fisik 1

Upload: vellarine

Post on 14-Oct-2015

61 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

4.2 DASAR TEORI

Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh. Cara menentukan kelarutan suatu zat adalah dengan mengambil sejumlah tertentu pelarut murni, misalnya 1 liter. Kemudian menimbang zat yang akan dilarutkan misalnya 5 gram. Jumlah zat yang dilarutkan harus dapat diperkirakan agar dapat membentuk larutan lewat jenuh yang ditandai dengan masih terdapatnya zat yang tidak dapat larut. Setelah dicampur, dikocok dan didiamkan sampai terbentuk kesetimbangan zat yang tidak larut dengan zat yang larut. Kemudian padatan yang tidak larut disaring, dikeringkan dan ditimbang, misalnya didapat 1,5 gram. Larutan yang telah disaring itu mengandung (5-1,5) gram : 3,5 gram/liter, dan dapat dinyatakan dalam mol/liter dengan mencari molnya terlebih dulu (Syukri, 1999:360).Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh dan lewat jenuh. Larutan disebut jenuh pada temperatur tertentu, bila larutan tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang dari ini, disebut larutan tidak jenuh dan bila lebih disebut lewat jenuh. Zat yang dapat membentuk larutan jenuh, misalnnya natrium tiosulfat (Sukardjo, 1989:141-142).Kelarutan zat padat dalam cairan ditentukan bukan hanya oleh gaya antar molekul diantara zat terlarut dan pelarut tetapi juga oleh titik lebur dan entalpi peleburan zat terlarut sebagai contoh, hidromatik pada 25C, pada suhu 25C hidrokarbon aromatik padat fenantrena sangat mudah larut dalam benzena, kelarutan 20,7 persen mol. Kebalikannya, hidrokarbon aromatik padat antrasena, sebuah isomer fenantrena, hanya bisa larut sedikit dalam benzena 25C, kelarutannya 0,81 persen mol. Untuk kedua zat terlarut dan benzena pada hakikatnya identik. Walaupun demikian, titik-titik lebur kedua zat terlarut sangat berbeda, fenantrena meleleh pada 100C sedangkan antrasena pada 217C. Secara umum, dapat diperlihatkan bahwa apabila faktor-faktor lain dibuat konstan, zat terlarut dengan titik lebur lebih tinggi memiliki kelarutan lebih rendah. Demikian pula, bila faktor-faktor lain dibuat lebih konstan, zat terlarut dengan entalpi peleburan lebih tinggi memiliki kelarutan lebih rendah (Reid, 1990:373).Suatu larutan lewat jenuh merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan tersebut dapat bergeser bila suhu dinaikkan. Pada umumnya kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhu dinaikkan karena proses pelarutan bersifat endotermik. Akan tetapi ada zat yang sebaliknya yaitu kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhunya diturunkan yang disebut eksotermik seperti C2(SO4). Pengaruh kenaikkan suhu pada kelarutan gas berkurang bila suhu dinaikkan karena gas menguap dan meninggalkan pelarut. Walaupun suhu suatu zat bisa larut dalam pelarut cair, tetapi jumlah yang dapat larut selalu terbatas. Batas-batas tersebut disebut kelarutan (Syukri, 1999:52).Dalam kesetimbangan kelarutan zat padat dalam cairan, kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap. Artinya konsentrasi-konsentrasi suatu zat dalam suatu larutan akan selalu tetap ada. Jika suatu kesetimbangan terganggu, misalnya dengan berubahnya temperatur, maka konsentrasi larutan akan berubah. Hal ini dapat dinyatakan dengan hukum Vant Hoff sebagai berikut:.(4.1)diintegralkan.(4.2)Dimana: S1 = Kelarutan zat tiap-tiap temperatur (T1)S2 = Kelarutan zat tiap-tiap temperatur (T2)H = Panas pelarutanR = Konstanta gas umumUmumnya panas pelarutan adalah positif, sehingga menurut Vant Hoff, makin tinggi temperatur, maka makin banyak zat yang larut. Sedangkan untuk zat yang panas pelarutannya negatif, makin tinggi temperatur, makin berkurang zat yang dapat larut (Dogra, 1984:170).Berdasarkan keadaan fasa zat setelah bercampur, maka campuran ada yang homogen dan heterogen. Campuran homogen ialah campuran yang membentuk satu fasa, yaitu yang mempunyai sifat dan komposisi yang sama antara satu bagian dengan bagian lain didekatnya. Campuran homogen lebih umum disebut larutan. Contohnya air gula dan alkohol dalam air. Sedangkan campuran heterogen adalah campuran yang mengandung dua fasa atau lebih. Contohnya air susu dan air kopi (Syukri, 1999:193).Apabila zat terlarut dilarutkan dalam pelarut kalor dapat diserap atau dilepas, secara umum kalor reaksi bergantung pada konsentrasi larutan akhir. Kalor pelarutan integral adalah perubahan entalpi untuk larutan dari 1 mol zat terlarut dalam n mol pelarut. Bila zat terlarut yang dilarutkan dalam pelarut yang secara kimia sama dan tidak ada komplikasi mengenai ionisasi atau solvasi. Kalor pelarutan dapat hampir sama dengan kalor pelelehan zat terlarut. Dapat dikatakan bahwa kalor selalu diadsorbsi dalam mengatasi tarikan antara molekul atau ion dari zat terlarut yang padat apabila zat terlarut dilarutkan. Untuk larutan encer didapatkan bahwa kalor reaksi basa kuat dengan asam kuat tidak tergantung pada sifat asam dan basa. Ketetapan dari netralisasi kalor ini adalah hasil ionisasi sempurna dari asam dan basa kuat dan garam yang terbentuk pada netralisasi antara larutan encer dari asam kuat ditambah larutan basa kuat(Alberty, 1992:112).Faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi kelarutan zat padat adalah temperatur, sifat dari pelarut , dan juga kehadiran ion-ion lainnya dalam larutan tersebut. Pengaruh kenaikan suhu pada kelarutan zat berbeda satu sama lain. Kebanyakkan garam-garam anorganik lebih dapat larut dalam air daripada dalam larutan-larutan organik. Air mempunyai momen dipol besar dan ditarik ke kation dan anion untuk membentuk ion-ion hidrat. Semua ion tanpa diragukan lagi terhidrasi pada suhu tingkat dalam larutan air, dan energi yang dilepaskan oleh interaksi ion-ion dengan pelarut mengatasi gaya tarik-menarik yang cenderung untuk menahan ion-ion dalam kristal tidak mempunyai gaya yang cukup besar bagi pelarut-pelarut organik, untuk itu kelarutannya biasanya kecil daripada dalam air (Underwood, 1999:89).Pengaruh kenaikan suhu pada kelarutan zat berbeda satu sama lain. Perbedaan itu dapat dipakai untuk memisahkan campuran dua zat atau lebih dengan cara kristalisasi bertingkat. Contohnya memisahkan KNO3 dengan KBr. Kelarutan KNO3 sangat terpengaruh dengan kenaikan suhu, sedang KBr kecil sekali. Jika campuran ini dimasukkan dalam air panas, maka kelarutan KNO3 lebih besar daripada KBr sehingga KBr lebih banyak mengkristal pada suhu tinggi dan KBr dapat dipisahkan dengan menyaring dalam keadaan panas (Syukri, 1999:360).Perubahan kelarutan pada suhu sangatlah erat hubungannya dengan panas yang dilepaskan bila solute melarut untuk menghasilkan larutan jenuh dan dapat ditulis sebagai panas yang menyertai selama suatu prosesGas = larutan (l) larutan(q) + panasPada kesetimbangan macam ini kenaikan suhu akan mengeluarkan gas dari larutannya, sebab pergerakan ke kanan adalah endoterm. Karena itu kelarutan gas dalam cairan akan berkurang bila suhu dinaikkan (Brady, 1992:193).Banyaknya senyawa organik yang sebenarnya tidak dapat larut dalam air, dan mereka semua mempunyai kelarutan yang terhingga betapapun kecilnya. Tetapan hasil kali kelarutan (Ksp), merupakan suatu ukuran kelarutan dari senyawa yang sedikit dapat larut seperti itu. Untuk dua garam apa saja dengan angka banding stoikiometri dari kation dan anion yang sama, garam yang tetapan hasil kelarutannya lebih rendah akan kurang dapat larut dalam air murni. Namun kelarutan relatif senyawaan dapat sangat diubah lewat pengaruh ion sekutu (Keenan, 1992: 154)

