faktor yang berhubungan dengan kebugaranpada...
TRANSCRIPT
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBUGARANPADA MAHASISWA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA TAHUN 2015
SKRIPSI
OLEH
HASANAH PUTRI
1111101000123
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM Specialisation NUTRITION OF PUBLIC HEALTH Thesis, June 2015 Hasanah Putri, NIM: 1111101000123 The Factors Associated with Fitness to The Students of Public Health UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in 2015 v+ 130 pages, 25 tables, 3 charts , 3 attachments
ABSTRACT
A dynamic rotation in the pattern of life resulting from technological developments that facilitate the work to be effective and efficient had a negative impact on fitness. The pattern of life thus causing low physical activity becomes a problem in almost all levels of society. Fitness in adolescents particularly affects aerobic power fitness in adulthood. Low fitness in adolescence would have an impact on the low fitness is also in adulthood and elderly. If this happens repeatedly, then the person's chances of developing degenerative disease is greater. Based on the results of preliminary studies, it was found that 66.7% of students do not fit are shown from the average level of fitness based on the estimated value VO2maks 23,34ml/kg/min in women and 32,3ml/kg/min in men. Therefore, this study aimed to analyze factors associated with fitness to the students of Public Health UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in 2015.
This is a quantitative research with cross sectional study design. Research began in January to June 2015 with the subject of Public Health student at the State Islamic University of Jakarta who are still active in the period 2014/2015 and 19-22 years old were 60 students were taken by sampling frame FKIK students using proportional sampling technique.
Based on the results of the study, showed that factors associated with fitness to the students of Public Health 2015 is the nutritional status based on percent body fat (pvalue 0,000), gender (pvalue 0.000), lung vital capacity (pvalue 0,001) and physical activity (pvalue 0,001). The variables that are not associated in this study is the nutritional status based on BMI, intake of carbohydrates, protein intake, fat intake, vitamin B1, folate, manganese intake and smoking status. Based on these results, it is suggested to Community Health Studies Program is expected to make fitness activities to increase one of them with physical activity. For Public Health students are encouraged to take the time to exercise lecture was interrupted activity. While for other researchers are expected to conduct research with other study design and use of the fitness test different methods that can be known variation of results with different methods and multivariate analyses.
Keywords: Fitness, Students, Shuttle Run Test 20m, Cardiorespiratory
Reading list: 81(2000 - 2015)
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI MASYARAKAT Skripsi, Juni 2015 Hasanah Putri, NIM: 1111101000123 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program StudiKesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 v+130 halaman, 25 tabel, 3 bagan, 3 lampiran
ABSTRAK
Pergeseran pola hidup yang dinamis akibat dari perkembangan teknologi yang
memudahkan pekerjaan menjadi efektif dan efisien ternyata berdampak negatif pada kebugaran. Pola hidup demikian menyebabkan rendahnya aktivitas fisik yang menjadi masalah hampir di seluruh kalangan.Kebugaran pada remaja khususnya kekuatan aerobik mempengaruhi kebugaran di masa dewasa. Kebugaran yang rendah di masa remaja akan berdampak pada kebugaran yang rendah juga di masa dewasa dan lanjut usia. Apabila hal ini terus menerus terjadi, maka peluang seseorang terserang penyakit degeneratif lebih besar. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, ditemukan bahwa sebesar 66,7% mahasiswa tidak bugar ditunjukkan dari rata-rata tingkat kebugaran berdasarkan estimasi nilai VO2maks 23,34ml/kg/menit pada perempuan dan 32,3ml/kg/menit pada laki-laki. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional study. Penelitian dimulai sejak bulan Januari sampai Juni 2015 dengan subjek mahasiswa Kesehatan Masyarakat di Universitas Islam Negeri Jakarta yang masih berstatus aktif pada periode 2014/2015 dan berusia 19-22 tahun berjumlah 60 orang.yang diambil berdasarkan sampling frame mahasiswa FKIK dengan menggunakan teknik proportional sampling.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 adalah status gizi berdasarkan persen lemak tubuh (Pvalue 0,000), jenis kelamin (Pvalue 0,000), kapasitas vital paru (Pvalue 0,001) dan aktivitas fisik (Pvalue 0,001). Adapun variabel yang tidak berhubungan dalam penelitian ini adalah status gizi berdasarkan IMT, asupan karbohidrat, asupan protein, asupan lemak, vitamin B1, zat besi, mangan dan status merokok. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada Program Studi kesehatan Masyarakat diharapkan dapat membuat kegiatan peningkatan kebugaran salah satunya dengan aktivitas fisik. Bagi mahasiswa Kesehatan Masyarakat dianjurkan untuk meluangkan waktu disela aktivitas kuliah untuk berolahraga. Sedangkan bagi peneliti lain diharapkan melakukan penelitian dengan disain studi lain dan menggunakan metode tes kebugaran yang berbeda sehingga dapat diketahui variasi hasil dengan berbagai metode tersebut. Serta menggunakan analisa data sampai pada tahap multivariat untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi kebugaran mahasiswa.
Kata Kunci : Kebugaran, Mahasiswa, Shuttle Run Test 20m, Cardiorespiratory
Daftar bacaan : 81 (2000 – 2015)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Nama : Hasanah Putri
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 11 November 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
No. Telp : 08568536692
Alamat email : [email protected]
Alamat : Jl. Harsono RM No.45A Rt 008/04 Kelurahan
Ragunan Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
RIWAYAT PENDIDIKAN
1998-1999 TK Pangastuti Ragunan Jakarta Selatan
1999-2005 SDN 09 Pagi Ragunan Jakarta Selatan
2005-2008 SMPN 107 Jakarta
2008-2011 SMAN 34 Jakarta
2011-sekarang Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah s.w.t. yang atas rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEBUGARAN PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI
KESEHATAN MASYARAKAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2015.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis merasa masih banyak kekurangan baik teknis
maupun materi mengingat akan kemampuan penulis yang belum mencapai kesempurnaan.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan bagi penulis demi
kesempurnaan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya
kepada :
1. Ir. Febrianti M.Si , selaku dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan dari awal hingga akhir penulisan laporan skripsi ini
2. Dr. Ela Laelasari, SKM, M.Kes, selaku dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dari awal hingga akhir penulisan laporan skripsi ini
3. Rekan-rekan gizi kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang saling
memberikan dukungan baik di saat susah ataupun senang
4. Bapak/Ibu dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan ilmu
yang sangat bermanfaat dan semoga dapat diaplikasikan dalam kehidupan peneliti
5. Mama, Mamas, Bunda dan Bule nur yang tidak hentinya memberikan kasih sayang,
nasihat agar tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini dan do’a yang senantiasa
dipanjatkan demi kesuksesan peneliti. Terima kasih banyak atas dukungan baik moril
maupun materil
6. Mereka yang berkontribusi besar dalam membantu baik dari perizinan, pengadaan alat
tes, pengumpulan teori, data dan banyak lagi (Kepada Ahmad afif mauludi, Stevan
dan Achmad Yulianto)
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan skripsi ini, yang tidak
dapat peneliti sebutkan satu persatu. Thanks All
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih kurang dari sempurna,
sehingga peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan dimasa yang akan
datang. Semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Jakarta, Juli 2015
PENELITI
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN .............................................................................................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................................ v
DAFTAR BAGAN ....................................................................................................................................... v
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 5
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................................................. 6
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................................................ 8
1. Tujuan Umum ......................................................................................................................... 8
2. Tujuan Khusus ......................................................................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian .................................................................................................................... 11
1. Manfaat Bagi program Studi Kesehatan Masyarakat ........................................................... 11
2. Manfaat bagi Peneliti ............................................................................................................ 11
F. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................................................... 12
BAB II ..................................................................................................................................................... 13
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................................................. 13
A. Kebugaran ................................................................................................................................. 13
1. Jenis Kebugaran .................................................................................................................... 14
2. Komponen Kebugaran .......................................................................................................... 15
3. Pengukuran Kebugaran ......................................................................................................... 19
B. Mahasiswa ................................................................................................................................ 25
C. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran .............................................................. 26
1. Jenis Kelamin ......................................................................................................................... 26
2. Status Gizi .............................................................................................................................. 28
3. Asupan Gizi ............................................................................................................................ 36
4. Umur ..................................................................................................................................... 52
5. Pendidikan ............................................................................................................................. 53
6. Status Merokok ..................................................................................................................... 55
7. Kapasitas Vital Paru ............................................................................................................... 57
8. Aktivitas Fisik ......................................................................................................................... 59
D. Kerangka Teori .......................................................................................................................... 63
BAB III .................................................................................................................................................... 61
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS ............................................................. 61
A. Kerangka Konsep ....................................................................................................................... 61
B. Definisi Operasional .................................................................................................................. 64
C. Hipotesis .................................................................................................................................... 67
BAB IV .................................................................................................................................................... 89
METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................................................... 89
A. Desain Penelitian ...................................................................................................................... 89
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................................................... 89
C. Populasi dan Sampel ................................................................................................................. 89
1. Populasi ................................................................................................................................. 90
2. Sampel ................................................................................................................................... 90
3. Besar Sampel ......................................................................................................................... 91
4. Teknik Pengambilan Sampel ................................................................................................. 92
D. Pengumpulan Data .................................................................................................................... 92
1. Sumber data .......................................................................................................................... 93
2. Alur Pengumpulan Data ........................................................................................................ 93
3. Instrumen Penelitian ............................................................................................................. 94
4. Pengukuran ........................................................................................................................... 95
E. Teknik Manajemen dan Analisa Data ..................................................................................... 100
1. Penyuntingan ...................................................................................................................... 100
2. Entri data ............................................................................................................................. 100
4. Koreksi ................................................................................................................................. 101
F. Analisis data ............................................................................................................................ 101
1. Univariat .............................................................................................................................. 101
2. Bivariat ................................................................................................................................ 102
BAB V ................................................................................................................................................... 103
HASIL PENELITIAN ............................................................................................................................... 103
1. Gambaran Distribusi Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat ... 103
2. Gambaran Distribusi Status Gizi pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat ... 104
a. Indeks Massa Tubuh (IMT) ...................................................................................................... 104
b. Persen Lemak Tubuh ............................................................................................................... 104
3. Gambaran Distribusi Asupan Zat Gizi pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat 105
a. Asupan Karbohidrat ................................................................................................................ 105
b. Asupan Protein ........................................................................................................................ 106
c. Asupan Lemak ......................................................................................................................... 106
d. Asupan Vitamin B1 .................................................................................................................. 107
e. Asupan Zat Besi ....................................................................................................................... 107
f. Asupan Mangan ...................................................................................................................... 108
5. Gambaran Distribusi Jenis Kelamin Mahasiswa pada Program Studi Kesehatan Masyarakat108
6. Gambaran Distribusi Status Merokok pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat 109
7. Gambaran Distribusi Kapasitas Vital Paru pada Mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat ... 109
8. Gambaran Distribusi Aktivitas Fisik pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat 110
9. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat...................................................................................................................................... 111
10. Hubungan Status Gizi dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat...................................................................................................................................... 111
a. Hubungan Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kebugaran Mahasiswa 111
b. Hubungan Status Gizi Berdasarkan Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran Mahasiswa .... 112
11. Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat...................................................................................................................................... 113
a. Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Kebugaran Mahasiswa ............................................ 113
b. Hubungan Asupan Protein dengan Kebugaran Mahasiswa .................................................... 113
c. Hubungan Asupan Lemak dengan Kebugaran Mahasiswa ..................................................... 114
d. Hubungan Asupan Vitamin B1 dengan kebugaran Mahasiswa .............................................. 115
e. Asupan Zat Besi ....................................................................................................................... 115
f. Asupan Mangan ...................................................................................................................... 116
12. Hubungan Status Merokok dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat...................................................................................................................................... 117
13. Hubungan Kapasitas Vital Paru dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat .................................................................................................................... 117
14. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat...................................................................................................................................... 118
BAB VI .................................................................................................................................................. 106
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 106
A. Keterbatasan Penelitian .......................................................................................................... 106
B. Kebugaran Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat .............................................. 106
C. Faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat...................................................................................................................................... 108
1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kebugaran .......................................................................... 108
2. Hubungan Status Gizi dengan Kebugaran ............................................................................... 111
a. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kebugaran ................................................. 111
b. Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran ........................................................................... 113
3. Asupan Zat Gizi ........................................................................................................................ 116
a. Asupan Karbohidrat ............................................................................................................ 116
b. Asupan Protein .................................................................................................................... 118
c. Asupan Lemak ..................................................................................................................... 120
4. Status Merokok ....................................................................................................................... 125
5. Kapasitas Vital Paru ................................................................................................................. 127
6. Aktivitas Fisik ........................................................................................................................... 129
BAB VII ................................................................................................................................................. 128
SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................................................... 128
A. SIMPULAN ............................................................................................................................... 128
B. SARAN ..................................................................................................................................... 130
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. vi
v
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 ............................................................................................................................................... 24Tabel 2.2 ............................................................................................................................................... 25Tabel 2.3 ............................................................................................................................................... 29Tabel 2.4 ............................................................................................................................................... 36Tabel 2.5 ............................................................................................................................................... 48Tabel 2.6 ............................................................................................................................................... 60 Tabel 3.1 ............................................................................................................................................... 64 Tabel 4.1 ............................................................................................................................................... 92 Tabel 5.1 ............................................................................................................................................. 103Tabel 5.2 ............................................................................................................................................. 104Tabel 5.3 ............................................................................................................................................. 104Tabel 5.4 ............................................................................................................................................. 105Tabel 5.5 ............................................................................................................................................. 106Tabel 5.6 ............................................................................................................................................. 106Tabel 5.7 ............................................................................................................................................. 107Tabel 5.8 ............................................................................................................................................. 107Tabel 5.9 ............................................................................................................................................. 108Tabel 5.10 ........................................................................................................................................... 109Tabel 5.11 ........................................................................................................................................... 110Tabel 5.12 ........................................................................................................................................... 111Tabel 5.13 ........................................................................................................................................... 111Tabel 5.14 ........................................................................................................................................... 112Tabel 5.15 ........................................................................................................................................... 113Tabel 5.16 ........................................................................................................................................... 113Tabel 5.17 ........................................................................................................................................... 114Tabel 5.18 ........................................................................................................................................... 115Tabel 5.19 ........................................................................................................................................... 115Tabel 5.20 ........................................................................................................................................... 116Tabel 5.21 ........................................................................................................................................... 117Tabel 5.22 ........................................................................................................................................... 117Tabel 5.23 ........................................................................................................................................... 118
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 .............................................................................................................................................. 61
Bagan 5.1 ............................................................................................................................................ 108Bagan 5 2 ............................................................................................................................................ 109
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu aspek yang berperan penting akan
kesejahteraan masyarakat dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).Beberapa teori
menyebutkan bahwa kebugaran merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga
kesehatan individu dan merupakan bentuk pencegahan penyakit degeneratif di masa
depan. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011),kebugaran merupakan kemampuan
tubuh seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan
yang berarti. Kebugaran dapat didefinisikan sebagai kemampuan tubuh yang
digunakan untuk melakukan aktivitas sesuai dengan kapasitas tubuh secara fisiologis
tanpa mengalami kelelahan yang berarti sehingga terhindar dari penyakit akibat
kurang gerak.Kebugaran juga berkaitan dengan keseimbangan antara supan zat gizi
dengan energi yang dikeluarkan salah satunya melalui aktivitas fisik. Kebugaran
memiliki dua komponen utama, yaitu komponen yang berhubungan dengan kesehatan
(health related fitness) dan komponen yang berhubungan dengan keterampilan (skill
related fitness),seperti: koordinasi, keseimbangan, kecepatan, power, dan kecepatan
waktu reaksi(Irfan, 2011). Penelitian ini berfokus pada komponen kebugaran untuk
kesehatan (health related fitness) berdasarkan daya tahan jantung-paru
(cardiorespiratory) yang diukur menggunakan metode 20m shuttle run test dan
kemudian diperoleh nilai volume oksigen maksimal (VO2maks) nya. Sehingga dapat
digaris bawahi bahwa kebugaran berkontribusi dalam menentukan derajat kesehatan
seseorang.
2
Kesehatan dan kebugaran khususnya pada anak dan remaja mempengaruhi
kebugaran pada masa dewasa(Kemper dkk., 2001). Berdasarkan Amsterdam Growth
and Health Longitudinal Study (AGAHLS) melalui studicohortnya pada subjek
berjumlah 400 anak laki-laki dan perempuan (usia rata-rata 13 tahun) yang diikuti
selama 20 tahun diketahui bahwa kebugaran pada remaja khususnya kekuatan aerobik
mempengaruhi kebugaran di masa dewasa. Kebugaran yang rendah di masa anak-
anak akan berdampak pada kebugaran yang rendah juga di masa dewasa (Kemper
dkk., 2001). Apabila hal ini terus menerus terjadi, maka peluang seseorang terserang
penyakit degeneratif lebih besar (Carnethon dkk., 2005).
Berbagai unsur kebugaran saling berhubungan erat, diantaranya daya tahan
kardiovaskuler, daya tahan otot, kekuatan otot, serta kelenturan dan komposisi
tubuh.Penelitian cohort yang dilakukan olehCarnethon (2005), diperoleh hasil bahwa
salah satu komponen kebugaran yaitu ketahanan cardiorespiratory yang rendah
berhubungan dengan tingginya tingkat mortalitas dan morbiditas populasi pada
kelompok umur 19-49 tahun. Penelitian ini juga menyatakan bahwa orang dengan
tingkat kebugaran yang rendah cenderung memiliki kadar lipoprotein dan tekanan
darah lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan tingkat kebugaran yang
tinggi. Hal ini berkaitan dengan kebugaran yang merupakan komponen kesehatan
esensial dan sebagai prasyarat untuk suatu organisme berinteraksi secara optimal
dalam berbagai stimulus di lingkungan sekitar(Carnethon dkk., 2005).
Pergeseran pola hidup yang dinamis akibat dari perkembangan teknologi yang
memudahkan pekerjaan menjadi efektif dan efisien ternyata berdampak negatif pada
kebugaran. Pola hidup demikian menyebabkan rendahnya tingkat kebugaran fisik
yang menjadi masalah hampir diseluruh kalangan.Kebugaran pada umumnya
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
3
merupakan sesuatu yang ada didalam tubuh seseorang dan bersifat menetap, seperti :
genetik, umur dan jenis kelamin. Faktor eksternal adalah faktor dari luar tubuh
seseorang, diantaranya: gizi, merokok danistirahat. Selain itu, aktivitas fisik juga
diketahui sebagai faktor lain yang cukup mempengaruhi kebugaran(Afriwardi,
2011).Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pibris (2010) mengenai tren kebugaran
sejak tahun 1996 hingga 2008 dengan subjek penelitian mahasiswa Andrew University
berjumlah 5101 orang diperoleh bahwa terjadi perubahan pada Indeks Massa Tubuh
(IMT) dan persen lemak tubuh secara fluktuatif dan kaitannya dengan kebugaran
mahasiswa yang diukur dengan VO2maks. Terjadinya peningkatan IMT dan persen
lemak tubuh menurunkan kebugaran mahasiswa tersebut. Survei kebugaran lainnya
yang dilakukan Carnethon (2005) pada 16.000 responden di Amerika Serikat yang
terdiri dari 7.500 usia remaja (12-19 tahun) dan 8.500 dewasa (20-49 tahun) diketahui
bahwa 33,6% populasi remaja dan 13,9% populasi dewasa memiliki tingkat
kebugaran yang rendah.
Di Indonesia,hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Kualitas
Jasmani Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2010 diperoleh bahwa rentang usia
15-24 tahun yang hampir sebagian besar populasi terdiri dari mahasiswa (18-22
tahun) sebesar 52% hasil tes kebugarannya masuk dalam kategori kurang. , kebugaran
perempuan sebesar 54,5% kurang. Penduduk perkotaan dengan kebugaran kurang
sebesar 57,6% (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Sementara,
proporsi aktivitas fisik tergolong kurang aktif secara umum adalah 26,1%. Proporsi
penduduk Indonesia dengan perilaku sedentary ≥6 jam per harisebesar
24,1%(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013b). Sementara, penelitian
yang dilakukan (Diana dkk., 2009) diketahui bahwa sebesar 15,9% dari 937 pekerja
laki-laki usia 18-56 tahun memiliki tingkat kebugaran jasmani yang rendah. Dalam
4
penelitiannya dinyatakan bahwa subjek dengan aktivitas fisik sedang berisiko
memiliki tingkat kebugaran rendah 4kali lebih tinggi dibanding subjek dengan
aktivitas tinggi. Sementara, subjek dengan aktivitas fisik rendah berisiko tidak bugar
10,7 kali lebih tinggi. Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa sebesar 88,7%
responden berstatus tidak bugar dengan faktor mempengaruhinya, yaitu jenis kelamin,
asupan energi, aktivitas olahraga dan zat besi(Nurwidyastuti, 2012).
Peneliti memilih mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat sebagai
subjek penelitian karena berdasarkan hasil yang dipaparkan dalam penelitian Muizzah
(2013), yaitu sebesar 61,7% mahasiswi yang masuk kedalam kategori tidak bugar
dengan rata-rata tingkat kebugaran cardiorespiratory sebesar 112,45-119,39kali/menit
(Muizzah, 2013). Hasil tersebut diperkuat dengan studi pendahuluan yang dilakukan
terhadap mahasiswaFakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang mengikuti tes kebugaran dengan metode 20 m shuttle
run.Kemudian dihitung volume oksigen maksimalnya berdasarkan pencapaian level
dan balikan pada lintasan tes. Diketahui bahwa mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat memiliki nilai kebugaran yang paling rendah dibandingkan mahasiswa
Program Studi lainnya di FKIK. Nilai rata-rata VO2maks (kebugaran) mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat sebesar 23,82 ml/kg/menit. Selanjutnya, diikuti
dengan Program Studi Ilmu Keperawatan dengan rata-rata VO2maks
23,85ml/kg/menit, Program Studi Pendidikan Dokter 24,32 ml/kg/menit dan Program
Studi Farmasi dengan nilai rata-rata VO2maks sebesar 25,45 ml/kg/menit.
Sementara, pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat sendiri
diketahui bahwa sebesar 66,7% mahasiswa tidak bugar ditunjukkan dari rata-rata
tingkat kebugaran berdasarkan estimasi nilai VO2maks 23,34ml/kg/menit pada
perempuan dan 32,3ml/kg/menit pada laki-laki. Sementara, 33,3% mahasiswa lainnya
5
bugar dengan rata-rata tingkat kebugaran sedang berdasarkan estimasi nilai VO2maks
41,8ml/kg/menit. Idealnya intensitas latihan menghasilkan nilai VO2maks 33,8-
41,25ml/kg/menit. Sehingga, hasil studi pendahuluan diketahui bahwa tingkat
kebugaran mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat rendah dengan rata-rata
kebugaran perempuan lebih rendah dibanding laki-laki.
Mahasiswa sebagai bagian dari penerus bangsa harus mempersiapkan diri untuk
membangun bangsa. Oleh karena itu, kondisi tubuh yang sehat dan bugar sangat
diperlukan karena kondisi tersebut merupakan salah satu faktor pencegahan yang
tepat dari penyakit degeneratif di masa depan. Rendahnya kebugaran mahasiswa yang
akan berdampak negatif di masa depannya membuat peneliti tertarik untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kebugaran pada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
B. Rumusan Masalah
Kebugaran merupakan salah satu indikator kesehatan seseorang. Kebugaran
menjadi perhatian mengingat dampak yang ditimbulkan akibat dari kebugaran yang
rendah di masa remaja berdampak pada kebugaran yang rendah juga di masa dewasa
dan berhubungan dengan tingginya tingkat mortalitas dan morbiditas populasi pada
kelompok umur 19-49 tahun.Sayangnya, perhatian mahasiswa akan hal ini masih
kurang akibat dari pergeseran pola hidup dan perkembangan teknologi yang
memudahkan pekerjaan menjadi efektif dan efisien. Berdasarkan hasil penelitian
tahun 2013 ditemukanbahwa mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta usia 19-22 tahun yang tidak bugar melebihi rata-rata
angka kebugaran Nasional. Selain itu, hasil studi pendahuluan yang dilakukan
6
terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta diketahui bahwa mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat memiliki nilai VO2maks paling rendah diantara Program Studi lainnya di
FKIK. Pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat itu sendiri diperoleh
hasil bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki tingkat kebugaran yang rendah
setelah mengikuti tes kebugaran dengan metode 20 m shuttle run test.Tingginya
prevalensi tidak bugar pada mahasiswi program Studi Kesehatan Masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah menjadi landasan peneliti tertarik untuk mengetahui faktor yang
berhubungan dengan kebugaranpada mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2015.
C. Pertanyaan Penelitian
1 Bagaimana gambaran kebugaranpada mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?
2 Bagaimana gambaran status gizi menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) dan persen
lemak tubuh pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2015?
3 Bagaimana gambaran asupan zat gizi khususnya Karbohidrat, Protein, Lemak,
Vitamn B1, Zat Besi dan Manganpada mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?
4 Bagaimana gambaran status merokok pada mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?
5 Bagaimana gambaran kapasitas vital paru pada mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?
7
6 Bagaimana gambaran aktivitas fisik pada mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015?
7 Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan kebugaran pada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015?
8 Apakah ada hubungan antara status gizi menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) dan
persen lemak tubuh) dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?
9 Apakah ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan kebugaran pada
mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2015?
10 Apakah ada hubungan antara asupan protein dengan kebugaran pada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2015?
11 Apakah ada hubungan antara asupan lemak dengan kebugaran pada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2015?
12 Apakah ada hubungan antara asupan vitamin B1 dengan kebugaran pada
mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2015?
13 Apakah ada hubungan antara asupan zat besi dengan kebugaran pada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2015?
14 Apakah ada hubungan antara asupan mangan dengan kebugaran pada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2015?
8
15 Apakah ada hubungan antara status merokok dengan kebugaran pada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2015?
16 Apakah ada hubungan antara kapasitas vital paru dengan kebugaranpada
mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2015?
17 Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaranpada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2015?
18 Faktor apa yang paling berpengaruh terhadapkebugaran pada mahasiswa Program
Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya faktor yang berhubungan dengan kebugaran pada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2015.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
b. Diketahuinya gambaran status gizi menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) dan
persen lemak tubuhpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
9
c. Diketahuinya gambaran asupan zat gizi khususnya Karbohidrat, Protein,
Lemak, Vitamn B1, Zat Besi dan Manganpada mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
d. Diketahuinya gambaran status merokok pada mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
e. Diketahuinya gambaran kapasitas vital paru pada mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
f. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik pada mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
g. Diketahuinya hubungan antara status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh
dan persen lemak tubuh dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
h. Diketahuinya hubungan antara asupan karbohidrat dengan kebugaranpada
mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2015.
i. Diketahuinya hubungan antara asupan protein dengan kebugaran pada
mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2015.
j. Diketahuinya hubungan antara asupan lemak dengan kebugaranpada
mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2015.
k. Diketahuinya hubungan antara asupan vitamin B1 dengan kebugaranpada
mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2015.
10
l. Diketahuinya hubungan antara asupan zat besi dengan kebugaranpada
mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2015.
m. Diketahuinya hubungan antara asupan mangan dengan kebugaran pada
mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2015.
n. Diketahuinya hubungan antara status merokok dengan kebugaranpada
mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2015.
o. Diketahuinya hubungan antara kapasitas vital paru dengan kebugaran pada
mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2015.
p. Diketahuinya hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran pada
mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2015.
q. Diketahuinya faktor yang paling berpengaruh terhadap kebugaran pada
mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah 2015.
11
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah meliputi manfaat bagi
pihak Prodi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta dan bagi peneliti.
1. Manfaat Bagi program Studi Kesehatan Masyarakat
a. Pihak Prodi mengetahui kebugaran serta hubungan faktor yang mempengaruhi
kebugaran mahasiswa Program studi Kesehatan Masyarakat untuk segera
melakukan upaya preventif terhadap masalah tersebut.
b. Terlaksananya salah satu upaya untuk melakukan Tri Dharma Perguruan
Tinggi.
c. Sebagai tambahan referensi karya tulis penelitian yang berguna bagi
masyarakat luas di bidang kesehatan masyarakat, khususnya terkait kebugaran
mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
2. Manfaat bagi Peneliti
a. Sebagai media untuk mengaplikasikan Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat yang
telah dipelajari.
b. Menambah wawasan peneliti terkait kebugaran dan faktor yang
mempengaruhinya.
c. Sebagai acuan untuk melakukan penelitian lanjutan terkait dengan faktor yang
mempengaruhi kebugaran mahasiswa.
12
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan
kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 ini dilakukan oleh mahasiswi peminatan Gizi
Kesehatan Masyarakat. Penelitian dimulaisejakJanuari hingga Juni 2015 dengan
subjek mahasiswa Kesehatan Masyarakat di Universitas Islam Negeri Jakarta yang
masih berstatus aktif pada periode 2014/2015 dan berusia 19-22 tahunberjumlah
60orang.Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalahdesain Cross
Sectional dengan pendekatan kuantitatif.Instrumen yang digunakan adalah
kuesioner,alat ukur tinggi dan berat badan, BIA 2 pod, PAR-Q test, IPAQ, form
record dan recall 24 jam dan alat bantu untuk tes kebugaran 20m shuttle run.
Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan proportional sampling dan
analisa data dengan uji non parametrik Mann Whitney dan Chi Square antara variabel
independen, yaitustatus gizi berdasarkan indeks massa tubuh dan persen lemak
tubuh,asupan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin B1, zat besi dan mangan),
status merokok, kapasitas vital paru dan aktivitas fisik dengan variabel dependen yaitu
kebugaran.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebugaran
Menurut Hoeger (2014) kebugaran adalah suatu keadaan dimana seseorang
dapat memenuhi kebutuhan yang biasa dan tidak biasa dilakukannya sehari-hari
secara aman tanpa ada kelelahan dan masih memiliki cadangan energi untuk
melakukan aktivitas lainnya. Pendapat lain menyatakan kebugaran merupakan suatu
keadaan yang dimiliki atau dicapai seseorang dalam kaitannya dengan kemampuan
untuk melakukan aktifitas fisik tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan
(Hermanto, 2012). Sementara, menurut Sarwono (2000) kebugaran sebagai hasil daya
tahan aerobik bergantung pada variabel fisiologis, seperti peran pengangkutan dan
penggunaan oksigen dari udara ke otot-otot aktif dalam metabolisme aerobik daripada
bergantung pada variabel-variabel yang didasarkan pada ukuran anthropometric.
Kebugaran adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi dan alat
gerak tubuh sesuai dengan batas-batas fisiologis yang dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan serta efisiensi kerja fisik, sehingga masih dapat melakukan kegiatan lain
yang bersifat rekreatif (Muhibbut Thibri dkk., 2014). Kebugaran merupakan
kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa
menimbulkan kelelahan yang berarti (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2011). Sehingga, kebugaran dapat didefinisikan sebagai kesanggupan untuk
melakukan kegiatan sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti serta dapat
terhindar dari penyakit akibat kurang gerak (hypokinetic) serta menyeimbangkan
anatara asupan zat gizi dengan energi yang dikeluarkan.
14
1. Jenis Kebugaran
a. Aerobik
Suatu sistem yang diproduksi energi dan bergantung pada ketersediaan
oksigen disebut metabolisme aerobik (BoyledanLong, 2010). Olahraga
aerobik yang mengutamakan daya tahan pada kerja otot optimal dari organ-
organ tubuh seperti jantung, paru-paru dan pembuluh darah untuk mengangkut
oksigen. Dengan tersedianya oksigen maka proses pembakaran sumber energi
dapat berjalan sempurna. Proses ini dilakukan secara berkesinambungan
dalam waktu yang cukup lama. Cabang olahraga yang termasuk dalam
kelompok ini adalah renang jarak menengah dan jauh, dayung, lari jarak jauh,
balap sepeda jarang menengah dan jauh (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2013a).
b. Anaerobik
Suatu sistem yang diproduksi energi namun tidak bergantung pada
ketersediaan oksigen disebut metabolisme aerobik (BoyledanLong, 2010).
Olahraga anaerobik adalah olahraga yang mengutamakan kekuatan otot
dengan tenaga ledakan tinggi dan berlangsung dalam waktu singkat serta tidak
dapat dilakukan secara terus menerus. Proses ini membutuhkan interval
istirahat untuk dapat meregenerasi sumber energi. Aktivitas yang dominan
dalam olahraga ini adalah gerakan-gerakan yang membutuhkan kecepatan,
kekuatan dan power (aktivitas anaerobik). Energiyang digunakan oleh tubuh
diperoleh melalui hidrolisisi phophokreatine (PCr) serta melalui proses
glikolisis glukosa secara anaerobik. Proses metabolisme energi secara
anaerobic ini dapat berjalan tanpa kehadiran oksigen (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2013a).
15
Proses metabolisme energi secara anaerobik akan menghasilkan
produk asam laktat yang apabila terakumulasi akan menghambat kontraksi
otot dan menimbulkan rasa nyeri (Murray, 2009). Hal ini yang menjadi alasan
olahraga anaerobik tidak dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lama.
2. Komponen Kebugaran
Komponen kebugaran/kebugaran terdiri atas dua aspek diantaranya: a)
komponen yang berhubungan dengan kesehatan (health related fitness) dan b)
komponen yang berhubungan dengan keterampilan (skill related fitness).
Komponen kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan antara lain:
koordinasi, keseimbangan, kecepatan, power, dan kecepatan waktu reaksi.
Sedangkan, komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan
dibutuhkan dan harus dicapai oleh semua orang tanpa terkecuali. Komponen
“health related fitness” terdiri dari daya tahan jantung-paru (cardiorespiratory),
kekuatan otot, fleksibilitas dan komposisi tubuh (Irfan, 2011). Berikut adalah
komponen kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan adalah:
a. Ketahanan Cardiospiratory
Ketahanan cardiorespiratory adalah kemampuan jantung, paru-paru,
dan pembuluh darah untuk memasok oksigen ke sel-sel untuk memenuhi
tuntutan aktivitas fisik yang berkepanjangan (sebagai latihan aerobik)
(HoegerdanHoeger, 2011a). Menurut Neiman (2001), daya tahan adalah suatu
keadaan yang menekankan pada kapasitas kerja tubuh secara terus-menerus,
khususnya daya tahan pada kardiovaskuler dan otot yang memiliki kontribusi
besar dalam kebugaran seseorang. Adapun pendapat lain menyatakan bahwa
ketahanancardiorespiratory adalah kemampuan sistem sirkulasi dan respirasi
16
paru dalam menyediakan cadangan oksigen selama aktivitas dengan
melibatkan kelompok besar otot (Nieman, 2001). Kemampuan pengambilan
oksigen selama aktifitas fisik menggambarkan kemampuan metabolisme yang
dimiliki setiap individu.
