filosof islam al-khawarizmi
TRANSCRIPT
PHILOSOPHY OF SCIENCE AND ELT
PEMIKIRAN AL – KHAWARIZMI TERHADAP ILMU PENGETAHUAN
Makalah ini dikumpulkan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Philosophy of Science and ELT
Dosen: Prof. Dr. Mundzirin Yusuf, M.Si
Disusun oleh:
Nama/NIM : Gita Septiana/1508042051
Semester/Kelas : I/A
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS PASCASARJANA KIP
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
Desember 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat sebagai bagian dari kebudayaan manusia yang amat menakjubkan. Lahir di
Yunani dan dikembangkan sejak awal abad ke-6 SM1. Sejarah fase pengembangan Ilmu
pengetahuan yang menonjol dalam sejarah tepatnya pada masa pemerintahan Bani Abbas.
yang tertarik pada ilmu kedokteran Yunani dengan cara pengobatannya. Kemudian tertarik
pada ilmu pengetahuan lain dan Filsafat. Perhatian pada ilmu Filsafat meningkat di zaman
khalifah al-Makmun (813-833), putra Harun Al-Rasyid2. Tak berapa lama setelah naik tahta,
Harun ar-Rasyid mendirikan Bait al-Hikmah. Bait al-Hikmah ini merupakan lembaga yang
berfungsi sebagai pusat pendidikan tinggi. Dalam kurun dua abad, Bait al-Hikmah ternyata
berhasil melahirkan banyak pemikir dan intelektual Islam. Fase pemerintahan inilah sangat
mendukung pengembangan ilmu pengetahuan baik secara politik maupun sosial dengan
bersentuhannya pemikiran Yunani3. Di masa - masa keemasannya, dunia Islam telah
melahirkan berbagai tokoh cendikiawan yang piawai dalam berbagai bidang ilmu; salah
satunya adalah matematika, mereka adalah:
1. Al-Khawarizmi, Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa (800-847)
2. Ibn al-Haytham, Abu Ali al-Hasan Ibn al-Hasan (965 - 1039)
3. Al-Biruni, Abu Rayhan Muhamad Ibn Ahmad (973 - 1 050)
4. Al-Khayyami, Ghiyath al-Din Abu'l Path Umar Ibn Ibrahim (juga dikenal sebagai Omar
206 Khayyami) (1048 -1131) Book Review (Muchammad Abrori)
5. Al-Tusi, Muhammad Ibn Muhammad Ibn Al-Hasan (juga dikenal sebagai Nasir Al-Din)
(1201 - 1274)4
Di antara nama-nama besar ilmuwan muslim dibidang matematika tersebut adalah Al-
Khawarizmi. Nama lengkapnya adalah Abu Ja’far Muhammad Ibn Musa al-Khawarizmi.
1.2 Rumusan Masalah
1 Rapar, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1996).2 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid II, (Jakarta: UI Press, 1985), hlm. 523 Charus Michael Staunoh, Higler Learning In Islam, (Jakarta : Logos, 1994). Lihat pula Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta; Hidakarya Agung, 1996)4 Mohaini Mohamed, Matematikawan Muslim Terkemuka, (Jakarta: Salemba Teknika, 2004), hlm. 206-207
1. Bagaimana Pemikiran Al-Khawarizmi terhadap ilmu perngetahuan?
2. Apa saja hasil karya Al-Khawarizmi?
BAB II
LATAR BELAKANG
2.1 Latar Belakang Keluarga Al – Khawarizmi
Nama Asli dari Al-Khawarizmi ialah Abu Ja’far Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi.
