fal(ultas psikologi universitas islam syarif...
TRANSCRIPT
GAMBARAN STRES DAN COPING MAHASISWA YANG CUTI KULIAH FAKULTAS PSllKOLOGI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk memenuhi Syaratsyarat Memperoleh Gelar Sarjana Ps©kologi
Disusun Oleh :
IKHDAL KHUSNA Y AIN
103070028998
FAl(ULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEC~ERI
SYARIF HIDAYATULLA.H JAI<A.RTA
1429 HI 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJl,~N
Skripsi yang berjudul "GAMBARAN STRES DAN COPING MAHASISWA YANG CUTI KULIAH FAKULTAS PSIKOLOGI" TELAH DIUJIKAN DALAM SIDANG MUNAQASAH FAKUL TAS PSIKOLOGI Universita Islam Negeri Syarif Hldayatulla Jakarta Tanggal 27 Maret, 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjan Srata 1 (SI) Pada Fakultas Psikologi.
SIDANG MUNAQOSYAH
Dekan/ Ketua Me ngkap Anggota
J y
Penguji I
Pembimbing I
'] \ (c~y-
Anggota
Neneng Tati Hartati M.Si. Psi NIP:150 300 679
Jakarta, 27 Maret 2008.
Pembanbtu Dekan/ Sekretaris Merangkap Anggota
Penuji II
lkhwan Lutfi. M.~il \'\\?:ISO 3b 8 80_9
Pembimbing II
GAMBARAN STRES DAN COPING MAHASIS'WA YANG CUTI
KULIAH FAKULTAS PSIKOLOGI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Pembimbing I
Oleh:
IKHDAL HUSNAYAIN NIM: 103070028998
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing II
Neneng Tati Hartati. M.Si, Psi NIP. 150 300 679
Natris lnel ani. M.Si. Psi NIP. \
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1429 H/ 2008 M
MOTTO
Jangan liliat masa fampau tfengan penyesafan jangan pufa liliat masa &pan tfengan ~n, tapi liliattali selijtar awfa tfengan penuJi ~mn
(James '11iur6et)
9.f.usuli yang pa(ino 6er6aliaya di, atas aum'a ini atfafali pen~ut aan 6im6ang. <Teman ya119 pa(ino setia, lianyafali i§6emnian d"an i§yaJffnan yang teeufi
.. (jlntfmv Jacli§on)
S/{,ripsi ini saya persem6ali./(g,n teruntu/{,~ua Mang tilla saya aan Mang
orang yang mencintai aan menyayangi saya
KA TA PENGANTAR
Alhamdulilla hirobil a'lamin, puji syukur kehadira Allah SVi/T yang telah
menciptakan setiap rintangan dan cobaan dengan segala hikmah didalamnya
serta mengabulkan doa umat-Nya yang bersungguh, sehingga aral merintang
dalam menyusun skripsi ini harus terantuk dan terjatuh untuk kemudian
bangkit kembali hinggga akhimya skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan begitu saja tanp<1 bantuan dari
berbagaii pihak dalam proses penulisan. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih serta salam hormat penulis kepada:
1. Oekan Fakultas Psikologi lbu Ora. HJ. Neti Hartati, M.Si. Psi. beserta
seluruh staf dekan dan staf tata usaha Fakultas Psikologi yang telah
banyak membantu penulis dalam proses akademik.
2. Oosen pembimbing I, ibu Neneng Tati Sumiati M.Si.Psi. dan
pembimbing II, lbu Natris lndriyani M.si. yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis selama proses pembuatan skripsi ini.
3. Bapak dan lbu dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis
selam perkuliahan, terima kasih ilmunya.
4. Papah, mamah (Ors Tursilo susanto & Emi maryam) tercinta yang telah
membesarkan, mendidik penulis sejak kecil hingga saat inidengan
penuh kasih sayang dan selalu mendukung dan mernberi support serta
semangat yang tinggi kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Kakak dan adik-adikku: Ermala susilawati & Arafik Raum, terima kasih
sudah rnemberikan semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi.
Serta adik-adikku tersayang: Ufa, Uun, Shofa, Zila yang selalu
memotivasi penulis agar tidak malas-rnalasan dalam menyusun skripsi.
Kalian adalah salah satu semangatku untuk bangkit d!an semangat.
6. Buat yang special Ahmad Syuhada Asa, yang telah memberikan
motivasi baik dalam kehidupan penulis maupun motivasi dalam kuliah
dan menyelesaikan skripsi, tak henti-hentinya selalu memberikan
semangat, waktu, serta memberikan dorongan kepada penulis agar
dapat segera menyelesaikan skripsi.
7. Sahabat-sahabatku: ltha, Maya, Thika. Cindai, Kiki, .Ayi, Ramdan, Catur,
lyoez, Dhani, Bowo. Kalian adalah sahabat setiaku, setia dalam
memberi motivasi, memberi inspirasi baru dan tidak henti dalam
menunggu dan mengantar penulis keperpustakaan clan juga dalam
membantu mengetik skripsi penulis, terimakasih ya ....
8. Teman-teman Fakultas Psikologi khususnya kelas A angkatan 2003,
terima kasih karena kalian sudah saling mendukung satu sama lain
dalam menyusun skripsi.
9. keponakanku yang lucu dan pintar-pintar: Rizki & lrham yang selalu
menghibur saat penulis sedang bad mood, mudah-rnudahan kalian
menjadi akan yang sholeh patuh terhadap kedua orang tua dan agama.
Wassalam
Jakarta, maret 2008
Penulis
ABSTRAK
A. lkhdal Khusnayain B. Fakultas Psikologi C. Gambaran stres dan coping mahasiswa yang cuti kuliah fakultas psikologi D. 91 Halaman E. Mahasiswa adalah panggilan salah satu orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi, serta memiliki pemikiran intelektual dan juga mengabdikan kepada masyarakat. Salah satu persaratan untuk memperoleh gelar sarjana adalah mahasiswa harus menyelesaikan studinya dalam waktu yang telah ditetapkan pada universitas. Akan tetapi jika keinginan mahasiJ>wa untuk segera mendapatkan gelar sarjana tidak segera terpenuhi karena ada faktor penghalang seperti dihadapkan pada keadaan yang mengharuskannya untuk cuti kuliah, maka dapat meyebabkan stres pada mahasiswa tresebut. Dari lceadaan seperti ini, maka penulis merasa tertarik untuk meneneliti fenomena mahasiswa yang cuti kuliah karena faktor ekonomi keluarga yang sekarang banyak terjadi di masyarakat, dengan segala peran, fungsi dan kompetensi yang harus dijalankan dalam jangka melangsungkan hidup keluarga clan meneruskan studi serta mencari kerja. Dari ketertarikan tersebut muncul pertanyaan apakah mahasiswa tersebut mengalami stres pasca cuti kuliah, dan mencari kerja. Bagaimana cara mereka mengatasi stres yang men~ka alami (coping) dan apakah lingkungan keluarganya mempengaruhi dalam menyelesaikan masalah.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan diatas, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah dengan metode studi kasus, multiple case dan menggunakan instrumen wawancara dan observasi sebagai alat untuk mengumpulkan data, dan sampel yang menjadi subjek penelitian berjumlah tiga orang.
Hasil dari penelitian ini maka interpretasi data yang dapat JPenulis uraikan adalah bahwa pada dasarnya (mahasiswa) yang menjadi responden penelitian ini mengalami stres, baik stres karena cuti kuliah maupun stres karena kondisi keluarga, stres yang mereka alami sebagian besar disebabkan oleh faktor ekonomi keluarga yang tidak mampu untuk membiayai kuliah sampai akhir (selesai) dan stres yang bersumber dari lingkungan keluarga. Namun demikian mereka masih bisa melakukan upayaupaya atau tindakan (coping) dalam menghadapl stres yang mereka alami. Adapun dalam prosesnya, para responden melakukannya strategi coping
secara bertahap untuk mengatasi stres yang muncul sesuai dengan permasalahan yang mereka hadapi.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka penulis menyimpulkan bahwa ketiga subyek dalam penelitian ini mengalami stres. Baik stres karena diminta untuk memutuska untuk cuti kuliah maupun stres karena dituntut kerja oleh keluarganya. Faktor yang menjadi sumber stres diantaranya dipaksa untuk memutuskan cuti kuliah, dimita untuk mencari kerja, sehingga munculnya rasa bersalah karena merasa membebani keluarga, belurn mampu membantu adik-adik dan orangtuanya. Strategi coping yang digunakan oleh ketiga responden adalah problem focused coping dengfan jenis active coping dan planing. Emotion focused coping dengan jenis seeking social support for emosional reason dan turnng to religion. Dan coping maladaptif dengan jeni coping focusing and ventintg of emosional dan mental disengagement. Dari hasil penelitiah, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk kemajuan penelitian selanjutnya.
G. Referensi 21 (1978-2005), 16 Buku, 3 Skripsi, 2 Website
DAFTAR ISi
Halaman Juduls
Halaman Persetujuan .................................................................................. i
Halaman Pengesahan ................................................................................. ii
Motto ........................................................................................................... iii
Persembahan .............................................................................................. iv
Kata Pengantar ........................................................................................... v
Abstrak ........................................................................................................ vi
Daftar lsi ...................................................................................................... ix
Lampiran ..................................................................................................... xi
BAB1 PENDAHULUAN 1.1 . Latar Belakang Masalah ................................................ 1
1.2. ldentifikasi Masalah ....................................................... 6
1.3. Pembatasan dan Peruumusan Masalah ........ : ............... 7 1.3.1. Pembtasan Masalah ........................................... 7 1.3.2. Perumusan Masalah ........................................... 7
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... : ............................... 8 1.4.1. Tujuan Penelitian ................................................. 8 1.4.2. Manfaat Penelitian ............................................... 8
1.5. Sistematika Penulisan ................................................... 9
BAB2 KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Stres ............................................................ 11
2.1.1. Sumber-sumber Stres ......................................... 13 2.1.2. Fakto-fal<tor penyebab Stres ................................ 15 2.1.3. Jenis-jenisa dan Tanda-tanda Stres ................... 16
2.1.4. Tahapan Stres ..................................................... 18
2.2. Perilaku Coping ............................................................ 19
2.2.1. Definisi Coping ..................................................... 20 2.2.2. Janis dan Strategi Coping .................................... 21
2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Strategi Coping ....... 29
2.3. Mahasiswa ..................................................................... 32
2.3.1. Definisi Mahasiswa ............................................. 32
2.3.2. Mahasiswa yang Cuti Kuliah ................................ 34
2.4. Kerangka Berpikir .......................................................... 35
2.4.1. Bagan .................................................................. 39
BAB3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian ................................ 40
3.2. Variabel atau Devinisi Operasional ................................. 41
3.3. Metode Pengumpulan Data ............................................ 43
3.3.1. Wawancara .......................................................... 43
3.3.2. Observasi ............................................................. 44
3.4. Tekhnik Pengambilan Sampel ....................................... 45
3.4.1. Responden .......................................................... 46
3.4.2. Karakteristik Subjek ............................................. 46
3.5. Prosedur Penelitian ....................................................... 47
3.5.1. Tahap Persiapan .................................................. 47
3.6. Analisa Data ................................................. •; .................. 47
BAB4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian .............................. 48
4.1.1. Data Mahasiswa .................................................. 48
4.2. Analisa Kasus ................................................................. 49
4.2.1. Gambaran Umum Responden ............................. 49
4.2.2. Gambaran Stres .................................................. 52
4.2.3. Gambaran Coping ................................................. 55
4.3. Perbandingan Antar Kasus ........................................... 78
4.3.1. Bagan Analisa Antar Kasus ................................. 81
BAB5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan ..................................................................... 83
5.2. Diskusi ........................................................................... 84
5.3. Saran .............................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPI RAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran3
Lampiran 4
DAFTAR LAMPIRAN
: Pedoman Wawanca1·a
: Lem bar Observasi
: Pengantar Wawancara
: Pernyataan Kesediaan
BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Mahasiswa adalah panggilan untuk satu orang yang sedang menjalani
pendidikan tinggi disebuah universitas atau perguruan tinggi, serta
memiliki pemikiran intelektual dan juga mengabdikan kepada
masyarakat. Seperti yang dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1984:619, mahasiswa adalah pelajar per~1uruan tinggi Sarlito
dalam Tesisnya mendefinisikan mahasiswa sebagai setiap orang yang
secara resmii terdaftar untuk mengikuti pelajaran diperguruan tinggi,
dengan batas usia, 18-30 tahun (Sarlito, 1978). Tam1Paknya definisi
Sarlito jika dilihat dari usia tidak hanya berlaku untuk mahasiswa strata
satu (S1) saja, tetapi untuk mahasiswa strata dua (S:2}, tetapi defini
mahasiswa yang dimaksud peneliti adalah mahasiswa strata satu (S1 ).
Yang membuat peneliti ingin mengangkat mahasiswa sebagai tema
sentral kali ini, peneliti ingin menelaah lebih lanjut tenitang apakah benar
mahasiswa yang cuti kuliah karena faktor ekonomi yEmg lemah lalu
mengalami stres.
2
Adapun stres mempunyai arti sendiri untuk setiap orang, kita hidup
dalam kecemasan dimana hampir setiap orang mengalami satu tingkat
stres dan tekanan-tekanan yang dihasilkan oleh masyarakat yang rumit,
kompetitif namun tidak selalu mendukung. Oleh kamna itu, stres dapat
menyebabkan atau mempengaruhi perubahan psikologis dan dapat
mengakibatkan gangguan pada kognitif, Demikian emosi cenderung
hadir ketika seseorang sedang stres dan orang juga sering
menggunakan emosinya untuk mengevaluasi stres yang sedang
dialaminya.
Dengan demikian stres adalah suatu keadaan atau ~:ondisi ketika
seseorang berhadapan dengan sesuatu yang diang£1ap mengancam
atau tidak menyenangkan yang di hasilkan dari persl:?psi kognisi orang
tersebut, dan hal-hal yang menjadi sumber stresnya disebut stressor
yang sama, sebagai contoh mahasiswa yang mengalami cuti kuliah
akibat faktor ekonomi keluarga dan gejala hal yang menyertainya akan
menganggap stres adal<!h hal yang wajar. Tetapi sebagian mahasiswa
yang cuti kuliah karena kemauanya sendiri dan karena tidak tega
melihat kondisi ekonomi keluarganya yang sedang mengalami ekonomi
yang lemah, yang akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti kuliah
bukan karena paksaan dari keluarga, melainkan kesadaran sendiri
akibat ekonomi keluarga yang tidak mampu untuk melanjutkan kuliah
lagi.
Seperti hal yang terjadi pada EF (nama inisial) mahasiasa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi Semester 7 angkatan 2004 dan
bertempat tinggal di JL, Raya Puspitek Setu Serpong, mahasiswa ini
cuti kuliah karena faktor ekonomi keluarga yang kurang mampu,
sehingga EF terpaksa harus cuti kuliah meskipun hal tersebut bukan
keinginan sendiri.
3
Hal yang sama juga dialami oleh AK (nama inisial) mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi seme~iter 5 angkatan
2005 dan bertempat tinggal di Buncit Raya Kali Bata Pulo, mahasiswa
ini cuti juga karena alasan yang sama seperti yang di alami EF di
karenakan faktor ekonomi yang kurang mampu sehingga mengharuskan
AK cuti kuliah meskipun hal tersebut bukan atas kemauannya sendiri.
Dari fenomena diatas, disimpulkan bahwa mahasiswa tersebut sedang
menghadapi stres yang merupakan proses yang komplek dan dinamis,
seperti yang di ungkapkan Sarafino (1990) dalam Bart Smet (1994:112)
bahwa stres adalah suatu kondisi di sebabkan untuk transaksi antara
individu dengan lingkungan yang menimbulkan perse!psi jarak antara
4
tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya system
biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.dan stres juga bisa
datang kapan saja ketika pikiran, perasaan, tuntutan yang menghampiri
dalam diri dan tidak dapat kita hindari, maka stres akan muncul kadang
tanpa kita sadari. Untuk menahan atau mengatasi stres diperlukan
pencerahan atau pikiran yang positif agar segala sesuatunya dapat
terkendalikan.
Saat seorang mahasiswa harus memutuskan untuk menunda kuliahnya
akibat faktor ekonomi keluarga yang lemah, ia harus siap dengan segala
keputusan dan konsekuensi yang harus dihadapinya1. Walaupun
keputusan tersebut bukan karena kehendaknya sendiri mefainkan
permintaan, masalah yang lebih berat akan di temui ketika seorang
mahasiswa harus berperan sebagai penopang keluarga pasca cuti
kuliah dan menyelesaikan kuliah dengan menabung dari hasil
pendapatan ia bekerja,
Peran ganda tersebut tefah membuat para mahasiswa yang cuti kuliah
karena faktor ekonomi keluarga yang lemah dan harus bekerja merasa
khawatir membayangkan dua tugas penting untuk masa depan dan
keluarga, ia harus menyelesaikan kuliahnya setelah n1empunyai biaya
yang cukup untuk melanjutkan lagi dan ia bekerja untuk membantu
keluarganya serta menyisihkan pendapatanya untuk biaya kuliah.
Tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan ketidaknyamanan
tersebut dapat dikatakan dengan prilaku coping, yaitu suatu proses
dimana individu untuk mengelola jarang yang ada antara tuntutan (baik
itu tuntutan yang berasal dari individu rnaupun yang berasal dari
lingkungan) dengan sumber-sumber daya mereka dalam menghadapi
situasi stresfull (Lazarus dalam Bart Smet, 1994:143).
