ff.docx
DESCRIPTION
ghxhTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI FITOKIMIA
PERCOBAAN III
PENAPISAN (SKRINING) FITOKIMIA
DISUSUN OLEH:
LUSIA JOIS MARIANA (128114138)
VENNY CLAUDIA HERMANTO (128114139)
OKTARIANI AURELIA JAMIL (128114140)
DIAN AYU MAHARANI (128114141)
PENINA KURNIA ULY (128114142)
KELOMPOK : C1
PJ LAPORAN :
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
UNIT III
PENAPISAN (SKRINING) FITOKIMIA
I. URAIAN TANAMAN
Sebelum melakukan identifikasi, langkah awal yang dilakukan pada tanaman ialah
determinasi menggunkan buku “Flora untuk Sekolah di Indonesia” karangan C.G.G.J.
van Steenis dkk.,1992. Klasifikasi tanaman meniran, antara lain:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermathophyta
Sub division : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Euphobiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Species : Phyllanthus urinaria Linn
Manfaat tanaman meniran secara empiris dan farmakologi adalah herba meniran
berfungsi sebagai antibakteri atau antibiotik, antihepatotoksik (melindungi hati dari
racun), antiradang, antivirus, diuretik (peluruh air seni dan mencegah pembentukan
kristal kalsium oksalat), ekspektoran (peluruh dahak), hipoglikemik (menurunkan kadar
glukosa darah), serta sebagai immunostimulan ) merangsang sel imun bekerja lebih
aktif). Meniran juga efektif untuk mengobati beragam penyakit di antaranya batu ginjal
atau empedu, infeksi saluran pernapasan atas, diabetes, infeksi kandung kemih, diare,
malaria atau demam, gonorhoe, radang ginjal, hepatitis, epilepsi atau ayan, influenza dan
tuberkulosis (TBC), sakit kuning, sakit gigi, antiradang, menyembuhkan penyakit
kelamin sipilis dan bermanfaat sebagai pembersih darah dan berbagai penyakit kulit.
Pada tanaman ini memiliki kandungan flavonoid,yang mempunyai aktivitas penigkatan
sistem imunnya ternyata lebih baik daripada tanaman lain.
II. ALAT DAN BAHAN
Alat :
tabung reaksi
erlenmeyer
pengaduk
penjepit
pipet tetes
corong
kertas saring
gelas ukur
silika gel GF254
pipa kapiler
gelas beker
Bahan :
herba meniran (Phylanthi Herba)
aquadest
larutan KOH LP
larutan HCl 1%
pereaksi Dragendorf
peraksi Mayer
kloroform
asam cuka 5%
KOH 0,5N
Larutan hidrogen peroksida
Asam asetat glasial
Toluena
Etanol 80%
Pereaksi besi(III) klorida
Natrium korida 2%
Larutan gelatin 1%
Asam 3,5 dinitrobenzoat
Kalium hidroksida 1N
Eter
Diklorometana
Toluena-etil asetat (93:7)
III. CARA KERJA
1. Pembuatan serbuk simpleks
pengumpulan bahan simpleks dilakukan dari daerah tertentu, pada bulan tertentu
berasal dari tumbuhan tertentu yang berasal dari masa tertentu
dilakukan sortilasi basah, selanjutnya dicuci dengan air mengalir, dikeringkan
dengan cepat (diangin-anginkan, dipanaskan dalam lemari pemanas yang dilengkapi
dengan kipas angin, dijemur dibawah sinar matahari dengan ditutupi dengan kain
hitam)
Setelah simpleks cukup kering (mudah dihancurkan) kemudian digiling/dihaluskan
dengan cara tertentu
Diayak sehingga diperleh serbuk simpleks yang kering dan siap diteliti
2. Uji pendahuluan
Serbuk simpleks sebanyak 1 gram ditambah air 10 ml
Dipanaskan selama 30 menit diatas air mendidih dan disaring melalui kapas
Suatu larutan berwrna kuning sampai merah yang menunjukkan adanya senyawa
yang mengandung kromofor dan gugus hidrofilik
Larutan KOH LP ditambahkan beberapa tetes akan mambuat warna larutan menjadi
lebih intensif
3. Uji alkaloid
Serbuk simpleks sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambakan asam klorida 1% sebanyak 10 ml
Dipanaskan selama 30 menit dalam penangas air mendidih kemudian disaring
