faktor-faktor determinant fraudulent...
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR DETERMINANT FRAUDULENT FINANCIAL
STATEMENT: PERAN FRAUD PREVENTION SEBAGAI MEDIATOR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh:
ENDAH SULISTYOWATI
NIM: 11150820000049
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERISITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
ii
FAKTOR-FAKTOR DETERMINANT FRAUDULENT FINANCIAL
STATEMENT: PERAN FRAUD PREVENTION SEBAGAI MEDIATOR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh:
ENDAH SULISTYOWATI
NIM: 11150820000049
Dibawah bimbingan
Pembimbing I
Reskino, SE., M.Si., Ak., CA., CMA., CERA., QIA
NIP. 19740928 200801 2 004
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERISITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 11 Maret 2019 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Endah Sulistyowati
2. NIM : 11150820000049
3. Jurusan : Akuntansi (Audit)
4. Judul Skripsi : Faktor-Faktor Determinant Fraudulent Financial
Statement: Peran Fraud Prevention Sebagai Mediator
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melaksanakan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Maret 2019
1. Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. ( )
NIP: 19760924 200604 2 002 Penguji I
2. Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc. ( )
NIDN: 2031078101 Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini 26 Juli 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Endah Sulistyowati
2. NIM : 11150820000049
3. Jurusan : Akuntansi (Audit)
4. Judul Skripsi : Faktor-Faktor Determinant Fraudulent Financial
Statement: Peran Fraud Prevention Sebagai Mediator
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Juli 2019
1. Fitri Damayanti, SE., M.Si. ( )
NIP: 19810731 200604 2 003 Ketua
2. Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA. ( )
NIP: 19720516 200901 1 1006 Penguji Ahli
3. Reskino, SE., M.Si., Ak., CA., CMA., CERA., QIA. ( )
NIP: 19740928 200801 2 004 Pembimbing
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda di bawah ini:
Nama : Endah Sulistyowati
NIM : 11150820000049
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menggunakan sumber
asli atau tanpa menyebut pemilik karya.
4. Mengerjakan sendiri karya ilmiah ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Apabila dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata ditemukan bukti
bahwa saya melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenakan sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 20 Juli 2019
(Endah Sulistyowati)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap : Endah Sulistyowati
2. Tempat Tanggal Lahir : Semarang, 17 Oktober 1997
3. Alamat : Jl. Duri Mas 1 RT. 06/10 No. 22.
Duri Kepa, Kebon Jeruk
Jakarta Barat 11510
4. Telepon : 081584123440
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TK Putra Bakti Jakarta Barat Tahun 2002-2003
2. SD Negeri Duri Kepa 13 Pagi Tahun 2003-2009
3. SMP Negeri 191 Jakarta Barat Tahun 2009-2012
4. SMK Negeri 17 Jakarta Barat Tahun 2012-2015
5. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015-2019
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Kursus Bahasa Inggris, Yayasan Cinta Anak bangsa Tahun 2011-2014
2. Kursus Komputer, Yayasan Cinta Anak bangsa Tahun 2011-2014
3. Sertifikasi Software Zahir, PT. Zahir Internasional Tahun 2018
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggoa Divisi Keputrian Lembaga Dakwah Kampus (LDK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Periode 2016-2017
2. Anggota Divisi Ekonomi Kreatif Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)
Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2016-2017
3. Koordinator Divisi Penelitian dan Pengembangan Himpunan Mahasiswa
Jurusan (HMJ) Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2017-
2018
vii
4. Bendahara Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Akuntansi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2018-2019
V. SEMINAR, WORKSHOP, DAN COMPANY VISIT
1. Seminar dan Bedah Buku Praktikum Statistika 1 untuk Ekonomi dan Bisnis
oleh Penulis Praktikum Statistika 1, 2016.
2. Seminar Internasional Islam Nusantara to World Civilization oleh DEMA
Ushuluddin, 2016.
3. Workshop Aplikasi Akuntansi Zahir oleh HMJ Akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2016.
4. Company Visit Goes to Direktorat Jenderal Pajak oleh Tax Center UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
5. Workshop Ms. Excel oleh HMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2018.
6. Seminar Edukasi dan Produk Jasa Keuangan kepada Mahasiswa Peserta
Kuliah Kerja Nyata (KKN) oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018.
7. Seminar Nasional Generasi Berencana oleh SEMA-U UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018.
8. Workshop Accounting Research and Challenge Accounting Education in
the World oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2018.
9. Workshop Audit Simulation oleh HMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2018.
VI. KEPANITIAAN
1. Gebyar Lomba Akuntansi sebagai anggota panitia, 2016.
2. Dialog Konsentrasi dan Pengenalan Organisasi Akuntansi sebagai anggota
panitia, 2016.
3. Company Visit Goes to PT. Astra Internasional Tbk sebagai wakil
bendahara, 2016.
4. Company Visit Goes to PT. Deloitte Consulting sebagai bendahara, 2016.
viii
5. Seminar Nasional: Strengthening Small Medium Enterprise for Economic
Development of Indonesia sebagai ketua pelaksana, 2017.
6. Accounting Week 2017: Let’s Be a Part of Challenging Moment sebagai
ketua pelaksana, 2017.
7. Gebyar Lomba Akuntansi sebagai anggota bendahara, 2017.
8. Company Visit Goes to Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai
sekretaris, 2017.
9. Kuliah Kerja Nyata (KKN) Black Knight 154 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta sebagai bendahara, 2018.
VII. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Eko Supriyono
2. Ibu : Tri Waningsih
ix
FACTORS DETERMINING FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT:
THE ROLE OF FRAUD PREVENTION AS A MEDIATOR
ABSTRACT
This study aims to examine the factors determining fraudulent financial
statement: the role of fraud prevention as a mediator. This study uses primary data
by distributing questionnaires to financial staff working in Islamic banking and
Islamic insurance in DKI Jakarta. Sampling was done using the purposive sampling
method. This research was using samples as many 98 respondents. The data
analysis method that used as Partial Least Square (PLS)-SEM with the help of data
analysis tool SmartPLS 3.0.
The result of this research showed that good corporate governance practice,
conformity compensation, and islamic work ethic significantly influence on fraud
prevention. Information and communication, the whistleblowing system unable to
contribute significantly to fraud prevention. Information and communication,
islamic work ethic, and fraud prevention ethic significantly influence on the
fraudulent financial statement. Whistleblowing system, good corporate governance
practice, and conformity compensation unable to contribute significantly to the
fraudulent financial statement. Islamic work ethic significantly influences on
fraudulent financial statements through fraud prevention. Information and
communication, whistleblowing systems, good corporate governance practice, and
conformity compensation, unable to contribute significantly to fraudulent financial
statements through fraud prevention.
Keywords: Information and Communication in Internal Control, Whistleblowing
System, Good Corporate Governance Practice, Conformity
Compensation, Islamic Work Ethic, Fraud Prevention, Fraudulent
Financial Statement.
x
FAKTOR-FAKTOR DETERMINANT FRAUDULENT FINANCIAL
STATEMENT: PERAN FRAUD PREVENTION SEBAGAI MEDIATOR
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor determinant fraudulent
financial statement: peran fraud prevention sebagai mediator. Penelitian ini
menggunakan data primer dengan menyebarkan kuesioner kepada staf keuangan
yang bekerja pada perbankan syariah dan asuransi syariah di DKI Jakarta.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 98 responden. Metode analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square (PLS)-SEM
dengan menggunakan alat analisis data SmartPLS 3.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa good corporate governance
practice, conformity compensation, dan islamic work ethic berpengaruh secara
signifikan terhadap fraud prevention. Information and communication dan
whistleblowing system belum dapat berkontribusi secara signifikan terhadap fraud
prevention. Information and communication, islamic work ethic, dan fraud
prevention berpengaruh secara signifikan terhadap fraudulent financial statement.
Whistleblowing system, good corporate governance practice, dan conformity
compensation belum dapat berkontribusi secara signifikan terhadap fraudulent
financial statement. Islamic work ethic berpengaruh secara signifikan terhadap
fraudulent financial statement melalui fraud prevention. Information and
communication, whistleblowing system, good corporate governance practice, dan
conformity compensation belum dapat berkontribusi secara signifikan terhadap
fraudulent financial statement melalui fraud prevention.
Kata Kunci: Information and Communication in Internal Control, Whistleblowing
System, Good Corporate Governance Practice, Conformity
Compensation, Islamic Work Ethic, Fraud Prevention, Fraudulent
Financial Statement.
xi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Faktor-Faktor Determinant Fraudulent Financial Statement: Peran Fraud
Prevention Sebagai Mediator”. Shalawat serta salam senantiasa selalu
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah
membimbing umatnya menuju jalan yang diridhai-Nya.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat
guna meraih gelar Sarjana Akuntansi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak
yang telah membantu penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orangku yang selalu memberi dukungan, perhatian, semangat, dan doa
yang tiada henti kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
2. Kakek dan nenekku yang selalu mendoakan agar kuliahku selalu diberi
kelancaran dan kemudahan.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E., M.Si., Ak., CA., QIA., BKP., CRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, S.E., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Fitri Damayanti, SE., M. Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Reskino, SE, M.Si., Ak., CA., CMA., CERA., QIA. selaku dosen
Pembimbing Skripsi yang bersedia menyediakan waktunya untuk
membimbing, berdiskusi, dan memberikan motivasi kepada penulis selama
xii
penyusunan skripsi. Terimakasih atas semua masukan dan nasihat yang telah
diberikan selama ini.
7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
8. Seluruh Staff dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam
memenuhi segala kebutuhan dalam bentuk administrasi dan lain-lain.
9. Kak Isyarah Fadilah selaku senior penulis yang telah meluangkan waktunya
untuk mengajarkan penulis untuk mengolah data menggunakan SmartPLS.
10. Seluruh senior HMJ Akuntansi, terutama kak Riana dan kak Risda yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis baik ilmu dalam hal mata kuliah maupun
pengalaman yang luar biasa.
11. Kak Adhe Manaf Nururrahman selaku senior penulis yang telah mengajarkan
banyak hal kepada penulis selama proses perkuliahan, memberi banyak nasihat,
dan mau mendengar segala keluh kesah selama proses penyusunan skripsi ini.
12. Andre Hand Prastya yang telah menemani penulis selama proses penyebaran
kuesioner yang penuh perjuangan.
13. Sahabat terdekat penulis “Sholehatunnisa” yang terdiri dari Dini Nafisa Adila,
Ummi Salamah, dan Nur Isnaini yang selalu memberikan support, berbagi suka
duka, berbagi cerita, dan berbagi ilmu selama masa perkuliahan.
14. Ummi dan Siska selaku teman seperbimbingan yang telah menjadi tempat
berbagi suka duka dan selalu memberi semangat kepada penulis dalam proses
penyusunan skripsi ini.
15. Seluruh teman-teman Akuntansi 2015, terutama Akuntansi B 2015 yang telah
menemani proses belajar selama 4 tahun di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
16. Seluruh pihak yang terlibat dan tidak dapat disebutkan satu-persatu.
xiii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 8 April 2019
Endah Sulistyowati
xiv
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................. ..i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
ABSTRAK ............................................................................................................. x
KATA PENGANTAR .......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................ 1
B. Pembatasan Masalah .................................................................................. 15
C. Rumusan Masalah ...................................................................................... 16
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 16
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 19
A. Tinjauan Literatur....................................................................................... 19
1. Agency TheaGENCY tHEIRYory ........................................................ 19
2. Fraud Pentagon Theory ...................................................................... 21
3. Fraudulent Financial Statement ......................................................... 29
4. Fraud Prevention ................................................................................ 32
5. Information and Communication ........................................................ 40
6. Whistleblowing System ........................................................................ 44
7. Good Corporate Governance Practice ............................................... 50
8. Conformity Compensation .................................................................. 56
9. Islamic Work Ethic .............................................................................. 61
B. Pengembangan Hipotesis ........................................................................... 64
C. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................... 83
xv
D. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 95
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 96
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 96
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 96
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 97
D. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 98
E. Metode Analisa Data ................................................................................ 105
1. Statistik Deskriptif ............................................................................ 106
2. Uji Model Pengukuran atau Outer Model ......................................... 107
3. Uji Model Struktural atau Inner Model ............................................. 109
4. Uji Efek Intervening .......................................................................... 112
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 114
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................. 114
1. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 114
2. Karakteristik Profil Responden ......................................................... 115
B. Hasil Uji Instrument Penelitian ................................................................ 119
1. Hasil Uji Deskritif ............................................................................. 119
2. Hasil Uji Outer Model atau Measurement Model ............................. 122
3. Hasil Uji Inner Model atau Structural Model ................................... 131
4. Hasil Uji Efek Intervening ................................................................ 138
C. Pembahasan .............................................................................................. 144
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 173
A. Kesimpulan .............................................................................................. 173
B. Implikasi Penelitian .................................................................................. 176
C. Keterbatasan ............................................................................................. 177
D. Saran ......................................................................................................... 177
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 178
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 188
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu .......................................................... 84
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian.......................................................... 103
Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian ....................................................................... 115
Tabel 4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian ...................................................... 115
Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .............. 116
Tabel 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ............................. 117
Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Formal ...... 117
Tabel 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja .............. 118
Tabel 4.7 Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Lokasi Perusahaan .. 119
Tabel 4.8 Statistik Deskripsi ............................................................................... 120
Tabel 4.9 Outer Loading ..................................................................................... 123
Tabel 4.10 Outer Loading Modifikasi ................................................................ 125
Tabel 4.11 Cross Loading ................................................................................... 127
Tabel 4.12 Composite Reliability dan Cronbach Alpha...................................... 130
Tabel 4.13 Nilai R-Square................................................................................... 132
Tabel 4.14 Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Value) ..................................... 136
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kategori Risiko Fraud ........................................................................ 2
Gambar 1.2 Industri yang Menjadi Korban Fraud di Wilayah Asia Pasifik .......... 4
Gambar 1.3 Jumlah Kerugian yang diderita Perusahaan di Wilayah Asia Pasifik . 4
Gambar 2.1 Fraud Triangle .................................................................................. 24
Gambar 2.2 Fraud Diamond ................................................................................. 26
Gambar 2.3 Fraud Pentagon................................................................................. 28
Gambar 2.4 Skema Kerangka Pemikiran .............................................................. 95
Gambar 3.1 Model Intervening ........................................................................... 113
Gambar 4.1 Model Struktural Hasil Bootstrapping ............................................ 132
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Surat Permohonan Pengisian Kuesioner .................................... 188
LAMPIRAN 2 Surat Keterangan ........................................................................ 190
LAMPIRAN 3 Kuesioner Penelitian .................................................................. 196
LAMPIRAN 4 Daftar Identitas dan Jawaban Responden................................... 207
LAMPIRAN 5 Output Hasil Pengujian Data ...................................................... 246
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Di era globalisasi ini banyak orang berlomba-lomba menjadi pebisnis
dengan dalih menjadi cepat sukses, sehingga begitu banyak berbagai
perusahaan-perusahaan baik dari skala kecil, menengah, hingga besar berdiri di
seluruh dunia. Akan tetapi, banyak pula perusahaan-perusahaan yang jatuh
bangkrut karena mengalami masalah ekonomi yang serius dan diakibatkan oleh
karyawan yang berangsur-angsur meningkatkan risiko akan fraud dan
manipulasi setiap hari (Owojori dan Asaolu, 2009).
Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi terjadinya tindakan fraud,
salah satunya di Indonesia dengan membuat Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) yang berisi mengenai upaya untuk menindaklanjuti tindakan-
tindakan fraud. Selain KUHP, juga diatur dalam undang-undang tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi yang mengatur perbuatan melanggar
hukum yang masuk ke dalam kategori fraud, seperti pencucian uang,
perlindungan konsumen, dan lain-lain (Suryani dan Helvinda, 2012).
Hasil penelitian Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)
tahun 2018 menunjukkan bahwa terdapat 2.690 kasus fraud dari 125 negara
diseluruh dunia pada tahun 2017. Global Fraud Survey juga mengungkapkan
bahwa 220 kasus fraud tersebut berasal dari wilayah Asia Pasifik. Indonesia
menduduki peringkat ke 3 dari negara di wilayah Asia Pasifik dengan 29 kasus
2
fraud selama tahun 2017. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara
dengan kasus fraud yang cukup tinggi.
Gambar 1.1
Kategori Risiko Fraud
Sumber: ACFE 2018
3
Hasil penelitian Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)
tahun 2018 menunjukkan bahwa kasus fraud terbesar yaitu kasus
penyalahgunaan aset sebesar 80%, kedua yaitu kasus korupsi sebesar 51%, dan
ketiga yaitu kasus kecurangan laporan keuangan sebesar 13%. Sedangkan jika
dilihat dari banyaknya jumlah kerugian yang diderita perusahaan, justru
kecurangan laporan keuangan yang memiliki kerugian terbesar, yaitu sebesar
$700.000, kedua yaitu korupsi sebesar $500.000, dan ketiga yaitu
penyalahgunaan aset sebesar $180.000. Dari fakta di atas dapat digambarkan
bahwa fraudulent financial statement merupakan tipe fraud yang sangat
merugikan perusahaan. Hal ini perlu mendapat perhatian serius, dikarenakan
fraudulent financial statement ini banyak dilakukan oleh profesional yang
mempunyai capability, sehingga kasus ini lebih sulit untuk diungkap. Banyak
orang mengasosiasikan fraud dengan white collar crime, karena fraud biasanya
dilakukan oleh orang terdidik, terpandang, dan memiliki jabatan (Priantara,
2013:5).
Secara normatif, laporan keuangan bisa memberikan informasi yang
berguna bagi investor, kreditor, manajemen, dan semua pengguna laporan
keuangan. Kemudian, laporan keuangan seharusnya memberikan informasi
mengenai kinerja keuangan perusahaan selama periode tersebut. Namun dalam
praktiknya, fraudulent financial statement dapat memalsukan laporan keuangan
yang meliputi manipulasi komponen-komponen seperti, melebihkan aset,
penjualan dan laba, atau merendahkan kewajiban, beban, dan kerugian (Danial
et al., 2014:18).
4
Gambar 1.2
Industri yang menjadi korban fraud di wilayah Asia Pasifik
Sumber: ACFE 2018
Dari gambar 1.2 menunjukkan bahwa lembaga keuangan seperti
perbankan dan asuransi memiliki jumlah kasus fraud lebih banyak dibanding
jenis perusahaan lainnya. Industri perbankan dan jasa keuangan berada pada
urutan ke 2 yaitu 11% dengan 25 kasus dan perusahaan asuransi berada pada
urutan ke 8 yaitu 5% dengan 10 kasus.
Gambar 1.3
Jumlah kerugian yang diderita perusahaan di wilayah Asia Pasifik
Sumber: ACFE 2018
Dari gambar 1.3 menunjukkan banyaknya jumlah kerugian yang diderita
oleh perusahaan yang terkena kasus fraud. Dari data tersebut lembaga keuangan
menderita kerugian cukup besar, perbankan dan jasa keuangan menderita
5
kerugian dengan rata-rata sebesar $310.000, sedangkan perusahaan asuransi
menderita kerugian dengan rata-rata sebesar $105.000.
Lembaga keuangan adalah suatu badan yang bergerak dibidang
keuangan untuk menyediakan jasa bagi nasabah atau masyarakat. Fungsi utama
lembaga keuangan ialah menghimpun dana nasabah atau masyarakat serta
menyalurkan dana pinjaman untuk nasabah atau masyarakat. Seiring
perkembangan masa, banyak bermunculan lembaga keuangan syariah ditengah
masyarakat, diantaranya perbankan syariah dan asuransi syariah.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan
syariah, perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
Bank Syariah dan Unit Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta
cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah. Menurut jenisnya, bank syariah terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS)
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Berdirinya bank Islam pertama
di Indonesia yaitu dimulai dari Bank Muamalat Indonesia tahun 1992.
Semakin berkembangnya bank dan asuransi syariah berimplikasi pada
semakin besarnya tantangan yang harus dihadapi bank dan asuransi syariah, di
mana tantangan terbesar adalah untuk mempertahankan citra dan nama baik di
mata nasabah agar tetap menjaga kepercayaan serta loyalitas nasabah kepada
bank dan asuransi syariah (Falikhatun dan Assegaf, 2012). Seperti kita ketahui
bahwa bank dan asuransi syariah merupakan lembaga yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang bersumber dari Al-
6
Qur’an, Hadist, dan Ijma para ulama yang diterapkan baik dilingkungan internal
maupun eksternal perusahaan (Maradita, 2012).
Kemudian timbul pertanyaan apakah dengan adanya unsur syariah dapat
menjamin suatu lembaga terbebas dari tindakan fraud? Kenyataannya tidak,
terbukti dengan banyaknya kasus fraud yang terjadi di lembaga syariah. Seperti
kasus Bank Syariah Mandiri yang melibatkan pihak internal perusahaan dengan
melakukan penyaluran kredit fiktif pada Bank Syariah Mandiri cabang Bogor
sebesar Rp102 miliar kepada 197 nasabah fiktif. Akibat penyaluran kredit
tersebut Bank Syariah Mandiri berpotensi menderita kerugian sebesar Rp59
miliar. Atas kasus tersebut Bareskrim Polri menetapkan empat tersangka, yang
tiga diantaranya adalah pegawai Bank Syariah Mandiri (Prabowo, 2013).
Selain itu terdapat kasus di mana nasabah yang melaporkan bank
syariah, seperti yang dialami oleh BRI Syariah yang terjerat kasus investasi
emas. Kasus ini muncul atas gugatan nasabah BRI Syariah yang merasa
dirugikan terkait investasi emas yang ada pada BRI Syariah (Wijaya, 2012) .
Allianz sebagai salah satu perusahaan asuransi yang cukup besar juga
terjerat kasus fraud pada tahun 2017. Untuk pertama kalinya di Indonesia,
kasus klaim asuransi masuk ranah pidana. Kasus ini dimasukkan ke ranah
pidana karena ada penolakan dari pihak Allianz atas pengajuan klaim peserta
asuransi. Penolakan tersebut disebabkan oleh syarat dari perusahaan asuransi
yang tidak sesuai dengan buku polis yang diberikan, yakni harus menyertakan
rekam medis lengkap. Namun, sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, catatan medis memang
7
dilarang diberikan kepada sembarang pihak, termasuk pasien. Selama ini,
pasien hanya berhak menerima ringkasan catatan medis. Oleh karena itu, pihak
rumah sakit menolak memberikan rekam medis lengkap meski korban sudah
meminta sesuai syarat tambahan dari Allianz. Yang menjadi ranah pidana juga
dikarenakan ada persyaratan dari Allianz yang tidak tertera di buku polis dan
melanggar UU No.8/1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pihak Allianz
menolak klaim karena batas klaim 14 hari dan tidak ada rekam medis (Jessica,
2017).
Dari beberapa kasus tersebut membuktikan bahwa tidak ada jaminan
lembaga keuangan syariah terutama bank dan asuransi syariah bebas dari
tindakan kecurangan (fraud). Hasil analisis yang dilakukan oleh berbagai
organisasi dan regulator menemukan bahwa kasus-kasus yang terjadi pada
perbankan dan asuransi sebagian besar karena faktor internal perusahaan yang
belum efektif, seperti information and communication, whistleblowing system,
good corporate governance practice, conformity compensation, dan islamic
work ethic yang dimiliki perusahaan. Berbagai tindakan fraud masih banyak
terjadi karena manajemen lembaga keuangan syariah belum mampu
memberikan jaminan kepatuhan syariah pada setiap produk dan jasa lembaga
keuangan syariah yang diberikan, sehingga tindakan fraud tidak bisa
dihindarkan (Anugrah, 2014).
Tindakan fraud yang terjadi di suatu entitas harus segera dicegah, agar
tidak semakin merugikan perusahaan. Pencegahan fraud di sektor publik dapat
dilakukan dengan mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang
8
menetapkan berbagai sanksi yang diharapkan dapat menangkal atau
mengurangi tindakan fraud. Oleh karena itu, pendeteksian dini terhadap fraud
sangat penting agar perusahaan dapat berdiri dengan sehat dan bisa going
concern kedepannya. The Institute of Auditor Internal di Amerika
mendefinisikan kecurangan mencakup suatu kesatuan ketidakberesan
(irregularities) dan tindakan ilegal yang bercirikan penipuan yang disengaja,
yang dilakukan untuk memperkaya diri sendiri dan menimbulkan kerugian bagi
entitas yang dilakukan oleh orang luar atau dalam entitas (Albrecht et al.,
2006:8).
Ketika orang memilih untuk terlibat dalam fraud, mereka biasanya
mengerti bahwa mereka mempertaruhkan karir, reputasi, dan kebebasan mereka
dengan terlibat dalam pelanggaran tersebut. Oleh karena itu, dengan
meningkatkan pencegahan fraud akan mencegah timbulnya kerugian yang
besar. Hasil penelitian ACFE tahun 2018 menunjukkan bahwa audit internal
memegang peran penting dalam mendeteksi fraud yaitu sebesar 12% kasus di
organisasi kecil dan 18,6% di organisasi yang lebih besar.
Perbedaan yang mencolok adalah bahwa pengendalian dan prosedur
yang ada di sebuah organisasi mempengaruhi bagaimana skema fraud
tertangkap. Sebagian besar organisasi kecil tidak memiliki hotline pelaporan
(25,7%), sementara mayoritas organisasi yang lebih besar (74,1%). Departemen
audit internal juga cenderung tidak ada di organisasi yang lebih kecil, dibanding
organisasi yang lebih besar (38,6% dan 88,3%, masing-masing). Organisasi
9
kecil cenderung dapat mendeteksi lebih banyak fraud melalui tinjauan
manajemen, rekonsiliasi akun, audit eksternal, dan pemeriksaan dokumen.
Hasil penelitian yang dilakukan Saputra (2017) dan Delfi et al (2014)
menjelaskan bahwa tindakan fraud dapat dipengaruhi oleh lemahnya sistem
pengendalian internal. Dimana terdapat salah satu indikator dari pengendalian
internal yang sangat penting, yaitu informasi dan komunikasi. Informasi dan
komunikasi adalah proses pengidentifikasian, pengungkapan, dan pertukaran
informasi kepada seluruh personel perusahaan agar mereka dapat melaksanakan
tanggung jawabnya. Sistem informasi mencakup sistem akuntansi, yang terdiri
dari metode dan catatan yang dibangun untuk mengidentifikasi,
mengumpulkan, menganalisis, mengklasifikasi, mencatat, dan melaporkan
transaksi entitas untuk memelihara akuntabilitas bagi aset, liabilitas, dan
ekuitas. Sedangkan komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman
tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian
internal terhadap pelaporan keuangan (Arens, 2008:376).
Dengan pengendalian internal yang efektif dapat mengurangi
kecenderungan terjadinya fraud, dimana terdapat indikator informasi dan
komunikasi didalamnya (Wilopo, 2006). Selain itu, dengan penyampaian
informasi dan komunikasi yang baik dapat memberikan jaminan bahwa
keakuratan informasi bisnis bisa menaikkan keberhasilan perusahaan.
Pengawasan terhadap aset yang akurat sering berjalan seiring, karena karyawan
yang ingin menggelapkan aset atau berniat melakukan fraud juga perlu
menutupi kecurangan tersebut dengan menyesuaikan catatan akuntansi. Sistem
10
informasi dan komunikasi dirancang untuk dapat mengamankan aset organisasi,
bila sistem informasi dan komunikasi tidak berfungsi secara efektif sebagai
sarana kendali, maka tindakan fraud tidak bisa dihindarkan. Informasi dan
komunikasi dapat dikatakan efektif jika informasi tentang organisasi sudah
terintegrasi dengan relevan serta sepak terjangnya harus diidentifikasi dan di
komunikasikan kepada pihak terkait untuk menjamin pelaksanaan pekerjaan
telah dilakukan secara efektif. Sehingga diharapkan dengan informasi dan
komunikasi yang efektif dapat mencegah terjadinya kecurangan (Zarlis, 2018).
Association of Certified Fraud Examiners (2018) menyatakan bahwa
aktivitas audit internal dapat mendeteksi fraud sebesar 15% dan menekan 75%
fraud. Sistem pengendalian yang buruk akan memicu seseorang melakukan
perbuatan fraud dan melawan hukum. Sebaliknya, dengan pengendalian
internal yang baik, dapat memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan dan
fraud (Natasya et al., 2017).
Selain information and communication yang diterapkan sebagai salah
satu tindakan preventif untuk mengetahui risiko terjadinya fraud, maka hal lain
yang mungkin dapat meminimalisir terjadinya fraud adalah whistleblowing
system. Whistleblowing system merupakan suatu sistem yang dirancang untuk
penyampaian pengaduan dugaan tindakan fraud yang telah atau akan terjadi
yang melibatkan pegawai dan orang lain yang berkaitan dengan dugaan
tindakan fraud di dalam perusahaan. Kriteria kecurangan yang dilaporkan
meliputi 5W+1H, tindak lanjut dari laporan tersebut yaitu pemberian reward
dan perlindungan untuk pelapor atau whistleblower, dan hukuman atau sanksi
11
untuk pelaku fraud. Sistem ini merupakan wadah atau saluran bagi
whistleblower untuk mengungkap dan melaporkan tindak kecurangan.
Dengan diterapkannya whistleblowing system di dalam perusahaan
dapat membantu mengawasai kinerja internal perusahaan. Pengawasan tidak
cukup hanya dilakukan oleh atasan dan audit internal, sesama karyawan pun
diharapkan secara tidak langsung saling mengawasi satu sama lain. Selain
mengawasi kinerja, karyawan juga dapat melaporkan tindak pelanggaran yang
dilakukan oleh rekan sesama karyawan beserta buktinya melalui whistleblowing
system yang langsung terhubung oleh atasan atau komite audit. Whistleblowing
system yang efektif akan mendorong partisipasi masyarakat dan karyawan
perusahaan untuk lebih berani bertindak guna mencegah terjadinya fraud
dengan melaporkannya ke pihak yang dapat menanganinya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa whistleblowing system mampu untuk mengurangi budaya
“diam” menuju ke arah budaya kejujuran dan “keterbukaan”. Whistleblowing
system merupakan salah satu metode dalam mendorong penegakan etika
perusahaan dan mendorong perilaku etis karyawan, atau sebagai salah satu
sarana pencegahan tindakan yang tidak beretika dan perilaku curang yang
berdampak merugikan bagi perusahaan (Yunus, 2011).
Terjadinya kecurangan (fraud) pada umumnya diakibatkan karena
belum diterapkan dan diimplementasikannya good corporate governance atau
kelemahan di sektor korporasi (Tuanakotta, 2012:44). Oleh karena itu, regulator
mengharuskan perbankan syariah untuk menerapkan prinsip-prinsip good
corporate governance yang merupakan perwujudan tanggung jawab dalam
12
rangka peningkatan kinerja sesuai Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern
Bank (SPFAIB), yang wajib dilaksanakan sejak 1 Januari 1996, yang
dimutakhirkan oleh Bank Indonesia dengan peraturan Bank Indonesia No.
1/6/PBI/99 tanggal 20 September 1999 yang menyatakan bahwa bank waijb
memiliki Satuan Kerja Audit Intern dalam melaksanakan fungsi audit
internalnya.
Besar kecilnya jumlah kompensasi yang diterima karyawan juga dapat
mempengaruhi seseorang melakukan tindakan kecurangan (Ahrianti et al.,
2015). Kesesuaian kompensasi bisa mempengaruhi sikap serta perilaku seorang
pegawai atau karyawan, seseorang akan berperilaku tidak etis dan curang untuk
memaksimalkan keuntungan dirinya sendiri karena ketidakpuasan atau
kekecewaan dengan kompensasi yang mereka terima atas apa yang telah
diberikan untuk perusahaan (Shintadevi, 2015). Kompensasi adalah seluruh
pendapatan, baik berupa uang maupun barang yang diterima para karyawan
sebagai imbalan atas jasa yang diberikan oleh perusahaan. Pemberian
kompensasi bertujuan sebagai ikatan kerjasama, kepuasan kerja, adanya
keefektifan dalam bekerja, meningkatkan motivasi, stabilitas karyawan,
disiplin, serta pengaruh serikat buruh dan pemerintah (Hasibuan, 2006). Dengan
jumlah kompensasi yang diterima karyawan sudah sesuai, diharapkan dapat
mengurangi tindakan kecurangan (fraud) yang dilakukan karyawan.
Etika yang dimiliki seseorang dalam bekerja juga menjadi salah satu
faktor dalam pencegahan fraud, sebagai umat muslim kita harus memiliki etika
yang sesuai dengan syariat Islam. Islamic work ethic didefinisikan sebagai
13
seperangkat prinsip moral yang membedakan apa yang benar dari apa yang
salah dalam konteks Islam (Beekun, 1996). Etika awalnya didasarkan pada Al-
Qur’an, karena Al-Qur’an merupakan pedoman hidup umat muslim dalam
semua bidang kehidupan. Islamic work ethic menekankan keadilan, kerja keras,
jujur, komitmen, dan dedikasi dalam bekerja. Muslim yang mengikuti ajaran
Islam seharusnya lebih berkomitmen terhadap pekerjaan dan organisasi mereka
daripada orang-orang yang tidak mengikuti ajaran Islam (Yousef, 2000).
Bekerja dengan menanamkan Islamic work ethic dapat mencegah seseorang
untuk melakukan tindakan kecurangan, karena jika seseorang sudah
menanamkan nilai-nilai Islami dalam melaksanakan pekerjaannya, mereka
tidak akan melakukan tindakan kecurangan yang akan merugikan perusahaan.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitan (Zager et al.,
2016). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Zager adalah pada variabel
independennya, dimana Zager menggunakan the role and responsibility of
auditors sedangkan dalam penelitian ini menggunakan variabel whistleblowing
system, good corporate governance practice, conformity compensation, dan
islamic work ethic. Objek penelitian yang digunakan oleh Zager adalah auditor
eksternal yang mengaudit perusahaan menengah dan besar di Kroasia,
sedangkan pada penelitian ini menggunakan responden staf keuangan pada
perbankan syariah dan asuransi syariah di Jakarta.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian ini karena pertama, internal control, whistleblowing system, good
corporate governance practice, conformity compensation, dan islamic work
14
ethic merupakan faktor internal yang sangat penting di dalam lembaga
keuangan syariah, karena lemahnya faktor internal tersebut dapat memberikan
peluang terjadinya tindakan kecurangan. Kedua, peneliti ingin mengetahui
apakah internal control, whistleblowing system, good corporate governance
practice, conformity compensation, dan islamic work ethic dalam lembaga
keuangan syariah di Indonesia memiliki pengaruh terhadap pencegahan
tindakan kecurangan serta apakah setelah dilakukan pencegahan fraud dapat
mengurangi tingginya tingkat kecurangan laporan keuangan yang sangat
merugikan perusahaan. Ketiga, sampai dengan tahap penyelesaian penelitian
ini, peneliti belum menemukan penelitian yang secara spesifik menguji faktor-
faktor determinant fraudulent financial statement: peran fraud prevention
sebagai mediator. Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan penelitian
dengan judul “Faktor-Faktor Determinant Fraudulent Financial Statement:
Peran Fraud Prevention Sebagai Mediator”.
Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini seluruh tingkatan
organisasi dapat meningkatkan kemampuannya dalam mencegah fraud yang
setiap tahun semakin meningkat di seluruh dunia, dengan meningkatkan
berbagai faktor internal perusahaan, seperti information and communication,
whistleblowing system, good corporate governance practice, conformity
compensation, dan islamic work ethic.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
15
1. Meningkatnya tindakan fraud yang terjadi di seluruh dunia, termasuk
Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat korupsi yang cukup
tinggi.
2. Information and communication yang tidak terintegrasi dengan baik dapat
menyebabkan banyak terjadinya fraud di dalam perusahaan.
3. Lemahnya penerapan whistleblowing system menyebabkan para pelaku
fraud dapat melakukan perbuatannya dengan mudah.
4. Good corporate governance practice yang kurang baik dapat menjadi celah
untuk karyawan melakukan fraud.
5. Pemberian kompensasi yang tidak sesuai dengan beban kerja karyawan.
6. Rendahnya islamic work ethic yang dimiliki karyawan menyebabkan
mudahnya melakukan tindakan fraud.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka pembatasan masalah
yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi perusahaan mengenai
fraud, penelitian ini hanya fokus untuk menguji faktor-faktor determinant
fraudulent financial statement: peran fraud prevention sebagai mediator.
2. Sampel dalam penelitian ini adalah staf keuangan perusahaan yang bekerja
di perbankan syariah dan asuransi syariah di wilayah DKI Jakarta.
3. Metode analisa data yang digunakan, yaitu analisis Partial Least Square
(PLS)-SEM dengan software SmartPLS 3.0.
16
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang hendak
diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah information and communication, whistleblowing system, good
corporate governance practice, conformity compensation, dan islamic work
ethic berpengaruh terhadap fraud prevention?
2. Apakah information and communication, whistleblowing system, good
corporate governance practice, conformity compensation, dan islamic work
ethic berpengaruh terhadap fraudulent financial statement?
3. Apakah fraud prevention berpengaruh terhadap fraudulent financial
statement?
4. Apakah information and communication, whistleblowing system, good
corporate governance practice, conformity compensation, dan islamic work
ethic berpengaruh terhadap fraudulent financial statement melalui fraud
prevention sebagai variabel intervening?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Menguji secara empiris apakah information and communication,
whistleblowing system, good corporate governance practice, conformity
compensation, dan islamic work ethic berpengaruh terhadap fraud
prevention.
17
2. Menguji secara empiris apakah information and communication,
whistleblowing system, good corporate governance practice, conformity
compensation, dan islamic work ethic berpengaruh terhadap fraudulent
financial statement.
3. Menguji secara empiris apakah fraud prevention berpengaruh terhadap
fraudulent financial statement.
4. Menguji secara empiris apakah information and communication,
whistleblowing system, good corporate governance practice, conformity
compensation, dan islamic work ethic berpengaruh terhadap fraudulent
financial statement melalui fraud prevention sebagai variabel intervening.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Kontribusi Teoritis
a. Penulis, sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan
terkait dengan faktor-faktor determinant fraudulent financial statement:
peran fraud prevention sebagai mediator.
b. Mahasiswa jurusan akuntansi, sebagai wawasan memperluas ilmu
pengetahuan dan sebagai sarana referensi ilmu mengenai faktor-faktor
determinant fraudulent financial statement: peran fraud prevention
sebagai mediator.
c. Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya
mengenai topik ini.
18
d. Keilmuan, untuk menambah bukti empiris mengenai faktor-faktor
determinant fraudulent financial statement: peran fraud prevention
sebagai mediator.
2. Kontribusi Praktis
a. Auditor internal dan staf akuntansi, penelitian ini dapat memberikan
gambaran dan informasi mengenai faktor internal yang mempengaruhi
fraud prevention di lingkungan tempatnya bekerja guna meminimalisir
tindakan fraud yang mungkin dapat terjadi.
b. Direktur, manajemen organisasi, dan komite audit, penelitian ini dapat
memberikan gambaran dan informasi mengenai hal apa saja yang dapat
menyebabkan terjadinya fraud, dan bisa meminimalisir tindakan fraud
dengan berbagai langkah pencegahan fraud.
c. Dewan direksi, yaitu sebagai bahan masukan untuk mengetahui faktor
internal apa saja yang berpotensi untuk membantu mencegah fraud.
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Agency Theory
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan konsep dasar dari teori
agensi, yaitu hubungan kerjasama antar pihak pemegang saham sebagai
principal dan manajemen sebagai agent. Hubungan agensi timbul ketika
principal mempekerjakan pihak lain (agen) dengan memberikan suatu jasa
tertentu dan memberikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen
(Purdwiastuti dan Nofiyanti, 2012).
Prinsipal selalu menginginkan return tinggi atas investasi yang
diberikan untuk perusahaan, sedangkan agen memiliki kepentingan
tersendiri yaitu untuk mendapatkan kompensasi yang besar atas hasil
kinerjanya. Ketika prinsipal dan agen memiliki pandangan yang berbeda
antara satu dengan lainnya, maka akan menimbulkan konflik antar
keduanya, benturan ini sering disebut dengan conflict of interest (Cyntia,
2016). Conflict of interest atau perbedaan kepentingan antara prinsipal dan
agen dapat memicu agency problem yang dapat mempengaruhi kualitas laba
yang dilaporkan.
Menurut Einsenhardt (1989), teori agensi menggunakan tiga asumsi
sifat manusia, yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri
(self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi
20
masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari
risiko (risk averse). Ketiga sifat tersebut menyebabkan informasi yang
dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya.
Informasi yang disampaikan biasanya tidak sesuai dengan kondisi
perusahaan yang sebenarnya atau disebut sebagai informasi yang tidak
simetri (asimetry information). Ketidaksesuaian informasi yang dihasilkan
manajemen dapat menyesatkan para pengguna laporan dalam proses
pengambilan keputusan.
Perbedaan kepentingan menyebabkan agen menyalahgunakan
tugasnya dalam penyampaian informasi kepada prinsipal dengan cara
memberikan atau menahan informasi yang diminta prinsipal bila
menguntungkan bagi agen (Jensen dan Meckling, 1976). Untuk mengatasi
hal tersebut, diperlukan information and communication, whistleblowing
system, good corporate governance practice, conformity compensation, dan
islamic work ethic untuk memastikan hubungan seluruh stakeholder dan
keberlangsungan perusahaan terjamin.
