fermen

25
Pembuatan Protein Sel Tunggal oleh Bakteri Saccharomyces cereviceae dari Limbah Nanas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Protein Sel Tunggal Protein mikroba sebagai sumber pangan untuk manusia mulai dikembangkan pada awal tahun 1900. Protein mikroba ini kemudian dikenal dengan sebutan Single Cell Protein (SCP) atau Protein Sel Tunggal. Menurut Tannembaum (1971), Protein Sel Tunggal adalah istilah yang digunakan untuk protein kasar atau murni yang berasal dari mikroorganisme bersel satu atau banyak yang sederhana, seperti bakteri, khamir, kapang, ganggang dan protozoa. Sebenarnya ada dua istilah yang digunakan untuk produk mikroba ini, yaitu PST (Protein Sel Tunggal) dan Microbial Biomass Product (MBP) atau Produk Biomassa Mikrobial (PBM). Bila mikroba yang digunakan tetap berada dan bercampur dengan masa substratnya maka seluruhnya dinamakan PBM. Bila mikrobanya dipisahkan dari substratnya maka hasil panennya merupakan PST. Protein sel tunggal merupakan mikroba kering seperti ganggang, bakteri, ragi, kapang dan jamur tinggi yang ditumbuhkan dalam kultur skala besar. Protein ini dipakai untuk konsumsi manusia atau hewan. Produksi itu juga berisi bahan nutrisi lain, seperti karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.

Upload: odi-saputra-ihsan

Post on 14-Jan-2016

49 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

e

TRANSCRIPT

Page 1: FERMEN

Pembuatan Protein Sel Tunggal oleh Bakteri Saccharomyces cereviceae dari Limbah Nanas

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Sejarah Protein Sel Tunggal

Protein mikroba sebagai sumber pangan untuk manusia mulai dikembangkan pada

awal tahun 1900. Protein mikroba ini kemudian dikenal dengan sebutan Single Cell

Protein (SCP) atau Protein Sel Tunggal. Menurut Tannembaum (1971), Protein Sel Tunggal

adalah istilah yang digunakan untuk protein kasar atau murni yang berasal dari

mikroorganisme bersel satu atau banyak yang sederhana, seperti bakteri, khamir, kapang,

ganggang dan protozoa. Sebenarnya ada dua istilah yang digunakan untuk produk mikroba

ini, yaitu PST (Protein Sel Tunggal) dan Microbial Biomass Product (MBP) atau Produk

Biomassa Mikrobial (PBM). Bila mikroba yang digunakan tetap berada dan bercampur

dengan masa substratnya maka seluruhnya dinamakan PBM. Bila mikrobanya dipisahkan

dari substratnya maka hasil panennya merupakan PST.

Protein sel tunggal merupakan mikroba kering seperti ganggang, bakteri, ragi, kapang

dan jamur tinggi yang ditumbuhkan dalam kultur skala besar. Protein ini dipakai untuk

konsumsi manusia atau hewan. Produksi itu juga berisi bahan nutrisi lain, seperti karbohidrat,

lemak, vitamin dan mineral.

Teknologi modern untuk membuat protein sel tunggal berasal dari tahun 1879 di

Inggris, dengan diperkenalkannya adonan yang dianginkan untuk membuat ragi roti

(Saccharomyces cerevisiae). Sekitar tahun 1900, di Amerika Serikat diperkenalkan alat

pemusing untuk memisahkan sel ragi roti dari adonan pembiakan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang fisiologi, nutrisi dan genetika mikroba

telah banyak memperbaiki metoda untuk menghasilkan protein sel tunggal dari berbagai

macam mikroba dan bahan mentah. Umpamanya, bakteri dengan kandungan protein yang

tinggi sampai 72 persen atau lebih dapat dihasilkan terus menerus dengan menggunakan

metanol sebagai bahan mentah, dan mikrobanya berupa ragi yang dibiakkan dalam media

yang kadar selnya tinggi sekali, sehingga ini dapat mengurangi biaya energi untuk

pengeringan.