Salah satu cara pengukuran ketahanan kardioresporatori adalah dengan
mengukur VO2maks atau jumlah oksigen yang maksimal terambil. Beberapa
cara pengukuran ketahan lainnya yang dapat dilakukan, yaitu: mengendarai
ergometer sepeda (ergocycle),berlari pada ergometer (treadmill), berjalan,
jogging, lari atau jalan cepat selama 12 menit (Nieman, 2001). Berolahraga
atau melakukan aktivitas fisik membutuhkan lebih banyak energi dan oksigen
dari tubuh. Oleh sebab itu, beberapa organ penting seperti jantung, paru-paru
dan pembuluh darah harus mengantarkan oksigen dalam jumlah yang lebih
banyak untuk memenuhi kebutuhan sel-sel didalam tubuhnya. Sehingga, orang
yang memiliki daya tahan cardiorespiratory rendah, harus bekerja lebih keras
untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen, darah dan lainnya
(HoegerdanHoeger, 2011b). American College Sport and Medicine (ACSM)
telah merekomendasikan untuk melakukan aktivitas fisik tingkat moderat atau
sedang dengan frekuensi 3-5 hari selama 20-30 menit dalam satu kali aktivitas
fisik (Nieman, 2011).
b. Kekuatan Otot
Kekuatan otot adalah kemampuan otot dalam menghasilkan tenaga.
Kekuatan otot dapat digambarkan berupa kontraksi maksimal yang akan
dihasilkan oleh otot dalam melakukan suatu aktivitas. Pada awalnya akan otot
melakukan kontraksi tanpa disertai pemendekkan (isometric) hingga hasil dari
kontraksi tersebut mencapai titik ketegangan yang seimbang. Setelah itu, otot
17
akan berkontraksi yang disertai dengan pemendekkan (isotonic) (Nieman,
2001). Kekuatan otot yang diatur selama beraktivitas adalah kekuatan
maksimal isometric yang dipengaruhi oleh faktor fisiologis tubuh manusia.
Faktor yang mempengaruhinya adalah usia dan jenis kelamin
(HoegerdanHoeger, 2011a)
c. Fleksibilitas
Fleksibilitas merupakan ukuran capaian gerak pada sendi atau
kelompok sendi tanpa menyebabkan cedera. Kelenturan adalah standar
maksimal untuk bergerak yang dapat dilakukan oleh persendian. Kelenturan
berkaitan dengan persendian, otot, tendon dan ligamen yang berada
disekeliling persendian (Nieman, 2007). Beberapa faktor fisiologis yang dapat
mempengaruhi fleksibilitas, antara lain: usia, jenis kelamin, komponen sendi
dan latihan atau kebiasaan olahraga (HoegerdanHoeger, 2011a).
d. Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh adalah jumlah massa tubuh tanpa lemak dan jaringan
adiposa (massa lemak) pada tubuh manusia. Komposisi tubuh terdiri atas 2
komponen utama, yaitu : komposisi lemak tubuh (fat mass) dan komposisi
massa tubuh tanpa lemak (fat-free mass). Lemak tubuh pada kasus ini
termasuk semua lipida baik yang berasal dari jaringan lemak maupun jaringan
lainnya. Komposisi massa tubuh tanpa lemak terdiri dari seluruh bahan kimia
dan jaringan sisa komposisi lemak tubuh, termasuk didalamnya terdapat air,
otot, tulang, jaringan ikat dan organ dalam.Persen lemak tubuh adalah
presentasi total berat badan yang mampu mempresentasikan total lemak dan
biasa digunakan sebagai evaluasi komposisi tubuh seseorang (Nieman,
18
2001).Persentase lemak tubuh yang dianjurkan untuk laki-laki sekitar 15% dan
23% untuk perempuan dari total bobot tubuh (Wilkins, 2007).
Metode untuk memprediksi total komposisi tubuh, khususnya persen
lemak tubuh dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : secara langsung dan
tidak langsung. Metode perhitungan persen lemak tubuh secara langsung
memberikan ketepatan yang paling baik dibandingkan dengan metode
perhitungan tidak langsung. Namun, metode langsung tidak dapat
diaplikasikan pada subyek yang masih hidup. Beberapa metode perhitungan
persen lemak tubuh secara tidak langsung yang umum digunakan dan
memiliki validitas dan reliabilitas tinggi, yaitu metode underwater weighing,
rongenologi, USG, CT scan, BIA (Bioelectrical Impedance Analyses) dan
metode anthropometricdengan teknik skinfold.
Metode yang banyak digunakan untuk mengukur lemak tubuh adalah
Skinfold dan underwater weighingyang merupakan bentuk aplikasi dari hukum
Archimedes. Dibandingkan dengan pengukuran berat badan biasa, tes under
water weighing mampu memberikan estimasi komposisi tubuh yang lebih
baik. Namun, kelemahan metode under water weighing adalah memerlukan
ketrampilan khusus baik cara pemeriksaan nya maupun cara penilaian hasilnya
sehingga tidak semua orang dapat menggunakannya. Selain itu, kelemahan
lain yang muncul dari sisi alat adalah tingginya biaya pengadaan alat.
Sementara, metode skinfold memiliki keunggulan dari sisi kemudahan dalam
pengadaan alat dan mampu mempresentasikan lemak didalam tubuh(Nieman,
2001). Namun, sama halnya dengan metode under water weighing, skinfold
juga memiliki kelemahan diantaranya: membutuhkan waktu yang lama karena
setiap responden diukur pada beberapa titik yang juga bergantung pada
19
sensitivitas responden terhadap sentuhan. Selain itu, pada pelaksanaannya
dibutuhkan keterampilan khusus pada saat pengukuran.Sehingga, pada
penelitian ini, alat yang peneliti pilih dalam mengukur persen lemak tubuh
yang lebih praktis dengan tingkat keakuratan yang tinggi adalah BIA
(Bioelectrical Impedance Analyses).
3. Pengukuran Kebugaran
Pengukuran terhadap komponen kebugaran yang berhubungan dengan
kesehatan melalui pengukuran volume oksigen maksimal (VO2maks). VO2maks
adalah jumlah oksigen maksimal dalam tubuh manusia yang berguna untuk
beraktivitas sehari-hari dalam satuan ml/kg/menit (HoegerdanHoeger, 2011a).
Menurut Nieman (2011), VO2maks merupakan kapasitas oksigen maksimal dalam
tubuh yang diambil, didistribusikan dan digunakan tubuh selama beraktivitas.
Nilai VO2maks dipengaruhi oleh tiga fungsi tubuh yaitu 1) fungsi sistem
pernafasan, untuk menentukan jumlah oksigen yang ditransportasikan melalui
darah dan diserap oleh paru-paru. 2) fungsi sistem muskolaskeletal yang bertugas
mengubah karbohidrat dan lemak menjadi Adenosine Triphosphate (ATP) sebagai
energi untuk melakukan kontraksi otot dan produksi panas. 3) fungsi dari sistem
kardiovaskular yang berperan dalam memompa dan mendistribusikan oksigen
dalam darah ke seluruh tubuh(HoegerdanHoeger, 2014).
Pengukuran kebugaran bertujuan untuk memantau kebugaran seseorang yang
dianjurkan dilakukan selama 3 - 6 bulan sekali. Dalam penelitian ini, pengukuran
kebugaran tidak langsung yang digunakan sebagai indikator nilai kebugaran
responden, yakni menggunakan metode 20m shuttle run test. Literatur
20
menyebutkan bahwa pengukuran kebugaran dibagi atas dua jenis yaitu kebugaran
langsung dan tidak langsung, seperti berikut :
a. Tes Kebugaran Langsung
Pengukuran VO2Maks terbagi atas dua cara, yaitu pengukuran secara
langsung dan tidak langsung. Pengukuran VO2maks secara langsung dengan
menggunakan alat seperti treadmill dan ergometer seperti berikut :
1) Tes Treadmill
Treadmill test adalah tes kebugaran dengan menggunakan alat
khusus yang dapat diatur kecepatan dan kemiringannya. Tes ini bertujuan
untuk mengukur kapasitas aerobik maksimal seseorang (VO2maks) untuk
menggambarkan derajat kebugaran (Puskesjasrek, 2000).Tes treadmill
merupakan tes maksimal yang paling sering digunakan. Hasil tes ini
berupa nilai kebugaran dalam MET-s atau dalam ml O2/kg BB/menit. Tes
ini dilakukan dengan menggunakan alat treadmill dan stopwatch yang
dilakukan selama 4 menit. Kecepatan alat treadmill yang dianjurkan pada
rentang 2 sampai 4.5 mphdan kemudian dihitung menggunakan rumus
(Ashok, 2008)seperti pada persamaan (2.1) berikut:
(2.1)
Keterangan:
0 = jenis kelamin perempuan
1 = jenis kelamin laki-laki
VO2 Maks =1,51 + (21.8 x kecepatan) – (0.327 x denyut jantung) – (0.263 x kecepatan x umur) + (0.00504 x denyut jantung x umur) + 5.98n x jenis kelamin)
21
2) Tes Ergometer Sepeda
Tes kebugaran ini hampir sama dengan treadmill, yang membedakan
hanya alat yang digunakan yaitu cycle ergometer. Ergocycle Test yaitu tes
mengayuh sepeda argometer yang dipergunakan untuk menilai tingkat
kebugaran berdasarkan kemampuan aerobik seseorang pelaksanaan tes ini
dibedakan menjadi dua model pembebanan, yaitu pembebanan sub
maksimal dan pembebanan maksimal. Pengukuran denyut nadi dilakukan
selama 4 menit dan setiap menit diberikan beban tambahan jika denyut
nadi per menit telah memenuhi batas yang ditentukan (HoegerdanHoeger,
2014). Tes ini merupakan tes submaksimal, yang sering dilakukan adalah
tes ergometer sepeda Astrand dan Fox. Hasil tes adalah nilai kebugaran
dalam ml O2/kg BB/menit.
Penelitian Hapsari (2007),terhadap remaja Persatuan Sepak Bola
Pasuruan menunjukkan bahwa latihan yang terprogram dan terukur dapat
memberikan peningkatan kapasitas VO2maks antara 10%-20%
menjelaskan bahwa kebugaran khususnya kapasitas aerobik dapat
ditingkatkan melalui latihan aerobik dengan memperhatikan faktor seperti
intensitas latihan, frekuensi latihan dan lama latihan dalam training zone.
Penelitian lain menyebutkan bahwa VO2maks yang tidak berjalan
kaki secara umum dari 60 siswa yang tidak berjalan kaki mempunyai
klasifikasi VO2maks sangat kurang dengan persentase 57,8%, 37,8%
kurang, dan 4,4% lainnya sedang dan yang berjalan kaki secara umum
dari 60 siswa yang berjalan kaki mempunyai klasifikasi VO2maks sedang
dengan persentase 51,1%, dan 24,4% kurang. Sedangkan 17,8% termasuk
kurang sekali dan 6,7% lainnya termasuk dalam kategori baik. Rata-rata
22
kapasitas vital paru siswa yang berjalan kaki dan yang tidak berjalan kaki
dapat dikatakan sama atau tidak berbeda secara signifikan (Alfian, 2012)
b. Tes Pengukuran Tidak Langsung
Pengukuran tes VO2maks secara tidak langsung terbagi atas dua jenis
tes naik turun tangga dan tes lapangan. Tes naik turun tangga telah
berkembang, diantaranya : 1) YMCA 3 minutes step test adalah tes kebugaran
yang dilakukan dengan menggunakan kurs setinggi 12 cm dengan pengaturan
metronome 96 bpm. 2) Queen’s College step test adalah jenis tes kebugaran
yang dengan cara naik turun kursi sebanyak 24 kali dalam satu menit untuk
laki-laki dan 22 kali dalam satu menit untuk perempuan yang dilakukan
selama tiga menit, 3) Canadian home fitness test merupakan tes kebugaran
dengan metode naik turun tangga setinggi 20.3 cm dan4) Chester step test
dengan menggunakan tinggi kursi yang bervariasi antara 15-30 cm yang
disesuaikan dengan tingkat aktivitas dan usia responden (Ashok, 2008).
1) Tes Balke
Tes Balke adalah tes kebugaran yang dilakukan dengansubjek
berjalan cepat atau berlari selama 15 menit dengan jarak tempuh 1 atau
1.5 mil. Salah satu prosedur dari tes Balke ini subjek tidak boleh berhenti
diam atau istirahat di dalam lintasan (Budiman, 2014). Kebugaran subjek
dapat dihitung dengan persamaan (2.2), berikut:
(2.2)
Keterangan:
a = Jarak yang ditempuh selama lari 15 menit dalam meter.
VO2 Maks ml O2/kg BB/menit = 0.172 (( a : 15 ) – 133 ) + 33.3))
23
Tes lari 15 menit Balke merupakan tes maksimal yang dilakukan di
lapangan.Tes ini merupakan tes lapangan yang baik dan sering
digunakan untuk tes kebugaran atlet bersama dengan tes lari 12 menit
dari tes Cooper(HoegerdanHoeger, 2011a).
2) Tes Cooper
Tes kebugaran sama hampir sama dengan tes Balke, yang berbeda
hanya lama waktu dari tes yang harus dijalani oleh subjek, yakni : tes
kebugaran Cooper diukur dengan berlariatau berjalan selama 12 menit
dengan jarak 2,4 Km (dalam menit), dan 4,82 Km untuk berjalan cepat
(HoegerdanHoeger, 2011a).
3) Shuttle Run Test 20 m
Shuttle Run Test 20 m adalah tes kebugaran lapangan yang
menggunakan estimasi VO2maks dengan cara berlari sepanjang 20meter
(sesuai dengan garis start dan finish yang sudah ditentukan) bolak balik
dan mengikuti tanda yang telat ditentukan dengan peningkatan level
kecepatan di setiap titik (tanda beep) tertentu. Kecepatan lari tahap awal
pada umumnya yaitu sebesar 8,0km/jam sampai 85 km/jam dan akan
terus meningkat sebanyak 0,5km/jam disetiap menitnya. Tanda beep
terdiri atas dua jenis, single beep menunjukkan tanda berakhirnya waktu
di setiap lap. Bunyi triple beep menunjukkan bahwa subjek harus
meningkatkan kecepatan larinya. Subjek dinyatakan gagal apabila
tertinggal sebanyak dua kali berturut-turut tanda beep atau kelelahan
(Ashok, 2008).
24
Pada penelitian ini, tes kebugaran yang digunakan adalah 20m
shuttle run test. Terdapat beberapa persamaan yang dibuat oleh para
peneliti untuk estimasi nilai VO2maks dengan menggunakan shuttle run
test. Estimasi nilai VO2maks dengan menggunakan shuttle run test
dengan melihat tabel berikut :
Tabel 2.1 Estimasi Nilai VO2maks berdasarkan level 20 m shuttle run test
Level VO2maks (ml/kg/menit) Level VO2maks (ml/kg/menit) 1 17.20 11 50.50 2 20.00 12 54.10 3 23.05 13 57.46 4 26.26 14 60.92 5 29.85 15 64.40 6 33.25 16 67.80 7 36.75 17 71.15 8 40.20 18 74.58 9 43.60 19 78.10 10 47.10 20 81.55
Sumber : (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005)
Persamaan (2.3) yang memprediksi nilai VO2maks(Matsuzaka
dkk., 2004), yaitu:
B. (2.3)
Keterangan :
VO2maks = Asupan oksigen maksimum (ml/kg/menit)
G = Jenis kelamin (0 untuk laki-laki ; 1 untuk perempuan)
A = Usia (tahun)
BMI = Indeks Massa Tubuh (Kg/m2)
TL = Total lap
Menurut (Puskesjasrek, 2000)kategori VO2maks (ml/kg/min)
terbagi atas lima kategori, seperti yang tercantum pada tabel berikut:
VO2maks = 61,1 – 2,2 (G) – 0,462 (A) – 0,862 (BMI) +0,192 (TL)
25
Tabel 2.2 Kategori VO2maks
Kategori VO2maks (ml/Kg/min) <30 31-39 40-49
Sangat kurang
<25.0 <25.0 <25.0
Kurang 25.0 – 33.7 25.0 – 30.1 25.0-26.4 Sedang 33.8 – 42.5 30.2 – 39.1 26.5 – 35.4 Baik 42,6 – 51.5 39.2 – 48.0 35.5 – 45.0 Baik sekali 51.6 + 47.1 + 45.1 +
Sumber : (Puskesjasrek, 2000)
Metode metode 20m shuttle run test dipilih sebagai metode tes
kebugaran pada penelitian ini karena mudah, dapat melakukan tes dalam
satu waktu (7-8 peserta tes), hasil cepat diperoleh serta dapat dilakukan
didalam dan diluar ruangan.
B. Mahasiswa
Menurut Sarwono (2000) mahasiswa adalah setiap orang yang resmi terdaftar
untuk mengikuti pelajaran diperguruan tinggi dengan batas usia 18-30 tahun.
Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh status
sosial karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan kaum
intelektual atau cendekiawan yang dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali
syarat dengan predikat (Tonni Limbong, 2013).
Mahasiswa Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta memiliki karakteristik yang beragam terkait dengan aktivitas
fisiknya. Mahasiswa FKIK sangat memanfaatkan fasilitas yang disediakan salah
satunya adalah lift. Setiap hari mahasiswa berdiri didepan lift untuk menunggu antrian
lift yang hanya berkapasitas 1000kg. Mahasiswa lebih nyaman dengan posisi
menunggu lift dibandingkan menaiki tangga yang kosong untuk sampai ke kelas yang
dituju. Hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan yang berakibat pada rendahnya tingkat
26
aktivitas fisik mahasiswa dan berdampak pada rendahnya tingkat kebugaran mereka.
Fenomena tersebut juga diperparah dengan jadwal kuliah mahasiswa yang padat
membentuk mereka untuk nyaman dalam perilaku sedentarinya.
C. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran
1. Jenis Kelamin
Menurut Kementerian Kesehatan (2008), jenis kelamin adalah perbedaan
seks yang didapat sejak lahir yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan.
Jenis kelamin menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi untuk mencapai
kebugaran individu yang sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan. Tingkat
kebugaran pada wanita cenderung lebih rendah dibandingkan pria, hal ini terkait
dengan perbedaan kadar hemoglobin, komposisi tubuh dan tingkat aktifitas fisik
(Hermanto, 2012).
Teori Worthington (2000), menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin akan
menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang karena pertumbuhan
dan perkembangan individu cukup berbeda antara laki-laki dan perempuan. Teori
ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni (2013) pada
laki-laki dan perempuan usia produktif yang menunjukkan bahwa adanya
hubungan antara jenis kelamin dengan kebugaran nilai (p=0,003). Sehingga,
dapat dikatakan bahwa penelitian ini ada hubungan antara tingkat kebugaran
jasmani antara responden pria dan wanita usia produktif (Nugraheni, 2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gray (2003) pada anak-anak di
Portugis dengan menggunakan metode 20 m shuttle run test diperoleh hasil
bahwa anak laki-laki lebih bugar dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini
berkaitan dengan jumlah kadar hemoglobin dalam darah pada anaklaki-laki jauh
27
lebih banyak dibandingkan anak perempuan.Hal tersebut juga terbukti pada
penelitian yang dilakukan oleh Saqurin (2013) dengan subjek mahasiswa yang
mengikuti UKM Taekwondo di Universitas Airlangga menunjukkan bahwa kadar
VO2maks (kebugaran) pada perempuan lebih kecil dibandingkan laki-laki yaitu
sebesar 36%. Namun sebaliknya, pada penelitian yang dilakukan oleh (Prabowo,
2014). Menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
frekuensi latihan dengan jenis kelamin terhadap kebugaran anggota klub jantung
sehat Mugas Kota Semarang Tahun 2013 (Saqurin, 2013).
Namun, hasil yang berbeda akan ditemukan apabila responden bukan berada
pada usia produktif seperti penelitian yang dilakukan pada peserta klub jantung
sehat. Hasil penelitian Hermani dan Mansyur (2013) menunjukkan bahwa tidak
ditemukan adanya perbedaan bermakna antara nilai prediksi VO2maks dengan
jenis kelamin. Hal tersebut berkaitan dengan perbedaan fungsi kardiovaskuler
antara laki-laki dan perempuan, yakni terkait efek protektif estrogen yang dapat
menurunkan risiko premenopause untuk terkena penyakit kardiovaskuler. Namun
khusus untuk perempuan yang telah memasuki masa menopause, efek tersebut
hilang dan perbedaan terkait jenis kelamin juga hilang. Sehingga, tidak
ditemukannya perbedaan yang bermakna pada penelitian ini karena efek protektif
progesterone responden penelitian sudah hilang akibat dari menopause
(HarmanidanMansyur, 2013). Intervensi yang dapat dilakukan untuk peningkatan
kebugaran pada wanita adalah dengan melakukan senam. Pelatihan senam
3x/minggu selama 10 minggu terbukti membantu meningkatkan kebugaran fisik
wanita berdasarkan uji efektifitas perlakuan dengan paired sample t-test dan uji
statistik Anova (Analysis of Variance) diperoleh nilai p < 0,05. Hal tersebut
bertujuan untuk menghindari penyakit akibat kurang gerak (Bawiling dkk., 2014).
28
2. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan antara gizi kurang, baik dan gizi lebih
(Almatsier, 2010). Salah satu faktor yang mempengaruhi kebugaran adalah gizi.
Gizi merupakan suatu proses yang dilakukan makhluk hidup mulai dari
pencernaan didalam rongga mulut hingga sekresi. Gizi berkontribusi dalam aspek
kebugaran yakni: ketahanan dan kekuatan tubuh yang berkaitan dengan status
gizi, meliputi : pemenuhan gizi makanan dengan kemampuan melaksanakan tugas
sehari-hari. Sehingga dalam pelaksanaannya, tubuh membutuhkan asupan gizi
yang sesuai berdasarkan fungsi dari zat gizi dalam makanan (sebagai sumber
energi, bahan pembangun dan bahan pengatur). Oleh sebab itu, untuk mencapai
kebugaran diperlukan gizi karena gizi mampu meningkatkan kebugaran.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ali (2012) menunjukkan bahwa
Status gizi dan motivasi belajar secara bersama-sama memberi kontribusi terhadap
kebugaran mahasiswa Program Studi Pendidikan Olahraga Kesehatan Universitas
Jambi sebesar 45,83% (Ali, 2012). Parameter status gizi pada penelitian ini dilihat
berdasarkan indeks massa tubuh dan persen lemak tubuh responden.
a. Penilaian Status Gizi
Menurut Gibson (2005), penilaian status gizi didefinisikan sebagai
interpretasi dari informasi yang diperoleh dari studi diet, biokimia,
antropometri dan klinis. Anthropometricmemiliki asal kata dari antrophos dan
metros, antrophos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Pengukuran
antropometri ada 2 tipe, yaitu pertumbuhan dan ukuran komposisi tubuh yang
dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh yang bebas lemak.
Anthropometric gizi adalah pengukuran yang berhubungan dengan
29
pengukuran dimensi dan komposisi tubuh yang bervariasi dari berbagai
tingkatan seperti umur dan kebutuhan gizi (Gibson, 2005).
Kelebihan dari pengukuran antropometri, yaitu memberikan informasi
tentang riwayat gizi seseorang di masa lalu, mampu mendeteksi malnutrisi
tingkat sedang maupun parah yang tidak dapat diperoleh dari metode
pengukuran lainnya. Selain itu, kelebihan dari pengukuran ini adalah relatif
cepat, mudah dan reliable karena telah memiliki metode yang terstandardisasi
serta peralatan yang terkaliberasi. Namun, metode ini tidak dapat digunakan
untuk mengidentifikasi status kekurangan (defisiensi) gizi tertentu (Gibson,
2005). Cara ukur yang biasa digunakan meliputi berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan, atas dan tabal lemak dibawah kulit
1) Indeks Massa Tubuh
Index Massa Tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan (Supriasa, 2002). Berikut rumus
(2.4) untuk mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) seseorang :
(2.4)
Menurut Depkes (2004) Kategori IMT terbagi atas :
Tabel 2.3 Klasifikasi IMT
Kategori IMT Klasifikasi < 18.5 Kg/m2 Kurang
18.5 – 24.9 Kg/m2 Normal ≥ 25 Kg/m2 Lebih
Sumber : (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2008)
IMT =Berat Badan (Kg)
Tinggi Badan (m2)
30
Indeks massa tubuh yang lebih akan menimbulkan timbunan lemak
dalam tubuh. Timbunan lemak dalam tubuh akan membungkus jaringan
viseral yang menyebabkan jaringan bekerja lebih kuat dalam menyuplai
oksigen guna menghasilkan energi oleh karena itu jantung perlu
memompa pada frekuensi yang sering. Selain itu, efek samping dari
berat badan berlebih, yakni terdapat sel dan otot yang membesar
mempengaruhi kebutuhan nutrisi yang lebih besar dan menyebabkan
peningkatan denyut jantung. Hal ini menimbulkan ketidakefisienan
fungsi jantung sehingga seseorang dengan berat badan lebih tersebut
akan mengalami kelelahan jauh lebih dini daripada kondisi normal
(Martins D dkk., 2003). Sehingga, kelebihan berat badan umumnya
menyebabkan penurunan kebugaran karena peningkatan kebutuhan
energi pada sistem aerobik untuk melakukan pergerakan.
Pribris,dkk (2010) menggunakan IMT sebagai salah satu komponen
pengukuran kebugaran dalam evaluasi komposisi tubuh. Berdasarkan
penelitian tersebut diperoleh hubungan langsung yang signifikan antara
nilai rata-rata VO2maks dengan IMT mahasiswa (p <0,001) (Pribis dkk.,
2010). Sementara, penelitian Sarwono (2000) menunjukkan bahwa
terdapat hubungan negatif antara IMT dan kebugaran mahasiswa (Pvalue=
0,0103). Hal tersebut disebabkan oleh kesadaran untuk melakukan
aktivitas fisik pada individu dengan IMT lebih, lebih besar dibanding
individu yang memiliki IMT normal ataupun kurang(Sarwono, 2000).
Lain halnya dengan penelitian yang menunjukkan adanya hubungan
antara status gizi berdasarkan IMT dengan kebugaran (P= 0,0004)(Sari,
2014). Penelitian Anam dkk (2010) sejalan dengan kedua penelitian
31
sebelumnya, yaitu IMT subjek yang inaktif lebih tinggi dibandingkan
IMT subjek yang aktif (p=0,011). Sehingga, menyebabkan kebugaran
subjek inaktif lebih rendah dibandingkan dengan subjek yang aktif
(Anam dkk., 2010).Sementara, hasil penelitianlainnya menyatakan
bahwa IMT sangat terkait dengan persentase lemak tubuh (p = 0,01).
Diketahui terdapat hubungan positif yang kuat dan signifikan antara
kebugaran dan IMT pada anakunderweight dan perempuan overweight
dengan skor kebugaran yang tinggi (Monyeki MA dkk., 2012).
Hasil berbeda ditemukan pada penelitian yang dilakukan terhadap
pekerja Indocement di Bogor, yakni tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara IMT dengan VO2maks. Hasil uji hubungan memiliki
nilai koefisiensi negatif, yang berarti semakin tinggi nilai IMT maka
semakin rendah nilai VO2maks nya. Hubungan yang tidak signifikan ini
disebabkan oleh perubahan perilaku seperti meningkatkanya
pengetahuan mengenai kesehatan sehingga terjadi peningkatan dalam
frekuensi atau durasi olahraga sehingga hal tersebut dapat meningkatkan
nilai VO2maks (Kharisma TamimidanRimbawan, 2015). Hasil yang
samayakni tidak terdapat perbedaan bermakna antara IMT dengan
kebugaran peserta club. Berdasarkan uji korelasi diketahui tidak ada
hubungan signifikan antara nilai IMT dengan VO2maks kelompok
tersebut. Hasil itu disebabkan karena banyak faktor lain yang
mempengaruhi kebugaran seseorang selain nilai IMT dan pada penelitian
ini jumlah sampel yang digunakan kecil sehingga korelasi bivariat
menghasilkan hubungan yang tidak signifikan.
32
Intervensi yang dapat dilakukan untuk peningkatan kebugaran
adalah senam aerobik low impact yang dilakukan 3 kali dalam seminggu
selama dua bulan. Hal ini telah dibuktikan melalui penelitian yang
dilakukan oleh Galih (2012) bahwa terdapat pengaruh dari latihan senam
aerobik low impact yang dilakukan 3 kali seminggu selama 2 bulan pada
remaja putri obesitas terhadap penurunan berat badan sebesar 66,78%
yang disertai dengan peningkatan kebugaran pada remaja tersebut (Galih
Tri Utomo dkk., 2012).
a) Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu pengukuran anthropometric
yang paling sering digunakan dalam penelitian yang berkaitan
dengan status gizi. Pengukuran berat badan mampu menggambarkan
jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral pada tulang manusia.
Hasil pengukuran berat badan banyak digunakan sebagai alat ukur
laju pertumbuhan fisik yang berkaitan dengan kecukupan status gizi
pada individu sehat. Lain halnya dengan individu yang memiliki
kelainan dalam metabolisme ataupun memiliki riwayat penyakit
lain. Gangguan tersebut tentu akan mempengaruhi berat badan
individu tersebut (Gibson, 2005).
Menurut Supriasa (2002)pengukuran status gizi dengan
menggunakan indikator berat badan adalah pilihan utama yang
didasari oleh berbagai pertimbangan, antara lain: 1) parameter yang
paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena
perubahan konsumsi makanan dan kesehatan, 2)memberikan
gambaran status gizi saat ini dan secara periodik mampu
33
menggambarkan pertumbuhan seseorang, 3) ukuran Anthropometric
yang digunakan secara umum di Indonesia 4)ketelitian pengukuran
tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur, 5) KMS
(Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk
pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat
badan sebagai dasar pengisian, 6) penilaian berat badan terhadap
tinggi badan sudah terbukti sebagai indeks yang tidak tergantung
pada umur, 7) alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan
dengan ketelitian yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga
sudah dikenal masyarakat.
b) Tinggi Badan
Tinggi badan mampu menggambarkan status gizi masa lalu dan
masa kini,apabila umur seseorang tidak diketahui dengan tepat.
Selain itu, tinggi badan merupakan ukuran kedua terpenting dalam
pengukuran status gizi karena dengan menghubungkan berat badan
terhadap tinggi badan (Supriasa, 2002).
2) Persen Lemak Tubuh
Persen lemak tubuh merupakan salah satu parameter yang digunakan
dalam penilaian status gizi seseorang. Metode yang dapat digunakan untuk
memprediksi persen lemak tubuh adalah under water weighing dan skinfold
dan Bioelectrical impedance analysis (BIA). BIA adalah salah satu alat yang
digunakan untuk mengetahui persen lemak tubuh dengan memanfaatkan
aliran listrik kecil (tidak dapat dirasakan). Lemak merupakan isolator listrik
yang baik sehingga tingginya persen lemak tubuh seseorang dapat dilihat dari
34
lambatya aliran listrik sampai dari satu kutub ke kutub lain. Saat ini telah
berkembang alat pengukuran persen lemak tubuh yang portable dan telah
ter komputerisasi, sehingga hasil dapat segera terlihat pada monitor langsung
setelah pengukuran dilakukan (Nieman, 2011). Metode ini adalah yang
paling populer digunakan karena selain faktor ketersediaan, BIA juga mudah
digunakan untuk masyarakat umum.Seperti metode pengukuran pada
umumnya, metode BIA memiliki kelemahan yaitu sangat sensitif terhadap
status hidrasi seseorang dan latihan fisik yang dapat menyebabkan dehidrasi.
Sehingga pemeriksaan harus melibatkan populasi dengan status hidrasi sama.
Pada penelitian ini, pengukuran persen lemak tubuh dilakukan sebelum tes
kebugaran berlangsung.
Pribris, dkk (2010) menggunakan persen lemak tubuh sebagai salah satu
indikator yang dikaitkan dengan kebugaran mahasiswa Andrew University.
Hasil studi cohort yang dilakukan sejak tahun 1996-2008 pada 5101
mahasiswa di Andrew University menunjukkan bahwa terdapat
kecenderungan linier yang signifikan antara persen lemak tubuh dan tahun
baikpada laki-lakimaupun pada perempuan serta terdapathubungan tidak
langsung yang signifikan antara VO2maks dengan persen lemak tubuh
mahasiswa dengan nilai (r = -0,489; p< 0,001) untuk laki-laki dan (r = -0,416
, p<0,001) untuk perempuan. Hal tersebut dapat terlihat dari rata-rata
peningkatan persen lemak tubuh mahasiswa dalam 13 tahun terakhir, yaitu
sebesar 0,513% pertahun pada laki-laki dan 0,654% pertahun pada
perempuan (Pribis dkk., 2010).
35
Hasil berbeda diperoleh dari penelitian Macmurray dan Ondrak (2008)
yang menyatakan bahwa tingkat kebugaran juga dipengaruhi oleh massa otot
dan massa lemak (Ira WolinskydanJudy A. Driskell, 2006). Penelitian
lainnya juga menyatakan hal yang sama bahwa remaja yang memiliki tingkat
daya tahan paru-paru dan jantung yang tinggi secara signifikan memiliki total
simpanan lemak tubuh yang rendah (Jonatan R Ruiz dkk., 2006).
Pada penelitian Hermanto (2012) diketahuibahwa sebagian besar wanita
vegetarian memiliki tingkat kebugaran sangat kurang. Namun, IMT dan
persentase lemak tubuh dalam kategori normal (65,1%) dan baik (62,8%).
Sehingga, hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
persen lemak tubuh dengan kebugaran jasmani dengan nilai r = -0,243 dan p
= 0,117. Pola makan menghindari bahan makanan hewani diduga menjadi
penyebab IMT dan persentase lemak tubuh subjek sebagian besar berada
dalam kategori normal. Pola konsumsi vegetarian yang lebih banyak
mengonsumsi serat, sedikit asam lemak jenuh kalori menyebabkan akumulasi
lemak tubuh yang sedikit.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk peningkatan kebugaran adalah
senam aerobik low impact yang dilakukan 3 kali dalam seminggu selama dua
bulan. Hal ini telah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Galih
(2012) bahwa terdapat pengaruh dari latihan senam aerobik low impact yang
dilakukan 3 kali seminggu selama 2 bulan pada remaja putri obesitas
terhadap penurunan persen lemak tubuh sebesar 86,42% dan peningkatan
kebugaran pada remaja tersebut (Galih Tri Utomo dkk., 2012).