Hubungan antara teori agensi dengan fraud pada perbankan syariah
dan asuransi syariah, yaitu fraud merupakan akibat yang mungkin timbul
dari adanya agency problem yaitu asimetri informasi, dimana informasi
yang dimiliki agen digunakan untuk mengambil keuntungan bagi dirinya
sendiri (self interest) yang dapat mengakibatkan kerugian bagi prinsipal
maupun perusahaan.
21
Prinsip-prinsip Islam yang telah diterapkan oleh bank syariah dan
asuransi syariah tidak menjamin bank syariah dan asuransi syariah terbebas
dari tindakan kecurangan. Fraud dapat terjadi di lingkungan internal bank
syariah dan asuransi syariah. Hal lain yang mungkin muncul adalah adanya
conflict of interest antara agen dan prinsipal yang dapat menimbulkan
penyajian laporan keuangan yang tidak andal atau mengandung kecurangan.
2. Fraud Pentagon Theory
Teori mengenai fraud terus berkembang hingga saat ini, mulai dari
fraud triangle theory yang dikembangkan oleh Cressey tahun 1953,
kemudian fraud diamond theory yang dikembangkan oleh Wolf dan
Hermanson tahun 2004, dan saat ini yaitu fraud pentagon theory yang
dikembangkan oleh Crowe Horwath pada tahun 2011.
a. Fraud Triangle
Fraud Triangle Theory diciptakan oleh Cressey pada tahun
1953. Teori ini merupakan teori pertama yang menjelaskan tiga elemen
utama seseorang melakukan fraud, yaitu pressure, opportunity, dan
rationalization.
1) Pressure (Tekanan)
Pressure menjadi salah satu alasan bagi para manajemen dan
pegawai dalam melakukan fraud. Sesorang melakukan penipuan dan
penggelapan uang perusahaan karena adanya tekanan yang datang
dalam berbagai bentuk, baik dari keuangan maupun non-keuangan.
Fraud yang sering terjadi biasanya datang dari kebutuhan keuangan
22
yang mendesak dan tidak dapat diceritakan kepada orang lain
(Tuanakotta, 2012:207). Sedangkan fraud dari bentuk non-
keuangan, contohnya seperti kebutuhan hasil laporan yang lebih
baik daripada faktanya, frustasi atas pekerjaannya, atau bahkan
tantangan untuk mengacaukan sistem juga bisa memotivasi tindakan
fraud (Albrecht et al., 2008:212).
Pressure dapat terjadi dikarenakan adanya target yang tidak
realistik untuk dicapai dari pihak manajemen kepada pegawainya
atau pemilik perusahaan kepada manajemen. Berbagai target yang
tidak realistik dan deadline dapat memberikan tekanan kepada para
pegawai, sehingga mereka cenderung untuk melakukan fraudulent
financial statement dengan memberikan hasil laporan keuangan
yang di mark up agar sesuai dengan keinginan manajemen atau
pemilik perusahaan agar dapat menarik para investor untuk
menanamkan saham atau obligasinya (Tuanakotta, 2012:207).
2) Opportunity (peluang)
Seseorang yang melakukan fraud biasanya mempunyai
peluang jika mereka memiliki akses terhadap aset dan informasi
yang memungkinkan untuk menyembunyikan aktivitas fraud
mereka. Dengan adanya peluang menyebabkan para pelaku
kecurangan (fraud) yakin bahwa setiap aktivitas yang mereka
lakukan tidak akan terdeteksi (Priantara, 2013:46). Peluang ini
terdiri dari dua komponen, yaitu general information dan technical
23
skill sehingga memungkinkan pelaku untuk memanfaatkan
komponen tersebut (Tuanakotta, 2014:211).
Dalam SAS No. 99 dan SPAP terdapat berbagai kondisi yang
menyebabkan terjadinya peluang seseorang melakukan tindakan
fraud, diantaranya yaitu adanya kelemahan pengendalian internal,
ketidakefektifan pengawasan manajemen, atau penyalahgunaan
posisi, dan kegagalan untuk menetapkan prosedur yang memadai
untuk mendeteksi fraud. Perusahaan yang tidak bisa menerapkan
hal-hal diatas akan memiliki banyak celah yang dapat dijadikan
sebagai peluang untuk melakukan fraud oleh para pelaku.
3) Rationalization (Rasionalisasi)
Menurut Skousen (2009) rasionalisasi adalah kondisi dimana
setiap perbuatan fraud yang mereka lakukan dianggap sebagai
tindakan yang wajar atau justru benar, karena tindakan fraud seperti
itu sudah biasa dilakukan oleh pihak manajemen di berbagai
perusahaan di seluruh dunia. Seseorang yang melakukan fraud
berdasarkan rasionalisasi tidak akan merasa bersalah, karena
menurut mereka hal itu bukanlah suatu pelanggaran. Fraud muncul
ketika seseorang mulai membenarkan apa yang mereka lakukan,
walaupun menurut hukum itu salah. Seseorang membenarkan
kesalahan mereka dengan tujuan agar mereka tetap merasa nyaman
dalam melakukan suatu tindakan salah secara terus-menerus
(Dorminey et al, 2012).
24
Gambar 2.1
Fraud Triangle
Sumber: Cressey (1953)
b. Fraud Diamond
Fraud Diamond Theory diciptakan oleh Wolf dan Hermanson
pada tahun 2004. Fraud diamond theory merupakan penyempurna dari
fraud triangle theory. Wolfe dan Hermanson (2004) menyatakan
sebagian besar kecurangan tidak akan terjadi tanpa adanya orang yang
memiliki kemampuan untuk melakukan kecurangan. Sehingga elemen
keempat yang ditambahkan dari elemen utama seseorang melakukan
fraud, yaitu capability (kemampuan).
Capability adalah suatu kemampuan pelaku fraud untuk dapat
mengembangkan strategi yang digunakan untuk melakukan dan
menyembunyikan fraud, serta dapat mengamati kondisi sosial untuk
memenuhi kepentingan pribadinya (Horwath, 2011). Wolfe dan
Hermanson (2004) menjelaskan sifat-sifat yang terkait dengan elemen
competence, yaitu positioning, intelligence, convidence, coercion,
deceit, dan stress, sebagai berikut:
25
1) Positioning
Posisi seseorang dalam organisasi dapat memberikan
kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan tersebut untuk
melakukan fraud. Seseorang dalam posisi otoritas memiliki
pengaruh lebih besar atas situasi atau lingkungan tertentu.
2) Intelligence / Creativity
Pelaku fraud memiliki pemahaman yang cukup dan bisa
mengeksploitasi kelemahan pengendalian internal untuk
menggunakan posisi, fungsi, atau akses untuk mendapat keuntungan
sebesar mungkin.
3) Convidence / Ego
Orang dengan ego yang kuat dan kepercayaan diri yang besar
akan merasa bahwa dirinya tidak akan terdeteksi apabila melakukan
fraud, atau orang yang percaya bahwa dirinya dapat dengan mudah
keluar dari permasalahan yang terjadi, sehingga bisa memotivasi
dirinya dalam melakukan fraud.
4) Coercion
Pelaku fraud dapat memaksa orang lain untuk melakukan
atau menyembunyikan fraud. Seseorang individu dengan
kepribadian persuasif bisa lebih berhasil meyakinkan orang lain
untuk bisa diajak melakukan fraud bersama atau mengalihkan isu
yang sedang terjadi (Abdullahi dan Mansor, 2015).
26
5) Deceit
Penipuan yang sukses membutuhkan kebohongan yang
efektif dan konsisten. Dalam melakukan fraud, orang yang tidak
jujur akan lebih nyaman dalam melakukan fraud dengan segala
kemampuan yang dimilikinya. Untuk menghindari pendeteksian
fraud, seorang pelaku fraud harus terlihat meyakinkan di mata
auditor, investor, direktur, dan lainnya (Wolfe dan Hermanson,
2004).
6) Stress
Stres karena pekerjaan dapat meningkatkan tindakan fraud.
Oleh karena itu, setiap pegawai harus bisa mengendalikan dan
menjaga stres agar terhindar dari tindakan fraud (Rudewicz dan
Partner, 2011).
Gambar 2.2
Fraud Diamond
Sumber: Wolfe dan Hermanson (2004)
c. Fraud Pentagon Theory
Fraud Pentagon Theory merupakan pengembangan dari fraud
triangle theory oleh Cressey tahun 1953, kemudian fraud diamond
theory oleh Wolfe dan Hermanson tahun 2004. Fraud pentagon theory
27
dikembangkan oleh Horwath pada tahun 2011, perkembangan teori ini
merubah risk factor capability menjadi competence yang memiliki
makna dari istilah yang sama dalam fraud diamond theory. Crowe juga
menambahkan satu risk factor yaitu arrogance (arogansi).
Dua elemen tersebut yaitu:
1) Competence (Kompetensi)
Competence merupakan perluasan dari elemen opportunity
yang meliputi kemampuan individu untuk mengesampingkan
pengendalian internal, mengembangkan strategi penyembunyian,
dan mengendalikan secara sosial situasi tersebut untuk keuntungan
pribadinya (Horwath, 2011).
2) Arrogance (Arogansi)
Arrogance merupakan perilaku superioritas pada pelaku
fraud yang mempercayai bahwa kebijakan dan peraturan perusahaan
tidak berlaku untuk dirinya. Arrogance bisa berdampak buruk
kepada perusahaan dan seseorang, karena bisa menghancurkan karir
atau perusahaan tersebut (Horwath, 2011).
Terdapat lima elemen arrogance dari perspektif CEO,
sebagai berikut (Yusof et al, 2015):
a) Ego besar, CEO terlihat seperti selebriti daripada seorang
pengusaha.
b) Mereka menganggap pengendalian internal tidak berlaku untuk
dirinya.
28
c) Memiliki karakteristik perilaku pengganggu.
d) Memiliki kebiasaan memimpin secara otoriter.
e) Memiliki ketakutan akan kehilangan posisi atau status.
Gambar 2.3
Fraud Pentagon
Sumber: Crowe’s fraud pentagon theory (Horwath, 2011)
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa setiap orang memiliki
potensi untuk melakukan tindakan kecurangan (fraud), baik pada level top,
lini, dan staf. Fraud secara luas diklasifikasikan sebagai langkah yang
sengaja dilakukan oleh satu atau lebih individu untuk menggelapkan aset
perusahaan guna kepentingan pribadi. Oleh karena itu, faktor-faktor internal
penyebab fraud harus diketahui terlebih dahulu agar bisa diidentifikasi
secara komprehensif penyebab terjadinya fraud sehingga dapat
meminimalisir peluang terjadinya kecurangan (fraud).
Usaha untuk meminimalisir kecurangan yang terjadi harus dimulai
dari lingkungan internal perusahaan, seperti penerapan informasi dan
komunikasi yang baik antar anggota organisasi, diterapkannya
whistleblowing system yang baik, membangun tata kelola perusahaan yang
29
baik, pemberian kompensasi yang sesuai dengan beban kerja karyawan,
serta penerapan etos kerja islam di lingkungan internal perusahaan.
Oleh karena itu, pencegahan fraud dapat dilakukan mulai dari
lingkungan internal perusahaan. Dengan pengendalian internal yang baik
dapat mengurangi orang-orang dalam melakukan kecurangan yang dapat
merugikan banyak pihak termasuk perusahaan.
3. Fraudulent Financial Statement
Definisi fraudulent financial statement menurut Association of
Certified Fraud Examiners tahun 2018 adalah:
The intentional, deliberate, misstatement, or omission of material
facts, or accounting data which is misleading and, when considered with all
the information made available, would case the reader to change or alter
his or her judgment or decision.
Sedangkan menurut Arens (2008:430) fraudulent financial
statement adalah salah saji atau pengabaian jumlah serta pengungkapan
laporan keuangan yang disengaja dengan tujuan menipu para pengguna
laporan keuangan. Fraudulent financial statement bertujuan untuk
mengelabui investor dan kreditur yang dilakukan dengan cara meninggikan
nilai aset dan pengakuan pendapatan, serta merendahkan nilai liabilitas,
pembebanan ongkos operasional, dan biaya produksi (Priantara, 2013:46).
Menurut Purba (2015:12) terdapat beberapa alasan mengapa
manajemen melakukan fraudulent financial statement, antara lain untuk:
a. Meningkatkan kinerjanya di mata stakeholders yang meminta
pertanggungjawabannya.
30
b. Menutupi ketidakmampuan manajemen dalam menghasilkan target/laba
yang dibebankan kepadanya.
c. Memperoleh bonus karena adanya kenaikan kinerja
perusahaan/organisasi/unitnya.
d. Menghilangkan persepsi negatif pengguna laporan dan pasar.
e. Memperoleh keuntungan melalui penjualan saham atau dividen
perusahaan/organisasi yang lebih tinggi.
f. Membayar jumlah pajak yang lebih kecil.
g. Memperoleh kredit atau sumber pembiayaaan lainnya yang lebih
menguntungkan.
Priantara (2013:90) menjelaskan teknik financial number game
yang biasa digunakan oleh manajemen untuk memperindah laporan
keuangan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Aggressive Accounting: Pemilihan dan penerapan prinsip akuntansi
yang bertujuan agar laba tahun berjalan lebih tinggi (higher current
earnings), terlepas dari apakah praktik tersebut sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum atau tidak.
b. Earnings Management: Manipulasi laba secara aktif untuk suatu target
yang sudah ditetukan sebelumnya guna suatu proyeksi keuangan yang
sudah dibuat, atau untuk mendapatkan suatu angka yang konsisten
dengan arus kas dan trean laba yang tidak fluktuaktif dan lebih
berkelanjutan (smoother, more sustainable earnings stream).
31
c. Income Smoothing: Suatu bentuk earnings management yang didesain
untuk menghilangkan aliran laba yang fluktuaktif, termasuk cara-cara
untuk mereduksi dan menyimpan laba pada saat kinerja keuangan
sedang membaik agar laba tersebut bisa dimanfaatkan pada saat kinerja
keuangan sedang menurun.
d. Fraudulent Financial Reporting: Penyajian secara keliru yang disengaja
atas suatu angka atau pengungkapan di dalam laporan keuangan yang
bertujuan untuk memperdayai pengguna laporan keuangan.
e. Creative Accounting: Setiap langkah yang digunakan untuk memainkan
angka-angka laporan keuangan, yang mencakup aggressive accounting,
fraudulent financial reporting, income smoothing, dan earnings
management.
Menurut Gravitt (2006), fraudulent financial statement melibatkan
beberapa skema, sebagai berikut:
a. Pemalsuan, perubahan, atau manipulasi catatan keuangan yang material,
dokumen pendukung atau transaksi bisnis.
b. Kelalaian yang disengaja atau misrepresentasi peristiwa, transaksi,
rekening, atau informasi penting lainnya dari laporan keuangan yang
disusun.
c. Kesalahan yang disengaja pada penggunaan prinsip akuntansi,
kebijakan, dan prosedur yang digunakan untuk mengukur, pengakuan,
laporan, dan mengungkapkan peristiwa ekonomi dan transaksis bisnis.
32
d. Kelalaian yang disengaja pada pengungkapan atau penyajian
pengungkapan yang tidak memadai berdasarkan prinsip akuntansi dan
kebijakan nilai keuangan terkait.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa fraudulent
financial statement adalah penyajian laporan keuangan dengan unsur salah
saji dengan tujuan memperdaya pengguna laporan keuangan untuk
kepentingan pribadi pihak yang melakukan fraud, dengan penyajian yang
tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang sebenarnya sehingga tidak dapat
menghasilkan pengambilan keputusan yang tepat dari pihak stakeholders
yang berkepentingan.
4. Fraud Prevention
a. Pengertian fraud
Secara harfiah fraud didefinisikan sebagai kecurangan, namun
pengertian ini telah dikembangkan lebih lanjut sehingga memiliki
makna yang lebih luas. Menurut Tunggal (2012:189) fraud adalah
penipuan di bidang keuangan dan non keuangan yang disengaja, dengan
maksud untuk mengambil aset atau hak orang maupun pihak lain.
Albrecht et al (2006:7) mengatakan bahwa fraud adalah tindakan yang
bersifat umum dan mencakup beragam makna berupa cara cerdik
seseorang yang dirancang untuk mendapatkan keuntungan dengan
penyajian yang salah. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP) ada empat pasal yang mendefinisikan kecurangan dalam dunia
33
keuangan, yaitu pasal 362, pasal 368, pasal 372, dan 378 sebagai
berikut:
1) Pasal 362: Pencurian, yaitu mengambil barang atau sesuatu yang
seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk
dimiliki secara melawan hukum.
2) Pasal 368: Pemerasan dan pengancaman, yaitu dengan maksud
untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan
hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan untuk mendapatkan suatu barang, baik seluruhnya atau
sebagian milik orang lain.
3) Pasal 372: Penggelapan, yaitu perbuatan sengaja melawan hukum
untuk memiliki suatu barang, baik seluruhnya atau sebagian milik
orang lain, tetapi yang masih dalam kekuasaannya tidak menjahati
orang lain.
4) Pasal 378: Perbuatan curang, yaitu perbuatan yang menguntungkan
diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum, dengan
memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat,
ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk
menyerahkan suatu barang kepadanya, untuk memberi utang atau
menghapuskan piutang.
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (2018),
fraud terdiri atas empat kelompok besar, yaitu kecurangan laporan
34
keuangan, kecurangan penyalahgunaan aset, korupsi, dan kecurangan
yang berkaitan dengan komputer sebagai berikut:
1) Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Financial
Statement)
Kecurangan ini dilakukan dengan menyajikan laporan
keuangan lebih baik dari sebenarnya (over statement) atau lebih
buruk dari sebenarnya (under statement). Laporan keuangan yang
overstated biasanya dilakukan untuk tujuan menarik para investor
agar mau menanamkan modal di perusahaannya, sedangkan laporan
keuangan yang understated biasanya dilakukan untuk tujuan
penghindaran pajak.
2) Kecurangan Penyalahgunaan Aset
Kecurangan ini terdiri atas kecurangan kas dan
penyalahgunaan penyediaan serta aset lainnya, sebagai berikut:
a) Kecurangan penerimaan kas
Kecurangan penerimaan kas yang belum dicatat (skimming):
i) Pendapatan negara tidak dilaporkan/dicatat atau dilaporkan
lebih kecil.
ii) Piutang dihapuskan, sebenarnya piutang tidak dihapus dan
kemudian ditagih kembali namun tidak dilaporkan.
iii) Pengambilan uang hasil penagihan untuk sementara waktu
dengan menunda pencatatan penerimaannya.
iv) Pengambilan penerimaan cek dari pelanggan.
35
Pencurian yang sudah dicatat di pembukuan (cash larceny):
i) Pencurian kas tunai
ii) Pencurian kas di bank
iii) Mencuri kas dengan sengaja membuat kesalahan
perhitungan atau kesalahan pembukuan.
b) Kecurangan pengeluaran kas
i) Kecurangan penagihan dengan memasukkan dokumen
tagihan, sehingga tagihan lebih tinggi.
ii) Kecurangan pergantian biaya, yaitu dengan memanipulasi
penggantian biaya.
c) Penyalahgunaan persediaan dan aset lain
i) Penjualan fiktif
ii) Kecurangan penerimaan dan pembelian
iii) Kecurangan jurnal palsu
iv) Menghapus persediaan
3) Korupsi
Korupsi yaitu perbuatan yang merugikan kepentingan umum
atau masyarakat luas untuk kepentingan pribadi atau golongan
kelompok tertentu. Bentuk-bentuk korupsi dapat berupa sebagai
berikut:
a) Pertentangan kepentingan
b) Pemberian tidak sah
c) Pemerasan ekonomi
36
d) Suap
4) Kecurangan yang berkaitan dengan komputer
Kecurangan yang berkaitan dengan komputer dapat berupa
sebagai berikut:
a) Perusakan komputer
b) Pencurian informasi dan harta kekayaan
c) Penggunaan atau penjualan jasa komputer secara tidak sah
b. Pencegahan kecurangan (fraud)
Banyaknya kasus fraud yang menimpa berbagai perusahaan
menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi perusahaan. Oleh karena
itu, perlu adanya tindakan pencegahan untuk mengurangi besarnya
jumlah kerugian yang diderita perusahaan.
Pencegahan fraud menurut BPKP (2008:37), merupakan upaya
terintegrasi yang dapat menekan faktor penyebab fraud (fraud triangle),
yaitu:
1) Memperkecil peluang terjadinya kesempatan untuk melakukan
tindakan fraud.
2) Menurunkan tekanan pada pegawai agar bisa bekerja sesuai
kapasitasnya.
3) Tidak mentolerir alasan untuk membuat pembenaran atau
rasionalisasi atas tindakan fraud yang dilakukan.
Menurut Tunggal (2012:59), terdapat beberapa tata kelola untuk
mencegah fraud diantaranya adalah sebagai berikut:
37
1) Budaya jujur dan etika yang tinggi
Dengan menerapkan budaya jujur dan etika yang baik akan
menciptakan lingkungan yang mendukung perilaku yang dapat
diterima. Menciptakan budaya jujur dan etika yang tinggi mencakup
lima unsur berikut:
a) Menetapkan tone at the top, kejujuran dan integritas
manajemen akan memperkuat kejujuran serta integritas
karyawan, karena tone at the top yang dilandasi kejujuran dan
integritas akan menjadi dasar bagi kode etik perilaku yang baik
di sebuah organisasi.
b) Menciptakan lingkungan kerja yang positif, pelanggaran
lebih jarang terjadi bila karyawan mempunyai perasaaan positif
tentang atasan mereka, berbeda jika mereka merasa diperalat,
diancam, atau diabaikan. Tempat kerja yang positif akan
meningkatkan semangat karyawan dan mencegah seseorang
melakukan fraud.
c) Mempekerjakan dan mempromosikan pegawai yang tepat,
agar berhasil mencegah fraud, perusahaan harus selektif dalam
mempekerjakan dan mempromosikan karyawan dengan tingkat
kejujuran yang rendah, terutama yang akan menduduki jabatan
penting. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pengecekan
latar belakang, memverifikasi pendidikan, riwayat pekerjaan,
38
serta referensi pribadi calon karyawan, termasuk referensi
tentang karakter dan integritas.
d) Pelatihan, seluruh pegawai baru harus dilatih menyangkut
perilaku etis pegawai. Pegawai baru harus diberi tahu tentang
tugasnya untuk menyampaikan fraud aktual atau yang dicurigai
serta cara yang tepat untuk menyampaikannya. Pelatihan
kewaspadaan terhadap fraud juga harus disesuaikan dengan
tanggung jawab pekerjaan pegawai, seperti pelatihan untuk agen
pembelian dan penjualan.
e) Konfirmasi, sebagian perusahaan mengharuskan pegawainya
secara rutin untuk mengkonfirmasi tanggung jawabnya
mematuhi kode perilaku. Dengan konfirmasi tersebut
diharapkan membantu mengkokohkan kebijakan kode perilaku
dan juga membantu menghalangi pegawai melakukan fraud atau
pelanggaran etika lainnya.
2) Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi pencegahan fraud
Manajemen memiliki tanggung jawab untuk mengidentifikasi dan
mencegah fraud dengan mengambil langkah-langkah yang
teridentifikasi serta memantau pengendalian internal untuk
mencegah dan mengidentifikasi fraud.
3) Pengawasan oleh komite audit
Komite audit memiliki peran penting dalam mengawasi pelaporan
keuangan serta proses pengendalian internal perusahaan. Komite
39
audit akan membantu menciptakan tone at the top yang efektif
tentang pentingnya kejujuran dan perilaku etis dengan mendukung
toleransi manajemen terhadap fraud.
Menurut BPKP (2008:38), pencegahan fraud yang efektif
memiliki lima tujuan, yaitu prevention, deterence, discruption,
identification, dan civil action prosecution, sebagai berikut:
1) Prevention, yaitu mencegah terjadinya fraud secara nyata pada
semua lini organisasi.
2) Deterence, yaitu menangkal pelaku potensial bahkan tindakan yang
bersifat coba-coba.
3) Discruption, yaitu mempersulit gerak langkah pelaku fraud sejauh
mungkin.
4) Identification, yaitu mengidentifikasi kegiatan berisiko tinggi dan
kelemahan pengendalian.
5) Civil action prosecution, yaitu melakukan tuntutan dan penjatuhan
sanksi yang setimpal atas perbuatan fraud kepada pelakunya.
Pada dasarnya komitmen manajemen dan kebijakan suatu
organisasi merupakan kunci utama dalam mencegah dan mendeteksi
fraud. Tetapi juga harus dilengkapi dengan prosedur penanganan
pencegahan secara tertulis. Komite audit yang independen dapat
menjadi nilai tambah untuk perusahaan karena memiliki tanggung
jawab untuk melakukan evaluasi secara berkala atas aktivitas organisasi
secara berkesinambungan. Kerugian akibat fraud dapat dicegah apabila
40
perusahaan memiliki staf yang berpengalaman sehingga mereka peka
terhadap sinyal-sinyal fraud. Menurut BPKP (2008:38), metode
pencegahan yang lazim ditetapkan oleh manajemen mencakup berbagai
langkah, yaitu penetapan kebijakan anti fraud, prosedur pencegahan
baku, organisasi, teknik pengendalian, dan kepekaan terhadap fraud.
5. Information and Communication
Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian,
pengungkapan, dan pertukaran informasi kepada seluruh personel
perusahaan agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya. Sistem
informasi mencakup sistem akuntansi, yang terdiri dari metode dan catatan
yang dibangun untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis,
mengklasifikasi, mencatat, dan melaporkan transaksi entitas untuk
memelihara akuntabilitas aset, liabilitas, dan ekuitas. Sedangkan
komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan
tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian internal terhadap
pelaporan keuangan (Arens, 2008:376).
Fokus utama dari sistem akuntansi adalah transaksi, dimana
transaksi terdiri dari pertukaran aset dan jasa antara suatu entitas dan pihak
luar, dan juga pemindahan atau penggunaan aset dan jasa ke dalam entitas.
Fokus utama dari kebijakan dan prosedur pengendalian yang berhubungan
dengan sistem akuntansi adalah transaksi yang ditangani dengan suatu cara
yang dapat mencegah terjadinya salah saji dalam asersi laporan keuangan
manajemen. Oleh karena itu, sistem akuntansi yang efektif harus:
41
a. Mengidentifikasi dan mencatat hanya transaksi yang valid dari entitas
yang terjadi dalam periode berjalan (asersi keberadaan atau keterjadian).
b. Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang valid dari entitas
yang terjadi dalam periode berjalan (asersi kelengkapan).
c. Memastikan aset dan kewajiban yang tercatat merupakan hasil dari
transaksi yang memberikan entitas hak untuk, atau kewajiban untuk,
item-item tersebut (asersi dan hak kewajiban).
d. Mengukur nilai transaksi dalam suatu cara yang mengizinkan
pencatatan nilai moneter transaksi secara tepat dalam laporan keuangan
(asersi penilaian atau alokasi).
e. Memperoleh rincian yang mencukupi dari semua transaksi untuk
memungkinkan penyajian secara tepat dalam laporan keuangan,
termasuk pengklasifikasian yang tepat dan pengungkapan yang
diperlukan (asersi penyajian dan pengungkapan).
Sistem akuntansi entitas harus menyediakan suatu jejak audit atau
jejak transaksi yang lengkap untuk setiap transaksi. Jejak transaksi
merupakan suatu rantai dari bukti yang disediakan oleh pengkodean,
referensi silang, dan pendokumentasian yang menghubungkan saldo akun
dan hasil ikhtisar lain dengan data transaksi orisinal. Jejak transaksi penting
baik bagi manajemen maupun auditor. Penting bagi manajemen untuk
memastikan suatu jejak transaksi yang jelas dalam sistem teknologi
informasi di mana bukti dokumentasi hanya dapat ditahan untuk suatu
periode waktu yang singkat (Boynton et al., 2002:385).
42
Dokumen dan catatan mewakili suatu aspek dari sistem informasi
dan komunikasi yang menyediakan bukti audit yang penting. Dokumen
menyediakan bukti atas keterjadian transaksi, harga, sifat, dan syarat dari
transaksi. Ketika ditandatangani dan diberi tanda, dokumen juga
menyediakan suatu dasar untuk menetapkan tanggung jawab untuk
pelaksanaan dan pencatatan transaksi. Catatan tersebut termasuk catatan
penghasilan karyawan, yang menunjukkan data gaji kumulatif untuk setiap
karyawan, dan catatan persediaan perpetual. Jenis catatan lain yaitu ikhtisar
harian dari dokumen yang diterbitkan seperti faktur penjualan dan cek.
Ikhtisar tersebut kemudian secara independen dibandingkan dengan jumlah
jurnal harian yang sesuai untuk menentukan apakah semua transaksi telah
dicatat. Dalam sistem akuntansi modern, catatan biasanya terdapat dalam
bentuk elektronik dan entitas dapat membuat salinan tercetak dari setiap
penggunaan (Boynton et al., 2002:386).
Komunikasi berguna untuk memastikan bahwa personel yang
terlibat dalam sistem pelaporan keuangan memahami bagaimana aktivitas
mereka berhubungan dengan pekerjaan orang lain baik di dalam maupun di
luar organisasi. Hal ini termasuk peran sistem dalam pelaporan
pengecualian yang tidak biasa untuk tingkat yang lebih tinggi dalam entitas.
Pedoman kebijakan, pedoman pelaporan akuntansi dan keuangan, bagan
akun, dan memorandum juga membentuk bagian dari informasi dan
komunikasi pengendalian internal. Seluruh kegiatan yang melingkupi
organisasi adalah sistem informasi dan komunikasi. Hal ini mempermudah
43
orang-orang dalam organisasi untuk memperoleh dan bertukar informasi
yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan, mengelola, dan
mengendalikan operasinya. Komponen pengendalian internal lainnya akan
mudah direalisasikan untuk mencegah kecurangan jika terdapat sistem
informasi dan komunikasi yang baik dan andal dalam organisasi. Sistem
informasi dan komunikasi disebut andal dan baik jika setiap anggota
organisasi mendapat pesan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan,
agar keseluruhan tujuan perorangan, seksi bagian, dan keseluruhan
organisasi dapat tercapai (Adam dan Suzan, 2015).
Menurut COSO dalam Tunggal (2010:232) fungsi dari sistem
information and communication ada lima, yaitu preventif, detective,
corrective, directive, dan compensative, sebagai berikut:
a. Preventif, yaitu pengendalian untuk mencegah kesalahan-kesalahan
yang terjadi, baik berupa kekeliruan maupun ketidakberesan yang sering
terjadi dalam operasi perusahaan.
b. Detective, yaitu untuk medeteksi kesalahan, kekeliruan, dan
penyimpangan yang terjadi.
c. Corective, yaitu untuk memperbaiki kelemahan, kesalahan, dan
penyimpangan yang terdeteksi.
d. Directive, yaitu untuk mengarahkan agar pelaksanaan dilakukan dengan
tepat dan benar.
e. Compensative, yaitu untuk menetralisasi kelemahan pada aspek
pengendalian yang lain.
44
6. Whistleblowing System
Menurut Miceli et al (2008) whistleblowing merupakan
pengungkapan informasi oleh anggota atau mantan anggota organisasi yang
dipandang sebagai praktik ilegal, tidak bermoral, atau tidak sah dibawah
kendali karyawan kepada orang-orang atau organisasi yang dapat
mempengaruhi suatu tindakan. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh
Bouville (2007) yang mendefinisikan whistleblowing adalah tindakan yang
dilakukan karyawan atau mantan karyawan untuk mengungkapkan apa yang
dipercaya sebagai perilaku tidak etis atau ilegal kepada manajemen sebagai
pihak yang lebih tinggi atau kepada pihak eksternal yang berwenang atau
juga kepada publik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa whistleblowing
system adalah suatu sistem yang dirancang sedemikian rupa mengenai
kriteria kecurangan yang dilaporkan meliputi 5W+1H, tindak lanjut dari
laporan tersebut, reward dan perlindungan bagi whistleblower, dan
hukuman atau sanksi untuk pelaku fraud.
Suatu tindakan whistleblowing merupakan peristiwa yang terjadi
karena adanya empat elemen, pertama karena adanya orang yang
melakukan pelaporan (whistleblowing), kedua karena adanya pengaduan
mengenai terjadinya tindakan pelanggaran atau perbuatan tidak sesuai etika,
ketiga karena umumnya sebuah organisasi terdiri dari kumpulan individu-
individu yang melakukan tindakan pelanggaran atau tidak sesuai etika,
keempat karena adanya pihak-pihak yang menerima pengaduan atau
pelaporan whistleblowing tersebut (Dasgupta dan Kesharwani, 2010).
45
Whistleblowing system memiliki dua macam mekanisme, yaitu
whistleblowing internal yang melibatkan pelaporan informasi kepada pihak
internal perusahaan, sedangkan whistleblowing eksternal melibatkan
pelaporan informasi kepada pihak yang berada diluar perusahaan. Upaya
untuk mendorong peran whistleblower dapat dimulai dari tempat bekerja,
seperti institusi pemerintah, perusahaan swasta, maupun publik. Diperlukan
adanya sosialisasi untuk perlindungan kepada para whistleblower, agar
mereka tidak mendapatkan perlakuan yang merugikan dirinya, seperti
pemecatan dari tempatnya bekerja, ancaman fisik, intimidasi, dan
kriminalisasi. Perlindungan tersebut berupa perlindungan fisik serta
perlindungan secara hukum (Semendawai et al., 2011).
Menurut Albrecht et al (2006:114), whistleblowing system yang baik
dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam mendeteksi dan mencegah
fraud. Empat elemen berikut yang harus dipenuhi untuk menciptakan
whistleblowing system yang efektif:
a. Anonimitas
Sebuah sistem yang baik harus merahasiakan identitas seorang
whistleblower, agar whistleblower tidak merasa takut untuk melaporkan
tindakan kecurangan di dalam organisasi. Dengan merahasiakan
identitas ini, akan memudahkan pihak investigasi untuk melakukan
penelusuran lebih lanjut.
46
b. Independensi
Whistleblower akan merasa aman dan nyaman jika melapor
kepada pihak yang independen, artinya tidak ada hubungan dengan
pihak organisasi maupun pelaku kecurangan.
c. Akses yang mudah
Whistleblower harus memiliki akses yang baik untuk
melaporkan tindakan kecurangan yang diketahuinya. Akses tersebut
dapat melalui telepon, e-mail, sistem online, dan faximile. Dengan
berbagai akses tersebut dapat menjamin kerahasiaan identitas
whistleblower.
d. Tindak lanjut
Pelanggaran yang dilaporkan melalui whistleblowing system
kemudian ditindaklanjuti untuk menemukan tindakan yang diperlukan
dalam menyelidiki suatu pelanggaran. Hal ini akan menunjukkan
manfaat dari sistem tersebut sehingga mendorong karyawan untuk lebih
aktif melaporkan tindakan fraud.
Menurut KNKG (2008), terdapat banyak manfaat dari
penyelenggaraan whistleblowing system, antara lain:
a. Tersedianya cara penyampaian informasi penting untuk perusahaan
kepada pihak yang independen.
b. Turunnya minat pelaku fraud untuk melakukan tindakan kecurangan,
karena semakin efektifnya whistleblowing system perusahaan.
47
c. Tersedianya mekanisme pendeteksian dini atas kemungkinan timbulnya
masalah akibat tindakan fraud.
d. Tersedianya kesempatan untuk menangani masalah pelanggaran secara
internal, sebelum meluas menjadi masalah pelanggaran yang bersifat
publik.
e. Membantu mengurangi risiko yang dihadapi perusahaan, baik dari segi
keuangan, operasi, hukum, keselamatan kerja, dan reputasi.
f. Mengurangi biaya dalam menangani kasus pelanggaran yang terjadi di
dalam perusahaan.
g. Meningkatkan reputasi perusahaan di mata stokeholders, regulator, dan
masyarakat umum.
h. Memberikan masukan kepada perusahaan untuk lebih kritis dalam
melihat kelemahan pengendalian internal, serta merancang tindakan
perbaikan yang diperlukan.
Di dalam pedoman whistleblowing system yang diterbitkan oleh
KNKG (2008), whistleblowing system terdiri dari 3 aspek, yaitu aspek
struktural, aspek operasional, dan aspek perawatan, sebagai berikut:
a. Aspek Struktural
Aspek struktural merupakan aspek yang berisi elemen-elemen
infrastruktur whistleblowing system, dimana aspek ini terdiri dari 4
elemen, yaitu:
48
1) Pernyataan Komitmen
Untuk terlaksananya whistleblowing system dan partisipasi
aktif untuk melaporkan adanya pelanggaran, diperlukan adanya
pernyataan komitmen dari seluruh karyawan. Secara teknis
pernyataan ini dapat dibuat sendiri atau dijadikan sebagai perjanjian
kerja bersama dan juga sebagai bagian dari pernyataan ketaatan
terhadap pedoman etika perusahaan.
2) Kebijakan Perlindungan Pelapor
Kebijakan ini menyediakan secara tegas dan jelas bahwa
perusahaan berkomitmen untuk melindungi whistleblower yang
beritikad baik untuk melaporkan pelanggaran yang diketahuinya.
Kebijakan ini juga menjelaskan bahwa dengan adanya perlindungan
untuk pelapor dapat mendorong karyawan untuk melaporkan
pelanggaran dan menjamin keamanan pelapor serta keluarganya.
3) Struktur Pengelolaan Whistleblowing System
Perusahaan harus membuat unit pengelolaan whistleblowing
system dengan tanggung jawab berada pada direksi dan komite
audit. Unit ini harus independen dari operasional perusahaan dan
memiliki akses kepada pimpinan tertinggi perusahaan. Unit
pengelolaan whistleblowing system memiliki dua elemen utama,
yaitu: sub-unit perlindungan pelapor dan sub-unit investigatif.
49
4) Sumber Daya
Sumber daya yang diperlukan dalam melaksanakan
whistleblowing system adalah kecukupan kualitas dan jumlah
personil dalam melaksanakan tugas sebagai pengelola
whistleblowing system dan media komunikasi sebagai fasilitas
pelaporan pelanggaran.
b. Aspek Operasional
Aspek operasional merupakan aspek yang berkaitan dengan
mekanisme dan prosedur kerja whistleblowing system. Penyampaian
laporan pelanggaran ini harus dibuat semudah mungkin dan informasi
mengenai adanya sistem ini dan alur penanganan pelaporan harus
diinformasikan secara luas ke seluruh karyawan. Kerahasiaan dan
kebijakan perlindungan pelapor juga harus diperhatikan agar
mendorong karyawan untuk berani melaporkan tindakan kecurangan.
Pada proses pembuatan whistlelowing system, perusahaan harus
menyusun aspek struktural dan operasional terlebih dahulu, kemudian
perusahaan melakukan sosialisasi dan pelatihan untuk seluruh
karyawan, setelah itu sistem dapat diresmikan.
c) Aspek Perawatan
Aspek perawatan merupakan aspek yang memastikan bahwa
whistleblowing system dapat berkelanjutan dan meningkat
efektivitasnya. Perusahaan harus mengadakan pelatihan serta
50
pendidikan untuk seluruh karyawan, dan melakukan komunikasi secara
berkala mengenai hasil dari penerapan whistleblowing system. Dengan
pemberian insentif diharapkan dapat mendorong karyawan untuk
melaporkan pelanggaran. Untuk memastikan apakah whistleblowing
system telah memenuhi sasaran pada awal perancangan program, maka
harus dilakukan pemantauan secara berkala. Pemantau penerapan
whistleblowing system adalah dewan direksi, dewan komisaris, komite
audit, dan auditor internal.
7. Good Corporate Governance Practice
Definisi Good Corporate Governance menurut Syakhroza (2003:14) yaitu:
“Corporate governance adalah suatu sistem yang dipakai untuk
mengarahkan dan mengendalikan serta mengawasi (directing, controlling,
dan supervising) pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien, efektif,
ekonomis, dan produktif (E3P) dengan prinsip-prinsip transparancy,
accountable, responsible, independent, dan fairness (TARIF) dalam rangka
mencapai tujuan organisasi”.
Good corporate governance merupakan sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah untuk semua
stakeholders. Good corporate governance memberikan struktur untuk
pembagian hak dan tanggung jawab yang sesuai antara dewan (komisaris
dan direksi), eksekutif, pemegang saham, dan pemangku kepentingan
lainnya. Aturan dan prosedur pengambilan keputusan dibuat untuk
memberikan struktur tujuan perusahaan serta pemantauan kinerja
(Priantara, 2013:199). Sedangkan menurut Litbang KPK (2009) good
corporate governance adalah seperangkat tata hubungan diantara
51
manajemen, direksi, dewan komisaris, pemegang saham, dan para
pemangku kepentingan (stakeholder) yang mengatur dan mengarahkan
kegiatan perusahaan.
Berdasarkan uraian definisi diatas dapat disimpulkan bahwa good
corporate governance adalah sistem, proses, dan seperangkat peraturan
yang mengatur hubungan berbagai pihak yang berkepentingan, terutama
hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi
untuk mencapai tujuan perusahaan. Agoes (2012:14) menjelaskan bahwa
good corporate governance bertujuan untuk mengatur hubungan-hubungan
tersebut dan mencegah timbulnya berbagai kesalahan yang signifikan dalam
strategi korporasi, serta untuk memastikan kesalahan-kesalahan yang terjadi
dapat segera diperbaiki.
Struktur tata kelola dibentuk oleh dua mekanisme, yaitu mekanisme
tata kelola internal dan mekanisme tata kelola eksternal (Anugrah, 2014).
