evaluasi kelayakan usaha pembenihan ikan patin pada alma ... · evaluasi kelayakan usaha pembenihan...
TRANSCRIPT
EVALUASI KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN
IKAN PATIN PADA ALMA FISH FARM
DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
Oleh
RINI RAHMAWATI
H24051595
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
Rini Rahmawati. H24051595. Evaluasi Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Patin
Pada Alma Fish Farm Di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Di bawah
bimbingan Budi Purwanto.
Luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau
alam, dan danau buatan mendekati 13 juta hektar, merupakan potensi alam yang
baik bagi pengembangan usaha budidaya perikanan air tawar. Salah satu budidaya
perikanan air tawar adalah budidaya ikan patin. Kegiatan pembenihan merupakan
kegiatan pokok atau kunci keberhasilan kegiatan pendederan dan pembesaran.
Tanpa kegiatan pembenihan, kegiatan lainnya tidak akan dapat berjalan karena
tentu akan memerlukan benih yang berasal dari kegiatan pembenihan.
Alma Fish Farm mulai dibangun pada awal tahun 2004. Alma Fish Farm
merupakan suatu usaha yang bergerak dalam budidaya ikan patin pada kegiatan
pembenihan. Tetapi pada pertengahan tahun 2010 usaha ini berhenti beroperasi
karena sulit beradaptasi dengan penurunan harga benih ikan patin dan kenaikan
biaya produksi terutama harga pakan benih berupa cacing sutera. Oleh karena itu
diperlukan suatu evaluasi kelayakan usaha. Evaluasi ini berguna untuk
mengetahui gambaran perusahaan jika ingin membuka kembali usahanya.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menghitung kelayakan usaha pembenihan ikan
patin, (2) Mengetahui faktor kritis, derajat titik kritis, dan risiko yang
mempengaruhi kelayakan usaha pembenihan ikan patin, (3) Mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi kelancaran usaha pembenihan ikan patin.
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari observasi lapangan dan wawancara dengan
petani ikan patin. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait
seperti Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Unit Pelaksana Teknis
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Perpustakaan Institut
Pertanian Bogor (IPB), penelusuran melalui internet, buku dan literatur-literatur
yang berkaitan dengan penelitian. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh
gambaran tentang aspek-aspek budidaya ikan patin yang dilakukan yaitu meliputi
analisis aspek teknis, aspek organisasi-manajerial, dan aspek pasar. Analisis
kuantitatif meliputi analisis kelayakan finansial budidaya ikan patin. Analisis
kelayakan finansial ini menggunakan perhitungan kriteria-kriteria invesatasi
yaitu, NPV, IRR, BCR, PBP, BEP dan analisis sensitivitas. Data kuantitatif yang
dikumpulkan, diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan ditampilkan
dalam bentuk tabulasi untuk memudahkan pembacaan dan diberikan penjelasan
secara deskriptif.
Berdasarkan hasil analisis kualitatif, dilihat dari aspek pemasaran, Alma
Fish Farm memiliki segmen usaha yang ada di sekitar Bogor, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Sumatera Selatan, sampai dengan Kalimantan. Target usaha ini yaitu
petani pembesaran ikan patin dan petani pengumpul benih patin. Dilihat dari
aspek teknis bahan baku yang dibutuhkan diperoleh dari daerah sekitar Bogor.
Dilihat dari aspek manajemen, Alma Fish Farm dipimpin oleh seorang pemilik
dan dibantu oleh 8 orang tenaga kerja yang terdiri dari 2 orang tenaga kerja tetap
yang bekerja di bagian pemijahan dan perawatan larva, dan 6 orang tenaga kerja
tidak tetap bekerja di bagian penghitungan benih saat ada transaksi pembelian,
pengepakan, dan mencari cacing sutera.
Berdasarkan hasil analisis kuantitatif, diperoleh NPV = 153.983.555, IRR
= 51 persen, BCR = 2,95, PBP = 2,34, BEP (Rp) = 310.083.025, dan BEP (Q) =
1.946.422. Berdasarkan hasil analisis kualitatif dan kuantitatif, Alma Fish Farm
layak untuk dijalankan. Usaha pembenihan dapat dijalankan kembali jika harga
benih mulai naik. Berdasarkan analisis sensitivitas diperoleh faktor kritis
penurunan harga jual benih ikan patin dengan derajat titik kritis sebesar 25,79
persen, faktor kritis kenaikan tingkat kematian benih ikan patin dengan derajat
titik kritis 25,79 persen yang menyebabkan usaha memiliki keuntungan normal
(NPV = 0, IRR = 8%, BCR = 1,00, PBP = 10 tahun). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kelancaran usaha pembenihan ikan patin pada Alma Fish Farm
adalah perencanaan usaha, pembuatan anggaran, kualitas produk, dan pemilihan
teknologi.
EVALUASI KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN
IKAN PATIN PADA ALMA FISH FARM
DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
RINI RAHMAWATI
H24051595
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul Skripsi : Evaluasi Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Patin Pada Alma
Fish Farm Di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor
Nama : Rini Rahmawati
NIM : H24051595
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
Ir. Budi Purwanto, ME
NIP 19630705 199403 1 003
Mengetahui:
Ketua Departemen,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M. Sc
NIP 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Rini Rahmawati dilahirkan di Banjarnegara pada tanggal 9 September
1987, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sutardi dan
Ibu Nur Soimah.
Lulus tahun 1993 dari TK Mawar Bogor, melanjutkan pendidikan di SD
Negeri Sindang Sari Bogor lulus tahun 1999. Tahun 1999 melanjutkan pendidikan
di SLTP Negeri 8 Bogor lulus tahun 2002 dan melanjutkan ke SMU Negeri 6
Bogor lulus tahun 2005. Tahun 2005 diterima sebagai mahasiswa Institut
Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Tahun 2006
pendidikan mayor Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa aktif dalam keorganisasian kampus, antara lain
bendahara UKM Agrifarma tahun 2005-2006, staf divisi Kajian Islam SES-C
(Sharia Economic Student Club) tahun 2006-2007. Bergabung dalam kegiatan
softskill Departemen Manajemen yaitu BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) tahun
2007. Aktif dalam kegiatan yang diadakan kampus antara lain PJK MPKMB
(Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru) Angkatan 43, staf Konsumsi pada
5th
Economic Contest (2007), staf konsumsi pada acara 3th
SEASON (Sharia
Economic at Seminar and Expo).
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan
Ikan Patin Pada Alma Fish Farm di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor”.
Skripsi ini disusun sebagai syarat kelulusan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Petanian Bogor.
Budidaya perikanan ikan air tawar memiliki potensi yang baik untuk
dikembangkan karena luas perairan umum Indonesia mendekati 13 juta hektar.
Salah satu budidaya perikanan air tawar adalah budidaya ikan patin. Kegiatan
pembenihan pada budidaya ikan patin merupakan pangkal kegiatan dari budidaya
ikan patin. Tahun 2009 produksi benih ikan patin di Bogor mengalami penurunan
dan banyak petani pembenihan yang mengalami tutup usaha. Oleh karena itu
dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kelayakan usaha pembenihan
ikan patin.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
maka kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat terutama
bagi pihak-pihak yang yang berkepentingan. Amin.
Bogor, Juni 2011
Penulis
TERIMA KASIH
Penyusunan skripsi ini dibantu oleh berbagai pihak, baik secara moril
maupun materil. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga
kepada:
1. Bapak Ir. Budi Purwanto, ME, sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia
memberikan bimbingan, arahan dan motivasi serta perhatiannya yang sangat
berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM, dan Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM,
sebagai dosen penguji dalam ujian skripsi. Terima kasih atas saran dan
masukan, sehingga penulis dapat memperbaiki karya akhir ini.
3. Seluruh Staf pendidik dan staf kependidikan di Departemen Manajemen,
seluruh pendidik yang selalu membantu penulis selama menempuh pendidikan
di IPB.
4. Bapak Syaiful Anwar, S.Ag. pemilik usaha pembenihan ikan patin yang
berkenan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
5. Bapak Dedi, Bapak Bejo, Bapak Bambang, dan petani-petani pembenihan
ikan patin lainnya yang telah memberikan informasi dalam penyusunan skripsi
ini.
6. Ibu Rita, Bapak Imza, serta seluruh staf Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor yang telah memberikan informasi dalam skripsi ini.
7. Bapak, Ibu, Fenny, Ana, serta keluarga besar yang selalu memberikan curahan
kasih sayang, doa yang tulus, semangat, kesabaran, inspirasi hidup, dan
dukungan yang tiada hentinya.
8. Guruh Afriantho atas segenap perhatian, motivasi dan bantuan yang tiada
hentinya, juga seluruh Cyber Crew yang membantu penyelesaian skripsi
penulis.
9. Mba Sri, Upi, Ayu, Teh Eti, Teh Asti atas doa, motivasi, dan nasihat-nasihat
yang sangat berharga.
10. Zulrasyida “Izul” Amalia yang memberikan banyak saran dan motivasi. Fury
Chintiya Dhewi yang memberikan semangat untuk terus maju, dan sahabat-
sahabat lainnya (Linda, Putri, dan Firdha) yang selalu memberikan semangat
dan dukungannya.
11. Fery “Pei”, Santa, Ayu, Mbak Dewi, Didit, Gema, serta rekan-rekan IPB
lainnya atas bantuan yang telah diberikan selama menyusun skripsi ini.
12. Rekan-rekan di kelas B01 dan Departemen Manajemen angkatan 42 atas
kebersamaannya selama kuliah.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi
kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT. Amin.
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
TERIMA KASIH .......................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................ 5
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8
1.5. Ruang Lingkup ............................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 9
2.1. Agribisnis Budidaya Ikan Patin ...................................................... 9
2.1.1 Produksi .............................................................................. 9
2.1.2 Konsumsi ............................................................................ 11
2.1.3 Pemasaran ........................................................................... 11
2.1.4 Harga ................................................................................... 11
2.1.5 Persyaratan dan Kesesuaian Teknis Usaha Pembenihan
Ikan Patin ............................................................................ 13
2.1.6 Budidaya Pembenihan Ikan Patin ....................................... 14
2.2. Evaluasi Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Patin ....................... 20
2.2.1 Batasan ................................................................................ 21
2.2.2 Aspek Pasar dan Pemasaran ............................................... 21
2.2.3 Aspek Legal ........................................................................ 22
2.2.4 Aspek Teknis ...................................................................... 24
2.2.5 Aspek Manajemen dan Organisasi ..................................... 24
2.2.6 Aspek Finansial .................................................................. 24
2.3. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 25
III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 27
3.1. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 27
3.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 30
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 30
3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 30
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 30
3.5.1 Analisis Aspek Teknis ........................................................ 31
3.5.2 Analisis Aspek Manajemen dan Organisasi ....................... 31
3.5.3 Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran ................................. 31
3.5.4 Analisis Aspek Finansial .................................................... 31
3.5.5 Analisis Sensitivitas ............................................................ 33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 34
4.1. Gambaran Umum Usaha ................................................................ 34
4.2. Manajemen Usaha .......................................................................... 34
4.3. Aspek Teknis Usaha Pembenihan Ikan Patin ................................. 35
4.3.1 Investasi .............................................................................. 35
4.3.2 Modal Kerja ........................................................................ 38
4.3.3 Proses Pembenihan Ikan Patin ............................................ 42
4.4. Aspek Pasar dan Pemasaran Usaha Pembenihan Ikan Patin .......... 48
4.4.1 Mengukur Permintaan Saat Ini ........................................... 48
4.4.2 Menetapkan Pasar Sasaran ................................................. 48
4.4.3 Bauran Pemasaran .............................................................. 49
4.5. Aspek Finansial .............................................................................. 52
4.5.1 Asumsi-asumsi .................................................................... 52
4.5.2 Investasi dan Pengembangan .............................................. 53
4.5.3 Modal Kerja ........................................................................ 54
4.5.4 Proyeksi Pendapatan ........................................................... 56
4.5.5 Kriteria Kelayakan .............................................................. 56
4.6. Faktor Kritis, Derajat Titik Kritis, dan Risiko Usaha Pembenihan
Ikan Patin ........................................................................................ 58
4.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Usaha Pembenihan
Ikan Patin ........................................................................................ 60
4.7.1 Perencanaan Usaha dan Pembuatan Anggaran ................... 60
4.7.2 Kualitas Produk dan Pemilihan Teknologi ......................... 61
4.8. Implikasi Manajerial ....................................................................... 62
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 65
Kesimpulan .............................................................................................. 65
Saran ........................................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 67
LAMPIRAN ................................................................................................... 68
DAFTAR TABEL
No Halaman 1 Perkembangan Produksi Ikan Konsumsi di Kabupaten Bogor
Tahun 2006-2009 .............................................................................. 2
2 Data Produksi Benih Ikan Patin Pada Alma Fish Farm Tahun
2004 - 2010 ....................................................................................... 4
3 Perkembangan Produksi Benih Ikan di Kabupaten Bogor Tahun
2007 – 2009 ....................................................................................... 10
4 Perkembangan Konsumsi Ikan Di Kabupaten Bogor Tahun
2004-2008 ......................................................................................... 11
5 Perkembangan Harga Rata-rata Komoditas Perikanan di Tingkat
Konsumen di Kabupaten Bogor Tahun 2006 - 2008 ........................ 12
6 Ringkasan Biaya Investasi Usaha Pembenihan Ikan Patin ............... 54
7 Ringkasan Biaya Modal Kerja Usaha Pembenihan Ikan Patin ......... 55
8 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembenihan Ikan
Patin Pada Tingkat Suku Bunga 8 Persen ......................................... 57
9 Hasil Analisis Sensitivitas Usaha Pembenihan Ikan Patin Pada
Tingkat Suku Bunga 8 Persen ........................................................... 59
DAFTAR GAMBAR
No Halaman 1 Skema Jalur Pemasaran Ikan Patin dari Daerah Produksi ................ 5
2 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 29
3 Beberapa Fasilitas Pembenihan Ikan Patin Pada Alma Fish Farm ... 37
4 Pakan Benih Ikan Patin Berupa Artemia dan Cacing Sutera ............ 40
5 Hormon Buatan Untuk Kegiatan Pemijahan Ikan Patin ................... 41
6 Alur Distribusi Benih Ikan Patin pada Alma Fish Farm ................... 51
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman 1 Pola Tanam Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish Farm ............. 69
2 Tata Letak Usaha Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish Farm .... 70
3 Rincian Biaya Investasi Usaha Pembenihan Ikan Patin ................... 71
4 Rincian Biaya Modal Kerja Usaha Pembenihan Ikan Patin ............. 72
5 Rincian Biaya Pembelian dan Penjualan Induk Usaha Pembenihan
Ikan Patin pada Alma Fish Farm ..................................................... 73
2 Kebutuhan Fisik Usaha Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish
Farm .................................................................................................. 74
3 Daftar Harga Barang Usaha Pembenihan Ikan Patin pada Alma
Fish Farm .......................................................................................... 76
4 Kebutuhan Dana Usaha Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish
Farm .................................................................................................. 78
5 Perhitungan Biaya Penyusutan Aset ................................................. 80
6 Rekapitulasi Biaya Operasional (Biaya Tetap dan Biaya Tidak
Tetap) ................................................................................................. 81
11 Cashflow pada Alma Fish Farm ....................................................... 82
12 Perhitungan PBP pada Alma Fish Farm ........................................... 83
13 Perhitungan BEP pada Alma Fish Farm ........................................... 84
14 Cashflow Penurunan Harga Jual Benih Ikan Patin sebesar 25,79
Persen pada Alma Fish Farm ............................................................ 85
15 Perhitungan PBP Penurunan Harga Jual Benih Ikan Patin sebesar
25,79 Persen pada Alma Fish Farm .................................................. 86
16 Perhitungan BEP Penurunan Harga Jual Benih Ikan Patin sebesar
25,79 Persen pada Alma Fish Farm ................................................. 87
17 Cashflow Kenaikan Harga Pakan Benih Ikan Patin sebesar 50
Persen pada Alma Fish Farm ............................................................ 88
18 Perhitungan PBP Kenaikan Harga Pakan Benih Ikan Patin sebesar
50 Persen pada Alma Fish Farm ....................................................... 89
19 Perhitungan BEP Kenaikan Harga Pakan Benih Ikan Patin sebesar
50 Persen pada Alma Fish Farm ....................................................... 90
20 Cashflow Kenaikan Tingkat Kematian Benih Ikan Patin sebesar
25,79 Persen pada Alma Fish Farm .................................................. 91
21 Perhitungan PBP Kenaikan Tingkat Kematian Benih Ikan Patin
Sebesar 25,79 Persen pada Alma Fish Farm ..................................... 92
22 Perhitungan BEP Kenaikan Tingkat Kematian Benih Ikan Patin
Sebesar 25,79 Persen pada Alma Fish Farm .................................... 93
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau
alam, dan danau buatan mendekati 13 juta hektar, merupakan potensi alam
yang baik bagi pengembangan usaha budidaya perikanan air tawar. Salah satu
budidaya perikanan air tawar adalah budidaya ikan patin. Ikan patin termasuk
dalam famili pangasidae dan dikenal dengan nama lokal patin, jambal, atau
pangasius (Prahasta dan Masturi, 2009).
Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra produksi ikan konsumsi di
Jawa Barat yang memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan.
Perkembangan produksi ikan konsumsi di Kabupaten Bogor tahun 2006
sampai 2007 mengalami peningkatan sebesar 2,43 persen. Tahun 2006 ikan
konsumsi yang diproduksi di kabupaten bogor adalah sebesar 23.141 ton ikan
dan naik pada tahun 2007 menjadi 23.703 ton ikan. Pada tahun 2006 ikan
konsumsi yang banyak diproduksi adalah ikan mas (9.924,55 ton), ikan lele
(6.487,07 ton), dan ikan nila (3.324,18 ton). Namun pada tahun 2007, ikan
mas dan lele mengalami penurunan produksi. Ikan mas mengalami penurunan
sebesar 13,03 persen menjadi 8.631,50 ton dan ikan lele mengalami
penurunan sebesar 1,75 persen menjadi 6. 373,75 ton. Sedangkan untuk ikan
nila mengalami kenaikan sebesar 32,77 persen pada tahun 2007 menjadi
4.418,75 ton.
Menurut laporan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor
tahun 2009 terdapat 105 unit usaha rakyat ikan patin skala mikro perorangan
yang terdaftar di wilayah Bogor dengan rincian 84 unit usaha pada kegiatan
pembenihan dan 21 unit usaha pada kegiatan pembesaran. Di Kecamatan
Ciampea terdapat 47 unit usaha rakyat skala mikro dengan rincian 39 unit
usaha pada kegiatan pembenihan dan 8 unit usaha pada kegiatan pembesaran.
Di Desa Cihideung Ilir sendiri terdapat 10 unit usaha pada kegiatan
pembenihan ikan patin.
Produksi ikan konsumsi di Kabupaten Bogor tahun 2006 sampai 2009
mengalami peningkatan. Produksi tiap komoditas ikan konsumsi mengalami
fluktuasi. Komoditas ikan patin sebagai ikan konsumsi mengalami
peningkatan pada tahun 2007 dan 2009 tetapi mengalami penurunan pada
tahun 2008. Perkembangan produksi ikan konsumsi di Kabupaten Bogor
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Produksi Ikan Konsumsi di Kabupaten Bogor
Tahun 2006-2009
No Jenis Ikan Produksi (Ton)
2006 2007 2008 2009
1 Patin 724,00 1.020,00
(40,88)
571,76
(-43,95)
584,84
(2,29)
2 Bawal 630,00 849,40
(34,83)
904,91
(6,54)
2.026,14
(123,91)
3 Nila 3.328,13 4.418,75
(32,77)
3.494,96
(-20,91)
1.842,17
(-47,29)
4 Tawes 355,10 430,00
(21,09)
278,80
(-35,16)
75,76
(-72,83)
5 Gurame 1.424,00 1.719,00
(20,72)
1.854,82
(7,90)
1.946,43
(4,94)
6 Sepat Siam 12,00 12,10
(0,83)
2,43
(-79,92)
2,24
(-7,82)
7 Tambakan 173,00 173,00
(0,00)
48, 50
(-71,97)
33,67
(-30,58)
8 Lele 6.487,07 6.373,75
(-1,75)
9.744,80
(52,89)
18.315,02
(87,95)
9 Nilam 15,00 13,70
(-8,67)
8,23
(-39,93)
2,10
(-74,46)
10 Mas 9.924,55 8.631,50
(-13,03)
8.124,35
(-5,88)
3.859,62
(-52,49)
11 Mujair 32,00 24,30
(-24,06)
29,21
(20,21)
31,68
(8,46)
12 Lain-lain 36,15 37,50
(3,73)
24,52
(-34,61)
23,05
(-6,14)
Jumlah 23.141,00 23.703,00
(2,43)
25.087,29
(5,84)
28.742,72
(14,57) Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Tahun 2009
Angka dalam kurung adalah pertumbuhan per tahun dalam persen
Ikan patin merupakan jenis ikan yang hidup di perairan umum dan
banyak ditemukan pada perairan sungai di Sumatera dan Kalimantan. Ikan
patin yang paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia yaitu
Patin Siam (Pangasius hypopthalmus). Saat ini kegiatan budidaya ikan patin
sudah banyak dilakukan di kolam, waduk, ataupun keramba. Ikan patin
merupakan salah satu jenis ikan tawar yang memiliki nilai ekonomis yang
tinggi dan prospek yang baik untuk dijual di dalam negeri maupun di luar
negeri.
Menurut Prahasta dan Masturi (2009) ikan patin merupakan ikan
konsumsi, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung
berwarna kebiru-biruan. Dagingnya memiliki kandungan kalori dan protein
yang tinggi, rasanya khas, enak, dan gurih. Keunggulan ikan patin
dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya diantaranya tidak memiliki sisik
dan tidak banyak duri sehingga aman dan mudah dikonsumsi, daging
berwarna putih, dagingnya gurih, respon terhadap pakan tinggi, dan bergizi
tinggi. Ikan patin memiliki kadar kolesterol yang rendah jika dibandingkan
dengan daging ternak, sehingga dinilai lebih aman untuk kesehatan.
Kegiatan pembenihan merupakan kegiatan pokok atau kunci keberhasilan
kegiatan pendederan dan pembesaran. Tanpa kegiatan pembenihan, kegiatan
lainnya tidak akan dapat berjalan. Kegiatan pendederan dan pembesaran tentu
akan memerlukan benih yang berasal dari kegiatan pembenihan (Khairuman
dan Sudenda, 2009).
Usaha budidaya ikan patin di daerah Ciampea sudah ada sejak tahun
1995, sebagian besar dari usaha budidaya tersebut bergerak pada kegiatan
pembenihan ikan patin. Salah satu contoh petani ikan patin yang akan dibahas
dalam skripsi ini adalah Alma Fish Farm dengan pemiliknya yang bernama
Syaiful Anwar, S.Ag. Usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm dikelola
oleh pemilik secara langsung dibantu oleh dua orang karyawan tetap dan
empat orang karyawan tidak tetap yang berasal dari daerah sekitar dengan
tingkat pendidikan SMA. Karyawan bertanggung jawab pada kegiatan
operasional harian. Oleh karena itu dalam kegiatan pembenihan ikan patin
dilakukan pengorganisasian mengenai struktur organisasi yang dirancang,
pembagian kerja, koordinasi, pelimpahan wewenang, dan prestasi organisasi
yang diinginkan. Sedangkan masalah yang dihadapi oleh Alma Fish Farm
saat ini adalah perusahaan sementara berhenti dan dialih kontrak dengan
perusahaan sejenis.
