faktor penyebab ketuban pecah dini (kpd) di ... julianti...pengertian ketuban pecah dini (kpd)...
TRANSCRIPT
-
FAKTOR PENYEBAB KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RSU BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Kendari
OLEH :
JULIANTI RAHAYU PRATIWI P00324013051
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI D-III
2016
-
ii
-
iii
-
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Julianti Rahayu Pratiwi
NIM : P00324013051
Program Studi : Diploma III Jurusan Kebidanan
Judul KTI : Faktor Penyebab Ketuban Pecah Dini (KPD) Di RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun
2015
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran
saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir
ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Kendari, Juli 2016
Yang membuat pernyataan,
Julianti Rahayu Pratiwi NIM.P00324013051
-
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Faktor Penyebab
Ketuban Pecah Dini (KPD) Di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2015 merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Diploma III Kebidanan di Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kendari.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah penulis banyak mendapatkan
arahan dan bimbingan dari Ibu Hendra Yulita,SKM,MPH sebagai
pembimbing I dan ibu Elyasari, SST, M.Keb sebagai pembimbing II.
Pada kesempatan ini peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Petrus SKM, M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari
2. Ibu Halijah, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan
3. Ibu Hasmia Naningsih, SST, M.Keb (Penguji I), Ibu Aswita S.Si.T,
MPH (Penguji II), Ibu Yustiari, SST, M.Kes (Penguji III) dan Dosen-
dosen Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan yang telah
memberi bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama dibangku
kuliah dan seluruh staf tata usaha yang memberikan pelayanan
kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Dr. Razak,M.kes sebagai Direktur RSU Bahteramas atas izin yang
telah diberikan untuk melakukan penelitian di RSU Bahteramas.
-
vi
5. Teristimewa kepada kedua orang tuaku Ayahanda Suparman,SE dan
Ibunda tercinta Hasmawati serta saudara saudaraku Ummu Nur
Fadilla dan Maharani Kumala Dewi, serta semua Keluarga Besarku
atas semua cinta, doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis
sampai saat ini.
6. Sahabat-sahabatku Oksal Azikin, Risky, Satry, Kiah, Erna, Putri,
Riska, Isna, Dian, Nunu, Ria, Ecing dan Teman-teman Program Studi
D-III Kebidanan angkatan 2013 Khususnya Kelas III B atas
kekompakan dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua yang
telah membantu terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah. Penulis menyadari
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah masih banyak kekurangan, untuk itu
diharapkan saran dan kritik dari pembaca. Untuk kesempurnaan
penulisan. Akhir kata penulis berharap semoga membawa manfaat bagi
pembaca.
Kendari, Juli 2016
Penulis
-
vii
ABSTRAK FAKTOR PENYEBAB KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RSU
BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015
Julianti Rahayu Pratiwi1, Hendra Yulita2, Elyasari3
Latar Belakang : Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda atau mulainya persalinan. Kejadian ketuban pecah dini berkisar 5-25% terjadi di negara maju dan di Indonesia berkisar 39,1%. Tujuan Penelitian : untuk mendiskripsikan faktor penyebab KPD di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015. Metode Penelitian : Penelitian deskriptif dengan sampel penelitian adalah ibu ibu yang mengalami KPD tahun 2015 berdasarkan data register persalinan di ruang Delima RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara berjumlah 97 orang. Kesimpulan : Faktor penyebab KPD di RSU Bahteramas tahun 2015 disebabkan karena infeksi sebesar 2, 06%, adanya kondisi CPD 1,03%, polihidramnion 1,03%, kelainan letak janin 2,06% dan ibu yang mengalami gemeli 5,16%.
Daftar Pustaka : 18 (2003-2015) Kata Kunci : KPD 1. Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan 2. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan. 3. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
-
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
ABSTRAK .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 4
E. Keaslian Penelitian .............................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Ketuban Pecah Dini ............................................................. 6
B. Faktor-faktor Predisposisi Ketuban Pecah Dini (KPD) ........ 11
C. Landasan Teori ................................................................... 19
D. Kerangka Konsep ............................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................... 22
B. Tempat Penelitian ................................................................. 22
C. Waktu Penelitian ................................................................... 22
D. Populasi dan Sampel Penelitian .......................................... 22
E. Data Penelitian .................................................................... 22
F. Definisi Operasional ............................................................. 23
G. Pengolahan Data .................................................................. 23
H. Penyajian Data .................................................................... 24
I. Analisa Data ........................................................................ 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum RSU Bahteramas ................................... 25
-
ix
B. Hasil Penelitian .................................................................... 27
C. Pembahasan ....................................................................... 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................ 31
B. Saran .................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
-
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Pegambilan Data Awal Dari Poltekkes Kendari
Lampiran 2. Surat Izin Pengambilan Data Awal Dari RSU.Bahteramas
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian Dari Balitbang
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian Dari RSU.Bahteramas
Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 6. Master Tabel Penelitian
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya ketuban
sebelum terdapat tanda-tanda atau mulainya persalinan. Pecahnya
ketuban dapat terjadi kapan saja pada masa kehamilan, baik usia
kehamilan prematur, aterm maupun post term (Manuaba, 2010).
Kejadian ketuban pecah dini berkisar 5-25% terjadi di negara
maju yang memberikan kontribusi 60-80% terhadap morbiditas dan
mortalitas neonatal di seluruh dunia. Kejadian KPD di Indonesia
berkisar 39,1% (Mayuputri, 2014). Kejadian KPD ditemukan 6-20%
pada semua kehamilan dan 94% diantaranya terjadi pada kehamilan
cukup bulan. KPD yang terjadi pada kehamilan preterm dapat
menimbulkan masalah lebih banyak dibandingkan kehamilan aterm
(Saifuddin, 2010). Ibu hamil aterm 8-10% akan mengalami KPD dan
1% kehamilan prematur (Wiknjosastro, 2012).
Penyebab kematian ibu disebabkan karena perdarahan, infeksi
dan keracunan kehamilan. Timbulnya infeksi disebabkan karena
pertolongan persalinan yang tidak mengindahkan syarat asepsis-
antiseptis dan adanya komplikasi obstetrik yang menyertai seperti
partus lama, ketuban pecah dini, kelainan selaput ketuban, prolapsus
tali pusat dan defisiensi gizi (Wiknjosastro, 2012). Infeksi yang terjadi
merupakan akibat adanya komplikasi/penyulit kehamilan seperti
-
2
korioamnionitis, infeksi saluran kemih dan 65% disebabkan karena
KPD sehingga berisiko terhadap ibu dan janin (Saifuddin, 2010).
Ketuban pecah dini meningkatkan risiko infeksi karena selaput
ketuban yang menjadi penghalang masuknya kuman sudah tidak ada
sehingga dapat membahayakan bagi ibu dan janin. Faktor penyebab
KPD diantaranya primi/multi/grandemulti, overdistensi (hidroamnion,
kehamilan ganda), disproporsio sefalo pelvis, kelainan letak (lintang
dan sungsang). KPD memerlukan pengawasan ketat dan kerjasama
antara keluarga dan perawat karena dapat menimbulkan infeksi intra
uteri sehingga dapat mengancam keselamatan ibu dan janin
(Manuaba, 2010).