5
Narnun demikian perilaku coping yang tidak efektif sangat mungkin
digunakan untuk mahasiswa tersebut, karena tingkat stres yang tinggi
dapat menyebabkan melernahnya kontrol diri (Saravl1no dalam Eka
Sinta, 1995). Dan jika mahasiswa berada dalam kondisi stres pada
mahasiswa yang mengalami cuti kuliah karena faktor ekonomi keluarga
yang lemah, maka mahasiswa tesebut membutuhkan dukungan sosial
dari lingkungan terutama dari lingkungan keluarga, para ahli meneliti
bahwa dukungan sosial berpengaruhi juga dalam pe11indungan
kesehatan untuk memahami rnengapa ada orang yang mampu bertahan
dengan pengalaman hidup yang penuh stres secara baik, sementara
yang lain terlihat kurang mampu bertahan sehingga mengembangkan
gejala penyimpangan dan penyakit (Eka Sinta, 1995)
6
Dari uraian tersebut, problem seputar stres cuti kuliah, pada mahasiswa
merupakan hal yang menarik untuk diteliti mengenai faktor apa saja
yang menyebabkan individu stres dan bagaimana perilaku coping
individu dalam mengatasi situasi stres serta coping seperti apa yang
dilakukan? dari hal ini peneliti mengangkat penulisan dengan judul :
"Gambaran Stres Dan Coping Mahasiswa Yang Cuti Kuliah
Fakultas Psikologi"
1.2 ldentifikai Masalah
Dalam identffikasi masalah penelitian akan mengemukakan beberapa
masalah yang mungkin timbul dalam penelitian, identffikasi masalah
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran stres pada mahasiswa pikole>gi yang cuti kuliah
dan harus bekerja karena faktor ekonomi keluarga.
2. Bagaimana coping yang diterapkan pada mahasiswa psikologi UIN
Syarif Hidayatullah yang menghadapi stres karena cuti kuliah
3. Bagaimana gambaran stres dan coping pada mahasiswa yang cuti
kuliah Fakultas Psiko!ogi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1 pembat.asan masalah
Untuk membatasi pokok permasalahan yang terkandung dalam proposal ini
perlu diketahui beberapa penjelasan, yaitu:
1. Yang dimaksud dengan coping stres adalah usaha individu untuk
menghadapi suatu situasi yang penuh stres, baik yang timbul dari dalam
maupun dari luar individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi
tersebut diwujudkan dalam sikap perilaku tertentu.
2. Yang dimaksud dengan stres adalah suatu tindakan yang timbul sebagai
hasil dari persepsi kognisi individu ketika berhadapan dengan tuntunan
atau perubahan yang terjadi pada dirinya.
3. Mahasiswa yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah Mahasiswa
dengan rentan usia 18 sampai 24 tahun fakultas psikologi
1.3.2. perumusan masalah
7
Pokok perumusan masalah yang terkandung dalam penelitian perlu diketahui
beberapa penjelasan mengenai perumusa!1 masalah, antara lain :
1. Bagaimana gambaran stres pada mahasiswa yang cuti kuliah karena
harus bekerja untuk menghidupi keluarga?
2. Coping yang bagaimana yang di terapkan oleh mahasiswa yang
menghadapi stres karena cuti kuliah akibat faktor elkonomi keluarga
yang kurang mampu sehingga harus bekerja untu~~ menghidupi
keluarga?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
8
Penelitian mengenai coping stres remaja yang menunda lmliah untuk bekerja
untuk menghidupi keluarga yang bertujuan untuk:
1. Mengetahui gambaran stres pada mahasiswa yang cuti kuliah untuk
bekerja
2. Mengetahui coping yang digunakan untuk menghadapi stres tersebut
1.4.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan wawasan informasi untuk menambah
literature dalam pengembangan ilmu-ilmu psikologi m1~lalui data-data
yang di peroleh dart proses penelitian ini. Khusu~nya dalam bidang
Psikologi Klinis.
9
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk Mahasiswa
dan keluarga berupa gambaran dalam coping Mahasiswa yang menunda
kuliah untuk bekerja menghidupi keluarga.
1.5. Sistematika Penulisan
Adapun sistem penuliasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB1 Pendahuluan yang berisi: Latar Belakang Masalah, ldfentifikasi
Masalah, Rumusan dan Pembatasan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian dan Sitematika Penulisan
BAB2 Kajian Pustaka yang berisi: Pengertian Stres, Sumber-sumber
Stress, Faktor-faktor Penyebab atau Pemicu: Stres (stressor), .. Jenis-jenis dan Tanda-tanda Stres, Tahapa111 Stres, Perilaku
Coping, Definisi Coping, Jenis-jenis Coping, Factor yang
mempengaruhi Pemilihan Strategi Coping, Mahasiswa, Definisi
Mahasiswa, Mahasiswa yang Cutii kuliah, keirangka berfikir dan
Bagan.
BAB3 Metodologi Penelitian yang berisi: Pendekati~n dan Metode
Penelitian, Metode Pengumpulam Data, Wawancara,
Observasi, Tekhnik Pengambilan Sampel, Responden,
BAB4
BAB5
Karakteristik Subjek, Prosedur Penelitian, Tahap Persiapan,
Analisa Data.
Hasil penelitian berisi Gambran Umum Subjek, Analisa Kasus
dan, Gambaran Umum subjek, Gambaran Stres, Gambaran
Coping , Perbandingan antar Kasus, Bagan analisa Antar
Kasus.
Penutup yang berisi: Kesimpulan, Diskusi, Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
10
1.1. Pengertian Stres
BAB 11
KAJIAN TEORI
Stres dapat didefinisikan sebagai gangguan pada tubuh dan pikiran yang
disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan stres dipengaruhi oleh
lingkungan dan penampilan individu dalam lingkungan tersebut.
Sementara menurut Richard Lazarus, seorang psikolog terkemuka
bahwasanya stres yang bersifat psikologis oleh sebuah hubungan khusus
antara seseorang dengan lingkungannya yang dianggap melampaui
kemampuannya dan membahayakan kesejahteraannya.
Adapun Kamus Besar Indonesia (KBBI) yang disusun olehl pusat bahasa
Departemen Pendidikan Nasional mendefinisikan stres sebagai berikut,
"Stress ada/ah gangguan kekacauan mental dan emosional, tekanan." (KBBI,
2000, edisi ke-3),Sedangkan menurut Stephen Robind, str,es adalah suatu
kondisi dinamik dalam mana seorang individu dikonfirmasikan dengan suatu
peluang, kendala (constraints), atau tuntutan yang dikaitkan dengan apa
yang hasilnya dipersepsikan sebagai tindak pasti dan penUng (Stephen P.
Rebind, 1996).
Stres merupakan sistem dari dalam tubuh, organik atau psikologis yang
cenderung menyebabkan fhisik menjadi lemah. Stres yang kronis menurut
eksperimen dan secara mudah menimbulkan penyakit.
12
Para penulis dan peneliti di bidang ini menyimpulkan bahwa stres bisa terjadi
karena manusia begitu kuat dalam mengejar keinginan dan kebutuhannya
dengan menggunakan segala kekuasaan dan potensi, sehingga cenderung
lupa bahwa mereka memiliki keterbatasan dalam berbagai hal.
Menurut Dadang Hawari (1999). Secara umum pengertian stres adalah
tanggapan atau reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan atau beban yang
bersifat non spesifik. Lain halnya dengan peter tyrer (199i~) mendefinisikan
stres sebagai reaksi jiwa dan raga terhadap perubahan batasan tersebut
mencakup semua jenis-jenis berubahan yang menyenan91kan, yang tidal<
menyenangkan, yang menggairahkan, yang membosankan,. Masing-masing
individu bereaksi secara berbeda terhadap perubahan yang mempunyai cara
yang berbeda pula dalam mengatasinya (peter tyrer, 1993) Menu rut kapon
(1993), stres adalah suatu kondisi ketegangan fisiologis rnaupun fisiologis
yang di sebabkan oleh tuntutan dari lingkungan yang di pandang individu
sebagai sesuatu yang mengancam
13
Pengertian di atas memberikan gambaran bahwa stres sE!lalu berhubungan
dengan keadaan, situasi atau peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan
yang dimaknakan dan dimiliki bobot yang sifatnya menekan. Hal ini bukan
berarti bahwa setiap yang tidak menyenagkan dapat merugikan, karena ada
jenis stres yang positif yaitu austres dapat menjadi motivasi bagi manusia
untuk berkreasi.
2.1.1 Sumber-sumber Stres
Ada banyak keadaan yang menimbulkan stres bagi manusia, semua stimulus
baik berupa tuntutan lingkungan, fisik, atau sosial yang dapat menimbulkan
stress disebut stressor.(Achmad Hardiman, 1991)
Ada beberapa yang dapat dikatakan sebagai sumber stres (sarafino, 1994)
diantaranya:
1. Pressure (tekanan)
Pressure atau tekanan disebabkan oleh adanya harapan atau tuntutan
untuk bertingkah laku tertentu, ada dua jenis pressure atau tekanan, yaitu
perform dan comform. Perform adalah keadaan dimana seseorang
diharapkan untuk mengerjaka suatu tugas dengan cepat, efisien dan
sukses, sedangkan conform adalah keadaan dimana seseorang dituntut
untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan orang lain.
14
2. Frustasion
Frustasion atau frustasi adalah dorongan dari lingkunoan yang
menghalangi seseorang untuk melakukan sesuatu hambatan yang terjadi
inilah yang menyebabkan frustasi.
3. Change
Change atau perubahan dalam kehidupan yang disadari oleh individu
membutuhkan suatu penyesuaian diri (readjustment).
4. Conflict
Conflict terjadi apabila dua atau lebih motivasi atau kecenderungan
bertingkah laku yang ada saling bertentangan dan bersaing untuk
dipenuhi.
5. Anxiety
Anxiety atau cemas terkadang dianggap memiliki arti s~ama dengan takut,
ketakutan muncul apabila seseorang terancam oleh sesuatu yang spesifik
dan terlokalisir. Namun berbeda dari ketakutan, kecemasanny adalah
rasa takut yang sifatnya subjektif dan umumnya terkaclang sifatnya tidak
rasional. Dalam kadar yang kecil kecemasan bisa merangsang seseorang
untuk menjadi lebih peka dan responsiv terhadap berbagai situasi. Tetapi
pada kadar yang lebih besar kecemasan membagi performance
seseorang yang akhimya dapat menyebabkan stres.
Ketakutan dan kecemasan dapat menimbulkan oleh hal yang belum
terjadi dan efeknya lebih terasa. Ketakutan dapat menimbulkan stres
karena individu membayakan bahwa sesuatu yang buruk dapat
menimbulkan frustasi.
2.1.2. Faktor-faktor peneyebab atau pemicu stres (:stresor)
15
penyebab stres sangatlah beragam, menurut syamsu yusuf (2004) faktor
pemicu stres itu dapat diklasifikasi_kan kedalam beberapa kelompok berikut:
a. stresor fisik, seperti: penyakit yang sulit di sembuhlkan, cacat fisik atau
kurang berfungsinyasalah satu anggota tubuh, wajah yang tidak
cantik/ganteng dan postur tubuh yang dipersepsi tidak ideal seperti
terlalu (kecil, kurus, pendek atau gemuk).
b. Stresor osikologi, seperti:negatif thinking atau berburuk sangka,
frustasi (kekecewaan karena gagal, memperoleh s1:isuatu yang
cemburu, konflik pribadi, dan keinginan yang diluar kemampuan.
c. Stresor sosial
1 .. lklim kehidupan keluarga seperti hubungan antar orang tua,
keluarga yang tidak harmonis(broken home). percaraian suami
atau isteri, kematian suami atau isteri, anak yang nakal dab
sebagainya.
2. Faktor pekerjaan, seperti: kesulitan mencari pekerjaan,
pengangguran, kena PHK, (pemutusan hubungan kerja).
perselisihan dengan atasan, tekanan selama bekerja, jenis
pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dalam kemampuan,
penghasilan yang tidak sesuai dengan kebutuhan sehari-hari.
3. lklim lingkungan, sepert: maraknya kriminalisasi, tawuran antar
kelompok {pelajar, mahasiswa, atau warga masyarakat), harga
kebutuhan pokok yang mahal dan sebagainya.
Adapin menurut Brench Grand (dalam Suryo,2004) penyeibab stres
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
16
a. Penyebab rnakro, yaitu menyangkut peristiwa beSB1r dalam kehidupan
seperti kematian, perceraian, pensiun, Iuka batin, dJan kebangkrutan.
b. Penyebab Mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecilsehari-hari, seperti
pertengkaran rumah tabgga, beban dan tekanan dalam permasalahan
keluarga atau pekerjaan.
2.1.3. Jenis-jenis dan Tanda-tanda Stres
Pada umumnya kita mengetahai bahwa stres dapat terjadi ketika seseorang
berhadapan dengan sebuah tunMan dari kondisi yang tidak
menyenangkan. Hal ini tidak sepenuhnya benar karena banyak dari kondisi
yang menyenangkan juga dapat membuat seseorang st1res. Stres tidak
harus selalu melibatkan sesuatu yang bersifat positif. "Bernard"
menjelaskan bahwa ada 2 jenis stres yaitu distres dan austres
(Atwater, 1983).
17
Distres adalah stres yang biasanya di dapat dari sebuah tuntutan yang tidak
menyenagkan sehi9ngga membawa efek atau akibat yang buruk atau
negatif. ,
Auastres adalah biasanya juga -disebut stres yang balk karena dapat
membawa efek yang positif, contohnya dari efek yang ditimbulkan dari jenis
stres ini adalah membuat seseorang bersemangat untulc berusaaha
memenuhi tuntutan yang ada (Atwater, 1983). Selain dari jenis- jenis stres
terdapat juga tanda-tanda stres yang dialami oleh seorang individu dapat
dikelompokan menjadi empat bagian, yaitu berupa gejala fisik, gejala
emosi, gejal perilaku dan gejala kognitif ( Lahey,2007 ;51[)3-507).
1. GejalaFisik (physikal symptoms)
Gejala fisik yang paling sering muncul adalah sakit kepala, tekanan darah
naik, menurunnya sistem kekebalan tubuh dan ketega1ngan otot.
2. Gejala emosi (emotif Symptom)
Takut, cemas, mudah marah, depresi, frustrasi, merasa bingung dan
kehilangan kendali, merupakan gejala emosi ketika se!~eorang mengalami
stres.
3. Gejala Perilaku (Behavior symptom)
18
Gejala perilaku yang dapat dilihat saat seseorang mengalami stres adalah
nafsu makan bertambah dan sulit tidur.
4. Gejala kognitif (kognitif sympton)
Gejala kognitif paling umum ketika seseorang mengalami stres adalah
hilangnya konsentrasi dan motivasi terhadap tugas-tugas yang dilakukan,
selain itu kekhawatiran yang berlebiha, cepat lupa, binigung, sulit
mengambil keputusan juga merupakangejala gognitif dari stres dan
finalnya individu tersebut ingin melatihkan diri dari situasi dimana ia
berada.
2.1.5. Tahapan stres
Menurut Dadang Hawari (1997:50-53) gangguan stres biasanya timbul
'· secara lamban, tidak jelas kapan mulainya dan sering kali kita tidak
menyadarinya namun para ahli mencoba membagi stres tersebut dalam
empat tahapan dan petunjuk tahapan stres tersebut dikemukakan oleh Dr,
Robert. J. Von. Ambeg, psikiater sebagai berikut
1. stres tingkat I: Tahapan ini merupakan tingkatan stres yang paling ringan
dan bisanya menyenangkan kemudian orang bertambah semangat,
padahal tanpa disadari bahwa sebenamya cadanagan energinya sedang
menipis, perasaan-perasaan yang dialami seperti sem;angat besar,
penglihatan tajam tidak seperti biasanya.
2. Stres tingkat II: Dalam tahapan ini dampak stres yang1 menyenangkan
mulai hilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi
tidak cukup sepanjang hari keluhan tersebut seperti merasa letih, lelah
sesudah makan siang, merasa lelah menjelang sore hari, terkadang
dalam ganguan dalam sistem pencemaan, kadang-kadang pula jantung
berdebar-dabar, tegang pada oto-otot punggung dan tengkuk (belakang
leher) dan perasaan tridak bisa santai.
3. Stres tingkat Ill: Pada tahapan keluhan, keletihan semakin nampak
disertai dengan gejala-gajal gangguan usus lebih terai;a (sakit perut,
mulas, sering ingin kebelakang) otot-ptot terasa lebih tegang
19
Persaan tegang yang semakin meningkat, gangguan tidur dan badan terasa
oleng (rasa-rasa mau pingsan)
4. Stres tingkat IV: Tahapan ini sudah menunjukan keadaan yang lebih
burukyang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut, untuk bisa bertahan
sepanjang hari terasa sangat sulit, kegiatan semula te1rasa sulit,
kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi peri;iaulan sosial dan
rutin lainnya terasa berat, tidur semakin sulit, mimpi··mimpi menegangkan
dan sering kali terbangun dini hari, perasaan negatif thinking,
kemampuan berkomunikasi menurun tajam, dan peraisaan takut yang
tidak dijelaskan.
