mencatat semua data atau
informasi dalam suatu penelitian, baik wawancara atau observasi.
42
3.5. Tekhnik analisa data
Dalam penelitia11 kualitatif, metode apapun yang digunakan maka data-data
yang diperoleh merupakan kata-kata dan bukan angka-angka. Analisis data
merupakan proses untuk membuat data yang dikumpulkan menjadi teratur,
terstruktur dan bermakna. Menurut Patton (dalam Moleong, 2004) analisa
data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam
suatu pola, kategori, dan suatu uraian dasar. Pada tahap ini yang dilakukan
adalah kegiatan menganalisa data yang dipersiapkan dari proses
pengumpulan data (wawancara dan observasi).
Data yang dipero!eh akan dianalisa dengan menggunakan teknik analisa data
kualitatif. Poerwandari (2001) memberikan beberapa tahapan yang
diperlukan dalam menganalisa data kualitatif, tahapan tersebut adalah:
1. Mengorganisasikan data
Setelah peneliti mendapatkan data dari subyek melalui wawancara dengan
alat perekam, kemudia peneliti merubahnya ke dalam transkip verbatim
(dalam bentuk tulisan). Karena datanya yang beragam dan banyak, data
harus diorganisasikan dengan rapi, sistematis dan len9kap.
2. Mengelompokkan data
Langkah pertama sebelum analisis adalah membubuhl<an kode-kode pada
data yang diperoleh. Pengkodean (coding) dimaksudkan untuk dapat
mengorganisasikan dan mensistematisasikan data secara lengkap dan
mendetail, sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik.
3. Analisis kasus
43
Analisis yang pertama dilakukan adalah melakukan analisis terhaclap
masing-masing kasus. Analisis dilakukan melalui hasil wawancara yang
diungkap responden. Tahap yang kedua adalah melakukan analisa antar
kasus yang tujuannya untuk mengungkap perbedaan dan persamaan antar
subyek serta menyimpulkannya.
4. Menguji Asumsi
Setelah kategori dan pola data tergambar dengan jelas, pada tahap ini
kategori yang telah di dapat melalui analisis di tinjau kembali berdasarkan
landasan teori yang dijabarkan pada bab sebelumnya, sehingga data yang
diperoleh dapat dicocokkan apakah ada kesamaan antara landasan teori
dengan data yang didapat.
3.6. Prosedur Penelitian
Sistem penelitian secara operasional dijelaskan sebagai berikut:
1.Tahap persiapan penelitian
Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah membuat pedoman
wawancara dan panduan observasi yang disusun berdasarkan beberapa
teori yang relevan dengan masalah yang ada. Pedomari wawancara ini
44
berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang
ketika wawancara berlangsung. Kemudian peneliti mencari calon subjek
yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Selanjutnya peneliti
meminta kesediaannya dan kemudian membuat kesepakatan dengan
subjek tersebut mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara.
2.Tahap pelaksanaan penelitian
Sehari sebelum waktu pertemuan yang telah ditentukan, peneliti
menghubungi subjek untuk memastikan kembali janji pertemuan yang telah
direncanakan. Peneliti juga mempersiapkan pedoman wawancara dan
panduan observasi. Setelah peneliti bertemu dengan subyek, peneliti
memperkenalkan diri dan secara singkat menjelaskan maksud penelitian,
hal ini penting untuk membuat subyek merasa nyaman dan bebas dalam
menjawab pertanyaan. Selanjutnya peneliti mulai observasi dan
mewawancarai subyek mengikuti pedoman wawancara dan observasi yang
telah peneliti siapkan sebelumnya.
3. Tahap penyelesaian penelitian
Setelah peneliti mendapatkan data-data yang diperlukan, peneliti mengolah
data tersebut dan menganalisanya berdasarkan teori yang ada, yang
kemudian akan diruangkan dalam bentuk analisa tertulis dalam bab 4.
BAB4
PRESENTASI DAN ANALISA IJATA
Analisa hasil penelitian ini terdiri dari gambaran umum subyek, analisa kasus
per subyek dan analisa antar kasus.
4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap individu yang berkarir dan belum menikah,
subyek penelitian terdiri dari 3 (tiga) orang wanita. Untuk rnelihat secara
umurn tentang identitas subyek, di bawah ini terdapat identitas subyek yang
namanya berupa inisial, hal ini dilakukan untuk menjaga kerahasiaan subyek.
Tabel 4.1
GAMBARAN UMUM SUBYEK
~ Subyek I Subyek II
k (MM) (RS)
Usia 35 tahun 35 tahun
Pekerjaan Karyawati swasta Karyawati Swa
Lama bekerja 11 tahun 15 tahun
Pendidikan Si Diploma3
Subyek Ill
(EL)
41 tahun
st'3 Wiraswasta
7 tahun
SMA
46
4.2. Analisa Kasus Per Subyek
4.2.1. Kasus MM
a. Ringkasan Hasil Observasi Subyek
Proses wawancara yang dilakukan dengan MM berlangsung selama 1 jam 45
menit, hari sabtu, 8 September 2007 bertempat di kediaman MM pada pukul
13.00-14.45 wib. Sebelumnya kami telah membuat kesepakatan untuk
bertemu pada jam dan tempat yang telah ditentukan sendiri oleh subjek.
Peneliti tiba di kediaman MM pada pukul 12. 45, lalu subyek mengajak
peneliti masuk ke dalam kamarnya yang terlihat rapi, semua benda
diletakkan pada tempatnya, tidak ada satu benda pun yang terlihat tercecer.
Subyek sempat mengeluh dengan keadaan mukanya yang kemerahan dan
mengelupas "duuh, dari kemarin saya nggak ke kantor nih, dokter bilang
alergi, karena merah-merah gini, saya jadi segan kemana-mana ", ucapnya.
Ciri-ciri fisik yang tampak pada subyek ketika wawancara adalah, MM berkulit
kuning langsat dan bertubuh kurus tinggi, ia memiliki bentuk wajah yang oval
dan rambut yang lurus panjang, ia mengenakan kaos putih berlengan pendek
dan celana selutut berwarna coklat muda. MM tidak terlihat cacat. Volume
suara MM pada akhir wawancara lebih pelan jika dibandingkan di awal
wawancara. Posisi duduk MM dekat dengan peneliti, subyek tidak banyak
melakukan perubahan posisi duduk.
47
MM terlihat kooperatif dan tegas dalam menjawab setiap pertanyaan, subyek
menjawab setiap pertanyaan dengan jawaban yang singkat pada setiap
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
MM tampak santai selama jalannya proses wawancara, walaupun beberapa
kali tampak mengelus mukanya.
Peneliti mengenal MM karena peneliti dan MM pernah mengikuti seminar
yang sama, akan tetapi peneliti dan MM tidak mengenal dengan dekat.
Menjadi subyek di penelitian ini adalah atas keinginan MM sendiri.
b. Ringkasan Hasil Wawancarc. Subyek MM
Latar Belakang MM
MM adalah anak bungsu dari 4 bersaudara. la bekerja sebagai sekretaris di
perusahaan yang bergerak di bidang ekspor import, di daerah Cilandak.
Sebelumnya MM kuliah di Politeknik lnstitut Teknologi Bandung (ITB) jurusan
niaga.
48
Wanita keturunan Jawa ini sudah tidak tinggal bersama l<edua orang tuanya,
ia hanya berkunjung ke rumah orang tuanya pada hari libur kerja. Terkadang
MM suka kesal kalau orang tuanya ribut dengan masalahnya yang sampai
saat ini belum memiliki pasangan. Karena ia anak paling kecil, dan semua
kakak-kakaknya sudah menikah dan berkeluarga. Walaupun cukup sering
merasa kesal dengan kedua orang tuanya, namun MM mengaku ingin
membahagiakan mereka, yakni dengan terus berusaha mencari pasangan
hidup.
Saat ini MM menyewa rumah di daerah Jakarta Timur. la juga membeli
rumah di daerah Bekasi, namun sampai saat ini belum ditempati karena
belum selesai.
Wanita yang lahir pada tanggal 1 Juli 1972 ini mengaku senang membaca,
travelling, dan belanja. Terkadang ia juga suka memasak dan mencoba
resep-resep baru kalau ia sedang jenuh dengan tugas-tugasnya di kantor.
Motto hidupnya adalah "let it flow", namun tetap berusaha untuk menjadi
lebih baik.
49
c. Analisa Data Hasil Wawancara Kasus MM
Gambaran Diri
1. Konsep Diri
Saat ini MM sudah cukup merasa nyaman dengan dirinya sendiri. la senang
merawat diri, ke salon, karena dengan melakukan hal tersebut akan
meningkatkan rasa percaya dirinya.
Hal ini terungkap dalam pernyataan MM
"Maksudku sih saya tetap pada the way I "'Yl, saya senang merawat diri di salon, walau gak upgrade kita jadi model minimal increase percaya diri, dan yang penting saya merasa nyaman dengan diri saya sendiri."
Hubungan MM dengan sahabat-sahabatnya sangat baik, ia memiliki 5 orang
sahabat yang benar-benar dekat dengannya.
"Sangat baik, salah satu kegembiraan saya, saya mempunyai lebih dari 5 orang sahabat yang benar-benar dekat."
Selain sahabat, ia juga selalu menjaga komunikasi dengan teman-temannya
yang lain.
"Keep in touch, lewat sms ama telepon mungkin da/am beberapa bu/an sekali kita ketemu."
Kadang-kadang MM merasakan kesendirian, terutama kalau orang tuanya
ribut dengan masalahnya, namun ia menyukai keadaannya sekarang, karena
ia sangat percaya akan jalan Tuhan, walaupun sampai saat ini ia belum
50
menikah, ia masih merasa kaya dan memiliki banyak anugerah dalam hal
lain.
"Ya ... kesendirian, tapi itu saya rasakan kadang-kadang aja. Ka/au orang disekitar terutama ortu ribut dengan ma sa/ah saya, ya kadangkadang bete .. but aftera/11 ok with my life." "Karena saya sangat percaya akan jalan Tuhan, dan sampai saat ini saya merasa bagaimanapun keadaan saya yang tie/um menikah, hidup saya masih terasa kaya dan ban yak anuger:;ih dalam ha/ lain."
