fungsi manajemen pada kegiatan pengelolaan sistem rekam … · nomor 269 tahun 2008 tentang rekam...

75
FUNGSI MANAJEMEN PADA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM REKAM MEDIS PASIEN DI PUSKESMAS KEDUNGMUNDU SEMARANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh Dewi Muyasaroh NIM. 6411412162 JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Upload: others

Post on 26-Dec-2019

29 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

FUNGSI MANAJEMEN PADA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM REKAM MEDIS

PASIEN DI PUSKESMAS KEDUNGMUNDU SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

Dewi Muyasaroh NIM. 6411412162

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

i

FUNGSI MANAJEMEN PADA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM REKAM MEDIS

PASIEN DI PUSKESMAS KEDUNGMUNDU SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

Dewi Muyasaroh NIM. 6411412162

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

ii

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang 2016

ABSTRAK

Dewi Muyasaroh Fungsi Manajemen pada Kegiatan Pengelolaan Sistem Rekam Medis Pasien di Puskesmas Kedungmundu xv + 124 halaman + 4 tabel + 3 gambar + 13 lampiran

Rekam medis adalah catatan yang berisi tentang identitas pasien,

pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Rekam medis yang baik menggambarkan suatu pelayanan yang baik, sedangkan rekam medis yang kurang baik menggambarkan tingkat pelayanan medis yang kurang baik. Untuk menciptakan pelayanan rekam medis yang baik maka diperlukan pengelolaan rekam medis dengan manajemen yang baik, sesuai dengan prosedur dan pedoman. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi manajemen pada kegiatan pengelolaan sistem rekam medis pasien di Puskesmas Kedungmundu Semarang. Fungsi manajemen tersebut terdiri dari fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi. Informan utamanya adalah Kepala Puskesmas Kedungmundu dan 3 orang petugas di bagian rekam medis. Informan triangulasi yaitu Dinas Kesehatan Kota Semarang bagian Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan 2 orang pasien yaitu pasien lama dan pasien baru. Teknik pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi menggunakan pedoman wawancara dan pedoman observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi perencanaan dan pengawasan serta evaluasi sudah berjalan dengan baik, namun belum ada evaluasi untuk rekam medis yang tidak lengkap. Fungsi pengorganisasian belum berjalan dengan baik karena tidak ada struktur organisasi dan pembagian tugas. Sedangkan fungsi pelaksanaan yaitu pada kegiatan coding/indexing dan analysing/reporting sudah berjalan sesuai pedoman, namun pada kegiatan penerimaan pasien, assembling, filing belum sesuai dengan pedoman.

Puskesmas hendaknya melakukan perencanaan untuk pengembangan SDM dan evaluasi rekam medis, serta membuat struktur organisasi dan pembagian tugas untuk petugas di bagian rekam medis agar kegiatan pengelolaan sistem rekam medis pasien berjalan dengan baik, terarah, sesuai dengan pedoman dan prosedur. Kata Kunci: Rekam Medis, Sistem, Manajemen Kepustakaan: 38 (2004-2015)

iii

Department of Public Health Faculty of Sport Science

State University of Semarang 2016

ABSTRACT

Dewi Muyasaroh Management Functions in the Management of Patient Medical Records System in Puskesmas Kedungmundu Semarang xv + 124 pages + 4 tables + 3 images + 13 attachments

Medical records are records containing the identity of the patient, results of

diagnostic tests, treatments, any therapeutic medicines or procedures and other medical services that have been given to patients. Good medical records describe a good service, while medical records are less well describe the level of medical services that are less good. To create a good medical record service it is necessary to manage medical records with good management, in accordance with the procedures and guidelines. This study aimed to describe management functions in the management of patient medical records system in Puskesmas Kedungmundu Semarang. The management function consists of the functions of planning, organizing, implementing, monitoring and evaluation.

This research is a qualitative research with phenomenological method. The main informant was Head of Puskesmas Kedungmundu and 3 officers at the medical record. Informants triangulation is part of Semarang City Health Office of Basic Health Services Section and 2 patients are older patient and new patient. Techniques of data retrieval is done by in-depth interviews and observation using interview guidelines and observation guidelines.

The results showed that the function of planning and monitoring and evaluation has been running well, but there is no evaluation of medical records is incomplete. Function of organizing not worked well because there is no structure organizational and division of tasks. While the function of implementation, namely on the activities of coding / indexing and analyzing / reporting is going according to the guidelines, but the activities of patient acceptance, assembling, filing is not in accordance with the guidelines.

The health center is supposed to plan for human resource development and evaluation of medical records, as well as create an organizational structure and division of tasks to the officer at the medical records of that activity management system of medical records of patients going well, focused, appropriate guidelines and procedures.

Keywords: Medical Record, System, Management Bibliography: 38 (2004-2015)

iv

v

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Nothing impossible, anything can happen as long as we believe

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya

bersama kesulitan ada kemudahan (QS. Asy-Syarh: 5-6)

PERSEMBAHAN

Tanpa mengurangi rasa syukur kepada

Allah SWT, skripsi ini penulis

persembahkan untuk:

1. Ibunda (Jazilah) dan Ayahanda

(Wahyadi), sebagai wujud Dharma

Bhakti Ananda

2. Almamater Unnes

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Fungsi Manajemen pada Kegiatan Pengelolaan Sistem Rekam Media Pasien di

Puskesmas Kedungmundu Semarang”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Jurusan Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Seamarang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik

tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis menyampaikan terima kasih setulus hati kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Ibu Prof.

Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd., atas ijin penelitian yang telah diberikan

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang, Irwan Budiono, SKM, M.Kes (Epid), atas ijin

penelitian yang diberikan

3. Dosen pembimbing, dr. Fitri Indrawati, M.P.H., yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan, dan masukan dalam penyusunan skripsi ini

4. Dosen penguji, Prof. Dr. dr. Oktiaworo K.H., M.Kes dan dr. Mahalul Azam,

M.Kes yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan dalam

penyusunan skripsi ini

viii

5. Seluruh dosen dan staf Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Negeri Semarang

6. Kepala Puskesmas Kedungmundu Semarang yang telah memberikan ijin

untuk melakukan pengambilan data dan penelitian

7. Kedua orang tua saya (Ibu Jazilah dan Bapak Wahyadi), kakak saya Emma

Stya Arifah, S.Hum dan Adik saya Khofifah Munawaroh, serta seluruh

keluarga tercinta yang telah memberi bantuan dan dorongan baik materil

maupun spiritual sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini

8. Sahabat baikku (Sri Rahayu, Alifah, Enik, Erna, Arum) atas doa, bantuan,

semangat dan motivasi yang telah diberikan sampai selesainya skripsi

9. Seluruh teman-teman Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri

Semarang angkatan 2012

10. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga

penulis mengharapkan masukan-masukan dari semua pihak guna penyempurnaan

karya selanjutnya.

Semarang, Mei 2016

Penulis

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ................................................................................................................. i

ABSTRAK ........................................................................................................... ii

ABSTRACT ......................................................................................................... iii

PERNYATAAN ................................................................................................... iv

PENGESAHAN ................................................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ....................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 7

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8

1.3.1. Tujuan Umum ......................................................................................... 8

1.3.2. Tujuan Khusus ........................................................................................ 8

1.4. Manfaat Hasil Penelitian ......................................................................... 8

1.4.1. Bagi Puskesmas Kedungmundu Semarang ............................................. 8

1.4.2. Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat .............................................. 8

x

Halaman

1.4.3. Bagi Peneliti ............................................................................................ 9

1.5. Keaslian Penelitian.................................................................................. 9

1.6. Ruang Lingkup Penelitian....................................................................... 10

1.6.1. Ruang Lingkup Tempat .......................................................................... 10

1.6.2. Ruang Lingkup Waktu ............................................................................ 11

1.6.3. Ruang Lingkup Keilmuan ....................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 12

2.1. Landasan Teori........................................................................................ 12

2.1.1. Manajemen .............................................................................................. 12

2.1.2. Pendekatan Sistem .................................................................................. 24

2.1.3. Rekam Medis .......................................................................................... 26

2.1.4. Kebijakan Rekam Medis Puskesmas ...................................................... 41

2.1.5. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas ......................................... 42

2.2. Kerangka Teori ....................................................................................... 45

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 46

3.1. Alur Pikir ................................................................................................ 46

3.2. Fokus Penelitian ...................................................................................... 46

3.3. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................. 46

3.4. Sumber Informasi.................................................................................... 47

3.4.1. Data Primer ............................................................................................. 47

3.4.2. Data Sekunder ......................................................................................... 48

3.5. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data .............................. 49

xi

Halaman

3.5.1. Instrumen Penelitian ............................................................................... 49

3.5.2. Teknik Pengambilan Data ....................................................................... 50

3.6. Prosedur Penelitian ................................................................................. 51

3.6.1. Pra Penelitian .......................................................................................... 52

3.6.2. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ 52

3.6.3. Pasca Penelitian ...................................................................................... 52

3.7. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................................. 52

3.8. Teknik Analisis Data............................................................................... 53

BAB IV ................................................................................................................. 54

4.1. Gambaran Umum .................................................................................... 54

4.1.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian...................................................... 54

4.1.2. Karakteristik Informan Utama ................................................................ 55

4.1.3. Karakteristik Informan Triangulasi ......................................................... 57

4.2. Hasil Penelitian ....................................................................................... 58

4.2.1. Perencanaan ............................................................................................ 58

4.2.2. Pengorganisasian..................................................................................... 67

4.2.3. Pelaksanaan ............................................................................................. 71

4.2.4. Pengawasan dan Evaluasi ....................................................................... 86

BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 97

5.1. Pembahasan............................................................................................. 97

5.1.1. Perencanaan ............................................................................................ 97

5.1.2. Pengorganisasian..................................................................................... 101

xii

Halaman

5.1.3. Pelaksanaan ............................................................................................. 104

5.1.4. Pengawasan dan Evaluasi ....................................................................... 116

5.2. Hambatan Penelitian ............................................................................... 121

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 122

6.1. Simpulan ................................................................................................. 122

6.2. Saran ....................................................................................................... 123

6.2.1. Untuk Dinas Kesehatan Kota Semarang ................................................. 123

6.2.2. Untuk Puskesmas Kedungmundu ........................................................... 123

6.2.3. Untuk Peneliti Selanjutnya ..................................................................... 123

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 124

LAMPIRAN ......................................................................................................... 128

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian ............................................................................... 9

Tabel 2.1. Rincian Kegiatan Unsur Pelayanan Rekam Medis Rawat Jalan .......... 36

Tabel 4.1. Karakteristik Informan Utama ............................................................. 56

Tabel 4.2. Karakteristik Informan Triangulasi ...................................................... 57

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Alur Rekam Medis di Puskesmas .................................................... 38

Gambar 2.2. Kerangka Teori ................................................................................ 45

Gambar 3.1. Bagan Alur Pikir Penelitian ............................................................. 46

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Ethical Clearance ............................................................................ 128

Lampiran 2. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi ................ 129

Lampiran 3. Surat Ijin Pengambilan Data awal dari Fakultas .............................. 130

Lampiran 4. Surat Ijin Pengambilan Data Awal dari Dinkes Kota Semarang ..... 131

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas .................................................... 132

Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian dari Kesbangpol Kota Semarang .................... 133

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dari Dinkes Kota Semarang ............................ 134

Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .......................... 135

Lampiran 9. Pedoman Wawancara ....................................................................... 137

Lampiran 10. Pedoman Observasi ........................................................................ 147

Lampiran 11. Transkrip Wawancara ..................................................................... 150

Lampiran 12. Hasil Observasi ............................................................................... 172

Lampiran 13. Dokumentasi ................................................................................... 175

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Dengan semakin berkembangnya dunia kesehatan di Indonesia, rekam medis

mempunyai peranan yang penting dalam menunjang pelaksanaan Sistem

Kesehatan Nasional (SKN) (Sanjoyo, 2013: 1). Kewajiban pengadaan rekam

medis bagi setiap dokter atau dokter gigi telah diberlakukan sejak tahun 1989

melalui Permenkes RI Nomor 749a yang telah direvisi menjadi Permenkes RI

Nomor 269 Tahun 2008 tentang rekam medis. Kewajiban mengadakan rekam

medis tersebut juga tertuang dalam UU RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktik

kedokteran, termasuk di dalamnya adalah pengisian rekam medis dengan akurat,

lengkap dan tepat waktu. Disebutkan pula pada Permenkes RI Nomor 269 Tahun

2008 pasal 7 bahwa setiap sarana pelayanan kesehatan wajib menyediakan

fasilitas yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan rekam medis (Menkes

RI, 2008: 5).