Alma Fish Farm mulai dibangun pada awal tahun 2004. Alma Fish Farm
merupakan suatu usaha yang bergerak dalam budidaya ikan patin pada
kegiatan pembenihan. Alma Fish Farm ini merupakan usaha perorangan yang
dimiliki oleh Bapak Syaeful Anwar, S. Ag. sebagai pemilik sekaligus kepala
perusahaan.
Alma Fish Farm membuka usahanya dengan kapasitas produksi 100.000
ekor benih dengan ukuran 1 inchi yang dipelihara dalam 36 akuarium.
Produksi benih dari tahun ke tahun meningkat tetapi harga jual benih
mengalami penurunan. Alma Fish Farm mengalami tutup usaha sementara
pada bulan Mei tahun 2010 karena tingginya biaya sarana produksi akibat
harga pakan benih yang tinggi tetapi harga benih mengalami penurunan. Data
produksi Alma Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Produksi Benih Ikan Patin Pada Alma Fish Farm Tahun
2004 - 2010
Tahun Banyak
Siklus
Harga Benih
per 1 inchi
Banyak
Akuarium
(buah)
Produksi Benih
(ekor)
2004 6 90 36 100.000 – 150.000
2005 6 90 – 100 36 100.000 – 150.000
2006 6 90 – 100 45 150.000 – 180.000
2007 6 80 – 90 45 150.000 – 180.000
2008 4 70 – 75 70 200.000 – 250.000
2009 4 50 – 55 90 250.000 – 300.000
2010 1 40 - 45 90 250.000 – 300.000 Sumber: Wawancara bersama Pemilik Alma Fish Farm, 5 Juni 2011
Pengelolaan sumber daya perairan yang telah dilakukan belum
menunjukkan hasil yang memuaskan, artinya peningkatan produksi perikanan
harus diupayakan dengan memanfaatkan semua potensi perikanan yang
dimiliki, seperti teknologi budidaya yang mempunyai produktivitas yang
tinggi. Sehubungan dengan semakin jenuhnya perikanan tangkap Indonesia
dan semakin dekatnya produksi perikanan Indonesia mencapai potensi lestari,
maka peningkatan dan promosi upaya produksi melalui teknik budidaya ikan
akan semakin penting.
Rantai tata niaga ikan patin relatif ringkas dan efisien, sehingga harga
yang diterima pembudidaya sekitar 80-90% dari harga yang dibayar oleh
konsumen. Pemasaran produk ikan patin dilakukan secara langsung kepada
pedagang pengumpul atau agen tanpa melalui pedagang perantara. Pedagang
pengumpul merupakan pedagang benih ikan, pakan, dan peralatan perikanan.
Untuk menjamin stok ikan patin, pedagang pengumpul atau agen memiliki
kolam penampungan sementara.
Pedagang pengumpul menjual ikan patin langsung kepada pengecer di
pasar lokal maupun pedagang pengumpul atau agen di luar daerah. Pedagang
pengecer di pasar-pasar menjual kepada konsumen rumah tangga dan rumah
makan atau warung (Prahasta dan Masturi, 2009). Rantai pemasaran ikan
patin tersebut digambarkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema Jalur Pemasaran Ikan Patin Dari Daerah Produksi
(Prahasta dan Masturi, 2009)
1.2. Perumusan Masalah
Produksi ikan patin sebagain besar dikelola oleh masyarakat secara
tradisional dengan menggunakan keramba sungai, kolam dan keramba jaring
apung. Proses pembenihannya memerlukan pengetahuan tersendiri, sehingga
tidak semua petani ikan air tawar dapat mengawinkan induk ikan patin jantan
dan betina. Meski demikian, potensi ikan patin belum sepenuhnya tergarap
karena lemahnya daya dukung dan industri pengolahan. Keterbatasan industri
pengolahan ikan patin menyebabkan produk yang diekspor umumnya
merupakan produk ikan segar sehingga tidak menghasilkan nilai tambah
produk. Selain itu pengembangan ikan patin terkendala oleh pembenihan
dengan harga jual benih ikan patin saat ini yang tidak menentu.
Menurut wawancara dengan petani ikan dan Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Bogor, budidaya ikan patin di Indonesia secara umum
memiliki sentra produksi yang berada di wilayah Jawa Barat, Kalimantan,
dan Sumatera. Salah satu sentra produksi ikan patin di Jawa Barat adalah
Petani/
Produsen
Pedagang
Pengumpul/
Agen
Pedagang
Pengumpul dari
Luar Daerah
Pedagang
Pengecer
Luar
Daerah
Konsumen
Akhir
Pedagang
Pengecer
Bogor yang lebih banyak bergerak pada kegiatan pembenihan. Hal ini terjadi
karena kondisi cuaca dan iklim yang menunjang dalam hal PH air, pakan
berupa cacing sutera yang banyak ditemukan, serta perkembangan teknologi
penyuntikan yang baik. Berbeda dengan wilayah Kalimantan dan Sumatera
yang difokuskan pada usaha pembesaran, sehingga tak jarang benih ikan patin
yang dibesarkan berasal dari Jawa Barat. Kegiatan bisnis ikan patin yang
terpotong-potong dalam rantai bisnis yang berbeda dengan lokasi terpisah
menyebabkan biaya angkut produk semakin besar untuk petani pembesaran.
Pengembangan usaha ikan patin di Bogor, khususnya di Ciampea berada
dalam kegiatan pembenihan dengan pasar mencakup wilayah Bogor dan luar
daerah, seperti Kerawang, Sukabumi, Solo, Palembang, Riau, Jambi, dan
Kalimantan. Usaha pembenihan ikan patin di daerah Ciampea sudah ada sejak
tahun 1995 dan menjadi salah satu sentra usaha pembenihan ikan patin yang
ada di Bogor.
Harga jual benih patin di Ciampea dipengaruhi oleh harga benih di pasar
Parung, sehingga harga jual benih di bawah atau setara dengan harga jual di
Parung. Hal ini karena petani Parung memiliki kelompok tani yang
organisasinya sudah baik, sedangkan petani Ciampea cenderung memiliki
usaha secara perorangan.
Keuntungan yang didapatkan petani untuk pembenihan ikan patin
cenderung menurun selama dua tahun terakhir karena daerah konsumen benih
patin banyak yang memiliki hatchery sendiri. Selain itu dengan adanya krisis
global tahun 2008 dan inflasi menyebabkan sarana produksi cenderung
bertambah mahal. Hal ini terlihat dari naiknya pakan pokok benih berupa
artemia dan cacing sutera. Harga cacing sutera tergantung dengan cuaca. Saat
musim hujan cacing jarang ditemukan di sungai-sungai karena terbawa arus
yang lebih besar daripada saat musim kemarau.
Usaha pembenihan patin tergolong usaha yang unik. Teknik pembenihan
yang dilakukan di setiap usaha cenderung memiliki perbedaan, tergantung
kondisi sarana dan teknik pembenihan. Petani benih yang satu memiliki
kemungkinan keberhasilan menghasilkan benih yang berbeda dengan petani
benih lainnya walaupun menggunakan teknik yang sama. Saat petani
melakukan proses pemijahan sampai perawatan, jika benih yang dihasilkan
memiliki kualitas yang baik maka petani mendapatkan keuntungan yang
besar. tetapi jika terjadi kesalahan, disengaja ataupun tidak mengakibatkan
terjadinya ancaman gagal panen. Hal seperti ini menyebabkan biaya produksi
tinggi.
Usaha yang dijalankan oleh Alma Fish Farm masih tergolong skala usaha
perikanan rakyat dan belum ada kewajiban dalam pendaftaran izin usaha ke
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Tata cara pendaftaran
usaha berpedoman pada Keputusan Bupati Bogor tahun 2004 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 8 Tahun
2003 tentang Izin Usaha Peternakan dan Perikanan. (Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Bogor, 2009).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah
dalam kegiatan usaha pembenihan ikan patin diantaranya sebagai berikut.
1. Bagaimana kelayakan usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm?
2. Apa saja faktor kritis dan risiko yang mempengaruhi kelayakan usaha
pembenihan ikan patin Alma Fish Farm?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran usaha pembenihan
ikan patin Alma Fish Farm?
1.3. Tujuan Penelitian
Usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm telah berjalan sejak tahun
2004. Benih ikan patin dipilih karena memiliki nilai komersial yang baik dan
kondisi lingkungan tempat usaha yang cocok untuk pembenihan ikan patin.
Evaluasi kelayakan usaha merupakan suatu usaha untuk mengetahui sejauh
mana tingkat keberhasilan pelaksanaan usaha, apakah usaha tersebut berjalan
sesuai rencana dan akan memberikan hasil seperti yang diharapkan. Evaluasi
kelayakan usaha pembenihan ikan patin dilakukan untuk usaha pembenihan
yang sudah berjalan dan untuk mengevaluasi keberlanjutan usaha
pembenihan ikan patin di masa depan.
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Menghitung kelayakan usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm.
2. Mengetahui tingkat faktor kritis dan risiko yang mempengaruhi kelayakan
usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran usaha
pembenihan ikan patin Alma Fish Farm.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai bahan informasi
dan pertimbangan keputusan bagi pihak-pihak yang memerlukan, yaitu petani
ikan patin Alma Fish Farm dan calon pengusaha ikan patin. Bagi Alma Fish
Farm, hasil ini dapat berguna sebagai salah satu masukan dan evaluasi usaha
yang telah dijalankan. Dan juga sebagai salah satu bahan informasi untuk
penelitian serupa di daerah ini maupun di daerah lain.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian ini difokuskan pada aspek kualitatif dengan menganalisis
aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, dan aspek legal, serta
aspek kuantitatif dengan menganalisis kriteria-kriteria investasi. Proses
perhitungan digunakan berbagai asumsi untuk mendapatkan hasil kriteria
investasi dan sensitivitas yang diinginkan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Agribisnis Budidaya Ikan Patin
Budidaya ikan patin lokal di Indonesia mulai dirintis sejak tahun 1985,
setelah Balai Penelitian Perikanan Air Tawar berhasil mengembangkan ikan
patin ini, tetapi belum disebarluaskan kepada masyarakat. Sampai tahun
1991, produksi ikan patin diperoleh dengan cara menangkap pada perairan
umum di Sumatera dan Kalimantan dengan menggunakan peralatan
tradisional seperti jarring, pancing, sero, bubu, dan lain-lain.
Cara penangkapan seperti itu, produksi ikan patin sangat terbatas.
Meningkatnya aktivitas pembangunan yang merusak lingkungan juga
menyebabkan kualitas lingkungan perairan umum tidak dapat dipertahankan,
sehingga ikan patin terancam punah. Itulah sebabnya, pada tahun 1992,
pemerintah mendorong masyarakat di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa untuk
mengembangkan budidaya ikan patin siam yang induknya didatangkan dari
Thailand (Prahasta dan Masturi, 2009).
2.1.1 Produksi
Menurut Khairuman dan Sudenda (2009), dalam segi produksi ada
beberapa hal yang merupakan keunggulan ikan patin. Pertama, ikan patin
termasuk salah satu ikan yang rakus terhadap makanan, dalam usia enam
bulan saja, ikan patin sudah bisa mencapai panjang antara 35 - 40 cm.
Kedua, tempat pemeliharaan tidak memerlukan air yang mengalir, tidak
seperti pemeliharaan ikan mas atau tawes. Bahkan di perairan yang
kandungan oksigennya rendah sekalipun, ikan patin masih dapat hidup
dan berkembang, seperti ikan lele. Di beberapa daerah sentra ikan patin,
seperti Sumatera dan Kalimantan, ikan patin dengan mudah banyak
ditemui di sungai-sungai dan danau, karena ikan ini merupakan ikan yang
hidup di perairan umum. Masalahnya, kualitas lingkunagn perairan
umum tidak selamanya dapat dipertahankan akibat tingginya aktivitas
pemanfaatan sumber daya alam, termasuk untuk hal-hal yang
kontraproduktif yang tidak memperhatikan sumberdaya alam lainnya.
Akibatnya lingkungan hidup patin ikut terancam. Maka, salah satu upaya
mempertahankannya adalah melalui kegiatan pembudidayaan ikan patin.
Tabel 3. Perkembangan Produksi Benih Ikan di Kabupaten Bogor
Tahun 2007 -2009
No Jenis Ikan Produksi (Ribu Ekor)
2007 2008 2009
1 Mas 187.847,00 166.502,00
(-11,36 )
56,663.190
(-65.97)
2 Nila 98.438,00 109.580,00
(11,32)
35,700.400
(-67.42)
3 Nilem 701,00 397,00
(-43,37)
0.000
(-100.00)
4 Mujair 1.097,00 2.181,00
(98,81)
693.060
(-68.22)
5 Gurame 78.770,00 92.282,00
(17,15)
36,166.890
(-60.81)
6 Tawes 18.940,00 9.459,00
(-50,06)
5,510.480
(-41.74)
7 Patin 58.126,00 79.893,00
(37,45)
26,358.490
(-67.01)
8 Lele 227.482,00 244.634,00
(7,54)
62,020.270
(-74.65)
9 Sepat Siam 659,00 488,00
(-25,95)
0.000
(-100.00)
10 Tambakan 8.285,00 6.051,00
(-26,96)
1,807.470
(-70.13)
11 Bawal 36.315,00 33.133,00
(-8,76)
622,191.810
(1,777.86)
Jumlah 716.660,00 744.600,00
(3,90)
847,112.06
(13.77) Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Tahun 2009
Angka dalam kurung adalah pertumbuhan per tahun dalam persen
Produksi benih ikan di Kabupaten Bogor tahun 2007 sampai tahun
2009 mengalami peningkatan. Tahun 2008 mengalami peningkatan
sebesar 3,9 persen dari 716.660.000 ekor pada tahun 2007 menjadi
744.600.000 ekor pada tahun 2008. Tahun 2009 mengalami peningkatan
pula meskipun untuk sebagian besar komoditas mengalami penururan
yang relatif besar. Pertumbuhan produksi benih ikan patin di Kabupaten
Bogor meningkat sebesar 37,45 persen dari 58.126.000 ekor pada tahun
2007 menjadi 79.893.000 ekor pada tahun 2008. Namun, tahun 2009
produksi benih mengalami penurunan yang relatif besar. Perkembangan
produksi benih ikan patin di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 3.
2.1.2 Konsumsi
Jumlah konsumsi ikan di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Tahun 2008 konsumsi ikan sebesar 19,8 kg per kapita
per tahun. Perkembangan konsumsi ikan di Kabupaten Bogor dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan Konsumsi Ikan Di Kabupaten Bogor Tahun
2004-2008
Konsumsi Ikan 2004 2005 2006 2007 2008
Kg/Kapita/
Tahun
17,30 17,73
(2,49%)
18,24
(2,88%)
18,80
(3,07%)
19,18
(2,02%) Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Tahun 2008
(Angka dalam kurung adalah pertumbuhan)
2.1.3 Pemasaran
Produksi ikan air tawar yang ada di Kabupaten Bogor selain
dipasarkan di Bogor juga dipasarkan di luar wilayah Bogor. Untuk
pemasaran benih pemasarannya meliputi Sukabumi, Indramayu, Cianjur,
Purwakarta, Sumatera, dan Kalimantan. Menurut Dinas Perikanan dan
Peternakan Kabupaten Bogor pada tahun 2005 permintaan untuk benih
sebesar 703.000.000 ekor dan mengalami peningkatan pada tahun 2006
sebesar 708.584.000 ekor. Untuk pemasaran ikan konsumsi meliputi
Jakarta, Bandung, Jawa Tengah, dan Cirebon.
Kondisi yang ada sekarang banyak petani ikan patin hanya bergerak
di pembenihan dan sedikit di kegiatan pembesaran. Kegiatan
pembenihan dilakukan untuk mendapatkan benih yang berkualitas
dengan ukuran sekitar ¾ inci sampai 1 inci, sedangkan pembesaran ikan
patin merupakan kegiatan menghasilkan ikan patin ukuran konsumsi
yaitu sekitar 0,3-1 kg.
2.1.4 Harga
Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam
pemasaran suatu produk karena harga adalah satu dari marketing mix /
bauran pemasaran (product, price, place, promotion / produk, harga,
distribusi, promosi). Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang
maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter. Harga merupakan
salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga
menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan
dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa. Menetapkan
harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun
jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat
diperoleh organisasi perusahaan. (http://www.organisasi.org).
Harga rata-rata komoditas perikanan di tingkat konsumen di
Kabupaten Bogor bervariasi. Pada tahun 2006 harga yang paling tinggi
adalah jenis ikan gurame yang mencapai harga Rp 22.800 dan setiap
tahunnya mengalami peningkatan harga. Harga yang paling rendah di
yahun 2006 adalah jenis ikan nilam yaitu Rp 9.083.
Harga rata-rata komoditas perikanan untuk jenis ikan patin pada
tahun 2006 adalah Rp 11.000 dan mengalami penurunan harga pada
tahun 2007 menjadi Rp 9.000. Namun, pada tahun 2008 ikan patin
mengalami peningkatan harga menjadi Rp 13.375. Tahun 2009 harga
rata-rata ikan patin di tingkat konsumen mengalami peningkatan menjadi
Rp 16.875 per kg. Perkembangan harga rata-rata komoditas perikanan di
Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Perkembangan Harga Rata-rata Komoditas Perikanan di
Tingkat Konsumen di Kabupaten Bogor Tahun 2006 -
2009
NO JENIS
IKAN
2006
(Rp/Kg)
2007
(Rp/Kg)
2008
(Rp/Kg)
2009
(Rp/Kg)
1. Gurame 22.800 22.800 28.167 36.042
2. Mas 12.000 12.000 18.958 21.375
3. Lele 10.125 10.000 13.917 14.167
4. Nila 9.417 9.000 12.708 15.042
5. Mujair 7.792 7.000 10.833 16.458
6. Nilam 9.083 11.000 13.542 15.458
7. Tawes 9.833 14.000 15.167 15.208
8. Belut 15.958 25.000 28.917 34.917
9. Patin 11.000 9.000 13.375 16.875
10. Tambakan 10.417 9.000 11.792 13.625 Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Tahun 2009
2.1.5 Persyaratan dan Kesesuaian Teknis Usaha Pembenihan Ikan Patin
Lokasi lahan untuk usaha pembenihan ikan patin sebaiknya di
dataran rendah dengan ketinggian tidak lebih dari 300 meter di atas
permukaan laut. Air yang dibutuhkan tidak perlu terlalu jernih asalkan
debitnya cukup untuk mengganti air kolam. Penggantian air dilakukan
setiap minggu dengan sumber air berasal dari sungai, waduk, danau, air
irigasi, air sumur, atau air PAM (Perusahaan Air Minum). Kualitas air
yang memenuhi syarat untuk pembenihan adalah oksigen 3-7 ppm, suhu
26-33 oC, pH air 7-8,5, karbondioksida tidak lebih dari 10 ppm, ammonia
dan asam belerang tidak lebih dari 0,1 ppm, dan kecerahan antara 30-45
centimeter (Kordi, 2005).
Menurut Kordi (2005) fasilitas pembenihan disesuaikan dengan
target produksi. Pembenihan ikan patin dapat dilakukan dalam skala kecil
atau HSRT (hatchery skala rumah tangga) ataupun skala besar atau HSL
(hatchery skala lengkap). Beberapa fasilitas yang dibutuhkan dalam
kegiatan pembenihan adalah sebagai berikut.
1. Kolam Pemeliharaan Induk
Kolam pemeliharaan induk berfungsi sebagai kolam khusus yang
digunakan untuk memelihara induk. Kolam ini digunakan sebagai
tempat membesarkan ikan-ikan yang kemudian dijadikan induk atau
memelihara ikan sampai matang gonad dan sebagai tempat induk-
induk ikan yang telah selesai dipijahkan. Ukuran kolam terantung dari
kebutuhan maupun lahan yang tersedia. Sebagai ikan yang menyukai
perairan dalam, maka kedalaman air di kolam induk diatur pada
kedalaman 100-150 cm.
2. Wadah Penetasan Telur
Wadah penetasan telur digunakan untuk menetaskan telur-telur yang
telah dibuahi. Penetasan telur patin dapat menggunakan akuarium, bak
fibreglas atau corong penetasan yang dilengkapi dengan aerator.
3. Wadah Pemeliharaan Larva
Wadah pemeliharaan larva digunakan untuk memelihara larva. Wadah
yang digunakan dapat berupa akuarium, bak fiberglass atau kolam
beton dengan ukuran tergantung dari kebutuhan. Sebuah akuarium
berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm dapat ditebar larva patin sebanyak
500 ekor.
4. Bak Pemberokan Induk
Bak ini digunakan untuk menyimpan atau menempatkan induk hasil
seleksi dari kolam pemeliharaan induk. Bak ini tidak perlu terlalu luas
dan tidak terlalu dalam karena fungsinya hanya sementara.
5. Bak Inkubasi
Bak inkubasi adalah bak yang digunakan untuk menyimpan induk
beberapa saat sebelum disuntik, sesudah disuntik, dan menunggu
waktu ovulasi.
6. Kolam Pemeliharaan Benih
Kolam pemeliharaan benih digunakan untuk memelihara anak ikan
pasca larva. Kolam dapat berupa kolam tanah, kolam beton, sawah,
atau akuarium.
7. Wadah Pakan
Wadah pakan digunakan untuk pemanpungan pakan atau wadah untuk
kultur pakan berupa akuarium, bak fiberglass atau bak beton. Ukuran
bak disesuaikan dengan keutuhan.
8. Perlengkapan Lain
Unit pembenihan harus memperoleh pasokan listrik untuk dapat
beroperasi, baik listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) maupun
generator. Energi listrik digunakan untuk menggerakkan aerasi,
pompa air, dan penerangan. Perlengkapan lain adalah sarana aerasi,
pompa air, timbangan, pemanas air, serokan, pH meter, DO-meter,
berbagai bahan dan perlengkapan untuk pemijahan benih, dan
sebagainya.
2.1.6 Budidaya Pembenihan Ikan Patin
Patin (Pangasius sp.) adalah salah satu ikan asli perairan Indonesia
yang telah berhasil di domestikasi. Patin tergolong ikan unggul karena
rasa dagingnya lezat dan gurih, merupakan ikan berukuran besar, respon
terhadap pakan buatan dan dalam pembudidayaannya tumbuh cepat.
Patin mempunyai bentuk tubuh memanjang, agak pipih, dan tidak
bersisik. Panjang tubuhnya dapat mencapai 120 cm. warna tubuh patin
pada bagian punggung keabu-abuan atau kebiru-biruan dan bagian perut
putih keperak-perakan. Kepala patin relatif kecil dengan mulut terletak
di ujung agak ke bawah. Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang
sungut (kumis) pendek yang berfungsi sebagai peraba.
Menurut Prahasta dan Masturi (2009), jika dilihat secara ilmiah
dalam taksonomi hewan atau sistematika hewan, ikan patin dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostarioplaysi
Subordo : Siluriodea
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius pangasius Ham. Buch.
Budidaya ikan meliputi domestikasi, pembenihan, pemilihan lokasi,
pembesaran, pengadaan pakan, dan penanggulangan hama dan penyakit.
Salah satu faktor penting dalam budidaya ikan patin adalah ketersediaan
benih dalan hal kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Hingga saat ini, patin
tidak dapat dipijahkan secara alami, sehingga pengadaan benihnya hanya
dapat dilakukan dengan cara pemijhan buatan (induced breeding), baik
dengan menggunakan kelenjar hipofisa maupun hormon komersial
(Kordi, 2005).