Page 2: FERMEN

Kecemasan akan kekurangan pangan dan malnutrisi di dunia pada tahun 1970-an

telah meningkatkan perhatian pada sel tunggal. Sebagian besar dari bobot kering sel dari

hampir semua spesies memiliki kandungan protein yang tinggi. Oleh karena itu, bobot kering

sel tunggal memiliki nilai gizi yang tinggi.

Mikroorganisme yang dibiakkan untuk protein sel tunggal dan digunakan sebagai

sumber protein untuk hewan atau pangan harus mendapat perhatian secara khusus.

Mikroorganisme yang cocok antara lain memiliki sifat tidak menyebabkan penyakit terhadap

tanaman, hewan, dan manusia. Selain itu, nilai gizinya baik, dapat digunakan sebagai bahan

pangan atau pakan, tidak mengandung bahan beracun serta biaya produk yang dibutuhkan

rendah. Mikroorganisme yang umum digunakan sebagai protein sel tunggal, antara lain

alga Chlorella, Spirulina, dan Scenedesmus; dari khamir Candida utylis; dari kapang

berfilamen Fusarium gramineaum; maupun dari bakteri.

Protein sel tunggal yang berasal dari kapang berfilamen disebut mikroprotein. Di

Amerika Serikat, mikroprotein telah diproduksi secara komersial bernama quorn. Quorn

dibuat dengan cara menanam kapang ditempat peragian yang berukuran besar. Setelah

membuang air dari tempat peragian, makanan berharga yang tertinggal dicetak menjadi

balok-balok yang mudah dibawa.

Produksi protein sel tunggal sangat bergantung pada perkembangbiakan skala besar

dari mikroorganisme tertentu yang diikuti dengan proses pendewasaan dan pengolahan

menjadi bahan pangan. Ada dua faktor pendukug pengembangbiakan mikroorganisme untuk

protein sel tunggal, yaitu :

a. laju pertumbuhan sangat cepat jika dibandingkan dengan sel tanaman atau sel

hewan dan waktu yang diperlukan untuk penggandaan relatif singkat.

b. berbagai macam substrat yang digunakan bergantung pada jenis

mikroorganisme yang digunakan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang fisiologi, nutrisi, dan genetika mikroba

telah banyak memperbaiki metode untuk menghasilkan protein sel tunggal dari berbagai

macam mikroba dan bahan mentah. Umpamanya, bakteri dengan kandungan protein yang

tinggi (72% lebih) dapat dihasilkan terus-menerus dengan menggunakan methanol sebagai

bahan mentah, dan mikrobanya berupa ragi yang dibiakan dalam media yang kadar selnya

tinggi sekali, sehingga ini dapat mengurangi biaya energi untuk pengeringan.

Page 3: FERMEN

1.2 Substrat dan Mikroorganisme dalam Produksi PST

Substrat yang dapat digunakan dalam produksi PST bervariasi, diantaranya adalah

a. Molases dari pabrik gula atau hidrolisa pati

b. Cairan sulfit dari pabrik kertas

c. Hidrolisat asam dari kayu

d. Limbah pertanian (kulit buah, limbah tanaman pertanian, limbah industri pangan)

e. Metana

f. Metanol dan etanol sebagai sumber karbon bagi khamir

g. Parafin atau alkana

h. Minyak bumi

i.  Gas pembakaran sebagai sumber CO2 bagi ganggang.

Pertimbangan pemilihan substrat adalah kandungan nutrisi yang dibutuhkan

mikroorganisme, jumlah substrat secara kuantitatif dan kontinyu ketersediannya serta harga

substrat.

Mikroorganisme yang biasa digunakan dalam memproduksi PST adalah bakteri,

kapang, khamir dan ganggang. Masing-masing mikroorganisme mermpunyai kelebihan dan

kelemahan jika digunakan dalam produksi PST.

1. Bakteri

kelemahan

a. Penerimaan bakteri sebagai pangan oleh ternak sangat rendah.

b. Ukuran sel bakteri sangat kecil sehingga sukar dipanen.

c.  Kandungan asam nukleat bakteri lebih tinggi dibanding mikroorganisme

yang lain.

