febrina a h sibarani_105070107111002
DESCRIPTION
kkkTRANSCRIPT
PORTOFOLIO FAMILY HEALTH CARE PROJECTKEPANITERAAN KLINIK MADYA DOKTER KELUARGA FKUB
Urolitiasis pada Laki-Laki Usia 56 tahun dengan Pengobatan Tradisional Sejak 10 Tahun yang lalu dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan yang Rendah
Dokter Muda PembinaFebrina A. H Sibarani
105070107111002
Puskesmas Mulyorejo Periode 19 Oktober 2015-15 November 2015
Pembimbingdr. Jack Roebijoso, M.Sc (OM)
dr. Arief Alamsyah, MARSdr. Fidia Anggraeni
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya2015
Tanggal kunjungan pasien ke Puskesmas : 02 November 2015
Identitas Pasien:
NamaUmur / tanggal lahirJenis kelaminAlamatAgamaPendidikanPekerjaanStatus perkawinanSistem pembayaran
:::::::::
Kasno56 th/04 Februari 1959Laki-lakiJl. Pisang Agung II/9 RT.004/05IslamSDKuli BatuMenikahBPJS
Anamnesis:
Auto-Anamnesis / Hetero-Anamnesis
Keluhan Utama / Alasan Kedatangan:
Nyeri pinggang kanan dan kiri
Riwayat keluhan saat ini
Pasien datang ke Puskesmas Mulyorejo dengan keluhan nyeri pinggang kanan dan kiri kurang lebih 1 tahun terakhir. Nyeri pinggang tersebut dirasakan tidak menjalar dan hilang timbul dan memberat 1 bulan terakhir. Pasien menyangkal adanya mual, muntah dan demam. Pasien berharap agar dapat diberikan obat agar nyeri pinggang kanan dan kiri dapat sembuh. Pasien khawatir apabila tidak pergi berobat akan terjadi sesuatu pada diri pasien sehingga dapat menyebabkan pasien tidak bisa bekerja. Pasien mengira awalnya hanya nyeri pinggang biasa dan dapat diobati sendiri. Pasien baru pertama kali datang ke puskesmas untuk memeriksakan kesehatannya. Sejak awal adanya keluhan pasien tidak berani untuk memeriksakan diri ke puskesmas maupun rumah sakit karena menganggap hanya sakit biasa, sampai pada akhirnya istri dan anak-anak pasien memaksa pasien untuk memeriksakan diri ke puskesmas.
Keluhan lain yang dirasakan saat ini dan riwayat perjalanannya:
Pasien juga mengeluhkan adanya batu saat pasien beberapa kali BAK. Selain itu pasien mengeluhkan adanya nyeri saat berkemih dan pernah BAK disertai darah. Pasien mengalami kesulitan tidur pada malam hari karena menahan rasa nyeri pinggangnya.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Saat 10 tahun yang lalu pasien juga mengalami hal yang sama yaitu nyeri pinggang kanan dan kiri disertai adanya seperti batu halus keluar saat BAK. Pasien mengatakan saat itu datang ke praktek dokter untuk mengobati keluhannya dan pasien mengatakan mendapatkan obat yang diteteskan pada minuman. Selama 3 hari, pasien minum obat tersebut dan pasien merasa keluhannya menghilang setelah itu pasien tidak minum obat itu lagi. Sekitar 2 tahun setelahnya pasien
2
mengalami keluhan yang sama lagi. Pasien hendak memeriksakan diri ke dokter yang sama seperti sebelumnya namun dokter tersebut sudah meninggal dunia. Atas saran saudaranya pasien disarankan untuk membeli ramuan herbal yang pernah dikonsumsi oleh saudaranya dengan riwayat kencing batu juga. Pasien membelinya dan meminumnya. Namun pasien merasa tidak ada perbaikan, setelah itu pasien disarankan oleh tetangganya untuk membeli kapsul herbal calcusol dan kemudian merasa keluhan yang dirasakan berkurang. Namun pasien merasa ada yang mengganjal di pinggangnya, tidak seperti sebelumnya saat 2 tahun yang lalu pasien merasa selain nyeri pinggangnya hilang dan banyak batu-batu halus yang keluar saat BAK. Kemudian pasien mencari tahu ramuan tradisional untuk mengobati kencing batu dan pasien membuatnya sendiri di rumah. Setelah mengonsumsi ramuan tersebut pasien merasa sembuh karena keluhannya menghilang dan adanya keluar batu halus saat BAK. Saat 1 tahun terakhir ini pasien mengalami keluhan yang sama lagi dan pasien mencoba mengonsumsi obat-obatan herbal dan ramuan tradisional seperti sebelumnya namun pasien merasa tidak ada perbaikan dan keluhan dirasakan semakin memberat. Pasien juga mencoba membeli obat amoxycilin sendiri di apotik untuk mengatasi penyakitnya dan meminumnya sampai habis namun tidak ada perbaikan dengan keluhan pasien.
