ex proposal
DESCRIPTION
proposalTRANSCRIPT
USULAN SKRIPSIJUDUL SKRIPSI
OLEH :
SUGENG BUDI SOLIHAN111.020.158
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2005
HALAMAN PENGESAHAN
Usulan Tugas Akhir
Diajukan sebagai syarat untuk melakukan penelitian dalam rangka menempuh
Tugas Akhir pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional “veteran” Yogyakarta.
Yogyakarta, 20 Juni 2005
Hormat kami, Dosen Pembimbing
Rahmad Jamhari Ir. Suprapto,M.T
NIM : 111.020.158 NIP : 030 217 240
Ketua Jurusan Teknik Geologi,FTM UPN “Veteran “ Yogyakarta
Ir. Joko Soesilo, MT
NIP : 030 184 997
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
karunia dan rahmatnya, sehingga proposal tugas akhir ini dapat terselesaikan.
Pembuatan proposal tugas akhir ini sebagai langkah awal sebelum mengadakan
penelitian yang dimulai dari penelitian lapangan, dan berakhir dengan penyusunan
tugas akhir yang merupakan syarat akademik guna menyelesaikan jenjang strata 1
(S1) pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Usulan Tugas Akhir ini berjudul X , yang membahas kondisi geologi daerah telitian,
serta metode-metode yang akan digunakan pada saat melakukan penelitian.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah banyak membari dukungan sehingga tersusunnya usulan tugas akhir ini.
Dalam penyusunan tugas akhir ini penyusun merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan, oleh sebab itu penyusun membutuhkan kritik, saran, dan bimbingan yang
bersifat membangun dari pembaca.
Akhir kata penulis berharap semoga proposal ini dapat berguna bagi kita semua.
Yogyakarta, 20 April 2005
Penyusun
Rahmad Jamhari
POTENSI BATUBARA DI DAERAH KONSESI
P.T. TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM (PERSERO)
SUMATERA SELATAN
I. PENDAHULUAN
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta merupakan salah
satu Universitas Swasta di Yogyakarta. Universitas ini didirikan pada tahun 1958
dengan visi kejuangan, mempunyai Jurusan Teknik Geologi yang berada di bawah
Fakultas Teknologi Mineral. Sesuai kurikulum pada Jurusan Teknik Geologi, untuk
mencapai gelar kesarjanaan progam pendidikan strata 1 (S – 1) dalam bidang Teknik
Geologi, maka bagi mahasiswa diwajibkan untuk melakukan tugas akhir (skripsi)
yang meliputi pemetaan geologi permukaan atau studi khusus.
Pada saat ini mahasiswa dituntut untuk tanggap dan selalu mengikuti
perkembangan dunia geologi baik melalui literatur, majalah, jurnal dan praktek
langsung di lapangan. P.T. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) sebagai salah
satu perusahaan tambang batubara diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi
mahasiswa untuk melakukan tugas akhir (skripsi) pada daerah konsesinya dengan
dengan memberikan dukungan sponsor. Dengan hal ini link dan match antara P.T.
Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) dengan lembaga pendidikan khususnya
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Yogyakarta dapat terjalin baik dan
berkesinambungan. Akhirnya diharapkan mahasiswa dapat merespon perkembangan
geologi baik dalam teori dan praktek maupun pengetahuan tentang eksplorasi
batubara.
II. LATAR BELAKANG MASALAH
Topik permasalahan yang akan diangkat pada skrisi ini adalah :
1. Lapisan batubara pada formasi-formasi yang mengandung batubara di cekungan
Sumatera Selatan umumnya berupa multiple seam. Demikian juga dengan lapisan
batubara di P.T. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero).
2. Produk batubara di P.T. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) terdiri dari high
sulphur dan low sulphur, atas dasar kenyataan kondisi endapan batubara yang
ada di P.T. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), tidak menutup
kemungkinan munculnya permasalahan geometri lapisan batubara dan kualitas
batubara.