Dari beberapa pernyataan MM diatas, peneliti menarik kesimpulan bahwa
sikap penerimaan diri MM menunjukkan gejala konsep diri yang positif,
seperti dikemukakan oleh Calhoun dan Acocella (1995), bahwa ciri pokok
dalam konsep diri yang positif ini adalah adanya penerimaan diri. Walaupun
terkadang MM merasakan kesendirian, dan menerima informasi negatif
terutama dari orang tua tentang dirinya, tetapi ia tidak menyesali
keadaannya.
2. Pandangan tentang Karir
MM mengaku senang bekerja, dengan bekerja ia mendapatkan uang,
fasilitas, networking dan aktualisasi diri. Sampai saat ini MM sudah merasa
cukup puas dengan apa yang telah dicapainya sampai saat ini, ia sudah
memiliki rumah sendiri dan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri,
termasuk untuk hal - hal yang kurang penting, seperti bersenang - senang. la
tidak pernah menganggap bahwa pekerjaan adalah hidupnya seutuhnya.
Hal ini terungkap dalam pernyataan MM
"Saya senang bekerja".
51
"Ka/au buat saya sendiri, pekerjaan adalah peker}aan. Sarana untuk mendapatkan uang dan media aktualisasi diri. Saya berusaha bekerja sebaik-baiknya, disiplin dengan menjaga kredibilitas diri. Tetapi saya nggak pemah menganggap pekerjaan adalah hidup saya seutuhnya." "Pertama, uang dan fasilitas, selain itu networking dan aktualisasi diri." "So far ya, wa/au ga berlebih, saya sudah bisa mencukupi diri sendiri plus bersenang-senang. I have my own house at Bekasi, nyicil sih .. "
Walaupun senang bekerja, ia juga pernah merasa jenuh dengan
pekerjaannya, ia mengaku sering mengalami kesulitan dalam menjalani tugas
- tugasnya di kantor. Walaupun hanya bekerja sebagai sekretaris, namun ia
merasa dituntut untuk dapat mengerjakan banyak hal dalam waktu yang
sama. Suatu saat nanti ia ingin memiliki bisnis sendiri.
"Sa ya senang bekerja, tapi ada saatnya juga jenuh ... Ka/au bisa memilih saya juga suatu saat ingin mempunyai bisnis sendiri dan berdiri sendiri." " Yang paling repot karena pekerjaan saya sangat multitasking". "Saya kerja sama orang Expatriate from Poland, dia punya bisnis ekspor import, resminya cuma sekretaris by the way tapi kerjaan saya seperti yang punya, hee .. he .. dari operasional, finance, administration, kadang - kadang sampe urusan rumah, pokoknya seksi repot. Saya kaya dituntut bisa mengerjakan banyak ha/ dalam waktu bersamaan, hapal segala macam ya pusing juga tapi kalau dah terbiasa ya jalan -jalan aja".
Dari beberapa pernyataan MM, peneliti rnenarik kesirnpulan bahwa saat ini,
MM merasa bahagia dengan apa yang telah ia capai sekarang. lni sesuai
52
dengan apa yang dikatakan Paula Nicolson (1996) bahwa bagi wanita karir,
dengan mengembangkan keahlian dan potensinya dalam pekerjaan, ia
merasa puas dan bahagia.
3. Pandangan tentang Pria
MM mengaku tertarik pada pria dengan melihat fisiknya.
Hal ini terungkap dalam pernyataan MM
"Fisik, tapi terns bembah, tapi benar-benar karena chemistry".
MM pernah berhubungan dekat dengan seorang pria, menurutnya saat-saat
menyenangkan dari hubungan itu adalah kebersamaan.
"Ya." "Kebersamaan."
MM tidak pernah mengalami trauma atau saat-saat menekan dalam
menjalani hubungan, kalau sam'Jai saat ini ia belum memiliki pasangan
adalah karena perbedaan keyakinan, dan beberapa halangan lain, seperti
alasan orang tua yang tidak setuju, atau karena MM merasa sudah tidak
cocok lagi dengan pasangannya.
"Yang pasti nggak ada kenangan yang menyakitkan". "Saya sih nggak punya kenangan yang menyakitkan, toh berakhir
baik-baik .. Jadi no heart feeling atau saya jadi trauma gitu .. kalau buat saya ya saya sih masih menikmati hidup saya and enjoy. Ka/au saya be/um menikah emang benar - benar ja/an saya be/um diarahkan kesana kali ya .. "
53
"Sa ya selalu kebentur perbedaan keyakinan, ka/au Sya/i tau saya dari golongan minoritas ... dan kebanyakan teman-teman saya juga pun ya masa/ah ini Kalaupun ketemu dengan yang seiman tetap kalau gak jodoh ya gak bisa dipaksa juga .. (diam sebentar) ada aja halangannya." "Hm .. orang tua juga bisa gak setuju, terus ada perbedaan sifat,
prinsip dalam hidup caile ... Kadang-kadang rasanya gak sejalan lagi aja."
Saat ini, MM mengaku sudah terbiasa hidup mandiri, ia takut bila ia memiliki
pasangan nanti, ia menjadi orang yang egois dan sulit berbagi dengan orang
lain.
"Karena terbiasa mandiri, saya takut menjadi agak egois dan sulit berbagi ketika sudah bersama orang lain ... bukan bersifat material tentunya .. "
Dari beberapa pernyataan MM, peneliti menarik kesimpulan bahwa MM
adalah wanita yang memandang pria untuk kebutuhan sosial, karena MM
memandang pria melalui penampilan fisik dan kesamaan karakteristiknya.
Dr Setyo (www.cahyamediablogspot.com) mengatakan bahwa wanita yang
berusaha mendapatkan pria dengan memandang faktor fisiknya, adalah
wanita yang memandang pacaran atau pernikahar sebagai kebutuhan sosial,
dan bukan kebutuhan pribadi.
Pernyataan MM di atas juga sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Berndt
dan Perry (dalam Santrock, 2002) bahwa sifat yang dicari oleh orang pada
pasangannya berbeda-beda, pada umumnya seseorang tertarik dengan
individu yang memiliki karakteristik yang sama daripada karakteristik yang
berbeda.
4. Pandangan tentang Pernikahan dan Keluarga
MM mengaku ingin menikah. la memandang pernikahan se,bagai suatu
bentuk kornitmen, agar ia bisa bersama dan berbagi selamanya denuan
orang lain. Dengan menikah, ia berharap hidupnya akan menjadi lebih
lengkap.
Hal ini terungkap dalam pernyataan MM
"Menjadi orang terakhir di ke/ompok saya yang menikah ". "Komitmen untuk bisa bersama dan berbagi selamanya"
"Kelengkapan kebahagiaan, dalam arti bukan mencari kesenangan atau kebahagiaan tapi hidup menjadi lebih lengkap .. "
Namun, karena sudah terbiasa hidup mandiri, MM merasa takut bila ia
memiliki pasangan nanti, ia menjadi orang yang egois dan sulit berbagi
dengan orang lain.
"Karena terbiasa mandiri, saya takut menjadi agak egois dan sulit berbagi ketika sudah bersama orang lain. .. bukan f)ersifat material tentunya .. "
54
Orang tua MM berharap agar MM cepat menikah dan rnemberikan cucu pada
mereka.
"Mereka bilang, ka/au saya sih tingal menikah dan memberikan cucu kepada mereka, ha ha (sambil tertawa kecil) karena memang tinggal saya yang be/um."
55
Dari beberapa pernyataan MM diatas, peneliti menarik kesimpulan bahwa
wanita yang memandang pernikahan sebagai alasan agar hidupnya menjadi
lebih lengkap, maka mereka merasa tidak terlalu membutuhkan orang lain
dalam hidupnya. Seperti yang dijelaskan oleh Santrock (2002), bahwa wanita
yang merasa tidak membutuhkan orang lain, atau secara ekonomi mandiri
tidak memiliki kebutuhan untuk menikah, maka mereka merasa memiliki
tekanan yang lebih sedikit untuk menikah.
Bagan
Gambaran Diri Wanita Karir Belum Menikah pada MM
MM pada masa dewasa madya ]
Senang bekerja sebagai sarana untuk mendapatkan penghasilan
dan aktualisasi diri
Tidak menganggap pekerjaan l adalah hidup seutuhnya
Memiliki keinginan untuk menikah
Hambatan
~ ~ Sudah terbiasa Takutegois ~
~ mandiri sulit berba
56
4.2.2. Kasus RS
a. Ringkasan Hasil Observasi Subyek
Proses wawancara yang dilakukan dengan RS berlangsung selama 1 jam 5
menit, hari Minggu, 9 September 2007 bertempat di rumah RS pada pukul
15.05-16.00 wib. Sebelumnya kami telah membuat kesepakatan untuk
bertemu pada jam dan tempat yang telah ditentukan sendiri oleh subyek.
57
Sesampainya peneliti di rumah RS, subyek langsung mengajak peneliti
masuk ke dalam kamarnya. Dinding kamar RS berwarna biru muda, di atas
meja kerjanya ter!ihat beberapa buku yang tidak diletakkan pada tempatnya.
Sebelum memulai wawancara RS menyalakan AC di kamarnya, ia
mengatakan bahwa cuaca siang itu cukup panas. RS terlil1at begitu ramah,
sangat antusias juga kooperatif terhadap proses wawancara.
Ciri-ciri fisik yang tampak pada subyek ketika wawancara adalah, RS berkulit
s:iwo matang, dengan tinggi badan sekitar 160 cm, mengenakan kaos biru
bergaris dan celana selutut dengan rambut diikat dengan jepit rambut
berwarna hitam. RS tidak terlihat cacat. Volume suara RS dari awal hingga
akhir wawancara adalah stabil dan cukup keras.
58
Pada saat proses wawancara berlangsung terdapat kehadiran pihak lain yaitu
pembantu RS yang masuk ke dalam kamar dan menanyakan sesuatu pada
RS.
RS tampak santai dan tenang selama jalannya proses wawancara, di akhir
wawancara RS menanyakan pada peneliti apakah masih ada pertanyaan
yang belum terjawab oleh RS.
Peneliti mengenal RS karena peneliti sebelumnya pernah tinggal di Bogor,
dan RS adalah tetangga peneliti.
b. Ringkasan Hasil Wawancara Subyek RS
Latar Belakang RS
RS adalah anak pertama dari 4 (empat) bersaudara. Saat ini RS bekerja di
dua tempat sekaligus, sebagai sekretaris di l<antor ayahnya, dan sebagai
staff di tempat ia bekerja. Oulu RS pernah kuliah di S1 Manajemen, tapi
karena mengaku bosan, kuliahnya tidak dilanjutkan. Tapi kemudian ia
mengambil 03 Manajemen retail. Wanita yang menyukai warna biru ini
mengaku bahagia, karena dengan pendidikannya yang diploma, ia mendapat
pengetahuan dan pengalaman yang lebih.