Riwayat Keluarga (Family History)
Pasien memiliki 4 anak kandung , diantaranya 3 orang anak hidup hingga saat ini, bekerja sebagai kuli bangunan, buruh pabrik pabrik, dan satu anak tidak bekerja. 1 orang anak meninggal karena keguguran. Istri pasien pernah didiagnosa menderita TB paru 1 tahun yang lalu (tahun 2014) dan mendapatkan pengobatan dari puskesmas Mulyorejo. Istri pasien juga memiliki riwayat didiagnosa kencing manis, asam urat, dan kolesterol saat 5 tahun yang lalu (tahun 2010). Pasien mengetahui bahwa ayah pasien juga memiliki riwayat kencing batu..
Riwayat sosial (eksplorasi faktor risiko internal dan eksternal)
Pasien sehari-hari masih bekerja sebagai kuli batu, pasien sudah bekerja sebagai kuli batu sejak usia 16 tahun. Namun sejak 2 minggu terakhir pasien tidak bekerja karena keluhan sakit yang dirasakan. Pasien memiliki riwayat meminum obat herbal dan ramuan tradisional sejak awal sakit 10 tahun yang lalu. Sebelum sakit, pasien kurang mengonsumsi air putih suka minum kopi atau teh setiap pagi hari. Namun setelah sakit pasien mengurangi kebiasaan tersebut. Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak muda sampai saat ini rata-rata sebanyak 8 batang/hari. Pasien makan 1 hari 3 kali (nasi putih, ikan, telur, sayur, tahu-tempe goreng) dan pasien suka mengonsumsi makanan yang bersantan. Pasien tinggal serumah dengan istri dan anak ke-3 pasien yang sudah menikah dan memiliki 1 orang anak. Pasien merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Pasien memiliki 4 anak, namun hanya 3 anak yang masih hidup. Pada kehamilan ketiga usia 3 bulan, istri pasien mengalami keguguran. Saat ini sumber dana keluarga berasal pasien sendiri untuk membiayai kebutuhan pasien dan istri pasien. Istri pasien sudah tidak bekerja 5 tahun terakhir ini semenjak istri pasien juga memiliki sakit kencing manis, asam urat, dan TBC. Sebelumnya istri pasien bekerja di pabrik rokok selama 36 tahun. Ketiga anak pasien masing-masing sudah menikah. Pasien memiliki kendaraan berupa 1 motor.