III. LANDASAN TEORI
Lapisan batubara umumnya dicirikan mempunyai koefisien variasi rendah
dengan geometri dan distribusi kadar sederhana, unsur-unsur utamanya mudah
dievaluasi, sedangkan unsur-unsur minor sulit dievaluasi, dilusi internal dan dilusi
tepi seringkali menimbulkan masalah. Secara umum geometri lapisan batubara
memang lebih sederhana bila dibandingkan dengan endapan mineral yang lain (Spero
Carras, 1984 dalam B. Kuncoro 2000). Tetapi kenyataan di lapangan, selain
ditemukan sebagai lapisan yang melampar luas dengan ketebalan menerus dan dalam
urutan yang teratur, juga dijumpai lapisan batubara yang tersebar tidak teratur, tidak
menerus, menebal, menipis, terpisah dan melengkung dengan geometri yang
bervariasi. Maka geometri menjadi perlu dipelajari dan dipahami secara baik karena
merupakan salah satu aspek penting di dalam usaha mengembangkan industri
pertambangan batubara. Adapun perameter geometri lapisan batubara harus dikaitkan
dengan kondisi penambangannya, karena hasil pemetaan mengenai geometri lapisan
batubara akan menjadi dasar untuk tahap berikutnya, yaitu tahap penambangan.
Pembagian parameter geometri lapisan batubara (Jeremic, 1985 dalam B. Kuncoro
2000) ini didasarkan pada hubungannya dengan terdapatnya lapisan batubara
ditambang dan kestabilan lapisannya meliputi :
a. Ketebalan lapisan batubara : (a) sangat tipis, apabila tebalnya kurang dari 0,5 m,
(b) tipis 0,5-1,5 m, (c) sedang 1,5-3,5 m, (d) tebal 3,5-25 m, dan (e) sangat tebal,
apabila >25 m.
b. Kemiringan lapisan batubara: (a) lapisan horisontal, (b) lapisan landai, bila
kemiringannya kurang dari 25, (c) lapisan miring, kemiringannya berkisar 25-
45, (d) lapisan miring curam, kemiringannya berkisar 45-75, dan (e) vertikal.
c. Pola kedudukan lapisan batubara atau sebarannya: (a) teratur dan (b)tidak teratur.
d. Kemenerusan lapisan batubara: (a) ratusan meter, (b) ribuan meter 5-10 km, dan
menerus sampai lebih dari 200 km.
Selanjutnya agar geometri lapisan batubara menjadi berarti dan menunjang untuk
perhitungan cadangan, bahkan sampai pada tahap perencanaan tambang,
penambangan, pencucian, pengangkutan, penumpukan, maupun pemasaran, maka
menurut B. Kuncoro (2000) parameternya adalah :
1. Ketebalan
Ketebalan lapisan batubara adalah unsur penting yang langsung berhubungan
dengan perhitungan cadangan, perencanaan produksi, sistem penambangan
dan umur tambang. Oleh karena itu perlu diketahui faktor pengendali
terjadinya kecenderungan arah perubahan ketebalan, penipisan, pembajian,
splitting dan kapan terjadinya. Apakah terjadi selama proses pengendapan,
antara lain akibat perubahan kecepatan akumulasi batubara, perbedaan
morfologi dasar cekungan, hadirnya channel, sesar, dan proses karst atau
terjadi setelah pengendapan, antara lain karena sesar atau erosi permukaan.
Pengertian tebal lapisan batubara tersebut termasuk parting, (gross coal
thickness), tebal lapisan batubara tidak temasuk parting (net coal thickness),
tebal lapisan batubara yang ditambang (mineable thickness).
2. Kemiringan
Besarnya kemiringan lapisan batubara berpengaruh terhadap perhitungan
cadangan ekonomis dan sistem penambangan. Besarnya kemiringan harus
berdasarkan hasil pengukuran dengan akurasi tinggi. Dianjurkan pengukuran
kedudukan lapisan batubara menggunakan kompas dengan metode dip
direction sekaligus harus mempertimbangkan kedudukan lapisan batuan yang
mengapitnya (interburden).
Pengertian kemiringan, selain besarnya kemiringan lapisan juga masih perlu
dijelaskan :
a. Apakah pola kemiringan lapisan batubara tersebut bersifat menerus dan
sama besarnya sepanjang cross strike maupun on strike atau hanya bersifat
setempat.
b. Apakah pola kemiringan lapisan batubara tersebut membentuk pola linier,
pola lengkung, atau pola luasan.
c. Mengenai faktor – faktor pengendalinya.
