fenomena konflik nahdatul ulama dan salafi gis...
TRANSCRIPT
FENOMENA KONFLIK NAHDATUL ULAMA
DAN SALAFI GIS SUNNAH
(STUDI KASUS DI PERUMAHAN GRIYA INDAH
SERPONG GUNUNG SINDUR, BOGOR)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Deni Hardiawan Putra
NIM. 11141110000043
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
iv
ABSTRAK
Penelitian ini membahas fenomena konflik Nahdatul Ulama dan Salafi
GIS Sunnah di Perumahan Griya Indah Serpong. Tujuan dari penelitian ini untuk
mendeskripsikan konflik NU dan Salafi GIS Sunnah beserta cara
penyelesaiannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis
penelitian studi kasus. Data primer dalam skripsi ini dikumpulkan melalui
wawancara dan observasi, sedangkan data pendukung dikumpulkan melalui studi
dokumentasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konflik
sosial dari Lewis Coser yang melihat konflik dari dua sisi yaitu, konflik dapat
memberi dampak negatif bagi rusaknya hubungan sosial dengan kelompok luar
dan konflik bisa memberi dampak positif bagi munculnya solidaritas kelompok
dalam.
Penelitian ini menemukan, penyebab konflik NU dan Salafi GIS Sunnah
adalah perbedaan pemahaman tentang Ahlu Sunnah Wal Jamaah dan praktik
ibadah yang sunnah atau bid‟ah. Perbedaan tersebut dimaknai kedua kelompok
sebagai rasa yang bisa diungkapkan melalui penyebaran prasangka, scapegoath
dan tindak kekerasan. Selama hampir satu tahun konflik terjadi, kedua kelompok
baru bisa berdamai setelah dilakukan mediasi sebanyak dua kali. Kala itu mediasi
dipimpin oleh FKPM (Forum Komunikasi Pengurus Masjid dan Mushola) dan
tokoh masyarakat setempat yang berhasil meluruskan sejumlah kesalahpahaman
antar kedua kelompok.
Kata Kunci : Konflik Sosial, Hostile Feeling, Hostile Behaviour, dan penyelesaian
konflik (safety value).
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi berjudul:
“Fenomena Konflik Nahdatul Ulama dan Salafi GIS Sunnah (Studi Kasus di
Perumahan Griya Indah Serpong Gunung Sindur, Bogor)” dapat selesai pada
waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad
S.A.W, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis juga mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada (Alm) Bapak
Didi Hardi yang telah menjadi motivasi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi
dengan tepat waktu. Semoga Bapak selalu dalam lindungan Allah SWT.
Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas pula dari bantuan berbagai pihak yang
dengan baik hati mendukung secara penuh kegiatan skripsi ini baik secara moril
maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
Bapak/Ibu/Saudara, sebagai berikut:
1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M. Si, selaku Ketua Program Studi Sosiologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
3. Ibu Dr. Joharotul Jamilah, M. Si, selaku Sekretaris Program Studi
Sosiologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Muhammad Ismail, M.Si, selaku dosen pembimbing yang dengan
baik hati meluangkan waktu untuk membantu mengarahkan penulisan
skripsi ini.
5. Ibu Dra. Ida Rosyidah, yang telah banyak banyak memberikan
pengalaman penelitian kepada penulis.
6. Segenap dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta khususnya prodi Sosiologi yang telah membagikan
ilmu pengetahuannya kepada penulis.
7. Para alim ulama dan jamaah pengajian NU maupun Salafi GIS Sunnah
yang sudah meluangkan waktunya untuk penulis wawancara sehingga
skripsi ini bisa selesai pada waktunya.
8. Ibu Wiwin Kurniawati. Terima kasih selalu memberi semangat saat
kegiatan kuliah penulis termasuk penyelesaian skripsi ini. Mudah-
mudahan selesainya skripsi ini dapat membahagiakan Ibu.
9. Die Brücke, khususnya Ibu Inge Sjamsul, Ibu Ane Kallman, dan Ibu
Diana Thomas, terimakasih banyak telah memberikan bantuan materiil
selama perjalanan kuliah.
10. Shofiyyah Ash Shidiqqah, sahabat terbaik yang tak pernah putus
menyemangati penulis ketika muncul rasa malas dan kejenuhan dalam
proses penulisan skripsi.
vii
11. Keluarga besar Sosiologi angkatan 2014, terimakasih atas kesenangan dan
diskusi hangatnya selama di kelas.
12. Keluarga besar PMD member, Sam, Fathur, Yudhi, Yandi, Yuni, Aini,
Eka, Sena, Lusi, Fame, dan Fitri untuk pengalaman berharganya selama
social event.
13. Teman-teman KKN SELAPAK (52), yang telah membantu penulis
menyelesaikan tugas KKN selama sebulan penuh di desa Karet, Sepatan.
14. Senior-senior panutan, Muhammad Faruqi, Khalid Syaifullah dan Ronald
Adam, terimakasih telah memberikan proses berharga dalam memaknai
sebuah organisasi.
15. Kecamatan Gunung Sindur, Kesbangpol Tangsel, dan Kesbangpol Bogor
yang sudah memberikan izin penelitian ini.
Semoga semua kebaikan kalian dapat menjadi amal shalih dam dibalas oleh Allah
SWT. Aamiinn ya rabbal „aalamin.
Jakarta, 21 Agustus 2018
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Pernyataan Masalah ................................................................. 1
1.2. Pertanyaan Penelitian ............................................................... 5
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 5
1.4. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 5
1.5. Kerangka Teoretis .................................................................. 10
1. Teori Fungsi Konflik Sosial ............................................ 10
1.6. Kerangka Konseptual ............................................................. 18
1. Konflik Sosial .................................................................. 18
2. Nahdatul Ulama ............................................................... 19
3. Salafi ................................................................................ 22
1.7. Kerangka Berpikir .................................................................. 25
1.8. Metodologi Penelitian ............................................................ 27
1. Metode Kualitatif ............................................................. 27
2. Jenis Penelitian ................................................................ 27
3. Subjek Penelitian ............................................................. 28
4. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 29
5. Analisa Data .................................................................... 32
ix
1.9. Proses Penelitian .................................................................... 34
1.10. Sistematika Penelitian ....................................................... 36
BAB II KEBERADAAN KELOMPOK NAHDATUL ULAMA DAN
SALAFI GRIYA INDAH SERPONG SUNNAH
DI PERUMAHAN GRIYA INDAH SERPONG
2.1. Kondisi Sosial Keagamaan
di Kecamatan Gunung Sindur ................................................ 37
2.2. Kondisi Sosial Keagamaan
di Perumahan Griya Indah Serpong ....................................... 41
2.3. Sejarah dan Profil Kelompok Nahdatul Ulama
di Perumahan Griya Indah Serpong ....................................... 45
2.4. Kegiatan Kelompok Nahdatul Ulama
di Perumahan Griya Indah Serpong ....................................... 49
2.5. Sejarah dan Profil Kelompok Salafi GIS Sunnah
di Perumahan Griya Indah Serpong ....................................... 53
2.6. Kegiatan Kelompok Salafi GIS Sunnah
di Perumahan Griya Indah Serpong ....................................... 59
BAB III FENOMENA KONFLIK NAHDATUL ULAMA DAN
SALAFI GRIYA INDAH SERPONG SUNNAH
3.1. Perasaan Bermusuhan: Pemicu Konflik
Nahdatul Ulama dan Salafi GIS Sunnah
di Perumahan Griya Indah Serpong ........................................... 62
1. Gambaran tentang Ahlu Sunnah Wal Jamaah
Menurut Kelompok Nahdatul Ulama dan
Salafi GIS Sunnah ........................................................... 62
2. Beberapa Aktivitas Keagamaan yang Menimbulkan
Perdebatan bagi Kelompok Nahdatul Ulama dan
Salafi GIS Sunnah ........................................................... 68
x
3. Bentuk-Bentuk Konflik Kelompok Nahdatul Ulama
dan Salafi GIS Sunnah di Perumahan
Griya Indah Serpong ........................................................ 79
3.2. Safety Value: Mediasi Sebagai Cara Penyelesaian
Konflik Nahdatul Ulama dan Salafi GIS Sunnah ..................... 96
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ......................................................................... 105
4.2. Saran ..................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 110
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1. Unsur Pembentuk Konflik Sosial Menurut Lewis Coser .............. 11
Gambar I.2. Kerangka Berpikir ......................................................................... 26
Gambar II.1. Peta Wilayah Kecamatan Gunung Sindur ..................................... 37
Gambar II.2. Gapura Perumahan Griya Indah Serpong ..................................... 43
Gambar II.3. Majelis Ta‟lim Amanah dan Majelis Ta‟lim Ahsanu Amala ........ 44
Gambar II.4. Kegiatan Keagamaan yang ada di
Perumahan Griya Indah Serpong .................................................. 45
Gambar II.5. Masjid Ahsanu Amala ................................................................... 46
Gambar II.6. Logo FKPM .................................................................................. 48
Gambar II.7. Struktur FKPM GIS ...................................................................... 49
Gambar II.8. Poster Undangan Kegiatan Subuh Keliling dan
Kajian Subuh yang Diisi Ceramah Ulama NU ............................. 50
Gambar II.9. Poster Undangan Kegiatan Yasin, Tahlil, dan
Kajian Tafsir Jalalain .................................................................... 51
Gambar II.10. Poster Undangan Kegiatan Gebyar Muharram dan
Tabligh Akbar yang diisi dengan Ceramah Ulama NU ................. 52
Gambar II.11. Poster Undangan Acara Milad 1 Tahun FKPM GIS
dan Kegiatan Doa Bersama saat Penutupan Acara
Milad FKPM ................................................................................. 53
Gambar II.12. Logo Salafi GIS Sunnah ............................................................... 56
Gambar II.13. Masjid Darusalam dan Masjid Al-Bilal ........................................ 57
Gambar II.14. Struktur Kelompok Salafi GIS Sunnah ......................................... 58
Gambar II.15. Poster Undangan Kegiatan Kajian Salafi GIS Sunnah
xii
di Masjid Darusalam ..................................................................... 60
Gambar III.1. Contoh Penolakan Kelompok NU terhadap Ulama Salafi
GIS Sunnah yang tidak Membaca Doa Qunut Subuh ................... 83
Gambar III.2. Prasangka yang Dibuat oleh Kelompok Salafi GIS Sunnah di
Sosial Media Facebook ................................................................. 84
Gambar III.3. Suasana Mediasi Pertama Oleh FKPM ......................................... 97
Gambar III.4. Suasana Mediasi Kedua di Masjid Ahsanu ................................. 101
Gambar III.5. Acara Tabligh Akbar yang Diikuti oleh Kelompok NU dan
Salafi GIS Sunnah di Lapangan Fasum Blok V .......................... 102
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I.1. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 8
Tabel I.2. Profil Informan .............................................................................. 29
Tabel I.3. Data dan teknik pengumpulan data ............................................... 31
Tabel II.1. Jumlah Penduduk, Luas Desa dan Kepadatannya
di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2015 ................................... 38
Tabel II.2. Tingkat Profesi Masyarakat Kecamatan
Gunung Sindur ............................................................................. 39
Tabel II.3. Jumlah Sarana Ibadah di Kecamatan
Gunung Sindur ............................................................................. 40
Tabel II.4. Tingkat Pendidikan Mansyarakat di Kecamatan
Gunung Sindur ............................................................................. 41
Tabel III.1. Gambaran tentang Ahlu Sunnah Wal Jamaah menurut
Kelompok Nahdatul Ulama dan Salafi GIS Sunnah ..................... 66
Tabel III.2. Perbedaan Pandangan tentang Praktik Ibadah yang Sunnah
atau Bid‟ah Menurut Kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah ....... 79
Tabel III.3. Bentuk-Bentuk Konflik NU dan Salafi GIS Sunnah ..................... 91
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pernyataan Masalah
Permasalahan utama penelitian ini berfokus pada proses terbentuknya
konflik NU dan Salafi GIS Sunnah di perumahan Griya Indah Serpong. Sejak
pertama berkembang di Indonesia pada dekade 1980-an, dakwah Salafi semakin
berkembang menjadi salah satu gerakan keagamaan yang penting, terutama sejak
runtuhnya Orde Baru, dakwah Salafi mengalami perubahan signifikan. Mereka
bergerak lebih leluasa, mendirikan yayasan-yayasan dakwah, mengorganisir
kelompok-kelompok kajian Islam di kalangan kaum muda dan mahasiswa,
mendirikan masjid dan yang paling spektakuler adalah mendirikan gerakan para-
militer yang mereka sebut Laskar Jihad.
Nama-nama yayasan yang didirikan oleh dakwah Salafi biasanya
menggunakan kata sunnah atau kata terkait dengannya, seperti Difa an al Sunnah
, Ihya‟ al Sunnah, Ihya‟ al Turats dan sejenisnya. Para pemimpin dan pengikut
Salafi menyebut gerakan mereka dengan istilah dakwah Salafi, karena apa yang
mereka lakukan merupakan ajakan kepada umat Islam untuk mengikuti manhaj
atau cara berpikir kaum salaf dalam memahami dan menjalankan agama Islam
(Muhammad Hisyam: 2010. Hlm. 27).
Dakwah Salafi berangkat dari keprihatinan terhadap kemerosotan moral
masyarakat, sehingga umat Islam dianggap perlu melakukan pemurnian dengan
kembali kepada teks utama (Al-Qur‟an dan hadits). Pemurnian tersebut digunakan
2
untuk memberantas penyimpangan praktik Islam yang telah bercampur dengan
kultur klenik non-Islam sehingga menimbulkan bid‟ah (Syaiful, 2010: 23).
Sayangnya harapan pemurnian tersebut, mengalami kendala dalam
implementasinya. Kendala tersebut bukan tanpa alasan, karena di Indonesia telah
ada praktik ibadah keagamaan yang mapan yaitu ajaran Nadhatul Ulama (NU).
Asumsi tersebuat dikuatkan dengan fakta bahwa NU merupakan
organisasi Islam terbesar yang diikuti oleh (40%) masyarakat, disusul oleh
Muhammadiyah (15%) dan Persis (4%) (Survey PPIM, dalam Jahroni, 2015: 74).
Melihat data tersebut, tidak heran jika NU memiliki power terhadap penyebaran
diskursus ke-Islaman di tengah masyarakat. NU sebagai organisasi sosial
keagamaan yang tetap setia mengamalkan tradisi-tradisi keagamaan berbasis
budaya lokal seperti tahlil, shalawatan, istighasah, ziarah wali, dan seterusnya,
menjadi sasaran empuk bagi dakwah-dakwah Salafi yang sangat puritan, dan
kerap mencela tradisi-tradisi keagamaan tersebut. Akibatnya, NU selalu
mengambil posisi di garda terdepan dalam upaya membela tradisi-tradisi
keagamaan lokal tersebut dari serangan kaum Salafi (Survey PPIM, 2003; Jahroni,
2013: 110).
Dari pemaparan di atas, bisa diketahui bahwa kehadiran dakwah Salafi
menimbulkan potensi disintegrasi kelompok (konflik sektarian). Pada tahun 2005
saja, konflik sektarian di Jawa Barat dan DKI Jakarta, mengalami peningkatan
masing-masing 37,5% dan 15,6% dari total 32 insiden kekerasan. Di Banten dan
3
Nusa Tenggara Barat (NTB) masing-masing tercatat 9,4% insiden kekerasan.
Sebanyak 28,1% insiden lainnya tersebar di berbagai provinsi lain.
Dalam kurun waktu hampir 19 tahun, insiden kekerasan terkait konflik
keagamaan di Indonesia telah melibatkan korban jiwa lebih dari 55.000 orang. Di
antaranya, 761 orang merupakan korban tewas, 1873 orang merupakan korban
luka-luka dan sebanyak 52.446 orang merupakan korban hilang dan mengungsi
(Fauzi, dkk, 2009: 29-31).
Konflik sektarian seperti konflik NU dan Salafi seharusnya mendapat
perhatian lebih dari pemerintah, mengingat potensi konflik kedua kelompok harus
segera diredam supaya tidak menambah jumlah korban jiwa. Fenomena konflik
NU dan Salafi penting juga untuk dikaji dalam penelitian, mengingat sudah
banyak peristiwa konflik di beberapa daerah (Abdurrachman (2013) dan Tantowi
(2013) di Lombok Barat; Shidqi (2013) di Yogyakarta; Indriyani dan Asroni (2013) di
Purwerejo). Keempat penelitian tersebut, menjelaskan bahwa konflik NU dan
Salafi disebabkan oleh oleh dua faktor yaitu perebutan klaim Ahlu Sunnah Wal
Jamaah dan perdebatan praktik ibadah yang sunnah dan bid‟ah.
Meskipun terdapat kesamaan dalam penyebab konflik, masing-masing
daerah juga memiliki proses konflik yang berbeda. Seperti kasus konflik NU dan
Salafi di Lombok Barat (Abdurrachman (2013) dan Tantowi, (2013)) menjadi
yang terparah dibanding kasus lainnya. Di wilayah lain konflik NU dan Salafi
kebanyakan masih berbentuk resistensi (permusuhan) sedangkan di Lombok Barat
4
konflik NU dan Salafi sudah mengakibatkan sejumlah tindakan pengusiran dan
pengerusakan tempat ibadah.
Penyelesaian konflik NU dan Salafi sendiri setidaknya membutuhkan dua
elemen penting yaitu aparat pemerintah dan tokoh masyarakat. Keduanya bisa
dijadikan sebagai mediator untuk meluruskan kesalahpahaman antar kedua
kelompok (Indriyani dan Asroni, 2013). Selain keempat penelitian tadi, ada pula
fenomena konflik NU dan Salafi yang belum dituliskan menjadi penelitian, karena
terkendala perizinan. Seperti, konflik NU dan Salafi di Tanah Baru, Bogor Utara
yang sebenarnya menarik untuk diteliti, karena bentuk konfliknya jelas sekali ada
dalam demonstrasi pembekuan izin mendirikan bangunan (IMB) masjid Imam
Ahmad bin Hanbal (http://redaksiindonesia.com/read/mereka-kompak-menolak-
aliran-wahabi.html).
Berkaca dari pemaparan masalah di atas, belakangan ini peneliti
menemukan konflik NU dan Salafi di Perumahan Griya Indah Serpong. Konflik
ini berhasil diselesaikan secara kekeluargaan melalui proses mediasi. Jarang sekali
memang ada konflik NU dan Salafi yang bisa terselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu, peneliti merasa tertarik untuk mengangkat persoalan ini menjadi
sebuah penelitian berjudul “Fenomena Konflik Nahdatul Ulama dan Salafi GIS
Sunnah (Studi Kasus di Perumahan Griya Indah Serpong Gunung Sindur,
Bogor)”. Dengan menggunakan metode kualitatif, peneliti berharap bisa menggali
lebih dalam data pemicu konflik kedua kelompok. Permasalahan penelitian itu
akan dijawab menggunakan teori konflik Lewis Coser. Teori ini digunakan juga
5
oleh Shidqi (2013), namun ia memiliki fokus yang berbeda yaitu konflik in-group,
sedangkan penelitian ini lebih menekankan pada pembahasan konflik out-group.
1.2. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana proses konflik yang terjadi antara kelompok Nahdatul Ulama dan
Salafi GIS Sunnah di Perumahan Griya Indah Serpong ?
2. Bagaimana cara penyelesaian konflik yang dilakukan oleh kedua kelompok ?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menjelaskan proses konflik yang terjadi antara kelompok Nahdatul Ulama dan
Salafi GIS Sunnah di Perumahan Griya Indah Serpong.
2. Menjelaskan cara penyelesaian konflik yang dilakukan oleh kedua kelompok.
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Secara akademis, penelitian ini dapat bermanfaat untuk kajian sosiologi agama
khususnya yang ingin menjelaskan konflik NU dan Salafi
2. Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai rujukan pengambil
kebijakan seperti Kemenag, MUI Pusat, dan MUI Gunung Sindur dalam
penyelesaian kasus konflik serupa.
1.4. Tinjauan Pustaka
Studi-studi sebelumnya telah banyak melihat konflik antara Nahdatul
Ulama dan Salafi yang merusak kehidupan sosial keagamaan, diantaranya:
Pertama, Jurnal penelitian H. Abdurrachman MAY (2013: 4) berjudul
“Resistensi Aliran Salafi Terhadap Islam Tradisional Di Lombok Barat”,
6
memfokuskan penelitiannya terhadap tindakan resisten yang dilakukan oleh
kelompok Salafi akibat tekanan besar yang diberikan oleh kelompok Islam
Tradisional terhadap praktik keagamaan kelompok Salafi. Menggunakan teori
resistensi dari James Scott, Abdurrachman menjelaskan penolakan-penolakan
yang dilakukan kelompok Salafi menyangkut hal-hal seperti (1) penggunaan Ijma
dan Kias, yang dianggap menurunkan peran wahyu dibandingkan akal; (2)
penafsiran ayat suci Al-Qur‟an secara kontekstual, yang dianggap menyebabkan
maraknya perilaku-perilaku bid‟ah dan kurafat dalam setiap praktik ibadah. Sikap
resisten dari kelompok Salafi menimbulkan rasa ketersinggungan dari kelompok
Islam Tradisiomal. Mereka marah lalu melakukan demonstrasi beserta penyegelan
tempat ibadah yang membuat dakwah Salafi akhirnya terhenti.
Kedua, penelitian dari Abdurrachman, dikaji kembali oleh penelitian
Tantowi yang berjudul “Mengurai Konflik Sunnah vs Bid‟ah di Pulau Seribu
Masjid”. Berbeda dengan Abdurrachman, Tantowi lebih berfokus pada masalah
sosial yang mengakibatkan terjadinya konflik Salafi-NU di Lombok Barat.
Tantowi (2013: 48-52) menjelaskan penolakan keras dari ulama-ulama Salafi
terhadap ajaran agama yang diusung tuan guru menimbulkan rasa
ketersinggungan bagi masyarakat Lombok. Tuan guru menurut masyarakat
Lombok dianggap sebagai orang suci yang memiliki ilmu agama tinggi, namun di
mata ulama-ulama Salafi masyarakat Lombok telah keliru mengikuti ajaran tuan
guru. Penghinaan terhadap ajaran tuan guru pada akhirnya menimbulkan konflik
yang berkembang menjadi tindakan kekerasan seperti penyerangan dan perusakan
tempat ibadah kelompok Salafi.
7
Ketiga, pembahasan lain yang tidak kalah penting adalah strategi
penyelesaian konflik. Dalam Jurnal penelitian berjudul “Berebut Ladang Dakwah
pada Masyarakat Muslim Jawa Studi Kasus Terhadap Konflik Majelis Tafsir Al-
Qur'an dan Nahdatul Ulama di Kabupaten Purwerejo”, Indriyani dan Ashroni
(2013: 222-227) menjelaskan keberhasilan Pemkab Purworejo menyelanggarakan
dialog dalam suasana yang kondusif, penuh ke-keluargaan, dan saling
menghargai. Dalam dialog tersebut, Medi selaku juru bicara pimpinan MTA pusat
menyatakan meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada masyarakat Purworejo.
Mendasarkan pada fakta-fakta yang ditemukan tersebut, Medi menegaskan
dakwah yang dilakukan MTA tidak akan lagi mencela „amaliyah kelompok Islam
lainnya. MTA juga berjanji akan mengevaluasi metode-metode dakwah agar tidak
provokatif dan tidak menyebarkan kebencian. Ketua Tanfidziah PCNU, K.H.
Hamid AK merespon baik permintaan maaf tersebut dengan menyatakan bahwa
warga NU Purworejo sangat terbuka dan dapat berdampingan dengan komunitas
Islam lainnya, termasuk dengan MTA sepanjang sistem dan cara dakwahnya
menyejukkan dan tetap dapat menjaga kerukunan antar umat dan masyarakat
secara umum. Mendudukan pihak-pihak yang berkonflik secara terhormat, elegan
dan equal (sama) bisa membuat konflik terurai dengan baik.
Keempat, peneliti bercermin dari Jurnal penelitian Shidqi (2013: 111-112)
berjudul “Respon Nadatul Ulama (NU) terhadap Wahabisme dan implikasinya
bagi deradikalisasi pendidikan Islam”, untuk melihat pengaplikasian teori Lewis
Coser dalam konflik Salafi-NU. Shidqi berhasil menjelaskan perhatian Coser
terhadap ideologi dan gerakan, bahwa dalam situasi konflik masing-masing
8
kelompok akan memperkuat identitasnya, yang mana bermanfaat bagi
menguatnya solidaritas di kelompok dalam. Asumsi ini terbukti bahwa kaum
muda NU di jalur kultural yang sebelumnya kerap bersebrangan dengan kaum tua
yang ada di struktur dan pesantren-pesantren, kini tampak kompak dan bertemu
dalam isu besar anti-Wahabisme. Begitu pula sumberdaya struktural berupa
kelengkapan organisasi yang dimiliki oleh NU mulai dari tingkat pusat (PBNU)
hingga tingkat Ranting yang berada di pedesaan, dimobilisir untuk membendung
ekspansi dakwah Wahabi. Rasa keterancaman terhadap Wahabisme seolah telah
membangkitkan kembali solidaritas gerakan sosial NU yang sebelumnya banyak
diwarnai oleh konflik-konflik internal akibat keterjebakan mereka dalam
kubangan politik praktis. Berdasarkan beberapa literatur di atas, peniliti membuat
ringkasan penelitian-penelitian sebelumnya dalam bentuk table dibawah ini.
Tabel I.1. Tinjauan Pustaka
Judul
Abdurrachman: “Resistensi Aliran Salafi dan Islam Tradisional di
Lombok Barat”
Tantowi: “Mengurai Konflik Sunnah VS Bid’ah di Lombok Barat”
Shdiqi: “Respon Nahdatul Ulama (NU) Terhadap Wahabisme Dan
Implikasinya Bagi Deradikalisasi Pendidikan Islam”
Indriyani dan Asroni: “Berebut Ladang Dakwah Pada Masyarakat
Muslim Jawa: Studi Kasus Konflik Nahdatul Ulama dan Majelis
Tafsir Al-Qur’an di Purwerejo”
Teori
Abdurrachman : Teori Konflik James Scott
Tantowi : Teori Konflik Galtung
Shidqi : Teori Konflik Coser
Indriyani dan Asroni : Teori Konflik Dahrendrof
9
Semua penelitian di atas sangat relevan dengan penelitian ini, karena
adanya kesamaan dalam pemilihan objek dan subjek penelitian. Penelitian ini juga
memiliki kedekatan dengan penelitian Shidqi (2013), karena sama-sama
menggunakan teori konflik Lewis A. Coser tetapi, ada pula perbedaan antara
penelitian ini dengan penelitian Shidqi (2013) yaitu berbeda dalam melihat fokus
penelitian. Bila Shidqi memfokuskan penelitiannya pada perkembangan internal
kelompok NU akibat konflik dengan kelompok Salafi, sedangkan penelitian ini
memfokuskan perkembangan eksternal kelompok NU dan Salafi setelah adanya
konflik.
Fokus
Abdurrachman: tindakan resisten yang dilakukan kelompok Salafi
kepada kelompok Islam Tradisional
Tantowi: Sikap sosial jamaah Salafi yang menimbulkan konflik
Shidqi: Penguatan gerakan keagamaan NU pasca konflik dengan
Salafi
Indrayani dan Asroni: cara penyelesaian konflik Salafi-NU oleh
Pemkab. Purwerejo
Metodologi
penelitian
Abdurrachman : Kualitatif, Observasi, dan wawancara.
Tantowi : Kualitatif, Observasi, dan wawancara.
Shidqi : Kualitatif, Observasi, dan wawancara.
Indriyani dan Asroni : Kualitatif, Observasi, dan wawancara.
10
1.5. Kerangka Teoritis
1. Teori Fungsi Konflik Sosial
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konflik sosial
Lewis A. Coser. Ia berasumsi bahwa konflik tidak harus merusakan atau bersifat
disfungsional untuk sistem di mana konflik itu terjadi, melainkan konflik itu dapat
mempunyai konsekuensi-konsekuensi positif yang bisa menguntungkan sistem.
I shall first deal with some functions of conflict within social system, more
specifically with its relation to institutional rigidities, technical progress
and productivity, and will then concern ourselves with the relation
beetwen social conflict and changes of social systems (Coser, 1957: 197).
Menurut Wallace dan Wolf, Coser memperpihatkan fungsi konflik
terhadap kohesi kelompok (group cohesion) yang menjadi perhatian tradisi
fungsionalis struktural. Walaupun demikian, Coser tidak berniat menjadikan tema
kohesi kelompok sebagai perhatian utama karena konflik tidak harus menciptakan
kohesi kelompok. Bagi Coser kohesi kelompok hanyalah salah satu konsekuensi
dari fungsi konflik (Wallace & Wolf, 1995: 156).
Kemudian dalam menjelaskan fungsi konflik secara spesifik, Coser
terlebih dahulu menjelaskan unsur pembentuk konflik yaitu keagresifan atau rasa
bermusuhan (hostile feeling), perilaku bermusuhan (hostile feeling), legitimasi
kekuasaan, sistem status. Perasaan bermusuhan diluapkan melalui rasa kebencian,
frustasi dan ketidaksukaan, sedangkan perilaku permusuhan (hostile behavior)
diluapkan melalui sejumlah prasangka, scapegoat, kekerasan dan peperangan.
Bagi Coser rasa bermusuhan belum tentu menyebabkan konflik secara terbuka
(covert conflict), karena konflik juga membutuhkan perilaku bermusuhan
11
ditambah dengan adanya perbedaan legitimasi kekuasaan, dan sistem status yang
tidak sama. Ia menuturkan sebagai berikut,
A distinction has to be made between conflict and hostile or antagonistic
attitudes. Social conflict always denotes social interaction, whereas
attitudes or sentiments are predispositions to engage in action. Such
predisposition do not necessarily eventuate in conflict; the degree and
kind of legitimation of power and status systems are crucial intervening
variables affecting the occurrence of conflict (Coser, 1957: 38).
Gambar I.1. Unsur Pembentuk Konflik Sosial Menurut Lewis Coseri
Unsur dasar konflik tadi, dapat dilihat melalui dua tipe konflik yaitu,
konflik realistik dan non-realistik. Pertama, konflik realistik adalah konflik yang
berasal dari kekecewaan terhadiap tuntutan-tuntutan khusus yang terjadi dalam
hubungan dengan obyek yang dianggap mengecewakan. Konflik realistik
memiliki sumber yang konkret atau bersifat material, seperti perebutan sumber
ekonomi atau wilayah. Jika mereka telah memperoleh sumber rebutan itu, tanpa
menggunakan perkelahian, maka konflik akan segera diatasi dengan baik.
Kedua, konflik non-realistik adalah konflik yang bukan berasal dari
tujuan-tujuan saingan yang antagonistis tetapi konflik yang sengaja dibuat-buat
konflik terbuka
perilaku bermusuhan
rasa bermusuhan
Legitimasi kekuasaan dan sistem
status
12
untuk meredakan ketegangan di kelompok dalam. Dengan kata lain konflik non-
realistik didorong oleh keinginan yang tidak rasional dan cenderung bersifat
ideologis, konflik ini seperti konflik antar-agama, antar etnis, dan konflik antar
kepercayaan lainnya. Konflik adalah tujuan itu sendiri, baik diizinkan atau tidak
yang digunakan mereka untuk menyebar prasangka (prejudice) dan scapegoath
kepada lawan ataupun dengan kelompok yang bukan lawan (Poloma, 2000: 111).
Penggolongan tipe konflik di atas, coba Coser gunakan untuk mengenalisa
konflik dengan kelompok luar (external conflict). Menurut Coser konflik eksternal
(external conflict) mampu menciptakan dan memperkuat identitas kelompok. Ia
menyatakan konflik membuat batasan-batasan di antara dua kelompok dalam
sistem sosial dengan memperkuat kesadaran atas keterpisahan, sehingga
menciptakan kesadaran identitas kelompok dalam sistem (Coser, 1957: 38).
Selanjutnya, konflik eksternal akan menjadi proses refleksi kelompok-kelompok
identitas mengenai kelompok di luar mereka sehingga akan meningkatkan
partisipasi setiap anggota terhadap pengorganisasian kelompok (Coser, 1957: 38).
Dengan kata lain, kekuatan solidaritas internal dan integrasi kelompok
dalam itu bertambah tinggi karena tingkat permusuhan atau konflik dengan
kelompok luar bertambah besar. Kekompakan yang semakin tinggi dari suatu
kelompok yang terlibat dalam konflik membantu memperkuat batas antara
kelompok itu dan kelompok lainnya dalam lingkungan permusuhan. Di dalam
kelompok itu, kemungkinan akan berkurangnya toleransi, perpecahan,
pengkotakan, dan tekanan yang semakin tinggi pada konsensus dan konformitas.
13
Para penyimpang dalam kelompok itu tidak lagi ditoleransi; kalau mereka tidak
dapat dibujuk masuk ke jalan yang benar, mereka mungkin diusir atau dimasukan
dalam pengawasan yang ketat
Sebaliknya apabila kelompok itu tidak terancam konflik dengan kelompok
luar yang bermusuhan, tekanan yang kuat pada kekompakan, konformitas, dan
komitmen terhadap kelompok itu mungkin berkurang. Ketidaksepakatan internal
mungkin dapat muncul kepermukaan lalu dibicarakan, dan para penyimpang
mungkin lebih ditoleransi. Umumnya individu akan memiliki ruang gerak yang
lebih besar untuk mengajar kepentingan pribadinya. Fungsi konflik eksternal
untuk memperkuat kekompakan internal dan meningkatkan moral kelompok
sedemikian pentingnya, sehingga kelompok-kelompok (atau pemimpin kelompok)
dapat berusaha memancing antagonisme dengan kelompok luar atau menciptakan
musuh dengan orang luar supaya mempertahankan atau meningkatkan solidaritas
internal.
Hal ini tidak perlu menjadi proses yang disadari. Apa pun sumbernya,
persepsi terhadap ancaman dari luar membantu meningkatkan atau
mempertahankan solidaritas internal, apakah itu realistis atau tidak. Pun kalau
ancaman musuh yang potensial itu hanya khayalan belaka, musuh itu masih dapat
sangat berfungsi bagi kelompok itu sebagai kambing hitam. Sesungguhnya,
ketegangan dalam suatu kelompok dapat dihindarkan untuk tidak merusakkan
kelompok itu, kalau ketegangan itu dapat diproyeksikan ke suatu sumber yang ada
di luar. Hasilnya adalah bahwa para anggota kelompok mempermasalahkan
14
musuh luar karena kesulitan-kesulitan internalnya daripada membiarkan kesulitan-
kesulitan ini menghasilkan perpecahan atau konflik dalam kelompok itu.
Hubungan antara kelompok itu dan musuh luar akan berbeda-beda
menurut suasananya. Di satu pihak, kontak antara kelompok dalam dan bakal
musuh mungkin minimal atau tidak ada, dan sifat-sifat bersama yang dimiliki
bersama dengan kelompok luar mungkin sama sekali tidak ada. Dalam hal ini
bakal musuh itu hanya merupakan suatu ancaman yang selalu ada, atau mungkin
merupakan suatu sumber kompetisi yang tidak langsung. Di lain pihak, mungkin
ada suatu interaksi atau ikatan lain antar kelompok luar dan kelompok dalam.
Beberapa anggota kelompok dalam dianggap memiliki sifat-sifat tertentu yang
menyerupai orang di kelompok luar, atau beberapanya mungkin terlibat dalam
hubungan sosial dengan para anggota luar kelompok itu.
Apabila hal ini terjadi, permusuhan yang bersifat agresif yang dirasakan
terhadap kelompok luar dapat diarahkan kepada mereka di kelompok dalam yang
memiliki kemiripan dengan anggota-anggota kelompok luar atau menjalin ikatan
dengan kelompok luar itu. Ikatan ikatan sosial dengan kelompok luar dapat
muncul karena beberapa alasan, seperti keinginan untuk berdamai dengan musuh
daripada aktif berjuang melawannya dengan biaya mahal. Tetapi mereka yang
menyatakan keinginan yang demikian untuk berdamai dengan menyesuaikan diri,
kadang-kadang dianggap oleh kelompok itu sebagai pengkhianat, dan akan
menjadi kambing hitam. Sesungguhnya setiap penyimpangan atau pengacau,
15
tanpa memandang sifat penyimpangan atau kekacauannya itu, dapat menjadi
kambing hitam yang menjadi sasaran frustasi dan agresi kelompok itu.
Kelompok di mana sering terjadi konflik terbuka sesungguhnya memiliki
solidaritas yang lebih besar daripada kelompok di mana tidak ada konflik sama
sekali. Persatuan yang utuh dalan kelompok terakhir ini nampaknya diselimuti
ketegangan dan permusuhan. Kalau ketegangan ini meledak, integrasi kelompok
dapat menjadi rusak sama sekali. Setiap hubungan dengan suatu keterlibatan
emosional yang tinggi dan tingkat keterlibatan diri yang tinggi mudah terancam
usaha disintegratif dari konflik yang terpendam. Coser mengungkapkan semakin
intim hubungan, semakin besar pula perasaan yang dicurahkan, semakin besar
pula kecenderungan untuk menekan perasaan bermusuhan daripada
mengungkapkannya.
Hasilnya adalah bahwa perasaan-perasaan bermusuhan itu menggunung;
setiap peristiwa yang menekan menambah intensitas permusuhan. Konflik yang
disembunyikan tidak berarti stabilitas kelompok terjamin. Ketidakhadiran konflik
di dalam suatu hubungan tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi stabilitas
yang aman aman saja. Sebaliknya, pihak-pihak tertentu mungkin
mengekspresikan perasaan benci (hostile feelings) jika merasa aman dan stabil
dalam hubungan tersebut. Mereka lebih mungkin menghindari suatu suatu
tindakan kebencian jika merasa takut akan mengakhiri hubungan tersebut.
Faktanya bahwa suatu hubungan yang "bebas dari konflik" tidak dapat
diindikasikan bahwa hubungan tersebut bebas dari unsur-unsur yang
16
menghancurkan. Sebaliknya jika suatu hubungan pihak-pihak tertentu stabil,
konflik mungkin muncul antar mereka. Untuk alasan ini, peristiwa konflik dapat
mengindikasikan kekuatan dan stabilitas dari suatu hubungan (Coser, 1957: 85).
Dipendam atau ditekannya konflik dapat menyebabkan putusnya hubungan. Kalau
keterlibatan emosional para anggotanya sudah tinggi, berakhirnya hubungan itu
mungkin dipercepat dengan meledaknya konflik secara tiba-tiba dan parah, di
mana ketegangan dan permusuhan yang menggunung sejak masa lampau meledak
dalam bentuk amukan yang keras. Dalam situasi seperti itu, peristiwa yang
mempercepat terjadinya mungkin remeh; pentingnya sebagai faktor pencetus
harus dimengerti latar belakang sejarah terakumulasinya permusuhan yang
terpendam itu.
Sebaliknya, kalau hubungan itu bersifat sekunder, putusnya hubungan
yang ditimbulkan oleh konflik terpendam mungkin hanya berupa sikap apatis
yang semakin bertambah. Bila hal itu terjadi kedua kelompok akan mengelakkan
perasaan bermusuhan itu dari sumber yang sebenarnya, dan mengembangkan
suatu saluran alternatif untuk mengungkapkannya. Alternatif seperti itu adalah
sejenis katup pengaman (safety value) yang mana dorongan-dorongan agresif atau
permusuhan dapat diungkapkan dengan cara-cara yang tidak mengancam atau
merusakkan solidaritas. Misalnya ketegangan antar pribadi dapat diungkapkan
dalam bentuk jenaka atau lelucon. Atau agresi dan permusuhan yang dipendam
dapat disalurkan dalam pertandingan kompetisi atau upacara-upacara ritual
lainnya.
17
Sikap permusuhan lainnya dapat dibelok kan dengan
mengkambinghitamkan orang dari kelompok luar atau orang yang menyimpang
dari kelompok itu sendiri. Bilapun konflik diselesaikan melalui mediasi, menurut
Coser pihak mediator harus bisa melepaskan perasaan bermusuhan antar
kelompok yang bertikai, dengan cara memberi solusi yang menguntungkan bagi
kedua belah pihak (Coser, 1957: 60). Mekanisme katup pengaman itu
menguntungkan kelompok dengan membiarkan rendahnya ketegangan yang
muncul dari antagonisme internal dan konflik dengan cara yang tidak akan terang-
terangan mengancam solidaritas itu. Dari paparan teori di atas, peneliti mengambil
beberapa proposisi yang dikemukanan Coser (1957: 151-152) antara lain,
a. Konflik dengan kelompok luar akan mempertegas batasan antar kelompok;
b. Solidaritas dan integrasi anggota kelompok (in-group) akan bertambah tinggi
ketika ada ketegangan (konflik) dengan kelompok luar;
c. Konflik dengan kelompok luar akan meningkatkan tekanan pada konsesus dan
konformitas pada anggota kelompok;
d. Selama suasana konflik, para penyimpang dalam kelompok tersebut tidak lagi
ditoleransi, jika tidak dapat memenuhi aturan maka tidak segan akan diusir
dari kelompok tersebut atau masuk ke dalam pengawasan yang ketat;
e. Apabila kelompok dalam tidak terancam konflik dengan kelompok luar, maka
kemungkinan tingkat kekompakan, konformitas dan komitmen itu akan
berkurang.
1.6. Kerangka Konseptual
1. Konflik Sosial
18
Konflik adalah kondisi sosial yang kerap muncul dalam kehidupan
bermasyarakat sehingga, konflik bersifat inheren artinya konflik akan selalu ada
daalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Istilah konflik secara
etimologis berasal dari bahasa latin “con” yang berarti bersama dan “figere” yang
berarti benturan atau tabrakan. Pada umumnya istilah konflik sosial berarti suatu
rangkaian fenomena pertentangan dan pertikaian antar pribadi, kelas, sampai pada
pertentangan dan peperangan internasional (Elly Setiadi dan Usman Kolip, 2011:
345).
