family folder karawang
DESCRIPTION
ikmTRANSCRIPT
MAKALAH KUNJUNGAN RUMAH
FAMILY FOLDERDI PUSKESMAS TIRTAJAYA KABUPATEN KARAWANG
Oleh:
Angela Mamporok
10-2014-342
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta, Juni 2016
1
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang1
Air limbah merupakan air buangan yang berasal dari rumah tangga seperti sisa kegiatan
mencuci, kamar mandi dan dapur termasuk tinja manusia dari lingkungan permukiman.
Jumlah penduduk di Indonesia tumbuh dengan sangat cepat sehingga menimbulkan dampak
yang serius terhadap penurunan daya dukung lingkungan. Antara dampak yang harus
ditangani dengan cepat adalah pengelolaan air limbah. Hal ini karena, peningkatan jumlah
penduduk akan meningkatkan konsumsi pemakaian air minum/bersih yang berdampak pada
peningkatan jumlah air limbah.
Pembuangan air limbah tanpa melalui proses pengolahan akan mengakibatkan terjadinya
pencemaran lingkungan, khususnya terjadinya pencemaran pada sumber-sumber air baku
untuk air minum, baik air permukaan maupun air tanah. Setiap rumah hendaknya mempunyai
sarana pengolahan air limbah (SPAL) Rumah Tangga (RT) yang memenuhi persyaratan
kesehatan. Dewasa ini, banyak RT yang tidak dilengkapi dengan sarana pembuangan air
limbah yang memenuhi persyaratan kesehatan.
1.2 Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai penyakit yang bisa
timbul akibat dari SPAL yang tidak ada atau tidak memenuhi syarat kesehatan. Penyakit
menular paling sering terjadi lewat air dan makanan. Oleh itu, makala ini akan menjelaskan
kepentingan dari SPAL dan penyakit yang bisa dicegah dengan ada nya SPAL yang benar.
1.3 Tujuan
Dengan melakukan kegiatan kunjungan langsung kepada pasien puskesmas, diharapkan
dapat menambah wawasan mengenai kepentingan SPAL yang masih belum mencapai target
di wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya, Kabupaten Karawang. Dengan mengetahui kondisi
rumah dan SPAL di lapangan, diharapkan menambah pengetahuan yang lebih baik mengenai
kepentingan SPAL.
1.4 Sasaran
2
Sasaran yang kita tuju adalah “rumah” yang merupakan diketahui belum mempunyai
SPAL sesuai dengan syarat kesehatan dan anggota keluarga yang tinggal di dalam rumah
tersebut yang harus kita berikan edukasi tentang fungsi dan kepentingan serta pembinaan
SPAL sesuai dengan syarat kesehatan.
3
BAB II
ISI
2.1 MateriSarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) meruapakan salah satu cara untuk mengelola
air limbah. Spal bisa berupa pipa atau pun selainnya yang dipergunakan untuk membantu air
buangan dari sumbernya sampai ke tempat pengelolaan atau ke tempat pembuangan.2 SPAL
yang sering dibina di kawasan desa adalah SPAL sederhana.
2.2 Metode Metode yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data ini adalah dengan
melakukan kunjungan langsung ke rumah pasien dengan mendapat alamat dan data dasar dari
Puskesmas Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang.
2.3 Kerangka Teori2.3.1 Syarat SPAL sederhana yang baik3
a) Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari jamban
b) Tidak boleh menjadi tempat perindukan vektor
c) Tidak boleh menimbulkan bau
d) Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan kecelakaan
e) Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur resapan.
