gagal ginjal kronik

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Penyakit Gagal Ginjal Kronik 1. Definisi Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan yang tidak akan bisa kembali sembuh / baik, satu hal yang bisa dilakukan saraf diketahui menderita gagal ginjal kronik adalah memperlambat perkembangan gagal ginjal kronik menjadi gagal ginjal terminal. Hal ini bisa dilakukan dengan memperhambat laju penurunan fungsi ginjal, mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut dan pengelolaan berbagai masalah yang bisa dirasakan penderita gagal ginjal kronik. Dalam penanganannya, sesuai dengan kondisi yang diderita, dokter akan berusaha mengontrol tekanan darah sebagai penyebab atau akibat dari penyakit gagal ginjal kronik juga akan diatur konsumsi garam Natrium, Fosfor, Protein serta mengatur kadar lemak darah agar tidak menimbulkan akibat yang lebih serius (komplikasi). Penderita harus berkonsultasi dengan ahli gizi dan berusaha mematuhi. (Eric Tapan, 2000) Gagal ginjal terminal merupakan tahap akhir dari penyakit ginjal progresif.Pada keadaan ini kliren kreatinin < 5 ml / menit. Penderita gagal ginjal terminal umumnya memerlukan terapi pengganti.Hemodilisis (HD) merupakan salah satu terapi pengganti untuk penderita gagal ginjal terminal, agar dapat mempertahankan hidupnya. . Proteinuria juga bisa ditemukan pada penyakit-penyakit yang ada hubungannya dengan jantung dan pembuluh darah. Kerusakan pembuluh darah bisa mengakibatkan gagal jantung atau stroke sama seperti gagal ginjal. Jika dokter Anda menemukan bahwa dalam urine Anda terdapat protein (proteinuria), salah satu hal yang perlu dilakukan adalah lebih peduli terhadap status kesehatan Anda. (Sudoyo dkk,2006)

Upload: melia-tiarani-

Post on 02-Jan-2016

196 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

ggk

TRANSCRIPT

Page 1: Gagal ginjal kronik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Penyakit Gagal Ginjal Kronik

1. Definisi

Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan yang tidak akan bisa kembali

sembuh / baik, satu hal yang bisa dilakukan saraf diketahui menderita gagal

ginjal kronik adalah memperlambat perkembangan gagal ginjal kronik

menjadi gagal ginjal terminal. Hal ini bisa dilakukan dengan memperhambat

laju penurunan fungsi ginjal, mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut dan

pengelolaan berbagai masalah yang bisa dirasakan penderita gagal ginjal

kronik. Dalam penanganannya, sesuai dengan kondisi yang diderita, dokter

akan berusaha mengontrol tekanan darah sebagai penyebab atau akibat dari

penyakit gagal ginjal kronik juga akan diatur konsumsi garam Natrium,

Fosfor, Protein serta mengatur kadar lemak darah agar tidak menimbulkan

akibat yang lebih serius (komplikasi). Penderita harus berkonsultasi dengan

ahli gizi dan berusaha mematuhi. (Eric Tapan, 2000)

Gagal ginjal terminal merupakan tahap akhir dari penyakit ginjal

progresif.Pada keadaan ini kliren kreatinin < 5 ml / menit. Penderita gagal

ginjal terminal umumnya memerlukan terapi pengganti.Hemodilisis (HD)

merupakan salah satu terapi pengganti untuk penderita gagal ginjal terminal,

agar dapat mempertahankan hidupnya. .

Proteinuria juga bisa ditemukan pada penyakit-penyakit yang ada

hubungannya dengan jantung dan pembuluh darah. Kerusakan pembuluh

darah bisa mengakibatkan gagal jantung atau stroke sama seperti gagal ginjal.

Jika dokter Anda menemukan bahwa dalam urine Anda terdapat protein

(proteinuria), salah satu hal yang perlu dilakukan adalah lebih peduli terhadap

status kesehatan Anda. (Sudoyo dkk,2006)

Page 2: Gagal ginjal kronik

Elektrolit yang harus diawasi asupannya adalah kalium dan natrium.

Pembatasan kalium dilakukan karena hiperklemia dapat mengakibatkan

aritmia jantung yang fatal. Oleh karena itu, pemberian obat-obat yang

mengandung kalium dan makanan yang tinggi kalium (seperti buah dan

sayuran) harus dibatasi. Kadar kalium darah dianjurkan 3,5 – 5,5 Meg/Lf,

pembatasan natrium dimaksudkan untuk mengendalikan hipertensi dan edema

Secara kualitatif kebutuhan protein dapat diberikan 1 – 1,2 gr/kg

BB/hari, namun dalam pemberian ini konsumsi bahan makanan 50% nya

harus bernilai biologi tinggi seperti : telur, ayam, daging, susu, kerang, dan

lain-lain dalam jumlah yang sesuai anjuran (Rahardjo, 2000).

