faktor

37
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Dalam modul I tentang Skeletal pada blok VI Sistem Neuromuskuloskeletal ini, kami akan membahas tentang struktur, komposisi, dan jenis-jenis tulang. Kami juga akan membahas tentang osifikasi dan pertumbuhan tulang serta faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tulang tersebut dalam laporan ini yang sudah kami diskusikan pada DKK I dan II. Sebagai unsur pokok kerangka orang dewasa, jaringan tulang menyangga struktur berdaging, melindungi organ-organ vital seperti yang terdapat di dalam tengkorak dan rongga dada, dan menampung sumsum tulang,tempat sel-sel darah dibentuk. Tulang juga berfungsi sebagai cadangan kalsium, fosfat, dan ion lain, yang dapat dilepaskan atau disimpan dengan cara terkendali untuk mempertahankan konsentrasi ion-ion penting ini di dalam cairan tubuh. Selain itu, tulang membentuk suatu sistem pengungkit yang melipatgandakan kekuatan yang FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 1

Upload: aprilini-fitrisia

Post on 21-Oct-2015

45 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

faktor

TRANSCRIPT

Page 1: Faktor

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Dalam modul I tentang Skeletal pada blok VI Sistem

Neuromuskuloskeletal ini, kami akan membahas tentang struktur, komposisi, dan

jenis-jenis tulang. Kami juga akan membahas tentang osifikasi dan pertumbuhan

tulang serta faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

tulang tersebut dalam laporan ini yang sudah kami diskusikan pada DKK I dan

II.

Sebagai unsur pokok kerangka orang dewasa, jaringan tulang menyangga

struktur berdaging, melindungi organ-organ vital seperti yang terdapat di dalam

tengkorak dan rongga dada, dan menampung sumsum tulang,tempat sel-sel darah

dibentuk. Tulang juga berfungsi sebagai cadangan kalsium, fosfat, dan ion lain,

yang dapat dilepaskan atau disimpan dengan cara terkendali untuk

mempertahankan konsentrasi ion-ion penting ini di dalam cairan tubuh.

Selain itu, tulang membentuk suatu sistem pengungkit yang

melipatgandakan kekuatan yang dibangkitkan selama otot rangka berkontraksi

dan mengubahnya menjadi gerakan tubuh. Jaringan bermineral ini memberi

fungsi mekanik dan metabolik kepada kerangka. Kami akan menjelaskan lebih

dalam lagi pada pembahasan di bawah.

II. Tujuan dan Manfaat

Adapun manfaat dari laporan ini yaitu agar kita bisa lebih memahami

tentang struktur, komposisi, dan jenis-jenis tulang. Dapat menjelaskan tentang

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 1

Page 2: Faktor

osifikasi, resorpsi, dan pertumbuhan tulang. Serta mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tulang. Kami juga berharap agar

laporan ini dapat memberikan pengetahuan lebih kepada pembaca.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 2

Page 3: Faktor

BAB II

PEMBAHASAN

SKENARIO :

Tinggi dan Tiiinggi

Tegap ( 17 tahun ) adalah seorang remaja yang sangat memperhatikan

penampilannya. Akhir – akhir ini dia rajin berolahraga dan minum susu. Hal ini

dilakukan karena dia ingin tambah tinggi seperti sahabatnya Dandy yang bintang

basket. Tegap berpikir kenapa dia tidak setinggi Dandy; apakah karena orang tuanya

pendek. Apakah juga akibat waktu SD dia malas minum susu dan pernah patah di

kakinya. Tegap mulai mencari – cari informasi apakah ia masih bisa bertambah tinggi

dan bagaimana caranya. Dia mendengar bahwa olahraga dan minum susu dapat

membantu mempertinggi badan. Dia juga pernah mendengar tentang pemberian

growth hormone dan penarikan badan dengan alat bisa mempertinggi badan, tetapi

dia masih belum yakin.

STEP 1

Growth hormone : salah satu hormone yang berkaitan dengan hipofisis anterior yang

mempengaruhi metabolism karbohidrat, lipid, dan protein.

Sekresinya dikontrol oleh hipotalamus. Berfungsi untuk

mengendalikan lagu pertumbuhan tulang.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 3

Page 4: Faktor

STEP 2 IDENTIFIKASI MASALAH

1. Jenis-jenis dan fungsi tulang ?

2. Komponen pembentuk tulang ?

3. Bagaimana mekanisme pertumbuhan tulang ?

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi petumbuhan ?

5. Bagaimana hubungannya olahraga, minum susu, pernah patah kaki dengan

mempertinggi badan ?

6. Usia batas pertumbuhan pada wanita dan pria ?

STEP 3 BRAINSTORMING

1. Jenis tulang :

a. Berdasarkan bentuknya

- Tulang pipa/tulang panjang, contoh : femur.

- Tulang pendek, contoh : karpal, tarsal.

- Tulang pipih, contoh : calvaria, scapula, sternum,costae.

- Tulang tidak beraturan, contoh : vertebrae, mandibula, dan lainnya.

b. Berdasarkan jenis tulang

- Tulang rawan/ kartilago, terbagi :

Tulang rawan fibrosa, contoh ; cakram intervertebra.

Tulang rawan hyalin, contoh ; ujung pertemuan tulang dengan

tulang, penyatuan costae dan sternum.

Tulang rawan elastis, contoh ; telinga.

- Tulang sejati/ tulang keras

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 4

Page 5: Faktor

Fugsi tulang :

Penopang tubuh.

Melindungi organ vital dalam tubuh ; sternum dan costae yang

melindungi pulmo dan jantung, calvaria yang melindungi otak.

Tempat melekatnya otot.

Alat gerak pasif ; dengan kontraksi otot yang menarik tendon dan

menggerakkan sendi.

Tempat produksi sel darah (sumsum tulang merah)

Tempat penyimpanan mineral tubuh ; 99% Ca tubuh dan 85% fosfat

tubuh.

2. Komponen penyusun tulang :

Sel tulang ;

- Osteoblast ; membentuk tulang di atas tulang.

- Osteosit ; perkembangan dari osteoblast yang terkurung dalam

matriks.

- Osteoklast ; menghancurkan lapisan dalam tulang.

Matriks ;

- Unsur organik : 35%, terdiri dari serat osteokolagen.

- Unsur anorganik : 65%, terdapat dibagian semen terutama

kalsium fosfat dan kalsium karbonat. Matriks tulang tersusun atas lamel –

lamel yang terjadi secara ritmik.

Bahan penyusun :

- Fosfat dan kalsium adalah penyusun utama.

- Sumsum tulang khususnya pada tulang panjang

3. Mekanisme pertumbuhan tulang :

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 5

Page 6: Faktor

Perpanjangan tulang melalui epifisis;

Terdapat 5 zona epifisis,

a) Zona istirahat : kondrosit tidak mengalami perubahan morfologi.

b) Zona proliferasi : kondrosit mulai membelah.

c) Zona hipertrofi : kondrosit mengalami pembesaran dan mulai

mengumpulkan glikogen.

d) Zona kalsifikasi : kondrosit mulai mengalami pengapuran.

e) Zona osifikasi : terdapat jaringan osifikasi.

Penebalan tulang ; pembentukan tulang baru di atas tulang.

4. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan :

Genetik : mempengaruhi dalam kalsifikasi maksimal.

Diet yang bernutrisi : protein dan asam amino.

Bebas dari penyakit kronis dan lingkungan stres.

Hormonal :

- Primer :

Growth Hormone , yang meningkatkan proses mitosis

diikuti dengan peningkatan jumlah sel dan diferensiasi sel

khusus seperti sel otot awal dan sel pertumbuhan tulang.

GH juga berfungsi untuk sintesis protein,

membebaskan lemak jaringan untuk digunakan sebagai energi

sehingga glukosa di hemat.

- Sekunder :

Tiroid : mempengaruhi khususnya pada masa anak-

anak.

Hormon seks :

- Testosteron, membuka epifisis.

- Estrogen, menutup epifisis.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 6

Page 7: Faktor

Insulin

Paratiroid , terdiri atas :

- Efek cepat, langsung mengaktivasi sel tulang

- Efek lambat, mengaktivasi osteoklast.

Kalsitonin : menurunkan kadar Ca dalam darah.

Paratiroid : meningkatkan kadar Ca dalam darah.

Vitamin D : membantu dalam penyerapan Ca.

5. Tergantung dengan jenis olahraga, pada olahraga tertentu:

Dengan berolahraga, glukosa lebih banyak terpakai untuk metabolisme

di otot sehingga merangsang reseptor di hipotalamus untuk sekresi

GH.

Olahraga berat, kerja tulang untuk menahan beban semakin besar

mengakibatkan stres tulang merangsang sekresi GH.

Susu yang mengandung kalsium dan fosfat akan diendapkan di tulang

sehingga mendukung pertumbuhan tulang.

Vitamin D, membantu penyerapan mineral.

Kalsium, karena tulang selalu dihancurkan dan diperbaiki jika

kekurangan kalsium maka akan mengganggu dalam pertumbuhan

tulang.