4.3 METODOLOGI PERCOBAAN

4.3.1 Alat dan Deskripsi AlatPercobaan ini menggunakan alat-alat antara lain termometer, buret 50 mL, pengaduk, erlenmeyer 50 mL, gelas piala (2000 mL dan 200 mL), botol semprot, gelas arloji, neraca analitik, pipet tetes, pipet volume 10 mL, propipet dan corong.

Deskirpsi Alat :

Gambar 4.1 Rangkaian Alat Titrasi

4.3.2 BahanPercobaan ini menggunakan bahan-bahan antara lain asam oksalat (H2C2O4), larutan NaOH 0,5 N, indikator methyl merah, garam dapur, es batu dan aquadest.

4.3.3 Prosedur Percobaan1. Melarutkan kristal asam oksalat yang telah ditimbang sebanyak 4 gram dalam 100 mL aquadest pada suhu kamar.2. Mengambil larutan sebanyak 10 mL dan memasukkan ke dalam erlenmeyer. Suhu larutan bervariasi 30oC, 25oC, 20oC, 15oC, 10oC, 5oC, 0oC.3. Memanaskan larutan di atas air hangat untuk larutan pada suhu 30C.4. Untuk menurunkan suhu larutan gelas piala berisi larutan dimasukkan ke dalam gelas piala 2000 mL yang berisi es batu dan garam dapur.5. Meneteskan 3 tetes indikator methyl merah pada larutan dengan suhu 30C dan menitrasinya dengan NaOH 0,5 N. Mencatat volume titrasi.6. Mengulangi percobaan untuk setiap penurunan suhu 5C dan menghentikan percobaan setelah mencapai suhu 0C.

4.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4.1 Hasil PengamatanTabel 4.1 Hasil PengamatanNo Temperatur (C) V NaOH (mL)1234567 302520151050 14,913,812,41211,812,111,5

Tabel 4.2 Hail Perhitungan Kelarutan H2C2O4 dalam aquadestNo T(K) Volume titrasi(mL) 1/T (K-1) S(gmol/ 1000g) Log S G(J/mol)1234567 303,15298,15293,15288,15283,15278,15273,15 14,913,812,41211,812,111,5 0,003290,003350,003410,003470,003530,003590,00366 0,7450,6900,6200,6000,5900,6050,575 -0,17284-0,16115-0,20760-0,22184-0,22914-0,218240,24033 -7.177,93177-7.146,54602-7.115,16067-7.083,77532-7.052,38997-7.021,00462-6.989,61927