36
3. Asupan Gizi
Asupan gizi adalah salah satu faktor penentu kebugaran. Asupan gizi yang
baik akan menghasilkan energi yang cukup, karena energi dibutuhkan oleh tubuh
untuk beraktivitas. Energi merupakan zat yang sangat esensial bagi manusia
dalam menjalankan metabolisme basal (proses tubuh yang vital), melakukan
aktivitas, pertumbuhan dan pengaturan suhu (Hardinsyah, dkk, 2012). Energi
dapat diperoleh dari metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang terdapat di
dalam makanan. Karbohidrat sendiri menyumbang sebesar 4,1 kkal/g, sedangkan
lemak dan protein masing-masing menyumbang energi sebesar 8,87 kkal/g dan
5,65 kkal/g (Almatsier, 2010). Kelebihan energi akan disimpan dalam bentuk
glikogen sebagai cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai
cadangan jangka panjang (Institute Of Medicine, 2005).
Kebutuhan energi seseorang merupakan konsumsi energi yang berasa dari
makanan sumber penghasil energi berdasarkan ukuran dan komposisi tubuh
dengan tingkat aktivitas sesuai untuk memelihara kesehatan jangka panjang.
Angka kecukupan energi adalah banyaknya asupan makanan dari seseorang yang
seimbang dengan pengeluarannya sesuai dengan susunan dan ukuran tubuh,
tingkat kegiatan jasmani dalam keadaan sehat dan mampu menjalankan fisiologis
tubuh dalam waktu lama (Hardinsyah dkk., 2012).
Tabel 2.4 Angka Kecukupan Gizi Mahasiswa 2013
Zat Gizi Laki-Laki
(19-29 tahun)
Perempuan (19-29 tahun)
Energi (Kkal) 2550 1800 Protein (gr) 60 50 Vitamin A (RE) 600 500 Vitamin D (µg) 5 5 Vitamin E (mg) 15 15 Vitamin K (µg) 65 55
37
Zat Gizi Laki-Laki
(19-29 tahun)
Perempuan (19-29 tahun)
Tiamin (mg) 1.2 1.0 Riboflavin (mg) 1.3 1.1 Niasin (mg) 1.6 14 Asam Folat (µg) 400 400 Piridoksin (mg) 1.3 1.3 Vitamin B12 (µg)
2.4 2.4
Vitamin C (µg) 90 90 Kalsium (mg) 800 800 Fosfor (mg) 600 600 Magnesium (mg)
290 250
Besi (mg) 13 26 Yodium ((µg) 150 150 Zinc (mg) 13 9.3 Selenium (µg) 30 30 Mangan (mg) 2.3 1.8 Flour (mg) 3 2.5
Sumber : (AKG, 2013)
a. Pengukuran Asupan Gizi
Asupan energi banyak dipengaruhi oleh asupan zat gizi makro yang
menjadi sumber energi utama dalam tubuh. Keberadaan zat makro memiliki
peranan penting dalam menjaga kebugaran, seperti berikut ini :
1) Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen
dan oksigen yang tersimpan didalam otot dan hati serta dapat diubah
dengan cepat ketika tubuh membutuhkan energi (Wilkins, 2007).
Kebutuhan karbohidrat harian laki-laki usia 19-29 tahun adalah sebesar
375g dan 292g untuk perempuan (AKG, 2013). Untuk memelihara
kesehatan, konsumsi karbohidrat yang dianjurkan dalam sehari sekitar
50%-65% dari konsumsi energi total yang berasal dari karbohidrat
kompleks dan 10% berasal dari karbohidrat sederhana (Almatsier, 2010).
38
Karbohidrat kompleks merupakan zat gizi yang terikat dengan zat gizi lain
yaitu protein, lemak, vitamin dan mineral serta serat. Karbohidrat
kompleks ini akan lebih lama diserap dan dicerna sehingga didalam tubuh
akan bertahan lebih lama, pemecahannya berupa glukosa (Fatmah, 2011).
Proses pemecahan karbohidrat dimulai di dalam mulut. Saat makanan
dicerna/dikunyah didalam rongga mulut, kelenjar saliva (khususnya
kelenjar parotis) mensekresi enzim ptialin yang bertugas untuk
menghidrolisis pati menjadi disakarida (maltosa dan isomaltosa). Makanan
yang tertinggal didalam mulut dalam waktu singkat (sekitar 3%-5% dari
semua pati yang dimakan) dihidrolisis menjadi maltosa dan isomaltosa
pada waktu makanan tersebut menuju tahap pencernaan selanjutnya. Kerja
ptialin berlangsung selama 15-30 menit setelah makanan masuk ke dalam
lambung dan dicampur dengan sekret lambung. Kemudian aktivitas ptialin
dihambat oleh asam dari sekret lambung. Ptialin pada hakekatnya tidak
aktif sebagai enzim bila pH < 4,0. Sebelum makanan bercampur sempurna
dengan sekret lambung, kurang lebih sebanyak 30%-40% pati telah diubah
menjadi maltosa dan isomaltosa. Asam getah lambung dapat
menghidrolisis pati dan disakarida (Guyton, 1997). Hasil akhir pencernaan
karbohidrat yang diabsorpsi ke dalam darah berupa monosakarida. Kadar
glukosa darah akan naik dalam jangka waktu ± 30 menit setelah makan
dan secara perlahan kembali ke kadar gula normal (70-100 mg/100 ml)
dalam waktu 90-180 menit(Elizabeth J.Corwin, 2009). Kadar gula darah
maksimal dan kecepatan untuk kembali pada kadar normal bergantung
pada jenis makanan. Indeks glikemik (IG) dengan rentang nilai 0-100
dapat mengukur efek asupan makanan pada kadar glukosa darah. Makin
39
rendah IG dalam makanan, maka kenaikan glukosa darah semakin kecil
sehingga lambat menghasilkan energi. Sebaliknya, makin tinggi nilai IG,
makin cepat melepaskan energi yang ditandai dari meningkatnya kadar
gula darah (Fatmah, 2011). Hal ini tentu akan mempengaruhi tubuh saat
beraktivitas.
Pada saat melakukan aktivitas, karbohidrat menjadi sumber energi
utama dalam proses pembakar glukosa menjadi tenaga. Tubuh mensuplai
glukosa yang berasal dari hati dalam bentuk glikogen kedalam otot
(BoyledanLong, 2010). Jika energi yang terbentuk hanya digunakan
sebagian untuk melakukan aktivitas fisik, maka kelebihannya disimpan
dalam bentuk glikogen di hati (70g), otot (20g) dan jaringan lemak
cadangan. Semakin lama durasi, intensitas dan frekuensi aktivitas atau
olahraga, semakin besar tubuh membutuhkan suplai glukosa.Seseorang
yang melakukan aktivitas fisik antara 2-4 jam pada tingkat ringan sampai
berat setelahnya dapat menurunkan cadangan karbohidrat serta glikogen
dalam tubuh (Fatmah, 2011). Sehingga, kegiatan seperti berlari akan lebih
cepat menguras cadangan glikogen dibandingkan dengan jogging atau
jalan cepat yang menuntut tubuh menggunakan glikogen secara
konservatif.
Ketika seseorang mulai berolahraga, tubuh menggunakan sekitar
seperlima dari total cadangan glukosa dalam 20menit pertama. Jika
aktivitas berlanjut dan melebihi 20menit, maka penggunaan glikogen
melambat. Hal tersebut bertujuan untuk menghemat pasokan glikogen
yang tersisa. Sehingga, tubuh mulai lebih mengandalkan cadangan lemak
untuk bahan bakar (BoyledanLong, 2010). Berdasarkan penelitian yang
40
dilakukan oleh Sugiarsi (2012) menyatakan bahwa terdapat 28,3% ibu
PKK yang tidak bugar akibat asupan karbohidrat yang tidak cukup. Hal ini
dapat terjadi karena karbohidrat berfungsi pada proses metabolik dari
anabolisme dan katabolisme menjaga persediaan karbohidrat tubuh,
memastikan persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dan
fungsi senyawa penting lainnya(Sugiarsi, 2012). Fungsi lain dari
karbohidrat diantaranya sebagai penghemat protein selama proses produksi
energi, membantu dalam pembakaran lemak, sumber energi, membantu
fungsi usus, membantu serta proses absorpsi kalsium (Wilkins, 2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 64 karyawan
Indocement di Bogor diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara asupankarbohidrat dengan kebugaran (p >0,05). Hasil
yang tidak signifikan kemungkinan karena terdapatnya faktor lain yang
lebih mempengaruhi nilai VO2maks subjek seperti faktor genetika serta
konsumsi pangan pada masa lampau yang tidak diukur dalam penelitian
(Kharisma TamimidanRimbawan, 2015).
2) Protein
Protein merupakan cadangan energi bagi tubuh apabila karbohidrat
yang dikonsumsi tidak mencukupi untuk menghasilkan energi pada saat
melakukan latihan intensif (Fatmah, 2011). Protein tersusun atas
komponen - komponen kompleks, besar, setiap sel kehidupan.Pencernaan
protein dimulai di organ lambung. Sebagian protein yang ada di lambung
dicerna menjadi peptida oleh enzim pepsin. Pepsin biasanya mengawali
proses pencernaan, memecahkan protein menjadi protease, pepton dan
polipeptida besar. Pemecahan protein ini merupakan suatu proses
41
hidrolisis yang terjadi pada ikatan peptida antara asam-asam amino. Saat
protein meninggalkan lambung, protein biasanya dalam bentuk proteosa,
pepton, polipeptida besar, dan sekitar 15% asam amino. Setelah masuk ke
usus halus, hasil pemecahan parsial dibantu oleh enzim tripsin,
kimotripsin, dan karboksipeptidase pankreas untuk melakukan hidrolisis
terhadap hasil pemecahan parsial protein menjadi asam amino. Asam
amino mengikuti aliran yang sama dengan yang ditempuh monosakarida.
Dalam waktu yang bersamaan, dipeptida dan tripeptida dibawa oleh sel
epitel melalui transport aktif. Dipeptida dan tripeptida dihidrolisis menjadi
asam amino di dalam sel dan melewati kapiler yang ada di dalam villi.
Dari kapiler, asam amino diangkut ke dalam darah menuju ke hati melalui
sistem peredaran darah portamenuju otot(Elizabeth J.Corwin, 2009).
Otot sebagian besar dibentuk oleh protein, sehingga wajar apabila
seorang atlet membutuhkan protein lebih banyak dari kebutuhan biasanya.
Kebutuhan protein untuk ketahanan dalam melakukan latihan intensif
adalah 5-15% dari total energi. Protein banyak dibutuhkan pada awal
program latihan (Fatmah, 2011, BoyledanLong, 2010). Kenaikan awal
massa otot, jumlah sel darah merah untuk membawa oksigen dan jumlah
enzim aerobik pada otot untuk menggunakan bahan bakar secara efisien
dapat meningkatkan kebutuhan protein seorang atlet. Selain itu, perubahan
hormonal selama latihan sementara dapat memperlambat jumlah protein
otot dan dapat mendorong otot untuk memecah cadangan proteinnya.
Jumlah protein yang digunakan seorang atlet sebagai bahan bakar
tergantung pada intensitas latihan dan durasi, tingkat kebugaran atlet dan
simpanan glikogen dalam otot atlet. Ketika simpanan glikogen terisi
42
dengan baik, protein hanya menyumbang 5% dari kebutuhan bahan bakar
untuk energi (BoyledanLong, 2010).
Pemecahan protein otot mendominasi selama latihan berat dan
pertumbuhan otot meningkat setelah latihan. Pelatihan yang konsisten
akan meningkatkan penumpukan protein otot setelah latihan. Untuk
mengatasinya, otot menggunakan cadangan asam amino untuk
memperbaiki dan membangun serta membersihkan penumpukan protein
otot tersebut. The American Dietetic Association merekomendasikan
bahwa protein untuk dewasa adalah 0,8g/kg/hari, sedangkan untuk
ketahanan seorang atlet konsumsi protein yang direkomendasikan sebesar
1,2 -1,6 g/kg/hari. Sementara atlet dengan latihan yang sangat berat, maka
asupan protein yang disarankan sebesar 1,6–1,7g/kg/hari(BoyledanLong,
2010).Namun, dianjurkan konsumsi protein tidak melebihi 2kg/kgBB/hari
karena kelebihan protein akan menyebabkan specific dynamic action
(SDA) yang tinggi dan akan merugikan metabolisme serta memperberat
kerja ginjal apabila kelebihan protein tersebut terjadi dalam waktu yang
lama (Fatmah, 2011). Perlu diketahui, bahwa otot tidak menanggapi
kelebihan protein dengan hanya menerimanya. Sebaliknya, mereka
menanggapi hormon yang mengatur mereka dan tuntutan membebankan
mereka (Williams, 2002). Dengan demikian, cara untuk membuat sel-sel
otot tumbuh adalah untuk membuat otot bekerja. Mereka akan merespon
dengan mengambil nutrisi termasuk asam sehingga otot tersebut dapat
tumbuh.Hal tersebut dibuktikan dengan sebuah penelitian yang
menyatakan bahwa terdapat 3.3% ibu PKK yang tidak bugar akibat asupan
protein yang tidak cukup (Sugiarsi, 2012).
43
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 80 anak dan remaja di
Georgia, AS diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara asupan protein dan kebugaran (daya tahan kardiovaskuler) dengan
pola hubungan negatif, yakni semakin tinggi asupan protein maka
kebugaran responden tersebut akan semakin rendah (Bernard Gutin dkk.,
2002). Penelitian lain yang juga mendukung hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa terdapat 3,3% ibu PKK yang tidak bugar akibat asupan
protein yang tidak cukup (Sugiarsi, 2012). Uji Mann-Whitney
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat
kecukupan protein dengan kebugaran pada pekerja Indocement di Bogor
(p>0,05) (Kharisma TamimidanRimbawan, 2015). Penelitian yang juga
sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Anam
dkk (2010) yang menunjukkan bahwa asupan protein tidak mempengaruhi
daya tahan jantung dan paru dengan nilai p= 0,461. Penelitian lain juga
mendapatkan hasil yang sama, yakni konsumsi protein tidak berhubungan
dengan kesegaran kardiorespirasi atlet sepakbola PERSIBA Bantul (p-
value = 0,378) (Fery Lusviana Widiany dkk., 2014).
3) Lemak
Lemak merupakan penghasil energi terbesar yaitu dua kali lebih besar
dibanding energi yang dihasilkan oleh karbohidrat maupun protein. Lemak
akan berperan sebagai sumber energi untuk cabang olahraga dengan
intensitas latihan sedang dalam waktu yang lama. Didalam pemecahannya,
lemak menghasilkan 9kkal dan nilai anjuran konsumsi lemak dalam sehari
sebesar 20-25% dari total kebutuhan energi. Jumlah tersebut sudah
memenuhi kebutuhan asam lemak esensial dan membantu penyerapan
44
vitamin larut lemak. Sekitar 3-7% berasal dari lemak tidak jenuh dan10%
diantaranya berasal dari lemak jenuh serta kolesterol (Fatmah, 2011).
Konsumsi kolesterol dibatasi yaitu tidak lebih dari 300mg per hari. Hal
tersebut bertujuan untuk mencegah penumpukan kolesterol di beberapa
organ tubuh yang tentunya akan membahayakan kesehatan (Departemen
Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010). Seseorang
dapat menyimpan 25-30pon lemak tubuh tetapi pada karbohidrat hanya
tersimpan sekitar 1 pon. Bila mengonsumsi lemak kurang dari kebutuhan
kalori total tidak akan memberi keuntungan pada kinerja dan kebugaran
fisik. Demikian pula dengan mengonsumsi lemak lebih dari 35% dari
kebutuhan kalori total maka akan berbahaya untuk kesehatan. HDL (High
Density Lipoprotein) dan LDL (Low Density Lipoprotein) adalah jenis
lemak yang berkombinasi dengan protein yang disebut lipoprotein.
Apabila mengandung banyak sedikit lemak dan banyak protein disebut
HDL dan bila banyak mengandung lemak dan kurang protein disebut LDL
(Murray, 2009). Olahraga aerobik secara teratur dapat meningkatkan kadar
HDL. Kolesterol dibutuhkan olah tubuh untuk membangun membran sel,
sintesis vitamin D, hormon adrenal, estrogen dan hormon lain serta
membangun garam empedu (Murray, 2009).
Penggunaan glikogen dan lemak tubuh sebagai sumber energi selama
beraktivitas seperti alur berikut : 1) Hati dapat mengkonversi keterbatasan
cadangan glikogen dalam membantu memenuhi kebutuhan energi untuk
otot, 2) Tubuh juga dapat membantu memenuhi kebutuhan energi dari
kerja otot dengan trigliserida menjadi asam lemak, 3) Sistem peredaran
darah membawa bahan bakar (glukosa dan asam lemak) ke otot, 4) Otot
45
dapat mengkonversi cadangan glikogen menjadi glukosa untuk digunakan
sebagai energi. Selain itu, Trigliserida otot juga bisa dikonversi menjadi
asam lemak dan digunakan untuk energi, 5) Otot-otot yang bekerja dapat
mengambil glukosa dan asam lemak yang beredar di tubuh dari dalam
darah dan metabolisme mereka sebagai energi. Otot dilatih untuk mampu
menggunakan lemak sebagai sumber energi, sehingga ketika latihan dapat
menggunakan lebih lemak untuk energi daripada glukosa (BoyledanLong,
2010). Hal tersebut dapat menghemat pasokan glikogen untuk jangka
waktu yang lama.
Lemak tidak banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk beraktivitas
minimal selama 20 menit pertama dan tidak digunakan sebagai bahan
bakar utama sampai setelah 2 jam. Semakin moderat intensitas latihannya
seperti : jogging, menari aerobik, serta semakin lama durasinya, maka
semakin besar lemak yang digunakan untuk bahan bakar. Sedangkan,
Semakin tinggi intensitas kegiatannya (berlari, rintangan, dayung) maka
semakin besar karbohidrat yang digunakan untuk bahan bakar. Pada 20
menit pertama penggunaan lemak hanya sekitar 15% dari kebutuhan total,
namun apabila latihan terus dilakukan dalam waktu yang lama (> 2 jam),
maka penggunaan lemak sebagai energi meningkat hingga 85%
(BoyledanLong, 2010). Ketika berolahraga, simpanan lemak di seluruh
tubuh akan terbakar, khususnya pada orang dengan jumlah simpanan
lemak dalam jumlah besar. Itulah sebabnya sehat secara fisik akan
membuat orang terlihat langsing karena simpanan lemak di seluruh tubuh
berkurang.
46
Konsumsi tinggi lemak berdampak buruk pada tubuh karena tidak
dapat menghasilkan VO2maks lebih dari 60%. Konsumsi tinggi lemak
(>30% total kalori) diketahui menurunkan asupan karbohidrat, sehingga
glikogen otot tidak dapat dijaga. Selain itu, asupan makanan tinggi lemak
juga dapat menyebabkan obesitas, meningkatkan risiko jantung koroner,
stroke dan kanker. Hasil penelitian yang dilakukan Sugiarsi (2012)
diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan lemak
dengan kebugaran kelompok ibu PKK di Kecamatan Banjarsari.
Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi susu
rendah lemak sebagai pengganti susu yang biasa dikonsumsi mahasiswa.
Hal ini dibuktikan dalam penelitian Kameswara (2015) bahwa terdapat
perbedaaan nilai VO2maks dan jarak tempuh lari atlet pada pemberian susu
rendah lemak (p<0,05). Pemberian susu rendah lemak dapat meningkatkan
nilai VO2 maks dan jarak tempuh lari yang lebih baik dibandingkan dengan
pemberian minuman lainnya (Iqbal Kameswara P.S., 2015).
4) Air
Air merupakan zat yang dibutuhkan tubuhdalam kehidupan sehari-hari,
walaupun tidak mengandung kalori. Kebutuhan tubuh akan air dalam
sehari sesuai dengan banyaknya air yang keluar atau hilang dari tubuh.
Jumlah pemasukan dan pengeluaran air dari tubuh untuk menjaga
keseimbangan air dalam tubuh disebut dengan water turnover(Fatmah,
2011). Pemberian cairan (air) sebelum, beristirahat dan sesudah olahraga
bertujuan untuk mencegah dehidrasi dan mempertahankan keseimbangan
cairan tubuh. Salah satu fungsi air pada darah yaitu mengangkat panas
47
yang dihasilkan oleh kerja otot (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2013a). Tubuh akan memanas akibat pelepasan energi selama
beraktivitas termasuk kehilangan air melalui keringat.
Kuantitas keringat yang dihasilkan bergantung pada intensitas dan
durasi aktivitas atau latihan. Hal tersebut biasa terjadi pada atlet. Semakin
intens latihan, semakin tinggi panas yang dihasilkan dan semakin banyak
keringat yang dikeluarkan (Fatmah, 2011). Jika tidak segera mengganti air
yang hilang, volume plasma dalam tubuh akan berkurang dan tubuh akan
menarik air dari otot-otot dan organ. Ketika air ditarik dari otot, maka
terjadi kram yang bersamaan dengan prematur kelelahan dan penurunan
kinerja serta penurunan kadar plasma darah (BoyledanLong, 2010).
Kadar plasma darah yang rendah (volume darah lebih rendah) akan
memaksa hati untuk berdetak lebih cepat untuk memasok oksigen yang
cukup ke otot (BoyledanLong, 2010). Sehingga, akibat dari kurangnya
plasma yang beredar untuk mengangkut panas pada kulit, maka panas
menumpuk dan suhu tubuh internal akan terus meningkat. Semua
perubahan ini memaksa tubuh untuk bekerja pada intensitas yang lebih
tinggi. Defisit cairan sebanyak 1% dari berat badan yang keluar dalam
bentuk keringat saat berolahraga terbukti mengurangi toleransi tubuh
terhadap kebugaran. Sedangkan, kehilangan air sebesar 2%-10% dari berat
badan selama mengikuti olahraga dapat mengurangi kapasitas kerja otot
sebesar 20-30%. Sehingga, konsumsi air yang dianjurkan untuk atlit yaitu
150 – 250 ml pada suhu 10ºc antara 30-60 menit sebelum olahraga dan 10-
15 menit ketika beristirahat. (Fatmah, 2011, Williams, 2002).
48
5) Vitamin & Mineral
Aktivitas fisik mampu meningkatkan kegiatan metabolisme zat gizi
yang diikuti oleh meningginnya kebutuhan zat-zat gizi oleh tubuh
termasuk vitamin. Vitamin adalah penghubung dan regulator yang
memproduksi energi. Mineral merupakan zat organik yang diperlukan oleh
tubuh dalam jumlah yang kecil dan hanya 4% keberadaaannya didalam
tubuh. Mineral membantu dalam reaksi fungsional tubuh, seperti
memelihara keteraturan metabolisme (Fatmah, 2011). Adapun fungsi
vitamin dan mineral selama melakukan aktivitas fisik, diantaranya:
Tabel 2.5 Fungsi Vitamin dan Mineral
Vitamin atau mineral Fungsi Thiamin, riboflavin, Energy-releasing reactions pantothenic acid, niacin, magnesium
Melepaskan energi
Vitamin B6, zinc Membangun protein otot Folate, vitamin B12, copper Membangun sel darah merah untuk
membawa oksigen Biotin Mensistesis lemak dan glikogen Vitamin C Pembentukan kolagen untuk integritas
jaringan sendi dan lainnya serta kemampuan antioksidan dapat mengurangi kerusakan jaringan oksidatif
Vitamin E Melindungi membran sel dari kerusakan oksidatif
Iron Transpor oksigen didalam darah ke otot Calcium, vitamin D, vitamin A, phosphorus
Membangun struktur tulang, kontraksi otot dan transmisi saraf
Sodium, potassium, chloride Pemeliharaan keseimbangan cairan ; transmisi impuls saraf untuk kontraksi otot
Chromium Asistensi insulin Magnesium Kontraksi jantung dan otot-otot lainnya
Sumber : (Fatmah, 2011, BoyledanLong, 2010)
49
Menurut Gibson (2005) metode untuk pengukuran asupan gizi terbagi
atas empat level. Pada penelitian ini, metode yang akan peneliti gunakan
untuk mengetahui jumlah asupan energi dan zat gizi makro yang dikonsumsi
responden yaitu asupan harian individu level empat (asupan zat gizi individu
untuk mengetahui hubungannya dengan kebugaran mahasiswa prodi
Kesehatan Masyarakat). Pada level ini metode yang dapat digunakan
bervariasi yaitu Food Record, Food recall 24 jam, Semi Quantitative Food
Frequency Questioner dan Dietary History(Gibson, 2005). Namun, metode
yang digunakan peneliti adalah record dan recall 3 x 24 jam yang dilakukan
dengan mencatat jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi selama 24 jam
yang lalu. Data yang didapatkan dari Record dan Recall 3 x 24 jam dapat
dikonversikan menjadi energi dan nurient intake dengan menjumlah
konsumsi makanan individu sesuai dengan jumlah yang dikonsumsinya yang
akan dimasukan kedalam softwareyaitu Nutrysurvey 2007 (versi Indonesia).
Kelebihan yang didapatkan dari metode recall 24 jamdiantaranya: 1)
mudah, murahdan cepat dalam pelaksanaannyasehinggadapat mencakup
banyak responden, 3) dapat digunakan untuk responden yang buta huruf, 4)
memberikan gambaran nyata konsumsi individu sehingga dapat terlihat hasil
perhitungan intake zat gizi sehari(Supariasa, 2002).Sementara kekurangan
dari metode Recall 24 jam adalah 1) tidak dapat menggambarkan asupan
makanan sehari-hari apabila recall hanya dilakukan satu kali, 2) bergantung
pada ketepatan daya ingat responden, 3)The flat slope syndrome, yaitu
kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya
lebih banyak (overestimate) dan responden yang gemuk, cenderung
melaporkan konsumsinya lebih sedikit (underestimate).
50
a) Vitamin B1
Thiamin merupakan vitamin yang larut dalam air,sehingga mudah
rusak akibat proses pengolahan. Data rekaman diet menyatakan bahwa
cara pengolahan makanan sangat berpengaruh pada nilai biologis
vitamin B1 dalam tubuhdihitung berdasarkan komposisi bahan makanan
mentah tiap 100 gram bahan(Institute Of Medicine, 2005).
Vitamin B1 atau thiamin tersedia di dalam tubuh karena diserap
usus dari makanan, kemudian diangkut bersama darah ke jaringan tubuh.
Thiamin sebagai cadangan dalam jumlah terbatas yang disimpan di
dalam hati, buah pinggang, jantung, otot dan otak, sebagai cadangan
diperlukan untuk sekedar dapat memelihara fungsi alat-alat tubuh dalam
waktu yang singkat. Thiamin pirofosfat berperan sebagai koenzim pada
metabolisme karbohidrat untuk mengubah energi. Koenzim tersebut
berfungsi memungkinkan karboksilase memisahkan karbondioksida dari
asam piruvat, sedangkan sisanya selanjutnya dirombak menjadi
karbondioksida dan air. Fungsi thiamin yaitu (1) metabolisma
karbohidrat; (2) mempengaruhi keseimbangan air di dalam tubuh; dan
(3) mempengaruhi penyerapan zat lemak dalam usus(Irawan, 2007).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin banyak karbohidrat yang
dikonsumsi, maka kebutuhan thiamin juga akan meningkat.
Rekomendasi asupan thiami untuk orang dewasa sekitar 0,23 mg – 0,65
mg per 1000 kalori setiap harinya(Institute Of Medicine, 2005). Thiamin
banyak terkandung dalam padi-padian (umumnya pada bagian lembaga
dan bagian luar endospermanya), kacang hijau dan daging.
51
b) Zat Besi
Zat Besi (Fe) adalah merupakan mikromineral yang paling banyak
dalam tubuh manusia. Orang dewasa mengandung Fe dalam tubuhnya
antara 2,5 – 4g dimana 2,0 – 2,5g dalam sirkulasi yakni dalam sel darah
merah sebagai komponen hemoglobin (Hb) dan 25% merupakan
cadangan (iron storage) yang terdiri dari feritin dan haemosiderin
terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang (Hartati dkk., 2012). Zat
besi sangat diperlukan dalam haemopoiesis (pembentukan darah) yaitu
dari sintesa hemoglobin (Hb). Besi dalam tubuh berasal dari tiga sumber,
yaitu hasil perusakan sel-sel darah merah (hemolisis), dari penyimpanan
di dalam tubuh, dan hasil penyerapan pada saluran pencernaan. Dari
ketiga sumber tersebut, Fe hasil hemolisis merupakan sumber utama.
Bentuk-bentuk senyawa dari fe diantaranya senyawa heme (hemoglobin,
mioglobin, enzim heme) dan poliporfirin (tranfirin, ferritin, dan
hemosiderin) (Almatsier, 2010).
c) Mangan
Mangan berkaitan dengan sejumlah enzim dalam beberapa proses
metabolisme, termasuk piruvat dan karboksilase asetil-CoA dan
dehidrogenase isositrat dalam siklus Krebs dan mitokondria, bentuk
mitokondria, dismutase superoksida yang membantu melindungi
membran mitokondria, arginase, enzim terminal dalam produksi urea,
enzim sitosol lain yang terlibat dalam lintasan pentosa-fosfat-shunt,
glikolisis (glukokinase) metabolisme serin (tranferase hidroksimetil)
(Linder, 2006).
52
Jumlah mangan yang besar terdapat dalam tulang, hati, ginjal,
pankreas dan pituitaria, tetapi sedikit terdapat pada daging, ikan dan
produk susu. Mn juga banyak terdapat pada kacang-kacangan, biji-bijian
utuh, dan sayuran. Mn ber fungsi dalam metabolisme intermedier dengan
mengaktifkan beberapa enzime.Mangan terdapat dalam konsentrasi
tinggi dalam mitokondria dan berfungsi sebagai faktor penting untuk
pengaktifan glikosiltransferase yang berperan sebagai sintesis
oligosakarida, glikoprotein, dan proteoglikan. Mangan diperlukan untuk
aktifitas superoksida dismutase. Mangan diserap dengan baik melalui
usus halus dengan mekanisme yang serupa dengan besi, termasuk
transfer melalui sel mukosa ke dalam darah portal. Pada kenyataannya
absorpsi Mn2+ meningkat pada defisiensi besi dan dapat dihambat oleh
besi. Adanya etanol dalam usus jelas menambah absorpsi Mn2+. Ion
mangan dikirim ke hati melalui sirkulasi portal dan disana segera
mengadakan keseimbangan dengan Mn2+(Hall dan Guyton, 2008).
4. Umur
Menurut Depkes (2008), umur adalah masa hidup responden dalam tahun
dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun yang terakhir.
Umur mempunyai peran dalam kebugaran seseorang. Menurut WHO (2005),
penggolongan umur dikategorikan menjadi 4, yaitu anak-anak (<10 tahun), remaja
(10-24 tahun), dewasa (25-59 tahun) dan lanjut usia (>60 tahun) (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
53
Berdasarkan uji korelasi bivariate penelitian (HarmanidanMansyur, 2013)
diperoleh hubungan negatif lemah dan bermakna antara usia dan nilai prediksi
VO2maks yang berkaitan dengan kebugaran anggota klub jantung sehat. Hasil
tersebut berarti semakin tua seseorang makin rendah nilai prediksi VO2maksnya.
Hal tersebut disebabkan semakin bertambahnya usia responden, maka fungsi
kardiovaskuler nya semakin menurun.Berbeda dengan Harmanida, penelitian
(Prabowo, 2014) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara rentang umur terhadap kebugaran anggota klub jantung sehat Mugas Kota
Semarang Tahun 2013.
Pada umumnya, semakin tua seseorang, akan terjadi penurunan kebugaran
yang disertai dengan penuruan status kesehatan. Gejala tersebut ditandai dengan
kurangnya elastisitas jaringan ikat, pengurangan kepadatan kapiler di banyak
jaringan, aktivitas mitosis sel menjadi lebih lambat dan sel-sel permanen hilang.
Perubahan terkait usia seseorang yang terjadi di jantung, antara lain (Prabowo,
2014): 1) penurunan curah jantung istirahat dan maksimum, 2) penurunan nadi
maksimum, 3) peningkatan waktu kontraksi dan relaksasi otot jantung, 4)
peningkatan kekakuan otot jantung saat fase diastole, 5) penurunan jumlah sel otot
fungsional dan 6) akumulasi pigmen dalam sel otot jantung.
5. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu pembinaan manusia yang dilakukan seumur
hidup, tujuan utama dari pendidikan itu sendiri adalah penguasaan materi
pembelajaran secara mendalam dan bahkan jika mungkin sampai tuntas (Kristian,
2014). Menurut Kemendibud RI (2014), Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana dalam mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik
54
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan baik
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan serta
keterampilan yang dibutuhkan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
(Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2014). Pendidikan
di Indonesia terbagi atas pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal
adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang, terdiri atas pendidikan
dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan yang
dilaksanakan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur
dan berjenjang, seperti pendidikan jasmani.
Penelitian yang dilakukan oleh Jose´(2008) pada 1709 wanita usia 18-88tahun
di Spanyol menunjukkan bahwa tingkat kebugaran seseorang berhubungan dengan
tingkat pendidikannya, yaitu orang dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki
tingkat kebugaran lebih tinggi dibandingkan orang dengan pendidikan rendah.
Hasil uji statistik menunjukkan nilai variabel kebugaran dalam kelompok wanita
tingkat pendidikan rendah dengan Pvalue=0,001. Hal tersebut disebabkan karena
orang dengan pendidikan tinggi cenderung menggunakan waktu kosong untuk
melakukan kegiatan latihan fisik (Jose´ M. Saavedraa dkk., 2008).
Berbeda dengan penelitian Harmani (2013), hasil penelitian Jose´ M.
Saavedraa (2008) diperoleh rerata prediksi VO2maks pada lulusan sarjana adalah
20,24 ml/kg/menit, yang lebih tinggi dibandingkan lulusan SMA dengan nilai
rerata 20,19ml/kg/menit. Namun secara statistik perbedaan tersebut tidak
bermakna. Sehingga, tidak terdapat perbedaan bermakna antara responden yang
sarjana dan lulusan SMA. Hal tersebut disebabkan populasi responden memiliki
beban kerja yang relatif sama, sehingga fungsi kardiovaskulernya pun relatif
sama. Keadaan lingkungan yang peduli terhadap kesehatan dibuktikan dengan
55
aktifnya Klub Senam Jantung Sehat dan membawa dampak positif terhadap
tingkat kesehatan responden tanpa melihat perbedaan riwayat pendidikannya.
