faktor dominan terhadap kejadian pre diabetes mellitus dan
TRANSCRIPT
Faktor Dominan Terhadap Kejadian Pre Diabetes Mellitus dan Diabetes Mellitus Tipe
2 Pada Staf Kependidikan FKM UI, Depok Tahun 2014
Nisa Deyasningrum, Diah M. Utari
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Diabetes mellitus tipe 2 adalah penyakit kronis dimana tubuh tidak bisa menggunakan insulin untuk
metabolisme glukosa. Penyakit ini terus menerus bertambah setiap tahun baik pada masyarakat perkotaan
maupun pedesaan. Disayangkan, penyakit diabetes mellitus tidak dapat disembuhkan, hanya bisa dikendalikan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor dominan terhadap kejadian pre DM dan DM tipe 2 pada Staf
Kependidikan FKM UI, Depok. Variabel independen yang diteliti adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
asupan zat gizi (energi, karbohidrat, lemak, dan serat), aktivitas fisik, status gizi lebih, lingkar pinggang, dan
pengetahuan gizi. Desain studi penelitian yaitu cross sectional dengan analisis chi square. Penelitian dilakukan
pada 122 responden dan pada bulan April 2014. Hasil penelitian menunjukkan 26,2% penderita pre DM-DM
(Pre DM (17,2%) dan DM (9%)). Variabel yang memiliki perbedaan proporsi yang bermakna dengan kejadian
pre DM-DM adalah umur. Faktor dominan adalah riwayat keluarga dan umur. Staf kependidikan FKM UI
diharapkan meningkatkan kesadaran untuk melakukan pola hidup sehat baik makan-makanan seimbang maupun
olahraga rutin, dan melakukan pengecekan glukosa darah.
Abstract
Diabetes mellitus type 2 is a chronic disease which the body can not use insulin for glucose metabolism. The
disease is constantly increasing every year both in urban and rural communities. Unfortunately, diabetes
mellitus can not be cured, only controlled. This study aims to determine the dominant factor on the incidence of
pre-diabetes and type 2 diabetes mellitus in Education Staff at FKM UI, Depok. The independent variables
studied were age, sex, family history, the adequacy of nutrients (energy, carbohydrates, fats, and fiber), physical
activity, BMI, waist circumference, and nutrition knowledge. The study design is a cross-sectional study with a
chi-square analysis. The study was conducted on 122 respondents, on April 7 to 25, 2014. Results showed
26.2% of patients with pre-DM - DM (Pre DM (17.2%) and DM (9%)). Variables that had significant
differences in the proportion of the incidence of pre-DM and DM is age. Dominant factor is family history ang
age. Education Staff at FKM UI is expected to raise awareness for do healthy lifestyle such as eat balanc meals
and exercise regularly, and do a blood sugar check.
Key words: Pre diabetes, diabetes mellitus type 2, age, familiy history, education staff
Faktor dominan..., Nisa Deyasningrum, FKM UI, 2014
Pendahuluan
Diabetes mellitus yaitu kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia
karena terjadi kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (ADA, 2013b).
Sedangkan prediabetes adalah keadaan kadar glukosa darah di atas normal, tetapi belum
memenuhi kriteria diabetes (Kemenkes, 2013). Diabetes mellitus merupakan penyakit
penyebab kematian kelima di dunia, sebanyak 40 juta orang meninggal (Ali et al., 2010).
Diabetes mellitus dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang pada tubuh seperti mata,
ginjal, saraf, penyakit jantung koroner, stroke berat, dan kematian disebabkan oleh penyebab
pembuluh darah lainnya (Spark, 2007; Goldenberg & Punt, 2013).
Diabetes mellitus merupakan penyakit degeneratif yang jumlah penderitanya akan meningkat
dan mengancam kesehatan. Prevalensi diabetes di dunia sebesar 382 juta jiwa. Perbandingan
prevalensi antar negara yaitu di Jerman sebanyak 7,6 juta jiwa, sedangkan prevalensi
penderita diabetes di Asia seperti di Jepang sebanyak 7,2 juta. Prevalensi diabetes mellitus di
Indonesia lebih tinggi yaitu sebesar 8,5 juta. Selain itu, adanya kecenderung peningkatan
prevalensi diabetes setiap tahunnya. Berdasarkan Riskesdas 2007 dan 2013 terjadi
peningkatan kejadian diabetes mellitus yaitu dari 1,1% menjadi 2,1%. Jenis diabetes mellitus
yang banyak terjadi di dunia maupun di Indonesia adalah diabetes mellitus tipe 2 (DM tipe
2), prevalensinya mencapai 90-95% dari keseluruhan populasi penderita diabetes melitus
(NDIC, 2012; ADA, 2013b).
Pegawai/petugas kesehatan umumnya memiliki pola hidup dengan diet yang tidak seimbang
dan aktivitas tingkat menengah dan rendah, sehingga dapat menyebabkan obesitas yang
berujung salah satunya penyakit endokrin (Nadimin, 2010). Hasil dari pemeriksaan staf kerja
tahun 2011, penyakit terbanyak pada pekerja adalah penyakit endokrin dan metabolik
sebanyak 22% (Kemenakertrans, 2011 dalam Martha, 2012). Kejadian DM pada pegawai
mencapai 2,1% (Depkes, 2007). Setelah dilakukan survei pendahuluan kepada Staf
Kependidikan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) didapatkan
hasil bahwa terdapat 14,3% kejadian diabetes mellitus (1 dari 7 orang responden). Karena
alasan-alasan tersebut dan belum adanya penelitian di FKM UI, peneliti tertarik melakukan
penelitian mengenai faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Pre DM dan DM tipe 2
pada Staf Kependidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Faktor dominan..., Nisa Deyasningrum, FKM UI, 2014
Tinjauan Teoritis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadia Pre DM Dan DM
- Umur: Penelitian Shara Trisnawati, & Setyorogo (2013) dan Sri Trisnawati, Widarsa, &
Suastika (2013) menjelaskan umur menjadi faktor risiko kejadian DM tipe 2 karena umur
mempengaruhi sensitifitas insulin dan menurunnya fungsi tubuh untuk metabolisme
glukosa pada laki-laki semakin bertambahnya umur umumnya akan memiliki kadar
glukosa puasa lebih tinggi, triasilgliserol tinggi dan kolesterol HDL rendah (Logue et al.,
2001).
