evaluasi program terapi ilahiyah bagi...
TRANSCRIPT
EVALUASI PROGRAM TERAPI ILAHIYAH
BAGI PECANDU NARKOBA
DI PONDOK PESANTREN HIKMAH SYAHADAH
TIGARAKSA KABUPATEN TANGERANG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Oleh
Muhammad Baydawi Nurzaman
NIM 1111054100045
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
EVALUASI PROGRAM TERAPI ILAHIYAH
BAGI PECANDU NARKOBA
DI PONDOK PESANTREN HIKMAH SYAHADAH
TIGARAKSA KABUPATEN TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Oleh
Muhammad Baydawi Nurzaman
NIM 1111054100045
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
i
ABSTRAK
Muhammad Baydawi Nurzaman
Evaluasi Program Terapi Ilahiyah bagi Pecandu Narkoba
di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah Tigaraksa
Kabupaten Tangerang
Narkoba adalah zat, obat, dan bahan kimia baik sintetik
ataupun organik yang dimasukan ke dalam tubuh dengan cara
dimakan, diminum, dihirup, dan disuntik. Awal mulanya narkoba
digunakan manusia untuk kepentingan medis dan kegiatan ilmiah,
namun dalam perkembangannya narkoba telah disalahgunakan.
Penyalahgunaan narkoba memberikan dampak yang negatif bagi
kelangsungan hidup manusia, yaitu dapat merusak kesehatan dan
membahayakan keselamatan jiwa. Permasalahan ini harus
disikapi dengan cara yang profesional dan efektif, salah satunya
melalui tindakan rehabilitasi.
Pondok Pesantren (Ponpes) Hikmah Syahadah merupakan
lembaga pelayanan rehabilitasi milik swasta yang didirikan oleh
Drs. KH. Romdin, MM.. Metode yang digunakan di Ponpes ini
dalam merehabilitasi santri adalah dengan metode terapi spiritual
atau yang biasa disebut terapi ilahiyah. Terapi ini meliputi terapi
gurat telunjuk petir, terapi ramuan herbal, terapi air do’a, terapi
shalat fardhu, terapi dzikir syifa, dan terapi mandi malam. Terapi
ini digunakan tidak hanya untuk merehabilitasi pecandu narkoba,
akan tetapi juga untuk merehabilitasi orang dengan gangguan
jiwa (ODGJ), dan anak nakal.
Dalam penelitian skripsi ini, penulis mencoba membatasi dan
merumuskan pembahasan masalah pada evaluasi hasil serta
faktor pendukung dan penghambat dari program terapi ilahiyah
bagi pecandu narkoba di Ponpes Hikmah Syahadah Tigaraksa
Kabupaten Tangerang. Tujuan penelitian skripsi ini untuk
mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan program terapi ini
serta apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat dari
program terapi ini. Metode penelitian skripsi ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
ii
Berdasarkan data dan temuan di lapangan, Ponpes Hikmah
Syahadah dengan program terapi ilahiyahnya sudah berhasil
mengobati dan memulihkan kurang lebih 500 santri. Hal ini
menunjukkan bahwa program terapi ini telah berhasil dan sukses
sesuai dengan tujuannya, yaitu memulihkan pecandu narkoba dari
jeratan narkoba. Adapun faktor pendukung program terapi ini
adalah adanya terapis yang memahami agama islam, lingkungan
yang islami, dan fasilitas yang menunjang. Sedangkan faktor
penghambat program terapi ini adalah masih minimnya jumlah
SDM yang bekerja di Ponpes Hikmah Syahadah.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT,
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “Evaluasi Program
Terapi Ilahiyah bagi Pecandu Narkoba di Pondok Pesantren
Hikmah Syahadah Tigaraksa Kabupaten Tangerang”. Shalawat
serta salam tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir
zaman.
Setelah sekian tahun menuntut ilmu di Program Studi
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tanggungjawabnya
sebagai mahasiswa dalam meraih gelar sarjana (S1). Penulis
sangat menyadari bahwa penelitian skripsi ini tidak akan
terselesaikan tanpa adanya bantuan, dukungan, bimbingan,
arahan, nasihat, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Abdullah dan Ibu Dawiyah,
yang selalu menyebutkan nama penulis dalam do’anya
sehingga penelitian skripsi ini dapat terselesaikan. Selain itu,
penulis ucapkan terima kasih kepada kakak penulis, Yunita
iv
Fitriani dan Sarah Yunita, adik penulis, Abda Alief dan
Tanwin Nurmiswari, serta keluarga besar Alm. Bapak H.
Syafi’i dan Alm. Bapak H. Abdul Rosyid, yang telah
mendukung, menasihati, dan memotivasi, penulis dalam
menyelesaikan penelitian skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak
Dr. Arief Subhan, MA., Wakil Dekan Bidang Akademik
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak
Suparto, M.Ed, Ph.D., Wakil Dekan Bidang Administrasi
Umum Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Ibu Dr.
Hj. Roudhonah, MA., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan,
Alumni, dan Kerjasama Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Bapak Dr. Suhaimi, M.Si., serta segenap jajaran
Dekanat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah membantu, mendukung, membimbing, menasihati, dan
memotivasi penulis dalam menyelesaikan penelitian skripsi
ini.
3. Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial, Lisma Dyawati
Fuaida, M.Si. dan Sekretaris Program Studi Kesejahteraan
Sosial Hj. Nunung Khoiriyah, MA., serta segenap jajaran
Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu, mendukung,
membimbing, menasihati, dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan penelitian skripsi ini.
v
4. Dosen pembimbing, Bapak Muhtadi, M.Si., yang telah
bersabar dan ikhlas untuk membantu, membimbing,
menasihati, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan
penelitian skripsi ini. Semoga Allah memberikan kesehatan
dan panjang umur kepadanya. Aaaamiiiin
5. Dosen pengajar Program Studi Kesejahteraan Sosial dan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah
memberikan keilmuannya dengan sabar dan ikhlas. Semoga
keilmuan ini bermanfaat bagi kehidupan penulis di masa
yang akan datang dan semoga Allah meridhoi dan membalas
segala jasa Bapak dan Ibu. Aaaamiiiin
6. Pondok Pesantren Hikmah Syahadah Kabupaten Tangerang,
khususnya Drs. KH. Romdin, MM. selaku Ketua, Dede
Hariri selaku Terapis, Sobari selaku Pekerja Sosial, Rittah
Riani Romdin selaku Tenaga Kerja Sosial, Ade Sodiqin
selaku Konselor, serta Sofian Hadi, M. Farid Salmon, dan
Alfin Ferdiansyah selaku Alumni Santri, yang telah
membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan
penelitian skripsi ini.
7. HMI Cabang Ciputat, khususnya keluarga besar HMI
KOMFAKDA, yang sudah menjadi tempat atau wadah untuk
pengembangan keilmuan penulis. Semoga keilmuan ini
bermanfaat bagi kehidupan penulis di masa yang akan
datang, yakni sebagai kader akademis, pencipta, pengabdi,
yang bernafaskan islam dan bertanggungjawab atas
terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh
Allah SWT.
vi
8. HMJ Kesejahteraan Sosial, yang sudah menjadi tempat atau
wadah bagi untuk pengembangan keilmuan penulis. Semoga
keilmuan ini bermanfaat bagi kehidupan penulis di masa
yang akan datang.
9. Alumni dan teman-teman mahasiswa Kesejahteraan Sosial,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah membantu, mendukung, dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan penelitian skripsi ini.
Jakarta, 25 Juni 2018
Muhammad Baydawi Nurzaman
NIM 1111054100045
vii
DAFTAR ISI
Abstrak ........................................................................................ i
Kata Pengantar ......................................................................... iii
Daftar Isi ................................................................................... vii
Daftar Tabel ............................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................ 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................... 10
D. Tinjauan dan Kajian Terdahulu .......................... 11
E. Metode Penelitian .............................................. 13
F. Sistematika Penulisan ........................................ 23
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Evaluasi Program ............................................... 25
1. Pengertian Evaluasi ..................................... 25
2. Tujuan dan Manfaat Evaluasi ..................... 27
3. Model Evaluasi ........................................... 29
4. Pendekatan Evaluasi ................................... 37
5. Konsep Evaluasi .......................................... 40
6. Indikator Evaluasi ....................................... 42
7. Pengertian Program ..................................... 44
8. Tujuan Program ........................................... 45
9. Pengertian Evaluasi Program ...................... 45
viii
B. Terapi Ilahiyah ................................................... 46
1. Pengertian Terapi ........................................ 46
2. Jenis Metode Terapi .................................... 48
3. Pengertian Ilahiyah ..................................... 50
4. Pengertian Terapi Ilahiyah .......................... 51
5. Fungsi dan Tujuan Terapi Ilahiyah ............. 51
6. Model Terapi Ilahiyah ................................. 53
C. Pecandu Narkoba ............................................... 59
1. Pengertian Pecandu ..................................... 59
2. Pengertian Narkoba ..................................... 59
3. Jenis Narkoba .............................................. 60
4. Pecandu Narkoba ........................................ 73
D. Pondok Pesantren ............................................... 73
1. Pengertian Pondok Pesantren ...................... 73
2. Tujuan Pondok Pesantren ............................ 74
3. Fungsi dan Peran Pondok Pesantren ........... 76
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Sejarah Singkat
Pondok Pesantren Hikmah Syahadah ................ 78
B. Alamat
Pondok Pesantren Hikmah Syahadah ................ 79
C. Visi dan Misi
Pondok Pesantren Hikmah Syahadah ................ 79
D. Tujuan dan Fungsi
Pondok Pesantren Hikmah Syahadah ................ 80
ix
E. Sumber Daya Manusia
Pondok Pesantren Hikmah Syahadah ................ 82
F. Sarana dan Prasarana
Pondok Pesantren Hikmah Syahadah ................ 83
G. Struktur Kepengurusan
Pondok Pesantren Hikmah Syahadah ................ 84
H. Program dan Kegiatan
Pondok Pesantren Hikmah Syahadah ................ 85
I. Tujuan dan Manfaat
Program Terapi Ilahiyah .................................... 87
J. Prosedur Pelayanan
Pondok Pesantren Hikmah Syahadah ................ 87
K. Sasaran Pelayanan
Pondok Pesantren Hikmah Syahadah ................ 89
L. Sumber Pendanaan
Pondok Pesantren Hikmah Syahadah ................ 89
M. Data Santri dan Alumni
Pondok Pesantren Hikmah Syahadah ................ 90
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Evaluasi Produk (Product Evaluation)
Program Terapi Ilahiyah .................................... 93
1. Keluaran (Output)
Program Terapi Ilahiyah ............................. 93
2. Manfaat Program Terapi Ilahiyah ............. 107
x
B. Faktor Pendukung dan Penghambat
Program Terapi Ilahiyah .................................. 116
1. Faktor Pendukung ..................................... 117
2. Faktor Penghambat ................................... 120
BAB V PEMBAHASAN
A. Evaluasi Produk (Product Evaluation)
Program Terapi Ilahiyah .................................. 126
1. Keluaran (Output)
Program Terapi Ilahiyah ........................... 126
2. Manfaat Program Terapi Ilahiyah ............. 128
B. Faktor Pendukung dan Penghambat
Program Terapi Ilahiyah .................................. 130
1. Faktor Pendukung ..................................... 130
2. Faktor Penghambat ................................... 131
BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan .......................................................... 133
B. Implikasi ........................................................... 135
C. Saran ................................................................. 136
Daftar Pustaka ....................................................................... 138
Lampiran-lampiran
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jenis Penelitian
Tabel 2 : Tekhnik Pemilihan Informan
Tabel 3 : Sumber Daya Manusia (SDM) Pondok Pesantren
Hikmah Syahadah
Tabel 4 : Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Hikmah
Syahadah
Tabel 5 : Sumber Pendanaan Pondok Pesantren Hikmah
Syahadah
Tabel 6 : Data Santri Pondok Pesantren Hikmah Syahadah
Tabel 7 : Data Alumni Pondok Pesantren Hikmah Syahadah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara akronim, narkoba kepanjangan dari narkotika,
psikotropika, dan bahan adiktif lain.1 Sedangkan secara
istilah, narkoba adalah zat, obat, dan bahan kimia baik
sintetik ataupun organik yang dimasukan ke dalam tubuh
dengan cara dimakan, diminum, dihirup, disuntik,
diintravena dan lain sebagainya sehingga dapat
mengakibatkan perubahan pada psikologi seperti perasaan,
pikiran, suasana hati, dan perilaku manusia. Adapun jenis
narkoba yaitu, narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif.
Awal mulanya narkoba digunakan oleh manusia hanya
untuk terkait kepentingan medis saja.2 Penggunaannya pun
dilakukan dengan cara terukur serta dapat
dipertanggungjawabkan dan dilegalkan melalui rekomendasi
ahli medis. Selain itu, narkoba juga dapat memberikan
dampak positif dalam kegiatan penelitian ilmiah atau
keilmuan. Dengan tujuan mengembangkan ilmu pengetahuan
tentang narkoba terkait jenis, cara penggunaan serta sebab
dan akibatnya.
Dalam perkembangannya cara untuk mendapatkan dan
mengkonsumsi narkoba telah disalahgunakan. Keduanya pun
1A. Kadarmanta, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa (Jakarta: PT.
Forum Media Utama, 2010), h. 41. 2A. Kadarmanta, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa (Jakarta: PT.
Forum Media Utama, 2010), h. 53.
2
dilakukan dengan cara tidak terukur dan ilegal tanpa melalui
rekomendasi ahli medis.3 Penyalahgunaan narkoba akan
memberikan dampak negatif yang sangat membahayakan
bagi kesehatan dan keselamatan jiwa manusia serta dapat
merusak sel-sel syaraf otak yang berpengaruh buruk pada
kepribadian, temperamen, dan karakter manusia.
Melihat dampak negatif dari penyalahgunaan narkoba di
atas, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan
fatwa bahwa penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
hukumnya bersifat haram. Keputusan ini diambil
berdasarkan dalil-dalil agama yang bersumber dari Al-
Qur’an dan Hadits.4 Sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-
Qur’an dalam Surat Al-Maidah Ayat 90 di bawah ini:
ي عول ياأيها الذيي آه ىا إوا الخوز والويسز والصاب والسلم رجس ه
ىى ) ( ٠٩الشيطاى فاجتب ى لعلك ن ت فلح
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum
khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan”
Status penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di
Indonesia telah mengalami peningkatan. Dahulu status
Indonesia hanya dikenal sebagai daerah transit (tempat
singgah) peredaran gelap narkoba. Namun seiring
berjalannya waktu status tersebut telah berubah menjadi
daerah pemasaran, produksi, dan ekportir narkoba. Ini dapat
3A. Kadarmanta, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa (Jakarta: PT.
Forum Media Utama, 2010), h. 54. 4“Narkoba dalam Pandangan Islam dan Dalilnya”. Artikel diakses pada
08 Januari 2018 dari https://dalamislam.com/info-islami/narkoba-dalam-
pandangan-islam
3
dibuktikan dengan terbongkarnya pabrik ekstasi di daerah
Jakarta dan pabrik ini merupakan pabrik terbesar ketiga di
dunia.5
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar
menerangkan, pada tahun 2015 kasus tindak pidana narkoba
mencapai angka 34.296 kasus, sedangkan pada tahun 2016
kasus tindak pidana narkoba mencapai angka 41.025 kasus.
Data tersebut telah mengalami peningkatan sebanyak 6.729
atau 19,62% kasus tindak pidana narkoba.6 Dengan
meningkatnya jumlah kasus tersebut, maka jumlah tersangka
baik pemakai maupun pengedar juga mengalami
peningkatan.
Mencermati data kasus narkoba yang terus meningkat
setiap tahunnya telah memberikan gambaran terkait kondisi
yang mengkhawatirkan bagi kelangsungan hidup masyarakat
Indonesia.7 Jika masalah penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkoba tidak segera sikapi dengan tindakan yang
profesional dan efektif baik dalam bidang pencegahan,
penegakan hukum, dan rehabilitasi, maka lambat laun akan
dapat merusak dan membunuh karakter bangsa.
Tindakan dalam bidang pencegahan perlu dilakukan
sehingga dapat mengurangi jumlah pemakai dan pengedar
5Drs. Sunarno, Narkoba Bahaya dan Upaya Pencegahannya (Semarang:
PT. Bengawan Ilmu, 2007), h. 3. 6Yusuf Asyari. “Kasus Narkoba Selama 2016 Meningkat”. Artikel
diakses pada 10 Januari 2018 dari
www.jawapos.com/read/2016/12/29/73902/kasus-narkoba-selama-2016-
meningkat- 7Drs. Sunarno, Narkoba Bahaya dan Upaya Pencegahannya (Semarang:
PT. Bengawan Ilmu, 2007), h. 5.
4
narkoba. Pertama, membangun kinerja sinergis antara
seluruh komponen pemerintah dengan masyarakat. Kedua,
melakukan pencegahan berbasis pada kekuatan seluruh
komponen masyarakat. Ketiga, melakukan pencegahan
berbasis pembinaan kecerdasan emosional dan spiritual.
Keempat, membuat program pencegahan yang bersifat
pendidikan.8
Begitu pula tindakan dalam bidang penegakan hukum
diperlukan sikap profesionalisme aparat penegak hukum.
Secara hukum penyalahgunaan dan perderan gelap narkoba
telah diatur oleh Undang-undang Republik Indonesia Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika.9 Undang-undang ini diharapkan mampu
memberikan efek jera terhadap pemakai dan pengedar
narkoba.
Di samping itu yang tak kalah penting adalah tindakan
dalam bidang rehabilitasi bagi pecandu narkoba. Tindakan
bidang rehabilitasi merupakan penanggulangan yang bersifat
represif, artinya penanggulangan dilakukan setelah terjadinya
tindak pidana narkoba dengan cara menggunakan berbagai
macam metode terapi baik jasmani dan rohani. Tujuan
8A. Kadarmanta, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa (Jakarta: PT.
Forum Media Utama, 2010), h. 137. 9Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Undang-undang
Psikotropika, Narkotika, dan Zat Adiktif Lainnya (Bandung: Fokus Media,
2011), h. 1 & 50.
5
bidang rehabilitasi untuk mengobati dan memulihkan
pecandu agar benar-benar terbebas dari jeratan narkoba.10
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2009, rehabilitasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu
rehabilitasi medis dan sosial.11
Rehabilitasi medis adalah
proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk
membebaskan pecandu dari ketergantugan narkoba. Adapun
rehabilitasi sosial adalah proses kegiatan pemulihan secara
terpadu, baik secara fisik, mental maupun sosial untuk
mengembalikan fungsi sosial pecandu dalam kehidupan
masyarakat.
Terdapat tiga tahap rehabilitasi yang harus dijalani
pecandu narkoba.12
Pertama, tahap rehabilitasi medis
(detoksifikasi), tahap ini pecandu diperiksa seluruh
kesehatannya baik fisik dan mental oleh dokter. Kedua, tahap
rehabilitasi non medis (primer), tahap ini pecandu ikut dalam
program rehabilitasi, seperti therapeutic communities (TC),
terapi keagamaan, dan lain-lain. Ketiga, tahap bina lanjut
(after care), tahap ini terapi dberikan kegiatan sesuai minat
dan bakat.
10
“Tujuan Rehabilitasi bagi Pecandu Narkoba”. Artikel diakses pada 12
Januari 2018 dari
https://bahayanarkobabagikesehatantubuh.wordpress.com/2017/03/29/tujuan-
rehabilitasi-bagi-pecandu-narkoba/ 11
“Terapi dan Rehabilitasi Pecandu Narkoba”. Artikel diakses pada 18
Februari 2018 dari https://pedulinapzaundip.wordpress.com/2014/06/02/terapi-
dan-rehabilitasi-pecandu-narkoba/ 12
“Tahapan Rehabilitasi Narkoba”. Artikel diakses pada 18 Februari
2018 dari http://www.alodokter.com/tahapan-rehabilitasi-narkoba
6
Setiap tahapan rehabilitasi yang dilakukan memerlukan
pengawasan dan evaluasi secara terus menerus agar proses
pengobatan dan pemulihan dapat berjalan sesuai dengan
tujuan sehingga pecandu benar-benar terbebas dari jeratan
narkoba. Dalam upaya penanganan narkoba terdapat
beberapa metode terapi yang dapat digunakan. Di Indonesia
metode terapi yang paling banyak digunakan oleh lembaga
atau panti rehabilitasi adalah metode terapi cold turkey.
Metode terapi cold turkey adalah pecandu langsung
menghentikan penggunaan narkoba.13
Metode terapi ini
merupakan metode terapi tertua, dengan cara mengurung
pecandu dalam masa putus obat tanpa memberikan obat-
obatan. Setelah gejala putus obat hilang, lalu pecandu
dikeluarkan dan diikutsertakan dalam sesi rehabilitasi non
medis (primer). Metode terapi ini biasanya dilakukan dengan
menggunakan pendekatan keagamaan (spiritual) dalam fase
detoksifikasinya.
Metode terapi dengan menggunakan pendekatan
keagamaan (spiritual) telah diadopsi oleh psikiater Amerika
Serikat (The American Psychiatric Association, 1992) yang
dikenal dengan pendekatan “bio-psycho-social-spiritual”.14
Pendekatan keagamaan (spiritual) dapat memberikan
perubahan terhadap kehidupan manusia, ini dikarenakan
13
Terapi dan Rehabilitasi Pecandu Narkoba. Artikel diakses pada 18
Februari 2018 dari https://pedulinapzaundip.wordpress.com/2014/06/02/terapi-
dan-rehabilitasi-pecandu-narkoba/ 14
Dadang Hawari, Al-Qur‟an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa
(Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h. 555.
7
tingkat keimanan manusia erat kaitannya dengan kekebalan
dan daya tahan dalam menghadapi berbagai masalah
kehidupan.
Ahli kedokteran jiwa meyakini bahwa pengobatan dan
pemulihan terhadap penyakit pasien dapat dilalukan lebih
cepat dengan menggunakan metode terapi yang didasarkan
pada pendekatan keagamaan (spiritual), yaitu
membangkitkan potensi keimanan kepada Tuhan, lalu
menggerakkannya kearah pencerahan batin yang pada
akhirnya menimbulkan kepercayaan diri bahwa Tuhan Yang
Maha Kuasa adalah satu-satunya kekuatan penyembuh dari
penyakit yang diderita.15
Pondok Pesantren (Ponpes) Hikmah Syahadah
merupakan lembaga pendidikan agama islam yang memiliki
rasa kepedulian dan keprihatinan terhadap pecandu narkoba
sehingga mendorong untuk mendirikan tempat rehabilitasi
narkoba. Pendirian Ponpes ini diprakarsai dan dipimpin oleh
Drs. H. Romdin, MM. Lokasi Ponpes ini terletak di
Kampung Kadongdong RT 002 RW 003, Desa Pasir Nangka,
Kecamatan Tiga Raksa, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten.
Metode rehabilitasi yang dilakukan oleh Ponpes Hikmah
Syahadah dalam mengobati dan memulihkan pecandu
narkoba dengan menggunakan metode terapi ilahiyah atau
pendekatan keagamaan (spiritual), yaitu berbasis ilmu agama
15
Arifin, H. M, Teori-teori Konseling Agama dan Umum (Jakarta: Golden
Terayon Press, 1994), h. 62-63.
8
islam dan ilmu hikmah. Metode terapi ini mulai diterapkan
oleh pimpinan Ponpes Hikmah Syahadah pada awal tahun
2000 dan atas izin Allah SWT metode terapi ini telah
berhasil mengobati dan memulihkan pecandu narkoba.
Pada tahun 2001, metode terapi ilahiyah yang digunakan
oleh Ponpes Hikmah Syahadah mulai dikenal oleh
masyarakat luas, hal ini dikarenakan keberhasilannya dalam
merehabilitasi pecandu narkoba. Saat ini, Ponpes Hikmah
Syahadah tidak hanya dikenal sebagai lembaga pendidikan
agama islam melainkan sebagai tempat rehabilitasi pecandu
narkoba. Dan metode terapi ini dijadikan metode terapi
utama oleh Ponpes Hikmah Syahadah dalam merehabilitasi
pecandu narkoba.
Pelaksanaan terapi ilahiyah dilakukan dengan empat
langkah. Pertama, gurat telunjuk petir, artinya memijatkan
jari ke tubuh dengan membaca do’a dan dibalurkan air do’a.
Kedua, terapi air do’a, artinya minum air yang telah
dibacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan dzikir. Ketiga, shalat
fardhu dan dzikir syifa, artinya melaksanakan shalat fardhu
dengan cara berjama’ah dan membaca dzikir syifa setelah
shalat fardhu berjama’ah. Keempat, mandi malam, artinya
mandi di hari jum’at jam 24.00 WIB dengan do’a.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian di Ponpes Hikmah Syahadah, hal
ini dikarenakan ingin mengetahui lebih mendalam tentang
evaluasi hasil serta faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan program terapi ilahiyah. Oleh karena itu, penulis
9
mengajukan skripsi penelitian dengan judul “Evaluasi
Program Terapi Ilahiyah bagi Pecandu Narkoba di
Pondok Pesantren (Ponpes) Hikmah Syahadah Tigaraksa
Kabupaten Tangerang”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Melihat keterbatasan waktu dan tenaga yang
dimiliki oleh penulis dalam melakukan penelitian, maka
perlu membatasi pembahasan ruang lingkup masalah.
Pembatasan masalah penelitian ini hanya terfokus pada
pembahasan tentang evaluasi hasil program terapi
ilahiyah serta faktor-faktor pendukung dan penghambat
dari pelaksanaan program terapi ilahiyah. Penelitian ini
dilakukan terhadap pecandu narkoba di Ponpes Hikmah
Syahadah Tigaraksa, Kabupaten Tangerang.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pembatasan masalah di atas,
maka diperlukan perumusan masalah untuk menghindari
meluasnya pembahasan. Adapun perumusan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Bagaimana evaluasi hasil program terapi ilahiyah
bagi pecandu narkoba di Ponpes Hikmah Syahadah
Tigaraksa Kabupaten Tangerang?
10
b. Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan program terapi ilahiyah bagi pecandu
narkoba di Ponpes Hikmah Syahadah Tigaraksa
Kabupaten Tangerang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis bertujuan
untuk mengetahui evaluasi hasil program terapi ilahiyah
serta faktor-faktor pendukung dan penghambat dari
pelaksanaan program terapi ilahiyah bagi pecandu
narkoba di Ponpes Hikmah Syahadah Tigaraksa
Kabupaten Tangerang.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan
manfaat baik secara akademis maupun praktis. Adapun
manfaatnya sebagai berikut:
a. Secara akademis, penelitian ini bermanfaat untuk
meningkatkan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan tentang evaluasi hasil program terapi
ilahiyah serta faktor-faktor pendukung dan
penghambat dari pelaksanaan program terapi
ilahiyah bagi pecandu narkoba.
b. Secara praktis, penelitian ini mampu memberikan
informasi dan gambaran bagi aktivis ataupun
praktisi yang bergerak di bidang pekerjaan sosial
tentang evaluasi hasil program terapi ilahiyah serta
11
faktor-faktor pendukung dan penghambat dari
pelaksanaan program terapi ilahiyah bagi pecandu
narkoba.
D. Tinjauan Kajian Terdahulu
Sebelum melanjutkan pembahasan penelitian ini lebih
mendalam, penulis melakukan tinjauan kajian terdahulu
untuk menghindari terjadinya kesamaan judul. Penulis
melakukan tinjauan kajian terdahulu untuk digunakan
sebagai referensi dalam penelitiannya. Adapun penelitian
skripsi yang pernah membahas tentang evaluasi program dan
terapi ilahiyah, sebagai berikut:
1. Nama : Siti Izzatul Yazidah
NIM : 107054102584
Judul Skripsi : Terapi Ilahiah bagi Korban Napza
di Pondok Pesantren Hikmah
Syahadah Kampung Kadongdong
Kabupaten Tangerang
Program Studi : Kesejahteraan Sosial
Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi
Di dalam penelitian skripsi ini, penulis melihat dan
membaca tentang implementasi program terapi ilahiyah
bagi pecandu narkoba di Ponpes Hikmah Syahadah
Tigaraksa Kabupaten Tangerang. Perbedaan penelitian
skripsi yang dilakukan Siti Izzatul Yazidah dengan
penulis terletak pada pembahasan kajian teori. Penelitian
12
skripsi yang dilakukan Siti Izzatul Yazidah membahas
kajian teori tentang implementasi dari program terapi
ilahiyah, sedangkan penulis membahas kajian teori
tentang evaluasi hasil dari program terapi ilahiyah.
2. Nama : Nurbani Ulfah
NIM : 1110054100037
Judul Skripsi : Evaluasi Program Art Therapy
bagi Pasien Dual Diagnosis
(NAPZA-Skizofrenia) di Rumah
Sakit Ketergantungan Obat
(RSKO) Jakarta
Program Studi : Kesejahteraan Sosial
Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi
Di dalam skripsi ini, penulis melihat dan membaca
tentang evaluasi program art therapy bagi pasien dual
diagnosis (NAPZA-Skizofrenia) di Rumah Sakit
Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta. Perbedaan
penelitian skripsi yang dilakukan Nurbani Ulfah dengan
penulis terletak pada terapi yang digunakan dalam
mengobati atau memulihkan pecandu narkoba.
Penelitian skripsi yang dilakukan Nurbani Ulfah
membahas evaluasi program tentang art therapy,
sedangkan penulis membahas evaluasi hasil program
tentang terapi ilahiyah.
13
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penulis menyajikan gambaran lengkap setting sosial
tentang evaluasi hasil program terapi ilahiyah serta
faktor-faktor pendukung dan penghambat dari
pelaksanaan program terapi ilahiyah bagi pecandu
narkoba di Ponpes Hikmah Syahadah Tigaraksa
Kabupaten Tangerang. Metode penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, artinya
penelitian dilakukan dengan cara menghimpun,
mengolah, menganalisa, dan menafsirkan data.
Menurut Strauss dan Corbin yang dikutip oleh Lexy
J. Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat
diperoleh dengan menggunakan statistik atau
kuantifikasi (pengukuran). Penelitian ini secara umum
dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan
masyarakat, sejarah, tingkah laku fungsionalisasi
organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain.16
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa
pengertian metode penelitian kualitatif adalah sebagai
metode penelitian yang digunakan untuk
mengungkapkan permasalahan pada kehidupan kerja
organisasi pemerintahan, swasta, kemasyarakatan,
kepemudaan, keperempuanan, olahraga, seni dan
16
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1993), h. 3.
14
budaya, sehingga dapat dijadikan kebijakan demi
terwujudnya kesejahteraan bersama.17
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah
penelitian metode evaluasi. Pengertian metode evaluasi
adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan dan keefektifan suatu program.
Metode evaluasi memberikan manfaat dalam penelitian
untuk memberikan rekomendasi pelaksanaan program
yang sudah pernah terjadi dan memperbaiki pelaksanaan
program yang baru akan terjadi berikutnya.18
Dalam praktik pekerjaan sosial, tahapan evaluasi
yang dilakukan oleh pekerja sosial bertujuan untuk
menciptakan suatu prosedur yang dapat diterima sebagai
objek evaluasi atau penilaian atas apa yang terjadi. Pada
tahapan evaluasi ini, pekerja sosial akan dapat
mengetahui ketepatan intervensi yang diterapkan serta
memonitor faktor-faktor yang menjadi pendukung
keberhasilan dan penghambat kegagalan sebuah
program.
Ada beberapa jenis model evaluasi yang dapat
digunakan dalam melakukan penelitian. Model evaluasi
yang digunakan oleh penulis adalah model evaluasi
context, input, process, dan product (CIPP). Model
17
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), h. 80-81. 18
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian
Sosial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), h. 144.
15
evaluasi CIPP merupakan kerangka yang komprehensif
untuk melaksanakan pelaksanaan evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif terhadap objek program, proyek,
personalia, produk, institusi, dan sistem.19
Tabel 1
Konsep Model Evaluasi CIPP
No Konteks Masukan Proses Produk
1
Merencanakan
keputusan
program
Mengatur
keputusan
program
Menerapkan
keputusan
program
Membantu
keputusan
program
selanjutnya
2
Menentukan
kebutuhan
yang akan
dicapai
program
Menentukan
sumber-
sumber
program
Sampai
sejauh mana
strategi
tujuan
program
sudah
diterapkan?
Apa hasil
yang telah
dicapai
program?
3 Merumuskan
tujuan program
Merencanakan
strategi untuk
mencapai
tujuan program
Apa yang
harus direvisi
program?
Apa yang
dilakukan
setelah
program
berjalan?