20
2.2. Perilaku Coping
Lazarus (dalam Carver, Scheier & Weintraub, 1989) berpendapat bahwa
reaksi individu terhadap stress terjadi melalui tiga proses yang diawali
dengan primary appraisal (penilaian primer), yaitu saat individu merasakan
adanya ancaman. Proses kedua disebut sebagai secondary appraisal
(penilaian sekunder), yaitu ketika indMdu memikirkan respon yang potensial
untuk menghadapi ancaman tersebut. Coping merupakan proses yang
terakhir, yaitu proses melaksanakan respon yang dipilih berdasarkan
penilaian pada tahap sebelumnya.
2.2.1. Definisi Coping
Menurut Sarafino (1998) individu melakukan perilaku coping sebagai usaha
untuk menetralisir atau mengurangi stress. Coping adalah suatu proses
dimana individu berusaha untuk mengatasi situasi stres yang dinilai
menimbulkan ketidaksesuaian antara tuntutan dan sumber daya yang
dimilikinya.
Lazarus dan Folkman (1984) memandang bahwa coping adalah suatu
respons terhadap stres dan didefinisikan sebagai suatu ui;aha dalam bentuk
kognisi dan perilaku, untuk mengatasi tuntutan ekstemal clan atau internal
yang dinilai melebihi sumber daya penyesuaian yang dimiliki orang tersebut.
21
Sementara itu Cohen dan Lazarus mendefinisikan coping secara umum
sebagai segala usaha yang digunakan untuk mengatasi stres (dalam
Holahan & Moos, 1987). Walaupun sebagian ahli mengatakan bahwa
perilaku coping ini diarahkan untuk memperbaiki atau menguasai masalah,
namun perilaku ini juga dapat hanya sekedar membantu individu tersebut
mengubah persepsinya terhadap ketidaksesuain, metolerir atau menerima
kerugian, melarikan diri, atau menghindari situasi (Lazarus & Folkman; Moos
& Schaefer, dalam Sarafino, 1988).
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi coping adalah suatu
usaha kognitif maupun perilaku nyata yang dilakukan oleh individu untuk
mengatasi tuntutan dari dalam dan luar dirinya yang dirasakan menekan, ..
mengancam, membebani atau melebihi sumber daya yan!~ dimilikinya.
Banyak cara yang dilakukan remaja untuk coping terhadap tekanan yang
dialami. Untuk jangka waktu pendek, strategi yang lebih berguna adalah
strategi yang memungkinkan remaja untuk melanjutkan hidup mereka tanpa
menghadapi penyebab tekanan. Strategi adaptasi yang bE~rupa upaya
mengenali masalah dan menerima stress lebih berguna untuk jangka yang
panjang (Santrock, 1990)
22
2.2.2. Jenis Strategi Coping
Secara umum ada dua macam coping yaitu emotion-focused coping, dimana
coping diarahkan pada masalah yang dihadapi (Santrock, 1990; Compas,
dalam Rutter, 1995). Namun dengan seiring dengan makin banyaknya
penelitian mengenai coping pun semakin beragam variasijnya. Variasi-variasi
ini tetap berdasarkan pada dua jenis coping utama yang clikembangkan oleh
Lazarus dan Folkman ini.
Dalam penelitian mengenai pengukuran strategi coping, Carver, Scheir, dan
Weintraub (1989) mengajukan beberapa dimensi coping yang merupakan
variasi atau kombinasi dart kedua jenis coping tersebut. dalam penelitiannya,
mereka membagi 13 strategi coping menjadi tiga kategori besar, yaitu
problem focused coping, emotional focus coping dan coping yang maladaptif.
Macam-macam jenis strategi coping tersebut adalah s;ebagai berikut:
1. Problem Focused Coping
Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Carver, Scheier & Weintraub,
1989), problem focused coping adalah usaha melakukan tindakan
langsung pada sumber stres dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah atau mengurangi sumber stres. Hal ini dilakulcan jika individu
merasa bahwa sesuatu yang konstruktif dapat dilakulci:m terhadap situasi
tersebut, atau individu tersebut yakin bahwa sumber daya yang dimilikinya
23
dapat mengubah situasi (Folkman & Lazarus, dalam Taylor, 1995). Lima
strategi coping yang termasuk problem focus coping adalah sebagai
berikut:
a. Active coping. Proses pengambilan langkah-langkah aktif yang
berusaha untuk memindahkan stressor atau rnemperbaiki efeknya.
Strategi ini rneliputi inisiatif untuk bertindak langsung (initiating direct
action), meningkatkan usaha yang dilakukan (incrnasing one's effort),
dan rnencoba untuk rnelakukan usaha rnelakukan usaha coping dalarn
langkah-langkah yang bijaksana (trying to execute a coping attempt in
stepwise fashion).
b. Planning. Proses rnernikirkan usaha atau cara untuk mengatasi
stressor. Strategi ini rneliputi strategi pada tindakan yang akan
dilakukan, rnernikirkan langkah-langkah apa yang akan diambil dan
seberapa baik langkah tersebut dapat mengatasi rnasalah.
c. Suppression of competing activities. Berusaha keras untuk tidak
terlibat dalarn aktivitas lain atau rnencoba untuk tidak rnernikirkan hal
hal lain dengan tujuan untuk konsentrasi penuh pada tantangan atau
ancarnan yang sedang dihadapinya. Usaha ini meliputi
mengesampingkan hal-hal lain, rnencoba menghinclari datangnya
gangguan yang disebabkan oleh kejadian-kejadian lain, bahkan
membiarkan hal-hal lain berlalu begitu saja dengan tujuan untuk
mengatasi stressor.
24
d. Restraint coping (penundaan tindakan mengatasi E;tres). Dalam coping
ini individu menunggu sampai ada kesempatan yang tepat untuk
bertindak, menahan dirt agar tidak bertindak terlalu cepat. Dengan
demikian coping ini memerlukan kontrol atau kendali diri yang cukup
baik dari individu. Coping ini dipandang sebagai strategi coping yang
aktif karena individu secara aktif mengarahkan tindakannya untuk
menghadapi stres secara efektif. Dari sisi lain, coping ini dapat juga
dipandang sebagai strategi coping yang pasif, karena dalam hal ini
individu menahan dirt berusaha untuk tidak melakukan sesuatu
sehingga terlihat seperti tidak melakukan apa-apa.
e. Seeking social support for instrumental reason. Merupakan usaha
mencart dukungan sosial dari teman atau keluarga,, berupa nasehat,
informasi atau bantuan lain sebagai cara individu untuk mengatasi
masalah atau sumber stres yang dihadapinya.
2. Emotion-Focused Coping
Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Carver, Scheier & Weintraub,
1989), emotion-focus coping bertujuan untuk mengurangi atau mengatur
distress emotional atau emosi negatif yang ditimbulkan oleh suatu situasi
yang stressful. Emotion-focused coping cenderung ada ketika individu
merasa tidak dapat mengubah situasi yang menekan dlan hanya dapat
menerima situasi tersebut karena sumber daya yang dimilikinya tidak
adekuat untuk menghadapi tuntutan situasi (Folkman 8, Lazarus, dalam
Taylor, 1995) dan sumber stres yang dihadapinya akan berlangsung
cukup lama.
Menurut Lazarus (dalam Santrock, 1998), emotion-focused coping juga
melibatkan penggunaan defense mechanisms. Dalam emotion-focused
coping, remaja mungkin menghindari sesuatu, melakukan rasionalisasi
atas apa yang telah terjadi, mengingkari bahwa hal tersebut terjadi atau
justru mentertawakan hal tersebut.
25
a. Seeking social support for emotional reason. lndividu yang merasa
tidak aman karena situasi yang stressful dapat merasa tenang
kembali dengan memperoleh dukungan dari orang lain. Dukungan
sosial yang dicari misalnya berupa dukungan moral, simpati,
pengertian atau sikap orang lain yang memaharni masalahnya.
Pengertian tersebut berfungsi sebagai sarana untuk berbagi
perasaan ketika ia menceritakan masalahnya k1~pada orang lain.
Strategi ini berrnanfaat ganda, yaitu selain memberi keyakinan atau
rasa aman, juga membuat individu dapat mengarahkan diri pada
usaha coping yang terarah pada pemecahan m13salah.
b. Positive reinterpretation and growth (positive reappraisal). Lazarus
dan Folkman (dalam Carver, Scheier & Weintraub, 1989)
memperkenankan kecenderungan respon ini dengan istilah positive
reappraisal, dimana individu tidak mengatasi stressor secara
langsung, tetapi berusaha mengatasi emosi ne!~atif yang
dialaminya dengan cara mencoba untuk mencari sisi positif atau
hikmah dari pengalamannya. Setelah emosi teratasi, lalu individu
dapat secara aktif melakukan tindakan yang lebih terfokus untuk
menyelesaikan masalah.
c. Denial. lndividu yang melakukan coping ini menigingkari atau
menolak untuk percaya bahwa stressor itu nyat;a ada. Denial
kadang-kadang berguna meminimalkan distres SE!hingga individu
dapat melakukan coping dengan lebih baik. Namun demikian,
apabila hal ini dilakukan terus menerus dan stressor tidak dapat
diabaikan, akan membuat masalah menjadi lebih parah dan
akhimya rnernpersulit coping.
26
d. Acceptance (penerimaan). Merupakan respon coping yang
fungsional, dimana individu rnenerirna kenyataan dari suatu situasi
yang stressful bagi dirinya, dan ia berusaha untuk mengatasi
situasi tersebut. Acceptance dapat terjadi pada dua tahap coping
acceptance yang terjadi pada tahap 'penilaian primer' adalah
rnenerima stressor sebagai kenyataan yang tidak dapat dihindari,
sedangkan acceptance yang terjadi pada tahap 'penilaian
sekunder' berupa rnenerima bahwa tidak ada strategi coping aktif
yang dapat dilakukan.
27
e. Turning to religion. Dengan coping ini, individu mencari pegangan
pada agama saat ia menghadapi masalah. Mccrae dan Costa
(dalam Carver, Scheier & Weintraub, 1989) menyatakan bahwa
dimensi strategi coping ini cukup penting bagi kebanyakan orang.
Hal ini dapat terjadi karena agama dapat berfungsi sebagai sumber
dukungan emosional dan sarana untuk memah;ami atau
menafsirkan kembali masalah yang dihadapi secara positif.
Pedoman agama pun mempunyai dukungan emosional yang dapat
mendewasakan individu dan merupakan strate{Ji coping alctif untuk
mengatasi stressor.
3. Strategi Coping Maladaptif
Tiga strategi coping yang termasuk dalam coping ini s1~bagai berikut:
a. Focusing on and venting of emotion. Strategi cciping ini berupa
kecenderungan untuk memusatkan diri pada pe1ngalaman yang
membuat distress atau pada kekecewaan yang dialami individu,
dan kemudian melampiaskan emosi-emosi ters19but. respon ini . .
kadang-kadang berfungsi dengan baik, misalnya ketika kematian
orang yang dicintai. lndividu menggunakan masa berkabung untuk
meluapkan rasa kehilangan yang dialaminya. Setelah itu, ia
melangkah maju, tidak lagi terpaku pada emosi·-emosi yang
dirasakannya. lndividu menggunakan masa berkabung untuk
28
mengakomodasi rasa kehilangan orang yang dicintai dan kemudian
melangkah maju. Namun memfokuskan diri pada emosi-emosi ini
(khususnya dalam jangka waktu yang lama) dapat menghambat
penyesuaian diri individu. Selain itu juga akan mengganggu atau
menghambat perhatian individu untuk mengusahakan coping yang
aktif dan keluar dari distresnya.
b. Behavior disengagement. Strategi coping ini dalam bentuk
mengurangi usaha individu untuk mengatasi stressor, bahkan
menyerah atau menghentikan usaha untuk mernpertahankan
tujuan yang terganggu oleh stressor yang munc:ul. Strategi ini
mencerminkan adanya gejala helplessness yaitu ada rasa tidak
berdaya, sehingga individu menyerah dan tidak lagi berusaha
untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Je•nis coping ini
biasanya terjadi pada sebagian besar orang yang kurang atau
bahkan tidak percaya bahwa coping yang aktif akan berhasil
menyelesaikan masalahnya.
c. Mental disengagement. Strategi ini adalah variasi dari behavioral
disengagement, dan merupakan bentulc lain dari tindakan
menghentikan usaha coping, yaitu dengan tidak. memilcirkan
masalah yang dihadapinya. Mental disengagement dapat dilakukan
dalam bentuk melakukan kegiatan untuk mengalihkan pikiran,
melamun atau berkhayal, tidur berlebihan atau pun terpaku
29
menonton lV sebagai cara untuk melarikan diri dari masalah. Jadi
strategi ini merupakan kebalikan dari suppression of competing
activities.
2.2.3. Faktor-fak.tor yang Mempengamhi Strategi Coping
Strategi coping yang akan digunakan individu dapat berbi:ida-beda, pemilihan
strategi coping tersebut tergantung beberapa faktor tertentu. Holahaan dan
Moos (1987) mengungkapkan ada tiga faktor yang menentukan strategi
coping, yaitu:
1. Faktor Sosial Demografi
Sejumlah studi menemukan adanya hubungan antara status sosial
ekonomi dan tingkat pendidikan dengan pemilihan str81tegi coping tertentu
(Menaghan, dalam Holahaan dan Moos, 1987). lndividu dengan status
sosial ekonomi tinggi lebih cenderung sering menggunakan bentuk coping
yang adaptif, eleksibel, logis, realistis, menerima kenyataan, dan kurang
menyukai strategi yang defensive dan irasional (Haan, dalam Holahaan &
Moos, 1987). Menurut Billing dan Moos (dalam Holahaian & Moos, 1987),
individu yang memiliki pendidikan lebih tinggi juga cem:lerung menyukai
penggunaan problem-focused coping dari pada avoida1nce coping. Selain
itu, usia dan jenis kelamin juga berkaitan dengan penggunaan coping
tertentu. Pria cenderung memilih jenis coping yang temrah pada masalah
(problem-focused coping), sedangkan wanita cenderung pada jenis
coping yang terarah pada emosi (emotion-focused coping) (Pearlin &
Schooler, 1978; Folkman & Lazarus, dalam Haber & Runyon, 1984)
2. Faktor kontekstual
Faktor kontekstual meliputi dua hal, yaitu: tuntutan yang muncul dari
situasi stressful dan sumber daya sosial, termasuk hubungan
interp'.lrsonalnya dengan orang lain.
b. Situasi hidup yang stressful
30
Lazarus mengatakan bahwa faktor situasional, temnasuk tuntutan yang
muncul dari situasi yang stressful, memegang pera1n penting dalam
pembentukan strategi coping yang dipilih oleh individu. Mccrae (dalam
Holahaan & Moos, 1987) mengatakan bahwa situasi stressful yang
berbeda sehingga akan mempengaruhi pilihan individu terhadap
respon coping yang akan digunakannya. Respon coping yang positif
biasanya terjadi pada situasi kehidupan yang dian~1gap menantang,
sedangkan coping yang negatif terjadi pada situasi yang dirasa
mengancam bagi individu. Menurut Lazarus dan Folkman (1984), pada
situasi yang masih dapat diubah secara konstruktif (seperti mengalami
pemutusan hubungan kerja), strategi yang dipakai adalah problem
focused coping. Sementara pada situasi yang sulit diubah (seperti
kematian pasangan), strategi yang dipakai adalah 19motion-focused
coping.
31
c. Sumber daya sosial
Sumber daya sosial juga berkorelasi positif dengan kesehatan mental
individu karena sumber daya sosial menyediakan dukungan
emosional, bantuan nyata, dan bantuan informasi (Heller & Swindle;
Moos & Mitchell, dalam Holahaan & Moos, 1987). Orang yang
mempunyai cukup sumber daya sosial cenderung menggunakan
strategi problem-focused coping dan menghindari strategi avoidance
coping (Cronkite & Moos, dalam Holahaan & Moos, 1987).
3. Faktor kepribadian
Menurut Lazarus (1976) kepribadian individu ikut mernpengaruhi
pemelihan strategi coping yang akan dipakainya untuk: mengatasi stres.
Berdasarkan penelitian Carver, Coleman dan Glas (dalam Carver,
Scheier, & Weintraub, 1989). tipe kepribadian dapat mempengaruhi
pemilihan strategi coping. Kepribadian tipe A cenderung menggunakan
active coping, menekan kepedulian akan emosional yang bersifat distres
dan tidak suka menjauh dari tujuannya ketika menemt:li stressor.
Dari berbagai penjelasan tentang stres dan coping yang sudah dibahas
sebelumnya, dapat dilihat bahwa reaksi individu terhadap stress terjadi
melalui tiga tahap proses stres, yang diawali dengan prim;'.lry appraisal
(penilaian primer). yaitu saat individu merasakan adanya ancaman. Tahap
32
kedua adalah secondary appraisal (penilaian sekunder), yaitu ketika individu
memikirkan respon yang potensial untuk menghadapi ancaman tersebut.
coping merupakan tahap yang terakhir, yaitu proses melal<sanakan respon
yang dipilih berdasarkan penilaian tahap sebelumnya.
2.3. Mahasiswa
2.3.1. Definisi Mahasiswa
Mahasiswa berarti pelajar perguruan tinggi (Poerwada1minta, 1984,
h.619). Sedangkan dalam kamus ilmiah popular, mahasiswa diartikan
sebagai siswa sekolah tinggi (Partanto, 1994, h.87).
Mahasiswa adatah panggilan untuk satu orang yang setdang menjalani
pendidkan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi, serta
memiliki pemikiran intelektual, dan juga mengabdikan kepada masyarakat.