dengan kapas ke dalam tabung reaksi A dan tabung reaksi B sama banyak
Larutan A dibagi 2 sama banyak lalu ke dalam larutan A1 ditambah pereaksi
Dragendorf sebanyak 3 tetes dan larutan A2 ditambah pereaksi tetes sebanyak 3
tetes
Terbentuk endapan dengan kedua pereaksi tersebut yang menunjukkan adanya
alkaloid
Keberadaan alkaloid dari basa tersier atau kuartener dapat ditunjukkan dengan
penambahan serbuk natrium karbonat sampai pH 8 – 9
Dicampur dengan kloroform sebanyak 4 ml dan diaduk perlahan
Setelah kloroform memisah diambil dengan pipet pasteur dan ditambahkan asam
cuka 5% sampai pH 5
Diaduk lalu dipisahkan dengan lapisan atas dengan pipet
Pereaksi dragendorfditambahkan sebanyak 5 tetes untuk lapisan atas
Terbentuk endapan yang menunjukkan adanya alkaloida dari basa kuartener
Lapisan bawah ditambah asam klorida 1% sebanyak 10 tetes dan diaduk sehingga
terbentuk 2 lapisan
Lapisan atas diambil dan ditambah pereaksi Dragendorf 2 tetes akan terbentuk
endapan yang menunjukkan alkaloid dari basa tersier
4. Uji Antrakinon
Serbuk simpleks (300mg) ditambahkan kalium hidroksida 0,5N (10mL) dan larutan
hydrogen peroksida(1mL)
dididihkan selama 2 menit, setelah dingin suspensi disaring melalui kapas
Filtrat (5 mL) ditambah asam asetat glasial (10 tetes) sampai pH 5
Ditambahkan toluene (10 mL), lapisan atas (5 mL) dipisahkan dengan dipipet dan
dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditambahkan 0,5mL – 1mL kalium hidroksida 0,5 N
Warna merah terjadi pada lapisan air (basa) menunjukkan adanya senyawa
antrakinon
5. Uji kardenolida
Filtrat sebanyak 2 ml dari hasil pemanasan serbuk tumbuhan (2 gram) dengan air (10
ml) selama 30 menit diatas penangas air (pada point 6)
Ditambah asama 3,5 dinitrobenzoat sebanyak 0,4 ml dan 0,6 kaliumhidroksida 6N
dalam metanol
Terjadi warna biru ungu yang menunjukkan adanya kardenolida (glikosida jantung)
Untuk penegasan lebih lanjut, filtrat yang lain (2ml) dicampur dengan kloroform
(2ml)
Lapisan atas diambil dengan pipet dan lapisan bawah ditambah asam 3,5
dinitrobenzoat (0,5 ml)
Terjadi warna biru ungu menunjukkan adanya kardenolida
6. Uji Polifenol
Serbuk simpleks (1 gram) ditambahkan 10mL air
Dipanaskan selama 10 menit dalam penangas air mendidih
Dilakukan juga terhadap 1 gram serbuk bahan lagi dengan penyari etanol 80%
sebanyak 10mL
Keduanya disaring panas-panas, setelah dingin masing-masing ditambha 3 tetes
pereaksi besi(III) klorida
Terrjadinya warna hijau-biru menunjukkan adanya polifenolat
7. Uji Tanin (Zat Samak)
Serbuk simpleks (1 gram) ditambh 10mL air
Dipanaskan selama 30 menit dalam penangas air mendidih
Disaring filtrate (5mL) ditambah larutan larutan natrium klorida 2% (1 mL)
Bila terjadi suspensi atau endapan disaring melalui kertas saring, filtart ditambah
larutan gelain 1% (5mL)
Terrbentuknya endapan menunjukkan adanya tannin
8. Uji Saponin
Dimasukkan 300 mg serbuk simpleks ke dalam tabung reaksi
Tambahkan 10mL air, tutup kuat-kuat selama 30 detik
Dibiarkan tabung dalam posisi tegak selama 30 menit
Apabila terbentuk buih setinggi ≥3cm dari permukaan cairan menunjukkan adanya
saponin
Uji lain dilakukan dengan menggunakan pipa kapiler (diameter 1mm,panjang 12,5
cm)
Larutan hasil pemanasan serbuk tumbuhan sebanyak 2 gram dengan air 10 ml selama
30 menit di atas penangas air (pada point 6)
setelah disaring, filtrate dimasukkan ke dalam pipa kapiler penuh-penuh
kapiler diletakkan dalam posisi tegak (vertikal) dan cairan dibiarkan mengalir bebas
sebagai pembanding, dikerjakan hal serupa untuk air suling
tinggi cairan tertinggal dibandingkan dengan tinggi air suling (pembanding)
