faktor faktor yang mempengaruhi tingkat …repository.utu.ac.id/176/1/bab i_v.pdf · pengangguran...
TRANSCRIPT
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
PENGANGGURAN DI KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
MARIANI
NIM : 07C20101029
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2013
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
PENGANGGURAN DI KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
MARIANI
NIM : 07C20101029
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar Meulaboh
‘
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2013
1
I.PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Masalah utama dan mendasar dalam ketenagakerjaan di Indonesia adalah
masalah tingkat pengangguran yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena
pertumbuhan tenaga kerja baru jauh lebih besar dibandingkan dengan
pertumbuhan lapangan kerja yang dapat disediakan setiap tahunnya. Pertumbuhan
tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan dengan ketersediaan lapangan kerja
menimbulkan pengangguran yang tinggi. Pengangguran merupakan salah satu
masalah utama dalam jangka pendek yang selalu dihadapi setiap negara. Karena
itu setiap perekonomian dan negara pasti menghadapi masalah pengangguran
yaitu pengangguran alamiah (natural rate of unemployment ).
Pengangguran yang tinggi termasuk kedalam masalah ekonomi dan
masalah sosial. Pengangguran merupakan masalah ekonomi karena ketika angka
pengangguran meningkat sebagai dampaknya suatu negara membuang barang dan
jasa yang sebenarnya dapat diproduksi oleh pengangguran. Pengangguran
merupakan masalah sosial yang besar karena mengakibatkan pederitaan besar
untuk pekerja yang menganggur yang harus berjuang dengan pendapatan yang
berkurang. Biaya ekonomi dari pengangguran jelas, namun tidak ada jumlah mata
uang yang dapat mengurangkan secara tepat tentang korban psikologi dan
manusia pada saat mereka menganggur.
2
Peningkatan angkatan kerja baru yang lebih besar dibandingkan dengan
lapangan kerja yang tersedia terus menunjukkan jurang ( gap ) yang terus
membesar.Kondisi tersebut semangkin membesar setelah krisis ekonomi. Dengan
adanya krisis ekonomi tidak saja jurang antara peningkatan angkatan kerja baru
dengan penyediaan lapangan kerja yang rendah terus makin dalam tetapi juga
terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK ).
Jika masalah pengangguran masih terus berlanjut akan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi karena naiknya tingkat pengangguran menyebabkan
pertumbuhan ekonomi menurun artinya output yang dihasilkan tidak ada.
Masalah Pengangguran di Provinsi Aceh masih tetap merupakan masalah
cukup rawan. Pengangguran terjadi kerena faktor, jumlah kesempatan kerja yang
tersedia umumnya lebih kecil dari angka yang ada, padahal jumlah penganggur
yang ada selama ini sudah cukup besar kondisi ini berjalan bertahun-tahun
sehingga terjadi akumulasi pengangguran karena pertumbuhan penduduk yang
tinggi dan juga karena kelangkaan modal berinvestasi sehingga tidak mampu
menyerap pertambahan tenaga kerja.
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat melakukan berbagai upaya dalam
menanggulangi masalah pengangguran, dalam bidang pendidikan pemerintah
sudah mengupayakan agar mata pelajaran kewirausahaan masuk ke tingkat
sekolah menengah, terlebih untuk perguruan tinggi menjadi mata kuliah wajib,
dengan harapan output dari pendidikan nantinya dapat menciptakan lapangan
kerja sendiri. Kemudian dalam pengembangan UKM atau dana yang digulirkan
baik itu dari pihak pemerintah atau dana sosial perusahaan di Kabupaten Aceh
3
Barat, sedangkan untuk peningkatan skill masyarakat pemerintah melakukan
pelatihan – pelatihan kewirausahaan. Namun hal tersebut masih belum bisa
dipandang sukses, karena jumlah pengangguran terbuka d i Kabupaten Aceh Barat
ternyata masih tinggi jika dibandingkan dengan Kabupaten lain.
Perubahan tingkat pengangguran dari sisi ekonomi baik secara langsung
ataupun tidak langsung dapat mencerminkan stabil tidaknya kondisi ekonomi
penduduk di suatu wilayah. Besarnya angka pengangguran mempunyai implikasi
sosial yang luas, karena mereka tidak bekerja berarti tidak mempunyai
penghasilan. Hilangnya sumber penghasilan membuka peluang penduduk untuk
mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan pokok, yang pada akhirnya mampu
membawa mereka ke jurang kemiskinan. Persoalan semakin rumit, karena
semakin tinggi angka pengangguran.
Pengangguran di Kabupaten Aceh Barat mengalami penurunan setiap
tahunnya kecuali untuk tahun 2008 pengangguran di Kabupaten Aceh Barat
Mengalami peningkatan sebesar 8.061 jiwa dibandingkan pada tahun 2007, yaitu
sebesar 7.810 jiwa. Menurunnya pengangguran disebabkan meningkatnya
lapangan pekerjaan yang mampu menyerap tenaga kerja (BPS 2010,h.8).
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk membuat suatu karya
ilmiah yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul ”Faktor – Faktor
Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Kabupaten Aceh Barat”.
4
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan
masalah adalah faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pengangguran
di Kabupaten Aceh Barat ?
1.3.Tujuan penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran di Kabupaten Aceh
Barat.
1.4.Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, manfaat yang diperoleh dengan
diadakannya penelitian ini :
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Untuk memberikan masukkan berupa informasi pada kalangan akademi
sebagai dasar penelitian selanjutnya serta memperoleh pemahaman yang
mendalam mengenai analisis pengaruh investasi terhadap tingkat
pengangguran dan kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
2. Untuk menerapkan teori-teori yang didapat penulis selama mengikuti
perkuliahan ke dalam praktek sehari-hari sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan penulis mengenai masalah yang akan dibahas
dalam penulisan ini.
5
1.4.2. Manfaat Praktis
Bagi pemerintah daerah atau pihak yang lain yakni sebagai bahan
informasi dan arahan yang baik untuk ke depan dari pemerinah Kabupaten
Aceh Barat dan pihak lain yang ada kaitannya dengan penelitian ini,
sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.
1.5.Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Bagian pertama Pendahuluan yang berisi tentang pokok-pokok
pembahasan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bagian kedua tinjauan pustaka yang meliputi pengertian pengangguran,
dampak pengangguran, pengertian Ketenagakerjaan, Pengertian Pertumbuhan
Ekonomi, dan manfaat pertumbuhan ekonomi.
Bagian ketiga metode penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel,
data penelitian diantaranya jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,
model analisis data, definisi operasional variabel, dan pengujian hipotesis.
Bagian keempat hasil dan pembahasan yang terdiri dari perkembangan
tingkat pengangguran, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat, Statistik
deskriptif variabel penelitian, analisis regresi linear berganda, pengujian hipotesis,
dan pembahasan.
Bagian kelima simpulan dan saran, menguraikan kesimpulan dan
keterbatasan dari penelitian dan saran – saran.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pengangguran
Pengangguran merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong
dalam kategori angkatan kerja (Labor Force) tidak memiliki pekerjaan dan secara
aktif tidak sedang mencari pekerjaan, Nanga (2005.h.249). Pengangguran
(Unemployment) merupakankenyataan yang dihadapi tidak saja oleh negara-
negara sedang berkembang(Develoved Contries ), akan tetapi juga dialami oleh
negara-negara yang sudah maju ( Developing Countries ).
Menurut Sukirno (2007, h. 472) Pengangguran adalah seseorang yang
sudah di golongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari
pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh
pekerjaan yang di inginkannya.Pengangguran pada prinsipnya mengandung arti
hilangnya output (Lost Output) dan kesengsaraan bagi orang yang tidak bekerja
(Human Misery), dan merupakan suatu bentuk pemborosan sumber daya ekonomi
di samping memperkecil output, pengangguran juga memacu pengeluaran
pemerintah lebih tinggi untuk keperluan kompensasi pengangguran dan
kesejahteraan.