2.3.2 Cara Pembuatan SPAL2
2.3.2.1 Metode I
2.3.2.1.1 Bahan
a) Bak ½ bis
b) Batu bata
c) Pasir
d) Semen
e) Batu koral
f) Pralon leher angsa
g) Pasir
4
2.3.2.1.2 Alat
a) Gergaji
b) Cetok (sendok semen)
c) Cangkul
d) Parang
e) Besi runcing (linggis)
f) Ember
g) Skop
h) Meteran
2.3.2.1.3 Proses pembuatan
Saluran air limbah bisa dibuat dari pasangan bak bis yang dibagi 2 (tengahan) atau dapat
juga dari pasangan batu bata dengan pasangan semen dan pasir. Kemudian, dibuat bak
penampung air limbah dan bak peresapan yang diisi batu bata dan koral. Batas antara bak air
limbah dan bak peresapan harus diberi saluran. Pada bagian atas diberi tutup yang dapat
dibuat dari bambu. Saluran antara tempat pencucian ke bak air limbah sebaiknya agak ada
kemiringan, sehingga air akan lancar mengalir.
Gambar 1. Bak Penampung Air Bekas2
5
Gambar 2. Saluran Air Bekas ke Bak2
2.3.2.1.4 Pemeliharaan
Perlu dibersihkan setiap hari terutama pada saluran yang terbuka dan pada bak kontrol.
Jangan memasukkan buangan berupa benda padat seperti kertas, kain, plastic, dan
sebagainya.
2.3.2.1.5 Keuntungan dan Kerugian
Keuntungannya adalah mudah dibuat, sederhana dan bahan-bahan serta alat-alat mudah
didapat. Kerugiannya adalah kadang-kadang baunya masih terasa karena SPAL nya jenis
yang terbuka sehingga bisa mengganggu lingkungan sekitarnya.
2.3.2.2 Metode II
2.3.2.2.1 Bahan
a) Drum
b) Koral
c) Kayu
d) Ijuk
e) Pipa pralon
6
2.3.2.2.2 Alat
a) Palu
b) Besi runcing
c) Cangkul
d) Parang
e) Gergaji
2.3.2.2.3 Proses pembuatan
Pertama sekali, drum harus dilubangi dengan garis tengah 1 cm, jarak antara lubang 10
cm. Pembuatan lubang di luar dapur dengan ukuran panjang, lebar dan dalam masing-masing
110 cm. Di dasar lubang diberi koral/ijuk setebal 20 cm dan drum dimasukkan ke dalam
lobang tersebut. Sela-sela drum diselingi dengan koral/ijuk. Kemudian dibuat saluran air
limbah ukuran ½ bis, atau dari pasangan batu bata. Drum ditutup dengan kayu/bambu atau
kalau ingin lebih tahan lama dicor dengan campuran semen dan pasir yang diberi penguat
besi.
Gambar 3. Drum yang Dilubangi2
7
Gambar 4. Pembuatan Lubang2
Gambar 5. Drum di dalam Lubang Bangunan2
8
Gambar 6. Tutup Bak Penampung2
2.3.2.2.4 Pemeliharaan
Jangan memasukkan buangan berupa benda padat seperti kertas, kain, plastik dan
sebagainya.
2.3.2.2.5 Keuntungan dan Kerugian
Keuntungannya adalah mudah dibuat dengan bahan yang tidak mahal dan merupakan
pemanfaatan bahan-bahan bekas.
Kerugiannya pula, air yang meresap ke tanah akan mempengaruhi air tanah di sekitarnya
apabila struktur tanah merupakan tanah liat yang berbongkah-bongkah pada waktu musim
kemarau, serta jaraknya kurang diperhatikan dengan sumur bersih, kadang bisa terlalu dekat.
2.3.2.3 Metode III
2.3.2.3.1 Bahan
a) Besi beton ½-25 cm
b) Batu bata
c) Kerikil
d) Semen
e) Pasir
2.3.2.3.2 Alat
a) Gergaji
b) Cetok
c) Cangkul
d) Skop
e) Parang
9
f) Ember
g) Besi runcing
h) Meteran
2.3.2.3.3 Proses pembuatan
Tempat mandi dan cuci dibuat dari batu bata, campuran semen dan pasir. Bak kontrol
dibuat terutama untuk saluran yang berbelok, karena pada saluran berbelok lama-lama terjadi
pengikisan ke samping sedikit demi sedikit, selain dari bisa terjadi suatu pengendapan
kotoran.