Keuntungan penggunaan

a. bakteri dapat tumbuh pada berbagai substrat.

b. waktu regenerasi cepat.

c. kandungan protein kasarnya lebihtinggi dibanding mikroorg anisme yang

lain.

Page 4: FERMEN

2. Gangang

kelemahan

a. Memerlukan suhu yang hangat dan banyak sinar matahari serta

membutuhkan CO2.

b. Dinding selnya tidak dapat dicerna.

kelebihan produksi

a. penerimaan produksi PST oleh ternak lebih baik.

b. kandungan asam nukleat lebih rendah.

c. ukuran sel ganggang lebih besar sehingga lebih mudah dipanen.

3. Kapang dan Khamir

Kelemahan

a. kandungan protein kasar lebih rendah.

b. waktu regenarasi yang lebih lama dibanding bakteri.

keuntungan

a. Penerimaan produksi PST dari kapang dan khamir oleh ternak lebih baik.

b. Kandungan asam nukleat lebih rendah.

c. Ukuran sel kapang dan khamir lebih besar sehingga lebih mudah dipanen

dan konsesntrasinya lebih tinggi.

d. Dapat tumbuh pada substrat dengan pH rendah

Berbagai contoh mikroorganisme dan substrat dalam produksi PST dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel I. Berbagai jenis mikroorganisme dan substrat dalam produksi PST

Mikroorganisme Substrat

Khamir

Saccharomyces

cerevisae(pemecahan hektosa)

Kluyuveramyces

fragilis(pemecahan laktosa)

Candyda lipolyica

Molasses

Hidrolisat biji bijian Whey

Petrolium alkana, minyak

bumi

Page 5: FERMEN

Mikroorganisme Substrat

C.utilis (pemecahan pentose

dan hektosa

Geotricum candidum

Cairan sulfit

Karbohidrat dan

komponen lain

Kapang

Aspeigillus fumigates

Triechoderma viride

Fusarium sp

Limbah

Limbah, kertas kayu

Biji-bijian

Bakteri

Hyrogenimonas sp

Cellulomonas sp

Methylopilus methylopilus

Actinomyces sp

Theremomonaspora fusca

H2 dan CO2

Selulosa

Metanol, sumber karbon dan

ammonia sumber nitraget

Serat, limbah

Pulp kayu

Ganggang

Scedesmus acutus

Spirulina maxima

Air gas pembakaran sebagai

sumber CO2.

Karasteristik yang penting dalam seleksi mikroorganisme dalam produksi PST adalah:

kecepatan dan keemampuan tumbuh

mudah dalam pemeliharaan kultur

membutuhkan media yang sederhana

kandungan protein kasar

kualitas gizi yang lain dalam mikroorganisme.

Faktor-faktor yang mempengaruhi seleksi mikroorganisme dan substrat

dalam produksi PST banyak sekali. Faktor-faktor tersebut antara lain meliputi :

a. Faktor Nutrisi

Page 6: FERMEN

Kandungan proten kasar dan asam amino dari mikroorganiosme merupakan

sumbangan nutrisi terbesar. Kandungan lisin dari pst umumnya lebih tinggidari tanaman

sehingga dapat mensuplai kekurangan lisin. Kandungan proteinkasar PST bervariasi

tergantung mikroorganisme yang digunakan seperti terlihat pada tabel.

Tabel 2. Kandungan protein kasar PST dari beberapa mikroorganisme

Tipe Mikroorganisme %PK

Khamir 50-55

Bakteri 50-80

Ganggang 20-80

Kapang 15-45

Kandungan asam nukleat juga bervariasi tergantung mikroorganisme yang digunakan

dalam produksi PST. Kandungan asam nukleat dalam

Ganggang 4-6%.

bakteri 10-16 %.

khamir 6-10 % .

kapang 2,5-6 %.

