faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan … · 2017. 6. 6. · fakultas ekonomi dan...
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
ALIH FUNGSI LAHAN
DI BALI
TIM PENELITI :
Prof. Dr. MADE KEMBAR SRI BUDHI, Drs., M.P.
Drs. I KETUT DARMA, M.Si.
GEDE ARYAWAN, SE., M.Si.
I GDE WEDANA ARJAWA, SE., M.Si.
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
i
ii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v
ABSTRAK .................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumber Daya Lahan ............................................................. 11
2.2 Alih Fungsi Lahan................................................................ 14
2.3 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi .......................... 17
2.4 Pertumbuhan Ekonomi......................................................... 18
2.4.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis ..................... 19
2.4.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik dan
Neoklasik ................................................................. 24
2.5 Konsep Produk Domestik Regional Bruto ........................... 27
2.6 Pertumbuhan Penduduk ....................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Data dan Metode Pemilihan Sampel ................................... 32
3.2 Teknik Analisa Data ............................................................ 32
3.2.1 Pendekatan/Metode Estimasi Regresi Data Panel.... 32
3.2.2 Uji Hausman............................................................. 35
3.2.3 Uji Asumsi Klasik .................................................... 35
3.2.4 Uji Statistik............................................................... 36
3.3 Definisi Operasional Variabel.............................................. 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perkembangan Lahan Sawah di Bali ................................... 38
4.2 Perkembangan Laju Penduduk di Bali ................................. 39
4.3 Pertumbuhan Ekonomi Bali ................................................. 40
4.4 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ................. 42
4.5 Analisis Data Panel .............................................................. 43
4.5.1 Metode Common/Pooled Least Square ................... 44
4.5.2 Metode Fixed Effect ................................................ 45
4.5.3 Metode Random Effect ............................................ 47
iii
4.5.4 Uji Model Estimasi .................................................. 49
4.5.5 Hasil Estimasi Model ............................................... 52
4.6 Pembahasan ......................................................................... 54
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ................................................................................ 58
5.2 Saran ...................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 60
LAMPIRAN .................................................................................................. 62
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Bali Tahun 2014 ................ 8
4.1 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Provinsi Bali
Tahun 2014 ...................................................................................... 39
4.2 Mean, Median, Mode, Std. Deviaton, Minimum, Maximum
Jarque-Bera dan Probability .......................................................... 42
4.3 Hasil Analisis Dengan Metode Pooled Least Squares ................... 44
4.4 Hasil Analisis Dengan Fixed Effect ................................................ 46
4.5 Hasil Analisis Denngan Metode Random Effect ............................. 48
4.6 Uji Chow .......................................................................................... 50
4.7 Uji Hausman .................................................................................... 51
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Fooled Model ......................................................................................... 62
2. Substituted Coefficients Fooled Model .................................................. 63
3. Fixed Effect Model ................................................................................. 64
4. Substituted Coefficients Fixed Effect Model .......................................... 65
5. Uji Chow ............................................................................................... 66
6. Substituted Coefficients Uji Chow ........................................................ 67
7. Random Effect ........................................................................................ 68
8. Substituted Coefficients Random Effect ................................................. 69
9. Uji Hausman .......................................................................................... 70
10. Substituted Coefficients Uji Hausman ................................................... 71
vi
ABSTRAK
Konversi lahan pertanian adalah salah satu fenomena perubahan lahan pertanian
menjadi non pertanian akibat dari pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah,
swata dan masyarakat itu sendiri. Tujuan dalam penelitian ini adalah
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan di Provinsi
Bali. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif menggunakan alat analisis
regresi data panel yang merupakan kombinasi antara deret waktu atau time series
data dan kerat lintang atau cross section data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terjadinya alih fungsi lahan sawah di kabupaten/kota di Provinsi Bali dipengaruhi
oleh jumlah penduduk, PDRB per Kapita dan share pertanian terhadap PDRB.
Ternyata perkembangan jumlah penduduk yang pengaruhnya significant dengan
taraf nyata 95% (α = 5%), sedang yang lainnya non significant.
Kata kunci : Jumlah Penduduk, PDRB Perkapita, Share Pertanian, Alih Fungsi
Lahan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik
dalam lingkungan masyarakat, dengan adanya proses perubahan inilah akan
membawa dampak pada perubahan sektor-sektor yang terkait, karena setiap ada
perubahan tentu akan membawa efek positif dan efek negatif, walaupun tujaun
dari pembangunan itu sendiri berusaha menghindari efek negatifnya, karena
dengan mengolah sumber daya yang terbatas. Memasuki era globalisasi
diperlukan sarana dan prasarana untuk menunjang terlaksananya pembangunan,
salah satunya adalah lahan. Lahan memegang peranan yang penting sebagai lahan
untuk merealisasikan pembangunan dalam hal ini adalah pembangunan fisik.
Seperti diketahui, tanah tidak dapat dipisahkan dengan manusia karena tanah
merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Lahan merupakan
tempat pemukiman, tempat melakukan kegiatan manusia, bahkan sesudah
matipun masih memerlukan lahan. Lahan yang dimaksud adalah tanah.
Dalam pembangunan tentu akan memerlukan sumber daya, seperti
misalnya lahan, karena lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi
pembangunan. Hampir semua pembangunan fisik memerlukan lahan, di bidang
pertanian, lahan merupakan sumber daya yang sangat penting, baik bagi petani
maupun bagi pembangunan pertanian. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
di Indonesia kegiatan pertanian masih bertumpu pada lahan (land based agricultu
2
Are activities). Pesatnya pembangunan yang dilaksanakan akhir-akhir ini oleh
pemerintah, sangat besar pengaruhnya terhadap sektor pertanian khususnya
pertanian yang beririgasi (sawah), sektor pertanian mempunyai peranan yang
sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Karena sektor ini banyak
menyerap tenaga kerja khususnya tenaga kerja yang tidak mempunyai skill atau
tenaga kerja yang tidak diserap pada sektor lainnya, karena sektor pertanian tidak
memerlukan skill (ketrampilan) yang tinggi. Besarnya potensi pertanian dapat
terlihat dari pengalaman sejarah, ternyata krisis moneter dan krisis ekonomi di
Indonesia dapat ditanggulangi oleh sekelompok usaha kecil baik itu di bidang
industri pengolahan maupun di bidang pertanian (Suparmoko, 2002).
Sektor pertanian merupakan sektor strategis dan berperan penting dalam
perekonomian nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam
sumbangannya terhadap PDB, penyedia lapangan kerja, dan penyedia pangan
dalam negeri. Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas
bercocok tanam guna menghasilhan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi
kebutuhan umat manusia. Namun seiring perkembangan zaman dan dinamika
gerak langkah pembangunan serta pertumbuhan jumlah penduduk, eksistensi
lahan mulai terusik. Salah satu permasalahan yang cukup terkait dengan
keberadaan tanaman padi adalah makin maraknya alih fungsi lahan pertanian
kepenggunaan lainnyan seperti pembangunan pemukiman penduduk, industri,
pertokoan, dan pariwisata dan yang lainnya.
Alih fungsi lahan, khususnya lahan pertanian sawah atau sering disebut
sebagai konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh
3
kawasan lahan dari fungsinya semula misalnya pertanian beririgasi (sawah)
menjadi fungsi non pertanian. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai
perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis
besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin
bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang
lebih baik. Alih fungsi lahan biasanya terkait dengan proses perkembangan
wilayah, bahkan dapat dikatakan bahwa alih fungsi lahan merupakan konsekuensi
dari perkembangan wilayah, seperti misalnya dengan perkembangan jumlah
penduduk. Pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, serta intensitas
pembangunan yang berkembang dalam berbagai bidang tentu saja akan
menyebabkan ikut meningkatnya permintaan akan lahan. Di mana lahan pertanian
produktif akan dimanfaatkan untuk pembangunan perumahan, fasilitas penunjang
pariwisata seperti hotel, villa, home stay, dan lain-lain. Hal inilah yang kemudian
mendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian atau industri.
Pertumbuhan luas areal menjadi masalah yang sangat serius karena
bersaing dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi, indusrialisasi dan
pembanguan infrastruktur publik. Hal ini yang telah mendorong terjadinya
konversi lahan pertanian ke non pertanian. Faktor-faktor yang menentukan
konversi lahan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu faktor ekonomi, faktor sosial,
dan peraturan yang dikeluarkan baik oleh pemerintah daerah dalam rangka
otonomi daerah, maupun oleh pemerintah pusatkhususnya yang terkait dengan
pertanahan. Penelitian Syafa’at et al. (2001), pada sentra produksi padi utama di
Jawa dan luar Jawa, menunjukkan bahwa selain faktor teknis dan kelembagaan,
4
faktor ekonomi yang menetukan alih fungsi lahan sawah ke pertanian dan non
pertanian, adalah (1) nilai kompetitif padi terhadap komoditas lain menurun; (2)
respon petani terhadap dinamika pasar, lingkungan, dan daya saing usahatani
meningkat.
Sementara penelitian Sumaryanto, Hermanto, dan Pasandaran (dalam
Witjaksono, 1996), di Jawa menunjukkan bahwa alih fungsi lahan sawah ke non
pertanian (63 persen) lebih tinggi dibandingkan ke pertanian non sawah (37
persen). Dari 63 persen tersebut, 33 persen untuk pemukiman, 6 persen untuk
industri, 11 persen untuk prasarana dan 13 persen untuk lainnya. Selain faktor
ekonomi, faktor sosial juga mempengaruhi koversi lahan. Menurut Witjaksono
(1996), ada lima faktor sosial yang mempengaruhi alih fungsi lahan, yaitu
perubahan perilaku, hubungan pemilik dengan lahan, pemecahan lahan,
pengambilan keputusan, dan apresiasi pemerintah terhadap aspirasi masyarakat.
Dengan pesatnya perkembangan pembangunan yang dilaksanakan oleh
pemerintah maupun masyarakat membawa dampak terhadap lahan, khususnya
lahan pertanian yang beririgasi (sawah). Bila kondisi ini terus dibiarkan tanpa
adanya upaya penyelamatan dan perlindungan terhadap lahan pertanian produktif
maka lahan-lahan pertanian produktif akan terus dialih fungsikan dan semakin
berkurang. Seperti diketahui, Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar
penduduk Indonesia berdomisili di daerah pedesaan dan memiliki mata
pencaharian disektor pertanian. Sampai saat ini, sektor pertanian merupakan
sektor yang strategis dan berperan penting dalam perekonomian nasional dan
kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam sumbangan terhadap PDB,
5
penyedia lapangan kerja, dan penyediaan pangan dalam negeri. Kesadaran
terhadap peran tersebut menyebabkan sebagian besar masyarakat masih tetap
memelihara kegiatan pertanian mereka. ”Berbagai data menunjukkan bahwa di
beberapa negara yang sedang berkembang lebih 75 persen dari penduduk berada
di sektor pertanian dan lebih 50 persen dari pendapatan nasional dihasilkan dari
sektor pertanian serta hampir seluruh ekspornya merupakan bahan pertanian”
(Ario, 2010 dalam Adhi Yudha Bhaskara, dkk).
Kebijakan pemerintah menyangkut pertanian ternyata sebagian besarnya
tidak berpihak pada sektor pertanian itu sendiri. Hal ini terlihat dengan semakin
banyaknya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. Lahan
pertanian menjadi korban untuk memenuhi kebutuhan akan permukiman dan
industri yang tidak bertanggung jawab. Alih fungsi lahan pertanian merupakan
konsekuensi dari akibat meningkatnya aktivitas dan jumlah penduduk serta
pembangunan yang lainnya. Alih fungsi lahan pada hakekatnya merupakan hal
yang wajar terjadi pada era modern seperti sekarang ini, namun alih fungsi lahan
pada kenyataannya membawa banyak masalah karena terjadi diatas lahan
pertanian yang masih produktif. Lahan pertanian dapat memberikan banyak
manfaat seperti dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Namun, jika alih fungsi
lahan pertanian produktif dibiarkan saja dan tidak dikendalikan maka sudah tentu
akan berdampak negatif bagi masyarakat itu sendiri, mengingat begitu penting dan
bermanfaatnya lahan pertanian bagi masyarakat itu sendiri.
Bali merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang juga
mengalami alih fungsi lahan yang cukup dramatis. Hampir semua daerah dijamah
6
dan lahan-lahan pertanian produktif beralih fungsi hal ini disebabkan oleh
pesatnya pembangunan khususnya pembangnan kepariwisataan dan meningkatnya
tingkat kesejahteraan orang-orang Bali, karrena perkembangan kepariwisataan
itulah maka diperlukan akomodasi penunjang pariwisata Bali. Alih fungsi lahan di
Bali tidak dapat dihindari di tengah besarnya permintaan akan rumah, fasilitas
kepariwisataan, perkembangan perekonomian dan lain-lainya. Para investor baik
investor domestik maupun asing sudah merambah ke pelosok-pelosok Bali, di lain
pihak pertanian secara alamiah masih sangat dibutuhkan untuk menopang
kehidupan dan kelangsungan ekosistem masyarakat Bali. Hal ini sepertinya tidak
hanya berlaku pada masa lampau, melainkan juga masa sekarang dan yang akan
datang. Sebagai sektor kehidupan pertanian hampir dikatakan mutlak dibutuhkan
oleh keseluruhan kehidupan dan masyarakat Bali, karena pertanian merupakan
salah komponen yang mendukung budaya Bali, itu berarti akan ada yang hilang
budaya Bali.
