fso rangkuman tuberculosis.docx

Upload: andinfn

Post on 06-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 fso rangkuman Tuberculosis.docx

    1/3

    Nama : Riyandini Fairuz N

    NIM : 115070500111016

    Kelas : FSO A

    TUBERCULOSIS

    Pada penykit Tuberculosis (TB) ada 3 hal penting yang berkaitan dengan penyakit ini,

    yaitu agen, host, dan lingkungan. Agen pada penyakit ini adalah bakteri Microbacteriumtuberculosis, yang merupakan bakteri aerob atau bakteri suka oksigen, maka dari itu bakteri

    ini senang hidup dalam paru-paru. Bakteri ini suka lingkungan yang lembab dengan panjang

    1-4 mikron, lebar 0,2-0,8 mikron, dan banyak hidup di udara. Yang kedua adalah host, host

    pada penyakit ini adalah manusia, manusia yang mudah terkena penyakit ini adalah manusia

    yang memiliki faktor resiko berikut ini:

    a. Sosial ekonomi Jika orang memiliki kehidupan sosial yang tinggi, misalnya tinggal di

    perumahan lebih minim terkena TB dibandingkan dengan orang yang tinggal di tempat

    kumuh.

    b. Gizi Faktor gizi juga menentukan, dengan gizi yang kurang mencukupi, misalnya

    kekurangan vitamin, maka bisa menurunkan sistem kekebalan tubuh sehingga lebih

    mudah terkena penyakit TB.

    c. UsiaUsia juga menjadi faktor resiko bagi penyakit ini, usia yang banyak terkenan kasus

    TB adalah usia 1550 tahun.

    d. Jenis Kelamin Jenis kelamin yang lebih beresiko tinggi terkena penyakit TB adalah

    pasien laki-laki, hal ini telah di survey oleh WHO.

    Hal ketiga yang penting adalah lingkungan, bakteri ini menyukai lingkungan yang

    lembab, dan kuran cahaya. Maka dari itu, kebersihan lingkungan juga merupakan faktor

    penting untuk mencegah penyakit TB.

    Cara penyebaran penyakit TB ini bisa pelalui percikan dahak, dimana setiap batuk

    mengeluarkan 3000 droplet, dan bakteri ini bisa bertahan dalam beberapa jam. Percikan

    dahak yang masuk ke dalam tubuh disalurkan melalui darah, kemudian menuju limfe, dan

    menuju saluran pernapasan. Kemudian bakteri ini bisa menyebabkan bronkopneumonia,

    yaitu bengkak seperti udema paru.

    Gejala dari penyakit ini adalah demam, batuk kering dan purulen, kadang batuk

    berdarah, dan terkadang mengalami sesak jika terjadi peradangan, mengurangi nafsu makanyang menyebabkan berat badan pasien menurun, dan nyeri otot. Bisa dilakukan foto torax,

    dimana akan menunjukkan hasil yang menghitam dan diafragma naik dan terlihat menonjol

    ke atas jika pasien positif terkena TB.

    Pencegahan penyakit bisa dengan vaksin BCG yang diberikan pada bayi < 12 bulan,

    atau anak < 16 tahun jika belum pernah divaksin dan faktor resiko tinggi.

    Bakteri penyebab TB ini bekerja dengan cara menghambat sitosom dan fagosom,

    kemudian bereplikasi di makrofag, dan polisakarida dari bakteri melindungi dari peroksida

    sehingga dapat menginfeksi manusia. Semakin banyak jumlah bakteri, semakin besar

  • 7/21/2019 fso rangkuman Tuberculosis.docx

    2/3

    kemungkinan seseorang terinfeksi. Dan semakin menurunnya sistem daya tahan tubuh

    maka semakin besar kemungkinan seseorang untuk terinfeksi.

    Terdapat beberapa obat untuk terapi farmakologi penyakit ini:

    1. Ethambutol dan Isoniazid bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel.2. Pirazinamid bekerja dengan mengganggu perkembang biakan sel.

    3. Rifampicin menghambat sintesis RNA.

    Keempat obat-obatan tersebut wajib diberikan selama 2 bulan pertama infeksi, jika

    belum sembuh bisa dilanjutkan pemberian selama 4 bulan. Rifampicin dan Isoniazid wajib

    diberikan pertama karena paling poten. Pemberian isoniazid saat kuman dalam fase

    berkembang, sedangkan rifampicin efektif untuk kuman yang dalam semidorman.

    Tipe penderita TB, ada 3 yaitu:

    1. BaruBelum pernah terinfeksi TB, atau sudah pernah minum obat TB < 1 bulan

    2. Kambuh / RelapsePernah terinfeksi, kemudian sembuh, lalu kambuh kembali.

    3. PindahanSeperti sembuh tetapi sebenarnya belum sembuh karena bakteri menyerang

    organ lain.