6. Tidak memiliki pengaruh.

7. Kurang lebih 20 thn pada pria dan 18 thn pada wanita

STEP 4 SKEMA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 7

Page 8: Faktor

STEP 5 LEARNING OBJECTIVES

1. Mahasiswa mampu menjelaskan komponen pembentuk tulang

2. Mahasiswa mampu menjelaskan proses osifikasi tulang

3. Mahasiswa mampu menjelaskan proses pertumbuhan tulang

4. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor pertumbuhan tulang

STEP 6 BELAJAR MANDIRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 8

Pertumbuhan tulang

Pertumbuhan tulang

Pemanjangan Tulang

Pemanjangan Tulang

Penebalan Tulang

Penebalan Tulang

Page 9: Faktor

Pada step 6 ini kami melakukan proses belajar mandiri untuk mengetahui lebih

lanjut materi yang sedang kami bahas. Adapun pedoman belajar mandiri kami adalah

mencari informasi mengenai jawaban-jawaban terhadap learning objective atau

sasaran pembelajaran yang telah kami rumuskan bersama-sama. Hasil dari belajar

mandiri tersebut disampaikan pada diskusi kelompok kecil II (DKK II) .

STEP 7 SINTESIS

1. Komponen pembentuk tulang

SEL-SEL TULANG

Jaringan ikat yang tersiri atas materi antarsel berkapur, yaitu mariks tulang dan 3 jenis

sel :

- osteosit yang terdapat di rongga-rongga (lakuna) di dalam matriks ;

- osteoblas yang menyintesis bahan organik matriks;

- osteoklas yang meruoakan sel raksasa multinuklear yang terlibat di dalam reabsorbsi

dan remodelling jaringan tulang. Berikut penjelasan sel tersebut :

a. Osteoblas

Berasal dari sel mesenchym, tersusun berderet – deret secara epithelial

dipermukaan trabekula tulang muda. Osteoblas mempunyai sitoplasma yang

basofilik. Berfungsi untuk memproduksi bahan organik matriks tulang dan juga

menghasilkan enzym alkaline fosfatase yang berperan dalam kalsifikasi

(membuat matrik (bahan) tulang / sel pembentuk tulang). Beberapa osteoblas

secara berangsur dikelilingi oleh matriks yang baru terbentuk dan menjadi

osteosit. Selama proses ini, terbentuk rongga yang disebut lakuna. Lakuna ini di

huni oleh osteosit dan juluran-julurannya bersama sedikit matriks ekstrasel yang

tidak mengapur.

b. Osteosit

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 9

Page 10: Faktor

Merupakan osteoblast yang sudah terpendam dalam matriks tulang.

Sitoplasma basofilik. Terletak dalam lakuna yang terletak diantara lamela-

lamela matriks. Osteosit memiliki juluran-juluran sitoplasma yang masuk ke

dalam kanalikuli. Tonjolan sel-sel yang berdekatan akan saling berkontak

melalui taut rekahdan molekul-molekul berjalan melalui struktur ini dari sel ke

sel. Osteosit berfungsi untuk mempertahankan matriks tulang dan kematiannya

diikuti oleh reabsorbsi matriks tersebut.

c. Sel Osteoclast

Merupakan sel motil bercabang yang sangat besar. Mempunyai inti

banyak (5-50 atau lebih) dan merupakan fusi dari sel monosit. Sitoplasma

acidofilik karena mengandung anzym acid fosfatase. Osteoklas berasal dari

pengabungan sel-sel sumsum tulang. Osteoklas menyekresi kolagenase dan

enzim lain dan memompa proton kedalam kantung subseluler yang memudahkan

pencernaan kolagen setempat dan melarutkan kristsl garam kalsium. Aktivitas

osteoklas di kendalikan oleh sitokindan hormon. Osteoklas memiliki reseptor

kalsitonin yaitu hormon tiroid, tetapi bukan untuk hormon paratiroid, namun

osteoblas juga memiliki reseptor untuk hormon paratiroid yang ketika teraktivasi

oleh hormon ini, osteoclast akan menghasilkan banyak sitokin. Berfungsi untuk

resorpsi mineral yang ada dalam tulang.

MATRIKS TULANG

Kira-kira 50% dari berat kering matriks tukang adalah bahan anorganik. Yang banyak

dijumpai adalah kalsium dan fosfor, namun bikarbonat, sitrat, magnesium, kalium dan

natrium juga ditemukan. Matriks terdiri atas 90-95 % kolagen. Studi difraksi sinar X

memperlihatkan bahwa kalsium dan fosfor membentuk kristal hidroksiapatit dengan

komposisi Ca10(PO4)6(OH)2. Meskipun begitu, kristal-kristal ini menunjukkan

ketidaksempurnaan dan tidak identik dengan hidroksiapatit yang ditemukan dalam mineral

karang. Kalsium amorf (non kristal) juga cukup banyak dijumpai. Pada mikrograf elektron,

kristal hidroksiapatit tulang tampak sebagai lempengan yang terletak di samping serabut

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 10

Page 11: Faktor

kolagen, namun dikelilingi oleh substansi dasar. Ion permukaan hidroksiapatit berhidrasi dan

selapis air dan ion terbentuk di sekitar kristal. Lapisan ini disebut lapisan hidrasi yang

membantu dalam pertukaran ion antara kristal dan cairan tubuh.