2. Etiologi

Penyebab gagal ginjal tidak selalu sama diberbagai negara dan juga

polanya berubah sesuai dengan kondisi tiap negara.Glomerulonefrtis

merupakan etiologi yang utama diseluruh dunia , tetapi di Indonesia dan

beberapa negara berkembang tidak selalu glomerulonefritis menjadi penyebab

terbesar.(Tambayong,2000)

Adapun sebab – sebab gagal ginjal kronik yang sering ditemukan dapat

dibagi menjadi 8 golongan yaitu, sebagai berikut: (Soenarso,2004)

a. Penyakit glomerulus primer : penyakit glomerulus akut termasuk

gromerulone frintis progresif cepat, penyebab terbanyak adalah

gromerulone frintis kronik.

b. Penyakit tubulus primer :hiperkalamia primer, hipokalemia kronik,

keracunan logam berat seperti tembaga.

c. Penyakit vaskuler : iskomia ginjal akibat kongenital atau sfenosis arteri

ginjal, hipertensi

d. Infeksi : pielone fritis kronik atrofi, tuberkulosis

e. Obstruksi : batu ginjal, vibrosis, retroperitoneal, pembesaran prostat,

striktur, uretra dan tumor

Page 3: Gagal ginjal kronik

f. Penyakit autoimun : lupus eritematosus, sistemik, poliarperitis nodosa,

seklerodema

g. Penyakit ginjal metabolik : diabetes melitus, amelordosis, nefropatik,

analgesik, gout

Gagal ginjal kronik merupakan kelanjutan dari beberapa jenis

penyakit seperti:

a. Glomerulosnefritis

b. Infeksi kronis misalnya tuber-kolusis

c. Kelainan bawaan seperti kista ginjal

d. Obstruksi ginjal seperti batu ginjal

e. Obat obatan yang merusak ginjal misalnya pemberian terapi

aminoglikosida dalam jangka panjang

f. Penyakit endokrin misalnya dibetismelitus

g. Penyakit jaringan pengikat misalnya pada lupus

h. Penyakit vaskuler seperti hipertensi

3. Tanda dan gejala

Begitu banyaknya sistem tubuh yang terganggu pada saat menderita gagal

ginjal kronik.Tanda-tanda yang bisa diperoleh jika seseorang telah

menderita gagal ginjal kronik dibagi berdasarkan sistem, adalah sebagai

berikut:(Soenarso,2004)

a. Gangguan pada sistem pencernaan

1) Tidak ada nafsu makan, mual hingga muntah-muntah. Ini terjadi

karena gangguan metabolisme tubuh. Akibat fungsi ginjal

terganggu, metabolisme protein di usus menjadi terganggu dan

terbentuk zat-zat seperti amonia, dan lain-lain. Usus menjadi

sembab.

2) Bau yang khas yang keluar dari mulut Fetor uremik adalah bau

yang khas yang keluar dari mulut penderita yang disebabkan oleh

ureum yang berlebihan pada air liur. Oleh bakteri di mulut (yang

Page 4: Gagal ginjal kronik

biasanya memang ada), ureum ini diubah menjadi amoniak

sehingga bernapas dan berbicarapun berbau amonia. Selain itu juga

bisa timbul luka-luka kecil pada bibir (stomatitis).

3) Sering mengalami cegukan,penyebabnya kenapa hal ini

terjadi,belum diketahui.

4) Menderita sakit maag, dan peradangan pada usus.

b. Gangguan pada kulit

1) Kulit gatal, pucat dan kekuning-kuningan.

Penderita gagal ginjal kronik akan menjadi lebih putih (pucat)

akibat anemia dan berwarna kuning akibat penimbunan urokrom.

Selain itu bisa terdapat luka-luka gores akibat sering menderita

gatal dan digaruk. Gatal terjadi karena racun yang tidak bisa

dikeluarkan pada air seni 'keluar' melalui kulit. Tentunya peranan

kulit tidak sehebat ginjal dalam hal pengeluaran racun. Akibatnya

hanya sebagian kecil saja racun yang bisa dikeluarkan kulit, namun

efeknya sangat besar bagi kulit karena memang kulit tidak

dipersiapkan untuk itu.

2) Sering terjadi memar akibat terganggunya fungsi pembekuan darah

(menurun).

c. Sistem hematologi/darah

Kurang darah atau anemia

Anemia pada gagal ginjal kronik terjadi karena banyak sebab yang

saling mendukung. Oleh karena itu hanya mengobati/memperbaiki

salah satu sebab saja tidaklah optimal.

d. Gangguan pada sistem saraf dan otot

1) Sering merasa pegal pada kaki

Page 5: Gagal ginjal kronik

Sering pegal pada kaki atau diistilahkan dengan 'restless leg

syndrome' bisa dialami oleh pasien gagal ginjal kronik. Akibatnya

pasien sering menggerak-gerakan kakinya.

2) Rasa seperti terbakar

Penderita bisa juga mengalami rasa seperti terbakar atau semutan

terutama pada telapak kaki. Hal ini diistilahkan dengan burning

feet syndrome.