Menurut Hernowo (2001) dalam kegiatan usaha budidaya ikan,
dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pembenihan dan tahap
pembesaran. Tahap pembenihan dimulai dengan pengadaan benih hingga
diperoleh benih dengan umur tertentu. Usaha pembesaran merupakan
kelanjutan dari pembenihan, yaitu benih yang dibeli kemudian
dibesarkan hingga mencapai ukuran uatau umur konsumsi.
Menurut Kordi (2005) tahapan kegiatan pembenihan patin dari
teknis pemijahan sampai pemeliharaan benih adalah sebagai berikut:
1. Pemberokan dan penimbangan induk
Calon induk yang telah matang gonad dipisahkan dengan ikan-ikan
lainnya. Calon induk diberok dengan wadah tersendiri dengan cara
mempuasakan ikan selama 12-24 jam. Tujuannya agar kotoran keluar
sekaligus meyakinkan hasil seleksi induk betina. Induk-induk yang
matang gonad selanjutnya ditimbang untuk ditentukan jumlah hormin
yang akan disuntikkan.
2. Penyuntikan
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyuntikan adalah dosis, waktu,
letak dan frekuensi penyuntikan serta penanganan induk. Budidaya
pembenihan ikan patin saat ini dengan menggunakan hormon buatan.
Hormon buatan yang sering digunakan untuk merangsang ikan adalah
ovaprim yang dijual dalam bentuk cairan dalam kemasan ampul
(botol kecil). Biasanya setiap botol berisi 10 ml. Dosis yang
digunakan biasanya antara 0,5-0,75 ml/induk betina. Dosis tersebut
digunakan untuk dua kali penyuntikan. Penyuntikan pertama dengan
dosis 1/3 bagian, sedangkan 2/3 bagian sisanya diberikan pada
penyuntikan kedua. Selang waktu antara penyuntikan pertama dan
kedua sekitar 12 jam.
Penyuntikan induk jantan harus dilihat tingkat kematangannya. Bila
induk jantan sangat siap untuk memijah, artinya tanpa disuntik pun
sperma induk jantan dengan mudah dikeluarkan, maka induk jantan
tidak harus disuntik dengan ovaprim. Namun, bila induk jantan belum
terlalu matang, sebaiknya induk jantan disuntik ovaprim dengan 1/3
dari dosis yang digunakan untuk betina. Penyuntikan induk jantan
dilakukan bersamaan dengan penyuntikan kedua pada induk betina.
3. Pemijahan
Pemijahan patin dibantu dengan pemijatan (stripping). Caranya, jika
sudah waktunya, yaitu dekat dengan tanda-tanda ovulasi atau sekitar
8-12 jam dari penyuntikan kedua, induk betina ditangkap. Begitu juga
induk jantan. Induk dilap sampai tidak ada lagi air yang menetes.
Selanjutnya perut ikan betina diurut perlahan-lahan kearah belakang
dan telur yang keluar ditampung dalam piring beremail. Begitu juga
perut ikan jantan diurut perlahan, kemudian sperma yang keluar
ditampung dalam piring beremail. Kemudian telur dan sperma diaduk
sampai rata dengan menggunakan bulu ayam atau bulu angsa. Setelah
itu masukkan air bersih ke dalam wadah pembuahan dan pengadukan
tetap dilakukan. Pada saat ada air bersih tersebut, proses pembuahan
mulai berlangsung. Sperma yang tidak berhasil membuahi telur akan
mati setelah tiga menit. Telur kemudian dicuci dari sperma yang tidak
berhasil membuahi.
4. Penetasan telur
Wadah penetasan telur patin dapat berupa akuarium, hapa di dalam
kolam, bak semen atau corong petesasan yang dilengkapi dengan
aerator. Telur disebar merata di dalam wadah dan dijaga agar jangan
sampai bertumpuk. Untuk itu, telur disebar dengan telur ayam agar
telur-telur tidak pecah. Telur akan menetas pada 18-24 jam setelah
ovulasi pada suhu 29-30oC, kemudian larva mulai bergerak naik
turun.
5. Pemeliharaan dan Perawatan Larva
Larva berumur satu hari dapat dipindahkan ke wadah pemeliharaan
larva. Sebuah akuarium berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm dapat diisi
larva sebanyak 500 ekor. selama dua hari larva memanfaatkan kuning
telur pada tubuhnya. Bekal kuning telur mulai habis ketika memasuki
hari ke-3, sehingga segera diberi suspense kuning telur dan makanan
alami berupa kutu air, artemia, rotifer, dan jentik-jentik nyamuk. Pada
hari ke-5, larva sidah dapat diberikan pakan berupa tepung hati dan
pada hari ke-10 larva sudah dapat diberikan cincangan cacing sutera.
Jumlah pakan yang diberikan pada larva adalah sampai kenyang (ad
libitum).
6. Panen dan Pasca Panen
Faktor panen dan pascapanen yang baik akan meningkatkan
harga jual ikan dalam usaha budidaya ikan patin. Setelah dipanen ikan
harus selalu segar hingga sampai ke tangan konsumen. Penurunan
mutu ikan akan menyebabkan nilai jualnya menjadi rendah.
Menurut Kordi (2005) dalam pengangkutan benih ikan patin,
terdapat dua sistem pengangkutan, yakni sistem terbuka dan sistem
tertutup. Masing-masing sistem dipergunakan tergantung dari
keperluannya, terutama terhadap lama atau jarak pengangkutan benih.
Pengangkutan benih sistem terbuka umumnya dilakukan untuk
mengangkut ikan dalam jarak dekat atau relatif memerlukan waktu
yang tidak lama. Sebagai alat pengangkut benih dapat digunakan
ember, baskom, atau keramba pikulan. Namun dapat juga dilakukan
dengan alat lain misalnya container dari plastik dengan alat
pengangkut mobil.
Pengangkutan benih sistem tertutup umumnya diterapkan untuk
jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4 jam. Biasanya sistem
pengangkutan benih ini dilakukan dengan menggunakan mobil atau
pesawat terbang. Wadah yang digunakan adalah kantong plastik.
Untuk jarak dekat kantong plastik tidak perlu diisi oksigen, sedangkan
untuk jarak jauh kantong harus ditambah dengan gas oksigen. Dalam
satu kantong plastik biasanya diisi dengan sepuluh liter air bersih
dengan kapasitas benih 300 ekor/liter berukuran 3-5 cm. kantong
plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau
ditidurkan. Hal ini dimaksudkan untuk memperluas permukaan air
atau oksigen.
Setelah sampai di tempat tujuan, sebelum kantong plastik dibuka,
disiapkan terlebih dahulu larutan tetrasiklin 25 ppm dalam baskom
(satu kapsul tetrasiklin dalam sepuluh liter air bersih). Setelah
kantong plastik dibuka, ditambahkan air bersih yang berasal dari
kolam atau perairan setempat sedikit demi sedikit agar perubahan
suhu air dalam kantong terjadi perlahan-lahan sehingga mengurangi
stres benih ikan yang diangkut. Benih ikan lalu dipindahkan ke dalam
baskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2 menit.
Benih ikan patin dapat langsung ditebar ke dalam kolam atau
wadah pemeliharaan lainnya. Akan tetapi lebih baik, bila benih
dikarantina selama satu minggu dalam bak dan diberi makan
secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25
ppm selama tiga hari berturut-turut.
Menurut Kordi (2005) pemanenan ikan dalam kolam yang baik
dilakukan dengan mengeringkan kolam secara bertahap. Jika air
kolam sudah tersisa sedalam 20-30 cm, di bagian tengah dibuat parit
yang menuju ke pintu depan pintu air. Dasar kolam di dekat pintu
dibuatkan cekungan berbentuk kotak. Ikan-ikan akan berkumpul di
dalam cekungan tersebut. Pada saat itu pintu air kolam dihalangi
dengan papan agar air tidak habis. Selain itu, pintu kolam juga harus
diberi saringan agar ikan tidak melompat keluar. Agar ikan tetap
hidup, ikan di dalam cekungan ini harus dialiri air yang segar.
Selanjutnya ikan-ikan ditangkap dengan seser (jaring tangan) dan
dipindahkan ke dalam wadah-wadah penampung yang sudah
disediakan.
Pascapanen ikan patin konsumsi harus disesuaikan dengan jarak
dan waktu tempuh dalam mengangkut ikan-ikan ke konsumen. Hal ini
penting untuk menjaga ikan tetap hidup atau tetap segar hingga
diterima konsumen. Ikan hidup diangkut dengan menggunakan wadah
berupa kantong plastik, seperti pengangkutan benih atau wadah
terbuka dengan bak, tong, tanki, atau wadah lainnya.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengangkutan ikan hidup
adalah stres. Ikan yang stres mudah mengalami kematian. Untuk
mengurangi stres maka diusahakan agar selama pengangkutan ikan
melakukan gerakan seminimal mungkin. Caranya adalah dengan
menurunkan suhu air angkut atau memberikan obat bius pada ikan.
Penggunaan obat bius dapat diterapkan wadah terbuka atau tertutup
(Kordi, 2005).
Usaha pembenihan menjadi suatu usaha yang lebih menarik
karena mempunyai beberapa kelebihan antara lain sebagai berikut.
1. Kegiatan usaha budi daya ikan tidak terlepas dari kegiatan
pengadaan benih dan disebut sebagai pangkal kegiatan.
2. Sekarang ini untuk mendapatkan benih ikan dengan melakukan
penangkapan di alam sudah tidak semudah dahulu. Populasi ikan
dan benih di perairan sudah mulai berkurang karena terjadi
penangkapan yang berlebih (overfishing), ditambah dengan
gangguan lingkungan atau polusi. Oleh karena itu, untuk
memenuhi kebutuhan benih bagi kegiatan pembesaran perlu
dilakukan upaya produksi benih.
3. Usaha pembenihan dalam penjualan benih memiliki resiko tidak
terlalu besar. Seandainya benih yang dihasilkan tidak sempat
terjual sesuai jadwal/waktunya, maka penjualan dapat ditunda.
Berbeda dengan usaha pembesaran, penundaan penjualan berarti
kerugian di pihak produsen.
4. Siklus atau periode usaha pembenihan ikan relatif lebih pendek
dibandingkan dengan melakukan pembesaran ikan. Usaha
pembenihan ikan mempunyai masa siklus bervariasi dari hanya
empat hari (produksi larva) sampai dengan dua bulan (produksi
fingerling atau gelondongan). Dengan masa siklus yang pendek ini
perputaran uang akan semakin cepat.
5. Kegiatan usaha pembenihan tidak memerluakan areal usaha yang
luas, terlebih bila hanya menginginkan produksi telur atau larva.
Dengan demikian biaya investasi yang diperlukan tidak tinggi.
Usaha pembenihan dapat dilakukan dalam skala kecil bila memilih
pembenihan dalam tahap larva (Hernowo, 2001).
2.2. Evaluasi Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Patin
Evaluasi kelayakan usaha merupakan suatu usaha untuk mengetahui
sejauh mana tingkat keberhasilan pelaksanaan proyek, apakah proyek tersebut
berjalan sesuai rencana dan akan memberikan hasil seperti yang diharapkan.
Evaluasi usaha/proyek adalah salah satu kegiatan yang menilai dan memilih
dari bermacam-macam investasi yang mungkin untuk dikembangkan sesuai
dengan kemampuan dari investasi yang dimiliki (Ibrahim, 2003).
2.2.1 Batasan
Layaknya gagasan usaha dalam sebuah studi kelayakan bisnis,
apabila kegiatan usaha yang dijalankan berdasarkan kegiatan yang telah
diatur dalam studi kelayakan dan dalam keadaan ini tidak menjamin
kegiatan usaha apabila tidak dikerjkan selaras dengan kegiatan yang
telah diatur dalam sebuah studi kelayakan. Dilihat dari segia evaluasi
usaha sebenarnya tidak jauh berberda dengan studi kelayakan bisnis.
Bila studi kelayakan bisnis menilai kegiatan usaha yang akan
dikerjakan, sedangkan evaluasi usaha menilai kegiatan usaha yang
sedang atau sudah dikerjakan.
Penilaian yang dilakukan dengan studi kelayakan bisnis,
orientasinya lebih bersifat mikro dan penilaian yang dilakukan melalui
evaluasi usaha lebih bersifat makro, karena melihat dampak usaha
terhadap masyarakat secara keseluruhan. Baik studi kelayakan maupun
evaluasi usaha sama-sama bertujuan untuk menilai kelayakan suatu
gagasan usaha dan hasil dari penilaian ini merupakan suatu
pertimbangan apakah usaha tersebut diterima atau ditolak. Perbedaan
kedua analisis ini dapat dilihat dari segi ruang lingkup pembahasan
serta metode penilaian yang dilakukan. (Ibrahin, 2003).
2.2.2 Aspek Pasar dan Pemasaran
Analisis aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk memahami
berapa besar potensi pasar yang tersedia, mengetahui berapa luas pasar,
bagaimana jumlah permintaan terhadap produk, dan kondisi persaingan.
Aspek pemasaran bertanggung jawab dalam menentukan ciri-ciri pasar
yang akan dipilih. Analisis kelayakan dari aspek ini yang utama adalah
dalam hal:
1. Penentuan segmentasi, target, dan posisi produk pada pasarnya.
2. Kajian untuk mengetahui konsumen potensial, seperti perihal sikap,
perilaku, serta kepuasan mereka atas produk.
3. Menentukan strategi, kebijakan, dan program pemasaran yang akan
dilaksanakan (Umar, 2005).
Aspek pasar dan strategi pemasaran dalam studi rancangan usaha
menempati posisi yang penting, karena sebagai titik tolak penilaian
apakah suatu usaha akan dapat berkembang, tetap seperti saat
didirikan, atau bahkan cenderung akan mengalami penurunan. Pada
tahap ini besarnya permintaan produk serta kecenderungan
perkembangan permintaan yang akan datang selama usaha yang
dijalankan perlu dianalisis dengan cermat. Tanpa perkiraan jumlah
permintaan produk yang cermat dikemudian hari usaha dapat terancam
yang disebabkan karena kekurangan atau kelebihan permintaan. Tidak
sedikit suatu usaha yang berjalan tersendat-sendat hanya karena
permintaan produknya jauh lebih kecil dari perkiraan, ataupun karena
sebelum mengembangkan usaha tidak dilakukan analisis perkiraan
permintaan. Kekurangan permintaan produk mengakibatkan mesin dan
peralatan bekerja di bawah kapasitas, jumlah karyawan yang
berlebihan, organisasi perusahaan tidak sepadan sehingga beban biaya
menjadi berat. Oleh karena itu, maka analisis aspek pasar dan strategi
pemasaran dalam studi rancangan usaha agribisnis menjadi sangat
penting untuk dilakukan.
2.2.3 Aspek Legal
Analisis aspek legal untuk memahami berapa besar potensi pasar
yang tersedia, mengetahui berapa luas pasar, bagaimana jumlah
permintaan terhadap produk dan kondisi persaingan. Guna untuk
mendorong pertumbuhan dan pengembangan usaha perikanan di
Kabupaten Bogor perlu diambil langkah-langkah melalui penataan di
bidang perizinan. Salah satu langkah menciptakan iklim usaha yang
kondusif adalah dengan memberikan ketetapan dalam memperoleh izin
usaha melalui mekanisme dan prosedur yang dapat menjamin kepastian
berusaha selaras dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi
sebagai daerah otonomi.
Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 8 Tahun 2003 tentang
izin Usaha Perikanan Rakyat adalah sebagai berikut.
1. Izin Usaha Perikanan
Jenis izin berupa:
a. Izin usaha budidaya ikan di perairan umum
b. Izin usaha budidaya ikan di kolam air tenang
c. Izin usha budidaya ikan di kolam air deras
d. Izin usaha budidaya ikan hias
e. Izin usaha penampungan ikan
2. Skala pemilikan wajib izin
a. Izin usaha budidaya ikan di perairan umum
1) Keramba jarring apung lebih dari 4 unit, dengan ukuran (7 x
7 x 2.5)m3 per unit.
2) Keramba lebih dari 50 buah dengan ukuran (4 x 2) m2/buah
b. Izin usaha budidaya ikan di kolam air tenang
1) Kolam air tenang dengan areal lahan lebih dari 2 Ha
2) Pembenihan ikan (seperti: ikan mas, lele, tawes dan nila)
dengan produksi lebih dari 1.2 juta benih ikan/bulan
3) Pembenihan ikan seperti ikan tukik labia-labi, percil kodok,
patin dan gurame dengan produksi diatas 500.000 ekor
benih/bulan
c. Izin usaha budidaya ikan di kolam air deras
Kolam air deras lebih dari 5 unit, masing-masing unit berukuran
100 m2.
d. Izin usaha budidaya ikan hias
Pembenihan ikan hias dengan produksi diatas 500.000 ekor benih
ikan/bulan.
e. Izin penampungan ikan
1) Ikan hias > 500.000 ekor
2) Ikan konsumsi luas > 100 m2
2.2.4 Aspek Teknis
Aspek teknis akan mengungkapkan kebutuhan apa saja yang
diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan
dilaksanakan. Pada aspek teknis dipaparkan beberapa faktor, yaitu
penentu keputusan produksi, tata letak pabrik, serta pemilihan mesin,
peralatan dan teknologi untuk produksi (Umar, 2005).
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam aspek teknis adalah masalah penentuan lokasi, luas produksi, tata
letak, penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk
pemilihan teknologi. Kelengkapan kajian aspek teknis sangat
tergantung dari jenis usaha yang dijalankan, karena setiap jenis usaha
memiliki prioritas tersendiri. Jadi analisis dalam aspek teknis adalah
menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan
menilai ketepatan lokasi, luas produksi, dan tata letak serta kesiagaan
mesin-mesin yang akan digunakan.
2.2.5 Aspek Manajemen dan Organisasi
Aspek manajemen dan organisasi merupakan aspek yang cukup
penting dianalisis untuk kelayakan suatu usaha karena walaupun suatu
usaha telah dinyatakan layak, tanpa didukung dengan manajemen dan
organisasi yang baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan.
Baik menyengkut masalah SDM maupun menyangkut rencana
perusahaan secara keseluruhan haruslah disusun sesuai dengan tujuan
perusahaan. Tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai apabila
memenuhi kaidah-kaidah atau tahapan dalam proses manajemen
(Kasmir dan Jakfar, 2003).
2.2.6 Aspek Finansial
Aspek finansial bertujuan untuk menghitung kebutuhan dana, baik
kebutuhan dana untuk modal kerja. Dari sisi finansial, proyek bisnis
dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan
mampu memenuhi kewajiban finansialnya (Umar, 2005).
Menurut Ibrahim (2003) biaya investasi adalah biaya yang
diperlukan dalam pembangunan usaha, terdiri dari pengadaan tanah,
gedung, mesin, peralatan, biaya pemasangan, biaya studi kelayakan dan
biaya lainnya yang berhubungan dengan pembangunan proyek.
Modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai
kegiatan usaha setelah pembangunan usaha siap, terdiri dari biaya tetap,
dan biaya tidak tetap. Selain biaya investasi dan modal kerja, yang perlu
diperhatikan juga dalam aspek finansial adalah sumber modal, proses
perputaran uang, break even point, dan analisis dampak usaha terhadap
perekonomian masyarakat secara keseluruhan.
Pada umumnya ada enam kriteria yang digunakan dalam penilaian
aspek finansial, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), Benefit Cost Ratio (BCR), Break Even Point (BEP), Payback
Period (PBP), dan analisis sensitivitas.
2.3. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai referensi data adalah skripsi
dari Dewi (2008), yang meneliti tentang Analisis Kelayakan Pengembangan
Usaha Benih Padi Bersertifikat (Studi Kasus PT Citra Agro Indonesia,
Ponorogo). Penelitian tersebut menjelaskan mengenai tingkat kelayakan dan
nilai tambah yang diciptakan dalam usaha pengembangan benih padi
bersertifikat. Hasil penelitian tersebut adalah Usaha Benih Padi Bersertifikat
(UBPB) layak untuk didirikan dilihat dari beberapa aspek, yakni aspek pasar
dan pemasaran, aspek teknik dan teknologi, aspek yuridis, aspek manajemen,
dan aspek finansial. Kriteria kelayakan investasi yang dihitung adalah
payback period, NPV, IRR, PI atau Net B/C, dan BEP.
Widiastuti (2008) dalam penelitiannya tentang Studi Kelayakan Usaha
Pupuk Organik Cair (Kasus PT Mulyo Tani Salatiga-Jawa Tengah)
menganalisis kelayakan usaha dalam aspek pasar, aspek teknik, aspek
manajemen, aspek sumber daya manusia, aspek dampak usaha, dan aspek
keuangan. Metode yang digunakan adalah dengan menghitung jumlah NPV,
IRR, Net B/C, PBP, dan BEP. Hasil perhitungan finansial adalah PT Mulyo
Tani layak untuk dijalankan.
Selain itu, hasil penelitian lain yang dijadikan referensi yaitu hasil
penelitian dari Bukit (2007), yang meneliti tentang Studi Kelayakan Usaha
Ikan Patin di Kabupaten Bogor (Kasus Pembenihan di Kecamatan Ciampea
dan Pembesaran di Kecamatan Kemang). Metode yang digunakan dengan
menghitung nilai NPV, IRR, Net B/C, dan PP. Hasil perhitungan finansial
adalah usaha pembenihan dan pembesaran patin layak untuk dijalankan. Nilai
kriteria investasi pada pembenihan lebih besar daripada pembesaran.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu
keputusan dengan menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang
direncanakan. Dilihat dari segi perbankan dan lembaga keuangan lainnya,
dengan adanya studi kelayakan dapat diketahui sampai seberapa jauh gagasan
usaha yang akan dilaksanakan mampu menutupi kewajiban-kewajiban. Bagi
penanam modal studi kelayakan merupakan gambaran untuk mengetahui
jaminan keselamatan dari modal yang di tanam dan mempengaruhi
pengambilan keputusan terhadap penanaman investasi (Ibrahim, 2003).
Menurut Umar (2005) studi kelayakan bermanfaat bagi pihak pemerintah
dan masyarakat untuk melihat kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, penyusunan
studi kelayakan perlu dianalisis manfaat yang akan didapat dan biaya yang
ditimbulkan oleh usaha terhadap perekonomian nasional.
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) analisis kelayakan memberikan
manfaat sebagai berikut.
1. Manfaat ekonomi bagi usaha itu sendiri/ manfaat finansial. Artinya adalah
untuk melihat apakah usaha tersebut cukup menguntungkan bila
dibandingkan dengan resiko usaha.
2. Manfaat ekonomi bagi negara tempat usaha tersebut dilaksanakan dengan
menunjukkan manfaat usaha tersebut bagi ekonomi makro suatu negara.
3. Manfaat sosial usaha bagi masyarakat di sekitar proyek.
Dalam studi kelayakan pembenihan ikan patin terdapat komponen-
komponen penyusun yang dikaji, yaitu teknis, organisasi, sosial, pasar, dan
finansial (Gambar 2) . Proses analisis setiap komponen saling berkaitan antara
satu komponen dengan komponen yan lain sehingga hasil analisis menjadi
terintegrasi. Organisasi usaha pembenihan ikan patin memiliki biaya yaitu
biaya umum sebagai modal kerja. Aspek teknis berhubungan dengan input
berupa barang-barang dan jasa yang merupakan bentuk dari biaya bagi usaha,
biaya dalam hal ini berfungsi sebagai biaya investasi dan juga sebagai biaya
modal kerja. Kemudian juga berhubungan dengan output yakni produksi
berupa benih ikan patin, dalam hal ini produksi berkaitan erat dengan jumlah
produksi dan mutu produksi dari output yang dihasilkan. Jumlah produksi dan
mutu produksi akan mempengaruhi sensitivitas dari usaha pembenihan ikan
patin karena jumlah dan mutu benih yang dihasilkan bisa berubah-ubah.