Riwayat pengobatan
Saat muncul keluhan awal 10 tahun yang lalu (tahun 2005), pasien kemudian datang berobat ke praktek dokter umum. Pasien tidak diberitahu mengenai penyakitnya namun pasien diberikan obat
3
berupa obat untuk diteteskan di minuman. Setelah minum obat sampai habis pasien merasa keluhan hilang. Keluhan yang sama kembali muncul 2 tahun setelahnya, namun pasien tidak memeriksakan diri ke puskesmas maupun ke rumah sakit. Pasien mengikuti saran saudara dan tetangganya untuk mengonsumsi minuman herbal, namun juga tidak ada perbaikan. Atas saran tetangganya pasien membeli calcusol dan minum selama 3 hari dan pasien merasa keluhan nyeri pinggangnya hilang namun seperti masih ada yang mengganjal. Tidak seperti sebelumnya saat 2 tahun yang lalu pasien merasa selain nyeri pinggangnya hilang dan banyak batu-batu halus yang keluar saat BAK. Kemudian pasien mencari tahu ramuan tradisional untuk mengobati kencing batu dan pasien membuatnya sendiri di rumah. Sampai saat pasien datang ke puskesmas dirasakan keluhan hilang timbul selama 1 tahun terakhir. Kemudian pasien mencoba dengan pengobatan seperti sebelumnya dan membuat minuman dari tumbuhan kumis kucing dan tumbuhan lain. Pasien juga pernah membeli obat amoxycilin sendiri di apotik dan meminumnya sampai habis.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum dan Tanda Vital dan Status Gizi
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan Suhu : 36,5°C
Tekanan Darah : 140/80 mmHg TB : 160 cm
Frek. Nadi : 72 x/menit, reguler, kuat BB : 55 kg
Frek. Nafas : 16 x/menit Status Gizi
: Berat badan normal
IMT : 21,48 kg/m2
Status Generalis
KEPALA
Inspeksi Anemis (-)/(-) ; Ikterik (-)/(-) ; pupil bulat isokor (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+)/(+)
LEHER
Inspeksi
Palpasi
Simetris, Edema (-), Massa (-), Inflamasi (-)
Pembesaran kelenjar limfe (-)/(-)
THORAX
a. Pulmo
Inspeksi : Gerakan statis & dinamisPalpasi: Stem FremitusPerkusi :
D=SD=Ssonor sonorsonor sonorsonor sonor
4
Auskultasi : V V Rh - - Wh - -V V - - - -V V - - - -
b. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Iktus invisible
Iktus palpable at ICS V MCL S
LHM ~ Ictus, RHM ~ sternal line D
S1S2 single, regular, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ginjal
Flat, jar. parut (-), radang umbilikus (-), rash (-), massa (-)
BU (+) Normal
Liver span 8 cm, traube’s space timpani, shifting dullness (-)
Soefl, nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan lien tidak teraba
Bimanual palpasi : Ginjal D/S tidak teraba
Nyeri ketok pinggang D/S (+/+)
EKSTREMITAS
Superior
Inferior
Akral hangat, Anemis (-)/(-), Ikterik (-)/(-), Edema (-)/(-), Sianosis (-)/(-)
Akral hangat, Anemis (-)/(-), Ikterik (-)/(-), Edema (-)/(-), Sianosis (-)/(-),
Status Lokalis
-
Pemeriksaan Penunjang :
-
Analisis yang mendasari penegakkan diagnosis aksis 2
Urolitiasis dapat terbentuk dimana saja di dalam traktus urinarius kendati paling sering ditemukan pada pelvis renalis atau kalises. Urolithiasis memiliki ukuran yang beragam dan bisa soliter dan multipel. Urolithiasis lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita dan jarang ditemukan pada anak-anak. Batu kalsium umumnya terdapat pada laki-laki berusia pertengahan dengan riwayat pembentukan batu di dalam keluarga
5
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor itu meliputi faktor intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitarnya.Faktor intrinsik itu antara lain adalah :
1. Herediter (keturunan): penyakit ini diduga diturunkan dari orangtuanya2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun3. Jenis Kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien
perempuan.Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah :
1. Geografi : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).
2. Iklim dan temperatur3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikonsumsi dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.4. Diet : diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran emih.5. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktifitas (Purnomo, 2011)Pada pasien ini berdasarkan hasil anamnesis didapatkan faktor resiko intrinsik maupun ekstrinsik untuk terjadinya urolithiasis, yaitu riwayat ayah pasien dengan kencing batu, asupan air putih yang kurang, dan faktor diet.
Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada posisi atau letak batu, besar batu, dan penyulit yang terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini mungkin bisa berupa kolik ataupun bukan kolik. Batu yang terletak disebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri saat kencing atau sering kencing. Batu dengan ukuran kecil mungkin dapat keluar dengan spontan setelah melalui hambatan pada perbatasan uretero-pelvik. Hematuria sering kali dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu. Jika didapatkan demam harus dicurigai suatu urosepsisdan dan merupakan kedaruratan di bidang urologi. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi urin, dan jika disertasi infeksi didapatkan demam/menggigil (Purnomo, 2011).Hasil Anamnesis (Subjective)Keluhan :
1. Nyeri pinggang kanan dan kiri2. Saat BAK keluar batu halus3. Riwayat pernah ada darah saat BAK
Pemeriksaan Fisik :1. Nyeri ketok pinggang D/S (+/+)2. Palpasi ginjal tidak teraba3. Tidak ada demam/menggigil
Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih (Purnomo, 2011). Di puskesmas pasien diberikan obat untuk mengatasi nyerinya dengan paracetamol 3 x 500 mg. Pada umumnya pencegahan itu berupa (1) menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urin sebanyak 2-3 liter perhari, (2) diet untuk mengurangi kadar zat komponen pembentuk batu, (3) aktivitas harian yang cukup, dan (4) pemberian medikamentosa (Purnomo, 2011)
Diagnosis Holistik
6
Aksis 1 - Aspek Personal :
Alasan Kedatangan : Nyeri pinggang kanan dan kiri, riwayat kencing batu dan nyeri saat BAK.
