formulasi kolagen dan pati resisten dahsyat
TRANSCRIPT
Formulasi Kolagen dan Pati Resisten
Dahsyat Mampu mengendalikan Kondisi Trygliserida dalam darah dan Menurunkan Gula Darah juga Kolesterol
Ya g erupaka awal dari su ber dari segala su ber asalah kesehata …..
Literatur Ilmiah
12 Fungsi Kolagen Bagi Kesehatan dan Tubuh
Kata kolagen berasal dari bahasa Yunani yaitu kola (gula) dan gen (produksi),
sehingga bisa diartikan bersifat lekat atau menghasilkan pelekat. Dengan
sifatnya tersebut, kolagen menjadi struktur organik yang dapat ditemukan pada
seluruh tubuh sekaligus membantu pembentukan tulang, sendi, gigi, otot dan
kulit agar menjadi kuat. Namun jika seseorang sedang kekurangan kolagen,
akan banyak hal berbahaya yang bisa terjadi pada tubuhnya. Mungkin awalnya
untuk sebagian orang masalahnya tidak dianggap serius, tapi jika hal ini tidak
segera diantisipasi maka akan menimbulkan ancaman parah seperti mengalami
gangguan sirkulasi darah yang berefek ke jantung hingga bisa mengalami
stroke.
Apa itu kolagen ?
Ada 28 jenis kolagen yang terdapat pada tubuh. Hanya saja, kolagen tipe I
hingga V lah yang paling sering ditemukan. Yah, kolagen sebenarnya
merupakan salah satu protein penyusun tubuh manusia yang kadarnya kurang
lebih sekitar 30% dari seluruh protein yang ada pada tubuh. Namun, selama ini
ternyata kolagen juga memiliki beberapa bentuk berupa vitamin atau asupan
yang bukan hanya berfungsi untuk kecantikan, tapi juga berfungsi untuk
kesehatan dan tubuh. Adapun fungsi kolagen bagi kesehatan dan tubuh
beberapa diantaranya adalah:
1. Otak
Jaringan kolagen sangat mendukung nutrisi pada otak. Jika jaringan kolagen
menipis, maka saraf kranial pada otak tidak bisa mendapatkan nutrisi sehingga
bisa mengakibatkan pusing, pelupa, kehilangan memori, bahkan insomnia.
Selain itu, penghambatan saraf pusat pada sel-sel otak bisa terjadi sehingga
sulit untuk berkonsentrasi, mengalami kecemasan dan gampang depresi. Maka
agar jaringan ini dapat terjaga, asupan kolagen tambahan sangat diperlukan
sehingga otak dapat berkerja secara baik.
2. Rambut
Kolagen pada rambut memiliki fungsi untuk memperkuat akar rambut serta
merangsangnya agar dapat tumbuh kembali. Namun dengan mengkonsumsi
kolagen, maka regenerasi rambut bisa terjadi lebih cepat. Rambut yang rontok
bisa segera digantikan oleh rambut baru, dan akar rambut menjadi semakin kuat
karena akar rambut tercukupi nutrisinya.
3. Mata
Semakin usia bertambah, kolagen pada kornea akan berkurang sehingga bisa
mengakibatkan kornea menjadi kaku. Padahal, kolagen pada mata ini bisa
berfungsi untuk mengoptimalkan indra penglihatan agar bisa berfungsi secara
normal. Tentu saja hal ini tidak baik untuk kesehatan mata karena otot-otot pada
mata harus tetap lentur agar bisa berkerja dengan baik.
Maka dari itu, mengkonsumsi kolagen secara teratur bisa mengatasi kurangnya
kolagen pada mata sehingga dapat memulihkan penglihatan. Sebab jika mata
kekurangan kolagen, maka akan mengakibatkan mata kering, air mata spontan,
kelelahan, minimnya transparansi kornea, opacity lensa, hingga menyebabkan
katarak dan penyakit mata lainnya.
4. Gigi
Kolagen juga memiliki fungsi pada gigi seperti dapat memberikan kekuatan
pada gigi. Namun jika seseorang kekurangan kolagen, maka gigi bisa
kehilangan kalsium, gusi bisa mengalami masalah, gigi gampang lepas, bahkan
terjadi kerentanan terhadap kerusakan gigi dan sakit gigi.
5. Tulang
Kolagen memiliki fungsi yang hampir sama pentingnya dengan kalsium pada
tulang. Sebab, kolagen berfungsi sebagai lem perekat agar tulang bisa menyatu
dengan sendi. Selain itu, struktur tulang bisa tercipta karena terjadi gabungan
antara kolagen dan mineral yang bernama hydroxyapatite.