Sensitivitas yang dilakukan adalah seberapa besar jumlah benih yang bisa
dihasilkan sampai usaha pembenihan ikan patin mempunyai keuntungan
normal.
Aspek pasar juga ditentukan oleh produksi dan harga, dalam hal ini
produksi berkaitan erat dengan mutu produksi yang dapat mempengaruhi
harga dalam pasar. Jumlah biaya produksi benih akan mempengaruhi harga
benih. Sensitivitas yang dilakukan adalah seberapa besar harga benih yang
bisa dipertahankan oleh petani benih ikan patin sampai usaha pembenihan
ikan patin mempunyai keuntungan normal.
Sub komponen yang berasal dari komponen kelayakan usaha yaitu
investasi, modal kerja, jumlah produksi, mutu produski dan harga satu sama
lain memiliki hubungan. Investasi dibutuhkan sebagai modal kerja usaha
pembenihan. Modal kerja tersebut digunakan untuk kegiatan produksi
sehingga dihasilkan jumlah produksi benih ikan sesuai dengan mutu produk
yang diinginkan dan akan mempengaruhi dalam penentuan harga. Sensitivitas
yang dilakukan adalah seberapa besar kenaikan biaya modal kerja yang akan
mengakibatkan usaha pembenihan ikan patin memperoleh keuntungan normal.
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepekaan
kegiatan pembenihan ikan patin terhadap keadaan yang berubah-ubah. Hasil
sensitivitas akan mempengaruhi nilai kriteria investasi usaha. Perhitungan
aspek finansial bertujuan untuk menguji kelayakan usaha yakni dengan
menggunakan kriteria investasi, yaitu PBP, NPV, IRR, BCR, dan BEP. Nilai
dari kriteria investasi tersebut akan menunjukkan seberapa besar kelayakan
untuk menjalankan usaha pembenihan ikan patin.
PBP IRR BCR
Umpan balik
Usaha Pembenihan Ikan Patin
Sensitivitas
Organisasi Usaha Pasar
Biaya Umum
Teknis
Produksi Biaya
Mutu Jumlah Modal Kerja Investasi Harga
BEP NPV
Kelayakan
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Keterangan:
PBP = Payback Period
NPV = Net Present Value
IRR = Internal Rate of Return
BCR = Benefit Cost Ratio
BEP = Break Event Point
3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi lapangan dan wawancara
dengan petani ikan patin, yakni Syaiful Anwar, S.Ag. Data sekunder diperoleh
dari berbagai instansi yang terkait seperti Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor, Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor, Perpustakaan Institut Pertanian Bogor (IPB), penelusuran
melalui internet, buku dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian.
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pemilihan data contoh yang berasal dari petani ikan patin dilakukan
secara purposive, yaitu pengambilan responden yang ditemui di lokasi secara
disengaja dengan persyaratan yang dikehendaki, yakni sesuai dengan kriteria
yang sesuai dengan penelitian. Menurut Mardalis (2004), purposive sampel
adalah cara memperoleh sampel yang dilakukan dengan cara sengaja dan
dengan menggunakan perencanaan tertentu. Pengumpulan data yang berkaitan
dengan pelaksanaan kegiatan usaha pembenihan ikan patin dilakukan dengan
mewawancarai pemilik Alma Fish Farm. Waktu penelitian berlangsung
selama dua bulan yang dimulai dari bulan Oktober sampai dengan bulan
Desember 2010.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)
dikarenakan didaerah tersebut terdapat beberapa petani ikan patin yang sudah
lama bergerak di kegiatan usaha budidaya ikan patin. Penelitian ini akan
difokuskan pada Alma Fish Farm.
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang
aspek-aspek budidaya ikan patin yang dilakukan yaitu meliputi analisis aspek
teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, dan aspek
pasar. Pengolahan data kualitatif dilakukan secara deskriptif.
Analisis kuantitatif meliputi analisis kelayakan finansial budidaya ikan
patin. Analisis kelayakan finansial ini menggunakan perhitungan kriteria-
kriteria invesatasi yaitu, Payback Period, Net Present Value, Benefit Cost
Ratio, Internal Rate of Return, Break Event Point, dan analisis sensitivitas.
Data kuantitaif yang dikumpulkan, diolah dengan menggunakan komputer
yaitu Microsoft Excel 2007 dan ditampilkan dalam bentuk tabulasi untuk
memudahkan pembacaan dan diberikan penjelasan secara deskriptif.
3.5.1 Analisis Aspek Teknis
Aspek teknis dianalisis secara kualitatif. Analisis secara kualitatif
dilakukan melalui analisis deskriptif untuk mendapatkan gambaran
mengenai lokasi budidaya ikan patin, besar skala operasi/luas produksi,
kriteria pemilihan peralatan yang digunakan, serta proses produksi yang
digunakan.
3.5.2 Analisis Aspek Manajemen dan Organisasi
Analisis ini dapat dilihat berdasarkan sesuai tidaknya proyek dengan
pola sosial budaya masyarakat setempat dan kesanggupan atau keahlian
staf yang ada untuk mengelola proyek.
3.5.3 Analisis Aspek Pasar
Analisis aspek pasar dapat dilihat dari sisi output yaitu terdapat suatu
permintaan yang efektif pada harga yang menguntungkan. Dari sudut
pandangan input yaitu adanya ketersediaan indukan ikan patin,
distribusi, kapasitas, kontinuitas serta tingkat harga.
3.5.4 Analisis Aspek Finansial
Melakukan analisis finansial diperlukan kriteria investasi yang
digunakan. Kriteria investasi yang digunakan yaitu Payback Period, Net
Present Value, Internal Rate of Return, Benefit Cost Ratio, Break Even
Point. Analisis kelayakan investasi dilakukan terlebih dahulu dengan
menyusun aliran runia diskontokan (discounted cash flow) karena
adanya pengaruh waktu terhadap nilai uang atau semua biaya dan
manfaat yang akan datang harus diperhitungkan.
1. Payback Period (PBP)
Keterangan :
CFt = aliran kas pertahun pada periode t
I0 = nilai investasi awal pada ahun 0
2. Net Present Value (NPV)
Keterangan:
CFt = aliran kas pertahun pada periode t
I0 = nilai investasi awal pada tahun 0
K = suku bunga (discount rate)
3. Internal Rate of Return (IRR)
Keterangan:
t = tahun ke
n = jumlah tahun
I0 = nilai investasi awal
CF = arus kas bersih
IRR = tingkat bunga yang dicari harganya
4. Benefit Cost Ratio (BCR)
Keterangan:
Bt = Keuntungan pada periode t
Ct = Biaya pada periode t
K = suku bunga (discount rate)
4. Break Even Point (BEP)
TR = p x q dan TC = a + bq
TR = TC
p.q = a + bq
p.q – b.q = a
q = a / ( p – b )
Keterangan :
a = Biaya Tetap
b = Biaya Tidak Tetap per unit
p = harga per unit
q = jumlah produksi
3.5.5 Analisis Sensitivitas
Analisa sensitivitas dilakukan untuk menguji kembali suatu analisis
kelayakan usaha agar dapat terlihat pengaruh yang akan terjadi akibat
keadaan yang berubah-ubah atau adanya kesalahan dalam dasar-dasar
perhitungan biaya dan manfaat. Suatu analisis sensitivitas dikerjakan
dengan mengubah suatu unsur atau dengan mengkombinasikan unsur
lain, kemudian menentukan pengaruh pada hasil analisis.
Analisis Switching Value dilakukan secara coba-coba terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi sehingga dapat diketahui tingkat
kenaikan ataupun penurunan maksimum yang boleh terjadi agar usaha
budidaya masih dapat memperoleh keuntungan normal (NPV = 0).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Usaha
Alma Fish Farm terletak di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor. Perusahaan ini mempunyai luas lahan sebesar 300 m2
yang terdiri atas satu buah hatchery atau ruang usaha, satu buah kolam
induk, satu buah bak tandon air, satu buah bak pemberokan, dan tempat
parkir.
Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 178 Ha. Desa Cihideung
Ilir berada 250 meter di atas permukaan laut, tinggi curah hujan 2,4 mm3,
dan suhu rata-rata harian 25-34 oC. Batas-batas wilayah Desa Cihideung Ilir
adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cibanteng/ jalan propinsi,
Kecamatan Ciampea.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Babakan/ Kali Cihideung,
Kecamatan Darmaga.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cihideung Udik, Kecamatan
Ciampea.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cihideung Udik, Kecamatan
Ciampea.
Lokasi usaha budidaya ikan patin di daerah Ciampea merupakan lokasi
yang cukup strategis untuk usaha pembenihan karena Ciampea merupakan
salah satu sentra perikanan budidaya di wilayah Bogor. Lokasi yang cukup
strategis ini membuat Alma Fish Farm dekat dengan pasar. Pembeli berasal
dari daerah sekitar Bogor maupun di luar Bogor.
4.2. Manajemen Usaha
Sistem pengelolaan usaha yang dijalankan oleh Alma Fish Farm adalah
pemilik sekaligus sebagai pengelola. Karyawan yang dipekerjakan terdiri
dari karyawan tetap dan tidak tetap. Karyawan tetap adalah tenaga kerja
yang dipekerjakan untuk membantu pengelola pada kegiatan hatchery, yaitu
kegiatan pemijahan, pemeliharaan dan perawatan larva, dan pemeliharaan
benih pasca larva. Karyawan tidak tetap adalah tenaga kerja harian yang
dipekerjakan untuk masa tertentu, yaitu mencari pakan cacing sutera dan
pemanenan (penghitungan benih saat ada transaksi pembelian). Tenaga
kerja yang bekerja pada Alma Fish Farm ini berasal dari lokasi sekitar usaha
pembenihan dengan tujuan untuk membuka lapangan kerja baru sehingga
dapat mengurangi angka penganguran.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 8 Tahun 2003
tentang izin Usaha Perikanan Rakyat, usaha yang dijalankan Alma Fish
Farm termasuk usaha perikanan rakyat. Dalam pelaksanaan usahanya Alma
Fish Farm hanya mendaftarkan usahanya di Kantor Desa Cihideung Ilir dan
belum mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan usaha di Kantor
Pemerintahan Daerah Kabupaten Bogor. Pada Alma Fish Farm, setiap siklus
pembenihan dihasilkan 300.000 ekor benih. Izin Usaha harus dilakukan jika
benih yang dihasilkan mencapai 500.000 benih per bulan.
4.3. Aspek Teknis Usaha Pembenihan Ikan Patin
4.3.1 Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada tahun
pertama usaha. Biaya tersebut dikeluarkan untuk memenuhi
kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menjalankan
usaha yang berhubungan dengan penyediaan bahan baku dan output
yang dihasilkan.
1. Kolam Pemeliharaan Induk
Induk ikan patin dipelihara di kolam persegi empat, yang
berukuran 4 m x 3 m x 3 m dengan dasar kolam berupa tanah dan
pematang dari semen. Kolam pemeliharaan induk ikan patin
jantan dan betina disatukan. Kolam diberi sekat dari bambu dan
jaring untuk memisahkan induk yang telah siap pijah dan induk
yang masih berada dalam tahap perawatan. Air yang digunakan
untuk pemeliharaan induk berasal dari sumur, ditampung pada
bak penampungan air kemudian dialirkan ke kolam induk melalui
pipa paralon.
2. Bak Penampungan Air
Bak penampungan air berfungsi untuk menampung dan
mengendapkan air yang berasal dari sumur. Bak penampungan air
berbentuk persegi panjang berukuran 4 m x 3 m x 2 m, yang
terletak di dalam hatchery agar suhu air tidak menurun,
menghindari kontaminasi dan debu dari luar ruangan.
3. Bak Pemijahan
Kegiatan pemijahan di Alma Fish Farm menggunakan wadah
pemijahan berupa bak terpal berbentuk persegi sebanyak dua
duah dengan ukuran 2 m x 2 m x 1 m. Bak diisi dengan air yang
berasal dari bak penampungan air setinggi 60 cm.
4. Wadah Penetasan Telur
Wadah penetasan atau inkubasi telur di Alma Fish Farm
menggunakan wadah berupa bak dari plastik dengan diameter 80
cm dan tinggi 35 cm. wadah inkubasi diberi selang aerasi yang
diberi perekat kaca pada ujung selang agar tidak mengapung
tetapi tidak menggunakan batu aerasi sehingga oksigen yang
dihasilkan besar dan mampu mengaduk telur ikan patin pada saat
diinkubasi.
5. Wadah Pemeliharaan Larva
Wadah pemeliharaan larva di Alma Fish Farm menggunakan
akuarium berbentuk persegi panjang yang berukuran 1 m x 0,5 m
x 0,4 m dan diisi air setinggi 25 cm. Akuarium berjumlah 94 buah
dan dipasang melebar pada rak kayu menjadi 3 lapis rak di bagian
kanan ruang dan 3 lapis rak di bagian kiri ruang pemeliharaan.
Setiap rak diisi dengan 16 akuarium yang dilengkapi dengan
selang aerasi dan. Ruang pemeliharaan larva dibuat tertutup
dengan genting dan berdinding semen.
6. Wadah Penetasan Artemia sp
Wadah yang digunkan dalam penetasan Artemia sp berupa ember
yang berukuran sedang (15 liter) sebanyak 12 buah dan dipasang
selang aerasi untuk mengaduk siste pada saat ditetaskan.
7. Sumber dan Distribusi Air
Semua kegiatan pembenihan di Alma Fish Farm sumber airnya
berasal dari sumur karena air masih mudah diperoleh dan juga
kualitas air yang lebih bersih. Air dari sumur ditampung di bak
penampungan air kemudian dialirkan ke kolam induk dan bak-bak
yang dibutuhkan untuk pembenihan. Air sumur juga diperlukan
untuk keperluan karyawan sehari-hari.
8. Sumber Energi
Sumber energi utama yang digunakan untuk aktivitas produksi
adalah enegri listrik dari PLN dengan daya 900 watt. Energi
listrik tersebut digunakan untuk kebutuhan pembenihan, meliputi
pengoperasian pompa air, blower, sekaligus sebagai penerangan.
Sementara sebagai cadangan energi ketika listrik dari PLN padam
digunakan Generator Set berbahan bakar bensin dengan
spesifikasi voltase 220 volt dan output maksiml 2200 watt.
Gambar 3. Beberapa Fasilitas Pembenihan Ikan Patin Pada Alma
Fish Farm
9. Sistem Aerasi
Alma Fish Farm dalam memenuhi kebutuhan oksigen kegiatan
pembenihan digunakan blower yang berkekuatan 1 PK sebanyak
dua buah. Blower digunakan sebagai sumber oksigen untuk
mensuplai oksigen ke tempat penetasan telur dan pemeliharaan
larva menggunakan pipa paralon yang disalurkan ke akuarium
dengan menggunakan selang aerasi berukuran 0,5 cm dan
dilengkapi dengan pengatur tekanan aerasi. Sistem aerasi juga
dibantu dengan alat Hi-Blow Takatsuki 60 watt sebanyak tiga
buah.
10. Fasilitas Pendukung
Fasilitas pendukung yang terdapat di Alma Fish Farm antara lain,
bangunan tempat usaha/ hatchery, kamar karyawan satu buah,
kamar mandi satu buah, sumur, dan tempat parkir.
4.3.2 Modal Kerja
Biaya modal kerja adalah keseluruhan biaya yang berhubungan
dengan kegiatan produksi usaha pembenihan ikan patin Alma Fish
Farm. Biaya tersebut dikeluarkan secara berkala selama usaha tersebut
berjalan.
Proses pembenihan ikan patin memerlukan bahan baku yang
mudah didapat. Alma Fish Farm dalam melakukan pengadaan sarana
produksinya diperoleh dari sekitar Bogor dan wilayah Jawa Barat
lainnya. Bahan baku utama yang didunakan berupa induk jantan dan
betina yang berasal dari daerah Purwakarta yakni berasal dari Waduk
Cirata dan Jatiluhur. Pengadaan sarana produksi yang diperoleh dari
sekitar Bogor berupa pakan induk / pelet, artemia, dan alat suntik
yakni dari daerah Ciluar, Bogor Utara. Cacing sutera yang dibutuhkan
selama pemeliharaan larva diperoleh dari daerah Caringin, Darmaga.
Pemilihan lokasi penyediaan bahan baku yang tidak terlalu jauh
menyebabkan harga bahan baku yang tidak terlalu mahal. Bahan baku
dalam proses pembenihan ikan patin di Alma Fish Farm terdiri dari:
1. Induk Patin
Induk patin merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
usaha pembenihan ikan patin. Induk patin sebaiknya dipilih yang
baik dan sehat sehingga menghasilkan benih yang baik pula. Induk
patin dapat berasal dari pembelian induk yang siap memijah / yang
sudah matang gonad atau induk yang telah dipelihara sejak kecil di
kolam. Untuk mendapatkan induk yang baik, selama pemeliharaan
di kolam, induk diberi makanan tambahan yang cukup
mengandung protein.
Ciri-ciri induk patin yang sudah matang gonad dan siap
dipijahkan pada Alma Fish Farm adalah sebagai berikut.
1. Induk betina
a. Umur kurang lebih 3 tahun.
b. Berat minimum 3 kg per ekor.
c. Perut membesar sampai ke daerah anus.
d. Kulit di bagian perut lembek dan halus
e. Kloaka membengkak dan berwarna merah tua. Jika bagian
kloaka ditekan akan mengeluarkan beberapa butir telur yang
bentuknya bulat dan mempunyai ukuran yang seragam.
2. Induk jantan
a. Umur kurang lebih 3 tahun.
b. Berat sekitar 3 kg per ekor.
c. Kulit perut lembek dan tipis
d. Kloaka membengkak dan berwarna merah tua.
e. Bila bagian perut ditekan atau diurut kea rah anus akan keluar
cairan sperma berwarna putih.
Selain ciri-ciri di atas, induk patin yang akan dipijahkan harus
sehat secara fisik, yaitu tidak terinfeksi penyakit dan parasit, tidak
memiliki luka akibat benturan, pukulan, goresan atau sayatan.
Induk yang baik juga memiliki sifat pertumbuhan yang cepat dan
mudah beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan makanan.
Induk jantan dan betina yang akan dipijahkan dipisah dipelihara
dalam kolam yang berbeda, untuk memudahkan pengambilan
dalam pemijahan suntik.
2. Pakan Patin
Menurut Prahasta dan Masturi (2009) pakan patin berfungsi
untuk mempercepat pertumbuhan ikan. Pakan alami memiliki
komposisi gizi yang baik, diantaranya protein, lemak, karbohidrat,
dan mineral. Protein berguna untuk pertumbuhan, pengganti sel
yang rusak, dan zat pembangun. Lemak dan karbohidrat berfungsi
sebagai pembentuk energi yang digunakan tubuh. Mineral
membantu proses metabolisme dan menjaga kesehatan tubuh ikan.
Pakan alami untuk induk ikan di Alma Fish Farm berupa ikan
rucah, klekap, dan plankton. Klekap adalah campuran berbagai
jenis lumut dan kotoran yang membusuk di air dan dasar kolam.
Pakan alami untuk pembenihan dibutuhkan untuk bergerak aktif
dan merangsang larva ikan untuk memakannya. Pada larva, setelah
kuning telur habis perlu diberikan makanan tambahan pakan
supaya tetap mendapat masukan nutrisi. Larva belum biasa
mendapatkan pakan dan bukaan mulutnya masih sangat kecil.
Gerakan yang dibuat pakan alami seperti artemia akan merangsang
larva memakannya dan ukurannya yang kecil cocok untuk mulut
larva. Setelah pemberian artemia selama kurang lebih tiga hari,
pakan alami yang digunakan untuk memacu pertumbuhan adalah
cacing sutera.
Gambar 4. Pakan benih Ikan Patin Berupa Artemia dan Cacing
Sutera
Selain diberi pakan alami juga diberi pakan buatan berupa
pelet. Pelet diberikan pada induk patin dengan kandungan protein
yang cukup tinggi sebesar 40 persen untuk mempercepat
kematangan gonad dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari, pagi
dan sore hari. Sedangkan untuk benih diberi campuran cacing
sutera dan pelet benih atau pelet udang Bintang 581 ukuran 0,1
dengan frekuensi pemberian setiap delapan jam. Setelah berumur
23 hari benih patin siap dijual dengan ukuran 1 inchi atau sekitar
2,5 cm. Pada bulan ke-2 benih diberi pakan pelet Cuunshin 0,2
sampai benih dijual.
3. Hormon Buatan
Hormon buatan yang digunakan untuk merangsang ikan adalah
Ovaprim yang dijual dalam bentuk cairan dengan kemasan botol
berisi sepuluh ml dan human chorionic gonadotropin (HCG)
berupa Corulon dalam kemasan ampul.
Gambar 5. Hormon Buatan Untuk Kegiatan Pemijahan Ikan Patin
4. Obat-obatan
Obat-obatan yang digunakan oleh Alma Fish Farm adalah jenis
obat untuk penyakit infeksi, penyakit jamur, penyakit bakteri, dan
penyakit noninfeksi. Obat untuk penyakit infeksi menggunakan
formalin yang mengandung FMGO atau lebih dikenal dengan
istilah elbayu. Pencegahan penyakit jamur dengan cara menjaga
kualitas air. Obat untuk penyakit jamur adalah dengan perendaman
dalam larutan FMGO. Pengobatan penyakit bakteri dilakukan
dengan cara perendaman ikan dengan larutan Kalium Permanganat
selama kurang lebih satu jam. Penyakit noninfeksi biasanya adalah
kekurangan gizi akibat dari kurangnya nafsu makan pada musin
kemarau. Untuk mengatasi hal tersebut diberikan multivitamin
Previta Fish P yang dicampur dalam makanan alami, atau
pemberian pelet yang mengandung vitamin.
Pada proses pembenihan, bila benih sakit diberi obat berupa
garam yang ditaburkan ke dalam akuarium. Selain itu vaksinasi
merupakan salah satu cara untuk mengurangi mortalitas larva.
Vaksinasi dapat dilakukan pada benih yang berumur lebih dari dua
minggu. Jenis vaksin yang digunakan adalah Septicaemia
haemorrhagica yang memberikan kekebalan terhadap penyakit
bercak merah.
4.3.3 Proses Pembenihan Ikan Patin
Proses pembenihan yang dilakukan oleh Alma Fish Farm adalah
sebagai berikut.
1. Persiapan Pemijahan
Pemijahan adalah suatu proses pembuahan telur oleh sperma
yang terjadi dalam media pemijahan. Kegiatan pemijahan ini
meliputi persiapan wadah pemberokan yang terdiri dari pencucian
wadah, pengisian air, dan sortir induk patin. Wadah yang
digunakan untuk pemberokan adalah bak dari terpal berukuran 2 m
x 2 m x 1 m sebanyak 4 unit, 3 unit untuk induk patin betina
(masing-masing unit 1 induk) dan satu unit untuk 1 ekor induk
patin jantan. Setelah itu bak diisi dengan air, pengisian air
dilakukan pada pagi hari dan pada sore harinya wadah tersebut siap
digunakan untuk pemijahan.
Sebelum induk ikan patin betina disuntik sehari sebelumnya
dilakukan seleksi induk dan tidak diberi pakan. Induk yang sudah
diseleksi kemudian diberok selama satu hari. Tujuan dari
pemberokan adalah untuk mengosongkan lambung ikan sehingga
akan memudahkan pada saat ovulasi karena tidak tertahan oleh
feses, lemak, dan juga untuk mengurangi penurunan kualitas air
pada media pemijahan. Setelah induk diberok selama satu hari,
maka selanjutnya dilakukan penyuntikan.