3) Ensefalopali metabolik

Ensefalopati metabolik mengakibatkan perasaan lemah, tidak bisa

tidur, gangguan konsentrasi, tremor hingga bisa menyebabkan

kejang.

4) Kelemahan otot

Otot pasien menjadi lemah dan mengecil pada tungkai.

e. Gangguan pada sistem Jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)

1) Terjadi peningkatan tekanan darah (hipertensi)

Hipertensi terjadi akibat penimbunan cairan dan terganggunya

produksi renin seperti yang pernah dijelaskan. Tekanan darah bisa

meningkat akibatienksaan gagal ginjal kronik, tapi bisa juga

tekanan darah yang tidak terkontrol menyebabkan gagal ginjal

yang kronik.

2) Sering mengalami nyeri dada dan sesak napas

Hal ini disebabkan karena selaput pembungkus jantung (perikard)

mengalami radang yang diistilahkan dengan perikarditis.

Page 6: Gagal ginjal kronik

3) Penyakit jantung koroner bisa juga terjadi akibat aterosklerosis

yang timbul dini. Aterosklcrosis terjadi karena gangguan

metabolisme lemak yang terjadi pada penderita gagal ginjal

kronik ini.

f. Gangguan sistem endokrin (hormonal)

1) Terjadi penurunan libido, fertilitas dan aktivitas seksual lainnya.

Pada wanita bisa terjadi gangguan menstruasi hingga tidak dapat

mens lagi.

2) Terjadi gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin hingga

gangguan produksi insulin yang menyebabkan penyakit kencing

manis (diabetes melitus).

3) Gangguan metabolisme lemak yang ditandai dari meningkatnya

kadar trigliserid, kolesterol, dan lain-lain dalam darah

4) Gangguan metabolisme vitamin D.

Disamping gangguan metabolisme bahan bahan nutrisi,penderita

gagal ginjal kronik juga mengalami gangguan akibat perubahan-

perubahan dalam fungsi hormon penurunan fungsi imun dengan

berbagai penyakit yang menyertai dan sering telah memakan obat.

Sedangkan penurunan fungsi imun juga dapat mempengaruhi

penurunan status gizi pada gagal ginjal kronik (Suhardja,2003).

4. Diagnosa

Diagnosa gagal ginjal kronik ditegakan dengan pemeriksaan

fisik, laboratorium dan pemeriksaan radiology (Tambayong,2000)

a. Anamnese adanya keluhan nyata mengenai pembekakan tubuh yang

lama, nafsu makan berkurang, aktifitas fisik berkurang, mual dan

muntah

Page 7: Gagal ginjal kronik

b. Pemeriksaan fisik menunjukan keadaan umum lemah, pucat, lesu,

edema

c. Pemeriksaan laboratorium pada GGT (Gaggal Ginjal Terminal)

menunjukan anemia normositik, kelainan elektrolit dan biokimia serta

kelainan faal ginjal

d. Pemeriksaan radiology menunjukan ginjal mengecil

5. Patofisisolgi

Gagal ginjal kronik ditandai dengan penurunan laju penyaringan

glumerulus (GFR), sehingga kadar urea darah meningkat, kenaikan kadar

urea darah dan meningkatnya proses penyaringan oleh nefron yang

mengalami hipertropi, menyebabakan muatan solut yang sampai ke

masing masing tubulus yang masih berfungsi akan menjadi lebih besar

daripada keadaan normal. (William E,2009)

Menurut teori Nefron utuh, kehilangan fungsi ginjal normal akibat

dari penurunan jumlah nefron yang berfungsi dengan tepat. Gambaran

parsial dari teori ini adalah bahwa keseimbangan antara glomerulus dan

tubulus dipertahankan nilai jumlah nefron berkurang sampai yang tidak

adekuat untuk mempertahankan keseimbangan hemostastis akibatnya

mempengaruhi semua sistem tubuh karena ketidakmampuan ginjal

melakukan fungsi metaboliknya dan untuk membersihkan toksin dari

darah. (Tambayong, 2000)

Gangguan metabolisme protein pada gagal ginjal kronik biasanya

karena kadar serum menurun dan profil asam amino juga berubah. Asam

Amino Esensial (AAE) cenderung menurun yaitu triptoplam, valin, leusin

dan lisin. Sedangkan total asam amino non esensial meningkat, apalagi

perubahan profil asam amino ini multi faktorial yaitu adanya perubahan

ekskresi di ginjal, menurunnya metabolisme dan katabolisme, gangguan

enzimatif dan gangguan ansorbsi usus juga berperan dalam proses

ini.(Ramirudin,2008)

Page 8: Gagal ginjal kronik

6. Gambaran laboratorium

Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi: (Whitney,2008)

a. Sesuai penyakit yang mendasarinya

b. Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar natrium dan

kreatinin serum serta penurunan LKG (Laju Filtrasi Glomerulus)

c. Kalium biokimia darah meliputi penurunan kadar hemoglobin,

peningkatan kadar asam serat, hiper atau hipololemia, hipomotremia,

hiper atau hipokloremia, hiperfasfotemia, hipokalsemia, asidosis

metabolik

d. Kelainan urinalisis meliputi profeinuria, hemafuria

7. Tindakan

Pada umumnya faal ginjal yang masih tersisa diukur dengan

klirens kreatinin. Pada gagal ginjal kronik nilai klirens kreatinin tidak

lebih dari 5 ml/menit. Bila penderita berada dalam kondisi seperti ini,

diperlukan pengobatan khusus yang disebut pengobatan atau terapi

pengganti.