Selain itu beliau dikenali sebagai Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff. Al-
Khawarizmi dikenal di Barat sebagai al-Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-
Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi dan beberapa cara ejaan lagi. Lahir sekitar tahun 780 M di
Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan Philip K Hitti memperkirakan Al-Khawarizmi
wafat pada tahun 850 M5. Dia hidup di masa kekhalifahan Bani Abbasiyah, yakni Al-
Makmun, yang memerintah pada 813-833 M.6 Kedua orangtuanya yang berasal dari
Khawarizm, kemudian membawanya pindah ke sebuah tempat di Selatan Kota Baghdad
(Irak), ketika beliau masih kecil. Di Kota Baghdad inilah Al-Khawarizmi dibesarkan dan
memperoleh pengetahuan serta pengalamannya menjadi berkembang, sehingga kemudian
menjadikan namanya populer dan dikenal sebagai ilmuwan Muslim terkemuka. George
Sarton mengatakan bahwa Al-Khawarizmi merupakan "salah seorang ilmuwan Muslim
terbesar dan terbaik pada masanya"7.
Dalam Kitāb al-Fihrist Ibnu al-Nadim, ditemukan sejarah singkat beliau, bersama
dengan karya-karya tulis beliau. Al-Khawarizmi menekuni hampir seluruh pekerjaannya
antara 813-833. Setelah Islam masuk ke Persia, Baghdad menjadi pusat ilmu dan
perdagangan, dan banyak pedagang dan ilmuwan dari Cina dan India berkelana ke kota ini,
yang juga dilakukannya. Dia bekerja di Baghdad pada Sekolah Kehormatan yang didirikan
oleh Khalifah Bani Abbasiyah Al-Ma'mun, tempat dia belajar ilmu alam dan matematika,
termasuk mempelajari terjemahan manuskrip Sansekerta dan Yunani.
2.2 Latar Belakang Pendidikan Al – Khawarizmi
5 Philip K Hitty, the Arabs a Short History, (Bandung: N.V. Penerbitan W. Van Hoeve, 1953), hlm. 122
6 Hery Sucipto. The Great Moslem Scientist, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2008), hlm. 167 Mohaini Mohamed, Matematikawan Muslim Terkemuka, (Jakarta: Salemba Teknika, 2004), hlm. 209
Sedikit yang dapat diketahui dari hidupnya, beliau telah menciptakan pemakaian Sinus
dan Tangen dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi. Dalam usia muda, dia telah
bekerja di bawah pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, bekerja di Bayt al-Hikmah di Baghdad.
Dia bekerja dalam sebuah observatory yaitu tempat belajar matematika dan astronomi. Al-
Khawarizmi juga dipercaya untuk memimpin perpustakaan khalifah. Beliau pernah
memperkenalkan angka-angka India dan cara-cara perhitungan India pada dunia Islam.
Beliau juga merupakan seorang penulis Ensiklopedia dalam berbagai disiplin. Al-
Khawarizmi adalah seorang tokoh yang pertama kali memperkenalkan aljabar dan hisab.
Banyak lagi ilmu pengetahuan yang beliau pelajari dalam bidang matematika dan
menghasilkan konsep-konsep matematika yang begitu populer yang masih digunakan sampai
sekarang.
BAB III
PEMIKIRAN
3.1 Pemikiran Al-Khawarizmi
Sejarah mencatat, Al-Khawarizmi telah menyumbangkan sejumlah pemikiran
pentingnya (terutama dalam bidang ilmu matematika) yang sangat besar. Pengaruh Al-
Khawarizmi dalam perkembangan matematika, astronomi, dan geografi tidak diragukan lagi.