Pada Alma Fish Farm induk yang dipakai sebanyak 4 ekor, 3
betina dan 1 jantan. Calon induk yang sudah matang gonad
dipisahkan dengan ikan-ikan lainnya dengan memiliki berat rata-
rata 3 kg. calon induk diberok pada wadah yang telah disiapkan
dengan mempuasakan ikan selama 24 jam dengan tujuan agar feses
keluar dan sekaligus meyakinkan hasil seleksi induk. Apabila perut
induk betina terus membuncit setelah dipuasakan maka dipastikan
ikan tersebut matang gonad dan mengandung telur.
2. Proses Pemijahan
Perangsangan ovulasi merupakan kegiatan perangsangan yang
dilakukan pada induk ikan patin yang sudah sudah matang gonad
dan siap untuk dipijahkan. Pematangan gonad dibantu dengan
penyuntikan corulon. Dosis untuk satu induk adalah satu tablet
corulon ditambahkan dengan satu botol corulon cair sebanyak satu
ml. Pada kegiatan perangsangan ovulasi pada induk betina
dilakukan dengan cara penyuntikan menggunakan hormon ovaprim
untuk mendorong telur keluar.
Dosis penyuntikan hormon ovaprim pada induk betina ikan
patin 0,5 ml per kilogram sedangkan induk jantan tidak disuntik.
Penyuntikan dilakukan sebanyak dua kali. Induk betina dan jantan
akan memijah setelah delapan sampai sepulu jam setelah
penyuntikan kedua. Untuk menghindari induk berontak saat
penyuntikan yang dapat menyebabkan telur keluar, penyuntikan
dilakukan oleh dua orang. Satu orang bertugas memegang jarum
dan menyuntikkan, satu orang lagi bertugas memegang ikan yang
akan disuntik.
Setelah disuntik pun patin masih sulit melakukan pemijahan
secara alami, sehingga induk jantan dan betina harus dipaksa
memijah dengan cara pengurutan atau pemijatan (stripping) telur
dan sperma, kemudian dilakukan pembuahan buatan. Pertama-
tama, sediakan wadah untuk menampung telur berupa baskom
plastik yang telah dibersihkan dan dalam keadaan kering. Kedua,
induk betina yang akan di-stripping dipegang dengan kedua belah
tangan, tangan kiri memegang pangkal ekor dan tangan kanan
memegang perut bagian bawah. Perut diurut secara perlahan dari
bagian depan ke arah belakang, lalu telur-telur tersebut ditampung
di dalam baskom.
Ketiga, induk jantan ditangkap untuk diambil spermanya dan
dicampurkan dengan telur-telur di dalam baskom. Pengurutan
induk jantan sama dengan pengurutan induk betina. Agar terjadi
pembuahan maka dilakukan pengadukan dengan menggunakan
bulu ayam kurang lebih selama 0,5 menit. Pengadukan dilakukan
secara berputar perlahan-lahan di dalam baskom. Untuk
meningkatkan fertilisasi dapat ditambahkan larutan NaCl.
Penambahan dilakukan sambil tetap mengaduk campuran dan
disertai dengan memasukkan air sedikit demi sedikit. Pengadukan
dilakukan selama kurang lebih dua menit.
Keempat, setelah pengadukan akan timbul kotoran berupa
lender, maka dilakukan penggantian air sebanyak 2-3 kali. Telur-
telur yang dibuahi akan mengalami pengembangan. Ukuran telur
lebih besar dan berwarna kuning. Telur-telur yang tidak dibuahi
akan berwarna putih dan mengendap di bawah baskom.
3. Proses Penetasan Telur
Persiapan inkubasi telur dalam bak plastik berdiameter 80 cm
dibersihkan terlebih dahulu dan dilakukan pengisian air setinggi 25
cm, serta diaerasi selama sehari. Pemanenan telur dilakukan dua
jam setelah induk memijah dengan cara menyeser telur dan
ditampung di baskom besar. Menurut petani pembenihan ikan
patin setiap kilogram induk betina menghasilkan satu ons telur dan
bisa menghasilkan benih sekitar 100.000 ekor. Induk betina yang
dipijah satu kali siklus pembenihan pada Alma Fish Farm sebanyak
3 ekor dengan berat 3 kg/ekor sama dengan 9 kg, berarti kapasitas
produksi maksimum benih yang bisa dihasilkan adalah 900.000
ekor.
Setelah itu dilakukan sampling untuk mengetahui derajat
pembuahan dan jumlah telur yang dihasilkan. Pada tebar telur ikan
patin sebanyak 10.000 butir telur per akuarium dan akan menetas
setelah 18 sampai 24 jam pada suhu 28 oC. Daya tetas telur pada
Alma Fish Farm adalah 60% sehingga telur yang menetas sekitar
6.000. Tingkat mortalitas larva yang baru menetas adalah 30%
sehingga benih yang baru menetas sekitar 4.200 dan tingkat
mortalitas benih pada waktu perawatan larva sebesar 20% sehingga
benih yang dihasilkan sekitar 3.360.
4. Proses Perawatan Larva
a. Persiapan Wadah Pemeliharaan
Wadah pemeliharaan larva yang didunakan di Alma Fish Farm
yakni berupa akuarium berukuran 100 cm x 50 cm x 40 cm yang
diisi air dengan ketinggian 25 cm dan diaerasi selama 24 jam.
Akuarium yang telah diisi air dan dipasang instalasi aerasi siap
untuk digunakan kemudian dilakukan pemanenan larva yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang dapat
menunjang keberhasilan pemeliharaan benih. Menciptakan
lingkungan yang nyaman sebagai tempat hidup benih tentu akan
meningkatkan nafsu makan benih ikan dan pertumbuhan menjadi
lebih cepat sehingga hasil produksi akan meningkat. Oleh karena
itu kualitas air harus dijaga dengan cara menjaga sistem aerasi di
akuarium tetap baik. Selain itu akuarium rutin dibersihkan setiap
dua hari sekali dengan cara mengelap bagian dasar akuarium dan
mengganti air setiap harinya sekitar pukul 13.00 WIB. Air di
akuarium diganti setiap hari. Penggantian air kurang lebih 50-60%
dilakukan ketika benih mulai memakan artemia.
b. Pemanenan dan Penebaran Larva
Telur ikan patin yang telah menetas dan menjadi larva
kemudian dilakukan pemanenan larva. Padat tebar larva per
akuarium sekitar 6.000 ekor. Larva yang baru menetas belum
sempurna, tetapi masih mempunyai cadangan makanan di dalam
tubuhnya berupa kuning telur. Benih-benih patin akan berenang
aktif secara vertikal menuju permukaan air. Benih diberi pakan
berupa artemia keesokan harinya. Pada saat yang bersamaan
dengan penetasan telur, petani melakukan kultur artemia yaitu
menetaskan telur artemia ke dalam wadah berupa ember sebanyak
12 buah.
c. Pemberian Pakan
Larva ikan patin diberi pakan artemia selama 3 hari setiap 2
jam sekali. Jumlah artemia yang diberikan sampai larva kenyang.
Ukuran dalam setiap kultur artemia berbeda. Pada kultur artemia 1
dilakukan penetasan artemia sebanyak 12 ember dengan takaran 1
sendok artemia untuk 6 galon pertama dan 3 sendok artemia untuk
6 galon berikutnya. Pada kultur artemia 2 dilakukan penetasan
artemia sebanyak 12 ember dengan takaran 3 sendok artemia untuk
6 galon pertama dan 3,5 sendok artemia untuk 6 galon berikutnya.
Pada kultur artemia 3 dilakukan penetasan artemia sebanyak 12
ember dengan takaran 4 sendok artemia untuk 6 galon pertama dan
5 sendok artemia untuk 6 galon berikutnya. Pada kultur artemia 4
dilakukan penetasan artemia sebanyak 6 ember dengan takaran 5
sendok artemia. Jumlah keseluruhan artemia yang diperlukan
selama sekali produksi sekitar 3 kaleng artemia. Pada hari ke empat
sampai hari ke dua puluh benih ikan patin diberi pakan berupa
cacing sutera per hari setiap 6 jam sekali, sehingga rata-rata untuk
satu kali produksi dibutuhkan cacing sutera sebanyak 500 takar.
Satu takar cacing sutera sebanyak 600 ml.
Pada hari ke empat tersebut benih patin memakan cacing sutera
yang dicacah dan campurkan artemia. Pemberian pakan dilakukan
setiap 4 jam. Pada hari ke-5 sampai hari ke-21 setelah penetasan,
benih patin diberi pakan cacing sutera utuh. Pemberian pakan
dilakukan setiap 6-8 jam sekali. Pada hari ke-21 proses pembenihan
ukuran benih menjadi kurang lebih ½ inchi.
Pada hari ke-22 sampai hari ke-30 atau ukuran kurang lebih ¾
inchi, benih patin diberi pakan cacing sutera utuh dicampur dengan
pelet benih. Pada awal bulan ke-2 ukuran benih menjadi 1 inchi
lebih sehingga dapat dilakukan panen. Pola tanam pembenihan ikan
patin pada Alma Fish Farm dapat dilihat pada Lampiran 1.
5. Pemanenan Benih
Alma Fish Farm dalam kegiatan pembenihan ikan patin, produk
yang dihasilkan adalah berupa benih yang berumur mulai dari tiga
puluh hari dan biasanya dipanen tergantung permintaan pasar. Benih
yang bisa dipanen setiap periode sekitar 300.000 ekor benih.
Pemanenan dilakukan dengan cara membuang air sebanyak 80 persen
dari volume awal, dengan tujuan memudahkan penyerokan larva.
Selanjutnya larva diserok menggunakan serokan kecil dan diletakkan
dalam baskom besar yang diisi air sebanyak tiga liter. Adapun kriteria
benih yang akan dipasarkan adalah berukuran seragam, sehat, dan
bintik mata sudah berwarna hitam. Selanjutnya baskom yang berisi
benih langsung dibawa ke ruang pengepakan.
Pengepakan dan transportasi benih di Alma Fish Farm merupakan
kegiatan terakhir yang dilakukan. Benih yang telah dipanen
dimasukkan ke dalam baskom untuk dihitung. Cara penghitungan
benih yaitu dengan mempersiapkan 10 baskom kecil yang masing-
masing telah berisi air sebanyak satu liter, kemudian benih dihitung
sebanyak 2.000 ekor per baskom untuk dijadikan sampel. Baskom
yang berisi air dua liter dan larva, dimasukkan ke dalam plastik
packing dan diberi oksigen, serta diikat dengan karet dan dimasukken
dalam karung. Benih yang dijual langsung kepada konsumen setiap
kali produksi sekitar 200.000 ekor dan sisanya 100.000 ekor dijual
melalui pengumpul di daerah sekitar usaha.
Biasanya benih yang sudah dipesan akan diambil oleh pembeli.
Namun jika pembeli berasal dari luar Jawa Barat akan diantar ke
tempat pembeli dan di luar Pulau Jawa pengiriman akan dilakukan
melalui paket barang dan biaya pengiriman menjadi tanggung jawab
pembeli.
Menurut Prahasta dan Masturi (2009), para distributor benih di
Sumatera bagian selatan rata-rata 3-5 kali sebulan membeli benih dari
Bogor dengan jumlah pembelian sekitar 50.000-60.000 ekor. Tingkat
kematian benih yang berasal dari Bogor relatif rendah, yakni sekitar
10 ekor per 50.000 ekor benih atau kurang dari 0,02%. Ukuran benih
yang dibeli adalah 1,5-2 inchi. Apabila benih yang diperlukan lebih
banyak, ukuran benih yang dibeli adalah 1-2 inchi. Pola tanam
pembenihan ikan patin pada Alma Fish Farm dapat dilihat pada
Lampiran 1.
4.4. Aspek Pasar dan Pemasaran Usaha Pembenihan Ikan Patin
4.4.1 Mengukur Permintaan Pasar Saat Ini
Aspek pasar menganalisis mengenai potensi permintaan,
penawaran, harga yang berlaku, dan strategi pemasaran. Permintaan
benih yang dihadapi oleh Alma Fish Farm cukup tinggi baik dari
pelanggan di daerah Bogor maupun di daerah sekitar Jawa Barat
lainnya. Berdasarkan wawancara dengan pemilik Alma Fish Farm
permintaan akan benih ikan patin cukup tinggi. Sebagian besar
pembeli datang ke tempat pembenihan sehingga petani pembenih
dapat menekan biaya pengiriman atau transportasi. Menurut pemilik
konsumen adalah pelanggan yang biasa membeli benih di tempat
usahanya dan konsumen baru yang lebih dahulu memesan benih
ikan. Hal tersebut dilakukan agar benih yang dijual sesuai dengan
ukuran dan umur potensialnya yaitu berumur tiga puluh hari sebesar
kurang lebih satu inci.
Strategi pemasaran yang dilakukan Alma Fish Farm dalam
penetapan harga sama untuk semua pelanggan. Tetapi jika kualitas
ikan menurun petani kurang dapat mempertahankan harga benih dan
terkadang harga benih ditentukan oleh pembeli.
4.4.2 Menetapkan Pasar Sasaran
Petani benih perlu untuk menetapkan pasar sasaran dalam
penjualan produk benih dan haruh disesuaikan dengan kemampuan
dalam menyediakan sumber daya. Petani benih juga harus
mengumpulkan dan menganalisis data penjualan terakhir, proyeksi
laba yang diharapkan agar bisa memilih pasar yang paling sesuai
dengan yang diharapkan.
Usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm sesekali
melakukan kegiatan promosi dengan menawarkan sampel ikan
sebanyak lima sampai sepuluh ekor benih ke setiap petani
pembesaran atau petani pengumpul di sekitar Bogor, misalnya
daerah Ciampea, Semplak, dan Ciapus. Sedangkan untuk luar pulau
Jawa, pasar benih patin yang dituju adalah Kalimantan dan Sumatera
Selatan karena kedua wilayah tersebut menjadi sentra kegiatan
pembesaran ikan patin.
4.4.3 Bauran Pemasaran
Pemasaran produk benih terdapat kebijakan pemasaran yang
terdiri dari empat komponen, yaitu produk, harga, tempat, dan
promosi. Produk barang dalam usaha pembenihan ikan patin dapat
berupa mutu yang baik, seperti benih yang sehat dan tidak terdapat
penyakit. Produk yang dihasilkan oleh Alma Fish Farm adalah benih
ikan patin.
Benih yang diproduksi termasuk ke dalam jenis ikan patin Siam
hasil domestikasi dari Thailand. Benih patin yang dibudidayakan ini
dijual dengan ukuran ¾ - 2 inchi. Benih patin ini biasanya dijual
langsung kepada petani pembesaran patin dan pedagang pengumpul
di daerah sekitar Bogor. Benih patin diproduksi dengan berbagai
bahan baku dan berbagai tahapan mulai dari persiapan sampai ke
tahap panen dan pascapanen.
Penetapan harga adalah masalah utama yang dialami
perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan harga
adalah faktor internal yang disesuaikan dengan sasaran pemasaran
dan faktor eksternal yang disesuaikan dengan pasar dan permintaan
konsumen. Penetapan harga jual berfungsi untuk mengetahui tingkat
pendapatan yang akan diperoleh perusahaan. Alma Fish Farm
menetapkan harga yang hampir sama dengan pesaing yaitu Rp 60,00
per ekor benih ukuran 1 inchi untuk dijual ke petani pengumpul dan
Rp 70,00 per ekor benih ukuran 1 inchi untuk dijual langsung ke
petani pembesaran ikan patin. Tetapi harga jual ini dapat berubah
sesuai dengan biaya bahan baku, karena proses produksi bergantung
pada bahan baku yang digunakan.
Benih ikan patin yang diproduksi Alma Fish Farm disalurkan ke
petani pengumpul di Bogor dan petani pembesaran ikan patin. Petani
pengumpul merupakan distributor untuk menyalurkan benih ikan
patin kepada petani pembesaran.
Pola pemasaran I, petani menjual langsung benih ikan patin ke
konsumen, yaitu petani pembesaran ikan patin. Petani pembesaran
ikan patin biasanya berada di wilayah Pulau Jawa. Harga pada pola
pemasaran ini lebih tinggi dibandingkan dengan pola II. Harga jual
benih pada pola pemasaran I adalah Rp 70,00 per ekor benih ikan.
Pola pemasaran II, petani menjual benih ikan patin ke pedagang
pengumpul yang ada di sekitar lokasi tempat pembenihan. Harga
benih pada pola pemasaran ini adalah Rp 60,00 per ekor benih
dengan ukuran 1 inchi. Harga ini lebih rendah dibandingkan petani
menjual langsung kepada konsumen atau petani pembesaran ikan
patin. Hal ini karena benih patin yang dijual ke petani pengumpul
dikarantina sampai ada pembeli dan akan menambah biaya modal
kerja bagi petani pengumpul. Konsumen akhir yang dituju biasanya
berada di luar daerah pulau Jawa, seperti Kalimantan dan Sumatera
Selatan.
Alma Fish Farm terletak di kawasan yang cukup strategis.
Kawasan tersebut memiliki iklim yang sesuai untuk kegiatan
pembenihan ikan patin. Selain itu, didukung oleh tata letak yang
memudahkan produsen dalam tahapan-tahapan produksi dari awal
pembenihan sampai pengepakan benih. Tata letak usaha pembenihan
ikan patin Alma Fish Farm dapat dilihat pada Lampiran 2.
Jalur distribusi menuju pedagang pengumpul juga dapat
ditempuh relatif singkat. Jalur distribusi benih ikan patin dari Alma
Fish Farm hingga sampai ke petani pembesaran ikan patin dapat
dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Alur Distribusi Benih Ikan Patin pada Alma Fish Farm
Pedagang atau petani pengumpul benih ikan patin biasanya
sudah mempunyai pasar yang luas di daerah Sumatera dan
Kalimantan. Namun tidak menutup kemungkinan petani pembesaran
yang berada di wilayah Bogor dan Jawa Barat membeli ikan ke
pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul biasanya menjual benih
dengan harga Rp 70,00 sampai Rp140,00 per ekor benih, tergantung
besarnya biaya transportasi yang dikeluarkan oleh petani pengumpul.
Promosi merupakan kegiatan untuk mengenalkan produk yang
dihasilkan kepada masyarakat. Kegiatan promosi dapat
mempermudah pelaksanaan penjualan. Promosi yang dilakukan oleh
Alma Fish Farm masih tergolong sederhana, yaitu dengan cara
pemberitahuan secara lisan. Cara seperti ini dapat memudahkan
konsumen untuk mengenal benih patin yang diproduksi oleh Alma
Fish Farm.
Proses pembenihan ikan patin memerlukan pengetahuan
tersendiri. Tidak semua petani ikan air tawar dapat mengawinkan
induk ikan patin jantan dan betina untuk menghasilkan benih ikan
patin yang berkualitas baik. Jenis ikan patin yang dipijahkan secara
kawin suntik adalah ikan patin siam dan ikan patin lokal. (Prahasta
dan Masturi, 2009).
Ikan patin memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Pada tahun
2001, benih patin yang berukuran panjang 2,5 cm (1 inci) bisa dijual
Petani
Pembesaran Ikan
Patin
Alma Fish Farm
Petani
Pengumpul di
Bogor
I II
dengan harga Rp 125,00 per ekor. Sebagai ikan hias, ada pedagang
yang menjual dengan harga Rp 500,00 hingga Rp 1.000,00. Adapun
harga ikan ukuran konsumsi dapat mencapai puluhan ribu rupiah per
kilogramnya Hernowo (2001).
4.5. Aspek Finansial
4.5.1 Asumsi-asumsi
Dalam suatu usaha pembenihan ikan patin dibutuhkan
perencanaan usaha agar pencapaian tujuan dapat dilaksanakan dengan
baik oleh setiap orang dalam organisasi dan perlu disusun rencana
untuk mengetahui hak dan kewajiban. Proses perencanaan usaha
pembenihan ikan patin pada Alma Fish Farm dilakukan dengan
pendekatan atas-bawah. Pimpinan usaha membuat rencana,
pengarahan, dan petunjuk semua kegiatan dalam pembenihan.
Karyawan melaksanakan hal-hal yang telah direncanakan.
Perencanaan yang dibuat adalah perencanaan jangka pendek. Biasanya
dilakukan untuk mengatur kapan memulai kegiatan produksi
pembenihan dan biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan proses
kegiatan produksi.
Analisis kelayakan usaha budidaya pembenihan ikan ptin
menggunakan beberapa asumsi, yaitu sebagi berikut:
1. Modal awal yang digunakan adalah modal pribadi.
2. Umur usaha dari anlisis kelayakan usaha pembenihan ikan patin
adalah enam tahun.
3. Kegiatan pembenihan ikan patin dilakukan enam kali dalam
setahun dengan siklus produksi selama dua bulan per siklus.
4. Harga jual benih pola pemasaran I Rp 70,00 per ekor dan pola
pemasaran II Rp 60,00 per ekor.
5. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah suku bunga deposito
berjangka waktu satu tahun di BRI yaitu 8% tahun 2009. Alasan
pemilihan tingkat suku bunga deposito karena petani dapat
mengakses dengan mudah ke bank tersebut dan petani
menggunakan modal pribadi bukan pinjaman. Sehingga petani
dihadapkan pada pilihan akan menginvestasikan modal pada usaha
pembenihan ikan patin atau didepositokan di bank.
6. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk usaha pembenihan ikan patin
terdiri dari biaya investasi dan biaya modal kerja. Biaya investasi
dikeluarkan pada tahun ke – 0 dan biaya reinvestasi dikeluarkan
untuk peralatan-peralatan yang sudah habis umur ekonomisnya.
Biaya modal kerja terdiri dari biaya bahan baku produksi dan biaya
operasional. Biaya modal kerja dimulai pada tahun ke – 1, dimana
dimulai kegiatan produksi.
7. Harga yang digunakan dalam penelitian adalah harga yang berlaku
pada bulan Agustus 2009, baik harga input maupun harga output
dari kegiatan pembenihan ikan patin.
8. Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak progresif
berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2008, yaitu :
a. Untuk lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai dengan Rp
50 juta, tarif pajaknya 5 persen.
b. Untuk lapisan PKP di atas Rp 50 juta hingga Rp 250 juta, tarif
pajaknya 15 persen.
c. Untuk lapisan PKP di atas Rp 250 juta hingga Rp 500 juta, tarif
pajaknya 25 persen.
d. Untuk lapisan PKP di atas Rp 500 juta, tarif pajaknya 30 persen.
4.5.2 Investasi dan Pengembangan
Dana investasi awal yang dikeluarkan dalam usaha pembenihan
ikan patin ini adalah sebesar Rp 78.767.000,00. Biaya investasi usaha
pembenihan ikan patin dapat dilihat pada Tabel 6. Rincian biaya
investasi tahun pertama lebih lengkap disajikan pada Lampiran 3.
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh Alma Fish
Farm untuk memulai usaha pembenihan ikan patin. Kegiatan investasi
ini meliputi pembangunan hatchery (ruang usaha), pembelian lahan,
pembuatan kolam indukan, pembuatan bak air, pembuatan bak
pemberokan dan inkubasi, juga pembelian peralatan dan perlengkapan
yang akan digunakan untuk kegiatan pembenihan ikan patin. Biaya-
biaya yang dikeluarkan adalah biaya yang terkait dengan proses
pembenihan mulai dari pemijahan, inkubasi telur, pemeliharaan dan
perawatan larva, panen dan pascapanen, serta kegiatan penunjang
produksi lainnya. Biaya investasi tertinggi adalah biaya lahan sebesar
Rp 30.000.000 dengan persentase 38,09 persen.
