filtrasi media butir
DESCRIPTION
Pengelolaan Limbah IndustriTRANSCRIPT
Tanggal Praktikum : 29 September 2015
Tanggal Pengumpulan Laporan : 16 Oktober 2015
(Revisi)
LABORATORIUM PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2015/2016
LAPORAN PRAKTIKUM
FILTRASI DENGAN MEDIA BUTIRAN
Pembimbing : Ir. Dwi Nirwantoro, MT
Oleh :
Kelompok : VI
Nama : Alda Inesya Putri NIM. 131411031
M. Ramdani NIM. 131411042
Risma Regiyanti NIM. 131411047
Kelas : 3B
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi makhluk hidup. Air yang
digunakan harus memenuhi syarat dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Secara
kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang memenuhi syarat kesehatan; yang dapat
ditinjau dari aspek fisika, kimia, dan biologi. Adanya perkembangan industri dan
pemukiman dapat mengancam kualitas air bersih, sehingga diperlukan upaya perbaikan
baik secara sederhana maupun modern.
Salah satu proses pengolahan air secara fisik adalah dengan filtrasi, dimana
terjadi pemisahan antara padatan/koloid dengan cairan. Pada proses ini, digunakan
media filtrasi yang sangat beragam untuk mendukung kelancaran proses pengolahan air
bersih. Salah satu media filtrasi yang cukup efektif adalah pasir kuarsa.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada percobaan ini adalah:
1. Mempelajari proses filtrasi.
2. Mengetahui efisiensi optimum media filter pada proses filtrasi
3. Mempelajari pengaruh laju alir terhadap nilai kekeruhan air hasil filtrasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas) yang
membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain untuk
menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan koloid. Secara umum
filtrasi adalah proses yang digunakan pada pengolahan air bersih untuk memisahkan bahan
pengotor (partikulat) yang terdapat dalam air. Pada prosesnya air merembes dan melewati
media filter sehingga akan terakumulasi pada permukaan filter dan terkumpul sepanjang
kedalaman media yang dilewatinya. Filter juga mempunyai kemampuan untuk memisahkan
partikulat semua ukuran termasuk didalamnya algae, virus, dan koloid-koloid tanah.
Menurut Tjokrokusumo (1995), pada pengolahan air baku dimana proses koagulasi
tidak perlu dilakukan, maka air baku langsung dapat disaring dengan saringan jenis apa saja
termasuk pasir kasar. Karena saringan kasar mampu menahan material tersuspensi dengan
penetrasi partikel yang cukup dalam, maka saringan kasar mampu menyimpan lumpur
dengan kapasitas tinggi. Dikarenakan juga karena air olahan yang akan disaring berupa cairan
yang mengandung butiran halus atau bahan-bahan yang larut dan menghasilkan endapan,
maka bahan-bahan tersebut dapat dipisahkan dari cairan melalui filtrasi. Apabila air olahan
mempunyai padatan yang ukuran seragam maka saringan yang digunakan adalah single
medium. Sebaliknya, jika ukuran padatan beragam maka digunakan saringan dual medium
atau three medium (Kusnaedi, 1995), seperti terlihat pada gambar 1.
Tahap-Tahap Filtrasi
Terdapat pedoman untuk melakukan operasi filtrasi media butiran dalam dua cara yang
berbeda, yaitu :
a. Constant Head, merupakan operasi filtrasi dimana permukaan air di atas unggun
media butiran (yang digunakan sebagai gaya dorong) selama operasi berlangsung
hingga operasi pencucian balik harus dilakukan, dijaga konstan.
b. Constant Flow, merupakan operasi filtrasi dimana laju alir umpan masuk unit filter
selama operasi berlangsung hingga operasi pencucian balik harus dilakukan, dijaga
konstan.
Mekanisme Filtrasi
Pada tahap filtrasi, air umpan dialirkan melewati unggun media filter dengan laju alir
pengumpanan tertentu sesuai dengan jenis operasi filtrasinya. Dengan adanya media butiran
maka akan terjadi pemindahan padatan tersusensi yang terkandung dalam air umpan, di mana
secara garis besar mekanisme pemindahan tersebut melibatkan proses sebagai berikut:
a. Straining
Di sini padatan tersuspensi yang berukuran lebih besar dari pori-pori media filter
akan tertahan secara mekanik, sedang padatan tersuspensi berukuran lebih kecil dari
media filter akan masuk dan terperangkap lebih jauh dalam pori-pori media filter.
b. Sedimentasi
Di sini padatan tersuspensi mengendap di atas media filter dalam unggun filter.
