f06hsu1

101
SKRIPSI PENGEMBANGAN PRODUK CHICKEN NUGGET VEGETABLE BERBAHAN DASAR DAGING SBB (SKINLESS BONELESS BREAST) DENGAN PENAMBAHAN FLAKES WORTEL DI PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA CHICKEN PROCESSING PLANT, CIKANDE-SERANG Oleh HERU SUWOYO F24102012 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Upload: rahmansyah-gaek

Post on 26-Nov-2015

71 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

studi tentang makanan baru

TRANSCRIPT

  • SKRIPSI

    PENGEMBANGAN PRODUK CHICKEN NUGGET VEGETABLE

    BERBAHAN DASAR DAGING SBB (SKINLESS BONELESS BREAST)

    DENGAN PENAMBAHAN FLAKES WORTEL

    DI PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA

    CHICKEN PROCESSING PLANT, CIKANDE-SERANG

    Oleh

    HERU SUWOYO

    F24102012

    2006

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

  • Heru Suwoyo. F24102012. Pengembangan Produk Chicken Nugget Vegetable Berbahan Dasar Daging SBB (Skinless Boneless Breast) dengan Penambahan Flakes Wortel di PT. Charoen Pokphand Indonesia Chicken Processing Plant, Cikande-Serang. Dibawah bimbingan Ir. Arif Hartoyo, Msi dan Lukman Hakim S, STP.

    RINGKASAN

    Perubahan gaya konsumsi menjadikan makanan siap masak (ready to cook) dan siap makan (ready to eat) menjadi alternatif pilihan masyarakat. Konsumsi fast food mulai menjadi kebiasaan di masyarakat karena jenis makanan tersebut mudah diperoleh dan dapat disajikan dengan cepat. Di sisi lain meningkatnya kesadaran masyarakat tentang gizi dan kesehatan mendorong masyarakat untuk hidup lebih sehat dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan mempunyai efek menyehatkan. Kondisi ini harus disadari dan segera direspon oleh produsen, tidak terkecuali oleh industri chicken nugget. Salah satu upaya untuk memenuhi keinginan konsumen adalah upaya pengembangan produk baru chicken nugget vegetable.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan formulasi chicken nugget vegetable berbahan dasar SBB (Skinless Boneless Breast) dengan penambahan flakes wortel. Selain itu bertujuan pula untuk menentukan spesifikasi proses (setting point) pada alat penggorengan (continous deep fat fryer), dan individual quick freezing (IQF) yang dapat digunakan dalam proses produksi chicken nugget vegetable. Biaya produksi dan kandungan kimia pada produk chicken nugget vegetable formula terpilih juga ditentukan dalam penelitian ini.

    Penelitian ini dilakukan melalui kegiatan magang di PT. Charoen Pokphand Indonesia-Chicken Processing Plant. Metode magang-penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap persiapan, tahap penelitian pendahuluan, dan tahap penelitian utama. Tahap persiapan meliputi penyiapan bahan baku dan bahan tambahan untuk pembuatan chicken nugget, termasuk pembuatan flakes wortel. Penelitian pendahuluan meliputi uji threshold bumbu, formulasi bumbu chicken nugget, dan formulasi penambahan guar gum pada batter. Penelitian utama meliputi formulasi penambahan flakes wortel pada chicken nugget, uji organoleptik, optimasi formula, uji organoleptik optimasi, analisis proksimat, analisis serat makanan dan analisis total karoten produk chicken nugget vegetable formula terpilih.

    Uji threshold (ambang batas) dilakukan pada bumbu dasar yang akan digunakan untuk pembuatan chicken nugget. Uji threshold dimaksudkan untuk mengetahui jumlah bumbu minimal yang sudah dapat dirasakan oleh lidah panelis sehingga penambahan bumbu dalam pembuatan chicken nugget bisa dilakukan sehemat mungkin.

    Pemilihan formulasi bumbu dasar chicken nugget yang tepat dilakukan dengan mengaplikasikan kombinasi bumbu sebanyak konsentrasi hasil uji threshold kemudian dilakukan perbaikan formulasi sampai ditemukan formulasi bumbu yang tepat. Pemilihan formulasi bumbu dilakukan dengan metode pendekatan subyektif (trial and error). Hasil terbaik dari formulasi bumbu ini digunakan untuk penelitian selanjutnya.

  • Tahap formulasi chicken nugget vegetable dengan penambahan flakes wortel adalah tahap terpenting dalam kegiatan magang-penelitian ini. Formula yang dicoba pada tahap ini ada sembilan. Formula yang dibuat yaitu penambahan flakes wortel sebanyak 1/2 %, 1%, 2%, 3% untuk wortel hasil pengeringan, 1/2 %, 1%, 2%, 3% untuk wortel dari PT. Foodex Inti Ingredients dan satu formula tanpa penambahan flakes wortel. Sebelum ditambahkan, flakes wortel direndam terlebih dahulu dengan air hangat suhu 65oC selama 15 menit.

    Pemilihan formula chicken nugget vegetable dilakukan dengan uji hedonik dan pendekatan optimasi biaya. Setelah itu kemudian dilakukan optimasi terhadap formula chicken nugget vegetable yang terpilih. Hasil formula optimasi dipilih dengan uji simple ranking test.

    Hasil formula optimasi chicken nugget vegetable terpilih kemudian dilakukan aplikasi mesin batter aplikator, breader aplikator, continous deep fat fryer, dan individual quick freezing. Pada tahap ini diamati spesifikasi proses yang dapat digunakan untuk chicken nugget vegetable. Selain itu diamati pick up batter, pick up breader, frying loss dan freezing loss.

    Chicken nugget vegetable formula terpilih dilakukan analisis proksimat, analisis serat makanan dan analisis total karoten. Analisis yang sama juga dilakukan pada chicken nugget tanpa penambahan flakes wortel sebagai pembanding.

    Berdasarkan uji hedonik dan pendekatan optimasi biaya, formula chicken nugget vegetable yang terpilih adalah formula dengan penambahan flakes wortel hasil pengeringan sebanyak 2% dari total adonan. Chicken nugget vegetable dengan formula terpilih dapat dilakukan aplikasi batter dan breader, penggorengan, dan freezing dalam skala industri dengan hasil yang baik. Besarnya pick up batter pada produk ini adalah sebanyak 7,08%, sedangkan pick up breader adalah sebanyak 17,25%. Setting point continous deep fat fryer yang dapat digunakan untuk produksi chicken nugget vegetable adalah suhu 161oC dan lama penggorengan 170 detik. Sedangkan setting point untuk Individual Quick Freezing (IQF) yang dapat digunakan untuk produksi chicken nugget vegetable adalah suhu rail : -37oC, suhu udara dalam IQF : -39oC, dan waktu loading 30 menit.

    Hasil analisis proksimat produk chicken nugget vegetable menunjukkan bahwa komposisi kimia produk tersebut adalah; protein: 10,76%; lemak: 11,71%; karbohidrat : 17,99%; abu : 2,44% dan air : 57,10%. Apabila dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesi (SNI), chicken nugget vegetable telah memenuhi standar untuk kadar air, kadar lemak dan kadar karbohidrat. Akan tetapi kadar protein produk masih dibawah standar. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya subtitusi daging oleh wortel dalam jumlah yang cukup banyak. Meskipun demikian produk ini masih dapat produksi dan dipasarkan karena tidak ada kewajiban untuk memenuhi SNI bagi produk nugget. Selain itu adanya subtitusi daging oleh flakes wortel dapat menurunkan harga bahan baku produk.

    Kandungan serat makanan produk chicken nugget vegetable adalah 3,09% atau telah memenuhi 12,63% kebutuhan serat harian per penyajian (100 g). Mengacu pada ketentuan FDA, produk chicken nugget vegetable sudah dapat diklaim sebagai sumber serat yang baik karena kandungan serat pangan sudah mencapai 2,5-4,9%.

  • Kandungan total karoten pada produk chicken nugget vegetable adalah 9,27 ppm. Dengan jumlah tersebut karoten dalam produk chicken nugget vegetable sudah dapat berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan vitamin A sebanyak 19,3-21,4% bagi anak-anak dan 11,0-15,4% bagi orang dewasa untuk setiap penyajian produk (100 gram).

    Biaya produksi chicken nugget vegetable dengan penambahan flakes wortel adalah Rp.18.705,14 per kg. Sementara itu biaya produksi chicken nugget tanpa penambahan flakes wortel adalah Rp.20.277,14 per kg. Dengan demikian dapat diketahui selisih biaya produksi antara chicken nugget vegetable dan chicken nugget tanpa penambahan flakes wortel adalah Rp.1.572,00 per kg.

  • PENGEMBANGAN PRODUK CHICKEN NUGGET VEGETABLE

    BERBAHAN DASAR DAGING SBB (SKINLESS BONELESS BREAST)

    DENGAN PENAMBAHAN FLAKES WORTEL

    DI PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA

    CHICKEN PROCESSING PLANT, CIKANDE-SERANG

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

    Fakultas Teknologi Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh

    HERU SUWOYO

    F24102012

    2006

    DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

  • FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    PENGEMBANGAN PRODUK CHICKEN NUGGET VEGETABLE

    BERBAHAN DASAR DAGING SBB (SKINLESS BONELESS BREAST)

    DENGAN PENAMBAHAN FLAKES WORTEL

    DI PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA

    CHICKEN PROCESSING PLANT, CIKANDE-SERANG

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

    Fakultas Teknologi Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh

    HERU SUWOYO

    F24102012

    Dilahirkan pada tanggal 15 Desember 1983 di Kebumen

    Tanggal Lulus : 4 Agustus 2006dd Juni 2006

    Menyetujui,

    Bogor, dd September 2006

    Mengetahui,

    Ir. Arif Hartoyo, MSi Pembimbing I

    Lukman Hakim S, STP Pembimbing II

    Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Kebumen, Jawa Tengah pada

    tanggal 15 Desember 1983. Penulis merupakan anak ketiga dari

    empat bersaudara yang merupakan anak dari pasangan Bapak

    Sukandar dan Ibu Rasmi.

    Penulis menempuh studi di SDN Maduretno (1990-

    1996), SLTPN I Buluspesantren (1996-1999), dan SMUN I Kebumen (1999-2002).

    Pada tahun 2002 penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor

    pada jurusan Teknologi Pangan dan Gizi melalui jalur USMI.

    Selama masa perkuliahan penulis aktif diorganisasi kemahasiswaan, antara

    lain Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (HIMITEPA) sebagai ketua

    Divisi Hubungan Luar (2005), dan Forum Komunikasi Mahasiswa Kebumen di

    Institut Pertanian Bogor sebagai ketua umum (2004). Penulis juga aktif dalam

    berbagai kegiatan kemahasiswaan antara lain panitia fgW Student Forum (2005),

    panitia Kongres I Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia / HMPPI (2005),

    panitia 4th National Student Paper Competition of Food Issues (2005), dan panitia

    Lomba Cepat Tepat Ilmu Pangan XI (2003). Prestasi yang pernah diraih penulis

    selama masa perkuliahan, yaitu finalis The Best Scientific Presentation Award,

    fGW Student Forum (2005) dan finalis Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) IPB

    (2003).

  • KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahirabbilalamin, dengan segala kerendahan hati, penulis

    memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, pencipta langit dan bumi beserta

    segala isinya, yang selalu melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis

    dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Berkat kerja keras, dorongan dan

    bantuan dari semua pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada

    kesempatan ini dengan rasa tulus dan hormat penulis mengucapkan terimakasih

    kepada :

    1. Ir. Arif Hartoyo, Msi selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia

    meluangkan waktu untuk memberikan arahan, nasehat dan bimbingannya

    selama ini.