Selanjutnya, dibuat sumur resapan yang terbuat dari susunan batu bata kosong yang
diberi kerikil dan lapisan ijuk. Sumur resapan diberi kerikil dan pasir. Jarak antara sumur air
bersih ke sumur resapan minimum 10 meter agar air yang kotor tidak mencemari air bersih.
Gambar 7. Bak Saluran Bekas Mandi dan Cuci2
10
Gambar 8. Bak Saluran Bekas Mandi dan Cuci. Saluran air bekas mandi dan cuci : A : Kamar
mandi dan cuci B : Bak kontrol C : Bak resapan2
2.3.2.3.4 Pemeliharaan
Saluran setiap hari perlu dibersihkan dengan memakai alat sapu. Selain itu, jangan
membuang benda-benda padat seperti batu kerikil, kertas, kain, plastik dan barang-barang
lainnya. Semua resapan perlu sering dikontrol, agar bagian-bagian yang tersumbat bisa
dibersihkan.
2.3.2.3.5 Keuntungan dan Kerugian
Keuntungannya adalah pembuatannya mudah, bahan-bahan ada disekitar kita dan
konstruksinya sederhana.
Kerugiannya pula adalah pembuangan air kotor ini juga tergantung dari struktur lapisan
tanah. Tanah yang liat pada musim kemarau akan bongkah-bongkah hal ini mungkin
berpengaruh pada sumber air bersih. Untuk mengatasi hal ini agar jaraknya perlu lebih
diperpanjang lagi.
11
2.3.3 Penyakit akibat SPAL yang tidak memenuhi syarat kesehatan
2.3.3.1 Demam berdarah dengue4,5,6
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu masalah kesehatan yang endemis di
Indonesia. Kondisi ini diakibatkan oleh infeksi virus dengue, yang boleh menyebabkan fatal.
Sebelum seseorang terkena DBD, di dalam tubuhnya telah ada satu jenis serotipe virus
dengue yang timbul akibat dari serangan pertama. Biasanya serangan pertama ini
menyebabkan demam dengue. Pada demam dengue ini gejala penyakit yang ditimbulkan
hampir sama seperti demam berdarah yaitu demam tinggi mendadak, sakit kepala berat, nyeri
persendian dan otot, mual, dan muntah namun tidak terjadi perdarahan atau kebocoran
plasma.
Pada penderita DBD, gejalanya berupa demam yang muncul tiba–tiba, biasanya demam
berlangsung selama 2–7 hari. Penderita juga sering merasa mual, muntah, sakit kepala, nyeri
otot, nyeri persendian, nyeri tulang dan perut kembung. Semua gejala ini sulit dideteksi
karena gejalanya seperti infeksi akut. Pada demam berdarah ini, tanda yang paling khas
muncul saat penderitanya sudah memasuki keadaan yang cukup parah, yaitu adanya
pendarahan pada berbagai organ tubuh. Pendarah tersering berupa pendarahan kulit yang
dapat diperiksa dengan uji bendung. Sebagian besar penderita juga mengalami
trombositopenia dan hemokonsentrasi. Pada awal terjadinya demam, penderita menunjukan
adanya hepatomegali.
Tabel 1. Derajat DBD5
Derajat Keparahan
DBD
Gejala Klinis
I Panas badan selama 2-7 hari, gejala umum yang tidak khas
II Gejala seperti derajat I, disertai pendarahan spontan pada kulit seperti
ptekiae, ekimosis, epitaksis, hematemesis, melena, pendarahan gusi
dan sebagainya.
III Kegagalan sirkulasi darah, denyut nadi teraba lemah dan cepat (>120
kali per menit), tekanan nadi (<20mmHg)
IV Denyut nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur, denyut jantung
(>140 kali per menit), ujung jari kaki dan tangan terasa dingin, tubuh
berkeringat, kulit membiru, syok
12
Hal yang penting dilakukan adalah memutuskan rantai penularan, dengan pemberantasan
vektor. Tetapi karena vektor tersebar luas, untuk keberhasilan pemberantasan diperlukan total
covarage yang berarti meliputi seluruh wilayah agar nyamuk tak dapat berkembang biak lagi.