Usia reproduksi sehat seorang wanita dalam menjalankan fungsi
resproduksi hamil dan melahirkan umur antara 20-35 tahun. Risiko
kehamilan dan terjadinya komplikasi meningkat jika kehamilan terjadi
dibawah umur 20 tahun dan diatas 35 tahun (Manuaba, 2010). Ibu
yang melahirkan pada umur kurang dari 20 tahun, perkembangan
organ reproduksi belum optimal, jiwanya masih labil sehingga
kehamilannya sering timbul komplikasi (Wiknjosastro, 2012).
Banyaknya janin dalam kandungan merupakan faktor
predisposisi terjadi KPD. Kehamilan ganda/kembar menyebabkan
regangan uterus yang berlebihan sehingga keregangan otot rahim
dapat menyebabkan tekanan intra uterin meningkat mudah terjadi
robekan pada selaput ketuban atau uterin amniotik (Sastrawinata,
2005).
-
3
Berdasarkan survei data awal yang di RSU Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2013 berjumlah 104 orang, tahun
2014 117 orang dan tahun 2015 berjumlah 97 orang ibu yang
mengalami KPD. KPD berkontribusi terhadap risiko morbiditas dan
mortalitas sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Faktor
Penyebab Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSU Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakanh di atas dirumuskan masalah penelitian
Apakah faktor penyebab ketuban pecah dini di RSU Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Utama
Untuk mengetahui faktor penyebab KPD di RSU Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui ibu yang mengalami infeksi dari kejadian
KPD di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun
2015.
b. Untuk mengetahui ibu yang CPD dari kejadian KPD di RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015.
c. Untuk mengetahui ibu yang polihidramnion dari kejadian KPD di
RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015.
-
4
d. Untuk mengetahui ibu yang mengalami kelainan letak dari
kejadian KPD di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
tahun 2015.
e. Untuk mengetahui ibu yang melahirkan gemeli dari kejadian
KPD di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun
2015.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian pendidikan Diploma
III Kebidanan dan mengaplikasikan metode penelitian deskriptif.
2. Memberikan informasi kepada RSU Bahtemas Provinsi Sulawesi
Tenggara terkait kejadian KPD sehingga dapat dipergunakan
sebagai masukan dalam pengelolaan KPD
3. Sebagai informasi kepada ibu terkait ketuban pecah.
E. Keaslian Penelitian
1. Hardiyanti Rukmana. 2013. Identifikasi Penyebab KPD di RSU
Bahteramas Kota Kendari. Penelitian yang dilakukan adalah
penelitian deskriptif dengan variabel penelitian meliputi umur
kehamilan, letak janin dan graviditas. Perbedaan dengan penelitian
yang akan terletak pada variabel penelitian meliputi Infeksi, CPD,
Polihidramnion, Kelainan Letak dan Gemeli.
2. Nurul Huda. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketuban
Pecah Dini di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Rancangan
penelitian adalah cross sectional. Perbedaan dengan penelitian
yang akan dilakukan variabel penelitian meliputi Infeksi, CPD,
Polihidramnion, Kelainan Letak dan Gemeli.
-
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ketuban Pecah Dini
1. Pengertian
Ketuban pecah dini (KPD) adalah robeknya selaput
khorioamnion dalam kehamilan atau fase laten persalinan, ketuban
pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan prematur
dengan berbagai akibatnya. Ketuban pecah dini adalah keadaan di
mana ketuban pecah dan 1 jam kemudian tidak terdapat tanda-
tanda awal persalinan yakni bila pembukaan pada primigravida
kurang dari 3 cm dan pada multigravida kurang dari 5 cm, ketuban
pecah dini dapat terjadi pada kehamilan 37 minggu (Wiknjosastro, 2012).
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum
waktunya (KPSW) adalah pecahnya ketuban sebelum ada tanda
persalinan. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun pada
kehamilan preterm. Insidensi KPD berkisar antara 8-10% dari
semua kehamilan. Pada kehamilan aterm bervariasi antara 6-19%.
Pada kehamilan preterm berkisar 2% dari semua kehamilan. Hampir
semua KPD pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau
persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban
pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan
oleh prematuritas. KPD berhubungan dengan penyebab kejadian
prematuritas dengan insidensi 30-40% (Sualman,2009).
-
6
Menurut Oxorn (2010) insiden KPD terjadi sekitar 10 %-12 %
dari semua kehamilan. Sedangkan insiden KPD menurut Varney. H,
Kriebs. J.M dan Gegor. C.L (2003) sekitar 2,7 %-17 %, bergantung
pada lama periode laten yang digunakan untuk menegakkan
diagnosis. Menurut Saifudin, A.B (2010) dalam keadaan normal 8-10
% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini prematur terjadi pada 1 % kehamilan.
Penyebab KPD belum diketahui secara pasti, namun
kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah infeksi yang
terjadi secara langsung pada selaput ketuban atau dari vagina atau
serviks. Selain itu fisiologi selaput ketuban yang abnormal, serviks
inkompetensia, kelainan letak janin, usia wanita kurang dari 20
tahun dan di atas 35 tahun, faktor golongan darah, faktor
multigraviditas/paritas, merokok, keadaan sosial ekonomi,
perdarahan antepartum, riwayat abortus dan persalinan preterm
sebelumnya, riwayat KPD sebelumnya, defisiensi gizi yaitu tembaga
atau asam askorbat, ketegangan rahim yang berlebihan, kesempitan
panggul, kelelahan ibu dalam bekerja, serta trauma yang didapat
misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam dan amniosintesis
(Wiknjosastro, 2012).
2. Patofisiologi
Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multi
faktorial. Adapun penyebab pecahnya selaput ketuban adalah (a)
Khoriomnionitis, menyebabkan selaput ketuban menjadi rapuh (b)
Ketegangan rahim berlebihan;kehamilan kembar, hidramnion (c)
-
7
Inkompetensia serviks yakni kanalis servikalis yang selalu terbuka
olek karena kelainan pada serviks uteri, (d) Kelainan letak sehingga
tidak ada bagian terendah anak yang menutup PAP, yang dapat
menguragi tekanan terhadap mambran bagian bawah, (e)
Grandemultipara, (f) Trauma, yang menyebabkan intra uterin (intra
amniotik) mendadak meningkat, misalnya karena koutis pada masa
kehamilan. Mekanisme terjadi ketuban pecah dini dapat
berlangsung sebagai berikut :
a. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya akibat
jaringan ikat dan vaskularisasi
b. Bila terjadi pembukaans serviks maka selaput ketuban sangat
lembah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
3. Gejala kliniks / Diagnosis
Keluarnya air ketuban banyak dan mengandung mekonium
maka diagnosis mudah ditegakkan tetapi bila keluarnya cairan
sedikit, maka diagnosis harus didasarkan pada :
a. Anamnesis : kapan keluarnya cairan, warna, bau dan partikal-
partikal dalam cairan (lanugo verniks).
b. Inspeksi : keluarnya cairan pervaginam.
c. Inspekulo : bila fundus ditekan atau bagian terendah di
goyangkan, keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada
forniks posterior.
d. Periksa dalam : adanya cairan dalam vagina dan selaput ketuban
sudah tak ada lagi.
-
8
e. Pemeriksa laboratorium : kertas lakmus menunjukan reaksi
basah, lakmus merah menjadi biru, mikroskopik tampak adanya
lanugo, ferniks kaseosa (tidak selalu dikerjakan).
