faktor yang mempengaruhi base lending rate pada...
TRANSCRIPT
UG Jurnal, ISSN 1978 - 4783 Volume 10 No. 6 (2016) hal. 26 - 31
Faktor yang Mempengaruhi Base Lending Rate Pada Bank Milik Pemerintah
Daerah Provinsi Di Pulau Jawa Periode 2009-2014
1 Desti Dirnaeni 2 Lies Handrijaningsih
1 Universitas Gunadarma ([email protected]) 2 Universitas Gunadarma ([email protected])
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan cost of loanable funds dan base
lending rate, mengetahui pengaruh cost of loanable fund (COLF), overhead cost (OHC), Risk Factor,
Spread dan Tax secara simultan dan parsial terhadap Base Lending Rate (BLR).
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara mengumpulkan data sekunder,
yaitu dengan mencari sumber-sumber data keuangan yang diperlukan melalui media intenet. Teknik
pengumpulan data dengan mencari sumber-sumber data keuangan yang diperlukan melalui media
intenet. Teknik penetapan sampel yaitu dengan Sensus, dan objek yang digunakan adalah bank milik
pemerintah daerah provinsi di pulau Jawa (Bank DKI, Bank BJB, Bank Jateng, Bank DIY dan Bank
Jatim). Pada tahap analisis dilakukan uji regresi linear berganda, uji korelasi, uji hipotesis melalui uji-
f dan uji-t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan cost of loanable fund selama 6 tahun
terakhir pada masing-masing bank mengalami kenaikan dan penurunan, hal tersebut terjadi karena
tingkat bunga deposito berjangka mengalami kenaikan, dan demikian juga sebaliknya. Perkembangan
Base Lending Rate juga mengalami kenaikan dan penurunan dikarenakan tingginya cost of loanable
funds yang ditanggung oleh Bank. Base Lending Rate mengalami penurunan disebabkan oleh salah
satu komponen base lending rate yaitu Risk Factor. Risk factor merupakan salah satu komponen yang
menyebabkan Base Lending Rate mengalami penurunan, hal ini menunjukkan bahwa Bank mampu
meminimumkan resiko kreditnya. Cost of Loanable Fund, Overhead Cost, Risk Factor, Spread, dan
Tax secara simultan memiliki pengaruh terhadap Base Lending Rate, namun hanya Risk Factor dan
Tax yang berpengaruh secara parsial terhadap Base Lending Rate. Berdasarkan hasil uji yang
dilakukan terdapat hubungan positif yang kuat antara cost of loanable funds dan base lending rate.
Kata kunci: Base Lending Rate, Cost of Loanable Funds, Overhead Cost, Risk Factor, Spread dan
Tax
PENDAHULUAN
Perlambatan ekonomi negara-negara maju
yang merupakan titik awal dari krisis keuangan
global, secara cepat merambat ke
perekonomian negara-negara berkembang. Di
tengah situasi perekonomian global yang
melambat, ekonomi Indonesia masih mampu
menunjukkan kinerja yang positif dengan tetap
tumbuh sebesar 6,1% pada penghujung tahun
2008, walaupun dampak krisis sudah mulai
dirasakan. Laju inflasi sejak triwulan IV tahun
2008 telah menunjukkan kecenderungan yang
menurun sejalan dengan penurunan harga
komoditas minyak dan pangan dunia,
meskipun secara keseluruhan laju inflasi pada
tahun 2008 adalah sebesar 11,06%, jauh
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 6,59%.
Perlambatan ekonomi akan berdampak
pada permintaan modal yang berkurang. Bank
sebagai salah satu penyedia modal, tentu
bergantung pada arus perputaran modal,
UG Jurnal, ISSN 1978 - 4783 Volume 10 No. 6 (2016) hal. 26 - 31
dimana semakin banyak modal yang diputar
maka semakin besar keuntungan Bank yang
diperoleh dari bunga yang dihasilkan.
Tugas bank sebagai penghimpun dan
penyalur dana sangat di perlukan untuk
kelancaran kegiatan sektor perekonomian riil.
Kegiatan bank tersebut memungkinkan
masyarakat melakukan investasi, distribusi
dan juga konsumsi barang-barang dan juga
jasa, mengingat semua kegiatan investasi-
distribusi konsumsi saling berkaitan dengan
penggunaan uang. Kelancaran kegiatan
investasi-distribusi-konsumsi ini tidak lain
adalah kegiatan pembangunan ekonomi.
Kredit merupakan salah satu bentuk
penyaluran dana oleh bank kepada masyarakat.
Dalam pemberian kredit, bank
menetapkan tingkat suku bunga atau Base
Lending Rate (BLR), yaitu formula untuk
menghitung besarnya bunga atau jasa
pinjaman kepada para debitur pada perusahaan
jasa keuangan sesuai dengan peraturan Bank
Indonesia No. 15 tahun 2013. Guna
meningkatkan profitabilitas, bank dapat
memainkan Base Lending Rate yaitu dengan
Cost of Loanale Fund (COLF) yang harus
dibayar oleh bank untuk setiap rupiah dana
setelah dikurangi dengan bagian dana yang
harus dipelihara bank sebagai cadangan wajib.