Pendekatan yang dipakainya menggunakan pendekatan sistematis dan logis. Ia memadukan
pengetahuan dari Yunani dengan India ditambah idenya sendiri dalam mengembangkan
matematika. Merupakan cabang aritmatika : orang pertama yang menulis disiplin ilmu ini
adalah al-Khawarizmi, dan sesudahnya, Abu Kamil Syuja bin Aslam. Buku yang terbaik
adalah kitab karya al-Quraisyi.8
Al-Khawarizmi dikenal sebagai orang yang memperkenalkan konsep Algoritma dan
Aljabar dalam matematika. Matematika adalah ilmu yang diperoleh melalui tangga musik
dan rasional. Konsep matematika yang dikembangkan adalah sebagai berikut (1) logika
tentang bukti, (2) ide-ide empiris tentang hukum eksakta dan hukum alam (3) konsep operasi
(4) matematika bergerak dari deskripsi yang bersifat statis kepada deskripsi yang bersifat
dinamis.9
8 Ibn Khaldun, Penerjemah Ahmadie Thoha. Al-Muqaddimah, ( Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), hlm. 156.9 Conny Setiawan dkk. Panorama Filsafat Ilmu, (Bandung: PT Mizan Publica, 2005), hlm. 29
Nama Aljabar sendiri diambil dari bukunya yang amat terkenal, yakni Al-Jabr wa-al-
Muqabilah. Dia mengembangkan tabel rincian trigonometri yang memuat fungsi sinus,
cosinus, tangen, dan kotangen serta konsep diferensiasi. Dalam cabang Aljabar ini,
sebenarnya dia banyak mengacu pada tulisan yang disusun oleh ilmuwan asal Yunani,
Diophantus (250 SM).10 Namun demikian, dalam meneliti buku-buku Aljabar tersebut, dia
menemukan beberapa kesalahan dan permasalahan yang masih kabur. Kesalahan dan
permasalahan inilah yang kemudian diperbaiki, dijelaskan, dan dikembangkan oleh AI-
Khawarizmi kemudian dalam karya-karyanya tentang Aljabar. Karena itulah, tidak
mengherankan bila ia juga dijuluki sebagai "Bapak Aljabar". Meskipun Al-Khawarizmi
dilujuki sebagai bapak aljabar, beliau bukanlah satu-satunya orang yang mengembangkan
aljabar. Menurut sejarah, konsep aljabar telah ada sebelum Al-Khawarizmi, yakni oleh
Diophantus dari Yunani. Akan tetapi, saat itu belum dinamai aljabar dan masih banyak
kesalahan serta belum dikembangkan, hanya sebatas konsep berpikir saja. Selanjutnya, al-
Khawarizmi mengembangkan konsep berpikir tersebut dan menyajikan dalam bentuk baru
dengan teorema-teorema yang lebih kompleks.
Menurut pengakuan Gandz, matematikawan Barat dalam bukunya The Source of Al-
Khawarizmi's Algebra, AI Khawarizmi lebih berhak menyandang gelar sebagai "Bapak
Aljabar" daripada Diophantus. Dialah orang pertamaa yang mengajarkan Aljabar dalam
bentuk elementer serta menerapkannya dalam hal-hal yang berkaitan dengannya. Tak
hanya itu, di bidang ilmu ukur, Al-Khawarizmi juga dikenal sebagai peletak rumus ilmu
ukur dan penyusun daftar logaritma serta hitungan desimal. AI-Khawarizmi-lah yang
mengadopsi penggunaan angka nol, dalam ilmu aritmetik dan sistem desimal." Sayangnya,
beberapa sarjana Barat seperti John Napier (1550- I620 M) dan Simon Stevin (1548-
1620 M) mengklaim bahwa penemuan tersebut merupakan hasil pemikiran mereka.
Al-Khawarizmi pula yang telah menggagas dan mempopulerkan penggunaan angka 0,
walaupun bukti sejarah mengemukakan angka 0 sendiri sudah dipergunakan pula di India
sejak tabun 400 masehi. Kode angka Aryabhata telah menerangkan secara lengkap
mengenai simbol angka 0. Juga pada masa pemerintaban Bhaskara I (abad 7 masehi) dasar
sistem 10 angka sudah dipergunakan secara luas di negara tersebut serta pengenalan konsep
angka 0. Begitu pula di Babylonia sudah mengenal sistem angka yang memakai 0 digit.
10 Juhriyansyah Dalle, Matematika Islam (Kajian Terhadap Pemikiran Al-Khawarizmi), (Padang: Fakultas-Tarbiyah IAIN Imam Bonjol, 2006), hlm. 38
Sistem angka tersebut sampai ke Timur Tengah pada tahun 670, dan disempurnakan Al-
Khawarizmi dengan menambahkan meningkatkan angka desimal berikut pecahan."