Ada dua cara pemberantasan vektor, yang pertama menggunakan insektisida. Yang lazim
dipakai pada program pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk
membunuh nyamuk dewasa dan temephos untuk membunuh jentik. Cara penggunaan
malathion adalah dengan pengasapan atau pengabutan (fogging). Namun, fogging hanya
membanteras nyamuk dewasa. Oleh itu harus dilakukan cara yang kedua yaitu pemberantesan
larva nyamuk.
Pembanterasan jentik dikenal sebagai pembanterasan sarang nyamuk (PSN). PSN
dilakukan dengan tiga cara, yaitu kimia, biologi dan fisik. Melalui cara kimia, dilakukan
abasitasi, yaitu pembanteran larva. Secara biologi, ikan pemakan jentik seperti ikan timah
dipelihara. Manakala secara fisik, dilakukan kegiatan 3M yaitu menguras, menutup dan
mengubur. Melalui cara ini, tempat penyimpanan air seperti bak mandi, tempayan dan
sebagainya dikuras dan ditutup. Barang bekas pula seperti ban dan kaleng ditanam bagi
mengelakkan pembiakan nyamuk. Pada SPAL yang terbuka dan bergenang, harus sering
dibersihkan untuk mengelak dari pembiakan nyamuk Aedes.
Aktivitas 3M juga harus dilakukan secara teratur bagi memastikan keberkesanannya.
Fogging juga harus dilakukan setidaknya dua kali dengan jarak waktu 10 hari di aderah yang
terkena wabah DBD. Masyarakat juga harus dididik agar menjaga kebersihan lingkungan
bagi memusnahkan tempat pembiakan.
Selain itu, pengendalian nyamuk bisa dilakukan dengan cara mengelakkan gigitan,
seperti memasang kawat kasa di lubang angin di atas pintu, penggunaan kelambu, insektisida
dan repellent.
2.3.3.2 Malaria4,6
Malaria disebabkan oleh sejenis parasit yang dikenal sebagai Plasmodium sp. Parasit ini
akan ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Parasit malaria
memiliki siklus hidup yang kompleks, untuk kelangsungan hidupnya parasit tersebut
membutuhkan host (tempatnya menumpang hidup) baik pada manusia maupun nyamuk, yaitu
nyamuk anopheles. Ada empat jenis spesies parasit malaria di dunia yang dapat menginfeksi
sel darah merah manusia, yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium
malariae dan Plasmodium ovale. Setiap spesies parasit malaria boleh menyebabkan jenis
parasit malaria yang berbeda.
13
Gejala malaria yang klasik (pasien di tempat non-endemic) terdiri dari tiga stadium
berurutan yang disebut trias malaria, yaitu stadium dingin, stadium demam dan stadium
berkeringat. Stadium dingin (cold stage) adalah Stadium yang berlangsung + 15 menit
sampai dengan 1 jam. Dimulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemeretak,
nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan
terkadang disertai muntah. Stadium demam (hot stage) adalah stadium yang berlangsung +
2 – 4 jam. Penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering, sakit kepala dan sering
kali muntah. Nadi menjadi kuat kembali, merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat
hingga 41oC atau lebih. Pada anak-anak, suhu tubuh yang sangat tinggi dapat menimbulkan
kejang-kejang. Stadium berkeringat (sweating stage) adalah stadium yang berlangsung + 2
– 4 jam. Penderita berkeringat sangat banyak. Suhu tubuh kembali turun, kadang-kadang
sampai di bawah normal. Setelah itu biasanya penderita beristirahat hingga tertidur. Setelah
bangun tidur penderita merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain sehingga dapat kembali
melakukan kegiatan sehari-hari.