Menurut Lawang (1994: 53), konflik diartikan sebagai perjuangan untuk
memperoleh hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan, dan sebagainya
dimana tujuan mereka berkonflik itu tidak hanya memperoleh keuntungan tetapi
juga untuk menundukan pesaingnya. Konflik dapat diartikan sebagai benturan
kekuatan dan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lain dalam
proses perebutan sumber-sumber kemasyarakatan (ekonomi, politik, sosial dan
budaya) yang relatif terbatas. Otomar J. Bartos seperti dikutip Novri Susan,
mengartikan konflik sebagai situasi dimana para aktor menggunakan perilaku
konflik melawan satu sama lain dalam menyelesaikan tujuan yang berseberangan
atau mengekspresikan naluri permusuhan (Susan, 2010: 63). Lewis Coser sendiri
mendefinisikan konflik sebagai “a struggle over values and claims to secure status, power,
and resources, a struggle in which the main aims of opponents are to neutralize, injure, or
eliminate rivals”
Berdasarkan pengertian konflik di atas, penelitian ini mendefinisikan
konflik sebagai proses pertentangan kedua kelompok untuk memperebutkan
19
sumber-sumber yang langka. Dalam proses berkonflik, kelompok yang terlibat
akan berusaha menghancurkan kelompok yang menjadi saingannya.
2. Nahdatul Ulama
Nahdlatul Ulama merupakan organisasi ke-Islaman yang dirintis oleh
para kyai berpaham Ahlussunnah Wal Jama‟ah. Mereka menjadikan NU sebagai
wadah untuk mempersatukan diri dan menyatukan langkah dalam tugas
memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam
dengan merujuk salah satu imam madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi‟i dan Hambali)
serta berkidmat kepada bangsa. Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) bergerak di
bidang pendidikan, politik dan sosial. Berdiri pada tahun 1926, NU bertujuan
untuk memperkuat kesetiaan kaum muslimin pada salah satu dari 4 madzhab dan
melakukan kegiatan-kegiatan yang menguntungkan para anggotanya sesuai
dengan ajaran-ajaran Islam. Adapun kegiatan pokok antara lain:
(1) Memperkuat persatuan antara sesama ulama yang masih setia kepada
ajaran-ajaran Madzhab; (2) Memberikan bimbingan tentang jenis-jenis kitab yang
diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan Islam; (3) Penyebaran-penyebaran
ajaran Islam yang sesuai dengan tuntutan empat Madzhab; (4) Memperluas
jumlah madrasah dan memperbaiki organisasi; (5) Membantu pembangunan
masjid-masjid, langgar dan pondok pesantren; (6) Membantu anak-anak yatim
piatu dan fakir miskin (Humaidi dan Ridwan, 1995: 15).
Oleh karena itu, Nahdlatul Ulama menetapkan dirinya menjadi pengawas
tradisi dengan mempertahankan ajaran keempat madzhab, dan memfokuskannya
20
pada mazhab Syafi‟i yang dianut oleh kebayakan umat Islam di Indonesia.
Nahdlatul Ulama berupaya menebar benih-benih Islam dalam wajah yang familiar
atau mudah di kenali oleh seluruh masyarakat Indonesia, serta menghindari
pendekatan negasional, sehingga kondusif bagi dua hal yang sangat di butuhkan
dalam konteks pluralisme, yaitu:
Pertama, perekatan identitas kebangsaan. Karena masuk melalui jalur
budaya dengan membawa watak pluralis, hampir tidak ada komunitas budaya
yang merasa terancam eksistensinya, baik langsung maupun tidak. Mulai dari
sinilah kemudian muncul kaidah hukum Islam “al‟adah muhakkamah” yang
memberi peluang besar pada tradisi apapun untuk dikonfersi menjadi bagian
hukum Islam. Selama tidak menyangkut ibadah mahdah seperti shalat, puasa dan
semacamnya, aktifitas budaya sangat mungkin dinilai sebagai kegiatan yang
bermuatan agama jika memang berperan menegakkan perinsip-prinsip yang
diperjuangkan Islam. Dan dalam batas yang minimal, aktifitas budaya tersebut
tidak akan dilarang selama tidak merusak kemaslahatan (Hasyim Muzadi, 1999:
60).
Kedua, pengembangan nilai-nilai kemanusiaan. Tidak dapat disangkal
bawa penampilan Islam yang akomodatif, secara tidak langsung akan berdampak
positif bagi upaya penegakan-penegakan nilai-nilai kemanusiaan dibanding
kekakuan sikap dalam beragama yang bisa mereduksi hak-hak asasi masyarakat
karena cenderung berpijak pada eklusifisme yang berpotensi memonopoli
kebenaran serta gampang menyulut kekerasan berbasis agama sikap akomodatif
21
tentu saja harus dibedakan dari kekeringan komitmen keislaman yang
menunjukkan lemahnya iman. Sebaliknya sikap akomodatif justru muncul sebagai
bukti totalitas pemahaman terhadap agama yang diyakini mampu menjadi rahmat
bagi semua orang (Hasyim Muzadi, 1999: 61)
Pada akhirnya, sikap akomodatif yag lahir dari adanya kesadaran untuk
menghargai perbedaan atau keanekaragaman budaya merupakan salah satu
landasan kokoh bagi pola pikir, sikap, dan prilaku yang lebih sensitif terhadap
nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian, orang tidak harus diperlakukan secara
manusiawi hanya lantaran beragama Islam tetapi lebih didasari pemahaman
bahwa nilai kemanusiaan memang menjadi milik setiap orang (Hasyim Muzadi,
1999: 62).
Dalam realitasnya NU terbagi menjadi dua yaitu NU Struktural dan
Kultural. NU struktural adalah orang NU yang menempati pada salah satu posisi
di kepengurusan NU, baik itu di tingkat pusat (PBNU) maupun di tingkat yang
paling bawah (Anak Ranting), atau sebagai pengurus pada salah satu badan
otonom NU. Sedangkan NU Kultural adalah orang NU yang sama sekali tidak
menempati pada salah satu kepengurusan di tubuh organisasi NU baik itu pada
tingkat pusat (PBNU) maupun di tingkat paling bawah, sampai ke BANOM-nya
tetapi amalannya adalah amalan NU (Abdul Ghoffar, 2013).
3. Salafi
Salaf sejatinya berasal dari kata salaf-yaslufu-salafan yang artinya adalah
telah lalu. Sedangkan menurut istilah kata salaf adalah generasi pertama umat
22
Islam dari kalangan sahabat, tabi‟in, dan tabi‟it tabi‟in dalam tiga masa yang
mendapatkan kemuliaan dan keutamaan. Mereka juga disebut Salafiyyah atau
Salafiyyun. Salafiyyah adalah penafsiran dari kata salaf yang berarti mengikuti
jejak, manhaj, dan jalan salaf. Sedangkan Salafiyyun yaitu bentuk jamak dari
salafi, bermakna orang yang mengikuti salaf (Ali Chozin, 2013: 5). Pengertian
lain menurut Yazid Jawas (2008: 24), yang memberikan batasan jelas tentang apa
yang dimaksud salafi yaitu "Orang-orang yang berjalan di atas manhaj salaf
dalam mengikuti Al Kitab (Al-Qur‟an) dan As-Sunnah mendakwahkan keduanya,
dan mengamalkannya."
Dari pengertian di atas bisa dibedakan bahwa pemakaian kata salaf
merujuk pada kondisi waktu yang disebut generasi terbaik dalam Islam.
Sedangkan Salafi merujuk pada orang-orang yang mengikuti ajaran dari tiga
generasi terbaik Islam yang disebut shalafus shalih. Petngertian serupa tentang
istilah salafi disampaikan oleh Jahroni (2007: 105) yaitu “Phonetically, salafi
means “past)/early”. The term „salafi‟ refers to the religious thougt suggesting
that the early periods of islam – during the time of the Prophet – is the most
authentic sorce of guide of islam. Thus, this thought referred to as salaf, which
means earlier people.”
Implikasi dari pandangan tersebut adalah Salafi berusaha mendakwahkan
dan mengamalkan Islam secara literal. Dengan usahanya untuk mengembalikan
pemahaman tentang Islam kepada pemahaman yang tengah digariskan oleh Nabi
dan para Sahabatnya menjadikan Salafi sangat kental dengan gagasan purifikasi.
23
Melalui jargon “kembali kepada Al-Qur‟an dan As-Sunnah yang sesuai dengan
pemahaman salafus shalih” mempertegas adanya semangat purifikasi dari
gerakan dakwah yang satu ini (Dady, 2012: 41- 42).
Hal tersebut sejalan dengan misi tokoh Salafi Muhammad bin Abdul
Wahhab yang mengembangkan dakwahnya dengan berpedoman pada prinsip-
prinsip dasar, yakini: (a) menghidupkan ilmu-ilmu keislaman; (b) memurnikan
tauhid dan memberantas kemusyrikan; (c) menghidupkan sunnah dan
memberantas bid‟ah; (d) pemurnian khazanah ilmu-ilmu keislaman; (e)
menyebarkan ajaran Islam yang lurus; (f) menganjurkan kebaikan dan mencegah
kemungkaran; (g) menegakan hukum Allah dalam pemerintah dan masyarakat; (h)
membuka pintu-pintu ijtihad untuk menjawab masalah kontemporer umat; (i)
membela agama Allah dan negri-negri muslim dengan kekuatan senjata; dan (j)
mensucikan jiwa (Ali Chozin, 2013: 6).
Meskipun Salafi menyebutkan bahwa dakwah yang mereka usung sangat
dipengaruhi oleh Muhammad bin Abdul Wahab, namun mereka menolak
dinamakan sebagai gerakan Wahabi. Sebab bagi mereka penamaan yang
ditunjukan kepada dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab merupakan warisan
kolonial Inggris yang tidak suka dengan dakwah Abdul Wahhab yang menjadi
pemersatu bangsa Arab saat itu. Tapi pada kenyataannya sebagai kalangan
akademik menamai kelompok Salafi sebagai Wahabi (Dedy, 2012: 43).
Gerakan dakwah Salafi kerap mengajarkan doktrin mengenai tauhid.
Tauhid dan akidah adalah ajaran utama dan terpenting dalam dakwah Salafi.
24
Dengan bertauhid berarti meyakini keesaan Allah dan kekuasaan yang tak
terbatas-Nya. Tauhid terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: (a) tauhid al-rububiyyah
(tauhid ketuhanan) yaitu pengakuan bahwa hanya Allah yang semata-mata
memiliki sifat Ketuhanan, Maha Kuasa, Maha Pencipta, dan yang menghidupkan
dan yang mematikan; (b) Tauhid al-ubudiyyah (tauhid ibadah) yaitu segala ibadah
hanya ditujukan kepada Allah. (c) Tauhid al-asma wa al-shifat (tauhid nama dan
sifat Allah) yaitu membenarkan nama-nama dan sifat-sifat yang disebutkan dalam
al-Quran tanpa disertai upaya untuk menafsirkan nama-nama tersebut kepada
siapapun selain kepada Allah. Ketiganya tidak bisa dipisahkan dan tidak dapat
berdiri sendiri karena merupakan pilar keimanan dari kalimat tauhid “la ilaha illa
Allah” (Eposito, 2002: 104).
Selain itu ajaran Salafi juga mengajarkan doktrin tentang bid‟ah. Bid‟ah
secara bahasa adalah hal yang baru dalam agama setelah agama itu sempurna.
Atau sesuatu yang dibuat-buat setelah wafatnya Nabi Muhammad. Bid‟ah itu
sendiri ada dua macam: Bid‟ah dalam bentuk ucapan atau keyakinan, dan bentuk
lain dalam bentuk perbuatan dan ibadah. Bentuk kedua ini mencakup juga bentuk
pertama, sebagaimana bentuk pertama dapat menggiring kepada yang kedua
(Sa‟id, 2002: 35-36).
Gerakan dakwah Salafi di Indonesia pada perkembangannya terpecah
menjadi dua bentuk yaitu Salafi puritan dan Salafi jihadi. Pertama, Salafi puritan
merupakan prototipe Wahhabisme non-politik, mereka menentang aktivitas
organisasi dalam syiar keagamaan salafi, dan fokus berdakwah untuk
25
memperbaiki akidah amaliyah masyarakat yang dianggap melakukan
penyimpanan. Kedua, Salafi jihadi merupakan gerak kaum ash-shahwah al-
islamiyah (kebangkitan Islam) yang mengkritik watak legitimatif kaum puritan
atas negara Saudi Arabia.
Salafi jihadi yang muncul di dunia kontemporer mengusung gerakan
“neo-salafisme” yang membuat gerakan keagamaan bukan lagi melalui dakwah
saja, tetapi juga organisasi dan ormas yang digunakan untuk membangun
kekuatan dakwah. Contoh salafi kontemporer antara lain, Laskar Jihad, Jamaah
Islamiyah dan Forum Komunikasi Ahlussunah Wal Jamaah (Syaiful, 2010: 28).
1.7. Kerangka Berpikir
Dalam kerangka berpikir ini peneliti akan menjelaskan unsur-unsur yang
menjadi konflik NU dan Salafi GIS Sunnah yaitu adanya perdebatan dalam
memahami konsep Ahlu Sunnah Wal Jamaah dan praktik ibadah yang bid‟ah dan
Sunnah. Unsur-unsur konflik tadi merupakan dasar daripada konflik non-realistik
yang ditunjukan melalui sejumlah prasangka, scapegoat, dan kekerasan. Adapun
penyelesaian konflik kedua kelompok dilakukan melalui mediasi oleh RT, RW,
Tokoh Masyarakat, dan kedua kelompok. Penjelasan tersebut dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
26
Gambar I.2. Kerangka Berpikir
1.8. Metodologi Penelitian
1. Metode Kualitatif
Perdebatan Ahlu
Sunnah Wal Jamaah
Prasangka
Perdebatan praktik
Ibadah bid‟ah dan
sunnah
Scapegoath Kekerasan
Mediasi
(Safety Value)
RT dan RW Kedua kelompok FKPM dan
Masyarakat
Perasaan bermusuhan
(hostile feeling)
Perilaku Konflik (hostile behaviour)
tipe non-Realistik
27
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang
memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis,
dan penuh makna (Sugiyono: 2005, hlm. 1). Pendekatan kualitatif dipilih untuk
menempatkan pandangan peneliti pada cara pandang subjek yang diteliti melalui
interaksi secara langsung. Pendekatan kualitatif selalu berusaha memahami
pemaknaan dari subjek yang diteliti (intersubjective meaning), di mana peneliti
mengobservasi dan melakukan interaksi antar komunikasi secara intensif dengan
subjek yang diteliti agar mampu memahami dan mengembangkan kategori-
kategori, pola-pola, dan analisis terhadap proses sosial yang tejadi di tengah
masyarakat (Creswell, 2010; Ivan, 2015: 45). Metode kualitatif cocok digunakan
bagi penelitian ini karena, permasalahan mengenai konflik keagamaan harus
dicari tahu sebab-sebab konflik antar kelompok beserta cara penyelesaian
konfliknya. Penjelasan tersebut hanya bisa diperoleh ketika peneliti menggunakan
metode kualitatif.
2. Jenis Penelitian
Penelitian yang akan digunakan adalah studi kasus. Crasswel menjelaskan
metode studi kasus adalah spesifikasi kasus dalam suatu kejadian baik itu yang
mencakup individu, kelompok budaya ataupun suatu potret kehidupan (1998: h.
37-38). Metode ini menuntut peneliti untuk menggali suatu fenomena tertentu
(kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, event, proses, institusi, atau
kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi secara terperinci dan mendalam
dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data.
28
Alasan digunakannya penelitian studi kasus adalah karena penelitian ini
ingin melihat konflik Nahdatul Ulama dan Salafi GIS Sunnah secara lebih
menyeluruh mulai dari pertama kali konflik muncul berupa perasaan
ketidaksukaan, kebencian, hingga meluas menjadi perilaku konflik terbuka seperti
pengusiran dan penyerangan.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kelompok Salafi dan kelompok NU, yang
terdiri dari ulama-ulama, jamaah, pengurus kajian, serta pemimpin
masjid/mushola setempat. Unit analisis yang hendak diteliti adalah konflik antar
kedua kelompok. Segala aktivitas, perilaku, dan interaksi kedua kelompok akan
diteliti secara mendalam. Pemilihan informan dilakukan dengan teknik snowball
yaitu mencari satu informan kunci yang bisa dimintai keterangan dan rekomendasi
untuk informan lain. Peneliti melakukan teknik ini ketika hendak mencari ulama
dan jamaah NU melalui informan FJ atau Ulama dan Jamaah Salafi GIS Sunnah
melalui informan SM.
Meskipun pencarian informan didasarkan atas rekomendasi informan
sebelumnya, namun peneliti tetap memberikan kriteria bagi subjek penelitian yang
akan diwawancara, antara lain: (1) Subjek merupakan anggota atau tokoh yang
aktif berdakwah di komunitas Salafi atau komunitas NU; (2) subjek memiliki
hubungan sosial yang intim dengan internal kelompoknya; (3) subjek mengalami
dan berkecimpung langsung dalam proses konflik antar kelompok. Pemilihan
kriteria ini berdasarkan kebutuhan dari data penelitian yang hendak diambil.
Informan dalam penelitian ini dapat dilihat pada table berikut ini:
29
Tabel I.2. Profil Informan
No Nama Usia Jenis Kelamin Jabatan
1 YP 40 Laki-Laki Ulama NU, ketua majelis ta‟lim At-
Tadzkia
2 MT 45 Laki-Laki Ulama NU, Ketua FKPM Gunung Sindur
3 FJ 55 Laki-Laki Ulama NU, DKM masjid Darusalam dan
Ketua RT. 008
4 SM 45 Laki-Laki Ulama Salafi, koordinator sosial
kemasyarakatan GIS Sunnah
5 RD 42 Laki-Laki Ulama Salafi, bendahara kajian GIS
Sunnah
6 TG 45 Laki-Laki Ulama Salafi, koordinator kajian GIS
Sunnah
7 AM 50 Laki-Laki Ulama Salafi, koordinator sosial
kemasyarakatan GIS Sunnah
8 JW 35 Laki-Laki Jamaah Salafi GIS Sunnah
9 SB 30 Laki-Laki Jamaah Nahdatul Ulama
10 TS 35 Laki-Laki Ketua RW. 009
4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan penelitian ini bersumber dari data primer dan
sekunder. Data primer merupakan data langsung yang dikumpulkan oleh peneliti
melalui proses wawancara dan observasi. Sementara data sekunder adalah data
yang dikumpulkan peneliti di luar proses penelitian seperti studi pustaka, dan data
statitistik. Adapun teknik pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti, yaitu:
a. Observasi partisipan
30
Dalam observasi, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber
data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka
data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada
tingkat makna dan setiap perilaku yang nampak (Sugiyono, 2005: 64).
Dalam penelitian ini, peneliti mengikuti berbagai macam pengajian serta
ritual ibadah dari kelompok Nahdatul Ulama dan kelompok Salafi supaya dapat
membangun komunikasi dengan anggota kelompok. Setiap hari Selasa, Kamis dan
Jum‟at peneliti mengikuti kajian tafsir yang dibuat oleh YP dan MT di masjid
Baitul Mukhlisin dan masjid Ahsanu Alama, sedangkan pada hari Sabtu dan
Minggu peneliti mengikuti kajian hadits yang dibuat oleh SM dan TG di Masjid
Al-Bilal.
Disana peneliti mengamati materi ceramah yang disampaikan oleh ulama
NU dan Salafi GIS Sunnah untuk mengamati apakah masih ada perasaan
bermusuhan setelah konflik usai. Keikutsertaan dalam pengajian-pengajian
tersebut, sedikit banyak membantu peneliti untuk melakukan pendekatan dengan
anggota kelompok dalam, sehingga data-data mengenai konflik dapat diketahui
secara menyeluruh.
b. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam (in-depth interview) akan dilakukan secara semi-
struktur dan terbuka agar lebih fleksibel dan dapat memunculkan data yang lebih
mendalam. Metode wawancara dapat dilakukan melalui tiga cara: wawancara
31
langsung (face to face), melalui telpon (by telphone), atau dalam bentuk
wawancara atau diskusi kelompok (focus group discussion) yang terdiri dari enam
sampai delapan partisipan perkelompok (Creswell, 2010; Ivan, 2015: 47).
Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti melakukan wawancara mendalam kepada
ulama NU, Ulama Salafi GIS Sunnah, Jamaah NU dan Jamaah Salafi GIS Sunnah.
Pertanyaan yang ditanyakan mula-mula adalah kegiatan keagamaan dan profil
masing-masing kelompok. Kemudian saat hubungan peneliti dengan informan
sudah mulai dekat, baru peneliti menanyakan persoalan-persoalan yang lebih
mendalam tentang alasan berkonflik, sumber-sumber berkonflik, serta bentuk-
bentuk konflik yang dilakukan oleh kedua kelompok.
Tabel I.3. Data dan teknik pengumpulan data
Teknik Pengambilan data Macam data
Pengamatan atau
Observasi
Aktivitas/keseharian Jamaah NU dan Salafi GIS Sunnah
di dalam maupun di luar masjid.
Aktivitas/keseharian Ulama NU dan Salafi GIS Sunnah
di dalam maupun di luar masjid.
Aktivitas/kegiatan pengajian NU dan Salafi GIS Sunnah
Aktivitas/kegiatan sosial di luar pengajian seperti
olahraga panahan dan bantuan sosial Griya Kafil Yatim
Pola interaksi antara ulama NU dan Salafi GIS Sunnah
Pola interaksi antara jamaah NU dan Salafi GIS Sunnah
Dinamika kegiatan keagamaan di setiap masjid Griya
Indah Serpong dan masjid Al-Bilal di Jl. Raya Pahlawan
Wawancara Mendalam Pemahaman informan terhadap peristiwa konflik antar
kedua kelompok
Pemahaman informan tentang penyebab konflik antar
kedua kelompok
32
Pemahaman informan tentang bentuk-bentuk konflik
antar kedua kelompok
Pemahaman informan tentang penyelesaian konflik
kedua kelompok
Alasan keterlibatan informan dalam konflik kedua
kelompok
Sikap dan tindakan informan selama adanya konflik
Struktur kehidupan di dalam kelompok NU atau Salafi
GIS Sunnah sebelum konflik, selama konflik, maupun
sesudah konflik
Studi Dokumen Sejarah kehidupan kelompok NU dan Salafi di Indonesia
Peristiwa konflik NU dan Salafi di berbagai daerah di
Indonesia
Asumsi-asumsi konflik yang diperdebatkan oleh
kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah
5. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan baik dari sumber primer (observasi
partisipatif dan wawancara mendalam) ataupun sumber sekunder (studi
kepustakaan) akan dianalisis melalui model interaktif. Menurut Milles dan
Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Adapun aktivitas dalam analisis data antara lain:
(a) Reduksi data adalah bentuk analisis yang mempertajam, memilih,
memfokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara di mana
kesimpulan akhir dapat digambarkan. Dalam penelitian ini data wawancara yang
tidak sesuai dengan pembahasan akan dibuang, sedangkan data yang sesuai
33
dikategorikan dalam box terpisah agar memudahkan peneliti untuk mencari data
wawancara tersebut. Pengkategorian didasarkan pada informasi yang akan ditulis,
seperti perbedaan pemahaman agama, atau penjelasan kronologi konflik.;
(b) Menyajikan data (data display adalah suatu kumpulan informasi yang
tersusun untuk pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian
data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart, dan sejenisnya. Selain dengan teks naratif, data juga bisa ditampilkan
melalui bentuk grafik, matrik, network (jejaring kerja), dan chart. Peneliti
membuat tabel, bagan dari agar memudahkan pembaca dalam memahami
informasi-informasi penting seputar penyebab konflik beserta bentuk konfliknya.
Peneliti juga membuat peta konsep untuk menggambarkan alur pembahasan yang
akan disajikan dalam penelitian ini;
(c) Penarikan/ Verifikasi kesimpulan, dari awal pengumpulan data,
penelitian kualitatif mulai memutuskan apakah makna sesuatu. Mencatat
keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat,
dan proposisi-proposisi. Kesimpulan dalam penelitian ini dibuat mengerucut yaitu
membahas sebab-sebab konflik terlebih dahulu, kemudian menjelaskan tindakan-
tindakan konflik, dan terakhir menjelaskan langkah-langkah mediasi yang
ditempuh oleh kedua kelompok. Tujuan dibentuknya alur tulisan seperti ini
supaya dapat tergambarkan secara baik fase-fase konfiknya.
1.9. Proses Penelitian
Perkembangan penelitian ini awalnya berjalan lambat, karena peneliti
menemui hambatan dalam mencari literatur seputar konflik NU dan Salafi GIS
34
Sunnah, karena meskipun masalah ini sudah banyak terjadi, tetapi pembahasan
mengenai konflik kedua kelompok masih jarang dibahas. Hambatan juga terjadi
ketika peneliti hendak berinteraksi dengan kelompok Salafi GIS Sunnah, awalnya
peneliti sangat canggung karena mereka cenderung menutup diri kepada orang
baru yang hendak bertanya terlalu dalam tentang kelompok mereka. Kenyataan
tersebut tentu berdampak pada data yang peneliti hendak gali, karena mereka
tidak bersedia menceritakan pengalaman konflik dengan kelompok NU.
Peneliti akhirnya mengambil keputusan untuk meninggalkan pertanyaan-
pertanyaan penelitian terlebih dahulu, dan fokus untuk melakukan pendekatan
lebih kepada ulama-ulama Salafi GIS Sunnah seperti informan SM dan RD yang
memang tinggal tidak jauh dari kediaman peneliti. Sambil melakukan pendekatan
peneliti juga melakukan observasi terhadap kegiatan-kegiatan keagamaan
kelompok Salafi GIS Sunnah di masjid Al-Bilal. Ketika dirasa hubungan peneliti
dengan ustadz SM dan RD sudah mulai dekat, peneliti mengutarakan maksud
penelitian ini, dan syukurnya mereka mau dimintai informasi seputar pengalaman
konflik dengan kelompok NU.
Mulai dari momen ini, penelitian ini menemukan titik terangnya, informan
SM dan RD semakin lama terlibat aktif memberi tahu informan-informan dari
kelompok Salafi GIS Sunnah yang memahami peristiwa konflik dengan kelompok
NU. Peneliti pun akhirnya melakukan pendekatan pada informan lain yaitu TG,
AM, dan JW, untuk memastikan apakah mereka benar-benar memahami situasi
konflik tersebut. Karena dirasa sudah tepat, peneliti menanyakan apakah mereka
mau memberi informasi soal kejadian konflik dengan kelompok NU, dan
35
syukurnya mereka mau memberi informasi tersebut lalu mendukung sepenuhnya
proses pengambilan data. Waktu yang peneliti butuhkan untuk melakukan
pendekatan dengan kelompok Salafi GIS Sunnah terhitung sejak Desember 2017
s.d Maret 2018, ketika semua informan dari kelompok Salafi GIS Sunnah sudah
bersedia di wawancara. Pengambilan data sendiri peneliti lakukan mulai dari April
2018 hingga Agustus 2018.
Berbeda dengan kelompok Salafi GIS Sunnah, kelompok NU baik ulama
maupun jamaaahnya menyambut baik maksud penelitian ini dari awal, terutama
informan FJ yang memang mendukung penuh penelitian ini, ia selalu menemani
peneliti ketika hendak mewawancarai ustadz atau jamaah NU. Pengambilan data
di kelompok NU relatif tidak mengalami kendala berarti karena semua pihak
mendukung sekali maksud penelitian yang sedang peneliti jalankan, hanya saja
untuk mengatur waktu pertemuan dengan ustadz-ustadz NU seperti informan YP
dan MT harus membutuhkan waktu dua minggu, karena kesibukan beliau yang
saat itu sedang ada tugas kerja di luar kota. Setiap pengambilan data, peneliti
bertemu informan dari kelompok NU di masjid Darusalam, Masjid BAitul
Mukhlisin, dan Masjid Ahsanu Amala. Di ketiga masjid ini peneliti juga
mengikuti beberapa kegiatan pengajian yang dibentuk oleh ulama-ulama NU.
Sama halnya dengan kelompok Salafi GIS Sunnah, pengambilan data untuk
kelompok NU dimulai dari bulan April 2018 hingga Agustus 2018.
36
1.10. Sistematika Penelitian
Guna memudahkan pembahasan, maka penelitian skripsi ini dibagi
menjadi empat bab yang terdiri dari:
BAB I : Membahas pernyataan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoretis, dan
sistematika penelitian.
BAB II : Membahas Letak Geografis, profil, dan aktivitas Kelompok
NU dan Salafi GIS Sunnah.
BAB III : Membahas konflik dan penolakan yang dilakukan oleh
kelompok Nahdatul Ulama terhadap aktivitas dakwah Salafi GIS
Sunnah, dan cara penyelasaina konflik yang dilakukan oleh kedua
kelompok.
BAB IV : Merupakan kesimpulan penelitian disertai dengan saran
Lampiran : Merupakan daftar kepustakaan atau rujukan bacaan yang
digunakan dalam penelitian ini.
37
BAB II
KEBERADAAN KELOMPOK NAHDATUL ULAMA DAN
SALAFI GRIYA INDAH SERPONG SUNNAH DI
PERUMAHAN GRIYA INDAH SERPONG
2.1.Kondisi Sosial Keagamaan di Kecamatan Gunung Sindur
Gunung Sindur adalah salah satu Kecamatan yang ada di
Kabupaten Bogor. Luas wilayah Gunung Sindur yaitu 4.942,13 ha2,
berbatasan langsung dengan Kecamatan Tanggerang di sebelah Utara,
Kecamatan Parung Panjang di sebelah Barat, Kecamatan Ciseeng dan
Kecamatan Parung di sebelah Selatan, serta Kecamatan Depok di sebelah
Timur. Wilayah Gunung Sindur sebenarnya lebih dekat dengan Kecamatan
Serpong, dan kota Tanggerang Selatan dibandingkan Kabupaten Bogor,
namun pengelolaan administrasi wilayah ini masih dikelola oleh Pemkab
Bogor.
Gambar II. 1. Peta Wilayah Kecamatan Gunung Sindur
Gunung Sindur memiliki beberapa desa yang terbagi menjadi 10
wilayah yaitu Jampang, Cibadung, Cibinong, Cidokom, Pedurenan, Curug,
Rawa Kalong, Pengasinan, Gunung Sindur, dan Paburuan (bogorkab.go.id).
Masing-masing desa memiliki jumlah penduduk dengan kepadatan yang
berbeda-beda, sebagaimana ditunjukan pada tabel di bawah ini:
Sumber: https://www.google.co.id.
38
Tabel II.1. Jumlah Penduduk, Luas Desa dan Kepadatannya di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2015
No
Desa
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Luas Km-2
Kepadatan
Jiwa/Km-2
1 Jampang 5.718 5.89 971
2 Cibadung 8.315 5.20 1.599
3 Cibinong 7.720 4.49 1.799
4 Cidokom 10.577 2.95 3.585
5 Pedurenan 11.317 2.89 3.916
6 Curug 12.790 5.67 2.256
7 Rawa Kalong 6.950 5.25 1.315
8 Pengasinan 11.884 5.18 2.294
9 GN Sindur 9.324 5.73 1.627
10 Pabuaran 10.574 5.56 1.902
Jumlah 95.124 48.81 1.949
Sumber: Kabupaten Bogor Dalam Angka 2015, Badan
Pusat Statistik Bogor, https://bogorkab.go.id.
Berdasarkan data di atas, penelitian ini dilakukan di wilayah
terpadat ke enam di Gunung Sindur yaitu desa Cibinong, dengan 1.779
Km/Jiwa. Kepadatan yang terjadi di desa Cibinong disebabkan oleh
masuknya berbagai pelaku usaha, sehingga banyak pekerja atau buruh-buruh
industri yang pindah ke wilayah ini, sebagaimana yang ditunjukan pada tabel
dibawah ini:
39
Tabel II.2. Tingkat Profesi Masyarakat Kecamatan
Gunung Sindur Tahun 2015
No Profesi / Mata
Pencaharian
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Petani 158 5 163
2 Petukangan 250 0 250
3 Pedagang 2.806 792 3.598
4 Wiraswasta 598 198 796
5 PNS 110 112 222
6 Buruh Pabrik 4.166 3.498 7.664
7 Pensiun 358 45 403
(Sumber: Monografi Kantor Kecamatan Gunung Sindur)
Berdasarkan data di atas banyaknya pekerjaan buruh industri pada
tahun 2015 yaitu 7.664 (7.6%) dari jumlah penduduk yang ada membuat
pemerintah menyiapkan beberapa perumahan Rakyat yang diperuntukan bagi
buruh industri ini. Adanya perumahan rakyat pun pada akhirnya membuat
peningkatan sarana dan prasarana ibadah seperti masjid, mushola, ponpres,
gereja katholik, gereja protestan, pure, serta wihara, sebagaimana ditunjukan
pada tabel dibawah ini:
40
Tabel II.3. Jumlah Penduduk dan Sarana Ibadah di Kecamatan
Gunung Sindur
Tahu
n
Kependudukan Sarana Ibadah
Laki-
Laki
Perem
puan Jumlah
Mas
jid
Mu
sho
la
Po
np
res
Ger
eja
Kat
oli
k
Ger
eja
Pro
test
an
Pu
re
Wih
ara
2007 43.718 41.422 85.140 40 6 5 0 3 2 1
2008 44.226 41.828 86.054 40 6 5 0 3 2 1
2009 44.506 42.165 86.671 55 158 17 0 3 2 1
2010 52.968 50.030 102.998 66 179 18 2 11 1 6
2011 55.034 52.727 107.336 66 179 13 10 1 6
Sumber : Kabupaten Bogor Dalam Angka 2015, Badan Pusat
Statistik Bogor, https://bogorkab.go.id
Berdasarkan data di atas, pembangunan masjid, mushola, dan
pondok pesantren di Kecamatan Gunung Sindur mengalami peningkatan tiap
tahunnya dibandingkan dengan pembangunan pure serta wihara yang
jumlahnya tidak terlalu meningkat, bahkan mengalami penurunan.
Peningkatan pembangunan gereja pun cukup signifikan dari tahun 2007
hingga 2011 kenaikannya sebanyak 8 tempat ibadah. Hal ini dikarenakan
banyaknya jamaah katolik yang berdatangan untuk tinggal di beberapa
perumahan rakyat (KPR). Kemudian adanya penurunan bangunan pondok
pesantren dari tahun 2010 ke 2011, dikarenakan adanya sengketa lahan yang
menyebabkan berhentinya aktifitas 5 pesantren di Gunung Sindur.
Meskipun terdapat berbagai peningkatan dalam kegiatan ekonomi
maupun jumlah sarana dan prasarana keagamaan. Hal ini justru berbanding
terbalik dengan angka partisipasi pendidikan di masyarakat Gunung Sindur
yang masih sangat rendah. Hal ini bisa dilihat dalam tabel berikut ini:
41
Tabel II.4. Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan
Gunung Sindur Tahun 2015
Berdasarkan data di atas, kebanyakan masyarakat Gunung Sindur
hanya tamat SMP dengan presentase sebesar 27 %, dan disusul dengan
masyarakat yang tidak tamat SD sebesar 23%, di posisi ketiga adalah
masyarakat yang hanya tamatan SMA sebsar 22 %. Masih rendahnya tingkat
pendidikan membuat masyarakat lebih berminat pada kegiatan pengajaran
keagamaan seperti pengajian ataupun majelis taklim.
Perkembangan majelis taklim dan pengajian selama ini dilakukan
oleh ulama-ulama NU mulai dari tahun 1990-an. Keterikatan masyarakat
dengan amaliyah NU lebih banyak terjadi melalui jalur kultural dibandingkan
struktural. Secara kultural ajaran NU di Gunung Sindur direpresentasikan
oleh sejumlah pesantren dan majelis ta‟lim. Beberapa pesantren ternama
antara lain: Annur Islamic Boarding Darunnajah, Pesantren Terpadu Darul
Qur‟an Mulia (asuhan Ustadz Yusuf Manshur), Pondok Pesantren Az-Zikra
Cibadung (asuhan ustadz Arifin Ilham), dan Pondok Pesantren Al-Inayah
Rawa Kalong yang menyediakan program belajar mulai dari SD hingga
SMA. Sedangkan majelis ta‟lim yang ternama adalah At-Tadzkia dan Al-
Hijrah.
Keberadaan sejumlah pesantren dan majelis ta‟lim juga didukung
oleh adanya Majelis Ulama Indonesia (MUI) tingkat kecamatan Gunung
No Tingkat
Pendidikan
Laki-
Laki
Perempua
n
Jumlah Persentas
e%
1 Tidak Tamat SD 2.610 2.823 5.433 23 %
2 Sekolah Dasar 1.958 1.373 3.331 13 %
3 SMP 2.893 2.789 5.682 27 %
4 SMA 2.920 2.393 5.313 22 %
5 DIPLOMA/SAR
MUD
264 1.357 1.621 7 %
6 SARJANA 903 727 1.630 6 %
Jumlah 11.761 11.604 23.365
42
Sindur. MUI Gunung Sindur sudah berdiri sejak tahun 2002. Peran MUI
sendiri adalah mensosialisasikan ajaran NU di tingkat kecamatan. MUI
mempunyai tanggung jawab untuk memberdayakan santri-santri pesantren
agar bisa berdakwah ke tengah-tengah masyarakat. Santri-santri yang sudah
lulus dari beberapa pesantren Gunung Sindur memang diwajibkan untuk
berdakwah di setiap desa yang mereka tinggali.
Oleh karena itu, MUI membantu mengadakan pelatihan-pelatihan
kepada santri-santri pesantren untuk membuat program dakwah yang
diminati masyarakat seperti acara peringatan Maulid Nabi, Isra Mi‟raj dan
Tabligh Akbar. Pesantren-pesantren ini melahirkan tokoh keagamaan
setempat yang siap berdakwah di tengah-tengah masyarakat, seperti Ustadz
Aceng Zakaria, dan Ustadz Gusriyanto.
2.2. Kondisi Sosial Keagamaan di Perumahan Griya Indah Serpong
Perumahan Griya Indah Serpong merupakan perumahan rakyat
(KPR) yang dibangun tahun 2009 oleh PT. Khatulistiwa Indah Jaya, di Desa
Cibinong, Gunung Sindur Bogor. Perumahan ini memiliki luas tanah 2.500
ha2 yang dibagi ke dalam 4 tahap, mulai dari blok A sampai blok V.
Perumahan GIS dikelilingi oleh dua kampung yaitu kampung Kemang dan
kampung Bulak Tuba, selain itu, ada juga perumahan Kemenkumham,
perumahan Departemen Kesehatan dan Lapas Gunung Sindur. Melihat
kondisi tersebut, bisa dikatakan bahwa lokasi perumahan Griya Indah
Serpong sendiri berada di tengah-tengah desa Cibinong.
Gambar II.2. Gapura Perumahan
Griya Indah Serpong
43
Sumber: Observasi tanggal 10 April di
perumahan Griya Indah Serpong
Masyarakat Griya Indah Serpong merupakan warga pendatang
yang sengaja pindah rumah karena alasan pekerjaan, keluarga, ataupun biaya
rumah yang relatif murah. Karena warga yang pindah rumah di tahun 2009
sampai 2012 masih sangat sedikit, mereka belum membuat aktivitas
keagamaan bersama, bisa dikatakan saat itu belum terbentuk struktur
keagamaan yang mapan baik berupa masjid, DKM ataupun alim ulama.
Perkembangan struktur keagamaan di Griya Indah Serpong baru terjadi
ketika tahun 2013, dimana warga tahap 1 dan tahap 2 sepakat membuat
masjid Ahsanu Amala di tanah fasilitas umum blok D.
Setelah mempunyai satu masjid, masyarakat yang berada di tahap 3
lambat laun mengikuti cara serupa yaitu menjadikan fasilitas umum sebagai
masjid atau mushola. Semenjak itu dibangun beberapa masjid/mushola di
perumahan Griya Indah Serpong antara lain: masjid Darusalam, Baitul
Mukhlisin, At-Tauhid dan Al-Ikhlas. Dibangunnya masjid membuat
44
masyarakat membuat DKM dan melakukan penokohan terhadap orang-orang
yang dianggap memiliki ilmu agama lebih (ulama). Ulama-ulama ini yang
akhirnya mengajarkan pemahaman Nahdatul Ulama melalui sejumlah majelis
ta‟lim. Anggota-anggota majelis ta‟lim biasanya diikuti oleh ibu-ibu, dan
remaja setempat.
Gambar II.3. Majelis Ta’lim Amanah (kiri), dan
Majelis Ta’lim Ahsanu Amala (kanan)
di Perumahan Griya Indah Serpong
Sumber: https://www.facebook.com/fkpmgis/
diunduh 21 Juni 2018
Setelah munculnya ulama-ulama setempat, kegiatan-kegiatan
keagamaan yang ada di perumahan GIS menjadi semakin berkembang.
Perkembangan tersebut, membuat masyarakat mulai mengadakan kegiatan
keagamaan tahunan seperti perayaan hari besar Islam dan Bazar Ramadhan.
Adapula kegiatan-kegiatan lain justru dairahkan ke ranah sosial seperti
dibentuknya Griya Kafil Yatim supaya masyarakat bisa bersedekah dan
membantu biaya hidup anak-anak yatim baik di perumahan maupun kampung
Kemang dan Bulak Tuba.
45
Gambar II.4. Kegiatan Keagamaan yang ada di Perumahan
Griya Indah Serpong. Di kiri adalah parade marawis,
di kanan adalah kegiatan bantuan sosial Kafil Yatim
Sumber: https://www.facebook.com/fkpmgis/
diunduh 21 Juni 2018
Semakin banyak kegiatan keagamaan yang dilakukan di
perumahan Griya Indah Serpong membuat ketertarikan beberapa kelompok
keagamaan untuk masuk dan berdakwah disini. Salah satunya adalah
kelompok Salafi GIS Sunnah yang merintis dakwah sejak 2014.