- Jenis Kelamin: Laki-laki memiliki risiko lebih tinggi terkena DM tipe 2 dibandingkan
perempuan (Loque et al., 2011; Geer & Shen, 2009). Laki-laki memiliki lebih banyak
jaringan adiposa pada viseral dan hati dibandingkan perempuan (Geer & Shen, 2009).
Dan adanya perbedaan hormon seks (estrogen dan testosteron) dan adipokines
mengakibatkan perempuan lebih sensitif insulin dibandingkan laki-laki sehingga
mempengaruhi kejadian DM tipe 2 (Ding et al., 2009 ; Geer & Shen, 2009).
- Riwayat Keluarga: Seorang anak berisiko terkena DM tipe 2 sebesar 15% jika salah satu
orang tuanya menderita DM tipe 2. Jika anak tersebut mempunyai kedua orang tuanya
menderita DM tipe 2 akan berisiko terkena DM tipe 2 sebesar 75% (Diabetes UK, 2010).
Riwayat berkaitan dengan genetik yang dianggap dapat mempengaruhi fungsi sel β
pankreas, kerja insulin, atau metabolisme glukosa, berakibat kejadian DM tipe 2 (WHO,
nd).
- Asupan Makanan: Asupan yang terdiri dari energi, karbohidrat lemak, dan serat
memberikan pengaruh terhadap kejadian diabetes tipe 2. Menurut Perkeni, pola makanan
tinggi gula dan rendah serat akan meningkatkan risiko terkena prediabetes/intoleransi
glukosa dan DM tipe 2 (Perkeni, 2011). Pola makan yang tidak seimbang mempengaruhi
plasminogen activator inhibitor 1 (PAI–1) dan fibrinogen dalam tubuh. Peningkatan PAI-
1 nantinya cenderung terjadi peningkatan resistensi insulin yang mengembangankan
risiko DM tipe 2 (Liese et al., 2009; Al-Hamodi et al., 2011).
- Aktivitas Fisik: Aktivitas fisik berhubungan dengan kejadian DM tipe 2 (Depkes, 2008a;
ADA, 2013). Aktivitas fisik berkaitan dengan perubahan lemak tubuh yang nantinya
berpengaruh terhadap kejadian DM tipe 2 (Dam, 2003).
Faktor dominan..., Nisa Deyasningrum, FKM UI, 2014
- Status Gizi Lebih: Seseorang dengan IMT ≥ 25 kg/m2 merupakan faktor terkuat
penyebab DM tipe 2 (Laaksonen et al., 2010; Sri Trisnawati, Widarsa, & Suastika,
2013). Pasien diabetes tipe 2 dengan IMT lebih, terjadi asosiasi konsisten skor genotipe
obesitas dan skor genotipe diabetes, sehingga kesimpulannya kerentanan genetik obesitas
akan sinergis dengan risiko diabetes mellitus tipe 2 saat dewasa (Li et al., 2012).
- Lingkar Pinggang: Lingkar pinggang memiliki hubungan kuat dengan kejadian diabetes
mellitus (Gautier et al., 2010). Berdasarkan NDIC (2011) dan Trisnawati et al. (2013)
menyatakan bahwa lokasi kelebihan lemak pada tubuh penting (ukuran lingkar pinggang)
terkait dengan resistensi insulin dan meningkatkan risiko seseorang untuk diabetes tipe 2.
- Pengetahuan Gizi: Gaya hidup masyarakat berhubungan erat dan saling terkait dengan
tingkat pengetahuan (Depkes, 2008a). Pengetahuan mengenai diabetes mellitus memiliki
hubungan dengan kadar gula darah pasien DM tipe 2, mengarah pada korelasi negatif
yaitu semakin rendah pengetahuan maka kadar gula darah yang dimiliki tinggi
(Misdarina & Ariani, 2012).
Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat analilitik kuantitatif menggunakan desain cross sectional (pontong
lintang). Variabel independen dalam penelitian ini yaitu faktor yang tidak dapat dimodifikasi
(usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga) dan faktor yang dapat dimodifikasi (asupan
(energi, karbohidrat, lemak, dan serat), aktivitas fisik, status gizi lebih, lingkar pinggang, dan
pengetahuan). Sedangkan variabel dependen yaitu pre diabetes mellitus (DM) dan DM tipe 2.
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan bersama 2 penelitian lain yaitu penelitian
mengenai lingkar pinggang dan hipertensi. Sehingga penelitian ini merupakan penelitian
gabungan. Sampel penelitian merupakan seluruh Staf Kependidikan FKM UI. Peneliti
melakukan wawancara dan pengukuran antropometri serta gula darah terhadap responden.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa kuesioner mengenai data karakter
responden (nama, usia, dan riwayat keluarga), form food recall 2 x 24 jam dan form Food
Frequency Questionaire (FFQ) untuk keterangan asupan, kuesioner terjemahan Global
Physical Analysis Questionnaire (GPAQ) versi 2 untuk mengetahui tingkat aktivitas fisik.
Data antropometri yaitu tinggi badan diukur menggunakan microtoise, lalu berat badan
Faktor dominan..., Nisa Deyasningrum, FKM UI, 2014
diketahui dengan menggunakan timbangan digital seca, dan lingkar pinggang menggunakan
pita ukur seca. Dan data pre DM dan DM tipe 2 menggunakan tes glukosa darah dengan
ACCU-CHECK. Kemudian data dianalisis univariat untuk melihat gambaran responden.
Kemudian dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan chi square untuk mencari
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji ini menggunakan batas
kemaknaan (α = 0.05%) yang berarti apabila p value < 0.05 maka ada hubungan signifikan
antara variabel independen dengan variabel dependen. Terakhir, dianalisis multivariat untuk
mengetahui faktor dominan terhadap kejadian Pre DM dan DM tipe 2.