Subak di Bali biasanya memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik,
atau Pura Bedugul, yang khusus dibangun oleh para pemilik lahan dan petani
yang diperuntukkan bagi dewi kemakmuran dan kesuburan dewi Sri. Karena
budaya Bali sangat erat kaitannya dengan pertanian. Hal ini dapat dilihat dari
semakin banyaknya lahan pertanian dialih fungsikan menjadi perumahan,
pertokoan, industri dan pembangunan pariwisata yang menyebabkan lahan
pertanian terabaikan dan bahkan dikorbankan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, sehingga lahan pertanian produktif semakin berkurang bahkan bisa
habis di masa mendatang, jika alih fungsi lahan pertanian tersebut tidak
7
dikendalikan. Pertanian bagi Bali tidak hanya sebagai sumber pangan dan
penyerap tenaga kerja, tetapi juga sumber budaya. Selain itu subak sebagai bagian
dari pertanian bali sudah di jadikan warisan budaya dunia, yang sudah sepatutnya
kita jaga dan lestarikan keberadaanya di tengah maraknya alih fungsi lahan yang
terjadi.
Berdasarkan data dari BPS (Biro Pusat Stastistik) Provinsi Bali Tahun
2013, luas lahan Provinsi bali yang digunakan untuk lahan sawah mencapai
81.165 Ha (14,40 persen). Dibandingkan luas sawah tahun 2012 yang mencapai
81.625 Ha, berarti mengalami penurunan seluas 460 Ha (0,56 persen). Di lain
pihak luas lahan non sawah mencapai 274.402 Ha (48,68 persen) atau bertambar
98 Ha (0,04 persen), yang sebelumnya mencapai 274.305 Ha (48,66 persen), ini
berarti lahan yang ada di Bali masih dominan (48,68 persen) merupakan lahan
bukan sawah dan sebagian kecil (14,68 persen) merupakan lahan persawahan,
terjadinya alih fungsi persawahan di provinsi Bali. Share dari sektor pertanian
dalam arti luas dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan tahun 2013 share
sektor pertanian sebesar 15,22 persen turun menjadi 14,64 persen di tahun 2014,
penurunan ini disebabkan oleh salah satunya adalah alih fungsi lahan pertanian ke
non pertanian. Terjadinya alih fungsi lahan juga disebabkan pesatnya
perkembangan pembangunan di Bali, terutama pembangunan sektor pariwisata
yang memerlukan infrastruktur sebagai pendukung pariwisata. Disamping itu pula
perkembangan jumlah penduduk di Bali juga sangat mempengaruhi terjadinya alih
fungsi lahan, pertumbuhan penduduk di Bali seperti terlihat pada Tabel 1.1
berikut.
8
Tabel. 1.1
Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Bali
Tahun 2014
Kabupaten Jml Penduduk Perkiraan
r 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (5) (4)
Jembrana 301.806 304.207 306.641 0,008
Tabanan 447.314 450.875 454.482 0,008
Badung 455.037 460.275 465.338 0,011
Gianyar 457.994 462.064 466.223 0,009
Klungkung 206.739 209.395 212.117 0,013
Bangli 256.846 258.390 259.940 0,006
Karangasem 532.903 539.022 544.951 0,011
Buleleng 796.168 802.726 809.148 0,008
Denpasar 607.324 612.803 618.318 0,009
Jumlah 4.062.131 4.099.757 4.136.655 0,009
Sumber : Data SIAK Kemendagri Tahun 2014
Berdasarkan data pada Tabel 1.1 angka pertumbuhan penduduk di Provinsi
Bali dari tahun 2013 hingga tahun 2014 sebesar 0,9 persen, Jika diamati per
Kabupaten/Kota, pertumbuhan penduduk tertinggi tahun 2013-2014 terjadi di
Kabupaten Klungkung yaitu sebesar 1,3 persen disusul kabupaten Karangasem
dan Badung sebesar 1,1 persen. Dengan pertumbuhan diperkirakan 0,9 persen
pertanun maka jumlah penduduk Bali tahun 2015 diperkirakan berjumlah
4.136.655 jiwa. Pesatnya perkembangan kepariwisataan di Bali sangat dirasakan
oleh penduduk Bali, hal ini dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan masyarakat
Bali dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, seperti yang dicerminkan oleh
PDRB perkapita. Tahun 2013 PDRB perkapita Bali sebesar Rp. 33,13 juta dan
tahun 2014 sebesar 38,11 juta (Atas Dasar Harga Berlaku), sedangkan
berdasarkan harga konstan tahun 2010 sebesar Rp. 28,13 juta pada tahun 2013, di
9
tahun 2014 meningkat menjadi Rp. 29,67 juta (Berita Resmi Statistik,
No. 13/02/51/Th. IX, 5 Februari 2015). Walaupun terjadi alih fungsi lahan
pertanian ke non pertanian, pertumbuhan perekonomian Bali tetap positif.
Pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2014 tumbuh 6,72 persen lebih tinggi dibanding
tahun 2013 sebesar 6,69 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai
oleh Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 12,43 persen.
Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor
Barang dan Jasa yang mengalami pertumbuhan sebesar 19,49 persen.
1.2 Rumusan Masalah
Alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian yang terjadi selama ini di
Bali sebenarnya tidak menguntungkan bagi sektor pertanian. Adanya alih fungsi
lahan justru menimbulkan dampak negatif karena dapat menurunkan hasil
produksi pertanian dan daya serap tenaga kerja sehingga akan berpengaruh
terhadap keberlanjutan hidup petani. Namun, potensi dampak yang akan terjadi
kurang diperhatikan masyarakat ataupun pemerintah dan upaya untuk
pengendalian terhadap alih fungsi lahan sepertinya diabaikan. Inilah yang menjadi
konsentrasi pemerintah dan masyarakat Bali, Perkembangan pembangunan di
provinsi Bali telah mengakibatkan terjadinya persaingan dalam penggunaan lahan
yang menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan lahan dimana luas lahan
tetap, juga perkembangan jumlah penduduk (pertumbuhan penduduk) rata-rata
0,9, walaupun pertumbuhan penduduk relative kecil, namun luas pulau Bali sangat
kecil, tetapi jumlah penduduk dimasa-masa mendatang tetap menjadi masalah,
10
terutama penyediaan sarana dan sarananya, ini akan memerlukan lahan.
Berdasarkan berbagai kenyataan dan permasalahan di atas maka rumusan masalah
di dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut.
1) Bagaimana laju alih fungsi lahan di Provinsi Bali?
2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan hasil uraian rumusan masalah diatas, maka tujuan dari
penelitian ini, adalah.
1) Mengkaji laju alih fungsi lahan pertanian di Provinsi Bali.
2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan di
Provinsi Bali
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumber Daya Lahan
Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting
untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan
manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan untuk
transportasi, daerah rekreasi. Setiap manusia melakukan aktivitas maka sumber
daya alam sangat penting, tanpa adanya sumber daya alam maka manusia tidak
bias melakukan aktivitas. Sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan
fisik terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di
atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Oleh karena itu
sumberdaya lahan dapat dikatakan sebagai ekosistem karena adanya hubungan
yang dinamis antara organisme yang ada di atas lahan tersebut dengan
lingkungannya (Mather, 1986).
Lahan mempunyai tempat yang khusus dalam kelompok sumber daya,
karena lahan diperlukan dalam semua aspek kehidupan manusia dan lahan juga
menjadi faktor utama dalam mempengaruhi sumber daya alam lainnya. Sebagai
sumber daya, lahan mempunyai karakteristik spesial dalam alokasinya. Banyak
faktor yang mempengaruhi nilai sebidang lahan seperti topografi, kesuburan,
lokasi, cara pengolahannya (sumber daya manusia), dan lain-lain. Dari sudut
pandang ekonomi, lahan dapat diartikan sebagai keseluruhan sumber daya baik
yang bersifat alami maupun buatan yang terkait dengan sebidang permukaan
12
bumi. Ilmu ekonomi juga sering merujuk lahan bersama-sama dengan tenaga
kerja, modal dan pengelolaan sebagai empat faktor produksi dasar. Dalam
pengertian ini, lahan diartikan sebagai sumber daya alami yang digunakan dalam
proses produksi dalam menghasilkan pangan, serat, bahan bangunan, bahan
tambang atau bahan mentah yang diperlukan dalam kehidupan modern (Didi
Rukmana, http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/ 123456789 /4009/
Babpersen 208persen20Sumberpersen20Dayapersen20Lahan.pdf?sequence=1,
diakses 16-9-2015).
Lahan mempunyai arti penting bagi para stakeholder yang
memanfaatkannya. Fungsi lahan bagi masyarakat sebagai tempat tinggal dan
sumber mata pencaharian. Bagi petani, lahan merupakan sumber memproduksi
makanan dan keberlangsungan hidup. Bagi pihak swasta, lahan adalah aset untuk
mengakumulasikan modal. Bagi pemerintah, lahan merupakan kedaulatan suatu
negara dan untuk kesejahteraan rakyatnya. Adanya banyak kepentingan yang
saling terkait dalam penggunaan lahan, hal ini mengakibatkan terjadinya tumpang
tindih kepentingan antar aktor yaitu petani, pihak swasta, dan pemerinntah dalam
memanfaatkan lahan. Lahan pertanian merupakan lahan yang diperuntukan untuk
kegiatan pertanian. Sumberdaya lahan pertanian memiliki banyak manfaat bagi
manusia. Menurut Sumaryanto dan Tahlim 2005 (dalam Puspasari, 2012),
menyebutkan bahwa manfaat lahan pertanian dapat dibagi menjadi dua kategori.
Pertama, use values atau nilai penggunaan dapat pula disebut sebagai personal use
values. Manfaat ini dihasilkan dari hasil eksploitasi atau kegiatan usaha tani yang
dilakukan pada sumber daya lahan pertanian. Kedua, non use values dapat pula
13
disebut sebagai intrinsic values atau manfaat bawaan. Berbagai manfaat yang
tercipta dengan sendirinya walaupun bukan merupakan tujuan dari kegiatan
eksploitasi dari pemilik lahan pertanian termasuk dalam kategori ini. Menurut
Utomo dkk. (1992, dalam Agung Hadi Hidayat dkk., 2012), menyatakan bahwa
lahan sebagai modal alami yang melandasi kegiatan kehidupan dan penghidupan,
memiliki dua fungsi dasar, yakni sebagai berikut.
1) Fungsi kegiatan budaya adalah suatu kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk
berbagai penggunaan seperti permukiman, baik sebagai kawasan perkotaan
maupun pedesaan, perkebunan hutan produksi, dan lain-lain.
2) Faktor lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utamanya
untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang ada, yang mencakup
sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa
yang bisa menunjang pemanfaatan budidaya
Dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia yang terus
berkembang yang didorong oleh andanya perubahan yang terus menerus yang
tidak bias dihindari dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang semakin
tinggi, pengelolaan sumberdaya lahan seringkali kurang bijaksana dan tidak
mempertimbangkan aspek keberlanjutannya. Hanya manusia berpikir jangka
pendek dan manusia pikirannya ekonomis (mencari keuntungan yang sebesar-
besarnya) sehingga kelestarian sumber daya alam semakin terancam. Akibatnya,
sumberdaya lahan yang berkualitas tinggi menjadi berkurang dan manusia
semakin bergantung pada sumberdaya lahan yang bersifat marginal (kualitas lahan
yang rendah). Hal ini berimplikasi pada semakin berkurangnya ketahanan pangan,
14
tingkat dan intensitas pencemaran yang berat dan kerusakan lingkungan lainnya.
Dengan demikian, secara keseluruhan aktifitas kehidupan cenderung menuju
sistem pemanfaatan sumberdaya alam dengan kapasitas daya dukung yang
menurun. Di lain pihak, permintaan akan sumberdaya lahan terus meningkat
akibat tekanan pertambahan penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita
(Rustiadi, 2001 dalam Siswanto, 2006).
2.2 Alih Fungsi Lahan
Utomo dkk. (1992, dalam Hidayat dkk., 2012), mendefinisikan alih fungsi
lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi
sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang
direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah)
terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian
perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh faktor-faktor
yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk
yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu
kehidupan yang lebih baik. Terjadinya alih fungsi lahan, khususnya lahan yang
produktif dalam arti lahan yang masih mendatang pengasilan atau berproduksi,
walaupun hasilnya lebih kecil dibandingkan dengan setelah dialih fungsikan
apabila dilihat dari segi ekonomi. Jika suatu lokasi terjadi konversi lahan
pertanian, segera lahan-lahan di sekitarnya akan terkonversi dan sifatnya
cenderung progresif.
15
Sejalan dengan perubahan struktur perekonomian yang merupakan ciri
perkembangan suatu negara atau daerah, kebutuhan lahan untuk kegiatan non
pertanian semakin mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kecenderungan
tersebut menyebabkan terjadinya alih fungsi (konversi) lahan pertanian sulit untuk
dihindari dengan kata lain setiap tahunnya pasti terjadi konversi lahan. Luas
konversi lahan tersebut setiap tahunnya akan semakin besar karena konversi lahan
pertanian umumnya menular. Dengan kata lain, sekali konversi lahan terjadi di
suatu lokasi maka luas lahan yang akan dikonversi di lokasi tersebut akan semakin
besar akibat konversi lahan ikutan yang terjadi di lokasi sekitarnya, di samping itu
pula tenaga manusia (petani) sudah sangat jarang mengolah lahannya secara
professional, karena lahan yang reltif sedikit (petani gurem), sehingga lebih
banyak biaya yang dikeluarkan bila dibandingkan dengan hasil yang mereka
dapatkan di sektor pertanian dan banyak generasi muda yang tidak lagi benerja di
sektor pertanian. Perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu
penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya diikuti
dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu
berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda
(Wahyunto et al., 2001, dalam Siswanto, 2006).
Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat
dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena dua hal, pertama adanya keperluan
untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan
kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih
16
baik, disamping itu pula tingkat kesejahteraan masyarakat mengalami perubahan,
dengan perubahan tingkat kesejahteraan tersebut menyebabkan penduduk akan
membuat rumah/pemukiman baru, ini berari memerlukan lahan untuk
membangunnya dan pertumbuhan ekonomi, perubahan pendapatan dan konsumsi
juga merupakan faktor penyebab perubahan penggunaan lahan. Sebagai contoh,
meningkatnya kebutuhan akan ruang tempat hidup, transportasi dan tempat
rekreasi akan mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan.
Teknologi juga berperan dalam menggeser fungsi lahan. Grubler (1998)
dalam Siswanto (2006), mengatakan ada tiga hal bagaimana teknologi
mempengaruhi pola penggunaan lahan. Pertama, perubahan teknologi telah
membawa perubahan dalam bidang pertanian melalui peningkatan produktivitas
lahan pertanian dan produktivitas tenaga kerja. Kedua, perubahan teknologi
transportasi meningkatkan efisiensi tenaga kerja, memberikan peluang dalam
meningkatkan urbanisasi daerah perkotaan. Ketiga, teknologi transportasi dapat
meningkatkan aksesibilitas pada suatu daerah. Para ahli berpendapat bahwa
perubahan penggunaan lahan lebih disebabkan oleh adanya kebutuhan dan
keinginan manusia. Menurut McNeill et al., (1998) dalam Siswanto (2006),
faktor-faktor yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah politik,
ekonomi, demografi, dan budaya. Aspek politik adalah adanya kebijakan yang
dilakukan oleh pengambil keputusan yang mempengaruhi terhadap pola
perubahan penggunaan lahan.
17
2.3 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu indikator yang sangat penting dalam menganalisis
pembangunan ekonomi yang terjadi di suatu negara adaah pertumbuhan ekonomi.
Pada dasarnya pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi mengandung
makna yang berbeda. Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan
sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita
penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh sistem
kelembagaan. Adapun pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP
atau GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari
tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi
atau tidak (Arsyad, 1999). Pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk kepada
perubahan yang bersifat kuantitatif (quantitative change) dan biasanya diukur
dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB atau PDRB) atau
pendapatan atau nilai akhir pasar (total market value) dari barang-barang akhir
dan jasa-jasa (final goods and services) yang dihasilkan dari suatu perekonomian
selama periode tertentu (satu tahun).
Antara perumbuhan ekonomi dan dan pembangunan ekonomi kedua istilah
tersebut mengandung arti perubahan, pertumbuhan selalu digunakan sebagai suatu
ungkapan umum yang menggambarkan tingkat perkembangan sesuatu negara,
yang diukur melalui persentasi pertambahan pendapatan nasional riil. Istilah
pembangunan ekonomi biasanya dikaitkan dengan perkembangan ekonomi di
negara-negara berkembang. Dengan perkataan lain, dalam mengartikan istilah
pembangunan ekonomi, ahli ekonomi bukan saja tertarik kepada masalah
18
perkembangan pendapatan nasional riil, tetapi juga kepada modernisasi kegiatan
ekonomi, misalnya kepada usaha merombak sektor pertanian yang tradisional,
masalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan masalah perataan pembagian
pendapatan (Sukirno, 2006).
2.4 Pertumbuhan Ekonomi
Teori-teori pertumbuhan ekonomi yang berkembang, antara lain sebagai
berikut (Sukirno, 2006). Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo,
Malthus, dan John Stuart Mill. Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi
dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu jumlah penduduk, jumlah barang modal, luas
tanah dan kekayaan alam serta teknologi yang digunakan. Mereka lebih menaruh
perhatiannya pada pengaruh pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan
ekonomi. Mereka asumsikan luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi tidak
mengalami perubahan. Teori yang menjelaskan keterkaitan antara pendapatan
perkapita dengan jumlah penduduk disebut dengan teori penduduk optimal.
Menurut teori ini, pada mulanya pertambahan penduduk akan menyebabkan
kenaikan pendapatan perkapita. Namun jika jumlah penduduk terus bertambah
maka hukum hasil lebih yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi
produksi yaitu produksi marginal akan mengalami penurunan, dan akan membawa
pada keadaan pendapatan perkapita sama dengan produksi marginal. Pada
keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimal. Jumlah
penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimal. Apabila jumlah
19
penduduk terus meningkat melebihi titik optimal maka pertumbuhan penduduk
akan menyebabkan penurunan nilai pertumbuhan ekonomi.
Secara umum teori pertumbuhan ekonomi menurut para ahli dapat dibagi
menjadi 2 (dua), yaitu teori pertumbuhan ekonomi historis dan teori pertumbuhan
ekonomi klasik dan neoklasik (http://ceptt094.blogspot.co.id/2013/07/teori-
pertumbuhan-ekonomi-menurut-para.html).
2.4.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis
Aliran historis berkembang di Jerman dan kemunculannya merupakan
reaksi terhadap pandangan kaum klasik yang menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi dapat dipercepat dengan revolusi industri, sedangkan aliran historis
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dilakukan secara bertahap. Pelopor
aliran historis, antara lain Frederich List, Karl Bucher, Bruno Hildebrand, Wegner
Sombart, dan W.W. Rostow.
1) Teori pertumbuhan ekonomi Frederich list (1789 - 1846)
Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi menurut frederich list adalah
tingkat-tingkat yang dikenal dengan sebutan Stuffen theorien (teori tangga).
Menurut Friendrich List, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi
menjadi empat tahap, sebagai berikut.
a) Masa berburu dan mengembara. Pada masa ini manusia belum memenuhi
kebutuhan hidupnya sangat mengantungkan diri pada pemberian alam dan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri
b) Masa berternak dan bertanam. Pada masa ini manusia sudah mulai berpikir
untuk hidup menetap. Sehingga mereka bermata pencaharian bertanam
20
c) Masa bertani dan kerajinan. Pada masa ini manusia sudah hidup menetap
sambil memelihara tanaman yang mereka tanam kerajinan hanya mengajar
usaha sampingan.
d) Masa kerajinan, industri, dan perdagangan. Pada masa ini kerajinan bukan
sebagai usaha sampingan melainkan sebagai kebutuhan untuk dijual ke
pasar, sehingga industri berkembang dari industri kerajinan menjadi
industri besar.
2) Teori pertumbuhan ekonomi Karl Bucher (1847 - 1930)
Pada tahap Perekonomian menurut Karu Bucher ini dapat dibagi menjadi 4
(empat), yaitu sebagai berikut.
a) Rumah tangga tertutup
b) Rumah tangga kota
c) Rumah tangga bangsa
d) Rumah tangga dunia
3) Teori pertumbuhan ekonomi Bruno Hildebrand
Bruno Hildebrand melihat pertumbuhan ekonomi masyarakat dari
perkembangan alat tukar-menukarnya, yaitu sebagai berikut.
a) masa tukar-menukar secara barter
b) masa tukar-menukar dengan uang
c) masa tukar-menukar dengan kredit
4) Teori pertumbuhan ekonomi Werner sombart (1863 - 1947)
Menurut Werner Sombart pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi
menjadi tiga tingkatan, yaitu sebagai berikut.
21
a) Masa perekonomian tertutup. Pada masa ini, semua kegiatan manusia
hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Individu atau
masyarakat bertindak sebagai produsen sekaligus konsumen sehingga
tidak terjadi pertukaran barang atau jasa. Adapu yang menjadi ciri khusus
pada masa pererokonomian ini yaitu kegiatan manusia untuk memenuhi
kebutuhan sendiri, setiap individu sebagai produsen sekaligus sebagai
konsumen, dan belum ada pertukaran barang dan jasa
b) Masa kerajinan dan pertukangan. Pada masa ini, kebutuhan manusia
semakin meningkat, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif akibat
perkembangan peradaban. Peningkatan kebutuhan tersebut tidak dapat
dipenuhi sendiri sehingga diperlukan pembagian kerja yang sesuai dengan
keahlian masing-masing. Pembagian kerja ini menimbulkan pertukaran
barang dan jasa. Pertukaran barang dan jasa pada masa ini belum didasari
oleh tujuan untuk mencari keuntungan, namun semata-mata untuk saling
memenuhi kebutuhan. Masa kerajinan dan pertukangan memiliki beberapa
ciri-ciri seperti; Meningkatnya kebutuhan manusia, adanya pembagian
tugas sesuai dengan keahlian, timbulnya pertukaran barang dan jasa, dan
pertukaran belum didasari profit motive
c) Masa kapitalis. Pada masa ini muncul kaum pemilik modal (kapitalis).
Dalam menjalankan usahanya kaum kapitalis memerlukan para pekerja
(kaum buruh). Produksi yang dilakukan oleh kaum kapitalis tidak lagi
hanya sekedar memenuhi kebutuhanya, tetapi sudah bertujuan mencari
laba. Werner Sombart membagi masa kapitalis menjadi 4 (empat) masa,
22
yaitu tingkat prakapitalis, tingkat kapitalis, tingkat kapitalisme raya,
tingkat kapitalisme akhir. Berikut penjelasan lebih rincinya.
(1) Tingkat prakapitalis, masa ini memiliki ciri-ciri, seperti kehidupan
masyarakat masih statis, bersifat kekeluargaan, bertumpu pada sektor
pertanian, bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri, dan hidup
secara berkelompok.
(2) Tingkat kapitalis, masa ini memiliki ciri-ciri, seperti kehidupan
masyarakat sudah dinamis, bersifat individual, adanya pembagian
pekerjaan, dan terjadi pertukaran untuk mencari keuntungan.
(3) Tingkat kapitalisme raya, masa ini memiliki ciri-ciri, seperti usahanya
semata-mata mencari keuntungan, munculnya kaum kapitalis yang
memiliki alat produksi, produksi dilakukan secara masal dengan alat
modern, perdagangan mengarah kepada ke persaingan monopoli, serta
dalam masyarakat terdapat dua kelompok yaitu majikan dan buruh.
(4) Tingkat kapitalisme akhir, masa ini memiliki ciri-ciri, seperti
munculnya aliran sosialisme, adanya campur tangan pemerintah dalam
ekonomi, dan mengutamakan kepentingan bersama.
5) Teori pertumbuhan ekonomi Walt Whitmen Rostow (1916 - 1979)
W.W. Rostow mengungkapkan teori pertumbuhan ekonomi dalam
bukunya yang bejudul The Stages of Economic Growth menyatakan bahwa
pertumbuhan perekonomian dibagi menjadi 5 (lima), sebagai berikut.
a) Masyarakat tradisional (the traditional society), merupakan masyarakat
yang mempunyai struktur pekembangan dalam fungsi-fungsi produksi
23
yang terbatas, belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi modern, serta
terdapat suatu batas tingkat output per kapita yang dapat dicapai.
b) Masyarakat pra kondisi untuk periode lepas landas (the preconditions for
take off), merupakan tingkat pertumbuhan ekonomi dimana masyarakat
sedang berada dalam proses transisi dan sudah mulai penerapan ilmu
pengetahuan modern ke dalam fungsi-fungsi produksi baru, baik di bidang
pertanian maupun di bidang industri.
c) Periode lepas landas (the take off), merupakan interval waktu yang
diperlukan untuk mendobrak penghalang-penghalang pada pertumbuhan
yang berkelanjutan, kekuatan-kekuatan yang dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi diperluas, tingkat investasi yang efektif dan tingkat
produksi dapat meningkat, investasi efektif serta tabungan yang bersifat
produktif meningkat atau lebih dari jumlah pendapatan nasional, dan
Industri-industri baru berkembang dengan cepat dan industri yang sudah
ada mengalami ekspansi dengan cepat.
d) Gerak menuju kedewasaan (maturity), merupakan perkembangan terus
menerus di mana perekonomian tumbuh secara teratur serta lapangan
usaha bertambah luas dengan penerapan teknologi modern, investasi
efektif serta tabungan meningkat dari 10 persen hingga 20 persen dari
pendapatan nasional dan investasi ini berlangsung secara cepat, output
dapat melampaui pertambahan jumlah penduduk, barang-barang yang
dulunya diimpor, kini sudah dapat dihasilkan sendiri, serta tingkat
24
perekonomian menunjukkkan kapasitas bergerak melampau kekuatan
industri pada masa take off dengan penerapan teknologi modern.
e) Tingkat konsumsi tinggi (high mass consumption), sektor-sektor industri
merupakan sektor yang memimpin (leading sector) bergerak ke arah
produksi barang-barang konsumsi tahan lama dan jasa-jasa, pendapatan riil
per kapita selalu meningkat sehingga sebagian besar masyarakat mencapai
tingkat konsumsi yang melampaui kebutuhan bahan pangan dasar,
sandang, dan pangan, kesempatan kerja penuh sehingga pendapata
nasional tinggi, dan pendapatan nasional yang tinggi dapat memenuhi
tingkat konsumsi tinggi
2.4.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik dan Neoklasik
2.4.2.1 Teori pertumbuhan ekonomi klasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada 4 (empat) faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok
barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang
digunakan. Dalam teori pertumbuhan mereka, dimisalkan luas tanah dan kekayaan
alam adalah tetap jumlahnya dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan.
Berdasarkan kepada teori pertumbuhan ekonomi klasik yang baru menjelaskan
bahwa perkaitan di antara pendapatan per kapita dan jumlah penduduk. Teori
tersebut dinamakan teori penduduk optimum. Teori pertumbuhan klasik dapat
dilihat bahwa apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marjinal adalah
lebih tinggi daripada pendapatan per kapita. Akan tetapi apabila penduduk
25
semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan
mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi marjinal akan mulai mengalami
penurunan. Oleh karenanya pendapatan nasional dan pendapatan per kapita
menjadi semakin lambat pertumbuhannya.