    2. Lukman Hakim S, STP selaku Pembimbing Lapang Magang atas bimbingan

    dan bantuannya selama magang.

    3. Rusdhy Lubis, ST, selaku manager produksi di Departemen Further, PT.

    Charoen Pokphand Indonesia-Chicken Processing Plant, Cikande-Serang yang

    telah mengizinkan penulis untuk melakukan beberapa kali trial chicken nugget

    vegetable di ruang produksi.

    4. Ibu Susy, selaku manager Product Development dan Quality Control di PT.

    Charoen Pokphand Indonesia Chicken Processing Plant, Cikande-Serang yang

    telah mengizinkan penulis untuk menggunakan fasilitas laboratorium PDQC

    selama kegiatan magang.

    5. Pak Masruhin, Pak Oman, Pak Udin, Pak Aan, Pak Budi, Mas Ferdinan, Mba

    Fera, Mba Dayu, Mba Iroh, Mba Lala, Mba Wiwi, Mba Eka, Mba Wiji, Mba

    Sandra dan seluruh karyawan PT. Charoen Pokphand Indonesia-Chicken

    Processing Plant, Cikande-Serang atas bantuannya selama kegiatan magang.

    6. Bapak (alm), Mama, Mas Ipung, Mba Yayu, Ari, Tiwi, Om Udin, Om Supri,

    Bu le Miar, Mba Iin, Arif dan Sugi atas doa, dukungan, motivasi dan kasih

    sayangnya yang menguatkan langkah ini.

    7. Seluruh anggota Forum Komunikasi Mahasiswa Kebumen di Institut Pertanian

    Bogor atas kerja samanya selama ini.

    8. Seluruh mahasiswa TPG 39, semoga tali silaturahim yang telah terjalin indah

    dapat terus dipertahankan. Bogor, Juli 2005

    Penulis

    iv

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR .............................................................................. ...

    DAFTAR ISI ............................................................................................. ...

    DAFTAR TABEL ..................................................................................... ...

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ...

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. ...

    I. PENDAHULUAN ............................................................................... ...

    A. LATAR BELAKANG .................................................................. ... B. TUJUAN ........................................................................................... C. MANFAAT ....................................................................................... D. RUANG LINGKUP .......................................................................... E. WAKTU DAN TEMPAT .................................................................

    II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN ....................................................

    A. SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN ...........................................

    B. LOKASI DAN TATA LETAK PERUSAHAAN ..............................

    C. PENGELOLAAN SUMBER DAYA .................................................

    III. TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

    A. PENGEMBANGAN PRODUK

    B. CHICKEN NUGGET DAN PROSES PRODUKSINYA .................

    C. DAGING SKINLESS BONELESS BRAEST (SBB) AYAM .............

    D. WORTEL ..........................................................................................

    E. PENGERINGAN WORTEL .............................................................

    F. INGREDIENTS ..................................................................................

    G. BATTER DAN BREADER .................................................................

    H. CONTINOUS DEEP FAT FRYING ...................................................

    I. INDIVIDUAL QUICK FREEZING (IQF) .........................................

    J. SERAT MAKANAN (DIETARY FIBER) .........................................

    K. BETA KAROTEN ............................................................................

    L. BIAYA PRODUKSI ..........................................................................

    iv

    v

    vii

    viii

    ix

    1

    1

    3

    4

    4

    4

    5

    5

    9

    9

    11

    11

    11

    13

    13

    15

    17

    18

    19

    21

    22

    23

    24

    v

  • IV. METODE PENELITIAN ........................................................................

    A. BAHAN DAN ALAT .......................................................................

    B. METODE PENELITIAN ..................................................................

    a. Tahap Persiapan ..........................................................................

    b. Penelitian Pendahuluan ................................................................

    c. Penelitian Utama ..........................................................................

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................

    A. TAHAP PERSIAPAN .......................................................................

    B. PENELITIAN PENDAHULUAN ....................................................

    a. Uji Threshold Bumbu Dasar .......................................................

    b. Formulasi Bumbu Dasar Chicken Nugget ...................................

    c. Formulasi Penambahan Guar Gum pada Batter...........................

    C. PENELITIAN UTAMA ....................................................................

    a. Formulasi Penambahan Flakes Wortel pada Chicken Nugget

    Vegetable...

    b. Uji Organoleptik ..........................................................................

    c. Optimasi Formula ........................................................................

    d. Uji Organoleptik Optimasi ..........................................................

    e. Aplikasi Mesin Batter Aplikator, Breader Aplikator, Continous

    Deep Fat Frying, dan Individual Quick Freezing (IQF).............

    f. Analisis Proksimat .......................................................................

    g. Analisis Serat Makanan (Dietary Fiber) .....................................

    h. Analisis Total Karoten ................................................................

    i. Penentuan Biaya Produksi (Costing) ...........................................

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................

    A. KESIMPULAN .................................................................................

    B. SARAN .............................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

    25

    25

    25

    26

    26

    29

    42

    42

    43

    43

    43

    44

    45

    45

    47

    50

    50

    51

    57

    58

    59

    60

    62

    62

    63

    64

    vi

  • 14

    15

    46

    47

    53

    57

    58

    60

    61

    DAFTAR TABEL

    Halaman Tabel 1. Luas lahan, jumlah produksi dan produkstifitas wortel di

    Indonesia ........................................................................................ Tabel 2. Komposisi zat gizi wortel per 100 gram ......................................... Tabel 3. Formulasi chicken nugget vegetable dengan penambahan flakes

    wortel ............................................................................................. Tabel 4. Persentase subtitusi SBB oleh flakes wortel ................................... Tabel 5. Penggunaan batter dan breader pada pembuatan chicken nugget

    vegetable secara manual dan dengan mesin ................................... Tabel 6. Hasil analisis proksimat .................................................................. Tabel 7. Kandungan serat makanan pada produk chicken nugget vegetable

    formula terpilih .............................................................................. Tabel 8. Perhitungan biaya produksi chicken nugget vegetable (kapasitas

    600 kg) ........................................................................................... Tabel 9. Perhitungan biaya produksi chicken nugget (kapasitas 600 kg) .....

    vii

  • DAFTAR GAMBAR

    Halaman Gambar 1. Struktur kimia -karoten .............................................................

    Gambar 2. Diagram alir proses pembuatan flakes wortel ............................

    Gambar 3. Proses pembuatan nugget skala industri (kiri) dan proses pembuatan chicken nugget vegetable skala laboratorium (kanan).........................................................................................

    Gambar 4. a) Potongan wortel segar b) Flakes wortel .................................

    Gambar 5. Viscosity cup ..............................................................................

    Gambar 6. Daging Skinless Boneless Breast (SBB) ayam ...........................

    Gambar 7. Flakes wortel a) hasil pengeringan b) dari suplier ......................

    Gambar 8. Grafik skor rata-rata uji hedonik .................................................

    Gambar 9. Grafik harga raw material formula B1, B2 dan B3 ..................

    Gambar 10. Chicken nugget vegetable dengan berbagai taraf penambahan

    flakes wortel ...........................................................................

    Gambar 11. Skema batter aplikator ..............................................................

    Gambar 12. Skema breader aplikator ...........................................................

    Gambar 13. Skema continous deep fat fryer .................................................

    Gambar 14. Perbedaan warna chicken nugget vegetable sebelum dan

    setelah digoreng ......................................................................

    Gambar 15. Skema Individual Quick Freezer (IQF) ....................................

    23

    27

    30

    42

    44

    45

    46

    48

    48

    49

    52

    52

    54

    54

    56

    viii

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman Lampiran 1. Hasil uji ambang batas (threshold) bumbu .............................. Lampiran 2. Hasil trial and error formula bumbu dasar chicken nugget ...... Lampiran 3. Viskositas batter dengan berbagai taraf penambahan guar gum Lampiran 4. Analisis ragam pengaruh penambahan guar gum terhadap

    viskositas batter ....................................................................... Lampiran 5. Data hasil uji hedonik ............................................................... Lampiran 6. Hasil analisis ragam (ANOVA) data uji hedonik rating dengan

    program SPSS 12 ......................................................... Lampiran 7. Pengurangan SBB dan emulsi karena subtitusi flakes wortel ... Lampiran 8. Harga raw material formula B1, B2, dan B3 ............................ Lampiran 9. Data hasil simple ranking test ................................................... Lampiran 10. Hasil analisis Friedmans Test ................................................ Lampiran 11. Jumlah pick up batter dan pick up breader oleh produk

    chicken nugget vegetable ...................................................... Lampiran 12. Persentase penyusutan bobot produk chicken nugget

    vegetable akibat proses penggorengan (frying loss) dan proses pembekuan (freezing losss) ........................................

    Lampiran 13. Suhu pusat produk chicken nugget vegetable setelah digoreng

    dan dibekukan (freezing) ......................................................... Lampiran 14. Hasil analisis proksimat produk chicken nugget vegetable

    formula terpilih ........................................................................ Lampiran 15. Hasil analisis proksimat produk chicken nugget .................... Lampiran 16. Kandungan serat pangan pada produk chicken nugget

    vegetable formula terpilih ........................................

    70

    74

    74

    75

    76

    77

    78

    79

    80

    81

    82

    82

    83

    84

    84

    85

    ix

  • Lampiran 17. Kandungan serat pangan pada produk chicken nugget ........... Lampiran 18. Kandungan total karoten pada produk .................................. Lampiran 19. Form kusioner uji threshold .................................................... Lampiran 20. Form kuisioner uji hedonik ..................................................... Lampiran 21. Form kuisioner simple ranking test ........................................

    85

    85

    86

    86

    87

    x

  • 1

    I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

    Seiring dengan berkembangnya zaman, manusia dituntut untuk menjadi

    lebih praktis dan lebih efisien dalam menjalankan kehidupannya. Salah satu

    akibatnya adalah terjadinya perubahan pola konsumsi pangan. Perubahan gaya

    konsumsi menjadikan makanan siap masak (ready to cook) dan siap makan

    (ready to eat) menjadi alternatif pilihan masyarakat. Konsumsi fast food mulai

    menjadi kebiasaan di masyarakat karena jenis makanan tersebut mudah

    diperoleh dan dapat disajikan dengan cepat. Salah satu produk fast food adalah

    produk olahan daging, termasuk daging ayam.

    Nugget merupakan salah satu produk pangan cepat saji yang saat ini

    dikenal baik oleh masyarakat. Nugget, seperti juga sosis, burger, dan corned,

    telah menjadi salah satu pilihan masyarakat sebagai produk pangan yang

    praktis. Nugget terbuat dari daging cincang yang telah dibumbui dan biasanya

    dibentuk menjadi bulat, stik atau bentuk lain. Produk nugget yang ada di

    pasaran biasanya berupa nugget ayam, nugget daging sapi, dan nugget ikan.

    Saat ini nugget ayam adalah salah satu produk unggas yang cukup populer.

    Di sisi lain meningkatnya kesadaran masyarakat tentang gizi dan

    kesehatan mendorong masyarakat untuk hidup lebih sehat dengan

    mengkonsumsi makanan yang bergizi dan mempunyai efek menyehatkan.

    Kondisi ini harus disadari dan segera direspon oleh produsen, tidak terkecuali

    oleh industri chicken nugget. Salah satu upaya untuk memenuhi keinginan

    konsumen adalah upaya pengembangan produk baru dan inovasi teknologi.