3. Pola sebaran lapisan batubara
Pola sebaran lapisan batubara akan berpengaruh pada penentuan batas
perhitungan cadangan dan pembagian blok penambangan. Oleh karena itu,
faktor pengendalinya harus diketahui, yaitu apakah dikendalikan oleh struktur
lipatan (antiklin, sinklin, menunjam), homoklin, struktur sesar dengan pola
tertentu atau dengan pensesaran yang kuat.
4. Kemenerusan lapisan batubara
Selain jarak kemenerusan, maka faktor pengendalinya juga perlu diketahui,
yaitu apakah kemenerusannya dibatasi oleh proses pengendapan, split, sesar,
intrusi atau erosi.
Misal pada split, kemenerusan lapisan batubara dapat terbelah oleh bentuk
membaji dari lapisan sedimen bukan batubara. Berdasarkan penyebabnya
dapat karena proses sedimentasi (autosedimentational split) atau tektonik yang
ditujukan oleh perbedaan penurunan dasar cekungan yang mencolok akibat
sesar ( Werbroke, 1981 dalam Diessel, 1992). Oleh karena itu, pemahaman
yang baik tentang split akan sangat membantu pada :
a. Kegiatan eksplorasi untuk menentukan sebaran lapisan batubara dan
penentuan perhitungan cadangan.
b. Kegiatan penambangan hadirnya split dengan kemiringan sekitar 450 yang
umumnya disertai dengan perubahan kekompakkan batuan, maka akan
menimbulkan masalah dalam kegatan tambang terbuka, kestabilan lereng,
dan kestabilan atap pada operasi penambangan bawah tanah.
5. Keteraturan lapisan batubara
Keteraturan lapisan batubara ditentukan oleh pola kedudukan lapisan batubara
(jurus dan kemiringan) artinya :
a. Apakah pola lapisan batubara dipermukaan (crop line) menunjukkan pola
teratur (garis lurus, melengkung/meliuk pada elevasi yang hampir sama)
atau membentuk pola yang tidak teratur (garis yang tidak menerus,
melengkung/meliuk pada elevasi yang tidak sama).
b. Apakah bidang lapisan batubara membentuk bidang permukaan yang
hampir rata, bergelombang lemah atau bergelombang kuat)
c. Juga harus dipahami faktor pengendali keteraturan lapisan batubara.
6. Bentuk lapisan batubara
Merupakan perbandingan antara tebal lapisan batubara dan kemenerusannya,
apakah melembar, membaji, melensa atau bongkah. Bentuk melembar
merupakan bentuk yang umum dijumpai, oleh karena itu selain bentuk
melembar, maka perlu dijelaskan faktor-faktor pengendalinya.
7. Roof dan Floor
Kondisi roof dan floor, meliputi jenis batuannya, kekerasan, jenis kontak,
kandungan karbonannya, bahkan sampai tingkat kerekatannya dalam kondisi
kering maupun basah. Kontak batubara dengan roof merupakan fungsi dari
proses pengendapannya pada kontak yang tegas menunjukan proses yang tiba-
tiba, sebaliknya pada proses yang berlangsung lambat diperlihatkan oleh
kontak yang berangsur kandungan karbonnya. Roof banyak mengandung fosil,
sehingga baik untuk korelasi.
Litologi pada floor lebih bervariasi, seperti serpih, batulempung, bataulanau,
batupasir, batugamping, atau soil yang umumnya masif. Bila berupa seat
earth umumnya mengandung akar tumbuhan, berwarna abu-abu cerah sampai
coklat, plastis, merupakan tanah purba tempat tumbuhan hidup, tidak
mengandung alkali, kandungan kalium dan besi rendah. Terjadi karaena
proses perlindihan oleh air yang jenuh asam humik dari pembusukan tanaman.
Seat earth untuk istilah umum untuk batuan berbutir kasar maupun halus yang
mengandung akar tumbuhan dalam posisi tumbuh dan berada di bawah
lapisan batubara. Beberapa istilah lain untuk seat earth antara lain seat rock,
underclay, fireclay, atau gannister dengan ketebalan bervariasi, dari beberapa
cm sampai beberapa meter.