59
Wanita keturunan Jawa dan Sunda ini tinggal bersama ayah dan adik-
adiknya. RS dilahirkan di Surabaya pada tahun 1971. \bu RS sudah
meninggal sejak ia masih ku\iah, sejak ibunya meninggal, RS lah yang
mengerjakan semua pekerjaan rumah. la mengaku bahagia, karena 2 tahun
yang lalu ia memiliki ibu lagi. Wanita yang sering bercerita pada ayahnya
mengenai masalah pekerjaar. ini mengaku senang berkumpul dengan teman-
temannya. la juga senang melukis dan berenang. Cukup sering juga ia
mengikuti berbagai kegiatan sosial.
c. Analisa Data Hasi! Wawancara Kasus RS
Gambaran Diri
1. Konsep Diri
RS menyukai penampilan fisiknya.
Hal ini terungkap dalarn pernyataan RS
"Aku bersyukur karena tidak ada bagian tub "Jhku yang cacat." "Ya, aku menyukainya."
RS juga rnerniliki sahabat, hubungan RS dengan sahabat-sahabatnya sarnpai
saat ini cukup baik.
"Aku juga punya sahabat, kita sahabatan udah 10 tahun, sampai saat ini kita baik-baik aja, da/am keadaan susah dan senang kita selalu berbagi."
Terkadang RS rnerasakan ingin rnenjadi orang lain, narnun pada akhirnya ia
rnensyukuri kondisinya saat ini.
"Kadang-kadang, tapi kalo me/ihat bagaimana perjuangan orang tersebut, aku jadi mikir, masak iya aku mampu seperti dia. Dan pada akhimya, aku mensyukuri kondisiku saat ini."
60
Dari beberapa pernyataan RS diatas, peneliti menarik kesimpulan bahwa RS
memiliki konsep diri yang positif, ini sesuai dengan apa yang dikatakan
Calhoun dan Acocella (1995), bahwa ciri pokok dalam konsep diri yang positif
ini adalah adanya penerimaan diri. Walaupun terKadang RS merasakan ingin
menjadi orang lain, namun ia tidak menyesali keadaan dirinya, ia mensyukuri
kondisinya saat ini.
2. Pandangan tentang Karir
RS mengaku sangat menikmati pekerjaannya, RS menyarankan agar apapun
pekerjaan kita, harus belajar untuk dinikmati, agar segalanya jadi mudah.
Dengan be:<erja dan berkarir, ia mendapatkan pengetahuan dan pengalaman
yang tidak ia dapat dari sekolah, kuliah, ataupun tempat lain. RS mengaku
sudah sukses dan puas dalam karirnya, namun menurutnya masih banyak
hal yang perlu ia pelajari. RS juga mengaku pernah mengalami kesulitan
menjalani tugas-tugasnya, namun ia berusaha untuk santai menjalaninya,
karena menurutnya itu adalah resiko dari pekerjaan.
Hal ini terungkap dalam pernyataan RS
"Ya, aku sangat menikmati, apapun kerjaan kita, kita musti be/ajar untuk menikmatinya, wa/aupun awalnya kita gak suka. Karena hidup ini harus dinikmati darJ disyukuri, biar segalanya jadi mudah, Amin."
''Pengetahuan dan pengalaman yang tidak aku dapat dari sekolah, ku/iah, atau tempat lain."
61
"Tentu saja pemah, tapi ya santai saja, itu kan resiko pekerjaan" "Oah sukses dan udah puas banget, tapi masih banyak ha/ yang perfu dipelajarin"
Dari beberapa pernyataan RS, peneliti menarik kesimpulan bahwa saat ini,
RS merasa sukses dan sangat puas dengan apa yang telah ia capai
sekarang. Namun ia merasa masih banyak hal yang perlu ia pelajari. lni
sesuai dengan apa yang dikatakan Paula Nicolson (1996) bahwa bagi wanita
karir, dengan mengembangkan keahlian dan potensinya dalam pekerjaan, ia
merasa puas dan bahagia.
3. Pandangan tentang Pria
Saat ini RS sedang menjalani hubungan jarak jauh dengan seorang pria, ia
mengenal pria tersebut lewat chatting. RS pernah mengirimkan fotonya pada
pria tersebut, namun pria tersebut mengiriminya fot·) pals.u. Walaupun tidak
pernah bertemu secara langsung, namun RS mengaku keputusannya untuk
m.:inerima pria tersebut bukan suatu kesalahan, karena pria tersebut
pengertian, perhatian, penuh tanggung jawab, dan dapat menerima
kekurangan RS. RS mengaku, kalau dengan pria lain, ia. harus kenal terlebih
dahulu.
62
Hal ini terungkap dalam pernyataan RS
"Wah, k/o ini aku gak bisa bohong, du/u kita kenalan /ewat chatting, so aku gak tau kayak apa sih tunangan aku ini. Tapi curang tuh tunangan ku, aku dah ngirim foto eh ... dia kirim foto palsu. Jadi begitu ,(etemu ya agak kaget juga karena terus terang gak sesuai di foto, aduh jauh deh .. begitu ketemu ya gak bisa nolak orang kita dah jadian lewat te/epon. Ya yang jelas keputusanku untuk nerima cfia gak salah. Dia jadi kakak, sahabat, dan kekasih buat aku. Pada akhimya, aku menyadari, dia pengertian, perhatian, penuh tanggung jawab, dia bisa menerima kekuranganku. Tapi klo sama cwoq lain, ya musti kenal du/u, baru aku bisa tertarik."
RS sudah menjalani hubungan jarak jauh ini selama 6 tahun. Menurutnya, hal
terpenting dalam menjalani hubungan jarak jauh adalah saling percaya.
Bulan Juni kemarin RS sudah bertunangan, acara pertunangan ini
dilangsungkan di Bogar. lni adalah pertama kalinya RS dan tunangannya
bertemu secara langsung. Menurut RS, sant - saat menyenangkan dari
hubungannya ini adalah komitmen untuk menjalani hidup bersama
"Aku jalani hubungan ini udah 6 tahun, bu/an Juni kemarin aku ha bis tunangan .. do'ain ya langgeng terus ... aku sama l'unanganku gak deketan /ho dek, kita terpisah jarak Bogar-Surabaya. Adek bisa bayangin kan? Kunci kita cuma satu, percaya!" "Komitmun untuk menjalani hidup bersama"
Dari beberapa pernyataan RS, peneliti menarik kesimpulan bahwa RS tidak
memandang pria berdasarkan faktor fisiknya. lni tidak sesuai dengan apa ,.,'. .-. ~ -{
' . yang diungkapkan 9f Setyo, bahwa beberapa alasan wanita belum menikah
salah satunya adalah karena wanita tersebut berusaha mendapatkan
pasangan dengan memandang penampilan fisiknya. Saat ini, RS sudah
63
merasa nyaman dengan pasangannya, ia pun telah memutuskan untuk
bertunangan. RS menyukai pria tersebut karena kemungkinan ada sifat -
sifat yang menarik dari pria tersebut yang tidak RS temui pada pria lain.
Berndt dan Perry (dalam Santrock, 2002) mengatakan bahwa sifat yang
dicari oleh orang pada pasangannya berbeda - beda.
4. Pandangan tentang Pernikahan dan Keluarga
Menurut RS pernikahan adalah bentuk perwujudan cinta antara seorang pria
dan wanita yang terikat dalam perjanjian sesuai undang-·undang agama dan
negara. RS sudah merencanakan untuk menikah tahun depan, ia berharap
pernikahannya nanti ianggeng dan bahagia.
Hal ini terungkap dalam pernyataan RS
"Pemikahan, sebuah bentuk perwujudan cinta antara pria dan wanita yang mana mereka terikat dalam perjanjian sehidup semati sesuai undang-undang agama dan negara." "Tahun depan aku berencana menikah dek, do'ain ya .. !" "Pemikahan yang langgeng dan bahagia (diam sebentar) Amin ... "
Menurutnya, dalam sebuah pernikahan semuanya harus dipertimbangkan.
RS tidak ingin cepat-cepat menikah. Dari awal memulai karir, RS sudah
merencanakan untuk menikah pada umur 30, karena ia memiliki target. la
ingin puas dalam berkarir terlebih dahulu. Kalau ia memutuskan untuk cepat
menikah dan memiliki anak, ia takut kalau nanti ia tidak punya banyak waktu
64
untuk mengurus anaknya. Saal ini keluarga RS juga men£1inginkan ia agar
segera menikah.
"Ya dek .. , menikah kan untuk sekali seumur hidup .. semuan:1a harus dipertimbangkan .. Kita kan punya target .. " "Oulu aku emang berencana menikah di umur tiga puluh dek, aku sih mau benar-benar puas sendiri dulu, puas kerja dulu, senang-senang, di/, kayaknya egois banget aja kfo aku buru-buru married dan punya anak, nanti anakku ma/ah terlantar .. " "Keluarga ingin aku segera menikah"
Dari beberapa pernyataan RS, peneliti menarik kesimpulan bahwa RS
memandang pernikahan sebagai tempat dimana seseorang dituntut untuk
bertanggung jawab. Seperti yang dikemukakan oleh Santrock (1993), dengan
berkeluarga, seseorang dituntut untuk bertanggung jawab, memberikan kasih
sayang untuk generasi yang lebih muda, berfungsi sebagai orang tua yang
kompeten bagi anak, dan menuntut komitrnen waktu seba!Jai orang tua.
Bagan
Gambaran Diri Wanita l<arir Belum Menikah pada RS
RS pada masa dewasa madya
Sangat menikmati pekerjaan, merasa masih banyak hal yang
harus dioelaiari
Sudah menemukan calon pasangan hidup melalui chatting
I Memiliki keinginan untuk
menikah
I Hambatan
~ ~ J
lngin puas dalam lngin menikmati hidup berkarir terlebih dahulu sendiri terlebih dahulu
65
66
4.2.3. Kasus EL
a. Ringkasan Hasil Observasi Subyek
Proses wawancara yang dilakukan dengan EL berlangsung selama 1 jam 30
menit, hari selasa, 11 September 2007 bertempat di kediaman EL pada pukul
10.00-11.30 wib. Sebelumnya kami telah membuat kesepakatan untuk
bertemu pada jam dan tempat yang telah ditentukan oleh subjek dan peneliti.
