fanatisme

14
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fanatisme adalah suatu keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu, yang positif atau yang negatif, pandangan yang tidak memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah. Fanatisme biasanya tidak rasional, oleh karena itu argumen rasionalpun susah digunakan untuk meluruskannya. Jalan fikiran orang fanatik itu bermula dari perasaan bahwa orang lain tidak menyukai dirinya, dan bahkan mengancam eksistensi dirinya. Perasaan ini berkembang sedemikian rupa sehinga ia menjadi frustrasi. Frustrasi menumbuhkan rasa takut dan tidak percaya kepada orang lain. Selanjutnya perasaan itu berkembang menjadi rasa benci kepada orang lain. Sebagai orang yang merasa terancam maka secara psikologis ia terdorong untuk membela diri dari ancaman, dan dengan 1

Upload: silvia-roza

Post on 20-Oct-2015

350 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

fanatisme

TRANSCRIPT

Page 1: fanatisme

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fanatisme adalah suatu keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu,

yang positif atau yang negatif, pandangan yang tidak memiliki sandaran teori

atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mendalam sehingga susah

diluruskan atau diubah. Fanatisme biasanya tidak rasional, oleh karena itu

argumen rasionalpun susah digunakan untuk meluruskannya.

Jalan fikiran orang fanatik itu bermula dari perasaan bahwa orang

lain tidak menyukai dirinya, dan bahkan mengancam eksistensi

dirinya. Perasaan ini berkembang sedemikian rupa sehinga ia menjadi

frustrasi. Frustrasi menumbuhkan rasa takut dan tidak percaya kepada

orang lain. Selanjutnya perasaan itu berkembang menjadi rasa benci

kepada orang lain. Sebagai orang yang merasa terancam maka secara

psikologis ia terdorong untuk membela diri dari ancaman, dan dengan

prinsip lebih baik menyerang lebih dahulu daripada diserang, maka

orang itu menjadi agressif. 

Fans atau penggemar merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan

dengan apa yang dinamakan selebritis. Fans menjadi sebuah energi

penyemangat tersendiri bagi para selebritis. Fans sejati atau fanatik terkadang

tidak segan-segan untuk berkorban demi idolanya. Fanatic atau mengagumi

seseorang secara berlebihan, perilakunya pasti berlebihan pula.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa itu fanatisme?

1.2.2 Apa saja dampak yang ditimbulkan akibat dari kefanatikan terhadap

idola?

1.2.3 Apa yang harus dilakukan konselor terhadap klien perilaku fanatik?

1.2.4 Apa hubungan fanatisme dengan kesehatan jiwa?

1

Page 2: fanatisme

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari fanatisme.

1.3.2 Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat dari kefanatikan

terhadap idola.

1.3.3 Untuk mengetahui hal yang harus dilakukan konselor terhadap klien

perilaku fanatik

1.3.4 Untuk mengetahui hubungan fanatisme dengan kesehatan jiwa.

2

Page 3: fanatisme

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Pengertian Fanatisme

Fanatisme adalah sebuah keadaan di mana seseorang atau kelompok yang

menganut sebuah paham, baik politik, agama, kebudayaan atau apapun saja

dengan cara berlebihan (membabi buta) sehingga berakibat kurang baik,

bahkan cenderung menimbulkan perseteruan dan konflik serius. (wikipedia)

Fanatisme atau fanatik adalah suatu keyakinan atau suatu pandangan

tentang sesuatu, yang positif atau yang negatif, pandangan yang tidak

memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara

mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah. Menurut definisinya,

Fanatisme biasanya tidak rasional atau keyakinan seseorang yang terlalu kuat

dan kurang menggunakan akal budi sehingga tidak menerima faham yang lain

dan bertujuan untuk mengejar sesuatu.

Fanatisme dipandang sebagai penyebab menguatnya perilaku kelompok

yang tidak jarang dapat menimbulkan perilaku agresi. Individu yang fanatik

akan cenderung kurang memperhatikan kesadaran sehingga seringkali

perilakunya kurang terkontrol dan tidak rasional.