Persepsi : Pasien awalnya menganggap sakit pinggangnya hanya nyeri pinggang biasa. Setelah ada batu halus keluar saat BAK dan nyeri hilang, pasien merasa sudah sembuh.
Harapan : Nyeri pinggang kanan dan kiri sembuh dan tidak keluar batu saat BAK. Pasien dapat tidur pada malam hari tanpa menahan rasa sakit pinggangnya.
Kekhawatiran : Pasien khawatir akan kencing batu terus –menerus dan tidak bisa istirahat pada malam hari dengan baik. Pasien juga khawatir tidak dapat bekerja karena penyakitnya.
Upaya : Memeriksakan diri ke puskesmas dan melanjutkan pemeriksaan di rumah sakit rujukan.
Aksis 2 - Aspek Biomedis : Urolitiasis
Aksis 3 - Aspek Risiko Internal :
Riwayat keturunan (ayah pasien memiliki riwayat kencing batu) Usia Jenis kelamin laki-laki Tingkat pengetahuan dan pendidikan yang rendah
Aksis 4 - Aspek Risiko Eksternal :
Tingkat pengetahuan kesehatan yang rendah Lingkungan yang padat penduduk Pasien tidak memeriksakan diri ke puskesmas sejak awal adanya keluhan Adanya persepsi masyarakat dilingkungan sekitar tempat tinggal pasien bahwa penyakit batu
saluran kemih dapat disembuhkan dengan pengobatan tradisional tanpa memerlukan diri ke puskesmas atau rumah sakit.
Aksis 5 - Derajat Fungsional : Derajat 2 (A little bit of difficulty)
Intervensi Komprehensif
Diagnosis Holistik Intervensi KomprehensifAksis 1 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit urolithiasis
yang diderita pasien, baik dari pengertian, pentingnya upaya pencegahan, faktor resiko, komplikasi, upaya yang dapat dilakukan dan prognosis.
Mengevaluasi keluhan yang muncul dari pasien yang timbul akibat adanya obstruksi atau batu di ginjal yang menyebabkan keluhan pasien.
Memberi penjelasan bahwa pasien tidak perlu khawatir pada penyakitnya, karena batu saluran kemih dengan tindakan yang tepat dapat disembuhkan. Dan apabila pasien dapat menjaga gaya hidup maka kualitas hidup pasien akan tetap baik dan terhindar dari kemungkinan komplikasi dari urolitiasis.
Aksis 2 Mengedukasi pasien agar meminum obat untuk mengatasi rasa nyeri yang telah diberikan dari puskesmas yaitu paracetamol (3x500 mg)
Mengedukasi pasien untuk langsung memeriksakan diri ke rumah sakit
7
rujukan. Memberikan saran kepada pasien untuk mengikuti proses pemeriksaan
di rumah sakit rujukan untuk ditegakkan diagnosis dan menentukan tindakan terapi selanjutnya.
Aksis 3 Memberikan edukasi kepada pasien untuk tetap beraktivitas, mengonsumsi banyak air putih, dan berolahraga rutin, bisa dengan jalan pagi di sekitar kampung. Juga mengedukasi pasien untuk mengurangi makan makanan yang tinggi kalsium, oksalat, purin, mengurangi kebiasaan merokok, dan mengonsumsi kopi atau teh yang berlebih.
Memberikan motivasi dan dukungan kepada pasien agar sementara mengkonsumsi obat untuk mengatasi rasa nyeri untuk dan berpikiran positif serta tidak terlalu stress dan tetap melakukan aktivitas sehari-hari yang dapat mengganggu pikiran pasien.
Aksis 4 Memberikan edukasi kepada pasien untuk tetap memeriksakan diri rumah sakit rujukan dan mengikuti prosedur pemeriksaan yang ada sampai mendapatkan tindakan untuk mengatasi penyakitnya.