Keduanya ini bekerja dalam tubuh agar struktur, fleksibiltas dan kekuatan dari
tulang bisa membuat tubuh menjadi lebih baik. Agar kesehatan tulang bisa
terjaga dengan baik sampai usia tua, maka kolagen juga dapat dikonsumsi
secara teratur. Sebab, osteoporosis yang biasa menjadi penyakit tulang bisa
dicegah dengan mengkonsumsi kolagen. Nilai tambah kolagen lainnya yaitu
dapat menghilangkan nyeri pada tulang.
6. Otot
Pada otot terdapat serat kolagen yang bukan hanya ditemukan di otot rangka,
namun juga ditemukan pada otot polos yang berada di saluran kemih dan organ
reproduksi, serta otot jantung. Dan serat kolagen ini mempunyai fungsi untuk
memperkuat otot dan strukturnya agar kelangsungan otot dapat terjaga setiap
harinya. Tapi jika seseorang kekurangan kolagen, maka yang terjadi adalah bisa
mengalami nyeri punggung, bahu kesemutan, menghambat daerah refleks,
kontraksi otot sangat minim, hingga kehilangan energi.
7. Sendi
Selain untuk tulang dan otot, kolagen juga bisa berfungsi untuk sendi. Misalnya
saja, jika sedang mengalami nyeri pada sendi, maka mengkonsumsi kolagen
secara teratur patut untuk dicoba. Hal ini karena kolagen dapat memberikan
fleksibilitas tubuh dibagian tendon. Selain itu, kolagen juga dapat berfungsi
untuk membangun bahan tulang rawan pada sendi.
8. Kulit
Fungsi terbesar dari kolagen salah satunya adalah sebagai penyokong kulit. Hal
ini berbanding lurus dengan pendapat dr. Eric dari University of Pennsylvania,
bahwa 80% berat kulit manusia terdiri dari kolagen. Kolagen yang merupakan
zat perekat ini, bermanfaat untuk memelihara elastisitas kulit. Kolagen ini juga
bekerjasama dengan protein lain yang bernama elastin setelah sebelumnya
menyediakan struktur ke kulit agar keelastisan kulit dapat terjaga.
Sayangnya saat usia seseorang sudah lebih dari 25 tahun, maka kolagen pada
tubuh orang tersebut akan mengalami penurunan hingga 15% secara alami. Dan
hal ini semakin berlanjut seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu jika kolagen
dalam tubuh berkurang, maka kolagen dari luar tubu berupa serum, suplemen,
dan injeksi bisa menjadi solusi.
9. Kuku
sponsored links
Untuk kuku, kolagen berfungsi untuk memperkuat kuku agar tidak mudah patah.
Apabila terdapat bintik-bintik putih pada kuku, maka itu salah satu tanda bahwa
seseorang sedang kekurangan kolagen. Namun hal tersebut dapat diantisipasi
dengan menggunakan kolagen secara teratur.
10. Pembuluh Darah
Fungsi kolagen pada pembuluh darah adalah untuk pembentukan dinding
pembuluh darah vena, arteri dan kapiler. Fungsi kolagen lainya yaitu untuk
kepentingan aliran darah agar dapat tersebar ke seluruh tubuh secara baik.
Adapun yang dilakukan oleh kolagen seperti membantu memperkuat pembuluh
darah, menjaga struktur dan kelenturan pembuluh darah.
12. Sistem Imun
Kolagen memiliki fungsi yang penting terhadap sistem imun tubuh. Bahkan
ketika mengkonsumsi makanan yang mengandung kolagen, maka fungsi
kekebalan tubuh akan naik secara keseluruhan lebih dari 100 kali. Namun jika
kekurangan kolagen, maka bisa menyebabkan kekebalan tubuh menjadi
menurun hingga infeksi sangat mudah terjadi.
13. Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi sangat dipengaruhi oleh kolagen, sebab kolagen ini memiliki
fungsi terhadap sistem tersebut. Jika seseorang kekurangan kolagen, maka
bisa mempengaruhi stabilitas tekanan darah, menyebabkan kolesterol darah
tinggi, sirkulasi darah menjadi lambat, hingga rentan terhadap penyakit
kardiovaskular dan serebrovaskular.
14. Sistem Pencernaan
Fungsi kolagen terhada sistem pencernaan memang sangat penting. Bahkan,
ketika seseorang kekurangan kolagen saja, hal ini bisa mengganggu kinerja dari
sistem pencernaan ini. Gangguan itu diantaranya perut terasa kembung,
minimnya penyerapan sekresi, hingga bisa mengalami diabetes.
15. Sistem Endoktrin
Kolagen memiliki fungsi terhadap sistem endoktrin. Karena fungsinya begitu
penting, maka jika seseorang kekurangan kolagen pada sistem endoktrin akan
menyebabkan gangguan pada menstruasi, payudara mengalami kekenduran
hingga bisa menyebabkan kanker payudara. Adapun pada pria, akan
mengalami impotensi, ejakulasi dini, dan kejantanan semakin berkurang.
Pati Resisten Sebagai Sumber Serat Fungsional
Elvira Syamsir (dimuat dalam Food Review Indonesia, edisi 1 Jan 2013)
Resistant starch (RS) is not accessible to digestive enzymes and positively influences the functioning of the digestive tract, microbial flora, the blood cholesterol level and the glycemic index. Compared with traditional sources of fibre, RS has lower impact on the sensory properties of food. Processing may affect
in the RS content.
Efek Fisiologis Pati Resisten
Secara analitik, pati resisten bersifat sebagai serat tak larut. Tetapi, secara fisiologis pati resisten
memiliki sifat-sifat fisiologis serat larut. Beberapa efek fisiologis potensial dari pati resisten adalah
menjaga kesehatan usus besar; sebagai prebiotik yang membantu menjaga kesehatan kolon; mengontrol
gilkemik dan respon insulin; memberi rasa kenyang dan menurunkan intake energi; serta memperbaiki
profil lipid darah.
Seperti serat larut, pati resisten merupakan substrat untuk mikroflora kolon. Pati resisten bersifat
prebiotik yang secara selektif akan meningkatkan populasi bakteri kolonik yang menguntungkan yaitu
bifidobacteria dan lactobacilli. Bifidobacteria dan lactobacilli adalah bakteri kolonik yang paling
menguntungkan pada manusia sebagai inangnya. Peningkatan jumlah bifidobacteria dan lactobacilli di
dalam saluran cerna bisa menekan kanker kolorektal dengan cara meningkatkan kecepatan produksi
SCFA (terutama asetat, propionat dan butirat), menurunkan pH lingkungan usus, bersifat proapotopsis
dan menekan pertumbuhan patogen dengan meningkatkan kemampuan kompetisinya terhadap
ketersediaan nutrisi, reseptor dan faktor pertumbuhan lainnya.
Pati resisten meningkatkan kesehatan usus dengan efek laksatif (pencahar) yang lebih rendah
daripada serat pangan. Di dalam kolon, fermentasi pati resisten meningkatkan kekambaan fekal (fecal
bulk) dan menurunkan pH kolon. Pati resisten juga meningkatkan kesehatan kolon dengan meningkatkan
kecepatan produksi sel crypt, atau juga menurunkan atropi epitelial kolon dibandingkan makanan yang
tidak berserat. Juga ditemukan indikasi bahwa pati resisten dapat mempengaruhi tumorigenesis.
SCFA hasil fermentasi mikroflora kolon memiliki proporsi asam butirat yang tinggi. Produksi butirat dari
fermentasi pati resisten dua kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan serat gandum dan empat kali lebih
tinggi dari pektin. Butirat digunakan sebagai energi oleh colonocyte dan growth factor bagi sel epithel
yang sehat didalam usus besar.
Butirat telah dilaporkan bersifat anti-karsinogenik. Tiga mekanisme yang diyakini terlibat dalam proteksi
terhadap perkembangan dan pertumbuhan sel-sel kanker adalah inisiasi, diferensiasi dan apoptosis.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa butirat melindungi sel-sel kolon dari kerusakan DNA dengan
cara menghambat pertumbuhan dan proliferasi sel-sel tumor, meningkatkan diferensiasi (normalisasi) sel-
sel tumor/kanker, memproduksi fenotip yang serupa dengan sel normal dewasa, dan meningkatkan
apoptosis (program kematian sel) sel-sel kanker kolorektal pada manusia.
Fermentasi pati resisten dilaporkan akan menekan proses fermentasi protein dankomponen bernitrogen
lainnya sehingga menekan peningkatan jumlah amoniayang bersifat karsinogenesis terhadap epitelium
kolonik (Govers et al, 1999). Selain itu, fermentasi pati resisten juga menurunkan produksi asam empedu
sekunder. Asam empedu diketahui dapat meningkatkan resiko kanker kolorektal. Menurut Bingham
(1990), konversi asam empedu primer menjadi asam empedu sekunder merupakan penyebab awal
munculnya kanker usus besar. Penurunan pH karena produksi SCFA menyebabkan inaktivasi enzim 7α-
dehidroksilase sehingga konversi asam empedu primer menjadi asam empedu sekunder terhambat.
Selain itu, penurunan konsentrasi asam empedu sekunder didugajuga disebabkan oleh faktor
pengenceran karena peningkatan volume tinja.
Pati resisten juga memiliki kemampuan untuk mengurangi respon glikemik dan respon insulin sehingga
bisa memberi proteksi terhadap diabetes. Penambahan pati resisten di dalam produk akan
memperlambat proses pencernaan. Berbeda dengan pati normal yang dicerna segera setelah
dikonsumsi, metabolisme pati resisten berlangsung 5 – 7 jam setelah konsumsi sehingga menurunkan
glikemia postprandial dan respon insulin serta berpotensi untuk memperpanjang periode
‘kenyang’. Karena pati resisten memiliki indeks glikemik yang rendah, maka penambahannya di dalam
produk menggantikan pati konvensional akan membantu menurunkan nilai indeks glikemiks
produk. Agar bisa memberi efek terhadap penurunan indeks glikemiks dan respon insulin, maka jumlah
pati resisten setidaknya 14% dari total pati yang digunakan di dalam formula. Walaupun demikian, tidak
semua pati resisten menunjukkan respon hipoglikemik. Pati resisten tipe 4 (acetylated potato starch)
dilaporkan tidak menurunkan glukosa darah.
Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa pati resisten mempengaruhi metabolisme lemak: menurunkan
total lipid, kolesterol total, low density lipoprotein (LDL), high density lipoprotein (HDL), very low density
lipoprotein (VLDL), intermediate density lipoprotein (IDL), trigliserida dan trigliserida kaya
lipoprotein. Pada beberapa penelitian dengan menggunakan tikus uji, penurunan koleterol dan trigliserida
plasma ditunjukkan oleh tikus yang diberi ransum pati resisten (25% kentang mentah atau juga yang
diberi pati kacang). Penggantian 5.4% dari dietary carbohydrates dengan pati resisten di dalam menu
makanan secara signifikan juga dilaporkan meningkatkan oksidasi lipid postprandial sehingga dalam
jangka panjang dapat menurunkan akumulasi lemak.
Pengaruh Pengolahan Terhadap Pati Resisten
Aplikasi pati resisten di dalam suatu produk pangan secara teknis jauh lebih menguntungkan
dibandingkan jika menggunakan serat pangan konvensional seperti biji-bijian, buah atau dedak. Tidak
seperti serat makanan konvensional, pati resisten dapat meningkatkan kandungan serat produk dengan
hanya sedikit mempengaruhi karakteristik sensori produk, dan memiliki sifat fungsional seperti kapasitas
pembengkakan, viskositas, pembentukan gel dan kapasitas mengikat air, yang cocok untuk diaplikasikan
pada beberapa produk tertentu.
Pemanfaatan pati resisten sebagai serat pangan perlu memperhatikan stabilitasnya selama pengolahan
untuk mempertahankan kandungan serat selama proses. Pada pati resisten tipe 1, akses enzim
dihambat oleh matriks pangan yang melindungi pati. oleh karena itu, kadar pati resisten tipe 1 akan lebih
tinggi di dalam biji-bijian dan sereal bentuk utuh dibandingkan dalam bentuk tepungnya. Proses
penepungan akan merusak granula pati dan memperbesar peluang kontak enzim dengan pati. Makin
halus ukuran partikel karena penggilingan akan meningkatkan ketercernaan pati resisten tipe 1.
Toleransi terhadap proses perlu dipertimbangkan ketika memilih dan menggunakan pati resisten. Pada
pati resisten tipe 2, sifat resisten disebabkan oleh kristalinitas granula yang tidak mudah dicerna oleh
enzim amilolitik. Akan tetapi, pada kadar amilosa sekitar 30% karakter pati resistennya dapat hilang
karena pemasakan (Tabel 2).
Beberapa metode pengolahan seperti proses retorting, baking, dan pengeringan pada suhu tinggi telah
diketahui dapat sedikit meningkatkan kadar pati resisten di dalam produk. penyimpanan pada suhu
dingin juga diketahui dapat sedikit meningkatkan kadar pati resisten produk. Sementara itu, proses
pengolahan yang lain seperti proses perebusan berpotensi untuk menurunkan kadar pati resisten.
Tabel 2. Amilosa dan kadar pati resisten dari beberapa jenis pati (Themeier et al., 2005 di dalam
Alsaffar, 2011)
Jenis pati Amilosa (%, bk) Pati resisten (%, bk)
Maizena 66.5 54.4
Maizena 65.8 49.1
Maizena 30.0 0.7
Maizena 7.6 0.5
Gandum 30.2 0.3
Gandum 33.7 0.2
Rye 31.1 0.2
*RS = resistant *ditentukan dengan metode AOAC (2002.02)
Stabilitas terhadap proses pengolahan menjadi syarat penting jika penambahannya ditujukan sebagai
sumber serat pangan. Pati resisten tipe 3 dan tipe 4 yang dikembangkan sebagai pati resisten komersial
secara umum, akan mempertahankan kandungan serat pangannya selama proses baking dan/atau
ekstrusi. Akan tetapi, kondisi proses yang ekstrim dapat merusak pati resisten sehingga menurunkan
atau bahkan menghilangkan kandungan serat pangannya. Oleh karena itu, kandungan serat pangan
produk akhir haruslah tetap dianalisis terutama untuk produk-produk yang diolah dengan kondisi suhu,
tekanan dan/atau shear yang ekstrim.
Layanan Konsumen :
081331099601 Hadi Supeno Hardjo Besari [Surabaya,Indonesia]
Formulasi Kolagen dan Pati Resisten
Dahsyat Mampu mengendalikan Kondisi Trygliserida dalam darah dan Menurunkan Gula Darah juga Kolesterol
Ya g erupaka awal dari su ber dari segala su ber asalah kesehata …..
Literatur Ilmiah
12 Fungsi Kolagen Bagi Kesehatan dan Tubuh
Kata kolagen berasal dari bahasa Yunani yaitu kola (gula) dan gen (produksi),
sehingga bisa diartikan bersifat lekat atau menghasilkan pelekat. Dengan
sifatnya tersebut, kolagen menjadi struktur organik yang dapat ditemukan pada
seluruh tubuh sekaligus membantu pembentukan tulang, sendi, gigi, otot dan
kulit agar menjadi kuat. Namun jika seseorang sedang kekurangan kolagen,
akan banyak hal berbahaya yang bisa terjadi pada tubuhnya. Mungkin awalnya
untuk sebagian orang masalahnya tidak dianggap serius, tapi jika hal ini tidak
segera diantisipasi maka akan menimbulkan ancaman parah seperti mengalami
gangguan sirkulasi darah yang berefek ke jantung hingga bisa mengalami
stroke.
Apa itu kolagen ?
Ada 28 jenis kolagen yang terdapat pada tubuh. Hanya saja, kolagen tipe I
hingga V lah yang paling sering ditemukan. Yah, kolagen sebenarnya
merupakan salah satu protein penyusun tubuh manusia yang kadarnya kurang
lebih sekitar 30% dari seluruh protein yang ada pada tubuh. Namun, selama ini
ternyata kolagen juga memiliki beberapa bentuk berupa vitamin atau asupan
yang bukan hanya berfungsi untuk kecantikan, tapi juga berfungsi untuk
kesehatan dan tubuh. Adapun fungsi kolagen bagi kesehatan dan tubuh
beberapa diantaranya adalah:
1. Otak
Jaringan kolagen sangat mendukung nutrisi pada otak. Jika jaringan kolagen
menipis, maka saraf kranial pada otak tidak bisa mendapatkan nutrisi sehingga
bisa mengakibatkan pusing, pelupa, kehilangan memori, bahkan insomnia.
Selain itu, penghambatan saraf pusat pada sel-sel otak bisa terjadi sehingga
sulit untuk berkonsentrasi, mengalami kecemasan dan gampang depresi. Maka
agar jaringan ini dapat terjaga, asupan kolagen tambahan sangat diperlukan
sehingga otak dapat berkerja secara baik.
2. Rambut
Kolagen pada rambut memiliki fungsi untuk memperkuat akar rambut serta
merangsangnya agar dapat tumbuh kembali. Namun dengan mengkonsumsi
kolagen, maka regenerasi rambut bisa terjadi lebih cepat. Rambut yang rontok
bisa segera digantikan oleh rambut baru, dan akar rambut menjadi semakin kuat
karena akar rambut tercukupi nutrisinya.
3. Mata
Semakin usia bertambah, kolagen pada kornea akan berkurang sehingga bisa
mengakibatkan kornea menjadi kaku. Padahal, kolagen pada mata ini bisa
berfungsi untuk mengoptimalkan indra penglihatan agar bisa berfungsi secara
normal. Tentu saja hal ini tidak baik untuk kesehatan mata karena otot-otot pada
mata harus tetap lentur agar bisa berkerja dengan baik.
Maka dari itu, mengkonsumsi kolagen secara teratur bisa mengatasi kurangnya
kolagen pada mata sehingga dapat memulihkan penglihatan. Sebab jika mata
kekurangan kolagen, maka akan mengakibatkan mata kering, air mata spontan,
kelelahan, minimnya transparansi kornea, opacity lensa, hingga menyebabkan
katarak dan penyakit mata lainnya.
4. Gigi
Kolagen juga memiliki fungsi pada gigi seperti dapat memberikan kekuatan
pada gigi. Namun jika seseorang kekurangan kolagen, maka gigi bisa
kehilangan kalsium, gusi bisa mengalami masalah, gigi gampang lepas, bahkan
terjadi kerentanan terhadap kerusakan gigi dan sakit gigi.
5. Tulang
Kolagen memiliki fungsi yang hampir sama pentingnya dengan kalsium pada
tulang. Sebab, kolagen berfungsi sebagai lem perekat agar tulang bisa menyatu
dengan sendi. Selain itu, struktur tulang bisa tercipta karena terjadi gabungan
antara kolagen dan mineral yang bernama hydroxyapatite.
Keduanya ini bekerja dalam tubuh agar struktur, fleksibiltas dan kekuatan dari
tulang bisa membuat tubuh menjadi lebih baik. Agar kesehatan tulang bisa
terjaga dengan baik sampai usia tua, maka kolagen juga dapat dikonsumsi
secara teratur. Sebab, osteoporosis yang biasa menjadi penyakit tulang bisa
dicegah dengan mengkonsumsi kolagen. Nilai tambah kolagen lainnya yaitu
dapat menghilangkan nyeri pada tulang.
6. Otot
Pada otot terdapat serat kolagen yang bukan hanya ditemukan di otot rangka,
namun juga ditemukan pada otot polos yang berada di saluran kemih dan organ
reproduksi, serta otot jantung. Dan serat kolagen ini mempunyai fungsi untuk
memperkuat otot dan strukturnya agar kelangsungan otot dapat terjaga setiap
harinya. Tapi jika seseorang kekurangan kolagen, maka yang terjadi adalah bisa
mengalami nyeri punggung, bahu kesemutan, menghambat daerah refleks,
kontraksi otot sangat minim, hingga kehilangan energi.
7. Sendi
Selain untuk tulang dan otot, kolagen juga bisa berfungsi untuk sendi. Misalnya
saja, jika sedang mengalami nyeri pada sendi, maka mengkonsumsi kolagen
secara teratur patut untuk dicoba. Hal ini karena kolagen dapat memberikan
fleksibilitas tubuh dibagian tendon. Selain itu, kolagen juga dapat berfungsi
untuk membangun bahan tulang rawan pada sendi.
8. Kulit
Fungsi terbesar dari kolagen salah satunya adalah sebagai penyokong kulit. Hal
ini berbanding lurus dengan pendapat dr. Eric dari University of Pennsylvania,
bahwa 80% berat kulit manusia terdiri dari kolagen. Kolagen yang merupakan
zat perekat ini, bermanfaat untuk memelihara elastisitas kulit. Kolagen ini juga
bekerjasama dengan protein lain yang bernama elastin setelah sebelumnya
menyediakan struktur ke kulit agar keelastisan kulit dapat terjaga.
Sayangnya saat usia seseorang sudah lebih dari 25 tahun, maka kolagen pada
tubuh orang tersebut akan mengalami penurunan hingga 15% secara alami. Dan
hal ini semakin berlanjut seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu jika kolagen
dalam tubuh berkurang, maka kolagen dari luar tubu berupa serum, suplemen,
dan injeksi bisa menjadi solusi.
9. Kuku
sponsored links
Untuk kuku, kolagen berfungsi untuk memperkuat kuku agar tidak mudah patah.
Apabila terdapat bintik-bintik putih pada kuku, maka itu salah satu tanda bahwa
seseorang sedang kekurangan kolagen. Namun hal tersebut dapat diantisipasi
dengan menggunakan kolagen secara teratur.
10. Pembuluh Darah
Fungsi kolagen pada pembuluh darah adalah untuk pembentukan dinding
pembuluh darah vena, arteri dan kapiler. Fungsi kolagen lainya yaitu untuk
kepentingan aliran darah agar dapat tersebar ke seluruh tubuh secara baik.
Adapun yang dilakukan oleh kolagen seperti membantu memperkuat pembuluh
darah, menjaga struktur dan kelenturan pembuluh darah.
12. Sistem Imun
Kolagen memiliki fungsi yang penting terhadap sistem imun tubuh. Bahkan
ketika mengkonsumsi makanan yang mengandung kolagen, maka fungsi
kekebalan tubuh akan naik secara keseluruhan lebih dari 100 kali. Namun jika
kekurangan kolagen, maka bisa menyebabkan kekebalan tubuh menjadi
menurun hingga infeksi sangat mudah terjadi.
13. Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi sangat dipengaruhi oleh kolagen, sebab kolagen ini memiliki
fungsi terhadap sistem tersebut. Jika seseorang kekurangan kolagen, maka
bisa mempengaruhi stabilitas tekanan darah, menyebabkan kolesterol darah
tinggi, sirkulasi darah menjadi lambat, hingga rentan terhadap penyakit
kardiovaskular dan serebrovaskular.
14. Sistem Pencernaan
Fungsi kolagen terhada sistem pencernaan memang sangat penting. Bahkan,
ketika seseorang kekurangan kolagen saja, hal ini bisa mengganggu kinerja dari
sistem pencernaan ini. Gangguan itu diantaranya perut terasa kembung,
minimnya penyerapan sekresi, hingga bisa mengalami diabetes.
15. Sistem Endoktrin
Kolagen memiliki fungsi terhadap sistem endoktrin. Karena fungsinya begitu
penting, maka jika seseorang kekurangan kolagen pada sistem endoktrin akan
menyebabkan gangguan pada menstruasi, payudara mengalami kekenduran
hingga bisa menyebabkan kanker payudara. Adapun pada pria, akan
mengalami impotensi, ejakulasi dini, dan kejantanan semakin berkurang.