Mekanisme tata kelola internal didesain untuk mengurus, mengarahkan, dan
memantau seluruh aktivitas perusahaan dalam rangka menciptakan nilai
yang berkelanjutan bagi semua pemangku kepentingan. Contoh dari
mekanisme tata kelola internal diantaranya; hubungan yang baik antara
dewan direksi dengan dewan komisaris, adanya komite audit yang
mengawasi perusahaan, manajemen yang bertanggung jawab, dan
pengendalian internal yang berfungsi efektif. Sedangkan mekanisme tata
kelola eksternal merupakan mekanisme yang dimaksudkan untuk
memantau aktivitas, pekerjaan, dan kinerja perusahaan untuk memastikan
52
bahwa semua kepentingan pihak internal yaitu; manajemen, dewan direksi,
dewan komisaris, dan karyawan perusahaan sejalan dengan pihak eksternal
yaitu; pemegang saham, kreditor, dan publik. Contoh dari mekanisme
eksternal diantaranya; pasar modal, pasar tenaga kerja, peraturan
pemerintah, keputusan pengadilan, dan aktivitas investor.
Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
Menurut Agoes (2012:15) prinsip-prinsip good corporate governance
terdiri dari lima, yaitu transparancy, accountability, responsibility,
independency, dan fairness sebagai berikut:
a. Transparansi (Transparancy)
Transparansi berarti tidak ada yang disembunyikan, transparansi
dimulai dengan menyajikan laporan keuangan dengan akurat dan tepat
waktu, mulai dari sistem penyajian eksekutif dan komisaris perusahaan
sampai dengan informasi-informasi lain yang relevan di pasar modal
(Tunggal, 2013). Keterbukaan atas informasi ini dilakukan agar para
pemegang saham dan publik mengetahui kondisi perusahaan sehingga
nilai pemegang saham dapat ditingkatkan. Pengungkapan yang akurat
dan tepat waktu serta transparansi mengenai semua hal penting kinerja
perusahaan sangat dibutuhkan oleh semua pengguna laporan keuangan
(Agoes, 2012:15).
b. Akuntabilitas (Accountability)
Prinsip ini menjelaskan mengenai kewenangan yang harus
dimiliki oleh dewan komisaris dan direksi beserta kewajibannya kepada
53
para pemegang saham dan stakeholder, dimana dewan direksi
bertanggung jawab atas keberhasilan pengelolaan perusahaan dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pemegang saham.
Komisaris bertanggung jawab atas keberhasilan pengawasan dan
wajib memberikan nasehat kepada dewan direksi atas pengelolaan
perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Pemegang
saham bertanggung jawab atas keberhasilan pembinaan dalam rangka
pengelolaan perusahaan. Pada perusahaan dengan sebagian besar saham
yang dimiliki publik, peran pemegang saham hampir tidak ada. Hal ini
disebabkan karena para investor lebih suka berperan sebagai traders
daripada sebagai owner, sehingga jika pemegang saham tidak menyukai
kebijakan manajemen mereka dengan mudah melepas saham yang
dimilikinya. Oleh karena itu, good corporate governance diperlukan
untuk menjamin manajemen tetap menjaga akuntabilitas perusahaan
kepada stakeholders (Tunggal, 2013:215).
c. Pertanggungjawaban (Responsibility)
Prinsip ini menuntut seluruh anggota perusahaan baik pimpinan
maupun manajer untuk melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung
jawab. Peran pemegang saham sangat penting disini, sebagaimana
ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan
dengan para pemegang kepentingan dalam menciptakan perusahaan
yang sehat dari aspek keuangan (Agoes, 2012:15). Sebagian besar
perusahaan hanya memiliki tujuan untuk memperoleh laba sebesar-
54
besarnya. Oleh karena itu, corporate governance menawarkan konsep
triple bottom line, yaitu mengejar laba, memenuhi tanggung jawab
sosial, dan menjaga pertumbuhan yang berkesinambungan (sustainable)
(Tunggal, 2013:215).
d. Kemandirian (Independency)
Prinsip kemandirian menurut para pengelola perusahaan yaitu
agar dapat bertindak secara mandiri sesuai peran dan fungsi yang
dimilikinya tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Pengelola
perusahaan harus tetap memberikan pengakuan terhadap hak-hak
stakeholder yang ditentukan dalam undang-undang maupun peraturan
perusahaan (Agoes, 2012:15).
e. Keadilan (Fairness)
Prinsip keadilan menuntut adanya perlakuan yang sama terhadap
para pemegang saham, baik mayoritas maupun minoritas (Tunggal,
2013:215). Dengan pemberlakuan prinsip ini di perusahaan akan
menekan tindakan tercela yang dilakukan oleh orang internal yang
merugikan pihak lain. Setiap anggota dewan direksi harus melakukan
keterbukaan jika menemukan transaksi yang berbenturan dengan
kepentingan perusahaan, serta melarang pembagian untuk pihak sendiri
dan perdagangan saham oleh orang internal (Agoes, 2012:15).
Tujuan Good Corporate Governance
Menurut Tjager et al., (2003) Good Corporate Governance
bertujuan untuk memberikan nilai tambah bagi pencapaian tujuan
55
perusahaan secara keseluruhan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip good
corporate governance yang didukung dengan regulasi memadai akan
mencegah berbagai bentuk overstated dan ketidakjujuran dalam
pengungkapan keuangan kepada stakeholders, seperti ekspetasi yang jauh
melampaui kinerja perusahaan yang sesungguhnya.
Menurut Litbang KPK (2009), good corporate governance
diperlukan dalam rangka:
a. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui
pengelolaan yang didasarkan pada prinsip transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas, independensi, dan keadilan.
b. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan
kepada masyarakat dan kelestarian lingkungan.
c. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi stakeholders dengan tetap
memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
d. Mendorong stakeholders, dewan direktur, dan dewan komisaris dalam
membuat keputusan dan bertindak dengan mempertahankan nilai moral
dan kepatuhan terhadap perundang-undangan.
e. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian seluruh anggota
organisasi.
f. Meningkatkan daya saing perusahaan baik taraf nasional hingga
interasional, sehingga meningkatkan kepercayaan publik untuk
mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang
berkesinambungan.
56
8. Conformity Compensation
Menurut Sofyandi (2008:159) kompensasi adalah biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan dengan harapan perusahaan akan memperoleh
imbalan dalam bentuk prestasi kerja dari karyawannya. Kompensasi
merupakan komponen biaya yang dibayarkan oleh organisasi pada
karyawan sebagai pengganti jasa yang telah mereka berikan (Ahrianti et al.,
2015). Menurut Sihotang (2007) kompensasi adalah pengaturan
keseluruhan pemberian balas jasa bagi pegawai dan manajer baik berupa
finansial maupun barang dan jasa pelayanan yang diterima oleh setiap
pegawai.
Kompensasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi
bagaimana dan mengapa orang-orang memilih untuk bekerja disuatu
perusahaan daripada perusahaan lain (Mathis dan Jackson, 2006: 153). Dari
berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kompensasi adalah
seluruh imbalan yang diterima karyawan atas hasil kerjanya pada suatu
perusahaan. Besarnya jumlah kompensasi yang diberikan kepada karyawan
harus sesuai dengan jasa yang telah diberikan kepada perusahaan, agar
karyawan merasa dihargai dalam bekerja.
Tujuan Pemberian Kompensasi
Tujuan manajemen kompensasi menurut (Rivai dan Jauvani,
2010:743) adalah untuk membantu perusahaan mencapai keberhasilan
57
strategi perusahaan dan menjamin terciptanya keadilan internal dan
eksternal. Tujuan manajemen kompensasi secara efektif yaitu:
a. Memperoleh SDM yang berkualitas, dengan kempensasi yang tinggi
akan menarik minat para pelamar sehingga perusahaan mendapatkan
karyawan yang diharapkan.
b. Mempertahankan karyawan yang ada, jika kompensasi yang diterima
tidak sesuai para karyawan akan keluar sehingga menimbulkan
perputaran karyawan yang semakin tinggi.
c. Menjamin keadilan, dengan adanya manajemen kompensasi diharapkan
keadilan internal dan eksternal dapar terwujud. Keadilan internal
mensyaratkan setiap pembayaran dikaitkan dengan nilai relatif sebuah
pekerjaan sehingga pekerjaan yang sama dibayar dengan jumlah yang
sama. Sedangkan keadilan eksternal berarti pembayaran terhadap
pekerja dapat dibandingkan dengan perusahaan lain di pasar kerja.
d. Penghargaan terhadap perilaku yang diinginkan, pemberian kompensasi
dapat memperkuat perilaku yang diinginkan dan bertindak intensif
untuk perbaikan perilaku dimasa depan, rencana kompensasi yang
efektif, menghargai kinerja, ketaatan, pengalaman, tanggung jawab, dan
perilaku lainnya.
e. Mengendalikan biaya, dengan pemberian kompensasi yang rasional
dapat membantu perusahaan memperoleh dan mempertahankan
karyawan dengan biaya yang beralasan.
58
f. Mengikuti aturan hukum, sistem gaji dan upah yang sehat akan
mempertimbangkan faktor-faktor legal yang dikeluarkan pemerintah
dan menjamin pemenuhan kebutuhan karyawan.
g. Memfasilitasi pengertian, sistem manajemen kompensasi hendaknya
dengan mudah dipahami oleh spesialisasi SDM, manajer, dan para
karyawan.
h. Meningkatkan efisiensi administrasi, program pengupahan dan
penggajian hendaknya dirancang untuk dapat dikelola dengan efisien,
serta membuat sistem informasi SDM dengan optimal.
Macam-Macam Kompensasi
Menurut Rivai (2004:358), kompensasi terbagi menjadi dua, yaitu
kompensasi finansial dan non finansial, sebagai berikut:
a. Kompensasi Finansial
Kompensasi finansial terdiri atas dua, yaitu kompensasi langsung dan
kompensasi tidak langsung (tunjangan).
1) Kompensasi finansial langsung terdiri atas pembayaran pokok (gaji
dan upah), pembayaran prestasi, insentif, komisi, bonus, bagian
keuntungan, opsi saham, dan pembayaran tertangguh yang meliputi
tabungan hari tua dan saham kumulatif.
2) Kompensasi finansial tidak langsung terdiri atas proteksi yang
meliputi asuransi, pesangon, sekolah anak, dan pensiun.
Kompensasi di luar jam kerja meliputi lembur, hari besar, cuti sakit,
59
cuti hamil, sedangkan berdasarkan fasilitas meliputi rumah, biaya
pindah, dan kendaraan.
b. Kompensasi Non Finansial
Kompensasi non finansial terdiri karena karir yang meliputi aman pada
jabatan, peluang promosi, pengakuan karya, prestasi istimewa sehingga
karyawan mendapat pujian, bersahabat, nyaman bertugas,
menyenangkan, dan kondusif.
Menurut Simamora (2004:442) kompensasi dibagi menjadi upah
dan gaji, insentif, tunjangan, dan fasilitas, sebagai berikut:
a. Upah dan gaji
Upah biasanya berhubungan dengan tarif gaji. Gaji umumnya berlaku
untuk tarif bayaran mingguan, bulanan, atau tahunan.
b. Insentif
Insentif adalah tambahan kompensasi di luar gaji atau upah yang
diberikan oleh perusahaan.
c. Tunjangan
Contoh dari tunjangan seperti asuransi kesehatan dan jiwa, liburan yang
ditanggung perusahaan, dan lainnya.
d. Fasilitas
Contoh dari fasilitas seperti ruangan yang nyaman, kendaraan, rumah
dinas, dan tempat parkir yang memadai.
Prinsip dalam Pemberian Kompensasi
60
Mangkuprawira (2004:197) menjelaskan ada beberapa prinsip yang
diterapkan dalam manajemen kompensasi, antara lain:
a. Terdapat rasa keadilan dan pemerataan pendapatan dalam perusahaan.
b. Setiap pekerjaan dinilai melalui proses evaluasi pekerjaan dan kinerja.
c. Mempertimbangkan keuangan perusahaan.
d. Nominal dan sistem penggajian mampu bersaing dengan harga pasar
tenaga kerja yang sejenis.
e. Sistem penggajian yang baru dapat membedakan orang yang berprestasi
baik dan yang tidak dalam golongan yang sama.
f. Sistem penggajian yang baru harus dikaitkan dengan penilaian kinerja
karyawan.
Sistem Pembayaran Kompensasi
Menurut Hasibuan (2006:124) sistem pembayaran kompensasi yang
umum diterapkan adalah:
a. Sistem waktu
Dalam sistem waktu, besarnya kompensasi ditetapkan berdasarkan
standar waktu seperti jam, minggu, atau bulan.
b. Sistem Hasil (Output)
Dalam sistem hasil, besarnya kompensasi ditetapkan atas kesatuan unit
yang dihasilkan pekerja, seperti per potong, meter, liter, dan kilogram.
c. Sistem Borongan
Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang didasarkan atas
volume pekerjaan dan lama waktu pengerjaan.
61
9. Islamic Work Ethic
Etos kerja Islam merupakan bagian dari konsep Islam tentang
manusia karena etos kerja adalah bagian dari proses eksistensi diri manusia
dalam kehidupannya. Etos kerja merupakan nilai-nilai yang membentuk
kepribadian seseorang dalam bekerja. Etos kerja pada hakekatnya di bentuk
dan dipengaruhi oleh sistem nilai yang dianut seseorang dalam bekerja. Etos
kerja Islam merupakan refleksi pribadi seseorang yang bekerja dengan
kemampuan konseptual yang dimilikinya yang bersifat kreatif dan inovatif.
Islamic work ethic merupakan orientasi yang membentuk dan
mempengaruhi keterlibatan serta partisipasi orang-orang muslim di tempat
kerja. Islamic work ethic menunjukkan bahwa bekerja adalah suatu
kebajikan dalam kebutuhan seseorang, dan merupakan suatu keharusan
untuk membangun keseimbangan dalam kehidupan pribadi dan sosial
seseorang (Ali dan Al-Owaihan, 2008).
Menurut Tasmara (2002:26) islamic work ethic didefinisikan
sebagai sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan yang mendalam
bahwa bekerja tidak hanya untuk memuliakan dirinya, memperlihatkan
kemanusiaannya, dan sebagai suatu menifestasi dari amal saleh karena
mempunyai nilai ibadah yang luhur. Islamic work ethic adalah seperangkat
nilai atau sistem kepercayaan yang bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadits
yang memperhatikan masalah kerja dan kerja keras (Ahmad dan Owoyemi,
2012). Menurut Beekun (1996), Islamic work ethic adalah seperangkat
prinsip moral yang membedakan apa yang benar dari apa yang salah dalam
62
konteks Islam, karena Al Qur’an merupakan pedoman untuk umat Muslim
dalam semua bidang kehidupan.
Ali dan Al-Owaihan (2008) menjelaskan bahwa islamic work ethic
bukan untuk menyangkal kehidupan, tapi sebaliknya yakni untuk
pemenuhan hidup dan mempertahankan motivasi bisnis untuk mendapatkan
penghargaan tertinggi berupa pahala. Islamic work ethic merupakan
karakter dan kebiasaaan manusia yang berkenaan dengan kerja, terlihat dari
sistem keimanan atau aqidah Islam yang ada pada dirinya. Berdasarkan
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Islamic work ethic adalah sifat
atau karakter manusia dalam bekerja yang bersumber dari keyakinan atau
aqidah Islam dengan berpedoman pada Al Qur’an dan Al Hadits, karena
bekerja bukan hanya motif mencari kehidupan di dunia tetapi bekerja
merupakan perintah dari agama.
Dimensi Islamic Work Ethic
Chanzanagh dan Akbarnejad (2011) menjelaskan dalam
penelitiannya bahwa terdapat tujuh dimensi dari islamic work ethic, yaitu
work intention, trusteeship, work type, work result for Islamic ummah,
justice and fairness, cooperation and collaboration, dan work as the only
source of ewnership, sebagai berikut:
a. Work Intention adalah niat dalam melakukan suatu pekerjaan.
Pekerjaan yang terpuji dalam kegiatan ekonomi merupakan bagian dari
perbuatan baik, dimana memiliki posisi utama dalam ekonomi Islam
yang dilakukan untuk mendekatkan diri dan meningkatkan iman kepada
63
Allah, karena kegiatan ekonomi Islam dilakukan untuk mencapai ridha
Allah.
b. Trusteeship. Kepercayaan atau amanah adalah anjuran bagi umat
muslim agar memiliki modal sosial yang besar dalam hubungan sosio-
ekonomi. Islam menganjurkan umat muslim untuk amanah pada
aktifitas ekonomi dan seluruh aspek kehidupan.
c. Work type. Kegiatan ekonomi pada masa rasulullah banyak dilakukan
dengan berdagang, dan dalam Islam berdagang merupakan kegiatan
yang paling banyak mendatangkan keberkahan. Banyaknya tipe
pekerjaan mengharuskan umat muslim untuk memilih yang sesuai
dengan kapasitas dan jangan sampai bertentangan dengan syariat Islam.
d. Work result for Islamic Ummah. Dalam Islam kegiatan ekonomi yang
benar adalah yang menguntungkan, memberikan manfaat, kekuatan, dan
potensi bagi umat Islam.
e. Justice and Fairness. Kebenaran dan keadilan dalam ekonomi Islam
memberi kesejahteraan untuk seluruh umat. Islam melarang
pengumpulan kekayaan melalui jalan haram dan keadilan yang
diterapkan akan menghilangkan jarak atau perbedaan kelas sosial.
f. Cooperation and Collaboration. Dalam Islam, masyarakatnya
dianjurkan untuk saling membantu dan bekerjasama dalam aktivitas
ekonomi. Dengan saling membantu dan bekerjasama dalam pekerjaan
akan membantu meningkatkan teamwork dan mendukung peningkatan
produktivitas perusahaan.
64
g. Work as the only source of ownership. Bekerja adalah satu-satunya cara
dalam sistem pemerataan kekayaan dalam Islam, sehingga setiap
muslim akan mendapatkan kekayaan dari hasil pekerjaannya. Setiap
muslim harus bekerja untuk mendapatkan penghasilan guna memenuhi
hidupnya. Pekerjaan yang dilakukan dengan niat menimbun uang dan
bukan untuk mendekatkan diri kepada Allah akan menimbulkan
kerugian pada umat muslim maupun kepercayaan lain.
B. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh information and communication terhadap fraud prevention
Hasil penelitian Wilopo (2006) menjelaskan bahwa semakin
efektifnya pengendalian internal, maka kecenderungan kecurangan
akuntansi dapat dicegah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Zainal (2013) dan Alou et al (2017), bahwa efektivitas internal control
berpengaruh signifikan positif terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi. Penelitian (Oktaviani et al., 2015; Nadia et al., 2018; Soleman.,
2013; Kustiawan., 2016) juga menunjukkan bahwa pengendalian internal
berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud.
Hasil penelitian yang dilakukan Saputra (2017) dan Delfi et al
(2014) menunjukkan hasil bahwa semakin baik sistem internal control
maka tingkat kecurangan akan menurun, dibuktikan dengan hasil
penelitiannya yaitu sistem internal control berpengaruh negatif signifikan
terhadap kecurangan (fraud). Namun penelitian yang dilakukan oleh
65
Kwatingtyas (2017) menunjukkan hasil bahwa pengendalian internal tidak
berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud.
Berdasarkan ketidakkonsistenan temuan hasil penelitian diatas,
maka dengan ini penulis mencoba merumuskan hipotesa penelitian sebagai
berikut:
H1: Information and communication berpengaruh secara signifikan terhadap
fraud prevention.
2. Pengaruh whistleblowing system dengan fraud prevention
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Lestari et al., 2016; Agusyani
et al., 2016; Putra et al., 2017; Latifah et al., 2018; Wardana et al., 2017)
menyatakan bahwa whistleblowing system berpengaruh signifikan terhadap
pencegahan fraud. Hal ini sesuai dengan pedoman sistem pelaporan
pelanggaran KNKG (2008) yang menyatakan bahwa whistleblowing system
adalah bagian dari sistem pengendalian internal dalam mencegah praktik
penyimpangan dan kecurangan, sehingga whistleblowing system merupakan
salah satu cara untuk melakukan tindak pencegahan fraud.
Hasil penelitian Nugroho (2015) menjelaskan bahwa karyawan yang
paham atas aspek-aspek whistleblowing system, yaitu aspek struktural,
aspek operasional, dan aspek perawatan dapat mempengaruhi mereka untuk
enggan melakukan tindakan fraud dan bersedia melaporkan tindakan fraud
jika mereka mengetahuinya.
Namun penelitian yang dilakukan oleh Rizqa (2019) dan Cahyo dan
Sulhani (2017) menunjukkan hasil bahwa whistleblowing system tidak
66
berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Hal ini dikarenakan banyak
pegawai yang tidak percaya terhadap jaminan keamanan dan perlindungan
untuk whistleblower.
Berdasarkan ketidakkonsistenan temuan hasil penelitian diatas,
maka dengan ini penulis mencoba merumuskan hipotesa penelitian sebagai
berikut:
H2: Whistleblowing system berpengaruh secara signifikan terhadap fraud
prevention.
3. Pengaruh good corporate governance practice terhadap fraud prevention
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gusnardi (2011) menunjukkan
bahwa good corporate governance dapat mencegah terjadinya fraud di
perusahaan. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh (Soleman., 2013;
Nadia et al., 2018; Kwatingtyas., 2017), dengan hasil penelitian yaitu good
corporate governance berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud.
Penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2017) dan (Husna, 2013)
juga menunjukkan bahwa semakin baik penerapan good corporate
governance maka tingkat kecurangan akan menurun ditunjukkan dengan
hasil yaitu good corporate governance berpengaruh negatif secara
signifikan terhadap kecurangan (fraud). Hal tersebut menunjukkan bahwa
pencegahan fraud dapat dilakukan dengan mengeliminasi faktor-faktor
pendorong terjadinya kecurangan dengan menerapkan prinsip-prinsip good
corporate governance yaitu transparansi, akuntabilitas, kewajaran,
tanggungjawab, dan independensi.
67
Namun penelitian yang dilakukan oleh In’airat (2015) menunjukkan
hasil bahwa keberadaan dan penerapan good corporate governance belum
cukup untuk mengurangi tindakan fraud, karena kurangnya pemahaman dan
belum maksimalnya penerapan good corporate governance.
Berdasarkan ketidakkonsistenan temuan hasil penelitian diatas,
maka dengan ini penulis mencoba merumuskan hipotesa penelitian sebagai
berikut:
H3: Good corporate governance practice berpengaruh secara signifikan
terhadap fraud prevention.
4. Pengaruh conformity compensation terhadap fraud prevention
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Amalia., 2015; Junia., 2016;
Zulkarnain., 2013; Muhammad dan Ridwan., 2017; Delfi et al., 2014)
menunjukkan bahwa kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi. Kesesuaian kompensasi memiliki
pengaruh cukup besar terhadap perilaku karyawan, biasanya jika
kompensasi yang mereka terima tidak sesuai dengan beban kerja yang
mereka jalani atau merasa tidak puas, mereka akan berperilaku tidak etis
dan berlaku curang untuk memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri
(Shintadevi, 2015). Dengan pemberian kompensasi yang sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan diharapkan dapat memberikan rasa keadilan
bagi para pegawai dan mengurangi tingkat kecurangan sehingga dapat
mencegah seseorang untuk melakukan tindakan fraud.
68
Namun penelitian yang dilakukan oleh (Hamdani., 2017; Alou et al.,
2017; Sukmawati., 2016; Fauzya., 2017) tidak mendukung pernyataan
diatas, hasil penelitiannya menyatakan bahwa kesesuaian kompensasi tidak
berpengaruh terhadap fraud, baik pemberian kompensasi yang disesuaikan
tinggi maupun rendah, tidak mempengaruhi karyawan untuk melakukan
fraud.
Berdasarkan ketidakkonsistenan temuan hasil penelitian diatas,
maka dengan ini penulis mencoba merumuskan hipotesa penelitian sebagai
berikut:
H4: Conformity compensation berpengaruh secara signifikan terhadap fraud
prevention.
5. Pengaruh islamic work ethic terhadap fraud prevention
Hasil penelitian Istiqomah (2017) menunjukkan bahwa religiusitas
berpengaruh negatif terhadap fraud. Penelitian yang dilakukan oleh
Urumsah et al (2018) juga menunjukkan bahwa sifat dan sikap religius
mampu mencegah seseorang melakukan tindakan kecurangan (fraud).
Namun, kondisi tersebut tidak dapat terjadi secara konsisten. Keyakinan
religius dapat berubah jika individu mendapatkan tekanan, sehingga
mengabaikan religiusitas yang dimilikinya. Selain itu, promosi anti
kecurangan juga belum banyak diterapkan di organisasi. Penelitian yang
dilakukan Hamdani (2015) juga menyatakan bahwa implementasi etika
kerja islami mampu menurunkan hasrat seseorang untuk melakukan internal
69
fraud, yang dibuktikan dengan arah negatif pengaruh implementasi etika
kerja islami terhadap internal fraud.
Hasil penelitian Hamdani (2016) menjelaskan bahwa perbankan
dengan prinsip syariah belum mampu menghapus sepenuhnya kecurangan
internal. Kecurangan internal terjadi karena adanya tekanan, peluang,
rasionalisasi, kurangnya pengendalian internal, dan implementasi nilai-nilai
etika. Perbankan syariah telah mengintegrasikan prinsip-prinsip aqidah,
syariah, dan akhlak untuk menghindari terjadinya kecurangan internal
sehingga tercipta tata kelola syariah yang baik. Untuk menjamin tata kelola
syariah dan sistem pengendalian internal yang baik, perbankan syariah
harus melakukan manajemen dan rekonstruksi sistem pengendalian internal
dengan menerapkan prinsip-prinsip shidiq, fathonah, amanah, dan tabliqh,
mengacu pada apa yang telah dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam
kepatuhan syariah dan pengendalian etika.
Penelitian yang dilakukan oleh Mulia et al (2017) menunjukkan
bahwa terdapat interaksi antara moralitas individu dan pengendalian
internal. Kondisi ketika ada elemen pengendalian internal mempengaruhi
orang dengan tingkat moral yang tinggi cenderung tidak melakukan
kecurangan akuntansi. Sedangkan individu dengan tingkat moral rendah,
ada atau tidak ada pengendalian internal individu cenderung melakukan
kecurangan akuntansi.
70
Berdasakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa islamic work
ethic berpengaruh terhadap fraud prevention, maka hipotesis yang
dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut:
H5: Islamic work ethic berpengaruh secara signifikan terhadap fraud
prevention.
6. Pengaruh information and communication terhadap fraudulent
financial statement
Hasil penelitian Kustiawan (2016) menjelaskan bahwa pengendalian
internal dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan. Dengan
pengendalian internal yang baik, laporan keuangan terhindar dari adanya
praktik kecurangan (fraud) sehingga kualitas laporan keuangan juga
semakin andal dan dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian yang
dilakukan oleh Malewa (2015) dan Kurniawan (2013) menunjukkan bahwa
internal control memiliki pengaruh positif signifikan terhadap upaya
meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan baik secara parsial
maupun simultan. Artinya semakin baik tingkat pencegahan fraud maka
semakin baik upaya dalam meminimalisasi kecurangan dalam laporan
keuangan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2018) menjelaskan
bahwa sistem pengendalian internal yang terdiri dari lingkungan
pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan
komunikasi, serta pemantauan berpengaruh signifikan negatif terhadap
tingkat kecurangan pada laporan keuangan pemerintah daerah. Hal ini
71
berarti semakin baik sistem pengendalian intern maka dapat menurunkan
tingkat kecurangan pelaporan keuangan.
Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Fauzya (2017)
menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal tidak berpengaruh
signifikan negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Dimana
kecenderungan kecurangan akuntansi terdiri dari tiga kategori, yaitu
kecurangan laporan keuangan, penyalahgunaan aset, dan korupsi.
Berdasarkan ketidakkonsistenan temuan hasil penelitian diatas,
maka dengan ini penulis mencoba merumuskan hipotesa penelitian sebagai
berikut:
H6: Information and communication berpengaruh secara signifikan terhadap
fraudulent financial statement.
7. Pengaruh whistleblowing system terhadap fraudulent financial
statement
Penelitian yang dilakukan Utami et al (2019) menjelaskan bahwa
penting bagi perusahaan untuk meningkatkan pelaksanaan whistleblowing
system karena mampu menurunkan berbagai kasus kecurangan yang terjadi
di perusahaan, salah satunya kecurangan laporan keuangan.
Penyelenggaraan whistleblowing system yang efektif mendatangkan banyak
manfaat untuk perusahaan, diantaranya: turunnya minat pelaku fraud untuk
melakukan tindakan kecurangan, tersedianya mekanisme pendeteksian dini
atas kemungkinan timbulnya masalah akibat tindakan fraud, memberikan
masukan kepada perusahaan untuk lebih kritis dalam melihat kelemahan
72
pengendalian internal, merancang tindakan perbaikan yang diperlukan,
serta membantu mengurangi risiko yang dihadapi perusahaan, baik dari segi
keuangan, operasi, hukum, keselamatan kerja, dan reputasi (KNKG, 2008).
Hasil penelitian Asiah dan Setyorini (2017) menunjukkan bahwa
whistleblowing berpengaruh positif terhadap terjadinya kecurangan laporan
keuangan. Artinya dengan adanya seorang whistleblower dapat memberikan
dampak pada rendahnya kecurangan laporan keuangan. Jika penerapan
whistleblowing system sudah baik maka kecurangan laporan keuangan juga
akan semakin rendah. Jika whistleblowing system sudah berjalan efektif,
akan menurunkan minat pera pelaku untuk melakukan kecurangan dan akan
membantu mengurangi berbagai risiko yang dihadapi perusahaan, sehingga
tingginya tingkat kecurangan laporan keuangan dapat menurun.
Berdasakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa whistleblowing
system berpengaruh terhadap fraudulent financial statement, maka hipotesis
yang dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut:
H7:Whistleblowing system berpengaruh secara signifikan terhadap
fraudulent financial statement.
8. Pengaruh good corporate governance practice terhadap fraudulent
financial statement
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryana et al (2018)
menunjukkan bahwa penerapan prinsip-prinsip good corporate governance
berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pada
perusahaan BUMN di Kota Bandung. Artinya jika prinsip-prinsip good
73
corporate governance diterapkan dengan baik, maka akan semakin baik
pula kualitas laporan keuangannya.
Penelitian yang dilakukan Anshari (2015) menjelaskan bahwa
penerapan prinsip-prinsip good corporate governance berpengaruh secara
signifikan terhadap keandalan laporan keuangan di PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk Kota Bandung. Pengaruh yang signifikan tersebut
mengindikasikan dengan diterapkannya prinsip-prinsip good corporate
governance secara optimal maka akan meningkatkan keandalan laporan
keuangan pada suatu perusahaan.
Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Citra (2013)
menunjukkan bahwa mekanisme good corporate governance yang diukur
dengan prinsip-prinsip good corporate governance tidak berpengaruh
signifikan positif terhadap integritas laporan keuangan.
Berdasarkan ketidakkonsistenan temuan hasil penelitian diatas,
maka dengan ini penulis mencoba merumuskan hipotesa penelitian sebagai
berikut:
H8: The principle of good corporate governance berpengaruh secara
signifikan terhadap fraudulent financial statement.
9. Pengaruh conformity compensation terhadap fraudulent financial
statement
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Zainal., 2013; Muhammad
dan Ridwan., 2017; Delfi et al., 2014; Dewi., 2017; Junia., 2016)
menjelaskan bahwa kesesuaian kompensasi berpengaruh signifikan negatif
74
terhadap kecurangan akuntansi pada kantor cabang bank pemerintah dan
swasta dikota Padang dan BPR di Kota Banda Aceh. Dimana
kecenderungan kecurangan akuntansi terdiri dari tiga kategori, yaitu
kecurangan laporan keuangan, penyalahgunaan aset, dan korupsi. Peneliti
menjelaskan bahwa dengan pemberian kompensasi kepada karyawan akan
membantu perusahaan untuk mencapai tujuan serta memperoleh,
memelihara, dan menjaga karyawan dengan baik. Sebaliknya tanpa
kompensasi yang sesuai karyawan akan meninggalkan perusahaan atau
melakukan tindakan yang merugikan perusahaan.
Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Fauzya (2017)
menunjukkan bahwa kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh signifikan
negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil penelitian
menunjukkan tidak berpengaruh, karena sesuai atau tidaknya kompensasi
yang diperoleh hanya dipandang secara relatif oleh seseorang. Seseorang
dengan penghasilan tinggi, atau kompensasi yang sudah sesuai, masih
memiliki kemungkinan untuk melakukan kecurangan laporan keuangan di
perusahaan tempatnya bekerja.
Hasil penelitian (Alou et al., 2017; Bartenputra., 2016; Hasanudin
dan Pangayow., 2016; Sukmawati., 2016) juga menyatakan bahwa
kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi. Banyaknya kecurangan yang terjadi
lebih dipengaruhi oleh kualitas moral seseorang. Karyawan cenderung
melakukan kecurangan untuk mendapatkan keuntungan, dengan
75
keuntungan yang didapatkan lebih besar dari jumlah kompensasi maka
karyawan cenderung melakukan kecurangan laporan keuangan.
Berdasarkan ketidakkonsistenan temuan hasil penelitian diatas,
maka dengan ini penulis mencoba merumuskan hipotesa penelitian sebagai
berikut:
H9:Conformity compensation berpengaruh secara signifikan terhadap
fraudulent financial statement.
10. Pengaruh islamic work ethic terhadap fraudulent financial statement
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahma et al (2018)
menjelaskan bahwa aspek pendidikan yang didesain dengan kurikulum
berbasis syariah akan memberikan dampak positif pada perilaku etis setiap
individu, khususnya saat melakukan aktivitas pelaporan keuangan. Jika
individu tersebut telah memiliki nilai etika islami, maka niat untuk
melakukan kecurangan laporan keuangan juga akan menurun.
Penelitian yang dilakukan oleh Maharani (2013) juga menunjukkan
bahwa etika bisnis islam memiliki pengaruh secara signifikan negatif
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi dalam pelaporan keuangan,
hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat etika bisnis islam maka
akan mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi dalam pelaporan
keuangan. Sebaliknya semakin menurun etika bisnis islam maka akan
meningkatkan kecenderungan kecurangan akunansi dalam pelaporan
keuangan.
76
Berdasakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa islamic work
ethic berpengaruh terhadap fraudulent financial statement, maka hipotesis
yang dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut:
H10:Islamic work ethic berpengaruh secara signifikan terhadap fraudulent
financial statement.
11. Pengaruh fraud prevention terhadap fraudulent financial statement
Hasil penelitian Zager et al (2016) menjelaskan bahwa kegiatan
penipuan seperti kecurangan pelaporan keuangan dan penyelewengan aset
merupakan masalah besar yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan di
seluruh dunia. Penyelewengan aset adalah bentuk penipuan yang paling
umum, sementara kecurangan pelaporan keuangan meskipun tidak sering
terjadi namun menyebabkan kerugian terbesar. Teknik yang paling umum
digunakan yaitu melibatkan pengungkapan aset yang berlebihan.
Oleh karena itu, penting untuk membangun berbagai sistem internal
perusahaan yang kuat untuk mencegah kecurangan yang terjadi di
perusahaan. Tanggung jawab utama untuk melakukan pencegahan fraud
berada pada manajemen, namun juga harus dibantu oleh dewan direktur,
komite audit, auditor internal dan eksternal, serta seluruh anggota organisasi
untuk memastikan laporan keuangan tersaji dengan andal.
Berdasakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fraud
prevention berpengaruh terhadap fraudulent financial statement, maka
hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut:
77
H11:Fraud prevention berpengaruh secara signifikan terhadap fraudulent
financial statement.
12. Pengaruh information and communication terhadap fraudulent
financial statement melalui fraud prevention sebagai variabel
intervening
Information and communication sebagai salah satu indikator
internal control dapat membantu perusahaan untuk mengurangi tindakan
kecurangan laporan keuangan, pernyataan ini didukung oleh penelitian
Rahayu (2018), karena dengan pengendalian internal yang berkualitas dapat
menghasilkan informasi laporan keuangan yang lebih andal. Hasil
penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Malewa
(2015) dan Rahayu (2018) yang menyatakan bahwa pengendalian internal
memiliki pengaruh untuk meminimalisasi kecurangan laporan keuangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Zager et al (2016) menunjukkan
bahwa fraudulent financial reporting dan asset misappropriation adalah
masalah yang banyak terjadi di dunia, dimana fraudulent financial
statement paling banyak menghasilkan kerugian untuk perusahaan. Hal
tersebut dapat dicegah dengan penerapan internal control yang baik.
Dengan penerapan internal control yang baik dapat mencegah seseorang
untuk melakukan tindakan kecurangan (fraud), jika fraud bisa dicegah akan
menurunkan berbagai risiko yang akan menimpa perusahaan, salah satunya
risiko kecurangan laporan keuangan.
78
Berdasakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa information and
communication dan fraud prevention berpengaruh terhadap fraudulent
financial statement, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
H12:Information and communication berpengaruh secara signifikan
terhadap fraudulent financial statement melalui fraud prevention
sebagai variabel intervening.
13. Pengaruh whistleblowing system terhadap fraudulent financial
statement melalui fraud prevention sebagai variabel intervening
Perusahaan yang menjadi objek penelitian Agusyani et al (2016)
mendukung untuk diterapkannya whistleblowing system, karena terbukti
akan dapat mencegah fraud. Pada hasil penelitiannya juga menyebutkan
bahwa karyawan yang paham atas tiga aspek whistleblowing system dapat
mempengaruhi mereka untuk tidak melakukan tindakan fraud, aspek
tersebut yaitu aspek struktural, aspek operasional, dan aspek perawatan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Lestari et al., 2016; Agusyani et al.,
2016; Putra et al., 2017; Latifah et al., 2018; Wardana et al., 2017) juga
menjelaskan bahwa whistleblowing system berpengaruh signifikan terhadap
pencegahan fraud.
Hasil penelitian Asiah dan Setyorini (2017) menjelaskan bahwa
whistleblowing system berpengaruh positif terhadap terjadinya kecurangan
laporan keuangan. Dengan adanya seorang whistleblower dapat
memberikan dampak pada menurunnya tingkat kecurangan laporan
79
keuangan. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Agusyani et al (2016) yang menyatakan bahwa dengan diterapkannya
whistleblowing system dapat mengurangi atau meminimalisir kasus fraud
yang terjadi, salah satunya kasus kecurangan laporan keuangan. Sehingga
dengan diterapkannya whistleblowing system dapat mencegah seseorang
melakukan tindakan fraud, dan menurunkan tingkat kecurangan laporan
keuangan
Berdasakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa whistleblowing
system dan fraud prevention berpengaruh terhadap fraudulent financial
statement, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
H13:Whistleblowing system berpengaruh secara signifikan terhadap
fraudulent financial statement melalui fraud prevention sebagai variabel
intervening.
14. Pengaruh good corporate governance practice terhadap fraudulent
financial statement melalui fraud prevention sebagai variabel
intervening
Penelitian yang dilakukan oleh (Gusnardi., 2011; Soleman., 2013;
Nadia et al., 2018; Kwatingtyas., 2017) menunjukkan bahwa good
corporate governance berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud.
Dengan penerapan good corporate governance yang baik dapat
menurunkan tingkat kecurangan yang terjadi, salah satu kecurangan yang
sangat merugikan perusahaan yaitu kecurangan laporan keuangan.
80
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryana et al (2018)
menunjukkan bahwa penerapan prinsip-prinsip good corporate governance
berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Penelitian yang
dilakukan Anshari (2015) juga menjelaskan bahwa penerapan prinsip-
prinsip good corporate governance berpengaruh secara signifikan terhadap
keandalan laporan keuangan.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, dengan
diterapkannya prinsip-prinsip good corporate governance di suatu
perusahaan diharapkan dapat mencegah seseorang untuk melakukan
tindakan fraud, sehingga risiko kecurangan laporan keuangan dapat
menurun dan laporan keuangan yang tersaji berkualitas dan dapat
diandalkan.
Berdasakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa good corporate
governance practice dan fraud prevention berpengaruh terhadap fraudulent
financial statement, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
H14:Good corporate governance practice berpengaruh secara signifikan
terhadap fraudulent financial statement melalui fraud prevention
sebagai variabel intervening.
15. Pengaruh conformity compensation terhadap fraudulent financial
statement melalui fraud prevention sebagai variabel intervening
Penelitian yang dilakukan oleh Veitzhal (2004) menunjukkan bahwa
kunci untuk memotivasi seseorang dalam berperilaku sehingga memajukan
81
cita-cita suatu perusahaan terletak pada cara pemberian insentif atau
kompensasi oleh perusahaan tersebut kepada para karyawannya. Dengan
pemberian kompensasi yang cukup (sesuai) akan membantu perusahaan
untuk mencapai tujuan dan memperoleh karyawan yang loyal terhadap
perusahaan. Sebaliknya, tanpa kompensasi yang cukup (sesuai) akan
meningkatkan keluhan-keluhan, mogok kerja, dan mengarah pada tindakan
kecurangan.
Hasil penelitian Zager et al (2016) menjelaskan bahwa pencegahan
kecurangan dapat meminimalisir berbagai kecurangan akuntansi, seperti
kecurangan pelaporan keuangan dan penyelewengan aset merupakan
masalah besar yang dihadapi oleh berbagai perusahaan di seluruh dunia.
Penyelewengan aset adalah bentuk penipuan yang paling sering terjadi,
sementara kecurangan pelaporan keuangan meskipun tidak sering terjadi
namun menyebabkan kerugian terbesar. Sehingga dengan sistem penggajian
yang memenuhi standar dapat mencegah seseorang melakukan tindakan
kecurangan (fraud) dan dapat mencapai tujuan perusahaan, yaitu
meningkatkan reliabilitas laporan keuangan.
Berdasakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa conformity
compensation dan fraud prevention berpengaruh terhadap fraudulent
financial statement, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
82
H15:Conformity compensation berpengaruh secara signifikan terhadap
fraudulent financial statement melalui fraud prevention sebagai variabel
intervening.
16. Pengaruh islamic work ethic terhadap fraudulent financial statement
melalui fraud prevention sebagai variabel intervening
Etika bisnis islam merupakan sebuah solusi untuk keluar dari budaya
korupsi dan sikap tidak profesional. Oleh karena itu diharapkan dengan
adanya implementasi etika bisnis islam dapat mengurangi kecurangan
dalam pelaporan keuangan. Etika bisnis islam diharapkan dapat
menurunkan niat kecurangan dalam pelaporan keuangan. Etika bisnis islam
memiliki pengaruh yang signifikan negatif terhadap penipuan dalam
pelaporan keuangan (Maharani, 2013). Dalam penelitian Zager et al (2016)
menjelaskan bahwa kode etik yang dimiliki karyawan memiliki pengaruh
terhadap pencegahan kecurangan dan mengurangi tindakan kecurangan
laporan keuangan.
Berdasakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa islamic work
ethic dan fraud prevention berpengaruh terhadap fraudulent financial
statement, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
H16:Islamic work ethic berpengaruh secara signifikan terhadap fraudulent
financial statement melalui fraud prevention sebagai variabel
intervening.
83
C. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang
berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1.
84
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman selanjutnya
No
Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Latifah et al
(2018)
The Influence of Effectiveness
Whistleblowing System and
The Competence of Internal
Auditor to The Prevention of
Fraud
Variabel
whistleblowing
system dan
fraud
prevention.
Variabel
kompetensi
auditor
internal,
responden, dan
lokasi
penelitian.
Whistleblowing system dan kompetensi
auditor internal berpengaruh signifikan
terhadap pencegahan fraud baik secara
parsial maupun simultan.
2 Maryana et
al
(2018)
Pengaruh Penerapan Prinsip-
Prinsip Good Corporate
Governance Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan
Variabel
prinsip-prinsip
good corporate
governance
dan laporan
keuangan.
Responden dan
lokasi
penelitian.
Penerapan prinsip-prinsip good corporate
governance berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan.
3 Nadia et al
(2018)
Pengaruh Pengendalian
Internal dan Good Corporate
Governance Terhadap
Pencegahan Kecurangan
Variabel
pengendalian
internal, good
corporate
governance,
dan
pencegahan
kecurangan.
Responden dan
lokasi
penelitian.
Pengendalian internal dan good corporate
governance berpengaruh terhadap
pencegahan kecurangan.
85
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
4 Nwanyanwu
(2018)
Accountants’ Ethic and
Fraud Control in
Nigeria: The Emergence
of a Fraud Control
Model
Variabel
etika
akuntan dan
fraud.
Jenis penelitian
dan lokasi
penelitian
Pola dan filosofi perilaku masyarakat yang
didasarkan pada pertimbangan etis harus
mencerminkan kejujuran, integritas, dan nilai
pengetahuan. Hal ini akan meningkatkan
produktivitas dan tata kelola perusahaan yang
baik. Dengan cara ini, kecurangan akan
berkurang.
5 Rahma et al
(2018)
Pengaruh Etis Individu
Dalam Pelaporan
Keuangan: Peran
Pendidikan Berbasis
Syariah dan Komitmen
Religiusitas
Variabel
etis
individu
dan laporan
keuangan.
Variabel peran
pendidikan
berbasis syariah,
komitmen
religiusitas, jenis
penelitian, dan
lokasi penelitian.
Aspek pendidikan yang didesain dengan
kurikulum berbasis syariah akan memberikan
dampak positif pada perilaku etis individunya,
khususnya saat aktivitas pelaporan keuangan.
6 Urumsah et
al
(2018)
Pentingkah Nilai
Religiusitas dan Budaya
Organisasi Untuk
Mengurangi
Kecurangan?
Variabel
nilai
religiusitas
dan
mengurangi
kecurangan.
Variabel budaya
organisasi,
responden, dan
lokasi penelitian.
Nilai religius mampu mencegah tindakan
kecurangan. Namun kondisi tersebut tidak dapat
terjadi secara konsisten. Keyakinan religius
dapat berubah jika individu mendapatkan
tekanan, sehingga mengabaikan religiusitas yang
dimilikinya. Di sisi lain, budaya organisasi
berkaitan erat dengan pimpinan sehingga arah
budaya sangat bergantung dengan pimpinan.
Bersambung pada halaman selanjutnya
86
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
7 Alou et al
(2017)
Pengaruh Kesesuaian
Kompensasi, Moralitas
Manajemen, dan Keefektifan
Pengendalian Internal
Terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi Pada
Perusahaan Konstruksi di
Manado
Variabel
kesesuaian
kompensasi,
pengendalian
internal, dan
kecurangan
akuntansi.
Variabel
moralitas
manajemen,
responden, dan
lokasi
penelitian.
Kesesuaian kompensasi, moralitas
manajemen, dan keefektifan pengendalian
internal berpengaruh secara simultan
terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi. Kesesuaian kompensasi dan
moralitas manajemen tidak berpengaruh
secara parsial terhadap kecenderungan
kecurangan akntansi. Keefektifan
pengendalian internal berpengaruh positif
terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi.
8 Asiah dan
Setyorini
(2017)
Pengaruh Bystander Effect
dan Whistleblowing Terhadap
Terjadinya Kecurangan
Laporan Keuangan
Variabel
whistleblowing
dan
kecurangan
laporan
keuangan.
Variabel
bystander
effect,
responden, dan
lokasi
penelitian.
Bystander effect berpengaruh positif
terhadap terjadinya kecurangan laporan
keuangan, whistleblowing berpengaruh
negatif terhadap terjadinya kecurangan
laporan keuangan, sedangkan bystander
effect diinteraksikan dengan
whistleblowing tidak berpengaruh
signifikan terhadap terjadinya kecurangan
laporan keuangan.
Bersambung pada halaman selanjutnya
87
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
9 Hamdani
(2017)
Pengaruh Kesesuaian
Kompensasi, Keefektifan
Sistem Pengendalian Internal,
Budaya Organisasi, dan
Kompetensi Terhadap Fraud
Variabel
kesesuaian
kompensasi,
sistem
pengendalian
internal, dan
fraud.
Variabel budaya
organisasi,
kompetensi,
responden, dan
lokasi penelitian.
Keefektifan sistem pengendalian
internal dan budaya organisasi
berpengaruh negatif terhadap fraud.
Sedangkan kesesuaian kompensasi dan
kompetensi tidak berpengaruh terhadap
fraud.
10 Kwatingtyas
(2017)
Pengaruh Pengendalian
Internal dan Manajemen
Risiko pada Good Corporate
Governance serta
Implikasinya dalam
Pencegahan Fraud
Variabel
pengendalian
internal, good
corporate
governance,
dan
pencegahan
fraud.
Variabel
manajemen
risiko,
responden, dan
lokasi penelitan.
Pengendalian internal berpengaruh
positif terhadap good corporate
governance, manajemen risiko tidak
berpengaruh positif terhadap good
corporate governance, pengendalian
internal tidak berpengaruh positif
terhadap pencegahan fraud, manajemen
risiko berpengaruh positif terhadap
pencegahan fraud, good corporate
governance berpengaruh positif
terhadap pencegahan fraud, serta
pengendalian internal dan manajemen
risiko secara tidak langsung
berpengaruh positif terhadap
pencegahan fraud melalui good
corporate governance.
Bersambung pada halaman selanjutnya
88
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
11 Muhammad
dan Ridwan
(2017)
Pengaruh Kesesuaian
Kompensasi, Penerapan
Sistem Informasi Akuntansi,
dan Efektivitas Pengendalian
Internal Terhadap
Kecurangan Akuntansi Studi
pada Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) di Kota Banda
Aceh
Variabel
kesesuaian
kompensasi,
efektivitas
pengendalian
internal,
kecurangan
akuntansi, dan
populasi.
Variabel
penerapan
sistem
informasi
akuntansi dan
lokasi
penelitian.
Kesesuaian kompensasi, penerapan sistem
informasi akuntansi, dan efektivitas
pengendalian internal berpengaruh negatif
terhadap fraud pada BPR Kota Banda
Aceh baik secara parsial maupun
simultan.
12 Mulia et al
(2017)
Pengaruh Moralitas Individu
dan Pengendalian Internal
Terhadap Kecurangan:
Sebuah Studi Eksperimental
Variabel
moralitas
individu,
pengendalian
internal, dan
kecurangan.
Responden dan
lokasi
penelitian.
Terdapat interaksi antara moralitas
individu dan pengendalian internal.
Kondisi ketika ada elemen pengendalian
internal mempengaruhi orang dengan
tingkat moral yang tinggi cenderung tidak
melakukan kecurangan akuntansi.
Sedangkan individu dengan tingkat moral
rendah, ada atau tidak ada pengendalian
internal individu cenderung melakukan
kecurangan akuntansi.
Bersambung pada halaman selanjutnya
89
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
13 Natasya et al
(2017)
Pengaruh Komitmen
Organisasi dan
Pengendalian Internal
Terhadap Risiko Terjadinya
Kecurangan (Fraud) Dalam
Pelaksanaan Jaminan
Kesehatan di Rumah Sakit
Bhayangkara TK. IV Polda
Sulut
Variabel
pengendalian
internal.
Variabel
komitmen
organisasi,
risiko
terjadinya
kecurangan,
responden, dan
lokasi
penelitian.
Komitmen organisasi dan pengendalian
internal berpengaruh terhadap risiko
kecurangan dalam pelaksanaan jaminan
kesehatan.
14 Putra et al
(2017)
Pengaruh Audit Investigasi
dan Efektivitas
Whistleblowing System
Terhadap Pencegahan
Kecurangan (Fraud)
Variabel
whistleblowing
system dan
pencegahan
kecurangan (fraud)
Variabel audit
investigasi,
responden, dan
lokasi
penelitian
Peran audit investigasi dan efektifitas
whistleblowing system berpengaruh
signifikan terhadap pencegahan
kecurangan.
15 Saputra
(2017)
Pengaruh Sistem Internal
Kontrol, Audit Internal, dan
Penerapan Good Corporate
Governance Terhadap
Kecurangan (Fraud)
Perbankan (Studi Kasus
Pada Bank Syariah Anak
Perusahaan BUMN di
Medan)
Variabel internal
control, good
corporate
governance, fraud,
dan responden.
Variabel audit
internal dan
lokasi
penelitian.
Sistem internal kontrol, audit internal,
dan good corporate governance
berpengaruh negatif terhadap kecurangan
(fraud) baik secara parsial maupun
simultan.
Bersambung pada halaman selanjutnya
90
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
16 Suginam
(2017)
Pengaruh Peran Audit Internal
dan Pengendalian Intern
Tehadap Pencegahan Fraud
(Studi Kasus Pada PT. Tolan
Tiga Indonesia)
Variabel
pengendalian
intern.
Variabel audit
internal dan lokasi
penelitian.
Audit internal berpengaruh
terhadap pencegahan fraud dan
pengendalian internal
berpengaruh positif terhadap
pencegahan fraud.
17 Sumbayak
(2017)
Pengaruh Keadilan Organisasi,
Sistem Pengendalian Intern,
Komitmen Organisasi, dan Gaya
Kepemimpinan Terhadap
Kecurangan (Fraud)
Variabel sistem
pengendalian
intern.
Variabel keadilan
organisasi,
komitmen
organisasi, gaya
kepemimpinan,
fraud, responden,
dan lokasi
penelitian.
Keadilan organisasi, sistem
pengendalian intern, komitmen
organisasi, dan gaya
kepemimpinan berpengaruh
terhadap kecurangan (fraud).
18 Agusyani et
al
(2016)
Pengaruh Whistleblowing
System dan Kompetensi Sumber
Daya Manusia Terhadap
Pencegahan Fraud Pada
Pengelolaan Keuangan
Penerimaan Pendapatan Asli
Daerah
Variabel
whistleblowing
system dan
pencegahan fraud
Variabel
kompetensi
sumber daya
manusia,
responden, dan
lokasi penelitian
Whistleblowing system dan
kompetensi sumber daya manusia
berpengaruh signifikan terhadap
pencegahan fraud baik secara
parsial maupun simultan.
Bersambung pada halaman selanjutnya
91
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
19 Hamdani
(2016)
Internal Fraud at Syariah
Banking in Indonesia is a
Certainty
Variabel
fraud dan
populasi.
Jenis penelitian dan
lokasi penelitian.
Kecurangan internal dapat terjadi karena
kurangnya implementasi nilai-nilai etika
Islam dan pengendalian internal yang baik.
Untuk menjamin tata kelola syariah dan SPI
yang baik, perbankan syariah harus
melakukan manajemen dan rekonstruksi
SPI dengan menerapkan prinsip-prinsip
yang mengacu pada apa yang telah
dilakukan Nabi Muhammad SAW.
20 Hasanudin
dan
Pangayow
(2016)
Analisis Faktor-Faktor
yang Berpengaruh
Terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi
dan Perilaku Tidak Etis
Variabel
pengendalian
internal,
kesesuaian
kompensasi,
dan
kecurangan.
Variabel perilaku
tidak etis, ketaatan
aturan akuntansi,
responden, dan lokasi
penelitian.
Keefektifan pengendalian internal
berpengaruh terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi dan perilaku tidak
etis. Ketaatan aturan akuntansi berpengaruh
terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi dan perilaku tidak etis.
Kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh
terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi dan perilaku tidak etis.
Bersambung pada halaman selanjutnya
92
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
21 Junia
(2016)
Pengaruh Moralitas Aparat,
Kesesuaian Kompensasi, dan
Ketaatan Aturan Akuntansi
Terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi
Variabel
kesesuaian
kompensasi
dan
kecurangan
akuntansi.
Variabel
moralitas aparat,
ketaatan aturan
akuntansi,
responden, dan
lokasi penelitian.
Moralitas aparat, kesesuaian kompensasi,
dan ketaatan aturan akuntansi
berpengaruh terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi.
22 Kustiawan
(2016)
Pengaruh Pengendalian Intern
dan Tindak Lanjut Temuan
Audit Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan yang
Berimplikasi Terhadap
Pencegahan Faud
Variabel
pengendalian
internal dan
pencegahan
fraud
Variabel kualitas
laporan
keuangan,
populasi dan
lokasi penelitian.
Pengendalian internal dan tindak lanjut
temuan audit berpengaruh positif terhadap
kualitas laporan keuangan. Pengendalian
internal dan tindak lanjut temuan audit
berpengaruh positif terhadap pencegahan
fraud.
23 Zager et al
(2016)
The Role and Responsibility
of Auditors in Prevention and
Detection of Fraudulent
Financial Reporting
Variabel fraud
prevention dan
fraudulent
financial
reporting.
Variabel the role
and
responsibility,
fraud detection,
responden, dan
lokasi penelitian.
Meskipun fraudulent financial reporting
tidak sering terjadi namun jumlah
kerugian yang dihasilkan sangat besar,
yang biasanya mengungkapkan aset
dengan overstated. Pentingnya
membangun sistem pengendalian internal
yang kuat dan menentukan peran serta
tanggung jawab semua pihak dalam
pelaporan keuangan dalam mencegah dan
mendeteksi fraud.
Bersambung pada halaman selanjutnya
93
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
24 Hamdani
(2015)
Apakah Implementasi Etika
Kerja Islami Dapat
Menurunkan Hasrat
Seseorang Untuk Melakukan
Tindakan Internal Fraud?
Variabel etika
kerja islami,
fraud.
Responden dan
lokasi penelitian.
Implementai etika kerja islami
mampu menurunkan hasrat
seseorang untuk melakukan internal
fraud.
25 Oktaviani et al
(2015)
Pengaruh Pengendalian
Internal dalam Pencegahan
Fraud (Kecurangan)
Terhadap Kinerja Perusahaan
Variabel
pengendalian
internal dan
pencegahan fraud.
Variabel kinerja
perusahaan,
responden, dan
lokasi penelitian.
Internal control berpengaruh positif
terhadap pencegahan kecurangan
dan juga kepada kinerja perusahaan
baik secara parsial maupun
simultan.
26 Delfi
(2014)
Pengaruh Efektifitas
Pengendalian Internal dan
Kesesuaian Kompensasi
Terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi
(Survey Pada Perusahaan
BUMN Cabang Pekanbaru)
Variabel
pengendalian
internal,
kesesuaian
kompensasi, dan
kecurangan
akuntansi.
Responden dan
lokasi penelitian.
Efektifitas pengendalian internal
dan kesesuaian kompensasi
berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan kecurangan
akuntansi.
27 Maharani
(2013)
Pengaruh Etika Bisnis Islam
Terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi Dalam
Pelaporan Keuangan Pada
Entitas Publik di Indonesia
Variabel Etika
Islam, kecurangan
akuntansi, dan
pelaporan
keuangan.
Responden dan
lokasi penelitian.
Etika bisnis islam memiliki
pengaruh signifikan negatif
terhadap penipuan dalam pelaporan
keuangan di badan publik
Indonesia.
Bersambung pada halaman selanjutnya
94
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
28 Soleman
(2013)
Pengaruh Pengendalian Internal dan
Good Corporate Governance
Terhadap Pencegahan Fraud
Variabel
pengendalian
internal, good
corporate
governance, dan
pencegahan fraud
Responden dan
lokasi penelitian
Pengendalian internal dan good
corporate governance
berpengaruh positif terhadap
pencegahan fraud, pengendalian
internal juga berpengaruh positif
terhadap good corporate
governance.
95
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.4.
Gambar 2.4
Skema Kerangka Pemikiran
Dibutuhkan information and communication,
whistleblowing system, good corporate
governance practice, conformity
compensation, dan islamic work ethic yang
baik dalam mencegah kecurangan (fraud) di
lembaga keuangan syariah.
Masih banyak lembaga keuangan syariah yang tidak mengimplementasikan
information and comunication, whistleblowing system, good corporate
governance practice, conformity compensation, dan islamic work ethic
dengan baik dalam mencegah kecurangan (fraud), serta masih banyak
lembaga keuangan syariah yang dipandang bebas dari berbagai tindakan
fraud, namun nyatanya masih banyak terdapat praktik fraud.
GAP
Faktor-Faktor Determinant Fraudulent Financial Statement: Peran Fraud Prevention Sebagai Mediator
Basis Teori: Agency Theory dan Fraud Pentagon Theory
Fraud
Prevention (Z)
Metode Partial Least Square (PLS)-SEM dengan menggunakan software SmartPLS 3.0
Hasil pengujian dan pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran
Fraudulent Financial
Statement (Y)
Information and Communication (X1)
Whistleblowing System (X2)
Good Corporate Governance Practice
(X3)
Conformity Compensation (X4)
Islamic Work Ethic (X5)
H1
H2
H4
H5
H6
H7
H8
H9
H10
H13
H14
H12
H15
H16
H11 H3
96
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisa hubungan kausalitas yang digunakan untuk menjelaskan
faktor-faktor determinant fraudulent financial statement: peran fraud
prevention sebagai mediator. Agar lebih fokus terhadap penelitian yang
dilakukan, maka ruang lingkup penelitian difokuskan hanya pada staf keuangan
yang bekerja di perbankan syariah dan asuransi syariah yang ada di DKI Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi dan Sampel
Setelah menentukan ruang lingkup penelitian, peneliti selanjutnya
menentukan populasi yang akan diuji. Populasi yang diambil dalam
penelitian ini adalah staf keuangan yang bekerja di perbankan syariah dan
asuransi syariah, sedangkan sampel pada penelitian ini adalah staf keuangan
yang bekerja di perbankan syariah dan asuransi syariah di wilayah DKI
Jakarta. Peneliti memilih sampel ini karena tindakan fraud di perbankan
syariah dan asuransi syariah yang cukup banyak dan DKI Jakarta sebagai
salah satu wilayah di Indonesia dengan jumlah bank dan asuransi syariah
yang cukup banyak.
97
2. Metode Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, metode pengambilan sampel yang digunakan
oleh peneliti adalah purposive sampling. Hal ini berarti sampel yang dipilih
harus memenuhi persyaratan atau kriteria sampel yang diperlukan. Sampel
yang akan diambil dari populasi adalah staf keuangan dengan kualifikasi
sebagai berikut:
a. Staf keuangan yang bekerja di perbankan syariah dan asuransi syariah
di wilayah DKI Jakarta.
b. Staf keuangan yang memiliki pengalaman kerja minimal 1 tahun, karena
dianggap telah memiliki pengalaman yang cukup untuk memahami
internal perusahaan.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Dalam
memperoleh data-data penelitian, peneliti menggunakan dua cara yaitu
penelitian pustaka dan penelitian lapangan, sebagai berikut:
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti memperoleh data yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti melalui buku, jurnal, internet, dan
perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data utama dalam penelitian ini diperoleh melalui penelitian
lapangan, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama (data
primer). Pada penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah staf
98
keuangan yang bekerja di perbankan syariah dan asuransi syariah di wilayah
DKI Jakarta. Peneliti memperoleh data dengan mengirimkan kuesioner
secara langsung.
Data primer diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang
telah disusun dengan sistematis dan terstruktur dengan tujuan untuk
mengumpulkan informasi dari staf keuangan yang bekerja di perbankan
syariah dan asuransi syariah sebagai responden dalam penelitian. Sumber
data dalam penelitian ini adalah masing-masing skor dari indikator variabel
penelitian yang diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah dibagikan
kepada staf keuangan yang bekerja di perbankan syariah dan asuransi
syariah sebagai responden.
D. Operasional Variabel Penelitian
Pada bagian ini seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian akan
diuraikan beserta operasional dan cara pengukurannya, yaitu information and
communication, whistleblowing system, good corporate governance practice,
conformity compensation, islamic work ethic, fraud prevention, dan fraudulent
financial statement.
1. Information and Communication (X1)
Information and communication adalah salah satu dari indikator
internal control. Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian,
pengungkapan, dan pertukaran informasi kepada seluruh personel
perusahaan agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya.
Information and communication dirancang untuk menyediakan keyakinan
99
yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuannya seperti: melindungi
aset perusahaan, meningkatkan keandalan laporan keuangan, meningkatkan
dipatuhinya peraturan perusahaan dan perundang-undangan yang berlaku,
serta meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari operasi atau usaha
(Tunggal, 2011).
Dalam penelitian ini information and communication diukur dengan
menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Kasdiarto (2015) dan
disesuaikan dengan topik penelitian dengan menggunakan 5 indikator, yaitu
(1) pembagian tanggung jawab, (2) komunikasi informasi, (3) pengolahan
transaksi dengan komputerisasi, (4) informasi yang cepat dan tepat waktu,
dan (5) identifikasi kelas-kelas transaksi. Dimana semua pernyataan diukur
dengan menggunakan skala ordinal (likert), 1 sampai 5. Jawaban yang
didapatkan dibuat skor, yaitu nilai (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju,
(3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju.
2. Whistleblowing System (X2)
Menurut Miceli et al (2008) whistleblowing merupakan
pengungkapan informasi oleh anggota atau mantan anggota organisasi yang
dipandang sebagai praktik ilegal, tidak bermoral, atau tidak sah dibawah
kendali karyawan kepada orang-orang atau organisasi yang dapat
mempengaruhi suatu tindakan.
Dalam penelitian ini whistleblowing system diukur dengan
menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh KNKG (2008) dan
disesuaikan dengan topik penelitian dengan menggunakan 3 indikator, yaitu
100
(1) aspek struktural, (2) aspek operasional, dan (3) aspek perawatan.
Dimana semua pernyataan diukur dengan menggunakan skala ordinal
(likert), 1 sampai 5. Jawaban yang didapatkan dibuat skor, yaitu nilai (1)
sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat
setuju.
3. Good Corporate Governance Practice (X3)
Good corporate governance merupakan sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah untuk semua
stakeholders. Good corporate governance memberikan struktur untuk
pembagian hak dan tanggung jawab yang sesuai antara dewan (komisaris
dan direksi), eksekutif, pemegang saham, dan pemangku kepentingan
lainnya. Aturan dan prosedur pengambilan keputusan dibuat untuk
memberikan struktur tujuan perusahaan serta pemantauan kinerja
(Priantara, 2013:199).
Dalam penelitian ini good corporate governance practice diukur
dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Gusnardi (2011)
dan disesuaikan dengan topik penelitian dengan menggunakan 5 indikator,
yaitu (1) transparansi, (2) akuntabilitas, (3) pertanggungjawaban, (4)
independensi, dan (5) kewajaran. Dimana semua pernyataan diukur dengan
menggunakan skala ordinal (likert), 1 sampai 5. Jawaban yang didapatkan
dibuat skor, yaitu nilai (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4)
setuju, dan (5) sangat setuju.
101
4. Conformity Compensation (X4)
Menurut Sihotang (2007) kompensasi adalah pengaturan
keseluruhan pemberian balas jasa bagi pegawai dan manajer baik berupa
finansial maupun barang dan jasa pelayanan yang diterima oleh setiap
pegawai. Dalam penelitian ini conformity compensation diukur dengan
menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Wilopo (2006) dan
disesuaikan dengan topik penelitian dengan menggunakan 4 indikator, yaitu
(1) gaji dan upah, (2) insentif, (3) tunjangan, dan (4) fasilitas. Dimana semua
pernyataan diukur dengan menggunakan skala ordinal (likert), 1 sampai 5.
Jawaban yang didapatkan dibuat skor, yaitu nilai (1) sangat tidak setuju, (2)
tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju.
5. Islamic Work Ethic (X5)
Menurut Tasmara (2002:26) islamic work ethic didefinisikan
sebagai sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan yang mendalam
bahwa bekerja tidak hanya untuk memuliakan dirinya, memperlihatkan
kemanusiaannya, dan sebagai suatu menifestasi dari amal saleh karena
mempunyai nilai ibadah yang luhur.
Dalam penelitian ini islamic work ethic diukur dengan
menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Ali (2005) dan
disesuaikan dengan topik penelitian dengan menggunakan 4 indikator, yaitu
(1) upaya, (2) kompetisi, (3) bertanggung jawab, dan (4) transparansi.
Dimana semua pernyataan diukur dengan menggunakan skala ordinal
(likert), 1 sampai 5. Jawaban yang didapatkan dibuat skor, yaitu nilai (1)
102
sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat
setuju.
6. Fraud Prevention (Y)
Pencegahan fraud dapat dilakukan dengan cara membangun struktur
pengendalian internal yang baik, mengefektifkan aktifitas pengendalian,
dan meningkatkan budaya organisasi yang luhur (Tunggal, 2010:223).
Dalam penelitian ini fraud prevention diukur dengan menggunakan
kuesioner yang dikembangkan oleh Gusnardi (2011) dan disesuaikan
dengan topik penelitian dengan menggunakan 4 indikator, yaitu (1) ciptakan
kejujuran, keterbukaan, dan saling membantu, (2) kesadaran kecurangan,
(3) program bantuan kepada karyawan yang mengalami kesulitan, dan (4)
adanya sanksi terhadap segala bentuk kecurangan. Dimana semua
pernyataan diukur dengan menggunakan skala ordinal (likert), 1 sampai 5.
Jawaban yang didapatkan dibuat skor, yaitu nilai (1) sangat tidak setuju, (2)
tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju.
7. Fraudulent Financial Statement (Z)
Fraudulent financial statement adalah penyajian laporan keuangan
dengan unsur salah saji dengan tujuan memperdaya pengguna laporan
keuangan untuk kepentingan pribadi pihak yang melakukan fraud, dengan
penyajian yang tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang sebenarnya
sehingga tidak dapat menghasilkan pengambilan keputusan yang tepat dari
pihak stakeholders yang berkepentingan (Arens, 2008:430).
103
Dalam penelitian ini fraudulent financial statement diukur dengan
menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Kassem (2016) dan
disesuaikan dengan topik penelitian dengan menggunakan 9 indikator, yaitu
(1) pengujian atas dokumen dan informasi yang diperoleh, (2) bentuk-
bentuk kecurangan, (3) tidak menerima pembayaran fiktif, (4) menutupi aset
yang disalahgunakan untuk penggunaan pribadi, (5) tekanan dan paksaan
dari atasan, (6) keserakahan, (7) masalah ekonomi pribadi, (8) pencatatan
biaya yang tidak sesuai, dan (9) memasukkan kebutuhan pribadi kedalam
belanja perusahaan. Dimana semua pernyataan diukur dengan
menggunakan skala ordinal (likert), 1 sampai 5. Jawaban yang didapatkan
dibuat skor, yaitu nilai (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4)
setuju, dan (5) sangat setuju.
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan Skala
Information and
Communication (X1)
(Kasdiarto, 2015)
Pembagian tanggung
jawab
1 Ordinal
(likert)
Komunikasi informasi 2
Pengolahan transaksi
dengan komputerisasi
3
Informasi yang cepat
dan tepat waktu
4
Identifikasi kelas-kelas
transaksi
5
Whistleblowing System (X2)
(KNKG, 2008)
Aspek struktural 1,2 Ordinal
(likert) Aspek operasional 3,4*
Aspek perawatan 5,6
Good Corporate
Governance Practice (X3)
(Gusnardi, 2011)
Transparansi 1,2,3 Ordinal
(likert) Akuntabilitas 4,5
104
Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan Skala
Good Corporate
Governance Practice (X3)
(Gusnardi, 2011)
Pertanggungjawaban 6,7 Ordinal
(likert) Independensi 8,9
Kewajaran 10,11,12,13
Conformity Compensation
(X4)
(Wilopo, 2006)
Gaji dan upah 1,2 Ordinal
(likert) Insentif 3,4
Tunjangan 5,6,7
Fasilitas 8,9,10
Islamic Work Ethic (X5)
(Ali, 2005)
Upaya 1,2 Ordinal
(likert) Kompetisi 3,4,5
Bertanggungjawab 6,7,8
Transparansi 9,10,11,12
Fraud Prevention (Y)
(Gusnardi, 2011)
Ciptakan kejujuran,
keterbukaan, dan saling
membantu
1,2,3,4 Ordinal
(likert)
Kesadaran kecurangan 5,6,7
Program bantuan
kepada karyawan yang
mengalami kesulitan
8
Adanya sanksi terhadap
segala bentuk
kecurangan
9,10
Fraudulent Financial
Statement (Z)
(Kassem, 2016)
Pengujian atas dokumen
dan informasi yang
diperoleh
1 Ordinal
(likert)
Bentuk-bentuk
kecurangan
2
Tidak menerima
pembayaran fiktif
3
Menutupi aset yang
disalahgunakan untuk
penggunaan pribadi
4
Tekanan dan paksaan
dari atasan
5*
Keserakahan 6
Masalah ekonomi
pribadi
7*
Pencatatan biaya yang
tidak sesuai
8
Memasukkan kebutuhan
pribadi kedalam belanja
perusahaan
9
*Pernyataan negatif
105
E. Metode Analisa Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial
Least Square (PLS)-SEM dengan menggunakan software SmartPLS versi 3.0.
PLS digunakan dalam teknik analisis data pada penelitian ini, karena metode
PLS memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: data tidak harus berdistribusi
normal multivariate (indikator dengan skala kategori, ordinal, interval sampai
rasio dapat digunakan pada model yang sama) dan ukuran sampel tidak harus
besar. PLS merupakan model persamaan Structural Equation Modeling (SEM)
yang berbasis komponen atau varian. PLS adalah pendekatan alternatif yang
bergeser dari pendekatan SEM berbasis kovarian menjadi berbasis varian
(Ghozali, 2015:6 ).
Menurut Ghozali (2015:5), PLS merupakan metode analisis yang
powerfull karena tidak didasarkan pada banyak asumsi. Misalnya, data harus
terdistribusi normal, kemudian sampel tidak harus besar. SEM yang berbasis
kovarian umumnya menguji kausalitas atau teori, sedangkan PLS lebih bersifat
predictive model. Selain dapat mengkonfirmasi teori, PLS juga dapat digunakan
untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel laten. PLS juga dapat
sekaligus menganalisis konstruk yang telah dibentuk dengan indikator reflektif
dan formatif.
Tujuan PLS menurut Ghozali (2015:7) yaitu membantu peneliti untuk
tujuan prediksi. Model formalnya mendefinisikan variabel laten adalah linier
agregat dari indikator-indikatornya. Weight estimate untuk menciptakan
komponen skor variabel laten didapat berdasarkan bagaimana inner model
106
(model pengukuran yaitu hubungan antar variabel laten) dan outer model
(model pengukuran yaitu hubungan indikator dengan konstruknya)
dispesifikasi. Hasilnya adalah residual variance dari variabel dependen.
Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dikategorikan menjadi
tiga, yaitu: pertama adalah weight estimate yang digunakan untuk menghitung
data variabel laten. Kedua, mencerminkan estimasi jalur (path estimate) yang
akan menghubungkan antar variabel laten dan estimasi loading antara variabel
laten dengan indikatornya (loading). Ketiga, berkaitan dengan means dan lokasi
parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten. Untuk
memperoleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi 3 tahap dan
setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi. Tahap pertama, menghasilkan
weight estimate, tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan
outer model, dan tahap ketiga menghasilkan estimasi means dan lokasi
(Ghozali, 2015:8).
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
mengenai demografi responden (jenis kelamin, usia, pendidikan formal,
lama bekerja, dan lokasi perusahaan) dan deskripsi mengenai variabel-
variabel penelitian (information and communication, whistleblowing
system, good corporate governance practice, conformity compensation, dan
islamic work ethic serta dampaknya pada fraud prevention dan fraudulent
financial statement), peneliti menggunakan tabel distribusi frekuensi
107
absolut yang menunjukkan angka rata-rata, median, kisaran, dan standar
deviasi (Ghozali, 2013:19).
2. Uji Model Pengukuran atau Outer Model
Model pengukuran atau outer model berguna untuk mendefinisikan
bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya.
Suatu konsep dan model penelitian tidak dapat diuji dalam suatu model
prediksi hubungan relasional dan kausal jika belum melewati tahap
purifikasi dalam model pengukuran (Hartono dan Willy, 2014:58 dalam
Fadilah, 2018). Model pengukuran juga berguna untuk menguji validitas
konstruk dan reliabilitas instrumen. Uji validitas dilakukan untuk mengukur
kemampuan instrumen penelitian. Dalam PLS, uji konstruk dapat dilakukan
dengan melakukan beberapa uji, yaitu Convergent Validity, Discriminant
Validity, dan Average Variance Extracted (AVE). Selanjutnya uji
reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi alat ukur dalam
mengukur konsistensi responden dalam menjawab instrumen yang ada.
Instrumen dapat dikatakan andal apabila jawaban seseorang terhadap
pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas di
dalam PLS dapat menggunakan metode composite reliability dan cronbach
alpha (Hartono dan Willy, 2014:62).
a. Convergent Validity
Model pengukuran dengan model reflektif indikator dinilai
berdasarkan korelasi antara item score atau component score dengan
108
construct score yang dihitung dengan software SmartPLS. Ukuran
reflektif dikatakan tinggi apabila berkorelasi lebih dari 0,70 dengan
kostruk yang ingin diukur. Namun untuk penelitian tahap awal dari
pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,50 sampai 0,60
dianggap sudah cukup (Chin, 1998 dalam Ghozali, 2015:74).
b. Discriminant Validity
Model pengukuran dengan reflektif indikator dinilai berdasarkan
cross loading pengukuran dengan konstruk. Apabila korelasi konstruk
dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya,
maka akan menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran
pada blok yang lebih baik daripada ukuran blok lainnya. Metode lain
untuk menilai discriminant validity adalah membandingkan nilai square
root of Average Variance Extracted (AVE) setiap konstruk dengan
korelasi antar konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar AVE setiap
konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antar kostruk dengan
konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai
discriminant validity yang baik. Pengukuran ini dapat digunakan untuk
mengukur reliabilitas component score variabel laten dan hasilnya lebih
konservatif dibandingkan dengan composite reliability.
Direkomendasikan nilai AVE harus lebih besar dari 0,50 (Fornnel dan
Larcker, 1981 dalam Ghozali, 2015:75).
109
c. Reliability
Mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi dengan dua macam
ukuran yaitu Composite Reliability dan Cronbach Alpha (Ghozali,
2015:75). Composite reliability digunakan untuk mengukur nilai
sesungguhnya reliabilitas suatu konstruk dan lebih baik dalam
mengestimasi konsistensi internal suatu konstruk (Salisbury et al., 2002
dalam Hartono dan Willy, 2014:62). Cronbach Alpha digunakan untuk
mengukur batas bawah nilai reliabilitas suatu konstruk. Konstruk
dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi jika mempunyai Composite
Reliability di atas 0,70 dan mempunyai Cronbach Alpha di atas 0,60.
3. Uji Model Struktural atau Inner Model
Inner model (inner relation, structural model, dan substantive
theory) berguna untuk menggambarkan hubungan antara variabel laten
berdasarkan pada teori substantif. Model struktural dievaluasi dengan
menggunakan R-square untuk konstruk dependen, Stone-Geisser square
test untuk predictive relevance dan uji t serta signifikan dari koefisien
parameter jalur struktural.
a. R-Square
Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat
R-square untuk setiap variabel laten dependen. Interpretasinya sama
dengan interpretasi pada regresi. Perubahan nilai R-Square dapat
digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu
terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang
110
substantif (Ghozali, 2015:78). Nilai R-square 0,75, 0,50, 0,25 dapat
disimpulkan bahwa model kuat, moderat, dan lemah, hasil dari PLS R-
square mempresentasikan jumlah variance dari konstruk yang
dijelaskan oleh model (Ghozali, 2015:78).
b. Q-Square
Q-square mengukur seberapa baik nilai observasi yang
dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Nilai Q-square
> 0 menunjukkan model memiliki predictive relevance, sebaliknya jika
nilai Q-square < 0 menunjukkan model kurang memiliki predictive
relevance (Chin, 1998 dalam Ghozali, 2015:79). Besaran Q-square
memiliki nilai dengan rentang 0 < Q2 < 1, dimana semakin mendekati 1
berarti model semakin baik. Besaran Q2 ini setara dengan koefisien
determinasi total pada analisis jalur (path analysis). Nilai Q-square 0,02,
0,15, 0,35 dapat disimpulkan bahwa nilai predictive relevance lemah,
moderate, dan kuat. Perhitungan Q-square dilakukan dengan rumus:
Q2 = 1 - (1-R12) (1-R22) …… (1-Rp)
Dimana R12, R22, …… Rp2 adalah R-square variabel endogen.
c. Goodness of Fit (GoF)
GoF untuk overall fit index dapat digunakan untuk kriteria
goodness of fit index dengan sebutan GoF index. Index ini
dikembangkan untuk mengevaluasi model pengukuran dan model
struktural, selain itu juga menyediakan pengukuran sederhana untuk
111
keseluruhan dari prediksi model. Nilai GoF index diperoleh dari average
communalities dikalikan dengan nilai R2 model. Nilai GoF terbentang
antara 0-1 dengan interpretasi nilai adalah 0,1 (GoF kecil), 0,25 (GoF
moderat), dan 0,36 (GoF besar) (Wetzels et al, 2009 dalam Yamin dan
Kurniawan, 2011:22). Formula GoF index yaitu:
GoF = √Com x R2
Com bergaris atas adalah average communalities dan R2 bergaris atas
adalah rata-rata model R2.
d. Uji Hipotesis
Penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis) yaitu
untuk menganalisis pola antar hubungan variabel dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung seperangkat variabel
eksogen dengan variabel endogen. Setiap analisis yang digunakan untuk
memecahkan permasalahaan statistik tidak terlepas dari asumsi yang
harus ditaati agar kesimpulan yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan. Dasar yang digunakan untuk menguji hipotesis
ini adalah nilai yang terdapat pada Path Coefficient untuk menguji
model struktural.
Diagram jalur memberikan secara eksplisit hubungan kausalitas
antar variabel. Model bergerak dari kiri ke kanan dengan implikasi
prioritas hubungan kausal variabel yang bergerak ke sebelah kiri. Setiap
nilai menggambarkan jalur dan koefisien jalur (Ghozali, 2013:250).
Nilai t-statistik dibandingkan dengan t-tabel yang ditentukan dalam
112
penelitian ini dimana diketahui df didapat dari jumlah sampel dikurangi
dua, df = (n-2) dan signifikansi sebesar 0,05.
Teknik analisis jalur (path analysis) ini akan digunakan dalam
pengujian besarnya kontribusi yang ditunjukkan oleh koefsien jalur
pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar variabel
information and communication (X1), whistleblowing system (X2), good
corporate governance practice (X3), conformity compensation (X4),
islamic work ethic (X5), fraud prevention (Intervening), dan fraudulent
financial statement (Y).
4. Uji Efek Intervening
Variabel intervening dalam penelitian ini yaitu fraud prevention.
Suatu variabel dikatakan variabel intervening jika variabel tersebut ikut
mempengaruhi hubungan antara variabel prediktor (independen) dan
variabel kriterion (dependen) (Kenny, 1986 dalam Ghozali, 2013). Efek
intervening menunjukkan hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen melalui penghubung atau intervening. Pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen tidak secara langsung terjadi tetapi
melalui proses transformasi yang diwakili oleh variabel intervening.
Prosedur pengujian efek intervening dilakukan dengan prosedur yang
dikenal dengan uji Sobel (Sobel test). Uji sobel dapat dilakukan dengan cara
(Sobel, 1982 dalam Ghozali, 2013):
a. Melakukan pengujian tidak langsung variabel X ke variabel Y melalui
variabel M. Pengaruh tidak langsung X ke Y melalui M dihitung dengan
113
cara mengalikan jalur X M (a) dengan jalur M Y (b) atau ab.