Pengertian Fanatisme sendiri dapat disebut sebagai orientasi dan sentimen

yang mempengaruhi seseorang dalam :

a) berbuat sesuatu, menempuh sesuatu atau memberi sesuatu,

b) dalam berfikir dan memutuskan,

c) dalam mempersepsi dan memahami sesuatu, dan

d) dalam merasa secara psikologis, seseorang yang fanatik biasanya tidak

mampu memahami apa-apa yang ada di luar dirinya, tidak faham

terhadap masalah orang atau kelompok lain, tidak mengerti faham

atau filsafat selain yang mereka yakini.

Ciri-ciri yang jelas dari sifat fanatik adalah ketidakmampuan memahami

karakteristik individual orang lain yang berada diluar kelompoknya, benar

atau salah.

3

Page 4: fanatisme

Secara garis besar fanatisme mengambil bentuk :

a) fanatik warna kulit,

b) fanatik etnik/kesukuan, dan

c) fanatik klas sosial. Fanatik Agama sebenarnya bukan bersumber dari

agama itu sendiri, tetapi biasanya merupakan kepanjangan dari fanatik

etnik atau kelas sosial.

2.2 Analisis Terhadap Fanatisme

Fanatisme dapat dijumpai di setiap lapisan masyarakat, di negeri maju,

maupun di negeri terbelakang, pada kelompok intelektual maupun pada

kelompak awam, pada masyarakat beragama maupun pada masyarakat atheis.

Fanatisme menurut beberapa pendapat, yaitu :

1. Sebagian ahli ilmu jiwa mengatakan bahwa sikap fanatik itu merupakan

sifat natural (fitrah) manusia, dengan alasan bahwa pada lapisan

masyarakat manusia di manapun dapat dijumpai individu atau kelompok

yang memilki sikap fanatik. Dikatakan bahwa fanatisme itu merupakan

konsekuensi logis dari kemajemukan sosial atau heteroginitas dunia,

karena sikap fanatik tak mungkin timbul tanpa didahului perjumpaan dua

kelompok sosial.

Dalam kemajemukan itu manusia menemukan kenyataan ada orang

yang segolongan dan ada yang berada di luar golongannya.

Kemajemukan itu kemudian melahirkan pengelompokan “in group” dan

“out group”. Fanatisme dalam persepsi ini dipandang sebagai bentuk

solidaritas terhadap orang-orang yang sefaham, dan tidak menyukai

kepada orang yang berbeda. Ketidak sukaan itu tidak berdasar argumen

logis, tetapi sekedar tidak suka kepada apa yang tidak disukai (dislike of

the unlike). Sikap fanatik itu menyerupai bias dimana seseorang tidak

dapat lagi melihat masalah secara jernih dan logis, disebabkan karena

adanya kerusakan dalam sistem persepsi (distorsion of cognition).

Jika ditelusuri akar permasalahannya, fanatik - dalam arti cinta

buta kepada yang disukai dan antipati kepada yang tidak disukai - dapat

dihubungkan dengan perasaan cinta diri yang berlebihan (narcisisme),

4

Page 5: fanatisme

yakni bermula dari kagum diri, kemudian membanggakan kelebihan yang

ada pada dirinya atau kelompoknya, dan selanjutnya pada tingkatan

tertentu dapat berkembang menjadi rasa tidak suka, kemudian menjadi

benci kepada orang lain, atau orang yang berbeda dengan mereka. Sifat

ini merupakan perwujudan dari egoisme yang sempit.

2. Pendapat kedua mengatakan bahwa fanatisme bukan fitrah manusia,

tetapi merupakan hal yang dapat direkayasa. Alasan dari pendapat ini

ialah bahwa anak-anak, dimanapun dapat bergaul akrab dengan sesama

anak-anak, tanpa membedakan warna kulit ataupun agama. Anak-anak

dari berbagai jenis bangsa dapat bergaul akrab secara alami sebelum

ditanamkan suatu pandangan oleh orang tuanya atau masyarakatnya.

Seandainya fanatik itu merupakan bawaan manusia, pasti secara

serempak dapat dijumpai gejala fanatik di sembarang tempat dan

disembarang waktu. Nyatanya fanatisme itu muncul secara berserakan

dan berbeda-beda sebabnya.

