format makalah aku
DESCRIPTION
dalamTRANSCRIPT
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA(ISMAFARSI)
WILAYAH SUMATERAII
FORMAT MAKALAH
1. HALAMAN JUDUL
2. KATA PENGANTAR
3. HALAMAN DAFTAR ISI
4. HALAMAN DAFTAR GAMBAR/TABEL (jikaada)
5. BAB I : PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKAN
Alasanpemilihantemadanpembuatanmakalah
1.2. TUJUAN
Tujuandaripembuatanmakalah
MAKALAH
“Judul”
DitulissebagaipersyaratanCalonKorwil
Oleh:
NamaInstitusi
WILAYAH SUMATERA IIIKATAN SENAT MAHASISWA FARSMASI SELURUH INDONESIA
(ISMAFARSI)2014
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA(ISMAFARSI)
WILAYAH SUMATERAII
1.3. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Hal yang diharapkandaripenulisanmakalah
6. BAB II: ISI
Landasanteoridaritema/masalah yang dipakaidalampenulisanmakalah,
jikadiambildarikalimat/paragraf orang lain cantumkankutipan. Maksimal6halaman,
minimal 3halaman
7. BAB III : PEMBAHASAN
Berisipandangandanpendapatpenulisterhadapwacana/teori .minimal 3 halaman.
8. BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
9. DAFTAR PUSTAKA
10. LAMPIRAN
Note:
Penulisanmenggunakanbahasabakudansesuai EYDKertasukuran : A4Margin :4,3,3,3Spasi : 1,5Paragraph tipe : justifyFont size : 12Cover Font : 14
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA(ISMAFARSI)
WILAYAH SUMATERAII
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Peranan Mahasiswa Farmasi dalam pengoptimalan IPE (Inter Profesional
Education)
Adapun makalah Peranan Mahasiswa Farmasi dalam pengoptimalan IPE (Inter
Profesional Education)
ini telah kami bua tdengan tumuan untuk memenuhi persyaratan calon KORWIL
Wilayah Sumatera II yang kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang
dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
member saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah
Peranan Mahasiswa Farmasi dalam pengoptimalan IPE (Inter Profesional
Education) ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Peranan Mahasiswa
Farmasi dalam pengoptimalan IPE (Inter Profesional Education) ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Jambi, April 2014
Penyusun
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA(ISMAFARSI)
WILAYAH SUMATERAII
11. BAB I : PENDAHULUAN
1.4. LATAR BELAKAN
Kesehatan merupakan kebutuhan yang fundamental bagi kehidupan manusia. Kesehatan merupakan modal awal dimana seseorang bisa memulai aktivitasnya dan meningkatkan taraf hidupnya. Tanpa kesehatan, setiap hal atau kegiatan yang menunjang hidup seseorang akan sangat terhambat. Begitu pentingnya arti kesehatan sehingga diperlukan sebuah sistem yang mendukung terciptanya kesehatan nasional bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Mahasiswa kesehatan adalah mahasiswa yang kelak akan menjalani profesi sebagai tenaga kesehatan, dengan profesionalisme dan kode etik masing-masing profesi. Yang termasuk mahasiswa kesehatan adalah mahasiswa pendidikan kedokteran, farmasi, ilmu gizi, keperawatan, kedokteran gigi, kebidanan, dan lain-lain. Setiap profesi kesehatan ini memiliki peranannya masing-masing untuk mewujudkan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Sesuatu yang luar biasa akan terjadi jika setiap profesi kesehatan tersebut dapat duduk bersama, berdiskusi untuk merencanakan dan melaksanakan strategi bersama.
Bermula dari mimpi untuk memperjuangkan pendidikan profesi kesehatan yang lebih baik dan untuk mewujudkan Indonesia yang sehat, maka berkumpullah perwakilan mahasiswa dari delapan organisasi mahasiswa ilmu kesehatan sebagai representasi dari tujuh profesi kesehatan. Mereka adalah CIMSA (Center for Indonesian Medical Studenst’ Activities), ISMKI (Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia), Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI), Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (ILMIKI), Persatuan Senat Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI), Ikatan Mahasiswa Kebidanan (IMABI), Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI), dan Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Gizi Indonesia (ILMAGI).