Dalam alirannya sering terjadi penggabungan antar padatan tersuspensinya untuk
membentuk partikel yang lebih besar sebelum terjadi pemindahan melalui
mekanisme tersebut di atas.
Penahanan padatan tersuspensi melalui sekali kontak dapat dikategorikan sebagai gaya
elektrokimia, gaya Van Der Waals, dan adsorpsi fisis. Dengan melakukan pengkondisian
awal secara kimia terhadap air sebelum diumpankan pada unit filter, maka padatan berukuran
kecil hingga ukuran submikron akan dapat melalui operasi filtrsi media butiran.
Mekanisme pemindahan padatan tersuspensi pada unggun filter dimulai dari bagian
atas dari filter. Sebagaimana pori media filter terbuka maka akan terisi dengan padatan
tersuspensi yang terfilter dan padatan akan terbawa lebih jauh masuk ke dalam unggun media
filter. Apabila kapasitas unggun telah penuh dan menjadi jenuh maka filter harus segera
dicuci.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Filtrasi
Dalam proses filtrasi terjadi reaksi kimia dan fisika, sehingga banyak faktor–faktor
yang akan mempengaruhi kualitas air hasil filtrasi dan efisiensinya. Faktor–faktor tersebut
adalah:
1. Debit Filtrasi
Debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak berfungsinya filter secara efisien.
Sehingga proses filtrasi tidak dapat terjadi dengan sempurna, akibat adanya aliran air yang
terlalu cepat dalam melewati rongga diantara butiran media pasir. Hal ini menyebabkan
berkurangnya waktu kontak antara permukaan butiran media penyaring dengan air yang
akan disaring. Kecepatan aliran yang terlalu tinggi saat melewati rongga antar butiran
menyebabkan partikel–partikel yang terlalu halus yang tersaring akan lolos.
2. Konsentrasi Kekeruhan
Konsentrasi kekeruhan sangat mempengaruhi efisiensi dari filtrasi. Konsentrasi
kekeruhan air baku yang sangat tinggi akan menyebabkan tersumbatnya lubang pori dari
media atau akan terjadi clogging. Sehingga dalam melakukan filtrasi sering dibatasi
seberapa besar konsentrasi kekeruhan dari air baku (konsentrasi air influent) yang boleh
masuk. Jika konsentrasi kekeruhan yang terlalu tinggi, harus dilakukan pengolahan
terlebih dahulu, seperti misalnya dilakukan proses koagulasi – flokulasi dan sedimentasi.
3. Temperatur
Adanya perubahan suhu atau temperatur dari air yang akan difiltrasi, menyebabkan
massa jenis (density), viskositas absolut, dan viskositas kinematis dari air akan mengalami
perubahan. Selain itu juga akan mempengaruhi daya tarik menarik diantara partikel halus
penyebab kekeruhan, sehingga terjadi perbedaan dalam ukuan besar partikel yang akan
disaring. Akibat ini juga akan mempengaruhi daya adsorpsi. Akibat dari keduanya ini,
akan mempengaruhi terhadap efisiensi daya saring filter.
4. Kedalaman media, Ukuran, dan Material
Pemilihan media dan ukuran merupakan hal penting dalam perencanaan pembuatan
alat filtrasi. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
1) Ketebalan media yang akan menentukan lamanya pengaliran dan daya saring.
Media yang terlalu tebal biasanya mempunyai daya saring yang sangat tinggi,
tetapi membutuhkan waktu pengaliran yang lama. Lagipula ditinjau dari segi
biaya, media yang terlalu tebal tidak menguntungkan. Sebaliknya, media yang
terlalu tipis selain memiliki waktu pengaliran yang pendek, kemungkinan juga
memiliki daya saring yang rendah.
2) Ukuran diameter butiran filtrasi yang berpengaruh pada porositas, laju filtrasi,
dan juga kemampuan daya saring, baik itu komposisisnya, proporsinya, maupun
bentuk susunan dari diameter butiran media. Keadaan media yang terlalu kasar
atau terlalu halus akan menimbulkan variasi dalam ukuran rongga antar butir.
