fanatisme
DESCRIPTION
fanatismeTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fanatisme adalah suatu keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu,
yang positif atau yang negatif, pandangan yang tidak memiliki sandaran teori
atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mendalam sehingga susah
diluruskan atau diubah. Fanatisme biasanya tidak rasional, oleh karena itu
argumen rasionalpun susah digunakan untuk meluruskannya.
Jalan fikiran orang fanatik itu bermula dari perasaan bahwa orang
lain tidak menyukai dirinya, dan bahkan mengancam eksistensi
dirinya. Perasaan ini berkembang sedemikian rupa sehinga ia menjadi
frustrasi. Frustrasi menumbuhkan rasa takut dan tidak percaya kepada
orang lain. Selanjutnya perasaan itu berkembang menjadi rasa benci
kepada orang lain. Sebagai orang yang merasa terancam maka secara
psikologis ia terdorong untuk membela diri dari ancaman, dan dengan
prinsip lebih baik menyerang lebih dahulu daripada diserang, maka
orang itu menjadi agressif.
Fans atau penggemar merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan
dengan apa yang dinamakan selebritis. Fans menjadi sebuah energi
penyemangat tersendiri bagi para selebritis. Fans sejati atau fanatik terkadang
tidak segan-segan untuk berkorban demi idolanya. Fanatic atau mengagumi
seseorang secara berlebihan, perilakunya pasti berlebihan pula.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu fanatisme?
1.2.2 Apa saja dampak yang ditimbulkan akibat dari kefanatikan terhadap
idola?
1.2.3 Apa yang harus dilakukan konselor terhadap klien perilaku fanatik?
1.2.4 Apa hubungan fanatisme dengan kesehatan jiwa?
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari fanatisme.
1.3.2 Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat dari kefanatikan
terhadap idola.
1.3.3 Untuk mengetahui hal yang harus dilakukan konselor terhadap klien
perilaku fanatik
1.3.4 Untuk mengetahui hubungan fanatisme dengan kesehatan jiwa.
2
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengertian Fanatisme
Fanatisme adalah sebuah keadaan di mana seseorang atau kelompok yang
menganut sebuah paham, baik politik, agama, kebudayaan atau apapun saja
dengan cara berlebihan (membabi buta) sehingga berakibat kurang baik,
bahkan cenderung menimbulkan perseteruan dan konflik serius. (wikipedia)
Fanatisme atau fanatik adalah suatu keyakinan atau suatu pandangan
tentang sesuatu, yang positif atau yang negatif, pandangan yang tidak
memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara
mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah. Menurut definisinya,
Fanatisme biasanya tidak rasional atau keyakinan seseorang yang terlalu kuat
dan kurang menggunakan akal budi sehingga tidak menerima faham yang lain
dan bertujuan untuk mengejar sesuatu.
Fanatisme dipandang sebagai penyebab menguatnya perilaku kelompok
yang tidak jarang dapat menimbulkan perilaku agresi. Individu yang fanatik
akan cenderung kurang memperhatikan kesadaran sehingga seringkali
perilakunya kurang terkontrol dan tidak rasional.
Pengertian Fanatisme sendiri dapat disebut sebagai orientasi dan sentimen
yang mempengaruhi seseorang dalam :
a) berbuat sesuatu, menempuh sesuatu atau memberi sesuatu,
b) dalam berfikir dan memutuskan,
c) dalam mempersepsi dan memahami sesuatu, dan
d) dalam merasa secara psikologis, seseorang yang fanatik biasanya tidak
mampu memahami apa-apa yang ada di luar dirinya, tidak faham
terhadap masalah orang atau kelompok lain, tidak mengerti faham
atau filsafat selain yang mereka yakini.
Ciri-ciri yang jelas dari sifat fanatik adalah ketidakmampuan memahami
karakteristik individual orang lain yang berada diluar kelompoknya, benar
atau salah.