Kolaborasi antar profesi kesehatan atau interprofessional education. Program ini merupakan salah satu program yang diusung oleh Ditjen Pendidikan Tinggi (DIKTI). IPE terjadi ketika dua atau lebih profesi kesehatan belajar bersama, belajar dari profesi kesehatan lain, dan
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA(ISMAFARSI)
WILAYAH SUMATERAII
mempelajari peran masing-masing profesi kesehatan untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi dan kualitas pelayanan kesehatan. Hasil-hasil penelitian di luar negeri pun membuktikan bahwa kolaborasi interprofesi dalam pelayanan kesehatan mampu memberikan manfaat yang besar bagi kesembuhan pasien, maupun bagi perkembangan masing-masing profesi kesehatan.
TUJUAN
Untuk melengkapi persyaratan calon KORWIL ISMAFARSI Wilayah Sumatera II Untuk mengetahui penting nya peranan mahasiswa farmasi dalam pengoptimalkan IPE Untuk mendapatkan pengetahuan mengenai Interprofessional Education dalam
pengembangan dunia kefarmasian.
BAB II ISIInterprofessional education (IPE) adalah metode pembelajaran yanginteraktif, berbasis kelompok, yang dilakukan dengan menciptakansuasana belajar berkolaborasi untuk mewujudkan praktik yangberkolaborasi, dan juga untuk menyampaikan pemahaman mengenaiinterpersonal, kelompok, organisasi dan hubungan antar organisasi sebagaiproses profesionalisasi (Royal College of Nursing, 2006). IPE dapat terjadiketika dua atau lebih mahasiswa dari program studi kesehatan yangberbeda belajar bersama yang bertujuan untuk meningkatkan kerja samadan kualitas pelayanan kesehatan (CAIPE, 2002).
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa didalam dunia kesehatan, IPE dapat terwujud apabila para mahasiswa dariberbagai program studi di bidang kesehatan serta disiplin ilmu terkaitberdiskusi bersama mengenai konsep pelayanan kesehatan dan bagaimanakualitasnya dapat ditingkatkan demi kepentingan masyarakat luas. Secaraspesifik, IPE dapat dimanfaatkan untuk membahas isu-isu kesehatanmaupun kasus tertentu yang terjadi di masyarakat supaya melalui diskusiinterprofesional tersebut ditemukan solusi-solusi yang tepat dan dapatdiaplikasikan secara efektif dan efisien. Penerapan IPE diharapkan dapatmembuka mata masing-masing profesi, untuk menyadari bahwa dalamproses pelayanan kesehatan, seorang pasien menjadi sehat bukan karena
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA(ISMAFARSI)
WILAYAH SUMATERAII
jasa dari salah satu profesi saja, melainkan merupakan konstribusi dari tiapprofesi yang secara terintegrasi melakukan asuhan kesehatan (HPEQProject,2011).World Health Organization (WHO) tahun 2010 menyatakan bahwabanyak sistem kesehatan di negara-negara di dunia yang sangatterfragmentasi pada akhirnya tidak mampu menyelesaikan masalahkesehatan di negara itu sendiri. Hal ini kemudian disadari karenapermasalahan kesehatan sebenarnya menyangkut banyak aspek dalamkehidupan, dan untuk dapat memecahkan satu persatu permasalahantersebut atau untuk meningkatkan kualitas kesehatan itu sendiri, tidakdapat dilakukan hanya dengan sistem uniprofessional. Kontribusi berbagidisiplin ilmu ternyata memberi dampak positif dalam penyelesaianberbagai masalah kesehatan (WHO, 2010).