Bahan organik dalam matriks tulang adalah kolagen tipe I dan substani dasar, yang

mengandung agregat proteoglikan dan beberapa glikoprotein struktural spesifik. Glikoprotein

tulang mungkin bertanggung jawab atas kelancaran kalsifikasi matriks tulang. Jaringan lain

yang mengandung kolagen tipe I biasanya tidak mengapur dan tidak mengandung

glikoprotein tersebut.

Gabungan mineral dengan serat kolagen memberikan sifat keras dan ketahan pada

jaringa tulang. Setelah tulang mengalami dekalsifikasi, bentuknya tetap terjaga, namun

menjadi fleksibel mirip tendon. Dengan menghilangkan bagian organik dari matriks

(terutama kolagen), bentuk tulang juga masih terjaga, namun kini menjadi rapuh, mudah

patah dan hancur bila dipegang.

Matriks organik ini terdiri dari serat-serat kolagen dan medium gelatinosa homogen atau

yang disebut substansi dasar.  Substansi dasar ini terdiri atas cairan ekstraseluler ditambah

proteoglikan, khususnya kondroitin sulfat dan asam hialuronat yang membantu mengatur

pengendapan kalsium. Sedangkan garam-garam tulang terutama terdiri dari kalsium dan

fosfat.

2. Menjelaskan Proses Osifikasi

Osifikasi

Osifikasi intramembran

Mula-mula terbentuklah membran mesenchymal yang sangat vaskuler. Sel-

mesenchym berdefrensiasi menjadi sel-sel osteoblast. Kemudian sel-sel

osteoblast menghasilkan enzim alkaline fosfatase sehingga terjadi pengapuran

bahan dasar, yang berakibat sel osteoblasy terkurung didalam bhan dasar yang

dihasilkannya sendiri. Kini nama selnya berubah menjadi osteosit, yang terletak

dilakuna. Lalu ujun-ujung juluran sitoplasma dari sel osteosit ditarik kembali

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 11

Page 12: Faktor

kebadan sel saluran halus kosong yang dinamakan kanalikuli, disamping itu juga

sel osteoblast yang lain mengalami pembelahan diri, menjauhi pusat osifikasi dan

menghasilakn enzim alkaline fosfatase sehingga terjadilah pengapuran pada

matrix, akhirnya seluruh membran mengalami pengapuran.

Osifikasi endochondral

Terjadi pada pembentukan tulang panjang , perlu cetakan/model tulang

rawan hyalin. Menurut lokasinya dibedakan :

1. Proses Osifikasi pada daerah diafisis

2. Proses Osifikasi pada daerah epifisis

1. Proses Osifikasi pada daerah diafisis

Terbentuklah Periostal Bone Colar, ialah jaringan tulang yang

berbentuk manset yang mengitari bagian diafisis dari model tulang rawan

hyaline.

Proses ini diprakarsai oleh perikondrium sehingga disebut proses

osifikasi perikondral. Karena prosesnya berlangsung di dalam membran

perikondrium, maka proses ini masih termasuk osifikasi primer.

Perikondrium menjadi sangat vaskuler, terbentuklah sel-sel osteogenik

yang akan berdiferensiasi menjadi sel-sel osteoblast, sehingga terjadilah

proses osifikasi primer yang mengelilingi bagian diafisis model tulang

rawan.

Proses osifikasi sekunder dimulai dengan perubahan pada model

jaringan tulang rawan, dimana kondrosit mengalami hypertrofi dan

menghasilkan enzim enzim alkaline fosfatase yang mengakibatkan matriks

tulang rawan mengalami pengapuran. Kondrosit kekurangan nutrisi karena

difusi tidak bisa berlangsung. Tulang rawan hancur, terjadilah lubang-

lubang disekitar tulang rawan hyaline yang hancur yang disebut ruang

sumsum primer.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 12

Page 13: Faktor

Masuklah Periostal Bud ialah suatu kuncup yang berisi pembuluh

darah dan sel-sel osteogenik yang berasal dari periosteum. Sel-sel

osteoblast meletakkan diri secara epithelial ditepi tulang rawan hyaline

yang hancur. Dengan adanya sel-sel osteoblast dibentuklah jaringan tulang

muda mengelilingi sisa-sisa tulang rawan hyaline yang hancur. Jaringan

tulang muda ini makin meluas, demikian pula Periostal Bone Colar

menjadi tebal sebagai jaringan tulang yang kuat. Akhirnya bagian tengah

dari jaringan tulang muda tersebut diresobsi sehingga terbentuklah suatu

rongga yang disebut ruang sumsum sekunder yang dikelilingi oleh tulang

muda.