Peneliti tiba di kediaman EL pada pukul 09.40, lalu subyek langsung
mempersilahkan peneliti masuk dan duduk di ruang tamu. Saat itu cuaca
terlihat mendung. Ketika peneliti datang, subyek sedang sarapan, jadi subyek
meminta peneliti untuk menunggunya sampai ia selesai sarapan, subyek
mengaku baru sempat sarapan karena dari tadi pagi banyak orang yang
datang kerumahnya dan minta dibuatkan l:Jaju muslim olehnya, "mungkin
untuk lebaran", ucapnya. Subyek pun mengajak peneliti untuk sarapan lagi
bersamanya, ia men,-iatakan, "kalau haus atau lapar lagi, ambil sendiri ya",
ucapnya. EL terlihat ·Jersahabat.
Ciri-ciri fisik yang tampak pada subyek ketika wawancara adalah, EL berkulit
sawo matang, bertubuh kurus dengan tinggi sel<itar 157 cm, mengenakan
kaos abu-abu muda lengan pendek dan celana pendek berv;arna senada
dengan rambut pendek sebahu yang digerai. Volume suara EL dari awal
hingga akhir wawancara cukup keras. Posisi duduk EL berhadapan dengan
peneliti.
67
EL terlihat cukup bersemangat dalam menjawab setiap pertanyaan, subyek
menjawab pertanyaan dengan jawaban yang panjang pada setiap
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, walaupun ada satu pertanyaan yang
subyek tidak ingin menjawabnya ketika peneliti memprobing pertanyaan
tersebut.
Pada saat proses wawancara berlangsung tidak terdapat kehadiran pihak
lain. Di pertengahan wawancara, subyek hanya meminta izin untuk menerima
telepon.
EL terlihat santai selama wawancara berlangsung. i>eneliti mengenal EL dari
teman peneliti, tetapi peneliti dan EL tidak terlalu mengenal dengan dekat.
b. Ringkasan Hasil Wawancara Subyek EL
Latar Belakang EL
EL adalah anak ketiga dari 5 bersaudara. Jumlah saudaranya yang masih
ada hanya 2. Kakak EL meninggal karena terkena kanke1°, sementara adik EL
yang paling kecil meninggal sejak masih di dalam kandungan. Jarak umur
antara EL dan saudara-saudaranya yang lain adalah 1 tahun. EL mengaku
lebih dekat dengan saudara - saudaranya yang perempuan.
S;-iat ini EL tinggal sendiri, ia mengaku senang karena rumah yang
ditempatinya sekarang adalah hasil usahanya sendiri. Orang tua EL sudah
berpisah sejak EL berumur 5 tahun, sejak orang tuanya berpisah, EL tinggal
bersama neneknya. la tidak ingin tinggal bersama ibunya, karena ibunya
menikah lagi. EL mengaku menganggap neneknya sebagai ibu kedua,
karena neneknya lah yang membiayainya sekolah dan keperluan lainnya.
Namun setelah neneknya meninggal, ia hanya tinggal sendiri.
EL ingin melupakan kejadian - kejadian yang tidak menyenangkan sewaktu
ia kecil.
Wanita yang mengaku tidak bisa berbicara R sejak kecil ini lahir pada tahun
1965. la menyelesaikannya SMU nya di Sadan Kerukunan Umat Islam
(BKUI) daerah Panglima Polim Blok A. la senang mendengarkan radio,
menonton televisi, dan membuat kue. EL juga sang at dekat dengan
keponakannya.
68
69
c. Analisa Data Hasil Wawancara Kasus EL
Gambaran Diri
1. Konsep Diri
Menurut EL, penampilan fisiknya biasa saja, namun ia cukup menyukainya.
Hal ini terungkap dalam pernyataan EL
"Biasa aja" "Ya, saya menyukai penampi/an saya"
EL tidak ingin memiliki teman dekat
"Kato saya sih gak mau punya temen deket, gak mau terla/u akrab, ka/o terlalu akrab, curhat ato apa/ah, k/o kita putus temenan, jadi nyakitin."
la juga tidak pernah merasakan ingin menjadi orang lain. EL akan baik pada
orang lain, jika orang itu juga baik padanya.
"Nggak, saya tetap ingin jadi diri sendiri" "Pemah ada orang yang bikin saya kesef, kalo saya sih klo orang itu baik, saya juga baik .. "
Dari beberapa pernyataan EL di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa EL
memiliki konsep diri yang negatif. Salah satu ciri yang diberikan Brooks dan
Emmert adalah bahwa konsep diri yang negatif sulit menciptakan kehangatan
dan keakraban dengan orang lain.
70
2. Pandangan tentang Karir
EL menikmati pekerjaannya, karena tidak terikat dan bebas. la juga tidak
pernah merasa kesulitan menjalani pekerjaannya. Menurut11ya, manfaat dari
pekerjaannya tersebut adalah mendapatkan penghasilan. Saat ini ia ingin
menambah satu usaha lagi.
Hal ini terungkap dalam pernyataan EL
"Ya, saya meyukai pekefjaan saya, karena nggak terikat, bebas" "Seperti di lndomaret saya kan cuma naruh saham aja, jadi gak perlu tiap hari datang kesana" "Saya gak pemah ngerasa kesulitan, karena gak terikat, bebas." "Manfaaat yang saya dapet penghasilan"
"Sekarang pengen nambah usaha 1 /agi, buka counter hp."
Dari beberapa pernyataan EL, peneliti menarik kesimpulan bahwa saat ini,
EL menikmati pekerjaannya. EL tidak pernah mengalami kesulitan di dalam
pekerjaannya. la menganggap pekerjaan sebagai cara agar ia mendapatkan
penghasilan. la masih merasa kurang puas dalam berkarir, saat ini ia ingin
menambah satu usaha lagi. Menurut Paula Nicolson (1996) bahwa bagi
wanita karir, dengan mengembangkan keahlian dan potensinya dalam
pekerjaan, ia akan merasa puas dan bahagia.
3. Pandangan tentang Pria
EL pernah berhubungan dekat dengan seorang pria, tapi kemudian berakhir,
karena ia mengaku ingin balas dendam kepada neneknya.
71
Hal ini terungkap dalam pernyataan EL
"Oulu pemah punya pacar, dia itu du/u kumpul kebo sama hostess 2 tahun, setelah kenal saya akhimya dia insyaf, orangnya jujur sih sama saya .. tapi cuman pdkt 3 bu/an, akhimya putus." "Orang saya mau ba/as dendam sama nenek .. !" "Waktu itu saya te/at pu/ang seko/ah, nenek ngomong yang gak pantes diomongin! Lama-lama saya BT juga, kesei]uga . .Saya trus bi/ang, fiat aja ga akan saya mau kawin, siapa sih mau kawin, kese/ banget! Biar nenek ngerasa nyesel".
EL juga pernah mengalami trauma dengan pria. Menurutnya, pria hanya
memikirkan hal-hal yang negatif (seks), terutama mereka yang umurnya 30
tahl!n keatas. Karena itu, ia mengaku malas berhubungan serius dengan
seorang pria. Lain halnya dengan pria yang rnasih berusia remaja, EL
merasa lebih nyaman bila kenal dengan pria yang masih berusia remaja. la
cukup senang, karena bisa menjadikan mereka ter.1an untuk bertukar banyak
cerita. Namun, ia tidak ingin menjadikan mereka sahabat dekat ataupun
pacar.
Hal ini terungkap dalam pernyataan EL
"Nggak, saya ma/es" "Saya pemah kenal sama cowoq, baru beber.3pa hari kenal, udah ngomongin seks, makanya saya sekarang gak suka kena/ sama yang umumya 30-an keatas gitu, saya senang sama anak abg, bukan untuk jadi pacar ato apa, buat temen ngobrol aja ka/o Jagi nggak ngapangapain. Saya gak mau punya sahabat deket."
72
Dari beberapa penjelasan EL diatas, maka peneliti menarik kesimpulan
bahwa EL memandang pria sebagai orang yang selalu memikirkan hal-hal
negatif. Pengalaman tidak menyenangkan sewaktu ia kenal dekat dengan
beberapa pria, membuatnya menjadi trauma. Karenanya, sampai saat ini ia
tidak ingin memiliki sahabat dekat ataupun pacar. Menurut Santrock (2002),
hubungan dekat dengan orang lain dapat memberikan saat-saat yang hangat
dan penuh harapan. Namun hal itu juga dapat membawa kita pada saat-saat
yang tidak bisa dilupakan dan sangat menekan.
4. Pandangan tentang Pernikahan dan Keluarga
EL tidak ingin menikah, menurutnya menikah akan merniliki banyak masalah.
la juga banyak mendapat cerita yang tidak menyenangl~an dari teman
temannya yang sudah menikah dan berkeluarga. Diantaranya tentang
masalah biaya pendidikan anak, kebutuhan untuk belanja sehari-hari, adanya
wanita lain, dan m3salah seks. EL juga mengaku bahwa keluarganya bukan
keluarga yang harmonis, karena ayah dan ibunya sudah berpisah sejak ia
masih kecil. Sejak kedua orang tuanya berpisah, EL memilih untuk tinggal
bersama neneknya, namun ia pernah mendapat perlakuan yang tidak
menyenangkan dan kata-kata kasar dari neneknya. Walaupun keluarganya
bukan keluarga yang harmonis, tapi ia merasa cukup senang dengan masa
kecilnya. Mendengar cerita beberapa teman-temannya yang kurang
menyenangkan tentang pernikahan, ditambah lagi dengan pengalaman masa
73
kecil yang tidak menyenangkan tentang perpisahan kedua orang tuanya dan
kata-kata kasar yang diucapkan neneknya, membuat EL takut untuk
menikah.