Ukuran pori sendiri menentukan besarnya tingkat porositas dan kemampuan
menyaring partikel halus yang terdapat dalam air baku. Lubang pori yang terlalu
besar akan meningkatkan rate dari filtrasi dan juga akan menyebabkan lolosnya
partikel–partikel halus yang akan disaring. Sebaliknya lubang pori yang terlalu
halus akan meningkatkan kemampuan menyaring partikel dan juga dapat
menyebabkan clogging (penyumbatan lubang pori oleh partikel–partikel halus
yang tertahan) yang terlalu cepat.
5. Tinggi Muka Air Di Atas Media dan Kehilangan Tekanan
Keadaan tinggi muka air di atas media berpengaruh terhadap besarnya debit atau laju
filtrasi dalam media. Tersedianya muka air yang cukup tinggi diatas media akan
meningkatkan daya tekan air untuk masuk kedalam pori. Dengan muka air yang tinggi
akan meningkatkan laju filtrasi (bila filter dalam keadaan bersih). Muka air diatas media
akan naik bila lubang pori tersumbat (terjadi clogging) terjadi pada saat filter dalam
keadaan kotor.
Media Filter
Bagian filter yang berperan penting dalam melakukan penyaringan adalah media filter.
Media Filter dapat tersusun dari pasir silika alami, anthrasit, atau pasir garnet. Media ini
umumnya memiliki variasi dalam ukuran, bentuk dan komposisi kimia.
Pasir kuarsa (quartz sands) juga dikenal dengan nama pasir putih atau pasir silika (silika
sand) merupakan hasil pelapukan batuan yang mengandung mineral utama, seperti kuarsa dan
feldspar. Hasil pelapukan kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angin yang
terendapkan di tepi-tepi sungai, danau, atau laut. Pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri
atas kristal-kristal silika (SiO2) dan mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama
proses pengendapan. Pasir kuarsa mempunyai komposisi gabungan dari SiO2, Fe2O3, Al2O3,
TiO2, CaO, MgO, dan K2O, berwarna putih bening atau warna lain tergantung pada senyawa
pengotornya, kekerasan 7 (skala Mohs), berat jenis 2,65, titik lebur 17-150 oC, bentuk kristal
hexagonal, panas spesifik 0,185 (Kusnaedi, 2010).
Proses pengolahan pasir kuarsa tergantung kepada kegunaan serta persyaratan yang
dibutuhkan baik sebagai bahan baku maupun untuk langsung digunakan. Untuk memperoleh
spesifikasi yang dibutuhkan dilakukan upaya pencucian untuk menghilangkan senyawa
pengotor.
Dalam kegiatan industri, penggunaan pasir kuarsa sudah berkembang meluas, baik
langsung sebagai bahan baku utama maupun bahan ikutan. Sebagai bahan baku utama,
misalnya digunakan dalam industri gelas kaca, semen, tegel, mosaik keramik, bahan baku
fero silikon, silikon carbide bahan abrasit (ampelas dan sand blasting). Sedangkan sebagai
bahan ikutan, misal dalam industri cor, industri perminyakan dan pertambangan, bata tahan
api (refraktori), dan lain sebagainya. Pasir kuarsa juga sering digunakan untuk pengolahan air
kotor menjadi air bersih. Fungsi ini baik untuk menghilangkan sifat fisiknya, seperti
kekeruhan, atau lumpur dan bau. Pasir kuarsa umumnya digunakan sebagai saringan pada
tahap awal.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat:
1. Bak filtrasi
2. Erlenmeyer
3. Gelas kimia
4. Neraca analitik
5. Turbidimeter
Bahan:
1. Air kran
2. Bentonit
3.2 Cara Kerja
Mengukur nilai kekeruhan dan TSS akhir dari air baku hasil filtrasi
Mengatur laju alir masukan air baku
Mengalirkan air baku ke dalam bak filtrasi
Mengukur nilai kekeruhan dan TSS awal
dari air baku
Mengaduk tangki berisi air baku
Menambahkan 14,4 gram bentonit kedalam tangki yang berisi 28,8 L
air
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1 Data Pengamatan
Panjang bak filtrasi = 0,60 m
Lebar bak filtrasi = 0,24 m
Tinggi bak filtrasi = 0,28 m
Tinggi media filter = 0,20 m
Volume media filtrasi = 24 cm x 20 cm x 60 cm