2. Proses Osifikasi sekunder pada Epifisis

-Tidak dibentuk Periostal Bone Colar

- Proses berjalan secara radier

Pada daerah Epiphyseal Disc (perbatasan antara diafisis dan epifisis)

terdapat jaringan tulang rawan hyaline yang terbagi dalam zona-zona :

1. Zona istirahat = zona cadangan =zona tenang

Terdiri atas jaringan tulang rawan hyaline yang belum aktif

2. Zona proliferasi

Zona yang aktif, kondrosit membelah diri, berjejal-jejal seperti berbaris

sejajar sumbu panjang model tulang rawan, dengan sedikit bahan antar sel

dan berbentuk pipih-pipih. Selama zona proliferasi ini masih aktif, model

tulang rawan terus bertambah panjang.

3. Zona maturasi

Kondrosit gemuk-gemuk dan besar-besar, kaya glikogen dan

menghasilkan enzim alkaline fosfatase.

4. Zona kalsifikasi

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 13

Page 14: Faktor

Diendapkan bahan kapur di dalam matriks sehingga matriks tampak lebih

gelap.

5. Zona retrogresi =zona degenerasi

Kondrosit mati hancur karena kurang nutrisi, sebagian diresobsi sehingga

timbul lubang-lubang seperti sarang lebah yang disebut ruang sumsum

primer

6. Zona Osifikasi

Osteoblast memasuki ruang sumsum primer, meletakkan diri secara

epithelial ditepi sisa-sisa tulang rawan hyaline yang hancur. Dibentuk

jaringan tulang muda dengan kerangka sisa-sisa tulang rawan hyaline yang

tidak diresobsi.

7. Zona Resobsi

Jaringan tulang muda yang dibentuk makin luas, kemudian tengahnya

diresobsi sehingga terbentuk ruangan yang besar yang disebut ruang

sumsum.

3. Menjelaskan proses pertumbuhan tulang

Pertumbuhan Tulang

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 14

Page 15: Faktor

Pertumbuhan tulang biasanya berhubungan dengan resorpsi parsial dari

jaringan yang telah dibentuk sebelumnya dan sekaligus peletakan tulang baru

(melebihi kecepatan resorpsi tulang). Hal ini memungkinkan bentuk tulang itu

dipertahankan sementara bertumbuh. Kecepatan remodeling tulang (pergantian

tulang) sangat aktif pada anak-anak, dimana dapat mencapai 200 kali lebih cepat

daripada orang dewasa. Proses remodeling tulang dipengaruhi oleh beberapa faktor :

tegangan dan tekanan yang disebabkan oleh kontraksi otot dan pergerakan tubuh,

kehamilan, hormon-hormon, dan faktor-faktor pertumbuhan. Faktor-faktor

pertumbuhan, yang asalnya belum diketahui, dalam bertindak dalam pola parakrin,

memberi kesan bahwa mereka diproduksi secara lokal.

Pembentukan tulang telah bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan

berlangsung sampai dewasa. Pembentukan tulang ini dimulai dari sel-sel mesenkim

memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut banyak mengandung pembuluh darah

akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh darah akan membentuk

kondroblas.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 15

Page 16: Faktor

Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan

(kartilago). Mula-mula pembuluh darah menembus perichondrium di bagian tengah

batang tulang rawan, merangsang sel-sel perichondrium berubah menjadi osteoblas.

Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium

berubah menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam tulang

rawan di daerah diafisis yang disebut juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan

membesar kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya

zat kapur didepositkan, dengan demikian terganggulah nutrisi semua sel-sel tulang

rawan dan menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini.

Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan

pelarutan dari zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan masuknya

pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang.

Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise

sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan

demikian masih tersisa tulang rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting

dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan di antara epifise dan diafise yang

disebut dengan cakram epifise.

Proses pertumbuhan tulang panjang adalah proses majemuk. Epifisis membesar

akibat pertumbuhan tulang rawan secara radial, diikuti oleh osifikasi endokondral.

Dengan cara ini bagian spons epifisis akan bertambah. Diafisis pada mulanya terdiri

atas tulang silindris. Karena epifisis bertumbuh lebih cepat, ujung-ujung diafisis

menjadi lebih besar, membentuk 2 “corong diafisis” yang dipisahkan oleh “batang

diafisis”. Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-

menerus membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di

daerah diafise, dengan demikian tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan

tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan diameter (lebar) tulang, tulang didaerah

rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga rongga sumsum membesar, dan

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 16

Page 17: Faktor

pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum membentuk lapisan-lapisan tulang

baru di daerah permukaan.penutupan epifisis ini mengikuti suatu proses yang

kronologis pada setiap tulang dan selesai pada usia sekitar 20 tahun.