Jadi koefisien ab = c-c’, dimana c adalah pengaruh variabel X terhadap
variabel Y tanpa kontrol M, sedangkan c’ adalah koefisien pengaruh X
terhadap Y setelah mengontrol M (Gambar 3.1).
Gambar 3.1
Model Intervening
c
a b
Standard error koefisien a dan b ditulis dengan Sa dan Sb, besarnya
standard error pengaruh tidak langsung (indirect effect). Sab dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Sab = √b² Sa² + a² Sb² + Sa² Sb²
b. Langkah kedua, melakukan pengujian untuk mengetahui signifikansi
pengaruh tidak langsung, maka diperlukan perhitungan nilai t dari
koefisien ab dengan rumus sebagai berikut:
t = ab
Sab
Nilai t hitung dibandingkan dengan nilai t tabel untuk signifikan 5%.
Jika nilai t hitung > dari nilai t-tabel maka dapat disimpulkan terjadi
pengaruh intervening.
Variabel
Independen
Variabel
Intervening
Variabel
Dependen
114
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap staf keuangan yang bekerja pada
perbankan syariah dan asuransi syariah yang berada di wilayah DKI Jakarta
meliputi 5 wilayah, yaitu Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur,
Jakarta Pusat, dan Jakarta Selatan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan melalui
penyebaran kuesioner penelitian secara langsung ke kantor pusat perbankan
syariah dan asuransi syariah yang berada di wilayah DKI Jakarta. Proses
penyebaran dan pengambilan kuesioner ini dilaksanakan mulai tanggal 21
Maret sampai 20 Mei 2019. Kuesioner yang disebar oleh peneliti sebanyak
116 buah dan jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 98 kuesioner atau
sekitar 84,48% dari total kuesioner. Sedangkan kuesioner yang tidak
kembali sebanyak 18 buah atau sekitar 15,52% dari total kuesioner. Seluruh
kuesioner yang kembali dapat diolah dengan jumlah 98 buah atau sekitar
84,48% dari kuesioner yang disebar, hal tersebut dikarenakan kuesioner
diisi secara lengkap oleh responden. Gambaran mengenai data sampel
penelitian ini disajikan pada tabel 4.1.
115
Tabel 4.1
Data Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah Presentase
1 Jumlah kuesioner yang disebar 116 100%
2 Jumlah kuesioner yang kembali 98 84,48%
3 Jumlah kuesioner yang tidak kembali 18 15,52%
4 Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah 0 0%
5 Jumlah kuesioner yang dapat diolah 98 84,48% Sumber: Data primer yang diolah
Data distribusi penyebaran kuesioner penelitian ini dapat dilihat
dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2
Data Distribusi Sampel Penelitian
No Sumber Kuesioner Kuesioner
dikirim
Kuesioner
dikembalikan
1 PT. Bank Mega Syariah 20 18
2 PT. Bank Syariah Bukopin 20 14
3 PT. Bank Victoria Syariah 6 5
4 PT. Asuransi Takaful Keluarga 20 20
5 PT. Asuransi BRI Life 50 41 Sumber: Data primer yang diolah
2. Karakteristik Profil Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini diukur dengan skala
nominal yang menunjukkan besarnya frekuensi absolut dan presentase jenis
kelamin, usia, pendidikan formal, dan lama bekerja. Responden dalam
penelitian ini adalah staf keuangan yang bekerja pada perbankan syariah,
yaitu PT. Bank Mega Syariah, PT. Bank Syariah Bukopin, dan PT. Bank
Victoria Syariah serta asuransi syariah, yaitu PT. Asuransi Takaful Keluarga
dan PT. Asuransi BRI Life.
116
Kuesioner ini disebar dengan harapan dapat diisi berdasarkan
penilaian yang objektif oleh staf keuangan sehingga menghasilkan
penelitian yang baik. Data mengenai karakteristik responden ditampilkan
pada tabel berikut ini:
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.3 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-Laki 54 55,1 55,1 55,1
Perempuan 44 44,9 44,9 100,0
Total 98 100,0 100,0 Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebanyak 54 orang
atau 55,1% responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan
sisanya sebanyak 44 orang atau 44,9% responden berjenis kelamin
perempuan. Hal ini dikarenakan jumlah staf keuangan yang bekerja di
perbankan dan asuransi syariah lebih didominasi oleh laki-laki.
b. Deskripsi responden berdasarkan usia
Tabel 4.4 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan usia.
117
Tabel 4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid < 25 14 14,3 14,3 14,3
25 - 30 45 45,9 45,9 60,2
31 - 35 22 22,4 22,4 82,7
36 - 40 5 5,1 5,1 87,8
41 - 45 2 2,0 2,0 89,8
> 45 10 10,2 10,2 100,0
Total 98 100,0 100,0 Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berusia 25-30 tahun dengan jumlah 45 responden atau 45,9%.
Sisanya dengan jumlah 14 responden atau 14,3% berusia <25 tahun,
sebanyak 22 responden atau 22,4% berusia 31-35 tahun, sebanyak 5
responden atau 5,1% berusia 36-40 tahun, sebanyak 2 responden atau
2,0% berusia 41-45 tahun, dan 10 responden atau 10,2% berusia >45
tahun. Hal ini dikarenakan responden dengan jabatan staf keuangan rata-
rata berusia 25-30 tahun.
c. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan formal
Tabel 4.5 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan pendidikan formal.
Tabel 4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Formal
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid D3 4 4,1 4,1 4,1
S1 90 91,8 91,8 95,9
118
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
S2 4 4,1 4,1 100,0
Total 98 100,0 100,0 Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabael 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpendidikan S1 dengan jumlah 90 responden atau 91,8%.
Sisanya dengan jumlah 4 responden atau 4,1% berpendidikan D3 dan 4
responden atau 4,1% berpendidikan S2. Hal ini dikarenakan pada
umumnya syarat pendidikan untuk bekerja sebagai staf keuangan di
perusahaan minimal telah menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S1).
d. Deskripsi responden berdasarkan lama bekerja
Tabel 4.6 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan lama bekerja.
Tabel 4.6
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid < 3 17 17,3 17,3 17,3
3 - 6 51 52,0 52,0 69,4
7 - 10 11 11,2 11,2 80,6
> 10 19 19,4 19,4 100,0
Total 98 100,0 100,0 Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa deskripsi
responden berdasarkan lama bekerja adalah 17 orang atau 17,3% untuk
yang bekerja <3 tahun, 51 orang atau 52,0% untuk responden yang
bekerja selama 3-6 tahun, 11 orang atau 11,2% untuk responden yang
119
bekerja selama 7-10 tahun, dan 19 orang atau 19,4% untuk responden
yang bekerja selama >10 tahun.
e. Deskripsi responden berdasarkan lokasi perusahaan
Tabel 4.7 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan lokasi perusahaan.
Tabel 4.7
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lokasi Perusahaan
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Jakarta Barat 5 5,1 5,1 5,1
Jakarta Pusat 14 14,3 14,3 19,4
Jakarta Selatan 79 80,6 80,6 100,0
Total 98 100,0 100,0 Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden melakukan pengisian kuesioner di wilayah Jakarta Selatan,
yaitu sebanyak 79 responden atau 80,6%, sedangkan wilayah Jakarta
Pusat sebanyak 14 responden atau 14,3%, dan Jakarta Barat sebanyak 5
responden atau 5,1%. Hal ini dikarenakan sebagian besar kantor pusat
perbankan dan asuransi Syariah berada di wilayah Jakarta Selatan.
B. Hasil Uji Instrument Penelitian
1. Hasil Uji Deskritif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi information
and communication, whistleblowing system, good corporate governance
practice, conformity compensation, islamic work ethic, fraud prevention,
120
dan fraudulent financial statement akan diuji secara deskriptif seperti yang
terlihat dalam tabel 4.7.
Tabel 4.8
Statistik Deskripsi
N Min Max Mean
Std.
Dev
Information and Communication 98 16 25 20,50 1,975
Whistleblowing System 98 18 30 25,12 2,796
Good Corporate Governance
Practice 98 41 65 52,98 5,386
Conformity Compensation 98 30 50 40,80 3,953
Islamic Work Ethic 98 38 60 49,59 4,504
Fraud Prevention 98 30 50 41,50 3,899
Fraudulent Financial Statement 98 27 45 37,49 3,625
Valid N (listwise) 98 Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.7 menjelaskan bahwa pada variabel information and
communication memiliki jawaban minimum responden sebesar 16 dan
maksimum sebesar 25, dengan rata-rata 20,50 dan standar deviasi 1,975.
Nilai standar deviasi menunjukkan adanya penyimpangan sebesar 1,975
dari nilai rata-rata jawaban responden atas pernyataan tentang information
and communication yang besarnya 20,50.
Variabel whistleblowing system memiliki jawaban minimum
responden sebesar 18 dan maksimum sebesar 30, dengan rata-rata 25,12 dan
standar deviasi 2,796. Nilai standar deviasi menunjukkan adanya
penyimpangan sebesar 2,796 dari nilai rata-rata jawaban responden atas
pernyataan tentang whistleblowing system yang besarnya 25,12.
121
Variabel good corporate governance practice memiliki jawaban
minimum responden sebesar 41 dan maksimum sebesar 65, dengan rata-rata
52,98 dan standar deviasi 5,386. Nilai standar deviasi menunjukkan adanya
penyimpangan sebesar 5,386 dari nilai rata-rata jawaban responden atas
pernyataan tentang good corporate governance practice yang besarnya
52,98.
Variabel conformity compensation memiliki jawaban minimum
responden sebesar 30 dan maksimum sebesar 50, dengan rata-rata 40,80 dan
standar deviasi 3,953. Nilai standar deviasi menunjukkan adanya
penyimpangan sebesar 3,953 dari nilai rata-rata jawaban responden atas
pernyataan tentang conformity compensation yang besarnya 40,80.
Variabel islamic work ethic memiliki jawaban minimum responden
sebesar 38 dan maksimum sebesar 60, dengan rata-rata 49,59 dan standar
deviasi 4,504. Nilai standar deviasi menunjukkan adanya penyimpangan
sebesar 4,504 dari nilai rata-rata jawaban responden atas pernyataan tentang
islamic work ethic yang besarnya 49,59.
Variabel fraud prevention memiliki jawaban minimum responden
sebesar 30 dan maksimum sebesar 50, dengan rata-rata 41,50 dan standar
deviasi 3,899. Nilai standar deviasi menunjukkan adanya penyimpangan
sebesar 3,899 dari nilai rata-rata jawaban responden atas pernyataan tentang
fraud prevention yang besarnya 41,50.
Variabel fraudulent financial statement memiliki jawaban minimum
responden sebesar 27 dan maksimum sebesar 45, dengan rata-rata 37,49 dan
122
standar deviasi 3,625. Nilai standar deviasi menunjukkan adanya
penyimpangan sebesar 3,625 dari nilai rata-rata jawaban responden atas
pernyataan tentang fraudulent financial statement yang besarnya 37,49.
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa rata-rata jawaban responden untuk variabel information
and communication, whistleblowing system, good corporate governance
practice, conformity compensation, islamic work ethic, fraud prevention,
dan fraudulent financial statement adalah setuju.
2. Hasil Uji Outer Model atau Measurement Model
Terdapat kriteria di dalam penggunaan teknik analisis data dengan
SmartPLS untuk menilai outer model, yaitu Convergent Validity,
Discriminant Validity, dan Reliability.
a. Hasil Convergent Validity
Convergent Validity dari model pengukuran reflektif indikator
dinilai berdasarkan korelasi antara item score atau component score
yang di estimasi dengan software SmartPLS. Ukuran reflektif individual
dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih tinggi dari 0.70 dengan konstruk
yang diukur. Namun, menurut Chin (1998) dalam Ghozali (2015:74)
untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai
loading 0,50 sampai 0,60 dianggap cukup memadai. Dalam penelitian
ini menggunakan batas loading factor 0,50.
123
Tabel 4.9
Outer Loading
IAC WS GCG CC IWE FP FFS
IAC_1 0,644
IAC_2 0,784
IAC_3 0,542
IAC_4 0,639
IAC_5 0,557
WS_1 0,885
WS_2 0,901
WS_3 0,568
WS_4 0,803
WS_5 0,840
WS_6 0,632
GCG_1 0,654
GCG_2 0,643
GCG_3 0,649
GCG_4 0,664
GCG_5 0,698
GCG_6 0,790
GCG_7 0,736
GCG_8 0,557
GCG_9 0,515
GCG_10 0,536
GCG_11 0,597
GCG_12 0,601
GCG_13 0,673
CC_1 0,553
CC_2 0,729
CC_3 0,633
CC_4 0,244
CC_5 0,526
CC_6 0,696
CC_7 0,543
CC_8 0,768
CC_9 0,505
CC_10 0,540
IWE_1 0,767
IWE_2 0,728
IWE_3 0,660
IWE_4 0,723
124
IAC WS GCG CC IWE FP FFS
IWE_5 0,571
IWE_6 0,599
IWE_7 0,581
IWE_8 0,591
IWE_9 0,633
IWE_10 0,630
IWE_11 0,550
IWE_12 0,558
FP_1 0,684
FP_2 0,710
FP_3 0,790
FP_4 0,639
FP_5 0,705
FP_6 0,643
FP_7 0,540
FP_8 0,678
FP_9 0,671
FP_10 0,709
FFS_1 0,791
FFS_2 0,554
FFS_3 0,812
FFS_4 0,572
FFS_5 0,724
FFS_6 0,696
FFS_7 0,537
FFS_8 0,584
FFS_9 0,652 Sumber: Data primer yang diolah
Hasil pengolahan dengan menggunakan SmartPLS data dapat
dilihat pada tabel 4.8. Nilai outer model atau korelasi antar konstruk
dengan variabel pada awalnya belum memenuhi convergent validity
terdapat satu indikator dengan nilai loading factor kurang dari 0,50 yaitu
CC (4). Untuk itu indikator tersebut harus dikeluarkan dari model.
125
Tabel 4.10
Outer Loading Modifikasi
IAC WS GCG CC IWE FP FFS
IAC_1 0,644
IAC_2 0,784
IAC_3 0,542
IAC_4 0,639
IAC_5 0,557
WS_1 0,885
WS_2 0,901
WS_3 0,568
WS_4 0,803
WS_5 0,840
WS_6 0,632
GCG_1 0,654
GCG_2 0,643
GCG_3 0,649
GCG_4 0,664
GCG_5 0,698
GCG_6 0,790
GCG_7 0,736
GCG_8 0,557
GCG_9 0,515
GCG_10 0,536
GCG_11 0,597
GCG_12 0,601
GCG_13 0,673
CC_1 0,563
CC_2 0,732
CC_3 0,631
CC_5 0,525
CC_6 0,705
CC_7 0,536
CC_8 0,768
CC_9 0,500
CC_10 0,542
IWE_1 0,767
IWE_2 0,728
IWE_3 0,660
IWE_4 0,723
IWE_5 0,571
126
IAC WS GCG CC IWE FP FFS
IWE_6 0,599
IWE_7 0,581
IWE_8 0,591
IWE_9 0,633
IWE_10 0,630
IWE_11 0,550
IWE_12 0,558
FP_1 0,684
FP_2 0,710
FP_3 0,790
FP_4 0,639
FP_5 0,705
FP_6 0,643
FP_7 0,540
FP_8 0,678
FP_9 0,671
FP_10 0,709
FFS_1 0,791
FFS_2 0,554
FFS_3 0,812
FFS_4 0,572
FFS_5 0,724
FFS_6 0,696
FFS_7 0,537
FFS_8 0,585
FFS_9 0,652 Sumber: Data primer yang diolah
b. Hasil Discriminant Validity
Discriminant Validity dilakukan untuk memastikan bahwa setiap
konsep dari masing-masing variabel laten berbeda dengan variabel
lainnya. Model mempunyai discriminant validity yang baik jika setiap
nilai loading yang paling besar dengan nilai loading yang lain terhadap
variabel laten lainnya. Hasil pengujian discriminant validity diperoleh
sebagai berikut.
127
Tabel 4.11
Cross Loading
IAC WS GCG CC IWE FP FFS
IAC_1 0,644 0,299 0,337 0,267 0,397 0,433 0,363
IAC_2 0,784 0,234 0,550 0,475 0,496 0,534 0,544
IAC_3 0,542 0,160 0,335 0,010 0,236 0,144 0,297
IAC_4 0,639 0,288 0,291 0,125 0,272 0,232 0,265
IAC_5 0,557 0,174 0,330 -0,007 0,216 0,132 0,333
WS_1 0,370 0,885 0,327 0,358 0,434 0,412 0,369
WS_2 0,336 0,901 0,387 0,401 0,506 0,418 0,370
WS_3 0,163 0,568 0,256 0,257 0,222 0,231 0,263
WS_4 0,305 0,803 0,247 0,250 0,310 0,254 0,251
WS_5 0,249 0,840 0,300 0,319 0,385 0,316 0,321
WS_6 0,226 0,632 0,211 0,310 0,159 0,217 0,251
GCG_1 0,319 0,183 0,654 0,288 0,215 0,392 0,309
GCG_2 0,549 0,289 0,643 0,268 0,447 0,351 0,444
GCG_3 0,243 0,059 0,649 0,316 0,345 0,363 0,209
GCG_4 0,413 0,305 0,664 0,371 0,376 0,434 0,280
GCG_5 0,359 0,284 0,698 0,364 0,276 0,470 0,364
GCG_6 0,401 0,301 0,790 0,375 0,547 0,581 0,421
GCG_7 0,499 0,400 0,736 0,372 0,589 0,495 0,464
GCG_8 0,328 0,264 0,557 0,340 0,356 0,338 0,260
GCG_9 0,237 0,138 0,515 0,272 0,239 0,337 0,280
GCG_10 0,387 0,165 0,536 0,157 0,355 0,383 0,385
GCG_11 0,479 0,240 0,597 0,314 0,402 0,349 0,410
GCG_12 0,345 0,176 0,601 0,227 0,440 0,434 0,416
GCG_13 0,401 0,257 0,673 0,453 0,483 0,511 0,338
CC_1 0,230 0,280 0,278 0,563 0,265 0,353 0,236
CC_2 0,246 0,308 0,310 0,732 0,351 0,384 0,251
CC_3 0,132 0,237 0,289 0,631 0,368 0,370 0,193
CC_5 0,103 0,200 0,260 0,525 0,117 0,224 0,064
CC_6 0,206 0,278 0,286 0,705 0,358 0,375 0,240
CC_7 0,313 0,235 0,371 0,536 0,333 0,325 0,389
CC_8 0,324 0,350 0,421 0,768 0,448 0,513 0,334
CC_9 0,047 0,161 0,226 0,500 0,072 0,169 0,004
CC_10 0,215 0,156 0,235 0,542 0,302 0,303 0,326
IWE_1 0,400 0,346 0,433 0,407 0,767 0,553 0,484
IWE_2 0,408 0,297 0,416 0,373 0,728 0,547 0,520
IWE_3 0,327 0,331 0,389 0,471 0,660 0,626 0,457
IWE_4 0,426 0,243 0,410 0,302 0,723 0,558 0,544
IWE_5 0,301 0,345 0,285 0,428 0,573 0,571 0,359
128
IAC WS GCG CC IWE FP FFS
IWE_6 0,243 0,328 0,422 0,362 0,599 0,466 0,513
IWE_7 0,380 0,313 0,575 0,371 0,596 0,465 0,581
IWE_8 0,280 0,335 0,279 0,266 0,591 0,344 0,374
IWE_9 0,375 0,240 0,375 0,208 0,633 0,432 0,428
IWE_10 0,459 0,269 0,448 0,283 0,630 0,472 0,621
IWE_11 0,352 0,173 0,385 0,167 0,550 0,456 0,510
IWE_12 0,157 0,246 0,250 0,242 0,558 0,487 0,376
FP_1 0,420 0,316 0,440 0,342 0,525 0,684 0,520
FP_2 0,436 0,307 0,497 0,477 0,605 0,710 0,440
FP_3 0,357 0,359 0,563 0,523 0,678 0,790 0,560
FP_4 0,262 0,224 0,358 0,287 0,535 0,639 0,486
FP_5 0,492 0,308 0,475 0,306 0,562 0,705 0,601
FP_6 0,260 0,166 0,424 0,329 0,462 0,643 0,455
FP_7 0,311 0,258 0,334 0,367 0,386 0,540 0,329
FP_8 0,229 0,303 0,529 0,374 0,585 0,678 0,410
FP_9 0,422 0,262 0,437 0,410 0,530 0,671 0,493
FP_10 0,404 0,261 0,400 0,490 0,463 0,709 0,489
FFS_1 0,543 0,287 0,459 0,367 0,614 0,538 0,791
FFS_2 0,375 0,218 0,317 0,272 0,462 0,459 0,554
FFS_3 0,514 0,349 0,452 0,349 0,646 0,630 0,812
FFS_4 0,244 0,208 0,293 0,303 0,439 0,498 0,572
FFS_5 0,461 0,291 0,487 0,274 0,555 0,479 0,724
FFS_6 0,430 0,283 0,347 0,284 0,589 0,527 0,696
FFS_7 0,182 0,122 0,286 0,171 0,315 0,293 0,537
FFS_8 0,317 0,284 0,372 0,251 0,426 0,362 0,585
FFS_9 0,344 0,278 0,282 0,143 0,437 0,365 0,652 Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa konstruk information and
communication lebih tinggi terhadap indikatornya IAC_1, IAC_2,
IAC_3, IAC_4, dan IAC_5 dibandingkan dengan konstruk lainnya,
sehingga memiliki discriminant validity yang baik.
Konstruk whistleblowing system memberikan nilai indikator
yang lebih tinggi terhadap indikatornya dibandingkan dengan konstruk
129
lainnya terhadap indikator WS_1, WS_2, WS_3, WS_4, WS_5, dan
WS_6, sehingga memiliki discriminant validity yang baik.
Kemudian konstruk good corporate governance practice, yaitu
GCG_1, GCG_2, GCG_3, GCG_4, GCG_5, GCG_6, GCG_7, GCG_8,
GCG_9, GCG_10, GCG_11, GCG_12, dan GCG_13 memiliki nilai
indikator yang lebih tinggi terhadap indikatornya dibandingkan dengan
konstruk lainnya, sehingga memiliki discriminant validity yang baik.
Selanjutnya konstruk conformity compensation memberikan
nilai indikator yang lebih tinggi terhadap indikatornya dibandingkan
dengan konstruk lainnya terhadap indikator CC_1, CC_2, CC_3, CC_5,
CC_6, CC_7, CC_8, CC_9, dan CC_10, sehingga memiliki
discriminant validity yang baik.
Konstruk islamic work ethic juga memberikan nilai indikator
yang lebih tinggi terhadap indikatornya dibandingkan dengan konstruk
lainnya terhadap indikator IWE_1, IWE_2, IWE_3, IWE_4, IWE_5,
IWE_6, IWE_7, IWE_8, IWE_9, IWE_10, IWE_11, dan IWE_12.
sehingga memiliki discriminant validity yang baik.
Hal yang sama juga terdapat pada konstruk fraud prevention
yang memberikan nilai indikator lebih tinggi terhadap indikatornya
dibandingkan dengan konstruk lainnya terhadap indikator FP_1, FP_2,
FP_3, FP_4, FP_5, FP_6, FP_7, FP_8, FP_9, dan FP_10, sehingga
memiliki discriminant validity yang baik.
130
Terakhir, yaitu konstruk fraudulent financial statement juga
memberikan nilai indikator yang lebih tinggi terhadap indikatornya
dibandingkan dengan konstruk lainnya terhadap indikator FFS_1,
FFS_2, FFS_3, FFS_4, FFS_5, FFS_6, FFS_7, FFS_8, dan FFS_9,
sehingga memiliki discriminant validity yang baik.
Semua nilai loading factor untuk setiap indikator dari masing-
masing variabel laten sudah memiliki nilai loading factor paling besar
dibandingkan dengan nilai loading factor variabel laten lainnya.
Sehinga dapat disimpulkan bahwa semua variabel laten sudah memiliki
discriminant validity yang baik.
c. Hasil Reliability
Kriteria reliability dapat dilihat dari nilai composite reliability
dan cronbach alpha dari masing-masing konstruk. Konstruk dikatakan
memiliki reliabilitas yang tinggi apabila mempunyai nilai composite
reliability di atas 0,70 dan mempunyai nilai cronbach alpha di atas 0,60.
Tabel 4.12
Composite Reliability dan Cronbach Alpha
Composite
Reliability
Cronbach
Alpha
Information and Communication 0,772 0,669
Whistleblowing System 0,902 0,867
Good Corporate Governance Practice 0,901 0,880
Conformity Compensation 0,845 0,801
Islamic Work Ethic 0,890 0,864
Fraud Prevention 0,895 0,869
Fraudulent Financial Statement 0,875 0,839 Sumber: Data primer yang diolah
131
Berdasarkan tabel 4.11 composite reliability variabel
information and communication sebesar 0,772, variabel whistleblowing
system sebesar 0,902, variabel good corporate governance practice
sebesar 0,901, variabel conformity compensation sebesar 0,845, variabel
islamic work ethic sebesar 0,890, variabel fraud prevention sebesar
0,895, dan variabel fraudulent financial statement sebesar 0,875. Hasil
composite reliability di atas menujukkan bahwa semua variabel telah
memiliki nilai composite reliability di atas 0,70 dan dapat disimpulkan
bahwa semua konstruk memenuhi kriteria reliabilitas.
Cronbach alpha variabel information and communication
sebesar 0,669, variabel whistleblowing system sebesar 0,867, variabel
good corporate governance practice sebesar 0,880, variabel conformity
compensation sebesar 0,801, variabel islamic work ethic sebesar 0,864,
variabel fraud prevention sebesar 0,869, dan variabel fraudulent
financial statement sebesar 0,839. Hasil cronbach alpha di atas
menunjukkan bahwa semua variabel sudah memiliki nilai cronbach
alpha di atas 0,60 sehingga menunjukkan tingkat konsistensi jawaban
responden dalam setiap konstruk memiliki reliabilitas yang baik.
3. Hasil Uji Inner Model atau Structural Model
Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk
melihat hubungan antar konstruk nilai signifikan dan R-Square dari model
penelitian. Model struktural di evaluasi dengan menggunakan R-Square
132
untuk konstruk dependen, uji t, serta signifikansi dari koefisien parameter
jalur struktural.
Gambar 4.1
Model Struktural Hasil Bootstrapping
Sumber: Data primer yang diolah
a. Hasil R-Square
Dalam menilai model dengan SmartPLS dimulai dengan melihat
R-Square untuk setiap variabel laten dependen. Uji goodness of fit model
merupakan hasil estimasi R-Square dengan menggunakan SmartPLS.
Tabel 4.13
Nilai R-Square
R-Square
Fraud Prevention 0,696
Fraudulent Financial Statement 0,653 Sumber: Data primer yang diolah
133
Pada penelitian ini menggunakan dua buah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel lainnya, yaitu variabel fraud prevention yang
dipengaruhi oleh variabel information and communication,
whistleblowing system, good corporate governance practice, conformity
compensation, dan islamic work ethic serta variabel fraudulent financial
statement yang dipengaruhi oleh variabel information and
communication, whistleblowing system, good corporate governance
practice, conformity compensation, islamic work ethic, dan fraud
prevention.
Pada tabel 4.12 menunjukkan nilai R-Square untuk variabel
fraud prevention diperoleh sebesar 0,696 dan untuk variabel fraudulent
financial statement diperoleh sebesar 0,653. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa variabel information and communication,
whistleblowing system, good corporate governance practice, conformity
compensation, dan islamic work ethic secara simultan mampu
menjelaskan variabel fraud prevention sebesar 69,6% sisanya 30,4%
dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dihipotesiskan dalam model
seperti organizational commitment, red flags, dan fraud detection.
Hasil selanjutnya untuk variabel information and
communication, whistleblowing system, good corporate governance
practice, conformity compensation, islamic work ethic, dan fraud
prevention mampu menjelaskan variabel fraudulent financial statement
sebesar 65,3% sisanya 34,7% dijelaskan oleh variabel lainnya yang
134
tidak dihipotesiskan dalam model. Menurut Chin (1998) dalam Ghozali
(2015:78) nilai R-Square ini termasuk dalam kategori moderat menuju
tinggi.
b. Hasil Q-Square
Q-Square mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan
oleh model serta estimasi parameternya. Suatu model dianggap
mempunyai nilai predictive relevance yang relevan jika nilai Q-Square
lebih besar dari 0 (nol). Besaran pada Q-Square memiliki nilai dengan
rentang 0<Q2<1, model semakin baik jika nilai Q-Square mendekati 1.
Nilai Q-Square diperleh dari:
Q2 = 1 - (1-R12) (1-R2
2)
= 1 - [1 - (0,6962)] [1 - (0,6532)]
= 1 - (1 - 0,4844) (1 - 0,4264)
= 1 - (0,5156) (0,5736)
= 1 - (0,2957)
Q2 = 0,7043
Hasil perhitungan Q-Square pada penelitian ini 0,7043 yang
berarti bahwa 70,43% variabel independen dan intervening ini layak
untuk menjelaskan variabel dependen yaitu fraudulent financial
statement.
135
c. Hasil Goodness of Fit (GoF)
Evaluasi model terakhir yaitu dengan melihat GoF dari model.
Evaluasi goodness of fit model dilakukan untuk purification dan
refinement terhadap uji validitas atau reliabilitas konstruk Ghozali
(2015:49), sehingga GoF digunakan untuk memvalidasi performa
gabungan antara inner model dan outer model. Nilai GoF terbentang
anftara 1-0 dengan interpretasi nilai adalah 0,1 (GoF kecil), 0,26 (GoF
Moderat), dan 0,36 (GoF besar) (Wetzels et al., 2009 dalam Yamin dan
Kurniawan, 2011:22). Nilai GoF diperoleh dari:
GoF = √Com x R2
= √(0,4467) (0,6745)
= √(0,3013
GoF = 0,5489
Hasil perhitungan GoF dalam penelitian ini menunjukkan nilai
0,5489. Nilai GoF ini lebih besar dari 0,36. Sehingga dapat dikatakan
bahwa model penelitian ini memiliki kemampuan yang tinggi dalam
menjelaskan data empiris.
d. Hasil Uji Hipotesis
Hasil uji hipotesis dilakukan untuk melihat pengaruh suatu
konstruk terhadap konstruk lainnya dengan melihat koefisien parameter
dan nilai t-statistik (Ghozali, 2015:80). Dasar yang digunakan dalam
136
pengujian hipotesis adalah nilai yang terdapat pada output path
coefficient untuk menguji model struktural. Hasil hipotesis yang
diajukan dapat dilihat dari besarnya t-statistik. Nilai t-statistik
dibandingkan dengan t-tabel yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu
sebesar 1,9850 dimana diketahui nilai df sebesar 96 (jumlah sampel
dikurang dua: 98 - 2) dan α sebesar 0,05 (two tailed). Batasan untuk
menerima dan menolak hipotesis yang diajukan adalah + 1,9850,
dimana apabila nilai t-statistik berada pada rentang nilai -1,9850 dan
1,9850 maka hipotesis akan ditolak atau dengan kata lain menerima
hipotesis nol (H0)
Tabel 4.14
Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Value)
Original
Sample
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T-
Statistic
(IO/stdev)
P
Value
IAC FP 0,045 0,045 0,075 0,594 0,553
WS FP -0,007 -0,010 0,061 0,111 0,912
GCG FP 0,208 0,202 0,086 2,423 0,016
CC FP 0,177 0,178 0,076 2,337 0,020
IWE FP 0,551 0,561 0,080 6,873 0,000
IAC FFS 0,222 0,221 0,079 2,798 0,005
WS FFS 0,029 0,025 0,091 0,323 0,747
GCG FFS -0,017 -0,011 0,095 0,173 0,863
CC FFS -0,060 -0,047 0,090 0,664 0,507
IWE FFS 0,480 0,493 0,099 4,835 0,000
FP FFS 0,245 0,221 0,113 2,172 0,030
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa pengaruh IAC (information and
communication) terhadap FP (fraud prevention) sebesar 0,045 dan tidak
signifikan pada 0,05 (0,594<1,9850). Pengaruh WS (whistleblowing
137
system) terhadap FP (fraud prevention) sebesar -0,007 dan tidak
signifikan pada 0,5 (0,111<1,9850). Pengaruh GCG (good corporate
governance practice) terhadap FP (fraud prevention) sebesar 0,208 dan
signifikan pada 0,5 (2,423>1,9850). Pengaruh CC (conformity
compensation) terhadap FP (fraud prevention) sebesar 0,177 dan
signifikan pada 0,5 (2,337>1,9850). Pengaruh IWE (islamic work ethic)
terhadap FP (fraud prevention) sebesar 0,551 dan signifikan pada 0,5
(6,873>1,9850). Pengaruh IAC (information and communication)
terhadap FFS (fraudulent financial statement) sebesar 0,222 dan
signifikan pada 0,5 (2,798>1,9850). Pengaruh WS (whistleblowing
system) terhadap FFS (fraudulent financial statement) sebesar 0,029 dan
tidak signifikan pada 0,5 (0,323<1,9850). Pengaruh GCG (good
corporate governance practice) terhadap FFS (fraudulent financial
statement) sebesar -0,017 dan tidak signifikan pada 0,5 (0,173<1,9850).
Pengaruh CC (conformity compensation) terhadap FFS (fraudulent
financial statement) sebesar -0,060 dan tidak signifikan pada 0,5
(0,664<1,9850). Pengaruh IWE (islamic work ethic) terhadap FFS
(fraudulent financial statement) sebesar 0,480 dan signifikan pada 0,5
(4,835>1,9850). Pengaruh FP (fraud prevention) terhadap FFS
(fraudulent financial statement) sebesar 0,245 dan signifikan pada 0,5
(2,172>1,9850).
138
4. Hasil Uji Efek Intervening
a. Hasil Uji Efek Intervening untuk Information and Communication
Terhadap Fraudulent Financial Statement melalui Fraud Prevention
1) Langkah pertama dalam prosedur pengujian intervening adalah
melakukan pengujian tidak langsung variabel X ke variabel Y
melalui variabel M. Pengaruh tidak langsung X ke Y melalui M
dihitung dengan cara mengalikan jalur X M (a) dengan jalur
M Y (b) atau ab dengan rumus:
Sab = √b²Sa² + a²Sb² + Sa²Sb²
= √(0,0600 . 0,0056) + (0,0020 . 0,0128) + (0,0056 . 0,0128)
= √0,0003 + 0,0000 + 0,0001
= √0,0004
= 0,02
2) Langkah kedua melakukan pengujian untuk mengetahui signifikansi
pengaruh tidak langsung dengan menghitung nilai t dari koefisien ab
dengan rumus:
t = ab
Sab
= 0,045 x 0,245
0,02
= 0,0110
0,02
= 0,55
139
Hasil pengujian melalui uji sobel dapat diketahui dengan t-hitung
signifikan pada 0,05 yaitu 0,55<1,9850. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh intervening variabel
fraud prevention pada hubungan tidak langsung variabel
information and communication dan fraudulent financial statement.
b. Hasil Uji Efek Intervening untuk Whistleblowing System Terhadap
Fraudulent Financial Statement melalui Fraud Prevention
1) Langkah pertama dalam prosedur pengujian intervening adalah
melakukan pengujian tidak langsung variabel X ke variabel Y
melalui variabel M. Pengaruh tidak langsung X ke Y melalui M
dihitung dengan cara mengalikan jalur X M (a) dengan jalur
M Y (b) atau ab dengan rumus:
Sab = √b²Sa² + a²Sb² + Sa²Sb²
= √(0,0600 . 0,0037) + (0,0000 . 0,0128) + (0,0037 . 0,0128)
= √0,0002 + 0,0000 + 0,0000
= √0,0002
= 0,0141
2) Langkah kedua melakukan pengujian untuk mengetahui signifikansi
pengaruh tidak langsung dengan menghitung nilai t dari koefisien ab
dengan rumus:
t = ab
Sab
140
= -0,007 x 0,245
0,0141
= -0,0017
0,0141
= -0,1206
Hasil pengujian melalui uji sobel dapat diketahui dengan t-hitung
signifikan pada 0,05 yaitu -0,1206<1,9850. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh intervening variabel
fraud prevention pada hubungan tidak langsung variabel
whistleblowing system dan fraudulent financial statement.
c. Hasil Uji Efek Intervening untuk Good Corporate Governance
Practice Terhadap Fraudulent Financial Statement melalui Fraud
Prevention
1) Langkah pertama dalam prosedur pengujian intervening adalah
melakukan pengujian tidak langsung variabel X ke variabel Y
melalui variabel M. Pengaruh tidak langsung X ke Y melalui M
dihitung dengan cara mengalikan jalur X M (a) dengan jalur
M Y (b) atau ab dengan rumus:
Sab = √b²Sa² + a²Sb² + Sa²Sb²
= √(0,0600 . 0,0074) + (0,0433 . 0,0128) + (0,0074 . 0,0128)
= √0,0004 + 0,0006 + 0,0001
= √0,0011
= 0,0332
141
2) Langkah kedua melakukan pengujian untuk mengetahui signifikansi
pengaruh tidak langsung dengan menghitung nilai t dari koefisien ab
dengan rumus:
t = ab
Sab
= 0,208 x 0,245
0,02
= 0,0510
0,0332
= 1,5361
Hasil pengujian melalui uji sobel dapat diketahui dengan t-hitung
signifikan pada 0,05 yaitu 1,5361<1,9850. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh intervening variabel
fraud prevention pada hubungan tidak langsung variabel good
corporate governance practice dan fraudulent financial statement.
d. Hasil Uji Efek Intervening untuk Conformity Compensation
Terhadap Fraudulent Financial Statement melalui Fraud Prevention
1) Langkah pertama dalam prosedur pengujian intervening adalah
melakukan pengujian tidak langsung variabel X ke variabel Y
melalui variabel M. Pengaruh tidak langsung X ke Y melalui M
dihitung dengan cara mengalikan jalur X M (a) dengan jalur
M Y (b) atau ab dengan rumus:
Sab = √b²Sa² + a²Sb² + Sa²Sb²
= √(0,0600 . 0,0058) + (0,0313 . 0,0128) + (0,0058 . 0,0128)
142
= √0,0003 + 0,0004 + 0,0001
= √0,0008
= 0,0283
2) Langkah kedua melakukan pengujian untuk mengetahui signifikansi
pengaruh tidak langsung dengan menghitung nilai t dari koefisien ab
dengan rumus:
t = ab
Sab
= 0,177 x 0,245
0,0283
= 0,0434
0,0283
= 1,5336
Hasil pengujian melalui uji sobel dapat diketahui dengan t-hitung
signifikan pada 0,05 yaitu 1,5336<1,9850. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh intervening variabel
fraud prevention pada hubungan tidak langsung variabel conformity
compensation dan fraudulent financial statement.
e. Hasil Uji Efek Intervening untuk Islamic Work Ethic Terhadap
Fraudulent Financial Statement melalui Fraud Prevention
1) Langkah pertama dalam prosedur pengujian intervening adalah
melakukan pengujian tidak langsung variabel X ke variabel Y
melalui variabel M. Pengaruh tidak langsung X ke Y melalui M
143
dihitung dengan cara mengalikan jalur X M (a) dengan jalur
M Y (b) atau ab dengan rumus:
Sab = √b²Sa² + a²Sb² + Sa²Sb²
= √(0,0600 . 0,0064) + (0,3036. 0,0128) + (0,0064 . 0,0128)
= √0,0004 + 0,0039 + 0,0001
= √0,0044
= 0,0663
2) Langkah kedua melakukan pengujian untuk mengetahui signifikansi
pengaruh tidak langsung dengan menghitung nilai t dari koefisien ab
dengan rumus:
t = ab
Sab
= 0,551 x 0,245
0,0663
= 0,1350
0,0663
= 2,0362
Hasil pengujian melalui uji sobel dapat diketahui dengan t-hitung
signifikan pada 0,05 yaitu 2,0362>1,9850. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh intervening variabel fraud
prevention pada hubungan tidak langsung variabel islamic work
ethics dan fraudulent financial statement.
144
C. Pembahasan
1. Pengaruh Information and Communication terhadap Fraud Prevention
Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode
bootstrapping menunjukkan bahwa information and communication
terhadap fraud prevention menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,045
dengan nilai t-statistic sebesar 0,594. Nilai tersebut lebih kecil dari t-tabel
1,9850. Hal ini berarti information and communication belum dapat
berkontribusi dalam mencegah kecurangan pada perbankan dan asuransi
syariah, sehingga hipotesis pertama (Ha1) ditolak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Kwatingtyas (2017) yang
menyatakan bahwa pengendalian internal tidak berpengaruh positif
terhadap pencegahan fraud. Dimana objek penelitian nya belum memiliki
aturan tertulis terkait program anti fraud dan prinsip kerjanya adalah kerja
bersama dalam kekeluargaan, karena memiliki pengelolaan dengan pilar
solidaritas dan swadaya.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa staf keuangan perbankan
dan asuransi syariah belum secara keseluruhan turut serta
mengkomunikasikan informasi untuk mengevaluasi seberapa baik pedoman
dan kebijakan perusahaan serta diimplementasikan. Manajemen yang lebih
mengetahui tentang keuangan perusahaan belum mampu menerapkan
saluran informasi dan komunikasi yang baik pada seluruh staf keuangannya,
sehingga penerapan informasi dan komunikasi saja belum cukup untuk
mencegah fraud yang sering terjadi di berbagai perusahaan. Manajer yang
145
hanya fokus pada hasil pendapatan dan mengabaikan faktor-faktor
pencegahan kecurangan akan berdampak pada kinerja bawahan atau
karyawan yang terabaikan untuk dievaluasi sehingga pencegahan
kecurangan kurang maksimal. Informasi dan komunikasi yang tidak efektif
dikarenakan pegawai masih belum memiliki rasa tanggung jawab atas
informasi yang diterima dan mengkomunikasikannya kembali kepada
anggota organisasi yang lain sehingga dapat memberi celah untuk seseorang
melakukan tindakan fraud. Selain itu, informasi yang belum terintegrasi
dengan relevan tentang organisasi dan sepak terjangnya serta di identifikasi
dan dikomunikasikan kepada pihak terkait untuk menjamin bahwa
pelaksanaan pekerjaan di lakukan secara efektif, sehingga informasi dan
komunikasi yang belum efektif tidak dapat mencegah terjadinya
kecurangan.