Mahasiswa adalah satu kelompok masyarakat yang mi~mperoleh
statusnya dalam ikatan dengan perguruan tinggi. Roeslan Abdulgani,
mengatakan secara formal fungsional, mahasiswa adallah individu yang
sedang menuntut ilmu dalam salah satu perguruan tinggi. Mahasiswa
pada tahun pertama belum dianggap dewasa penuh (s,esuai dengan
umumya) sekalipun dalam hat-hat lain misalnya berperilaku rasional,
objektif, pengendalian diri dan hubungan-hubungan sosial sudah
rnencapai tingkat kedewasaan (Gunarsa, 2004, h.128).
33
Gunarsa (2004, h.128) rnenjelaskan, bahwa seorang anak yang tidak
pernah tinggal kelas, rnaka pada usia 18 tahun akan mernasuki perguruan
tinggi, inipun jika bermaksud rneneruskan studi. Jadi pada usia 18 tahun
seseorang rnulai rnarnasuki dunia rnahasiswa, urnur 18-21 tahun olah
para ahli psikologi perkernbangan, rnasih digolongan masa rernaja lanjut
dan rnasih pada tahapan peralihn dadri dunia rernaja ~:e dunia dewasa.
Dari penjelasan yang telah di paparka diatas, dapat dii>irnpulkan bahwa
rnahasiswa adalah individu yang sedang rnenjalani pendidikan di
perguruan tinggi, dengan batas usia 18-20 tahun.
Adapun ciri-ciri peranan rnahasiswa-rnahasiswa rnenurut beberapa tokoh
adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa disebut sebagai kekuatan moral (moral fon::e)
Fauzie syuaib seorang aktifrtas rnahasiswa angkatan 7'0-an
rnengungkapkan rnahasiswa sebagai kelompok rnasya1rakat yang relative
rnumi, belurn punya kepentingan, ikatan serta daya kefPeloporannya
sebagai intelek (Syahrir, 1987),
2. Peran rnahasiswa tidak hanya terbatas hanya pada kritik atau control
sosial, rnelainkan bisa juga merupakan kekuatan politilt yang rnarnpu
merangsang terjadinya perubahan social-politik di Negara yang
bersangkutan.(sarlito, 1978)
34
3. Karakteristik mahasiswa diantaranya yaitu intelektualitas. Menurut sarlito
mahasiswa adalah insan calon sarjana yang dalam kE~terlibatannya
dengan perguruan tinggi dididik dan diharapkan menjadi calon intelektual
4. Mahasiswa juga memiliki ciri lain yaitu kemudaannya (youth) kepemudaan
menurut Keniston dapat didefinisikan dari dua sudut, yang pretama yaitu
tema sentral dari kesadaran, perkembangan atau tingkah laku pada_
tingkatan perkembangan tertentu.
2.3.2. IMahasiswa Yang Cuti Kuliah
Yang diamsud cuti kuliah adalah menunda atau berhenti sementara waktu
semua kegiatan akademik dan kegiatan lain di UI untuk jahgka waktu
tertentu dengan seizin Rektor. (http/www.ui.co.id)
Para mahasiswa bisa saja mengambil pelerjaan seusai kuliah dengan
memberikan les privat, bekerja di pabrik, menjadi kuli, sales dan
membantu memberikan jasa layanan kepada orang-orang yang
membutukhan, seperti mengadakan pengetikan komputer, bengkel, jasa
internet dan cleaning service. Pekerjaan semacam itu 1tidak membutuhkan
skill yang terlalu rumit, hanya membutuhkan sikap bemni dan membuka
diri bahwa pekerjaan akan membantu usaha mandiri d•engan cepat.
35
Keyakinan itu penting untuk menerima diri dalam dunia usaha, daripada
menunggu selesai menjadi sarjana baru memulai bekEirja. Hal itu akan
sangat terlambat dan menjadikan pengangguran semakin bertambah.
Jika mahasiswa mempunyai bakat dan keberanian memulai usaha, maka
sejak awal harus dikembangkan dan berusaha mewujudkan saai ini.
Menunda pekerjaan hanya akan membawa ketergantungan hidup dan
membawa penderitaan. Dengan bekerja sejak awal, p13ngalaman dan
kedewasaan sikap akan menempa mahasiswa menjacli pekerja keras
yang mengutamakan nilai nasional. Tunggu apa lagi, ayo bekerja dengan
gembira. Adapun yang kita lakukan akan membawa nilai guna untuk
kemajuan diri. Bekerja apapun demi menopang hidup dengan kualitas
lebih baik, akan mendorong upaya kemajuan peradaban generasi kerja
mencapai prestasi tinggi. Bermalasan dan menunda pt3kerjaan akan
menambah penderitaan yang membawa kemiskinan semakin melebar.
Upaya mahasiswa hidup mandiri perlu diapresiasikan yang
memungkinkan lahimya tradisi kebebasan yang memberikan ruang usaha
keras mewujudkan asa.( http://www.dutamasyarakat.com )
2.4. Kerangka Berpikir
Menunda kuliah karena keadaan ekonomi keluarga yang ~curang mampu dan
harus bekerja terlebih dahulu merupakan salah satu tuntutan yang sangat
36
rentan untuk mengalami stres. Penyebab dan gejala stres dapat ditemui
selama tuntutan dan keinginan yang tidak terpenuhi yang merupakan mikro
untuk terjai stres pada diri remaja itu sendiri yang mengalami tekanan karena
merasa kebutuhannya harus dipenuhi sendiri dengan cam bekerja.
Keadaan ekonomi yang terkadang membuat kita harus menentukan jalannya
sendiri dan berpikir rasional dengan cara mencari altematif lain yaitu bekerja
dan terpaksa harus cuti kuliah sementara waktu sampai biaya yang
mencukupi untuk melanjutkan kuliahnya.
Mungkin setelah memutuskan untuk cuti kuliah, ada rasa kekhawatiran dan
kegelisahan pada subjek, takut karena tidak dapat melanjutkan kuliah lagi.
Hal tersebut membuat subjek sedikit tertekan dan banyak menimbulkan
konflik-konflik yang harus dihadapi.
Tidak biss di pungkiri kebutuhan ekonomi faktor yang dominan yang
mendorong para mahasiswa yang memutuskan cuti kuliah karena ekonomi
keluarga yang lemah, sedangkan orang tua yang single pc~rent tidak dapat
memenuhi kebutuhan keluarga, akhirnya si mahasiswa be1rusa mencari
tambahan penghasilan untuk menambahi semua kekuran1~an biaya kuliah.
Fenomena yang ada terlihat bahwa mahasiswa yang menunda atau cuti
kuliah karena factor ekonomi keluarga yang lemah, rata-rata penghasilan
orang tuanya yang kecil dan tidak dapat memenuhi semua kebutuhan
37
keluarga apalagi ditambah dengan biaya pendidikan ana~:-anaknya, meski
harus mengalami cuti kuliah, namun para mahasiswa tersebut tidak hanya
berdiam diri saja dirumah melainkan berusaha untuk mencari kerja agar bisa
mempunyai tambahan dan menabung untuk biaya kuliah selanjutnya serta
membantu memenuhi kebutuhan keluarganya.
Adapun strategi coping yang digunakan dua responden rnayoritas terbiasa
dengan problem fokus coping (coping berpusat pada masalah) yang
mencakup aktif coping (coping berpusat pada emosi) ma~roritas
menggunakan seeking social suppor for emotional reason (mencari
dukungan sisial dan dukungan dari orang lain) turning to religion (kembali
kepada agama).
Dan ada satu responden yang juga menggunakan coping yang maladaptif
yaitu dengan coping focusing and venting of emotions (mi~muaskan diri pada
stress yang yang bersifat negative) dan mental disengagement (menyibukan
diri dengan aktivitas altremative untuk menghilangkan rasa tidak nyaman).
Sementara coping yang konstruktif diartikan sebagai upaya-upaya untuk
menghadapi situasi stress secara sehat. Coping yang konstruktif ini memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menghadapi masalah secara langsung, mengevaluasi alternative secara
rasional dalam upaya memecahkan masalah tersebut.
38
2. Menilai atau mempersepsi situasi stres didasarkan kepada pertimbangan
yang rasional.
3. Mengendalikan diri (self-control) dalam mengatasi masalah yang
dihadapi.
Berdasarkan jenis strategi coping yang telah dipaparkan, dapat dikatakan
bahwa individu cenderung menggunakan problem-solving1 focused coping
dalam menghadapi masalah yang menurutnya bisa dikontrol seperti masalah
yang berhubungan dengan sekolah, kuliah atau pekerjaan.
Berawal dari pemikiran inilah penulis merasa tertarik untuk melakukan
sebuah -penelitian yang berkaitan dengan stres yang muncul pada
mahasiswa yang cuti kuliah, baik stres yang bersumber dari stres cuti kuliah
maupun stres yang muncul karena persoalan keluarga dan bagaiman
astrategi coping yang di lakukan untuk meminimalkan streisoer yang dihadapi,
dimana penulis akan berusaha menggambarkan stres seperti apakah dan
strategi coping yang bagaimana yang terjadi pada mahasiswa yang cuti
kuliah.
39
Bagan 2.4.1
Gambaran Stres dan Coping Mahasiswa yang1 Cuti Kulia
Tidak Stress
Emotional coping: - Seeking social suport - Positif reinforcement - Denial - Acception - Turning to religion
Mahasiswa yangg menunda
kuliah
Problem focus coping: - Active coping - Planning - Supresion activties - Restrain coping
-------' Stress
l Coping
Maladaptif: - Focusing and
venting - Behavior
disengagement - Mental
disengagement
BABlll
METODOLOGI PENELITIAlll
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
sehubungan dengan judul pada penelitian ini, maka pendekatan
penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Hal ini
dikarenakan penelitian kualitatif dapat digunakan untuk memahami
gejala sosial yang sering kali tidak dapat dipahami b1~rdasarkan apa
yang diucapkan dan dilakukan oleh seseoarang dan perasaan orang
yang sulit difahami (Sugiono:26-27). Sehingga dihasiilkan data deskriptif
berupa kata-kata terulis atau lisan dari orang-orang clan perilaku yang
diamati.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang juga hermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
kontek khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah
Sebagai salah satu metode yang di pakai dalam penelitian di bidang
ilmu sosial, menurut Yin (2000) umumnya studi kasus di pilih jika:
1) pertanyaan yang timbul dari topik penelitian sebagiran
berupa"Bagaimana" dan " Mengapa"
41
2) penelitian ini memiliki kontrol atau kejdian-kejadian yang berlangsung
3) fokus dari penelitian adalah fenomena saat ini dalam konteks
kehidupan yang sesungguhnya.
Pola yang di gunakan dalam penelitian ini adalah multiple case design
karena menggunakan lebih dari satu kasus
Dengan pola ini diharapkan dapat diperolaew gambaran secara
menyeluruh tentang penghayatan responden terhadap keadaan yang di
alaminya, oleh karena itu maka di perlukan data yang lbersifat khusus dan
individua luntuk mendapatkan hasil yang cukup mend~llam (Robert. K.Yin,
2002).
3.2. Variabel atau Devinisi Operasioanal
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek,
pengamatan penelitian atau faktor yang berperan dalam peristiwa atau
gejala yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, variabel yang ingin diteliti
adalalah stres dan coping mahasiswa yang cuti ku!liah karena faktor
ekonomi yang lemah.
Definisi operasional yang dipakaiuntuk variabel penelitian ini adalah
sebagaiberikut:
42
1. Stres menurut hans Selye M.D (dalam W.F maramis, 1998) adalah
suatu kondisi yang dirasakan oleh badan sebagai akibat dari
adanya situasi yang menekan, situasai yang m1~nekan ini bila
berbentuk fisik, nyata atau stres yang sifatnya non fisik atau
bersifat psikososial, seperti kegagalan yang berturut-turut yang
dialami, rasa bersalah, rasa tidak nyaman dan kondisi-kondisi
serupa, akibat adanya stres yang bersifat ekstemal dan internal,
bahkan keduanya sekaligus, maka tubuh akan memobilisasikan
sistem reaksi defensive yang disebut generaladapton syndrome,
yaitu suatu kejadian yang sifatnya hipotesis dalam badan yang
timbul sebgai reaksitangkisan pada saat terjadinya situasi yang
menekan.
2. Coping adalah suatu usaha yang dilakukan ses•~orang untuk
menghadapi situasi yang tidak menyenangkan }rang dialaminya,
menurut Sarafino, coping adalah suatu usaha untuk coba mengatur
ketidaksesuaian perasaan antara tuntutan dan akal yang mereka
nilai dalam situasi stresful ( Sarafino, 1994 ).
43
3. Mahasiswa adalah suatu kelompok masyarakat yang rnemperoleh
statusnya dalam ikatan dengan perguruan ting£Ji (menurut Roeslan
Abdulgani), mengatakan secara formal fungsional mahasiswa
adalah individu yang sedang menuntut ilmu dalam salah satu
perguruan tinggi.
4. Cuti kuliah adalah menunda atau berhenti semEmtara waktu semua
kegiatan akademik dan kegiatan lain diUniversitas (fakultas) untuk
jangka waktu tertentu dengtan seizin rektor (Http/www.Ul.co.id)
3.3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif ini wawancara dan observasi d1mgan melakukan
pengumpulan data pada kondisi yang alamiah sumber dalta primer, partisipan
observasi, wawancara, dokumentasi. Adapun jenis pengumpulan data yang
digunakan adalah triagulasi sumber dimana menurut (Sugriono:270-271)
trigulasi sumber berarti mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda
dengan tekhnik yang sama.
3.3.1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dalam tanya jawab yang di arahkan
untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan bila
peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-
44
makna subjektif yang di pahami individu berkenaan dengan topik yang
di teliti.
Agar wawancara tidak menyimpang dari tujuan penelitian maka akan
di gunakan pedoman wawancara yang berfungsi untuk mengingatkan
akan topik-topik yng di gali serta apa yang belum dan yng sudah di
tanyakan, selain itu mempermudah pencatatan pacla saat wawancara.
Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman wawancara
tidak terstruktur. Pedoman wawancara yang tidak berstruktur, yaitu
pedomn wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan
ditanyakan, kreativitas dari pewawancara sangat p1~nting karena
pewawancara sebagai pengemudi jawaban responden, hasil
wawancara dan jenis pedoman ini cocok untuk penelitian kasus (Gluba
& Lin coin 1981, dalam meleong, 1997).
3.3.2 Observasi
observasi di sebut pula dengan pengamatan meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakn
seluruh alat indera, observasi bertujuan sebagai alat yang mendukung
alat yang lain observasi dapat di lakukan terhadap dua hal, yang
pertama adalah setting tempat dilakukan wawancara di sebut dengan
45
pencatatan lapangan (meleong, 1997), yang pentin!~ di lakukan untuk
mengamati apakah ada faktor-faktor lingkungkungan tersebut yang
dapat mempengaruhi sikap dan perilaku yang kedua adalah observasi
terhadap subjek yang di wawancarai
Dengan observasi di harapkan peneliti lebih deapat mengungkapkan
intensitas emosi subjek terhadap pengalaman-pen!1alamannya serta
hal lain yang tidak tercakup dalam informasi verbal yang diberikan
subjek, sehinggadapat memperkaya data yang di peroleh (Monyn caux
& Lans, 1982 dalam marshal & rossman, 1995 clalam Lestari,2004)
peneliti juga melakukan observasi mengenai tingkah laku subjek
selama observasi berlangsung,dan tingkah laku yang clapat
diobservasi sebagai berikut: raut wajah, mimik bibir.lcara berbicra,
gerakan tangan, kaki, dan badab/tubuh serta pola cluduk subjek
berubah atau menetap
3.4. Tekhik Pengambilan Sampel
Peneliti menggunakan sampel bertujuan (Purposive samplling) karena
didasarkan atas adanya tujuan-tujuan tertentu dari peneliti, tekhnik ini
dilakukan karena adanya beberapa pertimbangan mengenai keterbatasan
waktu, tenaga dan dana peneliti sehingga peneliti tidak mampu mengambil
sampel dari jumlah yang terlalu banyak (Arikunto,2002).
3.4.1. Responden
dalam penelitian ini penulis menunjuk tiga orang sebagai responden atau
subjek penelitian, penentuan jumlah subjek ini adalah untuk jumlah sampel
yang di sesuaikan dengan fenomena yang akan diamati.
46
Adapaun bentuk pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan cara
Purposive sampling, yaitu subjek dipilih berdasarkan pertimbangan dan
tujuan tertentu, hal ini seperti di ungkapkan Patton( dalam Wulandari 2001 ),
bahwa penelitian kualitatif umumnya menggunakan pendeikatan Purposif,
sampel tidak diambil secara acak tetapi justru dipilih mengikuti kriteria
tertentu.
3.4.2. Karakteristik Subjek
Adapun karakteristik sampel yang di gunakan oleh penulis; adalah mahasiswa
UiN Syarif Hidayatul!ah Jakarta fakultas psokologi bemsia 18-24 tahun. Yang
cuti kuliah karena faktor ekonomi keluarga yang lemah.
3.5. Prosedur Penelitian
3.5.1 Tahap Persiapan
47
1) Peneliti menyusun pedoman wawancara tidak terstruktur yang
bersifat terbuka untuk menggali kondisi-kondisi yang menimbulkan
stres pada mahasiswa yang cuti kuliah karena faktor ekonomi
keluarga yang kurang mampu.
2) Menunjukan pedoman wawancara tidak terstruktur kapada
pembimbing skripsi untuk mendapatkan umpan balik
3) Melakukan perbaikan-perbaikan dan tambahan yang di perlukan
terhadap wawancara.