Meski ia bukan penemu angka 0 (nol), namun Al-Khawarizmi orang pertama di dunia
yang memperkenalkan angka nol sebagai suatu bilangan dalam ranah ilmu pengetahuan.
‘Kosong’, atau 0, bukan sebarang angka, penemuannya merevolusikan pemikiran matematik
dan sains moden. Angka nol ini sudah digunakan di dunia Arab-Islam pada kurun
kesembilan. Angka 0 baru diperkenalkan di Eropah pada awal abad ke-13, dibawa oleh
pemikir Itali, Fibonacci, dalam tahun 1202 melalui karya popularnya Liber Abaci. Sifar
adalah kata arab untuk angka 0. Perkataan sifar ini juga membentuk perkataan cipher dalam
bahasa Inggeris yang membawa masud “tiada apa-apa”, “simbol”, “kod” atau “mesej rahsia”.
Sebelum dipopularkan al-Khwarizmi, Ifrah menyebut, beberapa nombor kosong di tulisan-
tulisan pada batu ditemui antaranya prasasti tembaga Sankheda di India pada 594, Trapaeng
Prei di Kemboja (683), Kedukan Bukit, Sumatera (683), Kota Kapor, Sumatera (686),
Dinaya, Jawa (793), Po Nagar, Vietnam (813) dan Bakul, Vietnam (829).
Banyak ilmuwan Barat yang menyatakan kekaguman dan pujiannya terhadap Al-
Khawarizmi. Pujian itu antara lain ditulis Phillip K Hitti, penyusun The History of The
Arabs yang menyebut Khawarizmi sebagai tokoh utama dan paling penting dalam sejarah
awal matematika. Philip K Hitti juga menyatakan, karya Al-Khawarizmi Hisab Al-Jabr wal
Muqabilah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 oleh Gerard dari
Cremona menjadi buku penting dan referensi utama pelajaran matematika diberbagai
perguruan tinggi di Eropa. Lebih dari itu karya-karya Al-Khawarizmi juga berjasa dalam
memperkenalkan angkaangka Arab atau Algorisme ke dunia Barat.
Berbagai pemikiran Al-Khawarizmi tentang matematika memberikan pengaruh yang
luar biasa terhadap pemikiran ilmuwan sesudahnya, terutama ilmuwan Barat dan Eropa.
Sejarah mencatat, karya yang dibuat tahun 1202 M, Liber Abaci merupakan salah satu
yang paling fenomenal dan berpengaruh dalam kajian ilmu aritmatika. Di sini, Fibonacci
memperkenalkan kepada Eropa metode penghitungan angka Arab yang dia pelajari di
Bejaja (Bougie), Afrika Utara. Walau sesungguhnya Liber Abaci bukanlah buku Barat
pertama yang mengungkap tentang ilmu hitung Arab. Penting untuk dicatat, dari zaman
dahulu hingga awal masa modem, sistem angka Arab hanya digunakan oleh para ahli
matematika. Ilmuwan Muslim menggunakan sistem angka Babylonia, serta kalangan
pedagang memakai sistem angka Yunani dan juga Yahudi. Namun, setelah kemunculan
buku Fibonacci, sistem angka dan penghitungan Arab pun dipakai secara luas. Padahal,
Fibonacci hanya meneruskan pemikiran dan teori yang telah disusun oleh Al-Khawarizmi.
Sistem notasi desimal yang dikembangkan Al-Khawarizmi inilah yang digunakan oleh
Fibonacci untuk menyusun karya monumentalnya itu.