3
Secara garis besar fanatisme mengambil bentuk :
a) fanatik warna kulit,
b) fanatik etnik/kesukuan, dan
c) fanatik klas sosial. Fanatik Agama sebenarnya bukan bersumber dari
agama itu sendiri, tetapi biasanya merupakan kepanjangan dari fanatik
etnik atau kelas sosial.
2.2 Analisis Terhadap Fanatisme
Fanatisme dapat dijumpai di setiap lapisan masyarakat, di negeri maju,
maupun di negeri terbelakang, pada kelompok intelektual maupun pada
kelompak awam, pada masyarakat beragama maupun pada masyarakat atheis.
Fanatisme menurut beberapa pendapat, yaitu :
1. Sebagian ahli ilmu jiwa mengatakan bahwa sikap fanatik itu merupakan
sifat natural (fitrah) manusia, dengan alasan bahwa pada lapisan
masyarakat manusia di manapun dapat dijumpai individu atau kelompok
yang memilki sikap fanatik. Dikatakan bahwa fanatisme itu merupakan
konsekuensi logis dari kemajemukan sosial atau heteroginitas dunia,
karena sikap fanatik tak mungkin timbul tanpa didahului perjumpaan dua
kelompok sosial.
Dalam kemajemukan itu manusia menemukan kenyataan ada orang
yang segolongan dan ada yang berada di luar golongannya.
Kemajemukan itu kemudian melahirkan pengelompokan “in group” dan
“out group”. Fanatisme dalam persepsi ini dipandang sebagai bentuk
solidaritas terhadap orang-orang yang sefaham, dan tidak menyukai
kepada orang yang berbeda. Ketidak sukaan itu tidak berdasar argumen
logis, tetapi sekedar tidak suka kepada apa yang tidak disukai (dislike of
the unlike). Sikap fanatik itu menyerupai bias dimana seseorang tidak
dapat lagi melihat masalah secara jernih dan logis, disebabkan karena
adanya kerusakan dalam sistem persepsi (distorsion of cognition).
Jika ditelusuri akar permasalahannya, fanatik - dalam arti cinta
buta kepada yang disukai dan antipati kepada yang tidak disukai - dapat
dihubungkan dengan perasaan cinta diri yang berlebihan (narcisisme),
4
yakni bermula dari kagum diri, kemudian membanggakan kelebihan yang
ada pada dirinya atau kelompoknya, dan selanjutnya pada tingkatan
tertentu dapat berkembang menjadi rasa tidak suka, kemudian menjadi
benci kepada orang lain, atau orang yang berbeda dengan mereka. Sifat
ini merupakan perwujudan dari egoisme yang sempit.
2. Pendapat kedua mengatakan bahwa fanatisme bukan fitrah manusia,
tetapi merupakan hal yang dapat direkayasa. Alasan dari pendapat ini
ialah bahwa anak-anak, dimanapun dapat bergaul akrab dengan sesama
anak-anak, tanpa membedakan warna kulit ataupun agama. Anak-anak
dari berbagai jenis bangsa dapat bergaul akrab secara alami sebelum
ditanamkan suatu pandangan oleh orang tuanya atau masyarakatnya.
Seandainya fanatik itu merupakan bawaan manusia, pasti secara
serempak dapat dijumpai gejala fanatik di sembarang tempat dan
disembarang waktu. Nyatanya fanatisme itu muncul secara berserakan
dan berbeda-beda sebabnya.
3. Teori lain menyebutkan bahwa fanatisme berakar dari tabiat agressi
seperti yang dimaksud oleh Freud ketika ia menyebut instink Eros dan
Tanatos.
4. Ada teori lain yang lebih masuk akal yaitu bahwa fanatisme itu berakar
pada pengalaman hidup secara aktual. Pengalaman kegagalan dan
frustrasi terutama pada masa kanak-kanak dapat menumbuhkan tingkat
emosi yang menyerupai dendam dan agressi kepada kesuksesan, dan
kesuksesan itu kemudian dipersonifikasi menjadi orang lain yang sukses.