Tabel 6. Ringkasan Biaya Investasi Tahun Pertama Usaha
Pembenihan Ikan Patin
Jenis Jumlah (Rp) Persentase
Biaya lahan 30.000.000 38,09%
Bangunan hatcery 26.250.000 33,33%
Kolam indukan 1.200.000 1,52%
Bak tandon air 1.800.000 2,29%
Bak Pemberokan & inkubasi 200.000 0,25%
Total Biaya Bangunan 29.450.000 37,39%
Biaya Peralatan dan
perlengkapan pembenihan
12.007.000
15,24%
Biaya Peralatan dan
perlengkapan aerasi 7.310.000 9,28%
TOTAL BIAYA INVESTASI 78.767.000 100%
4.5.3 Modal Kerja
Usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm dikelola oleh
pemilik secara langsung dibantu oleh seorang karyawan yang berasal
dari daerah sekitar dengan tingkat pendidikan SMA. Karyawan
bertanggung jawab pada kegiatan operasional harian. Oleh karena itu
dalam kegiatan pembenihan ikan patin perlu dilakukan
pengorganisasian mengenai struktur organisasi yang dirancang,
pembagian kerja, koordinasi, pelimpahan wewenang, dan prestasi
organisasi yang diinginkan.
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan pada setiap tahun yang
besarnya tidak terkait langsung dengan jumlah produksi. Biaya tetap
yang dimaksud meliputi gaji karyawan tetap, biaya penyusutan, biaya
listrik, biaya telepon, dan biaya irigasi air. Alokasi biaya terbesar adalah
untuk gaji tenaga kerja tetap. Biaya irigasi air menempati tempat
terbawah karena biaya untuk irigasi air dibayarkan kepada petugas desa
dan air merupakan sifat barang publik yang dapat dimiliki siapapun.
Biaya modal kerja usaha pembenihan ikan patin dapat dilihat pada
Tabel 7. Rincian biaya modal kerja lebih lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 4.
Tabel 7. Ringkasan Biaya Modal Kerja Usaha Pembenihan Ikan
Patin (per tahun)
Jenis Jumlah (Rp) Persentase
Pakan Induk 3.780.000 5.22%
Artemia 6.480.000 8.95%
Cacing Sutera 15.000.000 20.71%
Pelet Benih 3.360.000 4.64%
Ovaprim 1.050.000 1.45%
Corulon 780.000 1.08%
Obat-obatan 600.000 0.83%
Garam 900.000 1.24%
Minyak Tanah 1.800.000 2.49%
Refil Gas Oksigen 480.000 0.66%
Karet 120.000 0.17%
Plastik Packing 1.140.000 1.57%
Bensin untuk Genset 270.000 0.37%
Total Sarana Produksi 35.760.000 49.38%
B. Biaya Tenaga Kerja
Karyawan Tetap 24.000.000 33.14%
Karyawan Tidak Tetap 8.640.000 11.93%
Total Biaya Tenaga Kerja 32.640.000 45.07%
C. Biaya Lain-lain
Uang Irigasi Air 420.000 0.58%
Biaya Telepon 600.000 0.83%
Biaya Listrik (2200 watt) 3.000.000 4.14%
Total Biaya Lain-lain 4.020.000 5.55%
TOTAL BIAYA MODAL KERJA 72.420.000 100.00%
Biaya operasional yang dianalisis meliputi biaya tetap (tahunan)
dan biaya variabel (tahunan). Biaya variabel atau disebut juga biaya
tidak tetap adalah biaya yang besarnya tergantung dari jumlah produksi
yang dihasilkan. Biaya variabel terdiri dari biaya gaji tenaga kerja tidak
tetap dan biaya produksi. Sebagian besar biaya variabel dikeluarkan
untuk biaya produksi. Biaya ini terdiri dari pembelian bahan baku.
Bahan baku yang memiliki pengeluaran tertinggi adalah cacing sutera.
Hal ini karena cacing sutera adalah pakan benih yang paling banyak
diberikan pada kegiatan pembenihan.
4.5.4 Proyeksi Pendapatan
Pendapatan adalah produksi dikalikan dengan harga jual. Untuk
penerimaan atau pendapatan yang diterima oleh petani ikan patin dalam
usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm diasumsikan mengalami
kenaikan pendapatan setiap tahun dalam analisis pendapatan selama
jangka waktu 10 tahun pengusahaan karena asumsi peningkatan
produksi dan peningkatan harga benih ikan patin setiap tahunnya
sebesar 5 persen. Pendapatan didapat dari penjualan benih ikan patin
dan penjualan induk ikan patin.
Alma Fish Farm dapat memproduksi 300.000 ekor benih ikan
setiap periode. Produksi benih pada tahun pertama adalah 1.800.000.
Selain itu terdapat penerimaan dari penjualan induk patin yang sudah
tidak digunakan dalam kegiatan pembenihan. Penerimaan dari
penjualan induk patin dimulai dari tahun ke empat. Pendapatan yang
diterima dari penjualan induk patin dapat dilihat pada Lampiran 5.
4.5.5 Kriteria Kelayakan
Dalam satu tahun usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm
dapat melakukan produksi pembenihan sebanyak enam kali. Usaha
pembenihan ikan patin Alma Fish Farm memerlukan kebutuha-
kebutuhan yang terinci pada kebutuhan fisik, kebutuhan biaya
bangunan, peralatan, sarana produksi, dan penyusutan. Kebutuhan-
kebutuhan yang diperlukan selama usaha, baik berbentuk fisik maupun
biaya dapat dilihat pada Lampiran 6-10.
Analisis aspek finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria
penilaian investasi yang terdiri dari: PBP, NPV, IRR, BCR, dan BEP.
Analisis ini diakukan pada tingkat suku bunga 8 persen. Tingkat suku
bunga ini merupakan tingkat suku bunga pada bank umum yang
didekati selama penelitian dilaksanakan. Alasan pemilihan tingkat suku
bunga tersebut adalah didasarkan pada sumber pendanaan investasi,
dimana modal investasi yang digunakan oleh perusahaan merupakan
modal sendiri. Untuk menganalisis lima kriteria tersebut digunakan arus
kas untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang
dikeluarkan oleh Alma Fish Farm selama umur proyek yaitu enam
tahun.
Hasil perhitungan kelayakan finansial usaha pembenihan patin pada
tingkat suku bunga 8 persen dapat dilihat pada cashflow usaha
pembenihan ikan patin pada Lampiran 11. Kriteria investasi pada usaha
pembenihan patin pada Alma Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembenihan
Ikan Patin Pada Tingkat Suku Bunga 8 Persen
Kriteria Kelayakan Nilai
PBP (Payback Period) 2,34
NPV (Net Present Value) 153.983.555
IRR (Internal Rate Of Return) 51%
BCR (Benefit Cost Ratio) 2,95
BEP (Break Even Point) (Rp) 310.083.025
BEP (Break Even Point) (Q) 1.946.422
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa usaha
pembenihan ikan patin ini memiliki NPV sebesar 153.983.555 yang
menunjukkan nilai sekarang dari pendapatan yang diterima bernilai
positif sebesar Rp 153.983.555 selama enam tahun pada tingkat suku
bunga 8 persen. Nilai BCR sebesar 2,95 menunjukkan bahwa
pendapatan bersih yang diterima lebih besar 2,95 kali dari biaya yang
dikeluarkan, artinya setiap rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan
manfaat sebesar 2,95 rupiah. Selain itu juga diperoleh nilai IRR sebesar
51 persen yang menunjukkan bahwa kemampuan untuk mengembalikan
modal yang digunakan lebih besar dari tingkat discount rate yang
digunakan.
Payback Periode diperoleh sebesar 2,34 yang artinya usaha
pembenihan ikan patin ini mampu untuk mengembalikan modal
investasi pada saat usaha berumur 2,34 tahun. Perhitungan nilai PBP
pada Alma Fish Farm dapat dilihat pada Lampiran 12. Nilai BEP usaha
pembenihan ini untuk rupiah sebesar 310.083.025 dan untuk jumlah
benih sebesar 1.946.422 ekor benih. Ini menunjukkan bahwa Alma Fish
Farm akan berada di titik impas apabila telah mencapai jumlah
pendapatan sebesar 310.083.025 rupiah dan mencapai jumlah produksi
sebesar 1.946.422 ekor benih. Perhitungan nilai BEP dapat dilihat pada
Lampiran 13. Berdasarkan nilai tersebut di atas maka usaha
pembenihan ikan patin Alma Fish Farm dapat dikatakan layak sehingga
dapat membuka usahanya kembali dengan ketentuan hasil kriteria
tersebut.
4.6. Faktor Kritis, Derajat Titik Kritis, dan Risiko Usaha Pembenihan Ikan
Patin
Analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali pengaruh dari
adanya keadaan yang berubah-ubah. Komponen perubahan yang diamati
adalah faktor kritis dari usaha pembenihan ikan patin. Analisis yang
digunakan adalah analisis switching value metode coba-coba dengan
memasukkan nilai sehingga didapatkan keuntungan normal, yakni NPV
sebesar 0, IRR sebesar 8 persen, BCR 1,00.
Dalam usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm terdapat beberapa
faktor kritis yang mempengaruhi kelancaran usaha diantaranya:
1. Penurunan harga jual benih ikan patin menjadi faktor kritis karena secara
otomatis akan menurunkan jumlah penerimaan. Dengan derajat titik kritis
penurunan harga jual sebesar 25,79 persen, artinya penurunan harga jual
benih patin maksimum sebesar 25,79 persen sehingga usaha pembenihan
ikan patin Alma Fish Farm memperoleh keuntungan normal, dengan nilai
NPV sebesar 0, IRR sebesar 8persen, dan BCR 1,00. Perhitungan analisis
sensitivitas dengan faktor ktitis penurunan harga jual dapat dilihat
selengkapnya pada Lampiran 14-16.
2. Kenaikan harga bahan baku produksi, khususnya pakan benih patin kurang
berpengaruh pada kelayakan usaha pembenihan ikan patin. Kenaikan
harga pakan cacing sutera, artemia, dan pellet benih sebesar 50 persen
membuat usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm menjadi tetap
layak untuk dijalankan. Hasil perhitungan analisis sensitivitas dengan
kenaikan harga pakan benih ikan patin selengkapnya terdapat pada
Lampiran 17-19. Kenaikan tingkat kematian benih ikan patin menjadi
faktor kritis. Dengan derajat titik kritis kenaikan tingkat kematian sebesar
25,79 persen usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm berada pada
level keuntungan normal dan derajat titik kritis tersebut menjadi titik
maksimum sebelum usaha pembenihan menjadi tidak layak. Hasil
perhitungan analisis sensitivitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
20-22.
Faktor ktitis dan derajat titik ktitis yang dijabarkan di atas dapat
memberikan risiko usaha yaitu usaha pembenihan ikan patin menjadi tidak
memiliki keuntungan secara finansial. Maka untuk menghindari keadaan
tidak untung secara finansial penurunan harga jual benih patin maksimum
menurun sebesar 25,79 persen. Harga jual benih pola pemasaran II melalui
petani pengumpul dari Rp 60 per ekor maksimum turun sampai dengan
harga Rp 45 per ekor. Sedangkan harga jual benih pola pemasaran I
dengan menjual secara langsung kepada petani pembesaran dari Rp 70 per
ekor maksimum turun sampai dengan harga Rp 52 per ekor.
Kenaikan tingkat kematian benih sebesar 25,79 persen adalah
kenaikan tingkat kematian benih maksimum yang menyebabkan usaha
pembenihan ikan patin Alma Fish Farm memiliki keuntungan normal.
Benih patin yang diproduksi dengan tingkat kematian tersebut adalah
sebesar 222.626 ekor benih turun sebesar 25,79 persen dari jumlah
produksi normal sebesar 300.000 benih ikan patin. Hasil analisis
sensitivitas usaha pembenihan ikan patin pada Alma Fish Farm dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil analisis sensitivitas usaha pembenihan ikan patin pada
tingkat suku bunga 8 persen
No Kriteria Satuan A B C
1 NPV Rp 0 0 92.190.525
2 IRR % 8 8 35
3 BCR - 1,00 1,00 2,17
4 PBP Tahun 6 6 3,15
5 BEP (Rp) Rp 385.872.999 385.872.999 370.023.360
6 BEP (Q) ekor 1.946.422 1.946.422 1.946.422
Keterangan:
A : Jika terjadi penurunan harga jual benih ikan patin sebesar 25,79
persen.
B : Jika terjadi kenaikan tingkat kematian benih ikan patin sebesar 25,79
persen.
C : Jika terjadi kenaikan harga pakan benih ikan patin sebesar 50 persen.
4.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Usaha Pembenihan Ikan
Patin
4.7.1. Perencanaan Usaha dan Pembuatan Anggaran
Dalam suatu usaha pembenihan ikan patin dibutuhkan
perencanaan usaha agar pencapaian tujuan dapat dilaksanakan dengan
baik oleh setiap orang dalam organisasi dan perlu disusun rencana
untuk mengetahui hak dan kewajiban. Proses perencanaan usaha
pembenihan ikan patin pada Alma Fish Farm dilakukan dengan
pendekatan atas-bawah. Pimpinan usaha membuat rencana,
pengarahan, dan petunjuk semua kegiatan dalam pembenihan.
Karyawan melaksanakan hal-hal yang telah direncanakan.
Perencanaan yang dibuat adalah perencanaan jangka pendek. Biasanya
dilakukan untuk mengatur kapan memulai kegiatan produksi
pembenihan dan biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan proses
kegiatan produksi.
Anggaran diperlukan sebagai pembuktian dari rencana yang telah
dibuat, sebagai pedoman pelaksanaan semua kegiatan pembenihan,
sebagai alat koordinasi dan pengawasan kerja, dan sebagai alat
evaluasi perusahaan. Macam-macam anggaran yang diperlukan pada
usaha pembenihan ikan patin adalah anggaran produksi, anggaran
tenaga kerja, anggaran biaya variabel, anggaran modal, dan anggaran
kas.
Anggaran produksi dibuat mengenai unit produk yang akan
diproduksi, yakni rencana jenis benih, jumlah benih, dan waktu
pembenihan dilaksanakan. Anggaran tenaga kerja dilakukan untuk
merinci upah yang akan dibayarkan kepada tenaga kerja langsung
selama periode pembenihan ikan patin. Anggaran biaya variabel
merinci biaya yang menunjukkan biaya-biaya tersebut akan berubah
sehubungan dengan perubahan tingkat kegiatan pembenihan dalam
waktu tertentu, yakni anggaran bahan baku langsung yang dibuat
untuk merinci mengenai kebutuhan penggunaan bahan baku langsung,
yakni biaya pakan benih dan induk patin, perlengkapan pemijahan dan
obat-obatan, dan perlengkapan packaging benih.
Anggaran modal atau anggaran aktiva tetap berhubungan dengan
pengeluaran investasi untuk lahan, bangunan, dan alat-alat yang
berhubungan dengan kegiatan pembenihan. Anggaran kas merinci
rencana sumber penerimaan dan pengeluaran kas. Pembuatan
anggaran-anggaran pada usaha pembenihan ikan patin Alma Fish
Farm ini belum dijalankan secara optimal dan belum ada catatan
secara rinci. Pencatatan sederhana hanya dilakukan untuk anggaran
biaya variabel.
4.7.2. Kualitas Produk dan Pemilihan Teknologi
Rencana kualitas produk yang baik perlu memperhatikan hal-hal
seperti karakteristik produk benih ikan patin, kesesuaian terhadap
spesifikasi benih yang telah ditetapkan sebelumnya dengan benih
berdasarkan keinginan pelanggan, umur benih ikan patin, dan
bagaimana petani benih memberikan kemudahan layanan dalam
penjualan benih.
Benih ikan patin berasal dari induk ikan patin siam dengan ukuran
satu inci dengan umur benih sekitar satu bulan. Dengan derajat titik
kritis yang telah dipaparkan pada sub bab sebelumnya, maka waktu
yang dibutuhkan agar benih bisa terjual semua menjadi faktor yang
mempengaruhi kelancaran usaha pembenihan ikan patin Alma Fish
Farm. Dengan derajat titik kritis tingkat kematian dan harga jual benih
ikan patin sebesar 25,79 persen, maka benih yang sudah berukuran
satu inci perlu untuk segera jual agar tidak menambah biaya variabel
lain dan tidak mengurangi nilai keuntungan yang didapat. Dengan
adanya ikatan kontrak penjualan dengan konsumen dapat membuat
proses penjualan menjadi tepat waktu dan mengetahui spesifikasi
benih yang diinginkan konsumen. Selain itu perlu dilakukan
peningkatan kualitas produk benih sehingga tingkat kematian dapat
diminimalisasi.
Teknologi dipilih berdasarkan tujuan yang diharapkan petani
benih, kesesuaian dengan bahan baku yang dipakai, keberhasilan
pemakaian teknologi di tempat lain, kemampuan tenaga kerja dalam
mengoperasikan teknologi, dan kemampuan antisipasi terhadap
teknologi lanjutan.
Teknologi yang dipakai dalam usaha pembenihan ikan patin
adalah teknologi kawin suntik menggunakan hormon buatan berupa
corulon yang menggantikan kelenjar hipofisa. Teknologi kawin suntik
yang dijalankan belum optimal karena derajat penetasan telur dan
tingkat kematian larva masih cukup tinggi. Daya tetas telur pada Alma
Fish Farm adalah 60% sehingga telur yang menetas sekitar 6.000.
Tingkat mortalitas larva yang baru menetas adalah 30% sehingga
benih yang baru menetas sekitar 4.200 dan tingkat mortalitas benih
pada waktu perawatan larva sebesar 20% sehingga benih yang
dihasilkan sekitar 3.360. Untuk meminimalisasi daya tetas telur dan
mortalitas benih maka diperlukan tenaga ahli yang membantu dalam
proses pemijahan.
Teknologi yang dipakai untuk menghangatkan ruangan pada
kegiatan perawatan larva adalah teknologi konvensional dengan
menggunakan kompor minyak tanah. Hal ini membuat suhu ruangan
tidak merata karena kompor ditempatkan pada titik tertentu yang
membuat suhu hangat di sekitar kompor. Ini memungkinkan jumlah
benih yang dihasilkan tidak maksimal.
Untuk meminimalisasi tingkat kematian benih pada Alma Fish
Farm perlu dilakukan pembaruan teknologi dengan menggunakan
teknologi semi otomatisasi. Teknologi yang lebih baru akan
membantu proses pembenihan. Dengan menggunakan teknologi
pengatur suhu ruangan tempat perawatan larva akan merata dan lebih
efisien karena suhu dapat diatur pada waktu kapan saja sesuai dengan
kebutuhan.
4.8. Implikasi Manajerial
Pertumbuhan dan perkembangan suatu usaha akan selalu dipengaruhi dan
mempengaruhi lingkungan sekitarnya, baik bersifat positif maupun negatif.
Usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm untuk sementara tidak
beroperasi dan dialih kontrak oleh usaha sejenis. Hal ini karena perusahaan
sulit untuk beradaptasi dengan penurunan harga benih ikan patin dan
kenaikan tingkat kematian benih ikan patin. Selain itu pemilik mencoba usaha
lain diluar kegiatan budidaya patin yaitu usaha warung internet dan game
online. Jika situasi sudah membaik perusahaan akan membuka usahanya
kembali, yakni situasi dimana harga benih mulai naik kembali dan biaya
produksi terutama pakan benih mulai stabil.
Hasil evaluasi kelayakan usaha dapat memperlihatkan implikasi
manajerial dari usaha pembenihan ikan patin yang dijalankan. Pemilik usaha
pembenihan ikan patin ini dapat menjalankan usahanya kembali karena hasil
analisis menunjukkan usaha layak untuk dijalankan. Melalui aspek
manajemen, perusahaan diharapkan menggunakan tenaga ahli proses
pemijahan untuk meningkatkan daya tetas telur sehingga benih yang
diproduksi menjadi lebih maksimal. Selain itu pemilik yang juga sebagai
pengelola usaha diharapkan memperbaiki keterampilan dalam teknik
pembenihan ikan patin untuk mengurangi tingkat kematian sehingga dapat
mengurangi penurunan penjualan benih.
Dilihat dari aspek pemasaran, Alma Fish Farm dapat mengetahui
bagaimana bauran pemasaran, menetapkan pasar sasaran, dan mengetahui
persaingan usaha pembenihan ikan patin. Pihak pengelola usaha pembenihan
ikan patin ini harus memberikan pelayanan yang terbaik, sehingga
menciptakan kepuasan kepada konsumen. Dilihat dari aspek finansial, dengan
adanya evaluasi usaha ini, Alma Fish Farm dapat lebih mengetahui kebutuhan
dana untuk menjalankan usaha pembenihan jika ingin membuka usahanya
kembali dan mengetahui kriteria-kriteria investasi yang diperlukan untuk
mengetahui kelayakan usahanya. Adanya analisis sensitivitas dengan
menunjukkan faktor kritis yang terdapat pada usaha pembenihan ikan patin
ini dapat memberikan masukan kepada pihak perusahaan mengenai sampai
sejauh mana usaha tersebut dapat layak untuk dijalankan. Komponen
perubahan yang diamati yakni perubahan harga jual benih ikan patin,
perubahan biaya pakan benih, dan perubahan tingkat kematian benih.
Pemilik usaha pembenihan ikan patin ini perlu melakukan pembaruan
teknologi dengan menggunakan teknologi semi otomatisasi untuk
meminimalisasi tingkat kematian benih pada Alma Fish Farm. Teknologi
yang lebih baru akan membantu proses pembenihan. Dengan menggunakan
teknologi pengatur suhu ruangan tempat perawatan larva akan merata dan
lebih efisien karena suhu dapat diatur pada waktu kapan saja sesuai dengan
kebutuhan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari evaluasi kelayakan usaha pembenihan ikan patin pada Alma
Fish Farm adalah usaha ini layak untuk dijalankan walaupun pada kenyataan
usaha ini sementara berhenti. Hal ini karena perusahaan sulit untuk beradaptasi
dengan penurunan harga benih ikan patin dan kenaikan biaya produksi terutama
harga pakan benih berupa cacing sutera. Selain itu pemilik mencoba usaha lain
diluar kegiatan budidaya patin yaitu usaha warung internet dan game online.
Pemilik akan membuka usahanya kembali jika harga benih mulai naik dan biaya
pakan benih mulai stabil. Usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm memiliki
NPV selama 6 tahun yang bernilai positif sebesar Rp 153.983.555 yang
menunjukkan nilai. Nilai BCR sebesar 2,95, artinya setiap rupiah yang
dikeluarkan akan menghasilkan manfaat sebesar 2,95 rupiah. Selain itu juga
diperoleh nilai IRR sebesar 51 persen, lebih tinggi dari tingkat suku bunga
deposito yang digunakan dalam perhitungan. Sementara PBP masih di bawah
umur proyek diperoleh sebesar 2,34 tahun. Nilai BEP usaha pembenihan ini untuk
nilai rupiah sebesar 310.083. dan untuk jumlah produksi sebesar 1.946.422 ekor
benih. Berdasarkan nilai tersebut diatas maka usaha pembenihan ikan patin Alma
Fish Farm dapat dikatakan layak. Hasil analisis aspek non-finansial juga dapat
memperlihatkan bahwa usaha pembenihan ikan patin ini layak untuk dijalankan
dilihat dari aspek manajemen, teknis, dan pemasaran.