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 pasal 1 ayat

1, rekam medis adalah dokumen yang berisikan catatan dan dokumen tentang

identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah

diberikan kepada pasien. Pada dasarnya dokumen rekam medis adalah milik

sarana pelayanan kesehatan dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan

bertanggung jawab atas hilang, rusak, pemalsuan, dan/atau penggunaan oleh

orang atau badan yang tidak berhak terhadap rekam medis (Menkes RI, 2008: 6).

Sedangkan isi rekam medis adalah milik pasien. Menurut Thomas (2009: 5),

2

informasi dalam dokumen rekam medis pasien bersifat rahasia dan tidak boleh

dilepaskan tanpa persetujuan dari pasien kecuali dalam beberapa situasi tertentu.

Disebutkan dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 7 bahwa

setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya

termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari

tenaga kesehatan.

Tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertib administrasi dalam

rangka peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit / puskesmas / tempat

pelayanan kesehatan lainnya. Tanpa di dukung suatu sistem pengelolaan rekam

medis yang baik dan benar, tertib administrasi tempat pelayanan kesehatan tidak

akan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi

merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam upaya pelayanan

kesehatan (Depkes RI, 2006: 13). Menurut Wong dan Elizabeth (2009: 253),

pelayanan yang baik digambarkan oleh rekam medis yang baik, sedangkan rekam

medis yang kurang baik menggambarkan tingkat pelayanan medis yang kurang

baik. Untuk menciptakan pelayanan rekam medis yang baik maka diperlukan

pengelolaan rekam medis yang baik yang sesuai dengan prosedur dan pedoman

(Ndabambi dkk, 2014: 4).

Sistem pengelolaan data rekam medis pada tingkat Puskesmas pada dasarnya

sama dengan rekam medis Rumah Sakit (Sarake, 2014: 82). Menurut pedoman

penyelenggaraan rekam medis Rumah Sakit, sistem pengelolaan rekam medis

meliputi assembling (penataan dan pemeriksaan dokumen rekam medis), coding

(pemberian kode), indexing (tabulasi), filing (penyimpanan) dan

3

analysing/reporting (mengubah data menjadi informasi) (Depkes RI, 2006: 57).

Pengelolaan rekam medis yang tidak dilakukan sesuai prosedur dan pedoman

dapat mengakibatkan hilangnya suatu informasi terhadap catatan rekam medis.

Masalah seperti ini dapat terjadi terhadap suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang

tidak menjalankan sistem pengelolaan rekam medis dengan baik (Konsil

Kedokteran Indonesia, 2006: 1). Menurut penelitian Wong dan Elizabeth (2009:

257), disebutkan setiap sarana pelayanan kesehatan memerlukan manajemen

dalam mengelola rekam medis agar kegiatan rekam medis berjalan dengan baik

sehingga dapat menghasilkan informasi yang lengkap dan akurat untuk

menunjang kualitas pelayanan di sarana pelayanan kesehatan.

Puskesmas merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang strategis

dalam mendukung terwujudnya perubahan status kesehatan masyarakat menuju

peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya pembangunan sistem pelayanan

kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat,

diantaranya adalah dengan meningkatkan mutu dari kegiatan pencatatan medis

(Kemenkes RI, 2014: 27). Dalam mencapai tujuannya tersebut Puskesmas dituntut

untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yaitu fungsi-fungsi yang harus

dilaksanakan oleh pimpinan Puskesmas secara terorganisasi, berurutan, dan

berkesinambungan. Fungsi-fungsi manajemen tersebut yaitu fungsi perencanaan,

fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan, dan fungsi pengawasan dan evaluasi

(Sulaeman, 2011: 71).

4

Puskesmas Kedungmundu merupakan salah satu Puskesmas di Kota

Semarang dan merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas

Kesehatan Kota Semarang. Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Kota Semarang

dari tahun 2011 sampai tahun 2015, Puskesmas Kedungmundu merupakan

Puskesmas yang memiliki jumlah kunjungan pasien tertinggi, walaupun pada

setiap tahunnya jumlah kunjungan pasien tersebut mengalami fluktuasi. Jumlah

pasien tersebut yaitu 105.103 pasien pada tahun 2011, 107.753 pasien pada tahun

2012, 85.018 pasien pada tahun 2013, 75.592 pasien pada tahun 2014, dan 68.978

pasien pada tahun 2015. Sedangkan berdasarkan observasi awal, pengelolaan

rekam medis di Puskesmas Kedungmundu masih menggunakan cara manual,

yaitu mulai dari pelayanan pendaftaran, pencarian dokumen rekam medis pasien,

pencatatan rekam medis pasien, pendistribusian rekam medis pada poli

pengobatan yang dituju, dan penyimpanan dokumen rekam medis pasien. Selain

manual, untuk pengolahan data dan penyimpanan data pasien, Puskesmas

Kedungmundu menggunakan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dan SIMPUS.

Ditempat penyimpanan / filing, dokumen rekam medis disimpan dengan

sistem family folder yaitu satu folder rekam medis dimiliki oleh satu keluarga.

Dokumen rekam medis disimpan dengan menjajarkan folder dokumen rekam

medis berdasarkan sistem angka akhir (Terminal Digit Filing), sedangkan sistem

penomorannya menggunakan unit numbering system dan dikelompokkan

berdasarkan kode kelurahan. Menurut penelitian Thomas (2009: 3) disebutkan

bahwa kelemahan penyimpanan dokumen rekam medis pasien secara manual

adalah kemungkinan terjadinya missfiled, redudansi data, unintegrated data,

5

human error dan terlambatnya informasi. Selain itu rak penyimpanan yang penuh

menyebabkan kendala dalam menata pertambahan dokumen rekam medis.

Kebutuhan rak penyimpanan dalam jangka waktu 5 tahun ke depan akan sulit

diprediksikan.

Pada tempat penyimpanan tersebut, dokumen rekam medis belum tertangani

dengan baik. Terdapat dokumen rekam medis pasien yang tidak ditemukan di rak

penyimpanan. Ditemukan pula dokumen rekam medis yang memiliki jumlah

ganda, memiliki nomor rekam medis yang sama dan ditemukan rekam medis

pasien yang terselip di rak yang tidak sesuai dengan nomor penyimpanan. Tidak

ditemukannya dokumen rekam medis pasien di rak penyimpanan salah satunya

disebabkan karena keterlambatan pengembalian rekam medis dari ruang

pemeriksaan selama beberapa hari. Hal tersebut tidak sesuai dengan SOP

pengembalian rekam medis Puskesmas Kedungmundu. Disebutkan dalam SOP

bahwa batas waktu pengembalian catatan medis pasien adalah ≤ 24 jam terhitung

setelah selesai memberikan pelayanan kepada pasien atau setelah pasien

dinyatakan pulang. Permasalahan tersebut juga mengakibatkan petugas kesulitan

dalam mencari rekam medis pasien, sehingga proses pelayanan melebihi standar

waktu yang telah ditentukan yaitu 3 menit. Jika dalam jangka waktu lebih dari 3

menit tidak ditemukan, maka pasien akan dibuatkan formulir baru, sehingga

menyebabkan pelayanan klinis menjadi tidak berkesinambungan dan gambaran

riwayat penyakit pasien tidak akurat.

Jumlah petugas di bagian rekam medis Puskesmas Kedungmundu adalah 3

orang. Tiga petugas tersebut 1 diantaranya merangkap menjadi sopir. Jumlah rata-

6

rata kunjungan pasien per hari mencapai 200 pasien. Jika salah satu petugas ijin

mengerjakan tugas lain dan dengan kondisi banyaknya kunjungan pasien, petugas

lain merasa kesulitan dan kewalahan dalam mencari dokumen rekam medis pasien

karena kurangnya SDM yang berada di bagian rekam medis.

Menurut salah satu petugas di bagian rekam medis Puskesmas Kedungmundu

tersebut, dokumen rekam medis di tempat penyimpanan selama kurang lebih 5

tahun belum diadakan penyusutan untuk memisahkan dan memusnahkan rekam

medis pasien yang sudah tidak aktif dan rekam medis yang jumlahnya ganda,

sehingga menyebabkan penuhnya volume rekam medis di rak penyimpanan dan

membutuhkan tempat yang lebih besar untuk menyimpan rekam medis pasien

baru. Tempat penyimpanan rekam medis yang tidak memadai menyebabkan

petugas kesulitan dalam pengambilan dan pengembalian rekam medis ke rak

penyimpanan. Menurut Ndabambi dkk. (2014: 4), dokumen rekam medis pasien

perlu pengelolaan yang baik melalui tempat penyimpanan yang tepat, sehingga

tercapai kemudahan penyediaan dan keamanan dokumen rekam medis untuk

melindungi privasi dan kerahasiaan informasi pasien. Disebutkan pula dalam

Permenkes RI Nomor 269 tahun 2008 pasal 9 bahwa rekam medis pada sarana

pelayanan kesehatan non rumah sakit wajib disimpan sekurang-kurangnya untuk

jangka waktu 2 tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat dan setelah

batas waktu tersebut rekam medis dapat dimusnahkan.

Dalam pengumpulan laporan bulanan, petugas menyebutkan bahwa

Puskesmas Kedungmundu terkadang mengalami keterlambatan. Hal ini

dikarenakan keterlambatan pengumpulan laporan dari Puskesmas Pembantu

7

(Pustu). Berdasarkan penelitian Handayani, dkk. (2013: 1), disebutkan bahwa

pengiriman laporan yang tepat waktu akan sangat membantu dalam meningkatkan

efektifitas pembinaan dan pengawasan pemberi pelayanan kesehatan. Jika

keadaan tersebut terus berlangsung, pemanfaatan informasi untuk kepentingan

perencanaan, pemantauan, dan penilaian program kerja Puskesmas tidak akan

tepat sasaran. Oleh karena itu data yang diperoleh harus sesuai fakta, lengkap,

serta dapat dipercaya agar menjadi sebuah informasi berupa laporan yang akurat,

lengkap dan tepat waktu (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006 : 12).

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang akan

diteliti adalah fungsi manajemen pada kegiatan pengelolaan sistem rekam medis

pasien di Puskesmas Kedungmundu Semarang yang meliputi :

1) Bagaimana fungsi perencanaan pada kegiatan pengelolaan sistem rekam

medis pasien di Puskesmas Kedungmundu Semarang?

2) Bagaimana fungsi pengorganisasian pada kegiatan pengelolaan sistem rekam

medis pasien di Puskesmas Kedungmundu Semarang?

3) Bagaimana fungsi pelaksanaan pada kegiatan pengelolaan sistem rekam

medis pasien di Puskesmas Kedungmundu Semarang?

4) Bagaimana fungsi pengawasan dan evaluasi pada kegiatan pengelolaan sistem

rekam medis pasien di Puskesmas Kedungmundu Semarang?

8

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui fungsi manajemen pada kegiatan pengelolaan sistem rekam

medis pasien di Puskesmas Kedungmundu Semarang.