8. Cleat
Cleat adalah kekar di dalam lapisan batubara, khususnya pada batubara
bituminous yang ditunjukkan oleh serangkaian kekar yang sejajar, umumnya
mempunyai orientasi yang berbeda dengan kedudukan lapisan batubara.
Adanya cleat dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: mekanisme
pengendapan, petrografi batubara, derajat batubara, tektonik (struktur
geologi), dan aktivitas penambangan.
Berdasarkan genesanya dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Endogenous cleat, dibentuk oleh adanya gaya internal akibat
pengeringan atau penyusutan material organik. Umunya tagak lurus
bidang perlapisan sehingga bidang kekar cenderung membagi lapisan
batubara menjadi fragmen-fragmen tipis yang tabular.
b. Exogenic cleat, dibentuk oleh gaya ekternal yang berhubungan dengan
kejadian tektonik. Mekanismenya tergantung dari karakteristik lapisan
pembawa batubara. Cleat ini terorientasi pada arah tegasan utama dan
terdiri dari dua pasang kekar yang saling memebentuk sudut.
c. Induced cleat, bersifat lokal akibat proses penambangan dengan adanya
perpindahan beban kedalam struktur tambang. Frekuensi induced cleat
tergantung pada tata letak tambang dan macam teknologi penambangan
yang digunakan.
Berdasarkan bentuknya dapat dikelompokan menjadi lima, yaitu :
a. Bentuk kubus, umunya pada endogenous cleat yang berderajat rendah.
b. Bentuk laminasi pada exogenic cleat berupa perselingan antara
batubara keras dan lunak atau antara durain dan vitrain.
c. Bentuk tidak menerus, berhubungan endogenous cleat dan exogenic
cleat.
d. Bentuk menerus, berhungan dengan struktur geologi akibat
penambangan.
e. Bentuk bongkah yang disebabkan oleh kejadian tektonik.
Besarnya pengaruh cleat menjadi penting untuk dipelajari dan diketahui
karena kehadiran dan orientasi cleat antara lain akan mempengaruhi
pemilihan tata letak tambang, arah penambangan, penerapan teknologi
penambangan, proses pengolahan batubara, penumpukan batubara, dan
bahkan pemasaran batubara (mulai fine coal sampai lumpy coal).
Oleh karena itu, perekaman data cleat tidak hanya terbatas pada kedudukan
dan kisaran jarak antar cleat, tetapi perlu dilengkapi dengan merekam jenis,
pengisi, pengendali terbentuknya, karakteristik karakternya, dan jarak
dominan cleat.
9. Pelapukan
Tingkat pelapukan penting karena berhubungan dengan dimensi lapisan
batubara, kualitas, perhitungan cadangan dan penambangannya. Oleh karena
itu karakteristik pelapukan dan batas pelapukan harus ditentukan. Pada
batubara lapuk selain harus ditentukan batasnya dengan batubara segar, juga
berpengaruh pada pengukuran tebalnya. Kondisi ini umumnya dijumpai pada
batubara dengan kandungan abu dan moisture tinggi.
Untuk kualitas batubara khususnya masalah kandungan sulfur umumnya
terjadi pada batubara yang berasosiasi dengan kondisi marin. Material pirit khususnya
yang berbentuk framboidal, banyak melimpah pada lapisan-lapisan yang ditutupi
secara langsung oleh stratum marine (William & Keith, 1963 dalam B. Kuncoro
1996).
Lapisan yang terakumulasi pada daerah yang berkondisi marin, seperti
lingkungan back barrier dan lower delta plain yang lebih banyak ditumpangi oleh
sedimen-sedimen marin atau brackish daripada lingkungan upper delta plain atau
lingkungan fluviatil dan sebagian terdiri dari pirit framboidal.
Menurut Caruccio et al (1977) dalam B. Kuncoro 1996, kandungan sulfur
yang hadir sebagai markasit atau pirit terjadi dalam bentuk butiran euhedral, massa
berbutir kasar (lebih besar dari 25 mikron) yang menggantikan material asli tanaman,
berupa massa lembaran (platy) yang mengisi cleat atau rekahan dan framboidal pirit.