Hal ini terungkap dalam pernyataan EL
"Menikah tu banyak problem" "Saya nggak mau nikah" "Huh .. teman-teman saya cerita tentang rumah tangga dia, anaknya, masalah pendidikan, be/anja kurang, seks .. n
"Makanya saya nggak mau nikah, banyak problem, dari mu/ai problem ada wanita lain, ribut soa/ anak." "Ya juga, cerita-cerita tadi mempengaruhi keputusan saya untuk
married, tapi lebih ingin buktiin ke nenek, /agian nikah banyak problem" "Gak.. ke/uarga saya kan gak harmonis "
"Ayah kan sama /bu cerai, /bu nikah /agi, saya sama kakak - adek ikut nenek. Gak mau tinggal sama ibu .. " "Ya, '% senangnya, '!4 sedih ... "
Dari beberapa pernyataan EL, peneliti menarik kesimpulan bahwa keputusan
EL untuk tidak menikah bisa disebabkan oleh kehidupan rurnah tangga orang
tua EL yang tidak harmonis, seperti yang dikemukakan oleh Hillary (2003),
bahwa hasil observasi terhadap pernikahan orang tua dapat membuat
individu enggan untuk menikah.
74
Bagan
Gambaran Diri Wanita Karir Belum Menikah pada EL
/ EL pada masa dewasa madya /
I Menyukai pekerjaan sebagai sarana] untuk mendapatkan penghasilan
I Menganggap pekerjaan adalah hal yang penting, agar ia dapat bertahan hidup
--
I Tidak memiliki keinginan
untuk menikah
~ Pernah rnengalarni Pandangan buruk tentang
perlakuan buruk oleh keluarga, pria dan pernikahan nenek sewaktu kecil (perceraian keclua orang tua)
75
4.3. Analisa antar kasus
Terdapat persamaan dan perbedaan antara subyek pertama, subyek kedua
dan subyek ketiga dalam hal konsep dirinya, yakni subyek pertama dan
kedua sama - sama memiliki konsep diri yang positif, sedangkan subyek
ketiga memiliki konsep diri yang negatif.
Persamaan yang lain antara subyek pertama dan kedua yaitu, subyek
pertama dan kedua sama -sama memiliki keinginan untuk menikah, berbeda
dengan subyek ketiga yang tidak menginginkan pernikahan.
Ketiga subyek memiliki pandangan yang berbeda mengenai pria, subyek
pertama memandang pria melalui faktor fisiknya, sementara subyek kedua
mengaku tertarik pada seorang pria yang dikenalnya melalui chatting di
internet. Berbeda dengan subyek ketiga yang !idak ingin memiliki hubungan
dengan pria, terutama pria yang berusia 30 tahun ke atas.
Dalam hal karir, ketiga subyek sama sama menganggap karir adalah hal
yang penting, dengan berkarir, mereka akan mendapatkan kemaju<1n dalam
pekerj3an dan hidup yang lebih baik.
76
Tabel 4.2
ANALISA ANT AR KASUS
No Aspek Subyek 1 (MM) Subyek :z (RS) Subyek 3 (EL)
1 Latar belakang
subyek
• Hubungan • Cukup harmonis. • Cukup harmonis. • Kurang
keluarga harmonis.
• Komunikasi yang • Komunikasi yang • Komunikasi
I terjalin cukup baik. terjalin cuk.up baik. yang terjalin
kurang baik.
• Hubungan • Cukup baik. • Cukup bail~. • Kurang baik.
sosial
• Pendidikan • Pendidikan • Pendidikan • Pendidikan
terakhir subyek di terakhir subyek terakhir subyek
Politeknik ITB. Diploma 3. adalah SMA,
setelah itu
subyek banyak
mengikuti kursus.
• Tidak pemah • Tidak pemah • Tidak pernah
mengalami mengalami mengalami
hambatan. hambatan. hambatan.
77
2 Gambaran diri
• Konsep diri • Konsep diri positif. • Konsep diri positif. • Konsep diri
negatif.
• Pandangan • Sarana agar • Dengan berkarir • Sarana agar
subyek mendapatkan subyek akan mendapatkan
mengenai karir penghasilan, mengalami penghasilan,
fasilitas, dan perkembangan dan dan hidup yang
media aktualisasi kemajuan clalam lebih baik.
diri. pekerjaan.
• Pandangan • Subyek mengaku • Subyek mengaku • Subyek berjanji
subyek tertarik pada pria tertarik pada pria tidak akan mau
mengenai pria dengan melihat yang dikenalnya menikah atau
fisiknya. melalui chatting. memiliki
hubungan dekat
dengan pria.
• Pandangan • Dengan menikah • Pernikahan • Dengan
subyek dan berkeluarga, sebagai bentuk menikah dan
mengenai menurut subyek peiwujuclan cinta berkeluarga
pernikahan dan hidupnya akan antara pria dan akan
keluarga menjadi lebih wanita, yan!J terikat mendapatkan
lengkap. dalam perjanjian banyak
agama dan negara. masalah.
BABS
PENUTUP
Bab ini menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi yang diajukan
untuk menjelaskan hasil penelitian, dan saran-saran yang berkaitan dengan
penelitian.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Dari ketiga subyek, dua diantaranya yaitu MM dan RS adalah individu yang
memiliki gambaran diri yang benar. Gambaran diri yang benar ini tercermin
dalam memandang dirinya sendiri; konsep diri yang dimilik:i, karir, pemikahan,
dan hubungannya dengan orang lain. Kedua subyek men~1aku senang
bekerja dan berkarir, karena dengan berkarir mereka akan mendapatkan
penghasilan, pengetahuan dan keterampilan lebih yang tidak didapat dari
tempat mereka menuntut ilmu, dan sebagai media untuk aktualisasi diri.
Namun kedua subyek tidak menganggap karir adalah hidup rnereka. Bagi
MM, kalau sarnpai saat ini ia belurn rnenikah adalah karena sarnpai saat ini ia
79
belum menemukan pasangan hidup yang sesuai baginya. Sementara bagi
RS, keputusannya untuk menunda pernikahan adalah karena selama ini ia
ingin membahagiakan dirinya sendiri terlebih dahulu; mengejar target terlebih
dahulu dalam berkarir. Keputusannya untuk menikah tahun depan adalah
karena ia sudah merasa puas dan sukses dalam berkarir. Sementara itu,
satu subyek lainnya yaitu EL, memiliki gambaran diri yang tidak benar, ini
tercermin dalam memandang hubungannya dengan orang Jain. Dalam hal ini
ia menganggap bahwa dengan memiliki teman, terlebih teman dekat, hanya
akan merugikan dirinya.
5.2. Diskusi
Dari hasil penelitian, terdapat persamaan dan perbedaan yang terjadi antara
subyek pertama, subyek kedua, dan subyek ketiga yang akan dijelaskan
sebagaiberikut:
a. Gambaran diri wanita karir yang belum menikah
Secara umum, gambaran diri adalah penjelasan akan keadaan diri sendiri
maupun pikiran kita tentang pandangan orang lain terhadap diri kita
(Valentina, 2004).
80
Terdapat kesamaan pada subyek pertama dan kedua clalam hal konsep
dirinya, yaitu kedua subyek sama-sama memiliki konsep diri yang positif, ini
terlihat dari sikap penerimaan diri subyek. Hal ini sesuai dengan teori
Calhoun dan Acocella (1995), dimana ciri pokok dalam konsep diri yang
positif yaitu adalah adanya penerimaan diri. Berbeda clengan subyek ketiga
yang memiliki konsep diri yang negatif, karena subyek terlihat sulit untuk
menjalin kehangatan dan keakraban dengan orang lain. Sesuai dengan apa
yang dikatakan Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat 2003) bahwa
seseorang yang memiliki konsep diri yang negatif cenderung sulit
menciptakan kehangatan dan keakraban dengan oran9 lain.
Persamaan yang lain antara subyek pertama dan kedua yaitu kedua subyek
sama-sama menginginkan pernikahan dan memiliki keluarga sendiri.
Walaupun subyek pertama belum menemukan calo11 pasangan hiclupnya,
namun ia mengaku ingin menikah. Subyek kedua sudah berencana akan
melangsungkan pernikahannya tahun depan. la mernsa cukup nyaman
dengan tunangannya yang ia kenal melalui chatting di internet. Berbeda
dengan subyek ketiga yang tidak ingin menikah, karena menurutnya, dengan
menikah dan berkeluarga akan mendapatkan banyak masalah; seperti
perbedaan pendapat antara suami dan istri, juga masalah mengurus anak.
Subyek mengatakan demikian karena menurut subyek, kedua orang tuanya
berpisah karena banyak memiliki masalah dalam kehidupan rumah tangga
mereka. lni sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Hillary (2003), bahwa
hasil observasi terhadap pernikahan orang tua ::!3pat membuat individu
enggan untuk menikah.
81
Sedangkan persamaan yang lain antara subyek pertarna dan kedua adalah
kedua subyek sama-sama menganggap berkarir seba~1ai media untuk
aktualisasi diri, ilal yang sangat penting untuk mengembangkan potensi juga
perubahan ke arah yang lebih baik lagi. Ncimun, kedua subyek tidak
menganggap bahwa karir adalah hidup mereka.
Menurut Flanders (dalam Mudzhar 2000), manfaat berkarir bagi wanita
adalah meningkatnya harga diri dan pemantapan identitas. Bekerja dan
berkarir memungkinkan seorang wanita mengekspresikan dirinya sendiri,
dengan cara yang kreatif dan produktif, untuk menghasilkan sesuatu yang
mendatangkan kebanggaan terhadap diri sendiri, terutama jika prestasinya
tersebut mendatangkan penghargaan dan umpan balik yang positif.
Berbeda dengan subyek ketiga yang menganggap karir adalah hal yang
sangat penting. Dengan bekerja dan berkarir, ia akan mendapatkan
penghasilan dan dapat memenuhi keperluan hidupnya, kalau ia tidak bekerja
maka ia tidak akan dapat bertahan hidup, tujuannya saat ini adalah hanya
mendapatkan penghasilan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa subyek
pertama dan kedua memiliki gambaran diri yang benar, sedangkan subyek
ketiga memiliki gambaran diri yang tidak benar.
5.3. Saran
82
Dari hasil penelitian tentang gambaran diri wanita karir yang belum menikah,
maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut:
5.3.1. Saran teoritis
a. Untuk peneliti selanjutnya, agar dapat mengembangkan penelitian
mengenai gambaran diri, misalnya mengenai gambaran diri pada kasus
atau tema yang sering terjadi di kehidupan kita.
5.3.2. Saran praktis
a. Untuk para wanita karir yang belum menikah, teruslah berkarya.
b. Untuk lingkungan masyarakat, agar tidak memberikan penilaian negatif
pada wanita karir yang belum menikah.
c. Untuk subyek ketiga dalam penelitian ini, diharapkan lebih percaya diri
dalam bergaul.
83
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji. (2006). Psikologi Kefja. Jakarta: Rineka Cipta.