Analisis sensitivitas yang dilakukan berdasarkan perubahan-perubahan yang
terjadi pada biaya-biaya yang berpotensi untuk menimbulkan masalah dan
memiliki risiko tidak untungnya usaha dan menjadi faktor kritis, seperti
penurunan harga jual benih ikan patin dengan derajat titik kritis sebesar 25,79
persen, kenaikan tingkat kematian benih ikan patin dengan derajat titik kritis
25,79 persen, kenaikan harga pakan benih sebesar 50 persen. Analisis dilakukan
dengan cara switching value yang menyebabkan usaha masih dapat memperoleh
keuntungan normal, yakni NPV sama dengan nol, IRR sama dengan tingkat suku
bunga deposito, BCR sama dengan satu, dan PBP sama dengan sepuluh tahun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran usaha pembenihan ikan patin
pada Alma Fish Farm adalah perencanaan usaha, pembuatan anggaran, kualitas
produk, dan pemilihan teknologi. Proses perencanaan usaha dilakukan dengan
pendekatan atas-bawah. Perencanaan yang dibuat adalah perencanaan jangka
pendek untuk mengatur waktu memulai kegiatan produksi pembenihan dan biaya
yang dibutuhkan untuk menjalankan proses kegiatan produksi. Pembuatan
anggaran-anggaran pada usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm ini belum
dijalankan secara optimal. Pencatatan sederhana hanya dilakukan untuk anggaran
biaya variabel. Dengan derajat titik kritis tingkat kematian dan harga jual benih
ikan patin sebesar 25,79 persen, maka benih yang sudah berukuran satu inci perlu
untuk segera jual. Dengan adanya ikatan kontrak penjualan dengan konsumen
dapat membuat proses penjualan menjadi tepat waktu dan mengetahui spesifikasi
benih yang diinginkan konsumen. Untuk meminimalisasi tingkat kematian benih
pada Alma Fish Farm perlu dilakukan pembaruan teknologi dengan menggunakan
teknologi semi otomatisasi pengatur suhu ruangan tempat perawatan.
Saran
1. Jika pemilik Alma Fish Farm ingin membuka usahanya kembali, dalam
memasarkan produknya diharapkan tidak hanya menggunakan cara lisan tetapi
dengan menggunakan media, seperti iklan di internet dan brosur.
2. Sebelum membuka usahanya kembali, ada baiknya tingkatkan dahulu
keterampilan teknik pembenihan ikan patin agar produksi yang dihasilkan
menjadi optimal. Pemilik memerlukan tenaga ahli paruh waktu yang
membantu dalam proses pemijahan ikan patin. Pemilihan teknologi semi
otomatisasi dapet disarankan agar proses perawatan larva sampai menjadi
benih dapat dilakukan secara optimal.
3. Pemilik Alma Fish Farm dapat membuka usahanya kembali saat situasi
dimana harga benih mulai naik kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. 2009. Rantai Tata Niaga Ikan Patin. http://
www.bi.go.id/sipuk/2009 [19 April 2009].
Bukit, Agripa. 2007. Studi Kelayakan Usaha Pembenihan dan Pembesaran Ikan
Patin di Bogor. Skripsi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Dewi, Kiki Setya. 2008. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Benih Padi
Bersertifikat (Studi Kasus PT Citra Agro Indonesia, Ponorogo). Skripsi pada
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2011. Perkembangan Produksi
Ikan Konsumsi di Kabupaten Bogor tahun 2006-2009. http://
www.dkp.go.id/2011 [26 Mei 2011].
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2011. Perkembangan Produksi
Benih Ikan di Kabupaten Bogor tahun 2007-2009. http://
www.dkp.go.id/2011 [26 Mei 2011].
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2008. Perkembangan
Konsumsi Ikan di Kabupaten Bogor tahun 2004-2008. http://
www.dkp.go.id/2007 [1 Mei 2009].
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2011. Perkembangan Harga
Rata-Rata Komoditas Perikanan di Tingkat Konsumen di Kabupaten Bogor
tahun 2006-2009. http:// www.dkp.go.id/2011 [26 Mei 2011].
Hernowo. 2001. Pembenihan Patin (Skala Kecil dan Besar, Solusi Permasalahan).
Penebar Swadaya, Jakarta.
Ibrahim, Yacob M. 2003. Studi Kelayakan Bisnis (Edisi Revisi). PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Prenada Media, Jakarta.
Khairuman dan Sudenda, Dodi. 2009. Budi Daya Patin Secara Intensif Revisi.
Penerbit Agromedia Pustaka, Jakarta.
Kordi, Ghufran. 2005. Budidaya Ikan Patin (Biologi, Pembenihan, dan
Pembesaran). Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta.
Mardalis, 2004. Metode Penelitian. PT Bumi Aksara, Jakarta.
Prahasta, A. dan M. Hasanawi. 2009. Agribisnis Ikan Patin. Pustaka Grafika,
Bandung.
Umar, Husein. 2005. Studi Kelayakan Bisnis (Teknik Menganalisis Kelayakan
Rencana Bisnis secara Komprehensif). PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Widiastuti, Windi. 2008. Studi Kelayakan Usaha Pupuk Organik Cair (Kasus PT
Mulyo Tani Salatiga-Jawa Tengah). Skripsi pada Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pola Tanam Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish Farm
Bulan Hari
I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
a b c
a1 a2 a3 b1 b2 b3 c1 c2 c3 c4 c5 c6 c7
II d e f
Keterangan:
a : Persiapan Pemijahan
a1 : Sortir induk yang akan dipijah
a2 : Kontrol telur yang sudah siap dipijah
a3 : Pemberokan
b : Proses Pemijahan
b1 : Penyuntikan HCG (corulon)
b2 : Penyuntikan ovaprim
b3 : Proses pemijatan (stripping) induk dan fertilisasi
c : Proses Perawatan Larva
c1 : Penetasan telur, pergantian air, dan kultur artemia 1
c2 : Larva memakan artemia /2 jam dan kultur artemia 2
c3 : Larva memakan artemia /2 jam dan kultur artemia 3
c4 : Larva memakan artemia /2 jam dan kultur artemia 4
c5 : Larva memakan cacing sutera cacah dan artemia /4 jam
c6 : Larva memakan cacing sutera utuh /6-8 jam
c7 : Larva memakan cacing sutera utuh dan pelet benih
d : Perawatan Benih dan Panen ukuran 1 inchi
e : Pasca Panen
f : Masa Bera
69
Ruang usaha (Hatchery)
Lampiran 2. Tata Letak Usaha Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish Farm
Parit
Jalan
Bak tandon air
Bak Pemberokan
Kolam Indukan
Rumah Pribadi
Pemilik Usaha
Tempat parkir
70
Lampiran 3. Rincian Biaya Investasi Usaha Pembenihan Ikan Patin
UraianSpesifikasi
(ukuran)
Satuan
(nilai)Jumlah
Harga
satuan (Rp)
Harga total
(Rp)
Hatchery (ruang usaha) 15m x 7m m2 105 250.000 26.250.000
Lahan 20m x 15m m2 300 100.000 30.000.000
Kolam indukan 4m x 3m m2 12 100.000 1.200.000
Bak tandon air 4m x 3m m2 12 150.000 1.800.000
Bak Pemberokan & inkubasi 2m x 2m m2 4 50.000 200.000
Akuarium 1m x 0,5m x 0,4m buah 90 80.000 7.200.000
Rak Akuarium 6m x 1,2m x 1,5m set 3 500.000 1.500.000
Bak plastik cacing sutera φ 60 cm buah 7 22.000 154.000
Wadah penetasan artemia isi 10 liter buah 12 10.000 120.000
Blower 1 PK - 370 watt buah 2 1.100.000 2.200.000
Aerator / Hi-Blow Takatsuki 60 watt buah 3 600.000 1.800.000
Batu aerasi 7 cm buah 200 1.000 200.000
Pompa air 125 watt buah 3 330.000 990.000
Alat suntik 3 cc set 6 2.000 12.000
Alat hitung buah 3 40.000 120.000
Instalasi paralon 1 inchi set 1 300.000 300.000
Infusan + dopp set 100 1.500 150.000
Selang plastik (aerasi) 0,5 cm gulung 3 50.000 150.000
Selang sedot 1 inchi meter 40 8.000 320.000
Selang isi 5/8 inchi meter 80 5.000 400.000
Kompor minyak tanah 2 liter buah 4 25.000 100.000
Sumber listrik genset 220v-2200w buah 1 2.600.000 2.600.000
Kabel listrik 2 x1 mm gulung 1 150.000 150.000
Tabung gas oksigen 6 m3 buah 1 800.000 800.000
Centong buah 3 3.000 9.000
Gayung buah 5 3.000 15.000
Serokan φ 40 cm buah 3 5.000 15.000
Corong buah 4 3.000 12.000
78.767.000 Total Biaya Investasi
Lampiran 4. Rincian Biaya Modal Kerja Usaha Pembenihan Ikan Patin
UraianSpesifikasi
(ukuran)
Satuan
(nilai)Jumlah
Harga
Satuan (Rp)
Harga Total
(Rp)
Biaya modal
kerja satu
tahun (6 siklus)
pada tahun
pertama
A. Sarana Produksi
Pakan Induk 30 Kg karung 3 210.000 630.000 3.780.000
Artemia 425 gr kaleng 3 360.000 1.080.000 6.480.000
Cacing Sutera 600 ml Takar 500 5.000 2.500.000 15.000.000
Pelet Benih 10 kg karung 4 140.000 560.000 3.360.000
Ovaprim 10 ml botol 1 175.000 175.000 1.050.000
Corulon Ampul 2 65.000 130.000 780.000
Obat-obatan Set 1 100.000 100.000 600.000
Garam 2 Kg Pack 60 2.500 150.000 900.000
Minyak Tanah L liter 40 7.500 300.000 1.800.000
Refil Gas Oksigen tabung tabung 1 80.000 80000 480.000
Karet 0,5 kg bungkus 1 20.000 20.000 120.000
Plastik Packing kg 10 19.000 190.000 1.140.000
Bensin untuk Genset L liter 10 4.500 45.000 270.000
B. Biaya Tenaga Kerja
Karyawan Tetap orang 2 2.000.000 4.000.000 24.000.000
Karyawan Tidak Tetap orang 6 240.000 1.440.000 8.640.000
C. Biaya Lain-lain
Uang Irigasi Air 70.000 420.000
Biaya Telepon 100.000 600.000
Biaya Listrik (2200 watt) 500.000 3.000.000
TOTAL BIAYA MODAL KERJA 12.070.000 72.420.000
Lampiran 5. Rincian Biaya Pembelian dan Penjualan Induk Usaha Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish Farm
Induk Patin (ekor) Tahun
1 2 3 4 5 6
Beli Betina 18 3 3 15 6 6
Jantan 6 1 1 5 2 2
Jual Betina 0 0 0 12 3 3
jantan 0 0 0 4 1 1
Mati Betina 0 3 3 3 3 3
Jantan 0 1 1 1 1 1
Pelihara Betina 18 18 18 18 18 18
Jantan 6 6 6 6 6 6
Pembelian Induk Patin
Penjualan Induk Patin
Induk Patin Harga per ekor 1 2 3 4 5 6
Betina 200,000 3,600,000 600,000 600,000 3,000,000 1,200,000 1,200,000
Jantan 200,000 1,200,000 200,000 200,000 1,000,000 400,000 400,000
4,800,000 800,000 800,000 4,000,000 1,600,000 1,600,000 Total Pembelian Induk (Rp)
Induk Patin Harga per ekor 1 2 3 4 5 6
Betina 75,000 - - - 900,000 225,000 225,000
Jantan 75,000 - - - 300,000 75,000 75,000
- - - 1,200,000 300,000 300,000 Total Penjualan Induk(Rp)
24 4 4 20 8 8
0 0 0 16 4 4
Total Pembelian Induk (ekor)
Total Penjualan Induk (ekor)
73
Lampiran 6. Kebutuhan Fisik Usaha Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish Farm
0 1 2 3 4 5 6
A
15m x 7m m2 105
20m x 15m m2 300
4m x 3m m2 12
4m x 3m m2 12
2m x 2m X 1m m2 4 4 4
B
1 3 Kg ekor 24 4 4 20 8 8
2 1m x 0,5m x 0,4m buah 90 90
3 6m x 1,2m x 1,5m set 3 3
4 φ 60 cm buah 7 7 7 7
5 isi 10 liter buah 12 12 12 12
6 1 PK - 370 watt buah 2 2
7 Takatsuki 60 watt buah 3 3
8 7 cm buah 200 200 200
9 125 watt buah 3 3
10 3 cc set 6 6 6 6 6 6 6
11 buah 3 3 3
12 1 inchi set 1 1
13 set 100 100 100 100 100 100 100
14 0,5 cm gulung 3 3
15 1 inchi meter 40 40 40
16 5/8 inchi meter 80 80 80
17 2 liter buah 4 4 4
Wadah penetasan artemia
Batu aerasi
Pompa air
No Uraian
Bak plastik cacing sutera
Rak Akuarium
Induk Patin
ALAT, MESIN & PERLENGKAPAN
Akuarium
Alat suntik
Alat hitung
Instalasi paralon
Blower
Aerator / Hi-Blow
Kolam indukan
Bak tandon air
Bak Pemberokan & inkubasi
Tahun Analisis Usaha
BANGUNAN
Lahan
Spesifikasi
(Ukuran)
Satuan
(Nilai)
Hatchery (ruang usaha)
Infusan + dopp
Selang isi
Kompor minyak tanah
Selang plastik (aerasi)
Selang sedot
Lanjutan Lampiran 6.
18 220v-2200w buah 1
19 2 x1 mm gulung 1
20 6 m3 buah 1
21 buah 3 3 3 3
22 buah 5 5 5 5
23 φ 40 cm buah 3 3 3 3
24 buah 4 4 4 4
C
1 30 Kg Karung 18 19 20 21 22 23
2 425 gr kaleng 18 19 20 21 22 23
3 600 ml Takar 3.000 3.150 3.308 3.473 3.647 3.829
4 10 kg karung 24 25 26 28 29 31
5 10 ml botol 6 6 7 7 7 8
6 Ampul 12 13 13 14 15 15
7 Set 6 6 7 7 7 8
8 2 Kg Pack 360 378 397 417 438 459
9 L liter 240 252 265 278 292 306
10 tabung tabung 6 6 7 7 7 8
11 0,5 kg bungkus 6 6 7 7 7 8
12 kg 60 63 66 69 73 77
13 L liter 60 63 66 69 73 77
D TENAGA KERJA
1 orang 2 2 2 2 2 2
2 orang 6 6 6 6 6 6
Sumber listrik genset
Obat-obatan
Kabel listrik
Centong
Tabung gas oksigen
Gayung
Corong
Serokan
SARANA PRODUKSI
Pakan Induk
Artemia
Cacing Sutera
Pelet Benih
Plastik Packing
Ovaprim
Corulon
Gaji Karyawan Tetap
Refil Gas Oksigen
Gaji Krayawan Tidak Tetap
Bensin untuk Genset
Karet
Garam
Minyak Tanah
74
75
Lampiran 7. Daftar Harga Barang Usaha Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish Farm
0 1 2 3 4 5 6
A
15m x 7m m2 250.000
20m x 15m m2 100.000
4m x 3m m2 100.000
4m x 3m m2 150.000
2m x 2m m2 50.000 50.000 50.000
B
1 Kg ekor 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000
2 1m x 0,5m x 0,4m buah 80.000 80.000
3 6m x 1,2m x 1,5m set 500.000 500.000
4 φ 60 cm buah 22.000 22.000 22.000 22.000
5 isi 10 liter buah 10.000 10.000 10.000 10.000
6 1 PK - 370 watt buah 1.100.000 1.100.000
7 Takatsuki 60 watt buah 600.000 600.000
8 7 cm buah 1.000 1.000 1.000
9 125 watt buah 330.000 330.000
10 3 cc set 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
11 buah 40.000 40.000 40.000
12 1 inchi set 300.000 300.000
13 set 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500
14 0,5 cm gulung 50.000 50.000
15 1 inchi meter 8.000 8.000 8.000
16 5/8 inchi meter 5.000 5.000 5.000
17 2 liter buah 25.000 25.000 25.000
18 220v-2200w buah 2.600.000
19 2 x1 mm gulung 150.000
20 6 m3 buah 800.000
No UraianSpesifikasi
(Ukuran)
Satuan
(Nilai)
Hatchery (ruang usaha)
Kolam indukan
Bak tandon air
Bak Pemberokan & inkubasi
Akuarium
Lahan
Kompor minyak tanah
Sumber listrik genset
Bak plastik cacing sutera
Wadah penetasan artemia
Blower
Aerator / Hi-Blow
Infusan + dopp
Selang plastik (aerasi)
Rak Akuarium
Selang sedot
Selang isi
Batu aerasi
Pompa air
Alat suntik
Alat hitung
Instalasi paralon
Kabel listrik
Tabung gas oksigen
Tahun Analisis Usaha
BANGUNAN
ALAT, MESIN & PERLENGKAPAN
Induk Patin
76
Lanjutan Lampiran 7.
21 buah 3.000 3.000 3.000 3.000
22 buah 3.000 3.000 3.000 3.000
23 φ 40 cm buah 5.000 5.000 5.000 5.000
24 buah 3.000 3.000 3.000 3.000
C SARANA PRODUKSI
1 Kg Kg 210.000 220.500 231.525 243.101 255.256 268.019
2 425 gr kaleng 360.000 378.000 396.900 416.745 437.582 459.461
3 600 ml Takar 5.000 5.250 5.513 5.788 6.078 6.381
4 10 kg karung 140.000 147.000 154.350 162.068 170.171 178.679
5 10 ml botol 175.000 183.750 192.938 202.584 212.714 223.349
6 Ampul 65.000 68.250 71.663 75.246 79.008 82.958
7 Set 100.000 105.000 110.250 115.763 121.551 127.628
8 2 Kg Pack 2.500 2.625 2.756 2.894 3.039 3.191
9 L liter 7.500 7.875 8.269 8.682 9.116 9.572
10 tabung tabung 80.000 84.000 88.200 92.610 97.241 102.103
11 0,5 kg bungkus 20.000 21.000 22.050 23.153 24.310 25.526
12 kg 19.000 19.950 20.948 21.995 23.095 24.249
13 L liter 4.500 4.725 4.961 5.209 5.470 5.743
D TENAGA KERJA
1 orang 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
2 orang 1.440.000 1.512.000 1.587.600 1.666.980 1.750.329 1.837.845
E BIAYA LAIN-LAIN
1 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000
2 Biaya Telepon 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
3 Biaya Listrik (2200 watt) 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000
Centong
Gayung
Serokan
Corong
Ovaprim
Pakan Induk
Artemia
Cacing Sutera
Pelet Benih
Uang Irigasi Air
Gaji Krayawan Tidak Tetap
Corulon
Obat-obatan
Garam
Minyak Tanah
Refil Gas Oksigen
Karet
Plastik Packing
Bensin untuk Genset
Gaji Karyawan Tetap
77
Lampiran 8. Kebutuhan Dana Usaha Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish Farm
0 1 2 3 4 5 6
A BANGUNAN
26.250.000
30.000.000
1.200.000
1.800.000
200.000 200.000 200.000
59.450.000 200.000 200.000
B ALAT, MESIN & PERLENGKAPAN
1 4.800.000 800.000 800.000 4.000.000 1.600.000 1.600.000
2 7.200.000 7.200.000
3 1.500.000 1.500.000
4 154.000 154.000 154.000 154.000
5 120.000 120.000 120.000 120.000
6 2.200.000 2.200.000
7 1.800.000 1.800.000
8 200.000 200.000 200.000
9 990.000 990.000
10 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000
11 120.000 120.000 120.000
12 300.000 300.000
13 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000
14 150.000 150.000
15 320.000 320.000 320.000
16 400.000 400.000 400.000
17 100.000 100.000 100.000
18 2.600.000
19 150.000
20 800.000
21 9.000 9.000 9.000 9.000
NO URAIAN
Hatchery (ruang usaha)
Batu aerasi
Rak Akuarium
Infusan + dopp
Selang plastik (aerasi)
Selang sedot
Selang isi
Kompor minyak tanah
Sumber listrik genset
Lahan
Kolam indukan
Bak tandon air
TAHUN ANALISIS USAHA
Centong
Alat hitung
Instalasi paralon
Bak plastik cacing sutera
Wadah penetasan artemia
Blower
Aerator / Hi-Blow
Alat suntik
Bak Pemberokan & inkubasi
Akuarium
Total Biaya Bangunan
Induk Patin
Tabung gas oksigen
Pompa air
Kabel listrik
78
Lanjutan Lampiran 8.