Penelitian Harmani dan Mansyur (2008) sejalan dengan penelitian Anita
(2004) tentang hubungan variabilitas denyut jantung dengan fungsi kognitif. Hasil
penelitian Anita (2004) menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara
fungsi kognitif dengan variabilitas denyut jantung serta VO2maks. Walaupun
kedua kelompok responden telah mendapatkan edukasi tentang kebugaran
sehingga mereka memiliki pengetahuan yang sama yaitu tingkat kebugaran.
6. Status Merokok
Kebiasaan merokok mempengaruhi daya tahan kardiovaskuler karena 4% pada
asap tembakau mengandung karbonmonoksida (CO). Afinitas (daya ikat CO pada
hemoglobin) sebesar 200-300 kali lebih besar dibandingkan dengan oksigen. Hal
tersebut dapat diartikan bahwa CO mampu mengikat hemoglobin lebih cepat
dibandingkan dengan oksigen sehingga CO didalam darah menghambat
pengangkutan oksigen ke jaringan tubuh. Terhambatnya pengangkutan oksigen
akan mengurangi suplai oksigen dari darah menuju jaringan dan sel tubuh. selain
karbonmonoksida, zat aditif lain yang terdapat didalam rokok dan merugikan
tubuh adalah nikotin. Nikotin menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan
menghalangi laju peredaran darah. Hal tersebut dapat mengganggu bahkan
menurunkan tingkat kebugaran jasmani seseorang akibat dari rusaknya
metabolisme oksigen didalam darah (Aula, 2010).
Sebuah fakta menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat pertama
sebagai negara dengan jumlah perokok terbanyak dengan angka 61,4 juta perokok
aktif sekitar 25% dari jumlah penduduk Indonesiaberdasarkan penelitian Global
56
Adult Tobacco Survey (GATS), (GATS, 2011:1). Hasil penelitian Hapsari (2014)
diperoleh bahwa ada perbedaan yang nyata atau signifikan pada kebugaran siswa
putra kelas IX di SMP N 1 Tlogowungu Pati antara siswa perokok dan bukan
perokok. Hasil Uji T-test independent diperoleh nilai p (0,004) < α (0,05).
Berdasarkan hasil tes penilaian kebugaran menunjukkan bahwa perbedaan pada
penilaian kebugaran, antara siswa perokok dan bukan perokok yang termasuk
dalam kategori bagus kebugaran nya 21,7% pada siswa perokok dan 65,2% pada
siswa bukan perokok, dan terdapat 17,4% siswa perokok memiliki kebugaran
yang kurang (Hapsari, 2014).Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Eli Erawati (2014) pada 40 dosen laki-laki di Universitas
RIAU menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan
merokok dengan ketahanan kardiorespirasi (kebugaran) dengan kekuatan korelasi
sedang dan arah korelasi negatif.
Dampak rokok dimulai dengan peninggian denyut nadi istirahat yang
kemudian diikuti dengan peningkatan denyut nadi selama beraktivitas, hingga
penurunan pencapaian pemompaan. Penurunan oksigen yang disebabkan oleh
merokok menyebabkan perokok memiliki tingkat jantung istirahat yang lebih
tinggi dibandingkan yang bukan perokok, berarti jantung mereka selalu bekerja
keras untuk memompa darah dan oksigen ke tubuh bahkan untuk kegiatan sehari-
hari, seperti berjalan menaiki tangga (Bustan, 2013). Daya tahan perokok 7,2 %
lebih kecil dibandingkan yang bukan perokok. Semakin tinggi denyut nadi
istirahat berarti perokok harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke
seluruh tubuh sehingga perokok akan mengalami cepat lelah. Sehingga, intervensi
yang dapat dilakukan untuk menjaga kebugaran agar ketahanan kardiorespirasi
dapat berfungsi dengan baik bagi perokok adalah dengan melakukan gaya hidup
57
sehat seperti olahraga teratur, berhenti merokok secara perlahan dan kontrol berat
badan (Eli Erawati dkk., 2014).
7. Kapasitas Vital Paru
Kapasitas vital paru adalah kemampuan maksimal paru-paru untuk menghisap
atau menghembuskan udara dari luar kedalam tubuh atau sebaliknya (Ad’dien,
2011). Kapasitas vital paru adalah volume udara yang dapat dicapai masuk dan
keluar paru-paru pada penarikan dan pengeluaran napas paling kuat (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013a). Kapasitas paru adalah volume gas
maksimal yang dapat dihembuskan keluar setelah dihirup maksimal biasanya 4-5
liter. Adapun faktor utama yang mempengaruhi kapasitas vital paru adalah 1)
posisi selama pengukuran kapasitas vital, 2) kekuatan otot pernapasan dan 3)
compliance paru-paru (Murray, 2009). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
kapasitas vital paru erat kaitannya dengan kualitas paru-paru dalam bernapas.
Bernapas adalah proses pertukaran gas antara atmosfir dengan alveoli paru.
Udara mengalir diantara atmosfir dan paru karena alasan yang sama dengan aliran
darah di seluruh tubuh, yaitu adanya perbedaan tekanan. Tekanan suatu gas di
dalam tempat tertutup berbanding terbalik dengan volumenya. Bila ukuran tempat
diperbesar, tekanan udara di dalamnya turun dan sebaliknya.Inilah hukum Boyle,
di dalamnya apabila terjadi peningkatan volume akan diikuti dengan penurunan
tekanan. Pada saat inspirasi (menarik nafas) volume paru-paru meningkat,
sedangkan tekanan intrapleura mengalami penurunan begitu juga sebaliknya pada
waktu ekspirasi jumlah volume udara (Alfian, 2012).
58
Kapasitas paru atau volume udara dalam paru dapat diukur secara langsung
dengan spirometer dan tidak langsung dengan difusi gas. Pada waktu pernapasan
normal, volume udara yang memasuki paru ketika inspirasi dan meningkatkan
paru pada waktu ekshalasi (Volume Tidal / VT). Jumlah seluruh udara inhalasi
yang diukur dalam satu menit adalah volume inspirasi semenit (VI) dan jumlah
seluruh udara ekhalasi yang diukur dalam satu menit disebut (VE). Volume udara
maksimal yang dapat diinhalasi dari akhir adalah volume cadangan inspirasi
(IRV) jumlah volume tidal dan volume cadangan inspirasi menghasilkan kapasitas
inspirasi (IC) didapat dari volume inhalasi maksimal yang berasal dari akhir
volume tidal ekspirasi dalam keadaan istirahat (HerrydanEram.T.P, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan Magutah (2013) pada mahasiswa
Universitas Kenyan yang menunjukkan adanya hubungan antara kapasitas vital
paru dengan kebugaran mahasiswa. Mahasiswa dengan volume dan kapasitas
paru-paru lebih tinggi akan lebih bugar dibandingkan dengan mahasiswa lainnya
dengan volume dan kapasitas paru-paru lebih rendah. Penelitian yang dilakukan
pada mahasiswa UNISSULA menunjukkan bahwa dari uji pearson diperoleh
adanya hubungan antara kapasitas vital paru terhadap VO2 maks, dengan tingkat
korelasi lemah karena ada konstribusi sistem respirasi terhadap VO2 maks
(Rahmaan InnashdanIka Rosdiana, 2013).Sementara, hasil penelitian Alfian
(2012)diperolehrata-rata kapasitas vital paru siswa yang tidak berjalan kaki
2515,56ml dan siswa berjalan kaki 2542,22 ml. Hasil penelitian Ad’dien (2011)
diketahui nilai P<0,05 yang berarti ada perbedaan kapasitas vital paru. Maka ada
perbedaan pengaruh yang signifikan pada kelompok permainan bola kasti dan
benteng terhadap kapasitas vital paru murid SD Negeri Se-Kecamatan Bacukiki
Kota Parepare. Serta Hasil analisis uji beda kelompok permainan bola kasti
59
terhadap kapasitas vital paru dengan nilai t hitung= 6,594 (P<0,05) pada
kelompok yang sama.
Rumus prediksi(2.6)menghitung kapasitas vital paru, yaitu :
(2.6)
Keterangan:
U = Umur
T = Tinggi badan
8. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai pergerakan/perubahan tubuh yang
dilakukan oleh otot rangka yang membutuhkan energi expenditure untuk
peningkatan kebugaran dan kesehatan latihan kebugaran adalah salah satu dari
aktivitas fisik yang membutuhkan rencana, struktur dan pengulangan gerak tubuh
untuk memelihara satu atau lebih komponen dari kebugaran seseorang
(HoegerdanHoeger, 2011a). Aktivitas fisik yang sesuai dengan kriteria antara lain
baik, benar dan kondisi jasmani seseorang dan terukur dinilai dapat mencegah
terjadinya penyakit tidak menular serta mampu meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003). Pengeluaran
energi untuk aktivitas fisik harian ditentukan oleh jenis, intensitas dan durasi
aktivitas fisik. Estimasi energi yang dikeluarkan dari berbagai aktivitas fisik dapat
dihitung berdasarkan kategorinya seperti yang terlihat pada tabel berikut:
a. Untuk laki-laki: VC = 0,052T – 0,022U – 3,00
b. Untuk perempuan: VC = 0,041T – 0,018U – 2,69
60
Tabel 2.6 Kategori Tingkatan Aktivitas Fisik
Kategori Tingkatan Aktivitas Fisik
Koefisiensi Aktifitas Fisik
Pria Wanita Sedentary >1.0 – <1.4 1.00 1.00 Low Active ≥ 1.4 – < 1.6 1.11 1.12 Active ≥ 1.6 – < 1.9 1.24 1.27 Very Active ≥ 1.9 – < 2.5 1.48 1.45
Sumber : (Williams, 2002)
Aktivitas fisik rutin dapat memberikan dampak positif bagi kebugaran
seseorang, diantaranya: 1) peningkatan kemampuan pemakaian oksigen dan curah
jantung, 2) penurunan detak jantung, penurunan tekanan darah, peningkatan
efisiensi kerja otot jantung, 3) mencegah mortalitas dan morbiditas akibat
gangguan jantung, 4) peningkatan ketahanan saat melakukan latihan fisik, 5)
peningkatan metabolisme tubuh, 6) meningkatkan kemampuan otot dan 7)
mencegah obesitas (Astrand, 1992).
Pada penelitian ini, responden harus mengisi PAR-Q (Physical Activity
Readiness Questionnaire)test untuk memastikan apakah responden diijinkan
untuk melakukan tes kebugaran. PAR-Q adalah instrumen yang berisikan
sembilan pertanyaan meliputi kondisi jantung berdasarkan keterangan dokter,
rasa pusing dan nyeri saat beraktivitas serta poin lainnya yang berhubungan
dengan kesehatan (Society, 2011). Hal tersebut dilakukan untuk memastikan
bahwa kondisi responden dalam keadaan sehat dan dapat mengikuti rangkaian
penelitian hingga akhir. Sementara, penilaian aktivitas fisik menggunakan
International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). IPAQ adalah salah satu
jenis kuesioner yang digunakan untuk mengukur aktivitas fisik seseorang.
Kuesioner ini berisikan pertanyaan tentang jenis aktivitas durasi dan frekuensi
seseorang melakukan aktivitas fisik dalam jangka waktu tertentu misalnya dalam
61
7 hari terakhir (IPAQ, 2005). Berbagai aktivitas fisik tersebut dikelompokkan
menjadi aktivitas ringan, aktivitas sedang, aktivitas berat. Pengukuran aktivitas
fisik bisa dilakukan dengan mengukur banyaknya energi yang
dikeluarkan/dibutuhkan pada setiap menit kegiatan (WHO, 2005). Kelebihan
metode pengukuran aktivitas fisik dengan menggunakan metode IPAQ adalah
memiliki ketelitian yang tinggi, mudah digunakan khususnya pada orang dewasa,
perhitungannya berdasarkan jumlah energi yang dikeluarkan/dibutuhkan tubuh
dari setiap bobot kegiatan fisik oleh tubuh/hari (HarikeduadanTando, 2012).
Sebagai standar adalah banyaknya energi yang dikeluarkan oleh tubuh dalam
keadaan istirahat duduk yang dinyatakan dalam satuan METs. METs merupakan
kelipatan dari resting metabolik rate (RMR) dimana 1 METs adalah energi yang
dikeluarkan per menit/kg BB orang dewasa (1 METs = 1,2 kkal/menit aktivitas
fisik dinyatakan dalam skor yaitu METs-min sebagai jumlah kegiatan setiap
menit). IPAQ menetapkan skor aktivitas fisik berdasarkan rumus (2.5), seperti
berikut (WHO, 2005):
(2.5)
Kategori aktivitas fisik menurut IPAQ (IPAQ, 2005):
1) Aktivitas ringan jika tidak melakukan aktivitas fisik tingkat sedang-berat <10
menit/hari atau <600METs-min/minggu
2) Aktivitas sedang terdiri dari 3 kategori :
a. ≥3 hari melakukan aktivitas fisik berat >20 menit/hari
b. ≥5 hari melakukan aktivitas sedang/berjalan >30 menit/hari
METs-min/minggu = Aktifitas berjalan (METs x durasi x frekuensi hari/minggu) + Aktifitas sedang (METs x durasi x frekuensi hari/minggu) + Aktifitas berat (METs x durasi x frekuensi hari/minggu)
62
c. ≥5 hari kombinasi berjalan intensitas sedang, aktivitas berat minimal>600
METs-min/minggu
3) Aktivitas berat (2 kategori)
a. Aktivitas berat >3 hari dan dijumlahkan >1500 METs-min/minggu
b. .≥7 hari berjalan kombinasi dengan aktivitas sedang/berat dan total METs
>3000 METs-min/minggu.
Hasil penelitian yang dilakukan Hapsari (2007) pada atlet sebuah sepak bola
juga menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan
kebugaran atlet tersebut. Menurut Sharkley (2013) aktivitas fisik yang dilakukan
secara teratur dinilai mampu mengurangi beban kerja jantung yang berat.
Sehingga lebih efisien dalam menghasilkan kebugaran terutama pada ketahanan
kardiorespiratori.Hasil ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Güvenç
(2011) pada remaja turki juga menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang cukup
pada masa anak-anak dan remaja membawa pengaruh yang sangat besar terhadap
kesehatan dan kebugaran fisik, baik untuk jangka pendek maupun jangka
panjang. Aktivitas fisik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebugaran
pada usia muda, usia dewasa dan lansia nantinya (Alpay Güvenç dkk., 2011).
Berdasarkan hasil review juga diperoleh bahwa aktivitas fisik berhubungan
dengan kebugaran seseorang. semakin sering seseorang melakukan aktivitas fisik,
maka kondisi tubuhnya akan menjadi bugar. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Sari (2014), yang menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik
dengan kebugaran (P=0,0001).Hasil penelitian lain yang dilakukan Sugiarsih
(2012) dengan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan (p<0,05) antara kecukupan gizi besi, frekuensi olahraga terhadap
kebugaran (Sugiarsi, 2012).
63
Intervensi yang dapat dilakukan untuk peningkatan kebugaran mahasiswa
melalui peningkatan aktivitas fisik. Frekuensi yang dianjurkan adalah 1-3
kali/minggu dengan durasi 20-30menit seperti yang dilakukan mahasiswa IPB.
Dari penelitian tersebut diperoleh hasil uji korelasi Spearman menunjukkan
bahwa frekuensi olahraga 1-3 kali/minggu (aktivitas fisik) memiliki hubungan
positif dengan daya tahan kardiorespirasi mahasiswa (PutradanAmalia, 2014).
Hasil ini juga didukung oleh penelitian Kay L Cox (2004) bahwa terjadi
peningkatan daya tahan kardiorespirasi pada kelompok laki-laki dewasa yang
melakukan olahraga atau aktivitas fisik secara rutin dibandingkan dengan
kelompok yang tidak melakukannya (Kay L Cox dkk., 2004).
D. Kerangka Teori
Berdasarkan teori yang telah peneliti jelaskan diatas, faktor - faktor yang
mempengaruhi kebugaran diantaranya IMT dan persen lemak tubuh (Pribis dkk.,
2010). Faktor risiko lain yang mempengaruhi kebugaran adalah aktivitas fisik dan
kapasitas vital paru (HoegerdanHoeger, 2014) serta merokok (Aula, 2010). Asupan
zat gizi seperti karbohidrat (Fatmah, 2011, Wilkins, 2007), protein, lemak, air serta
vitamin dan mineral ikut serta dalam mempengaruhi kebugaran seseorang (Fatmah,
2011). Hal tersebut juga ditambahkan oleh Boyle dan Long (2010) bahwa asupan zat
gizi mempengaruhi kebugaran seseorang. Faktor yang juga mempengaruhi kebugaran
antara lain : usia, jenis kelamin dan pendidikan (Prabowo, 2014). Sehingga dari hasil
penggabungan teori tersebut, diperoleh kerangka teori berikut ini:
64
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Kebugaran
Umur Vitamin &
Mineral
Air Lemak Protein Karbohidrat
Persen Lemak Tubuh
Indeks Massa Tubuh
Pendidikan
Status Merokok
Kapasitas Vital Paru-
paru
Aktivitas Fisik
Jenis Kelamin
61
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan pada bab II, diperoleh
kerangka konsep berikut ini :
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kebugaran diantaranya umur, status
gizi berdasarkan indeks massa tubuh dan persen lemak tubuh, pendidikan, asupan
Indeks Massa Tubuh
Persen Lemak Tubuh
Karbohidrat
Protein
Lemak
Vitamin B1
Zat Besi
Mangan
Kebugaran
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Aktivitas Fisik
Kapasitas Vital Paru
Status Merokok
gizi, perilaku merokok, aktivitas fisik dan kapasitas vital paru. Namun, tidak semua
faktor dijadikan peneliti sebagai variabel independen. Variabel yang tidak diteliti
yaitu: variabel air, umur dan pendidikan. Konsumsi air tidak diikutsertakan dalam
variabel yang diteliti karena berkaitan dengan pengukuran status hidrasi seseorang
yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Pada penelitian ini, variabel umur dan
pendidikan termasuk dalam variabel yang tidak diteliti karena kriteria inklusi
responden yang sudah ditetapkan yaitu mahasiswa berusia 19- 22 tahun dan berstatus
mahasiswa aktif (S1) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, sehingga variabel ini dianggap homogen.
Kebugaran diperoleh melalui pengukuran volume oksigen maksimal
berdasarkan rumus VO2maks untuk metode 20m shuttle run test yang dipengaruhi
oleh nilai indeks massa tubuh, umur dan total lap yang berhasil di tempuh responden
dalam tes. Baik buruknya kebugaran seseorang, secara langsung berhubungan
dengan oleh asupan gizi.berupa makronutrien karbohidrat, protein, lemak dan air)
maupun mikronutrien (vitamin dan mineral). Selain itu, indeks massa tubuh yang
diperoleh dari perbandingan berat badan dan tinggi badan serta total persen lemak
tubuh juga memiliki kontribusi dalam menentukan kebugaran seseorang. Dalam
penelitian ini, VO2maks merupakan standar pengukuran kebugaran seseorang
dimana tempo tercepat seseorang dapat menggunakan oksigen selama berolahraga
akan meningkatkan pemakaian oksigen oleh tubuh. Pemakaian oksigen seseorang
selama beraktivitas (aktivitas fisik) diperoleh berdasarkan hasil pengukuran kapasitas
vital paru dan status merokok yang mempengaruhi kebugaran.
Kebugaran dalam kaitannya dengan indeks massa tubuh, merupakan sebuah
cerminanan status gizi seseorang yang mengidentifikasikan jaringan adipose
berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Kelebihan berat badan pada jaringan
adipose tersebut disebabkan oleh penumpukan lemak akibat dari tingginya persen
lemak tubuh yang berujung pada masalah status gizi, yaitu obesitas. Status gizi yang
baik dapat diperoleh dengan asupan gizi berupa makronutrien (karbohidrat, protein,
lemak dan air), maupun mikronutrien (vitamin dan mineral) yang baik dan seimbang
dalam kehidupannya. Aktivitas fisik juga memiliki peran dalam pengukuran
kebugaran seseorang karena pada saat beraktivitas otot rangka yang melakukan
aktivitas secara teratur dan terukur mampu memberikan pengaruh secara langsung
maupun tidak langsung terhadap fungsi organ tubuh yang lain, serta mampu
meningkatkan kapasitas vital paru. Status merokok berpengaruh dalam penilaian
kebugaran seseorang karena zat yang terkandung didalam rokok, seperti tar, nikotin,
karbon monoksida dan banyak lainnya akan menghambat aktivitas hemoglobin
dalam mengangkut oksigen ke jaringan. Hal ini disebabkan karena terbentuknya
oksigenasi, sehingga kemampuan hemoglobin menurun dan oksigen lambat sampai
ke jaringan sehingga mempengaruhi kebugaran seseorang.
64
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala Ukur Variabel Dependen
1 Kebugaran Nilai volume oksigen maksimal yang diperoleh melalui pengukuran kebugaran dengan menggunakan metode 20 m shuttle run test
Metode 20 m shuttle run test (lari bolak-balik sejauh 20m)
Mengukur VO2maks menggunakan rumus : VO2 maks = 61,1 – 2,2 (G) – 0,462 (A) – 0,862 (BMI) +0,192 (TL)
1. Tidak bugar (<25.0 – 33.7)
2. Bugar (33,8 – 42,5)
Ordinal
Independen 2 Indeks Massa
Tubuh Pemantauan status gizi mahasiswa yang dihitung dari perbandingan berat badan (Kg) dibagi dengan tinggi badan (m) kuadrat
1. Timbangan berat badan
2. Alat ukur tinggi badan (Microtoise)
Pengukuran Anthropometric
1. Kurang, jika <18,5 Kg/m2
2. Normal, jika 18,5 – 24,9
3. Lebih, Jika ≥ 25,0 Kg/m2
Ordinal
3 Persen Lemak Tubuh
Persen massa lemak daritotal berat badan mahasiswa
BIA (Bioelectrical Impedance Analysis)
Pengukuran dengan alat BIA2 pod
1. Kurang, Jika <15% dan
2. Normal, Jika 15%-23%
3. Lebih, Jika >23%
Ordinal
4 Asupan Karbohidrat
Jumlah rata-rata konsumsi karbohidrat baik dari sumber makanan, minuman ataupun suplemen dalam 24 jam selama tiga hari selang-seling
Kuesioner record dan recall 3 X 24 jam
Perhitungan recall 3 X 24 jam
1. Kurang, Jika <80% 2. Cukup, Jika asupan
≥ 80%
Ordinal
65
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala Ukur 5 Asupan
Protein Jumlah rata-rata konsumsi protein baik dari sumber makanan, minuman ataupun suplemen dalam 24 jam selama tiga hari selang-seling
Kuesioner record dan recall 3 X 24 jam
Perhitungan recall 3 X 24 jam
1. Kurang, Jika <80% 2. Cukup, Jika asupan
≥80%
Ordinal
6 Asupan Lemak
Jumlah rata-rata konsumsi Lemak baik dari sumber makanan, minuman dalam 24 jam selama tiga hari selang-seling
Kuesioner record dan recall 3 X 24 jam
Perhitungan recall 3 X 24 jam
1. Kurang, Jika <80% 2. Cukup, Jika asupan
≥80%
Ordinal
7 Asupan Vitamin B1
Jumlah rata-rata konsumsi vitamin B1 baik dari sumber makanan, minuman dalam 24 jam selama tiga hari selang-seling
Kuesioner record dan recall 3 X 24 jam
Perhitungan recall 3 X 24 jam
1. Kurang, Jika <70% 2. Cukup, Jika asupan
≥70%
Ordinal
8 Asupan Zat Besi
Jumlah rata-rata konsumsi Zat Besi baik dari sumber makanan, minuman dalam 24 jam selama tiga hari selang-seling
Kuesioner record dan recall 3 X 24 jam
Perhitungan recall 3 X 24 jam
1. Kurang, Jika <70% 2. Cukup, Jika asupan
≥70%
Ordinal
9 Asupan Mangan
Jumlah rata-rata konsumsi Mngan, minuman dalam 24 jam selama tiga hari selang-seling
Kuesioner record dan recall 3 X 24 jam
Perhitungan recall 3 X 24 jam
1. Kurang, Jika <70% 2. Cukup, Jika asupan
≥70%
Ordinal
66
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala Ukur 10 Status
Merokok Keterangan yang diperoleh dari individu terkait status merokok
Kuesioner Hasil wawancara terkait status merokok atau tidak merokok
1. Ya 2. Tidak
Ordinal
11 Kapasitas Vital Paru
Kemampuan paru-paru maksimal untuk mengeluarkan udara setelah melakukan inspirasi secara maksimal
Spirometri VC laki-laki = 0.052 (T) – 0.022 (U) – 3.00 VC perempuan = 0.041(T) – 0.018 (U) – 2.69 (P)
Jumlah volume maksimal paru-paru setelah melakukan inspirasi maksimal dalam satuan ml
Rasio
12 Aktivitas Fisik
Nilai aktivitas selain rutinitas yang dilakukan dalam frekuensi dan durasi tertentu
Kuesioner aktivitas fisik yang diadaptasi dari International Physical Activity Quetionnaire
METs-min/minggu = Aktifitas berjalan (METs x durasi x frekuensi hari/minggu) + Aktifitas sedang (METs x durasi x frekuensi hari/minggu) + Aktifitas berat (METs x durasi x frekuensi)
Jumlah aktivitas fisik yang dilakukan dengan menggunakan rumus METs-dalam satuan min/minggu
Rasio
67
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kebugaran pada mahasiswa Program
Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015.
2. Ada hubungan antara status gizi berdasarkan indeks massa tubuh dengan
kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2015.
3. Ada hubungan antara status gizi berdasarkan persen lemak tubuh dengan
kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2015.
4. Ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan kebugaranpada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2015.
5. Ada hubungan antara asupan protein dengan kebugaran pada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2015.
6. Ada hubungan antara asupan lemak dengan kebugaran pada mahasiswa Program
Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015.
7. Ada hubungan antara asupan vitamin B1 dengan kebugaran pada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2015.
8. Ada hubungan antara asupan zat besi dengan kebugaran pada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2015.
68
9. Ada hubungan antara asupan mangan dengan kebugaranpada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2015.
10. Ada hubungan antara status merokok dengan kebugaranpada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2015.
11. Ada hubungan antara kapasitas vital paru dengan kebugaran pada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2015.
12. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaranpada mahasiswa Program
Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi dengan jenis penelitian
analitik melalui pendekatan kuantitatif yang menggunakandesain studi Cross
Sectional karena pengambilan data dari variabel independennya, yaitu: status gizi
berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Persen Lemak Tubuh, Asupan Gizi, Status
Merokok, Kapasitas Vital Paru dan Aktivitas Fisik dengan variabel Kebugaran
dilakukan pada saat yang bersamaan. Desain ini digunakan karena mudah dalam
pelaksanaannya, sederhana, murah, efisien dalam hal waktu dan hasilnya diperoleh
dengan cepat serta dapat digunakan untuk meneliti banyak variabel sekaligus
(Sostroasmoro, 2014). Pada desain ini juga tidak dijumpai hambatan berupa
pembatasan, terutama yang berkaitan dengan subjek penelitian (Sumantri, 2011).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januarisampai Juni 2015 di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel merupakan salah satu aspek penting yang berpengaruh
dalam terlaksananya sebuah penelitian. Adapun populasi dan sampel dalam penelitian
ini, sebagai berikut :
1. Populasi
Populasi penelitian adalah sejumlah sasaran atau subjek penelitianyang
memiliki karakteristik tertentu (Sostroasmoro, 2014). Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang berstatus aktif sebagai mahasiswa periode 2014/2015 diketahui
berjumlah 430orang.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan
cara tertentu sehingga mampu merepresentasikan populasinya (Sostroasmoro,
2014). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini terbagi atas kriteria inklusi
dan eksklusi, yaitu :
a. Kriteria Inklusi :
1) Mahasiswa berusia usia 19-22 tahun yang berstatus aktif sebagai
mahasiswa periode 2014-2015
2) Tekanan darah Sistolik tidak > 160 mmHg dan Diastolik tidak >100
mmHg karena kondisi ini akan membahayakan responden saattes
kebugaran berlangsung.
b. Kriteria Eksklusi
1) Memiliki riwayat penyakit paru seperti Asma, TBC, Pneumonia, Pleura
dan Bronkhitis, karena akan berakibat terhadap lemahnya daya tahan
tubuh untuk melakukan 20 m Shuttle run test
2) Memiliki riwayat penyakit jantung seperti PJK, Gagal jantung, Jantung
bawaan dan Kardiomiopati.
3. Besar Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus
uji hipotesis koefisien korelasi. Perhitungan besar sampel untuk uji hipotesis
koefisien korelasi didasarkan pada transformasi Fisher, berikut ini :
ζ = 0,5𝑙𝑙𝑙𝑙 �1 + 𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟�
ζ = Koefisien Fisher
𝑟𝑟 =Koefisien korelasi antara kapasitas vital parudengan kebugaran
cardiorespiratoryaerobik mahasiswa(Magutah, 2013).
Berdasarkan rumus tersebut maka dengan r = 0,49(Magutah, 2013). Maka
ζ yang didapatkan adalah 0.536 kemudian dihitung dengan rumus:
𝑙𝑙 = �z1−∝2
+ z1−β
ζ�
2
+ 3
n = Jumlah sampel
z1−∝2 = 1.96 (tingkat kepercayaan 0.5%)
z1−β = 1.28 (kekuatan uji 90%)
ζ = Koefisien Fisher0,536 hasil perhitungan dengan r sebesar 0.49
Berdasarkan hasil Perhitungan sampel diatas, diperoleh jumlah sampel
minimal sebanyak40 responden. Dengan mempertimbangkan kriteria inklusif
dan ekslusi, maka peneliti memutuskan untuk memperbesar sampel yakni 50%
responden dari total sampel yaitu sebanyak 20 orang. Sehingga total sampel
pada penelitian ini berjumlah 60 responden.
4. Teknik Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
proportional sampling, yaitu metode penentuan sampel yang dilakukan pada
populasi yang terdiri dari kategori, kelompok atau golongan yang setara dan
diduga berpengaruh pada hasil penelitian (Sugiyono, 2007).Hasil pembagian
sampel dari masing-masing angkatan adalah seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Pembagian Sampel
Angkatan Jumlah Responden
2011 132 / 430 x 60 = 19 2012 102 / 430 x 60 = 14 2013 92 / 430 x 60 = 13 2014 104 / 430 X 60 = 14
Total 60
Sampel setiap angkatan diambil secara random yang sesuai dengan
jumlah responden yang dibutuhkan. Dari 60 orang yang terpilih berdasarkan
kriteria, apabila responden yang tidak sesuai kriteria akan segera dilakukan drop
out dan dilakukan pemilihan responden kembali dengan pengocokan hingga
menemukan responden yang sesuai kriteria.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data akan dilakukan oleh 4 orang mahasiswa peminatan Gizi
Kesehatan Masyarakat yang telah memiliki keterampilan dalam pengumpulan data di
bidang gizi. Pengukuran meliputi pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan,
dan persen lemak tubuh), pengukuran status merokok dengan wawancaraserta
wawancara kuesioner (data diri, food recall 24 jam dan aktivitas fisik) responden yang
telah diuji kebugaran sebelumnya. Masing-masing enumerator akan memantau
duaorang responden dalam setiap tes nya. Pengumpulan data dalam penelitian ini,
meliputi :sumber data, alur pengumpulan data dan instrumen yang digunakan dalam
penelitian.
1. Sumber data
a. Data Primer
Data primer yang langsung diperoleh dalam penelitian adalah
pengukuran status gizi dengan anthropometric (tinggi dan berat badan), persen
lemak tubuh dengan menggunakan BIA (Bioelectrical Impedance Analysis)2
pod, asupan gizi dengan wawancara recall 24 jam, aktivitas fisik dengan
kuesioner IPAQ dan kapasitas vital paru dengan menggunakan spirometer.
b. DataSekunder
Data sekunder yang diperoleh adalah data mengenai profil dan jumlah
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta periode 2014/2015 yang diperoleh dari bagian Program Studi.
2. Alur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan membagi atas tiga tahap, yaitu
pengukuran anthropometric, pengisian kuesioner (data diri dan IPAQ), hasil
record dan recall3 x 24 jam, tes kapasitas vital paru dengan spirometerdan tes
kebugaran dengan 20 m shuttle run test. Berikut alur pengumpulan data :
a. Sebelum penelitian dimulai, responden dikumpulkan dalam suatu tempat
yang kondusif untuk mengumpulkan data.
b. Kemudian, responden diminta kesediaannya untuk mengisi kuesioner PAR-
Q untuk mengetahui kondisi kesehatan sekaligus kesanggupan responden
dalam mengikuti tes kebugaran. Apabila responden tidak memenuhi kriteria
yang sudah ditentukan, maka akan dilakukan drop out terhadap responden
tersebut dan peneliti segera mencari responden lain yang sesuai kriteria
dalam jumlah yang sama.
c. Bagian pertama adalah tahap pengisian data diri dan pengukuran tekanan
darah dengan menggunakan tensi meter, wawancara terkait status merokok
responden. Kemudian, berlanjut pada pengukuran pengukuran
anthropometric (Berat badan dan tinggi badan) dan persen lemak tubuh
dengan menggunakan alat yaitu BIA.
d. Bagian kedua dalam alur pengumpulan data ini adalah pengumpulan hasil
recorddan melakukan recallmakanan dan recall aktivitas fisik dengan
kuesioner IPAQ serta pengukuran kapasitas vital paru dengan menggunakan
alat spirometer.
e. Selanjutnya, bagian ketiga dilakukan tes kebugaran dengan menggunakan
metode 20 m shuttle run test.