bila tinggi cairan yang diuji setengah atau kurang dari tinggi air suling menunjukkan
adanya saponin
9. Uji minyak atsiri
Serbuk simpleks sebanyak 2-3 gram ditambah dengan 20 ml eter dikocok dan disaring
Filtrat dikering uapkan
Bila sedikit berbau aromatik dilarutkan residu dengan sedikit etanol dan diuapkan lagi
sampai kering
Bila terjadi bau aromatis spesifik yang menunjukkan adanya minyak atsiri
10. Uji kualitatif KLT minyak atsiri
Serbuk simplisia 1 gram
Disari dengan diklorometana 100 ml,
shaking 15 menit
Terjadi suspensi, disaring
Filtrat diuapkan
Residu dilarutkan dengan 1 ml toluen, 5 µl digunakan untuk KLT
Fase diam : Silika gel GF254
Fase gerak : toluen-etil asetat (93:7)
Pembanding : eugenol
Deteksi : vanilin asam sulfat, anisaldehid asam sulfat, asam fosmolibdat
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Uji Kualitatif Secara Kimiawi
a. Pembuatan serbuk simplisia
Simplisia yang digunakan adalah herba meniran (Phylanthi Herba).
b. Uji Pendahuluan
Hasil : positif
Menghasilkan warna merah kuning menunjukkan adanya
senyawa yang mengandung kromofor dan gugus fenolik)
c. Uji Alkaloid
i. Tabung A1
Hasil : negative
Tidak terbentuk endapan yang menunjukkan tidak
adanya alkaloid.
ii. Tabung A2
Hasil : negative
Tidak terbentuk endapan yang menunjukkan tidak
adanya alkaloid.
Uji tabung B tidak dilakukan.
d. Uji Antrakinon
Hasil : negative
Tidak terbentuk warna merah pada lapisan air (basa) yang menunjukkan tidak adanya
senyawa antrakinon.
V. PEMBAHASAN
Tujuan praktikum kali ini adalah mampu mengidentifikasi senyawa golongan
flavonoida, antrakinon, saponin (steroid dan triterpenoid), alkaloida, fenolik dan
polifenolik.
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan. Ada 3 macam simplisia yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan
simplisia pelikan. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan
utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa
zat kimia murni. Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan-bahan pelikan
(mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa
zat kimia murni (Depkes RI, 1989).
Simplisia yang digunakan pada praktikum kali ini adalah simplisia nabati yaitu
herba meniran (Phylanthi Herba) yang diambil dari tanaman meniran (Phyllanthus
urinaria Linn.)
Dua pendekatan yang biasa dilakukan dalam mencari tumbuhan atau senyawa
kandungannya adalah pendekatan fitofarmakologi dan pendekatan penapisan (skrining)
fitokimia. Pendekatan skrining fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan kimia
dalam tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah, biji) terutama kandungan metabolit
sekunder yang bioaktif yaitu alkaloid, antrakinon, flavonoida, glikosida jantung,
kumarin, saponin, tanin, minyak atsiri, dan iridoid. Tujuan utama skrining adalah
mensurvei tumbuhan untuk mendapatkan kandungan bioaktif atau kandungan yang
berguna untuk pengobatan (Nugroho, 2005).
Syarat simplisia nabati adalah harus bebas dari serangga , fragmen, hewan atau
kotoran hewan tidak boleh menyimpang bau dan warnanya: tidak boleh terdiri dari
cendawan lain atau menunjukkan tanda-tanda pengotor lain, tidak boleh mengandung
bahan lain yang beracun atau berbahaya (Depkes RI, 1995).
Dalam percobaan dapat dilakukan uji kualitatif dan uji kuantitatif ,tetapi dalam
praktikum kali ini hanya dilakukan uji kualitatif. Uji kualitatif bertujuan untu mengetahui
golongan senyawa yang bioaktif yang dapat dilakukan dengan uji tabung dan atau uji
kualitatif secara KLT, sedangkan uji kuantitatif bertujuan untuk mununjukan kadar suatu
senyawa.