4.4.2 PembahasanPercobaan ini menggunakan larutan asam oksalat dengan cara melarutkan kristal asam oksalat dengan akuades. Pada saat melarutkan kristal asam oksalat, permukaan gelas menjadi terasa dingin, berarti proses yang terjadi adalah proses endoterm dimana kristal asam oksalat melepaskan kalornya terhadap akuades dan akuades menerima kalor dari asam oksalat tersebut.Kelarutan asam oksalat pada akuades dipengaruhi oleh suhu, karena itu pada percobaan ini menggunakan variasi suhu, yaitu pada suhu 30oC, 25oC, 20oC, 15oC, 10oC, 5oC, 0oC. untuk menurunkan suhu larutan, gelas piala yang berisi larutan diletakkan di dalam wadah berisi es batu yang ditaburi garam. Fungsi penaburan garam pada es batu adalah untuk menjaga suhu disekitar dan memperlambat proses pencairan es batu. Dari percobaan dapat dilihat bahwa semakin turun suhu larutan, maka akan semakin banyak endapan asam oksalat di dasar gelas piala. Hal ini dikarenakan kelarutan zat padat dalam cairan akan berkurang jika suhu turun. Hal ini dikarenakan jika suhu tinggi, kerapatan antar molekul asam oksalat akan berkurang, sehingga molekul akuade akan lebih mudah untuk menarik molekul asam oksalat. Kristal asam oksalat memiliki kelarutan yang tinggi seiring dengan kenaikan suhu.Untuk mengetahui konsentrasi asam oksalat pada masing-masing suhu, larutan asam oksalat ditambahkan indikator metil merah. Penambahan indikator ini bertujuan untuk mengetahui titik ekuivalen dari larutan asam oksalat. Indikator metil merah memiliki trayek pH 4,2-6,3 dan berwarna merah pada suasana asam dan berwana kuning pada suasana basa. Titran yang digunakan adalah NaOH 0,5 N. Reaksi yang terjadi pada saat titrasi adalah sebagai berikut :H2C2O4.2H2O(aq) + 2NaOH (aq) Na2C2O4 (aq) + 4H2O(aq)Titik ekuivalen dicapai ketika warna larutan yang semula berwarna pink berubah menjadi kekuningan, yaitu pada saat jumlah mol terlarut sama dengan jumlah mol pelarut.Dari perhitungan diperoleh nilai S pada suhu 30oC, 25oC, 20oC, 15oC, 10oC, 5oC, 0oC berturut-turut adalah sebagai berikut, 0,745 gmol/ 1000g; 0,690 gmol/ 1000g; 0,620 gmol/ 1000g; 0,600 gmol/ 1000g; 0,590 gmol/ 1000g; 0,605 gmol/ 1000g; 0,575 gmol/ 1000g. Semakin tinggi suhu, nilai S juga semakin besar, hal ini menandakan bahwa seiring dengan kenaikan suhu maka kelautannya juga semakin besar (reaksi endoterm). Untuk nilai perubahan entropi (S) sebesar 6,27707 J/mol.K . Perubahan entropi (S) positif menandakan bahwa entropi mengalami penaikan. Artinya molekul asam oksala dalam akuades dan molekul asam oksalat pada saat titrasi teratur.Dari hasil perhitungan dapat dibuat grafik panas pelarutan (H) asam oksalat dengan hubungan antara log S dan 1/T.

Gambar 4.2 Hubungan antara log S dan 1/T

Dari gambar 4.2 didapatkan persamaan y = -275,5x + 0,755 yang merupakan bentuk persamaan garis lurus yang terdiri dari slope dan intersep. Dari percobaan ini slope yang didapat negatif yang berarti panas pelarutan (H) yang dihasilkan juga negatif. Hal ini sesuai dengan teori bahwa (H) untuk proses penetralan asam- basa (titrasi) bernilai negatif, karena asam oksalat akan melepas panas (eksoterm) saat bereaksi dengan NaOH. H yang didapatkan sebesar-5.275,0376 J/K.mol.Nilai energi bebas Gibbs (G) untuk masing-masing suhu pelarutan dari suhu 303,15oK sampai 273,15 oK berturut-turut adalah -7.177,93177 J/mol; -7.146,54602 J/mol; -7.115,16067 J/mol; -7.083,77532 J/mol; -7.052,38997 J/mol; -7.021,00462 J/mol; -6.989,61927 J/mol. Energi bebas Gibbs (G) yang didapatkan berbeda pada tiap suhu, hal tersebut menunjukkan bahwa energi bebas dipengaruhi oleh suhu. Semakin rendah suhu maka akan semakin sulit reaksi berlangsung sehingga besar energi bebas Gibbs yang dihasilkan kecil. Sedangkan pada suhu tinggi reaksi akan berlangsung dengan cepat sehingga besar energi Gibbs yang dihasilkan juga besar. Dari percobaan, diperoleh besar energi bebas Gibbs yang dihasilkan bernilai negatif artinya reaksi berlangsung spontan.Berdasarkan grafik, terlihat bahwa nilai 1/T memberikan pengaruh pada nilai log S. Pada grafik kenaikan nilai 1/T menyebakan penurunan pada nilai log S. Akan tetapi, pada suhu 5oC kenaikan nilai 1/T justru mengakibatkan kenaikan pada log S. Hal ini dikarenakan saat pengamatan suhu, suhu saat titrasi berubah tidak sama dengan suhu saat pengukuran suhu karena larutan yang sudah diambil pada suhu 5oC terbiarkan sebelum dititrasi tanpa mempertahankan suhunya.

4.5 PENUTUP

4.5.1 KesimpulanKesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :1. Kelarutan berbanding lurus dengan suhu. Semakin banyak kristal asam oksalat yang dilarutkan maka suhunya semakin tinggi.2. Nilai S untuk larutan pada suhu 30oC, 25oC, 20oC, 15oC, 10oC, 5oC, 0oC berturut-turut adalah 0,745 gmol/ 1000g; 0,690 gmol/ 1000g; 0,620 gmol/ 1000g; 0,600 gmol/ 1000g; 0,590 gmol/ 1000g; 0,605 gmol/ 1000g; 0,575 gmol/ 1000g.3. Nilai energi bebas Gibbs (G) untuk suhu pelarutan dari suhu 303,15oK sampai 273,15 oK berturut-turut adalah -7.177,93177 J/mol; -7.146,54602 J/mol; -7.115,16067 J/mol; -7.083,77532 J/mol; -7.052,38997 J/mol; -7.021,00462 J/mol; -6.989,61927 J/mol.4. Pada percobaan ini didapat nilai S sebesar 6,27707 J/K.mol. S positif menunjukkan molekul asam oksalat dalam akuades dan pada saat titrasi teratur.5. Pada percobaan ini reaksi yang terjadi adalah reaksi eksoterm, dimana panas pelarutan (H) didapat sebesar -5.275,0376 J/K.mol.

4.5.2 SaranSaran untuk percobaan ini adalah agar praktikan bisa lebih teliti dalam membaca suhu dan lebih teliti saat menentukan titik ekuivalen, sehingga dapat menentukan volume titrasi dengan tepat.