Setelah data seluruh responden tercatat, maka peneliti akan kembali
melakukan pengecekan kuesioner yang telah terisi untuk menghindari kesalahan
ataupun kekurangan dalam pengisian, sekaligus membuat persetujuan dan
perjanjian untuk pertemuan dihari lain terkait record dan recallmakanan dalam
dua pertemuan mendatang.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan standar
prosedur uji kebugaran, sebagai berikut:
a. Kuesioner penelitian yang berisi pendahuluan dan kolom data diri dan
prosedur pengumpulan data serta kolom hasil pengukuran Anthropometri.
b. Kuesioner PAR-Q untuk mengetahui kesanggupan responden mengikuti tes
kebugaran.
c. Form record 24 jam yang diisi oleh responden berdasarkan makanan yang
dikonsumsinya.
d. Form recall 24 jam yang diisi oleh petugas.
e. Form aktifitas fisik menggunakan International Physical Activity
Questionnaire Short Form (IPAQ-SF).
f. Alat pengukuran persen lemak tubuh BIA 2 pod merk Om ron dengan
ketelitian 1%.
g. Spirometer .
h. Tensi meter merk clever check yang sudah dikalibrasi.
i. Timbangan berat badan merk Seca dengan ketelitian 0.1 Kg.
j. Pengukuran tinggi badan merk Seca dengan ketelitian 0.1 cm.
k. Alat pemutar musik (berupa CD Bleep test).
l. Tari ukur / meteran dan alat tulis.
m. Alat pengukur waktu (stopwatch).
n. Speaker Active Portable.
o. Lintasan datar yang tidak licin sepanjang minimal 22 meter.
p. Pembatas lintasan (cones) berbentuk kerucut sebanyak 10 buah.
4. Pengukuran
Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Data anthropometric
Data anthropometric pada penelitian ini berupa data berat badan (kg)
dan tinggi badan (m2) yang kemudian diolah menjadi data status gizi
berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Hasil IMT didapatkan dari
pembagian antara berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m2) dan
menghasilkan IMT (kg/m2). Selanjutnya, hasil perhitungan IMT tersebut
dikategorikan sesuai kategori IMT.
1) Kuesioner
Kuesioner pada penelitian ini terbagi atas beberapa bagian. 1)
Bagian pertama berisikan data karakteristik individu, yaitu : nama
lengkap, usia responden, tanggal lahir responden serta PAR-Q Test
yang akan diisi sendiri oleh responden. 2) Bagian kedua pada
kuesioner adalah pengukuran dan pencatatan hasil anthropometric dan
persen lemak tubuh yang akan diisi oleh petugas penelitian 3) Bagian
ketiga kuesioner yang berisikan kuesioner aktivitas fisik yang
merupakan adaptasi dari kuesioner International Physical Activity
Questionnaire (IPAQ)(WHO, 2005).
2) Bioelectrical Impedance Analyses (BIA)
Data status gizi pada penelitian ini selain anthropometric
adalah persen lemak tubuh yang diukur menggunakan alat BIA 2pod.
Pengukuran dilakukan oleh peneliti dan petugas yang membantu yang
dilakukan setelah pengisian kuesioner. Persen lemak tubuh digunakan
untuk menentukan status gizi responden yang berkaitan dengan
kebugaran pada mahasiswa tersebut.
b. Data Kebugaran
Data primer kebugaran dikumpulkan dengan pengukuran kebugaran
menggunakan metode 20 m shuttle run test berupaNilai VO2maks.
Responden diminta untuk berlari bolak-balik dengan jarak 20m sesuai
dengan irama yang dibunyikan menggunakan peluit petugas. Selama tes
20m shuttle run berlangsung, petugas pengumpul data menghitung jumlah
lap yang berhasil responden capai hingga responden tersebut tidak mampu
untuk untuk berlari lagi atau merasa kelelahan atau responden tertinggal
sebanyak 2 lap secara berturut-turut. Dalam satu kali tes ini dapat dilakukan
oleh 7-8 responden sekaligus. Adapun prosedur yang perlu dipatuhi oleh
peserta tes kebugaran adalah:
1) Peserta diperiksa dalam kondisi tidak gelisah, tenang dan cukup tidur
sebelum tes dilakukan
2) Makan pagi secukupnya dan makan 2-3 jam sebelum tes
3) Tidak boleh berolahraga 24 jam sebelum tes dilakukan
4) Tidak boleh merokok sekurang-kurangnya 30 menit sebelum tes
dilakukan
5) Tidak boleh mengonsumsi obat-obatan selama 24 jam sebelum tes
6) Menggunakan baju olahraga dan sepatu olahraga
Instrumen yang digunakan berupa stopwatch, tali, pemutar musik,
lintasan serta lembar checklist yang berisikan level dan jumlah shuttle yang
harus ditempuh dalam setiap level. Pelaksanaan 20 m shuttle run testseperti
berikut:
1) Tes lari mengikuti hitungan bleep, peserta tes mulai berlari/jogging,
dari garis pertama ke garis
2) Kecepatan berlari harus diatur konstan dan tepat tiba di garis, lalu
berbalik arah (pivot) ke garis asal. Jika peserta tes sudah sampai di
garis sebelum terdengar bunyi bleep, peserta tes harus menunggu di
belakang garis, dan baru berlari lagi saat bunyi bleep. Begitu
seterusnya, peserta tes berlari bolak-balik sesuai dengan irama bleep.
3) Lari bolak-balik ini terdiri dari beberapa tingkatan (level). Setiap
tingkatan terdiri dari beberapa balikan (shuttle). Setiap level ditandai
dengan 3 kali bleep (seperti tanda turalit), sedangkan setiap shuttle
ditandai dengan satu kali bleep.
4) Peserta tes berlari sesuai irama bleep sampai tidak mampu mengikuti
kecepatan irama tersebut (pada saat bleep terdengar, peserta tes belum
sampai di garis). Jika dalam 2 kali berturut-turut peserta tes tidak
berhasil mengejar irama bleep, maka peserta tes tersebut dianggap
sudah tidak mampu mengikuti tes, dan peserta tersebut harus berhenti.
Lakukan pendinginan dengan cara berjalan, jangan langsung
berhenti/duduk.
c. Data Status Merokok
Data tentang status merokok diperoleh melalui wawancara dan
pengisian kuesionerberupa pengakuan responden terkait status merokok
tersebut.
d. Data Aktivitas Fisik
Data tentang aktivitas fisik diperoleh melalui wawancara dengan
memberikan kuesioner International Physical Activity Questioner Short
Form (IPAQ-SF) kepada responden. Pada variable aktivitas fisik,
pengukuran menggunakan instrumen berstandar international yaitu IPAQ-
SF dengan tingkat validitas (r= 0,40) (Lee dkk., 2011) dan reabilitas yang
cukup besar yaitu 0,70–0,87 (Papathanasiou dkk., 2009). Oleh sebab itu,
kuesioner IPAQ pada penelitian ini sudah dapat digunakan tanpa melalui
tahap uji validitas dan reabilitas kembali.
Kuesioner tersebut terdiri dari beberapa pertanyaan tentang aktivitas
fisik, yaitu waktu olah raga, waktu luang, aktivitas disekolah, dan aktivitas
kesenangan lainnya dalam satu minggu. Aktivitas fisik yang dilakukan
ditanyakan frekuensinya dalam satu minggu dan berapa menit dalam satu
kali mereka melakukan aktivitas tersebut. Setelah itu seluruh aktivitas yang
pernah dilakukan dalam satu minggu dijumlahkan seluruhnya. Nilai total
aktivitas fisik dapat dilihat dalam MET-s menit/minggu yang berdasarkan
pada penjumlahan dari aktivitas berjalan, sedang dan berat. Kategori rendah
(jika jumlah aktivitas fisik yang dilakukan < 600 dalam menit), sedang
(jumlah aktivitas fisik yang dilakukan > 600 dalam menit) dan berat (jika
jumlah aktivitas fisik yang dilakukan >3000 dalam menit)(IPAQ, 2005).
e. Data Kapasitas Vital Paru
Pengukuran kapasitas vital paru yang dilakukan dengan menggunakan
alat Spirometer dan kemudian hasil dari tes tersebut dicatat dan dihitung
sehingga mendapatkan hasil yang sudah dikategorikan.
f. Data Asupan Gizi
Pengukuran asupan gizi pada penelitian ini menggunakan beberapa
instrumen berupa :
1) Kuesioner Food Record dan Recall 3x24 Jam
Data asupan gizi responden diketahui dengan kombinasi metode
record dan recall 24 jam yang dilakukan selama 3 hari dalam waktu
yang berlainan.Record dilakukan oleh responden itu sendiri dan Recall
dilakukan oleh mahasiswi peminatan Gizi kesehatan
Masyarakat.Metode recall ini berupa wawancara menanyakan makanan
yang responden konsumsi selama 24 jam sebelum wawancara
dilakukan serta takaran konsumsinya. Sebelum wawancara dimulai,
hasil Record responden akan diminta oleh petugas recall atau peneliti
guna mencocokkan hasil recall yang akan berlangsung dengan hasil
record responden sehari sebelum recall dilakukan. Selain itu, pada saat
wawancara Recall, peneliti menggunakan Food modelsebagai panduan
dalam menentukan besar porsi makanan yang dikonsumsi responden.
Food model merupakan alat tiga dimensi yang menyerupai bentuk dan
ukuran yang sama makanan sesungguhnya. Alat ini memudahkan
responden untuk memperkirakan besar, bentuk serta jumlah porsi
makanan yang mereka makan sehari-hari.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi bias dari kekuatan ingatan responden.
Selanjutnya, hasil Recall 24 jam segera diketik dan diolah dengan menggunakan
software yaitu Nutrisurvey 2007 (versi Indonesia). Sehingga segera diperoleh
jumlah zat gizi yang responden konsumsi dalam satuan gr.
E. Teknik Manajemen dan Analisa Data
1. Penyuntingan
Penyuntingan atau editing data terhadap kuesioner selama proses
pengumpulan data untuk memeriksa kelengkapan kuesioner. Sehingga, apabila
ditemukan data yang salah atau meragukan dapat terdeteksi dan segera
ditanyakan kembali kepada responden yang bersangkutan.
2. Entri data
Entri data dilakukan dengan menggunakan template yang dibuat
menggunakan software yaitu Microsoft Office Exceldan disertai dengan
pengecekan selama entri data untuk menghindari kesalahan dalam memasukkan
data ke dalam software. Kemudian, data diproses lebih lanjut di dalam
softwarepengolah data untuk dilakukan analisis data.
3. Transformasi Data/Recode
Setelah dilakukan pembersihan data, maka dilakukan transformasi data
berupa pengkodean ulang/recode terhadap variabel sesuai dengan kebutuhan
penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengklasifikasikan data yang diperoleh
sesuai dengan tujuan penelitian.
4. Koreksi
Selanjutnya dilakukan pembersihan data atau pengecekan kembali untuk
memastikan tidak ada kesalahan dalam melakukan entry. Pembersihan data
perlu dilakukan untuk membersihkan data darikesalahan yang mungkin terjadi.
Dalam pembersihan data biasanya dilakukan pengecekan ulang dengan melihat
distribusi frekuensi variabel dan menilai kelogisan serta konsistensinya.
F. Analisis data
1. Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi dari
masing-masing variabel. Pada analisis ini, tabel distribusi data digunakan untuk
mengetahui sebaran nilai dari hasil pengukuran yang meliputi variabel dependen
(Kebugaran) dan variabel independen (status gizi berdasarkan persen lemak
tubuh, asupan zat gizi m seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin B1, zat besi
dan mangan, status merokok, kapasitas vital paru danaktivitas fisik).
2. Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk membuktikan hipotesis penelitian, yaitu
mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Analisis data yang digunakan yaitu uji statistik non parametrik Mann Whitney
dan chi square. Uji Mann Whitney dilakukan untuk mengetahui derajat atau
keeratan hubungan antara variabel numerik dan kategorik. Adapun variabel
yang menggunakan uji non parametrik Mann Whitney adalah variabel kapasitas
vital paru dan aktivitas fisik.
Sementara, variabel yang dianalisis dengan menggunakan uji chi
squareyaitu variabel status gizi berdasarkan IMT, status merokok dan asupan
zat gizi (seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin B1, zat besi dan mangan)
dengan variabel dependen (kebugaran). Melalui uji statistik chi-square akan
diperoleh nilai p, dimana dalampenelitian ini digunakan tingkat kemaknaan (α)
= 0,05 yaitu jika diperoleh nilaip≤0,05, berarti ada hubungan yang signifikan
antara variabel independen dandependen, dan jika diperoleh nilai p>0,05, maka
tidak ada hubungan yangsignifikan antara variabel independen dan dependen.
Dalam penelitian ini,semua variabel independen terdiri dari dua kategori, maka
nilai p dapat dilihatdari nilai pearson pada uji chi-square.Untuk melihat
kekuatan hubungan antara variabel dependen danindependen maka dilihat nilai
Odds Ratio (OR). Bila nilai OR = 1 artinya tidakada hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Jika nilaiOR<1 artinya variabel
independen sebagai faktor protektif terhadap variabeldependen dan jika OR>1
artinya variabel independen sebagai faktor risikoterhadap variabel dependen.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Analisis univariat pada penelitian ini menggambarkan distribusi frekuensi dari masing-
masing variabel yang diteliti, baik variabel dependen (Kebugaran) dan variabel independen
(jenis kelamin, status gizi berdasarkan IMT dan persen lemak tubuh, status merokok,
kapasitas vital paru, aktivitas fisik, asupan zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak,
vitamin B1, zat besi dan mangan) pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
1. Gambaran Distribusi Kebugaranpada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
Gambaran distribusi kebugaran mahasiswa dilihat dari nilai volume oksigen
maksimal (VO2maks) seperti pada tabel 5.1. berikut :
Tabel 5.1 Distribusi Kebugaran Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015
Kebugaran n % CI% Tidak Bugar 43 71,7 1,56 – 1,96
Bugar 17 28,3 0,97 – 1,08 Total 60 100
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 60 mahasiswa di Prodi Kesehatan
Masyarakat, sebagian besar masuk dalam kategori tidak bugar yakni sebesar 71,7%.
Hasil di atas juga menunjukkan bahwa laki-laki memiliki kebugaran lebih tinggi
dibandingkan perempuan.
2. Gambaran Distribusi Status Gizi pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
a. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Status gizi mahasiswa pada penelitian ini diukur dengan menggunakan
metode antropometri, yaitu indeks massa tubuh (IMT) dan persen lemak tubuh.
Gambaran distribusi IMT mahasiswa seperti yang terlihat pada tabel 5.2 berikut:
Tabel 5.2 Distribusi Status Gizi Berdasarkan IMT pada Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015
Indeks Massa Tubuh n % CI% Kurang 9 15 0,88 – 1,56 Normal 46 76,7 1,17 – 1,44 Lebih 5 8,3 0,64 – 1,76 Total 60 100
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 60 mahasiswa di Prodi
Kesehatan Masyarakat, sebagian besarIMT mahasiswa masuk dalam kategori
normal yaitu sebesar 76,7%.
b. Persen Lemak Tubuh
Persen lemak tubuh merupakan indikator lain sebagai penentu status gizi
mahasiswa selain IMT. Berikut distribusi persen lemak tubuh pada tabel 5.3 :
Tabel 5.3 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Persen Lemak Tubuh pada Mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015
Indeks Massa Tubuh n % CI% Kurang 12 20 1,35 – 1,98 Normal 23 38,3 1,18 – 1,61 Lebih 25 41,7 1,71 – 2,01 Total 60 100
Berdasarkan tabel 5.3 di atas, diketahui bahwa dari 60 mahasiswa, 41,7%
diantaranya memiliki persen lemak tubuh yang lebih yaitu sebesar.
3. Gambaran Distribusi Asupan Zat Gizi pada Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat
Data terkait gambaran asupan zat gizi pada mahasiswa diperoleh dari akumulasi
food recall 3 x 24 jam. Asupan zat gizi yang diteliti meliputi karbohidrat, protein,
lemak, vitamin B1, zat besi dan mangan. Berikut distribusi asupan zat gizi pada
mahasiswa, yaitu :
a. Asupan Karbohidrat
Hasil univariat gambaran distribusi asupan karbohidrat pada mahasiswa
dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut :
Tabel 5.4 Distribusi Asupan Karbohidrat pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015
Asupan Karbohidrat n % CI% Kurang 15 25 1,58 – 2,17 Cukup 45 75 0,97 - 1,09 Total 60 100
Berdasarkan tabel 5.4 di atas, diketahui bahwa dari 60 mahasiswa di
Prodi Kesehatan Masyarakat, sebagian besar memiliki asupan karbohidrat yang
cukupsesuai dengan kebutuhan harian mahasiswa.
b. Asupan Protein
Gambaran distribusi asupan protein mahasiswa seperti pada tabel 5.5
berikut ini :
Tabel 5.5 Distribusi Asupan Protein pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015
Asupan Protein n % CI% Kurang 5 8,3 1,56 - 1,96 Cukup 55 91,7 0,64 – 1,76 Total 60 100
Dari tabel 5.5 di atas diketahui bahwa dari 60 mahasiswa di Prodi
Kesehatan Masyarakat, hampir dseluruh mahasiswa memiliki asupan protein
yang cukup yakni sebesar 91,7%.
c. Asupan Lemak
Gambaran distribusi asupan lemak pada mahasiswa seperti yang terlihat
pada tabel 5.6 berikut ini :
Tabel 5.6 Distribusi Asupan Lemak pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015
Asupan Lemak n % CI% Kurang 21 35 1,19 – 2,06 Cukup 39 65 0,91 – 1,24 Total 60 100
Berdasarkan tabel 5.6 di atas diketahui bahwa dari 60 mahasiswa di Prodi
Kesehatan Masyarakat, 65% diantaranya memiliki asupan lemak yang cukup
sesuai dengan kebutuhan hariannya.
d. Asupan Vitamin B1
Gambaran distribusi asupan vitain B1 pada mahasiswa seperti yang
terlihat pada tabel 5.7 berikut ini :
Tabel 5.7 Distribusi Tingkat Asupan Vitamin B1 pada Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015
Asupan Vitamin B1 n % CI% Kurang 17 28,3 1,40 – 2,26 Cukup 43 71,7 0,96 – 1,13 Total 60 100
Dari tabel 5.7 di atas diketahui bahwa dari 60 mahasiswa di Prodi
Kesehatan Masyarakat, 71,7% diantaranya memiliki asupan vitamin B1 yang
cukup.
e. Asupan Zat Besi
Gambaran distribusi asupan zat besi pada mahasiswa seperti yang terlihat
pada tabel 5.8 berikut ini :
Tabel 5.8 Distribusi Tingkat Asupan Zat Besipada Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015
Asupan Zat Besi n % CI% Kurang 9 15 1,35 – 2,05 Cukup 51 85 0,95 – 1,14 Total 60 100
Tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa dari 60 mahasiswa di Prodi
Kesehatan Masyarakat, sebagian besar mahasiswa memiliki asupan zat besi
yang cukup.
f. Asupan Mangan
Gambaran distribusi asupan mangan pada mahasiswa seperti yang
terlihat pada tabel 5.9 berikut ini :
Tabel 5.9 Distribusi Tingkat Asupan Manganpada Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015
Asupan Mangan n % CI% Kurang 5 8,3 1,46 – 1,95 Cukup 55 91,7 0,97 – 1,08 Total 60 100
Tabel 5.9 di atas menunjukkan bahwa dari 60 mahasiswa di Prodi
Kesehatan Masyarakat, 91,7% diantaranya memiliki asupan mangan yang
cukup.
5. Gambaran Distribusi Jenis Kelamin Mahasiswa pada Program Studi Kesehatan
Masyarakat
Gambaran distribusi mahasiswa seperti yang terlihat pada bagan 5.1berikut :
Bagan 5.1 Distribusi Jenis Kelamin pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015
Bagan 5.1 menunjukkan bahwa dari 60 mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat, yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 35% dan perempuan sebesar 65%.
35%
65%
65%
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
6. Gambaran Distribusi Status Merokok pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat
Gambaran distribusi status merokok mahasiswa seperti yang terlihat pada bagan
5.2 berikut :
Bagan 5 2 Distribusi Status Merokok pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Bagan 5.2 di atas menunjukkan bahwa dari 60 mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat, 6,70% diantaranya berstatus perokok dan 93,30% lainnya
berstatus bukan perokok.
7. Gambaran Distribusi Kapasitas Vital Parupada Mahasiswa Prodi Kesehatan
Masyarakat
Gambaran distribusi kapasitas vital paru pada mahasiswa sepertiyang terlihat
pada tabel 5.10berikut :
Tabel 5.10 Distribusi Kapasitas Vital Paru pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015 Kapasitas Vital Paru Median Min –Max
Keseluruhan 3,48 2,98 – 5,94
Berdasarkan tabel 5.10 diperoleh nilai tengah dari kapasitas vital paru mahasiswa
adalah 3,48ml. Kapasitas vital paru terendah yaitu 2,98ml dan tertinggi sebesar 5,94ml.
6.70% 93.30%
93.30%
Status Merokok
Merokok
Tidak Merokok
8. Gambaran Distribusi Aktivitas Fisikpada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
Distribusi aktivitas fisik mahasiswa digambarkan dengan nilai aktivitas fisik
berdasarkan perhitungan total skor IPAQ yang tersaji dalam satuan metabolic equivalen
(METs). Distribusi aktivitas fisik mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut ini :
Tabel 5.11 Distribusi Aktivitas Fisik pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Aktivitas Fisik Median Min –Max
Keseluruhan 1400,35 218,40 – 4472,95
Tabel 5.11 memaparkan bahwa nilai tengah dari aktivitas fisik mahasiswa adalah
1400,35 METs dengan sebaran nilai aktivitas fisik terendah yaitu 151,10 METsdan
tertinggi sebesar 2974,55 METs.
Berdasarkan IPAQ (2005), kategori aktivitas fisik terbagi atas : ringan, sedang
dan berat. Sehingga, dapat diketahui bahwa 61,7% mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat memiliki aktivitas fisik yang rendah, 33,3% memiliki aktivitas
fisik sedang dan hanya 5% mahasiswa yang memiliki aktivitas fisik yang berat.
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen (jenis kelamin, status gizi berdasarkan IMT dan persen lemak tubuh, status
merokok, kapasitas vital paru, aktivitas fisik, asupan karbohidrat, protein, lemak,
vitamin B1, zat besi dan mangan) dengan variabel dependen (kebugaran). Berdasarkan
uji Kolmogorov-Smirnov, diketahui bahwa nilai probabilitas variabel aktivitas fisik,
sebesar 0,000 (p <0,05), artinya variabel kebugaran tidak terdistribusi normal sehingga
dilakukan uji non parametrik, yakni Mann Whitneyuntuk variabel numerik dan
kategorik, serta chi squareuntuk dua variabel kategorik. Dikatakan berhubungan jika
nilai p ≤ 0,05 dan tidak berhubungan apabila p > 0,05. Berikut hasil analisis bivariat
dalam penelitian ini, antara lain:
9. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat
Hasil analisis antara jenis kelamin dengan kebugaran pada mahasiswa dapat
dilihat pada tabel 5.12 berikut ini :
Tabel 5.12 Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program
Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran Jenis Kelamin Total OR 95% C,0I P value
Laki-Laki Perempuan n % n % n %
Tidak Bugar 5 23,8 38 97,4 43 100 0,008 (0,001 – 0,076)
0,000 Bugar 16 76,2 1 2,6 17 100
Berdasarkan hasil uji statistik seperti pada tabel 5.12 di atas,diperoleh nilai p =
0,000 sehingga dapat diartikan bahwa pada α = 5% terdapat hubungan yang signifikan
antara jenis kelamin dengan kebugaran. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk
estimate diperoleh OR = 0,008 (0,001– 0,076), artinya perempuan mempunyai peluang
0,008 kali tidak bugar dibandingkan dengan laki-laki.
10. Hubungan Status Gizi dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat
a. Hubungan Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan
Kebugaran Mahasiswa
Hasil analisis tentang hubungan antara status gizi berdasarkan IMT dengan
kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut ini :
Tabel 5.13 Analisis Hubungan Status Gizi Berdasarkan IMT dengan Kebugaran pada
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran Indeks Massa Tubuh Total 95% CI P value
Kurang Normal Lebih n % n % n % n %
Tidak Bugar 7 16,3 32 74,4 4 9,3 43 100 1,77-2,08 0,938 Bugar 2 11,8 14 82,4 1 5,9 17 100 1,72-2,16
Berdasarkan hasil uji statistik seperti pada tabel 5.13 di atas, diketahui
bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi berdasarkan IMT dengan
kebugaran pada mahasiswa dengan p value =0,938(p>0,05).
b. Hubungan Status Gizi Berdasarkan Persen Lemak Tubuh dengan
Kebugaran Mahasiswa
Adapun hubungan antara status gizi berdasarkan persen lemak tubuh
dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut ini :
Tabel 5.14 Analisis Hubungan Status Gizi Berdasarkan Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun
2015
Kebugaran Persen Lemak Tubuh Total 95% CI P value Kurang Normal Lebih n % n % n % n %
Tidak Bugar 4 9,3 14 32,6 25 58,1 43 100 1,35 – 1,98 0,000 Bugar 8 47,1 9 52,9 0 0 17 100 1,18 – 1,61
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara status gizi berdasarkan persen lemak tubuh dengan kebugaran
pada mahasiswadengan p value sebesar 0,000 (P<0,05).
11. Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program
Studi Kesehatan Masyarakat
a. Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Kebugaran Mahasiswa
Berdasarkan hasil analisis antara asupan karbohidrat dengan kebugaran
pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.15 berikut ini :
Tabel 5.15 Analisis Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Kebugaran pada
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran Asupan Karbohidrat Total OR 95% CI P value
Kurang Cukup n % n % n %
Tidak Bugar 8 18,6 35 81,4 43 100 0,327 (0,095 – 1,122)
0,137 Bugar 7 41,2 10 58,8 17 100
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa asupan karbohidrat
terhadap kebugaran mahasiswa tidak ditemukan hubungan yang signifikan
dengan p value sebesar 0,137 (P>0,05). Sedangkan berdasarkan perhitungan
risk estimate diperoleh OR = 0,327 (0,095– 1,112), artinya mahasiswa dengan
asupan karbohidrat yang kurang mempunyai peluang 0,327 kali untuk tidak
bugar dibandingkan mahasiswa denganasupan karbohidrat yang cukup.
b. Hubungan Asupan Protein dengan Kebugaran Mahasiswa
Berdasarkan hasil analisisantara asupan protein dengan kebugaran pada
mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut :
Tabel 5.16 Analisis Hubungan Asupan Protein dengan Kebugaran Berdasarkan Jesni
Kelamin pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat 2015 Kebugaran Asupan Protein Total OR 95% CI P value
Kurang Cukup n % n % n %
Tidak Bugar 4 9,3 39 90,7 43 100 1,641 (0,170 – 15,840)
1,000 Bugar 1 5,9 16 94,1 17 100
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara asupan protein dengan kebugaran pada mahasiswa
dengan p value sebesar 1,000(P>0,05). Sedangkan berdasarkan perhitungan
risk estimate diperoleh OR = 1,647 (0,170 – 15,840), artinya mahasiswa
dengan asupan protein yang kurang mempunyai peluang 1,641 kali untuk tidak
bugar dibandingkan mahasiswa denganasupan protein yang cukup.
c. Hubungan Asupan Lemak dengan Kebugaran Mahasiswa
Berdasarkan hasil analisisantara asupan lemak dengan kebugaran pada
mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.17 berikut ini :
Tabel 5.17 Analisis Hubungan Asupan Lemak dengan Kebugaran pada Mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran Asupan Lemak Total OR 95% CI P value
Kurang Cukup n % n % n %
Tidak Bugar 15 34,9 28 65,1 43 100 0,982 (0,303 – 2,183)
1,000 Bugar 6 35,3 11 64,7 17 100
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa asupan lemak terhadap
kebugaran mahasiswa tidak ditemukan hubungan antara keduanya, dengan p
value sebesar 1,000 (P<0,05). Sedangkan berdasarkan perhitungan risk
estimate diperoleh OR = 0,982 (0,303– 2,183), artinya mahasiswa dengan
asupan lemak yang kurang mempunyai peluang 0,982 kali untuk tidak bugar
dibandingkan mahasiswa denganasupan lemak yang cukup.
d. Hubungan Asupan Vitamin B1 dengan kebugaran Mahasiswa
Berdasarkan hasil analisisantara asupan vitamin B1 dengan kebugaran
pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.18 berikut ini :
Tabel 5.18 Analisis Hubungan Asupan Vitamin B1 dengan Kebugaran pada
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran Asupan Vitamin B1 Total OR 95% CI P value
Kurang Cukup n % n % n %
Tidak Bugar 12 27,9 31 72,1 43 100 0,929 (0,269 – 3,204)
1,000 Bugar 5 29,4 12 70,6 17 100
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa asupan vitamin B1
terhadap kebugaran mahasiswa tidak ditemukan hubungan antara keduanya,
dengan p value sebesar 1,000 (P>0,05). Sedangkan berdasarkan perhitungan
risk estimate diperoleh OR = 0,929 (0,269– 3,204), artinya mahasiswa dengan
asupan vitamin B1 yang kurang mempunyai peluang 0,929 kali untuk tidak
bugar dibandingkan mahasiswa denganasupan vitamin B1 yang cukup.
e. Asupan Zat Besi
Berdasarkan hasil uji Spearman antara asupan zat besi dengan
kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.19 berikut ini :
Tabel 5.19 Analisis Hubungan Asupan Zat Besi dengan Kebugaran pada Mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran Asupan Zat Besi Total OR 95% CI P value
Kurang Cukup n % n % n %
Tidak Bugar 5 11,6 38 88,4 43 100 0,428 (0,100 – 1,837)
0,446 Bugar 5 11,6 38 88,4 17 100
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak ditemukan
hubungan asupan zat besi terhadap kebugaran mahasiswa dengan p value
sebesar 0,446 (P>0,05).Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate
diperoleh OR = 0,428 (0,100– 1,837), artinya mahasiswa dengan asupan zat
besi yang kurang mempunyai peluang 0,428 kali untuk tidak bugar
dibandingkan mahasiswa denganasupan zat besi yang cukup.
f. Asupan Mangan
Berdasarkan hasil uji Spearman antara asupan mangan dengan
kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.20 berikut ini :
Tabel 5.20 Analisis Hubungan Asupan Mangan dengan Kebugaran pada Mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran Asupan Mangan Total OR 95% CI P value
Kurang Cukup n % n % n %
Tidak Bugar 3 7,0 40 93,0 43 100 0,563 (0,085 – 3,075)
0,931 Bugar 2 11,8 15 88,2 17 100
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak ditemukan
hubunganasupan mangan terhadap kebugaran mahasiswa dengan p value
sebesar 0,931 (P>0,05).Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate
diperoleh OR = 0,563 (0,085– 3,075), artinya mahasiswa dengan asupan
mangan yang kurang mempunyai peluang 0,563 kali untuk tidak bugar
dibandingkan mahasiswa denganasupan mangan yang cukup.
12. Hubungan Status Merokok dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat
Adapun hubungan antara status merokok dengan kebugaran pada mahasiswa
seperti yang terlihat pada tabel 5.21 berikut ini :
Tabel 5.21 Analisis Hubungan Status Merokok dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program
Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015
Kebugaran Status Merokok Total OR 95% CI P value Tidak
Merokok Merokok n %
N % n % Tidak Bugar 41 95,3 2 4,7 43 100 0,366
(0,047 – 2,834) 0,674
Bugar 15 88,2 2 11,8 17 100
Berdasarkan hasil uji statistik seperti pada tabel 5.21 di atas, diperoleh nilai
pvalue sebesar 0,674 (P>0,05). Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara status merokok dengan kebugaran mahasiswa.Sedangkan berdasarkan
perhitungan risk estimate diperoleh OR = 0,366 (0,047 – 2,834), artinya mahasiswa
merokok mempunyai peluang 0,366 kali untuk tidak bugar dibandingkan dengan
mahasiswa yang tidak merokok.
13. Hubungan Kapasitas Vital Paru dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program
Studi Kesehatan Masyarakat
Hubungan antara kapasitas vital paru dengan dengan kebugaran pada mahasiswa
dapat dilihat pada tabel 5.22 berikut ini :
Tabel 5.22 Analisis Hubungan Kapasitas Vital Paru dengan Kebugaran pada Mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Variabel n p value
Kapasitas Vital Paru 60 0,001
Berdasarkan hasil uji Mann Whitney diketahui bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara kapasitas vital paruterhadap kebugaran mahasiswadengan p value
sebesar 0,001 (P<0,05).
14. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat
Hasil uji hubungan antara aktivitas fisik dengan dengan kebugaran pada
mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.23 berikut ini :
Tabel 5.23 Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Variabel n p value
Aktivitas Fisik 60 0,001
Berdasarkan hasil uji Mann Whitney diketahui bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara aktivitas fisikterhadap kebugaran mahasiswadengan p value sebesar
0,001 (P<0,05).
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu tidak adanya latihan
mengenai tes kebugaran kepada mahasiswa sebelumnya dan pelaksanaan tes tidak dapat
dilakukan secara serempak dalam satu waktu untuk seluruh responden. Hal ini
disebabkan oleh padatnya jadwal kuliah mahasiswa antar satu kelas dengan kelas
lainnya, sehingga pelaksanaan tes berlangsung selama 10 hari di sore hari. Selain itu,
keterbatasan lainnya adalah peneliti hanya melakukan wawancara kepada responden
tanpa bantuan klinisi untuk penegakkan diagnosis status merokok (seperti tidak
menggunakan cotinine test). Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan dana dalam
penyediaan cotinine strips tersebut. Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah
analisa data yang digunakan hanya sampai bivariat yakni menunjukkan hubungan antar
variabel independen terhadap dependennya saja, sehingga tidak dapat mengetahui
kecenderungan faktor yang paling dominan mempengaruhi kebugaran mahasiswa.
B. Kebugaran Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
Kebugaran adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi dan alat gerak
tubuh sesuai dengan batas-batas fisiologis yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
serta efisiensi kerja fisik, sehingga masih dapat melakukan kegiatan lain yang bersifat
rekreatif (Muhibbut Thibri dkk., 2014). Menurut Puskesjasrek (2000), kebugaran
berdasarkan nilai VO2maks untuk kebugaran usia <30 tahun yang dianggap ‘baik’
apabila lebih dari 42,6–51,5ml/kg/min. Sedangkan yang dianggap ‘kurang’ apabila nilai
VO2maks kurang dari 25ml/kg/min. Hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidyatullah Jakartatahun 2015
menunjukkan bahwa nilai tengah dari kebugaran mahasiswa adalah 23,05ml/kg/menit.