Pencegahan dari gigitan nyamuk dengan Long Lasting Insecticide Treated Net (LLITN)
atau Insecticide Treated Net (ITN). Selain itu, membunuh jentik disarang-sarang nyamuk
dengan Larvasida: BTI dan Altosid. Dapat juga dilakukan penyemprotan dinding rumah atau
tenda dengan Insektisida Etofenprox, Lamda-sihalotrine dan Bendiocarb. Selanjutnya,
memasang tirai di pintu dan jendela, memasang kawat nyamuk, mengoleskan obat anti
nyamuk di kulit dan mengenakan pakaian yang menutupi tubuh sehingga mengurangi daerah
tubuh yang digigit nyamuk. Cara pencegahan hampir sama dengan DBD karena vektor yang
sama yaitu nyamuk, namun dengan spesies yang berbeda.
2.3.3.3 Filariasis4
Penyakit Kaki Gajah atau Filariasis adalah golongan penyakit menular yang disebabkan
oleh cacing Filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Setelah tergigit nyamuk,
parasit (larva) akan menjalar dan ketika sampai pada jaringan sistem limfe.
Penyakit ini bersifat menahun dan bila tidak mendapatkan pengobatan, dapat
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik
perempuan maupun laki-laki. Penyakit Kaki Gajah bukanlah penyakit yang mematikan,
namun bagi penderita mungkin menjadi sesuatu yang dirasakan memalukan bahkan dapat
mengganggu aktifitas sehari-hari. Penyakit Kaki Gajah umumnya banyak terdapat pada
wilayah tropis.
Gejala klinisnya adalah, pada stadium akut ditandai dengan serangan demam dan
14
gejala peradangan saluran dan kelenjar limfe, yang hilang timbul berulang kali. Limfadenitis
biasanya mengenai kelenjar limfe inguinal di satu sisi dan peradangan ini sering timbul
setelah penderita bekerja berat di ladang atau sawah. Kadang-kadang peradangan pada
kelenjar limfe ini menjalar ke bawah, mengenai saluran limfe dan menimbulkan limfangitis
retrograd, yang bersifat khas untuk filariasis. Peradangan pada saluran limfe ini dapat
menjalar ke daerah sekitarnya dan menimbulkan infiltrasi pada seluruh paha atas. Pada
stadium ini, tungkai bawah biasanya ikut membengkak dan menimbulkan gejala limfedema.
Limfadenitis dapat pula berkembang menjadi bisul, pecah menjadi ulkus. Ulkus pada pangkal
paha ini, bila sembuh meninggalkan bekas sebagai jaringan parut dan tanda ini merupakan
salah satu gejala obyektif filariasis limfatik. Stadium akut ini lambat laun akan beralih ke
stadium menahun dengan gejala-gejala hidrokel, kiluria, limfedema, dan elephantiasis.
Disebabkan penyebab filariasis adalah nyamuk, jadi pencegahan yang paling penting
adalah memutuskan rantai penularan dengan cara yang sama seperti DBD dan malaria yaitu
dengan cara berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk vector, dan melakukan 3M
dengan membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan
nyamuk, menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat
perindukan nyamuk.
15
Data dan Pembahasan
Puskesmas: Puskesmas Kecamatan Tirtajaya – Kabupaten Karawang
I. Identitas Pasien
a. Nama : Nurapiah
b. Umur : 17 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
e. Pendidikan : SMP (tamat)
f. Alamat : Ds.Medan Karya, RT/RW: 07/02
g. Telepon : tidak punya
II. Riwayat Biologis Keluarga
a. Keadaan Kesehatan sekarang : Baik
Keadaan kesehatan dikatakan baik karena cuma 1 dari 3 orang anggota keluarga
yang sakit dan keluhan berkurang setelah berobat.
b. Kebersihan Perorangan : Kurang Baik
Kebersihan pasien dikatakan kurang baik karena yang terlihat dari hygiene
rambut, tangan dan kaki tampak kurang bersih. Gigi geligi dan pakaian yang
digunakan masih tampak bersih.
c. Keluhan yang diderita : demam berterusan selama 4 hari, batuk tanpa dahak,
nyeri otot dan timbul bintik merah di lengan.