2.3. Sejarah dan Profil Kelompok Nahdatul Ulama di Perumahan Griya
Indah Serpong
Keberadaan kelompok NU di Perumahan Griya Indah Serpong sudah
mulai dirasakan masyarakat sejak tahun 2011. Kelompok ini terbentuk berkat
adanya ulama-ulama pendatang yang kebetulan tinggal menetap disana. Hal
ini diceritakan oleh YP sebagai berikut,
Saya udah lama dakwah disini, kira-kira dari tahun 2011 deh sepas
saya pindah rumah aja. Waktu itu di Griya belum ada apa-apa ya,
46
masjid pun belum ada, kalo mau salat jum‟at jauh harus ke masjid
luar perumahan. Makanya selagi kita punya tanah fasum yang gede di
tahap 2, saya sama warga menyarankan bangun masjid disana … itu
kalo gak salah Agustus 2013 ya jadi masjid Ahsanu Amala. Kalo ada
masjid kan enak kita bisa bikin pengajian, ngadain ibadah salat
jum‟at, salat Idul Fitri atau Idul Adha, jadi enggak perlu jauh-jauh
(Wawancara YP, 18 April 2018).
Gambar II.5. Masjid Ahsanu Amala
lokasi pengajian kelompok NU
Sumber: Observasi Peneliti di Perumahan
Griya Indah Serpong, blok D1
Selain YP, ada beberapa orang pendatang yang juga berdakwah di
perumahan Griya Indah Serpong, mereka adalah MT dan FJ. Keduanya mulai
aktif berdakwah ketika sudah pindah rumah ke blok Q. Di wilayah blok Q
memang mempunyai tanah fasum (fasilitas umum) yang cukup luas, sehingga
MT dan FJ memprakasai untuk membangun masjid disana. Setelah masjid
berdiri, MT diangkat sebagai imam tetap dan FJ diangkat sebagai ketua DKM
masjid oleh masyarakat. Hal ini dituturkan FJ sebagai berikut,
Warga blok Q kan punya fasum luas ya, waktu itu emang enggak
kepake apa-apa. Sebagai ketua RT saya menyarankan gimana kalo
dibuat masjid saja, dana nya nanti kita kumpulin dari sumbangan
masyarakat. Alhamdulillah memang ada aja si mas yang sumbang
47
semen, baja ringan, genteng, dan karpet masjid … Awal tahun 2014,
masjid ini udah berdiri 80%, udah bisa dipake buat salat, dan bikin
kegiatan masjid, ketika itu saya diamanahkan untuk menjadi ketua
DKM disini. Adanya pengurus masjid kan enak bisa ngatur jadwal
ibadah keagamaan rutin di bulan biasa dan bulan Ramadhan supaya
bisa terlaksana dengan baik, terus andaikan masyarakat punya acara
keagamaan dirumah seperti slametan, arwahan, aqiqahan bisa di
fasilitasi sama pihak masjid untuk pengadaan ustadznya (Wawancara
FJ, 20 April 2018).
Beranjak ke tahun 2015, kala itu sudah mulai banyak bermunculan
alim ulama yang berpemahaman NU namun, keberadaan mereka masih
terisolir di sejumlah masjid. Mereka belum saling mengenal, dan masih
berdakwah dengan cara masing-masing. Baru ketika MT dan FJ mengusulkan
adanya forum perkumpulan ulama dan jamaah masjid di seluruh Perumahaan
Griya Indah Serpong, rencana itu disambut baik oleh ulama dan jamaah
masjid lain. Hal ini dituturkan oleh MT sebagai berikut,
FKPM ini kan program gabungan dari setiap pengurus masjid Griya
Indah Serpong. Jadi FKPM ini ibarat wadah kita semua pengurus
masjid buat saling tukar pikiran tentang model dakwah kaya gimana
si yang bisa menarik minat masyarakat untuk rame-rame datang ke
masjid. Yang ada di 2015 kan kondisinya pengurus masjid suka
sendiri-sendiri ngadain acara agamanya, enggak ngundang-ngundang
jamaah dari blok lain. Saya sampaikan begitu waktu rapat dengan
beberapa pengurus masjid di masjid Ahsanu Amala, akhirnya mereka
sadar kalo takutnya acara agama di tiap masjid jadi terkesan dulu-
duluan, saingan, makanya kita buat deh FKPM tanggal 18 Maret 2016
supaya bisa ngatur kegiatan dakwah dan acara agama di setiap masjid
(Wawancara MT, 25 April 2018)
Berdasarkan penuturan informan MT, FKPM dibentuk pada tanggal
18 Maret 2016, dan dijadikan sebagai wadah perkumpulan setiap pengurus
masjid. FKPM bertujuan untuk menyelaraskan kegiatan-kegiatan agama yang
ada di setiap masjid, termasuk mengatur konten dakwah yang akan
48
disampaikan ke masyarakat. Sekertariat FKPM sendiri ada di masjid Ahsanu
Amala, disana setiap setiap malam minggu diadakan rapat pengurus masjid
atau mushola.
Gambar II.6. Logo FKPM GIS
Sumber: https://www.facebook.com/fkpmgis/
diunduh 21 Juni 2018
FKPM sendiri memiliki beberapa divisi yaitu divisi acara, media, dan
bantuan sosial. Adapun tugas dari masing-masing divisi adalah sebagai
berikut: Pertama, divisi acara mempunyai tugas untuk mengatur jadwal
kegiatan yang akan dilaksanakan setiap masjid dalam satu tahun. Divisi ini
juga bisa merekomendasikan pemateri yang akan mengisi kegiatan di setiap
masjid. Kedua, divisi media mempunyai tugas untuk menshare materi
dakwah dan mempublikasi kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan FKPM.
Selain itu divisi ini juga membuat sejumlah sosial media seperti WhatsApp
dan Facebook. Ketiga, divisi bantuan sosial mempunyai tugas untuk
menyalurkan dana sumbangan dari donator-donatur masjid untuk membantu
anak-anak yatim, janda, dan kaum dhuafa.
49
Gambar II.7. Struktur FKPM GIS
cv\
Sumber: Data Pengurus FKPM GIS
2.4. Kegiatan Kelompok Nahdatul Ulama di Perumahan Griya Indah
Serpong
Kelompok Nahdatul Ulama memiliki kegiatan rutin antara lain subuh
keliling (suling), kajian tafsir jalalain, yasin dan tahlil di masjid. Subuh
keliling merupakan kegiatan yang paling gemar diikuti masyarakat. Adapun
pelaksanaannya dilakukan secara berpindah-pindah di setiap masjid. Hal
tersebut bertujuan agar masyarakat di setiap blok perumahaman dapat
memakmurkan masjid di luar tempat tinggal mereka. Biasanya sehabis salat
subuh berjamaah akan ada kultum atau ceramah yang mengkaji kitab fiqh
Safinah dan Taqrib.
Ketua
Bendahara
Divisi Acara Divisi Media Divisi Bantuan
Sosial
50
Gambar II. 8. Poster Undangan Kegiatan Subuh keliling dan
Kajian Subuh yang Diisi Ceramah Ulama NU
Sumber: https://www.facebook.com/fkpmgis/ diunduh 20 Juni 2018
dan oberservasi kegiatan Suling tanggal 20 April 2018
di masjid Baitul Mukhlisin
Selain kegiatan subuh keliling, ada juga kegiatan yasin dan tahlil yang
rutin dilakukan setiap hari Kamis. Biasanya pembacaan yasin dan tahlil
dipimpin oleh dua orang ustadz yang bertugas memimpin bacaan yasin atau
memimpin doa untuk sanak keluarga jamaah yang sudah meninggal dunia.
Ataupun jika ada warga yang meninggal dunia biasanya pihak keluarga mayit
akan meminta dicarikan ustadz untuk menggelar tahlilan di rumah duka.
51
Gambar II.9. Poster Undangan Kegiatan Yasin, Tahlil, dan
Kajian Tafsir Jalalain
Sumber: https://www.facebook.com/fkpmgis/
diunduh 20 Juni 2018
Kegiatan-kegiatan tahunan yang dilakukan jamaah NU antara lain
Gebyar Muharam, Maulid Nabi, dan Isra Mi‟raj. Saat acara Gebyar Muharam
kegiatan yang paling menarik adalah pawai obor yang dilakukan oleh
masing-masing jamaah masjid/mushola beserta anak-anak TPA/TPQ yang
ada di Griya Indah Serpong. Biasanya kegiatan dimulai pukul 20.00 s.d
22.00, dan menempuh rute perjalanan mulai dari masjid Ahsanu Amala (blok
D) sampai masjid Al-Ikhlas (blok T). Dalam perjalanan, peserta yang
mengikuti pawai obor akan melantunkan shalawat nabi secara bersamaan.
Sebelum pawai obor siang harinya biasanya diadakan bazar baju dan
keperluan rumah tangga di lapangan ruko blok V.
52
Gambar II.10. Poster Undangan Kegiatan Gebyar Muharram
dan Tabligh Akbar yang diisi dengan Ceramah Ulama NU
Sumber: https://www.facebook.com/fkpmgis/ diunduh 20 Juni 2018
dan observasi saat mengikuti acara Tabligh Akbar
Gebyar Muharam di lapangan ruko Blok V
Selain itu, ada beberapa kegiatan agama yang selalu meriah
dilakukan antara lain Maulid Nabi dan perayaan tahun baru Islam. Kegiatan
maulid nabi biasanya dilakukan dengan mengundang pemateri dari luar
Gunung Sindur, hal ini guna menarik minat masyarakat untuk datang ke
masjid. Kegiatan maulid nabi biasanya dibarengi dengan perlombaan
marawis oleh sejumlah majelis ta‟lim yang ada di Griya Indah Serpong.
Sedangkan untuk perayaan hari besar Islam biasanya mengadakan acara
tabligh akbar di lapangan fasum blok V.
Terakhir adalah kegiatan tahunan yang kerap dilakukan oleh jamaah
NU yaitu perayaan milad FKPM. Perayaan milad FKPM diisi dengan berbagi
pengalaman tentang masalah yang terjadi di setiap masjid. Biasanya sehabis
53
ceramah akan diadakan acara makan tumpeng bersama yang sudah dibuat
oleh setiap pengurus masjid. Mempringati milad ke 2 tahun tanggal 18 Maret
2018, FKPM hadir dengan program baru yang semakin membantu
masyarakat umum, seperti koperasi syariah umat, dan lembaga Griya Kafil
Yatim (Observasi Milad FKPM, tanggal 18 Maret 2018, Lokasi di masjid
Ahsanu Amala).
Gambar II.11. Poster Undangan Acara Milad 1 Tahun FKPM GIS
dan Doa Bersama saat Penutupan Acara Milad FKPM
Sumber: https://www.facebook.com/fkpmgis/
diunduh 20 Juni 2018
2.5. Sejarah dan Profil Kelompok Salafi GIS Sunnah di Perumahan
Griya Indah Serpong
Keberadaan kelompok Salafi GIS Sunnah di perumahan Griya
Indah Serpong sudah mulai dirasakan sejak bulan April 2014. Ditandai
dengan munculnya dua orang yang sudah memiliki pemahaman Salafi, yaitu
SM dan RD. Kedua orang ini merupakan tokoh awal yang mendakwahkan
manhaj salaf di perumahan Griya Indah Serpong.
54
Saya pindah kesini itu tanggal 15 April 2014, terus enggak lama
ustadz RD pindah rumah kesini. Saya baru tau dia orang sunnah
juga pas udah ngobrol banyak sehabis sholat di masjid Darusalam.
Pertama kali pindah kesini emang saya udah diminta bantu-bantu
ngisi pengajian di masjid Darusalam. Setelah tinggal disini, saya
jadi tau kalo ajaran keagamaan penduduk disini masih bercampur
baur ya, ada Ikhwanul Muslimin, Jamaah Tabligh, tetapi mayoritas
masyarakat sini percaya ajaran NU. Terus masih banyak ritual
ibadah bid‟ah yang dikerjakan disini seperti selametan, tahlilan, dan
yasinan. Pokoknya kacau deh buat saya yang udah paham manhaj
salaf, makanya saya dan ustadz RD coba mendakwahkan manhaj
Salaf di masjid Darusalam, tapi jamaahnya enggak ada yang ngerti,
dan malah nganggap aneh dakwah tadi. Terpaksa saya ikuti dulu
ritual ibadah disini, di beberapa waktu aja si, karena enggak enak
dengan pengurus masjid, apalagi saya juga sering diundang untuk
dakwah disini. Nah baru sekitar bulan Juni 2015 datang ustadz TG,
ustadz AM dan teman-teman Salafi lainnya, yang mengajak saya
ikut pengajian Salafi lagi, setelah benar-benar mantap untuk hijrah
sepenuhnya, saya beraniin diri untuk enggak ikut lagi praktek
ibadah NU (Wawancara SM, 12 April 2018).
Berdasarkan penuturan Informan SM, saat itu memang belum
banyak orang Salafi yang tinggal di Griya Indah Serpong oleh karena itu, dia
dan RD mengikuti saja program dakwah yang dilakukan ulama-ulama NU.
Partisipasi keduanya di sejumlah kegiatan masjid NU membuat dakwah
Salafi selama tahun 2014 tidak berkembang, apalagi dakwah yang
disampaikan SM dan RD saat itu kurang mendapat simpati dari masyarakat.
Baru pada bulan Juni tahun 2015, jumlah jamaah Salafi mengalami
peningkatan yang ditandai dengan masuknya 5 keluarga Salafi baru yang
pindah rumah ke Griya Indah Serpong.
Mereka adalah keluarga TG, AM, FD, SP dan AS, kelima nya
berniat untuk menyebarkan dakwah Salafi di perumahan Griya Indah
Serpong. Namun, keinginan tersebut nampaknya belum bisa terlaksana
55
dengan baik karena jamaah Salafi satu dengan yang lainnya belum saling
mengenal. Hal ini dituturkan oleh informan TG sebagai berikut,
Saya pindah kesini sekitar bulan Mei 2015 waktu itu memang udah
ada beberapa orang sunnah disini, ada usatdz SM, RD, dan AM
yang saya kenal karena sering ketemu di masjid Darusalam. Di
Griya sebenarnya sudah mulai banyak orang-orang sunnahnya cuma
terpencar aja, ada yang di blok P, T, Q, K dan D jadi seolah-olah
enggak saling kenal … makanya saya mengusulkan pas ngobrol
dengan ustadz AM, SM, dan RD, gimana kalau kita bikin kajian
sunnah, supaya kita bisa saling kenal dengan teman-teman sunah
lain, terus kita bisa belajar bareng, bisa manggil ustadz Salafi dari
luar. Mereka setuju karena memang di Gunung Sindur ini belum
ada kajian sunnah, kalau mau ikut kajian sunnah kita harus ke BSD
atau Pamulang dulu. Dari kesepakatan empat orang itu akhirnya kita
mulai ngerintis kajian sunnah sendiri, alhamdulillah waktu kajian
pertama tanggal 20 September 2015 di masjid Darusalam, lumayan
rame lah jamaah yang dateng, ada sekitar 30 orang. Pematerinya
ustadz Atori Husein Lc. yang menjelaskan materi shirah nabawiyah
(Wawancara TG, 25 April 2018)
Saat kedatangan informan TG sekitar bulan Mei 2015 memang
belum belum ada kajian sunnah baik di perumahan Griya Indah Serpong
ataupun Gunung Sindur. Orang-orang yang berpemahaman Salafi pun masih
terpencar di sejumlah blok perumahan. Berdasarkan kondisi tersebut, TG,
AM, SM, dan RD berinisiatif membuat kajian sunnah untuk mempererat
silaturahmi antar jamaah Salafi sekaligus juga memberi pengetahuan syariat
Islam yang sesuai dengan manjah salafus shalih
56
Gambar II. 12. Logo Salafi GIS Sunnah
Sumber: https://www.facebook.com/gissunah/
diunduh 20 Juni 2018
Berkat inisiatif dari tokoh-tokoh Salafi tadi, kajian GIS Sunnah bisa
disambut baik oleh orang-orang Salafi di Griya Indah Serpong, mereka pun
tidak sungkan untuk bergabung mendukung kajian GIS Sunnah. Setiap Ahad
pagi jamaah Salafi GIS Sunnah mengadakan pengajian di Masjid
Darusalam, kegiatan tersebut berlangsung mulai dari Mei 2015 sampai
Januari 2016, selepas itu dakwah Salafi sering berpindah-pindah lokasi
pengajian karena konflik dengan jamaah NU. Tetapi kini jamaah Salafi GIS
Sunnah sudah memiliki lokasi pengajian sendiri yaitu di masjid Al-Bilal
yang terletak di Jalan Raya Pemuda, Desa Cibinong, Kecamatan Gunung
Sindur. Masjid Al-Bilal memiliki tanah seluas ± 2 hektar yang dibangun
masjid seluas 500m2
Masjid Al-Bilal itu luas banget ya kalo enggak salah 2 hektar,
bangunan masjidnya 500m2, rencananya di dekat masjid mau
dibangun perumahan juga. Cuma sayang-nya masjidnya sepi dan
57
enggak pernah keliatan ngadain kegiatan agama, karena kita juga
butuh masjid ini buat ngadain pengajian lagi, makanya kita coba
minta izin ke DKM masjid Al-Bilal dan kelurahan Cibinong untuk
bikin pengajian disana. Alhamdulillah mereka si mengizinkan kalau
buat pengajian disana, tapi memang kita harus perbaiki bangunan
masjid yang sudah mulai rusak, seperti atapnya yang bocor, dan
plafonnya yang sudah rusak … setelah semua perbaikannya rapi
kira-kira Februari 2016 deh, kita langsung mulai lagi pengajian GIS
Sunnah di masjid Al-Bilal (Wawancara RD, 16 April 2018).
Berdasarkan penuturan Informan RD, masjid Al-Bilal difungsikan
kembali oleh jamaah Salafi GIS Sunnah karena pihak DKM masjid tersebut
jarang mengadakan kegiatan agama. Kondisi masjid pun tidak terawat, dan
harus direnovasi supaya bisa melaksanakan kegiatan agama secara nyaman.
Kini, penampakan masjid Al-Bilal sudah kembali bagus dan dijadikan
tempat pengajian Salafi GIS Sunnah mulai dari bulan Februari 2016 sampai
dengan sekarang. Jamaah Salafi yang datang pun bukan hanya dari wilayah
Gunung Sindur melainkan dari wilayah lain yang berada di sekitaran
Gunung Sindur seperti Parung, SD, Serpong dan Pamulang.
Gambar II.13. Masjid Darusalam (kiri) dan Masjid Al-Bilal (kanan),
Lokasi Pengajian Kelompok Salafi GIS Sunnah
Sumber: Observasi tanggal 15 April 2018, lokasi: Perumahan Griya
Indah Blok Q2 dan Jl. Raya Pemuda, Desa Cibinong
58
Semakin banyaknya jamaah yang bergabung dengan kajian GIS
Sunnah akhirnya membutuhkan pengorganisasian lebih lanjut. Kajian GIS
Sunnah kini dikelola oleh tiga koordinator yaitu, bidang kajian, keuangan,
serta sosial kemasyarakatan. Pertama, koordinator bidang kajian bertugas
membuat jadwal kajian dan menghubungi ust adz Salafi yang akan menjadi
pemateri di hari Selasa, Jum‟at, dan Minggu. Kedua, koordinator keuangan
bertugas mengelola dana infaq dan sumbangan jamaah untuk pemeliharaan
masjid. Terakhir, koordinator sosial kemasyarakatan bertugas mengundang
masyarakat atau Jamaah Salafi untuk ikut kajian GIS Sunnah melalui
sejumlah broadcast WhatsApp dan Facebook.
Koordinator kajiannya itu ustadz TG, dia tugasnya ngundang ustadz-
ustadz Salafi dari luar Gunung Sindur. Terus ustadz RD itu bendahara
yang ngurusin pemasukan uang infaq. Kalau saya dan ustadz SM
tugasnya ngajak masyarakat untuk ikut kajian sunnah lewat WhatsApp
atau Facebook (Wawancara AM, 30 April 2018)
Gambar II.14. Struktur kelompok Salafi GIS Sunah
Sumber: Data pengurus Salafi GIS Sunnah
Salafi GIS Sunnah
Koordinator
Keuangan
Koordinator
Kajian
Koordinator
Sosial
Kemasyarakat
an
59
Program yang sudah dijalankan oleh kelompok Salafi GIS Sunnah
adalah kegiatan pendidikan di TPQ Al-Fath blok F, P, dan Q, sedangkan
program yang sedang direncanakan adalah pembuatan pesantren GIS
Sunnah di daerah Ciseeng untuk jenjang SD, dan SMP.
2.6. Kegiatan Kelompok Salafi GIS Sunnah di Perumahan Griya Indah
Serpong
Kelompok Salafi GIS Sunnah memiliki tiga kegiatan utama yaitu
kajian agama, olahraga, dan pendidikan. Kegiatan-kegiatan tersebut
dibentuk selama jamaah Salafi GIS Sunnah pindah ke masjid Al-Bilal.
Pertama, kajian GIS Sunnah yang dibuat setiap hari Selasa, Jum‟at, dan
Minggu. Kajian GIS Sunnah kerap dihadiri oleh tokoh-tokoh Salafi dari luar
Gunung Sindur yaitu, ustadz Atori Husein L.c, ustadz Badrus Yahya L.c,
dan Ustadz Agung Budiardi L.c. Mereka kerap diminta menjadi pemateri
kajian dua mingguan untuk membedah kitab At-Tauhid, Aqidah
Washitiyyah, dan Hadzihi Da‟watuna wa Aqidatuna. Sedangkan untuk
kajian harian setiap Selasa dan Jum‟at dipimpin oleh SM, AM, RD, dan TG
yang membahas kitab Umdathul Ahkam, Bhulughul Mahram, Shirah
Nabawiyah, dan tafsir Ibnu Katsir. Penjelasan kajian GIS Sunnah dituturkan
oleh JW,
Waktu itu tau kajian GIS Sunnah dari temen yang juga ikut pengajian
ustadz SM dan RD. Katanya disana pengajiannya enak diajarin hadits
dan ceramahnya lebih serius, enggak banyak bercanda kaya ceramah-
ceramah lain. Saya jadi tertarik ikut, terus ikut-ikut terus lama-lama
jadi rutin. Menurut saya pengajian GIS Sunnah ini enak enggak ada
60
yang ngerasa “wah saya paling bisa, paling pinter”, jadi sama-sama
belajar, kalo ada temen yang salah penafsiran haditsnya, kita betulin
sama-sama berdiskusi mana yang paling mendekati benar dan
disepakati sama teman-teman sunnah (Wawancara JW, 10 Juli 2018).
Kajian GIS Sunnah memang memiliki metode berbeda dengan
pengajian lain di perumahan Griya Indah Serpong. Fokus kajian GIS Sunnah
sendiri adalah membedah kitab-kitab seputar akidah dan fiqh. Peraturan
dalam kajiannya adalah ustadz memberi materi ceramah kepada jamaah, lalu
mengadakan sesi tanya jawab.
Gambar II.15. Poster Undangan Kegiatan Kajian Salafi
GIS Sunnah di Masjid Darusalam
Sumber: https://www.facebook.com/gissunah/ diunduh 20 Juni 2018,
dan observasi tanggal 15 April 2018, lokasi
Masjid Darusalam, blok Q2
Beberapa adab yang harus dituruti oleh peserta kajian adalah dilarang
membawa handphone, dianjurkan membawa buku catatan, dilarang
membawa anak-anak dibawah usia 5 tahun. Tempat duduk bagi jamaah laki-
laki dan perempuan pun terpisah dengan tirai panjang. Bagi Jamaah
perempuan karena tidak bisa melihat langsung ceramah ustadz akan dibantu
oleh layar televisi atau layar proyektor yang disediakan pihak masjid.
Pertanyaan yang hendak disampaikan dituliskan melalui kertas tanpa disertai
61
nama sehingga informasi diri penanya tidak akan diketahui jamaah lain.
Pertanyaan yang disampaikan jamaah sebisa mungkin harus sesuai dengan
tema kajian, bila ada pertanyaan diluar tema kajian biasanya akan disortir
oleh koordinator dan tidak akan diserahkan kepada ustadz yang mengisi
kajian (Observasi peneliti tanggal 15 April 2018, Lokasi: Masjid Jami al-
Bilal).
Kedua, kegiatan olahraga panahan yang diberi nama GIS Archery.
Kegiatan panahan dilakukan setiap hari minggu sebelum waktu kajian GIS
Sunnah di halaman masjid Al-Bilal. Waktu kegiatan panahan dilakukan
pagi-pagi pukul 07.00 s.d 08.00, durasinya satu jam sebelum waktu kajian
GIS Sunnah, itu pun kalau memang bertetapan di hari yang sama dengan
kajian. Kegiatan panahan ini umum, siapa pun boleh ikut, tetapi mayoritas
pesertanya adalah jamaah Salafi GIS Sunnah. Disana kegiatannya hanya
memanah target dibimbing oleh oleh instruktur panah bagi yang belum
mahir untuk memanah (Observasi peneliti tanggal 22 April 2018, Lokasi
Masjid Al-Bilal).
… di masjid Al-Bilal kita ngadain kegiatan olahraga panahan yang
kita kasih nama GIS Archery. Itu kan salah satu olahraga sunnah yang
memang diajarkan oleh Rasulullah dan Salafus Shalih. Sebenarnya
ada juga olahraga sunnah lain kaya thifan, berenang dan berkuda tapi
disini kita enggak ngadain karena fokus kita masih ke kajian si
(Wawancara RD, 16 April 2018).
Ketiga, adalah pengajaran Al-Qur‟an dan Hadits di TPQ Al-Fath.
Pengajaran Al-Qur‟an dilakukan oleh AS beserta istrinya, biasanya
pengajian dan hafalan surat-surat al-Qur‟an dilakukan setiap sore mulai
pukul 16.00 s.d 17.00. Selain mengajarkan Al-Qur‟an dan Hadits, ada juga
kegiatan takhosus atau semacam les Bahasa Arab yang disampaikan oleh
TG, berisi penjelasan kosa kata benda, kata kerja, dan percakapan dalam
Bahasa Arab.
62
BAB III
FENOMENA KONFLIK NAHDATUL ULAMA
DAN SALAFI GIS SUNNAH
3.1. Perasaan Bermusuhan: Pemicu Konflik Nahdatul Ulama dan Salafi GIS
Sunnah di Perumahan Griya Indah Serpong
Perasaan bermusuhan (hostile feeling) merupakan unsur awal bagi
terbentuknya konflik antar kelompok. Perasaan bermusuhuan biasanya timbul dari
rasa kebencian, frustasi dan ketidaksukaan terhadap objek yang dianggap
mengecewakan (Coser, 1957, 38). Perasaan bermusuhan dalam konflik NU dan
Salafi GIS Sunnah bersumber dari perbedaan pandangan keagamaan tentang
definisi Ahlu Sunnah Wal Jamaah dan praktik ibadah sunnah atau bid‟ah.
1. Gambaran tentang Ahlu Sunnah Wal Jamaah Menurut Kelompok Nahdatul
Ulama dan Salafi GIS Sunnah.
Masalah penafsiran Ahlu Sunnah Wal Jamaah menjadi sumber
permusuhan pertama, karena kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah kerap berbeda
pandangan soal masalah ini. Penafsiran tentang Ahlu Sunnah Wal Jamaah
bersumber dari hadits 73 golongan (Iftiraqul Ummah) dari Auf bin Malik
Radhiallahu „anhu yang meriwayatkan sabda Rasulullah Saw sebagai berikut,
Yahudi dulu terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan; satu golongan
masuk surga, tujuh puluh golongan masuk neraka. Nasrani terpecah
menjadi tujuh pula dua golongan; satu golongan masuk surga, tujuh puluh
satu masuk neraka. Demi dzat yang jiwa Muhammad berada di tangannya:
umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan; satu golongan
masuk surga dan tujuh pula dua lainnya masuk neraka.” Ada sahabat yang
63
bertanya, „Wahai Rasulullah! Siapa mereka yang masuk surga itu?‟ Beliau
menjawab, „Mereka adalah al-jama‟ah1
Hadist di atas menjadi rujukan ulama Nahdatul Ulama dan Salafi GIS
Sunnah, jika hendak mendakwahkan materi Ahlu Sunnah Wal Jamaah kepada
jamaahnya. Meskipun menggunakan hadits yang sama, keduanya memiliki
pandangan berbeda dalam mendefinisikan siapa itu golongan Ahlu Sunnah Wal
Jamaah, umat muslim yang mendapat keselamatan di akhir zaman. Informan FJ
selaku ulama NU mengungkapkan pendapatnya sebagai berikut,
Ahlu Sunnah biasa disebut Ahlu hadits ya, dan Ahlu Hadits kebanyakan
dari kalangan Asy‟ariyyah dan Maturidiyyah. Mereka ini ya sudah pasti
paham betul sama ayat-ayat dalam Al-Qur‟an dan hadist nabi, makanya
jamaah NU harusnya selain berpegang teguh terhadap Al-Qur‟an dan
hadits, ikutin juga imam mazhab seperti imam Syafi‟i. Baik kalangan
Asy‟ariyyah, Maturidiyah dan imam Syafi‟i sendiri jelas-jelas golongan
Ahlu Sunnah Wal Jamaah, hafalan haditsnya pun enggak usah diragukan
lagi. Kalo jamaah NU sudah ikutin ajaran-ajaran beliau ya sudah bisa
disebut Ahlu Sunnah Wal Jamaah ya. Insyallah kita pun enggak akan
tersesat kalo ada ayat Al-Qur‟an yang mustasyabihat (tersembunyi),
karena sudah dituntun dengan ijma atau kias ulama-ulama. Ayat-ayat
seperti itu enggak bisa ditafsirkan tidak pake ilmu atau tuntunan dari salah
satu imam mazhab, ya ujung-ujungnya kita akan tersesat, dan lebih
parahnya lagi menuduh orang sesat disaat mereka sendiri masih miskin
ilmu. Jadi menurut saya golongan umat yang bisa selamat di akhir zaman
adalah orang-orang yang mengikuti Al-Qur‟an, hadits, dan ajaran ulama-
ulama shalih (Wawancara Fajar, 20 April 2018).
Berdasarkan penuturan informan FJ, definisi golongan Ahlu Sunnah Wal
Jamaah adalah sebagai berikut: (1) mereka yang berpegang teguh pada sumber
hukum Islam yaitu Al-Qur‟an, Hadits, dan Ijtihad Ulama; (2) mereka yang
menggunakan salah satu dari ajaran empat imam madzhab, khususnya madzhab
imam Syafi‟i; (3) mereka yang tidak berbuat kemungkaran dan tidak sesat-
1 Lihat Fathu Rabil Barriyah ringkasan dari al-Hamawiyah oleh al-Allamah Muhammad bin
Ustaimin hal. 10, serta Syarah al-Akidah al-Wasithiyah oleh al-Allamah Shalih bin Fauzan al-
Fauzan. Hal. 10
64
menyesatkan sesama umat muslim ketika masih miskin ilmu. Pandangan lain
tentang golongan Ahlu Sunnah Wal Jamaah dijelaskan oleh informan MT sebagai
berikut,
Ahlu Sunnah itu umat pilihan ya, jadi yang masih percaya dengan Al-
Qur‟an, Hadits dan empat imam madzhab itu masih disebut Ahlu Sunnah
Wal Jamaah, kecuali syiah yang memang enggak percaya sama empat
imam madzhab. Namun karena saking banyak orang yang menganggap
dirinya Ahlu Sunnah, maka dibuatlah kriteria-kriteria tertentu, salah
satunya yang dimaksud Ahlu Sunnah kalo bisa jadi suri tauladan bagi
orang-orang di sekelilingnya. Kalo pake kriteria ini kan jadi kelihatan tuh
mana yang dianggap Ahlu Sunnah mana yang udah keluar dari kriteria itu.
Sekarang kan banyak orang yang menselisihi makna sunnah itu sendiri.
Contohnya ada kelompok agama yang mengaku ingin menegakan sunnah-
sunnah rasul, ingin memberantas kemusyrikan, tapi mendakwahkan
masalah itu dengan menyakiti orang lain, menghina ajaran kelompok lain,
ini kan enggak bener ya … makanya ulama-ulama NU jangan sampai
berdakwah dengan cara kaya gitu, kita harus berdakwah dengan
menghargai ajaran umat lain, golongan lain, atau kelompok lain, jangan
sampai menyinggung, atau menghina ajaran agama orang lain. Perilaku
kaya gitu justru akan menjauhkan kita dari kriteria Ahlu Sunnah itu sendiri
(Wawancara MT, 25 April 2018)
Berdasarkan penuturan informan MT, yang dimaksud golongan Ahlu
Sunnah Wal Jamaah adalah umat muslim yang bisa memberikan suri tauladan
bagi orang-orang di sekelilingnya, dan mereka yang percaya dengan prinsip salah
satu dari empat imam mazhab. Golongan Ahlu Sunnah juga tidak boleh
menyelisihi prinsip sunnah itu sendiri yaitu berdakwah dengan cara menyinggung
atau menyesatkan kelompok lain. Dari beberapa pertimbangan di atas, informan
MT dan FJ sepakat jika kelompok NU merupakan gologan yang pantas disebut
sebagai Ahlu Sunnah Wal Jamaah..
Begitupula dengan kelompok Salafi GIS Sunnah, mereka menganggap
golongan Ahlu Sunnah Wal Jammah hanya dimiliki oleh orang-orang yang mau
65
menjauhkan diri dari berbagai bid‟ah yang dilarang oleh agama. Perilaku tersebut
bertujuan agar kelompok umat muslim tidak tersesat dan akan mendapat
keselamatan dari berbagai dosa dan kemungkaran. Hal ini dituturkan oleh
informan SM sebagai berikut,
Ahlu Sunnah ya, selagi dia punya pemahaman sunni masih bisa disebut
Ahlu Sunnah, Salafi Ahlu Sunnah, NU Ahlu Sunnah, Muhammadiyyah,
Persis Ahlu Sunnah, tapi memang mesti dibedakan mana kelompok yang
bener-bener berpegang teguh dengan ajaran sunnah nabi, mana yang
enggak. Kalo orang Ahlu Sunnah sudah pasti menghindarkan diri dari
praktik yang baru di dalam agama Islam (bid‟ah), karena harusnya kita
membawa agama ini kepada agama yang berdasarkan apa kata Allah dan
apa kata nabi, bukan karena tradisi, kata kyai-kyai dulu jadi taklid begitu
dengan perkataan mereka, bahkan parahnya lagi lebih percaya ajaran
mereka dibanding ajaran nabi yang pokok. Itu yang salah ya karena Ahlu
Sunnah itu enggak boleh fanatik sama satu guru, satu ajaran, misalnya
fanatik pake mazhab imam syafi‟i, pake kitab kuning, ya eenggak bisa gitu
karena masih ada nih pendapat imam-imam mazhab lain yang harus
dipertimbangkan juga. Fanatik berlebihan kepada satu ajaran justru
menjauhkan kita dari makna sunnah itu sendiri, karena pasti akan menutup
diri sama kebenaran dari ajaran lain (Wawancara dengan SM, 12 April
2018)
Pandangan lain disampaikan oleh informan RD sebagai berikut,
Ahlu Sunnah Wal Jamaah menurut orang-orang Salafi adalah orang yang
membawa cahaya ilmu bagi umat muslim. Ilmunya ya berdasarkan ajaran
dari kaum Salaf, dari sahabat, dari tabi‟in dan tabiut tabi‟in. Ahlu Sunnah
juga kelompok yang bertahan dengan sunnah nabi meskipun dikelilingi
oleh orang-orang yang sudah membuat kerusakan. Jadi orang sunnah itu
harus sabar ya karena akan banyak fitnah yang datang pada mereka,
seperti dibilang kelompok sesat, pemecah belah, ya kita tunjukan aja
kebenarannya kalo kita enggak gitu. Memang ada perbedaan-perbedaan
yang akhirnya membuat kita bisa membedakan antara kelompok Ahlu
Sunnah atau bukan, itu bisa dari penafsiran tentang nama dan sifat Allah.
Kalo ada orang yang percaya bahwa Allah itu ber-istiwa di atas arsy,
berarti dia Ahlu Sunnah karena paham sama masalah tauhid. Tapi kalo ada
orang yang ditanya keberadaan Allah, terus dia jawabnya Allah itu ada di
mana-mana ya berarti dia sudah keluar dari prinsip Ahlu Sunnah, karena
dia enggak paham prinsip tauhid dan tidak memahami ayat Al-Qur‟an
tentang masalah itu (Wawancara RD, 16 April 2018)
66
Pandangan kelompok Salafi GIS Sunnah tentang golongan Ahlu Sunnah
Wal Jamaah antara lain (1) orang-orang yang mempelajari ilmu agama sesuai
dengan tuntunan Rasulullah Saw dan para ulama salafus shalih; (2) menjauhkan
diri dari praktik ibadah baru yang diada-adakan (bid‟ah); tidak taklid (fanatik)
terhadap satu mazhab, satu guru, ataupun satu kelompok; (4) mempercayai nama
dan sifat-sifat Allah. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, kelompok Salafi GIS
Sunnah percaya bahwa mereka adalah gologan Ahlu Sunnah Wal Jamaah,
sedangkan kelompok lain seperti jamaah NU dianggap sudah keluar dari kriteria
tersebut.
Tabel III.1. Gambaran tentang Ahlu Sunnah Wal Jamaah menurut
kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah.
Kelompok Kriteria Ahlu Sunnah Perasaan kekecewaan
Nahdatul
Ulama
- Mengikuti Al-Qur‟an,
hadits, dan Ijtihad ulama
- Mengikuti salah satu dari
empat imam mazhab,
mengikuti mazhab Syafi‟i
- Menggunakan ijma dan
kias dalam menetapkan
suatu hukum
- Mengikuti sunnah-
sunnah nabi
- Mengamalkan 20 sifat
Allah
- Orang-orang yang berpemahaman
Ahlu Sunnah tetapi masih suka
berdakwah yang menyinggung,
dan menyakiti orang lain sudah
keluar dari kriteria tersebut.
- Ahlu Sunnah tidak boleh
memahami ayat Al-Qur‟an dan
hadits tanpa tuntunan ulama.
Salafi GIS
Sunnah
- Mengikuti Al-Qur‟an dan
hadits.
- Mengikuti semua ajaran
imam mazhab (tidak
- Ahlu Sunnah tidak boleh fanatik
(taklid) terhadap satu ajaran, satu
guru, dan satu kelompok.
- Ahlu Sunnah tidak boleh
67
bermazhab).
- Tidak menggunakan ijma
dan kias untuk
menetapkan suatu hukum
- Mengikuti sunnah nabi
dan menjauhi perilaku
bid‟ah
- Mempercayai nama dan
sifat Allah
melakukan praktik ibadah yang
dibuat-buat oleh manusia (bid‟ah)
Berdasarkan penjelasan di atas, baik NU maupun Salafi GIS Sunnah sama-
sama memiliki pendapatnya sendiri tentang golongan Ahlu Sunnah Wal Jamaah.
Masing-masing kelompok cenderung mengunggulkan jamaahnya, dan
menganggap sebelah mata kelompok lain. Sikap merendahkan kelompok lain
ditunjukan melalui kegiatan dakwah di masjid. Hal ini dikatakan oleh informan
JW yang pernah mengikuti pengajian ulama-ulama NU.
Setiap malam ahad ba‟da Isya itu ada pengajian ulama NU di masjid
Baitul Mukhlisin, saya sengaja pingin ikut emang, soalnya pingin dengerin
aja, mumpung lagi enggak ngapa-ngapain kan di rumah. Yang ngisi
pengajian waktu itu ustadz MT, tema pengajiannya saya inget judulnya
“Memahami siapa itu golongan Ahlu Sunnah Wal Jamaah”.
Pembahasannya si awalnya benar-benar aja, beliau jelasin hadits-hadist
yang terkait masalah itu, salah satunya hadits Firqah Najiyah. Dijelasin
juga kriteria-kriteria orang yang bisa disebut sebagai Ahlu Sunnah, tapi
ujung-ujungnya ko ngomongin kita (Salafi GIS Sunnah). Katanya
“kelompok Wahabi bukan golongan Ahlu Sunnah, karena sering
mendakwahkan hadits-hadits dhaif yang sanadnya terputus tidak sampe
kepada nabi, makanya enggak ada kesesuaian ajaran mereka dengan
sunnah-sunnah nabi”. Saya sendiri sih enggak sepakat dengan pernyataan
beliau, karena mereka (NU) belum pernah tabayyun untuk menanyakan
masalah ini kepada kita, terus karena saya mikir sudah gak baik
ceramahnya, ya mending pulang aja (Wawancara JW, 10 Juli 2018).
68
Berdasarkan perkataan informan JW, ia pernah mendengarkan dakwah
ustadz MT yang membahas persoalan Ahlu Sunnah Wal Jamaah, awalnya
penyampaian materi disampaikan dengan baik tetapi diakhir pembahasan justru
ada kalimat yang menjelek-jelekan kegiatan dakwah Salafi GIS Sunnah seperti
“Wahabi bukan golongan Ahlu Sunnah, karena sering mendakwahkan hadits-
hadits dhaif yang sanadnya terputus tidak sampai kepada nabi, makanya enggak
ada kesesuaian ajaran mereka dengan sunnah-sunnah nabi”. Pandangan-
pandangan merendahkan seperti itu dianggap sebagai objek yang mengecewakan
dan sumber permusuhan bagi kelompok Salafi GIS Sunnah.
2. Beberapa Aktivitas Keagamaan yang Menimbulkan Perdebatan antara
Kelompok Nahdatul Ulama dan Salafi GIS Sunnah.