Sukirno (2004, h. 13) menyebutkan pengertian pengangguran adalah suatu
keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin
mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Selanjutnya
International Labor Organization (BPS 2001, h.4) memberikan definisi
pengangguran yaitu :
7
Penganguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kolompok
penduduk usia kerja yang selama periode tertentu secara terpaksa kurang
dari jam kerja normal yang masih mencari pekerjaan lain a tau masih
bersedia mencari pekerjaan lain/tambahan (BPS 2004, h. 4).
Setengah pengangguran terpaksa adalah orang yang bekerja kurang dari 35
jam perminggu yang masih mencari pekerjaan atau yang masih bersedia
menerima pekerjaan yang lain.
Setengah pengangguran sukarela yaitu orang yang bekerja kurang dari 35
jam perminggu namun tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia
menerima pekerjaan lainnya (BPS 2000, h. 14).
2.1.1. Jenis-jenis Pengangguran
Menurut Sukirno (2004, h. 328) sebab terjadinya pengangguran dapat
digolongkan kepada empat jenis yaitu :
1. Pengangguran friksional adalah pengangguran yang wujud apabila ekonomi
telah mencapi kesempatan kerja penuh.
2. pengangaguran siklikal adalah pengangguran yang disebabkan perkembangan
ekonomi yang sangat lambat atau kemorosotan kegiatan ekonomi.
3. Pengangguran struktural, terjadi karena adanya perubahan dalam struktur atau
komposisi perekonomian.
4. Pangangguran teknologi, ditimbulkan oleh adanya pengantian tenaga manusia
oleh mesin-mesin dan bahan kimia yang disebabkan perkembangan teknologi.
8
Teori Pendekatan penggunaan tenaga kerja (Labor Utilitizationapproach)
pendekatan ini menitik beratkan pada seseorang apakah cukup dimanfaatkan
dalam kerja di lihat dari segi jumlah jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan
yang diperoleh. Dengan pendekatan ini dibedakan angkatan kerja dalam tiga
golongan yaitu :
1. Menganggur, yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan berusaha
mencari pekrjaan.
2. Setengah menganggur, yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan dalam
bekerja dilihat dari segi jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan.
3. Bekerja penuh atau cukup dimanfaatkan.
Untuk mengelompokkan masing-masing pengangguran tersebut perlu
diperhatikan dimensi-dimensi yang berkaitan dengan pengangguran itu sendiri
yaitu :
Intensitas pekerjaan (yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi makanan).
Waktu (banyak di antara mereka yang bekerja ingin bekerja lebih lama).
Produktivitas (kurangnya produktivitas sering kali disebabkan oleh
kurangnya sumber daya komplementer untuk melakukan pekerjaan).
Berdasarkan dimensi di atas pengangguran dapat dibedakan atas (BPS
2000, h.8) yaitu :
Pengangguran terbuka, baik terbuka maupun terpaksa secara sukarela,
mereka tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik
sedangkan pengangguran terpaksa, mereka mau bekerja tetapi tidak
memperoleh pekerjaan.
9
Setengah pengangguran (Under Unemployment) yaitu mereka yang
bekerja dimana waktu yang mereka pergunakan kurang dari yang biasa
mereka kerjakan.
Tampaknya mereka bekerja, tetapi tidak bekerja, secara penuh. Mereka
digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah penganggurn.
Yang termasuk dalam katagori ini adalah :
Pengangguran tak kentara
Pengangguran tersembunyi
Pensiunan awal
Julana (2001) dalam penelitian bahwa perkembangan tingkat
pengangguran di Indonesia selama periode 1992-2003 terus mengalami penurunan
jumlah pengangguran. Peningkatan jumlah penganguran tertinggi terjadi pada
tahun 1995 (178.38 persen) dan terendah pada tahun 1994. Peningkatan jumlah
pengangguran hubungan kerja secara kerja besar-besaran oleh pihak perusahaan
dan banyaknya usaha-usaha kecil yang gulung tikar, seperti yang trjadi pada saat
krisis moneter (1997-1999).
2.1.2. Cara-cara mengatasi Pengangguran
Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam rangka mengatasi
pengangguran di Indonesia sebagai berikut :
a. Bagi penganggur sendiri, dapat mengembangkan kreativitas nya melalui
berwirausaha mandiri
b. Pengembangan sekolah-sekolah yang mengarah kepada pemanfaatan
kecakapan hidup, seperti SMK.
10
c. Pengembangan program kerjasama dengan luar negeri dalam pemanfaatan
tenga kerja indonesia (TKI).
d. Pengembangan sektor informal seperti home industry.
e. Pengembangan program transmigrasi, untuk menyerap tenaga kerja di
sektor agraris dan sektor informal lainnya.
f. Perluasan kesempatan kerja, misalnya melalui pembukaan industri padat
karya diwilayah yang banyak mengalami pengangguran.
g. Peningkatan Investasi, baik yang bersifat pengembangan maupun investasi
melalui pendirian usaha-usaha baru yang dapat menyerap tenaga kerja.
h. Pembukaan proyek-proyek umum, hal ini bisa dilakukan oleh pemerintah
seperti pembangunan jalan raya, jembatan dan lain- lain.
i. Mengadakan pendidikan dan pelatihan yang bersifat praktis sehingga
seorang tidak harus menunggu kesempatan kerja yang tidak sebanding
dengan para pencari kerja, melainkan ia sendiri mengembangkan usaha
sendiri yang menjadikanya bisa memperoleh pekerjaan dan pendapatan
sendiri.
2.2. Dampak Pengangguran
2.2.1. Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian
Setiap negara selalu berusaha agar tingakat kemakmuran masyarakatnya
dimaksimumkan dan perekonomian selalu mencapai pertumbuhan yang mantap
dan berkelanjutan. Tingkat pengangguran yang relatif tinggi tidak memungkinkan
masyarakat mencapai tingkat pengguna tenaga kerja penuh, hal ini dapat dilihat
dengan jelas dari berbagai akibat buruk sifat ekonomi yang ditimbulkan oleh
11
masalah pengangguran. Akibat buruk pengangguran terhadap perekonomian
(Samuelson, h. 326) adalah :
a. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat meminimumkan tingkat
kesejahteraan yang mungkin dicapainya. Pengangguran menyebabkan output
aktual yang dicapai lebih rendah dari atau dibawah output potensial. Keadaan
ini berarti tingkat kemakmuaran masyarakat yang di capai adalah lebih rendah
dari tingkat yang akan dicapainya.
b. Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah berkurang,
pengangguran yang disebabkan oleh rendahnya tingkat kegiatan ekonomi,
pada gilirannya akan menyebabkan pendapatan pajak yang diperoleh
pemerintah akan menjadi sedikit. Dengan demikian tingkat pengangguran
yang tinggi akan mengurangi kemampuan pemerintah dalam menjalankan
berbagai kegiatan pembangunan.
c. Pengangguran yang tinggi akan menghambat, dalam arti tidak menggalakkan
pertumbuhan ekonomi. Keadaan ini jelas bahwa penganggurantidak akan
mendorong perusahaan untuk melakukan investasi di masa yang akan datang.
Dari ketiga penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa dampak dari
pengangguran tidak mampu untuk menggalakkan pertumbuhan ekonomi baik
dalam jangka waktu panjang maupun dalam jangka waktu pendek.
2.2.2. Dampak pengangguran terhadap individu dan masyarakat
Selain membawa akibat buruk terhadap perekonomian secara keseluruhan,
pengangguran yang terjadi juga akan membawa beberapa akibat buruk terhadap
individu dan masyarakat , dampaknya adalah sebagai berikut:
12
a. Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan
pendapatan. Di negara-negara maju, para pengangguranmemperoleh
tunjangan (bantuan keuangan) dari badan asuransi pengangguran dan
oleh sebab itu, mereka masih mempunyai pendapatan untuk membiayai
kehidupanya dan keluarganya, sedangkan di negara-negara berkembang
tidak terdapat program asuransi berkembang.
b. Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan atau berkurangya
ketrampilandalam mengerjakan sesuatu pekerjaan hanya dapat
dipertahankan apabila ketrampilan tersebut digunakan dalam praktek.
c. Pengangguran dapat pula menimbulkan ketidakstabilan sosial dan
politik. Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi
dapat menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah yang
berkuasa.
Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa dampak
pengangguran terhadap individu dan masyarakat dapat meningkatkan kriminalitas
serta kurangnya keamanan.
2.2.3. Kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah pengangguran
1. Kebijakan Bersifat Ekonomi
a. Menyediakan lowongan kerja
b. Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat
c. Memperbaiki pembagian pendapatan
13
2. Kebijakan Bersifat Sosial Dan Politik
a. Meningkat kan kemakmuaran keluarga dan kestabilan keluarga
b. Menghindari masalah kejahatan
c. Mewujudkan kestabilan politik
Selain itu menurut Daulat Sinuraya solusi masalah pengangguran di
Indonesi dilihat dari 2 (dua) kebijakan diantaranya kebijakan mikro (khusus) dan
kebijakan makro. Berikut merupakan kebijakan mikro ada 10 (sepuluh) solusi
yaitu:
1. Pengembangan Mindset dan wawasan penganggur.
Berangkat dari kesadaran bahwa setiap manusia sesungguhnya memiliki
potensi dalam dirinya namun sering tidak menyadari dan mengembangkan
secara optimal.Dengan demikian, diharapkan setiap pribadi sanggup
mengaktualisasikan potensi terbaiknya dan dapat menciptakan kehidupan
yang lebih baik, bernilai dan berkualitas bagi dirinya sndiri maupun
masyarakat luas.
2. Segera melakukan pengembangan kawasan-kawasan khususnya yang
tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas
transfortasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja bagi para
penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan. Harapan akan
berkembangnya potensi wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia(NKRI) baik potensi Sumber Daya Alam,Sumber Daya Manusia
maupun keuangan (financial).
3. Segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan
penganggur. Hal itu dapat dilakukan serentak dengan pendirian Badan
14
Jaminan Sosial Nasional dengan mengubah PT Jaminan Sosial Tenaga
Kerja (PT Jamsostek) menjadi Badan Jaminan Sosial Nasional yang
terdiri dari berbagai devisi menurut sasarannya. Dengan membangun
lembaga itu,setiap penganggur di Indonesia akan tercatat dengan baik dan
mendapat perhatian khusus. Secara teknis dan rinci, keberadaan lembaga
itu dapat di susun dengan baik.
4. Segera menyederhanakan perizinan karena dewasa ini terlalu banyak jenis
perizinan yang menghambat investasi baik Penanaman Modal Asing
(PMA) , Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan investasi
masyarakat secara perorangan maupun berkelompok. Itu semua perlu
segera dibahas dan disederhanakan sehingga merangsang pertumbuhan
investasi untuk menciptakan lapangan kerja baru.
5. Mengaitkan secara erat (sinergi) masalah pengangguran dengan masalah
diwilayah perkotaan lainnya seperti sampah, pengendalian banjir dan
lingkungan yang tidak sehat.
6. Mengembangkan suatu lembaga antar kerja secara professional. Lembaga
itu dapat disebutkan sebagai job senter yang dibangun dan dikembangkan
secara professional sehingga dapat membimbing dan menyalurkan para
pencari kerja. Pengembangan lembaga itu mencakup, antara lain sumber
daya manusianya (brainware), perangkat keras (hardware), perangkat
lunak (software), manajemen dan keuangan. Lembaga itu dapat dibawah
lembaga jaminan sosial penganggur atau bekerjasama tergantung
kondisinya.
15
7. Menyeleksi Tenaga kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim keluar
negeri. Perlu seleksi lebih ketat terhadap pengiriman TKI keluar negeri.
Sebaiknya diupayakan tenaga-tenaga terampil (skilled). Hal itu dapat
dilakukan dan diprakarsai oleh pemerintah pusat dan daerah. Bagi
pemerintah daerah yang memiliki lahan yang cukup, gedung, perbankan,
keuangan dan asset lainnya yang memadai dapat membangun Badan
Usaha Milik Daerah Pengerahan Jasa Tenaga Kerja Indonesia keluar
negeri (BUMD-PJTKI). Tentunya badan itu dilengkapi dengan lembaga
pelatihan (training senter) yang kompeten untuk jenis-jenis ketrampilan
tertentu yang sangat banyak peluang di Negara lain. Disamping itu, perlu
dibuat peraturan tersendiri tentang pengiriman TKI keluar negeri seperti di
Filipina.
8. Segera harus disempurnakan kurikulum dan system pendidikan nasional
(Sisdiknas). System pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas
pendidikan. Karena itu, sisdiknas perlu reoriantasi supaya dapat mencapai
tujuan pendidikan secara optimal.
9. Upayakan untuk mencegah perselisihan hubungan industrial (PHI) dan
pemutusan hubungan kerja (PHK). PHI dewasa ini sangat banyak berperan
terhadap penutupan perusahaan, penurunan produktifitas, penurunan
permintaan produksi industri tertentu dan seterusnya. Akibatnya, bukan
hanya tidak mampu menciptakan lapangan kerja baru, justru sebaliknya
bermuara pada PHK yang berarti menambah jumlah penganggur.
10. Segera mengembangkan potensi kelautan kita. Negara Kesatuan Rep ublik
Indonesia (NKRI) mempunyai letak geografis yang strategis dimana
16
sebagian besar berupa lautan dan pulau-pulau yang sangat potensial
sebagai Negara maritim. Potensi kelautan Indonesia perlu dikelola lebih
baik supaya dapat menciptakan lapangan kerja yang produktif dan
remunerative.
Sedangkan kebijakan makro tentang solusi masalah pengangguran
mengenai moneter seperti jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, inflasi dan
nilai tukar yang melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral), fiscal (Departemen
Keuangan) dan lainnya.
2.3. Pertumbuhan Ekonomi
2.3.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan dalam memproduksi barang
dan jasa. Dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi
berarti perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku disuatu
negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri, perkembangan
infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa dan
pertambahan produksi barang dan modal, dikutip oleh Sukirno (2006, h. 423)
dengan kata lain ekonomi lebih menunjukkan pada perubahanyang bersifat
kuantitatif dan biasanya diukur dengan menggunakan data produkdomestik bruto
(PDB) atau pendapatan / output perkapita atau produk perkapita.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses peningkatan barang dan jasa dalam
kegiatan ekonomi masyarakat, yang diukur dengan meningkatnya hasil produksi
dan pendapatan. Secara konvensional pertumbuhan diukur dengan kenaikan
pendapatan nasional (GNP) per kapita. Selain itu, pertumbuhan
ekonomimerupakan salah satu aspek dari pembangunan ekonomi yang lebih
17
menekankan pada peningkatan output agregat khususnya output agregat per
kapita. Artinya sebagai proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara
secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu
dan sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang
diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Menurut Prof. Simon Kuznets, medefinisikan pertumbuhan ekonomi
sebagai “ kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk
menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada
penduduknya.Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan
penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya. Definisi ini
mempunyai 3 (tiga) komponen : pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa
terlihat darimeningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua,
teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan
derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barangkepada
penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan
adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan idiologi sehingga inovasi yang
dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat
(Jhingan, 2005:57).
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output perkapita
dalam jangka panjang, dimana penekanannya pada tiga halyaitu proses, output
perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu “proses” bukan
suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini kita melihat aspek dinamis dari
suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang
18
atau berubah dari waktu ke waktu.Tekanannya pada perubahan atau
perkembangan itu sendiri.
Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan “output perkapita”.
Dalam pengertian ini teori tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan
GDP dan teori mengenai pertumbuhan penduduk., sebab hanya apabila kedua
aspek tersebut dijelaskan, maka perkembangan output perkapita bias dijelaskan.
Kemudian asopek ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka
panjang, yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut output
perkapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat (Boediono, 2001:1-2).
Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan dalam memproduksi barang
dan jasa. Dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi
berarti perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku disuatu
negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri, perkembangan
infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa dan
pertambahan produksi barang dan modal, dikutip oleh Sukirno (2006, h. 423)
dengan kata lain ekonomi lebih menunjukkan pada perubahanyang bersifat
kuantitatif dan biasanya diukur dengan menggunakan data produkdomestik bruto
(PDB) atau pendapatan / output perkapita atau produk perkapita.
