faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya ketuban
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TERJADINYA KETUBAN
PECAH DINI (KPD) DI RUMAH SAKIT PAMANUKAN MEDICAL
CENTER KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT
Siti Marinda1, Retno Widowati
12, Dewi Kurniati
1
1Program Studi Kebidanan, Program Sarjana Terapan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Nasional Jakarta
2Program Studi Magister Biologi, Sekolah Pascasarjana, Universitas Nasional Jakarta
Email: [email protected]
ABSTRAK
Komplikasi KPD terhadap bayi diantaranya prematur, presentasi bayi, prolaps tali pusat dan infeksi intrauterin.
Sedangkan pada ibu adalah infeksi intrapartum, perdarahan postpartum, peritonitis, seftikamia, mudah lelah,
persalinan akan menjadi lama, nadi cepat, atoniauteri dan infeksi nifas. Penyebab AKI paling tinggi disebabkan
oleh infeksi salah satu yang dapat menyebabkan infeksi yaitu KPD (45%). Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan angka kejadian KPD dan faktor-faktor tertinggi penyebab KPD di Kecamantan Pamanukan.
Penelitian observasi kuantitatif dengan metode penelitian case control yang telah dilakukan sejak bulan Mei
sampai Juni 2020. Data diambil dari rekam medis Rumah Sakit Pamanukan Medical Center Subang tahun 2019.
Populasi penelitian seluruh ibu bersalin tahun 2019 yaitu 1576 sedangkan yang mengalami KPD 302 sebagai
kelompok kasus. Kelompok kontrol diambil dengan perbandingan 1:1 yaitu 302 dan yang bersalin bukan KPD
302 diambil secara random sampling. KPD paling tinggi pada ibu yang bekerja yaitu 53,1% yang mengalami
KPD. Prevalensi yang mengalami KPD sebanyak 19,16%. Terdapat hubungan yang signifikan antara paritas,
usia ibu, pekerjaan, haemoglobin, riwayat penyakit penyerta dan presentasi janin sedangkan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara riwayat KPD sebelumnya dan gemeli.
Kata Kunci: Ketuban Pecah Dini, Faktor resiko, Ibu bersalin
FACTORS CAUSING PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANE
(PROM/KPD) AT PAMANUKAN MEDICAL CENTER,
SUBANG REGENCY, WEST JAVA
ABSTRACT
Complications of PROM in infants include prematurity, infant presentation, umbilical cord prolapse and
intrauterine infection. Whereas in the mother, intrapartum infection, postpartum hemorrhage, peritonitis,
ceftikamia, fatigue, labor will be long, rapid pulse, atoniauteri and puerperal infections. The cause highest
maternal mortality rate (AKI) is caused by infection, one which can cause infection, namely KPD (45%). This
study aims to determine the incidence KPDs and the factors associated with the incidence of KPDs in
Kecamantan Pamanukan. Quantitative observational research with case control data collection techniques that
have been carried out from May-June 2020. Data was taken from the medical records Pamanukan Medical
Center Hospital in 2019. The study population of all women giving birth in 2019 was 1576 while those who
experienced KPD 302 were as a group of cases. The control group was taken with a ratio of 1: 1, namely 302
and those who gave birth not KPD 302 were taken by random sampling. The highest KPD among working
mothers 53.1% who experience KPD. The prevalence that experienced KPD was 19.16%. There was significant
relationship between parity, maternal age, occupation, hemoglobin, history comorbidities and fetal presentation
while there was no significant relationship between previous history KPD.
Keywords: Premature rupture of membranes, risk factors, maternity
PENDAHULUAN
Faktor resiko terjadinya KPD berdasarkan faktor predisposisi adalah dilatasi servik,
overdistensi uterus, infeksi koriodesidual, perdarahan dalam kehamilan, amniosinteis,
persalinan preterm, ekonomi rendah, merokok (1)
. Beberapa faktor yang memungkinkan
menjadi faktor predisposisi adalah serviks inkompetensia, merokok, infeksi, faktor
multiparitas, usia wanita kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun, keadaan sosial ekonomi,
riwayat KPD sebelumnya trauma, kelelahan ibu saat bekerja (2)
. Faktor-faktor penyerta yang
mengakibatkan KPD seperti umur, paritas, anemia, pekerjaan, riwayat KPD sebelumnya,
presentasi janin dan berat badan bayi lahir. Faktor obstetrik yang mengakibatkan KPD terdiri
dari multipara, malposisi, gemeli, disproporsi dan serviks inkompeten (3)
.