Pertumbuhan Memanjang

Dengan tumbuhnya tulang rawan pada bagian epifisis, seluruh model

tulang rawan akan semakin memanjang. Akibat proses pertumbuhan dan

perluasan pusat osifikasi primer, terbentuk zona – zona tertentu pada tulang

rawan tersebut. Zona– zona tersebut berkembang secara sinergis sesuai

dengan proses osifikasi yang terjadi dan dapat dijadikan sebagai gambaran

proses pembentukan tulang endokondral yang berkesinambungan. Secara

umum zona- zona tersebut biasa disebut sebagai epiphyseal plate.

1. Zona cadangan atau istirahat

Zona ini terdiri dari tulang rawan hyaline primitif dan terletak paling dekat

dari epifisis dan mengandung kondrosit yang menyebar serta berukuran kecil.

Zona ini disebut sebagai zona istirahat karena sel tidak berfungsi dalam proses

pertumbuhan. Zona ini pada awalnya merupakan zona yang relatif panjang,

tetapi secara progresif memendek dengan majunya proses osifikasi ke

arahnya. Zona ini memperlihatkan pertumbuhan ke segala arah.

2. Zona proliferasi

Zona ini aktif dengan gambaran mitosis. Sel –sel kondrosit pada zona istirahat

membelah dan menghasilkan sel anak yang tersusun dalam deretan sejajar

dengan sumbu panjang model tulang rawan. Setiap deretan terdiri atas

kumpulan sel gepeng yang dipisahkan oleh matriks. Deretan ini tumbuh

terutama melalui penambahan sel pada ujung bebas, sebelah distal terhadap

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 17

Page 18: Faktor

zona istirahat. Dengan mekanisme ini tulang rawan lebih banyak tumbuh

memanjang daripada melebar.

3. Zona maturasi

Pada zona ini tidak terjadi mitosis, sel -sel serta lakuna membesar dan berubah

bentuk menjadi kuboid sedangkan sitoplasmanya penuh terisi oleh glikogen.

Pembesaran ini menambah panjang tulang rawan di daerah tersebut.

4. Zona kalsifikasi

Zona ini merupakan zona terakhir dari epiphyseal plate yang hanya

mengandung beberapa sel tebal dan berisi sebagian besar kondrosit yang telah

mati karena matriks ekstraselular disekitar kondrosit tersebut telah

terkalsifikasi. Osteoklas memecah tulang rawan yang terkalsifikasi, dan

osteoblas serta kapiler dari diafisis menuju ke daerah tersebut. Osteoblas

membentuk matriks tulang ekstraselular sehingga mengganti tulang rawan

yang terkalsifikasi. Oleh karena itu, zona kalsifikasi terbentuk menjadi

“diafisis baru” yang disemen secara kuat hingga akhir dari diafisis tulang.

Aktivitas epiphyseal plate merupakan satu –satunya cara yang dapat

memperpanjang diafisis. Ketika tulang tumbuh, kondrosit baru terbentuk pada

bagian epifisial, sedangkan kondrosit tua pada bagian diafisis diganti dengan

tulang. Pada proses tersebut ketebalan epiphyseal plate cenderung tetap konstan,

tetapi tulang pada bagian diafisial menglami pemanjangan.

Pada usia 18 tahun (perempuan) dan 21 tahun (laki- laki), epiphyseal plate

menutup; sel tulang rawan epifisial berhenti membelah, dan tulang menggantikan

semua tulang rawan. Epiphyseal plate memudar dan meninggalkan struktur tulang

yang disebut sebagai epiphyseal line. Keberadaan epiphyseal line menunjukkan

tulang telah berhenti tumbuh memanjang. Jika tulang mengalami fraktur pada

epiphyseal plate, tulang yang mengalami fraktur tersebut kemungkinan akan

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 18

Page 19: Faktor

menjadi lebih pendek daripada panajng tulang tersebut pada anak – anak normal.

Hal ini terjadi karena kerusakan tulang rawan karena fraktur dan sebagainya

mempercepat penutupan epiphyseal plate, sehingga menghambat pertumbuhan

panjang tulang.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Tulang

- Hereditas

Tinggi badan anak – anak secara umum tergantung dari orang tua nya. Anak –

anak yang mempunyai orang tua nya yang tinggi, rata – rata badan mereka akan

tinggi juga.

Akhondroplasia merupakan suatu kondisi yang terjadi akibat suatu trait yang

dominan di mana gen – gennya cebol. Anggota – anggota badan secara relatif

lebih pendek dari pada batang badan. Batang badan hampir mempunyai tinggi

yang normal. Kepala brakhisefalik yang besar, jembatan hidung melengkung,

tangan bujur sangkar dan gemuk. Kollumna vertebralis kiposis atau lordosis.