1.3.2. Tujuan Khusus

1) Mengetahui fungsi perencanaan pada kegiatan pengelolaan sistem rekam

medis pasien di Puskesmas Kedungmundu Semarang.

2) Mengetahui fungsi pengorganisasian pada kegiatan pengelolaan sistem rekam

medis pasien di Puskesmas Kedungmundu Semarang.

3) Mengetahui fungsi pelaksanaan pada kegiatan pengelolaan sistem rekam

medis pasien di Puskesmas Kedungmundu Semarang.

4) Mengetahui fungsi pengawasan dan evaluasi pada kegiatan pengelolaan

sistem rekam medis pasien di Puskesmas Kedungmundu Semarang.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1.4.1. Bagi Puskesmas Kedungmundu Semarang

Sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan mengenai fungsi

manajemen pada kegiatan pengelolaan sistem rekam medis pasien.

1.4.2. Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Menambah bahan masukan pada pengkajian dan pengembangan Ilmu

Kesehatan Masyarakat pada peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan tentang

rekam medis khususnya mengenai fungsi manajemen pada kegiatan pengelolaan

sistem rekam medis pasien di Puskesmas Kedungmundu Semarang.

9

1.4.3. Bagi Peneliti

Memberi pengalaman dalam pelaksanaan penelitian, menambah wawasan

mengenai rekam medis khususnya fungsi manajemen pada kegiatan pengelolaan

sistem rekam medis pasien.

1.5. KEASLIAN PENELITIAN

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian

No. Judul Penelitian

Nama Peneliti

Tahun dan

Tempat Penelitian

Rancangan Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

1. Pengelolaan Rekam Medis di Puskesmas Mlati I Kabupaten Sleman (Suatu Tinjauan dari Aspek Manajemen Kearsipan)

Rois Suseno

2011 Puskesmas Mlati I Kab. Sleman

Observasional dengan metode kualitatif

Variabel terikat: Pengelolaan rekam medis Variabel bebas: aspek manajemen kearsipan

Pelaksanaan pengelolaan rekam medis sudah baik, namun proses penyusutan rekam medis inaktif tidak berjalan

2. Perencanaan Sistem Rekam Medis Berdasarkan Input dan Proses di Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan Puskesmas Banguntapan II Kab. Bantul Tahun 2011

Yuli Uswatun Khasanah, Rosyidah

2011 Puskesmas Banguntapan II Kab. Bantul

Deskriptif dengan pendekatan kualitatif

Variabel terikat: Perencanaan sistem rekam medis Variabel bebas: Input dan Proses

SDM belum mencukupi, belum terdapat SOP, prosedur kerja dan Instruksi Kerja

10

3. Gambaran Pelaksanaan Rekam Medis di Balai Pengobatan RS Gigi & Mulut UNSRI Berdasarkan Permenkes RI No. 269 Tahun 2008

Windah M. Longkutoy, Erwin Kristanto, Jimmy Maryono

2012 Rumah sakit Gigi dan Mulut UNSRI Manado

Deskriptif dengan pendekatan kualitatif

Variabel terikat: Pelaksanaan rekam medis Variabel bebas: Permenkes RI No. 269 Tahun 2008

Pengorganisasian, pembinaan dan pengawasan rekam medis 100% tidak sesuai dengan Permenkes No. 269 Tahun 2008

Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian

sebelumnya adalah sebagai berikut :

1) Penelitian mengenai fungsi manajemen pada kegiatan pengelolaan sistem

rekam medis pasien di Puskesmas Kedungmundu Semarang belum pernah

dilakukan.

2) Fokus pada penelitian ini adalah fungsi manajemen yang meliputi fungsi

perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan, fungsi

pengawasan dan evaluasi pada kegiatan pengelolaan sistem rekam medis

pasien di Puskesmas Kedungmundu Semarang.

1.6. RUANG LINGKUP PENELITIAN

1.6.1. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian dilakukan di Puskesmas Kedungmundu Semarang pada bagian

pengelolaan sistem rekam medis pasien.

8

11

1.6.2. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian dilakukan pada bulan Februari tahun 2016.

1.6.3. Ruang Lingkup Keilmuan

Penelitian ini merupakan penelitian dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat

bidang Administrasi Kebijakan Kesehatan khususnya mengenai fungsi

manajemen pada kegiatan pengelolaan sistem rekam medis.

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. LANDASAN TEORI

2.1.1. Manajemen

2.1.1.1. Pengertian Manajemen

Manajemen menurut Scanlan dan Key dalam Sulaeman (2011: 68) adalah

koordinasi dan pengintegrasian dari semua sumber-sumber daya (manusia dan

cara) untuk menyelesaikan hasil-hasil yang khusus dan bervariasi. Sedangkan

menurut George R. Terry, manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan

terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain. Dari beberapa

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah seni dan ilmu

perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan sumber

daya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan (Alamsyah, 2011: 4).

Beberapa hal yang menyebabkan manajemen sangat diperlukan (Muninjaya,

2012: 18):

1) Pekerjaan itu berat dan sulit untuk dikerjakan sendiri sehingga diperlukan

pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab dalam penyelesaiannya

2) Perusahaan akan dapat barhasil baik jika manajemen diterapkan dengan baik

3) Manajemen yang baik jika dapat meningkatkan daya guna dan hasil guna

semua potensi yang dimiliki

4) Manajemen yang baik akan mengurangi pemboroasan-pemborosan

5) Manajemen menetapkan tujuan dan usaha untuk mewujudkan dengan

memanfaatkan sumber daya yang ada dalam proses manajemen tersebut

13

6) Manajemen perlu untuk kemajuan dan pertumbuhan

7) Manajemen mengakibatkan pencapaian tujuan secara teratur

8) Manajemen merupakan suatu pedoman pikiran dan tindakan

9) Manajemen selalu dibutuhkan dalam setiap tindakan kerjasama sekelompok

orang.

2.1.1.2. Sarana Manajemen

Menurut Alamsyah (2011: 6), dalam ilmu manajemen dikenal beberapa

sarana atau alat manajemen untuk mencapai suatu tujuan yang ditentukan yang

kemudian disebut sumber daya. Sarana atau alat manajemen tersebut antara lain :

1) Man (Tenaga atau Manusia)

Untuk melaksanakan fungsi manajemen dengan setepat-tepatnya maupun

untuk mencapai keseluruhan tujuan yang sudah ditetapkan maka salah satu

sumber yang diperlukan adalah tersedianya tenaga kerja yang sesuai, baik jumlah

maupun mutunya. Manusia adalah unsur yang mutlak diperlukan bagi berhasilnya

pencapaian tujuan organisasi. Tanpa manusia tidak akan ada kegiatan. Tanpa

kegiatan, tujuan tidak akan tercapai.

2) Money (Dana/Biaya)

Biaya merupakan sumber yang sangat penting bagi pelaksanaan manajemen.

Hal ini dikarenakan untuk melakukan aktivitas membutuhkan dana, seperti upah

atau gaji manusia yang melakukan perencanaan dan mengadakan pengawasan.

Dana atau biaya sebagai sarana manajemen harus digunakan sedemikian rupa agar

tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai.

14

3) Material (Bahan, Sarana dan Prasarana)

Material berarti bahan-bahan atau data dan informasi yang diperlukan bagi

pencapaian tujuan dan bagi pelaksanaan fungsi manajemen serta dalam

pengambilan keputusan oleh pimpinan. Material tersebut dapat berupa obat, alat

kesehatan, alat administrasi perkantoran, sarana sistem pencacatan dan pelaporan

sarana kesehatan, sarana promosi kesehatan, sarana transportasi dan komunikasi.

4) Machines (Mesin atau Peralatan/Teknologi)

Mesin atau Peralatan/Teknologi digunakan untuk mengubah masukan

menjadi keluaran berupa SOP baik pelayanan kesehatan di dalam gedung maupun

di luar gedung.

5) Method (Metode)

Metode yaitu cara atau pendekatan yang digunakan untuk mengubah masukan

menjadi keluaran, yaitu berupa metode/cara pelaksanaan tugas, metode

penggerakan dan pemberdayaan pegawai, metode penggerakan dan pemberdayaan

masyarakat. Metode yang digunakan dalam proses manajemen adalah prosedur

kerja atau Standar Operasional Prosedur (SOP). Prosedur kerja disusun untuk

memberikan petunjuk yang jelas tentang langkah-langkah yang harus ditempuh

dalam menyelesaikan kegiatan.

6) Market and Marketing (Pasar dan Pemasaran)

Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan

kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan nilai suatu produk

atau pelayanan yang bernilai dengan pihak lain. Dengan menggunakan teknik

15

pemasaran, kampanye kesehatan dapat dilaksanakan secara lebih efisien, karena

dengan pendekatan teknik pemasaran, kebutuhan dan permintaan dari pasar yang

akan dilayaninya dapat diperhitungkan, sehingga upaya-upaya kesehatan yang

akan dilaksanakan sesuai dengan kondisi pasar yang bersangkutan.

2.1.1.3. Fungsi Manajemen

Menurut John R. Schermerhorn, fungsi manajemen adalah proses

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian penggunaan

sumber-sumber daya untuk menyelesaikan tujuan-tujuan kinerja. GR. Terry

menyebutkan bahwa fungsi manajemen terdiri dari planning (perencanaan),

organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan dan pelaksanaan), dan

controlling (pengawasan dan evaluasi). Untuk mencapai tujuan secara efektif dan

efisien, pemimpin sarana pelayanan kesehatan dituntut untuk melaksanakan

fungsi-fungsi manajemen secara terorganisasi, berurutan dan berkesinambungan

(Sulaeman, 2011: 71).

2.1.1.3.1. Perencanaan

Menurut Drucker dalam Azwar (2010: 182), perencanaan adalah suatu proses

kerja yang terus menerus yang meliputi pengambilan keputusan yang bersifat

pokok dan penting dan yang akan dilaksanakan secara sistematik, melakukan

perkiraan-perkiraan dengan mempergunakan segala pengetahuan, mengorganisir

secara sistematik segala upaya yang dipandang perlu untuk melaksanakan segala

keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur keberhasilan dari pelaksanaan

keputusan tersebut dengan membandingkan hasil yang dicapai terhadap target

16

yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan umpan balik yang diterima dan yang

telah disusun secara teratur dan baik.

Dalam fungsi perencanaan ada 3 aspek pokok yang harus diperhatikan, yaitu

hasil dari pekerjaan perencanaan (outcome of planning), perangkat organisasi

yang dipergunakan untuk melakukan pekerjaan perencanaan (mechanic of

planning), dan proses atau langkah-langkah melakukan pekerjaan perencanaan

(process of planning) (Azwar, 2010: 184). Sedangkan menurut Alamsyah (2011:

23) ciri-ciri perencanaan yang baik adalah:

1) Bagian dari sistem administrasi

Suatu perencanaan yang baik adalah menempatkan pekerjaan sebagian dari

sistem administrasi secara keseluruhan.

2) Dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan

Suatu perencanaan yang baik adalah dilakukan secara terus menerus dan

secara berkelanjutan.

3) Berorientasi pada masa depan

Suatu perencanaan yang baik adalah berorientasi pada masa depan, artinya

setiap pekerjaan yang dilaksanakan mendatangkan kebaikan pada masa yang akan

datang.

4) Mampu menyelesaikan masalah

Suatu perencanaan yang baik adalah mampu menyelesaikan masalah dan

tantangan yang dihadapi.

17

5) Mempunyai tujuan

Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan yang

dicantumkan secara jelas.

6) Bersifat mampu kelola

Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola, dalam arti

bersifat wajar, logis, objektif, jelas, runtun, fleksibel serta telah disesuaikan

dengan sumber daya.

