fenomena penurunan muka tanah di kota semarang
DESCRIPTION
For tugas tekkom2012TRANSCRIPT
MAKALAH
FENOMENA PENURUNAN MUKA TANAH
DI KOTA SEMARANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Teknik Komunikasi
(TKP050)
Disusun oleh :
Teguh Pambudi
21040111060058
PROGRAM STUDI DIII PERENCANAAN WILAYAH & KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penurunan tanah (Land Subsidence) merupakan peristiwa termampatnya
suatu lapisan tanah yang disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar
penurunan tanah bisa disebabkan oleh beberapa hal antara lain (Whittaker and
Reddish, 1989), sebagai berikut:
1. Penurunan muka tanah alami (natural subsidence) yang disebabkan oleh
proses-proses geologi seperti aktifitas vulkanik dan tektonik, siklus
geologi, adanya rongga di bawah permukaan tanah dan sebagainya.
2. Penurunan muka tanah yang disebabkan oleh pengambilan bahan cair dari
dalam tanah seperti air tanah atau minyak bumi.
3. Penurunan muka tanah yang disebabkan oleh adanya beban-beban berat
diatasnya seperti struktur bangunan sehingga lapisan-lapisan tanah
dibawahnya mengalami kompaksi/konsolidasi. Penurunan muka tanah ini
sering juga disebut dengan settlement.
4. Penurunan muka tanah akibat pengambilan bahan padat dari tanah
(aktifitas penambangan).
Fenomena penurunan muka tanah (Land Subsidence), banyak terjadi di kota-kota besar dunia seperti Tokyo, Shanghai, Bangkok dan kota lainnya. Di Indonesia kota yang mengalami penurunan tanah yang parah adalah Jakarta, Surabaya, dan tak terkecuali Kota Semarang.
B. Permasalahan
Penyebab terjadinya penurunan tanah (land subsidence) di Kota
Semarang
Akibat yang ditimbulkan dari penurunan tanah di Kota Semarang
Cara mengurangi atau mengatasi penurunan tanah di Kota Semarang
BAB II
PEMBAHASAN
Kota Semarang merupakan salah satu kota besar yang berada di pesisir
utara Pulau Jawa. Kota ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu Semarang Atas dan
Semarang Bawah. Dahulu Semarang bawah masih berupa lautan. Seiring dengan
aktivitas geologi maka terbentuklah suatu daratan yang sekarang disebut
Semarang bawah, dimana Semarang bawah terbentuk dari endapan alluvium
yang masih muda sehingga rawan akan bencana penurunan muka tanah (amblas)
baik diakibatkan oleh aktivitas alami maupun karena ulah manusia. Di Kota
Semarang, penurunan tanah diakibatkan oleh 3 faktor utama yaitu;
Struktur tanah yang masih labil
Dikarenakan Semarang Bawah terbentuk dari tanah alluvium yang masih
muda sehingga tingkat kelabilan masih tinggi
Pengambilan Air Bawah Tanah (ABT) yang berlebihan dan tidak
terkontrol
Kurang tegasnya pemerintah dalam membatasi penggunaan Air Bawah
Tanah (ABT), sehingga pengambilan air tanah tidak terkontrol.
Beban berat bangunan diatas pemukaan tanah
Semakin banyaknya bangunan bertingkat di Kota Semarang dan masih
terpusat di kawasan tertentu juga menjadi penyebab bertambahnya beban
yang ditopang tanah.
Berikut adalah sebagian kecil daerah yang mengalami penurunan tanah
di Kota Semarang (per tahun) berdasarkan penelitian pakar hidrologi Universitas
Diponegoro, Dr Ir Robert Y Kodoatie Meng (Suara Merdeka, 5 Februari 2012);
Bandara Ahmad Yani dan kawasan PRPP turun 3,4 cm sampai 7,6 cm
Tanah Mas turun 5 cm
Kawasan Pelabuhan Tanjung Emas turun 7,7 cm
Tambaklorok turun mencapai 11 cm dan Pengapon 8,5 cm
Kawasan Tugumuda turun 1,54 cm
Diperkirakan untuk beberapa tahun kedepan tingkat penurunan tanah di berbagai
kawasan di Kota Semarang terutama bagian utara dan tengah akan semakin
parah.
Penurunan tanah juga menimbulkan permasalahan lingkungan dan
menambah parah permasalahan yang sudah ada di Kota Semarang. Dampak
yang dapat ditimbulkan adalah;
Memperparah banjir dan rob di Kota Semarang bagian utara dan tengah.
Merusak gedung atau bangunan yang berada diatas permukaan tanah.
Kerusakan lingkungan di Kota Semarang terutama di Semarang bawah.
Untuk mengatasi dan menanggulangi permasalahan penurunan tanah
cukup sulit dan hanya bisa dilakukan untuk mengurangi penurunan tanah
tersebut. Berikut adalah cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi penurunan
tanah yang terjadi di Kota Semarang;
Mengurangi penggunaan air bawah tanah (ABT) dan menggantinya
dengan air permukaan sebagai sumber air baku atau dari PDAM.
Membuat resapan air tanah buatan (biopori) dimana air hujan atau air
permukaan diinjeksikan ke bawah permukaan tanah sebagai pengganti air
tanah
Membatasi bangunan bertingkat di daerah yang terjadi penurunan tanah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya
penurunan tanah (land subsidence) di Kota Semarang diantaranya adalah
struktur tanah yang berupa alluvium muda di Semarang bawah, kemudian beban
dari bangunan bertingkat yang semakin banyak di Kota Semarang, dan faktor
utamanya adalah pengambilan Air Bawah Tanah (ABT ) secara besar-besaran.
Dampak yang ditimbulkan jika penurunan tanah ini dibiarkan adalah banjir dan
rob di Semarang semakin parah, merusak bangunan diatasnya, dan dapat terjadi
kerusakan lingkungan yang parah
Saran
Untuk mengurangi penurunan tanah dapat dilakukan dengan membuat
peraturan pembatasan penggunaan Air Bawah Tanah (ABT) dan menggantinya
dengan air permukaan sebagai sumber air baku atau dari PDAM. Selain itu,
dapat dengan cara membuat resapan air tanah buatan (biopori) untuk
menggantikan air tanah yang diambil. Pembatasan bangunan bertingkat di
daerah amblasan juga diperlukan. Bila penurunan tanah diabaikan oleh
pemerintah maka cepat atau lambat Kota Semaang bagian bawah akan
tenggelam.
DAFTAR PUSTAKA
Suara Merdeka. 5 Februari, 2012 . ”Penurunan Tanah di Semarang Karena Proses
Konsolidasi”, hlm. 21.
User, Super.(2012).”Semarang Ambles 13 Cm/Tahun”. Dalam
http://www.apeksi.or.id/index.php/berita/regional/8-semarang-ambles-13-cm-
tahun. diunduh pada Minggu 17 Juni 2012.
Yudopotter.(2009).”Faktor-Faktor Penyebab Penurunan Muka Tanah (Land
Subsidence)”. dalam http://yudopotter.wordpress.com/2009/05/06/faktor-faktor-
penyebab-penurunan-muka-tanah-land-subsidence. diunduh pada Minggu 17
Juni 2012.