Information and communication adalah salah satu indikator dari
internal control, dimana information and communication tidak bisa
diterapkan secara maksimal jika tidak didukung oleh indikator lainnya
seperti: (1) lingkungan pengendalian, dimana terdapat integritas dan nilai
etika dari karyawan dan manajemen, komitmen manajemen terhadap
kompetensi, filosofi manajemen dan gaya operasional organisasi, struktur
organisasi, pelimpahan wewenang dan pertanggungjawaban, sumber daya
manusia, dan hubungan organisasi dengan pusat dan dewan legislatif.
Dengan lingkungan pengendalian yang efektif diharapkan dapat mencegah
terjadinya kecurangan. (2) Penaksiran risiko yang baik di lakukan secara
146
periodik dan manajemen menilai risiko yang mengancam akuntabilitas
publik dengan mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi risiko, menaksir
risiko yang berpengaruh secara signifikan dan menentukan tindakan yang
di lakukan untuk mengelola risiko. Penaksiran risiko yang konsisten di
lakukan dapat mencegah terjadinya kecurangan. (3) Aktivitas pengendalian
berupa kebijakan dan prosedur harus efektif dan efisien dalam pelaksanaan
pengendalian unit kerja. Aktivitas pengendalian terjadi pada semua
tingkatan dan fungsi entitas. Aktivitas pengendalian yang baik dapat
mencegah terjadinya kecurangan. (4) Pemantauan yang di laksanakan
secara terus menerus dan di evaluasi secara periodik dapat mencegah
terjadinya kecurangan dan juga dapat menemukan kekurangan untuk
diperbaiki.
Penelitian ini tidak sejalan dengan (Oktaviani et al., 2015; Nadia et
al., 2018; Soleman., 2013; Kustiawan., 2016; Zainal., 2013; Alou et al.,
2017; Saputra., 2017; Delfi et al., 2014; Hamdani dan Albar., 2016) yang
menyatakan bahwa internal control berpengaruh signifikan terhadap
pencegahan fraud. Dimana menunjukkan hasil bahwa semakin baik
penerapan internal control di perusahaan, maka tingkat kecurangan akan
menurun.
2. Pengaruh Whistleblowing System terhadap Fraud Prevention
Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode
bootstrapping menunjukkan bahwa whistleblowing system terhadap fraud
prevention menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar -0,007 dengan nilai t-
147
statistic sebesar 0,111. Nilai tersebut lebih kecil dari t-tabel 1,9850. Hal ini
berarti whistleblowing system belum dapat berkontribusi dalam mencegah
kecurangan pada perbankan dan asuransi syariah, sehingga hipotesis kedua
(Ha2) ditolak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Rizqa (2019) dan Cahyo dan
Sulhani (2017) yang menyatakan bahwa whistleblowing system tidak
berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan fraud pentagon theory yang menjelaskan 5 hal penyebab terjadinya
kecurangan, salah satunya yaitu kesempatan. Kesempatan seseorang untuk
melakukan fraud dapat diminimalisir dengan adanya pengawasan dari
masing-masing pegawai di organisasi tersebut. Oleh karena itu penerapan
whistleblowing system di suatu perusahaan dibutuhkan untuk mencegah
fraud, karena setiap pegawai akan merasa diawasi oleh pegawai lainnya
sehingga menurunkan niat untuk melakukan fraud.
Dalam UU Nomor 13 Tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan
korban telah menjelaskan bagaimana perlindungan terhadap seorang
whistleblower. Namun pada nyatanya para whistleblower yang
mengungkapkan tindakan fraud mengalami berbagai ancaman dan
intimidasi dari pihak bersangkutan seperti ancaman fisik, psikis, pelaporan
balik, bahkan diberhentikan dari jabatannya secara tidak hormat. Secara
yuridis, Pasal 10 ayat (1) dan (2) UU Nomor 13 Tahun 2006 menempatkan
seorang whistleblower berada pada posisi yang dilindungi haknya sebagai
saksi, namun masih banyak yang belum percaya terhadap jaminan
148
keamanan dan perlindungan untuk whistleblower. Sehingga para
whistleblower cenderung hanya akan melaporkan fraud yang bersifat
material, dan berani melaporkan jika mendapat jaminan atas perlindungan
pelapor (Robinson et al., 2012).
Hasil penelitian Francis et al (2015) menyatakan bahwa sebagian
besar orang enggan melakukan whistleblowing karena tidak percaya ada
langkah hukum yang diambil dan takut akan mendapat balasan yang dapat
menyebabkan kehilangan karir. Selain itu, masih terdapat kesenjangan
antara perlindungan whistleblower dan tata kelola organisasi yang baik,
sehingga masih banyak yang tidak percaya pada perlindungan yang
ditawarkan oleh undang-undang Basri et al (2017).
Penelitian ini tidak sejalan dengan (Lestari et al., 2016; Agusyani et
al., 2016; Putra et al., 2017; Latifah et al., 2018; Wardana et al., 2017;
Nugroho., 2015) yang menyatakan bahwa whistleblowing system
berpengaruh signifikan terhadap pencegahan fraud. Dimana whistleblowing
system adalah bagian dari sistem pengendalian internal dalam mencegah
praktik penyimpangan dan kecurangan, sehingga whistleblowing system
merupakan salah satu cara untuk melakukan tindak pencegahan fraud.
3. Pengaruh Good Corporate Governance Practice terhadap Fraud
Prevention
Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode
bootstrapping menunjukkan bahwa good corporate governance practice
terhadap fraud prevention menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,208
149
dengan nilai t-statistic sebesar 2,423. Nilai tersebut lebih besar dari t-tabel
1,9850. Hal ini berarti good corporate governance practice memiliki
pengaruh dan signifikan pada 0,05 terhadap fraud prevention yang berarti
sesuai dengan hipotesis ketiga. Hal ini berarti hipotesis ketiga (Ha3)
diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan (Gusnardi., 2011; Soleman.,
2013; Nadia et al., 2018; Kwatingtyas., 2017; Saputra., 2017; Husna., 2013)
yang menyatakan bahwa good corporate governance berpengaruh positif
terhadap pencegahan fraud. Hasil penelitian Anugrah (2014) menyatakan
bahwa pencegahan fraud dapat diminimalisir dengan mengurangi faktor-
faktor pendorong terjadinya fraud, salah satunya dengan menerapkan
prinsip-prinsip good corporate governance, yaitu transparansi,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi, dan kewajaran.
Penelitian ini membenarkan teori yang menjelaskan bahwa dengan
diterapkannya prinsip-prinsip good corporate governance dengan baik oleh
perusahaan dapat mencegah tindakan fraud sehingga potensi terjadinya
fraud akan menurun. Prinsip-prinsip good corporate governance juga
sejalan dengan indikator pencegahan fraud yang dianalisis. Prinsip
transparansi dan pertanggungjawaban dapat dilihat dari setiap tahun
perbankan dan asuransi syariah yang menjadi objek penelitian selalu
mempublikasikan laporan keuangan dan mengadakan rapat anggota
tahunan yang berguna untuk para pengguna laporan keuangan baik pihak
internal maupun eksternal sehingga pihak internal dan eksternal dapat
150
mengetahui bagaimana operasional dan sistem kerja perusahaan sehingga
operasional perbankan dan asuransi syariah akan dipertanggungjawabkan
kepada anggota organisasi. Prinsip akuntabilitas dapat mencegah seseorang
melakukan fraud, karena adanya prosedur dan kebijakan yang dijalankan
serentak oleh seluruh anggota organisasi. Prinsip independensi dapat
dilakukan dengan setiap pegawai bekerja sesuai dengan peran dan tugasnya
masing-masing serta tidak mudah terhasut dan tergoda untuk melakukan
tindakan kecurangan, sehingga tidak ada pihak yang mendominasi dan
mendapat intervensi dari pihak lain. Prinsip kewajaran dilakukan dengan
memberikan layanan yang adil terhadap semua anggota organisasi,
sehingga tidak ada pegawai yang merasa dibeda-bedakan dan hal ini dapat
mencegah seseorang melakukan fraud karena tidak adanya rasa iri terhadap
satu sama lain.
Penelitian ini tidak sejalan dengan In’airat (2015) yang menyatakan
bahwa keberadaan dan penerapan tata kelola perusahaan yang baik belum
cukup untuk mengurangi tindakan fraud. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pemahaman dan belum maksimalnya penerapan tata kelola
perusahaan yang baik, sehingga diperlukan perbaikan secara terus-menerus
sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
4. Pengaruh Conformity Compensation terhadap Fraud Prevention
Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode
bootstrapping menunjukkan bahwa conformity compensation terhadap
fraud prevention menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,177 dengan
151
nilai t-statistic sebesar 2,337. Nilai tersebut lebih besar dari t-tabel 1,9850.
Hal ini berarti conformity compensation memiliki pengaruh dan signifikan
pada 0,05 terhadap fraud prevention yang berarti sesuai dengan hipotesis
keempat. Hal ini berarti hipotesis keempat (Ha4) diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan (Amalia., 2015; Junia., 2016;
Zulkarnain., 2013; Muhammad dan Ridwan., 2017; Delfi et al., 2014) yang
menyatakan bahwa conformity compensation berpengaruh terhadap
pencegahan fraud. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa semakin tinggi
kesesuaian kompensasi yang diberikan maka semakin rendah tingkat
kecurangan yang terjadi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
perbankan dan asuransi syariah telah menerapkan kesesuaian kompensasi
yang baik antara pimpinan dan staf keuangan. Pimpinan telah memberi
kompensasi yang sesuai kepada karyawan dan karyawan juga menerima
kompensasi yang sesuai, sehingga hal tersebut dapat mencegah seseorang
melakukan tindakan fraud. Hal tersebut dapat dilihat dari jawaban
responden yang sebagian besar menjawab telah mendapatkan gaji dan upah,
insentif, tunjangan, dan fasilitas yang sesuai sehingga diharapkan dapat
mencegah tindakan fraud. Dengan pemberian kompensasi yang sesuai
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan ekonomi karyawan, meningkatkan
produktivitas kerja, memajukan perusahaan, dan menciptakan
keseimbangan serta keahlian pegawai (Virmayani et al., 2017).
Penelitian ini tidak sejalan dengan (Hamdani., 2017; Alou et al.,
2017; Sukmawati., 2016) yang menyatakan conformity compensation tidak
152
berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Hal ini disebabkan karena belum
ada sistem kompensasi yang diterapkan pada objek penelitiannya, sehingga
tidak terdeskripsi secara jelas hak dan kewajiban, ukuran prestasi, dan
kegagalan dalam mengelola organisasi, serta ganjaran dan pinalti yang
dapat menghindarkan organisasi dari tindakan fraud yang dilakukan
pengelolanya. Hasil penelitian Fauzya (2017) menjelaskan ada atau
tidaknya pemberian kompensasi yang sesuai tidak menjamin dapat
mencegah seseorang untuk melakukan tindakan fraud, karena sifat manusia
yang selalu merasa tidak puas dengan apa yang sudah didapatkan.
5. Pengaruh Islamic Work Ethic terhadap Fraud Prevention
Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode
bootstrapping menunjukkan bahwa islamic work ethic terhadap fraud
prevention menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,551 dengan nilai t-
statistic sebesar 6,873. Nilai tersebut lebih besar dari t-tabel 1,9850. Hal ini
berarti information and communication memiliki pengaruh dan signifikan
pada 0,05 terhadap fraud prevention yang berarti sesuai dengan hipotesis
kelima. Hal ini berarti hipotesis kelima (Ha5) diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan (Istiqomah., 2017; Urumsah et
al., 2018; Hamdani., 2015) yang menyatakan bahwa islamic work ethic
berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Pada hasil penelitian ini islamic
work ethic memiliki nilai t statistik tertinggi dibanding variabel lain, hal ini
disebabkan oleh objek penelitian yang sesuai dengan variabel yang diteliti
yaitu perbankan dan asuransi syariah. Hasil penelitian ini membuktikan
153
bahwa lembaga syariah di Indonesia telah menerapkan nilai-nilai religius,
sehingga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan fraud. Jika
seseorang bekerja didasari oleh nilai-nilai islami, mereka akan
mempertimbangkan jika ingin melakukan tindakan fraud, karena walaupun
manusia tidak mengetahuinya namun Allah pasti melihatnya.
Seseorang yang memiliki pemahaman agama yang baik dapat
memberikan implikasi pada sikap dan perilaku kesehariannya. Internalisasi
nilai-nilai agama dapat mempengaruhi perilaku etis seseorang dan tercermin
dalam kehidupan pribadi dan sosial. Terdapat hubungan antara religiusitas,
kecerdasan emosi, doa, motivasi meningkatkan produktivitas, dan
menurunkan tingkat turnover. Pemahaman yang baik tentang agama, baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat menahan seseorang dari
tindakan yang dilarang oleh aturan. Agama dapat menjadi filter yang akan
mencegah seseorang melakukan kecurangan. Dengan selalu mengingat
Tuhan dalam setiap kegiatan akan membuat seseorang merasa bahwa Tuhan
memperhatikan mereka. Oleh karena itu mereka akan berusaha untuk
menjauhkan diri untuk melakukan tindakan fraud meskipun tidak diawasi
oleh atasan. Sikap ini penting untuk dimiliki dan memungkinkan mereka
untuk menahan diri dari tindakan penipuan baik karena adanya peluang
maupun tekanan. Mereka dapat bertindak secara independen karena mereka
memiliki keyakinan bahwa Tuhan memberi mereka rezeki, sehingga mereka
tidak takut menghadapi kehidupan selama mereka melakukan hal yang
benar.
154
Namun hasil penelitian Hamdani (2016) menjelaskan bahwa
perbankan dengan prinsip syariah belum mampu menghapus sepenuhnya
kecurangan yang terjadi di internal perusahaan. Kecurangan internal ini
terjadi karena adanya tekanan, peluang, rasionalisasi, kurangnya
pengendalian internal dan implementasi nilai-nilai etika. Penelitian Mulia et
al (2017) menjelaskan bahwa tingginya tingkat moral seseorang yang
menentukan apakah mereka akan melakukan tindakan fraud atau tidak.
6. Pengaruh Information and Communication terhadap Fraudulent
Financial Statement
Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode
bootstrapping menunjukkan bahwa information and communication
terhadap fraudulent financial statement menunjukkan nilai koefisien jalur
sebesar 0,222 dengan nilai t-statistic sebesar 2,798. Nilai tersebut lebih
besar dari t-tabel 1,9850. Hal ini berarti information and communication
memiliki pengaruh dan signifikan pada 0,05 terhadap fraudulent financial
statement yang berarti sesuai dengan hipotesis keenam. Hal ini berarti
hipotesis keenam (Ha6) diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan (Kustiawan., 2016; Malewa.,
2015; Rahayu., 2018; Kurniawan., 2013; Lestari dan Supadmi., 2017) yang
menyatakan bahwa pengendalian internal berpengaruh terhadap kecurangan
laporan keuangan. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa hampir seluruh
staf keuangan perbankan dan asuransi syariah telah mengolah transaksi
perusahaan dengan komputerisasi dan dicatat dibuku besar, dengan
155
pencatatan yang sudah terkomputerisasi dapat mengurangi celah seseorang
untuk melakukan kecurangan laporan keuangan karena kecurangan laporan
keuangan banyak dilakukan dengan membuat bukti ganda dan melebihkan
nilai wajar. Staf keuangan juga telah mengolah informasi dengan cepat dan
tepat waktu, dengan demikian semakin kecil peluang seseorang yang ingin
melakukan kecurangan laporan keuangan karena informasi diolah dengan
cepat. Selain itu, proses pengidentifikasian kelas-kelas transaksi juga telah
dilaksanakan dengan baik sehingga kecurangan dalam pelaporan keuangan
dapat diminimalisir.
Informasi dan komunikasi merupakan bagian yang sangat penting
bagi manajemen, sehingga manajemen tidak dapat berfungsi tanpa
informasi. Dengan adanya informasi dan komunikasi yang baik dapat
membantu manajemen untuk mengevaluasi efektifitas pengendalian
internal dan untuk mengelola operasinya. Selain itu dengan informasi dan
komunikasi yang baik akan memudahkan orang-orang dalam organisasi
untuk memperoleh dan bertukar informasi yang diperlukan untuk
menjalankan kegiatan, mengelola dan mengendalikan operasinya. Informasi
dan komunikasi disebut andal dan baik jika setiap anggota organisasi
mendapat pesan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan, agar
keseluruhan tujuan perorangan, seksi bagian dan keseluruhan organisasi
dapat tercapai. Sehingga diharapkan mampu mengurangi tindakan
kecurangan laporan keuangan serta diperlukan adanya pengawasan dan
evaluasi terhadap aktivitas operasional secara terus-menerus dalam
156
perusahaan guna meminimalisir berbagai risiko fraud (Lestari dan Supadmi,
2017).
Penelitian ini tidak sejalan dengan Fauzya (2017) yang menyatakan
bahwa pengendalian internal tidak berpengaruh terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi, hal tersebut dikarenakan efektif atau tidak efektifnya
sistem pengendalian internal tidak menjamin menurunnya kecenderungan
kecurangan akuntansi, walaupun sistem pengendalian internal sudah efektif
kecenderungan kecurangan akuntansi masih terjadi.
7. Pengaruh Whistleblowing System terhadap Fraudulent Financial
Statement
Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode
bootstrapping menunjukkan bahwa whistleblowing system terhadap
fraudulent financial statement menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar
0,029 dengan nilai t-statistic sebesar 0,323. Nilai tersebut lebih kecil dari t-
tabel 1,9850. Hal ini berarti whistleblowing system belum dapat
berkontribusi dalam meminimalisir fraudulent financial statement pada
perbankan dan asuransi syariah, sehingga hipotesis ketujuh (Ha7) ditolak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Robinson et al (2012) yang
menjelaskan bahwa whistleblowing system tidak berpengaruh terhadap
fraudulent financial statement. Banyak pegawai yang beranggapan bahwa
jenis kecurangan pencurian aset lebih serius dan mereka merasa tanggung
jawab untuk melaporkan pencurian aset lebih besar dibanding jenis
kecurangan laporan keuangan. Intensitas moral pegawai yang lebih besar
157
untuk pencurian aset dibanding kecurangan laporan keuangan
menyebabkan rendahnya tingkat pelaporan kecurangan laporan keuangan
oleh anggota organisasi. Hal tersebut terjadi karena kecurangan laporan
keuangan tidak bisa langsung dirasakan dampaknya dalam kurun waktu
dekat, dibandingkan dengan pencurian aset yang langsung bisa dirasakan
dampaknya.
Tinggi rendahnya tingkat materialitas, keseriusan, dan tanggung
jawab pegawai juga menjadi faktor bersedia atau tidaknya melaporkan
tindak kecurangan. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen,
oleh karena itu kecurangan laporan keuangan lebih didominasi oleh
manajer. Para pegawai yang memiliki jabatan lebih rendah dari manajer
akan merasa ragu jika ingin melaporkan tindakan fraud yang dilakukan
atasan mereka, karena dapat mengancam karir mereka. Berbagai penyebab
inilah yang menjadi salah satu penyebab whistleblowing system tidak
berjalan efektif.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Utami et al (2019) dan
Asiah dan Setyorini (2017) yang menyatakan bahwa whistleblowing system
berpengaruh terhadap fraudulent financial statement. Dengan
whistleblowing system yang efektif akan mendatangkan banyak manfaat
untuk perusahaan, diantaranya: turunnya minat untuk melakukan fraud,
adanya pendeteksian dini atas masalah akibat tindakan fraud, memberi
masukan kepada perusahaan untuk lebih kritis melihat kelemahan
158
pengendalian internal, serta membantu mengurangi risiko yang dihadapi
perusahaan.
8. Pengaruh Good Corporate Governance Practice terhadap Fraudulent
Financial Statement
Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode
bootstrapping menunjukkan bahwa good corporate governance practice
terhadap fraudulent financial statement menunjukkan nilai koefisien jalur
sebesar -0,017 dengan nilai t-statistic sebesar 0,173. Nilai tersebut lebih
kecil dari t-tabel 1,9850. Hal ini berarti good corporate governance practice
belum dapat berkontribusi dalam meminimalisir fraudulent financial
statement pada perbankan dan asuransi syariah, sehingga hipotesis
kedelapan (Ha8) ditolak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Citra (2013) yang menyatakan
bahwa mekanisme good corporate governance yang diukur dengan prinsip
transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, dan
kewajaran tidak berpengaruh signifikan positif terhadap integritas laporan
keuangan. Laporan keuangan yang memiliki integritas kurang baik, dapat
dengan mudah bagi seseorang melakukan kecurangan laporan keuangan
sehingga dibutuhkan berbagai upaya untuk memastikan laporan keuangan
tersaji dengan andal dan bebas dari salah saji.
Dalam penelitian ini prinsip-prinsip good corporate governance
menunjukkan hasil belum mendukung dalam membantu meminimalisir
kecurangan laporan keuangan, karena staf keuangan belum secara
159
keseluruhan mampu menyajikan laporan keuangan dengan akurat dan tepat
waktu, serta menyampaikan uraian mengenai kondisi perusahaan yang
sebenarnya. Sehingga dengan adanya kelemahan ini dapat menjadi celah
untuk seseorang melakukan tindakan kecurangan laporan keuangan. Hal ini
juga dapat terjadi karena para pegawai tidak memiliki rasa tanggung jawab
yang tinggi terhadap tugas utamanya yaitu menyajikan laporan keuangan
dengan andal. Kurangnya rasa tanggung jawab atas pekerjaanya dapat
disebabkan karena pegawai merasa tidak mendapatkan asas kesetaraan dan
kewajaran antar sesama anggota organisasi. Sehingga hal ini berdampak
pada kinerja utama mereka yaitu menyajikan laporan keuangan dengan
andal dan bebas salah saji. Namun laporan keuangan bukan hanya menjadi
tanggung jawab staf keuangan sebagai penyusun laporan keuangan, manajer
adalah orang yang paling bertanggung jawab atas keandalan laporan
keuangan sehingga manajer juga perlu meningkatkan prinsip-prinsip good
corporate governance guna meminimalisir tingkat kecurangan laporan
keuangan.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Maryana et al (2018) dan
Anshari (2015) yang menyatakan bahwa prinsip-prinsip good corporate
governance berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. Laporan
keuangan dengan kualitas yang baik akan terhindar dari salah saji atau
kecurangan laporan keuangan, sehingga laporan yang disajikan
menggambarkan kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya.
160
9. Pengaruh Conformity Compensation terhadap Fraudulent Financial
Statement
Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode
bootstrapping menunjukkan bahwa conformity compensation terhadap
fraudulent financial statement menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar -
0,060 dengan nilai t-statistic sebesar 0,664. Nilai tersebut lebih besar dari t-
tabel 1,9850. Hal ini berarti conformity compensation belum dapat
berkontribusi dalam meminimalisir fraudulent financial statement pada
perbankan dan asuransi syariah, sehingga hipotesis kesembilan (Ha9)
ditolak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan (Alou et al., 2017; Bartenputra.,
2016; Hasanudin dan Pangayow., 2016; Sukmawati., 2016; Fauzya., 2017)
yang menyatakan bahwa conformity compensation tidak berpengaruh
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, salah satu kecurangan
akuntansi yang sangat merugikan perusahaan yaitu kecurangan laporan
keuangan. Hasil penelitian ini tidak berpengaruh karena sesuai atau
tidaknya kompensasi dipandang relatif oleh seseorang, banyaknya
kecurangan yang terjadi lebih dipengaruhi oleh kualitas moral seseorang.
Karyawan cenderung melakukan kecurangan untuk mendapatkan
keuntungan, dengan keuntungan yang didapatkan lebih besar dari jumlah
kompensasi maka karyawan cenderung melakukan kecurangan laporan
keuangan.
161
Sifat keserakahan seseorang yang menyebabkan tidak dapat
terjaminnya kesesuaian kompensasi yang diterima dapat menghindarkan
dirinya dari perbuatan kecurangan. Selain itu, belum ada sistem kompensasi
yang menjadi acuan organisasi di Indonesia, baik bagi perusahaan maupun
pemerintahan. Tidak ada sistem kompensasi yang mendeskripsikan secara
jelas hak dan kewajiban, ukuran prestasi, dan kegagalan dalam mengelola
organisasi, serta ganjaran dan pinalti yang dapat menghindarkan organisasi
dari perilaku tidak etis pengelolanya.
Penelitian ini tidak sejalan dengan oleh (Zainal., 2013; Muhammad
dan Ridwan., 2017; Delfi et al., 2014; Dewi., 2017; Junia., 2016) yang
menyatakan bahwa conformity compensation berpengaruh signifikan
negatif terhadap kecurangan akuntansi. Peneliti menjelaskan bahwa dengan
pemberian kompensasi kepada karyawan akan membantu perusahaan untuk
mencapai tujuan serta memperoleh, memelihara, dan menjaga karyawan
dengan baik. Sebaliknya tanpa kompensasi yang sesuai karyawan akan
meninggalkan perusahaan atau melakukan tindakan yang merugikan
perusahaan.
10. Pengaruh Islamic Work Ethic terhadap Fraudulent Financial Statement
Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode
bootstrapping menunjukkan bahwa islamic work ethic terhadap fraudulent
financial statement menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,480 dengan
nilai t-statistic sebesar 4,835. Nilai tersebut lebih besar dari t-tabel 1,9850.
Hal ini berarti islamic work ethic memiliki pengaruh dan signifikan pada
162
0,05 terhadap fraudulent financial statement yang berarti sesuai dengan
hipotesis kesepuluh. Hal ini berarti hipotesis kesepuluh (Ha10) diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Rahma et al (2018) dan Maharani
(2013) yang menyatakan bahwa etika kerja islami berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi dalam pelaporan keuangan. Hasil
penelitian ini mendorong terciptanya standar etika. Standar etika tersebut
memuat tentang mekanisme perilaku staf keuangan dalam pembuatan
laporan keuangan, dimana membahas perilaku etis mengenai hal-hal yang
diperbolehkan dalam pembuatan laporan keuangan dan hal-hal yang
dilarang dalam perekayasaan laporan keuangan. Etika profesional seperti
integritas, kemandirian, kejujuran, pengetahuan dan kreativitas, diyakini
memiliki kapasitas untuk meminimalkan berbagai tindakan fraud yang
terjadi di perusahaan salah satunya yaitu fraudulent financial statement
(Nwanyanwu, 2018).
Hasil penelitian ini juga menjelaskan beberapa nilai moral dalam
konsep kerja islami yang dapat diterapkan guna menanggulangi dan
mencegah kecenderungan kecurangan akuntansi dalam bentuk aplikasi etos
kerja, yaitu: bahwa dengan bekerja kita dapat memenuhi kebutuhan diri
sendiri dan memberi manfaat untuk orang lain, bahwa bekerja keras untuk
mendapatkan rezeki disertai dengan tawakal, bahwa usaha yang halal dan
menghindari usaha yang haram serta berusaha semaksimal mungkin untuk
memenuhi kewajiban-kewajiban demi kemaslahatan masyarakat umum.
163
Semua hal ini menjadi infrastruktur untuk mewujudkan kelima
tujuan syariat Islam, yaitu memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan
harta. Nilai moral yang lain menyatakan bahwa seluruh materi di dunia ini
hanya milik Allah, manusia hanya bertugas sebagai khalifah, menjaga
kepemilikan materi dan mengembangkannya dijalan yang halal. Serta
kewajiban bermoral guna menghindarkan melakukan kecurangan laporan
keuangan seperti: berkata dan bersikap jujur serta amanah. Dengan
demikian penelitian ini berhasil membuktikan bahwa etika kerja islami
dapat meminimalisir kecenderungan seseorang dalam melakukan
kecurangan laporan keuangan.
11. Pengaruh Fraud Prevention terhadap Fraudulent Financial Statement
Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode
bootstrapping menunjukkan bahwa fraud prevention terhadap fraudulent
financial statement menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,245 dengan
nilai t-statistic sebesar 2,172. Nilai tersebut lebih besar dari t-tabel 1,9850.
Hal ini berarti fraud prevention memiliki pengaruh dan signifikan pada 0,05
terhadap fraudulent financial statement yang berarti sesuai dengan hipotesis
kesebelas. Hal ini berarti hipotesis kesebelas (Ha11) diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Zager et al (2016) yang
menyatakan bahwa pencegahan fraud dapat mengurangi tingkat kecurangan
laporan keuangan. Kecurangan laporan keuangan adalah salah satu
kecurangan yang tidak sering terjadi namun menyebabkan kerugian
terbesar, teknik yang paling umum digunakan yaitu dengan menyajikan aset
164
yang berlebihan sehingga terlihat perusahaan berada pada kondisi sehat.
Pencegahan fraud sangat efektif jika dimulai dari internal perusahaan,
karena pihak internal memiliki peran yang penting dalam operasional
perusahaan. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk membangun
sistem internal perusahaan yang baik agar dapat mencegah kecurangan yang
terjadi di perusahaan. Manajemen memiliki tanggung jawab utama untuk
melakukan pencegahan fraud, namun juga harus dibantu oleh seluruh
anggota organisasi untuk memastikan laporan keuangan tersaji secara andal
dan bebas salah saji.
12. Pengaruh Information and Communication terhadap Fraudulent
Financial Statement melalui Fraud Prevention
Pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode uji sobel
menunjukkan nilai t-hitung signifikan pada 0,05 yaitu 0,55 < 1,9850.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fraud prevention tidak dapat
dijadikan variabel intervening didalam pengaruh secara tidak langsung
antara information and communication terhadap fraudulent financial
statement. Hal ini berarti hipotesis keduabelas (Ha12) ditolak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fraud prevention tidak bisa
memediasi hubungan antara information and communication dengan
fraudulent financial statement. Penerapan informasi dan komunikasi yang
baik antar anggota organisasi dapat meminimalisir tindakan kecurangan
laporan keuangan. Sehingga walaupun tidak adanya tindakan pencegahan
165
fraud secara khusus, kecurangan laporan keuangan tetap dapat
diminimalisir.
Arus informasi dan komunikasi sering disebut juga dengan sistem
akuntansi. Setiap fraud yang terjadi pasti meliputi tindakan kecurangan,
menyembunyikan kecurangan, dan konversi. Dengan sistem akuntansi yang
baik dan benar dapat menyediakan jejak audit yang dapat membantu fraud
ditemukan dan mempersulit penyembunyian. Sistem akuntansi yang baik
harus memastikan bahwa transaksi yang tercatat mencakup kriteria sebagai
berikut: sah, lengkap, diotorisasi dengan benar, diklasifikasi dengan benar,
dilaporkan pada periode yang benar, dinilai dengan benar, dan diikhtisarkan
dengan benar (Albrecht et al, 2006:38).
Tujuan utama dari penerapan information and communication
sebagai indikator interal control adalah tersajinya laporan keuangan yang
andal dan bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan. Dengan
laporan keuangan yang tersaji dengan benar dan tanpa rekayasa akan
membantu para pengguna dalam mengambil keputusan dengan tepat. Jika
information and communication telah berjalan dengan baik maka akan
membantu perusahan untuk mencegah berbagai tindakan fraud dan
berdampak pada menurunnya tingkat kecurangan laporan keuangan.
13. Pengaruh Whistleblowing System terhadap Fraudulent Financial
Statement melalui Fraud Prevention
Pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode uji sobel
menunjukkan nilai t-hitung tidak signifikan pada 0,05 yaitu -0,1206 <
166
1,9850. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fraud prevention tidak
dapat dijadikan variabel intervening didalam pengaruh secara tidak
langsung antara whistleblowing system terhadap fraudulent financial
statement. Hal ini berarti hipotesis ketigabelas (Ha13) ditolak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fraud prevention tidak bisa
memediasi hubungan antara whistleblowing system dengan fraudulent
financial statement. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan penerapan
whistleblowing system saja belum cukup untuk bisa mencegah tindakan
fraud dan meminimalisir kecurangan laporan keuangan di perusahaan.
Diperlukan adanya jaminan atas keselamatan fisik, psikis, maupun karir
para whistleblower agar mereka berani melaporkan tindakan kecurangan
yang diketahuinya. Selain itu, pelatihan mekanisme pelaporan kecurangan
juga sangat penting diberikan kepada anggota organisasi agar mereka
mengerti langkah apa yang harus dilakukan jika ingin melaporkan tindakan
kecurangan yang diketahuinya.
Namun, walaupun whistleblowing system belum bisa memberikan
pengaruh yang signifikan untuk meminimalisir fraudulent financial
statement, whistleblowing system tetap penting bagi perusahaan. Dengan
terselenggaranya whistleblowing system yang efektif akan mendatangkan
banyak manfaat untuk perusahaan, diantaranya: menurunkan minat perlaku
fraud dalam berbuat kecurangan, adanya pendeteksian dini atas masalah
yang timbul akibat tindakan fraud, membantu perusahaan untuk lebih kritis
dalam melihat kelemahan pengendalian internal, merancang tindakan
167
perbaikan yang diperlukan, serta membantu mengurangi risiko yang
dihadapi perusahaan, baik dari segi keuangan, operasi, hukum, keselamatan
kerja, dan reputasi (KNKG, 2008).
14. Pengaruh Good Corporate Governance Practice terhadap Fraudulent
Financial Statement melalui Fraud Prevention
Pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode uji sobel
menunjukkan nilai t-hitung signifikan pada 0,05 yaitu 1,5361 < 1,9850.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fraud prevention tidak dapat
dijadikan variabel intervening didalam pengaruh secara tidak langsung
antara good corporate governance practice terhadap fraudulent financial
statement. Hal ini berarti hipotesis keempatbelas (Ha14) ditolak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fraud prevention tidak bisa
memediasi hubungan antara good corporate governance practice dengan
fraudulent financial statement. Dalam penelitian ini good corporate
governance practice memiliki pengaruh dalam mencegah tindakan fraud.
Namun good corporate governance practice belum mampu mencegah
semua jenis kecurangan akuntansi, salah satunya fraudulent financial
statement. Hal tersebut dikarenakan implementasi dari prinsip-prinsip good
corporate governance belum mampu diterapkan secara maksimal dalam
mencegah kecurangan laporan keuangan seperti staf keuangan yang belum
secara keseluruhan mampu menyajikan laporan keuangan dengan akurat
dan tepat waktu, serta penyampaian kondisi keuangan perusahaan yang
sebenarnya. Hal ini dapat terjadi karena pegawai tidak memiliki rasa
168
tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas utamanya yaitu menyajikan
laporan keuangan dengan andal.
Selain itu manajer juga memegang peran penting dalam keandalan
laporan keuangan, karena manajer yang akan mereview hasil pekerjaan staf
keuangannya. Oleh karena itu, perusahaan harus terus melakukan perbaikan
pada tata kelola perusahaaannya agar lebih baik, selalu memantau segala
operasional perusahaan, serta melakukan evaluasi atas kelemahan dari
kebijakan dan sistem yang berlaku, sehingga meminimalisir peluang
seseorang melakukan tindakan fraud, terutama fraudulent financial
statement.
15. Pengaruh Conformity Compensation terhadap Fraudulent Financial
Statement melalui Fraud Prevention
Pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode uji sobel
menunjukkan nilai t-hitung signifikan pada 0,05 yaitu 1,5336 < 1,9850.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fraud prevention tidak dapat
dijadikan variabel intervening didalam pengaruh secara tidak langsung
antara conformity compensation terhadap fraudulent financial statement.
Hal ini berarti hipotesis kelimabelas (Ha15) ditolak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fraud prevention tidak bisa
memediasi hubungan antara conformity compensation dengan fraudulent
financial statement. Dalam penelitian ini conformity compensation
memiliki pengaruh dalam mencegah tindakan fraud. Namun conformity
compensation belum mampu mencegah semua jenis kecurangan akuntansi,
169
salah satunya fraudulent financial statement. Walaupun karyawan telah
mendapatkan kompensasi yang sesuai, namun jika kualitas moral seseorang
rendah dia akan tetap melakukan tindakan fraudulent financial statement,
karena berdasarkan hasil penelitian ACFE tahun 2018 menunjukkan bahwa
kecurangan laporan keuangan adalah jenis kecurangan yang walaupun
jarang terjadi namun memiliki dampak kerugian terbesar pada perusahaan.
Sebagian besar kecurangan laporan keuangan dilakukan oleh
manajer dan staf keuangan, pernyataan ini sesuai dengan teori agensi yang
menjelaskan bahwa adanya conflict of interest antara agen dan prinsipal.
Dimana manajer selaku pengendali perusahaan dapat melakukan tindakan
apapun untuk mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri. Seringkali
manajer yang merasa belum puas atas kompensasi yang diterimanya akan
memerintahkan staf keuangannya untuk melakukan kecurangan dalam
pelaporan keuangan, agar bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Oleh karena itu, sifat keserakahan juga sangat mempengaruhi
seseorang melakukan kecurangan laporan keuangan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa conformity compensation bisa mencegah seseorang
melakukan tindakan fraud, namun belum bisa mencegah semua jenis
kecurangan akuntansi, salah satunya yaitu fraudulent financial statement.
16. Pengaruh Islamic Work Ethic terhadap Fraudulent Financial Statement
melalui Fraud Prevention
Pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode uji sobel
menunjukkan nilai t-hitung signifikan pada 0,05 yaitu 2,0362 > 1,9850.
170
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fraud prevention dapat
dijadikan variabel intervening didalam pengaruh secara tidak langsung
antara islamic work ethic terhadap fraudulent financial statement. Hal ini
berarti hipotesis keenambelas (Ha16) diterima.
Hasil dari hipotesis keenambelas ini membuktikan bahwa fraud
prevention dapat dijadikan sebagai variabel intervening di dalam pengaruh
tidak langsung islamic work ethic terhadap fraudulent financial statement.
Penelitian ini didukung oleh Rahma et al (2018) dan Maharani (2013) yang
menyatakan bahwa islamic work ethic berpengaruh terhadap fraudulent
financial statement. Penelitian ini juga didukung oleh (Istiqomah., 2017;
Urumsah et al., 2018; Hamdani., 2015) yang menyatakan bahwa islamic
work ethic berpengaruh terhadap fraud prevention.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa islamic work ethic dapat
mencegah seseorang dalam melakukan tindakan fraud dalam bekerja,
sehingga berbagai kecurangan dapat diminimalisir, diantaranya:
kecurangan laporan keuangan, korupsi, dan penyalahgunaan aset.
Banyaknya lembaga syariah di Indonesia identik dengan syariat Islam,
sehingga penting bagi manajemen dan seluruh anggota organisasi untuk
menjaga nama baik lembaga syariah agar tidak tercemar dengan tindakan
fraud. Hal ini dapat dilakukan perusahaan dengan memberikan training
pemahaman kepada para pegawai tentang bekerja yang didasari nilai-nilai
islami dan diterapkan secara keberlanjutan, serta manajemen membangun
171
budaya islami di lingkungan perusahaan, sehingga dengan budaya yang
islami akan meminimalisir seseorang melakukan tindakan fraud.
Tabel 4.14
Hasil Pengujian Hipotesis
No Hipotesis Hasil
Pengujian
1 Ha1: Information and Communication terhadap
Fraud Prevention
Ditolak
2 Ha2: Whistleblowing System terhadap Fraud
Prevention
Ditolak
3 Ha3: Good Corporate Governance Practice terhadap
Fraud Prevention
Diterima
4 Ha4: Conformity Compensation terhadap Fraud
Prevention
Diterima
5 Ha5: Islamic Work Ethic terhadap Fraud Prevention Diterima
6 Ha6: Information and Communication terhadap
Fraudulent Financial Statement
Diterima
7 Ha7: Whistleblowing System terhadap Fraudulent
Financial Statement
Ditolak
8 Ha8: Good Corporate Governance Practice terhadap
Fraudulent Financial Statement
Ditolak
9 Ha9: Conformity Compensation terhadap Fraudulent
Financial Statement
Ditolak
10 Ha10: Islamic Work Ethic terhadap Fraudulent
Financial Statement
Diterima
11 Ha11: Fraud Prevention terhadap Fraudulent
Financial Statement
Diterima
12 Ha12: Information and Communication terhadap
Fraud Prevention dan dampaknya terhadap
Fraudulent Financial Statement
Ditolak
13 Ha13: Whistleblowing System terhadap Fraud
Prevention dan dampaknya terhadap Fraudulent
Financial Statement
Ditolak
14 Ha14: Good Corporate Governance terhadap Fraud
Prevention dan dampaknya terhadap Fraudulent
Financial Statement
Ditolak
15 Ha15: Conformity Compensation terhadap Fraud
Prevention dan dampaknya terhadap Fraudulent
Financial Statement
Ditolak
172
Sumber: Data primer yang diolah
No Hipotesis Hasil
Pengujian
16 Ha16: Islamic Work Ethic terhadap Fraud Prevention
dan dampaknya terhadap Fraudulent Financial
Statement
Diterima
173
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh information and
communication, whistleblowing system, good corporate governance practice,
conformity compensation, dan islamic work ethic terhadap fraud prevention dan
dampaknya terhadap fraudulent financial statement. Responden dalam
penelitian ini berjumlah 98 staf keuangan perbankan syariah dan asuransi
syariah di DKI Jakarta. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan
hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan
menggunakan SmartPLS 3.0, Uji Preacher dan Hayes, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Information and communication tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap fraud prevention. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kwatingtyas (2017), namun tidak sejalan dengan
penelitian (Oktaviani et al., 2015; Nadia et al., 2018; Soleman., 2013;
Kustiawan., 2016; Zainal., 2013; Alou et al., 2017; Saputra., 2017; Delfi et
al., 2014; Hamdani dan Albar., 2016).