Sehingga dapat diketahui bahwa mahasiswa memiliki kebugaran yang sangat kurang
karena pada rentang usia 18-22 tahun atau <30 tahun rata-rata VO2maksnya
<25ml/kg/menit. Rendahnya tingkat kebugaran mahasiswa terjadi karena padatnya
jadwal kuliah mahasiswa sehingga mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktunya
untuk duduk di dalam kelas (aktivitas fisik ringan). Hasil yang sama juga diperoleh dari
penelitian Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Kementerian Pendidikan Nasional
tahun 2010 bahwa rentang usia 15-24 tahun yang hampir sebagian besar populasi terdiri
dari mahasiswa (18-22 tahun) sebesar 52% hasil tes kebugarannya masuk dalam
kategori kurang (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Rendahnya
kebugaran khususnya ketahanan cardiorespiratoryusia produktif ini merupakan salah
satu masalah terkait gizi yang dapat berdampak pada kesehatan remaja di masa depan.
Ketahanan cardiorespiratory yang rendah berhubungan dengan tingginya tingkat
mortalitas dan morbiditas populasi pada kelompok umur 19-49 tahun yang diikuti
secara cohort sejak 1999 hingga 2002 di Amerika Serikat. Selain itu, diketahui bahwa
orang dengan tingkat kebugaran yang rendah cenderung memiliki kadar lipoprotein dan
tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan tingkat kebugaran
yang tinggi (Carnethon dkk., 2005). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan
bahwa permasalahan utama dalam bidang kesehatan pada abad ke 21 hampir di seluruh
belahan dunia adalah rendahnya aktivitas fisik yang (physical inactivity) yang
berkorelasi dengan peningkatan kecenderungan obesitas. Permasalahan kurangnya
tingkat aktivitas fisik masyarakat juga terjadi di Indonesia. Hal ini dapat terjadi karena
adanya pergeseran pola hidup yang dinamis akibat dari perkembangan teknologi yang
memudahkan pekerjaan menjadi efektif dan efisien ternyata berdampak negatif pada
kebugaran (Afriwardi, 2011). Pola hidup demikian menyebabkan rendahnya tingkat
kebugaran yang menjadi masalah hampir di seluruh kalangan.
Kebugaran seseorang dapat terwujud melalui aktivitas fisik secara teratur dan
terprogram. Kebugaran diperlukan untuk menjadikan seseorang dapat menjalankan
aktivitas dan rutinitas sehari-hari dengan optimal, termasuk pada mahasiswa.
Kebugaran berperan dalam menentukan produktivitas, efisiensi dan kesehatan
seseorang agar tidak mudah terserang penyakit. Fungsi kebugaran lainnya untuk
mahasiswa adalah untuk mengembangkan kekuatan, kemampuan, kesanggupan, daya
kreasi, dan daya tahan setiap manusia yang berguna untuk meningkatkan daya kerja.
C. Faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat
1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kebugaran
Jenis kelamin dianggap sebagai salah satu faktor yang berhubungan dengan
kebugaran, khususnya pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat. Dari
hasil penelitian diketahui persentase responden yang berjenis kelamin laki-laki
lebih sedikit, yakni sebesar 35% dibandingkan responden perempuan sebesar 65%.
Hal ini dikarenakan populasi perempuan di Program Studi Kesehatan Masyarakat
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tiga kali lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Perbedaan kebugaran antara laki-laki dan perempuan berkaitan dengan
kekuatan maksimal otot yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh,
komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin, hormon, kapasitas vital paru
dan persen lemak tubuh yang dimiliki (Fatmah, 2011). Perbedaan jenis kelamin
juga berperan dalam menentukan kebutuhan gizi masing yang berujung pada
kebugaran seseorang, biasanya kebutuhan gizi lebih besar pada jenis kelamin laki-
laki daripada perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Worthington (2000), yang
menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin juga akan menentukan besar kecilnya
kebutuhan gizi bagi seseorang karena pertumbuhan dan perkembangan individu
cukup berbeda antara laki-laki dan perempuan. Teori ini didukung dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh nugraheni (2013) pada laki-laki dan perempuan
usia produktif yang menunjukkan bahwa adanya hubungan antara jenis kelamin
dengan kebugaran nilai (p=0,003). Sehingga, dapat dikatakan bahwa penelitian ini
ada hubungan antara tingkat kebugaran jasmani antara responden pria dan wanita
usia produktif (Nugraheni, 2013).
Hasil yang sama diperoleh pada mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidyatullah Jakarta tahun 2015. Berdasarkan analisis
univariat diketahui bahwa laki-laki memiliki kebugaran lebih tinggi dibandingkan
perempuan. Laki-laki cenderung memiliki aktivitas fisik lebih tinggi dibandingkan
perempuan karena laki-laki terbiasa dengan olahraga rutin setiap minggunya baik
dihari libur kuliah maupun tergabung dalam salah satu cabang club olahraga di
kampus yang memungkinkan untuk berolahraga dalam intensitas sedang serta
durasi yang cukup. Hal tersebut menyebabkan perbedaan kemampuan pengambilan
oksigen, kemampuan dan metabolisme dan kebugaran yang dimiliki seseorang.
Hasil uji hubungan pada penelitian ini, yaitu diperoleh adanya hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin dengan kebugaran pada mahasiswa. Hasil yang
sama juga diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Gray (2003) di Portugis
dengan menggunakan metode 20 m Shuttle run test diperoleh hasil bahwa laki-laki
lebih bugar dibandingkan dengan perempuan. Jenis kelamin merupakan variabel
yang tak dapat dikendalikan. Hal ini disebabkan karena jumlah kadar hemoglobin
dalam darah pada laki-laki jauh lebih banyak dibandingkan pada perempuan. Hasil
penelitian lainnya yang sejalan dilakukan oleh Saqurin (2013) dengan subjek
mahasiswa yang mengikuti UKM Taekwondo di Universitas Airlangga
menunjukkan bahwa kadar VO2maks pada perempuan lebih kecil dibandingkan
laki-laki yaitu sebesar 36%. Hal tersebut disebabkan karena jenis kelamin
menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi untuk mencapai kebugaran individu
yang sangat berbeda antara keduanya. Tingkat kebugaran pada wanita cenderung
lebih rendah dibandingkan pria terkait dengan perbedaan komposisi tubuh dan
tingkat aktifitas fisik (Hermanto, 2012).
Namun, hasil yang berbeda akan ditemukan apabila responden bukan berada
pada usia produktif seperti penelitian yang dilakukan pada peserta klub jantung
sehat. Hal tersebut berkaitan dengan perbedaan fungsi kardiovaskuler antara laki-
laki dan perempuan, terkait efek protektif estrogen yang dapat menurunkan risiko
premenopause untuk terkena penyakit kardiovaskuler. Namun khusus untuk
perempuan yang telah memasuki masa menopause, efek tersebut hilang dan
perbedaan terkait jenis kelamin juga hilang. Sehingga, tidak ditemukannya
perbedaan yang bermakna pada penelitian ini karena efek protektif progesterone
responden penelitian hilang akibat dari menopause (HarmanidanMansyur, 2013).
Intervensi yang dapat dilakukan untuk peningkatan kebugaran pada wanita
adalah dengan melakukan senam. Pelatihan senam 3x/minggu selama 10 minggu
terbukti membantu meningkatkan kebugaran fisik wanita berdasarkan uji efektifitas
perlakuan dengan paired sample t-test dan uji statistik Anova (Analysis of
Variance) diperoleh nilai p < 0,05. Hal tersebut bertujuan agar wanita tetap dapat
melakukan kerja dan aktivitas sehari-hari serta aktivitas tambahan tanpa merasa
lelah dan guna menghindari penyakit yang diakibatkan oleh kebiasaan kurang
bergerak (Bawiling dkk., 2014).
2. Hubungan Status Gizi dengan Kebugaran
a. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kebugaran
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan antara gizi kurang, baik dan gizi
lebih (Almatsier, 2010). IMT merupakan alat sederhana yang digunakan untuk
memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. Penambahan berat badan sering terjadi
karena penambahan lemak tubuh yang disebabkan kurangnya aktivitas. Berat
badan berhubungan dengan kebugaran, kekuatan, kecepatan, ketahanan,
ketangkasan, dan penampilan.
Indeks massa tubuh yang lebih akan menimbulkan timbunan lemak
dalam tubuh. Timbunan lemak dalam tubuh akan membungkus jaringan viseral
yang menyebabkan jaringan bekerja lebih kuat dalam menyuplai oksigen guna
menghasilkan energi oleh karena itu jantung perlu memompa pada frekuensi
yang sering. Selain itu, efek samping dari berat badan berlebih, yakni terdapat
sel dan otot yang membesar mempengaruhi kebutuhan nutrisi yang lebih besar
dan menyebabkan peningkatan denyut jantung. Hal ini menimbulkan
ketidakefisienan fungsi jantung sehingga seseorang dengan berat badan lebih
tersebut akan mengalami kelelahan jauh lebih dini daripada kondisi normal
(Martins D dkk., 2003). Sehingga, kelebihan berat badan umumnya
menyebabkan penurunan kebugaran karena peningkatan kebutuhan energi
pada sistem aerobik untuk melakukan pergerakan.
Berdasarkan analisis univariat diketahui sebagaian besarIMT mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2015 dalam keadaan normal. Komposisi tubuh adalah susunan tubuh yang
digambarkan dengan dua komponen yaitu lemak tubuh dan masa tubuh.
Gambaran kategori IMT menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
(2008) terbagi atas kurang, normal dan lebih, yakni sebesar 13,3% mahasiswa
memiliki status gizi kurang, 76% normal dan hanya 10% yang
lebih.Sementara, hasil uji hubungan menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara IMT dengan kebugaran pada mahasiswa,
kemungkinan disebabkan oleh faktor lain yang lebih besar pengaruhnya.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan pada
pekerja Indocement di Bogor, yakni tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara IMT dengan VO2maks. Hasil uji hubungan memiliki nilai koefisiensi
negatif, yang berarti semakin tinggi nilai IMT maka semakin rendah nilai
VO2maks nya. Hubungan yang tidak signifikan ini disebabkan oleh perubahan
perilaku seperti meningkatkanya pengetahuan mengenai kesehatan sehingga
terjadi peningkatan dalam frekuensi atau durasi olahraga sehingga hal tersebut
dapat meningkatkan nilai VO2maks nya (Kharisma TamimidanRimbawan,
2015). Berdasarkan uji korelasi bivariat juga tidak ada hubungan signifikan
antara nilai IMT dengan VO2maks peserta club. Hasil itu disebabkan karena
banyak faktor lain yang mempengaruhi kebugaran seseorang selain nilai IMT
dan pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan kecil sehingga korelasi
bivariat menghasilkan hubungan yang tidak signifikan.
Pribris, dkk (2010) menggunakan IMT sebagai salah satu komponen
pengukuran kebugaran dalam evaluasi komposisi tubuh. Berbeda dengan hasil
penelitian sebelumnya, hasil penelitian Pibris (2010) diperoleh hubungan
langsung yang signifikan antara nilai rata-rata VO2maks dengan IMT
mahasiswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh penelitian Sari (2014) yang menunjukkan adanya hubungan antara status
gizi berdasarkan indeks masa tubuh dengan kebugaran. Penelitian Anam dkk
(2010) sejalan dengan kedua penelitian sebelumnya, yaitu indeks massa tubuh
subjek yang inaktif lebih tinggi dibandingkan indeks massa tubuh subjek yang
aktif. Sehingga, menyebabkan kebugaran subjek inaktif lebih rendah
dibandingkan dengan subjek yang aktif (Anam dkk., 2010).Sementara, hasil
penelitian lainnya menyatakan bahwa indeks massa tubuh sangat terkait
dengan persentase lemak tubuh (p = 0,01). Diketahui terdapat hubungan positif
yang kuat dan signifikan antara kebugaran dan indeks massa tubuh pada anak-
anak underweight dan perempuan overweight dengan skor kebugaran tinggi.
Intervensi yang dapat dilakukan pada mahasiswa Pogram Studi
Kesehatan Masyarakat untuk peningkatan kebugaran adalah senam aerobik low
impact yang dilakukan 3 kali dalam seminggu selama dua bulan. Hal ini telah
dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Galih (2012) bahwa terdapat
pengaruh dari latihan senam aerobik low impact yang dilakukan 3 kali
seminggu selama 2 bulan pada remaja putri obesitas terhadap penurunan berat
badan sebesar 66,78%dan peningkatan kebugaran pada remaja tersebut (Galih
Tri Utomo dkk., 2012).
b. Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran
Persen lemak tubuh juga merupakan salah satu parameter yang digunakan
dalam penilaian status gizi seseorang. Diketahui kehilangan timbunan lemak
tubuh akan meningkatkan efisiensi biomekanik. Keseimbangan antara IMT dan
persentase lemak tubuh harus terus dijaga karena status IMT dan persentase
lemak tubuh merupakan dua hal yang saling mempengaruhi pada risiko
penyakit degeneratif akibat penambahan berat badan yang berhubungan
dengan peningkatan proporsi lemak tubuh (Hapsari dkk., 2007). Penurunan
kebugaran juga dipengaruhi oleh persen lemak tubuh. Persen lemak tubuh
seseorang bergantung dari aktivitas fisik, pola konsumsi dan genetiknya.
Perempuan cenderung memiliki kebugaran yang lebih rendah dibandingkan
laki-laki karena persen lemak tubuh perempuan lebih besar dibanding laki-
laki(Sharkey J. Brian, 2013).
Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antar persen
lemak tubuh dengan karena jumlah responden perempuan lebih banyak
dibandingkan laki-laki. Hasil statistik menunjukkan bahwa sebagian besar
mahasiswa memiliki persen lemak tubuh yang lebih. Dalam pengukuran
kebugaran cardiorespiratory ini, menggunakan kemampuan sistem sirkulasi
dan respirasi paru dalam menyediakan cadangan oksigen selama aktivitas
dengan melibatkan kelompok besar otot (Nieman, 2001). Sementara, semakin
besar persen lemak dalam tubuh, semakin rendah komposisi otot dalam tubuh
dan mempengaruhi kebugarannya.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pribris, dkk
(2010) pada mahasiswa Andrew University. Hasil study cohort yang dilakukan
sejak tahun 1996-2008 pada 5101 mahasiswa di Andrew University
menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan linier yang signifikan antara
persen lemak tubuh dan tahun baik pada laki-laki maupun pada perempuan
serta terdapat hubungan tidak langsung yang signifikan antara VO2maks
dengan persen lemak tubuh mahasiswa (Pribis dkk., 2010). Hasil ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Macmurray dan Ondrak (2008) yang
menyatakan bahwa tingkat kebugaran juga dipengaruhi oleh massa otot dan
massa lemak (Ira WolinskydanJudy A. Driskell, 2006). Penelitian lainnya juga
menyatakan hal yang sama bahwa remaja yang memiliki tingkat daya tahan
paru-paru dan jantung yang tinggi secara signifikan memiliki total simpanan
lemak tubuh yang rendah (Jonatan R Ruiz dkk., 2006).
Lain halnya dengan penelitian Hermanto (2012) diketahui bahwa sebagian
besar wanita vegetarian memiliki tingkat kebugaran sangat kurang. Namun,
IMT dan persentase lemak tubuh dalam kategori normal. Sehingga hasil
penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara persen lemak tubuh
dengan kebugaran jasmani. Pola makan menghindari bahan makanan hewani
diduga menjadi penyebab IMT dan persentase lemak tubuh subjek sebagian
besar berada dalam kategori normal. Pola konsumsi vegetarian yang lebih
banyak mengonsumsi serat, sedikit asam lemak jenuh kalori menyebabkan
akumulasi lemak tubuh sedikit.
Intervensi yang dapat dilakukan pada mahasiswa Pogram Studi Kesehatan
Masyarakat untuk peningkatan kebugaran adalah senam aerobik low impact
yang dilakukan 3 kali dalam seminggu selama dua bulan. Hal ini telah
dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Galih (2012) bahwa terdapat
pengaruh dari latihan senam aerobik low impact yang dilakukan 3 kali
seminggu selama 2 bulan pada remaja putri obesitas terhadap penurunan
persen lemak tubuh sebesar 86,42% dan peningkatan kebugaran pada remaja
tersebut (Galih Tri Utomo dkk., 2012).
3. Asupan Zat Gizi
a. Asupan Karbohidrat
Asupan karbohidrat memiliki pengaruh terhadap kebugaran seseorang.
Hal ini berkaitan dengan fungsi karbohidrat dalam tubuh yaitu senyawa
organik yang terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen yang tersimpan didalam
otot dan hati serta dapat diubah dengan cepat ketika tubuh membutuhkan
energi (Wilkins, 2007). Pada saat melakukan aktivitas, karbohidrat menjadi
sumber energi utama dalam proses pembakar glukosa menjadi tenaga. Tubuh
menyuplai glukosa yang berasal dari hati dalam bentuk glikogen kedalam otot
(BoyledanLong, 2010). Jika energi yang terbentuk hanya digunakan sebagian
untuk melakukan aktivitas fisik, maka kelebihannya disimpan dalam bentuk
glikogen di hati (70g), otot (20g) dan jaringan lemak cadangan. Semakin lama
durasi, intensitas dan frekuensi aktivitas atau olahraga, semakin besar tubuh
membutuhkan suplai glukosa.
Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa sebagian besar
mahasiswa memiliki asupan karbohidrat yang cukup. Dari hasil tersebut juga
diketahui bahwa perempuan memiliki rata-rata asupan karbohidrat lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan oleh konsumsi cemilan perempuan
yang cenderung berbahan dasar karbohidrat lebih banyak dibandingkan laki-
laki. Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara asupan karbohidrat dengan kebugaran pada mahasiswa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan terhadap
64 karyawan Indocement di Bogor menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara asupan protein dengan kebugaran (p >0,05).
Hasil yang tidak signifikan kemungkinan karena terdapatnya faktor lain yang
lebih mempengaruhi nilai VO2maks subjek seperti faktor genetika serta
konsumsi pangan pada masa lampau yang tidak diukur dalam penelitian
(Kharisma TamimidanRimbawan, 2015). Hasil sejalan juga diperoleh dari
penelitian yang dilakukan oleh Sugiarsi (2012), yaitu terdapat 28.3 % ibu PKK
yang tidak bugar akibat asupan karbohidrat yang tidak cukup. Hal ini dapat
terjadi karena karbohidrat berfungsi pada proses metabolik dari anabolisme
dan katabolisme menjaga persediaan karbohidrat tubuh, memastikan
persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dan fungsi senyawa
penting lainnya(Sugiarsi, 2012). Fungsi lain dari karbohidrat diantaranya
sebagai penghemat protein selama proses produksi energi, membantu dalam
pembakaran lemak, sumber energi, membantu fungsi usus, membantu serta
proses absorpsi kalsium (Wilkins, 2007).
Peneliti melakukan kategorisasi untuk variabel asupan karbohidrat
berdasarkan kurang dan cukup dari angka kecukupan gizi. Diperoleh hasil
yang berbeda dari uji hubungan sebelumnya, yakni diketahui adanya hubungan
antara asupan karbohidrat dengan kebugaran berdasarkan uji Mann Whitney.
Sehingga saran untuk peneliti selanjutnya, untuk perhitungan asupan zat gizi
speperti karbohidrat dapat dilakukan dengan melakukan kategorisasi pada
variabel tersebut yang kemudian dihubungkan dengan variabel independennya.
Hal ini dapat terjadi karena data asupan tidak terdistribusi normal yang
menyebabkan perbedaan hasil hubungan dari kedua jenis data asupan
karbohidrat (numerik dan kategorik).Hasil penelitian ini sejalan dengan uji
korelasi Pearsonyang dilakukan Ferry dkk (2014) menunjukkan bahwa pola
konsumsi karbohidrat berhubungan signifikan dengan kebugaran
cardioespiratory atlet sepakbola PERSIBA Bantul degan korelasi positif, yang
berarti semakin besar asupan karbohidrat, maka kabugaran kardiorespirasi atlet
akan semakin baik, dan sebaliknya. Nilai r = 0,175 menunjukkan bahwa pola
konsumsi karbohidrat memberikan kontribusi sebesar 17,5% terhadap
kesegaran kardiorespirasi (Fery Lusviana Widiany dkk., 2014).
Intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kebugaran
mahasiswa melalui intervensi asupan diet karbohidrat selama delapan minggu
yang diikuti penurunan asupan karbohidrat sesuai dengan kebutuhan harian
individu tersebut. Intervensi ini berhasil meningkatkan kebugaran seperti yang
dikemukakan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Anam dkk (2010)
pada anak obesitas dan kaitannya dengan kebugaran.
b. Asupan Protein
Protein sebagai salah satu zat gizi yang diperlukan oleh tubuh memegang
peranan penting dalam proses pertumbuhan, pengganti sel tubuh yang rusak,
dan sebagai katalisator. Fungsi khas protein yang tidak dapat digantikan oleh
zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh
(Almatsier 2002). Protein juga memiliki fungsi secara fisiologis dalam
membantu mengoptimalkan performa kebugaran. Sebuah penelitian
menyatakan asam amino berfungsi dalam membangun dinding sel, jaringan
otot, hormon, enzim dan berbagai molekul lainnya. Darah akan membawa
protein untuk pembentukan albumin dalam menahan tenaga, kemudian
fibrinogen untuk pengumpulan dan hemoglobin. Latihan kebugaran akan
menghasilkan protein enzim untuk latihan aerobik dan protein yang
berkontraksi untuk tenaga pada saat latihan (Sharkey J. Brian, 2013).
Sehingga, dari penjelasan tersebut diketahui bahwa protein memiliki hubungan
yang tidak langsung terhadap kebugaran seseorang.
Teori tersebut didukung dengan hasil penelitian ini yaitu sebagian besar
mahasiswa memiliki asupan protein yang cukup. Dari hasil tersebut juga
diketahui bahwa perempuan memiliki rata-rata asupan protein lebih tinggi
dibandingkan laki-laki serta tidak ditemukannya hubungan antara asupan
protein dengan kebugaran pada mahasiswa. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa otot tidak menanggapi kelebihan protein dengan hanya
menerimanya karena cara untuk membuat sel-sel otot tumbuh adalah untuk
membuat otot bekerja (Williams, 2002). Otot akan merespon dengan
mengambil nutrisi termasuk asam sehingga otot tersebut dapat tumbuh.
Sehingga, kelebihan protein justru menurunkan kebugaran seseorang.
Seperti halnya hasil uji korelasi penelitian, teori tersebut didukung
dengan sebuah penelitian yang dilakukan pada 80 anak dan remaja di Georgia,
AS diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan
protein dan kebugaran (daya tahan kardiovaskuler) dengan pola hubungan
negatif, yakni semakin tinggi asupan protein maka kebugaran responden
tersebut akan semakin rendah (Bernard Gutin dkk., 2002). Penelitian lain yang
juga mendukung hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat 3,3% ibu
PKK yang tidak bugar akibat asupan protein yang tidak cukup (Sugiarsi,
2012). Uji Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara tingkat kecukupan protein dengan kebugaran pada pekerja
Indocement di Bogor (p>0,05) (Kharisma TamimidanRimbawan, 2015).
Penelitian yang juga sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Anam dkk (2010) yang menunjukkan bahwa asupan protein
tidak mempengaruhi daya tahan jantung dan paru dengan nilai p= 0,461.
Penelitian lain juga mendapatkan hasil yang sama, yakni konsumsi protein
tidak berhubungan dengan kesegaran kardiorespirasi atlet sepakbola PERSIBA
Bantul (p-value = 0,378) (Fery Lusviana Widiany dkk., 2014).
Intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kebugaran
mahasiswa melalui intervensi asupan diet protein selama delapan minggu yang
diikuti penurunan asupan penurunan sesuai dengan kebutuhan harian individu
tersebut. Intervensi ini berhasil meningkatkan kebugaran seperti yang
dikemukakan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Anam dkk (2010)
pada anak obesitas dan kaitannya dengan kebugaran.
c. Asupan Lemak
Lemak merupakan penghasil energi terbesar yaitu dua kali lebih besar
dibanding energi yang dihasilkan oleh karbohidrat maupun protein. Lemak
akan berperan sebagai sumber energi untuk cabang olahraga dengan intensitas
latihan sedang dalam waktu yang lama. Lemak tidak banyak digunakan
sebagai bahan bakar untuk latihan minimal selama 20menit pertama dan tidak
digunakan sebagai bahan bakar utama sampai setelah 2jam. Semakin moderat
intensitas latihannya seperti : jogging, menari aerobik, serta semakin lama
durasinya, maka semakin besar lemak yang digunakan untuk bahan bakar.
Sedangkan, Semakin tinggi intensitas kegiatannya (berlari, rintangan, dayung)
maka semakin besar karbohidrat yang digunakan untuk bahan bakar. Pada 20
menit pertama penggunaan lemak hanya sekitar 15% dari kebutuhan total,
namun apabila latihan terus dilakukan dalam waktu yang lama (>2 jam), maka
penggunaan lemak sebagai energi meningkat hingga 85% (BoyledanLong,
2010). Ketika berolahraga, simpanan lemak di seluruh tubuh akan terbakar,
khususnya pada orang dengan jumlah simpanan lemak dalam jumlah besar.
Itulah sebabnya sehat secara fisik akan membuat orang terlihat langsing karena
simpanan lemak di seluruh tubuh berkurang.
Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa sebagian besar
mahasiswa telah memiliki asupan lemak yang cukup. Hasil tersebut juga
menunjukkan bahwa laki-laki memiliki rata-rata asupan lemak lebih tinggi
dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan oleh porsi makan laki-laki
cenderung lebih besar dibandingkan perempuan khususnya dalam pemilihan
lauk dan pauk. Sementara, hasil uji hubungan menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan lemak dengan kebugaran
pada mahasiswa. Konsumsi tinggi lemak berdampak buruk pada tubuh karena
tidak dapat menghasilkan VO2 maks lebih dari 60%. Konsumsi tinggi lemak
(>30% total kalori) diketahui menurunkan asupan karbohidrat, sehingga
glikogen otot tidak dapat dijaga. Selain itu, asupan makanan tinggi lemak juga
dapat menyebabkan obesitas, meningkatkan risiko jantung koroner, stroke dan
kanker. Hasil penelitian yang dilakukan Sugiarsi (2012) diketahui bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan kebugaran
kelompok ibu PKK di Kecamatan Banjarsari.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kebugaran
mahasiswa melalui lemak sesuai dengan kebutuhan harian individu tersebut.
Intervensi ini berhasil meningkatkan kebugaran seperti yang dikemukakan
dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Anam dkk (2010) pada anak
obesitas dan kaitannya dengan kebugaran. Intervensi lain yang dapat dilakukan
adalah dengan mengonsumsi susu rendah lemak sebagai pengganti susu yang
biasa dikonsumsi mahasiswa. Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian
Kameswara (2015) bahwa terdapat perbedaaan nilai VO2maks dan jarak
tempuh lari atlet pada pemberian susu rendah lemak (p<0,05). Pemberian susu
rendah lemak dapat meningkatkan nilai VO2 maks dan jarak tempuh lari yang
lebih baik dibandingkan dengan pemberian minuman lainnya (Iqbal
Kameswara P.S., 2015).
d. Asupan Vitamin B1
Thiamin pirofosfat berperan sebagai koenzim pada metabolisme
karbohidrat dalam mengubah energi. Koenzim tersebut berfungsi memisahkan
karbondioksida dari asam piruvat, sedangkan sisanya selanjutnya dirombak
menjadi karbondioksida dan air (Irawan, 2007).
Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa asupan thiamin
mahasiswa sudah sesuai dengan kebutuhan hariannya. Dari hasil tersebut juga
diketahui bahwa perempuan memiliki rata-rata asupan vitamin B1lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Sementara, hasil uji hubungan menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan vitamin B1 dengan
kebugaran pada mahasiswa. Vitamin B1 memiliki pengaruh tidak langsung
pada kebugaran seseorang yakni melalui fungsinya dalam tubuh sebagai
koenzim dalam metabolisme karbohidrat dan glikogen dalam otot karena
Thiamin dan vitamin B lainnya secara signifikan meningkatkan daya tahan
kardiorespiratori seseorang.
Hasil penelitian Vaz, dkk (2011) yang dilakukan pada anak-anak sekolah
usia 7-10 tahun di Banglore, India menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara komponen kebugaran yakni berupa kapasitas aerobik
dan daya tahan fisik yang disertai dengan peningkatan status vitamin B1 dalam
tubuh bersamaan dengan mikronutrien lain yang dikonsumsinya(Mario Vaz
dkk., 2011).
e. Asupan Zat Besi
Zat besi sangat diperlukan dalam haemopoiesis (pembentukan darah)
yaitu dari sintesa hemoglobin (Hb). Hubungan fungsi zat besi dengan
kebugaran yakni dalam penggunaan oksigen dalam tubuh. Zat gizi akan
bersatu dengan protein dan hemoglobin yang terdapat di dalam sel darah merah
dan bersama-sama berkontribusi untuk melepaskan energi sebagai bahan bakar
untuk kerja sel tubuh selama beraktivitas (HoegerdanHoeger, 2011a).
Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa asupan zat besi
mahasiswa sudah sesuai dengan kebutuhan hariannya. Dari hasil tersebut juga
diketahui bahwa perempuan memiliki rata-rata asupan zat besilebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Sementara, hasil uji hubungan menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan zat besi dengan
kebugaran pada mahasiswa. Tidak ditemukannya hubungan antara asupan zat
besi dengan kebugaran karena konsumsi fe dari makanan yang dikonsumsi
mahasiswa sehari-harinya mengandung cukup fe dan pada saat pelaksanaan tes
kebugaran seluruh mahasiswa dalam keadaan sehat dan tidak menunjukkan
adanya gejala anemia dan lainnya, sehingga hal tersebut tidak mempengaruhi
kebugarannya. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Vaz,
dkk (2011) pada anak usia 7-10 tahun di Banglore, India yakni diketahui
adanya hubungan antara asupan besi terhadap kapasitas aerobik dan daya tahan
fisik apabila zat besi tersebut dikonsumsi bersamaan dengan mikronutrien
lainnya seperti vitamin C dan B kompleks(Mario Vaz dkk., 2011). Penelitian
lain menyebutkan bahwa, penurunan kebugaran berdasarkan nilai V02maks
pada wanita tanpa anemia dengan defisiensi zat besi dapat disebabkan oleh
faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya simpanan zat besi di dalam
tubuh.
Hasil penelitian Sugiarsi (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang antara kecukupan gizi besi, frekuensi olah raga terhadap kebugaran. Yang
berarti terdapat pengaruh antara kecukupan gizi, frekuensi olahraga terhadap
kebugaran. Fungsi utama besi adalah mengantarkan oksigen ke dalam jaringan
tubuh dan turut mekanisme oksidasi seluler (Sugiarsi, 2012). Bila zat besi tidak
cukup tersedia maka secara tidak langsung tenaga akan berkurang.
f. Asupan Mangan
Mangan berkaitan dengan sejumlah enzim dalam beberapa proses
metabolisme, termasuk piruvat dan karboksilase asetil-CoA dan dehidrogenase
isositrat dalam siklus Krebs dan mitokondria, bentuk mitokondria, dismutase
superoksida yang membantu melindungi membran mitokondria, arginase,
enzim terminal dalam produksi urea, enzim sitosol lain yang terlibat dalam
lintasan pentosa-fosfat-shunt, glikolisis (glukokinase) metabolisme serin
(tranferase hidroksimetil) (Linder, 2006).
Hasil analisis univariat diketahui bahwa asupan mangan mahasiswa
sudah sesuai dengan kebutuhan hariannya. Dari hasil tersebut juga diketahui
bahwa laki-laki memiliki rata-rata asupan mangan lebih tinggi
dibandingkanperempuan. Sementara, hasil uji hubungan menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan mangan dengan
kebugaran pada mahasiswa.
Sebagai kofaktor berbagai enzim, mangan berperan dalam membantu
penyelenggaraan metabolisma tubuh untuk menghasilkan energi. Mangan
membantu metabolisma vitamin B1 dan vitamin E. Mangan juga diperlukan
untuk mengaktivasi enzim-enzim yang membantu metabolisma karbohidrat,
asam amino, dan kolesterol. Mangan juga membantu tubuh untuk menyerap
berbagai jenis vitamin. Beberapa defisiensi vitamin tertentu dapat diatasi
dengan memberikan suplemen mangan guna mengangkat penyerapan vitamin
secara maksimal. Mangan juga sangat berhubungan dengan fungsi otak dan
saraf, metabolisme glukosa serta saluran pencernaan.
4. Status Merokok
Merokok mampu mempengaruhi daya tahan kardiovaskuler karena 4% pada
asap tembakau mengandung karbonmonoksida (CO). Afinitas (daya ikat CO pada
hemoglobin) sebesar 200-300 kali lebih besar dibandingkan dengan oksigen, berarti
CO mampu mengikat hemoglobin lebih cepat dibandingkan dengan oksigen
sehingga CO didalam darah menghambat pengangkutan oksigen ke jaringan tubuh.
Terhambatnya pengangkutan oksigen akan mengurangi suplai oksigen dari darah
menuju jaringan dan sel tubuh. Selain karbonmonoksida, nikotin adalah zat aditif
yang merugikan tubuh. Nikotin menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan
menghalangi laju peredaran darah yang dapat mengganggu bahkan menurunkan
tingkat kebugaran seseorang akibat dari rusaknya metabolisme oksigen didalam
darah (Aula, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui persentase responden yang berstatus
perokok sebesar 6,7% dan 93,30% lainnya bukan perokok. Hasil uji hubungan
antara status merokok dengan kebugaran pada mahasiswa diketahui bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara status merokok dengan kebugaran pada
mahasiswa. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Eli Erawati (2014) pada 40 dosen laki-laki di Universitas RIAU menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan
ketahanan kardiorespirasi (kebugaran) dengan kekuatan korelasi sedang dan arah
korelasi negatif. Dalam penelitian ini, status merokok tidak memiliki hubungan
yang signifikan karena status merokok mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta cenderung homogen, yakni hampir
seluruh mahasiswa berstatus bukan perokok.