Coser menjelaskan rasa bermusuhan belum tentu menyebabkan konflik
secara terbuka (covert conflict), jika tidak ada perilaku bermusuhan ditambah
adanya perbedaan legitimasi kekuasaan, dan sistem status yang tidak sama (Coser,
1957: 38). Sistem status yang tidak sama terdapat dalam aktivitas keagamaan
seperti, perayaan hari besar Islam, pembacaan doa qunut, praktik doa berjamaah,
praktik tahlilan dan ta‟ziyah, serta praktik ziarah kubur. Hal ini akan peneliti
jelaskan satu persatu melalui pembahasan di bawah ini.
Pertama, masalah perayaan hari besar Islam seperti Maulid Nabi,
Isra‟Miraj, dan Nifsu Syaban. Menurut kelompok Salafi GIS Sunnah perayaan
perayaan hari besar Islam merupakan bid‟ah yang mungkar, karena Allah tidak
menurunkan sedikit pun kekuasaan dan ilmu tentang itu, nabi pun tidak pernah
mensyariatkan perbuatan itu melalui sabda atau ketetapan beliau. Kemudian para
69
al-Khulafa, ar-Rasyidun dan para sahabat Nabi lainnya tidak pernah mengadakan
peringatan hari besar Islam (seperti Maulid Nabi, Isra Miraj) dan tidak pernah
mengajak untuk melakukannya, padahal mereka adalah sebaik-baiknya umat ini.
Diadakannya bid‟ah-bid‟ah semacam itu, timbul kesan sebagai berikut
Allah belum menyempurnakan agama Islam, sehingga harus dibuat syariat-syariat
lain untuk menyempurnakan agama ini (Said, 2011: 110-114). Padahal Allah Swt
sudah berfirman, “pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu dan telah
kucukupkan kepadamu nikmatku, dan telah kuridhai Islam itu jadi agamamu (Al-
Maidah: 3)”. Penjelasan beserta ayat di atas, digunakan jamaah Salafi GIS Sunnah
untuk tidak mensetujui, mengikuti, ataupun ikut merayakan hari-hari besar Islam
di wilayah Griya Indah Serpong. Hal ini dituturkan informan RD sebagai berikut,
Ketika saya sampaikan masalah peringatan hari-hari besar Islam termasuk
Maulid Nabi ya, waktu itu pas rapat kepengurusan masjid, karena menurut
saya perayaan maulid tahun 2014 dan 2015 menghabiskan dana masjid
yang cukup besar, sedangkan sponsornya sedikit, sehingga dana untuk
pembangunan masjid jadi kepake (digunakan). Kebetulan saya kan
bendahara masjid, jadi saya sedikit banyak tau berapa rincian dananya,
apalagi kalo kita panggil ulama dari luar untuk ngisi acara disini, itu
biayanya aja udah mahal, dan pendapatan dari kotak amal juga dibagi
sama ulama itu, padahal dia udah dapat bayaran dari pihak DKM. Nah itu
kan jadi mubazir ya. Makanya, saya bilang gimana kalau Maulid Nabi
dihilangkan saja, lebih baik dana masjid dibuat pembangunan, lagipula
kegiatan semacam itu hukumnya bid‟ah. Dalam syariat Islam kita tidak
boleh mengagungkan manusia lebih daripada Allah, kalo itu dilakukan
namanya musyrik, ini prinsip tauhid loh. Meskipun yang kita anggungkan
itu nabi, tapi nabi kan juga manusia. Lagipula nabi sendiri sudah
mengajarkan cara menunjukan kecintaan kepadanya, ya cukup mengikuti
sunnah beliau dan menjalankan sunnah-sunnahnya aja, contohnya setiap
hari senin nabi selalu berpuasa. Jadi gak ada tuh perayaan-perayaan gitu,
mulai dari zaman nabi, sahabat, tabiin, dan tabi‟ut tabiin tidak ngerayain
acara seperti itu. Berarti kan perayaan ini hanya dibuat buat aja sama
manusia yang menyalahi sunnah nabi. Saya sampaikan masalah itu kepada
jamaah masjid, tapi pendapat saya ditolak, alasannya karena mereka takut
kalo kegiatan hari besar Islam dihilangkan akan menimbulkan gejolak di
70
masyarakat. Apalagi maulid nabi sudah dianggap tradisi ya disini, udah
diajarin turun temurun sama kyai-kyai yang mereka anggap bener, punya
kualitas, dan pantes kalo dijadiin rujukan (Wawancara RD, 16 April 2018).
Pandangan lain terkait larangan merayakan hari besar Islam dituturkan
oleh informan SM sebagai berikut,
Banyak ya perayaan-perayaan yang memang tidak ada hadits atau nabi
ajarkan justru dikerjakan di GIS. Kayak perayaan-perayaan Nuzul quran,
Maulid, Isra Miraj. Kalau mengikuti ajaran salaf kita enggak rayakan,
karena di maulid ada permainan alat musik yang justru melalaikan, ada
ikhtilat antara ikhwan dan akhwat, semua itu kan tidak boleh ya makanya
hukumnya bid‟ah. Amalan bid‟ah dikhawatirkan akan menjerumuskan
manusia kepada kesesatan. Jadi agama tidak boleh tuh dipikir-pikir harus
buat acara ini untuk bersyukur sama Allah, toh kita udah ikutin perintah
ibadah wajib aja udah nunjukin rasa syukur kita. Harus antum tau kalo
perayaan yang diajarkan nabi itu cuma dua, Idul Fitri dan Idul Adha.
Selebihnya tidak ada perayaan di dalam agama kita. Jadi saya anggap
perayaan-perayaan seperti itu adalah perbuatan baru (bid‟ah) yang tidak
diajarkan oleh nabi (Wawancara SM, 12 April 2018)
Penjelasan ulama-ulama Salafi GIS Sunnah tentang larangan
memperingati hari besar Islam khususnya Maulid Nabi karena beberapa alasan
yaitu, (1) tidak ada satu pun pedoman/anjuran nabi untuk memperingati hari
kelahirannya; (2) adanya tindakan pemborosan uang pembangunan masjid; (3)
adanya permainan alat musik yang melalaikan; (4) adanya ikhtilat (persentuhan)
laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim di dalam satu tempat. Perayaan-
perayaan hari besar Islam pun menurut kelompok Salafi GIS Sunnah tergolong
sebagai tindakan menyerupai (tasabuh) umat agama lain seperti nasrani yang
merayakan hari paskah. Tetapi, informan YP selaku ulama Nahdatul Ulama
menyangkal pendapat ulama Salafi GIS Sunnah. Ia menuturkan sebagai berikut,
Persoalan merayakan hari besar Islam sebenarnya masih diperdebatkan ya
di kalangan ulama-ulama sunni, tetapi keyakinan saya begini, kalau acara
tersebut diniatkan untuk mengingat rasul dan Allah, kenapa disalahkan ?
71
kecuali kalau perayaan hari besar Islam itu diisi oleh praktik tarian, lalu
diniatkan untuk puja puji kepada rasululullah, itu yang tidak boleh. Disini
perayaan hari besar Islam seperti Maulid Nabi dan Isra Miraj baik-baik
saja ko, kita bershalawat, mendengarkan shirah perjalanan hidup
rasulullah, dan perjuangan beliau menyempurnakan ajaran Islam. Itu
semua dimaksudkan untuk mengingat jasa-jasa rasulullah, supaya
masyarakat juga bisa mengambil teladan dari sikap-sikap itu. Berarti yang
salah dalam maulid itu praktiknya dong, bukan amalannya. Disamping itu,
hari besar Islam ini kan sudah jadi tradisi ya mas, bukan cuma disini, tapi
di Indonesia. Makanya ketika ada pihak-pihak yang katakan ini salah,
bid‟ah, itu mestinya dicari tahu dulu makna kegiatan ini apa sih, sehingga
tidak menuduh sembarangan. Tuduhan seperti itu kan bisa-bisa
menyinggung jamaah yang mengerjakannya ( , 20 April 2018).
Alasan penolakan informan RD dan SM bisa saja diterima secara lapang
dada jika bahasan yang dibicarakan mengenai pengeluaran masjid yang boros saat
acara maulid, tetapi jika penjelasan informan RD dan SM diarahkan pada
pembahasan agama, tentunya akan menimbulkan berbagai perdebatan dan
kesalahpahaman antara mereka dengan jamaah NU. Informan YP menganggap
penggolongan perayaan hari besar Islam sebagai ritual agama yang bid‟ah
sebenarnya kurang tepat, meskipun amalan tersebut tidak dijelaskan dalam Al-
Qur‟an dan Hadits, tetapi kesepakatan (ijma) ulama menyatakan perayaan hari
besar Islam masih boleh dilakukan selagi diisi dengan kegiatan yang
mengingatkan umat terhadap perjuangan dakwah Rasulullah Saw.
Kedua, masalah pembacaan doa qunut ketika salat subuh. Masalah ini
sebenarnya hanya diperdebatkan oleh jamaah Nahdatul Ulama dan Salafi GIS
Sunnah, karena ulama-ulama dari kedua kelompok sudah mentolerir adanya
perbedaan tersebut. Informan MT menuturkan sebagai berikut,
Doa qunut itu emang sunnah, bukan wajib hukumnya, jadi boleh dikerjain,
boleh enggak. Kalo jamaah sini sih kebanyakan ya pake qunut, alasannya
72
doa qunut itu udah masuk dalam rangkaian salat subuh jadi kalo kita
enggak ngerjain atau lupa ya sujud sahwi, terus enggak ada salahnya juga
kan kalo kita baca doa qunut, itu sunnah nabi, kan ada ganjaran pahalanya.
Toh nabi aja baca qunut selama satu bulan hingga beliau meninggal dunia,
penjelasannya ada di hadits Annas bin Malik, kamu bisa cek sendiri …
emang ada beragam penafsiran ya soal hadist ini, orang-orang yang pake
mazhab hambali dan maliki itu enggak baca doa qunut waktu salat subuh,
ya sah-sah saja si karena mereka menafsirkan doa qunut itu dibaca kalo
ada musibah aja, diluar itu ya enggak usah dibaca, itu hadistnya sama dari
Annas bin Malik. Perbedaan penafsiran kaya gitu kan mungkin aja terjadi,
ini harusnya dipelajari, bukan untuk cari tau kebanarannya, bukan, tapi
supaya kita bisa menghargai saudara kita sesama muslim yang enggak
qunut, ohh alasannya begini begitu toh, jangan sampe masalah kaya gini
aja dibesar-besarin, digunjing ketika ada saudara muslim yang melakukan
atau tidak doa qunut ini (Wawancara MT, 25 April 2018).
Berdasarkan penuturan informan MT, pembacaan doa qunut ketika salat
subuh memiliki beragam penafsiran, seperti apakah doa qunut harus dimasukan
dalam rangakaian salat subuh atau tidak, dan apakah ketika seseorang lupa
membaca doa qunut, dia harus melakukan sujud sahwi atau tidak. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut menurut informan MT hendaknya dicari tahu alasannya,
sehingga sesama umat muslim bisa saling memahami dan menghargai persoalan
tersebut. Informan MT pun menghimbau jangan sampai persoalan kecil seperti itu
dijadikan perbedaan yang besar dan berujung pada sejumlah perdebatan bahkan
konflik antar kelompok. Pernyataan tersebut dibenarkan oleh informan RD
sebagai berikut,
Orang-orang Salaf itu enggak membaca doa qunut subuh ya, karena
enggak ada keharusan juga buat membacanya. Kalo memang kita salat
jamaah terus imam subuhnya qunut ya kita harusnya ikut qunut,
mengaminkan aja, enggak membacanya. Itu harus ya mengikuti gerakan
imam, sekalipun kamu sudah tau hukumnya. Kalo alasan kita enggak baca
qunut ketika salat munfarid atau jamaah dengan kelompok Salaf, ya karena
nabi kita tidak lakukan itu setiap salat subuh, doa qunut hanya bisa dibaca
ketika ada sebuah musibah yang menimpa umat Islam lalu kita
73
mendoakannya dengan baca doa qunut, itu boleh, setelah itu ya tinggalkan
(Wawancara RD, 16 April 2018).
Berdasarkan penuturan informan RD, jamaah Salafi tidak membaca doa
qunut karena mereka menganggap rasulullah sendiri tidak mempraktekan secara
rutin doa qunut dalam salat subuh, beliau hanya mempraktikan itu ketika ada
musibah yang sedang melanda umat muslim. Tetapi, ia dan ulama Salafi GIS
Sunnah lainnya tidak memahami hadits tersebut secara literal saja, mereka juga
menyesuaikan persoalan ini dengan cara beribadah di setiap masjid, artinya jika
sedang salat berjamaah dan kebetulan imam shalatnya membaca doa qunut, mau
tidak mau mereka harus mengikuti dan mengaminkan doa sang imam.
Untuk masalah doa qunut memang tidak terlalu menjadi persoalan penting
bagi ulama NU dan Salafi GIS Sunnah, karena mereka masih bisa menyesuaikan
pemahamannya dengan kondisi ibadah di masjid. Tetapi, bagi jamaah kedua
kelompok persoalan membaca doa qunut ini merupakan persoalan penting untuk
dilakukan atau tidak dilakukan. Bagi jamaah NU ketika seseorang tidak membaca
qunut maka salatnya kurang lengkap. Atau ketika seseorang lupa membaca qunut
dia harus sujud sahwi. Hal tersebut dituturkan informan SB sebagai berikut,
Disini sih (Griya Indah Serpong) solat emang pake qunut ya, sama aja
kaya di masjid-masjid luar gitu, kalo solat pake qunut juga … soal qunut
ya pasti semua orang disini kecilnya udah diajarin setelah rukuk (iktidal)
doa qunut tuh mesti dibaca, biar lengkap solatnya. Kalo masalah qunut
dibaca atau enggak ya saya milih dibaca mas, soalnya ajaran ulama-ulama
dulu kan begitu, gak usah diubah-ubah lagi orang udah bener ko
(Wawancara SB, 15 Juli 2018).
Bedasarkan penuturan informan SB, jamaah NU masih belum memahami
adanya perbedaan penafsiran dalam penggunaan doa qunut, karena mereka hanya
74
mengikuti ajaran ulama-ulama setempat saja. Apabila ada kesalahan dalam
membaca doa qunut pun nampaknya belum bisa dimaklumi oleh jamaah NU,
contohnya ketika imam lupa untuk membaca doa qunut, mereka semua melakukan
sujud sahwi, bahkan salat lagi sebagaimana dialami oleh informan AM dan SM
sebagai berikut,
Saat saya ikut salat subuh di masjid Baitul Mukhlisin ketika itu imamnya
lupa untuk qunut, nah selepas salam mereka semua sujud sahwi termasuk
saya. Saya mau tidak mau ikutin, kan saya makmum jadi ikutin apa yang
dikerjakan Imam. Tetapi ketika saya dikasih jadwal untuk imam subuh di
masjid Baitul Mukhlisin, saya gak baca qunut, karena saya terbiasa tidak
baca qunut, selepas shalat saya pulang, tapi jamaahnya ko subuhan lagi,
dari situ saya nyimpulin mungkin salat sama saya enggak sah karena
qunutnya kurang (Wawancara AM, 30 April 2018).
Ketika itu kebetulan imam tetap masjid Darusalam sedang sakit, jadi
enggak bisa datang ke masjid untuk salat subuh berjamaah. Beliau minta
di grup WhatsApp masjid supaya digantikan oleh ustadz lain. Eh tiba-tiba
ada salah satu orang yang nyeletuk (berbicara) di grup begini “Gantinya
imam subuh yang pake qunut ya ustadz, yang enggak pake qunut salat
dirumah aja”. Itu kan kaya nyindir orang-orang yang tidak doa qunut,
padahal mereka juga belum tentu tau gimana hukumnya baca doa qunut,
ada sebagian ulama yang melakukan ada juga yang enggak (Wawancara
SM, 12 April 2018).
Sama halnya dengan jamaah NU, jamaah Salafi GIS Sunnah pun belum
bisa mentolerir penggunaan doa qunut ketika salat subuh. Mereka lebih memilih
untuk diam ketika imam membaca doa qunut atau mereka lebih sering salat
bersama imam yang memiliki pemahaman Salafi juga. Hal ini dituturkan oleh
informan JW sebagai berikut,
Subuhan ya saya lebih sering ke Al-Bilal si mas, itu juga kalo enggak lagi
mepet mau kerja, kalo udah mepet mah paling (shalat) di Darusalam atau
Baitul Mukhlisin … soalnya gimana ya mas kalo di Al-Bilal itu isinya
orang-orang sunnah semua, jadi ya pasti enggak baca qunut dan mereka
ngerti, beda kan kalo solat di Darusalam kita enggak qunut nanti
anggapannya aneh, makanya kalo solat disana, pas baca qunut kita ikutin
75
gerakannya aja, tapi diem enggak ikut aminin (Wawancara JW, 10 Juli
2018).
Ketiga, masalah doa berjamaah. Perdebatan ini terjadi karena jamaah
Salafi GIS Sunnah tidak pernah melakukan doa bersama setelah shalat berjamaah.
Perilaku itu ternyata memiliki kesan yang tidak baik bagi Jamaah Nahdatul
Ulama. Informan FJ menuturkan sebagai berikut,
… kalo salat di masjid juga, mereka tuh enggak pernah ngumpul untuk doa
bareng, abis salat langsung aja pulang salam-salam pun enggak. Warga
sini mikirnya kan mereka kaya gak mau berbaur dengan orang lain,
tertutup lah orangnya. Padahal kalo sehabis sholat, kita doa terus salam-
salaman tujuannya ya supaya jamaah satu sama lain saling kenal, oh ini
warga blok ini, blok itu, makanya kalo mereka kaya gitu kan gimana orang
lain mau kenal (Wawancara FJ, 20 April 2018).
Ulama-ulama Salafi GIS Sunah memang tidak pernah terlibat dalam
kegiatan doa berjamaah atau bersalam-salaman sehabis shalat. Mereka lebih
memilih untuk berdoa sendiri atau melakukan salat sunnah badiyah (Observasi di
masjid Baitul Mukhlisin tanggal 15 April 2018 selepas bada shalat Isya).
Alasannya karena doa berjamaah sebenarnya tidak harus dimasukan sebagai
rangkaian kegiatan shalat berjamaah, karena sholat pun sudah berisi dengan doa-
doa. Hal ini dituturkan Informan SM sebagai berikut,
Ada kebiasaan orang-orang kita berdoa sehabis solat terus bersalam-
salaman, padahal itu enggak ada dalil yang menjelaskan diharuskannya
begitu. Kita si enggak ngelakuin itu ya, kita berdoa, tapi sesuai dengan
yang nabi ajarkan yaitu berdoa di waktu-waktu mustajab, contohnya
berdoa diantara adzan dan iqomah. Sebenarnya tidak ada keharusan
setelah solat berdoa, seakan-akan doa itu menjadi kesatuan dari solat
wajib. Solat itu kan sudah termasuk rangkaian doa, seperti nabi saja
setelah solat dia berdzikir sendiri, kemudian beliau langsung menuju pintu
untuk melayani umat yang bertanya. Adapun untuk orang yang doa
sesudah solat ya kita tidak larang karena itu ibadah, tetapi caranya enggak
harus berjamaah. Masalah ini memang sering diangkat menjadi perbedaan,
tapi kita si enggak masalah kalo dibilang beda, yang penting kita udah
76
ngejalanin syariat ibadah yang sudah ditetapkan Allah dan nabi
(Wawancara SM, 12 April 2018)
Keempat, praktik tahlilan atau arwahan ketika orang meninggal. Menurut
Ulama-ulama NU, ritual tahlilan mempunyai manfaat dari sisi agama dan sosial
kemasyarakatan. Dari sisi agama, tahlilan dilakukan dengan tujuan agar si mayit
di doakan oleh sanak keluarga, tetangga yang mungkin saja salah satu doa
diantara mereka di ijabah (dikabulkan) oleh Allah. Sedangkan dari sisi sosial,
tahlilan mempunyai manfaat sebagai ajang silaturahmi dan mempererat
persaudaraan antar masyarakat. Informan MT menuturkan sebagai berikut,
Tahlilan suka dilakuin disini terutama kalo ada warga yang meninggal ya.
Biasanya keluarga mayit minta tolong pengurus masjid untuk kasih tahu
ke semua warga kalo rumahnya mau ngadain tahlilan, terus pengurus
masjid infokan ke ustadz-ustadz yang mau ngisi acara itu, kalo ustadznya
siap ya tinggal jalan … Tahlilan biasanya kita baca surat yasin dan doa
tahlil yang dikirimkan buat si mayit, terkadang warga yang belum sempet
ta‟ziyah, pas tahlilan juga bisa ta‟ziyah … Tahlilan sendiri sebenarnya gak
ada dalil yang menjelaskan ya, karena sunnahnya kan ta‟ziyah, tapi
kegiatan ini enggak langsung salah gitu aja, masih ada manfaatnya buat
keluarga atau masyarakat, dengan tahlilan silaturahmi, kepedulian warga
kepada tetangganya jadi tejalin. Yang dilarang itu kalo tahlilan
memberatkan keluarga mayit untuk menyediakan makanan kepada
jamaah, tapi kan yang terjadi disini warganya Alhamdulillah guyub. Kalo
ada kematian pengurus RT, ibu-ibu PKK langsung sigap ngebantuin
keluarga mayit baik dari makanan, bantuan uang, dsb (Wawancara MT, 25
April 2018).
Manfaat tahlilan sebagaimana dituturkan informan MT, merupakan
kegiatan yang bisa menambah kepedulian sosial masyarakat sekaligus
memperkuat rasa persaudaraan antar sesama. Tetapi asumsi tersebut tidak
dibenarkan oleh ulama-ulama Salafi GIS Sunnah. Mereka menganggap ritual ini
harusnya tidak dikerjakan karena merupakan perilaku yang mubazir dan akan
77
memberatkan keluarga mayit. Hal ini dituturkan oleh informan RD sebagai
berikut,
Dulu saya kan salah satu pengurus masjid disini ya, jadi kalo ada
pengajian yasin di masjid masih suka ikut, tahlilan di rumah tetangga juga
ikut, menghormati aja si. Takutnya kan orang lain bilang masa pengurus
masjidnya sendiri enggak ikut, padahal rumahnya depan masjid, ya mau
enggak mau ikut deh. Tetapi pas saya sepenuhnya hijrah, kalo ada tetangga
yang ngajak lagi tahlilan, saya cuma bilang maaf saya enggak ikut lagi
acara itu, karena sering saya bilang gitu akhirnya mereka tau sendiri kalo
saya enggak mau ikut, dan enggak ngajak lagi. Lagipula acara tahlilan
sepeti itu sebenarnya tidak boleh dikerjakan karena kan akan memberatkan
keluarga, bukan cuma soal penyediaan makanan, tetapi juga ditakutkan
kita akan menambah atau mengingatkan kesedihan bagi keluarga mayit
nya lagi, nah itu tidak boleh. Sunnahnya kan hanya ta‟ziyah, disana juga
kita harus kasih dukungan buat keluarga mayit supaya dia tetep sabar, dan
ikhlas. Jadi tidak ada tuh tahlilan, apalagi isinya baca yasin bareng-bareng,
doanya juga belum tentu nyampe, karena doa yang paling di dengar Allah
kan doa dari anak keluarga mayit yang soleh atau soleha (Wawancara RD,
16 April 2018)
Kelima, praktik ziarah kubur. Menurut jamaah NU pergi ke makam
keluarga atau leluhur merupakan kegiatan yang bisa mengingatkan mereka kepada
kematian. Biasanya kelompok NU mengadakan wisata religius setiap 3 bulan
sekali untuk berkunjung ke makam-makam Walisongo atau makam-makam
leluhur lainnya.
Majelis ta‟lim GIS biasanya suka ngadain ziarah ke makam Walisongo,
tiap 3 bulan sekali ya. Alhamdulillah yang ikut si banyak sampe pake satu
atau dua bis lah kalo kesana, kemarin aja kita pergi ke Cirebon ke makam
Sunan Gunung Jati untuk mendoakan beliau, sekalian cari tau gimana sih
sejarah perjuangan beliau menyebarkan ajaran Islam di Cirebon atau di
Indonesia, itu aja si paling … kalo untuk ziarah ke makam saudara dan
orang tua, sebagian besar orang Indonesia saya rasa pasti ngelakuin ya
untuk mendoakan orang tua, saudara, atau kerabat dekatnya. Buat saya si
ziarah kubur itu penting untuk mengingatkan saja kalo kita semua pasti
akan meninggal juga, makanya selagi hidup banyak-banyak berbuat
kebaikan (Wawancara YP, 18 April 2018).
78
Berdasarkan penuturan informan YP, ziarah kubur merupakan tindakan
yang banyak dilakukan oleh masyarakat Griya Indah Serpong, tujuannya untuk
mengingatkan mereka kepada kematian, dan semakin termotivasi untuk berbuat
kebaikan. Bila kegiatan ziarah kubur ke makam Walisongo memang sengaja
dilakukan agar masyarakat lebih mengenal sosok ulama yang menyebarkan ajaran
Islam di nusantara. Namun anggapan informan YP menuai kritikan dari kelompok
Salafi, salah satunya dituturkan oleh informan RD sebagai berikut,
Disini (Griya) setiap 3 bulan sekali majelis talimnya ngadain kegiatan
ziarah ke makam wali, katanya si untuk wisata religius, mendoakan para
wali, dan kalau ada keluh kesah bisa berdoa disana, yang dianggap tempat
mustajab. Kalo untuk mendoakan keluarga, saudara, atau ulama-ulama
shalih di makam sih enggak papa, tapi kalo niatnya minta kesalamatan,
kemakmurann itu yang enggak boleh. Coba deh pikir emang jasad bisa
kabulin doa kita yang masih hidup, ngebantu kita gitu kalo ada masalah ini
itu, makanya tindakan ini jelas sekali bertentangan dengan prinsip tauhid,
kalo kita butuh sesuatu ya mintanya sama Allah bukan sama kuburan, tapi
orang-orang disini dikasih tau gitu marah (Wawancara RD, 16 April
2018).
Kelompok Salafi GIS Sunnah sebenarnya membolehkan adanya kegiatan
ziarah kubur, hanya saja mereka melarang praktik-praktik tambahan yang kadang-
kadang dilakukan secara berlebihan oleh masyarakat GIS yaitu meminta berkah di
makam Walisongo. Hal tersebut tentu sangat bertentangan dengan prinsip tauhid.
Tabel III.2. Perbedaan Pandangan tentang Praktik Ibadah yang Sunnah
dan Bid’ah menurut Kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah
Praktik Ibadah yang
Sunnah dan bid‟ah
Pandangan Kelompok
Nahdatul Ulama
Pandangan Kelompok Salafi
GIS Sunnah
Perayaan hari besar
Islam
- Praktik ibadah yang
sesuai tradisi ke-
Islaman.
- Praktik ibadah baru yang
tidak dicontohkan nabi
ataupun kalangan shalafus
79
Bid‟ah hasanah) shalih
(Bid‟ah)
Pembacaan doa qunut - Lebih baik dibaca
karena hukumnya
sunnah.
(Sunnah)
- Hanya boleh dibaca ketika
ada musibah yang menimpa
umat muslim. (Sunnah)
Praktik doa berjamaah - Lebih baik dijadikan
satu kegiatan dengan
shalat berjamaah
(Sunnah).
- Tidak dijadikan satu
kegiatan dengan shalat
berjamaah. (Bid‟ah).
Tahlilan - Boleh dikerjakan
selagi tidak
memberatkan
keluarga mayit
(Mubah).
- Tidak boleh dikerjakan
karena disunnahkan hanya
ta‟ziyah (Bid‟ah)
Ziarah kubur - Boleh meminta doa
kepada makam orang
suci (Mubah)
- Hanya boleh mendoakan
makam
(Bid‟ah)
Perbedaan-perbedaan praktik ibadah sebagaimana dijelaskan di atas
memang kerap diperdebatkan oleh kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah.
Keduanya ingin pendapatnya lebih di dengar bahkan dijadikan pedoman ibadah
masyarakat. Meskipun beberapa hal yang mereka perdebatkan masih belum
diketahui kebenarannya, tetapi masing-masing pihak tetap bersikukuh
mempertahankan argumennya. Perdebatan tentang praktik ibadah sunnah dan
bid‟ah sebenarnya hanya dilakukan oleh kedua kelompok saja, karena masyarakat
80
Griya Indah Serpong pada umumnya masih awam terhadap permasalahan-
permasalahan seperti itu.
Bisa dikatakan norma-norma keagamaan di daerah ini masih sangat
longgar, dan bisa diisi oleh ajaran atau kegiatan keagamaan apapun. Meskipun
selama ini masyarakat sudah lama mengikuti praktik ibadah yang dilakukan
kelompok NU. Namun kondisi tersebut, menurut kelompok Salafi GIS Sunnah
bukan menjadi jaminan pasti kalau mereka tidak ingin berhijrah untuk
mengerjakan praktik ibadah yang benar menurut hukum Islam. Maka dengan
adanya kajian Sunnah, kelompok Salafi GIS Sunnah berniat untuk menuntun
masyarakat agar mau mengerjakan praktik ibadah yang benar, sekalipun mereka
harus mendapat hambatan dari kelompok NU.
3. Bentuk-Bentuk Konflik Kelompok Nahdatul Ulama dan Salafi GIS Sunnah di
Perumahan Griya Indah Serpong.
Hubungan kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah awalnya berjalan dengan
baik, mereka bekerjasama dalam satu kepengurusan masjid. Dengan kata lain,
dahulu mereka adalah satu kelompok (in-group). Tetapi pada bulan Desember
2015, ketika ada forum silaturahmi yang membicarakan kegiatan keagamaan
masjid Darusalam dalam satu tahun ke depan, terjadi perdebatan antara ulama NU
dan Salafi GIS Sunnah, yang mana kedua kelompok saling bersikukuh terhadap
kebenaran ajaran agama nya masing-masing. Hal ini dituturkan oleh informan FJ
sebagai berikut,
81
Ketika kami hendak mengganti ketua DKM masjid Darusalam, kira-kira
bulan Desember 2015. Sebelum pemilihan ketua baru, saya selaku ketua
DKM lama mengadakan acara diskusi dulu buat kegiatan masjid. Para
alim ulama, tokoh masyarakat dan masyarakat GIS ngasih masukan untuk
kegiatan masjid ke depannya, soalnya kan kegiatan masjid gini-gini aja,
masih belum rame lah. Awalnya si acara tersebut berjalan baik aja, tetapi
pas ngomongin rencana kegiatan masjid untuk satu tahun ke depan ko jadi
saling ribut, khususnya antara ustadz YP dan ustadz RD. Ustadz RD
mengusulkan “kegiatan-kegiatan kaya maulid Nabi, Isra Miraj ditiadakan
saja karena kurang manfaat bagi umat”, tetapi ustadz YP berpendapat kalo
“kegiatan perayaan hari besar Islam jangan dihilangkan, justru harus tetap
dilakukan supaya umat nginget peristiwa sejarah Islam, sekalipun kurang
banyak dalil yang menjelaskan tentang hal tersebut. Tetapi maulid Nabi ini
kan kegiatan yang paling diminati oleh masyarakat, selain tahlilan, dan
dzikir bersama, makanya jelas ada manfaatnya bagi kemakmuran masjid”.
Mulai dari situ deh bales-balesan pendapat, dan terpaksa acaranya
diselesaiin lebih cepat, supaya gak jadi keributan (Wawancara FJ, 20 April
2018)
Berdasarkan penuturan informan FJ, ada beberapa praktik ibadah yang
dianggap berbeda antara lain perayaan hari besar Islam, pembacaan doa qunut,
doa berjamaah, tahlilan, ta‟ziyah, dan ziarah kubur. Perbedaan tersebut ternyata
dimaknai sebagai sebuah penolakan dan hinaan bagi masing-masing kelompok,
sehingga sejak saat itu jamaah NU dan Salafi GIS Sunnah tidak pernah melakukan
kegiatan dakwah bersama lagi. Ulama-ulama NU mulai geram atas sikap RD dan
SM dalam forum tersebut. Tidak tanggung-tanggung setelah acara forum
silaturahmi selesai RD dan SM langsung dikeluarkan dari kepengurusan masjid.
Ulama-ulama NU khawatir jika SM dan RD tetap dimasukan sebagai
pengurus masjid, mereka akan mempengaruhi jamaah lainnya untuk mempercayai
ajaran Salafi, hal ini tentunya akan mengancam keberadaan amaliyah NU.
Berdasarkan peristiwa tersebut faktor pemicu konflik mungkin hanya masalah
kecil, seperti perdebatan tentang Ahlu Sunnah Wal Jamaah dan praktik ibadah
82
yang sunnah atau bid‟ah tadi. Tetapi, masalah tersebut kenyataannya sudah
membentuk permusuhan yang terpendam bahkan menjadi sumber daripada
konflik itu sendiri.
Sumber konflik kedua kelompok sebagaimana yang kita sudah ketahui
adalah perbedaan ideologis atau disebut Coser sebagai konflik non-realistik yang
didorong oleh keinginan yang tidak rasional dan cenderung bersifat ideologis,
konflik ini seperti konflik antar-agama, antar etnis, dan konflik antar kepercayaan
lainnya. Konflik adalah tujuan itu sendiri, baik diizinkan atau tidak yang
digunakan mereka untuk menyebar prasangka (prejudice), scapegoath, bahkan
kekerasan kepada lawan ataupun dengan kelompok yang bukan lawan (Poloma,
2000: 111).
Gambar III.1. Contoh Penolakan Kelompok NU terhadap Ulama Salafi
GIS Sunnah yang tidak Membaca Doa Qunut Subuh.
Sumber: https://www.facebook.com/gissunah/
diunduh 20 Juni 2018
83
Selepas peristiwa itu suasana konflik semakin berlanjut dimana RD dan
SM kerap menjadi sasaran prasangka dan hujatan dari ulama-ulama NU. Dalam
tahap ini sudah muncul rasa bermusuhan (hostile feeling) antar kedua kelompok.
Hal ini dituturkan informan FJ sebagai berikut,
SM dan RD itu setelah punya pemahaman Salafi jadi enggak bisa toleransi
sama kegiatan keagamaan kita, misalnya kalau kita undang pengajian
yasinan, tahlilan atau maulid nabi, mereka enggak pernah datang. Kalo
masyarakat ngadain acara slametan dan arwahan, kami selalu nawarin
mereka untuk gantian ngisi dakwah, tapi lagi-lagi mereka tolak, bahkan
datang pun eenggak. Jadi kesannya menutup diri banget gitu dengan
lingkungan (Wawancara FJ, 20 April 2018).
Contoh lain dituturkan oleh informan YP sebagai berikut,
Orang-orang Wahabi ini suka memecah belah umat ya, yang tidak
sepaham dengan mereka dibilang ahlu bid‟ah, sesat, bahkan dibuku ulama
besarnya pun NU dikategorikan kelompok sesat karena hizbiyyah
(berorganisasi), ini kan enggak bener ya, masa organisasi NU yang isinya
ulama-ulama shalih dibilang sesat. Kalo ulama-ulama dulu itu sesat
enggak mungkin punya pengikut sampai segini banyaknya. Ulama itu
harus dijunjung tinggi loh karena dia kan pewaris nabi, bukan malah
dihina, kalau mereka menghina ulama justru mereka sendiri yang sesat. …
sikap mereka (Salafi GIS Sunnah) di masyarakat itu tertutup banget ya,
enggak ngumpul sama orang yang sepemahaman sama mereka aja. Kalo
rapat RT aja mereka enggak pernah dateng (Wawancara YP, 20 April
2018).
Anggapan dari informan FJ dan YP bahwa kelompok Salafi GIS Sunnah
adalah kelompok yang tertutup dan tidak mau berbaur dengan masyarakat
disangkal oleh informan AM, ia menuturkan sebagai berikut,
Kita ini punya prinsip Al-Wala wa Al-Bara jadi orang-orang yang baik
akhlak dan ibadahnya harus diikuti, sedangkan yang gak baik jangan
diikuti dan harus ditinggalkan, itu kan Al-Bara. Saya sendiri kalo jalan
ketemu bapak-bapak disini lagi ngumpul, ngobrol sekedar nyapa aja, gak
berhenti ikut ngumpul. Kalo ikut ngumpul kan percuma juga apalagi kalo
ngobrolnya ngomongin orang, mending dirumah aja banyak-banyak
84
ibadah, berdzikir. Terus acara-acara tahlilan, arwahan, tawasulan itu juga
orang salaf gak pernah ikut soalnya tidak ada dalam syariat Islam, jadi
harus kita jauhin. Tapi kalo ulama-ulama NU ngadain kegiatan bedah buku
atau bedah kita, orang-orang salaf suka ikut karena itu kegiatan yang baik
menurut kita (Wawancara AM, 30 April 2018).
Gambar III.2. Prasangka yang Dibuat Oleh Kelompok Salafi GIS
Sunnah di Sosial Media Facebook
Sumber: https://www.facebook.com/gissunah/
diunduh 20 Juni 2018
Penuturan informan AM, menjelaskan bahwa pernyataan informan FJ dan
YP adalah prasangka terhadap kelompok Salafi GIS Sunnah. Pasalnya informan
FJ dan YP sepakat bahwa jamaah Salafi GIS Sunnah memiliki sifat yang tertutup
dari lingkungan sekitar, meskipun kenyatannya mereka kerap menyapa tetangga
ketika bertemu atau berpapasan, atau jika ulama-ulama NU membuat acara bedah
kitab jamaah Salafi GIS Sunnah masih ada yang ikut menghadiri.
Terkait anggapan informan YP tentang kelompok Salafi sebagai kelompok
pemecah belah adalah contoh scapegoat, karena ulama-ulama NU mengeluhkan
banyak jamaah yang hijrah ke ajaran Salafi seperti RD dan SM. Masalah ini
sebenarnya bukan disebabkan karena pengaruh ideologi Salafi, tetapi karena
kemauan mereka sendiri. Kehadiran orang-orang Salafi lainnya hanya
85
memperkuat jamaah Salafi yang sudah ada di Griya Indah Serpong. Hal ini
dituturkan informan TG sebagai berikut,
Sebenarnya disini sudah ada ustadz RD, dan ustadz SM yang sudah punya
pemahaman sunnah, tapi cenderung belum berani ditampakan, karena
mereka takut dibilang beda dan ditolak, jadi yaudah deh mereka ikut
kegiatan keagamaan yang ada. Seiring berjalannya waktu mulai lah ada
sedikit perubahan. Ustadz RD dan Ustadz SM mulai berani menampakkan
jati diri mereka. Mereka tidak mengikuti lagi praktik keagamaan yang
bid‟ah. Dan itu juga mulai menjadi semacam ancaman bagi ulama-ulama
NU. Seolah karena adanya pengajian salaf ini bisa merubah karakteristik
keagamaan seseorang. Padahal sebenernya ustadz SM dan ustadz RD udah
paham, cuma belum berani aja. Baru ketika saya dan ustadz AM datang,
mungkin mereka merasa punya teman, punya orang yang bisa diajak
berbagi, dan kita menyarankan untuk meninggalkan kegiatan-kegiatan
mereka. Ya akhirnya mereka benar-benar meninggalkan ajaran tersebut
(Wawancara TG, 25 April 2018).
Berdasarkan penuturan informan TG, memang ada beberapa kekhawatiran
berlebihan dari ulama-ulama NU yang menyebabkan munculnya prasangka
terhadap kelompok Salafi GIS Sunnah seperti “kelompok Salafi hendak
menguasai masjid/mushola”, “kelompok Salafi membuat ketegangan dan
permusuhan”. Hal tersebut sampai saat ini belum bisa dibuktikan kebenarannya,
karena memang ungkapan tersebut disampaikan untuk menjatuhkan nama baik
kelompok Salafi GIS Sunnah.
Prasangka lain yang kerap disematkan oleh kelompok NU yaitu mengenai
cara berpakaian kelompok Salafi GIS Sunnah yang dianggap berbeda dari
mayoritas masyarakat Griya Indah Serpong. Informan TG menceritakan
pengalamannya sebagai berikut,
Pernah saya dapati adanya sentimen yang dibuat kalimat ejekan oleh
kelompok NU seperti RCTI (Rombongan Celana Tinggi), ada kalimat-
kalimat yang ditunjukan untuk mendeskriditkan kita. Kemudian waktu
86
saya salat berjamaah di masjid NU, waktu itu imamnya minta jamaah
untuk merapatkan saf, nah ketika saya merapatkan saf, ada orang dari
jamaah NU yang gak mau merapatkan saf sama saya, pas saya geser
merapatkan saf, dia malah geser-geser menjauh, seolah-olah eenggak mau
dekat-dekat (Wawancara TG, 25 April 2018).
Pandangan lain dalam bentuk scapegoath dituturkan informan RD sebagai
berikut,
Masyarakat sini kalo ngeliat orang yang berjenggot itu anggapannya
serem, kayak suka ikut aksi-aksi teror gitu. Salah satu temen kita ustadz
TG, ketika dia berdakwah disini awalnya masyarakat takut karena
jenggotan, brewokan gitu, tapi pas udah kenal orangnya ramah ya mereka
jadi biasa aja. Terus waktu momen kita buat pengajian di masjid Ahsanu
Amala, ustadz TG kan ngajak jamaah Salafi lainnya dari Bogor, BSD, dan
Pamulang, setelah selesai acara banyak yang bilang ke beliau jangan ajak-
ajak lagi ya temen-temennya yang jenggotan soalnya serem (Wawancara
RD, 16 April 2018).