3.6. Analisa Data
penelitiuan ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
studi kasus deskriptif yang hasil dari penelitian ini tidak di uraikan dalam
bentuk angka seperti penelitian kuantitatif, melainkan akan benrpa
deskripsi, cerita tuliasan dan angka-angka analisa menurut Patton
(dalam Lestari 1996) adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategiri dan satuan uraian
dasar. Analisa kualitatif tetap menggunakan kata-kata yangt biasanya di
sususn dalam teks yang dipeluas.
BABIV
HASIL PENELITIAN
Dalama Bab IV ini akan di jelaskan hasil pengolahan data, yang di dapat dari
Japangan penelitian, adapun hasil penelitian dapat di jabairl<an dalam bentuk
analisa kasus, gambaran urnurn subjek, riwayat kasus, observasi,
wawancara, garnbaran stres, garnbaran coping, dan perbandingan antar
kasus.
4.1. Gambaran Umum Subjek
subjek yang diarnbil dalarn penelitian ini berjurnlah tiga orang yang sernuanya
adalah orang-orang yang telah di pilih berdasarkan kriteria yang telah
diterapkan sebelumnya, nama-narna subjek dalarn penelitian ini sengaja di
sarnarkan untuk rnenjaga kerahasiaan subjek penelitian dan sesuai dengan
etika penelitian
Tabel 4.1.1. ldentitas responden penelitian
No Nam a Jen is Usia Agama Fakultas Semester Kelarnin
1 SS Laki-laki 24 Tahun Islam Psikologi UJN jkt VIII
2 II Perernpuan 18 tahun Islam Psikologi UIN jkt Ill
3 K Laki-laki 21 tahun Islam Psikologi UIN jkt v
4.2. Analisa Kasus
4.2.1. Responden 1 (SS)
Gambaran Umum
49
SS adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi
semester VIII, yang kini berusia 24 tahun, ia lahir di Bogor pada tanggal 20
oktober 1983 dan SS anak bungu dari 4 bersaudara ketig;a kakaknya sudah
menikah.
Subjek adalah pribadi menarik dan penuh dengan sederhana, itulah kesan
pertama yang timbul saat bertemu dengan SS, pria ini selalu menebar
senyum dan bersahabat dalam dalam setiap kunjungan p1~nelitian ini, meski
terlihat kurang sehat karena habis sakit tetapi SS tetap rarnah menyambut
penulis berkunjung kerurnahnya.
Awai SS rnulai stres sejak dari awal masuk kuliah perkuliahan yang dijalani
sekarang adalah atas kernauan SS sendiri, walaupun ayahnya sernpat bilang
biaya kuliahnya nanti tidak bisa cjitanggung semuannya karena penghasilan
ayahnya yang cukup hanya cukup untuk kebutuhan serhari-hari, akhimya SS
rnembicarakan hal tersebutb kepada ketiga kakaknyadan ketiga kakanya
tersebut menyetjua permintaan SS, dan akhimya Ss pun bisa kuliah dan
biaya kuliah dari ayah dan kakaknya, selama kuliah SS seilalu telat dalam
50
registrasi pembayaran. Walaupun semat malu dan dansedikit minder sama
teman-teamannya, SS terus menjalankannya karena bagi subjek apa yang
udah terjadi adalah sebuah resiko yang harus diterima.
"tadinya sih, kuliah itu adalah kemauan gw, padaha/ bokap gw udah pemah bilang kalo be/iau ga sanggup jika biayai semuanya, akhimya gw ngomong soa/ ini sama ketiga kakak gw, dan .syukurlah mereka sejuju, biaya gw adalah hasi/ dari patungan bol<ap dan kakak-kakak gw, ya ......... walaupun hampir sering te/at kalo pembayaran registrasi.
Untuk menambahi uang saku dan kebutuhan kulaih, dari rnulai kuliahpun SS
sudah mulai cari penghasilan tambahan untuk kebutuhan kuliah dan saku
kuliah, subjek melakukan hal tersebut karena ia rnersa sangat kurang untuk
membeli kebutuhan kuliahnya seperti buku, foto copy dan lainnya. lnginnya
SS fokus sama kuliahnya saja tetapi harapan itu belum bh;a, karena
penghasilan keluarga saja hanya cukup buat kebutuhan sehari-hari, untuk itu
SS harus mencari penghasilan tarnabahan sendiri.
"Pengennya gw sih, fokus sama kuliah dulu tapi kenyataannya ga bisa karena untuk beli buku aja dan foto copy aja ga bisa, uang saku aja cuma pas buat ongkos, tapi gw sih ga pemah nge/uh karena gw juga tau keadaan ekonomi ke/uarga gw juga kurang, ya udah gw coba ngaj;;1r eskul di seko/ah SMP gw dulu, lumayan sih buat tambahan uang saku gw l'iap hari.
Dengan penghasilan yang cukup buat nambahin uang saku. SS sudah
merasa cukup buat nambahin uang saku, tetapi adakalanya SS juga merasa
bingung ketika jadwal dan tugas kuliah mulai padat dan banyak, dia tidak
dapat membagi waktunya untuk mengajar eskul di sekolahan dan SS pun
51
akhimya tidak dapat pengahasilan buat nambahain uang saku tiap harinya,
SS pemah stres dengan keadaan tersebut di atas, bahkan tidak masuk kuliah
karena tidak punya uang saku.
"gw pwemah tuh stres banget, tugas kulih banyak, harus beli buku dan foto copy, dan pastinya semua itu membutuhkan pengeluaran yang tidak sedikit , tapi disaat yang sam gw juga ga punya tambahan karena gw ga pemah masuk untuk ngajar esku/, kalo semua jadwal kuliah padat, gw udah ga bisa bagi waktu buat ngajar Iagi, pokoknya pusing banget dech.
SS sering merasa khawatir dengan kelanjutan kuliahnya nanti, ia sering
merasa cemas dan takut apalagi waktu kuliah belum selei~ai ayah dan
kakaknya tidak bisa blagi menyanggupi pembayarannya, i~eiring dengan
jalanya waktu akhimya kekhawatiran itu terjadi juga, ayahinya meninggal dan
kakaknya pun tidak lagi menyanggupi biaya kuliah SS dan akhimya SS
diminta keluarganya untuk menunda kuliahnya.
"emang sih, dari awal gw udah sering banget kep.ikiran soa/ ini, jangankan untuk biaya kuliah buat ongkos sehari·hari aja kadang ga ada, apa/agi semenjak bokap gw meningga/, kakak gw juga udah ga bisa Jagi bantuin biaya buat gw sepenuhnya, gw hampir ga nyangka kalo apa yang gw takutin tetjadi juga. Tapi ya tinggal nunggu waktu aja dech. Mudah-mudaan sih ga lama gw cuti kaya gim:
Secara otomatis, SS saat ini cuti kuliah, karena faktor ekoinomi keluarga yang
sudah tidak lagi menyanggupi biaya kuliahnya SS, pasca cuti kuliah subjek
mulai menekuni lagi pekerjaannya untuk mencoba menabiung dan
mengumpulkan uang buat meneruskan kuliahnya nanti. SS sangat
52
menginginkan untuk menyelesaikan kuliahnya, dengan sekuat tenaga,
persaan, SS tetap berusa mencari biaya kuliahnya yang t1~rtunda.
Gambaran stres SS
Tahap Pertama
Pada dasamya perjalanan yang dialami SS semenjak ia masuk kuliah,
dimana stres itu selalu muncul ketika subjek harus membayar uang kuliah
setiap pergantian semester dimana SS merasa stres dan malu ketika ia harus
menunda pembayaran uang kuliahnya dengan cara memnta surat pengajuan
penundaan kuliah.
"kan dari awal gw kuliah, keluarga gw kurang bang.et ekonominya, apalagi ka/o udah mulai bayaran semester, sedang'kan terkadang uangnya be/om ada dan gw terpaksa haros buat syrat tunggakan karena ga bisa bayar tepat waktu, ya pokoknya stms banget deh, n
faktor biaya kuliah yang menjadi pemicu stres subjek SS, semakin kuat
kemunculannya ketika SS mulai masuk semester 4, dimana pada saat itu SS
merasa khawatir akan kelanjutan kuliahnya, pada saat itu (semester 4) biaya
kuliah SS mulai di bantu oleh kakaknya yang sudah bekerja, dalam diri SS
muncul keraguan apakah dirinya mampu menyelesaikan ~;uliahnya sampai
tingkat akhir (sampai Wisuda).
"mulai semester 4 ke atas biaya kuliah gw di bantu sama kakak gw, gw khawatir banget, apa/agi dengan kondisi seperti' itu, gw takut ga bisa ngelanjutin ku/iah /agi"
53
kekhawatiran SS akan kelanjutan kuliahnya benar-banar terjadi, pada saat
ayah SS meninggal dunia memaksa SS untuk berhenti kuliah secara
terpaksa di karenakan tidak adanya biaya untuk kuliah SS, dimana SS pun
tidak bisa berharap pada bantuan kakaknya sepenuhnya, dimana pada waktu
yang bersamaan dengan meninggalnya ayah SS kakaknya pun sempat
berhenti bekerja.
"ehm,,temyata kekhawatian gw selama ini tetjadi juga, gw harus cutu kuliah karena keadaan ekonomi ke/uarga gw yang kayaknya tidak bisa lagi untuk gw nglanjutin kuliah, semenjak bokap gw meninggal kakak gw juga sempet keluar dari tempat ketjanya, tapi gw juga ga bisa berharap banyah karena kakak gw juga harus bantuin nyokap dan biaya kebutuhan rumah,"
Tahap Kadua
Gejala yang dirasakan SS ketika sedang stres adalah susah tidur, sering
pusing, cemas, terkadang , ketika dalam kondisi tertekan i:;eperti ini SS
benar-benar merasa gelisah.
"kalo lagi stres, aduh kepala gw suka pusing , susah tidur apalagi ka/o udah kebayang masa/ah ini timbul sampai gEilisah sampai perb\na sakit migran"
Jikia sedang stres terkadang timbul keinginan dalam hati 8S ingin berhenti
dan tidak melanjutkan kuliahnya lagi, dengan begitu ia akan fokus bekerja
untuk membantu keluarganya. Tapi disisi lain SS merasa sayang jika harus
berhenti dengan waktu kuliah yang sebentar lagi selesai.
54
"Ka/o /agi stres mikirin masa/ah ekonomi ke/urga gw terpintas gw pengen berhenti saja kuliahnya dan tidak usah melanjutkan dari pada terus-terusan buat beban keluarga, tapi disi.si lain saya merasa bertanggung jawab dengan kuliah saya yang harus gw selesaikan, udah terlanjur banyak biaya yang keluar buat kuliah gw dan sekarang tinggal se/angkah lagi gw harus menyeJesaiakan kuliah gw, jadi biarpun harus menunggu, saya harus tetap meneruskan kuliah saya."
Meskipun berusaha menikrnati kehidupannya, tetap saja SS pernah
mengalami stres terlebih dengan kuliahnya yang tertunda dan keadaan
ekonomi keluarga yang sedang sulit, disatu sisi SS ingin membantu
keluarganya tapi disisi lain SS juga harus menyisihkan hai;il pendapatanya
buat di tabung untuk biaya kuliah yang selanjutnya.
"stres pastilah pemah. .... apalagi nmelihat kondisi ekonomi keluarga gw yang seperti ini, untuk makan sehari-hari aja cukup susah sekarang ini apa/agi untuk biaya kuliah saya dam l<ayaknya ga mungkin banget kecuali gw biaya sendiri."
Dari hasil wawancara, ditemukan bahwa SS memang mengalami stres akibat
cuti kuliah yang bukan karena kernauannya sendiri melainl<an tuntutan
keluarga karena faktor ekonomi yang lemah, stres ini tirnbul sebelum cuti
kuliah justru awal kuliahpun SS sudah mulia mengalami st1res sampai stres
yang berl<elanjutan sampai sekarang yaitu ketika ayahnya meninggal dan
keluarganya meminta SS untuk menunda kuliahnya sernentara waktu.
awal kejadian terjadinya stres ketika ia harus membayar mgistrasi kuyliah
dan pada itu belum ada uang yang tersedia untuk bayaran kulih dan
ditambah dengan sekarang SS harus mengambil cuti sernenjak ayahnya
55
meninggal karena ibunya tidak mampu untuk membiayai f:uliah SS sampai
selasai, begitu pula kakaknya tidak bisa membiayai sepeniuhnya biaya kuliah
SS karena faktor ekonomi yang lemah juga terjadi pada kakanya
stres yang terberat yang SS rasakan adalah ketika ia diminta cuti kuliah oleh
keluarganya sedangkan masa kuliah SS hanya tingggal menyusun skripsi
saja. SS sempat menyesalkan masalah tersebut; tapi SSpun tidak bisa
memaksakan diri untuk tetap kuliah sementara keluarganya sedang
mengalami kesusahan ekonomi, dan akhimypun SS menuruti permintaan
keluarganya untuk menunda kuliah.
Gambaran Coping SS
Tahap Kedua
Dalam menghadapi permasalahan ini subjek sering merenung yang
adakalanya dalam perenungannya membuat SS menangis, perenungan ini
SS takukan di rumahnya (tepatnya di kamar pribadi SS)
"paling gw lebih sering merenung dirt aja dikamar atau di romah aja , walaupun kadang gw suka nangis-nangis sendiri il<alo tiap kali gw inget masalah-masalah gw yang ga ada abisnya, gw selalu merasa masalah itu ada teros melimpah gw dan ke/uarga gw.terkadang mesa/ah yang satu be/om selesai udah ada /agi masa/ah baru, seperti yang gw alamr saat ini"
keinginan SS untuk melanjutkan kuliah selalu ada, hal ini mendorong subjek
untuk bekerja demi mendapatkan uang tambahan bagi biaya kuliahnya, SS
56
selalu menyisihkan sebagian pendapatanya untuk ditabung dan SS masih
berharap kakaknya dapat membantu biaya kuliah SS selanjutnya.
"kalo soal buat melanjutkan kuliah gw, gw Cuma nunggu waktu kepastian dari kakak-kakak gw yang katanga mau membiayai ku/iah gw, sambil gw sedikit-sedikit nabung buat nambahi biayay gw nanti."
Subjek sadar bahwa tidak selamanya berdiam diri tanpa harus sering atau
mencari solusi dan bertukar pikiran dengan orang lain dapat menyelasaikan
masalahnya karena menurut subjek, merasa tidak sanggup menghapi
dengan caranya sendiri tanpa mencari jalan keluar untuk menyelasaikan
masalahnya.
"awalnya gw menyakini diri sendiri dulu dan memikirkan bagaimana jalan keluamya agar gw g berdiam diri dan menutup diri dengan masa/ah gw. Akhimya gw sadar kalo gw ga bisa menyelesaikan masalah tanpa ada bantuan dari orang lain ataupun masukan, pendapt dan solusi yang baik dari orang lain, dan akhimya gw coba buar saning sama salah satu sahabat gw dan dia juga satu bkefas sama gw, setelah gw cerita panjang lebar semua masalah gw. Akhimya sahabat gw sangat mendukung gw dan menyarankan agar gw tetap sabar, bemsaha, dan berdoa karona setiap masa/ah pasti ada ja/an keluamya, walaupun awalnya gw ragu untuk cerita semua maslah-masalah gw ke siapapun, baik kelua1ga ataupun sahabat dan temen-temen gw."
Tahapkedua
SS juga melakukan strategi planing yaitu merencanakan hal-hal yang dapat
dilakukan untuk mengatasi situasi yang menimbulkan stres, planing
merupakan bagian dari cping yang terpusat pada masalah (problem focused
coping) strategi coping yang merupakan cara yang biasa SS lakukan untuk
meredam stressor, yaitu dengan mempersiapkan langkah dan perencana
untuk menghadapi situasi yang bisa menekan, misal ketika ia harus
menyisihkan pendapatannya untuk biaya kuliah selanjutn~1a.
"saya sih biasanya kalo pendapatan saya /agi /ebih dari cukup, gw suka menyisihkan sebagian buat nyokap gw dan .sebagiannya /agi gw tabung buat kebutuhan dan biaya kuliah gw nanti."
Selain dengan problem focused coping, SS diasadari atau tidak sering
melakukan penolakan (Denial) terhadap masalah yang ia lhadapi denial
57
merupakan dari benruk coping yang berpusat pada emosi (emotion focused
coping), strategi ini dilakukan dengan sesekali bersikap tidak acuh, tidak
terlalu peduli, dan beerusa tidak memikirkan masalah yan!J ada.
')ta sih kalo buat gw masalah ini emang berat tapi kalo dipikirin terus juga kurang baik, kalo gw biasanya lebih cuek aja kali ya, abisnya mau diapain /agi, apalagi ngw bukan tipe orang yang suka curhat matemen atau keluarga."
Strategi coping yang terakhir yang sering SS lakukan adalah mendekatkan
diri pada Allah SWT (turning of religion) yaitu dengan lebih rajin slolat dan
memperbanyak dzikir, menurut SS langkah ini sangat manjur untuk
mengobati kegundahan hati ketika ada masalah yang san11at berat, SS
pasrah kepada Allah SWT dan berdoa agar bisa diberi jalan keluar yang
mudah. Turning of religion merupakan bagian dari strategi dari Emotional
focused coping. Didalam metode turning to religion, seseorang yang berada
dalam keadaan stres memilih untuk beralih kepada agama, sebab sebagian
58
besar orang menganggap agam adalah alat yang dapat bt~rfungsi
sebagaisumber dukungan emotional.