Ketuban Pecah Dini/ Early Premature Ruptur Of Membrane (PROM) adalah
pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan
multipara kurang dari 5 cm(3)
. KPD merupakan masalah penting dalam masalah obstetri yang
juga dapat menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta dapat meningkatkan kesakitan dan
kematian pada ibu dan bayi (4)
.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rohmawati dan Fibriana di RSUD Tugurejo
Semarang menunjukkan ada hubungan antara malposisi malpresentasi, umur ibu, paritas,
riwayat KPD, status pekerjaan ibu, status anemia, paparan asap dan perilaku merokok ibu
dengan kejadian KPD. Kemudian tidak ada hubungan antara kehamilan kembar ganda,
riwayat keturunan, riwayat keguguran berulang dengan kejadian KPD (5)
.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sakinah tentang Hubungan Usia Ibu,
Paritas, Jumlah Janin, dan Anemia dengan Diagnosis Kejadian KPD di Rumah Sakit Umum
Tangerang Selatan pada Tahun 2015, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat
variabel bebas yaitu usia, paritas, jumlah janin, dan anemia, hanya paritas yang menunjukkan
hasil yang signifikan dengan ρ-value sebesar 0,001(6)
.
Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Legawati dan Riyanti RSUD
dr Doris Sylvanus Palangkaraya didapatkan variabel yang berhubungan dengan KPD adalah
umur ibu berisiko akan mengalami peningkatan kejadian KPD 1,9 kali (OR= 1,917), paritas
ibu berpengaruh signifikan terhadap kejadian KPD primpara 1,5 kali lebih tinggi mengalami
KPD dibandingkan dengan multipara (OR=1,5), umur kehamilan prematur meningkatkan
kejadian KPD 10,8 kali lebih tinggi dibandingkan kehamilan aterm (OR=10,887) , berat
badan bayi lahir normal menyebabkan KPD 5,7 kali lebih tinggi dibandingkan BBLR
(OR=5,758), gemelli/ kembar menjadi penyebab KPD 6,8 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan bayi yang tunggal (OR=6,845) dan metode persalinan pada ibu dengan KPD 1,2 kali
lebih tinggi diberlakukan persalinan SC dibandingkan persalinan normal. Dan variabel yang
tidak berhubungan dengan KPD adalah pekerjaan ibu (7)
.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan observasi kualitiatif dengan metode penelitian case
control yang dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2020. Data diambil dari rekam medis
pasien Rumah Sakit Pamanukan Medical Center. Populasi penelitian ini yaitu seluruh ibu
bersalin pada tahun 2019 yaitu 1576 ibu bersalin sedangkan ibu bersalin yang mengalami
KPD yaitu 302 sebagai kelompok kasus dan utuk kelompok kontrol dilakukan dengan cara
1:1 yaitu 302 ibu bersalin dan 302 ibu bersalin yang bukan KPD diambil secara Random
Sampling.Prosedur pengumpulan data berupa data sekunder sedangkan analisis data yang
digunakan yaitu kuantitatif. Teknik pengolahan data dengan cara pemeriksaan data (Editing),
pemberian pode (Coding), pemberian skor (Skoring), tabulasi, dan memasukan data (Entry
data). Etika dalam pengambilan data yaitu memberikan surat permohonan untuk melakukan
penelitian dan setelah mendapatkan balasan dapat melakukan pengambilan data melalui
rekam medis sehingga dapat diolah setelah mendapatkan data tersebut.
HASIL PENELITIAN
Analisis Bivariat
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Variabel yang Diteliti
Variabel KPD Total % p-
Value
OR
(95%
CI) Kasus Kontrol
N % N %
Paritas
2-3 anak 152 50,3 149 49,3 301 49,8 0,02 1,041
1 dan ≥4 anak 150 49,7 153 50,7 303 50,2
Usia Ibu
<20 dan >30 tahun 150 49,7 153 50,7 303 50,2 0,02 0,961
20-30 tahun 152 50,3 149 49,3 301 49,8
Riwayat persalinan
yang lalu
Riwayat KPD
sebelumnya
125 41,4 69 22,8 194 32,1 2,29 2,385
Tidak Riwayat KPD
sebelumnya
177 58,6 233 77,2 410 67,9
Pekerjaan
Bekerja 162 53,6 159 52,6 321 53,1 0,02 1,041
Tidak bekerja 140 46,4 143 47,4 283 46,9
Gemeli
Gemeli 20 6,6 18 6,0 38 6,3 0,28 1,119
Tidak gemeli 282 93,4 284 94,0 566 93,7
Haemoglobin
Hb >11 gr% 156 51,7 153 50,7 309 51,2 0,02 1,041
Hb <11 gr% 146 48,3 149 49,3 295 48,8
Persentasi janin
Presentasi kepala 261 86,4 264 87,4 525 86,9 0,05 0,916
Bukan persentasi
kepala
41 13,6 38 12,6 79 13,1
Riwayat penyakit
penyerta
Memiliki Riwayat
penyakit penyerta
27 8,9 25 8,3 52 8,6 0,02 1,088
Tidak memiiki
Riwayat penyakit
penyerta
275 91,1 277 91,7 552 91,4
1. Paritas Ibu
Berdasarkan hasil penelitian ibu bersalin dengan KPD (kasus) paitas 1 dan ≥4 beresiko
mengalami KPD sebesar 49,7% sedangkan ibu bersalin yang yang tidak mengalami KPD
(Kontrol) 50,7%. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p Value=0,02 < dari nilai α = 0,05
sehingga terdapat hubungan yang signifikan ibu yang mengalami KPD dengan paritas ibu.