3. Teori lain menyebutkan bahwa fanatisme berakar dari tabiat agressi

seperti yang dimaksud oleh Freud ketika ia menyebut instink Eros dan

Tanatos.

4. Ada teori lain yang lebih masuk akal yaitu bahwa fanatisme itu berakar

pada pengalaman hidup secara aktual. Pengalaman kegagalan dan

frustrasi terutama pada masa kanak-kanak dapat menumbuhkan tingkat

emosi yang menyerupai dendam dan agressi kepada kesuksesan, dan

kesuksesan itu kemudian dipersonifikasi menjadi orang lain yang sukses.

Seseorang yang selalu gagal terkadang merasa tidak disukai oleh orang

lain yang sukses. Perasaan itu kemudian berkembang menjadi merasa

terancam oleh orang sukses yang akan menghancurkan dirinya.

2.3 Kefanatikan Terhadap Idola

Idola adalah seseorang yang bisa menjadi inspirasi dan sumber ilham bagi

penggemarnya. Seseorang yang ngefans Big Bang, misalnya, di kala ia

merasa tak bergairah, ia mungkin akan memutar lagu boyband

kesayangannya itu sebagai suntikan semangat. Meski sepintas terkesan

5

Page 6: fanatisme

sepele, namun keberadaan seorang idola bisa saja memberi pengaruh yang

sangat besar bagi kehidupan penggemarnya.

Sayangnya, keberadaan seorang idola pun bisa menjadi “ancaman” bagi

perkembangan psikis penggemarnya, yakni tatkala penggemar tersebut

merasa sudah menjadi “bagian” dari kehidupan pribadi sang idola. Bahkan,

merasa memiliki “kontak batin” dengan idola tersebut sehingga ketika

idolanya disenggol sedikit, semisal oleh artikel di media, ia akan mati-matian

membelanya dengan 1001 dalih.

Sebuah Artikel di situs Internet menyebutkan bahwa sifat fanatic yang

berlebihan kepada sosok idola dapat pula berarti “Memberhalakan” idolanya

dalam sisi yang tak di sadari. Karena dengan memuja idola dalam kurva yang

tinggi dapat berarti memuja.

Kebanyakan opini opini menyebutkan bahwa kefanatikan hanya terjadi

pada masa remaja saja. Namun presepsi itu sedikit melenceng, karena pada

jaman modern seperti sekarang para orang dewasa sekalipun sangat lumrah

dengan tingkah para remaja labil yang begitu mengelu- elukan idola mereka.

Namun, terdapat kata ‘aneh’ jikalau para orang dewasa yang mempunyai

sikap fanatik itu.

2.4 Dampak Idola Terhadap Kehidupan

a. Dampak Positif:

1. Seseorang dapat meniru perilaku atau hal-hal positif dari idola

mereka.

2. Sebagai motivator dalam menjalani hidup.

3. Secara tidak langsung sebagai inspirasi atas segala hal remaja

lakukan.

4. Sebagai pencerah penatap cahaya masa depan, untuk mencapai

sebuah cita-cita yang besar.

b. Dampak Negatif:

1. Fanatisme terhadap Idola yang berlebihan yang berakibat pada

keyakinan yang berlebihan melebihi keyakinan tehadap Tuhannya.

2. Seseorang dapat pula meniru perilaku negatif dari idolanya.

6

Page 7: fanatisme

3. Seseorang akan menganggap Idola yang lain adalah salah dan

Idolanyalah yang paling benar, yang mengakibatkan perpecahan dan

pertengkaran antara remaja.

2.5 Klien dan Konselor Perilaku Fanatik

Pada umumnya orang yang memiliki pandangan fanatik merasa tidak

membutuhkan nasehat dari orang lain selain sesama (in group) mereka.

Oleh karena itu konselorlah yang harus aktif berusaha mendekati

klien. Yang dapat dilakukan oleh seorang konselor terhadap klien

fanatik antara lain :

1) Mengajak berfikir rationil. Pada umumnya orang fanatik tidak

rationil dalam memandang masalah yang diyakininya benar. Jika ia

dapat kembali berfikir rationil dalam bidang yang diyakini itu maka

secara otomatis sikap fanatiknya akan mencair.