Jika Cost of Loanable Fund suatu bank rendah
maka secara tidak langsung akan
mengakibatkan turunnya besaran Base
Lending Rate. Base Lending Rate yang rendah
menyebabkan bank dapat menyalurkan dana
kredit lebih banyak. Hal ini sebagai cermin
tingkat efisiensinya yang tinggi yang dapat
mengundang datangnya rasa kepercayaan yang
tinggi dari masyarakat terhadap manajemen
bank yang bersangkutan.
Sebagai pulau yang padat penduduknya
membuat perekonomian terpusat di Pulau
Jawa. Hal tersebut merupakan lahan yang
subur bagi berkembangnya bisnis perbankan,
karena dengan ekonomi yang terus tumbuh dan
berkembang akan selalu diiringi oleh
permintaan yang tinggi terhadap modal.
Permasalahan muncul ketika bank dituntut
untuk meningkatkan laba. Salah satu produk
bank yang dapat memberikan kontribusi laba
adalah kredit. Dengan banyaknya bank maka
persaingan menjadi semakin ketat, khususnya
pada bank milik pemerintah provinsi di pulau
Jawa. Setiap bank berusaha untuk menarik
nasabah dengan cara memberikan suku bunga
kredit yang rendah, dengan mengacu pada
peraturan BI mengenai formula penentuan
suku bunga dasar pinjaman. Banyak faktor
yang mempengaruhi bank dalam menentukan
suku bunga dasar pinjaman, tetapi tidak semua
faktor digunakan oleh masing-masing bank
dalam menentukan suku bunga dasar pinjaman
tersebut.
Dalam penelitian ini penulis ingin
meneliti mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi bank dalam menentukan bunga
dasar pinjaman. Untuk menetapkan tingkat
suku bunga kredit (base lending rate), bank
harus menghitung biaya dana (cost of fund)
dan biaya-biaya lain terkait dengan
perhitungan base lending rate. Perhitungan
cost of funds dihitung berdasarkan pendekatan
biaya dana rata-rata tertimbang/ pendekatan
Weighted Average Cost of Fund. Untuk
menentukan tingkat suku bunga kredit (base
lending rate) maka bank harus
memperhitungkan cost of loanable funds
ditambah dengan komponen lainnya seperti
overhead cost, risk factor, spread dan tax.
Permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah : (1) Bagaimana
perkembangan cost of loanable funds pada
Bank DKI, Bank BJB, Bank Jateng, Bank DIY
dan Bank Jatim tahun 2009-2014? (2)
Bagaimana perkembangan base lending rate
pada Bank DKI, Bank BJB, Bank Jateng, Bank
DIY dan Bank Jatim tahun 2009-2014? (3)
Apakah cost of loanable funds, overhead cost,
risk factor, spread dan tax memengaruhi
secara simultan terhadap base lending rate
pada Bank DKI, Bank BJB, Bank Jateng, Bank
DIY dan Bank Jatim tahun 2009-2014? (4)
Apakah cost of loanable funds, overhead cost,
risk factor, spread dan tax memengaruhi
secara parsial terhadap base lending rate pada
Bank DKI, Bank BJB, Bank Jateng, Bank DIY
dan Bank Jatim tahun 2009-2014? (5)
Bagaimana pengaruh antara cost of loanable
funds, overhead cost, risk factor, spread dan
tax terhadap base lending rate pada Bank
UG Jurnal, ISSN 1978 - 4783 Volume 10 No. 6 (2016) hal. 26 - 31
BUMD Provinsi di Pulau Jawa tahun 2009-
2014?
Tujuan penelitian ini secara umum
adalah untuk mengetahui perkembangan cost
of loanable funds dan base lending rate pada
Bank DKI, Bank BJB, Bank Jateng, Bank DIY
dan Bank Jatim tahun 2009-2014, untuk
mengetahui pengaruh cost of loanable funds
(COLF), overhead cost, risk factor, spread dan
tax secara simultan dan parsial terhadap base
lending rate (BLR) pada Bank DKI, Bank
BJB, Bank Jateng, Bank DIY dan Bank Jatim
pada tahun 2009-2014, dan untuk mengetahui
pengaruh cost of loanable funds, overhead
cost, risk factor, spread dan tax terhadap base
lending rate pada Bank BUMD tahun 2009-
2014.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini objek penelitian
yang diteliti adalah Bank-bank milik
Pemerintah Daerah setempat di Pulau Jawa.
Terdapat enam provinsi di pulau jawa namun
hanya terdapat lima bank milik pemerintah
provinsi daerah setempat, yaitu Bank DKI,
Bank BJB, Bank Jawa Tengah (Bank Jateng),
Bank Jogjakarta (Bank DIY), dan Bank Jawa
Timur (Bank Jatim). Pulau Jawa dipilih
sebagai objek penelitian karena jumlah
penduduk yang padat serta terkonsentrasi pada
wilayah-wilayah perkotaan berdampak pada
pesatnya kegiatan ekonomi di wilayah ini yang
ditunjang oleh infrastruktur yang memadai
serta sumber daya ekonomi yang tersedia
disbanding dengan wilayah lainnya, hal
tersebut yang menjadi pertimbangan penulis
dan dipilih karena Pulau Jawa mencerminkan
kondisi ekonomi Indonesia secara umum.