Menyarankan pasien untuk tetap berkomunikasi, berdiskusi, dan meluangkan waktu yang lebih untuk berinteraksi dengan keluarga serta menyelesaikan secara bersama-sama apabila terdapat masalah dalam keluarga.
Menganjurkan pasien dan keluarga agar dapat menjelaskan kepada warga disekitar lingkungan rumah pasien bahwa penyakit urolithiasis atau batu saluran kemih merupakan penyakit yang perlu adanya pemeriksaan di rumah sakit dan tindakan kedokteran sehingga tidak hanya dengan mengonsumsi obat-obatan yang dibeli sendiri.
Alasan pembinaan keluarga pada kasus ini:
Alasan pada pasien ini perlu dilakukan pembinaan keluarga, karena faktor resiko dari penyakit pasien selain dari faktor internal juga dipengaruhi dari faktor eksternal. Selain itu adanya faktor kekhawatiran pasien terhadap penyakitnya dapat mempengaruhi kesehatan pasien dimana keluarga dan lingkungan sekitar dapat berpengaruh. Pada pasien ini didapatkan adanya keluhan yang sama saat 10 tahun yang lalu, berulang 2 tahun kemudian dan pasien mencoba mengobati sendiri dengan pengobatan tradisional dan tidak memeriksakan ke puskesmas maupun rumah sakit. Keluarga pasien sudah membujuk pasien sejak lama untuk memeriksakan diri ke puskesmas maupun rumah sakit namun pasien selalu menolak. Pada keluarga pasien terdapat hubungan yang cukup baik namun pengetahuan mengenai kesehatan pada pasien dan keluarga sangat kurang. Dengan adanya pembinaan keluarga ini diharapkan dapat mengetahui penyebab kondisi ini, dan berharap agar dapat diatasi dengan baik.
Kunjungan Rumah Pertama
Tanggal : Selasa, 03 November 2015 pukul 17.00
8
Family Genogram
KELUARGA SURYO
k
Keterangan :
: Meninggal Dunia : Laki-laki
: Meninggal Dunia : Perempuan
: Pasien dengan urolitiasis
Family Apgar
9
Ny.T/357thTn.K/56 th
An.W/16 blnAn.D/12 th
Tn. S/24thNy.T/24 thNy. N/28 thTn.K/29 thNy.S/36 thTn. S/35 th
Tn. G/58 th
Ny. AminahTn. Suryo/ Riwayat kencing batu
: istri pasien dengan DM, Gout Arthritis, dan riawayat TBC
No. Pertanyaan Sering Kadang-kadang Jarang
1. Saya puas karena saya dapat bercerita kepada keluarga saat saya memiliki masalah
√
2. Saya puas dengan cara keluarga bermusyawarah untuk memecahkan masalah
√
3. Saya puas karena diberikan kesempatan bertumbuh sesuai arah kehidupan yang saya inginkan
√
4. Saya puas dengan kasih sayang yang terjalin di antara keluarga saya
√
5. Saya puas dengan keluarga membagi antara waktu pribadi dan waktu bersama
√
Penilaian nilai total:8-10 : Fungsi keluarga baik (Highly Functional Family)4-7 : Fungsi keluarga kurang baik (Moderately Functional Family)0-3 : Fungsi keluarga tidak fungsional (Severely Disfuctional Family)
Skor Family APGAR = 8 Fungsi keluarga baik (Highly Functional Family)
Family SCREEM
Social Pasien dan keluarganya hidup dalam daerah perumahan yang padat penduduk. Interaksi keluarga pasien dengan warga sekitarnya berjalan dengan baik. Pasien dan keluarganya saling kenal dengan tetangganya.
Cultural -Religion Pasien menjalani shalat 5 waktu dengan teraturEconomic Pasien saat ini masih bekerja sebagai kuli batu. Sumber pendapatan utama
keluarga berasal pasien dan terkadang anak-anak pasien memberikan uang tambahan yang diberikan ke istri pasien. Sumber penghasilan tersebut mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari pasien dan keluarganya
Education Pasien merupakan lulusan SD (kelas 3) (hambatan dalam memahami pesan kesehatan)
Medical Pasien biasanya hanya membeli obat-obatan herbal atau tradisional untuk mengatasi keluhannya. Pasien belum pernah memeriksakan diri ke puskesmas maupun rumah sakit.