Seseorang yang selalu gagal terkadang merasa tidak disukai oleh orang
lain yang sukses. Perasaan itu kemudian berkembang menjadi merasa
terancam oleh orang sukses yang akan menghancurkan dirinya.
2.3 Kefanatikan Terhadap Idola
Idola adalah seseorang yang bisa menjadi inspirasi dan sumber ilham bagi
penggemarnya. Seseorang yang ngefans Big Bang, misalnya, di kala ia
merasa tak bergairah, ia mungkin akan memutar lagu boyband
kesayangannya itu sebagai suntikan semangat. Meski sepintas terkesan
5
sepele, namun keberadaan seorang idola bisa saja memberi pengaruh yang
sangat besar bagi kehidupan penggemarnya.
Sayangnya, keberadaan seorang idola pun bisa menjadi “ancaman” bagi
perkembangan psikis penggemarnya, yakni tatkala penggemar tersebut
merasa sudah menjadi “bagian” dari kehidupan pribadi sang idola. Bahkan,
merasa memiliki “kontak batin” dengan idola tersebut sehingga ketika
idolanya disenggol sedikit, semisal oleh artikel di media, ia akan mati-matian
membelanya dengan 1001 dalih.
Sebuah Artikel di situs Internet menyebutkan bahwa sifat fanatic yang
berlebihan kepada sosok idola dapat pula berarti “Memberhalakan” idolanya
dalam sisi yang tak di sadari. Karena dengan memuja idola dalam kurva yang
tinggi dapat berarti memuja.
Kebanyakan opini opini menyebutkan bahwa kefanatikan hanya terjadi
pada masa remaja saja. Namun presepsi itu sedikit melenceng, karena pada
jaman modern seperti sekarang para orang dewasa sekalipun sangat lumrah
dengan tingkah para remaja labil yang begitu mengelu- elukan idola mereka.
Namun, terdapat kata ‘aneh’ jikalau para orang dewasa yang mempunyai
sikap fanatik itu.
2.4 Dampak Idola Terhadap Kehidupan
a. Dampak Positif:
1. Seseorang dapat meniru perilaku atau hal-hal positif dari idola
mereka.
2. Sebagai motivator dalam menjalani hidup.
3. Secara tidak langsung sebagai inspirasi atas segala hal remaja
lakukan.
4. Sebagai pencerah penatap cahaya masa depan, untuk mencapai
sebuah cita-cita yang besar.
b. Dampak Negatif:
1. Fanatisme terhadap Idola yang berlebihan yang berakibat pada
keyakinan yang berlebihan melebihi keyakinan tehadap Tuhannya.
2. Seseorang dapat pula meniru perilaku negatif dari idolanya.
6
3. Seseorang akan menganggap Idola yang lain adalah salah dan
Idolanyalah yang paling benar, yang mengakibatkan perpecahan dan
pertengkaran antara remaja.
2.5 Klien dan Konselor Perilaku Fanatik
Pada umumnya orang yang memiliki pandangan fanatik merasa tidak
membutuhkan nasehat dari orang lain selain sesama (in group) mereka.
Oleh karena itu konselorlah yang harus aktif berusaha mendekati
klien. Yang dapat dilakukan oleh seorang konselor terhadap klien
fanatik antara lain :
1) Mengajak berfikir rationil. Pada umumnya orang fanatik tidak
rationil dalam memandang masalah yang diyakininya benar. Jika ia
dapat kembali berfikir rationil dalam bidang yang diyakini itu maka
secara otomatis sikap fanatiknya akan mencair.