Terapi pengganti pada gagal gjnjal kronik antara lain adalah

dialisis dan traspalasi ginjal.

Dialisis adalah tindakan yang dilakukan terhadap penderita dengan

penurunan fungsi ginjal berat, di mana ginjal tidak mampu lagi

mengeluarkan produk-produk sisa metabolisme, mempertahankan

keseimbangan cairan dan elektrolit, serta memproduksi hormon-hormon.

Ketidakmampuan ginjal mengeluarkan produk-produk sisa metabolisme

menimbulkan gejali uremia. Dialisis dilakukan bila hasil test kliren

kreatinin < 15 ml/menit. Tindakan dialisis meliputi :

1. Dialisis peritoneal

Salah satu bentuk dialisis untuk membantu penanganan pasien

gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronis, menggunakan membran

Page 9: Gagal ginjal kronik

tersebut darah filtrasi. Keuntungan dialisis bila dibandingkan dengan

memodialisis, secara tekhnik lebih sederhana, cukup aman serta cukup

efisien dan tidak memerlukan fasilitas khusus, sehingga dapat

dilakukan disetiap rumah sakit.

Cairan dialisis diinfusikan kedalam kuvum perifone antara lain

dengan bantuan gaya berat. Setelah dibiarkan selama 20-30 menit,

klem selang drainase dilepas dan cairan tersebut dibiarkan mengalir

keluar dari kavum periforeal dengan bantuan gaya berat (10-30 menit).

Kemudian cairan dalam botol yang baru segera diinfusikan.

Dialyzer memiliki ukuran dan tingkat efisiensi yang berbeda-

beda, mesin yang lebih baru sangat efisien, darah mengalir lebih cepat

dan masa dialisa lebih pendek (2-3 jam sedangkan mesin yang lama

memerlukan waktu 3-5 jam). Sebagian besar penderita gagal ginjal

kronik perlu menjalani dialisa sebanyak 3 kali / seminggu. (Whitney,

2008).

2. Hemodialisa

Hemodalisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan

dari tubuh pasien dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang

disebut dialyzer. Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah,

untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan buatan

diantara arteri dan vena (fisfula arteriovenosa) melalui pembedahan,

pada hemodalisa, darah penderita mengaliri melalui selang yang

dihubungkan ke fistula arteriovenosa dan dipompa kedalam dialyzer.

Untuk mencegah pembekuan darah selama berada dalam dialyzer

maka diberikan heparin. Didalam dialyzer, suatu selaput buatan yang

memiliki pori-pori memisahkan darah dari suatu cairan (dialiset) yang

memiliki komposisi kimia yang menyerupai cairan tubuh normal.

Tekanan didalam ruang dialiset lebih rendah dibandingkan dengan

tekanan didalam darah sehingga cairan, limbah metabolik dan zat-zat

Page 10: Gagal ginjal kronik

racun didalam darah disaring melalui selaput dan masuk kedalam

dialyset. Tetapi sel darah dan protein yang besar tidak dapat menembus

pori-pori selaput buatan ini. Darah yang telah dicuci lalu dikembalikan

kedalam tubuh penderita.

Transpalasi ginjal adalah terapi pengganti dengan cara

mengganti ginjal yang sakit dengan ginjal donor. Setelah transpalasi

sering terjadi hiperkatabolisme protein.kegemukan dan hiperlipidemia.

Diet pada bulan pertama setalah transpalasi adalah energi cukup

dengan protein tinggi, setelah itu berubah menjadi energi dan protein

cukup. Karena sangat tergantung pada keadaan penderita, penyusunan

diet dilakukan secara individual.

8. Terapi Diit

Sejalan dengan perkembangan ilmu, terapi dietetik pada penderita

gagal ginjal kronik mengalami kemajuan. Penderita gagal ginjal kronik

dapat hidup normal dan produktif dengan terapi dietetik, disamping dapat

menunda menjalani cuci darah (hemodialisa) untuk jangka waktu yang

cukup lama. (Triyani Kresnawan,1991)

Pada tahun 1991 telah diadakan penelitian status gizi pada 14

penderita gagal ginjal kronik di RSCM, dimana ditemukan kurang lebih

50% penderita berada dalam keadaan gizi kurang. Asupan zat gizi

penderita bila dibanding dengan kecukupan yang dianjurkan masih kurang,

kecuali asupan protein nabati, natrium dan fosfor.