19
2.3.2. Teori Pertumbuhan Slow-swan
Menurut teori ini garis besar proses pertumbuhan mirip dengan teori
Harrod-Domar, dimana asumsi yang melandasi model ini yaitu :
1. Tenaga kerja (penduduk) tumbuh dengan laju tertentu, misalnya P pertahun.
2. Adanya fungsi produksi Q = f (K, L) yang berlaku bagi setiap periode.
3. Adanya kecenderungan menabung (prospensity to save) oleh masyarakat yang
dinyatakan sebagai proporsi (s) tertentu dari output (Q). Tabungan masyarakat
S = sQ, bila Q naik S juga naik, dan sebaliknya.
4. Semua tabungan masyarakat di investasikan S =I = ∆K. SEsuai dengan
anggapan mengenai kecenderungan menabung, maka dari output disisakan
sejumlah proporsi untuk tabung dan kemudian di investasikan. Dengan begitu,
maka terjadi penambahan stok capital (Boediono, 1992:81-82).
2.3.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod Domar
Teori pertumbuhan Harrod Domar ini dikembangkan oleh dua ekonom
sesudah Keynes yaitu Evsey Domar dan Sir Roy F. Harrod. Teori Harrod-Domar
ini mempunyai asumsi yaitu :
1. Perekonomian dalam keadaan pekerjaan penuh (full employment) dan barang –
barang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara penuh.
2. Perekonomian terdiri dari dua sector rumah tangga dan sector perusahaan.
3. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya
pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol.
4. Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS)
besarya tetap, demikian juga ratio antara modal output (capital-output ratio =
20
COR) dan rasio pertambahan modal-output (incremental capital output ratio
= ICOR).
Menurut Harrod Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu
proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang
– barang modal yang rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan perekonomian
tersebut, diperlukan investasi – investasi baru sebagai tambahan stok modal.
Hubungan tersebut telah kita kenal dengan istilah rasio modal output ( COR).
Dalam teori ini disebutkan bahwa, jika ingin tumbuh perekonomian harus
menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output totalnya.
Semakin banyak tabungan dan kemudian di investasikan, maka semakin cepat
perekonomian itu akan tumbuh (Arsyad, 2004:64-67).
2.3.4. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika
jumlah produksi barang dan jasa meningkat.Dalam dunia nyata, amat sulit untuk
mencatat jumlah unit barang dan jasa yang dihasilkan selama periode
tertentu.Kesulitan itu muncul bukan saja karena jenis barang dan jasa dihasilkan
sangat beragam, tetapi satuan ukurannya pun berbeda. Karena itu angka yang
digunakan untuk menaksir perubahan output adalah nilai moneternya ( uang )
yang tercermin dalam nilai Produk Domestik Bruto (PDB) untuk mengukur
pertumbuhan ekonomi, nilai PDB yang digunakan adalah PDB berdasarkan harga
konstan. Sebab, dengan menggunakan harga konstan pengaruh perubahan harga
telah dihilangkan. Sehinnga sekalipun angka yang muncul adalah nilai uang dari
21
output barang dan jasa, perubahan nilai PDB sekaligus menunjukkan perubahan
jumlah kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan selama periode pengamatan.
Mengingat sulitnya mengumpulkan data PDB maka perhitungan
pertumbuhan ekonomi tidak dapat dilakukian setiap saat, biasanya dilakukan
dalam dimensi waktu triwulan dan tahunan. Cara menghitung tingkat
pertumbuhan adalah sebagai berikut :
𝑆𝑟 =PDRBt −PDRBI −1
PDRBI −1 x100 %..................................................................................(1)
Dimana :
Sr = Pertumbuhan ekonomi periode (triwulan atau tahunan)
PDRBt = Produk domestic bruto rill periode t ( berdasarkan harga konstan )
PDRBI ꞊= PDRB satu periode sebelumnya
Jika interval lebih dari satu periode, perhitungan tingkat pertumbuhan
ekonomi dapat menggunakan persamaan eksponensial (Rahardja.2006,h.18) :
PDRBt = PDRB0 (I + r)……………………………………………………….(2)
Dimana :
PDRBt = PDRB periode t
PDRB0 = PDRB periode awal
r = tingkat pertumbuhan
t = jarak periode
22
2.4. Perbedaan Produk Domestik Bruto (PDB) dan produk Nasional
Bruto (GNP)
a. Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk domestik bruto (PDB) adalah total nilai pasar dan barang-barang
akhir dan jasa yang di hasilkan dalam suatu perekonomian selama kurun
waktu tertentu.
Kenaikan PDB dapat muncul melalui :
1. Kenaikan penawaran tenaga kerja
Penawaran tenaga kerja yang meningkat dapat menghasilkan keluaran
yang lebih banyak. Jika stok modal tetap sementara tenaga kerja naik,
tenaga kerja baru cenderung akan kurang produktif dibandingkan tenaga
kerja lama.
2. Kenaikan modal fisik atau sumber daya manusia
Kenaikan stok modal dapat juga menaikkan keluaran, bahkan jika
tidak disertai oleh kenaikan angkatan kerja. Modal fisik menaikkan baik
produktivitas tenaga kerja maupun menyediakan secara langsung jasa yang
bernilai. Investasi dalam modal sumber daya manusia merupakan sumber
lain dari pertumbuhan ekonomi.
3. Kenaikan Produktivitas
Kenaikan produktivitas masukan menunjukkan setiap unit masukan
tertentu memproduksi lebih banyak keluaran.Produktivitas masukan dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor termasuk perubahan teknologi, kemajuan
pengetahuan lain, dan ekonomisnya skala produksi.
23
b. Produk Nasional Bruto (GNP)
Produk nasional bruto adalah total nilai pasar dari barang-barangakhir dan
jasa yang dihasilkan oleh produk suatu negara selama kurun waktu
tertentu.
2.5.Faktor-faktor yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi
2.5.1. Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya
Kekayaan alam suatu negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan
iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan, hasil laut yang dapat diperoleh,
jumlah dan jenis kekayaan barang tambang yang terdapat didalam setiap negara,
dimana pertumbuhan ekonomi baru bermula, terdapat banyak hambatan untuk
mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi diluar sektor utama (pertanian dan
pertambangan) yaitu sektor dimana kekayaan alam terdapat.
2.5.2. Jumlah dan Mutu Dari Produk dan Tenaga Kerja
Produk yang bertambah dari waktu kewaktu dapat menjadi pendorong
maupun penghambat kepada pertumbuhan ekonomi. Produk yang bertambah akan
memperbesar jumlah tenaga kerja dan penambahan tersebut memungkinkan
negara itu menambah produksi, disamping itu sebagai akibat pendidikan latihan
dan pengalaman kerja, ketrampilan penduduk akan selalu bertambah tinggi.
2.5.3. Barang-Barang Modal dan Tingkat Teknologi
Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi keefisienan
pertumbuhan ekonomi di dalam masyarakat yang sangat kurang maju sekalipun
barang modal sangat besar peranannya dalam kegiatan ekonomi.
24
Apabila barang-barang modal saja yang bertambah, sedangkan tingkat
teknologi tidak mengalami perkembangan, kemajuan yang dicapai adalah jauh
lebih rendah daripada yang dicapai pada masa kini.
Kemajuan teknologi menimbulkan beberapa efek positif dalam
pertumbuhan ekonomi, oleh karenanya pertumbuhan ekonomi menjadi lebih pesat
sedangkan efek utama yang akan timbul adalah:
a. Kemajuan teknologi dapat mempertinggi keefisienan kegiatan
memproduksi sesuata barang kemajuan seperti itu akan menurunkan biaya
produksi dan meninggikan jumlah produksi.
b. Kemajuan teknologi menimbulkan penemuan barang-barang baru yang
belum pernah diproduksi sebelumya, kemajuan seperti itu menambah
barang dan jasa yang dapat digunakan masyarakat.
c. Kemajuan teknologi dapat meninggikan mutu barang-barang yang
diproduksi tanpa meningkatkan harganya.