Masalah penampilan jamaah Salafi GIS Sunnah memang kerap mendapat
kecurigaan dari masyarakat, seolah-olah orang yang “berjenggot panjang” atau
“brewokan” dianggap akan ikut terlibat dalam aksi-aksi teror, meskipun
kenyataannya tidak seperti itu. Tidak hanya kelompok NU yang membuat
sejumlah prasangka dan scapegoat. Prasangka yang kerap dimunculkan oleh
jamaah Salafi GIS Sunnah adanya anggapan jika amalan ibadah kelompok NU
sudah menyimpang dari syariat Islam karena mengadopsi pemahaman Sufi dan
Syiah. Hal ini dituturkan oleh informan RD sebagai berikut,
Dari yang saya pelajari sebenernya dulu NU itu, mengetahui sunnah,
mereka belajar kitab-kitab yang benar kan. Tetapi mungkin seiring
perkembangan zaman semakin terkikis sama ajaran aslinya, sehingga
mereka mengambil ajaran yang lain kayak misalnya ada Sufinya, ada
Syiahnya yang kesininya malah mereka menyukai kegiatan-kegiatan
tersebut yang mereka anggap seperti ibadah. Kalau perbedaan ya itu tadi,
kan mereka awalnya benar gitu ya, mungkin masuk ke bid‟ah-bid‟ah itu
kan saya dengar pendirinya itu kan membuat sebuah buku dan di dalamnya
87
mengatakan bid‟ah-bid‟ah yang pertama kali muncul di tanah jawa dari
syiah, yang kedua adalah dari sufi (Wawancara RD, 16 April 2018).
Prasangka lain dituturkan oleh informan SM sebagai berikut,
Jadi memang kajian-kajian kita beda metode ya sama kajian lain. Kalau
kajian lain disini (NU) membedah kitab-kitabnya tuh kurang begitu akurat,
hadits-hadits di dalam kitabnya kurang begitu shohih, makanya banyak
jamaahnya yang salah pemahamannya. Di dalam manhaj Salaf ini kita
hanya berdakwah kitab-kitab yang isinya hadits-hadits shohih saja, hadits
yang lemah sanadnya kita enggak akan pakai gitu. Jadi Salaf itu kan untuk
memurnikan ajaran Islam yang Allah turunkan (Wawancara SM, 12 April
2018).
Penuturan informan SM mengandung sejumlah prasangka terutama ketika
menganggap dakwah yang disampaikan oleh ulama-ulama NU menggunakan
hadits-hadits “kurang shohih” sehingga banyak jamaah NU yang akhirnya salah
pemahamannya. Ungkapan ini semata-mata diungkapkan untuk menjatuhkan
nama baik dari kelompok NU, selebihnya pun supaya jamaah-jamaah Salafi GIS
Sunnah percaya bahwa kajian keagamaan mereka lah yang lebih baik dari kajian
keagamaan kelompok NU. Informan JW menuturkan sebagai berikut,
Waktu itu tau kajian GIS Sunnah dari temen yang juga ikut pengajian
ustadz SM dan RD. Katanya disana pengajiannya enak diajarin hadits dan
ceramahnya lebih serius, enggak banyak bercanda kaya ceramah-ceramah
disini. Saya jadi tertarik ikut, terus ikut-ikut terus lama-lama jadi rutin.
Menurut saya pengajian GIS Sunnah ini enak enggak ada yang ngerasa
“wah saya paling bisa, paling pinter”, jadi sama-sama belajar, kalo ada
temen yang salah penafsiran haditsnya, kita betulin sama-sama berdiskusi
mana yang paling mendekati benar dan disepakati sama teman-teman
Sunnah (Wawancara JW, 10 Juli 2018).
Ada tuduhan yang salah (scapegoath) dari kelompok Salafi GIS Sunnah
soal pengusiran kajian di TPQ Al-Fath. Mereka menganggap pelaku pengusiran
tersebut adalah jamaah NU. Hal ini dituturkan informan AM sebagai berikut,
88
Jamaah NU itu aneh, sama kita aja sikapnya keras, kalo dikit-dikit enggak
suka dengan ceramah kita, dibubarin kajiannya kaya di masjid Baitul
Mukhlisin dan di TPQ Al-Fath waktu itu sampe kita enggak boleh
ceramah lagi, seolah-olah mereka yang tentuin siapa aja yang boleh atau
enggak boleh dakwah di Griya. Kalo caranya seperti itu ya gimana disebut
umat yang toleran, kalo orang dakwah aja masih dihalangi, dibatasi …
pernah saya sudah ada janji untuk ngisi khutbah jum‟at di masjid Baitul
Mukhlisin, sesudah sampe sana DKM nya bilang sebagai berikut saya
digantiin sama ustadz lain sesuai arahan FKPM, dari situ saya udah
enggak mau ngisi pengajian disana (Wawancara AM, 30 April 2018).
Berdasakan penuturan informan AM, jamaah NU kerap bersikap intoleran
dengan membubarkan kajian Salafi GIS Sunnah. Tetapi, masalah pembubaran
kajian di TPQ Al-Fath, sebenarnya bukan dilakukan oleh jamaah NU, tetapi oleh
ketua RW 014 dan warga sekitar yang merasa terganggu dengan tidak adanya
akses jalan warga karena dibuat sebagai tempat parkir oleh jamaah Salafi GIS
Sunnah ketika kajian. Informan TS menuturkan sebagai berikut,
Jalan perumahan kan sempit ya de, paling cuma muat satu mobil aja sama
satu motor, terus TPQ Al-Fath itu kan tempatnya di blok Q tengah yang
jalannya sempit itu. Kalo tempat itu dipake kajian kan banyak motor yang
diparkir ngehalangin jalan, jadi warga blok P dan R kesulitan kalo mau
pulang ke rumah harus muter jauh dulu, karena beberapa blok juga ada
yang di portal. Makanya pihak RW dapet keluh kesah begitu ya kita
datengin tempatnya, dan ngasih tau penanggung jawab kajiannya untuk
pindah lokasi pengajian aja ke masjid atau ke aula warga… itu (kejadian)
kalo enggak salah bulan Agustus 2016 (Wawamcara TS, 15 Juli 2018).
Berdasarkan penuturan TS, kajian Salafi GIS Sunnah yang ketika itu
dilakukan di TPQ Al-Fath memang bermasalah dengan lahan parkir yang tidak
luas, sehingga banyak motor jamaah Salafi GIS Sunnah yang diparkir menutupi
bagian jalan blok Q. Warga yang merasa terganggu mengeluhkan permasalahan
itu ke pihak RW, sehingga pihak RW mengambil sikap untuk memberhentikan
kajian di TPQ Al-Fath demi kenyamanan warga. Namun, masalah pembubaran
89
kajian di masjid Baitul Mukhlisin memang benar dilakukan oleh Jamaah NU. Hal
ini diakui oleh informan MT sebagai berikut,
Sempet ada penolakan dari warga karena mereka masih buat kajian di
masjid Baitul Mukhlisin. Padahal saat itu saya udah bilang kepada mereka
untuk berhenti dulu kajiannya, karena ada beberapa jamaah yang tidak
suka dengan kehadiran mereka. Tetapi mereka tetep buat kajian disini,
terpaksa kita bubarkan. Sebelum ngebubarin kajiannya kita dialog dulu
dengan mereka, tapi karena dialog itu buntu ada sebagian orang yang
kepancing emosinya, mereka adu mulut dan saling dorong-dorongan,
beruntung buru-buru kita lerai jadi tidak ada keributan fisik. Setelah ada
kejadian itu, mereka mulai pindah kajiannya gak disini lagi (Wawancara
MT, 25 April 2018).
Peristiwa pembuburan kajian Salafi GIS Sunnah diceritakan pula oleh
informan AM sebagai berikut,
Pengajian kita di Masjid Baitul Mukhlisin bulan Juli 2016 pernah
dibubarin sama mereka (NU). Waktu itu saya lagi ngisi ceramah tentang
hukum berziarah ke makam, kebetulan memang saya sampaikan larangan
berziarah kubur untuk meminta karomah dsb, khususnya pada makam-
makam yang dianggap suci. Tiba-tiba kajian kita disuruh berhenti sama
segerombolan orang, kemudian ibu-ibu yang ikut pengajiannya disuruh
pulang. Mereka bilang, kalo kita jangan angkat persoalan khilafiyah karena
setiap tahun orang-orang NU mengadakan wisata keagamaan ke makam
wali-wali Allah (Wawancara SM, 12 April 2018).
Ketakutan ulama-ulama NU memang sering ditunjukan secara berlebihan
dengan melarang dakwah kelompok Salafi GIS Sunnah. Hal ini dituturkan
informan MT sebagai berikut,
Keputusan membatasi pengajian kelompok Wahabi itu kesepakatan ulama-
ulama di FKPM ya supaya mereka tidak mendapat peran penting di
masjid/mushola. Semenjak konflik itu, kita rutin membuat kegiatan di
masjid kaya latihan marawis buat remaja, terus pengajian Al-Qur‟an kita
giatin lagi, supaya masyarakat selalu dateng ke masjid dan gak ikut kajian-
kajian Wahabi. (Wawancara MT, 25 April 2018)”
90
Pembatasan yang dilakukan oleh jamaah NU dimaknai sebagai tindakan
yang salah oleh jamaah Salafi GIS Sunnah, sehingga membuat konflik semakin
berkembang. Hal ini dituturkan oleh informan TG sebagai berikut,
Ketidakadilan jelas mereka sampaikan sebagai berikut orang-orang yang
tidak mengikuti kegiataan keagamaan masjid adalah sombong yang mesti
keluar dari masjid, dan jangan sampai orang-orang seperti itu menjadi
imam. Sedangkan kami tidak boleh untuk melakukan pembelaan kepada
masyarakat. Jamaah kami marah masa mau berdakwah dihalangin,
dilarang, sampe dibubarin, tapi mau gimana lagi ya mungkin udah jalan
dari Allah. Jadinya kita gak punya lagi tempat untuk buat pengajian,
beberapa kali pindah-pindah juga nanti di fasum perumahan, di sekertariat
TK, atau dirumah-rumah jamaah sebisa mungkin jalan aja dulu deh
pengajiannya. Tetapi pas kita diamanahin untuk mengurus masjid Al-Bilal,
alhamdulilah banget deh bisa bebas ngisi pengajian, setidaknya enggak
ada rasa khawatir dibubarin lagi (Wawancara TG, 25 April 2018)
Berdasarkan penuturan informan TG, jamaah Salafi GIS Sunnah
sebenarnya marah dengan tindakan pembatasan aktivitas keagamaan, tetapi
mereka cenderung bersikap pasrah terhadap kondisi tersebut. Berdasarkan
penjelasan di atas, baik kelompok NU maupun kelompok Salafi GIS Sunnah
membuat sejumlah prasangka, scapegoath, bahkan tindak kekerasan untuk
menunjukan perilaku konflik.
Tabel III.3. Bentuk-Bentuk Konflik NU dan Salafi GIS Sunnah
Bentuk-Bentuk
Konflik
Tindakan yang dilakukan
kelompok Nahdatul Ulama
Tindakan yang dilakukan
kelompok Salafi GIS Sunnah
Prasangka Menyebarkan informasi
bahwa
ajaran Salafi GIS Sunnah
sudah menyimpang
Menyebarkan informasi bahwa
amalan ibadah NU termasuk
perbuatan bid‟ah
Scapegoath Menuduh jamaah Salafi GIS Menuduh jamaah NU bersikap
intoleran terhadap saudara
91
Sunnah sebagai kelompok
pemecah belah umat.
sesama muslim
Kekerasan Pengusiran pengajian Salafi
GIS Sunnah
Pembubaran kegiatan
olahraga GIS Archery
Setelah membahas bentuk-bentuk konflik NU dan Salafi GIS Sunnah,
pembahasan selanjutnya akan menjelaskan manfaat konflik bagi kedua
kelompok. Peneliti akan menganalisanya menggunakan proposisi fungsi konflik
sosial dari Lewis Coser antara lain,
Pertama, konflik dengan kelompok luar akan mempertegas batasan antar
kelompok dengan memperkuat kesadaran atas keterpisahan, sehingga
menciptakan kesadaran identitas kelompok dalam sistem (Coser, 1957: 37).
Dengan adanya konflik, baik kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah tentunya sadar
dengan perbedaan keyakinan dalam menjalankan praktik ibadah, perbedaan ini
tentunya tidak bisa disatukan, sehingga mereka memilih untuk berpisah menjadi
kelompok yang berbeda.
Jamaah NU tentu memahami jika ada orang atau kelompok orang yang
menganggap praktik ibadahnya bid‟ah, itu adalah kelompok Salafi GIS Sunnah.
Kelompok Salafi GIS Sunnah pun tentu memahami jika ada orang atau
sekelompok orang yang melaksanakan praktik ibadah yang dianggap bid‟ah, itu
adalah jamaah NU. Hal ini dituturkan oleh informan TG sebagai berikut,
92
... saat saya kesini kan pas bulan Rajab, disini bertempatan dengan nifsu
syaban mereka ingin mengadakan solat tasbih. Padahal belum apa-apa tapi
kita sudah dibilang ini bukan bid‟ah kan, padahal kita belum ngomong
apa-apa, makanya ustadz-ustadz NU sudah punya persepsi awal bawa
kegiataan keagamaan mereka akan dibilang bid‟ah (Wawancara TG, 25
April 2018).
Pandangan tentang jamaah Salafi GIS Sunnah dituturkan oleh informan YP
sebagai berikut,
Awalnya kita pikir ustadz-ustadz yang biasa ngisi kajian disini kaya ustadz
AM dan ustadz RD itu sejalan dengan pemahaman Aswaja (NU), karena
dulunya mereka ikut-ikut aja kegiatan di masjid, maulid ikut, tahlilan ikut,
yasinan baca rawi ikut. Tapi tiga bulan sebelum bulan Desember itu, saya
perhatikan ko dakwah mereka cenderung ngebahas ritual ibadah di masjid
bid‟ah ya, kaya yasinan bid'ah, maulid bid'ah, doa bersama bid'ah.
Awalnya saya diamkan saja, nah baru pas ada ada perdebatan di forum itu,
saya dan ustadz-ustadz sini mulai paham kalo mereka terpengaruh paham
Salafi (Wahabi), karena ciri-ciri kelompok Wahabi kan suka
membid‟ahkan amalan NU. Sebelum ada masalah itu, disini juga memang
sudah ada orang yang berpemahaman Wahabi, dia pak AM dan pak TG,
dua-duanya aktif salat di masjid-masjid NU. Mungkin aja karena mereka
ustadz RD dan SM berubah (Wawancara YP, 18 April 2018).
Kedua, solidaritas dan integrasi anggota kelompok (in-group) akan
bertambah tinggi ketika ada ketegangan (konflik) dengan kelompok luar. Saat
kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah berkonflik, masing-masing jamaah
merasakan adanya sejumlah peningkatan pada kegiatan keagamaan di masjid.
Mereka sering mengadakan rapat atau kumpul-kumpul anggota untuk
membicarakan prasangka, atau kekerasan yang terjadi dengan anggota
kelompoknya. Hal ini dituturkan oleh informan FJ sebagai berikut,
Waktu konflik dengan jamaah Salafi, terasa banget dukungan warga untuk
berhentiin dakwah mereka. Berkali-kali kita adain perkumpulan untuk
ngebahas bukti-bukti ceramah provokatif yang diucapkan ulama Salafi
supaya bisa nunjukin ke FKPM kalo dakwah mereka berhak diberhentiin.
Selama ngumpulin bukti itu masyarakat jadi rajin ngasih tau kita kalo
ceramah ustadz-ustadz Salafi ini itu, mereka rekam juga. Makanya selama
93
konflik aturan-aturan di masjid lebih diperketat terutama soal ceramah
kaya gimana yang boleh disampein ke masyarakat. Jangan sampe
ceramah-ceramah yang disampein malah menyinggung kegiatan ibadah
yang ada di masjid (Wawancara FJ, 20 April 2018).
Pandangan lain dituturkan oleh informan RD sebagai berikut,
Selama suasana konflik ya kita masih kumpul bareng-bareng aja untuk
saling mengingatkan jangan sampai cara kita berdakwah itu ngebuat
masyarakat awam jadi takut dengan perasaan enggak suka kita sama
jamaah NU … kegiatan lain paling ya kita bikin pengajian rutin aja setiap
Selasa, Jum‟at, dan Minggu, terus ngadain kegiatan olahraga memanah
supaya warga tertarik ikut kegiatan kita (Wawancara RD, 16 April 2018).
Ketiga, konflik dengan kelompok luar akan meningkatkan tekanan pada
konsesus dan konformitas pada anggota kelompok. Dalam kasus ini, baik ulama
NU maupun ulama Salafi GIS Sunnah membuat sejumlah aturan-aturan yang
bertujuan untuk meningkatkan komitmen anggotanya terhadap kegiatan-kegiatan
kelompok ataupun konflik dengan kelompok lawan. Hal ini dituturkan oleh TG
sebagai berikut,
Ketika sudah pake masjid Al-Bilal, kami mulai melebarkan sayap dengan
merangkul komunitas panahan yang sudah memiliki pemahaman salaf,
saya juga ketemu kelompok Tiffan yang 85% adalah orang-orang salaf,
akhirnya kami berkomitmen sebagai berikut setiap kegiatan tersebut
dijadikan ajang bagi syiar (dakwah). Jadi siapapun yang punya teman di
komunitas panahan atau Tiffan kita ajak buat masuk ke kajian sunnah.
Kalo mereka bisa ngajak temen untuk gabung ke kajian sunnah kan
lumayan jamaahnya jadi makin banyak (Wawancara TG, 25 April 2018).
Pandangan lain dituturkan YP sebagai berikut,
Selama konflik kita semua emang ngawasin terus dakwah mereka (Salafi
GIS Sunnah) di beberapa masjid/mushola GIS, apalagi kami di bantu juga
oleh pihak FKPM yang memang khawatir sama perubahan perilaku
keagamaan masyarakat menjadi lebih radikal. Saya selalu sampaikan
kepada masyarakat agar lebih berhati-hati dengan ajaran agama lain, ikutin
ajaran NU aja yang sudah jelas sanadnya sama ulama-ulama shalih.
Peringatan saya buat jamaah NU jangan sampai mereka ikut atau masuk
dalam kegiatan-kegiatan Salafi GIS Sunnah, soalnya takut mereka juga
94
terpengaruh sama ajaran mereka seperti RD dan SM (Wawacara YP, 18
April 2018).
Keempat, selama suasana konflik para penyimpang dalam kelompok tidak
lagi ditoleransi, jika tidak dapat memenuhi aturan maka tidak segan akan diusir
dari kelompok tersebut atau masuk ke dalam pengawasan yang ketat. Dalam
kasus ini beberapa jamaah NU yang kedapatan mengikuti kajian Salafi GIS
Sunnah langsung dikeluarkan dalam kepengurusan masjid, mereka dianggap
bukan bagian dari kelompok NU lagi. Hal ini dituturkan oleh informan FJ
sebagai berikut,
Jamaah yang ikut pengajian mereka (Salafi), kita tanya-tanya aja disana
diajarin apa, ngomongin apa, takutnya mereka jadi kebawa kan omongan
mereka … kalo buat jamaah yang jelas-jelas sudah ikut pemahaman Salafi
kaya RD dan SM itu kita keluarin dari kepengurusan masjid dan jangan
sampai ikut pengajian atau ngisi dakwah di masjid kita (Wawancara FJ, 20
April 2018).
Sedangkan Jamaah Salafi GIS Sunnah melakukan pengawasan kepada
jamaah kajian untuk tidak merekam ceramah dengan handphone. Hal ini
dituturkan oleh informan SM sebagai berikut,
Selama konflik kemarin kita perketat aturan ya, kaya enggak boleh bawa
handphone ke dalam. Kalo pun ada yang bawa itu dikumpulin ke petugas,
takutnya kan ada yang merekam atau buat video tetang ceramah kita itu
enggak boleh. Sempet ada kasus soalnya ada jamaah ikut kajian tapi
cuma sekedar mau cari tau aja tentang kelompok kita, setelah tau,
informasinya mereka sebarin di grup WhatsApp FKPM, itu jadi ribut
memang, banyak orang yang salah paham sama ceramah kita. Semenjak
itu orangnya kita tandai dan enggak pernah diajak kajian lagi
(Wawancara SM, 12 April 2018)
Berdasarkan penjelasan di atas, adanya fungsi konflik eksternal ternyata
dirasakan oleh kelompok NU maupun kelompok Salafi GIS Sunnah. Saat
terjadinya konflik, aturan kelompok menjadi lebih ditegakan baik dalam proses
95
interaksi maupun komunikasi dengan sesama jamaah. Manfaat lain yang
dirasakan oleh kelompok Salafi GIS Sunnah selama terjadinya konflik adalah
semakin banyak masyarakat yang ingin tahu bagaimana dakwah atau ajaran
Salafi itu sendiri. Hal ini dituturkan oleh informan AM sebagai berikut,
Alhamdulillah sih masyarakat sini bisa menilai mana yang baik mana
yang eenggak, toh adanya kejadian itu enggak berpengaruh ke aktivitas
dakwah kita ko. Malahan dengan adanya kejadian itu, masyarakat makin
mau tau kaya apa si ajaran kita yang dibilang sesat. Ada juga beberapa
orang yang minta penjelasan mengenai manhaj salaf ke kita, dan
alhamdulillah nya mereka ngerti jadi bisa ngurangin tuduhan yang kurang
baik buat dakwah kita (Wawancara AM, 30 April 2018).
Konflik NU dan Salafi GIS Sunnah memiliki dua sisi yang berbeda, di
satu sisi konflik ini merusakan hubungan kedua kelompok dengan adanya
sejumlah ketegangan. Namun di sisi lain, konflik ini juga memberikan dampak
positif bagi perkembangan nilai, norma, aturan, serta hubungan sosial di dalam
kelompok.
3.2. Safety Value: Mediasi Sebagai Cara Penyelesaian Konflik Nahdatul
Ulama dan Salafi GIS Sunnah
Salah satu cara penyelesaian konflik menurut Coser adalah mekanisme
katup pengaman (safety value) yang mana dorongan-dorongan agresif atau
permusuhan dapat diungkapkan dengan cara-cara yang tidak mengancam atau
merusakkan solidaritas. Misalnya ketegangan antar pribadi dapat diungkapkan
dalam bentuk jenaka atau lelucon. Atau agresi dan permusuhan yang dipendam
dapat disalurkan dalam pertandingan kompetisi atau upacara-upacara ritual
lainnya.
Bilapun konflik diselesaikan melalui mediasi, menurut Coser pihak
mediator harus bisa melepaskan perasaan bermusuhan antar kelompok yang
96
bertikai, dengan cara memberi solusi yang menguntungkan bagi kedua belah
pihak (Coser 1957, 60). Penyelesaian konflik NU dan Salafi GIS Sunnah
dilakukan dengan cara mediasi sebanyak dua kali. Mediasi pertama dilakukan
ketika masing-masing kelompok masih saling bersitegang, guna meredakan
konflik masyarakat beserta FKPM (Forum Komunikasi Pengurus Masjid dan
Mushola) sepakat untuk mendamaikan kedua belah pihak dan meluruskan
sejumlah kesalah pahaman.
Gambar III.3. Suasana Mediasi Pertama Oleh FKPM tanggal 16
September 2016 di Masjid Al-Ikhlas, Blok K.
Sumber: https://www.facebook.com/fkpmgis/
diunduh 21 Juni 2018
Waktu itu sudah ada mediasi dari pihak FKPM kalo enggak salah 16
September 2016 di masjid Al-Ihsan, soalnya warga disini udah mulai
paham kalau ustadz-ustadznya lagi enggak akur, mereka pengen suasana
keagamaan disini balik lagi kaya dulu yang enggak ada permusuhan,
enggak ada aksi saling sindir, makanya mereka mendesak membentuk
FKPM untuk mengadakan pertemuan kedua belah pihak. Pada saat itu,
kita diminta untuk nyampein masalahnya, kita cuma minta ulama salafi
jangan ngebahas masalah bid‟ah di ritual ibadah kita, soalnya saat mereka
bahas begitu toleransi umat akan terpecah, masyarakat sini sudah percaya
dengan ritual ibadah NU, jadi jangan diganggu lagi (Wawancara YP, 18
April 2018)
97
Tidak hanya informan YP, informan TG selaku ulama Salafi GIS Sunnah
pun turut berkomentar dengan pertemuan kedua kelompok.
FKPM sendiri yang mayoritas 95% anggotanya adalah tokoh keagamaan
NU, dan hanya 5% tokoh keagamaan Salafi termasuk saya, waktu itu
memang sempet ada pertemuan. Disana mereka menyampaikan keluh
kesahnya kepada kita, kalo eenggak boleh bahas bid‟ah lagi, kita pun
karena dikeluhkan begitu sudah ngerti ya. Kita juga mengeluhkan sikap
mereka yang menutup akses kita untuk buat kajian agama di masjid.
Selanjutnya karena udah dianggap baik maka dibikin deh tuh grup
WhatsApp, gunanya untuk wadah komunikasi dan berbagi ilmu saja.
Tetapi grup itu ko malah digunakan untuk nyebarin informasi tentang
Wahabi lagi, padahal kan masalahnya udah selesai, tapi seolah-olah
diada-adakan lagi gitu, memang si waktu itu berita Abu Bakar Ba‟asyir
yang pindah penjara ke lapas Gunung Sindur ramai dibicarakan, niat
mereka sih baik mau memberi tahu tentang pemikiran keagamaan Abu
Bakar Ba‟asyir itu, tetapi ko cenderung seolah-olah pembahasan mereka
malah menjelek-jelekan kelompok Sunnah juga, dengan menyamakan
ideologi atau penampilan kita dengan jamaah nya Abu Bakar Ba‟asyir.
Sikap-sikap jamaah NU tuh ngebingungin, disatu sisi kalo pengajian
bersama, mereka menyerukan persatuan umat, tetapi di sisi lain pengajian
mereka sering menjelek-jelekan kelompok salaf, yang membuat emosi
masyarakat terus memuncak kepada orang-orang sunnah (Wawancara
TG, 25 April 2018).
Dibentuknya FKPM merupakan langkah baik dalam menyelesaikan
konflik kedua kelompok, meskipun dalam pertemuan pertama konflik belum bisa
terurai dengan baik. Konflik masih muncul kembali ketika ada hal yang dianggap
membahayakan, seperti persoalan napi teroris yang diceritakan informan TG.
Meskipun masalah tersebut di luar konteks dari konflik kedua kelompok, tetapi
jamaah NU cenderung takut jika jamaah Abu Bakar Ba‟asyir masuk dan
mengembangkan dakwah bersama jamaah Salafi GIS Sunnah. Padahal
kenyataannya jamaah Salafi GIS Sunnah justru menolak pemahaman keagamaan
yang dipercayai oleh Jamaah Islamiyah asuhan Abu Bakar Ba‟asyir.
98
Permasalahan di atas memang tergolong kecil tetapi, kalau tidak segera
diluruskan akan memunculkan konflik kembali. Buktinya jamaah Salafi GIS
Sunnah tersinggung dengan pendapat jamaah NU tersebut, dan mereka marah
karena ulama-ulama NU melanggar kesepakatan kedua belah pihak untuk tidak
saling menyinggung. Akhirnya konflik menguat kembali selama tiga minggu.
Suasana kembali memanas dengan aksi saling hujat dan balas membalas
prasangka yang terjaadi dalam setiap ceramah keagamaan. Momen ini terus
mendapat sorotan masyarakat yang justru semakin kecewa dengan konflik kedua
kelompok. Mereka menganggap mediasi yang dilakukan FKPM kemarin belum
optimal meredam ego kedua kelompok untuk mau berdamai. Hal ini
diungkapkan oleh informan TS sebagai berikut,
Masyarakat sini gak tahu ya kenapa permusuhan waktu itu muncul lagi,
yang jelas adanya konflik itu bikin suasana di masjid tegang, dan banyak
aksi saling hujat menghujat. Pas konflik waktu itu, ulama-ulama Salafi
diperintahkan ngejauh dulu sama masyarakat gak ngisi kajian di masjid-
masjid sini, karena kalo mereka ngisi kajian disini bisa ada keributan,
sebelumnya aja ada aksi dorong-dorongan kan jamaah Salafi dan NU pas
pembubaran kajian di TPQ Al-Fath, malem-malem lagi itu, untung bisa
dilerai warga, kalo enggak pasti jadi ribut tuh. Makanya warga yang udah
khawatir banget sama konflik ini mendesak RT, RW dan FKPM buat
ngadain pertemuan dan menyelesaikan konflik ini (Wawancara TS, 15
Juli 2018)
Adanya tuntutan dari masyarakat kepada RT, RW dan FKPM membuat
pihak mediator kembali bergerak untuk menyiapkan pertemuan kedua kelompok.
Pertemuan ini berbeda dengan pertemuan sebelumnya, karena masyarakat umum
ikut dilibatkan. Dilibatkannya masyarakat dalam mediasi ini, karena konflik
dianggap sudah sangat meresahkan, jika konflik ini dibiarkan bergulir semakin
lama dikhawatirkan akan sulit untuk dikendalikan. Maka sebelum konflik
99
menjadi semakin besar masyarakat turun tangan langsung mengawal proses
mediasi kedua kelompok.
Mediasi kedua, warga memang ikut terlibat menyampaikan keluh
kesahnya, banyak yang menyayangkan aksi saling hujat kemarin antara
kami dengan jamaah Salafi GIS Sunnah… tapi karena warga bilang
begitu, kami pihak yang berkonflik jadi saling intropeksi diri, mengakui
kesalahan. Di forum itu, kami meminta maaf karena telah salah menilai
ajaran salafi, dan kami menginginkan agar toleransi dengan teman-teman
salafi ini bisa diupayakan kembali supaya mereka bisa membantu
pengajaran agama di setiap masjid. Kesepakatannya sih enggak tertulis ya
(Wawancara YP, 18 April 2018)
Tidak hanya informan YP yang berkomentar mengenai mediasi kedua,
informan SM selaku ulama Salafi GIS Sunnah juga mengungkapkan pendapatnya
sebagai berikut,
Kita diundang DKM untuk datang ke masjid, disana ternyata ada jamaah
NU dan warga, mereka minta kita untuk mediasi lanjutan seputar
permasalah di WhatsApp FKPM itu. Setelah di luruskan masalahnya,
alhamdulillah kita ngerti. Kita minta maaf kalau emang salah paham
dengan ulama NU, dan minta maaf kalo dakwah kita terkesan
menjatuhkan amaliyah NU. Sebenarnya maksud dari orang-orang salaf
sama dengan orang-orang NU yaitu sama-sama pengen memakmurkan
masjid, makanya kita mohon kebijaksanaan warga dan jamaah NU
supaya orang-orang Salaf bisa ngisi kajian lagi di masjid-masjid Griya.
Meskipun kita sendiri sudah kelola masjid Al-Bilal, tetapi penting juga
kalo dakwah kita disampaikan di masjid-masjid Giya. Soalnya di Griya
ini kan banyak jamaah Salafi baru. FKPM sendiri membuat kesepakatan
yang harus ditaati oleh kedua belah pihak. Kesepakatannya itu, kalo
kelompok Salafi enggak boleh ngomongin masalah bid'ah di amaliyah
NU, seperti tahlilan, yasinan, dan maulid Nabi. Kalo buat ulama NU dan
DKM nya, mereka enggak boleh melarang lagi ulama Salafi untuk buat
kajian di masjid-masjid Griya (Wawancara SM, 12 April 2018)
Mediasi yang dicetuskan masyarakat menjadi cara terbaik untuk meredam
konflik antara NU dan Salafi GIS Sunnah, cara penyelesaian konflik seperti itu
merupakan mekanisme katup pengaman (safety value), yang mana membiarkan
kedua kelompok membicarakan konflik dalam satu forum untuk mengungkapkan
100
ketegangan-ketegangan yang terpendam. Pihak mediator pun berhasil memberi
jalan tengah bagi konflik kedua kelompok, keputusan yang diambil untuk
kembali melibatkan kelompok Salafi GIS Sunnah dalam aktivitas keagamaan
masjid, asal dengan salah satu syarat bahwa mereka tidak boleh menyinggung
praktik ibadah yang dikerjakan oleh kelompok NU
Gambar III.4. Suasana Mediasi Kedua di Masjid Ahsanu Amala
tanggal 20 Desember 2016. Gambar (kanan) ketika tuntutan
dibacakan, Gambar (kiri) ketika mediasi sudah selesai
Sumber: https://www.facebook.com/fkpmgis/
diunduh 21 Juni 2018
Selepas kegiatan mediasi tersebut, situasi keagamaan di wilayah Griya
Indah Serpong kembali kondusif, rasa toleransi antar kelompok pun perlahan-
lahan mulai tumbuh kembali seiring diadakannya acara keagamaan bersama.
Seperti ketika acara tabligh akbar yang membahas tema “menjaga ukhuwah
Islamiyah”, ulama NU dan Salafi GIS Sunnah kompak mengisi acara tersebut
dengan menggunakan salah satu kitab rujukan untuk ceramahnya, sehingga
mereka tidak saling menyinggung satu sama lain. Hal ini dituturkan oleh
informan JW sebagai berikut,
101
Saat acara tabligh akbar di lapangan fasum blok V bulan Maret 2017, kita
seneng banget ya, ustadz-ustadz yang dulu bermusuhan, bisa jadi duduk
bareng membahas perkara ibadah dari sisi yang berbeda.
Alhamdulillahnya si pembahasan itu eenggak bikin mereka saling
tersinggung, soalnya masing-masing ulama baca kitab, jadi kalau ada
pandangan yang mungkin keliru bisa diluruskan dan disepakati bareng-
bareng. Permusuhan kemarin sudah jadi pelajaran bagi kita dan jamaah
NU supaya tetap saling menghargai pendapat orang lain (Wawancara JW,
10 Juli 2018)
Gambar III.5. Acara Tabligh Akbar yang Diikuti Oleh Kelompok
NU dan Salafi GIS Sunnah di Lapangan Fasum Blok V
bulan maret 2017
Sumber: https://www.facebook.com/fkpmgis/
diunduh 21 Juni 2018
Selain mengadakan kegiataan keagamaan bersama, kedua kelompok juga
sering mengadakan kegiatan sosial bersama, seperti olahraga panahan, atau bakti
sosial. Jamaah-jamaah NU suka bergabung di olahraga panahan, sedangkan
jamaah Salafi GIS Sunnah ikut terlibat dalam program Griya Kafil Yatim miliki
FKPM. Kekompakan yang terjadi pasca adanya konflik menandakan sudah
meredanya rasa permusuhan antar kedua kelompok, yang timbul hanyalah
inisiatif untuk bekerjasama. Informan TS sudah merasakan perubahan kehidupan
beragama di Perumahan Griya Indah Serpong setelah adanya konflik, ia
menuturkan sebagai berikut,
102
Saya si sebenernya gak pengen ada perbedaan-perbedaan kaya dulu,
seolah-olah masing-masing kelompok gak bisa berbarengan aja gitu
ajarannya, saling kerja sama untuk ngisi pengajian di masjid. Kalo
terpecah belah begini kan malu sama umat agama lain ya, mereka nanti
berpikiran ko Islam begini begitu. Lebih enak kaya dulu ketika belum ada
konflik, semuanya masih kumpul bareng di masjid, kelihatan rukun lah.
Masyarakat sini juga sebenarnya bingung mau milih yang mana, karena
menurut kita ya semuanya bener boleh diikutin selagi masih ngajarin
salat, ngaji, tapi masalahnya ada perbedaan dikit aja dari cara ibadah
misalnya itu pasti diperdebatkan di ceramah-ceramah atau di pengajian-
pengajian masjid. Harapan saya supaya setelah konflik ini ya tetep akur
lagi deh supaya lingkungan kita kerasa lebih damai, gak ada untungnya
juga ribut begitu. Walaupun waktu ada ribut-ribut kemarin kegiatan
agama di masjid jadi semakin banyak ya, tapi tetep aja saya selaku
masyarakat pengennya si akur akur aja ustadz-ustadznya (Wawancara TS,
15 Juli 2018).
Persitiwa konflik yang dialami oleh kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah
sudah memberikan banyak pelajaran kepada kedua kelompok maupun warga
setempat. Tetapi, setelah konflik NU dan Salafi GIS Sunnah mereda, kegiatan
keagamaan di lingkungan Griya Indah Serpong malah mengalami penurunan.
Penurunan kegiatan keagamaan menurut Coser terjadi karena “kelompok dalam
tidak terancam konflik dengan kelompok luar, maka kemungkinan tingkat
kekompakan, konformitas dan komitmen itu akan berkurang.
Kondisi tersebut dialami oleh kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah,
ketika konflik mereda kegiatan masing-masing kelompok semakin berkurang
akibat banyak jamaah yang sudah sibuk bekerja, sehingga tidak sering mengikuti
perkembangan kegiatan keagamaan di masjid. Hal ini dituturkan oleh informan
SB sebagai berikut,
Sekarang saya mah ikut pengajian malam sabtu aja di Baitul Mukhlisin,
kalo pengajian harian udah jarang ya soalnya pulang kerja udah cape,
maunya istirahat di rumah aja … kalo dulu kenapa sering ikut gitu ? ya
103
karena saya pengen tau aja gimana si permusuhannya waktu itu, apalagi
kan katanya alim ulama NU dihina, dan dijelek-jelekan, saya ikut marah
lah, ada niatan buat ngebela ajaran kita dari pengaruh dakwah Salafi itu,
salah satu cara yang bisa saya lakuin ya ngeramein acara pengajian-
pengajian di masjid (Wawancara SB, 15 Juli 2018).
Kelompok Salafi GIS Sunnah merasakan adanya penurunan kegiatan
keagamaan yang ditandai dengan semakin berkurangnya jamaah yang datang ke
kajian GIS Sunnah seperti hari Selasa, dan Jum‟at. Informan AM menuturkan
sebagai berikut,
Kajian setiap hari Selasa-Jum‟at sekarang udah enggak ada ya, karena
jamaahnya yang dateng sedikit, pengurusnya juga udah pada sibuk kerja,
jadi malemnya gak bisa ngadain. Paling mungkin kajian emang cuma
setiap minggu pagi aja, soalnya pengurus kajian juga pada libur, jamaah
yang dateng juga rame… dulu mah waktu ada masalah dengan orang-
orang NU setiap hari ada pengajian soalnya jamaah kita banyak yang
cerita soal sindiran-sindiran yang mereka dapet, jadi dalam kajian itu
ulama-ulama bilangin jamaahnya supaya sabar dan gak kepancing emosi
(Wawancara AM, 30 April 2018).
Berdasarkan penuturan dari informan SB dan AM bahwa ketika konflik
mulai mereda, aktivitas keagamaan di lingkungan Griya Indah Serpong semakin
berkurang, tetapi ada beberapa alasan pula yang membuat penurunan kegiatan
keagamaan disini, antara lain: (1) kesibukan kerja; (2) peserta kajian yang
kurang; (3) tidak ada lagi rasa permusuhan yang harus dibicarakan secara
bersama. Dengan melihat beberapa alasan tersebut, peneliti sepakat dengan
pernyataan Coser bahwa, rasa solidaritas dan persatuan antara jamaahnya sangat
kuat, tetapi ketika konflik mereda rasa solidaritas tersebut cenderung berkurang
(memudar).
104
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Konflik NU dan Salafi GIS Sunnah disebabkan oleh perbedaam
pemahaman tentang Ahlu Sunnah Wal Jamaah dan praktik ibadah yang sunnah
atau bid‟ah. Perbedaan ini ternyata disalahpahami menjadi sebuah hinaan atau
hujatan, sehingga menimbulkan rasa bermusuhan (hostile feelings) ataupun
kekecewaan. Ketidaksukaan itu akhirnya ditunjukan kedua kelompok dengan
sejumlah perilaku bermusuhan (hostile behaviour) yaitu menyebar prasangka,
scapegoath, bahkan kekerasan.
Prasangka ditunjukan dengan membuat isu-isu miring tentang Ahlu
Sunnah, bagi kelompok Salafi GIS Sunnah, kelompok NU bukan golongan Ahlu
Sunnah, karena masih melakukan perbuatan bid‟ah. Sedangkan bagi kelompok
NU, kelompok Salafi GIS Sunnah bukan golongan Ahlu Sunnah karena masih
berdakwah dengan menjelek-jelekan/memfitnah ajaran saudara muslimnya
Scapegoath ditunjukkan dengan tuduhan-tuduhan seperti jamaah Salafi GIS
Sunnah adalah kelompok pemecah belah umat, atau jamaah NU bersikap intoleran
terhadap saudara sesama muslim.
Kekerasan ditunjukan melalui aksi pengusiran pengajian Salafi GIS
Sunnah di beberapa masjid Griya, pembubaran kegiatan olahraga panahan GIS
Archery, dan pembatasan aktivitas dakwah Salafi GIS Sunnah yang dilakukan
oleh kelompok NU sepanjang tahun 2016. Dari ketiga perilaku konflik tersebut
105
peneliti menemukan unsur dasar konflik yang disebutkan Coser yaitu perasaan
bermusuhan, perilaku bermusuhan dan perbedaan sistem status, sedangkan untuk
perbedaan legitimasi/kekuasaan, peneliti tidak menemukannya dalam peristiwa
ini. Alasannya karena jumlah masyarakat awam lebih banyak dibandingkan
jumlah jamaah kedua kelompok sehingga tidak ada kelompok yang benar-benar
punya pengaruh kuat. Jika pun ada pengakuan dari masing-masing kelompok,
peneliti lihat hanya sebatas klaim belaka, karena sistem keagamaan di perumahan
Griya Indah Serpong sendiri belum condong terhadap salah satu golongan atau
kelompok.
Peristiwa konflik NU dan Salafi GIS Sunnah sendiri memiliki dampak
beragam, di satu sisi konflik ini merusakan hubungan kedua kelompok dengan
adanya sejumlah ketegangan. Namun di sisi lain, konflik ini juga memberikan
dampak positif bagi perkembangan nilai, norma, aturan, serta hubungan sosial di
dalam kelompok. Fungsi positif yang ada dalam konflik ini antara lain: Pertama,
kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah tentunya sadar dengan perbedaan keyakinan
dalam menjalankan praktik ibadah. Perbedaan ini tentunya tidak bisa disatukan,
sehingga mereka memilih untuk berpisah menjadi kelompok yang berbeda.