Bila dengan cara diatas, ternyata ketuban sudah pecah maka
diambil ketentuan sebagai berikut (a) Saat ketuban pecah
ditentukan berdasarkan anamnesis kapan ketuban pecah, (b) Kalau
anamnesis tidak pasti maka saat itu ketuban pecah dalam saat
penderita masuk kamar bersalin, (c) Kalau berdasarkan anamnesis
pasti bahwa ketuban pecah sudah lebih dari 24 jam maka setelah
masuk kamar bersalim di evaluasi 24 jam . bila setelah 2 jam tidak
ada tanda-tanda harus diputuskan terminasi persalinan (Soetomo,
2004). Bahaya ketuban pecah dini kemungkinan terjadinya infeksi
dalam rahim persalinan prematuritas sehingga dapat meningkatkan
morbilitas dan mortalitas ibu dan bayi. Oleh karena itu pemeriksaan
dalam dibatasi meminimalkan risiko terjadi infeksi pada ibu inpartu
sebagai upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan
bayi (Manuaba, 2008)
4. Komplikasi
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara
dunia luar dan ruang dalam rahim, sehingga menyebabkan
terjadinya infeksi. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah
melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan dan ruang dalam
rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi dalam rahim,
makin lama periode latin makin besar kemungkinan infeksi dalam
rahim,maupun prematuritas dan selanjutnya meningkatkan angka
-
9
kejadian kesakitan dann kematian ibu serta janin dalam rahim.
Ketuban pecah dini disertai kelainan letak akan mempersulit
pertolongan persalinan di tempat yang tidak memiliki fasilitas
lengkap. Adapun komplikasi yang dapat timbulkan dari ketuban
pecah dini adalah (a) Inspeksi intra uterin, (b) Tali pusat
menumbung, (c) Kelainan premature, (d) Kelainan bawaan akibat
ketuban pecah dini sejak hamil muda (Wiknjosastro, 2012).
5. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan
prematuritas, infeksi dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang
cukup besar dan petensial. Tatalaksana ketuban pecah dini
memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan
kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Memberikan profilaksis antibiotik dan membatasi pemeriksaan
dalam, makin kecil umur kehamilan maka peluang terjadinya infeksi
semakin besar. Penatalaksanaan ketuban pecah dini dalam
Manuaba (2008) :
a. Konservatif.
1) Rawat di rumah sakit
2) Berikan anti biotik (ampicilin 4 x 500 mg. atau eritromicin bila
tak tahan ampicilin).
3) Jika umur kehamilan
-
10
4) Jika umur kehamilan 32-34 minggu, belum impart, tidak ada
infeksi, observasi tanda-tanda infeksi dan kesehatan janin,
terminasi pada kehamilan 37 minggu
5) Jika umur kehalilan 32-37 minggu sudah inpartu, tidak ada
infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan
induksi sesudah 24 jam.
6) Jika umur kehamilan 32-34 minggu ada infeksi anti biotic dan
cairan induksi
7) Jika umur kehamilan 32-34 minggu berikan steroid untuk
memacu kematangan para janin
b. Aktif
1) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal
lakukan seksio sesarea.
2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan anti biotic dosis tinggi dan
persalinan akhir.
Sikap bidan di masyarakat dalam menghadipi ketuban pecah dini
adalah selalu bertindak konservatif artinya tidak perlu banyak
melakukan intervensi dengan akibat tingginya angka kesakitan dan
kematian janin. Sikap yang tepat adalah melakukan rujukan sehingga
penanganan ketuban pecah dini mendapat tindakan yang tepat.
Setelah mendapat penanganan sebagai mana mestinya, bidan dapat
melakukan pengawasan atas tindakan yang telah dilakukan.
Penatalaksanaan KPD menurut Manuaba (2008) :
-
11
1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup bulan khususnya
maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan
perkembangan paru yang sehat
2. Hindari terjadi infeksi dalam rahim (korioamnionitis) yang menjadi
pemicu sepsis, maningitis janin dan persalinan prematuritas.
3. Perkiraan janin yang cukup besar dan persalinan diharapkan
berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid,
sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
4. Umur kehamilan 24-32 minggu yang menyebabkan menunggu
berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi
persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.
5. Menghadapi KPD, diperlukan penjelasan terhadap ibu dan keluarga
sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin
dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan
mungkin harus mengorbankan janinnya.
6. Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk mengukur
distansia biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk
melakukan pemeriksaan kematangan paru.
Waktu terminasi pada kehamilan aterm dapat dianjurkan selang waktu
6-24 jam bila tidak terjadi his spontan
B. Faktor-Faktor Predisposisi Kejadian Ketuban Pecah Dini
1. Infeksi (amnionitis dan Korioamnionitis)
Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil
dimana korion, amnion dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri.
Korioamnionitis merupakan komplikasi serius bagi ibu dan janin,
-
12
bahkan dapat berlanjut menjadi sepsis. Membran khorioamnionitik
terdiri dari jaringan viskoelastik. Apabila jaringan ini dipacu oleh
persalinan atau infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat
rentan untuk pecah disebabkan adanya aktivitas enzim
kolagenolitik. Grup B streptococcus mikroorganisme yang sering
menyebabkan amnionitis. Selain itu Bacteroides fragilis,
Lactobacilli dan Staphylococcus epidermidis bakteri yang sering
ditemukan pada cairan ketuban pada kehamilan preterm. Bakteri
melepaskan mediator inflamasi yang menyebabkan kontraksi
uterus yang menyebabkan perubahan dan pembukaan serviks dan
pecahnya selaput ketuban. Amnionitis menyebabkan selaput
ketuban menjadi rapuh sehingga kekuatan membran menjadi
kurang (Varney, 2007).
2. Riwayat ketuban pecah dini
Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya berisiko 2-4 kali
mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya
ketuban pecah dini akibat adanya penurunan kandungan kolagen
dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini
dan ketuban pecah dini preterm terutama pada pasien risiko tinggi
(Sastrawinata, 2005).
Patogenesis terjadinya KPD akibat adanya penurunan
kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya
KPD aterm dan KPD preterm terutama pada pasien risiko tinggi.
Wanita yang mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang
persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih berisiko
-
13
mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada wanita yang tidak
mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran yang
menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin
menurun pada kehamilan berikutnya (Cunningham, 2003; Varney,
2007).
3. Tekanan intra uterin
Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya hidramnion dan gemeli. Pada
kelahiran kembar sebelum 37 minggu sering terjadi pelahiran
preterm, sedangkan bila lebih dari 37 minggu lebih sering
mengalami ketuban pecah dini (Sastrawinata, 2005).
Perubahan volume cairan amnion berhubungan erat
dengan hasil akhir kehamilan, karakteristik janin maupun ibu.
Polihidramnion dapat terjadi akibat kelainan kongenital, diabetes
mellitus, janin besar (makrosomia), kehamilan kembar, kelainan
pada plasenta dan tali pusat dan penggunaan obat-obatan
(misalnya propiltiourasil). komplikasi yang sering terjadi pada
polihidramnion adalah malpresentasi janin, ketuban pecah dini,
prolaps tali pusat, persalinan pretem dan gangguan pernafasan
pada ibu (Wiknjosastro, 2012).