Pada bidang kesehatan, proses perencanaan menggunakan pendekatan

pemecahan masalah (problem solving) dalam memecahkan masalah kesehatan.

Adapun langkah-langkahnya yaitu (Muninjaya, 2012: 51):

1) Identifikasi masalah kesehatan

Perencanaan kesehatan adalah mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan

masyarakat di lingkungan organisasi yang berada di wilayahnya.

2) Menetapkan prioritas masalah kesehatan

Ada berbagai metode dalam menetapkan prioritas masalah yaitu teknik paho,

NGT, delphi, disease burden, analisa matrik, dan analisa kebijakan. Dari berbagai

metode tersebut harus dipilih satu metode yang dianggap paling cocok dalam

menetapkan prioritas masalah.

3) Menetapkan tujuan

Rencana kerja yang baik dan ingin mendapatkan hasil yang baik memerlukan

tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut ada tujuan umum dan tujuan khusus.

18

4) Menetapkan alternatif pemecahan masalah

Menetapkan alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan

kesepakatan diantara anggota tim. Penetapan alternatif pemecahan masalah harus

dipilih yang paling sesuai dan dianggap dapat menyelesaikan permasalah dengan

efektif dan efisien.

5) Menyusun rencana kegiatan

Rencana yang baik adalah uraian tentang kegiatan-kegiatan yang akan

dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Berbagia rencana

kerja dan rumusan kegiatan tersebut dikelompokkan dalam 3 macam yaitu pra

kegiatan (tahap persiapan), kegiatan (pelaksanaan), pasca kegiatan (tahap

penilaian atau evaluasi).

6) Menetapkan sasaran

Sasaran adalah kelompok masyarakat yang akan ditentukan oleh program

yang akan direncanakan. Sasaran dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan

sasaran tidak langsung.

7) Rencana anggaran

Rancangan anggaran adalah uraian tentang biaya-biaya yang diperlukan

dalam pelaksanaan program. Rencana anggaran dikelompokkan menjadi biaya

personalia, biaya operasional, biaya sarana dan prasarana, serta biaya penilaian.

8) Rencana evaluasi

Rencana evaluasi dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan,

dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan kegiatan serta untuk menentukan

kegiatan kedepannya yang sejenis.

19

2.1.1.3.2. Pengorganisasian

Pengorganisasian menurut Handoko dalam Sulaeman (2011: 205) adalah (1)

penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan

organisasi, (2) proses perancangan dan pengembangan struktur organisasi yang

sesuai dengan tujuan organisasi, sumber-sumber daya yang dimilikinya, dan

lingkungan yang melingkupinya, (3) penegasan tanggung jawab tertentu, (4)

pendelegasian wewenang, pelimpahan tugas dan tanggung jawab.

Untuk dapat melakukan pekerjaan pengorganisasian dengan baik dibutuhkan

prinsip pokok yang terdapat dalam organisasi, yaitu mempunyai pendukung,

tujuan, kegiatan, pembagian tugas, perangkat organisasi, pembagian dan

pendelegasian wewenang, serta mempunyai kesinambungan kegiatan, kesatuan

perintah dan arah (Azwar, 2010: 254). Sedangkan untuk dapat membentuk suatu

organisasi ada proses tertentu yang harus ditempuh. Proses tersebut terdiri dari

berbagai langkah, yaitu (Muninjaya, 2012: 54) :

1) Memahami tujuan

Langkah pertama yang harus dilakukan pada pekerjaan pengorganisasian

adalah memahami tujuan yang ingin dicapai dari didirikannya organisasi tersebut

sehingga jelas tolok ukurnya.

2) Memahami kegiatan

Langkah selanjutnya adalah memahami berbagai kegiatan yang akan

dilakukan untuk mencapai tujuan, sehingga setiap kegiatan jelas arah dan

sasarannya.

20

3) Mengelompokkan kegiatan

Kegiatan yang banyak macamnya perlu lebih disederhanakan untuk dilakukan

pengelompokkan kegiatan, yaitu berdasarkan jenis kegiatan dan jumlah kegiatan.

4) Mengubah kelompok kegiatan ke dalam bentuk jabatan

Dalam mengubah kelompok kegiatan ke dalam bentuk jabatan, langkah-

langkah yang harus di lakukan adalah analisis tugas (job analysis), uraian tugas

(job description), dan penilaian tugas (job evaluation).

5) Melakukan pengelompokan jabatan

Jabatan yang dihasilkan dari pekerjaan klasifikasi dapat terlalu berlebihan dan

beraneka ragam, untuk itu sebagai langkah selanjutnya dilakukan

pengelompokkan jabatan (position grouping).

6) Mengubah kelompok jabatan ke dalam bentuk satuan organisasi

Mengubah kelompok jabatan ke dalam satuan organisasi dengan metode yang

tepat, diantaranya adalah atas dasar kesamaan fungsi dari jabatan, atas dasar

kesamaan proses atau cara kerja dari jabatan, atas dasar kesamaan hasil dari

jabatan, atas dasar kesaman kelompok masyarakt yang memanfaatkan, atas dasar

kesamaan lokasi jabatan, dan kombinasi dari berbagai cara diatas.

7) Membentuk struktur organisasi

Langkah terakhir yaitu menyusun bernagai satuan organisasi dalam bentuk

bagan atau yang sering disebut struktur organisasi.

Struktur organisasi menurut Gibson, Ivancehevich, dan Donelly dalam

Sulaeman (2011: 217) diperlukan guna menjamin manajemen yang efektif.

Struktur organisasi dihasilkan dari keputusan manajerial mengenai 4 atribut

21

penting dari seluruh organisasi yaitu pembagian pekerjaan, dasar departementasi,

ukuran departemen, dan pendelegasian wewenang.

2.1.1.3.3. Pelaksanaan

Penggerakan dan pelaksanaan disebut juga dengan fungsi aktuasi, yaitu upaya

menggerakkan pegawai sedemikian rupa sehingga pegawai memiliki komitmen

dan tanggung jawab, mendukung dan bekerja sama, memiliki kemauan dan

kemampuan kerja, menyukai pekerjaan, menjadi pagawai yang baik, serta

berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Sulaeman, 2011: 236).

Fungsi aktuasi tidak sekadar pekerjaan mekanis karena yang digerakkan

adalah manusia/pegawai. Oleh karena itu untuk suksesnya fungsi aktuasi

diperlukan beberapa faktor, yaitu faktor organisasi dan faktor pegawai. Tujuan

fungsi aktuasi menurut Muninjaya (2012: 69) adalah:

1) Menciptakan kerjasama yang lebih efisien

2) Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf

3) Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan

4) Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi

dan prestasi kerja staf

5) Membuat organisasi berkembang lebih dinamis.

2.1.1.3.4. Pengawasan dan Evaluasi

Menurut Azwar (2010: 317) batasan pengawasan banyak macamnya, antara

lain:

22

1) Pengawasan adalah melakukan penilaian dan sekaligus koreksi terhadap

setiap penampilan karyawan untuk mencapai tujuan seperti yang telah

ditetapkan dalam rencana.

2) Pengawasan adalah suatu proses untuk mengukur penampilan suatu program

yang kemudian dilanjutkan dengan mengarahkannya sedemikiann rupa

sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Untuk dapat melakukan serta mendapatkan hasil pengawasan yang baik ada

beberapa syarat yang harus diperhatikan yaitu (Muninjaya, 2012: 74) :

1) Pengawasan harus bersifat khas

Pengawasan harus bersifat khas, artinya jelas sasaran dan tujuan yang ingin

dicapai serta ditujuakan hanya untuk hal-hal yang bersifat pokok saja.

2) Pengawasan harus mampu melaporkan setiap penyimpangan

Pengawasan harus mampu melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi

secara cepat dan benar. Dengan demikian dalam pengawasan harus ada umpan

balik yang dapat dimanfaatkan dengan segera.

3) Pengawasan harus fleksibel dan berorientasi pada masa depan

pengawasan harus bersifat fleksibel yang artinya tanggap terhadap segala

perubahan yang terjadi, karena pengawasan yang terlalu kaku tidak akan

memberikan hasil yang optimal.

4) Pengawasan harus mencerminkan keadaan organisasi

Pengawasan harus sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh organisasi,

terutama yang menyangkut hubungannya dengan struktur organisasi yang telah

ada.

23

5) Pengawasan harus mudah dilaksanakan

Dalam keadaan tertentu setiap satuan organisasi yang ada dalam organisasi

dapat melakuan pengawasan secara mandiri. Lebih lanjut untuk menjamin

kemudahan dalam pengawasan, berikanlah kesempatan pengawasan tersebut

kepada atasan langsung dari bawahan.

6) Hasil pengawasan harus mudah dimengerti

Hasil pengawasan harus mudah dimengerti dan harus dapat dimanfatkan

untuk menyusun rekomendasi guna memperbaiki sesuatu yang dipandang tidak

tepat.

Menurut Sulaeman (2011: 305) proses pengawasan terdiri paling sedikit ada 5

tahapan, yaitu menetapkan standar pelaksanaan, penentuan pengukuran

pelaksanaan kegiatan, pengukuran hasil kinerja nyata, pembandingan hasil aktual

dengan standar dan melakukan analisis penyimpangan, serta pengambilan

tindakan koreksi bila diperlukan.

Evaluasi secara sederhana berarti menguji, memperkirakan, mengukur dan

menilai. Evaluasi bergantung pada pemeriksaan atau pengukuran atau penilaian

yang harus dilakukan untuk mendapatkan informasi sehingga evaluasi dapat

terlaksana. Evaluasi memerlukan diadakannya pengukuran sejauh mana

masyarakat mendapatkan pelayanan yang direncanakan untuk memenuhi

kebutuhan mereka, dan manilai berapa besar keuntungan yang mereka dapat dari

pelayanan tersebut. Informasi yang dikumpulkan dipakai untuk memperbaiki

kuantitas, kualitas, aksesibilitas, dan efisiensi dari pelayanan (McMahon, 2013:

334).

24

2.1.2. Pendekatan Sistem

Menurut L. James Harvey dalam Azwar (2010: 25), pendekatan sistem adalah

penerapan suatu prosedur yang logis dan rasional dalam merancang suatu

rangkaian komponen-komponen yang berhubungan sehingga dapat berfungsi

sebagai satu kesatuan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sesuatu disebut

sebagai sistem, apabila memiliki beberapa ciri pokok sistem. Ciri-ciri pokok

tersebut adalah:

1) Dalam sistem terdapat bagian atau elemen yang satu sama lain saling

berhubungan dan mempengaruhi yang kesemuanya membentuk satu

kesatuan, dalam arti semuanya berfungsi untuk mencapai tujuan yang sama

yang telah ditetapkan.

2) Fungsi yang diperankan oleh masing-masing bagian atau elemen yang

membentuk satu kesatuan tersebut adalah dalam rangka mengubah masukan

menjadi keluaran yang direncanakan.

3) Dalam melaksanakan fungsi tersebut, semuanya bekerja sama secara bebas

namun terkait, dalam arti terdapat mekanisme pengendalian yang

mengarahkannya agar tetap berfungsi sebagaimana yang telah direncanakan.

4) Sekalipun sistem merupakan satu kesatuan yang terpadu, bukan berarti ia

tertutup terhadap lingkungan.

2.1.2.1. Unsur Sistem

Telah disebutkan bahwa sistem terbentuk dari bagian atau elemen yang saling

berhubungan dan mempengaruhi. Adapun yang dimaksud dengan bagian atau

elemen tersebut ialah sesuatu yang mutlak harus ditemukan, yang jika tidak

25

demikian, maka tidak ada yang disebut dengan sistem tersebut. Bagian atau

elemen banyak macamnya, yang jika disederhanakan dapat dikelompokkan dalam

enam unsur yaitu (Azwar, 2010: 22) :

1) Masukan (Input)

Masukan adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem

dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.