Di negara Jepang, angka Arab dan angka Romawi keduanya dipakai pada sistem yang
bernama romaji. Sistem angka Arab diakui sebagai salah satu paling berpengaruh pada
bidang Oleh karena itu, berbagai karya tulis Al-Khawarizmi dibidang matematika, baik
yang berbahasa Arab maupun yang diterjemahkan diacu sebagai buku teks di Eropa dan di
Barat dari dulu hingga sekarang. Secara khusus, disamping memberikan pengaruh yang luar
biasa terhadap perkembangan ilmu pengetahuan (terutama matematika, astronomi, dan
geografi), pemikiran Al-Khawarizmi juga memberikan dampak yang signifikan terhadap
perkembangan dunia seni, misalnya seni musik dan seni lukis. Bahkan dikatakan bahwa
pemikiran AI-Khawarizmi telah memberikan gagasan yang brilian terhadap lukisan
Monalisa.11
Leonardo tak saja terkenal sebagai salah satu pelukis terbesar dunia, namun ia juga
adalah seorang pematung, arsitek, filsuf ilrnuwan dan ahli tehnik. Leonardo selalu
berupaya untuk menciptakan sesuatu piranti, kemudian mencoba menggambarkan tentang
bagaimana benda sesungguhnya yang hendak dibuatnya. Ia pun kemudian memberikan
penjelasan tentang bagaimana cara bekerja piranti yang digagasnya. Leonardo da Vinci
juga dikenal mempelajari dengan seksama ilmu anatomi (susunan tubuh manusia),
sehingga dia bisa menggambar serta melukiskan manusia sebagaimana "aslinya". Semua
kemampuannya itu paling tidak didapatnya setelah ia rnempelajari secara seksama berbagai
teori keseimbangan matematika yang telah dirumuskan oleh AlKhawarizmi, yang dalam
bahasa matematika dikenal dengan istilah "phi" atau "rasio emas", yang kemudian
dipopulerkan di Barat oleh Fibonacci, yakni 1,1,2,3,5,8.... Sehingga dengan angka rasio
emas tersebut maka para ilmuwan dapat mengukur dan menentukan suatu bangunan
secara tepat dan seimbang. Begitu pula ketika seorang seniman menjadikan gambar
manusia sebagai objek lukisannya, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Leonardo da
Vinci. Dalam bukunya Math and the Mona Lisa, Bulent Atalay menegaskan bahwa phi
atau rasio emas adalah suatu nomor yang sering digunakan di dalam dunia seni serta jagad
raya ketika seniman atau ilmuwan menghasilkan sebuah karya yang luar biasa.
11 Ibid. hlm. 41
Al-Khawarizmi memberikan pengertian prinsip-prinsip bilangan dan memberikan
solusi untuk menyelesaikan suatu operasi. Dalam penerapannya, beliau memberikan 6 (enam)
aksioma, yaitu:
a. Akar sama dengan bilangan (bx = c).
b. Mal sama dengan akar (ax2 = bx).
c. Mal sama dengan bilangan (ax2 = c).
d. Bilangan dan mal sama dengan akar (c + ax2 = bx).
e. Bilangan sama dengan akar ditambah mal (c = bx + ax2).
f. Mal dama dengan bilangan ditambah akar (ax2 = c + bx).
Poin pertama dalam persamaan dasar adalah membuat kelengkapan identifikasi
terhadap kasus sederhana pada tingkat pertama. Keenam persamaan tersebut menunjukkan
bahwa Al-Khwarizmi tidak mengenal keberadaan bialangan negatif atau bilangan nol sebagai
suatu koefisien. Jika diamati dari karyanya, dia tidak mencantumkan penandaan simbol tetapi
menjabarkan segalanya, termasuk bilangan-bilangan dalam bentuk perkataan. Al-Khwarizmi
mengenalkan bahwa terdapat dua hasil dari akar quadrat, tetapi ia hanya menuliskan nilai
positif, yang mungkin dapat menjadi hasil irasional.
Al-Khawarizmi membuat aturan (aljabar dan al-muqabalah) untuk menyelesaikan
masing-masing dari keenam persamaan dan memberi penjelasan lengkap untuk memperkecil
persoalan terhadap masing-masing bentuk persamaan. Dalam bahasa matematika, istilah
aljabar (pemulihan) lebih cenderung mengacu kepada pengertian suatu nilai positif, seperti
contoh di dalam aljabar:
x2 = 40x – 4x2 dapat diubah menjadi bentuk aljabar 5x2 = 40x
Contoh lain dari buku Al-Khwarizmi adalah: 50 + x2 = 29 + 10x
Dengan proses al-muqabalah, direduksi menjadi 21 + x2 = 10x.
