fakultas hukum universitas sebelas maret surakarta 2012/analisis... · penulisan hukum “analisis...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN
DALAM KELUARGA DI PENGADILAN NEGERI SALATIGA
( STUDI PUTUSAN NOMOR 73/Pid.B/2010/PN.Sal )
Penulisan Hukum (SKRIPSI)
Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh
MARGARETHA PUTRI WULANINGRUM
NIM E.0007160
Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN
DALAM KELUARGA DI PENGADILAN NEGERI SALATIGA
( STUDI PUTUSAN NOMOR 73/Pid.B/2010/PN.Sal )
Penulisan Hukum (SKRIPSI)
Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh
MARGARETHA PUTRI WULANINGRUM
NIM E.0007160
Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2012
I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Nama : MARGARETHA PUTRI WULANINGRUM
NIM : E0007160
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :
ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN
DALAM KELUARGA DI PENGADILAN NEGERI SALATIGA ( STUDI
PUTUSAN NOMOR 73/Pid.B/2010/PN.Sal ) adalah betul-betul karya saya
sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi
tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari
terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya
peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Margaretha Putri Wulaningrum
NIM. E0007160
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
MARGARETHA PUTRI W, E0007160. ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN DALAM KELUARGA DI PENGADILAN NEGERI SALATIGA (STUDI PUTUSAN NOMOR 73/Pid.B/2010/PN.Sal). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga serta bagaimana implementasi ancaman sanksi pidana yang terdapat dalam putusan Nomor: 73 /Pid.B/2010/PN.Sal.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif, jenis data yang digunakan yaitu data sekunder yang mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan. Analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data dengan metode silogisme dan intepretasi berdasarkan kata dalam undang-undang dengan menggunakan pola berpikir deduktif. Berdasarkan pembahasan diperoleh hasil bahwa berdasarkan studi putusan yang digunakan sebagai bahan analisis pada skripsi ini, bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang dialami orban adalah kekerasan fisik yang dilakukan anak terhadap ibu tirinya. Implementasi ancaman sanksi pidananya hakim menggunakan asas lex specialis derogat legi generali dimana Pasal 44 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, yang telah mengesampingkan Pasal 351 KUHP yang masih bersifat umum mengenai tindakan penganiayaan, dikarenakan tindakan penganiayaan yang telah terjadi dilakukan dalam lingkup rumah tangga.
Dari pembahasan tersebut maka dihasilkan kesimpulan, Kesatu, bentuk kekerasan dalam rumah tangga tersebut adalah :Kekerasan fisik, Kekerasan psikis, Kekerasan seksual, Penelantaran rumah tangga. Hakim dalam Putusan Nomor: 73/Pid.B/2010/PN.Sal menggunakan Pasal 44 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam menjatuhkan sanksi pidana berdasarkan asas lex specialis derogat legi generali. Maka Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor: 73/Pid.B/2010/PN.Sal telah sesuai dalam penerapannya. Kedua, perlu adanya pemeliharaan rasa hormat dalam keluarga sehingga hubungan antara anak dan orang tua dapat terjaga dengan baik, relasi yang benar antara anak dan orang tua serta anggota keluarga lainnya adalah dengan cara komunkasi maka setaip persoalan mampu diselesaikan tanpa harus ada kekerasan yang pada akhirnya merugikan berbagai pihak, sehingga Undang – Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga mampu menciptakan rasa keadilan dan membawa dampak positif dan menjamin hak- hak korban kekerasan dalam rumah tangga apapun bentuknya
Kata kunci: Tindak Pidana, Penganiayaan Dalam Keluarga, Lex Scpecialis
Derograt Legi Generali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
MARGARETHA PUTRI WULANINGRUM, E0007160. ANALYSIS JURIDICAL CRIME AGAINST ABUSE IN THE FAMILY AT COURT SALATIGA (STUDY DECISION NUMBER 73/Pid.B/2010/PN.Sal). Faculty of Law of March Surakarta. Of 2012.
This study aims to determine the forms of violence in household and how the implementation threat of criminal sanctions contained in the decision No. 73 / Pid.B/2010/PN.Sal.
This research is a normative legal research that is descriptive, the type of data used are secondary data covering primary legal materials, legal materials secondary, and tertiary legal materials. Data collection techniques used is the study of literature. Data analysis used the technique of data analysis and interpretation of syllogistic methods based on words in the statute by using deductive reasoning pattern.
Based on the discussion of the results obtained based on studies that used decision analysis as an ingredient in this paper, a form of domestic violence experienced by Orban is a child physical abuse committed against his stepmother. Implementation of the threat of criminal sanctions of judges using the principle of lex specialis legi derogat generali where Article 44 of Law Number 23 Year 2004 on Elimination of Domestic Violence, which has ruled that Article 351 of the Penal Code is still a general nature about the actions of persecution, because the act of persecution that has been done within the domestic sphere.
From the discussions it generated conclusions, One, a form of domestic violence are: physical violence, psychological violence, sexual violence, domestic neglect. Judges in Decision Number: 73/Pid.B/2010/PN.Sal using Article 44 of Law No. 23 of 200 4 on the Elimination of Domestic Violence in criminal sanctions based on the principle of lex specialis legi derogat generali. So the decision of Salatiga Court Number: 73/Pid.B/2010/PN.Sal compliance in its application. Secondly, the need for the maintenance of respect in the family so that the relationship between child and parent can be well preserved, right relationships between children and their parents and other family members by way of personal communication is the differing problems can be solved without any violence that ultimately harm various parties, so the Law Number 23 Year 2004 on the Elimination of Domestic Violence to create a sense of justice and brings a positive impact and ensure the rights of victims of domestic violence regardless of its form
Keywords: Crime, Abuse in the Family, Lex Scpecialis Derograt Legi Generali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
“ Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.”
(Amsal 3: 5)
“ Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu yaitu rancangan damai sejahtera bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
(Yeremia 29: 11)
“ Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”
(1 Petrus 5: 7)
“ Segala perkara dapat ku tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku “
( Filipi 4 : 13 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PERSEMBAHAN
Penulisan hukum ini penulis persembahkan kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus Juru Selamatku.
2. Bapak Yakub Sularno dan Ibu Yohana Sri Murni
yang selalu menyayangi dengan begitu besar
limpahan kasih dan sayang kepada penulis.
3. Abednego Eltros Novalino yang selalu setia
mendengarkan setiap keluh kesahku dan
menampung semua air mataku, pemberi semangat
dan menjadi obat dalam setiap kesedihanku.
4. Pada semua orang yang telah membantu penulis
dalam menempuh ilmu di Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, yang
telah memberikan rahmat dan kasih – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan hukum “ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA
PENGANIAYAAN DALAM KELUARGA DI PENGADILAN NEGERI
SALATIGA ( STUDI PUTUSAN NOMOR 73/Pid.B/2010/PN.Sal )”.
Penulisan hukum ini membahas tentang analisa dari sudut pandang yuridis
tentang tindak pidana penganiayaan dalam keluarga yang dilakukan oleh anak
kepada ibu tiri. Dimana sekarang ini banyak sekali terjadi kasus-kasus
penganiayaan yang ada di sekitar kita.
Penulis memilih judul tersebut karena pada waktu sekarang banyak timbul
fenomena penganiayaan atau kekerasan dalam keluarga. Dimana dalam setiap
peristiwa tersebut para penegak hukum seakan-akan tidak berdaya dimana hukum
yang seharusnya ditegakan seperti tidak ada. Hal ini dikarenakan adanya
anggapan bahwa tidakan kekerasan tersebuut adalah aib keluarga. Oleh akrena itu
tidak semua bahkan sebagian besar masyarakat yang mengalami tindakan tersebut
memilih untuk diam dan tidak melaporkannya kepada aparat penegal hukum.
Penyusunan skripsi ini tentu saja tidak terlepas dari bantuan dan partisipasi
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin pada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak R. Ginting, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta dan dosen pembimbing yang
telah memberikan izin pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini serta
menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan
hingga tersusunnya skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Ibu Subekti S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing yang telah menyediakan
waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan hingga
tersusunnya skripsi ini.
4. Ibu Sunny Ummul Firdaus, S.H.,M.H., selaku pembimbing akademis,
terimakasih atas nasehat yang berguna bagi penulis selama belajar di Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum yang telah mengajarka ilmu yang
dimilikinya semoga akan selalu membimbing dengan penuh kesabaran dan
memaafkan kami bila ada salah kata dan perbuatan yang disengaja maupun tak
disengaja.
6. Keluargaku tercinta terimakasih telah mengasuhku dari dari kecil hingga
sekarang ini budi kalian tidak akan pernah tuntas kubalas karena sangat
banyaknya kasih sayang dan perhatian yang telah kalian berikan.
7. Teman-temanku di Fakultas Hukum, Adit, Ana, Mita, Sheny, Ayu, Ardi,
Amelia, John, Yosi, adik-adik di PMK,dan semuanya yang penulis tidak dapat
sebutkan satu persatu, terimakasih atas setiap canda tawa serta support yang
kalian berikan selama ini. I just wana say “i love you all”
8. Dan yang terakhir penulis mengucapkan terimakasih untuk Abednego Eltros
Novalino yang selau menjadi supporter setiaku. Untuk setiap cinta dan kasih
sayang selama ini kamu berikan untuk penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Hal
JUDUL ………………………………………………………………… i
PERSETUJUAN ……………………………………………………… ii
PENGESAHAN ……………………………………………………….. iii
PERNYATAAN ………………………………………………………. iv
ABSTRAK……………………………………………………………... v
MOTTO………………………………………………………………… vii
PERSEMBAHAN …………………………………………………….. viii
KATA PENGANTAR ………………………………………………... ix
DAFTAR ISI ………………………………………………………….. xi
BAB I. ̀ PENDAHULUAN ……………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………...... 1
B. Perumusan Masalah ………………………………………. 3
C. Tujuan Penelitian …………………………………………. 4
D. Manfaat Penelitian ……………………………………….. 5
E. Metode Penelitian ………………………………………... 5
F. Sistematika Penulisan Hukum …………………………… 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………..... 10
A. Kerangka Teoritis ………………………………………… 10
1.Tinjauan Umum tentang Hukum Pidana ……………...... 10
a. Pengertian Hukum Pidana …………………………… 10
b. Asas – asas dalam Hukum Pidana …………………… 16
c. Teori dan Tujuan Pemidanaan m……………………... 17
2.Tinjauan Umum Tindak Pidana Penganiayaan ………..... 20
a. Pengertian Tindak Pidana …………………………..... 20
b. Unsur Tindak Pidana dalam KUHP ………………..... 22
c.Pengertian Tindak Pidana Penganiayaan ……………. 23
3.Tinjauan Umum Kekerasan Dalam Rumah Tangga ….... 25
a. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga ……….. 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Ruang Lingkup Rumah Tangga ………………………….... 26
B. Kerangka Pemikiran ………………………………………….. 27
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………. 29
A. Hasil Penelitian ……………………………………………... 29
B. Pembahasan ……………………………………………....... 35
1. Bentuk – bentuk kekerasan dalam rumah tangga ………… 35
2. Implementasi Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2004
Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
dalam Putusan Nomor 73 / Pid.B/2010/PN.Sal
di Pengadilan negeri Salatiga ……………………………... 39
BAB IV. PENUTUP ……………………………………………………… 43
A. Simpulan …………………………………………………… 43
B. Saran ……………………………………………………...... 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kekerasan dalam rumah tangga didefinisikan sebagai perilaku
menyakiti dan mencederai secara fisik maupun psikis emosional yang
mengakibatkan kesakitan dan distress (penderitaan subyektif) yang tidak
dikehendaki oleh pihak yang disakiti yang terjadi dalam lingkup keluarga
(rumah tangga) antar pasangan suami istri (intimate partners), atau terhadap
anak-anak, atau anggota keluarga lain, atau terhadap orang yang tinggal
serumah ( misal, pembantu rumah tangga). Saat ini marak terjadi kekerasan,
baik itu kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga maupun di lingkungan
kerja. Padahal kita semua tahu dan mengakui bahwa manusia diciptakan untuk
saling menghargai, saling berdampingan, saling menolong satu sama lainnya.