2.5.4. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat
Sistem sosial dan sikap masyarakat penting perannya dalam mewujudkan
pertumbuhan ekonomi. Didalam menganalisis mengenai masalah-masalah
pembangunan di negara-negara berkembang, ahli-ahli ekonomi telah
menunjukkan bahwa sistem sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi
penghambat yang serius terhadap pembangunan. Adat istiadat yang tradisional
dapat menghambat masyarakat untuk menggunakan cara memproduksi yang
modern dan produktivitas yang tinggi, oleh karenanya pertumbuhan ekonomi
tidak dapat dipercepat.
25
Selain faktor- faktor diatas masih ada beberapa faktor lainnya yang
menentukan pertumbuhan ekonomi yaitu :
a. Faktor Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses
pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada
sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan
memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses
pembangunan.
b. Faktor Sumber Daya Alam
Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan
mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
c. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja
yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin
canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas
serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada
akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
d. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan
ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit
atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat
pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya
sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya.
26
e. Sumber Daya Modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan
meningkatkan kualitas IPTEK.Sumber daya modal berupa barang-barang
modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan
ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan
produktivitas.
2.5.4. Manfaat Pertumbuhan Ekonomi
Manfaat Pertumbuhan Ekonomi antara lain sebagai berikut:
Laju pertumbuhannya untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil
pembangunan nasional pendapatan per kapitanya dipergunakan untuk mengukur
tingkat kemakmuran penduduk, sebab semakin meningkat pendapatan per kapita
dengan kerja konstan semakin tinggi tingkat kemakmuran penduduk dan juga
produktivitasnya.
Sebagai dasar pembuatan proyeksi atau perkiraan penerimaan Negara
untuk perencanaan pembangunan nasional atau sektoral dan regional.Sebagai
dasar penentuan prioritas pemberian bantuan luar negeri oleh Bank Dunia atau
lembaga internasional lainnya.
2.6.Pengertian Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja didefinisikan sebagai keadaan yang mencerminkan
sampai berapa dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau dapat ikut secara
aktif dalam suatu kegiatan perekonomian suatu Negara, atau dengan kata lain,
kesempatan kerja merupakan orang yang bekerja dan telah mendapat pekerjaan
(Susanto, 2010).
27
Data kesempatan kerja secara nyata sulit diperoleh, maka untuk keperluan
praktis digunakan pendekatan bahwa jumlah kesempatan kerja didekati melalui
banyaknya lapangan kerja yang terisi yang tercermin dari jumlah penduduk yang
bekerja.
Para ahli ekonomi klasik mendefinisikan kesempatan kerja sebagai suatu
keadaan dimana semua pekerja yang ingin pada suatui tingkat upah tertentu akan
dengan mudah mendapatkan pekerjaan.
Menurut para ahli ekonomi klasik, untuk menentukan jumlah pekerja yang
akan digunakan dalam kegiatan ekonomi analisis mengenai pasar tenaga kerja
perlu dilakukan. Dalam konteks pasar tenaga kerja, mekanisme pasar yang terjadi
bersifat persaingan sempurna.Ini berarti bahwa tingkat upah ditentukan oleh
keseimbangan diantara permintaan dan penawaran tenaga kerja.Apabila keadaan
ini tercapai dalam analisis klasik tingkat kesempatan kerja penuh telah tercapai.
2.7.Pengertian Ketenagakerjaan
Menurut pasal 1 Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan didefinisikan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Sedarmayanti (2007, h. 1) tenaga kerja adalah penduduk pada usia kerja
(15 ke atas ) atau 15-64 tahun, atau secara potensial dapat bekerja. Dengan kata
lain tenaga kerja adalah jumlah seluruh penduduk dalam suatu Negara yang dapat
memp[roduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka dan
jika mereka mau berpatisipasi dalam aktivitas tersebut.
28
Pengertian tenaga kerja dibedakan menurut umur. Menurut Undang –
Undang Nomor 25 tentang ketenagakerjaan telah menetapkan batas usia kerja
menjadi 15 tahun. Dengan kata lain, sesuai dengan berlakkunya Undang – Undang
ini, mulai tanggal 1 Okteber 1998, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk
berumur 15 tahun atau lebih.
Menurut Afrida (2003, h.19) kelompok penduduk dalam usia kerja
dinamakan tenaga kerja atau manpower.Secara singkat tenaga kerja didefinisikan
sebagai penduduk berumur 15 tahun atau lebih.
Tenaga kerja (Man power) menurut International Labour Organization (
ILO ) dibagiu kedalam dua kelompok yaitu : Angkatan kerja (Labor Force) dan
bukan Angkatan kerja.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yang termasuk angkatan kerja adalah
penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang selama seminggu sebelum
pencacahan atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak
bekerja dan yang mencari pekerjaan.
Angkatan kerja menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dibedakan menjadi
dua sub kelompok yaitu bekerja dan penganggur. Badan Pusat Statistik (2010)
memberikan definisi tentang bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan
maksud memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam
dalam seminggu yang lalu, termasuk mereka yang sementara tidak bekerja karena
suatu sebab, seperti petani yang sedang menunggu hasil panen, pegawai yang
sedang cuti, dan sebagainya. Menurut Mankiw (2003,h.113) seseorang dianggap
bekerja jika dia menghabiskan sebagian besar waktu diminggu sebelumnya untuk
bekerja dan memperoleh upah atau gaji.
29
Menurut Sedarmayanti (2007, h.1) penduduk yang digolongkan bekerja
adalah:
1. Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan, melakukan pekerjaan
atau bekerja dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam dalam
seminggu yang lalu dan tidak boleh putus.
2. Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan,tidak melakukan
pekerjaan atau bekerja kurang dari satu jam, mereka adalah :
Pekerja tetap, pegawai pemerintah atau swasta yang sedang tidak
masuk kerja karena cuti, sakit, mogok, mangkir, perusahaan
menghentikan kegiatannya sementara (misalnya kerusakan mesin) dan
sebagainya.
Petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak bekerja karena
menunggu panen atau menggarap sawah dan sebagainya.
Orang-orang yang bekerja dibidang keahlian seperti dokter, tukang
cukur, penjahit, dan sebagainya.
Mencari pekerjaan atau penganggur terbuka adalah mereka yang tidak
bekerja namun sedang mencari kerja terdiri dari :
1. Belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.
2. Sudah pernah bekerja karena suatu hal berhenti atau diberhentikan dan
sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan. (Sedarmayanti 2007, h.2).
30
2.7.1.Penyerapan Tenaga Kerja
Minimnya penyerapan tenaga kerja dapat berimbas kepada tingginya
tingkat pengangguran, dan hal ini termasuk kedalam masalah ekonomi dan
masalah sosial. Pengangguran merupakan masalah ekonomi karena ketika angka
pengangguran meningkat sebagai dampaknya suatu negara membuang barang dan
jasa yang sebenarnya dapat diproduksi oleh pengangguran. Pengangguran
merupakan masalah sosial yang besar karena mengakibatkan pederitaan besar
untuk pekerja yang menganggur yang harus berjuang dengan pendapatan yang
berkurang. Biaya ekonomi dari pengangguran jelas, namun tidak ada jumlah mata
uang yang dapat mengurangkan secara tepat tentang korban psikologi dan
manusia pada saat mereka menganggur.
Negara Indonesia sering dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran, hal ini dikarenakan minimnya penyerapan tenaga kerja dan
besarnya jumlah penduduk Indonesia. Pengangguran Indonesia menjadi masalh
yang terus menerus membengkak. Sebelum krisis ekonomi tahun 1997
tingkat pengangguran di Indonesia pada umumnya dibawah 5 persen dan pada
tahun 1998 sebesar 5,7 persen. Tingkat pengangguran sebesar 5,7 persen masih
merupakan pengangguran alamiah. Tingkat pengangguran alamiah adalah suatu
tingkat pengangguran alamiah dan tidak mungkin dihilangkan. Tingkat
pengangguran ini sekitar 5-6 persen atau kurang. Artinya jika tingkat
pengangguran paling tinggi 5 persen itu berarti bahwa perekonomian dalam
kondisi penggunaan tenaga kerja penuh (full employment ).