Kedua operasi tersebut digabungkan dengan operasi aritmatika seperti perkalian,
penambahan, pengurangan, dan pembagian dari bilangan nominal dan binominal
sebagaimana konsep dasar dari perhitungan konsep quadrat yaitu dapat menyelesaikan
berbagai masalah yang ada dalam karya Algebra Al-Khwarizmi. Selanjutnya dari buku
tersebut Al-Khwarizmi memberi contoh penyelesaian bentuk ketiga yang digabung dengan
persamaan quadrat, serta jenis persamaan yang berbeda dengan bantuan angka-angka
memakai ide keseimbangan permukaa
BAB IV
HASIL KARYA
Ada enam karya tulis AI Khawarizmi yang diakui dan memberikan pengaruh yang
luas terhadap perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan dunia, yakni:
1. Menulis Surotul Ardhi (Peta Dunia) yang dijadikan model oleh ahli geografi Barat
untuk menggambar peta dunia.
2. Membuat tabel perhitungan astronomi untuk mengukur jarak dan kedalaman bumi.
Tabel ini menjadi dasar penelitian astronomi
3. Menulis buku Al-Jabr wal Muqabilah yang berisi tentang persamaan linear dan kuadrat
4. Orang pertama yang menjelaskan dan mempopulerkan kembali penggunaan angka nol
dan mengenalkan sistem notasi desimal serta tanda pengkalian dua sebagaimana yang
dipakai sekarang.
5. Memperkenalkan tanda negative
6. Menulis buku Sundials (alat penunjuk waktu dengan bayangan sinar matahari)
7. Banyak lagi karya-karya Al-Khawarizmi yang disalin oleh ilmuwan Barat seperti
Copernicus. Bahkan ada yang tidak hanya menyalin tapi mengaku sebagai penemunya
misalnya John napis dan Simon Stevin. Mereka mengaku sebagai penemu rumus
mengenai segitiga, daftar logaritma dan hitungan persepuluh yang sebenarnya telah
disusun dan ditulis oleh Al-Khawarizmi dalam bukunya."
Beberapa bukunya tersebut telah diterjernahkan kedalam bahasa Latin pada awal abad
ke-12, oleh dua orang penerjemah terkernuka yaitu Adelard Bath dan Gerard Cremona.
Risalah-risalah aritmatikanya, seperti Kitab al-Jam'a wal-Tafreeq bil Hisab al-Hindi,
Algebra, Al-Maqala Hisab-al Jabr wa-al-Muqabilah, hanya dikenal dari translasi
berbahasa latin. Buku-buku itu terus dipakai hingga abad ke-16 sebagai buku pegangan
dasar oleh universitas-universitas di Eropa. Buku geografinya berjudul Kitab Surat-al-Ard
yang memuat peta-peta dunia pun telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris."12
Ini adalah contoh-contoh sebagian yang telah dia hasilkan dalam penulisan karyanya
dan telah menjadi popular serta dipelajari oleh semua masyarakat yang hidup di dunia ini.
Hasil karya tersebut terkenal pada zaman tamadun Islam dan dikenali di Barat. Hasil karya
yang telah beliau hasilkan ialah:
12 Ibid. hlm. 44
1. Sistem Nobor: Telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin yaitu De Numero Indorum.
2. ‘Mufatih al-Ulum’: yang dumaksud beliau adalah pencinta ilmu dalam pelbagai
bidang.
3. Al-Jami wa al-Tafsir bi Hisab al-Hind: Karya ini telah diterjemahkan ke dalam
Bahasa Latin oleh Prince Boniopagri.
4. Al-Mukhtasar Fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah: Pada tahun 820M mengenai
algebra.