Kedua, jamaah NU dan Salafi GIS Sunnah merasakan adanya sejumlah
peningkatan pada kegiatan keagamaan di masjid. Mereka sering mengadakan
rapat atau kumpul-kumpul anggota untuk membicarakan prasangka, atau
kekerasan yang terjadi dengan anggota kelompoknya. Ketiga, ulama NU maupun
ulama Salafi GIS Sunnah membuat sejumlah aturan-aturan yang bertujuan untuk
meningkatkan komitmen anggotanya terhadap kegiatan-kegiatan kelompok
106
ataupun konflik dengan kelompok. Keempat, jamaah NU yang kedapatan
mengikuti kajian Salafi GIS Sunnah langsung dikeluarkan dalam kepengurusan
masjid, mereka dianggap bukan bagian dari kelompok NU lagi. Kelima, ketika
konflik mereda kegiatan masing-masing kelompok semakin berkurang akibat
banyak jamaah yang sudah sibuk bekerja, sehingga tidak sering mengikuti
perkembangan kegiatan keagamaan di masjid.
Konflik NU dan Salafi GIS Sunnah diselesaikan melalui kegiatan mediasi
sebanyak dua kali. Mediasi sendiri merupakan cara penyelesaian konflik yang
disebutkan Coser sebagai safety value yaitu penyaluran dorongan agresif atau
permusuhan dengan cara-cara yang tidak mengancam atau merusakkan solidaritas.
Dalam kasus ini, kegiatan mediasi pertama saat itu dilakukan oleh kedua
kelompok bersama FKPM, tetapi konflik ternyata masih muncul kembali karena
tuduhan-tuduhan miring antara kedua kelompok belum hilang sepenuhnya, masih
terdapat aksi saling hujat dan pembubaran pengajian.
Pihak-pihak yang mengetahui konflik ini merasa perihatin dengan kondisi
keagamaan yang ada, oleh karena itu, tokoh masyarakat bersama RT, RW dan
FKPM mengupayakan diadakannya mediasi kedua yang diharapkan dapat
meluruskan sejumlah kesalahpahaman-kesalahpahaman yang terjadi. Kelompok
NU mengeluhkan tuduhan kelompok Salafi GIS Sunnah terhadap amalan
ibadahnya, sedangkan kelompok Salafi GIS Sunnah mengeluhkan pembatasan
aktivitas dakwah di beberapa masjid Griya Indah Serpong yang dilakukan
kelompok NU.
107
Mediasi kedua terbilang sukses dengan dipimpin oleh ketua RW yang
memang bisa mengakomodir tuntutan kedua kelompok, sehingga keputusan yang
diambil pun menguntungkan kedua belah pihak (win-win solution). Adapun
keputusan yang dibuat adalah ulama Salafi GIS Sunnah dilarang mendakwahkan
persoalan khilafiyah (perbedaan) praktik ibadah dengan kelompok NU, dan
ulama-ulama NU dilarang lagi menghalangi kelompok Salafi GIS Sunnah untuk
membuat pengajian di masjid-masjid Griya.
Kedua kelompok sepakat terhadap keputusan tersebut, dan mereka
berjanji untuk tidak berkonflik lagi. Setelah berdamai, ulama NU dan Salafi GIS
Sunnah lebih berhati-hati untuk berdakwah, mereka tidak ingin menyinggung
kelompok lain. Kehati-hatian tersebut ditunjukan ketika mereka membuat acara
bersama yaitu bedah kitab fiqh dan tabligh akbar. Jamaah NU dan Salafi GIS
Sunnah pun saat ini bekerjasama dalam program-program sosial seperti Griya
Kafil Yatim di FKPM.
4.2. Saran
Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini menemukan konflik NU
dan Salafi GIS Sunnah disebabkan oleh adanya sejumlah kesalahpahaman yang
dibesar-besarkan menjadi perasaan bermusuhan (hostile feeling). Ketika perasaan
bermusuhan tersebut sudah memuncak, kedua kelompok menunjukan sejumlah
perilaku bermusuhan (hostile behaviour) dengan cara menyebarkan prasangka,
scapegoath, dan tindak kekerasan.
Aksi-aksi penyebaran prasangka, scapegoath, dan tindak kekerasan
memiliki dampak negatif bagi putusnya hubungan sosial antar kelompok. Mereka
108
tidak lagi mau menjalankan ibadah bersama, dan menganggap kelompok lain
sebagai musuh yang harus disingkirkan. Beruntung konflik tersebut masih bisa
diselesaikan dengan cara mediasi (safety value) oleh tokoh masyarakat, FKPM,
dan aparat pemerintah. Jika saja konflik tersebut terlambat untuk diantisipasi,
dikhawatirkan akan menjadi konflik yang benar-benar besar dan merusakan
tatanan kehidupan beragama di perumahan Griya Indah Serpong. Bercermin dari
permasalahan tersebut, peneliti ingin memberi saran antara lain:
1. Kepada RT, RW, dan Kelurahan Cibinong diharapkan dapat lebih
memperhatikan gesekan-gesekan yang mungkin saja bisa terjadi lagi antara
kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah, beberapa cara penyelesaian konflik
yang sudah dipaparkan dalam penelitian ini hendaknya menjadi pertimbangan
kebijakan jika konflik kedua kelompok terulang kembali.
2. Kelompok NU dan Salafi GIS Sunnah diharapkan dapat menjaga ukhuwah
Islamiyah serta menaati kesepakatan yang sudah dibentuk dalam mediasi. Bila
dikemudian hari terdapat perbedaan khilafiyah (pendapat) lagi diharapkan
masing-masing kelompok dapat segera melakukan tabayun (klarifikasi) agar
tidak terjadi kesalahpahaman yang berpotensi menjadi perasaan benci, kesal,
ataupun ketidaksukaan.
3. Kepada FKPM GIS diharapkan dapat mewacanakan penyebaran dakwah
secara damai dan penuh rasa toleransi. Hal ini ditujukan untuk meredam
benih-benih konflik yang dikhawatirkan bisa muncul kembali.
4. Kepada aparat pemerintah seperti Kemenag RI, MUI Pusat, dan MUI Gunung
Sindur agar bisa lebih memperhatikan kasus-kasus konflik internal agama
109
seperti konflik NU dan Salafi GIS Sunnah yang memang sudah banyak terjadi
di berbagai daerah, hanya saja kasusnya belum terkespose ke media atau
ditulis sebagai penelitian.
5. Kepada peneliti selanjutnya yang hendak membahas konflik NU dan Salafi,
sebaiknya memahami struktur kesadaran yang membentuk pemahaman pelaku
konflik. Bahasannya memang cenderung strukturalis, tetapi akan menjadi
menarik ketika peneliti selanjutnya bisa memahami dari mana pengetahuan
tentang konflik tersebut diproduksi dan direproduksi, sehingga setiap konflik
kedua kelompok terjadi, mereka memakai isu yang sama seperti masalah Ahlu
Sunnah Wal Jamaah, tahayul, bid‟ah, dan kurafat.
110
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Penelitian
Abdurrachman. 2013. Resistensi Aliran Salafi Terhadap Islam Tradisional Di
Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Nusa Tenggara Barat: Media
Bina Ilmiah.
Ahyar, Muzayyin. 2015. Membaca Gerakan Islam Radikal Dan
Deradikalisasi Agama. Yogyakarta: Jurnal Dakwah.
Alfandi. 2013. Prasangka: Potensi Pemicu Konflik Internal Umat Islam.
Semarang: IAIN.
Asroni, Ahmad. 2013. Islam Puritan Vis A Vis Tradisi Lokal: Meneropong
Model Resolusi Konflik Majelis Tafsir Al-Qur‟an dan Nahdatul Ulama
di Kabupaten Purwerejo. Yogyakarta: AICIS.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2016. Kecamatan Gunung Sindur
dalam Angka Tahun 2016. Bogor: CV. Prima.
Coser, Lewis. 1957. Social Conflict and Theory of Social Change. The British
Journal of Sociology.
Chozin, Muhammad Ali. 2013. Strategi Dakwah Salafi di Indonesia. Cirebon:
Jurnal Dakwah.
Dermawan, Andi. 2013. Dialektika Dakwah, Politik, Dan Gerakan
Keagamaan Kontemporer (Telaah Pemikiran Nasir al-Din al-Albani
dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Salafi Kontemporer.
Yogyakarta: Jurnal Dakwah.
Elmirzanah, dkk. 2002. Pluralisme, Konflik Dan Perdamaian: Studi Bersama
Antar-Iman. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Faizah. 2012. Gerakan Salafi Di Lombok. Nusa Tenggara Barat: IAIN
Mataram.
Fauzi, Ishan Ali, dkk. 2009. Pola-Pola Konflik Keagamaan di Indonesia
(1990-2008). Jakarta: Yayasan Waqaf Paramadina.
Haidar, Ali M. 1993. Nahdatul Ulama dan Islam di Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Hisyam, Muhammad. 2010. Anatomi Konflik Dakwah Salafi Di Indonesia.
Jakarta LIPI.
111
Jinan, Mutohharun. 2013. Penetrasi Islam Puritan Di Pedesaan: Kajian
Tentang Pola Kepengikutan Majelis Tafsir Al-Qur‟an. Surakarta:
Profetika.
Ma‟rifah, Indriyani dan Ahmad Asroni. 2013. Berebut Ladang Dakwah Pada
Masyarakat Muslim Jawa (Studi Kasus Terhadap Konflik Majelis
Tafsir Al-Qur‟an dan Nahdatul Ulama (NU) di Kabupaten
Purwerejo. Yogyakarata: Jurnal Dakwah.
Muhammad, Hasyim, dkk. 2015. Diskursus Deradikalisasi Agama: Pola
Resistensi Pesantren Terhadap Gerakan Radikal. Semarang: Wali
Songo.
Rosadi, Aden. 2015. Gerakan Salaf. Bandung: Media komunikasi umat
beragama.
Shidqi, Ahmad. 2013. Respon Nahdatul Ulama (NU) Terhadap Wahabisme
dan Implikasinya Bagi Deradikalisasi Pendidikan Islam.Yogyakarta:
Jurnal Pendidikan Islam.
Tantowi, Yusuf. 2009. Mengurai Konflik Sunnah Vs Bid‟ah di Pulau Seribu
Masjid. Jakarta: Wahid Institute.
Wahid, Din. 2014. The Challenge Of Democracy In Indonesia: The Case Of
Salafi Movement. Jakarta: Islamika Indonesia.
Skripsi
Darmawan, Faizal. 2017. Peran Kapital Sosial Dalam Ketahanan Sosial
Komunitas Street Art (Studi Kasus: Komunitas Street Art Gardu House
Jakarta). Jakarta: FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hidayat, Dady. 2012. Gerakan Dakwah Salafi Di Indonesia: Studi Tentang
Kemunculan dan Perkembangannya Pada Era Reformasi. Depok:
Fisip UI.
Saputra, Adi. 2017. Relasi Sosial Pasca-Konflik di Lampung Selatan (Studi
Kasus Konflik Etnis Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012).
Jakarta: FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sulistina, Ivan. 2015. Tasawuf dan Perubahan Sosial di Cirebon: Kontribusi
Tarekat Syattariyah Terhadap Perkembangan Institusi Kraton, Pondok
Pesantren, dan Industri Batik. Jakarta: FISIP UIN Syarif Hidyatullah
Jakarta.
112
Disertasi
Jahroni, Jajang. 2015. The Political Economy Of Knowledge: Salafism in Post
Soeharto Urban Indonesia. Boston University.
Buku
Abdusami, Humaidi, Ridwan Fakla AS. 1995. 5 Rais ‟Am Nahdatul Ulama.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ali, Fachry dan Bachtiar Effendy. 1986. Merambah Jalan Baru Islam.
Bandung: Mizan.
Arif, Syaiful. 2010. Deradikalisasi Islam: Paradigma dan Strategi Islam
Kultural. Depok: Koekoesan.
Coser, Lewis. 1957. The Functions of Social Conflict. Toronto: Free Press, a
Corporation. Printed in the United States of America
Crasswel, John W. 1998. Qualitative Inquiry And Research Design Choosing
Among Five Tradition. London: Sage Publication.
Hasan, Noorhaidi. 2008. Laskar Jihad, Islam, Militansi, dan Pencarian
Identitas di Indonesia Pasca Orde Baru.. Jakarta: LP3ES.
Jawaz, Yazid Abdul Qadir. 2008. Mulia dengan Manhaj Salaf. Bogor: Pustaka
At-Takwa.
______, 2010. Syarah Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah. Bogor: Pustaka At-
Takwa.
Johnson, Doyle Paul. 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka.
Lawang, Robert. 1994. Buku Materi Pengantar Sosiologi. Jakarta: Universitas
Terbuka
Muzadi, H. A. Hasyim. 1999. Nahdatul Ulama di Tengah Agenda Persoalan.
Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.
Narwoko, Dwi dan Bagong Suyanto. 2005. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Nasikun. 2003. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Noer, Deliar. 1995. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta:
LP3ES.
Poloma, Margaret. 2000. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
113
Prasetyo, Hendro, dkk. 2002. Islam & Civil Society. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Rahmat, Imdadun M. 2004. Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme
Islam Timur Tengah ke Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Setiady, Elly M dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman
Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan
Pemecahannya. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Soekanto, Soerjono. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.
Susan, Novri. 2010. Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer.
Jakarta: Prenada Media.
Wallace A, dan Alisson Wolf. 1995. Contemporary Sociological Theory:
Continuing The Clasiccal Tradition. Pretince-Hall.
Wahf al-Qathani, Said bin Ali. 2011. Mengupas Sunnah, Membedah Bid‟ah.
Cetakan VIII. Jakarta: Darul Haq.
Waskito, Abu Muhammad. 2012. Mendamaikan Ahlu Sunnah di Nusantara,
Mencari Titik Kesepakatan antara Asy‟ariyah dan Wahabiyah.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Zetlin, Irving M. 1998. Memahami Kembali Sosiologi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Artikel dan Web online
Sumandyo, Arbi dan Ahsan Ridhoi. Mereka Kompak Menolak Aliran Wahabi.
Diakses tanggal 15 April 2018. Tersedia di
(http://redaksiindonesia.com/read/mereka-kompak-menolak-aliran-
wahabi.html).
Zunus. Aswaja: Manhaj Nadhatul Ummah. Diakses Tanggal 15 April 2018.
Tersedia di (http://www.nu.or.id/post/read/69283/aswaja-manhaj-
nadhatul-ummah).
https://www.facebook.com/fkpmgis/
114
https://www.facebook.com/gissunah/
https://www.facebook.com/griyakafil/
Wawancara
Wawancara Pribadi dengan SM 12 April 2018.
Wawancara Pribadi dengan RD 16 April 2018.
Wawancara Pribadi dengan YP 18 April 2018.
Wawancara Pribadi dengan FJ 20 April 2018.
Wawancara Pribadi dengan TG 25 April 2018.
Wawancara Pribadi dengan MT 25 April 2018.
Wawancara Pribadi dengan AM 30 April 2018.
Wawancara Pribadi dengan JW 10 Juli 2018.
Wawancara Pribadi dengan SB 15 Juli 2018.
Wawancara Pribadi dengan TS 15 Juli 2018.
xv
LAMPIRAN
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : SM
Status : Ulama Salafi GIS Sunnah
Hari/Tanggal : Kamis/12 April 2018
Waktu/Tempat : Pukul 19.00 WIB/Rumah SM
Peneliti Assalamu‟alaikum ustadz, saya mau tanya nih kapan pertama kali
dakwah manhaj salaf di GIS ? dan ada hambatannya enggak ?
Informan Walaikumsalam, jadi saya pindah kesini itu tanggal 15 April 2014,
terus nggak lama ustadz RD pindah rumah kesini. Saya baru tau dia
orang sunnah juga pas udah ngobrol banyak sehabis sholat di masjid
Darusalam. Pertama kali pindah kesini emang saya udah diminta
bantu-bantu ngisi pengajian di masjid. Setelah tinggal disini, saya jadi
tau kalo ajaran keagamaan penduduk disini masih bercampur baur ya,
ada Ikhwanul Muslimin, Jamaah Tabligh, tetapi mayoritas masyarakat
sini percaya ajaran NU. Terus masih banyak ritual ibadah bid‟ah yang
dikerjakan disini seperti selametan, tahlilan, dan yasinan. Pokoknya
kacau deh buat saya yang udah paham manhaj salaf, makanya saya
dan ustadz RD coba mendakwahkan manhaj Salaf di masjid
Darusalam, tapi jamaahnya enggak ada yang ngerti, dan malah
xvi
nganggap aneh dakwah tadi. Terpaksa saya ikuti dulu ritual ibadah
disini, di beberapa waktu aja si, karena enggak enak dengan pengurus
masjid, apalagi saya juga sering diundang untuk dakwah disini. Nah
baru sekitar bulan Juni 2015 datang ustadz TG, ustadz AM dan
teman-teman Salafi lainnya, yang mengajak saya ikut pengajian Salafi
lagi, setelah benar-benar mantap untuk hijrah sepenuhnya, saya
beraniin diri untuk nggak ikut lagi praktek ibadah NU
Peneliti Berarti setelah dateng ustadz TG dan AM baru bikin kajian sunnah ?
Iya emang waktu itu baru dibentuk, supaya bisa enak aja ngajinya,
orang-orang sunnah jadi punya kegiatan. Kita kan udah enggak ikut
pengajian NU, masa enggak bikin pengajian sendiri juga, kasian
jamaahnya enggak ada tempat untuk mencari ilmu atau berbagi ilmu
dong.
Peneliti Oh gitu, tapi waktu awal itu kenapa dakwah salaf belum banyak orang
yang tertarik ya ? baru pas ada ustadz TG jadi rame tuh yang dateng ?
Informan Kaya yang tadi saya ceritain, mungkin masih banyak orang yang
belum tau apa si manhaj salaf itu, jadi mereka bisa bilang gini-gitu
ajarannya. Baru waktu ada ustadz TG dia emang ngerti strategi
dakwah ke masyarakat awam, dia undang tuh ustadz-ustadz dari luar
yang kebanyakan udah punya gelar L,c. Mereka kan lebih tau gimana
metode dakwah yang bagus. Terus dibuat undangan atau poster-poster
xvii
di facebook atau Whatsapp itu juga ngebantu untuk ngenalin
pengajian kita ke jamaah salafi yang mungkin ada di sekitar Gunung
Sindur atau daerah lain supaya bisa dateng. Mungkin itu ya
jawabannya.
Peneliti Emang di Gunung Sindur ada jamaah Salafi lain ? dan pas udah ada
kajian, apa temen-temen sunnah bikin kelompok Salafi ?.
Informan Setau saya si enggak ada, selama saya tinggal di Gunung Sindur baru
kita doang yang buat kajian sunnah, tapi kalo di BSD, Pamulang,
sama Parung emang ada, pesantrennya juga ada punya ustadz Yazid
namanya Minhajus Sunnah … kalo Salafi itu bukan kelompok ya,
karena kita enggak boleh hizbiyyun (organisasi). Jadi semacam
perkumpulan aja buat ngaji-ngaji dan belajar agama bentuknya
jamiyah lah.
Peneliti Ustadz pernah ngaji di pesantren itu ? kalo ngundang ustadz atau
jamaah dari pesantren itu pernah gak buat ikut kajian GIS Sunnah ?
Informan Pernah si beberapa kali kesana sama temen. Kalo ngundang jamaah
disana ya pernah, beberapa kali juga ada yang dateng kesini gantian
gitu. Tapi kalo ngundang ustadz dari sana buat ngisi kajian disini, itu
belum pernah si.
Peneliti Oh gitu ya, balik lagi nih ustadz pertanyaannya, kan tadi GIS Sunnah
cuma perkumpulan ya, terus setiap ngaji ada yang koordinir apa
xviii
gimana tuh langsung ketemuan aja, janjian ?
Informan Kalo yang koordinir si ada, kaya ustadz TG tuh kan dia yang
ngundang ustadznya dari luar. Kalo mau ada kajian juga, kita sebar
undangannya di Facebook sama grup WA.
Peneliti Grup WA fungsinya untuk apa ustadz ?
Informan Ya buat komunikasi antar jamaah sama share-share tulisan atau
bacaan kitab.
Peneliti Tad, tadi kalo kajian sunnah kan ngundang ustadz dari luar ya, nah
kalo ustadz sendiri ngisi kajiannya kapan ?
Informan Ya ada waktu-waktunya buat ulama sini juga, kalo saya dikasih jatah
ngisi pengajian ibu-ibu sama remaja, yang saya ajarin biasanya
sejarah Islam dan nabi-nabi dari kitab shirah nabawiyah.
Peneliti Kalo pengajian biasanya kapan waktunya ustadz ?
Informan Biasanya si hari Selasa, Jum‟at sama Minggu. Jam nya abis Isya, kalo
hari Minggu pagi jam 9 yang ngisi ustadz-ustadz dari luar. Tapi
sekarang kajian hari Jum‟at lagi berhenti dulu.
Peneliti Emang kenapa berhenti ustadz ?
Informan Ya yang ngisinya lagi sibuk kerja itu ustadz RD, dia biasa ngajar
tafsir, jadi karena sering berhenti lama-lama jamaahnya juga sedikit
xix
yang dateng.
Peneliti Selain pengajian kegiatan lain ada gak ustadz ?
Informan Ada si panahan sama bela diri, tapi kayanya yang lebih sering
panahan si.
Peneliti Ustadz ikut olahraga itu ?
Informan Ikut si cuma enggak sering, kalo yang sering tuh ustadz RD, soalnya
dia juga yang ngurusin.
Peneliti Oh gitu ya ustadz, sekarang saya pengen nanya nih kenapa si jamaah
sunnah sama NU itu sempet enggak akur ?
Informan Enggak akur maksudnya ?
Peneliti Ya kaya pernah beda pendapat gitu.
Informan Oh, awalnya si beda pendapat pas forum silaturahmi pengurus masjid
Darusalam, kira-kira itu bulan Desember 2015 deh. Nanti coba tanya
ustadz RD deh ya detailnya saya agak lupa. Cuma kalo alasan kita
berdebat ya karena kita enggak setuju kalo kegiatan maulid nabi
masih dikerjakan, itu kan bid‟ah terus ya memboroskan uang
pembangunan masjid. Dari mulai situ, ulama-ulama NU jadi enggak
suka dengan pendapat atau cara dakwah yang kita sampaikan
Peneliti Emang pengeluarannya untuk apa aja ustadz sampe boros begitu ?
xx
Informan Waduh kalo detailnya tanya ustadz RD deh, dia kan bendahara
masjidnya, kalo saya yang ngomong takut salah lagi. Hehe
Peneliti Oh gitu ya, hehe terus kalo maulid kenapa bid‟ah ustadz ? kan
merayakan hari kelahiran nabi ?
Informan Banyak ya perayaan-perayaan yang memang tidak ada hadits atau
nabi ajarkan justru dikerjakan di GIS. Kayak perayaan-perayaan
Nuzul quran, Maulid, Isra Miraj. Kalau mengikuti ajaran salaf kita
enggak rayakan, karena di maulid ada permainan alat musik yang
justru melalaikan, ada ikhtilat antara ikhwan dan akhwat, semua itu
kan tidak boleh ya makanya hukumnya bid‟ah. Amalan bid‟ah
dikhawatirkan akan menjerumuskan manusia kepada kesesatan. Jadi
agama tidak boleh tuh dipikir-pikir harus buat acara ini untuk
bersyukur sama Allah, toh kita udah ikutin perintah ibadah wajib aja
udah nunjukin rasa syukur kita. Harus antum tau kalo perayaan yang
diajarkan nabi itu cuma dua, Idul Fitri dan Idul Adha. Selebihnya
tidak ada perayaan di dalam agama kita. Jadi saya anggap perayaan-
perayaan seperti itu adalah perbuatan baru (bid‟ah) yang tidak
diajarkan oleh nabi
Peneliti Selain itu ada enggak perbuatan bid‟ah lagi ustadz ?
Informan Banyak ya kalo perbuatan yang cenderung diada-adain dalam ibadah
ya bid‟ah, terus kalo enggak ada petunjuk dari nabi atau ulama
xxi
salafus shalih itu juga bid‟ah. Bid‟ah tuh dari segi agama aja ya, kalo
duniawi si enggak bid‟ah kaya handphone, kendaraan.
Peneliti Kalo doa qunut bid‟ah gak ustadz ?
Informan Doa qunut sebenarnya sunnah ya, enggak bid‟ah, karena masing-
masing imam madzhab punya penafsiran sendiri. Jadi boleh dikerjain
atau enggak.
Peneliti Kalo ustadz sendiri baca doa qunut subuh atau enggak ? terus apa
masalah doa qunut suka dibesar-besarin disini, kaya dijadiin
perbedaan gitu antara orang sunnah sama NU ?
Informan Kalo saya salat jamaah terus imamnya baca doa qunut ya saya ikut,
kan harus ikutin semua gerakan imam. Tapi kalo salat sendiri saya
enggak baca doa qunut soalnya nabi juga enggak baca qunut pas salat
subuh, kecuali waktu lagi ada musibah yang menimpa umat muslim
seperti waktu beberapa sahabat yang hafiz Al-Qur‟an dibunuh saat
dalam perjalanan menyebarkan Islam, nabi kemudian mendoakan
dengan baca qunut. Di Griya baca doa qunut itu udah seperti
kewajiban ya, jadi kalo ada orang yang enggak baca qunut tuh
seoalah-olah salah gitu. Contohnya, ketika itu kebetulan imam tetap
masjid Darusalam sedang sakit, jadi enggak bisa datang ke masjid
untuk salat subuh berjamaah. Beliau minta di grup WhatsApp masjid
supaya digantikan oleh ustadz lain. Eh tiba-tiba ada salah satu orang
xxii
yang nyeletuk (berbicara) di grup begini “Gantinya imam subuh yang
pake qunut ya ustadz, yang enggak pake qunut salat dirumah aja”. Itu
kan kaya nyindir orang-orang yang tidak doa qunut, padahal mereka
juga belum tentu tau gimana hukumnya baca doa qunut, ada sebagian
ulama yang melakukan ada juga yang enggak.
Peneliti Hehe ada-ada aja ya, emang yang biasa ngisi subuh di masjid
Darusalam siapa ustadz ?
Informan Ustadz FJ.
Peneliti Oh, terus kalo doa-doa yang tergolong bid‟ah ada lagi gak ustadz ?
Informan Ada kebiasaan orang-orang kita berdoa sehabis solat terus bersalam-
salaman, padahal itu enggak ada dalil yang menjelaskan
diharuskannya begitu. Kita si enggak ngelakuin itu ya, kita berdoa,
tapi sesuai dengan yang nabi ajarkan yaitu berdoa di waktu-waktu
mustajab, contohnya berdoa diantara adzan dan iqomah. Sebenarnya
tidak ada keharusan setelah solat berdoa, seakan-akan doa itu menjadi
kesatuan dari solat wajib. Solat itu kan sudah termasuk rangkaian doa,
seperti nabi saja setelah solat dia berdzikir sendiri, kemudian beliau
langsung menuju pintu untuk melayani umat yang bertanya. Adapun
untuk orang yang doa sesudah solat ya kita tidak larang karena itu
ibadah, tetapi caranya enggak harus berjamaah. Masalah ini memang
sering diangkat menjadi perbedaan, tapi kita si enggak masalah kalo
xxiii
dibilang beda, yang penting kita udah ngejalanin syariat ibadah yang
sudah ditetapkan Allah dan nabi.
Peneliti Kalo doa berjamaah enggak boleh, berarti tahlilan enggak boleh juga
ya ustadz ?
Informan Ya itu juga termasuk tuh, tahlilan itu enggak ada hadits yang
menjelaskannya, makanya orang-orang salaf enggak ngelakuin ritual
doa-doa sehabis kematian manusia. Kadang-kadang di kita kan
biasanya tujuh hari, 40 hari dan sebagainya, itu sebenernya tidak ada
di dalam Al-quran dan hadits shohih. Tidak ada penjelasan tentang
diharuskannya membaca yasin selama tujuh hari atau peringatan-
perigantan kematian gitu. Nabi menyunahkan orang bertakziah, itu
juga kita hanya berkunjung ke rumah yang duka terus memberi
semangat kepada keluarganya, ataupun kita disunnahkan membawa
makanan buat keluarga yang berduka, bukan keluarga yang berduka
menyediakan makanan buat kita.
Peneliti Oh gitu, terus perbedaan pemahaman tadi merembet ke masalah lain
gak ustadz ?
Informan Ada si jadi banyak pembicaraan tentang Ahlu Sunnah, buat ngebuktiin
siapa yang sesat atau enggak.
Peneliti Emang kriteria Ahlu Sunnah sendiri itu kaya gimana si ?
xxiv
Informan Ahlu Sunnah ya, selagi dia punya pemahaman sunni masih bisa
disebut Ahlu Sunnah, Salafi Ahlu Sunnah, NU Ahlu Sunnah,
Muhammadiyyah, Persis Ahlu Sunnah, tapi memang mesti dibedakan
mana kelompok yang bener-bener berpegang teguh dengan ajaran
sunnah nabi, mana yang enggak. Kalo orang Ahlu Sunnah sudah pasti
menghindarkan diri dari praktik yang baru di dalam agama Islam
(bid‟ah), karena harusnya kita membawa agama ini kepada agama
yang berdasarkan apa kata Allah dan apa kata nabi, bukan karena
tradisi, kata kyai-kyai dulu jadi taklid begitu dengan perkataan
mereka, bahkan parahnya lagi lebih percaya ajaran mereka dibanding
ajaran nabi yang pokok. Itu yang salah ya karena Ahlu Sunnah itu
enggak boleh fanatik sama satu guru, satu ajaran, misalnya fanatik
pake mazhab imam syafi‟i, pake kitab kuning, ya eenggak bisa gitu
karena masih ada nih pendapat imam-imam mazhab lain yang harus
dipertimbangkan juga. Fanatik berlebihan kepada satu ajaran justru
menjauhkan kita dari makna sunnah itu sendiri, karena pasti akan
menutup diri sama kebenaran dari ajaran lain
Peneliti Oh kalo udah begitu masalahnya jadi semakin gede ya ? ada tindak
kekerasan gak ustadz ?
Informan Ada si tapi gak terlalu parah paling cuma dorong-dorongan karena
pengajian kita di Masjid Baitul Mukhlisin bulan Juli 2016 pernah
dibubarin sama mereka (NU). Waktu itu saya lagi ngisi ceramah
xxv
tentang hukum berziarah ke makam, kebetulan memang saya
sampaikan larangan berziarah kubur untuk meminta karomah dsb,
khususnya pada makam-makam yang dianggap suci. Tiba-tiba kajian
kita disuruh berhenti sama segerombolan orang, kemudian ibu-ibu
yang ikut pengajiannya disuruh pulang. Mereka bilang, kalo kita
jangan angkat persoalan khilafiyah karena setiap tahun orang-orang
NU mengadakan wisata keagamaan ke makam wali-wali Allah.
Peneliti emang mereka enggak suka kalo bahas perbedaan khilafiyah ?
Informan Ya enggak suka kan jadi semacam ancaman bagi ajaran mereka ya.
Padahal kajian kita juga beda metode sama mereka.
Peneliti Emang beda metodenya gimana ustadz ?
Informan Jadi memang kajian-kajian kita beda metode ya sama kajian lain.
Kalau kajian lain disini (NU) membedah kitab-kitabnya tuh kurang
begitu akurat, hadits-hadits di dalam kitabnya kurang begitu shohih,
makanya banyak jamaahnya yang salah pemahamannya. Di dalam
manhaj Salaf ini kita hanya berdakwah kitab-kitab yang isinya hadits-
hadits shohih saja, hadits yang lemah sanadnya kita enggak akan
pakai gitu. Jadi Salaf itu kan untuk memurnikan ajaran Islam yang
Allah turunkan.
Peneliti Memurnikan maksudnya gimana tuh ustadz ?
xxvi
Informan Ya memurnikan dari perilaku bid‟ah, tahayul, dan kurafat, disini kan
banyak yang ngelakuin perbuatan itu, karena kalo enggak kita
murnikan ajaran agama bisa menyimpang.
Peneliti Oh gitu ya ustadz, terus selama konflik itu sikap dari orang-orang
sunnah sendiri gimana ?
Informan Selama konflik kemarin kita perketat aturan kajian ya, kaya enggak
boleh bawa handphone ke dalam. Kalo pun ada yang bawa itu
dikumpulin ke petugas, takutnya kan ada yang merekam atau buat
video tetang ceramah kita itu enggak boleh. Sempet ada kasus soalnya
ada jamaah ikut kajian tapi cuma sekedar mau cari tau aja tentang
kelompok kita, setelah tau, informasinya mereka sebarin di grup
WhatsApp FKPM, itu jadi ribut kan, banyak orang yang salah paham
sama ceramah kita. Semenjak itu orangnya kita tandai dan enggak
pernah diajak kajian lagi.
Peneliti Itu orangnya dari jamaah mana ya ustadz ?
Informan Dia si sering ikut pengajian NU.
Peneliti Oh, jadi kaya mau ngadu domba gitu ya ?
Informan Bisa jadi si untuk memperkeruh suasana.
Peneliti Terus gimana ustadz cara buat berdamai sama kelompok NU ? apa
rasa permusuhannya bisa hilang ?
xxvii
Informan Kita diundang DKM untuk datang ke masjid, disana ternyata ada
jamaah NU dan warga, mereka minta kita untuk mediasi lanjutan
seputar permasalah di WhatsApp FKPM itu. Setelah di luruskan
masalahnya, alhamdulillah kita ngerti. Kita minta maaf kalau emang
salah paham dengan ulama NU, dan minta maaf kalo dakwah kita
terkesan menjatuhkan amaliyah NU. Sebenarnya maksud dari orang-
orang salaf sama dengan orang-orang NU yaitu sama-sama pengen
memakmurkan masjid, makanya kita mohon kebijaksanaan warga dan
jamaah NU supaya orang-orang Salaf bisa ngisi kajian lagi di masjid-
masjid Griya. Meskipun kita sendiri sudah kelola masjid Al-Bilal,
tetapi penting juga kalo dakwah kita disampaikan di masjid-masjid
Giya. Soalnya di Griya ini kan banyak jamaah Salafi baru. FKPM
sendiri membuat kesepakatan yang harus ditaati oleh kedua belah
pihak. Kesepakatannya itu, kalo kelompok Salafi enggak boleh
ngomongin masalah bid'ah di amaliyah NU, seperti tahlilan, yasinan,
dan maulid Nabi. Kalo buat ulama NU dan DKM nya, mereka enggak
boleh melarang lagi ulama Salafi untuk buat kajian di masjid-masjid
Griya. Kalo pendapat saya si rasa permusuhannya cuma mereda
belum hilang, karena rasa permusuhan itu bisa aja muncul lagi kalo
kita semua enggak mau toleransi.
Peneliti Oke segitu aja ustadz, terimakasih ya atas informasinya.
xxviii
Informan Sama-sama ya dek, semoga bermanfaat.
Nama : RD
Status : Ulama Salafi GIS Sunnah
Hari/Tanggal : Minggu/16 April 2018
Waktu/Tempat : Pukul 13.00 WIB/Masjid Al-Bilal
Peneliti Assalamu'alaikum ustadz, saya pingin nanya-nanya soal GIS Sunnah
? sekarang bisa kan ustadz ?
Informan Walaikumsalam, oh iya boleh-boleh mau nanya apa
Peneliti Ustadz sendiri pertama kali dakwah di Griya kapan ya ?
Informan Dari bulan Mei 2014, itu juga karena sering ke masjid jadi dapet
kesempatan ceramah. Kesana-sananya jadi berkecimpung banyak lah
di pembangunan masjid Darusalam.
Peneliti Oh iya kata ustadz SM, ustadz pernah jadi bendahara masjid ya ?
Informan Iya pas berdiri masjid itu, saya udah megang keuangan disana
Peneliti Berarti untuk buat pengajian disana jadi gampang dong ya, kan masih
pengurus ?
Informan Dulu si iya, cuma kan beberapa kali sempet berhenti disana, karena
xxix
enggak dapet izin DKM nya.
Peneliti Oh gitu, kegiatan pengajian disana lama tuh ustadz ? emang kenapa
ko berhenti ?
Informan Lumayan lah dapet kali 9 bulan, saya aja pindah bulan Mei masjid
udah ada. Kalo terakhir kajian disana itu Januari 2016, karena enggak
dapet izin tadi, terus ada penolakan-penolakan terus dari jamaah NU.
Yaudah kita pindah tempat kajian ke fasum blok P dan TK-Al-Fath,
tapi masih juga ditolak-tolak disuruh pindah, ada aja alasannya
macem-macem. Yaudah daripada jadi ribut terus kita cari masjid baru,
alhamdulillah dapet di masjid Al-Bilal ini.
Peneliti Masjid Al-bilal luasnya berapa ya ustadz ?
Informan Masjid Al-Bilal itu luas banget ya kalo enggak salah 2 hektar,
bangunan masjidnya 500m2, rencananya di dekat masjid mau
dibangun perumahan juga. Cuma sayang-nya masjidnya sepi dan
enggak pernah keliatan ngadain kegiatan agama, karena kita juga
butuh masjid ini buat ngadain pengajian lagi, makanya kita coba
minta izin ke DKM masjid Al-Bilal dan kelurahan Cibinong untuk
bikin pengajian disana. Alhamdulillah mereka si mengizinkan kalau
buat pengajian disana, tapi memang kita harus perbaiki bangunan
masjid yang sudah mulai rusak, seperti atapnya yang bocor, dan
plafonnya yang sudah rusak … setelah semua perbaikannya rapi kira-
xxx
kira Februari 2016 deh, kita langsung mulai lagi pengajian GIS
Sunnah di masjid Al-Bilal.
Peneliti Oh gitu, kalo di masjid Al-Bilal enggak takut disuruh pindah lagi
ustadz ? kegiatan apa aja si yang dibentuk di masjid ini ?
Informan Ya kan tadi udah izin, lagian masjid ini juga udah lama enggak
kepake dan DKM nya enggak aktif makanya kalo ada yang mau
aktifin lagi, beliau senang. Disini si enggak bisa diusir lagi wong
tanahnya bukan punya mereka ko hehe. Di masjid Al-Bilal kita
ngadain kegiatan olahraga panahan yang kita kasih nama GIS
Archery. Itu kan salah satu olahraga sunnah yang memang diajarkan
oleh Rasulullah dan Salafus Shalih. Sebenarnya ada juga olahraga
sunnah lain kaya thifan, berenang dan berkuda tapi disini kita enggak
ngadain karena fokus kita masih ke kajian si.
Peneliti Hehe, emang ada masalah apa si ustadz sampe jamaah NU enggak
boleh kalo orang-orang salaf mengadakan kajian di masjid Griya ?
Informan Emm pangkal masalahnya si ketika saya sampaikan masalah
peringatan hari-hari besar Islam termasuk Maulid Nabi ya, waktu itu
pas rapat kepengurusan masjid, karena menurut saya perayaan maulid
tahun 2014 dan 2015 menghabiskan dana masjid yang cukup besar,
sedangkan sponsornya sedikit, sehingga dana untuk pembangunan
masjid jadi kepake (digunakan). Kebetulan saya kan bendahara
xxxi
masjid, jadi saya sedikit banyak tau berapa rincian dananya, apalagi
kalo kita panggil ulama dari luar untuk ngisi acara disini, itu biayanya
aja udah mahal, dan pendapatan dari kotak amal juga dibagi sama
ulama itu, padahal dia udah dapat bayaran dari pihak DKM. Nah itu
kan jadi mubazir ya. Makanya, saya bilang gimana kalau Maulid Nabi
dihilangkan saja, lebih baik dana masjid dibuat pembangunan,
lagipula kegiatan semacam itu hukumnya bid‟ah. Dalam syariat Islam
kita tidak boleh mengagungkan manusia lebih daripada Allah, kalo itu
dilakukan namanya musyrik, ini prinsip tauhid loh. Meskipun yang
kita anggungkan itu nabi, tapi nabi kan juga manusia. Lagipula nabi
sendiri sudah mengajarkan cara menunjukan kecintaan kepadanya, ya
cukup mengikuti sunnah beliau dan menjalankan sunnah-sunnahnya
aja, contohnya setiap hari senin nabi selalu berpuasa. Jadi gak ada tuh
perayaan-perayaan gitu, mulai dari zaman nabi, sahabat, tabiin, dan
tabi‟ut tabiin tidak ngerayain acara seperti itu. Berarti kan perayaan
ini hanya dibuat buat aja sama manusia yang menyalahi sunnah nabi.
Saya sampaikan masalah itu kepada jamaah masjid, tapi pendapat
saya ditolak, alasannya karena mereka takut kalo kegiatan hari besar
Islam dihilangkan akan menimbulkan gejolak di masyarakat. Apalagi
maulid nabi sudah dianggap tradisi ya disini, udah diajarin turun
temurun sama kyai-kyai yang mereka anggap bener, punya kualitas,
dan pantes kalo dijadiin rujukan
xxxii
Peneliti Oh jadi gitu, tapi memang kita tidak boleh berkompromi dengan
perbuatan bid‟ah ya ustadz ?
Informan Ya enggak boleh, bid‟ah itu kan kesalahan dan harusnya diluruskan.
Kalo kamu tetep berada dalam perbuatan bid‟ah khawatirnya akan
tersesat dalam memahami ajaran agama. Jika masih berbuat bid‟ah
harusnya sudah enggak bisa dibilang Ahlu Sunnah lagi.
Peneliti Memang kriteria Ahlu Sunnah sendiri itu gimana ustadz ?