4. Inkompetensia Serviks
Faktor resiko inkompetensi serviks meliputi riwayat
keguguran pada usia kehamilan 14 minggu atau lebih, adanya
riwayat laserasi serviks, pembukaan serviks berlebihan disertai
kala dua yang memanjang pada kehamilan sebelumnya, ibu
-
14
berulang kali mengalami abortus elektif pada trimester pertama
atau kedua, atau sebelumnya ibu mengalami eksisi sejumlah besar
jaringan serviks. Inkompetensi serviks berhubungan dengan
kelainan uterus yang lain seperti septum uterus dan bikornis.
Sebagian besar kasus merupakan akibat dari trauma bedah pada
serviks pada konisasi, produksi eksisi loop elektrosurgical, dilatasi
berlebihan serviks pada terminasi kehamilan atau laserasi
obstetrik. Inkompetensia serviks merupakan kelainan pada serviks
Keadaan ini ditandai oleh dilatasi serviks tanpa nyeri dalam
trimester dua atau awal trimester ketiga kehamilan, yang disertai
dengan prolapsus membran amnion lewat serviks dan penonjolan
membran tersebut ke dalam vagina. (Wiknjosastro, 2012)
Diagnosa inkompetensi serviks ditegakkan ketika serviks
menipis dan membuka tanpa disertai nyeri pada trimester kedua
atau awal trimester ketiga kehamilan. Wanita datang ke pelayanan
kesehatan dengan keluhan perdarahan pervaginam, tekanan pada
panggul atau ketuban pecah dan ketika diperiksa serviksnya sudah
mengalami pembukaan. Bagi wanita dengan inkompetensi serviks,
rangkaian peristiwa ini akan berulang pada kehamilan berikutnya
(Sastrawinata, 2005).
5. Paritas
Ibu dengan paritas lebih dari 4 mempunyai risiko mengalami
ketuban pecah dini. Kurun waktu kehamilan sehat pada seorang
perempuan adalah kehamilan 1 sampai 4, persalinan grandemulti
dapat berisiko terjadinya partus macet atau ketuban pecah dini
-
15
(Cunningham, 2003). Paritas adalah jumlah anak yang pernah
dilahirkan ibu (Saifuddin, 2010).
Paritas sampai ketiga merupakan keadaan yang relatif lebih
aman untuk hamil dan melahirkan pada masa reproduktif, karena
pada keadaan tersebut dinding uterus belum banyak mengalami
perubahan dan serviks belum terlalu sering mengalami pembukaan
sehingga dapat menyanggah selaput ketuban dengan baik (Varney,
2007). Ibu yang telah melahirkan beberapa kali lebih berisiko
mengalami KPD karena vaskularisasi pada uterus mengalami
gangguan yang mengakibatkan jaringan ikat selaput ketuban mudah
rapuh dan akhirnya pecah spontan (Cunningham, 2003).
6. Kehamilan ganda/kembar
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau
lebih. Kehamilan kembar dapat memberikan risiko yang lebih tinggi
terhadap bayi dan ibu. Faktor yang dapat meningkatkan
kemungkinan kehamilan kembar adalah faktor ras, keturunan, umur
wanita dan paritas. Salah satu komplikasi yang dapat ditimbulkan
dalam persalinan adalah terjadinya ketuban pecah dini. Hal ini
disebabkan frekuensi hidramnion pada kehamilan kembar 10 kali
lebih besar dari kehamilan tunggal, keregangan otot rahim dapat
menyebabkan tekanan intra uterin meningkat sehingga mudah
terjadi robekan pada selaput ketuban atau uterin amniotik. Letak
plasenta dan korionisitas kedua janin penting untuk diperhatikan.
Janin kembar monozigot atau dizigot, janin terdiri dari satu atau dua
amnion akan mempengaruhi kehamilan. Pengawasan pada wanita
-
16
hamil kembar perlu ditingkatkan untuk mengevaluasi resiko
persalinan preterm dan KPD (Sastrawinata, 2005).
Wanita dengan kehamilan kembar berisiko tinggi mengalami
ketuban pecah dini dan preeklamsi. Hal ini disebabkan peningkatan
masa plasenta dan produksi hormon. Ibu dan keluarga dilibatkan
dalam mengamati gejala preeklamsi dan tanda-tanda ketuban
pecah (Varney, 2007).
7. Letak janin
Letak janin dalam rahim 96% janin berada dengan letak
kepala pada bagian terendah, 58% ubun-ubun kecil depan, 11%
kanan belakang dan 8% kiri belakang. Kelainan letak mempunyai
risiko terjadinya ketuban pecah dini seperti letak sungsang dan
lintang. Kelainan letak janin dapat diklasifikasikan : a) posisi
oksipitalis posterior persisten, yaitu suatu posisi presentasi kepada
yang mana posisi ubun-ubun kecil tidak memutar ke depan, tetapi
tetap di belakang; b) persentasi puncak kepala; yaitu suatu posisi
presentasi kepala yang terjadi apabila kepala dalam keadaan
defleksi yang derajat defleksinya ringan, sehingga ubun-ubun
besar merupakan bagian terendah; c) persentasi muka; yaitu
keadaan di mana kepala dalam keadaan kedudukan defleksi
maksimal, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka
merupakan bagian terendah menghadap ke bawah; d) persentasi
dahi; yaitu keadaan di mana dahi merupakan bagian terendah; e)
letak sungsang ; letak bokong murni (bokong yang menjadi bagian
terdepan), letak bokong kaki (disamping bokong teraba kaki), letak
-
17
lutut (bagian terendah lutut), letak kaki dan letak lintang ; yaitu
janin terletak melintang dalam uterus. persentasi ganda (letak
majemuk) ; yaitu keadaan di mana samping bagian terendah janin
teraba anggota gerak.
8. Usia ibu ≤20 tahun dan ≥35 tahun
Perkembangan biologis fungsi tubuh sejalan dengan
bertambahnya umur. Periode usia seorang wanita menjalankan
fungsi reproduksi antara 20-35 tahun. Wanita yang hamil dan
bersalin pada umur 35 tahun dari segi
biologis fungsi alat reproduksi mulai menurun sehingga keadaan
memudahkan terjadi komplikasi dan risiko pada persalinan
diantaranya ketuban pecah dini (Wiknjosastro, 2012).
Risiko kehamilan di usia kurang dari 20 tahun terjadi
komplikasi kehamilan dan persalinan. Naiknya tekanan darah,
pertumbuhan janin terhambat termasuk KPD. Risiko kanker leher
rahim meningkat akibat hubungan seks dan melahirkan sebelum
usia 20 tahun. Berbeda dengan wanita usia 20-30 tahun yang
dianggap ideal untuk menjalani kehamilan dan persalinan. Rentang
usia ini kondisi fisik wanita dalam keadaan prima, rahim sudah
mampu memberi perlindungan atau kondisi yang maksimal untuk
kehamilan. Umumnya secara mental pun siap, yang berdampak
pada perilaku merawat dan menjaga kehamilan secara hati-hati.