Analisis data yang dilakukan oleh
penulis meliputi sistematika sebagai berikut :
Menghitung cost of loanable funds dari
berbagai sumber dana pihak ke tiga. Untuk
menghitung cost of loanable funds, metode
analisis yang digunakan adalah metode
weighted average cost of funds (WACOF).
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut
:
Tabel 1
Perhitungan Cost of Funds dengan metode
WACOF
Untuk menghitung besarnya base
lending rate selain cost of loanable funds juga
diperlukan perhitungan-perhitungan
komponen lain, seperti:
a) Overhead Cost
b) Risk Factor
c) Spread
UG Jurnal, ISSN 1978 - 4783 Volume 10 No. 6 (2016) hal. 26 - 31
d) Base Lending Rate
Base Lending Rate:
COLF = xxx %
Overhead Cost = xxx %
Risk Factor = xxx %
Spread = xxx %
Tax = xxx % +
Base Lending Rate = xxx %
Setelah cost of loanable funds,
overhead cost, risk factor, spread, tax dan base
lending rate diketahui kemudian diuji dengan
menggunakan uji korelasi untuk mengetahui
ada tidaknya dan sejauh mana hubungan antar
variabel tersebut, uji regresi berganda untuk
mengetahui pengaruh hubungan antar variabel
untuk menguji hipotesis, uji-f untuk
mengetahui pengaruh secara simultan kelima
variabel X tersebut terhadap variabel Ydan uji-
t untuk mengetahui pengaruhnya secara parsial
kelima variabel X tersebut terhadap variabel
Y.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini data yang
digunakan adalah Bank-bank milik Pemerintah
Daerah setempat di Pulau Jawa dan hanya
terdapat lima bank milik pemerintah, yaitu
Bank DKI, Bank BJB, Bank Jawa Tengah
(Bank Jateng), Bank Jogjakarta (Bank DIY),
dan Bank Jawa Timur (Bank Jatim). untuk 6
tahun, mulai dari tahun 2009-2014. Data
tersebut berdasarkan laporan keuangan kelima
bank daerah tersebut, dengan
memperhitungkan cost of loanable funds,
overhead cost, risk factor, spread, tax dan base
lending rate.
Perhitungandan perkembangan Cost of
Loanable Funds dengan metode WACOF
Tabel 2
Perhitungan Cost of Loanable Fund Tahun
Bank DKI 2009
Tabel 2 menunjukan salah satu
perhitungan Cost of Loanable Fund pada Bank
DKI tahun 2009 dengan metode weighted
average cost of funds (WACOF). Berikut tabel
perkembangan Cost of Loanable Fund tahun
2009-2014 Bank Daerah Provinsi di Pulau
Jawa:
Gambar 1 Perkembangan Cost of Loanable Fund
Sumber: Laporan Keuangan per 31 Desember tahun 2009-2014 bank
daerah Provinsi di Pulau Jawa, data diolah.
Dari hasil perhitungan cost of loanable
funds dengan menggunakan metode WACOF dan
grafik diatas dapat dilihat pada tahun 2010 cost of
loanable funds sangat tinggi, hal ini terjadi karena
tingginya tingkat suku bunga pada tahun tersebut,
yang menyebabkan Bank Jateng harus
menanggung biaya dana yang cukup tinggi pada
tahun tersebut yaitu sebesar 6,80%. Dari
keseluruhan sumber dana pada tahun 2010, jumlah
sumber dana yang berhasil dihimpun adalah
sebesar Rp 339.277 juta.
UG Jurnal, ISSN 1978 - 4783 Volume 10 No. 6 (2016) hal. 26 - 31
Perhitungandan perkembangan Overhead
Cost (CHO)
Overhead Cost Bank DKI periode 31
Desember 2009.
Berikut tabel perhitungan Overhead
Cost salah satu bank provinsi di Pulau Jawa,
yaitu Bank DKI periode 2009-2014.
Tabel 3
Perhitungan Overhead Cost Tahun Bank
DKI 2009
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: Laporan Keuangan per 31 Desember tahun 2009-
2014 bank daerah Provinsi di Pulau Jawa, data diolah.
Berikut grafik perkembangan
Overhead Cost tahun 2009-2014 Bank Daerah
Provinsi di Pulau Jawa:
Gambar 2 Perkembangan Overhead Cost
Sumber: Laporan Keuangan per 31 Desember tahun 2002-2006 PT
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, data diolah.
Gambar 2 menunjukan, Overhead Cost
terbesar pada tahun 2009 dialami bank BJB
sebesar 6,29%, sementara Overhead Cost
terbesar pada empat bank lainnya, dialami
pada tahun 2010 diantaranya Bank DKI, Bank
Jateng, Bank DIY dan Bank Jatim masing-
masing sebesar 9,08%, 6,61%, 7,00% dan
8,18%.