Analisa KualitatifPercobaan ini bertujuan untuk menentukan pengaruh temperatur terhadap kelarutan suatu zat dan menghitung panas kelarutannya.Semua zat mempunyai kelarutan yang berbeda beda. Kelarutan suatu zat dalam pelarut air berbeda dengan kelarutan suatu zat tersebut dalam pelarut lain. Dalam percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan larutan asam oksalat jenuh ke dalam termostad atau tepatnya testtube. Selanjutnya memasukkan pengaduk ke dalam termostat setelah itu memasukkan butiran butiran es batu ditambah dengan garam dapur dan aquades secukupnya. Agar suhunya tidak turun terlalu cepat maka untuk mencapai tersebut maka perbandingan es harus di atur dengan baik. Setelah itu memasukkan testtube yang berisi asam oksalat jenuh ke dalam termostat, menutup dengan penutupnya dan di atas penutup dipasang termometer. Mengaduk es batu dan campuran lain dengan pengaduk yang ada di dalam termostat. Mengambil 10 ml asam oksalat jenuh dari testtube setiap suhu 25oC, 20oC, 15oC, 10oC, dan 5oC. Kemudian membagi larutan asam oksalat jenuh menjadi dua bagian dengan volume masing masing 5 ml. Menambahkan 3 tetes indikator PP selanjutnya menitrasi larutan dengan larutan NaOH 0,5 M hingga terbentuk warna merah muda.Dalam percobaan ini, kelarutan berbanding lurus dengan suhu kelarutan. Zat ini akan bertambah dengan adanya kenaikan suhu apabila suhu dinaikkan maka kelarutan zat akan bertambah besar. Dalam percobaan ini air dan asam oksalat adalah pelarut. Hal ini karena asam oksalat larut dalam air pada suhu tertentu serta tekanan tertentu dapat mencapai kesetimbangan dua fasa yaitu fasa padat dan fasa cair.Larutan asam oksalat jenuh (H2C2O4) di ukur kelarutannya pada suhu yang berbeda beda. Larutan asam oksalat jenuh yang ditambah dengan indikator PP, maka terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Titrasi yang dilakukan berfungsi sebagai pendeteksi banyaknya H2C2O4yang larut dalam air. Saat terjadi perubahan warna, maka dapat diketahui banyaknya zat yang larut dilihat dari NaOH yang dibutuhkan hingga terjadi titik ekivalen yang ditandai dengan larutan asam oksalat berubah menjadi merah muda. Reaksi yang terjadi:H2C2O4(aq)+2 NaOH(aq)Na2C2O4(aq)+ 2H2O(l)Dari data pengamatan dan analisa kuantitatif dapat dicari harga H. Apabila H positif dapat dikatakan bersifat reaksi endoterm. Reaksi ini membutuhkan energi untuk memindahkan suhu dari lingkungan ke sistem. Kelarutan H2C2O4ini mengakibatkan H2C2O4dalam keadaan jenuh.Dalam percobaan ini penurunan suhu larutan dilakukan dengan memasukkan testtube yang berisi larutan H2C2O4ke dalam termostat yang berisi es ditambah dengan garam dapur. Garam dapur berfungsi untuk menjaga agar es tetap dingin dan tidak mudah mencair sehingga penurunan suhu dapat berjalan dengan teratur. Pengadukan pada es dimaksudkan untuk membuat suhu menjadi homogen. Pada termostat dan test tube dipasang penangas udara yang berfungsi untuk menjaga agar tekanan udara konstan.Setelah melakukan percobaan, terlihat bahwa semakin tinggi suhu, maka semakin banyak volume NaOH yang diperlukan untuk menitrasi H2C2O4. Setelah melakukan analisa kuantitatif diperoleh harga Hodengan menggunakan dua metode, yaitu metode perhitungan dan metode grafik dengan hasil :a.Metode perhitungan : Ho= 4,555 kkal / molb.Metode grafik: Ho= 3,4252 kkal /molTernyata dapat diketahui bahwa kelarutan asam oksalat sebanding dengan kenaikan suhu, semakin tinggi suhunya, maka makin besar kelarutannya. Sesuai dengan persamaan Vant Hoff:Log Mj = -.+ CDari hasil perhitungan maupun grafik, ternyata diperoleh nilaiHoyang berbeda cukup jauh. Faktor faktor yang mempengaruhi kelarutan sesuai dalam percobaan antara lain adalah suhu, tekanan, sifat koligatif, sifat zat terlarut, dan pelarut semakin tinggi suhu maka semakin tinggi tingkat kelarutannya.