Informan Ahlu Sunnah Wal Jamaah menurut orang-orang Salafi adalah orang
yang membawa cahaya ilmu bagi umat muslim. Ilmunya ya
berdasarkan ajaran dari kaum Salaf, dari sahabat, dari tabi‟in dan
tabiut tabi‟in. Ahlu Sunnah juga kelompok yang bertahan dengan
sunnah nabi meskipun dikelilingi oleh orang-orang yang sudah
membuat kerusakan. Jadi orang sunnah itu harus sabar ya karena akan
banyak fitnah yang datang pada mereka, seperti dibilang kelompok
sesat, pemecah belah, ya kita tunjukan aja kebenarannya kalo kita
enggak gitu. Memang ada perbedaan-perbedaan yang akhirnya
membuat kita bisa membedakan antara kelompok Ahlu Sunnah atau
bukan, itu bisa dari penafsiran tentang nama dan sifat Allah. Kalo ada
orang yang percaya bahwa Allah itu ber-istiwa di atas arsy, berarti dia
Ahlu Sunnah karena paham sama masalah tauhid. Tapi kalo ada orang
yang ditanya keberadaan Allah, terus dia jawabnya Allah itu ada di
xxxiii
mana-mana ya berarti dia sudah keluar dari prinsip Ahlu Sunnah,
karena dia enggak paham prinsip tauhid dan tidak memahami ayat Al-
Qur‟an tentang masalah itu.
Peneliti Kalo kriteria Ahlu Sunnah dilihat dari apakah orang tersebut
melakukan bid‟ah atau tidak, bisa gak ustadz? Terus apakah membaca
doa qunut itu termasuk bid‟ah ?
Informan Iya bisa kalo orang masih mengerjakan bid‟ah bukan termasuk
golongan Ahlu Sunnah, karena yang harusnya dikerjain sunnah-
sunnah nabi bukan perbuatan yang justru dilarang oleh nabi kaya
maulid. Itu kan sama aja kita berbuat tasabuh (menyerupai) umat
agama lain seperti kristen yang mengerjakan paskah. Kalo masalah
doa qunut, rang-orang Salaf itu enggak membaca doa qunut subuh ya,
karena enggak ada keharusan juga buat membacanya. Kalo memang
kita salat jamaah terus imam subuhnya qunut ya kita harusnya ikut
qunut, mengaminkan aja, enggak membacanya. Itu harus ya
mengikuti gerakan imam, sekalipun kamu sudah tau hukumnya. Kalo
alasan kita enggak baca qunut ketika salat munfarid atau jamaah
dengan kelompok Salaf, ya karena nabi kita tidak lakukan itu setiap
salat subuh, doa qunut hanya bisa dibaca ketika ada sebuah musibah
yang menimpa umat Islam lalu kita mendoakannya dengan baca doa
qunut, itu boleh, setelah itu ya tinggalkan.
xxxiv
Peneliti Kalo di Griya kan suka banget warga yang ngadain tahlilan, ustadz
sendiri dulu pernah ngisi dakwah gak di tahlilan ? Pandangan ustadz
sendiri sama kegiatan tahlilan itu gimana si ?
Informan Dulu saya kan salah satu pengurus masjid disini ya, jadi kalo ada
pengajian yasin di masjid masih suka ikut, tahlilan di rumah tetangga
juga ikut, menghormati aja si. Takutnya kan orang lain bilang masa
pengurus masjidnya sendiri enggak ikut, padahal rumahnya depan
masjid, ya mau enggak mau ikut deh. Tetapi pas saya sepenuhnya
hijrah, kalo ada tetangga yang ngajak lagi tahlilan, saya cuma bilang
maaf saya enggak ikut lagi acara itu, karena sering saya bilang gitu
akhirnya mereka tau sendiri kalo saya enggak mau ikut, dan enggak
ngajak lagi. Lagipula acara tahlilan sepeti itu sebenarnya tidak boleh
dikerjakan karena kan akan memberatkan keluarga, bukan cuma soal
penyediaan makanan, tetapi juga ditakutkan kita akan menambah atau
mengingatkan kesedihan bagi keluarga mayit nya lagi, nah itu tidak
boleh. Sunnahnya kan hanya ta‟ziyah, disana juga kita harus kasih
dukungan buat keluarga mayit supaya dia tetep sabar, dan ikhlas. Jadi
tidak ada tuh tahlilan, apalagi isinya baca yasin bareng-bareng,
doanya juga belum tentu nyampe, karena doa yang paling di dengar
Allah kan doa dari anak keluarga mayit yang soleh atau soleha
Peneliti Berarti tahlilan enggak boleh ya ustadz, kalo ziarah kubur itu
xxxv
termasuk bid‟ah atau enggak ?
Informan Iya sebaiknya dihindari aja, ziarah kubur sebenarnya boleh dilakukan
tetapi hanya sebatas mendokan kubur dan diniatkan untuk mengingat
kepada kematian. Perbuatan yang enggak boleh di dalam ziarah kubur
itu ya meminta doa (tabaruk) kepada kuburan. Seperti disini (Griya)
setiap 3 bulan sekali majelis talimnya ngadain kegiatan ziarah ke
makam wali, katanya si untuk wisata religius, mendoakan para wali,
dan kalau ada keluh kesah bisa berdoa disana, yang dianggap tempat
mustajab. Kalo untuk mendoakan keluarga, saudara, atau ulama-
ulama shalih di makam sih enggak papa, tapi kalo niatnya minta
kesalamatan, kemakmurann itu yang enggak boleh. Coba deh pikir
emang jasad bisa kabulin doa kita yang masih hidup, ngebantu kita
gitu kalo ada masalah ini itu, makanya tindakan ini jelas sekali
bertentangan dengan prinsip tauhid, kalo kita butuh sesuatu ya
mintanya sama Allah bukan sama kuburan, tapi orang-orang disini
dikasih tau gitu marah.
Peneliti Menurut ustadz kenapa ulama-ulama NU tetap mempertahankan
kegiatan tersebut padahal bertentangan dengan ajaran agama ?
Informan Dari yang saya pelajari sebenernya dulu NU itu, mengetahui sunnah,
mereka belajar kitab-kitab yang benar kan. Tetapi mungkin seiring
perkembangan zaman semakin terkikis sama ajaran aslinya, sehingga
xxxvi
mereka mengambil ajaran yang lain kayak misalnya ada Sufinya, ada
Syiahnya yang kesininya malah mereka menyukai kegiatan-kegiatan
tersebut yang mereka anggap seperti ibadah. Kalau perbedaan ya itu
tadi, kan mereka awalnya benar gitu ya, mungkin masuk ke bid‟ah-
bid‟ah itu kan saya dengar pendirinya itu kan membuat sebuah buku
dan di dalamnya mengatakan bid‟ah-bid‟ah yang pertama kali muncul
di tanah jawa dari syiah, yang kedua adalah dari sufi.
Peneliti Oh gitu ya, terus penolakan-penolakan yang pernah ustadz dan teman-
teman dapati dari jamaah NU apa aja ya bentuknya ?
Informan Waktu itu si cuma pembubaran aja kegiatan pengajian kita sama
kegiatan olahraga panahan nih, katanya dianggap membahayakan dsb.
Memang yang paling sering kita terima itu tuduhan-tuduhan miring
aja. Contohnya masyarakat sini kalo ngeliat orang yang berjenggot itu
anggapannya serem, kayak suka ikut aksi-aksi terror gitu. Salah satu
temen kita ustadz TG, ketika dia berdakwah disini awalnya
masyarakat takut karena jenggotan, brewokan gitu, tapi pas udah
kenal orangnya ramah ya mereka jadi biasa aja. Terus waktu momen
kita buat pengajian di masjid Ahsanu Amala, ustadz TG kan ngajak
jamaah Salafi lainnya dari Bogor, BSD, dan Pamulang, setelah selesai
acara banyak yang bilang ke beliau jangan ajak-ajak lagi ya temen-
temennya yang jenggotan soalnya serem.
xxxvii
Peneliti Jadi lebih banyak tuduhan-tuduhan ya ustadz, pernah dapet perilaku
kekerasa enggak ?
Informan Kekerasan yang parah enggak si, paling dorong-dorongan jamaah aja
pas ada pembubaran kaya enggak terima gitu jamaah kita atas
perlakuan mereka. Tapi untungnya buru-buru dilerai si jadi enggak
ada keributan fisik yang parah.
Peneliti Terus selama konflik gimana cara menguatkan jamaah yang terkena
tuduhan miring ?
Informan Selama suasana konflik ya kita masih kumpul bareng-bareng aja
untuk saling mengingatkan jangan sampai cara kita berdakwah itu
ngebuat masyarakat awam jadi takut dengan perasaan enggak suka
kita sama jamaah NU … kegiatan lain paling ya kita bikin pengajian
rutin aja setiap Selasa, Jum‟at, dan Minggu, terus ngadain kegiatan
olahraga memanah supaya warga tertarik ikut kegiatan kita.
Peneliti Selama ada konflik kegiatan jadi semakin banyak ya ustadz ?
Informan Iya bisa dibilang begitu, soalnya kan pas ada masalah sama jamaah
NU kegiatan agama dibuat supaya ngurangin tuduhan miring ke
dakwah kita.
Peneliti Oh, terus cara menyelesaikan konflik waktu itu gimana ustadz ?
Informan Mediasi si dari FKPM sama RT, RW. Ya alhamdulillah keputusan
xxxviii
yang dibuat menguntungkan kita dan jamaah NU, jadi enggak ada
yang protes. Sekarang aja kita udah balik dakwah ke Griya lagi.
Peneliti Sekarang hubungan sama orang-orang NU berjalan baik ustadz ?
Informan Alhamdulillah si sekarang gotong royong untuk buat pengajian
bersama, semenjak konflik selesai juga satu sama lain jadi semakin
menghagai perbedaan keyakinan agama.
Peneliti Masalah konfliknya sudah hilang ustadz ?
Informan Hilang si enggak ya tapi baikan aja gitu, karena masalah konfliknya
kan perbedaan keyakinan, kalo satu sama lain mikir perbedaan itu jadi
semacam hinaan kaya dulu, bisa jadi konflik muncul lagi.
Peneliti Menurut ustadz cara apa si yang tepat untuk menjaga agar konflik
tidak muncul lagi ?
Informan Tabayun ya, saling bertanya ketika ada masalah yang masih subhat
(samar). Masalah perbedaan memang lebih baik di diskusikan dengan
cara yang santun supaya konflik enggak muncul lagi.
Peneliti Oke cukup, terimakasih ya ustadz
Informan Iya sama-sama dek
Nama : YP
xxxix
Status : Ulama Nahdatul Ulama
Hari/Tanggal : Selasa/18 April 2018
Waktu/Tempat : Pukul 19.00 WIB/Rumah YP
Peneliti Assalamu'alaikum ustadz, sesuai yang kemarin kita bicarain, saya
pengen nanya-nanya seputar kegiatan keagamaan di perumahan GIS.
Informan mau tanya masalah apa aja ya de?
Peneliti Sejak kapan ustadz berdakwah di Griya ?
Infoman Saya udah lama dakwah disini, kira-kira dari tahun 2011 deh sepas
saya pindah rumah aja. Waktu itu di Griya belum ada apa-apa ya,
masjid pun belum ada, kalo mau salat jum‟at jauh harus ke masjid
luar perumahan. Makanya selagi kita punya tanah fasum yang gede di
tahap 2, saya sama warga menyarankan bangun masjid disana … itu
kalo gak salah agustus 2013 ya jadi masjid Ahsanu Amala. Kalo ada
masjid kan enak kita bisa bikin pengajian, ngadain ibadah salat
jum‟at, salat Idul Fitri atau Idul Adha, jadi enggak perlu jauh-jauh.
Peneliti Kalo disini masyarakatnya lebih banyak ngikutin pemahaman Islam
apa ustadz ? misalnya NU atau Muhamadiyyah gitu ?
Informan Masyarakat sini masih awam ya pemahaman keagamaannya, cuma
mereka lebih banyak ngamalin pemahaman NU. Itu sudah jadi tugas
DKM masjid yang harus mengajarkan tata cara ibadah sesuai amalan
xl
ibadah NU.
Peneliti Terus kegiatan agama yang dibentuk disini apa aja ustadz ?
Informan Setiap DKM si ngadain pembelajaran Iqro dan Al-Qur'an bagi bapa-
bapa yang masih belum bisa baca Al-Qur'an. Terus kalo malam sabtu
kita adain pengajian yang ngebahas hukum-hukum fiqh dari kitab
Safinatun An-Najah. Ada juga latihan marawis buat remaja, pokoknya
sebisa mungkin kegiatan di masjid diaktifkan terus supaya umat giat
beribadah.
Peneliti Katanya disini ada kegiatan wisata religius ya ustadz ? pendapat
ustadz tentang ziarah kubur itu gimana si ?
Informan Iya, majelis ta‟lim GIS biasanya suka ngadain ziarah ke makam
Walisongo, tiap 3 bulan sekali ya. Alhamdulillah yang ikut si banyak
sampe pake satu atau dua bis lah kalo kesana, kemarin aja kita pergi
ke Cirebon ke makam Sunan Gunung Jati untuk mendoakan beliau,
sekalian cari tau gimana sih sejarah perjuangan beliau menyebarkan
ajaran Islam di Cirebon atau di Indonesia, itu aja si paling … kalo
untuk ziarah ke makam saudara dan orang tua, sebagian besar orang
Indonesia saya rasa pasti ngelakuin ya untuk mendoakan orang tua,
saudara, atau kerabat dekatnya. Buat saya si ziarah kubur itu penting
untuk mengingatkan saja kalo kita semua pasti akan meninggal juga,
makanya selagi hidup banyak-banyak berbuat kebaikan
xli
Peneliti Terus kegiatan-kegiatan tadi, itu yang bentuk DKM sendiri atau
gimana ustadz ?
Informan Kegiatan di setiap masjid Griya sebenarnya sudah disepakati sama
ulama-ulama di FKPM, jadi ketua-ketua DKM hanya menjalankan
aja. Enaknya program begini tuh kegiatan setiap masjid jadi selaras,
cuma mungkin waktu-waktunya aja yang beda.
Peneliti Oh begitu, emang FKPM sendiri apa ustadz ?
Informan FKPM itu tempat komunikasi ulama-ulama Griya buat saling berbagi
pengalaman dakwah, dan ajaran keagamaan. Dari hasil bagi-bagi
pengalaman itu, nanti ulama-ulama sini bisa nentuin aturan ibadah
seperti apa yang boleh dikerjakan disini.
Peneliti Kalo anggota FKPM sendiri siapa aja ustadz ?
Informan Anggota FKPM ya ulama dan pengurus masjid di setiap blok
perumahan Griya, kita komunikasi atau ngumpul kalo ada acara
bareng di setiap masjid aja, tapi untuk komunikasi sehari-hari paling
kita koordinasi lewat grup WhatsApp aja.
Peneliti Oh emang kegiatan FKPM apa aja ustadz ?
Informan Kalo kegiatan per bulannya si kaya rapat koordinasi gitu di masjid
Ahsanu Amala, kalo acara tahunan paling kita ngadain perayaan
milad sekaligus tabligh akbar.
xlii
Peneliti Emm, tadi FKPM kan anggotanya ulama dan pengurus masjid di
setiap blok ya, itu mereka ngajarin pemahaman NU ustadz ?
Informan Ya enggak juga, ada macem-macem tergantung keyakinan
merekanya, mau NU, Muhammadiyah, Ikhwanul Muslimin, atau
Salafi, cuma tetep dalam pengawasan FKPM.
Peneliti Oh, tapi perbedaan ajaran itu enggak nimbulin permusuhan ustadz ?
Informan Permusuhan si pernah ada ya dulu tapi, sekarang mah udah enggak.
Peneliti Sama siapa ustadz ?
Informan Sama Salafi atau Wahabi lah panggilannya.
Peneliti Itu karena apa ustadz ?
Informan Selisih paham aja si tentang amalan yang bid‟ah.
Peneliti Emang menurut mereka amalan yang bid‟ah tuh seperti apa ustadz ?
Informan Banyak ya yang sedikit-sedikit dibilang bid‟ah, maulid bid‟ah, doa
berjamaah bid‟ah, ziarah ke makam wali bid‟ah, tawasul bid‟ah.
Saking banyaknya ajaran kita dibilang bid‟ah sampe lama-lama kesel
juga sama mereka.
Peneliti Masalah bid‟ah itu udah pernah ditanya belum ke jamaah Salafi ?
Informan Waktu itu si belum, karena kalo ngadain dialog terus merekanya
ngungkit-ngungkit masalah itu takut jamaah kita kesel dan jadi ribut.
xliii
Peneliti Emang jamaah NU sendiri enggak suka dengan anggapan bid‟ah itu
Informan Ya enggak suka lah de, kita merasa serba salah gitu ngelakuin ibadah
itu, padahal kan ibadahnya sudah dipercaya sama ulama-ulama dan
kyai-kyai dulu. Terus masalah penafsiran dari tindakan ibadah itu
sebenarnya ada macem-macem ya, jadi harusnya enggak gampang
dong untuk bilang kalo itu salah, bid‟ah, sesat. Lihat dulu macem-
macem penafsiran itu, kalo sudah liat terus keyakinannya beda,
silahkan aja kerjakan ibadah sesuai kepercayaan masing-masing.
Peneliti Kalo kegiatan agama yang suka dibilang
Peneliti Intinya mah jangan saling ganggu aja ya ustadz ?
Informan Iya dong harus punya rasa toleransi sama sesama umat, jangan malah
memecah belah.
Peneliti Menurut ustadz sendiri apa yang dilakukan jamaah Salafi itu bisa
memecah belah ?
Informan Orang-orang Wahabi ini suka memecah belah umat ya, yang tidak
sepaham dengan mereka dibilang ahlu bid‟ah, sesat, bahkan dibuku
ulama besarnya pun NU dikategorikan kelompok sesat karena
hizbiyyah (berorganisasi), ini kan enggak bener ya, masa organisasi
NU yang isinya ulama-ulama shalih dibilang sesat. Kalo ulama-ulama
dulu itu sesat enggak mungkin punya pengikut sampai segini
xliv
banyaknya. Ulama itu harus dijunjung tinggi loh karena dia kan
pewaris nabi, bukan malah dihina, kalau mereka menghina ulama
justru mereka sendiri yang sesat. … sikap mereka (Salafi GIS
Sunnah) di masyarakat itu tertutup banget ya, gak ngumpul sama
orang yang sepemahaman sama mereka aja. Kalo rapat RT aja mereka
enggak pernah dateng.
Peneliti Berarti mereka enggak mau berbaur gitu sama tetangga ya ?
Informan Enggak pernah saya liat waktu itu mereka ngumpul-ngumpul untuk
ngobrol sama tetangga, ya paling sama sesame jamaahnya aja.
Peneliti Kalo sekarang gimana ustadz masih kaya gitu ?
Informan Udah mulai berkurang si, kadang-kadang rapat RT mereka juga suka
dateng.
Peneliti Oh iya, dulu pas jamaah Salafi masuk ke Griya, mereka langsung
mendakwahkan ajaran Salafi ?
Informan Awalnya kita pikir ustadz-ustadz yang biasa ngisi kajian disini kaya
ustadz AM dan ustadz RD itu sejalan dengan pemahaman Aswaja
(NU), karena dulunya mereka ikut-ikut aja kegiatan di masjid, maulid
ikut, tahlilan ikut, yasinan baca rawi ikut. Tapi tiga bulan sebelum
bulan Desember itu, saya perhatikan ko dakwah mereka cenderung
ngebahas ritual ibadah di masjid bid‟ah ya, kaya yasinan bid'ah,
xlv
maulid bid'ah, doa bersama bid'ah. Awalnya saya diamkan saja, nah
baru pas ada ada perdebatan di forum itu, saya dan ustadz-ustadz sini
mulai paham kalo mereka terpengaruh paham Salafi (Wahabi), karena
ciri-ciri kelompok Wahabi kan suka membid‟ahkan amalan NU.
Sebelum ada masalah itu, disini juga memang sudah ada orang yang
berpemahaman Wahabi, dia pak AM dan pak TG, dua-duanya aktif
salat di masjid-masjid NU. Mungkin aja karena mereka ustadz RD
dan SM berubah.
Peneliti Menurut ustadz sendiri, apa keberadaan kelompok wahabi bisa
merubah pemahaman agama masyarakat ?
Informan Menurut saya sih iya, soalnya mereka gencar melakukan dakwah ke
beberapa kelompok masyarakat, mulai dari RW, kelompok panahan,
sampai kelompok bela diri. Contohnya masyarakat blok P aja
berangsur-angsur mulai berubah, tidak pernah ikut pengajian bareng,
atau acara keagamaan dilingkungan sekitar seperti acara tahlil, aqiqah,
dsb. Jadi menurut saya, kelompok wahabi punya pengaruh untuk
ngerubah praktik ritual keagamaan di masyarakat.
Peneliti Lalu bagaimana cara ustadz menjaga jamaah dari pengaruh dakwahi
wahabi?
Informan Kita berusaha mengawasi serta membatasi pergerakan dakwah
Wahabi di beberapa masjid/mushola GIS, kami juga di bantu oleh
xlvi
pihak FKPM yang khawatir dengan adanya perubahan corak
keagamaan masyarakat menjadi lebih radikal. Saya selalu sampaikan
agar masyarakat lebih berhati-hati dalam memahami pemahaman
yang berusaha menjadikan agama sebagai ideologi perlawanan.
Peneliti Ada cara lain ustadz misalnya membuat kegiatan-kegiatan ?
Informan Kami paling menggiatkan kegiaran-kegiatan keagamaan di
masjid/mushola seperti yasinan, baca rawi, kalo dibulan puasa kita
adain lomba MTQ buat remaja-remaja, mengadakan Nuzulul Qur'an,
supaya masyarakat paham dan terbiasa ini loh budaya keagamaan kita
di masyarakat.
Peneliti Penyelesaian konflik dengan kelompok Wahabi dilakukan dengan
cara apa ustadz ?
Informan Waktu itu sudah ada mediasi dari pihak FKPM kalo enggak salah 16
September 2016 di masjid Al-Ihsan, soalnya warga disini udah mulai
paham kalau ustadz-ustadznya lagi enggak akur, mereka pengen
suasana keagamaan disini balik lagi kaya dulu yang enggak ada
permusuhan, enggak ada aksi saling sindir, makanya mereka
mendesak membentuk FKPM untuk mengadakan pertemuan kedua
belah pihak. Pada saat itu, kita diminta untuk nyampein masalahnya,
kita cuma minta ulama salafi jangan ngebahas masalah bid‟ah di ritual
ibadah kita, soalnya saat mereka bahas begitu toleransi umat akan
xlvii
terpecah, masyarakat sini sudah percaya dengan ritual ibadah NU, jadi
jangan diganggu lagi.
Peneliti Itu mediasi pertama sudah bisa menyelesaikan konflik ustadz ? ada
kesepakatan tertulis enggak ?
Informan Mediasi pertama belum efektif ya, makanya warga ngadain mediasi
kedua. Mediasi kedua warga memang ikut terlibat menyampaikan
keluh kesahnya, banyak yang menyayangkan aksi saling hujat
kemarin antara kami dengan jamaah Salafi GIS Sunnah… tapi karena
warga bilang begitu, kami pihak yang berkonflik jadi saling intropeksi
diri, mengakuin kesalahan. Di forum itu, kami meminta maaf karena
telah salah menilai ajaran salafi, dan kami menginginkan agar
toleransi dengan teman-teman salafi ini bisa diupayakan kembali
supaya mereka bisa membantu pengajaran agama di setiap masjid.
Kesepakatannya sih enggak tertulis ya.
Peneliti Oke ustadz terimakasih atas informasinya.
Informan I : iya sama-sama de
Nama : FJ
Status : Ulama Nahdatul Ulama
Hari/Tanggal : Kamis/20 April 2018
Waktu/Tempat : Pukul 20.00 WIB/Masjid Darusalam
xlviii
Peneliti Assalamu'alaikum ustadz maaf sebelumnya mengganggu, saya mau
tanya tanya tentang kondisi keagamaan masyarakat di lingkungan
Masjid Darusalam. Ustadz keberatan gak ya untuk ditanya-tanya?
Informan oh iya gak papa ko de
Peneliti Sejak kapan si ustadz masjid Darusalam berdiri ?
Informan Warga blok Q kan punya fasum luas ya, waktu itu emang enggak
kepake apa-apa. Sebagai ketua RT saya menyarankan gimana kalo
dibuat masjid saja, dana nya nanti kita kumpulin dari sumbangan
masyarakat. Alhamdulillah memang ada aja si mas yang sumbang
semen, baja ringan, genteng, dan karpet masjid … Awal tahun 2014,
masjid ini udah berdiri 80%, udah bisa dipake buat salat, dan bikin
kegiatan masjid, ketika itu saya diamanahkan untuk menjadi ketua
DKM disini. Adanya pengurus masjid kan enak bisa ngatur jadwal
ibadah keagamaan rutin di bulan biasa dan bulan Ramadhan supaya
bisa terlaksana dengan baik, terus andaikan masyarakat punya acara
keagamaan dirumah seperti slametan, arwahan, aqiqahan bisa di
fasilitasi sama pihak masjid untuk pengadaan ustadznya.
Peneliti Kalo disini kebanyakan warganya mengamalkan pemahaman NU ?
Informan Iya memang warga sini ngamalin ajaran NU, tetapi ada juga yang
ngamalin ajaran Salafi/Wahabi.
xlix
Peneliti Kalo ajaran Salafi menurut ustadz sendiri seperti apa ?
Informan Menurut saya kelompok Wahabi itu punya ajaran agama yang berbeda
dari warga sini. Dikit-dikit mereka bilang bid'ah ke kegiatan
keagamaan kita, makanya ustadz-ustadz disini kurang suka dengan cara
dakwah mereka.
Peneliti Memang sejak kapan kelompok Wahabi itu masuk ke wilayah sini ?
Informan Mereka itu masuk sini September 2015 ya, pertama si enggak keliatan
kalo itu Wahabi, lama kelamaan mulai keliatan karena mereka suka
bid'ahin kegiatan keagamaan di mushola kaya ngaji yasinan bid'ah,
maulid bid'ah, doa bersama bid'ah, dari situ ustadz-ustadz sini mulai
paham kalo itu kelompok wahabi. Makanya kita buru-buru buat DKM
takutnya kegiatan agama mereka makin besar dan gak ada yang
mengkontrol dakwahnya, ustadz sini takut kalo mereka membahas
khilafiyah, dan masyarakat jadi militan Islamnya. … kalo salat di
masjid, mereka tuh enggak pernah ngumpul untuk doa bareng, abis
salat langsung aja pulang salam-salam pun enggak. Warga sini
mikirnya kan mereka kaya gak mau berbaur dengan orang lain, tertutup
lah orangnya. Padahal kalo sehabis sholat, kita doa terus salam-
salaman tujuannya ya supaya jamaah satu sama lain saling kenal, oh ini
warga blok ini, blok itu, makanya kalo mereka kaya gitu kan gimana
orang lain mau kenal.
l
Peneliti Kalo sikap mereka di masyarakat gimana ustadz ?
Informan Emang sifat mereka tertutup banget ya sama warga sini ?
Peneliti Mereka tertutup banget ya. Contohnya SM dan RD setelah punya
pemahaman Salafi jadi enggak bisa toleransi sama kegiatan keagamaan
kita, misalnya kalau kita undang pengajian yasinan, tahlilan atau
maulid nabi, mereka enggak pernah datang. Kalo masyarakat ngadain
acara slametan dan arwahan, kami selalu nawarin mereka untuk gantian
ngisi dakwah, tapi lagi-lagi mereka tolak, bahkan datang pun eenggak.
Jadi kesannya menutup diri banget gitu dengan lingkungan.
Peneliti Emang permusuhannya karena apa si ustadz ?
Informan Ketika kami hendak mengganti ketua DKM masjid Darusalam, kira-
kira bulan Desember 2015. Sebelum pemilihan ketua baru, saya selaku
ketua DKM lama mengadakan acara diskusi dulu buat kegiatan masjid.
Para alim ulama, tokoh masyarakat dan masyarakat GIS ngasih
masukan untuk kegiatan masjid ke depannya, soalnya kan kegiatan
masjid gini-gini aja, masih belum rame lah. Awalnya si acara tersebut
berjalan baik aja, tetapi pas ngomongin rencana kegiatan masjid untuk
satu tahun ke depan ko jadi saling ribut, khususnya antara ustadz YP
dan ustadz RD. Ustadz RD mengusulkan “kegiatan-kegiatan kaya
maulid Nabi, Isra Miraj ditiadakan saja karena kurang manfaat bagi
umat”, tetapi ustadz YP berpendapat kalo “kegiatan perayaan hari besar
li
Islam jangan dihilangkan, justru harus tetap dilakukan supaya umat
nginget peristiwa sejarah Islam, sekalipun kurang banyak dalil yang
menjelaskan tentang hal tersebut. Tetapi maulid Nabi ini kan kegiatan
yang paling diminati oleh masyarakat, selain tahlilan, dan dzikir
bersama, makanya jelas ada manfaatnya bagi kemakmuran masjid”.
Mulai dari situ deh bales-balesan pendapat, dan terpaksa acaranya
diselesaiin lebih cepat, supaya gak jadi keributan.
Peneliti Terus waktu konflik dengan kelompok Salafi, warga sini ikut
berkonflik ustadz ?
Informan Waktu konflik dengan jamaah Salafi, terasa banget dukungan warga
untuk berhentiin dakwah mereka. Berkali-kali kita adain perkumpulan
untuk ngebahas bukti-bukti ceramah provokatif yang diucapkan ulama
Salafi supaya bisa nunjukin ke FKPM kalo dakwah mereka berhak
diberhentiin. Selama ngumpulin bukti itu masyarakat jadi rajin ngasih
tau kita kalo ceramah ustadz-ustadz Salafi ini itu, mereka rekam juga.
Makanya selama konflik aturan-aturan di masjid lebih diperketat
terutama soal ceramah kaya gimana yang boleh disampein ke
masyarakat. Jangan sampe ceramah-ceramah yang disampein malah
menyinggung kegiatan ibadah yang ada di masjid.
Peneliti Memang warga sini enggak suka ya dengan dakwah mereka ?
Informan Enggak suka, soalnya mereka suka menghina ulama-ulama yang sering
lii
berdakwah disini
Peneliti Menghinanya gimana ustadz ?
Informan Suka nuduh yang enggak-enggak aja si, suka bilang kita menyimpang,
ngikutin syiah, itu kan penghinaan banget ya.
Peneliti Ustadz sendiri taunya dari siapa ?
Informan Dari jamaah yang ikut pengajian mereka
Peneliti Memang kalo jamaah NU ikut pengajian mereka, enggak dicurigain
ustadz ?
Informan Jamaah yang ikut pengajian mereka (Salafi), kita tanya-tanya aja disana
diajarin apa, ngomongin apa, takutnya mereka jadi kebawa kan
omongan mereka … kalo buat jamaah yang jelas-jelas sudah ikut
pemahaman Salafi kaya RD dan SM itu kita keluarin dari
kepengurusan masjid dan jangan sampai ikut pengajian atau ngisi
dakwah di masjid kita.
Peneliti Oh gitu, terus konfliknya udah selesai sekarang ?
Informan Udah si, soalnya kan waktu itu udah ada mediasi antara kita sama
mereka
Peneliti Mediasinya dimana ustadz ?
Informan Pertama si di masjid Al-Ikhsan, terus kedua di masjid Ahsanu Amala.
liii
Peneliti Yang ngadain mediasi kelompok NU sama Salafi ?
Informan Bukan, itu dibikin sama FKPM dan warga, karena mereka enggak mau
konfliknya berkelanjutan.
Peneliti Oke ustadz gitu aja, makasih ya
Informan I : iya sama-sama
Nama : TG
Status : Ulama Salafi GIS Sunnah
Hari/Tanggal : Rabu/25 April 2018
Waktu/Tempat : Pukul 19.30 WIB/Rumah TG
Peneliti Assalamu'alaikum ustadz, saya deni yang kemarin janjian mau
wawancara, hari ini ada waktu kan ustadz ?
Informan Oh iya iya temennya ustadz RD ya, mau wawancara tentang apa ?
Peneliti Ustadz sejak kapan berdakwah di Griya
liv
Informan Saya pindah kesini sekitar bulan Mei 2015 waktu itu memang udah
ada beberapa orang sunnah disini, ada usatdz SM, RD, dan AM yang
saya kenal karena sering ketemu di masjid Darusalam. Di Griya
sebenarnya sudah mulai banyak orang-orang sunnahnya cuma
terpencar aja, ada yang di blok P, T, Q, K dan D jadi seolah-olah
enggak saling kenal … makanya saya mengusulkan pas ngobrol
dengan ustadz AM, SM, dan RD, gimana kalau kita bikin kajian
sunnah, supaya kita bisa saling kenal dengan teman-teman sunah lain,
terus kita bisa belajar bareng, bisa manggil ustadz Salafi dari luar.
Mereka setuju karena memang di Gunung Sindur ini belum ada kajian
sunnah, kalau mau ikut kajian sunnah kita harus ke BSD atau
Pamulang dulu. Dari kesepakatan empat orang itu akhirnya kita mulai
ngerintis kajian sunnah sendiri, alhamdulillah waktu kajian pertama
tanggal 20 September 2015 di masjid Darusalam, lumayan rame lah
jamaah yang dateng, ada sekitar 30 orang. Pematerinya ustadz Atori
Husein Lc. yang menjelaskan materi shirah nabawiyah
Peneliti Oh jadi kelompok Salafi itu terbentuk tanggal 20 September 2015 ?
Waktu itu sudah ada jamaah Salafi disini. Sebenarnya disini sudah
ada ustadz RD, dan ustadz SM yang sudah punya pemahaman sunnah,
tapi cenderung belum berani ditampakan, karena mereka takut
dibilang beda dan ditolak, jadi yaudah deh mereka ikut kegiatan
keagamaan yang ada. Seiring berjalannya waktu mulai lah ada sedikit
lv
perubahan. Ustadz RD dan Ustadz SM mulai berani menampakkan
jati diri mereka. Mereka tidak mengikuti lagi praktik keagamaan yang
bid‟ah. Dan itu juga mulai menjadi semacam ancaman bagi ulama-
ulama NU. Seolah karena adanya pengajian salaf ini bisa merubah
karakteristik keagamaan seseorang. Padahal sebenernya ustadz SM
dan ustadz RD udah paham, cuma belum berani aja. Baru ketika saya
dan ustadz AM datang, mungkin mereka merasa punya teman, punya
orang yang bisa diajak berbagi, dan kita menyarankan untuk
meninggalkan kegiatan-kegiatan mereka. Ya akhirnya mereka benar-
benar meninggalkan ajaran tersebut
Informan Iya tapi itu kajiannya aja ya bukan kelompok, karena kita enggak
berkelompok.
Peneliti Terus salafi itu apa ustadz ?
Informan Salafi itu manhaj ya, atau cara beribadah sesuai dengan tuntunan nabi,
sahabat, tabi‟in, dan tabi‟ut tabiin.
Peneliti Oh, emang manhaj nya beda ya sama kelompok lain ?
Informan Ya beda dong kita kan ngikutin sunnah-sunnah nabi bukan yang
dilarang oleh nabi, kalo kelompok lain biasanya masih mengerjakan
perbuatan yang dilarang oleh nabi (bid‟ah).
Peneliti Memang kalo berbeda pemahaman gitu, gak ada penolakan dari
lvi
kelompok NU. Mereka kan mayoritas disini ?
Informan Sebelumnya perlu diluruskan dulu kelompok-kelompok agama yang
ada di Gunung Sindur. Pertama adalah kelompok orang yang memang
memiliki basic pemahaman Asy'ariah Maturidiyah. Kedua kalau
boleh saya klasifiksikan adalah kelompok awam. Seandainya mereka
ditanya salaf ya gak tau juga sedangkan ditanya NU tau, apabila
mereka di arahkan pun akan ikut ajaran yang ada. Jadi saya kurang
sepakat kalo dibilang di wilayah ini mayoritas NU, karena pada
hakikatnya mereka masih awam. Cuma terkadang orang-orang
tertentu menganggap bahwa orang-orang yang awam ini
kelompoknya. Hal ini juga terjadi di blok P, Q, R, T, dan blok-blok
Griya depan, itu hampir mirip masalahnya dimana kelompok awam
diakui sebagai kelompok NU. Ketiga adalah kelompok sunnah yang
orang katakan Salafi, selanjutnya ada lagi kelompok-kelompok kecil
disini ada LDII, ada anggota NII, itu yang baru saya temui disini, ada
lagi yang mengaji pada pemahaman Abu Jibril. Jadi disini kompleks
kelompok-kelompok keagamaannya.
Peneliti Kalo penolakan atau gesekannya ada enggak ustadz ?
Informan Iya ada, kita pernah bergesekan dengan jamaah NU, soalnya mereka
kan tinggal disini udah lama terus membangun masjid/mushola.
Mereka yang mengawali kegiatan keagamaan sehingga mereka
lvii
merasa sebagai tuan rumah yang harusnya mengelola masjid/mushola.
Kadang memang ada kekhawatiran yang berlebihan dari jamaah NU.
Mereka pikir dengan masuknya kelompok salaf ini jadi ada
ketegangan, jadi menguasai masjid/mushola. Kemudian mereka takut
kehilangan pengikut dan ajarannya tidak lagi diterima masyarakat.
Peneliti Itu karena masalah apa ya ustadz sampe mereka membubarkan kajian
salaf ?
Informan Iya mereka enggak suka kalo kita dakwah tentang amalan bid‟ah ke
masyarakat, terus mereka juga enggak suka kalo cara ibadah kita beda
dengan mereka.
Peneliti Contohnya gimana ustadz ?
Informan Contohnya saat saya kesini kan pas bulan Rajab, disini bertempatan
dengan nifsu syaban mereka ingin mengadakan solat tasbih. Padahal
belum apa-apa tapi kita sudah dibilang ini bukan bid‟ah kan, padahal
kita belum ngomong apa-apa, makanya ustadz NU sudah punya
persepsi awal bawa kegiataan keagamaan mereka akan dibilang
bid‟ah. Hal itu juga terulang di blok T, belum apa-apa udah menilai
orang, ini pasti A, ini pasti begini-begini. Padahal belum ada pola
komunikasi, dari awal mereka sudah ada persepsi bahwa kelompok
Salafi harus dikhawatiri. Ketidakadilan jelas mereka sampaikan
sebagai berikut orang-orang yang tidak mengikuti kegiataan
lviii
keagamaan masjid adalah sombong yang mesti keluar dari masjid, dan
jangan sampai orang-orang seperti itu menjadi imam. Sedangkan
kami tidak boleh untuk melakukan pembelaan kepada masyarakat.
Jamaah kami marah masa mau berdakwah dihalangin, dilarang, sampe
dibubarin, tapi mau gimana lagi ya mungkin udah jalan dari Allah.
Jadinya kita gak punya lagi tempat untuk buat pengajian, beberapa
kali pindah-pindah juga nanti di fasum perumahan, di sekertariat TK,
atau dirumah-rumah jamaah sebisa mungkin jalan aja dulu deh
pengajiannya. Tetapi pas kita diamanahin untuk mengurus masjid Al-
Bilal, alhamdulilah banget deh bisa bebas ngisi pengajian, setidaknya
enggak ada rasa khawatir dibubarin lagi
Peneliti Ketika sudah pindah ke masjid Al-Bilal kegiatan apa aja yang
dilakukan ustadz ?
Informan Contohnya saat saya kesini kan pas bulan Rajab, disini bertempatan
dengan nifsu syaban mereka ingin mengadakan solat tasbih. Padahal
belum apa-apa tapi kita sudah dibilang ini bukan bid‟ah kan, padahal
kita belum ngomong apa-apa, makanya ustadz NU sudah punya
persepsi awal bawa kegiataan keagamaan mereka akan dibilang
bid‟ah. Hal itu juga terulang di blok T, belum apa-apa udah menilai
orang, ini pasti A, ini pasti begini-begini. Padahal belum ada pola
komunikasi, dari awal mereka sudah ada persepsi bahwa kelompok
Salafi harus dikhawatiri. Masyarakat itu kalau boleh dilhiat berbeda
lix
antara Blok P dan Blok Q, contohnya di Blok Q ada ustadz YP,
sehingga Blok Q cenderung NU. Di blok P ada ustadz SM, tapi hanya
beberapa orang yang mengikuti kajian Salafi, karena sebagian besar
enggak paham, oleh karena itu terjadi kebingungan. Berlanjut dengan
malam ahad kami manfaatkan untuk membangun pengajian sunnah,
namun ada pemboikotan jamaah, dimana kami dituduh akan
menguasai masjid, padahal kami hanya ingin melakukan pengajian.
Akhirnya kami pindah melakukan pengajian di Ketika sudah pake
masjid Al-Bilal, kami mulai melebarkan sayap dengan merangkul
komunitas panahan yang sudah memiliki pemahaman salaf, saya juga
ketemu kelompok Tiffan yang 85% adalah orang-orang salaf,
akhirnya kami berkomitmen sebagai berikut setiap kegiatan tersebut
dijadikan ajang bagi syiar (dakwah). Jadi siapapun yang punya teman
di komunitas panahan atau Tiffan kita ajak buat masuk ke kajian
sunnah. Kalo mereka bisa ngajak temen untuk gabung ke kajian
sunnah kan lumayan jamaahnya jadi makin banyak. Blok T juga
meminta kami untuk mengisi kajian di masjid setempat.
Peneliti Kalo sekarang konfliknya sudah selesai belum ya ustadz ?
Informan Alhamdulillah sudah si, udah baik-baik aja, kita juga suka dakwah
bareng.
Peneliti Cara penyelesaian konfliknya gimana ustadz
lx
Informan Mediasi ya dari FKPM sama warga sini
Peneliti Bisa diceritain ustadz kaya gimana prosesnya ?