Dampak rokok dimulai dengan peninggian denyut nadi istirahat yang
kemudian diikuti dengan peningkatan denyut nadi selama beraktivitas, hingga
penurunan pencapaian pemompaan. Penurunan oksigen yang disebabkan oleh
merokok menyebabkan perokok memiliki tingkat jantung istirahat yang lebih tinggi
dibandingkan yang bukan perokok, berarti jantung mereka selalu bekerja keras
untuk memompa darah dan oksigen ke tubuh bahkan untuk kegiatan sehari-hari,
seperti berjalan menaiki tangga (Bustan, 2013). Daya tahan perokok 7,2 % lebih
kecil dibandingkan yang bukan perokok. Semakin tinggi denyut nadi istirahat
berarti perokok harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh
sehingga perokok akan mengalami cepat lelah. Sehingga, intervensi yang dapat
dilakukan untuk menjaga kebugaran agar ketahanan kardiorespirasi dapat berfungsi
dengan baik bagi perokok adalah dengan melakukan gaya hidup sehat seperti
olahraga teratur, berhenti merokok secara perlahan dan kontrol berat badan (Eli
Erawati dkk., 2014).
5. Kapasitas Vital Paru
Kapasitas vital paru adalah volume udara yang dapat dikeluarkan dari
penarikan napas yang dalam. Kapasitas vital paru menentukan volume oksigen yang
masuk kedalam tubuh. Semakin tinggi kapasitas vital paru yang dimiliki seseorang,
maka akan semakin banyak oksigen yang dapat digunakan untuk beraktivitas.
Tingkat kapasitas vital paru berhubungan dengan kebugaran. Seseorang dengan
kebugaran yang baik mampu melaksanakan tugas sehari-hari secara efektif dan
efisien dalam waktu yang relatif lama tanpa mengalami
kelelahan(HerrydanEram.T.P, 2009).
Seseorang yang terlatih memiliki daya untuk menghisap udara lebih banyak
dalam periode waktu yang lebih lama mampu menghembuskan keluar sisa-sisa
pembakaran lebih banyak dibandingkan yang tidak terlatih. Sehingga, otot di
sekeliling paru-parunya telah terlatih untuk bekerja lebih banyak. Peningkatan
kebugaran melalui aktivitas fisik berhubungan erat dengan peningkatan kapasitas
vital paru yang melibatkan mekanisme jantung dan pembuluh darah. Hal tersebut
terjadi karena berhubungan dengan proses ekspirasi dan inspirasi dalam melakukan
aktivitas gerak (HoegerdanHoeger, 2011a). Teori tersebut didukung oleh hasil
penelitian, yakni berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa nilai tengah dari
kapasitas vital paru mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2015 adalah 3,48 ml. Dari hasil tersebut juga diketahui
bahwa rata-rata kapasitas vital paru laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan.
Hasil uji hubungan menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara rata-
rata kapasitas vital paru dengan kebugaran pada mahasiswa.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yanh dilakukan pada murid SD
Kecamatan Bacukiki Kota Pare-Pare bahwa diketahui terdapat perbedaan kapasitas
vital paru (Ad’dien, 2011). Penelitian lainnya yang sejalan dengan penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh Alifian (2012)diperoleh rata-rata kapasitas
vital paru siswa yang tidak berjalan kaki lebih rendah dibandingkan siswa yang
berjalan kaki. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Magutah (2013) pada mahasiswa Universitas Kenyan yang menunjukkan adanya
hubungan antara kapasitas vital paru dengan kebugaran mahasiswa. Mahasiswa
dengan volume dan kapasitas paru-paru lebih tinggi akan lebih bugar dibandingkan
dengan mahasiswa lainnya dengan volume dan kapasitas paru-paru lebih rendah.
Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa UNISSULA menunjukkan bahwa dari
uji pearson diperoleh adanya hubungan antara kapasitas vital paru terhadap VO2
maks, dengan tingkat korelasi lemah karena ada konstribusi sistem respirasi
terhadap VO2 maks(Rahmaan InnashdanIka Rosdiana, 2013).
Kebugaran akan mengalami penurunan ketika memasuki usia lanjut, sama
halnya dengan sistem pernafasan yang akan menurun dari kapasitas vital paru, yaitu
ketika memasuki usia 40 tahun. Kapasitas vital paru yang paling tinggi dan optimal
diperoleh pada usia 20-30 tahun. Mulai terjadi penurunan ketikan menginjak usia 60
tahun. Penurunan fungsi pernafasan tersebut akan terus terjadi kecuali dilakukan
intervensi sejak dini untuk memelihara fungsi pernafasan tersebut tetap dalam
kondisi yang baik. Intervensi yang dapat dilakukan, yakni dengan melakukan
olahraga yang bersifat aerobik seperti basket, sepakbola, voli, renang, dayung, lari
jarak jauh dan tenis yang menuntut asupan oksigen dalam jumlah besar. Sehingga,
peningkatan kemampuan fisik dan pernafasan akan terjadi apabila dilakukan secara
teratur, sistematik dan berkesinambungan . Bila seseorang melakukan olahraga yang
teratur sehingga menjadi terlatih, maka akan terjadi peningkatan efisiensi
pernapasan baik ventilasi, difusi maupun perfusi (Hall dan Guyton, 2008). Hal ini
yang harus menjadi perhatian bagi semua kalangan, khususnya mahasiswa.
6. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik rutin dapat memberikan dampak positif bagi kebugaran
seseorang, yaitu peningkatan ketahanan saat melakukan latihan fisik. Aktivitas fisik
menyebabkan peningkatan efisiensi kerja paru-paru seseorang yang telah terlatih
sehingga mampu memproses udara lebih banyak, dengan tenaga yang lebih sedikit.
Selama beraktivitas dalam durasi lebih dari 30menit, seseorang yang terlatih mampu
memproses udara hampir dua kali lipat per-menit dibandingkan orang yang tidak
terlatih. Maka orang yang terlatih bisa menyediakan oksigen lebih untuk
dipergunakan dalam proses pembentukan energi yang diikuti dengan peningkatan
kebugarannya (Nadia Harira dkk., 2013).
Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa nilai tengah dari aktivitas
fisik mahasiswa adalah 1400,35 METs. Dari hasil tersebut juga diketahui bahwa
laki-laki memiliki rata-rata aktivitas fisik lebih besar dibandingkanperempuan
karena laki-laki cenderung memiliki kegiatan olahraga rutin dalam seminggu
seperti: futsal dan basket di kampus dibandingkan perempuan. Hasil uji hubungan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik
dengan kebugaran pada mahasiswa.
Hasil ini didukungoleh penelitian yang dilakukan Güvenç (2011) pada remaja
turki juga menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang cukup pada masa anak-anak dan
remaja membawa pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan dan kebugaran
fisik, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Aktivitas fisik memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kebugaran pada usia muda, usia dewasa dan
lansia nantinya (Alpay Güvenç dkk., 2011). Sama halnya dengan hasil review yang
dilakukan oleh Sandkiv (2013) menunjukkan bahwa aktivitas fisik berhubungan
dengan kebugaran seseorang. Semakin sering seseorang melakukan aktivitas fisik,
maka kondisi tubuhnya akan semakin bugar. Penelitian lain yang sejalan dengan
dua penelitian di atas ditemukan di Indonesia, yakni penelitian yang dilakukan oleh
Sari (201) bahwa ditemukan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan
kebugaran (P 0,0001). Hasil penelitian Sugiarsi (2012) dengan uji chi-square
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p<0,05) antara kecukupan
gizi besi, frekuensi olah raga terhadap kebugaran.
Aktivitas fisik memiliki peran dalam proses pembakaran energi dan lemak
tubuh dalam jaringan yang mempengaruhi kebugaran seseorang. Kurangnya
aktivitas fisik menyebabkan penimbunan lemak di beberapa atau bahkan seluruh
bagian tubuh. Penelitian yang dilakukan Hapsari (2007) pada atlet sebuah sepak
bola juga menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik
dengan kebugaran atlet tersebut. Menurut Sharkley (2013) aktivitas fisik yang
dilakukan secara teratur dinilai mampu mengurangi beban kerja jantung yang berat.
Sehingga lebih efisien dalam menghasilkan kebugaran terutama pada ketahanan
kardiorespiratori.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk peningkatan kebugaran pada
mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidyatullah Jakarta
melalui peningkatan aktivitas fisik. Frekuensi yang dianjurkan adalah 1-3
kali/minggu dengan durasi 20-30menit seperti yang dilakukan mahasiswa IPB. Dari
penelitian tersebut diperoleh hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa
frekuensi olahraga 1-3 kali/minggu (aktivitas fisik) memiliki hubungan positif
dengan daya tahan kardiorespirasi mahasiswa (PutradanAmalia, 2014). Hasil ini
juga didukung oleh penelitian Kay L Cox (2004) bahwa terjadi peningkatan daya
tahan kardiorespirasi pada kelompok laki-laki dewasa yang melakukan olahraga
atau aktivitas fisik secara rutin dibandingkan dengan kelompok yang tidak
melakukannya (Kay L Cox dkk., 2004).
128
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang kebugaran mahasiswa Program
Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagian besar mahasiswa Prodi kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tidak bugar.
2. Berdasarkan IMT, sebagian besar mahasiswa memiliki IMT normal.
3. Berdasarkan persen lemak tubuh,sebagian besar mahasiswa memiliki persen lemak
tubuh lebih.
4. Berdasarkan asupan karbohidrat,sebagian besar mahasiswa memiliki asupan
karbohidrat yang cukup.
5. Berdasarkan asupan protein,sebagian besar mahasiswa memiliki asupan protein
yang cukup.
6. Berdasarkan asupan lemak, sebagian besar mahasiswa memiliki asupan lemak yang
cukup.
7. Berdasarkan asupan vitamin B1,sebagian besar mahasiswa memiliki asupan vitamin
B1 yang cukup.
8. Berdasarkan asupan zat besi,sebagian besar mahasiswa memiliki asupan zat besi
yang cukup.
9. Berdasarkan asupan mangan,sebagian besar mahasiswa memiliki asupan mangan
yang cukup.
10. Diketahui sebesar 35% mahasiswa berjenis kelamin laki-laki dan sebesar 65%
berjenis kelamin perempuan.
11. Diketahui sebesar 6,7% mahasiswa berstatus perokok dan 93,30% lainnya berstatus
bukan perokok.
12. Diketahui nilai tengah dari kapasitas vital paru mahasiswa adalah 3,48 ml.
13. Diketahui nilai tengah dari aktivitas fisik mahasiswa adalah 1400,35 METs. Laki-
laki.
Berdasarkan hasil uji hubungan diketahui bahwa :
14. Variabel jenis kelamin, status gizi berdasarkan persen lemak tubuh, kapasitas vital
paru, aktivitas fisik memiliki hubungan yang bermakna dengan kebugaran pada
mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat tahun 2015.
15. Variabelstatus gizi berdasarkan IMT, asupan karbohidrat, asupan protein, lemak,
vitamin B1, zat besi dan manganserta status merokok tidak memiliki hubungan
yang bermakna dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat tahun 2015.
B. SARAN
1. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
a. Diharapkan adanya kegiatan peningkatan kebugaran salah satunya dengan
aktivitas fisik, yaitu pembuatan program olahraga rutin di Program Studi
Kesehatan Masyarakat dengan mengikutsertakan seluruh civitas akademika
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat, seperti : senamaerobic low impact, lari dan jalan sehat bersama
minimal satu kali dalam sebulan.
2. Bagi Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
a. Bagi mahasiswa Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi diharapkan untuk
mengaplikasikan ilmunya dengan melakukan konseling gizi kepada mahasiswa
lainnya terkait kebugaran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
b. Bagi mahasiswa, ditengah padatnya jadwal perkuliahan dianjurkan selalu
meluangkan untuk berolahraga dengan durasi 20-30 menit secara teratur dan
terukur untuk penurunan persen lemak tubuh serta peningkatan kapasitas vital
paru dalam mencapai kebugaran yang optimal.
c. Bagi mahasiswa dengan berat badan lebih, menurunkan berat badan hingga
mencapai berat badan ideal dengan pengurangan asupan 350-500kkal setiap
harinya yang disertai dengan olahraga teratur dengan durasi 20-30 menit untuk
mencapai penurunan 0,5-1kg/2minggu. Bagi mahasiswa dengan berat badan
normal, dianjurkan untuk mempertahankan berat badannya .
d. Pola hidup sehat dengan menghindari faktor yang menyebabkan penurunan
kebugaran seperti rokok.
e. Bagi mahasiswa, optimalkan penggunaan tangga dibandingkan lift.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Diharapkan adanya penelitian dengan menggunakan desain studi yang berbeda
seperti case control sehingga dapat menggambarkan hubungan kausalitas (sebab
akibat) yang lebih kuat terkait faktor yang berhubungan dengan kebugaran
mahasiswa.
b. Diharapkan adanya penelitian dengan menggunakan metode tes kebugaran yang
berbeda sehingga dapat diketahui variasi hasil dengan berbagai metode tersebut.
Misalnya dengan Ergometer test, Balke test atau dengan mengukur kebugaran
dari komponen lainnya seperti fleksibilitas dan kekuatan otot.
c. Diharapkan untuk meneliti zat gizi lain yang diduga berhubungan dengan
kebugaran seperti vitamin C, Mg, Cu dan lainnya.
d. Diharapkan untuk meneliti variabel lain yang diduga dapat ditemukan
kemaknaannya yaitu antara asupan energi dengan persen lemak tubuh.
e. Diharapkan untuk melakukan analisa data sampai pada analisis multivariate
untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi kebugaran
mahasiswa.
vi
DAFTAR PUSTAKA
Ad’dien, H. 2011. Perbandingan Pengaruh Latihan Antara Permainan Kasti dengan Permainan Benteng Terhadap Peningkatan Kesegaran Jasmani dan Kapasitas Vital Paru-Paru Murid SD Kecamatan BACUKIKI Kota Pare-Pare. Competitor, Nomor 2 Tahun 3,Juni 2011.
Afriwardi 2011. Ilmu Kedokteran Olahraga, Jakarta EGC. AKG 2013. Angka Kecukupan Gizi 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Alfian, T. A. 2012. Pengaruh Jalan Kaki Terhadap Jalan Kaki Terhadap Kapasitas Vital Paru dan VO2
Max. Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/peshr.
Ali, M. 2012. Kontribusi Status Gizi dan Motivasi Belajar Terhadap Kesegaran Jasmani Mahasiswa PORKES UNJA Jurnal Cerdas Sifa 1, Edisi No.1.
Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar ilmu Gizi, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. Alpay Güvenç, Caner Açıkada, Alper Aslan & Kamil Özer. 2011. Daily physical activity and physical
fitness in 11-to 15-year-old trained and untrained Turkish boys Journal of Sports Science and Medicine (2011) 10, 502-514
Anam, M., Mexitalia, M., Widjanarko, B., Pramono, A., Susanto, a. & Subagio, H. W. 2010. Pengaruh Intervensi Diet dan Olah Raga Terhadap Indeks Massa Tubuh, Lemak Tubuh, dan Kesegaran Jasmani pada Anak Obes. Sari Pediatri, Vol. 12 No. 1.
Ashok, C. 2008. Test Your Physical Fitness. Delhi : India: Kalpaz Publication. Astrand. 1992. Physical Activity and Fitness. American Journal of Clinical Nutrition, 55 (1992) : 1231S
- 6S. Aula, L. E. 2010. Stop Merokok, Yogyakarta, Penerbit Garailmu. Bawiling, N. S., Adiputra, N. & Tirtayasa, K. 2014. Pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar
Indonesia Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik Daripada Senam Ayo Bersatu Pada Wanita Anggota Klub Senam Lala Studio Denpasar. Volume 2, No. 1 : 150 – 161, Maret 2014.
Bernard Gutin, Paule Barbeau, Scott Owens, Christian R Lemmon, Mara Bauman, Jerry Allison, Hyun-Sik Kang & Mark S Litaker. 2002. Effects of exercise intensity on cardiovascular fitness, total body composition, and visceral adiposity of obese adolescents1–3. Am J Clin Nutr 2002;75:818–26.
Boyle, M. A. & Long, S. 2010. Personal Nutrition Seventh Edition. USA: Wadsworth Cengage Learning. Budiman, I. 2014. Perbandingan Tes Lari 15 Menit Balke dengan Tes Ergometer Sepeda Astrand.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, volume 2, No. 1 : 150 – 161. Bustan, M. N. 2013. Perokok VS Olahragarwan Manfaat Olahraga Bagi Perokok dan Risiko Bagi
Olahrgawan. Jurnal AKK, Vol 2 No 3, September 2013, hal 48-53. Carnethon, M. R., Martha Gulati & Philip Greenland. 2005. Prevalence and Cardiovascular Disease
Correlates of Low Cardiorespiratory Fitness in Adolescents and Adults. American Medical Association JAMA, December 21, 2005—Vol 294, No. 23
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia 2010. Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Divisi Buku Perguruan Tinggi PT. Raja Grafindo Persada.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2003. Gizi Atlet Sepakbola, Jakarta, Direktorat jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2005. Petunjuk Teknis Pengukuran Kebugaran Jasmani, Jakarta, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan Jakarta.
Diana, D., Basuki, B. & Kurniarobbi., J. 2009. Low physical activity work-related and other risk factors increased the risk of poor physical fitness in cement workers. Med J Indones, Vol.18, No. 3, July - September 2009.
Eli Erawati, Miftah Azrin & Indra Yovi. 2014. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Ketahanan Kardiorespiratori pada Dosen Pria Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas RIAU. JOM FK Vol. 1 No. 2 Oktober 2014.
Elizabeth J.Corwin 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3, Jakarta, Penerbit Kedokteran EGC.
vii
Fatmah 2011. Gizi Kebugaran dan Olahraga, Bandung, Lubuk Agung. Fery Lusviana Widiany, M. Noerhadi & Rahyaningsih. 2014. The Relationship Between The
Consumption Pattern of Carbohydrat, Protein and Fat With The Cardiprespiration Health on Soccer Athletes of PERSIBA Bantul. Jurnal Medika Respati, Vol 9, No 2 (2014).
Galih Tri Utomo, Said Junaidi & Rahayu, S. 2012. Latihan Senam Aerobik untuk Menurunkan Berat Badan, Lemak dan Kolesterol. Journal of Sport Sciences and Fitness (1) (2012).
Gibson, R. S. 2005. Principles of Nutrition Assasment Second Edition, USA, Oxford University Press, Inc.
Guyton, H. d. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta, EGC. Hall dan Guyton 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta, EGC Kedokteran. Hapsari, E. W. 2014. Perbedaan Kesegaran Jasmani dan Status Gizi Antara Perokok dan Bukan
Perokok Pada Siswa Putra Kelas IX SMPN 1 TLOGOWUNGU PATI Tahun Ajaran 2012/2013. Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph.
Hapsari, M., Penggalih, S. T. & Huriyati, E. 2007. Gaya Hidup, Status Gizi dan Stamina Atlet Pada Sebuah Klub Sepakbola. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 4, Desember 2007.
Hardinsyah, Riyadi, H. & Napitupulu, V. 2012. Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat, Bogor, Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB.
Harikedua, V. T. & Tando, N. M. 2012. Aktivitas dan Pola Makan Dengan Obesitas Sentral Pada Tokoh Agama Di Kota Manado. GIZIDO Volume 4 No. 1 Mei 2012.
Harmani, A. R. & Mansyur, M. 2013. Peran Indeks Massa Tubuh, Tanda Vital dan Sosiodemografi terhadap Kebugaran Peserta Klub Jantung Sehat, Jakarta Timur. eJKI, Vol. 1, No. 3, Desember 2013.
Hartati, Tandiyo Rahayu, Fauziah. N Kurdi & Soegiyanto, K. 2012. Pengaruh asupan micro nutrient, aktivitas fisik dan jenis kelamin terhadap kebugaran jasmani siswa sekolah dasar penderita anemia. Journal of Physical Education and Sports, 2.
Hermanto, R. A. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kesegaran Jasmani Pada Wanita Vegetarian. Universitas Diponegoro.
Herry, K. & Eram.T.P 2009. Panduan Praktikum, UNNES Press. Hoeger, W. W. K. & Hoeger, S. A. 2011a. Fitness and Wellness 9th United State of America,
Wadsworth, Cengage Learning. Hoeger, W. W. K. & Hoeger, S. A. 2011b. Fitness and Wellness Ninth Edition, USA, Wardsworth
Cengage Learning. Hoeger, W. W. K. & Hoeger, S. A. 2014. Principles and Labs for Fitness and Wellness, Twelfth Edition.
USA: WardsWorth Cengage Learning. Institute Of Medicine 2005. Dietary Reference Intakes for Energy, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty
Acids, Cholesterol, Protein, and Amino Acids (Macronutrients) A Report of the Panel on Macronutrients. Washington DC: The National Academic Press.
IPAQ 2005. Guidelines for Data Processing and Analysis of the International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) – Short and Long Forms USA: IPAQ.
Iqbal Kameswara P.S., D. Y. F. 2015. Perbedaan Nilai VO2Max dan Jarak Tembuh Lari antara Pemberian Susu Rendah Lemak dan Minuman Olahraga Komersial pada Atlet Sepakbola. Journal of Nutrition College, Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015.
Ira Wolinsky & Judy A. Driskell 2006. Sports Nutrition: Vitamins and Trace Elements, Second Edition, Boca Raton, CRC Press.
Irawan, M. A. 2007. Nutrisi, Energi & Performa Olahraga. Sport Science, Volume 01 (2007) No. 04. Irfan, M. 2011. Pedoman Berolahraga yang Menyehatkan (Upaya Menggugah Masyarakat Untuk
Aktif Melakukan Aktivitas Fisik Dalam Usaha Preventif Terhadap Penyakit Degeneratif di Sumatera Utara). UNIMED Jurnal Pengabdian Masyarakat, vol.17 no.65.
Jonatan R Ruiz, Nico S Rizzo, Anita Hurtig-Wennlöf, Francisco B Ortega, Julia Wa¨rnberg & Sjöström, M. 2006. Relations of total physical activity and intensity to fitness and fatness in children: the European Youth Heart Study. Am J Clin Nutr 2006;84:299 -303
viii
Jose´ M. Saavedraa, Silvia Torresb, Berta Carob, Yolanda Escalantec, Ernesto De la Cruza, Marı´a J. Dura´nd & Rodrı´gueze, F. A. 2008. Relationship between health-related fitness and educational and income levels in Spanish women. Journal The Royal Institute of Public Health. 2008;122(8):794-800.
Kay L Cox, Valerie Burke, Alan R Morton, Lawrence J Beilin & Ian B Puddey. 2004. Independent and additive effects of energy restriction and exercise on glucose and insulin concentrations in sedentary overweight men1–3. Am J Clin Nutr 2004;80:308–16.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007, Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2011. Strategi Nasional Penerapan Pola Konsumsi Makanan dan Aktivitas Fisik Untuk Mencegah Penyakit Tidak Menular. In: ANAK, K. K. R. D. J. B. G. D. K. I. D. (ed.). Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2013a. Pedoman Gizi Olahraga Prestasi, Jakarta, Direktorat Jenderal Bina Gizi.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2013b. Riset Kesehatan Dasar 2013, JAKARTA, BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2014. Peraturan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 1 Tahun 2014 Tentang Kerjasama Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan oleh Lembaga Pendidikan Asing dengan Lembaga Pendidikan di Indonesia. In: INDONESIA, K. P. D. K. R. (ed.).
Kemper, H. C. G., Vente, W. D., Mechelen, W. V. & Twisk, J. W. R. 2001. Adolescent Motor Skill and Performance: Is Physical Activity in Adolescence Related to Adult Physical Fitness? American Journal Of Human Biology 13:180–189 (2001).
Kharisma Tamimi & Rimbawan. 2015. Nutritional adequacy, physical activity, and cardiorespiratory fitness of Indocement workers Bogor. Jurnal Gizi Pangan, Maret 2015, 10(1): 33-40.
Kristian, A. H. 2014. Pengaruh Lomba Kompetensi Siswa (LKS) terhadap motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bola basket SMKN 1 JOMBANG. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 03 Tahun 2014, 792 - 795, 792 ISSN : 2338-798X.
Lee, P. H., Macfarlane, D. J., Lam, T. & Stewart, S. M. 2011. R EVI EW : Validity of the international physical activity questionnaire short form (IPAQ-SF): A systematic review. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity ; Bio Med Central.
Magutah. 2013. Cardio-respiratory fitness markers among Kenyan university students using a 20m shuttle run test (SRT). African Health Sciences, Vol 13 Issue 1 March 2013.
Mario Vaz, Maria Pauline, Uma S. Unni, Panam Parikh, Tinku Thomas, A.V. Bharathi, Sandhya Avadhany, Sumithra Muthayya, Ruchika Mehra & and Anura V. Kurpad. 2011. Micronutrient Supplementation Improves Physical Performance Measures in Asian Indian School-Age Children1–4. The Journal of Nutrition Nutrient Physiology, Metabolism, and Nutrient-Nutrient Interactions.
Martins D, Tareen N, Pan D & Norris K. 2003. The relationship between body mass index, blood pressure and pulse rate among normotensive and hypertensive participants in the third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES). Europe PubMed Central.
Matsuzaka, A., Takahashi, Y., Yamazoe, M., Kumakura, N., Ikeda, A., Wilk, B. & Bar-Or, O. 2004. Validity of the multistage 20-m shuttle-run test for Japanese children, adolescent and adults. Pediatrics and science, 16, 113-25.
Monyeki MA, Neetens R, Moss SJ & Twisk J. 2012. The relationship between body composition and physical fitness in 14 year old adolescents residing within the Tlokwe local municipality, South Africa: the PAHL study. BMC Public Health. 2012 May 24;12:374.
Muhibbut Thibri, Tuti Restuastuti & Azrin, M. 2014. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Kebugaran Jasmani Pada Mahasiswa Kedokteran Universitas RIAU. JOM Volume 1, No 2.
ix
Muizzah, L. 2013. Hubungan antara kebugaran dengan status gizi dan aktivitas fisik pada mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bachelor, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Murray, R. 2009. Harper’s Illustrated Biochemistry 28th Ed. , New York : Lange, Medical Publications, hlm. 155, 459.
Nadia Harira, Asnawati & Huldani. 2013. Perbandingan Nilai VO2 Maks antara Siswa Terlatih dengan Siswa Tidak Terlatih di SMAN 1 Martapura. Berkala Kedokteran Vol. 9 No. 1 April 2013.
Nieman, D. 2001. The exercise test as a component of the total fitness evaluation. Nieman, D. 2007. Exercise Testing and Prescription: A Health Related Approach, USA, McGraw-Hill
Companies Inc. Nieman, D. 2011. Excercise Testing and Prescriptions : Health - RelatedApproach. , Newyork : USA,
McGraw : Hill. Nugraheni, S. W. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kebugaran Jasmani Pada
Lansia di Panti Werdha Dharma Bhakti Surakarta. INFOKES, Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan, ,VOL. 3 NO. 1, Februari 2013.
Nurwidyastuti, D. 2012. Hubungan Konsumsi Zat Gizi, Status gizi dan Faktor-Faktor Lain Dengan Status Kebugaran Mahasiswa Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia Tahun 2012. Sarjana, Universitas Indonesia.
Papathanasiou, G., Georgoudist, G., Papandreou, M., Spyropoulus, P., Georgekapoulos, D., Kalfakakou, V. & Evangelou, A. 2009. Reliability Measures of the Short International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) in Greek Young Adults. Hellenic J Cardiol 2009; 50: 283-294 I.
Prabowo, S. B. 2014. Tingkat Kebugaran Jasmani Anggota Klub Jantung Sehat. Journal of Physical Education, Sport Health and Recreations. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/peshr.
Pribis, P., Burtnack, C. A., McKenzie, S. O. & Thayer, J. 2010. Article : Trends in Body Fat, Body Mass Index and Physical Fitness Among Male and Female College Students. Nutrients 2010, 2, 1075-1085 ISSN 2072-6643 www.mdpi.com/journal/nutrients.
Puskesjasrek 2000. Pedoman dan Modul Pelatihan Kesehatan Olahraga Bagi Pelatih Olahragawan Pelajar., Jakarta, Depdiknas.
Putra, R. N. & Amalia, L. 2014. Hubungan Asupan Energi Protein dan Frekuensi Olahraga dengan Daya Tahan Kardiorespirasi dan Masaa Otot Pada Mahasiswa IPB. JGP, Volume 9, Nomor 1, Maret 2014.
Rahmaan Innash & Ika Rosdiana. 2013. The Relationship between Total Blood Cholesterol Level and VO2 max in 6-Minute Walk Test. An Analitical Observational Study in Students of Medical Faculty UNISSULA aged 19 to 21 years. Sains Medika, Vol. 5, No. 1, Januari - Juni 2013 : 1-3.
Saqurin, A. 2013. Fitness Level In Students With Taekwondo Sport at Airlangga University. Journal UNAIR.
Sari, S. R. 2014. Stres Sebagai Faktor Dominan Terhadap Status Kebugaran Aerobik Pada Satpam Laki-Laki di Universitas Indonesia. Universitas Indonesia.
Sarwono. 2000. Kebugaran Jasmani Mahasiswa Hubungan dengan Indeks Massa Tubuh dan Kadar Haemoglobin PAEDAGOGIA, Jilid 11, , Nomor 2, Agustus 2008, halaman 124 - 135.
Sharkey J. Brian 2013. Fitness & Health-7th Edition. United State of America: Courier Company.Inc. Society, C. 2011. PAR-Q and You Test. Canadian Society for Exercise Physiology www.csep.ca/forms. Sostroasmoro, S. 2014. Pemilihan subjek penelitian. In: SUDIGDO SOSTROASMORO & ISMAEL, S.
(eds.) Dasar-Dasar Metodologi Penelitan Klinis. Jakarta: Sagung Seto. Sugiarsi, S. 2012. Hubungan Antara Kecukupan Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran Kelompok
Ibu PKK Di Kecamatan Banjarsari. Maternal Volume 6. Sugiyono 2007. Statistika Untuk Penelitian, Bandung, CV. Alfabeta Sumantri, A. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Kencana Prenada Media Group. Supariasa 2002. Penilaian Status Gizi, Jakarta, PT.Gramedia Pustaka Utama. Tonni Limbong, S. K., M.Kom 2013. Seminar "Peranan Mahasiswa Dalam Menghadapi
Perkembangan Teknologi Informasi". Medan: STMIK Budi Dhrma.
x
WHO. 2005. International Physcal Activity Questionaire (IPAQ). Wilkins, L. W. a. 2007. Nutrition Made Incridicle Easy, USA, Wolters Kluwer Health Inc. Williams, M. H. 2002. Nutrition for Health, Fitness and Sport, New York ; USA, McGraw-Hill Higher
Education.
xi
LAMPIRAN
Tabel Estimasi Nilai VO2 Maks
Level Blk VO2Maks Level Blk VO2Maks Level Blk VO2Maks Level Blk VO2Maks Level Blk VO2Maks Level Blk VO2Maks 1 1 17.20 6 1 33.25 9 11 46.80 13 6 58.70 16 8 69.50 19 6 79.20
2 17.60 2 33.60 10 1 47.10 7 59.00 9 69.75 7 79.45 3 18.00 3 33.95 2 47.40 8 59.30 10 70.00 8 79.70 4 18.40 4 34.30 3 47.70 9 59.55 11 70.25 9 79.95 5 18.80 5 34.65 4 48.00 10 59.80 12 70.50 10 80.20 6 19.20 6 35.00 5 48.35 11 60.20 13 70.70 11 80.40 7 19.60 7 35.35 6 48.70 12 60.60 14 70.90 12 80.60
2 1 20.00 8 35.70 7 49.00 13 60.76 17 1 71.15 13 80.83 2 20.40 9 36.05 8 49.30 14 1 60.92 2 71.40 14 81.00 3 20.75 10 36.40 9 49.60 2 61.10 3 71.65 15 81.30 4 21.10 7 1 36.75 10 49.90 3 61.35 4 71.90 20 1 81.55 5 21.45 2 37.10 11 50.20 4 61.60 5 72.15 2 81.80 6 21.80 3 37.45 11 1 50.50 5 61.90 6 72.40 3 82.00 7 22.15 4 37.80 2 50.80 6 62.20 7 72.65 4 82.20 8 22.50 5 38.15 3 51.10 7 62.45 8 72.90 5 82.40
3 1 23.05 6 38.50 4 51.40 8 62.70 9 73.15 6 82.60 2 23.60 7 38.85 5 51.65 9 63.00 10 73.40 7 82.90 3 23.95 8 39.20 6 51.90 10 63.30 11 73.65 8 83.00 4 24.30 9 39.55 7 52.20 11 63.65 12 73.90 9 83.25 5 24.65 10 39.90 8 52.50 12 64.00 13 74.13 10 83.50 6 25.00 8 1 40.20 9 52.80 13 64.20 14 74.35 11 83.70 7 25.35 2 40.50 10 53.10 15 1 64.40 18 1 74.58 12 83.90 8 25.70 3 40.80 11 53.70 2 64.60 2 74.80 13 84.10
4 1 26.25 4 41.10 12 53.90 3 64.85 3 75.05 14 84.30 2 26.80 5 41.45 12 1 54.10 4 65.10 4 75.30 15 84.55 3 27.20 6 41.80 2 54.30 5 65.35 5 75.55 16 84.80 4 27.60 7 42.10 3 54.55 6 65.60 6 75.80 21 1 85.00 5 27.95 8 42.40 4 54.80 7 65.90 7 76.00 2 85.20 6 28.30 9 42.70 5 55.10 8 66.20 8 76.20 3 85.40 7 28.70 10 43.00 6 55.40 9 66.45 9 76.45 4 85.60
Level Blk VO2Maks Level Blk VO2Maks Level Blk VO2Maks Level Blk VO2Maks Level Blk VO2Maks Level Blk VO2Maks 4 8 29.10 8 11 43.30 12 7 55.70 15 10 66.70 18 10 76.70 21 5 85.85
9 29.50 9 1 43.60 8 56.00 11 67.05 11 76.95 6 86.10 5 1 29.85 2 43.90 9 56.25 12 67.40 12 77.20 7 86.30
2 30.20 3 44.20 10 56.50 13 67.60 13 77.43 8 86.50 3 30.60 4 44.50 11 57.10 16 1 67.80 14 77.66 9 86.70 4 31.00 5 44.65 12 57.26 2 68.00 15 77.90 10 86.90 5 31.40 6 45.20 13 1 57.46 3 68.25 19 1 78.10 11 87.15 6 31.80 7 45.55 2 57.60 4 68.50 2 78.30 12 87.40 7 32.17 8 45.90 3 57.90 5 68.75 3 78.55 13 87.60 8 32.54 9 46.20 4 58.20 6 69.00 4 78.80 14 87.80 9 32.90 10 46.50 5 58.46 7 69.25 5 79.00 15 88.00
16 88.20
Form Code : (diisi oleh Petugas)
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBUGARAN PADA MAHASISWA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2015
Assalamualaikum Wr.Wb
Perkenalkan saya adalah mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan
penelitian mengenai “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kebugaran pada mahasiswa program
studi kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah jakarta tahun 2015”. Penelitian ini saya lakukan
sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Oleh sebab itu, saya meminta bantuan anda untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Saya
sangat mengharapkan anda mengisi formulir penilaian asupan gizi dengan metode recal 24 jam, PAR-Q
Test dan IPAQ serta mengikuti serangkaian kegiatan dari penelitian (pengukuran Anthropometric, persen
lemak tubuh dan tes kebugaran (20 m shuttle run) dengan lengkap.