Panggul deformitas, maka pada ibu yang akhondroplasia tidak dapat terjadi

persalinan yang normal. Kondisi ini disebabkan akibat dari kurangnya proliferasi

sel – sel tulang rawan yang mengakibatkan pemendekkan tulang – tulang,

terutama tulang – tulang panjang anggota badan. Karena basis kranii berkembang

dari tulang rawan maka tulang tersebut menjadi tetap tinggal sempit dan

meskipun kubah tengkorak berkembang untuk tempat kedudukan otak. Insidens

akhondroplasia ini kira – kira satu dalam sepuluh ribu orang. Orang – orang

dengan akhondroplasia seringkali bekerja sebagai badut sirkus.

Kraniofasiale dan kraniokleidodisostosis merupakan suatu kondisi yang

diakibatkan karena trait dominan yang dipengaruhi oleh osifikasi membranosa.

Dalam hal ini terjadi deformitas dari tulang tengkorak, maksila dan klavikula.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 19

Page 20: Faktor

Kepala tampak gepeng. Kaput humeri dekat dengan sternum dan dapat bersendi

dengannya.

- Hormononal

Hormon kelenjar endokrin memproduksi hormon yang menstimulasi efek spesifik

pada sel tertentu. Beberapa hormon mempunyai peran yang penting pada pertumbuhan

tulang:

No Hormon (Kelenjar) Asal Fungsi

1. GH (Hormon

Pertumbuhan)

Kelenjar

hipofisis

anterior

Meningkatkan kecepatan mitosis

kondrosit dan osteoblas.

Meningkatkan kecepatan sintesis

protein(kolagen, matriks

kartilago, dan enzim untuk

pembentukan kartilago dan

tulang).

2. Tiroksin Kelenjar

tiroid

Meningkatkan kecepatan sintesis

protein.

Meningkatkan produksi dari

semua jenis makanan.

3. Insulin Pankreas Meningkatkan produksi energi

dari glukosa.

4. Hormon Paratiroid Kelenjar

Paratiroid

Meningkatkan reabsorbsi

kalsium dari tulang ke darah

(menaikan kadar kalsium darah).

Meningkatkan absorbsi kalsium

oleh usus halus dan ginjal.

5. Kalsitonin Kelenjar

Tiroid

Menurunkan reabsobsi kalsium

dari tulang (menurunkan kadar

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 20

Page 21: Faktor

kalsium darah)

6. Estrogen Ovarium Mempercepat penutupan epifisis

tulang panjang(pertumbuhan

berhenti).

7. Testosteron Testis Memperlambatpenutupan

epifisis tulang

panjang(pertumbuhan berhenti).

Membantu menahan kalsium

dalam tulang untuk

mempertahankan matriks tulang

yang kuat.

- Nutrisi

Vitamin D

Vitamin D penting untuk absorpsi kalium dari usus, demikian juga

foafat yang diikat dengan kalsium. Defisiensi vitamin D mengakibatkan

terjadinya pelunakan tulang karena kegagalan mineralisasi. Dalam hal ini

terjadi pembentukkan yang berlebih – lebihan matriks osteoid dan deformitas

pada tempat gaya berat badan. Pada orang dewasa kondisi ini mengakibatkan

kelainan yang disebut osteomalasia. Deformitas dan penyempitan tulang

panggul membuat persalinan yang normal sangat sukar terlaksana pada wanita

dengan kelainan tersebut.

Defisiensi vitamin D pada anak – anak akan terjadi rakhitis yaitu suatu

kondisi yang mengakibatkan pertumbuhan tak semestinya dan terjadi pula

kelainan dwarfisme. Mineralisasi pada metapise terjadi sedikit sekali tetapi

proliferasi rawan epipisialis dan pembentukkan matriks osteoid yang tidak

dikalsifikasi berlangsung terus sehingga menghasilkan deformitas tulang yaitu

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 21

Page 22: Faktor

tulang yang tebal tetapi lunak pada metapisa, maka ujung – ujung tulang

menjadi tebal dengan adanya deformitas pada tempat – tempat penahanan

berat badan dan tekanan.

Pada rakhitis anak – anak terdapat beberapa tanda yang penting. Pada

keadaan ini terjadi pembengkakkan yang tidak beraturan pada pergelangan

tangan yang diakibatkan oleh adanya penebalan dari ujung bawah radius dan

ulna, pembengkakkan yang noduler pada sambungan kostokhondral yang

disebut rakhitis rosari., pelunakkan tulang – tulang tengkorak didekat sutura –

sutura yang disebut kraniotabes, terlambatnya penutupan fontanel – fontanel,

dan terjadinya penonjolan eminensia frontale dan parietale yang disebut

bossing. Bilamana bossing pada os frontale dan os parietale terlalu berat,

kondisi ini disebut tengkorak kerak panas roti kismis. ” Dada ”

memperlihatkan suatu alur pada tempat perlakatan diaphragma yang disebut

sulkus Horison. Terdapat deformitas kolumna vertebralis dan tulang panggul.