d. Penyakit keturunan : tidak ada
e. Penyakit kronis/menular : tidak ada
f. Kecacatan anggota keluarga : tidak ada
g. Pola Makan : Baik
Pola makan pasien dapat dikatakan baik karena menurut pengakuan pasien, pasien
mendapat makanan dengan gizi yang lengkap yaitu karbohidrat, protein dan
mineral dan sedikit lemak dan makan secara teratur.
h. Pola istirahat : Baik
Pola istirahat pasien dikatakan baik karena pasien bisa tidur malam dan sehari
bisa tidur sekitar 8 jam.
i. Jumlah Anggota Keluarga : 3 orang
Terdiri dari pasien, ibu pasien dan kakak pasien.
16
III. Psikologis Keluarga
a. Kebiasaan buruk : kakak pasien seorang perokok bisa 5 batang rokok sehari.
b. Pengambil keputusan : pengambil keputusan adalah ibu pasien, karena ayah
pasien sudah tidak ada.
c. Ketergantungan obat : tidak ada ketergantungan obat.
Keluarga tersebut hanya mengkonsumsi obat atas anjuran dari puskesmas atau
dokter praktik umum di sekitar rumah.
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan: ke rumah bidan di daerah tersebut atau ke
puskesmas.
e. Pola Rekreasi : Kurang
IV. Keadaan Rumah/Lingkungan
a.Jenis bangunan : Rumah permanen
b. Lantai rumah : Keramik
c.Luas rumah : ± 10 x 10 m
d. Penerangan : kurang
e.Kebersihan : cukup
Kebersihan rumah pasien dapat digolongkan ke cukup karena rumah pasien tidak terlalu
bersih. Selain itu, kursi, dinding, plafon dan horden rumah pasien agak berdebu dan
sedikit berantakan. Penerangan kurang karena rumah pasien cuma ada 3 jendela dari
tiap kamar yang ada namun jarang dibuka dan cahaya masuk dari pintu rumah atau dari
lubang di atap.
f. Ventilasi : sangat kurang
Ventilasi untuk keluar masuk cahaya dan udara sangat kurang.
g. Dapur : Ada
h. Jamban keluarga : Ada
i. Sumber Air minum : air sumur yang dimasak
j. Sumber Pencemaran air : ada.
Karena sumber air minum pasien dari sumur atau kali, maka kemungkinan ada
sumber pencemaran dari air minum keluarga.
k. Pemanfaatan pekarangan : tidak adaKarena rumah pasien berupa rumah
yang sangat kecil, maka pemanfaatan pekarangan pasien tidak ada.
l. Sistem pembuangan air limbah : Ada
m. Tempat pembuangan sampah : ada
n. Sanitasi lingkungan : sedang
17
V. Spiritual Keluarga
a. Kegiatan beribadah : baik
Dapat dikatakan baik, karena pasien yang beragama Islam, menjalankan sholat 5
waktu.
b. Keyakinan tentang Kesehatan: cukup
VI. Keadaan Sosial Keluarga
a. Tingkat pendidikan : Sedang karena tamatan SMP.
b. Hubungan anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan suami : Baik
d. Hubungan dengan orang lain : Baik
Karena pasien saling menengur sapa dengan tetangga bila berpapasan.
e. Kegiatan organisasi sosial : Kurang
Kurang, pasien baru pindah ke rumah ibu nya, yang sebelumnya tinggal bersama
dengan suami di tempat lain.
f. Keadaan ekonomi : Kurang
Keadaan ekonomi pasien terlihat kurang, karena pasien tidak bekerja sejak tinggal
dengan ibu nya.
VII. Kultural Keluarga
a. Adat yang berpengaruh : Sunda. Pasien dilahirkan dan dibesarkan bersama dengan
orang tuanya.