VIII. KESIMPULAN1.Kelarutan dan suhu berbanding lurus yaitu semakin tinggi suhu maka kelarutan H2C2O4juga semakin besar.2.Pengaruh suhu terhadap kelarutan dapat dinyatakan sebagai persamaan Vant Hoff,yaitu:Ln S = -.+ C3.Semakin rendah suhu, maka:a.Volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi semakin sedikitb.MolaritasH2C2O4relatif turunc.Kelarutan H2C2O4menurun seiring penurunan suhu4.Besarnya panas pelarutanH2C2O4jenuh, yaitu:a.Metode perhitungan : Ho= 4,555 kkal / molb.Metode grafik: Ho= 3,4252 kkal /mol5.Kelarutan H2C2O4berdasarkan penurunan suhu (percobaan), yaitu:a.25oC = 1,6 Mb.20oC = 1,05 Mc.15oC = 0,965 Md.10oC = 0,69 Me.5oC = 0,975 M6.Reaksi yang terjadi dalam percobaan:H2C2O4(aq)+2 NaOH(aq)Na2C2O4(aq)+ 2H2O(l)Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan bahan lain dalam larutan itu,dan pada komposisi pelarutnya. Perubahan kelarutan dengan tekanan tak mempunyai arti penting yang praktis dalam anlisis anorganik kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam bejana terbuka pada tekanan atmosfer; perubahan yang sedikit dari tekanan atmosfer tak mempunyai pengaruh yang berarti atas kelarutan.Terlebih penting adalah perubahan kelarutan dengan suhu. Umumnya dapat dikatakan bahwa kelarutan endapan bertambah besar dengan kenaikan suhu ,meskipun dalam beberapa hal yang istimewa (seperti kalium sulfat) terjadi hal yang sebaliknya. Laju kenaikan dengan suhu berbeda-beda dalam beberapa hal sangat kecil sekali dalam hal-hal lainnya sangat besar (Vogel,1990).Jika kesetimbangan diganggu, misalnya dengan merubah temperatur maka konsentrasi larutan akan berubah. Menurut Vant Hoff pengaruh temperatur terhadap kelarutan dapat dinyatakan sebagi berikut:(d ln S/dT) = (H)/(RT)2d ln S = (H)/(RT)2 dTDiintegralkan dari T1 ke T2 maka akan mengahsilkan,ln S = -H / RT + konstantaatau,ln (S2/S1) = (H/R) {(T2 T1)/( T2.T1)}dimana :S2,S1 = kelarutan zat masing-masing pada temperatur T2 dan T1 (mol/1000 gram solven)H = panas pelarutan per molR = konstanta gasPanas pelarutan yang dihitung ini adalah panas yang diserap jika 1 mol padatan dilarutakan dalam larutan dimana larutan sudah dalam keadaan jenuh. Hal ini bebeda dengan panas pelarutan untuk larutan encer yang bisa terdapat dalam table panas pelarutan tersebut adalah panas pengenceran dari keadaan jenuh menjadi keadaan encer.Pada umumnya panas pelarutan adalah positif sehingga menurut Vant Hoff semakin tinggi temperatur akan semakin banyak zat yang melarut (panas pelautan positif = endotermis). Sedangkan untuk zat-zat yang memiliki panas pelarutan negatif, maka makin tinggi suhu akan semakin berkurang zat yang dapat larut (Supeno, 2006).Alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam, bisa asam kuat atau asam lemah.Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna.(http://arifqbio.multiply.com/journal/item/7,3November 2009).Contoh titrasi alkalimetri:Titrasi asam kuat oleh basa kuatHCl + NaOH NaCl + H2OTitrasi asam lemah oleh basa kuatCH3COOH + NaOH CH3COONa + H2OIII. ALAT DAN BAHAN ALAT Thermostat Thermometer Erlenmeyer 250 mL Gekas ukur 250 mL Pipet ukur 10 mL Pengaduk Tabung reaksi BAHAN Larutan asam oksalat jenuh Larutan NaOH 0,5 N Indicator pp Es batu Garam dapurIV. PROSEDUR KERJA1. Memasukkan 50 mL larutan asam oksalat jenuh ke dalam tabung reaksi.2. Menyiapkan thermostat berupa wadah yang berisi campuran air dan garam dapur (2-3 sendok makan ) yang diberi pecahan es batu sehingga mencapai suhu 0C.3. Memasukkan tabung reaksi ke dalam thermostat tersebut. Posisinya diatur sedemikian sehingga seluruh larutan jenuh tercelup dalam thermostat.4. Selalu mengaduk yang berada dalam thermostat agar temperatur menjadi homogen5. Sesudah tercapai kesetimbangan ( 5 menit) lalu mengambil 1,5 mL larutan (kristal asam oksalat jangan sampai ikut terhisap, diatur agar kristal turun ke dasar tabung).6. Menitrasi larutan oksalat tersebut yang telah di ambil dengan larutan NaOH 0,5 N. titrasi dilakukan tiga kali, yang sebelumnya larutan oksalat tersebut telah diberi indicator pp 2-3 tetes7. Mengatur thermostat untuk pengamatan pada temperature 5, 10, 15, 20, dan 25C. untuk setiap temperature percobaan pengambilan larutan masing-masing sebanyak 1,5 mLV. DATA PENGAMATANNaOH = 0,5 N = 0,5 MTabel 2.6.1. Hasil percobaanSUHU(0C)Volume asam oksalat Volume NaOH yang digunakan saat titrasi (mL)Volume rata-rata NaOH (ml)I II III5 1,5 5,5 2,2 3,8 3,810 1,5 1,5 4,5 3 3,315 1,5 2,8 3,8 2,8 3,120 1,5 2,7 3,1 2,8 2,8625 1,5 2,9 3,5 4,2 3,5VI. PERHITUNGANTabel Perhitungan nasam oksalat dan Wasam oksalatT (0C) V NaOH (ml) Normalitas asam oksalat Molaritas asam oksalat n asam oksalat(mmol) W asam oksalat(g) W pelarut(g)5 3,8 0,358 0,179 0,2685 0,024 1,47610 3,3 0,344 0,172 0,258 0,0232 1,476815 3,1 0,337 0,1685 0,25275 0,0223 1,477720 2,86 0,327 0,1635 0,24525 0,0221 1,477925 3,5 0,35 0,175 0,2625 0,0236 1,4764Perhitungan normalitas asam oksalat .Temperatur : 5 0 CContoh PerhitunganV NaOH = 3,8 mLN NaOH = 0,5 NV H2C2O4 = 3,8 mL + 1,5 mL = 5,3 mLN1V1 = N2V23,8 x 0,5 = 5,3N2N2 = 1,9 / 5,3N2 = 0,358 NJadi normalitas H2C2O4 pada suhu 5 C adalah 0,358 NPerhitungan molaritasTemperatur : 5 0 CContoh PerhitunganBerat equivalen asam oksalat (eq) = 2M = N / eqM = 0,358 / 2= 0,179 MJadi molaritas H2C2O4 pada suhu 5 C adalah 0,179 MPerhitungan mol asam oksalat .Temperatur : 5 0 CContoh PerhitunganVolume asam oksalat (V) = 1,5 mLn = M x Vn = 0,179 x 1,5n = 0,2685 mmolJadi mol H2C2O4 pada suhu 5 C adalah 0,2685 mmolPerhitungan massa asam oksalat.Temperatur : 5 0 CContoh PerhitunganMassa relatif asam oksalat (Mr) = 90 gr/molW = n x MrW = (0,2685 mmol/1000 mL) x 90 gr/mol= 0,024 grBerat larutan H2C2O4 pada volume 1,5 mL dengan menganggap massa jenis larutan massa jenis pelarut (air) yaitu :W larutan = V x = 1,5 mL x 1 gr/mL= 1,5 grJadi W pelarut = W larutan W asam oksalat= 1,5 gr 0,024 gr= 1,476 grMolalitas asam oksalat (m) = n x (1000 gr/W pelarut)= (0,2685 mmol/1000 mL) x (1000/1,476 gr)= 0,1819 mJadi untuk kelarutan asam oksalat (H2C2O4) adalah sebagai berikut :S = (m x Mr) / V= (0,1819 m x 90 gr/mol) / 1,5 mL= 10,914 gr/1000 gr pelarutPada perhitungan diatas hanya mengambil perhitungan kelarutan H2C2O4 pada suhu 5 C sebagai contoh.Tabel 3.1.2 Perhitungan Sasam oksalatT 0C) Kelarutan gr/1000 gr pelarut5 10,91410 10,48215 10,26320 9,95725 10,669Tabel 3.1.3. Hasil perhitungan ms, dan ln msSuhu (K) 1/T Ln S278.15 0.0035952 2.3905283.15 0.0035317 2.3497288.15 0.0034704 2.3285293.15 0.0034112 2.2983298.15 0.003354 2.3673VII. PEMBAHASANPada percobaan yang berjudul kelarutan sebagai fungsi temperatur ini bertujuan untuk memahami pengertian kelarutan suatu zat, menentukan harga kelarutan, mengetahui pengaruh temperatur terhadap kelarutan terhadap kelarutan suatu zat dan dapat menentukan panas kelarutan suatu zat. Dalam percobaan ini kita akan menentukan panas pelarutan dari asam oksalat. Asam oksalat merupakan asam dikarboksilat dengan rumis kimia H2C2O4 (atau dapat ditulis (COOH)2H2O) ;padatan kristal,tak bewarna ,dan bersifat racun. Digunakan dalam laboraturium sebagai pereaksi analitik (larutan baku), untuk bahan pengelantang, pembersih logam, dan untuk pembuatan senyawa organik.Untuk mengetahui bagaimana kelarutan dari asam oksalat pada berbagai temperature kita harus akan membuat thermostat terlebih dahulu. Thermostat yang kita buat disini terbuat dari gelas kimia dua liter yang berisi garan dan es batu yang berfungsi untuk menurunkan suhu asam oksalat sehingga nantinya kita juga dapat melihat kelarutan H2C2O4 pada suhu rendah. Tujuan penambahan NaCl adalah untuk menurunkan titik beku campuran didalam termostat agar dapat mencapai suhu yang rendah yaitu dibawah titik beku air.Dalam percobaan ini kita akan mengamati perubahan kelarutan H2C2O4 ketika suhu dinaikkan yaitu mulai dari 5, 10, 15, 20, dan 25 C. Mengambil 1,5 mL asam oksalat pada setiap masing-masing suhu yang telah ditentukan lalu dititrasi dengan larutan NaOH 0,5 N. Titrasi ini merupakan titrasi asam lemah oleh basa kuat yang biasa disebut sebagai titrasi alkalimetri. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut:H2C2O4 + NaOH NaHC2O4 + H2OSebelum H2C2O4 dititrasi oleh NaOH ,terlebih dahulu ke dalam larutan H2C2O4 ditambahkan indikator pp (fenolftalein). Fenolftalein merupakan senyawa organik yang mempunyai rumus molekul C20H1404 ; padatan kristal, tak bewarna ,larut dalam alkohol dan pelarut organik ; rentang perubahan pH nya adalah 8,2 10. Pemilihan indikator pp ini adalah karena titrasi ini merupakan titrasi asam lemah oleh basa kuat yang memiliki titik ekuivalen diatas 7. Hal itu cocok dengan rentang perubahan pH dari indikator pp .Indikator pp tidak bewarna dalam suasana asam dan bewarna merah muda dalam suasana basa.Dalam reaksi titrasi ini kita menghitung berapa banyak volume NaOH yang dibutuhkan untuk menitrasi 1,5 ml larutan H2C2O4. Mol NaOH merupakan hasil kali antara konsentrasinya dengan volume NaOH yang dibutuhkan. Kelarutan H2C2O4 dinyatakan sebagai jumlah mol H2C2O4 setiap 1000 gram larutan.Setelah mengetahui volume NaOH yang diperlukan untuk menitrasi 1,5 ml H2C2O4 maka kemudian kita bisa menentukan harga s (kelarutan) sebagai jumlah mol H2C2O4 dalam 1000 gram larutan .Kemudian dibuat grafik hubungan antara 1/T (K-1) pada sumbu x dan lnS pada sumbu y. Persamaan garisnya adalah sebgai berikut:lnS = -H/R x 1/T + Cy = m xDari grafik tersebut menunjukkan bahwa kelarutan berbanding terbalik dengan suhu, hal ini tidaklah sesuai dengan literatur, dimana pada percobaan, harga kelarutan asam oksalat nilainya lebih rendah dari literatur. Hal ini terjadi karena kemungkinan pada proses titrasi kurang teliti dalam melihat titik ekuivalen serta tidak efektifnya dalam menitrasi karena memakai tabung reaksi saat melakukan titrasi hal ini terjadi karena terbatasnya peralatan lab yang dimiliki. Serta pada saat pengambilan larutan asam oksalat yang akan ditentukan konsentrasinya dengan cara titrasi terdapat sejumlah endapan kristal oksalat yang terambil sehingga akan mempengaruhi nilai konsentrasi asam oksalat pada larutan, karena kristal oksalat tersebut akan melarut kembali sesuai dengan kenaikan temperatur dan akan mempengaruhi kelarutan.Tabel 3.1.4 Kelarutan asam oksalat pada berbagai suhu dari literature Kirk-OthmerSuhu (0C) Kelarutan (gr/100 gr pelarut)4 6,26818 5,864712 6,477716 6,998120 7,434024 7,755128 7,915832 8,018536 8,065140 8,4020.Panas pelarutan diferensial dapat dihitung dengan menggunakan persamaaan berikut:m = y/x y = perubahan suhum = -6.,13 / -0,0212 x = perubahan ln s= 289,1509 yang diambil sebagai contoh diatas adalah pada suhu 10 dan 15 CJadi H = -m x R= -289,1509 x 8,314 J/mol K= -2.404 J/mol KVIII. KESIMPULANBerdasarkan percobaan yang kami lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : Kelarutan berbanding terbalik dengan kenaikan temperatur, semakin besar suhu larutan asam oksalat maka semakin kecil kelarutan asam oksalat Panas pelarutan (H) asam oksalat adalah -2.404 J/mol K Kelarutan oksalat bersifat eksotermis karena panas pelarutan bernilai negatifIsmarwanto, Hoedijono.1990. Diktat Kuliah Kimia Analisa Bagian I. Surabaya: Jurusan Teknik Kimia FTI-ITSVogel, 1990, Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Jakarta: PT KalmanMedia Pustaka.Petrucci, Ralph H, 1992, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jakarta: Erlangga.Supeno, 2006, Petunjuk Praktikum Kimia Fisika I, Jayapura: Universitas Cendrawasih.Sukardjo. 1977. Kimia Fisika. Jakarta: PT. Aneka CiptaHAM, Mulyono, 2005, Kamus Kimia, Jakarta: Bumi Aksara.Anonim, 2011,http://arifqbio.multiply.com/journal/item/7, di akses 14 Mei 2011, pukul 18.30 WIT.