-
18
9. Polihidramnion
Polihidramnion berasal dari kata Poly (=banyak) Hydra (=air ;
cairan) dan amnion sehingga bila disatukan memiliki arti yaitu
cairan amnion yang berjumlah banyak. Hidramnion adalah cairan
yang terdapat dalam kantung yang diliputi oleh selaput janin yang
terdiri dari lapisan amnion dan korion. Volume cairan amnion pada
hamil cukup bulan sekitar 1000-1500 ml, berwarna putih, agak
keruh, serta mempunyai bau yang khas, agak manis dan manis.1
Cairan ini dengan berat jenis 1.008, terdiri atas 98% air. Sisanya
terdiri dari garam anorganik serta bahan organik dan bila diteliti
benar terdapat lanugo, sel-sel epitel, dan verniks kaseosa. Protein
ditemukan rata-rata 2,6% g/L, sebagian besar sebagai albumin.
Cairan amnion masih belum diketahui asalnya dengan pasti. Ada
teori yang mengatakan bahwa cairan amnion berasal dari urine,
keringat dan eksudasi alveolar janin. Volume cairan amnion akan
meningkat sampai pada kehamilan 32 minggu, dan kemudian
menurun dan relatif stabil pada volume antara 700 – 800 ml, lalu
menurun sampai kehamilan aterm dan mencapai volume sekitar
400 ml pada kehamilan 42 minggu.
Polihidramnion berisiko tinggi terhadap persalinan dengan
ketuban pecah dini (KPD). Faktor yang dapat meningkatkan
adalah faktor ras, keturunan, umur wanita dan paritas. Salah satu
komplikasi yang dapat ditimbulkan dalam persalinan adalah
terjadinya persalinan dengan KPD. Hal ini disebabkan karena
frekuensi hidramnion pada kehamilan kembar 10 kali lebih besar
-
19
dari kehamilan tunggal, keregangan otot rahim menyebabkan
tekanan intra uterin meningkat sehingga mudah terjadi robekan
pada selaput ketuban atau uterin amniotik dan akhirnya dapat
terjadi persalinan dengan KPD.
10. CPD (Cefalo Pelvis Disproporsi)
Janin besar atau janin yang mengalami ketidak sesuaian
dengan luas jalan lahir, biasanya terjadi banyak komplikasi pada
saat persalinan. Hal ini karena kepala terlalu besar tidak dapat
memasuki pinggul atau karena bahu yang tidak dapat memasuki
pintu pinggul. Kesukaran ini mengakibatkan terjadinya ketuban
pecah dini pada saat persalinan karena tidak adanya bagian
terendah yang menutupi PAP. Hal ini mengakibatkan
meningkatnya tekanan terhadap membran bagian bawah sehingga
besar kemungkinan terjdi ketuban pecah sebelum waktunya terjadi
persalinan dengan prematur.
11. Trauma
Ketuban pecah dini merupakan keadaan dimana selaput
ketuban mengalami robekan yang bisa mengakibatkan persalinan
harus segera diakhiri apabila ada indikasi. Faktor trauma yang
mengakibatkan terjadinya robekan pada selaput ketuban dapat
disebabkan karena ketidaksengajaan misal terjatuh dan terjadinya
hubungan suami istri pada masa kehamilan. Perilaku tersebut
tentunya sangat berpengaruh terhadap kelangsungan kehamilan
dan janin dalam rahim.
-
20
12. Pendidikan
Pendidikan adalah proses belajar yang bertujuan untuk
meningkatkan kematangan intelektual seseorang. Wanita dengan
pendidikan rendah paling rentan mengalami komplikasi dalam
persalinan. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan akan bahaya-
bahaya dan komplikasi yang dapat terjadi dalam masa kehamilan
termasuk dalam perawatan kehamilan.
13. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan rutinitas kegiatan sehari-hari yang
dikerjakan. Indikasi ketuban pecah dini terjadi apabila selaput
ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya akibat jaringan ikat dan
vaskularisasi. Bila terjadi pembukaans serviks maka selaput
ketuban sangat lembah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air
ketuban.
Pola pekerjaan ibu hamil berpengaruh terhadap kebutuhan
energi. Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan dengan
lama kerja melebihi tiga jam perhari dapat berakibat kelelahan.
Kelelahan dalam bekerja menyebabkan lemahnya korion amnion
sehingga dapat terjadi ketuban pecah dini. Pekerjaan merupakan
suatu yang penting dalam kehidupan, namun pada masa kehamilan
pekerjaan yang berat dan membahayakan kehamilan hendaklah
dihindari untuk menjaga keselamatan ibu maupun janin. Indikasi
ketuban pecah dini terjadi apabila selaput ketuban tidak kuat
sebagai akibat kurangnya akibat jaringan ikat dan vaskularisasi. Bila
-
21
terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan
mudah pecah dan mengeluarkan air ketuban (Saifuddin, 2010)..
C. Landasan Teori
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya ketuban
sebelum terdapat tanda-tanda atau mulainya persalinan. Pecahnya
ketuban dapat terjadi pada masa kehamilan baik usia kehamilan
prematur, aterm maupun post term. Ketuban pecah dini dapat
meningkatkan risiko infeksi karena selaput ketuban yang menjadi
penghalang masuknya kuman sudah tidak ada sehingga dapat
membahayakan bagi ibu dan janin (Manuaba, 2010).
Infeksi pada korion (korioamnionitis) dan amnion (amnionitis)
pada cairan ketuban oleh bakteri berisiko terhadap kejadian
KPD.Adanya infeksi dapat menyebabkan jaringan akan menipis dan
sangat rentan untuk pecah. Bakteri melepaskan mediator inflamasi
yang menyebabkan kontraksi uterus sehingga menyebabkan
perubahan dan pembukaan serviks dan pecahnya selaput ketuban.
Amnionitis menyebabkan selaput ketuban menjadi rapuh sehingga
kekuatan membran menjadi kurang. Adanya infeksi pada cairan
ketuban dapat menimbulkan persalinan prematur (Varney, 2007).
Ketidaksesuaian antara janin dan jalan lahir yang menyebabkan
kepala yang terlalu besar dan tidak dapat memasuki pinggul atau bahu
yang tidak dapat memasuki pintu pinggul sehingga berisiko mengalami
komplikasi saat persalinan. Bagian terendah dari janin yang masuk
pada PAP (Pintu Atas Panggul) mengakibatkan meningkatnya tekanan
-
22
terhadap membran bagian bawah sehingga besar kemungkinan terjadi
ketuban pecah sebelum waktunya terjadi persalinan dengan prematur.
Polihidramnion berisiko tinggi terhadap persalinan dengan
ketuban pecah dini (KPD). Frekuensi pohidramnion pada kehamilan
kembar 10 kali lebih besar dari kehamilan tunggal. Adanya keregangan
otot rahim menyebabkan tekanan intra uterin meningkat sehingga
mudah terjadi robekan pada selaput ketuban atau uterin amniotik dan
akhirnya dapat terjadi persalinan dengan KPD.
Letak janin yang normal adalah letak belakang kepala. Kelainan
letak mempunyai risiko terjadinya ketuban pecah dini seperti letak
sungsang dan lintang.
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau
lebih. Kehamilan kembar dapat memberikan risiko yang lebih tinggi
terhadap bayi dan ibu. Salah satu komplikasi yang dapat ditimbulkan
dalam persalinan adalah terjadinya ketuban pecah dini.
Hal ini disebabkan frekuensi hidramnion pada kehamilan kembar
10 kali lebih besar dari kehamilan tunggal, keregangan otot rahim
dapat menyebabkan tekanan intra uterin meningkat sehingga mudah
terjadi robekan pada selaput ketuban atau uterin amniotik.