Dari hasil analisis diperoleh pula hasil OR= 1,0 artinya ibu dengan paritas <1 dan >4
memiliki resiko 1,0 kali lebih besar mengalami KPD.
2. Usia Ibu
Berdasarkan hasil penelitian ibu bersalin dengan KPD (kasus) usia ibu <20 dan >30 tahun
beresiko mengalami KPD sebesar 49,7% sedangkan ibu bersalin yang yang tidak
mengalami KPD (Kontrol) 50,7%. Hasil uji statistik yang menunjukkan nilai p Value=0,02
< dari nilai α = 0,05 sehingga terdapat hubungan yang signifikan ibu yang mengalami
KPD dengan usia ibu. Dari hasil analisis diperoleh pula hasil OR= 0,9 artinya ibu dengan
usia ibu <20 dan >30 tahun memiliki resiko 0,9 kali lebih besar mengalami KPD.
3. Riwayat persalinan yang lalu
Berdasarkan hasil penelitian ibu bersalin dengan KPD (kasus) dengan riwayat KPD
sebelumnya beresiko mengalami KPD sebesar 41,4% sedangkan ibu bersalin yang tidak
mengalami KPD (Kontrol) 22,8%. Hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa nilai p
Value=2,29 > dari nilai α = 0,05 sehingga dapat dinyatakan tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara ibu yang mengalami KPD dengan riwayat KPD sebelumnya. Dari hasil
analisis diperoleh pula hasil OR= 2,3 artinya ibu dengan riwayat persalinan yang lalu
memiliki resiko 2,3 kali lebih besar mengalami KPD.
4. Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian ibu bersalin dengan KPD (kasus) dengan ibu yang bekerja
beresiko mengalami KPD sebesar 53,6% sedangkan ibu bersalin yang yang tidak
mengalami KPD (Kontrol) 52,6%. Hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa nilai p
Value=0,02 < dari nilai α = 0,05 sehingga dapat dinyatakan terdapat hubungan yang
signifikan antara ibu yang mengalami KPD dengan ibu yang bekerja. Dari hasil analisis
diperoleh pula hasil OR= 1,0 artinya ibu yang bekerja memiliki resiko 1,0 kali mengalami
KPD.
5. Gemeli
Berdasarkan hasil penelitian ibu bersalin dengan KPD (kasus) dengan gemeli beresiko
mengalami KPD sebesar 6,6% sedangkan ibu bersalin yang yang tidak mengalami KPD
(Kontrol) 6,0%. Hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa nilai p Value=0,28 > dari
nilai α = 0,05 sehingga dapat dinyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
ibu yang mengalami KPD dengan ibu kehamilan gemeli. Dari hasil analisis diperoleh pula
hasil OR= 1,1 artinya ibu persalinan gemeli memiliki resiko 1,1 kali mengalami KPD.
6. Haemoglobin
Berdasarkan hasil penelitian ibu bersalin dengan KPD (kasus) dan hb <11 gr% beresiko
mengalami KPD sebesar 51,7% sedangkan ibu bersalin yang yang tidak mengalami KPD
(Kontrol) 50,7%. Hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa nilai p Value=0,02 < dari
nilai α = 0,05 sehingga dapat dinyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara ibu
yang mengalami KPD dengan kejadian anemia. Dari hasil analisis diperoleh pula hasil
OR= 1,0 artinya ibu dengan anemia memiliki resiko 1,0 kali lebih besar mengalami KPD.