Kandungan asam nukleat dalam mikroorganisme merupakan kendala pemanfaatan produk

PST sebagai pangan.

b. Faktor Teknologi

Pakan Faktor teknologi pangan PST dapat dilihat dari warna, aroma, tekstur, kelarutan

dan kesejahjaran dengan bahan pangan lain bahan tersebut merupakan dukungan bagi PST

dari segi nutrisi sebagai pengganti protein. Nutrisi dan kuantitas teknologi PST dapat

dimaksimumkan melalui proses pencucian, dehidrasi dan pemanasan yang berguna untuk

mematikan sel. Hal ini tergantung dari tipe substrat yang digunakan dan tingkat bau (aroma)

yang dapat ditoleransi pada produka akhir serta daya racunnya.masalah lain dalam produksi

PST adalah adanya sel yang masih hidup dan berproduksi dalam usus. Masalah ini dapat

diatasi dengan pemberian panas untuk mematikan sel, seperti pada system “high temperature

short time” (HTST).

c. Faktor Sosial

Page 7: FERMEN

Faktor sosial  kendala penggunaan PST adalah kandungan asam nukleat yang tinggi

yang menyebabkan terbentuknya asam urat dan menaikkan pembuangan urine. Masalah ini

tidak berarti bila jumlah konsumsi PST kecil dan barumenjadi masalah bila konsumsui PST

mencapai jumlah yang besar.upaya untuk menekan kandungan asam nukleat dilakukan

dengan jalan pemanasan mendadak (“heat shock”) untuk memecah RNA danmenghancurkan

penghambat pembentukan protein.

d. Faktor Ekonomi

Banyak alternatif proses untuk memproduksi PST. Tabel 2 memperlihatkan“material

balance” dalam memproduksi PST melalui fermentasi dari substrat hidrokarbon dan

karbohidrat.

Tabel 3.  “material balance” produksi PST melalui fermentasi dari subtract

hidrokarbon dan karbohidrat.

Substrat Input Substrat O2 Ouput Sel

Hidrokarbon (CH2) 100 200 100

Karbohidrat (CHO) 200 67 100

Berdasar tabel di atas, dapat dilihat bahwa untuk menghasilkan masa sel yang sama

(100), Substrat karbohidrat membutuhkan dua kali jumlah substrat hidrokarbon (200)

meskipun fermentasi hidrokarbon membutuhkan oksigen tiga kali dari jumlah yang

dibutuhkan dalam fermentasi karbohidrat. Dalam hal ini secara ekonomi penggunaan

hidrokarbon dianggap lebih hemat.

BAB II

Page 8: FERMEN

PROTEIN SEL TUNGGAL

2.1 PROTEIN SEL TUNGGAL SECARA UMUM

Protein Sel tunggal adalah istilah yang digunakan untuk protein kasar atau murni yang

berasal dari mikroorganisme bersel satu atau banyak yang sederhana , seperti bakteri, khamir

(yeast) , jamur , ganggang dan protozoa. Protein Sel Tunggal dapat digunakan sebagai

tambahan protein pada pangan , pelengkap protein untuk ternak dan ramuan pangan yang

berfungsi sebagai pembentuk cita rasa .

2.2 SPESIFIK BAHAN BAKU

Pada saat ini dan masa mendatang kebutuhan akan protein semakin meningkat

termasuk kebutuhan protein oleh hewan sebagai pakan ternak. Protein sel tunggal dapat

dibuat dari substrat yang mengandung protein, yang dapat diperoleh dari berbagai macam

bahan limbah pertanian seperti buah, limbah tanaman pertanian, limbah industri pangan.

Sehingga dalam penelitian ini akan dicoba pembuatan Protein Sel Tunggal dari limbah nanas

dengan proses fermentasi menggunakan yeast Saccharomyces cereviceae, hasil Protein Sel

Tunggal yang diperoleh nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai makanan tambahan

pada makanan ternak yang kaya akan protein.

Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan protein sel tunggal (PST) adalah

sebagai berikut :

2.2.1 Nanas

Page 9: FERMEN

Klasifikasi

Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)

Classis : Monocotyledoneae

Ordo : Bromeliales

Familia : Bromeliaceae

Genus : Ananas

Spesies : Ananas comosus L.