-
23
D. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
Variabel terikat : ketuban pecah dini
Variabel bebas : infeksi, CPD, polihidramnion, kelainan letak, gemeli.
Infeksi
Ketuban Pecah Dini
Polihidramnion
Kelainan Letak
CPD
Gemeli
-
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu
suatu metode penelitian dengan tujuan mengetahui mendiskripsikan
sesuatu hal atau objek.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara.
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2016.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi penelitian adalah semua ibu bersalin dengan KPD yang
tercatat di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun
2015 berjumlah 97 orang.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah keseluruhan dari populasi ibu bersalin
KPD di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015
berjumlah 97 orang. Tehnik pengambilan sampel dengan total
sampling.
E. Data Penelitian
Data penelitian berupa data sekunder register persalinan di RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015.
-
25
F. Definisi Operasional
1. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda-tanda atau mulainya persalinan. Pecahnya ketuban
dapat terjadi kapan saja pada masa kehamilan baik usia kehamilan
prematur, aterm maupun post term.
2. Infeksi adalah adanya bakteri pada cairan dan selaput ketuban.
3. CPD adalah ketidaksesuaian antara janin dan jalan lahir.
4. Polihidramnion adalah cairan amnion yang berjumlah banyak lebih
dari 1500 ml.
5. Kelainan letak adalah letak janin yang abnormal selain letak
belakang kepala pada masa kehamilan atau menjelang persalinan.
6. Gemeli adalah adanya dua janin atau lebih dalam satu kehamilan.
G. Pengolahan Data
Pengolahan Data menurut Setiawan (2010) :
1. Editing dilakukan dengan memeriksa kelengkapan data penelitian
untuk menghindari kesalahan data.
2. Coding dilakukan dengan mengklasifikasikan data sesuai variabel
penelitian.
3. Scoring dilakukan dengan menghitung jumlah kejadian (frekuensi)
setiap kategori penelitian.
4. Tabulating dilakukan dengan memasukkan data hasil penelitian ke
dalam tabel frekuensi selanjutnya dianalisis.
H. Penyajian Data
Data disajikan secara deskriptif dalam bentuk narasi dan tabel
distribusi frekuensi.
-
26
I. Analisa Data
Analisa data dilakukan secara manual dengan menggunakan
kalkulator kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi disertai penjelasan. Perhitungan setiap variabel penelitian
menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2012)
Keterangan :
X = Jumlah persentase variabel yang diteliti
N = Jumlah sampel penelitian
F = Jumlah responden berdasarkan variabel
K = Konstanta (100%)
-
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
1. Letak Geografis
Rumah sakit Umum Bahteramas (RSU) Provinsi Sulawesi
Tenggara sejak bulan Oktober 2012 telah menempati lokasi baru
di Jalan Kapten Pierre Tendean No. 50 Kecamatan Baruga Kota
Kendari. Lokasi rumah sakit sangat strategis karena mudah
dijangkau dengan kendaraan umum dengan batas sebagai
berikut:
a. Sebelah Utara : BTN Teporombua
b. Sebelah Timur : POLSEK Baruga
c. Sebelah Selatan : Kantor Laboratorium
d. Sebelah Barat : Jalan Kapten Pierre Tendean
2. Lingkungan Fisik
RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara berdiri di
atas tanah seluas mencapai 170.000 m2. Dari luas bangunan
54.127 m2 yang direncanakan belum semua dapat terealisasi
pada tahun 2012. Semua bangunan yang telah dioperasikan
mempunyai tingkat aktivitas yang sangat tinggi. Kegiatan
pelayanan kesehatan kepada pasien, kegiatan yang tidak kalah
pentingnya adalah kegiatan administrasi, pengolahan makanan,
pemeliharaan//perbaikan instalasi listrik dan air, kebersihan dan
lain-lain.
-
28
3. Sejarah singkat
RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara dibangun
secara bertahap pada tahun anggaran 1967/1970 dengan sebutan
“Perluasan Rumah Sakit Kendari” adalah milik Pemerintah
Provinsi Sulawesi Tenggara dengan klasifikasi tipe C berdasarkan
SK Menkes Nomor 51/Menkes/II/1979 tanggal 22 februari 1979.
Susunan struktur organisasi adalah berdasarkan SK Gubernur
Provinsi Sulawesi Tenggara no 77 tahun 1989 tanggal 28 Maret
1983. Pada tanggal 21 desember 1998, RSU Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara meningkat menjadi Tipe B (non pendidikan)
sesuai dengan SK Menkes Nomor 1482/Menkes/SK/1989, dan
ditetapkan dengan Perda Nomor 3 Tahun 1999 tanggal 8 Mei
1999. Kedudukan rumah sakit secara teknis berada dibawah
Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara dan secara taktis
operasional berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Gubernur.
Sejak tanggal 18 Januari 2005, RSU Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara telah terakreditasi untuk 5 pelayanan yaitu
Adminitrasi Manajemen, Pelayanan Medik, Pelayanan Gawat
Darurat, Pelayanan Perawatan dan Rekam Medis sesuai dengan
SK Dirjen Yanmed Nomor HK.00.06.3.5.139. Akreditasi 12
pelayanan, yaitu Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medik,
Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan
Rekam Medis, Pelayanan Radiologi, Pelayanan Farmasi,
Pelayanan Laboratorium, Pelayanan Peristi, Pelayanan Kamar
-
29
Operasi, Pelayanan Pencegahan Infeksi, Pelayanan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja sesuai dengan SK Dirjen Yanmed Nomor
HK.00.06.3.5.139. tanggal 31 Desember 2010.
Berdasarkan Undang-Undang Rumah Sakit Nomor 44
Tahun 2009 dan untuk meningkatkan mutu pelayanan, maka RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara telah menjadi badan
Layanan Umum Daerah yang ditetapkan melalui Surat Keputusan
Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor: 653 Tahun 2010 tanggal 15
Oktober 2010.
4. Fasilitas pelayanan Kesehatan
Fasilitas/sarana pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit
Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara adalah:
a. Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan yakni Poliklinik Umum,
Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Kesehatan Anak, Poliklinik
Bedah, Poliklinik Jantung, Poliklinik Saraf, Poliklinik THT,
Poliklinik Mata, Poliklinik Kulit dan Kelamin, Poliklinik
Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Poliklinik Gizi, Instalasi
Rehabiliasi Medik, Instalasi Gawat Darurat.
b. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap yakni Kesehatan Anak,
Kebidanan dan Kandungan, NICU/PICU, VIP dan ICU.
c. Pelayanan Penunjang Medik yakni Patologi Klinik, Patologi
Anatomi, Radiologi dan Farmasi/Apotek.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Ruang Delima
RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara pada 97 ibu yang
-
30
mengalami KPD sesuai data yang tercatat dalam register persalinan
diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Penyebab Ketuban Pecah Dini di
RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun
2015
Faktor Penyebab Frekuensi N=97 (%)
Infeksi 2 2,06%
CPD 1 1,03%
Polihidramnion 1 1,03%
Kelainan Letak 2 2,06%
Gemeli 5 5,16%
Oligohidramnion 6 6,19%
Inersia Uteri 2 2,06%
KJDR 2 2,06%
Tidak Terdokumentasi 76 78,36%
Total 97 100%
C. Pembahasan
Kejadian Ketuban Pecah Dini pada tahun 2015 di RSU
Bahteramas tercatat 97 kasus. Ditinjau dari penyebab KPD secara
langsung terdapat faktor utama yang ditemukan antara lain infeksi
(2,06%), CPD (1,03%), polihidramnion (1,03%), kelainan letak
(2,06%), gemeli (5,16%), oligohidramnion (6,19%), inersia uteri
(2,06%), dan KJDR (2,06%). Sehingga tercatat sekitar 21,65%
penyebab KPD dan tidak terdokumentasi sekitar 78,36%.