7. Presentasi janin
Berdasarkan hasil penelitian ibu bersalin dengan KPD (kasus) dan presentasi kepala
beresiko mengalami KPD sebesar 86,4% sedangkan ibu bersalin yang yang tidak
mengalami KPD (Kontrol) 87,4%. Hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa nilai p
Value=0,05 = dari nilai α = 0,05 sehingga dapat dinyatakan terdapat hubungan yang
signifikan antara ibu yang mengalami KPD dengan presentasi janin. Dari hasil analisis
diperoleh pula hasil OR= 0,9 artinya ibu dengan presentasi janin memiliki resiko 0,9 kali
lebih besar mengalami KPD.
8. Riwayat penyakit penyerta
Berdasarkan hasil penelitian ibu bersalin dengan KPD (kasus) dan riwayat penyakit
penyerta beresiko mengalami KPD sebesar 8,9% sedangkan ibu bersalin yang yang tidak
mengalami KPD (Kontrol) 8,3%. Hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa nilai p
Value=0,02 < dari nilai α = 0,05 sehingga dapat dinyatakan terdapat hubungan yang
signifikan antara ibu yang mengalami KPD disertai memiliki riwayat penyakit penyerta.
Dari hasil analisis diperoleh pula hasil OR= 1,0 artinya ibu yang mengalami KPD
berpeluang memiliki riwayat penyakit penyerta beresiko 1,0 kali lebih besar mengalami
KPD.
Berdasarkan tabel 1 dapat dinyatakan bahwa variabel yang berhubungan dengan KPD adalah
paritas, usia ibu, pekerjaan, Hb >11 gr%, presentasi kepala dan tidak memiliki riwayat
penyakit penyerta sedangkan yang tidak berhubungan adalah gemeli dan riwayat KPD
sebelumnya.
PEMBAHASAN
1. Faktor terjadinya KPD terhadap Paritas Ibu
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Pamanukan Medical
Center menunjukan bahwa pada ibu bersalin dengan KPD (kasus) paitas 1 dan ≥4 beresiko
mengalami KPD sebesar 49,7% sedangkan ibu bersalin yang yang tidak mengalami KPD
(Kontrol) 50,7%.
Hasil uji statistik yang menunjukkan nilai p Value= 0,02 < dari nilai α = 0,05
sehingga terdapat hubungan yang signifikan ibu yang mengalami KPD dengan usia ibu.
Dari hasil analisis diperoleh pula hasil OR= 0,9 artinya ibu dengan usia ibu <20 dan >30
tahun memiliki resiko 0,9 kali lebih besar mengalami KPD.
Hasil penelitian Betty menunjukkan bahwa pada kasus paritas multipara dan
primipara lebih besar mengalami KPD sebesar 87,9% sedangkan pada ibu bersalin dengan
paritas 2-3 yang tidak mengalami kejadian KPD sebesar 73,2%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa paritas ibu bersalin berhubungan dengan KPD (8)
.
Paritas 2-3 merupakan paritas yang paling aman. Paritas 1 (satu) serta paritas tinggi
(lebih dari 3) mempunyai angka bahaya lebih tinggi jadi lebih tinggi paritas lebih tinggi
bahaya yang akan terjadi pada ibu dan janin (2)
.
Asumsi peneliti dalam penelitian ini adalah adanya perencanaan kehamilan harus
disapkan terlebih dahulu karena jika jumlah persalinan terlalu banyak melebihi dari 3 alat
reproduksi sudah kurang berfungsi karena serabut otot uterus sudah tidak berfusngsi
dengan baik hal ini bisa dicegah dengan cara membatasi persalinan yaitu dengan mengatur
jarak persalinan dari anak yang satu ke anak yang lain
2. Faktor terjadinya KPD terhadap Usia Ibu
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Pamanukan Medical
Center menunjukan bahwa pada ibu bersalin dengan KPD (kasus) usia ibu <20 dan >30
tahun beresiko mengalami KPD sebesar 49,7% sedangkan ibu bersalin yang yang tidak
mengalami KPD (Kontrol) 50,7%.
Hasil uji statistik yang menunjukkan nilai p Value= 0,02 < dari nilai α = 0,05
sehingga terdapat hubungan yang signifikan ibu yang mengalami KPD dengan usia ibu.
Dari hasil analisis diperoleh pula hasil OR= 0,9 artinya ibu dengan usia ibu <20 dan >30
tahun memiliki resiko 0,9 kali lebih besar mengalami KPD.
Hasil penelitian Alim dan Agus mengatakan paritas yang paling aman pada usia
20-30 tahun sebanyak 62% dan pada usia <20 tahun sebanyak 15% dan usia >30 tahun
sebanyak 23% sehinga usia yang paling aman untuk proses persalinan yaitu usia 20-30
tahun (9)
.