Berndt, T.J., and Perry, T. B. (1990). Distinctive Features and Effects of Early Adolescent Friendship. Greenwich: JAi Press
Brooks, William D. (1971). Speech Communication. Iowa, USA: Brown Company Publishers.
Calhoun, J.F., Acocella, J. R. (1995). Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Alih bahasa: Satmiko, R. S. Semarang: IKIP Semarang Press.
Ellis, Cf. H. (1994). Psychology of Sex. London: W. Heine Mann
Fakultas Psikologi. (2004). Pedoman Penyusunan dan Penulisan Skripsi. Jakarta: UIN Press.
Gibson, E.J. (1989). Exploratory Behavior in The Development of Perceiving, acting, and The Acquiring of Knowledge. Palo Alto, GA: Annual Review of Psychology, 39.
Hadiwibowo, Valentina. (2004). The Purpose Driven Life. Bandung: Gandum Mas.
Hillary. (2003). A New Psychology of Woman, second edition. Radford University.
Junaedi, Uken. (2005). Karier Ditanganku Keluarga Dihatiku. Bandung: Amanah Publishing House.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2000). Departemen Pendidikan Nasional. Balai Pustaka.
Louis, Edwin. (2005). Touching Heart. New York: Plenum.
Maslow, Abraham. (1954), Motivation and Personality. New York: Harper and Row.
Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muzhar, H. M. Atho. (2000). Wanita dalam Masyarakat Indonesia: Akses Pemberdayaan dan Kesempatan. Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press.
Nicolson, Paula. (1996). Gender, Power and Organization: A Psychological Perspective. London: Routledge.
Olds, S. W. (1986). Working Parents Survival Guide. New York: Bantam
Poerwandari, E.K. (1998). Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Psikologis. Jakarta: Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia.
______ . (2001 ). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Universitas Indonesia.
Rakhmat, J. (2003). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Railers (1949). Psychology of Character: Career Perspectives. London: Sheed
Rhodes, S. R. (1983). Age Related Differences in \/\fork Attitudes and Behaviour. Psychological Bulletin.
Ritandiyono dan Retnaningsih. (1996). Aktualisasi Diri. IJepok: Universitas Gunadarma.
Santrock, John. W. (2002). Life Span Development. Jakarta: Erlangga.
Santrock, John. W., Minnett, A., and Campbell, B. D. (1993). The Authoritative Guide to Self Help Books. New York: Guilford Press.
Sarwono, Sarlito Wirawan. (1997). Psikologi Sosial, lndividu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Walgito (1999). Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi Offset.
Yin, Robert K. (2006). Studi Kasus. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Media Cetak
Hatta, Meutia. Perempuan Tidak Lagi Dipandang Sebelah Mata. Kamis, 14 Juni 2007. Pelita.
Internet
Setyo. Cinta dan Bahagia. Retrieved 20 April 2007. www.cahyamediablogspot.com
S. Soemitro, Dradjat. Wanita Lajang di Kata Besar, Tuntutan Jaman Ataukah Saal Kejiwaan? Gender Tradisional vs Gender Modem. Retrieved 11 Maret 2007. www.e-psikologi.com.
LAMPIRAN-LAMP'IRAN
Lampiran
Pengantar Wawancara
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Assalamu'alaikum Wr.Wb Saya adalah mahasiswa fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang saat ini sedang melakukan penelitian mengenai gambaran diri wanita karir yang belum menikah. Dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi saya guna memenuhi persyaratan ujian sarjana.
Untuk keperluan tersebut, saya membutuhkan kesediaan saudara untuk memberi informasi mengenai masalah diatas. Terpilihnya saudara sematamata karena sesuai dengan karakteristik sampel yang clibutuhkan. Seluruh iclentitas dan informasi yang anda berikan akan dijamin kerahasiaannya. Semua informasi yang anda berikan semata-mata hanya untuk tujuan penelitian ini.
Sebelum dan sesudahnya saya mengucapkan teriina kasih atas kesediaan dan kerja sama anda. Apabila diperkenankan, saya ingin meminta kesempatan lain untuk bertemu ancla kembali guna mendapatkan informasi y 3ng kurang atau terlewat.
Hormat saya,
Ersyali S sari
Pernyataan Kesediaan
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama lengkap
Ala mat
No telp
Menyatakan bahwa:
1. Saya bersedia menjadi responden penelitian yanfJ dilakukan oleh
saudara Ersyali Saptianisari
2. Saya percaya data saya dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian semata.
3. Karena ras:i kepercayaan ini, saya akan tuliskan data saya pada
lembar berikutnya.
. .......... ,tanggal. ...... 2007
Yang menyatakan,
Nam a
Usia
Pekerjaan
Lama bekerja
Pendidikan
Data Kontrol
Subyek
Wawancara ke
Tempat
Catatan lapangan
Lembar Observasi
tanggal
jam s/d
1. Keadaan tempat wawancara, cuaca, dan kehadiran pihak lain di
tempat wawancara.
2. Gambaran fisik penampilan subyek.
3. Perilaku subyek selama wawancara.
4. Gangguan atau hambatan selama wawancara.
5. Catatan khusus selama wawancara.
Subyek 1
Nama (lnisial) Usia Pekerjaan Lama bekerja Pendidikan Jumlah saudara Anak ke Agama Suku
Wawancara ke HarifTanggal Jam Tempat
ldentitas Subyek
:M.M : 35 tahun : Karyawan swasta : 11 tahun : S1 :3 :4 : Katolik :Jawa
: 1
VERBATIM 1
: Sabtu I 8 September 2007 : 13.00-14.45 : Rumah Subyek
HASIL WAWANCARA
1. Konsep Diri
T :Ceritakan pada saya, tentang diri anda sebagai wanita karir, bagaimana
anda melihat diri anda sendiri?
J : Um ... Saya paling sulit menjabarkan diri sendiri, tapi saya bukan orang
yang pendiam dan tertutup tapi juga tidak heboh. Saya tidak bisa dibi/ang
wanita karir .. saya senang bekerja, tapi ada saatnya juga saya jenuh ..
Saya berusaha santai menjalani hidup, wa/aupun santai tetapi tetap
berusaha lebih baik.
T : Sebagai wanita yang berkarir dan belum menikah, apakah ada hal-hal
yang anda takutkan?
J : Untuk saat ini, tentu saja ha/ k/ise, menjadi orang terakhir di kelompok
saya yang menikah
T : Maksudnya hal yang klise?
J : Ya .. kesendirian, tapi itu saya rasakan kadang-kadang aja. Ka/au orang
disekitar terutama ortu ribut dengan masalah saya, ya kadang-kadang
bete .. but afterall I ok with my life
T :Apakah anda menyukai keadaan anda sekarang ini?
J : Ya.
T : Kenapa?
J : Karena saya sangat percaya akan jalan Tuhan, dan sampai saat ini saya
merasa bagaimanapun keadaan saya yang be/um menikah, hidup saya
masih terasa kaya dan banyak anugerah dalam ha/ lain.
T :Bagaimana menurut anda tentang penampilan fisik anda?
J : Sa ya merasa apa yang didiri saya standar secc.ra fi.sik, tetapi saya juga
bukan tipe minder.
T :Apakah anda menyukainya?
J : Ya
T : Maksudnya bukan tipe minder?
J : Maksudku sih saya tetap pada the way I am, say a senang merawat diri,
salon, walau gak upgrade kita jadi model minimal increase percaya diri,
dan yang penting saya merasa nyaman dengan diri saya sendiri.
T :Apakah anda berhubungan baik dengan teman-teman anda?
J : Sangat baik, salah satu kegembiraan saya, saya mempunyai lebih dari 5
orang sahabat yang benar-benar dekat.
T : Bagaimana dengan teman-teman selain sahabat?
J : Keep in touch, /ewat sms ama te/epon mungkin dalam beberapa bu/an
sekali kita ketemu.
T :Bagaimana menurut mereka, apakah anda teman yang baik?
J : Saat sharing .. mereka sering menyatakan bahwa mereka care dan
perdu/i dengan saya dan saya pikir bukan karena saya baik a tau apa, ta pi
karena komitmen kebersamaan.
T :Apakah anda pernah merasakan ingin menjadi orang lain?
J : Tidak
2. Pandangan Wanita Tentang Karir
T : Apa a1ti berkarir bagi anda?
J : Ka/au buat saya sendiri, pekerjaan ada/ah pekerjaan.. Sarana untuk
mendapatkan uang dan media aktua/isasi diri. Saya bemsaha bekerja
sebaik-baiknya, disiplin dengan menjaga kredibilitas diri. Tetapi saya tidak
pemah menganqgap pekerjaan adalah hidup saya seutuhnya.
T : Bagaimana anda mendefinisikan sukses?
J : Sukses ouat saya mandiri, bisa membantu orang lain, dan bahagia
dengan apa yang dija/ani sekarang
T : Sebagai wanita karir, apakah anda menikmati tugas--tugas dari pekerjaan
anda?
J : Sa ya senang bekerja, tapi ada saatnya juga jenuh ... Ka/au bisa memilih
saya juga suatu saat ingin mempunyai bisnis sendiri clan berdiri sendiri.
T : Biasanya apa yang anda lakukan untuk mengatasi kejenuhan?
J : Paling asyik sebenamya ngumpul ama teman terus ngobrol sama
makan-makan di /uar tapi kadang-kadang baca novel di rumah a tau
masak sendiri cukup juga ..
T : Apakah anda pernah mengalami kesulitan menjalani tugas-tugas anda?
J : Tentu saja, yang paling repot karena peketjaan saya sangat multitasking.
T : Bisa dijelasin nggak, anda kerja apa?
J : Saya ketja sama orang Expatriate from Poland, dia punya bisnis ekspor
import, resminya cuma sekretaris by the way tapi kerjaan saya seperti
yang punya hee he .. dari operasional, finance, administration, kadang
kadang sampe urusan rumah, pokoknya seksi repot. Saya kaya dituntut
bisa mengetjakan banyak ha/ dalam waktu bersarnaan, hapa/ segala
macam ya pusing juga tapi kalau dah terbiasa ya jalan-ja/an aja
T :Bisa anda ceritakan pada saya, apa saja manfaat yang anda dapat dari
berkarir?
J : Pertama, uang dan fasilitas, networking dan ak'ua/isasi diri.
T : Sejauh ini, apakah semuanya itu sudah anda dapatkan?
j : So far ya, walau ga berlebih, saya sudah bisa mencukupi diri sendiri plus
bersenang-senang. I have my own house at Bekasi, nyicil sih ..