"kalo gw udah bener-bener pusing paling saya nangis sendiri dikamar terkadang sambil sholatpun saya suka nangis, saya tidak pemah luput dari memohon dan meminta sama Allah SWT, biar saya diberi kemudahan dalam menghadapi masalah ini."
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pola respon coping
responden SS merupakn kombinasi dari Problem focused coping, Emotional
focused coping. Dan Problem focused coping mencangkulP active coping dan
planinng, sementara itu Emosional focused coping mencakup denial dan
fuming to religions.
4.2.2. Responden 2 (II)
Gambaran umum
II adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarata Fak:ultas Psikologi
semester 3, yang kini berusia 18 tahun ia lahir di lamongalll Jawa Timur pada
tanggal 31juli1989 dan II anak tunggal dari perkawinan ayah dan ibu
kandungnya, tapi kini II jadi anak pertama dari 4 bersaudara dari perkawinan
ayah dan ibu tirinya, ia tinggal bersama ibu kandung dan ~;edua adik tirinya, II
memiliki performance yang sopan dan dewasa, tinggi bad1~n ± 155 cm
dengan berat badan 40 cm, akibatnya II terlihat sangat kurus, meski baru
berusia 18 tahun. II tampak lebih dewasa dari umur sebenarnya.
Periang dan supel, itulah kesan yang rnuncul saat penulis berkunjung
kerurnah II, suasan rarnah, kekeluargaan yang kental san!~at terlihat dari
penerimaan II, bisa terlihat pula bahwa II rnerupal<an priba1di yang rnudah
bergaual sebab ia tida sulit untuk rnernbentuk keakraban antara penulis,
rneski tinggal dikeluarga yang sederhana II tetap terlihat c:eria.
II rnerniliki perforrnence yang sopan dan dewasa, tinggi bada ±155 cm dan
beat badan 40 cm, akibatya II terlihat sangat kurus, rneski baru beruasia 18
tahun, II tarnpak dewasa dari uur sbenamya.
59
Awai II menyadari mengalarni stres ketika, ia dirninta oleh keluarganya untuk
rnenunda kuliahnya, karena kedua orang tuanya rnegalarni PHK, sebelurn
kedua orang tuanya II rnerasa sernua kebutuhan sekolah, kuliah terpenuh,
menginjak semester tiga, II megalarni penuruan seprti kebutuhan yang tidak
terpenuhi lagi dan sampai dirninta untul< menunda kuliahnya.
"aku bener-bener shok banget pada waktu itu, tiba-tiba ibu meminta aku untuk menunda ku/iahnya du/u, dengan a/asan ibu sama ayah Jagi kena phk. Aku taidak nyangka banget dan ha/ tersE1but idak terfikirkan olek ku, tapi dengan berja/annya waktu aku bisa terima semua inf
saat pertama II sudah tidak rnasuk kuliah lagi karena cuti ill terenung di kamar
terus seakan-akan ia tidak yakin dengan sernua yang terjadi. MenunJt ii
subjek merasa mimpi, kuliah baru semester tiga harus sudah cuti, pasl<a cuti
kuliah tiga minggu dirumah ibu II rneminta II untuk mencari kerja supaya bisa
60
membantu keluarga dan adik-adknya. linya pun merasa bingung dan stress
dengan permintaan ibu yang meminta II untuk cepat menc:ari kerja.
"masalah yang pertama saja aku masih kebayang, tiga minggu setelah euti sudah diminta untuk menearl kerja, eoba sapa yang tidak stres ........... pikiran bingung dan harus earl kerja dimana apalagi gak gampang menearl ketja, tapi ibu terus mendesak aku untuk cepat earl kerja agar aku bisa sedikit bantuin ke/uarga dan adik-adik sekolah."
Meski merasa tertekan dan masih sedih dengan kondisiya1 saat ini. II terus
dan terus mencari kerja seperti yang ibunya minta dengart kesabaran yang
dijalani II pun tidak merasa putus asa. Tetapi sesekali n merasa stres karena
sudah sekian banyak surat lamaran kerja yang dikirim dan satupun belum
ada panggilan, sedangkan pihak keluarga II sudah terus mendesak dan
marah-marah karena II belum juga rnendapatkan pekerjaan.
"aku tuh terkadang suka kese/ banget sama ibu, dia se/a/u marahmarah padaha/ aku sudah berusaha mencarl ke1ja tapi ibu tidak ada bosannya mendesak aku terns terusan, aku jadi stres timbulnya kadang aku tinggal pergi aja kalau ibu mulai marah-marah."
Saat ini II hanya bisa menjalankan kehidupannya sekarang ini, dia mencoba
sekuat tenaga untuk membantu kesulitan keluarganya, mEmurut subjek dia
juga tidak akan mernbiarkannya mati kelaparan karena tidak bisa memenuhi
kebutuhan keluarganya akibat disphk kedua orang tuanya. II terus mencari
pekerjaan sampai akhirnya menemukan pekerjaan yang penghasilannya
cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya selama SE~bulan.
"aku juga mikir, ga mungkin aku mengebiarln keluarga aku mati kelaparan akibat tidak bisa membeli apa-apa, karena tidak ada uang yang cukup untuk membeli kebutuhan tersebut, dengan sekuat tenaga
61
aku terus mencari kerja sampai akhimya aku menemui pekerjaan yang penghasi/annya cukup buat biaya hidup sebulan. Sebenemya aku stres bukan karena cuti kuliah saja melainkan dua masalah dalam waktu yang sama yaitu kuliah dan keluarga."
Meski lelah dengan aktivitas yang padat semangat ini tidak surut dan ia tidak
menjadikan hal itu beban yang berlebihan bagi dirinya meskipun sesekali ia
merasa stres karena banyak hal yang harus dipikirkan antara lain masalah
cuti kuliahnya dan keluarganya. Meskipun berat, II tetap rnenjalankan dengan
sebaik mungkin selain itu selama masih cuti kuliah II akan menekuni
pekerjaannya dengan menyisihkan sedikit pendapatannyai untuk menambahi
biaya kuliah nanti, sampai keadaannya normal kembali.
Gambaran Stres II
Tahap Pertama
Awai perjalanan stres yang di alami II pada waktu dia me1ngetahui bahwa
kedua orang tuanya sudah tidak bekerja lagi, dimana stres itu muncul ketika
kebimbangan dan rasa khawatir II tinggi dan memikirkan bagaimana untuk
biaya kuliah dan adik-adik sekolah dan pada akhimya ibu subjek meminta II
untuk menunda kuliahnya.
"Semenjak aku di minta ibu untuk cuti kuliah dan pada saat itu aku stres banget, karena pasti aku bakalan ketinggalan mata kuliah dari teman-teman yanng lainya, setiap saya memikirk•~ soa/ itu pasti jadi tibul stres, resah dan bingung deh, udah gitu selang beberapa minggu pasca cuti ku/iah ibu udah mulai meminta saya untuk cepetcepet earl kerja agar bisa membantu adik-adik seko/ah dan dari situ aku merasa makin bertambah masa/ah yang begitu rumit dalam diri
aku dan aku makin merasa terlekan menghadapi masalah yang seka/igus memberatkan aku banget"
62
Rasa keinginan II untuk melanjutkan kuliah sangat tinggi sampai terkadang
ia sering merasa khawatir dengan kondisi ekonomi keluar~1anya saat ini
apalagi kedua orang tuanya sudah tidak bekerja dan tidak punya penghasilan
tiap bulanya.
"rencananya aku masuk kuliah /agi semester ganjil karena dalam surat cutinya uku cuti cuma 2 semester aja, tapi aku masih suka khaawati juga sih, takutnya pas udah waktunya masuk ku/iah /agi, temyata orang tuua aku be/um siap untuk membiayai ku/iah aku karena be/um ada biaya yang cukup, untuk biaya kuliah aku, itulah yang sangat aku khawatirl<an karena di lihat dari kondisi ekonomi orang tua aku yang sekarang aja sedang tidak stabil atau masih kurang banget, semenjak orang tuaku udah tidak bekerja /agi."
Faktor biaya yang menjadi pemicu subjek, semakin kuat kemunculanya
semenjak orang tuanya sudah tidak bekerja lagi dan tidak lagi punya
penghasilan tertap setiap bulanya, dan pada saat itu II semakin khawatir
akan kelanjutan kuliahnya karena biaya kuliah II bersalal dari dari
penghasilan atau pendapatan kedua orang tuanya yang masih bekerja waktu
itu.
"awa/nya sih aku g terlalu khawatir banget, tapi ya irlu dia ka/o dilihat dari dari kondisi ekonominyasekarang dab be/uim /agi orang tua aku, satupun be/um ada yang mulai bekerja dan dari man penghasilan tiap bulanya, paling juga Cuma ngandelin warung jajan aja dan itu masuh be/um cukup banget be/um /agi buat adik-adik aku seko/ah untuk itu saya kerja biar bisa bantu adik-adik aku seko/ah,kadang saya juga bingung, pengennya sih kerja hasilnya buat saya tabung karena buat tambahan biaya ku/iah aku nanti,bis saya khawatir dengan orang tua aku yang be/um bisa membiayai kuliah aku nanti
63
kalo udah waktunya aku mulai masuk kuliah, tapi apa bo/eh buat aku g tega melihat kondisi ke/uarga aku yang sekaranfJ, ya mau ga mau aku harus /ebih mementingkan adi dan ke/uarga aku du/u"
Faktor penyebab dari awal munculnya stres pada subjek II yang
menimbulkan stres itu berlcelanjutan dan memicu perasaan menjadi tertekan
akibat kondisi dan tuntutan yang rnelibatkan dirinya untuk rnembantu
keluarga dan adik-adiknya sekolah.
"banyak yang menjadi penyebab aku sires karena keadaan ekonomi yang seperti ini. Ketika: .. mengetahui kalo kedua orang tua a/w di phk dt!ln tidak bekerja
/agi. " ketika di minta menunda kuliah karena ayah dan ibu aku yang
sudah tidak mampu /agi untuk membiayai aku ku/iah. " ibu kalo di rumah suka marah-marah ga jelas clan me/ampiaskan.
kemarahanya se/a/u sama aku, mentang-mentang aku anak yang paling besar di rumah.
• Di tuntut untuk cepat-cepat kerja. Agar bisa membantu acfik-adik sekolah.
• Khawatir takut tidak bisa meneruskan kuliah /agi dengan koncfisi ekonomi keluarga aku yang masih kaya gini."
Tahap kedua
Menurut II, ia adalah seseorang yang tidal< tertalu mernildrkan masalah. Apa
yang ia jalani saat ini bisa berjalan dengan bail<. Meski demikian juga II tidak
memungkiri bahwa stres karap datang, beberapa hal yang kadang membuat
II stres adalah ketika ibunya selalu marah-marah pada II tanpa alasan yang
jelas dan ketika kedua orang tuanya selalu mendesak agar II cepat bekerja
dan agar bisa membantu keluaganya.
64
"Biasa aja tuh. Kadang aku Cuma dengerin aja, tapi yang namanyajuga hidup pasti punya masa/ah, aku terlradang kalo ibu lagi marah atau ayah juga ikut marah, paling aku diem, bisnya kalo aku ikut emosi juga, yang ada masalah bukan tambah selasai tapi makinpanjang."
Gejala yang dirasakan II kertika sedang stres adalah susah tidur, susah
makan, bahkan berat badan turun drastis, terkadang ketika kondisi dalam
keadaan tertekan seperti ini II benar-benar merasa cape dan gelisah.
"jika stres mulai datang dipikiran akiu, aduh .... kep<ila aku suka pusing, tidurpun susah, nafsu makan juga menumn, bahkan berat badan aku tumn drastis. n
Sesekali II juga mengalami stres yang dirasa sangat berat, kondisi seperti ini
biasanya muncul ketika ia selalu dan terus mendesak untul< mencari
pekerjaan, tentunya II harus menuruti permintaan ibunya, situasi seperti inilah
yang membuat II sangat terpukul karena ia dihadapi pada rnasalah yang
begitu rumit . menurut komentar II.
)la ka/o ibu udah sering marah karena aku hams mendapat pekerjaan, terkadang saya suka bingung dan semakin seakan-akan aku dikejar-kejar sama masa/ah walaupun saya udah bemsaha mencari tapi pemah sampe 2 bu/an saya be/um kerja juga, dan saya juga ga tau hams gimana lagi, saya cuma bisa pasrah aja, kalo emang rejeki saya, saya yakin pasti ada panggi/an kerja."
Dari hasil wawancara di temukan bahwa II juga merasakan hal yang sama
seperti yang dialami SS yaitu mengalami stres pasca cuti kuliah, apalagi cuti
65
kulih berdasarkan tuntutan dari orang tua yang mendesak akibat faktor
ekonomi keluarga yang lemah, semenjak kedua orang tua II mengalami phk
ditempatb kerjanya, awal stres yang terjadi pada ketika dipaksa orang tuanya
untuk menunda kuliahnya sementara waktu dan pasca cuti kuliah yang selalu
di desak olek kedua orang tuanya untuk cepar mencari kerja agar bisa
membantu meringankan beban keluarga dan memenuhi k1ebutuhan serta
biaya pendidikan adik-adiknya, stres terbesar yang dirasakan ketika II terus
dipaksa dan selalu dimarahi oleh kedua orang tuanya untuk cepat mencari
dan mendapat pekerjaan dan bisa menopang keluarganya sementara sampai
kedua orang tuanya mendapat pekerjaan baru lagi.
Gambaran Coping II
Tahap Pertama
Usaha II untuk mencari kerja tidak pemah putus asa , demi untuk membantu
melanjutkan sekolah adik-adiknya yang masih duduk di bangku sekolah
dasar dan II selalu menyisihkan pendapatnya untuk di tabung, hal tersebut
yang membuat II terus bekerja tapi II masih berharap pada kedua orang
tuanya untuk bisa membiayai kemblai kuliahnya yang tertunda.
"aku terus mencari kerja sampe buat 7 surat lamaran yang aku kirim di setiap /owongan tapi satupun ga ada yang dipa.nggil, sempet putus asa sih tapi aku juga ga mau nyerah gitu aja, apa/agi orang tua aku nuntut untuk cepet-cepet ketja dan akhimyapun bisa ketja karena diwa sama tretangga aku untuk ketja di tempat dia beketja sebagai kasir di e/izabet bakeri dan dari pendapatan aku ketja bisa untuk
66
membantu adik-adik dan ke/uarga aku dan sisanya bisa aku tabung syukur-syukur bisa buat nambahin biayaa kuliah a•ku nant. n
Subjek sempat mengalami berbagai konflik pasca cuti kuli;ah karena tuntutan
kjerja dari keluarganya dan hal tersebut yang membuat II rnerasa frustasi
dalam menghadapi masalah yang bertubi-tubi, tertekan dengan keadaan dan
tuntutan keluarganya.
"aku kan sempet 4 bualn be/um kerja pasca cuti kuliah, mungkin orang tua aku juga udah kebingungan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan biaya adik-adik ak1:1 sekolah sedangf<an sekarang udah ga ada lagi penghasilan tetap kaya dulu lagi, paling cuma rigandelin warung jajan, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari juga kadang masih kurang, akhimya nyokapun sering marah-marah dan sering banget nanyain kapan aku mu/;ai kerja dan terus seperti itu bahkan hampir setiap hari, dan timbulnya saya sering stres dengan pertanyaan itu apa/agi zaman sekarang mencari pekerjaan dengan ijazah smu agak sedikit susah, padahal aku aku udah berusaha dan udah cuba untuk melamar kemana-kemana tapi be/um ada yang di panggil juga. Dan akupun pemah sampe di diemin ibu dan ayah gara-gara aku be/um bisa kerj'a-kerja udah 4 bu/an ini, mereka fikir aku ga berusaha , tapi aku cuma bisa sabar, ikh/as dan memaklumu kondisi orang tua dan keadaan ekonimi keluarga aku. n
Keinginan subjek agar masalah ini cepat selasai dan orang tuapun tidak
selalu marah-marah dan subjekpun bersi keras untuk term; menyakini orang
tuanya sekaligus memikirkan solusinya.
"aku udah fikirkan matang-matang untuk mmbuat ibu tidak se/a/u marah-marah /agi. aku coba deketin ibu kalo suasana hati ibu /agi enak dan aku ajak ngobrol sambil becanda gitu biar ibu bisa ketawa dan sedikit /upa sama masa/ah yang ada, tapi kadang itu bertahan Cuma beberapahari aja, kesananya tetep aja suka marah-marah kadang masa/ahnya Cuma sepele, aku /upa nyapu rumah natri ibu marahnya udah kaya apaan tau, kadang aku juga jenuh dengan keadaan yang giti-gitu terus, pemah aku tinggal pergi kalo ibu /agi
marah-marah, aku pergi aja keruamh temen aku l>iar ga tambah sires dengerin marahan ibu terus, n
Tahap Kedua
Strategi coping yng II lakukan cenderung pada coping yang berpusat pada
masalah (problem focused coping) yaitu dengan al<tif copimg biasanya II
langsung bicara dan menyelesaikan masalah dengan orang tuanya yang
menjadi sumber masalah, selain itu II juga mempersiapkan strategi untuk
mengatasi situasi yang bisa menimbulkan stres (planing).
67
"ka/o lagi ada masa/ah, biasanya aku langsung omongin ke ibu meskipun aku lagi punga masa/ah sama temen dEiket, temen kampus ataiu siapa aja, dan aku langsung omongin dan se/esaikan saat itu juga, dari pada nanti jadi beban, iya kalo saya tahan, lagian aku ga bisa mendiamkan masalah yang apaun yang sedang terjadi sama aku."