Umur ibu yang aman untuk hamil, melahirkan dan nifas berada pada umur 20–30
tahun. Sedangkan umur < 20 tahun dan umur ≥ 30 tahun merupakan umur yang beresiko
seorang wanita untuk hamil, melahirkan dan nifas (2)
.
Ibu muda (umur < 20 tahun) memiliki penyulit lebih besar dibandingkan dengan
wanita usia subur (20-30 tahun) sebab belum siapnya alat reproduksi sebelum hamil
sehingga kejadian tersebut akan merugikan terutama bagi ibu perkembangan dan
tertumbuhan janinnya. Keadaan tersebut akan semakin menyulitkan jika disertai dengan
stress, pisikologis, sosial dan ekonomi (10)
.
Usia seseorang sedemikian besarnya akan memengaruhi sistem reproduksi, karena
organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang kemampuannya dan keelastisannya
dalam menerima kehamilan. Bagi usia ibu muda harus ada pengaturan usia ibu untuk
hamil, agar reproduksi ibu disiapkan terlebih dahulu (menunda kehamilan) sehingga
diharapkan akan menghasilkan kehamilan, persalinan dan nifas yang normal. Bagi yang
berusia > 30 tahun maka anjuran pengaturan jarak kehamilan atau menghentikan
kehamilan dengan menggunakan salah satu alat kontrasepsi (KB).
3. Faktor terjadinya KPD terhadap Riwayat KPD Sebelumnya
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Pamanukan Medical
Center menunjukan bahwa pada ibu bersalin dengan KPD (kasus) dan memilik riwayat
KPD sebelumnya beresiko mengalami KPD sebesar 41,4% sedangkan ibu bersalin yang
yang tidak mengalami KPD (Kontrol) 22,8%.
Hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa nilai p Value=2,29 > dari nilai α = 0,05
sehingga dapat dinyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ibu yang
mengalami KPD dengan riwayat KPD sebelumnya. Dari hasil analisis diperoleh pula hasil
OR= 2,3 artinya ibu dengan riwayat persalinan yang lalu memiliki resiko 2,3 kali lebih
besar mengalami KPD.
Penelitian Betty mengatakan bahwa kasus ibu dengan riwayat KPD lebih besar
mengalami KPD sebesar 27,3% dibandingkan dengan ibu bersalin yang tidak mengalami
kejadian KPD (kontrol) sebesar 13,6%. Hasil uji statistik diperoleh p value 0,07 dengan
menggunakan alpha 5% (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa riwayat KPD ibu
bersalin berhubungan dengan kejadian KPD berpeluang 2,3 kali lebih besar untuk
mengalami kejadian ketuban pecah dini dibandingkan dengan ibu bersalin yang tidak
mempunyai riwayat KPD(8).
Perlunya pengetahuan ibu setelah pernikahan dengan merencanakan persalinan
dengan mengatur berapa anak yang ingin dimiliki sehingga salah satunya dapat mencegah
kompikasi yang terjadi salah satunya mencegah terjadinya KPD.
4. Faktor terjadinya KPD terhadap Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Pamanukan Medical
Center menunjukan bahwa pada ibu bersalin dengan KPD (kasus) dengan ibu yang bekerja
beresiko mengalami KPD sebesar 53,6% sedangkan ibu bersalin yang yang tidak
mengalami KPD (Kontrol) 52,6%.
Hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa nilai p Value=0,02 < dari nilai α = 0,05
sehingga dapat dinyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara ibu yang mengalami
KPD dengan ibu yang bekerja. Dari hasil analisis diperoleh pula hasil OR= 1,0 artinya ibu
yang bekerja memiliki resiko 1,0 kali mengalami KPD.
Penelitian Rizqi mengatakan bahwa ibu bekerja yang mengalami KPD 17 (28%)
ibu bekerja yang tidak KPD 23 (39%) ibu tidak bekerja mengalami KPD 9 (15%) serta ibu
tidak bekerja dan tidak mengalami KPD 11 (18%) terhadap risiko kejadian KPD.
Berdasarkan hasil perhitungan uji Resiko Relatif dapat disimpulkan bahwa ibu yang
bekerja memiliki risiko 0,8 kali lebih besar mengalami KPD dibandingkan ibu yang tidak
bekerja(11
).