(Steenis, 2005)

Nanas merupakan salah satu jenis buah- buahan yang banyak dihasilkan di Indonesia,

mempunyai penyebaran yang merata. Dari data statistik, produksi nanas di Indonesia dari

tahun 1997 adalah sebesar 542.856 ton dengan nilai konsumsi 18,31 kg/kapita/tahun. Dengan

meningkatnya produksi nanas, maka limbah nanas yang dihasilkan semakin banyak.

Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah buahnya.

Buah nanas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai macam makanan dan

minuman, seperti selai, buah dalam sirop, bahan baku industri pertanian dan lain- lain. Rasa

buah nanas manis sampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat luas. Disamping

itu, buah nanas mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap. Buah nanas mengandung enzim

bromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa protein, protease atau peptide),

sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging.

Page 10: FERMEN

Selama ini masyarakat Indonesia memanfaatkan nanas terbatas pada daging buahnya

saja atau sebatas tanaman konsumsi saja, sementara kulit dibuang tidak dimanfaatkan atau

diolah lebih lanjut karena struktur fisik kulitnya yang kasar dan keras.

Untuk itu limbah nanas ini perlu dimanfaatkan lebih lanjut. Limbah nanas banyak

mengandung sukrosa, glukosa dan nutrisi-nutrisi lainnya, limbah nanas tersebut dapat

dimanfaatkan sebagai sumber karbon pada proses fermentasi yang dapat menghasilkan

Protein Sel Tunggal.

2.2.2 Saccharomyces cerevisiae

Klasifikasi

Kingdom : fungi

Filum : Ascomycota

Class : Saccharomycetes

Ordo : Saccharomycetales

Famili : Saccharomycetaceae

Genus : Saccharomyces

Species : Saccharomyces cereviceae

Saccharomyces cerevisiae mempunyai sel-sel yang bundar, lonjong, memanjang

seperti benang dan menghasilkan pseudomiselium, berkembangbiak secara vegetatif dengan

Page 11: FERMEN

cara penguncupan multilateral. Konjugasi isogami atau heterogami dapat mendahului atau

dapat terjadi dapat terjadi setelah pembentukan askus. Dapat berbentuk tonjolan-tonjolan,

setiap askus dapat mengandung satu sampai empat spora dengan berbagai bentuk, spora dapat

berkonjugasi. (Pelczar, 1988)

Pada penelitian ini digunakan yeast Saccharomyces cereviceae, keuntungan yeast ini

adalah toleran terhadap lingkungan yang lebih asam dengan pH antara 3,5 sampai 5,5

mempunyai suhu pertumbuhan 25o C – 30o C. Keuntungan lain yeast mempunyai diameter sel

sekitar 0,0005 cm, dengan diameter sebesar ini yeast mudah dipisahkan dengan cara

sentrifugal, tanpa memerlukan tahap penggumpalan.(Jean L. Mark, 1991). Saccharomyces

cereviceae dapat hidup pada lingkungan yang lebih asam dan mempunyai kondisi untuk

pertumbuhan pada suhu kamar yaitu 25 – 30o C.

2.3 KANDUNGAN NUTRISI BUAH NANAS

Tumbuhan buah nanas terdiri dari bagian utama meliputi : akar, batang, daun, bunga,

buah, dan tunas-tunas. Buah nanas mengandung gizi yang cukup tinggi seperti terlihat pada

table 1 berikut :

Dari Tabel 1 diatas , buah nanas yang dapat dimakan hanya 53 % sehingga ada 47 %

yang dibuang sebagai limbah, limbah nanas banyak mengandung sukrosa , glukosa dan

Page 12: FERMEN

nutrisi-nutrisi lainnya sehingga limbah nanas tersebut sangat potensial dimanfaatkan sebagai

substrat (sumber karbon) untuk produksi Protein Sel Tunggal.