1. Pembuatan serbuk simpleks
Tujuan:
Cara:
Knp diayak:ukurannya seragam, berdifusi ke setiap partikelnya akan lebih mudah dan
menghomogenkan simplisia.
Dapus:buku pak gi
2. Uji pendahuluan
Bertujuan untuk menunjukkan adanya (flavonoida, antrakinon) dengan gugus
hidofilik. Pertama-tama, serbuk simpleks ditambahkan air, kemudian dipanaskan selama
30 menit di waterbath, tujuan dipanaskan adalah agar sari-sari yang terkandung dalam
simplisia keluar yang nantinya dapat bereaksi dengan pereaksi sehingga dapat
diidentifikasi senyawa yang terkandung dalam simplisia. Setelah itu larutan disaring
dengan kertas saring agar diperolah sari yang benar-benar murni. Pada percobaan
didapatkan warna merah kuning dan menandakan hasilnya positif, sehingga dapat
disimpulkan simplisia tersebut mengsndung gugus kromofor(ikatan rangkap
terkonjugasi) dan hidrofilik. Hasil ini telah sesuai dengan literatur yang didapat, bahwa
pada daun meniran terdapat kandungan kimia flavonoid. Penambahan KOH adalah untuk
mengintensifkan warna pada larutan.
3. Uji Alkaloida
Bertujuan untuk menunjukkan adanya alkaloida dari basa kuartener dari sampel. Uji
ini termasuk uji pengendapan Alkaloida merupakan golongan zat tumbuhan sekunder
yang tersebar. Pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen. Penambahan basa berfungsi untuk menunjukkan adanya
alkaloid basa tersier atau kuartener.dalam percobaan ini penambahan basa menggunakan
serbuk natrium karbonat sampai ph 8-9. Selain itu natrium karbonat berfungsi untuk
mengikat senyawa fenolik.kemudian ditambah dengan kloroform untuk mendapatkan
senyawa alkaloid karena sifat alkaloid yang larut di dalam kloroform. Filtrate kloroform
diambil dan ditambahkan asam cuka hingga ph 5. Asam cuka disini berfungsi untk
suasana asam, sehingga dapat menurunkan ph. Uji alkaloida menggunakan 2 tabung
reaksi yaitu tabung reaksi A dan B. Tabung reaksi A dan B dibagi lagi menjadi 2 yakni
A1, A2, dan B1, B2. Pada larutan A1 ditambahkan pereaksi Dragendorf yang
menunjukkan hasil negatif (-) berwarna coklat tua dan tidak terdapat endapan berwarna
merah tua. Pada tabung A2 ditambah dengan pereaksi Mayer dan menunjukkan hasil
negatif (-) berwarna merah dan tidak terdapat endapan. Pada percobaan tabung B tidak
dilakukan karena pada perobaan tabung A sudah dihasilkan hasil yang negatif. Pereaksi
Dragendorf mengandung bismuth nitratdan merkuri klorida dalam nitrit berair bereaksi
dengan alkaloid akan membentuk senyawa adisi yang tidak larut, yang akan memberi
noda berwarna jingga. Pereaksi Mayer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida,
spesifik terhadap alkaloid kartener berfungsi mengendapkan alkaloid. HCL berfungsi
membentuk garam alkaloid dari alkaloid yang bersifat basa maka perlu ditambahkan
asam agar terbentuk garam. Garam ini yang nantinya akan bereaksi dengan reagen
membentuk endapan. Hasil yang didapat tidak sesuai dengan literature karena pada
percobaan kami meniran tidak mengandung alkaloid dimana sebenarnya mengandung
alkaloid.
4. Uji Antrakinon
Bertujuan untuk menunjukkan adanya senyawa antrakinon. Antrakinon merupakan
senyawa organik aromatik dan merupakan turunan dari antrasena. Serbuk simpleks
ditambah KOH 0.5 N dan hidrogen peroksida yang masing-masing memiliki tujuan
untuk memberikan suasana basa dan untuk menghidrolisis glikosida dan mengoksidasi
antron menjadi antrakinon sedangkan hydrogen peroksida berfungsi sebagai pemberi
suasana asam. Filtrat yang didapat kemudian ditambah asam asetat glasial yang bertujuan
untuk menunjukkan sampai ph 5. Selanjutnya ditambahkan toluena untuk menghilangkan
senyawa-senyawa pengotor yang mungkin bias mempengaruhi hasil reaksi yang akan
dilakukan. Lapisan atas yang dipakai kemudian ditambahkan lagi dengan KOH 0.5 N.
pada uji inisesuai literatur hasil positifnya berwarna merah , namun hasil yang didapat
berwarna hijau muda dan terdapat endapan putih sehingga hasilnya negatif. Hasil yang
didapat tidak sesuai dengan literatur dimana seharusnya meniran mengandung
antrakinon.