Hasil Penelitian
Kejadian DM Tipe 2 Responden
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kejadian DM Tipe 2 Staf Kependidikan FKM UI,
Depok tahun 2014
Kejadian DM n %
DM (≥ 126 mg/dl) 11 9
Pre DM (100-125 mg/dl) 21 17,2
Tidak DM (< 100 mg/dl) 90 73,8
Total 122 100
Berdasarkan tabel 1, terlihat sebagian besar responden termasuk dalam kategori tidak
DM yaitu 90 orang (73,8%). Sedangkan responden dengan kategori preDM sebanyak 21
orang (17,2%) dan kategori DM sebanyak 11 orang (9%). Selanjutnya, untuk analisis bivariat
varibel dependen akan dikategorikkan menjadi 2 yaitu DM – pre DM (≥ 100 mg/dl) sebanyak
32 orang (26,6%) dan tidak DM (<100 mg/dl) sebanyak 90 orang (73,8%).
Gambaran Umur Responden
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Umur Staf Kependidikan FKM UI, Depok tahun 2014
Umur n %
≥ 45 tahun 45 36,9
< 45 tahun 77 63,1
Total 122 100
Faktor dominan..., Nisa Deyasningrum, FKM UI, 2014
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat distribusi frekuensi umur responden yang mengikuti
penelitian. Sebagian besar responden berumur < 45 tahun yaitu 77 orang (63,1%) dan
responden yang berumur ≥ 45 tahun sebanyak 45 orang (36,9%).
Gambaran Jenis Kelamin Responden
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Staf Kependidikan FKM UI,
Depok tahun 2014
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 82 67,2
Perempuan 40 32,8
Total 122 100
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat distribusi frekuensi jenis kelamin responden.
Sebagian besar responden yang mengikuti penelitian berjenis kelamin laki-laki sebanyak 82
orang (67,2%), responden perempuan yang mengikuti penelitian sebanyak 40 orang (32,8%).
Gambaran Riwayat Keluarga Responden
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Riwayat Keluarga Staf Kependidikan FKM UI,
Depok tahun 2014
Riwayat Keluarga n %
Ada 30 24,6
Tidak Ada 92 75,4
Total 122 100
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat distribusi frekuensi riwayat keluarga responden.
Responden yang mengikuti penelitian sebagian besar tidak mempunyai riwayat keluarga DM
yaitu 92 orang (75,4%) diabandingkan yang memiliki riwayat keluarga sebanyak 30 orang
(24,6%). Responden yang memiliki riwayat DM dari ibu kandung saja sebanyak 13 orang,
sedangkan responden yang memiliki riwayat DM dari ayah kandung saja sebanyak 14 orang.
Responden yang memiliki riwayat DM dari ayah & ibu kandung sebanyak 3 orang.
Gambaran Asupan Energi Responden
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Asupan Energi Staf Kependidikan FKM UI,
Depok tahun 2014
Asupan Energi n %
Tinggi (>90% AKG) 15 12,3
Normal (70-90% AKG) 30 24,6
Rendah (< 70% AKG) 77 63,1
Total 122 100
Faktor dominan..., Nisa Deyasningrum, FKM UI, 2014
Berdasarkan tabel 5, sebagian besar responden termasuk dalam kategori asupan energi
rendah sebanyak 77 orang (63,1%). Sedangkan responden dengan asupan energi normal
sebanyak 30 orang (24,6%) dan responden dengan asupan energi tinggi sebanyak 15 orang
(12,3%). Selanjutnya, untuk analisis bivariat akan disederhanakan menjadi 2 kelompok yaitu
tinggi-normal sebanyak 45 orang (36,9%) dan rendah sebanyak 77 orang (63,1%).
Gambaran Asupan Karbohidrat Responden
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Asupan Karbohidrat Staf Kependidikan FKM UI,
Depok tahun 2014
Asupan Karbohidrat n %
Lebih (> 65% energi) 16 13,1
Cukup (≤ 65% energi) 106 86,9
Total 122 100
Berdasarkan tabel 6, sebagian besar responden termasuk dalam kategori asupan
karbohidrat cukup sebanyak 106 orang (86,9%). Sedangkan responden dengan asupan
karbohidrat lebih sebanyak 16 orang (13,1%).
Gambaran Asupan Lemak Responden
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Asupan Lemak Staf Kependidikan FKM UI,
Depok tahun 2014
Asupan Lemak n %
Lebih (> 25% energi) 92 75,4
Cukup (≤ 25% energi) 30 24,6
Total 122 100
Berdasarkan tabel 7, responden dengan asupan lemak lebih berjumlah paling banyak
yaitu 92 orang (75,4%). Sedangkan responden dengan asupan lemak cukup sebanyak 30
orang (24,6%).
Gambaran Asupan Serat Responden
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Asupan Serat Staf Kependidikan FKM UI,
Depok tahun 2014
Asupan Serat n %
Rendah (< mean) 70 57,4
Normal ( ≥ mean) 52 42,6
Total 122 100
Faktor dominan..., Nisa Deyasningrum, FKM UI, 2014
Berdasarkan tabel 8, responden dengan asupan serat rendah lebih banyak (57,4%)
dibandingkan asupan serat normal (42,6%). Nilai rata-rata asupan serat adalah 7,975 gr / hari
dengan standar deviasi 3,66. Asupan serat terendah adalah 26,2 gr dan asupan serat tertinggi
adalah 0,9 gr.
Tabel 9 Gambaran asupan rata-rata (energi, karbohidrat, lemak, dan serat) Staf
Kependidikan FKM UI, Depok tahun 2014
Kategori DM n Mean Energi
(kkal)
Mean Karbo
(gr)
Mean Lemak
(gr)
Mean Serat
(gr)
DM 11 1432,464 191,414 52,91 8,546
Pre DM 21 1464,738 200,443 51,995 7,798
Tidak DM 90 1614,512 227,796 56,284 7,947
Tabel 9 menunjukkan asupan rata-rata responden (energi, karbohidrat, lemak, dan
serat) per hari antar ketegori DM yaitu DM, preDM, dan tidak DM. Terlihat asupan energi,
karbohidrat dan lemak pada kategori DM dan pre DM lebih rendah dibandingkan tidak DM.
Sedangkan asupan serat kategori DM lebih tinggi dibandingkan preDM dan tidak DM.
Gambaran Aktivitas Fisik Responden
Tabel 10 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Staf Kependidikan FKM UI,
Depok tahun 2014
Aktivitas Fisik n %
Aktivitas Rendah 41 33,6
Aktivitas Sedang 63 51,6
Aktivitas Tinggi 18 14,8
Total 122 100
Tabel 10 menunjukkan distribusi aktivitas fisik dimana sebagian besar responden
tergolong aktivitas sedang sebanyak 63 orang (51,6%). Responden dengan aktivitas rendah
sebanyak 41 orang (33,6%) dan aktivitas tinggi sebanyak 18 orang (14,8%).