Secara teori penyebab KPD belum diketahui secara pasti
namun ada faktor predisposisi antara lain infeksi secara langsung
pada selaput ketuban ataupun asenderen dari vagina atau serviks,
fisiologi selaput ketuban yang abnormal, serviks inkompetensia,
-
31
kelainan letak janin, usia wanita kurang dari 20 tahun dan di atas 35
tahun, faktor golongan darah, faktor multigraviditas/paritas, merokok,
keadaan sosial ekonomi, perdarahan antepartum, riwayat abortus dan
persalinan preterm sebelumnya, riwayat KPD sebelumnya, defisiensi
gizi (tembaga atau asam askorbat), ketegangan rahim yang
berlebihan, panggul sempit, kelelahan ibu dalam bekerja, trauma dan
pemeriksaan dalam (Wiknjosastro, 2012).
Komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini
sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindroma distress
pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi
meningkat pada kejadian ketuban pecah dini, selain itu juga terjadinya
prolapsus tali pusat. Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat
pada ketuban pecah dini preterm. Hipoplasia baru merupakan
komplikasi fatal yang terjadi pada ketuban pecah dini preterm.
Kejadiannya mencapai 100% apabila ketuban pecah dini preterm
terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu (Hanungdyah,
2013).
1. Infeksi
Ibu yang dengan infeksi 2,06% pada ibu yang mengalami
KPD di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015.
Adanya infeksi pada ibu KPD terutama infeksi bakteri dapat
menyebabkan selaput ketuban menjadi tipis, lemah dan mudah
pecah. Infeksi dapat diperoleh dari keputihan/infeksi vagina, dari
penolong yang tidak menekankan prinsip pencegahan infeksi atau
hygiene ibu yang tidak baik. Kantung ketuban berdinding tipis berisi
-
32
cairan dan janin selama kehamilan. Normalnya kantung ketuban
pecah pada akhir kala I atau awal kala II saat pembukaan lengkap
pada proses persalinan.
Selaput ketuban tipis mempunyai ketebalan kurang dari 39
mm sehingga jika terjadi infeksi mudah pecah. Infeksi kuman
terutama infeksi bakteri dapat menyebabkan selaput ketuban
menjadi tipis, lemah dan mudah pecah. Infeksi dapat dipicu dari
hubungan seksual yang kebersihannya tidak terjaga, higiene yang
kurang baik, (keputihan dan infeksi vagina) (Sastrawinata, 2005).
Hasil penelitian yang berkaitan KPD penyebab KPD antara
lain infeksi (65%), koitus saat hamil dengan frekuensi lebih dari 3
kali seminggu sebesar (37,50%), infeksi genitalia sebesar 37,50%,
paritas (multipara) sebesar (37,59%), riwayat KPD sebesar 18,75%
dan usia ibu >35 tahun (76%), aktivitas berat sebesar 43,75%
merupakan berbagai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
menyebabkan KPD (Suriani, 2012).
2. CPD
Ibu yang mengalami 1,03% dari Kejadian KPD di RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015. Ibu dengan
CPD berisiko mengalami KPD karena adanya ketidaksesuaian
antara janin dan jalan lahir mengakibatkan meningkatnya tekanan
pada bagian bawah sehingga besar kemungkinan terjadi ketuban
pecah sebelum waktunya terjadi persalinan dengan prematur.
Jumlah air ketuban yang berlebihan (polihidramnion) dapat
menyebabkan keregangan otot rahim sehingga meningkatkan
-
33
tekanan intra uterin, mudah terjadi robekan pada selaput ketuban
atau uterin amniotik dan akhirnya dapat terjadi persalinan dengan
KPD (Wiknjosastro, 2012).
3. Polihidramnion
Ibu yang mengalami polihidramnion 1,03% dari seluruh
kejadian KPD di RSU Bahteramas tahun 2015. Penelitian yang
sama oleh Nurul Huda (2013) di RS PKU Muhammadiyah
Surakarta pada 125 kasus KPD tahun 2012 terdapat 6 kasus
polihidramnion (4,8%).
Polihidramnion berisiko tinggi terhadap persalinan dengan
ketuban pecah dini (KPD). frekuensi polihidramnion kehamilan
kembar 10 kali lebih besar dari kehamilan tunggal, keregangan otot
rahim menyebabkan tekanan intra uterin meningkat sehingga
mudah terjadi robekan pada selaput ketuban atau uterin amniotik
dan akhirnya dapat terjadi persalinan dengan KPD.
4. Kelainan Letak
Ibu yang mengalami kelainan letak janin 2,06% dari seluruh
kejadian KPD di RSU Bahteramas tahun 2015. Penelitian yang
dilakukan oleh Nurul Huda (2013) di RS PKU Muhammadiyah
Surakarta pada 125 kasus KPD tahun 2012 terdapat 14 kasus
dengan letak sungsang (11,2%). Penelitian yang dilakukan oleh Ery
dan Heny (2013) di Puskesmas Balongsari Surabaya Tahun 2013
pada 117 ibu KPD dan yang mengalami kelainan letak sebanyak
21 orang (17,95%).
-
34
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi
janin terhadap ruang dalam uterus. Pada kehamilan < 32 minggu,
jumlah air ketuban relatif lebih banyak sehingga memungkinkan
janin bergerak dengan leluasa dan demikian janin dapat
menempatkan diri dalam letak sungsang/letak lintang. Pada
kehamilan trimester terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah
air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai
yang terlipat lebih besar daripada kepala maka bokong dipaksa
untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan
kepala berada di dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah
rahim. Letak sungsang dapat memungkinkan ketegangan rahim
meningkat, sedangkan pada letak lintang bagian terendah adalah
bahu sehingga tidak dapat menutupi pintu atas panggul yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah maupun
pembukaan serviks. Pembukaan menjadi lebih lama, kemungkinan
infeksi lebih besar sehingga risiko terjadi KPD (Morgan. G dan
Hamilton, C., 2009).
5. Gemeli
Ibu yang melahirkan gemeli 5,15% dari seluruh kejadian
KPD di RSU Bahteramas tahun 2015. Penelitian yang dilakukan
Nurul Huda (2013) di RS PKU Muhammadiyah Surakarta pada 125
kasus KPD tahun 2012 terdapat 4 kasus dengan gemelli (3,2%).
Wanita dengan kehamilan kembar berisiko tinggi mengalami
ketuban pecah dini dan preeklamsi. Hal ini disebabkan peningkatan
masa plasenta dan produksi hormon. Ibu dan keluarga dilibatkan
-
35
dalam mengamati gejala preeklamsi dan tanda-tanda ketuban
pecah (Varney, 2007).
-
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ibu yang mengalami infeksi sebagai faktor penyebab KPD di RSU
Bahteramas tahun 2015 sebesar 2, 06%.
2. Ibu yang mengalami CPD sebagai faktor penyebab KPD di RSU
Bahteramas tahun 2015 sebesar 1,03%.