Dosen berperan untuk mengarahkan mahasiswa yang sedangmenempuh pendidikan untuk berkontribusi dalam pemecahan masalahkesehatan ketika nanti telah menjadi tenaga kesehatan yang sesungguhnya.Mahasiswa harus mampu memahami konsep IPE sedini mungkin untukdapat bersama-sama memecahkan masalah kesehatan di kemudian hari.Mahasiswa yang sejak awal mampu bekerja secara interprofesi diharapkansudah siap untuk memasuki dunia kerja dan masuk ke dalam timcollaborative practice. Proses IPE membentuk proses komunikasi, tukarpikiran, proses belajar, sampai kemudian menemukan sesuatu yangbermanfaat antar para pekerja profesi kesehatan yang berbeda dalamrangka penyelesaian suatu masalah atau untuk peningkatan kualitaskesehatan (Thistlethwaite & Monica, 2010).Interprofessional education harus menjadi bagian dari partisipasidosen dan mahasiswa terhadap sistem pendidikan tinggi ilmu kesehatan.Dosen dan mahasiswa merupakan elemen penting dalam IPE serta modalawal untuk terjadinya collaborative practice di suatu negara. Oleh karenaitu, sebagai sesuatu hal yang baru, IPE haruslah pertama-tama dipahamikonsep dan manfaatnya oleh para dosen yang mengajar mahasiswa agartermotivasi untuk mewujudkan IPE dalam proses pendidikannya.Secara umum IPE mengandung beberapa elemen berikut, yangsetidaknya harus dimiliki agar konsep pembelajaran ini dapat dilaksanakandalam pendidikan profesi kesehatan di Indonesia yaitu kolaborasi,komunikasi yang saling menghormati, refleksi, penerapan pengetahuandan keterampilan, dan pengalaman dalam tim interprofesional. Konsepinilah yang seharusnya ditanamkan oleh dosen kepada mahasiswa sejakawal proses pendidikan. Untuk mampu terlibat dalam IPE dalampendidikan kesehatan di Indonesia, dosen setidaknya memahami elemen elemenyang diperlukan dalam pelaksanaan IPE sehingga mampumembekali dirinya dengan elemen-elemen tersebut (HPEQ-Project, 2011).
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA(ISMAFARSI)
WILAYAH SUMATERAII
b. Kompetensi IPEProses pembelajaran IPE membutuhkan pengajar (dosen) yangmemiliki kompetensi pembelajaran IPE. Freeth et al. (2005)mengungkapkan dosen harus mampu untuk memberikan kesempatan yangsama demi pembelajaran individu yang efektif bagi masing-masinganggota kelompok.Freeth et al. (2005) mengungkapkan kompetensi dosen atau fasilitatorIPE antara lain adalah 1) sebuah komitmen terhadap pembelajaran danpraktik interprofesional, 2) kepercayaan dalam hubungan pada fokus
tertentu dari pembelajaran interprofesional di mana staf pendidikberkontribusi, 3) model peran yang positif, 4) pemahaman yang dalamterhadap metode pembelajaran interaktif dan percaya diri dalammenerapkannya, 5) kepercayaan dan fleksibilitas untuk menggunakanperbedaan profesi secara kreatif dalam kelompok, 6) menghargaiperbedaan dan kontribusi unik dari masing-masing anggota kelompok,7) menyesuaikan kebutuhan individu dengan kebutuhan kelompok, dan8) meyakinkan dan memiliki selera humor dalam menghadapi kesulitan.Kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa dengan metodepembelajaran IPE adalah kemampuan untuk mengembangkan kompetensiyang diperlukan untuk berkolaborasi. Barr (1998) menjelaskan kompetensikolaborasi yaitu yaitu: 1) memahami peran, tanggung jawab dankompetensi profesi lain dengan jelas, 2) bekerja dengan profesi lain untukmemecahkan konflik dalam memutuskan perawatan dan pengobatanpasien, 3) bekerja dengan profesi lain untuk mengkaji, merencanakan, danmemantau perawatan pasien, 4) menoleransi perbedaan, kesalahpahamandan kekurangan profesi lain, 5) memfasilitasi pertemuan interprofesional,dan 6) memasuki hubungan saling tergantung dengan profesi kesehatanlain.
1.1. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Agar mahasiswa farmasi terkhusus nya wilayah sumatera II mengetahui penting nya Interprofessional Education dalam dunia kefarmasian
Dengan adanya Interprofessional Education mahasiswa farmasi dapat bekerja sama dengan mahasiswa kesehatan lain nya.
Dengan Interprofessional Education supaya mahasiswa farmasi bisa bertukar pikiran,dan ilmu pengetahuan dengan mahasiswa yang lainnya demi kemajuan dunia kesehatan
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA(ISMAFARSI)
WILAYAH SUMATERAII
Dengan Interprofessional Education mahasiswa farmasi lebih memahami bagaimana bekerjasama dengan baik antar mahasiswa kesehatan lainnya, bagaimana menyatukan pemikiran yang satu walau banyak pandangan dan pendapat yang berbeda.
Interprofessional Education