Gambaran Status Gizi Lebih Responden
Tabel 11 Distribusi Frekuensi Status Gizi Staf Kependidikan FKM UI,
Depok tahun 2014
Status Gizi (IMT) n %
Kurus (< 18,5 kg/m2) 2 1,6
Normal (18,5 – 24,9 kg/m2) 50 41
BB Lebih (25 – 26,9 kg/m2) 28 23
Obesitas (≥ 27 kg/m2) 42 34,4
Total 122 100
Faktor dominan..., Nisa Deyasningrum, FKM UI, 2014
Berdasarkan tabel 11, sebagian besar responden memiliki status gizi normal yaitu 50
orang (41%). Sedangkan responden dengan status gizi kurus sebanyak 2 orang (1,6%), status
gizi overweight sebanyak 28 orang (23%), dan status gizi obesitas sebanyak 42 orang
(34,4%). Selanjutnya, untuk analisis bivariat pengelompokkan akan disederhanakan menjadi
status gizi lebih (IMT ≥ 25 kg/m2) sebanyak 70 orang (57,4%) dan tidak status gizi lebih
(IMT < 25 kg/m2) sebanyak 52 orang (42,6%).
Tabel 12 Gambaran IMT rata-rata Staf Kependidikan FKM UI, Depok tahun 2014
Kategori DM n Mean IMT (kg/m2)
DM 11 25,923
Pre DM 21 27,449
Tidak DM 90 25,453
Tabel diatas menunjukkan gambaran IMT rata-rata setiap kategori DM (DM, preDM,
dan tidak DM). Responden pada kategori DM dan tidak DM memiliki nilai IMT rata-rata >25
kg/m2
yaitu tergolong berat badan lebih. Sedangkan responden yang termasuk preDM
memiliki IMT rata-rata >27 kg/m2 yaitu tergolong obesitas.
Gambaran Lingkar Pinggang Responden
Tabel 13 Distribusi Frekuensi Lingkar Pinggang Staf Kependidikan FKM UI,
Depok tahun 2014
Lingkar Pinggang n %
> 90 cm / > 80 cm 51 41,8
Normal 71 58,2
Total 122 100
Berdasarkan tabel 13, sebagian besar lingkar pinggang responden normal sebanyak 71
orang (58,2%). Sedangkan responden dengan lingkar pinggang diatas batas normal sebanyak
51 orang (41,8%).
Gambaran Pengetahuan Gizi Responden
Tabel 14 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Gizi Staf Kependidikan FKM UI,
Depok tahun 2014
Pengetahuan Gizi n %
Kurang (Skor < 60 %) 35 28,7
Sedang (Skor 60-80%) 62 50,8
Baik (Skor > 80%) 25 20,5
Total 122 100
Faktor dominan..., Nisa Deyasningrum, FKM UI, 2014
Berdasarkan tabel 14, pengetahuan gizi responden sebagian besar termasuk kategori
sedang (50,8%). Pengetahuan responden yang kurang sebesar 28,7% dan baik sebesar 20,5%.
Untuk analisis bivariat, kategori pengetahuan gizi akan disederhanakan menjadi kurang-
sedang (79,5%) dan baik (20,5%).
Umur dengan preDM-DM
Tabel 15 Perbedaan Proporsi Antara Umur dengan preDM-DM pada Staf
Kependidikan FKM UI, Depok tahun 2014
Umur
preDM-DM Total
p-value OR (95% CI) Ya Tidak
n % n % N %
≥45 tahun 17 37,8 28 62,2 45 100 0,045
2,510
(1,099-5,728) <45 tahun 15 19,5 62 80,5 77 100
Total 32 26,2 90 73,8 122 100
Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara
umur dengan preDM-DM (p<0,05). Terlihat bahwa proporsi preDM-DM lebih besar pada
kelompok umur ≥ 45 tahun (37,8%) dibandingkan pada kelompok umur < 45 tahun (19,5%).
Odds Ratio antara umur dengan preDM-DM sebesar 2,510 (1,099-5,728), menandakan
responden dengan umur ≥ 45 tahun lebih berisiko 2,510 kali dibandingkan responden dengan
umur < 45 tahun.
Jenis Kelamin dengan preDM-DM
Tabel 16 Perbedaan Proporsi Antara Jenis Kelamin dengan preDM-DM pada Staf
Kependidikan FKM UI, Depok tahun 2014
Jenis
Kelamin
preDM-DM Total
p-value OR (95% CI) Ya Tidak
n % n % N %
Laki-laki 24 29,3 58 70,7 82 100 0,383
1,655
(0,667-0,411) Perempuan 8 20 32 80 40 100
Total 32 26,2 90 73,8 122 100
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan proporsi antara umur dengan
preDM-DM (p>0,05). Terlihat bahwa proporsi responden DM-pre DM yang memiliki jenis
kelamin laki-laki (29,3%) hampir sama dengan responden yang memiliki jenis kelamin
perempun (20%).
Faktor dominan..., Nisa Deyasningrum, FKM UI, 2014
Riwayat Keluarga dengan preDM-DM
Tabel 17 Perbedaan Proporsi Antara Riwayat Keluarga dengan preDM-DM pada Staf
Kependidikan FKM UI, Depok tahun 2014
Riwayat
Genetik
preDM-DM Total
p-value OR
(95% CI) Ya Tidak
n % n % N %
Ada 12 40 18 60 30 100 0,083
2,4
(0,993-5,801) Tidak 20 21,7 72 78,3 92 100
Total 32 26,2 90 73,8 122 100
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan proporsi antara riwayat
keluarga dengan preDM-DM (p>0,05). Akan tetapi terdapat kecenderungan proporsi preDM-
DM lebih besar pada responden yang memiliki riwayat keluarga (40%) dibandingkan dengan
responden yang tidak memiliki riwayat keluarga (21,7%).