VIII. Daftar Anggota Keluarga
Nama Hubungan
dengan
pasien
Jenis
Kelamin
Keadaan
Kesehatan
Keadaan Gizi Penyebab
Kematian
Ibu Maemunah Ibu Perempuan Baik Baik -
Tuan Abdul Majid Kakak Laki-laki Baik Baik -
IX. Keluhan Utama : Pusing
X. Keluhan Tambahan : badan masih terasa lemas, mual
XI. Riwayat Penyakit Sekarang : Demam berdarah dengue
XII. Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada
18
XIII. Pemeriksaan Fisik
TD: 110/60
Nadi: 78
RR: 18
Suhu: 36,8o
XIV. Diagnosis Penyakit
WD: Demam berdarah dengue stadium 2
XV. Diagnosis Keluarga
Tidak ada
XVI. Anjuran penatalaksanaan penyakit :
a. Promotif :
- Jika demam masih berterusan setelah obat habis, periksa darah rutin.
b. Preventif :
- Mengelak dari di gigit nyamuk dengan memakai kelambu kalau tidur.
- memberanteras jentik dengan melaksanakan 3M
c. Kuratif :
- Obat simptomatis : Parasetamol (jika demam masih ada)
d. Rehabilitatif :
- Edukasi (tentang penyakit, gejala penyakit, cara menangani dan cara pencegahan)
- Nutrisi dengan gizi yang lengkap untuk membantu pemulihan sistem imun tubuh.
XVII. Prognosis:- Penyakit :
Prognosis penyakit DBD pasien dapat dikatakan ad bonam karena tanda-tanda vital
pasien masih dalam batas normal dan pada pemeriksaan darah di puskesmas, hasil
darah rutin masih dalambatas normal.
- Keluarga : kondisi kesehatan anggota keluarga yang lain dalam keadaan baik.
- Masyarakat : Ad malam, karena penyakit menular.
19
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Dari hasil kunjungan ke rumah pasien (Ibu Nurapiah) di Desa Medankarya, Kecamatan
Tirtajaya, pasien menderita penyakit Demam Berdarah Dengue stadium II dan dengan
melakukan pendekatan kedokteran keluarga diketahui tidak ada riwayat anggota keluarga
yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.
Dalam menegakkan diagnosis, pasien ini menjelaskan beberapa gejala yang membantu
dalam penegakkan diagnosis, seperti demam lebih dari 3 hari dan timbul bintik merah di
lengan. Namun karena pasien berobat ke puskesmas dengan cepat, maka pasien berhasil
mendapatkan pengobatan awal sebelum penyakit DBD ini masuk ke stadium yang lebih
berat.
3.2 Saran
Saran saya untuk pasien adalah menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan kegiatan
3M yaitu menguras, menutup dan mengubur. Selain itu, bisa mengelak dari digigit oleh
nyamuk dengan memakai kelambu saat tidur dan memakai repellant. Selanjutnya, pasien
harus segera ke puskesmas untuk periksa ulang darah rutin jika setelah 7 hari penyakit pasien
belum sembuh.
Saran untuk keluarga pasien juga sama, yaitu menjaga kebersihan lingkungan supaya
tidak membiarkan ada tempat pembiakan nyamuk. Selain itu, keluarga harus sentiasa
waspada pada kondisi pasien jika tiba-tiba terjadi perdarahan spontan seperti mimisan dan
segera membawa pasien berobat di IGD puskesmas jika hal seperti ini terjadi.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 16/PRT/M/2008 Tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang. Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman
Teknis Kesehatan Lingkungan. Karawang : Dinkes Kabupaten Karaang;2014.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2014 Tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
4. Nicholas JW, Joel GB. Harrison’s principles of internal medicine. 17 th ed. USA: The
McGraw-Hill Companies; 2008.
5. WHO: Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and dengue
haemorrhagic fever. New Delhi;2011.
6. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris N.S, Gandaputra E.P, Harmoniati EV.
Pedoman pelayanan medis IDAI. Jakarta; 2009.
21
LampiranBersama Ibu Nurapiah dan ibunya
22
23
Tampak di belakang Kamar pasien
24
Kamar mandi dengan jamban
25
Dapur
26
27