Pati Resisten Sebagai Sumber Serat Fungsional
Elvira Syamsir (dimuat dalam Food Review Indonesia, edisi 1 Jan 2013)
Resistant starch (RS) is not accessible to digestive enzymes and positively influences the functioning of the digestive tract, microbial flora, the blood cholesterol level and the glycemic index. Compared with traditional sources of fibre, RS has lower impact on the sensory properties of food. Processing may affect
in the RS content.
Efek Fisiologis Pati Resisten
Secara analitik, pati resisten bersifat sebagai serat tak larut. Tetapi, secara fisiologis pati resisten
memiliki sifat-sifat fisiologis serat larut. Beberapa efek fisiologis potensial dari pati resisten adalah
menjaga kesehatan usus besar; sebagai prebiotik yang membantu menjaga kesehatan kolon; mengontrol
gilkemik dan respon insulin; memberi rasa kenyang dan menurunkan intake energi; serta memperbaiki
profil lipid darah.
Seperti serat larut, pati resisten merupakan substrat untuk mikroflora kolon. Pati resisten bersifat
prebiotik yang secara selektif akan meningkatkan populasi bakteri kolonik yang menguntungkan yaitu
bifidobacteria dan lactobacilli. Bifidobacteria dan lactobacilli adalah bakteri kolonik yang paling
menguntungkan pada manusia sebagai inangnya. Peningkatan jumlah bifidobacteria dan lactobacilli di
dalam saluran cerna bisa menekan kanker kolorektal dengan cara meningkatkan kecepatan produksi
SCFA (terutama asetat, propionat dan butirat), menurunkan pH lingkungan usus, bersifat proapotopsis
dan menekan pertumbuhan patogen dengan meningkatkan kemampuan kompetisinya terhadap
ketersediaan nutrisi, reseptor dan faktor pertumbuhan lainnya.
Pati resisten meningkatkan kesehatan usus dengan efek laksatif (pencahar) yang lebih rendah
daripada serat pangan. Di dalam kolon, fermentasi pati resisten meningkatkan kekambaan fekal (fecal
bulk) dan menurunkan pH kolon. Pati resisten juga meningkatkan kesehatan kolon dengan meningkatkan
kecepatan produksi sel crypt, atau juga menurunkan atropi epitelial kolon dibandingkan makanan yang
tidak berserat. Juga ditemukan indikasi bahwa pati resisten dapat mempengaruhi tumorigenesis.
SCFA hasil fermentasi mikroflora kolon memiliki proporsi asam butirat yang tinggi. Produksi butirat dari
fermentasi pati resisten dua kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan serat gandum dan empat kali lebih
tinggi dari pektin. Butirat digunakan sebagai energi oleh colonocyte dan growth factor bagi sel epithel
yang sehat didalam usus besar.
Butirat telah dilaporkan bersifat anti-karsinogenik. Tiga mekanisme yang diyakini terlibat dalam proteksi
terhadap perkembangan dan pertumbuhan sel-sel kanker adalah inisiasi, diferensiasi dan apoptosis.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa butirat melindungi sel-sel kolon dari kerusakan DNA dengan
cara menghambat pertumbuhan dan proliferasi sel-sel tumor, meningkatkan diferensiasi (normalisasi) sel-
sel tumor/kanker, memproduksi fenotip yang serupa dengan sel normal dewasa, dan meningkatkan
apoptosis (program kematian sel) sel-sel kanker kolorektal pada manusia.
Fermentasi pati resisten dilaporkan akan menekan proses fermentasi protein dankomponen bernitrogen
lainnya sehingga menekan peningkatan jumlah amoniayang bersifat karsinogenesis terhadap epitelium
kolonik (Govers et al, 1999). Selain itu, fermentasi pati resisten juga menurunkan produksi asam empedu
sekunder. Asam empedu diketahui dapat meningkatkan resiko kanker kolorektal. Menurut Bingham
(1990), konversi asam empedu primer menjadi asam empedu sekunder merupakan penyebab awal
munculnya kanker usus besar. Penurunan pH karena produksi SCFA menyebabkan inaktivasi enzim 7α-
dehidroksilase sehingga konversi asam empedu primer menjadi asam empedu sekunder terhambat.
Selain itu, penurunan konsentrasi asam empedu sekunder didugajuga disebabkan oleh faktor
pengenceran karena peningkatan volume tinja.
Pati resisten juga memiliki kemampuan untuk mengurangi respon glikemik dan respon insulin sehingga
bisa memberi proteksi terhadap diabetes. Penambahan pati resisten di dalam produk akan
memperlambat proses pencernaan. Berbeda dengan pati normal yang dicerna segera setelah
dikonsumsi, metabolisme pati resisten berlangsung 5 – 7 jam setelah konsumsi sehingga menurunkan
glikemia postprandial dan respon insulin serta berpotensi untuk memperpanjang periode
‘kenyang’. Karena pati resisten memiliki indeks glikemik yang rendah, maka penambahannya di dalam
produk menggantikan pati konvensional akan membantu menurunkan nilai indeks glikemiks
produk. Agar bisa memberi efek terhadap penurunan indeks glikemiks dan respon insulin, maka jumlah
pati resisten setidaknya 14% dari total pati yang digunakan di dalam formula. Walaupun demikian, tidak
semua pati resisten menunjukkan respon hipoglikemik. Pati resisten tipe 4 (acetylated potato starch)
dilaporkan tidak menurunkan glukosa darah.
Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa pati resisten mempengaruhi metabolisme lemak: menurunkan
total lipid, kolesterol total, low density lipoprotein (LDL), high density lipoprotein (HDL), very low density
lipoprotein (VLDL), intermediate density lipoprotein (IDL), trigliserida dan trigliserida kaya
lipoprotein. Pada beberapa penelitian dengan menggunakan tikus uji, penurunan koleterol dan trigliserida
plasma ditunjukkan oleh tikus yang diberi ransum pati resisten (25% kentang mentah atau juga yang
diberi pati kacang). Penggantian 5.4% dari dietary carbohydrates dengan pati resisten di dalam menu
makanan secara signifikan juga dilaporkan meningkatkan oksidasi lipid postprandial sehingga dalam
jangka panjang dapat menurunkan akumulasi lemak.
Pengaruh Pengolahan Terhadap Pati Resisten
Aplikasi pati resisten di dalam suatu produk pangan secara teknis jauh lebih menguntungkan
dibandingkan jika menggunakan serat pangan konvensional seperti biji-bijian, buah atau dedak. Tidak
seperti serat makanan konvensional, pati resisten dapat meningkatkan kandungan serat produk dengan
hanya sedikit mempengaruhi karakteristik sensori produk, dan memiliki sifat fungsional seperti kapasitas
pembengkakan, viskositas, pembentukan gel dan kapasitas mengikat air, yang cocok untuk diaplikasikan
pada beberapa produk tertentu.
Pemanfaatan pati resisten sebagai serat pangan perlu memperhatikan stabilitasnya selama pengolahan
untuk mempertahankan kandungan serat selama proses. Pada pati resisten tipe 1, akses enzim
dihambat oleh matriks pangan yang melindungi pati. oleh karena itu, kadar pati resisten tipe 1 akan lebih
tinggi di dalam biji-bijian dan sereal bentuk utuh dibandingkan dalam bentuk tepungnya. Proses
penepungan akan merusak granula pati dan memperbesar peluang kontak enzim dengan pati. Makin
halus ukuran partikel karena penggilingan akan meningkatkan ketercernaan pati resisten tipe 1.
Toleransi terhadap proses perlu dipertimbangkan ketika memilih dan menggunakan pati resisten. Pada
pati resisten tipe 2, sifat resisten disebabkan oleh kristalinitas granula yang tidak mudah dicerna oleh
enzim amilolitik. Akan tetapi, pada kadar amilosa sekitar 30% karakter pati resistennya dapat hilang
karena pemasakan (Tabel 2).
Beberapa metode pengolahan seperti proses retorting, baking, dan pengeringan pada suhu tinggi telah
diketahui dapat sedikit meningkatkan kadar pati resisten di dalam produk. penyimpanan pada suhu
dingin juga diketahui dapat sedikit meningkatkan kadar pati resisten produk. Sementara itu, proses
pengolahan yang lain seperti proses perebusan berpotensi untuk menurunkan kadar pati resisten.
Tabel 2. Amilosa dan kadar pati resisten dari beberapa jenis pati (Themeier et al., 2005 di dalam
Alsaffar, 2011)
Jenis pati Amilosa (%, bk) Pati resisten (%, bk)
Maizena 66.5 54.4
Maizena 65.8 49.1
Maizena 30.0 0.7
Maizena 7.6 0.5
Gandum 30.2 0.3
Gandum 33.7 0.2
Rye 31.1 0.2
*RS = resistant *ditentukan dengan metode AOAC (2002.02)
Stabilitas terhadap proses pengolahan menjadi syarat penting jika penambahannya ditujukan sebagai
sumber serat pangan. Pati resisten tipe 3 dan tipe 4 yang dikembangkan sebagai pati resisten komersial
secara umum, akan mempertahankan kandungan serat pangannya selama proses baking dan/atau
ekstrusi. Akan tetapi, kondisi proses yang ekstrim dapat merusak pati resisten sehingga menurunkan
atau bahkan menghilangkan kandungan serat pangannya. Oleh karena itu, kandungan serat pangan
produk akhir haruslah tetap dianalisis terutama untuk produk-produk yang diolah dengan kondisi suhu,
tekanan dan/atau shear yang ekstrim.
Layanan Konsumen :
081331099601 Hadi Supeno Hardjo Besari [Surabaya,Indonesia]