Informan FKPM sendiri yang mayoritas 95% anggotanya adalah tokoh
keagamaan NU, dan hanya 5% tokoh keagamaan Salafi termasuk
saya, waktu itu memang sempet ada pertemuan. Disana mereka
menyampaikan keluh kesahnya kepada kita, kalo enggak boleh bahas
bid‟ah lagi, kita pun karena dikeluhkan begitu sudah ngerti ya. Kita
juga mengeluhkan sikap mereka yang menutup akses kita untuk buat
kajian agama di masjid. Selanjutnya karena udah dianggap baik maka
dibikin deh tuh grup WhatsApp, gunanya untuk wadah komunikasi
dan berbagi ilmu saja. Tetapi grup itu ko malah digunakan untuk
nyebarin informasi tentang Wahabi lagi, padahal kan masalahnya
udah selesai, tapi seolah-olah diada-adakan lagi gitu, memang si
waktu itu berita Abu Bakar Ba‟asyir yang pindah penjara ke lapas
Gunung Sindur ramai dibicarakan, niat mereka sih baik mau memberi
tahu tentang pemikiran keagamaan Abu Bakar Ba‟asyir itu, tetapi ko
cenderung seolah-olah pembahasan mereka malah menjelek-jelekan
kelompok Sunnah juga, dengan menyamakan ideologi atau
penampilan kita dengan jamaah nya Abu Bakar Ba‟asyir. Sikap-sikap
jamaah NU tuh ngebingungin, disatu sisi kalo pengajian bersama,
mereka menyerukan persatuan umat, tetapi di sisi lain pengajian
mereka sering menjelek-jelekan kelompok salaf, yang membuat emosi
lxi
masyarakat terus memuncak kepada orang-orang sunnah.
Peneliti Oh, jadi FKPM dibentuk untuk menyelesaikan konflik ya ? tapi
kenapa ko konfliknya masih terulang lagi padahal udah mediasi ?
Informan Iya supaya konflik enggak makin gede, tapi ya gimana kalo rasa
enggak sukanya masih ada tetep aja bisa konflik si, namanya orang
kan de pasti ada rasa iri dan dengki. Waktu itu karena mediasi
pertama enggak berhasil, warga sini nuntut ke kedua belah pihak, kalo
emang masih berkonflik mending enggak usah tinggal disini aja,
karena khawatir nanti anak-anaknya takut ikut terpengaruh hal-hal
yang enggak baik, karena tuntutan tadi ya mau enggak mau kita
berdamai, buat kebaikan umat juga.
Peneliti Oh gitu, oke cukup ustadz terimakasih
Informan Iya sama-sama
Nama : MT
Status : Ulama Nahdatul Ulama
Hari/Tanggal : Rabu/25 April 2018
Waktu/Tempat : Pukul 20.00 WIB/Rumah MT
Peneliti Assalamu'alaikum ustadz maaf ganggu, saya mau izin tanya-tanya
lxii
tentang FKPM, kata ustadz YP, ustadz ketuanya ya ?
Informan Iya betul, ayo masuk sini.
Peneliti Makasih ustadz, oh iya saya mau tanya nih FKPM itu apa ya ustadz ?
Informan FKPM ini kan program gabungan dari setiap pengurus masjid Griya
Indah Serpong. Jadi FKPM ini ibarat wadah kita semua pengurus
masjid buat saling tukar pikiran tentang model dakwah kaya gimana si
yang bisa menarik minat masyarakat untuk rame-rame datang ke
masjid. Di 2015 kan kondisinya pengurus masjid suka sendiri-sendiri
ngadain acara agamanya, enggak ngundang-ngundang jamaah dari blok
lain. Saya sampaikan begitu waktu rapat dengan beberapa pengurus
masjid di masjid Ahsanu Amala, akhirnya mereka sadar kalo takutnya
acara agama di tiap masjid jadi terkesan dulu-duluan, saingan,
makanya kita buat deh FKPM tanggal 18 Maret 2016 supaya bisa
ngatur kegiatan dakwah dan acara agama di setiap masjid.
Peneliti Oh gitu, emang alasan dibentuknya karena apa ya ustadz ?
Informan Ya dulu bisa dibilang jamaah NU ada konflik ya dengan jamaah Salafi,
makanya FKPM dibentuk supaya setiap pengurus masjid bisa
membantu kegiatan mediasi kedua kelompok. Tujuan dibentuknya
FKPM untuk menyatukan ulama-ulama yang ada di GIS, karena di
FKPM mereka d bisa bagi-bagi ilmu, pengalaman, sekaligus kite bikin
acara yang memakmurkan masjid, kaya subuh keliling, program TPA
lxiii
di setiap masjid, dll.
Peneliti Jadi FKPM semacam wadah silaturahmi aja ya ustadz, tapi pengaruh
FKPM sendiri cuma ada di Griya aja atau sampe ke wilayah Gunung
Sindur lain ?
Informan Iya kaya gitu, kalo FKPM sendiri hubungannya bukan cuma di Griya
aja tapi ke masjid-masjid Gunung Sindur juga. Ustadz-ustadz yang
suka adain majelis talim, kajian subuh, khutbah jumat gak cuma dari
Griya tapi desa lain juga, bisa dibilang ustadz-ustadz disini macem-
macem de, dari mana aja, dan kita semua bisa saling kenal karena ada
perkumpulan ini.
Peneliti Maaf ustadz, kalo boleh tau konfliknya dengan kelompok salafi karena
masalah apa ?
Informan Masalahnya si beda penafisiran misalnya beda pendapat tentang Ahlu
Sunnah atau amalan bid‟ah.
Peneliti Emang kalo Ahlu Sunnah menurut jamaah NU dan Salafi gimana
ustadz ?
Informan Ahlu Sunnah itu umat pilihan ya, jadi yang masih percaya dengan Al-
Qur‟an, Hadits dan empat imam madzhab itu masih disebut Ahlu
Sunnah Wal Jamaah, kecuali syiah yang memang enggak percaya sama
empat imam madzhab. Namun karena saking banyak orang yang
lxiv
menganggap dirinya Ahlu Sunnah, maka dibuatlah kriteria-kriteria
tertentu, salah satunya yang dimaksud Ahlu Sunnah kalo bisa jadi suri
tauladan bagi orang-orang di sekelilingnya. Kalo pake kriteria ini kan
jadi kelihatan tuh mana yang dianggap Ahlu Sunnah mana yang udah
keluar dari kriteria itu. Sekarang kan banyak orang yang menselisihi
makna sunnah itu sendiri. Contohnya ada kelompok agama yang
mengaku ingin menegakan sunnah-sunnah rasul, ingin memberantas
kemusyrikan, tapi mendakwahkan masalah itu dengan menyakiti orang
lain, menghina ajaran kelompok lain, ini kan enggak bener ya …
makanya ulama-ulama NU jangan sampai berdakwah dengan cara kaya
gitu, kita harus berdakwah dengan menghargai ajaran umat lain,
golongan lain, atau kelompok lain, jangan sampai menyinggung, atau
menghina ajaran agama orang lain. Perilaku kaya gitu justru akan
menjauhkan kita dari kriteria Ahlu Sunnah itu sendiri
Peneliti Oh gitu, kalo perbedaan pendapat tentang amalan bid‟ah biasanya
tentang apa ustadz ?
Informan Biasanya si karena masalah tahlilan ya, soalnya tahlilan suka dilakuin
disini terutama kalo ada warga yang meninggal ya. Biasanya keluarga
mayit minta tolong pengurus masjid untuk kasih tahu ke semua warga
kalo rumahnya mau ngadain tahlilan, terus pengurus masjid infokan ke
ustadz-ustadz yang mau ngisi acara itu, kalo ustadznya siap ya tinggal
jalan … Tahlilan biasanya kita baca surat yasin dan doa tahlil yang
lxv
dikirimkan buat si mayit, terkadang warga yang belum sempet ta‟ziyah,
pas tahlilan juga bisa ta‟ziyah … Tahlilan sendiri sebenarnya gak ada
dalil yang menjelaskan ya, karena sunnahnya kan ta‟ziyah, tapi
kegiatan ini enggak langsung salah gitu aja, masih ada manfaatnya buat
keluarga atau masyarakat, dengan tahlilan silaturahmi, kepedulian
warga kepada tetangganya jadi terjalin, yang dilarang itu kalo tahlilan
memberatkan keluarga mayit untuk menyediakan makanan kepada
jamaah, tapi kan yang terjadi disini warganya Alhamdulillah guyub.
Kalo ada kematian pengurus RT, ibu-ibu PKK langsung sigap
ngebantuin keluarga mayit baik dari makanan, bantuan uang, dsb
Peneliti Kalo masalah tentang doa qunut ada enggak ustadz ?
Informan Ada si di kalangan jamaah, sebenernya si itu enggak harus jadi masalah
ya karena doa qunut itu emang sunnah, bukan wajib hukumnya, jadi
boleh dikerjain, boleh enggak. Kalo jamaah sini sih kebanyakan ya
pake qunut, alasannya doa qunut itu udah masuk dalam rangkaian salat
subuh jadi kalo kita enggak ngerjain atau lupa ya sujud sahwi, terus
enggak ada salahnya juga kan kalo kita baca doa qunut, itu sunnah
nabi, kan ada ganjaran pahalanya. Toh nabi aja baca qunut selama satu
bulan hingga beliau meninggal dunia, penjelasannya ada di hadits
Annas bin Malik, kamu bisa cek sendiri … emang ada beragam
penafsiran ya soal hadist ini, orang-orang yang pake mazhab hambali
dan maliki itu enggak baca doa qunut waktu salat subuh, ya sah-sah
lxvi
saja si karena mereka menafsirkan doa qunut itu dibaca kalo ada
musibah aja, diluar itu ya enggak usah dibaca, itu hadistnya sama dari
Annas bin Malik. Perbedaan penafsiran kaya gitu kan mungkin aja
terjadi, ini harusnya dipelajari, bukan untuk cari tau kebanarannya,
bukan, tapi supaya kita bisa menghargai saudara kita sesama muslim
yang enggak qunut, ohh alasannya begini begitu toh, jangan sampe
masalah kaya gini aja dibesar-besarin, digunjing ketika ada saudara
muslim yang melakukan atau tidak doa qunut ini.
Peneliti Adanya perbedaan itu, bikin kelompok NU menolak dakwah Salafi
enggak si ustadz ?
Informan Sempet ada penolakan dari warga karena mereka masih buat kajian di
masjid Baitul Mukhlisin. Padahal saat itu saya udah bilang kepada
mereka untuk berhenti dulu kajiannya, karena ada beberapa jamaah
yang tidak suka dengan kehadiran mereka. Tetapi mereka tetep buat
kajian disini, terpaksa kita bubarkan. Sebelum ngebubarin kajiannya
kita dialog dulu dengan mereka, tapi karena dialog itu buntu ada
sebagian orang yang kepancing emosinya, beruntung buru-buru kita
lerai jadi tidak ada keributan fisik. Setelah ada kejadian itu, mereka
mulai pindah kajiannya gak disini lagi.
Peneliti Lalu cara ustadz dan teman-teman untuk melindungi diri dari dakwah
Salafi itu gimana, misalnya membatasi aktivitas dakwah Salafi gitu
lxvii
Informan Kalo keputusan membatasi pengajian kelompok Wahabi itu
kesepakatan ulama-ulama di FKPM ya supaya mereka tidak mendapat
peran penting di masjid/mushola. Semenjak konflik itu, kita rutin
ngadain kegiatan di masjid kaya latihan marawis buat remaja, terus
pengajian Al-Qur‟an kita giatin lagi, supaya masyarakat selalu dateng
ke masjid dan gak ikut kajian-kajian Wahabi.
Peneliti Oh iya ustadz kan FKPM membantu mediasi kelompok NU dan Salafi
ya, itu gimana si proses mediasi nya ustadz ?
Informan Iya karena banyak tuntutan dari masyarakat supaya konflik cepet
diselesaiin, makanya kita berunding tuh mulai dari bulan Maret sampai
bulan Agustus 2016, kita ngumpulin bukti-bukti dulu dari kedua belah
pihak, mana si yang tergolong ceramah provokatif atau bukan. Setalah
buktinya ada ya kita ngadain mediasi pertama tuh tanggal 16
September 2016, disitu saya udah mikir kayanya udah kondusif deh
masalahnya, karena emang setelah mediasi, seminggu itu enggak ada
aksi sindir-sindirian lagi. Ehh pas ada informasi jamaah Abu Bakar
Ba‟asyir yang dipindahin ke lapas Gunung Sindur, itu jadi ribut lagi
karena jamaah NU salah paham, takut kelompok Salafi ngebantu
mereka.
Peneliti Terus gimana ustadz ?
Informan Masalahnya jadi keruh lagi, terutama saling balas balasan sindiran di
lxviii
grup WhatsApp FKPM, terus besoknya di ceramah-ceramah balik lagi
kaya gitu. Warga yang emang udah enggak suka banget sama konflik
ini, akhirnya turun tangan sendiri ngadain mediasi kedua kelompok.
Peneliti Sekarang konfliknya tapi udah selesai ustadz ?
Informan Udah si, sekarang baik-baik aja, udah normal lagi.
Peneliti Oke cukup ustadz, terimakasih informasinya
Nama : AM
Status : Ulama Salafi GIS Sunnah
Hari/Tanggal : Minggu/30 April 2018
Waktu/Tempat : Pukul 16.00 WIB/Masjid Baitul Mukhlisin
Peneliti Assalamu‟alaikum ustadz, sesuai janji kita kemarin, bisa wawancara
disini kan ?
Informan ya iya bisa.
Peneliti Ustadz saya mau nanya nih tentang awal perkembangan kelompok
Salafi GIS Sunnah ?
Informan Oh, sebelum bahas GIS Sunnahitu saya perlu tekan kan ya bahwa kita
ini bukan kelompok, cuma perkumpulan biasa aja yang kebetulan
lxix
punya tujuan dakwah sama, kita sama-sama pengen mendakwahkan
manhaj salaf yang nenurut kita manhaj yang paling bagus untuk
kondisi umat sekarang. Dari pertama saya tinggal di Gunung Sindur
belum ada tuh kajian Sunnah, makanya mumpung orang-orang Sunnah
udah banyak kita bentuk kajian aja supaya di Gunung Sindur ini punya
kajian Sunnah juga. Awal perkembangan GIS Sunnah sih cukup bagus
ya, minat masyarakat belajar ilmu agama cukup tinggi, makanya kita
bantu dengan menguatkan pemahaman tauhid mereka, agar mereka
terhindar dari perbuatan-perbuatan yang sebenarnya tidak perlu
dikerjakan dalam agama (bid‟ah), atau kita juga bantu meluruskan
pemahaman agama yang masih subhat.
Peneliti Oh jadi bukan kelompok ya, cuma perkumpulan pengajian aja. Tapi
kalo mau ada pengajian ada yang koordinir ustadz ?
Informan Iya ada, koordinator kajiannya itu ustadz TG, dia tugasnya ngundang
ustadz-ustadz Salafi dari luar Gunung Sindur. Terus ustadz RD itu
bendahara yang ngurusin pemasukan uang infaq. Kalau saya dan ustadz
SM tugasnya ngajak masyarakat untuk ikut kajian sunnah lewat
WhatsApp atau Facebook.
Peneliti Bentuk kajian Sunnah sendiri itu bagaimana ya ustadz ?
Informan Seperti kajian pada umumnya aja, ada pendakwah dan pemateri,
macam antum belajar di kelas. Peserta kajian juga berhak melakukan
lxx
pertanyaan atau meluruskan jika memang dakwah yang disampaikan
kurang berkenan. Apa yang kita sampaikan di kajian juga tematik,
dibuat materi-materi yang disesuaikan dengan problem kehidupan umat
berdasarkan kitab Riyadus sholihin dan Blughul Muhrom.
Peneliti Lalu dalam perkembangan dakwah GIS Sunnah ada hambatan-
hamabatan yang muncul gak ustadz ?
Informan Iya pasti ada dong, di setiap penyebaran ajaran agama selalu ada
halangan, nabi aja dulu menyebarkan Islam banyak ditentang oleh
bangsa Quraisy. Sekarang kita sebagai pemegang teguh ajarannya juga
pasti mendapat tentangan dari orang-orang yang belum mengerti
dakwah Sunnah. Penolakannya kaya kajian kita dilarang, ulama-ulama
kita dituduh sesat karena menyampaikan larangan melakukan
perbuatan bid‟ah. Pokoknya ada aja deh disini, tuduhan pribadi ke saya
pun sering dikira saya suka pengaruhin orang jadi radikal.
Peneliti Memang kenapa dakwah GIS Sunnah sampe ditolak ustadz ?
Informan Ada beda pendapat ya antara kita sama jamaah NU, kalo enggak mau
ditolak ya kita harus ngikutin amalan ibadah mereka, dan itu kan
enggak mungkin ya karena bertentangan dengan ajaran Salafi, masa
perbuatan bid‟ah diikutin.
Peneliti Memang kenapa ustadz ko enggak boleh diikutin perbuatan bid‟ah,
nanti kesannya jamaah sunnah enggak mau berbaur lagi dengan
lxxi
masyarakat ?
Informan Kita ini punya prinsip Al-Wala wa Al-Bara jadi orang-orang yang baik
akhlak dan ibadahnya harus diikuti, sedangkan yang gak baik jangan
diikuti dan harus ditinggalkan, itu kan Al-Bara. Saya sendiri kalo jalan
ketemu bapak-bapak disini lagi ngumpul, ngobrol sekedar nyapa aja,
gak berhenti ikut ngumpul. Kalo ikut ngumpul kan percuma juga
apalagi kalo ngobrolnya ngomongin orang, mending dirumah aja
banyak-banyak ibadah, berdzikir. Terus acara-acara tahlilan, arwahan,
tawasulan itu juga orang salaf gak pernah ikut soalnya tidak ada dalam
syariat Islam, jadi harus kita jauhin. Tapi kalo ulama-ulama NU
ngadain kegiatan bedah buku atau bedah kita, orang-orang salaf suka
ikut karena itu kegiatan yang baik menurut kita.
Peneliti Terus katanya disini ustadz pernah dapet pengalaman enggak enak ya
pas jadi imam subuh, itu bisa diceritain enggak ustadz ?
Informan Saat saya ikut salat subuh di masjid Baitul Mukhlisin ketika itu
imamnya lupa untuk qunut, nah selepas salam mereka semua sujud
sahwi termasuk saya. Saya mau tidak mau ikutin, kan saya makmum
jadi ikutin apa yang dikerjakan Imam. Tetapi ketika saya dikasih
jadwal untuk imam subuh di masjid Baitul Mukhlisin, saya gak baca
qunut, karena saya terbiasa tidak baca qunut, selepas shalat saya
pulang, tapi jamaahnya ko subuhan lagi, dari situ saya nyimpulin
lxxii
mungkin salat sama saya enggak sah karena qunutnya kurang
Peneliti Terus ada penolakan lain gak ustadz ?
Informan Ada waktu saya lagi mau ngadain kajian di masjid baitul mukhlisin,
tiba-tiba warga berbondong-bondong ngelarang kajian kita dimulai,
padahal kita udah izin sama pihak dkmnya untuk buat kajkian disitu,
tapi ada aja provokatornya yang gak suka kajian kita diadain di masjid
tersebut.
Peneliti Emang menurut ustadz siapa yang paling keras nolak dakwah Sunnah
disini ?
Informan Jamaah NU itu aneh, sama kita aja sikapnya keras, kalo dikit-dikit
enggak suka dengan ceramah kita, dibubarin kajiannya kaya di masjid
Baitul Mukhlisin dan di TPQ Al-Fath waktu itu sampe kita enggak
boleh ceramah lagi, seolah-olah mereka yang tentuin siapa aja yang
boleh atau enggak boleh dakwah di Griya. Kalo caranya seperti itu ya
gimana disebut umat yang toleran, kalo orang dakwah aja masih
dihalangi, dibatasi … pernah saya sudah ada janji untuk ngisi khutbah
jum‟at di masjid Baitul Mukhlisin, sesudah sampe sana DKM nya
bilang sebagai berikut saya digantiin sama ustadz lain sesuai arahan
FKPM, dari situ saya udah enggak mau ngisi pengajian disana. Ustadz
YP, dia juga suka buat prasangka ke orang-orang Sunnah, bahwa kita
ini nyebarin paham khilafiyah, suka membid‟ahkan orang, sampe kita
lxxiii
dituduh wahabi yang suka memecah belah umat, sehingga masyarakat
takut ikut kajian kita.
Peneliti Emang anggapan masyarakat sini sama wahabi tuh gimana si ustadz ?
Informan Pandangannya itu orang-orang yang keras, menutup diri dari pergaulan,
suka memusuhi orang, bahkan yang tidak sepaham tidak segan-segan
mereka bunuh, seperti yang ditulis di buku Syaikh Idahram, antum bisa
baca sendiri. Nah ulama-ulama NU pakai buku itu untuk menjatuhkan
nama baik orang-orang Sunnah.
Peneliti Prasangka itu memang disampaikan secara langsung ustadz ?
Informan Setau saya si langsung karena saya denger sendiri bahwa ada kajian
dengan tema siapa itu wahabi di baitul mukhlisin, ustad YP langsung
yang isi kajian tersebut, dia ngajak jamaah majelis ta‟limnya untuk
dengerin bedah buku sejarah berdarah sekte Wahabi karya Syaikh
Idahram.
Peneliti Kalo penolakan secara pribadi misalnya face to face gitu antara ustadz
sama ulama-ulama NU?
Informan Kalo di depan si gak pernah tuh bahas-bahas masalah wahabi ini itu,
justru dibelakang kita mereka ceramah ngejatohin nama baik kita.
Peneliti Ustadz sendiri menyikapi masalah itu gimana ?
Informan Saya si gak ambil pusing ya, Alhamdulillah sih masyarakat sini bisa
lxxiv
menilai mana yang baik mana yang eenggak, toh adanya kejadian itu
enggak berpengaruh ke aktivitas dakwah kita ko. Malahan dengan
adanya kejadian itu, masyarakat makin mau tau kaya apa si ajaran kita
yang dibilang sesat. Ada juga beberapa orang yang minta penjelasan
mengenai manhaj salaf ke kita, dan alhamdulillah nya mereka ngerti
jadi bisa ngurangin tuduhan yang kurang baik buat dakwah kita.
Peneliti Terus sekarang konfliknya udah selesai belum ustadz ?
Informan Udah si kan waktu itu sudah mediasi
Peneliti Setelah konflik ada yang berubah gak dari kegiatan keagamaan
Informan Iya ada si kita sekarang jadi suka ngisi kajian bareng sama ulama-
ulama NU, kadang-kadang acara tabligh akbar bareng juga. Tapi
memang ada yang berubah si di kajian kita, kajian setiap hari Selasa-
Jum‟at sekarang udah enggak ada ya, karena jamaahnya yang dateng
sedikit, pengurusnya juga udah pada sibuk kerja, jadi malemnya gak
bisa ngadain. Paling mungkin kajian emang cuma setiap minggu pagi
aja, soalnya pengurus kajian juga pada libur, jamaah yang dateng juga
rame… dulu mah waktu ada masalah dengan orang-orang NU setiap
hari ada pengajian soalnya jamaah kita banyak yang cerita soal
sindiran-sindiran yang mereka dapet, jadi dalam kajian itu ulama-
ulama bilangin jamaahnya supaya sabar dan gak kepancing emosi.
lxxv
Peneliti Oke cukup ustadz, terimakasih
Informan Iya sama-sama
Nama : JW
Status : Jamaah Salafi GIS Sunnah
Hari/Tanggal : Selasa/10 Juli 2018
Waktu/Tempat : Pukul 20.00 WIB/Masjid Baitul Mukhlisin
Peneliti Assalamu‟alaikum mas JW, saya boleh wawancara gak ?
Informan Mau nanya-nanya apa nih, hehe
Peneliti Santai aja mas, hehe gini kan mas JW salah satu orang yang udah
hijrah ke manhaj salaf, pengalamannya gimana si mas menilai orang-
orang Sunnah disini ?
Informan Awalnya si takut ya pas diajak ikut kajian salaf sama ustadz RD, saya
pikir dulu ini komplotan jamaah Islamiyah asuhan Abu Bakar Ba‟asyir
yang ada di penjara Gunung Sindur, dari tampilan fisik soalnya sama
kan mereka jenggotan, pake pakaian item-item ya saya takut.
Peneliti Terus gimana tuh mas beraniin diri ikut kajian Sunnah ?
Informan Waktu itu tau kajian GIS Sunnah dari temen yang juga ikut pengajian
lxxvi
ustadz SM dan RD. Katanya disana pengajiannya enak diajarin hadits
dan ceramahnya lebih serius, enggak banyak bercanda kaya ceramah-
ceramah lain. Saya jadi tertarik ikut, terus ikut-ikut terus lama-lama
jadi rutin. Menurut saya pengajian GIS Sunnah ini enak enggak ada
yang ngerasa “wah saya paling bisa, paling pinter”, jadi sama-sama
belajar, kalo ada temen yang salah penafsiran haditsnya, kita betulin
sama-sama berdiskusi mana yang paling mendekati benar dan
disepakati sama teman-teman sunnah
Peneliti Setelah ikut kajian Sunnah, emang mas JW gak takut dibilang beda
sama masyarakat, atau ikut-ikutan kena isu miring tentang wahabi
Informan Gimana ya den, kalo udah niat dalam hati mau hijrah mah insyallah
gak goyah si. Lagian gak ada salah nya kan ikutin ajaran yang bener
selagi gak pindah agama aja, ini kan masih satu agama cuma manhaj
nya aja yang beda.
Peneliti Terus mas JW dulu kan pernah ikut pengajian di ustadz MT, beliau
emang sering ngingetin masyarakat tentang bahaya paham-paham
wahabi ?
Informan Setiap malam ahad ba‟da Isya itu ada pengajian ulama NU di masjid
Baitul Mukhlisin, saya sengaja pingin ikut emang, soalnya pingin
dengerin aja, mumpung lagi enggak ngapa-ngapain kan di rumah. Yang
ngisi pengajian waktu itu ustadz MT, tema pengajiannya saya inget
lxxvii
judulnya “Memahami siapa itu golongan Ahlu Sunnah Wal Jamaah”.
Pembahasannya si awalnya benar-benar aja, beliau jelasin hadits-hadist
yang terkait masalah itu, salah satunya hadits Firqah Najiyah. Dijelasin
juga kriteria-kriteria orang yang bisa disebut sebagai Ahlu Sunnah, tapi
ujung-ujungnya ko ngomongin kita (Salafi GIS Sunnah). Katanya
“kelompok Wahabi bukan golongan Ahlu Sunnah, karena sering
mendakwahkan hadits-hadits dhaif yang sanadnya terputus tidak sampe
kepada nabi, makanya eenggak ada kesesuaian ajaran mereka dengan
sunnah-sunnah nabi”. Saya sendiri sih eenggak sepakat dengan
pernyataan beliau, karena mereka (NU) belum pernah tabayyun untuk
menanyakan masalah ini kepada kita, terus karena saya mikir sudah
gak baik ceramahnya, ya mending pulang aja
Peneliti Tanggapan mas JW sendiri setelah ngedenger ceramah tadi gimana ?
Informan Saya si kurang sepakat ya, maksudnya kan siapa Ahlu Sunnah juga kita
gak tau entah itu Salafi ataupun NU, yang penting nabi sendiri sudah
kasih petunjuk siapa yang mengikuti Sunnah dan ajaranku ya dia
termasuk Ahlu Sunnah gitu aja, masalah seperti itu gak usah dibesar-
besarkan, takut masyarakat lain malah salah sangka.
Peneliti Tapi kan isu miring tentang wahabi emang udah ada dari dulu ya mas
disini ?
Informan Iya emang dari dulu udah ada bahkan sebelum orang-orang Sunnah
lxxviii
disini ustadz-ustadz/kyai-kyai NU disini juga udah wanti-wanti supaya
gak ikut-ikutan paham wahabi, cuma pas kebetulan ada orang Sunnah
ya isu itu dibikin lagi dan disebarin di grup dkm-dkm masjid, sampe ke
grup RT juga ko di Whats app.
Peneliti Ko mas JW tau ?
Informan Saya kan dulu masuk grup DKM masjid Baitul Mukhlisin jadi tau, di
grup RT blok Q aja isu tersebut disebarin sama ustadz Yani.
Peneliti Terus perkembangan isu Wahabi sekarang ini gimana mas ?
Informan Udah gak ada si cuma saya dan teman-teman Sunnah ngerasa kalo
masyarakat jaga jarak sama kita, kaya ngobrol seperlu nya, dan kalo
kita usul buat apa-apa di masjid juga gak pernah di denger gitu.
Peneliti Tapi kan sekarang orang-orang Sunnah punya masjid sendiri ?
Informan Iya si , tapi karena jauh kan di depan jalan raya Pahlawan, jadi
sewaktu-waktu saya masih salat disini, temen-temen juga. Sehabis
konflik antara jamaah Sunnah sama ulama-ulama NU selesai, sedikit
banyak kita dilibatin dalam kegiatan DKM, tapi ya tetep usul kita gak
pernah direalisasikan.
Peneliti Kalo subuhan mas salat disini ?
Informan Subuhan ya saya lebih sering ke Al-Bilal si mas, itu juga kalo enggak
lagi mepet mau kerja, kalo udah mepet mah paling (shalat) di
lxxix
Darusalam atau Baitul Mukhlisin … soalnya gimana ya mas kalo di Al-
Bilal itu isinya orang-orang sunnah semua, jadi ya pasti enggak baca
qunut dan mereka ngerti, beda kan kalo solat di Darusalam kita enggak
qunut nanti anggapannya aneh, makanya kalo solat disana, pas baca
qunut kita ikutin gerakannya aja, tapi diem enggak ikut aminin
Peneliti Terus pas usul jamaah Sunnah gak direalisasiin, ada tanggapan gak dari
jamaah Sunnah ?
Informan Ya kita si udah tau kalo gak bakal bisa berkembang disana, jadi kita
Cuma mengusulkan aja, kalo usulan kita diterima Alhamdulillah,
enggak juga gpp, lagian kita juga fokus untuk memakmurkan masjid
sendiri, sama pengajaran Al-Qur‟an, Hadits, dan Takhosus di yayasan
Al-Fath.
Peneliti Setelah konflik tapi ustadz-ustadznya suka bikin acara agama bareng
gak ?
Informan Ada, saat acara tabligh akbar di lapangan fasum blok V bulan Maret
2017, kita seneng banget ya, ustadz-ustadz yang dulu bermusuhan, bisa
jadi duduk bareng membahas perkara ibadah dari sisi yang berbeda.
Alhamdulillahnya si pembahasan itu eenggak bikin mereka saling
tersinggung, soalnya masing-masing ulama baca kitab, jadi kalau ada
pandangan yang mungkin keliru bisa diluruskan dan disepakati bareng-
bareng. Permusuhan kemarin sudah jadi pelajaran bagi kita dan jamaah
lxxx
NU supaya tetap saling menghargai pendapat orang lain
Peneliti Oke cukup mas makasih atas waktunya.
Informan oke.
Nama : SB
Status : Jamaah Nahdatul Ulama
Hari/Tanggal : Sabtu/15 Juli 2018
Waktu/Tempat : Pukul 13.00 WIB/Masjid Darusalam
Peneliti Assalamu‟alaikum mas SB, saya boleh wawancara gak ?
Informan Boleh mau wawancara apa ?
Peneliti Tentang kondisi keagamaan di masyarakat sini aja si mas, emang mas
sendiri sudah lama tinggal disini
Informan Saya tinggal disini udah lama ya, mulai dari Juni 2016 lah. Kalo
kondisi keagamaan disini ya sejauh ini baik-baik aja meskipun dulu
pernah ada ribut-ribut juga dengan kelompok Salafi
Peneliti Emang ributnya karena apa mas ?
Informan Kelompok Salafi ngejelek-jelekin ajaran NU, itu si yang bikin jadi
ribut, karena jamaah NU merasa tersinggung dan marah.
lxxxi
Peneliti Ngejelek-jelekin nya gimana mas emang ?
Informan Di setiap ceramah mereka selalu gembar gemborin masalah bid‟ah ke
ajaran NU, seolah-olah kelompok NU tuh udah menyimpang banget.
Peneliti Mas sendiri merasa tersinggung ?
Informan Oh iya dong saya sendiri merasa tersinggung kalo ajaran NU dihina,
kalo ada yang ngejelek-jelekin NU pokoknya saya siap lah bela habis-
habisan.
Peneliti Bentuk penolakan yang pernah mas lakukan seperti apa ?
Informan Saya bareng warga lain pernah ya ngebubarin pengajian mereka di
masjid Baitul Mukhlisin, soalnya aneh aja mereka udah ditolak nih tapi
masih aja ngisi kajian disana. Terus waktu mereka kajian di TPQ Al-
Fath juga saya bubarin, soalnya pengajian mereka kan ngalangin jalan.
Peneliti Mas sendiri dibantu siapa buat ngebubarin itu ?
Informan Jamaah NU yang lain ya sama remaja masjid sini, sebelumnya ada
arahan dulu dari ulama sini kalo kita harus bantuin untuk berhentiin
dakwah Salafi.
Peneliti Oh begitu, katanya masalah doa qunut juga jadi rame ya disini ?
Informan Disini sih (Griya Indah Serpong) solat emang pake qunut ya, sama aja
kaya di masjid-masjid luar gitu, kalo solat pake qunut juga … soal
qunut ya pasti semua orang disini kecilnya udah diajarin setelah rukuk
lxxxii
(iktidal) doa qunut tuh mesti dibaca, biar lengkap solatnya. Kalo
masalah qunut dibaca atau enggak ya saya milih dibaca mas, soalnya
ajaran ulama-ulama dulu kan begitu, gak usah diubah-ubah lagi orang
udah bener ko. Salahnya disini malah cenderung digede-gedein
masalah itu, kalo kita qunut ya mereka aturan ikutin aja.
Peneliti Terus perkembangan isu Wahabi sekarang ini gimana mas ?
Informan Udah enggak ada, sekarang mah udah rukun ustadz-ustadznya
Peneliti Kalo masnya sendiri ngerasa ada perbedaan gak antara suasana konflik
dengan kondisi damai sekarang ?
Informan Iya beda si sekarang, semangat ibadahnya udah enggak kaya dulu
waktu adanya konflik, soalnya kan warga banyak yang dateng ke
masjid buat cari tau masalahnya
Peneliti Oh gitu, kalo mas sendiri masih ikut-ikut pengajian sekarang ?
Informan Sekarang saya mah ikut pengajian malam sabtu aja di Baitul
Mukhlisin, kalo pengajian harian udah jarang ya soalnya pulang kerja
udah cape, maunya istirahat di rumah aja … kalo dulu kenapa sering
ikut gitu ? ya karena saya pengen tau aja gimana si permusuhannya
waktu itu, apalagi kan katanya alim ulama NU dihina, dan dijelek-
jelekan, saya ikut marah lah, ada niatan buat ngebela ajaran kita dari
pengaruh dakwah Salafi itu, salah satu cara yang bisa saya lakuin ya
lxxxiii
ngeramein acara pengajian-pengajian di masjid.
Peneliti Tapi untuk pengajian hariannya masih ada kan ya mas disini ?
Informan Masih si cuma enggak serame dulu, paling rame mah kalo lagi puasa
aja atau lagi maulid, isra mi‟raj itu rame.
Peneliti Oke kalo gitu makasih ya mas
Informan Iya sama-sama
Nama : TS
Status : Ketua RW. 009
Hari/Tanggal : Sabtu/15 Juli 2018
Waktu/Tempat : Pukul 19.00 WIB/Rumah TS
Peneliti Assalamu‟alaikum pak, sesuai janji kemarin, hari ini saya bisa
wawancara kan ?
Informan Oh iya, yang dari UIN ya, mau wawancara apa emangnya ?
Peneliti Ini pak saya mau wawancara tentang konflik NU dan Salafi tahun
2016, bapak sendiri masih inget enggak kronologinya ?
Informan Inget si dulu itu sempet ada ya bentok fisik ya kaya dorong-dorongan
gitu di masjid Baitul Mukhlisin karena dakwah Salafi pengen dibubarin
lxxxiv
disana, tapi jamaahnya masih tetep bertahan di dalam masjid. terus
waktu pembubaran di TPQ AL-Fath
Peneliti Emang ributnya karena apa pak kalo boleh tau ?
Informan Saya kurang tau pasti kenapa ya, karena saya kan rumahnya di tahap
dua, dan masalahnya itu terjadi di tahap tiga, jadi saya juga jarang aktif
di masjid sana. Setau saya si itu salah paham aja, jadi ada salah
nangkep informasi, awalnya kelompok Salafi mau maulid dihilangin,
karena pikiran mereka boros, uangnya mending buat pembangunan
masjid aja, tapi kelompok NU enggak terima karena kegiatan itu udah
ada setiap tahunnya, nah disitu deh jadi salah paham, terus karena
ngomongin soal hukum-hukum agama akhirnya semakin panjang lebar
deh masalahnya.
Peneliti Oh gitu pak, itu konfliknya lama ?
Informan Lumayan mas ada kali satu tahun mah
Peneliti Selama konflik ada apa aja pak selain pembubaran tadi ?
Informan Paling ceramah-ceramah provokatif aja yang menyindir atau
menyinggung keyakinan dari kelompok lain. Bahas-bahas masalah
bid‟ah sama Aswaja-Aswaja gitu.
Peneliti Dari ceramah-ceramah provokatif itu masalahnya makin besar ya pak ?
Informan Iya itu makanya kan jamaah Salafi dilarang buat ngisi dakwah di
lxxxv
masjid Griya dulu, mereka bolehnya di masjid luar Griya, itu juga
dalam pengawasan FKPM si.
Peneliti Waktu itu penyelesaian konfliknya gimana pak ?
Informan Pertama si sama FKPM ya terus kedua kelompok disana juga bertemu,
cuma karena emang masalahnya jadi gede lagi, mau gak mau warga
desek saya buat nanganin konflik itu.
Peneliti Itu kenapa muncul lagi konfliknya pak ?
Informan Masyarakat sini gak tahu ya kenapa permusuhan waktu itu muncul lagi,
yang jelas adanya konflik itu bikin suasana di masjid tegang, dan
banyak aksi saling hujat menghujat. Pas konflik waktu itu, ulama-
ulama Salafi diperintahkan ngejauh dulu sama masyarakat gak ngisi
kajian di masjid-masjid sini, karena kalo mereka ngisi kajian disini bisa
ada keributan, sebelumnya aja ada aksi dorong-dorongan kan jamaah
Salafi dan NU pas pembubaran kajian di TPQ Al-Fath, malem-malem
lagi itu, untung bisa dilerai warga, kalo enggak pasti jadi ribut tuh.
Makanya warga yang udah khawatir banget sama konflik ini mendesak
RT, RW dan FKPM buat ngadain pertemuan dan menyelesaikan
konflik ini.
Peneliti Terus sikap bapa gimana saat di desak warga buat nanganin konflik itu
?
lxxxvi
Informan Saya langsung mau nanganin ya, soalnya kasian warga juga kalo setiap
hari liat ustad-ustadznya berantem mulu. Dari situ saya ngasih jalan
tengah gimana kalo jamaah Salafi gak usah bawa-bawa isu bid‟ah lagi.
Kalo emang bisa berarti jamaah NU gak boleh lagi haling-halangin
mereka untuk bikin kajian di masjid Griya. Untuk jamaah Salafi
mereka harus membantu ulama-ulama NU untuk berdakwah di
masyarakat, tapi tidak dengan menyinggung jamaah NU. Kalo sampai
menyinggung jamaah Salafi harus pindah rumah dari lingkungan
Griya.
Peneliti Kesepakatan itu bisa diterima pak ?
Informan Alhamdulillah bisa si, karena dari kedua kelompok udah ada niatan
mau damai. Jamaah NU dan Salafi bisa legowo dengan keputusan
tersebut, karena ini kan demi ketentraman kehidupan agama di GIS
juga.
Peneliti Setelah mediasi tersebut hubungan kedua kelompok sekarang gimana
pak ?
Informan Baik-baik aja si mereka suka ngadain kegiatan agama bareng, belum
lama puasa kemarin itu kan ngadain lomba tahfiz Al-Qur‟an yang
bombing ulama NU sama Salafi. Tabligh Akbar bulan Juni juga itu
dibikin berdua sama jamaah NU dan Salafi.
lxxxvii
Peneliti Oh, alhamdulillah udah rukun ya pak, terus harapan bapak sendiri
untuk hubungan kedua kelompok buat ke depannya gimana ?
Informan Saya si sebenernya gak pengen ada perbedaan-perbedaan kaya dulu,
seolah-olah masing-masing kelompok gak bisa berbarengan aja gitu
ajarannya, saling kerja sama untuk ngisi pengajian di masjid. Kalo
terpecah belah begini kan malu sama umat agama lain ya, mereka nanti
berpikiran ko Islam begini begitu. Lebih enak kaya dulu ketika belum
ada konflik, semuanya masih kumpul bareng di masjid, kelihatan rukun
lah. Masyarakat sini juga sebenarnya bingung mau milih yang mana,
karena menurut kita ya semuanya bener boleh diikutin selagi masih
ngajarin salat, ngaji, tapi masalahnya ada perbedaan dikit aja dari cara
ibadah misalnya itu pasti diperdebatkan di ceramah-ceramah atau di
pengajian-pengajian masjid. Harapan saya supaya setelah konflik ini ya
tetep akur lagi deh supaya lingkungan kita kerasa lebih damai, gak ada
untungnya juga ribut begitu. Walaupun waktu ada ribut-ribut kemarin
kegiatan agama di masjid jadi semakin banyak ya, tapi tetep aja saya
selaku masyarakat pengennya si akur akur aja ustadz-ustadznya.
Peneliti Oke cukup pak, makasih ya
Informan Iya sama-sama