T : Sekarang ini anda tinggal sama orang tua?
J : Enggak, saya sewa rumah ini, ketja saya di Cilandak .. Bekasi rumah
saya tapi be/um ditempatin ..
T :Dalam 11al karir, apakai1 anda memiliki motivasi berprestasi lebih tinggi
dari saat ini?
J : Tentu, saya ingin mendapat kesempatan yang /ebih baik /agi.
T :Apakah ada tipe orang yang ingin anda tiru dalam hal berkarir?
J : Tidak ... saya ingin menjadi diri sendiri
3. Paridangan Wanita Tentang Pria
T :Apakah saat ini anda punya pacar?
J : Tidak
T : Kenapa belum punya pacar?
J : Baru putus he he (tersenyum kecil)
T :Apa yang membuat anda pertama kali tertarik kepada pria?
J : Fisik, tapi terus berubah, tapi benar-benar karenct chemistry.
T :Apakah anda pernah berhubungan seri•Js dengan seorang pria?
J : Ya
T : Bagaimana pandangan anda tentang hubungan itu?
J : Yang pasti tidak ada kenangan yang menyakitkan
T : Waktu itu putusnya kenapa?
J : Saya se/a/u kebentur perbedaan keyakinan, kalau Sya/i tau saya dari
golongan minoritas ... dan kebanyakan teman-teman saya juga pun ya
masalah ini. Ka/aupun ketemu dengan yang seiman tetap kalau gak jodoh
ya gak bisa dipaksa juga .. (diam sebentar) ada aja halangannya.
T : Bisa dijelasin nggak contohnya .. selain perbedaan l~eyakinan, halangan
apa saja?
J : Hm .. orang tua juga bisa gak setuju, terus ada pertiedaan sifat, pnnsip
dalam hidup cai/e ... Kadang-kadang rasanya gak sejalan lagi aja.
T : Maksudnya golongan minoritas?
J : Saya orang katolik, dan itu ki'a-kira hanya 10% dad penduduk Indonesia
he he ..
T : Hal apa yang menyenangkan ketika anda menjalani hubungan itu?
J : Kebersamaan
T : Apa yang paling anda takutkan?
J : Hm bingung ... tetapi karena terbiasa mandiri, saya takut menjadi agak
egois dan sulit berbagi ketika sudah bersama orang lain .. bukan bersifat
material tentunya ..
T : Apakah anda pernah mengalami trauma dalam menjalani hubungan?
J : Saya sih nggak punya kenangan yang menyakitkan, toh berakhir baik
baik .. Jadi no heart feeling atau saya jadi trauma gitu .. Ka/au buat saya ya
saya sih masih menikmati hidup saya and enjoy. Ka/au saya be/um
menikah emang benar-benar jalan saya be/um d arahkan kesana kali ya ..
bukan karena karir, trauma, dan lain-lain. Cuma akhimya saya jadi pribadi
yang so independent, tapi kalau menurut teman yang baru aja menikah,
penyesuaian diri dari cewek mandiri ke kompromi dengan kebutuhan
rumah tangga tu pasti terjadi ..
4. Pandangan Wanita Tentang Pernikahan dan Keluarga
T : Menurut anda, apa arti sebuah pernikahan?
J : Komitmen untuk bisa bersama dan berbagi selamanya
T : Apa yang anda harapkan dari sebuah pernikahan, jika anda menikah
nanti?
J : Kelengkapan kebahagiaan, da/am arti bukan mencari kesenangan atau
kebahagiaan tapi hidup menjadi lebih /engkap.
T :Menurut anda, apakah keluarga (orang tua) anda termasuk keluarga
yang harmonis?
J : Ya.
T : Mengapa menurut anda demikian?
J : Em .. karena kita masih baik-baik dan akur selama ini, dan saling
membantu, walau masa/ah pasti tetap ada.
T : Apa yang orang tua anda harapkan dari andct?
J : Mereka bi/ang, kalau saya sih tingal menilrnh dan memberikan cucu
kepada mereka, ha ha (sambil tertawa kecil) karena memang tinggal saya
yang be/um.
T :Apakah anda senang menghabiskan waktu bersama keluarga (orang tua,
kakak)?
J : Ya
T : Apa scija yang biasanya anda lakukan ketika sedang bersama keluarga?
J : Paling masak .. cerita and makan di /uar
T : Apakah anda pernah merasa kesal bila berada di rumah?
J : Tidak
T : Apakah komunikasi anda dan orang tua anda baik?
J : Ya
T : Apakah anda selalu menceritakan masalah anda f;epada kedua orang
tua anda?
J : Tidak ... /ebih banyak ke teman
Subyek 2
Nama (lnisial) Usia Pekerjaan Lama bekerja Pendidikan Jumlah saudara Anak ke Agama Suku
Wawancara ke Harirfanggal Jam Tempat
ldentitas Subyek
:R.S : 35 tahun : Pegawai swasta dan Sekretaris : 15 tahun : Diploma 3 :3 : 1 : Islam :Jawa,Sunda
VERBATIM 2 : 1 : Minggu I 9 September 2007 : 15.05-16.00 : Rumah Subyek
HASIL WAWANCARA
1. Konsep Diri
1 : Ceritakan pada saya, tentang diri anda sebagai wanita karir, bagaimana
anda melihat diri anda sendiri?
J : Aku merasa sangat beruntung, dengan pendidikanku yang hanya
diploma, aku bisa punya pengetahuan dan penga/aman yang lebih
T : Sebagai wanita yang berkarir dan belum menikah, apakah ada hal-hal
yang anda takutkan?
J : Tahun depan aku berencana menikah dek, do'ain ya .. !
T :Apakah anda menyukai keadaan anda sekarang ini?
J : Sangat menyukai
T :Bagaimana menurut anda tentang penampi:on fisik anda?
J : Aku bersyukur karena tidak ada bagian tubuhku yang cacat ..
T :Apakah anda menyukainya?
J : Ya
T :Apakah anda berhubungan baik dengan teman-teman anda?
J : Ya. Aku juga pun ya sahabat, kita sahabatan udah 1 O tahun, sampai saat
ini kita baik-baik aja, da/am keadaan susah dan senang kita selalu
berbagi.
T :Bagaimana menurut mereka, apakah anda teman yang baik?
J : Ya
T : Darimana anda bisa tahu, apakah ada perkataan atau perlakuan mereka
yang menunjukkan hat itu?
J : Kato dad sahabatku sih, mereka bi!ang aku teman yang baik, dalam
keadaan susah pun aku tetap perhatian ke teman
T :Bagaimana orang lain memperlakukan anda?
J : Tergantung dek
T : Maksudnya tergantung?
J : Karena sifat orang berbeda-beda ya yang jelas beda. Ada yang sangat
baik banget, biasa-biasa aja, dan ada juga yang nusuk dad be/akang.
T :Apakah anda pernah merasakan ingin menjadi orang lain?
J : Kadang-kadang, tapi kalo melihat bagaimana perjuangan orang tersebut,
aku jadi mikir, masak iya aku mampu seperti dia. Dan pada akhimya, aku
mensyukuri kondisiku saat ini.
2. Pandangan Wanita tentang Karir
T : Apa arti berkarir bagi anda?
J : Kemajuan dan perkembangan da/am pekerjaan.
T : Bagaimana anda mendefinisikan sukses?
J : Orang itu dibilang sukses ka/o hidupnya bahagia, nah bahagia dalam ha/
ini gak diukur dari berapa ban yak uang dan harta yang dimiliki
T : Apa sekarang ini anda sudah sukses?
J : Aku merasa udah sukses, aku dikasih keluarga yang bahagia, walopun
gak utuh .. tapi temyata Tuhan punya rencana lain, 2 tahun /a/u aku punya
ibu baru
T : Bagaimana dalam karir, apa anda sudah merasa sukses?
J : Dah sukses dan udah puas banget, tapi masih banyak ha/ yang perlu
dipelajarin
T : Sebagai wanita karir, apakah anda menikmati tugas-tugas dari pekerjaan
anda?
J : Ya, aku sangat menikmati, apapun kerjaan kita, l<ita musti be/ajar untuk
menikmatinya, walaupun awa/nya kita gak suka. f<arena hidup ini harus
dinikmati dan disyukuri, biar segalanya jadi mudah, Amin.
T : Apakal1 anda pernah mengalami kesulitan menjalani tugas-tugas anda?
J : Tentu saja pemah, tapi ya santai saja, itu kan resiko pekerjaan
T :Bisa anda ceritakan pada saya, apa saja manfaat yang anda dapat dari
berkarir?
J : Pengetalwan dan pengalaman yang tidak aku dapat dari seko/ah, kuliah,
atau tempat lain.
T : Dalam hal karir, apakah anda memiliki motivasi berprestasi lebih tinggi
dari saat ini?
J : Fokus, berani mencoba ha/ baru dan segera selesaikan pekerjaan
T :Apakah ada tipe orang yang ingin anda tiru dalam hal berkarir?
J : Nggak !uh dek ..
3. Pandangan Wanita tentang Pria
T :Apakah saat ini anda punya pacar?
J : Punya
T :Apa yang membuat anda pertama kali tertarik kepada pria?
J : Wah, k/o ini aku gak bisa bohong, du/u kita kenalan lewat chatting, so
aku gaK tau kayak apa sih tunangan aku ini. Tapi curang !uh tunangan ku,
aku dah ngirim foto eh ... dia kirim foto palsu. Jadi begilu ketemu ya agak
kaget juga karena_ terus le rang gak sesuai di foto, aduh jauh deh.. begitu
ketemu ya gak /Jisa nolak orang kila dah jadian /ewat telepon. Ya yang
jelas keputusanku untuk nerima dia gak sa/ah. Dia jadi kakak, sahabat,
dan kekasih buat aku. Pada akhimya, aku menyadari, dia pengertian,
perhalian, penuh tanggung jawab, dia bisa menerima kekuranganku. Tapi
klo sama cwoq lain, ya musti kenal du/u, baru aku bisa tertarik.
T : Bagaima:ia pandangan anda tentang hubungan itu?
J : Aku jalani hubungan ini udah 6 tahun, bu/an Juni kemarin aku habis
tunangan .. do'ain ya /anggeng terus ... aku sama tunanganku gak deketan
/ho dek, kita terpisah jarak Bogar-Surabaya. Adek bisa bayangin kan?