Perhitungan perkembangan Risk Factor
Terdapat beberapa pengukuran untuk
menentukan Risk Factor perusahaan, akan
tetapi penelitian ini menggunakan perhitungan
dengan membandingkan penyisihan
penghapusan kredit dengan kredit yang
diberikan.
Risk Factor Bank DKI periode 31 Desember
2009.
Berikut tabel perhitungan Risk Factor
salah satu bank provinsi di Pulau Jawa, yaitu
Bank DKI periode 2009-2014.
Tabel 4
Perhitungan Risk Factor Tahun Bank DKI
2009
(dalam jutaan rupiah)
Tahun
Total
Biaya
(Non
Bunga)
(Rp)
Aktiva
Produktif
(Rp)
Overhead
Cost (%)
2009 672.227 11.846.029 5,67
2010 898.472 9.896.622 9,08
2011 786.379 13.291.282 5,92
2012 927.042 19.007.622 4,88
2013 1.080.104 27.119.702 3,98
2014 1.135.103 31.468.063 3,61
Tahun
Penyisihan
Penghapus
an Kredit
(Rp)
Kredit
yang
Diberikan
(Rp)
Risk
Factor
(%)
2009 233.685 6.769.819 3,45
2010 168.575 8.369.350 2,01
2011 89.596 10.793.787 0,83
2012 157.501 14.725.892 1,07
2013 225.410 20.019.355 1,13
2014 512.742 24.507.633 2,09
UG Jurnal, ISSN 1978 - 4783 Volume 10 No. 6 (2016) hal. 26 - 31
Sumber: Laporan Keuangan per 31 Desember tahun
2009-2014 bank daerah Provinsi di Pulau Jawa, data
diolah.
Sumber: Laporan Keuangan per 31 Desember tahun 2009-2014 bank
daerah Provinsi di Pulau Jawa, data diolah.
Gambar 3 Perkembangan Risk Factor
Gambar 3 menunjukan, bahwa
perkembangan Risk Factor pada Bank-bank
BUMD selama enam tahun teakhir, terbesar
dialami Bank DKI pada tahun 2009 yaitu
sebesar 3.45%, dengan penyisihan
penghapusan kreditnya sebesar Rp 233.685
juta dan kredit yang diberikan sebesar Rp
6.769.819 juta. Sementara Risk Factor yang
paling kecil dialami Bank Jateng yaitu sebesar
0.48% pada tahun 2014 dengan penyisihan
penghapusan kreditnya sebesar Rp 124.384
juta dan kredit yang diberikan sebesar Rp
25.919.583 juta.
Perhitungan perkembangan Spread
Spread Bank DKI periode 31 Desember 2009.
Berikut tabel perhitungan Spread salah
satu bank provinsi di Pulau Jawa, yaitu Bank
DKI periode 2009-2014.
Tabel 5
Perhitungan Spread Tahun Bank DKI
Periode 2009-2014
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: Laporan Keuangan per 31 Desember tahun
2009-2014 bank daerah Provinsi di Pulau Jawa, data
diolah.
Tabel 6 menunjukan salah satu
perhitungan Spread Bank DKI tahun 2009-
2014. Dari perhitungan Spread tahun 2009-
2014 pada Bank daerah provinsi di pulau jawa
dapat dilihat pada lampiran 4. Berikut tabel
perkembangan Spread tahun 2009-2014 Bank
Daerah Provinsi di Pulau Jawa:
Gambar 4 Perkembangan Spread
Sumber: Laporan Keuangan per 31 Desember tahun 2009-
2014 bank daerah Provinsi di Pulau Jawa, data diolah.
Tahun
Proyeksi
Keuntungan
(Rp)
Kredit yang
Diberikan
(Rp)
Spread
(%)
2009 140,692 6,769,819 2.08
2010 176,377 8,369,350 2.11
2011 301,332 10,793,787 2.79
2012 339,284 14,725,892 2.30
2013 592,279 20,019,355 2.96
2014 365,685 24,507,633 1.49
UG Jurnal, ISSN 1978 - 4783 Volume 10 No. 6 (2016) hal. 26 - 31
Gambar 4 menunjukan, bahwa
perkembangan Risk Factor pada Bank-bank
BUMD selama enam tahun teakhir, terbesar
dialami Bank Jatim pada 2008 yaitu sebesar
6.58%, dengan penyisihan proyeksi
keuntungan sebesar Rp 478.764 juta dan kredit
yang diberikan sebesar Rp 7.279.212 juta.
Sedangkan yang paling kecil Risk Factor-nya
dialami Bank DKI yaitu sebesar 1.49% pada
tahun 2014 dengan penyisihan proyeksi
keuntungan sebesar Rp 365,685 juta dan kredit
yang diberikan sebesar Rp 24.507.633 juta.
Perhitungan perkembangan Tax
Untuk menentukan jumlah pajak pada
masing-masing perusahaan yaitu melakukan
perhitungan dengan mengkalikan hasil spread
dengan pajak masing-masing perusahaan
sebesar 20%. Pajak yang dihitung dapat
dilakukan penghitungan sepenuhnya atau
hanya sebagian. Oleh sebab itu dalam
penelitian ini untuk menghitung pajak, hanya
menggunakan sebagian saja yaitu 20%.