= 28800 cm3 = 28,8 L
Berat Bentonit yang digunakan = 14,4 gr
Volume air yang digunakan = 8000 mL
Kekeruhan awal = 48,93 NTU
4.1.1 Kekeruhan
No.Laju Alir
(mL/s)
Volume
(mL)
Kekeruhan
(NTU)
5 menit 10 menit 15 menit
1 1,90 4000 15,97 12,29 11,35
2 3,42 4000 17,14 12,91 11,41
4.1.2 Total Suspended Solid
Volume gelas kimia = 100 mL
4.2
Perhitungan
Efisiensi filtrasi
a) Berdasarkan Kekeruhan (NTU)
Efisiensi=(Kekeruhanawal−Kekeruhanakhir )
Kekeruhanawal×100%
Laju Alir I (0,19 mL/s)
Berat Gelas Kimia Kosong
(gram)
Berat Gelas Kimia + TSS
(gram)TSS (mg/L)
Sampel Awal60,5
185,97,65
Sampel Akhir 178,25
Efisiensi=(48,93−11,35)
48,93× 100 %
Efisiensi=76,8 %
Laju Alir II (3,42 mL/s)
Efisiensi=(48,93−11,41)
48,93×100 %
Efisiensi=76,6 %
b) Berdasarkan Total Suspended Solid (mg/L)
Efisiensi=(TSS awal−TSS akhir)
TSS awal×100 %
Efisiensi=125,4−117,75117,75
x100 %
Efisiensi=6,5 %
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Oleh Alda Inesya Putri (131411031)
Pada praktikum kali ini yaitu “Filtrasi dengan media butiran”, yang bertujuan untuk
mempelajari proses filtrasi dengan media butiran, mengetahui efisiensi optimum pada proses
filtrasi serta mempelajari pengaruh nilai laju alir terhadap nilai kekeruhan air hasil filtrasi.
Pada filrasi media butiran kali ini, digunakan pasir silika sebagai media filternya.
Media filter terdapat dalam bak filtrasi dengan dimensi 0,028 m3. Pada proses filtrasi
ini, salah satu factor yang mempengaruhi effisiensi filtrasi adalah ketebalan atau tinggi dari
media filter tersebut. Semakin dalam/tebal/tinggi media filter maka proses filtrasi akan
semakin baik dan akan menghasilkan air yang lebih jernih. Pasir silika dalam bak filtrasi
disusun atau disimpan dalam bak filtrasi sedemikian rupa, supaya air umpan yang masuk
dapat meresap melalui celah-celah atau pori-pori yang terbentuk diantara partikel pasir,
sehingga zat-zat terlarut yang terdapat dalam umpan akan terjebak diantara partikel-partikel
pasir.
Percobaan yang dilakukan adalah melakukan filtrasi dengan air limbah yang
digunakan yaitu air yang ditambahkan dengan bentonit. Bentonit akan membuat air semakin
keruh, hal ini untuk melihat pengaruh laju alirnya. Konsentrasi bentonit yang digunakan
dalam percobaan ini adalah 500 ppm. Kekeruhan dalam air diukur oleh turbidimeter dalam
satuan NTU ( nephelometry turbidity unit). Kekeruhan awal diperoleh sebesar 48,93 NTU.
Variasi yang dilakukan adalah laju alir. Pengamatan dilakukan selama 15 menit.
Percobaan pertama dengan laju alir air baku sebesar 1,9 mL/s diperoleh hasil kekeruhan
sebesar 11,35 NTU dan didapatkan hasil effisiensi sebesar 76,8 %. Percobaan kedua dengan
laju alir air baku sebesar 3,425 mL/s diperoleh hasil kekeruhan sebesar 11,41 NTU dan
didapatkan hasil effisiensi sebesar 76,6%. Dan diperoleh hasil efisiensi nilai TSS sebesar
6,5% yang dihitung secara gravimetric.
Menurut teori semakin besar laju alir maka efisiensinya semakin kecil. Ini terbukti
dengan hasil percobaan yang dilakukan yaitu bahwa proses filtrasi ini dipengaruhi oleh
perbedaan laju alir. Hal ini dikarenakan debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak
berfungsinya filter secara efisien. Sehingga proses filtrasi tidak dapat terjadi dengan
sempurna, akibat adanya aliran air yang terlalu cepat dalam melewati rongga diantara butiran
media pasir. Hal ini menyebabkan berkurangnya waktu kontak antara permukaan butiran
media penyaring dengan air yang akan disaring. Kecepatan aliran yang terlalu tinggi saat
melewati rongga antar butiran menyebabkan partikel–partikel yang terlalu halus yang
tersaring akan lolos.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil filtrasi yaitu kejenuhan media filter.