Peningkatan angkatan kerja baru yang lebih besar dibandingkan dengan
lapangan kerja yang tersedia terus menunjukkan jurang (gap) yang terus
membesar. Kondisi tersebut semangkin membesar setelah krisis ekonomi. Dengan
adanya krisis ekonomi tidak saja jurang antara peningkatan angkatan kerja baru
31
dengan penyediaan lapangan kerja yang rendah terus makin dalam tetapi juga
terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK ).
Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu penyebab pengangguran adalah
kurangnya keahlian serta minimnya lapangan pekerjaan selain itu kurangnya
Sumber Daya Manusia (SDM) juga dapat memicu meningkatnya Pengangguran,
sehingga tidak mampu untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi khususnya di
Kabupaten Aceh Barat dimasa yang akan datang.
2.8.Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Pengangguran
Gambaran secara menyeluruh dari kondisi perekonomian suatu daerah
dapat diperoleh dengan mengukur tingkat pertumbuhan ekonominya yang kita
kenal dengan konsep produk domestic regional bruto (PDRB) sebagai salah satu
indikator makro ekonomi. Dalam konsep perhitungan PDRB yang dihitung adalah
nilai bruto dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua unit ekonomi.
Dalam wilayah yang diukur salah satu aspek untuk melihat kinerja perekonomian
adalah beberapa efektif penggunaan sumber daya yang ada sehingga lapangan
pekerjaan merupakan tempat dari pembuat kebijakan. Angkatan kerja merupakan
jumlah total dari pekerja dan pengangguran, sedangkan pengangguran merupakan
persentase angkatan kerja yang menganggur.
Pertumbuhan ekonomi dan pengangguran memiliki hubungan yang sangat
erat karena penduduk yang bekerja berkontribusi dalam menghasilkan barang dan
jasa, sedangkan pengangguran tidak memberikan kontribusi. Studi yang dilakukan
oleh ekonom Arthur mengindikasikan hubungan negative antara pertumbuhan
32
ekonomi dan pengangguran, sehingga semakin tinggi tingkat pengangguran
semakin rendah tingkat pertumbuhan ekonomi.
Salah satu prioritas dalam membangun perekonomian yang dikemukakan
pemerintah Indonesia adalah penciptaan lapangan pekerjaan atau berkurangnya
tingkat pengangguran. Penciptaan lapangan kerja sebagai dampak dari
pertumbuhan ekonomi diperkirakan tidak dapat menyerap angkatan kerja baru
yang muncul setiap tahun dan jumlah pengangguran yang sudah ada dari tahun
sebelumnya, hal tersebut menjelaskan mengapa dari tahun ke tahun, dengan
pertumbuhan ekonomi yang dicapai Indonesia setiap tahunnya.
2.8.Perumusan Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini
adalah pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja berpengaruh negative
terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten Aceh barat.
33
III. METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian mencangkup seluruh jumlah
kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat.
Mengingat luasnya aspek analisis maka sampel yang diambil oleh penulis
adalah jumlah kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi dan jumlah pengangguran
di Kabupaten Aceh Barat dalam kurun waktu 2002 – 2011.
3.2. Data Penelitian
3.2.1. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis data yang digunakan penulis yaitu data sekunder yang
diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), dan instansi-
instansi pemerintah, serta dari berbagai sumber dan literatur lain yang ada
kaitannya dengan penelitian ini.
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data digunakan penulis dalam penelitian ini antara
lain :
a. Studi Pustaka (library Research)
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dengan
cara membaca-buku-buku dan Literatur lainnya baik yang diwajibkan
maupun yang dianjurkan yang berhubungan dan ada kaitanya dengan
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.
34
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung
kepada pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan yang berhubungan
dengan masalah yang akan dibahas.
3.3. Model Analis Data
Untuk membahas faktor - faktor yang mempengaruhi tingkat
pengangguran di Kabupaten Aceh Barat dengan menggunakan alat ukur regresi
linear berganda (Arafah, 2008.h.26).
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Dimana :
Y = Pengangguran
a = Konstanta
b1,b2 = Koefisien regresi
X1 = Pertumbuhan ekonomi
X2 = Kesempatan Kerja
e = Faktor penganggu
Analisis Korelasi (r)
koefisien korelasi adalah suatu analisa untuk mengetahui seberapa besar
hubungan dengan variabel bebas terhadap variabel terikatnya. koefisien berganda
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Rumus koefisien korelasi berganda menurut Usman (2006, h.103)
YiYiXiXi
YiXiXXir
2
1
35
Dimana :
r = Koefisien Korelasi Variabel Bebas X
Y = jumlah pengangguran
X = Variabel yang diteliti
Uji t
uji t digunakan untuk menguji hipotesis suatu parameter bila sampel
berukuran kecil (n < 30) dan ragam populasi tidak diketahui menurut Ruslan
(2006, h.189).
21
2
r
rnt
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
r = Koefisien korelasi
3.4. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak menimbulkan pengertian ganda tentang variabel-variabel utama
pada penelitian ini, maka akan dijelaskan definisi masing-masing variabel sebagai
berikut :
1. Pengangguran (Y) adalah jumlah pengangguran di Kabupaten Aceh Barat
yang diukur dalam jiwa.
2. Pertumbuhan ekonomi (X1) adalah tingkat pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Aceh Barat yang diukur dalam persen.
36
3. Kesempatan kerja (X2) adalah lapangan kerja yang tersedia di Kabupaten
Aceh Barat.
3.5. Pengujian Hipotesis
Hipotesa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. H0 ; ß = 0, Faktor- faktor yang diteliti secara bersama-sama tidak
berpengaruh secara signifikan dari seluruh variabel (X1 dan X2) terhadap
variabel terikat (Y).
b. H1 ; ß ≠ 0, faktor-faktor yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh
secara signifisikan dari variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel terikat
(Y).
Kriteria uji hipotesa yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :
a. Apabila th >tt maka H0 ditolak H1 diterima, artinya tidak terdapat pengaruh
yang signifikan dari variabel yang diteliti.
b. Apabila th <tt maka H0 diterima H1 ditolak, artinya terdapat pengaruh yang
signifikan dari seluruh variabel yang diteliti.
37
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Perkembangan Tingkat pengangguran
Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja dianggap sebagai faktor positif
dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar
berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan
penduduk yang lebih besar akan meningkatkan luasnya pasar domestik. Namun
demikian, patut dipertanyakan apakah cepatnya pertumbuhan penawaran tenaga
kerja akan memberikan efek positif atau negatif terhadap perkembangan
ekonomi. Sebenarnya, hal tersebut tergantung pada kemampuan sistem
perekonomian untuk menyerap dan secara produktif mempekerjakan tambahan
tenaga kerja tersebut.
Angkatan kerja yang tumbuh sangat cepat tentu saja akan menimbulkan
masalah bagi perekonomian, terutama tidak tersedianya lapangan kerja. Jika
lapangan kerja baru tidak mampu menampung semua angkatan kerja baru (
dengan kata lain, tambahan permintaan akan tenaga kerja lebih sedikit dari pada
tambahan penawaran angkatan kerja ), maka sebagian angkatan kerja baru itu
akan memperpanjang barisan penganggur yang sudah ada. Lapangan kerja salah
satu masalah dalam pembangunan ekonomi di Indonesia.
Hal ini bukan terlihat terhadap masalah jumlah tetapi bagaimana
meningkatkan jumlah yang ditawarkan. Permasalahan lain terletak pada kualitas
tenaga kerja, sebagaimana terlihat dari produkvitas pekerja yang ada masih relatif
rendah.
38
Tingkat pengangguran akan menjadi masalah terhadap sosial ekonomi
masyarakat, hal ini akan menimbulkan kecemburuan sosial antara masyarakat
yang belum memiliki pekerjaan, untuk mengetahui tingkat pengangguran di
Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Jumlah Pengangguran di Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2002-2011
No. Tahun Jumlah Pengangguran
( jiwa )
1. 2. 3.