Asupan Energi dengan preDM-DM
Tabel 18 Perbedaan Proporsi Antara Asupan Energi dengan preDM-DM pada Staf
Kependidikan FKM UI, Depok tahun 2014
Asupan
Energi
preDM-DM Total
p-value OR
(95% CI) Ya Tidak
n % n % N %
Tinggi-
normal 7 15,6 38 84,4 45 100
0,066 0,383
(0,15-0,978) Rendah 25 32,5 52 67,5 77 100
Total 32 26,2 90 73,8 122 100
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan proporsi antara asupan energi
dengan preDM-DM (p>0,05). Terlihat kecenderungan kejadian preDM-DM lebih besar pada
responden dengan asupan energi rendah (32,5%) dibandingkan dengan responden dengan
asupan energi tinggi-normal (15,6%).
Asupan Karbohidrat dengan preDM-DM
Tabel 19 Perbedaan Proporsi Antara Asupan Karbohidrat dengan preDM-DM pada
Staf Kependidikan FKM UI, Depok tahun 2014
Asupan
Karbohidrat
preDM-DM Total
p-value OR
(95% CI) Ya Tidak
n % n % N %
Lebih 4 25 12 75 16 100 1
0,929
(0,277-3,118) Cukup 28 26,4 78 73,6 106 100
Total 32 26,2 90 73,8 122 100
Faktor dominan..., Nisa Deyasningrum, FKM UI, 2014
Hasil statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan proporsi antara riwayat keluarga
dengan preDM-DM (p>0,05). Terlihat bahwa proporsi preDM-DM pada responden asupan
karbohidrat cukup (26,4%) hampir sama dibandingkan asupan karbohidrat lebih (25%).
Asupan Lemak dengan preDM-DM
Tabel 20 Perbedaan Proporsi Antara Asupan Lemak dengan preDM-DM pada Staf
Kependidikan FKM UI, Depok tahun 2014
Asupan
Lemak
preDM-DM Total
p-value OR
(95% CI) Ya Tidak
n % n % N %
Lebih 24 26,1 68 73,9 92 100 1
0,971
(0,382-2,468) Cukup 8 26,7 22 73,3 30 100
Total 32 26,2 90 73,8 122 100
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan proporsi antara umur dengan
preDM-DM (p>0,05). Terlihat bahwa proporsi responden DM-pre DM yang memiliki asupan
lemak cukup (26,7%) hampir sama dengan asupan lemak lebih (26,1%).
Asupan Serat dengan preDM-DM
Tabel 21 Perbedaan Proporsi Antara Asupan Serat dengan preDM-DM pada Staf
Kependidikan FKM UI, Depok tahun 2014
Asupan Serat
preDM-DM Total
p-value OR
(95% CI) Ya Tidak
n % n % N %
Rendah 17 24,3 53 75,7 70 100 0,72
0,791
(0,351-1,781) Normal 15 28,8 37 71,2 52 100
Total 32 26,2 90 73,8 122 100
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan proporsi antara asupan serat
dengan preDM-DM (p>0,05). Terlihat bahwa proporsi responden DM-pre DM yang memiliki
asupan serat rendah (24,3%) hampir sama dengan asupan serat normal (28,8%).
Aktivitas Fisik dengan preDM-DM
Tabel 22 Perbedaan Proporsi Antara Aktivitas Fisik dengan preDM-DM pada Staf
Kependidikan FKM UI, Depok tahun 2014
Aktivitas Fisik
preDM-DM Total
p-value OR
(95% CI) Ya Tidak
n % n % N %
Rendah-Sedang 29 27,9 75 72,1 104 100 0,478
1,933
(0,521-7,177) Tinggi 3 16,7 15 83,3 18 100
Total 32 26,2 90 73,8 122 100
Faktor dominan..., Nisa Deyasningrum, FKM UI, 2014
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan proporsi antara riwayat
keluarga dengan preDM-DM (p>0,05). Tetapi ada kecenderungan proporsi preDM-DM lebih
besar responden aktivitas fisik rendah-sedang (27,9%) dibandingkan aktivitas tinggi (16,7%).
Status Gizi Lebih dengan preDM-DM
Tabel 23 Perbedaan Proporsi Antara Status Gizi Lebih dengan preDM-DM pada Staf
Kependidikan FKM UI, Depok tahun 2014
Status gizi lebih
(IMT ≥ 25)
preDM-DM Total
p-value OR
(95% CI) Ya Tidak
n % n % N %
Ya 22 31,4 48 68,6 70 100 0,191
1,925
(0,819-4,524) Tidak 10 19,2 42 80,8 52 100
Total 32 26,2 90 73,8 122 100
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan proporsi antara riwayat
keluarga dengan preDM-DM (p>0,05). Akan tetapi terdapat kecenderungan proporsi preDM-
DM lebih besar pada status gizi lebih (31,4%) dibandingkan status gizi tidak lebih (19,2%).
Lingkar Pinggang dengan preDM-DM
Tabel 24 Perbedaan Proporsi Antara Lingkar Pinggang dengan preDM-DM pada Staf
Kependidikan FKM UI, Depok tahun 2014
Lingkar
Pinggang
preDM-DM Total
p-value OR
(95% CI) Ya Tidak
n % n % N %
>90 cm/>80 cm 18 35,3 33 64,7 51 100 0,085
2,221
(0,979-5,040) Normal 14 19,7 57 80,3 71 100
Total 32 26,2 90 73,8 122 100
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan proporsi antara riwayat
keluarga dengan preDM-DM (p>0,05). Tetapi ada kecenderungan proporsi preDM-DM lebih
besar pada lingkar pinggang melebihi batas (35,3%) dibandingkan ukuran normal (19,7%).
Pengetahuan Gizi dengan preDM-DM
Tabel 25 Perbedaan Proporsi Antara Pengetahuan Gizi dengan preDM-DM pada Staf
Kependidikan FKM UI, Depok tahun 2014
Pengetahuan
Gizi
preDM-DM Total
p-value OR
(95% CI) Ya Tidak
n % n % N %
Kurang-Sedang 26 26,8 71 73,2 97 100 0,977
1,16
(0,417-3,22) Baik 6 24 19 76 25 100
Total 32 26,2 90 73,8 122 100
Faktor dominan..., Nisa Deyasningrum, FKM UI, 2014
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan proporsi antara umur dengan
preDM-DM (p>0,05). Terlihat bahwa proporsi responden DM-pre DM dengan pengetahuan
kurang-sedang (26,8%) hampir sama dengan responden berpengetahuan baik (24%).