Strategi coping yang lain yang II lakukan adalah penolakan (denial) yaitu
menoloak kehadiran sumber stres atau bertidak seolah-olah stres tersebut
tidak nyata. Denial merupakan salah satu strategi coping yang terpusat pada
emosi (Emotional focused coping) strategi coping ini 11 lakukan dengan
sebisa mungkin bersikap tidak acuh, tidak peduli, tidak memikirkan masalah
dan beranggapan bahwa hal tersebut bukan hal yang nyata.
"aku sih tidak semua masa/ah aku tanggepin, kalo masa/ah biasa sih itu cuekin aja, anggap aja ga pemah terjadi, lagian kalo semua masalah harus kita tanggepi yang ada kita stres dan bikin pusing sendiri aja, jadi yang perlu dise/esaiakan bagi aku sih masa/ah yang sekiranya penting-penting aja."
68
Namun II bisa melakukan hal yang sama pada semua masalah, misal ketiak
dihadapi masalah yang rumit II akan mendiskusikan dengan keluarga (orang
tua), temen-temen biasanya II meminta pendapat dari mereka agar bisa
menyelesaikan masalah secepatnya, strategi coping ini adalah strategi
coping terpuswat pada emosi (Emotional focused coping) dengan bentuk
seeking support of emotinal reason.
"yang namanya masa/ah pasti ada aja, kalo udah pusing dengan masalah yang saya hadapi, biasaya saya langsung curhat sam ibu, temen deket dan kalo udah curhat aku selalu d(beri nasehat inilah ..... itu/ah, dan kalo aku udah mengeluarl<an 11nek-unek aku lega banget."
Selainitu II biasa melakukan strategi coping tunning of reli~1ion ketka sedang
ada masalah II berusa untuk lebih dekat lagi sama AllaH SWT dengan sholat,
ngaji dan berdzikir, ia harap akan diberikan jalan keluar darei semua masalah
yang dihadapiny, strategi ini merupakan salah satu dari (Emotional focused
copiung)
"baca bismil/ah setiap mau melakukan sesuatu ayau mau beraktivitas apa aja, apa/agi ka/o masa/ah Jagi banyak banget sebisa mungkin saya lebih sering mendekatkan diri pada Allah swr agar diberikan ja/an ke/uar. n
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pola respon coping II
merupakan kombinasi dari Probem focused coping, Emosional focused
coping, dan strategi focused coping yang mencakup active' coping dan
planing, sementara itu Focused coping mencakup denial, seeking socisl
support for emosionsl reason dan turning to religions.
4.2.3. Analisa Kasus K
Responden 3 (K)
Gambaran Umum
69
K adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester 5 yang kini
berusia 21 tahun, ia lahir dijakarta pada tangga 15 Juni 1986 dan K adalah
anak bungsu dari 3 bersaudara kedua kakaknya sudah memikah, dan K anak
satu-satunya yang masih kiliah dan masih dibiayai oleh keluarganya, K
memiliki tinggi badan ± 165cm berkulit sawo matang, berabut pendek, K
terlihat antusias saat wawancara berlangsung. Pria ini juga sangat terbuka,
aktif dan mudah bergaul. Wawancara berjalan lancar dan berlangsung di
taman depan rumahnya K yang terletak di Depok sawangan.
Dengan suara sedikit lantang bahkan terkesan tegas, K menjawab setiap
pertanyaan dalam wawancara, namun K terlihat agak terlihat sedih dengan
mata yang berkaca-kaca ketika peneliti menanyakan masalah yang
menyangkut tentang kehidupan dan ekonomi keluarganya. Meski demikian
wawancara berjalan dengan baik, dan sesekali diselingi tawa keakraban.
70
K adalah sosok pria yang berusia 21 tahun, pria ini terlihat energik dan
terkesan sangat menikmati hidup yang sederhana, keputu:san K untuk
mengambil cuti kuliah karena ia tahu ekonorni keluarganya sedang tidak
stabil. Dengan itu juga kakaknya pemah minta K untuk mencari kerja sambil
rnenjalankan kuliahnya, tapi K tidak mau demikian karena K menginginkan
hanya fokus dalam suatu pekerjaan atau perkuliahan untuk itu K
memutuskan menunda kuliahnya.
"emang sih, awalnya kakak meminta saya untuk bekeTja sambil kuliah tetapi saya piker /agi /ebih baik saya cuti dulu ka/au emang masalahnya karena ekonomi saya coba mencari keTja sambil mengumpulkan uang untuk biaya ku/iah saya selanjutnya."
Menurut K selain mencari uang buat melanjutkan kuliahny;~ nanti, K juga
ingin membantu ibunya yang sekarang ini sedang membutuhkan bantuan
ekonomi, untuk itu K mencoba menyelesaikan satu persatu masalah yang
terjadi pada diri saya.
"meskipun pada awalnya kakak saya tidak setuju dEmgan keputusan saya, tapi saya tetap memutuskan ha/ tersebut. Dan saya juga coba jtelasin sama kakak ka/au saya mencari uang bukan hanya untuk menabung buat biaya kuliah saya, melainkan buat nyokap yang sekarang butuh bantuan."
Sebenamya K ingin menyelesaikan kuliahnya secepatnya jika tidak ada
hambatan, tetapi kenyataannya tidak sama dengan harapan. K sabar kalau
segala sesuatu tidak bisa dipaksakan, dengan segala pen1}ertian dan
kebijakan K akhirnya subjek bisa menerima kenyataan. Pada awalnya juga
71
stres karena diminta untuk mencari kerja tetapi karena suclah melihat dengan
nyata kenyataan yang ada kalau keluarganya tidak menyanggupi biaya
perkuliahannya akhimya K pun mencari kerja tetapi menunda
perkuliahannya.
"awalnya juga saya bingung lama-lama jadi sires, apa yang saya harapkan tidak sesuai dengan kenyataannya. Tapi i<arena keadaan keluarga saya seperti ini saya pun sadar diri dan Juga tidak memaksakan kehendak saya untuk tetap kuliah sedangkan keluarga dalam kesulitan."
Meski memutuskan sendiri untuk meunda kuliahnya, dan nnencari kerja untuk
menabung untuk biaya kuliah selanjutnya serta untuk mernbantu ibunya juga.
Sesekali K pun mengalami stes, dari awal kakaknya meminta K untuk
mencari kerja sedangkan K sedang konsentrasi kuliahnya. Bahkan K sempat
bingung karena memikirkan persoalan tersebut, setelah m1;}1ihat kenyataan
yang keluarganya alami, K sadar kalau subjek tidak lagi m1~maksakan
kehendaknya dan menerima kenyataan.
Gambaran Stres K
Tahap Petama
Faktor tuntutan kerja yang menjadi pemicu stres k semakin kuat
kemunculannya ketika kakaknya terus menanyakan dan mendesak K untuk
cepat mencari kerja agar dapat memenuhi kebutuhan kuliah dan pridadinya
K sendiri.
72
"pada waktu kakak saya terns menuntut saya buat J'<erja samnbil ku/iah, pada saat itu saya mulai bimbang dan bingung. Apa yang harns saya /akukan agar biaya kuliah saya tidak terlalu membebankan keluarga saya, be/um /agi saya stres karena kakak saya mendesak saya untuk cepat mencari kerja. Agar semua kebutuhan kuliah dan kebutuhan pribadi saya bisa saya penuhi sendiri tanpa harns meminta dari keluarga kecuali bayaran kuliah."
Pada dasarnya penyebab stress yang dialami K, semenjak K dan keluarga
besarnya mengalami perpecahan antar keluarga hanya karena perebutan
warisan ayahnya yang sudah meninggal lima tahun yang lalu, K merasa stres
dengan kondisi yang seperti itu, dan akhirnya K dan keluawga memutuskan
untuk pindah rumah peninggalan ayahnya yang ada di depok.
"yang membuat saya stress salah satunya seperti apa yang udah saya sebutkan tadi, yang pertama saya dituntut kerja o/ei'l kakak saya pada keadaan saya masih ku/iah, terns kondisi keluarga besar ayah saya yang tidak ada selesainya untuk memperebutkan warisan sampai tetjadi perang dingin antar keluarga, sampai sekarang, mencari ketja empat bu/an pasca cuti kuliah be/om dapet- dapet juga. Dan itulah penyebab dari stre yang membuat saya tidak betah dirnmah"
Kekhawatiran K akan kelanjutan kulihnya ketika K mengetahui keributan
besar dikeluarganya dengan memperebutkan harta warisan ayahnya,
sedangkan pada saat itu kondisi keluarganya K sedang m1engalami krisis
ekonomi.
"pastilah saya khawatir walaupun saya sendiri yang memutuskan buat cuti kuliah, tetapi saya /akukan itu semata karena k1~adaan ekonomi keluarga yang tidak stabil atau sedang mengalami krisis ekonomi."
"Semenjak ayah saya meningga/ lima tahun yang /a/u ke/uarga besar aya selalu meributkan soa/ harta warisan, saya jug;;1 ngga tahu kenapa
ha/ itu sampai teljadi dengan ke/uarga saya padahal anak dan isteri yang di tingga/ juga ngga sampe segitunya memperebutkan harta warisan ayah saya. Padaha/ kalo boleh dibilang, saya ibu dan kedua kaka saya yang berhak semua itu".
Perasaan yang digambarkan oleh K adalah penyesalan, dimana K harus
73
menghadapi keluarga dari ayahnya yang masih perang dingin antar keluarga
sampai sekarang.
"perasaan saya sampai sekarang masih sedih ya ... kenapa sih semuanya harus berakhir seperti ini, du/u ketika ay13h saya masih hidup semuanya hidup rukun ga pemah ada perse/isihan, tapi kenapa setelah ayah ga ada semuanya jadi berantakan.. ltu yang saya sesali kenapa harus teljadi dike/uarga saya ha/ seperti itu .. "
Tahap Kedua
Meski berusaha menikmati kehidupanya tetap saja K pernah mengalami
stres, terlebih dengan dengan aktifrtas yang padat, pemicu stres berasal dari
tuntutan kakak yang terus meminta K untuk mencari kerja, padahal saat itu
masih kuliah aktif dan banyak tugas yang harus diselesaikan.
"stres pastilah peranah, apa/agi ka/o udeah sampe rumah dari pulang kampus, kakak saya terus dan terus menedesak saya untuk mencari kelja wa/aupun masih kuliah sampai saya bingung dan ga konsentrasi kuliah. n
Dalam kondisi stres gejala yang K alami adalah malas dirnmah, sulit tidur dan
kurang konsentrasi, jika sedang stres K justru mencari kes•ibukan dengan
74
memperpadar aktivitas agar lupa sama maswalah aatau s1tres yang sedang
dialami, tetapi K tetap mengatasi sumua masalah yang meimbuatnya stres.
"kalo saya udah stres banget dengan masalah masa/ah saya, pasti saya ga betah diramah karena pennasa/ahan yang membuat saya stres sumbemya dari romah dan orang-orang roma, tidur juga ga nyenyak, yang ada kepa/a saya pusing tapi mungl<in ini udah menjadi suratan takdir di keluarga saya kali ya, jarfi udahlah saya /ebih nikmatin dan jalanin aja."
Dari hasil wawancara ditemukan bahwa K mengalami sedikit stres dibanding
SS dan II yang benar-benar niengalami stres pasca cuti kuliah, berbeda
dengan K, ia memutuskan cuti kuliah berdasarkan atas kemauannya sendiri
tanpa paksaan atrau permintaan dari pihak keluarga. K sadar akan keadaan
ekonomi yang lemah pada keluarganya sehingga K berani dan nekat untuk
menunda kuliahnya dan mencari kerja untuk mencari tambahan biaya dan
uang saku ketika kuliahnya mulai dilanjutan lagi. Pada aw~1lnya K sempat
stres karena dipaksa oleh kakanya untuk mencari kerja, dan ketika itu k tidak
berfikir sejauh itu apalagi kuliah K masih semerter lima dan kakaknya terus
memaksakan untuk mencari pekerjaan tetapi masih tetap harus kuliah. Awai
stres yang terjadi pada k kretika lagi terus didesak kakaknya mencari kerja
untuk tambahan uang saku dan kebutuhan kuliahnnya agar bisa di tanggung
sendiri, K bingung dan resah pada saat itu akhirnya K pun mencari kerja
sekaligus memutuska menunda kuliahnya sampai ia bisa pinya tabungan
untuk membiayai kulihnya sendiri
75
Gambaran Coping K
Tahap Pertama
Dalam waktu empat bulan paska cuti kuliah K terus mencari kerja, tanpa
putus asa demi keluarganya dan K berusaha menabung agar dapat
membiayai kuliah selanjutnya.
"setelah saya ga kuliah /agi empat bu/an di mmah Cuma lontanglantung sambil nunggu panggilan kerja tapi be/um ada juga, tapi saya tetap sabar menunggu sampai saya mendapat pekEirjaan."
Subyek pemah mengalami konflik karena tuntutan kerja dari kakaknya, hal
tersebut yang membuat makin kuat munculnya stres yang dirasakan.
"ketika kakak meminta saya untuk bekerja, awa/nya saya kaget banget. Saya piker kalau hams earl kerja, kerja apa yah ... ? dan kalau udah kerja ganggu kuliah saya atau ga, itu yang seJa/u saya pikirkan. Dan pada akhimya saya pun menumti kemauan kakak saya kemudian saya mencari kerja tetapi ~eta/ah saya pikirkan lagi ada baiknya saya cuti saya menunda du/u kuliahnya dan saya mau memfokuskan pada kerja du/u sampai saya bisa menabung sampai cukup buat membiayai kuliah saya selanjtunya sendiri."
Keinginan K untuk melanjutkan kuliah lagi selalu ada, hal itu yang mendorong
subyek untuk bekerja agar bisa mendapatkan uang tambahan buat biaya
kuliahnya dan subyek pun berusaha menyisihkan pendapatannya untuk
ditabung biaya kuliah selanjutnya.
"sebenamya seh saya ga boleh citu kuliah o/eh keluarga saya, karena mereka bilang mereka akan membantu biaya ku/iah saya tetapi saya juga hams punya pemasukan buat memenuhi kebutuhan ku/aih dan kebutuhan pribadi saya sendiri. Tapi saya ga tega melihat kondisi perekonomian keluarga saya seperti ini. Akhimya saya mau focus mencari uang untuk biaya kuliah saya nanti se/anjutnya dan biar nanti
76
ke/uarga saya ga sepenuhnya menge/uarkan biaya untuk perkuliahan saya."
Dalam permasalahan K sering merenung di kamar pribadinya yang kadang
dalam perenungannya K sering menangis sendiri bila mernikirkan
keluarganya saat ini.
"saya /ebih sering merenungkan permasa/ahan say.a di kamar pribadi saya wa/aupun saya nangis jadi keluarga ga bakalan ada yang tau, jujur .. .. Saya suka nangis sendiri ka/u sedang memikirkan masa/ah ini, tapi ka/au saya sudah merasa suntuk dan bosan bernda di rurnah biasanya untuk meri/ekskan pikiran saya, saya mencari kesibukan lain. Seperli; main games di komputer atau pergi ke intemet buat chatting dan sambil nenangin diri."
Tahap Kedua
K termasuk orang yang aktif oleh karena itu sifat ini juga rnempengaruhi
strategi coping K, Laki-laki ini cenderung melakukan coping terpusat pada
masalah (problem focused coping), yaitu dengan active coping pada strategi
ini K langsung aktif dalam menyelesaikan masalah denagn cara menegur dan
bicara langsung pada orang yang menjadi sumber masalah bagi dirinya.
lnilah komentar K.
"saya kan masih kuliah, kalo waktu saya terbagi-bagi gimana, yang ada makin menambah masa/ah /agi apa ga sebaiknya dise/esaesaikan kuliah saya dulu baru nanti say mencari kerja dan fokus di peketjaan tanpa harus membagi waktu."
77
K juga melakukan strategi planing, yaitu merencanakan hal-hal yang dapat
dilakukan untuk mengatasi situasi yang menimbulkan stres, planing merupak
bagian dari coping yang terpusat pada masalah (Problem focused coping).
strategi coping ini merukan cara yang biasa K lakukan untuk meredam
stresor yaitu dengan mempersiapkan langkah selanjutnya untuk menghadapi
situasi yang menekan.
"akhimya saya mencari kerja dan sekaligus memutuskan menunda kuliahnya du/u, ka/o emang karena biaya y6ang menjadi pemicu buat masalah ini sehingga kakk meminta saya untuk bi~kerja, ya udah akhimya saya mencari kerja dan saya akan meny.isihkan setiap pendapatan sya untuk ditabung."
Strategi coping lain biasa K lakukan turning to religion (kembali pada agama).
Menurut K dengan lebih dekat kepada Allah SWT ada ketEmangan dalam
dirinya lebih tabah, sabar, ketika dihadapi sama suatu ma~1alah.
"saya paling /ebih rajin sholat, biar lebih dekat lagi sama Allah SWT dan agar diberi kemudahan da/am menghadapi sE1gala masalah yang ada."
Tanpa disadari, terkadang K juga melakukan strategi coping yang maladaptif,
yaitu focusing venting of emotional, coping ini merupak kec::enderungan untuk
memusatkan diri pada stres yang bersifat negatf, menurut K ketika sedang
rnengalarni stres, terkadang rnuncul hal-hal yang negatif dalam benaknya,
akibatnya K suka rnelampiaskan rnisalnya dengan rnarah atau pergi dari
rurna.