2.4.2.2 Teori pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith
“An Inquiry into the nature and causes of the wealth of the nation”,
teorinya yang dibuat dengan teori the invisible hands (teori tangan-tangan tidak
kelihatan). Teori pertumbuhan ekonomi Adam Smith ditandai oleh 2 (dua) faktor
yang saling berkaitan, yaitu pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan output
total. Sedangkan pertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3 (tiga)
komponen, berikut ini sumber-sumber alam, tenaga kerja (pertumbuhan
penduduk, dan jumlah persediaan.
2.4.2.3 Teori pertumbuhan ekonomi David Ricardo dan T.R Malthus
Menurut David Ricardo faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar
hingga menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga
kerja melimpah. Pendapat Ricardo ini sejalan dengan teori yang dikemukakan
oleh Thomas Robert Malthus, menyatakan bahwa makanan (hasil produksi) akan
bertambah menurut deret hitung (satu, dua, dan seterusnya). Sedangkan penduduk
akan bertambah menurut deret ukur (satu, dua, empat , delapan, enam belas, dan
seterusnya) sehingga pada saat perekonomian akan berada pada taraf subisten atau
kemandegan.
26
2.4.2.4 Teori pertumbuhan ekonomi Neoklasik
Teori pertumbuhan Neoklasik melihat dari sudut pandang yang berbeda,
yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh
Abramovits dan Solow pertumbuhan ekonomi tergantung kepada perkembangan
faktor-faktor produksi. Dalam persamaan, pandangan ini dapat dinyatakan dengan
persamaan, sebagai berikut.
ΔY = f (ΔK, ΔL, ΔT)
Dimana :
ΔY adalah tingkat pertumbuhan ekonomi
ΔK adalah tingkat pertumbuhan modal
ΔL adalah tingkat pertumbuhan penduduk
Δt adalah tingkat pertumbuhan teknologi
Analisis Solow selanjutnya membentuk formula matematik untuk
persamaan itu dan seterusnya membuat pembuktian secara kajian empiris untuk
menunjukkan kesimpulan berikut: faktor terpenting yang mewujudkan
pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan pertambahan tenaga
kerja. Faktor yang paling penting adalah kemajuan teknologi dan pertambahan
kemahiran dan kepakaran tenaga kerja.
1) Teori pertumbuhan ekonomi Robert Sollow. Rober Sollow lahir pada tahun
1950 di Brookyn, ia seorang peraih nobel di bidang dibidang ilmu ekonomi
pada tahun 1987. Robert Sollow menekankan perhatiannya pada pertumbuhan
out put yang akan terjadi atas hasil kerja dua faktor input utama. Yaitu modal
dan tenaga kerja.
27
2) Teori pertumbuhan ekonomi Harrod dan Domar. RF. Harrod dan Evsey
Domar tahun 1947 pertumbhan ekonomi menurut Harrod dan domar akan
terjadi apabila ada peningkatan produktivitas modal (MEC) dan produktivitas
tenaga kerja.
3) Teori pertumbuhan ekonomi Joseph Schumpeter. Menurut J. Schumpeter,
pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan oleh adanya proses inovasi-
inovasi (penemuan-penemuan baru di bidang teknologi produksi) yang
dilakukan oleh para pengusaha. Tanpa adanya inovasi, tidak ada pertumbuhan
ekonomi.
2.5 Konsep Produk Domestik Regional Bruto
1) Pendapatan Regional Pendapatan regional netto adalah produk domestik
regional netto atas dasar biaya faktor dikurangi aliran dana yang keluar
ditambah aliran dana yang masuk dan jumlah pendapatan yang benar-benar
diterima (income receipt) oleh seluruh penduduk di daerah tersebut.
2) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Produk Domestik Regional Bruto
merupakan jumlah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh
unit-unit produksi yang beropersasi pada suatu daerah dalam jangka waktu
tertentu. PDRB yang masih ada unsur inflasi dinamakan PDRB atas dasar
harga berlaku. Dengan kata lain PDRB atas dasar harga berlaku merupakan
jumlah seluruh nilai barang-barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-
28
unit produksi didalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun yang dinilai
dengan harga tahun yang bersangkutan.
3) PDRB Atas Dasar Harga Konstan, Harga konstan artinya produk didasarkan
atas harga pada tahun tertentu. Tahun yang dijadikan patokan harga disebut
tahun dasar untuk penentuan harga konstan. Pada perhitungan atas dasar harga
konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau
sektoral.
4) Pendapatan perkapita Pendapatan perkapita merupakan gambaran dari rata-
rata pendapatan yang digunakan secara langsung sebagai ukuran tingkat
pemerataan pendapatan. Adanya peningkatan perekonomian dengan
melambatnya perkembangan pertumbuhan penduduk, akan mengakibatkan
terjadinya peningkatan PDRB perkapita. PDRB perkapita diterima oleh setiap
penduduk selama satu tahun disuatu wilayah atau daerah. PDRB perkapita
dapat digunakan sebagai salah satu indikator kemakmuran, walaupun ukuran
ini belum dapat diperoleh dari hasil bagi antara PDRB dengan penduduk
pertengahan tahun bersangkutan. Jadi besarnya PDRB perkapita tersebut
sangat dipengaruhi oleh kedua variabel di atas. Dengan disajikannya PDRB
perkapita seluruh daerah kabupaten/ kota maupun antara satu tahun dengan
tahun berikutnya.
29
2.6 Pertumbuhan Penduduk
Tingginya laju pertumbuhan penduduk di beberapa bagian di dunia ini
menyebabkan jumlah penduduk meningkat dengan cepat, terutama di Negara-
negara dunia ke tiga (berkembang), tingginya pertumbuhan penduduk sangat erat
kaitannya dengan kemiskinan. Di beberapa belahan di dunia telah terjadi
kemiskinan dan kekurangan pangan. Fenomena ini menggelisahkan para ahli, dan
masing-masing dari mereka berusaha mencari faktor-faktor yang menyebabkan
kemiskinan tersebut. Umumnya para ahli dikelompokkan menjadi tiga kelompok.
Kelompok pertama terdiri dari penganut aliran Malthusian. Aliran Malthusian
dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, dan aliran Neo Malthusian dipelopori
oleh Garreth Hardin dan Paul Ehrlich. Thomas Robert Malthus, seseorang pendeta
Inggris, hidup pada tahun 1766 hingga tahun 1834. Pada permulaan tahun 1798
lewat karangannya yang berjudul Essai on Principle of Populations as it Affect the
Future Improvement of Society, with Remarks on the Speculation of Mr. Godwin,
M. Condorcet, and Other Writers, menyatakan bahwa penduduk (seperti juga
tumbuh-tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan berkembang
biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari permukaan
bumi ini (Mantra, 2003).
Tingginya pertumbuhan penduduk ini disebabkan karena hubungan
kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak bisa dihentikan. Di samping itu
Malthus berpendapat bahwa manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan,
sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan jauh lebih lambat dibandingkan
dengan laju pertumbuhan penduduk. Apabila tidak diadakan pembatasan terhadap
30
pertumbuhan penduduk, maka manusia akan mengalami kekurangan bahan
makanan. Inilah sumber dari kemelaratan dan kemiskinan manusia. Hal ini jelas
diuraikan oleh Malthus, sebagai berikut … Human species would increase as the
number 1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, 256, and the substance as 1,2,3,4,5,6,7,8,9. In
two centuries the population would be to the means of subsistance as 236 to 9; in
three centuries as 4096 to 13 and in two thousand years the difference would be
almost incalculable. Untuk dapat keluar dari permasalahan kekurangan pangan
tersebut, pertumbuhan penduduk harus dibatasi. Menurut Malthus pembatasan
tersebut, dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu preventive checks, dan
positive checks. Preventive checks, ialah pengurangan penduduk melalui
penekanan kelahiran. Preventive checks dapat dibagi menjadi dua, yaitu moral
restraint dan vice. Moral restraint (pengekangan diri), yaitu segala usaha untuk
mengekang nafsu seksual, dan vice merupakan pengurangan kelahiran, seperti
pengguguran kandungan, penggunaan alat-alat kontrasepsi, homoseksual,
promiscuity, adultery. Bagi Malthus, moral restraint merupakan pembatasan
kelahiran yang paling penting, sedangkan penggunaan alat-alat kontrasepsi belum
dapat diterimanya (Mantra, 2003).
Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, teori Malthus mulai
diperdebatkan lagi. Kelompok yang menyokong aliran Malthus tetapi lebih
radikal disebut dengan kelompok Neo-Malthusianism. Menurut kelompok ini
(yang dipelopori oleh Garrett Hardin dan Paul Ehrlich), pada abad ke-20 (pada
tahun 1950-an), dunia baru yang pada jamannya Malthus masih kosong kini sudah
mulai penuh dengan manusia. dunia baru sudah tidak mampu untuk menampung
31
jumlah penduduk yang selalu bertambah. Paul Ehrlich dalam bukunya The
Population Bomb pada tahun 1971, menggambarkan penduduk dan lingkungan
yang ada di dunia dewasa ini sebagai berikut. Pertama, dunia ini sudah terlalu
banyak manusia; kedua, keadaan bahan makanan sangat terbatas; ketiga, karena
terlalu banyak manusia di dunia ini lingkungan sudah banyak yang tercemar dan
rusak.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Data dan Metode Pemilihan Sampel
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder atau data runtun waktu
(time series). Data diperoleh dari BPS Kabupaten/Kota dan BPS Provinsi Bali
selama 5 tahun terakhir. Semua data yang diperoleh merupakan data tahunan dari
masing-masing Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Bali. Kurun waktu tersebut
dipilih dengan pertimbangan keterbatasan sumber data dan keterbatasan waktu
yang tersedia. Sampel dalam penelitian ini adalah Kabupaten/Kota yang ada di
Provinsi Bali.
3.2 Teknik Analisa Data
Penelitian ini menggunakan analisis panel data atau pooled data. Analisis
dengan menggunakan panel data merupakan kombinasi antara deret waktu atau
time series data dan kerat lintang atau cross section data. Menurut Gujarati
(2003), untuk menggambarkan data panel secara singkat, misalkan pada data
cross section, nilai dari satu variabel atau lebih dikumpulkan untuk beberapa unit
sampel pada suatu waktu. Keunggulan menggunakan data panel menurut Hsiao
(2003) dibandingkan dengan time series dan cross section, adalah sebagai berikut.
1) Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas dalam setiap
individu
33
2) Data panel lebih informatif, lebih bervariasi, mengurangi kolinearitas antar
variabel, meningkatkan derajat kebebasan dan lebih efisien.
3) Studi dengan data panel memuaskan untuk menentukan perubahan dinamis
dibandingkan dengan studi berulang dari cross section.
4) Data panel lebih mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak
dapat diukur oleh data time series atau cross section.
5) Data panel membantu studi untuk menganalisis perilaku yang lebih komplek.
6) Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi individu
atau perusahaan karena unit data lebih banyak
3.2.1 Pendekatan/Metode Estimasi Regresi Data Panel
Ada tiga macam pendekatan di dalam analisis model data panel, yaitu
pendekatan common effect, efek tetap atau fixed effect dan pendekatan efek acak
atau random effect.
1) Pendekatan common effect, yaitu menggabungkan data croos-section dengan
time series dan destimasi dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least
Square).
Yit = αo + βi Xit + eit
Keterangan:
i = 1,2.....n
t = 1,2.....t
n = Jumlah cross section
t = Jumlah periode waktu
34
2) Pendekatan efek tetap (fixed effect)
Prosedur data panel memiliki beberapa kesulitan, di antaranya adalah bahwa
asumsi intersep dan slope yang konsisten sulit terpenuhi. Untuk mengatasi hal
tersebut, yang dilakukan adalah dengan memasukkan variabel boneka dan
dummy variabel supaya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda baik
cross section maupun time series dapat terjadi. Pendekatan dengan
menggunakan dummy ini terkenal dengan nama model efek atau fixed effect
atau Least Square Dummy Variable (LSDV).
Yit = αi + αi Dit + βi Xit + uit
Keterangan:
i = 1,2.....n
t = 1,2.....t
n = Jumlah cross section
t = Jumlah periode waktu
e = Variabel penganggu
3) Pendekatan efek acak (Random effect)
Variabel boneka yang dimasukkan dalam model efek tetap akan dapat
menimbulkan konsekuensi. Penambahan variabel boneka tersebut dapat
mengurangi banyaknya derajat kebebasan yang padaa akhirnya akan
mengurangi efesiensi dari parameter yang diestimasi. Model data panel yang
melibatkan korelasi antar error term karena berubahnya waktu yang
disebabkan oleh perbedaan observasi dapat diatasi dengan pendekatan model
komponen error atau disebut juga dengan pendekatan model komponen error
atau disebut juga dengan model efek acak atau random effect
35
Yit = αi + αi Dit + βi Xit + ɛit
ɛit = ui + vi + wit
Keterangan:
ui = komponen cross section error
vi = komponen time series error
Wit = komponen kombinasi error
3.2.2 Uji Hausman
Pengujian ini dilakukan untuk menguji metode yang paling baik
digunakan, apakah fixed effect atau random effect. Uji menggunakan indikator
statistik Chi square hitung yang untuk selanjutnya dibandingkan dengan chi
square tabel untuk mengetahui apakah hipotesis null ditolak atau tidak ditolak.
Dimana hipotesis null dari uji ini adalah tidak adanya hubungan antara error yang
ada dalam model dengan variabel independen, atau statistik Uji Hausman ini
mengikuti distribusi statistik Chi Square dengan degree of freedom sebanyak k,
dimana k adalah jumlah variabel independen. Jika nilai statistik Hausman lebih
besar dari nilai kritisnya maka H0 ditolak dan model yang tepat adalah model
Fixed Effect sedangkan sebaliknya bila nilai statistik Hausman lebih kecil dari
nilai kritisnya maka model yang tepat adalah model Random Effect
3.2.3 Uji Asumsi Klasik
Kelebihan penelitian menggunakan data panel, adalah data yang
digunakan menjadi lebih informatif, variabilitasnya lebih besar, kolineariti yang
lebih rendah diantara variabel dan banyak derajat bebas (degree of freedom) dan
lebih efisien (Hariyanto, 2005). Panel data dapat mendeteksi dan mengukur
36
dampak dengan lebih baik dimana hal ini tidak bisa dilakukan dengan metode
cross section maupun time series.