Dengan mempertimbamgkan hal-hal tersebut diatas maka

dirasakan perlu adanya penyusunan diet, dengan harapan agar penderita

semaksimal mungkin dapat mengkonsumsi hidangan yang telah disusun,

sesuai dengan keadaan penyakitnya. Adapun tujuan dan syarat dietnya

adalah sebagai berikut : (Triyani Kresnawan,1991)

Tujuan Diit :

Page 11: Gagal ginjal kronik

Penyusunan diet yang baik bertujuan dapat membantu

mempertahankan status gizi yang optimal, mencoba memperlambat

penurunan fungsi ginjal dan mengatur keseimbangan cairan elektrolit.

Syarat Diit :

Syarat pemberian diet pada penderita gagal ginjal kronik adalah :

1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB

2. Protein rendah, yaitu 0,6-0,75 g/kg BB. Sebagian harus bernilai

biologi tinggi

3. Lemak cukup, yaitu 20-30% dari kebutuhan energi total.

Diutamakan lemak tak jenuh.

4. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi energi

yang berasal dari protein dan lemak.

5. Natrium 1-3 gr

6. Kalium 1560-2730 mg

7. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah

pengeluaran cairan melalui keringat dan pernapasan ( + 500 ml )

8. Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam

folat, vitamin C dan vitamin D.

Sedangkan terapi diit pada gagal ginjal kronik dengan hemodialisa

akan timbul klinis dan laboratories. Secara umum disebut sindrom

sistemik, yang terutama disebabkan oleh meningkatnya hasil katabolisme

dengan uremia, mual dan lain-lainnya dan memperpanjang waktu di

analisis. (Roesma,1992)

Tujuan Diit menurut (Roesma, 1992) :

a. Mempertahankan keadaan gizi yang optimal agar penderita dapat

melakukan aktifitas normal.

b. Mengurangi atau mencegah gejala sindrom uremik.

c. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.

Syarat Diit :

Page 12: Gagal ginjal kronik

a. Energi

Asupan energi yang cukup sangat diperlukan untuk mencegah

katabolisme jaringan tubuh. Dibutuhkan sekurang-kurangnya 35

kal/kg BB/hari, dibutuhkan asupan yang optimal dari golongan

bahan makanan non protein. Ini dimaksudkan untuk mencegah

gangguan protein sebagai sumber energi. Bahan-bahan ini bisa

diperoleh dari : minyak, mentega;margarin, gula, madu, sirup,

jamu dan lain-lain.

b. Protein

Asupan protein cukup 1-1,2 gr/kg BB/hari, untuk menjaga

keseimbangan nitrogen dan kehilangan protein selama didialisis.

Sekurang-kurangnya 50% asupan protein berasal dari protein

bernilai biologi tinggi, yang lebih lengkap kandungan asam amino

escensialnya sumber protein ini biasanya dari golongan hewani,

misalnya telur, daging, ayam, ikan, susu, kerang dan lain-lain

dalam jumlah sesuai anjuran.

c. Natrium

Asupan natrium 40-120 mEq/hari (270-920 mg/hari) untuk control

tekanan darah dan oedema. Pembatasan natrium dapat membantu

mengatasi rasa haus, dengan demikian dapat mencegah kelebihan

asupan cairan.

Bahan makanan tinggi natrium yang tidak dianjurkan antara lain :

Bahan makanan yang dikalengkan. Garam natrium yang

ditambahkan ke dalam makanan seperti natrium bikarbonat, atau

soda kue, natrium benzoat atau pengawet buah dan sayuran,

natrium nitrit atau sendawa yang digunakan sebagai pengawet

daging, seperti pada “cornet beef “ .

Page 13: Gagal ginjal kronik

d. Kalium

Pembatasan kalium sangat diperlukan . Asupan kalium diberikan

1560-2730 mg/hari. Bahan makanan tinggi kalium pada umbi,

buah-buahan, alpokat, pisang ambon, mangga, tomat, rebung, daun

singkong, daun pepaya, bayam, kacang tanah, kacang hijau dan

kacang kedelai.

e. Kalsium dan fosfor

Hendaknya dikontrol keadaan hipokalsium, ini untuk menghindari

terjadinya seminimal mungkin mencegah klasifisikasi dari tulang

dan jaringan tubuh. Asupan phospor 400-900 mg/hari, kalsium

1000-1400 mg/hari.

f. Cairan

Untuk membatasi kelebihan cairan tubuh sekurang-kurangnya 1,2

kg setiap hari. Konsumsi cairan baik yang berasal dari makanan

maupun minuman di berikan sesuai dengan air seni yang

dikeluarkan ditambah 500 cc.

B. Status Gizi Penderita Gagal Ginjal Kronik Secara Langsung

Status gizi adalah keadaan tubuh yang memberi petunjuk tentang

keseimbangan antara kebutuhan gizi dan suplai zat gizi pada seseorang. Status

gizi merupakan tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat yang dipengaruhi

oleh makanan yang dikonsumsi.Selain itu status gizi dapat pula diartikan

sebagai tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh zat gizi melalui variable

tertentu.