Bentuk Keluarga: Keluarga besar (extended family) Tahapan Keluarga (sesuai DUVAL) : Tahap VII Middle-age family (emptiness to retirement)
Mandala of Health
10
11
Community
Culture
Sick-Care SystemJarak antara rumah dan puskesmas 1 km
Physical Environment-Lingkungan rumah yang padat
penduduk-Rumah berukuran sedang
dengan anggota keluarga berjumlah 5 orang
-
Human Biology-Pasien laki-laki, usia tuaRiwayat keluarga dengan kencing batu
Pasien :Laki-laki, 56
tahun, nefrolitiasis
WorkPasien masih bekerja sebagai kuli batu, namun sejak keluhannya memberat pasien pasien tidak bekerja selama 2 minggu.
Pyscho-economic-environment- Pengetahuan tentang kesehatan
yang rendah- Pasien khawatir membebani
keluarga karena sakitnya
Life Style- Kurang mengonsumsi air air outih,
sering mengonsumsi kopi dan teh.- Jarang berolahraga- Merokok sejak usia muda
Family
Hubungan dengan anak dan istri baik
Personal Behaviour- Pasien mencoba mengobati sendiri penyakitnya dengan obat herbal dan ramuan tradisional.
Dx Holisti
k
Subyektif Obyektif Planning / Intervensi
Aksis 1 Pasien merasa nyeri pinggang kanan dan kiri serta nyeri saat BAK dan riwayat adanya keluar batu saat BAK.
Pasien menganggap penyakitnya dapat diobati sendiri, namun tidak mengetahui apa saja hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari agar penyakitnya tidak kambuh
Pasien berharap nyeri pinggang kanan dan kiri dapat sembuh dan tidak BAK keluar batu lagi
Pasien tampak sakit sedang
Pasien terlihat khawatir dengan penyakitnya saat ini
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit batu saluran kemih yang diderita pasien, baik dari pengertian, pentingnya memeriksakan sejak awal ke puskesmas atau dokter, faktor resiko, komplikasi, upaya yang dapat dilakukan dan prognosis
Mengevaluasi keluhan yang muncul dari pasien yang timbul akibat adanya batu saluran kemih.
Memberi penjelasan bahwa pasien tidak perlu khawatir pada penyakitnya, karena dengan tindakan yang tepat batu saluran kemih dapat sembuh namun resiko untuk kambuh lagi tetap ada. Untuk mencegah kambuhnya lagi, pasien dapat melakukan upaya-upaya menghindari faktor resiko.
Aksis 2 Batu Saluran Kemih TD 140/80 mmHg TB 160 cm BB 55 kg Status gizi: berat
badan normal IMT 21,48 kg/m2
Nyeri ketok pinggang (+/+)
Mengedukasi pasien agar sementara meminum obat yang telah diberikan untuk mengatasi rasa nyeri yaitu paracetamol 3x500 mg
Mengedukasi pasien untuk langsung memeriksakan diri ke rumah sakit rujukan dan mengikuti segala prosedur pemeriksaan yang ada hingga mendapatkan tindakan dari dokter spesialis di rumah sakit rujukan.
Aksis 3 Pasien kurang mengonsumsi air putih
Pasien mengaku setiap hari mengonsumsi kopi dan teh.
Pasien usia tua (56) tahun
Tingkat pengetahuan mengenai kesehatan yang rendah
Kurangnya aktivitas olahraga
Memberikan edukasi kepada pasien untuk tetap beraktivitas, mengonsumsi banyak air putih, dan berolahraga rutin, bisa dengan jalan pagi di sekitar kampung. Juga mengedukasi pasien untuk mengurangi makan makanan yang tinggi kalsium, oksala dan purin, mengurangi kebiasaan merokok, dan mengonsumsi
12
kopi atau teh yang berlebih. Memberikan motivasi dan
dukungan kepada pasien agar tidak khawatir dengan penyakitnya dan tetap selalu berpikiran positif
Aksis 4 Pasien tidak memeriksakan diri ke puskesmas maupun ke dokter.
Pasien berupaya mengobati penyakitnya sendiri dengan mengonsumsi obat-obatan herbal dan ramuan tradisional
Adanya faktor resiko keturunan dari ayah pasien dengan riwayat kencing batu.