Panel data memungkinkan mempelajari lebih kompleks mengenai perilaku
yang ada dalam model sehingga pengujian data panel tidak memerlukan uji
asumsi klasik. Dengan keunggulan regresi data panel maka implikasinya tidak
harus dilakukannya pengujian asumsi klasik dalam model data panel (Verbeek,
2000; Aulia, 2004; Wibisono, 2005; Gujarati, 2006; dalam Shochrul R, Ajija, dkk.
2011).
3.2.4 Uji Statistik
Uji ini digunakan untuk pengujian signifikansi variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial (uji t) dan Uji F digunakan untuk
menguji signifikansi dari semua variabel bebas sebagai suatu kesatuan, atau
mengukur pengaruh variabel bebas secara bersama-sama. Kriteria yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pengujian dua arah dalam tingkat signifikansi = α dan
derajat kebebasan (degree of freedom, df) = n-k, dimana n menunjukkan jumlah
observasi dan k menunjukkan jumlah parameter termasuk konstanta.
3.3 Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variable
independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).
1) Variabel independen (bebas), adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya
atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Variabel independen
yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut.
37
a) Jumlah Penduduk (X1), adalah jumlah penduduk adalah jumlah manusia
yang bertempat tinggal/berdomisili pada suatu wilayah atau daerah dalam
penelitian kabupaten/kota di Provinsi Bali, memiliki mata pencaharian
tetap di daerah itu, serta tercatat secara sah berdasarkan peraturan yang
berlaku di daerah tersebut (dalam jiwa).
b) Share Pertanian Terhadap PDRB (X2), adalah perbandingan produksi
sektor pertanian dengan total PDRB kabupaten/kota di Provinsi Bali
(dalam persen).
c) PDRB Perkapita (X3), adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang tinggal di
kabupaten/kota di Provinsi Bali.
2) Variabel dependen, adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah luas lahan pertanian (Y). Lahan pertanian adalah lahan yang ditujukan
atau cocok untuk dijadikan lahan usaha tani untuk memproduksi tanaman
pertanian khususnya padi di kabupaten/kota di Provinsi Bali.
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perkembangan Lahan Sawah di Bali
Tahun 2013 dari total luas lahan Provinsi Bali yang digunakan untuk lahan
sawah mencapai 81.165 ha (14,40 persen). Dibandingkan dengan luas lahan
sawah tahun 2012 yang mencapai 81.625 ha, berarti mengalami penurunan seluas
460 ha (0,56 persen). Sebagian besar luas lahan sawah di Bali terdapat di
Kabupaten Tabanan yang merupakan “lumbung padinya” Bali. Luas lahan sawah
di Kabupaten Tabanan mencapai 27,33 persen (22.184 ha) dari total lahan sawah
seluas 81.165 ha. Kemudian disusul berturut-turut lahan sawah terluas berikutnya
adalah Kabupaten Gianyar mencapai 18,12 persen, Kabupaten Buleleng 13,43
persen, Kabupaten Badung 12,50 persen dan kabupaten/kota lainnya hanya
memiliki luas lahan sawah kurang dari 10 persen, dilihat dari porsi lahan menurut
penggunaan di masing-masing wilayah Kabupaten/Kota, maka Kabupaten
Gianyar merupakan kabupaten dengan persentase wilayah lahan sawah terbesar
yakni mencapai 39,96 persen, Kabupaten Tabanan 26,43 persen lahan sawah,
Kabupaten Badung 24,24 persen lahan sawah, Kota Denpasar 19,61 persen lahan
sawah dan Kabupaten lainnya kurang dari 15 persen wilayahnya digunakan
sebagai lahan sawah.Kabupaten dengan wilayah dominan lahan bukan sawah
adalah Kabupaten Bangli,Karangasem, Klungkung dan Buleleng. Sedangkan
Kabupaten dengan wilayahnya dominan lahan bukan pertanian adalah Kota
Denpasar dan Kabupaten Jembrana (http://bali.bps.go.id/).
39
4.2 Perkembangan Laju Penduduk di Bali
Berdasarkan data pada Tabel 4.1 diperoleh informasi bahwa kepadatan
penduduk di Provinsi Bali pada tahun 2014 mencapai 727,63 orang/km2. Ini
berarti bahwa dalam setiap kilometer persegi wilayah di Provinsi Bali dihuni
dengan penduduk kurang lebih sebanyak 728 orang. Jika dilihat berdasarkan
Kabupaten/Kota, ternyata Kota Denpasar memiliki rasio kepadatan penduduk
yang paling tinggi, yaitu sebesar 4.942,76 orang/km2 disusul masing-masing oleh
Kabupaten Badung dan Gianyar masing-masing 1.095,66 dan 1.255,61
orang/km2, sedangkan yang paling rendah adalah Kabupaten Jembrana sebesar
361,38 orang/ km2, tingginya kepadatan penduduk di Kota Denpasar, Badung dan
Gianyar tidak terlepas dari aktivitas kegiatan ekonomi di tiga Kabupaten dan Kota
tersebut, disamping sebagai pusat Kota dan aktivitas sektor pariwisata, sehingga
memicu terjadinya urbanisasi penduduk
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan
Provinsi Bali Tahun 2014
Kabupaten Luas Penduduk Rasio
Kepadatan
(1) (2) (3) (4)
Jembrana 842 304.207 361,38
Tabanan 839 450.875 537,20
Badung 420 460.275 1,095,66
Gianyar 368 462.064 1,255,61
Klungkung 315 209.395 664,75
Bangli 521 258.390 496,13
Karangasem 840 539.022 642,04
Buleleng 1.366 802.726 587,70
Denpasar 124 612.803 4,942,76
Total Luas 5.634 4.099.757 727,63
Sumber : Data SIAK Kemendagri Tahun 2014
40
Angka pertumbuhan penduduk di Provinsi Bali dari tahun 2013 hingga
tahun 2014 sebesar 0,9persen, Jika diamati per Kabupaten/Kota, pertumbuhan
penduduk tertinggi tahun 2013-2014 terjadi di Kabupaten Klungkung, yaitu
sebesar 1,3persen disusul kabupaten Karangasem dan Badung sebesar 1,1persen.
Dengan pertumbuhan diperkirakan 0,9persen pertanun maka jumlah penduduk
Bali tahun 2015 diperkirakan berjumlah 4.136.655 jiwa.
4.3 Pertumbuhan Ekonomi Bali
Pada tahun 2014, perekonomian Bali mampu tumbuh sebesar 6,18 persen,
dibanding tahun sebelumnya, pertumbuhan kali ini tercatat lebih cepat karena
pada tahun sebelumnya ekonomi Bali mampu tumbuh sebesar 6,05 persen.
Walaupun pertumbuhan Bali tidak mencapai target yang sebesar 6,71 persen
namun pertumbuhan ekonomi Bali ini jauh di atas level nasional yang hanya
mampu tumbuh 5,02 persen selama Tahun 2014.
Pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2014 didorong oleh semua sektor
ekonomi kecuali Pertambangan dan Penggalian yang tercatat kontraksi sebesar
0,61 persen. Adapun sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor
Keuangan sebesar 8,85 persen disusul oleh sektor Jasa-Jasa yang tumbuh sebesar
8,30 persen. Sedangkan sektor lainnya seperti Sektor pertanian tumbuh 2,22
persen; sektor industri pengolahan tumbuh 6,20 persen; sektor listrik, gas dan air
bersih tumbuh 5,49 persen; sektor bangunan tumbuh 2,98 persen; sektor
perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 7,32 persen; sektor pengangkutan dan
41
komunikasi tumbuh 6,37 persen. Total nilai tambah yang tercipta (PDRB
nominal/atas dasar harga berlaku) di Bali pada tahun 2014 telah mencapai Rp
106,25 trilyun atau naik 12,37 persen dari tahun sebelumnya yang senilai Rp
94,56 trilyun.
Sebagaimana diketahui, PDRB nominal masih merupakan nilai tambah
yang dipengaruhi oleh perubahan harga. Sehingga untuk melihat nilai tambah
secara riil (perkembangan produksi barang dan jasa secara riil) ditentukan dengan
nilai tambah atau PDRB riil/atas dasar harga konstan, yang pada tahun 2014
nilainya telah mencapai Rp 36,94 trilyun atau naik 6,18 persen dari tahun
sebelumnya senilai Rp 34,79 trilyun.
Bila dilihat struktur ekonomi Bali, masih didominasi sektor tersier, karena
sektor jasa memberi peran terbesar dalam pembentukan total nilai tambah yang
paling besar. Secara rinci, pada tahun 2014 kontribusi sektor pertanian sebesar
16,45 persen; sektor pertambangan dan penggalian 0,75 persen; sektor industri
pengolahan 8,68 persen; sektor listrik, gas dan air bersih 2,18 persen; sektor
bangunan 4,85 persen; sektor perdagangan, hotel dan restoran 30,14 persen; sektor
pengangkutan dan komunikasi 14,28 persen; sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan 6,86 persen; serta sektor jasa-jasa 15,80 persen. Atau jika
dikelompokkan, sumbangan sektor primer mencapai 17,20 persen, sektor
sekunder mencapai 15,72 persen dan sektor tersier sebesar 67,08 persen.
Dengan capaian agregat PDRB nominal Bali di tahun 2014 senilai
Rp 106,25 trilyun tersebut, dengan jumlah penduduk Bali hasil proyeksi tahun
2014 yang mencapai 4 juta orang lebih, maka PDRB perkapita penduduk Bali
42
mencapai Rp 25,9 juta perkapita/tahun atau meningkat 11,04 persen jika
dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai Rp.23,31 juta perkapita/tahun.
Peningkatan PDRB perkapita penduduk Bali dalam setahun terakhir ini
setidaknya mencerminkan bahwa secara rata-rata produktivitas per orang dalam
menciptakan nilai tambah mengalami peningkatan cukup berarti. Pertumbuhan
PDRB perkapita mengindikasikan bagaimana produktivitas dicapai dengan
pemanfaatan teknologi, kapital dan tenaga kerja, sehingga menjadi lebih efektif
dan bernilai ekonomis.
4.4 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Statistik diskriptif digunakan untuk melihat gambaran umum dari variabel
penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series
dan data cross section Kabupaten/Kota di Provinsi Bali berupa Luas Lahan Sawah
(Y), Jumlah Penduduk (X1), PDRB per Kapita (X2), dan Share Pertanian
Terhadap PDRB (X3) tahun 2010-2013.
Tabel 4.2
Mean, Median, Mode, Std. Deviaton, Minimum, Maximum
Jarque-Bera dan Probability
Kiteria
Luas Lahan Sawah
(Y)
(ha)
Jumlah
Penduduk
(X1)
(000) jiwa
PDRB
Per Kapita
(X2)
Rp.
Share Pertanian
Terhadap PDRB
(X3)
persen
Mean 9.053,944 44.2634,2 17.172.150 22,27722
Median 7.155,500 42.6450,0 15.629.180 26,73000
Maximum 2.2455,00 84.6200,0 35.633.410 33,67000
Minimum 2.506,000 17.2100,0 10.431.597 6,110000
Std. Dev. 6.148,017 20.0654,1 5.954.641. 9,597106
Jarque-Bera 5,306696 1,730118 23,49273 4,946520
Probability 0.070415 0.421027 0.000008 0.084310
Observations 36 36 36 36
43
Cross sections 9 9 9 9
Sumber : Data diolah
Berdasarkan Tabel 4.2, memberikan gambaran bahwa untuk data jumlah
penduduk tidak berdistribusi normal dilihat dari nilai probability Jarque-Bera
sebesar 0,421 lebih besar dari nilai α = 10 persen (tingkat kepercayaan 95 persen),
ini berarti terjadi ketimpangan yang sangat besar (standar deviasi) relatif besar
bila dibandingkan dengan variabel lainnya, sehingga dapat disimpulakan
penyebaran penduduk di Kabupaten/Kota diprovinsi Bali adalah tidak merata.
4.5 Analisis Data Panel
Sebelum melakukan analisis data panel secara keseluruhan, terlebih dahulu
dilakukan pengujian statistik untuk menentukan metode pendekatan apa yang
akan dipakai. Dari ketiga pendekatan yang ada penggunaan pendekatan Pooled
Least Square dirasakan kurang sesuai dengan tujuan digunakannya data panel.
Oleh karena itu dalam penelitian ini hanya mempertimbangkan penggunaan
pendekatan efek tetap dan efek acak saja. Untuk memutuskan apakah akan
menggunakan fixed effect atau random effect maka digunakan uji Haussman.
Setiawan dan Endah (2010), mengemukakan bahwa data panel merupakan
gabungan antara data berkala (time series) dan data individual (cross section).
Permodelan dengan menggunakan teknik regresi data panel dapat dilakukan
dengan menggunakan tiga pendekatan alternatif metode pengolahannya.
Pendekatan-pendekatan tersebut yaitu, metode Common Effect (pooled least
square), metode Fixed Effect (FE), dan metode Random Effect (RE).
44
4.5.1 Metode Common/Pooled Least Square
Metode Common Effect adalah metode yang hanya menggabungkan data
tanpa melihat perbedaan antar waktu dan individu, diasumsikan bahwa perilaku
data antar Kabupaten/Kota di Provinsi Bali sama dalam berbagai kurun waktu.
Hasil perhitungan dengan menggunakan program eviews 6, maka output dari
regresi menggunakan metode Common Effect (pooled least square), adalah
sebagai berikut.
