evaluasi program kesehatan ibu dan anak di

57
Evaluasi Program Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas 28 July 2010 — Prima Almazini 5 Votes Puskesmas merupakan unit terdepan dalam mengembangkan kesehatan masyarakat, salah satunya dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Abstract Evaluation of Mother and Child Health Program at Community Health Center in Pisangan Timur 1 Subdistrict, period January to December 2009 Prima Almazini,* Safira Fannissa,* Judilherry Justam** *Profession Program, Faculty of Medicine University of Indonesia **Department of Community Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia In 2015, Indonesia hopes can reduce maternal mortality rate, infant mortality rate, and toddler mortality rate to achieve the target of Millenium Development Goals. Currently, mother and child health program at community health center become one of the health development priority in Indonesia. Therefore, it is important to evaluate the mother and child program in community health center continuously in order to enable community health center to provide a better health care. This was program evaluation using system approach as a problem solving method. Data were collected from annual report of mother and child program at community health center in Pisangan Timur 1 Subdistrict and by interview with program coordinator and head of community health center. Problems which have been identified were unmet target in early detection of women with high-risk pregnancy by community (only 2,6% of 5%), active participants of Family Planning Program (33,3% of 87%), and baby visited by health care provider (12,4% of 88%). The main problem was unmet target of early detection woman with high risk pregnancy by community. Therefore, program implemented to solve the problem will be giving counseling to husband or family of pregnancy women, caretaker, and community about detection of high risk pregnancy. Key words: community health center, program evaluation, mother and child health

Upload: indri-nyunnyun-lovra-zh

Post on 09-Aug-2015

370 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

Evaluasi Program Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas28 July 2010 — Prima Almazini     

 5 Votes

Puskesmas merupakan unit terdepan dalam mengembangkan kesehatan

masyarakat, salah satunya dalam bidang kesehatan ibu dan anak.

Abstract

Evaluation of Mother and Child Health Program at Community Health Center in

Pisangan Timur 1 Subdistrict, period January to December 2009

Prima Almazini,* Safira Fannissa,* Judilherry Justam**

*Profession Program, Faculty of Medicine University of Indonesia

**Department of Community Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia

In 2015, Indonesia hopes can reduce maternal mortality rate, infant mortality rate,

and toddler mortality rate to achieve the target of Millenium Development Goals.

Currently, mother and child health program at community health center become one

of the health development priority in Indonesia. Therefore, it is important to evaluate

the mother and child program in community health center continuously in order to

enable community health center to provide a better health care. This was program

evaluation using system approach as a problem solving method. Data were collected

from annual report of mother and child program at community health center in

Pisangan Timur 1 Subdistrict and by interview with program coordinator and head of

community health center. Problems which have been identified were unmet target in

early detection of women with high-risk pregnancy by community (only 2,6% of 5%),

active participants of Family Planning Program (33,3% of 87%), and baby visited by

health care provider (12,4% of 88%). The main problem was unmet target of early

detection woman with high risk pregnancy by community. Therefore, program

implemented to solve the problem will be giving counseling to husband or family of

pregnancy women, caretaker, and community about detection of high risk

pregnancy.

Key words: community health center, program evaluation, mother and child health

Page 2: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

Kesehatan Ibu dan Anak telah dijalankan oleh pemerintah, namun berdasarkan data

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, angka kematian ibu, bayi dan

balita masih tinggi. Walaupun pencapaian telah begitu menggembirakan, tingkat

kematian bayi di Indonesia masih tertinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari

Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand.

Angka kematian ibu di Indonesia bahkan lebih buruk dari negara Vietnam. Angka

kematian ibu di negara tetangga itu tahun 2003 tercatat 95 per 100.000 kelahiran

hidup. Negara anggota ASEAN lainnya, Malaysia tercatat 30 per 100.000 dan

Singapura 9 per 100.000. Angka kematian balita (AKBA) telah berhasil diturunkan

dari 79 kematian per seribu kelahiran (1988-1992) menjadi 46 pada periode 1998-

2002 (SDKI 2002-2003), namun angka tersebut masih tinggi. Tingkat kematian balita

Thailand dan Malaysia pada tahun 2004 masing-masing hanya 12 per 1000

kelahiran.

Puskesmas sebagai pelaksana pelayanan kesehatan primer memegang peranan

penting dalam hal tersebut. Hal inilah yang mendorong penulis merasa perlu untuk

melakukan evaluasi terhadap program-program kesehatan ibu di Puskesmas. Hasil

evaluasi program ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam perbaikan program

tersebut.

Metode

Metode yang digunakan ialah metode pemecahan masalah melalui pendekatan

sistem. Data diperoleh dari laporan kegiatan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas

Page 3: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

Kelurahan Pisangan Timur 1 dan wawancara dengan tenaga pelaksana dan kepala

puskesmas. Indikator dan tolak ukur yang dipakai pada evaluasi ini berasal dari

Target Indikator KIA Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang dikeluarkan oleh Dinas

Kesehatan DKI Jakarta.

Hasil

Selama periode Januari-Desember 2009 tidak ada ibu melahirkan yang meninggal

serta tidak ada kasus bayi dengan berat badan lahir rendah di wilayah Puskesmas

Kelurahan Pisangan Timur I. Tidak terdapat neonatus maupun ibu hamil dengan

komplikasi selama periode Januari-Desember 2009. Jumlah kunjungan ibu hamil K1

yang dicapai sebesar 100,9% dan kunjungan ibu hamil K4 sebesar 95,6%. Jumlah

deteksi ibu hamil risiko tinggi oleh tenaga kesehatan sebesar 29,1% dan deteksi dini

ibu hamil risiko tinggi oleh masyarakat sebesar 2,6%. Jumlah kunjungan neonatal

yang terlaksana sebesar 97,8%. Banyaknya persalinan oleh tenaga kesehatan yang

dicapai sebesar 93,2%. Pencapaian kunjungan bayi sebesar 12,4% dan pelayanan

anak balita sebesar 113,8%. Cakupan peserta KB aktif sebesar 33,3% dan jumlah

kunjungan ibu nifas yang dicapai sebesar 93,2%.

Diskusi

Identifikasi masalah dilakukan dengan mencari adanya kesenjangan antara

pencapaian program pelayanan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Kelurahan

Pisangan Timur I dengan tolak ukur yang telah ditetapkan. Masalah yang ditemukan

pada pelaksanaan program pelayanan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas

Kelurahan Pisangan Timur I adalah deteksi kehamilan risiko tinggi oleh masyarakat

(2,6% dari target 5%), peserta KB aktif (33,3% dari target 87%), dan kunjungan bayi

(12,4% dari target 88%).

Prioritas masalah pada evaluasi ini ditetapkan melalui kriteria matriks. Variabel yang

digunakan antara lain pentingnya masalah/Importancy (I), yang berdasarkan

besarnya masalah/Prevalence (P), beratnya masalah/Severity (S), kenaikan besarnya

masalah/Rate of Increase (RI), derajat keinginan masyarakat yang tidak

terpenuhi/Degree of Unmet Need (DU), keuntungan yang diperoleh masyarakat atas

terselesaikannya masalah/Social Benefit (SB), kepedulian masyarakat/Public

Concern (PB),dan kondisi sosial politik dan dukungan pemerintah/Political

Climate (PC). Selain itu, variabel lainnya yang digunakan adalah sumber daya

manusia yang tersedia/Resources Availability (R),dan teknologi yang memungkinkan

untuk membantu pelaksanaan program/Technical Feasibility (T). Setiap variabel

diberi nilai berkisar antara 1 (tidak penting) sampai nilai 5 (sangat penting). Setelah

diberi nilai, seluruh komponen dari variabel I dijumlahkan terlebih dahulu, lalu

setelah didapatkan jumlah I dikalikan dengan T dan R (I x T x R). Prioritas masalah

adalah masalah yang memiliki nilai I x T x R yang tertinggi. Berdasarkan hasil

Page 4: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

perhitungan, urutan prioritas masalah dalam program KIA di puskesmas Kelurahan

Pisangan Timur 1 berturut-turut sesuai urutan prioritas adalah deteksi kehamilan

risiko tinggi oleh masyarakat (skor 75), peserta KB aktif (skor 69), dan kunjungan

bayi (skor 57).

Untuk membantu penetapan penyebab masalah di atas, diperlukan kerangka konsep

masalah. Hal ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor penyebab masalah yang

berasal dari unsur sistem lainnya. Kerangka konsep yang berhasil disusun untuk

masalah tersebut tertera pada gambar dibawah.