Aktivitas ibu bersalin yang bekerja dan tidak bekerja tidak akan memengaruhi
kesehatan selama ibu masih dapat mengontrol istirahat dan mengetahui batasan-batasan
bekerja. Penyebab ketuban pecah dini adalah multifaktor. Biasanya, ketuban pecah dini
dikaitkan dengan peningkatan stress fisik yang menyebabkan membran ketuban menjadi
lemah. Stres biofisik dapat meningkatkan perubahan biokmia ini. Bekerja terlalu lelah
akan meningkatkan produksi hormon oksitosin oleh hipofise posterior yang merupakan
pemicu terjadinya kontraksi dini. Kontraksi yang semakin lama semakin sering akan
menyebabkan selaput ketuban tidak lagi mampu menahan kehamilanya. Sehingga ibu
bersalin dapat mengatur aktivitas sehari-hari sebaik mungkin, mengerjakan pekerjaan yang
tidak terlampau berat sehinggga tidak beresiko terhadap kehamilanya.
Ibu bersalin yang bekerja dan tidak bekerja tidak akan memengaruhi kesehatan
selama ibu masih dapat menggontrol istirahat dan mengetahui batasan-batasan bekerja.
Penyebab KPD ada beberapa factor yaitu ketuban pecah dini dikaitkan dengan
peningkatan stress fisik yang menyebabkan membran ketuban menjadi lemah. Stres
biofisik dapat meningkatkan perubahan biokmia ini. Bekerja terlalu lelah akan
meningkatkan produksi hormon oksitosin oleh hipofise posterior yang merupakan pemicu
terjadinya kontraksi dini. Kontraksi yang semakin lama semakin sering akan menyebabkan
selaput ketuban tidak lagi mampu menahan kehamilanya.
5. Faktor terjadinya KPD terhadap Gemeli
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Pamanukan Medical
Center menunjukan bahwa pada ibu bersalin dengan KPD (kasus) dengan gemeli beresiko
mengalami KPD sebesar 6,6% sedangkan ibu bersalin yang yang tidak mengalami KPD
(Kontrol) 6,0%.
Hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa nilai p Value=0,28 > dari nilai α = 0,05
sehingga dapat dinyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ibu yang
mengalami KPD dengan ibu kehamilan gemeli. Dari hasil analisis diperoleh pula hasil
OR= 1,1 artinya ibu persalinan gemeli memiliki resiko 1,1 kali mengalami KPD.
Hal ini tidak sesuai bahwa wanita dengan kehamilan kembar beresiko tinggi
mengalami KPD. Hal ini disebabkan oleh peningkatan massa plasenta dan produksi
hormon yang dapat memungkinkan ketegangan rahim meningkat sewaktu-waktu selaput
ketuban dapat pecah secara tiba-tiba yang dapat diidentifikasi sebagai KPD(12)
.
Penelitian ini tidak sependapat Prawirohardjo yang mengatakan kehamilan kembar
adalah suatu kehamilan 2 janin atau lebih. Pada kehamilan gemeli terjadi distensi uterus
yang berlebih, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebih. Hal ini
terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput
ketuban) relatif kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga
mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah (2)
.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sakinah mengatakan
bahwa ibu bersalin dengan KPD berstatus gemeli sebanyak 2 orang (7,4%) dan ibu yang
ibu bersalin berstatus gemeli dengan KPD yaitu sebanyak 25 orang (92,5%) dan ibu yang
tidak KPD yang berstatus tidak gemeli sebanyak 0 sedangkan ibu tidak KPD yang
berstatus tidak gemeli sebanyak 30 orang (100%) (12)
.
Tidak begitu banyak ibu yang hamil dengan keadaan gemeli karena jika ibu dengan
kehamilan kembar ada beberapa faktor diantaranya keturunan, obat induksi ovulasi
profertil yang dapat menyebabkan kehamilan 2 telur. Ada deteksi dini untuk mengetahui
apakah kehamilan ibu gemeli atau tidak dengan melakukan USG agar tau bagaimana
keadaan kehamilan ibu dalam kandungannya.
6. Faktor terjadinya KPD terhadap Haemoglobin
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Pamanukan Medical
Center menunjukan bahwa pada ibu bersalin dengan KPD (kasus) dan hb <11 gr%
beresiko mengalami KPD sebesar 51,% sedangkan ibu bersalin yang yang tidak
mengalami KPD (Kontrol) 50,7%.
Hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa nilai p Value=0,02 < dari nilai α = 0,05
sehingga dapat dinyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara ibu yang mengalami
KPD dengan kejadian anemia. Dari hasil analisis diperoleh pula hasil OR= 1,0 artinya ibu
dengan anemia memiliki resiko 1,0 kali lebih besar mengalami KPD.