Page 13: FERMEN

BAB IIIMETODOLOGI

3.1 BAHAN DAN ALAT

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah nanas yang sesuai bagi

setiap proses fermentasi sehingga menghasilkan media fermentasi yang baik. Limbah nanas

ini diperoleh dari pasar tradisional Demangan kemudian dianalisis dan didapatkan kadar

glukosa 4,94 % dan kadar protein 0,9075 %. Yeast Saccharomyches cerevisiae dibeli dari

Fakultas Pertanian UPN ”Veteran” Yogyakarta. Dalam penelitian ini juga menggunakan

bahan tambahan seperti NaOH , Gula pasir, Aquadest, Asam asetat, Kalium Hidrophosfat,

Ammonium sulfat

Peralatan yang digunakan untuk penelitian fermentasi Protein Sel Tunggal dari limbah

nanas adalah Shaking Incubator, Autoklaf, Erlenmeyer 500 ml, Alumunium foil,

Spektrofotometer, Conway, Panci stainless steel, Water Bath, Blender.

3.2 METODE PENELITIAN

Proses fermentasi pembuatan Protein Sel Tunggal dari limbah nanas dibagi menjadi 3

tahap:

Tahap pertama proses fermentasi Protein Sel Tunggal dari limbah nanas yaitu tahap

persiapan bahan , pada tahap ini limbah nanas dicuci hingga bersih. Kemudian limbah nanas

yang sudah dicuci bersih di blender hingga halus, lalu disaring. Cairan hasil penyaringan

kemudian dipanaskan sampai mendidih kemudian didinginkan. Cairan yang didinginkan ini

yang disebut sebagai media.

Tahap kedua, pembuatan strater. Pembuatan strater ini dengan sukrosa sebanyak

22,4 gram yang dilarutkan dalam 100 ml aquades. pH larutan diatur sampai 5 lalu ditambah

nutrisi berupa (NH4 )2SO4 dan KH2PO4 lalu larutan dipanaskan untuk sterelisasi sampai

waktunya 1 jam dan kemudian didinginkan , setelah dingin dimasukkan yeast Saccharomyces

Cereviceae kemudian difermentasi dengan cara dishaking selama 2 hari.

Tahap ketiga, Fermetasi. Media fermentasi dimasukkan ke dalam Erlenmeyer lalu

ditambah nutrisi (NH4)2SO4 dan KH2PO4 lalu larutan divariasikan pH nya kemudian

disterelisasi dengan dipanaskan selama 1 jam setelah itu didinginkan , larutan ditambah

starter dan difermentasikan selama 2 hari. Setelah 2 hari larutan dianalisis kadar proteinnya.

Page 14: FERMEN

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PENGARUH PH MEDIUM FERMENTASI TERHADAP KADAR PROTEIN PRODUK

Volume media : 450 ml

Kadar glukosa : 4,94 %

Volume starter : 50 ml

Suhu : 30 oC

Berat nutrisi : 0,5 gram

Waktu Fermentasi : 2 hari

Tabel 1 Pengaruh pH terhadap kadar protein produk.

2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 60

0.5

1

1.5

2

2.5

3

pH

No pH Kadar Protein

1 3 0,9468

2 3,5 0,967

3 4 1,5176

4 4,5 2,4773

5 5 1,8975

6 5,5 1,2468

Page 15: FERMEN

Gambar 1. Grafik Hubungan pH terhadap kadar protein produk

Dari Tabel 1 dan Gambar 1. terlihat bahwa semakin besar pH sampai pH 4,5 maka terjadi kenaikan kadar protein hal ini karena semakin besar pH maka semakin sesuai dengan kondisi pH yang dibutuhkan yeast dan setelah pH 4,5 kadar protein semakin menurun hal ini karena tekanan osmose larutan lebih besar maka dinding yeast akan pecah dan yeast akan mati.

4.2 PENGARUH PENAMBAHAN NUTRISI (NH2)SO4 DAN KH2PO4 TERHADAP KADAR PROTEIN

pH = 4,5

Waktu fermentasi = 2 hari

Tabel 2. Pengaruh penambahan Nutrisi terhadap Kadar protein produk.