Tabel. 4.3
Hasil Analisis Dengan Metode Pooled Least Squares
Dependent Variable: Y?
Method: Pooled Least Squares
Date: 09/30/15 Time: 06:19
Sample: 2010 2013
Included observations: 4
Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 36
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -21.82507 4.729008 -4.615149 0.0001
X1? 1.473662 0.257996 5.711956 0.0000
X2? 2.113110 0.485289 4.354333 0.0001
X3? 1.701096 0.302973 5.614675 0.0000
R-squared 0.538392 Mean dependent var 3.856324
Adjusted R-squared 0.495117 S.D. dependent var 0.307416
S.E. of regression 0.218435 Akaike info criterion -0.100221
Sum squared resid 1.526838 Schwarz criterion 0.075726
Log likelihood 5.803976 Hannan-Quinn criter. -0.038811
F-statistic 12.44098 Durbin-Watson stat 0.131705
Prob(F-statistic) 0.000015
Sumber : Hasil Analisis (2015)
45
Berdasarkan hasil regresi menggunakan metode Common Effect di atas
dapat disimpulkan, variabel independen (t-test probability) yang terlihat signifikan
yaitu Jumlah Penduduk (X1), PDRB Per Kapita (X2), dan share Pertanin terhadap
PDRB (X3). Hasil R2 (Adjusted R-squared) sebesar 0,4951 atau 49,51 persen
yang berarti Jumlah Penduduk (X1), PDRB Per Kapita (X2), dan share Pertanin
terhadap PDRB (X3) mampu menjelaskan Y (Luas Lahan Sawah), sedangkan
sisanya 40,49 persen dijelaskan oleh faktor lain.
4.5.2 Metode Fixed Effect
Metode Fixed Effect adalah metode yang mengestimasi data panel dengan
menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan intersep.
Metode ini mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali dan antar waktu. Hasil perhitungan dengan
menggunakan program eviews 6, maka output dari regresi menggunakan metode
Fixed Effect (FE), adalah sebagai berikut.
46
Tabel 4.4
Hasil Analisis Dengan Fixed Effect
Dependent Variable: Y?
Method: Pooled Least Squares
Date: 09/30/15 Time: 06:28
Sample: 2010 2013
Included observations: 4
Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 36
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 7.881739 1.710448 4.607998 0.0001
X1? -0.623051 0.296948 -2.098183 0.0466
X2? -0.040400 0.045272 -0.892393 0.3810
X3? -0.191330 0.127918 -1.495728 0.1478
Fixed Effects (Cross)
_JEMBRANA--C -0.120746
_TABANAN--C 0.546771
_BADUNG--C 0.172499
_GIANYAR--C 0.348828
_KLUNGKUNG--C -0.458592
_BANGLI--C -0.516817
_KARANGASEM--C 0.023364
_BULELENG--C 0.341989
_DENPASAR--C -0.337295
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.999739 Mean dependent var 3.856324
Adjusted R-squared 0.999620 S.D. dependent var 0.307416
S.E. of regression 0.005996 Akaike info criterion -7.134229
Sum squared resid 0.000863 Schwarz criterion -6.606390
Log likelihood 140.4161 Hannan-Quinn criter. -6.949999
F-statistic 8361.478 Durbin-Watson stat 3.362146
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Hasil Analisis (2015)
47
Berdasarkan hasil regresi menggunakan metode Fixed Effect di atas dapat
disimpulkan variabel independen (t-test probability) yang terlihat signifikan yaitu
Jumlah Penduduk (X1), sedangkan PDRB Per Kapita (X2) dan share Pertanin
terhadap PDRB (X3) adalah non significant. Hasil R2 (Adjusted R-squared)
sebesar 0,9996 atau 99,96persen yang berarti Jumlah Penduduk (X1), PDRB Per
Kapita (X2), dan share Pertanin terhadap PDRB (X3) mampu menjelaskan Y
(Luas Lahan Sawah), sedangkan sisanya 0,04 persen dijelaskan oleh faktor lain.
4.5.3 Metode Random Effect
Metode Random Effect adalah metode yang akan mengestimasi data panel
di mana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar
individu. Hasil perhitungan dengan menggunakan program eviews 6, maka output
dari regresi menggunakan metode Random Effect (RE), adalah sebagai berikut.
48
Tabel 4.5
Hasil Analisis Denngan Metode Random Effect
Dependent Variable: Y? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 09/30/15 Time: 06:51 Sample: 2010 2013 Included observations: 4 Cross-sections included: 9 Total pool (balanced) observations: 36 Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 5.741500 1.477821 3.885111 0.0005
X1? -0.249373 0.247652 -1.006947 0.3215 X2? -0.049552 0.042709 -1.160232 0.2545 X3? -0.102401 0.122872 -0.833397 0.4108
Random Effects (Cross) _JEMBRANA--C -0.064393 _TABANAN--C 0.516809 _BADUNG--C 0.157855 _GIANYAR--C 0.326066 _KLUNGKUNG--C -0.339546 _BANGLI--C -0.440283 _KARANGASEM--C 0.007708 _BULELENG--C 0.249726 _DENPASAR--C -0.413943
Effects Specification S.D. Rho
Cross-section random 0.242286 0.9994 Idiosyncratic random 0.005996 0.0006
Weighted Statistics
R-squared 0.106130 Mean dependent var 0.047714 Adjusted R-squared 0.022330 S.D. dependent var 0.006924 S.E. of regression 0.006846 Sum squared resid 0.001500 F-statistic 1.266465 Durbin-Watson stat 1.937526 Prob(F-statistic) 0.302425
Unweighted Statistics
R-squared -0.143900 Mean dependent var 3.856324 Sum squared resid 3.783625 Durbin-Watson stat 0.000768
Sumber : Hasil Analisis (2015)
49
Berdasarkan hasil regresi menggunakan metode Random Effect di atas
dapat disimpulkan variabel independen (t-test probability). Jumlah Penduduk
(X1), PDRB Per Kapita (X2) dan share Pertanin terhadap PDRB (X3) semuanya
non significant. Hasil R2 (Adjusted R-squared) sebesar 0,0223 atau 2,23persen
yang berarti Jumlah Penduduk (X1), PDRB Per Kapita (X2), dan share Pertanin
terhadap PDRB (X3) mampu menjelaskan Y (Luas Lahan Sawah), sedangkan
sisanya 97,77persen dijelaskan oleh faktor lain.
4.5.4 Uji Model Estimasi
Metode estimasi regresi data panel ada tiga, yaitu metode Common Effect
(pooled least square), metode Fixed Effect (FE), atau metode Random Effect
(RE). Menentukan metode panel yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka
harus dilakukan beberapa pengujian. Uji Chow dan Uji Hausman merupakan
pengujian yang dapat digunakan dalam menentukan apakah model data panel
dapat diregresi dengan metode Common Effect, metode Fixed Effect, atau metode
Random Effect. Uji Chow digunakan untuk menentukan apakah model data panel
diregresi dengan metode Common Effect atau dengan metode Fixed Effect, apabila
dari hasil uji tersebut ditentukan bahwa metode Common Effect yang digunakan,
maka tidak perlu diuji kembali dengan Uji Hausman, namun apabila dari hasil Uji
Chow tersebut ditentukan bahwa metode Fixed Effect yang digunakan, maka
harus ada uji lanjutan dengan Uji Hausman untuk memilih antara metode Fixed
Effect atau metode Random Effect yang akan digunakan untuk mengestimasi
regresi data panel. Berikut adalah Tabel 4.6 yang menunjukkan hasil dari Uji
Chow.
50
Tabel 4.6
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: DATA_P
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 5305.502503 (8,24) 0.0000
Cross-section Chi-square 269.224300 8 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: Y?
Method: Panel Least Squares
Date: 09/30/15 Time: 06:34
Sample: 2010 2013
Included observations: 4
Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 36
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -21.82507 4.729008 -4.615149 0.0001
X1? 1.473662 0.257996 5.711956 0.0000
X2? 2.113110 0.485289 4.354333 0.0001
X3? 1.701096 0.302973 5.614675 0.0000
R-squared 0.538392 Mean dependent var 3.856324
Adjusted R-squared 0.495117 S.D. dependent var 0.307416
S.E. of regression 0.218435 Akaike info criterion -0.100221
Sum squared resid 1.526838 Schwarz criterion 0.075726
Log likelihood 5.803976 Hannan-Quinn criter. -0.038811
F-statistic 12.44098 Durbin-Watson stat 0.131705
Prob(F-statistic) 0.000015
Sumber : Hasil Analisis (2015)
Berdasarkan Tabel 4.6 hasil Uji Chow, menunjukkan bahwa F-hitung > F-
tabel atau 5305.502503 > 2.35 maka H0 ditolak dan H1 diterima serta p-value
(Prob.) signifikan, yaitu 0.0000 (kurang dari 5persen), sehingga metode yang
digunakan adalah metode Fixed Effect. Oleh karena itu, harus dilakukan uji
lanjutan untuk menentukan metode mana yang paling tepat digunakan antara
51
metode Fixed Effect atau metode Random Effect, yaitu dengan melakukan Uji
Hausman. Berikut adalah Tabel 4.7, yang menunjukkan hasil Uji Hausman.
Tabel 4.7
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: DATA_P Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 12.712841 3 0.0053 Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. X1? -0.623051 -0.249373 0.026847 0.0226
X2? -0.040400 -0.049552 0.000226 0.5422
X3? -0.191330 -0.102401 0.001265 0.0124
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: Y? Method: Panel Least Squares Date: 09/30/15 Time: 06:56 Sample: 2010 2013 Included observations: 4 Cross-sections included: 9 Total pool (balanced) observations: 36
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 7.881739 1.710448 4.607998 0.0001
X1? -0.623051 0.296948 -2.098183 0.0466
X2? -0.040400 0.045272 -0.892393 0.3810
X3? -0.191330 0.127918 -1.495728 0.1478
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.999739 Mean dependent var 3.856324
Adjusted R-squared 0.999620 S.D. dependent var 0.307416 S.E. of regression 0.005996 Akaike info criterion -7.134229 Sum squared resid 0.000863 Schwarz criterion -6.606390 Log likelihood 140.4161 Hannan-Quinn criter. -6.949999 F-statistic 8361.478 Durbin-Watson stat 3.362146 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Hasil Analisis (2015)
52
Berdasarkan Tabel 4.7 hasil Uji Hausman menunjukkan bahwa Chi-square
hitung < Chi-square tabel 12.712841 > 7.814728 maka H0 diterima dan H1 ditolak,
serta p-value (Prob.) signifikan, yaitu 0,0053 (kurang dari 5persen), sehingga
metode yang akan digunakan untuk mengestimasi model adalah metode Fixed
Effect.
4.5.5 Hasil Estimasi Model
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh Jumlah Penduduk (X1),
PDRB Per Kapita (X2) dan share Pertanian terhadap PDRB (X3), maka model
penelitian yang akan diestimasi, adalah sebagai berikut.
Model pada penelitian tersebut akan diestimasi menggunakan 4 tahun
waktu observasi, yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Model
estimasi yang digunakan adalah data panel dengan menggunakan metode fixed
Effect (FE). Penggunaan pendekatan fixed Effect didasarkan pada hasil Uji Chow
dan Uji Hausman yang menunjukkan bahwa metode fixed Effect lebih tepat
digunakan dalam penelitian ini. Hasil estimasi dengan menggunakan perangkat
lunak EViews 6.0 diperoleh persamaan hasil regresi sebagai berikut:
t (-2,09) (-0,89) (-1,49)
Sig.(prob.) (0,04) (0,38) (0,15)
Fh = 8361,478
Adj R2 = 0,999620
53
Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa apabila masing-masing
variable (Jumlah Penduduk (X1), PDRB Per Kapita (X2) dan share Pertanin
terhadap PDRB (X3) mengalami perubahan masing-masing sebesar 1 persen
maka
1) Peningkatan Jumlah Penduduk (X1) sebesar 1persen akan mengurangi luas
lahan persawahan (Y) sebesar 0,6231persen apabila nilai variabel independen
lainnya dianggap konstan
2) Peningkatan PDRB Per Kapita (X2) sebesar 1persen akan mengurangi luas
lahan persawahan (Y) sebesar 0,0404persen apabila nilai variabel independen
lainnya dianggap konstan
3) Peningkatan share Pertanin terhadap PDRB (X3) sebesar 1persen akan
mengurangi luas lahan persawahan (Y) sebesar 0,1913persen apabila nilai
variabel independen lainnya dianggap konstan
Nilai koefisen determinasi (Adjusted R-squared) sebesar 0,9996 artinya
bahwa 99,96persen Jumlah Penduduk (X1), PDRB Per Kapita (X2), dan share
Pertanin terhadap PDRB (X3) mampu menjelaskan Luas Lahan Sawah (Y),
sedangkan sisanya 0,04 persen dijelaskan oleh faktor lain. Untuk membuktikan
apakah ketiga varabel bebas tersebut memang benar berpengaruh significant atau
non significant dapat dibuktikan dengan uji statistik yaitu dengan uji F (uji
simultan) dan uji- t ( uji parsial). Dari hasil analisis ternyata secara simultan
Jumlah Penduduk (X1), PDRB Per Kapita (X2), dan share Pertanin terhadap
PDRB (X3) significant mampu menjelaskan lahan persawahan (Y), sedangkan
54
secara parsial hanya Jumlah Penduduk (X1) yang significant dan PDRB Per
Kapita (X2), dan share Pertanin terhadap PDRB (X3) non significant.