PendahuluanKelarutan merupakan banyaknya suatu zat yang dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada konsidi tertentu. Kelarutan biasanya dinyatakan dalam satuan mol/liter. Jadi bila batas kelarutan tercapai, maka zat yang dilarutkan itu dalam batas kesetimbangan, artinya bila zat terlarut dikurangi, maka akan terjadi larutan yang belum jenuh, bila zat terlarut ditambah, maka akan terjadi larutan jenuh. Dan kesetimbangan tergantung pada suhu pelarutan (Hoedijono, 1990).Larutan mempunyai dua komponen yaitusolutedansolvent.Solutemerupaka zat terlarut, sedangkansolventmerupakan substansi yang melarutkan. Contoh sebuah larutan NaCl. NaCl merupakan zat terlarutnya dan air merupakan pelarutnya. Dalam kelarutan terdapat tiga materi yaitu gas, padat, dan cair. Dari ketiga materi tersebut dimungkinkan memiliki sembilan tipe larutan yang berbeda: padat dalam padat, padat dalam cairan, padat dalam gas, cairan dalam cairan, cairan dalam padatan, cairan dalam gas, gas dalam gas, gas dalam cairan, dan gas dalam padat. Namun dari berbagai macam tipe larutan yang harus kita kenal adalah padatan dalam cairan, cairan dalam cairan, gas dalam cairan serta gas dalam gas (Yazid. Estien, 2005).Kelarutan suatu zat akan bertambah seiring dengan meningkatnya suhu. Kelarutan dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu sifat alami darisolutedansolvent, efek dari temperatur terhadap tekanan, efek tekanan pada temperatur, dan kelarutan darizat terlarut. Pada percobaan kali ini akan dipelajari tentang kelarutan suatu zat terhadap suhu. Pada umumnya suatu zat mempunyai kelarutan pada pelarut tertentu dan temperatur tertentu pula. Temperatur kelarutan dari pelarut akan mempengaruhi kelarutan zat yang dilarutkan. Untuk kebanyakan padatan yang bisa larut dalam liquid, maka kenaikan temperatur akan sangat berdampak pada kenaikan kelarutan (Sukardjo, 1997).Pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu zat dapar terlihat pada kehidupan sehari-hari. Misalnya gula dilarutkan dalm air panas dan air dingin. Maka gula yang dilarutkan dalam air panas akan mudah larut jika dibandingkan dengan gula yang dilarutkan dalam air dingin. Hal tersebut menandakan bahwa suatu zat akan mudah larut jika dilarutkan dalam suhu tinggi. Artinya jika semakin tinggi suhu maka kelarutannya akan semakin besar. Pernyataan tersebut sesuai dengan tujuan praktikum kali ini yaitu untuk mempelajari tentang kelarutan dan pengaruh suhu terhadap kelarutan serta untuk menentukan panas pelarutan dari asam oksalat.Panas pelarutan suatu zat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Vant hoff.Pada umumnya proses pelarutan bernilai positif. Hal tersebut sesuai dengan persamaan Vant Hoff yang menyatakan semakin tinggi temperatur maka semakin tinggi pula zat yang larut (panas pelarutan positif atau bersifat endotermis). Sedangkan pada zat-zat yang memiliki panas pelarut yang negatif atau bersifat eksoterm maka semakin tinggi temperatur dalam suatu reaksi menyebabkan semakin berkurangnya zat yang dapat larut (Silbey, 1996).