5. Uji Polifenol
Bertujuan untuk menunjukkan adanya polifenolat. Polifenol berperan dalam memberi
warna pada suatu tumbuhan seperti warna daun saat musim gugur. Pada uji ini dilakukan
2 percobaan. Percobaan 2 serbuk simpleks ditambahkan dengn etanol 80%, hasil saringan
kemudian ditambah dengan pereaksi besi (III) klorida.dimana hasil yang diperoleh negatif
(-). Hasil positifnya ditandai dengan warna hijau-biru yang menunjukkan adanya
polifenolat. Hasil yang didapat berwarna hitam, sehingga negatif. Fungsi dari
penambahan etanol 80 % dan air adalah sebagai pelarut senyawa polifenol dan pereaksi
besi (III) klorida adalah indicator yang menunjukkan adanya polifenol bila menunjukkan
warna biru. Penambahan dilakukan saat filtrate dingin karena besi (III) klorida dapat
treoksidasi dan menjadi zat yang bersifat toksik. Percobaan . hasil posijau biru yang
jtifnya ditunjukkan dengan adanya warna hijau biru yang juga menunjukkan adanya
polifenolat. Hasil yang didapat berwarna hitam sehingga hasilnya negatif (-), hal ini
sesuai dalam literatur dimana meniran tidak mengandung polifenol.
6. Uji tanin (zat samak)
Tanin meruapakan senyawa polivenol yang termasuk dalam senyawa fenolik.
Tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer yang tidak larut dalam
air. Kopolimer adalah suatu polimer yang dibuat dari dua atau lebih monomer yang
berlainan. Tanin secara kimia merupakan ester yang dapat dihidrolisis oleh
pemanasan dengan larutan asam sampai menghasilkan senyawa fenol, biasanya
merupakan derivat atau turunan dari asam garlik dan gula.
Tanin merupakan suatu substansi yang banyak dan tersebar, sehingga sering
ditemukan dalam tanaman. Tanin terdistribusi atau tersebar hampir pada seluruh
bagian tumbuhan, seperti pada daun, batang, kulit kayu, dan buah. Distribusi tanin ini
hampir di seluruh spesies tanaman dan biasanya ditemukan pada gymnospermae dan
angiospermae (Tyler, et all, 1988).
Uji tanin bertujuan untuk menunjukkan adanya tanin dalam sampel yaitu meniran
herba. Hasil positif dari uji ini yaitu dengan terbentuknya endapan.
Prinsip uji tanin yaitu terbentuknya endapan antara protein atau gelatin dan tanin,
dimana reaksi menjadi lebih sensitive dengan penambahan NaCl untuk meningkatkan
“salting out” dari kompleks protein-tanin.
Fungsi NaCl 2% untuk meningkatkan penggaraman dari tanin-gelatin sehingga
reaksi ini lebih sensitif. Fungsi penambahan gelatin yaitu untuk memberikan endapan
putih. Pemanasan selama 30 menit dalam penangas air mendidih untuk memisahkan
tanin dari simpleks yang akan diuji.
Adanya tanin akan mengendapkan protein pada gelatin, tannin akan bereaksi
dengan gelatin membentuk kopolimer yang tidak larut dalam air (Harborne, 1996).
Hasil pengamatan yang diperoleh praktikan menunjukkan hasil negative (-) dimana
tidak terbentuk endapan. Hal ini menunjukkan tidak terdapat kandungan tanin dalam
serbuk simpleks meniran. Hasil pengamatan yang praktikan peroleh tidak sesuai
dengan teori dimana seharusnya meniran mengandung tanin karena meniran termasuk
ke dalam golongan angiospermae.
Fungsi tanin yaitu sebagai adstringent dan memiliki kemampuan untuk menyamak
kulit dan memberikan rasa kelat.