4.6 Pembahasan
Alih fungsi lahan merupakan beralihnya fungsi penggunaan lahan dari
sektor pertanian ke sektor non pertanian.Alih fungsi lahan tersebut secara
langsung mengurangi jumlah lahan pertanian yang ada Kabupaten/Kota di
Provinsi Bali. Apalagi di Bali perkembangan pariwisata yang semakin
berkembang akan mendorong penduduk dari berbagai daerah bahkan dunia
menuju ke Bali untuk bekerja baik untuk bekerja di sektor pariwisata maupun
sektor yang ada kaitannya pada sektor pariwisata, sehingga dengan demikian perlu
dukungan sarana dan prasarana, terutama pemukiman. Luas wilayah Provinsi Bali
adalah 5.636,66 km2 atau 0,29 persen luas wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Secara administratif Provinsi Bali terbagi atas 8 (delapan ) kabupaten,
1 (satu) kota, 55 kecamatan, dan 701 desa/kelurahan, sedangkan jumlah
penduduknya tahun 2014 berdasar data regrestrasi dari SIAK Depdagri sebanyak
4.099.757 jiwa dengan laju pertumbuhannya sebesar 0,9 persen pertahun,
walaupun laju pertumbuhan penduduk relative kecil namun kalau dilihat dari
luasnya dan tingkat kepadatan penduduk di Bali tahun 2015 sebesar 736,7 jiwa
per Km2 (http://bali.bps.go.id).
Menurut http://www.kompasiana.com Bali merupakan salah satu provinsi
di Indonesia yang merupakan daerah pariwisata. Banyak wisatawan luar negeri
maupun dalam negeri yang berkunjung untuk berlibur ataupun melakukan
kegiatan bisnis sehingga terjadilah kepadatan penduduk. Bila ditinjau dari data
55
kepadatan penduduk Jumlah penduduk Propinsi Bali menurut sensus penduduk
tahun 2000 adalah 3.146.999 yang tersebar di 9 kabupaten dan kota. Empat sensus
sebelumnya mencatat jumlah penduduk Bali berturut-turut sebagai berikut: pada
sensus 1995 adalah 2.904.828 orang, pada sensus 1971 turun menjadi 2.120.091
orang, sensus 1980 mencatat 2.469.930 orang dan sensus 1990 meningkat menjadi
2.777.356 orang.benar- benar dapat dikatan mengalami peningkatan. bila kita
tinjau ternyata peningkatan tersebut disebabkan oleh pendatang dalam negeri yang
menetap di Bali untuk berbisnis, bahkan banyak juga pandatang dari luar negeri
yang menetap di Bali karena merasa nyaman. Para imigran tersebut sebagian
besar sudah mengganti KTP mereka menjadi KTP Denpasar atau kabupaten yang
mereka tempati. Bukan hanya imigran dalam negeri yang melaksanakan hal
tersebut bahkan para imigran luar negeri juga turut membuat KTP Denpasar atau
kabupaten yang mereka tempati sementara dan memperpanjang paspornya. Hal
tersebut menjadi suatu masalah mengenai kepadatan penduduk yang diakibatkan
migrasi yang tidak terkendali. Masyarakat dan Pemerintah Bali pun cenderung
waspada menangkap masalah tersebut, agar nantinya tidak menganggu keamanan
Provinsi Bali.
Meningkatnya PDRB per kapita merupakan salah satu indikator
meningkatnya kesejahteraan rakyat. Dengan semakin meningkatnya kesejahteraan
manusia, mereka cenderung untuk meningkatkan pula kualitas tinggalnya yang
seringkali membutuhkan tambahan lahan untuk perumahan. Disamping itu
peningkatan kesejahteraan juga akan mendorong pembangunan
fasilitas/infrastruktur lainnya perkantoran dan pertokoan yang juga membutuhkan
56
lahan. Kebutuhan lahan tersebut cenderung di ambil dari lahan yang masih
produktif, walaupun dalam analisis hasil penelitian pengaruhnya masih non
significant, tetapi sudah ada indikasi kearah berkurang lahan pertanian sawah, bila
dilihat dari tanda dari koefisiennya yang menunjukan negatif, ada kemungkinan
dimasa-masa mendatang hal tersebut bisa menjadi significant, seperti halnya
jumlah penduduk yang pengaruhnya significant, hal yang sama juga terjadi pada
variabel share pertanian terhadap PDRB yang menunjukan koefisien arahnya
negative, tapi non significant. Adanya alih fungsi lahan memang secara mikro
mengurangi jumlah produksi padi para petani akan tetapi secara keseluruhan alih
fungsi lahan tersebut yang belum menimbulkan kerawanan pangan di Bali, seperti
daerah lainnya di Indonesia, tapi masa-masa mendatang hal tersebut bisa akan
terjadi. Dengan adanya alih fungsi lahan pada saat sekarang ini memberikan
dampak yang belum serius terhadap kerawanan pangan, namun jika semakin
banyak alih fungsilahan ke sektor non pertanian akan mengakibatkan rendahnya
ketahanan pangan.
Alih fungsi lahan dapat menyebabkan pengangguran-pengangguran baru
di sektor pertanian, hal ini dikarenakan pada waktu terjadi alih fungsilahan ke
sektor non pertanian maka sebagian orang akan kehilangan matapencaharian baru.
Sementara sektor lain belum tentu dapat menerimanya karena kurangnya keahlian
yang ada. Jumlah angka kemiskinan penduduk yang bekerja di sektor pertanian
mungkin dapat bertambah karena adanya alih fungsi lahan. Ini terjadi karena
sebagian dari mereka akan kehilangan mata pencahariaanya, sehingga pendapatan
57
mereka secara otomatis juga akan hilang. Kerawanan pangan wilayah adalah
kondisi dimana pada wilayah tersebutsebagian rumah tangga penduduknya tidak
dapat memenuhi 70 persen kecukupan energi dan protein untuk pertumbuhan
fisiologis normal. Wilayah yang berkecukupan pangan mempunyai potensi rumah
tangga penduduknya rawan pangan.Istilah kerawanan pangan tidak berarti terjadi
kekurangan pangan dalam wilayah itu.
58
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Alih fungsi lahan yang tidak terkendali dan terjadi secara berlebihan sudah
tentu akan berdampak negatif bagi masa depan pertanian, khususnya lahan
pertanian sawah. Luas lahan pertanian produktif yang beralih fungsi terus
bertambah dan tak terkendali, yang akan mengakibatkan terjadi penurunan
produksi pangan dan mengancam ketahanan pangan dan kedaulatan pangan,
sedangkan kebutuhan pangan penduduk semakin besar karena adanya
pertumbuhan penduduk yang juga semakin besar. Maka akan terjadi ketimpangan
antara alat pemuas kebutuhan dengan kebutuhan yang semakin meningkat, hal ini
dibuktikan dengan pengaruh jumlah penduduk sangat signifikan terhadap luas
lahan pertanian sawah, walaupun PDRB perkapita yang merupakan cerminan dari
tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum dan share pertanian terhadap
PDRB, belum mempunyai pengaruh yang signifikan, tapi sudah ada tanda-tanda
ke arah signifikan dilihat dari slope dan dari koefisiennya negatif, yang berarti
peningakatan PDRB perkapita akan menyebabkan terjadi penurunan potensi luas
lahan pertanian.
59
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari penulisan paper ini, adalah
sebagai berikut.
1) Pemerintah agar lebih serius dalam menanggapi permasalahan terkait dengan
alih fungsi lahan, khusus lahan pertanian (sawah) utamanya dalam
menetepkan suatu kebijakan dan aturan perundang-undangan dalam rangka
menjaga ketahanan pangan dan kedaulatan pangan.
2) Masyarakat hendaknya menyadari pentingnya lahan pertanian khususnya
pertanian (sawah) untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk sekarang dan
di masa-masa mendatang.
60
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Bab II tinjauan pustaka onelie
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/633/jbptitbpp-gdl-yogamunawa-31635-
3-2008ts-2.pdf diakses 17-9-2015
Anonim. Kepadatan Penduduk Bali dari Tahun ke Tahun.,
http://www.kompasiana.com/ jayaanggreni/ kepadatan-penduduk-bali-
dari-tahun-ke-tahun550ae7f381331 1ff63b 1e51e
Anonim. Teori Pertumbuhan ekonomi Menurut para Ahli,
http://ceptt094.blogspot.co.id /2013/07/teori-pertumbuhan-ekonomi-
menurut-para.html, diakses 21-9-2015
Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi
Daerah. Yogyakarta: BPFE.
Bhaskara, Adhi Yudha, dkk. 2015. Pengaruh transformasi lahan pertanian menjadi
perkebunan kelapa sawit terhadap tingkat kesejahteraan petani di
kecamatan babulu kabupaten penajam paser utara provinsi kalimantan
timur Online diakses http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/
artikelF17F5FB6B64E2FA8AC869AB49C2986AA.pdf diakses 9-9-
2015).
Gujarati dan Porter. 2009. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Hariyanto, Bambang. 2005. Sistem Manajemen Basis Data: Pemodelan,
Perancangan, dan Terapannya. Bandung: Informatika.
Hidayat, Agung Hadi; Hanafie, Usamah; Septiana, Nurmelati. 2012. Dampak
Konversi Lahan Pertanian Bagi Taraf Hidup Petani di Kelurahan
Landasan Ulin Barat Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru. Jurnal
Agribisnis Perdesaan, Volume 02, Nomor 02 Juni 2012, hal. 98.
Hsiao, C. 2003. Analysis of Data Panel. 2th Edition, West Nyack, NY, USA:
Cambridge University Press.
http://bali.bps.go.id
http://bali.bps.go.id/webbeta/website/brs_ind/brs_pdrb_02_2015.pdf
Jufri. Sumber daya alam oneline http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._
PEND._GEOGRAFI/196006151988031-
JUPRI/SUMBERDAYA_ALAM Drs._Jupri,_MT.pdf diakses 17-9-2015
61
Mantra, Ida Bagus. 2003. Demografi Umum. Edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Mather, A.S. 1986. Land Use. New York: Longman Group U.K. Limited, 86p.
Nasution, Zulkarimen. 2007. Komunikasi Pembangunan (Pengenalan Teori dan
Penerapannya). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Puspasari, Anneke. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan
Pertanian Dan Dampaknya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus
Desa Kondangjaya, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang)
Online diakses. http://repository.ipb.ac.id/handle/ 123456789/58101 17-
9-2015.
Rukmana, Didik. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/ 123456789/4009/
Bab%208%20 Sumber %20 Daya%20Lahan.pdf?sequence=1 (diakses,
19-9-2015).
Shochrul R, Ajija, dkk. 2011. Cara Cerdas Menguasai EVIEWS. Jakarta: Salemba
Empat.
Siswanto. 2006. Evaluasi sumber daya alam, Penerbit UPN Press Jl. Raya
Rungkut Madya Gununganyar Surabaya 60294 oneline
http://eprints.upnjatim.ac.id/2402/1/EVALUASI_SBD_LAHAN.pdf,
diakses 17-9-2015
Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan Proses Masalah dan Dasar
Kebijakan. Cetakan Ketiga, Jakarta: Kencana.
Suparmoko. 2002. Ekonomi Publik: Untuk Keuangan & Pembangunan Daerah.
Edisi Pertama. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Syafa’at, N., W. Sudana, N. Ilham, H. Supriyadi dan R. Hendayana. 2001. Kajian
Penyebab Penurunan Produksi Padi Tahun 2001 di Indonesia. Laporan
Hasil Penelitian: Analisis Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian
Respon terhadap Issu Aktual. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor: Badan Penelitian Pertanian,
Departemen Pertanian.
Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan
Bisnis. Yogyakarta: Ekonisia.
Witjaksono, R. 1996. Alih Fungsi Lahan: Suatu Tinjauan Sosiologis. Dalam
Prosiding Lokakarya “Persaingan Dalam Pemanfaatan Sumberdaya
Lahan dan Air”: Dampaknya terhadap Keberlanjutan Swasembada
Beras: 113 - 120. Hasil Kerja sama Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
Pertanian dengan Ford Foundation, Bogor.
62
62
Lampiran 1
FOOLED MODEL
Y? X1? X2? X3?
Mean 9053.944 442634.2 17172150 22.27722
Median 7155.500 426450.0 15629180 26.73000
Maximum 22455.00 846200.0 35633410 33.67000
Minimum 2506.000 172100.0 10431597 6.110000
Std. Dev. 6148.017 200654.1 5954641. 9.597106
Skewness 0.940452 0.380578 1.633863 -0.733662
Kurtosis 2.999039 2.242337 5.232441 1.930120
Jarque-Bera 5.306696 1.730118 23.49273 4.946520
Probability 0.070415 0.421027 0.000008 0.084310
Sum 325942.0 15934832 6.18E+08 801.9800
Sum Sq. Dev. 1.32E+09 1.41E+12 1.24E+15 3223.656
Observations 36 36 36 36
Cross sections 9 9 9 9
Dependent Variable: Y?