Namun jika kita melihat di sekeliling kita tanpa disengaja orang sering dan
senang berbuat yang tidak semestinya kepada orang lain. Padahal apa yang
dilakukan itu sudah bertentangan dengan norma dan ketentuan yang ada dan
berlaku di masyarakat, apa lagi Pemerintah sudah mengeluarkan produk
peraturan yang mengatur tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga yakni
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga. Dalam undang-undang tersebut jelas dikemukakan
bahwa yang pada intinya tidak membenarkan terjadinya bentuk-bentuk
kekerasan dalam rumah tangga yang meliputi : Kekerasan Fisik, Kekerasan
Psikis, Kekerasan Seksual dan Penelantaran Ekonomi.
Dalam pemahaman androsentrisme (penglihatan bahwa laki-laki
sebagai norma kemanusiaan), laki-laki mengaku dirinyalah yang memiliki
kontrol atas dunia dan perempuan. Karena itu laki-lakilah yang berhak
menentukan norma kehidupan dengan gaya kepemimpinan yang dirasanya
akan mampu terus memperkokoh dominasi dan kekuasaannya. Andro
sentrisme menciptakan dan pada akhirnya diperkokoh oleh struktur yang
mendukung “pengesahan” perempuan sebagai korban tindak kekerasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Struktur ini secara konsisten telah dibangun oleh sejarah sistem-sistem
keyakinan masyarakat patriarki. Tindak kekerasan berakar pada kedudukan
inferior terhadap otoritas dan kontrol laki-laki. Androsentrisme juga
membuahkan satu perbedaan sikap dan pandangan dasar terhadap keluarga
antara perempuan dan laki-laki. Sebuah perbedaan yang sering melemahkan
bergaining position istri terhadap suaminya.
Sekarang ini tidak hanya penganiayaan oleh suami. Bahkan seorang
anakpun mampu dan bisa menganiaya orang tua mereka sendiri. Kurangnya
kasih sayang dan perhatian mampu memicu terjadinya hal tersebut. Istilah ibu
atau ayah tiri juga mampu menimbulkan kekerasan dalam rumah tagga. Suatu
keadaan dimana tidak adanya penghormatan terhadap orang tua juga
merupakan faktor yang mampu menimbulkan adanya tindakan tersebut.
Kurangnya komunikasi dan pembinaan terhadap anak mampu menjadi
penyebab timbulnya kejahatan kemanusiaan tersebut. Berbagai kekerasan
berupa kekerasan fisik maupun kekerasan psikis diterima seorang ibu tiri bila
si anak tiri tidak bisa menerima keberadaan ibunya. Anggapan bahwa ibu tiri
atau ayah tiri yang ada dalam masyarakat cenderung negatif, padahal tidak
semua ayah atau ibu tiri demikian adanya.
Berbagai kasus penganiayaan yang muncul cenderung dipungkiri dan
tidak diakui dalam konteks publik dan ditenggelamkan di wilayah privat
rumah tangga. Spouse Abuse (penganiayaan terhadap istri atau suami) adalah
bagian dari family abuse atau family violance (kekerasan dalam keluarga)
yang dapat berbentuk seperti family crime (kejahatan keluarga). Abuse adalah
tindakan negatif yang dilakukan dengan kekerasan, dilakukan berulang-ulang
dan berpola (maksudnya bahwa tindakan itu dapat berupa kekerasan atau
ucapan-ucapan menyakitkan) dan melalui proses sosialisasi dengan cara
menghina, melukai, melecehkan, menyakitkan dan dilakukan dengan sengaja.
Pelakunya lebih kuat (power full) dan korbannya tidak mempunyai kekuatan
dan tidak berdaya (power less). Tindakan agresif ini tidak berdiri sendiri tetapi
ada sebab-sebab dan latar belakangnya, untuk spouse abuse (penganiayaan
terhadap istri atau suami) yang menjadi korban umumnya adalah wanita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dewasa tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa yang menjadi korban adalah
laki-laki, hanya saja wanita lebih banyak menjadi spouse yang dianiaya dari
pada sebaliknya. Mereka menjadi korban tindak kekerasan berbentuk physical,
Sexual maupun psychological. Memang, tindakan penganiayaan merupakan
salah satu aspek kehidupan yang tak dapat dihindari. Dalam keluarga,
tindakan penganiayaan terhadap keluarga sampai saat ini masih merupakan
kejahatan yang disembunyikan dan tidak dilaporkan karena bagi seorang
perempuan atau istri hal itu adalah wilayah pribadi.
Berpijak pada kenyataan tersebut, jelaslah di sini bahwa masih banyak
perempuan yang telah menjadi korban penganiayaan dalam keluarganya.
Disini terlihat lemahnya posisi seorang perempuan sehingga mudah menjadi
korban kekerasan dalam rumah tangga tersebut.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis ingin mengetahui
mengenai bentuk – bentuk kekerasan dalam rumah tangga dan bagaimanakah
bentuk implementesai ancaman sanksi pidana yang terdapat dalam putusan
pengadilan Nomor:73/Pid.B/2010/PN.Sal. Sehingga dalam penelitian ini,
penulis memilih judul ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK
PIDANA PENGANIAYAAN DALAM KELUARGA DI PENGADILAN
NEGERI SALATIGA (STUDI PUTUSAN NOMOR 73/Pid.B/2010/PN.
Sal )
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam setiap
penelitian karena dibuat untuk memcahkan masalah pokok yang timbul sacara
jelas dan sistematis sehingga penelitian akan lebih terarah pada sasaran yang
akan dicapai. Perumusan masalah dibuat untuk lebih jelas mengaskan masalah
yang tepat dan mencapai tujuan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penulis
merumuskan permasalahan untuk dikaji secara lebih rinci. Adapun
permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Apakah bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Bagaimana implementasi ancaman sanksi pidana yang terdapat
dalam putusan Nomor : 73 /Pid.B/2010/PN.Sal.?
C. Tujuan Penelitian
Dalam suatu kegiatan penelitian pasti terdapat suatu tujuan yang
jelas.Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi arah dalam melangkah
sesuai dengan maksud penelitian.Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh
penulis dalam penelitian ini adalah :
1.Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga.
b.Untuk mengetahui implementasi sanksi pidana yang diputuskan oleh
majelis hakim dalam putusan Nomor : 73 /Pid.B/2010/PN.Sal.
2. Tujuan Subyektif
a. Memperoleh data sebagai bahan penulisan hukum (skripsi) agar dapat
memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar sebagai Sarjana
Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Untuk memperdalam pengetahuan penulis mengenai bentuk-bentuk kekerasan
dalam rumah tangga yang selama ini terjadi di sekitar kita serta implementasi
sanksi pidana yang dipelajari lewat putusan Nomor : 73 /Pid.B/2010/PN.Sal.
c. Sebagai salah satu cara untuk mendalami dan menerapkan teori dan ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh selama menempuh studi di Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Dalam suatu penelitian diharapkan akan memberikan manfaat yang
berguna, khususnya bagi ilmu pengetahuan dibidang penelitian tersebut.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagi berikut :
1.Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum
pada umumnya dan pada khususnya dalam hukum pidana dalam hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga dan dalam hal penerapan
sanksi pidana dalam memutus perkara.
b. Memperkaya refrensi tentang bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah
tangga dan kesesuaian penerapan sanksi pidana yang dipakai dalam
memutus perkara tersebut.
c. Lebih mendalami teori-teori yang telah diperoleh penulis selama mengikuti
studi di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Manfaat Praktis
a. Memberi jawaban atas permasalahan yang akan diteliti.
b. Menjadikan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dalam sistem pembinaan
anak nakal.
c. Mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir yang dinamis sekaligus
untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang
diperoleh.
E. Metode Penelitian
Suatu penelitian ilmiah harus disusun dengan berpedoman pada metode
yang tepat. Peneliti harus cermat dalam menggunakan metode, agar hasil
penelitian sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Pada
hakekatnya metode memberikan pedoman bagi peneliti untuk mempelajari,
menganalisa, dan memahami lingkungan-lingkungan yang akan dihadapinya.
”Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada
metode, sistematika dan pemikiran tertentu, dengan jalan memnganalisanya”
(Soerjono Soekanto, 2010:43).
Dalam suatu penulisan proposal penelitian, “ Peneliti harus menentukan
metode apa yang akan digunakan untuk mengumpulkan data dalam rangka
menjawab masalah penelitiannya” (Rianto Adi, 2010:56). Berdasarkan hal
tersebut, penulis dalam penelitian menggunakan metode penulisan sebagai
berikut:
1. Jenis Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah jenis penelitian hukum
normatif.” Metode penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian
ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari
sisi normatifnya” ( Johnny Ibrahim, 2006:57 ).
Oleh karena penelitian hukum ini bersifat doktrinal, maka dilakukan
dengan cara meneliti bahan – bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri
dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.
Bahan – bahan hukum tersebut kemudian disusun secara sistematis dan dikaji
untuk kemudian ditarik kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang
akan diteliti dalam penulisan hukum ini.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan dalam penyusunan penulisan hukum ini
bersifat preskriptif yaitu “ Suatu penelitian yang mempelajari tujuan hukum,
nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-
norma hukum “ ( Peter Mahmud Marzuki, 2005:22 ).
3. Pendekatan Penelitian
Mengenai pendekatan penelitian, Peter Mahmud Marzuki mengemukakan
sebagai berikut:
Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum adalah pendekatan undang-undang ( satute approach ), pendekatan kasus ( case approach ), pendekatan historis (historical approach), pendekatan komparatif ( comparative approach ), dan pendekatan konseptual ( conceptual approach)( Peter Mahmud Marzuki, 2005:93 ). Penulis dalam penelitian hukum ini menggunakan jenis pendekatan kasus
( case approach ) dan pendekatan undang-undang ( statute approach ).
Menurut Johny Ibrahim, “Suatu penelitian normatif harus menggunakan
pendekatan perundang-undangan, karena yang akan diteliti adalah aturan
hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian”( Johnny
Ibrahim, 2006:32 ).
4. Jenis Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jenis data yang dipergunakan penulis dalam penelitian ini adalah data
sekunder yaitu data yang didapat dari bahan pustaka berupa keterangan-
keterangan melalui studi kepustakaan dan sumber-sumber tertulis lainnya.
5. Jenis dan Sumber Bahan Hukum
Jenis dan sumber data hukum yang penulis gunakan dalam penelitian ini
yaitu berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum
tersier. “Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan
resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan
hakim”( Peter Mahmud Marzuki,2005:141). Bahan hukum primer yang penulis
gunakan dalam penelitian ini adalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
dan Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor 73/Pid.B/2010/PN.Sal.
“Sedangkan bahan-bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang
hukum yang bukan merupakan dokumen resmi, meliputi: buku-buku teks,
kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas
putusan pengadilan”( Peter Mahmud Marzuki,2005:141). “Bahan hukum
tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan
bermakna terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti
kamus hukum, ensiklopedi, dan lain-lain”(Johnny Ibrahim,2006:392).
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh bahan hukum
dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang mendukung dan berkaitan
dengan pemaparan penelitian hukum ini adalah studi kepustakaan. Studi
kepustakaan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara
mengumpulkan data yang relevan dengan pokok bahasan penelitian, melalui
membaca, mempelajari, mengkaji, dan menganalisis bahan-bahan dari
peraturan perundang-undangan, buku-buku, makalah, serta artikel media massa
dan internet.
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu teknik
analisis deduksi ( deduktif ). Sebagaimana silogisme yang diajarkan oleh
Aristoteles yang dikutip Peter Mahmud Marzuki, “Penggunaan metode deduksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ini berpangkal dari pengajuan premis mayor, kemudian diajukan premis minor.
Dari kedua premis ini kemudian ditarik suatu kesimpulan atau konklusi”(Peter
Mahmud Marzuki, 2006:47). Selanjutnya menurut Philipus M.Hadjon dalam
buku Peter Mahmud Marzuki, ”Yang merupakan premis mayor adalah aturan
hukum, sedangkan premis minornya adalah fakta hukum. Dari kedua hal
tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan”( Peter Mahmud Marzuki, 2006:47).
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dengan cara mengiventarisasi
sekaligus mengkaji penelitian dari studi kepustakaan, aturan perundang-
undang-undangan disertai dokumen-dokumen yang dapat membantu
menafsirkan norma untuk menjawab permasalahan yang diteliti. Tahap terakhir
yaitu dengan menarik kesimpulan dari data yang diolah, sehingga pada
akhirnya dapat menjawab apakah putusan yang dikeluarkan Pengadilan Negeri
Salatiga tersebut sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
F. Sistematika Penulisan Hukum
Penulisan hukum ini akan dibagi menjadi 4 (empat) bab yang akan saling
berkaitan. Adapun sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika
penelitian hukum (skripsi).
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini membahas yang pertama mengenai tinjauan
umum mengenai hukum pidana yang berisi mengenai pengertian
hukum pidana, asas – asas hukum pidana, teori pemidanaan serta
tujuan pemidanaan. Selanjutnya membahas tinjauan umum
mengenai tindak pidana, serta pengertian umum mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kekerasan dalam rumah tangga. Dan terakhir adalah kerangka
teoritis dari penulisan hukum ini.
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini yang pertama membahas mengenai bentuk –
bentuk kekerasan dalam rumah tangga. Kedua membahas
mengenai implementasi sanksi pidana dalam putusan Pengadilan
Negeri Salatiga nomor 73 / Pid.B / 2010 / PN.Sal di Pengadilan
Negeri Klas II A Salatiga.
BAB IV. PENUTUP
Dalam bab ini terbagi dalam dua bagian yaitu simpulan dan
saran berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1.Tinjauan Umum tentang Hukum Pidana
a. Pengertian Hukum Pidana
Hukum merupakan suatu kata yang memiliki baermacam-macam definisi.
Banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai pengertian
hukum salah satunya menurut Mr. E.M Mayers menyatakan bahwa : “Hukum
ialah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan yang
ditunjukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat dan menjadi
pedoman bagi penguasa-penguasa negara dalam melakukan tugasnya.”
Sedangkan Karl Max mendefinisikan “ Hukum sebagai suatu pencerminan
dari hubungan hukum ekonomis dalam masyarakat pada suatu tahap
perkembangan tertentu” (http://kisaranku.blogspot.com/2010/11/pengertian-
hukum-menurut-ahli-definisi.html). Van Kan juga mencoba mendifinisikan
“ Hukum sebagai keseluruhan aturan hidup yang bersifat memaksa untuk
melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat
(http://kisaranku.blogspot.com/2010/11/pengertian-hukum-menurut-ahli
definisi.html).
Mengenai pengertian Hukum pidana , banyak pula definisi dari para ahli,
dianataranya sebagai berikut :
1) W.L.G. Lemaire
Hukum pidana itu itu terdiri dari norma-norma yang
berisi keharusan-keharusan dan larangan-larangan yang
(oleh pembentuk undang-undang) telah dikaitkan dengan
suatu sanksi berupa hukuman, yakni suatu penderitaan
yang bersifat khusus.
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Pompe
Hukum pidana adalah semua aturan-aturan hukum
yang menentukan terhadap perbuatan-perbuatan apa
seharusnya dijatuhi pidana dan apakah macamnya pidana
itu.
Menurut E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, bahwa “ Hukum pidana adat
pun yang tidak dibuat oleh negara atau political authority masih
mendapat tempat dalam pengertian hukum pidana” (E.Y. Kanter dan S.R.
Sianturi, 1998: 2 15-16). Sedangkan Hukum Pidana menurut Wirjono,
“Hukum pidana adalah peraturan hukum mengenai pidana yaitu hal yang oleh
instansi yang berkuasa dilimpahkan kepada oknum sebagai hal yang tidak
dirasakan dan juga hal yang tidak sehari-hari dilimpahkan yang alasan
dilimpahkan pidana ini ada hubungannya dengan suatu keadaan yang
didalamnya oknum yang bersangkutan bertindak kurang baik” (Wirjono
Projodikoro, 2002 : 1).
Jadi, berdasarkan pengertian – pengertian hukum pidana di atas maka
penulis memberikan pendapat mengnai hukum pidana yakni suatu peraturan
atau norma-norma yang dibuat oleh Negara untuk mengatur mengenai pidana
serta sanksi yang dijatuhkan bagi siapa saja yang berbuat pidana.
(a)Pembagian Hukum Pidana
Berdasarkan teori dan ilmu pengetahuan, hukum pidana dibagi lagi
menjadi beberapa bagian yang meliputi :
(1) Hukum pidana dalam arti objektif dan hukum pidana dalam arti
subjektif (menurut Simons).
(2) Hukum pidana materiil dan hukum pidana formil
Menurut van Hattum dalam buku Lamintang, Hukum pidana materiil yaitu semua ketentuan dan peraturan yang menunjukkan tentang tindakan-tindakan yang mana adalah merupakan tindakan-tindakan yang dapat dihukum, siapakah orangnya yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap tindakan-tindakan tersebut dan hukuman yang bagaimana yang dapat dijatuhkan terhadap orang tersebut, disebut juga dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hukum pidana yang abstrak. Hukum pidana formil memuat peraturan-peraturan yang mengatur tentang bagaimana caranya hukum pidana yang bersifat abstrak itu harus diberlakukan secara konkrit. Biasanya orang menyebut jenis hukum pidana ini sebagai hukum acara pidana (P.A.F. Lamintang, 1997 : 55).
(3) Hukum pidana yang dikodifikasikan (gecodificeerd) dan hukum
pidana yang tidak dikodifikasikan (niet gecodificeerd)
Kodifikasi hukum adalah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-undang secara sistematis dan lengkap. Ditinjau dari segi bentuknya, hukum dapat dibedakan atas: a).Hukum Tertulis (statute law, written law), yaitu hukum yang dicantumkan dalam berbagai peraturan-peraturan dan ; b).Hukum Tak Tertulis (unstatutery law, unwritten law), yaitu hukum yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tetapi tidak tertulis namun berlakunya ditaati seperti suatu peraturan perundangan.
Unsur-unsur dari suatu kodifikasi yaitu jenis-jenis hukum tertentu, sistematis, dan lengkap. Tujuan Kodifikasi Hukum tertulis untuk memperoleh kepastian hukum, penyederhanaan hukum, kesatuanhukum (http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081127183345AASsZ0S).
Contoh kodifikasi hukum yang ada di dunia selain di
Indonesia:
a.Corpus Iuris Civilis, yang diusahakan oleh Kaisar Justinianus
dari kerajaan Romawi Timur dalam tahun 527-565.
b.Code Civil, yang diusahakan oleh Kaisar Napoleon di Prancis
dalam tahun 1604. Sedangkan yang di Indonesia yaitu :
a.Kitab Undang-undang Hukum Sipil (1 Mei 1848)
b.Kitab Undang-undang Hukum Dagang (1 Mei 1848)
c.Kitab Undang-undang Hukum Pidana (1 Jan 1918)
d.Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (31 Des 1981)
Pidana yang tidak dikodifikasikan misalnya berbagai
ketentuan pidana yang tersebar di luar KUHP, seperti UU Tindak
Pidana Korupsi (UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi), UU (drt) No. 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tahun 1955 tentang Tindak Pidana Ekonomi, UU (drt) No. 12
Tahun 1951 tentang Senjata Api dan Bahan Peledak, UU No. 9
Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Me-nyampaikan Pendapat di
Muka Umum, UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang, dan peraturan lainnya yang di
dalamnya mengandung sanksi berupa pidana.
(4) Hukum pidana umum (algemeen strafrecht) dan hukum
pidana khusus (bijzonder strafrecht)
Van Hattum dalam P.A.F. Lamintang menyebutkan bahwa hukum pidana umum adalah hukum pidana yang dengan sengaja telah dibentuk untuk diberlakukan bagi setiap orang (umum), sedangkan hukum pidana khusus adalah hukum pidana yang dengan sengaja telah dibentuk untuk diberlakukan bagi orang-orang tertentu saja misalnya bagi anggota Angkatan Besenjata, ataupun merupakan hukum pidana yang mengatur tindak pidana tertentu saja misalnya tindak pidana fiskal.
(5) Hukum pidana tertulis dan hukum pidana tidak tertulis
Hukum pidana tertulis adalah hukum pidana undang-
undang, yang bersumber dari hukum yang terkodifikasi yaitu
Kitab Undang-udang Hukum Pidana (KUHP) dan Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan bersumber dari
hukum yang diluar kodifikasi yang tersebar dipelbagai peraturan
perundang-undangan. Hukum pidana yang berlaku dan dijalankan
oleh negara adalah hukum tertulis saja, karena dalam hal
berlakunya hukum pidana tunduk pada asas legalitas sebagaimana
tertuang dalam Pasal 1 (1) KUHP berbunyi, tiada suatu perbuatan
yang dapat dipidana kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan
perundang-undangan pidana yang telah ada sebelum perbuatan itu
dilakukan.
Sementara itu hukum pidana tidak tertulis tidak dapat
dijalankan. Namun demikian ada satu dasar hukum yang dapat
memberi kemungkinan untuk memberlakukan hukum pidana adat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(tidak tertulis) dalam arti yang sangat terbatas berdasarkan Pasal 5
(3b) UU No. 1/Drt/1951.
(b) Sifat Hukum Pidana
Setiap ilmu mempunyai sifat masing-masing, begitu juga dengan
Hukum Pidana. Hukum pidana mempunyai dua unsur pokok yang
berupa norma dan sanksi, dengan fungsi sebagai ketentuan yang
harus ditaati oleh setiap orang di dalam pergaulan hidup
bermasyarakat dan untuk menjamin ketertiban hukum, maka
hubungan hukum yang ada dititikberatkan kepada kepentingan umum.
Menurut pendapat Pompe dalam buku Bambang Poernomo, menyatakan bahwa yang dititikberatkan oleh hukum pidana dalam pertumbuhannya pada waktu sekarang adalah kepentingan umum, kepentingan masyarakat. Hubungan hukum yang ditimbulkan oleh perbuatan orang dan menimbulkan pula dijatuhkannya pidana, di situ bukanlah suatu hubungan koordinasi antara yang bersalah dengan yang dirugikan, melainkan hubungan itu bersifat subordinasi dari yang bersalah terhadap pemerintah, yang ditugaskan untuk memperhatikan kepentingan rakyat (Bambang Poernomo. 1985 : 37).
Menurut Wirjono Projodikoro, “ Hukum pidana dinyatakan
sebagai hukum public”. Hal ini didasarkan kepada hubungan hukum
yang diatur di dalam hukum pidana titik beratnya tidak berada pada
kepentingan individu, melainkan pada kepentingan umum. Namun
ada beberapa sarjana yang tidak sependapat bahwa hukum pidana
bersifat hukum publik, seperti Van Kan, Paul Scholten, Logeman,
Lemaire dan Utrecht. Para ahli ini berpendapat, bahwa hukum pada
pokoknya tidak mengadakan kaedah-kaidah (norma) baru,
melainkan norma hukum pidana itu telah ada sebelumnya pada
bagian hukum lainnya dan juga sudah ada sanksinya. Hanya pada
suatu tingkatan tertentu, sanksi tersebut sudah tidak seimbang
lagi, sehingga dibutuhkan sanksi yang lebih tegas dan lebih berat
yang disebut sebagai sanksi (hukuman) pidana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(c) Tujuan Hukum Pidana
Tirtaamidjaya menyatakan “ Maksud diadakannya hukum
pidana adalah untuk melindungi masyarakat” (Bambang Poernomo,
1985 : 12) Secara umum hukum pidana berfungsi untuk mengatur
kehidupan masyarakat agar dapat tercipta dan terpeliharanya ketertiban
umum. Manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan hidupannya yang berbeda-beda terkadang mengalami
pertentangan antara satu dengan yang lainnya, yang dapat
menimbulkan kerugian atau mengganggu kepentingan orang lain.
Agar tidak menimbulkan kerugian dan mengganggu kepentingan
orang lain dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut
maka hukum memberikan aturan-aturan yang membatasi perbuatan
manusia, sehingga ia tidak bisa berbuat sekehendak hatinya.
Menurut Sudarto, menjelaskan bahwa fungsi hukum pidana itu
dapat dibedakan sebagai berikut:
(1) Fungsi yang umum
“ Hukum pidana merupakan salah satu bagian dari
hukum, oleh karena itu fungsi hukum pidana juga sama
dengan fungsi hukum pada umumnya, yaitu untuk mengatur
hidup kemasyarakatan atau untuk menyelenggarakan tata
dalam masyarakat “ ( Sudarto, 1990: 11 ).
(2) Fungsi yang khusus
“ Fungsi khusus bagi hukum pidana adalah untuk
melindungi kepentingan hukum terhadap perbuatan yang
hendak memperkosanya (rechtsguterschutz) dengan sanksi
yang berupa pidana yang sifatnya lebih tajam jika
dibandingkan dengan sanksi yang terdapat pada cabang
hukum lainnya” ( Sudarto, 1990: 12 ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Asas – asas dalam Hukum Pidana
Hukum Pidana mengenal beberapa asas. Beberapa asas tersebut yaitu
asas Legalitas, asas Lex Temporis Delicti, dan asas tiada pidana tanpa
kesalahan. Asas-asas di atas digunakan untuk perbuatan pidana yang sifatnya
umum. Sedangkan untuk perbuatan pidana yang sifatnya khusus, terdapat
asas yang digunakan untuk mempelajarinya. Asas-asas itu antara lain :
1) Lex superior derogat legi inferiori.
2) Lex specialis derogat legi generalis.
3) Asas lex posterior derogat legi priori.
(http://www.djpp.depkumham.go.id/htn-dan-puu/421-harmonisasi-
peraturan-perundang-undangan.html).
Ad. 1) Lex superior derogat legi inferiori
Pengertian asas di atas adalah peraturan perundang-undangan
bertingkat lebih tinggi mengesampingkan peraturan perundang-
undangan tingkat lebih rendah, kecuali apabila substansi peraturan
perundang-undangan lebih tinggi mengatur hal-hal yang oleh undang-
undang ditetapkan menjadi wewenang peraturan perundang-undangan
tingkat lebih rendah.
Ad.2) Lex specialis derogat legi generalis
Asas ini mengandung makna, bahwa aturan hukum yang khusus
akan mengesampingkan aturan hukum umum. Asas ini memuat
ketentuan yakni ketentuan-ketentuan yang didapati dalam aturan hukum
umum tetap berlaku, kecuali yang diatur khusus dalam aturan hukum
khusus tersebut, lex specialis harus sederajat dengan ketentuan-
ketentuan lex generalis (undang-undang dengan undang-undang,
ketentuan-ketentuan lex specialis harus berada dalam lingkungan
hukum (rezim) yang sama dengan lex generalis.
Ad.3) Asas lex posterior derogat legi priori
Asas ini mempunyai arti bahwa aturan hukum yang lebih baru
mengesampingkan atau meniadakan aturan hukum yang lama. Asas lex
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
posterior derogat legi priori mewajibkan menggunakan hukum yang
baru.
Asas ini pun memuat prinsip-prinsip :
(1) Aturan hukum yang baru harus sederajat atau lebih tinggi dari
aturan hukum yang lama;
(2) Aturan hukum baru dan lama mengatur aspek yang sama.
Asas ini antara lain bermaksud mencegah dualisme yang dapat
menimbulkan ketidak pastian hukum. Dengan adanya Asas Lex
posterior derogat legi priori, ketentuan yang mengatur pencabutan
suatu peraturan perundang-undangan sebenarnya tidak begitu penting.
Secara hukum, ketentuan lama yang serupa tidak akan berlaku lagi pada
saat aturan hukum baru mulai berlaku
c. Teori dan Tujuan Pemidanaan
Pemidanaan merupakan akibat yang diterima karena seseorang telah
melakukan tindak pidana maupun kelalaian melakukan suatu kewajiban. Hal
ini telah dijelaskan oleh Tom Brooks :
“The traditional response to violations of law is punishment. Punishment is not distributed arbitrarily or randomly as it is a response to an illegal action or failure to perform legal obligations. That is, punishment would not be just ified if it were not a response to legal transgressions. Punishment is only a possibility when someone violates law. Punishments are only justified insofar as they are necessary to help maintain a system of laws, laws that establish political and legal rights. Punishment is not vengeance, but instead has the aim of societal maintenance. Laws are necessary when people live in community. The community desires continuity not for its own sake, but for the satisfaction of its members. What is to be maintained is the system of rights of individuals in a community. Which rights satisfy this demand can only be determined by these individuals” (Tom Brooks. 2006. “An Idealist Theory of Punishment”. Social
Sience Research Network. Newcastle: Department of Politics &
Newcastle Law School).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pernyataan di atas secara garis besar dapat diterjemahkan sebagai
berikut:
“Tanggapan tradisional untuk pelanggaran hukum adalah hukuman. Hukuman tidak didistribusikan sewenang-wenang atau secara acak karena hukuman merupakan respon terhadap tindakan illegal atau kegagalan untuk melaksanakan kewajiban hukum. Artinya, hukuman tidak akan dibenarkan apabilan bukan tanggapan terhadap pelanggaran hukum. Hukuman hanya kemungkinan ketika seseorang melanggar hukum. Hukuman hanya dibenarkan sejauh mereka diperlukan untuk membantu menjaga sistem hukum. Hukuman bukan bertujuan untuk tidak balas dendam, melainkan memiliki tujuan pemeliharaan masyarakat. Hukum diperlukan ketika orang-orang hidup dalam masyarakat. Sistem hak individu dalam komunitas harus dipertahankan dan hak memenuhi permintaan ini hanya bisa ditentukan oleh individu” (Tom Brooks. 2006. “An Idealist Theory of Punishment”. Social Sience Research Network. Newcastle: Department of Politics & Newcastle Law School). Secara tradisional teori-teori pemidanaan pada umumnya dapat dibagi
dalam tiga kelompok teori, yaitu:
1) Teori absolut atau teori pembalasan ( retributive / vergeldings
theorieen )
Menurut teori ini pidana dijatuhkan semata-mata karena
orang telah melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana (quia
peccatumest). Pidana merupakan akibat mutlak yang harus ada
sebagai suatu pembalasan kepada orang yang melakukan kejahatan.
Dasar pembenaran dari pidana terletak pada adanya atau terjadinya
kejahatan itu sendiri.
Menurut Johannes Andenaes dalam buku Muladi dan Barda
Nawawi, “ Tujuan utama (primair) dari pidana menurut teori
absolut ialah untuk memuaskan tuntutan keadilan (to satisfy the
claims of justice) sedangkan pengaruh-pengaruhnya yang
menguntungkan adalah sekunder” (Muladi dan Barda Nawawi,
1998: 10-11).
2) Teori relatif atau tujuan (utilitarian/doeltheorieen). Menurut teori ini memidana bukan untuk memuaskan
tuntutan absolut dari keadilan. Pembalasan itu sendiri tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mempunyai nilai tetapi hanya sebagai sarana untuk melindungi
kepentingan masyarakat.
Pidana bukanlah sekedar untuk melakukan pembalasan atau pengimbalan kepada orang yang telah melakukan suatu tindak pidana, tetapi mampunyai tujuan tertentu yang bermafaat. Dasar pembenar adanya pidana menurut teori ini adalah terletak pada tujuannya. Pidana dijatuhkan bukan karena orang yang membuat kejahatan (quia peccatum est) melainkan supaya orang jangan melakukan kejahatan (ne peccetur) (Muladi dan Barda Nawawi, 1998: 16).
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pidana itu
mempunyai tiga macam sifat, yaitu:
a) Bersifat menakut-nakuti (afschrikking).
b) Bersifat memperbaiki (verbetering/reclasering).
c) Bersifat membinasakan (onschadelijk maken).
Sedangkan sifat pencegahannya dari teori ini ada dua
macam, yaitu:
a) pencegahan umum (general preventie)
Menurut teori pencegahan umum ini ialah pidana dijatuhkan pada penjahat ditujukan agar orang-orang umum menjadi takut untuk berbuat kejahatan. Penjahat yang dijatuhi pidana itu dijadikan contoh oleh masyarakat, agar orang-orang umum tidak meniru dan melakukan perbuatan yang serupa dengan penjahat itu (Adami Chazawi, 2002, 158-161).
b) pencegahan khusus (special preventie)
Tujuan pemidaaan adalah mencegah pelaku
kejahatan yang telah dipidana agar ia tidak mengulangi
lagi melakukan kejahatan dan mencegah agar orang yang
berniat berbuat buruk untuk tidak mewujudkan niatnya
itu ke dalam bentuk perbuatan nyata (Adami Chazawi,
2002, 158-161).
3) Teori gabungan (verenigings theorieen)
Menurut Pellegrino Rossi sebagai penulis pertama mengenai teori gabungan dalam buku Muladi dan Barda Nawawi, tetap menganggap pembalasan sebagai asas pidana dan beratnya pidana tidak boleh melampaui suatu pembalasan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
adil, namun Pellegrino Rossi berpendirian bahwa pidana mempunyai berbagai pengaruh antara lain perbaikan sesuatu yang rusak dalam masyarakat dan prevensi general. Teori ini juga memperhitungkan pembalasan, prevensi general serta perbaikan sebagai tujuan pidana (Muladi dan Barda Nawawi, 1998: 19).
Teori ini mendasarkan pidana sebagai pembalasan dan
mempertahankan tata tertib dalam masyarakat yang diterapkan
dengan cara pembinaan dengan menitik beratkan pada salah satu
unsur, tanpa,menghilangkan unsur yang lain maupun menitik
beratkan pada semua unsur yang ada.
b. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Penganiayaan
1). Pengertian Tindak Pidana
Ada dua istilah yang dipakai dalam bahasa Belanda, yaitu
strafbaar feit dan istilah delict yang mempunyai makna yang sama.
Delict diterjemahkan dengan delik (tindak pidana) saja, sedangkan
strafbaar feit dalam bahasa Indonesia mempunyai beberapa arti dan
belum diperoleh kata sepakat untuk hal ini mengenai alih bahasa.
Ada yang menggunakan terjemahan: perbuatan pidana (Moeljatno
dan Roeslan Saleh), peristiwa pidana (Konstitusi RIS, UUDS 1950,
Tresna serta Utrecht), tindak pidana (Wiryono Prodjodikoro), delik
(Satochid Kartanegara, A.Z Abidin dan Andi Hamzah), Perbuatan
yang boleh dihukum (karni dan Van Schravendijk), pelanggaran
pidana (Tirtaamidjaja). Namun dari berbagai salinan ke bahasa
Indonesia tersebut yang dimaksud dengan berbagai istilah tersebut
ialah strafbaar feit (Martiman Prodjohamidjojo, 1997: 15).
Beberapa pakar hukum pidana memberikan definisi
mengenai strafbaar feit dalam buku Martiman Prodjohamidjojo
antara lain:
a) Simons
“ Mengatakan bahwa strafbaar feit adalah kelakuan
yang diancam pidana yang bersifat melawan hukum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang berhubungan dengan kesalahan dan dilakukan
oleh orang yang mampu bertanggung jawab”
(Martiman Prodjohamidjojo, 1997: 15).
b) Jonkers
Memberikan definisi strafbaar feit dalam dua pengertian, yakni: (1) Definisi pendek memberikan definisi strafbaar feit
adalah suatu kejadian yang dapat diancam pidana oleh undang-undang.
(2) Definisi panjang, maka strafbaar feit adalah suatu kelakuan yang melawan hukum berhubung dilakukan dengan sengaja atau alpa oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan (Martiman Prodjohamidjojo, 1997: 16).
c) Pompe
Membedakan pengertian strafbaar feit antara: (1) Strafbaar feit yaitu suatu pelanggaran terhadap
norma yang dilakukan karena kesalahan si pelaku dan diancam dengan pidana untuk mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum (definisi menurut teori).
(2) Strafbaar feit adalah suatu feit (kejadian) yang oleh peraturan perundang-undangan dirumuskan sebagai perbuatan yang dihukum (definisi menurut hukum positif) (Martiman Prodjohamidjojo, 1997: 16).
d) Moeljatno
Moeljatno menggunakan istilah “ Perbuatan pidana,
yang didefinisikan sebagai perbuatan yang dilarang
oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai
ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi
barang siapa melanggar larangan tersebut” (Moeljatno,
2000: 54). Berdasarkan definisi strafbaar feit yang
telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian strafbaar feit mempunyai kesamaan
dengan makna perbuatan pidana, tindak pidana
maupun istilah lain salinannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan pengertian-pengertian tindak pidana di atas,
maka penulis berpendapat bahwa yang dimaksud tindak pidana
adalah suatu perbuatan yang melanggar aturan pidana yang
mengakibatkan suatu sanksi pidana kepada siapa yang
melakukannya.
2). Unsur Tindak Pidana dalam KUHP
Unsur yang terdapat dalam suatu tindak pidana pada dasarnya
dapat dibagi menjadi dua yaitu unsur subyektif dan unsur obyektif.
Unsur subyektif adalah unsur yang melekat pada diri pelaku atau
yang berhubungan dengan diri pelaku dan termasuk di dalamnya
yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya.
Unsur subjektif ini adalah sebgai berikut:
a) Kesengajan atau kealpaan (dollus atau culpa). b) Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging
seperti yang dimaksud di dalam Pasal 53 ayat (1) KUHP. c) Macam-macam maksud atau oogmerk. d) Merencanakan terlebih dahulu atau voordebuchte raad. e) Perasaan takut atau vrees. ( Lamintang, 1997 : 194 ). Unsur obyektif adalah unsur yang ada hubungannya dengan
keadaan-keadaan yang di dalam keadaan mana tindakan dari pelaku
harus dilakukan. Unsur objektif ini adalah:
a) Sifat melawan hukum atau wederrechtlijkheheid.
b) Kausalitas dari perilaku.
Kausalitas yaitu hubungan antar tindakan sebagai
penyebab dengan suatu kenyataan sebagai akibat
(Lamintang, 1997: 194).
3). Pengertian Tindak Pidana Penganiayaan
Penganiayaan merupakan istilah yang digunakan KUHP
untuk tindak pidana atau kejahatan terhadap tubuh yang dilakukan
dengan sengaja. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, arti
penganiayaan adalah perbuatan yang sewenang – wenang.
Pengertian tersebut adalah dalam pengertian luas, yakni yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
termasuk menyangkut perasaan atau batiniah. Sedangkan dalam
KUHP adalah yang menyangkut tubuh manusia.
Menurut ilmu pengetahuan atau doktrin, penganiayaan adalah
setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan
rasa sakit atau luka pada orang lain. Sedangkan menurut Pasal 351
KUHP dirumuskan sebagai berikut :
a) “penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua
tahun delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah”
b) “jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat yang bersalah
dikenakan pidana penjara paling lama lima tahun”
c) “jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama
tujuh tahun”
d) “dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan,”
e) “percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana”
Berdasarkan pengertian di atas, maka penganiayaan
mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :
a) Adanya perbuatan
b) Adanya akibat yang timbul dari perbuatan tersebut yakni
luka-luka atau kematian.
Pada dasarnya antara Pasal 351 KUHP dan Undang – Undang
Nomor 23 Tahun 2004 ini mempunyai kesamaan dalam
penggolongan jenis tindak pidana penganiayaan. Dalam Undang –
Undang Nomor 23 Tahun 2004, tindak pidana penganiayaan dibagi
menjadi 3 yaitu penganiayaan biasa, penganiayaan ringan dan
penganiayaan berat. Tetapi dalam Undang – Undang Nomor 23
Tahun 2004 terdapat spesifikasi sanksi pidana bila yang melakukan
adalah suami, istri, atau anggota keluarga yang lain yang disebutkan
dalam Undang-Undang tersebut.
Namun, di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga sanksi
pidana yang dijatuhkan berbeda dari Pasal 351 KUHP tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sanksi pidana jelas lebih berat dikarenakan Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2004 tersebut adalah Undang-Undang yang sifatnya
khusus. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tersebut,
sanksi yang dijatuhkan untuk penganiayaan biasa adalah dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak
Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), untuk penganiayaan
ringan dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun atau denda paling banyak Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta
rupiah), penganiayaan berat dipidana dengan pidana penjara paling
lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling banyak Rp
45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah), dan utnuk
penganiayaan ringan yang dilakukan oleh suami kepada istri atau
sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan
sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
bulan atau denda paling banyak Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).
b.Tinjauan Mengenai Kekerasan Dalam Rumah Tangga
1) Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Kekerasan pada dasarnya adalah semua bentuk perilaku, baik
secara verbal maupun non verbal, yang dilakukan oleh seseorang
maupu n sekelompok orang yang mengakibatkan efek negatif secara
fisik dan psikologis. Dalam Undang – Undang Nomor 23 Tahun
2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah
tangga,memberikan pengertian mengenai kekerasan dalam rumah
tangga yaitu :
“ Setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik , seksual, psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan , pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkungan rumah tangga”(Pasal 1 ayat (1)). Sedangkan di dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang nomor 23 Tahun 2004 menjelaskan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga adalah jaminan yang diberika oleh Negara untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga ,menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga ,melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga”
Berbagai bentuk kekerasan dalam rumah tangga menurut
Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2004 adalah sebagai berikut :
(1) Kekerasan fisik
(2) Kekerasan psikis
(3) Kekerasan seksual
(4) Penelantaran rumah tangga
Berbagai bentuk kekerasan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
(a) Kekerasan fisik
Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004,
kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa
sakit,jatuh sakit,atau luka berat. Berbagai bentuk kekerasan fisik
yang terjadi dalam kasus KDRT adalah sebagai berikut :
(1)Memukul dengan tangan kosong
(2)Memukul dengan alat ( kayu , besi )
(b) Kekerasan psikis
Menurut Pasal 7 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004,
kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan
ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan
untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis
berat pada seseorang. Bentuk penganiayaan psikis ini meliputi :
(1)Mendiamkan / membiarkan
(2)Menghina, mengecilkan harga diri
(3)Membentak, berkata kotor / kasar
(4)Mengancam yang memunculkan rasa takut
(5)Pembatasan kebebasan bergerak ( dilarang bertemu dengan
keluarga, orang tuanya )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(c) Kekerasan seksual
Pengertian kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang
berupa pemaksaan hubungan seksual , pemaksaan hubungan
seksual secara tidak wajar dan/atau tidak disukai, pemaksaan
hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial
dan/atau tujuan tertentu.
(d) Penelantaran rumah tangga
Seseorang yang menelantarkan orang dalam lingkup rumah
tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau
karena persetujuan atau perjanjian, ia wajib memberikan
kehidupan, perawatan atau pemeliaharaan kepada orang-orang
tersebut, dan setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan
ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk
bekerja yang layak diluar rumah, sehingga korban berada di
bawah kendali orang tersebut.
2) Ruang Lingkup Rumah Tangga
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 dijelaskan
secara jelas ruang lingkup dalam keluarga dijelaskan pada Pasal 2 ayat
(1) dan ( 2) yaitu :
(a)Suami, istri, dan anak
(b)Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang
sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah,
perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap
dalam rumah tangga.
(c) Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam
rumah tangga tersebut.
(d) Dan orang yang bekerja sebagaimana dimaksud dalam huruf c
dipandang sebagai anggota keluarga dalam jangka waktu selama
berada dalam rumah tangga yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2.KerangkaPemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Keterangan :
Keluarga merupakan institusi terkecil dalam suatu masyarakat. Di
dalamnya pastilah pernah terjadi pertengkaran yang berujung pada kekerasan.
Berbagai bentuk serta siapapun pelakunya semakin beragam. Tidak hanya suami
atau istri namun dapat juga dilakukan oleh anak. Baik anak kandung maupun anak
tiri. Tindak Pidana Penganiayaan diatur dalam Pasal 351 KUHP. Namun pada saat
sekarang ini Undang –Undang yang digunakan adalah Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Hal ini
dikarenakan menganut asas Lex spesialis derograt lex generalis. Dimana
Undang–Undang ini bertujuan untuk mencegah segala bentuk kekerasan dalam
rumah tangga, melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga, menindak
Tindak Pidana Penganiayaan dalam rumah tangga
Undang – Undang No.23 Tahun 2004 Tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Putusan No. 73 /Pid.B /2010/PN.Sal
Pasal 351 Kitab Undang – Undang Hukum Pidana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pelaku kekerasan dalam rumah tangga, dan memelihara keutuhan rumah tangga
yang harmonis dan sejahtera dengan sanksi pidana yang lebih berat dari sanksi
pidana yang terdapat dalam Pasal 351 KUHP.
Dalam penulisan skripsi kali ini, penulis akan membahas mengenai
bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga dan bagaimana implementasi
sanksi pidana yang terdapat dalam putusan Nomor :73/Pid.B/2010/PN.Sal di
Pengadilan Negeri Salatiga telah sesuai dengan Undang – Undang Nomor 23
Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berikut ini disajikan putusan hakim terhadap tindak pidana
kekerasan dalam rumah tangga dalam perkara di Pengadilan Negeri
Salatiga Nomor: 73 / Pid.B / 2010 / PN.Sal.
8. Kasus Posisi
Pada hari Minggu tanggal 28 Februari 2010 sekitar jam 08.00
WIB, telah terjadi tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga terhadap
seorang wanita yang bernama Nurhayati, yang dilakukan oleh Agung
Kurniawan Bin Slamet Yulianto, umur 21 tahun, Warga negara Indonesia
dan beragama Islam. Terdakwa berjenis kelamin laki – laki, lahir di
Yogyakarta serta bertempat tinggal di Jl. Imam Bonjol Gang Durian 17 RT
03 RW 01 Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota salatiga.
Pekerjaan swasta.
Tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga tersebut dilakukan
terhadap wanita yang tak lain adalah ibu tiri terdakwa yang bernama
Nurhayati ( korban ). Adapun perbuatan tersebut dilakukan dengan cara
mendatangi saksi korban Nurhayati yang sedang berada di dapur dan
membenturkan kepala saksi Nurhayati ke rak piring sebanyak 1 kali.
Selanjutnya terdakwa langsung menarik kerah baju saksi Nurhayati dari
belakang dan mengangkatnya hingga badan saksi Nurhayati ikut terangkat
dan terseret sejauh 3 meter. Kemudian terdakwa mendorong saksi
Nurhayati hingga membentur tembok, kemudian terdakwa pergi
meninggalkan saksi Nurhayati. Akibat perbuatan terdakwa tersebut saksi
menderita lecet pada pergelangan tangan kanan bergaris tengah 1 centi
meter, bengkak pada kepala atas bagian kanan bergaris tengah 4 centi
meter, bengkak pada dahi tengah bergaris tengah 2 centi meter
sebagaimana disebutkan dalam Visum et Repertum No. 370/460 tanggal 1
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Maret 2010 atas nama Nurhayati yang dibuat dan ditandatangani oleh
dr.Jamaluddin dokter pada BPRSUD Kota Salatiga
9. IdentitasTerdakwa
Nama : AGUNG KURNIAWAN Bin SLAMET YULIANTO
Tempat Lahir : Yogyakarta
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur :21 tahun
Kebangsaan : Indonesia
Tempat Tinggal : Jl. Imam Bonjol Gg.Durian 17 RT 03 RW 01 Kelurahan
Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
10. Surat Dakwaan
Terdakwa diajukan ke muka persidangan oleh jaksa penuntut
umum dengan dakwaan seperti yang tersebut di bawah ini :
Bahwa ia terdakwa AGUNG KURNIAWAN Bin SLAMET
YULIANTO pada hari Minggu tanggal 28 Februari 2010 sekitar jam 08.00
WIB atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2010 bertempat di
sebuah rumah yang terletak di Jl. Imam Bonjol Gg. Durian 17 RT 03 RW
01 Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga atau setidak-
tidaknya di suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum
Pengadilan Negeri Salatiga telah melakukan perbuatan kekerasan fisik
terhadap saksi korban Nurhayati sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 huruf a
Undang-Undang No.23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga,
dengan cara kekerasan fisik;perbuatan tersebut dilakukan terdakwa dengan
cara sebagai berikut :
Bermula pada saat itu terdakwa AGUNG KURNIAWAN Bin
SLAMET YULIANTO mendengar pertengkaran antara ayah terdakwa yaitu
saksi Slamet Yulianto dengan istrinya ( saksi Korban ) Nurhayati, dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pertengkaran tersebut terdakwa mendengar saksi Slamet yulianto menasehati
saksi Nurhayati dengan kata-kata “ wong nom ki mbok ngalah karo wong
tuwo ( orang muda itu mengalah kepada orang tua )” dan saksi korban
Nurhayati menjawab “ aku nek dibuat kalah-kalahan ki ora trimo ( aku kalau
selalu disalahkan tidak terima )”, kemudian karena terdakwa tidak terima
dengan ucapan saksi korban Nurhayati tersebut selanjutnya terdakwa
mendatangi saksi korban Nurhayati yang sedang berada di dapur dan
membenturkan kepala saksi Nurhayati ke rak piring sebanyak 1 kali.
Selanjutnya terdakwa langsung menarik kerah baju saksi Nurhayati dari
belakang dan mengangkatnya hingga badan saksi Nurhayati ikut terangkat
dan terseret sejauh 3 meter. Kemudian terdakwa mendorong saksi
Nurhayati hingga membentur tembok, kemudian terdakwa pergi
meninggalkan saksi Nurhayati. Akibat perbuatan terdakwa tersebut saksi
menderita lecet pada pergelangan tangan kanan bergaris tengah 1 centi
meter, bengkak pada kepala atas bagian kanan bergaris tengah 4 centi
meter, bengkak pada dahi tengah bergaris tengah 2 centi meter
sebagaimana disebutkan dalam Visum et Repertum No. 370/460 tanggal 1
Maret 2010 atas nama Nurhayati yang dibuat dan ditandatangani oleh
dr.Jamaluddin dokter pada BPRSUD Kota Salatiga. Perbuatan terdakwa
diatur dan diancam pidana Pasal 44 ayat (1) Undang- Undang Republik
Indonesia No.23 tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga.
11. Alat Bukti
Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor:73/Pid.B/2010/PN.Sal
dalam tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga tersebut terdapat alat
bukti berupa keterangan para saksi, keterangan terdakwa dan barang bukti
berupa Visum et Repertum No.370/460 tanggal 1 Maret 2010. Terdakwa
di dalam perkara ini adalah Agung Kurniawan Bin Slamet Yulianto. Saksi
di dalam perkara ini adalah sebagai berikut : 1.Nurhayati Binti Harjo
Pranoto, 2.Slamet Yulianto Bin Sudiman, 3. Sri Hartini Binti Sudiman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang memberikan keterangan di bawah sumpah yang pada pokoknya
sebagaimana tersebut dalam berita acara persidangan perkara ini, yang
untuk singkatnya dianggap telah termaksud dan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dengan putusan ini. Berdasarkan keterangan dari saksi-saksi
maupun dari keterangan terdakwa serta dihubungkan dengan adanya
barang bukti, maka didapatlah adanya fakta-fakta yang pada pokoknya
membenarkan dakwaan penuntut umum. Menyatakan barang bukti berupa
hasil Visum et Repertum No.370/460 tanggal 1 Maret 2010.
5. Tuntutan Hukum oleh Penuntut Umum
a. Menyatakan terdakwa AGUNG KURNIAWAN Bin SLAMET
YULIANTO bersalah melakukan tindak pidana: “melakukan
kekerasan dalam lingkup rumah tangga”, sebagaimana diatur dalam
Pasal 44 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapuasan Kekerasan Dalam Rumah Tangga;
b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa AGUNG KURNIAWAN
Bin SLAMET YULIANTO berupa pidana penjara selama 1(satu)
tahun dan 6 ( enam ) bulan dikurangi selama terdakwa berada dalam
tahanan dengan perintah terdakwa tetap ditahan.
c. Menetapkan supaya terdakwa dibebani membayar biaya perkara
sebesar Rp 2500.- ( dua ribu lima ratus rupiah).
6. Putusan Hakim
Sebelum menjatuhkan putusan terhadap perkara ini majelis hakim
melakukan pertimbangan sebagai berikut ini:
a. Menimbang, bahwa terdakwa telah mengerti isi dakwaan penuntut
umum dan terdakwa tidak mengajukan keberatan mengenai hal itu.
b. Menimbang, bahwa dalam perkara ini penuntut umum juga telah
mengajukan barang bukti berupa hasil Visum et Repertum
No.370/460 tanggal 1 Maret 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Menimbang, bahwa telah didengar keterangan saksi-saksi
dipersidangan yaitu:1.Nurhayati Binti Harjo Pranoto, 2.Slamet
Yulianto Bin Sudiman, 3. Sri Hartini Binti Sudiman yang
memberikan keterangan di bawah sumpah yang pada pokoknya:
sebagaimana tersebut dalam berita acara persidangan perkara ini,
yang untuk singkatnya dianggap telah termaktub dan menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari putusan ini.
d. Menimbang, bahwa selanjutnya telah pula didengar keterangan
terdakwa yang pada pokoknya: sebagaimana tersebut dalam berita
acara persidangan ini, yang untuk singkatnya dianggap telah
termaktub dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan
putusan ini.
e. Menimbang, bahwa sebelum majelis hakim menjatuhkan pidana
terhadap terdakwa, perlulah dipertimbangakn hal-hal yang
memberatkan maupun meringakan pidananya yaitu hal-hal yang
memberatkan:
1) Perbuatan terdakwa mengakibatkan Korban Nurhayati
menderita;
2) Perbuatan terdakwa tidaklah pantas diklakukan apalagi terhadap
ibunya meskipun hanya ibu tiri;
Hal yang meringakan:
a)Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya serta
menyesalinya;
b) Terdakwa belum pernah dihukum.
c) Terdakwa sopan di pengadilan;
f. Menimbang, bahwa berdasarkan hal-hal diatas majelis hakim
berpendapat bahwa pidana yang akan dijatuhkan kepada terdakwa
tepat dan telah memenuhi rasa keadilan;
g. Menimbang, bahwa karena terdakwa telah terbukti bersalah
melakukan tindak pidana dan harus dipidana maka kepada
terdakwa harus pula dibebani untuk membayar biaya perkara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
h. Menimbang bahwa oleh karena tidak ada alas an apapun untuk
mengeluarkan terdakwa dari dalam tahanan maka diperintahkan agar
terdakwa tetap berada dalam tahanan;
i. Menimbang, bahwa karena terdakwa ditahan dalam rumah tahanan
negara, maka lamanya terdakwa dalam tahanan sebelum adanya
putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap haruslah
dikurangkan dengan pidana yang dijatuhkan.
j. Menimbang bahwa oleh karena terdakwa dinyatakan bersalah dan
dijatuhi pusdana maka biaya perkara dibebankan kepadanya yang
besarnya akan ditentukan dalam amar putusan;
k. Menimbang, bahwa barang bukti berupa hasil Visum et Repertum
No.370/460 tanggal 1 Maret 2010, Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana, Pasal 44 ayat (1) Undang _
Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga serta peraturan perundang-undangan lainnya
yang bersangkutan. Maka amar putusan dari Majelis Hakim adalah
sebagai berikut :
1). Menyatakan bahwa terdakwa AGUNG KURNIAWAN Bin
SLAMET YULIANTO tersebut di atas terbukti sah dan
menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana” MELAKUKAN
TINDAK PIDANA KEKERASAN FISIK DALAM RUMAH
TANGGA”.
2). Menghukum terdakwa oleh karena itu dengan hukuman penjara
selama 10 (sepuluh) bulan.
3). Menjatuhkan pidana oleh karena itu dengan pidana denda sebesar
Rp 2500,- (dua ribu lima ratus rupiah).
4). Menentapkan bahwa lamanya terdakwa ditahan dalam rumah
tahanan negara dikurangkan seluruhnya dengan hukuman yang
dijatuhkan.
5). Memerintahkan agar terdakwa tetap ditahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Pembahasan
1. BENTUK – BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan di atas, penulis di
sini akan memaparkan beberapa bentuk kekerasan dalam rumah tangga
yang kerap terjadi di sekitar kita. Dalam suatu rumah tangga, pastilah
pernah terjadi kekerasan meskipun dalam skala kecil.
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan fenomena global yang
terjadi sepanjang masa kehidupan manusia dan terjadi di semua Negara.
Bentuk kekerasan tersebut bermacam- macam dalam semua aspek
kehidupan manusia. Perilaku atau tindak kekerasan dalam rumah tangga
sebagai fakta sosial bukanlah perkara baru dari perspektif sosiologis
masyarakat Indonesia.
Persoalan ini sudah terjadi sejak lama dan masih berlanjut hingga
kini. Kekerasan dalam rumah tangga sebagaimana dimaksudkan dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tersebut, Bab 1 tentang Ketentuan
Umum Pasal 2 adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah
tangga.
Selain itu, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan
fakta sosial yang bersifat universal karena dapat terjadi dalam sebuah
rumah tangga tanpa pembedaan budaya, agama, suku bangsa, dan umur
pelaku maupun korbannya. Karena itu, ia dapat terjadi dalam rumah
tangga keluarga sederhana, miskin dan terbelakang maupun rumah tangga
keluarga kaya, terdidik, terkenal, dan terpandang. Tindak kekerasan ini
dapat dilakukan oleh suami atau istri terhadap pasangan masing-masing,
atau terhadap anak-anak, anggota keluarga yang lain, dan terhadap
pembantu mereka secara berlainan maupun bersamaan. Perilaku merusak
ini berpotensi kuat menggoyahkan sendi-sendi kehidupan rumah tangga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan sederetan akibat di belakangnya, termasuk yang terburuk seperti
tercerai-berainya suatu rumah tangga.
Menurut pendapat Joaquin Borrego Jr & Mindy R. Gutow & Shira
Reicher & Chikira H. Barker yang diambil pada tahun 2003 dari Center
for Disease Control and Prevention mencatat bahwa :
“It is estimated that one in four women will experience domestic
violence and roughly 5.3 million incidents of such violence will be
reported each year” (Joaquin Borrego Jr. & Mindy R. Gutow & Shira
Reicher & Chikira H. Barker. 2008. “Parent–Child Interaction Therapy
with DomesticViolence Populations”. USA: Springer Science + Business
Media, LLC 2008).
Pernyataan di atas secara garis besar dapat diterjemahkan sebagai
berikut:
“Diperkirakan bahwa satu dari empat wanita akan mengalami
kekerasan rumah tangga dan sekitar 5,3 juta insiden tersebut kekerasan
akan dilaporkan setiap tahun” (Joaquin Borrego Jr. & Mindy R. Gutow &
Shira Reicher & Chikira H. Barker. 2008. “Parent–Child Interaction
Therapy with DomesticViolence Populations”. USA: Springer Science +
Business Media, LLC 2008).
Menurut pendapat Glish dalam jurnalnya mengatakan bahwa : “Kekerasan di antara mereka yang mempunyai hubungan dekat
sebagaimana telah dideskripsikan di atas merupakan salah satu masalah utama di Indonesia, sebagaimana juga di seluruh dunia termasuk India. Satu pendekatan umum untuk mengatasi permasalahan ini haruslah dilihat dari peranan hukum. Dengan demikian, advokasi perempuan baik di Indonesia maupun di India haruslah dengan melakukan perbaikan legislasi dan kebijakan yang mengkriminalisasi tindak - tindakan kekerasan dalam rumah tangga” (http://jurnalhukum.blogspot.com/2007/11/kekerasan-dalam-rumah-tangga.html ).
Tindak kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dalam rentang
waktu yang panjang cenderung bersifat laten hingga jarang terungkap ke
permukaan. Akibatnya, ia lebih merupakan kejadian sederhana yang
kurang menarik ketimbang sebagai fakta sosial yang seharusnya
mendapatkan perhatian khusus dan penanganan yang sungguh-sungguh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dari masyarakat dan pemerintah. Kekerasan dalam rumah tangga Indonesia
di mana pun juga masih terus berlangsung dengan jumlah kasus dan
intensitasnya yang kian hari cenderung kian meningkat. Bentuk kekerasan
dalam rumah tangga memiliki tingkat kekerasan yang beragam, hal ini
dapat dilihat dari dampak kekerasan terhadap korban yang beragam pula
(Rena Yulia, 2004 :320). Oleh karena itu sudah mestinya dikenakan
penerapan sanksi yang berbeda di setiap kasusnya.Berbagai bentuk
kekerasan dalam rumah tangga tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kekerasan fisik
Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004,
kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa
sakit,jatuh sakit,atau luka berat. Berbagai bentuk kekerasan fisik
yang terjadi dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga adalah
sebagai berikut :
a.Memukul dengan tangan kosong
b.Memukul dengan alat ( kayu , besi )
b. Kekerasan psikis
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 7,
kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk
bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat
pada seseorang. Bentuk penganiayaan psikis ini meliputi :
a.Mendiamkan / membiarkan
b.Menghina, mengecilkan harga diri
c.Membentak, berkata kotor / kasar
d.Mengancam yang memunculkan rasa takut
e.Pembatasan kebebasan bergerak ( dilarang bertemu dengan
keluarga, orang tuanya )
c. Kekerasan seksual
Pengertian kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa
pemaksaan hubungan seksual , pemaksaan hubungan seksual secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tidak wajar dan/atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual
dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.
d. Penelantaran rumah tangga
Seseorang yang menelantarkan orang dalam lingkup rumah
tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau
karena persetujuan atau perjanjian, ia wajib memberikan
kehidupan, perawatan atau pemeliaharaan kepada orang-orang
tersebut, dan setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan
ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja
yang layak diluar rumah, sehingga korban berada di bawah kendali
orang tersebut.
Berdasarkan pemaparan diatas, berbagai bentuk kekerasan
terjadi dalam masyarakat. Dalam penulisan hukum ini, penulis
hendak memaparkan salah satu bentuk kekerasan dalam rumah
tangga berdasarkan studi Putusan Nomor 73 /Pid.B/2010/PN.Sal
yang di dalamnya telah jelas dikatakan bahwa kekerasan yang
dialami oleh saksi korban Nurhayati adalah suatu kekerasan fisik
Kekerasan fisik merupakan salah satu bentuk kekerasan yang
umum terjadi dalam masyarakat. Tidak memandang golongan
maupun status ekonomi, kekerasan fisik itu dapat terjadi. Berbagai
dampak dialami oleh korban kekerasan dalam rumah tangga
tersebut.
. Kekersan fisik tersebut dilakukan oleh anak tiri korban
yang bernama Agung Kurniawan. Kekerasan fisik adalah perbuatan
yang mengakibatkan rasa sakit,jatuh sakit,atau luka berat. Perilaku
kekerasan yang termasuk dalam golongan ini antara lain adalah
menampar, memukul, meludahi, menarik rambut (menjambak),
menendang, menyudut dengan rokok, memukul/melukai dengan
senjata, dan sebagainya. Biasanya perlakuan ini akan nampak
seperti bilur-bilur, muka lebam, gigi patah atau bekas luka lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dan dalam kasus ini, kekerasan fisik dilakukan adalah dengan cara
membenturkan kepla korban hingga membuat luka memar di
kepala korban.
2. IMPLEMENTASI ANCAMAN SAKSI PIDANA DALAM PUTUSAN
NO. 73 /Pid. / B / 2010 / PN.Sal.
Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor: 73/Pid.B/2010/PN.Sal.
didasarkan pada dakwaan jaksa yang menggunakan dakwaan tunggal.
Jaksa menerapkan Pasal 44 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga untuk menjerat
terdakwa. Hakim mempunyai kebebasan dalam hal menjatuhkan putusan.
Namun, kebebasan yang dimiliki hakim tidak bersifat mutlak karena
putusan harus didasarkan pada keyakinan hakim yang diperoleh dari dua
alat bukti yang sah. Hakim juga mempertimbangkan apakah dengan
adanya fakta-fakta hukum telah terungkap yang dapat menyebabkan
terdakwa bersalah atau tidak melakukan perbuatan yang didakwakan
penuntut umum. Fakta hukum yang meyakinkan hakim untuk memberikan
putusan terhadap terdakwa melakukan perbuatan yang dituntut oleh Jaksa
Penuntut Umum adalah berupa alat bukti yang terdiri dari keterangan saksi
dan Visum et Repertum Nomor 370/460 tanggal 1 Maret 2010.
Berdasarkan keterangan dari saksi-saksi maupun dari keterangan
terdakwa serta dihubungkan dengan adanya barang bukti, maka didapat
adanya fakta-fakta yang pada pokoknya hakim membenarkan dakwaan
yang dari penuntut umum yaitu terdakwa Agung Kurniawaan telah
bersalah melakukan tindak pidana kekerasan dalam lingkup rumah tangga
terhadap Nurhayati. Hakim menjatuhkan pidana terhadap terhadap
terdakwa Agung Kurniawan menerapkan Pasal 44 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga karena setiap unsur-unsur yang terkandung dalam pasal tersebut
telahterpenuhi.
Unsur tersebut adalah:
1. Setiap orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Unsur “setiap orang“ yang menunjuk pada subyek hukum, yaitu pelaku/
subyek hukum yang telah melakukan tindak pidana yang dalam hal ini
adalah terdakwa AGUNG KURNIAWAN Bin SLAMET YULIANTO
dengan identitas sebagaimana tersebut dalam dakwaan penuntut umum.
Oleh karena itu, unsur “setiap orang” terpenuhi.
2. Melakukan perbuatan kekerasan fisik
Kekerasan adalah tindakan agresi dan pelanggaran yang menyebabkan
atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti
orang lain, misalnya penyiksaan, pemerkosaan, pemukulan, dll. Bahwa
beradasarkan keterangan saksi-saksi dan alat bukti berupa Visum et
Repertum No.360/460 tanggal 1 Marert 2010 maka unsur tersebut telah
terpenuhi. Adapun wujud dari kekerasan fisik tersebut adalah bermula
pada saat itu terdakwa AGUNG KURNIAWAN Bin SLAMET
YULIANTO mendengar pertengkaran antara ayah terdakwa yaitu saksi
Slamet Yulianto dengan istrinya ( saksi Korban ) Nurhayati, dalam
pertengkaran tersebut terdakwa mendengar saksi Slamet yulianto
menasehati saksi Nurhayati dengan kata-kata “ wong nom ki mbok
ngalah karo wong tuwo ( orang muda itu mengalah kepada orang tua )”
dan saksi korban Nurhayati menjawab “ aku nek dibuat kalah-kalahan
ki ora trimo ( aku kalau selalu disalahkan tidak terima )”, kemudian
karena terdakwa tidak terima dengan ucapan saksi korban Nurhayati
tersebut selanjutnya terdakwa mendatangi saksi korban Nurhayati yang
sedang berada di dapur dan membenturkan kepala saksi Nurhayati ke
rak piring sebanyak 1 kali. Selanjutnya terdakwa langsung menarik
kerah baju saksi Nurhayati dari belakang dan mengangkatnya hingga
badan saksi Nurhayati ikut terangkat dan terseret sejauh 3 meter.