2. Whistleblowing system tidak berpengaruh terhadap fraud prevention. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizqa (2019)
dan Cahyo dan Sulhani (2017), namun tidak sejalan dengan penelitian
(Lestari et al., 2016; Agusyani et al., 2016; Putra et al., 2017; Latifah et al.,
2018; Wardana et al., 2017; Nugroho., 2015).
174
3. Good corporate governance berpengaruh secara signifikan terhadap fraud
prevention. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Gusnardi., 2011; Soleman., 2013; Nadia et al., 2018; Kwatingtyas.,
2017; Saputra., 2017; Husna., 2013), namun tidak sejalan dengan penelitian
In’airat (2015).
4. Conformity compensation berpengaruh secara signifikan terhadap fraud
prevention. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Amalia., 2015; Junia., 2016; Zulkarnain., 2013; Muhammad dan
Ridwan., 2017; Delfi et al., 2014), namun tidak sejalan dengan penelitian
(Hamdani., 2017; Alou et al., 2017; Sukmawati., 2016; Fauzya., 2017) .
5. Islamic work ethic berpengaruh secara signifikan terhadap fraud prevention.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Istiqomah., 2017; Urumsah et al., 2018; Hamdani., 2015), namun tidak
sejalan dengan penelitian Hamdani (2016).
6. Information and communication berpengaruh secara signifikan terhadap
fraudulent financial statement. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Kustiawan., 2016; Malewa., 2015; Rahayu., 2018;
Kurniawan., 2013; Lestari dan Supadmi., 2017), namun tidak sejalan
dengan penelitian Fauzya (2017).
7. Whistleblowing system tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
fraudulent financial statement. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Robinson et al (2012), namun tidak sejalan dengan
175
penelitian yang dilakukan oleh Utami et al (2019) dan Asiah dan Setyorini
(2017).
8. Good corporate governance tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
fraudulent financial statement. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Citra (2013), namun tidak sejalan dengan penelitian
Maryana et al (2018) dan Anshari (2015).
9. Conformity compensation tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
fraudulent financial statement. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Alou et al., 2017; Bartenputra., 2016; Hasanudin dan
Pangayow., 2016; Sukmawati., 2016; Fauzya., 2017), namun tidak sejalan
dengan penelitian (Zainal., 2013; Muhammad dan Ridwan., 2017; Delfi et
al., 2014; Dewi., 2017; Junia., 2016).
10. Islamic work ethic berpengaruh secara signifikan terhadap fraudulent
financial statement. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rahma et al (2018) dan Maharani (2013).
11. Fraud prevention berpengaruh secara signifikan terhadap fraudulent
financial statement. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Zager et al (2016).
12. Fraud prevention tidak bisa memediasi hubungan antara information and
communication dengan fraudulent financial statement.
13. Fraud prevention tidak bisa memediasi hubungan antara whistleblowing
system dengan fraudulent financial statement.
176
14. Fraud prevention tidak bisa memediasi hubungan antara good corporate
governance dengan fraudulent financial statement.
15. Fraud prevention tidak bisa memediasi hubungan antara conformity
compensation dengan fraudulent financial statement.
16. Fraud prevention bisa memediasi hubungan antara islamic work ethic
dengan fraudulent financial statement.
B. Implikasi Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang
berharga dalam dunia akademis, yaitu dalam mempelajari teori-teori yang
berhubungan dengan information and communication, whistleblowing system,
good corporate governance practice, conformity compensation, islamic work
ethic, dan fraud.
Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu perusahaan dalam
mendeteksi fraud melalui tindakan pencegahan, karena mencegah adalah
langkah awal dalam mengurangi faktor-faktor penyebab tindakan kecurangan.
Sehingga dengan diketahuinya faktor-faktor penyebab kecurangan diharapkan
tingginya tingkat fraudulent financial statement dapat menurun.
Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu perusahaan untuk terus
memantau information and communication yang dihasilkan perusahaan,
penerapan whistleblowing system yang lebih baik, memperhatikan fungsi dan
peran good corporate governance, pemberian kompensasi yang sesuai dengan
beban kerja karyawan, serta penerapan etika kerja yang islami dilingkungan
177
perusahaan untuk mengurangi berbagai kecurangan, salah satunya kecurangan
laporan keuangan yang sangat merugikan perusahaan.
C. Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat
menimbulkan bias atau ketidakakuratan pada hasil penelitian, diantaranya:
1. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada
penggunaan kuesioner dengan penilaian secara persepsi pribadi (self rating)
2. Populasi pada penelitian ini hanya difokuskan pada staf keuangan
perbankan syariah dan asuransi syariah, tanpa melihat unsur-unsur lain yang
terlibat secara tidak langsung terhadap fraud prevention dan fraudulent
financial statement.
D. Saran
Berdasarkan keterbatasan penelitian di atas, berikut adalah saran yang
dapat dipertimbangkan bagi peneliti yang akan datang, yaitu:
1. Pada peneliti selanjutnya disamping menggunakan kuesioner juga
melakukan wawancara dan mengidentifikasi data sekunder sebagai bahan
pertimbangan dalam menilai objektifitas jawaban responden.
2. Pada peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan sampel yang lebih besar
agar dapat mengeneralisasi hasil penelitian.
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan variabel lain seperti
organizational commitment, red flags, dan fraud detection.
178
DAFTAR PUSTAKA
Abdullahi, R., dan Mansor, N. (2015). Fraud Triangle Theory and Fraud Diamond
Theory . Understanding the Convergent and Divergent For Future Research.
International Journal of Academic Research in Accounting, Finance and
Management Sciences, 5(4), 38–45. https://doi.org/10.6007/IJARAFMS/v5-
3/1823
Adam, O. F., dan Suzan, L. (2015). Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap
kecenderungan Kecurangan Akuntansi. E-Proceeding of Management, 2(3),
3295–3302.
Agoes, S. (2012). Auditing. Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik (Edisi 1). Jakarta: Salemba Empat.
Agusyani, N. K. S., Sujana, E., dan Wahyuni, M. A. (2016). Pengaruh
Whistleblowing System dan Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap
Pencegahan Fraud pada Pengelolaan Keuangan Penerimaan Pendapatan
Asli Daerah. E-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha, 6(3).
Ahmad, S., dan Owoyemi, M. Y. (2012). The Concept of Islamic Work Ethic: An
Analysis of Some Salient Points in The Prophetic Tradition. International
Journal of Business and Social Science, 3(20).
Ahrianti, D., Basuki, P., dan Widiastuty, E. (2015). Analisis pengaruh sistem
pengendalian internal, asimetri informasi, perilaku tidak etis dan kesesuaian
kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada Pemerintah
Daerah Kabupaten Lombok Timur. InFestasi, 11(1), 41–55.
Albrecht, W. S., Albrecht, C., dan Albrecht, C. C. (2008). Current Trends in Fraud
and its Detection. Information Security Journal: A Global Perspective, 17, 2-
12. http://dx.doi.org/10.1080/19393550801934331.
Albrecht, W. S., Albrecht, C. C., Albrecht, C. O., Zimbelman, M. (2006). Fraud
Examination (3rd ed.). Mason: South Western Cengage Learning.
Ali, A. J., dan Al-Owaihan, A. (2008). Islamic Work Ethic: A critical review. Cross
Cultural Management: An International Journal, 15(1), 5–19.
https://doi.org/10.1108/13527600810848791.
Ali, A. J., dan Weir, D. (2010). Islamic Perspectives on Management and
Organization. Journal of Management, Spirituality, and Religion, 2(3), 410-
415.
Alou, S. D., Ilat, V., dan Gamaliel, H. (2017). Pengaruh Kesesuaian Kompensasi,
Moralitas Manajemen, dan Keefektifan Pengendalian Internal Terhadap
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Pada Perushaaan Konstruksi di
Manado. Jurnal Riset Akuntansi Going Concern, 12(1), 139–148.
179
Amalia, R. D. (2015). Pengaruh keefektifan pengandilan internal, kesesuaian
kompensasi, moralitas aparat dan asimetri informasi terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi (Studi empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Siak Sri Indrapura). JOM FEKON, 2(2).
Anshari, F. R. (2015). Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate
Governance Terhadap Keandalan Laporan Keuangan Perusahaan (Studi
Kasus Pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Bandung). Skripsi.
Anugrah, R. (2014). Peranan Good Corporate Governance Dalam Pencegahan
Fraud. Jurnal Akuntansi, 3(1), 101-113.
Arens, A. A. (2008). Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan Terintegrasi (Edisi
1). Jakarta: Erlangga.
Asiah, N., dan Setyorini, D. (2017). Pengaruh Bystander Effect dan Whistleblowing
Terhadap Terjadinya Kecurangan Laporan Keuangan. Jurnal Nominal, 4(1),
109–123.
Association of Certified Fraud Examiners. (2018).
Bartenputra, A. (2016). Pengaruh Kesesuaian Kompensasi, Ketaatan Akuntansi,
dan Asimetri Informasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.
Artikel Ilmiah.
Basri, S. A., Marsan, A. D., Majid, R. A., Abu, N. A., Mohamed, N. (2017).
Reinforcement Tool of Whistleblowing to Eradicate Fraud In Public Sector.
SHS Web of Conferences.
Beekun, R. I. (1996). Islamic Business Ethic. International Institute of Islamic
Thought.
Bouville, M. (2007). Whistleblowing and Morality. Journal of Business Ethic, (81),
579–585.
Boynton, W. C., Johnson, R. N., dan Kell, W. G. (2002). Modern Auditing (Edisi
7). Jakarta: Erlangga.
BPKP. (2008). Fraud Auditing (5th ed.). Bogor: Pusdiklatwas BPKP.
Cahyo, M. N., dan Sulhani. (2017). Analisis Empiris Pengaruh Karakteristik
Komite Audit, Karakteristik Internal Audit, Whistleblowing System,
Pengungkapan Kecurangan Terhadap Reaksi Pasar. Jurnal Dinamika
Akuntansi Dan Bisnis, 4(2), 249–270.
Chanzanagh, H. E., dan Akbarnejad, M. (2011). The Meaning and Dimensions of
Islamic Work Ethic: Initial Validation of a Multidimensional IWE in Iranian
Society. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 30.
Citra, N. E. (2013). Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance dan
Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Epiris pada
BUMN di Kota Padang). Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.
180
Dalnial, H., Kamaluddin, A., Sanusi, Z. M., dan Khairuddin, K. S. (2014).
Detecting Fraudulent Financial Reporting through Financial Statement
Analysis. Journal of Advanced Management Science, 2(1), 17–22.
Dasgupta, S., dan Kesharwani, A. (2010). Whistleblowing: A Survey of Literature.
The IUP Journal of Corporate Governance, 9(4), 55–70.
Delfi, T., Anugerah, R., dan Azhar, A. (2014). Pengaruh Efektifitas Pengendalian
Internal dan Kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi (Survey Pada Perusahaan BUMN Cabang Pekanbaru). JOM
Fekon, 1(2), 1–17.
Dewi, C. K. R. (2017). Pengaruh Pengendalian Internal, Kesesuaian Kompensasi,
Ketaatan Aturan Akuntansi, dan Perilaku Tidak Etis Terhadap
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi Empiris Pada SKPD
Kabupaten Bengkalis). JOM Fekon, 4(1), 1443–1457.
Dorminey, J., Fleming, A. S., Kranacher, M. J., dan Riley, R. A. (2012). The
Evolution of Fraud Theory. American Accounting Association: Issues in
Accounting Education, 27(2), 555-579.
Einsenhardt, K. M. (1989). Agency Theory: An Assesment and Review. Academy
of Management Review, 14(1), 57-74.
Fadilah, I. (2018). Pengaruh Penerapan E-Registration, E-Filling, dan E-Billing
Terhadap Tingkat Kepuasan dan Dampaknya Pada Kepatuhan Wajib Pajak.
Skripsi.
Falikhatun, dan Assegaf, Y. U. (2012). Bank Syariah di Indonesia: Ketaatan Pada
Prinsip-Prinsip Syariah dan Kesehatan Finansial. CBAM-FE UNISSULA,
1(1), 245-254.
Fauzya, I. S. (2017). Pengaruh Keefektifan Sistem Pengendalian Internal,
Kesesuaian Kompensasi, Moralitas Individu, dan Asimetri Informasi
Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi dengan Perilaku Tidak Etis
Sebagai Variabel Intervening Pada BPPKAD Kabupaten Sragen. Skripsi.
Francis, R. D., Armstrong, A. F., dan Foxley, I. (2015). Whistleblowing: A Three
Part View. Journal of Financial Crime, 22(2).
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS21
(Edisi 7). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. (2015). Konsep, Teknik, dan Aplikasi Menggunakan Program Smart
PLS 3.0 (Edisi 2). Semarang: Salemba Empat, Universitas Diponegoro.
Gravitt, J. (2006). Recognizing Financial Statement Fraud Red Flags. Diakses pada
tanggal 18 November 2018 dari
http://www.crowechizek.com/crowe/Publications/pdfs/RecognizingFinancial
StateentFraud _PCS6203.
181
Gusnardi. (2011). Pengaruh Peran Komite Audit, Pengendalian Internal, Audit
Internal, dan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan terhadap Pencegahan
Kecurangan. Ekuitas, 15(1), 130–146.
Hamdani. (2015). Apakah Implementasi Etika Kerja Islami Dapat Menurunkan
Hasrat Seseorang Untuk Melakukan Tindakan Internal Fraud? Diakses pada
tanggal 15 Desember 2018 dari
https://tarunaraja.wordpress.com/2016/09/10/apakah-implementasi-etika
kerja-islami-dapat-menurunkan-hasrat-seseorang-untuk-melakukan-tindakan-
internal-fraud/.
Hamdani. (2016). Internal Fraud at Syariah Banking in Indonesia is a Certainty.
The Accounting Journal of BINANIAGA, 1(2), 27–34.
Hamdani, M. (2017). Pengaruh Kesesuaian Kompensasi, Keefektifan Sistem
Pengendalian Internal, Budaya Organisasi, dan Kompetensi Terhadap Fraud.
Tesis, 2(4), 136–145.
Hamdani, R., dan Albar, A. R. (2016). Internal Controls in Fraud Prevention
Effort: A Case Study. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, 20(2), 127–
135.
Hartono, J., dan Willy, A. (2014). Konsep dan Aplikasi PLS (Partial Least Square)
Penelitian Empiris. Yogyakarta:BPFE.
Hasanudin, A. I., dan Pangayow, B. J. C. (2016). Analisis Faktor-Faktor yang
Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi dan Perilaku
Tidak Etis (Studi Kasus Pada SKPD di Kabupaten Keerom). Jurnal Akuntansi
dan Keuangan Daerah, 11(1), 1–12.
Hasibuan, M. S. P. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Horwath, C. (2011). Article on Fraud.
Husna, F. (2013). Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Intern Kas dan
Implementasi Good Corporate Governance Terhadap Kecurangan. Artikel
Ilmiah.
In’airat, M. (2015). The Role of Corporate Governance in Fraud Reduction -
Aperception in Saudi Arabia Business Environment. Journal of Accounting
and Finance, 15(2).
Istiqomah, N. L. (2017). Analisis Pengaruh Reward and Punishment, Job Rotation,
dan Religiusitas Terhadap Fraud Pada BMT di Yogyakarta. Skripsi.
Jensen, M. C., dan Meckling, W. H. (1976). Theory of the firm: Managerial
behavior, agency costs and ownership structure. Journal of Financial
Economics, 3, 305-360.
182
Jessica, G. (2017). Pertama Kalinya Perusahaan Asuransi Dipidanakan. Diakses
pada tanggal 10 Desember 2018 dari
http://mediaindonesia.com/read/detail/124946-pertama-kalinya-perusahaan-
asuransi-dipidanakan.
Junia, N. (2016). Pengaruh Moralitas Aparat, Kesesuaian Kompensasi, dan
Ketaatan Aturan Akuntansi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
(Studi Empiris Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kampar).
JOM Fekon, 3(1), 1623–1637.
Yusof, M., Khair, A dan Simon, J. (2015). Fraudulent Financial Reporting: An
Application of Fraud Models to Malaysian Public Listed Companies. The
Macrotheme Review, 4(3), 126–145.
Kassem, R. (2016). Detecting Financial Reporting Fraud: The Impact and
Implications of Management Motivations for External Auditors - Evidence
from the Egyptian Context. Tesis.
KNKG. (2008). Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran - SPP (Whistleblowing
System – WBS). Jakarta: KNKG.
Kurniawan, G. (2013). Pengaruh Moralitas, Motivasi, dan Sistem Pengendalian
Internal Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada
SKPD di Kota Solok). Artikel Ilmiah.
Kustiawan, M. (2016). Pengaruh Pengendalian Intern dan Tindak Lanjut Temuan
Audit Terhadap Kualitas Laporan Keuangan yang Berimplikasi Terhadap
Pencegahan Fraud. Jurnal Akuntansi, 20(3), 345–362.
Kwatingtyas, L. P. A. (2017). Pengaruh Pengendalian Internal dan Manajemen
Risiko Pada Good Corporate Governance Serta Implikasinya Dalam
Pencegahan Fraud. Tesis.
Latifah, I., Purnamasari, P., dan Maemunah, M. (2018). The Influence of
Effectiveness Whistleblowing System and The Competence of Internal Auditor
to The Prevention of Fraud. Prosiding Akuntansi, 4(1), 484–495.
Lestari, I. T., Gunawan, H., dan Purnamasari, P. (2016). Pengaruh Peran Audit
Internal dan Efektivitas Whistleblowing System Terhadap Pencegahan Fraud
(Survei Pada Bank Umum Syariah di Kota Bandung, Jawa Barat). Prosiding
Akuntansi, 2(1), 205–212.
Lestari, N. K. L., dan Supadmi, N. L. (2017). Pengaruh Pengendalian Internal,
Integritas dan Asimetri Informasi Pada Kecurangan Akuntansi. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 21(1), 389–417.
Litbang KPK. (2009). Implementasi Good Corporate Governance di Sektor
Swasta: BUMN dan BUMD. Jakarta.
183
Maharani, S. (2013). Pengaruh Etika Bisnis Islam terhadap Kecederungan
Kecurangan Akuntansi dalam Pelaporan Keuangan pada Entitas Publik di
Indonesia, 7(2).
Malewa, M. A. (2015). Pengaruh Internal Control dan Internal Audit Terhadap
Upaya Meminimalisasi Kecurangan Dalam Laporan Keuangan. Skripsi.
Mangkuprawira, T. S. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Maradita, A. (2012). Karakteristik Good Corporate Governance Pada Bank Syariah
dan Bank Konvensional. Yuridika, 29(2).
Maryana, H., Sukarmanto, E., dan Nurhayati. (2018). Pengaruh Penerapan
Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan (Studi Kasus Pada Perusahaan BUMN di Kota Bandung).
Prosiding Akuntansi, 4(2), 701–707.
Mathis, L. R., dan Jackson, H. J. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Salemba Empat.
Miceli, M. P., Near, J. P., dan Dworkin, T. M. (2008). Whistleblowing in
Organization. New York: Routledge.
Muhammad, R., dan Ridwan. (2017). Pengaruh Kesesuaian Kompensasi,
Penerapan Sistem Informasi Akuntansi, dan Efektivitas Pengendalian Internal
Terhadap Kecurangan Akuntansi Studi Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
di Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi.
Mulia, M. H. K., Febrianto, R., dan Kartika, R. (2017). Pengaruh Moralitas
Individu dan Pengendalian Internal Terhadap Kecurangan: Sebuauh Studi
Eksperimental. Jurnal Akuntansi Dan Investasi, 18(2), 198–208.
Nadia, F. A., Sukarmanto, E., dan Purnamasari, P. (2018). Pengaruh Pengendalian
Internal dan Good Corporate Governance Terhadap Pencegahan
Kecurangan (Fraud) Perbankan (Studi Kasus Pada Bank Syariah Anak
Perusahaan BUMN di Medan). Prosiding Akuntansi, 4(2), 861–868.
Natasya, T. N., Karamoy, H., dan Lambey, R. (2017). Pengaruh Komitmen
Organisasi dan Pengendalian Internal Terhadap Risiko Terjadinya
Kecurangan (Fraud) Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan di Rumah Sakit
Bhayangkara TK. IV Polda Sulut. Jurnal Riset Akuntansi Going Concern,
12(2), 847–856.
Nugroho, V. O. (2015). Pengaruh Persepsi Karyawan mengenai Whistleblowing
System Terhadap Pencegahan Fraud Dengan Perilaku Etis Sebagai Variabel
Intervening Pada PT Pagilaran. Skripsi.
Nwanyanwu, L. A. (2018). Accountants’ Ethic and Fraud Control in Nigeria: The
Emergence of a Fraud Control Model. Journal of Accounting, Finance, and
Auditing Studies, 4(1), 130–150.
184
Oktaviani, W., Gunawan, H., dan Utomo, H. (2015). Pengaruh Pengendalian
Internal Dalam Pencegahan Fraud (Kecurangan) Terhadap Kinerja
Perusahaan. Prosiding Penelitian SPeSIA, 60–68.
Owojori, A. A., dan Asaolu, T. O. (2009). The Role of Forensic Accounting in
Solving the Vexed Problem of Corporate World. European Journal of
Scientific Research, 29(2), 183–187.
Prabowo, D. (2013). Kredit Fiktif BSM Terendus Sejak 2012, 3 Pegawai Sudah
Dipecat. Diakses pada tanggal 5 Januari 2019 dari
http://megapolitan.kompas.com/read/2013/10/24/2349078/Kredit.Fiktif.BSM
.Terendus.sejak.2012.3.Pegawai.Sudah.Dipecat
Priantara, D. (2013). Fraud Auditing dan Investigation. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Purba, B. P. (2015). Fraud dan Korupsi: Pencegahan, Pendeteksian, dan
Pemberantasannya. Jakarta Timur: Lestari Kiranatama.
Purdwiastuti, M. M., dan Nofiyanti, R. (2012). Biaya Keagenan dan Kebijakan
Deviden: Implikasi Afiliasi Grup Bisnis. UG Journal.
Putra, A. M., O., M. L., dan Maemunah, M. (2017). Pengaruh Audit Investigasi dan
Efektivitas Whistleblowing System terhadap Pencegahan Kecurangan
(Fraud). Prosiding Akuntansi, 3(2), 183–187.
Rahayu, F. J. (2018). Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kecurangan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Skripsi.
Rahma, N., Yulianti, R. T., dan Sofyani, H. (2018). Perilaku Etis Individu Dalam
Pelaporan Keuangan: Peran Pendidikan Berbasis Syariah dan komitmen
Religiusitas. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Islam, 6(1), 57–83.
Ramadhan, B. M., Ryandono, M. N. H (2015). Etos Kerja Islami Pada Kinerja
Bisnis Pedagang Muslim Pasar Besar Kota Madiun. JESTT, 2(4), 274-287.
Rivai, dan Jauvani, E. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk
Perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rivai, V. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan: Dari
Teori ke Praktek. Jakarta: Rajawali Pers.
Rizqa, R. (2019). Pengaruh Whistleblowing System, Sistem Pengendalian Internal,
Budaya Organisasi, dan Keadilan Organisasi Terhadap Pencegahan
Kecurangan: Studi Empiris Pada Dinas Pengairan Aceh. Skripsi.
Robinson, S., Robertson, J. C., dan Curtis, M. B. (2012). The Effects of Contextual
and Wrongdoing Attributes on Organizational Employees Whistleblowing
Intentions Following Fraud. Journal of Business Ethic, 106, 213–227.
185
Rudewicz, F., dan Partner. (2011). The Fraud Diamond : Use of Investigative Due
Diligence to Identify the “Capability Element of Fraud.” CTTMA
NEWSLETTER, 4(1), 1–13.
Saputra, A. (2017). Pengaruh Sistem Internal Kontrol, Audit Internal, dan
Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kecurangan (Fraud)
Perbankan. Riset dan Jurnal Akuntansi, 1(1), 48–57.
Sari, U. T. (2014). Pengaruh Kompensasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap
Kinerja Karyawan Melalui Motivasi Kerja Karyawan CV. Terus Jaya
Cilacap. Skripsi.
Semendawai, H. A., Santoso, F., Wagiman, W., Omas, B.I., Susilangingtias., dan
Wiryawan, S. M. (2011). Memahami Whistleblower. Jakarta Pusat: LPSK.
Shintadevi, P. F. (2015). Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Ketaatan
Aturan Akuntansi dan Kesesuaian Kompensasi terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi dengan Perilaku Tidak Etis sebagai Variabel
Intervening. Jurnal Nominal, 4(2).
Sihotang. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Pradnya Paramita.
Simamora, H. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi 3). Jakarta: STIE
YKPN.
Skousen, C. J. (2009). Detecting and Predicting Financial Statement Fraud: The
Effectiveness of the Fraud Triangle and SAS No 99. Bingley: Emerald Group
Publishing Limited.
Sofyandi, H. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi 1). Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Soleman, R. (2013). Pengaruh Pengendalian Internal dan Good Corporate
Governance Terhadap Pencegahan Fraud. JAAI, 17, 57–74.
Suginam. (2017). Pengaruh Peran Audit Internal dan Pengendalian Intern
Terhadap Pencegahan Fraud (Studi Kasus Pada PT. Total Tiga Indonesia).
Riset & Jurnal Akuntansi, 1(1), 22–28.
Sukmawati, A. (2016). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Dengan Perilaku Tidak Etis Sebagai
Variabel Intervening (Studi Kasus Pada Universitas Brawijaya Malang).
Tesis.
Sumbayak, J. S. (2017). Pengaruh Keadilan Organisasi, Sistem Pengendalian
Intern, Komitmen Organisasi, dan Gaya Kepemimpinan Terhadap
Kecurangan (Fraud). Jom FEKON, 4(1), 3168–3182.
Suryani, E., dan Helvinda, V. A. (2012). Pengaruh Pengalaman, Risiko Audit, dan
Keahlian Audit Terhadap Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Oleh Auditor
(Survey Pada KAP Di Bandung). Jurusan Akuntansi, Universitas Jenderal
Achmad Yani.
186
Syakhroza, A. (2003). Teori Corporate Governance. Jakarta: Majalah Usahawan.
Tasmara, T. (2002). Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani.
Tjager, I. N., Alijiyo, F. A., Djemat, H. R., dan Soembodo, B. (2003). Corporate
Governance: Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia.
Jakarta: PT. Prenhalindo.
Tuanakotta, T. M. (2012). Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif (Edisi 2).
Jakarta: Salemba Empat.
Tuanakotta, T. M. (2014). Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Jakarta:
Salemba Empat.
Tunggal, A. W. (2010). Dasar-Dasar Audit Internal Pedoman Untuk Auditor Baru.
Jakarta: Harvarindo.
Tunggal, A.W. (2011). Teori dan Kasus Internal Auditing. Jakarta: Harvarindo.
Tunggal, A. W. (2012). Pedoman Pokok Audit Internal. Jakarta: Harvarindo.
Tunggal, A. W. (2013). Dasar-Dasar Fraud Auditing. Jakarta: Harvarindo.
Urumsah, D., Wicaksono, A. P., dan Hardinto, W. (2018). Pentingkah Nilai
Religiusitas dan Budaya Organisasi Untuk Mengurangi Kecurangan? Jurnal
Akuntansi Multiparadigma, 9(1), 156–172.
Utami, L., Handajani, L., dan Hermanto. (2019). Efektivitas Komite Audit dan Audit
Internal Terhadap Kasus Kecurangan Dengan Whistleblowing System
Sebagai Variabel Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
26(2), 1570–1600.
Virmayani, P. C., Sulindawati, N. L. G. E., dan Atmadja, A. T. (2017). Pengaruh
Kesesuaian Kompensasi, Asimetri Informasi, Budaya Etis Organisasi, dan
Komitmen Organisasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
Akuntansi Pada Koperasi Simpan Pinjam Se-Kecamatan Buleleng. E-Journal
S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha, 7(1).
Wardana, I. G. A. K., Sujana, E., dan Wahyuni, M. A. (2017). Pengaruh
Pengendalian Internal, Whistlebowing System, dan Moralitas Aparat
Terhadap Pencegahan Fraud Pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Buleleng. E-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha, 8(2).
Wijaya, A. S. (2012). Kasus Gadai Emas Perburuk Citra Produk Syariah. Diakses
pada tanggal 5 Januari 2019 dari
https://m.tempo.co/read/news/2012/10/04/087433724/kasus-gadai-emas
perburuk-citra-produksyariah.
Wolfe, D. T., dan Hermanson, D. R. (2004). The Fraud Diamond : Considering the
Four Elements of Fraud, 74(12), 38–42.
187
Yamin, S., dan Kurniawan, H. (2011). Generasi Baru Mengolah Data Penelitian
dengan PLS Path-Modeling dengan Software XLSTAT, SmartPLS, dan Visual
PLS (Edisi 1). Jakarta: Salemba Infotek.
Yousef, D. (2000). The Islamic Work Ethic as a Mediator of the Relationship
Between of Control, Role Conflict and Role Ambiguity - A study in an Islamic
Country Setting. Journal of Managerial Psychology, 15(4), 283–302.
Yunus, H. (2011). Etika Bisnis dan Tinjauan Peraturan Perundang-Undangan:
Memastikan Sektor Swasta Melaksanakan Program Anti Korupsi Untuk
Menciptakan Sistem Integritas Nasional. Forum Diskusi Fakultas Hukum
Universitas Indonesia.
Zager, L., Malis, S. S., dan Novak, A. (2016). The Role and Responsibility of
Auditors in Prevention and Detection of Fraudulent Financial Reporting.
Procedia Economics and Finance, 39, 693–700.
Zainal, R. (2013). Pengaruh Efektivitas Pengendalian Intern, Asimetri Informasi,
dan Kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi (Fraud). Artikel Ilmiah.
Zarlis, D. (2018). Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap Pencegahan Fraud di
Rumah Sakit (Studi Empiris pada Rumah Sakit Swasta di Jabodetabek). Jurnal
Transparansi, 1(2), 206-217.
Zulkarnain, R. M. (2013). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Fraud
pada Dinas Kota Surakarta. Accounting Analysis Journal, 2(2), 125–131.
188
LAMPIRAN 1
Surat Permohonan Pengisian Kuesioner
189
Jakarta, 14 Februari 2019
Hal: Permohonan Pengisian Kuesioner
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Sdr/i Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Sebelumnya kami memohon maaf karena telah mengganggu waktu
Bapak/Ibu/Sdr/i. Sehubungan dengan tugas penelitian sebagai Dosen dan
Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, kami bermaksud melakukan penelitian bersama dengan
komposisi Tim sebagai berikut:
1. Reskino, SE, M.Si., Ak., CA., CMA., CERA (Ketua Tim)
2. Endah Sulistyowati (Anggota)
Dengan judul “Faktor-Faktor Determinant Fraudulent Financial Statement:
Peran Fraud Prevention Sebagai Mediator”.
Untuk itu, kami mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk berkenan
menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi lembar kuesioner secara
lengkap. Data yang diperoleh hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan
tidak digunakan sebagai penilaian kinerja di tempat Bapak/Ibu/Sdr/i bekerja,
sehingga kerahasiaannya akan kami jaga sesuai dengan etika penelitian.
Apabila diantara Bapak/Ibu/Sdr/i ada yang memubutuhkan hasil penelitian
ini, maka Bapak/Ibu/Sdr/i dapat menghubungi Endah Sulistyowati di telepon
081584123440 atau email [email protected]. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i
meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab kuesioner dalam eksperimen ini,
saya ucapkan terima kasih.
Salam,
Ketua Tim Peneliti,
Reskino, SE, M.Si., Ak., CA., CMA., CERA., QIA.
NIP. 19740928 200801 2 004
190
LAMPIRAN 2
Surat Keterangan
191
192
193
194
195
196
LAMPIRAN 3
Kuesioner Penelitian
197
KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR DETERMINANT FRAUDULENT FINANCIAL
STATEMENT: PERAN FRAUD PREVENTION SEBAGAI MEDIATOR
Oleh:
ENDAH SULISTYOWATI
NIM: 11150820000049
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERISITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
198
Jakarta, 14 Februari 2019
Hal: Permohonan Pengisian Kuesioner
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Sdr/i Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Sebelumnya kami memohon maaf karena telah mengganggu waktu
Bapak/Ibu/Sdr/i. Sehubungan dengan tugas penelitian sebagai Dosen dan
Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, kami bermaksud melakukan penelitian bersama dengan
komposisi Tim sebagai berikut:
1. Reskino, SE, M.Si., Ak., CA., CMA., CERA., QIA. (Ketua Tim)
2. Endah Sulistyowati (Anggota)
Dengan judul “Faktor-Faktor Determinant Fraudulent Financial Statement:
Peran Fraud Prevention Sebagai Mediator”.
Untuk itu, kami mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk berkenan
menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi lembar kuesioner secara
lengkap. Data yang diperoleh hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan
tidak digunakan sebagai penilaian kinerja di tempat Bapak/Ibu/Sdr/i bekerja,
sehingga kerahasiaannya akan kami jaga sesuai dengan etika penelitian.
Apabila diantara Bapak/Ibu/Sdr/i ada yang memubutuhkan hasil penelitian
ini, maka Bapak/Ibu/Sdr/i dapat menghubungi Endah Sulistyowati di telepon
081584123440 atau email [email protected]. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i
meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab kuesioner dalam eksperimen ini,
saya ucapkan terima kasih.
Salam,
Ketua Tim Peneliti,
Reskino, SE, M.Si., Ak., CA., CMA., CERA., QIA.
NIP. 19740928 200801 2 004
199
Nomor: ..….. (diisi oleh peneliti)
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : ……………………………………….. (boleh tidak diisi)
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan
3. Usia : < 25 Tahun 36 - 40 Tahun
25 - 30 Tahun 41 - 45 Tahun
31- 35 Tahun > 45 Tahun
4. Nama Perusahaan : ………………………………….………..
5. Posisi/Jabatan saat ini : …………………………………………...
6. Lokasi Perusahaan : Jakarta Utara Jakarta Barat
Jakarta Pusat Jakarta Selatan
Jakarta Timur
7. Pendidikan Formal : D3 S2
S1 S3
8. Pengalaman Kerja : < 3 Tahun 7 - 10 Tahun
3 - 6 Tahun > 10 Tahun
Petunjuk Pengisian Kuesioner
Berilah tanda silang (X) untuk setiap pernyataan yang menggambarkan persepsi
anda, dimana:
1= Sangat Tidak Setuju (STS) 4= Setuju (S)
2= Tidak Setuju (TS) 5= Sangat Setuju (SS)
3= Netral (N)
200
Whistleblowing System (Sistem Pelaporan Pelanggaran)
Whistleblowing adalah tindakan yang dilakukan karyawan atau mantan karyawan
untuk mengungkapkan apa yang dipercaya sebagai perilaku tidak etis atau ilegal
kepada manajemen sebagai pihak yang lebih tinggi atau kepada pihak eksternal
yang berwenang atau juga kepada publik (Bouville, 2007).
No Pernyataaan STS TS N S SS
1 Saya bersedia menyatakan komitmen
untuk melaksanakan whistleblowing
system dan berpartisipasi aktif untuk ikut
melaporkan bila menemukan adanya
pelanggaran dan kecurangan
2 Saya tidak takut untuk melaporkan
pelanggaran atau kecurangan yang terjadi
karena ada kebijakan mengenai
perlindungan pelapor/whistleblower
dalam whistleblowing system
3 Saya dan karyawan yang lain sudah
memiliki kecukupan kualitas dan jumlah
personil untuk melaksanakan tugas
sebagai petugas pengelola
whistleblowing system
Information and Communication (Informasi dan Komunikasi)
Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, pengungkapan, dan
pertukaran informasi kepada seluruh personel perusahaan agar mereka dapat
melaksanakan tanggung jawabnya (Arens, 2008:376).
No Pernyataan STS TS N S SS
1 Saya memahami konsep dan pentingnya
pengendalian internal termasuk
pembagian tanggung jawab
2 Saya turut serta mengkomunikasikan
informasi untuk mengevaluasi seberapa
baik pedoman dan kebijakan perusahaan
serta diimplementasikan
3 Saya mengolah transaksi perusahaan
dengan komputerisasi dan dicatat di buku
besar
4 Saya telah mengolah informasi dengan
cepat dan tepat waktu
5 Saya telah melakukan identifikasi kelas-
kelas transaksi
201
No Pernyataaan STS TS N S SS
4 Saya akan menggunakan nama
samaran/anonym jika melaporkan suatu
pelanggaran atau kecurangan
5 Saya berani melaporkan tindak
pelanggaran karena ada kekebalan atas
sanksi administratif
6 Saya lebih mudah dalam melaporkan
tindak pelanggaran karena tersedianya
saluran khusus untuk melaporkan tindak
pelanggaran
Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik)
Good corporate governance adalah suatu sistem yang dipakai untuk
mengarahkan dan mengendalikan serta mengawasi (directing, controlling, dan
supervising) pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien, efektif,
ekonomis, dan produktif (E3P) dengan pronsip-prinsip transparancy,
accountable, responsible, independent, dan fairness (TARIF) dalam rangka
mencapai tujuan organisasi (Syakhroza, 2003:14)).
No Pernyataan STS TS N S SS
Transparansi (Transparency)
1 Saya dapat menyajikan laporan keuangan
dengan akurat dan tepat waktu
2 Saya dapat menyampaikan uraian
mengenai kondisi perusahaan yang
sebenarnya
3 Saya selalu terbuka akan informasi dari
laporan keuangan kepada para pengguna
laporan keuangan
Akuntabilitas (Accountability)
4 Saya memahami pedoman corporate
governance yang tertulis di mana di
dalamnya mengatur secara rinci hak-hak
dan kewajiban pekerja
5 Saya bersedia membuat pernyataan
tertulis secara berkala bahwa saya taat
pada pedoman kode etik yang telah
ditentukan perusahaan
Pertanggungjawaban (Responsibilities)
6 Saya menerapkan sistem tata nilai dan
budaya yang dianut perusahaan
202
No Pernyataan STS TS N S SS
7 Saya bekerja sesuai dengan standar
operasional, prosedur, dan ketentuan
yang berlaku
Kemandirian (Independency)
8 Saya dapat bekerja secara mandiri sesuai
dengan peran dan fungsi tugas yang saya
miliki
9 Saya dapat melakukan pengambilan
keputusan secara obyektif pada tugas
yang saya miliki
Kewajaran (Fairness)
10 Saya dan seluruh pihak yang
berkepentingan di perusahaan selalu
diperhatikan oleh perusahaan
berdasarkan asas kesetaraan dan
kewajaran
11 Saya mendapatkan perlakuan yang setara
dan wajar dari perusahaan sesuai dengan
kontribusi dan manfaat yang saya
berikan
12 Saya diberikan kesempatan untuk
memberikan masukan dan pendapat
untuk perusahaan serta memiliki akses
mendapatkan informasi sesuai dengan
prinsip keterbukaan
13 Saya mendapatkan kesempatan yang
sama dalam berkarir dan melaksanakan
tugas secara profesional
Conformity Compensation (Kesesuaian Kompensasi)
Kompensasi adalah pengaturan keseluruhan pemberian balas jasa bagi pegawai
dan manajer baik berupa finansial maupun barang dan jasa pelayanan yang
dterima oleh setiap pegawai (Sihotang, 2007).
No Pernyataan STS TS N S SS
Gaji dan Upah
1 Gaji yang saya terima setiap bulannya
diberikan secara tepat waktu
2 Gaji yang saya terima sesuai dengan
pekerjaan dan pendidikan saya
203
No Pernyataan STS TS N S SS
Insentif
3 Tambahan penghasilan dari proyek yang
saya terima sesuai dengan hasil kerja
saya
4 Jika kerja lembur saya memperoleh
tambahan penghasilan
Tunjangan
5 Tunjangan kesehatan yang saya terima
sudah memadai
6 Tunjangan jabatan yang saya terima
sudah sesuai dengan beban kerja yang
saya kerjakan
7 Tunjangan kinerja yang saya terima
sudah sesuai dengan hasil kerja saya
Fasilitas
8 Dalam bekerja saya memperoleh fasilitas
komputer
9 Saya memperoleh fasilitas berupa
penggantian biaya bensin untuk
memperlancar tugas dan pekerjaan saya
10 Fasilitas-fasilitas (ruang kantor, tempat
ibadah, tempat parkir) yang saya terima
sudah memadai
Islamic Work Ethic (Etika Kerja Islam)
Islamic work ethic didefinisikan sebagai sikap kepribadian yang melahirkan
keyakinan yang mendalam bahwa bekerja tidak hanya untuk memuliakan
dirinya, memperlihatkan kemanusiaannya, dan sebagai suatu menifestasi dari
amal saleh karena mempunyai nilai ibadah yang luhur (Tasmara, 2002).