2) Proses (Process)

Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan

yang berfungsi untuk mengubah masukan manjadi keluaran yang direncanakan.

3) Keluaran (Output)

Keluaran adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari

berlangsungnya proses dalam sistem.

4) Umpan Balik (Feed Back)

Umpan balik adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran

dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.

5) Dampak (Impact)

Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.

6) Lingkungan (Environment)

Lingkungan adalah dunia luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi

mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.

26

2.1.3. Rekam Medis

2.1.3.1. Pengertian Rekam Medis

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam

medis dijelaskan bahwa rekam medis adalah dokumen yang berisikan catatan dan

dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan

pelayanan lain kepada pasien pada sarana palayanan kesehatan (Menteri

Kesehatan RI, 2008: 2). Sedangkan menurut Hayt dalam Sarake (2014: 22) rekam

medis adalah himpunan fakta-fakta yang berhubugan dengan sejarah atau riwayat

kehidupan pasien, sakitnya, perawat atau pengobatannya.

Dalam pengertian yang luas rekam medis adalah suatu himpunan data ilmiah

dari banyak sumber, dikoordinasikan pada satu dokumen dan yang disediakan

untuk bermacam-macam kegunaan, personel dan impersonal, untuk melayani

pasien dirawat, diobati, ilmu kedokteran, dan masyarakat secara keseluruhan

(Sarake, 2014: 22).

2.1.3.2. Tujuan dan Manfaat Rekam Medis

Menurut pedoman penyelenggaraan rekam medis rumah sakit, tujuan rekam

medis adalah menunjang tercapainya administrasi dalam rangka upaya

peningkatan pelayanan kesehatan di sarana pelayanan kesehatan (Depkes, 2006:

13). Sedangkan menurut Hatta dalam Gondodiputro (2007: 10) tujuan rekam

medis adalah sebagai berikut:

27

1) Aspek administrasi

Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai administrasi karena isinya

meyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga

medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.

2) Aspek Medis

Suatu dokumen rekam medik mempunyai nilai medik, karena catatan tersebut

dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang

harus diberikan seorang pasien.

3) Aspek Hukum

Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai hukum karena isinya

menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam

rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan bukti untuk

menegakkan keadilan.

4) Aspek keuangan

Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai uang karena isinya

menyangkut data dan informasi yang dapat digunakan dalam menghitung biaya

pengobatan/tindakan dan perawatan.

5) Aspek penelitian

Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya

menyangkut data/informasi yang dapat dipergunakan dalam penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.

28

6) Aspek pendidikan

Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya

menyangkut data/informasi tentang perkembangan/kronologis dan kegiatan

pelayanan medis yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat

dipergunakan sebagai bahan/referensi pengajaran di bidang profesi kesehatan.

7) Aspek dokumentasi

Suatu dokumen reka medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya

menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai

bahan pertanggung jawaban dan laporan sarana pelayanan kesehatan.

Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2006: 6), manfaat rekam medis yaitu:

1) Pengobatan pasien

Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan

dan menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan

tindakan medis yang harus diberikan.

2) Peningkatan kualitas pelayanan

Membuat rekam medis bagi penyelenggara praktik kedokteran dengan jelas

dan lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga

medis dan untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal.

3) Pendidikan dan penelitian

Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis penyakit,

pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat untuk bahan

informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang profesi

kedokteran dan kedokteran gigi.

29

4) Pembiayaan

Dokumen rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk

menetapkan pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan.

Cacatan tersebut dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien.

5) Statistik kesehatan

Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya

untuk mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk menentukan

jumlah penderita pada penyakit-penyakit tertentu.

6) Pembuktian masalah hukum, disiplin dan etik

Rekam medis merupakana alaat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat

dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik.

2.1.3.3. Penyelenggaraan Sistem Rekam Medis

2.1.3.3.1. Sistem Penamaan

Pada dasarnya sistem penamaan untuk memberikan identitas kepada seorang

pasien serta untuk membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya,

sehingga mempermudah dalam proses pemberian pelayanan kesehatan kepada

pasien yang datang berobat ke sarana palayanan kesehatan (Depkes RI, 2006: 22).

Sedangkan tata cara penulisan nama pasien meliputi:

1) Nama pasien sendiri yang terdiri dari satu suku kata atau lebih

2) Penulisan nama sesuai dengan KTP/ SIM/ PASPOR yang masih berlaku

3) Untuk keseragaman penulisan nama pasien digunakan ejaan baru yang

disempurnakan dengan menggunakan huruf cetak

4) Tidak diperkenankan adanya pencantuman title/ jabatan/ gelar

30

5) Perkataan Tuan, Saudara, Bapak, tidak dicantumkan dalam penulisan nama

pasien

6) Apabila pasien berkewarganegaraan asing maka penulisan namanya harus

disesuaikan dengan paspor yang berlaku di Indonesia

7) Bila seorang bayi yang baru lahir hingga saat pulang belum mempunyai

nama, maka penulisan namanya adalah Ny xxx.

2.1.3.3.2. Sistem Penomoran

Sistem penomoran dalam pelayanan rekam medis yaitu tata cara penulisan

nomor yang diberikan kepada pasien yang datang berobat sebagai bagian dari

identitas pasien yang bersangkutan. Ada 3 sistem pemberian nomor pasien datang

ke unit pelayanan kesehatan, yaitu (Depkes RI, 2006: 24) :

1) Pemberian nomor cara seri (Serial Numbering System)

Yaitu sistem penomoran dimana setiap pasien yang berkunjung ke rumah

sakit atau Puskesmas selalu mendapatkan nomor baru. Keuntungan menggunakan

sistem ini yaitu petugas lebih mudah mengerjakan, namun kerugiannya yaitu

membutuhkan waktu lama untuk mencari atau mendapatkan dokumen rekam

medis pasien lama karena satu pasien mendapatkan lebih dari satu nomor rekam

medis sehingga informasi pelayanan klinisnya menjadi tidak berkesinambungan

dan dapat merugikan pasien.

2) Pemberian nomor cara unit (Unit Numbering System)

Yaitu sistem penomoran dimana sistem ini memberikan satu nomor rekam

medis pada pasien berobat jalan, pasien rawat inap, gawat darurat dan bayi baru

lahir. Kelebihan sistem ini adalah informasi klinis dapat berkesinambungan, tetapi

31

pengambilan data pasien akan lebih lama karena semua data dan informasi

mengenai pasien dan pelayanan pendaftaran pasien pernah berkunjung (berobat)

atau sebagai pasien lama hanya memiliki satu nomor. Kekurangan ini dapat

diatasi dengan sistem pelayanan yang terpisah antara pendaftaran pasien lama atau

baru.

3) Pemberian nomor cara seri-unit (Serial Unit Numbering System)

Yaitu sistem penomoran dengan menggabungkan sistem seri dan sistem unit.

Setiap pasien yang berkunjung pada sarana pelayanan kesehatan diberikan nomor

baru, tetapi dokumen rekam medis terdahulu digabungkan dan disimpan jadi satu

dibawah nomor yang paling baru. Kekurangannya yaitu petugas menjadi lebih

repot setelah selesai pelayanan informasi klinis tidak berkesinambungan.

2.1.3.3.3. Sistem Penyimpanan

Dokumen rekam medis berisi data individual yang bersifat rahasia, maka

setiap folder harus disimpan dan dilindungi dengan baik. Syarat dokumen rekam

medis dapat disimpan yaitu apabila pengisian pada lembar formulir rekam medis

telah terisi dengan lengkap dan telah dirakit sehingga riwayat pasien urut secara

kronologis. Ditinjau dari pemusatan atau penyatuan dokumen rekam medis maka

cara penyimpanannya dibagi menjadi dua yaitu (Sarake, 2014: 99) :

1) Sentralisasi

Sistem penyimpanan secara sentralisasi yaitu, suatu sistem penyimpanan

dengan cara menyatukan formulir rekam medis milik pasien kedalam satu

kesatuan dimana dokumen rekam medis rawat jalan, rawat inap, gawat darurat,

milik seorang pasien menjadi satu dalam satu folder (map).

32

2) Desentralisasi

Sistem penyimpanan secara desentralisasi yaitu suatu sistem penyimpanan

dengan cara memisahkan formulir rekam medis milik pasien dimana dokumen

rekam medis rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, milik seorang pasien

dipisahkan pada folder (map) yang berbeda.

2.1.3.3.4. Penjajaran Dokumen Rekam Medis

Dokumen rekam medis yang disimpan didalam rak penyimpanan tidak

ditumpuk melainkan disusun, berdiri sejajar satu dengan yang lain. Menurut

Sarake (2014: 101) penjajaran dokumen rekam medis ada 3 cara yaitu :

1) Sistem Nomor Langsung (Straight Numerical Filing)

Yaitu sistem penyimpanan dokumen rekam medis dengan menjajarkan folder

dokumen rekam medis berdasarkan urutan nomor rekam medis dari awal.

2) Sistem Angka Tengah (Middle Digit Filing)

Yaitu sistem penyimpanan dokumen rekam medisdengan menjajarkan folder

dokumen rekam medis berdasarkan urutan nomor rekam medis pada dua angka

kelompok tengah.

3) Sistem Angka Akhir (Terminal Digit Filing)

Yaitu sistem penyimpanan dokumen rekam medis dengan menjajarkan folder

dokumen rekam medis berdasarkan urutan nomor rekam medis pada dua angka

kelompok akhir.

2.1.3.3.5. Sistem Penyusutan (Retensi) dan Pemusnahan

Penyusutan rekam medis adalah suatu kegiatan pengurangan dokumen rekam

medis dari rak penyimpanan dengan cara memindahkan dokumen rekama medis

33

in aktif dari rak file aktif ke rak file in aktif dengan cara memilih pada rak file

penyimpanan sesuai dengan tahun kunjungan, memikrofilmisasi dokumen rekam

medis in aktif sesuai ketentuan yang berlaku, memusnahkan dokumen rekam

medis yang telah dimikrofilm dengan cara tertentu sesuai ketentuan yang berlaku,

melakukan scaner pada dokumen rekam medis (Depkes RI, 2006: 98).

Sedangkan pemusnahan adalah suatu proses kegiatan penghancuran secara

fisik arsip rekam medis yang telah berakhir fungsi dan nilai gunanya.

Penghancuran harus dilakukan secara total dengan cara membakar habis,

mencacah atau daur ulang sehingga tidak dapat lagi dikenal isi maupun bentuknya

(Depkes RI, 2006: 100).

2.1.3.4. Pengelolaan Rekam Medis

Unit pengelolaan rekam medis merupakan unit yang paling bertanggung

jawab terhadap pengumpulan, pengolahan, dan pelaporan data yang dihasilkan

tersebut menjadi informasi yang akurat. Sistem pengelolaan data rekam medis

pada tingkat Puskesmas pada dasarnya sama dengan rekam medis Rumah Sakit

(Sarake, 2014: 82). Tahapan Sistem pengelolaan data tersebut adalah sebagai

berikut :

1) Penerimaan Pasien

Pada tahap ini pasien mendaftarkan diri sesuai dengan permasalahan

kesehatan yang terjadi pada dirinya, selanjutnya akan didistribusikan sesuai

dengan pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas (Sarake, 2014: 82).

34

2) Pengelolaan Rekam Medis pada Assembling

Bagian assembling yaitu salah satu bagian di unit rekam medis yang

mempunyai tugas pokok (1) meneliti kelengkapan data yang seharusnya tercatat

di dalam formulir rekam medis sesuai dengan kasus penyakitnya, (2) meneliti

kebenaran pencatatan data rekam medis sesuai dengan kasus penyakitnya, (3)

mengendalikan DRM yang dikembalikan ke unit pencatat data karena isinya tidak

lengkap, (4) membuat laporan dari rekam medis yang tidak lengkap, (5)

mengendalikan penggunaan nomor rekam medis, (6) mendistribusikan dan

mengendalikan penggunaan formulir rekam medis (Depkes RI, 2006: 58).