Tax Bank DKI periode 31 Desember 2009
= 20% x Spread Bank DKI 2009
= 20% x 2,08%
= 0,42 %
Perkembangan Tax Bank Daerah
Provinsi di Pulau Jawa periode 2009-2014
dapat dilihat pada gambar 5, berikut grafik
perkembangan Tax bank daerah provinsi di
pulau jawa periode 2009-2014 :
Gambar 5 Perkembangan Tax
Sumber: Laporan Keuangan per 31 Desember tahun
2009-2014 bank daerah Provinsi di Pulau Jawa, data
diolah.
Gambar 5 menunjukan, bahwa
perkembangan Tax pada Bank-bank BUMD
selama enam tahun terakhir mengalami
penurunan dan kenaikan. Pajak terbesar
dialami Bank DKI pada tahun 2013 yaitu
sebesar 0,59% dengan Spread sebesar 2,96%,
pada Bank BJB terbesar pada tahun 2010
sebesar 0,83% dengan Spread sebesar
4,14%%, pada Bank Jateng terbesar pada
tahun 2009 sebesar 0,82% dengan Spread
sebesar 4,11%, pada Bank DIY pajak terbesar
pada tahun 2009 sebesar 0,76% dengan Spread
sebesar 0,76% dan pada Bank Jatim pajak
terbesar pada tahun 2010 sebesar 1,32%
dengan Spread sebesar 6,59%. Kenaikan
pajak tersebut disebabkan meningkatnya profit
bank, semakin bertambahnya profit maka
semakin besar pula pajak yang diberikan, dan
begitu sebaliknya.
Perkembangan Base Lending Rate (BLR)
Terdapat beberapa pengukuran untuk
menentukan Base Lending Rate (BLR)
perusahaan, akan tetapi penelitian ini
menggunakan perhitungan dengan
menjumlahkan hasil perhitungan dari COLF,
OHC, Risk Factor, Spread dan Tax. Hasil
perhitungan Base Lending Rate dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 6
Perhitungan Base Lending Rate Bank DKI
Periode 2009-2014
(%)
Ket\Thn 2009 2010 2011 2012 2013 2014
COLF 5.33 3.26 2.63 3.53 0.05 1.42
Overhead
Cost 5.67 9.08 5.92 4.88 3.98 3.61
Risk Factor 3.45 2.01 0.83 1.07 1.13 2.09
Spread 2.08 2.11 2.79 2.3 2.96 1.49
Tax (20%) 0.42 0.42 0.56 0.46 0.59 0.30
Base
Lending
rate
16.95 16.88 12.73 12.24 8.73 8.91
UG Jurnal, ISSN 1978 - 4783 Volume 10 No. 6 (2016) hal. 26 - 31
Sumber: Laporan Keuangan per 31 Desember tahun
2009-2014 bank daerah Provinsi di Pulau Jawa, data
diolah.
Tabel 6 menunjukan salah satu
perhitungan Base Lending Rate pada Bank
DKI tahun 2009-2014. Berikut grafik
perkembangan Base Lending Rate tahun 2009-
2014 Bank Daerah Provinsi di Pulau Jawa:
Gambar 6 Perkembangan Base Lending
Rate
Sumber: Laporan Keuangan per 31 Desember tahun
2009-2014 bank daerah Provinsi di Pulau Jawa, data
diolah.
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa
base lending rate pada tahun 2010 sangat besar
terdapat pada bank Jatim sebesar 20,4% dan
terendah pada bank DKI pada tahun 2013
sebesar 8,71%. Besarnya base lending rate
disebabkan karena biaya dana pada tahun
tersebut sangat tinggi, sedangkan rendahnya
base lending rate hal tersebut disebabkan
kelima bank daerah tersebut dapat
menurunkan cost of loanable funds.
Setelah diketahui hasil perhitungan
base lending rate, cost of loanable funds,
overhead cost dan ketentuan spread serta tax,
kemudian data diolah melalui uji korelasi
bivariate untuk melihat tingkat signifikan
faktor–faktor tersebut, uji regresi berganda
untuk mengetahui pengaruh hubungan, uji-f
untuk mengetahui pengaruh secara simultan
variabel X terhadap Variabel Y dan uji-t untuk
mengetahui pengaruh secara parsial variabel X
terhadap variabel Y .
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda
berguna untuk menganalisis hubungan linear
antara 2 variabel independen atau lebih dengan
1 variabel dependen. Berikut adalah hasil uji
regresi linear berganda :
Tabel 7
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Tabel 7 menunjukan, dengan
memperhatikan angka yang berada pada
kolom Unstandardized Coefficient khususnya
kolom B, maka dapat disusun persamaan
regresi berganda sebagai berikut:
Y = 0,043 + 0,061X1 + 0,284X2 + 1,458X3 +
0,645X4 + 6,811X5 + e
1. Nilai konstanta positif (0,043) dapat
diartikan bahwa rata-rata kontribusi
variabel lain diluar model memberikan
dampak positif terhadap base lending
rate.