22 15.000 15.000 15.000 15.000
23 15.000 15.000 15.000 15.000
24 12.000 12.000 12.000 12.000
19.317.000 4.962.000 1.287.000 2.102.000 4.487.000 1.762.000 17.367.000
78.767.000 4.962.000 1.287.000 2.302.000 4.487.000 1.762.000 17.567.000
C SARANA PRODUKSI
1 3.780.000 4.167.450 4.594.614 5.065.562 5.584.782 6.157.222
2 6.480.000 7.144.200 7.876.481 8.683.820 9.573.911 10.555.237
3 15.000.000 16.537.500 18.232.594 20.101.435 22.161.832 24.433.419
4 3.360.000 3.704.400 4.084.101 4.502.721 4.964.250 5.473.086
5 1.050.000 1.157.625 1.276.282 1.407.100 1.551.328 1.710.339
6 780.000 859.950 948.095 1.045.275 1.152.415 1.270.538
7 600.000 661.500 729.304 804.057 886.473 977.337
8 900.000 992.250 1.093.956 1.206.086 1.329.710 1.466.005
9 1.800.000 1.984.500 2.187.911 2.412.172 2.659.420 2.932.010
10 480.000 529.200 583.443 643.246 709.179 781.869
11 120.000 132.300 145.861 160.811 177.295 195.467
12 1.140.000 1.256.850 1.385.677 1.527.709 1.684.299 1.856.940
13 270.000 297.675 328.187 361.826 398.913 439.802
35.760.000 39.425.400 43.466.504 47.921.820 52.833.807 58.249.272
D TENAGA KERJA
1 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
2 8.640.000 9.072.000 9.525.600 10.001.880 10.501.974 11.027.073
32.640.000 33.072.000 33.525.600 34.001.880 34.501.974 35.027.073
E BIAYA LAIN-LAIN
1 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000
2 Biaya Telepon 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
3 Biaya Listrik (2200 watt) 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000
4.020.000 4.020.000 4.020.000 4.020.000 4.020.000 4.020.000
78.767.000 77.382.000 77.804.400 83.314.104 90.430.700 93.117.781 114.863.345 Total Kebutuhan Dana
Total Biaya Tenaga Kerja
Cacing Sutera
Pelet Benih
Ovaprim
Pakan Induk
Total Biaya Bahan Baku Produksi
Karet
Corulon
Obat-obatan
Garam
Minyak Tanah
Refil Gas Oksigen
Artemia
Total Biaya Lain-lain
Plastik Packing
Bensin untuk Genset
Gaji Karyawan Tetap
Gaji Karyawan Tidak Tetap
Uang Irigasi Air
Gayung
Serokan
Corong
Total Biaya Alat,Mesin,Perlengkapan
Total Biaya Investasi
79
Lampiran 9. Perhitungan Biaya Penyusutan Aset
Nilai Awal Asset Nilai Akhir (10%xNilai Awal Asset) Umur Ekonomis Biaya Penyusutan
(Rp) (Rp) (Tahun) (Rp/Tahun)
1 26.250.000 2.625.000 15 1.575.000
2 1.200.000 120.000 10 108.000
3 1.800.000 180.000 10 162.000
4 200.000 20.000 3 60.000
5 7.200.000 720.000 6 1.080.000
6 1.500.000 150.000 6 225.000
7 154.000 15.400 2 69.300
8 120.000 12.000 2 54.000
9 2.200.000 220.000 6 330.000
10 1.800.000 180.000 6 270.000
11 200.000 20.000 3 60.000
12 990.000 99.000 6 148.500
13 12.000 1.200 1 10.800
14 120.000 12.000 2 54.000
15 300.000 30.000 6 45.000
16 150.000 15.000 1 135.000
17 150.000 15.000 6 22.500
18 320.000 32.000 3 96.000
19 400.000 40.000 3 120.000
20 100.000 10.000 3 30.000
21 2.600.000 260.000 10 234.000
22 150.000 15.000 10 13.500
23 800.000 80.000 10 72.000
24 9.000 900 2 4.050
25 15.000 1.500 2 6.750
26 15.000 1.500 2 6.750
27 12.000 1.200 2 5.400
4.876.700 4.997.550
4.880.000 5.000.000
Aerator / Hi-Blow
Dibulatkan
Kabel listrik
Batu aerasi
Pompa air
Alat suntik
Alat hitung
Instalasi paralon
Infusan + dopp
Selang plastik (aerasi)
Gayung
Serokan
Selang sedot
Selang isi
Kompor minyak tanah
Tabung gas oksigen
Sumber listrik genset
No.Jenis Asset Terkena
Biaya Penyusutan
Total
Ruang Usaha
Bak Tandon air
Kolam Indukan
Bak Pemberokan & inkubasi
Centong
Corong
Akuarium
Rak Akuarium
Bak plastik cacing sutera
Wadah penetasan artemia
Blower
Lampiran 10. Rekapitulasi Biaya Operasional (Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap)
1 2 3 4 5 6
A
1 Gaji Karyawan Tetap 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
2 Penyusutan 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000
3 Biaya Listrik 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000
4 Biaya Telepon 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
5 Uang Irigasi Air 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000
33.020.000 33.020.000 33.020.000 33.020.000 33.020.000 33.020.000
B
1 Gaji Karyawan Tidak Tetap 8.640.000 9.072.000 9.525.600 10.001.880 10.501.974 11.027.073
2 Biaya Produksi 35.760.000 39.425.400 43.466.504 47.921.820 52.833.807 58.249.272
44.400.000 48.497.400 52.992.104 57.923.700 63.335.781 69.276.345
77.420.000 81.517.400 86.012.104 90.943.700 96.355.781 102.296.345
TAHUN ANALISIS
Total BT
Total BTT
Total Biaya Operasional
NO JENIS BIAYA
Biaya Tetap
Biaya Tidak Tetap
81
153.983.555
51%
2,95
2,34
310.083.025
1.946.422
BCR
PBP
BEP (Rp)
BEP (Q)
NPV
IRR
Lampiran 11. Cashflow pada Alma Fish Farm
0 1 2 3 4 5 6
120.000.000 132.300.000 145.860.750 160.811.477 177.294.653 195.467.355
1.200.000 300.000 300.000
120.000.000 132.300.000 145.860.750 162.011.477 177.594.653 195.767.355
1 78.767.000 4.962.000 1.287.000 2.302.000 4.487.000 1.762.000 17.567.000
2 - 77.420.000 81.517.400 86.012.104 90.943.700 96.355.781 102.296.345
78.767.000 82.382.000 82.804.400 88.314.104 95.430.700 98.117.781 119.863.345
C (78.767.000) 37.618.000 49.495.600 57.546.647 66.580.777 79.476.873 75.904.011
5.642.700 7.424.340 8.631.997 9.987.117 11.921.531 11.385.602
D (78.767.000) 31.975.300 42.071.260 48.914.650 56.593.660 67.555.342 64.518.409
E 1,000 0,926 0,857 0,794 0,735 0,681 0,630
F (78.767.000) 29.609.128 36.055.070 38.838.232 41.596.340 46.005.188 40.646.598
PENGELUARAN
Biaya Investasi
Biaya Operasional
Total Biaya
Tahun Analisis
A
Keuntungan Kotor
PPh (15%)
Keuntungan Bersih
Discount Factor (8%)
PV Net Benefit
No
B
Item
Penjualan benih patin
PENERIMAAN
Penjualan induk patin
Total Penerimaan
82
3
2
104.502.429
65.664.198
38.838.232
78.767.000
PBP
NBP = ( PV Net Benefit pd saat melebihi TI)
PBP = (ThP-1) + (Jml TI - Jml Kumulatif NB P-1) / NB P
Jml TI = Total Investasi
2,34
Jml Kumulatif NBi P-1 =
Perhitungan Payback Period ( = PBP ) :
P = Th dimana kumulatif NB melebihi Total Investasi
ThP-1 = Th sebelum PBP
Jml Kumulatif NB P =
Lampiran 12. Perhitungan PBP pada Alma Fish Farm
0 1 2 3 4 5 6
1 Biaya Operasional 77.420.000 81.517.400 86.012.104 90.943.700 96.355.781 102.296.345
2 Total Biaya 78.767.000 82.382.000 82.804.400 88.314.104 95.430.700 98.117.781 119.863.345
3 Pajak (10%) 5.642.700 7.424.340 8.631.997 9.987.117 11.921.531 11.385.602
4 Total Biaya+Pajak 78.767.000 88.024.700 90.228.740 96.946.100 105.417.817 110.039.312 131.248.946
5 Penerimaan Kotor 120.000.000 132.300.000 145.860.750 160.811.477 177.294.653 195.467.355
6 Discount Factor 1,000 0,926 0,857 0,794 0,735 0,681 0,630
7 PV dari Biaya Oprasional 71.690.920 69.860.412 68.293.610 66.843.620 65.618.287 64.446.697 406.753.545
8 PV dari Total Biaya 78.767.000 76.285.732 70.963.371 70.121.398 70.141.565 66.818.209 75.513.907 497.807.981
9 PV dari Total Biaya+Pajak 78.767.000 81.510.872 77.326.030 76.975.204 77.482.095 74.936.771 82.686.836 533.085.973
10 PV dari Penerimaan Kotor 111.120.000 113.381.100 115.813.436 118.196.436 120.737.659 123.144.434 652.952.295
11 Jml Kumltf PV Pen. Kotor 111.120.000 224.501.100 340.314.536 458.510.971 579.248.630 702.393.064
12 PV Net Benefit (78.767.000) 29.609.128 36.055.070 38.838.232 41.596.340 46.005.188 40.646.598 121.141.622
13 Jml Kumltf PV Net Benefit 29.609.128 65.664.198 104.502.429 146.098.770 192.103.957 232.750.555
NO PVURAIANTAHUN ANALISIS
83
Lampiran 13. Perhitungan BEP pada Alma Fish Farm
1 2 3 4 5 6
1 33.020.000 33.020.000 33.020.000 33.020.000 33.020.000 33.020.000 198.120.000
2 44.400.000 48.497.400 52.992.104 57.923.700 63.335.781 69.276.345 336.425.329
3 120.000.000 132.300.000 145.860.750 160.811.477 177.294.653 195.467.355 931.734.235
4 60 63 66 69 73 77 68
5 300.000 315.000 330.750 347.288 364.652 382.884 2.040.574
6 148 154 160 167 174 181 165
7 52.412.698 52.129.003 51.861.658 51.609.580 51.371.774 51.147.321 310.083.025
8 375.227 363.017 351.023 339.253 327.716 316.417 1.946.422 BEP (Q) = BT / ( V-P )
Total BT
Total BTT
Penerimaan (S)
Harga Jual Produk (P)
Kapasitas
BTT/Kapasitas (V)
BEP (Rp) = BT / (1 - (BTT / S )
NO URAIAN BEPTAHUN ANALISIS
84
0
8%
1,00
6,00
385.872.999
1.946.422
IRR
PBP
BEP (Rp)
BEP (Q)
NPV
BCR
Lampiran 14. Cashflow Penurunan Harga Jual Benih Ikan Patin sebesar 25,79 Persen pada Alma Fish Farm
0 1 2 3 4 5 6
89.050.300 98.177.955 108.241.196 119.335.918 131.567.850 145.053.555
1.200.000 300.000 300.000
89.050.300 98.177.955 108.241.196 120.535.918 131.867.850 145.353.555
1 78.767.000 4.962.000 1.287.000 2.302.000 4.487.000 1.762.000 17.567.000
2 - 77.420.000 81.517.400 86.012.104 90.943.700 96.355.781 102.296.345
78.767.000 82.382.000 82.804.400 88.314.104 95.430.700 98.117.781 119.863.345
C (78.767.000) 6.668.300 15.373.555 19.927.092 25.105.218 33.750.069 25.490.210
1.000.245 2.306.033 2.989.064 3.765.783 5.062.510 3.823.532
D (78.767.000) 5.668.055 13.067.522 16.938.029 21.339.436 28.687.559 21.666.679
E 1,000 0,926 0,857 0,794 0,735 0,681 0,630
F (78.767.000) 5.248.619 11.198.866 13.448.795 15.684.485 19.536.228 13.650.008
Tahun Analisis
A
Keuntungan Kotor
PPh (15%)
Keuntungan Bersih
Discount Factor (8%)
PV Net Benefit
No
B
Item
Penjualan benih patin
PENERIMAAN
Biaya Investasi
Biaya Operasional
Total Biaya
Penjualan induk patin
Total Penerimaan
PENGELUARAN
85
6
5
78.767.000
65.116.993
13.650.008
78.767.000
PBP
P = Th dimana kumulatif NB melebihi Total Investasi
ThP-1 = Th sebelum PBP
Jml Kumulatif NB P =
Jml Kumulatif NBi P-1 =
Perhitungan Payback Period ( = PBP ) :
NBP = ( PV Net Benefit pd saat melebihi TI)
PBP = (ThP-1) + (Jml TI - Jml Kumulatif NB P-1) / NB P
Jml TI = Total Investasi
6,00
Lampiran 15. Perhitungan PBP Penurunan Harga Jual Benih Ikan Patin sebesar 25,79 Persen pada Alma Fish Farm
0 1 2 3 4 5 6
1 Biaya Operasional 77.420.000 81.517.400 86.012.104 90.943.700 96.355.781 102.296.345
2 Total Biaya 78.767.000 82.382.000 82.804.400 88.314.104 95.430.700 98.117.781 119.863.345
3 Pajak (10%) 1.000.245 2.306.033 2.989.064 3.765.783 5.062.510 3.823.532
4 Total Biaya+Pajak 78.767.000 83.382.245 85.110.433 91.303.167 99.196.483 103.180.291 123.686.876
5 Penerimaan Kotor 89.050.300 98.177.955 108.241.196 119.335.918 131.567.850 145.053.555
6 Discount Factor 1,000 0,926 0,857 0,794 0,735 0,681 0,630
7 PV dari Biaya Oprasional 71.690.920 69.860.412 68.293.610 66.843.620 65.618.287 64.446.697 406.753.545
8 PV dari Total Biaya 78.767.000 76.285.732 70.963.371 70.121.398 70.141.565 66.818.209 75.513.907 497.807.981
9 PV dari Total Biaya+Pajak 78.767.000 77.211.959 72.939.641 72.494.715 72.909.415 70.265.778 77.922.732 522.511.240
10 PV dari Penerimaan Kotor 82.460.578 84.138.508 85.943.510 87.711.900 89.597.706 91.383.739 521.235.940
11 Jml Kumltf PV Pen. Kotor 82.460.578 166.599.085 252.542.595 340.254.495 429.852.201 521.235.940
12 PV Net Benefit (78.767.000) 5.248.619 11.198.866 13.448.795 15.684.485 19.536.228 13.650.008 0
13 Jml Kumltf PV Net Benefit 5.248.619 16.447.485 29.896.280 45.580.765 65.116.993 78.767.000
TAHUN ANALISISNO PVURAIAN
86
Lampiran 16. Perhitungan BEP Penurunan Harga Jual Benih Ikan Patin sebesar 25,79 Persen pada Alma Fish Farm
1 2 3 4 5 6
1 33.020.000 33.020.000 33.020.000 33.020.000 33.020.000 33.020.000 198.120.000
2 44.400.000 48.497.400 52.992.104 57.923.700 63.335.781 69.276.345 336.425.329
3 89.050.300 98.177.955 108.241.196 119.335.918 131.567.850 145.053.555 691.426.774
4 45 47 49 52 54 57 50
5 300.000 315.000 330.750 347.288 364.652 382.884 2.040.574
6 148 154 160 167 174 181 165
7 65.854.897 65.253.620 64.691.095 64.164.300 63.670.506 63.207.241 385.872.999
8 319.111 307.998 297.132 286.519 276.161 266.063 1.946.422
NO URAIAN BEPTAHUN ANALISIS
BEP (Q) = BT / ( V-P )
Total BT
Total BTT
Penerimaan (S)
Harga Jual Produk (P)
Kapasitas
BTT/Kapasitas (V)
BEP (Rp) = BT / (1 - (BTT / S )
87
92.190.525
35%
2,17
3,15
370.023.360
1.946.422
BCR
PBP
BEP (Rp)
BEP (Q)
NPV
IRR
Lampiran 17. Cashflow Kenaikan Harga Pakan Benih Ikan Patin sebesar 50 Persen pada Alma Fish Farm
0 1 2 3 4 5 6
120.000.000 132.300.000 145.860.750 160.811.477 177.294.653 195.467.355
1.200.000 300.000 300.000
120.000.000 132.300.000 145.860.750 162.011.477 177.594.653 195.767.355
1 78.767.000 4.962.000 1.287.000 2.302.000 4.487.000 1.762.000 17.567.000
2 - 89.840.000 95.210.450 101.108.691 107.587.688 114.705.777 122.527.216
78.767.000 94.802.000 96.497.450 103.410.691 112.074.688 116.467.777 140.094.216
C (78.767.000) 25.198.000 35.802.550 42.450.059 49.936.789 61.126.876 55.673.139
3.779.700 5.370.383 6.367.509 7.490.518 9.169.031 8.350.971
D (78.767.000) 21.418.300 30.432.168 36.082.550 42.446.271 51.957.845 47.322.168
E 1,000 0,926 0,857 0,794 0,735 0,681 0,630
F (78.767.000) 19.833.346 26.080.368 28.649.545 31.198.009 35.383.292 29.812.966
PENGELUARAN
Biaya Investasi
Biaya Operasional
Total Biaya
Tahun Analisis
A
Keuntungan Kotor
PPh (15%)
Keuntungan Bersih
Discount Factor (8%)
PV Net Benefit
No
B
Item
Penjualan benih patin
PENERIMAAN
Penjualan induk patin
Total Penerimaan
88
3
2
74.563.258
45.913.713
28.649.545
78.767.000
PBP
NBP = ( PV Net Benefit pd saat melebihi TI)
PBP = (ThP-1) + (Jml TI - Jml Kumulatif NB P-1) / NB P
Jml TI = Total Investasi
3,15
Jml Kumulatif NBi P-1 =
Perhitungan Payback Period ( = PBP ) :
P = Th dimana kumulatif NB melebihi Total Investasi
ThP-1 = Th sebelum PBP
Jml Kumulatif NB P =
Lampiran 18. Perhitungan PBP Kenaikan Harga Pakan Benih Ikan Patin sebesar 50 Persen pada Alma Fish Farm
0 1 2 3 4 5 6
1 Biaya Operasional 89.840.000 95.210.450 101.108.691 107.587.688 114.705.777 122.527.216
2 Total Biaya 78.767.000 94.802.000 96.497.450 103.410.691 112.074.688 116.467.777 140.094.216
3 Pajak (10%) 3.779.700 5.370.383 6.367.509 7.490.518 9.169.031 8.350.971
4 Total Biaya+Pajak 78.767.000 98.581.700 101.867.833 109.778.200 119.565.206 125.636.809 148.445.187
5 Penerimaan Kotor 120.000.000 132.300.000 145.860.750 160.811.477 177.294.653 195.467.355
6 Discount Factor 1,000 0,926 0,857 0,794 0,735 0,681 0,630
7 PV dari Biaya Oprasional 83.191.840 81.595.356 80.280.301 79.076.951 78.114.634 77.192.146 406.753.545
8 PV dari Total Biaya 78.767.000 87.786.652 82.698.315 82.108.089 82.374.896 79.314.556 88.259.356 497.807.981
9 PV dari Total Biaya+Pajak 78.767.000 91.286.654 87.300.732 87.163.891 87.880.427 85.558.667 93.520.468 533.085.973
10 PV dari Penerimaan Kotor 111.120.000 113.381.100 115.813.436 118.196.436 120.737.659 123.144.434 652.952.295
11 Jml Kumltf PV Pen. Kotor 111.120.000 224.501.100 340.314.536 458.510.971 579.248.630 702.393.064
12 PV Net Benefit (78.767.000) 19.833.346 26.080.368 28.649.545 31.198.009 35.383.292 29.812.966 121.141.622
13 Jml Kumltf PV Net Benefit 19.833.346 45.913.713 74.563.258 105.761.267 141.144.559 170.957.525
NO PVURAIANTAHUN ANALISIS
Lampiran 19. Perhitungan BEP Kenaikan Harga Pakan Benih Ikan Patin sebesar 50 Persen pada Alma Fish Farm
1 2 3 4 5 6
1 33.020.000 33.020.000 33.020.000 33.020.000 33.020.000 33.020.000 198.120.000
2 56.820.000 62.190.450 68.088.691 74.567.688 81.685.777 89.507.216 432.859.822
3 120.000.000 132.300.000 145.860.750 160.811.477 177.294.653 195.467.355 931.734.235
4 60 63 66 69 73 77 68
5 300.000 315.000 330.750 347.288 364.652 382.884 2.040.574
6 189 197 206 215 224 234 165
7 62.716.049 62.310.284 61.928.693 61.569.593 61.231.443 60.912.831 370.023.360
8 255.178 245.630 236.344 227.321 218.560 210.059 1.946.422 BEP (Q) = BT / ( V-P )
Total BT
Total BTT
Penerimaan (S)
Harga Jual Produk (P)
Kapasitas
BTT/Kapasitas (V)
BEP (Rp) = BT / (1 - (BTT / S )
NO URAIAN BEPTAHUN ANALISIS
90
0
8%
1,00
6,00
385.872.999
1.946.422
BCR
PBP
BEP (Rp)
BEP (Q)
NPV
IRR
Lampiran 20. Cashflow Kenaikan Tingkat Kematian Benih Ikan Patin sebesar 25,79 Persen pada Alma Fish Farm
0 1 2 3 4 5 6
89.050.300 98.177.955 108.241.196 119.335.918 131.567.850 145.053.555
1.200.000 300.000 300.000
89.050.300 98.177.955 108.241.196 120.535.918 131.867.850 145.353.555
1 78.767.000 4.962.000 1.287.000 2.302.000 4.487.000 1.762.000 17.567.000
2 - 77.420.000 81.517.400 86.012.104 90.943.700 96.355.781 102.296.345
78.767.000 82.382.000 82.804.400 88.314.104 95.430.700 98.117.781 119.863.345
C (78.767.000) 6.668.300 15.373.555 19.927.092 25.105.218 33.750.069 25.490.210
1.000.245 2.306.033 2.989.064 3.765.783 5.062.510 3.823.532
D (78.767.000) 5.668.055 13.067.522 16.938.029 21.339.436 28.687.559 21.666.679
E 1,000 0,926 0,857 0,794 0,735 0,681 0,630
F (78.767.000) 5.248.619 11.198.866 13.448.795 15.684.485 19.536.228 13.650.008
PENGELUARAN
Biaya Investasi
Biaya Operasional
Total Biaya
Tahun Analisis
A
Keuntungan Kotor
PPh (15%)
Keuntungan Bersih
Discount Factor (8%)
PV Net Benefit
No
B
Item
Penjualan benih patin
PENERIMAAN
Penjualan induk patin
Total Penerimaan
91
6
5
78.767.000
65.116.993
13.650.008
78.767.000
PBP
NBP = ( PV Net Benefit pd saat melebihi TI)
PBP = (ThP-1) + (Jml TI - Jml Kumulatif NB P-1) / NB P
Jml TI = Total Investasi
6,00
Jml Kumulatif NBi P-1 =
Perhitungan Payback Period ( = PBP ) :
P = Th dimana kumulatif NB melebihi Total Investasi
ThP-1 = Th sebelum PBP
Jml Kumulatif NB P =
Lampiran 21. Perhitungan PBP Kenaikan Tingkat Kematian Benih Ikan Patin sebesar 25,79 Persen pada Alma Fish Farm
0 1 2 3 4 5 6
1 Biaya Operasional 77.420.000 81.517.400 86.012.104 90.943.700 96.355.781 102.296.345
2 Total Biaya 78.767.000 82.382.000 82.804.400 88.314.104 95.430.700 98.117.781 119.863.345
3 Pajak (10%) 1.000.245 2.306.033 2.989.064 3.765.783 5.062.510 3.823.532
4 Total Biaya+Pajak 78.767.000 83.382.245 85.110.433 91.303.167 99.196.483 103.180.291 123.686.876
5 Penerimaan Kotor 89.050.300 98.177.955 108.241.196 119.335.918 131.567.850 145.053.555
6 Discount Factor 1,000 0,926 0,857 0,794 0,735 0,681 0,630
7 PV dari Biaya Oprasional 71.690.920 69.860.412 68.293.610 66.843.620 65.618.287 64.446.697 406.753.545
8 PV dari Total Biaya 78.767.000 76.285.732 70.963.371 70.121.398 70.141.565 66.818.209 75.513.907 497.807.981
9 PV dari Total Biaya+Pajak 78.767.000 77.211.959 72.939.641 72.494.715 72.909.415 70.265.778 77.922.732 533.085.973
10 PV dari Penerimaan Kotor 82.460.578 84.138.508 85.943.510 87.711.900 89.597.706 91.383.739 652.952.295
11 Jml Kumltf PV Pen. Kotor 82.460.578 166.599.085 252.542.595 340.254.495 429.852.201 521.235.940
12 PV Net Benefit (78.767.000) 5.248.619 11.198.866 13.448.795 15.684.485 19.536.228 13.650.008 121.141.622
13 Jml Kumltf PV Net Benefit 5.248.619 16.447.485 29.896.280 45.580.765 65.116.993 78.767.000
NO PVURAIANTAHUN ANALISIS
92
Lampiran 22. Perhitungan BEP Kenaikan Tingkat Kematian Benih Ikan Patin sebesar 25,79 Persen pada Alma Fish Farm
1 2 3 4 5 6
1 33.020.000 33.020.000 33.020.000 33.020.000 33.020.000 33.020.000 198.120.000
2 44.400.000 48.497.400 52.992.104 57.923.700 63.335.781 69.276.345 336.425.329
3 89.050.300 98.177.955 108.241.196 119.335.918 131.567.850 145.053.555 691.426.774
4 60 63 66 69 73 77 68
5 300.000 315.000 330.750 347.288 364.652 382.884 2.040.574
6 148 154 160 167 174 181 165
7 65.854.897 65.253.620 64.691.095 64.164.300 63.670.506 63.207.241 385.872.999
8 375.227 363.017 351.023 339.253 327.716 316.417 1.946.422 BEP (Q) = BT / ( V-P )
Total BT
Total BTT
Penerimaan (S)
Harga Jual Produk (P)
Kapasitas
BTT/Kapasitas (V)
BEP (Rp) = BT / (1 - (BTT / S )
NO URAIAN BEPTAHUN ANALISIS
93