Penelitian dan pengalaman klinik menunjukan bahwa sering terjadi

kelainan gizi berupa mal nutrisi protein dan protein pada gagal ginjal kronik

yang menjalani dialysis,baik hemo maupun peritoneal.(Soenarso,2004)

Page 14: Gagal ginjal kronik

B.1. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan landasan untuk memberikan asuhan

gizi yang optimal pada pasien. Menurut I Dewa Nyoman Supariasa (2001)

status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan atau perwujudan dari

nutriform dalam bentuk variabel tertentu. Contoh gondok endemik merupakan

keadaan seimbang tidaknya asupan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.

Menurut Waspaji (2003) asupan zat gizi mempengaruhi status gizi

seseorang,selain asupan zat gizi infeksi juga ikut mempengaruhi status gizi

Evaluasi dan monitoring status gizi merupakan aspek penting dalam pelayanan

gizi bagi penderita gagal ginjal kronik.

Namun sampai saat ini belum didapatkan metode paling tepat dalam

penilaian status gizi untuk pasien gagal ginjal kronik.Karena adanya variasi

metabolic, antropometri dan kelainan biokimia yang biasa terjadi pada

penderita gagal ginjal kronik.

Penilaian status gizi diharapkan dapat mengidentifikasi penderita yang

berisiko mengalami permasalahan gizi, untuk penderita gagal ginjal kronik

semestinya dapat digunakan untuk mengetahui adanya defisiensi zat gizi

mikro maupun makro. Data pengukuran yang digunakan adalah pemeriksaan

antropometri. (Supariasa,2001)

1. Antropometri

Antropometri adalah pengikuran fisik dimana secara tidak

langsung menilai kemajuan komposisi tubuh dan perkembanganya.Melalui

pengukuran antropometri,akan dapat diketahui perubahan bentuk dan

komponen tubuh akibat asupan zat gizi yang diabaikan.Pengukuran

Page 15: Gagal ginjal kronik

antropometri meliputi pengukuran berat badat, pengukuran tinggi badan

(Supariasa,2001)

a. Berat badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting

dan paling sering digunakan Berat badan menggambarkan jumlah

protein, lemak, air, dan mineral pada tulang (Supariasa, 2001)

Sebagai indikator dalam penilaian status gizi,berat badan

biasanya dinyatakan sebagai indeks dengan ukuran antropometri

lainya, misalnya berat badan menurut umur (BB/U). (Supariasa,2001).

Berat badan seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain : umur, jenis kelamin, aktifitas fisik dan keturunan.

b. Tinggi Badan (TB)

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan

gizi yang telah lalu dan keadaan sekarang jika umur tidak diketahui

dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua

yang penting,karena menghubungkan berat badan terhadap tinggi

badan, faktor umur bisa dikesampingkan.

Tinggi badan merupakan ukuran tubuh yang menggambarkan

pertumbuhan rangka.Dalam penilaian status gizi tinggi badan

dinyatakan sebagai indeks sama halnya dengan berat badan (Supariasa,

2001)

c. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh merupakan indikator status gizi untuk

memantau berat badan normal orang dewasa bukan untuk menetukan

over weight dan obesitas anak anak dan remaja. Nilai indeks masa

tubuh dihitung dengan menggunakan rumus :

Page 16: Gagal ginjal kronik

Berat Badan (kg)

Indeks Massa Tubuh (IMT) =

Tinggi Badan

Tabel 1

Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT

Kurus

Normal

Gemuk

Kekurangan berat badan tingkat berat

Kekurangan berat badan tingkat ringan

Kelebihan barat badan tingkat ringan

Kelebihan berat badan tingkat berat

< 17.0

17,0 - 18,5

> 18,5-25,0

> 25,0 - 27,0

> 27

Sumber : DepKes RI 1996

Penilaian status gizi dapat pula melihat riwayat medis dan Keadaan

fisik.

B.2 Penilaian Status Gizi Secara Biokimiawi

Pada makhluk hidup senantiasa terjadi aktivitas dan perubahan-

perubahan. Proses-proses yang terjadi pada makhluk hidup berhubungan

dengan reaksi kimia dalam sel. Proses-proses serta seluruh aktivitas dalam

makhluk hidup bisa dipelajari dari aspek biokimia. Pengertian dari biokimia

itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari senyawa-senyawa kimia dan

Page 17: Gagal ginjal kronik

prosesnya didalam tubuh makhluk hidup. Biokimiawi dalam tubuh yang

berhubungan dengan protein meliputi kadar ureum, kadar albumin dan kadar

kreatinin.(William,2009)

1. Kadar Ureum

Kadar ureum adalah salah satu molekul kecil yang mudah

mendistribusikan dalam cairan ekstrasel. Tetapi pada akhirnya ia

dipekatkan pada ureum dan diekskresikan. Nilai normal ureum 20-40 mgl

dl.