Semakin sering media filter digunakan, maka semakin banyak padatan yang tertahan pada
media filter. Oleh karena itu, secara berkala filter harus diregenerasi atau dibersihkan dari
padatan yang tersaring dengan menggunakan air bersih. Sehingga untuk meregenerasi media
filter yang jenuh, praktikan hanya melakukan pencucian dengan air bersih dengan aliran dari
atas kebawah.
4.2 Oleh Muhamad Ramdani (131411042)
Proses filtrasi dengan media butiran merupakan proses pemisahan zat terlarut dalam
air dengan memanfaatkan ukuran partikel zat terlarut. Filtrasi merupakan proses lanjutan dari
pengolahan air limbah menjadi air baku / air yang bebas dari pengotornya. Pada filrasi media
butiran kali ini, digunakan pasir silika sebagai media filternya dan air keruh artifisial yaitu
larutan bentonit 500 ppm sebagai umpan pada proses filtrasi ini.
Media filter terdapat dalam bak filtrasi dengan dimensi 0,027 m3. Pada proses filtrasi
ini, salah satu factor yang mempengaruhi effisiensi filtrasi adalah ketebalan atau tinggi dari
media filter tersebut. Semakin dalam/tinggi media filter maka proses filtrasi akan semakin
baik dan akan menghasilkan air yang lebih jernih namun memerlukan waktu yang lebih lama.
Pasir kwarsa dalam bak filtrasi disusun atau disimpan dalam bak filtrasi sedemikian rupa,
supaya air umpan yang masuk dapat meresap melalui celah-celah atau pori-pori yang
terbentuk diantara partikel pasir, sehingga zat-zat terlarut yang terdapat dalam umpan akan
terjebak diantara partikel-partikel pasir.
Umpan dipompa dan didistribusikan oleh pipa lurus dan dialirkan pada satu titik.
Seharusnya pipa tersebut diberi lubang, sehingga umpan yang akan melewati media filter
memiliki ukuran yang kecil/seragam dan merata kesemua bagian media filter. Hal tersebut
dilakukan agar luas permukaan dan luas kontak air umpan dengan media filter menjadi lebih
optimal. Umpan dipompa kan dengan debit yang tidak terlalu besar karena semakin besar
debit umpan maka proses filtrasi akan berlangsung kurang optimal dan akan mengurangi
effisiensi prosesnya.
Percobaan pertama dilakukan dengan laju alir air baku sebesar 1,9 mL/s dan
percobaan kedua dengan laju alir 3,425 mL/s. Dari hasil pengamatan selama 15 menit
diperoleh air hasil filtrasi dengan kekeruhan masing-masing sebesar 11,35 NTU dan 11,41
NTU, kemudian setelah dilakukan perhitungan didapat pula efisiensi yang dihasilkan dari
masing-masing laju alir adalah 76,8% dan 76,6%. Hasil percobaan tersebut membuktikan
bahwa semakin besar debit umpan maka semakin kecil effisiensi dari proses filtrasi tersebut.
Dari grafik antara kekeruhan dan waktu yang didapatkan dari data percobaan dapat
terlihat bahwa semakin lama waktu filtrasi semakin kecil pula nilai kekeruhan dan zat terlarut
dalam effluen/aliran keluar. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin lama waktu filtrasi
maka semakin banyak partikel yang tertahan dalam media filter. Namun lama kelamaan,
partikel yang tertahan dalam media filter akan melebihi kapasitas (media filter jenuh) dan
mengakibatkan ada zat yang terbawa ke aliran keluar, hal tersebut akan menaikkan kembali
nilai kekeruhan dan TSS dari effluen. Namun dalam praktikum ini tidak didapatkan nilai
kenaikkan dari kekeruhan dan TSS karena waktu filtrasi yang terbatas. Ketika media filter
telah melebihi kapasitas/telah mencapai titik jenuh nya maka media filter harus mengalami
proses backwash atau pencucian dengan air yang dialirkan dari bagian bawah. Dengan
dilakukannya proses ini maka padatan-padatan dalam media filter akan terbuang dan akan
mengembalikan keadaan media filter seperti semula.
4.3 Oleh Risma Regiyanti (131411047)
Praktikum yang berjudul “Filtrasi Media Butiran” ini bertujuan untuk mempelajari proses filtrasi dengan media butiran, mengetahui efisiensi optimum pada proses filtrasi serta mempelajari pengaruh nilai laju alir terhadap nilai kekeruhan air hasil filtrasi.
