farmol dyke 2

2
Reseptor Histamin 1 (H 1 ) Reseptor histamin (dengan subtipe reseptor H1, H2, H3 dan H4) yang memediasi efek dari histamin tersebar luas dalam jumlah besar dalam jaringan tubuh. Besarnya konsetrasi histamin yang akan mengaktifasi reseptor dan jenis reseptor histamin yang ada akan menentukan jenis respon yang ditimbulkan oleh tubuh. Reseptor H1, H2 dan H4 merupakan subtipe reseptor histamin yang kebanyakan ada pada sel yang berperan pada respon inflamasi, dimana reseptor H1 berperan besar dalam potensiasi pada aktifitas proinflamasi imunitas sel dan respon pada reaksi alergi, dilain pihak reseptor H2 mempunyai peran berlawanan dengan reseptor H1 yaitu menekan respon inflamasi, sedangkan sampai saat ini data mendalam mengenai reseptor H4 masih belum banyak ditemukan. Reseptor H1 terletak pada transmembran, reseptor ini merupakan keluarga reseptor yang terhubung dengan protein G atau GPCR (G-protein coupled receptor). Pada GPCR, transduksi sinyal dari ekstraselular ke lingkungan intraseluler terjadi setelah GCPR teraktifasi karena terinduksi oleh suatu ligan atau agonis yang spesifik. Selanjutnya, terpisah dan mempengaruhi sinyal intraseluler melalui berbagai macam intermediasi yang termasuk diantaranya adalah siklik AMP, siklik GMP, kalisum, Nf-КB (nuclear factor kappa B) yang mana merupakan faktor penting dalam kemotaksis sistem imun, produksi sitokin, ekspresi molekul adhesi untuk sel serta pada kejadian alergi dan inflamasi. Pada studi lebih lanjut pada reseptor histamin ditemukan bahwa reseptor tersebut dapat mempunyai sifat spontanitas yang mana tidak tergantung terhadap agonis. Secara spontan, reseptor histamin dapat teraktifasi tanpa adanya histamin yang kemudian aktifasi tersebut mengarah pada terjadinya sinyal pada daerah downstream melalui beberapa macam intermediet. Konsep aktifasi secara spontan oleh reseptor histamin memaksa untuk dilakukan klasifikasi ulang senyawa yang bekerja pada reseptor histamin-1. Sebagai contohnya, reseptor H1 secara aktif dengan adanya agonis akan menaikkan Nf-КB. Ligan yang tidak mempunyai efek pada aktifitas reseptor namun menghalangi pelekatanagonis dengan reseptor disebut sebagai “antagonis netral”. Karena antihistamin dapat bekerja secara inverse agonis ataupun

Upload: dyke-gita-wirasisya

Post on 28-Dec-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

farmakologi

TRANSCRIPT

Page 1: Farmol Dyke 2

Reseptor Histamin 1 (H1)

Reseptor histamin (dengan subtipe reseptor H1, H2, H3 dan H4) yang memediasi efek dari histamin tersebar luas dalam jumlah besar dalam jaringan tubuh. Besarnya konsetrasi histamin yang akan mengaktifasi reseptor dan jenis reseptor histamin yang ada akan menentukan jenis respon yang ditimbulkan oleh tubuh. Reseptor H1, H2 dan H4 merupakan subtipe reseptor histamin yang kebanyakan ada pada sel yang berperan pada respon inflamasi, dimana reseptor H1 berperan besar dalam potensiasi pada aktifitas proinflamasi imunitas sel dan respon pada reaksi alergi, dilain pihak reseptor H2 mempunyai peran berlawanan dengan reseptor H1 yaitu menekan respon inflamasi, sedangkan sampai saat ini data mendalam mengenai reseptor H4 masih belum banyak ditemukan.

Reseptor H1 terletak pada transmembran, reseptor ini merupakan keluarga reseptor yang terhubung dengan protein G atau GPCR (G-protein coupled receptor). Pada GPCR, transduksi sinyal dari ekstraselular ke lingkungan intraseluler terjadi setelah GCPR teraktifasi karena terinduksi oleh suatu ligan atau agonis yang spesifik. Selanjutnya, terpisah dan mempengaruhi sinyal intraseluler melalui berbagai macam intermediasi yang termasuk diantaranya adalah siklik AMP, siklik GMP, kalisum, Nf-КB (nuclear factor kappa B) yang mana merupakan faktor penting dalam kemotaksis sistem imun, produksi sitokin, ekspresi molekul adhesi untuk sel serta pada kejadian alergi dan inflamasi.

Pada studi lebih lanjut pada reseptor histamin ditemukan bahwa reseptor tersebut dapat mempunyai sifat spontanitas yang mana tidak tergantung terhadap agonis. Secara spontan, reseptor histamin dapat teraktifasi tanpa adanya histamin yang kemudian aktifasi tersebut mengarah pada terjadinya sinyal pada daerah downstream melalui beberapa macam intermediet. Konsep aktifasi secara spontan oleh reseptor histamin memaksa untuk dilakukan klasifikasi ulang senyawa yang bekerja pada reseptor histamin-1. Sebagai contohnya, reseptor H1 secara aktif dengan adanya agonis akan menaikkan Nf-КB. Ligan yang tidak mempunyai efek pada aktifitas reseptor namun menghalangi pelekatanagonis dengan reseptor disebut sebagai “antagonis netral”. Karena antihistamin dapat bekerja secara inverse agonis ataupun antagonis netral maka senyawa yang seperti itu disebut sebagai antihistamin bukan sebagai antagonis reseptor H1.

Desloratadine: Antihistaminic, Anti-Inflammatory, and Antiallergic EffectsAfinitas dari reseptor H1

Desloratadine mengikat secara kuat serta nonkompetitif pada reseptor H1 dan terbukti 153 kali lebih poten dibanding cetirizine, ebastine, fexofenadine dan loratadine. Sebagai gambarannya, pada kurun waktu 6 jam hanya 37% dari desloratadine yang terdisosiasi dari reseptor sehingga hal tersebut akan memperlama durasi dari obat bekerja.

Desloratadine, sebagai obat generasi kedua memperlihatkan adanya efek inverse agonism pada reseptor aktif yang menyebabkan menurunnya sinyal di daerah downstream. Pada suatu pene;itian, diketahui bahwa desloratadine secara efektif menghibisi sinyaling pada daerah downstream pada reseptor H1 yang berasosiasi dengan Nf-КB dengan efektifitas diatas cetirizine, fexofenadine, loratadone dan pyrilamine. Selain itu, desloratadine merupakan obat yang poten dalam mneghalangi peningkatan Nf-КB setelah resepor teraktifasi oleh histamin.

Page 2: Farmol Dyke 2