Analisis Multivariat
Tabel 26 Hasil Analisis Regresi Logistik Pemodelan Akhir
Variabel p value OR 95% CI
Umur 0,034 2,753 1,079 – 7,025
Riwayat Keluarga 0,021 3,289 1,194 – 9,065
Asupan Energi 0,035 0,325 0,114 – 0,926
Status Gizi Lebih 0,682 1,283 0,390 – 4,221
Lingkar Pinggang 0,298 1,864 0,577 – 6,018
Tabel 26 menunjukkan nilai Odds Ratio setiap variabel. Variabel riwayat keluarga
memperlihatkan Odds Ratio tertinggi dengan p value <0,05, hal tersebut menandakan bahwa
responden yang memiliki riwayat keluarga DM berisiko 3,289 kali terkena preDM-DM
setelah dikontrol umur, asupan energi, status gizi lebih, dan lingkar pinggang. Odds Ratio
tertinggi kedua dengan p value <0,05 adalah umur. Responden yang memiliki umur ≥ 45
tahun akan berisiko 2,753 kali untuk terkena DM - pre DM.
Pembahasan
PreDM-DM Tipe 2
Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 11 orang (9%) menderita DM. Persentase ini lebih
tinggi dibandingkan kejadian DM pada Haiti (5,58%), Pakistan (6,67%), dan Jepang (7,56%)
(IDF, 2013). Dari 11 orang yang dikelompokkan menderita DM, hanya 5 orang (45,5%) yang
sudah terdiagnosa DM oleh dokter. Sisanya yaitu 6 orang (54,5%) baru mengetahui bahwa
dirinya menderita DM saat dilakukan pengukuran kadar glukosa darah puasa (undiagnosed
diabetes). Di Amerika terdapat 27% penderita diabetes yang tidak terdiagnosa (ADA, 2013c).
Responden dengan glukosa darah puasa tergolong pre DM sebanyak 21 orang (17,2%).
Faktor dominan..., Nisa Deyasningrum, FKM UI, 2014
- Umur
Hasil penelitian memperlihatkan adanya perbedaan proporsi yang signifikan antara umur
dengan preDM-DM (p<0,05). Responden pada umur ≥ 45 tahun berisiko 2,5 kali lebih besar
mengalami preDM-DM dibandingkan pada kelompok umur < 45 tahun. Umur bertambah
akan mempengaruhi sensitifitas insulin dan metabolisme glukosa. Karena terjadi peningkatan
kadar lemak di otot sebesar 30% sehingga memicu resistensi insulin (Trisnawati et al., 2013).
- Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan proporsi antara jenis kelamin dengan
preDM-DM (p>0,05). Proporsi DM terjadi lebih besar pada laki-laki. Pada penelitian Azimi-
Nezhad et al. (2008) disebutkan bahwa jenis kelamin berkaitan dengan aktivitas fisik, dimana
pada perempuan menjalankan lebih sedikit aktivitas fisik dibanding dengan laki-laki.
Sebaliknya dengan penelitian ini laki-laki dengan aktivitas rendah-normal (63,5%) lebih
banyak dibandingkan perempuan (36,5%). Dan proporsi IMT berdasarkan jenis kelamin yaitu
laki-laki dengan status gizi lebih (62,9%) lebih banyak dibandingkan perempuan dengan
status gizi lebih (37,1%). Sehingga laki-laki lebih memiliki risiko terkena DM. Pada laki-laki
kinerja insulin kurang sensitif dibandingkan perempuan. Karena laki-laki memiliki jaringan
adiposa pada viseral dan hati lebih banyak dibandingkan perempuan (Geer & Shen, 2009).
- Riwayat Keluarga
Hasil uji statistik memperlihatkan tidak terdapat perbedaan proporsi antara riwayat keluarga
dengan preDM-DM (p>0,05). Namun, kecenderungan proporsi preDM-DM lebih besar pada
responden yang memiliki riwayat keluarga dibandingkan tidak memiliki riwayat keluarga.
Kemungkinan tidak berhubungan karena responden yang memiliki riwayat penyakit diabetes
sudah menyadari bahwa lebih berisiko diabetes mellitus sehingga responden lebih menjaga
berat badan dengan menjalan gaya hidup lebih sehat seperti mengurangi aktivitas fisik
sedentari, dan menjaga pola makan. Riwayat keluarga berkaitan dengan genetik yang
diwariskan. Terdapat jenis Single Nucleotide Polimorphisms (SNPs) terkait dengan fungsi sel
beta pankreas yang memicu terjadinya DM tipe 2 (Sladek dalam Praet, 2009).
- Asupan Energi
Hasil uji statistik didapatkan tidak adanya perbedaan proporsi antara asupan energi dengan
preDM-DM (p>0,05). Asupan energi rendah lebih cenderung terkena preDM-DM tipe 2. Hal
ini bertolak belakang dengan teori yang ada. Mungkin disebabkan responden preDM maupun
DM sudah melakukan pengaturan pola makan dengan mengurangi jumlah makanan untuk
mencegah terjadinya kelebihan berat badan yang akan mengarah terhadap kejadian preDM-
DM. Kebiasaan konsumsi makanan tinggi energi dan kurang aktivitas fisik dalam keseharian
Faktor dominan..., Nisa Deyasningrum, FKM UI, 2014
menyebabkan ketidakseimbangan energi antara yang masuk dan yang keluar tubuh, bila
terus-menerus akan mempengaruhi kerja maupun sensitifitas insulin (Paruntu, 2012).
- Asupan Karbohidrat
Hasil uji statistik memperlihatkan tidak terdapat perbedaan proporsi antara riwayat keluarga
dengan preDM-DM (p>0,05). Hasil ini didapatkan karena responden sudah melakukan diet
pola makan sehingga tidak diketahui kebiasaan makan yang dapat menyebabkan terjadinya
preDM-DM. Namun, Setiap asupan karbohidrat mengandung indeks glikemik (IG) yang
nantinya dapat meningkatkan kadar glukosa darah (Hu et al., 2001)
- Asupan Lemak
Hasil penelitian mempelihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan proporsi antara preDM-DM
dengan asupan lemak (p>0,05). Hasil ini didapatkan karena responden juga sudah melakukan
diet makanan rendah lemak sehingga tidak diketahui kebiasaan makan yang dapat
menyebabkan terjadinya preDM-DM. Gliserol, hasil metabolisme lemak, akan dirubah
menjadi glukosa yang akan dialirkan di darah melalui proses glikoneogenesis. Sehingga
diketahui seseorang yang terus menerus mengonsumsi lemak berlebih akan mengakibatkan
kadar glukosa darah meningkat hingga tidak dapat dikendalikan (Almatsier, 2003).