Media filter yang digunakan dalam percobaan ini adalah pasir silika karena pasir silika bersifat inert sehingga tidak mengubah sifat kimia dari larutan dan juga memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam memfilter (menyaring) kekeruhan yang diakibatkan oleh pasir, lumpur, endapan & partikel dalam air. Secara kasat mata, media filter yang digunakan memiliki tingkat keseragaman yang baik. Tingkat keseragaman media filter berpengaruh pada hasil effluen air filtrasi yang dihasilkan, karena ukuran media filter sangat berpengaruh pada proses filtrasi, semakin kecil ukuran partikel maka proses filtrasi semakin baik atau air yang dihasilkan semakin jernih.
Pada praktikum ini, tidak dilakukan backwashing karena alat yang digunakan merupakan filter pasir lambat dan alat tidak memiliki katup untuk mengalirkan air ke atas. Sehingga untuk meregenerasi media filter yang jenuh, praktikan hanya melakukan pencucian dengan air bersih dengan aliran dari atas ke bawah.
Air limbah yang digunakan dalam percobaan adalah air limbah sintetis berupa air yang ditambahkan dengan bentonit. Bentonit akan membuat air semakin keruh, hal ini
berguna untuk melihat pengaruh laju alirnya. Konsentrasi bentonit yang digunakan dalam percobaan ini adalah ±500 ppm. Kekeruhan awal dalam air diukur oleh turbidimeter dalam satuan NTU ( nephelometry turbidity unit) dan diperoleh hasil sebesar 48,93 NTU.
Percobaan pertama dilakukan dengan laju alir air baku sebesar 1,9 mL/s dan dari hasil pengamatan selama 15 menit diperoleh air hasil filtrasi dengan kekeruhan sebesar 11,35 NTU yang setelah dihitung didapatkan nilai efisiensinya sebesar 76,8%. Percobaan berikutnya dilakukan dengan laju alir air baku sebesar 3,425 mL/s dengan waktu percobaan yang sama dan diperoleh nilai akhir kekeruhan air hasil filtrasi sebesar 11,41 NTU dan efisiensi sebesar 76,6%. Hasil percobaan tersebut menujukkan bahwa semakin besar laju alir air baku maka efisiensinya akan semakin kecil, sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa laju alir yang semakin besar akan menyebabkan menurunnya fungsi dari media filter. Hal ini dapat dijelaskan secara teoritis, yaitu semakin cepat aliran air baku yang melewati rongga antar butiran media filter, maka peluang partikel halus dalam air baku untuk lolos semakin besar dan waktu tinggal untuk kontak antara air baku dengan permukaan media filter juga semakin cepat.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil filtrasi. Selain ukuran media filter dan laju alir, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil filtrasi, yaitu kejenuhan media filter. Semakin sering media filter digunakan, maka semakin banyak padatan yang tertahan pada media filter. Oleh karena itu, secara berkala filter harus diregenerasi atau dibersihkan dari padatan yang tersaring dengan menggunakan air bersih.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Nilai efisiensi filtrasi dengan media filter butiran pasir kuarsa berdasarkan nilai
kekeruhan adalah sebesar 76,8% untuk laju alir air baku 1,9 mL/s dan 76,6% untuk
laju alir air baku 3,42 mL/s sedangkan berdasarkan TSS adalah sebesar 6,5 %.
2. Semakin besar laju alir air baku maka efisiensinya akan semakin kecil.
5.2 Saran
Lubang-lubang pada pipa yang mengalirkan air baku sebaiknya segera diperbaiki
karena lubangnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya sehingga air hanya mengalir dari
ujung keluaran pipa saja dan laju alir airnya sangat kecil sekali. Hal tersebut menghambat
pelaksanaan praktikum karena banyak waktu yang terbuang untuk menunggu air memenuhi
media filter.
LAMPIRAN
0 2 4 6 8 10 12 14 160
10
20
30
40
50
60
Laju Alir ILaju Alir II
Waktu (menit)
Keke
ruha
n (N
TU)
Gambar 1. Grafik Kekeruhan Air Hasil Filtrasi terhadap Waktu
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Hefni. 2012. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
H.M. Soeparman, Suparmin. 2001. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta : EGC
(Penerbit Buku Kedokteran)
Said, Nusa Idaman Dan Ruliasih. 2008. Teknologi Pengolahan Air Minum. Jakarta : Badan
Pengkajian Dan Penerapan Teknologi.