Berdasarkan kerangka konsep di atas, ditemukan beberapa penyebab masalah,

yaitu dari unsur input, proses, umpan balik dan lingkungan. Berdasarkan analisis

data, penyebab masalah rendahnya angka pencapaian deteksi dini kehamilan

berisiko tinggi oleh masyarakat di Puskesmas Kelurahan Pisangan Timur I dari sisi

masukan, proses, umpan balik, dan lingkungan adalah dari segi tenaga kerja, jumlah

tenaga pelaksana pelayanan KIA masih kurang. Dari segi metode dan pelaksanaan

penyuluhan, belum ada penyuluhan secara rutin kepada ibu hamil suami, dan

keluarga. Selain itu, belum ada jadwal penyuluhan rutin kepada masyarakat tentang

deteksi dini kehamilan berisiko tinggi dan belum terdapat pelatihan kepada

pelaksana penyuluhan mengenai materi deteksi dini kehamilan risiko tinggi. Dari

Page 5: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

segi lingkungan, pengetahuan masyarakat tentang pentingnya deteksi dini

kehamilan berisiko tinggi masih rendah.

Prioritas penyebab masalah ditentukan menggunakan sistem matriks, sama seperti

matriks yang digunakan dalam penentuan prioritas masalah. Berdasarkan

perhitungan matriks, prioritas penyebab masalah adalah masalah metode dan

pelaksanaan penyuluhan tentang deteksi dini kehamilan risiko tinggi oleh

masyarakat di Puskesmas Kelurahan Pisangan timur I, sehingga alternatif

pemecahan masalah akan lebih difokuskan terhadap faktor ini.

Pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah dengan membuat penyuluhan

kepada ibu hamil, suami, dan keluarga, kader serta masyarakat tentang deteksi dini

kehamilan risiko tinggi, membuat media informasi berkala berupa buletin mengenai

deteksi dini kehamilan risiko tinggi dan dibagikan kepada suami dan keluarga ibu

hamil dan masyarakat, dan kunjungan rumah ke keluarga ibu hamil.

Dari alternatif cara pemecahan masalah yang telah dibuat maka akan dipilih scara

pemecahan masalah yang dianggap paling mampu laksana. Pemilihan prioritas cara

pemecahan masalah ini dengan memakai teknik kriteria matriks. Dua kriteria yang

lazim digunakan adalah efektifitas dan efisiensi. Di dalam efektifitas terdapat

variabel M (Magnitude) yang artinya semakin banyak masalah yang dapat

diselesaikan, makin terpilih jalan tersebut. Lalu ada variabel I (Importancy), yang

artinya semakin lama jalur tersebut membuat masa bebas masalah semakin terpilih

jalur tersebut. Dan yang terakhir V (Vulnerability) yang berarti semakin terpilih jalur

tersebut bila penyelesaian masalah semakin cepat. Faktor lain yang turut

diperhitungkan adalah efisiensi, dalam hal ini yang menyangkut biaya (Cost/C), yang

berbanding terbalik dengan faktor efektifitas. Prioritas yang terpilih adalah yang

memiliki nilai (MxIxV)/C terbesar. Sama seperti matriks sebelumnya diatas, setiap

variabel diberi nilai 5 untuk efektifitas tertinggi dan 1 untuk efektifitas terendah.

Sebaliknya, untuk variabel efisiensi diberi nilai 5 untuk yang paling tidak

efisien/paling mahal, dan nilai 1 untuk yang paling efisien/paling murah.

Setelah ditelaah dari besaran masalah yang dapat diselesaikan, kepentingan

pemilihan masalah, kecepatan penyelesaian masalah dan biaya yang diperlukan

maka penyuluhan rutin berupa seminar sehari kepada suami/keluarga, kader dan

masyarakat dapat menjadi pemecahan masalah yang mampu laksana.

Kesimpulan

Program kesehatan ibu dan anak (KIA) periode Januari-Desember 2009 telah

dilaksanakan di puskesmas Kelurahan Pisangan Timur 1 dan ditemukan beberapa

masalah pada kegiatan KIA yang dilakukan oleh puskesmas di wilayah tersebut.

Page 6: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

Masalah yang ditemukan adalah deteksi kehamilan risiko tinggi oleh masyarakat

sebesar 2,6% dari target yang seharusnya 5%, cakupan peserta KB aktif sebesar

33,3% dari target seharusnya 87%, dan cakupan kunjungan bayi sebesar 12,4% dari

target seharusnya 88%. Masalah yang terpilih untuk dilakukan intervensi adalah

deteksi kehamilan risiko tinggi oleh masyarakat. Penyebab masalah yang didapatkan

antara lain kurangnya jumlah tenaga kesehatan di puskesmas tersebut, belum ada

jadwal rutin penyuluhan kepada suami/keluarga, kader dan masyarakat, dan

rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya deteksi kehamilan risiko

tinggi. Penyebab masalah yang terpilih adalah belum ada jadwal rutin penyuluhan

kepada suami/keluarga, kader, dan masyarakat. Alternatif penyelesaian masalah

yang diusulkan adalah penyuluhan kepada ibu hamil, suami, dan keluarga, kader

serta masyarakat tentang deteksi dini kehamilan risiko tinggi, membuat media

informasi berkala berupa buletin deteksi dini kehamilan risiko tinggi dan dibagikan

kepada suami dan keluarga ibu hamil dan masyarakat, dan kunjungan rumah ke

keluarga ibu hamil. Prioritas penyelesaian masalah yang didapatkan adalah

penyuluhan rutin berupa seminar sehari kepada suami/keluarga, kader dan

masyarakat.[primz, safira]

PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN

BAB I

KESEHATAN LINGKUNGAN

1. PENDAHULUAN, PENGERTIAN, TUJUAN

a. PENDAHULUAN

Keadaan lingkungan baik fisik dan biologis pemukiman penduduk Indonesia belum baik, baru

sebagian kecil penduduk yang menikmati air bersih dari fasilitas penyehatan lingkungan. Hal ini

berakibat masih tingginya angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit. Peningkatan

kesehatan lingkungan dimaksudkan untuk perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin

kesehatan, melalui kegiatan peningkatan sanitasi dasar serta pencegahan dan penanggulangan

kondisi fisik dan biologis yang tidak baik, termasuk berbagai akibat sampingan pembangunan. Semua

kegiatan penyehatan lingkungan dan pemukiman yang dilakukan oleh staf puskesmas, sebaiknya

dilaksanakan dengan mengikutsertakan masyarakat secara bergotong-royong.

b. PENGERTIAN

Upaya penyehatan lingkungan pemukiman adalah upaya untuk meningkatkan kesehatan lingkungan

pemukiman melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum,

termasuk pengendalian pencemaran lingkungan dengan meningkatkan peran serta masyarakat dan

keterpaduan pengelolaan lingkungan melalui analisis dampak lingkungan.

c. TUJUAN

Page 7: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

1) UMUM:

Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan dan pemukiman bertujuan berubahnya, terkendalinya

atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat di masyarakat, yang dapat memberi

pengaruh jelek terhadap kesehatan mereka.

2) KHUSUS:

a) Meningkatkan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin masyarakat mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang optimal.

b) Terwujudnya kesadaran dan keikut sertaan masyarakat, dan sektor lain yang berkaitan serta

bertanggung jawab atas upaya peningkatan dan pelestarian lingkungan hidup.

c) Terlaksananya peraturan perundang, tentang penyehatan lingkungan dan pemukiman yang

berlaku.

d) Terselenggaranya pendidikan kesehatan guna menunjang kegiatan dalam peningkatan kesehatan

lingkungan dan pemukiman.

e) Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sarana sanitasi pemukiman, kelompok

masyarakat, tempat pembuatan/penjualan makanan, perusahaan dan tempat-tempat umum.

BAB II

URAIAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN

PUSKESMAS KALIKOTES

1. Uraian Program Puskesmas Tentang Situasi Dan Kondisi di Puskesmas:

a. Masalah kesehatan masyarakat diwilayah Puskesmas

1) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lingkungan

2) Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya atau dampak kesehatan lingkungan

b. Target dan sasaran :

1) Target :

Target pencapaian dan pemantauan kesehatan lingkungan di wilayah puskesmas Kalikotes

• Rumah: 33%

• TTU: 100%

• TPM: 100%

• TP3:100%

2) Sasaran :

Seluruh masyarakat di wilayah Kerja Puskesmas Kalikotes

c. Strategi :

Strategi yang dilakukan oleh petugas kesehatan lingkungan yaitu :

1) Membuka pelayanan klinik sanitasi setiap hari pada jam kerja

Page 8: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

2) Kunjungan ke wilayah kerja puskasmas se kecamatan kalikotes

3) Membentuk JUMANTIK

d. Kegiatan:

Berbagai hal tentang Kesehatan Lingkungan yang dilaksanakan di Puskesmas Kalikotes antara lain:

1) Melakukan pendataan

2) Memberikan pelayanan Kesehatan Lingkungan pada masyarakat:

3) Melakukan penyuluhan kesemua desa sewilayah Kalikotes.

e. Peran serta masyarakat:

1) Kader kesehatan sebagai pelaku JUMANTIK

2) Masyarakat melakukan kegiatan gotong royong rutin

3) Masyarakat melakukan kegiatan jumat bersih atau minggu bersih

f. Lintas Sektor atau Program:

1) Lintas sektor:

a) Dinas Kesehatan

b) Pemerintahan Desa

c) PKK

2) Lintas program:

1) Petugas Kesehatan Lingkungan Puskesmas

2) Bidan desa

3) Penyuluhan kesehatan lingkungan

g. Sasaran:

Seluruh warga kalikotes

h. Implementasi:

a) Hambatan:

1) partisipasi masyarakat kurang

2) tidak ada stimulasi dana untuk tenaga kader

b) Pendukung:

1) Petugas Puskesmas

2) Instrumen Kesehatan Lingkungan

• Leafleat

• Bookleat

• Poster

i. Evaluasi:

a) Hasil:

terlampir

DATA DASAR KEGIATAN PKL PUSKESMAS KALIKOTES

Page 9: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

NO DESA KEPENDUDUKAN JUMLAH SARANA SANITASI DASAR

Jml Penduduk Rumah KK Dukuh RT/RW SGL SPT PMA Ledeng PAH JAGA SPAL TTU TP3M TP3 IMR

IND0ST

1 Gemblegan 5.752 1185 1159 13 30/10 564 20 0 0 0 415 417 14 0 0 0 0

2 Jogosetran 4.364 804 979 16 34/12 441 15 0 0 0 434 440 11 0 0 0 0

3 Tambongwetan 3.822 578 846 11 26/8 367 20 0 0 0 264 269 7 0 0 0 0

4 Krajan 2.933 606 602 10 25/10 292 5 0 0 0 253 259 7 0 0 0 0

5 Kalikotes 4.132 822 786 12 27/8 413 20 0 0 0 391 398 14 0 0 0 0

6 Ngemplak 3.595 718 785 9 16/6 256 10 0 0 1 215 220 11 0 0 2 0

7 Jimbung 12.820 2054 2188 33 105/27 1756 30 0 0 0 598 608 32 0 0 0 0

JUMLAH 37688 6867 6345 104 263/81 4083 120 0 0 1 2570 2611 96 0 0 2 0

DATA SARANA AIR MINUM DAN SANITASI DI DESA

PUSKESMAS KALIKOTES

NO DESA JML.KK JML.RUMAH JML.SUMUR JML.WC JML.SPAL JML.TEMPAT SAMPAH KET

1 01 1.624 1.628 1.079 1.608 1.608 1.621

2 02 1.063 1.017 916 844 724 757

3 03 1.002 975 828 799 805 8

4 04 804 803 768 647 763 823

5 05 1.164 1.018 718 850 71 287

6 06 880 835 775 686 763 734

7 07 2.768 2.467 1.383 1.301 721 972

JUMLAH 9.305 8.743 6.467 6.735 5.455 5.202

b) Kekurangan:

Masyarakat masih banyak yang belum menyadari arti pentingnya kesehatan lingkungan

c) Kelemahan:

• Kurangnya tenaga pekerja kesehatan lingkungan

• Kurangnya anggaran

2. Analisa permasalahan/kesenjangan pada program tersebut:

a. Kesehatan lingkungan belum menjadi prioritas masalah bagi masyarakat

b. Kurangnya kesadaran masyarakat

3. Alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi kesenjangan:

Page 10: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

a. Memprioritaskan masalah bagi masyarakat

b. Menumbuhkan rasa kesadaran mayarakat

c. Pemberian pelayanan kepada masyarakat lebih optimal

d. Kerjasama lintas sektor lebih ditingkatkan

e. Penambahan tenaga

f. Pemberian dana

Posting Lebih BaruPosting Lama

richeese

 

RABU, 19 OKTOBER 2011

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian Imunisasi BCG

FAKTOR-FAKTOR  YANG  MEMPENGARUHI  IBU  DALAM 

PEMBERIAN IMUNISASI  BCG  PADA  BAYI  DI PUSKESMAS KECAMATAN

JATINEGARA JAKARTA TIMUR

TAHUN  2010-2011

Page 11: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

Oleh :

SETTIYAWATI

0701029

Program  Studi  Ilmu  Keperawatan

Sekolah  Tinggi  Ilmu  Kesehatan  Istara  Nusantara

Jakarta Timur

2011

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar  Belakang

Di   Indonesia   TBCmasih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat   dan 

  penyebab utama   kematian   nomor   satu   untuk   penyakit 

infeksi  (Suhardi.  2006).  Di  Indonesia, program  imunisasi  terdiri  atas

Page 12: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

Program   Pengembangan  Imunisasi  (PPI).  Selama  ini program  imunisasi   wajib meliputi 

BCG,   imunisasi   wajib   ini   telah   dilaksanakan   di   unit-unit   pelayanan   kesehatan maupun 

swasta (Burzi, Fransisco. 2006).

Imunisasi BCG wajib diberikan, seperti diketahui,   di   Indonesia   termasuk   negara 

endemis TB dan satu negara dengan penderita TB tertinggi di dunia (Vina dan Vani. 2008).

Penyakit   yang   Dapat   Dicegah   Dengan   Imunisasi   (PD3I)   merupakan   salah   satu 

penyebab kematian bayi di   Indonesia.  Oleh karena itu,  Depkes menganjurkan agar semua 

anak sebelum berusia 1 tahun telah mendapatkan imunisasi lengkap yaitu antara lain 1 kali 

imunisasi BCG (Cahyono, Kurniawan Dedi. 2003)

Laporan  TB  dunia  oleh  WHO  yang  terbaru  (2006),  masih menempatkan  Indonesia 

 sebagai  penyumbang  terbesar  nomor  3  di  dunia setelah  India  dan  Cina  dengan  jumla

h  kasus  baru  sekitar  539.000  dan jumlah  kematian  sekitar  101.000  per  tahun.  (I 

Nyoman   Kandun, 

2006). Penyakit  TBC  pada  anak  adalah  fenomena  yang  sangat  mencemaskan. 

Jumlah  Kasus  TBC  pada  anak  di  Indonesia  sekitar  seperlima  dari  seluruh Kasus  TBC.

Page 13: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

Di  negara  Indonesia, 

TBC  masih  merupakan  penyakit  rakyat  yang mudah  menular. 

Tidak  tepat  bila  hanya  mengharapkan  perbaikan  sosial ekonomi  penduduk  untuk  

dapat  menurunkan  morbiditas  dan  mortilitas Tubercolusis. 

Di  negara  yang  sudah  berkembang  penyakit  ini  sudah  jarang ditemukan  karena  

dilaksanakannya  imunisasi  BCG  dengan  luas, pengawasan  ketat  terhadap  penderita  TB

C,  dan  perbaikan  keadaan  sosial ekonomi.  Akan  tetapi  beberapa  laporan  tentang  mun

culnya  kembali penyakit  TBC  di  negara  maju  akhir-akhir  ini  telah  menimbulkan 

kekhawatiran  serta  telah  dan  antipisasi  lebih  lanjut,  sehingga  perlu dilakukan  pengont

rolan  atas  penyakit  ini. (DepKes RI, tahun, 2003).

Seseorang  akan  menderita  TBC  karena  terhisapnya  percikan  udara yang  

mengandung  kuman  TBC,  yang  berasal  dari  orang  dewasa berpenyakit  TBC.  Mungkin  j

uga  bayi  sudah  terjangkit  penyakit  TBC waktu  lahir.  Ia  terinfeksi  kuman  TBC  sewaktu  

masih  dalam  kandungan, bila  ibu  mengindap  penyakit  TBC.  Tetapi  hal  ini  jarang  terja

di.  Pada  anak yang  terinfeksi,  kuman  TBC  dapat  menyerang  berbagai  alat  tubuh.  Orga

yang  diserangnya  ialah  paru  (paling  sering),  kelenjar  getah  bening,  tulang, sendi,  

Page 14: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

ginjal,  hati,  atau  selaput  otak.  TBC  selaput  otak  merupakan  jenis TBC  yang  palin 

berat.  Salah  satu  dari  sekian  banyak  upaya  pemberantasan penyakit  TBC  ialah  

imunisasi  BCG.  Dengan  imunisasi  BCG  diaharapkan penyakit  TBC  dapat  berkurang  dan  

kejadian  TBC  yang  berat  dapat dihindari. (Kartasasmita, 2003)

Dari   grafik   di   atas   dapat   kita   ketahui   bahwa   data   TBC   di   Jakarta   Timur   tahun   2010,   di 

Kecamatan Jatinegara (93,99%), Cakung (82%), Cipayung (76,87%), Ciracas (72,43%), Duren 

Sawit (51,63%), Kramat Jati 48,26(%), Makasar (42,25%), Matraman 38,95(%), Pulo Gadung 

(33,31%) dan kecamatan Pasar Rebo (29,33%).

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa angka kejadian TBC di Jakarta Timur yang tertinggi 

terdapat pada daerah Kecamatan Jatinegara yaitu 93,99%. Oleh karena itu peneliti tertarik 

untuk  melakukan  penelitian  dengan   judul   “Faktor-Faktor   yang  Mempengaruhi   Ibu  Dalam 

Pemberian Imunisasi BCG Pada Bayi di Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur.

Dapat  kita  lihat  dari  tabel  di  atas  data  imunisasi  BCG  di  Puskesmas Kecamatan  

Jatinegara  tahun  2010  pada  bulan  Januari  20  bayi  (36,8%), Februari  15   bayi 

(27,6%),  Maret  15  bayi  (27,6%),  April  10  bayi  (18,4%),  Mei 11  bayi  (20,24),  Juni  16  

Page 15: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

bayi  (29,44%),  Juli  12  bayi  (22,08%),  Agustus  22 bayi  (40,48%),  September  23  bayi  (42

,32%),  Oktober  27  bayi  (49,68%), November  7  bayi  (12,88%),  dan  Desember  6  bayi  (1

1,04%).  Hampir  semua bayi  di  Kecamatan  Jatinegara  memberikan  imunisasi  BCG  pada  

bayi  nya. 

Data   di   atas   adalah   data   terakhir   yang   peneliti   ambil   dari   Puskesmas   Kecamatan 

Jatinegara di tahun 2011. Pada bulan Januari 2011 terdapat 27 bayi yg melakukan imunisasi 

BCG, bulan Februari 20 bayi, Maret 23 bayi, dan bulan April 31 bayi. Dari data di atas dapat 

kita simpulkan bahwa ibu yang memberikan imunisasi BCG pada bayi terdapat peningkatan 

pada bulan  April,  hal   ini  besar  kemungkinan   ibu  untuk  mencegah terjadinya   tubercolosis 

dan mengurangi angka kejadian TB di indonesia secara dini. Oleh karena itu peneliti tertarik 

untuk  melakukan   penelitian   dengan   judul   faktor-faktor   yang  mempengaruhi   ibu   dalam 

pemberian imunisasi BCG pada bayi.

B. Rumusan  Masalah

Sejauh  mana  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  ibu  dalam  pemberian imunisasi  BCG  

pada  bayi di Puskesmas Kecamatan Jatinegara tahun 2010.

Page 16: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk  mengetahui  faktor-faktor  yang  berhubungan  dengan  pemberian imunisasi  BCG  pada  

bayi .

2. Tujuan Khusus

a. Untuk  mengetahui  pengaruh   umur   terhadap   imunisasi   BCG   pada   bayi   di   Puskesmas 

Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur

b. Untuk  mengetahui  pengaruh pendidikan terhadap imunisasi BCG pada bayi di Puskesmas 

Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur

c. Untuk  mengetahui  pengaruh   pengetahuan   terhadap   imunisasi   BCG   pada   bayi   di 

Puskesmas Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur

d. Untuk  mengetahui  pengaruh  motivasi   terhadap   imunisasi   BCG   pada   bayi   di   Puskesmas 

Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur

Page 17: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

e. Untuk  mengetahui  pengaruh lingkungan terhadap imunisasi BCG pada bayi di Puskesmas 

Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur

f. Untuk  mengetahui  pengaruh   sosial   ekonomi   terhadap   imunisasi   BCG   pada   bayi   di 

Puskesmas Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi  Pendidikan

Sebagai  bahan  masukan  untuk  pengembangan  ilmu  pengetahuan khususnya   pemberian 

 imunisasi  BCG  pada  bayi.

2. Bagi  Pelayanan  Kesehatan

Sebagai  bahan  masukan  yang  bermakna  dalam  rangka  peningkatan mutu  program 

pemberian imunisasi  BCG pada bayi.

3. Bagi  Peneliti

Page 18: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

Merupakan  pengalaman  yang  sangat  berharga  dalam  menambah wawasan  tentang 

pemberian   imunisasi  BCG   pada   bayi. 

Hasil  penelitian  di harapkan  dapat  menambah  sumber  informasi  dan  sebagai  bahan  

bacaan untuk  penelitian  berikutnya.   

Page 19: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

A. Imunisasi

1. Definisi

Kata   imun   berasal   dari   bahasa   Latin   (immunitas)   yang   berarti   pembebasan 

(kekebalan)   yang   diberikan   kepada   para   senator   Romawi   selama  masa   jabatan  mereka 

terhadap   kewajiban   sebagai  warganegara   biasa   dan   terhadap   dakwaan.   Dalam   sejarah, 

istilah   ini   kemudian  berkembang   sehingga  pengertiannya  berubah  menjadi   perlindungan 

terhadap   penyakit,   dan   lebih   spesifik   lagi, terhadap   penyakit   menular   (Theophilus, 

2000; Mehl dan Madrona, 2001).

Page 20: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

Imunisasi   adalah   upaya   yang   dilakukan   dengan   sengaja   memberikan   kekebalan 

(imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (DepKes,2000). Pentingnya 

imunisasi   didasarkan   pada   pemikiran   bahwa   pencegahan   penyakit   merupakan   upaya 

terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak.

Imunisasi   merupakan   usaha   memberikan   kekebalan   pada   bayi   dan   anak   dengan 

memasukkan   vaksin   kedalam   tubuh   agar   tubuh   membuat   zat   anti   untuk   mencegah 

terhadap penyakit tertentu. (Hidayat, A. Aziz alimun 2008).

Imunisasi   adalah   reaksi   antara  antigen  dan  antibody  yang  merupakan  kuman  atau 

racun   (toxin   disebut   sebagai   antigen).   Secara   khusus   antigen   merupakan   bagian   dari 

protein   kuman  atau   racun  protein.  Racunnya  bila   antigen  untuk  pertama  kalinya  masuk 

kedalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti terhadap 

racun kuman yang disebut antibody. (Riyadi Sujono, 2009)

Pemberian  imunisasi  terbagi  menjadi dua,  yaitu:

a. Imunisasi  Aktif

Page 21: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

Imunisasi  aktif  adalah  kekebalan  yang  dibuat  oleh  tubuh  dan membuat  sendiri  zat  

anti  setelah  suatu  rangsangan  antigen  dari  luar tubuh,  misalnya  rangsangan  virus  yan

g  telah  dilemahkan  pada imunisasi  polio  atau  campak.  Setelah  rangsangan  ini  kadar  z

at  anti dalam  tubuh  anak  akan  meningkat,  sehingga anak  menjadi  kebal.

Kekebalan  aktif  dibagi  menjadi  dua  yaitu  :

1) Kekebalan  aktif  alamiah

Dimana  tubuh  anak  membuat  kekebalan  sendiri  setelah mengalami  sembuh  dari  

penyakit,  misalnya  :  campak.  Setelah sembuh  tidak  akan  terserang  campak  lagi  karen

a  membuat  zat penolak  terhadapa  penyakit.

2) Kekebalan  aktif  buatan

Kekebalan  yang  dibuat  tubuh  setelah  mendapat  vaksin (imunisasi).  Misalnya  : 

anak  diberi  vaksin  BCG,  DPT,  Polio.

b. Imunisasi  Pasif

Imunisasi  pasif  adalah  imunisasi  yang  dilakukan  dengan  penyuntikan sejumlah  zat  

anti,  sehingga  proses  cepat  terjadi  dengan  dua  hal yaitu  :

Page 22: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

1) Kekebalan  Pasif  Alamiah

Kekebalan  yang  diperoleh  oleh  bayi  sejak  lahir  ibunya. Kekebalan  ini  tidak  

berlangsung  lama  (kurang  lebih  hanya  5 bulan  setelah  bayi  lahir)  misalnya  :  difteri,  

morbili,  tetanus.

2) Kekebalan  Pasif  Buatan

Kekebalan  ini  diperoleh  setelah  mendapat  suntikan  zat penolakan,  misalnya  ATS 

(Anti  Tetanus  Serum).

Jenis Vaksin  Yang  Digunakan  Di  Indonesia  Ada  Dua  Yaitu  :

a. Vaksin  dari  kuman  hidup  yang  dilemahkan  :

Virus  campak  dalam  vaksin  campak

Kuman  TB  dalam  vaksin  TB

Virus  polio  dalam  jenis  sabin  pada  vaksin  polio

b. Vaksin  dari  kuman  yang  dimatikan

Bakteri  pertusis  dalam  DPT

Page 23: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

Virus  polio  jenis  SALK  dalam  vaksin  polio

Racun  kuman  seperti  TT

Vaksin  dibuat  oleh  protein.

Syarat  Pemberian  Vaksin

a. Pada  bayi  atau  anak  yang  sehat

b. Vaksin  harus  baik,  disimpan  dalam  kulkas  dan  belum  kadaluarsa

c. Pemberian  imunisasi  dengan  tehnik  yang cepat

d. Mengetahui  jadwal  imunisasi  dengan  melihat  umur  dan  jenis imunisasi  yang  telah  

diterima

e. Meneliti  vaksin  yang  akan  diberikan

f. Memperhatikan  dosis  yang  akan  diberikan

Reaksi  Yang  Mungkin  Terjadi  Setelah  Imunisasi  : 

a. Reaksi  lokal

Page 24: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

Pada  tempat  penyuntikan  terjadi  pembengkakan  kadang  disertai demamm,  agak  sakit.  

Pada  keadaan  sperti  ini  ibu  tidak  usah  panik sebab  panas  akan  sembuh  dan  kekebala

n  telah  dimiliki  bayi  atau anak.

b. Reaksi  Umum

Dapat  terjadi  kejang  atau  syok.  Pada  keadaan  ini  ibu  harus konsultasi  ke  dokter  atau 

 bidan.

2. Vaksinasi

Vaksinasi   adalah   pemberian   vaksin   kedalam   tubuh   seseorang   untuk   memberikan 

kekebalan terhadap penyakit tertentu. Vaksinasi sering juga disebut imunisasi. (Wikipedia).

Vaksin   berasal   dari   kata  Vaccinia   yaitu  penyebab   cacar   sapi   yang   ketika   diberikan 

kepada manusia akan menimbulkan pengaruh kekebalan terhadap cacar. Pengertian vaksin 

itu   sendiri   adalah   bahan   antigenic   yang   digunakan   untuk  menghasilkan   kekebalan   aktif 

terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh 

organisme alami atau liar.

Page 25: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

Semua vaksin mempunyai 3 jenis bahan utama, antara lain :

a. Bahan kuman.

Bahan kuman adalah organisme hidup berupa virus dan bakteri yang telah dilemahkan atau 

berupa virus dan bakteri yang telah dibunuh atau tidak aktif atau juga berupa toksoid yang 

terbuat   dari   toksin   (racun)   yang   sudah   di   non-aktifkan   yang   diproduksi   oleh   virus   dan 

bakteri.

b. Bahan-bahan   yang   ditambahkan   untuk   menjalankan   berbagai   fungsi.

Adapun bahan-bahan tambahan yang dimasukkan dalam vaksin, antara lain :

1) Aluminium

Aluminium   berfungsi   untuk   mendorong   fungsi   antibodi.   Logam   ini   dikenal   sebagai 

kemungkinan   penyebab   kejang,   alzhaimer,   kerusakan   otak   dan   dementia   (pikun). 

Aluminium terdapat dalam vaksin DPT, DaPT dan hepatitis

2) Formaldehida (formalin).

Formaldehyde   (formalin)   digunakan   untuk   menon-aktifkan   kuman.   Formalin   dikenal 

sebagai bahan karsinoma (penyebab kanker).

Page 26: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

3) Fenol.

Fenol   dalam   dosis   tertentu   sangat   beracun   dan   lebih  membahayakan   daripada   sekedar 

merangsang imun, sehingga dianggap berlawanan dengan tujuan pembuatan vaksin. Fenol 

antara lain digunakan dalam proses pembuatan vaksin tifoid.

4) Thimerosal

Thimerosal   berfungsi   sebagai   pengawet.   Bahan   ini   mengandung   hamper   50   persen 

etilmerkuri yang berarti mempunyai sifat seperti air raksa.

5) Gelatin

Gelatin merupakan bahan yang diperoleh dari hidrolisis kolagen yang terdapat pada tulang 

dan   kulit   hewan   terutama   sapi   dan   babi.   Gelatin   antara   lain   digunakan   dalam   proses 

pembuatan vaksin MMR dan varicella. Bahayanya sama seperti bahaya pada formalin.

6) Benzetonium klorida, glutamate, neomisin.

c. Biakan dimana vaksin dibuat.

Page 27: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

Dalam proses  pembuatan vaksin,  bakteri  yang beracun atau virus  yang hidup akan 

dilemahkan dengan cara berulang-ulang dilewatkan melalui suatu media biakan antara lain 

jaringan   otak   kelinci,   jaringan   marmot,   jaringan   ginjal   anjing,   jaringan   ginjal   monyet, 

embrio  ayam,  atau  protein   telur  ayam atau  bebek  dan  kerap  kali  menggunakan   jaringan 

janin manusia yang digugurkan.

Protein hewani yang berasal  dari  media biakan vaksin akan masuk ke dalam tubuh 

manusia   tanpa  melalui   proses   pencernaan   (melalui   suntikan   langsung   ke   dalam   aliran 

darah).   Protein   yang   tidak   dicerna   adalah   penyebab   utama   alergi   dan   juga   bisa 

menyerang  jaringan   pelindung   sel-sel   syaraf   dan  menimbulkan   kerusakan   dalam   system 

syaraf.

3. Vaksin BCG

Imunisasi BCG adalah vaksinasi hidup yang diberikan pada bayi untuk mencegah terjadinya 

penyakit   TBC.   (Dirjen   PPM   dan   PLP,   1989   :   71).

BCG   berasal   dari   strain   bovinum   M.   Tuberculosis   oleh   Calmette   dan   Guerin   yang 

mengandung   sebanyak  50.000  –   1.000.000  partikel/  dosis.   Bakteri   ini  menyebabkan  TBC 

Page 28: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

pada sapi tapi tidak pada manusia. Vaksin ini dikembangkan pada tahun 1950 dari bakteri 

M. tuberculosis yang hidup, karenanya bisa berkembang biak dalam tubuh dan diharapkan 

bisa   mengindus   antibody   seumur   hidup.   Selain   itu,   pemberian   2   atau   3   kali   tidak 

berpengaruh  sehingga  vaksinasi  BCG hanya diperlukan sekali  seumur  hidup.   (Hendrawan, 

www.artikel.php.htm.com.id, 2003).

Penularan  penyakit  TBC  terhadap  seorang  anak  dapat  terjadi karena  terhirupnya  

percikan  udara  yang  mengandung  kuman  TBC. Kuman  ini  dapat  menyerang  berbagai  o

rgan  tubuh,  seperti  paru-paru (paling  sering  terjadi),  kelenjar  getah  bening   , 

tulang,  sendi,  ginjal,  hati, atau  selaput  otak  (yang  terberat).  Pemberian  imunisasi  BCG 

 sebaiknya dilakukan  pada  bayi  yang  baru  lahir  sampai  usia  12  bulan,  tetapi imunisasi  

ini  sebaiknya  dilakukan  sebelum  bayi  berumur  2  bulan. 

Imunisasi  ini  cukup  diberikan  satu  kali  saja.  Bila  pemberian  imunisasi ini  "berhasil,"  

maka  setelah  beberapa  minggu  di  tempat  suntikan  akan timbul  benjolan  kecil.  Karena 

 luka  suntikan  meninggalkan  bekas,  maka pada  bayi  perempuan,  suntikan  sebaiknya  di

lakukan  di  paha  kanan atas.  Biasanya  setelah  suntikan  BCG  diberikan,  bayi  tidak  men

derita demam.  Pemberian  Imunisasi  ini  akan  memberikan  kekebalan  aktif terhadap  pe

nyakit  Tuberkulosis  ( TBC ),  Imnunisasi  ini  diberikan  hanya sekali  sebelum  bayi  berumu

Page 29: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

r  dua  bulan.  Reaksi  yang  akan  nampak setelah  penyuntikan  imunisasi  ini  adalah  beru

pa  perubahan  warna  kulit pada  tempat  penyuntikan  yang  akan  berubah  menjadi  pust

ula  kemudian pecah  menjadi  ulkus,  dan  akhirnya  menyembuh  spontan  dalam  waktu  8 

– 

12  minggu  dengan  meninggalkan  jaringan  parut,  reaksi  lainnya  adalah berupa  

pembesaran  kelenjar  ketiak  atau  daerah  leher,  bila  diraba  akan terasa  padat  dan  bila 

 ditekan  tidak  terasa  sakit. 

Komplikasi  yang dapat  terjadi  adalah  berupa  pembengkakan  pada  daerah  tempat 

suntikan  yang  berisi  cairan  tetapi  akan  sembuh  spontan.

Vaksin  BCG  atau  pemberian   imunisasi  BCG  bertujuan  untuk  menimbulkan  kekebalan 

aktif   terhadap  penyakit  Tuberculosis   (TBC)  vaksin  BCG mengandung  kuman  BCG  (Bacillus 

calmet-Guerin)   yang   masih   hidup.   Jenis   kuman   TBC   ini   telah   dilemahkan.   Dimana 

Tuberculosis  merupakan penyakit  rakyat yang mudah menular di Indonesia dan di Negara 

yang   sedang   berkembang   lainnya.   Seorang   anak   menderita   TBC   karena   terhisapnya 

percikan   udara   yang mengandung   kuman   TBC,   yang   berasal   dari   orang   dewasa 

berpenyakit   TBC. Mungkin   juga   bayi   sudah   terjangkit   penyakit   TBC   sewaktu   lahir.   Ia 

terinfeksi kuman   TBC   sewaktu   masih   dalam   kandungan,   bila   ibu   mengidap   penyakit 

Page 30: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

TBC. Pada   anak   yang   terinfeksi,   kuman   TBC   dapat  menyerang   berbagai   alat   tubuh   yang 

diserangnya adalah paru ( paling sering ), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, 

atau selaput otak. Salah satu upaya dari banyak upaya pemberantasan penyakit  TBC ialah 

imuniasi   BCG.   Dengan   imunisasi   BCG   diharapkan   penyakit TBC   dapat   berkurang   dan 

kejadian TBC yang berat dapat dihindari.

4. Cara Imunisasi BCG

Pemberian   imunisasi   BCG   sebaiknya   dilakukan   ketika   bayi   baru   lahir,   sampai   bayi 

berumur 12 bulan, tetapi sebaiknya pada umur 0 – 2 bulan. Hasil yang memuaskan terlihat 

apabila diberikan menjelang umur 2 bulan. Imunisasi BCG cukup diberikan 1 kali saja, pada 

anak yang berumur lebih dari  2  bulan,  dianjurkan untuk melakukan uji  mantoux sebalum 

imunisasi   BCG,   gunanya   untuk   mengetahui   apakah   untuk   mengetahui   apakah   ia   telah 

terjangkit  penyakit  TBC.  Seandainya hasil  uji  mantoux positive,  anak tersebut  selayaknya 

tidak mendapatkan   imunsasi   BCG Tetapi   bila   imunisasi   dilakukan   secara   masal,   maka 

pemberian suntikan BCG dilaksanakan secara langsung tanpa uji mantoux terlebih dahulu. 

Page 31: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

Hal   ini   dilakukan  mengingat   pengaruh   beberapa   factor,   seperti   segi   teknis   penyuntikan 

BCG, keberhasilan program imunisasi, segi epidemiologis dan lain – lain.

Penyuntikan   BCG   tanpa   dilakukan   uji   mantoux   pada   dasarnya   tidaklah 

membahayakan.   Bila   pemberian   imunisasi   BCG   itu   berhasil,   setelah   beberapa   minggu 

ditempat suntikan akan terdapat suatu benjolan. Tempat suntikan itu kemudian berbekas. 

Kadang   –   kadang   benjolan   tersebut   bernanah,   tapi   akan  menyembuh   sendiri  meskipun 

lambat.   Sesuai   kesepakatan  maka  biasanya  penyuntikan  BCG  dilakukan  di   lengan   kanan 

atas.  Karena  luka suntikan meninggalkan  bekas  dan  mengingat   segi   kosmetiknya,  pada 

bayi perempuan dapat diminta sutikan di paha kanan atas

5. Kekebalan

seperti  telah  diuraikan  diatas,  jaminan  imunisasi  tidaklah  mutlak 100%  bahwa  

anak  anda  akan  terhindar  sama  sekali 

dari  penyakit TBC.  Seandainya  bayi  yang  telah  mendapat  imunisasi  terjangkit  juga 

penyakit  TBC,  maka  ia  akan  terhindar  dari  kemungkinan  mendapat TBC  berat,  seperti  

Page 32: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

TBC  paru  parah,  TBC  tulang,  atau  TBC  selaput otak  yang  mengakibatkan  cacat  seumur 

 hidup  dan  membahayakan  jiwa anak  muda.

6. Reaksi Imunisasi

Biasanya  setelah  suntikan  BCG  bayi  tidak  akan  menderita demam.  Bila  ia  

demam  setelah  imunisasi  BCG  umumnya  disebabkan oleh  keadaan  lain.  Untuk  hal  ini  

dianjurkan  agar  berkonsultasi  dengan dokter.

a) Tanda  Keberhasilan  Vaksin

Tanda  keberhasilan  vaksinasi  BCG  berupa  bisul  kecil  dan bernanah  pada  daerah  

bekas  suntikan  yang  muncul  setelah  4-6 minggu.  Benjolan  atau  bisul  setelah  vaksinasi 

 BCG  memiliki  ciri yang  sangat  khas  dan  berbeda  dari  bisul  pada  umumnya.  Bisul ters

Page 33: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

ebut  tidak  menimbulkan  rasa  nyeri,  bahkan  bila  disentuhpun tidak  terasa  sakit.  Tak  h

anya   itu,  munculnya  bisul  juga  tak  diiringi panas.  Selanjutnya,  bisul 

tersebut  akan  mengempis  dan  membnetuk luka  parut.

b) Bila  ada  reaksi  berlebih

Tingkat  kewaspadaan  bila   ternyata  muncul  reaksi  berlebih pasca 

vaksinasi  BCG.  Misal,  benjolan  atau  bisul  itu  lama  tidak sembuh-sembuh  dan  menjadi  

koreng.  Atau,  malah  ada pembengkakan  pada   kelenjar   di   ketiak 

(sekelan).  Ini  dapat merupakan  pertanda  si  anak  pernah  terinfeksi  TB  sehingga 

menimbulkan  reaksi  berlebih  setelah  divaksin.  Sebaiknya  segera periksakan  kembali  ke 

 dokter,  setiap  infeksi  selalu  diikuti  oleh pembesaran  kelenjar  limfe  setempat  (regiona

l)  sehingga  bisa  diraba. Jadi  infeksi  ringan  akibat  vaksinasi  di  lengan  atas  akan menye

babkan  pembesaran  kelenjar  limfe  ketiak.  Jika  terjadi  pada pangkal  paha,  akan  terjadi 

 pembesaran  kelenjar  limfe  di  lipatan paha.  Namun  efek  samping  ini  tidak  terjadi  pad

a  bayi.  Yang  brisiko apabila  bayi  tersebut  sudah  terinfeksi  TB  sebelum vaksinasi.

c) Bila  tidak  Timbul  benjolan

Page 34: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

Orang  tua  tak  perlu  khawatir  bila  ternyata  tidak  muncul bisul/benjolan  di  daerah 

 suntik.  Jangan  langsung  beranggapan  bahwa vaksinasinya  gagal.  Bisa  saja  itu  terjadi 

karena  kadar  antibodinya terlalu  rendah,  dosis  terlau  rendah,  daya 

tahan  anak  sedang menurun  (misalnya  anak  dengan  gizi  buruk) 

atau  kualitas vaksinasinya  kurang  baik  akibat  cara  penyimpanan  yang 

salah. Meski  begitu,  antibodi  tertap  terbentuk  tetapi  dalam  kadar  yang rendah.  

Jangan  khawatir,  di  daerah   endemis  TB  (penyakit  TB  terus-

menerus  ada  sepanjang  tahun)  seperti  Indonesia,  infeksi  alamiah akan  selalu  ada.  

Booster-nya  (ulangan  vaksinasi)  bisa  didapat  dari alam,  asalkan  anak  pernah  

divaksinasi  sebelumnya.

d) Efeksi Samping

Umumnya  pada  imunisasi  BCG  jarang  dijumpai  akibat  samping. Mungkin  terjadi  

pembengkakan  kelenjar  getah  bening  setempat yang  terbatas  dan  biasanya  menyembu

h  sendiri  walaupun  lambat. Bila  suntikan  BCG  dilakukan  dilengan  atas,  pembengkakan  

kelenjar terdapat  di  ketiak  atau  leher  bagian  bawah.  Suntikan  di  paha  dapat menimbu

Page 35: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

lkan  pembengkakan  kelenjar  di  selangkakan.  Komplikasi pembengkakan  kelenjar  ini  bi

asanya  disebabkan  karena  teknik penyuntikan  yang  kurang  tepat,  yaitu  penyuntikan  t

erlalu  dalam. Dalam  masalah  komplikasi  yang   ringan  ini,  bila 

terdapat  keraguan dipersilahkan  anda  berkonsultisai  dengan  dokter.

e) Kontra Indikasi

Tidak  ada  larangan  untuk  melakukan  imunisasi  BCG,  kecuali pada  anak  yang  

berpenyakit  TBC  atau  menunjukkan  uji  mantoux positif

1) Pemberian  imunisasi  BCG  biasanya  dilakukan  sedini  mungkin, dalam  waktu  beberapa  

hari  setelah  bayi  lahir.

2) Cara  pembeian  imunisasi  BCG  bagi  perorangan  berlainan dengan  pemberian  secara  

masal.

3) Imunisasi  BCG  secara  masal  tanpa  didahului  uji  mauntoux,  tidak membahayakan.

4) Dengan  imunisasi  BCG  anak  anda  diharapkan  akan  bebas terjangkit  penyakit  TBC.  

Setidak-tidaknya  ia  terhindar  dari penyakit  TBC  yang  berat  dan  parah.

Page 36: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

B. Faktor-Faktor  Yang  Mempengaruhi  Ibu  Dalam Pemberian  Imunisasi BCG

Penyebaran  masalah  kesehatan   berbeda   untuk   tiap   individu,   kelompok   dan 

masyarakat  dibedakan atas tiga macam yaitu :  Ciri-ciri  manusia/karakteristik,  tempat dan 

waktu.   salah   satu   faktor   yang  menentukan   terjadinya  masalah   kesehatan  di  masyarakat 

adalah ciri  manusia  atau karakteristik   .Yang  termasuk  dalam unsur  karakteristik  manusia 

antara   lain:   umur,   jenis   kelamin,   pendidikan,   status   perkawinan,status   sosial 

ekonomi,ras/etnik,dan agama.Sedangkan dari segi tempat disebutkan penyebaran masalah 

kesehatan dipengaruhi oleh keadaan geografis, keadaan penduduk dan keadaan pelayanan 

kesehatan.Selanjutnya  penyebaran  masalah  kesehatan  menurut  waktu  dipenaguruhi  oleh 

kecepatan perjalanan penyakit  dan lama terjangkitnya suatu penyakit.  Begitu juga halnya 

dalam  masalah   status   imunisasi   dasar   bayi   juga   dipengaruhi   oleh   karakteristik   ibu   dan 

faktor   tempat,dalam   hal   ini   adalah   jarak   rumah   dengan   puskesmas/tempat   pelayanan 

kesehatan. Pada penelitian ini ,karakteristik ibu yang peneliti diteliti adalah :

1. Umur

Page 37: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

Umur  adalah   lamanya   seseorang  hidup  sejak  dilahirkan   sampai   saat   ini.  Dalam satuan 

tahun   dan   juga  merupakan   periode   terhadap   pola-pola   kehidupan   baru   demikian 

bertambah pula umur semakin tinggi keinginan seseorang tentang kesehatan (Notoadmojo,

2003).

Usia  dewasa   (18-40   tahun)  merupakan  masa  dimana  seseorang  secara  maksimal  dapat 

mencapai   prestasi   yang   memuasakan   dalam   karirnya   pada   usia   tengah   (41-60   tahun) 

seseorang   tinggal   mempertahankan   prestasi   yanh   telah   dicapainya   pada   usia   dewasa 

sedangkan usia tua (> 60 tahun) adalah usia tidak produktif lagi dan hanya menikmati hasil 

dari prestasi (Hurlock 1998).

Umur merupakan salah satu sifat karakteristik  tentang orang yang sangat utama. Umur 

mempunyai   hubungan   dengan   tingkat   keterpaparan,   besarnya   risk   serta   sifat   resistensi. 

Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/penyakit dan pengambilan keputusan 

dipengaruhi oleh umur individu tersebut (Noor,N.N,2000).

Beberapa studi  menemukan bahwa usia   ibu,  ras,pendidikan,  dan status  sosial  ekonomi 

berhubungan dengan cakupan imunisasi  dan opini  orang tua tentang vaksin  berhubungan 

dengan status imunisasi anak mereka.( Ali, Muhammad, 2002) .

Page 38: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

Dari penelitian Ali,Muhammad (2002) didapatkan bahwa usia ibu berhubungan dengan 

pengetahuan dan perilaku mereka terhadap imunisasi (p < 0,05).Penelitian ini menunjukkan 

hasil   yang   sama   dengan   penelitian   Lubis   (1990;dalam   Ali,Muhammad,2002).Penelitian 

Salma Padri,dkk   (2000)   juga  menemukan  bahwa  faktor  utama yang  berhubungan  dengan 

imunisasi adalah umur ibu (OR 2,53 95% CI: 1.21 -5.27).Selanjutnya hasil penelitian Ibrahim 

D.P.(2001)  menunjukkan   bahwa   karakteristik   ibu   yang   erat   hubungannya   dengan   status 

imunisasi umur ibu yaitu umur ibu yang dihitung sejak lahir sampai saat penelitian.

2. Pendidikan

Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin 

tinggi   pendidikan   seseorang  maka   dalam  memilih   tempat-tempat   pelayanan   kesehatan 

semakin   diperhitungkan.  faktor   yang  mempengaruhi   perilaku   seseorang   dan   pendidikan 

dapat   mendewasakan   seseorang   serta   berperilaku   baik,   sehingga   dapat   memilih   dan 

membuat keputusan dengan lebih tepat.

Peran   seorang   ibu   pada   program   imunisasi   sangatlah   penting.   Karenanya   suatu 

pemahaman tentang program ini amat diperlukan untuk kalangan tersebut.Pemahaman ibu 

Page 39: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

atau pengetahuan ibu terhadap imunisasi sangat dipengaruhi oeleh tingkat pendidikan ibu.

(Ali,Muhammad,2002).

Semakin   tinggi   tingkat   pendidikan   atau   pengetahuan   seseorang   maka   semakin 

membutuhkan pusat-pusat  pelayanan kesehatan sebagai  tempat berobat bagi  dirinya dan 

keluarganya.   Dengan   berpendidikan   tinggi,   maka   wawasan   pengatehuan   semakin 

bertambah   dan   semakin   menyadari   bahwa   begitu   penting   kesehatan   bagi   kehidupan 

sehingga   termotivasi   untuk   melakukan   kunjungan   ke   pusat-pusat   pelayanan   kesehatan 

yang   lebih   baik. Sejalan   dengan   pendapat   Slamet, Singarimbun   ,   juga   menyebutkan 

kelengkapan   status   imunisasi   anak   tertinggi   pada   ibu   yang   berpendidikan   SLTP   keatas 

sebanyak   30,1%.Berdasarkan   penelitian   Idwar   (2001)   juga   disimpulkan   bahwa   semakin 

tinggi tingkat pendidikan seorang ibu maka makin besar peluang untuk mengimunisasikan 

bayinya   yaitu   2,215   kali   untuk   pendidikan   tamat   SLTA/ke   atas   dan   0,961   kali   untuk 

pendidikan   tamat   SLTP/sederajat.   Ibu   yang   berpendidikan  mempunyai   pengertian   lebih 

baik   tentang  pencegahan  penyakit  dan  kesadaran   lebih   tinggi   terhadap  masalah-masalah 

kesehatan yang sedikit banyak telah diajarkan di sekolah.

Page 40: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

Diantaranya  menurut   Singarimbu,  menyebutkan  kelengkapan   status   imunisasi   anak 

tertinggi   pada   ibu   yang  berpendidikan   SLTP   keatas   sebanyak  30,1%.   Syahrul,Fariani.,dkk 

(2002)   dalam   kesimpulan   penelitiannya   juga  mengemukakan   bahwa ada   hubungan   yang 

bermakna   antara   pengetahun   ibu   dan   keterpaparan informasi   dengan   status 

imunisasi,tingkat   pengetahuan   ibu   tentang   imunisasi sebagian   besar   (73,0%)   sudah   baik 

Namun demikian juga masih didapat sebagian kecil (4%) yang tergolong kurang.