Peran dan fungsi assembling dalam pelayanan rekam medis yaitu sebagai

perakit formulir rekam medis, peneliti isi data rekam medis, pengendali DRM

tidak lengkap, pengendali penggunaan nomor rekam medis dan formulir rekam

medis (Shofari, 2012: 13).

3) Pengelolaan Rekam Medis pada Coding dan Indexing

Bagian koding dan indeksing adalah salah satu bagian unit rekam medis yang

mempunyai tugas pokok (1) mencatat dan meneliti kode penyakit dari diagnosis

yang ditulis dokter, (2) mencatat hasil pelayanan ke dalam formulir indeks

penyakit sesuai dengan ketentuan mencatat indeks, (3) menyimpan indeks tersebut

sesuai dengan ketentuan menyimpan indeks, (4) membuat laporan penyakit

berdasarkan indeks penyakit (Depkes RI, 2006: 60).

Peran dan fungsinya sebagai (1) pencatat dan peneliti kode penyakit dari

diagnosis yang ditulis dokter, tindakan medis yang ditulis dokter atau petugas

kesehatan lainnya, (2) mencatat dan menyimpan indeks penyakit, tindakan medis,

35

dan indeks dokter, (3) penyedia informasi nomor-nomor rekam medis yang

memiliki jenis penyakit, tindakan medis berdasarkan indeks yang bersangkutan

untuk berbagai keperluan, (4) pembuat laporan penyakit berdasarkan indeks

penyakit (Depkes RI, 2006: 61).

4) Pengelolaan Rekam Medis pada Filing

Bagian filing adalah salah satu bagian dalam unit rekam medis yang

mempunyai tugas pokok (1) menyimpan DRM dengan metode tertentu sesuai

dengan kebijakan penyimpanan DRM, (2) mengambil kembali DRM untuk

berbagai keperluan, (3) meneliti rekam medis yang kembali sesuai dengan catatan

rekam medis yang keluar, (4) menyusutkan DRM sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan sarana pelayanan kesehatan, (5) memisahkan penyimpanan DRM in-

aktif dari DRM aktif, (6) menyimpan DRM yang dilestarikan dan (7) membantu

dalam pelaksanaan pemusnahan formulir rekam medis (Depkes, 2006: 80).

Peran dan fungsinya dalam pelayanan rekam medis yaitu (1) menyimpan

DRM, (2) penyedia DRM untuk berbagai keperluan, (3) pelindung arsip-arsip

DRM terhadap kerahasiaan isi data RM (4) pelindung arsip-arsip DRM terhadap

bahaya kerusakan fisik, kimiawi dan biologi. Untuk melindungi terhadap

kerahasiaan isi, harus dibuat papan pengumuman bahwa selain petugas rekam

medis dilarang masuk (Depkes, 2006: 82).

5) Pengelolaan Rekam Medis pada Analysing/Reporting

Bagian analising dan reporting adalah salah satu bagian dalam unit rekam

medis yang mempunyai tugas pokok (1) mengumpulkan data kegiatan Puskesmas

dari sensus harian, (2) merekap sensus harian sebagai dasar laporan kegiatan

36

Puskesmas, (3) mengumpulkan dan mengolah data penyakit sebagai dasar laporan

surveilans penyakit, (4) mengumpulkan dan mengolah data dasar Puskesmas

sebagai dasar laporan keadaan Puskesmas, (5) mengolah data rekam medis untuk

laporan hasil analisis statistik Puskesmas (Shofari, 2012: 20).

Selain kegiatan pengelolaan rekam medis tersebut, menurut Peraturan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 30

Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Perekam Medis dan Angka Kreditnya

disebutkan di dalam lampiran rincian kegiatan jabatan fungsional perekam medis

terampil dan angka kreditnya pada unsur pelayanan rekam medis informasi

kesehatan bahwa kegiatan pelayanan rekam medis yaitu:

Tabel 2.1. Rincian Kegiatan Unsur Pelayanan Rekam Medis Rawat Jalan

No. Sub Unsur Butir Kegiatan 1. Perencanaan

a. Mengidentifikasi kebutuhan formulir, isi dan data dalam formulir rekam medis manual (berbasis kertas)

b. Mengidentifikasi kebutuhan SDM rekam medis c. Menyusun perencanaan pengembangan SDM

d. Menyusun dan merancang alur kegiatan pelayanan rekam medis

e. Menyusun perencanaan evaluasi kegiatan rekam medis

2. Pengorganisasian a. Membentuk struktur organisasi tim kerja perekam medis

b. Melakukan pengelompokan kegiatan pekerjaan perakam medis beserta pembagian tugasnya

3. Pelaksanaan Penerimaan pasien baru dan lama a. Mengisi buku registrasi pendaftaran

b. Melakukan wawancara untuk mengisi identitas pribadi data sosial pasien

c. Membuat kartu pasien d. Menyiapkan rekam medis pasien Assembling

a. Mengendalikan penggunaan nomor rekam medis

b. Menyeleksi rekam medis incomplete

37

c. Membuat laporan rekam medis incomplete d. Mengisi buku ekspedisi e. Mendistribusikan rekam medis ke unit terkait Coding dan Indexing

a. Membuat dan memutakhirkan kartu indeks utama pasien

b. Memilih, mengkode dan mengindeks seluruh diagnosa penyakit pasien

c. Memberi kode dan indeks tindakan medis pasien

Filing a. Menyortir rekam medis

b. Menyimpan rekam medis dan menjaga agar aman, rahasia, tidak dapat diakses oleh orang yang tidak berkepentingan

c. Memberikan layanan jasa peminjaman rekam medis termasuk menyediakan data untuk penelitian dan pendidikan

d. Mencatat rekam medis yang dipinjam/keluar

e. Memvalidasi rekam medis yang telah kembali sesuai peminjaman

f. Melaksanakan pemusnahan rekam medis

g. Menyimpan rekam medis inaktif yang bernilai guna dengan media tertentu

Analysing/reporting a. Mengumpulkan data rekam medis

b. Mengumpulkan data penyakit dan tindakan rawat jalan

c. Merekap data penyakit dan tindakan medis untuk penyusunan laporan

d. Mengolah data yang telah dikumpulkan menjadi laporan

4. Pengawasan dan Evaluasi a. Melakukan pemantauan kegiatan rekam medis

secara rutin b. Mengevaluasi kegiatan rekam medis

c. Mengevaluasi formulis rekam medis yang digunakan

d. Mengevaluasi keabsahan data rekam medis e. Memberikan umpan balik dari hasil evaluasi

38

2.1.3.5. Rekam Medis di Puskesmas

Rekam medis di Puskesmas merupakan salah satu sumber data penting yang

nantinyaakan diolah menjadi informasi. Sebagai gambaran, alur pasien atau rekam

medis yang terjadi di Puskesmas adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1. Alur Rekam Medis di Puskesmas

(Sumber: Gondodiputro, 2007: 6)

Sedangkan Ruang lingkup kegiatan pengolahan dan analisa dokumen rekam

medis pasien pada tingkat Puskesmas adalah (Gondodiputro, 2007: 7) :

1) Mengkompilasi data dari Puskesmas baik dalam gedung maupun luar gedung

2) Mentabulasi data upaya kesehatan yang diberikan kepada masyarakat yang

dibedakanatas dalam wilayah dan luar wilayah

3) Menyusun kartu indeks penyakit

4) Menyusun sensus harian untuk mengolah data kesakitan

39

5) Melakukan berbagai perhitungan-perhitungan dengan menggunakan data

denominator.

Menurut Huffman dalam Gondodiputro (2007: 11) menyebutkan bahwa

rekam medis yang baik dapat pula mencerminkan mutu pelayanan kesehatan yang

diberikan. Mutu rekam medis yang baik adalah rekam medis yang memenuhi

indikator-indikator mutu rekam medis sebagai berikut :

1) Kelengkapan isian resume medis

Kelengkapan isian resume medis untuk pasien rawat jalan sekurang-

kurangnya memuat (Permenkes RI No. 269/MENKES/PER/III/2008) :

1. Identitas pasien

2. Tanggal dan waktu

3. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat

penyakit

4. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis

5. Diagnosis

6. Rencana penatalaksanaan/TP (treatment planning)

7. Pengobatan dan atau tindakan

8. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

9. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik

10. Persetujuan tindakan bila perlu.

2) Keakuratan

Adalah ketepatan catatan rekam medis, dimana semua data pasien ditulis

dengan teliti, cermat, tepat, dan sesuai dengan keadaan sesungguhnya.

40

3) Tepat waktu

Rekam medis harus diisi dan setelah diisi harus dikembalikan ke bagian

rekam medis tepat waktu sesuai dengan peraturan yang ada.

4) Memenuhi persyaratan hukum

Rekam medis memenuhi persyaratan aspek hukum sebagai berikut :

1. Penulisan rekam medis tidak memakai pensil

2. Penghapusan tidak ada

3. Coretan, ralat sesuai dengan prosedur, tanggal, dan tanda tangan

4. Tulisan harus jelas dan terbaca

5. Ada tanda tangan oleh yang wajib menandatangani dan nama petugas

6. Ada tanggal dan waktu pemeriksaan tindakan

7. Ada lembar persetujuan

Rekam medis disebut lengkap apabila (Gondodiputro, 2007: 12) :

1. Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan terhadap pasien, selambat-

lambatnya dalam waktu 1x24 jam harus ditulis dalam lembaran rekam medis.

2. Semua pencatatan harus ditanda tangani oleh dokter/tenaga kesehatan lainnya

sesuai dengan kewenangan klinis dan ditulis nama terangnya serta diberi

tanggal.

3. Pencatatan yang dibuat oleh mahasiswa kedokteran dan mahasiswa lainnya

ditandatangani dan menjadi tanggung jawab dokter yang merawat atau oleh

dokter pembimbingnya.

4. Catatan yang dibuat oleh residens harus diketahui oleh dokter

pembimbingnya.

41

5. Dokter yang merawat dapat memperbaiki kesalahan penulisan yang terjadi

dengan wajar seperti mencoret kata/kalimat yang salah dengan jalan

memberikan satu garis lurus pada tulisan tersebut. Diberi inisial (singkatan

nama) orang yang menkoreksi tadi dan mencantumkan tanggal perbaikan dan

melakukannya pada saat itu juga serta dibubuhi paraf.

6. Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan.

2.1.4. Kebijakan Rekam Medis Puskesmas

Peraturan yang menjadi dasar hukum rekam medis, antara lain :

1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktik

kedokteranan

2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan

3) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis

4) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2013

tentang penyelenggaraan pekerjaan perekam medis

5) Peratuaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014

tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

6) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

RI Nomor 30 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Perekam Medis dan

Angka Kreditnya

7) Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 4 Tahun 2011 tentang disiplin

profesional dokter dan dokter gigi

42

2.1.5. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) menurut Fahrurazi (2011:

2) adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya

pelayanan kesehatan di Puskesmas. Jenis data yang dikumpulkan dan dicatat

adalah data demografi (kependudukan) di wilayah kerja Puskesmas, ketenagaan,

sarana dan prasarana, kegiatan pokok Puskesmas, dan laporan SP3 yang

mempergunakan sistem tahun kalender. Pencatatan dan pelaporan merupakan

kegiatan yang tak terpisahkan dari kegiatan pelayanan, dan data dihasilkan by

product dari pemberian pelayanan kesehatan. Pencatatan dan pelaporan harus

mudah dilakukan, tidak duplikasi, tidak tumpang-tindih, tidak membebani

pemberi layanan, tidak memerlukan pelatihan khusus, serta terjaga validitas dan

reliabilitasnya (Kementerian Kesehatan RI, 2011: 1).