- Asupan Serat
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan proporsi antara asupan serat
dengan preDM-DM (p>0,05). Hal ini didapat karena adanya perubahan pola makan
responden. Tetapi menurut Song et al. (2013), peningkatan asupan serat berkaitan dengan
peningkatan asupan magnesium. Magnesium memiliki peran memelihara glukosa dan
homeostasis insulin dan menghindari perkembangan kejadian DM tipe 2 (Dong et al., 2011).
- Aktivitas Fisik
Hasil penelitian menjelaskan tidak terdapat perbedaan proporsi antara riwayat keluarga
dengan preDM-DM (p>0,05). Kemungkinan terjadinya perbedaan hasil penelitian adalah
adanya hubungan aktivitas fisik dengan riwayat keluarga terhadap kejadian preDM-DM,
sehingga responden yang mempunyai riwayat keluarga DM akan lebih banyak melakukan
aktivitas fisik dibandingkan tidak memiliki riwayat. Aktivitas fisik dapat meningkatkan
sensitivitas dari reseptor dan insulin sehingga glukosa darah yang dipakai untuk metabolisme
energi pada otot meningkat pula, sehingga menurunkan kadar glukosa darah (Depkes, 2008c).
- Status Gizi Lebih
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tidak terdapatnya perbedaan proporsi antara riwayat
keluarga dengan preDM-DM (p>0,05). Kegemukan menyebabkan jumlah reseptor dan
Faktor dominan..., Nisa Deyasningrum, FKM UI, 2014
kepekaan insulin, serta respon sel beta menurun yang mengakibatkan glukosa darah yang
masuk ke dalam sel berkurang (Depkes, 2008c; Perkeni, 2011).
- Lingkar Pinggang
Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan proporsi antara riwayat
keluarga dengan preDM-DM (p>0,05). Menurut literatur, Semakin besar penambahan lingkar
pinggang dapat menyebabkan perubahan sekresi insulin yang memperburuk resistensi insulin,
meningkatkan produksi asam lemak bebas dari jaringan adiposa (Gautier et al., 2010).
- Pengetahuan Gizi
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan proporsi antara umur dengan
preDM-DM (p>0,05). Hal ini mungkin terjadinya karena adanya kaitan dengan riwayat
keluarga. Seseorang dengan riwayat DM akan lebih luas pengetahuannya terkait DM (Al-
qazaz et al., 2011).
Hasil menganalisis multivariat dengan cara seleksi bivariat dan pemodelan awal (variabel
dengan p value > 0,05 dikeluarkan bila menyebabkan perubahan OR > 10% dikeluarkan).
Variabel riwayat keluarga memperlihatkan Odds Ratio tertinggi, sehingga variabel riawayat
keluarga merupakan variabel yang sangat menentukan terhadap kejadian DM tipe 2.
Responden dengan riwayat keluarga DM akan berisiko 3,289 kali untuk terkena DM - pre
DM. Kemudian Odds Ratio tertinggi kedua adalah umur. Responden dengan umur ≥ 45 tahun
akan berisiko 2,753 kali terkena preDM-DM dibandingkan umur < 45 tahun.
Kesimpulan
Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa prevalensi kejadian pre DM - DM tipe 2 pada Staf
Kependidikan FKM UI, Depok sebesar 26,2% (DM sebesar 9% dan pre Dm sebesar 17,2%).
Gambaran responden penelitian yaitu responden dengan umur ≥45 tahun sebanyak 36%,
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Responden dengan riwayat keluarga sebanyak
24,6%. Asupan zat gizi responden yaitu asupan energi ≥ normal sebanyak 36,9%, asupan
karbohidrat lebih sebanyak 13,1%, asupan lemak lebih sebanyak 75,4%, dan asupan serat
rendah sebanyak 57,4%. Responden dengan aktivitas fisik rendah sebanyak 33,6%, status gizi
lebih sebanyak 57,4%. Responden dengan lingkar pinggang melebihi batas normal sebanyak
41,8%. Dan responden yang memiliki pengetahuan kurang-sedang (79,5%). Faktor-faktor
Faktor dominan..., Nisa Deyasningrum, FKM UI, 2014
yang memiliki perbedaan proporsi bermakna dengan kejadian pre DM - DM adalah umur.
Pemilihan faktor dominan berdasarkan nilai OR tertinggi pertama dan kedua. Didapatkan
hasil faktor yang memiliki perbedaan proporsi dominan terhadap kejadian pre DM-DM pada
Staf Kependidikan FKM UI, Depok adalah riwayat keluarga dan umur. Seseorang dengan
riwayat keluarga DM akan berisiko 3,289 kali terkena pre DM–DM. Sedangkan seseorang
dengan kelompok umur ≥ 45 tahun akan berisiko 2,753 kali terkena preDM-DM.
Saran
Hasil penelitian ini didapatkan faktor dominan terhadap kejadian pre DM dan DM tipe 2
adalah riwayat keluarga dan umur. Kedua faktor tersebut tidak dapat dimodifikasi. Untuk
pencegahan lebih terfokus pada faktor dapat dimodifikasi seperti asupan, aktivitas fisik,
status gizi lebih, dan pengetahuan gizi.