Method: Pooled Least Squares
Date: 09/30/15 Time: 06:19
Sample: 2010 2013
Included observations: 4
Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 36
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -21.82507 4.729008 -4.615149 0.0001
X1? 1.473662 0.257996 5.711956 0.0000
X2? 2.113110 0.485289 4.354333 0.0001
X3? 1.701096 0.302973 5.614675 0.0000
R-squared 0.538392 Mean dependent var 3.856324
Adjusted R-squared 0.495117 S.D. dependent var 0.307416
S.E. of regression 0.218435 Akaike info criterion -0.100221
Sum squared resid 1.526838 Schwarz criterion 0.075726
Log likelihood 5.803976 Hannan-Quinn criter. -0.038811
F-statistic 12.44098 Durbin-Watson stat 0.131705
Prob(F-statistic) 0.000015
63
Lampiran 2
SUBSTITUTED COEFFICIENTS
FOOLED MODEL
=====================
Y_JEMBRANA = -21.8250747434 + 1.4736623671*X1_JEMBRANA +
2.11310956376*X2_JEMBRANA + 1.7010957257*X3_JEMBRANA
Y_TABANAN = -21.8250747434 + 1.4736623671*X1_TABANAN +
2.11310956376*X2_TABANAN + 1.7010957257*X3_TABANAN
Y_BADUNG = -21.8250747434 + 1.4736623671*X1_BADUNG +
2.11310956376*X2_BADUNG + 1.7010957257*X3_BADUNG
Y_GIANYAR = -21.8250747434 + 1.4736623671*X1_GIANYAR +
2.11310956376*X2_GIANYAR + 1.7010957257*X3_GIANYAR
Y_KLUNGKUNG = -21.8250747434 + 1.4736623671*X1_KLUNGKUNG +
2.11310956376*X2_KLUNGKUNG + 1.7010957257*X3_KLUNGKUNG
Y_BANGLI = -21.8250747434 + 1.4736623671*X1_BANGLI +
2.11310956376*X2_BANGLI + 1.7010957257*X3_BANGLI
Y_KARANGASEM = -21.8250747434 + 1.4736623671*X1_KARANGASEM +
2.11310956376*X2_KARANGASEM + 1.7010957257*X3_KARANGASEM
Y_BULELENG = -21.8250747434 + 1.4736623671*X1_BULELENG +
2.11310956376*X2_BULELENG + 1.7010957257*X3_BULELENG
Y_DENPASAR = -21.8250747434 + 1.4736623671*X1_DENPASAR +
2.11310956376*X2_DENPASAR + 1.7010957257*X3_DENPASAR
64
Lampiran 3
FIXED EFFECT MODEL
Dependent Variable: Y?
Method: Pooled Least Squares
Date: 09/30/15 Time: 06:28
Sample: 2010 2013
Included observations: 4
Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 36
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 7.881739 1.710448 4.607998 0.0001
X1? -0.623051 0.296948 -2.098183 0.0466
X2? -0.040400 0.045272 -0.892393 0.3810
X3? -0.191330 0.127918 -1.495728 0.1478
Fixed Effects (Cross)
_JEMBRANA--C -0.120746
_TABANAN--C 0.546771
_BADUNG--C 0.172499
_GIANYAR--C 0.348828
_KLUNGKUNG--C -0.458592
_BANGLI--C -0.516817
_KARANGASEM--C 0.023364
_BULELENG--C 0.341989
_DENPASAR--C -0.337295
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.999739 Mean dependent var 3.856324
Adjusted R-squared 0.999620 S.D. dependent var 0.307416
S.E. of regression 0.005996 Akaike info criterion -7.134229
Sum squared resid 0.000863 Schwarz criterion -6.606390
Log likelihood 140.4161 Hannan-Quinn criter. -6.949999
F-statistic 8361.478 Durbin-Watson stat 3.362146
Prob(F-statistic) 0.000000
65
Lampiran 4
SUBSTITUTED COEFFICIENTS
FIXED EFFECT MODEL
=====================
Y_JEMBRANA = -0.12074635247 + 7.88173940055 -
0.623051381128*X1_JEMBRANA - 0.040400401641*X2_JEMBRANA -
0.191330011699*X3_JEMBRANA
Y_TABANAN = 0.546770715375 + 7.88173940055 -
0.623051381128*X1_TABANAN - 0.040400401641*X2_TABANAN -
0.191330011699*X3_TABANAN
Y_BADUNG = 0.172498576858 + 7.88173940055 -
0.623051381128*X1_BADUNG - 0.040400401641*X2_BADUNG -
0.191330011699*X3_BADUNG
Y_GIANYAR = 0.348827975245 + 7.88173940055 -
0.623051381128*X1_GIANYAR - 0.040400401641*X2_GIANYAR -
0.191330011699*X3_GIANYAR
Y_KLUNGKUNG = -0.458591575304 + 7.88173940055 -
0.623051381128*X1_KLUNGKUNG - 0.040400401641*X2_KLUNGKUNG -
0.191330011699*X3_KLUNGKUNG
Y_BANGLI = -0.516817096251 + 7.88173940055 -
0.623051381128*X1_BANGLI - 0.040400401641*X2_BANGLI -
0.191330011699*X3_BANGLI
Y_KARANGASEM = 0.0233637375545 + 7.88173940055 -
0.623051381128*X1_KARANGASEM - 0.040400401641*X2_KARANGASEM
- 0.191330011699*X3_KARANGASEM
Y_BULELENG = 0.341989426738 + 7.88173940055 -
0.623051381128*X1_BULELENG - 0.040400401641*X2_BULELENG -
0.191330011699*X3_BULELENG
Y_DENPASAR = -0.337295407746 + 7.88173940055 -
0.623051381128*X1_DENPASAR - 0.040400401641*X2_DENPASAR -
0.191330011699*X3_DENPASAR
66
Lampiran 5
UJI CHOW
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: DATA_P
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 5305.502503 (8,24) 0.0000
Cross-section Chi-square 269.224300 8 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: Y?
Method: Panel Least Squares
Date: 09/30/15 Time: 06:34
Sample: 2010 2013
Included observations: 4
Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 36
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -21.82507 4.729008 -4.615149 0.0001
X1? 1.473662 0.257996 5.711956 0.0000
X2? 2.113110 0.485289 4.354333 0.0001
X3? 1.701096 0.302973 5.614675 0.0000
R-squared 0.538392 Mean dependent var 3.856324
Adjusted R-squared 0.495117 S.D. dependent var 0.307416
S.E. of regression 0.218435 Akaike info criterion -0.100221
Sum squared resid 1.526838 Schwarz criterion 0.075726
Log likelihood 5.803976 Hannan-Quinn criter. -0.038811
F-statistic 12.44098 Durbin-Watson stat 0.131705
Prob(F-statistic) 0.000015
67
Lampiran 6
SUBSTITUTED COEFFICIENTS
UJI CHOW
=====================
Y_JEMBRANA = -0.12074635247 + 7.88173940055 -
0.623051381128*X1_JEMBRANA - 0.040400401641*X2_JEMBRANA -
0.191330011699*X3_JEMBRANA
Y_TABANAN = 0.546770715375 + 7.88173940055 -
0.623051381128*X1_TABANAN - 0.040400401641*X2_TABANAN -
0.191330011699*X3_TABANAN
Y_BADUNG = 0.172498576858 + 7.88173940055 -
0.623051381128*X1_BADUNG - 0.040400401641*X2_BADUNG -
0.191330011699*X3_BADUNG
Y_GIANYAR = 0.348827975245 + 7.88173940055 -
0.623051381128*X1_GIANYAR - 0.040400401641*X2_GIANYAR -
0.191330011699*X3_GIANYAR
Y_KLUNGKUNG = -0.458591575304 + 7.88173940055 -
0.623051381128*X1_KLUNGKUNG - 0.040400401641*X2_KLUNGKUNG -
0.191330011699*X3_KLUNGKUNG
Y_BANGLI = -0.516817096251 + 7.88173940055 -
0.623051381128*X1_BANGLI - 0.040400401641*X2_BANGLI -
0.191330011699*X3_BANGLI
Y_KARANGASEM = 0.0233637375545 + 7.88173940055 -
0.623051381128*X1_KARANGASEM - 0.040400401641*X2_KARANGASEM
- 0.191330011699*X3_KARANGASEM
Y_BULELENG = 0.341989426738 + 7.88173940055 -
0.623051381128*X1_BULELENG - 0.040400401641*X2_BULELENG -
0.191330011699*X3_BULELENG
Y_DENPASAR = -0.337295407746 + 7.88173940055 -
0.623051381128*X1_DENPASAR - 0.040400401641*X2_DENPASAR -
0.191330011699*X3_DENPASAR
68
Lampiran 7
RANDOM EFFECT
Dependent Variable: Y?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 09/30/15 Time: 06:51
Sample: 2010 2013
Included observations: 4
Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 36
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 5.741500 1.477821 3.885111 0.0005
X1? -0.249373 0.247652 -1.006947 0.3215
X2? -0.049552 0.042709 -1.160232 0.2545
X3? -0.102401 0.122872 -0.833397 0.4108
Random Effects
(Cross)
_JEMBRANA--C -0.064393
_TABANAN--C 0.516809
_BADUNG--C 0.157855
_GIANYAR--C 0.326066
_KLUNGKUNG--C -0.339546
_BANGLI--C -0.440283
_KARANGASEM--
C 0.007708
_BULELENG--C 0.249726
_DENPASAR--C -0.413943
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.242286 0.9994
Idiosyncratic random 0.005996 0.0006
Weighted Statistics
R-squared 0.106130 Mean dependent var 0.047714
Adjusted R-squared 0.022330 S.D. dependent var 0.006924 S.E. of regression 0.006846 Sum squared resid 0.001500
F-statistic 1.266465 Durbin-Watson stat 1.937526
Prob(F-statistic) 0.302425
Unweighted Statistics
R-squared -0.143900 Mean dependent var 3.856324
Sum squared resid 3.783625 Durbin-Watson stat 0.000768
69
Lampiran 8
SUBSTITUTED COEFFICIENTS
RANDOM EFFECT
=====================
Y_JEMBRANA = -0.0643927113757 + 5.7415002831 -
0.249372801933*X1_JEMBRANA - 0.0495522195817*X2_JEMBRANA -
0.102401327133*X3_JEMBRANA
Y_TABANAN = 0.516808929707 + 5.7415002831 -
0.249372801933*X1_TABANAN - 0.0495522195817*X2_TABANAN -
0.102401327133*X3_TABANAN
Y_BADUNG = 0.157855495315 + 5.7415002831 -
0.249372801933*X1_BADUNG - 0.0495522195817*X2_BADUNG -
0.102401327133*X3_BADUNG
Y_GIANYAR = 0.326066013989 + 5.7415002831 -
0.249372801933*X1_GIANYAR - 0.0495522195817*X2_GIANYAR -
0.102401327133*X3_GIANYAR
Y_KLUNGKUNG = -0.339545674619 + 5.7415002831 -
0.249372801933*X1_KLUNGKUNG - 0.0495522195817*X2_KLUNGKUNG -
0.102401327133*X3_KLUNGKUNG
Y_BANGLI = -0.440282661746 + 5.7415002831 -
0.249372801933*X1_BANGLI - 0.0495522195817*X2_BANGLI -
0.102401327133*X3_BANGLI
Y_KARANGASEM = 0.00770800410768 + 5.7415002831 -
0.249372801933*X1_KARANGASEM -
0.0495522195817*X2_KARANGASEM -
0.102401327133*X3_KARANGASEM
Y_BULELENG = 0.249725642985 + 5.7415002831 -
0.249372801933*X1_BULELENG - 0.0495522195817*X2_BULELENG -
0.102401327133*X3_BULELENG
Y_DENPASAR = -0.413943038364 + 5.7415002831 -
0.249372801933*X1_DENPASAR - 0.0495522195817*X2_DENPASAR -
0.102401327133*X3_DENPASAR
70
Lampiran 9
UJI HAUSMAN
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: DATA_P
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 12.712841 3 0.0053
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
X1? -0.623051 -0.249373 0.026847 0.0226
X2? -0.040400 -0.049552 0.000226 0.5422
X3? -0.191330 -0.102401 0.001265 0.0124
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: Y?
Method: Panel Least Squares
Date: 09/30/15 Time: 06:56
Sample: 2010 2013
Included observations: 4
Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 36
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 7.881739 1.710448 4.607998 0.0001
X1? -0.623051 0.296948 -2.098183 0.0466
X2? -0.040400 0.045272 -0.892393 0.3810
X3? -0.191330 0.127918 -1.495728 0.1478
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.999739 Mean dependent var 3.856324
Adjusted R-squared 0.999620 S.D. dependent var 0.307416
S.E. of regression 0.005996 Akaike info criterion -7.134229
Sum squared resid 0.000863 Schwarz criterion -6.606390
Log likelihood 140.4161 Hannan-Quinn criter. -6.949999
F-statistic 8361.478 Durbin-Watson stat 3.362146
Prob(F-statistic) 0.000000
71
Lampiran 10
SUBSTITUTED COEFFICIENTS
UJI HAUSMAN
=====================
Y_JEMBRANA = -0.0643927113757 + 5.7415002831 -
0.249372801933*X1_JEMBRANA - 0.0495522195817*X2_JEMBRANA -
0.102401327133*X3_JEMBRANA
Y_TABANAN = 0.516808929707 + 5.7415002831 -
0.249372801933*X1_TABANAN - 0.0495522195817*X2_TABANAN -
0.102401327133*X3_TABANAN
Y_BADUNG = 0.157855495315 + 5.7415002831 -
0.249372801933*X1_BADUNG - 0.0495522195817*X2_BADUNG -
0.102401327133*X3_BADUNG
Y_GIANYAR = 0.326066013989 + 5.7415002831 -
0.249372801933*X1_GIANYAR - 0.0495522195817*X2_GIANYAR -
0.102401327133*X3_GIANYAR
Y_KLUNGKUNG = -0.339545674619 + 5.7415002831 -
0.249372801933*X1_KLUNGKUNG - 0.0495522195817*X2_KLUNGKUNG -
0.102401327133*X3_KLUNGKUNG
Y_BANGLI = -0.440282661746 + 5.7415002831 -
0.249372801933*X1_BANGLI - 0.0495522195817*X2_BANGLI -
0.102401327133*X3_BANGLI
Y_KARANGASEM = 0.00770800410768 + 5.7415002831 -
0.249372801933*X1_KARANGASEM -
0.0495522195817*X2_KARANGASEM -
0.102401327133*X3_KARANGASEM
Y_BULELENG = 0.249725642985 + 5.7415002831 -
0.249372801933*X1_BULELENG - 0.0495522195817*X2_BULELENG -
0.102401327133*X3_BULELENG
Y_DENPASAR = -0.413943038364 + 5.7415002831 -
0.249372801933*X1_DENPASAR - 0.0495522195817*X2_DENPASAR -
0.102401327133*X3_DENPASAR