2.1.5.1. Sistem Pencatatan Puskesmas

Ada 2 jenis sistem pencatatan yaitu pencatatan kegiatan di dalam gedusng

Puskesmas dan di luar gedung Puskesmas (kegiatan lapangan), yaitu (Fahrurazi,

2011: 4) :

2.1.5.1.1. Sistem Pencatatan di dalam Gedung Puskesmas

1) Family Folder (Dokumen Keluarga)

Adalah himpunan dari kartu-kartu individu dari suatu keluarga yang telah

memperoleh berbagai pelayanan kesehatan melalui Puskesmas.

2) Kartu Tanda Pengenal Keluarga

Adalah alat untuk memudahkan dalam pencarian setiap keluarga yang telah

mempunyai family folder pada saat datang meminta palayanan ke Puskesmas

43

yang memuat nomor indeks keluarga dan identitas kepala keluarga. Disamping

KTPK terdapat pula kartu tanda pengenal pengunjung khususnya untuk : KB,

kusta, dan KTB I. Masih digunakan KTP individu ini karena berguna bagi

pelayanan penderita/akseptor tersebut apabila ia pindah dan dilayani di Puskesmas

lain.

3) Buku Register

Jenis-jenis register yang digunakan di dalam gedung Puskesmas adalah

register rawatjalan/rawat tinggal, KIA, gizi, penyuntikan lipiodol, surveilance

penyakit, laboratorium, obat-obatan, dan peran serta masyarakat.

4) Kartu Indeks Penyakit

Fungsi kartu indeks penyakit adalah sebagai kunci pada status pasien/register

rawat jalan untuk mengetahui keadaan penyakit tertentu.

5) Sensus Harian

Adalah formulir perantara untuk mengisi laporan bulanan.

6) Formulir Rujukan

Untuk setiap penderita yang dirujuk dari Puskesmas ke rumah sakit atau

sebaliknya dari Puskesmas pembantu ke Puskesmas hanya disertai dengan

formulir rujukan tanpa status (Family Folder).

2.1.5.1.2. Sistem Pencatatan di luar Gedung Puskesmas

Pencatatan yang dilakukan di luar gedung atau di lapangan adalah register

rawat jalan, register gizi untuk balita, register gizi untuk ibu hamil/menyusui,

register penyuluhan kesehatan masyarakat, register peran serta masyarakat, kartu

perusahaan, dan kartu murid.

44

2.1.5.2. Sistem Pelaporan Puskesmas

Didalam sistem pelaporan Puskesmas sebagai tahun laporan yang

dipergunakan adalah tahun kalender yaitu dari bulan Januari sampai dengan

Desember dalam tahun yang sama. Pencatatan dan pelaporan Puskesmas sudah

mencakup pelayanan kesehatan di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas

Keliling, Puskesmas dengan perawatan, Bidan Desa, Perawat Desa, Balai

Pengobatan, Dokter/Bidan praktek swasta dan unit-unit pelayanan kesehatan

lainnya baik pemerintah maupun swasta (Fahrurazi, 2011: 8).

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011: 5), jenis-jenis laporan Puskesmas,

yaitu :

1) Laporan bulanan, meliputi laporan data kesakitan (LB 1), data Kematian (LB

2), laporan bulanan gizi, KIA, imunisasi dan penyakit menular (LB 3),

laporan bulanan data obat-obatan (LB 4), dan laporan bulanan kegiatan

Puskesmas

2) Laporan Triwulan (LT), meliputi kunjungan Puskesmas, Perkesmas,

pelayanan medik dasar gigi-mulut, kesling, laboratorium, PKM, PSM,

rujukan

3) Laporan tahunan, meliputi data kepegawaian, data dasar Puskesmas, data

peralatan, laporan kunjungan pasien BPJS, laporan kunjungan pasien umum

4) Laporan Kejadian luar biasa (KLB).

45

2.2. KERANGKA TEORI

Gambar 2.2. Kerangka Teori

(Sumber : Depkes RI, 2006; Gondodiputro, 2007; Azwar, 2010; Alamsyah, 2011; Sulaeman, 2011)

Fungsi Manajemen

1. Perencanaan 2. Pengorganisasian 3. Pelaksanaan 4. Pengawasan dan

evaluasi

PROSES

Kegiatan Pengelolaan Sistem Rekam Medis

di Puskesmas: 1. Assembling 2. Coding 3. Indexing 4. Filing 5. Analysing/reporting

OUTPUT 1. Kelengkapan

dokumen rekam medis pasien

2. Kelengkapan dan ketepatan waktu pelaporan Puskesmas

INPUT

1. Man 2. Money 3. Material 4. Machine 5. Methode

IMPACT

1. Tercapainya tertib administrasi Puskesmas

2. Meningkatnya Mutu Pelayanan Puskesmas

Feed Back

46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. ALUR PIKIR

Gambar 3.1. Bagan Alur Pikir Penelitian

3.2. FOKUS PENELITIAN

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah fungsi manajemen pada kegiatan

pengelolaan sistem rekam medis pasien di Puskesmas Kedungmundu Semarang,

yang terdiri dari fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan,

fungsi pengawasan dan evaluasi.

3.3. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Untuk mengetahui fungsi manajemen pada kegiatan pengelolaan sistem

rekam medis pasien di Puskesmas Kedungmundu Semarang, maka jenis penelitian

yang dilakukan adalah penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi.

Menurut Moleong (2014: 15), metode fenomenologi dalam penelitian kualitatif

merupakan pandangan berpikir yang menekankan fokus kepada penelitian sosial

Fungsi Manajemen

1. Perencanaan 2. Pengorganisasian 3. Pelaksanaan 4. Pengawasan dan

evaluasi

Kegiatan Pengelolaan Sistem Rekam Medis

Puskesmas

47

termasuk psikologi, sosiologi, dan pekerjaan sosial, serta pengalaman-pengalaman

subjektif manusia. Dalam pandangan fenomenologis, peneliti berusaha memahami

arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang yang berada dalam situasi-

situasi tertentu, sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian

yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-

hari (Moleong, 2014: 17).

Penggunaan metode fenomenologi dalam penelitian ini dikarenakan peneliti

bermaksud ingin memahami situasi sosial secara mendalam yaitu fungsi

manajemen diantaranya perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan

dan evaluasi pada kegiatan pengelolaan sistem rekam medis pasien di Puskesmas

Kedungmundu Semarang. Dimana data yang nantinya diperoleh merupakan

informasi dalam bentuk deskripsi yang dikaji secara lebih mendalam.

3.4. SUMBER INFORMASI

Menurut Lofland dalam Moleong (2014: 157), sumber data utama dalam

penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Jenis data tersebut dibagi ke dalam data

primer dan data sekunder.

3.4.1. Data Primer

Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang terdiri dari bukti-bukti

atau saksi utama dari kejadian (fenomena) objek yang diteliti dan gejala yang

terjadi di lapangan. Data primer diperoleh dengan menggunakan wawancara

secara mendalam (Indepth interview) kepada informan dan observasi

48

(pengamatan) langsung. Teknik penentuan informan tersebut menggunakan teknik

purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan

tertentu (Sugiyono, 2012: 218). Pertimbangan yang dimaksud adalah informan

yang dianggap paling mengetahui tentang fungsi manajemen pada pengelolaan

sistem rekam medis pasien, masa jabatan minimal 3 tahun dan bersedia menjadi

informan.

Dengan teknik purposive sampling, didapatkan 7 informan yaitu 4 informan

utama dan 3 informan triangulasi. Informan triangulasi adalah informan

pembanding, yaitu sebagai pembanding atau crosscheck informasi yang

didapatkan dari informan utama. Penentuan jumlah informan utama adalah dari

pertimbangan yang telah ditentukan, dan didapatkan 4 informan utama yaitu

Kepala Puskesmas dan 3 petugas di bagian rekam medis Puskesmas

Kedungmundu Semarang. Hal tersebut juga dikarenakan jumlah petugas di bagian

rekam medis Puskesmas Kedungmundu adalah 3 orang dan semuanya memenuhi

kriteria menjadi informan utama.

Informan triangulasi terdiri dari 1 petugas bagian Seksi Pelayanan Kesehatan

Dasar Dinas Kesehatan Kota Semarang dan 2 pasien yaitu pasien lama dan pasien

baru. Penentuan petugas di bagian Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas

Kesehatan Kota Semarang sebagai informan triangulasi adalah karena informan

tersebut bertugas menilai kinerja Puskesmas dan dianggap mengetahui tentang

fungsi manajemen pada kegiatan pengelolaan sistem rekam medis pasien.

49

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen

(Sugiyono, 2012: 225). Data sekunder dari penelitian ini adalah data dari Dinas

Kesehatan Kota Semarang, Puskesmas Kedungmundu Semarang, dan data dari

penelitian sebelumnya.

3.5. INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA

3.5.1. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri atau apa yang disebut sebagai human instrument.

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana,

pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pelapor hasil penelitiannya

(Moleong, 2014: 168).

Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang utama adalah peneliti sendiri.

Namun setelah fokus penelitian dalam penelitian ini menjadi jelas, yaitu fungsi

manajemen pada kegiatan pengelolaan rekam medis pasien di Puskesmas

Kedungmundu Semarang, maka akan dibantu oleh alat bantu sederhana yang

diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah

ditemukan melalui pedoman wawancara dan pedoman observasi yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan fokus penelitian, kamera untuk

mendokumentasikan kegiatan penelitian, alat perekam, dan buku catatan untuk

mencatat informasi dari informan.

50

3.5.2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2012: 224).

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

sebagai berikut :

1) Wawancara Mendalam (indepth interview)

Salah satu teknik pengumpulan data kualitatif dalam penelitian ini adalah

wawancara mendalam. Alat bantu yang digunakan yaitu pedoman wawancara.

Dalam penelitian ini untuk mengetahui fungsi manajemen pada kegiatan

pengelolaan rekam medis pasien di Puskesmas Kedungmundu Semarang maka

peneliti malakukan wawancara mendalam terhadap informan utama yaitu Kepala

Puskesmas, petugas di bagian rekam medis Puskesmas Kedungmundu Semarang

yang berjumlah 3 orang, dan wawancara mendalam terhadap informan triangulasi

yaitu Petugas di bagian Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar, Dinas Kesehatan Kota

Semarang serta 2 oarang pasien. Wawancara mendalam terhadap informan

dilakukan tidak hanya sekali namun dilakukan untuk mendapatkan informasi /

data sampai jenuh.

2) Observasi

Dalam penelitian ini, dalam melaksanakan observasi menggunakan dua

macam observasi yaitu observasi dokumen terhadap dokumen rekam medis dan

observasi partisipasi pasif.

51

Dalam observasi dokumen, peneliti menggunakan alat ukur bantu yaitu

pedoman observasi dalam bentuk daftar cek (check list) atau daftar isian.

Observasi ini dilakukan untuk mengetahui hasil kegiatan pengelolaan rekam

medis yang dilakukan oleh petugas di tempat pendaftaran yang meliputi

kelengkapan pengisian rekam medis, pengecekan, penyimpanan dan pengambilan

kembali rekam medis pasien.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi partisipasi pasif.

Observasi partisipasi pasif yaitu peneliti datang di tempat kegiatan orang yang

diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Dalam observasi

partisipasi pasif, peneliti malakukan observasi yang berhubungan dengan

pelaksanaan kegiatan pengelolaan sistem rekam medis pasien yang meliputi

kegiatan penerimaan pasien, assembling, coding dan indexing, filing,

analysing/reporting. Observasi ini dilakukan dengan mengamati kegiatan yang

dilakukan oleh informan. Hal ini dilakukan untuk lebih mengetahui bagaimana

fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang

dilakukan di bagian rekam medis. Setelah peneliti mengamati kegiatan informan

kemudian mencatatnya. Hasil catatan dari observasi partisipasi pasif kemudian

diklarifikasi terhadap informan yang diamati untuk mendapatkan penjelasan atas

hasil observasi.