Atas perhatian dan kerjasama nya, saya ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Hormat Saya
HASANAH PUTRI
Form Code : (diisi oleh Petugas)
FORM KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
NAMA :
NIM :
JENIS KELAMIN :
TANGGAL LAHIR :
ANGKATAN :
NO. TELPHON :
EMAIL :
Menyatakan bersedia menjadi responden dan akan mengikuti penelitian sesuai dengan metode
yang dilakukan peneliti.
Jakarta, APRIL 2015
RESPONDEN
( )
HASANAH PUTRI xvi
PAR- Q and YOU (Kuesioner untuk usia 16-59)
(Society, 2011)
Latihan fisik merupakan hal yang menyenangkan dan menyehatkan dan semakin banyak orang
yang semakin aktif setiap harinya. menjadi lebih aktif merupakan hal yang aman bagi beberapa orang.
namun, beberapa orang harus memeriksakan diri ke dokter untuk menjadi individu yang lebih aktif.
Jika Anda berencana untuk menjadi lebih aktif dalam aktivitas fisik daripada sekarang, Mulailah
dengan menjawab tujuh pertanyaan pada kotak dibawah ini. Jika Anda berusia 16-59 tahun, kuesioner ini
akan memberi informasi bila Anda harus memeriksakan diri ke dokter sebelum memulai program.Apabila
Anda tidak seharusnya menjadi sangat aktif, periksakan ke dokter Anda. Anda merupakan penuntun
terbaik dalam menjawab pertanyaan ini. harap baca pertanyaan dengan baik dan jawab setiap pertanyaan
dengan jujur. tandai YA atau TIDAK.
PERTANYAAN YA TIDAK
1. Pernahkan Anda mengatakan bahwa Anda memiliki kondisi jantung
lemah, dan penyakit jantung bawaan serta penyakit paru seperti Asma,
TBC, Pneumonia dan harus menjalankan aktivitas fisik sesuai dengan
anjuran dokter ?
2. Apakah Anda merasa sakit di dada saat melakukan aktivitas fisik ?
3. Pada bulan terakhir, apakah Anda memiliki rasa sakit di dada saat
melakukan aktivitas fisik ?
4. Apakah Anda kehilangan keseimbangan dikarenakan pusing atau
apakah Anda pernah mengalami kehilangan kesadaran ?
5. Apakah Anda memiliki masalah tulang atau lainnya (seperti punggung,
lutut, dan pinggul) yang menjadi lebih buruk akibat perubahan
aktivitas fisik Anda?
6. Apakah sekarang dokter Anda memberi resep obat-obatan untuk
tekanan dara atau kondisi jantung Anda ?
7. Apakah Anda mengetahui alasan lain mengapa Anda tidak
diperbolehkan untuk melakukan aktivitas fisik atau latihan fisik ?
Tanda Tangan : Tanggal :
HASANAH PUTRI xvii
DIISI OLEH PETUGAS
A. STATUS GIZI
1 Berat Badan : Kg
2 Tinggi Badan : m
3 IMT : Kg/m2
4 Persen Lemak Tubuh : %
5 Tekanan darah :
6 Status merokok :
7 Kapasitas Vital Paru :
B. ASUPAN ZAT GIZI
1 Karbohidrat : ………… g = …………. % AKG
2 Proteein : ………… g = …………. % AKG
3 Lemak : ………… g = …………. % AKG
4 Diet : Ya/ Tidak
5 Konsumsi Suplemen dan sejenisnya : Ya/ Tidak
Jika, Ya. Jenis Suplemen :
C. AKTIVITAS FISIK
1 Kategori Ringan : ……………………… METs-min/minggu
2 Kategori Sedang : ……………………… METs-min/minggu
3 Kategori Berat : ……………………… METs-min/minggu
HASANAH PUTRI xviii
KUESIONER AKTIVITAS FISIK
(IPAQ, 2005)
Petunjuk pengisian :
1. Tidak ada jawaban benar atau salah, ini bukan tes
2. Pertanyaan harus dijawab dengan jujur dan akurat
Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui tingkat aktivitas fisik selama
1) Aktifitas fisik berat adalah aktivitas yang menggunakan tenaga fisik kuat sehingga nafas jauh
lebih cepat dari biasanya. Seperti : Jalan cepat, jogging,/berlari, bersepeda dimedan
berliku/tanjakan, dansa, menari, berkebun (dengan menggunakan peralatan berat, memanjat,
memotong ranting), melakukan pekerjaan rumah tangga (memindahkan furniture, membawa
belanja dan benda berat sambil menaiki/menuruni tangga, bermain dengan anak-anak (berlari,
bersepeda), senam aerobik
7 hari terakhir
yang dilakukan minimal selama 10 menit
a) Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari anda melakukan aktivitas fisik berat seperti yang
dijelaskan diatas ?
.
� ______________________ hari seminggu
b) Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk melakukan aktivitas fisik berat tersebut dalam
sehari ?
� _________jam__________ menit sehari
2) Aktifitas fisik sedang adalah aktivitas yang menggunakan daya fisik yang sedang sehingga
membuat anda bernafas agak lebih kuat dari biasanya. Seperti : yoga, senam bukan aerobik (golf,
tennis, voli, bulu tangkis), berolahraga dirumah (sit up, push up), berkebun (membersihkan
rumput dan daun yang berserakan, mencangkul, menanam), pekerjaan rumah tangga (mengepel
lantai dan membersihkan rumah dengan banyak menggunakan tangan, menjemur pakaianyang
dilakukan minimal selama 10 menit
a) Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari anda melakukan aktivitas fisik sedang seperti yang
dijelaskan diatas?
.
� ______________________ hari seminggu
b) Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk melakukan aktivitas fisik sedang tersebut
dalam sehari ?
� _________jam__________ menit sehari
HASANAH PUTRI xix
3) Berjalan kaki termasuk berjalan kaki dirumah dan ditempat kerja atau kampus, berjalan kaki dari
suatu tempat ke tempat lain dan berjalan kaki untuk rekreasi, berolahraga, bersenam atau berjalan
kaki pada waktu senggangyang dilakukan minimal selama 10 menit
Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari anda melakukan berjalan kaki seperti yang dijelaskan
diatas?
.
� ______________________ hari seminggu
Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk berjalan kaki tersebut dalam sehari ?
� _________jam__________ menit sehari
4) Duduk termasuk bagian dari perilaku sedentary. Waktu yang digunakan untuk duduk pada hari
kerja atau dalam rumah termasuk juga waktu duduk yang dihabiskan duduk ditempat kerja,
dikampus, dirumah, waktu belajar dan pada waktu senggang, mengunjungi teman-teman,
membaca atau duduk atau berbaring sambil menonton televisiyang dilakukan minimal selama 10
menit
a) Selama 7 hari sebelumnya, berapa waktu yang anda gunakan untuk duduk seperti yang
dijelaskan diatas?
.
� ______________________ hari seminggu
b) Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk duduk seperti yang dijelaskan diatas dalam
sehari ?
� _________jam__________ menit sehari
TERIMAKASIH
HASANAH PUTRI xx
HARI/ TANGGAL :
PEWAWANCARA :
FORMULIR PENILAIAN ASUPAN ZAT GIZI
METODE RECALL 24 JAM
WAKTU MAKANAN BAHAN
MAKANAN
JUMLAH
UKURAN RUMAH
TANGGA (URT)
BERAT
(gram)
PAGI/ JAM
SIANG/ JAM
HASANAH PUTRI xxi
MALAM/JAM
TERIMAKASIH
HASANAH PUTRI xxii
FORMULIR PENGHITUNGAN BALIKAN BLEEP TEST / 20 m Shuttle Run
(Puskesjasrek, 2000)
Level / tingkatan
ke………
Shuttle / balikan ke……….
1 1 2 3 4 5 6 7
2 1 2 3 4 5 6 7 8
3 1 2 3 4 5 6 7 8
4 1 2 3 4 5 6 7 8 9
5 1 2 3 4 5 6 7 8 9
6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
13 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
17 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
18 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
19 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
21 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kemampuan Maksimal : . . . . . . .
Tingkatan : . . . . . . .
Balikan : . . . . . . .
VO2 maks : . . . . . . . ml/kg/BB/menit
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTAREKAPITULASI DATA MAHASISWA
PROGRAM REGULERPER 23 DESEMBER 2014
NIMNo. Nama Angkata StatusKonsentrasiFakultas Program Studi
1111101000001 INDAH JAMIATUN HASANAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif1
1111101000002 SRI HENNY Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif2
1111101000003 AHMAD MUNIR KAMIL MANIK Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif3
1111101000004 EKA LESTARI SITEPU Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif4
1111101000005 ASRIL YUSUF PUTRA FAU Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif5
1111101000006 LAILATUL MAGHFIROH SALIM Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif6
1111101000007 HALIMATUSADIAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif7
1111101000008 DENOK ARISKA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif8
1111101000010 ARIBAH RAFIDAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif9
1111101000011 SARAH AJENG KUSUMARANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif10
1111101000012 WAHYU GITO PUTRO Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif11
1111101000013 AWALIYAH RIZKA SAFITRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif12
1111101000014 LAILATUL MAGHFIROH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif13
1111101000015 NURHIDAYATI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif14
1111101000016 WANDA JAYA PURNAMA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif15
1111101000018 IQRAR RAMADHAN Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif16
1111101000019 BAKAR AL-SHIDIQ Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif17
1111101000020 NURLINA BINTAN U. B. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif18
1111101000021 AINIL FITRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif19
1111101000022 LAILA ROMLAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif20
1111101000023 SARAH ISLAMIA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif21
1111101000024 NADITA ANGGIASARI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif22
1111101000025 AHMAD RIHENA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif23
1111101000026 WULAN SAVITRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif24
1111101000027 SAFIRA ANINDITA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif25
NIMNo. Nama Angkata StatusKonsentrasiFakultas Program Studi
1111101000028 KEMAL ALFAJAR Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif26
1111101000029 RAHMA YUSFARANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif27
1111101000030 RIZKI AMALIA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif28
1111101000032 SAFIRA HILWA TSAURI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif29
1111101000033 FALAH NUR RAHMAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif30
1111101000034 UNIQUE GITA CLAUDIA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif31
1111101000035 ANDAM AR-RAHMI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif32
1111101000036 DINA ADLINA AMU Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif33
1111101000037 NURUL ISMI RUBBIANA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif34
1111101000038 PUTRI HANDAYANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif35
1111101000039 DWI NURVITA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif36
1111101000040 NADRA ANNISWAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif37
1111101000041 RUDITHO PRIYANDI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif38
1111101000042 ANIS SAPUTRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif39
1111101000043 NUR FITRI AFIATI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif40
1111101000044 PUTRI DWI KARINA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif41
1111101000045 PUTRI ANGGRAENI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif42
1111101000046 AJRINA WINASARI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif43
1111101000047 DEFIRNA INDAH P Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif44
1111101000048 AYU ROCHANA CHANDRADEWI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif45
1111101000049 DESY PUSPARINI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif46
1111101000050 CHRISTINA LIA WATI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif47
1111101000051 AHMAD AFIF MAULUDI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif48
1111101000052 ANJAR NOFIANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif49
1111101000053 DESFI NUR KHARISMA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif50
1111101000054 DEISTANIA MAHARANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif51
1111101000055 NURANI FITRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif52
1111101000056 SITI KHOTIJAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif53
1111101000057 ISMI DZALVA ALFIAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif54
1111101000058 RINI SEPTIANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif55
1111101000060 SHELA AYU PURYANDINI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif56
NIMNo. Nama Angkata StatusKonsentrasiFakultas Program Studi
1111101000061 DINI CHAIRONISA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif57
1111101000062 ENJARIYANTO PRATAMA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif58
1111101000063 ALMEN FERCUDANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif59
1111101000064 UKHFIYA QURROTA A Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif60
1111101000065 ALFICA AGUS JAYANTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif61
1111101000066 DAILY LINTANG A Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif62
1111101000067 NABILA DEWI ICHSANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif63
1111101000068 ANANTIKA ANISSA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif64
1111101000069 SELLY TRI MINATI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif65
1111101000070 HARUM AULIA RAHMAWATI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif66
1111101000071 RIZKIYAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif67
1111101000072 AMALIA FAUZIA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif68
1111101000073 NURUL FAJRIATIPRAPTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif69
1111101000075 ASWANSAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif70
1111101000076 FARAH WILDANIYAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif71
1111101000077 IKA AMALIA PUTRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif72
1111101000078 ALIFIA NADANTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif73
1111101000079 MEITAMA ARIEF B. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif74
1111101000080 AYU SEPTYA WULANDARI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif75
1111101000081 NURUL FIKRIYAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif76
1111101000082 META WIDYA NINGSIH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif77
1111101000083 SRI FUJI ASTUTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif78
1111101000085 IBNU BURHANUDIN Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif79
1111101000086 ALVINA YARRA PUTRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif80
1111101000087 RENITA PERTIWI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif81
1111101000088 RIDANTI LENGGO GENI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif82
1111101000089 LATANZA SHIMA D. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif83
1111101000090 DWI RAHMAWATI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif84
1111101000091 WIDYA UMAMI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif85
1111101000092 RIZKI ASRIANI PUTRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif86
1111101000093 ROKHMAH NUR RISKHA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif87
NIMNo. Nama Angkata StatusKonsentrasiFakultas Program Studi
1111101000094 ABDUL KARIM ASMA'ULLUDIN Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif88
1111101000095 DESY WULANDARI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif89
1111101000096 FARIS MUHAMMAD ZIKRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif90
1111101000097 NURLIDYAWATI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif91
1111101000098 LANY APRILI S Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif92
1111101000099 YOURIKE ALIA S Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif93
1111101000100 ANNISA SEPTIANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif94
1111101000101 SRI WAHYU FITRIA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif95
1111101000102 NIKEN KUSUMA WARDANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif96
1111101000104 ANISA AJENG NASTITI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif97
1111101000105 RAHMA ARDHEANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif98
1111101000106 FEBRIANA MAIZURA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif99
1111101000107 ANISA KHOERUNISA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif100
1111101000108 BETTI R A Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif101
1111101000109 SALSABILA TRIANA DWIPUTRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif102
1111101000110 AQMARINA MAHADIBYA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif103
1111101000111 NUR IKHSANI RAHMATIKA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif104
1111101000112 AL KAHFI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif105
1111101000113 RYANTIO PRIYONO Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif106
1111101000114 PUTRI WIDIASTUTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif107
1111101000115 INDAH RATIKASARI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif108
1111101000116 ANGGITA RISQI P Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif109
1111101000117 KARTIKA ANISA PUTRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif110
1111101000119 DWI RAMADHANI P Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif111
1111101000120 SESMITA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif112
1111101000122 LINA SRI MARLINAWATI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif113
1111101000123 HASANAH PUTRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif114
1111101000124 PRADITYA MIRTARA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif115
1111101000126 NURRIZKY WISUDAWATI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif116
1111101000127 CHANDRA PERDANA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif117
1111101000128 HARI AGUS PRANATA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif118
NIMNo. Nama Angkata StatusKonsentrasiFakultas Program Studi
1111101000129 DONNA PERTIWI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif119
1111101000130 UMI KHALIFAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif120
1111101000131 EFRI MALISA DWI PUTRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif121
1111101000132 ROIS SOLICHIN Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif122
1111101000133 NAILA ROHMATIN Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif123
1111101000134 MUSLIM BAHORI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif124
1111101000135 MAHMUD BADARUDDIN Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif125
1111101000136 SUGIARTO Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif126
1111101000137 HIDAYAT S BAKALINGA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif127
1111101000138 IKA NUR ATIKOH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif128
1111101000139 SUKMA MARDIYAH PANGGABEAN Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif129
1111101000140 MOH HATAN FAHLEDI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif130
1111101000141 FAIZATUL ISLAMIYAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif131
1111101000142 FEELA ZAKI SAFITRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2011 Aktif132
Jumlah Total Mahasiswa 132 Orang
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTAREKAPITULASI DATA MAHASISWA
PROGRAM REGULERPER 23 DESEMBER 2014
NIMNo. Nama Angkata StatusKonsentrasiFakultas Program Studi
1112101000001 CESIL MAGDALENA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif1
1112101000002 FITRI HANDAYANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif2
1112101000003 YUDHISTIRA PRASETYO ANANDA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif3
1112101000004 MURSALINA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif4
1112101000005 TYAS INDAH PERMATASARI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif5
1112101000006 SRI WIDIYASTUTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif6
1112101000007 HESTI WILDANI DAULAY Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif7
1112101000008 SYIFA AZKIYA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif8
1112101000009 AYU SARIYANI HARAHAP Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif9
1112101000010 NURIL HIDAYAH AL HASANAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif10
1112101000011 NURZIA ULHAQ Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif11
1112101000012 EVI LUTHFIAH KHAIRIYAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif12
1112101000013 MARYURY FUTRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif13
1112101000014 VIRA RAHMAYANTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif14
1112101000017 NIZAR FATHUL KHOIR Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif15
1112101000018 LAILY RACHMAYANTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif16
1112101000019 UMI KALSUM Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif17
1112101000020 SITI AISYAH NAINGGOLAN Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif18
1112101000021 PRADITA SRIE KOESDIYANTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif19
1112101000022 YULIA ELIZABETH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif20
1112101000023 ABDU ROHIM Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif21
1112101000024 ISNAENI WAHYU SAPUTRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif22
1112101000025 MARIATUL QIBTIYAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif23
1112101000026 RICO ADIYATMA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif24
1112101000027 RATNASARI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif25
NIMNo. Nama Angkata StatusKonsentrasiFakultas Program Studi
1112101000028 OFIN ANDINA P S Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif26
1112101000029 YUFA ZURIYA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif27
1112101000032 YOLA DWI PUTRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif28
1112101000033 AGIN DAROJATUL A Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif29
1112101000034 ANNISA SAYYIDATUL U Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif30
1112101000035 AYU SAVITRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif31
1112101000037 LILIS YULIARTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif32
1112101000038 ELSYA RISTIA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif33
1112101000039 RIKA APRIYANTI H Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif34
1112101000040 ARINA MUTHIA NURSANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif35
1112101000041 RAHFITA FERDINAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif36
1112101000042 JUWITA WIJAYANTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif37
1112101000043 SYAHIDAH FITRIA A Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif38
1112101000044 PUTRI AYUNI S Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif39
1112101000045 DEVINA KOESNATASHA A Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif40
1112101000046 FARRAS PUTRI ARIANTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif41
1112101000047 TYAS WIDYA U Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif42
1112101000048 ANDINI SEPTIANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif43
1112101000049 WIDYANFRI WIRA P S Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif44
1112101000050 EKA ARI NURYANTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif45
1112101000051 NURMARANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif46
1112101000053 NURAZIZAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif47
1112101000054 REIZA NURUL MARIFAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif48
1112101000055 ANISA APRILIYANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif49
1112101000056 SARAH APRILIA R Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif50
1112101000057 ALVIRAL MUHAMAD Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif51
1112101000058 ASTRID KAROLINA .A Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif52
1112101000060 NOVA ELYANTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif53
1112101000061 ANNISA DWI LESTARI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif54
1112101000062 SEKAR WIGATI S Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif55
1112101000064 YOLANDA MUTIARA C Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif56
NIMNo. Nama Angkata StatusKonsentrasiFakultas Program Studi
1112101000065 ATTHINA AYU MUSTIKA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif57
1112101000066 CORY SELVIANA DEVI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif58
1112101000067 SILMI MUFIDAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif59
1112101000068 MUH. TSABIT A Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif60
1112101000069 ERIKA HIDAYANTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif61
1112101000070 PARAMITA MAULIDAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif62
1112101000071 AJENG SAKINA GANDAASRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif63
1112101000072 NOVA RIZKI PRAKOSO Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif64
1112101000073 NUNI PUSPA SYAHIDAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif65
1112101000074 IKA NUR SYAFITRIANY Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif66
1112101000075 TANTRI PERMADANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif67
1112101000076 TOYYIBAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif68
1112101000077 PUTRI DEWI RIANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif69
1112101000078 HANUN HAFIYYA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif70
1112101000079 AYU SAJIDA DA'AD ARINI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif71
1112101000080 ANIS ROHMANA MALIK Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif72
1112101000081 NADHIRA KHAIRANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif73
1112101000082 HANIFATUN NISA ATH THORIQOH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif74
1112101000083 AZIZAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif75
1112101000084 UKHTY RAHMAH SARI M Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif76
1112101000085 RICHARD WAHYU PRATAMA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif77
1112101000086 HALIDA MUTIA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif78
1112101000087 YUNI FIRA LARASATY Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif79
1112101000089 SUSI SUSANTO Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif80
1112101000090 AGUS DWI SAPUTRA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif81
1112101000091 MUHAMMAD LUQMAN Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif82
1112101000092 AHMAD FAIZ Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif83
1112101000093 ANDI SAEFUL MUBARAK Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif84
1112101000094 WIDYA OKTAVIANA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif85
1112101000095 APRILITA NOOR AMELIA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif86
1112101000096 BELLA KURNIA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif87
NIMNo. Nama Angkata StatusKonsentrasiFakultas Program Studi
1112101000097 MAULIDA NELLA MUNA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif88
1112101000098 ARINA KHOIRINA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif89
1112101000099 AINIA NURUL AQIDA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif90
1112101000100 NURMALA SAIDAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif91
1112101000101 NURVITA HAYATI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif92
1112101000102 SUHARNI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif93
1112101000103 ASTUTI AKIN Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif94
1112101000106 YAUMI KHAIRI AZHARI LUBIS Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif95
1112101000107 FITRIA NURRIZKI ZALMA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif96
1112101000108 HILMA AHDIAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif97
1112101000111 RISKAH WAHYUNI NASUTION Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif98
1112101000113 RR. PUTRI ANNISYA A. P. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif99
1112101000114 DESTINIA PUTRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif100
1112101000115 AYU FHYTA MAHARINI PRATIWI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif101
1112101000116IVANNULLAH ANGGRIAWANWIBISONO
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2012 Aktif102
Jumlah Total Mahasiswa 102 Orang
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTAREKAPITULASI DATA MAHASISWA
PROGRAM REGULERPER 23 DESEMBER 2014
NIMNo. Nama Angkata StatusKonsentrasiFakultas Program Studi
1113101000001 DEWI CITRA MURNI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif1
1113101000002 KARTIKA MEGA FITRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif2
1113101000003 FINNY RIZKI PUTRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif3
1113101000004 AISYAH FATIMAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif4
1113101000005 IFFA IFFATUNNUFUS Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif5
1113101000006 DARA HERWINA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif6
1113101000007 KHOIRUNNISA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif7
1113101000008 SITI HINDUN Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif8
1113101000009 DEWI HAYATI HAKIM POHAN Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif9
1113101000010 ISYAH INDAH SARI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif10
1113101000011 AMALIA PERMATASARI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif11
1113101000012 ZULFA ANDIRA MUSTIKARINI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif12
1113101000013 FAZA FIDARANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif13
1113101000015 DINDA APRILIANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif14
1113101000016 RATI MAHISARA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif15
1113101000018 ANNISA AYU SAFITRI LARASWATI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif16
1113101000019 DESY NUR WAHYUNI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif17
1113101000020 FATIKHATUL MABRUROH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif18
1113101000021 INDAH MAWAR ASHARI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif19
1113101000022 IFA SYIFAURROHMAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif20
1113101000023 RISKA AYU HANDAYANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif21
1113101000024 LILIS AMALIAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif22
1113101000025 A FAUZAN MAULANA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif23
1113101000027 CHAIRUNNISA NURLAILI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif24
1113101000028 ANGGI BETHANY Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif25
NIMNo. Nama Angkata StatusKonsentrasiFakultas Program Studi
1113101000029 DEWI SABRINA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif26
1113101000030 ADE TRIANI UTAMI P Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif27
1113101000031 DESTY PRATIWI M Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif28
1113101000033 DESVIRA ADITARINA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif29
1113101000034 NINDY WIDIASTUTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif30
1113101000036 SONIA NUR ANGGRAENI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif31
1113101000037 MEGA SARASWATI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif32
1113101000038 ARIO JULVIANTINO Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif33
1113101000039 RAI SYIFA FAUZIAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif34
1113101000040 MEGA TRISNA NIRWANTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif35
1113101000041 RIZQI S Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif36
1113101000042 DEA ALDILA PUZINI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif37
1113101000043 DZUL FARIDAH ARINAL HAQ Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif38
1113101000045 SITI LUTFIYAH RAHMANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif39
1113101000046 AFTAH NAUFAL RIFKI LANTIF Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif40
1113101000047 NAJMATUN NISA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif41
1113101000048 SOFIYULLOH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif42
1113101000049 ARINDA PUSPITA SARI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif43
1113101000050 MILA SYAHRIYATUL MAGHFIROH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif44
1113101000051 KHOIRUNNISA DAMAYANTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif45
1113101000052 ANA MUSLIMA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif46
1113101000053 TITAH HATI KHOIRURROKHMAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif47
1113101000054 DWI INDAH NOVIYANTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif48
1113101000055 DARMAWAN ABIYANTO Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif49
1113101000056 DEWI OCTAVIA NURHAYATI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif50
1113101000057 NURSYAHBANI YULIANTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif51
1113101000058 MUHAMMAD FARHAN Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif52
1113101000059 RIZKI ZAHROTUL HAYATI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif53
1113101000060 ILMIA NURWAHIDAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif54
1113101000061 KHOIRUNNISA OCTAVIANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif55
1113101000063 SEPTIA PUTRI AROFI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif56
NIMNo. Nama Angkata StatusKonsentrasiFakultas Program Studi
1113101000064 MUTIA RAHMA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif57
1113101000065 TRIAMY DIAH ANDINI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif58
1113101000066 ICA PUSPITA SARI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif59
1113101000067 NADILA SAFIRA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif60
1113101000068 LUTHFIATI RAHMA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif61
1113101000069MUHAMMAD ARIANDA PERTHAMANURRACHMAD
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif62
1113101000070 NARITA DAMAYANTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif63
1113101000071 NUR ATIKA MARWAH HASIBUAN Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif64
1113101000072 MIRA RIZKIA PUSPITASARI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif65
1113101000073 NANDA MAGHFIRAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif66
1113101000074 DINI FADIAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif67
1113101000075 SATRIO BUDI PRAKOSA RACHMAN Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif68
1113101000076 DINDA AYU THAHARANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif69
1113101000077 MUHAMMAD AQILA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif70
1113101000078 AGUNG TAHFIDZUL IMAN Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif71
1113101000081 HILMAH MULYA LESTARI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif72
1113101000083 INAYAH ROBBANIYAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif73
1113101000084 NANDA PARAMITA PUTRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif74
1113101000085 AFRIAZI ATMAZA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif75
1113101000086 NUR RISTA AGRESTRYANA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif76
1113101000087 AVITA FALAHDINA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif77
1113101000089 DIAH AYU SRIKANDI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif78
1113101000090 WIHDATURRAHMAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif79
1113101000093 SARAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif80
1113101000096 FITRIA ULFA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif81
1113101000097 FITRIA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif82
1113101000098 AFZA AZZINDANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif83
1113101000099 TIRTA INDAH PERDANA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif84
1113101000100 RIRIN NOVITA SARI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif85
1113101000101 WIDYA PRAYOGA TRIATMAJA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif86
1113101000102 FAHRUL FIRDAUS Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif87
NIMNo. Nama Angkata StatusKonsentrasiFakultas Program Studi
1113101000103 LUTHFI ROFIANA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif88
1113101000104 SRI PURWANTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif89
1113101000105 KHADZIYATUL FILDAH RUSDINA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif90
1113101000106 ACHMAD Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif91
1113101000107 GILANG ANUGERAH MUNGGARAN Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2013 Aktif92
Jumlah Total Mahasiswa 92 Orang
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTAREKAPITULASI DATA MAHASISWA
PROGRAM REGULERPER 23 DESEMBER 2014
NIMNo. Nama Angkata StatusKonsentrasiFakultas Program Studi
11141010000001 DWI AYU NOVIANTARI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif1
11141010000002 NURUL FARHANAH SYAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif2
11141010000003 TIA AGUSTINA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif3
11141010000004 NUR ADINDA REVIDINA LUBIS Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif4
11141010000005 MUHAMMAD LUTFI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif5
11141010000006 ANNISA AMALIA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif6
11141010000007 ROHMI FEBRYANA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif7
11141010000008 NANDA AMALA ELSANY Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif8
11141010000009 NOVA DWI FARHANA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif9
11141010000010 DEBI NADILA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif10
11141010000011 NELLIE NOVRIANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif11
11141010000012 NURUL ANISA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif12
11141010000013 DINA AZKA MUFIDAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif13
11141010000014 VENNI FAUZIAH UMRI RITONGA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif14
11141010000015 WARDATUL HASANAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif15
11141010000016 SISKA HARIYANTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif16
11141010000017 UMI KALSUM Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif17
11141010000018 ANITA ST FATONAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif18
11141010000019 GIANTI SARASWATI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif19
11141010000020 NURIZKA FAUZIAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif20
11141010000021 JULIUS PRABOWO Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif21
11141010000022 ANNISA DWI UTAMI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif22
11141010000023 IRPAN ARDIANSAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif23
11141010000024 MUHAMMAD AL RIDHO PRAWIRA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif24
11141010000025 SITI ROMANIA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif25
NIMNo. Nama Angkata StatusKonsentrasiFakultas Program Studi
11141010000026 WIWIT SUKMAWATI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif26
11141010000027 MAULANA JA’FAR ISLAMI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif27
11141010000028 FAUZIA SYIFA I Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif28
11141010000029 WULAN ALAWIYAH JAHRA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif29
11141010000030 SARAH NUZUL MUSLIMAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif30
11141010000031 KAMILA RAHMADIAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif31
11141010000032 MUZLIFAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif32
11141010000033 APRILIA DYAH K S Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif33
11141010000034 FADHILAH RIZKY N Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif34
11141010000035 SARAH MAFTU SABILA K Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif35
11141010000036 RIFQI ZAKIYA RAHMANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif36
11141010000037 ANIN NADIYAHTUL HILMA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif37
11141010000038 VINNY YUSRAINI ZAHRA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif38
11141010000039 ELLINA VINAJAHI S Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif39
11141010000040 NADHIRA RAMADHANI KH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif40
11141010000041 ANNISA RAHMI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif41
11141010000042 FHARIZA SANI RIZKIANA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif42
11141010000043 DESTY SETYARINI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif43
11141010000044 AJENG ESTU WULAN Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif44
11141010000045NUR AULIA FAUZIATILMUKAROMAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif45
11141010000046 SYIFA NABILA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif46
11141010000047 SEPTIANA NURUL HAUFAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif47
11141010000048 ANNISA FIRDAYANTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif48
11141010000049 TARA AINUN ADILA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif49
11141010000050 KHUSNUL KHOTIMAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif50
11141010000051 RIZKI FATIADI MULYA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif51
11141010000052 RISMA APRILLIA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif52
11141010000053 NUR PERMATASARI YUNITA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif53
11141010000054ZAUJAH MUNTHOHAROHSURAHMAN
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif54
11141010000055 IGNACE ADIBATINA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif55
11141010000056 SITI NUROMAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif56
NIMNo. Nama Angkata StatusKonsentrasiFakultas Program Studi
11141010000057 NINDIYA FAZRIANI ADAM Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif57
11141010000058 RAHMA DWI KHAIRINA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif58
11141010000059 SOFY DWI SEFRANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif59
11141010000060 CINDY AISYAH FIRDIAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif60
11141010000061 SAFFANAH NURIYAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif61
11141010000062 ERNES SOPHIA RAHMENIA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif62
11141010000063 SARTIKA MILADANI KULSUM Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif63
11141010000064 ANISA MARWA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif64
11141010000065 SENDYA MARTVIYORI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif65
11141010000066 ATSILAH AZRA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif66
11141010000067 ALFIANA RIEDHA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif67
11141010000068 SARAH SALSABILA KHAIRANI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif68
11141010000069 NABILAH MUSYARROFAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif69
11141010000070 ESMAWATI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif70
11141010000071 TITA RAHMAWATI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif71
11141010000072 PUTRI NAWANG WULAN Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif72
11141010000073 MUSTIKA ARUMBINANG Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif73
11141010000074 NURUL FATHIYAH URFA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif74
11141010000075 NURUL MUHAFILAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif75
11141010000076 MUTHI'AH ADIRA JUWONO Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif76
11141010000077 AMALIA POETRI NANINDRA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif77
11141010000078 ADDILA AGINSHA PUTRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif78
11141010000079 HAYATUL NISYA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif79
11141010000080 IRMA FAJAR HADI SURYANINGRUM Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif80
11141010000081 SITI RAHAYU Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif81
11141010000082 ATIKA RAHMAWATI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif82
11141010000083 NABILAH NUR FAUZIAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif83
11141010000084 RUTHFIANIWATY Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif84
11141010000085 ANNISA FITRIANA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif85
11141010000086 ZASMINOFIALTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif86
11141010000087 RIRIN CITRA APRILIANTI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif87
NIMNo. Nama Angkata StatusKonsentrasiFakultas Program Studi
11141010000088 ANNIDA AMBARUMMI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif88
11141010000089 SUCI MAULIDYA PARAMITHA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif89
11141010000090 MIA SARAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif90
11141010000091 IMAN SURYANTA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif91
11141010000092 SYAFITRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif92
11141010000093 DEA AMANDA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif93
11141010000094 NI MADE SHELLASIH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif94
11141010000095 ISTIQOMAH NURUL 'AINI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif95
11141010000096 ABANG AHMAD SYARDIANSYAH Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif96
11141010000097 IRENIA TENNOVIA YULIUS Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif97
11141010000098 NUR KARTIKA SARI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif98
11141010000099 MARYAM Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif99
11141010000100I NYOMAN SANDY PERWIRADHARMASAKTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif100
11141010000101 KANNIA NUR OVIDA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif101
11141010000102 SONIA QORI SAFITRI Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif102
11141010000103 ABIDAH ROBBIHA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif103
11141010000104 AINNA FISABILA Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat 2014 Aktif104
Jumlah Total Mahasiswa 104 Orang
Dokumentasi