7. Uji kardenolida
Tujuan dari uji ini adalah untuk menunjukkan adanya kardenolida dalam serbuk
simpleks meniran. Kardenolida berupa steroida dengan atom karbon 23 yang
mempunyai rantai samping cincin lakton pentasiklik dengan satu ikatan rangkap dan
satu buah gugus hidroksil pada C-14 (butirolakton,gamma-lakton). Pemanasan selama
30 menit di atas penangas air bertujuan untuk memisahkan senyawa kardenolida
dengan simpleks. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya warna biru-ungu yang
menunjukkan adanya kardenolida (glikosida jantung).
Dalam percobaan ini tidak dilakukan penegasan karena filtrat yang didapat kurang
dari 2 ml, dikarenakan sudah menguap pada saat pemanasan dan tidak tersaring
sempurna filtratnya.
Tujuan penambahan asam 3,5-dinitrobenzoat pada uji penegasan agar terjadi reaksi
antara lakton tidak jenuh pada kardenolin dengan pereaksi Kedde (3,5-
dinitrobenzoat).
Hasil yang praktikan peroleh diperoleh hasilnya negatif (-) dan terbentuk warna
coklat tua. Hal ini sudah sesuai dengan teori dimana meniran herba tidak memiliki
kandungan kardenolida.
Fungsi kardenolida dalam bidang kesehatan yaitu sebagai antioksidan.
8. Uji Saponin
Bertujuan untuk menunjukkan adanya saponin dalam serbuk simpleks. Saponin
merupakan golongan senyawa glikosida yang mempunyai struktur steroid dan
mempunyai sifat – sifat khas dapat membentuk larutan koloidal dalam air dan
membuih bila dikocok. Tiap saponin terdiri dari sapogenin yang merupakan molekul
aglikon dan glikon dan dihubungkan oleh jembatan oksigen,jembatan nitrogen,
jembatan sulphur, maupun jembatan karbon. Pada uji ini dilakukan 2 percobaan yaitu
tabung reaksi yang terdapat sampel ditambah dengan air dan dikocok lalu didiamkan
selama 30 menit untuk melihat ada tidaknya buih bukan karena kocokkan yang kuat
dan dibiarkan dalam posisi tegak supaya mudah untuk diamati apabila terdapat buih.
Setelah 30 menit tidak terdapat banyak buih. Hasil yang didapatkan tidak adanya
kandungan saponin dalam sampel atau mendapatkan hasil yang negative (-). Filtrat uji
dimasukkan ke dalam pipa kapiler dan dilakukan yang sama sebagai pembanding
dengan air. Bila tinggi cairan yang diuji setengah atau kurang dari tinggi air suling,
maka adanya saponin diperhitungkan. Hasil yang didapatkan pada uji kedua ini adalah
negative (-). Secara teori, meniran memiliki kandungan saponin. Fungsi saponin
dalam bidang kesehatan sebagai antiseptic dan dapat bekerja sebagai antimikroba.
(Robbinson, 1995).
9. Minyak atsiri
Tujuan percobaan ini adalah untuk melihat ada tidaknya minyak atsiri pada herba
meniran. Minyak atsiri merupakan senyawa minyak yang berasal dari bahan
tumbuhan.Serbuk simpleks ditambahkan eter, dikocok dan disaring. Penambahan eter
bertujuan untuk melarutkan minyak atsiri dan minyak atsiri yang terkandung dalam
simpleks ikut menguap bersama eter sehingga baunya tercium aromatic. Kemudian
ditambahkan etanol dimana sifat etanol mudah menguap sehingga apabila ada
kandungan minyak atsiri akan tercium baunya. Dan hal tersebut sesuai dengan prinsip
like dissolve like, minyak atsiri merupakan suatu senyawa yang non polar yang dapat
melarutkan pelarut organik non polar, begitu juga yang polar sehingga dapat
disimpulkan sejenis melarutkan yang sejenis.
Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan hasil positif yang tercium dari bau
aromatik. Ini menunjukkan meniran memiliki minyak atsiri sehingga sesuai dengan
teori yang ada.
Berdasarkan uji-uji kualitatif secara kimiawi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa meniran mengandung minyak atsiri. Hasil percobaan ini tidak sesuai teori,
karena berdasarkan teori, tanaman meniran mengandung