3.6. PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur penelitian dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap

pra penelitian, pelaksanaan penelitian, dan pasca penelitian.

52

3.6.1. Pra Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pra penelitian adalah: Pengumpulan data

sekunder dan studi pustaka melalui dokumen-dokumen yang relevan, Menyusun

rancangan awal penelitian, Melakukan proses perizinan penelitian, Menyiapkan

instrumen penelitian.

3.6.2. Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan wawancara mendalam

pada informan utama dan informan triangulasi, serta observasi dan dokumentasi

kegiatan penelitian.

3.6.3. Pasca Penelitian

Pada tahap pasca penelitian, peneliti melakukan kegiatan berupa pemeriksaan

keabsahan data, menganalisis data, menyajikan data, dan mengevaluasi

berdasarkan pedoman yang ada serta melakukan penarikan kesimpulandan

pemberian saran.

3.7. PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA

Pada penelitian ini, uji validitas menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

(Moleong, 2014: 330).

Triangulasi yang dilakukan adalah dengan cara triangulasi sumber.

Triangulasi dengan sumber adalah membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.

Triangulasi sumber dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil

53

wawancara mendalam terhadap informan inti dengan jawaban hasil wawancara

pada informan lain. Selain itu juga dilakukan pembandingan hasil wawancara

dengan isi suatu dokumen yang dijadikan sebagai pedoman penelitian yaitu buku

pedoman penyelenggaraan rekam medis. Alasan dilakukan crosscheck ini adalah

untuk menyesuaikan atau mencocokkan jawaban informan inti sehingga terjadi

kesesuaian jawaban, dan bisa dibandingkan.

3.8. TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik Analisis data dalam penelitian ini menggunkan analisis data model

Miles and Huberman. Dimana analisis dilakukan saat pengumpulan data

berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Aktivitas dalam analisis data ini yaitu (Sugiyono, 2012: 246) :

1) Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan

dan keluasaan dan kedalaman wawasan yang tinggi.

2) Data Display (penyajian data)

Penyajian data kualitatif dapat disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

3) Conclusion Drawing/Verification

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang sehingga setelah diteliti

menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausalatau interaktif, hipotesis atau teori.

122

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa fungsi manajemen

pada kegiatan pengelolaan sistem rekam medis pasien di Puskesmas

Kedungmundu Semarang adalah sebagai berikut:

1. Fungsi perencanaan sudah berjalan dengan baik, namun belum terdapat

perencanaan pengembangan SDM dan perencanaan evaluasi dokumen rekam

medis pasien

2. Fungsi pengorganisasian belum berjalan dengan baik, karena dalam

pengorganisasian petugas rekam medis belum terdapat struktur organisasi,

dan pembagian tugas

3. Fungsi pelaksanaan terdiri dari kegiatan penerimaan pasien, assembling,

coding/indexing, filing, dan analysing/reporting. Kegiatan penerimaan pasien,

assembling dan filing belum sesuai dengan SOP. Sedangkan kegiatan

coding/indexing dan analysing/reporting sudah sesuai dengan SOP

4. Fungsi pengawasan dan evaluasi telah berjalan dengan baik, namun belum

ada kegiatan evaluasi untuk rekam medis yang tidak lengkap

123

6.2. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang diberikan adalah sebagai

berikut:

6.2.1. Untuk Dinas Kesehatan Kota Semarang

1. Meningkatkan kuantitas tenaga perekam medis di Puskesmas dengan

perekrutan yang sesuai peraturan yang telah ditentukan

2. Meningkatkan kualitas tenaga perekam medis dengan mengadakan

pendidikan dan pelatihan tentang rekam medis secara rutin

6.2.2. Untuk Puskesmas Kedungmundu

1. Membuat perencanaan untuk melakukan evaluasi rekam medis, dan

merencanakan usulan kepada Dinas Kesehatan agar diadakan pelatihan

kembali tentang rekam medis dan SIMPUS atau SIK

2. Membuat struktur organisasi dan pembagian tugas untuk petugas di bagian

rekam medis

3. Melakukan retensi dan menata kembali rekam medis di tempat penyimpanan

agar menjadi lebih rapi dan memudahkan petugas dalam mencari rekam

medis pasien

6.2.3. Untuk Peneliti Selanjutnya

Saran kepada peneliti lain atau peneliti selanjutnya yaitu diharapkan dapat

melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai kegiatan pengelolaan

sistem rekam medis pasien dengan memberikan indikator-indikator yang berbeda

atau belum diteliti seperti input, process dan output.

124

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Dedi, 2011, Manajemen Pelayanan Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta.

Azwar, Azrul, 2010, Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksara,

Jakarta. Bali, Amit, Deepika Bali, Nageshwar Iyer, dan Meenakshi Iyer, 2011,

Management of Medical Records: Facts and Figures for Surgeons, Jurnal Internasional, diakses tanggal 3 April 2016, (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3238553/).

Budi, Savitri Citra, 2011, Manajemen Unit Kerja Rekam Medis, Quantum Sinergis

Media, Yogyakarta. Departemen Kesehatan RI, 2006, Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur

Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia (Revisi II), Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional, 2004, Buku Pedoman, Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI, Jakarta. Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2015, Data Kunjungan Pasien Puskesmas di

Kota Semarang Tahun 2011-2015, DINKES, Semarang. Fahrurazi, 2011, Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP),

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Gondodiputro, Sharon, 2007, Rekam Medis dan Sistem Informasi Kesehatan di

Pelayanan Kesehatan Primer (Puskesmas), Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung.

Handayani, Tri, Ery Rustiyanto, Djariyanto, dan Suryo Nugroho Markus, 2013,

Evaluasi Pelaksanaan Sistem Pelaporan Rekam Medis di Klinik Asri Medical Center, Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 1, No. 2, diakses tanggal 3 April 2016, (https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjEsoq1jcrOAhUiS48KHdy1B38QFgg3MAM&url=http%3A%2F%2Fjmiki.aptirmik.or.id%2Findex.php%2Fjmiki%2Farticle%2Fdownload%2F47%2F33&usg=AFQjCNF0lo7RpCPhTtA-3c6JaYK-w8xpTA&bvm=bv.129759880,d.c2I).

125

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Profil Kesehatan Indonesia 2013, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI, 2011, Panduan Pencatatan dan Pelaporan SIKDA

Manual, Bagian Penyedia Bantuan Tekis untuk Pemantapan Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) Terpadu, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Khasanah, Yuli Uswatun dan Rosyidah, 2011, Perencanaan Sistem Rekam Medis

berdasarkan Input dan Proses di Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan Puskesmas Banguntapan II Kabupaten Bantul Tahun 2011, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

Konsil Kedokteran Indonesia, 2006, Manual Rekam Medis, Konsil Kedokteran

Indonesia, Jakarta. Konsil Kedokteran Indonesia, 2011, Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia

Nomor 4 Tahun 2011 tentang disiplin profesional dokter dan dokter gigi, diakses tanggal 2 Oktober 2015, (http://www.kki.go.id/assets/data/arsip/Perkonsil_No_4_Tahun_2011%5Bsmallpdf.com%5D_.pdf).

Longkutoy, Windah M., Erwin Kristanto, Jimmy Maryono, 2012, Gambaran

Pelaksanaan Rekam Medis di Balai Pengobatan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi Manado berdasarkan Permenkes RI Nomor 269 Tahun 2008, Jurnal Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

Mawarni, Dian, dan Ratna Dwi Wulandari, 2013, Identifikasi Kelengkapan Rekam

Medis Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan, Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, Vol. 1, No. 2, diakses tanggal 3 April 2016, (http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers10.%20Dian%20Mawarni_jakivol1no2.pdf).

McMahon, Rosemary, dkk., 2013, Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar,

EGC, Jakarta. Menteri Kesehatan RI, 2008, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, diakses tanggal 2 Oktober 2015, (http://www.apikes.com/files/permenkes-no-269-tahun-2008.pdf).

Menteri Kesehatan RI, 2013, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 55 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan pekerjaan perekam medis, diakses tanggal 2 Oktober 2015,

126

(http://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/peraturan-menteri-kesehatan-nomor-55-tahun-2013-tentang-pekerjaan-perekam-medis.pdf).

Menteri Kesehatan RI, 2014, Peratuaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), diakses pada tanggal 2 Oktober 2015, (http://www.aidsindonesia.or.id/uploads/20141210110659.PMK_No_75_Th_2014_ttg_Puskesmas.pdf).

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI, 2013,

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 30 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Perekam Medis dan Angka Kreditnya, diakses tanggal 2 Oktober 2015, (http://www.menpan.go.id/jdih/permen-kepmen/permenpan-rb/file/4032-permenpan-2013-no-030).

Moleong, Lexy J, 2014, Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), PT

Remaja Rosdakarya, Bandung. Muninjaya, A.A.Gde, 2012, Manajemen Kesehatan (Revisi 3), EGC, Jakarta. Ndabambi, Iwani Yvonne, Balulwami Grand, Saul Zulu, 2014, Privacy and

Confidentiality in The Management of Patient Records at The Princess Marina Hospital, Botswana, Jurnal Internasional Volume 2, Nomor 3, diakses tanggal 25 Oktober 2015, (http://www.journalsgate.com/paper/Privacy%20and%20confidentiality%20in%20the%20management%20of%20patient%20records%20at%the%2princess%20marina%20hospital%20Botswana2.pdf).

Presiden RI, 2004, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004

tentang praktik kedokteranan, diakses tanggal 2 Oktober 2015, (http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU29-2004PraktikKedokteran.pdf).

Presiden RI, 2009, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

tentang kesehatan, diakses tanggal 2 Oktober 2015, (http://siapik.pom.go.id/apps/files/aturan/2015/9/20150917_102334_aturan.pdf).

Puskesmas Kedungmundu, 2015, Profil Puskesmas Kedungmundu Kota

Semarang, Puskesmas Kedungmundu, Semarang. Sanjoyo, 2013, Aspek Hukum Rekam Medis, UGM Press, Yogyakarta. Sarake, Mukhsen, 2014, Buku Ajar Rekam Medis, diakses tanggal 4 Mei 2015,

(http://www.unhas.ac.id/lkpp/Muhsen%20-%20tdk.pdf).

127

Shofari, Bambang, 2012, Sistem dan Prosedur Pelayanan Rekam Medis, Modul PSRM Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro, Semarang.

Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta,

Bandung. Sulaeman, Endang Sutisna, 2011, Manajemen Kesehatan, Teori dan Praktik di

Puskesmas (Revisi), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Suseno, Rois, 2011, Pengelolaan Rekam Medis di Puskesmas Mlati I Kabupaten

Semarang, Jurnal Penelitian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Terry, George, 2006, Asas Asas Manajemen, PT Alumni, Bandung. Thomas, Joseph, 2009, Medical Records and Issues in Negligence, Jurnal

Internasional, diakses tanggal 3 April 2016, (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2779965/).

Waterson, Patrick, Yolande Glenn, dan Ken Eason, 2012, Preparing the Ground

for the ‘Paperless Hospital’: A Case Study of Medical Records Management in a UK Outpatient Services Department, Jurnal Internasional, Volume 81, Issue 2, diakses tanggal 3 April 2016, (http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1386505611002218).

Wong, Rex dan Elizabeth H. Bradley, 2009, Developing Patient Registration and

Medical Records Management System in Ethiopia, Jurnal Internasional Volume 21 Nomor 4 Halaman 253-258, diakses tanggal 25 Oktober 2015, (http://intqhc.oxfordjournals.org/content/21/4/253).