Dari hasil penelitian sulfur pirit berbentuk framboidal dihasilkan karena pengurangan
sulfur oleh mikroba organisma yang dijumpai di lingkungan marin hingga air payau
dan tidak pada air tawar.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Geometri lapisan batubara dan kualitas batubara dipengaruhi oleh proses-
proses geologi yang bekerja sebelum, bersamaan atau setelah pembentukan
batubara.
2. Proses-proses geologi tersebut antara lain kendali tektonik, struktur geologi
dan lingkungan pengendapan.
IV. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah yang dapat dimunculkan adalah :
1. Kendali geologi apa saja yang dominan dan berpengaruh besar terhadap
geometri lapisan batubara dan kualitas batubara.
2. Bagaimana pengaruh kendali geologi terhadap geometri lapisan batubara dan
kualitas batubara yang terdapat di daerah konsesi P.T. Tambang Batubara
Bukit Asam (Persero).
V. TUJUAN PENELITIAN
1. Menentukan kondisi kendali geologi yang berpengaruh terhadap geometri
lapisan batubara dan kualitas batubara di P.T. Tambang Batubara Bukit Asam
(Persero).
2. Mengetahui pengaruh kondisi geologi tesebut terhadap geometri dan kualitas
lapisan batubara (kandungan sulfur).
3. Membuat model geologi batubara yang berhubungan dengan geometri lapisan
batubara dan kualitas batubara.
VI. KEGUNAAN HASIL PENELITIAN
Kegunaan penelitian bagi perusahaan :
1. Tersedianya model geologi batubara untuk geometri lapisan batubara dan
kualitas batubara .
2. Dari pemahaman yang baik mengenai geometri dan kualitas batubara maka
akan sangat membantu bagi perusahaan dalam menentukan :
- evaluasi pada akhir tahap eksplorasi
- perencanaan pengembangan dan perluasan pemetaan
- sebaran kualitas dan sekaligus kuantitas
- keputusan mendirikan usaha pertambangan
- perencanaan eksploitasi
Kegunaan bagi mahasiswa:
Akan mengetahui hubungan antar kendali geologi yang dominan yang akan
berpengaruh besar terhadap geometri lapisan batubara dan kualitas batubara.
VII. HIPOTESA KERJA
Aspek geometri lapisan batubara dan kualitas batubara pada suatu cekungan
batubara dikendalikan oleh proses-proses geologi yang dominan dan yang
berpengaruh besar sebelum, sesudah atau setelah pembentukan batubara berlangsung
yaitu kendali tektonik dan lingkungan pengendapan.
Konsesi P.T. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) berada di cekungan
Sumatera Selatan yang merupakan cekungan penghasil batubara. Dengan demikian
kendali posisi terhadap sesar, lipatan, lingkungan pengendapan dan kecepatan
penurunan dasar cekungan yang berlangsung di cekungan Sumatera Selatan akan
berpengaruh terhadap aspek geometri dan kualitas batubara.
VIII. PENDEKATAN
Dilakukan pendekatan-pendekatan yaitu :
1. Pendekatan karakteristik dan pola struktur geologi.
2. Pendekatan lingkungan pengendapan.
IX. JENIS DATA DAN METODE
Jenis dan pemrosesan data dilakukan dari data yang dihimpun dari daerah
penelitian secara regional dan detail, meliputi :
a. Peta geologi detail yang diproses menjadi peta geologi detail penelitian skala
1 : 12.500 dan penampang geologi.
b. Pengukuran penampang stratigrafi terukur diproses menjadi penampang
stratigrafi.
c. Pengukuran tebal lapisan batubara
d. Pengukuran kedudukan (jurus dan kemiringan) lapisan batubara
e. Pengamatan singkapan batubara kemudian diproses menjadi profil singkapan
batubara.
f. Pengukuran cleat pada lapisan batubara
g. Pengamatan kontak roof dan floor pada lapisan batubara
h. Dikenalinya pola sebaran batubara
i. Diketahuinya data kualitas batubara
j. Data log dan data core.
Analisa data berdasarkan data yang telah diproses di atas, yaitu dengan :
1. Menggabungkan peta geologi detail yang sudah ada dengan perolehan data
baru menjadi peta geologi detail penelitian.