MetodeMetode yang digunakan dalam percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu yaitu metode titrasi. Pada metode ini akan dilakukan titrasi, dengan NaOH 0,2 M dan 0,5 M sebagai titran. Sedangkan asam oksalat sebagai zat yang akan dititrasi. Dalam percobaan ini dilakukan varisai suhu pada zat yang akan dititrasi (asam oksalat) yaitu 10 C, 20 C, 30 C, dan 40 C. Untuk menentukan titik akhir titrasi maka asam oksalat diberi beberapa tetes indikator yang mempunyai trayek pH asam lemah maupun basa kuat. Oleh karena itu digunakan indikator pp.Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu gelas kimia pyrex 100 mL, 200 mL, dan 600 mL, labu ukur pyrex 100 mL, 200 mL, dan 250 mL, buret AS 50 mL, corong herma 60 mm, pengaduk, termometer alkohol, statif dan klem, spatula, botol aquades, erlenmeyer pyrex 250 mL, spirtus, kasa, kaki tiga, pipet tetes, pipet volum pyrex 10 mL, ball pipet. Sedangkan bahan yang digunakan dalam percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu yaitu asam oksalat dihidratfor synproduksi Merck, natrium hidroksidafor synproduksi Merck dan air (aquades), indikator pp dan es batu.Langkah yang dilakukan dalam percobaan kali ini yaitu dengan cara suhu asam oksalat dinaikkan atau diturunkan sampai diperoleh variasi suhu yang diinginkan. Suhu asam oksalat dapat dinaikkan dengan cara dipanaskan dalam pengangas air, tujuan dilakukan hal ini agar suhu asam oksalatnya naik sehingga nantinya reaksi akan berjalan dengan cepat.Sedangkan suhu dapat diturunkan dengan cara erlenmeyer yang berisi asam oksalat dimassukkan ke dalam thermostat yang berisi es batu. Setelah diperoleh suhu yang diinginkan asam oksalat diencerkan dengan aquades sampai sepertiga erlenmeyer kemudian diberi beberapa tetes indikator pp dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,20031 M. Titrasi diberhentikan ketika larutan sudah berwarna merah mudah dan volum NaOH yang digunakan sebagai volum titrasi yang pertama. Dalam percobaan ini dilakukan titrasi duplo sehingga nantinya akan diperoleh volum titrasi rata-rata. Kemudian titrasi juga dilakukan dengan titran yang digunakan berbeda konsentrasinya yaitu diganti dengan larutan NaOH 0,500425 M. Namun cara kerja titrasinya sama persis dengan cara kerja yang dilakukan dengan titran larutan NaOH 0,20031 M hanya saja titran yang digunakan diganti dengan larutan NaOH 0,500425 M.Hasil dan PembahasanDari percobaan yang dilakukan dengan variasi suhu asam oksalat10 C, 20 C, 30 C, dan 40 C diperoleh data volum NaOH yang digunakan pada saat titrasi yang besarnyadapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.Tabel 1. Tabel pengamatan titrasi asam oksalatdihidratdengan NaOH 0,20031MNoT (C)Asam OksalatVolum (mL)Asam OksalatVolum NaOH 0,20031 M