5. Al-Amal bi’ Usturlab’
6. Al-Tarikh
7. Al-Maqala Fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabilah.
BAB V
PENUTUP
5. Kesimpulan
Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh matematika besar yang pernah dilahirkan Islam
dan berkontribusi pada peradaban dunia. Meski namanya lebih dikenal sebagai seorang ahli
dalam bidang matematika, tetapi beliau juga ahli dalam bidang yang lain, yaitu, ahli
astronomi dan ahli geografi dan segala seluk-beluk tentang tanah dan bumi. Selain terkenal
dengan teori Algoritmanya beliau juga dicatat sebagai seorang yang membangun teori-teori
matematika lain, diantaranya Aljabar. Salah satu kelebihan dari Al-Khawarizmi adalah, dia
tidak hanya mengenali satu hal sebagai subyek saja, tetapi beliau juga mampu
menyelesaikan masalah yang ada dalam subyek tersebut serta pendekatannya yang bersifat
sistematis dan logis. Karena itu, pengaruhnya terhadap perkembangan matematika,
astronomi dan geografi tidak diragukan lagi dalam catatan sejarah. Telah dibuktikan bahwa al-Khawarizmi adalah seorang tokoh Islam yang berpengetahuan luas. Pengetahuan dan keahliannya bukan hanya dalam bidang syariat tapi di dalam bidang falsafah, logika, aritmatika, geometri, musik, ilmu hitung, sejarah Islam dan kimia.
Hal yang menarik dalam Islam, cendekiawan atau ilrnuwan yang dilahirkan tidak
hanya seorang tokoh yang ahli dan dikenal dalam satu bidang. Ada kesimpulan yang bisa
ditarik dari sini, bahwa Islam adalah sebuah tatanan menyeluruh yang tak terpisahkan.
Belajar matematika tak lepas pula belajar astronomi. Belajar astronomi tak ketinggalan pula
belajar tentang keindahan alam dan itu tak terlepas pula dari pelajaran tauhid. Bahwa
kedahsyatan alam ini tercipta karena kebesaran Allah pada manusia dan semesta. Inilah hal
yang menajdi semangat untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Banyak fakta lain yang sebenarnya dapat menjadi bukti eksistensi matematikawan Muslim
terutama al-Khawarizmi dalam ilmu matematika. Namun sekali lagi, kekuasaan orang-orang
barat menenggelamkan eksistensi tersebut. Meskipun demikian, sebagian ilmuwan Muslim
tetap berusaha bersikeras untuk mempertahankan fakta eksistensi matematikawan Muslim.
DAFTAR PUSTAKA
Dalle, J. (2006). Matematika Islam (Kajian Terhadap Pemikiran Al-Khawarizmi). Padang:
Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol.
Hanafi, A. (1996). Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Hitty, P K. (1953). The Arabs a Short History, Bandung: N.V. Penerbit W. Van Hoeve.
Khaldun, I. (2000). Penerjemah Ahmadie Thoha. Al-Muqaddimah. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Mohamed, M. (2004). Matematikawan Muslim Terkemuka. Jakarta: Salemba Teknika.
Nasution, H. (1985). Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid II. Jakarta: UI. Press.
Rapar. (1996). Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Staunoh, C M. (1994). Higler Learning In Islam. Jakarta: Logos. Lihat pula Yunus, M.
(1996) Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Hidakarya Agung.
Sucipto, H. (2008). The Great Moslem Scientist. Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu.
Setiawan, C, dkk. (2005). Panorama Filsafat Ilmu. Bandung: PT Mizan Publica.