Kunci kita cuma satu, percaya!
T : Hal apa yang menyenangkan ketika anda menjalani hubungan itu?
J : Komitmen untuk menjalani hidup bersama
T : Apa yang paling anda takutkan?
J : Do'ain aku yah, semoga hubungan ku sama dia langgeng .. amin
4. Pandangan Wanita tentang Pernikahan dan Keluarga
T : Menurut anda, apa arti sebuah pernikahan?
J : Pemikahan, sebuah bentuk perwujudan dnta antara pria dan wanita
yang mana mereka terikat dalam perjanjian sehidup semati sesuai
undang-undang agama dan negara.
T : Apa yang anda harapkan dari sebuah pernikahan, jika anda menikah
nanti?
J : Pemikahan yang langgeng dan bahagia (diam sebentar) Amin ...
Tahun depan aku berencana menikah dek, do'ain ya .. !
T : Kalau saya boleh tahu, kenapa anda berpikir untuk menikah tahun
depan, sepertinya pacarannya udah lama ya?
J : Ya dek.., menikah kan untuk sekali seumur hidup .. semuanya harus
dipertimbangkan .. Kita kan punya target ..
T : Maksudnya target apa ya?
J : Oulu aku emang berencana menikah di umur tiga puluh dek, aku sih mau
benar-benar puas sendili du/u, puas kerja du/u, slnang-senang, di/,
kayaknya egois banget aja klo aku buru-buru married dan punya anak,
nanti anakku ma/ah terlantar ..
T : Ceritakan, bagaimana keluarga anda memperlalrnkan anda?
J : Mereka sayang sama aku, mengormatijuga menghargai aku
T :Menurut anda, apakah keluarga (orang tua) anda termasuk keluarga
yang harmonis?
J : Ya
T : Apa yang orang tua anda harapkan dari anda?
J : Ke/uarga ingin aku segera menikah
T : Apakah anda sendiri juga ingin menikah?
J : Ya, aku ingin menikah dan punya anak
T :Apakah anda senang menghabiskan waktu bersama keluarga (orang tua,
adik, kakak)?
J : Ya
T : Apakah anda pernah meras2 kesal bila berada di rumah?
J : Gak .. klo pun ada masalah paling cuma masa/ah keci/, dan bisa /angsung
diselesaiin
T : Apakah komunikasi anda dan orang tua baik?
J : Aku rasa sih baik-baik aja ya, /ancar ..
T : Biasanya apa saja yang cliobrolin?
J : Paling sharing sama papa soa/ kerjaan .. sama mncana married faun
depan
T : Apa yang anda rasakan mengenai posisi anda clalam keluarga?
J : Senang dek .. aku kan anak pertama, aku harus jadi contoh yang baik
buat adek-adekku.
Subyek 3
Nama (lnisial) Usia Pekerjaan Lama bekerja Pendidikan Jumlah saudara Anak ke Ag a ma Suku
Wawancara ke Harirranggal Jam Tempat
ldentitas Subyek
: E.L : 41 tahun : Wiraswasta : 6 tahun :SMA :4 :3 : Islam : Padang
: 1 VERBATIM 3
: Selasa I 11 September 2007 : 10.00-11.30 : Rumah Subyek
HASIL WAWANCARA
1. Ko.1sep Diri
T :Ceritakan pada saya, tentang diri anda sebagai wanita karir, bagaimana
anda melihat diri anda sendiri?
J : Saya rasa kadang saya wanita karir, kadang bukan .. Karena kan
kerjanya di rumah, kalo lagi ada yang pesan baju, baru dapet
penghasilan, kalo gak ya gale. Kost sama pesanc:.n kue juga gitu .. Tapi ya
alhamdulilfah, sampai sekarang udah bisa punya rumah sendiri
T : Sebagai wanita yang berkarir dan belum menikah, apakah ada hal-hal
yang anda takutkan?
J : Gak
T :Apakah anda menyukai keadaan anda sekarang ini?
J : Ya
T :Bagaimana menurut anda tentang penampilan fisik anda?
J : Biasa aja
T :Apakah anda menyukainya?
J : Ya
T :Apakah anda berhubungan baik dengan teman-teman anda?
J : Ada 1 orang teman yang sampe sekarang gak tegor-.fegoran, kita udah
musuhan dari SMP. Bodo banget, orang dia yang sa/ah, kecuali dia minta
maaf duluan sama saya.
T :Bagaimana menurut mereka, apakah anda teman yang baik?
J : Ya. Tapi kalo saya sih gak mau punya temen deket, kalo terlalu da/am,
curhat ato apalah, klo kita putus, jadi nyakitin.
T : Nyakitin kenapa?
J : Dia udah tau gimana kita, bisa aja dia ngomong sama orang, begini
begini kita. Ma/(';mya, saya /ebih baik curhat dalem-dalem di kertas, tapi
kertasnya gak mau di simpen.
T : Jadi?
J : Kio saya /agi sedih banget ato apa, saya nu/is, abis itu robek! Cuma
sehari saya nangis, besok dah gak boleh nangis /agi! Yang penting udah
lega, gak nyesek. Walopun disini saya (menunjuk kepala dan dada)
masih kerekam, gak kebuang. /tu kejelekan saya, mE)Stinya kan dilupain
aja.
T :Bagaimana orang lain memperlakukan anda?
J : Pemah ada orang yang bikin saya kesel, kalo saya sih klo orang itu baik,
saya jug a baik ..
T :Apakah anda pemah merasakan ingin menjadi orang lain?
J : Nggak
2. Pandangan Wanita tentang Karir
T : Apa arti berkarir bagi anda?
J : Oapet penghasilan, hidupnya jadi ma ju. 8ekarang nih, alhamdulillah
saya punya rumah sendiri.
T : Bagaimana anda mendefinisikan sukses?
J : Sukses itu bisa berdiri sendiri
T : Kalau sebagai wanita karir. apakah anda menikmati tugas-tugas dari
pekerjaan anda?
J : Ya, karena nggak terikat, bebas.
T : Apakah anda pernah mengalami kesulitan menjalani tugas-tugas anda?
J : Saya gak pemah ngerasa kesulitan, karena gak terikat, bebas.
T : Bisa anda ceritakan pada saya, apa saja manfaat yang anda dapat dari
berkarir?
J : Penghasilan
T :Dalam hal karir, apakah anda memiliki motivasi berprestasi lebih tinggi
dari saat ini?
J : Sekarangpengen nambah usaha 1 /agi, buka counter hp.
T :Apakah ada tipe orang yang ingin anda tiru dalam ha! berkarir?
J : Nggak
3. Pandangan Wanita tentang Pria
T :Apakah saat ini anda punya pacar?
J : Nggak.
T : Kenapa?
J : Oulu pemah punya pacar, dia itu du/u kumpu/ kebo sama hostess 2
tahun, setelah kenal saya akhimya dia insya:, orangnya jujur sih sama
saya .. tapi cuman pdkt 3 bu/an, akhimya putus.
T : Kenapa putusnya?
J : Orang saya mau balas dendam sama nenek .. !
T : Memangnya nenek kenapa?
J : Waktu itu saya telat pu/ang sekolah, nenek ngomong yang gak pantes
diomongin! Lama-lama saya BT juga, kesel juga. Saya trus bilang, fiat aja
ga akan saya mau kawin, siapa sih mau kawin, kesel banget! Biar nenek
ngerasa nyesel.
T : Kalau saya boleh tau, nenek ngomong apa?
J : Gak usah disebutin yah, pokonya jorok! Padaha/ nenek saya anggap ibu
kedua, karena 11enek yang bi a ya in hidup, dari kecil tinggal sama nenek ..
T :Apakah anda pernah berhubungan serius dengan seorang pria?
J : Nggak, saya males
T : Apa yang paling anda takutkan?
J : Nggak ada. Takut sama Tuhan
T : Apakah anda pernah mengalami trauma dalam menjalani hubungan?
J : Saya pemah kenal sama cowoq, baru beberapa hati kena/, udah
ngomongin seks, makanya saya sekarang gak suka kenal sama yang
umumya 30-an keatas gitu, saya senang sama anak abg, bukan untuk
jadi pacar ato apa, buat temen ngobrol aja kalo lagi nggak ngapa-ngapain.
Sa ya gak mau punya sahabat deket.
4. Pandangan Wanita tentang Pernikahan dan Keluarga
T : Menurut anda, apa arti sebuah pernikahan?
J : Menikah tu banyak problem
T : Apa yang anda harapkan dari sebuah pernikahan, jika anda menikah
nanti?
J : Saya nggak mau nikah
T : Kenapa?
J : Huh .. teman-teman saya cerita tentang 111mah tangga dia, anaknya,
masalah pendidikan, belanja kurang, seks .. (diam)
T : Menurut anda gimana?
J : Makanya saya nggak mau nikah, banyak problem, dari mulai problem
ada wanita lain, ribut soal anak.
T : Apakah trauma yang anda alami itu mempengaruhi keputusan anda
untuk menikah?
J : Ya juga, tapi lebih ingin buktiin ke nenek, lagian nikah banyak problem
T :Ceritakan, bagaimana keluarga anda memperlakukan anda?
J : Waktu kecil dibedain banget saya, ada perbedaan .. Saya paling
menderita, uang jajan juga dibedain ..
T : Kenapa anda bisa mengatakan anda dibedakan?
J : Saya suka ngelawan waktu kecil, ya abis gimana gak ngelawan ya, saya
dibedain banget, kakak sama adek enak, yang nyuci semua baju mereka
saya ..
T :Menurut anda, apakah keluarga (orang tua) anda termasuk keluarga
yang harmonis?
,I : Gak ..
T : Mengapa menurut anda demikian?
J : Ayah kan sama !bu cerai, /bu nikah lagi, saya sama kakak - adek ikut
nenek. Gak mau tinggal sama ibu ..
T :Apakah anda senang menghabiskan waktu bersama keluarga (orang tua,
adik, kakak)?
J : Ya, % senangnya, :4 sedih ...
T : Apakah anda pernah merasa kesal bila berada di rumah?
J : Ya
T : Pernah ada kejadian yang membuat anda kesal?
J : Ya, waktu itu peman dipaksa kerumah sodara, sayanya gak mau tapi
tetap dipaksa .. ya udah sampe dirumah sodara cemberut-cemberut aja ..
T : Kenapa tidak mau diajak kerumah saudara?
J : Lagi males aja, lagi suka dirumah ..