V1 (mL)V2 (mL)Vrata-rata

1.401022,822,322,55

2.301021,521,021,25

3.201020,220,020,10

4.101019,018,818,90

Tabel 2. Tabel pengamatan titrasi asam oksalat dihidrat dengan NaOH 0,500425 MNoT (C)Asam OksalatVolum (mL)Asam OksalatVolum NaOH 0,500425 M

V1 (mL)V2 (mL)Vrata-rata

1.40108,98,48,65

2.30108,28,08,1

3.20107,87,67,7

4.10107,47,07,2

Dari data yang terdapat pada tabel 1 dan tabel 2, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu maka volum NaOH yang digunakan untuk titrasi juga semakun besar. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi suhu maka tumbukan antar partikel-partikel dalam zat tersebut semakin cepat sehingga akan mempercepat terjadinya reaksi (pelarutan). Selain itu semakian tinggi konsentrasi titran, maka semakin sedikit volum yang dibutuhkan untuk proses titrasi. Dari tabel 1 dan 2 bisa digunakan untuk menghitung kelarutan asam oksalat dengan variasi suhu yang telah ditentukan. Kelarutan asam oksalat dapat dihitung dengan menggunakan rumus titrasi, dimana volum NaOH dikali dengan normalitas NaOH dibagi dengan volum asam oksalat. Setelah itu dibagi dengan jumakh valensinya, sehingga nantinya diperoleh data kelarutan asam asetat yang dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4 berikut ini:Tabel 3. Kelarutan asam oksalat dalam NaOH 0,20031 MT (C)s (mol/liter)

400.2258495

300.2128294

200.2913116

100.189293

Tabel 4. Kelarutan asam oksalat dalam NaOH 0,500425 MT (C)s (mol/liter)

400.216434

300.202672

200.192664

100.180153

Dari data pada tabel 3 dan 4 dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu maka kelarutan suatu zat akan bertambah. Secara umum larutan asam oksalat mempunyai kesetimbangan yang dinamis, sehingga reaksinya akan bergeser ketika suhu dinaikkan atau suhu diturunkan. Reaksi perubahan fase dari asam oksalat sepeti berikut ini :H2C2O4(S)H2C2O4(aq)H = + xDari reaksi tersebut terlihat bahwaH menunjukkan harga yang positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa reaksi diatas bersifat endotermik. Dimana jika suhu reaksi dinaikkan maka akan bergeser ke produk, yang artinya jumlah dari produk yang larut akan semakin banyak. Kemudian pada percobaan kali ini juga akan menghitung besarnya panas pelarutan asam oksalat. Untuk memperoleh panas pelarutan dari asam oksalat maka digunakan persamaan Vant Hoff. Berdasarkan persamaan Vant Hoff diperoleh harga rata-rata panas pelarutan asam oksalat sebesar+ 4344,0802 Kjuntuk NaOH 0,20031 M dan+ 4518,1012 Kjuntuk NaOH 0,5 M. Selain menggunakan persamaan Vant Hoff, panas pelarutan juga dapat dicari dengan menggunakan regresi linier yang diperoleh dari metode grafik. Grafik dibuat dengan mengalurkanvs ln s,dimanamerupakan sumbu x dan ln s sebagai sumbu y. dari grafik nantinya akan diperoleh slope, dimana slope tersebut akan digunakan untuk menghitung panas pelarutan.Tabel 5. Data 1/T dan ln s untuk NaOH 0,2 M1/T (K-1)ln s

0,003195-1,487886431

0,0033-1,547264373

0,003414-1,602901323

0,003543-1,664459200

Berdasarkan tabel 5, dapat dibuat grafik sebagai berikut:Grafik 1. Antara 1/T vs ls untun NaOH 0,20031 MBerdasarkan grafik 1, dapat diketahui slopenya, dari slope tersebut diperoleh panas pelarutan asam oksalat sebesar +4194,579 Kj.Tabel 6. Data 1/T dan ln s untuk NaOH 0,500425 M1/T (K-1)ln s

0,003195-1,53047

0,0033-1,59627

0,003414-1,64681

0,003543-1,71395

Dari data pada tabel 6, dapat dibuat grafik sebagi berikut:Grafik 2. Antara 1/T vs ls untun NaOH 0,5 MBerdasarkan grafik 6, diketahui slopenya sebesar+ 4518,1012 Kj. Dari yang telah diketahui maka diperoleh panas pelarutan asam oksalat pada NaOH 0,5 M sebesar+4424,416 Kj.Setelahmenghitung panas pelarutan asam oksalat dengan menggunakan dua cara, diperoleh hasil yang hamper sama atau mendekati. Tetapikedua cara tersebut sama-sama menghasilkan panas pelarutan yang bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi tersebut merupakan reaksi yang bersifat endoterm atau menyerap panas dimana terjadi perpindahan panas dari lingkungan ke sistem. Berdasarkan jenis reaksi ini maka semakin tinggi suhu semakin tinggi kelarutan zat padat terhadap larutan.KesimpulanDaripercobaanyang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwakelarutan suatu zat padat terhadap larutannya berbanding lurus dengan kenaikan suhu. Ketika suhu dinaikkan maka kelarutannyajuga akan bertambah.Reaksi pelarutanasam oksalatmenghasilkanH = +, sehingga dapat dikatakan bahwa pelarutan asam oksalat merupakan reaksiendoterm. Pernyataan ini ditunjukkan pada perhitungan baik perhitungan dengan persamaan Vant Hoff maupun dengan grafik.Daftar PustakaIsmarwanto, Hoedjiono. 1990.Diktat Kuliah Kimia Analisa Bag. 1. Surabaya: FTIITSSilbey, Robert J. 1996.Physical Chemistry 2ndedition. USA: John Wiley and sons inc.Sukardjo, Pr. 1997.Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka CiptaWahyuni, Sri,2013,Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang : Jurusan Kimia FMIPA UNNES.Yazid, Estien. 2005.Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta: Penerbit Andi