UAS Philosophy of Science
1. Pengertian filsafat ilmu dipandang dari segi:
- Bahasa
Dalam bahasa Yunani kata filsafat disebut Philosphia, yang mengandung makna
majemuk, terdiri atas dua kata, yaitu philos dan Sophia. Philos diartikan sebagai
kasih sayang dan cinta, sedangkan kata sophia dapat diartikan sebagai kebijaksanaan,
sehingga kata philosophia yang berasal dari kata bahasa Yunani tersebut dapat
diartikan sebagai, cinta kebijaksanaan, the love of wisdom, cinta kedamaian, cinta
ketertiban, cinta kebenaran, cinta keindahan, (the love of truth) dan cinta
kenyamanan.13 Orang Arab memindahkan kata Yunani philosophia ke dalam bahasa
Arab menjadi falsafa. Hal ini menyesuaikan tabiat susunan kata-kata Arab dengan
pola fa’lala, fa’lalah dan filsfat. Diartikan sebagai hakikat atau hikmah. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa filsafat ilmu berarti suatu pengetahuan hakikat tentang manusia,
alam, dan Tuhan dan seluruh realita di kehidupan manusia.
- Istilah
Filsafat ilmu adalah theory of science (teori ilmu), metascience (adi-ilmu), dan
science of science (ilmu tentang ilmu), sehingga filsafat ilmu dari segi istilah diartikan
sebagai “segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang
menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan
manusia”
2. Dalam mengkaji filsafat ilmu dikenal 4 periode filsafat ilmu: Periode Yunani, Periode
Romawi, Periode Islam, dan Periode Barat (Modern). Jelaskan ciri-ciri khusus dari
masing-masing periode tersebut.
a. Filsafat Yunani
Periode ini ditandai dengan ciri-ciri berikut. Pertama, orang memiliki kebebasan untuk
mengungkapkan ide. Kedua, masyarakat tidak lagi mempercayai mitos-mitos. Ketiga,
masyarakat tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima begitu
saja, tetapi pada setiap menyelidiki secara kritis.
Zaman ini banyak melahirkan filsuf yang abadi seperti Thales pada abad ke-6 SM dengan
pandangannya terhadap air sebagai asas pertama segala sesuatu. Filsuf Anaximandaros
(610-540 SM) dengan konsepnya arkhe, yakni asal segala sesuatu ialah yang tak terbatas
(to apeiron) yang bersifat abadi. Selanjutnya Anaximenes, berpandangan bahwa asas
pertama segala sesuatu dari udara, karena udara melingkupi segala yang ada. Banyak
13 Erliana Hasan, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan, (Bogor: Penerrbit Ghalia Indonesia, 2014), cet. Ke III, hlm. 1
filsuf yang muncul pada masa ini, namun ketiga filsuf penting untuk dicatat sebagai
pembuka tabir ilmu yang mendasarkan pandangannya tidk pada mitos, tetapi pada
logos.14
b. Periode Romawi
Ciri-ciri pemikiran pada periode romawi, yaitu: (1) Cara berfikirnya dipimpin oleh
gereja, (2) Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles, (3) Berfilsafat dengan
pertolongan Augustinus dan lain-lain. Pada periode inijuga dapat dikatakan sebagai suatu
masa yang penuh dengan upaya mengiringi manusia ke dalam kehidupan sistem
kepercayaan yang picik dan fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi
buta. Tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini
hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas
keagamaan.
c. Periode Islam
Akselerasi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam sangat tampak setelah
masuknya gelombang Hellenisme melalui gerakan penerjemahan ilmu-ilmu pengetahuan
Yunani ke dalam bahasa Arab, yang dipelopori khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M)
dan mencapai puncaknya pada masa khalifah al-Makmun (813-833 M). Periode ini
ditandai dengan etos keilmuan yang sangat tinggi, yang ditunjukkan dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan di berbagai bidang kehidupan.
d. Periode Barat (Modern)
Periode ini sebenarnya sudah terintis mulai dari abad 15 M, terlihat jelas pada abad 17 M
dan berlangsung hingga abad 20 M. Pada periode modern ini ditandai dengan penemuan
dalam berbagai bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada periode modern
dirintis oleh Rene Descartes dan terkenal sebagai “Bapak Filsafat Modern”. Ia seorang
ahli ilmu pasti. Ada hal-hal yang jelas menandai Periode Modern ini, yaitu berkembang
pesat berbagai kehidupan manusia Barat, khususnya dalam bidang kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan ekonomi.
14 Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 20