4
Menentukan
prosedur kerja
untuk
mencapai
tujuan program
19
Dr. Wirawan, MSL, Sp.A., M.M., M.Si., Evaluasi: Teori, Model,
Standar, Aplikasi, dan Profesi (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), h.
92.
16
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Pondok Pesantren
Hikmah Syahadah, Kampung Kadongdong RT 002 RW
003, Desa Pasir Nangka, Kecamatan Tigaraksa,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Penulis
melakukan penelitian ini dalam kurun waktu empat
bulan terhitung sejak bulan Maret hingga Juni 2018.
4. Tekhnik Pemilihan Informan
Pemilihan informan bertujuan agar dapat
mempermudah penelitian sehingga penulis tidak perlu
menjadikan keseluruhan populasi sebagai informan.
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
penelitian. Jadi, informan tersebut harus memiliki
banyak informasi, pengetahuan, dan pengalaman tentang
latar penelitian.20
Tabel 2
Konsep Penelitian
No Nama Informan Kajian Keterangan
1 Drs. KH. Romdin,
MM.
Penulis ingin
mengetahui terkait
pelaksanaan
program terapi
ilahiyah
Penulis ingin
mengetahui terkait
Ketua Ponpes
20
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 90.
17
evaluasi hasil
program terapi
ilahiyah serta faktor
pendukung dan
penghambatnya
2 Dede Hariri
Penulis ingin
mengetahui terkait
pelaksanaan
program terapi
ilahiyah
Penulis ingin
mengetahui terkait
evaluasi hasil
program terapi
ilahiyah serta faktor
pendukung dan
penghambatnya
Terapis
3 Sobari
Penulis ingin
mengetahui terkait
evaluasi hasil
program terapi
ilahiyah serta faktor
pendukung dan
penghambatnya
Pekerja Sosial
4 Rittah Riani
Romdin
Penulis ingin
mengetahui terkait
evaluasi hasil
program terapi
ilahiyah serta faktor
pendukung dan
penghambatnya
Tenaga Kerja
Sosial
5 Ade Sodiqin
Penulis ingin
mengetahui terkait
evaluasi hasil
Konselor
18
program terapi
ilahiyah serta faktor
pendukung dan
penghambatnya
6
Sofian Hadi
Ismail
M. Farid
Salmon
Alfin
Ferdiansyah
Penulis ingin
mengetahui terkait
latar belakang
memilih untuk
direhabilitasi dengan
program terapi
ilahiyah
Penulis ingin
mengetahui terkait
evaluasi hasil
program terapi
ilahiyah serta faktor
pendukung dan
penghambatnya
Alumni Santri
Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling yang dapat
memberikan keleluasaan kepada penulis dalam
menyeleksi informan sesuai dengan tujuan penelitian.
Hal yang terpenting disini bukanlah jumlah informan,
melainkan potensi dari tiap kasus guna memberikan
pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai aspek
yang dipelajari.
5. Sumber Data
Pada penelitian ini terdapat dua jenis sumber data
yang dapat penulis jadikan sebagai pedoman dalam
penelitiannya. Adapun sumber data yang dimaksud
sebagai berikut:
19
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara
langsung dari sumber penelitian dengan cara
observasi dan wawancara mendalam. Penulis
memperoleh data penelitian melalui Ketua Ponpes,
Terapis, Pekerja Sosial, Tenaga Kerja Sosial,
Konselor, dan Alumni Santri.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan penelitian maupun instansi. Data
yang diperoleh penulis berupa buku referensi,
artikel, dan dokumentasi yang berkaitan dengan
penelitian maupun Ponpes.
6. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan
penulis sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data
yang digunakan dengan cara mengamati langsung
subjek dan objek penelitian untuk mengetahui
gejala-gejala yang ada secara teliti dan mencatat
hasil penemuan lapangan secara sistematis. Istilah
observasi diarahkan pada kegiatan dengan
mengamati secara akurat, mencatat fenomena yang
20
muncul, dan mempertimbangkan antar aspek dalam
fenomena tersebut.21
Maka dari itu, penulis mengadakan pengamatan
secara langsung untuk mengetahui dan mencatat
bagaimana evaluasi hasil program terapi ilahiyah
serta apa saja yang menjadi faktor-faktor pendukung
dan penghambat dari pelaksanaan program terapi
ilahiyah bagi pecandu narkoba di Ponpes Hikmah
Syahadah Tigaraksa Kabupaten Tangerang.
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data
yang digunakan dengan cara komunikasi langsung
antara penulis dan informan dalam bentuk tatap
muka dan tanya jawab.22
Dalam penelitian ini
penulis melakukan wawancara mendalam kepada
Ketua Ponpes, Terapis, Pekerja Sosial, Tenaga Kerja
Sosial, Konselor, dan Alumni Santri dengan tujuan
untuk mendapatkan data yang akurat dan valid.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang
sudah terjadi dalam bentuk tulisan, gambar,
rekaman, dan karya-karya monumental dari
seseorang.23
Teknik pengumpulan data dengan
21
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), h. 143. 22
W. Gulo, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), h. 119. 23
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV.
Alfabeta, 2010), h. 72.
21
menggunakan teknik dokumentasi merupakan
bagian pelengkap dari teknik observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif. Penulis
menggunakan teknik dokumentasi sebagai sumber
data yang bermanfaat untuk menguji, menafsirkan,
dan meramalkan penelitian.
7. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen yang dikutip oleh
Prasetya Irawan, analisis data adalah proses mencari dan
mengatur data secara sistematis yang diperoleh melalui
catatan observasi lapangan, transkip wawancara
informan dan dokumentasi-dokumentasi lain, semuanya
ini dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman
penulis terhadap suatu fenomena yang terjadi dan
membantu penulis untuk menginterpretasikan
penemuannya kepada pembaca.24
Tahapan-tahapan dalam melakukan analisis data
sangat diperlukan untuk mempermudah penulis dalam
menyampaikan hasil peneltiannya. Tahapan yang
dimaksud meliputi pengumpulan data mentah, transkip
data, pembuatan koding, kategorisasi data, penyimpulan
sementara, dan penyimpulan akhir. Melalui tahapan ini
mampu memberikan penilaian pada evaluasi hasil
program terapi ilahiyah serta faktor-faktor pendukung
dan penghambat dari pelaksanaan program terapi
24
Prasetya Irawan, Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu
Sosial (Depok: FISIP UI, 2006), h. 73.
22
ilahiyah bagi pecandu narkoba di Ponpes Hikmah
Syahadah Tigaraksa Kabupaten Tangerang.
8. Teknik Keabsahan Data
Untuk menentukan keabsahan data dalam penelitian,
penulis harus melakukan teknik triangulasi, artinya
sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan antara teknik pengumpulan data dengan
sumber data. Apabila penulis melakukan pengumpulan
data dengan teknik triangulasi, maka sebenarnya penulis
telah mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas
data, yaitu mengecek keabsahan data dengan berbagai
teknik pengumpulan data.25
Denzim dan Moleong membedakan jenis-jenis
triangulasi dari segi pencapaiannya, yakni:26
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dapat dicapai dengan cara
membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil
wawancara, membandingkan apa yang dikatakan
orang di depan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi, membandingkan apa
yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang
waktu, dan membandingkan keadaan perspektif
25
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV.
Alfabeta, 2010), h. 72. 26
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 330.
23
seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan
orang lain.
b. Triangulasi Metode
Triangulasi metode dapat dicapai dengan cara
melakukan pengecekan kepercayaan penemuan hasil
penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan
pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber
data dengan metode yang sama.
c. Triangulasi Teori
Triangulasi teori dapat dilakukan secara
induktif dengan menyertakan usaha pencarian cara
lainnya untuk mengorganisasikan data yang
mengarah pada upaya penemuan penelitian lainnya.
9. Pedoman Penulisan
Pedoman penulisan skripsi yang digunakan oleh
penulis mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Buku
pedoman ini diterbikan oleh Biro Administrasi
Akademik dan Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tahun 2017.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penyusunan skripsi ini,
maka diperlukan sistematika penulisan yang terdiri dari bab
dan sub bab agar lebih sistematis dan terarah. Sistematika
penulisan skripsi ini sebagai berikut:
24
BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini berisi tentang latar belakang, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
kajian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bagian ini berisi tentang landasan teori terkait evaluasi
program, terapi ilahiyah, pecandu narkoba, dan pondok
pesantren.
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
Bagian ini berisi tentang gambaran geografis, historis,
sosial budaya dan lain sebagainya dari Pondok Pesantren
Hikmah Syahadah.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bagian ini berisi tentang uraian penyajian data dan hasil
temuan di lapangan.
BAB V PEMBAHASAN
Bagian ini berisi tentang uraian yang mengaitkan antara
latar belakang dan teori dengan hasil temuan di lapangan.
BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Bagian ini berisi tentang kesimpulan, dampak dan saran
skripsi penelitian ini.
25
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi
Ada dua istilah yang dapat dipergunakan untuk
evaluasi, yaitu riset evaluasi dan evaluasi. Istilah riset
evaluasi dipopulerkan oleh F. G. Caro (1971) dalam
bukunya yang berjudul Readings in Evaluation
Research. Sebagian teoritisi dan peneliti seperti Michael
Quinn Patton (1978) dan Howard Freeman (1985) serta
lembaga pemerintah, dan lembaga swasta menggunakan
istilah riset evaluasi. Sedangkan sejumlah teoritisi dan
peneliti lainnya seperti Daniel Stufflebeam (1985) dan
Rayamond G. Carey (1997) menggunakan istilah
evaluasi.27
Secara etimologi, evaluasi artinya penaksiran,
penilaian, perkiraan keadaan, dan penentu nilai.28
Sedangkan secara terminologi, menurut Ralph Tyler
(1950) sebagaimana yang dikutip Farida Yusuf
Tayibnapis, evaluasi adalah proses yang menentukan
sampai sejauh mana tujuan suatu kegiatan dapat dicapai.
Selain itu, Maclcolm dan Provus pencetus Discrepancy
Evaluation (1971) sebagaimana yang dikutip Farida
27
Dr. Wirawan, MSL, Sp.A., M.M., M.Si., Evaluasi: Teori, Model,
Standar, Aplikasi, dan Profesi (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), h. 2. 28
Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer
(Surabaya: Arkola, 1994), h. 163
26
Yusuf Tayibnapis, mendefinisikan evaluasi sebagai
perbedaan apa yang ada dengan suatu standar untuk
mengetahui apakah ada selisih.29
Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD) atau Development Assistance
Comitte (DAC) sebagaimana yang dikutip Purwa
Uditomo, definisi evaluasi yaitu penelitian yang
dilakukan secara sistematis dan objektif terhadap sebuah
proyek, program, dan kebijakan baik yang masih
berlangsung ataupun sudah selesai, serta rancangan,
implementasi, dan hasilnya. Tujuan dilakukannya
evaluasi adalah untuk menentukan relevansi dan realisasi
tujuan, serta efisiensi pembangunan, efektifitas, dampak,
dan berkelanjutan.30
Menurut Arikunto, evaluasi adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu,
yang selanjutnya informasi tersebut dapat digunakan
untuk menentukan alternatif yang tepat dalam
mengambil keputusan. Dalam hal ini, evaluasi
mempunyai fungsi utama yaitu menyediakan informasi
yang berguna bagi decision maker (pembuat keputusan)
untuk menentukan kebijakan yang akan diambil
berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan. Dan tujuan
29
Dr. Farida Yusuf Tayibnapis, M.Pd., Evaluasi Program (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2000), h. 2. 30
Purwa Uditomo, dkk., Zakat & Empowering, Evaluasi dan Kaji
Dampak Program Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (Jurnal Pemikiran dan
Gagasan, Vol. 2, Juni 2009), h. 70.
27
dilakukan evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan
suatu kegiatan.31
Berdasarkan definisi dari berbagai para ahli di atas,
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa evaluasi
adalah suatu proses penelitian yang dilakukan seseorang
secara sistematis dan objektif guna mengumpulkan,
menganalisis dan menyajikan informasi yang bermanfaat
mengenai objek evaluasi (orang, program, produk, dan
lain sebagainya) dengan tujuan untuk mengetahui dan
mengukur tingkat keberhasilan dari objek evaluasi
tersebut.
2. Tujuan dan Manfaat Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk mencapai berbagai
tujuan sesuai dengan objek evaluasinya. Tujuan
dilakukannya evaluasi antara lain:32
a. Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat,
b. Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai
dengan rencana,
c. Mengukur apakah pelaksanaan program sesuai
dengan standar,
d. Mengidentifikasi dan menemukan dimensi program
mana yang berjalan dan yang tidak jalan,
e. Pengembangan staf program,
31
Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan (Jakarta: PT. Bina
Aksara, 1988), h. 8. 32
Dr. Wirawan, MSL, Sp.A., M.M., M.Si., Evaluasi: Teori, Model,
Standar, Aplikasi, dan Profesi (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), h.
22-24.
28
f. Memenuhi ketentuan undang-undang,
g. Akreditasi program,
h. Mengukur anggaran biaya (cost effectiveness dan
cost efficiency),
i. Mengambil keputusan mengenai program,
j. Accountabilitas,
k. Memberikan balikan kepada pimpinan dan staf
program,
l. Memperkuat posisi politik,
m. Mengembangkan teori ilmu evaluasi atau riset
evaluasi.
Pelaksanaan evaluasi dapat memberikan manfaat
dan sangat penting terhadap suatu program. Adapun
manfaat dari evaluasi sebagai berikut:33
a. Menjadi sistem untuk mengkaji perkembangan
secara rutin dan membuat perbaikan yang
diperlukan bagi semua pihak yang terkait untuk
memastikan apakah tujuan dapat tercapai.
b. Pemerintah atau lembaga yang memberikan bantuan
dana perlu tahu bahwa dana yang dikeluarkan telah
digunakan dengan baik dan dijadikan sebagai bahan
laporan pertanggungjawaban.
c. Pengalaman proyek bisa menjadi sumbangan untuk
pemahaman bersama tentang apa yang berjalan dan
33
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan, dan Intervensi
Komunitas Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis (Jakarta: FEUI
Press, 2003), h. 188.
29
tidak berjalan serta untuk rancangan proyek atau
program di masa mendatang.
3. Model Evaluasi
Model artinya pola, rencana, contoh dari sesuatu
yang akan dilakukan dan dihasilkan. Model evaluasi
mengemukakan pengertian mengenai ilmu atau teori
evaluasi dan praktik atau proses bagaimana
melaksanakan evaluasi.34
Model evaluasi adalah model
desain evaluasi yang dibuat oleh para ahli evaluasi yang
biasanya nama model evaluasi sama dengan pembuatnya
atau tahap pembuatannya. Model evaluasi dianggap
sebagai model standar atau dapat dikatakan merek
standar dari pembuatannya.35
Farida Yusuf Tayibnapis dalam bukunya berjudul
Evaluasi Program mengemukakan beberapa model
evaluasi yang cukup populer dan banyak digunakan,
yakni:36
a. Model Evaluasi Context, Input, Process, dan
Product (CIPP)
Model evaluasi CIPP mulai dikembangkan oleh
Daniel Leroy Stufflebeam pada tahun 1966.
Stufflebeam mendefinisikan evaluasi sebagai suatu
34
Dr. Wirawan, MSL, Sp.A., M.M., M.Si., Evaluasi: Teori, Model,
Standar, Aplikasi, dan Profesi (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), h.
79. 35
Dr. Farida Yusuf Tayibnapis, M.Pd., Evaluasi Program (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2000), h. 13. 36
Dr. Farida Yusuf Tayibnapis, M.Pd., Evaluasi Program (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2000), h. 14-22.
30
proses yang menggambarkan, memperoleh, dan
menyediakan informasi yang berguna untuk menilai
alternatif-alternatif pengambilan keputusan. Model
evaluasi CIPP terdiri dari empat jenis evaluasi,
yaitu:
1) Evaluasi Konteks (Context Evaluation)
Evaluasi konteks untuk menjawab
pertanyaan: apa yang perlu dilakukan? (what
needs to be done?) tujuan evaluasi konteks
untuk mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-
kebutuhan yang mendasari disusunnya suatu
program.
2) Evaluasi Masukan (Input Evaluation)
Evaluasi masukan untuk menjawab
pertanyaan: apa yang harus dilakukan? (what
should be done?) tujuan evaluasi masukan
untuk mengidentifikasi masalah, aset, dan
peluang untuk membantu para pengambil
keputusan.
3) Evaluasi Proses (Process Evaluation)
Evaluasi proses untuk menjawab
pertanyaan: apakah program sedang
dilaksanakan? (is it being done?) tujuan
evaluasi proses berupaya mengakses
pelaksanaan, menilai, dan menginterpretasikan
manfaat program.
31
4) Evaluasi Produk (Product Evaluation)
Evaluasi produk untuk menjawab
pertanyaan: apakah program sukses? (did it
succed?) tujuan evaluasi produk berupaya
mengidentifikasi dan mengakses keluaran dan
manfaat, baik yang direncanakan maupun tidak
dan jangka pendek maupun panjang.
b. Model Evaluasi University of California in Los
Angeles (UCLA)
Marvin C. Alkin (1969) menulis model evaluasi
yang hampir sama dengan model evaluasi CIPP.
Alkin mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses
meyakinkan keputusan, memilih informasi yang
tepat, mengumpulkan, dan menganalisis informasi
sehingga dapat melaporkan ringkasan data yang
berguna untuk pembuat keputusan dalam memilih
beberapa alternatif. Model evaluasi ini, yaitu:
1) Sistem Assessment
Evaluasi ini dapat memberikan informasi
tentang keadaan atau posisi sistem.
2) Program Planning
Evaluasi ini dapat membantu pemilihan
program tertentu yang mungkin akan berhasil
memenuhi kebutuhan program.
32
3) Program Implementation
Evaluasi ini dapat menyiapkan informasi
apakah program sudah diperkenalkan kepada
kelompok tertentu seperti yang direncanakan?.
4) Program Improvement
Evaluasi ini dapat memberikan informasi
tentang bagaimana program berfungsi?
Bagaimana program berjalan? Apakah
mencapai tujuan? Adakah masalah baru yang
muncul tak terduga?
5) Program Certification
Evaluasi ini dapat memberi informasi
tentang nilai atau manfaat dari program.
c. Model Evaluasi Brinkerhoff
Model evaluasi Brinkerhoff mulai
dikembangkan oleh Robert O. Brinkerhoff. Model
evaluasi ini adalah suatu model komprehensif yang
menyatukan aspek modal berorientasi pada hasil
bisnis, industri, dan formatif. Asumsi dasar model
evaluasi brinkerhoff untuk memperbaiki program
dalam perspektif sistem. Brinkerhoff, dkk (1983)
mengemukakan tiga golongan elemen evaluasi,
yaitu:
1) Desain Evaluasi Tetap >< Tidak Tetap
Desain evaluasi tetap ditentukan dan
direncanakan secara sistematik sebelum
implementasi dikerjakan. Sedangkan, evaluasi
33
tidak tetap dibuat untuk beradaptasi dengan
pengaruh dan situasi yang sedang berlangsung
dan berkembang.
2) Evaluasi Formatif >< Sumatif
Evaluasi formatif digunakan untuk
memperoleh informasi yang dapat membantu
memperbaiki program. Sedangkan evaluasi
sumatif digunakan untuk menilai kegunaan
suatu objek.
3) Desain Penelitian Kuasi >< Natural
Desain penelitian kuasi memakan banyak
waktu dan biaya untuk mempersiapkan
instrumen penelitian. Sedangkan desain
penelitian natural menghabiskan banyak waktu
untuk mengamati dan berbicara secara
langsung.
d. Model Evaluasi Stake atau Countenance
Robert E. Stake (1967), analisis proses evaluasi
yang dikemukakannya membawa dampak yang
cukup besar dalam bidang evaluasi. Stake
menekankan ada dua dasar kegiatan bidang evaluasi
berupa descriptions dan judgement serta
membedakan adanya tiga tahapan dalam
pelaksanaan program, yaitu antecedents (context),
transaction (process), dan outcomes (output).
34
Menurut Pietrzak, Ramler, Renner, Ford, dan
Gilbert sebagaimana yang dikutip Isbandi Rukminto Adi
mengemukakan tiga tipe evaluasi, yaitu:37
a. Evaluasi Input (Inputs)
Evaluasi input memfokuskan pada berbagai
unsur yang masuk dalam pelaksanaan suatu
program. Terdapat tiga variabel utama yang terkait
dengan evaluasi input. Pertama klien, variabel ini
meliputi karakteristik demografi seperti susunan
keluarga dan jumlah anggota yang ditanggung.
Kedua staf, variabel ini meliputi aspek demografi
seperti latar belakang pendidikan dan pengalaman.
Dan ketiga program, variabel ini meliputi aspek
tertentu seperti estimasi waktu pelaksanaan dan
sumber-sumber rujukan yang tersedia.
Ada empat kriteria yang berkaitan dengan
evaluasi input dan dapat dikaji baik secara sendiri-
sendiri maupun secara keseluruhan. Keempat
kriteria ini meliputi:
1) Tujuan program,
2) Penilaian terhadap kebutuhan komunitas,
3) Standar dari suatu praktik yang terbaik,
4) Biaya pelaksanaan program.
37
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan, dan Intervensi
Komunitas Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis (Jakarta: FEUI
Press, 2003), h. 189-190.
35
Evaluasi input memiliki pertanyaan-pertanyaan
kunci yang ingin dijawab, yakni:
1) Sejauh mana karakteristik penerima layanan
benar-benar sesuai dengan tujuan pelayanan
yang ditetapkan lembaga?
2) Sampai tingkat mana para staf memiliki
kualifikasi yang sesuai untuk memberikan
layanan?
3) Apakah lembaga bisa dengan mudah, nyaman,
dan murah dalam memberikan pelayanan?
b. Evaluasi Proses (Process)
Evaluasi proses memfokuskan diri pada
penilaian dinamika internal dan pengoperasian
program. Dalam evaluasi proses yang dinilai adalah
perjalanan operasi lembaga dan kualitas pelayanan
yang diberikan. Aktivitas program yang melibatkan
adanya interaksi langsung antara klien dan staf yang
merupakan pusat dari pencapaian tujuan program.
Tipe evaluasi ini diawali dengan analisis dari sistem
pemberian layanan. Evaluasi ini berupaya
menganalisa dan menilai keseluruhan proses
berdasarkan kriteria yang relevan.
Evaluasi proses memiliki pertanyaan-
pertanyaan kunci yang ingin dijawab, yakni:
1) Apa yang dilakukan?
2) Seberapa baik itu dilakukan?
36
3) Apakah yang dilakukan itu adalah yang ingin
dilakukan?
c. Evaluasi Hasil (Output)
Evaluasi hasil memfokuskan diri pada
keseluruhan dampak dari suatu program terhadap
penerima layanan. Pertanyaan utama yang muncul
dalam evaluasi hasil yaitu bagaimana penerima
layanan akan menjadi berbeda setelah menerima
layanan tersebut? Pertanyaan ini akan
mengkonstruksikan kriteria keberhasilan dari suatu
program. Kriteria keberhasilan ini akan dapat
dikembangkan sesuai dengan kemajuan suatu
program (program oriented) ataupun pada
terjadinya perubahan perilaku pada klien (client
oriented).
Evaluasi hasil memiliki pertanyaan-pertanyaan
kunci yang ingin dijawab, yakni:
1) Seberapa baik program berjalan?
2) Apakah tujuan pelayanan pada klien tercapai
pada tingkat yang sesuai dengan yang
diharapkan?
3) Apakah program menghasilkan perubahan pada
penerima layanan?
4) Apakah ada layanan tertentu yang diberikan
lebih banyak dibandingkan dengan layanan
lainnya?
37
4. Pendekatan Evaluasi
Istilah pendekatan evaluasi dapat diartikan sebagai
beberapa pendapat tentang apa tugas evaluasi dan
bagaimana melakukan evaluasi, dengan kata lain tujuan
dan prosedur evaluasi. Pendekatan evaluasi dan setiap
pendekatan memberikan petunjuk mengenai bagaimana
cara untuk mendapatkan informasi yang dapat berguna
dalam beberapa kondisi. Ada beberapa jenis pendekatan
evaluasi, sebagai berikut:38
a. Pendekatan Eksperimental (Experimental)
Pendekatan eksperimental adalah evaluasi yang
berorientasi pada penggunaan experimental science
dalam program evaluasi. Pendekatan ini berasal dari
kontrol eksperimen yang biasanya dilakukan dalam
penelitian akademik. Tujuan evaluator untuk
memperoleh kesimpulan yang bersifat umum
tentang dampak suatu program tertentu yang
mengontrol sebanyak-banyaknya faktor dan
mengisolasi pengaruh program. Evaluator berusaha
sekuat tenaga menggunakan metode saintifik
sebanyak mungkin.
b. Pendekatan Orientasi Tujuan (Goal Oriented
Approach)
Pendekatan ini menggunakan tujuan program
sebagai kriteria untuk menentukan suatu
38
Dr. Farida Yusuf Tayibnapis, M.Pd., Evaluasi Program (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2000), h. 23-35.
38
keberhasilan. Evaluator mencoba mengukur sampai
sejauh mana tujuan dapat dicapai. Pendekatan ini
merupakan pendekatan yang wajar dan praktis untuk
desain dan pengembangan program. Pendekatan ini
memberi petunjuk pada pengembangan program,
menjelaskan hubungan antara kegiatan yang
ditawarkan dan hasil yang dicapai. Dengan
demikian ada hubungan yang logis antara kegiatan,
hasil, dan prosedur pengukuran hasil.
c. Pendekatan Fokus Keputusan (Decision Focused
Approach)
Pendekatan evaluasi ini menekankan pada
peranan informasi yang sistematik untuk pengelola
program dalam menjalankan tugasnya. Informasi
memberikan manfaat dan membantu para pengelola
program membuat keputusan. Evaluator
membutuhkan dua informasi dari klien. Pertama,
evaluator harus mengetahui keputusan penting pada
setiap periode selama program berjalan. Kedua,
evaluator harus mengetahui butir informasi yang
mungkin akan sangat berpengaruh untuk setiap
keputusan.
d. Pendekatan Orientasi Pemakai (User Oriented
Approach)
Dalam pendekatan ini, evaluator menyadari
adanya elemen yang akan mempengaruhi kegunaan
evaluasi. Elemen ini meliputi cara-cara pendekatan,
39
kepekaan, dan faktor kondisi. Evaluator melibatkan
orang penting ke dalam proses evaluasi, sehingga
mereka merasa tidak asing lagi terhadap hasil
evaluasi apabila disodorkan kepada mereka.
Kelebihan pendekatan ini adalah perhatiannya
terhadap individu yang berurusan dengan program
dan perhatiannya terhadap informasi yang berguna
untuk individu tersebut.
e. Pendekatan Responsif (Responsive Approach)
Pendekatan responsif adalah evaluasi yang
mencari isu dari sudut pandang orang yang terlibat,
berminat, dan berkepentingan dengan program.
Dalam pendekatan ini, evaluator tidak percaya
adanya jawaban yang dapat dapat ditemukan dengan
instrumen tes, kuesioner, atau analisis statistik.
Tujuan evaluator adalah berusaha untuk mengerti
setiap urusan program melalui berbagai sudut
pandang yang berbeda. Pendekatan ini ditandai
dengan ciri-ciri penelitian yang kualitatif,
naturalistik, bukan kuantitatif.
f. Pendekatan Evaluasi Bebas Tujuan (Goal Free
Evaluation Approach)
Pendekatan evaluasi ini adalah pendekatan
evaluasi mengenai pengaruh yang sesungguhnya
dan objektifitas yang ingin dicapai suatu program.
Evaluator seharusnya tidak mengetahui tujuan yang
ingin dicapai suatu program, hal ini dikarenakan
40
untuk mengetahui pengaruh sesungguhnya dari
operasi program. Ciri-ciri pendekatan ini, yaitu:
1) Evaluator sengaja menghindar untuk
mengetahui tujuan program,
2) Tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu
tidak dibenarkan menyempitkan fokus evaluasi,
3) Pendekatan ini berfokus pada hasil yang
sebenarnya bukan pada hasil yang
direncanakan,
4) Hubungan evaluator dan manajer atau dengan
karyawan proyek dibuat seminimal mungkin,
5) Evaluasi menambah kemungkinan
ditemukannya dampak yang tidak diramalkan.
5. Konsep Evaluasi
a. Evaluasi Formatif dan Sumatif
Istilah evaluasi formatif dikembangkan oleh
Michael Scriven, yang awalnya outcame evaluation
of an intermediate stage in development of the
teaching instrument. Menurut Scriven (1967)
sebagaimana yang dikutip Wirawan, evaluasi
formatif adalah loop balikan dalam memperbaiki
produk. Selain itu, The Program Evaluation
Standards (1994) mendefinisikan evaluasi formatif
sebagai evaluasi yang didesain dan dipakai untuk
41
memperbaiki suatu objek, terutama ketika objek
tersebut sedang dikembangkan.39
Evaluasi formatif dilakukan untuk mendapatkan
beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh evaluator
dari suatu program. Pertama, untuk mengukur hasil
pelaksanaan program secara periodik. Kedua, untuk
mengukur apakah klien atau partisipan bergerak ke
arah tujuan yang direncanakan. Ketiga, untuk
mengukur apakah sumber-sumber yang ada telah
dipergunakan sesuai rencana. Keempat, untuk
menentukan koreksi apa yang harus dilakukan jika
terjadi penyimpangan. Dan kelima, untuk
memberikan balikan.40
Evaluasi sumatif dilaksanakan pada akhir
pelaksanaan program. Evaluasi ini dilakukan untuk
mengukur beberapa indikator, yaitu untuk pengaruh
program, untuk mengukur persepsi klien terhadap
program, untuk menentukan biaya program, untuk
menentukan keberhasilan program, untuk
menentukan tujuan program, untuk menentukan
manfaat program, untuk menentukan komponen
efektif program, untuk mengomunikasikan hasil
39
Dr. Wirawan, MSL, Sp.A., M.M., M.Si., Evaluasi: Teori, Model,
Standar, Aplikasi, dan Profesi (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), h.
86. 40
Dr. Wirawan, MSL, Sp.A., M.M., M.Si., Evaluasi: Teori, Model,
Standar, Aplikasi, dan Profesi (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), h.
87-89.
42
evaluasi kepada pemangku kepentingan, dan untuk
mengambil keputusan.41
b. Evaluasi internal dan Eksternal
Evaluasi internal dilakukan oleh evaluator dari
dalam proyek dan evaluasi eksternal dilakukan oleh
evaluator dari luar proyek. Evaluator ini tentu lebih
banyak mengetahui tentang programnya, berbeda
dengan evaluator eksternal yang sulit untuk
mengetahui lebih banyak tentang programnya.
Evaluator internal sedikit agak sulit untuk menjadi
objektif dalam memberikan penilaian terhadap
program, sebaliknya evaluator eksternal sedikit agak
mudah untuk menjadi objektif dalam memberikan
penilaian terhadap program.42
6. Indikator Evaluasi
Secara bahasa, indikator dapat diartikan sebagai
sesuatu yang dapat memberikan atau menjadi petunjuk
atau keterangan. Sedangkan secara istilah, indikator
merupakan suatu alat ukur untuk menunjukkan atau
menggambarkan mengenai keadaan dari berbagai
macam hal yang dapat menjadi pokok perhatian, antara
lain menyangkut tentang fenomena sosial, ekonomi,
penelitian, dan proses usaha untuk meningkatkan nilai
41
Dr. Wirawan, MSL, Sp.A., M.M., M.Si., Evaluasi: Teori, Model,
Standar, Aplikasi, dan Profesi (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), h.
89. 42
Dr. Farida Yusuf Tayibnapis, M.Pd., Evaluasi Program (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2000), h. 40-41.
43
kualitas. Indikator dapat berbentuk berupa ukuran,
angka, atribut, atau pendapat yang dapat menunjukkan
suatu keadaan.43
Dalam buku New Life Options terdapat empat
indikator yang digunakan untuk mengevaluasi suatu
kegiatan, yakni:44
a. Indikator Ketersediaan
Indikator ini melihat apakah unsur-unsur dalam
suatu proses itu benar ada. Misalnya, dalam suatu
program pembangunan sosial yang menyatakan
bahwa diperlukan suatu tenaga lokal yang terlatih
untuk menangani kasus rumah tangga.
b. Indikator Relevansi
Indikator ini menunjukkan seberapa relevan
suatu teknologi atau layanan yang ditawarkan.
Misalnya, program pemberdayaan perempuan
pedesaan dimana mereka diperkenalkan kompor
teknologi. Pada contoh ini perempuan pedesaan
lebih mengenal kompor yang biasa digunakan
daripada kompor teknologi tersebut.
c. Indikator Efisiensi
Indikator ini menunjukkan apakah sumber daya
dan aktivitas yang dilaksanakan guna mencapai
tujuan dimanfaatkan secara tepat (efisien).
43
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat,
Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), h. 126. 44
New Life Option: Evaluasi Program, h. 73.
44
Misalnya, suatu layanan yang dijalankan dengan
baik maka hanya memanfaatkan 4 tenaga lapangan
dan tidak mempekerjakan 10 tenaga lapangan
dengan alasan untuk menghindari terjadinya
pengangguran.
d. Indikator Keterjangkauan
Indikator ini melihat apakah layanan yang
ditawarkan masih berada dalam jangkauan pihak-
pihak yang membutuhkan. Misalnya, apakah
puskesmas yang didirkan untuk melayani
masyarakat desa berada pada posisi yang strategis
sehingga dapat diakses atau dijangkau.
7. Pengertian Program
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang
diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (1998), program dapat diartikan sebagai
rencana. Program dalam hal ini dimaksudkan seperti
pertunjukan siaran, pagelaran budaya, dsb.45
Menurut
Joan L. Herman, dkk (1987) dalam bukunya yang
berjudul Evaluator’s Handbook sebagaimana dikutip
oleh Farida Yusuf Tayibnapis, program adalah segala
sesuatu yang coba dilakukan seseorang dengan harapan
dan tujuan akan mendatangkan hasil atau pengaruh.46
45
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1998), h. 702. 46
Dr. Farida Yusuf Tayibnapis, M.Pd., Evaluasi Program (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2000), h. 9.
45
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto dalam
bukunya yang berjudul Penilaian Program Pendidikan,
mendefinisikan program sebagai sederetan rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai
kegiatan.47
Jadi, berdasarkan pendapat atau pandangan
dari para ahli mengenai pengertian program, maka telah
dapat disimpulkan bahwa definisi program adalah
sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
seseorang, organisasi, dan negara dengan harapan dan
tujuan akan mendatangkan hasil atau pengaruh.
8. Tujuan Program
Tujuan program adalah sasaran atau maksud yang
harus dicapai dalam proses pelaksanaan kegiatan yang
direncanakan. Tujuan merupakan suatu yang pokok dan
harus dijadikan pusat perhatian oleh evaluator. Jika suatu
program memiliki tujuan yang tidak bermanfaat, maka
program tersebut tidak perlu dilaksanakan. Tujuan
program dibagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum
dan tujuan khusus. Output program jangka panjang
disebut tujuan umum, sedangkan tujuan khusus
menunjukan output dari program jangka pendek.48
9. Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi program merupakan suatu metode yang
sistematik untuk mengumpulkan, menganalisis, dan
47
Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan (Jakarta: PT. Bina
Aksara, 1988), h. 34. 48
Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan (Jakarta: PT. Bina
Aksara, 1988), h. 35 & 45.
46
memakai informasi dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan dasar mengenai program. Evaluasi program
dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:49
a. Evaluasi Proses (Process Evaluation)
Evaluasi proses meneliti dan menilai apakah
strategi program telah dilaksanakan sesuai dengan
rencana dan apakah target populasi yang
direncanakan telah dilayani.
b. Evaluasi Manfaat (Outcome Evaluation)
Evaluasi manfaat meneliti, menilai, dan
menentukan apakah program telah menghasilkan
perubahan yang diharapkan.
c. Evaluasi Akibat (Impact Evaluation).
Evaluasi akibat meneliti, menilai, dan
menentukan apakah program memberikan pengaruh
atau perubahan yang sesuai dengan tujuan atau tidak
sesuai dengan tujuan.
B. Terapi Ilahiyah
1. Pengertian Terapi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), terapi
dapat diartikan sebagai usaha untuk memulihkan,
mengobati, dan merawat kesehatan seseorang yang
49
Dr. Wirawan, MSL, Sp.A., M.M., M.Si., Evaluasi: Teori, Model,
Standar, Aplikasi, dan Profesi (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), h.
17.
47
sedang sakit.50
Sedangkan dalam kamus kedokteran,
terapi dapat diartikan sebagai pemberian pertolongan
kepada orang sakit dan usaha atau cara menyembuhkan
orang sakit.51
Selain itu, kamus lengkap psikologi
mengartikan terapi sebagai bentuk perlakuan dan
pengobatan yang ditujukan kepada penyembuhan suatu
kondisi yang menyimpang (patologis) pada diri
seseorang.52
Jadi berdasarkan pengertian-pengertian di atas,
maka dapat penulis simpulkan bahwa terapi adalah suatu
cara atau proses untuk memulihkan, mengobati, dan
merawat kondisi kesehatan seseorang yang sedang sakit
agar dapat sehat kembali seperti semula. Terapi biasanya
diawali dengan mempelajari gejala apa yang muncul,
setelah itu melakukan diagnosis, terus mengobati
penyakitnya, dan terakhir melakukan perawatan hingga
kondisi kesehatan pasien dapat kembali seperti semula.
Orang yang biasa melakukan terapi disebut sebagai
terapis.
Prinsip terapi menurut Dadang Hawari, yaitu
berobat dan bertobat. Berobat artinya membersihkan
narkoba dari tubuh pasien dan bertobat artinya pasien
memohon petunjuk kepada Allah agar tidak
50
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1998), h. 935. 51
Ahmad Ramli, Kamus Kedokteran (Jakarta: Djambatan, 1999), h. 354. 52
J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 507.
48
mengonsumsi narkoba kembali. Hal ini dikarenakan
selain pasien membutuhkan terapi medis, maka pasien
juga membutuhkan terapi non medis, seperti berdo’a dan
lainnya.53
Ini sesuai firman Allah dalam Surat Al-
Baqarah Ayat 186 yang artinya:
“.......Aku mengabulkan permohonan orang yang
mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku........”
2. Jenis Metode Terapi
Menurut Dadang Hawari dalam bukunya berjudul
Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika,
Alkohol, dan Zat Adiktif) terdapat lima jenis metode
terapi, yaitu:54
a. Terapi Medik-Psikiatrik (Psikofarmaka)
Dampak penyalahgunaan NAZA adalah
terganggunya sistem neuro-transmitter pada
susunan syaraf pusat otak yang menimbulkan
gangguan mental dan perilaku. Gangguan mental
dan perilaku masih berlanjut meskipun NAZA
sudah hilang dari tubuh setelah menjalani
detoksifikasi. Untuk memperbaiki gangguan dan
memulihkan fungsi neuro-transmitter pada susunan
syaraf pusat otak, maka diperlukan obat-obatan yang
berkhasiat yaitu psikofarmaka golongan major
transquilizer dan anti-depressant.
53
Prof. Dr. H. Dadang Hawari, Terapi (Detoksifikasi) dan Rehabilitasi
NAPZA (Jakarta: UI Press, 1999), h. 20. 54
Prof. Dr. H. Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan
NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif) (Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
2006), h. 103.
49
b. Terapi Medik-Psikiatrik (Psikoterapi)
Selain menggunakan terapi dengan obat,
pecandu NAZA juga diberikan terapi kejiwaan
(psikologik) yang dinamakan psikoterapi. Tujuan
menggunakan terapi psikoterapi adalah untuk
memperkuat struktur kepribadian mantan pecandu
NAZA, seperti meningkatkan citra diri,
mematangkan kepribadian, memulihkan
kepercayaan, dan lain sebagainya. Keberhasilan
terapi psikoterapi dapat dilihat apabila mantan
pecandu NAZA mampu mengatasi kehidupan tanpa
harus melarikan diri kembali ke NAZA.
c. Terapi Medik-Somatik
Terapi medik-somatik adalah terapi yang
dilakukan dengan menggunakan obat-obatan yang
berkhasiat untuk memulihkan atau mengobati
kelainan-kelainan fisik baik sebagai akibat
dilepaskannya NAZA dari dalam tubuh
(detoksifikasi), yaitu gejala putus NAZA
(withdrawal symptoms) maupun komplikasi medik
berupa kelainan-kelainan organ tubuh akibat dari
penyalahgunaan NAZA.
d. Terapi Psiko-Sosial
Terapi psiko-sosial adalah upaya untuk
memulihkan kembali kemampuan beradaptasi dari
penyalahgunaan atau ketergantungan NAZA ke
dalam kehidupannya sehari-hari. Sebagaimana
50
diketahui akibat dari penyalahgunaan atau
ketergantungan NAZA adalah gangguan mental dan
perilaku yang bercorak anti-sosial. Dengan
menggunakan terapi ini diharapkan perilaku anti-
sosial dapat berubah menjadi perilaku secara sosial
dapat diterima (adaptive behavior).
e. Terapi Keagamaan (Psikoreligius)
Terapi keagamaan (psikoreligius) terhadap
pecandu NAZA ternyata memegang peranan penting
baik dari segi pencegahan, terapi, maupun
rehabilitasi. Clinebell (1981) menyampaikan hasil
penelitiannya, bahwa setiap manusia (sekalipun
atheis) terdapat kebutuhan dasar spiritual.
Kebutuhan dasar spiritual ini adalah kebutuhan
kerohanian, keagamaan, dan keTuhanan yang
karena faham materialisme dan sekulerisme
menyebabkan kebutuhan dasar tadi terabaikan dan
terlupakan tanpa disadari.
3. Pengertian Ilahiyah
Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI),
ilahiyah artinya keTuhanan. Sedangkan menurut istilah,
ilahiyah merupakan mengesakan, menunggalkan, dan
memperuntukan kepada Allah dari segala macam ibadah
yang lahir dan batin baik berupa perbuatan maupun
perkataan, dan meniadakan peribadatan dari segala
51
sesuatu apapun wujudnya selain Allah.55
Sebagaimana
firman-Nya dalam Surat Al-Ikhlas Ayat 1-2 yang
artinya:
“Katakanlah Dialah Allah Yang Maha Esa. Hanya Allah
tempat bergantung”
4. Pengertian Terapi Ilahiyah
Merujuk dari pengertian mengenai terapi dan
ilahiyah di atas, maka pengertian terapi ilahiyah adalah
suatu cara atau proses memulihkan, mengobati, dan
merawat kondisi kesehatan seseorang yang sedang sakit
agar dapat sehat kembali seperti semula dengan
mendekatkan diri kepada Allah serta menjalankan segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena
hanya Allah lah yang dapat menolong manusia, hanya
Allah lah yang dapat mengabulkan segala do’a, dan
hanya Allah lah yang memiliki kekuatan tanpa batas.
5. Fungsi dan Tujuan Terapi Ilahiyah
Menurut M. Hamdani dalam bukunya yang berjudul
Konseling dan Psikoterapi Islam Penerapan Metode
Sufistik terdapat tiga fungsi terapi ilahiyah, yaitu:56
a. Fungsi Pencegahan (Preventif)
Dengan mempelajari, memahami, dan
mengaplikasikan terapi, maka seseorang akan
55
Syekh Hafizh Hakami, Tanya Jawab Akidah Islam (Jakarta: Gema
Insani Press, 1998), h. 43. 56
M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam
Penerapan Metode Sufistik (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2004), h. 276-
278.
52
terhindar dari keadaan atau peristiwa yang
membahayakan nyawa, jiwa, mental, dan spiritual.
b. Fungsi Penyembuhan (Treatment)
Dengan terapi akan membantu seseorang
melakukan pemulihan, pengobatan, dan perawatan
terhadap penyakit, seperti penyakit jiwa, mental, dan
spiritual.
c. Fungsi Pensucian dan Pembersihan
(Sterilisasi/Purification)
Dengan terapi akan membantu upaya
pensucian-pensucian diri dari segala dosa.
Sedangkan tujuan terapi ilahiyah menurut M.
Hamdani dalam bukunya, yaitu:
a. Memberikan pertolongan kepada setiap individu
agar sehat jasmani, rohani, spiritual, dan moral.
b. Menggali dan mengembangkan potensi esensi
sumber akibat dari penggunaan zat daya insani.
c. Mengantarkan setiap individu kepada perubahan
konstruksi dalam kepribadian dan etos kerja.
d. Meningkatkan kualitas keimanan, keikhlasan, dan
ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari.
e. Mengantarkan individu mencintai jati diri, citra diri,
dan Allah SWT.
53
6. Model Terapi Ilahiyah
Model terapi berdasarkan Alqur’an dan Sunnah
menurut Musfir bin Said Az-Zahrani dalam bukunya
yang berjudul Konseling Terapi, yaitu:57
a. Terapi dengan Keimanan
Al-Qur’an telah menggambarkan secara
gamblang bagaimana iman kepada Allah bisa
mendatangkan rasa aman dan ketenangan dalam diri
orang yang beriman, sebagaimana firman-Nya
dalam Surat Al-An’aam Ayat 82 yang artinya:
“Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman
(syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat
keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk”
Terealisasinya ketenangan diri dan kemanan
dalam hati seorang mukmin muncul dari
keimanannya yang murni kepada Allah, hingga ia
selalu memiliki harapan dalam mendapatkan
pertolongan dan penjagaan dari-Nya. Dengan
demikian, ia akan selalu merasa bahwa Allah selalu
bersamanya dan selalu menolongnya. Sesungguhnya
dengan merasa bahwa Allah akan selalu
membantunya dalam setiap kesempatan adalah satu
jaminan akan adanya rasa aman dan tenang dalam
diri seseorang.
57
Dr. Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi (Jakarta: Gema
Insani Press, 2005), h. 470-505.
54
b. Terapi dengan Ibadah
Menunaikan ibadah yang telah Allah wajibkan,
seperti shalat, zakat, puasa, dan haji, merupakan satu
cara untuk menghapuskan dosa dan memperkuat
ikatan seorang mukmin kepada Allah yang
ditampakkannya dengan selalu mematuhi segala
perintah-Nya dan selalu menjauhi segala larangan-
Nya. Dengan kedekatannya kepada Allahlah, maka
akan muncul harapan agar Allah dapat mengampuni
segala kesalahannya dan semakin mengkuatkan cita-
citanya dalam menggapai surga-Nya.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang
diriwayatkan oleh Bukhari dari Hudzaifah Ibnul-
Yaman:
“Fitnah dan cobaan pada diri seseorang akan muncul
pada keluarganya, hartanya, anaknya, dirinya, dan
juga tetangganya, yang semuanya ini dapat
ditanggulangi dengan puasa, shalat, sedekah,
menyerukan kepada kebaikan dan juga melarang
kepada kemungkaran”
Terapi dengan ibadah yang bisa dilakukan oleh
seseorang adalah sebagai berikut:
1) Terapi dengan Shalat
Shalat adalah satu nama yang menunjukkan
adanya ikatan yang kuat antara hamba dengan
Tuhannya. Dalam shalat, hamba seolah berada
di hadapan Tuhannya dan memohon banyak hal
kepada-Nya. Perasaan ini akhirnya bisa
menimbulkan adanya kejernihan spiritualitas,
55
ketenangan hati, dan keamanan diri di kala
hamba mengerahkan semua emosi dan anggota
tubuhnya mengarah kepada-Nya dengan
meninggalkan semua kesibukan dunia dan
permasalahannya.
Shalat dapat memotivasi individu untuk
lebih menjernihkan hati dan menghapus segala
penyakit kejiwaan dan dengki hati. Shalat pun
akan menjadi penerang bagi hati, wajah dan
sugesti bagi tubuh. Shalat akan mampu
mendatangkan rezeki, mencegah kezaliman,
menenangkan diri individu-individu yang
terzalimi, mengendalikan syahwat, menjaga
posisi nikmat, menolak bala, mendatangkan
rahmat bagi tiap individu, dan menghapus
segala gundah gulana.
2) Terapi dengan Zakat dan Sedekah
Mengeluarkan zakat dan sedekah kepada
fakir miskin dan orang yang membutuhkan
merupakan latihan bagi orang muslim agar bisa
bersikap baik kepada mereka dan membantu
mereka. Selain itu, hal ini dapat memperkuat
persatuan di antara kedua belah pihak dan
memunculkan tanggungjawab dalam membantu
orang yang kekurangan. Dengan zakat dan
sedekah, maka dapat mencintai sesamanya dan
56
melepaskan sikap egois, tamak, kikir, dan
membangga-banggakan diri.
Allah telah memerintahkan rasul-Nya
untuk mengambil dan mengumpulkan zakat dan
sedekah dari harta kaum muslimin yang kaya.
Hal ini dikarenakan sedekah mampu
membersihkan dan menyucikan jiwa, sesuai
dengan firman-Nya dalam Surat At-Taubah
Ayat 103 yang artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkan dan
menyucikan mereka, dan mendo’alah untuk
mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi)
ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui”
3) Terapi dengan Puasa
Puasa merupakan salah satu latihan dan
didikan bagi jiwa dan banyak mengandung
terapi penyakit kejiwaan dan penyakit fisik.
Ketika sedang melaksanakan puasa, maka
seorang muslim selalu berusaha untuk
berperilaku baik dan berlatih sabar dalam
menahan syahwatnya. Di bidang kedokteran,
puasa memiliki faedah dan manfaat dalam
mengobati banyak penyakit tubuh. Puasa adalah
terapi yang paling efisien dalam melepaskan
diri dari penyakit kejiwaan.
57
4) Terapi dengan Haji
Haji adalah rukun kelima dari rukun islam.
Haji dilakukan bagi siapa pun yang telah
mampu mengerjakannya dan hanya sekali
seumur hidup dengan syarat-syarat yang telah
ditentukan. Dengan haji, perasaan kaum
muslimin akan selalu bergemuruh dalam rasa
aman, tenang, dan bahagia serta menahan
dirinya dalam memikul beban dan lelah. Haji
merupakan terapi atas perasaan berdosa dan
bersalah, karena dengan hajilah semua dosa dan
kesalahan dapat diampuni.
5) Terapi dengan Kesabaran
Sabar adalah salah satu penyebab
datangnya keberuntungan. Yang dimaksud
keberuntungan disini yaitu kemenangan dalam
menggapai atau memperoleh surga yang kekal.
Sabar memiliki faedah dan manfaat yang besar
dalam mendidik kejiwaan dan menguatkan
kepribadian bagi kaum muslim hingga
menambah kekuatannya untuk dapat memikul
beban kehidupan dan juga memperbaharui
kembali semangat untuk menghadapi segala
permasalahan hidup.
6) Terapi dengan Istighfar dan Tobat
Dalam kehidupannya, manusia tidak lepas
dari kesalahan dan khilaf. Manusia juga pernah
58
mengerjakan perbuatan yang berdosa, seperti
maksiat kecil ataupun besar. Apabila manusia
telah melakukan perbuatan dosa, maka
diwajibkannya untuk bertobat. Allah menjajikan
pengampunan dari segala perbuatan dosa bagi
orang-orang yang ingin bertobat hingga mereka
akan merasakan ketenangan dalam dirinya
dengan terlepasnya dosa-dosa yang
meresahkannya.
7) Terapi dengan Dzikir
Dengan konsisten untuk beribadah,
mengingat, bersyukur, memohon ampunan, dan
berdo’a kepada Allah, akan semakin
mendekatkan diri manusia kepada Tuhannya.
Pada saat itulah manusia akan merasakan
penjagaan dan pengawasan-Nya. Dzikir atau
mengingat Allah merupakan sebaik-baiknya
ibadah. Semua ibadah pada hakikatnya adalah
bentuk usaha untuk mengingat Allah dengan
cara mengucapkan takbir, tahlil, tahmid, syukur,
membaca Al-Qur’an, dan bershalawat.
8) Terapi dengan Do’a
Do’a merupakan salah satu sarana ibadah
dan mengingat kepada Allah, bahkan do’a
merupakan otak dari semua ibadah yang ada.
Dalam do’a ada kelapangan hati dan penawar
bagi segala keraguan, keresahan, dan bencana.
59
Seorang muslim yang sedang berdo’a berharap
agar Allah dapat mengabulkan do’anya dengan
harapan mampu meringankan derita yang
dialaminya dan menumbuhkan kekuatan dalam
hatinya untuk menghadapi masalah dan
bersabar atas masalahnya.
C. Pecandu Narkoba
1. Pengertian Pecandu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
pecandu berasal dari kata dasar yaitu candu, yang dapat
diartikan sebagai suatu hal yang telah menjadi
kegemaran, ketagihan, dan ketergantungan. Sedangkan
definisi pecandu adalah orang yang menjadikan suatu hal
sebagai kegemaran, ketagihan, dan ketergantungan baik
berupa fisik dan psikologis. Pecandu sering melakukan
kegemaran, ketagihan, dan ketergantungannya secara
berulang-ulang. Selain itu, pecandu juga sulit untuk
melepaskan apa yang telah menjadi kegemarannya
tersebut.
2. Pengertian Narkoba
Secara akronim, narkoba kepanjangan dari
narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lain.58
Sedangkan secara istilah, narkoba adalah zat, obat, dan
bahan kimia baik sintetik ataupun organik yang
58
A. Kadarmanta, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa (Jakarta: PT.
Forum Media Utama, 2010), h. 41.
60
dimasukan ke dalam tubuh dengan cara dimakan,
diminum, dihirup, disuntik, diintravena dan lain
sebagainya sehingga dapat mengakibatkan perubahan
pada psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati,
dan perilaku manusia. Adapun yang termasuk ke dalam
jenis narkoba yaitu, narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktif.
3. Jenis Narkoba
a. Narkotika
Secara bahasa, narkotika diambil dari bahasa
yunani, yaitu narke yang artinya keadaan tidak sadar
dan narcissus yang artinya sejenis tumbuhan yang
dapat membuat orang tidak sadar. Sedangkan secara
istilah, narkotika adalah zat-zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bahan tanaman, baik
berbentuk sintetis maupun bukan sintetis, yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran dan zat yang dapat menghilangkan rasa
nyeri, serta dapat menyebabkan ketergantungan.59
Dalam Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 35 Tahun 2009, narkotika dimasukkan ke
dalam tiga golongan, yakni:60
59
Drs. Hari Sasangka, SH., MH., Narkotika dan Psikotropika dalam
Hukum Pidana (Bandung: CV. Mandar Maju, 2003), h. 35. 60
Eunike Sri Tyas Suci, dkk, Long and Winding Road Jalan Panjang
Pemulihan Pecandu Narkoba (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2015),
h. 6-7.
61
1) Narkotika Golongan I
Narkotika golongan I adalah narkotika
yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak
dapat digunakan dalam terapi serta mempunyai
potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: heroin, kokain, opium,
ganja, katinon, dan lain-lain.
2) Narkotika Golongan II
Narkotika golongan II adalah narkotika
yang berkhasiat untuk pengobatan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam
terapi, dan/atau untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh:
morfin, petidin, fentanil, metadon, dan lain-lain.
3) Narkotika Golongan III
Narkotika golongan III adalah narkotika
yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: codein, buprenorfin,
etilmorfin, dan lain-lain.
62
Menurut sunarno dalam bukunya berjudul
Narkoba Bahaya dan Upaya Pencegahan, ada
empat jenis narkotika yang beredar luas dan banyak
dikonsumsi oleh masyarakat indonesia, yakni:61
1) Ganja
Ganja merupakan jenis narkotika yang
berasal dari tanaman dan daunnya menyerupai
daun singkong. Narkotika jenis daun ganja
banyak tumbuh di beberapa daerah di indonesia,
seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera bagian
tengah, Sumatera Selatan, dan Pulau Jawa.
Adapun ciri-ciri daun ganja, yaitu daun
bergerigi, berbulu halus, jumlah daun ganjil,
kalau diremas keluar bau yang khas, bunganya
ada bagian jantan dan betina serta memiliki
buah berwarna cokelat dan sebesar biji melinjo.
Penggunaan daun ganja dapat dikonsumsi
dengan cara diisap, dimakan, dan dicampur
dengan tembakau. Orang yang mengonsumsi
daun ganja dapat dikenali dengan melihat
perilaku, raut wajah, dan gerak-geriknya,
misalnya matanya merah, tubuh malas bergerak,
rasa ngantuk yang tinggi, dan nafsu makan
berlipat ganda. Apabila daun ganja dikonsumsi
secara berlebihan akan memberikan dampak
61
Drs. Sunarno, Narkoba Bahaya dan Upaya Pencegahannya (Semarang:
PT. Bengawan Ilmu, 2007), h. 12-26.
63
negatif, seperti merusak organ tubuh, dan
merusak pusat susunan syaraf otak.
2) Opium atau Candu
Opium adalah bunga dengan bentuk yang
sangat indah dan dari pohon opium inilah bisa
diambil getahnya untuk diolah yang dapat
menghasilkan candu. Adapun ciri-ciri tanaman
opium, yaitu jenis tanaman perdu, tinggi pohon
kira-kira 110 cm, buahnya berwarna hijau
sebesar buah jeruk nipis, daunnya berwarna
hijau dengan panjang 25 cm, getahnya berwarna
putih dan berubah warna menjadi cokelat, serta
tumbuhan musiman dan dapat tumbuh di daerah
bersuhu 20 derajat celcius.
Penggunaan opium atau candu dapat
menghilangkan rasa putus asa yang sifatnya
sementara. Orang mengonsumsi opium atau
candu hanya untuk mengambil jalan pintas
untuk lari dari permasalahan hidup yang
dihadapinya. Opium atau candu dapat
memberikan dampak yang negatif bagi
pemakainya, seperti rasa mual sehingga ingin
muntah, pupil mata mengecil, sering menguap
karena perasaan mengantuk, nafas terasa berat
dan melemah, serta menimbulkan berbagai
penyakit kulit.
64
3) Putaw
Jenis ini adalah sama halnya dengan ganja
dan opium atau candu. Putaw merupakan hasil
olahan dari tanaman candu tetapi bentuknya
yang berbeda. Putaw memiliki bentuk seperti
serbuk berwarna putih atau cokelat tua dan
tidak menutup kemungkinan berbentuk cairan.
Putaw adalah salah satu jenis dari narkotika
golongan I yang dapat menimbulkan
ketergantungan terhadap si pemakai.
Penggunaan jenis putaw dapat dikonsumsi
dengan cara diisap, dimakan, dan disuntikkan.
Penyebab orang menggunakan putaw
karena mengambil jalan pintas untuk terhindar
dari rasa tegang, tertekan, sedih, sakit, dan
masalah yang ada dalam kehidupannya. Orang
yang mengonsumsi putaw dengan secara
berlebihan, maka akan menimbulkan dampak
negatif, seperti rasa mual, pupil mata mengecil,
nafas berat dan melemah, sering menguap
karena merasa ngantuk, tubuh malas dan susah
bergerak serta menyebabkan ketagihan dan
sakaw.
4) Kokain
Kokain adalah jenis narkotika golongan I
yang berbentuk serbuk putih dan berasal dari
biji koka. Seperti jenis narkotika pada
65
umumnya, kokain juga memiliki pengaruh yang
cukup hebat. Pengaruh kokain bagi si pemakai
bila digunakan sesuai dengan aturan medis,
maka akan meningkatkan kemampuan fisik
seseorang. Sebaliknya, bila digunakan tanpa
aturan medis, maka pengaruh kokain bagi si
pemakai akan mengakibatkan over dosis,
kelumpuhan, dan kematian.
b. Psikotropika
Psikotropika adalah zat-zat atau obat baik alami
maupun sintetis tapi bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh yang selektif
pada susunan syaraf pusat (SSP) yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku
seseorang. Dari pengertian ini, maka psikotropika
memilik dua sifat, yaitu alami dan sintetis. Sifat
alami maksudnya adalah zat atau obat-obatan
tersebut berasal dari alam, sedangkan yang bersifat
sintetis maksudnya adalah hasil dari olahan pabrik.62
Menurut World Health Organization (WHO,
1966) sebagaimana yang dikutip Hari Sasangka,
psikotropika adalah obat yang bekerja pada atau
mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan, dan
pengalaman. Psikotropika diperkenalkan sejak
lahirnya cabang ilmu farmakologi yakni
62
Drs. Sunarno, Narkoba Bahaya dan Upaya Pencegahannya (Semarang:
PT. Bengawan Ilmu, 2007), h. 26.
66
psikofarmakologi yang khusus mempelajari
psikofarmaka atau psikotropik. Ilmu
psikofarmakologi berkembang dengan pesat sejak
ditemukannya alkoloid rauwolfia dan chlopromazin
yang ternyata efektif untuk mengobati kelainan
psikiatrik.63
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No.
5 Tahun 1977, psikotropika dimasukkan ke dalam
empat golongan, yakni:64
1) Psikotropika Golongan I
Psikotropika golongan I adalah
psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi amat
kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh: ekstasi, Lysergic acid diethylamide
(LSD), Dimethoxy amphetamine (DOM), dan
lain-lain.
2) Psikotropika Golongan II
Psikotropika golongan II adalah golongan
yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
63
Drs. Hari Sasangka, SH., MH., Narkotika dan Psikotropika dalam
Hukum Pidana (Bandung: CV. Mandar Maju, 2003), h. 63. 64
Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Undang-undang
Psikotropika, Narkotika, dan Zat Adiktif Lainnya (Bandung: Fokus Media,
2011), h. 35.
67
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh: sabu-sabu, metamfetamin, metakualon,
dan lain-lain.
3) Psikotropika Golongan III
Psikotropika golongan III adalah golongan
yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: amorbatinal,
buprenartina, butalbitol, dan lain-lain.
4) Psikotropika Golongan IV
Psikotropika golongan IV adalah golongan
yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: nitrozepan, diazepan,
nordazepan, dan lain-lain.
Psikotropika dapat memberikan tiga dampak
atau pengaruh bagi si pemakai, yakni:65
1) Stimulansia
Stimulansia merupakan obat-obatan yang
mengandung zat yang merangsang terhadap
otak dan syaraf. Obat-obat tersebut digunakan
65
Drs. Hari Sasangka, SH., MH., Narkotika dan Psikotropika dalam
Hukum Pidana (Bandung: CV. Mandar Maju, 2003), h. 69-98.
68
untuk meningkatkan daya konsentrasi dan
aktivitas mental serta fisik. Obat-obatan yang
termasuk dalam golongan stimulansia adalah
amfetamin, ekstasi, sabu, dan lainnya.
2) Depresiva
Depresiva merupakan obat-obatan yang
akan bekerja untuk mempengaruhi otak dan
susunan syaraf pusat (SSP) yang di dalam
pemakaiannya depresiva mempunyai efek
mengurangi kegiatan dari SSP sehingga
dipergunakan untuk menenangkan SSP atau
membuat si pemakai mudah tertidur. Obat-
obatan yang termasuk golongan depresiva
adalah barbiturat, benzodiazepin, metakualon,
dan lainnya.
3) Halusinogen
Halusinogen artinya obat-obatan yang
dapat menimbulkan daya khayal kuat, salah
persepsi tentang lingkungan dan dirinya baik
yang berkaitan dengan pendengaran,
penglihatan maupun perasaan. Halusinasi atau
khayalan adalah penghayatan semu, sehingga
apa yang dilihat tidaklah sesuai dengan bentuk
dan ruang yang sebenarnya. Obat-obatan yang
termasuk golongan halusinogen yaitu lysergic
acid diethylamide (LSD), dimethyl triptamine
69
(DMT), dimethyl tryptamine (DET), dan
lainnya.
c. Bahan Adiktif
Bahan adiktif adalah bahan atau zat yang
berpengaruh adiktif bagi pemakainya. Secara
bahasa, adiktif diambil dari bahasa inggris yaitu
addict yang artinya ketagihan, kecanduan, dan
ketergantungan. Jadi, pengertian bahan adiktif juga
dapat diartikan sebagai hal-hal yang menyebabkan
ketergantungan.66
Menurut keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
996/Menkes/SK/VIII/2002, bahan adiktif adalah
bahan atau zat yang penggunaannya dapat
menimbulkan ketergantungan psikis.67
Menurut Hari Sasangka dalam bukunya
berjudul Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum
Pidana, terdapat dua macam jenis bahan adiktif,
yaitu:68
1) Alkohol
Alkohol yaitu etanol atau etilalkohol yang
dapat diminum secara terbatas tanpa
mengakibatkan kerusakan. Alkohol adalah
66
Drs. Sunarno, Narkoba Bahaya dan Upaya Pencegahannya (Semarang:
PT. Bengawan Ilmu, 2007), h. 40. 67
Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Undang-undang
Psikotropika, Narkotika, dan Zat Adiktif Lainnya (Bandung: Fokus Media,
2011), h. 268. 68
Drs. Hari Sasangka, SH., MH., Narkotika dan Psikotropika dalam
Hukum Pidana (Bandung: CV. Mandar Maju, 2003), h. 105-120.
70
cairan bening, mudah menguap, dan mudah
bergerak, tidak berwarna, berbau khas, rasa
panas, mudah terbakar, dan nyala berwarna biru
tidak berasap. Alkohol merupakan popular
recreational drug yang dalam pengetahuan
penyalahgunaan obat-obatan disebut golongan
depresant, dikarenakan alkohol zat yang
bersifat rekreasi dan populer.
Dalam cerita zaman kuno banyak disebut
kesukaan minum-minuman yang mengandung
alkohol yang bersifat memabukkan. Minuman
yang dapat mengandung alkohol yaitu guiness
beer, wisky, vodca, brandy, cognac, wine, ciu,
tuak, arak, brem, dan sebagainya. Meminum
alkohol dalam jumlah yang banyak dan waktu
yang lama akan menimbulkan berbagai macam
akibat meliputi kesehatan fisik, kesehatan jiwa,
gangguan fungsi sosial dan pekerjaan serta
ketertiban dan keamanan.
2) Pelarut
Pelarut adalah pelarut organik dan bersifat
mudah menguap, seperti pelarut di dalam lem,
penghapus cat kuku, bahan bakar kendaraan,
dan sebagainya. Kebiasaan menghirup uap zat-
zat pelarut dapat menimbulkan reaksi yang
sama seperti meminum alkohol. Efek jangka
pendek dari menghirup uap zat-zat pelarut
71
mengakibatkan overdosis, kehilangan kontrol,
dan kesadaran. Sedangkan efek jangka
panjangnya mengakibatkan kerusakan otak,
hati, ginjal, gangguan pernafasan, dan infeksi
tenggorokan.
Lain pula menurut Sunarno dalam bukunya
berjudul Narkoba Bahaya dan Upaya Pencegahan
yang membagi empat macam jenis bahan adiktif,
yaitu:69
1) Inhalen
Inhalen adalah jenis narkoba yang
dikonsumsi dengan cara diisap atau dihirup.
Jenis golongan yang termasuk inhalen yaitu lem
perekat dan tiner. Bahan ini dapat menimbulkan
efek yang berbahaya bagi si pemakai, seperti
rusaknya pertumbuhan dan perkembangan otak,
rusaknya syaraf dan organ tubuh lainnya,
menyebabkan rasa mual dan muntah-muntah,
menghilangkan kesadaran dan ingatan,
membuat otot kejang, sakit saat buang air kecil,
dan kematian mendadak.
2) Amfetamin
Amfetamin adalah bahan atau zat adiktif
yang berbentuk pil, kapsul, dan serbuk. Bahan
ini termasuk jenis stimulan yang berefek
69
Drs. Sunarno, Narkoba Bahaya dan Upaya Pencegahannya (Semarang:
PT. Bengawan Ilmu, 2007), h.40-47.
72
memacu kerja sistem syaraf pusat. Amfetamin
biasanya digunakan oleh si pemakai untuk
keperluan obat diet atau yang ingin
melangsingkan tubuhnya. Bahan atau zat adiktif
ini dapat memberikan pengaruh terhadap fisik
atau tubuh bagi si pemakai, seperti
menghilangkan rasa lelah, rasa ngantuk, rasa
tertekan, dan rasa depresi, dan meningkatkan
aktivitas.
3) Magadon, Nipan, BK, dan Repinol
Magadon, nipan, bk, dan repinol
merupakan psikotropika golongan III yang
berbentuk pil dan berwarna kuning dan putih.
Jenis ini dapat memberikan efek stimulan, yang
artinya pemakai akan bertingkah lebih agresif.
Bahan atau zat adiktif ini dapat mengakibatkan
rusaknya sel-sel susunan syaraf otak atau syaraf
pusat sehingga otak tidak dapat berpikir secara
optimal. Selain itu, bahan atau zat adiktif ini
juga dapat merusak organ tubuh lainnya, seperti
hati, ginjal, paru-paru, dan jantung.
4) Rokok
Rokok termasuk narkoba jenis zat adiktif,
karena seorang yang perokok biasanya akan
ketagihan. Bahan yang terkandung dalam rokok
disebut nikotin, bahan ini yang menyebabkan
orang akan merasa ketagihan atau kecanduan.
73
Orang yang merokok biasanya merasakan
kenikmatan dan kenyamanan serta dapat
meningkatkan produktivitas. Bahan nikotin
dapat menyebabkan penyakit berbahaya, antara
lain stroke, jantung koroner, kanker, serta
radang saluran pernapasan dan paru-paru.
4. Pecandu narkoba
Pecandu narkoba adalah seorang penyalahguna
narkoba yang telah mengalami ketergantungan secara
fisik maupun psikis terhadap satu atau lebih dari jenis
narkoba. Ketergantungan narkoba merupakan dorongan
untuk menggunakan narkoba secara terus-menerus dan
penggunaannya dihentikan dengan cara gejala putus zat.
Berat ataupun ringannya gejala tersebut tergantung pada
jenis, dosis, dan lamanya penggunaan narkoba. Semakin
tinggi dosis yang digunakan dan semakin lama
penggunaannya, maka semakin hebat pula gejala
sakitnya.
D. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Menurut M. Arifin sebagaimana yang dikutip
Mujamil Qomar dalam bukunya yang berjudul
Pesantren, mendefinisikan pondok pesantren sebagai
suatu lembaga pendidikan agama islam yang tumbuh
serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama
(komplek) di mana santri-santri menerima pendidikan
74
agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang
sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership
seorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas
yang bersifat karismatik dan independen dalam segala
hal.70
Lembaga Research Islam sebagaimana yang dikutip
oleh Mujamil Qomar, definisi pondok pesantren adalah
suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam
menerima pelajaran-pelajaran agama islam sekaligus
tempat berkumpul dan tempat tinggalnya.71
Jadi dapat
disimpulkan bahwa pengertian pondok pesantren adalah
sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang
menekankan pada pelajaran agama islam dan didukung
adanya asrama yang dijadikan sebagai tempat tinggal
santri-santri yang bersifat permanen.
2. Tujuan Pondok Pesantren
Tujuan umum pondok pesantren adalah membina
masyarakat agar berkepribadian muslim sesuai dengan
ajaran-ajaran agama islam dan menanamkan rasa
keagamaan tersebut pada semua segi kehidupannya serta
menjadikannya sebagai orang yang bermanfaat bagi
70
Prof. Dr. Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren dari Transformasi
Metodologi menuju Demokratisasi Institusi (Jakarta: Erlangga), h. 2. 71
Prof. Dr. Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren dari Transformasi
Metodologi menuju Demokratisasi Institusi (Jakarta: Erlangga), h. 2.
75
agama, masyarakat, dan negara. Adapun tujuan khusus
pondok pesantren adalah sebagai berikut:72
a. Mendidik santri untuk menjadi muslim yang
bertaqwa kepada Allah, berakhlak mulia, memiliki
kecerdasan, keterampilan, dan sehat lahir batin
sebagai warga negara yang berpancasila.
b. Mendidik santri untuk menjadikan muslim selaku
kader-kader ulama dan mubaligh yang berjiwa
ikhlas, tabah, tangguh, dan wiraswasta dalam
mengamalkan sejarah islam secara utuh dan
dinamis.
c. Mendidik santri untuk memperoleh kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan agar dapat
menumbuhkan manusia yang dapat membangun
dirinya dan bertanggungjawab kepada pembangunan
bangsa dan negara.
d. Mendidik tenaga-tenaga penyuluh pembangunan
mikro (keluarga) dan regional (masyarakat).
e. Mendidik santri agar menjadi tenaga-tenaga yang
cakap dalam berbagai sektor pembangunan,
khususnya pembangunan mental-spiritual,
f. Mendidik santri untuk membantu meningkatkan
kesejahteraan sosial dalam rangka usaha
pembangunan masyarakat bangsa.
72
Prof. Dr. Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren dari Transformasi
Metodologi menuju Demokratisasi Institusi (Jakarta: Erlangga), h. 6-7.
76
3. Fungsi dan Peran Pondok Pesantren
Secara umum pondok pesantren memiliki tiga
fungsi utama yang dapat bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat, yakni:73
a. Sebagai lembaga pendidikan yang melakukan
transfer ilmu-ilmu agama (taffaquh fi aldin) dan
nilai-nilai islam (islamic values),
b. Sebagai lembaga keagamaan yang melakukan
kontrol sosial (social control),
c. Sebagai lembaga keagamaan yang melakukan
rekayasa sosial (social engineering).
Menurut Ma’shum sebagaimana yang dikutip oleh
Mujamil Qomar, fungsi pondok pesantren mencakup tiga
aspek, yakni:74
a. Fungsi religius (diniyyah),
b. Fungsi sosial (ijtimaiyyah),
c. Fungsi edukasi (tarbawiyyah).
Adapun peran penting pondok pesantren bagi
kehidupan masyarakat indonesia, yakni:75
a. Melakukan perjuangan untuk mengusir penjajah,
b. Memprakarsai berdirinya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI),
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa,
73
Drs. H. M. Sulthon Masyhud, dkk., Manajemen Pondok Pesantren
(Jakarta: Diva Pustaka, 2005), h. 6. 74
Prof. Dr. Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren dari Transformasi
Metodologi menuju Demokratisasi Institusi (Jakarta: Erlangga), h. 23. 75
Prof. Dr. Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren dari Transformasi
Metodologi menuju Demokratisasi Institusi (Jakarta: Erlangga), h. 25-26.
77
d. Memasukkan gagasan dan mendorong Keluarga
Berencana (KB),
e. Menanggulangi bahaya narkoba,
f. Sebagai pusat berlangsungnya transmisi ilmu-ilmu
islam tradisional,
g. Sebagai penjaga dan pemelihara keberlangsungan
islam tradisional,
h. Sebagai pusat reproduksi ulama,
i. Sebagai pusat penyuluhan kesehatan bagi
masyarakat pedesaan,
j. Sebagai pusat pengembangan teknologi bagi
masyarakat pedesaan,
k. Sebagai pusat pelestarian lingkungan hidup,
l. Sebagai pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat
di sekitarnya.
78
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Hikmah Syahadah
Pondok Pesantren (Ponpes) Hikmah Syahadah adalah
lembaga pelayanan rehabilitasi milik swasta yang didirikan
oleh Drs. KH. Romdin, MM.. Ponpes Hikmah Syahadah
didirikan pada tahun 1997 dan disahkan secara langsung oleh
Bupati Tangerang Drs. H. Ismet Iskandar dengan akta
pendirian Notaris Royani, SH No. 04 Tanggal 28 Agustus
tahun 2000. Awal mulanya Ponpes Hikmah Syahadah
merupakan perguruan Al-Hikmah yang bergerak di bidang
ilmu kebatinan untuk menjaga diri dan ilmu kesehatan secara
alami. Metode pendidikan ilmu keagamaan di Ponpes
Hikmah Syahadah menggunakan metode salafi yang di
dalamnya terdapat ilmu Al-Hikmah.
Pada tahun 1999, Ponpes Hikmah Syahadah diberikan
kepercayaan oleh seseorang yang berasal dari Lampung
untuk membantu proses rehabilitasi salah satu keluarganya
yang sedang mengalami gangguan kejiwaan akibat
penyalahgunaan narkoba. Proses rehabilitasi dilakukan
dengan menggunakan metode ilmu keagamaan yang biasa
disebut terapi ilahiyah. Setelah menjalani proses rehabilitasi
kurang lebih satu tahun, akhirnya orang dengan gangguan
jiwa (ODGJ) tersebut dapat dipulihkan. Pemulihan ODGJ ini
lalu menyebar di masyarakat sehingga Ponpes Hikmah
79
Syahadah mendapatkan kepercayaan untuk merehabilitasi
ODGJ, pecandu narkoba, dan anak nakal.
Metode terapi ilahiyah yang digunakan untuk
merehabilitasi ODGJ, pecandu narkoba, dan anak nakal
bersumber pada ilmu Al-Hikmah. Terapi ilahiyah ini
meliputi terapi gurat telunjuk petir yang dilakukan dua kali
dalam seminggu, terapi air do’a yang sudah dibacakan ayat-
ayat suci Al-Qur’an dan dzikir, terapi shalat fardhu dengan
cara berjama’ah, terapi dzikir syifa yang dibaca sehabis
shalat fardhu, dan terapi mandi malam pada hari jum’at jam
24.00 WIB. Semua terapi ini dilakukan melalui bimbingan
KH. Romdin dan terapis (ustadz). Sampai saat ini, Ponpes
Hikmah Syahadah masih dipercaya sebagai lembaga
rehabilitasi ODGJ, pecandu narkoba, dan anak nakal.76
B. Alamat Pondok Pesantren Hikmah Syahadah
Alamat lokasi Ponpes Hikmah Syahadah terletak di Jalan
Kampung Kadongdong RT 002 RW 003, Desa Pasir Nangka,
Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten.77
C. Visi dan Misi Pondok Pesantren Hikmah Syahadah
Ponpes Hikmah Syahadah memiliki visi dan misi.
Adapun visi dan misi tersebut sebagai berikut:78
76
Studi Dokumen Buku Profil Ponpes Hikmah Syahadah. 77
Studi Dokumen Buku Profil Ponpes Hikmah Syahadah. 78
Studi Dokumen Buku Profil Ponpes Hikmah Syahadah.
80
1. Visi
Membangun masyarakat dan generasi muda yang
cerdas, sehat serta memiliki kesadaran, pola pikir, dan
perilaku yang layak. Berkarya dan mengabdi di era
globalisasi ini berdasarkan ajaran agama islam dalam
rangka mengangkat harkat dan martabatnya.
2. Misi
Mengembangkan Ponpes Hikmah Syahadah yang
awalnya hanya sebagai lembaga pendidikan berkonsep
keagamaan hingga dapat sekaligus menjadi suatu
lembaga yang berperan dalam menyelamatkan,
mendidik, mengarahkan serta membekali korban
gangguan kejiwaan, pecandu narkoba, dan anak nakal,
termasuk masalah sosial dan kemasyarakatan lainnya
akibat tekanan hidup hingga dapat kembali berprestasi
dan mengabdi pada Negara dan lingkungan dengan tetap
berpegang teguh pada syariat agama islam.
D. Tujuan dan Fungsi Pondok Pesantren Hikmah Syahadah
Ponpes Hikmah Syahadah memiliki tujuan dan fungsi.
Adapun tujuan dan fungsi tersebut sebagai berikut:79
1. Tujuan
Memulihkan kondisi mental, fisik, psikis generasi
yang kuat, yang mampu menolong dan menasehati
dirinya sendiri dan orang lain dengan tetap berada dalam
koridor agama dalam berkarya dan mengabdi.
79
Studi Dokumen Buku Profil Ponpes Hikmah Syahadah.
81
2. Fungsi
Memberikan bimbingan dan pelayanan rehabilitasi
sosial yang bersifat preventif, kuratif, rehabilitatif, dan
promotif dalam bentuk pemberian terapi pengobatan
secara islami yang dinamakan terapi ilahiyah atau
telunjuk petir. Selain itu, di Ponpes Hikmah Syahadah
juga dilakukan pengembangan beberapa aktivitas yaitu:
a. Mengadakan multi layanan dan rehabilitasi sosial
(pusat rehabilitasi gangguan kejiwaan, narkoba, dan
anak nakal).
b. Mendirikan dan menyelenggarakan Sekolah Dasar
Islam (SDI).
c. Melakukan kerjasama dengan lembaga pendidikan
non formal (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau
PKBM), diantaranya:
1) Kejar paket B dan C yang dilaksanakan oleh
pemerintah,
2) Pelatihan keterampilan (bahasa, membuat
golok, peternakan, perikanan, dan kerajinan
tangan),
3) Pelatihan seni bela diri islam Al-Hikmah,
4) Pendidikan ilmu ketabiban dan pengobatan
alternatif.
d. Mengintegrasikan seluruh anggota yayasan dengan
orientasi penumbuhan dan pembangunan potensi
anggota.
e. Mendirikan dan menyelenggarakan Majelis Ta’lim.
82
f. Membangun dan mendirikan yayasan-yayasan
asuhan dan lembaga pendidikan untuk anak yatim
dan anak nakal.
E. Sumber Daya Manusia Pondok Pesantren Hikmah
Syahadah
Sumber daya manusia (SDM) yang tersedia di Ponpes
Hikmah Syahadah berjumlah 15 orang, dengan rincian
sebagai berikut:80
Tabel 3
Sumber Daya Manusia (SDM) di Pondok Pesantren Hikmah
Syahadah
No Nama Jabatan Pendidikan
1 Drs. KH. Romdin,
MM Ketua Ponpes Sarjana S2
2 Risa Riani
Romdin
Wakil Ketua dan
Tenaga Kerja Sosial Sarjana S1
3 Yeni Nuraeni Sekretaris Ponpes Sarjana S1
4 Hj. Hodijah Bendahara Ponpes Sarjana S1
5 Sobari Pekerja Sosial Sarjana S1
6 Rittah Riani
Romdin Tenaga Kerja Sosial Sarjana S1
7 Apriyudin Konselor Sarjana S1
8 Dede Hariri Konselor dan Terapis Sarjana S1
9 Ade Sodiqin Konselor dan Terapis Sarjana S1
10 Abu Wasirin Terapis Diploma
11 Iwan Keamanan SLTA
12 Aditya P. Keamanan SLTP
13 Aminah Juru Masak SLTP
80
Studi Dokumen Buku Profil Ponpes Hikmah Syahadah.
83
14 Rosyanti Juru Masak SLTP
15 Eulis Sukaesih Juru Masak SLTA
F. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Hikmah
Syahadah
Sarana dan prasana yang terdapat di Ponpes Hikmah
Syahadah, dengan rincian sebagai berikut:81
Tabel 4
Sarana dan Prasarana di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah
No Jenis Keterangan Jumlah
1 Sarana
Luas tanah 1200 m2
Kantor 1 unit
Gudang 1 unit
Ruang belajar 5 ruangan
Kamar inap 17 ruangan
MCK umum 6 buah
Wisma tamu 1 ruangan
Mushollah 1 buah
Lahan berkebun 200 m2
Lahan berternak 200 m2
Dapur 1 unit
2 Prasarana
Alat praktik berternak
dan berkebun 1 unit
Alat kesenian 1 unit
Kendaraan mobil 2 buah
Kendaraan motor 2 buah
Jet pam 1 unit
Penerangan listrik 1 unit
81
Studi Dokumen Buku Profil Ponpes Hikmah Syahadah.
84
G. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Hikmah
Syahadah
Di bawah ini merupakan bagan struktur kepengurusan di
Ponpes Hikmah Syahadah.82
82
Studi Dokumen Buku Profil Ponpes Hikmah Syahadah.
Ketua
Drs. KH. Romdin, MM.
Sekretaris
Yeni Nuraeni
Wakil Ketua
Risa Riani Romdin
Bendahara
Hj. Hodijah
Pekerja
Sosial
Sobari
Konselor
Apriyudin
Dede H.
Ade S.
Keamanan
Iwan
Aditya P.
Tenaga
Kerja Sosial
Risa R. R.
Rittah R. R.
Terapis
Abu W.
Dede H.
Ade S.
85
H. Program dan Kegiatan Pondok Pesantren Hikmah
Syahadah
Ponpes Hikmah Syahadah memberikan program
rehabilitasi bagi ODGJ, narkoba, dan anak nakal dengan
menggunakan metode yang dinamakan terapi ilahiyah.
Metode terapi ini meliputi:83
1. Terapi Gurat Telunjuk Petir
Terapi gurat telunjuk petir dilakukan dengan tujuan
untuk membantu meringankan reaksi fisik dan mental
santri serta memberikan efek relaksasi, melancarkan
peredaran darah, mengobati gangguan syaraf, kelainan
fungsi organ, dan gangguan gaib yang menyertai
gangguan mental atau kejiwaan lainnya. Terapi ini
diberikan atau diterapkan ke seluruh bagian tubuh santri
terutama bagian tubuh yang mengalami gangguan
tertentu. Terapi ini dilaksanakan rutin sesuai jadwal
seminggu dua kali serta ditingkatkan sesuai kebutuhan
dan kondisi santri.
2. Terapi Air Do’a
Terapi air do’a merupakan media utama dalam
terapi ilahiyah atau telunjuk petir. Air do’a dapat
dipercaya dan sudah terbukti berkhasiat, karena airnya
sudah dibacakan do’a-do’a dan dzikir. Terapi ini sangat
membantu dalam proses pemulihan atau penyembuhan
santri. Dan terapi ini dilakukan bersamaan dengan terapi
83
Studi Dokumen Buku Profil Ponpes Hikmah Syahadah.
86
gurat telunjuk petir dengan cara diminumkan dan
dibalurkan ke tubuh santri.
3. Terapi Shalat Fardhu dan Dzikir Syifa
Terapi shalat fardhu dan dzikir syifa wajib
dilaksanakan bagi santri yang sedang menjalankan
terapi. Santri juga diwajibkan melaksanakan shalat
fardhu secara berjama’ah dan membaca dzikir syifa
setelah shalat fardhu berjama’ah agar melatih
kedisiplinan waktu. Terapi shalat fardhu dan dzikir syifa
dapat memberikan ketenangan dan kesejukan bagi batin
santri serta sarana untuk bisa mendekatkan diri kepada
Allah. Santri juga diberikan keyakinan bahwa
sesungguhnya kesembuhan penyakit hanya dari Allah
semata.
4. Terapi Mandi Malam
Terapi mandi malam menggunakan air yang telah
disediakan dari tujuh sumur yang berkhasiat. Terapi ini
dilakukan pada hari jum’at jam 24.00 WIB melalui
bimbingan dari KH. Romdin dan terapis (ustadz).
Selain program terapi ilahiyah, santri juga diberikan
kegiatan keterampilan untuk menunjang kemampuannya,
yaitu:84
1. Keterampilan las listrik dan karbit,
2. Keterampilan membuat batu akik dan batako,
3. Keterampilan isi air ulang,
4. Keterampilan cocok tanam,
84
Studi Dokumen Buku Profil Ponpes Hikmah Syahadah.
87
5. Keterampilan bengkel, dan
6. Keterampilan sablon.
I. Tujuan dan Manfaat Program Terapi Ilahiyah
Tujuan program terapi ilahiyah di Pondok Pesantren
Hikmah Syahadah adalah untuk memulihkan atau
menyembuhkan santri dengan cara sempurna, artinya santri
tidak hanya sehat secara jasmani tetapi juga sehat secara
rohani. Selain itu, program terapi ilahiyah juga dapat
memberikan manfaat bagi santri baik di dunia maupun di
akhirat, yaitu mendapatkan kesembuhan di dunia dan
mendapatkan keridhaan dari Allah SWT di akhirat.85
J. Prosedur Pelayanan Pondok Pesantren Hikmah
Syahadah
Prosedur pelayanan yang berlaku untuk calon santri di
Ponpes Hikmah Syahadah, sebagai berikut:86
1. Tahap Penerimaan
a. Registrasi
Hal ini dilakukan oleh calon santri dengan
menandatangani syarat-syarat yang berlaku.
b. Pengungkapan Masalah
Hal ini dilakukan untuk mengetahui masalah
apa yang sedang dihadapi oleh calon santri.
85
Studi Dokumen Buku Profil Ponpes Hikmah Syahadah. 86
Studi Dokumen Buku Profil Ponpes Hikmah Syahadah.
88
2. Tahap Bimbingan
a. Bimbingan Fisik dan Mental
Hal-hal yang dilakukan dalam bimbingan ini yaitu:
1) Olahraga pagi yang dilakukan setiap hari dan
diselingi dengan kegiatan ice breaking atau
games.
2) Kebersihan lingkungan yang dilakukan setiap
hari setelah santri sarapan pagi.
3) Pendidikan agama dengan memberikan
pembekalan ilmu agama terutama agama islam
seperti bimbingan shalat, do’a, dan segala
sesuatu yang berkaitan dengan ketentuan-
ketentuan yang harus dilakukan seorang
muslim.
b. Bimbingan Sosial
Hal-hal yang dilakukan dalam bimbingan ini yaitu:
1) Bimbingan kelompok,
2) Bimbingan perorangan,
3) Penyuluhan bahaya narkoba,
4) Komunikasi secara intens.
c. Bimbingan Keterampilan
Beberapa keterampilan yang diberikan yaitu:
1) Keterampilan las listrik dan karbit,
2) Keterampilan membuat batu akik dan batako,
3) Keterampilan isi air ulang,
4) Keterampilan cocok tanam,
5) Keterampilan bengkel, dan
89
6) Keterampilan sablon.
3. Resosialisasi
a. Bimbingan kesiapan untuk kembali bermasyarakat,
b. Bimbingan sosial untuk hidup bermasyarakat,
c. Bimbingan life skill.
K. Sasaran Pelayanan Pondok Pesantren Hikmah Syahadah
Sasaran pelayanan berupa program dan kegiatan yang
terdapat di Ponpes Hikmah Syahadah diberikan kepada:87
1. Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ),
2. Pecandu Narkoba, dan
3. Anak nakal.
L. Sumber Pendanaan Pondok Pesantren Hikmah
Syahadah
Sumber pendanaan utama di Ponpes Hikmah Syahadah
berasal dari santri sebesar Rp. 4.350.000, dengan rincian
sebagai berikut:88
Tabel 5
Biaya Pendaftaran Santri di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah
No Keterangan Jumlah (Rp)
1 Infak pembangunan (di awal pendaftaran) 3.000.000
2 Terapi dan pembinaan per bulan 600.000
3 Makan per bulan 540.000
4 Listrik per bulan 30.000
5 Perawatan pondok per bulan 30.000
87
Studi Dokumen Buku Profil Ponpes Hikmah Syahadah. 88
Studi Dokumen Buku Profil Ponpes Hikmah Syahadah.
90
6 Cuci pakaian per bulan 150.000
Jumlah 4.350.000
Sumber pendanaan yang berasal dari santri mengalami
kendala, hal ini dkarenakan tidak semua santri mampu
membayar biaya pendaftaran tersebut. Maka dari itu, Ponpes
Hikmah Syahadah harus memiliki sumber pendanaan lainnya
untuk menunjang program dan kegiatan yang ada. Sumber
pendanaan lainnya tersebut berasal dari Kementerian Sosial,
Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, serta donatur tetap dan
tidak tetap.
M. Data Santri dan Alumni Pondok Pesantren Hikmah
Syahadah
Data santri pecandu narkoba di Ponpes Hikmah
Syahadah ada 19 orang, dengan rincian sebagai berikut:89
Tabel 6
Data Santri di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah
No Nama Tanggal Masuk
1 Adezz Azriel Putra 05-07-2017
2 Awing 06-06-2017
3 Muhammad Ali akbar 19-07-2017
4 Muhammad Edi Fauzan 24-07-2017
5 Eky Sutrisno 31-07-2017
6 Ridwan Setiawan 31-07-2017
7 Fiki Ardiansyah 10-08-2017
8 Rifky Chandra W. 19-08-2017
9 Andrian Eko Saputro 23-08-2017
10 Sutikno 12-09-2017
89
Studi Dokumen Buku Profil Ponpes Hikmah Syahadah.
91
11 Ahmad Yazid Al-Bustomi 13-09-2017
12 Chaerul Azmi 28-09-2017
13 Tomi Sapsanto 17-11-2017
14 Febryan Maulana 11-12-2017
15 Muhammad Rizki Andri 18-01-2018
16 Mohammad Toni 11-02-2018
17 Ferdy Ardianto 13-03-2018
18 Rayhan Muhammad M. 24-05-2018
19 Ade Solihin 27-05-2017
Sedangkan data alumni santri pecandu narkoba di
Pondok Pesantren Hikmah Syahadah ada 43 orang (terdata),
dengan rincian sebagai berikut:90
Tabel 7
Data Alumni Santri di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah
No Nama Tanggal Masuk Tanggal Keluar
1 M. Fajri Agustian 05-02-2015 10-02-2016
2 Ikhsan Kamil 07-03-2015 21-03-2016
3 Rusdiana 15-05-2015 01-06-2016
4 Azizul Septiadi 06-06-2015 19-06-2016
5 Dwi Antoro F. 12-06-2015 18-06-2016
6 Danil L. 13-06-2015 28-06-2016
7 TB Briliyan 01-07-2015 13-07-2016
8 Yoga Prawira 02-07-2015 19-07-2016
9 Suheri 13-07-2015 30-07-2016
10 Mamun Sobir 14-07-2015 02-08-2016
11 Syahrul Munir 07-08-2015 19-08-2016
12 Yusuf Indrawan 16-08-2015 28-08-2016
13 Fahri 27-08-2015 07-09-2016
14 Yusman 05-09-2015 07-09-2016
15 M. Rifal Alfandi 12-10-2015 20-10-2016
90
Studi Dokumen Buku Profil Ponpes Hikmah Syahadah.
92
16 Sopian Hadi Ismail 21-10-2015 04-01-2017
17 Mulyadi 21-10-2015 29-10-2016
18 Ibrahim Aziz 24-10-2015 07-11-2016
19 Oki Agus Lukito 30-10-2015 07-11-2016
20 Dwiki Ardianto 06-12-2015 05-03-2017
21 Fahmi 26-12-2015 18-02-2017
22 Wiwin Dwi A. 25-01-2016 17-02-2017
23 M. Danar Erlangga 28-01-2016 05-03-2017
24 M. Alwi Abdullah 30-01-2016 01-02-2017
25 Alfin Ferdiansyah 07-02-2016 19-03-2017
26 Muhammad Farid
Salmon 09-02-2016 28-02-2017
27 Norman Hamid 28-02-2016 23-04-2017
28 Ibnu Ismail 22-03-2016 10-09-2017
29 Arif Nurdianto 07-05-2016 01-07-2017
30 Abdul Jamil 31-05-2016 02-06-2017
31 Mikran Akbar 07-08-2016 19-08-2017
32 Saripudin 24-08-2016 12-09-2017
33 Agung Dwi Shaputro 29-08-2016 30-08-2017
34 Adiansyah 07-09-2016 22-12-2017
35 Wahyu Persada 15-09-2016 10-10-2017
36 Renaldi Adi Kumoro 16-09-2016 09-11-2017
37 Andi Ferdiansyah 15-10-2016 11-11-2017
38 Fadlan Hasbi 19-10-2016 27-12-2017
39 Rafli Mahdi Fikri 06-01-2017 10-01-2018
40 Muridi Sholeh 12-02-2017 01-03-2018
41 M. Mualim Nur H. 18-02-2017 20-02-2018
42 Pujud Raharjo 12-03-2017 02-05-2018
43 Edi Gunawan 28-04-2017 02-05-2018
93
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini, penulis akan memaparkan data dan temuan
lapangan selama melakukan proses penelitian. Penulis telah
membagi data dan temuan lapangan ini menjadi dua poin
pembahasan, yaitu evaluasi produk serta faktor-faktor pendukung
dan penghambat dalam progrm terapi ilahiyah bagi pecandu
narkoba di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah Tigaraksa
Kabupaten Tangerang.
A. Evaluasi Produk (Product Evaluation) Program Terapi
Ilahiyah
Evaluasi produk merupakan salah satu model evaluasi
Context, Input, Process, dan Product (CIPP) yang telah
dikembangkan oleh Daniel Leroy Stufflebeam pada tahun
1966. Dalam pandangan Stufflebeam (1996), evaluasi produk
bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengakses keluaran
dan manfaat suatu program.
1. Keluaran (Output) Program Terapi Ilahiyah
Keluaran (output) dari program terapi ilahiyah
menggambarkan penentuan dan penetapan identitas
program serta keberhasilan pelaksanaannya. Sehingga
penting untuk melihat latar belakang terapi ini, sesuai
dengan latar belakang program terapi ini yang
dipaparkan oleh Bapak Romdin selaku Ketua Ponpes
Hikmah Syahadah sebagai berikut:
94
“Jadi dulu sekitar tahun 99an ada orang dari
lampung datang ke rumah saya minta tolong buat
anaknya yang gangguan jiwa disembuhin. Anaknya
ini gangguan jiwa gara-gara ngonsumsi narkoba.
Awalnya saya bingung gimana caranya nyembuhin
orang yang jiwanya keganggu, akhirnya saya coba
buat nyembuhin dengan metode islam, kebetulan
dulu saya sempet nyantren dan alhamdulillah anak
ini dapat sembuh dengan waktu kurang lebih sekitar
satu tahun.”91
Dalam melakukan proses rehabilitasi, metode yang
digunakan di Ponpes Hikmah Syahadah adalah metode
spiritual yang biasa disebut terapi ilahiyah. Setelah
menjalani rehabilitasi kurang lebih satu tahun, akhirnya
orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) tersebut dapat
dipulihkan. Pemulihan ODGJ ini lalu menyebar di
masyarakat sehingga Ponpes Hikmah Syahadah
mendapatkan kepercayaan untuk merehabilitasi ODGJ,
pecandu narkoba, dan anak nakal.92
Terapi ilahiyah menjadi salah satu alternatif dalam
penyembuhan bagi pecandu narkoba, sehingga nilai-nilai
keislaman terasa kental dalam proses terapi ini. Proses
penyembuhan bagi pecandu narkoba menjadi identitas
terapi ini, sehingga dalam pemaknaanya dapat dipahami
sesuai dengan penjelasan berikut:
91
Wawancara Pribadi dengan Bapak Romdin selaku Ketua Ponpes
Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 06 Mei
2018, Jam 09.40 s/d 10.05 WIB. 92
Studi Dokumen Buku Profil Ponpes Hikmah Syahadah.
95
“Program terapi ilahiyah itu program untuk
merehabilitasi santri yang mengalami gangguan
kejiwaan, kecanduan narkoba, dan anak nakal
dengan menggunakan nilai-nilai keagamaan.....” 93
Selanjutnya pemahaman tentang terapi ilahiyah juga
dapat dijelaskan sebagai sebuah program rehabilitasi
yang bertujuan untuk penyembuhan secara fisik dan
mental bagi pecandu narkoba. Hal tersebut dijelaskan
oleh Rittah selaku Tenaga Kerja Sosial di Ponpes
Hikmah Syahadah sebagai berikut:
“Terapi ilahiyah adalah salah satu metode
pengobatan untuk santri yang terkena narkoba di
Ponpes Hikmah Syahadah yang bertujuan untuk
penyembuhan secara fisik dan mental.”94
Dari penjelasan diatas, terlihat bahwa nilai-nilai
keislaman dalam terapi ilahiyah menjadi dasar dalam
pelaksanaan program rehabilitasi bagi pecandu narkoba.
Program rehabilitasi yang dilakukan di Ponpes Hikmah
Syahadah melalui terapi ini memiliki tujuan dalam
penyembuhan secara fisik dan juga mental, sehingga
terapi ini menggunakan metode islam dalam proses
rehabilitasi menjadi sebuah program untuk
penyembuhan fisik dan mental bagi pecandu narkoba.
93
Wawancara Pribadi dengan Bapak Romdin selaku Ketua Ponpes
Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 06 Mei
2018, Jam 09.40 s/d 10.05 WIB. 94
Wawancara Pribadi dengan Rittah Riani Romdin selaku Tenaga Kerja
Sosial di Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Senin,
Tanggal 28 Mei 2018, Jam 15.55 s/d 16.25 WIB.
96
Sumber keilmuan yang terdapat dalam terapi
ilahiyah adalah ilmu Al-Hikmah. Metode terapi ini
memiliki tujuan untuk memulihkan atau menyembuhkan
dengan cara yang sempurna, artinya santri dapat sehat
secara jasmani dan juga secara rohani.95
Klien atau disini disebut sebagai santri merupakan
orang yang memiliki latar belakang pecandu narkoba.
Sehingga terapi ilahiyah yang menggunakan metode
islam menjadi alternatif dalam proses rehabilitasi. Hal
tersebut menjadi pilihan santri dan keluarga untuk
melakukan rehabilitasi di Ponpes Hikmah Syahadah.
Sesuai dengan pernyataan Bapak Sofian sebagai alumni
santri yang memilih terapi ilahiyah dalam proses
rehabilitasi telah menjelaskan:
“Karena keluarga ingin saya bisa sembuh dari
penggunaan narkoba. Terus juga keluarga ingin saya
bisa memperdalam agama islam.”96
Keberadaan santri di Ponpes Hikmah Syahadah
sebagai upaya penyembuhan bagi pecandu Narkoba
dengan menggunakan terapi ilahiyah, selain itu metode
islam yang digunakan juga menjadi daya tarik tersendiri
dalam proses rehabilitasi. Keberadaan santri tersebut
juga didukung oleh keinginan mereka untuk sembuh dari
95
Studi Dokumen Buku Profil Ponpes Hikmah Syahadah. 96
Wawancara Pribadi dengan Sofian Hadi Ismail selaku Alumni Santri di
Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 20
Mei 2018, Jam 15.50 s/d 16.15 WIB.
97
kecanduan narkoba dan juga untuk memperdalam agama
Islam.
Hal tersebut dipertegas oleh pernyataan Alfin yang
juga sebagai alumni santri di Ponpes Hikmah Syahadah
sebagai berikut:
“.....Soalnya kan saya dibawa kemari sama orang tua
saya. Yang pasti sih biar saya sembuh dari narkoba
dan mungkin orang tua saya juga ingin saya belajar
agama islam kali.”97
Dari penjelasan di atas, terlihat kesesuaian anatara
tujuan terapi ilahiyah dan juga pilihan santri untuk
melakukan terapi ini. Dalam proses rehabilitasi, setiap
santri ingin terbebas dari permasalahan yang dihadapi
yaitu sembuh dari kecanduan narkoba. Sehingga
ketetapan santri memilih terapi ini sebagai upaya
rehabilitasi dan juga memperdalam agama, sesuai
dengan tujuan terapi ini dalam penyembuhan secara fisik
dan mental bagi santri.
Dalam pelaksanaan program terapi ilahiyah, terdapat
beberapa tahap yang harus dijalani oleh santri yang
melakukan rehabilitasi. Metode islam yang menjadi
dasar dalam pelaksanaan terapi ini juga terlihat dalam
pelaksanaan tahapan-tahapan tersebut. Tahapan proses
97
Wawancara Pribadi dengan Alfin Ferdiansyah selaku Alumni Santri di
Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Senin, Tanggal 11 Juni
2018, Jam 16.05 s/d 16.25 WIB.
98
terapi ini tersebut dijabarkan oleh Bapak Romdin selaku
Ketua Ponpes Hikmah Syahadah sebagai berikut:
“Proses itu santri kita kurung dulu minimal satu
minggu di dalam kamarnya. Setelah dikurung, santri
kita mulai rehab dengan metode gurat telunjuk petir.
Cara mengguratnya itu seperti dipijit bagian
tubuhnya dari atas kepala sampai ujung kaki dengan
membacakan do’a-do’a sambil didibalurin air yang
sudah dido’akan. Abis itu, santri kita suruh minum
air do’a tersebut sekalian kita kasih ramuan herbal
buat ngilangin efek-efek dari narkoba yang ada di
dalam tubuhnya. Sehabis digurat, santri kita ajarkan
shalat, dzikir, ngaji. Dan mandi malam pada hari
jum’at jam 12 malam. Karena saya meyakini bahwa
tidak ada penyakit yang tidak sembuh kalau kita
mau meminta kepada yang tepat dan benar yaitu
Allah SWT.”98
Pelaksanaan rehabilitasi yang dijalankan di Ponpes
Hikmah Syahadah sangat kental dengan metode
keislaman. Tahapan proses Terapi ilahiyah dilaksanakan
sebagai upaya rehabilitasi bagi pecandu narkoba dengan
metode islam, ritus-ritus keagamaan, doa-doa, dan
keyakinan akan kesembuhan yang datang dari Allah
menjadi penyempurna dalam proses pelaksanaan
rehabilitasi dengan terapi ini.
Proses pelaksanaan terapi ilahiyah menjadi rutinitas
bagi santri. Dimana aktivitas rehabilitasi yang dijalani
sudah terjadwal dan menjadi ketetapan dari pengurus
98
Wawancara Pribadi dengan Bapak Romdin selaku Ketua Ponpes
Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 06 Mei
2018, Jam 09.40 s/d 10.05 WIB.
99
program terapi ini. Gurat telunjuk petir dan proses
lainnya yang menjadi salah satu bentuk terapi ini juga
memiliki jadwal yang sudah ditentukan dan menjadi
ketetapan pengurus. Hal tersebut telah dijelaskan oleh
Bapak Romdin selaku Ketua Ponpes Hikmah Syahadah
terkait rutinitas pelaksanaan terapi ini sebagai berikut:
“Gurat telunjuk petir itu kita jadwalkan seminggu
dua kali, tapi untuk harinya engga ditentukan. Terus
kalau minum air do’a dan ramuan herbal itu sehabis
santri digurat. Terkait shalat dilakuin setiap hari
setelah santri sudah dalam keadaan yang lebih baik
dari sebelumnya, kita ngewajibin santri shalat
berjama’ah di musholah, setelah itu santri membaca
dzikir syifa, dan ngaji. Dan mandi malam kita
laksanain di hari jum’at jam 12 malam. Diluar dari
kegiatan keagamaan, ada juga kegiatan seperti
olahrga dan keterampilan.”99
Aktivitas kegiatan dalam proses terapi ilahiyah
tampak runtut dalam setiap tahapan yang saling
berkesinambungan, tahapan rehabilitasi bagi santri
menjadi aktivitas rutin di Ponpes Hikmah Syahadah.
Nilai-nilai keislaman dan aktivitas keagamaan menjadi
dasar dalam pelaksanaan setiap tahapan terapi ini, seperti
doa-doa, shalat berjamaah, dzikir dan mengaji. Selain
itu, terdapat aktivitas lain yang menjadi rutinitas santri
99
Wawancara Pribadi dengan Bapak Romdin selaku Ketua Ponpes
Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 06 Mei
2018, Jam 09.40 s/d 10.05 WIB.
100
selain aktivitas keagamaan, seperti olahraga dan
keterampilan yang juga menjadi kegiatan bersama santri.
Ketetapan pengurus dalam mengatur pelaksanaan
program terapi ilahiyah dijelaskan oleh Ustadz Dede
selaku Terapis di Ponpes Hikmah Syahadah sebagai
berikut:
“Alhamdulillah sampai saat ini berjalan sesuai
dengan jadwal yang sudah ditetapkan oleh
pengurus.”100
Pelaksanaan tahapan terapi ilahiyah yang sudah
diagendakan oleh pengurus merupakan satu upaya dalam
merealisasikan tujuan terapi ini. Sehingga pelaksanaan
tahapan tersebut senantiasa dijaga agar tepat waktu dan
tepat guna sebagai proses rehabilitasi santri.
Terapi ilahiyah memiliki tujuan dalam
menyembuhkan santri dari permasalahan yang dihadapi.
Dengan nilai-nilai keagamaan dalam pelaksanaan terapi,
maka tujuan daripada terapi ini sejalan dengan tujuan
keagamaan. Hal tersebut dijelaskan oleh Bapak Sobari
selaku Pekerja Sosial di Ponpes Hikmah Syahadah
sebagai berikut:
“Tujuan terapi ini adalah untuk memulihkan dan
menyembuhkan santri dari penyalahgunaan narkoba.
Karena terapi ini lebih ke arah religi, otomatis santri
100
Wawancara Pribadi dengan Dede Hariri selaku Terapis di Ponpes
Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 10 Juni
2018, Jam 10.30 s/d 11.15 WIB.
101
diharapkan bisa lebih mendekatkan diri kepada sang
pencipta.....”101
Selanjutnya tujuan dari terapi ilahiyah juga telah
dijelaskan oleh Bapak Romdin selaku Ketua Ponpes
Hikmah Syahadah sebagai berikut:
“Tujuannya untuk memulihkan dan menyembuhkan
santri secara sempurna dari kecanduan narkoba, baik
itu jasmaninya maupun rohaninya. Kalau
jasmaninya, badan santri dapat sehat, seger, kuat,
semangat, sedangkan rohaninya bisa meningkatkan
ibadahnya kepada Allah, bisa lebih dekat dengan
Allah dan mendapatkan keberkahan dari Allah.”102
Tujuan dari terapi ilahiyah adalah untuk
memulihkan dan menyembuhkan santri pecandu narkoba
secara sempurna, dimana hal tersebut sebagai
penyembuhan secara mental dan fisik. Tujuan
sembuhnya secara fisik atau jasmani dapat dilihat dari
jasmani santri yang sehat, kuat, dan semangat,
sedangkan kesembuhan rohani diharapkan dapat
meningkatkatkan ibadah dan juga kedekatan kepada
Allah.
Dalam perjalanannya, program terapi ilahiyah dapat
terlaksana dengan baik. Hal tersebut terlihat dari
101
Wawancara Pribadi dengan Bapak Sobari selaku Pekerja Sosial di
Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 20
Mei 2018, Jam 10.15 s/d 10.45 WIB. 102
Wawancara Pribadi dengan Bapak Romdin selaku Ketua Ponpes
Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 06 Mei
2018, Jam 09.40 s/d 10.05 WIB.
102
banyaknya para santri atau alumni santri yang sudah
sembuh secara jasmani dan rohani, sehingga santri bisa
menjalani kehidupan yang sehat dan terhindar dari
narkoba. Hal tersebut diperkuat oleh penjelasan Rittah
selaku Tenaga Kerja Sosial di Ponpes Hikmah Syahadah
sebagai berikut:
“Sejauh ini tujuan dari terapi ilahiyah sudah tercapai
dengan banyaknya yang sembuh dari kecanduan
narkoba dan kembali hidup sehat tanpa narkoba.”103
Keberhasilan dalam pelaksanaan program terapi
ilahiyah terlihat dari banyaknya jumlah alumni santri
yang sudah sembuh dan menjalani kembali kehidupan
yang sehat secara jasmani dan rohani serta terhindar dari
kecanduan Narkoba. Keberhasilan terapi ini memiliki
point positif bagi para santri, dimana proses rehabilitasi
dilakukan dengan mengedepankan duniawi dan ukhrowi
secara berkesinambungan. Sehingga program terapi
ilahiyah dipandang efektif dalam merehabilitasi pecandu
narkoba, sesuai dengan penjelasan Bapak Sobari selaku
Pekerja Sosial di Ponpes Hikmah Syahadah sebagai
berikut:
“Menurut saya ya efektif, artinya kita tidak terpaku
pada pedoman dunia saja, tapi dunia dan akhirat kita
pegang. Jangan sampai alumni santri ketika turun ke
103
Wawancara Pribadi dengan Rittah Riani Romdin selaku Tenaga Kerja
Sosial di Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Senin,
Tanggal 28 Mei 2018, Jam 15.55 s/d 16.25 WIB.
103
masyarakat tidak dapat beradaptasi dengan
masyarakat.”104
Terapi ilahiyah sebagai program rehabilitasi menjadi
langkah efektif dalam menyembuhkan pecandu narkoba.
Pencapaian keberhasilan terapi ini dapat dilihat dari
kesembuhan secara fisik dan mental santri, hal tersebut
sesuai dengan tujuan dari program terapi ilahiyah di atas.
Indikator keberhasilan program terapi ilahiyah
dalam menyembuhkan secara fisik dan mental telah
dijelaskan oleh Rittah selaku Tenaga Kerja Sosial di
Ponpes Hikmah Syahadah sebagai berikut:
“Indikator pencapaiannya adalah kesembuhan
secara fisik dan mental santri.”105
Selanjutnya, Bapak Romdin selaku Ketua Ponpes
Hikmah Syahadah juga menjelaskan bahwa indikator
keberhasilan terapi ilahiyah adalah hilangnya santri dari
kecanduan narkoba. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut
sebagai berikut:
“Indikatornya ya santri udah engga lagi yang
namanya ngonsumsi narkoba. Terus santri badannya
104
Wawancara Pribadi dengan Bapak Sobari selaku Pekerja Sosial di
Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 20
Mei 2018, Jam 10.15 s/d 10.45 WIB. 105
Wawancara Pribadi dengan Rittah Riani Romdin selaku Tenaga Kerja
Sosial di Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Senin,
Tanggal 28 Mei 2018, Jam 15.55 s/d 16.25 WIB.
104
sehat, pikirannya jernih, hatinya tenang, ibadahnya
rajin.”106
Keberhasilan terapi ilahiyah bagi santri di Ponpes
Hikmah Syahadah juga terlihat ketika santri kembali
dalam kehidupan sosialnya. Kesembuhan jasmani dan
rohani yang sudah dirasakan santri selama proses
rehabilitasi senantiasa mendapatkan perhatian dari pihak
Ponpes dan juga pengurus, dimana perubahan tersebut
juga harus sesui dengan kehidupan di tengah-tengah
masyarakat.
Dalam upaya menjaga keberhasilan penyembuhan
jasmani dan rohani para santri pecandu Narkoba,
terdapat beberapa upaya yang dilakukan pihak ponpes
dan juga pengurus setelah santri menyelesaikan program
rehabilitasi melalui terapi ilahiyah. Salah satu upaya
yang dilakukan pihak Ponpes dan pengurus tersebut
dijelaskan oleh Rittah selaku Tenaga Kerja Sosial di
Ponpes Hikmah Syahadah sebagai berikut:
“Melakukan pembekalan sebelum akhirnya santri
dikembalikan kepada keluarga dan lingkungan
santri. Melakukan komunikasi dengan pihak
keluarga dan berkunjung ke rumah santri.”107
106
Wawancara Pribadi dengan Bapak Romdin selaku Ketua Ponpes
Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 06 Mei
2018, Jam 09.40 s/d 10.05 WIB. 107
Wawancara Pribadi dengan Rittah Riani Romdin selaku Tenaga Kerja
Sosial di Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Senin,
Tanggal 28 Mei 2018, Jam 15.55 s/d 16.25 WIB.
105
Dengan adanya pembekalan terhadap santri, maka
diharapkan alumni santri mampu kembali di lingkungan
keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Selain itu,
upaya komunikasi dengan pihak keluarga yang
dilakukan oleh pihak Ponpes dan pengurus senantiasa
dilakukan untuk menjaga hubungan baik dengan alumni
santri dan keluarganya.
Selain intensitas komunikasi pihak keluarga dengan
Ponpes, kunjungan ketempat alumni santri juga menjadi
perhatian Ponpes dalam melihat keberhasilan program
terapi ilahiyah. Dimana hal tersebut dijelaskan oleh
Sobari selaku Pekerja Sosial di Ponpes Hikmah
Syahadah:
“Kita juga melakukan home visit untuk bertanya
kepada pihak keluarga dan tetangganya tentang
kehidupan santri setelah ikut program ini, apakah
ada perubahan atau tidak. Kita juga tetap
membangun komunikasi dengan baik sama santri
dan keluargnya.....”108
Hubungan yang terjalin antara Ponpes dan keluarga
santri juga sangat dirasakan oleh alumni santri yang
telah merasakan keberhasilan program terapi ilahiyah.
Salah satu hubungan tersebut dijelaskan oleh Bapak
Sofian sebagai salah satu santri yang sudah menjadi
108
Wawancara Pribadi dengan Bapak Sobari selaku Pekerja Sosial di
Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 20
Mei 2018, Jam 10.15 s/d 10.45 WIB.
106
alumni dan kembali ke lingkungan masyarakat
sekitarnya sebagai berikut:
“Pihak pesantren masih suka komunikasi dengan
saya dan keluarga, buat nanyain perkembangan saya
setelah direhab. Terus juga saya mau dikasih modal
sama pak kiayi buat buka usaha yang tadi saya
bilang. Saya disini udah dianggap seperti keluarga
sendiri sama pak kiayi dan yang lainnya.”109
Pernyataan serupa juga dilontarkan oleh Alfin
selaku alumni santri di Ponpes Hikmah Syahadah yang
juga telah merasakan keberhasilan program terapi
ilahiyah, Alfin menjelaskan bahwa”:
“Pengurus ponpes terus berkomunikasi sama saya
dan keluarga. Bahkan saya juga sering main ke
ponpes, begitu juga dengan pengurus ada yang
pernah main ke rumah saya.”110
Keberhasilan pelaksanaan program terapi ilahiyah
yang dijalankan di Ponpes Hikmah Syahadah dapat
dirasakan oleh santri ketika di Ponpes maupun ketika
kembali ke keluarga. Keberhasilan tersebut terlihat dari
kesehatan jasmani dan rohani santri, serta keberhasilan
santri menjalani kehidupan tanpa narkoba di lingkungan
masyarakat. Keberhasilan tersebut senantiasa dijaga
109
Wawancara Pribadi dengan Sofyan Hadi Ismail selaku Alumni Santri
di Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 20
Mei 2018, Jam 15.50 s/d 16.15 WIB. 110
Wawancara Pribadi dengan Alfin Ferdiansyah selaku Alumni Santri di
Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Senin, Tanggal 11 Juni
2018, Jam 16.05 s/d 16.25 WIB.
107
melalui hubungan komunikatif antara Ponpes dan
pengurus dengan alumni santri dan keluarganya.
2. Manfaat Program Terapi Ilahiyah
Sudah dipaparkan di atas bahwa tujuan program
terapi ilahiyah adalah untuk menyembuhkan dan
memulihkan santri pecandu narkoba secara sempurna,
baik jasmani maupun rohani. Dalam pelaksanaan proses
rehabilitasi terapi ini hingga keberhasilannya, terdapat
beberapa manfaat yang dirasakan santri setelah
melakukan rehabilitasi.
Manfaat program terapi ilahiyah diungkapkan oleh
Bapak Romdin selaku Ketua Ponpes Hikmah Syahadah,
yaitu kesehatan jasmani dan peningkatan ibadah.
Manfaat tersebut dapat dirasakan oleh santri setelah
mengikuti proses rehabilitasi terapi ini, terkait manfaat
terapi ini, Bapak Romdin mengungkapkan;
“Manfaatnya santri dapat kesehatan secara jasmani,
yang meliputi badan, pikiran, dan hati. Terus dapat
meningkatkan ibadahanya, sehingga insya Allah
mendapatkan keberkahan juga.”111
Senada dengan hal di atas, Ustadz Dede selaku
terapis program terapi ilahiyah juga mengungkapkan
bahwa:
111
Wawancara Pribadi dengan Bapak Romdin selaku Ketua Ponpes
Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 06 Mei
2018, Jam 09.40 s/d 10.05 WIB.
108
“Manfaatnya ya santri dapat sehat badannya dan
keagamaannya juga meningkat.”112
Manfaat yang dapat dirasakan oleh santri setelah
menjalani program terapi ilahiyah meliputi dua hal, yaitu
kesehatan jasmani dan rohani. Kesehatan jasmani
meliputi kesehatan badan, pikiran, dan hati, sedangkan
kesehatan rohani yaitu ditandai dengan meningkatnya
keagamaan dan ibadah santri.
Lebih lanjut manfaat terapi ilahiyah bukan hanya
peningkatan kesehatan jasmani dan rohani, namun juga
lingkup keagamaan dan sosial kemasyarakatan yang
dijalani santri ataupun alumni santri. Manfaat tersebut
dapat dirasakan langsung oleh santri maupun alumni
santri dalam menjalani kehidupan sosial masyarakat,
dimana mantan pecandu narkoba tersebut dapat
menjalani kehidupan dan mampu berfungsi di
lingkungan keluarga dan masyarakat.
Manfaat keagamaan bagi santri maupun alumni
santri lebih lanjut dijelaskan Bapak Sobari selaku
Pekerja Sosial di Ponpes Hikmah Syahadah:
“Manfaatnya itu kan, terapi ini lebih kearah
keagamaan, artinya yang tadinya santri jauh dari
agama dan sang pencipta, jadi bisa dekat dengan
agama dan sang pencipta. Bisa membedakan mana
yang halal dan yang haram, mana yang baik dan
112
Wawancara Pribadi dengan Dede Hariri selaku Terapis di Ponpes
Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 10 Juni
2018, Jam 10.30 s/d 11.15 WIB.
109
buruk. Terus juga santri bisa pulih kembali dari
kecanduan narkoba, bisa menghargai orang lain dan
bisa menghormati orang tua, karena kan rata-rata
pemakai narkoba itu melawan orang tua atau
emosinya tidak dapat dikontrol.”113
Terapi Ilahiyah dengan menggunakan model
keislaman, dan nilai-nilai keislaman yang menjadi dasar
dalam pelaksanaan tahapan Terapi Ilahiyah sudah tentu
memberikan manfaat kearah keagamaan. Nilai-nilai
keislaman meningkatkan kedekatan santri maupun
alumni kepada sang pencipta, serta dapat membedakan
antara baik dan buruk, serta terhindar dari Narkoba.
Lebih lanjut, hal tersebut dijelaskan oleh Ustadz
Ade selaku Konselor di Ponpes Hikmah Syahadah
sebagai berikut:
“Manfaatnya itu yang pertama lebih dekat dengan
Allah, mengerti unsur-unsur agama. Kedua
mendapatkan kesehatan tubuh. Dan ketiga yang
tadinya mengkonsumsi narkoba sekarang tidak lagi
mengkonsumsi narkoba.”114
Terdapat beberapa manfaat dari program terapi
ilahiyah, secara garis besar manfaat tersebut dapat
dikelompokan menjadi tiga bagian. Hal tersebut meliputi
113
Wawancara Pribadi dengan Bapak Sobari selaku Pekerja Sosial di
Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 20
Mei 2018, Jam 10.15 s/d 10.45 WIB. 114
Wawancara Pribadi dengan Bapak Ade Sodiqin selaku Konselor di
Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Selasa, Tanggal 20
Mei 2018, Jam 13.45 s/d 14.15 WIB.
110
manfaat secara jasmani, rohani, dan terhindar dari
narkoba. Manfaat kesehatan jasmani dapat dilihat dari
kesehatan tubuh serta berfungsinya organ-organ tubuh.
Dari hasil wawancara terlihat manfaat yang
diperoleh santri maupun alumni santri yang mencakup
kesehatan jasmani, diantaranya yaitu:
“Banyak banget manfaat yang saya bisa dapat dari
terapi ini. Badan jadi lebih sehat, hati jadi lebih
tenang, pikiran jadi lebih jernih dan yang paling
penting ibadah jauh lebih baik.”115
Ustadz Dede selaku terapis program terapi ilahiyah
juga menuturkan manfaat terhadap kesehatan jasmaniah
sebagai berikut:
“.....kondisi tubuhnya jadi lebih seger, kuat. Karena
sehabis diterapi gurat, santri diberikan ramuan
herbal untuk menghilangkan efek-efek yang dapat
merusak syaraf-syarafnya.”116
Program terapi ilahiyah dengan berbagai bentuk
terapinya telah membantu meningkatkan kesehatan
jasmani bagi santri yang sebelumnya kecanduan
narkoba. Dimana setelah menjalani terapi terlihat adanya
manfaat yang dapat dirasakan oleh santri maupun
115
Wawancara Pribadi dengan Alfin Ferdiansyah selaku Alumni Santri
Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Senin, Tanggal 11 Juni
2018, Jam 16.05 s/d 16.25 WIB. 116
Wawancara Pribadi dengan Dede Hariri selaku Terapis di Ponpes
Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 10 Juni
2018, Jam 10.30 s/d 11.15 WIB.
111
alumni, manfaat dalam kesehatan jasmanai dan
peningkatan keagamaan lebih dominan sebagai manfaat
terapi ini yang dijalankan di Ponpes Hikmah Syahadah.
Manfaat dari terapi ilahiyah tersebut dirasa tepat
dalam menghilangkan dampak dari kecanduan narkoba.
Dimana manfaat tersebut dirasakan santri maupun
alumni selama menjalani proses tahapan terapi ini. Hal
tersebut disampaikan oleh Bapak Sobari selaku Pekerja
Sosial di Ponpes Hikmah Syahadah sebagai berikut:
“Kondisi tubuh santri jauh lebih sehat, segar, dan
gemuk dari sebelum mengikuti terapi. Selama disini
kan santri diberikan ramuan herbal untuk
menghilangkan racun-racun yang ada di dalam
tubuhnya, sehingga dapat menambah kebugaran
tubuh, daya tahan tubuh, nafsu makan.”117
Senada dengan Bapak Sobari, Rittah selaku Tenaga
Kerja Sosial di Ponpes Hikmah Syahadah juga
menjelaskan manfaat terapi ilahiyah sebagai berikut:
“Kondisi tubuh santri jadi terlihat segar dan fit. Hal
ini dikarenakan sel-sel dalam tubuh santri aktif
kembali dengan baik. Selain itu, jasmani yang baik
akan membuat tubuh memiliki daya tahan tubuh
yang baik.”118
117
Wawancara Pribadi dengan Bapak Sobari selaku Pekerja Sosial di
Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 20
Mei 2018, Jam 10.15 s/d 10.45 WIB. 118
Wawancara Pribadi dengan Rittah Riani Romdin selaku Tenaga Kerja
Sosial di Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Senin,
Tanggal 28 Mei 2018, Jam 15.55 s/d 16.25 WIB.
112
Peningkatan kesehatan jasmani santri menjadi
manfaat yang dominan setelah mendapatkan terapi
ilahiyah. Ramuan yang menjadi obat dalam proses terapi
ini telah memberikan manfaat dalam menghilangkan
racun-racun yang ditinggalkan akibat penyalahgunaan
narkoba. Sehingga dengan ramuan tersebut dapat
meningkatkan ketahanan dan kebugaran tubuh santri
maupun alumni yang telah mengikuti program terapi
ilahiyah.
Manfaat yang dirasakan oleh santri merupakan suatu
bentuk yang berkesinambungan. Dimana pemberian
ramuan dalam terapi ilahiyah telah menjadikan badan
dan anggota badan santri berfungsi normal, selain itu
berbagai bentuk terapi ini telah memberikan manfaat
bagi peningkatan kesehatan dan ketahanan daya tahan
tubuh dari bahaya narkoba.
Selanjutnya manfaat lain yang dirasakan oleh santri
maupun alumni yaitu peningkatan produktifitas santri
dan alumni. Dimana hal tersebut diungkapkan oleh
Ustadz Dede selaku Terapis di Ponpes Hikmah
Syahadah sebagai berikut:
“Santri jadi lebih semangat dalam menjalankan
aktivitas, kaya kerja, sekolah, dan lainnya.”119
119
Wawancara Pribadi dengan Dede Hariri selaku Terapis di Ponpes
Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 10 Juni
2018, Jam 10.30 s/d 11.15 WIB.
113
Selanjutnya, Bapak Sobari selaku Pekerja Sosial di
Ponpes Hikmah Syahadah menjelaskan manfaat lain
yang dapat diperoleh santri maupun maupun alumni,
peningkatan produktivitas dan aktivitas yang bermanfaat
menjadi manfaat yang dapat dirasakan oleh santri. Lebih
lanjut, Bapak Sobari menjelaskan bahwa:
“Setelah mengikuti terapi ini, aktivitas dan
produktivitas santri jadi lebih bersemangat. Kalau
sebelumnya kan masih ada efek dari narkoba yang
membuat santri malas untuk melakukan kegiatan,
sering banyak tidur, dan tidak menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat untuk dirinya, tapi setelah diterapi
jadi lebih baik dan bersemangat.”120
Hal tersebut juga diperkuat dengan penjelasan
Ustadz Ade selaku Konselor di Ponpes Hikmah
Syahadah sebagai berikut:
“Alhamdulillah aktivitas dan produktivitas santri
setelah mengikuti terapi ini jadi lebih bersemangat
untuk mewujudkan cita-citanya. Ada yang ingin bisa
bekerja seperti orang normal biasanya, ada juga
yang ingin buka usaha, terus ada juga yang ingin
melanjutkan pendidikannya.”121
Manfaat yang sangat dirasakan atas terhindarnya
narkoba dari santri yaitu semangat dan produktifitas
120
Wawancara Pribadi dengan Bapak Sobari selaku Pekerja Sosial di
Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 20
Mei 2018, Jam 10.15 s/d 10.45 WIB. 121
Wawancara Pribadi dengan Bapak Ade Sodiqin selaku Konselor di
Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Selasa, Tanggal 20
Mei 2018, Jam 13.45 s/d 14.15 WIB.
114
santri dalam kegiatan keseharian, sehingga dampak
negatif dari narkoba akan tergantikan dengan manfaat
yang ditimbulkan dari adanya terapi ilahiyah.
Kebermanfaatan tersebut juga meliputi capaian untuk
diri santri yang lebih baik, serta semangat untuk
mewujudkan cita-cita.
Manfaat selanjutnya yang masih terus dijalani para
santri setalah melakukan terapai ilahiyah yaitu aktivitas
positif yang sudah menjadi rutinitas santri selama proses
rehabilitasi. Manfaat peningkatan rohani bagi santri telah
memberikan manfaat yang berkelanjutan, dimana hal
tersebut diterangkan oleh Ustadz Dede selaku Terapis di
Ponpes Hikmah Syahadah sebagai berikut:
“Alhamdulilah, santri banyak yang nerapin kegiatan
disini, kaya shalat, dzikir, ngaji, dan itu semua
diterapin lagi oleh santri yang udah lulus.”122
Manfaat peningkatan spiritual dan rohani santri
senantiasa berlanjut setelah santri lulus. Tahapan proses
terapi ilahiyah dengan landasan nilai-nilai keislaman
telah memberikan manfaat dalam penanaman nilai-nilai
keislaman bagi santri untuk menjalani kehidupan di
lingkungannya. Aktivitas dan rutinitas keagamaan
senatiasa dijlankan oleh santri setelah program terapi ini
selesai.
122
Wawancara Pribadi dengan Dede Hariri selaku Terapis di Ponpes
Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 10 Juni
2018, Jam 10.30 s/d 11.15 WIB.
115
Kegiatan yang dilakukan di Ponpes Hikmah
Syahadah turut pula memberikan manfaat kepada santri
dan alumninya. Hal tersebut diterangkan oleh Ustadz
Ade selaku Konselor di Ponpes Hikmah Syahadah dalam
memberikan peringatan terhadap para santri yang sudah
selesai menjalani program terapi ilahiyah, Ustadz Ade
menjelaskan:
“Ya ada peningkatan dalam hal ibadah. Karenakan
santri yang sudah dinyatakan sembuh atau pulih,
kita pengurus selalu memberikan nasihat agar tidak
meninggalkan ibadahnya dan tetap melanjutkan
kegiatan yang pernah dilakukan di ponpes ini.”123
Hal tersebut juga dirasakan oleh Bapak Sofian
selaku Alumni Santri di Ponpes Hikmah Syahadah.
Manfaat peningkatan secara rohani dan keagamaan telah
memberikan perubahan pada ibadah serta mendekatkan
diri kepada Allah, Bapak Sofian mengatakan:
“Alhamdulillah. Saya jadi rajin shalat dan ngaji.
Sebelumnya mah boro-boro mau shalat, niat buat
shalat aja engga ada.”124
Terlihat jelas dari beberapa pemaparan bahwa
perubahan peningkatan kesehatan jasmani dan rohani
123
Wawancara Pribadi dengan Bapak Ade Sodiqin selaku Konselor di
Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Selasa, Tanggal 20
Mei 2018, Jam 13.45 s/d 14.15 WIB. 124
Wawancara Pribadi dengan Sofyan Hadi Ismail selaku Alumni Santri
di Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 20
Mei 2018, Jam 15.50 s/d 16.15 WIB.
116
cenderung dominan sebagai manfaat yang dirasakan oleh
santri maupun alumninya. Kebiasaan dan rutinitas ketika
berada di Ponpes menjadi satu manfaat tersendiri dalam
proses pelaksanaan program terapi ilahiyah. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Bapak Sobari sebagai berikut:
“Santri setelah mengikuti terapi sudah bisa
bersosialisasi dengan baik sama keluarga dan
masyarakat. Pecandu narkoba biasanya
mendapatkan judgment yang tidak enak dari
keluarga dan masyarakat. Namun karena disini
terapi menggunakan religi jadi kebiasaan yang
dilakukan disantren dibawa ke lingkungan keluarga
dan masyarakat, sehingga keluarga dan masyarakat
dapat menerima santri dengan baik tanpa harus
mengejudgenya.”125
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Terapi
Ilahiyah
Program terapi ilahiyah sebagai sebuah program
rehabilitasi bagi orang dengan gangguan kejiwaan, pecandu
narkoba, dan anak nakal. Dalam pelaksanaannya terdapat
beberapa tahapan proses pelaksanaan terapi ini, sehingga
seringkali muncul hambatan-hambatan dalam program terapi
ini. Namun sebelum membahas faktor penghambat, akan
diuraikan faktor pendukung dari hasil penelitian yang sudah
dilakukan.
125
Wawancara Pribadi dengan Bapak Sobari selaku Pekerja Sosial di
Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 20
Mei 2018, Jam 10.15 s/d 10.45 WIB.
117
1. Faktor Pendukung
Terdapat beberapa faktor pendukung terealisasinya
pelaksanaan program terapi ilahiyah. Faktor pendukung
tersebut merupakan faktor yang meningkatkan
pelaksanaan program terapi ini, sehingga manfaat
program dapat dirasakan oleh santri maupun alumni
santri.
Beberapa faktor pendukung tersebut dijelaskan oleh
Ketua Ponpes Hikmah Syahadah sebagai berikut:
“Yang pertama, adanya terapis yang memahami
agama islam. Kedua, lingkungan pesantren yang
kental akan nilai-nilai keislaman. Ketiga, fasilitas
untuk melaksanakan terapi.”126
Dari penjelasan diatas, terlihat tiga faktor
pendukung pelaksanaan program terapi ilahiyah.
Diantaranya yaitu adanya terapis yang memahami agama
Islam, lingkungan Ponpes yang kental dan mengakar
dengan nilai-nilai Islam menjadi dasar berkehidupan,
serta tersedianya fasilitas bagi santri dan kemudahan
akses bagi siapa pun yang membutuhkan.
Selain itu, terdapat beberapa pandangan dalam
melihat faktor pendukung pelaksanaan program terapi
ilahiyah. Hal tersebut diungkapkan oleh Ustadz Dede
selaku terapis yang mengatakan bahwa:
126
Wawancara Pribadi dengan Bapak Romdin selaku Ketua Ponpes
Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 06 Mei
2018, Jam 09.40 s/d 10.05 WIB.
118
“Faktor yang mendukungnya itu ya pak kiayi
sendiri, karenakan program ini menekankan pada
nilai-nilai islam, jadi ya harus faham dengan agama
islam.....”127
Bapak kiayi sebagai ketua dalam Ponpes tersebut
menjadi faktor pendukung tersendiri, mengingat peran
serta dalam pelaksanaan program terapi ilahiyah. Kiayi
sebagai simbol orang berilmu serta berwawasan
keislaman telah menjadi faktor pendukung dalam
pelaksanaan program terapi ini. Hal tersebut juga
diperkuat dengan pernyataan Ustadz Ade selaku
Konselor di Ponpes Hikmah Syahadah sebagai berikut:
“Faktor pendukungnya ya karena adanya motivasi
dari pak kiayi sehingga kita menjalankan program
ini lillahita’ala.....”128
Selanjutnya, faktor pendukung lainnya diungkapkan
oleh Bapak Sobari selaku Pekerja Sosial di Ponpes
Hikmah Syahadah yang menjelaskan bahwa:
“Faktor pendukungnya, adanya fasilitas yang cukup
mewadai untuk melaksanakan program ini. Bahkan
127
Wawancara Pribadi dengan Dede Hariri selaku Terapis di Ponpes
Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 10 Juni
2018, Jam 10.30 s/d 11.15 WIB. 128
Wawancara Pribadi dengan Bapak Ade Sodiqin selaku Konselor di
Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Selasa, Tanggal 20
Mei 2018, Jam 13.45 s/d 14.15 WIB.
119
ada fasilitas keterampilan yang dapat diberikan
kepada santri.....”129
Fasilitas dalam pelaksanaan program terapi ilahiyah
merupakan faktor pendukung dalam pelaksanaannya.
Ketersediaan fasilitas menjadi wadah untuk
melaksanakan program terapi ini, selain itu juga
beberapa fasilitas mampu memberikan serta mengasah
keterampilan santri maupun pengurus Ponpes Hikmah
Syahadah. Ketersediaan fasilitas yang memadai
mendukung pelaksanaan program terapi ini bagi santri
dan pengurus yang berada di Ponpes Hikmah Syahadah.
Guna mendukung kelancaran program dan kegiatan
yang terdapat di Ponpes Hikmah Syahadah, maka
terdapat sarana dan prasarana yang dapat menunjangnya,
dengan rincian sebagai berikut:130
Tabel
Sarana dan Prasarana di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah
No Jenis Keterangan Jumlah
1 Sarana
Luas tanah 1200 m2
Kantor 1 unit
Gudang 1 unit
Ruang belajar 5 ruangan
Kamar inap 17 ruangan
MCK umum 6 buah
Wisma tamu 1 ruangan
129
Wawancara Pribadi dengan Bapak Sobari selaku Pekerja Sosial di
Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 20
Mei 2018, Jam 10.15 s/d 10.45 WIB. 130
Studi Dokumen Buku Profil Ponpes Hikmah Syahadah.
120
Mushollah 1 buah
Lahan berkebun 200 m2
Lahan berternak 200 m2
Dapur 1 unit
2 Prasarana
Alat praktik berternak
dan berkebun 1 unit
Alat kesenian 1 unit
Kendaraan mobil 2 buah
Kendaraan motor 2 buah
Jet pam 1 unit
Penerangan listrik 1 unit
Selain itu, faktor lingkungan yang berada di sekitar
Ponpes turut mendukung pelaksanaan program terapi
ilahiyah. Seperti yang diungkapkan Rittah selaku Tenaga
Kerja Sosial di Ponpes Hikmah Syahadah sebagai
berikut:
“Lingkungan menjadi faktor pendukung karena
lingkungan di panti rehabilitasi mendukung penuh
untuk kesembuhan santri.....”131
2. Faktor Penghambat
Selain berbagai faktor pendukung pelaksanaan
program terapi ilahiyah di atas, terdapat pula faktor
penghambat pelaksanaan program. Beberapa faktor
penghambat tersebut dijelaskan oleh Bapak Romdin
selaku Ketua Ponpes Hikmah Syahadah sebagai berikut:
131
Wawancara Pribadi dengan Rittah Riani Romdin selaku Tenaga Kerja
Sosial di Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Senin,
Tanggal 28 Mei 2018, Jam 15.55 s/d 16.25 WIB.
121
“Yang menjadi penghambatnya, disini masih
kekurangan SDM atau pegawai untuk membantu
program terapi ini, jadi terkadang ada yang dapat
kerjaan dua kali, misalnya kaya ustadz dede dia
disini terapis tapi juga konselor.”132
Minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkontribusi dalam pelaksanaan program terapi ilahiyah
menjadi hambatan utama. Dimana hal tersebut dapat
menyebabkan tumpang tindih pembagian tugas dalam
pelaksanaan program, selain itu minimnya kemampuan
SDM dalam program terapi ini menjadi hambatan
selanjutnya. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan
Ustadz Dede selaku Terapis di Ponpes Hikmah
Syahadah sebagai berikut:
“.....Nah yang menjadi faktor penghambatnya ini
kita kekurangan sumber daya manusia atau pekerja
disini, misalnya posisi saya disini terapis tapi juga
merangkap jadi konselor terus menerima santri baru,
jadi ya kaya double gitu kerjaannya, istilahnya
engga terfokuslah bidang kerjanya.”133
132
Wawancara Pribadi dengan Bapak Romdin selaku Ketua Ponpes
Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 06 Mei
2018, Jam 09.40 s/d 10.05 WIB. 133
Wawancara Pribadi dengan Dede Hariri selaku Terapis di Ponpes
Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 10 Juni
2018, Jam 10.30 s/d 11.15 WIB.
122
Minimnya SDM tersebut memberikan dampak
terhadap ketidakstabilan kinerja dalam program. Dimana
hal tersebut terlihat dari pembagian tugas yang tidak
sesuai atau diluar kemampuan seseorang, selain itu hal
tersebut juga menyebabkan terganggunya fokus tugas
dan fungsi setiap elemen yang ikut andil dalam
pelaksanaan program terapi ilahiyah. Hal tersebut
diperkuat oleh pernyataan Ustadz Ade selaku Konselor
di Ponpes Hikmah Syahadah yang mengungkapkan:
“Sedangkan faktor penghambatnya dari segi
SDMnya masih sangat minim disini, jadi kita suka
kecapean untuk mengatasi santri disini.”134
Sumber daya manusia (SDM) yang tersedia di
Ponpes Hikmah Syahadah berjumlah 15 orang, dengan
rincian sebagai berikut:135
Tabel
Sumber Daya Manusia (SDM) di Pondok Pesantren Hikmah
Syahadah
No Nama Jabatan Pendidikan
1 Drs. KH. Romdin,
MM Ketua Ponpes Sarjana S2
2 Risa Riani
Romdin
Wakil Ketua dan
Tenaga Kerja Sosial Sarjana S1
3 Yeni Nuraeni Sekretaris Ponpes Sarjana S1
134
Wawancara Pribadi dengan Bapak Ade Sodiqin selaku Konselor di
Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Selasa, Tanggal 20
Mei 2018, Jam 13.45 s/d 14.15 WIB. 135
Studi Dokumen Buku Profil Ponpes Hikmah Syahadah.
123
4 Hj. Hodijah Bendahara Ponpes Sarjana S1
5 Sobari Pekerja Sosial Sarjana S1
6 Rittah Riani
Romdin Tenaga Kerja Sosial Sarjana S1
7 Apriyudin Konselor Sarjana S1
8 Dede Hariri Konselor dan Terapis Sarjana S1
9 Ade Sodiqin Konselor dan Terapis Sarjana S1
10 Abu Wasirin Terapis Diploma
11 Iwan Keamanan SLTA
12 Aditya P. Keamanan SLTP
13 Aminah Juru Masak SLTP
14 Rosyanti Juru Masak SLTP
15 Eulis Sukaesih Juru Masak SLTA
Faktor penghambat yang lainnya yaitu muncul dari
calon santri atau pecandu narkoba yang baru masuk.
Dimana kendala santri baru untuk ikut berpartisipasi
dalam program terapi ilahiyah sangat minim, seperti
yang dipaparkan oleh Rittah selaku Tenaga Kerja Sosial
di Ponpes Hikmah Syahadah, bahwa:
“.....Faktor penghambat terkadang muncul dari
santri sendiri yang tidak mau mengikuti program
terapi ilahiyah.”136
Hal tersebut diperkuat juga oleh pernyataan Bapak
Sobari selaku Pekerja Sosial di Ponpes Hikmah
Syahadah sebagai berikut:
136
Wawancara Pribadi dengan Rittah Riani Romdin selaku Tenaga Kerja
Sosial di Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Senin,
Tanggal 28 Mei 2018, Jam 15.55 s/d 16.25 WIB.
124
“.....Kalau faktor penghambatnya, ketika awal
masuk pesantren, santri yang menggunakan narkoba
itu sulit untuk diaturnya, apalagi ketika disuruh
mengikuti kegiatan program terapi ini. Ditambah
juga SDM kita yang minim, jadi perlu tenaga ekstra
untuk mengaturnya.”137
137
Wawancara Pribadi dengan Bapak Sobari selaku Pekerja Sosial di
Ponpes Hikmah Syahadah, Kabupaten Tangerang, Hari Minggu, Tanggal 20
Mei 2018, Jam 10.15 s/d 10.45 WIB.
125
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis akan menganalisis data dan temuan
lapangan tentang evaluasi program terapi ilahiyah di Ponpes
Hikmah Syahadah. Model evaluasi yang akan penulis gunakan
dalam menganalisis data dan temuan lapangan yaitu model
evaluasi Context, Input, Process, dan Product (CIPP) yang telah
dikembangkan oleh Daniel Leroy Stufflebeam (1996). Lebih
spesifik, dalam menganalisis evaluasi program tersebut penulis
akan memfokuskan untuk menggunakan model evaluasi produk
(product evaluation) saja (BAB II, h. 31), sebagai upaya dalam
mendeskripsikan evaluasi produk program terapi ini di Ponpes
Hikmah Syahadah.
Sesuai dengan tujuan evaluasi produk yang berupaya
mengidentifikasi dan mengakses keluaran dan manfaat suatu
program (BAB II, h. 31). Dalam menganalisis data dan temuan
lapangan, penulis telah membagi menjadi dua poin pembahasan,
yaitu evaluasi produk program terapi ilahiyah (meliputi keluaran
dan manfaat) serta faktor pendukung dan penghambat dalam
program terapi ini bagi pecandu Narkoba di Pondok Pesantren
Hikmah Syahadah Tigaraksa Kabupaten Tangerang.
126
A. Evaluasi Produk (Product Evaluation) Program Terapi
Ilahiyah
1. Keluaran (Output) Program Terapi Ilahiyah
Keluaran (output) program terapi ilahiyah
menggambarkan penentuan dan penetapan identitas
program serta keberhasilan pelaksanaannya (BAB IV, h.
93). Program terapi ini menjadi salah satu alternatif
program rehabilitasi terhadap pecandu narkoba
mengingat bahwa nilai-nilai keislaman menjadi dasar
program terapi ini di Ponpes Hikmah Syahadah. Hal
tersebut terlihat dari metode terapi ini yang meliputi
terapi gurat telunjuk petir, terapi air do’a, terapi shalat
fardhu, terapi dzikir syifa, dan terapi mandi malam
(BAB III, h. 85-86), yang kental dengan nuansa
keislaman.
Keberadaan pasien rehabilitasi, selanjutnya disebut
santri di Ponpes Hikmah Syahadah didukung oleh
keinginan mereka untuk sembuh dari kecanduan narkoba
dan juga untuk memperdalam agama Islam (BAB IV, h.
96-97). Mengingat metode terapi ilahiyah yang kental
akan nilai keagamaan sebagai upaya rehabilitasi bagi
pecandu narkoba, ritus-ritus keagamaan, doa-doa, dan
keyakinan akan kesembuhan yang datang dari Allah
menjadi penyempurna dalam proses pelaksanaan
rehabilitasi dengan terapi ini (BAB IV, h. 98). Dalam
pelaksanaan program terapi ini terdapat tahapan-tahapan,
127
pelaksanaannya sudah menjadi agenda pengurus dalam
merealisasikan tujuan program terapi ini.
Program terapi ilahiyah sebagai program rehabilitasi
pecandu narkoba memiliki tujuan dalam mengentaskan
permasalahan tersebut. Tujuan dari terapi ini meliputi
kesembuhan secara fisik atau jasmani dan kesembuhan
rohani. Tujuan sembuhnya secara fisik atau jasmani
dapat dilihat dari jasmani alumni yang sehat, kuat, dan
semangat, sedangkan kesembuhan rohani diharapkan
dapat meningkatkatkan ibadah dan juga kedekatan
kepada Allah (BAB IV, h. 101). Pencapaian tujuan terapi
ini bisa dilihat ketika santri telah menyelesaikan program
rehabilitasinya, serta mampu kembali di lingkungan
keluarga dan masyarakatnya sebagai manusia yang
sembuh jasmani dan rohaninya.
Keberhasilan program terapi ilahiyah merupakan
pencapaian tujuan daripada program tersebut, dimana
proses follow up perlu diupayakan dalam menjaga
keberhasilan program. Dalam upaya menjaga
keberhasilan penyembuhan jasmani dan rohani alumni
pecandu narkoba, terdapat beberapa upaya yang
dilakukan pihak ponpes dan juga pengurus setelah santri
menyelesaikan program rehabilitasi melalui terapi ini
(BAB IV, h. 103-104). Keberhasilan dari program terapi
ini terlihat dari alumni yang masih meneruskannya di
lingkungan masyarakat.
128
Upaya Ponpes Hikmah Syahadah dalam menjaga
keberhasilan program terapi ilahiyah yaitu dengan
komunikasi interaktif dan kunjungan rumah baik pihak
Ponpes maupun keluarga alumni. Komunikasi interaktif
yang dilakukan dengan pihak keluarga oleh pihak
Ponpes dan pengurus senantiasa dilakukan untuk
menjaga hubungan baik dengan alumni dan keluarganya
(BAB IV, h. 104). Keberhasilan tersebut terlihat dari
kesehatan jasmani dan rohani alumni, serta keberhasilan
alumni menjalani kehidupan tanpa narkoba di
lingkungan masyarakat (BAB IV, h. 106).
2. Manfaat Program Terapi Ilahiyah
Dalam pelaksanaan program terapi ilahiyah hingga
keberhasilannya, terdapat beberapa manfaat yang
dirasakan santri yang sudah lulus mengikuti terapi ini.
Terdapat tiga manfaat yang dirasakan alumni, Pertama
manfaat kesehatan jasmani yang meliputi kesehatan
badan, pikiran, dan hati. Kedua, manfaat kesehatan
rohani yaitu ditandai dengan meningkatnya keagamaan
dan ibadah (BAB IV, h. 107). Ketiga, yaitu manfaat
terhindar dari narkoba (BAB IV, h. 109). Tiga manfaat
tersebut telah menjadi indikator keberhasilan dari
program terapi ini.
Tujuan dari program terapi ilahiyah adalah untuk
memulihkan atau menyembuhkan santri dengan cara
sempurna, dimana santri sehat secara jasmani dan juga
sehat secara rohani. Selain itu, program terapi ini juga
129
dapat memberikan manfaat bagi santri baik di dunia
maupun di akhirat, yaitu mendapatkan kesembuhan di
dunia dan mendapatkan keridhaan dari Allah SWT di
akhirat.138
Dan manfaat terhindar dari narkoba dapat
meningkatkan kesehatan jasmani bagi alumni yang
sebelumnya kecanduan narkoba (BAB IV, h.109).
Manfaat yang sangat dominan dari terapi ilahiyah
adalah peningkatan kesehatan jasmani. Manfaat yang
dirasakan oleh alumni merupakan suatu bentuk yang
berkesinambungan. Dimana pemberian ramuan herbal
dalam terapi ini telah menjadikan badan dan anggota
badan berfungsi normal, selain itu berbagai bentuk terapi
ini telah memberikan manfaat bagi peningkatan
kesehatan dan ketahanan daya tahan tubuh menghadapi
bahaya narkoba.
Selanjutnya manfaat lain yang dirasakan oleh
alumni Ponpes yaitu peningkatan produktifitas para
alumni (BAB IV, h. 111). Manfaat yang sangat
dirasakan atas terhindarnya narkoba yaitu semangat dan
produktifitas santri dalam kegiatan keseharian, sehingga
dampak negatif dari narkoba akan tergantikan dengan
manfaat yang ditimbulkan dari adanya terapi ini.
Kebermanfaatan tersebut juga meliputi capaian untuk
diri alumni yang lebih baik, serta semangat untuk
mewujudkan cita-cita.
138
Studi Dokumen Buku Profil Ponpes Hikmah Syahadah.
130
Manfaat peningkatan secara rohani dan keagamaan
telah memberikan perubahan dalan beribadah serta
mendekatkan diri kepada Allah. Terlihat jelas dari
beberapa pemaparan bahwa perubahan peningkatan
kesehatan jasmani dan rohani cenderung dominan
sebagai manfaat yang dirasakan oleh alumni. Kebiasaan
dan rutinitas ketika berada di Ponpes menjadi satu
manfaat tersendiri dalam proses pelaksanaan program
terapi ini (BAB IV, h. 114).
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Terapi
Ilahiyah
1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung merupakan faktor yang dapat
meningkatkan pelaksanaan program terapi ilahiyah,
sehingga manfaat program dapat dirasakan oleh santri
maupun alumni. Faktor pendukung pelaksanaan program
terapi ini yaitu:
Pertama, adanya terapis yang memahami agama
Islam, mengingat nilai-nilai keislaman menjadi dasar
dari pada program terapi ilahiyah. Peran Ketua Ponpes
atau Bapak kiayi dalam Ponpes tersebut menjadi faktor
pendukung tersendiri, mengingat peran Kiayi dalam
pelaksanaan program terapi ini. Seorang Kiayi sebagai
simbol orang berilmu serta berwawasan keislaman telah
menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan program
terapi ini (BAB IV, h. 116).
131
Kedua, lingkungan Ponpes Hikmah Syahadah yang
kental dan mengakar dengan nilai-nilai islam menjadi
penguat pelaksanaan program terapi ilahiyah. Fasilitas
dalam pelaksanaan program terapi ini merupakan faktor
pendukung dalam pelaksanaannya. Ketersediaan fasilitas
menjadi wadah untuk melaksanakan program terapi ini,
selain itu juga beberapa fasilitas mampu memberikan
serta mengasah keterampilan pada santri maupun
pengurus program terapi ilahiyah. Ketersediaan fasilitas
yang memadai mendukung pelaksanaan program terapi
ini bagi santri dan pengurus yang berada di Ponpes
Hikmah Syahadah (BAB IV, h. 117).
Ketiga, tersedianya fasilitas bagi santri dan
kemudahan akses bagia siapa pun yang membutuhkan
(BAB IV, h. 115-116). Faktor lingkungan yang berada di
sekitar Ponpes turut mendukung pelaksanaan program
terapi ilahiyah (BAB IV, h. 118). Ketiga faktor tersebut
menjadi pendorong terlaksana dan berkembangnya
program terapi ini dalam memberikan manfaat untuk
peningkatan kesehatan jasmani, rohani, dan terhindar
dari narkoba.
2. Faktor Penghambat
Selain faktor pendukung, terdapat pula faktor
penghambat pelaksanaan dan pekermbangan program
terapi ilahiyah. Sedikitnya terdapat dua faktor
penghambat program terapi ini, yaitu:
132
Pertama, minimnya sumber daya manusia (SDM)
yang berkontribusi dan kompeten dalam pelaksanaan
program terapi ilahiyah menjadi hambatan utama.
Keadaan tersebut dapat menyebabkan tumpang tindih
pembagian tugas dalam pelaksanaan program terapi ini
(BAB IV, h. 119). Hal tersebut juga menyebabkan
pekerjaan ganda dalam beberapa bagian.
Keadaan SDM yang minim tersebut memberikan
dampak terhadap ketidakstabilan kinerja dalam program.
Dimana hal tersebut terlihat dari pembagian tugas yang
tidak sesuai atau diluar kemampuan seseorang, selain itu
hal tersebut juga menyebabkan terganggunya fokus
tugas dan fungsi setiap elemen yang ikut andil dalam
pelaksanaan program terapi ilahiyah (BAB IV, h. 120).
Peningkatan kapasitas dan penambahan petugas yang
kompeten menjadi solusi dalm menangani permasalahan
ini, sehingga pelaksanaan program terapi ini sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi setiap bidang.
Kedua, faktor penghambat yang kedua yaitu muncul
dari calon santri yang baru masuk. Dimana kendala
santri baru untuk ikut berpartisipasi dalam program
terapi ilahiyah sangat minim (BAB IV, h. 121). Keadaan
tidak menerima tempat baru, serta penolakan terhadap
proses rehabilitasi terapi ini seringkali menjadi hambatan
dalam pelaksanaannya. Hal tersebut dikarenakan
keadaan psikologis calon santri yang akan masuk di
Ponpes Hikmah Syahadah.
133
BAB VI
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Dalam penulisan hasil analisis dalam penelitian ini,
penulis telah membagi analisis data dan temuan lapangan ini
menjadi dua poin pembahasan, yaitu evaluasi produk serta
faktor pendukung dan penghambat program terapi ilahiyah
bagi pecandu narkoba di Pondok Pesantren Hikmah
Syahadah Tigaraksa Kabupaten Tangerang.
1. Evaluasi Produk (Product Evaluation) Program
Terapi Ilahiyah
a. Keluaran (Output) Program Terapi Ilahiyah
Keluaran (output) dalam program terapi
ilahiyah menggambarkan identitas suatu program,
serta keberhasilan dalam pelaksanaannya. Identitas
program terapi ini berlandaskan pada nilai-nilai dan
norma keislaman yang tertuang di dalamnya, seperti
terapi gurat telunjuk petir, terapi air do’a, terapi
shalat fardhu, terapi dzikir syifa, dan terapi mandi
malam.
Santri yang berada di Ponpes Hikmah Syahadah
memiliki keinginan untuk sembuh dari kecanduan
narkoba. Terapi ilahiyah sebagai sebuah program
rehabilitasi memiliki tujuan yang meliputi
kesembuhan secara fisik atau jasmani dan
kesembuhan rohani sebagai kesembuhan sempurna.
134
Keberhasilan dalam pencapaian tujuan terapi
ilahiyah dapat dilihat ketika alumni mampu kembali
di lingkungan keluarga dan masyarakatnya sebagai
manusia yang sembuh jasmani dan rohaninya.
Sehingga keberhasilan tersebut perlu dijaga dengan
komunikasi interaktif dan silaturrahmi antara
Ponpes dengan keluarga santri.
b. Manfaat Program Terapi Ilahiyah
Terdapat tiga manfaat yang dirasakan alumni.
Pertama manfaat kesehatan jasmani yang meliputi
kesehatan badan, pikiran, dan hati. Kedua, manfaat
kesehatan rohani yaitu meningkatnya keagamaan
dan ibadah. Dan ketiga, yaitu manfaat terhindar dari
narkoba.
Manfaat yang dominan dirasakan alumni yaitu
peningkatan kesehatan jasmani, peningkatan
produktivitas dan semangat dalam kehidupan sehari-
hari, hingga peningkatan capaian untuk diri yang
lebih baik serta semangat mewujudkan impian. Dan
manfaat peningkatan rohani maupun keagamaan
telah memberikan perubahan dalan beribadah serta
mendekatkan diri kepada Allah.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Terapi
Ilahiyah
a. Faktor Pendukung
Terdapat tiga faktor pendukung pelaksanaan
program terapi ilahiyah, diantaranya pertama,
135
tersedianya terapis yang memahami agama Islam,
mengingat nilai-nilai keislaman menjadi dasar
daripada program terapi ini. Kedua, lingkungan
Ponpes Hikmah Syahadah yang kental dan
mengakar dengan nilai-nilai islam menjadi penguat
pelaksanaan program terapi ini. Ketiga, tersedianya
fasilitas bagi santri dan kemudahan akses bagi siapa
pun yang membutuhkan dan lingkungan Ponpes
yang mendukung pelaksanaan program.
b. Faktor Penghambat
Sedikitnya terdapat dua faktor penghambat dari
program terapi ilahiyah, yaitu pertama, minimnya
sumber daya manusia (SDM) yang berkontribusi
dan kompeten dalam pelaksanaan program terapi ini
menjadi hambatan utama. Faktor penghambat yang
kedua yaitu muncul dari calon santri atau pecandu
narkoba yang baru masuk. Dimana kendala para
santri baru untuk ikut berpartisipasi dalam program
terapi ini sangat minim.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini berupa deskripsi tentang evaluasi
produk program terapi ilahiyah bagi pecandu narkoba, bahwa
keadaan jasmani dan rohani manusia tidak dapat dipisahkan.
Terapi ini telah menunjukkan bahwa penyembuhan penyakit
mental dapat dilakukan tidak hanya dengan menggunakan
136
obat-obatan secara medis, namun juga pendekatan rohani
yang bernilai ke ilahiyaan (ketuhanan).
Fungsi terapi ilahiyah adalah memberikan bimbingan
dan pelayanan rehabilitasi sosial yang bersifat preventif,
kuratif, rehabilitatif, dan promotif dalam bentuk pemberian
terapi pengobatan secara islami dengan mengadakan multi
layanan dan rehabilitasi sosial (pusat rehabilitasi gangguan
kejiwaan, narkoba, dan anak nakal) serta mengintegrasikan
seluruh anggota Ponpes dengan orientasi penumbuhan dan
pembangunan potensi anggota.
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tambahan
kepada pengusrus Ponpes dalam melaksanakan terapi
ilahiyah. Diharapkan juga penilitian ini dapat memberikan
pengetahuan tambahan bagi lembaga swadaya masyarakat
lainnya yang bergerak dalam lingkup pemulihan kesehatan
pecandu narkoba sehingga terapi ini menjadi salah satu cara
penyembuhan secara jasmani dan rohani bagi pecandu.
C. Saran
Secara akademis, penelitian ini bermanfaat untuk
meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
tentang evaluasi produk serta faktor pendukung dan
penghambat dari pelaksanaan program terapi ilahiyah bagi
pecandu narkoba.
Secara praktis, penelitian ini mampu memberikan
informasi dan gambaran bagi aktivis ataupun praktisi yang
bergerak di bidang pekerjaan sosial tentang evaluasi produk
137
serta faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan
program terapi ilahiyah bagi pecandu narkoba.
138
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan, dan
Intervensi Komunitas Pengantar pada Pemikiran dan
Pendekatan Praktis. Jakarta: FEUI Press, 2003.
Adz-Dzaky, M. Hamdani Bakran. Konseling dan Psikoterapi
Islam Penerapan Metode Sufistik. Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2004
Arikunto, Suharsimi. Penilaian Program Pendidikan.
Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988.
Az-Zahrani, Musfir bin Said. Konseling Terapi. Jakarta:
Gema Insani Press, 2005.
Gulo, W. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo,
2002.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan
Praktik. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013.
Hakami, Syekh Hafizh. Tanya Jawab Akidah Islam. Jakarta:
Gema Insani Press, 1998.
Hawari, Dadang. Al-Qur‟an Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Dana Bhakti Prima
Yasa, 2004.
Terapi (Detoksifikasi) dan Rehabilitasi
NAPZA. Jakarta: UI Press, 1999.
Penyalahgunaan dan Ketergantungan
NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif). Jakarta:
Balai Penerbit FKUI, 2006.
Irawan, Prasetya. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk
Ilmu-ilmu Sosial. Depok: FISIP UI, 2006.
Kadarmanta, A. Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa.
Jakarta: PT. Forum Media Utama, 2010.
M, Arifin H. Teori-teori Konseling Agama dan Umum.
Jakarta: Golden Terayon Press, 1994.
139
Masyhud, Sulthon dkk. Manajemen Pondok Pesantren.
Jakarta: Diva Pustaka, 2005.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1993.
Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
New Life Option: Evaluasi Program, h. 73.
Qomar, Mujamil. Pesantren dari Transformasi Metodologi
menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.
Sasangka, Hari. Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum
Pidana. Bandung: CV. Mandar Maju, 2003.
Suci, Eunike Sri Tyas dkk. Long and Winding Road Jalan
Panjang Pemulihan Pecandu Narkoba. Jakarta: PT.
Kompas Media Nusantara, 2015.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV.
Alfabeta, 2010.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan
Masyarakat, Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung:
PT. Refika Aditama, 2005.
Sunarno. Narkoba Bahaya dan Upaya Pencegahannya.
Semarang: PT. Bengawan Ilmu, 2007.
Tayibnapis, Farida Yusuf. Evaluasi Program. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2000.
Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. Metodologi
Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.
Wirawan. Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan
Profesi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011.
JURNAL
Uditomo, Purwa dkk. Zakat & Empowering, Evaluasi dan
Kaji Dampak Program Layanan Kesehatan Cuma-
Cuma. Jurnal Pemikiran dan Gagasan, Vol. 2, Juni
2009.
140
KAMUS
Chaplin, J P. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006.
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 1998.
Partanto, Pius A dan Al-Barry, M Dahlan. Kamus Ilmiah
Populer. Surabaya: Arkola, 1994.
Ramli, Ahmad. Kamus Kedokteran. Jakarta: Djambatan,
1999.
INTERNET
Asyari, Yusuf. “Kasus Narkoba Selama 2016 Meningkat”.
Artikel diakses pada 10 Januari 2018 dari
www.jawapos.com/read/2016/12/29/73902/kasus-
narkoba-selama-2016-meningkat-
“Narkoba dalam Pandangan Islam dan Dalilnya”. Artikel
diakses pada 08 Januari 2018 dari
https://dalamislam.com/info-islami/narkoba-dalam-
pandangan-islam
“Tahapan Rehabilitasi Narkoba”. Artikel diakses pada 18
Februari 2018 dari
http://www.alodokter.com/tahapan-rehabilitasi-
narkoba
“Terapi dan Rehabilitasi Pecandu Narkoba”. Artikel diakses
pada 18 Februari 2018 dari
https://pedulinapzaundip.wordpress.com/2014/06/02/t
erapi-dan-rehabilitasi-pecandu-narkoba/
“Tujuan Rehabilitasi bagi Pecandu Narkoba”. Artikel
diakses pada 12 Januari 2018 dari
https://bahayanarkobabagikesehatantubuh.wordpress.
com/2017/03/29/tujuan-rehabilitasi-bagi-pecandu-
narkoba/
141
UNDANG-UNDANG
Himpunan Peraturan Perundang-undangan. Undang-undang
Psikotropika, Narkotika, dan Zat Adiktif Lainnya.
Bandung: Fokus Media, 2011.
DOKUMENTASI
Studi Dokumen Buku Profil Ponpes Hikmah Syahadah.
PEDOMAN WAWANCARA
PROGRAM TERAPI ILAHIYAH
Ketua Ponpes Hikmah Syahadah
1. Pak kiayi, apa itu program terapi ilahiyah?
2. Pak kiayi, bagaimana awal terbentuknya program terapi
ilahiyah?
3. Pak kiayi, bagaimana proses pelaksanaan program terapi
ilahiyah?
4. Pak kiayi, apakah ada jadwal dalam pelaksanaan program
terapi ilahiyah?
5. Pak kiayi, apakah proses pelaksanaan program terapi ilahiyah
berjalan sesuai dengan jadwal?
6. Pak kiayi, apa tujuan dari program terapi ilahiyah bagi santri
yang pecandu narkoba?
7. Pak kiayi, apakah tujuan program terapi ilahiyah sudah
tercapai bagi santri yang pecandu narkoba?
8. Pak kiayi, apa indikator tercapainya program terapi ilahiyah
bagi santri yang pecandu narkoba?
9. Pak kiayi, apa manfaat yang diperoleh bagi santri yang
pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
10. Pak kiayi, apakah program terapi ilahiyah efektif bagi
pemulihan atau penyembuhan santri yang pecandu narkoba?
11. Pak kiayi, apa yang menjadi faktor pendukung dari program
terapi ilahiyah bagi santri yang pecandu narkoba?
12. Pak kiayi, apa yang menjadi faktor penghambat dari program
terapi ilahiyah bagi santri yang pecandu narkoba?
13. Pak kiayi, bagaimana respon santri yang pecandu narkoba
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
14. Pak kiayi, apakah terlihat perubahan secara jasmani pada
santri yang pecandu narkoba setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
15. Pak kiayi, apakah terlihat perubahan secara rohani pada
santri yang pecandu narkoba setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
16. Pak kiayi, berapa jumlah santri yang pecandu narkoba yang
sudah berhasil dipulihkan atau disembuhkan setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
17. Pak kiayi, apa harapan kedepannya terkait program terapi
ilahiyah?
18. Pak kiayi, apa yang dilakukan oleh Ponpes Hikmah
Syahadah terhadap santri yang pecandu narkoba yang sudah
dinyatakan pulih atau sembuh?
Terapis
1. Ustadz, bagaimana proses pelaksanaan program terapi
ilahiyah?
2. Ustadz, apakah ada jadwal dalam pelaksanaan program terapi
ilahiyah?
3. Ustadz, apakah proses pelaksanaan program terapi ilahiyah
berjalan sesuai dengan jadwal?
4. Ustadz, apa tujuan program terapi ilahiyah bagi santri yang
pecandu narkoba?
5. Ustadz, apakah tujuan program terapi ilahiyah sudah tercapai
bagi santri yang pecandu narkoba?
6. Ustadz, apa manfaat yang diperoleh santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
7. Ustadz, apakah program terapi ilahiyah efektif bagi
pemulihan atau penyembuhan santri yang pecandu narkoba?
8. Ustadz, apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat
dari program terapi ilahiyah?
9. Ustadz, bagaimana respon santri yang pecandu narkoba
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
10. Ustadz, apakah terlihat perubahan secara jasmani pada santri
yang pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
11. Ustadz, bagaimana kondisi tubuh santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
12. Ustadz, bagaimana kondisi rambut santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
13. Ustadz, bagaimana kondisi kuku santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
14. Ustadz, bagaimana kondisi kulit santri yang pecandu narkoba
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
15. Ustadz, bagaimana aktivitas dan produktivitas santri yang
pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
16. Ustadz, apakah santri santri yang pecandu narkoba terlihat
tidak cepat lelah dalam menjalankan aktivitasnya?
17. Ustadz, apakah berat badan santri yang pecandu narkoba
bertambah setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
18. Ustadz, apakah santri yang pecandu narkoba memiliki
penyakit di dalam tubuhnya setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
19. Ustadz, apakah terlihat perubahan secara rohani pada santri
yang pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
20. Ustadz, apakah santri yang pecandu narkoba ibadahnya
meningkat setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
21. Ustadz, apakah santri yang pecandu narkoba mampu
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
22. Ustadz, bagaimana kondisi sosial santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
23. Ustadz, apakah santri yang pecandu narkoba mampu
mengatasi masalahnya setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
24. Ustadz, bagaimana cara dan jalan berpikir santri yang
pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
25. Ustadz, bagaimana emosional santri yang pecandu narkoba
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
26. Ustadz, berapa jumlah santri yang pecandu narkoba yang
sudah berhasil dipulihkan atau disembuhkan setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
27. Ustadz, apa harapan kedepannya terkait program terapi
ilahiyah?
28. Ustadz, apa yang dilakukan oleh Ponpes Hikmah Syahadah
terhadap santri yang sudah dinyatakan pulih atau sembuh?
Pekerja Sosial
1. Pak, apa tujuan program terapi ilahiyah bagi santri yang
pecandu narkoba?
2. Pak, apakah tujuan dari program terapi ilahiyah sudah
tercapai bagi santri yang pecandu narkoba?
3. Pak, apa indikator tercapainya program terapi ilahiyah bagi
santri yang pecandu narkoba?
4. Pak, apa manfaat yang diperoleh santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
5. Pak, apakah program terapi ilahiyah efektif bagi pemulihan
atau penyembuhan santri yang pecandu narkoba?
6. Pak, apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat
dari program terapi ilahiyah?
7. Pak, bagaimana respon santri yang pecandu narkoba setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
8. Pak, apakah terlihat perubahan secara jasmani pada santri
yang pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
9. Pak, bagaimana kondisi tubuh santri yang pecandu narkoba
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
10. Pak, bagaimana kondisi rambut santri yang pecandu narkoba
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
11. Pak, bagaimana kondisi kuku santri yang pecandu narkoba
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
12. Pak, bagaimana kondisi kulit santri yang pecandu narkoba
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
13. Pak, bagaimana aktivitas dan produktivitas santri yang
pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
14. Pak, apakah santri yang pecandu narkoba memiliki penyakit
di dalam tubuhnya setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
15. Pak, apakah terlihat perubahan secara rohani pada santri
yang pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
16. Pak, apakah santri yang pecandu narkoba ibadahnya
meningkat setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
17. Pak, apakah santri yang pecandu narkoba mampu
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
18. Pak, bagaimana kondisi sosial santri yang pecandu narkoba
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
19. Pak, apakah santri yang pecandu narkoba mampu mengatasi
masalahnya setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
20. Pak, bagaimana cara dan jalan berpikir santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
21. Pak, bagaimana kondisi emosional santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
22. Pak, berapa jumlah santri yang pecandu narkoba yang sudah
berhasil dipulihkan atau disembuhkan setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
23. Pak, apa harapan kedepannya terkait program terapi
ilahiyah?
24. Pak, apa yang dilakukan oleh Ponpes Hikmah Syahadah
terhadap santri yang sudah dinyatakan pulih atau sembuh?
Tenaga Kerja Sosial
1. Ka, apa tujuan dari program terapi ilahiyah bagi santri yang
pecandu narkoba?
2. Ka, apakah tujuan dari program terapi ilahiyah sudah
tercapai bagi santri yang pecandu narkoba?
3. Ka, apa indikator tercapainya program terapi ilahiyah bagi
santri yang pecandu narkoba?
4. Ka, apa manfaat yang diperoleh santri yang pecandu narkoba
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
5. Ka, apakah program terapi ilahiyah efektif bagi pemulihan
atau penyembuhan santri yang pecandu narkoba?
6. Ka, apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat
dari program terapi ilahiyah?
7. Ka, bagaimana respon santri yang pecandu narkoba setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
8. Ka, apakah terlihat perubahan secara jasmani pada santri
yang pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
9. Ka, bagaimana kondisi tubuh santri yang pecandu narkoba
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
10. Ka, bagaimana kondisi rambut santri yang pecandu narkoba
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
11. Ka, bagaimana kondisi kuku santri yang pecandu narkoba
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
12. Ka, bagaimana kondisi kulit santri yang pecandu narkoba
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
13. Ka, bagaimana aktivitas dan produktivitas santri yang
pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
14. Ka, apakah santri yang pecandu narkoba memiliki penyakit
di dalam tubuhnya setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
15. Ka, apakah terlihat perubahan secara rohani pada santri yang
pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
16. Ka, apakah santri yang pecandu narkoba ibadahnya
meningkat setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
17. Ka, apakah santri yang pecandu narkoba mampu
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
18. Ka, bagaimana kondisi sosial santri yang pecandu narkoba
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
19. Ka, apakah santri yang pecandu narkoba mampu mengatasi
masalahnya setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
20. Ka, bagaimana cara dan jalan berpikir santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
21. Ka, bagaimana kondisi emosional santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
22. Ka, berapa jumlah santri yang pecandu narkoba yang sudah
berhasil dipulihkan atau disembuhkan setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
23. Ka, apa harapan kedepannya terkait program terapi ilahiyah?
24. Ka, apa yang dilakukan oleh Ponpes Hikmah Syahadah
terhadap santri yang sudah dinyatakan pulih atau sembuh?
Konselor
1. Ustadz, apa tujuan program terapi ilahiyah bagi santri yang
pecandu narkoba?
2. Ustadz, apakah tujuan program terapi ilahiyah sudah tercapai
bagi santri yang pecandu narkoba?
3. Ustadz, apa manfaat yang diperoleh santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
4. Ustadz, apakah program terapi ilahiyah efektif bagi
pemulihan atau penyembuhan santri yang pecandu narkoba?
5. Ustadz, apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat
dari program terapi ilahiyah?
6. Ustadz, bagaimana respon santri yang pecandu narkoba
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
7. Ustadz, apakah terlihat perubahan secara jasmani pada santri
yang pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
8. Ustadz, bagaimana kondisi tubuh santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
9. Ustadz, bagaimana kondisi rambut santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
10. Ustadz, bagaimana kondisi kuku santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
11. Ustadz, bagaimana kondisi kulit santri yang pecandu narkoba
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
12. Ustadz, bagaimana aktivitas dan produktivitas santri yang
pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
13. Ustadz, apakah santri yang pecandu narkoba memiliki
penyakit di dalam tubuhnya setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
14. Ustadz, apakah terlihat perubahan secara rohani pada santri
yang pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
15. Ustadz, apakah santri yang pecandu narkoba ibadahnya
meningkat setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
16. Ustadz, apakah santri yang pecandu narkoba mampu
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
17. Ustadz, bagaimana kondisi sosial santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
18. Ustadz, apakah santri yang pecandu narkoba mampu
mengatasi masalahnya setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
19. Ustadz, bagaimana cara dan jalan berpikir santri yang
pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
20. Ustadz, bagaimana emosional santri yang pecandu narkoba
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
21. Ustadz, berapa jumlah santri yang pecandu narkoba yang
sudah berhasil dipulihkan atau disembuhkan setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
22. Ustadz, apa harapan kedepannya terkait program terapi
ilahiyah?
23. Ustadz, apa yang dilakukan oleh Ponpes Hikmah Syahadah
terhadap santri yang sudah dinyatakan pulih atau sembuh?
Alumni Santri
1. Siapa yang membawa kamu ke Ponpes Hikmah Syahadah?
2. Kenapa memilih untuk diterapi di Ponpes Hikmah
Syahadah?
3. Apa manfaat yang kamu peroleh setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
4. Apakah program terapi ilahiyah efektif untuk pemulihan atau
penyembuhan kamu?
5. Apakah kamu mengalami perubahan secara jasmani setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
6. Apakah kondisi tubuh kamu fit dan segar setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
7. Apakah daya tahan tubuh kamu kuat setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
8. Apakah kamu tidak cepat lelah dalam menjalankan aktivitas
sehari-hari?
9. Apakah berat badan kamu bertambah setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
10. Apakah rambut kamu tumbuh dengan normal setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
11. Apakah rambut kamu mudah rontok setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
12. Apakah kuku kamu tumbuh dengan normal setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
13. Apakah kuku kamu mudah rapuh setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
14. Apakah kulit kamu kusam setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
15. Apakah produktivitas kamu berjalan dengan normal setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
16. Apakah kamu memiliki penyakit di dalam tubuh setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
17. Apakah kamu mampu menjalankan aktivitas dengan baik
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
18. Apakah kamu mengalami perubahan secara rohani setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
19. Apakah ibadah kamu meningkat setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
20. Apakah kamu menjalankan perintah Allah setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
21. Apakah kamu menjauhi larangan Allah setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
22. Apakah kamu mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri,
orang lain, dan masyarakat setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
23. Apakah kamu mampu mengatasi masalah sendiri setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
24. Bagaimana cara dan jalan berpikir kamu setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
25. Bagaimana emosional kamu setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
26. Apa harapan kamu kedepannya terkait program terapi
ilahiyah?
27. Apa yang dilakukan oleh Ponpes Hikmah Syahadah terhadap
kamu setelah kamu dinyatakan pulih atau sembuh?
HASIL WAWANCARA
PROGRAM TERAPI ILAHIYAH
Nama Informan : KH. Drs. Romdin, MM.
Keterangan : Ketua Ponpes Hikmah Syahadah
Hari, Tanggal : Minggu, 06 Mei 2018
Jam : 09.40 s/d 10.05 WIB
Tempat : Kediaman KH. Drs. Romdin, MM.
(Samping Ponpes Hikmah Syahadah)
1. Pak kiayi, apa itu program terapi ilahiyah?
Program terapi ilahiyah itu program untuk merehabilitasi
santri yang mengalami gangguan kejiwaan, kecanduan
narkoba, dan anak nakal dengan menggunakan nilai-nilai
keagamaan, seperti gurat telunjuk petir, minum air do’a,
shalat fardhu berjama’ah, dzikir syifa, dan mandi malam jam
12 setiap hari jum’at.
2. Pak kiayi, bagaimana awal terbentuknya program terapi
ilahiyah?
Jadi dulu sekitar tahun 99an ada orang dari lampung datang
ke rumah saya minta tolong buat anaknya yang gangguan
jiwa disembuhin. Anaknya ini gangguan jiwa gara-gara
ngonsumsi narkoba. Awalnya saya bingung gimana caranya
nyembuhin orang yang jiwanya keganggu, akhirnya saya
coba buat nyembuhin dengan metode islam, kebetulan dulu
saya sempet nyantren dan alhamdulillah anak ini dapat
sembuh dengan waktu kurang lebih sekitar satu tahun.
3. Pak kiayi, bagaimana proses pelaksanaan program terapi
ilahiyah?
Proses itu santri kita kurung dulu minimal satu minggu di
dalam kamarnya. Setelah dikurung, santri kita mulai rehab
dengan metode gurat telunjuk petir. Cara mengguratnya itu
seperti dipijit bagian tubuhnya dari atas kepala sampai ujung
kaki dengan membacakan do’a-do’a sambil didibalurin air
yang sudah dido’akan. Abis itu, santri kita suruh minum air
do’a tersebut sekalian kita kasih ramuan herbal buat
ngilangin efek-efek dari narkoba yang ada di dalam
tubuhnya. Sehabis digurat, santri kita ajarkan shalat, dzikir,
ngaji. Dan mandi malam pada hari jum’at jam 12 malam.
Karena saya meyakini bahwa tidak ada penyakit yang tidak
sembuh kalau kita mau meminta kepada yang tepat dan benar
yaitu Allah SWT.
4. Pak kiayi, apakah ada jadwal dalam pelaksanaan
program terapi ilahiyah?
Ada. Gurat telunjuk petir itu kita jadwalkan seminggu dua
kali, tapi untuk harinya engga ditentukan. Terus kalau minum
air do’a dan ramuan herbal itu sehabis santri digurat. Terkait
shalat dilakuin setiap hari setelah santri sudah dalam keadaan
yang lebih baik dari sebelumnya, kita ngewajibin santri
shalat berjama’ah di musholah, setelah itu santri membaca
dzikir syifa, dan ngaji. Dan mandi malam kita laksanain di
hari jum’at jam 12 malam. Diluar dari kegiatan keagamaan,
ada juga kegiatan seperti olahrga dan keterampilan.
5. Pak kiayi, apakah proses pelaksanaan program terapi
ilahiyah berjalan sesuai dengan jadwal?
Alhamdulillah berjalan sesuai dengan jadwal. Karena kita
sebagai manusia harus dibiasakan punya yang namanya
jadwal atau planning buat diri kita. Misalnya jam sekian kita
ngapain, terus jam sekiannya lagi kita ngapain. Jadi hidup
kita bisa teratur.
6. Pak kiayi, apa tujuan dari program terapi ilahiyah bagi
santri yang pecandu narkoba?
Tujuannya untuk memulihkan dan menyembuhkan santri
secara sempurna dari kecanduan narkoba, baik itu
jasmaninya maupun rohaninya. Kalau jasmaninya, badan
santri dapat sehat, seger, kuat, semangat, sedangkan
rohaninya bisa meningkatkan ibadahnya kepada Allah, bisa
lebih dekat dengan Allah dan mendapatkan keberkahan dari
Allah.
7. Pak kiayi, apakah tujuan program terapi ilahiyah sudah
tercapai bagi santri yang pecandu narkoba?
Alhamdulillah semenjak program ini dijalankan sudah ada
santri yang sembuh dari kecanduan narkoba, terus juga
ibadahnya jadi lebih meningkat.
8. Pak kiayi, apa indikator tercapainya program terapi
ilahiyah bagi santri yang pecandu narkoba?
Indikatornya ya santri udah engga lagi yang namanya
ngonsumsi narkoba. Terus santri badannya sehat, pikirannya
jernih, hatinya tenang, ibadahnya rajin.
9. Pak kiayi, apa manfaat yang diperoleh bagi santri yang
pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
Manfaatnya santri dapat kesehatan secara jasmani, yang
meliputi badan, pikiran, dan hati. Terus dapat meningkatkan
ibadahanya, sehingga insya Allah mendapatkan keberkahan
juga.
10. Pak kiayi, apakah program terapi ilahiyah efektif bagi
pemulihan atau penyembuhan santri yang pecandu
narkoba?
Insya Allah efektif.
11. Pak kiayi, apa yang menjadi faktor pendukung dari
program terapi ilahiyah bagi santri yang pecandu
narkoba?
Yang pertama, adanya terapis yang memahami agama islam.
Kedua, lingkungan pesantren yang kental akan nilai-nilai
keislaman. Ketiga, fasilitas untuk melaksanakan terapi.
12. Pak kiayi, apa yang menjadi faktor penghambat dari
program terapi ilahiyah bagi santri yang pecandu
narkoba?
Yang menjadi penghambatnya, disini masih kekurangan sdm
atau pegawai untuk membantu program terapi ini, jadi
terkadang ada yang dapat kerjaan dua kali, misalnya kaya
ustadz dede dia disini terapis tapi juga konselor.
13. Pak kiayi, bagaimana respon santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Alhamdulillah responnya baik, positif.
14. Pak kiayi, apakah terlihat perubahan secara jasmani
pada santri yang pecandu narkoba setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
Alhamdulillah terlihat perubahan secara jasmaninya.
Misalnya kaya tubuhnya sehat, seger, gemukan, semangat.
15. Pak kiayi, apakah terlihat perubahan secara rohani pada
santri yang pecandu narkoba setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
Alhamdulillah terlihat. Santri jadi rajin dalam beribadah.
16. Pak kiayi, berapa jumlah santri yang pecandu narkoba
yang sudah berhasil dipulihkan atau disembuhkan
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Alhamdulillah kalau dihitung dari tahun 99an sudah ada
hampir lima ratus orang lebih.
17. Pak kiayi, apa harapan kedepannya terkait program
terapi ilahiyah?
Harapannya semoga program ini dapat terus berjalan dan
bisa mejadi inspirasi bagi panti rehab lainnya. Selain itu,
semoga program ini dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat dan kitanya mendapatkan keberkahan dari Allah
dan balasan di akhirat nanti.
18. Pak kiayi, apa yang dilakukan oleh Ponpes Hikmah
Syahadah terhadap santri yang pecandu narkoba yang
sudah dinyatakan pulih atau sembuh?
Yang kita lakukan tetap membangun komunikasi dengan
pihak keluarga dan santri. Terus kita sebisa mungkin untuk
tetap menjaga silaturahmi.
Nama Informan : Dede Hariri
Keterangan : Terapis
Hari, Tanggal : Minggu, 10 Juni 2018
Jam : 10.30 s/d 11.15 WIB
Tempat : Ruang Kantor Ponpes Hikmah
Syahadah
1. Ustadz, bagaimana proses pelaksanaan program terapi
ilahiyah?
Yang pertama dengan menggunakan gurat telunjuk petir,
dimana prosesnya itu dengan menekankan telunjuk ke tubuh
santri. Kedua, santri diberikan air yang sudah dibacakan doa,
dzikir dan dikasih ramuan herbal. Ketiga, santri kita ajarin
cara shalat yang benar dan kita wajibin juga untuk shalat
fardhu berjama’ah. Keempat santri kita ajarin bacaan dzikir
syifa dan kita wajibin juga untuk dibaca setelah shalat
fardhu, dan yang terakhir mandi malam jam 12 malam di hari
kamis mau ke jum’at.
2. Ustadz, apakah ada jadwal dalam pelaksanaan program
terapi ilahiyah?
Kalau jadwal sudah pasti ada, biar programnya dapat
berjalan dengan baik.
3. Ustadz, apakah proses pelaksanaan program terapi
ilahiyah berjalan sesuai dengan jadwal?
Alhamdulillah sampai saat ini berjalan sesuai dengan jadwal
yang sudah ditetapkan oleh pengurus.
4. Ustadz, apa tujuan program terapi ilahiyah bagi santri
yang pecandu narkoba?
Untuk mengembalikan fungsi syaraf santri dan melancarkan
peredaran darah santri. Selain itu juga agar santri bisa dapat
lebih dekat dengan Allah, dengan melaksanakan perintah-
Nya dan menjauhi larangan-Nya.
5. Ustadz, apakah tujuan program terapi ilahiyah sudah
tercapai bagi santri yang pecandu narkoba?
Alhamdulillah tujuannya sudah berhasil bagi santri yang
sudah keluar dari pondok pesantren.
6. Ustadz, apa manfaat yang diperoleh santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Manfaatnya ya santri dapat sehat badannya dan
keagamaannya juga meningkat.
7. Ustadz, apakah program terapi ilahiyah efektif bagi
pemulihan atau penyembuhan santri yang pecandu
narkoba?
Alhamdulillah efektif, karena sudah cukup banyak jug santri
yang dapat dipulihkan pakai terapi ini.
8. Ustadz, apa yang menjadi faktor pendukung dan
penghambat dari program terapi ilahiyah?
Faktor yang mendukungnya itu ya pak kiayi sendiri,
karenakan program ini menekankan pada nilai-nilai islam,
jadi ya harus faham dengan agama islam.
Nah yang menjadi faktor penghambatnya ini kita kekurangan
sumber daya manusia atau pekerja disini, misalnya posisi
saya disini terapis tapi juga merangkap jadi konselor terus
menerima santri baru, jadi ya kaya double gitu kerjaannya,
istilahnya engga terfokuslah bidang kerjanya.
9. Ustadz, bagaimana respon santri yang pecandu narkoba
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Responnya itu sangat baik, santri sangat bersyukur dengan
adanya terapi ini karena bisa pulih kembali.
10. Ustadz, apakah terlihat perubahan secara jasmani pada
santri yang pecandu narkoba setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
Ya ada perubahan secara jasmani, biasanya santri yang baru
masuk itu badannya lemes, kurus kerontang, kaya engga
keurus, tapi alhamdulillah setelah diterapi ada perubahan,
badannya seger, gemukan, terus juga bersih.
11. Ustadz, bagaimana kondisi tubuh santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Seperti yang tadi saya bilang, kondisi tubuhnya jadi lebih
seger, kuat. Karena sehabis diterapi gurat, santri diberikan
ramuan herbal untuk menghilangkan efek-efek yang dapat
merusak syaraf-syarafnya.
12. Ustadz, bagaimana kondisi rambut santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Kondisi rambut santri bersih, rapih.
13. Ustadz, bagaimana kondisi kuku santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Kalau kondisi kuku santri itu baik-baik aja, engga ada yang
aneh. Santri kukunya juga rajin dipotongin jadi kelihat rapi
dan engga kotor.
14. Ustadz, bagaimana kondisi kulit santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Karena santri jadi rajin mandi, jadi kondisi kulitnya bersih,
wangi.
15. Ustadz, bagaimana aktivitas dan produktivitas santri
yang pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
Santri jadi lebih semangat dalam menjalankan aktivitas, kaya
kerja, sekolah, dan lainnya.
16. Ustadz, apakah santri santri yang pecandu narkoba
terlihat tidak cepat lelah dalam menjalankan
aktivitasnya?
Iya, santri lebih semangat, kuat, fit.
17. Ustadz, apakah berat badan santri yang pecandu
narkoba bertambah setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
Iya, berat badannya nambah, karena nafsu makannya
bertambah. Disini selain diterapi.
18. Ustadz, apakah santri yang pecandu narkoba memiliki
penyakit di dalam tubuhnya setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
Engga ada penyakit dalam tubuh santri setelah ikut program
ini, karena santri kita kasih ramuan herbal dan insya Allah
khasiatnya manjur buat kesehatan.
19. Ustadz, apakah terlihat perubahan secara rohani pada
santri yang pecandu narkoba setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
Alhamdulilah, santri banyak yang nerapin kegiatan disini,
kaya shalat, dzikir, ngaji, dan itu semua diterapin lagi oleh
santri yang udah lulus.
20. Ustadz, apakah santri yang pecandu narkoba ibadahnya
meningkat setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Iya, tadi yang saya bilang, santri jadi lebih rajin ibadahnya.
21. Ustadz, apakah santri yang pecandu narkoba mampu
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan
Allah setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Kalau orang udah dekat sama Allah, insya Allah lah bisa
ngejaga apa yang diajarin sama Allah dan ngejauhin apa
yang dilarang Allah.
22. Ustadz, bagaimana kondisi sosial santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Santri dilingkungan rumah dan masyarakat dapat
bersosialisasi dengan baik, mungkin karena hati santri jauh
lebih baik dari sebelumnya.
23. Ustadz, apakah santri yang pecandu narkoba mampu
mengatasi masalahnya setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
Insya Allah mampu, tapi ada juga yang WA saya buat minta
saran gimana-gimananya.
24. Ustadz, bagaimana cara dan jalan berpikir santri yang
pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
Santri ingin hidupnya maju dan baik dari sebelumnya.
25. Ustadz, bagaimana emosional santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Alhamdulillah emosinya dapat terkontrol dengan baik,
karenakan hati santri udah diisi dengan dzikir, karena dzikir
itu dapat menenangkan hati.
26. Ustadz, berapa jumlah santri yang pecandu narkoba
yang sudah berhasil dipulihkan atau disembuhkan
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Karena data dari tahun 1998an kita engga ada secara formulir
kaya sekarang gini, formulir ini aja baru kita terapin ditahun
2015. Karena tadi, kurang fokus tugas pengurus disini dan
kurangnya jumlah pekerja disini. Kalau dikira-kira, mungkin
bisa ada sekitar tujuh ratusan kali.
27. Ustadz, apa harapan kedepannya terkait program terapi
ilahiyah?
Harapan saya ya semoga program kaya ini dapat berkembang
dan maju.
28. Ustadz, apa yang dilakukan oleh Ponpes Hikmah
Syahadah terhadap santri yang sudah dinyatakan pulih
atau sembuh?
Kita ngelakuin kunjungan ke rumah santri, terlepas dari itu
kita juga tetap ngebangun komunikasi sama santri dan
keluarganya.
Nama Informan : Sobari
Keterangan : Pekerja Sosial
Hari, Tanggal : Minggu, 20 Mei 2018
Jam : 10.15 s/d 10.45 WIB
Tempat : Mushollah Ponpes Hikmah Syahadah
1. Pak, apa tujuan program terapi ilahiyah bagi santri yang
pecandu narkoba?
Tujuan terapi ini adalah untuk memulihkan dan
menyembuhkan santri dari penyalahgunaan narkoba. Karena
terapi ini lebih ke arah religi, otomatis santri diharapkan bisa
lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta. Santri juga
diarahkan untuk mengikuti perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya. Jadi, intinya supaya santri dapat kembali ke
jalan yang benar.
2. Pak, apakah tujuan dari program terapi ilahiyah sudah
tercapai bagi santri yang pecandu narkoba?
Tujuannya sih sudah tercapai gitu ya, artinya kita mesti ingat
juga yang namanya pemakai narkoba itu kan tidak bisa
dikatakan sembuh atau pulih secara total. Selama santri mau
mengikuti kegiatan di pesantren ini dengan benar dan mau
untuk berubah jadi lebih baik, insya Allah tujuan itu akan
tercapai.
3. Pak, apa indikator tercapainya program terapi ilahiyah
bagi santri yang pecandu narkoba?
Indikatornya ya santri tidak lagi menggunakan narkoba.
Terus ibadahnya juga jauh lebih rajin dari sebelumnya. Dapat
menjalankan kehidupan sebagaimana manusia normal.
4. Pak, apa manfaat yang diperoleh santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Manfaatnya itu kan, terapi ini lebih kearah keagamaan,
artinya yang tadinya santri jauh dari agama dan sang
pencipta, jadi bisa dekat dengan agama dan sang pencipta.
Bisa membedakan mana yang halal dan yang haram, mana
yang baik dan buruk. Terus juga santri bisa pulih kembali
dari kecanduan narkoba, bisa menghargai orang lain dan bisa
menghormati orang tua, karena kan rata-rata pemakai
narkoba itu melawan orang tua atau emosinya tidak dapat
dikontrol.
5. Pak, apakah program terapi ilahiyah efektif bagi
pemulihan atau penyembuhan santri yang pecandu
narkoba?
Menurut saya ya efektif, artinya kita tidak terpaku pada
pedoman dunia saja, tapi dunia dan akhirat kita pegang.
Jangan sampai alumni santri ketika turun ke masyarakat tidak
dapat beradaptasi dengan masyarakat.
6. Pak, apa yang menjadi faktor pendukung dan
penghambat dari program terapi ilahiyah?
Faktor pendukungnya, adanya fasilitas yang cukup mewadai
untuk melaksanakan program ini. Bahkan ada fasilitas
keterampilan yang dapat diberikan kepada santri. Kalau
faktor penghambatnya, ketika awal masuk pesantren, santri
yang menggunakan narkoba itu sulit untuk diaturnya, apalagi
ketika disuruh mengikuti kegiatan program terapi ini.
Ditambah juga SDM kita yang minim, jadi perlu tenaga
ekstra untuk mengaturnya.
7. Pak, bagaimana respon santri yang pecandu narkoba
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Respon dari santri setelah mengikuti program ini
alhamdulillah baik. Santri kehidupannya jauh lebih baik dari
sebelumnya.
8. Pak, apakah terlihat perubahan secara jasmani pada
santri yang pecandu narkoba setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
Terlihatlah, jasmani santri jauh lebih baik setelah mengikuti
program terapi ini. Awal-awal masuk ada yang kurus, lemes,
kotor, jorok. Tapi alhamdulillah setelah mengikuti program
ini jadi lebih sehat dan bersih.
9. Pak, bagaimana kondisi tubuh santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Kondisi tubuh santri jauh lebih sehat, segar, dan gemuk dari
sebelum mengikuti terapi. Selama disini kan santri diberikan
ramuan herbal untuk menghilangkan racun-racun yang ada di
dalam tubuhnya, sehingga dapat menambah kebugaran
tubuh, daya tahan tubuh, nafsu makan.
10. Pak, bagaimana kondisi rambut santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Ya kondisi rambut santri ya normal, rapi, terawat dan terjaga.
Artinya dapat menjaga penampilan.
11. Pak, bagaimana kondisi kuku santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Kalau untuk masalah kuku, ya normal-normal aja tidak
parah. Jadi ya pertumbuhan kukunya itu normal.
12. Pak, bagaimana kondisi kulit santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Setelah mengikuti program terapi ini, kondisi kulitnya
normal-normal aja tidak kusam. Jauh lebih bersih dari
sebelumnya, karena bisa merawat diri sendiri. Kalau
sebelumnya kan santri malas untuk mandi tapi setelah
mengikuti program ini mandinya jadi rajin sehingga kulitnya
jadi lebih bersih.
13. Pak, bagaimana aktivitas dan produktivitas santri yang
pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
Setelah mengikuti terapi ini, aktivitas dan produktivitas santri
jadi lebih bersemangat. Kalau sebelumnya kan masih ada
efek dari narkoba yang membuat santri malas untuk
melakukan kegiatan, sering banyak tidur, dan tidak
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk dirinya, tapi
setelah diterapi jadi lebih baik dan bersemangat.
14. Pak, apakah santri yang pecandu narkoba memiliki
penyakit di dalam tubuhnya setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
Selama kegiatan terapi kan dikasih ramuan herbal untuk
mengeluarkan racun-racun yang ada di dalam tubuh santri,
ya jadi tidak ada penyakit di dalam tubuhnya, justru jauh
lebih sehat dari sebelumnya. Bahkan yang tadinya ada
penyakit dalam tubuh setelah minum ramuan herbal jadi
hilang penyakitnya.
15. Pak, apakah terlihat perubahan secara rohani pada
santri yang pecandu narkoba setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
Ada perubahan, yang tadinya jauh sama Allah, setelah di
terapi jadi rajin ibadahnya, shalatnya, ngajinya.
16. Pak, apakah santri yang pecandu narkoba ibadahnya
meningkat setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Oh iya jelas, yang tadinya tidak tau cara ibadah yang baik
dan benar, setelah diterapi jadi tau. Yang tadinya engga
pernah ibadah sekarang jadi rajin ibadahnya.
17. Pak, apakah santri yang pecandu narkoba mampu
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan
Allah setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Terapi ini kan mengajarkan juga kepada santri untuk takut
kepada Allah, jadi saya rasa santri mampu menjalankan
perintah Allah dan menjauhi larangan Allah.
18. Pak, bagaimana kondisi sosial santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Santri setelah mengikuti terapi sudah bisa bersosialisasi
dengan baik sama keluarga dan masyarakat. Pecandu
narkoba biasanya mendapatkan judgment yang tidak enak
dari keluarga dan masyarakat. Namun karena disini terapi
menggunakan religi jadi kebiasaan yang dilakukan disantren
dibawa ke lingkungan keluarga dan masyarakat, sehingga
keluarga dan masyarakat dapat menerima santri dengan baik
tanpa harus mengejudgenya.
19. Pak, apakah santri yang pecandu narkoba mampu
mengatasi masalahnya setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
Menghadapi masalahnya ya dengan cara yang baik, ketika
ada masalah sudah tidak lagi dengan cara emosional dan
menggunakan narkoba. Sudah bisa menyelesaikan dengan
cara yang lebih baik.
20. Pak, bagaimana cara dan jalan berpikir santri yang
pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
Cara dan jalan pikiran santri ya ingin maju, artinya masa
harus begini-begini aja. Alumni santri sudah berpikir ingin
lebih maju, ingin bisa rajin bekerja, ingin ada perubahan
yang lebih maju.
21. Pak, bagaimana kondisi emosional santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Emosional santri jauh lebih tenang dan dapat terkontrol
dengan baik.
22. Pak, berapa jumlah santri yang pecandu narkoba yang
sudah berhasil dipulihkan atau disembuhkan setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Kalau dihitung-hitung banyak juga, ada sekitar ratusan. Salah
satu contoh alumninya ya almarhum ustadz jefri.
23. Pak, apa harapan kedepannya terkait program terapi
ilahiyah?
Ya harapannya sih, kegiatan terapi ini kan bagus ya, tetap
terus berjalan. Dan harapan untuk alumni santrinya agar
tidak kembali lagi untuk menggunakan narkoba dan bisa
lebih maju dari sebelumnya.
24. Pak, apa yang dilakukan oleh Ponpes Hikmah Syahadah
terhadap santri yang sudah dinyatakan pulih atau
sembuh?
Kita juga melakukan home visit untuk bertanya kepada pihak
keluarga dan tetangganya tentang kehidupan santri setelah
ikut program ini, apakah ada perubahan atau tidak. Kita juga
tetap membangun komunikasi dengan baik sama santri dan
keluargnya. Terus juga ada santri yang masih suka datang ke
ponpes untuk silaturahmi dengan pak kiayi dan pengurus.
Nama Informan : Rittah Riani Romdin
Keterangan : Tenaga Kerja Sosial
Hari, Tanggal : Senin, 28 Mei 2018
Jam : 15.55 s/d 16.25 WIB
Tempat : Kediaman KH. Drs. Romdin, MM.
1. Ka, apa tujuan dari program terapi ilahiyah bagi santri
yang pecandu narkoba?
Terapi ilahiyah adalah salah satu metode pengobatan untuk
santri yang terkena narkoba di Ponpes Hikmah Syahadah
yang bertujuan untuk penyembuhan secara fisik dan mental.
2. Ka, apakah tujuan dari program terapi ilahiyah sudah
tercapai bagi santri yang pecandu narkoba?
Sejauh ini tujuan dari terapi ilahiyah sudah tercapai dengan
banyaknya yang sembuh dari kecanduan narkoba dan
kembali hidup sehat tanpa narkoba.
3. Ka, apa indikator tercapainya program terapi ilahiyah
bagi santri yang pecandu narkoba?
Indikator pencapaiannya adalah kesembuhan secara fisik dan
mental santri.
4. Ka, apa manfaat yang diperoleh santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Manfaat yang diperoleh santri yaitu kepulihan yang
berangsur-angsur semakin membaik secara fisik dan mental .
5. Ka, apakah program terapi ilahiyah efektif bagi
pemulihan atau penyembuhan santri yang pecandu
narkoba?
Sangat efektif untuk santri, karena selain fisik yang perlu
diobati mental dan sosial perlu untuk diperbaiki melalui
pendekatan agama yang sangat berperan penting dalam
kehidupan setiap individu.
6. Ka, apa yang menjadi faktor pendukung dan
penghambat dari program terapi ilahiyah?
Lingkungan menjadi faktor pendukung karena lingkungan di
panti rehabilitasi mendukung penuh untuk kesembuhan
santri. Faktor penghambat terkadang muncul dari santri
sendiri yang tidak mau mengikuti program terapi ilahiyah.
7. Ka, bagaimana respon santri yang pecandu narkoba
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Santri lebih sadar akan kebutuhannya untuk sembuh dan
berubah.
8. Ka, apakah terlihat perubahan secara jasmani pada
santri yang pecandu narkoba setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
Ya, santri terlihat lebih sehat dan bahagia.
9. Ka, bagaimana kondisi tubuh santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Kondisi tubuh santri jadi terlihat segar dan fit. Hal ini
dikarenakan sel-sel dalam tubuh santri aktif kembali dengan
baik. Selain itu, jasmani yang baik akan membuat tubuh
memiliki daya tahan tubuh yang baik.
10. Ka, bagaimana kondisi rambut santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Kondisi rambut santri tumbuh dengan baik dan terjaga. Ini
dikarenakan santri rajin keramas dan mandi.
11. Ka, bagaimana kondisi kuku santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Kondisi kuku santri tumbuh dengan normal. Santri rajin juga
untuk menggunting kukunya sehingga terlihat bersih.
12. Ka, bagaimana kondisi kulit santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Kondisi kulit santri lebih bersih, sehat, dan tidak kusam. Hal
ini dikarenakan santri mandinya rajin.
13. Ka, bagaimana aktivitas dan produktivitas santri yang
pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
Aktivitas santri lebih bersemangat dan produktivitasnya lebih
bermanfaat untuk diri santri sendiri dan orang lain.
14. Ka, apakah santri yang pecandu narkoba memiliki
penyakit di dalam tubuhnya setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
Engga ada.
15. Ka, apakah terlihat perubahan secara rohani pada santri
yang pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
Tentu, pendekatan secara ilahiyah melatihnya secara rohani
agar memiliki kedekatan kepada Tuhan yang Maha Esa.
16. Ka, apakah santri yang pecandu narkoba ibadahnya
meningkat setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Ya meningkat.
17. Ka, apakah santri yang pecandu narkoba mampu
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan
Allah setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Insya Allah iya. Selagi santri masih taat dalam menjalankan
ibadah, insya Allah santri akan menjalankan perintah Allah
dan mejauhi larangan Allah.
18. Ka, bagaimana kondisi sosial santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Kondisi sosial santri di keluarga dan masyarakat cukup
terjalin dengan baik. Mungkin karena ketika diterapi
membuat hatinya jauh lebih tenang.
19. Ka, apakah santri yang pecandu narkoba mampu
mengatasi masalahnya setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
Kebanyakan dari santri banyak berubah termasuk dalam hal
mengatasi masalah dalam dirinya sendiri.
20. Ka, bagaimana cara dan jalan berpikir santri yang
pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
Santri lebih sadar akan kebaikan dan kewajiban diri santri
sendiri.
21. Ka, bagaimana kondisi emosional santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Berangsur membaik dan mampu mengendalikan emosinya.
22. Ka, berapa jumlah santri yang pecandu narkoba yang
sudah berhasil dipulihkan atau disembuhkan setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Jumlahnya sudah mencapai ratusan.
23. Ka, apa harapan kedepannya terkait program terapi
ilahiyah?
Mampu secara lebih cepat dan efektif menyembuhkan santri.
24. Ka, apa yang dilakukan oleh Ponpes Hikmah Syahadah
terhadap santri yang sudah dinyatakan pulih atau
sembuh?
Melakukan pembekalan sebelum akhirnya santri
dikembalikan kepada keluarga dan lingkungan santri.
Melakukan komunikasi dengan pihak keluarga dan
berkunjung ke rumah santri.
Nama Informan : Ade Sodiqin
Keterangan : Konselor
Hari, Tanggal : Selasa, 20 Mei 2018
Jam : 13.45 s/d 14.15 WIB
Tempat : Mushollah Pondok Pesantren Hikmah
Syahadah
1. Ustadz, apa tujuan program terapi ilahiyah bagi santri
yang pecandu narkoba?
Untuk memulihkan santri secara jasmani dan rohani.
2. Ustadz, apakah tujuan program terapi ilahiyah sudah
tercapai bagi santri yang pecandu narkoba?
Alhamdulillah sudah tercapai, karena sudah ada santri yang
sembuh atau pulih dari sini.
3. Ustadz, apa manfaat yang diperoleh santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Manfaatnya itu yang pertama lebih dekat dengan Allah,
mengerti unsur-unsur agama. Kedua mendapatkan kesehatan
tubuh. Dan ketiga yang tadinya mengkonsumsi narkoba
sekarang tidak lagi mengkonsumsi narkoba.
4. Ustadz, apakah program terapi ilahiyah efektif bagi
pemulihan atau penyembuhan santri yang pecandu
narkoba?
Menurut saya efektif, karena sudah ada santri yang dapat
dipulihkan.
5. Ustadz, apa yang menjadi faktor pendukung dan
penghambat dari program terapi ilahiyah?
Faktor pendukungnya ya karena adanya motivasi dari pak
kiayi sehingga kita menjalankan program ini lillahita’ala.
Sedangkan faktor penghambatnya dari segi SDMnya masih
sangat minim disini, jadi kita suka kecapean untuk mengatasi
santri disini.
6. Ustadz, bagaimana respon santri yang pecandu narkoba
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Alhamdulillah kesan yang kami dapat itu positif, karena
santri keluar dalam keadaan yang lebih baik dari sebelum dia
masuk ke ponpes ini.
7. Ustadz, apakah terlihat perubahan secara jasmani pada
santri yang pecandu narkoba setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
Alhamdulillah terlihat perubahan secara jasmani, seperti
badannya lebih gemuk, lebih sehat, dan lebih bugar.
8. Ustadz, bagaimana kondisi tubuh santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Alhamdulillah kondisi tubuhnya jadi lebih fit, segar, dan
kuat.
9. Ustadz, bagaimana kondisi rambut santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Rambutnya dapat tumbuh dengan normal, tidak mudah
rontok. Alumni santri juga sudah dapat menjaga
penampilannya.
10. Ustadz, bagaimana kondisi kuku santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Kondisi kukunya baik-baik aja, kita juga disini suka
mengingatkan kepada santri untuk menggunting kukunya
agar terlihat lebih rapih.
11. Ustadz, bagaimana kondisi kulit santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Alhamdulillah disini santri mandi sehari dua kali ya, jadi
kondisi kulitnya terlihat lebih bersih dan wangi.
12. Ustadz, bagaimana aktivitas dan produktivitas santri
yang pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
Alhamdulillah aktivitas dan produktivitas santri setelah
mengikuti terapi ini jadi lebih bersemangat untuk
mewujudkan cita-citanya. Ada yang ingin bisa bekerja
seperti orang normal biasanya, ada juga yang ingin buka
usaha, terus ada juga yang ingin melanjutkan pendidikannya.
13. Ustadz, apakah santri yang pecandu narkoba memiliki
penyakit di dalam tubuhnya setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
Alhamdulillah belum ada santri yang setelah mengikuti
terapi ini jadi memiliki penyakit di dalam tubuhnya dan
justru yang tadinya punya penyakit jadi hilang penyakitnya.
Karenakan disini santri diberikan ramuan herbal yang diracik
sendiri oleh pihak ponpes, dengan tujuan menghilangkan
racun-racun yang ada di dalam tubuh.
14. Ustadz, apakah terlihat perubahan secara rohani pada
santri yang pecandu narkoba setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
Alhamdulillah, terlihat perubahan secara rohani dalam hal
beribadah kepada Allah SWT.
15. Ustadz, apakah santri yang pecandu narkoba ibadahnya
meningkat setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Ya ada peningkatan dalam hal ibadah. Karenakan santri yang
sudah dinyatakan sembuh atau pulih, kita pengurus selalu
memberikan nasihat agar tidak meninggalkan ibadahnya dan
tetap melanjutkan kegiatan yang pernah dilakukan di ponpes
ini.
16. Ustadz, apakah santri yang pecandu narkoba mampu
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan
Allah setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Ketika program ini dijalankan, santri kita berikan penjelasan
untuk bisa membedakan mana yang Allah perintahkan dan
mana yang Allah larang, yang mana halal dan mana yang
haram.
17. Ustadz, bagaimana kondisi sosial santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Alhamdulillah, karena adanya perubahan secara perilaku,
yang tadinya buruk menjadi baik. Ketika santri kembali ke
keluarga dan masyarakat, kehadiran santri dapat diterima
dalam hal bergaul atau bersosialisasi.
18. Ustadz, apakah santri yang pecandu narkoba mampu
mengatasi masalahnya setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
Santri kalau sedang ada masalah berusaha mengembalikan
masalahnya kepada Allah dengan meminta solusi atau jalan
keluar yang baik seperti apa dan bagaimana. Selain itu juga
ada yang datang ke pesantren untuk minta saran dari pak
kiayi terkait masalahnya.
19. Ustadz, bagaimana cara dan jalan berpikir santri yang
pecandu narkoba setelah mengikuti program terapi
ilahiyah?
Cara dan jalan pikiran santri ya maunya maju dari
sebelumnya. Ada yang ingin jadi lebih bermanfaat untuk
keluarga dan masyarakat. Ada juga yang ingin menjalankan
hidup dengan normal, tanpa harus ketergantungan pada
narkoba.
20. Ustadz, bagaimana emosional santri yang pecandu
narkoba setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Selama terapi disini kita mengajarkan kepada santri untuk
perbanyak istighfar agar hati mereka bisa lebih tenang dan
adem, sehingga dapat mengontrol emosionalnya dengan baik.
21. Ustadz, berapa jumlah santri yang pecandu narkoba
yang sudah berhasil dipulihkan atau disembuhkan
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Waduh, kalau jumlah alumninya cukup banyak ya. Ada kali
empat ratusan lebih kalau dihitung dari tahun 2000an mah.
22. Ustadz, apa harapan kedepannya terkait program terapi
ilahiyah?
Semoga program terapi ini tetap berjalan, bahkan kalau perlu
dapat diadopsi ditempat rehab yang tidak berbasis agama.
Karena menurut saya, setiap penyakit datangnya dari Allah
dan sembuhnya pun juga dari Allah.
23. Ustadz, apa yang dilakukan oleh Ponpes Hikmah
Syahadah terhadap santri yang sudah dinyatakan pulih
atau sembuh?
Kita ada group alumni santri, kita tetap membangun
komunikasi baik dengan santri maupun pihak keluarganya.
Tetap mengontrollah apakah alumni santri ada yang kembali
lagi menggunakan narkoba atau tidak.
Nama Informan : Sofian Hadi Ismail
Keterangan : Alumni Santri I
Hari, Tanggal : Minggu, 20 Mei 2018
Jam : 15.50 s/d 16.15 WIB
Tempat : Mushollah Pondok Pesantren Hikmah
Syahadah
1. Siapa yang membawa bapak ke Ponpes Hikmah
Syahadah?
Yang membawa saya datang ke ponpes adalah keluarga.
2. Kenapa memilih untuk diterapi di Ponpes Hikmah
Syahadah?
Karena keluarga ingin saya bisa sembuh dari penggunaan
narkoba. Terus juga keluarga ingin saya bisa memperdalam
agama islam.
3. Apa manfaat yang bapak peroleh setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
Badan jadi lebih sehat dan ibadahnya jadi lebih rajin.
4. Apakah program terapi ilahiyah efektif untuk pemulihan
atau penyembuhan bapak?
Iya. Program ini cukup efektif untuk pengguna narkoba
seperti saya.
5. Apakah bapak mengalami perubahan secara jasmani
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Iya betul ada perubahan pada badan saya, hati saya dan
pikiran saya.
6. Apakah kondisi tubuh bapak fit dan segar setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Iya. Alhamdulillah tubuh jadi lebih segar.
7. Apakah daya tahan tubuh bapak kuat setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
Iya. Alhamdulillah daya tahan tubuh jadi lebih kuat.
8. Apakah bapak tidak cepat lelah dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari?
Iya. Mungkin karena pola makan dan tidur yang teratur yang
ngebuat saya engga gampang capek.
9. Apakah berat badan bapak bertambah setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
Iya betul. Nafsu makan saya jadi meningkat hingga membuat
badan saya jadi terlihat lebih gemuk dari sebelumnya.
10. Apakah rambut bapak tumbuh dengan normal setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Iya. Normal-normal aja.
11. Apakah rambut bapak mudah rontok setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
Engga. Rambut saya engga gampang rontok setelah ikut
program terapi ini.
12. Apakah kuku bapak tumbuh dengan normal setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Iya. Tumbuh panjang. Saya juga suka guntingin kuku saya
biar kelihat bersih dan rapih.
13. Apakah kuku bapak mudah rapuh setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
Engga. Kuku saya engga gampang rapuh ko.
14. Apakah kulit bapak kusam setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
Enggalah. Disini saya mandi dua kali sehari, jadi kulit kelihat
bersih dan engga kusam.
15. Apakah produktivitas bapak berjalan dengan normal
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Iya. Lebih bersemangat buat ngejalanin kerja.
16. Apakah bapak memiliki penyakit di dalam tubuh setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Engga. Justru tubuh saya jadi lebih sehat.
17. Apakah bapak mampu menjalankan aktivitas dengan
baik setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Iya. Aktivitas saya jadi lebih baik dan enak.
18. Apakah bapak mengalami perubahan secara rohani
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Alhamdulillah. Saya jadi rajin shalat dan ngaji. Sebelumnya
mah boro-boro mau shalat, niat buat shalat aja engga ada.
19. Apakah ibadah bapak meningkat setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
Iya jelas. Ibadah saya jauh lebih baik dari sebelum diterapi.
20. Apakah bapak menjalankan perintah Allah setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Iya. Kegiatan keagamaan yang ada disini yang ngebuat saya
untuk tetap menjalakan apa yang Allah perintahkan. Terus
juga saya banyak dapat nasihat dari pak kiayi untuk tetap
patuh dan taat kepada Allah.
21. Apakah bapak menjauhi larangan Allah setelah menikuti
program terapi ilahiyah?
Alhamdulillah insya Allah engga. Walaupun banyak banget
cobaan buat ngegunain narkoba lagi. Tapi saya ingat nasihat
dari pak kiayi untuk tetap patuh dan taat kepada Allah.
22. Apakah kamu mampu menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, orang lain, dan masyarakat setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
Iya. Saya bisa bersosialisasi dengan baik sama lingkungan di
keluarga dan di rumah.
23. Apakah bapak mampu mengatasi masalah sendiri setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Jelas. Sekarang kalau ada masalah saya cerita ke ustadz dede
minta saran dan solusi. Kalau dulu kan pas ada masalah
bawaannya mau pakai narkoba aja, tapi sekarang
alhamdulillah udah bisa nyelesaiin dengan cara yang lebih
baik.
24. Bagaimana cara dan jalan berpikir bapak setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Saya ingin maju dan sukses. Ada keinginan buat buka usaha
warung makan, biar hidup saya bisa lebih maju dari
sebelumnya.
25. Bagaimana emosional bapak setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
Alhamdulillah lebih tenang dan lebih adem.
26. Apa harapan bapak kedepannya terkait program terapi
ilahiyah?
Semoga semakin banyak ponpes yang mau menerapkan
terapi seperti ini.
27. Apa yang dilakukan Ponpes Hikmah Syahadah setelah
bapak dinyatakan pulih atau sembuh?
Pihak pesantren masih suka komunikasi dengan saya dan
keluarga, buat nanyain perkembangan saya setelah direhab.
Terus juga saya mau dikasih modal sama pak kiayi buat buka
usaha yang tadi saya bilang. Saya disini udah dianggap
seperti keluarga sendiri sama pak kiayi dan yang lainnya.
Nama Informan : Muhammad Farid Salmon
Keterangan : Alumni Santri II
Hari, Tanggal : Minggu, 10 Juni 2018
Jam : 19.55 s/d 20.20 WIB
Tempat : Ruang Kantor Ponpes Hikmah
Syahadah
1. Siapa yang membawa kamu ke Ponpes Hikmah
Syahadah?
Orang tua yang ngebawa saya kemari.
2. Kenapa memilih untuk diterapi di Ponpes Hikmah
Syahadah?
Orang tua saya dapat rekomendasi dari nenek saya untuk
saya diterapi disini.
3. Apa manfaat yang kamu peroleh setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
Badan jadi sehat, hati jadi tenang, pikiran jadi jernih, ibadah
juga jadi rajin.
4. Apakah program terapi ilahiyah efektif untuk pemulihan
atau penyembuhan kamu?
Efektif banget. Karena memberikan manfaat buat pengguna
narkoba seperti farid.
5. Apakah kamu mengalami perubahan secara jasmani
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Iya. Badan jadi lebih sehat, lebih seger.
6. Apakah kondisi tubuh kamu fit dan segar setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Iya betul. Badan jadi lebih fit, seger setelah ikut terapi ini.
7. Apakah daya tahan tubuh kamu kuat setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
Iya. Dulu kan pas masih make narkoba badan jadi lebih
gampang sakit, tapi sekarang alhamdulillah jadi lebih kuat.
8. Apakah kamu tidak cepat lelah dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari?
Engga. Jadi semangat sekarang kalau ngejalanin aktivitas.
9. Apakah berat badan kamu bertambah setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
Alhamdulillah berat badan mah nambah.
10. Apakah rambut kamu tumbuh dengan normal setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Normal-normal aja sih tumbuhnya, engga ada yang aneh.
11. Apakah rambut kamu mudah rontok setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
Kayanya engga rontok deh, normal-normal aja.
12. Apakah kuku kamu tumbuh dengan normal setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Iya tumbuh kaya biasanya. Cuma sekarang farid suka
guntingin biar kelihatan rapih.
13. Apakah kuku kamu mudah rapuh setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
Engga kayanya.
14. Apakah kulit kamu kusam setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
Kalau dulu mungkin iya, soaolnya males mandi. Tapi
sekarang udah rajin mandi jadi alhamdulillah udah kelihatan
lebih bersih dan engga kusem.
15. Apakah produktivitas kamu berjalan dengan normal
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Iya berjalan dengan normal, jadi lebih bisa bermanfaat.
16. Apakah kamu memiliki penyakit di dalam tubuh setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Engga. Dulu farid punya penyakit mag, tapi pas setelah
diterapi disini jadi hilang sakit magnya.
17. Apakah kamu mampu menjalankan aktivitas dengan
baik setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Iya. Aktivitasnya kaya lebih terjadwal dan teratur gitu.
18. Apakah kamu mengalami perubahan secara rohani
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Iya. Alhamdulillah ada perubahan.
19. Apakah ibadah kamu meningkat setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
Alhamdulillah meningkat. Dulu engga pernah shalat, ngaji,
tapi alhamdulillah setelah diterapi jadi rajin shalat dan ngaji.
20. Apakah kamu menjalankan perintah Allah setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Alhamdulillah iya. Ini yang diajarin di ponpes ini.
21. Apakah kamu menjalankan larangan Allah setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Insya Allah. Ini lagi usaha buat engga ngelakuin dosa, doain
aja biar farid bisa hijrah seutuhnya.
22. Apakah kamu mampu menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, orang lain, dan masyarakat setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
Dulu farid kurang menyusaikan diri dengan keluarga dan
tetangga, lebih suka menyendiri dari pada bersosialisasi, tapi
sekarang sudah bisa bersosialisasi.
23. Apakah kamu mampu mengatasi masalah sendiri setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Iya. Sekarang kalau ada masalah udah engga lagi lari ke
narkoba, tapi gimana masalah ini bisa selesai dengan cara
yang Allah suka.
24. Bagaimana cara dan jalan berpikir kamu setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Cara dan jalan berpikir farid sekarang jauh lebih baik dan
maju. Farid mau kuliah terus sukses, biar bisa ngebahagiain
keluarga.
25. Bagaimana emosional kamu setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
Insya Allah udah bisa dikontrol emosinya.
26. Apa harapan kamu kedepannya terkait program terapi
ilahiyah?
Jauh lebih baik dan bisa berkembang di seluruh Indonesia.
27. Apa yang dilakukan oleh Ponpes Hikmah Syahadah
terhadap kamu setelah kamu dinyatakan pulih atau
sembuh?
Alhamdulillah tetap menyambung komunikasi dengan farid
dan keluarga.
Nama Informan : Alfin Ferdiansyah
Keterangan : Alumni Santri III
Hari, Tanggal : Senin, 11 Juni 2018
Jam : 16.05 s/d 16.25 WIB
Tempat : Kediaman Alfin Ferdiansyah
1. Siapa yang membawa kamu ke Ponpes Hikmah
Syahadah?
Yang ngebawa saya kemari orang tua saya.
2. Kenapa memilih untuk diterapi di Ponpes Hikmah
Syahadah?
Kurang tau deh kenapa bisa memilih diterapi disini. Soalnya
kan saya dibawa kemari sama orang tua saya. Yang pasti sih
biar saya sembuh dari narkoba dan mungkin orang tua saya
juga ingin saya belajar agama islam kali.
3. Apa manfaat yang kamu peroleh setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
Banyak banget manfaat yang saya bisa dapat dari terapi ini.
Badan jadi lebih sehat, hati jadi lebih tenang, pikiran jadi
lebih jernih dan yang paling penting ibadah jauh lebih baik.
4. Apakah program terapi ilahiyah efektif untuk pemulihan
atau penyembuhan kamu?
Efektif. Terapi ini mampu nyembuhin pecandu narkoba
seperti saya.
5. Apakah kamu mengalami perubahan secara jasmani
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Iya. Ada perubahan dalam diri saya, badan jadi lebih sehat.
6. Apakah kondisi tubuh kamu fit dan segar setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Iya bener. Tubuh jadi lebih fit dan segar.
7. Apakah daya tahan tubuh kamu kuat setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
Iya bener. Tubuh jadi lebih kuat.
8. Apakah kamu tidak cepat lelah dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari?
Alhamdulillah engga.
9. Apakah berat badan kamu bertambah setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
Iya bertambah. Dulu pas pertama kali datang kemari badan
saya kurus, sekarang pas keluar jadi gemuk kaya gini.
10. Apakah rambut kamu tumbuh dengan normal setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Iya. Tumbuh dengan normal.
11. Apakah rambut kamu mudah rontok setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
Engga kayanya.
12. Apakah kuku kamu tumbuh dengan normal setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Iya tumbuh dengan normal. Seminggu juga udah bisa
panjang lagi kukunya.
13. Apakah kuku kamu mudah rapuh setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
Kayanya engga. Soalnya saya juga suka guntingin seminggu
sekali.
14. Apakah kulit kamu kusam setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
Alhamdulillah engga. Saya jadi rajin mandi, jadi kulit bersih.
Saya juga jadi suka pakai handbody gitu, biar kulit jadi
semakin bersih.
15. Apakah produktivitas kamu berjalan dengan normal
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Iya normal-normal aja. Saya jadi semangat untuk bekerja,
buat nabung beli ini beli itu.
16. Apakah kamu memiliki penyakit di dalam tubuh setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Engga ada penyakit pas ikut terapi ini.
17. Apakah kamu mampu menjalankan aktivitas dengan
baik setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Iya alhamdulillah. Aktivitas saya berjalan baik-baik aja.
18. Apakah kamu mengalami perubahan secara rohani
setelah mengikuti program terapi ilahiyah?
Tentu. Disini kan lebih menekankan pada keagamaan, jadi
otomatis nilai keagamaan saya juga bertambah.
19. Apakah ibadah kamu meningkat setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
Alhamdulillah. Sekarang shalat rajin, ngaji juga rajin.
20. Apakah kamu menjalankan perintah Allah setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Insya Allah. Mudah-mudahan saya bisa terus menjalankan
perintah Allah.
21. Apakah kamu menjauhi larangan Allah setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Insya Allah. Mudah-mudahan saya bisa ngejauhin apa yang
Allah larang.
22. Apakah kamu mampu menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, orang lain, dan masyarakat setelah mengikuti
program terapi ilahiyah?
Alhamdulillah. Kehidupan sosial saya berjalan dengan baik.
23. Apakah kamu mampu mengatasi masalah sendiri setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Insya Allah bisa. Tapi kalau masalahnya udah berat banget
saya minta saran sama pak kiayi dan ustadz dede.
24. Bagaimana cara dan jalan berpikir kamu setelah
mengikuti program terapi ilahiyah?
Yang pastinya ingin lebih maju dan berkembang dari
sebelumnya.
25. Bagaimana emosional kamu setelah mengikuti program
terapi ilahiyah?
Alhamdulillah emosi saya bisa dikontrol, lebih sering
ngucapin astagfirullah kalau lagi mau naik emosinya.
26. Apa harapan kamu kedepannya terkait program terapi
ilahiyah?
Semoga aja terapi ini bisa terus maju dan berkembang,
karena terbukti udah banyak yang dapat disembuhin pakai
terapi kaya gini.
27. Apa yang dilakukan oleh Ponpes Hikmah Syahadah
terhadap kamu setelah kamu dinyatakan pulih atau
sembuh?
Pengurus ponpes terus berkomunikasi sama saya dan
keluarga. Bahkan saya juga sering main ke ponpes, begitu
juga dengan pengurus ada yang pernah main ke rumah saya.
DOKUMENTASI