2) Menunjukkan contoh-contoh yang pernah terjadi akibat dari
perilaku fanatik. Pada umumnya perilaku fanatik berakhir dengan
kekacauan, kegagalan atau bahkan penjara. Orang yang telah sadar
dari kekeliruannya berpandangan fanatik biasanya kemudian
mentertawakan diri sendiri atas kepicikannya di masa lalu.
Sedangkan konselor perilaku fanatik disamping harus memiliki wawasan
konseling, secara khusus ia harus memiliki pengalaman yang luas
sehingga ia tidak menggurui tetapi menggelitik cara berfikir klien
yang tidak rationil itu.
2.6 Hubungan Fanatisme dengan Kesehatan Jiwa
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa fanatisme dipandang
sebagai bentuk solidaritas terhadap orang-orang yang sefaham, dan tidak
menyukai kepada orang yang berbeda. Ketidaksukaan itu tidak berdasar
argumen logis, tetapi sekedar tidak suka kepada apa yang tidak disukai
[dislike of the unlike]. Sikap fanatik itu menyerupai bias dimana seseorang
7
tidak dapat lagi melihat masalah secara jernih dan logis, disebabkan karena
adanya kerusakan dalam sistem persepsi [distorsion of cognition].
Secara psikologis, seseorang yang fanatik biasanya tidak mampu
memahami apa-apa yang ada di luar dirinya, tidak faham terhadap masalah
orang atau kelompok lain, tidak mengerti faham atau filsafat selain yang
mereka yakini. Tanda-tanda yang jelas dari sifat fanatik adalah ketidak
mampuan memahami karakteristik individual orang lain yang berada diluar
kelompoknya, benar atau salah.
Kefanatikan terhadap idola dapat mempengaruhi perilaku seseorang dan
memiliki dampak positif ataupun negatif terhadap kehidupan orang tersebut.
Seorang fanatik cenderung meniru perilaku idolanya dan menganggap
idolanya selalu benar. Jika ada orang yang mengatakan keburukan dari
idolanya baik di dunia maya maupun nyata, maka mereka akan membela
idolanya tersebut mati-matian dan sampai menimbulkan pertengkaran.
Mereka bahkan bisa bertengkar dengan teman hanya karena sang idola. Fans
yang fanatik mau melakukan apapun demi sang idola. Mereka bahkan
melakukan hal yang merugikan dirinya sendiri, orang lain, dan bahkan
idolanya sendiri. Disebuah artikel yang pernah saya baca disebutkan bahwa
seorang fans berencana menembak idolanya hanya untuk mendapat perhatian
dari idolanya tersebut.
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa, fanatisme sangat berpengaruh
terhadap perilaku, kehidupan, dan kesehatan jiwa seseorang.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kata fanatik pada dasarnya digunakan untuk menyatakan kondisi
kepercayaan seseorang yang sangat kuat terhadap suatu pikiran atau faham.
Pikiran atau faham tersebut dapat saja bersumber dari sebuah agama, budaya
atau ajaran seseorang. Kepercayaan yang sangat kuat itu menumbuhkan
keyakinan yang kokoh yang sulit dirubah.
Fanatik adalah sifat yang labil dan banyak di tunjukan oleh remaja-remaja
di dunia maupun di Indonesia pada era globalisasi tingkat tinggi ini. Tak
ayalnya seorang dewasa pun melakukan kegiatan demikian.
Fanatisme juga dapat memiliki dampak positif dan negatif bagi kehidupan
seseorang. Seorang yang fanatik menganggap seseorang yang diidolakannya
selalu benar. Jika sikap fanatiknya itu berdampak negatif, maka tentu akan
merugikan dirinya sendiri dan orang lain.
3.2 Saran
Dalam ilmu kejiwaan menjelaskan, sikap fanatik merupakan sifat natural
manusia. Tetapi, kita harus bisa mengontrol perilaku tersebut agar tidak
merugikan. Dan kita seharusnya tidak boleh mengidolakan seseorang secara
berlebihan, apalagi sampai membahayakan diri sendiri dan orang lain.
9