    Jenis tuberculosis:

    1. TB pulmonary, yaitu TB yang menyerang organ paru.

    2. TB ekstraparu, yaitu TB yang menyerang selain organ paru-paru, misalnya meningen dantulang.

    Tipe pengobatan Tuberculosis ada dua yaitu Intensif dan Lanjutan. Untuk intensif,

    yaitu pengobatan yang dilakukan selama 2 bulan pertama, jika berhasil hasil BTA (Bakteri

    Tahan Asam) bisa negatif. Untuk yang lanjutan, adalah terapi yang minum obatnya lebih

    sedikit namun memerlukan waktu yang lama agar bakteri yang dorman (tidur) mati.

    Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien TB adalah pneumothorax yaitu paru-paru

    tidak bisa elastis karena terlalu banyak udara. Lalu bisa juga terjadi cardiac insufiensy,

    disebabkan karena fungsi pulomonary menurun sehingga fungsi jantung juga menurun.

    Pengobatan pada wanita hamil bisa dilakukan untuk semua obat, karena aman

    kecuali streptomisin karena dapat menembus plasenta, sehingga bayi dapat beresiko

    mengalami gangguan pendengaran akibat obat yang orthotoxic. Pengobatan pada pasien

    dengan gangguan ginjal juga bisa dilakukan untuk semua obat kecuali streptomisin dan

    ethambutol. Untuk obat yang lainnya bisa digunakan tetapi tetap perlu dipantau kreatinin

    pasien.

    Dosis pirazinamid yang aman adalah 15 30 mg/kgBB/hr, jika pasien mengidap HIV

    maka dosisnya adalah 20 40 mg/kg/hr. Dengan dosis maksimal 2 gram/hari. Efek samping

    obat adalah mual muntah, asam urat. Kontraindikasi dengan pasien yang mengalami goutakut dan gangguan hati.

  • 7/21/2019 fso rangkuman Tuberculosis.docx

    3/3

    Dosis Isoniazid yang aman adalah 5 mg/kgBB/hari dan dosis maksimal adalah 300

    mg/hari. Dengan efek samping yaitu mual muntah, pusing, berkurang nafsu makan.

    Isoniazid dapat meningkatkan warfarin, fenitoin. Dan jika dikonsumsi bersamaan dengan

    alkohol maka dapat menurunkan efek dari Isoniazid, namun efek samping meningkat karena

    keduanya memiliki efek hepatotoksik.

    Dosis Ethambutol adalah 15 mg/kgBB/hari. Untuk efek samping Ethambutol adalah

    radang saraf mata, perlu diperhatikan jika pasien yang mengkonsumsi ini jika terjadi buta

    warna, karena itu merupakan tanda-tanda awal kebutaan. Jika terjadi buta warna perlu

    diturunkan dosisnya. Ethambutol sebaiknya tidak diberikan pada pasien anak-anak < 12

    tahun karena pada anak-anak tidak dapat mengungkapkan terjadinya buta warna.

    Efek samping dari Streptomisin adalah telinga berdengung, atau orthotoksik.

    Efek samping dari Rifampisin adalah keringat, urin, dan air mata berwarna merah.

    Tes diagnostik untuk TB bisa dilakukan dengan tuberculin skin test, yaitu suntik

    bakteri di bawah kulit, jika membentuk lingkaran maka pasien positif terkena infeksi karena

    antibodi telah mengenali bakteri. Selain itu bisa dilakukan dengan pemeriksaan bakteriologi,

    pewarnaan dengan memeriksakan sputum untuk TB paru.

    Pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah dengan menghindari satu ruang

    tertutup dengan pasien TB, apalagi jika belum berobat selama 2 bulan, memakai masker,

    mengingatkan pasien untuk minum obat secara teratur, dan melakukan vaksinasi.

    Terapi nonfarmakologi yang dapat dilakukan yaitu memakai masker, melakukan

    investigasi apakah merupakan TB paru atau ekstraparu, memperhatikan nutrisi, danmeningkatkan Berat badan, jika berat badan naik maka mengindikasikan bahwa terapi yang

    dilakukan berhasil.

    Akibat dari penularan langsung adalah bisa terkena organ lain, seperti tulang dan

    otak. Selain itu juga bisa mengakibatkan gangguan penyaringan pada liver, dan gangguan

    jantung.

    TB paru bisa menular dari orang dewasa ke anak-anak, namun sangat jarang terjadi

    penularan dari anak-anak ke orang dewasa atau anak-anak ke sesama anak-anak.

    Monitoring dan Evaluasi yang perlu dilakukan setelah terapi adalah pemeriksaanberat badan rutin, melihat efek samping, pemeriksaan Kalium, SrCr, pemeriksaan BTA

    sputum setiap bulan dan jika sudah mulai membaik bisa dilakukan setiap 2 bulan.

    Perlu diwaspadai pada pasien laten TB, yaitu pasien yang terinfeksi TB namun tidak

    menimbulkan manifestasi klinik. Namun pada keadaan pasien laten TB ini bakteri sukar

    menular kepada orang lain.

    Ada 2 jenis resistensi yang dapat terjadi:

    1. MBAresisten terhadap first line, yaitu isoniazid + rifampicin

    2. SDRresisten terhadap second line dan resisten terhadap fluoroquinolon