0 2 4 6 8 10 120

2

4

6

8

10

12

Jumlah Nutrisi (g)

No Nutrisi (g) Kadar Protein (%)

1 0 1,0640

2 0,4 1,7540

3 0,8 2,3515

4 1,2 2,0150

5 1,6 1,5963

6 2,0 1,3540

Page 16: FERMEN

Gambar 2. Grafik Hubungan Jumlah nutrisi (g) terhadap kadar protein (%)

Dari Tabel 2 dan Gambar 2 terlihat bahwa semakin banyak nutrisi yang ditambahkan

sampai 1,2 g maka diperoleh kadar protein yang semakin besar hal ini karena yeast dalam

pertumbuhannya memerlukan nutrisi , tetapi setelah penambahan 1,2 g diperoleh kadar

protein semakin menurun hal ini karena penambahan nutrisi yang berlebih dapat menghambat

pertumbuhan yeast.

4.3 PENGARUH WAKTU FERMENTASI TERHADAP KADAR PROTEIN PRODUK

pH = 4,5

Berat Nutrisi = 0,8 gram

Tabel 3. Pengaruh Waktu Fermentasi terhadap Kadar protein produk.

No Waktu (jam) Kadar Protein(%)

1 6 1,264

2 12 1,3217

3 18 1,5486

4 24 1,7584

5 30 2,0585

6 36 2,0852

7 42 2,1563

8 48 2,4245

 

0 5 10 15 20 25 30 35 400

0.5

1

1.5

2

2.5

waktu fermentasi (jam)

Page 17: FERMEN

Grafik 3. Hubungan Waktu fermentasi terhadap kadar protein.Dari Tabel 3. dan Gambar 3. Diperoleh bahwa semakin lama waktu fermentasi

diperoleh kadar protein yang semakin tinggi hal ini karena yeast melakukan pertumbuhan dan

perkembangbiakan.

Page 18: FERMEN

BAB V

KESIMPULAN

Limbah buah nanas dapat dimanfaatkan lebih lanjut. Limbah nanas banyak

mengandung sukrosa, glukosa dan nutrisi-nutrisi lainnya, limbah nanas tersebut dapat

dimanfaatkan sebagai sumber karbon pada proses fermentasi yang dapat menghasilkan

Protein Sel Tunggal. Pada proses fermentasi untuk mendapatkan Protein Sel tunggal dari

limbah nanas menggunakan yeast Saccharomyces cereviceae. Dimana penggunaan yeast

Saccharomyces cereviceae memiliki keuntungan antara lain toleran terhadap lingkungan

yang lebih asam dengan pH antara 3,5 sampai 5,5 mempunyai suhu pertumbuhan 25oC – 30

oC. Keuntungan lain yeast mempunyai diameter sel sekitar 0,0005 cm, dengan diameter

sebesar ini yeast mudah dipisahkan dengan cara sentrifugal, tanpa memerlukan tahap

penggumpalan.

Pada fermentasi Protein Sel Tunggal dari limbah buah nanas kondisi terbaik

fermentasi pada pH 4,5 kadar protein yang dihasilkan sebesar 2,4773% dengan penambahan

nutrisi 0,8 gram dengan kadar protein sebesar 2,3515 % selama 2 hari.

Page 19: FERMEN

DAFTAR PUSTAKA

Cooney,C.L., 1981, ”Growth of Microorganism in Biotechnology”, Verlag, Chemie,

Weinheim

Fardiaz, S., 1993. “Mikrobiologi Pangan”, PAU Pangan dan Gizi, Universitas Gajah

Mada,Yogyakarta.

Frazier, W.C, Westhoff, D.C, 1979. “Food Microbiology” , ed.3 , Mc.Graw Hill Publishing

Co.Ltd., New Delhi

Rahayu, E. S., Retno I. Tyas, U. Enis H., Nur C., 1993, “Bahan Pangan Hasil Fermentasi”,

Pusat Antar Universitas

Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta. Sudarmadji, Kasmidjo, 1989, “Mikrobiologi

Pangan” PAU Pangan dan Gizi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Tannenbaun, S.R., 1971, ” Single Cell Protein , Food for Future ”, Jurnal Fod Technology

http://eprints.uns.ac.id/6036/1/138901008201010111.pdf/13-Juni-2015