4. 5.
6. 7. 8.
9. 10.
2002 2003 2004
2005 2006
2007 2008 2009
2010 2011
37.116 31.217 22.218
13.266 7.818
7.810 8.061 7.868
7.651 7.434
Sumber : Badan Pusat Statistik ( d iolah ), 2012
Pada Tabel 1 dapat dilihat jumlah pengangguran di Kabupaten Aceh Barat
dari tahun 2002-2011 sebagai berikut, pada tahun 2002 jumlah pengangguran di
Kabupaten Aceh Barat sebanyak 37.116 jiwa dan pada tahun 2003 mengalami
penurunan sebesar 31.217 jiwa dari tahun sebelumnya dan pada tahun 2005
jumlah pengangguran di Kabupaten Aceh Barat mengalami penurunan sebanyak
13.266 jiwa, hal ini disebabkan karena bencana gempa dan tsunami yang terjadi
pada akhir tahun 2004. Jumlah pengangguran yang terjadi hingga tahun 2006
mencapai 7.818 jiwa, penyerapan tenaga kerja terutama dikarenakan banyak
lapangan pekerjaan yang mampu menyerap tenaga kerja seperti banyaknya
lembaga swadaya masyarakat asing (NGO) yang mampu menampung tenaga
kerja.
39
Seiring dengan pulihnya krisis ekonomi maka jumlah pengangguran pun
mulai mengalami penurunan.Jumlah pengangguran yang terjadi hingga tahun
2011 mencapai 7.434 jiwa.Permasalahan kependudukan di Kabupaten Aceh Barat
adalah dilihat dari tingginya jumlah pengangguran, namun demikian jumlah
pengangguran di Kabupaten Aceh Barat saat ini relatife mulai berkurang.
4.1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Barat
Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi di daerah adalah nilai Produk
Domestik Regional bruto (PDRB). Perkembangan pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Aceh Barat yang tercermin dari nilai PDRB Aceh Barat selama
periode tahun 2002 – 2011 mengalami peningkatan secara fluktuatif, seperti yang
terlihat pada tabel 2
Tabel 2 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2002 - 2011
No Tahun PDRB Pertumbuhan (%)
1 2
3 4 5
6 7
8 9 10
2002 2003
2004 2005 2006
2007 2008
2009 2010 2011
4.934.090 5.052.853
5.652.336 6.358.687 6.468.986
6.659.263 6.735.608
6.803.228 6.929.972 7.012.027
1,97 2,41
11,86 12,50 1,73
2,94 1,15
1,00 1,86 11.84
Sumber : Badan Pusat Statistik (dio lah), 2012
Pada Tabel 2 dapat dilihat jumlah PDRB di Kabupaten Aceh Barat
dari tahun 2002 – 2011 mengalami peningkatan pada tahun 2002 jumlah
PDRB di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp.4.934.090 dan tahun 2003
40
mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp.5.502.853 atau 2.41 %. Pada tahun
2011 PDRB Kabupaten Aceh Barat mengalami peningkatan sebesar 11.84
persen dari tahun 2010 yang nilainya mencapai 6.929.272 juta rupiah. Selama
tahun 2002 – 2011 perekonomian KabupatenAceh Barat didominasi oleh sektor
pertanian. Kontribusi sektor ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun
4.1.2. Kesempatan Kerja di Kabupaten Aceh Barat
Di Kabupaten Aceh Barat selama tahun 2002 – 2011 kesempatan kerja
mengalami perkembangan secara fluktuatif.Pada tabel 3 dibawah ditampilkan data
tentang pertumbuhan kesempatan kerja di kabupaten Aceh Barat.
Tabel 3 Perkembangan Kesempatan Kerja di Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2002 – 2011
No
Tahun
Kesempatan Kerja (Ribuan Jiwa)
Pertumbuhan ( % )
1 2002 1.800 0.86
2 2003 1.650 -8.33
3 2004 1.500 -9.09
4 2005 1.590 6.00
5 2006 1.593 3.78
6 2007 1.600 0.44
7 2008 1.622 1.38
8 2009 1.733 6.85
9 2010 1.776 2.49
10 2011 1.900 6.98 Sumber : Badan Pusat Statistik (dio lah), 2012
Pada tabel 3 terlihat bahwa kesempatan kerja terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2002 jumlah kesempatan kerja di
41
Kabupaten Aceh Barat sebesar 1.800 jiwa, dan pada tahun 2003 mengalami
penurunan sebesar 1.650 jiwa dari tahun sebelumnya. Tahun 2004 jumlah
kesempatan kerja di Kabupaten Aceh Barat kembali mengalami penurunan
sebesar 1.500 jiwa.Dan tahun 2005 jumlah kesempatan kerja mulai mengalami
peningkatan, hal ini karena banyak lapangan pekerjaan yang mampu menyerap
tenaga kerja seperti banyaknya lembaga swadaya masyarakat asing (NGO).
Peningkatan paling tinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu 6.98 % dengan
kesempatan kerja sebanyak 1.900 jiwa. Sedangkan peningkatan paling rendah
terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar -9.09 % dengan kesempatan kerja sebanyak
1.500 jiwa.
4.2. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat
pengangguran di Kabupaten Aceh Barat akan dianalisis dengan menggunakan
model regresi linear berganda.
Tabel 4
Rata – rata, Standar Deviasi dan Observasi
No Variabel Rata - rata Std. Deviasi N
1
2
3
Pengangguran
P.Ekonomi
K. Kerja
15.0459
6.2602
1.6764
11.15914
0.76976
0.12176
10
10
10
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2012)
Tabel 4 diatas terlihat bahwa rata – rata pengangguran selama kurun
waktu 2002 – 2011 adalah 15.0459 dengan standar deviasi 11.15914.
Sedangkan variabel pertumbuhan ekonomi (X1) dengan jumlah (N) sebanyak 10
42
mempunyai nilai rata – rata sebesar 6.2602 dan standar deviasi sebesar 0.76976.
Variabel kesempatan kerja (X2) dengan jumlah (N) sebanyak 10 mempunyai rata
– rata sebesar 1.6764 dan standar deviasi 0.121176.
4.3.1. Analisis Regresi Linear Berganda
Hasil perhitungan dengan menggunakan regrsei linear berganda disajikan
pada tabel dibawah ini.
Tabel 5 Hasil Perhitungan Regresi Linear Berganda
No Model Unstandardized Coeefficients Standardized coefficients
B Std. Error Beta
1
2
3
1 (Constant)
P. Ekonomi
K. Kerja
79.153
-14.671
16.544
6.885
0.611
3.861
-1.012
0.181
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2012)
Dari tabel diatas dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut ini :
Y = 79.153 – 14.671 + 16.544 + e
Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Konstanta
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar 79.153.
Nilai konstanta ini menyatakan bahwa apabila semua variabel bebas
(pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja) bernilai nol, maka
pengangguran mengalami penurunan sebesar 79.153 jiwa.
43
2. Koefisien regresi dari variabel pertumbuhan ekonomi (X1)
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa koefisien variabelpertumbuhan
ekonomi bernilai 14.671, hal ini menyatakan setiap kenaikan pertumbuhan
ekonomi sebesar 1 % mengakibatkan pengangguran mengalami penurunan
sebesar 14.671 jiwa.
3. Koefisien regresi dari variabel kesempatan kerja (X2)
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa koefisien variabel kesempatan
kerja adalah 16.544 %.Hal ini menyatakan bahwa setiap kenaikan
kesempatan kerja sebesar 1 % mengakibatkan pengangguran meningkat
sebesar 16.544 jiwa.
4.4.Pengujian Hipotesis
4.4.1. Uji t ( uji individual )
Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat
pengangguran di Kabupaten Aceh Barat dianalisis dengan menggunakan model
regresi linear berganda. Dari hasil penelitian diperoleh hasil akhirnya sebagai
berikut :
44
Tabel 6
Hasil perhitungan nilai t-hitung
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coeffisien
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant)
P.Ekonomi
K. Kerja
79.153
-14.671
16.544
6.885
0.611
3.861
-1.012
0.181
11.496
-24.020
4.285
0.000
0.000
0.007
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2012)
Berdasarkan tabel diatas nilai thitungdapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pertumbubuhan Ekonomi (X1)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk variabel pertumbuhan ekonomi
nilai thitung > ttabel( 24.020 > 1.895 ) artinya partial variabel pertumbuhan
ekonomi berpengaruh signifikan terhadap pengangguran di Kabupaten
Aceh Barat.