2. Variabel Cost of Loanable Funds
(COLF) memiliki nilai koefisien
regresi yang positif yaitu sebesar
0,061%. Nilai koefisien positif
menunjukkan bahwa COLF terhadap
BLR berpengaruh positif. Hal ini
menggambarkan bahwa jika terjadi
kenaikan COLF sebesar 1%, maka
BLR akan mengalami peningkatan
sebesar 0,998% dengan asumsi
variabel independen lain dianggap
konstan.
3. Variabel Overhead Cost (OHC)
memiliki nilai koefisien regresi yang
positif yaitu sebesar 0,284%. Nilai
koefisien positif menunjukkan bahwa
OHC terhadap BLR berpengaruh
positif. Hal ini menggambarkan bahwa
jika terjadi kenaikan OHC sebesar 1%,
maka BLR akan mengalami
peningkatan sebesar 0,284%.
UG Jurnal, ISSN 1978 - 4783 Volume 10 No. 6 (2016) hal. 26 - 31
4. Variabel Risk Factor memiliki nilai
koefisien regresi yang positif yaitu
sebesar 1,458%. Nilai koefisien positif
menunjukkan bahwa Risk Factor
terhadap BLR berpengaruh positif. Hal
ini menggambarkan bahwa jika terjadi
kenaikan Spread sebesar 1%, maka
BLR akan mengalami peningkatan
sebesar 1,458%.
5. Variabel Spread memiliki nilai
koefisien regresi yang positif yaitu
sebesar 0,645%. Nilai koefisien positif
menunjukkan bahwa Risk Factor
terhadap BLR berpengaruh positif. Hal
ini menggambarkan bahwa jika terjadi
kenaikan Spread sebesar 1%, maka
BLR akan mengalami peningkatan
sebesar 0,645%.
6. Variabel Tax memiliki nilai koefisien
regresi yang positif yaitu sebesar
6,811%. Nilai koefisien positif
menunjukkan bahwa Tax terhadap
BLR berpengaruh positif. Hal ini
menggambarkan bahwa jika terjadi
kenaikan Tax sebesar 1 persen, maka
BLR akan mengalami peningkatan
sebesar 6,811%.
Korelasi Bivariate
Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi
bivariate menunjukan hasil penelitian
diketahui bahwa secara signifikan yang erat
hubungannya terhadap base lending rate
adalah variabel Risk Factor dan tax yaitu
masing-masing sebesar 0,003 dan 0,000.
Artinya ada hubungan positif yang kuat antara
Risk Factor dan tax terhadap base lending rate.
Hubungan positif artinya ketika terjadi
peningkatan Risk Factor dan tax maka akan
mengakibatkan peningkatan terhadap base
lending rate.
Uji Regresi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F dilakukan untuk melihat
pengaruh variabel bebas secara bersama-sama
terhadap variable tidak bebas. Koefisien hasil
uji F harus menunjukkan tingkat signifikansi
kurang dari 0,05 (<5%) dan F hitung > F
tabelnya sebesar 2,76. Sehingga perumusan
hipotesisnya adalah sebagai berikut:
Ho : b₁ = b₂ = b = b = 0,
Cost of Loanable Funds, Overhead Cost, Risk
Factor, Spread dan Tax secara simultan tidak
berpengruh signifikan terhadap Base Lending
Rate.
Ha : b₁ = b₂= b ≠ b ≠ 0,
Cost of Loanable Funds, Overhead Cost, Risk
Factor, Spread dan Tax secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Base Lending
Rate.
Hasil Uji F
Tabel 8
Sumber: Output SPSS22 (2015)
Tabel 8 menunjukan Cost of Loanable
Funds, Overhead Cost, Risk Factor, Spread
dan Tax memiliki pengaruh secara simultan
dan signifikan terhadap Base Lending Rate,
yang berarti bahwa kelima variabel tersebut
secara bersama-sama dapat memengaruhi
besarnya Base Lending Rate. Bank dapat
mempertimbangkan penggunaan Cost of
Loanable Funds, Overhead Cost, Risk Factor,
Spread dan Tax dalam menentukan besarnya
Base Lending Rate untuk menghindari
kerugian yang berasal dari kredit. Beberapa
ANOVAa
Model
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression .016 5 .003 6.141 .001b
Residual .012 24 .001 Total .028 29
a. Dependent Variable: BLR
b. Predictors: (Constant), TAX, COLF, SPREAD, OHC,
RISK_FACTOR
UG Jurnal, ISSN 1978 - 4783 Volume 10 No. 6 (2016) hal. 26 - 31
penelitian juga menggunakan formula tersebut
untuk menentukan Base Lending Rate, seperti
yang dilakukan oleh Sawitri dan Ananto
(2009), Widodo dan (2007) .