Penelitian sesuai dengan Betty et al. kasus ibu dengan anemia lebih besar
mengalami ketuban pecah dini sebesar 15,2% sedangkan pada ibu bersalin yang tidak
mengalami kejadian KPD sebesar 14,1%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa anemia ibu
bersalin terdapat berhubungan dengan kejadian KPD (8)
.
Anemia sering dijumpai pada ibu dalam fase kehamilan. Hal ini disebabkan karena
dalam kehamilan keperluan akan zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-
perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Darah akan bertambah banyak dalam
kehamilan yang disebut hidraemi/ hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel darah
kurang dibanding dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah.
Pengenceran darah dianggap penyesuaian diri secara fisiologis dalam kehamilan dan ini
bermanfaat bagi ibu.
Pengenceran ini meringankan kerja jantung dimana pada saat hamil kerja jantung
lebih berat sebagai akibat hidraemi cardiac out put meningkat. Kerja jantung lebih ringan
maka tekanan darah tidak naik, pada persalinan unsur besi sedikit yang hilang
dibandingkan dengan keadaan darah yang kental. Kadar haemoglobin (Hb) dengan makin
bertambahnya usia kehamilan kadar Hb semakin menurun hal ini disebabkan oleh
peristiwa pengenceran darah yang semakin nyata sehingga frekuensi anemia meningkat (2)
.
Perlunya penanganan saat kehamilan untuk menghindari anemia yang akan
mengakibatkan berkepanjangan sampai dengan proses persalinan yang berdampak pada
kejadian perdarahan postpartum. Sehingga perlunya penyuluhan dari tenaga kesehatan
untuk memberikan motivasi pada ibu hamil agar mengkomsumsi tablet Fe karena salah
satu untuk meningkatkan kadar haemoglobin ibu yaitu dengan menkomsumsi tambah
darah secara teratur untuk membantu meningkatkan kadar haemoglobin dimana ibu
bersalin agar terhindar dari perdarahan.
7. Faktor terjadinya KPD terhadap Presentasi Janin
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Pamanukan Medical
Center menunjukan bahwa pada ibu bersalin dengan KPD (kasus) dan presentasi kepala
beresiko mengalami KPD sebesar 86,4% sedangkan ibu bersalin yang yang tidak
mengalami KPD (Kontrol) 87,4%.
Hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa nilai p Value=0,05 = dari nilai α = 0,05
sehingga dapat dinyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara ibu yang mengalami
KPD dengan presentasi janin. Dari hasil analisis diperoleh pula hasil OR= 0,9 artinya ibu
dengan presentasi janin memiliki resiko 0,9 kali lebih besar mengalami KPD.
Penelitian Nopianti menunjukan bahwa dari 18 responden dengan bayi letak
sungsang ada 16 orang (88,9%) mengalami KPD dan dari 53 responden yang tidak letak
sungsang ada 11 orang (20,8%) yang mengalami KPD (13)
.
Malpresentasi janin atau kelainan letak janin dapat membuat ketuban bagian yang
terendah langsung menerima tekanan intrauteri yang dominan. Letak sungsang juga dapat
memungkinkan ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah
sebelum waktunya. Tejadinya KPD pada keadaan malpresentasi disebabkan karena pada
letak sungsang dimana bokong menempati servik uteri dengan keadaan ini pergerakan
janin terjadi dibagian terendah karena keberadaan kaki janin yang menempati daerah
servik uteri sedangkan kepala janin akan mendesak fundus uteri yang dapat menekan
diafragma dan keadaan ini menyebabkan timbulnya rasa sesak pada ibu saat hamil (8)
.
Hal ini disebabkan karena ibu hamil yang mengalami KPD tidak dipengaruhi oleh
faktor malpresentasi janin. Malpresentasi pada janin tidak memengaruhi terhadap
terjadinya ketuban pecah dini pada ibu hamil trimester III. Hal ini tidak sesuai dengan
teori yang ada.
Perlunya pemeriksaan kehamilan untuk mendeteksi apakah ada kelainan letak pada
janin agar hal ini bisa ditangani sedemikian rupanya agar mencegah terjadinya hal yang
tidak diinginkan.
8. Faktor terjadinya KPD terhadaap Riwayat Penyakit Penyerta
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Pamanukan Medical
Center menunjukan bahwa pada ibu bersalin dengan KPD (kasus) dan riwayat penyakit
penyerta beresiko mengalami KPD sebesar 8,9% sedangkan ibu bersalin yang yang tidak
mengalami KPD (Kontrol) 8,3%.
Hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa nilai p Value=0,02 < dari nilai α = 0,05
sehingga dapat dinyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara ibu yang mengalami
KPD disertai memiliki riwayat penyakit penyerta. Dari hasil analisis diperoleh pula hasil
OR= 1,0 artinya ibu yang mengalami KPD berpeluang memiliki riwayat penyakit penyerta
beresiko 1,0 kali lebih besar mengalami KPD.
Kehamilan beresiko tinggi merupakan suatu kehamilan yang dapat mengancam
jiwa janin maupun ibu. Hal tersebut perlunya pendekatan yang lebih komprehensif
terhadap kehamilan beresiko tinggi, terdapat kelompok kategori berdasarkan ancaman
terhadap kesehatan kehamilan seperti biofisik, psikososial, sosiodemografi, dan
lingkungan. Komplikasi kehamilan apabila terjadi selama persalinan dan kelahiran maka
dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal. Deteksi dini pada kehamilan
beresiko tinggi sangatlah penting guna untuk mengetahui serta mencegah masalah-
masalah kehamilan, persalinan dan kelahiran (14)
.
Hal ini sesuai bahwa penyakit penyerta pada kehamilan paling banyak yaitu
Preeklampsia sebesar 81,5%, Anemia (13,4%), Hepatitis (4,5%), dan terendah penyakit
DM (0,6%) (15
).
Tidak seluruh ibu bersalin memiliki penyakit penyerta hanya beberapa ibu bersalin
yang disertai riwayat penyakit penyertn dengan demikian ibu bersalin dapat dideteksi
seminimal mungkin pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diurutkan sebelumnya serta
sesuai dengan pernyataan penelitian, maka terdapat hubungan yang signifikan antara paritas,
usia ibu, pekerjaan, haemoglobin, riwayat penyakit penyerta dan presentasi janin. Serta tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat KPD sebelumnya dan gemeli. Prevalensi
dari ibu yang mengalami KPD dengan beberapa faktor yang mengakibatkan KPD yaitu
19,16.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mercer, J., & Clayton, D., 2014, Psikologi Sosial (Terjemahan), Penerbit Erlangga,
Jakarta.
2. Prawirohardjo, S., 2016, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta.
3. Walyani, E.S., 2015, Bayi Baru Lahir persalinan, Pustaka Baru Press, Yogyakarta.
4. Purwaningtyas, D. K. dan Galuh, N. P. 2017. Faktor Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di
Puskesmas Karang Anyar Kota Semarang tahun 2017., ISSN 1475-222656.
5. Rohmawati dan Fibriana. 2018. Ketuban Pecah Dini di RSUD Tugurejo Semarang tahun
2016., ISSN 1475-362846.
6. Sakinah Mawaddah Ramadhaniah., 2016, Hubungan Usia Ibu, Paritas, Jumlah Janin dan
Amania Dengan Diagnosis Kejadian Keruban Pecah Dini (KPD) di RSU Tanggerang
Selatan pada tahun 2015.
7. Legawati & Riyanti, 2018, Determinan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruang
Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya, Skripsi, Kebidanan Poltekesi
Kemenkes Palangka Raya.
8. Betty.N.S,. Atik.K,. dan Tri.B.W.R., 2018, Analisis Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD)
Pada Ibu Bersalin di Klinik Pratama Melania Pademangan Jakarta Utara Tahun 2017.,
ISSN:2550-0564.
9. Alim, Z, & Agus,S.Y, 2016, Faktor yang Memengaruhi Kejadian Ketuban Pecah Dini
pada Ibu Hamil Trimester III Di Rumah Sakit Bantuan Lawang tahun 2017., Volume 4,
Nomor (1).
10. Manuaba, A.I.C.H.B., Ida G.F.M., dan Ida, B.M., 2014, Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan KB, Edisi 2, EGC, Jakarta.
11. Rizqi, R.N., 2013, Faktor-Faktor yang Memengaruhi Terjadinya Ketuban Pecah Dini
pada Kehamilan Aterm di Rumah Sakit Aura Syifa Kedirtahun 2013.
12. Varney, H., 2010, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4, EGC, Jakarta.
13. Nopianti.M., 2012, Hubungan Sungsang Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di
Ruang C1 Kebidanan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu, AKBID Dehasen Bengkulu.
14. Lowdermik, D, Perry, ec al, 2013, Keperawatan Maternitas Ed. 8.Penerjemah: Felicia S
&AnesiaT. Elsevier: Singapore.
15. Saptiyani, I.D.,2019, Penyakit Penyerta Pada Kehamilan dengan Status Lahir Bayi di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten tahun 2019.