Diharapkan ada program kesehatan seperti jadwal olahraga bersama 1 kali seminggu
Diadakannya cek kesehatan rutin seperti pemeriksaan glukosa darah, pengukuran lingkar
pinggang dan berat badan bagi staf kependidikan 3 bulan sekali
Diharapkan adanya penyuluhan mengenai diabetes mellitus tipe 2
Dilakukan penyuluhan mengenai pola makan sehat sesuai Pedoman Gizi Seimbang (PGS)
Daftar Pustaka
Al-Hamodi, Zaid et al. (2011). Association of plasminogen activator inhibitor-1 and tissue
plasminogen activator with type 2 diabetes and metabolic syndrome in Malaysian subjects
Cardiovascular. Diabetology, 10: 23
Ali, Mohammed K. et al. (2010). The global burden of diabetes. In Holt, Cockram, Flyvbjerg,
Goldstain. In R. I. G. Holt, C. Cockram, A. Flyvberg, B. J. Goldstein (Ed). Texbook Of
Diabetes 4th Ed (pp. 69-84). UK: Wiley-Blackwell
Faktor dominan..., Nisa Deyasningrum, FKM UI, 2014
Almatsier, Sunita. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Al-qazaz, Harith Kh. et al. (2011). Diabetes knowledge, medication adherence and glycemic
control among patients with type 2 diabetes. International Journal of Clinical Pharmacy,
33(6), 1028-35
American Diabetes Association (ADA). (2013b). Diagnosis and classification of diabetes
mellitus. Diabetes Care, 35 (Suppl 1): S64e71.
American Diabetes Association (ADA). (2013c). Fast facts data and statistics about diabetes.
USA: ADA
Azimi-Nezhad, M. et al. (2008). Prevalence of type 2 diabetes mellitus in Iran and its
relationship with gender, urbanisation, education, marital status and occupation. Singapore
Medical Journal 2008; 49 (7): 571
Dam, Rob M van. (2003). The epidemiology of lifestyle and risk for type 2 diabetes.
European Journal of Epidemiology; Dec 2003; 18, 12; ProQuest pg. 1115
Departemen Kesehatan RI (Depkes). (2008a). Pedoman pengendalian diabetes melitus dan
penyakit metabolik. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Departemen Kesehatan RI (Depkes). (2008c). Petunjuk teknis pengukuran faktor risiko
diabetes melitus. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Diabetes UK. (2010). Key statistics on diabetes. UK
Ding, Eric L. et al. (2009). Sex hormone–binding globulin and risk of type 2 diabetes in
women and men. New England Journal of Medicine, 361; 12
Dong, Jia-Xi et al. (2011). Magnesium intake and risk of type 2 diabetes: Meta-analysis of
prospective cohort studies. Diabetes Care, 34(9), 2116-22
Gautier, Alain et al. (2010). Increases In waist circumference and weight as predictors of type
2 diabetes in individuals with impaired fasting glucose: influence of baseline bmi: data
from the desir study. Diabetes Care,33(8),1850-1852
Geer, Eliza B. & Shen, Wei. (2009). Gender Differences in Insulin Resistance, Body
Composition, and Energy Balance. Gender Meicined, 2009; 6 (Suppl 1): 60–75.
Goldenberg, Ronald & Punthakee, Zubin (2013). Definition, classification and diagnosis of
diabetes, prediabetes and metabolic syndrome. Canadian Journal of Diabetes, 37, S8-S11
Hu, F. B. et al. (2001). Diet and risk of type 2 diabetes: the role of types of fat and
carbohydrate. Diabetologia, 44:805-17
International Diabetes Federation (IDF). (2013). Diabetes Atlas 6th Ed. IDF
Kementrian Kesehatan RI (Kemenkes). (2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.
Jakarta: Badan Litbangkes
Faktor dominan..., Nisa Deyasningrum, FKM UI, 2014
Laaksonen, Maarit A. et al. (2010). The relative importance of modifiable potential risk
factors of type 2 diabetes: A meta-analysis of two cohorts. European Journal of
Epidemiology, 25(2), 115-24
Li, Yanping et al. (2012). Birth weight, genetic susceptibility, and adulthood risk of type 2
diabetes. Diabetes Care, 35(12), 2479-84
Liese, Angela D. et al. (2009). Food intake patterns associated with incident type 2 diabetes:
The insulin resistance atherosclerosis study. Diabetes Care, 32(2), 263-8
Logue, J. et al. (2011). Do men develop type 2 diabetes at lower body mass indices than
women? Diabetologia, 54(12), 3003-6
Martha, Amelia (2012). Analasis faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit
diabetes mellitus pada perusahaan X. Program Pasca Sarjana. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Depok: FKM UI
Misdarina & Ariani, Yesi. (2012). Pengetahuan diabetes melitus dengan kadar gula darah
pada pasien dm tipe 2. Jurnal Keperawaatan Klinis: vol 2, No. 1
Nadimin. (2010). Gaya hidup dan status gizi pegawai dinas kesehatan Sulawesi Selatan.
Media Gizi Pangan: Vol. X, Edisi 2, Juli – Desember 2010
National Diabetes Information Clearinghouse (NDIC). (2011). National statistic, 2011. NIH
Publication No. 11–3892February 2011. US: Clearinghouse
National Diabetes Information Clearinghouse (NDIC). (2012). Diagnosis of diabetes and
prediabetes. NIH publication No. 12–4642. US: Clearinghouse
Paruntu, Olga Lieke. (2012). Asupan gizi dengan pengendalian diabetes pada diabetisi tipe II
rawat jalan di BLU Prof.Dr.R.D. Kandou Manado. GIZIDO: Volume 4 No. 1 Mei 2012
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni). (2011). Konsensus pengelolaan dan
pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Perkeni
Praet, Stephan F. E. & van Loon, Luc J. C. (2009). Exercise theraphy in type 2 diabetes. Acta
Diabetol 46 (2009): 263-278
Song, Y., Zhang, C. et al. (2013). Magnesium intake, genetic variants, and diabetes risk. In R. R.
Watson, V. R. Preedy, S. Zibadi (Ed). Magnesium In Human Health And Disease. (pp. 103-118).
New York: Spinger
Spark, A. J. (2007). Nutrition in public health : principles, policies, and practice. US: CRC
Press
Trisnawati, Shara Kurnia & Setyorogo, Soedijono. (2013). Faktor risiko kejadian diabetes melitus tipe
ii di puskesmas kecamatan cengkareng jakarta barat tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1)
Trisnawati, Sri. et al. (2013). Faktor risiko diabetes mellitus tipe 2 pasien rawat jalan di Puskesmas
Wilayah Kecamatan Denpasar Selatan. Public Health and Preventive Medicine Archive, Volume 1,
Nomor 1, Juli 2013
WHO. (nd). Genetic and diabetes. WHO
Faktor dominan..., Nisa Deyasningrum, FKM UI, 2014