"kadang masalah rumah suka bikin saya stres, bawaannya suka pengen marah-marah aja dan kalo udah lcaya gitu saya sering pergi
dari rumah atau main keruma temen ka/o ga saya keintemet seharian!'
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pola respon coping K
78
merupakan kombinasi dari Problem focused coping dari Emosional focused
· coping.dan strategi Problem focused coping. Mencakup, active coping dan
planing, sementara itu Emosional coping mencakup acception, seeking social
support for Emosional reason dan turning to religion serta Maladatif coping
mencakup, coping focused ahd venting emosions dan mental
disengagement.
4.3. Perbandingan Antar Kasus
Setelah dilakukan analisis terhadap setiap kasus, kemudian dilakukan
perbandingan antar kasus, untuk dibandingkan satu dengan yang lainya
untuk mengetahui sejauh mana kesamaan dan perbedaani diantara kasus-
kasus itu.
Dari beberapa kasus diatas, antara satu subjek dengan yang lainya memiliki
tingkat stres dan coping yang hampir sama dalam mengatasi masalah yang
mengenai cuti kuliah, seperti pada kasus SS pada awalny;:i SS tidak
menginginkan karena sebentar lagi akan menyusun skripsi yang kurang lebih
tinggal 2 semester lagi untuk menyelesaikan skripsinya, s1~telah SS
79
memikirkan lagi dan melihat kondisi ekonomi keluarganya yang tidak mampu
lagi untuk membiayai SS sampai selesai akhirnya SS mernutuskan untuk cuti
kuliah walaupun sempat memikirkan hal tersebut kurang leibih 1 bulan untuk
benar-benar ikhlas dan menerima kenyataan. Selama dalam proses cuti
kuliah subjek mulai menekuni pekerjaannya yang dulu yaitu mengajar ekskul
di sekolah lanjut tingkat pertamanya(SL TP) terdahulu samli>il mengumpulkan
dengan menyisihkan uang untuk ditabung untuk membiayai kuliah dan
rnembantu keluarganya.
Pada kasus II setelah mendengar orang tuanya diphk atau sudah tidak kerja
lagi, II mempunyai firasat dan rasa khawatir yang tinggi rnungkinkah
kuliahnya akan di teruskan dengan kondisi keluarganya yang sudah tidak
bekerja dan tidak punya penghasilan tetap lagi, seminggu lkemudian II
meminta II untuk menunda kuliahnya sementara waktu sarnpai orang tuanya
dapat pekerjaan baru dan bisa bekerja lagi. Pada awalnya II tidak
menginginkan hal tersebut (cuti kuliah) tapi karena dilihat ~:ondisi yang tidak
memungkinkan oarang tua II untuk terus membiayai kuliah II tanpa punya
penghasilan, akhirnya ii memutuskan juga untuk cuti kuliah walaupun sempat
memikirkan hat tersebut kurang lebih 1 bulan untuk bener-lbener bisa
menerirna kenyataan. Dan selama dalam proses cuti kuliah, II mulai mulai
mencari kerja agar bisa menabung dari hasil pendapatannya dan sekaligus
bisa membantu keluarganya.
Kasus K benar-benar sangat berbeda dengan dua kasus yang terjadi, dari
kasus SS dan II. Karena dalam hal ini K memutuskan cuti lmliah atas
kehendaknya sendiri tanpa paksaan dari keuluarganya. Ka1rena menurut K
keputusan tersebut adalah hal yang tepat. Melihat kondisi keluarga K yang
sedang mengalami krisis keluarga, akhimya K memberanikan diri untuk
mengambil keputusan untuk cuti kuliah.
80
Meskipun berbeda dengan K, SS dan II membutuhkan walctu dalam
menerima keputusan keluarganya untuk memutuskan cuti kuliah, tetapi sikap
mereka (SS dan II) selama proses berfikir untuk menerima keputusan
tersebut (cuti kuliah) dari orang tuanya tidak mempengaruhi sikap dan
tingkah laku yang tidak bail< mereka terhadap orang tuanya walaupun mereka
belum benar-benar bisa menerima keputusan orang tuanya untuk melakukan
cuti kuliah dikarenakan faktor ekonomi keluarga yang sedang mengalami
krisis ekonomi yang mengharuskan mereka melakukan cuU kuliah
81
4.3.1. Bagan Analisa Antar Subjek
Variabel SS II K
Gambaran Stres
Sumber-sunber stres
1.Tekanan
a. Diminta cuti kuliah oleh Orang Tua '1 '1 -b. Diminta rnencari kerja oleh keluarga - '1 '1 2. Frustrasi
a, Tidak dapat rnelanjutkan kuliah - - -b. Pengangguran pasca cuti kuliah - '1 -3. Perubahan
a. Tidak percaya diri '1 - -b. Merenung atau berdian diri '1 '1 '1 4. Cemas
a. Tidak dapat rnenyelesaikan kuliah '1 '1 '1 b. Menunda kuliah '1 '1 '1 5. Konflik
a. Bimbang karena keinginan tidak terpenuhi '1 '1 '1 b. Tuntutan untuk menopang keluarga - '1 -Proses stres
1.Sedih '1 '1 -2. Kecewa '1 '1 -3.Tdak percaya diri '1 - -4. Tidak peduli - '1 -5. Ernosi mudah tersinggung, mudah marah - '1 '1 6. Munculnya gejala fisik '1 '1 -7. Susah tidur '1 '1 v 8. Tertekan atau tekanan '1 '1 -
82
9. Konflik -,/ -,/ -,/
10. Cemas ../ ../ -
Gambaran Coping
1 Coping berpusat pada masalah
a. Active coping - ../ ../ b. Planings · ../ - ../ c. Suppretion of competing activities - ../ -d. Restrain coping ../ ../ ../ e. Seeking sosial support for inntrumetal reason ../ ../ -2. Coping berpusat pada emosi
a. Seeking social support for emosional reason - ../ ../ b. Denial ../ ../ -c. Tumung to religion ../ ../ ../ d. Acceptence ../ ../ ../ 3. Coping Maladaptif
a. Focusing venting of emotions ../ ../ ../ b. Behavioral disengagement - ../ ../ c. Mental disengagement ../ ../ ../
BABV
KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN
Pada bab terakhir ini akan diuaraikan kesimpulan dari pen•elitian yang telah
dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan diskusi, pada bagian akhir
dikemukakan saran-saran yang mungkin menjadi masul<an dan berguna bagi
penelitian selanjutnya.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data wawancara dan observasi yang diperoleh dan
analisis yang dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil dalam
penelitian ini adalah:
Dari data yang terkumpul berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis,
yang dijadikan subjek dalam penelitian ini menglami stres. Baik stres karena
diminta untuk memutuskan cuti kuliah maupun stres karena dituntut kerja
oleh keluarganya untuk membantu kebutuhan keluarganya1, mayoritas
responden mengalami stres ketika harus memutuskan cuti kuliah secepat
mungkin, faktor yang mengharuskan responden cuti kuliah diantaranya:
ekonomi keluarga lemah, kebutuhan keluarga tinggi, single~ parent, tidak
adanya penghasilan tetap perbulan akibat di PHK, dan tid~1k adanya biaya
sedangkan faktor yang menjadi sumber stres, diantaranya dipaksa untuk
memutuskan cuti kuliah, diminta untuk mencari kerja, sehingga munculnya
rasa bersalah karena merasa jadi seorang anak yang belum mampu
membantu adik-adiknya dan orang tuanya.
84
Adapun strategi coping yang di gunakan responden mayoritas terbiasa
dengan Problem focused coping (coping berpusat pada m;asalah) yang
mencakup active coping, dan planing .. Sedangkan untuk Emosional fouesed
coping (coping berpusat pada emosi) mayoritas menggunakan seeking
social/ support for emosional reason (mencari dukungan s;osial dan mencari
dukungan dari orang lain) dan turning to religion (kembali kepada agama).
Ada juga satu responden yang juga menggunakan coping: yang maladaptif
yaitu dengan coping Focusing and venting of Emosional (rnemuaskan diri
pada stres yang bersifat negatif) dan mental disengagement (menyibukkan
diri dengan aktivitas altematif untuk menghilangkan rasa tidak nyaman).
5.2 Diskusi
Dalam penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa mahasiswa
mempunyai peranan yang sangat penting untuk keluarga dalam
perkembangan dan kemajuan karir dan ekonomi keluarga,. termasuk
menerima keputusan orang tuanya untuk menunda kuliah sementara waktu,
karena lemahnya ekonomi keluarga yang dialami keluarga responden
akhimya orang tua responden pun rnerninta responden untuk rnenunda
kuliah.
85
Dalarn menjalankan peran sebagai anak dalam keluarga maka responden
tetap rnerninta kepada keluarga untuk menyelesaikan kuliah sarnpai selesai
sedangkan orangtuanya sudah tidak rnampu lagi untuk membiayai kuliahnya.
Pengetahuan mahasiswa mengenai cuti kuliah yang dialami oleh rnahasiswa
yang keluarganya tidak mampu sehingga harus rnelakukan cuti kuliah
sangatlah penting sebab sangat berpengaruh terhadap sikap untuk
rnenghadapi masalah tersebut. Mengarnbil keputusan untuk cuti kuliah
karena faktor ekonomi adalah suatu hal yang bijaksana dan keputusan yang
tepat bagi individu tersebut. Bukan berarti dengan cuti kuliah akan berakhir
segalanya, akan tetapi ilmu yang telah dipelajari dapat digunakan untuk
rnencari kerja, sehingga dapat mengurangi beban keluarga.
Ketidakstabilan ekonorni yang menirnpa keluarga mereka, isecara tidak
langsung rnernbuat rnereka rnalu dengan kondisi ekonomi keluarganya,
sehingga perasaan bingung, cemas, dan rasa khawatir yang sangat
berlebihan terkadang rnembuat mereka stres karena ketidakstabilan ekonorni
keluarga rnereka.
86
Seperti halnya SS, II, K, ketiga subjek ini biasa merasakan, ketidaknyaman
dan keluhan baik fisik maupun psikis, ketika mengalami cuti kuliah karena
permintaan dari keluarganya dengan alasan ekonomi orang tua yang lemah
sehingga tidak dapat membiayai kuliahnya lagi, keluhan ya1ng biasa dialamii
ketiga subjek tersebut adalah, munculnya gejala fisik sepe1rti: mudah
tersinggung, berat badan menurun, emosi menjadi labil, sehingga
menimbulkan stres dengan gejala fisik seperti: mudah pusing, tidak percaya
diri, adanya rasa khawatir tidak dapat melenjutkan kuliahnya lagi, susah tidur,
nafsu makan berkurang. Hal ini sesuai dengan teori Lahey (503-507) bahwa
stress akibat tekanan yang dialami individu merupakan suatu ancaman yang
menimbulkan suatu gejala fisik, gejala emosi, gejala perilaku dan gejala
kognitif. Pada dasamya stres memungkinkan munculnya g,ejala-gejala yang
dapat memperburuk kondisi fisik dan kognitif bagi subjelc, clan membuat
subjek mengalami stres dengan gejala pusing, cemas, sus:ah tidur, dan
komunikasi menjadi tidak efektif.
Untuk mengatasi ketidaknyamanan karena stres akibat cuti kuliah yang dan
tuntutan untuk bekerja. Subjek melakukan berbagai usaha atau coping stres
secara langsung (problem focused coping) yaitu untuk merninta saran,
berdiam dan merenung dikamar, ketika rasa stres datang pada dirinya.
mencari dukungan social dari keluarga dan orang terdekat lainya, coping ini
adalah bagian dari (seeking social support) adalah coping irang biasa
87
digunakan dari ketiga subjek tersebut. Mereka juga mencoba untuk
menyesuaikan diri dengan situasi stres akibat cuti kuliah (emotional focused
coping) sehingga tidak menimbulkan konflik dengan lingkungan sekitar.
Karakteristik kepribadian seseorang (ketrampilan, bersosialisasi, cara berfikir)
kondisi fisik dan dukungan sosial, memberi pengaruh yang cukup berarti
dalam usaha atau coping terhadap stress yang dialami.
Karena itu berdasarkan strategi coping yang telah dipaparkan dapat
dikatakan bahwa subjek cenderung menggunakan problem focused coping
dalam menghadapi masalah yang dapat dikontrol sepert: nnerenungi setiap
masalah yang dialami, istirahat untuk memulihkan stamina, sebaliknya subjek
cenderung menggunakan (emotional focused coping) ketika dihadapkan
pada suatu masalah yang menurutnya sulit dikontrol dengan berusaha
mengontrol dan menyesuaikan diri terhadap masalah yan~1 dihadapi.
Mengacu pada tujuan penelitian yang ingin melihat bagaimana gambaran
stres dan coping mahasiswa yang cuti kuliah karena faktor ekonomi keluarga
yang tidak mampu untuk membiayai kuliah anaknya hingga selesai dan
menyarankan untuk cuti kuliah sementara waktu, maka dari hasil penelitian di
sstemukan bahwa ketiga responden yang ekonomi keluar!~anya kurang
mampu dapat menerima kondisi dan keadaan tersebut apa adanya
walaupum pada awalanya tidak mau melakukan cuti kuliah tanpa peduli
dengan kondisi yang ada. Tetapi berbeda dengan K, K memutuskan kuliah
atas kemauan sendiri karena melihat kondisi ekonomi keluarganya yang
kurang mendukung, kepedulian dan pengertian K sangat besar terhadap
keluarganya.
5.3. Saran
88
Sebagai bagian akhir dalam penulisan penelitian ini. Maka dalam bagian ini
akan diberikan beberapa saran, saran teoritis dan saran praktis sehubungan
dengan hasil penelitian.
Saran Praktis
- Tentu saja penelitian ini tidak terlepas dari kekuran~1an. Dalam hal ini
dari metodologi penelitian adapun yang perlu diperbaiki dalam
metodologii penelitian ini adalah tidak diikutsertakan signifikan other
dalam pengumpulan data sebagai nara sumber, informasi mengenai
subjek yang diteliti. Fungsi dari signifikan other ini untuk mengetahui
bagaimana gambaran stres dan coping pada mahai;iswa yang cuti
kuliah karena faktor ekonomi keluarga yang lemah, khususnya pada
mahasiswa fakultas psikologi UIN jakarta. Dan hal t1:irsebut dapat
diketahui dari si subjek itu sendiri.
89
- Hal lainnya yang bisa ditambahkan sebagai saran dalam penelitian ini
adalah jangka waktu kelapangan dapat diperpanjang dan diintensifikan
untuk dapat mengamati kehidupan dan stres yang dlialami serta coping
yang digunakan.
Saran Praktis Sehubungan Dengan Penelitian
Bagi mahasiswa, sebaiknya dapat mendefinisikan stresor-stresor yang
rnuncul agar dapat menyelesaikan permasalahan.
- Marnpu memilih dan menentukan coping yang sesuai dengan
kebutuhan rnereka (rnahasiswa) dalam penyelesaian masalah yang
dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3, Elalai Pustaka, Jakarta, 2000.
C. S. Carver and M. F. Scheler, Assessing coping strategi19s: A Theoriest Cl/y Bassed Approach, Journal of Personality and Social Psychology, Vol. 56, 1989,
H. Stale Jones, Duality of Life (Mencapai Keseimbangan Di Dunia yang Serba Berlawanan). Jakarta: PT. Delapratasa, 1998.
Handoyo, Seger. lnsan Mdia Psi/kologi. Jakarta: Agustus, 2001, Vol. 3, No. 2.
Hurlock. B. Alizabeth. (1997). Psikologi Perkembangan, Suatu Pengantar.
Hawari, dadang.H. 1999.Al'quran, llmu kedokteranjiwa dan kesehatan jiwa, PT Dana Bhakti Primatasa, Edisi Revisi
Lazarus, Richard & Folkman. Pattern of Adjustment. Tokyo: McGraw-Hill Book, Co. 1994.
Moh. Ngajenan (1992). Kamus Epistimologi Bahasa Indonesia. Semarang : Dahara Prise.
Panji Anoraga (1992). Psikologi Kerja. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sarafino E.P., (1990). Health Psychology: Biopssycholosocial. Canada: John Wiley and Sons.
Sarwono. Sarlito Wirawan. (1978). Perbedaan Antara Pemimpin dan Aktivitas Dalam Gerakan Protes Mahasiswa. Jakarta: PT. Bulan Bintang.
Suprapti Slamet. l.S. Sumarno Markam, Psikologi Klinis P1mgantar, Lii Press, 2005.
Sugiono. 2006. Metode Penelitian f<ualitatif, Kuantitatif R&D, Bandung . Alfabeta
Yusuf Qordhawi (2001). Peran Nilai Moral da/am Perekonomian Islam, Jakarta: Robani Press, Cet. Ke3
91
Yusuf, Syamsu. (2004). Mental hygiene. Bandung, Pustaka bani quraisy
Yin. K. Robert, Case Study Research Design and Method,Cet. Ke.3, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.
SKRIPSI
Andy Eka Wulandari. Stres & Coping pada Remaja Pengungsi yang Berasal dari Aceh. Fak. Psikologi UI Depok.
da faridha, Gambaran stress dan coping remaja puteri saat mengalami sindrom menstruasi, skripsi UIN Jakarta, Fakultas psikologi, Tahun2007
Kiki Muhamad Rifki, Gamabaran stres dan coping pada ibu rumah tangga yang bekerja sebagai buruh pabrik, skripsi UIN Jak;~rta, Fakultas Psikologi.tahun 2007
INTERNET
Httplwww.ui.co.id
Http/www.Dutamasyarakat.com