Pemeriksaan ureum darah / nitrogen urea darah dapat juga dipakai

sehingga tes penguji faal glomerulus produksi ureum di pengaruhi faal hati

absorbsi protein dari makanan di usus ataupun dari darah yang mungkin

ada di usus karena perdarahan kecil. Pemeriksaan nitrogen urea darah

sering dipakai untuk menilai faal ginjal dengan diit yang diberikan pada

penderitanya.

2. Kadar Albumin

Albumin adalah sejenis yang dapat diukur dengan dalam urin. Tes

albumin adalah test untuk mengukur jumlah protein yang berhasil lewat

dari ginjal dan keluar bersama urin. Pada ginjal yang sehat, protein

merupakan molekul yang ukurannya terlalu besar untuk dapat melewati

pembuluh-pembuluh darah di ginjal. Artinya apabila ditemukan protein

dalam urin menandakan adanya kerusakan pada ginjal.

Kehilangan albumin pada penderita gagal ginjal kronik

menyebabkan perpindahan cairan dari ruang infrastruktur ke ruang

infestial karena adanya penurunan tekanan osmotik. Sebagai respon

penurunan GFR, aldosteron dikeluarkan dari kortek adrenal yang

menyebabkan reabsorbsi cairan dan sodium. Retensi cairan dapat

berkembang menjadi kelainan pernafasan dan kardiovaskuler.

Page 18: Gagal ginjal kronik

Jika asupan protein dalam makanan kurang, maka pembentukan

albumin mengalami penurunan. Kadar albumin yang kurang dari 25 %

merupakan petunjuk prognosa jelek. Jika penderita tersebut diberikan diet

kaya protein,maka kadar albumin tetap rendah. Hal ini menunjukkan

bahwa prognosa sangat jelek.

3. Kadar Kreatinin

Kadar kreatinin adalah produk akhir dalam metabolisme kreatinin.

Dengan nilai normal untuk pria adalah 0,6 – 1,3 mg/dl untuk wanita 0,4 –

1,1 mg/dl.

Pemeriksaan kreatinin serum sangat memadai untuk menilai faal

glomerolus. Kreatinin di produksi di otot dan dikeluarkan melalui ginjal.

Bila ada peninggian kreatinin dalam serum berarti faal pengeluaran di

glomerolus berkurang. Hanya bila ada penyakit otot dan

hipermetabolisme, kreatinin meninggi.

Gangguan klinik gagal ginjal kronik tergantung dari tahapnya,

pada kekurangan cadangan ginjal sama sekali tidak ada gejala khusus dan

pemeriksaan penyaringan seperti kreatinin serumpun masih dalam batas

normal. Umumnya bila kliren kreatinin serum menurun dibawah 25 ml /

menit, baru kita temukan tanda laboratorium misalnya kreatinin serum

mulai meningkat walaupun kreatinin sering harus diingat bahwa bobot

badan (otot) dan umur merupakan faktor yang mempengaruhi korelasi

serum dan kliren kreatinin. Bila gagal ginjal kronik telah bergejala, maka

umumnya diagnosis sukar ditegakkan. (Tapan Erik,2009)

Tabel 2

Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik (GGK) Menurut Kliren Kreatinin

Page 19: Gagal ginjal kronik

Klasifikasi Kliren kreatinin ml/mnt

Kekurangan cadangan ginjal

Insufisiensi ginjal

Gagal ginjal kronik

Gagal ginjal terminal

75-100 ml/mnt

25-75 ml/mnt

<25 ml/mnt

<5 ml/mnt

Sumber: Danx Ojix (2009)

C. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Data pengukuran yang digunakan adalah kebiasaan makan dan asupan makan.

1. Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan seseorang mempengaruhi kecukupan zat zat gizi

yang dibutuhkan oleh tubuh.Kebiasaan makan dapat diukur dengan

metode " diet histori " (riwayat makan) ,"food record "/'recall 24 jam ",

"food frekfensi ".Diit histori dapat juga disebut riwayat makan seseorang.

Petunjuk Pemberian Makanan bagi Pasien Gagal Ginjal Kronik

Cukup banyak pasien gagal ginjal kronik meninggal akibat infeksi

yang disebabkan oleh malnutrisi atau pemberian gizi yang tidak benar.

Oleh Karena itu pengaturan gizi pasien gagal ginjal kronik termasuk

mereka yang sedang mengalami hemodialisa (cuci darah) adalah sangat

penting dan bermakna. Keadaan gizi pasien gagal ginjal kronik sangatlah

penting untuk dipertahankan dan jika mungkin secara hati-hati

ditingkatkan. Tujuan penatalaksanaan diet bagi pasien gagal ginjal

Page 20: Gagal ginjal kronik

kroni.Menurut Jose Roesma, dari Sub Bagian Ginjal dan Hipertensi

FKUI/RSCN adalah:

a. Mempertahankan keadaan gizi yang optimal agar kualitas hidup dan

rehabilitasi dapat dicapai semaksimal mungkin.

b. Mengurangi atau mencegah gejala sindroma uremik.

c. Mengurangi progresifitas gagal ginjal dengan memperlambat turunnya

laju filtrasi glomerulus yang mencerminkan persentasi fungsi ginjal.