    Bertitik tolak dari uraian diatas, maka dalam kegiatan magang ini

    dilakukan pengembangan produk baru berbasis chicken nugget dengan

    penambahan flakes wortel. Tujuan utama penambahan flakes wortel disini

    adalah untuk meningkatkan palatabilitas produk chicken nugget dan

    menurunkan harga bahan baku (raw material). Selanjutnya diharapkan dapat

    meningkatkan penerimaan konsumen terhadap produk chicken nugget karena

    adanya efek positif dari penambahan flakes wortel. Penambahan flakes wortel

  • 2

    juga bertujuan untuk meningkatkan kandungan serat makanan dan karotenoid,

    terutama -karoten pada produk chicken nugget.

    Ada beberapa alasan mengapa wortel dipilih sebagai vegetable yang

    ditambahkan pada chicken nugget. Salah satunya adalah wortel merupakan

    tumbuhan yang sudah popular (Heinerman, 2003). Produk hortikultura ini

    telah dikenal oleh masyarakat luas karena kandungan gizinya. Wortel (Daucus

    carota Linneus) terkenal sebagai sayuran sumber provitamin A karena

    kandungan -karotennya yang tinggi. Kondisi ini diharapkan dapat

    memudahkan perusahaan dalam memasarkan produk chicken nugget

    vegetable.

    Selain kandungan vitamin dan mineralnya, wortel juga merupakan

    sumber serat yang baik. Meskipun tidak memiliki nilai gizi, ternyata serat

    makanan diakui memberikan pengaruh positif bagi metabolisme zat gizi dan

    kesehatan tubuh. Peranan serat makanan untuk kesehatan tubuh seringkali

    dikaitkan penyakit konstipasi, kegemukan (obesitas) serta memberikan efek

    hipokolesterolemik dengan cara mengikat asam empedu dan membuangnya ke

    feses. Peranan terakhir ini berkaitan erat dengan pencegahan penyakit jantung

    koroner.

    Ditinjau dari segi organoleptik, wortel memiliki warna yang menarik.

    Warna merah kekuningan hingga merah jingga menjadikan wortel memiliki

    daya pikat tersendiri. Selain itu, wortel memiliki rasa yang enak sehingga

    digemari oleh masyarakat. Tekstur umbi wortel juga sangat baik (renyah),

    tidak telalu keras dan tidak terlalu lembek.

    Tanaman wortel merupakan tanaman yang dapat tumbuh sepanjang

    tahun. Produksi wortel cukup tinggi di Indonesia, terlebih di daerah sentra

    produksi. Dilihat dari ketersediaannya, kondisi tersebut menguntungkan

    perusahaan untuk menggunakan wortel sebagai salah satu bahan baku

    pembuatan chicken nugget vegetable.

    Alasan lain pemilihan wortel sebagai salah satu bahan baku dalam

    pembuatan chicken nugget vegetable adalah umbi wortel dapat diawetkan

    dalam bentuk flakes melalui proses pengeringan. Penyimpanan dalam bentuk

    flakes kering ini memungkinkan industri untuk menyimpan dalam waktu yang

  • 3

    cukup lama sebagai stok sehingga memudahkan penggunaannya sebagai

    bahan baku industri. Selain itu, penyimpanan dalam bentuk flakes kering dapat

    menghemat cost perusahaan. Penyimpanan flakes wortel tidak memerlukan

    refrigerasi. Selain itu flakes wortel memiliki berat dan volume yang kecil

    sehingga diperlukan ruang yang lebih kecil untuk menyimpannya.

    Harga chicken nugget vegetable akan menjadi lebih murah karena

    adanya substitusi daging oleh flakes wortel. Sehingga produk baru ini

    diharapkan mempunyai prospek pemasaran yang baik terutama untuk

    kalangan ekonomi menengah kebawah.

    B. TUJUAN

    Secara umum tujuan kegiatan magang-penelitian di Further Processing

    Department, PT. Charoen Pokphand Indonesia-Chicken Processing Plant,

    Cikande Serang adalah untuk melatih keterampilan lapangan dan

    pengembangan wawasan berpikir mahasiswa yang berkaitan dengan

    penguasaan konseptual dalam usaha pemahaman dan penerapan ilmu

    pengetahuan dan teknologi secara integral dan profesional. Selain itu kegiatan

    ini juga memiliki tujuan khusus yaitu :

    1. Menentukan formulasi chicken nugget vegetable berbahan dasar SBB

    (Skinless Boneless Breast) dengan penambahan flakes wortel.

    2. Menentukan spesifikasi proses pada alat penggorengan (continous deep

    fryer), dan individual quick freezing (IQF) yang dapat digunakan dalam

    proses produksi chicken nugget vegetable.

    3. Menentukan biaya produksi chicken nugget vegetable.

    4. Identifikasi kandungan protein, lemak, karbohidrat, air, abu, serat

    makanan (IDF dan SDF), dan total karoten, pada produk chicken nugget

    vegetable formula terpilih.

  • 4

    C. MANFAAT Penelitian ini mendukung pengembangan produk berbasis daging ayam,

    khususnya produk chicken nugget di PT. Charoen Pokphand Indonesia-

    Chicken Processing Plant. Formulasi hasil penelitian ini dapat digunakan oleh

    perusahaan sebagai produk baru setelah dilakukan consumer sampling,

    pendugaan umur simpan (shelf life), pengemasan, uji pasar, dan tahap

    komersialisasi.

    D. RUANG LINGKUP

    Penelitian ini dilakukan melalui kegiatan Magang-Penelitian di PT.

    Charoen Pokphand Indonesia-Chicken Processing Plant, Cikande-Serang.

    Aspek yang menjadi fokus kajian dari pelaksanaan kegiatan ini berkaitan

    dengan pengembangan produk chicken nugget. Laporan kegiatan Magang-

    Penelitian ini disusun dalam sebuah Skripsi dengan judul; Pengembangan

    Produk Chicken Nugget Vegetable Berbahan Dasar Daging SBB (Skinless

    Boneless Breast) dengan Penambahan Flakes Wortel di PT. Charoen

    Pokphand Indonesia-Chicken Processing Plant, Cikande-Serang.

    E. WAKTU DAN TEMPAT

    Kegiatan Magang-Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan

    dimulai bulan Februari 2006 dan berakhir bulan Juni 2006. Adapun tempat

    pelaksanaannya di PT. Charoen Pokphand Indonesia-Chicken Processing

    Plant, Kawasan Industri Modern, Desa Nambo Ilir, Cikande-Serang

  • 5

    II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

    A. SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN Perseroan didirikan berdasarkan akta No. 6, tanggal 7 Januari 1972.

    Akta dibuat dihadapan Drs. Gde Ngurah Rai, SH, notaris di Jakarta dan telah

    mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan

    surat keputusan No. Y. A. 5/197/21 tanggal 8 Juni 1983 dan telah diumumkan

    dalam Berita Negara Indonesia No. 65, tambahan No. 573 tanggal 14 Agustus

    1973 dengan fasilitas penanaman modal asing berdasarkan Keputusan Menteri

    Perindustrian Republik Indonesia No. 616/M/SK/XII/1971 tanggal 29

    November 1971.

    Anggaran Dasar perseroan telah beberapa kali mengalami perubahan

    dan diubah seluruhnya dengan akta No. 24 tanggal 6 Desember 1990, yang

    dibuat dihadapan Achmad Abid, SH, pengganti dari Sutjipto, SH, notaris di

    Jakarta. Akta tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman

    Republik Indonesia dengan surat keputusan No. C2.6525. HT. 01.04.TH 1990

    tanggal 17 Desember 1990 dan telah diumumkan dalam Berita Acara Negara

    Republik Indonesia No. 4, tambahan No. 1992 tanggal 11 Januari 1991.

    Perubahan terakhir atas Anggaran Dasar perseroan dinyatakan dalam akta No.

    184 tanggal 31 Agustus 1994, dibuat di hadapan Achmad Abid, SH sebagai

    pengganti dari Sutjipto, SH, notaris di Jakarta antara lain mengenai

    peningkatan modal dasar perseroan dari Rp. 100.000.000.000,00 (seratus

    milyar rupiah) menjadi Rp. 130.000.000.000,00 (seratus tiga puluh milyar

    rupiah). Perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman

    Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-16.666. HT.01.04.TH

    1994 tanggal 7 November 1994.

    Perseroan bergerak dalam bidang produksi dan perdagangan pakan

    ternak, memulai produksi komersialnya pada tahun 1972 di atas lahan seluas

    27.284 m2 di Jakarta dengan kapasitas produksi sebesar 20.000 ton per tahun.

    Pada tahun 1976 perseroan melakukan ekspansi usaha ke Surabaya dengan

    mendirikan pabrik pakan ternak di atas lahan seluas 62.625 m2 dengan

  • 6

    kapasitas produksi sebesar 24.000 ton pertahun. Kemudian melakukan

    ekspansi ke Medan dengan mendirikan pabrik pakan ternak diatas lahan seluas

    17.505 m2 dengan kapasitas produksi 80.000 ton per tahun. Untuk memenuhi

    permintaan yang terus meningkat, pada tahun 1992 perseroan membangun

    pabrik pakan ternak di Desa Balaraja, Tangerang, Banten di atas lahan

    101.080 m2 dengan kapasitas produksi sebesar 250.000 ton per tahun. Semua

    tanah-tanah tersebut merupakan milik perseroan.

    Setelah mengalami beberapa kali peningkatan produksi, pada saat ini

    perseroan memiliki kapasitas produksi sebesar 1.000.000 ton per tahun yang

    tersebar di Jakarta dengan kapasiats produksi 200.000 ton, Surabaya 350.000

    ton, Medan 200.000 ton dan Tangerang 250.000 ton. Pada tahun 1988,

    perseroan melakukan ekspansi usaha dengan mendirikan pabrik pakan udang

    di Medan dengan kapsitas produksi sebesar 40.000 ton pertahun. Pabrik ini

    mulai melakukan produksi komersial pada awal 1990. Pada tahun 1990,

    perseroan mengambil alih saham 80% saham PT. Charoen Pokphand Jaya

    Farm yaitu perseroan yang bergerak dalam bidang pembibitan ayam bibit

    induk (DOC Parent Stock) dan ayam usia sehari komersial (DOC Final

    Stock).

    Pada tahun itu juga, perseroan membangun pabrik karung plastik di

    Tangerang, Banten dengan kapasitas produksi sebesar 10 juta lembar karung

    plastik per tahun. Kemudian pada tahun 1992, perseroan meningkatkan

    kapasitas produksi karung plastiknya menjadi 15 juta lembar karung plastik

    per tahun. Seluruh hasil produksi digunakan untuk keperluan sendiri.

    Pada tahun 1991, perseroan membangun pabrik alat-alat peternakan di

    Tangerang, Banten. Pabrik ini mulai melakukan produksi komersialnya pada

    tahun 1992. Produk-produk yang dihasilkan antara lain adalah sangkar ayam,

    tempat telur, kipas ventilasi, tempat makan ayam, tempat minum ayam dan

    lain sebagainya. Pada tahun 1993, perseroan mengambil alih 80% saham PT.

    Udangmas Intipertiwi yaitu suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa

    penyalur pemasaran hasil produksi perseroan untuk wilayah pemasaran di

    Jakarta, Surabaya dan Medan.

  • 7

    Pada tahun 1994, perseroan mengambil alih 80% saham PT. Mega

    Kahyangan yaitu suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang distributor

    pakan udang dan pakan ternak hasil produkasi perseroan yang memiliki

    wilayah pemasaran di Medan dan Tangerang. Pada tahun 1995, dengan akta

    notaris Ny. Siti Katamsi, S.H No. 12 tanggal 13 Agustus 1995 didirikanlah

    PT. Charoen Pokphand Indonesia-Chicken Processing Plant sebagai industri

    rumah potong dan pengolahan daging ayam diatas tanah seluas 2.1 hektar

    yang berkedudukan di Jalan Industri Modern IV, Modern Industri Estate Kav.

    6-8 Desa Nambo Ilir, Cikande, Serang. Perusahaan ini mulai beroperasi pada

    tahun 1997 sebagai industri tindak lanjut pasokan ayam potong untuk diolah

    menjadi daging mentah, daging beku dan daging olahan ayam untuk

    dipasarkan didalam negeri maupun luar negeri.

    Dalam perkembangannya sebagai bukti kepedulian terhadap mutu

    produk, PT.Charoen Pokphand Indonesia-Chicken Processing Plant telah

    memperoleh:

    1. Sertifikat halal produk ayam mentah dan olahan lanjut:

    a. No. 07820398 tanggal 13 Maret untuk Chicken Mea.

    b. No. 11091099 tanggal 28 Agustus 2001untuk Chicken Ball Five Star

    c. No. 11101099 tanggal 28 Agustus untuk Sosis Ayam Okey

    d. No.10530799 tanggal 28 Agustus untuk Chicken Nugget, Chicken

    Karage, Schnitzel, Stikie, Katsu, Super Stick, Spicy Karage

    e. No. 10520799 tanggal 28 Agustus 2001 untuk Spicy Wing (Five Star

    dan QP)

    f. No. 1320082000 tanggal 06 Agustus 2002 untuk Chicken Patties KFC

    dan Chicken Fries KFC

    g. No. 2076062002 tanggal 15 Juni 2002 untuk Chicken Nugget Aro,

    Nugget Dino Five Star

    h. No. 2276102002 tanggal 31 Oktober 2002 untuk Frozen Marinated

    Chicken KFC

    i. No. 2277102002 tanggal 31 Oktober 2002 untuk Pok-pok Fiesta,

    Happy star Fiesta

  • 8

    j. No. 2074062002 tanggal 15 Juni 2002 untuk Chicken Sausage

    Vegetable, Chicken Sausage Cheese, Chicken sausage Black Pepper,

    Chicken Sausage Parsley, Chicken Sausage Rice, Chicken Sausage

    Mushroom, dan Chicken Sausage (Five Star), Chicken Sausage Champ

    k. No. 2276102002 tanggal 31 Oktober 2003 untuk Frozen Marinated

    Chicken KFC

    l. No. 2444052003 tanggal 01 Mei 2003 untuk Chicken Nugget Champ,

    Chicken Ball Champ, Chicken Stick Champ, Spicy Chick Fiesta, Fried

    Chicken Fiesta, Smoked Chicken Breast Fiesta, Chicken Breast

    Golden Fiesta, Drum Stick Golden Fiesta, Chicken Coctail Fiesta,

    New Orleans Chicken Wing Pizza Hut

    m. No. 2488052003 tanggal 21 Mei 2003 untuk Chicken Stick CFC,

    Chicken Patties CFC

    2. Sertifikat Nomor Kontrol Veteriner (NKV) dengan No. 13-322010-A 3. Sertifikat HACCP, untuk:

    a. Rumah Potong Unggas, Nomor TU.210/240/E/0599 tanggal 21 dan 23

    April 1999

    b. Produk Spicy Wing, Nomor PO. 02.02.3.4.03041 tanggal 20-21

    Desember 1999

    c. Produk Chicken Sausage, Nomor PO.02.02.3.4.0304.2 tanggal 20-21

    Desember 1999

    d. Produk Chicken Ball, Nomor PO.02.02.3.4.0304.3 tanggal 20-21

    Desember 1999

    e. Produk Schnitzel, Nomor PO.02.02.3.4.0304.4 tanggal 20-21

    Desember 1999

    f. Produk Karage, Nomor PO.02.02.3.4.0304.5 tanggal 20-21 Desember

    1999

    g. Produk Chicken Nugget, Nomor PO.02.02.3.4.0304.6 tanggal 20-21

    Desember 1999

    h. Produk Smoked C. Breast, Nomor PO.02.02.3.4.0304.7 tanggal 20-21

    Desember 1999

  • 9

    i. Produk New Orleans, Nomor PO.02.02.3.4.0304.8 tanggal 20-21

    Desember 1999

    j. Produk Buffalo Wing, Nomor PO.02.02.3.4.0304.9 tanggal 20-21

    Desember 1999.

    B. LOKASI DAN TATA LETAK PERUSAHAAN

    PT Charoen Pokphand IndonesiaChicken Processing Plant merupakan

    industri yang bergerak dalam bidang pemotongan dan pengolahan daging

    ayam. Industri ini terletak di Jalan Modern IV Kav 6-8, Kawasan Industri

    Modern, Desa Nambo Ilir, Cikande-Serang, Banten. Perusahaan ini

    menempati areal seluas 2.1 hektar. Perusahaan ini berkantor pusat di Jalan

    Parangtritis Raya A-5/E 12 A Ancol Barat, Jakarta Utara. Pabrik PT Charoen

    Pokphand Indonesia Chicken Processing Plant (PT. CPI-CPP) terdiri dari

    tiga plant utama yaitu, Slaughter House, Further Processing Department, dan

    Sausage Plant. Slaughter House melakukan kegiatan pemotongan ayam dan

    menghasilkan daging ayam, sedangkan Sausage Plant dan Further Processing

    Department menghasilkan produk olahan daging ayam lanjutan.

    Bangunan PT. CPI-CPP terdiri dari dua lantai. Pada lantai pertama

    terdapat kantor Personalia, Product Development and Quality Control

    (PDQC), ruang rapat, gudang (Warehouse), dan ketiga Plant diatas. Pada

    lantai kedua terdapat kantor utama dan laboratorium. Selain itu, di perusahaan

    ini juga terdapat dua pos satpam di pintu gerbang masuk, kantin dan masjid.

    C. PENGELOLAAN SUMBER DAYA

    Sumber daya yang menjadi kunci utama dalam menghasilkan mutu

    produk yang mampu memenuhi spesifikasi konsumen terdiri dari sumber daya

    manusia, prasarana, dan lingkungan kerja. Sumber daya manusia merupakan

    subyek bagi terselenggaranya proses produksi. Jumlah karyawan yang ada di

    PT Charoen Pokphand Indonesia Chicken Processing Plant pada bulan Juni

    2006 adalah 1803 orang, yang terbagi dalam tiga departemen besar, yaitu

    Sausage Department, Slaughter House Department, dan Further Processing

    Department. Jumlah karyawan yang ada di Further Processing Department

  • 10

    adalah 167 karyawan tetap dan 157 pegawai kontrak dan 23 pegawai

    borongan. Seluruh karyawan ini terbagi dalam tiga group dalam tiga shift

    kerja, yaitu shift 1 (jam kerja 07.00-15.00 WIB), shift 2 (jam kerja 15.00-

    23.00 WIB), dan shift 3 (jam kerja 23.00-07.00 WIB). Selain itu terdapat

    jadwal cleaning total pada hari Sabtu dan Minggu di akhir pekan.

    Kehadiran (absensi) karyawan mempunyai pengaruh penting terhadap

    penilaian karyawan yang bersangkutan. Bagi karyawan tetap kehadiran

    mempengaruhi prestasi yang bersangkutan. Sedangkan untuk karyawan

    kontrak kehadiran mempengaruhi gaji yang akan diperolehnya.

    Hak dan kewajiban untuk karyawan tetap dan karyawan kontrak secara

    garis besar sama. Namun terdapat juga beberapa hal perbedaan di antara

    mereka. Kewajiban karyawan secara umum adalah menaati peraturan-

    peraturan yang berlaku di perusahaan. Hak-hak yang diperoleh karyawan

    antara lain tunjangan kesehatan, penggunaan fasilitas perusahaan (seperti bus

    jemputan), waktu cuti, dan tunjangan hari raya (THR).

    Sumber daya prasarana yang ada di PT Charoen Pokphand Indonesia

    Chicken Processing Plant meliputi gedung, ruang kerja, peralatan proses dan

    jasa pendukung. Sumber daya lingkungan kerja meliputi kebersihan ruang

    produksi dan suhu ruangan produksi serta kondisi hubungan antar karyawan

    dalam upaya mewujudkan iklim kerja yang kondusif.

  • 11

    III. TINJAUAN PUSTAKA A. PENGEMBANGAN PRODUK

    Penelitian dan pengembangan merupakan kegiatan industri dalam

    rangka mengembangkan produk baru dan mengantisipasi perubahan pasar.

    Pengembangan produk adalah suatu kegiatan menghasilkan produk yang baru

    atau produk lama yang dimodifikasi dengan tambahan rasa baru atau

    pencampuran rasa yang sudah ada. Secara umum, produk baru adalah produk

    yang belum pernah ada sebelumnya atau produk hasil modifikasi dan inovasi

    dari produk yang sudah ada sebelumnya dari aspek produksi seperti bahan

    baku, proses, karakteristik produk maupun kemasan. Pada dunia industri,

    produk baru mengandung pengertian yaitu produk yang sebelumnya belum

    pernah diproduksi oleh suatu perusahaan meskipun produk tersebut telah atau

    pernah diproduksi oleh perusahaan lain. Pengembangan produk perlu

    dilakukan karena produk yang sudah tidak perlu harus digantikan. Selain itu

    perusahaan memperoleh hampir semua pendapatan dan keuntungannya dari

    produk baru (Setyoningsih dan Almahdy, 2005).

    B. CHICKEN NUGGET DAN PROSES PRODUKSINYA

    Chicken nugget didefinisikan sebagai produk olahan ayam yang dicetak,

    dimasak dan dibekukan, dibuat dari campuran daging ayam giling yang diberi

    bahan pelapis dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan

    tambahan makanan yang diizinkan (BSN, 2002). Daging yang digunakan

    biasanya merupakan keseluruhan otot pada bagian tertentu dari ayam (Owens,

    2001). Dalam Standar Nasional Indonesia 01-6683 kandungan gizi chicken

    nugget adalah kadar air maksimum 60%, kadar protein minimum 12%, kadar

    lemak maksimum 20% dan kadar karbohidrat maksimum 25% (BSN, 2002).

    Tahap pertama pembuatan chicken nugget adalah memperkecil ukuran

    daging dengan cara digiling dengan grinder. Tujuan penggilingan ini adalah

    meningkatkan luas permukaan daging untuk membantu ekstraksi protein.

    Daging ditutupi oleh lapisan jaringan penghubung epimysium. Ketika lapisan

  • 12

    ini masih utuh maka hanya sedikit protein yang terekstrak, bahkan tidak ada

    sama sekali. Oleh karena itu perlu dilakukan proses pengecilan ukuran dengan

    grinder atau choper. Dengan demikian lapisan epimysium rusak dan

    memudahkan ekstraksi protein. Tahap ini sangat penting karena jika tidak ada

    protein yang terekstrak, maka serpihan daging tidak dapat saling berikatan

    selama proses pemasakan dan menghasilkan produk dengan tekstur yang tidak

    kuat (Owens, 2001).

    Selama proses penggilingan dan sebelum pencetakan, suhu formulasi

    daging harus diturunkan untuk membantu dalam keberhasilan pencetakan

    chicken nugget. Jika suhu terlalu tinggi dapat terjadi denaturasi protein. Selain

    itu adonan chicken nugget menjadi terlalu lembek dan akan sulit dicetak.

    Adonan chicken nugget diatas -2,2 oC mengakibatkan adonan menjadi lengket

    dengan mesin pencetak. Sebaliknya bila suhu terlalu rendah, chicken nugget

    akan sulit dicetak dan dapat merusak mesin pencetak (Owens, 2001).

    Setelah daging digiling, diaduk, dan didinginkan, tahap selanjutnya

    adalah pencetakan. Adonan chicken nugget ditempatkan didalam hopper

    kemudian didorong oleh auger kedalam papan pencetak (molding plate).

    Adonan chicken nugget ditekan kedalam papan pencetak tersebut. Setelah

    adonan masuk kedalam papan pencetak, papan pencetak bergerak kedepan

    sehingga berada dibawah alat pemukul yang akan mendorong chicken nugget

    keluar dari cetakan ke atas sabuk konveyor (Owens, 2001).

    Sistem coating diaplikasikan pada bahan nugget yang telah dicetak.

    Menurut Fellows (2000), pelapis atau coating dapat digunakan untuk

    melindungi produk dari dehidrasi selama pemasakan dan penyimpanan.

    Sistem ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap aplikasi batter dan tahap aplikasi

    breader.

    Setelah proses coating selesai, chicken nugget di goreng. Menurut

    Ketaren (1986), penggorengan adalah unit operasi yang secara umum

    digunakan untuk meningkatkan eating quality dari suatu bahan pangan.

    Setelah digoreng produk nugget langsung didinginkan secara cepat

    dengan IQF (Individual Quick Freezing). Freezing mempunyai efek

    menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Jay, 2000).

  • 13

    C. DAGING SKINLESS BONELESS BRAEST (SBB) AYAM

    Skinless Boneless Breast (SBB) ayam adalah daging dada ayam yang

    telah dipisahkan dari tulang dan kulitnya. Daging SBB dipilih pada pembuatan

    chiken nugget karena memiliki tekstur yang lembut, seragam dan memiliki

    warna yang terang (Owens, 2001).

    Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang berkualitas

    tinggi, mengandung asam amino essensial yang lengkap dan asam lemak tidak

    jenuh (ALTJ) yang tinggi. Selain itu serat dagingnya pendek dan lunak

    sehingga mudah dicerna (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Daging ayam yang

    biasa digunakan dalam pembuatan chicken nugget adalah daging ayam broiler.

    Menurut North (1972), ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa

    teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan

    cepat sebagai penghasil daging, siap dipotong pada usia realtif muda, daging

    berserat lunak dan dipasarkan pada umur 6-8 minggu. Kandungan protein, air

    dan lemak pada daging ayam masing-masing sebesar 23,3%; 73,8%, dan 1,2%

    (Aberle et. al, 2001). Forest (1975) menambahkan, daging gelap pada ayam

    memiliki kandungan protein, air dan lemak masing-masing adalah 20,6%;

    73,7% dan 4,7%. Sedangkan daging terang pada ayam mengandung 23,4%

    protein, 73,7% air dan 1,9% lemak.

    Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992), kadar masing-masing

    komponen tersebut berbeda-beda besarnya tergantung jenis atau ras, umur dan

    jenis kelamin unggas yang bersangkutan. Bahkan pada karkas unggas yang

    sama setiap komponen kadarnya berbeda-beda antara bagian yang satu dengan

    yang lainnya.

    D. WORTEL

    Wortel (Daucus carota L) merupakan jenis sayuran yang tergolong

    umbi akar yang berbentuk bulat panjang, berasa agak manis, gurih dan renyah.

    Umbi wortel berkulit tipis dan berwarna kemerah-merahan karena

    mengandung karotenoid yang tinggi. Wortel merupakan salah satu tanaman

    sayuran tropis yang dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dan dapat tumbuh

    sepanjang musim (Rubatzky dan Yamasuchi, 1995).

  • 14

    Dalam taksonomi tumbuhan, wortel diklasifikasikan sebagai berikut :

    Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

    Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

    Sub-divisi : Angiospermae (tumbuhan biji tertutup)

    Kelas : Dicotylodone (tumbuhan berbiji keping-kepingan)

    Ordo : Umbelliferae (Apiaceae)

    Genus : Daucus

    Spesies : Daucus carota L.

    Tanaman wortel tumbuh baik didaerah yang mempunyai suhu udara

    dingin dan lembab. Tanaman wortel menghendaki tanah yang gembur dan

    subur dengan pH 5,5-6,5 dan ketinggian diatas 600 meter diatas permukaan

    laut. Pada ketinggian 1200 meter tanaman ini tumbuh lebih baik (Tim Penulis

    Penebar Swadaya, 1992).

    Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2006), luas areal panen

    wortel pada tahun 2003 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2000-

    2002. Produksi wortel pada tahun 2003 mencapai 355.802 ton. Jumlah

    tersebut lebih besar dibanding jumlah produksi pada tahun 2000-2002. Tabel 1

    menunjukkan data secara rinci produksi wortel di Indonesia.

    Tabel 1. Luas lahan, jumlah produksi dan produkstifitas wortel di Indonesia

    Tahun Luas lahan (hektar) Produksi

    (ton) Produktifitas

    (ton/ha) 2000 19.908 326.693 16,4 2001 18.454 300.648 16,3 2002 20.103 282.248 14,0 2003 21.501 355.802 16,5

    Sumber : Badan Pusat Statistik (2006)

    Mutu wortel terbaik dapat diperoleh dengan pengolahan yang dilakukan

    segera setelah pemanenan. Sifat-sifat yang diinginkan adalah warna yang

    cerah, inti tidak berserabut, tekstur lembut, serta mempunyai bau dan rasa

    yang manis (Pantastico, 1986). Sedangkan menurut Novari (1999), ciri-ciri

    wortel yang bermutu baik adalah wortel yang renyah, manis dan berwarna

    kuning tua (jingga) kemerahan dan cerah, berkulit licin, mengkilap.

    Bentuknya tidak bertekuk-tekuk, tidak bercabang dan tidak lecet atau luka-

  • 15

    luka. Wortel mencapai kondisi optimum dalam hal warna, bau, rasa dan

    ukurannya pada umur tiga bulan (Boes et al., 1988).

    Wortel sangat menonjol diantara umbi-umbian dalam kandungan

    karotenoidnya. Menurut Direktorat Gizi, Depkes RI (1995), kandungan total

    karoten pada 100 g umbi wortel adalah 12.000 g. Sebagian besar karotenoid

    yang terdapat dalam wortel adalah -karoten dan -karoten. Menurut Bureau

    dan Bushway (1986), kadar -karoten dan -karoten pada 100 gram umbi

    wortel segar masing-masing adalah 7.600 g dan 3.800 g.

    Selain kandungan provitamin A-nya tinggi, wortel juga mengandung

    vitamin B dan vitamin C. Disamping itu wortel juga mengandung mineral

    terutama kalsium dan fosfor. Kandungan zat gizi wortel dapat dilihat pada

    Tabel 2.

    Tabel 2. Komposisi zat gizi wortel per 100 gram.

    Kompisisi Jumlah Komposisi Jumlah Energi Karbohidrat Protein Lemak Air Total karoten

    36,00 kkal 7,90 g 1,00 g 0,60 g

    89,90 g 12 000,00 g

    Vitamin B1 Vitamin C Abu Kalsium Fosfor Besi

    0,04 mg 18,00 mg

    0,60 g 45,00 mg 74,00 mg

    1,00 mg Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1995)

    Wortel dapat berfungsi untuk menurunkan kolesterol darah. Selain itu

    konsumsi wortel dapat mencegah konstipasi dan membantu kesehatan usus

    besar. Hal ini dimungkinkan kandungan serat pada wortel akan meningkatkan

    berat feses dan senyawa yang bersifat karsinogen akan turut terbawa keluar

    bersama feses (Agoes dan Lisdiana, 1995). Menurut Muchtadi (1998),

    kandungan serat makanan wortel adalah 46,95% berat kering.

    E. PENGERINGAN WORTEL

    Pengeringan adalah proses pengurangan kadar air bahan sampai

    keadaan seimbang dengan tekanan normal. Kondisi keseimbangan ini dapat

    mencegah penurunan kualitas akibat aktifitas biologis, kimia dan mikrobiologi

    (Henderson, 1976).

  • 16

    Dehidrasi atau pengeringan mungkin merupakan cara yang paling

    efektif untuk memperpanjang umur simpan makanan yang perisable. Tujuan

    utama pengeringan dalam pengawetan pangan adalah menurunkan kadar air

    sehingga nilai aw menjadi rendah untuk menghentikan pembusukan dan

    pertumbuhan mikroba patogen serta mengurangi reaksi penyebab kerusakan.

    Pengeringan dapat menurunkan biaya transportasi dan penyimpanan yang

    cukup signifikan karena terjadinya penurunan berat dan volume yang

    signifikan serta tidak diperlukannya refrigerasi. Selain itu pengeringan

    merupakan metode yang efektif untuk membuat bahan baku menjadi mudah

    digunakan dalam produksi (Tang dan Yang, 2004).

    Wortel berpotensi untuk dikeringkan karena kandungan padatan yang

    tinggi dan tidak mengandung serat yang seperti kayu. Wortel yang akan

    dikeringkan sebaiknya wortel yang lebih matang, ukurannya lebih besar,

    kandungan serat dan karotennya lebih tinggi bila dibandingkan dengan wortel

    segar yang dijual di pasar (Luh dan Roof, 1997).

    Sebelum dikeringkan, wortel dicuci untuk menghilangkan kotoran lalu

    di lakukan proses pengupasan untuk menghilangkan kulit wortel. Proses

    pengupasan harus diikuti pencucian. Wortel yang telah dikupas dan dicuci

    kemudian di potong tipis (slicing). Setelah dipotong, wortel secepatnya di

    blansir. Suhu dan waktu pemanasan pada blansir berbeda-beda pada setiap

    bahan, tergantung dari sifat bahan yang akan diolah. Blansir biasanya

    dilakukan pada suhu 92-93oC selama 3-5 menit (Winarno et al. 1980). Satuhu

    (1994) menyatakan bahwa blansir dapat dilakukan dengan pencelupan bahan

    yang akan diolah kedalam air panas dengan suhu 82-100oC atau dengan

    pengukusan. Lama perlakukan blansir tergantung pada jenis komoditi, tebal

    irisan dan jumlah bahan. Pada umumnya proses blansir dilakukan selama 5-10

    menit. Semakin banyak bahan yang akan diblansir dan semakin tebal

    irisannya, semakin lama waktu yang diperlukan.

    Blansir bertujuan untuk menginaktifkan enzim-enzim yang terkandung

    dalam buah/sayuran, karena enzim tersebut akan menyebabkan perubahan

    warna yang tidak terkendali pada hasil olahan. Disamping itu blansir juga

    bertujuan untuk mengerutkan dan melemaskan bahan pangan, sehingga akan

  • 17

    mempermudah dalam pengolahan pangan. Selanjutnya blansir dapat

    menurunkan jumlah kontaminasi awal, menghilangkan kotoran-kotoran pada

    permukaan bahan dan mengusir udara dari jaringan bahan (Desroiser, 1988).

    Tahap terakhir dari proses pengeringan wortel adalah dehidrasi. Suhu

    pengeringan adalah 70oC. Setelah tujuh jam kadar air wortel turun dari 88%

    menjadi 8%. Perlu dilakukan pengeringan lanjutan untuk mencapai kadar air

    4%, yaitu dengan suhu 60oC selama tujuh jam (Luh dan Roof, 1997).

    F. INGREDIENTS

    Banyak ingredient yang dapat ditambahkan kedalam chicken nugget

    dengan berbagai alasan. Salah satu ingredient yang paling penting adalah

    garam. Garam memiliki dua fungsi pada produksi nugget yaitu untuk

    memperbaiki rasa dan untuk membantu mengekstrak protein (Owens, 2001).

    Kramlich (1971) menambahkan, selain sebagai pemberi rasa dan untuk

    mengekstrak protein, garam juga berfungsi sebagai pengawet karena dapat

    mencegah pertumbuhan mikroba sehingga memperlambat kebusukan. Garam

    juga dapat meningkatkan daya ikat air (water holding capacity / WHC)

    protein otot (Wilson et al., 1981).

    Phospat ditambahkan dalam pembuatan chicken nugget untuk

    membantu ekstraksi protein. Phospat dapat meningkatkan daya ikat air

    (WHC) oleh daging dengan cara meningkatkan pH dan membuka protein otot

    dan membiarkan terjadi pengikatan air. Selain itu phospat juga dapat

    mencegah terjadinya ketengikan oksidatif (Owens, 2001).

    Garam dan phospat ditambahkan setelah daging digiling. Tujuan

    penambahan garam dan phospat pada tahap ini adalah agar bisa terjadi kontak

    antara permukaan daging dengan kedua bahan ini sehingga dapat membantu

    proses ekstraksi protein (Owens, 2001).

    Ingridient lain yang ditambahkan pada pembuatan chicken nugget

    adalah air dan pati. Air berfungsi untuk meningkatkan kelembaban dan

    memudahkan pencampuran bahan. Sedangkan pati ditambahkan sebagai

    bahan pengikat, dan pengisi (Owens, 2001).

  • 18

    Bumbu (seasoning) ditambahkan untuk memberi rasa yang enak pada

    produk chicken nugget. (Owens, 2001). Bumbu merupakan bahan campuran

    terdiri atas satu atau lebih rempah-rempah yang ditambahkan kedalam

    makanan selama pengolahan atau dalam persiapan, sebelum disajikan untuk

    memperbaiki flavor alami makanan sehingga lebih disukai oleh konsumen.

    Umumnya bumbu tidak mempengaruhi kualitas nutrisi dari produk pangan

    (Farrel, 1990).

    G. BATTER DAN BREADER

    Fungsi utama batter dan breader adalah memperbaiki penampakan dan

    memberi karakteristik rasa produk, seperti kerenyahan tekstur maupun warna

    yang menarik. Batter dan breader juga dapat meningkatkan nilai gizi dari

    suatu produk pangan dan menambah kenikmatan ketika mengkonsumsi

    produk tersebut. Selain itu, batter dan breader bertindak dalam menjaga

    kelembaban produk pangan (Suderman dan Cunningham, 1983).

    Menurut Davis (1983), batter adalah campuran yang terdiri dari air,

    tepung pati dan bumbu-bumbu yang digunakan untuk mencelupkan produk

    sebelum dimasak. Komposisi bahan penyusun batter terbagi menjadi dua, (1)

    tepung, telur dan susu sebagai komponen utama, dan (2) bumbu, gum, dan

    bahan lain yang ditambahkan dalam jumlah sedikit. Komponen utama

    memberikan karakter dasar bagi fungsi utama batter. Sedangkan komponen

    minor memberikan karakter spesifik seperti viskositas, daya adhesi, tekstur,

    flavor, dan warna. Weiss (1983) menambahkan bahwa sebisa mungkin

    formulasi batter tidak menggunakan kuning telur karena mengandung

    fosfolipid yang dapat terpisah dari batter dan menyebabkan kerusakan minyak

    goreng.

    Aplikasi batter dapat dilakukan dengan cara mentransfer nugget atau

    produk olahan lainnya kedalam mesin batter aplikator, kemudian produk akan

    berjalan diatas konveyor melewati genangan batter. Produk akan terendam

    dalam batter tersebut sehingga proses battering dapat berjalan sempurna

    (Owens, 2001).

  • 19

    Breader adalah campuran tepung, pati dan bumbu, berbentuk kasar, dan

    diaplikasikan sebelum digoreng. Breader memiliki banyak jenis yang

    dibedakan berdasarkan ukuran, warna, flavor, absorbsi, tekstur, dan densitas

    (Dyson, 1983). Menurut Owens (2001), terdapat lima jenis utama breader,

    yaitu american bread crumbs, japanese bread crumbs, crackermeal, flour

    breaders, dan extruded crumbs. Hal yang membedakan jenis breader adalah

    ukuran, bentuk, tekstur, warna dan flavor.

    Aplikasi breader untuk skala industri menggunakan sistem resirkulasi.

    Pada breader aplikator, nugget berjalan sepanjang hamparan breader

    sehingga bagian bawah nugget tertutup oleh breader. Sementara nugget

    berjalan, dari atas nugget ada bagian mesin yang merfungsi untuk menaburi

    nugget dengan breader, sehingga seluruh bagian nugget bisa tertutup breader

    (Owens, 2001).

    Pickup adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan jumlah

    batter dan breader yang menempel pada permukaan nugget. Kekentalan

    batter dan ukuran breader mempengaruhi jumlah pickup. Jumlah pickup

    breader pada nugget yang menggunakan batter kental lebih besar dari pada

    jumlah pickup breader jika menggunakan batter yang encer. Breader yang

    kasar akan menghasilkan pickup yang lebih baik jika dibandingkan breader

    yang halus. Ukuran breader juga mempengaruhi tekstur nugget. Breader yang

    halus menghasilkan tekstur yang lembut sedangkan breader yang kasar akan

    menghasilkan tekstur yang renyah (Owens, 2001).

    H. CONTINOUS DEEP FAT FRYING

    Menurut Ketaren (1986), menggoreng adalah suatu teknik pemasakan

    dan pengeringan melalui kontak minyak/lemak panas yang melibatkan pindah

    panas dan pindah masa secara simultan. Penggorengan adalah unit operasi

    yang secara umum digunakan untuk meningkatkan eating quality dari suatu

    bahan pangan. Saat bahan pangan ditempatkan kedalam minyak bersuhu

    tinggi, temperatur permukaan bahan bahan pangan akan meningkat secara

    cepat sehingga terjadi evaporasi air yang terkandung didalam bahan menjadi

    uap panas. Permukaan bahan pangan kemudian mulai mengering dan

  • 20

    evaporasi semakin bergerak menuju bagian dalam bahan pangan sehingga

    terbentuklah kerak (crsut). Suhu permukaan bahan pangan kemudian semakin

    meningkat mendekati suhu 100oC. Laju perpindahan panas dikendalikan oleh

    perbedaan suhu antara minyak dan bahan pangan serta oleh koefisien pindah

    panas permukaan bahan pangan. Sementara itu, laju penetrasi panas kedalam

    bahan pangan dikendalikan oleh konduktifitas termal bahan pangan. Selama

    proses penggorengan, air dan uap air dikeluarkan dari bahan pangan dan

    digantikan oleh minyak (Fellows, 2000).

    Fungsi lain dari penggorengan adalah sebagai proses pengawetan bahan

    pangan karena adanya proses penghancuran mikroorganisme dan enzim oleh

    panas serta karena adanya reduksi kandungan aw pada permukaan bahan

    pangan. Umur simpan dari produk hasil penggorengan ditentukan oleh kadar

    air produk setelah digoreng, dimana produk yang mempertahankan kondisi

    lembab dibagian dalam bahan memiliki umur simpan relatif pendek karena

    adanya proses migrasi air dan minyak selama penyimpanan (Fellows, 2000).

    Proses penggorengan yang biasa diterapkan dalam suatu industri pangan

    adalah proses continous deep fat frying. Continous deep fat frying merupakan

    metode penggorengan kontinyu yang dilakukan dengan cara menjalankan

    produk diatas conveyor yang secara langsung terendam di dalam medium

    minyak panas. Pada sistem penggorengan deep fat frying, transfer panas

    terjadi melalui kombinasi antara konveksi pada minyak dan konduksi pada

    bahan pangan. Semua permukaan produk akan menerima perlakuan panas

    yang sama, untuk menghasilkan penampakan dan warna produk yang

    seragam. Sistem ini cocok untuk berbagai bentuk bahan pangan, tetapi pada

    bahan pangan dengan bentuk yang tidak beraturan cenderung untuk menyerap

    minyak dalam jumlah yang lebih banyak (Fellows, 2000).

    Menurut Hui (1996), beberapa keuntungan sistem deep fat frying antara

    lain (1) diperoleh produk dengan rasa, flavor, tekstur, dan mouthfeel yang

    baik, (2) terbentuk lapisan (coating) yang akan membentuk kerenyahan, (3)

    diperoleh produk dengan warna kecoklatan yang mengundang selera, (4)

    terjadi penyerapan minyak kedalam bahan pangan yang berpengaruh terhadap

    mouthfeel yang diinginkan, (5) produk yang telah digoreng mudah

  • 21

    direkonstruksi dalam penggorengan, oven konvensional, dan oven microwave,

    (6) suhu penggorengan akan memberikan efek blanch pada produk, dan (7)

    suhu penggorengan akan menghancurkan beberapa mikroorganisme.

    Pada proses penggorengan skala industri, pemakaian suhu proses

    disesuaikan dengan waktu perjalanan produk selama melewati minyak goreng.

    Biasanya dengan suhu sekitar 177oC diperlukan waktu 1-2 menit untuk

    menghasilkan produk yang matang (Fellows, 2000).

    Menurut Hui (1996), beberapa proses yang terjadi selama penggorengan

    metode deep fat frying adalah (1) air akan terevaporasi dari produk

    mengakibatkan suhu permukaan produk meningkat, (2) produk akan

    mengalami pemanasan hingga mencapai temperatur yang diinginkan untuk

    memperoleh karakteristik yang diinginkan, (3) suhu permukaan produk

    meningkat sehingga diperoleh warna yang coklat dan produk yang renyah (4)

    produk akan mengalami perubahan dimensi (mengecil, membesar atau tetap),

    (5) produk mengalami perubahan densitas yang menyebabkan produk

    mengambang dan (6) perubahan sifat fisiko-kimia minyak dan kemampuan

    transfer panas, menyebabkan perubahan kualitas produk.

    I. INDIVIDUAL QUICK FREEZING (IQF)

    Menurut Fellows (2000), pembekuan adalah unit operasi yang

    menurunkan suhu bahan pangan sampai dibawah titik beku sehingga proporsi

    air dalam bahan berubah bentuk menjadi kristal es. Perubahan bentuk air

    menjadi kristal es menyebabkan turunya aktivitas air (aw). Quick freezing atau

    pembekuan cepat adalah proses penurunan suhu produk sampai sekitar -20oC

    dalam waktu 30 menit. Proses ini dapat dilakukan dengan melakukan kontak

    bahan dengan refrigerant secara langsung atau tidak langsung (Jay, 2000).

    Menurut Jay (2000), hal yang terjadi pada mikroorganisme selama

    freezing adalah 1) terjadi kematian mikroba secara tiba-tiba dengan cepat,

    tetapi bervariasi untuk setiap spesies mikroorganisme 2) bagian sel yang

    berfungsi untuk bertahan hidup secara bertahap rusak 3) penurunan ini terjadi

    secara cepat pada suhu freezing point, yaitu sekitar -2oC, dan lebih lambat

    pada suhu yang lebih rendah lagi.

  • 22

    J. SERAT MAKANAN (DIETARY FIBER)

    Trowel et. al (1976) mendefinisikan serat makanan sebagai komponen

    bahan makanan nabati, termasuk komponen dinding sel (selulosa,

    hemiselulosa, pektin, dan lignin) dan polisakarida intraseluler (gum dan

    musilase) yang tahan terhadap proses hidrolisis oleh enzim pada sistem

    pencernaan manusia. Serat makanan terbagi menjadi dua bagian, yaitu serat

    makanan larut dalam air (soluble dietary fiber) dan serat makanan tidak larut

    air (insoluble dietary fiber). Serat makanan larut terdiri atas gum, pektin dan

    sebagian kecil hemiselulosa larut, sedangkan serat makanan tidak larut dalam

    air terdiri atas selulosa, lignin, sebagian kecil kitin dan lilin tanaman serta

    senyawa pektat yang tidak larut (Spiller, 2001).

    Menurut Almatzier (2001), serat makanan larut air efektif dalam

    menurunkan kolesterol plasma, efektif dalam mereduksi kadar LDL (Low

    Density Lipopolysaccharides) serta meningkatkan kadar HDL (High Density

    Lipopolysaccharides). Serat makanan larut air juga berperan dalam mereduksi

    absorbsi glukosa dalam usus sehingga bermanfaat bagi penderita diabetes

    melitus. Efek lain dari konsumsi serat makanan larut adalah membuat perut

    terasa cepat kenyang. Hal ini dapat bermanfaat bagi mereka yang ingin

    menurunkan berat badan.

    Berbeda dengan serat makanan larut, serat makanan tidak larut air tidak

    mempunyai pengaruh yang signifikan sebagai agen hipokolesterolemik. Serat

    makanan tidak larut berperan penting dalam pencegahan disfungsi alat

    pencernaan seperti konstipasi, wasir/haemoroid (ambien), kanker usus besar,

    infeksi usus buntu serta divertikulosis. Konsumsi serat makanan seperti

    hemiselulosa, selulosa, pektin, dan lignin memperpendek waktu kontak

    makanan dengan saluran pencernaan sehingga akan mengurangi resiko

    terjadinya penyakit saluran pencernaan (Almatzier, 2001).

  • 23

    K. BETA KAROTEN

    Sayuran dan buah-buahan yang berwarna kuning atau hijau biasanya

    banyak mengandung karotenoid. Wortel, ubi jalar dan waluh kaya akan

    karotenoid (Winarno, 1997).

    Karotenoid adalah pigmen yang berwarna kuning sampai merah, larut

    dalam lemak dan banyak terdapat di alam. Senyawa ini secara kimia terdiri

    atas unit-unit isopren (Meyer, 1982). Karotenoid bersifat hidrofobik sehingga

    senyawa tersebut tidak larut dalam lingkungan berair didalam sistem

    gastrointestinal. Senyawa tersebut memerlukan pelarut lipid dan ditambah

    garam empedu untuk dapat diserap kedalam enterosit. Diperkirakan absorbsi

    karotenoid bervariasi dari sangat kecil sampai 95% (Wildman, 2001).

    Di alam karotenoid terutama terdapat sebagai isomer trans. Bentuk trans

    pada karotenoid memiliki derajat aktifitas vitamin A yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan bentuk cis (Rodriguez-Amaya, 1997).

    Jenis karotenoid yang sudah dikenal adalah -karoten, -karoten, -

    karoten, xanthophyil, zeaxanthin, kriptoxanthin, crocetin, dan beberapa

    turunan senyawa-senyawa tersebut. Jenis karoten yang banyak terdapat pada

    wortel adalah -karoten (Meyer, 1982). Struktur kimia -karoten dapat dilihat

    pada Gambar 1.

    Gambar 1. Struktur kimia -karoten.

    Didalam tubuh, satu molekul -karoten dapat dikonversikan menjadi

    dua molekul vitamin A. Sedangkan -karoten, -karoten dan kriptoxanthin

    hanya menghasilkan satu molekul vitamin A. Jenis karotenoid yang lain bukan

    provitamin A (Meyer, 1982). Menurut Winarno (1997), satu retinol

  • 24

    equivalents (RE) senilai dengan 1 g retinol. Setiap 6g -karoten dan 12 g

    karoten (mixed) diperkirakan mempunyai aktivitas biologis 1 RE.

    Selain berfungsi sebagai provitamin A, sistem ikatan ganda yang

    terkonjugasi dari -karoten dan karotenoid yang lain bertanggung jawab

    terhadap sifat antioksidan. Sifat antioksidan tersebut dapat melawan tekanan

    oksidatif yang berhubungan dengan penyakit kronik (Cadenas and Packer,

    2002).

    Berbagai teknik pemasakan berpotensi untuk meningkatkan

    bioavailability karotenoid. Perlakuan panas yang terkontrol adalah salah satu

    cara untuk meningkatkan bioavailability -karoten dari wortel. Lemak

    menyediakan lingkungan lipofilik sehingga -karoten yang bersifat hidrofobik

    akan bermigrasi dan meningkatkan bioavailability -karoten didalam produk.

    (Deming et. al, 2002).

    Meskipun perlakuan panas dapat meningkatkan bioavailability -

    karoten dari wortel, proses tersebut juga dapat memicu terbentuknya isomer

    cis dari -karoten. Tingkat isomerisasi cis tergantung pada suhu dan lama

    pemanasan. Pemanasan yang berlebihan menyebabkan isomerisasi cis dan

    oksidasi -karoten, sehingga menurunkan aktivitas vitamin A-nya dan

    kemungkinan juga terjadi perubahan sifat biologis dari -karoten (Deming et.

    al, 2002).

    L. BIAYA PRODUKSI

    Ada tiga unsur utama dalam biaya suatu produk : (1) bahan baku

    langsung (direct materials), (2) tenaga kerja langsung (direct labor), dan (3)

    biaya overhead pabrik (factory overhead). Bahan baku lansung adalah semua

    bahan baku yang secara fisik bisa diidentifikasi sebagai bagian dari barang

    jadi dan yang dapat ditelusuri pada barang jadi itu dengan cara yang sederhana

    dan ekonomis. (Horngren, 1993).

    Tenaga kerja langsung adalah seluruh tenaga kerja yang dapat ditelusuri

    secara fisik pada barang jadi dengan cara yang ekonomis. Sedangkan biaya

    overhead pabrik adalah semua biaya selain bahan baku langsung atau upah

    langsung yang berkaitan dengan proses produksi (Horngren, 1993).

  • 25

    IV. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah wortel (Daucus

    carota L) yang dibeli dari pasar tradisional dan flakes wortel dari PT. Foodex

    Inti Ingredients. Bahan yang lain diperoleh dari PT. Charoen Pokphand

    Indonesia-Chicken Processing Plant yaitu SBB (skinless boneless breast),

    emulsi, phospat, maizena, tepung terigu, breader dan bumbu-bumbu. Bahan-

    bahan yang digunakan untuk analisis kimia produk terpilih diperoleh dari stok

    laboratorium di Institut Pertanian Bogor.

    Alat yang digunakan dalam magang-penelitian ini adalah grinder,

    mixer, deep fat fryer, oven, batter aplikator, breader aplikator, continous deep

    fat fryer, Indivual Quick Freezing (IQF), peralatan untuk uji organoleptik, dan

    peralatan untuk analisis kimia. Semua alat tersebut tersedia di PT. Charoen

    Pokphand Indonesia-Chicken Processing Plant. Peralatan untuk analisis kimia

    tersedia di laboratorium di Institut Pertanian Bogor.

    B. METODE PENELITIAN

    Kegiatan magang-penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap

    persiapan, tahap penelitian pendahuluan, dan tahap penelitian utama. Tahap

    persiapan meliputi penyiapan bahan baku dan bahan tambahan untuk

    pembuatan chicken nugget, termasuk pembuatan flake wortel. Penelitian

    pendahuluan meliputi uji threshold bumbu, formulasi bumbu chicken nugget,

    formulasi penambahan guar gum pada batter. Penelitian utama meliputi

    formulasi penambahan flakes wortel pada chicken nugget, uji organoleptik,

    optimasi formula, uji organoleptik optimasi, analisis proksimat, analisis serat

    makanan dan analisis total karoten produk chicken nugget vegetable formula

    terpilih.

  • 26

    a. Tahap Persiapan

    Tahap persiapan pada kegiatan magang-penelitian ini yaitu

    penyiapan bahan-bahan pembuatan chicken nugget vegetable. Selain itu

    juga dipelajari proses pembuatan chicken nugget vegetable berdasarkan

    proses produksi chicken nugget yang telah ada di PT. Charoen Pokphand

    Indonesia-Chicken Processing Plant.

    Bahan-bahan yang harus dipersiapkan adalah meliputi raw material

    (SBB, emulsi, flakes wortel), ingridient, batter dan breader. Bahan-bahan

    tersebut telah tersedia di PT. Charoen Pokphand Indonesia-Chicken

    Processing Plant. Sementara itu, flakes wortel hasil pengeringan harus

    dibuat terlebih dahulu.

    Pembuatan flakes wortel dilakukan dengan menggunakan oven suhu

    70 oC selama kurang lebih enam jam (Luh dan Roof, 1997). Diagram alir

    pembuatan flakes wortel dapat dilihat pada Gambar 2. Flakes wortel hasil

    pengeringan kemudian diukur kadar airnya dengan metode oven (AOAC,

    1995).

    b. Penelitian Pendahuluan

    1). Uji threshold bumbu dasar

    Uji threshold (ambang batas) dilakukan pada bumbu yang akan

    digunakan untuk pembuatan chicken nugget. Uji threshold dimaksudkan

    untuk mengetahui jumlah bumbu minimal yang sudah dapat dirasakan

    oleh lidah panelis sehingga penambahan bumbu dalam pembuatan chicken

    nugget bisa dilakukan sehemat mungkin. Bumbu yang diuji threshold

    adalah bawang putih, lada, MSG dan garam. Cara melakukan uji threshold

    adalah dengan mengujikan bumbu yang dilarutkan dalam air dengan

    konsentrasi yang berbeda-beda kepada 25 orang panelis. Konsentrasi

    bumbu yang ditambahkan bervariasi mulai dari yang kecil sampai besar.

  • 27

    wortel segar

    pencucian (washing)

    pengupasan (peeling)

    pencucian (washing)

    pemotongan ukuran besar (trimming)

    penyortiran

    pemotongan ukuran kecil

    pencucian (washing)

    blansir (blanching), suhu 80oC, 5 menit

    pengeringan (drying), suhu 70oC, 5 jam

    flakes wortel

    Gambar 2. Diagram alir proses pembuatan flakes wortel menurut Luh dan Roof (1997) yang dimodifikasi.

  • 28

    Panelis diminta untuk mengidentifikasi apakah dalam masing-masing

    larutan sudah dapat dirasakan bumbu yang dimaksud. Berdasarkan

    hasil uji tersebut, kemudian ditentukan best estimate threshold (BET)

    individu. Setelah itu ditentukan konsentrasi threshold bumbu

    (Meilgaard et. al. 1999). Rumus perhitungan BET individu dan

    konsentrasi threshold yaitu :

    BET individu = (axb)

    keterangan :

    a : konsentrasi sampel terkecil yang dapat dideteksi panelis

    b : konsentrasi sampel terbesar yang tidak dapat dideteksi panelis

    log BET individu Konsentrasi threshold = anti log

    Jumlah panelis

    2). Formulasi bumbu dasar chicken nugget. Cara pemilihan formulasi bumbu dasar chicken nugget yang

    tepat dilakukan dengan mengaplikasikan kombinasi bumbu sebanyak

    konsentrasi hasil uji threshold kemudian dilakukan perbaikan formula

    sampai ditemukan formula bumbu yang tepat. Pemilihan formula

    bumbu dilakukan dengan metode pendekatan subyektif (trial and

    error). Atribut mutu yang digunakan untuk dasar pemilihan formula

    terbaik adalah rasa, aroma, dan tekstur. Hasil terbaik dari formulasi

    bumbu ini digunakan untuk penelitian selanjutnya.

    3). Formulasi penambahan guar gum pada batter

    Banyak komponen hidrokoloid seperti gum digunakan dalam

    pembuatan batter. Hidrokoloid dapat berfungsi untuk mengontrol

    kekentalan (viskositas) dan daya ikat air (Davis, 1983). Selain itu

    penambahan guar gum pada chicken nugget vegetable juga menjadi

    salah satu upaya meningkatkan kandungan serat.

  • 29

    Formulasi penambahan guar gum bertujuan untuk mengetahui

    pengaruh penambahan guar gum terhadap viskositas batter. Analisis

    data dilakukan dengan menggunakan analisis sidik ragam. Metode

    pengujian yang digunakan adalah One Way ANOVA.

    Sementara itu pemilihan formula batter dengan penambahan

    guar gum dilakukan dengan metode pendekatan subyektif (trial and

    error). Formula batter terbaik akan digunakan untuk penelitian

    selanjutnya. Jumlah penambahan guar gum pada batter yang dicoba

    adalah 0%; 0,25% dan 0,5%.

    c. Penelitian Utama

    1). Formulasi penambahan flakes wortel pada chicken nugget

    Tahap ini adalah tahap terpenting dalam kegiatan magang-

    penelitian ini. Formula yang dicoba pada tahap ini ada sembilan.

    Formula yang dibuat yaitu penambahan flakes wortel sebanyak 1/2 %,

    1%, 2%, 3% untuk wortel hasil pengeringan, 1/2 %, 1%, 2%, 3% untuk

    wortel dari PT. Foodex Inti Ingredients dan satu formula tanpa

    penambahan flakes wortel.

    Sebelum ditambahkan, wortel direndam terlebih dahulu dengan

    air hangat suhu 65oC selama 15 menit. Tujuan perendaman ini adalah

    untuk memperbaiki bentuk dan tekstur wortel sehingga kembali seperti

    wortel segar.

    Proses pembuatan chicken nugget vegetable skala laboratorium

    mengacu pada proses pembuatan chicken nugget skala industri di PT.

    Charoen Pokphand Indonesia-Chicken Processing Plant. Spesifikasi

    dan perlakuan pembuatan chicken nugget vegetable skala laboratorium

    dibuat mendekati proses produksi chicken nugget yang sebenarnya

    pada skala industri. Gambar 4 menunjukkan diagram alir proses

    pembuatan chicken nugget skala industi dan proses pembuatan chicken

    nugget vegetable skala laboratorium.

  • 30

    SBB

    (T=0-10oC)

    Grinding

    Premix Emulsi

    Cold mixing (T setelah mixing=(-5)-(-3))

    Forming

    Battering

    Breading

    Continous deep fat frying (T aktual =160-170oC)

    (Suhu pusat produk = 75-80oC)

    Freezing

    Nugget

    Packing

    Metal detector

    SBB

    (T=0-10oC)

    Grinding Ingridient flakes Emulsi wortel Perendaman

    Mixing manual

    Freezing (T setelah freezing=(-5)-(-3))

    Dicetak manual

    Aplikasi batter manual

    Aplikasi breader manual

    Digoreng manual

    (T aktual =160-170oC) (Suhu pusat produk = 75-80oC)

    Freezing

    Nugget

    Analisis

    Gambar 3. Proses pembuatan chicken nugget skala industri (kiri) dan

    proses pembuatan chicken nugget vegetable skala laboratorium (kanan).

    Packing Carton

  • 31

    2). Uji organoleptik

    Uji organoleptik bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan

    (preferensi) panelis terhadap formula chicken nugget vegetable.

    Metode yang digunakan adalah uji hedonik dengan atribut yang dinilai

    adalah keseluruhan produk (overall). Skor yang digunakan pada uji

    hedonik ini adalah 1 sampai 7. Skor 1 berarti sangat tidak suka

    sedangkan skor 7 berarti sangat suka. Panelis yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah panelis agak terlatih dengan jumlah 30 orang.

    Metode analisis yang digunakan adalah ANOVA (Analysis of

    Variance) dengan menggunakan program SPSS 12. Uji lanjutan yang

    digunakan adalah uji Duncan.

    3). Optimasi formulasi

    Tahap perbaikan formulasi adalah upaya untuk meningkatkan

    penerimaaan terhadap chicken nugget vegetable terpilih. Perbaikan

    formulasi dilakukan terhadap atribut mutu chicken nugget vegetable,

    terutama rasa, dan aroma. Perbaikan ini dilakukan berdasarkan

    komentar yang diberikan panelis pada saat uji organoleptik.

    4). Uji organoleptik optimasi

    Uji organoleptik optimasi bertujuan untuk mengetahui preferensi

    (kesukaan) konsumen terhadap sampel chicken nugget yang belum

    dilakukan perbaikan formulasi dan yang telah dilakukan perbaikan

    formulasi. Metode uji organoleptik yang digunakan adalah simple

    ranking test. Pada uji ini panelis diminta mengurutkan sampel dari

    yang paling disukai sampai sampel yang paling tidak disukai. Dengan

    demikian dapat diketahui sampel yang paling disukai panelis.

    Data simple rangking test dianalisis dengan Friedmens Test

    dengan menggunakan program SPSS 12. Uji lanjutan yang digunakan

    adalah Fishers Least Significant Difference ranking (LSD rangking).

    Cara menganalisisnya adalah membandingkan selisih jumlah rangking

    dua sampel dengan nilai LSD rangking. Apabila selisih jumlah

  • 32

    rangking dua sampel lebih besar dari pada nilai LSD rangking, maka

    kedua sampel tersebut berbeda nyata pada selang kepercayaan

    (Meilgaard et. al, 1999).

    Rumus perhitungan LSD rangking adalah sebagai berikut:

    LSD rangking = t/2, [bt (t+1)/6]

    Keterangan : b = jumlah panelis

    t = jumlah sampel = 0,05 t /2, = 1,960 (untuk =0,05)

    5). Aplikasi mesin batter aplikator, breader aplikator, continous deep fat fryer, dan individual quick freezing.

    Tujuan aplikasi ini adalah untuk mengetahui spesifikasi proses

    yang dapat digunakan dalam produksi chicken nugget vegetable. Pada

    tahap ini juga diamati jumlah pick up batter dan pick up breader,

    frying loss dan freezing loss pada chicken nugget vegetable.

    Pada tahap ini, chicken nugget vegetable dicetak secara manual.

    Setelah dicetak, produk langsung dijalankan diatas konveyor

    mengikuti line produksi chicken nugget yang ada di PT. Charoen

    Pokphand Indonesia-Chicken Processing Plant, mulai batter aplikator,

    breader aplikator, continous deep fat fryer, dan individual quick

    freezing.

    Spesifikasi proses yang digunakan sama seperti pada produksi

    chicken nugget merk X. Selama proses, diamati apakah spesifikasi

    proses (setting point) yang digunakan menghasilkan produk dengan

    standar yang telah ditentukan perusahaan.

  • 33

    Rumus perhitungan pick up batter dan pick up breader, frying

    loss dan freezing loss adalah sebagai berikut :

    Wb-Wa pick up batter = x 100% Wa

    Wc-Wb pick up breader = x 100% Wc

    Wd-Wc frying loss = x 100% Wd

    We-Wd freezing loss = x 100% We

    Keterangan :

    Wa = berat nugget sebelum battering (g)

    Wb = berat nugget sesudah battering, sebelum breading (g)

    Wc = berat nugget sesudah breading, sebelum digoreng (g)

    Wd = berat nugget setelah digoreng, sebelum freezing (g)

    We = berat nugget setelah freezing (g)

    6). Analisis proksimat chicken nugget vegetable

    Analisis proksimat dilakukan pada chicken nugget vegetable

    formula terpilih dan pada chicken nugget tanpa penambahan flakes

    wortel. Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui kandungan

    protein, lemak, air, abu dan karbohidrat. Penentuan kadar karbohidrat

    dilakukan secara by difference. Metode yang digunakan adalah sebagai

    berikut :

  • 34

    6.1) Kadar air, metode oven (AOAC, 1995) Sejumlah sampel (kurang lebih 5 gram) dimasukkan

    kedalam cawan yang telah diketahui beratnya. Kemudian cawan

    yang dimasukkan kedalam oven bersuhu 100oC hingga diperoleh

    berat yang konstan. Perhitungan kadar air dilakukan dengan

    menggunakan rumus :

    c-(a-b) Kadar air (%) = x 100%

    c

    Keterangan : a = berat cawan dan sampel akhir (g) b = berat cawan (g) c = berat sampel awal (g)

    6.2) Kadar abu, metode pengabuan kering (AOAC, 1995)

    Cawan porselin dikeringkan dalam tanur bersuhu 400oC -

    600oC, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang.

    Sebanyak 3-5 gram sampel ditimbang dan dimasukan kedalam

    cawan porselin. Selanjutnya sampel dipijarkan diatas nyala

    pembakar bunsen sampai tidak berasap lagi, kemudian

    dilakukan pengabuan di dalam tanur listrik pada suhu 400-600oC

    selama 4-6 jam atau sampai terbentuk berwarna putih.

    Kemudian sampel didinginkan dalam desikator, selanjutnya

    ditimbang. Rumus perhitungan kadar abu :

    berat abu (g) Kadar Abu (%) = x 100%

    berat sampel (g)

    6.3) Kadar lemak, metode soxhlet (AOAC, 1995)

    Labu lemak yang akan digunakan dikeringkan dalam oven

    bersuhu 100-110oC, didinginkan dalam desikator, dan

    ditimbang. Sampel dalam bentuk tepung ditimbang sebanyak 5

    gram dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam

    alat ekstraksi (soxhlet), yang berisi pelarut (dietil eter atau

    heksana).

  • 35

    Reflux dilakukan selama 5 jam (minimum) dan pelarut

    yang ada di dalam labu lemak didistilasi. Selanjutnya labu lemak

    yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada

    suhu 100oC hingga beratnya konstan, didinginkan dalam

    desikator, dan ditimbang. Cara perhitungan kadar lemak :

    berat lemak (g)

    Kadar lemak (%) = x 100% berat sampel (g)

    6.4) Kadar protein, metode mikro-kjeldahl (AOAC, 1995)

    Sejumlah kecil sampel (kira-kira membutuhkan 3-10 ml

    HCl 0,01 N atau 0,02 N) yaitu sekitar 0,1 gram ditimbang dan

    diletakkan ke dalam labu kjeldhal 30 ml. Kemudian

    ditambahkan 1,9 g K2SO4, 40 mg HgO, dan 2 ml H2SO4. Sampel

    didihkan selama 1- 1,5 jam sampai cairan menjadi