Kemudian terdakwa mendorong saksi Nurhayati hingga membentur
tembok, kemudian terdakwa pergi meninggalkan saksi Nurhayati.
Akibat perbuatan terdakwa tersebut saksi menderita lecet pada
pergelangan tangan kanan bergaris tengah 1 centi meter, bengkak pada
kepala atas bagian kanan bergaris tengah 4 centi meter, bengkak pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dahi tengah bergaris tengah 2 centi meter sebagaimana disebutkan
dalam Visum et Repertum No. 370/460 tanggal 1 Maret 2010 atas nama
Nurhayati yang dibuat dan ditandatangani oleh dr.Jamaluddin dokter
pada BPRSUD Kota Salatiga. Bahwa berdasarkan keterangan saksi-
saksi dan alat bukti berupa Visum et Repertum No.360/460 tanggal 1
Marert 2010 maka unsur tersebut telah terpenuhi.
3. Dalam lingkup rumah tangga
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 dijelaskan secara
jelas ruang lingkup dalam keluarga dijelaskan pada Pasa 2 ayat (1) dan
( 2) yaitu :
(a)Suami, istri, dan anak
(b)Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang
sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah,
perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap
dalam rumah tangga.
(c) Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam
rumah tangga tersebut.
(d) Dan orang yang bekerja sebagaimana dimaksud dalam huruf c
dipandang sebagai anggota keluarga dalam jangka waktu selama
berada dalam rumah tangga yang bersangkutan.
Namun, di sini penulis juga memberikan pendapat bahwa lingkup
rumah tangga adalah semua orang yang berada atau tinggal dalam satu
rumah yang semuanya mempunyai hubungan baik itu hubungan darah
maupun hubungan pekerjaan. Bahwa berdasarkan Putusan Nomor
73/Pid.B/2010/Pn.Sal. tersebut tindak pidana penganiayaan itu terjadi
dalam lingkup rumah tangga. Dikatakan dalam lingkup rumah tangga
karena diantara keduanya ada hubungan keluarga yakni hubungan
antara anak tiri dan ibu tiri. Hubungan anak tiri dan ibu tiri ini tercipta
karena telah terjadi perkawinan antara ayah terdakwa yakni saksi
Slamet Yulianto dengan saksi korban Nurhayati. Selain hal tersebut,
antara terdakwa dan saksi korban berada atau tinggal dalam satu rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yakni di Jl. Imam Bonjol Gang Durian 17 RT 03 RW 01 Kalurahan
Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Maka berdasarkan
uraian di atas maka unsur yang ketiga dalam Putusan Nomor
73/Pid.B/2010/PN.Sal. telah terpenuhi.
Putusan yang dijatuhkan hakim terhadap terdakwa adalah hukuman
penjara selama sepuluh bulan. Apabila ditinjau dari beratnya sanksi
pidana yang dijatuhkan, maka penerapan sanksi pidana terhadap pelaku
tindak pidana kekerasan dalam lingkup rumah tangga yang berupa
kekerasan fisik dalam Putusan Nomor: 73/Pid.B/2010/PN.Sal telah
sesuai dengan ancaman pidana yang disebutkan dalam Pasal 44
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun atau denda paling banyak Rp15.000.000,00 (lima belas juta
rupiah).
Hakim dalam Putusan Nomor: 73/Pid.B/2010/PN.Sal
menggunakan Pasal 44 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam menjatuhkan
sanksi pidana. Hal ini berdasarkan asas lex specialis derogat legi
generali. Asas lex specialis derogat legi generali artinya aturan yang
bersifat khusus (specialis) mengesampingkan aturan yang bersifat
umum (generali). Yakni bahwa pengaturan mengenai tindak pidana
kekerasan dalam lingkup rumah tangga telah diatur dalam Pasal 44
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, yang telah mengesampingkan Pasal
351 KUHP yang masih bersifat umum mengenai tindakan
penganiayaan. Berdasarkan sanksi pidana yang dijatuhkan kepada
terdakwa, maka Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor:
73/Pid.B/2010/PN.Sal telah sesuai dalam penerapannya. Sehingga
putusan tersebut dapat memberikan jaminan dan perlindungan kepada
korban kekerasan dalam rumah tangga agar dapat dilindungi hak-
haknya sebagai korban kekerasan yang dilakukan oleh orang yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hidup dalam satu lingkungan dengannya. Dengan berlakunya Undang-
Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga ini, diharapkan
jika terjadi adanya kekerasan dalam lingkup rumah tangga, korban mau
melaporkan kepada yang berwajib sehingga efek dari Undang – Undang
ini dapat membawa dampak positif dalam masyarakat seperti pendapat
dari Meutia Hatta yang dikutip dari Jurnal Perempuan yang mengatakan
bahwa : “Saya ingin implementasi UU KDRT di lapangan semakin baik
dan sempurna” Oleh karena itu, Putusan Pengadilan Negeri Surakarta
Nomor: 73/Pid.B/2010/PN.Sal diharapkan mampu mewujudkan suatu
kepastian hukum dan terpenuhinya rasa keadilan bagi semua pihak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Bentuk – bentuk kekerasan dalam rumah tangga menurut Undang- Undang
Nomor 23 Tahun 2004 adalah sebagai berikut :
a. Kekerasan fisik
Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004, kekerasan
fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit,jatuh sakit,atau
luka berat. Berbagai bentuk kekerasan fisik yang terjadi dalam kasus
kekerasan dalam rumah tangga antara lain :
1).Memukul dengan tangan kosong
2).Memukul dengan alat ( kayu , besi )
b. Kekerasan psikis
Menurut Pasal 7 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004, kekerasan
psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa
percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya,
dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Bentuk penganiayaan
psikis ini meliputi :
1). Mendiamkan / membiarkan
2). Menghina, mengecilkan harga diri
3). Membentak, berkata kotor / kasar
4). Mengancam yang memunculkan rasa takut
5).Pembatasan kebebasan bergerak (dilarang bertemu dengan
keluarga, orang tuanya)
c. Kekerasan seksual
Pengertian kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa
pemaksaan hubungan seksual , pemaksaan hubungan seksual secara
tidak wajar dan/atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual
dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d.Penelantaran rumah tangga
Seseorang yang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya,
padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan
atau perjanjian, ia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau
pemeliaharaan kepada orang-orang tersebut, dan setiap orang yang
mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi
dan/atau melarang untuk bekerja yang layak diluar rumah, sehingga
korban berada di bawah kendali orang tersebut.
2. a. Hakim dalam Putusan Nomor: 73/Pid.B/2010/PN.Sal menggunakan Pasal
44 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam menjatuhkan sanksi pidana. Hal
ini berdasarkan asas lex specialis derogat legi generali. Asas lex specialis
derogat legi generali artinya aturan yang bersifat khusus (specialis)
mengesampingkan aturan yang bersifat umum (generali).
b. Berdasarkan sanksi pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa, maka
Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor: 73/Pid.B/2010/PN.Sal telah
sesuai dalam penerapannya. Sehingga putusan tersebut dapat memberikan
jaminan dan perlindungan kepada korban kekerasan dalam rumah tangga
agar dapat dilindungi hak-haknya sebagai korban kekerasan yang
dilakukan oleh orang yang hidup dalam satu lingkungan dengannya.
B. Saran
Sebagai saran dalam penulisan hukum (skripsi) ini maka penulis akan
menyumbangkan beberapa pemikiran-pemukiran yaitu:
1. Dikarenakan adanya Undang – Undang Nomor 23 tahun 20004 yang
memberikan macam-macam tindak kekerasan dalam rumah tangga maka
untuk mencegah tindak kekerasan dalam rumah tangga tersebut, perlu
adanya pemeliharaan rasa hormat dalam keluarga sehingga hubungan
antara anak dan orang tua dapat terjaga dengan baik. Selain itu, relasi yang
benar antara anak dan orang tua serta anggota keluarga lainnya adalah
dengan cara komunkasi. Dengan adanya komunikasi yang lancar maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
setaip persoalan mampu diselesaikan tanpa harus ada kekerasan yang pada
akhirnya merugikan berbagai pihak.
2. a. Dalam memutus suatu perkara, Hakim berhak menggunakan
kebebasannya. Jadi hendaknya Hakim mampu memutus dengan
bijaksana dengan berbagai perimbangan berdasarkan fakta-fakta yang
ada di saat persidangan.
b. Penegakan Undang – Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga hendaknya mampu
menciptakan rasa keadilan dan membawa dampak positif dan mampu
menjamin hak- hak korban kekerasan dalam rumah tangga apapun
bentuknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Adami Chazawi, 2002. Pelajaran Hukum Pidana Bagian I. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
_____________, 2002. Pelajaran Hukum Pidana Bagian II. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Adriana Venny. 2007. “ Kekerasan Dalam Rumah Tangga Meningkat “ Jurnal
Perempuan Gemari Edisi 77/Tahun VIII. Jakarta : Yayasan Jurnal Perempuan.
Bambang Poernomo. 1985. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta: Ghalia Indonesia.
E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi. 1982. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan
Penerapannya. Jakarta: Alumni. Glish Version. Perlindungan Terhadap Perempuan Melalui Undang- Undang
kekerasan Dalam Rumah Tangga : Analisa Perbandingan antara Indonesia dan India (http://jurnalhukum.blogspot.com/2007/11/kekerasan-dalam-rumah-tangga.html) ( 13 Desember 2011 pukul 19.30 WIB ).
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081127183345AASsZ0S ( 15
Januari 2012 pukul 17.00 WIB )
http://kisaranku.blogspot.com/2010/11/pengertian-hukum-menurut-ahli-definisi.html ( 9 Januari 2012 pukul 15.45 WIB )
http://www.djpp.depkumham.go.id/htn-dan-puu/421-harmonisasi-peraturan-
perundang-undangan.html ( 9 Januari 2012 pukul 15.30 WIB )
Joaquin Borrego Jr. & Mindy R.Gutow & Shira Reicher & Chikira H.Barker. 2008. “Parent–Child Interaction Therapy with Domestic Violence Populations”. USA : Springer Science+Business Media, LLC 2008.
Jonny Ibrahim. 2006. Teori Dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif.
Malang: Bayumedia.
Martiman Prodjohamidjojo. 1997. Memahami Dasar- dasar Hukum Pidana Indonesia. Jakarta : Pradnya Paramita.
Marwan Mas. 2004. Pengantar Ilmu Hukuim. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Moeljatno. 2000. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Bumi Aksara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Moerti Hardiati Soeroso. 2010. Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Jakarta: Sinar Grafika.
Muladi dan Barda Nawawi, 1998. Teori-Teori dan Kebijakan Pidana. Bandung:
Alumni.
P.A.F Lamintang. 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Peter Mahmud Marzuki. 2006. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana.
Rena Yulia. 2004. Artikel Dalam Mimbar Forum : Perlindungan Hukum
Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Penegakan Hukum. Bandung : LPPM-UNISBA
Rianto Adi. 2010. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta : Granit.
R.Soesilo. 1996. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Bogor: Politeia Sudarto. 1990. Hukum Pidana I. Semarang: Yayasan Sudarto Fakultas Hukum
UNDIP. Tom Brooks. 2006. “An Idealist Theory of Punishment”. Social Sience Research
Network. Newcastle: Department of Politics & Newcastle Law School.
Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Wirjono Projodikiro. 2002. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta : PT. Rineka Cipta.