Berdasarkan hasil penelitian Cahyono,K.D.,(2003) memberikan gambaran bahwa anak 

mempunyai   kesempatan   lebih   besar   untuk   tidak   diimunisasi   lengkap   bagi   yang   ibunya 

tinggal   di   perdesaan,   berpendidikan   rendah,kurang   pengetahuan,   tidak   memiliki   KMS 

(Kartu Menuju Sehat), tidak punya akses ke media massa ( surat kabar/majalah, radio, TV), 

dan   ayahnya  berpendidikan   SD   ke   bawah.   Semakin   banyak   jumlah   anak,   semakin   besar 

kemungkinan   seorang   ibu   tidak  mengimunisasikan   anaknya   dengan   lengkap.Selanjutnya 

Masykur   (1983)   dalam   kesimpulan   penelitiannya   juga   menyatakan   ibu-ibu   yang   tahu 

tentang   imunisasi   tertinggi   pada   ibu   yang   tamat   SLTA   yaitu   80,7%   dan   secara   statistik 

menunjukkan   ada   perbedaan   yang   bermakna   antara   tingkat   pendidikan   dengan 

pengetahuan ibu tentang imunisasi.  Menurut Lubis(dalam Ali,Muhammad,2002),dari  suatu 

penelitian   yang   dilakukan   didapatkan   bahwa   kurangnya   peran   serta   ibu   rumah   tangga 

Page 41: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

dalam hal   ini  disebabkan  karena  kurang   informasi   (60-75%),kurang  motivasi   (2-3%)   serta 

hambatan lainnya (23-37%).

Slamet   (1999),  menyebutkan   semakin   tinggi   tingkat   pendidikan   atau   pengetahuan 

seseorang maka semakin membutuhkan pusat-pusat pelayanan kesehatan sebagai tempat 

berobat   bagi   dirinya   dan   keluarganya.   Dengan   berpendidikan   tinggi,   maka   wawasan 

pengatehuan semakin bertambah dan semakin menyadari bahwa begitu penting kesehatan 

bagi kehidupan sehingga termotivasi untuk melakukan kunjungan ke pusat-pusat pelayanan 

kesehatan yang lebih baik.

Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin 

tinggi   pendidikan   seseorang  maka   dalam  memilih   tempat-tempat   pelayanan   kesehatan 

semakin   diperhitungkan. Menurut   Azwar,   merupakan   suatu   faktor   yang   mempengaruhi 

perilaku seseorang dan pendidikan dapat mendewasakan seseorang serta berperilaku baik, 

sehingga dapat memilih dan membuat keputusan dengan lebih tepat.

Pendidikan   kesehatan   dapat   membantu   para   ibu   atau   kelompok   masyarakat 

disamping   dapat   meningkatkan   pengetahuan   juga   untuk   meningkatkan   kemampuan 

(perilakunya)   untuk   mencapai   derajat   kesehatan   yang   optimal. Tingkat   pendidikan   dan 

Page 42: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

pengetahuan   ibu   sangat   mempengaruhi   terlaksananya   kegiatan   pelaksanaan   imunisasi 

anak/   bayi,   baik   itu   pendidikan   formal   maupun   non   formal. Tahap   pendidikan   sangat 

menentukan  kemampuan   seseorang  dalam mengatasi  masalah  dalam kehidupannya  baik 

dilingkungan sosial maupun dilingkungan kerjanya.

Peningkatan cakupan imunisasi  melalui  pendidikan orang tua telah menjadi  strategi 

populer di berbagai negara. Strategi ini berasumsi bahwa anak-anak tidak akan diimunisasi 

secara   benar   disebabkan   orang   tua   tidak  mendapat   penjelasan   yang   baik   atau   karena 

memiliki   sikap   yang   buruk   tentang   imunisasi.Program   imunisasi   dapat   berhasil   jika   ada 

usaha   yang   sungguh-sungguh   dan   berkesinambungan   pada   orang-   orang   yang  memiliki 

pengetahuan dan komitmen yang tinggi   terhadap imunisasi.Jika  suatu program intervensi 

preventif seperti imunisasi ingin dijalankan secara serius dalam menjawab perubahan pola 

penyakit  dan  persoalan  pada  anak  dan   remaja,  maka  perbaikan  dalam evaluasi   perilaku 

kesehatan   masyarakat   dan   peningkatan   pengetahuan   sangat   diperlukan.

(Ali,Muhammad,2002).

3. Pengetahuan

Page 43: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

Menurut Rahman (2003),  pengetahuan adalah hasil  dari  aktivitas  mengetahui,  yakni 

tersingkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

Notoatmodjo (2003)   berpendapaat   bahwa, Pengetahuan   adalah   merupakan   hasil 

“Tahu”   dan   ini   terjadi   setelah orang   melakukan   penginderaan   terhadap   suatu   objek 

tertentu   yang   mana   penginderaan   ini   terjadi   melalui panca   indera   manusia   yakni 

indera  penglihatan,   pendengaran,   penciuman,   rasa   dan   raba   yang   sebagian 

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingah.

4. Motivasi

Menurut Handoko (1992) mengatakan bahwa motivasi merupakan suatu tenaga atau 

faktor   yang   terdapat   dalam   diri   manusia   yang   menimbulkan,   mengarahkan   dan 

mengorganisir   tingkah   lakunya.   Faktor   yang   dimaksud   adalah   kebutuhan,   bila   individu 

merasakan   suatu   kebutuhan  maka   akan  mendorong   individu   tersebut   untuk  memenuhi 

kebutuhan tersebut.

Page 44: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

Dari  hasil  penelitian ini  gambaran motivasi  responden terhadap imunisasi  dikatakan 

baik.  Motivasi   responden yg baik   ini  kemungkinan  disebabkan oleh kuatnya  ibu/keluarga 

memotivasi responden untuk membeikan imunisasi terhadap anaknya.

Hasil penelitian dari Masykuri (1983) yang mengatakan bahwa yang menentukan ank nya di 

imunisasi adalah ibu. Dari hasil uji statistik ditemukan bahwa motivasi dari diri ibu sendiri 

sangat  besar  pengaruhnya  terhadap pemberian   imunisasi  pada anaknya.  Dah hal   ini   juga 

menentukan   kesehatan   keluarga.   Ini   dapat   dilihat   75%   ibu  memiliki  motivasi   yang   kuat 

mengimunisasikan   bayi   nya,   sedangkan   sisanya   25%   tidak  memiliki  motivasi   yang   kuat 

untuk mengimunisasikan bayi nya.

5. Lingkungan

Lingkungan   adalah   suatu   kesehatan   lingkungan   yang   mencakup   perumahan, 

pembuangan   kotoran,   penyediaan   air   bersih   dan   sebagainya. Lingkungan   yang   kurang 

bersih   dan   tempat   pemukiman   yang   padat   penduduknya  merupakan   salah   satu   faktor 

penularan   TB   paru   yang   paling   cepat   dan   sangat   sulit   bagi   pemerintah   indonesia   dan 

petugas  kesehatan  untuk  memutuskan   rantai  penularan  karena   tempat  pemukiman  yang 

Page 45: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

saling   berdekatan.   Dan   kurangnya   pengetahuan   masyarakat   dalam   memodifikasi 

lingkungan rumah seperti ventilasi yang kurang sehingga sinar matahari dan sirkulasi udara 

tidak  dapat  masuk   kedalam   rumah   yang  mmengakibatkan  basil   dan   kuman  TB  menetap 

ditempat tersebut (DepKes, 2007).

6. Sosial Ekonomi

Terdapatnya penyebaran masalah kesehatan yang berbeda berdasarkan status sosial 

ekonomi pada umumnya dipengaruhi oleh 2 (dua) hal, yaitu :

a) Karena   terdapatnya   perbedaan   kemampuan   ekonomis   dalam  mencegah   penyakit   atau 

mendapatkan pelayanan kesehatan.

b) Karena   terdapatnya   perbedaan   sikap   hidup   dan   perilaku   hidup   yang   dimiliki.

(Azwar,Azrul). 

Menurut Noor,N.N (2000) menyebutkan berbagai variabel sangat erat hubungannya dengan 

status   sosial   ekonomi   sehingga   merupakan   karakteristik.   Status   sosial   ekonomi   erat 

Page 46: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

hubungannya   dengan   pekerjaan/jenisnya,   pendapatan   keluarga,   daerah   tempat 

tinggal/geografis,  kebiasaan hidup dan lain sebagainya. Status ekonomi berhubungan erat 

pula dengan faktor psikologi dalam masyarakat.

C. Penelitian Terkait

Selama   pembuatan   skripsi   ini   peneliti   menemukan   skripsi   peneliti   lain   yang 

membahas masalah yang sama dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu tentang 

”Hubungan   Tingkat   Pengetahuan,   Sikap   dan   Perilaku   Ibu   dengan   Waktu   Pemberian 

Imunisasi BCG”.

Page 47: Evaluasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di

Diposkan oleh setiyawati   di 07.22

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Tidak ada komentar:

Poskan KomentarPosting Lebih Baru Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

FEEDJIT

PENGIKUT

ARSIP BLOG

▼     2011  (2)

o ▼     Oktober  (2)

bisnis online kerja rumahan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberia... MENGENAI SAYA

setiyawatiLihat profil lengkapku

Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.