2) Menunjukkan contoh-contoh yang pernah terjadi akibat dari

perilaku fanatik. Pada umumnya perilaku fanatik berakhir dengan

kekacauan, kegagalan atau bahkan penjara. Orang yang telah sadar

dari kekeliruannya berpandangan fanatik biasanya kemudian

mentertawakan diri sendiri atas kepicikannya di masa lalu.

Sedangkan konselor perilaku fanatik disamping harus memiliki wawasan

konseling, secara khusus ia harus memiliki pengalaman yang luas

sehingga ia tidak menggurui tetapi menggelitik cara berfikir klien

yang tidak rationil itu.

2.6 Hubungan Fanatisme dengan Kesehatan Jiwa

Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa fanatisme dipandang

sebagai bentuk solidaritas terhadap orang-orang yang sefaham, dan tidak

menyukai kepada orang yang berbeda. Ketidaksukaan itu tidak berdasar

argumen logis, tetapi sekedar tidak suka kepada apa yang tidak disukai

[dislike of the unlike]. Sikap fanatik itu menyerupai bias dimana seseorang

7

Page 8: fanatisme

tidak dapat lagi melihat masalah secara jernih dan logis, disebabkan karena

adanya kerusakan dalam sistem persepsi [distorsion of cognition].

Secara psikologis, seseorang yang fanatik biasanya tidak mampu

memahami apa-apa yang ada di luar dirinya, tidak faham terhadap masalah

orang atau kelompok lain, tidak mengerti faham atau filsafat selain yang

mereka yakini. Tanda-tanda yang jelas dari sifat fanatik adalah ketidak

mampuan memahami karakteristik individual orang lain yang berada diluar

kelompoknya, benar atau salah.

Kefanatikan terhadap idola dapat mempengaruhi perilaku seseorang dan

memiliki dampak positif ataupun negatif terhadap kehidupan orang tersebut.

Seorang fanatik cenderung meniru perilaku idolanya dan menganggap

idolanya selalu benar. Jika ada orang yang mengatakan keburukan dari

idolanya baik di dunia maya maupun nyata, maka mereka akan membela

idolanya tersebut mati-matian dan sampai menimbulkan pertengkaran.

Mereka bahkan bisa bertengkar dengan teman hanya karena sang idola. Fans

yang fanatik mau melakukan apapun demi sang idola. Mereka bahkan

melakukan hal yang merugikan dirinya sendiri, orang lain, dan bahkan

idolanya sendiri. Disebuah artikel yang pernah saya baca disebutkan bahwa

seorang fans berencana menembak idolanya hanya untuk mendapat perhatian

dari idolanya tersebut.

Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa, fanatisme sangat berpengaruh

terhadap perilaku, kehidupan, dan kesehatan jiwa seseorang.

8

Page 9: fanatisme

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kata fanatik pada dasarnya  digunakan untuk menyatakan kondisi

kepercayaan seseorang   yang sangat kuat terhadap suatu pikiran atau faham.

Pikiran atau faham tersebut dapat saja bersumber dari sebuah agama, budaya

atau ajaran seseorang. Kepercayaan yang sangat kuat itu menumbuhkan

keyakinan yang kokoh yang sulit dirubah.

Fanatik adalah sifat yang labil dan banyak di tunjukan oleh remaja-remaja

di dunia maupun di Indonesia pada era globalisasi tingkat tinggi ini. Tak

ayalnya seorang dewasa pun melakukan kegiatan demikian.

Fanatisme juga dapat memiliki dampak positif dan negatif bagi kehidupan

seseorang. Seorang yang fanatik menganggap seseorang yang diidolakannya

selalu benar. Jika sikap fanatiknya itu berdampak negatif, maka tentu akan

merugikan dirinya sendiri dan orang lain.

3.2 Saran

Dalam ilmu kejiwaan menjelaskan, sikap fanatik merupakan sifat natural

manusia. Tetapi, kita harus bisa mengontrol perilaku tersebut agar tidak

merugikan. Dan kita seharusnya tidak boleh mengidolakan seseorang secara

berlebihan, apalagi sampai membahayakan diri sendiri dan orang lain.

9