3. Ibu yang mengalami polihidramnion sebagai faktor penyebab KPD
di RSU Bahteramas tahun 2015 sebesar 1,03%.
4. Ibu yang mengalami kelainan letak janin sebagai faktor penyebab
KPD di RSU Bahteramas tahun 2015 sebesar 2,06%.
5. Ibu yang mengalami gemeli sebagai faktor penyebab KPD di RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015 sebesar
5,16%.
B. Saran
1. Dapat meningkatkan metode pembelajaran sehingga alumni lebih
kompeten dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk
membantu menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian
bayi.
2. Di harapkan kepada RSU Bahteramas untuk lebih memperbaiki
buku register dan rekam medic,berhubung dari hasil penelitian ini
data sebagian besar tidak terdokumentasi.
3. Ibu-ibu hamil diharapkan untuk melakukan pemeriksaan ANC
secara dini untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas baik ibu
maupun janinnya.
-
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Mc Donald PC, Gant NF. 2003. William Obstetri, 21th
edition. Jakarta : EGC Ery Kartika, Henny Juaria. 2013. Paritas dan kelainan letak dengan kejadian
ketuban pecah Dini. Hanungdyah, 2013. Jurnal Kebidanan Ketuban Pecah Dini.
http://hanungdyah.blogspot.co.id/2013/04/jurnal-kebidanan-ketuban -pecah-dini.html diakses tanggal 30 Juli 2016
Manuaba IBG. 2008. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Mayuputri, 2014. Askeb Ketuban Pecah Dini. http://mayuputri.blogspot.co.
id/2014/07/askeb-ketuban-pecah-dini.html diakses tanggal 26 November 2015
Mochtar, R. 2005. Sinopsis Obstetri Jilid I edisi 2. Jakarta : EGC Morgan. G & Hamilton, C., 2009. Obstetri & Ginekologi : Panduan Praktik.
Jakarta : EGC. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta Nurul, H. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuban pecah dini di RS
PKU Muhammadiyah Surakarta. Skripsi. Fakultas ilmu kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oxorn, H., 2010. Patofisiologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta. Saifudin, AB. 2010. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo Sastrawinata, S. 2005. Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta : EGC
Setiawan, 2010. Metodelogi Penelitian Kebidanan D-III,D-IV,S1,S2 Nuha Medika,
Yogyakarta
Soetomo. 2004. Kelainan-kelainan Patologi Kebidanan. Jakarta : EGC
http://hanungdyah.blogspot.co.id/2013/04/jurnal-kebidanan-ketuban -pecah-dini.html
-
Sualman, K. (2009). Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini.
http://www.medicastore.com diakses tanggal 1 Agustus 2016
Suriani. 2012. Faktor Determinan Ketuban Pecah Dini di RSUD Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa. Akademi Kebidanan Muhammadiyah Makassar
Varney. H, Kriebs. J.M dan Gegor C.L., 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed. 4 Vol. I. Jakarta: EGC
Wiknjosastro, H. 2012, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
-
Lampiran 1
-
Lampiran 2
-
Lampiran 3
-
Lampiran 4
-
Lampiran 5
-
Lampiran 6
MASTER TABEL PENELITIAN
FAKTOR PENYEBAB KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RSU BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA
TAHUN 2015
No No.Reg Umur (thn)
Infeksi Polihidramnion Kelainan Letak Gemeli Kondisi yang menyertai
1 412998 25 - - - - -
2 421202 22 - - - - -
3 421606 29 - - - - -
4 426408 28 - - - - -
5 424764 34 - - - - -
6 425762 28 - - - - PEB
7 422472 24 - - - PEB
8 427998 32 - - - - -
9 428198 30 - - - - -
10 425476 20 - - - - -
11 428178 31 - - - - PEB
12 373404 27 - - - - -
13 435600 45 - - - - Oligohidramnion
-
14 373066 30 - - - √ -
15 428690 19 - - - √ -
16 437104 18 - - - - -
17 434014 29 - - - - Oligohidramnion
18 439014 28 - - - - -
19 439214 28 - - - - -
20 433816 17 - - - - -
21 270015 35 - - - - -
22 411819 21 - - - - -
23 438026 21 - - - - -
24 414357 29 - - - - -
25 435830 25 - - - - -
26 430032 32 - - Sungsang - -
27 433030 25 - - - - -
28 435354 26 - - - - -
29 434556 33 - - - - -
30 433258 22 - - - - Inersia Uteri
31 431458 27 - - - - -
32 438558 35 - - - - -
33 433519 32 - - - √ -
-
34 438960 19 - - - - -
35 437660 18 - - - - -
36 439562 22 - - - √ -
37 432362 19 - √ - - -
38 439664 33 - - - - -
39 358090 32 √ - - - -
40 439632 18 - - - - -
41 439298 34 - - - - KJDR
42 430732 19 - - - - KJDR
43 404907 30 - - - - -
44 432798 34 - - - - Oligohidramnion
45 433699 28 - - - - -
46 439562 22 - - - √ -
47 444126 27 - - - - -
48 447427 28 √ - - - PEB
49 441826 37 - - - - -
50 449527 26 - - - - -
51 447328 30 - - - - -
52 445828 19 - - - - -
53 444328 32 - - - - -
-
54 444128 35 - - - - -
55 441030 21 - - - - -
56 446830 36 - - - - -
57 443629 36 - - - - -
58 441429 26 - - - - Oligohidramnion
59 440731 34 - - - - -
60 443934 32 - - - - -
61 448834 25 - - - - -
62 446839 20 - - - - -
63 441040 39 - - - - -
64 448819 17 - - - - -
65 448248 24 - - - - Inersia Uteri
66 445641 17 - - - - -
67 440633 40 - - - - -
68 447545 28 - - - - -
69 449548 18 - - - - -
70 440547 36 - - - - -
71 448159 29 - - - - -
72 446851 25 - - - - -
73 446964 22 - - - - Oligohidramnion
-
74 449665 23 - - - - -
75 444079 25 - - - - -
76 446881 21 - - - - -
77 440486 24 - - - - -
78 448297 20 - - - - -
79 445797 37 - - - - -
80 444698 20 - - - - -
81 391396 25 - - - - -
82 452129 31 - - - - -
83 456630 20 - - - - -
84 459029 21 - - - - -
85 420391 33 - - - - -
86 453731 19 - - - - -
87 459733 37 - - - - -
88 459731 22 - - - - -
89 451934 18 - - - - -
90 458436 27 - - - - -
91 453437 26 - - - - -
92 440740 25 - - - - -
93 450639 24 - - - - -
-
94 890627 19 - - - - -
95 891708 23 - - - - Oligohdramnion
96 891813 23 - - Lintang - -
97 460152 35 - - - - -
-
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Julianti Rahayu Pratiwi
2. Tempat/Tanggal Lahir : Leleka,09 Juli 2016
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Kebangsaan : Tolaki/ Indonesia
6. Alamat : Desa Anduna,Kab : Konawe Selatan
B. PENDIDIKAN
1. SD Negeri Leleka Tamat Tahun 2007
2. SMP Negeri 1 Lainea Tamat Tahun 2010
3. SMA Negeri 3 Konawe Selatan Tamat Tahun 2013
4. Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
Tahun 2013 sampai sekarang.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN