f06hsu1
DESCRIPTION
studi tentang makanan baruTRANSCRIPT
-
SKRIPSI
PENGEMBANGAN PRODUK CHICKEN NUGGET VEGETABLE
BERBAHAN DASAR DAGING SBB (SKINLESS BONELESS BREAST)
DENGAN PENAMBAHAN FLAKES WORTEL
DI PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA
CHICKEN PROCESSING PLANT, CIKANDE-SERANG
Oleh
HERU SUWOYO
F24102012
2006
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
-
Heru Suwoyo. F24102012. Pengembangan Produk Chicken Nugget Vegetable Berbahan Dasar Daging SBB (Skinless Boneless Breast) dengan Penambahan Flakes Wortel di PT. Charoen Pokphand Indonesia Chicken Processing Plant, Cikande-Serang. Dibawah bimbingan Ir. Arif Hartoyo, Msi dan Lukman Hakim S, STP.
RINGKASAN
Perubahan gaya konsumsi menjadikan makanan siap masak (ready to cook) dan siap makan (ready to eat) menjadi alternatif pilihan masyarakat. Konsumsi fast food mulai menjadi kebiasaan di masyarakat karena jenis makanan tersebut mudah diperoleh dan dapat disajikan dengan cepat. Di sisi lain meningkatnya kesadaran masyarakat tentang gizi dan kesehatan mendorong masyarakat untuk hidup lebih sehat dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan mempunyai efek menyehatkan. Kondisi ini harus disadari dan segera direspon oleh produsen, tidak terkecuali oleh industri chicken nugget. Salah satu upaya untuk memenuhi keinginan konsumen adalah upaya pengembangan produk baru chicken nugget vegetable.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan formulasi chicken nugget vegetable berbahan dasar SBB (Skinless Boneless Breast) dengan penambahan flakes wortel. Selain itu bertujuan pula untuk menentukan spesifikasi proses (setting point) pada alat penggorengan (continous deep fat fryer), dan individual quick freezing (IQF) yang dapat digunakan dalam proses produksi chicken nugget vegetable. Biaya produksi dan kandungan kimia pada produk chicken nugget vegetable formula terpilih juga ditentukan dalam penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan melalui kegiatan magang di PT. Charoen Pokphand Indonesia-Chicken Processing Plant. Metode magang-penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap persiapan, tahap penelitian pendahuluan, dan tahap penelitian utama. Tahap persiapan meliputi penyiapan bahan baku dan bahan tambahan untuk pembuatan chicken nugget, termasuk pembuatan flakes wortel. Penelitian pendahuluan meliputi uji threshold bumbu, formulasi bumbu chicken nugget, dan formulasi penambahan guar gum pada batter. Penelitian utama meliputi formulasi penambahan flakes wortel pada chicken nugget, uji organoleptik, optimasi formula, uji organoleptik optimasi, analisis proksimat, analisis serat makanan dan analisis total karoten produk chicken nugget vegetable formula terpilih.
Uji threshold (ambang batas) dilakukan pada bumbu dasar yang akan digunakan untuk pembuatan chicken nugget. Uji threshold dimaksudkan untuk mengetahui jumlah bumbu minimal yang sudah dapat dirasakan oleh lidah panelis sehingga penambahan bumbu dalam pembuatan chicken nugget bisa dilakukan sehemat mungkin.
Pemilihan formulasi bumbu dasar chicken nugget yang tepat dilakukan dengan mengaplikasikan kombinasi bumbu sebanyak konsentrasi hasil uji threshold kemudian dilakukan perbaikan formulasi sampai ditemukan formulasi bumbu yang tepat. Pemilihan formulasi bumbu dilakukan dengan metode pendekatan subyektif (trial and error). Hasil terbaik dari formulasi bumbu ini digunakan untuk penelitian selanjutnya.
-
Tahap formulasi chicken nugget vegetable dengan penambahan flakes wortel adalah tahap terpenting dalam kegiatan magang-penelitian ini. Formula yang dicoba pada tahap ini ada sembilan. Formula yang dibuat yaitu penambahan flakes wortel sebanyak 1/2 %, 1%, 2%, 3% untuk wortel hasil pengeringan, 1/2 %, 1%, 2%, 3% untuk wortel dari PT. Foodex Inti Ingredients dan satu formula tanpa penambahan flakes wortel. Sebelum ditambahkan, flakes wortel direndam terlebih dahulu dengan air hangat suhu 65oC selama 15 menit.
Pemilihan formula chicken nugget vegetable dilakukan dengan uji hedonik dan pendekatan optimasi biaya. Setelah itu kemudian dilakukan optimasi terhadap formula chicken nugget vegetable yang terpilih. Hasil formula optimasi dipilih dengan uji simple ranking test.
Hasil formula optimasi chicken nugget vegetable terpilih kemudian dilakukan aplikasi mesin batter aplikator, breader aplikator, continous deep fat fryer, dan individual quick freezing. Pada tahap ini diamati spesifikasi proses yang dapat digunakan untuk chicken nugget vegetable. Selain itu diamati pick up batter, pick up breader, frying loss dan freezing loss.
Chicken nugget vegetable formula terpilih dilakukan analisis proksimat, analisis serat makanan dan analisis total karoten. Analisis yang sama juga dilakukan pada chicken nugget tanpa penambahan flakes wortel sebagai pembanding.
Berdasarkan uji hedonik dan pendekatan optimasi biaya, formula chicken nugget vegetable yang terpilih adalah formula dengan penambahan flakes wortel hasil pengeringan sebanyak 2% dari total adonan. Chicken nugget vegetable dengan formula terpilih dapat dilakukan aplikasi batter dan breader, penggorengan, dan freezing dalam skala industri dengan hasil yang baik. Besarnya pick up batter pada produk ini adalah sebanyak 7,08%, sedangkan pick up breader adalah sebanyak 17,25%. Setting point continous deep fat fryer yang dapat digunakan untuk produksi chicken nugget vegetable adalah suhu 161oC dan lama penggorengan 170 detik. Sedangkan setting point untuk Individual Quick Freezing (IQF) yang dapat digunakan untuk produksi chicken nugget vegetable adalah suhu rail : -37oC, suhu udara dalam IQF : -39oC, dan waktu loading 30 menit.
Hasil analisis proksimat produk chicken nugget vegetable menunjukkan bahwa komposisi kimia produk tersebut adalah; protein: 10,76%; lemak: 11,71%; karbohidrat : 17,99%; abu : 2,44% dan air : 57,10%. Apabila dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesi (SNI), chicken nugget vegetable telah memenuhi standar untuk kadar air, kadar lemak dan kadar karbohidrat. Akan tetapi kadar protein produk masih dibawah standar. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya subtitusi daging oleh wortel dalam jumlah yang cukup banyak. Meskipun demikian produk ini masih dapat produksi dan dipasarkan karena tidak ada kewajiban untuk memenuhi SNI bagi produk nugget. Selain itu adanya subtitusi daging oleh flakes wortel dapat menurunkan harga bahan baku produk.
Kandungan serat makanan produk chicken nugget vegetable adalah 3,09% atau telah memenuhi 12,63% kebutuhan serat harian per penyajian (100 g). Mengacu pada ketentuan FDA, produk chicken nugget vegetable sudah dapat diklaim sebagai sumber serat yang baik karena kandungan serat pangan sudah mencapai 2,5-4,9%.
-
Kandungan total karoten pada produk chicken nugget vegetable adalah 9,27 ppm. Dengan jumlah tersebut karoten dalam produk chicken nugget vegetable sudah dapat berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan vitamin A sebanyak 19,3-21,4% bagi anak-anak dan 11,0-15,4% bagi orang dewasa untuk setiap penyajian produk (100 gram).
Biaya produksi chicken nugget vegetable dengan penambahan flakes wortel adalah Rp.18.705,14 per kg. Sementara itu biaya produksi chicken nugget tanpa penambahan flakes wortel adalah Rp.20.277,14 per kg. Dengan demikian dapat diketahui selisih biaya produksi antara chicken nugget vegetable dan chicken nugget tanpa penambahan flakes wortel adalah Rp.1.572,00 per kg.
-
PENGEMBANGAN PRODUK CHICKEN NUGGET VEGETABLE
BERBAHAN DASAR DAGING SBB (SKINLESS BONELESS BREAST)
DENGAN PENAMBAHAN FLAKES WORTEL
DI PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA
CHICKEN PROCESSING PLANT, CIKANDE-SERANG
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
HERU SUWOYO
F24102012
2006
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
-
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENGEMBANGAN PRODUK CHICKEN NUGGET VEGETABLE
BERBAHAN DASAR DAGING SBB (SKINLESS BONELESS BREAST)
DENGAN PENAMBAHAN FLAKES WORTEL
DI PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA
CHICKEN PROCESSING PLANT, CIKANDE-SERANG
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
HERU SUWOYO
F24102012
Dilahirkan pada tanggal 15 Desember 1983 di Kebumen
Tanggal Lulus : 4 Agustus 2006dd Juni 2006
Menyetujui,
Bogor, dd September 2006
Mengetahui,
Ir. Arif Hartoyo, MSi Pembimbing I
Lukman Hakim S, STP Pembimbing II
Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kebumen, Jawa Tengah pada
tanggal 15 Desember 1983. Penulis merupakan anak ketiga dari
empat bersaudara yang merupakan anak dari pasangan Bapak
Sukandar dan Ibu Rasmi.
Penulis menempuh studi di SDN Maduretno (1990-
1996), SLTPN I Buluspesantren (1996-1999), dan SMUN I Kebumen (1999-2002).
Pada tahun 2002 penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor
pada jurusan Teknologi Pangan dan Gizi melalui jalur USMI.
Selama masa perkuliahan penulis aktif diorganisasi kemahasiswaan, antara
lain Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (HIMITEPA) sebagai ketua
Divisi Hubungan Luar (2005), dan Forum Komunikasi Mahasiswa Kebumen di
Institut Pertanian Bogor sebagai ketua umum (2004). Penulis juga aktif dalam
berbagai kegiatan kemahasiswaan antara lain panitia fgW Student Forum (2005),
panitia Kongres I Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia / HMPPI (2005),
panitia 4th National Student Paper Competition of Food Issues (2005), dan panitia
Lomba Cepat Tepat Ilmu Pangan XI (2003). Prestasi yang pernah diraih penulis
selama masa perkuliahan, yaitu finalis The Best Scientific Presentation Award,
fGW Student Forum (2005) dan finalis Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) IPB
(2003).
-
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, dengan segala kerendahan hati, penulis
memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, pencipta langit dan bumi beserta
segala isinya, yang selalu melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Berkat kerja keras, dorongan dan
bantuan dari semua pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada
kesempatan ini dengan rasa tulus dan hormat penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ir. Arif Hartoyo, Msi selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan arahan, nasehat dan bimbingannya
selama ini.
2. Lukman Hakim S, STP selaku Pembimbing Lapang Magang atas bimbingan
dan bantuannya selama magang.
3. Rusdhy Lubis, ST, selaku manager produksi di Departemen Further, PT.
Charoen Pokphand Indonesia-Chicken Processing Plant, Cikande-Serang yang
telah mengizinkan penulis untuk melakukan beberapa kali trial chicken nugget
vegetable di ruang produksi.
4. Ibu Susy, selaku manager Product Development dan Quality Control di PT.
Charoen Pokphand Indonesia Chicken Processing Plant, Cikande-Serang yang
telah mengizinkan penulis untuk menggunakan fasilitas laboratorium PDQC
selama kegiatan magang.
5. Pak Masruhin, Pak Oman, Pak Udin, Pak Aan, Pak Budi, Mas Ferdinan, Mba
Fera, Mba Dayu, Mba Iroh, Mba Lala, Mba Wiwi, Mba Eka, Mba Wiji, Mba
Sandra dan seluruh karyawan PT. Charoen Pokphand Indonesia-Chicken
Processing Plant, Cikande-Serang atas bantuannya selama kegiatan magang.
6. Bapak (alm), Mama, Mas Ipung, Mba Yayu, Ari, Tiwi, Om Udin, Om Supri,
Bu le Miar, Mba Iin, Arif dan Sugi atas doa, dukungan, motivasi dan kasih
sayangnya yang menguatkan langkah ini.
7. Seluruh anggota Forum Komunikasi Mahasiswa Kebumen di Institut Pertanian
Bogor atas kerja samanya selama ini.
8. Seluruh mahasiswa TPG 39, semoga tali silaturahim yang telah terjalin indah
dapat terus dipertahankan. Bogor, Juli 2005
Penulis
iv
-
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. ...
DAFTAR ISI ............................................................................................. ...
DAFTAR TABEL ..................................................................................... ...
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ...
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. ...
I. PENDAHULUAN ............................................................................... ...
A. LATAR BELAKANG .................................................................. ... B. TUJUAN ........................................................................................... C. MANFAAT ....................................................................................... D. RUANG LINGKUP .......................................................................... E. WAKTU DAN TEMPAT .................................................................
II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN ....................................................
A. SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN ...........................................
B. LOKASI DAN TATA LETAK PERUSAHAAN ..............................
C. PENGELOLAAN SUMBER DAYA .................................................
III. TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
A. PENGEMBANGAN PRODUK
B. CHICKEN NUGGET DAN PROSES PRODUKSINYA .................
C. DAGING SKINLESS BONELESS BRAEST (SBB) AYAM .............
D. WORTEL ..........................................................................................
E. PENGERINGAN WORTEL .............................................................
F. INGREDIENTS ..................................................................................
G. BATTER DAN BREADER .................................................................
H. CONTINOUS DEEP FAT FRYING ...................................................
I. INDIVIDUAL QUICK FREEZING (IQF) .........................................
J. SERAT MAKANAN (DIETARY FIBER) .........................................
K. BETA KAROTEN ............................................................................
L. BIAYA PRODUKSI ..........................................................................
iv
v
vii
viii
ix
1
1
3
4
4
4
5
5
9
9
11
11
11
13
13
15
17
18
19
21
22
23
24
v
-
IV. METODE PENELITIAN ........................................................................
A. BAHAN DAN ALAT .......................................................................
B. METODE PENELITIAN ..................................................................
a. Tahap Persiapan ..........................................................................
b. Penelitian Pendahuluan ................................................................
c. Penelitian Utama ..........................................................................
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................
A. TAHAP PERSIAPAN .......................................................................
B. PENELITIAN PENDAHULUAN ....................................................
a. Uji Threshold Bumbu Dasar .......................................................
b. Formulasi Bumbu Dasar Chicken Nugget ...................................
c. Formulasi Penambahan Guar Gum pada Batter...........................
C. PENELITIAN UTAMA ....................................................................
a. Formulasi Penambahan Flakes Wortel pada Chicken Nugget
Vegetable...
b. Uji Organoleptik ..........................................................................
c. Optimasi Formula ........................................................................
d. Uji Organoleptik Optimasi ..........................................................
e. Aplikasi Mesin Batter Aplikator, Breader Aplikator, Continous
Deep Fat Frying, dan Individual Quick Freezing (IQF).............
f. Analisis Proksimat .......................................................................
g. Analisis Serat Makanan (Dietary Fiber) .....................................
h. Analisis Total Karoten ................................................................
i. Penentuan Biaya Produksi (Costing) ...........................................
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................
A. KESIMPULAN .................................................................................
B. SARAN .............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
25
25
25
26
26
29
42
42
43
43
43
44
45
45
47
50
50
51
57
58
59
60
62
62
63
64
vi
-
14
15
46
47
53
57
58
60
61
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Luas lahan, jumlah produksi dan produkstifitas wortel di
Indonesia ........................................................................................ Tabel 2. Komposisi zat gizi wortel per 100 gram ......................................... Tabel 3. Formulasi chicken nugget vegetable dengan penambahan flakes
wortel ............................................................................................. Tabel 4. Persentase subtitusi SBB oleh flakes wortel ................................... Tabel 5. Penggunaan batter dan breader pada pembuatan chicken nugget
vegetable secara manual dan dengan mesin ................................... Tabel 6. Hasil analisis proksimat .................................................................. Tabel 7. Kandungan serat makanan pada produk chicken nugget vegetable
formula terpilih .............................................................................. Tabel 8. Perhitungan biaya produksi chicken nugget vegetable (kapasitas
600 kg) ........................................................................................... Tabel 9. Perhitungan biaya produksi chicken nugget (kapasitas 600 kg) .....
vii
-
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Struktur kimia -karoten .............................................................
Gambar 2. Diagram alir proses pembuatan flakes wortel ............................
Gambar 3. Proses pembuatan nugget skala industri (kiri) dan proses pembuatan chicken nugget vegetable skala laboratorium (kanan).........................................................................................
Gambar 4. a) Potongan wortel segar b) Flakes wortel .................................
Gambar 5. Viscosity cup ..............................................................................
Gambar 6. Daging Skinless Boneless Breast (SBB) ayam ...........................
Gambar 7. Flakes wortel a) hasil pengeringan b) dari suplier ......................
Gambar 8. Grafik skor rata-rata uji hedonik .................................................
Gambar 9. Grafik harga raw material formula B1, B2 dan B3 ..................
Gambar 10. Chicken nugget vegetable dengan berbagai taraf penambahan
flakes wortel ...........................................................................
Gambar 11. Skema batter aplikator ..............................................................
Gambar 12. Skema breader aplikator ...........................................................
Gambar 13. Skema continous deep fat fryer .................................................
Gambar 14. Perbedaan warna chicken nugget vegetable sebelum dan
setelah digoreng ......................................................................
Gambar 15. Skema Individual Quick Freezer (IQF) ....................................
23
27
30
42
44
45
46
48
48
49
52
52
54
54
56
viii
-
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Hasil uji ambang batas (threshold) bumbu .............................. Lampiran 2. Hasil trial and error formula bumbu dasar chicken nugget ...... Lampiran 3. Viskositas batter dengan berbagai taraf penambahan guar gum Lampiran 4. Analisis ragam pengaruh penambahan guar gum terhadap
viskositas batter ....................................................................... Lampiran 5. Data hasil uji hedonik ............................................................... Lampiran 6. Hasil analisis ragam (ANOVA) data uji hedonik rating dengan
program SPSS 12 ......................................................... Lampiran 7. Pengurangan SBB dan emulsi karena subtitusi flakes wortel ... Lampiran 8. Harga raw material formula B1, B2, dan B3 ............................ Lampiran 9. Data hasil simple ranking test ................................................... Lampiran 10. Hasil analisis Friedmans Test ................................................ Lampiran 11. Jumlah pick up batter dan pick up breader oleh produk
chicken nugget vegetable ...................................................... Lampiran 12. Persentase penyusutan bobot produk chicken nugget
vegetable akibat proses penggorengan (frying loss) dan proses pembekuan (freezing losss) ........................................
Lampiran 13. Suhu pusat produk chicken nugget vegetable setelah digoreng
dan dibekukan (freezing) ......................................................... Lampiran 14. Hasil analisis proksimat produk chicken nugget vegetable
formula terpilih ........................................................................ Lampiran 15. Hasil analisis proksimat produk chicken nugget .................... Lampiran 16. Kandungan serat pangan pada produk chicken nugget
vegetable formula terpilih ........................................
70
74
74
75
76
77
78
79
80
81
82
82
83
84
84
85
ix
-
Lampiran 17. Kandungan serat pangan pada produk chicken nugget ........... Lampiran 18. Kandungan total karoten pada produk .................................. Lampiran 19. Form kusioner uji threshold .................................................... Lampiran 20. Form kuisioner uji hedonik ..................................................... Lampiran 21. Form kuisioner simple ranking test ........................................
85
85
86
86
87
x
-
1
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan berkembangnya zaman, manusia dituntut untuk menjadi
lebih praktis dan lebih efisien dalam menjalankan kehidupannya. Salah satu
akibatnya adalah terjadinya perubahan pola konsumsi pangan. Perubahan gaya
konsumsi menjadikan makanan siap masak (ready to cook) dan siap makan
(ready to eat) menjadi alternatif pilihan masyarakat. Konsumsi fast food mulai
menjadi kebiasaan di masyarakat karena jenis makanan tersebut mudah
diperoleh dan dapat disajikan dengan cepat. Salah satu produk fast food adalah
produk olahan daging, termasuk daging ayam.
Nugget merupakan salah satu produk pangan cepat saji yang saat ini
dikenal baik oleh masyarakat. Nugget, seperti juga sosis, burger, dan corned,
telah menjadi salah satu pilihan masyarakat sebagai produk pangan yang
praktis. Nugget terbuat dari daging cincang yang telah dibumbui dan biasanya
dibentuk menjadi bulat, stik atau bentuk lain. Produk nugget yang ada di
pasaran biasanya berupa nugget ayam, nugget daging sapi, dan nugget ikan.
Saat ini nugget ayam adalah salah satu produk unggas yang cukup populer.
Di sisi lain meningkatnya kesadaran masyarakat tentang gizi dan
kesehatan mendorong masyarakat untuk hidup lebih sehat dengan
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan mempunyai efek menyehatkan.
Kondisi ini harus disadari dan segera direspon oleh produsen, tidak terkecuali
oleh industri chicken nugget. Salah satu upaya untuk memenuhi keinginan
konsumen adalah upaya pengembangan produk baru dan inovasi teknologi.
Bertitik tolak dari uraian diatas, maka dalam kegiatan magang ini
dilakukan pengembangan produk baru berbasis chicken nugget dengan
penambahan flakes wortel. Tujuan utama penambahan flakes wortel disini
adalah untuk meningkatkan palatabilitas produk chicken nugget dan
menurunkan harga bahan baku (raw material). Selanjutnya diharapkan dapat
meningkatkan penerimaan konsumen terhadap produk chicken nugget karena
adanya efek positif dari penambahan flakes wortel. Penambahan flakes wortel
-
2
juga bertujuan untuk meningkatkan kandungan serat makanan dan karotenoid,
terutama -karoten pada produk chicken nugget.
Ada beberapa alasan mengapa wortel dipilih sebagai vegetable yang
ditambahkan pada chicken nugget. Salah satunya adalah wortel merupakan
tumbuhan yang sudah popular (Heinerman, 2003). Produk hortikultura ini
telah dikenal oleh masyarakat luas karena kandungan gizinya. Wortel (Daucus
carota Linneus) terkenal sebagai sayuran sumber provitamin A karena
kandungan -karotennya yang tinggi. Kondisi ini diharapkan dapat
memudahkan perusahaan dalam memasarkan produk chicken nugget
vegetable.
Selain kandungan vitamin dan mineralnya, wortel juga merupakan
sumber serat yang baik. Meskipun tidak memiliki nilai gizi, ternyata serat
makanan diakui memberikan pengaruh positif bagi metabolisme zat gizi dan
kesehatan tubuh. Peranan serat makanan untuk kesehatan tubuh seringkali
dikaitkan penyakit konstipasi, kegemukan (obesitas) serta memberikan efek
hipokolesterolemik dengan cara mengikat asam empedu dan membuangnya ke
feses. Peranan terakhir ini berkaitan erat dengan pencegahan penyakit jantung
koroner.
Ditinjau dari segi organoleptik, wortel memiliki warna yang menarik.
Warna merah kekuningan hingga merah jingga menjadikan wortel memiliki
daya pikat tersendiri. Selain itu, wortel memiliki rasa yang enak sehingga
digemari oleh masyarakat. Tekstur umbi wortel juga sangat baik (renyah),
tidak telalu keras dan tidak terlalu lembek.
Tanaman wortel merupakan tanaman yang dapat tumbuh sepanjang
tahun. Produksi wortel cukup tinggi di Indonesia, terlebih di daerah sentra
produksi. Dilihat dari ketersediaannya, kondisi tersebut menguntungkan
perusahaan untuk menggunakan wortel sebagai salah satu bahan baku
pembuatan chicken nugget vegetable.
Alasan lain pemilihan wortel sebagai salah satu bahan baku dalam
pembuatan chicken nugget vegetable adalah umbi wortel dapat diawetkan
dalam bentuk flakes melalui proses pengeringan. Penyimpanan dalam bentuk
flakes kering ini memungkinkan industri untuk menyimpan dalam waktu yang
-
3
cukup lama sebagai stok sehingga memudahkan penggunaannya sebagai
bahan baku industri. Selain itu, penyimpanan dalam bentuk flakes kering dapat
menghemat cost perusahaan. Penyimpanan flakes wortel tidak memerlukan
refrigerasi. Selain itu flakes wortel memiliki berat dan volume yang kecil
sehingga diperlukan ruang yang lebih kecil untuk menyimpannya.
Harga chicken nugget vegetable akan menjadi lebih murah karena
adanya substitusi daging oleh flakes wortel. Sehingga produk baru ini
diharapkan mempunyai prospek pemasaran yang baik terutama untuk
kalangan ekonomi menengah kebawah.
B. TUJUAN
Secara umum tujuan kegiatan magang-penelitian di Further Processing
Department, PT. Charoen Pokphand Indonesia-Chicken Processing Plant,
Cikande Serang adalah untuk melatih keterampilan lapangan dan
pengembangan wawasan berpikir mahasiswa yang berkaitan dengan
penguasaan konseptual dalam usaha pemahaman dan penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara integral dan profesional. Selain itu kegiatan
ini juga memiliki tujuan khusus yaitu :
1. Menentukan formulasi chicken nugget vegetable berbahan dasar SBB
(Skinless Boneless Breast) dengan penambahan flakes wortel.
2. Menentukan spesifikasi proses pada alat penggorengan (continous deep
fryer), dan individual quick freezing (IQF) yang dapat digunakan dalam
proses produksi chicken nugget vegetable.
3. Menentukan biaya produksi chicken nugget vegetable.
4. Identifikasi kandungan protein, lemak, karbohidrat, air, abu, serat
makanan (IDF dan SDF), dan total karoten, pada produk chicken nugget
vegetable formula terpilih.
-
4
C. MANFAAT Penelitian ini mendukung pengembangan produk berbasis daging ayam,
khususnya produk chicken nugget di PT. Charoen Pokphand Indonesia-
Chicken Processing Plant. Formulasi hasil penelitian ini dapat digunakan oleh
perusahaan sebagai produk baru setelah dilakukan consumer sampling,
pendugaan umur simpan (shelf life), pengemasan, uji pasar, dan tahap
komersialisasi.
D. RUANG LINGKUP
Penelitian ini dilakukan melalui kegiatan Magang-Penelitian di PT.
Charoen Pokphand Indonesia-Chicken Processing Plant, Cikande-Serang.
Aspek yang menjadi fokus kajian dari pelaksanaan kegiatan ini berkaitan
dengan pengembangan produk chicken nugget. Laporan kegiatan Magang-
Penelitian ini disusun dalam sebuah Skripsi dengan judul; Pengembangan
Produk Chicken Nugget Vegetable Berbahan Dasar Daging SBB (Skinless
Boneless Breast) dengan Penambahan Flakes Wortel di PT. Charoen
Pokphand Indonesia-Chicken Processing Plant, Cikande-Serang.
E. WAKTU DAN TEMPAT
Kegiatan Magang-Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan
dimulai bulan Februari 2006 dan berakhir bulan Juni 2006. Adapun tempat
pelaksanaannya di PT. Charoen Pokphand Indonesia-Chicken Processing
Plant, Kawasan Industri Modern, Desa Nambo Ilir, Cikande-Serang
-
5
II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
A. SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN Perseroan didirikan berdasarkan akta No. 6, tanggal 7 Januari 1972.
Akta dibuat dihadapan Drs. Gde Ngurah Rai, SH, notaris di Jakarta dan telah
mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan
surat keputusan No. Y. A. 5/197/21 tanggal 8 Juni 1983 dan telah diumumkan
dalam Berita Negara Indonesia No. 65, tambahan No. 573 tanggal 14 Agustus
1973 dengan fasilitas penanaman modal asing berdasarkan Keputusan Menteri
Perindustrian Republik Indonesia No. 616/M/SK/XII/1971 tanggal 29
November 1971.
Anggaran Dasar perseroan telah beberapa kali mengalami perubahan
dan diubah seluruhnya dengan akta No. 24 tanggal 6 Desember 1990, yang
dibuat dihadapan Achmad Abid, SH, pengganti dari Sutjipto, SH, notaris di
Jakarta. Akta tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dengan surat keputusan No. C2.6525. HT. 01.04.TH 1990
tanggal 17 Desember 1990 dan telah diumumkan dalam Berita Acara Negara
Republik Indonesia No. 4, tambahan No. 1992 tanggal 11 Januari 1991.
Perubahan terakhir atas Anggaran Dasar perseroan dinyatakan dalam akta No.
184 tanggal 31 Agustus 1994, dibuat di hadapan Achmad Abid, SH sebagai
pengganti dari Sutjipto, SH, notaris di Jakarta antara lain mengenai
peningkatan modal dasar perseroan dari Rp. 100.000.000.000,00 (seratus
milyar rupiah) menjadi Rp. 130.000.000.000,00 (seratus tiga puluh milyar
rupiah). Perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-16.666. HT.01.04.TH
1994 tanggal 7 November 1994.
Perseroan bergerak dalam bidang produksi dan perdagangan pakan
ternak, memulai produksi komersialnya pada tahun 1972 di atas lahan seluas
27.284 m2 di Jakarta dengan kapasitas produksi sebesar 20.000 ton per tahun.
Pada tahun 1976 perseroan melakukan ekspansi usaha ke Surabaya dengan
mendirikan pabrik pakan ternak di atas lahan seluas 62.625 m2 dengan
-
6
kapasitas produksi sebesar 24.000 ton pertahun. Kemudian melakukan
ekspansi ke Medan dengan mendirikan pabrik pakan ternak diatas lahan seluas
17.505 m2 dengan kapasitas produksi 80.000 ton per tahun. Untuk memenuhi
permintaan yang terus meningkat, pada tahun 1992 perseroan membangun
pabrik pakan ternak di Desa Balaraja, Tangerang, Banten di atas lahan
101.080 m2 dengan kapasitas produksi sebesar 250.000 ton per tahun. Semua
tanah-tanah tersebut merupakan milik perseroan.
Setelah mengalami beberapa kali peningkatan produksi, pada saat ini
perseroan memiliki kapasitas produksi sebesar 1.000.000 ton per tahun yang
tersebar di Jakarta dengan kapasiats produksi 200.000 ton, Surabaya 350.000
ton, Medan 200.000 ton dan Tangerang 250.000 ton. Pada tahun 1988,
perseroan melakukan ekspansi usaha dengan mendirikan pabrik pakan udang
di Medan dengan kapsitas produksi sebesar 40.000 ton pertahun. Pabrik ini
mulai melakukan produksi komersial pada awal 1990. Pada tahun 1990,
perseroan mengambil alih saham 80% saham PT. Charoen Pokphand Jaya
Farm yaitu perseroan yang bergerak dalam bidang pembibitan ayam bibit
induk (DOC Parent Stock) dan ayam usia sehari komersial (DOC Final
Stock).
Pada tahun itu juga, perseroan membangun pabrik karung plastik di
Tangerang, Banten dengan kapasitas produksi sebesar 10 juta lembar karung
plastik per tahun. Kemudian pada tahun 1992, perseroan meningkatkan
kapasitas produksi karung plastiknya menjadi 15 juta lembar karung plastik
per tahun. Seluruh hasil produksi digunakan untuk keperluan sendiri.
Pada tahun 1991, perseroan membangun pabrik alat-alat peternakan di
Tangerang, Banten. Pabrik ini mulai melakukan produksi komersialnya pada
tahun 1992. Produk-produk yang dihasilkan antara lain adalah sangkar ayam,
tempat telur, kipas ventilasi, tempat makan ayam, tempat minum ayam dan
lain sebagainya. Pada tahun 1993, perseroan mengambil alih 80% saham PT.
Udangmas Intipertiwi yaitu suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa
penyalur pemasaran hasil produksi perseroan untuk wilayah pemasaran di
Jakarta, Surabaya dan Medan.
-
7
Pada tahun 1994, perseroan mengambil alih 80% saham PT. Mega
Kahyangan yaitu suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang distributor
pakan udang dan pakan ternak hasil produkasi perseroan yang memiliki
wilayah pemasaran di Medan dan Tangerang. Pada tahun 1995, dengan akta
notaris Ny. Siti Katamsi, S.H No. 12 tanggal 13 Agustus 1995 didirikanlah
PT. Charoen Pokphand Indonesia-Chicken Processing Plant sebagai industri
rumah potong dan pengolahan daging ayam diatas tanah seluas 2.1 hektar
yang berkedudukan di Jalan Industri Modern IV, Modern Industri Estate Kav.
6-8 Desa Nambo Ilir, Cikande, Serang. Perusahaan ini mulai beroperasi pada
tahun 1997 sebagai industri tindak lanjut pasokan ayam potong untuk diolah
menjadi daging mentah, daging beku dan daging olahan ayam untuk
dipasarkan didalam negeri maupun luar negeri.
Dalam perkembangannya sebagai bukti kepedulian terhadap mutu
produk, PT.Charoen Pokphand Indonesia-Chicken Processing Plant telah
memperoleh:
1. Sertifikat halal produk ayam mentah dan olahan lanjut:
a. No. 07820398 tanggal 13 Maret untuk Chicken Mea.
b. No. 11091099 tanggal 28 Agustus 2001untuk Chicken Ball Five Star
c. No. 11101099 tanggal 28 Agustus untuk Sosis Ayam Okey
d. No.10530799 tanggal 28 Agustus untuk Chicken Nugget, Chicken
Karage, Schnitzel, Stikie, Katsu, Super Stick, Spicy Karage
e. No. 10520799 tanggal 28 Agustus 2001 untuk Spicy Wing (Five Star
dan QP)
f. No. 1320082000 tanggal 06 Agustus 2002 untuk Chicken Patties KFC
dan Chicken Fries KFC
g. No. 2076062002 tanggal 15 Juni 2002 untuk Chicken Nugget Aro,
Nugget Dino Five Star
h. No. 2276102002 tanggal 31 Oktober 2002 untuk Frozen Marinated
Chicken KFC
i. No. 2277102002 tanggal 31 Oktober 2002 untuk Pok-pok Fiesta,
Happy star Fiesta
-
8
j. No. 2074062002 tanggal 15 Juni 2002 untuk Chicken Sausage
Vegetable, Chicken Sausage Cheese, Chicken sausage Black Pepper,
Chicken Sausage Parsley, Chicken Sausage Rice, Chicken Sausage
Mushroom, dan Chicken Sausage (Five Star), Chicken Sausage Champ
k. No. 2276102002 tanggal 31 Oktober 2003 untuk Frozen Marinated
Chicken KFC
l. No. 2444052003 tanggal 01 Mei 2003 untuk Chicken Nugget Champ,
Chicken Ball Champ, Chicken Stick Champ, Spicy Chick Fiesta, Fried
Chicken Fiesta, Smoked Chicken Breast Fiesta, Chicken Breast
Golden Fiesta, Drum Stick Golden Fiesta, Chicken Coctail Fiesta,
New Orleans Chicken Wing Pizza Hut
m. No. 2488052003 tanggal 21 Mei 2003 untuk Chicken Stick CFC,
Chicken Patties CFC
2. Sertifikat Nomor Kontrol Veteriner (NKV) dengan No. 13-322010-A 3. Sertifikat HACCP, untuk:
a. Rumah Potong Unggas, Nomor TU.210/240/E/0599 tanggal 21 dan 23
April 1999
b. Produk Spicy Wing, Nomor PO. 02.02.3.4.03041 tanggal 20-21
Desember 1999
c. Produk Chicken Sausage, Nomor PO.02.02.3.4.0304.2 tanggal 20-21
Desember 1999
d. Produk Chicken Ball, Nomor PO.02.02.3.4.0304.3 tanggal 20-21
Desember 1999
e. Produk Schnitzel, Nomor PO.02.02.3.4.0304.4 tanggal 20-21
Desember 1999
f. Produk Karage, Nomor PO.02.02.3.4.0304.5 tanggal 20-21 Desember
1999
g. Produk Chicken Nugget, Nomor PO.02.02.3.4.0304.6 tanggal 20-21
Desember 1999
h. Produk Smoked C. Breast, Nomor PO.02.02.3.4.0304.7 tanggal 20-21
Desember 1999
-
9
i. Produk New Orleans, Nomor PO.02.02.3.4.0304.8 tanggal 20-21
Desember 1999
j. Produk Buffalo Wing, Nomor PO.02.02.3.4.0304.9 tanggal 20-21
Desember 1999.
B. LOKASI DAN TATA LETAK PERUSAHAAN
PT Charoen Pokphand IndonesiaChicken Processing Plant merupakan
industri yang bergerak dalam bidang pemotongan dan pengolahan daging
ayam. Industri ini terletak di Jalan Modern IV Kav 6-8, Kawasan Industri
Modern, Desa Nambo Ilir, Cikande-Serang, Banten. Perusahaan ini
menempati areal seluas 2.1 hektar. Perusahaan ini berkantor pusat di Jalan
Parangtritis Raya A-5/E 12 A Ancol Barat, Jakarta Utara. Pabrik PT Charoen
Pokphand Indonesia Chicken Processing Plant (PT. CPI-CPP) terdiri dari
tiga plant utama yaitu, Slaughter House, Further Processing Department, dan
Sausage Plant. Slaughter House melakukan kegiatan pemotongan ayam dan
menghasilkan daging ayam, sedangkan Sausage Plant dan Further Processing
Department menghasilkan produk olahan daging ayam lanjutan.
Bangunan PT. CPI-CPP terdiri dari dua lantai. Pada lantai pertama
terdapat kantor Personalia, Product Development and Quality Control
(PDQC), ruang rapat, gudang (Warehouse), dan ketiga Plant diatas. Pada
lantai kedua terdapat kantor utama dan laboratorium. Selain itu, di perusahaan
ini juga terdapat dua pos satpam di pintu gerbang masuk, kantin dan masjid.
C. PENGELOLAAN SUMBER DAYA
Sumber daya yang menjadi kunci utama dalam menghasilkan mutu
produk yang mampu memenuhi spesifikasi konsumen terdiri dari sumber daya
manusia, prasarana, dan lingkungan kerja. Sumber daya manusia merupakan
subyek bagi terselenggaranya proses produksi. Jumlah karyawan yang ada di
PT Charoen Pokphand Indonesia Chicken Processing Plant pada bulan Juni
2006 adalah 1803 orang, yang terbagi dalam tiga departemen besar, yaitu
Sausage Department, Slaughter House Department, dan Further Processing
Department. Jumlah karyawan yang ada di Further Processing Department
-
10
adalah 167 karyawan tetap dan 157 pegawai kontrak dan 23 pegawai
borongan. Seluruh karyawan ini terbagi dalam tiga group dalam tiga shift
kerja, yaitu shift 1 (jam kerja 07.00-15.00 WIB), shift 2 (jam kerja 15.00-
23.00 WIB), dan shift 3 (jam kerja 23.00-07.00 WIB). Selain itu terdapat
jadwal cleaning total pada hari Sabtu dan Minggu di akhir pekan.
Kehadiran (absensi) karyawan mempunyai pengaruh penting terhadap
penilaian karyawan yang bersangkutan. Bagi karyawan tetap kehadiran
mempengaruhi prestasi yang bersangkutan. Sedangkan untuk karyawan
kontrak kehadiran mempengaruhi gaji yang akan diperolehnya.
Hak dan kewajiban untuk karyawan tetap dan karyawan kontrak secara
garis besar sama. Namun terdapat juga beberapa hal perbedaan di antara
mereka. Kewajiban karyawan secara umum adalah menaati peraturan-
peraturan yang berlaku di perusahaan. Hak-hak yang diperoleh karyawan
antara lain tunjangan kesehatan, penggunaan fasilitas perusahaan (seperti bus
jemputan), waktu cuti, dan tunjangan hari raya (THR).
Sumber daya prasarana yang ada di PT Charoen Pokphand Indonesia
Chicken Processing Plant meliputi gedung, ruang kerja, peralatan proses dan
jasa pendukung. Sumber daya lingkungan kerja meliputi kebersihan ruang
produksi dan suhu ruangan produksi serta kondisi hubungan antar karyawan
dalam upaya mewujudkan iklim kerja yang kondusif.
-
11
III. TINJAUAN PUSTAKA A. PENGEMBANGAN PRODUK
Penelitian dan pengembangan merupakan kegiatan industri dalam
rangka mengembangkan produk baru dan mengantisipasi perubahan pasar.
Pengembangan produk adalah suatu kegiatan menghasilkan produk yang baru
atau produk lama yang dimodifikasi dengan tambahan rasa baru atau
pencampuran rasa yang sudah ada. Secara umum, produk baru adalah produk
yang belum pernah ada sebelumnya atau produk hasil modifikasi dan inovasi
dari produk yang sudah ada sebelumnya dari aspek produksi seperti bahan
baku, proses, karakteristik produk maupun kemasan. Pada dunia industri,
produk baru mengandung pengertian yaitu produk yang sebelumnya belum
pernah diproduksi oleh suatu perusahaan meskipun produk tersebut telah atau
pernah diproduksi oleh perusahaan lain. Pengembangan produk perlu
dilakukan karena produk yang sudah tidak perlu harus digantikan. Selain itu
perusahaan memperoleh hampir semua pendapatan dan keuntungannya dari
produk baru (Setyoningsih dan Almahdy, 2005).
B. CHICKEN NUGGET DAN PROSES PRODUKSINYA
Chicken nugget didefinisikan sebagai produk olahan ayam yang dicetak,
dimasak dan dibekukan, dibuat dari campuran daging ayam giling yang diberi
bahan pelapis dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan
tambahan makanan yang diizinkan (BSN, 2002). Daging yang digunakan
biasanya merupakan keseluruhan otot pada bagian tertentu dari ayam (Owens,
2001). Dalam Standar Nasional Indonesia 01-6683 kandungan gizi chicken
nugget adalah kadar air maksimum 60%, kadar protein minimum 12%, kadar
lemak maksimum 20% dan kadar karbohidrat maksimum 25% (BSN, 2002).
Tahap pertama pembuatan chicken nugget adalah memperkecil ukuran
daging dengan cara digiling dengan grinder. Tujuan penggilingan ini adalah
meningkatkan luas permukaan daging untuk membantu ekstraksi protein.
Daging ditutupi oleh lapisan jaringan penghubung epimysium. Ketika lapisan
-
12
ini masih utuh maka hanya sedikit protein yang terekstrak, bahkan tidak ada
sama sekali. Oleh karena itu perlu dilakukan proses pengecilan ukuran dengan
grinder atau choper. Dengan demikian lapisan epimysium rusak dan
memudahkan ekstraksi protein. Tahap ini sangat penting karena jika tidak ada
protein yang terekstrak, maka serpihan daging tidak dapat saling berikatan
selama proses pemasakan dan menghasilkan produk dengan tekstur yang tidak
kuat (Owens, 2001).
Selama proses penggilingan dan sebelum pencetakan, suhu formulasi
daging harus diturunkan untuk membantu dalam keberhasilan pencetakan
chicken nugget. Jika suhu terlalu tinggi dapat terjadi denaturasi protein. Selain
itu adonan chicken nugget menjadi terlalu lembek dan akan sulit dicetak.
Adonan chicken nugget diatas -2,2 oC mengakibatkan adonan menjadi lengket
dengan mesin pencetak. Sebaliknya bila suhu terlalu rendah, chicken nugget
akan sulit dicetak dan dapat merusak mesin pencetak (Owens, 2001).
Setelah daging digiling, diaduk, dan didinginkan, tahap selanjutnya
adalah pencetakan. Adonan chicken nugget ditempatkan didalam hopper
kemudian didorong oleh auger kedalam papan pencetak (molding plate).
Adonan chicken nugget ditekan kedalam papan pencetak tersebut. Setelah
adonan masuk kedalam papan pencetak, papan pencetak bergerak kedepan
sehingga berada dibawah alat pemukul yang akan mendorong chicken nugget
keluar dari cetakan ke atas sabuk konveyor (Owens, 2001).
Sistem coating diaplikasikan pada bahan nugget yang telah dicetak.
Menurut Fellows (2000), pelapis atau coating dapat digunakan untuk
melindungi produk dari dehidrasi selama pemasakan dan penyimpanan.
Sistem ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap aplikasi batter dan tahap aplikasi
breader.
Setelah proses coating selesai, chicken nugget di goreng. Menurut
Ketaren (1986), penggorengan adalah unit operasi yang secara umum
digunakan untuk meningkatkan eating quality dari suatu bahan pangan.
Setelah digoreng produk nugget langsung didinginkan secara cepat
dengan IQF (Individual Quick Freezing). Freezing mempunyai efek
menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Jay, 2000).
-
13
C. DAGING SKINLESS BONELESS BRAEST (SBB) AYAM
Skinless Boneless Breast (SBB) ayam adalah daging dada ayam yang
telah dipisahkan dari tulang dan kulitnya. Daging SBB dipilih pada pembuatan
chiken nugget karena memiliki tekstur yang lembut, seragam dan memiliki
warna yang terang (Owens, 2001).
Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang berkualitas
tinggi, mengandung asam amino essensial yang lengkap dan asam lemak tidak
jenuh (ALTJ) yang tinggi. Selain itu serat dagingnya pendek dan lunak
sehingga mudah dicerna (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Daging ayam yang
biasa digunakan dalam pembuatan chicken nugget adalah daging ayam broiler.
Menurut North (1972), ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa
teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan
cepat sebagai penghasil daging, siap dipotong pada usia realtif muda, daging
berserat lunak dan dipasarkan pada umur 6-8 minggu. Kandungan protein, air
dan lemak pada daging ayam masing-masing sebesar 23,3%; 73,8%, dan 1,2%
(Aberle et. al, 2001). Forest (1975) menambahkan, daging gelap pada ayam
memiliki kandungan protein, air dan lemak masing-masing adalah 20,6%;
73,7% dan 4,7%. Sedangkan daging terang pada ayam mengandung 23,4%
protein, 73,7% air dan 1,9% lemak.
Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992), kadar masing-masing
komponen tersebut berbeda-beda besarnya tergantung jenis atau ras, umur dan
jenis kelamin unggas yang bersangkutan. Bahkan pada karkas unggas yang
sama setiap komponen kadarnya berbeda-beda antara bagian yang satu dengan
yang lainnya.
D. WORTEL
Wortel (Daucus carota L) merupakan jenis sayuran yang tergolong
umbi akar yang berbentuk bulat panjang, berasa agak manis, gurih dan renyah.
Umbi wortel berkulit tipis dan berwarna kemerah-merahan karena
mengandung karotenoid yang tinggi. Wortel merupakan salah satu tanaman
sayuran tropis yang dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dan dapat tumbuh
sepanjang musim (Rubatzky dan Yamasuchi, 1995).
-
14
Dalam taksonomi tumbuhan, wortel diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-divisi : Angiospermae (tumbuhan biji tertutup)
Kelas : Dicotylodone (tumbuhan berbiji keping-kepingan)
Ordo : Umbelliferae (Apiaceae)
Genus : Daucus
Spesies : Daucus carota L.
Tanaman wortel tumbuh baik didaerah yang mempunyai suhu udara
dingin dan lembab. Tanaman wortel menghendaki tanah yang gembur dan
subur dengan pH 5,5-6,5 dan ketinggian diatas 600 meter diatas permukaan
laut. Pada ketinggian 1200 meter tanaman ini tumbuh lebih baik (Tim Penulis
Penebar Swadaya, 1992).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2006), luas areal panen
wortel pada tahun 2003 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2000-
2002. Produksi wortel pada tahun 2003 mencapai 355.802 ton. Jumlah
tersebut lebih besar dibanding jumlah produksi pada tahun 2000-2002. Tabel 1
menunjukkan data secara rinci produksi wortel di Indonesia.
Tabel 1. Luas lahan, jumlah produksi dan produkstifitas wortel di Indonesia
Tahun Luas lahan (hektar) Produksi
(ton) Produktifitas
(ton/ha) 2000 19.908 326.693 16,4 2001 18.454 300.648 16,3 2002 20.103 282.248 14,0 2003 21.501 355.802 16,5
Sumber : Badan Pusat Statistik (2006)
Mutu wortel terbaik dapat diperoleh dengan pengolahan yang dilakukan
segera setelah pemanenan. Sifat-sifat yang diinginkan adalah warna yang
cerah, inti tidak berserabut, tekstur lembut, serta mempunyai bau dan rasa
yang manis (Pantastico, 1986). Sedangkan menurut Novari (1999), ciri-ciri
wortel yang bermutu baik adalah wortel yang renyah, manis dan berwarna
kuning tua (jingga) kemerahan dan cerah, berkulit licin, mengkilap.
Bentuknya tidak bertekuk-tekuk, tidak bercabang dan tidak lecet atau luka-
-
15
luka. Wortel mencapai kondisi optimum dalam hal warna, bau, rasa dan
ukurannya pada umur tiga bulan (Boes et al., 1988).
Wortel sangat menonjol diantara umbi-umbian dalam kandungan
karotenoidnya. Menurut Direktorat Gizi, Depkes RI (1995), kandungan total
karoten pada 100 g umbi wortel adalah 12.000 g. Sebagian besar karotenoid
yang terdapat dalam wortel adalah -karoten dan -karoten. Menurut Bureau
dan Bushway (1986), kadar -karoten dan -karoten pada 100 gram umbi
wortel segar masing-masing adalah 7.600 g dan 3.800 g.
Selain kandungan provitamin A-nya tinggi, wortel juga mengandung
vitamin B dan vitamin C. Disamping itu wortel juga mengandung mineral
terutama kalsium dan fosfor. Kandungan zat gizi wortel dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi zat gizi wortel per 100 gram.
Kompisisi Jumlah Komposisi Jumlah Energi Karbohidrat Protein Lemak Air Total karoten
36,00 kkal 7,90 g 1,00 g 0,60 g
89,90 g 12 000,00 g
Vitamin B1 Vitamin C Abu Kalsium Fosfor Besi
0,04 mg 18,00 mg
0,60 g 45,00 mg 74,00 mg
1,00 mg Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1995)
Wortel dapat berfungsi untuk menurunkan kolesterol darah. Selain itu
konsumsi wortel dapat mencegah konstipasi dan membantu kesehatan usus
besar. Hal ini dimungkinkan kandungan serat pada wortel akan meningkatkan
berat feses dan senyawa yang bersifat karsinogen akan turut terbawa keluar
bersama feses (Agoes dan Lisdiana, 1995). Menurut Muchtadi (1998),
kandungan serat makanan wortel adalah 46,95% berat kering.
E. PENGERINGAN WORTEL
Pengeringan adalah proses pengurangan kadar air bahan sampai
keadaan seimbang dengan tekanan normal. Kondisi keseimbangan ini dapat
mencegah penurunan kualitas akibat aktifitas biologis, kimia dan mikrobiologi
(Henderson, 1976).
-
16
Dehidrasi atau pengeringan mungkin merupakan cara yang paling
efektif untuk memperpanjang umur simpan makanan yang perisable. Tujuan
utama pengeringan dalam pengawetan pangan adalah menurunkan kadar air
sehingga nilai aw menjadi rendah untuk menghentikan pembusukan dan
pertumbuhan mikroba patogen serta mengurangi reaksi penyebab kerusakan.
Pengeringan dapat menurunkan biaya transportasi dan penyimpanan yang
cukup signifikan karena terjadinya penurunan berat dan volume yang
signifikan serta tidak diperlukannya refrigerasi. Selain itu pengeringan
merupakan metode yang efektif untuk membuat bahan baku menjadi mudah
digunakan dalam produksi (Tang dan Yang, 2004).
Wortel berpotensi untuk dikeringkan karena kandungan padatan yang
tinggi dan tidak mengandung serat yang seperti kayu. Wortel yang akan
dikeringkan sebaiknya wortel yang lebih matang, ukurannya lebih besar,
kandungan serat dan karotennya lebih tinggi bila dibandingkan dengan wortel
segar yang dijual di pasar (Luh dan Roof, 1997).
Sebelum dikeringkan, wortel dicuci untuk menghilangkan kotoran lalu
di lakukan proses pengupasan untuk menghilangkan kulit wortel. Proses
pengupasan harus diikuti pencucian. Wortel yang telah dikupas dan dicuci
kemudian di potong tipis (slicing). Setelah dipotong, wortel secepatnya di
blansir. Suhu dan waktu pemanasan pada blansir berbeda-beda pada setiap
bahan, tergantung dari sifat bahan yang akan diolah. Blansir biasanya
dilakukan pada suhu 92-93oC selama 3-5 menit (Winarno et al. 1980). Satuhu
(1994) menyatakan bahwa blansir dapat dilakukan dengan pencelupan bahan
yang akan diolah kedalam air panas dengan suhu 82-100oC atau dengan
pengukusan. Lama perlakukan blansir tergantung pada jenis komoditi, tebal
irisan dan jumlah bahan. Pada umumnya proses blansir dilakukan selama 5-10
menit. Semakin banyak bahan yang akan diblansir dan semakin tebal
irisannya, semakin lama waktu yang diperlukan.
Blansir bertujuan untuk menginaktifkan enzim-enzim yang terkandung
dalam buah/sayuran, karena enzim tersebut akan menyebabkan perubahan
warna yang tidak terkendali pada hasil olahan. Disamping itu blansir juga
bertujuan untuk mengerutkan dan melemaskan bahan pangan, sehingga akan
-
17
mempermudah dalam pengolahan pangan. Selanjutnya blansir dapat
menurunkan jumlah kontaminasi awal, menghilangkan kotoran-kotoran pada
permukaan bahan dan mengusir udara dari jaringan bahan (Desroiser, 1988).
Tahap terakhir dari proses pengeringan wortel adalah dehidrasi. Suhu
pengeringan adalah 70oC. Setelah tujuh jam kadar air wortel turun dari 88%
menjadi 8%. Perlu dilakukan pengeringan lanjutan untuk mencapai kadar air
4%, yaitu dengan suhu 60oC selama tujuh jam (Luh dan Roof, 1997).
F. INGREDIENTS
Banyak ingredient yang dapat ditambahkan kedalam chicken nugget
dengan berbagai alasan. Salah satu ingredient yang paling penting adalah
garam. Garam memiliki dua fungsi pada produksi nugget yaitu untuk
memperbaiki rasa dan untuk membantu mengekstrak protein (Owens, 2001).
Kramlich (1971) menambahkan, selain sebagai pemberi rasa dan untuk
mengekstrak protein, garam juga berfungsi sebagai pengawet karena dapat
mencegah pertumbuhan mikroba sehingga memperlambat kebusukan. Garam
juga dapat meningkatkan daya ikat air (water holding capacity / WHC)
protein otot (Wilson et al., 1981).
Phospat ditambahkan dalam pembuatan chicken nugget untuk
membantu ekstraksi protein. Phospat dapat meningkatkan daya ikat air
(WHC) oleh daging dengan cara meningkatkan pH dan membuka protein otot
dan membiarkan terjadi pengikatan air. Selain itu phospat juga dapat
mencegah terjadinya ketengikan oksidatif (Owens, 2001).
Garam dan phospat ditambahkan setelah daging digiling. Tujuan
penambahan garam dan phospat pada tahap ini adalah agar bisa terjadi kontak
antara permukaan daging dengan kedua bahan ini sehingga dapat membantu
proses ekstraksi protein (Owens, 2001).
Ingridient lain yang ditambahkan pada pembuatan chicken nugget
adalah air dan pati. Air berfungsi untuk meningkatkan kelembaban dan
memudahkan pencampuran bahan. Sedangkan pati ditambahkan sebagai
bahan pengikat, dan pengisi (Owens, 2001).
-
18
Bumbu (seasoning) ditambahkan untuk memberi rasa yang enak pada
produk chicken nugget. (Owens, 2001). Bumbu merupakan bahan campuran
terdiri atas satu atau lebih rempah-rempah yang ditambahkan kedalam
makanan selama pengolahan atau dalam persiapan, sebelum disajikan untuk
memperbaiki flavor alami makanan sehingga lebih disukai oleh konsumen.
Umumnya bumbu tidak mempengaruhi kualitas nutrisi dari produk pangan
(Farrel, 1990).
G. BATTER DAN BREADER
Fungsi utama batter dan breader adalah memperbaiki penampakan dan
memberi karakteristik rasa produk, seperti kerenyahan tekstur maupun warna
yang menarik. Batter dan breader juga dapat meningkatkan nilai gizi dari
suatu produk pangan dan menambah kenikmatan ketika mengkonsumsi
produk tersebut. Selain itu, batter dan breader bertindak dalam menjaga
kelembaban produk pangan (Suderman dan Cunningham, 1983).
Menurut Davis (1983), batter adalah campuran yang terdiri dari air,
tepung pati dan bumbu-bumbu yang digunakan untuk mencelupkan produk
sebelum dimasak. Komposisi bahan penyusun batter terbagi menjadi dua, (1)
tepung, telur dan susu sebagai komponen utama, dan (2) bumbu, gum, dan
bahan lain yang ditambahkan dalam jumlah sedikit. Komponen utama
memberikan karakter dasar bagi fungsi utama batter. Sedangkan komponen
minor memberikan karakter spesifik seperti viskositas, daya adhesi, tekstur,
flavor, dan warna. Weiss (1983) menambahkan bahwa sebisa mungkin
formulasi batter tidak menggunakan kuning telur karena mengandung
fosfolipid yang dapat terpisah dari batter dan menyebabkan kerusakan minyak
goreng.
Aplikasi batter dapat dilakukan dengan cara mentransfer nugget atau
produk olahan lainnya kedalam mesin batter aplikator, kemudian produk akan
berjalan diatas konveyor melewati genangan batter. Produk akan terendam
dalam batter tersebut sehingga proses battering dapat berjalan sempurna
(Owens, 2001).
-
19
Breader adalah campuran tepung, pati dan bumbu, berbentuk kasar, dan
diaplikasikan sebelum digoreng. Breader memiliki banyak jenis yang
dibedakan berdasarkan ukuran, warna, flavor, absorbsi, tekstur, dan densitas
(Dyson, 1983). Menurut Owens (2001), terdapat lima jenis utama breader,
yaitu american bread crumbs, japanese bread crumbs, crackermeal, flour
breaders, dan extruded crumbs. Hal yang membedakan jenis breader adalah
ukuran, bentuk, tekstur, warna dan flavor.
Aplikasi breader untuk skala industri menggunakan sistem resirkulasi.
Pada breader aplikator, nugget berjalan sepanjang hamparan breader
sehingga bagian bawah nugget tertutup oleh breader. Sementara nugget
berjalan, dari atas nugget ada bagian mesin yang merfungsi untuk menaburi
nugget dengan breader, sehingga seluruh bagian nugget bisa tertutup breader
(Owens, 2001).
Pickup adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan jumlah
batter dan breader yang menempel pada permukaan nugget. Kekentalan
batter dan ukuran breader mempengaruhi jumlah pickup. Jumlah pickup
breader pada nugget yang menggunakan batter kental lebih besar dari pada
jumlah pickup breader jika menggunakan batter yang encer. Breader yang
kasar akan menghasilkan pickup yang lebih baik jika dibandingkan breader
yang halus. Ukuran breader juga mempengaruhi tekstur nugget. Breader yang
halus menghasilkan tekstur yang lembut sedangkan breader yang kasar akan
menghasilkan tekstur yang renyah (Owens, 2001).
H. CONTINOUS DEEP FAT FRYING
Menurut Ketaren (1986), menggoreng adalah suatu teknik pemasakan
dan pengeringan melalui kontak minyak/lemak panas yang melibatkan pindah
panas dan pindah masa secara simultan. Penggorengan adalah unit operasi
yang secara umum digunakan untuk meningkatkan eating quality dari suatu
bahan pangan. Saat bahan pangan ditempatkan kedalam minyak bersuhu
tinggi, temperatur permukaan bahan bahan pangan akan meningkat secara
cepat sehingga terjadi evaporasi air yang terkandung didalam bahan menjadi
uap panas. Permukaan bahan pangan kemudian mulai mengering dan
-
20
evaporasi semakin bergerak menuju bagian dalam bahan pangan sehingga
terbentuklah kerak (crsut). Suhu permukaan bahan pangan kemudian semakin
meningkat mendekati suhu 100oC. Laju perpindahan panas dikendalikan oleh
perbedaan suhu antara minyak dan bahan pangan serta oleh koefisien pindah
panas permukaan bahan pangan. Sementara itu, laju penetrasi panas kedalam
bahan pangan dikendalikan oleh konduktifitas termal bahan pangan. Selama
proses penggorengan, air dan uap air dikeluarkan dari bahan pangan dan
digantikan oleh minyak (Fellows, 2000).
Fungsi lain dari penggorengan adalah sebagai proses pengawetan bahan
pangan karena adanya proses penghancuran mikroorganisme dan enzim oleh
panas serta karena adanya reduksi kandungan aw pada permukaan bahan
pangan. Umur simpan dari produk hasil penggorengan ditentukan oleh kadar
air produk setelah digoreng, dimana produk yang mempertahankan kondisi
lembab dibagian dalam bahan memiliki umur simpan relatif pendek karena
adanya proses migrasi air dan minyak selama penyimpanan (Fellows, 2000).
Proses penggorengan yang biasa diterapkan dalam suatu industri pangan
adalah proses continous deep fat frying. Continous deep fat frying merupakan
metode penggorengan kontinyu yang dilakukan dengan cara menjalankan
produk diatas conveyor yang secara langsung terendam di dalam medium
minyak panas. Pada sistem penggorengan deep fat frying, transfer panas
terjadi melalui kombinasi antara konveksi pada minyak dan konduksi pada
bahan pangan. Semua permukaan produk akan menerima perlakuan panas
yang sama, untuk menghasilkan penampakan dan warna produk yang
seragam. Sistem ini cocok untuk berbagai bentuk bahan pangan, tetapi pada
bahan pangan dengan bentuk yang tidak beraturan cenderung untuk menyerap
minyak dalam jumlah yang lebih banyak (Fellows, 2000).
Menurut Hui (1996), beberapa keuntungan sistem deep fat frying antara
lain (1) diperoleh produk dengan rasa, flavor, tekstur, dan mouthfeel yang
baik, (2) terbentuk lapisan (coating) yang akan membentuk kerenyahan, (3)
diperoleh produk dengan warna kecoklatan yang mengundang selera, (4)
terjadi penyerapan minyak kedalam bahan pangan yang berpengaruh terhadap
mouthfeel yang diinginkan, (5) produk yang telah digoreng mudah
-
21
direkonstruksi dalam penggorengan, oven konvensional, dan oven microwave,
(6) suhu penggorengan akan memberikan efek blanch pada produk, dan (7)
suhu penggorengan akan menghancurkan beberapa mikroorganisme.
Pada proses penggorengan skala industri, pemakaian suhu proses
disesuaikan dengan waktu perjalanan produk selama melewati minyak goreng.
Biasanya dengan suhu sekitar 177oC diperlukan waktu 1-2 menit untuk
menghasilkan produk yang matang (Fellows, 2000).
Menurut Hui (1996), beberapa proses yang terjadi selama penggorengan
metode deep fat frying adalah (1) air akan terevaporasi dari produk
mengakibatkan suhu permukaan produk meningkat, (2) produk akan
mengalami pemanasan hingga mencapai temperatur yang diinginkan untuk
memperoleh karakteristik yang diinginkan, (3) suhu permukaan produk
meningkat sehingga diperoleh warna yang coklat dan produk yang renyah (4)
produk akan mengalami perubahan dimensi (mengecil, membesar atau tetap),
(5) produk mengalami perubahan densitas yang menyebabkan produk
mengambang dan (6) perubahan sifat fisiko-kimia minyak dan kemampuan
transfer panas, menyebabkan perubahan kualitas produk.
I. INDIVIDUAL QUICK FREEZING (IQF)
Menurut Fellows (2000), pembekuan adalah unit operasi yang
menurunkan suhu bahan pangan sampai dibawah titik beku sehingga proporsi
air dalam bahan berubah bentuk menjadi kristal es. Perubahan bentuk air
menjadi kristal es menyebabkan turunya aktivitas air (aw). Quick freezing atau
pembekuan cepat adalah proses penurunan suhu produk sampai sekitar -20oC
dalam waktu 30 menit. Proses ini dapat dilakukan dengan melakukan kontak
bahan dengan refrigerant secara langsung atau tidak langsung (Jay, 2000).
Menurut Jay (2000), hal yang terjadi pada mikroorganisme selama
freezing adalah 1) terjadi kematian mikroba secara tiba-tiba dengan cepat,
tetapi bervariasi untuk setiap spesies mikroorganisme 2) bagian sel yang
berfungsi untuk bertahan hidup secara bertahap rusak 3) penurunan ini terjadi
secara cepat pada suhu freezing point, yaitu sekitar -2oC, dan lebih lambat
pada suhu yang lebih rendah lagi.
-
22
J. SERAT MAKANAN (DIETARY FIBER)
Trowel et. al (1976) mendefinisikan serat makanan sebagai komponen
bahan makanan nabati, termasuk komponen dinding sel (selulosa,
hemiselulosa, pektin, dan lignin) dan polisakarida intraseluler (gum dan
musilase) yang tahan terhadap proses hidrolisis oleh enzim pada sistem
pencernaan manusia. Serat makanan terbagi menjadi dua bagian, yaitu serat
makanan larut dalam air (soluble dietary fiber) dan serat makanan tidak larut
air (insoluble dietary fiber). Serat makanan larut terdiri atas gum, pektin dan
sebagian kecil hemiselulosa larut, sedangkan serat makanan tidak larut dalam
air terdiri atas selulosa, lignin, sebagian kecil kitin dan lilin tanaman serta
senyawa pektat yang tidak larut (Spiller, 2001).
Menurut Almatzier (2001), serat makanan larut air efektif dalam
menurunkan kolesterol plasma, efektif dalam mereduksi kadar LDL (Low
Density Lipopolysaccharides) serta meningkatkan kadar HDL (High Density
Lipopolysaccharides). Serat makanan larut air juga berperan dalam mereduksi
absorbsi glukosa dalam usus sehingga bermanfaat bagi penderita diabetes
melitus. Efek lain dari konsumsi serat makanan larut adalah membuat perut
terasa cepat kenyang. Hal ini dapat bermanfaat bagi mereka yang ingin
menurunkan berat badan.
Berbeda dengan serat makanan larut, serat makanan tidak larut air tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan sebagai agen hipokolesterolemik. Serat
makanan tidak larut berperan penting dalam pencegahan disfungsi alat
pencernaan seperti konstipasi, wasir/haemoroid (ambien), kanker usus besar,
infeksi usus buntu serta divertikulosis. Konsumsi serat makanan seperti
hemiselulosa, selulosa, pektin, dan lignin memperpendek waktu kontak
makanan dengan saluran pencernaan sehingga akan mengurangi resiko
terjadinya penyakit saluran pencernaan (Almatzier, 2001).
-
23
K. BETA KAROTEN
Sayuran dan buah-buahan yang berwarna kuning atau hijau biasanya
banyak mengandung karotenoid. Wortel, ubi jalar dan waluh kaya akan
karotenoid (Winarno, 1997).
Karotenoid adalah pigmen yang berwarna kuning sampai merah, larut
dalam lemak dan banyak terdapat di alam. Senyawa ini secara kimia terdiri
atas unit-unit isopren (Meyer, 1982). Karotenoid bersifat hidrofobik sehingga
senyawa tersebut tidak larut dalam lingkungan berair didalam sistem
gastrointestinal. Senyawa tersebut memerlukan pelarut lipid dan ditambah
garam empedu untuk dapat diserap kedalam enterosit. Diperkirakan absorbsi
karotenoid bervariasi dari sangat kecil sampai 95% (Wildman, 2001).
Di alam karotenoid terutama terdapat sebagai isomer trans. Bentuk trans
pada karotenoid memiliki derajat aktifitas vitamin A yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bentuk cis (Rodriguez-Amaya, 1997).
Jenis karotenoid yang sudah dikenal adalah -karoten, -karoten, -
karoten, xanthophyil, zeaxanthin, kriptoxanthin, crocetin, dan beberapa
turunan senyawa-senyawa tersebut. Jenis karoten yang banyak terdapat pada
wortel adalah -karoten (Meyer, 1982). Struktur kimia -karoten dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur kimia -karoten.
Didalam tubuh, satu molekul -karoten dapat dikonversikan menjadi
dua molekul vitamin A. Sedangkan -karoten, -karoten dan kriptoxanthin
hanya menghasilkan satu molekul vitamin A. Jenis karotenoid yang lain bukan
provitamin A (Meyer, 1982). Menurut Winarno (1997), satu retinol
-
24
equivalents (RE) senilai dengan 1 g retinol. Setiap 6g -karoten dan 12 g
karoten (mixed) diperkirakan mempunyai aktivitas biologis 1 RE.
Selain berfungsi sebagai provitamin A, sistem ikatan ganda yang
terkonjugasi dari -karoten dan karotenoid yang lain bertanggung jawab
terhadap sifat antioksidan. Sifat antioksidan tersebut dapat melawan tekanan
oksidatif yang berhubungan dengan penyakit kronik (Cadenas and Packer,
2002).
Berbagai teknik pemasakan berpotensi untuk meningkatkan
bioavailability karotenoid. Perlakuan panas yang terkontrol adalah salah satu
cara untuk meningkatkan bioavailability -karoten dari wortel. Lemak
menyediakan lingkungan lipofilik sehingga -karoten yang bersifat hidrofobik
akan bermigrasi dan meningkatkan bioavailability -karoten didalam produk.
(Deming et. al, 2002).
Meskipun perlakuan panas dapat meningkatkan bioavailability -
karoten dari wortel, proses tersebut juga dapat memicu terbentuknya isomer
cis dari -karoten. Tingkat isomerisasi cis tergantung pada suhu dan lama
pemanasan. Pemanasan yang berlebihan menyebabkan isomerisasi cis dan
oksidasi -karoten, sehingga menurunkan aktivitas vitamin A-nya dan
kemungkinan juga terjadi perubahan sifat biologis dari -karoten (Deming et.
al, 2002).
L. BIAYA PRODUKSI
Ada tiga unsur utama dalam biaya suatu produk : (1) bahan baku
langsung (direct materials), (2) tenaga kerja langsung (direct labor), dan (3)
biaya overhead pabrik (factory overhead). Bahan baku lansung adalah semua
bahan baku yang secara fisik bisa diidentifikasi sebagai bagian dari barang
jadi dan yang dapat ditelusuri pada barang jadi itu dengan cara yang sederhana
dan ekonomis. (Horngren, 1993).
Tenaga kerja langsung adalah seluruh tenaga kerja yang dapat ditelusuri
secara fisik pada barang jadi dengan cara yang ekonomis. Sedangkan biaya
overhead pabrik adalah semua biaya selain bahan baku langsung atau upah
langsung yang berkaitan dengan proses produksi (Horngren, 1993).
-
25
IV. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah wortel (Daucus
carota L) yang dibeli dari pasar tradisional dan flakes wortel dari PT. Foodex
Inti Ingredients. Bahan yang lain diperoleh dari PT. Charoen Pokphand
Indonesia-Chicken Processing Plant yaitu SBB (skinless boneless breast),
emulsi, phospat, maizena, tepung terigu, breader dan bumbu-bumbu. Bahan-
bahan yang digunakan untuk analisis kimia produk terpilih diperoleh dari stok
laboratorium di Institut Pertanian Bogor.
Alat yang digunakan dalam magang-penelitian ini adalah grinder,
mixer, deep fat fryer, oven, batter aplikator, breader aplikator, continous deep
fat fryer, Indivual Quick Freezing (IQF), peralatan untuk uji organoleptik, dan
peralatan untuk analisis kimia. Semua alat tersebut tersedia di PT. Charoen
Pokphand Indonesia-Chicken Processing Plant. Peralatan untuk analisis kimia
tersedia di laboratorium di Institut Pertanian Bogor.
B. METODE PENELITIAN
Kegiatan magang-penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap
persiapan, tahap penelitian pendahuluan, dan tahap penelitian utama. Tahap
persiapan meliputi penyiapan bahan baku dan bahan tambahan untuk
pembuatan chicken nugget, termasuk pembuatan flake wortel. Penelitian
pendahuluan meliputi uji threshold bumbu, formulasi bumbu chicken nugget,
formulasi penambahan guar gum pada batter. Penelitian utama meliputi
formulasi penambahan flakes wortel pada chicken nugget, uji organoleptik,
optimasi formula, uji organoleptik optimasi, analisis proksimat, analisis serat
makanan dan analisis total karoten produk chicken nugget vegetable formula
terpilih.
-
26
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan pada kegiatan magang-penelitian ini yaitu
penyiapan bahan-bahan pembuatan chicken nugget vegetable. Selain itu
juga dipelajari proses pembuatan chicken nugget vegetable berdasarkan
proses produksi chicken nugget yang telah ada di PT. Charoen Pokphand
Indonesia-Chicken Processing Plant.
Bahan-bahan yang harus dipersiapkan adalah meliputi raw material
(SBB, emulsi, flakes wortel), ingridient, batter dan breader. Bahan-bahan
tersebut telah tersedia di PT. Charoen Pokphand Indonesia-Chicken
Processing Plant. Sementara itu, flakes wortel hasil pengeringan harus
dibuat terlebih dahulu.
Pembuatan flakes wortel dilakukan dengan menggunakan oven suhu
70 oC selama kurang lebih enam jam (Luh dan Roof, 1997). Diagram alir
pembuatan flakes wortel dapat dilihat pada Gambar 2. Flakes wortel hasil
pengeringan kemudian diukur kadar airnya dengan metode oven (AOAC,
1995).
b. Penelitian Pendahuluan
1). Uji threshold bumbu dasar
Uji threshold (ambang batas) dilakukan pada bumbu yang akan
digunakan untuk pembuatan chicken nugget. Uji threshold dimaksudkan
untuk mengetahui jumlah bumbu minimal yang sudah dapat dirasakan
oleh lidah panelis sehingga penambahan bumbu dalam pembuatan chicken
nugget bisa dilakukan sehemat mungkin. Bumbu yang diuji threshold
adalah bawang putih, lada, MSG dan garam. Cara melakukan uji threshold
adalah dengan mengujikan bumbu yang dilarutkan dalam air dengan
konsentrasi yang berbeda-beda kepada 25 orang panelis. Konsentrasi
bumbu yang ditambahkan bervariasi mulai dari yang kecil sampai besar.
-
27
wortel segar
pencucian (washing)
pengupasan (peeling)
pencucian (washing)
pemotongan ukuran besar (trimming)
penyortiran
pemotongan ukuran kecil
pencucian (washing)
blansir (blanching), suhu 80oC, 5 menit
pengeringan (drying), suhu 70oC, 5 jam
flakes wortel
Gambar 2. Diagram alir proses pembuatan flakes wortel menurut Luh dan Roof (1997) yang dimodifikasi.
-
28
Panelis diminta untuk mengidentifikasi apakah dalam masing-masing
larutan sudah dapat dirasakan bumbu yang dimaksud. Berdasarkan
hasil uji tersebut, kemudian ditentukan best estimate threshold (BET)
individu. Setelah itu ditentukan konsentrasi threshold bumbu
(Meilgaard et. al. 1999). Rumus perhitungan BET individu dan
konsentrasi threshold yaitu :
BET individu = (axb)
keterangan :
a : konsentrasi sampel terkecil yang dapat dideteksi panelis
b : konsentrasi sampel terbesar yang tidak dapat dideteksi panelis
log BET individu Konsentrasi threshold = anti log
Jumlah panelis
2). Formulasi bumbu dasar chicken nugget. Cara pemilihan formulasi bumbu dasar chicken nugget yang
tepat dilakukan dengan mengaplikasikan kombinasi bumbu sebanyak
konsentrasi hasil uji threshold kemudian dilakukan perbaikan formula
sampai ditemukan formula bumbu yang tepat. Pemilihan formula
bumbu dilakukan dengan metode pendekatan subyektif (trial and
error). Atribut mutu yang digunakan untuk dasar pemilihan formula
terbaik adalah rasa, aroma, dan tekstur. Hasil terbaik dari formulasi
bumbu ini digunakan untuk penelitian selanjutnya.
3). Formulasi penambahan guar gum pada batter
Banyak komponen hidrokoloid seperti gum digunakan dalam
pembuatan batter. Hidrokoloid dapat berfungsi untuk mengontrol
kekentalan (viskositas) dan daya ikat air (Davis, 1983). Selain itu
penambahan guar gum pada chicken nugget vegetable juga menjadi
salah satu upaya meningkatkan kandungan serat.
-
29
Formulasi penambahan guar gum bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penambahan guar gum terhadap viskositas batter. Analisis
data dilakukan dengan menggunakan analisis sidik ragam. Metode
pengujian yang digunakan adalah One Way ANOVA.
Sementara itu pemilihan formula batter dengan penambahan
guar gum dilakukan dengan metode pendekatan subyektif (trial and
error). Formula batter terbaik akan digunakan untuk penelitian
selanjutnya. Jumlah penambahan guar gum pada batter yang dicoba
adalah 0%; 0,25% dan 0,5%.
c. Penelitian Utama
1). Formulasi penambahan flakes wortel pada chicken nugget
Tahap ini adalah tahap terpenting dalam kegiatan magang-
penelitian ini. Formula yang dicoba pada tahap ini ada sembilan.
Formula yang dibuat yaitu penambahan flakes wortel sebanyak 1/2 %,
1%, 2%, 3% untuk wortel hasil pengeringan, 1/2 %, 1%, 2%, 3% untuk
wortel dari PT. Foodex Inti Ingredients dan satu formula tanpa
penambahan flakes wortel.
Sebelum ditambahkan, wortel direndam terlebih dahulu dengan
air hangat suhu 65oC selama 15 menit. Tujuan perendaman ini adalah
untuk memperbaiki bentuk dan tekstur wortel sehingga kembali seperti
wortel segar.
Proses pembuatan chicken nugget vegetable skala laboratorium
mengacu pada proses pembuatan chicken nugget skala industri di PT.
Charoen Pokphand Indonesia-Chicken Processing Plant. Spesifikasi
dan perlakuan pembuatan chicken nugget vegetable skala laboratorium
dibuat mendekati proses produksi chicken nugget yang sebenarnya
pada skala industri. Gambar 4 menunjukkan diagram alir proses
pembuatan chicken nugget skala industi dan proses pembuatan chicken
nugget vegetable skala laboratorium.
-
30
SBB
(T=0-10oC)
Grinding
Premix Emulsi
Cold mixing (T setelah mixing=(-5)-(-3))
Forming
Battering
Breading
Continous deep fat frying (T aktual =160-170oC)
(Suhu pusat produk = 75-80oC)
Freezing
Nugget
Packing
Metal detector
SBB
(T=0-10oC)
Grinding Ingridient flakes Emulsi wortel Perendaman
Mixing manual
Freezing (T setelah freezing=(-5)-(-3))
Dicetak manual
Aplikasi batter manual
Aplikasi breader manual
Digoreng manual
(T aktual =160-170oC) (Suhu pusat produk = 75-80oC)
Freezing
Nugget
Analisis
Gambar 3. Proses pembuatan chicken nugget skala industri (kiri) dan
proses pembuatan chicken nugget vegetable skala laboratorium (kanan).
Packing Carton
-
31
2). Uji organoleptik
Uji organoleptik bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan
(preferensi) panelis terhadap formula chicken nugget vegetable.
Metode yang digunakan adalah uji hedonik dengan atribut yang dinilai
adalah keseluruhan produk (overall). Skor yang digunakan pada uji
hedonik ini adalah 1 sampai 7. Skor 1 berarti sangat tidak suka
sedangkan skor 7 berarti sangat suka. Panelis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah panelis agak terlatih dengan jumlah 30 orang.
Metode analisis yang digunakan adalah ANOVA (Analysis of
Variance) dengan menggunakan program SPSS 12. Uji lanjutan yang
digunakan adalah uji Duncan.
3). Optimasi formulasi
Tahap perbaikan formulasi adalah upaya untuk meningkatkan
penerimaaan terhadap chicken nugget vegetable terpilih. Perbaikan
formulasi dilakukan terhadap atribut mutu chicken nugget vegetable,
terutama rasa, dan aroma. Perbaikan ini dilakukan berdasarkan
komentar yang diberikan panelis pada saat uji organoleptik.
4). Uji organoleptik optimasi
Uji organoleptik optimasi bertujuan untuk mengetahui preferensi
(kesukaan) konsumen terhadap sampel chicken nugget yang belum
dilakukan perbaikan formulasi dan yang telah dilakukan perbaikan
formulasi. Metode uji organoleptik yang digunakan adalah simple
ranking test. Pada uji ini panelis diminta mengurutkan sampel dari
yang paling disukai sampai sampel yang paling tidak disukai. Dengan
demikian dapat diketahui sampel yang paling disukai panelis.
Data simple rangking test dianalisis dengan Friedmens Test
dengan menggunakan program SPSS 12. Uji lanjutan yang digunakan
adalah Fishers Least Significant Difference ranking (LSD rangking).
Cara menganalisisnya adalah membandingkan selisih jumlah rangking
dua sampel dengan nilai LSD rangking. Apabila selisih jumlah
-
32
rangking dua sampel lebih besar dari pada nilai LSD rangking, maka
kedua sampel tersebut berbeda nyata pada selang kepercayaan
(Meilgaard et. al, 1999).
Rumus perhitungan LSD rangking adalah sebagai berikut:
LSD rangking = t/2, [bt (t+1)/6]
Keterangan : b = jumlah panelis
t = jumlah sampel = 0,05 t /2, = 1,960 (untuk =0,05)
5). Aplikasi mesin batter aplikator, breader aplikator, continous deep fat fryer, dan individual quick freezing.
Tujuan aplikasi ini adalah untuk mengetahui spesifikasi proses
yang dapat digunakan dalam produksi chicken nugget vegetable. Pada
tahap ini juga diamati jumlah pick up batter dan pick up breader,
frying loss dan freezing loss pada chicken nugget vegetable.
Pada tahap ini, chicken nugget vegetable dicetak secara manual.
Setelah dicetak, produk langsung dijalankan diatas konveyor
mengikuti line produksi chicken nugget yang ada di PT. Charoen
Pokphand Indonesia-Chicken Processing Plant, mulai batter aplikator,
breader aplikator, continous deep fat fryer, dan individual quick
freezing.
Spesifikasi proses yang digunakan sama seperti pada produksi
chicken nugget merk X. Selama proses, diamati apakah spesifikasi
proses (setting point) yang digunakan menghasilkan produk dengan
standar yang telah ditentukan perusahaan.
-
33
Rumus perhitungan pick up batter dan pick up breader, frying
loss dan freezing loss adalah sebagai berikut :
Wb-Wa pick up batter = x 100% Wa
Wc-Wb pick up breader = x 100% Wc
Wd-Wc frying loss = x 100% Wd
We-Wd freezing loss = x 100% We
Keterangan :
Wa = berat nugget sebelum battering (g)
Wb = berat nugget sesudah battering, sebelum breading (g)
Wc = berat nugget sesudah breading, sebelum digoreng (g)
Wd = berat nugget setelah digoreng, sebelum freezing (g)
We = berat nugget setelah freezing (g)
6). Analisis proksimat chicken nugget vegetable
Analisis proksimat dilakukan pada chicken nugget vegetable
formula terpilih dan pada chicken nugget tanpa penambahan flakes
wortel. Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui kandungan
protein, lemak, air, abu dan karbohidrat. Penentuan kadar karbohidrat
dilakukan secara by difference. Metode yang digunakan adalah sebagai
berikut :
-
34
6.1) Kadar air, metode oven (AOAC, 1995) Sejumlah sampel (kurang lebih 5 gram) dimasukkan
kedalam cawan yang telah diketahui beratnya. Kemudian cawan
yang dimasukkan kedalam oven bersuhu 100oC hingga diperoleh
berat yang konstan. Perhitungan kadar air dilakukan dengan
menggunakan rumus :
c-(a-b) Kadar air (%) = x 100%
c
Keterangan : a = berat cawan dan sampel akhir (g) b = berat cawan (g) c = berat sampel awal (g)
6.2) Kadar abu, metode pengabuan kering (AOAC, 1995)
Cawan porselin dikeringkan dalam tanur bersuhu 400oC -
600oC, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang.
Sebanyak 3-5 gram sampel ditimbang dan dimasukan kedalam
cawan porselin. Selanjutnya sampel dipijarkan diatas nyala
pembakar bunsen sampai tidak berasap lagi, kemudian
dilakukan pengabuan di dalam tanur listrik pada suhu 400-600oC
selama 4-6 jam atau sampai terbentuk berwarna putih.
Kemudian sampel didinginkan dalam desikator, selanjutnya
ditimbang. Rumus perhitungan kadar abu :
berat abu (g) Kadar Abu (%) = x 100%
berat sampel (g)
6.3) Kadar lemak, metode soxhlet (AOAC, 1995)
Labu lemak yang akan digunakan dikeringkan dalam oven
bersuhu 100-110oC, didinginkan dalam desikator, dan
ditimbang. Sampel dalam bentuk tepung ditimbang sebanyak 5
gram dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam
alat ekstraksi (soxhlet), yang berisi pelarut (dietil eter atau
heksana).
-
35
Reflux dilakukan selama 5 jam (minimum) dan pelarut
yang ada di dalam labu lemak didistilasi. Selanjutnya labu lemak
yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada
suhu 100oC hingga beratnya konstan, didinginkan dalam
desikator, dan ditimbang. Cara perhitungan kadar lemak :
berat lemak (g)
Kadar lemak (%) = x 100% berat sampel (g)
6.4) Kadar protein, metode mikro-kjeldahl (AOAC, 1995)
Sejumlah kecil sampel (kira-kira membutuhkan 3-10 ml
HCl 0,01 N atau 0,02 N) yaitu sekitar 0,1 gram ditimbang dan
diletakkan ke dalam labu kjeldhal 30 ml. Kemudian
ditambahkan 1,9 g K2SO4, 40 mg HgO, dan 2 ml H2SO4. Sampel
didihkan selama 1- 1,5 jam sampai cairan menjadi