No Pernyataan STS TS N S SS
Upaya (Effort)
1 Dengan bekerja saya dapat memberikan
manfaat untuk diri saya dan orang lain
2 Dengan bekerja keras saya mampu
mencapai kemajuan dalam hidup
Kompetisi (Competition)
3 Saya mampu bekerja dengan kemampuan
yang terbaik
4 Bagi saya kebahagiaan dan keberhasilan
saya bersumber dari kreatifitas kerja saya
204
No Pernyataan STS TS N S SS
5 Persaingan secara sehat di tempat kerja
merupakan hal yang baik
Bertanggung Jawab (Responsible)
6 Saya mampu memenuhi tanggung jawab
dengan bekerja keras secara terus-
menerus
7 Mengabdikan diri saya pada suatu
pekerjaan adalah hal yang positif
8 Saya mampu menentukan nasib saya
sendiri dengan bekerja
Transparansi (Transparency)
9 Bagi saya keadilan di tempat kerja
merupakan kondisi yang penting bagi
kesejahteraan karyawan
10 Saya mampu memberikan kontribusi
bagi kesejahteraan orang lain dengan
penghasilan saya
11 Saya merasa hubungan sesama pegawai
dalam instansi harus mendapat perhatian
yang besar
12 Saya mampu bekerja secara jujur dan
adil
Fraud Prevention (Pencegahan Kecurangan)
Fraud prevention adalah upaya terintegrasi yang dapat menekan terjadinya faktor
penyebab fraud (BPKP, 2008:37)
No Pernyataan STS TS N S SS
Ciptakan Kejujuran, Keterbukaan, dan Saling Membantu
1 Saya dapat mengimplementasikan
program pengendalian anti fraud
berdasarkan nilai-nilai yang dianut
perusahaan
2 Saya dapat bersikap jujur, terbuka dan
saling membantu antar karyawan
3 Saya memiliki sikap tanggap terhadap
segala sesuatu yang terjadi di perusahaan
4 Di perusahaan tempat saya bekerja,
terjalin komunikasi yang positif dan
kekeluargaan yang erat satu sama lain
untuk saling mengingatkan kesalahan
yang terjadi
205
No Pernyataan STS TS N S SS
Kesadaran Kecurangan
5 Saya dapat meningkatkan kewaspadaan
terhadap kecurangan yang terjadi di
perusahaan
6 Saya tidak pernah menggunakan aset
perusahaan untuk kepentingan pribadi
7 Saya tidak pernah menerima suap dalam
bentuk apapun
Program Bantuan Kepada Karyawan yang mengalami kesulitan
8 Saya mendapatkan perhatian dan bantuan
dari perusahaan ketika sedang
mengalami kesulitan ekonomi
Adanya Sanksi terhadap Segala Bentuk Kecurangan
9 Saya bersedia menerima sanksi dari
perusahaan apabila terbukti melakukan
tindak kecurangan
10 Saya dan karyawan yang lain saling
bekerjasama guna minimalisir tindakan
kecurangan di perusahaan
Fraudulent Financial Statement (Kecurangan Laporan Keuangan)
Fraudulent financial statement adalah salah saji atau pengabaian jumlah serta
pengungkapan laporan keuangan yang disengaja dengan tujuan menipu para
pengguna laporan keuangan (Arens, 2008:430).
No Pernyataan STS TS N S SS
1 Saya melakukan pengujian atas dokumen
dan informasi yang diperoleh guna
meminimalisir kecurangan laporan
keuangan
2 Saya dapat memperkirakan bentuk-
bentuk kecurangan guna meminimalisir
kecurangan laporan keuangan
3 Saya berusaha untuk tidak menerima
berbagai pembayaran fiktif yang ada di
perusahaan guna meminimalisir
kecurangan laporan keuangan
4 Menutupi aset yang disalahgunakan
untuk keperluan pribadi merupakan
tindakan kecurangan laporan keuangan
206
No Pernyataan STS TS N S SS
5 Saya dapat melakukan kecurangan
laporan keuangan jika mendapat tekanan
dan paksaan dari atasan
6 Karyawan yang memiliki sifat serakah
dapat mendorong dirinya untuk
melakukan kecurangan laporan keuangan
7 Saya dapat melakukan kecurangan
laporan keuangan jika terdesak masalah
ekonomi
8 Biaya yang dicatat lebih besar dari
semestinya untuk keperluan pribadi
merupakan tindakan kecurangan laporan
keuangan
9 Memasukkan kebutuhan pribadi kedalam
belanja perusahaan merupakan tindakan
kecurangan laporan keuangan
207
LAMPIRAN 4
Daftar Identitas dan Jawaban
Responden
208
IDENTITAS RESPONDEN
No Jenis Kelamin Usia Pendidikan Formal Lama Bekerja
1 1 3 2 2
2 2 2 2 1
3 1 6 2 4
4 2 6 3 4
5 2 3 2 3
6 2 6 2 4
7 1 3 3 2
8 2 2 2 2
9 1 4 2 4
10 1 6 2 4
11 1 4 2 3
12 2 3 2 3
13 1 6 2 4
14 2 6 2 4
15 1 4 2 4
16 2 2 2 2
17 1 6 2 4
18 2 2 2 2
19 1 4 2 3
20 1 2 2 2
21 1 3 2 2
22 1 3 2 4
23 1 2 2 2
24 2 2 2 2
25 2 1 2 1
26 1 3 2 4
27 2 2 2 2
28 2 2 2 1
29 1 4 2 1
30 1 2 2 2
31 1 2 2 2
32 2 3 2 2
33 2 3 2 2
34 1 2 2 2
35 1 2 2 1
36 1 3 3 4
37 2 1 2 1
209
No Jenis Kelamin Usia Pendidikan Formal Lama Bekerja
38 2 2 2 2
39 2 1 2 1
40 1 3 1 3
41 2 2 2 2
42 1 2 2 2
43 1 2 2 2
44 1 2 2 2
45 1 2 2 3
46 2 2 2 2
47 1 3 2 2
48 1 3 2 3
49 1 1 2 1
50 1 2 2 2
51 1 2 2 2
52 1 2 2 2
53 1 2 2 2
54 2 2 2 2
55 1 2 2 2
56 1 3 2 3
57 1 3 2 3
58 2 1 1 2
59 2 1 1 2
60 2 1 2 2
61 2 1 2 2
62 1 2 2 2
63 1 2 2 2
64 1 5 2 4
65 1 5 2 4
66 1 2 2 2
67 2 2 2 2
68 1 2 2 2
69 2 6 2 4
70 2 2 2 2
71 2 2 2 1
72 2 2 2 1
73 1 2 2 2
74 1 1 2 1
75 2 6 2 4
210
No Jenis Kelamin Usia Pendidikan Formal Lama Bekerja
76 1 3 2 3
77 2 1 2 2
78 2 3 2 3
79 2 2 2 2
80 2 2 2 1
81 1 1 2 2
82 2 1 2 1
83 2 2 2 1
84 1 3 3 2
85 2 3 1 4
86 1 2 2 1
87 2 1 2 2
88 2 3 2 2
89 1 2 2 2
90 1 3 2 4
91 2 2 2 2
92 2 2 2 1
93 1 2 2 2
94 2 1 2 1
95 2 2 2 2
96 1 3 2 2
97 1 2 2 2
98 1 6 2 4
211
Jawaban Responden Variabel Information and Communication
No IAC_1 IAC_2 IAC_3 IAC_4 IAC_5
1 4 3 5 4 5
2 4 4 4 4 4
3 5 5 4 3 3
4 5 5 5 5 4
5 4 4 4 4 4
6 5 4 3 3 3
7 4 4 4 4 4
8 5 5 5 5 5
9 4 4 3 4 3
10 5 5 5 5 5
11 5 5 4 4 4
12 4 4 4 4 4
13 4 5 5 4 5
14 4 4 4 4 3
15 4 5 4 4 4
16 4 4 4 4 4
17 4 4 4 5 4
18 3 3 3 4 3
19 5 5 5 5 5
20 4 4 4 4 4
21 4 3 3 4 4
212
No IAC_1 IAC_2 IAC_3 IAC_4 IAC_5
22 5 5 5 5 5
23 4 3 4 4 4
24 4 4 4 4 4
25 4 4 4 4 4
26 4 4 4 4 3
27 4 4 4 4 4
28 4 4 4 5 4
29 4 4 4 3 4
30 4 4 4 4 4
31 4 4 4 4 4
32 3 4 5 5 5
33 4 4 4 4 3
34 4 4 4 4 4
35 5 3 3 3 3
36 4 4 5 4 5
37 4 4 5 4 4
38 4 3 5 4 3
39 4 4 3 3 3
40 4 4 4 4 4
41 4 4 4 4 4
42 4 4 4 4 4
43 4 3 4 3 4
44 5 5 5 4 3
213
No IAC_1 IAC_2 IAC_3 IAC_4 IAC_5
45 4 4 5 5 5
46 4 4 4 4 4
47 4 4 5 4 5
48 4 4 5 4 5
49 4 4 5 4 5
50 5 3 4 4 3
51 4 4 4 4 4
52 4 4 4 5 5
53 4 4 4 4 3
54 4 4 3 4 4
55 4 3 3 3 3
56 4 4 5 4 3
57 4 3 4 4 3
58 4 4 4 4 4
59 4 4 3 4 4
60 4 3 5 4 5
61 4 3 5 4 5
62 4 3 5 4 5
63 4 4 4 4 4
64 5 5 4 4 4
65 4 4 4 4 4
66 4 3 3 4 4
67 4 4 4 4 4
214
No IAC_1 IAC_2 IAC_3 IAC_4 IAC_5
68 4 4 4 4 4
69 5 5 5 5 5
70 4 4 5 5 4
71 4 4 4 3 3
72 4 4 4 4 4
73 5 5 4 4 5
74 4 4 4 4 4
75 5 4 4 5 4
76 4 4 4 4 4
77 5 4 4 4 4
78 4 5 3 5 3
79 4 3 5 4 5
80 5 3 4 4 4
81 4 4 5 4 4
82 4 4 4 4 4
83 3 2 4 4 4
84 5 5 3 5 4
85 4 4 4 4 4
86 4 4 3 3 3
87 5 3 5 5 5
88 4 3 4 4 4
89 4 4 3 4 3
90 5 5 5 5 5
215
No IAC_1 IAC_2 IAC_3 IAC_4 IAC_5
91 4 5 5 4 4
92 4 5 5 4 4
93 4 4 4 5 4
94 5 4 4 5 4
95 5 4 4 4 4
96 4 5 4 4 5
97 4 4 5 4 5
98 4 5 4 5 5
216
Jawaban Responden Variabel Whistleblowing System
No WS_1 WS_2 WS_3 WS_4 WS_5 WS_6
1 4 4 5 5 4 4
2 3 4 3 3 5 3
3 5 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 5 5
5 4 4 4 4 4 4
6 4 4 4 4 4 4
7 4 4 4 5 4 2
8 4 4 4 4 4 4
9 5 5 5 5 5 5
10 5 5 4 4 4 4
11 5 5 5 5 4 5
12 4 4 4 4 4 4
13 5 5 5 5 5 5
14 4 4 4 4 4 4
15 5 5 5 5 5 5
16 4 4 4 4 4 4
17 5 5 5 5 5 4
18 4 4 4 4 4 4
19 3 3 3 3 3 3
20 4 5 4 4 5 4
21 4 4 4 4 4 4
217
No WS_1 WS_2 WS_3 WS_4 WS_5 WS_6
22 4 4 3 5 4 3
23 4 4 4 4 4 4
24 4 4 4 4 4 4
25 4 4 5 4 5 4
26 4 4 4 4 4 4
27 4 4 4 5 4 4
28 5 5 4 5 5 4
29 3 3 5 3 3 3
30 4 4 3 4 4 3
31 4 4 4 4 4 2
32 4 4 4 5 4 4
33 5 5 4 5 5 4
34 4 4 5 4 4 4
35 4 4 4 4 5 4
36 5 5 4 5 5 4
37 4 4 4 4 4 4
38 4 4 5 4 4 3
39 4 4 3 4 4 3
40 3 3 4 3 3 4
41 4 4 3 4 4 3
42 4 5 4 4 5 4
43 4 5 4 5 5 4
44 4 4 4 4 4 4
218
No WS_1 WS_2 WS_3 WS_4 WS_5 WS_6
45 4 5 5 4 5 5
46 3 3 4 3 3 3
47 5 4 4 5 4 3
48 4 4 3 4 4 3
49 5 5 4 5 5 4
50 4 4 3 4 4 3
51 4 3 4 4 3 4
52 5 4 5 5 4 5
53 4 4 4 4 4 4
54 4 4 4 4 4 3
55 3 3 5 3 3 5
56 4 4 3 4 4 3
57 4 4 4 4 4 4
58 4 4 5 4 4 5
59 4 4 5 4 4 5
60 4 4 5 4 4 5
61 4 4 3 4 4 3
62 4 4 5 5 4 5
63 4 4 5 4 4 5
64 4 4 5 4 5 5
65 4 4 4 5 4 4
66 3 3 3 3 3 3
67 4 4 4 4 4 4
219
No WS_1 WS_2 WS_3 WS_4 WS_5 WS_6
68 4 4 4 4 4 4
69 5 5 5 5 5 5
70 4 4 5 4 4 5
71 4 4 4 4 4 4
72 4 4 4 4 4 4
73 4 4 4 4 4 4
74 4 4 4 4 4 4
75 5 5 4 5 5 4
76 4 4 5 4 5 5
77 5 5 5 5 5 5
78 4 4 3 4 4 3
79 4 4 4 4 4 4
80 5 5 4 5 5 4
81 4 5 4 4 5 4
82 4 5 4 4 5 4
83 4 4 4 4 4 4
84 5 5 4 5 5 4
85 4 4 4 4 4 4
86 4 4 4 4 4 4
87 5 5 5 5 5 5
88 4 4 3 4 4 3
89 5 5 4 5 5 4
90 5 5 5 5 5 5
220
No WS_1 WS_2 WS_3 WS_4 WS_5 WS_6
91 4 4 4 4 4 4
92 4 4 4 5 4 4
93 4 4 4 4 4 4
94 5 5 4 5 5 4
95 4 5 5 4 5 5
96 4 4 5 4 4 5
97 5 4 5 5 4 5
98 4 5 5 4 5 5
221
Jawaban Responden Variabel Good Corporate Governance
No GCG_1 GCG_2 GCG_3 GCG_4 GCG_5 GCG_6 GCG_7 GCG_8 GCG_9 GCG_10 GCG_11 GCG_12 GCG_13
1 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4
2 3 5 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4
3 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
6 5 3 5 5 5 5 5 5 5 3 4 4 4
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
8 3 5 4 3 3 4 5 5 5 4 5 4 4
9 4 3 4 4 5 4 4 5 3 2 3 4 4
10 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5
11 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5
12 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4
13 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4
14 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
15 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5
16 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
17 4 4 4 4 4 4 5 3 4 3 4 4 4
18 3 3 5 2 3 5 3 4 4 3 3 3 3
19 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4
20 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5
21 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4
222
No GCG_1 GCG_2 GCG_3 GCG_4 GCG_5 GCG_6 GCG_7 GCG_8 GCG_9 GCG_10 GCG_11 GCG_12 GCG_13
22 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4
23 2 4 4 3 2 4 4 2 4 4 5 4 4
24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
25 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4
26 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4
27 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3
28 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5
29 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 5 3
30 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
31 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4
32 4 3 4 3 4 4 4 4 5 3 3 4 3
33 3 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 3 4
34 4 4 5 3 4 5 4 3 3 4 4 5 5
35 4 3 4 3 4 4 4 3 5 5 3 5 4
36 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4
37 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
38 3 4 4 5 3 4 4 4 4 3 4 4 4
39 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3
40 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4
41 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 3
42 4 4 5 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4
43 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
44 4 3 5 4 4 4 4 3 3 4 3 4 5
223
No GCG_1 GCG_2 GCG_3 GCG_4 GCG_5 GCG_6 GCG_7 GCG_8 GCG_9 GCG_10 GCG_11 GCG_12 GCG_13
45 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4
46 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4
47 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 3
48 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 3
49 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4
50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 5 4
51 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4
52 5 4 3 4 5 3 3 4 5 3 4 3 4
53 4 2 4 4 4 4 4 5 4 3 5 4 4
54 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
55 5 3 5 4 5 3 3 4 5 3 3 3 4
56 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4
57 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3
58 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3
59 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3
60 3 4 3 3 3 3 5 4 4 4 4 4 4
61 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4
62 4 5 4 4 4 3 4 4 4 3 5 4 4
63 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4
64 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4
65 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
66 3 4 5 4 3 3 3 5 4 3 4 3 3
67 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3
224
No GCG_1 GCG_2 GCG_3 GCG_4 GCG_5 GCG_6 GCG_7 GCG_8 GCG_9 GCG_10 GCG_11 GCG_12 GCG_13
68 5 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3
69 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
70 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4
71 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 4 3
72 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4
73 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5
74 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
75 4 4 4 5 4 4 4 5 4 2 4 4 4
76 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 2
77 5 4 5 5 5 5 5 4 3 3 4 4 4
78 4 4 4 5 4 4 5 4 5 3 4 4 3
79 4 5 5 4 4 3 4 4 4 3 5 4 4
80 2 4 3 4 2 3 4 3 4 4 4 2 2
81 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4
82 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
83 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
84 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5
85 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
86 5 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4
87 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3
88 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 2
89 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4
90 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5
225
No GCG_1 GCG_2 GCG_3 GCG_4 GCG_5 GCG_6 GCG_7 GCG_8 GCG_9 GCG_10 GCG_11 GCG_12 GCG_13
91 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5
92 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5
93 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 5
94 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4
95 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4
96 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4
97 5 4 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4
98 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4
226
Jawaban Responden Variabel Conformity Compensation
No CC_1 CC_2 CC_3 CC_4 CC_5 CC_6 CC_7 CC_8 CC_9 CC_10
1 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4
2 4 3 4 5 4 3 4 4 5 4
3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 3 5 3 5 3 5
5 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4
6 5 4 5 4 4 4 3 5 4 4
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
8 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4
9 5 4 5 5 4 4 3 5 4 4
10 5 5 4 4 3 5 3 5 3 5
11 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5
12 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4
13 5 5 5 5 3 5 4 5 3 5
14 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4
15 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5
16 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4
17 5 4 5 3 4 4 4 5 4 5
18 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5
19 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5
20 5 5 5 4 4 5 3 5 5 4
21 4 4 5 4 4 4 3 4 4 5
227
No CC_1 CC_2 CC_3 CC_4 CC_5 CC_6 CC_7 CC_8 CC_9 CC_10
22 5 3 4 5 3 3 3 4 3 4
23 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4
24 4 4 5 4 3 4 3 4 3 4
25 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4
26 5 3 5 5 4 3 3 5 4 4
27 3 5 4 4 4 5 4 4 4 4
28 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4
29 2 2 4 5 4 2 4 4 4 4
30 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4
31 5 2 5 4 4 2 2 5 4 4
32 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4
33 5 4 5 4 4 4 3 5 4 4
34 5 3 4 3 3 4 2 4 3 2
35 5 3 3 4 4 3 3 3 4 4
36 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
37 5 3 4 5 3 3 3 4 4 4
38 5 3 5 4 4 4 3 5 4 5
39 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3
40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
41 4 4 5 5 4 4 4 4 4 3
42 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
43 3 4 3 5 3 4 3 3 3 3
44 5 5 5 4 4 5 4 5 4 3
228
No CC_1 CC_2 CC_3 CC_4 CC_5 CC_6 CC_7 CC_8 CC_9 CC_10
45 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
46 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4
47 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3
48 4 3 4 5 3 3 4 4 3 3
49 4 4 5 4 5 4 4 5 5 4
50 5 5 5 5 3 5 3 5 3 2
51 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3
52 5 4 4 5 5 4 3 5 5 5
53 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4
54 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4
55 5 4 5 5 5 4 3 5 5 5
56 5 4 4 4 5 4 2 4 5 3
57 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
58 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4
59 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
60 5 4 5 5 3 4 3 4 3 4
61 5 4 4 4 3 5 3 4 3 4
62 5 4 4 4 3 4 3 4 3 4
63 4 3 5 5 4 3 3 5 4 4
64 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5
65 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
66 3 3 5 4 2 3 3 4 2 5
67 4 3 5 5 3 3 3 4 3 5
229
No CC_1 CC_2 CC_3 CC_4 CC_5 CC_6 CC_7 CC_8 CC_9 CC_10
68 4 3 4 4 3 3 3 4 3 5
69 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5
70 4 3 4 5 5 3 4 4 5 3
71 5 4 4 3 4 5 4 4 4 3
72 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
73 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4
74 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4
75 5 4 5 4 5 4 4 5 5 4
76 5 3 5 5 2 3 3 5 4 5
77 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4
78 5 4 5 4 4 4 3 5 4 5
79 5 4 4 4 3 4 3 4 3 4
80 4 3 4 5 4 3 4 4 4 3
81 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4
82 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4
83 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4
84 4 3 5 3 3 3 4 5 3 5
85 4 4 4 4 2 4 3 4 2 4
86 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4
87 4 3 4 4 2 3 2 4 2 3
88 3 4 4 5 5 4 4 4 5 4
89 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4
90 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4
230
No CC_1 CC_2 CC_3 CC_4 CC_5 CC_6 CC_7 CC_8 CC_9 CC_10
91 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5
92 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5
93 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4
94 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
95 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4
96 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5
97 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4
98 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4
231
Jawaban Responden Variabel Islamic Work Ethic
No IWE_1 IWE_2 IWE_3 IWE_4 IWE_5 IWE_6 IWE_7 IWE_8 IWE_9 IWE_10 IWE_11 IWE_12
1 3 3 4 4 4 4 4 4 5 3 5 4
2 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4
3 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
6 5 3 5 2 3 5 5 5 2 3 3 5
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
8 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5
9 5 4 5 5 4 2 3 5 4 4 4 5
10 5 5 5 5 5 3 5 4 5 5 5 5
11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
12 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
13 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
17 5 5 5 4 4 4 3 5 4 4 5 5
18 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4
19 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4
20 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5
21 5 4 4 3 5 3 3 5 3 4 3 5
232
No IWE_1 IWE_2 IWE_3 IWE_4 IWE_5 IWE_6 IWE_7 IWE_8 IWE_9 IWE_10 IWE_11 IWE_12
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
24 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5
25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
26 4 4 4 3 4 4 3 5 3 3 4 4
27 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4
28 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4
29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
30 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4
31 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4
32 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4
33 5 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 5
34 4 4 5 5 5 4 3 4 5 3 4 4
35 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 5
36 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4
37 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
38 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5
39 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4
40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
41 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5
42 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
43 4 4 4 5 5 4 3 4 5 4 3 4
233
No IWE_1 IWE_2 IWE_3 IWE_4 IWE_5 IWE_6 IWE_7 IWE_8 IWE_9 IWE_10 IWE_11 IWE_12
45 3 4 4 3 4 4 5 3 3 5 4 4
46 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
47 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 5 5
48 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 5 4
49 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5
50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
51 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4
52 3 4 4 3 5 3 2 3 3 3 2 3
53 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5
54 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4
55 3 4 4 3 5 3 2 3 3 3 2 3
56 5 4 4 3 3 3 3 5 4 3 3 4
57 3 3 3 3 3 3 3 5 5 3 3 3
58 4 4 4 3 3 3 2 4 3 4 5 5
59 4 4 4 3 3 3 2 4 4 4 5 5
60 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
62 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4
63 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
64 4 4 4 4 4 3 4 5 4 3 5 4
65 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
66 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 5
67 4 4 5 4 4 4 3 4 4 3 5 5
234
No IWE_1 IWE_2 IWE_3 IWE_4 IWE_5 IWE_6 IWE_7 IWE_8 IWE_9 IWE_10 IWE_11 IWE_12
68 4 4 5 4 4 4 3 4 4 3 5 5
69 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4
70 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5
71 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
72 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
73 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4
74 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
75 5 4 5 4 4 4 3 5 4 3 4 4
76 4 4 4 3 3 5 4 4 3 5 4 4
77 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5
78 4 4 4 5 4 3 2 4 5 4 5 4
79 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
80 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 2 4
81 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4
82 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
83 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
84 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5
85 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4
86 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5
87 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4
88 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
89 4 4 5 5 4 4 4 4 5 3 4 4
90 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5
235
No IWE_1 IWE_2 IWE_3 IWE_4 IWE_5 IWE_6 IWE_7 IWE_8 IWE_9 IWE_10 IWE_11 IWE_12
91 4 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4
92 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5
93 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5
94 5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4
95 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4
96 4 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 4
97 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5
98 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4
236
Jawaban Responden Variabel Fraud Prevention
No FP_1 FP_2 FP_3 FP_4 FP_5 FP_6 FP_7 FP_8 FP_9 FP_10
1 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
2 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4
3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5
5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
6 4 5 5 4 4 5 5 5 4 3
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
8 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
9 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4
10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
12 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4
13 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
15 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5
16 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
17 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5
18 4 4 3 4 3 4 5 3 4 4
19 4 5 4 5 4 4 5 4 5 5
20 3 4 5 5 4 4 5 5 4 4
21 3 4 4 5 4 3 5 4 4 4
237
No FP_1 FP_2 FP_3 FP_4 FP_5 FP_6 FP_7 FP_8 FP_9 FP_10
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
24 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4
25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
26 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
27 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3
28 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4
29 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4
30 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4
31 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
33 4 5 4 4 4 2 4 4 4 4
34 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4
35 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5
36 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
37 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
38 3 5 5 5 3 5 5 5 4 5
39 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4
40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
41 4 4 4 3 4 5 5 4 5 4
42 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
43 3 4 4 4 3 4 4 5 4 3
44 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
238
No FP_1 FP_2 FP_3 FP_4 FP_5 FP_6 FP_7 FP_8 FP_9 FP_10
45 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4
46 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
47 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4
48 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4
49 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4
50 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5
51 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3
52 3 4 4 3 3 4 5 4 5 5
53 4 4 4 4 3 5 5 4 4 4
54 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
55 3 4 4 3 3 4 5 4 5 5
56 3 4 4 3 3 4 5 4 3 3
57 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
58 3 4 3 4 4 3 5 4 4 4
59 3 4 3 4 4 3 5 3 4 4
60 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3
61 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3
62 3 4 4 4 3 3 4 5 4 3
63 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4
64 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4
65 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
66 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3
67 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4
239
No FP_1 FP_2 FP_3 FP_4 FP_5 FP_6 FP_7 FP_8 FP_9 FP_10
68 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4
69 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
70 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4
71 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
72 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4
73 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4
74 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
75 4 4 4 3 3 4 5 4 4 4
76 3 3 4 4 3 5 5 4 3 4
77 5 5 5 5 5 3 5 5 5 3
78 4 5 4 4 3 4 5 4 5 4
79 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3
80 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4
81 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4
82 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4
83 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4
84 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4
85 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4
86 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
87 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4
88 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4
89 5 5 5 5 4 4 4 5 3 5
90 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5
240
No FP_1 FP_2 FP_3 FP_4 FP_5 FP_6 FP_7 FP_8 FP_9 FP_10
91 4 5 4 5 5 5 5 4 4 5
92 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5
93 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4
94 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4
95 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4
96 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5
97 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4
98 4 4 5 4 5 4 5 4 5 5
241
Jawaban Responden Variabel Fraudulent Financial Statement
No FFS_1 FFS_2 FFS_3 FFS_4 FFS_5 FFS_6 FFS_7 FFS_8 FFS_9
1 3 3 4 4 5 4 5 4 4
2 4 4 4 4 4 3 4 4 4
3 4 4 5 5 4 4 5 5 5
4 4 4 5 4 4 4 5 5 5
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
6 3 3 5 5 4 3 5 5 5
7 3 4 4 4 3 4 4 4 4
8 5 5 5 5 5 5 5 5 5
9 4 3 5 5 4 4 5 5 5
10 5 5 5 5 5 5 5 5 4
11 5 5 5 5 5 5 4 5 5
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4
13 5 4 5 5 5 5 5 5 5
14 3 3 4 4 3 4 4 4 4
15 5 5 5 5 5 5 5 5 5
16 4 4 4 4 4 5 5 5 4
17 4 4 5 5 4 5 5 5 5
18 3 3 4 5 3 4 5 5 4
19 4 4 5 5 4 5 5 5 4
20 3 4 5 4 5 4 5 5 5
21 3 3 4 4 3 3 5 4 4
242
No FFS_1 FFS_2 FFS_3 FFS_4 FFS_5 FFS_6 FFS_7 FFS_8 FFS_9
22 4 4 4 4 4 5 5 4 4
23 4 3 4 4 4 4 4 4 5
24 4 4 4 4 5 4 4 4 4
25 4 5 4 4 4 4 5 4 4
26 4 5 4 3 4 3 5 3 4
27 4 4 3 4 4 4 4 4 3
28 4 4 4 4 4 4 4 4 4
29 3 4 4 5 3 4 5 4 4
30 4 3 4 4 4 4 5 4 4
31 4 4 4 4 4 4 5 4 4
32 4 4 4 4 4 4 4 4 4
33 4 4 4 3 4 4 5 4 4
34 3 3 4 4 4 3 4 4 4
35 4 4 4 4 4 4 5 4 4
36 4 4 4 4 4 4 5 4 4
37 4 4 4 4 4 3 5 5 5
38 5 5 4 4 5 5 4 3 4
39 4 4 4 5 4 5 4 4 4
40 4 4 4 4 4 4 5 4 5
41 5 4 4 5 5 4 4 5 4
42 4 4 4 4 4 4 5 4 4
43 3 4 3 4 3 4 4 4 3
44 4 4 4 3 4 3 4 3 4
243
No FFS_1 FFS_2 FFS_3 FFS_4 FFS_5 FFS_6 FFS_7 FFS_8 FFS_9
45 4 4 4 4 4 4 5 4 4
46 4 4 5 5 4 5 5 5 5
47 4 4 4 4 4 4 5 5 4
48 4 4 4 4 4 4 5 5 4
49 5 5 4 4 5 5 4 5 4
50 4 4 4 4 4 4 5 4 4
51 4 4 4 3 4 3 5 3 5
52 3 4 3 5 3 4 3 4 3
53 4 3 4 3 4 3 5 4 4
54 4 4 4 5 4 4 5 4 4
55 3 4 3 5 3 2 3 3 3
56 3 3 3 3 3 3 4 5 3
57 3 3 3 3 5 3 3 3 5
58 3 4 4 4 3 2 4 4 4
59 3 4 4 4 4 2 4 4 4
60 4 4 4 4 4 3 5 5 4
61 4 4 4 4 4 3 5 5 4
62 4 4 4 4 4 4 5 5 5
63 4 4 4 4 4 4 5 5 4
64 5 4 5 5 5 4 5 5 5
65 4 2 4 4 4 4 4 4 4
66 3 3 3 3 3 3 3 3 3
67 3 4 5 4 3 4 5 4 5
244
No FFS_1 FFS_2 FFS_3 FFS_4 FFS_5 FFS_6 FFS_7 FFS_8 FFS_9
68 3 4 5 4 4 4 5 4 5
69 5 5 5 5 5 5 5 5 5
70 4 4 4 4 4 4 4 4 4
71 4 4 4 4 4 4 5 4 4
72 4 4 4 4 5 4 5 4 4
73 4 4 4 4 4 4 4 4 5
74 4 4 4 4 4 4 4 4 4
75 3 3 4 4 3 4 3 3 4
76 4 4 5 4 4 4 5 5 5
77 4 4 4 4 4 5 5 5 4
78 4 4 4 3 4 4 4 3 4
79 4 4 4 4 4 4 5 5 4
80 3 4 4 4 3 5 4 4 4
81 4 4 4 4 4 4 5 4 5
82 3 4 4 4 3 4 5 4 4
83 3 4 4 4 3 4 4 4 4
84 5 4 5 5 5 5 5 5 5
85 4 4 5 5 4 5 4 2 5
86 4 4 4 5 4 4 5 4 4
87 4 4 5 4 4 4 5 5 5
88 4 4 4 4 4 4 5 5 4
89 4 4 4 4 4 4 5 4 4
90 5 4 5 5 5 4 4 4 5
245
No FFS_1 FFS_2 FFS_3 FFS_4 FFS_5 FFS_6 FFS_7 FFS_8 FFS_9
91 5 4 5 4 4 5 5 5 5
92 5 4 5 4 5 5 5 5 5
93 4 5 4 5 4 4 5 4 4
94 5 5 4 5 5 4 5 4 4
95 5 5 5 4 5 4 4 4 5
96 4 5 4 4 4 5 5 5 4
97 4 4 5 5 4 4 5 5 5
98 4 4 5 5 5 5 5 5 4
246
LAMPIRAN 5
Output Hasil Pengujian Data
247
A. Uji Outer Model
1. Hasil Convergent Validity
Tabel Outer Loading
IAC WS GCG CC IWE FP FFS
IAC_1 0,644
IAC_2 0,784
IAC_3 0,542
IAC_4 0,639
IAC_5 0,557
WS_1 0,885
WS_2 0,901
WS_3 0,568
WS_4 0,803
WS_5 0,840
WS_6 0,632
GCG_1 0,654
GCG_2 0,643
GCG_3 0,649
GCG_4 0,664
GCG_5 0,698
GCG_6 0,790
GCG_7 0,736
GCG_8 0,557
GCG_9 0,515
GCG_10 0,536
GCG_11 0,597
GCG_12 0,601
GCG_13 0,673
CC_1 0,563
CC_2 0,732
CC_3 0,631
CC_5 0,525
CC_6 0,705
CC_7 0,536
CC_8 0,768
CC_9 0,500
CC_10 0,542
IWE_1 0,767
IWE_2 0,728
248
IAC WS GCG CC IWE FP FFS
IWE_3 0,660
IWE_4 0,723
IWE_5 0,571
IWE_6 0,599
IWE_7 0,581
IWE_8 0,591
IWE_9 0,633
IWE_10 0,630
IWE_11 0,550
IWE_12 0,558
FP_1 0,684
FP_2 0,710
FP_3 0,790
FP_4 0,639
FP_5 0,705
FP_6 0,643
FP_7 0,540
FP_8 0,678
FP_9 0,671
FP_10 0,709
FFS_1 0,791
FFS_2 0,554
FFS_3 0,812
FFS_4 0,572
FFS_5 0,724
FFS_6 0,696
FFS_7 0,537
FFS_8 0,585
FFS_9 0,652
249
2. Hasil Discriminant Validity
Tabel Cross Loading
IAC WS GCG CC IWE FP FFS
IAC_1 0,644 0,299 0,337 0,267 0,397 0,433 0,363
IAC_2 0,784 0,234 0,550 0,475 0,496 0,534 0,544
IAC_3 0,542 0,160 0,335 0,010 0,236 0,144 0,297
IAC_4 0,639 0,288 0,291 0,125 0,272 0,232 0,265
IAC_5 0,557 0,174 0,330 -0,007 0,216 0,132 0,333
WS_1 0,370 0,885 0,327 0,358 0,434 0,412 0,369
WS_2 0,336 0,901 0,387 0,401 0,506 0,418 0,370
WS_3 0,163 0,568 0,256 0,257 0,222 0,231 0,263
WS_4 0,305 0,803 0,247 0,250 0,310 0,254 0,251
WS_5 0,249 0,840 0,300 0,319 0,385 0,316 0,321
WS_6 0,226 0,632 0,211 0,310 0,159 0,217 0,251
GCG_1 0,319 0,183 0,654 0,288 0,215 0,392 0,309
GCG_2 0,549 0,289 0,643 0,268 0,447 0,351 0,444
GCG_3 0,243 0,059 0,649 0,316 0,345 0,363 0,209
GCG_4 0,413 0,305 0,664 0,371 0,376 0,434 0,280
GCG_5 0,359 0,284 0,698 0,364 0,276 0,470 0,364
GCG_6 0,401 0,301 0,790 0,375 0,547 0,581 0,421
GCG_7 0,499 0,400 0,736 0,372 0,589 0,495 0,464
GCG_8 0,328 0,264 0,557 0,340 0,356 0,338 0,260
GCG_9 0,237 0,138 0,515 0,272 0,239 0,337 0,280
GCG_10 0,387 0,165 0,536 0,157 0,355 0,383 0,385
GCG_11 0,479 0,240 0,597 0,314 0,402 0,349 0,410
GCG_12 0,345 0,176 0,601 0,227 0,440 0,434 0,416
GCG_13 0,401 0,257 0,673 0,453 0,483 0,511 0,338
CC_1 0,230 0,280 0,278 0,563 0,265 0,353 0,236
CC_2 0,246 0,308 0,310 0,732 0,351 0,384 0,251
CC_3 0,132 0,237 0,289 0,631 0,368 0,370 0,193
CC_5 0,103 0,200 0,260 0,525 0,117 0,224 0,064
CC_6 0,206 0,278 0,286 0,705 0,358 0,375 0,240
CC_7 0,313 0,235 0,371 0,536 0,333 0,325 0,389
CC_8 0,324 0,350 0,421 0,768 0,448 0,513 0,334
CC_9 0,047 0,161 0,226 0,500 0,072 0,169 0,004
CC_10 0,215 0,156 0,235 0,542 0,302 0,303 0,326
IWE_1 0,400 0,346 0,433 0,407 0,767 0,553 0,484
IWE_2 0,408 0,297 0,416 0,373 0,728 0,547 0,520
IWE_3 0,327 0,331 0,389 0,471 0,660 0,626 0,457
IWE_4 0,426 0,243 0,410 0,302 0,723 0,558 0,544
250
IAC WS GCG CC IWE FP FFS
IWE_5 0,301 0,345 0,285 0,428 0,573 0,571 0,359
IWE_6 0,243 0,328 0,422 0,362 0,599 0,466 0,513
IWE_7 0,380 0,313 0,575 0,371 0,596 0,465 0,581
IWE_8 0,280 0,335 0,279 0,266 0,591 0,344 0,374
IWE_9 0,375 0,240 0,375 0,208 0,633 0,432 0,428
IWE_10 0,459 0,269 0,448 0,283 0,630 0,472 0,621
IWE_11 0,352 0,173 0,385 0,167 0,550 0,456 0,510
IWE_12 0,157 0,246 0,250 0,242 0,558 0,487 0,376
FP_1 0,420 0,316 0,440 0,342 0,525 0,684 0,520
FP_2 0,436 0,307 0,497 0,477 0,605 0,710 0,440
FP_3 0,357 0,359 0,563 0,523 0,678 0,790 0,560
FP_4 0,262 0,224 0,358 0,287 0,535 0,639 0,486
FP_5 0,492 0,308 0,475 0,306 0,562 0,705 0,601
FP_6 0,260 0,166 0,424 0,329 0,462 0,643 0,455
FP_7 0,311 0,258 0,334 0,367 0,386 0,540 0,329
FP_8 0,229 0,303 0,529 0,374 0,585 0,678 0,410
FP_9 0,422 0,262 0,437 0,410 0,530 0,671 0,493
FP_10 0,404 0,261 0,400 0,490 0,463 0,709 0,489
FFS_1 0,543 0,287 0,459 0,367 0,614 0,538 0,791
FFS_2 0,375 0,218 0,317 0,272 0,462 0,459 0,554
FFS_3 0,514 0,349 0,452 0,349 0,646 0,630 0,812
FFS_4 0,244 0,208 0,293 0,303 0,439 0,498 0,572
FFS_5 0,461 0,291 0,487 0,274 0,555 0,479 0,724
FFS_6 0,430 0,283 0,347 0,284 0,589 0,527 0,696
FFS_7 0,182 0,122 0,286 0,171 0,315 0,293 0,537
FFS_8 0,317 0,284 0,372 0,251 0,426 0,362 0,585
FFS_9 0,344 0,278 0,282 0,143 0,437 0,365 0,652
251
3. Uji Reliabilitas
Tabel Composite Reliability
Composite
Reliability
Information and Communication 0,772
Whistleblowing System 0,902
Good Corporate Governance Practice 0,901
Conformity Compensation 0,845
Islamic Work Ethic 0,890
Fraud Prevention 0,895
Fraudulent Financial Statement 0,875
Tabel Cronbach Alpha
Cronbach
Alpha
Information and Communication 0,669
Whistleblowing System 0,867
Good Corporate Governance Practice 0,880
Conformity Compensation 0,801
Islamic Work Ethic 0,864
Fraud Prevention 0,869
Fraudulent Financial Statement 0,839
252
B. Uji Inner Model
Gambar Inner Model Sebelum Modifikasi
253
Gambar Inner Model Setelah Modifikasi
254
Hasil Bootstrapping
255
1. Uji Hipotesis
Tabel Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Value)
Original
Sample
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T-
Statistic
(IO/stdev)
P
Value
IAC FP 0,045 0,045 0,075 0,594 0,553
WS FP -0,007 -0,010 0,061 0,111 0,912
GCG FP 0,208 0,202 0,086 2,423 0,016
CC FP 0,177 0,178 0,076 2,337 0,020
IWE FP 0,551 0,561 0,080 6,873 0,000
IAC FFS 0,222 0,221 0,079 2,798 0,005
WS FFS 0,029 0,025 0,091 0,323 0,747
GCG FFS -0,017 -0,011 0,095 0,173 0,863
CC FFS -0,060 -0,047 0,090 0,664 0,507
IWE FFS 0,480 0,493 0,099 4,835 0,000
FP FFS 0,245 0,221 0,113 2,172 0,030
2. Evaluasi Model
Tabel R-Square
R-Square
Fraud Prevention 0,696
Fraudulent Financial Statement 0,653