2. Asupan Makan

Mengontrol asupan kalium dapat dilakukan dengan membatasi

konsumsi makanan berkalium tinggi misalnya :

a. Sayur peterseli. bayam. daun pepaya, kelapa.

b. Buah alpukat. pisang, duku, durian. juice buah.

Begitu pula halnya dengan makanan berkadar garam tinggi yang dapat

menyebabkan rasa haus, meningkatkan tekanan darah, dan mengakibatkan

penumpukan / retensi air pada bagian tubuh tertentu, haruslah juga

dibatasi.

Beberapa bahan makanan yang rnemiliki kadar garam tinggi di

antaranya adalah telur asin, ikan asin, keju, kerupuk, kecap, mie instan,

makanan dalam kaleng, bumbu penyedap vetsin, komet, tauco, petis dan

garam dapur tentunya

D. Status Penyakit Penyerta /gangguan fungsi yang berhubungan dengan

terjadinya kurang gizi.

Kemungkinan ada penyakit penyerta pada gagal ginjal kronik adalah

diare. Ada pula gangguan sistem pada gagal ginjal kronik diantaranya yaitu

kardiovaskular seperti adanya edema (bengkak dari asites)

Page 21: Gagal ginjal kronik

Perut membuncit akibat timbunan cairan, edema dan asites akan

mempengaruhi penimbangan berat badan, maka sebaiknya penimbangan berat

badan pada penderita gagal ginjal kronik dilakukan setelah dialisis.

E. Pembatasan cairan dan ekstratif

Pembatasan asupan air pada penderita penyakit ginjal kronik sangat

perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya edema dan

komplikasi kardiovaskuler. Air yang masuk ke dalam tubuh dibuat seimbang

dengan air yang keluar, baik melalui urin maupun Insensible Water Lass.

Dengan konsumsi bahwa air yang keluar melalui Insensible Water Lass antara

500-800 ml/hari (sesuai dengan luas permukaan tubuh) maka air yang masuk

dianjurkan 500-800 ml ditambah jumlah urin. (Sudoyo dkk, 2006

F. Faktor Faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Gagal Ginjal

Kronik Yang Menjalani Hemodialisa.

1. Asupan Energi

Kebanyakan penderita gagal ginjal kronik menunjukan kekurangan

gizi. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor katabolisme (pengaruh iklim,

umur dan ukuran tubuh) dan kurangnya asupan kalori. (Sudoyo dkk,2006)

Kebutuhan akan energi diusahakan didapat dari hidrat arang

kurang lebih 60 % hal ini tidak menyulitkan karena cocok dengan menu

Indonesia yang umum.Bila ada hipertrigliseridemia, asupan kharbohidrat

dapat dikurangi sampai 35% dari asupan kalori total.

Walau hipertrigliseridemi bukan merupakan faktor resiko yang

kuat bagi timbulnya penyakit jantung koroner,tapi perlu mendapat

perhatian. Asupan lemak diusahakan 30 % dari asupan kalori. Pada gagal

ginjal kronik terjadi gangguan metabolisme lemak,terlihat dari

meningkatnya kolesterol total, dan penurunan HDL kolesterol.

Disatu pihak asupan lemak yang cukup unruk memenuhi

kebutuhan kalori,sedangkan dipihak lain lemak ikut memperburuk fungsi

ginjal dan menambah morbiditas akibat arterosklerosis. (Rahardjo,2000)

Page 22: Gagal ginjal kronik

2. Asupan Protein

Asupan Protein sangat diperlukan mengingat fungsinya dalam

tubuh. Asupan protein dapat dipengaruhi oleh konsumsi protein yang

rendah dalam diit, asupan makanan yang kurang pengaruh dari

melemahnya kekebalan tubuh. Pengaruh asupan protein disamping asupan

kalori memegang peranan yang penting dalam penanggulangan gizi

penderita gagal ginjal kronik, karena gejala sindrom uremik disebabkan

karena menumpuknya katabolisme protein tubuh.

3. Lama Hemodialisis

Penelitian dan pengalaman klinik menunjukan bahwa terjadi

kelainan gizi berupa malnutrisi protein dan protein pada gagal ginjal

kronik yang didialisis.Kehilangan protein dalam tindakan dialisis, bila

tidak ditanggulangi dengan baik,akan menyebabkan gangguan status

gizi.

Apalagi dialisis berlangsung dalam jangka panjang.Pengalaman

di RSCM pun demikian,ada gangguan gizi ringan,berat ,sehingga

meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas,serta menurunkan

berhasilnya rehabilitasi kwalitas hidup. Penyebab ganggaun ini dapat

berupa akibat penyakitnya atau tindakan dialisisnya sendiri (Suhardja,

2003)

G. KERANGKA TEORI

Asupan Energi

Asupan Protein

Lama HD

Terapi Diit

GGK Status Gizi

Asupan Energi,

Protein

Dialisis

Kekurangan Gizi

Page 23: Gagal ginjal kronik