2. Kesempatan Kerja
Dari tabel diatas terlihat bahwa untuk variabel kesempatan kerja nilai
thitung>ttabel( 4.285 > 1.895 ) artinya partial variabel kesempatan kerja
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengangguran.
Dari hasil diatas menunjukkan bahwa hanya variabel pertumbuhan
ekonomi yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengangguran di
kabupaten Aceh Barat, sedangkan variabel kesempatan kerja tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.
45
4.4.2. Uji F ( uji simultan )
Uji F digunakan untuk menguji keberatian semua variabel bebass
pertumbuhan ekonomi (X1) dan kesempatan kerja (X2) secara bersama – sama
terhadap variabel terikat pengangguran (Y). Hasil perhitungan nilai Fhitungdapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7 Hasil Regresi : uji F
Model Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 1107.305 2 553.653 288.512 .000a
Residual 13.433 7 1.919
Total 1120.738 9
Sumber : hasil Pengolahan Data (2012)
Dari tabel 7 terlihat bahwa nilai Fhitung > Ftabel( 288.512 > 4.737 ), dimana
signifikannya lebih kecil dari 𝝰 0,05, yaitu (0,000 < 0,05) berarti Ho ditolak dan
Ha diterima, maka variabel pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja secara
simultan ( bersama – sama ) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.
4.4.3. Analisis Koefisien determinasi
Hal ini dipergunakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keeratan serta arah hubungan antara pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja
terhadap pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.
46
Tabel 8
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 0.994a 0.988 0.985 1.38528 2.557
Sumber : Hasil Pengolahn Data (2012)
Persentase pengaruh variabel terikat terhadap variabel bebas
ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2). Koefisien determinasi
(R2) ini menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat yang dinyatakan dalam persen (%).Koefisien determinasi dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
KP = r2 x 100 %
= ( 0.994)2 x 100 %
= 0.988
Dari rumus diatas nilai R square (R2) sebesar 0.988 yang berarti
bahwa pengangguran di Kabupaten Aceh Barat sebesar 98.8 % di pengaruhi
oleh variabel pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja, sedangkan sisanya
sebesar 1.2 % dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar model penelitian ini.
4.5.Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa variabel pertumbuhan ekonomi
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pengangguran di Kabupaten Aceh
Barat selama kurun waktu 2002 – 2011. Koefisien regresi pertumbuhan ekonomi
47
menunjukkan bahwa setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi akan menurunkan
pengangguran.
Persamaan akhir diperoleh Y = 79.153 – 14.671 + 16.544 + e. Konstanta
sebesar 79.153 nilai konstanta ini menyatakan apabila variabel bebas
(pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja) bernilai nol, maka pengangguran
mengalami penurunan sebesar 79.153 jiwa.
Apabila koefisien variabel pertumbuhan ekonomi bernilai 14.671, hal ini
menyatakan setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 % mengakibatkan
pengangguran mengalami penurunan sebesar 14.671 jiwa.
Apabila koefisien variabel kesempatan kerja adalah 16.544 %.Hal ini
menyatakan bahwa setiap kenaikan kesempatan kerja sebesar 1 % mengakibatkan
pengangguran meningkat sebesar 16.544 jiwa.
Hasil penelitian untuk variabel kesempatan kerja menunjukkan bahwa
variabel kesempatan kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.
Dari hasil pengujian hipotesis secara bersama – sama menunjukkan bahwa
nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (288.512 > 4.737). Hal ini berarti variabel
pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja secara bersama – sama memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.
Jika diperhatikan dari nilai koefisien diperoleh (R2) menunjukkan bahwa
pengangguran di Kabupaten Aceh Barat sebesar 98.8 % di pengaruhi oleh
48
variabel pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja, sedangkan sisanya
sebesar 1.2 % dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar model penelitian ini.
49
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Kabupaten Aceh Barat maka
dapat diambil kesimpulan yaitu :
a. Dari hasil uji t, menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi secara
individual mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengangguran
di Kabupaten Aceh Barat, Karena thitung > ttabel (24.020 > 1.895). Variabel
kesempatan kerja secara individual mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap pengangguran di Kabupaten Aceh Barat, karena thitung > ttabel
(4.285 > 1.895).
b. Dari hasil uji F menunjukkan bahwa secara serentak (bersama – sama)
variabel pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap pengangguran di Kabupaten Aceh
Barat, karena Fhitung > Ftabel (288.512 > 4.737).
c. Dari hasil koefisien determinasi (R2), menunjukkan bahwa pengangguran
di Kabupaten Aceh Barat sebesar 98.8 % di pengaruhi oleh variabel
pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja, sedangkan sisanya sebesar
1.2 % dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar model penelitian ini.
50
5.2. Saran – saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan
kepada pemerintah :
a. Untuk mengatasi masalah pengangguran, Pemerintah Kabupaten harus
mampu menciptakan kesempatan kerja dan memperluas lapangan usaha di
berbagai sector dengan cara mendorong investasi swasta, sehingga
permintaan tenaga kerja meningkat.
b. Pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan
menyediakan lowongan pekerjaan, meningkatkan sumber daya manusia
dan meningkatkan perekonomian rakyat, dan menumbuh kembangkan
Usaha Kecil Menengah (UKM) agar industri kecil dan menengah terus
dikembangkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Aceh Barat.
c. Bagi peneliti yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor –
faktor yang mempengaruhi pengangguran dapat menggunakan variabel –
variabel lain yang berhubungan dengan faktor – faktor yang
mempengaruhi pengangguran. Area penelitian bisa juga dilakukan di
Kabupaten Lain yang terdapat di Provinsi Aceh, atau di Provinsi lainnya di
seluruh Indonesia.
51
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,Lincolyn,2004.Ekonomi Pembangunan.Yogyakarta.STIE YKPN.
Afrida, 2003.Manajemen Sumber Daya Manusia.Ghalia Indonesia.Jakarta.
Badan Pusat Statistik, 2001. Indikator Sosial Ekonomi Aceh. Jakarta.
Boediono, 2001.Teori Pertumbuhan Ekonomi.BPFE.Yogyakarta.
Jhingan, 2000.Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan.Jakarta,rajawali Press.
Mankiw,Gregory,2003.Pengantar Ekonomi.Erlangga.Jakarta.
Nanga, Muana.2005.Makro Ekonomi Teori Masalah dan Kebijakan.PT.Raja
Grafindo Persada,Jakarta.
Nopirin, Ph.d, 2000. Ekonomi Moneter II, BPFE, Yogyakarta.
Rahardja, Manurung. 2006. Teori Ekonomi Makro. Fakultas Ekonomi Universita
Indonesia, Jakarta.
Ruslan, Rosady.2006.Metodologi Penelitian Public Relayion dan
Komunikasi.PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sedarmayanti, 2007.Manajemen Sumber Daya Manusia.Refika
Aditama.Bandung.
Sukirno, Sadono. 2006a. Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2007b.Teori Makro Ekonomi Modern ”Perkembangan
Pemikiran dari Klasik hingga Keynesian baru. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Susanto, F. 2010. Chapter II, http://resposity.usu.ac.id:diakses tanggal 13
September 2012.
52
Lampiran 1 :Data input Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat
pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.
Tahun
Jumlah Pengangguran ( jiwa)
Pertumbuhan Ekonomi ( % )
Kesempatan Kerja ( jiwa )
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
37.116
31.217
22.218
13.266
7.818
7.810
8.061
7.868
7.651
7.434
1.97
2.41
11.86
12.50
1.73
2.94
1.15
1.00
1.86
11.84
1.800
1.650
1.500
1.590
1.593
1.600
1.622
1.733
1.776
1.900