Uji Regresi Parsial (Uji Statistik t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui
pengaruh masing-masing variabel independen
yang terdiri atas Cost of Loanable Funds,
Overhead Cost, Risk Factor, Spread dan Tax
terhadap Base Lending Rate. Koefisien hasil
uji t harus menunjukkan tingkat signifikansi
kurang dari 0,05 (<5%) dan t hitung > t
tabelnya sebesar 1,708. Sehingga perumusan
hipotesisnya adalah :
Ho : b₁ = b₂ = b = b = 0,
Cost of Loanable Funds, Overhead Cost, Risk
Factor, Spread dan Tax secara parsial tidak
berpengruh signifikan terhadap Base Lending
Rate.
Ha : b₁ b₂ b ≠ b ≠ 0,
Cost of Loanable Funds, Overhead Cost, Risk
Factor, Spread dan Tax secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Base Lending
Rate.
Tabel 9
Hasil Uji T
Sumber: Output SPSS22 (2015)
Berdasarkan tabel 9 menunjukan
bahwa variabel Risk Factor dan Tax secara
parsial berpengaruh secara signifikan terhadap
Base Lending Rate, sedangkan pada variabel
Cost of Loanable Funds, Overhead Cost, dan
Spread secara parsial berpengruh namun tidak
signifikan terhadap Base Lending Rate.
Risk Factor dan Tax berpengaruh
signifikan terhadap Base Lending Rate, hal ini
dikarenakan semakin tinggi tingkat kredit
macet maka semakin tinggi pula cadangan
penyisihan laba yang dialokasikan untuk
menutupi kerugian tersebut. Tax merupakan
kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah
kepada bank yang memberikan fasilitas kredit
kepada para debitur, pajak dipungut dari laba
bank yang diperoleh, apabila semakin rendah
keuntungan yang diperoleh bank, maka
semakin rendah Tax, sehingga semakin rendah
Base Lending Rate yang diberikan kepada
masyarakat. Kedua variabel tersebut
mempengaruhi langsung Base Lending Rate.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan, maka kesimpulan dari penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan Cost Loanable of Fund
(COLF) pada Bank-bank BUMD selama
enam tahun terakhir, dari masing-masing
bank yaitu Bank DKI, Bank BJB, Bank
Jateng, Bank DIY dan Bank Jatim
mengalami kenaikan dan penurunan.
Ketika COLF mengalami kenaikan, hal
tersebut terjadi karena tingkat bunga
deposito berjangka mengalami kenaikan,
dan begitu sebaliknya.
2. Perkembangan Base Lending Rate
(BLR) pada Bank-bank BUMD selama
enam tahun teakhir, dari masing-masing
bank yaitu Bank DKI, Bank BJB, Bank
Jateng, Bank DIY dan Bank Jatim
mengalami kenaikan dan penurunan.
Ketika BLR mengalami kenaikan, hal
tersebut disebabkan tingginya cost of
loanable funds yang ditanggung oleh
Bank. Akan tetapi ketika BLR
mengalami penurunan itu disebabkan
oleh salah satu komponen base lending
rate yaitu Risk Factor, hal ini
menunjukkan bahwa Bank mampu
meminimumkan resiko kreditnya.
3. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan ternyata cost of loanable
UG Jurnal, ISSN 1978 - 4783 Volume 10 No. 6 (2016) hal. 26 - 31
funds, overhead cost, risk factor, spread
dan tax secara simultan berpengaruh
terhadap base lending rate.
4. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan ternyata cost of loanable
funds, overhead cost, risk factor,spread
dan tax secara parsial tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap base lending
rate.
5. Ada hubungan positif yang kuat antara
cost of loanable funds, Risk Factor dan
tax terhadap base lending rate.
Hubungan positif artinya ketika terjadi
peningkatan maka akan mengakibatkan
peningkatan terhadap base lending rate.
Saran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
cost of loanable funds, overhead cost, risk
factor, spread dan tax mempengaruhi base
lending rate. Hendaknya pihak bank betul-
betul memperhatian faktor tersebut agar dapat
menekan tingkat suku bunga kredit. Hasil
penelitian ini, maka saran yang dapat penulis
berikan :
1. Untuk mendorong turunnya biaya dana,
diperlukan keseimbangan diantara
komposisi dana berbiaya murah
(tabungan dan giro) dengan dana
berbiaya mahal (deposito berjangka)
sehingga dapat menekan cost of
loanablefunds menjadi lebih rendah dan
tetap mengoptimalkan atau
meningkatkan kinerja manajemen
risikonya.
2. Menurunkan biaya dana salah satunya
adalah dengan cara mengoptimalkan
tabungan sebagai sumber pendanaan
Bank, yaitu dengan membuat alternatif
bentuk/program tabungan yang sesuai
dengan kebutuhan antara lain tabungan
bebas biaya, tabungan haji, tabungan
investasi, tabungan asuransi dan
sebagainya mengingat tabungan
merupakan instrumen simpanan di bank
yang lebih diminati oleh nasabah
berpenghasilan menengah kebawah..
3. Secara parsial dari kelima variabel
tersebut masih ada yang harus
ditingktakan kembali oleh masing-
masing bank, terutama variabel cost of
loanable funds, overhead cost dan
spread. Bank masih harus menekan cost
of loanable funds dan overhead cost
menjadi lebih rendah dan tetap optimal,
dan bank juga harus lebih meningkatkan
kembali keuntungannya agar dapat
menurunkan base lending rate.