Tingkat pendidikan dan pengetahuan kesehatan yang rendah
Memberikan edukasi kepada pasien jika memliki keluhan mengenai kesehatan untuk memeriksakan diri ke puskesmas.
Menganjurkan pasien dan keluarga agar dapat menjelaskan kepada warga disekitar lingkungan rumah pasien bahwa batu saluran kemih bukanlah penyakit yang dapat diobati sendiri namun perlu adanya pemeriksaan untuk menangani penyakit batu saluran kemih
Intervensi yang telah dilakukan saat Kunjungan rumah Pertama:
Dx Holistik IntervensiAksis 1 Mengedukasi kepada pasien mengenai batu saluran kemih beserta komplikasi yang
dapat terjadi jika pasien tidak mendapatkan penanganan yang tepat.Aksis 2 Follow up pasien mengenai pemeriksaan yang sudah dilakukan di rumah sakit
rujukanAksis 3 Mengedukasi dan melihat adanya perubahan gaya hidup, pola makan, dan aktivitas
pasien .Aksis 4 Melakukan pengamatan terhadap keadaan rumah pasien dan lingkungan sekitar
rumah pasien
Family coping score : 4 Minimal participation, limited ability/resources, still need provider’s support and instruction.
Kunjungan Rumah Kedua
Tanggal: 06 November 2015
Dx Holistik IntervensiAksis 1 Follow up mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan pasien agar dapat
mengurangi keluhan yang dirasakanAksis 2 Monitoring pasien terhadap hasil pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan di
rumah sakit rujukanAksis 3 Follow up mengenai gaya hidup sehat yang sesuai dengan penderita nefrolitiasis
baik dari segi olahraga maupun asupan makanan yang seimbangAksis 4 Melakukan tanya jawab seputar edukasi yang telah disampaikan pada hari
kunjungan sebelumnya dan memberikan penjelasan ulang dengan bahasa yang sederhana
13
Memfollow up kemajuan pasien dalam mengatasi masalah yang ada di keluarga
Kunjungan Rumah Ketiga
Tanggal: 09 November 2015
Dx Holistik IntervensiAksis 1 Memberikan semangat kepada pasien agar tidak khawatir dengan tindakan operasi
yang direncanakan oleh dokter spesialis di rumah sakit rujukanAksis 2 Mengevaluasi keluhan pasien apakah sudah membaik atau belumAksis 3 Mengevaluasi mengenai gaya hidup sehat yang sesuai dengan penderita urolitiasis,
baik dari segi olahraga maupun asupan makanan yang seimbangAksis 4 Memberikan KIE dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien dan
menanyakan kembali informasi yang telah diberikan untuk melihat apakah pasien benar-benar sudah mengerti atau belum
14
Lampiran:
Karakteristik Rumah dan Lingkungan
Luas rumah: 6x9 m2
Jumlah orang dalam satu rumah: 5 orang
Luas halaman rumah: 1x1 m2
Bertingkat, lantai 2 terdapat 2 kamar
Lantai rumah dari: keramik
Dinding rumah dari: tembok
Penerangan di dalam rumahJendela: ada; Jumlah: 2 buah di ruang tamu depan; 2 buah di ruang keluarga; 3 buah di kamar tidurListrik: ada
VentilasiKelembapan rumah: tidak lembapBantuan ventilasi di dalam rumah: ada, baik
Kebersihan di dalam rumah: bersih dan rapi
Tata letak Barang dalam rumah: tersusun rapi dan teratur
Sumber airair minum dari: Sumurair cuci dan masak dari: SumurJarak sumber air dari septic tank: 2 m
Kamar Mandi Keluarga: ada dalam rumah jumlah 1 buah, ukuran 2x2 m2
Jamban: AdaBentuk jamban: jongkok, tanpa pegangan
Tempat sampah: ada tempat sampah di dalam rumahKesan kebersihan lingkungan pemukiman: cukup baik
Kendaraan: memiliki 1 motor
Denah Rumah Pasien
15
Keterangan :
16
Lemari
Dapur
Ruang TV
Kamar
Mandi
Kamar Tidur Pasien
Ruang Tamu
Kamar Tidur
Kamar Tidur
: Pintu
: Jendela
17
Tampak Depan Rumah Pasien