Kekurangan nutrisi kalsium dengan suplai vitamin D yang normal

mengakibatkan terjadinya tulang – tulang yang osteoporosis dan mudah patah.

Vitamin C

Vitamin C penting untuk sintesa serabut – serabut kolagen jaringan

ikat mukopolisakarida di seluruh tubuh. Pada defisiensi vitamin C,

mengakibatkan pembentukkan substansi semen interselluler dan jaringan

kolagen yang sedikit, terjadinya ruptur kapiler dan kegagalan untuk

berdegenerasi ; yang menyebabkan terjadinya scurvy atau skorbut. Dalam hal

ini terjadi haemoragia subperiostaie yang sangat nyeri. Kekurangan jaringan

kolagen mengakibatkan penipisan rawan epipisialis ( lempeng pertumbuhan )

dan penyempitan trabekula pada metapise, hal ini mengakibatkan terjadinya

kegagalan pembentukkan tulang. Baik substansi kompakta maupun substansi

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 22

Page 23: Faktor

spongiosa tulang menjadi tipis dan mudah patah. Tulang – tulang menjadi

amat cenderung untuk patah dan terlambatnya penyembuhan patah tulang.

Vitamin A

Vitamin A penting untuk pembentukkan kembali model tulang karena,

vitamin A ini memelihara keseimbangan antara penyimpanan dan resorbsi

jaringan tulang dengan jalan mengontrol aktifitas osteoklas dan osteoblas.

Defisiensi vitamin A selama periode pertumbuhan mengakibatkan terjadinya

retardasi pertumbuhan. Terutama terjadi kelainan – kelainan dalam bentuk

foramina tengkorak menjadi sempit yang mengadakan penekanan pada saraf –

saraf. Rongga tengkorak dan kanalis vertebralis tetap tinggal sempit, sehingga

tidak memberikan pertumbuhan yang normal pada otak dan medulla spinalis,

yang akan mengakibatkan disfungsi saraf yang serius. Nutrisi vitamin A yang

berlebih – lebihan ( hipervitaminosis vitamin A ) mengakibatkan

bertambahnya aktifitas osteoklastik, erosi rawan pertumbuhan dan akhirnya

pertumbuhan tulang terhenti.

Kalsium

Kalsium adalah mineral utama di dalam tulang, dan 99% kalsium dalam

tubuh terdapat di dalam jaringan tulang. Massa jaringan tulang adalah faktor

penentu risiko kerapuhan tulang baik pada anak-anak maupun dewasa. Lebih

dari 40% massa puncakpembentukan tulang dewasa terjadi pada saat remaja.

Pada periode ini terjadi perubahangaya hidup, termasuk pada pemenuhan

asupan kalsium.

Pada masa remaja diperlukan asupan gizi yang cukup untuk mencapai

pertumbuhan fisik optimal. Hal ini diperlukan mengingat kecepatan

pertumbuhan fisik saat remaja adalah ke dua tercepat setelah masa bayi. Pada

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 23

Page 24: Faktor

masa ini sekitar 20% tinggi badan dan 50% berat badan seseorang telah

tercapai. Untuk memaksimalkan retensi kalsium tubuh, wanita remaja umur

12 – 15 tahun memerlukan konsumsi sedikitnya 1300 mg kalsium setiap hari.

Hasil studinya juga menunjukkan bahwa asupan kalsium sebesar 1200 mg per

hari hanya menghasilkan 57% dari retensi kalsium maksimum.

- Persarafan

Gangguan suplai persarafan dapat menyebabkan penipisan tulang.

- Mekanis (olahraga atau latihan)

Tulang yang tidak pernah mendapat latihan atau “tekanan” dapat kehilangan

kalsium lebih cepat daripada penggantiannya sehingga akan menipis dan mudah

rapuh.

- Penyakit-Penyakit

Penyakit dapat memberi pengaruh yang kurang baik terhadap pertumbuhan

tulang.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 24

Page 25: Faktor

BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan

Demikian laporan kami modul I tentang Skeletal pada blok VI Sistem

Neuromuskuloskeletal berdasarkan dengan apa yang telah dibahas dalam DKK I

dan II. Pada intinya, pertumbuhan dan perkembangan tulang itu dari beberapa

faktor-faktor yang mempengaruhinya, yang sangat berperan yaitu nutrisi, gen dan

hormon.

II. Saran

Kami tahu bahwa hasil laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab

itu kami mohon kepada rekan – rekan semua untuk memberikan masukan

ataupun memberikan pendapat yang dapat membantu menyempurnakan laporan

ini.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Page 25