2. Menggabungkan hasil pengukuran penampang stratigrafi, profil singkapan,
dan log bor untuk menentukan stratigrafi detail daerah penelitian.
3. Membuat korelasi penampang bor untuk mengetahui lapisan batubara di
bawah permukaan.
4. Menghubungkan data kualitas menjadi peta kualitas.
5. Analisa hubungan kendali geologi dan lingkungan pengendapan terhadap
aspek kualitas dan geometri lapisan batubara.
X. HASIL YANG DIHARAPKAN
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Peta singkapan dan lokasi pengamatan.
2. Peta geologi dan penampang geologi.
3. Penampang stratigrafi dan profil singkapan.
4. Peta kontur struktur tiap seam.
5. Peta isopach, isosulphur, isocal, isomoisi, isocores, isovolatil batubara.
6. Peta-peta kualitas batubara
XI. ORGANISASI PENELITIAN
1. Tempat pelaksanaan
Untuk tempat pelaksanaan Tugas Akhir (skripsi) adalah di konsesi P.T.
Tambang Batubara Bukit Asam (Persero).
2. Sarana dan prasarana
Selama melaksanakan Tugas Akhir, penulis memerlukan beberapa fasilitas
perlengkapan pendukung.
Perlengkapan dan fasilitas pendukung itu antara lain :
A. Perijinan
B. Asuransi
C. Akomodasi dan transportasi
Akomodasi dan transportasi yang diperlukan adalah :
1. Biaya perjalanan dari Yogyakarta ke daerah penelitian untuk 1 mahasiswa
yang akan melakukan Tugas Akhir.
2. Biaya perjalanan dari Yogyakarta ke daerah penelitian untuk 1 (satu) dosen
pembimbing lapangan pada waktu checking.
3. Tempat tinggal dan konsumsi selama dua bulan untuk mahasiswa yang akan
melakukan tugas akhir.
D. Perlengkapan penelitian
1. Peta Topografi daerah telitian.
2. Palu geologi dan kompas geologi.
3. Data-data perusahaan yang diperlukan untuk kelancaran penelitian.
4. Fasilitas laboratorium untuk analisa contoh.
5. Perlengkapan komputer untuk olah data.
E. Pembimbing lapangan
Untuk kelancaran penyelesaian Skripsi, penulis berharap mendapatkan seorang
pembimbing lapangan dari perusahaan. Sedangkan untuk pembimbing di kampus
kami telah mendapatkan salah satu staff pengajar pada Jurusan Teknik Geologi,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
F. Rencana jadwal penelitian
Rencana penelitian ini akan disesuaikan dengan jadwal dari perusahaan.
PENYELESAIAN MINGGU KEI II III IV V VI VII VIII
1.Orientasi lapangan dan ketersediaan data
2.Pengumpulan data 3.Pemrosesan data4.Evaluasi presentasi
XII. PENUTUP
Pelaksanan tugas akhir ini merupakan bentuk kerjasama yang baik antara
lembaga pendidikan dan pihak perusahan khususnya, antara Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta dengan kensesi P.T. Tambang
Batubara Bukit Asam (Persero). Ini merupakan suatu kesempatan yang berharga
apabila kami dapat melakukan tugas akhir yang didukung oleh P.T. Tambang
Batubara Bukit Asam (Persero) baik berupa sarana maupun prasarana yang dapat
menambah pengetahuan dan pengembangan diri secara progresif. Besar harapan kami
atas terkabulnya permohonan ini. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
XIII. DAFTAR PUSTAKA
B. Kuncoro Prasongko, 1996, "Model Pengendapan Batubara Untuk
Menunjang Eksplorasi dan Perencanaan Penambangan", Program Studi
Rekayasa Pertambangan Bidang Khusus Eksplorasi Sumberdaya Bumi
Program Pascasarjana ITB, 1996.
Teknologi Pertambangan di Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Departemen
Pertambangan dan Energi, 1995.
Kuncoro Prasongko, B., 2000, “Geometri Lapisan Batubara”, Prosiding
Seminar dan Musyawarah Nasional I Ikatan Alumni Tambang, Jurusan Teknik
Pertambangan UPNVY, Yogyakarta