4. Terdapat hubungan positif yang kuat
antara risk factor dan tax terhadap base
lending rate. Hubungan positif artinya
ketika terjadi peningkatan risk factor
maka akan mengakibatkan peningkatan
terhadap base lending rate, oleh sebab itu
bank harus lebih meminimumkan resiko
kredit macetnya.
5. Untuk meminimumkan resiko kredit
macet, bank dapat menggunakan
mekanisme analisa ketat terhadap
aplikasi kredit yang masuk, terutama
dalam analisa sumber pengembalian
kredit antara lain persentasi gaji terhadap
besarnya angsuran serta prospek usaha
debitur yang dilihat dari arus kas-nya.
DAFTAR PUSTAKA
Auntansi Perbankan. 2007. Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 31. Revisi
2007. Ikatan Akuntansi Indonesia.
Dendawijaya, Lukman. 2001. “Manajemen
Perbankan”. Ghalia Indonesia: Jakarta.
Firdaus, Rachmat dan Maya Ariyanti. 2009.
“Manajemen Perkreditan Bank Umum:
Teori, Masalah, Kebijakan dan Aplikasi
Lengkap dengan Analisis Kredit.
Alfabeta: Bandung.
Harinowo, Cyrillus, Boy Leon dan Sonny
Ericson, 2007. “Manajmen Aktiva
Pasiva bank Devisa”. Jakarta: Grasindo.
Hyeongwoo Kim dan Wen Shi. 2014. “The
Determinants of the Benchmark Interest
Rates in China: A Discrete Choice
UG Jurnal, ISSN 1978 - 4783 Volume 10 No. 6 (2016) hal. 26 - 31
Model Approach”. Auburn University.
Alabama, Amerika.
Ismail. 2010. “Manajemen Perbankan : Dari
Teori Menuju Aplikasi”. Kencana :
Surabaya.
Kasmir. 2008. “Bank dan Lembaga Keuangan
Lainnya”. Edisi Revisi. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Kuncoro, Mudjarat dan Suhardjono. 2002.
“Manajemen Perbankan Teori dan
Aplikasi”. BPFE : Yogyakarta.
Leon, Boy dan Sonny Ericson. 2001.
“Manajemen Aktiva Pasiva Bank
Devisa”. Jakarta: PT Grasindo
Lolong, Ribka Lingkan. 2013. “Suku Bunga
Kredit Pengaruhnya Terhadap Kredit
Usaha Pada Bank Umum di Propinsi
Sulawesi Utara”. Jurnal EMBA. 1 (3),
hal. 881-889.
Mbao, Francis Z., et al. 2014. “Determinants
of Bank Lending Rates in Zambia: A
Balance Sheet Approach”. Bank Of
Zambia, Afrika.
Triwahyuniati, Nani. 2008. “Pelaksanaan
Analisis Pemberian Kredit di PT Bank
Haga Cabang Semarang”. TESIS,
Syarat Memperoleh Magister
Kenotariatan Diponegoro, Semarang.
Pahlawan, Hardiansyah. 2012. Analisis
Pengaruh Biaya Dana (Cost Of Fund)
Giro, Tabungan, Deposito Terhadap
Rentabilitas Bank Persero BUMN
Indonesia (2006-2010). SKRIPSI,
Syarat Memperoleh Sarjana Ekonomi
Hasanuddin Makasar, Makasar.
Priyatno, Duwi. 2010. “Paham Analisis
Statistik Data dengan SPSS”.
Yogyakarta: Mediakom.
Saleh, Abdul Rahman, Iur Adnan dan Stewart
Fenwick. 2006. “Panduan Bantuan
Hukum di Indonesia”. Sentralisme
Production: Jakarta.
Sawitri, Peni dan Ananto Wicaksono. 2009.
“Faktor-faktor Base Lending Rate PT
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Tahun 2002-2006”. Proceeding PESAT.
Vol. 3, ISSN : 18582559, Universitas
Gunadarma–Depok, hal: 107-117.
Siamat, Dahlan. 2001. “Manajemen Lembaga
Keuangan”. Edisi Ketiga. Jakarta :
Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Sinungan, Muchdarsyah. 2005. “Manajemen
Dana Bank”. PT. Bumi Aksara: Jakarta.
Sugiono. 2011. “Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D”.
Bandung: Alfabeta, cv.
Sujianto, Agus Eko.2009. Aplikasi Statistik
dengan SPSS 16.0. Jakarta : Prestasi
Pustaka Publisher
Widodo, Teguh. 2007. “Analisis Pengaruh
Based Lending Rate Terhadap
Rentabilitas Pada PT BPR Adiartha
Reksacitra Singosari Malang”. Jurnal
Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA. 1 (4),
hal. 40-52
Winarni, Putri Ari. 2009. “Analisis
Perbandingan Penetapan Suku Bunga
Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Sebelum Dan Sesudah Adanya Krisis
Ekonomi Global (Studi Kasus PT Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk)”.
Jurnal Gunadarma.